repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28862/3/MUHAMMAD... ·...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28862/3/MUHAMMAD... ·...
PELESTARIAN KORAN LANGKA
DI PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar sarjana Ilmu Perpustakaan (S. IP)
Oleh
Muhammad Fahmi Rizal
NIM 1111025100060
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436 H / 2015 M
i
ABSTRAK
Muhammad Fahmi Rizal (1111025100060). Pelestarian Koran Langka di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di bawah bimbingan Pungki
Purnomo, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pelestarian dan teknis
pelaksanaan pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, serta untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dan solusi
untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Jenis penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data yang
dilakukan adalah dengan cara observasi dan wawancara. Penelitian ini
menggambarkan bahwa pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tersendiri, hal tersebut karena
sering terjadinya pergantian pejabat eselon II yang menangai secara langsung
masalah pelestarian bahan pustaka termasuk koran langka. Pelaksanaan kegiatan
pelestarian koran langka meliputi bidang konservasi yaitu fumigasi, enkapsulasi,
menjilid, menambal dan menyambung. Sedangkan bidang transformasi digital
meliputi alih media kebentuk digital seperti bentuk mikro. Adapun bidang
reprografi meliputi alih media ke bentuk foto. Untuk menangani kendala belum
adanya kebijakan tersebut, maka pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
sementara masih mengacu pada kebijakan UU No. 43 Tahun 2007 dan
mengadopsi prinsip-prinsip IFLA. Sedangkan untuk mengatasi kurangnya SDM,
maka pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia membuat analisis
kebutuhan SDM dan mengajukannya ke pihak berwenang meskipun masih belum
terealisir. Karena itu untuk sementara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
melakukan beberapa penyesuaian antara beban kerja dengan jumlah SDM yang
ada. Adapun untuk mengatasi kendala keterbatasan anggaran, pihak Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia membuat skala prioritas terhadap beberapa
pekerjaan yang dianggap lebih perlu didahulukan.
Kata kunci: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Pelestarian, Koran
Langka
ii
ABSTRACT
Muhammad Fahmi Rizal (1111025100060). The Preservation of Rare Newspaper
in the National Library of the Republic of Indonesia. Under the guidance of
Pungki Purnomo, MLIS. Library Science Program of Faculty of Adab and
Humaniora of the State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015.
This essay aims to find out the policy of preservation and the technical of the
implementation of the preservation of the rare newspaper in the National Library
of Indonesia, and to get to know the constraints encountered and solutions to
overcome these constraints. This research uses descriptive method with qualitative
approach. Data collecting is done by observation and interviews. From the results
of this research, it is revealed that the preservation of rare newspapers in the
National Library of the Republic of Indonesia has not owned its own policy yet.
it is caused by the frequent change of the echelon II that addresses directly the
problem of preservation of library materials including rare newspaper. The
Implementation of the activities of rare newspaper preservation covers the area of
conservation that is fumigation, encapsulation, stapling, patching and connecting.
Meanwhile, the field of digital transformation covers the media transfer to digital
forms such as micro form. In the other side, The field of reprographic covers the
media transfer to images forms. To handle the constraints of the unavailability of
the policy, then the National Library of the Republic of Indonesia for the
meantime is still referring to the policy of the Act No. 43 Year 2007 and adopting
the principles of International Federation of Library Associations (IFLA).
Meanwhile, to overcome the lack of human resources, the National Library of the
Republic of Indonesia Party makes the analysis of the need of human resource
and submits it to the authorities although it is still not realized yet. Therefore, for
the time being, the National Library of the Republic of Indonesia makes some
adjustments between the workload and the number of the existing human
resources. As to overcome the constraints of budget limitedness, the National
Library of the Republic of Indonesia Party makes a priority scale on some jobs
which are considered necessarily to be prioritized.
Keywords: National Library of the Republic of Indonesia, Preservation, Rare
Newspaper
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan hanya kepada Allah SWT, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan
mencapai gelar Sarjana. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi
ini masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan. Sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan
semua pihak yang meluangkan waktunya dalam membantu penulis. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bpk. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
sekaligus sebgai dosen pembimbing penulis yang membantu,
mengarahkan, dan menuntun penulis untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bpk. Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
mencurahkan ilmunya begitu banyak untuk masa depan penulis.
6. Pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, memberikan
iv
masukan saat melakukan penelitian, dan telah bersedia memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Terimakasih kepada Saroh Kuswanti yang selalu menyemangati dan
mengingatkan kepada penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi
ini.
8. Sahabat-sahabat penulis, Muhammad Adam, Hasbi Fikri, Hanifudin
Ibrahim, Muhammad Yukha Mulyawan, Ilham Kamil, Eko Raharjo,
Bintang Bella Adillah, Ahmad Jauzi dan Tirta Wijaya yang telah
memberikan nasihat dan motivasinya baik akademis maupun non
akademis.
9. Teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi 2011,
khususnya kelas IPI C 2011, Cycy Haryati, Muthia Fariza, Annisa
Nurulita, Jundiah, Anggraeny Pramesti, Puti Asmarani, Imroatus
Sholihah, Marini Badzlina, Donna Sitta Ariyanti, Diah Safitri,
Nurfitria Dewi, , Grecy Astari, Farhah, Nita Adiyati, Arik Suprapti,
Robiatul Hasanah, Muhammad Adam, Hanifudin Ibrahim, Hasbi Fikri,
Muhammad Yukha Mulyawan, dan Ilham Kamil. Terima kasih atas
kebersamaannya selama 4 tahun ini, semoga persahabatan kita terus
terjalin selamanya.
10. Terimakasih pula kepada teman-teman kakak Semester Zulfikar
Arman, Arief Dwi Hermawan, Zulfachri Tribuana Said, Febri Nurul
Huda, Kibar Sumanja, Bassam Fahmy Balaswad dan Dywan Pratama
yang sudah memberikan motivasi dan arahan.
v
11. Dan semua orang yang sudah banyak mendukung dalam
menyelesaikan tugas akhir ini, yang tidak dapat diucapkan satu
persatu, Terimakasih untuk segalanya, semoga Allah SWT yang
membalas semua kebaikan dan doa yang sudah diberikan kepada
penulis. Amin.
12. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Detik 2014 yang telah
memberikan dukungan semangat kepada penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sangat istimewa dan sebesar-
besarnya kepada bapak tercinta H.Muhammad Agus Salim, ibu tercinta
Hj.Rumsini, Kakak pertama Siti Izatul Yazidah, Adik pertama Rossy Iftah
Nurdiyana dan Adik kedua Annisa Nuzulia Inayati yang telah memberikan
dukungan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
butuh penyempurnaan di beberapa bagian, baik dari segi isi maupun susunannya.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan
semuanya dengan rahmat dan ridho-Nya serta semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat mengenai Pelaksanaan kegiatan pelestarian khususnya koran
langka. Selamat Membaca.
Ciputat, 27 Oktober 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 5
D. Definisi Istilah .................................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ........................................ 9
1. Definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia .................... 9
2. Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ..................... 10
3. Tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ....................... 11
B. Pelestarian Bahan Pustaka
1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka........................................... 11
2. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka ................................................. 13
3. Unsur-Unsur Pelestarian Bahan Pustaka ....................................... 14
C. Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka .................................................. 14
D. Pengertian Koran Langka ..................................................................... 16
vii
E. Faktor Penyebab Kerusakan Koran Langka ......................................... 17
1. Faktor Biologi ............................................................................... 18
2. Faktor Fisika .................................................................................. 21
3. Faktor Kimia ................................................................................. 23
4. Faktor Manusia dan Faktor Lainnya ............................................. 24
F. Usaha Pencegahan Kerusakan Koleksi Koran Langka ....................... 27
1. Cara Pencegahan yang disebabkan oleh Faktor Biologi ............... 28
2. Cara Pencegahan yang disebabkan oleh Faktor Fisika ................. 30
3. Cara Pencegahan yang disebabkan oleh Faktor Kimia ................. 31
4. Cara Pencegahan yang disebabkan oleh Faktor Manusia dan
Faktor lainnya................................................................................. 31
G. Usaha Perbaikan Koleksi Koran Langka.............................................. 33
1. Menambal dan Menyambung Kertas ............................................ 33
2. Fumigasi ........................................................................................ 34
3. Laminasi ........................................................................................ 35
4. Enkapsulasi.................................................................................... 36
5. Deasidifikasi .................................................................................. 37
6. Alih Media..................................................................................... 38
7. Penjilidan ....................................................................................... 39
H. Kendala Pelestarian Bahan Pustaka ..................................................... 40
I. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 40
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 44
1. Jenis Penelitian ............................................................................. 44
2. Pendekatan Penelitian .................................................................. 44
B. Sumber Data .................................................................................... 45
1. Data Primer .................................................................................. 45
2. Data Sekunder .............................................................................. 45
C. Karakteristik Informan dan Langkah-Langkah Penentuannya ............ 46
1. Karakteristik Informan .................................................................. 46
2. Teknik Pengambilan Informan ...................................................... 46
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 47
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 48
F. Jadwal Penelitian .................................................................................. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian ........................................................................ 50
1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 50
2. Lokasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ...................... ...52
3. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ........... 53
4. Tugas, Fungsi dan Peran Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia......................................................................... 54
5. Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ..................... 55
6. Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia......................................................................... 58
ix
7. Tugas dan Fungsi Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia ....................................................... 61
8. Struktur Organisasi Pusat Preservasi Bahan Pustaka
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ................................. 62
9. Gambaran Singkat Ruang Koleksi Surat Kabar dan Koran langka
di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ............................. 65
10. Bagian Ruangan Koleksi Surat Kabar dan Koran langka
di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ............................... 66
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 66
1. Kebijakan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia ........................................................................ 68
2. Teknis Pelaksanaan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia ......................................................... 70
a. Menambal dan Menyambung Kertas ....................................... 70
b. Fumigasi .................................................................................. 72
c. Enkapsulasi ............................................................................... 75
d. Penjilidan .................................................................................. 77
e. Alih Media ................................................................................ 78
3. Kendala-Kendala yang dihadapi Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia dalam Pelestarian Koran Langka ................... 84
C. Pembahasan .................................................................................... 85
1. Kebijakan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia ........................................................................ 86
x
2. Teknis Kegiatan Pelestarian Koran Langka Di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia ........................................................ 87
3. Solusi Yang dilakukan Untuk Mengatasi Kendala-Kendala dalam
Pelaksanaan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia......................................................................... 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 94
B. Saran .................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 98
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Jadwal Penelitian ............................................................................. 49
2. Tabel 2 Peran masing-masing setiap lantai pada gedung preservasi
(Gedung E) .................................................................................................... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam negara yang berkembang saat ini, penyediaan informasi haruslah jelas,
aktual, dan current (uptodate). Nilai informasi yang dibutuhkan bagi
masyarakat harus tepat untuk penggunanya. Salah satu lembaga yang
menyediakan dan bertugas mengumpulkan informasi tersebut ialah
perpustakaan. Perpustakaan mempunyai peran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemajuan suatu negara. Sedangkan pengertian perpustakaan
sendiri adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya
rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka.1
Salah satu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas dan mutu
perpustakaan sesuai dengan fungsi perpustakaan itu sendiri, perpustakaan
dituntut harus mempunyai program-program dan fasilitas yang menunjang
bagi penggunanya, agar kebutuhan pengguna perpustakaan dapat dipenuhi
secara maksimal. Pada umumnya perpustakaan memiliki koleksi yang terbuat
dari bahan kertas, maupun dalam bentuk buku, surat kabar, serial, naskah,
peta, gambar, dokumen, dan bahan cetak lainnya. Selain itu, perpustakaan juga
mempunyai koleksi audio visual yang terdiri dari bahan film (film hitam putih
1 Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan.
2
dan berwarna), mikrofilm, negatif foto (hitam putih dan berwarna) serta
rekaman suara atau pita kaset, rekaman video, dan lain sebagainya.2
Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, bertugas
mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat
dimanfaatkan oleh pengguna secara efektif dan efisien. Agar koleksi yang
dimiliki oleh perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif
lama, maka diperlukan suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari
kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya sehingga
mempertahankan kandungan informasi. Usaha-usaha untuk mempertahankan
dan memperlambat rusaknya kandungan informasi dari bahan pustaka ini
biasa disebut dengan preservasi dan konservasi bahan pustaka.
Tugas pemeliharaan, perawatan, dan pelestarian koleksi bukanlah
pekerjaan yang mudah. Perpustakaan di Indonesia umunya belum
memperhatikan usaha pemeliharaan secara khusus, hal itu seharusnya
dilaksanakan secara lebih cermat dan efektif, mengingat iklim tropis Indonesia
yang kurang menguntungkan. Dalam konteks ini bahwa penggunaan berbagai
bahan insektisida, pengaturan ruangan secara khusus serta penyelenggaraan
pendidikan pengguna perpustakaan merupakan usaha-usaha untuk mencegah
atau mengurangi kerusakan koleksi bahan pustaka.3
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah Perpustakaan
pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam
bidang Perpustakaan sebagai perpustakaan Pembina, perpustakaan rujukan,
2 Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 73-74
3 Rahayuningsih, F. Pengelolaan Perpustakaan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 131.
3
perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan
pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di Ibukota Negara Indonesia.
Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam
bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung
di dalamnya. Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka
yang kita miliki tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal,
penting informasinya, langka, diusahakan agar lebih awet dan bisa dipakai
lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan.
Mengingat banyaknya jenis dan bentuk bahan pustaka, yang tercetak ataupun
terekam, maka salah satu lembaga atau instansi yang menyimpan berbagai
karya cipta hasil manusia termasuk didalamnya koran langka adalah
Perpustakaan Nasional. Mengingat Indonesia negara beriklim tropis yang
memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi, sedangkan minimnya dana
pemeliharaan serta perawatan bahan pustaka bisa menyebabkan hewan dan
mikroorganisme tumbuh dengan subur merusak bahan pustaka. Salah satu
bahan pustaka yang dilestarikan adalah koran langka dari tahun yang
terdahulu. Tujuannya adalah untuk menjaga menjaga keaslian bentuk fisiknya
maupun dari segi informasinya. Karena koran langka yang ada di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengandung banyak informasi
dari peristiwa pada masa lalu yang mengandung banyak sejarah dan begitu
penting untuk di lestarikan agar generasi-generasi selanjutnya mendapatkan
informasi pada masa terdahulu.
Dengan beberapa penjelasan tentang pentingnya proses pelestarian
koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, maka penulis
berkeinginan untuk mengangkat permasalahan ini dalam sebuah penulisan
4
skripsi dengan judul “PELESTARIAN KORAN LANGKA DI
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat pembahasan pelestarian bahan pustaka sangat luas, maka untuk
menghindari penafsiran lebih luas, penulis perlu membatasinya sebagai
berikut:
a. Kebijakan pelaksanaan pelestarian koran langka di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia.
b. Teknis pelaksanaan pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
c. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam
pelaksanaan pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Agar penulisan ini lebih terarah dan sesuai dengan masalah yang akan
diteliti, maka perlu dirumuskan suatu masalah. Masalah pokoknya adalah
bagaimana pelaksanaan pelestarian pada koran langka di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, dengan sub pertanyaan (sub questions)
sebagai berikut:
a. Bagaimana kebijakan secara tertulis mengenai pelestarian pada koran
langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia?
5
b. Bagaimana Teknis pelaksanaan pelestarian pada koran langka di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia?
c. Solusi apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pelestarian
pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kebijakan pelestarian pada koran langka di
Perpustakan Nasional Republik Indonesia.
b. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan dalam melakukan proses
pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
c. Untuk mengetahui solusi dari kendala dalam pelaksanaan kegiatan
pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis tentang hal-hal,
permasalahan serta solusi proses dari kegiatan pelestarian pada koran
langka di Perpustakan Nasional Republik Indonesia.
b. Diharapkan bisa menjadi inspirasi atau masukkan bagi pustakawan di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam hal melestarikan
koleksi-koleksinya khususnya koran langka agar tidak cepat
mengalami kerusakan baik dari segi bentuk fisik dokumen maupun
6
dari aspek informasi yang terkandung di dalamnya agar dapat
dimanfaatkan para pemustaka.
c. Memperkaya literatur Jurusan Ilmu Perpustakaan tentang pelestarian
bahan pustaka khususnya dalam hal pelaksanaan kegiatan pelestarian
pada koran langka.
D. Definisi Istilah
Untuk memudahkan memahami istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa pengertian istilah yang
sering digunakan dalam setiap bab penelitian, diantaranya:
a) Pelestarian
Suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu perpustakaan untuk
melestarikan semua bahan koleksi yang ada agar lebih awet dan tetap
dalam keadaan yang baik, bisa digunakan serta dalam pelestariannya
mengacu pada kebijakan perpustakaan tersebut.
b) Koran Langka
Koran langka merupakan sebuah koran yang dilihat dari segi usia, yaitu
koran yang diterbitkan pada puluhan atau bahkan ratusan tahun silam,
sehingga menjadi koran langka karena sulit dijumpai dan jarang sekali
beredar di pasaran. sehingga memiliki nilai sejarah yang tinggi dan tidak
semua perpustakaan memiliki koran langka.
c) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan lembaga
pemerintah non departemen (LPND) yang melaksanakan tugas
pemerintahan dalam bidang Perpustakaan yang berfungsi sebagai
7
perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit,
perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring
perpustakaan, serta berkedudukan di Ibu Kota Negara Indonesia.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai
dari Bab I sampai Bab V dengan rician sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini memuat seputar penelitian, meliputi: latar belakang,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Literatur
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang definisi
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, fungsi dan tugas
perpustakaan, mengenai pengertian pelestarian bahan pustaka,
fungsi pelestarian bahan pustaka, unsur-unsur pelestarian bahan
pustaka, faktor kerusakan bahan pustaka, usaha pencegahan
kerusakan bahan pustaka, usaha perbaikan bahan pustaka,
kendala dan solusi terhadap kegiatan pelestarian bahan pustaka.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini memuat jenis dan pendekatan penelitian, sumber data,
pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data dan jadwal penelitian.
8
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat profil Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia sebagai objek penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan yang disesuaikan dan menjawab tujuan penelitian.
Bab V : Penutup
Bab ini Merupakan penutup dari penelitian yang di dalamnya
memuat beberapa kesimpulan dan saran-saran yang merupakan
pengabungan dari uraian bab-bab terdahulu yang kemudian
diakhiri oleh daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.
9
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
1. Definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Berdasarkan Undang-undang No. 43 tahun 2007 Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia didefinisikan sebagai lembaga pemerintah non
departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam
bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina,
perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian,
perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, serta
berkedudukan di ibukota negara. Dengan keputusan Presiden ini,
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menjadi lembaga yang berdiri
sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.4
Perpustakaan Nasional adalah Perpustakaan yang bertanggung
jawab atas pelestarian semua terbitan yang diterbitkan di sebuah Negara
dan berfungsi sebagai “deposit”. Perpustakaan Nasional juga umunya
menjalankan fungsi sebagai berikut : menyusun bibliografi nasional,
menyimpan dan memutakhirkan koleksi yang bernilai tinggi dan
representatif termasuk buku mengenai negara yang bersangkutan.5
4 Undang-Undang Perpustakaan No.43 tahun 2007 bab 1 ayat 1
5 IFLA,”Recommendations Concerning the International Standarizations of Library
Statistics”. Diakses pada pukul 22.00 WIB tanggal 25 Mei 2015 dari http://portal.unesco.
org/en/ev.php-URL_ID=13086&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html
10
2. Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Dalam SK Kaperpusnas No. 03 Tahun 2001 Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugas, Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia menyelenggarakan fungsi :
a. Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional dibidang perpustakaan.
b. Mengkoordinasikan kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
c. Melancarkan dan membina terhadap kegiatan instansi pemerintah di
bidang perpustakaan.
d. Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,
kepegawaian, kearsipan, persandian, dan rumah tangga.
Selain itu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berfungsi sebagai :
a. Menyimpan setiap bahan pustaka yang diterbitkan di sebuah Negara.
b. Mengumpulkan atau memilih bahan pustaka terbitan negara lain
mengenai negara yang bersangkutan.
c. Menyusun bibliografi nasional yakni daftar buku yang diterbitkan di
sebuah negara.
d. Menjadi pusat informasi negara yang bersangkutan. Biasanya jasa ini
diberikan atas jasa permintaan.
e. Berfungsi sebagai pusat antar pinjam perpustakaan di negara yang
bersangkutan dan antara negara yang bersangkutan dengan negara
lain. Umumnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tidak
meminjamkan buku langsung ke pembaca melainkan harus melalui
perpustakaan.
f. Sebagai tugas tambahan biasanya Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia memberikan jasa penerjemahan, latihan kerja bagi
pustakawan, mencatat hak cipta atas buku, dan sebagainya.6
6 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993. h. 44-46.
11
3. Tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Dalam menyelenggarakan fungsinya Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia mempunyai kewenangan, antara lain:
a. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan pendayagunaan bahan
pustaka yang diterbitkan di Indonesia sebagai koleksi deposit
nasional.
b. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengembangan serta
pendayagunaan bahan pustaka dengan mengutamakan terbitan asing.
c. Melaksanakan penyusunan dan penerbitan bibliografi nasional.
d. Melaksanakan tugas sebagai pusat kerjasama antar perpustakaan di
dalam negeri maupun luar negeri.
e. Memberikan jasa referensi studi, jasa bibliografi, dan informasi
ilmiah.
f. Melaksanakan urutan tata usaha Perpustakaan Nasional.
B. Pelestarian Bahan Pustaka
1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka
Pelestarian bahan pustaka adalah mengusahakan agar bahan pustaka tidak
cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar
awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca
perpustakaan. Dengan pelestarian yang baik, diharapkan bahan pustaka
dapat nerumur lebih panjang, sehingga perpustakaan tidak perlu membeli
bahan yang sama7
7 Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka. (Jakarta : Universitas Terbuka,
1999). h.5.
12
Perpustakaan berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan koleksi
bukunya agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, dapat dijaga
kondisinya minimal mampu memperlambat terjadinya kerusakan bahan
pustaka serta menjaga kandungan informasi yang terdapat di dalamnya, di
mana kesemuanya itu terangkum dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka.
Kegiatan pelestarian bahan pustaka pada hakikatnya mencakup dua segi,
yaitu melestarikan kandungan informasi, dan melestarikan fisik dokumen
atau bahan pustaka yang bersangkutan.8 Dengan demikian tujuan pelestarian
bahan pustaka adalah melestarikan bahan-bahan pustaka serta informasi
yang direkam dalam bentuk fisiknya, atau dialihkan pada media lain, agar
dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.9
Perpustakaan bertanggung jawab mengelola bahan pustaka agar dapat
dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. Perpustakaan juga harus mampu
mengatur besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan pelestarian
bahan pustaka, sehingga jelas dalam mengalokasikan anggaran dalam
kegiatan pelestarian bahan pustaka. Kebutuhan untuk keperluan kegiatan
pelestarian harus direncanakan dengan matang agar dana yang terserap
dapat berguna secara efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
8 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan, (Jakarta : Universitas Terbuka, 1999.
h.11. 9 Sumiyardi, Pentingnya Pemahaman Preservasi Bagi Pustakawan. Buletin FKP2T, Th.
II, No. 2. 1997. h. 42.
13
2. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka
Fungsi pelestarian ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu
oleh tangan jahil, serangan dari hama perusak bahan pustaka seperti
serangga dan jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di
ruang yang lembab. Pelestarian memiliki beberapa fungsi antara lain:
a. Fungsi melindungi. Bahan pustaka dilindungi dari serangga-serangga,
manusia, jamur, panas matahari, air, dan sebagainya. Dengan pelestarian
yang baik serangga dan binatang kecil tidak dapat menyentuh dokumen.
Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka.
Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban
udara di perpustakaan akan mudah terkontrol
b. Fungsi pengawetan. Bahan pustaka menjadi lebih awet bila dirawat
dengan baik, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak
pembaca dapat mempergunakan bahan pustaka tersebut.
c. Fungsi kesehatan. Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi
bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari
berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap
sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan memakai perpustakaan.
d. Fungsi pendidikan. Pemakai perpustakaan dan pustakawan sendiri harus
belajar bagaimana cara memakai dan merawat dokumen. Mereka juga
harus menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam
perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan
perpustakaan. Mendidik pemakai serta pustakawan sendiri untuk
berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan.
e. Fungsi kesabaran. Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau
orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana kita menambal buku berlubang,
membersihkan kotoran binatang kecil dengan baik. Menghilangkan noda
dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi.
f. Fungsi sosial. Pelestarian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri.
Pustakawan harus mengikutsertakan pembaca perpustakaan untuk tetap
merawat bahan pustaka dan perpustakaan.
g. Fungsi ekonomi. Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi
lebih awet, sehingga anggaran perpustakaan dapat dihemat.
h. Fungsi keindahan. Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka
yang rapih, perpustakaan tampak menjadi indah, sehingga menambah
daya tarik kepada pembacanya.10
10 Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka. (Jakarta : Universitas Terbuka,
1999) h. 6-7
14
3. Unsur-Unsur Pelestarian Bahan Pustaka
Ada beberapa unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian
bahan pustaka adalah sebagai berikut:
a. Manajemen perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam
pekerjaan ini, bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan
pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja
kerusakannya, apa saja alat perlu disiapkan dan bahan kimia yang
diperlukan dan sebagainya.
b. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka
miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang
telah memiliki ilmu atau keahlian/keterampilan dalam bidang ini.
c. Laboratorium, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang
diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk
fumigasi, dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang
laboratorium sebagai “bengkel” atau gudang buat bahan pustaka yang
perlu dirawat atau diperbaiki.
d. Dana untuk keperluan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik,
sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan.
Pendanaan ini tergantung dari lembaga tempat perpustakaan bernaung.11
C. Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka
Kebijakan pelestarian merupakan suatu dokumen yang berisi maksud-maksud
pelestarian secara terinci dan prosedur yang terkandung di dalamnya.
Pelaksanaan kebijakan pelestarian ini diperoleh melalui proses perencanaan
yaitu mulai dari proses penelusuran, survei kondisi dan penentuan cara-cara
pelestarian yang akan dilakukan. Melalui proses ini Tim Penyusun Kebijakan
Pelestarian, Pengelola Koleksi dan Tim Pelaksana Pelestarian mempunyai
tugas yang saling terkait satu sama lain. Tim ini menyusun uraian tugas dan
tanggung jawab dari masing-masing kelompok yang berkaitan dengan
pelestarian bahan pustaka.12
11 Ibid. h.7
12 Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Perawatan dan Pemeliharaan Fasilitas
Perpustakaan. (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 1995).h.17.
15
Kebijakan pelestarian bahan pustaka sudah terdapat di setiap institusi
perpustakaan atau arsip. Sasaran dalam kebijakan pelestarian yaitu untuk
memastikan bahwa bahan dan informasi yang diinginkan atau digunakan oleh
pemustaka dapat tersedia dengan layak ketika diperlukan. Seperti kebijakan
yang diatur Brown University Library yang menyatakan bahwa :
“potential projects should be evaluated as to wether it is technically
possible with current equipment and software to, present, and store images in
ways that meet user needs. Collection type may dictate some parameters,
depending on level of ambition, size, imaging requirements, cataloging
requirements, conservation requirements…beyond support for equipment,
operating budget, technical support and staffing, considerations include :
a) Condition of materials allows for them to be digitized safely.
b) Condition of materials requires conservation/re-housing for safe
digitization.”13
Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa setiap kegiatan pelestarian
khususnya digitalisasi haruslah dievaluasi baik secara teknis yaitu apakah
memungkinkan untuk melakukan digitalisasi pada suatu bahan pustaka dengan
peralatan dan software yang dimiliki, serta dapat memberikan hasil yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dimana jenis koleksi dapat menentukan
beberapa parameter, tergantung pada tingkat ambisi, ukuran, persyaratan
pencitraan, persyaratan katalogisasi, dan persyaratan konservasi. selain
peralatan yang mendukung, anggaran operasional, dukungan teknis dan staff,
suatu bahan pustaka dapat digitalisasi apabila memenuhi :
a) Kondisi material yang memungkinkan untuk didigitalkan secara aman.
b) Kondisi material yang memungkinkan konservasi atau pemindahan
material untuk didigitalkan secara aman.
13 Brown, Facilities University Library . diakses pada pukul 22.15 tanggal 19 Oktober
2015 dari www.brown.edu/Facilities/University_library /digproj/digcols/selection.html
16
Dari poin-poin tersebut dapat memberikan pertimbangan yang dapat
mempengaruhi perkembangan proses seleksi, evaluasi, dan yang
diprioritaskan berdasarkan faktor-faktor tersebut dan kondisi dari bahan
pustaka tersebut. Setiap kebijakan koleksi pada suatu institusi seharusnya
menjadi fondasi dalam menentukan bahan pustaka apa yang akan
didigitalisasikan.
D. Pengertian Koran Langka
Koran atau surat kabar yaitu kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan
sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran plano, terbitan secara
teratur, bisa setiap hari atau seminggu satu kali.14 Koran juga bisa diartikan
salah satu terbitan berseri yang sangat kaya akan berita atau informasi
mutakhir. Sebagaimana namanya yaitu surat kabar maka lebih banyak
menyajikan informasi dalam bentuk berita atau dengan kata lain mewartakan
atau mengabarkan suatu berita.15
Salah satu koran yang perlu dilakukan pelestarian guna mencegah
kerusakan dan memperbaiki kerusakannya adalah koran-koran langka. Koran
langka adalah koran yang sudah tua, sulit untuk dijumpai, dan jarang beredar
di pasaran. Bila dilihat dari segi usia maka koran langka merupakan koran
yang diterbitkan pada puluhan bahkan ratusan tahun silam sehingga menjadi
koran yang langka karena sulit untuk dijumpai dan jarang sekali beredar di
pasaran. Koran langka yang bersejarah dari dahulu hingga sekarang adalah
14 Totok djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung : PT Remaja Rosdadakarya,
2004).h.11
15 Abdul Rahman Saleh, Pengelolaan Terbitan Berseri (Jakarta : Universitas Terbuka,
Depdikbud, 1996),h.15.
17
cermin dari perkembangan peradaban kita yang kaya. Koran langka tersebut
memuat rekor tak ternilai dari orang-orang dan peristiwa yang membentuk
bangsa kita dan dunia.16 Tidak hanya di Indonesia, bahkan di luar negeri
sekalipun sangat peduli terhadap koran langka. Seperti kutipan pada situs yang
menyediakan banyak koleksi koran langka :
“Hindari kondisi panas, cerah dan kering. Bukan suatu kebetulan karena itu
arsip sejarah ini diawetkan dan disimpan di pantai di Skotlandia dekat
Skotlandia Book National City - Wigtown Dumfries and Galloway.”17
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa koran langka
memiliki nilai sejarah sangat tinggi maka perlu dilestarikan dan diawetkan.
Seiring dengan berjalannya waktu, koran-koran langka tersebut mengalami
kerusakan bahkan ada yang mengalami kehancuran, sehingga koran tersebut
tidak layak digunakan. Oleh sebab itu perlu penanganan khusus guna
mencegah kerusakannya dan perlu dilestarikan keberadaannya agar tetap bisa
digunakan oleh pemustaka untuk mendapatkan informasi yang mereka
butuhkan.
E. Faktor Penyebab Kerusakan Koran Langka
Bahan pustaka koran langka pada umumnya merupakan bahan yang terbuat
dari kertas dan mudah terbakar, mudah sobek, mudah rusak oleh biota seperti
jamur, serangga dan binatang pengerat. Pelestarian dan perawatan koran
langka di lingkungan perpustakaan merupakan kegiatan yang perlu mendapat
16 The Mitchell Archives, Historic Newspaper. Diakses pada pukul 20.30 WIB tanggal 5 Juni
2015 dari http://mitchellarchives.com/history
17 Backissue Newspapers, Historic Newspaper Archive. Diakses pada pukul 20.25 WIB
tanggal 5 Juni 2015 dari http://www.backissuenewspapers. co.uk/Info/Historic-Newspaper-
Archive
18
perhatian. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan pustaka
khususnya koran langka, pertama harus mengetahui faktor-faktor apa yang
biasanya merusak kertas pada koran langka serta mengetahui bagaimana
mencegahnya, sehingga buku tidak mudah rusak18. Untuk dapat memberikan
perlakuan terhadap bahan pustaka yang tepat, agar terhindar dari kerusakan,
perlu memahami beberapa faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut, antara
lain, sebagai berikut:
1. Faktor Biologi
a. Fungi (Jamur)
Jamur atau fungi adalah tumbuhan yang tidak berklorophyl. Jamur
mengambil makanan dari makhluk lain sebagai parasit atau mengambil
bahan makanan dari bahan organik mati sebagai saphrophit. Bahan
pustaka yang sudah terkena serangan jamur biasanya warna kertasnya
berubah menjadi kuning karena memang jamur bisa menyebabkan
berubahnya warna kertas, di samping itu jamur bisa menyebabkan kertas
lengket satu dengan yang lain sehingga halaman buku tersebut tidak bisa
dibuka, jika hal ini dipaksa besar kemungkinan kertas tersebut akan
robek sehingga bahan pustaka tersebut menjadi rusak. Jamur juga
memproduksi beberapa macam asam organic, seperti: asam oksalat, asam
fumorik dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi cepat rapuh.19
18 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001)
h.121
19 Muhammadin Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
1998. h.13
19
b. Serangga dan binatang pengerat
Adapun perusak utama bahan pustaka yaitu binatang-binatang yang
hidup pada daerah tropik dan subtropik serta memiliki kombinasi suhu
dan kelembaban yang sangat cocok bagi kehidupannya layaknya rayap,
kecoa, kutu buku, silver fish, dan lain-lain. Tikus merupakan binatang
pengerat yang suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk,
apalagi di tempat gelap.
1) Kecoa
Kecoa merupakan binatang yang sering terdapat di luar atau di dalam
rumah atau perpustakaan. Tempat-tempat ini bagi mereka merupakan
tempat yang memiliki banyak makanan, dan bisa juga dijadikan
sarang oleh mereka. Struktur tubuh kecoa adalah merupakan hal yang
paling membedakan kecoa dengan makhluk serangga lainnya.
2) Rayap
Rayap adalah serangga yang sangat berbahaya terutama dapat
merusak bahan pustaka yang mengandung sellusoa di daerah tropis
maupun subtropis. Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing
lagi. Keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan gerakan
komunitasnya dapat meruntuhkan sebuah bangunan atau gedung.
Serangga ini berukuran kecil struktur tubuhnya lunak serta berwarna
pucat (tidak berwarna putih), tampak seperti semut, dan hidupnya
20
berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang sempurna.20 Tiap
koloni terdiri dari raja, ratu, dan pekerja.
3) Kutu Buku
Kutu buku disebut juga psocids, panjangnya sekitar 1-2 mm dan tidak
berwarna sehingga tidak kelihatan. Hama ini sangat kecil sehingga
disebut juga kutu debu (dust lice), kebanyakan tidak bersayap.
Kepalanya cukup besar dan memiliki rahang bawah yang cukup kuat.
Kutu buku betina dapat bertelur sekitar 20 sampai 100 butir terletak
secara tersebar. Serangga ini sering menyerang buku terutama bagian
punggung buku dan pinggirnya, serta mengikis permukaan kertas
sehingga huruf-hurufnya dapat hilang21. Makanan utama yang paling
disukai oleh kutu buku adalah perekat, glue, dan kertas-kertas yang
ditumbuhi jamur. Biasanya kehadiran kutu buku dapat diketahui dari
telur yang ditinggalkan atau sisa bangkai yang menempel di dekat
jilidan atau bagian pada kertas.
4) Tikus
Hewan ini tidak hanya berbahaya bagi para petani pemilik ladang dan
sawah, tetapi juga bagi rumah dan perpustakaan. Ada berbagai jenis
tikus, tapi tidak semua jenis tikus dikenal sebagai perusak kertas.
Adapun yang dikenal sebagai perusak buku adalah jenis-jenis berikut
ini :
20 Ibid h.6
21Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999. h.38-39
21
a) Tikus rumah, jenis ini terbagi dua, yaitu tikus bertubuh besar dan
tikus bertubuh kecil.
b) Tikus sawah, jenis ini memang hidupnya di sawah tetapi apabila
telah masuk ke dalam rumah atau perpustakaan dapat menimbulkan
bahaya seperti yang diakibatkan oleh tikus rumah.
c) Tikus parit, tikus ini sering hidup di dalam parit-parit atau di dalam
got dan sering membuat sarang di bawah fondasi rumah serta
jarang mendatangkan bahaya langsung terhadap kertas. Binatang
ini biasanya memakan kertas-kertas yang disimpan dalam gudang
dan kadang-kadang kertas disobek-sobek dan dikumpulkan untuk
dijadikan sarang22.
2. Faktor Fisika
Selain faktor biologi, seperti: serangga, jamur, dan binatang pengerat dan
sebagainya, masih ada faktor lain yang tidak kalah hebatnya dalam merusak
bahan pustaka yaitu faktor fisika di antaranya adalah :
a. Debu
Debu termasuk partikel zat yang paling ringan dan mudah diterbangkan
oleh angin dan dapat masuk ke dalam perpustakaan melalui pintu, jendela
atau melalui lubang angin pada tembok. Dalam keadaan lembab, debu
yang melekat pada buku biasanya dapat menyebabkan buku ditumbuhi
jamur sehingga buku cepat rusak dan rapuh. Untuk merawat buku agar
terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dengan cara menjaga
22 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta: Program
Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992. h.24
22
kebersihan yang berarti dalam ruangan penyimpanan harus bebas dari
debu dan kotoran. Suatu program pembersihan yang teratur dan terus-
menerus harus diselenggarakan.23
b. Suhu dan Kelembaban
Bahan pustaka yang berupa kertas sangatlah rawan rusak akibat suhu
yang terlalu tinggi. Indonesia merupakan negara tropis, yang kelembaban
udaranya relatif tinggi pada musim hujan. Kombinasi antara kelembaban
yang tinggi dengan suhu yang tinggi akan menyuburkan pertumbuhan
jamur dan serangga. Jika kelembaban udara terlalu tinggi akan
menyebabkan tinta yang larut dalam air menyebar dan kertas pada buku
akan saling menempel yang akan sulit dilepas pada saat kering.
Sebaliknya jika kelembaban udara terlalu rendah, menyebabkan kertas
menjadi kering, dan sampul yang terbuat dari kulit akan keriput.
Perubahan suhu pada saat kertas mengandung banyak air inilah yang
menyebabkan struktur kertas menjadi.24
c. Cahaya
Didalam perpustakaan cahaya sangat berguna sebagai sumber
penerangan ruangan, terutama untuk pemustaka ketika membaca di
perpustakaan. Namun intensitas cahaya sangat mempengaruhi
mikroorganisme dan radiasi UV, dalam kisaran 3100-4000A merangsang
pembentukan konidia beberapa spesies jamur, misalnya: pada Alternaria,
23 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan
Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990. h.11
24 Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja.
Jakarta: Grasindo, 2007. h.92
23
Aureobasidium, Fusarium.25 Semakin lama kertas terkena cahaya, kertas
tersebut akan kepanasan dan rusak serta berubah warna menjadi kuning
dan rapuh akhirnya rusak. Oleh sebab itu hindarilah sinar ultra violet
(sinar matahari) yang langsung masuk ke dalam perpustakaan guna
menhindari kerusakan buku. Bahan yang terbuat dari selulosa seperti
kertas dapat rusak oleh pengaruh cahaya terutama cahaya matahari.
3. Faktor Kimia
Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas yang
terdiri atas senyawa-senyawa kimia itu akan terurai. Oksidasi pada kertas
yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah
gugusan karbonat dan korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya
warna kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O).
Reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat
selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya, kekuatan kertas
berkurang dan kertas menjadi rapuh. Kandungan asam dalam kertas akan
mempercepat kerusakan kertas karena asam akan mempercepat reaksi
hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada
kertas, karena tinta dibuat dengan mencampurkan asam tanat dan garam
besi, serta ditambah dengan asam sulfat atau asam hidroklorida agar tetesan
dapat melekat dengan baik. Selain itu, sumber keasaman dapat juga berasal
dari udara karena sifat kertas yang mudah menyerap gas-gas seperti ; sulfur
25 Muhammadin Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
1998. h.21
24
dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) karbondioksida (CO2) dan gas-gas
lain seperti ozon.26
4. Faktor Manusia dan Faktor Lainnya
Selain serangga maupun binatang pengerat, penyebab rusaknya bahan
pustaka yang disebabkan oleh faktor fisika dan kima, ada lagi faktor lain
yang tidak kalah hebatnya dalam hal merusak bahan pustaka. Berikut
beberapa di antaranya:
a. Manusia
Manusia sebagai pengguna perpustakaan adalah sahabat dari bahan
pustaka, namun adakalanya manusia dapat menjadi musuh yang setia
bagi bahan pustaka. Kerusakan yang dilakukan oleh manusia terhadap
bahan pustaka yaitu kerusakan yang disengaja maupun tidak disengaja.
Maka manusia dapat pula digolongkan sebagai musuh bahan pustaka dan
arsip. Buku dapat rusak karena pemakaian yang berlebihan atau
kebiasaan buruk sewaktu memakainya.27. Terkadang pengguna
perpustakaan sengaja atau tidak disengaja, membuat lipatan sebagai
tanda batas baca buku, terkadang merobek kertas dan lebih parahnya
mencoret-coret buku tersebut. Namun kerusakan bahan pustaka
cenderung justru disebabkan oleh pustakawan sendiri yang setiap harinya
kontak langsung dengan buku, biasanya pustakawan harus tahu
bagaimana mengambil buku di rak, atau menempatkan buku kembali ke
26 Karmidi Martoatmojo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
h.46
27 Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
h.317
25
rak. Di dalam rak buku tidak boleh diisi terlalu penuh, dan tidak boleh
dipaksakan bila sudah padat cukup 80 persen saja.28 Sehingga tidak dapat
dipungkiri lagi faktor yang sangat dominan dalam merusak bahan
pustaka ialah faktor manusia itu sendiri. Jika para pemustaka meminjam
buku hendaknya disertai dengan tanggung jawab yang tinggi, seperti:
tidak merusak, mencoret, maupun mengotori buku tersebut. Apabila buku
yang dipinjam hilang, maka harus diberikan sanksi yang tegas atau
menggantinya dengan buku yang sama dan sejenis.
b. Bencana Alam
Bencana alam adalah salah satu faktor penyebab rusaknya bahan pustaka.
Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, atau kebakaran dapat
mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah yang
sangat banyak dan terjadi secara seketika. Meskipun bencana alam tidak
terjadi secara periodik, namun hal ini perlu diantisipasi sehingga tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kerusakan yang terjadi akibat
kebanjiran akan menimbulkan noda dan kotoran sehingga jamur dapat
berkembang biak dan berakar di sela-sela serat kertas29. Demikian pula
bahaya api (kebakaran) sangat berbahaya, api dapat merusak bahan
pustaka, bahkan memusnahkannya. Untuk mencegah kerusakan-
kerusakan yang lebih parah lagi perlu adanya suatu tindakan preventif,
seperti :
28 Karmidi Martoatmojo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
h.47
29 Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja.
Jakarta: Grasindo, 2007. h.95
26
1. Kabel listrik harus diperiksa secara berkala, agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan seperti arus pendek dan konsleting.
2. Bahan yang mudah terbakar seperti varnish dan bahan-bahan kimia
yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama.
3. Larangan keras merokok di dalam atau di luar bangunan gedung.
4. Alarm seperti smoke detector harus dipasang di tempat yang strategis
untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran. Dan fungsi alat ini
harus diperiksa secara berkala.
5. Pemakaian peralatan listrik harus hati-hati dan terkontrol.
6. Alat-alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah
dijangkau. Alat pemadam ini harus diganti kembali bila sudah habis
masa berlakunya. Pemadam api yang baik untuk ruangan yang di
dalamnya terdapat benda-benda organik, seperti kertas adalah tipe
pemadam api kering seperti CO2 (karbondioksida).
c. Air
Walaupun kemungkinan kecil bahan pustaka akan terkena air, ada
baiknya mewaspadai bahaya bila kertas terkena air, air dapat
meningkatkan prosentase kelembaban di dalam ruangan perpustakaan,
sehingga buku dan bahan pustaka lainnya dapat menjadi lembab dan
mudah terserang jamur atau hama lainnya. Faktor ini dapat ditimbulkan
berbagai sebab, misalnya: atap genting perpustakaan yang bocor, ataupun
terkena musibah banjir, air buangan pipa pemanasan sentral, alat
pendingin udara, rembesan dinding, jendela terbuka dan sebagainya.
27
d. Api
Api bagi manusia mempunyai dua sifat yaitu menguntungkan dan
merugikan. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari ibu rumah tangga, api
sangat berguna untuk aktifitas memasak. Api dianggap merugikan
apabila adanya kelalaian dalam penggunaannya, salah satu akibatnya
yaitu menimbulkan kebakaran. Dalam dunia perpustakaan, api juga
merupakan bahaya utama. Banyak koleksi bahan pustaka berharga dan
fasilitas perpustakaan yang tidak murah harganya mengalami kerusakan
berat atau bahkan kepunahan dikarenakan kebakaran. Perlindungan
terhadap bahaya ini bisa dicegah dengan dimulai dari desain arsitek dan
perbaikan bahan bangunan. Segi-segi desain seperti ruangan terbuka
yang luas, tangga yang dapat menjadi cerobong penyebaran api perlu
dihindari.30
F. Usaha Pencegahan Kerusakan Koleksi Koran Langka
Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang dilakukan sejak
dini merupakan tindakan yang lebih baik daripada melakukan perbaikan bahan
pustaka yang telah parah keadaannya. Usaha melakukan pencegahan
kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa faktor yang sudah
disebutkan di atas dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
30 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan
Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990. h.14
28
1. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Biologi
Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi biasanya disebabkan oleh
jamur, serangga dan binatang pengerat. Kerusakan tersebut dapat diatasi
dengan dengan cara:
a. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh jamur
Pada umumnya pemustaka tidak begitu mengetahui bahwa jamur
adalah salah satu faktor perusak bahan pustaka. Akan tetapi hal ini
hanya diketahui oleh para pustakawan, terutama yang pernah
mempelajari ilmu pelestarian bahan pustaka. Ada beberapa hal
utama yang perlu diperhatikan dalam usaha pencegahan kehadiran
jamur, yaitu melakukan pemeriksaan dalam kelembaban ruangan
atau tempat penyimpanan bahan pustaka, pemberian obat anti jamur
pada sampul buku, menjaga kebersihan buku dari kotoran, menjaga
bahan pustaka dari kehadiran debu, tidak menggunakan perekat yang
mengandung omlyum untuk menjilid, sebaiknya untuk menjilid
digunakan bahan sistesis seperti polyvinyl acetat dan suhu ruangan
diatur sedemikian rupa sehingga jamur tidak berkembang biak di
dalam buku.31
b. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh serangga
Jenis serangga, seperti: kecoa, kutu buku, dan ikan perak sangat
berbahaya bagi kelestarian bahan pustaka. Jika dibiarkan maka
kerusakan yang fatal akan terjadi bila tidak ditindak lanjuti.
Pemberantasan dan pencegahan yang dilakukan terhadap
31 Lasa, Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta:Pinus Book Publisher, 2007.
h.161
29
kemungkinan rusaknya bahan pustaka karena serangga tersebut
dilakukan melalui penyemprotan dengan menggunakan bahan
insektisidan (bahan pembasmi serangga), penggunaan sistem
pengumpanan, penuangan larutan racun ke dalam lubang, dan
penaburan kapur barus pada rak-rak buku secara berkala.32
c. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh binatang pengerat
Binatang pengerat seperti tikus adalah jenis hewan yang habitatnya
di tempat gelap dan kotor. Usaha pembasmian yang umum dilakukan
ialah memasang perangkap serta meracuninya dengan obat-obat
tertentu, namun cara tersebut belum menjamin. Pencegahan dan
pembasmian tikus dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
berikut: melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap gedung
perpustakaan: kotoran atau sisa-sisa makanan sebaiknya cepat-cepat
dibersihkan agar tidak mengundang datangnya hewan tersebut.
menerapkan sistem emposan yaitu memasang petasan berisi gas
beracun di dalam lubang tikus yang terdapat di sekeliling tempat
penyimpanan bahan pustaka.33
32Suwija, Nyoman, Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada
Perpustakaan Universitas Udayana. Denpasar: Universitas Undaya, 1995. h.33
33 Karmidi Martoatmojo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
h.70
30
2. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Fisika
a. Pengendalian temperatur dan kelembaban
Temperatur dan kelembaban yang ideal bagi bahan pustaka dan arsip
adalah 20-240 C. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kondisi yang
ideal adalah memasang suhu pengatur udara (AC) 24 jam selama 7
hari dalam seminggu. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan masalah,
karena tidak semua perpustakaan dapat memasang AC selama 24 jam,
mengingat biaya operasioanalnya besar. Jika AC dipasang hanya
setengah hari saja, maka kelembaban akan berubah-ubah. Untuk
mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh temperatur dan
kelembaban udara adalah dengan membuat ventilasi yang sempurna.
Jika terjadi kelembaban udara yang tinggi, dapat diturunkan dengan
dehumidifier atau silicagel34. Dehumidifier digunakan untuk
menurunkan kelembaban udara dalam ruangan tertutup sedangkan
silicagel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari atau
filing cabinet.
b. Perbaikan sistem pencahayaan
Ada dua macam cahaya yang digunakan untuk penerangan
perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Dalam
cahaya ini mengandung sinar ultraviolet yang dapat merusak bahan
pustaka. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik yang
34Santoso Outomo. “Kerusakan Karena Faktor Lingkungan dan Cara
Penanggulangannya.” Materi Lokarya Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Dilaksanakan
Tanggal 27-29 Juli 1992. Banjarmasin: Perpustakaan Daerah Kalimantan Selatan, 1992, h. 5.
31
langsung atau pantulan harus dihalangi dengan gorden atau disaring
dengan filter untuk mengurangi radiasi ultraviolet.
3. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Kimia
Sumber keasamaan yang berasal dari dalam kertas antara lain residu
bahan-bahan kimia yang digunakan pada waktu pembuatan kertas serta
tinta sebagai alat tulis ternyata juga mengandung asam, hal ini dapat
menyebabkan kerusakan pada kertas. Oleh karena itu diperlukan upaya
pencegahan dan perbaikan yang telah mengalami kerusakan, seperti
menetralkan asam yang terkandung dalam kertas dengan deasidifikasi
atau memberi bahan penahan buffer35. Cara lainnya yaitu menyimpan dan
menata kertas dan buku dalam lemari kaca atau untuk kertas lembaran
disimpan dalam kotak-kotak karton bebas asam, dan dengan memilih
bahan pustaka yang baik dengan teliti perlu dilihat jelas jenis kertas dan
tulisan.
4. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Manusia dan faktor
Lainnya
a. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh manusia
Kerusakan bahan pustaka tidak hanya dirusak oleh faktor biota, fisika
dan faktor lainnya. Manusia merupakan perusak utama yang sangat
berbahaya dan hal ini tidak disadari oleh pemustaka maupun
35 Eva Maftuhah. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011. h.30-31.
32
pustakawan. Kerusakan yang bisa dihindari, antara lain: hendaknya
dalam mengambil buku di rak harus berhati-hati, memberi peringatan
tegas dilarang membawa makanan serta minuman ke dalam
perpustakaan, dilarang mencoret-coret atau melipat buku secara
sembarangan, memberikan sanksi berupa denda kepada peminjam
yang menyebabkan buku rusak sehingga mendidik para peminjam
buku, serta perlu diadakan pemeriksaan keutuhan bahan pustaka
secara berkala dan hendaknya dipasang peraturan penggunaan buku.36
Beberapa jalan keluar untuk mencegah kerusakan yang disebabkan
oleh faktor manusia, misalnya: memberi saran tentang perbaikan mutu
kertas kepada pabrik kertas, memberi penyuluhan kepada staf
perpustakaan, penyempurnaan teknik penjilidian dan membatasi
penggunaan bahan pustaka yang langka dan bernilai tinggi.
b. Mencegah kerusakan oleh faktor lain
Pada hakikatnya faktor lain seperti bencana alam bukanlah faktor
yang utama yang dapat menyebabkan rusaknya bahan pustaka, namun
perlu diantisipasi terjadinya hal tersebut. Berikut beberapa cara yang
dapat dilakukan: kesiapan menghadapi bencana alam bermula dari
perencanaan yang matang terhadap lokasi perpustakaan, artinya
bahwa gedung perpustakaan tidak didirikan pada tempat yang
berpotensi selalu banjir, lingkungan perumahan yang padat, terhindar
dari jangkauan letusan gunung berapi disamping itu pula hindari
36 Penentuan Skala Prioritas Dalam Pelestarian Bahan Pustaka.” Kongres VII Ikatan
Pustakawan Indonesia dan Seminar Ilmiah Nasional. Tanggal 20-23 November 1995. Jakarta:
Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia, 1995, h. 6.
33
mendirikan perpustakaan yang letaknya dekat dari bibir pantai. Untuk
mencegah terjadinya kebakaran dapat diambil tindakan, seperti:
periksa jaringan kabel listrik terhadap gedung secara berkala, siapkan
alat pemadam kebakaran, dilarang merokok di ruang perpustakaan
serta siapkan sirene dan smoke detector di setiap ruang
perpustakaan.37
G. Usaha Perbaikan Koleksi Koran Langka
Banyak bahan pustaka khususnya koran yang rusak karena usia, pemakaian,
salah urus, pengaruh lingkungan, dimakan serangga, dan lain sebagainya
memerlukan tindakan-tindakan perbaikan. Tugas ini meliputi :
1. Menambal dan Menyambung Kertas
Salah satu upaya untuk memperbaiki bahan pustaka yang rusak yaitu
menambal dan menyambung kertas. Kegiatan ini bermanfaat untuk
mengisi lubang-lubang, dan bagian-bagian yang dihilangkan pada kertas
atau menyatukan kembali kertas yang sudah robek akibat macam-macam
faktor perusak.38 Kerusakan tersebut dapat diperbaiki dengan cara
menambalnya. Ada dua jenis penambalan bahan pustaka diantaranya
yaitu penambalan kertas yang berlubang dan penambalan kertas karena
robek.
37 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
h.78-79
38 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian
Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 50.
34
Kertas berlubang yang disebabkan oleh larva kutu buku, jika
terlalu parah dapat dilakukan dengan menutup lubang-lubang tersebut
dengan bubur kertas. Sedangkan penambalan kertas yang robek dapat
dilakukan dengan cara penambalan menggunakan kertas Jepang (sejenis
kertas untuk laminasi), dan penambalan kertas dengan tisu (heat tissue
paper). Menambal dengan kertas Jepang dilakukan jika ada halaman
buku yang robek, baik robeknya lurus maupun tidak lurus. Sedangkan
menambal dengan kertas tisu (heat tissue paper), apabila kertas yang
diperbaiki mengkilap. Kertas tisu ini tampilannya sudah “nerawang” ada
lemnya dan hanya dapat menempel jika dipanasi.39 Kertas tisu (heat
tissue paper) ini sudah tidak digunakan lagi, karena mengandung
keasaman yang sangat tinggi. Kertas yang umumnya sekarang adalah
kertas tisu washi (dari Jepang) atau kertas buatan tangan (handmade
paper), dari Indonesia daluang yang kini sudah dapat diproduksi dalam
negeri.
2. Fumigasi
Untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan yang disebabkan oleh
jamur dan serangga, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan preventif
dan tindakan pembasmian. Tindakan preventif untuk mencegah serangan
jamur dan serangga adalah pengendalian kondisi lingkungan.
Kelembaban udara yang stabil, sirkulasi udara yang sempurna, cahaya
yang cukup dan sering dilakukan inspeksi, maka jamur dan serangga
tidak akan menyerang bahan pustaka.
39 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
h.53.
35
“Fumigasi adalah suatu upaya melakukan tindakan untuk mencegah kerusakan bahan pustaka dari serangga yang dilakukan
dengan beberapa cara, seperti memberikan obat dengan
menyuntikkannya ke dalam tanah dibawah gedung, atau menaruh
di ruang perpustakaan yang tertutup rapat selama beberapa hari
agar serangga tersebut mati.”40
Fumigasi merupakan tindakan pengasapan yang bertujuan
mecegah, mengobati, dan mensterilkan bahan pustaka. Atau tindakan
yang dilakukan supaya kerusakan lebih lanjut dapat dihindari, selain itu
dapat dapat membunuh serangga, kuman dan sejenisnya yang telah
menyerang dan merusak bahan pustaka, dan mensterilkan keadaan seperti
menghilangkan bau busuk yang timbul dari bahan pustaka, dan
menyegarkan udara yang bias menimbulkan ganggua ataupun penyakit.41
3. Laminasi
Laminasi adalah melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar
bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses keasaman yang terjadi pada
kertas atau bahan pustaka dapat dihentikan oleh pelapis bahan pustaka
yang terdiri dari film oplas, kertas cromtom, atau kertas pelapis lainnya.
Pelapis bahan pustaka ini menahan polusi atau debu yang menempel di
bahan pustaka sehingga tidak beroksidasi dengan polutan. Proses
laminasi biasanya digunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat
diperbaiki dengan cara lain misalnya seperti menambal, menjilid,
menyambung dan sebagainya. Biasanya kertas atau bahan pustaka yang
dilaminasi adalah yang sudah tua dan berwarna kuning cokelat.
40 Sutarno NS. Kamus Perpustakaan dan Informasi (Jakarta: Jala Permata, 2008), h. 50.
41 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian
Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 39.
36
“Laminasi berarti menutup satu lembar kertas atau dokumen diantara dua lembar bahan penguat. Cara tersebut cocok dan tepat
apabila dipergunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat
diperbaiki dengan cara-cara lain seperti menambal, menyambung,
penjilidan, dan sebagainya, dengan demikian kertas menjadi lebih
awet.”42
Untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan yang disebabkan
oleh proses keasaman pada kertas, Setelah kertas dihilangkan atau
dikurangi sifat asamnya, maka untuk memperpanjang umur bahan
pustaka perlu diadakan pelapisan atau laminasi, terutama bahan pustaka
yang lapuk atau robek sehingga menjadi tampak kuat atau utuh kembali.
Oleh karena itu pelaksanaan laminasi adalah cara yang efektif untuk
melindungi bahan pustaka agar lebih awet.
4. Enkapsulasi
Menurut Muhammadin Razak dalam buku Pelestarian Bahan Pustaka dan
Arsip memberi pengertian enkapsulasi bahwa:
“Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas
dengan menggunakan bahan pelindung untuk menghindarkan
dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur,
rusak karena pengaruh asam, polusi udara, berlubang arena
dimakan serangga, kesalahan penyimpanan atau salah dalam
pemakaian seperti menggulung atau melipat atau rusak karena
terlalu sering mengalami kerusakan kecil pada bagian
pinggirnya lebih baik di enkapsulasi, karena untuk menambal
kerusakan itu akan menghabiskan waktu yang terlalu lama.”43
Jenis-jenis kertas yang dienkapsulasi adalah jenis kertas
lembaran seperti naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster. Pada
enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya
diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap bisa
42 Ibid. h.58.
43 Ibid. h.56
37
dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut ditempeli lem dari double
sided tape 3M, sehingga kertas tidak terlepas. Yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan enkapsulasi bahwa dokumen kertas harus bersih,
kering dan bebas asam (sudah di deasidifikasi), dan perekat pada
callotape 3M tidak boleh menyentuh dokumen, dokumen yang di
enkapsulasi harus dapat dibuka kembali jika diperlukan.44
5. Deasidifikasi
Deasidifikasi adalah cara untuk menetralkan asam yang sedang merusak
kertas dan memberi bahan penahan (buffer) untuk melindungi kertas dari
pengaruh asam yang berasal dariluar. Asam pada kertas dapat dinetralkan
dengan basa, kedua zat ini dapat bereaksi menghasilkan garam netral.
Garam ini nanti yang akan bertindak sebagai buffer untuk melindungi
kertas dari kerusakan lebih lanjut. Deasidifikasi tidak dapat memperkuat
kertas yang sudah rapuh oleh pengaruh asam, cara ini hanya dapat
menghilangkan asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari
kontaminasi asam.
Alat-alat yang diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa
suatu bahan, dengan mengukur derajat keasaman yang disingkat pH.
Asam mempunyai pH antara lain 0-7 dan basa antara 7-14, pH 7 adalah
netral atau normal. Jika pH kertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut
bersifat asam, jika pH kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kertas
itu sudah parah.
44 Ahmad Nawawi. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian
Pekerjaan Umum. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010. h. 47
38
Untuk mengetahui tingkat keasaman pada kertas, satu titik pada
kertas dibasahi dengan air suling. Kemudian pH nya diukur dengan pH
meter atau kertas pH.45 Selain itu ada cara lain yaitu dengan
menggunakan spidol pH adalah dengan menggoreskan spidol tersebut
pada kertas di buku, kemudian kiat akan melihat perubahan warnanya.
Selanjutnya kita ukur dengan menggunakan ukuran warna yang
menunjukkan tingkat keasamannya, namun cara ini tentunya kurang baik,
karena akan meninggalkan bekas goresan pada kertas atau buku.46
6. Alih Media
Untuk mengatasi kekurangan ruangan atau tempat di Perpustakaan dan
juga melestarikan informasi dari buku-buku yang sudah hampir rusak
atau berpotensi rusak, maka diperlukan alih bentuk dokumen. Cara
perawatan dengan ahli bentuk yaitu pada buku yang telah rapuh. Dan
kandungan/isi buku itu sangat berharga, namun buku itu hanya ada satu
copy, sedangkan di pasaran sudah tidak mungkin didapatkan seperti
buku-buku langka, Undang-Undang Dasar naskah asli, dan lain-lain yang
bernilai sejarah. Maka menyelamatkannya dapat dengan cara Alih
Media.47
Pelestarian koleksi perpustakaan melalui pengalihan ke dalam
bentuk mikrofilm ataupun CD bertujuan selain untuk penyelamatan,
45 Muhammad Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian
Bahan Pustakan dan Arsip, 1992), h.43.
46 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka. 1999.
h.105
47 Muhammad Djuhro. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2002), h. 16.
39
pengamatan, juga ternyata dapat menghemat tempat, waktu dan tenaga,
menghemat biaya pemeliharaan dan penyebaran, serta mempermudah
pencarian kembali.48 Alih bentuk yang paling terkenal adalah mikrofilm.
Mikrofilm ini merupakan bentuk lain dari bahan tercetak seperti buku,
majalah, atau surat kabar. Bentuk mikro dapat berupa gulungan
mikrofilm, mikrofis, aperture card, ultrafis, dan mikropaque.
7. Penjilidan
Penjilidan adalah menggabungkan lembaran-lembaran kertas yang lepas
menjadi satu, yang dilindungi dengan ban atau sampul.49 Buku
merupakan tumpukan kertas yang berstruktur saling terikat satu sama
lain. Struktur buku terdiri atas : segi, foredge, kertas hujungan, badan
buku, papan jilidan, ikatan timbul, groove, tulang pita kapital dan
sebagainya. Agar srtuktur itu tidak lepas dengan satu sama lainnya, maka
buku perlu dijilid.50
Perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan penjilidan meliputi
pisau, palu, pelubang, gunting, tulang pelipat, penggaris besi, kuas,
gergaji, jarum, benang, pengepres, pemidang jahit, mesin potong dan
sebagainya. Sedangkan bahan untuk jilidannya yaitu kertas, kain linen,
perekat, benang dan kawat jahit.
48 Tjetjep S. Surialaga,dkk. “Pelestarian Koleksi Perpustakaan”, Jurnal Perpustakaan
Pertanian, Vol.II no.2 (2002), h.56.
49 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Program Pelestarian Bahan
Pustakan dan Arsip, 1992), h.39.
50 Sholiatalhanin. “pelestarian (Preservation) Bahan Pustaka di Perpustakaan”.
http://testiani170885.wordpress.com/2009/05/11/pelestarian-preservation-bahan-pustaka-di-
perpustakaan. (Diakses pada tanggal 17 Maret 2015 jam 12.00 WIB).
40
H. Kendala Pelestarian Bahan Pustaka
Semua kegiatan pelestarian bahan pustaka tentunya selalu dihadapkan pada
berbagai macam permasalahan serta kendala yang dihadapi dalam
melakukan pelestarian bahan pustaka. Karena usaha perawatan atau
pelestarian bahan pustaka di Indonesia dilihat masih kurang mendapat
perhatian, maka perlu dilakukan usaha pelestarian tersebut sebaik mungkin,
terlebih lagi dengan kondisi iklim tropis di Indonesia yang tidak
menguntungkan bagi pelestarian bahan pustaka.
Kendala-kendala yang dihadapi perpustakaan dalam kegiatan
pelestarian bahan pustaka diantaranya adalah:
1. Masih kurangnya tenaga pelestarian di Indonesia.
2. Administrator belum memahami konsepsi pelestarian.
3. Praktek pelestarian yang sering salah.
4. Mutu kertas yang masih seadanya.
5. Dana yang terbatas untuk pelestarian bahan pustaka.
6. Masih sedikitnya referensi untuk kegiatan pelestarian bahan pustaka.
7. Kondisi ruang koleksi pada umumnya kurang memadai.
8. Belum adanya kebijakan dalam pelestarian.51
I. Penelitian Terdahulu
Sebelum mengadakan penelitian ini, terlebih dahulu penulis melakukan
tinjauan pustaka untuk melihat dan mencari judul skripsi yang ada di
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora. Penulis menemukan ada satu skripsi yang
membahas tema serupa, yaitu :
“Pelaksanaan Fumigasi pada Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia sebagai upaya pelestarian bahan pustaka”, yang disusun oleh
Zulfachri Tribuana Said / 108025000009 Fakultas Adab dan Humaniora,
51 Blasius Sudarsono. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
h.320.
41
Jurusan Ilmu Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2012. Skripsi tersebut membahas mengenai pelaksanaan
fumigasi yang dilakukan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Tujuan dari skripsi ini adalah Untuk mengetahui kebijakan pelaksanaan
kegiatan fumigasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, untuk
mengetahui teknik pelaksanaan kegiatan fumigasi di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, untuk mengetahui bahan fumigant yang digunakan
dalam pelaksanaan kegiatan fumigasi di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam
kegiatan fumigasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
“Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Departemen
Pekerjaan Umum”, yang disusun oleh Subhana Nurhidayat / 0704130458
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya, Universitas Indonesia, tahun 2008. Skripsi tersebut membahas
mengenai kondisi fisik buku langka di Perpustakaan Perpustakaan
Departemen Pekerjaan Umum, menjelaskan faktor-faktor penyebab dan
jenis kerusakan koleksi buku langka yang ditemui, menjelaskan kendala
serta cara-cara yang dilakukan untuk pelestarian koleksi buku langka di
Perpustakaan Perpustakaan Departemen Pekerjaan Umum.
Penelitian yang berjudul “Pelestarian Koleksi Buku Langka di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia” oleh Eva Maftuhah, tahun 2011
yang bertujuan untuk : Mengetahui kebijakan PNRI dalam hal pelestarian
buku langka, untuk mengetahui usaha-usaha pencegahan yang dilakukan
PNRI agar buku langka tidak cepat mengalami kerusakan, untuk mengetahui
42
kendala-kendala apa saja yang dihadapi PNRI dalam melestarikan buku
langka.
Penelitian ini berjenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pelestarian koleksi
buku langka di PNRI seperti usaha pencegahan dan perbaikan terhadap buku
langka telah berjalan dengan baik. Namun PNRI belum memiliki kebijakan
tertulis tentang pelestarian bahan pustaka. Kendala yang dihadapi yaitu
kurangnya dana atau anggaran, kurangnya sumber daya manusia yang
bekerja langsung memperbaiki buku langka yang rusak, kurangnya
komunikasi antara bidang konservasi dengan bagian penyimpanan buku
langka, serta peralatan yang mudah mengalami kerusakan dan system
computer yang mudah terkena virus.
Perbedaan penelitian yang penulis lakukan adalah penulis tidak
meneliti mengenai pelestarian koleksi buku langka seperti yang di paparkan
diatas. Penelitian yang penulis lakukan lebih mengarah kepada pelestarian
yang difokuskan pada kegiatan pelestarian koran langka ditinjau dari teknis
pelaksaan dan kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelestarian koran
langka. Akan tetapi tempat penelitian yang diteliti sama dengan penulis
yaitu di Perpustakaan Nasional Repunlik Indonesia. Sedangkan metode
penelitian yang digunakan sama yaitu bersifat deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.
Dari pernyataan peneliti-peneliti sebelumnya yang dijelaskan diatas
secara garis besar memiliki persamaan penelitian yang dilakukan penulis
yaitu membahas tentang pelestarian bahan pustaka, teknik pelaksanaan, dan
kendala-kendalanya. Selain itu penelitian tersebut mempunyai kesamaan
43
metode penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Akan tetapi dari
penelitian tersebut memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan penulis yaitu masalah yang diteliti dan lembaga yang diteliti.
Penelitian yang dilakukan oleh Zulfachri Tribuana Said membahas tentang
pelaksanaan fumigasi. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis
adalah fokus membahas tentang pelaksanaan pelestarian koran langka, dan
keduanya memiliki persamaan lembaga yang diteliti yaitu di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Subhana Nurhidayat dilakukan di Perpustakaan Departemen Pekerjaan
Umum. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Eva Maftuhah yang
dilakukan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dalam penelitian
tersebut hampir memiliki kesamaan tema dan tempat penelitian, namun
memiliki perbedaan objek yang diteliti yaitu buku langka, maka dari itu
pada ketiga penelitian tersebut memiliki kesamaan membahas mengenai
metode pelestarian bahan pustaka. Namun penelitian yang akan dilakukan
penulis memiliki perbedaan objek yaitu pelestarian koran langka.
Dari pemaparan hasil diatas secara garis besar hampir memiliki
persamaan. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan penulis yaitu lebih
memfokuskan kepada pelaksanaan pelestarian koran langka yang meliputi
kebijakan, teknik pelaksanaan, dan solusi untuk menghadapi masalah dalam
pelestarian koran langka. Maka dari itu penelitian yang berjudul “Pelestarian
Koran Langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia” bisa
dilaksanakan karena masalah yang di teliti bukan hasil jiplakan dari
penelitian sebelumnya.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif yang
merupakan penelitian bersidat mendeskripsikan dan memberi penjelasan
mengenai keadaan yang terjadi di lapangan seperti apa adanya.52 Metode
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan
perilaku yang diamati.53 Penelitian deskriptif memfokuskan perhatian
kepada pemecahan masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat
penelitian dilaksanakan,54 yaitu pelaksanaan upaya pelestarian koran
langka di Perpustakaan Nasional Indonesia.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ini adalah dengan
mewawancarai seorang informan. Informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
52 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 60.
53 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 3. 54 Tjutju Soendari, “Metode Penelitian Deskriptif”, tulisan diakses pada 28 November
2014 dari file.upi.edu
45
latar penelitian55. Pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan
untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang dan prilaku yang dapat diamati sesuai dengan pendapat. Dengan
pendekatan ini penulis menggambarkan penemuan-penemuan dan
memperoleh pemahaman yang mendalam yang dapat ditarik menjadi
kesimpulan.56 Penentuan informan ditentukan dengan mencari tahu pihak
yang paling memahami objek penelitian. Salah satunya adalah kepala dan
pegawai bagian bidang pelestarian.
B. Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil peneliti tanpa perantara dari sumber
pelakunya57. Data ini diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui
teknik wawancara terhadap para pustakawan yang bekerja di bagian
pelestarian bahan pustaka. Selain itu peneliti juga melakukan observasi
dengan melakukan penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh data-
data yang diperlukan.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumber
pelakunya. Data ini bersumber dari kepustakaan, yang terdiri dari berbagai
literatur dan artikel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
55 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 90. 56 Ibid. h. 3.
57 Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: STIA-LAN, 1999.
46
C. Karakteristik Informan dan Langkah-Langkah Penentuannya
a. Karakteristik Informan
Agar sesuai dengan target penelitian, maka penulis memilih responden
dengan kriteria yang bekerja atau melaksanakan langsung kegiatan di
bidang pelestarian koran langka. Maka dari itu batasan responden dalam
penelitian ini adalah:
1) Ibu Dra.Ayu Wirayati, M. Ikom., beliau selaku kepala subb bidang
Konservasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
2) Pak Cecep Nurjanjanti S.sos, beliau selaku petugas Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia yang melaksanakan kegiatan pelestarian
koran langka di bidang konservasi.
3) Pak Jamiat Wirta, beliau selaku petugas Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia yang melaksanakan kegiatan pelestarian koran
langka di bidang Transformasi digital.
b. Teknik Pengambilan Informan
Jadi dalam penelitian ini penulis menggunakan prosedur pemilihan
responden secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara
pertimbangan tertentu yang dianggap relevan atau dapat mewakili objek
yang akan diteliti.58 Dalam penggunaan purposive sampling ini, peneliti
memilih sampel yang memiliki pengaruh terhadap masalah yang dijadikan
penelitian, karena keterbatasan informasi yang diperlukan.
58 Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h.172
47
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan
penelitian. Data yang dikumpulkan berdasarkan data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara yang diubah dari bentuk rekaman
menjadi tulisan. Untuk data sekunder diperoleh dari penelusuran data dan
informasi dari dokumen atau catatan yang memiliki keterkaitan dengan objek
penelitian.
Alat atau teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah :
a. Kajian Pustaka
Kajian kepustakaan adalah penelitian yang datanya diambil terutama
atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel, laporan dan
sebagainya).59
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian.60
Hal ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh data yang
lengkap dan dapat membantu penelitian ini. Dalam penelitian ini
penulis mengadakan observasi mengenai penyelenggaraan bimbingan
teknis.
b. Wawancara
Wawancara adalah pengambilan data dengan cara menanyakan
serangkaian daftar pertanyaan yang sudah dibuat secara sistematis
59 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA – LAN Press., 1999),
h. 65. 60 Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,
(Jogjakarta: Diva Press, 2010), h.27
48
kepada seseorang informan, caranya dengan bercakap-cakap secara
tatap muka dengan alat bantu tape recorder, camera pocket,dan
peralatan lainnya.
E. Teknik Analisis Data
Data akan dianalisa melalui tiga tahapan yaitu :
1. Reduksi data
Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara dan kajian
pustaka dicatat dengan rinci, mengelompokkan atau memilah–milah dan
memfokuskan pada hal penting dengan demikian data yang didapat bisa
memberikan gambaran yang jelas.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks
bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan
Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif, kemudian
penulis membuatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab
rumusan masalah.
49
F. Jadwal Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis berlangsung sejak Februari 2015
Tabel 1
Jadwal Penelitian
No. Jenis Kegiatan
Tahun 2015
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Penyerahan
Proposal Skripsi
dan Dosen
Pembimbing
2. Pelaksanaan
Bimbingan
Skrispi
3. Pengumpulan
Literatur
Mengenai Skripsi
4. Melakukan
Wawancara
dengan Informan
5. Analisis Data
6. Penyerahan
Laporan Skripsi
7. Sidang Skripsi
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Secara resmi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berdiri di
pertengahan tahun 1980, namun integrasi keseluruhan secara fisik baru
dapat dilakukan pada Januari 1981 sampai dengan tahun 1987.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia masih berlokasi di tiga tempat
terpisah, yaitu Jl. Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jl. Merdeka
Selatan No.11 (Perpustakaan PSP), dan Jl. Imam Bonjol No. 1 (Museum
Naskah Proklamasi). Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
pada saat itu adalah Mastini Hardjoprakoso, MLS.
Dengan selesainya pembangunan dan renovasi sebagian gedung di
Jl. Salemba Raya No. 28 A, pada awal 1987 pimpinan dan staf dari tiga
bidang (kecuali bidang koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru ini
menyatakan semua kegiatan di bawah satu atap yang sebelumnya
terpencar di beberapa tempat di Jakarta. Kemudian pada tahun 1989, status
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berubah menjadi lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND), melalui keputusan Presiden RI No.
11 Tahun 1989. Dengan keputusan Presiden ini, PNRI menjadi lembaga
yang berdiri sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Implikasi dari perubahan status ini, antara lain adalah Perpustakaan
51
Wilayah yang semula di bawah pusat pembinaan Perpustakaan, berubah
menjadi bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sejak saat
itu, pembinaan dan pengembangan kegiatan perpustakaan di daerah-daerah
di seluruh Indonesia merupakan bagian dari tugas dan kewenangannya di
bidang perpustakaan.
Pada tahun 2007 Undang-Undang (UU) No. 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan ditetapkan, yaitu lebih memperkuat status dan
kedudukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia secara hukum. UU
No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan memberi definisi perpustakaan
sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya
rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi, para
pemustaka. Sementara itu, masih menurut UU Perpustakaan menyebut
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai lembaga Pemerintah
Non Departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam
bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan rujukan,
perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian,
dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempunyai peran
ganda sebagai berikut.
c. Sebagai salah satu sarana pelestarian bahan pustaka yang merupakan
hasil budaya bangsa, maksudnya adalah bahan pustaka yang
mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan,
teknologi dan kebudayaan serta dapat dimanfaatkan masyarakat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang
52
pelaksanaan pembangunan nasional sehingga sebagai pusat deposit.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berkewajiban menampung
seluruh hasil karya terutama tentang Indonesia baik yang terbit di
dalam maupun diluar negeri.
d. Untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna perpustakaan
yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sedangkan dalam peran
kedua ini tercakup pengertian peran Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia dalam membina dan mengembangkan semua jenis
perpustakaan di Indonesia.61
2. Lokasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memiliki dua gedung yang
berlainan lokasi. Gedung pertama yang merupakan gedung pusat terletak
di Jalan Salemba Raya 28A Jakarta pusat. Gedung ini digunakan selain
untuk menyimpan berbagai macam bahan pustaka, juga digunakan sebagai
tempat Sekertariat Utama dan Deputi Bidang Pengembangan Bahan
Pustaka dan Jasa Informasi. Pelayanan Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia menggunakan sistem layanan tertutup (close acces). Informasi-
informasi yang dibutuhkan mengenai Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia dapat ditanyakan melalui telepon di nomor 021-3922669,
3922749, 3922855, 3923116 (operator).
61 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
53
Gedung kedua terletak di Jalan Merdeka Selatan No.11 Jakarta
Pusat. Gedung ini merupakan tempat Deputi Bidang Sumber Daya
Manusia. Perpustakaan ini mengadopsi sistem layanan terbuka (open
access), Yaitu anggota Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dapat
meminjam buku, tetapi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Untuk
Informasi-informasi yang dibutuhkan mengenai Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia khususnya yang berada di Jalan Merdeka Selatan
No.11 Jakarta Pusat atau pemustaka yang ingin memperpanjang masa
peminjaman bahan pustaka, dapat melalui pesawat telepon di nomor 021-
3448813, 3448812, 3455611, atau faksimili 3448812, 34833314 ext. 236.
3. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia menetapkan visi dan misi. Visi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia yaitu:
Terdepan dalam informasi pustaka, menuju Indonesia gemar
membaca.
Sedangkan misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu :
1. Mengembangkan koleksi Perpustakaan di seluruh Indonesia.
2. Mengembangkan layanan informasi Perpustakaan berbasis teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), dan
54
3. Mengembangkan infrastruktur melalui penyediaan sarana dan
prasarana serta kompetensi SDM.62
4. Tugas, Fungsi dan Peran Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugasnya, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
menyelenggarakan fungsinya yaitu:
1. Mengkoordinasikan kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
2. Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional di bidang perpustakaan.
3. Melancarkan dan membina terhadap kegiatan instansi pemerintah di
bidang perpustakaan;
4. Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan
rumah tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsinya Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia memiliki kewenangan, antara lain:
1. Menyusun rencana nasional secara makro di bidang perpustakaan.
2. Merumuskan kebijakan di bidang perpustakaan untuk mendukung
pembangunan secara makro.
3. Menetapkan sistem informasi di bidang perpustakaan.
Kewenangan lain yang telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu:
1. Merumuskan dan pelaksanaan di bidang perpustakaan.
2. Merumuskan pelaksanaan kebijakan pelestarian pustaka budaya bangsa
dalam mewujudkan koleksi deposit nasional dan pemanfaatannya.63
62 Perpustakaan Nasional RI, Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan
Perpustakaan (BP) dan Naskah Kuno, 2014. h. 3.
63 Tugas, Fungsi dan Wewenang diakses pada tanggal 12 Agustus 2015 ukul 00.51 dari
http://kelembagaan.perpusnas.go.id/beranda/tugas_fungsi_wewenang/.
55
5. Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Jenis koleksi bahan pustaka yang dilayankan oleh Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia antara lain:
1) Koleksi Buku (Monograf)
Koleksi buku mempunyai pelayanan bahan pustaka dan referensi
(rujukan) kepada pemustaka, baik untuk anggota maupun pengunjung
perpustakaan biasa (non anggota). Koleksi buku atau monograf
mencakup terbitan tahun 1556 sampai yang paling mutakhir, yaitu
terdiri atas buku-buku teks, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan buku
rujukan.
Koleksi buku (monograf) di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam koleksi
monograf terdiri dari:
a. Koleksi buku tentang Presiden Soekarno, yaitu mencakup biografi,
antobiografi dan kumpulan pidato.
b. Koleksi buku langka. Pada awalnya merupakan koleksi
perpustakaan Museum Nasional. Buku-buku ini mencakup terbitan
zaman kolonial sejak tahun 1556-1985
c. Koleksi varia (lembaran) berupa ilustrasi yang terdapat pada
lembaran-lembaran lepas yang terkumpul dalam portepel dan kotak
karton, terdiri dari: surat kabar, gambar, peta, piagam, lukisan, asli
dan naskah.
d. Koleksi terlarang yaitu, bahan pustaka yang memuat
paham/ideologi yang dilarang pada zaman pemerintahan Orde Baru,
seperti komunisme.
56
e. Koleksi deposit tahun 1924-1989, terdiri atas terbitan Indonesia
pada masa itu.
2) Koleksi Surat Kabar
Koleksi surat kabar terjilid Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,
terdiri atas terbitan masa kolonial Belanda, zaman pendudukan Jepang,
masa awal kemerdekaan, periode 1950-an sampai dengan terbitan tiga
tahun lalu. Tersedia lebih dari 1000 judul koleksi surat kabar terjilid,
terbitan dalam dan luar negeri dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah,
bahasa asing seperti Bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Arab, Cina, dan
Jepang. Selain terbitan Lembaga Kantor Berita Nasional Antara (LKBN
Antara), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia juga memiliki surat
kabar tua terbitan tahun 1812 yang merupakan koleksi unggulan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
3) Koleksi Majalah
Meliputi terbitan sebelum perang dunia II, zaman pendudukan Jepang,
periode kemerdekaan sampai yang diterbitkan tiga tahun terakhir.
Majalah tertua Perpustakaan Nasional Republik Indonesia terbit tahun
1731, majalah luar negeri tahun 1779, dan majalah dalam negeri
berbahasa Indonesia tahun 1903.
4) Koleksi Kliping
Koleksi kliping ini mencakup kumpulan guntingan berita dan artikel
berbagai surat kabar khususnya terbitan tiga tahun terakhir tentang
berbagai subjek.
57
5) Koleksi Peta
Koleksi peta yang tersedia terbitan dari tahun 1609 sampai dengan
sekarang. Peta Batavia merupakan koleksi tertua yang diterbitkan tahun
1669. Jenis koleksi peta yang tersedia meliputi peta topografi, geologi,
kemampuan tanah, pertambangan, pertanian, dan sejarah. Media yang
digunakan berupa kain, kertas, dan plastik.
6) Koleksi lukisan
Untuk koleksi lukisan sebagaian besar merupakan reproduksi lukisan
arkeologi Indonesia seperti candi, patung, keris, dan sebagainya.
Reproduksi lukisan tersebut merupakan hadiah dari The British Library
kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun 1995
yang aslinya masih disimpan di sana. Koleksi lukisan unggulan lainnya
adalah karya pelukis berkebangsaan Belanda di masa kolonial yang
bernama Johannes Rach.
7) Koleksi Audio Visual
Koleksi audio visual disebut juga koleksi pandang dengar, yang terdiri
atas mikrofilm, mikrofis, foto, video, dan kaset yang berisi tentang film
dokumenter seni serta berbagai koleksi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia dalam format mikrofilm, mikrofis, maupun digital.
8) Koleksi Manuskrip/Naskah Nusantara
Koleksi yang tersedia sebagian besar diantaranya hasil pengumpulan
kolektor seperti Pigeaud, Brandes, Cohen, Von de Wall, Van der Tuuk
dan Artati Soedirjo, serta Gusdur. Jumlah koleksi naskah sekitar ±
10000 judul. Koleksi ini berusia ± 100 tahun, dan yang sudah dialih
media ke bentuk mikrofilm sekitar ± 80 % dari jumlah koleksi. Dan
58
yang dialih media dalam bentuk layanan digital baru sekitar 300-an
judul naskah.64
6. Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempunyai tugas pokok
membantu Presiden dalam penyelenggaraan pengembangan dan
pembinaan Perpustakaan dalam rangka pelestarian bahan pustaka sebagai
hasil budaya dan pelayanan informasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kebudayaan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia dilengkapi unit kerja, diantaranya Pusat Deposit dan Konservasi
yang dalam perkembangannya melalui keputusan Kepala Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia No.3 tahun 2001 tentang organisasi dan tata
kerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dibawah Deputi Bidang
Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi. Pusat Preservasi berdiri
sendiri, kedudukannya sebagai eselon dua sejajar dengan Direktorat
Deposit dan dua pusat lainnya yaitu Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
serta Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka.
Pusat Preservasi yang ada di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia terletak di gedung blok E yang terdiri dari 8 (delapan) lantai
64 Hasil wawancara dengan informan yaitu Ibu Dra.Made Ayu Wirayati M. Ikom pada
tanggal 4 Juli 2015.
59
yang dimana setiap lantai memiliki peran yang berbeda disetiap masing-
masing lantai di gedung preservasi.
Tabel 2
Peran masing-masing setiap lantai pada gedung preservasi (Gedung E)
Lantai Peran di setiap lantai Alat-alat yang digunakan untuk
kegiatan preservasi
1 Resepsionis gedung preservasi -
2 Ruang Kepala Preservasi dan
Jajarannya
-
3 Bagian Perawatan dan Perbaikan
Bahan Pustaka
Live casting, Sing, Distilator,
Rak pengering, Lemari asam,
Sepreyer
4 Bagian Penjilidan Mesin potong semi otomatis,
Mesin potong manual, Alat
potong board, Mesin potong
otomatis besar, Mesin potong
kertas lembaran, Alat potong
linen 2 roll, Mesin bor, Alat
press buku atau koran, Jarum
jahit, Pisau potong, Gunting,
Tulang pelipat, Penggaris, Kuas,
Palu, Gergaji buku, Pusut
60
5 Bagian Digital Kamera digital, Lensa,
Polarising filter, Remote
control, Triger flash, Battery
kamera, Lampu studio, Light
stand, Payung, Tripod, Laptop,
Software kit, Kaca bening,
Cleaning kit, Spyder calibrator,
Charger, Kabel USB, Compact
flash, Kabel roll
6 Bagian Mikrofilm Kamera digital, Lensa,
Polarising filter, Remote
control, Triger flash, Battery
kamera, Lampu studio, Light
stand, Developer dan Fixer
(bahan kimia)
7 Bagian Reproduksi (Foto) Kamera digital, Lensa,
Polarising filter, Remote
control, Triger flash, Battery
kamera, Lampu studio, Light
stand, Payung, Tripod, Laptop,
Software kit, Kaca bening,
Cleaning kit, Spyder calibrator,
Charger, Kabel USB, Compact
flash
61
8 Bagian Deposit -
7. Tugas dan Fungsi Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
Adapun hal yang terkait dengan Undang-undang No.43 Tahun 2007 Bab 1
pasal satu tentang tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, menyebutkan bahwa Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia merupakan badan yang ditunjuk untuk melaksanakan pelestarian
semua karya cetak dan dan karya rekam baik yang diterbitkan di Indonesia
ataupun luar negeri.
a. Tugas
Tugas pokok Pusat Preservasi Bahan Pustaka adalah melestarikan
bentuk fisik dan informasi yang terkandung dalam bahan pustaka
koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
b. Fungsi
Pusat Preservasi sebagai pelaksana teknis bidang preservasi bahan
Perpustakaan. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
berkewajiban melaksanakan pelestarian fisik dan kandungan informasi
bahan pustaka. Namun karena Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia berfungsi pula sebagai pembina dan pusat rujukkan masalah
preservasi yang terkait. Untuk melaksanakan tugas tersebut pusat
preservasi melaksanakan fungsi sebagai berikut:
1) Pelestarian fisik melalui pemeliharaan, perawatan, restorasi dan
penjilidan bahan pustaka.
62
2) Pelestarian kandungan informasi bahan pustaka melalui alih media
mikrografi dan fotografi.
3) Pelestarian kandungan informasi bahan pustaka melalui alih media
digital ke media yang baru.
8. Struktur Organisasi Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
Berikut Struktur Organisasi Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia Berdasarkan Keputusan Presiden No. 103
tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi kewenangan, susunan
organisasi. Dan tata kerja lembaga Non Departemen dan SK kepala
Perpusnas No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan tata kerja
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia:
63
Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia
Pusat Preservasi Bahan Pustaka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia memiliki tiga bidang yang bernaung dibawahnya, diantaranya yaitu
Bidang Transformasi Digital, Bidang Reprografi, dan Bidang Konservasi. Dari
tiga bidang tersebut memiliki peran sebagai berikut :
a. Bidang Transformasi Digital
Bidang Transformasi digital sudah ada sejak tahun 1990an, kepala Bidang
Transformasi digital pada saat ini adalah Teguh Purwanto, M.Si. Bidang
Transformasi Digital melakukan kegiatan alih media digital melalui alih
Pusat Presevasi Bahan Pustaka
Dra. Sri Sumekar, M.Ikom
Bidang Transformasi
Digital
Teguh Purwanto, M.Si
Bidang Reprografi
Rismini, SH
Subbid
Mikrofilm
M. Kodir, S.sos
Subbid
Reproduksi
Pristiawati, S.E
Bidang Konservasi
Ir. Mulatsih Susilorini,
MM
Subbid Perawatan dan
Perbaikan bahan Pustaka
Dra. Made Ayu Wirayati,
M.Ikom
Subbid Teknis Penjilidan Bahan Pustaka
Agus Suyono, S.Sos
64
media digital ke media baru sebagai upaya penyelamatan kandungan isi
informasi yang terdapat pada bahan perpustakaan, sehingga isinya dapat
dimanfaatkan untuk jangka waktu panjang hingga sekitar 500 tahun lamanya.
b. Bidang Reprografi
Bidang Reprografi mempunyai peran yang hampir sama dengan bidang
transformasi digital yaitu mengalih mediakan bahan pustaka ke bentuk digital,
akan tetapi Bidang Reprografi bertugas melaksanakan pelestarian kandungan
informasi bahan pustaka melalui alih media mikrografi dan fotografi. Pada
bidang reprografi sekarang ini dipimpin oleh Ibu Rismini, SH. Bidang
Reprografi memiliki dua sub bidang yang bernaung di bawahnya, antara lain:
1) Sub Bidang Mikrofilm
Sub Bidang Mikrofilm mempunyai tugas melakukan alih media bahan
pustaka langka khususnya koean langka ke dalam bentuk mikro beserta
pemeliharaan, perawatan, dan penyimpanan master film negatif bentuk
mikronya. Pada Sub Bidang Mikrofilm sekarang ini dipimpin oleh M.
Kodir, S.sos.
2) Sub Bidang Reproduksi
Sub Bidang Reproduksi mempunyai tugas melakukan reproduksi foto,
naskah kuno, lukisan dan peta serta pemeliharaan dan penyimpanan
master film negatif dan foto reproduksinya. Pada Sub Bidang reprografi
sekarang ini dipimpin oleh Pristiawati, S.E.
c. Bidang Konservasi
Bidang Konservasi mempunyai tugas melaksanakan pelestarian fisik melalui
pemeliharaan, perawatan, perbaikan, restorasi, dan penjilidan bahan pustaka.
65
Bidang Konservasi dipimpin oleh Ir. Mulatsih Susilorini, MM. Bidang
Konservasi memiliki dua sub bidang yang bernaung dibawahnya, antara lain:
1) Sub Bidang Perawatan Dan Perbaikan Bahan Pustaka
Sub Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka mempunyai tugas
melakukan berbagai penelitian dan pelaksanaan teknis konservasi
dalam perawatan, perbaikan dan pengawetan bahan pustaka. Di bagian
Sub Bidang Teknis Penjilidan Bahan Pustaka dipimpin oleh Dra. Made
Ayu Wirayati, M.Ikom.
2) Sub Bidang Teknis Penjilidan Bahan Pustaka
Sub Bidang penjilidan bahan pustaka mempunyai tugas melakukan
penjilidan bahan pustaka dalam melaksanakan pelestarian bahan
pustaka. Bagian Sub Bidang Teknis Penjilidan Bahan Pustaka
dipimpin oleh Agus Suyono, S.Sos.65
9. Gambaran Singkat Ruang Koleksi Surat Kabar dan Koran Langka di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Ruang koleksi surat kabar dan koran langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia terletak di lantai 8 gedung E dengan panjang ± 15 m
dan lebar 20 m. Fasilitas yang dimiliki meliputi :
1) Komputer berjumlah 6 unit
2) Printer 1 unit
3) TV 1 unit
4) Mesin Fotocopy 1 unit
5) Mesin Scanning 1 unit
6) 5 buah meja berukuran besar
7) 27 kursi
65Struktur dan Organisasi Perpustakaan Nasional RI diakses pada tanggal 12 Agustus
2015 pukul 00.51 dari http://kelembagaan.perpusnas.go.id/beranda/jajaran_unit_kerja/
66
10. Bagian Ruangan Koleksi Surat Kabar dan Koran Langka di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Ruang koleksi surat kabar dan koran langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia menggunakan sistem temu kembali tertutup, dimana
setiap pengunjung apabila ingin mencari koran langka yang diinginkan
langsung menghubungi petugas yang menjaganya lalu kemudian petugas
tersebut akan mengambil koleksi yang diinginkan. Adapun halnya
spesifikasi koran langka yang dicari para pengunjung yaitu sebagai
berikut:
1) Jenis Koran Langka / Nama Koran Langka
2) Tahun yang ingin dicari
3) Isi dari koran langka / kejadian
Pengelompokkan koran langka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia berdasarkan nama-nama koran langka. Koran langka yang
namanya sama dijadikan satu dalam satu rak sehingga pencarian untuk
petugas menjadi lebih mudah.
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis memaparkan hasil observasi dan wawancara di lapangan
terhadap pelaksanaan kegiatan pelestarian koran langka di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia Jakarta yang mencakup tentang kebijakan
pelestarian koran langka, teknis kegiatan pelestarian koran langka, dan
hambatan yang dihadapi ketika melaksanakan kegiatan pelestarian koran
langka.
67
Penelitian ini diawali penulis dengan mengadakan observasi terlebih
dahulu ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tanggal 15 Juni
sampai 4 Juli 2015. Adapun hal-hal yang diamati penulis yaitu tentang
kebijakan dan teknis kegiatan pelestarian koran langka. Kemudian data
diperoleh dengan teknik wawancara kepada pihak-pihak yang terkait subjek
pokok studi. Waktu wawancara dilaksanakan mulai tanggal 4 Juli 2015, yang
kemudian hasilnya diproses dan disajikan dalam bab ini.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dan observasi di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia selama kurang lebih satu Bulan.
Wawancara dilakukan kepada 3 (tiga) orang Informan yang memberikan
informasi mengenai pelaksanaan kegiatan pelestarian koran langka di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Berikut biodata singkat profil
informan yang diteliti :
1.) Nama : Dra.Made Ayu Wirayati, M.Ikom
Jabatan : Kepala Sub Bidang Perawatan dan Perbaikan
Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
2.) Nama : Cecep Nurjanjati, S.Sos
Jabatan : Staff pada Sub Bidang Perawatan dan Perbaikan
Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
3.) Nama : Jamiat Wirta
Jabatan : Staff pada Sub Bidang Reprografi dan Perbaikan
Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
68
1. Kebijakan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No.43 Tahun 2007 Bab
1, pasal 1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan badan
yang ditunjuk untuk melaksanakan pelestarian semua karya cetak dan dan
karya rekam. Untuk itu pelaksanaan pelestarian koran langka merupakan
salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
Dari hasil wawancara dengan informan, dapat diketahui bahwa
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan
tertulis mengenai pelestarian koran langka. Salah satu kendala yang sering
dialami dalam proses pembuatan kebijakan tertulis adalah sering adanya
pergantian antara pejabat Eselon II, sehingga perumusan kebijakan tertulis
tidak selesai pada waktunya. Dalam salah satu draft yang dibuat pada
periode 2014 dapat diketahui bahwa Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia mempunyai tugas dan kewajiban diantaranya :
1) Perpustakaan Nasional mempunyai tugas menyimpan dan
melestarikan semua karya cetak dan karya rekam yang
dihasilkan di wilayah Republik Indonesia.
2) Berkewajiban menjamin ketersediaan keragaman koleksi
Perpustakaan Nasional melalui alih media (transmedia).
3) Berkewajiban memberikan penghargaan kepada setiap orang
yang menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah kuno.
4) Mempunyai kewenangan untuk mengalihmediakan naskah
kuno yang dimiliki oleh masyarakat untuk dilestarikan dan
didayagunakan.
5) Mempunyai tugas tanggung jawab dalam pelaksanaan
pembinaan secara nasional tentang pelestarian bahan pustaka
dan naskah kuno nusantara melalui advokasi, pelatihan
tenaga, penyuluhan, penyusunan berbagai kebijakan,
pedoman, dan standar tentang pelestarian bahan pustaka.
6) Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam promosi dan
kampanye public tentang pentingnya pelestarian bahan
69
pustaka dan naskah kuno nusantara melalui program nasional dan program internasional.
7) Melaksanakan semua aktifitas pelestarian fisik dan kandungan
informasi bahan pustaka dan naskah kuno melalui kegiatan
konservasi dan alih media semua koleksi Perpustakaan
Nasional.
8) Melaksanakan bantuan pelestarian bahan pustaka dan naskah
kuno milik lembaga perpustakaan lain, dan lembaga
masyarakat, melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah,
dan Perpustakaan Provinsi, disesuaikan dengan skala prioritas
dan ketersediaan anggaran. Kriteria lembaga perpustakaan
atau lembaga masyarakat yang akan dibantu dalam
pelestariannya, berdasarkan atas masukan dari Museum,
Pemerintah Daerah, Keraton, Kurator atau dari Yayasan
Manassa.
9) Perpustakaan Nasional mengembalikan naskah kuno yang
telah dikonservasi kepada pemiliknya beserta copy hasil alih
media dalam bentuk digital. Master film dan master digital
akan disimpan di Pusat Preservasi Bahan Pustaka.
10) Bertanggungjawab dalam penetapan kebijakan pelestarian
koleksi nasional.
11) Bertugas melaksanakan pelestarian karya cetak dan karya
rekam terkait koleksi nasional.
12) Melakukan koordinasi pelestarian tingkat nasional, regional,
dan internasional.66
Dalam hal ini Made Ayu Wirayati menyatakan bahwa :
“sampai saat ini belum ada kebijakan tertulis mengenai kegiatan
pelestarian koran langka, hal itu terkendala karena sering adanya
pergantian antara pejabat Eselon II yang pada saat proses
membuat kebijakan, otomatis pejabat yang baru ini memulai dari
awal dan mempelajari ulang tentang kebijakan. akan tetapi PNRI
menggunakan beberapa pedoman seperti mengadopsi tentang
prinsip-prinsip pelestarian bahan pustaka oleh IFLA, dan yang
termuat dalam UU No. 4 tahun 1990, dan untuk tanggung
jawabnya yaitu UU No. 43 tahun 2007 dan Undang-undang
tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam”.
66 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi
Pelestarian Bahan Perpustakaan (BP) dan Naskah Kuno, 2014. h.24.
70
Beberapa prinsip dari IFLA yang telah diadopsi oleh Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, diantaranya :
1) Semua aspek usaha untuk melestarikan bahan-bahan, cara-
cara untuk pengelelolaan, keuangan, sumberdaya manusia
pelaksananya, metode, dan teknik-teknik penyimpanan bahan-
bahan pustaka.
2) Semua kebijakan dan kegiatan yang bersangkutan dengan
pengawetan atau konservasi, yaitu cara-cara khusus untuk
melindungi bahan-bahan pustaka demi kelestarian bahan-
bahan pustaka tersebut.
3) Semua langkah untuk mempertimbangkan dan melaksanakan
pemugaran atau restorasi, yaitu cara-cara yang digunakan
untuk memperbaiki bahan-bahan pustaka yang rusak.67
Sedangkan kebijakan pelestarian yang tercantum dalam UU No.43
tahun 2007 pada Bab 1, pasal 1 yaitu:
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis,
karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan
sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka.68
2. Teknis Pelaksanaan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan, teknis pelaksanaan
pelestarian koran langka yang dilakukan di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia dijelaskan sebagai berikut :
a. Menambal dan Menyambung Kertas
Upaya yang dilakukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
untuk memperbaiki koran langka yang robek dan berlubang yaitu
menambal dan menyambung kertas. Kegiatan ini bermanfaat untuk
67 Gardjito. Preservation and Conservation of library materials in tropical countries with
particular reference to the National Library of Indonesia. 1991. h.91.
68 Undang-Undang No.43 tahun 2007 bab 1 pasal 1
71
mengisi lubang-lubang, dan bagian-bagian yang dihilangkan pada
kertas atau menyatukan kembali kertas yang sudah robek akibat
macam-macam faktor perusak. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki
dengan cara menambalnya. Ada dua jenis penambalan bahan pustaka
yaitu, penambalan kertas yang berlubang dan penambalan kertas
karena robek. berikut hasil wawancara dengan Cecep Nurjanjati:
“kegiatan menambal dan menyambung kertas yang dilakukan
bidang konservasi adalah dengan cara menutup bagian surat
kabar yang berlubang atau yang terpisah satu sama lain pada
bagian lipatan dengan tisu Jepang. Menambal dilakukan
untuk merekatkan bagian robek.”
Kertas berlubang yang disebabkan oleh larva kutu buku, jika
terlalu parah dapat dilakukan dengan menutup lubang-lubang tersebut
dengan bubur kertas. Sedangkan penambalan kertas yang robek dapat
dilakukan dengan cara penambalan menggunakan kertas Jepang
(dengan ketebalan 27 gr) dengan CMC (carboxyl methyl cellulose)
sebagai perekat. Menambal dengan kertas Jepang dilakukan jika ada
halaman koran langka yang robek, baik robeknya lurus maupun tidak
lurus.
Berikut tahap untuk melaksanakan menyambung koran langka :
1) Petugas bagian pelestarian mengecek data koran langka yang
rusak ke bagian pelayanan koleksi koran langka.
2) Petugas menyortir sesuai tingkat kerusakan
3) Untuk menambal dan menyambung diutamakan bagi koran
langka yang mengalami kerusakan dengan sobekan dan
berlubang pada kertasnya.
Langkah kerja :
1) Siapkan Kertas yang akan disambung
2) Siapkan Tissue Jepang
3) Siapkan Lem CMC (Carboxy Methyl Cellulose)
4) Perhatikan tumpang tindih sobekan kertas
72
5) Ukur tissue Jepang berdasarkan panjang sobekan. 6) Tempelkan atau letakkan tissue Jepang diatas sepanjang
sobekan, kemudian oleskan lem di atasnya secara bolak balik.
Lem harus merata dan tidak tebal.
7) Tunggu hingga kering.
Adapun bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan menambal koran
langka :
1) Kertas yang akan dilakukan penambalan
2) Kipas angin
3) Bubur kertas
4) Air
5) Mesin perendam
6) frame
Langkah kerja :
1) Letakkan kertas di atas Frame
2) Siapkan bubur kertas
3) Letakkan kertas beserta frame di mesin perendam yang sudah
berisi air, kemudian rendam.
4) Saat perendaman berlangsung, sesuaikan kemudian tuangkan
bubur kertas kedalam rendaman kertas hingga larut.
5) Ketika rendaman sudah larut dengan bubur kertas, kemudian
angkat kertas dan keringkan dengan menggunakan kipas
angin.69
b. Fumigasi
Banyak cara atau metode dalam hal pelestarian koran langka salah
satunya dengan metode fumigasi, hal ini harus disesuaikan dengan
tersedianya bahan fumigant, faktor ruangan, anggaran yang tersedia
serta situasi dan kondisi yang perlu diperhatikan. Fumigasi koran
langka dapat dilakukan di dalam ruangan perpustakaan atau juga bisa
disebut parsial, sedangkan fumigasi yang dilakukan di ruangan yang
69 Hasil wawancara dengan informan yaitu Pak Cecep Nurjanjanti S.Sos pada tanggal 4
Juli 2015.
73
sengaja dibangun atau ruangan khusus untuk melakukan kegiatan
fumigasi disebut frontal.
Pada umumnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
melakukan fumigasi terhadap ruangan penyimpanan koleksi untuk
mencegah kehadiran berbagai macam serangga dan binatang pengerat.
Adapun metode yang digunakan Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan fumigasi yaitu dengan cara
parsial. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada
Informan Cecep Nurjanjati mengatakan bahwa:
“Di dalam melakukan kegiatan fumigasi koran langka,
diketahui ada 2 cara yang digunakan, yaitu cara frontal dan
cara parsial. Sebaiknya tindakan yang diambil untuk
melakukan kegiatan fumigasi yaitu frontal, yang dimaksud
frontal ialah menyiapkan ruangan khusus yang sudah
disiapkan sedemikian rupa untuk pelaksanaan fumigasi, guna
menghindari kejadian-kejadian tak terduga yang
membahayakan keselamatan pekerja maupun orang-orang
yang ada disekitarnya. Sedangkan yang dimaksud cara parsial
ialah kegiatan fumigasi yang dilakukan tanpa memerlukan
ruangan khusus, dalam artian ruangan yang digunakan ialah
ruangan perpustakaan untuk menyimpan koleksi bahan
pustaka. Biasanya PNRI dalam melakukan kegiatan fumigasi
koran langka menggunakan cara parsial.”
Pembasmian hama biotik seperti serangga dan kapang (jamur)
yang dilakukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu
menempuh cara parsial. Sedangkan untuk bahan kimia yang
digunakan dalam kegiatan fumigasi memakai bahan Alumunium
Fosfor (phostoxin/phospin).70
70 Hasil wawancara dengan informan yaitu Pak Cecep Nurjanjanti S.Sos pada tanggal 4
Juli 2015.
74
langkah-langkah dan persiapan serta pelaksanaan yang
dilakukan para fumigator (pekerja) untuk pelaksanaan kegiatan
fumigasi sebagai berikut :
Pertama, Langkah Persiapan Fumigasi:
1) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan: lembar plastik, lakban,
wadah bahan fumigant, blower, dan gunting.
2) Menyiapkan kelengkapan peralatan keselamatan kerja, seperti
masker, baju kerja, kacamata pelindung, sarung tangan dan lain
sebagainya. Akan tetapi perpustakaan hanya menyediakan
masker, sarung tangan dan lampu halida. Selebihnya pihak
PNRI tidak menyediakannya.
3) Bahan fumigant yang disiapkan yaitu Alumunium Fosfor
(phostoxin/phospine) di mana pemberian bahan kimia ini sesuai
dengan volume ruangan, rak buku, serta bahan pustaka yang
akan di fumigasi.
4) Melakukan pemeriksaan setiap sudut ruang perpustakaan atau
gedung yang akan difumigasikan apakah dekat dengan ruang
kerja atau tidak. Kalau dianggap dekat dengan tempat kerja,
maka fentiliasi udara yang ada harus ditutup rapat dengan
bantuan lembar plastik dan direkatkan dengan lakban agar gas
fumigant tidak ke luar dari ruangan.
Kedua, Langkah Pelaksanaan Fumigasi :
1) Penyemprotan lantai dilakukan di sekitar rak dan pojok ruangan
menggunakan baygon atau jenis pembasmi serangga lainnya. Hal
tersebut dimaksudkan untuk membunuh serangga yang
kemungkinan tidak terkena gas fumigant.
2) Setiap fentilasi udara yang ada di ruangan ditutup dengan lembar
plastik lalu direkatkan dengan lakban. Tidak lupa mengecek
setiap sirkulasi udara disekitar ruangan, usahakan semua fentilasi
tertutup agar gas tidak ke luar dari ruangan yang sedang
difumigasikan.
3) Siapkan bahan fumigant sesuai dengan keperluan dan kondisi
luas ruangan, serta meletakkan bahan fumigant di beberapa
tempat di bawah rak buku agar gas dapat menyebar ke semua
bagian terutama celah-celah buku. Tablet/kamper diletakan
tidak bertumpukan untuk mempermudah penyebaran gas ke
seluruh ruangan.
4) Pelaksanaan kegiatan waktu fumigasi diutamakan pada hari libur,
yang proses waktunya dibiarkan selama 3 x 24 jam, agar gas
menyebar ke seluruh ruangan, sehingga fumigasi berjalan secara
maksimal. Selama proses fumigasi berlangsung diusahakan tidak
ada seorangpun yang mendekat ke ruangan yang sedang di
fumigasikan.
75
5) Setelah pelaksanannya selesai lebih kurang selama 3 (tiga) hari, pintu serta jendala dan fentilasi udara dibuka lebar-lebar, lalu
lembar plastik dilepas untuk menghilangkan gas yang masih
tertinggal. Selain itu menggunakan bantuan kipas angin atau
blower untuk mempercepat proses penetralisasian udara agar
semua sisa gas menghilang dari ruangan.
6) Periksa kandungan gas dalam ruang yang telah difumigasikan
dengan lampu halida, hal ini berguna untuk mengetahui apakah
masih adanya gas yang tersisa di dalam ruangan.
7) Yang terakhir sisa-sisa bahan fumigant yang masih ada berupa
tablet/kamper harus segera dibuang ke tempat yang terbuka atau
dikubur di dalam tanah. Yang penting diperhatikan, bahwa tidak
boleh membuangnya ke tempat sampah karena dapat
membahayakan orang lain.71
c. Enkapsulasi
Kegiatan Enkapsulasi adalah cara yang dilakukan Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia untuk menjaga fisik koran langka tetap
awet dan terjaga. Karena dengan cara enkapsulasi dapat melindungi
koran langka dari kerusakan dan serangan hewan pengerat. Pada
enkapsulasi setiap lembar kertas diapit plastik bebas asam dengan cara
menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi
tulisannya tetap bisa dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut
ditempeli lem dari double sided tape 3M, sehingga kertas tidak
terlepas. Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi
bahwa dokumen kertas harus bersih, kering dan bebas asam (sudah di
deasidifikasi), dan perekat pada callotape 3M tidak boleh menyentuh
dokumen, dokumen yang di enkapsulasi harus dapat dibuka kembali
jika diperlukan. Proses ini sangat tepat untuk melestarikan dokumen
dalam bentuk lembaran seperti koran langka yang membutuhkan
71 Hasil wawancara dengan informan yaitu Pak Cecep Nurjanjanti S.Sos pada tanggal 4
Juli 2015.
76
perlindungan khusus agar aman pada saat disimpan atau dalam kondisi
yang rapuh. Bahan yang digunakan adalah polyethlylene terephytalate
(mylar D) dan direkatkan dengan menggunakan pemanas atau
menggunakan double side tape yang bebas asam contohnya merk
3M.72
Bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan enkapsulasi :
1) Koran langka yang akan di enkapsulasi
2) Double sided tape 3M
3) Plastik polyster dari Jepang yang khusus digunakan sebagai
pelapis atau pelindung kertas. Plastik ini bersifat bebas asam ,
jai ketika dienkapsulasi tinta dokumen tidak akan menempel
pada plastik.
4) Cutter
5) Penggaris
Langkah pelaksanaan enkapsulasi :
1) Potong dua lembar Plastik polyster dengan dengan masing-
masing panjang dan lebar sekitar 3 cm dari ukuran kertas yang
akan dienkpsulasi.
2) Letakkan kertas yang akan dienkapsulasi diantara dua plastik
tadi. Ratakan dan samakan.
3) Letakkan pemberat di atasnya agar posisi plastik tidak
berpindah.
6) Beri Double sided tape 3M pada setiap sisi plastik polyster
mengelilingi kertas dengan jejak 2 mm.
4) Beri celah antara Double sided tape 3M pada satu sisi dengan
sisi yang lain.
5) Ratakan antara plastik dan kertas.
6) Buka Double sided tape 3M dengan membuka ujungnya
terlebih dahulu. Saat proses pembukaan Double sided tape 3M,
pemberat tetap pada tempatnya.
7) Setelah Double sided tape 3M pada satu sisi dibuka, tempelkan
dengan rapi.
8) Begitu hingga seluruh Double sided tape 3M terlepas dan
menempel.
72 Hasil wawancara dengan informan yaitu Pak Cecep Nurjanjanti S.Sos pada tanggal 4
Juli 2015.
77
9) Potong plastik sejajar dengan Double sided tape 3M menggunakan cutter.73
d. Penjilidan
Untuk koran langka yang jilidannya rusak, dilakukan tahap penjilidan
ulang yang rusak. Penjilidan efektif untuk menguatkan kertas koran
langka, karena sifat kertas koran langka yang rapuh, maka dari itu
perlu dilakukan penjilidan. Kurang lebih ada sekitar 500 bundel koran
langka (1 bundel sama dengan 1 judul dan 1 jilid koran langka) setiap
Tahun Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan
penjilidan. Penjilidan adalah menggabungkan lembaran-lembaran
kertas yang lepas menjadi satu, yang dilindungi dengan ban atau
sampul.
Tujuan utama penjilidan adalah untuk melestarikan bahan
pustaka khususnya koran langka agar tetap utuh dan terhindar dari
kerusakan fisik guna menunjang fungsi Perpustakaan dalam
melaksanakan layanan Perpustakaan.
Tahap-tahap untuk melakukan Penjilidan:
1) Bagian Layanan Perpustakaan melakukan seleksi koran langka
yang perlu dilakukan pelestarian dengan penjilian, selanjutnya
membuat kartu catatan penjilidan dan kemudian dikirim ke Bagian
Konservasi.
2) Bagian Konservasi menyortir koran langka yang mengecek
kerusakan dan di lakukan penjilidan.
3) Jika perawatan pada koran langka sudah dilakukan, maka akan
dikirim ke bagian penjilidan.
73 Hasil wawancara dengan informan yaitu Pak Cecep Nurjanjanti S.Sos pada tanggal 4
Juli 2015.
78
4) Jika ada lembaran yang hilang atau tidak lengkap maka koran langka dikembalikan ke bagian Pelayanan.
5) Dan jika sudah selesai dilakukan perawatan dan penjilidan, maka
koran langka akan dikirim ke bagian Layanan untuk dilayankan.74
e. Alih Media
Koran langka adalah bahan pustaka yang cukup sulit dalam
pelestariannya. Hal ini disebabkan koran langka terbuat dari kertas
yang cepat rusak dan relatif berusia tua. Untuk mengatasi hal tersebut
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan pelestarian
koran langka selain melakukan perbaikan juga melakukan alih media.
Pernyataan ini diperkuat hasil wawancara dengan salah satu informan
yaitu Jamiat Wirta:
“di Perpustakaan Nasional, surat kabar itu sudah pasti wajib
dialih mediakan, karena sifat bahan pustakanya tidak ada lagi,
kalau tidak dilestarikan atau dialih mediakan informasinya
akan ikut hilang. Maka dari itu wajib dilestarikan dalam bentuk
alih media atau pun dalam bentuk konservasi.”
Alih media di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
meliputi dua metode, yaitu dalam bentuk digital dan bentuk mikro.
1) Digitalisasi
Koleksi yang dialih mediakan hanya untuk koran langka yang
sifatnya membutuhkan penanganan segera, seperti kerusakan
secara fisik. Program alih media itu sendiri sudah dilakukan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sejak Tahun 1990an,
dalam hal ini bidang transformasi digital melakukan kegiatan alih
media untuk menyelamatkan isi kandungan informasi dalam bahan
74 Hasil wawancara dengan informan yaitu Pak Cecep Nurjanjanti S.Sos pada tanggal 4
Juli 2015.
79
pustaka tersebut agar lebih awet dan bisa dimanfaatkan. Berikut
prosedur kebijakan bahan pustaka yang perlu dialih mediakan
bidang transformasi digital:
a) Koran yang sudah langka, koleksi naskah nusantara, buku
langka, peta kuno, gambar, foto bersejarah, majalah, dengan
pertimbangan koleksi yang butuh penanganan baik dari segi
kondisi fisiknya yag sudah tua dan mengalami kerusakan.
b) Koleksi dengan permintaan yang tinggi atau paling banyak
dicari.
c) Tema yang paling menjadi prioritas adalah sejarah
terbentuknya zaman kolonial dan kemerdekaan.75
Untuk Pendigitalisasian pada koran langka, target program alih
media koran langka yang dilakukan Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia dalam setahun sekitar 750 Roll. Dalam satu roll dapat
memuat dua bundel atau dalam segi ekspos dapat memuat sampai 600
ekspos atau 1200 halaman. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan informan yaitu Pak Jamiat Wirta:
“Pada Bidang Preservasi memiliki target jauh lebih sedikit
dengan Bidang Alih Media yang memiliki target 750 Roll atau
sekitar ratusan ribu halaman koran langka. Sementara di
bagian Preservasi memiliki target dalam setahun sekitar 5000
halaman.”
75 Hasil wawancara dari salah satu informan yaitu Pak Jamiat Wirta pada Tanggal 4 Juli
2015
80
Peralatan yang mendukung untuk proses kegiatan alih media di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia antara lain:
a) Peralatan komputer dengan kualifikasi tingkatan multimedia.
b) Scanner A0 yang berfungsi untuk menscan yang sifatnya lembaran
seperti peta dan koran langka.
c) Scanner A4 digunakan untuk untuk buku yang berkarakter tebal
ataupun tipis.
d) Flatbath atau A3 yang berfungsi untuk menscan tabloid-tabloid
mingguan.
e) Scanner book drive yang berfungsi untuk menscan buku-buku
tebal, serta mesin konversi mikrofilm ke dalam format digital.
f) Kamera digital.
g) Tape Recorder.
h) Handycam dan video recorder.
i) dan Software pendukung alih media digital.
Untuk alur proses Alih Media Digital adalah sebagai berikut:
1. Survey kondisi di Bagian Layanan, memilih koran langka mana
yang paling banyak dicari atau dimanfaatkan pemustaka. jika data
sudah didapatkan, setelah itu membuat daftar bibliografi dari koran
langka tersebut. Hal tersebut dilakukan supaya koleksi-koleksi
yang telah dialih mediakan dapat ditelusuri kembali data-data
bibliografisnya, dan data-data itulah akan disimpan didalam
pangkalan data sebagai arsip bidang transformasi digital.
2. Melakukan pengecekan kondisi fisik bahan pustaka, apabila bahan
pustaka tersebut tingkat kerusakannya sudah tinggi, maka terlebih
81
dahulu ditangani oleh bidang konservasi, setelah adanya
penanganan di Bidang Konservasi, maka barulah bahan Pustaka
tersebut dialih mediakan.
3. Proses pengambilan objek yang akan dialih mediakan ke format
digital. Objek-objek yang akan dialih mediakan tidak hanya pada
objek tersetak maupun tiga dimensi, tetapi bisa objek audio visual,
proses pengambilan objek tersebut dengan melalui:
a. Proses Scanning
Proses pemindahan dari bahan pustaka tercetak dialih
mediakan menjadi format digital. Standarisasi dari dalam
proses pemindahan adalah dokumen elektronik tersebut harus
memiliki informasi yang sama dengan dokumen aslinya.
Resolusi yang direkomendasikan untuk dokumen elektronik
tersebut adalah minimum 300 dpi (9dot per inch) dan disimpan
dalam bentuk elektronik dalam format tertentu (TIFF, GIF,
JPEG, dan lain-lain dalam bentuk file gambar, dan Doc, html,
rtf, txt untuk file dokumen).
b. Proses Editing
Tahap berikutnya dari pengambilan gambar adalah proses
editing. Proses editing itu sendiri merupakan proses pengeditan
dokumen yang sudah dialih mediakan. Hal ini juga tergantung
jenis dari dokumennya, diantaranya adalah:
1) Proses Editing File Image : software yang digunakan adalah
adobe photoshop, atau program-program pengolah gambar
lainnya. Proses pengeditan hanyalah mengoreksi dokumen-
82
dokumen yang telah dialih mediakan tanpa merubah wujud
aslinya.
2) Proses Editing Citra Bergerak : prosesnya sama seperti
proses editing. Yaitu tanpa merubah isi atau dari aslinya.
Namun yang membedakan adalah penggunaan softwarenya
yaitu menggunakan adobe premiere.
3) Proses Editing File Suara (Audio) : proses tersebut akan
diproses dalam software cool edit.76
2) Mikrofilm
Pelestarian koleksi koran langka juga dilakukan alih media
kedalam bentuk mikro, CD-ROM, foto dan fotokopi. Teknik alih
media dalam bentuk ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan teknik lainnya. Kelebihan tersebut dapat dilihat dari faktor
ketahanan yang lebih lama hingga 500 tahun, menghemat tempat
penyimpanan, mudah digandakan, waktu dan tenaga, menghemat
biaya pemeliharaan dan penyebaran, serta mempermudah
pencarian kembali.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses alih media bahan
pustaka ke dalam bentuk mikro antara lain:
a) Survey kondisi di Bagian Layanan, memilih koran langka mana
yang paling banyak dicari atau dimanfaatkan pemustaka. jika
data sudah didapatkan, setelah itu membuat daftar bibliografi
dari koran langka tersebut. Hal tersebut dilakukan supaya
76 Hasil wawancara dari salah satu informan yaitu Pak Jamiat Wirta pada Tanggal 4 Juli
2015
83
koleksi-koleksi yang telah dialih mediakan dapat ditelusuri
kembali data-data bibliografisnya, dan data-data itulah akan
disimpan didalam pangkalan data sebagai arsip bidang
transformasi digital.
b) Pemotretan: cara kerja di tahap ini sama dengan pemotretan
biasa, memasukan memory kedalam kamera, mengatur cahaya
yang diperlukan, menyesuaikan letak bahan pustaka yang akan
di foto, menyesuaikan fokus kamera. Itu semua dilakukan
untuk menghasilkan hasil yang maksimal.
c) Processing: untuk memproses film (jika memakai kamera film)
digunakan bahan kimia seperti halnya memproses film pada
fotografi, yaitu developer dan fixer. Developer berfungsi untuk
menampakkan tulisan atau gambar pada film, sedangkan fixer
berfungsi untuk menstabilkan tulisan atau gambar tersebut
sehingga tidak lagi bereaksi apabila film tersebut terkena
cahaya. Sebaiknya kegiatan tersebut dilakukan dikamar gelap
demi hasil yang maksimal. Dalam melakukan processing ini
petugas dituntut harus professional.
d) Penduplikasian: dengan menggunakan duplikator untuk
membuat duplikat master negative menjadi copy negative dan
mikrofilm positif untuk layanan. Pembuatan duplikasi ini
penting untuk mencegah kerusakan master negative bila
digunakan.
84
e) Pemeriksaan Hasil atau Kontrol Kualitas : tahap ini diperlukan
untuk mengetahui apakah hasil pemotretan, processing dan
penduplikasian sudah memenuhi standar yang ditetapkan.77
3. Kendala-Kendala yang dihadapi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia dalam Pelestarian Koran Langka.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis dalam
melaksanakan kegiatan pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, tentunya menghadapi kendala dan hambatan. Selain
tidak adanya kebijakan secara tertulis mengenai kegiatan pelestarian
khususnya pelestarian koran langka, kurangnya sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dan kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang
mengakibatkan kegiatan pelestarian koran langka belum maksimal.
Pernyataan ini diperkuat hasil wawancara dengan informan yaitu
Made Ayu Wirayati :
“dari segi kebijakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
belum memiliki kebijakan tertulis dan masih berupa draft,
sedangkan dari segi SDM yang kurang, yakni dari latar belakang
yang berbeda dan pelatihan masih mengandalkan petugas senior,
selanjutnya bahan yang masih sebagian impor dari luar dan
harganya mahal yang tidak sebanding dengan koran yang sekian
ratus ribu jumlahnya. dengan anggarannya yang sedikit, Jadi
kemungkinan untuk melestarikannya sangat sedikit.”
kendala-kendala yang dihadapi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia adalah sebagai berikut:
77 Hasil wawancara dari salah satu informan yaitu Pak Jamiat Wirta pada Tanggal 4 Juli
2015.
85
1) Belum adanya kebijakan tertulis sebagai pedoman untuk pelestarian khususnya koran langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
2) Minimnya anggaran untuk kegiatan pelestarian koran langka,
namun kegiatan ini membutuhkan anggaran yang cukup
besar, Oleh karena itu pihak Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia harus mampu menyeimbangkan anggaran dengan
kegiatan ini dengan sebaik-baiknya.
3) Pasokan peralatan khususnya tissue Jepang yang sulit
didapatkan mengakibatkan lambatnya pelestarian koran
langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
4) Sumber daya manusia (SDM) yang kurang memadai dalam
bertugas melakukan kegiatan pelestarian koran langka di
Bidang Konservasi.
5) Tidak ada pelatihan atau penyuluhan berkala untuk
melakukan kegiatan pelestarian koran langka. Hal ini
menyebabkan kurangnya pengetahuan petugas dalam
melakukan kegiatan pelestarian koran langka.78
C. Pembahasan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan lembaga Perpustakaan
tingkat satu (Nasional) yang termasuk ke dalam kelompok perpustakaan
umum. Menurut Panduan Penyelenggaran Perpustakaan Umum yang
dikeluarkan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tahun 1992 tujuan
umum dari perpustakaan umum adalah membina dan mengembangkan
kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan
seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat yang berada
dalam jangkauan layanannya, sehingga terkembang daya kreasi dan
inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga
78 Hasil wawancara dengan informan yaitu Ibu Dra.Made Ayu Wirayati M. Ikom pada
tanggal 4 Juli 2015.
86
masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional.79
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai perpustakaan acuan bagi
seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia yang menurut Undang-undang
Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, bahwa Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah non-departemen yang
melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi
sebagai perpustakaan pembina, rujukan, deposit, penelitian, pelestarian, dan
pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di Ibukota Negara.
1. Kebijakan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia
Mengingat Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah lembaga
yang menaungi atau menjadi acuan bagi seluruh Perpustakaan di Indonesia
seperti yang disebutkan dalam Undang-undang No. 4 tahun 1990
menyebutkan dengan jelas bahwa Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia merupakan badan yang ditunjuk untuk melaksanakan pelestarian
semua karya cetak dan rekam yang diterbitkan di Indonesia atau di luar
negeri tentang Indonesia.
Dalam hal pelestarian bahan pustaka khususnya koran langka di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan
secara tertulis. Akan tetapi pihak Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia telah menggunakan acuan sebagai kebijakan pelestarian yaitu
UU No.43 tahun 2007 tercantum pada Bab 1, pasal 1.
79 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Panduan Penyelenggaran Perpustakaan
Umum, (Jakarta: PNRI, 1992), h. 6-7.
87
Jadi sampai saat ini belum ada kebijakan tertulis mengenai
pelaksanaan pelestarian koran langka, hal itu terkendala karena sering
adanya pergantian antara pejabat Eselon II yang pada saat proses membuat
kebijakan, otomatis pejabat yang baru ini memulai dari awal dan
mempelajari ulang tentang kebijakan. Akan tetapi Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia menggunakan beberapa pedoman seperti mengadopsi
tentang prinsip-prinsip pelestarian bahan pustaka oleh IFLA.
Akan tetapi bukan berarti Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia tidak harus mengeluarkan kebijakan tertulis mengenai
pelestarian khususnya pelestarian koran langka. itu semua belum tentu
sesuai dengan kondisi realita di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, mengingat Indonesia adalah daerah tropis yang berbeda dengan
prinsip-prinsip pedoman IFLA yang dikeluarkan oleh Eropa. Karena
sebuah lembaga harus memiliki kebijakan tertulis dalam suatu
kegiatannya, apalagi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah
sebuah lembaga yang menjadi pusat rujukan perpustakaan tingkat
nasional.
2. Teknis Pelaksanaan Pelestarian Koran Langka Di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
dalam melestarikan koran langka meliputi cara menambal dan
menyambung kertas, fumigasi, enkapsulasi, penjilidan, dan alih media.
Kegiatan yang dilakukan bidang konservasi meliputi kegiatan
perbaikan koran langka seperti proses menambal dan menyambung kertas,
88
fumigasi, enkapsulasi, dan penjilidan. Koran langka yang sudah diperbaiki
di bagian konservasi dikembalikan ke bagian penyimpanan Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia untuk dilayankan kembali agar dapat
digunakan oleh para pemustaka. Sedangkan bidang transformasi digital
melakukan kegiatan alih media dalam bentuk CD, dan bidang reprografi
melakukan pelestarian koran langka dalam bentuk mikro dan foto.
a) Menambal dan Menyambung Kertas
Salah satu upaya yang dilakukan bidang konservasi di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia untuk memperbaiki koran langka yang
rusak yaitu menambal dan menyambung kertas. Kegiatan ini
bermanfaat untuk mengisi lubang-lubang, dan bagian-bagian yang
dihilangkan pada kertas atau menyatukan kembali kertas yang sudah
robek akibat macam-macam faktor perusak. Sedangkan untuk kegiatan
menyambung koran langka yang sudah rusak dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan menggunakan mesin dan manual. Hasil yang
diperoleh dengan cara mesin lebih banyak dibandingkan dengan cara
manual yang lebih sedikit, karena dengan cara manual diperlukan
ketelitian bagi yang mengerjakannya.
Jadi upaya menambal dan menyambung kertas tersebut sudah
sesuai untuk melestarikan koran langka agar tidak cepat rusak. Maka
dari itu menambal dan menyambung kertas adalah salah satu metode
yang efektif untuk memperbaiki dan melestarikan koran langka.
b) Fumigasi
Upaya yang melestarikan koran langka yang dilakukan Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia juga meliputi Fumigasi. Fumigasi koran
89
langka dapat dilakukan di dalam ruangan perpustakaan atau juga bisa
disebut parsial, sedangkan fumigasi yang dilakukan di ruangan yang
sengaja dibangun atau ruangan khusus untuk melakukan kegiatan
fumigasi disebut frontal.
Namun Pada umumnya Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia melakukan fumigasi terhadap ruangan penyimpanan koleksi
untuk mencegah kehadiran berbagai macam serangga dan binatang
pengerat. Adapun metode yang digunakan Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan fumigasi yaitu dengan
cara parsial. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori tentang pedoman
teknis fumigasi, Banyak cara atau metode dalam hal pelestarian
khususnya pada fumigasi, hal ini harus disesuaikan dengan tersedianya
bahan fumigant, faktor ruangan, anggaran yang tersedia serta situasi
dan kondisi yang perlu diperhatikan.80 Namun dalam menyiapkan
peralatan keselamatan kerja pihak Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia kurang peduli, atau katakanlah kurang maksimal terhadap
masalah yang satu ini. “untuk perlatan keselamatan kerja sebaiknya
yang harus diperlukan adalah pakaian kerja (overall), sarung tangan,
sepatu boot, tutup kepala, kaca mata pelindung (goggle), masker gas
(respirator), lampu halida, sapu, pengki, dan terakhir bahan fumigant
yang akan digunakan. Tidak lupa kami juga menyiapkan kotak P3K,
alat pemadam kebakaran, tabung oksigen dan lain-lain untuk berjaga-
jaga bila ada kejadian tidak terduga yang dapat membahayakan pekerja
80 Muhammadin Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
1998. h. 85.
90
maupun orang-orang di sekitarnya, misal tentang keracunan atau
terluka pada saat bekerja. Tetapi peralatan tersebut tidak semua dapat
disiapkan dikarenakan keterbatasan anggaran yang dimiliki. Akan
tetapi kami mempunyai inisiatif untuk membawa sendiri perlatan kerja
yang dibutuhkan untuk kegiatan fumigasi.”81
c) Enkapsulasi
Kegiatan Enkapsulasi adalah cara yang dilakukan Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia untuk menjaga fisik koran langka tetap
awet dan terjaga. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit plastik
bebas asam dengan cara menempatkannya diantara dua lembar plastik
yang transparan, jadi tulisannya tetap bisa dibaca dari luar. Pinggiran
plastik tersebut ditempeli lem dari double sided tape 3M, sehingga
kertas tidak terlepas.
Hal tersebut sudah sesuai dengan definisi tentang pelestarian
bahan pustaka dan arsip “Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi
kertas dengan menggunakan bahan pelindung untuk menghindarkan
dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, rusak
karena pengaruh asam, polusi udara, berlubang arena dimakan
serangga, kesalahan penyimpanan atau salah dalam pemakaian seperti
menggulung atau melipat atau rusak karena terlalu sering mengalami
kerusakan kecil pada bagian pinggirnya lebih baik di enkapsulasi,
81 Hasil wawancara dengan informan yaitu Pak Cecep Nurjanjanti S.Sos pada tanggal 4
Juli 2015.
91
karena untuk menambal kerusakan itu akan menghabiskan waktu yang
terlalu lama.”82
d) Penjilidan
Untuk koran langka yang telah mengalami kerusakan, perlu segera
dilakukan penjilidan ulang, agar nilai informasi yang ada didalamnya
tidak hilang, sehingga koran langka yang telah diperbaiki dengan
penjilidan ulang tersebut dapat dimanfaatkan kembali oleh pengguna
perpustakaan.
Proses Penjilidan yang dilakukan di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia sudah sesuai dengan definisi pelestarian bahan
pustaka. proses merupakan pekerjaan menghimpun atau
menggabungkan lembaran-lembaran yang lepas menjadi satu, yang
dilindungi ban atau sampul.83
e) Alih Media
Koran langka adalah bahan pustaka yang cukup sulit dalam
pelestariannya. Hal ini disebabkan koran langka terbuat dari kertas
yang cepat rusak dan relatif berusia tua. Untuk mengatasi hal tersebut
bidang Transformasi Digital di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia melakukan Alih Media. “di Perpustakaan Nasional, surat
kabar itu sudah pasti wajib dialih mediakan, karena sifat bahan
pustakanya tidak ada lagi, kalau tidak dilestarikan atau dialih mediakan
82Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta: Program
Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992. h.56
83 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999. h. 123.
92
informasinya akan ikut hilang. Maka dari itu wajib dilestarikan dalam
bentuk alih media atau pun dalam bentuk konservasi.”84
Hal ini sudah sesuai dengan definisi pedoman pembuatan e-
book dan standar alih media yaitu alih media digital ini merupakan
salah satu upaya penyelamatan isi atau informasi yang dikandung
bahan perpustakaan tersebut tanpa menghilangkan atau merubah
bentuk aslinya.85
3. Solusi Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala-Kendala dalam
Pelaksanaan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
Di dalam melaksanakan kegiatan pelestarian koran langka di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, tentunya menghadapi kendala dan
hambatan. Selain tidak adanya kebijakan secara tertulis mengenai
pelaksanaan pelestarian koran langka, kurangnya tersedianya sarana dan
prasarana yang diperlukan serta kurangnya sumber daya manusia (SDM)
yang memadai mengakibatkan pelaksanaan kegiatan pelestarian koran
langka belum maksimal dan efektif. Seperti dalam pernyataan :
“ya kalau kendala, yang pertama ialah PNRI belum memiliki
kebjakan tertulis mengenai kegiatan pelestarian koran langka,
Lalu yang ke dua untuk masalah anggaran yang disediakan oleh
pihak PNRI untuk kegiatan pelestarian koran langka belum
mencukupi. Dan untuk masalah SDM, terkadang setiap kegiatan
ingin dilangsungkan ada saja yang tidak hadir, entah itu sakit, izin
atau ada keperluan lain. Sehingga kami tidak mempunyai
84 Hasil wawancara dari salah satu informan yaitu Pak Jamiat Wirta pada Tanggal 4 Juli
2015.
85 Tuty Hendrawati. Pedoman Pembuatan E-Book Dan Standar Alih Media. Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI, 2014. h. 10.
93
penggantinya lagi pula kami mengakui bahwa kompisisi SDM yang ada saat ini berasal dari latar belakang yang berbeda. Kendala
yang terakhir yaitu tidak adanya pelatihan secara khusus dalam
hal kegiatan pelestarian koran langka. Biasanya kami hanya
belajar dari senior-senior kami saja tentang tata cara fumigasi
yang benar. Seharusnya diperlukan suatu pelatihan secara
mendalam dalam hal pengembangan potensi SDM khususnya
dalam kegiatan pelestarian koran langka untuk meningkatkan
keahlian serta profesionalitas masing-masing pekerja”.86
Jadi dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia menghadapi kendala-kendala dalam usahanya melestarikan
koran langka yang mengakibatkan kegiatan pelestarian koran langka
belum maksimal. Maka solusi yang didapat untuk mengatasi kendala-
kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelestarian koran di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia langka sebagai berikut :
a) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia seharusnya memiliki atau
sudah membuat kebijakan mengenai pelestarian bahan pustaka
khususnya pada koran langka agar dapat lebih terarah dan berjalan
secara efektif.
b) Mengingat pelestarian bahan pustaka membutuhkan anggaran yang
cukup besar, maka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia harus
lebih mempedulikan anggaran yang dikeluarkan untuk pelestarian
bahan pustaka agar kegiatan tersebut dapat berjalan secara optimal.
c) Menjalin kerjasama dengan banyak perusahaan yang memproduksi
Tissue Jepang agar pasokannya tidak terhambat.
d) Perlu mengadakan peremajaan alat-alat yang sudah tidak layak atau
sering rusak agar dapat berjalan dengan optimal.
e) Perlunya penambahan sumber daya manusia (SDM) yang lebih
mengerti dalam melaksanakan tugas pelestarian bahan pustaka.
f) Bekerjasama dengan pihak luar, misalnya mendatangkan konsultan
ahli untuk mengadakan pelatihan.
g) Para petugas khususnya bidang preservasi sebaiknya mengikuti
seminar, pelatihan, dan diklat untuk masalah pelestarian khususnya
koran langka agar memiliki bekal, pemahaman dan mempunyai
keahlian yang baik.87
86 Hasil wawancara dengan informan yaitu Pak Cecep Nurjanjanti S.Sos pada tanggal 4
Juli 2015.
87 Hasil wawancara dengan informan yaitu Ibu Dra.Made Ayu Wirayati M. Ikom pada
tanggal 4 Juli 2015.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian, penjelasan, dan analisis penelitian diatas mengenai
kegiatan pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. Penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil penjelasan bab
sebelumnya, diantaranya adalah:
1. Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa pelaksanaan
pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
dilaksanakan melalui kebijakan tidak tertulis, sedangkan untuk kebijakan
tertulisnya masih berupa draft umum untuk pelestarian naskah kuno.
Kebijakan Pelestarian koran langka secara tidak tertulis di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia meliputi : Menambal dan menyambung,
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memprioritaskan koran langka
yang robek dan berlubang dilestarikan dengan cara menambal dan
menyambung kertas. Fumigasi, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
melakukan fumigasi terhadap ruangan penyimpanan koleksi untuk
mencegah kehadiran berbagai macam serangga dan binatang pengerat.
Enkapsulasi, Kegiatan ini merupakan cara yang dilakukan Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia untuk menjaga fisik koran langka tetap awet
dan terjaga. Penjilidan, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
melakukan penjilidan Untuk koran langka yang jilidannya rusak,
dilakukan tahap penjilidan ulang yang rusak. Penjilidan efektif untuk
menguatkan kertas koran langka, karena sifat kertas koran langka yang
95
rapuh. Alih media, Koran langka di Perpustakaan Nasional wajib dialih
mediakan, karena sifat bahan pustakanya sangat terbatas, jika tidak
dilestarikan atau dialih mediakan informasinya akan ikut hilang.
2. Hasil penelitian ini juga mendapatkan pengetahuan tentang teknis
pelestarian koran langka yang dilaksanakan Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia meliputi : Menambal dan menyambung, Kegiatan ini
dilakukan mengisi lubang-lubang, dan bagian-bagian yang hilang pada
kertas atau menyatukan kembali kertas yang sudah robek akibat macam-
macam faktor perusak. Fumigasi, di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia melakukan fumigasi tanpa memperlukan ruangan khusus, dalam
artian ruangan yang digunakan ialah ruangan perpustakaan untuk menyimpan
koleksi koran langka. Enkapsulasi, Pada kegiatan ini setiap lembar kertas
diapit plastik bebas asam dengan cara menempatkannya diantara dua
lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap bisa dibaca dari luar.
Penjilidan, Untuk koleksi koran langka yang jilidannya rusak,
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan tahap penjilidan
ulang terhadap surat kabar yang telah rusak dengan membuatkan sampul
pada koran langka. Alih media, pada tahap ini koran langka dialih
mediakan ke bentuk format mikrofilm dan CD-ROM dengan proses
pengambilan objek, melakukan foto, dan proses scanning.
3. Kendala yang dihadapi dalam pelestarian koran langka, seperti kurangnya
pasokan Tissue Jepang untuk menambal dan menyambung, kurangnya
anggaran untuk kegiatan pelestarian, kurangnya sumber daya manusia dan
pelatihan untuk bertugas melestarikan dalam bidang preservasi. Maka dari
itu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia harus lebih mempedulikan
96
anggaran yang dikeluarkan untuk pelestarian bahan pustaka agar kegiatan
tersebut dapat berjalan secara optimal, Menjalin kerjasama dengan banyak
perusahaan yang memproduksi Tissue Jepang agar pasokannya tidak
terhambat, Perlunya penambahan sumber daya manusia (SDM) yang lebih
mengerti dalam melaksanakan tugas pelestarian bahan pustaka,
Bekerjasama dengan pihak luar, misalnya mendatangkan konsultan ahli
untuk mengadakan pelatihan, Para petugas khususnya bidang preservasi
sebaiknya mengikuti seminar, pelatihan, dan diklat untuk masalah
pelestarian khususnya koran langka agar memiliki bekal, pemahaman dan
mempunyai keahlian yang baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, penulis merekomendasikan beberapa
saran yang dapat dilakukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
khususnya di bagian preservasi bahan pustaka dalam memecahkan kendala
yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pelestarian koran langka,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia seharusnya memiliki atau
sudah membuat kebijakan secara tertulis mengenai pelestarian bahan
pustaka khususnya pada koran langka agar dapat lebih terarah dan berjalan
secara efektif.
2. Mengingat pelestarian bahan pustaka membutuhkan anggaran yang cukup
besar, maka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia harus
mempedulikan anggaran yang dikeluarkan untuk pelestarian bahan
pustaka agar kegiatan tersebut dapat berjalan secara optimal.
97
3. Menjalin kerjasama dengan banyak perusahaan yang memproduksi Tissue
Jepang agar pasokannya tidak terhambat.
4. Perlu mengadakan peremajaan alat-alat untuk melaksanakan pelestarian
yang sudah tidak layak atau sering rusak agar pelaksanaan kegiatan koran
langka dapat berjalan dengan optimal.
5. Perlunya penambahan sumber daya manusia (SDM) yang lebih mengerti
dalam melaksanakan tugas pelestarian bahan pustaka.
6. Bekerjasama dengan pihak luar, misalnya mendatangkan konsultan ahli
untuk mengadakan pelatihan.
7. Para petugas khususnya bidang preservasi sebaiknya mengikuti seminar,
pelatihan, dan diklat untuk masalah pelaksanaan pelestarian khususnya
pada koran langka agar memiliki bekal, pemahaman dan mempunyai
keahlian yang baik.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh, Pengelolaan Terbitan Berseri (Jakarta : Universitas
Terbuka, Depdikbud, 1996).
Ahmad Nawawi. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian
Pekerjaan Umum. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,
(Jogjakarta: Diva Press, 2010).
Backissue Newspapers, Historic Newspaper Archive. Diakses pada pukul 20.25
WIB tanggal 5 Juni 2015 dari
http://www.backissuenewspapers.co.uk/Info/Historic-Newspaper-Archive
BlasiusSudarsono. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto,
2006.
Brown, Facilities University Library . diakses pada pukul 22.15 tanggal 19
Oktober 2015 dari www.brown.edu/Facilities/University_library
/digproj/digcols/selection.html
Darmono.Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja
(Jakarta: Grasindo, 2007)
Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan
Pustaka.Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990.
Eva Maftuhah. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Gardjito. Preservation and Conservation of library materials in tropical countries
with particular reference to the National Library of Indonesia. 1991.
Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan, (Jakarta : Universitas Terbuka,
1999.
Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001).
IFLA,”Recommendations Concerning the International Standarizations of
Library Statistics”. Diakses pada pukul 22.00 WIB tanggal 25 Mei 2015
darihttp://portal.unesco.org/en/ev.phpURL_ID=13086&URL_DO=DO_TOP
IC&URL_SECTION=201.html
99
Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka. (Jakarta : Universitas
Terbuka, 1999)
Lasa, SH, Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta:Pinus Book Publisher,
2007.
Lexy J. Moleong.Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosda
karya, 2001).
Muhammad Djuhro. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2002).
Muhammadin Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional
RI, 1998.
_________________. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta: Program
Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.
Penentuan Skala Prioritas Dalam Pelestarian Bahan Pustaka.” Kongres VII Ikatan
Pustakawan Indonesia dan Seminar Ilmiah Nasional. Tanggal 20-23
November 1995. Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia,
1995.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Panduan Penyelenggaran
Perpustakaan Umum, (Jakarta: PNRI, 1992).
___________________________________, Pedoman Perawatan dan
Pemeliharaan Fasilitas Perpustakaan. (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI,
1995).
___________________________________, Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi
Pelestarian Bahan Perpustakaan (BP) dan Naskah Kuno, 2014.
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999).
Rahayuningsih, F. Pengelolaan Perpustakaan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005).
Santoso Outomo. “Kerusakan Karena Faktor Lingkungan dan Cara
Penanggulangannya.” Materi Lokarya Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip.
Dilaksanakan Tanggal 27-29 Juli 1992. Banjarmasin: Perpustakaan Daerah
Kalimantan Selatan, 1992.
Sholiatalhanin. “pelestarian (Preservation) Bahan Pustaka di Perpustakaan”.
http://testiani170885.wordpress.com/2009/05/11/pelestarian-preservation-
bahan-pustaka-di-perpustakaan. (Diakses pada tanggal 17 Maret 2015 jam
12.00 WIB).
100
Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012).
Struktur dan Organisasi Perpustakaan Nasional RI diakses pada tanggal
12Agustus 2015 pukul 00.51 dari
http://kelembagaan.perpusnas.go.id/beranda/jajaran_unit_kerja/
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993.
Sumiyardi, Pentingnya Pemahaman Preservasi Bagi Pustakawan. Buletin
FKP2T, Th. II, No. 2. 1997.
Sutarno NS. Kamus Perpustakaan dan Informasi (Jakarta: Jala Permata, 2008).
Suwija, Nyoman, Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada
Perpustakaan Universitas Udayana. Denpasar: Universitas Undaya, 1995.
The Mitchell Archives, Historic Newspaper. Diakses pada pukul20.30 WIB
tanggal 5 Juni 2015 dari http://mitchellarchives.com/history
Tjetjep S. Surialaga,dkk. “Pelestarian Koleksi Perpustakaan”, Jurnal
Perpustakaan Pertanian, Vol.II no.2 (2002).
Tjutju Soendari, “Metode Penelitian Deskriptif”, diakses pada 28 November 2014
dari file.upi.edu
Totok djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung : PT Remaja Rosda karya,
2004).
Tugas, Fungsi dan Wewenang diakses pada tanggal 12 Agustus 2015 ukul 00.51
dari http://kelembagaan.perpusnas.go.id/beranda/tugas_fungsi_wewenang/.
Tuty Hendrawati. Pedoman Pembuatan E-Book Dan Standar Alih Media. Jakarta
: Perpustakaan Nasional RI, 2014.
Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan
Zulfachri Tribuana Said. Pelaksanaan Fumigasi Pada Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia Sebagai Upaya Pelestarian Bahan Pustaka, Skripsi S1
Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.
Hasil wawancara dengan informan yaitu Dra.Made Ayu Wirayati M. Ikom pada
tanggal 4 Juli 2015.
Hasil wawancara dengan informan yaitu Cecep Nurjanjanti S.Sos pada tanggal 4
Juli 2015.
101
Hasil wawancara dari salah satu informan yaitu Jamiat Wirta pada Tanggal 4 Juli
2015
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1. Tissue Jepang
Gambar 2. Bubur Kertas
Gambar 3. Proses perendaman Koran Langka dengan air yang sudah dicampur bubur kertas
Gambar 4. Proses menambal dan menyambung Koran Langka dengan tissue Jepang
Gambar 5. Proses pengeringan koran langka yang sudah ditambal
Gambar 6. Proses Enkapsulasi dengan cara manual
Gambar 7. Proses Enkapsulasi dengan mesin
Gambar 8. koran langka yang sudah di enkapsulasi
Gambar 9. Hard Cover untuk menjilid koran langka
Gambar 10. koran langka yang sudah dijilid
Gambar 11. alat untuk proses alih media
HASIL WAWANCARA
1. Apa maksud dari definisi Koran Langka menurut definisi Perpustakaan Nasional?
Informan : Dra. Made Ayu Wirayati, M. Ikom.
Jawab : koran langka itu, yang namanya langka secara teori harus diatas 50 tahun
sampai ratusan tahun dan hanya satu-satunya dimiliki, sangat bernilai dan
sudah tidak diterbitkan lagi.
2. Bagaimana pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional?
Informan : Dra. Made Ayu Wirayati, M. Ikom.
Jawab : Pelestarian ada dua, kita bisa melakukan secara preventif, kalo preventif
tentu saja menyimpan didalam box-box, karena koran langka itu rapuh
temperaturnya juga harus stabil sekitar 20-24˚C (dengan AC), sesudah itu
diberi kapur barus, akan tetapi di box diberikan Silica Gel. Dari sekitar
puluhan ribu koran langka yang sudah rapuh itu diproritaskan untuk
dilakukan kegiatan preservasi secepatnya seperti mengalih mediakan ke
bentuk digital. Jika memang fisiknya ingin diselamatkan karena
Perpustakaan Nasional sebagai Perpustakaan deposit, tentu saja selain
informasinya ada beberapa surat kabar yang memang harus dilestarikan.
Misalnya fisik surat kabar terbitan Jepang dan Belanda yang satu-satunya
kita akan lakukan enkapsulasi. mengingat banyaknya koran langka, tidak
mungkin semua fisiknya di konservasi. Jadi sebagian di alih mediakan dan
beberapa fisiknya yang sangat bernilai kita selamatkan.
3. Setiap Tahun ada berapa jumlah Koran Langka yang dilestarikan?
Informan : Dra. Made Ayu Wirayati, M. Ikom.
Jawab : Dalam bentuk fisik setiap tahun koran langka yang dilestarikan sekitar
2000 lembar sesuai dengan anggaran dan rencana, berbeda dengan alih
media yang lebih banyak.
4. Apakah Perpustakaan Nasional mempunyai kebijakan tertulis mengenai kegiatan
pelestarian koran langka?
Informan : Dra. Made Ayu Wirayati, M. Ikom.
Jawab : Belum ada, masih berupa draf. Namun draft ini sudah menjadi acuan bagi
Perpustakaan lainnya dalam melaksanakan pelestarian, draft ini juga sudah
mengacu pada UU No. 43 Tahun 2007 yang tercantum pada Bab VII pasal
21 ayat 3 tentang tanggung jawab Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. Insya Allah mungkin tahun depan kita sudah mempunyai
kebijakan tertulis. Seharusnya dalam sebuah lembaga memang ada
kebijakan tertulis
5. Apakah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempunyai kebijakan tertulis
mengenai pelestarian yang mencakup kegiatan Pelestarian Koran Langka?
Informan : Dra. Made Ayu Wirayati, M. Ikom.
Jawa : Sampai saat ini belum ada kebijakan tertulis mengenai kegiatan pelestarian
koran langka, hal itu terkendala karena sering adanya pergantian antara
pejabat Eselon II yang pada saat proses membuat kebijakan, otomatis
pejabat yang baru ini memulai dari awal dan mempelajari ulang tentang
kebijakan. akan tetapi PNRI menggunakan beberapa pedoman seperti
mengadopsi tentang prinsip-prinsip pelestarian bahan pustaka oleh IFLA,
dan yang termuat dalam UU No. 4 tahun 1990, dan untuk tanggung
jawabnya yaitu UU No. 43 tahun 2007 dan Undang-undang tentang serah
simpan karya cetak dan karya rekam
6. Apakah ada kerjasama dengan pihak luar dalam pelaksanaan pelestarian koran
langka?
Informan : Dra. Made Ayu Wirayati, M. Ikom.
Jawab : Untuk pelestarian informasi beberapa tahun yang lalu kita bekerjasama
dengan KITLV dan juga bekerjasama dengan Australia untuk alih media
surat kabar, tetapi tidak tahu kelanjutan dari kerjasama dengan pihak
tersebut bisa terhenti karena tidak ada konfirmasi dari pimpinan. Dalam
kerjasama tersebut mereka memberikan anggaran dan kita yang
mengerjakannya tetapi dalam bentuk fisik tidak ada.
7. Bagaimana proses dalam melaksanakan enkapsulasi terhadap koran langka? Alat apa
saja yang digunakan untuk melaksanakan enkapsulasi terhadap koran langka?
Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos
Jawab : Kegiatan Enkapsulasi adalah cara yang dilakukan Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia untuk menjaga fisik koran langka tetap awet dan
terjaga. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit plastik bebas asam
dengan cara menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan,
jadi tulisannya tetap bisa dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut
ditempeli lem dari double sided tape 3M, sehingga kertas tidak terlepas.
8. Bagaimana proses dalam melaksanakan fumigasi terhadap koran langka?
Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos
Jawab : Di dalam melakukan kegiatan fumigasi koran langka, diketahui ada 2 cara
yang digunakan, yaitu cara frontal dan cara parsial. Sebaiknya tindakan
yang diambil untuk melakukan kegiatan fumigasi yaitu frontal, yang
dimaksud frontal ialah menyiapkan ruangan khusus yang sudah disiapkan
sedemikian rupa untuk pelaksanaan fumigasi, guna menghindari kejadian-
kejadian tak terduga yang membahayakan keselamatan pekerja maupun
orang-orang yang ada disekitarnya. Sedangkan yang dimaksud cara parsial
ialah kegiatan fumigasi yang dilakukan tanpa memerlukan ruangan
khusus, dalam artian ruangan yang digunakan ialah ruangan perpustakaan
untuk menyimpan koleksi bahan pustaka. Biasanya PNRI dalam
melakukan kegiatan fumigasi koran langka menggunakan cara parsial.
9. Bagaimana proses menambal dan menyambung koran langka yang robek? Alat apa
saja yang digunakan untuk menambal dan menyambung terhadap koran langka yang
robek?
Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos
Jawab : Kegiatan menambal dan menyambung kertas yang dilakukan bidang
konservasi adalah dengan cara menutup bagian surat kabar yang
berlubang atau yang terpisah satu sama lain pada bagian lipatan dengan
tisu Jepang. Menambal dilakukan untuk merekatkan bagian robek. Alat
yang digunakan dalam menambal dan menyambung meliputi tisu Jepang,
Lem perekat (methyl Celulosa) dan Stratch, Calsium Carbonat, bubur
kertas, Non woven sheet, mesin leaf casting, mesin press electric hidrolik,
dan masih banyak lainnya.
10. Pertimbangan apa yang dilakukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam
melakukan penjilidan? Alat apa saja yang digunakan dalam penjilidan?
Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos
Jawab : Lagkah pertama yaitu melakukan identifikasi buku, apakah bahan pustaka
tersebut masih bisa dijilid atau tidak, jika sudah tidak bisa dijilid ulang,
maka dibuatkan portopel, kotak atau selubung. kegiatan menjilid dilakukan
untuk memperbaiki bahan pustaka yang kebanyakan usianya sudah tua dan
mengalami kerusakan isi buku, lem atau jahitan yang lepas, dan sampul
yang sudah rusak. Kegiatan menjilid ini dilakukan pada proses akhir
setelah bahan pustaka mengalami perbaikan-perbaikan. Alat-alat yang
diperlukan dalam proses penjilidan ini seperti mesin potong, alat pres,
jarum, benang, gunting, kain linen, lem dan pisau cutter.
11. Apakah koran langka perlu dialih mediakan?
Informan : Pak Jamiat Wirta
Jawab : di Perpustakaan Nasional, surat kabar itu sudah pasti wajib dialih mediakan,
karena sifat bahan pustakanya tidak ada lagi, kalau tidak dilestarikan atau
dialih mediakan informasinya akan ikut hilang. Maka dari itu wajib
dilestarikan dalam bentuk alih media atau pun dalam bentuk konservasi.
12. Berapa jumlah koran langka yang dilestarikan pertahun?
Informan : Pak Jamiat Wirta
Jawab : Pada Bidang Bidang Alih Media memiliki target 750 Roll atau sekitar
ratusan ribu halaman koran langka pertahun.
13. Bagaimana proses untuk mengalih mediakan koran langka? Alat apa saja yang
digunakan untuk mengalih mediakan koran langka dalam bentuk digital?
Informan : Pak Jamiat Wirta
Jawab : Langkah pertama kita survei kondisi, kita memilih surat kabar yang banyak
dicari atau dimanfaatkan oleh Pemustaka. Setelah hasil survei didapatkan
kita akan membuat daftar bibliografi dari bahan pustaka tersebut dan
melaksanakan pemotretan.
14. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kerusakan pada Koran Langka?
Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos
Jawab : Ada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, yang pertama faktor
internal yaitu kebanyakan koran langka memliki segi kualitas kertas yang
buruk. Kemudian faktor eksternal yaitu dari segi lingkungan, misalnya
bisa temperatur, kelembaban, cahaya, debu. Dari segi faktor Manusia yaitu
salah dalam pengerjaan, tangan jahil, dan tidak hati-hati dalam
menggunakan fisik koran langka. Selanjutnya faktor biota atau serangga
15. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pelestarian
koran langka?
Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos
Jawab : Dari segi SDM yang kurang, selanjutnya bahan yang masih sebagian impor
dari luar dan harganya mahal yang tidak sebanding dengan koran yang
sekian ratus ribu jumlahnya dengan anggarannya yang sedikit. Jadi
kemungkinan untuk melestarikannya sangat sedikit.
16. Solusi apa saja yang tepat untuk menangani kendala-kendala tersebut?
Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos
Jawab : SDM yang harus ikut pelatihan atau kerjasama dengan pihak luar misalnya
konsultan supaya bisa membantu, angarannya diperbesar, dan selanjutnya
upayakan untuk memudahkan membeli bahan impor supaya diganti
dengan bahan yang lokal.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Muhammad Fahmi Rizal, lahir di Tangerang 18
Agustus 1992 putra kedua dari empat bersaudara
pasangan bapak H.Agus Salim dan ibu
Hj.Rumsini. Menyelesaikan pendidikan di
Tigaraksa, antara lain MIN (1997-2003), MTsN 1
(2003-2006), MAN 72 (2006-2009), Setelah
tamat MA, penulis diterima di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Ilmu
Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora. pernah membuat Quite Book
berjudul “Aku Suka Apel” bagi anak-anak penyandang difabel. Menjalani PKL
selama satu bulan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan laporan
yang berjudul “Pengadaan Bahan Pustaka Di Perpustakaan Nasional RI”. Penulis
juga pernah KKN bersama regu DETIK 2014, dan bertanggung jawab renovasi
Perpustakaan Sekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah) Raudlatul Tholibin, Desa
Gunung Menyan Kabupaten Bogor. Pernah menjadi regu inti Pramuka MI-MTS,
ikut andil Tim Volly unggulan MTsN 1 Tigaraksa, Ketua organisasi JIPMusik
(Musik Jurusan Ilmu Perpustakaan) 2014-2015, Pengurus organisasi JIP
Adventure 2014-2015, selaku Pengurus Yayasan Pendidikan Islam YABIKA
(Yayasan Bina Insan Kamil) Jambe, Tangerang, selain itu juga sebagai Pendiri
sekaligus Bendahara organisasi kepemudaan TERAS (Tempat Remaja
Beraspirasi) Desa Tapos Tigaraksa, Tangerang.