repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31909/3/... · PENGARUH...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31909/3/... · PENGARUH...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA
TENTANG MATERI ZAKAT PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor
Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Gelar Sarjana Pendidikan
DISUSUN OLEH :
Muhammad
NIM : 109011000252
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
ABSTRAK
MUHAMMAD (109011000252), “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”. Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2016.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat. Penelitian ini dilakukan di SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016. Metode
penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Control Group Only Pascatest Design, yang melibatkan 60 siswa
sebagai sampel. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sample. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes berbentuk pilihan ganda. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa metode Jigsaw berpengaruh terhadap
tingkat pemahaman siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat yang diajar dengan metode Jigsaw
berdasarkan indikator pembelajaran sebesar 69,59% sedangkan rata-rata hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat yang diajar dengan metode konvensional sebesar 60,37% (Z = 0,0051 dan α = 0,05). Kesimpulan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa metode Jigsaw berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Materi Zakat, Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam
ii
ABSTRACT
MUHAMMAD (109011000252), "The Effect of Cooperative Learning Model Jigsaw On The Level Understanding Students About Material Subject
Zakat in Islamic Education". Thesis Department of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, June 2016.
The purpose of this study to analyze the effects of cooperative learning model Jigsaw on the level of students' understanding of the material Zakat. This
research was conducted in SMP Sulthan Bogor, for Academic Year 2015/2016. The method used is a quasi-experimental research design Randomized Control Group Only Pascatest Design, which involves 60 students in the sample.
Determination of the sample using purposive sampling technique. Retrieving data using the instrument in the form of multiple choice tests. Research results
revealed that the method Jigsaw affect the level of student understanding. It can be seen from the average value of the test results of studenst' understanding of the material level Zakat taught by Jigsaw method based on the indicators of learning
by 69.59% while the average results of tests students' understanding of the material level Zakat taught by the conventional method amounted to 60, 37% (Z =
0.0051 and α = 0.05). Conclusion the results of this study indicate that the method Jigsaw affect the level of students' understanding of the subject matter of Zakat in Islamic Education.
Keywords: Jigsaw Cooperative Learning Model, Material Zakat, Islamic
Education Subjects
iii
KATA PENGANTAR
بسماهللالرحمنالرحيم
Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat ihsan, nikmat iman, dan nikmat islam, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. Salawat serta salam senantiasa dicurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para
pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, perjuangan,
kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai
pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan Marhamah Saleh, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
3. Desmaliza, M.Si., M.Ed. sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing dengan penuh semangat dalam membimbing
penulis selama ini. Semoga Ibu selalu berada dalam rahman dan rahim Allah
SWT.
4. Drs. H. Masan AF, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih
atas bimbingan dan motivasi yang Bapak berikan selama ini mulai dari awal
kuliah hingga sampai saat ini. Semoga Bapak selalu mendapat keberkahan
dari Allah SWT.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan serta bimbingan
kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak
dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
iv
6. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi
kemudahan dalam melengkapi persyaratan administrasi.
7. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
8. Najib, S.Sos. selaku Guru Pendidikan Agama Islam SMP Sulthan Bogor yang
telah membimbing penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
9. Ayahanda tercinta Nasan dan Ibunda tercinta Amah beserta seluruh keluarga
besar yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan
memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
10. Teristimewa Sylvia Amanda yang selalu mendampingi, membantu
menghilangkan stres, dan memberikan motivasi penuh selama proses
penyusunan skripsi. Terimakasih atas kesediaannya dalam memberikan
dukungan, serta perhatian selama ini.
11. Anggota Nyogi Community, Saughie, Fata, Mudhar, Masruri, dan Ari.
Terima kasih atas canda tawa dan kebersamaan kalian selama ini.
12. Sahabat-sahabatku di jurusan PAI kelas F angkatan 2009. Terima kasih atas
kesediaannya dalam membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Jakarta, 6 Juni 2016
Penulis
Muhammad
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 9
D. Perumusan Masalah.......................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian.............................................................................. 9
F. Kegunaan Penelitian......................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORITIS ............................................................................ 11
A. Deskripsi Teoretik ............................................................................ 11
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............................. 11
a. Konsep Metode Jigsaw ......................................................... 11
b. Karakteristik Metode Jigsaw ................................................. 15
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw .......................... 16
d. Prosedur Penerapan Metode Jigsaw ...................................... 17
2. Konsep Pemahaman dalam Belajar ............................................. 18
3. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ................................... 20
a. Pendidikan Agama Islam di Sekolah.................................... 20
b. Materi Zakat di Sekolah ....................................................... 23
c. Pembelajaran Zakat di SMP ................................................. 23
B. Penelitian Yang Relevan .................................................................. 24
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 26
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 27
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 28
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 28
B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 28
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30
E. Instrumen Penelitian......................................................................... 30
1. Validitas....................................................................................... 32
2. Reliabilitas ................................................................................... 33
3. Taraf Kesukaran .......................................................................... 34
4. Daya Pembeda Soal ..................................................................... 35
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 37
1. Uji Prasyarat Analisis .................................................................. 38
a. Uji Normalitas......................................................................... 38
b. Uji Homogenitas ..................................................................... 38
2. Uji Hipotesis ................................................................................ 39
G. Hipotesis Statistik............................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 42
A. Deskripsi Data ................................................................................. 42
1. Kondisi Objektif SMP Sulthan .................................................... 43
a. Sejarah Singkat...................................................................... 43
b. Profil SMP Sulthan................................................................ 44
c. Visi dan Misi SMP Sulthan ................................................... 44
d. Guru SMP Sulthan ................................................................ 45
e. Sarana dan Prasarana............................................................. 46
2. Data Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelas
Eksperimen .................................................................................. 46
3. Data Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelas
Kontrol......................................................................................... 49
B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis .................... 53
vii
1. Uji Normalitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi
Zakat ............................................................................................ 53
2. Uji Homogenitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi
Zakat ............................................................................................ 53
3. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 54
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 56
1. Analisis Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat ....... 56
2. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....... 60
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 64
A. Kesimpulan....................................................................................... 64
B. Implikasi ........................................................................................... 64
C. Saran ................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 67
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian . ............................................................. 28
Tabel 3.2 Rancangan Desain Penelitian ............................................................ 29
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Materi Zakat............. 31
Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas........................................................... 34
Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran .......................................................... 35
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................ 36
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Analisis Instrumen.......................... 36
Tabel 4.1 Hasil Posttest Kelas Eksperimen....................................................... 46
Tabel 4.2 Deskripsi Data Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator
Pembelajaran Materi Zakat ............................................................... 48
Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Kontrol ............................................................. 50
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Pembelajaran
Materi Zakat ..................................................................................... 51
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........... 54
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji Mann Whitney...................... 55
Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Tes Kelas Eksperimen dan Kontrol ................... 56
Tabel 4.9 Perbandingan Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Tentang Materi Zakat Berdasarkan Indikator ............ 58
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Illustrasi Kelompok Jigsaw ......................................................... 18
Gambar 4.1 Kurva Hasil Posttest Kelas Eksperimen...................................... 47
Gambar 4.2 Diagram Batang Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas
Eksperimen .................................................................................. 49
Gambar 4.3 Kurva Hasil Posttest Kelas Kontrol ............................................ 51
Gambar 4.4 Diagram Batang Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas
Kontrol......................................................................................... 52
Gambar 4.5 Kurva Perbandingan Nilai Siswa Pada Kelas Eksperimen dan
Kontrol......................................................................................... 58
Gambar 4.6 Perbandingan Presentase Indikator Tingkat Pemahaman Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.......................................... 59
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen..... 67
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ........... 72
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ........................................................ 76
Lampiran 4 Soal Uji Coba Instrumen ............................................................ 85
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas ..................................................................... 92
Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 102
Lampiran 7 Hasil Uji Taraf Kesukaran.......................................................... 104
Lampiran 8 Hasil Uji Daya Beda................................................................... 105
Lampiran 9 Tes Pemahaman Tentang Materi Zakat...................................... 106
Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Pemahaman Tentang Materi Zakat ............ 111
Lampiran 11 Hasil Tes Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelompok
Eksperimen ................................................................................. 112
Lampiran 12 Hasil Tes Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelompok
Kontrol ....................................................................................... 113
Lampiran 13 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median,
Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Kurtosis
Kelompok Eksperimen ............................................................... 114
Lampiran 14 Perhitungan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Tentang
Materi Zakat Berdasarkan Indikator Pada Kelas Eksperimen ... 118
Lampiran 15 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median,
Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Kurtosis
Kelompok Kontrol...................................................................... 119
Lampiran 16 Perhitungan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Tentang
Materi Zakat Berdasarkan Indikator Pada Kelas Kontrol .......... 123
Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen.................. 124
Lampiran 18 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ........................ 126
Lampiran 19 Perhitungan Uji Homogenitas .................................................... 128
Lampiran 20 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ............................................ 129
Lampiran 21 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment Pearson ... 132
xi
Lampiran 22 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ............ 123
Lampiran 23 Tabel Nilai Kritis Distribusi F.................................................... 135
Lampiran 24 Tabel Nilai Kritis Distribusi t..................................................... 137
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dianggap sebagai komponen yang sangat penting oleh berbagai
negara, tak terkecuali negara Indonesia. Salah satu alasannya karena pendidikan
memiliki pengaruh yang besar bagi kualitas kehidupan sebuah bangsa. Apabila
sebuah bangsa memiliki kualitas hidup yang baik, tentu saja akan memberikan
manfaat yang besar bagi negaranya. Negara tersebut dapat berkembang dengan
cepat dan dapat bersaing dengan negara-negara lainnya, terutama dalam hal ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pengaruh pendidikan yang besar bagi sebuah bangsa menjadikannya aspek
yang sangat penting dalam menunjang kemajuan negara di masa yang akan
datang. Karena melalui pendidikan, sebuah bangsa dapat dibimbing dan
dikembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Begitu besar pengaruhnya,
sehingga pemerintah Indonesia pun memberi perhatian yang sangat besar bagi
dunia pendidikan. Hal ini tergambarkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 Pasal 3, yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1
Tujuan pendidikan setiap negara tentu berbeda-beda. Perbedaan ini
berdampak kepada rancangan kurikulum yang dibuat. Untuk memenuhi tujuan
yang telah ditetapkan, setiap negara pasti akan merumuskan kurikulum yang
sesuai dengan tujuan tersebut agar dapat mencapai tujuannya. Hal ini dapat kita
1 M. Sukardja dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya ,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 14.
2
lihat pada beberapa negara yang ada di sekitar Indonesia yang memiliki
kurikulum berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya.
Kurikulum merupakan roda penggerah bagi proses pendidikan disekolah,
oleh karena itu kurikulum menjadi bagian yang sangat penting bagi dunia
pendidikan. Setiap proses yang dilakukan di dalam kegiatan pendidikan tercakup
dalam sebuah kurikulum. Maka sebagai pedoman dalam proses pendidikan,
kurikulum memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hasil yang akan dicapai.
Pentingnya rancangan kurikulum dapat terlihat dalam komponen-
komponen yang membentuk kurikulum. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
disebutkan bahwa, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”.2
Jika diperhatikan, komponen-komponen yang tercakup di dalam
kurikulum adalah komponen-komponen yang digunakan di dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Berdasarkan hal ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan inti dalam proses
pendidikan. Oleh sebab itu, keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan
sangat ditentukan oleh kegiatan belajar mengajar tersebut. Terlaksananya kegiatan
belajar mengajar yang baik, tentu akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan yang ditentukan.
Kegiatan belajar mengajar sebagai sebuah sarana harus disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada. Dalam tujuan pendidikan nasional dijelaskan bahwa
pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik. Berkaitan
dengan tujuan nasional tersebut, maka kegiatan belajar mengajar yang
diselenggarakan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sehingga
kegiatan belajar mengajar sebagai sebuah sarana harus disesuaikan dengan objek
pendidikan, yaitu siswa sebagai individu yang akan dikembangkan potensinya.
2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab I Pasal 1.
3
Dalam pembelajaran, kondisi fisik dan emosi saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Untuk bisa mencapai hasil pembelajaran secara maksimal,
kedua kondisi ini (fisik dan emosi) harus benar-benar diperhatikan.3 Sehingga
pengembangan potensi siswa melalui proses pembelajaran di sekolah
membutuhkan proses yang membuat mereka merasa senang dan nyaman agar
potensi mereka dapat berkembang dengan optimal. Oleh karena itu, proses belajar
mengajar perlu diatur agar kebutuhan siswa untuk merasa senang dan nyaman
dapat terpenuhi. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu melalui
penyelenggaraan pembelajaran yang menyenangkan.
Menurut Marselus, pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning)
adalah pembelajaran yang membuat siswa merasa betah dan bebas dari situasi
tertekan, takut, terancam, dan membawa siswa kepada suatu lingkungan belajar
yang ramah terhadap anak (friendly classroom).4 Keadaan kelas seperti ini akan
merangsang motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Sehingga
potensi-potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal dan tujuan yang
ditentukan dapat tercapai. Bahkan pencapaian siswa dapat melebihi ekspektasi
sekolah.
Kenyataannya, para siswa seringkali tidak mampu mencapai tujuan
belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang
diharapkan.5 Selain itu, masih ditemukan beberapa fenomena terkait dengan
perilaku guru di sekolah yang dapat membuat pembelajaran berjalan dengan tidak
baik. Selama ini masih ada sebagian guru yang tidak hadir ke sekolah pada jam
pelajaran, hadir ke sekolah tetapi tidak tepat waktu, hadir ke sekolah namun tidak
masuk kelas, dan masuk kelas namun tidak mampu melaksanakan proses
pembelajaran yang baik.6 Penyebabnya ada beberapa faktor seperti dijelaskan oleh
3 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelerated Learning, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 10. 4 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya), (Jakarta: PT. Indeks, 2011), h. 35. 5 Afid Burhanuddin, Masalah Belajar dan Solusinya , 2014, (https://afidburhanuddin.
wordpress.com/2014/05/19/masalah-belajar-dan-solusinya/). 6 Danang Parsetyo, Hari Ini, Hari Guru Nasional Momentum untuk Merefleksi dan
Mengevaluasi Diri, 2016, (http://www.pontianakpost.com/hari-ini-hari-guru-nasional-momentum-
untuk-merefleksi-dan-mengevaluasi-diri).
4
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, di antaranya adalah faktor-faktor dalam diri
individu yang mencakup aspek jasmaniah dan rohaniah individu serta faktor-
faktor lingkungan yang mencakup lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.7
Selain gangguan yang telah disebutkan di atas, gagguan lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar akan banyak ditemui oleh guru sebagai pendidik
maupun siswa sebagai peserta didik. Terutama dari kondisi belajar yang
cenderung berubah-ubah. Hal ini menjadi indikasi bahwa seorang guru dituntut
untuk menguasai keahlian mengendalikan kondisi kelas. Hal ini sering terlupakan
oleh para guru sebagai fasilitator di dalam kelas. Murid yang mungkin belum
mampu mengetahui alur proses pembelajaran yang harus dilakukan sangat
membutuhkan bimbingan dari guru. Sedangkan seorang guru tidak mampu
memaksakan kondisi siswa untuk selalu berada pada kondisi terbaiknya dan siap
untuk mengikuti pembelajaran. Di sini, peran guru sebagai pembimbing menjadi
sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana dijelaskan oleh
Oemar Hamalik, guru sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan cara
mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.8
Penjelasan di atas menunjukkan kepada kita bahwa guru sebagai fasilitator
di kelas dituntut untuk kreatif dalam membimbing siswa. Kreatifitas guru dalam
menyiapkan berbagai macam cara untuk membimbing siswa dalam proses
pembelajaran akan menunjang proses pembelajaran menjadi lebih baik. Kreatifitas
guru akan sangat berguna dalam menangani kondisi siswa yang sedang
mengalami penurunan. Oleh sebab itu, persiapan guru sebelum mengajar menjadi
sangat penting. Terutama persiapan dalam metode pembelajaran yang akan
digunakan dalam mengajarkan sebuah materi. Meskipun demikian, persiapan
yang telah dilakukan guru dalam menentukan metode pembelajaran yang akan
digunakan tidak menjadi jaminan akan menjadikan proses pembelajaran berjalan
dengan baik. Sebagaimana dijelaskan oleh KH. Hasan Abdullah Sahal, bahwa
metode memang lebih penting dari materi (at-thariqah ahammu mina-l-maddah),
7 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan , (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 162-163. 8 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru (Berdasarkan Pendekatan Kompetensi) , (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2009), h. 49.
5
tetapi guru jauh lebih penting dari sekadar metode (dalam bahasa Arab: al-
mudarris ahammu minat thariqah). Tetapi bukan sekadar guru, namun seseorang
yang memiliki „jiwa seorang guru‟ itu yang sebenarnya lebih penting (dalam
bahasa Arab: ruhu-l-mudarris ahammu min kulli syai) dari keduanya (metode dan
guru).9
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus menjelaskan tentang pentingnya membuat
rencana pengajaran, dia berpendapat bahwa rencana pengajaran adalah jalan untuk
melaksanakan tujuan sekolah dan meletakkan tiap-tiap mata-pelajaran di tempat
yang sewajarnya, sehingga dapat dididik tiap-tiap murid dengan pendidikan yang
sesuai dengan bakat dan alam sekitarnya.10
Masalah yang sering ditemukan pada masa kini yaitu sebagian guru tidak
membuat rencana pembelajaran dan kurang menguasai metode-metode
pembelajaran yang ada. Guru sudah merasa cukup hanya dengan membawa buku
pegangan dan absen siswa.11 Sehingga pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
dan menyenangkan tidak dapat tercapai. Bahkan, terkadang guru tidak hadir di
kelas ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya diminta untuk
mencatat materi, kemudian guru menyimpulkan materi sebelum waktu pelajaran
selesai. Dengan demikian, pengalaman yang melekat dalam memori mereka
menjadi sangat lemah. Mereka tidak mendapatkan pengalaman proses
pembelajaran yang mampu menguatkan pemahaman terhadap materi. Proses
pembelajaran seperti ini, tentu sangat diragukan untuk mampu mencapai tujuan
pendidikan.
Padahal Pendidikan Agama Islam yang siswa dapatkan sangat penting
sebagai bekal bagi hidup mereka. Terlebih lagi perkembangan zaman saat ini
seringkali bertentangan dengan nilai-nilai moral yang baik. Hasan Muhammad wa
Awladih menjelaskan pentingnya pendidikan bagi generasi muda, dia berpendapat
bahwa agama adalah perisai yang waspada dan tangguh untuk melindungi
9 Binhadjid, Interpretasi Makna “At-Thariqah Ahammu Mina-l-Maddah”, 2013,
(http://www.gontor.ac.id/berita/interpretasi-makna-at-toriqoh-ahammu-min-al-maddah). 10
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran , (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung), h. 34. 11
Danang Parsetyo. loc. cit.
6
pemuda-pemuda kita dari bahaya yang bersifat kejiwaan dan kemasyarakatan
yang diarahkan kepada mereka.12 Bahaya-bahaya yang dihadapi remaja tersebut
dijelaskan secara detail oleh Muhaimin dalam bukunya yang menyatakan bahwa
saat ini remaja banyak dihadapkan pada lingkungan dan budaya yang bernuansa
pragmatisme, yang mengajarkan bahwa yang benar dan baik ialah yang berguna,
dan yang berguna itu biasanya lebih bernuansa fisik. Demikian pula mereka
diliputi oleh hedonisme, yang mengajarkan bahwa yang benar ialah sesuatu yang
menghasilkan kenikmatan, tugas manusia adalah menikmati hidup ini sebanyak
dan seintensif mungkin.13
Oleh karena itu, menurut Masykur seorang guru tidak hanya perlu
menguasai materi yang akan diajarkan. Ia juga harus menguasai berbagai metode
pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Selain itu, ia pun mesti memahami
motivasi dan kompetensi belajar murid. Semuanya ini menjadi syarat utama
baginya agar mengajar tidak monoton.14
Hal ini menggambarkan bahwa persiapan yang dilakukan sebelum proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan menjadi kunci penting keberhasilan dari
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Jika guru tidak mempunyai ilmu
yang cukup baik untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran, maka sangat
besar kemungkinan pembelajaran yang akan berlangsung menjadi sangat
monoton; murid menjadi pembelajar yang pasif dan aktifitas pembelajaran hanya
terpusat kepada guru. Murid hanya menjadi pendengar ketika proses pembelajaran
berlangsung. Padahal pengalaman nyata yang dialami siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi
yang sedang dipelajari. Materi yang dipelajari dapat tertanam kuat di dalam
memori siswa, karena proses pembelajaran yang dilakukan menyertakan sebagian
besar panca indra. Sehingga otak dengan cepat menangkap materi yang diajarkan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Adi, bahwa “Otak akan berkembang dengan
12 Hasan Muhammad wa Awladih, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta:1985), h. 56. 13
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam (Mengurai Benang Kusut Dunia
Pendidikan), (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h. 166. 14
Masykur Arif Rahman, Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru
dalam Kegiatan Belajar-Mengajar, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 55.
7
maksimal dalam lingkungan yang kaya akan stimulus multi sensori dan tantangan
berpikir, lingkungan demikian akan menghasilkan jumlah koneksi yang lebih
besar di antara sel-sel otak”.15
Pada saat ini, metode pembelajaran semakin variatif sehingga sangat
memudahkan para guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan. Guru dapat memilih berbagai macam metode yang dapat
disesuaikan dengan materi ajar. Pembelajaran menjadi tidak monoton yang hanya
terpaku kepada guru sebagai pemberi materi. Beberapa metode bahkan memberi
kebebasan kepada siswa untuk mencari informasi yang berhubungan dengan
materi yang akan dipelajari. Melalui berbagai macam informasi yang didapatkan,
siswa dapat langsung menyimpulkan pokok materi yang dipelajari. Guru hanya
menjadi fasilitator yang membimbing murid agar tidak keluar dari koridor materi
yang dipelajari. E. Mulyasa menjelaskan bahwa:
Penggunaan metode yang tepat akan sangat menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah
dan metode-metode lain yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi dengan perserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan
sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan kepada kreatifitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan ke
arah kedewasaan.16
Saat ini dapat kita temukan ada berbagai macam model pembelajaran yang
dapat digunakan untuk merangsang siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.
Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Seperti dijelaskan Sugandi,
bahwa pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif
dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih
dari belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada
struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan
15 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelerated Learning, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 9. 16
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), h. 107.
8
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi
efektif di antara anggota kelompok.17
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu dari berbagai model
pembelajaran yang ada. Model pembelajaran kooperatif atau pembelajaran dengan
cara berkelompok merupakan pembelajaran yang sangat mengutamakan
kerjasama tim. Melalui kerjasama tim, siswa dapat diarahkan untuk aktif dalam
proses pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif terbagi menjadi beberapa metode di dalam
aplikasinya, seperti STAD (Student Teams Achievement Division), Group
Invertigation, TGT (Teams Games Tournament), Make a Match, dan Jigsaw.18
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode Jigsaw. Melalui
metode Jigsaw, peserta dapat dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Karena siswa diminta untuk menyumbangkan pendapat, informasi, dan
pengalaman yang dimilikinya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut dalam sebuah studi akhir penelitian yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap
Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar sebagai sarana pengembangan potensi siswa masih
monoton atau tidak menggunakan metode pembelajaran aktif.
2. Perencanaan pembelajaran masih dianggap kurang penting oleh sebagian
guru.
3. Masih ada guru yang tidak hadir di kelas pada saat kegiatan pembelajaran.
17 Tukiran Taniredja dkk., Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 55-56. 18
Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru) ,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 213.
9
4. Sebagian siswa belum mampu memahami proses pembelajaran yang
bermakna.
5. Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang
menarik dan kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara
aktif.
6. Metode pembelajaran yang digunakan tidak disesuaikan dengan materi yang
dipelajari.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah pada penelitian ini
dibatasi pada:
1. Metode pembelajaran yang akan diterapkan adalah metode Jigsaw.
2. Penelitian ini dilakukan di SMP Sulthan pada kelas VIII tahun 2015/2016.
3. Materi PAI yang disampaikan yaitu tentang Zakat (Fiqh).
4. Pemahaman siswa yang diteliti hanya pemahaman yang berhubungan dengan
sisi kognitif siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap
tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat?
2. Apakah terdapat perbedaan tingkat pemahaman antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan metode Jigsaw dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan metode konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan tingkat pemahaman siswa yang pembelajarannya
menggunakan metode Jigsaw.
10
2. Mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman siswa antara yang
menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dengan metode konvensional.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Aspek teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang
pendidikan, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sehingga dapat menjadi bahan acuan dalam pengembangan keilmuan di
bidang pendidikan.
2. Aspek praktis
a. Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif dalam
meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran materi Pendidikan
Agama Islam, khususnya yang menggunakan metode Jigsaw.
b. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan gagasan
baru bagi sekolah untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di kelas.
c. Bagi praktisi pendidikan, diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang metode pembelajaran yang efektif ketika digunakan dalam proses
pembelajaran.
d. Bagi peneliti, dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah khususnya materi
Zakat dengan menggunakan metode Jigsaw.
11
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
Berikut ini akan dibahas terlebih dahulu beberapa kajian teoritis untuk
penunjang relevansi antara teori dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
Kajian teori-teori ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan metode Jigsaw dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya materi Zakat. Untuk
memahami lebih lanjut mengenai teori-teori tersebut maka akan dijelaskan dalam
pembahasan berikut ini.
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Konsep Metode Jigsaw
Metode Jigsaw pada awalnya dikembangkan dan diuji oleh Elliot
Arronson di universitas Texas kemudian diadaptasi oleh Slavin di universitas John
Hopkin.1 Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah puzzle, yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja
sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara
bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.2 Teknik yang
dipakai dalam metode ini memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari
kelompok ke kelompok (group to group) dengan suatu perbedaan penting, setiap
peserta didik mengerjakan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang
dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, yang
membuat sebuah kumpulan pengetahuan yang berlainan. Dengan demikian setiap
1 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep,
Landasan Teoritis—praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 56. 2 Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru) ,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 217.
12
siswa memiliki sumbangsih untuk memahami materi yang dipelajari secara utuh.3
Metode ini termasuk ke dalam model pembelajaran kooperaif. Pemahaman
metode Jigsaw tidak dapat dipisahkan dari pemahaman pembelajaran kooperatif.
Karena pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mendasari
metode Jigsaw.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori
konstruktivisme.4 Teori ini dikembangkan oleh Piaget dengan nama individual
cognitive constructivist theory dan dikembangkan juga oleh Vygotsky dalam
teorinya yang disebut socialcultural constructivist theory. Teori konstruktivisme
dikembangkan dari teori tentang pertumbuhan intelektual yang melibatkan tiga
proses fundamental; asimilasi, akomodasi dan equilibration (penyeimbangan).
Asimilasi melibatkan penggabungan pengetahuan baru dengan struktur
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi berarti perubahan struktur
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk mengakomodasi hadirnya
informasi baru. Penyatuan dua proses asimilasi dan akomodasi inilah yang
membuat anak dapat membentuk schema. Equilibration adalah keseimbangan
antara pribadi seseorang dengan lingkungannya atau antara asimilasi dan
akomodasi.5
Dalam pembelajaran, paham ini mengartikan pengetahuan sebagai sesuatu
yang tidak dapat ditransfer oleh guru kepada orang lain karena setiap orang
mempunyai skema masing-masing tentang apa yang diketahuinya. Secara singkat,
paham ini menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi (bentukan)
dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Sehingga dapat diartikan bahwa
seseorang yang belajar berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara
aktif dan terus menerus.6
3 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung:
Nusamedia dan Nuansa, 2006), h. 160. 4 Rusman, op.cit., h. 201.
5 Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran , (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013), h. 41. 6 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional , (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), h. 107.
13
Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah
pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan
mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.7 Paham ini memiliki pandangan
bahwa kegiatan aktif siswa merupakan inti dari proses pembelajaran. Karena
proses belajar merupakan suatu proses organik, di mana seseorang menemukan
sesuatu (pengetahuan, konsep, dan kesimpulan), bukan proses mekanik yang
sekedar mengumpulkan fakta.8
Hal ini sejalan dengan bentuk pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) yang banyak memberi kesempatan kepada anak didik untuk aktif di
dalam pembelajaran melalui kerja sama antar siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal juga dengan pembelajaran secara
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau
kerja kelompok.9 Setidaknya ada lima unsur yang membedakan pembelajaran
kooperatif dengan kerja kelompok biasa, yaitu; a) saling ketergantungan positif, b)
tanggung jawab perseorangan, c) tatap muka, d) komunikasi antaranggota, dan e)
evaluasi proses kelompok.10
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar
satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah
menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan. Keberhasilan setiap kelompok
7 Rusman, op.cit., h. 201.
8 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 19.
9 Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-model Pembelajaran
Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 56. 10
Anita Lie, Mempraktikkan Cooperative Learning , (Jakarta: PT Grasindo, 2014), h. 31.
14
tergantung pada kemampuan mereka untuk memastikan bahwa semua orang
sudah memegang ide kuncinya.11
Proses pembelajaran dengan menggunakan model ini tidak akan mampu
mencapai tujuan yang diinginkan jika siswa tidak berperan aktif dalam prosesnya.
Setiap tahapan dalam model pembelajaran kooperatif membutuhkan kecerdasan
siswa dalam berkomunikasi dan mencari informasi. Pemahaman siswa akan
terbangun melalui komunikasi yang dilakukan dengan siswa lainnya. Dalam
model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk memahami informasi yang bersifat
kompleks. Bahkan siswa diminta untuk menganalisa informasi yang
didapatkannya.
Menurut Slavin sebagaimana dikutip oleh Rusman, pembelajaran
kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok. Ini membolehkan siswa untuk melakukan pertukaran ide dan
pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan
falsafah konstruktivisme.12 Pertukaran ide di antara siswa akan meningkatkan
kualitas pemahaman siswa. Tingkat analisis siswa pun dapat meningkat dengan
adanya pertukaran ide. Siswa akan mendapatkan sudut pandang yang berbeda
terhadap suatu masalah ketika berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil.
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen
(dalam hal kemampuan, jenis kelamin, suku/ras) dan satu sama lain saling
membantu.13 Kelompok siswa yang bersifat heterogen akan memberikan
kesempatan bagi setiap siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
11
Robert E. Slavin, Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik , Terj. dari
Cooperative Learning: theory, research and practice oleh Narulita Yusron, (Bandung: Nusa
Media, 2015), Cet. 15, h. 4. 12
Rusman, op.cit., h. 201. 13
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) , (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), h. 56.
15
b. Karakteristik Metode Jigsaw
Metode Jigsaw merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif.
Sehingga karakteristiknya adalah turunan dari karakteristik pembelajaran
kooperatif. Adapun karakteristik metode Jigsaw yang diturunkan dari model
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
1) Pembelajaran secara tim
Metode Jigsaw dalam praktiknya di dalam kelas dilakukan secara
tim. Tim inilah yang akan menjadi sarana bagi setiap siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, setiap tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus
saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan metode ini sangat ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran
menggunakan metode ini tidak akan mencapai hasil yang optimal.
3) Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian,
siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. 14
4) Tanggung jawab individual
Setiap siswa memiliki tanggung jawab masing-masing dalam
mempelajari suatu materi. Karena setiap siswa akan mempelajari
tentang suatu materi pada saat berada di dalam tim ahli kemudian
mengajarkan teman-temannya pada saat berada di dalam tim induk.
Jika ada salah satu siswa di dalam tim induk yang kurang
menguasai materi, maka anggota kelompok lainnya akan kesulitan
dalam memahami materi yang dipelajari. Ini akan berakibat fatal
bagi tim induk tersebut.
14
Rusman, op.cit., h. 207.
16
5) Spesialisasi tugas
Setiap anggota tim induk akan memiliki tugas yang berbeda-beda.
Sehingga setiap anggota memiliki peran penting dalam
membangun pemahaman siswa lainnya dalam tim induk.15
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw
Sebagai bagian dari model pembelajaran kooperatif, metode Jigsaw
memiliki kemiripan dengan kelebihan yang dimilikinya. Berikut ini adalah
kelebihan dari metode Jigsaw yang tidak terlepas dari kelebihan dalam model
pembelajaran kooperatif.
1) Memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan
membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa saat
belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu
pandangan kelompok.
2) Melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan
berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill).
3) Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena didorong
dan didukung oleh rekan sebaya.
4) Siswa memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan
kemampuan akademik dan dapat meraih keberhasilan dalam
belajar.
5) Belajar secara berkelompok akan menimbulkan persahabatan yang
akrab di antara siswa.
6) Saling ketergantungan positif.16
7) Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru.
8) Dapat membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar.
9) Dapat menguji ide dan pemahamannya sendiri serta dapat
menerima umpan balik dari siswa lainnya.17
15
Robert E. Slavin, op.cit., h. 28. 16
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, op.cit., h. 291.
17
Selanjutnya, ada beberapa hal yang menjadi kekurangan dari metode
Jigsaw. Berikut ini adalah kekurangan dari metode Jigsaw yang sangat berkaitan
dengan kekurangan dalam pembelajaran kooperatif.
1) Proses pembelajaran memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran,
dan waktu.
2) Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup
memadai.
3) Saat diskusi berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan
yang dibahas meluas. Sehingga waktu yang digunakan tidak efektif
untuk menggali masalah yang seharusnya dipelajari.
4) Saat berdiskusi di kelas, terkadang didominasi oleh sebagian
anggota kelompok saja. Hal ini mengakibatkan siswa yang lain
menjadi pasif.18
d. Prosedur Penerapan Metode Jigsaw
Penerapan metode Jigsaw memerlukan beberapa persiapan dan langkah-
langkah dalam pelaksanaannya. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang;
2) Setiap orang dalam tim diberikan materi dan tugas yang berbeda;
3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama
membentuk kelompok baru (kelompok ahli);
4) Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang
subbab yang mereka kuasai;
5) Setiap tim ahli mempresentasikan diskusi;
6) Pembahasan;
7) Penutup.19
17
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 249-250. 18
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, op.cit., h. 292. 19
Rusman, op.cit., h. 218.
18
Gambar 2.1
Illustrasi Kelompok Jigsaw
Illustrasi gambar di atas menggambarkan cara pembagian tim induk dan
tim ahli. Langkah pertama, membuat tim induk dengan cara membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok. Langkah kedua, membagikan materi yang berbeda-
beda kepada setiap siswa dalam tim induk sehingga setiap siswa di dalam tim
induk mendapatkan materi yang berbeda-beda (dalam illustrasi pembagian materi
digambarkan dengan angka 1-4, artinya ada siswa yang mendapatkan materi
nomor 1, nomor 2, nomor 3, dan nomor 4). Langkah ketiga, membuat tim ahli
dengan cara mengumpulkan setiap siswa yang memiliki nomor materi yang sama
ke dalam satu kelompok (dalam illustrasi pada bagian tim ahli ada kelompok yang
seluruh anggotanya mendapatkan materi nomor 1, nomor 2, nomor 3, dan nomor
4). Langkah keempat, setelah setiap siswa berdiskusi di dalam tim ahli untuk
memahami materinya masing-masing, kemudian setiap siswa di dalam tim ahli
kembali ke dalam tim induk yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Konsep Pemahaman dalam Belajar
Aspek penting dalam proses belajar mengajar adalah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan dari proses belajar mengajar yaitu
agar siswa dapat memahami sesuatu berkat proses belajar yang dilaksanakan.
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 1
1 1
4 4
4 4
3 3
3 3
2 2
2 2
Tim Induk
Tim Ahli
19
Harjanto menjelaskan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap
pengertian dari sesuatu, sehingga dapat ditunjukkan dalam bentuk menerjemahkan
sesuatu.20
Proses belajar mengajar yang baik adalah proses belajar mengajar yang
memperhatikan tingkat pemahaman materi yang diajarkan. Jika siswa memahami
materi dengan baik, maka dia akan dengan mudah mengaplikasikan ilmu
pengetahuannya di dalam kehidupan sehingga kehidupannya dapat berkembang
menjadi lebih baik.
Menurut Dewi, seseorang dikatakan memahami sesuatu ketika ia mampu
membentuk arti dari sebuah pesan pembelajaran, baik berupa lisan, tulisan, grafis
atau gambar. Dengan rincian mampu menjelaskan, membandingkan, meramalkan,
meringkas, mengelompokkan, dan membuat contoh.21 Hal ini berarti, seseorang
yang memahami sesuatu cenderung dapat menjelaskannya kembali. Bahkan dia
dapat mengembangkannya dengan membandingkan pemahamannya tentang
sesuatu dengan hal-hal lainnya atau memberikan contoh yang baru berkaitan
dengan konsep yang dipahami.
Edgar menyatakan bahwa memahami atau comprehend itu sendiri berarti
memahami teks, konteks, jamak, tunggal, maupun bagian-bagiannya yang lain
secara intelektual.22 Penjelasan Edgar memberikan gambaran bahwa pemahaman
bukanlah hanya sekedar mengetahui sesuatu, melainkan suatu kemampuan
seseorang untuk menafsirkan dan menginterpretasikan sesuatu.
Menurut Nana Sudjana, pemahaman dapat dikategorikan ke dalam tiga
kategori, yaitu:
a. Pemahaman terjemahan. Pemahaman tingkat terjemahan merupakan
tingkat terendah, yaitu terjemahan dalam arti yang sebenarnya.
b. Pemahaman penafsiran. Pemahaman penafsiran merupakan tingkat
kedua, yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan bagian
20
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 60 21
Dewi Salma Prawidilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kecana, 2008), h. 95. 22
Edgar Morin, Tujuh Materi Penting bagi Dunia Pendidikan, (Yogyakarta: Kansius,
2009), h. 104.
20
yang berikutnya atau membedakan yang pokok dengan yang bukan
pokok.
c. Pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman ekstrapolasi merupakan tingkat
tertinggi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat
sesuatu dibalik yang tersirat, membuat ramalan tentang konsekuensi
atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus,
dan masalahnya.23
3. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengenalkan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.24
Abd. Halim Soebahar berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam dapat
dipahami juga sebagai pendidikan yang islami. Karakteristik yang sangat
menonjol dari Pendidikan Agama Islam adalah prinsip pokoknya: “prinsip
tauhid”, yaitu prinsip di mana segalanya berasal dan berakhir. Sehingga prinsip ini
menjadi dasar bagi pengembangan teori dan praktik pendidikan Islam secara
formal, informal, dan nonformal.25
Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat dipahami sebagai suatu
program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses
pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk
mata pelajaran. Mata pelajaran ini ditujukan untuk menghasilkan para siswa dan
mahasiswa yang memiliki jiwa agama dan taat menjalankan perintah agamanya.26
23
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2010), h. 24. 24
Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 19. 25
Abd. Halim Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam: dari Ordonansi Guru sampai UU
SISDIKNAS, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 1. 26
Remiswal dan Rezki Amelia, Format Pengembangan Strategi PAIKEM Dalam
Pembelajaran Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 8.
21
Definisi-definisi yang telah disebutkan di atas sejalan dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 dan 2
menjelaskan tentang definisi pendidikan agama dan keagamaan secara umum
yang berbunyi:
1) Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanaya, yang dilaksanakan sekurang-
kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
2) Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli
ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya.27
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata
pelajaran yang wajib diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Hal ini berdasarkan
Undang-undang SISDIKNAS tahun 2003 pasal 37 ayat 1 menjelaskan bahwa
“pendidikan agama harus dilaksanakan mulai tingkat sekolah dasar sampai
menengah”. Kemudian ayat 2 pada pasal ini menjelaskan bahwa “pendidikan
agama juga harus dilaksanakan pada tingkat pendidikan tinggi”.28
Peraturan tentang kewajiban menyelenggarakan pendidikan agama
dijelaskan juga dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun
2007 pasal 3 ayat 1 yang berbunyi; “Setiap satuan pendidikan pada semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama.”29
Adapun fungsi dari pendidikan dalam UU SISDIKNAS Tahun 2003 Pasal
30, Ayat 2 berbunyi, “Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai
ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.”30 Hal ini juga dijelaskan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 pasal 2
27
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 1, Ayat 1 dan 2. 28
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 31 Ayat 1. 29
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 3 Ayat 1. 30
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, h. 11.
22
ayat 1 tentang fungsi Pendidikan Agama yang berbunyi, “Pendidikan agama
berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan
kerukunan hubungan inter dan atarumat beragama.” 31
Tujuan diwajibkannnya pendidikan agama dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah RI tahun 2007 pasal 2 ayat 2 yang berbunyi, “Pendidikan agama
bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.” 32
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi
tujuh unsur pokok, yaitu:
1) Keimanan
2) Ibadah
3) Al-Qur’an
4) Akhlaq
5) Muamalah
6) Syari’ah
7) Tarikh33
Ruang lingkup pengajaran agama di sekolah menengah pertama (SMP)
meliputi:
1) Keimanan (itikad)
2) Ibadah (fiqh)
3) Akhlak
4) Sejarah Islam
5) Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
6) Islam dan kemasyarakatan.34
31
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 2 Ayat 1. 32
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 2 Ayat 2. 33
Vitria Alviani, “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMPN 2 Tangerang Selatan)”,
Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, 2010, h. 31, tidak dipublikasikan.
23
b. Materi Zakat di Sekolah
Materi zakat adalah bagian dari materi fiqh. Materi fiqh termasuk ke dalam
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Materi zakat mulai dipelajari di tingkat
Sekolah Dasar (SD) pada kelas VI. Pada tingkat tersebut, siswa mempelajari
tentang macam-macam zakat. Kemudian pembahasannya lebih dititik beratkan
tentang zakat fitrah, khususnya tentang ketentuan-ketentuan di dalam zakat
fitrah.35
Materi zakat kembali dipelajari pada tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di kelas VIII. Pada tingkat ini, pembelajaran tentang zakat lebih
diperdalam lagi. Pembehasan tidak hanya berkisar tentang zakat fitrah yang
sebelumnya sudah dipelajari di kelas VI SD. Pembahasan mulai meluas sampai
pada ketentuan-ketentuan zakat mal dan perbedaan antara zakat fitrah dan zakat
mal.36
Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) materi zakat kembali
dipelajari. Materi ini dipelajari siswa kelas X. Pada tingkat ini, siswa mempelajari
tentang undang-undang yang berhubungan dengan zakat, haji, dan wakaf. Siswa
mempelajari cara mengelola zakat, haji, dan wakaf berdasarkan undang-undang
negara Republik Indonesia.
c. Pembelajaran Zakat di SMP
Sebagaimana telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, bahwa
pembelajaran materi zakat di SMP membahas tentang ketentuan-ketentuan di
dalam zakat fitrah dan zakat mal. Materi ini diawalai dengan mempelajari tentang
kedudukan zakat di dalam Islam dan pengertian zakat. Kemudian dilanjutkan
dengan mempelajari ketentuan-ketentuan dalam zakat fitrah. Ketentuan-ketentuan
dalam zakat fitrah ini berkenaan dengan hukum, jenis, kadar, waktu pemberian,
34
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakrta: PT Hidakarya Agung,
1992), h. 71. 35
Zaenal Mustopa dan Nandang, Koswara, Pendidikan Agama Islam untuk SD Kelas VI,
(Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011), h. 113-122. 36
Arkanuddin dan Septi Muslimah, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas VIII,
(Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011), h. 81-94.
24
dan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah serta manfaat dari zakat fitrah
tersebut.37
Setelah mempelajari tentang zakat fitrah. Pembahasan dilanjutkan dengan
mempelajari materi tentang zakat mal. Pambahasan tentang zakat mal berkaitan
dengan pengertian, hukum, dan syarat wajib zakat mal serta harta yang wajib
dizakati. Selain itu, siswa juga mempelajari ketentuan tentag orang-orang yang
berhak menerima zakat. Setelah itu siswa diminta untuk membedakan antara zakat
fitrah dan zakat mal.38
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelusuran peneliti, ditemukan beberapa penelitian
sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian yang relevan
tersebut di antaranya sebagai berikut.
Aship pada tahun 2014 melakukan penelitian yang berjudul Penerapan
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI terhadap siswa kelas VIII di SMP
Muhammaddiyah 8 Jakarta. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 siswa, terdiri
dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian korelasional.39 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar dalam pembelajaran PAI
sudah baik atau mendekati sangat baik. Hal ini berdasarkan jawaban responden
yang sangat setuju sebanyak 256 (42,67%), responden yang setuju sebanyak 236
(39,33%), responden yang tidak setuju sebanyak 81 (13,50%), dan jawaban
responden yang sangat tidak setuju sebanyak 8 (1,33%).40
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Cici pada tahun 2014 dengan
judul Efektifitas Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Learning pada Bidang Studi Aqidah Akhlak di MTs. Ibnu Hajar Bogor. Penelitian
37
Ibid. 38
Husni Thoyar, Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, 2011), h. 184-199. 39
Muhammad Aship, “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8
Jakarta”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, h. 30, tidak dipublikasikan. 40
Ibid., h. 54.
25
ini dilakukan terhadap siswa kelas IX dengan jumlah sampel 41 siswa. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode pre-experimen dengan desain one group
pretest-postest.41 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Jigsaw
Learning cukup efektif atau memiliki pengaruh positif terhadap prestasi siswa di
kelas. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian para siswa yang mengalami
peningkatan. Sebelum diterapkan metode Jigsaw rata-rata nilai siswa adalah
85,97, sedangkan setelah diterapkan metode Jigsaw rata-rata siswa meningkat
menjadi 88,90.42
Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi
pada tahun 2015 dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Learning Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta.
Metode penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
dengan sampel siswa kelas X SMAN 90 Jakarta dengan jumlah 33 orang siswa,
terdiri dari 13 orang siswa putra dan 20 orang putri.43 Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode Jigsaw Learning
terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Artinya metode ini
terbukti memiliki pengaruh yang besar berdasarkan peningkatan prestasi belajar
siswa setelah menggunakan metode tersebut.44
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah ada tersebut, terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun
persamaan yang ditemukan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan, yaitu metode Jigsaw.
2. Mata pelajaran yang digunakan sebagai sarana penelitian, yaitu
Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan perbedaan antara penelitian-penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang akan dilaksanakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
41
Cici Rina Yuningsih, “Efektifitas Penerapan Strategi Pembelajaran Cooperatif Tipe
Jigsaw Learning pada Bidang Studi Aqidah Akhlak di MTs. Ibnu Hajar”, Skripsi pada Pendidikan
Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, h. 33-34, tidak dipublikasikan. 42
Ibid., h. 59. 43
Dewi Puspasari, “Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN
Jakarta, Jakarta, 2015, h. 34-38, tidak dipublikasikan. 44
Ibid., h. 69.
26
1. Jumlah sampel yang digunakan. Pada penelitian Aship menggunakan
sampel sebanyak 30 siswa, penelitian Cici menggunakan sampel
sebanyak 41 siswa, dan penelitian Dewi menggunakan sampel
sebanyak 33 siswa. Sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan
menggunakan sampel sebanyak 60 siswa.
2. Metode penelitian yang digunakan. Pada peneltian Aship
menggunakan metode penelitian korelasional, penelitian Cici
menggunakan metode pre-experiment dengan desain one group
pretest-posttest, dan penelitian Dewi menggunakan metode PTK
(Penelitian Tindakan Kelas). Sedangkan pada penelitian yang akan
dilaksanakan menggunakan metode penelitian Kuasi Eksperimen
dengan desain one group pascatest only.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan proses yang sengaja
dirancang untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan. Proses pembelajaran
ini dirancang dengan memperhatikan berbagai macam aspek agar pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan
pada akhirnya memotivasi siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran.
Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran akan menentukan tingkat
pemahaman yang akan didapatkan siswa. Siswa yang aktif selama proses
pembelajaran akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan
siswa yang tidak berpartisipasi aktif di dalamnya. Untuk menumbuhkan semangat
siswa agar mau berpartisipasi aktif tidak hanya dibutuhkan sarana dan prasarana
yang memadai. Hal yang paling penting adalah peran guru dalam menyampaikan
materi atau bagaimana cara materi tersebut dipelajari oleh siswa. Hal ini sangat
berkaitan dengan metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Metode yang tepat dapat secara efektif menggiring siswa untuk berperan aktif
dalam pembelajaran.
Metode Jigsaw merupakan metode yang dapat mendorong peserta didik
untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dalam metode Jigsaw didapatkan adanya
27
proses kebersamaan dalam memahami materi yang dipelajari. Materi Pendidikan
Agama Islam yang memiliki beberapa subbab di setiap materinya akan
dimudahkan dengan metode ini, karena setiap subbab tersebut akan menjadi
bahan diskusi yang menarik di setiap kelompok. Interaksi antar siswa dengan
mudah dapat terjalin melalui metode ini.
Selain itu, metode ini menuntut siswa untuk memahami konsep yang
dipelajari saat mereka berada di tim ahli. Kemudian mereka harus berbagi
informasi yang telah didapatkan saat berada di dalam kelompok tim ahli kepada
anggota kelompok asalnya. Proses pertukaran informasi inilah yang menjadi
keunggulan metode Jigsaw karena dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif
dan memahami sebuah konsep secara mendalam dengan berdiskusi bersama
kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat pengaruh positif antara model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap pemahaman siswa tentang materi
Zakat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga metode tersebut
dapat dijadikan sebuah solusi untuk meningkatkan pemahaman dan keaktifan
siswa dalam pembelajaran.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
: Metode Jigsaw tidak memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
pemahaman siswa.
: Metode Jigsaw memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
pemahaman siswa.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Sulthan Jl. Raya Tonjong No. 18 Tajur
Halang, Kabupaten Bogor pada kelas VIII. Penelitian ini dilakukan selama 3
bulan, yaitu dimulai dari bulan Maret-Mei pada semester genap tahun ajaran
2015-2016. Adapun agenda pelaksanaan kegiatan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan
2016
Maret April Mei
Persiapan dan Perencanaan
Observasi
Kegiatan Penelitian
Pengolahan Data
Laporan Penelitian
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi experimental),1 yaitu metode penelitian yang tidak memungkinkan
peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap kondisi kelas dan
lingkungan belajar kelas eksperimen. Peneliti akan menguji pengaruh metode
Jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran materi Pendidikan
Agama Islam dengan cara membandingkan tingkat pemahaman siswa yang
menggunakan metode pembelajaran Jigsaw (kelompok eksperimen) dengan siswa
yang menggunakan metode konvensional (kelompok kontrol).
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan , (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 59.
29
Desain yang digunakan dalam penelitan ini adalah Randomized Control
Group Only Pascatest Design. Desain ini menentukan pengaruh pelakuan dengan
hanya membandingkan rata-rata pascates antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol atau kelompok pembanding.2 Rancangan penelitian tersebut
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Rancangan Desain Penelitian
Kelompok Pengambilan Perlakuan Pascatest
Eksperimen R X1 O
Kontrol R X2 O
Keterangan :
X1 = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
Jigsaw
X2 = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional
R = Pemilihan sampel secara random/acak
O = Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kontrol
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi pada penelitian
ini adalah seluruh siswa SMP Sulthan pada semester Genap tahun 2015/2016.
Jumlah siswa pada kelas VII berjumlah 75, pada kelas VIII berjumlah 60, dan
pada kelas IX berjumlah 60. Maka total populasi pada penelitian ini berjumlah
190 siswa.
Penempatan siswa pada SMP Sulthan dilakukan secara acak oleh pihak
sekolah tanpa didasarkan atas peringkat dan nilai. Siswa tidak dikelompokkan
2 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013), h. 104. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), h. 173.
30
dengan beberapa kriteria dan kurikulum yang diberikan pun sama. Dengan
demikian, diasumsikan bahwa setiap kelas pada SMP Sulthan ini memiliki
karakteristik siswa yang cukup heterogen, artinya ada siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sample yaitu cara
mengambil sampel bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu.5 Penelitian ini menggunakan teknik
purposive sample karena dalam penelitian ini membutuhkan sampel yang
mempelajari materi Zakat, karena materi tersebut digunakan sebagai sarana dalam
penelitian ini. Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
SMP Sulthan kelas VIII yang berjumlah 2 kelas dan setiap kelasnya berisi 30
siswa. Sampel ini diambil karena mewakili materi yang akan diteliti yaitu materi
Zakat.
Kemudian dari 2 kelas tersebut diundi kelas mana yang dijadikan sebagai
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah diundi, diperoleh kelas VIII A
sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode Jigsaw
dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan
metode konvensional.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari hasil tes kedua kelompok sampel dengan pemberian
tes yang sama. Tes ini dilakukan pada akhir pokok bahasan materi yang telah
dipelajari dan disusun berdasarkan silabus. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik tes, yaitu tes yang menguji pemahaman siswa tentang materi
yang sudah dipelajari. Tes ini diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu kelas
VIII A yang dalam pembelajarannya diterapkan metode Jigsaw dan kelompok
kontrol yaitu kelas VIII B yang dalam pembelajarannya diterapkan pendekatan
metode konvensional.
4 Ibid., h. 174.
5 Ibid., h. 183.
31
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman
siswa terhadap materi Pendidikan Agama Islam tentang Zakat. Soal tes untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa tersebut disusun dalam bentuk pilihan ganda
yang terdiri dari 40 buah soal. Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data
tentang tingkat pemahaman materi Pendidikan Agama Islam yang dipelajari
menggunakan metode Jigsaw dan metode konvensional.
Adapun indikator yang akan diukur melalui tes tersebut akan dijelaskan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Materi Zakat
Indikator
Pemahaman Konsep
Indikator soal Nomor
Soal
Jumlah
Soal
1. Menjelaskan
Pengertian Zakat
Fitrah dan Zakat
Mal
- Menyebutkan pengertian
zakat fitrah dan zakat mal
- Menyebutkan macam-macam
zakat
1, 2, 3, 6,
12, 21, 22,
23
38
9
1
2. Membedakan
antara Zakat
Fitrah dan Zakat
Mal
- Menjelaskan perbedaan
pengertian zakat fitrah dan
mal
- Menyebutkan ketentuan-
ketentuan zakat fitrah dan
mal
- Menjelaskan perbedaan
ketentuan zakat fitrah dan
14
5, 7, 8, 9,
10, 11, 15,
17, 19, 20,
24, 35, 37,
39, 40
18 dan 27
1
15
2
32
mal
3. Menjelaskan
Orang yang
Berhak Menerima
Zakat Fitrah dan
Zakat Mal
- Membaca dan mengartikan
dalil naqli tentang orang-
orang yang berhak menerima
zakat
- Menyebutkan orang-orang
yang berhak menerima zakat
fitrah dan zakat mal
4
32 dan 36
1
2
4. Mempraktikkan
Pelaksanaan
Zakat Fitrah dan
Zakat Mal
- Mempraktikkan zakat fitrah
dan zakat mal
13, 16, 25,
26, 28, 29,
30, 31, 33,
34
10
Sebuah tes terlebih dahulu diujicobakan sebelum digunakan sehingga
memenuhi kriteria instrumen yang baik. Ujicoba ini dimaksudkan untuk
memperoleh validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas
instrumen. Dikatakan baik sebagai alat pengukur jika memenuhi persyaratan
berikut:
1. Validitas
Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran
menggambarkan segi atau aspek yang diukur.6 Uji validitas yang digunakan pada
instrumen tes menggunakan validitas butir soal. Validitas dihitung dengan
menggunakan rumus product moment dari Pearson. Perhitungan validitas yang
digunakan adalah rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:7
6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 228. 7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011), h. 170.
})(}{)({
))((
2222 yynxxn
yxxynrxy
33
Keterangan:
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : Jumlah responden
X : skor butir soal
Y : skor total
Uji validitas instrumen dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan
dengan pada taraf signifikansi 5%, dengan terlebih dahulu menetapkan
degrees of freedom atau derajat kebebasan yaitu dk = n-2. Soal dikatakan valid
jika nilai , sebaliknya soal dikatakan tidak valid jika nilai
.
Setelah dilakukan ujicoba soal dengan taraf signifikansi 5% dan dengan
nilai 0,361, dari 40 soal yang diujicoba dalam penelitian ini didapati 30 soal
valid dan 10 soal tidak valid.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.8 Adapun rumus yang digunakan
untuk mencari reabilitas tes adalah rumus Spearman-Brown dengan pembelahan
ganjil-genap, yaitu9:
Keterangan :
⁄
⁄ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
= koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan
8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan , edisi 2, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012), h. 100. 9 Anas Sudijono, op.cit., h. 216.
34
Klasifikasi interpretasi reliabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria koefisien reliabilitas:
Interval Kriteria
0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ r < 0,80 Tinggi
0,40 ≤ r < 0,70 Sedang
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
r ≤ 0,20 Sangat rendah (tidak valid)
Hasil uji reliabilitas tes pada penelitian ini adalah 0, 86. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tes ujicoba dalam penelitian ini memiliki taraf kepercayaan
yang sangat tinggi.
3. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran ditentukan dengan cara membandingkan antara nilai P
(proporsi) dengan indeks kesukaran. Nilai P dapat diperoleh dengan rumus: 10
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = skor siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:11
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan , edisi 2, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012), h. 223. 11
Anas Sudijono, op.cit., h. 372.
35
Tabel 3.5
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Nilai P Tingkat Kesukaran
0,0- 0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Tingkat kesukaran soal yang telah diujicoba adalah sebagai berikut:
a. Soal sukar berjumlah 4 soal
b. Soal sedang berjumlah 19 soal
c. Soal mudah berjumlah 17 soal
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.12 Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:13
DP =
Keterangan:
DP = Daya pembeda soal
JBA = Jumlah nilai kelompok atas yang menjawab benar
JBB = Jumlah nilai kelompok bawah yang menjawab benar
JSA = Jumlah peserta kelompok atas x jumlah skor maksimal butir soal
JSB = Jumlah peserta kelompok bawah x jumlah skor maksimal butir soal
PA = = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Adapun klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut:
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan , edisi 2, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012), h. 226. 13
Anas Sudijono, op.cit., h. 389.
36
Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai D Daya Pembeda
0,00- 0,20 Jelek (poor)
0,21- 0,40 Cukup ( satisfactory)
0,41-0,70 Baik (good)
0,71-1,00 Baik sekali (excellent)
< 0,00 (negatif) Tidak baik (dibuang saja)
Adapun hasil daya pembeda soal yang telah diujicoba adalah sebagai
berikut:
a. Soal dengan daya pembeda jelek berjumlah 7 soal
b. Soal dengan daya pembeda cukup berjumlah 19 soal
c. Soal dengan daya pembeda baik berjumlah 11 soal
d. Soal dengan daya pembeda baik sekali berjumlah 3 soal
Tabel 3.7
Rekapitulasi Data Hasil Uji Instrumen
No. Soal Validitas Taraf
Kesukaran
Daya
Pembeda Keterangan
1 Valid Mudah Cukup Digunakan
2 Valid Mudah Cukup Digunakan
3 Valid Mudah Cukup Digunakan
4 Valid Mudah Cukup Digunakan
5 Valid Mudah Cukup Digunakan
6 Valid Mudah Cukup Digunakan
7 Valid Mudah Cukup Digunakan
8 Valid Mudah Cukup Digunakan
9 Valid Mudah Jelek Diperbaiki
10 Tidak valid Mudah Cukup Tidak Digunakan
11 Tidak valid Mudah Jelek Tidak Digunakan
12 Valid Mudah Cukup Digunakan
13 Valid Sedang Baik Digunakan
14 Valid Sedang Cukup Digunakan
15 Valid Sukar Baik Digunakan
37
16 Tidak valid Sedang Jelek Tidak Digunakan
17 Tidak valid Sedang Jelek Tidak Digunakan
18 Valid Sedang Baik Digunakan
19 Valid Mudah Baik Digunakan
20 Tidak valid Sedang Baik Tidak Digunakan
21 Valid Mudah Cukup Digunakan
22 Valid Mudah Baik Digunakan
23 Valid Mudah Cukup Digunakan
24 Valid Sedang Baik Sekali Digunakan
25 Tidak valid Sukar Jelek Tidak Digunakan
26 Tidak valid Sukar Jelek Tidak Digunakan
27 Valid Sedang Cukup Digunakan
28 Valid Sedang Baik Sekali Digunakan
29 Valid Sukar Baik Digunakan
30 Tidak valid Sedang Jelek Tidak Digunakan
31 Valid Sedang Baik Digunakan
32 Valid Sedang Baik Digunakan
33 Valid Sedang Cukup Digunakan
34 Valid Sedang Baik Sekali Digunakan
35 Tidak valid Sedang Cukup Tidak Digunakan
36 Valid Sedang Baik Digunakan
37 Valid Sedang Cukup Digunakan
38 Valid Sedang Cukup Digunakan
39 Valid Sedang Baik Digunakan
40 Tidak valid Mudah Cukup Tidak Digunakan
Derajat Reliabilitas 0.86
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji
hipotesis, untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak menggunakan uji
perbedaan dua rata-rata. Uji yang digunakan adalah uji-t. Namun sebelum
dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t, maka perlu dilakukan uji prasyarat
analisis terlebih dahulu. Uji prasyarat yang perlu dilakukan adalah uji normalitas
dan uji homogenitas untuk memeriksa keabsahan sampel sebagai prasyarat dapat
dilakukan analisis data.
38
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menguji apakah sebaran data berdistribusi normal
atau tidak.14 Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan menggunakan Chi-
Square, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Perumusan hipotesis
Ho: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2) Menentukan rata-rata dan standar deviasi
3) Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi. Dengan membuat
daftar frekuensi observasi (fo) dan frekuensi ekspektasi (fe)
4) Menghitung nilai 2 hitung melalui rumus sbb:
E
EO
f
ff 2
2 )(
5) Menentukan 2 tabel pada derajat bebas (db) = k – 3, dimana k banyaknya
kelompok. Dengan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan α = 5%
6) Kriteria pengujian
Jika 2 hitung ≤ 2 tabel maka H0 diterima
Jika 2 hitung>2 tabel maka H0 ditolak
7) Kesimpulan
2 hitung ≤ 2 tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
2 hitung>
2 tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kesamaan (homogenitas)
beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang
diambil dari populasi yang sama.15 Uji homogenitas varians dua buah variabel
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), h. 356-357. 15
Ibid., h. 363-364.
39
independen dapat dilakukan dengan Uji F, adapun langkah-langkah statistik uji F
yang dimaksud diekspresikan sebagai berikut:
1) Perumusan Hipotesis
Ho : σ12 = σ2
2
Distribusi sampel kedua kelompok mempunyai varians yang sama
Ha : σ12 σ2
2
Distribusi sampel kedua kelompok mempunyai varians yang tidak sama
2) Menghitung nilai F dengan rumus Fisher:
2
2
k
b
S
SF
Keterangan:
2
bS = varians terbesar
2
kS = varians terkecil
3) Menentukan taraf signifikan α = 5 %
4) Menentukan Ftabel pada derajat bebas db1 = (n1 – 1) untuk pembilang dan
db2 = (n2 – 1) untuk penyebut, dimana n adalah banyaknya anggota
kelompok
5) Kriteria pengujian
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima
Jika Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak
6) Kesimpulan
Fhit ≤ Ftab : Distribusi populasi mempunyai varians yang sama homogen
Fhit> Ftab : Distribusi populasi mempunyai varians yang tidak homogen
2. Uji Hipotesis
Apabila asumsi untuk uji-t telah terpenuhi, maka untuk menguji hipotesis
digunakan uji-t yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Rumus yang digunakan
adalah :
40
a. Jika varian populasi homogen, maka16:
Stotal2 =
thitung = , dk = (n1 + n2 – 2)
b. Jika varian populasi heterogen17:
thitung = , dk =
keterangan:
= jumlah sampel pada kelompok eksperimen
= jumlah sampel pada kelompok kontrol
= rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
= rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
varians kelompok eksperimen
= varians kelompok kontrol
Jika uji prasyarat analisis tidak terpenuhi, yaitu apabila pada uji normalitas
pada kelompok eksperimen dan atau kelompok kontrol tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji statistik non
parametrik. Adapun jenis statistik non parametrik yang digunakan pada penelitian
ini adalah uji Mann Whitney (Uji ”U”) untuk sampel besar dengan taraf signifikan
α = 0,05.18
Rumus Uji Mann Whitney yang digunakan yaitu:
dengan dan
16
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 239. 17
Ibid., h. 241. 18
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan
Manual & SPSS, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 294-295.
41
Keterangan:
: nilai rata-rata
: nilai simpangan baku
: banyak anggota kelompok 1
: banyak anggota kelompok 2
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis yang diajukan dalam pengujian pada penelitian ini adalah:
Ho : 21
H1 : 21
Keterangan:
1 = rata-rata hasil tes pemahaman siswa tentang materi Zakat pada
kelas eksperimen
2 = rata-rata hasil tes pemahaman siswa tentang materi Zakat pada
kelas kontrol
Tingkat signifikasi yang diambil dalam penelitian ini adalah derajat
kepercayaan 95% dan = 5%. Dengan Kriteria pengujian:
Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima Ha ditolak
Jikathitung > ttabel, maka Ho ditolak Ha diterima
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian yang dilaksanakan di SMP Sulthan Bogor ini bertujuan untuk
melihat pengaruh pembelajaran menggunakan metode Jigsaw terhadap
pemahaman siswa tentang materi Zakat dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan mengambil dua kelompok untuk dijadikan sampel penelitian.
Sampel yang digunakan sebanyak 60 siswa yaitu kelas VIII A sebagai kelompok
eksperimen yang terdiri dari 30 orang siswa kelompok eksperimen ini diajarkan
dengan menggunakan metode Jigsaw. Sedangkan kelas VIII B sebagai kelompok
kontrol yang terdiri dari 30 orang siswa yang diajarkan dengan metode
pembelajaran konvensional.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman kedua kelompok, setelah diberikan
perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
kemudian kedua kelompok pada akhir pembelajaran diberikan posttes berupa tes
pilihan ganda yang terdiri dari 30 butir soal. Tes yang dugunakan tersebut telah
diujicobakan di kelas IX A SMP Sulthan Bogor, dan telah dilakukan pengujian
berupa uji validitas, uji realibilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda soal.
Sebelum diberikan tes, pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu
pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw dan pada kelas kontrol
diberikan pembelajaran menggunakan metode konvensional.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes tingkat
pemahaman siswa tentang materi Zakat yang telah dipelajari. Setelah kedua
kelompok sampel diberikan tes dan hasil dari kedua kelompok tersebut telah
diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan pengujian prasyarat analisis dan
pengajuan hipotesis. Adapun hasil tes tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
43
1. Kondisi Objektif SMP Sulthan
a. Sejarah Singkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sulthan berada di bawah naungan
yayasan Nurussyamsi. Yayasan Nurussyamsi berdiri sejak tahun 1988, berdirinya
yayasan ini dipelopori oleh H. Kastubi, BA. Yayasan ini didirikan didasari oleh
beberapa hal, yaitu:
1) Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 71 yang artinya:
“Orang mu’min laki-laki dan perempuan sebagaian mereka menjadi
pemimpin sebagian yang lain, menyeru kepada kebaikan dan
mencegah kepada kemunkaran”. Berdasarkan firman Allah SWT
dalam surat ini dijelaskan bahwa berbuat kebajikan serta
memperhatikan nasib generasi penerus pada hakikatnya merupakan
tuntunan yang wajib dilakukan oleh setiap muslim. Oleh karena itu
perlu adanya upaya untuk merealisasikan terwujudnya tuntunan
tersebut yang didorong oleh rasa kemanusiaan dan tanggung jawab.
2) Kurangnya sarana keagamaan yang memadai khususnya di kecamatan
Pancoranmas, Depok pada waktu itu. Sehingga sulit untuk
berkoordinasi dengan masyarakan demi menyelenggarakan berbagai
kegiatan keagamaan. Akibatnya masyarakat menjadi tertinggal (awam)
dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan agama.
3) Memperbaiki mutu pendidikan masyarakat perkotaan merupakan tugas
dan kewajiban umat Islam dalam rangka mengisi kemerdekaan dengan
amal kebaikan, memberantas kebodohan, kekufuran, dan kekafiran.
4) Telah banyak putra dan putri masyarakat Depok yang mencari ilmu ke
luar daerah, baik di pesantren maupun kuliah di perguruan tinggi.
Setelah mereka menyelesaikan pendidikannya, mereka kembali ke
masyarakat untuk mengamalkan berbagai disiplin ilmu yang mereka
dapat. Aset ini memerlukan wadah untuk dikoordinir dengan baik.
5) Semakin derasnya tantangan dari luar, baik melalui media massa
maupun pergaulan sehari-hari. Di masyarakat sedang terjadi penetrasi
budaya atau cultural shock yang dapat menggoyahkan nilai-nilai
44
aqidah. Seharusnya masyarakat dibekali pengetahuan agama agar
dapat merealisasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dan
sekaligus akan menjadi filter yng dapat menyaring bahkan menolak
budaya-budaya yang bertentangan dengan norma-norma agama.
Agama dapat mengarahkan manusia ke jalan yang lurus dan benar.1
Sedangkan SMP Sulthan berdiri pada tahun 2010 atas prakarsa para insan
pendidikan yang sangat ingin memajukan daerah Kecamatan Tajur Halang,
Bogor. Para penggagas sekolah ini di antaranya adalah H. Kastubi, BA, H. Ahmad
Subekti, SE, Drs. Moh. Isnaeni, Jabal Thoriq, M.Pd., Ir. Sho’ari A.S. Setelah
mereka semua sepakat untuk mendirikan sekolah ini, kemudian SMP Sulthan
didirikan di atas lahan seluas + 10 Hektar. Di area ini tidak hanya dibangun SMP
Sulthan, bersamaan dengan didirikannya SMP Sulthan didirikan juga SMK
Saradan dan SMK At-Taajir. Seluruh sekolah ini berada di bawah naungan
yayasan Nurussyamsi Depok.2
b. Profil SMP Sulthan
Nama Sekolah : Sulthan
NSS/NDS : 20202023 7535
Profinsi : Jawa Barat
Kota : Bogor
Kecamatan : Tajur Halang
Alamat : Jl. Raya Tonjong No. 18
Telepon : (0251) 885112
c. Visi dan Misi SMP Sulthan
Adapun Visi SMP Sulthan yaitu, “Menjadi lembaga pendidikan dan
pelatihan yang bermutu dan berwawasan nasional sejalan dengan tuntunan ilmu
pengetahuan dan teknologi”.3
1 http://pakwin-tkj.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-nurussyamsi.html
2 http://smp-sulthan.blogspot.co.id/2012/07/visi-dan-misi-smp-sulthan.html
3 Ibid.
45
Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan, maka SMP Sulthan memiliki
misi sebagai berikut:
1) Memiliki tamatan yang memiliki ketaqwaan yang tinggi
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki kesadaran yang
tinggi terhadap keharmonisan lingkungannya.
2) Menghasilkan tamatan yang memiliki kompetensi tinggi,
mampu bersaing.
3) Menghasilkan tamatan yang mampu memenuhi tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk
mengembangkan dirinya.
4) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang
teknologi bagi masyarakat.4
d. Guru SMP Sulthan
Guru selaku pendidik di SMP Sulthan adalah sebagai berikut5:
NO. NAMA GURU MATA PELAJARAN
1 Najiburrahman, S.Sos.I PAI
2 Dra. Nursima PKN
3 Binti Rosidah, S.Pd B. Indonesia
4 Poniman, S.Pd IPA
Yeni Wahyuni, S.Sos IPS
5 Dedi Juharsa, SE SBK
6 Garindra, S.Kom. TIK
7 Yulianti, S.Pd Matematika
8 Nurhana ND, S.Pd.I PLH
9 Irvan, S.Pd B. Inggris
10 Esih Sukaesih, SE B. Sunda
11 Taufik, S.Pd Olahraga
4 Ibid.
5 Ibid.
46
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di SMP Sulthan di antaranya sebagai
berikut6:
1) Ruang kelas
2) Ruang guru
3) Tempat parkir
4) Lapangan basket
5) Lapangan upacara
6) Lapangan futsal
7) Toilet putra dan putri
8) Laboratorium komputer
2. Data Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelas
Eksperimen
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes tingkat pemahaman siswa
tentang materi Zakat yang diberikan kepada 30 siswa pada kelas eksperimen dapat
diketahui bahwa nilai tertinggi yang ditemukan adalah 80 dan nilai terendah
adalah 40. Keseluruhan data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Statistik Kelompok
Eksperimen
Banyak sampel 30
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 80
Mean 64,7
Median 66,5
6 Ibid.
47
0
2
4
6
8
10
12
0 20 40 60 80 100
Frek
uens
i
Nilai
Kelas Eksperimen
Modus 72,9
Varians 24779,2
Simpangan Baku 157,41
Kemiringan -0,05
Ketajaman/Kurtosis 0,303
Berdasarkan data tabel 4.1, terlihat bahwa banyak sampel pada kelas
eksperimen yaitu sebanyak 30 siswa. Nilai terendah hasil posttest kelas
eksperimen yaitu 40 sedangkan nilai tertinggi yaitu 80. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh nilai rata-rata ( 64,7, median (Me) sebesar 66,5, modus
(Mo) sebesar 72,9, varians ( sebesar 24779,2, simpangan baku ( sebesar
157,41. Tingkat kemiringan di kelas eksperimen sebesar -0,05 dan memiliki
ketajaman 0,303.
Berdasarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu sebesar 70 untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka sebanyak 14 siswa kelompok
eksperimen mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan sebanyak 16 siswa lainnya
mendapatkan nilai di bawah KKM.
Secara visual penyebaran data hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang
materi Zakat di kelas eksperimen dengan menggunakan metode Jigsaw dapat
dilihat pada kurva dibawah ini:
Gambar 4.1
Kurva Hasil Posttest Kelas Eksperimen
48
Kurva di atas, memiliki koefisien -0,05 (negatif), artinya kurva di atas
memiliki model negatif yaitu ekor memanjang ke kiri. Hal ini menggambarkan
bahwa data menyebar pada nilai-nilai di atas rata-rata. Sehingga siswa yang
memperoleh nilai di atas rata-rata lebih banyak dibanding siswa yang memperoleh
nilai di bawah rata-rata. Sedangkan ketajaman atau kurtosis sebesar 0,303, artinya
nilai tersebut lebih dari 0,263 yang menyatakan bahwa kurva berbentuk runcing
atau leptokurtis dengan distribusi data cenderung mengelompok di atas rata-rata.
Tingkat pemahaman siswa kelas eksperimen ditinjau dari indikator
pembelajaran diperoleh rata-rata secara keseluruhan sebesar 69,59%. Deskripsi
data tersebut disajikan pada tabel 4.2:
Tabel 4.2
Deskripsi Data Kelas Eksperimen
Berdasarkan Indikator Pembelajaran Materi Zakat
No Indikator Persentase (%)
1. Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan zakat mal
85,24
2. Menyebutkan macam-macam zakat
100
3. Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal
100
4. Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dan mal
67
5. Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan
mal 55
6. Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orang-
orang yang berhak menerima zakat 50
7. Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan mal
66,67
8. Mempraktikkan pembagian zakat fitrah dan zakat mal
32,78
Rata-rata
69,59
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat 8 indikator pembelajaran yang
diukur. Pada tabel tersebut dapat diketahui persentase tertinggi ada pada indikator
49
nomor 2 dan 3 yaitu sebesar 100%. Sedangkan persentase terendah terdapat pada
indikator nomor 8 yaitu 32,78%. Berikut ini akan disajikan diagram batang
indikator tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat pada kelas eksperimen:
Gambar 4.2
Diagram Batang Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen
Dari gambar 4.2, terlihat bahwa siswa dapat mencapai nilai yang sangat baik
pada indikator nomor 1, 2, dan 3. Artinya siswa memiliki pemahaman yang sangat
baik tentang pengertian dan macam-macam zakat serta dapat membedakan antara
pengertian zakat fitrah dan zakat mal.
3. Data Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelas
Kontrol
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes tingkat pemahaman siswa
tetnang materi Zakat yang diberikan kepada 30 siswa pada kelas kontrol dapat
diketahui bahwa nilai tertinggi yang ditemukan adalah 80 dan nilai terendah
adalah 40. Keseluruhan data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8
Pre
sen
tase
Nomor Urut Indikator
Perbedaan Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen
50
Tabel 4.3
Hasil Posttest Kelas Kontrol
STATISTIK Kelompok Kontrol
Banyak sampel 30
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 80
Mean 58,3
Median 57,5
Modus 56,5
Varians 17875,92
Simpangan Baku 133,70
Kemiringan 0,01
Ketajaman/Kurtosis 0,236
Berdasarkan data tabel 4.3, terlihat bahwa banyak sampel pada kelas kontrol
yaitu sebanyak 30 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata
( 58,3, median (Me) sebesar 57,5, modus (Mo) sebesar 56,5, varians (
sebesar 17875,92, simpangan baku ( sebesar 133,70. Tingkat kemiringan di
kelas eksperimen sebesar 0,01 dan memiliki ketajaman 0,236.
Berdasarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu sebesar 70 untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka sebanyak 3 siswa kelompok kontrol
mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan sebanyak 27 siswa lainnya mendapat
nilai di bawah KKM.
Secara visual penyebaran data hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang
materi Zakat pada siswa di kelas kontrol dengan menggunakan metode
konvensional dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut:
51
0123456789
10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Frek
uens
i
Nilai
Kelas Kontrol
Gambar 4.3
Kurva Hasil Posttest Kelas Kontrol
Dari kurva di atas, terlihat bahwa kurva hampir seimbang. Mean terletak
memiliki nilai lebih besar dari median dan modus, median berada diantara modus
dan mean, sedangkan modus memiliki nilai lebih rendah dari rata-rata dan
median. Ini menunjukan bahwa Mo < Me < X . Kurva di atas memiliki koefisien
0,01 (positif), artinya kurva di atas memiliki model positif yaitu ekor memanjang
ke kanan. Hal ini menggambarkan bahwa data menyebar pada nilai-nilai di bawah
rata-rata. Sehingga siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata lebih banyak
dibanding siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata. Sedangkan ketajaman
atau kurtosis sebesar 0,236.
Tingkat pemahaman siswa kelas kontrol ditinjau dari indikator
pembelajaran diperoleh rata-rata secara keseluruhan sebesar 60,37. Deskripsi data
tersebut disajikan pada tabel 4.4:
Tabel 4.4
Deskripsi Data Kelas Kontrol
Berdasarkan Indikator Pembelajaran materi Zakat
No Indikator Persentase (%)
1. Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan zakat mal
84,29
2. Menyebutkan macam-macam zakat
96,67
3. Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal
83,33
52
4. Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dan mal
62
5. Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan
mal 45
6. Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orang-
orang yang berhak menerima zakat 26,67
7. Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan mal
63,33
8. Mempraktikkan pembagian zakat fitrah dan zakat mal
21,67
Rata-rata
60,37
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 8 indikator pembelajaran yang
diukur. Untuk kelas kontrol, persentase tertinggi terdapat pada indikator nomor 2
yaitu 96,67%. Sedangkan persentase terendah terdapat pada indikator nomor 8
yaitu 21,67%. Berikut ini akan disajikan diagram batang indikator tingkat
pemahaman siswa tentang materi Zakat pada kelas kontrol:
Gambar 4.4
Diagram Batang Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol
Dari gambar 4.4, terlihat bahwa siswa memiliki pencapaian nilai tertinggi
pada indikator nomor 2 dibandingkan pencapaian nilai siswa pada indikator-
indikator lainnya.
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8
Pre
sen
tase
Nomor Urut Indikator
Perbedaan Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol
53
B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan terdahulu uji
prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Jika uji
normalitas dan uji homogenitas telah dilaksanakan, maka pengujian hipotesis
dapat dilakukan. Berikut ini akan dijabarkan pengujian prasyarat analisis:
1. Uji Normalitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi
Zakat
Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut dilakukan pengujian
prasyarat penelitian yaitu uji normalitas, uji normalitas didapat dengan
menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi Square) pada taraf signifikan (α) = 0,05. Uji
normalitas diperoleh dari hasil data posttest kedua kelompok penelitian. Hasil
pengujian normalitas posttest untuk kelas eksperimen diperoleh nilai 2hitung =
335,64 dan untuk kelas kontrol diperoleh nilai 2hitung = 299,03. Dari tabel nilai
kritis uji chi-square diperoleh nilai 2tabel untuk n=30 pada taraf signifikan α =
0,05 adalah 43,773. Maka dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest kedua
kelompok tersebut berdistribusi tidak normal karena 2hitung ≥ 2
tabel.
Hasil uji normalitas posttest kedua kelompok dapat dilihat pada table 4.5
berikut ini :
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas
Statistik Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
N 30 30
X 64,7 58,3
S 157,41 133,70
2hitung 335,64 299,03
2tabel 9,488 9,488
Kesimpulan Tidak normal Tidak normal
2. Uji Homogenitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi
Zakat
Setelah dilakukan uji normalitas terhadap kedua kelompok sampel, maka
selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians kedua sampel tersebut
54
menggunakan uji Fisher. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah
kedua varians sampel homogen. Hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung = 1,39
dan Ftabel = 1,86 pada taraf signifikansi 05,0 dengan derajat kebebasan
pembilang 29 dan derajat kebebasan penyebut 29.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada
tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelas Jumlah
Sampel
Varians
(s2) Fhitung
Ftabel
(α=0,05) Kesimpulan
Eksperimen 30 24779,2 1,39 1,86 Terima H0
Kontrol 30 17875,92
Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,39 ≤ 1,86) maka H0 diterima, artinya
kedua varians sampel homogen.
3. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis, ternyata sampel penelitian
berdistribusi tidak normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil tes tingkat
pemahaman siswa kelompok eksperiman yang menggunakan metode Jigsaw lebih
tinggi secara signifikan dibandingkan dengan hasil tes tingkat pemahaman siswa
kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Karena
sampel berdistribusi tidak normal, maka pengujian menggunakan uji Mann
Whitney untuk sampel besar. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai
berikut:
Ho : E ≤ K
H1 : E > K
55
Keterangan :
E : rata-rata tingkat pemahaman siswa kelompok eksperimen tentang materi
zakat
K : rata-rata tingkat pemahaman siswa kelompok kontrol tentang materi
zakat
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji Mann Whitney
sampel besar, maka diperoleh Zhitung= -2,59. Nilai tersebut kemudian dicocokkan
dengan tabel Z untuk menemukan nilai p (probabilitas). Jika nilai p lebih besar
dari nilai taraf nyata (α) maka Ho diterima. Sedangkan jika nilai p lebih
kecil/sama dengan nilai α maka Ho ditolak. Berikut ini kriteria pengujian
statistiknya:
Ho : p > α
H1 : p ≤ α
Keterangan :
p : nilai prababilitas
α : nilai taraf nyata
Untuk mendapatkan nilai p maka digunakan tabel Z berdasarkan nilai yang
diperoleh dari Zhitung= -2,59, maka diperoleh nilai p= 0,0048.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel 4.7
berikut :
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji Mann Whitney
STATISTIK KELAS
EKSPERIMEN
KELAS
KONTROL
Rangking 1089 741
U hitung 276
Rata-rata N 450
56
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa p lebih kecil dari α (0,0048 < 0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti tingkat
pemahaman siswa tentang materi Zakat yang pembelajarannya menggunakan
metode Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pemahaman siswa yang
menggunakan metode konvensional dalam pembelajarannya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw berpengaruh
positif terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Peneliti akan membahas tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat
pada kelas eksperimen yang menggunakan metode Jigsaw dan kelas kontrol yang
menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajarannya. Peneliti juga
akan menjelaskan proses pelaksanaan pembelajaran di kedua kelas tersebut.
1. Analisis Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat
Berdasarkan hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlihat
adanya perbedaan nilai rata-rata, median, modus, varians, simpangan baku,
tingkat kemiringan dan ketajaman. Deskripsi data perbedaan hasil tes siswa
tersebut disajikan pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8
Perbandingan Hasil Tes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Statistik Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Banyak sampel 30 30
Simpangan Baku 67,29
Z hitung -2,59
Probabilitas 0,0048
Taraf Nyata (α) 0,05
Kesimpulan Tolak Ho
57
Nilai terendah 40 40
Nilai tertinggi 80 80
Mean 64,7 58,3
Median 66,5 57,5
Modus 72,9 56,5
Varians 24779,2 17875,92
Simpangan Baku 157,41 133,70
Kemiringan -0,05 0,01
Ketajaman/Kurtosis 0,303 0,236
Tabel 4.8 menunjukkan perbandingan tingkat pemahaman siswa antara
kelas eksperimen dengan kelas kontrol, yaitu perolehan nilai rata-rata siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata siswa kelas kontrol. Rata-
rata kedua kelompok memiliki selisih 6,4, artinya rata-rata nilai kelas eksperimen
lebih baik daripada kelas kontrol. Begitupun perbandingan median dan modus
antara kedua kelompok tersebut, kelompok eksperimen memiliki nilai yang lebih
besar daripada kelompok kontrol. Ini menandakan siswa dalam kelompok
eksperiman memiliki pencapaian nilai yang lebih baik dibandingkan dengan
pencapaian nilai siswa dalam kelompok kontrol. Hal ini diperkuat dengan tingkat
kemiringan kelompok eksperimen yaitu -0,05 (berharga negatif) yang
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki kecenderungan data
mengumpul di atas nilai rata-rata. Sedangkan pada kelompok kontrol memperoleh
kemiringan 0,01 (berharga positif) yang menunjukkan bahwa kelompok kontrol
memiliki kecenderungan data mengumpul di bawah rata-rata.
Secara visual perbedaan penyebaran data di kedua kelompok yaitu
kelompok eksperimen yang menggunakan metode Jigsaw dengan kelas kontrol
yang menggunakan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
58
0
2
4
6
8
10
12
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Freku
ensi
Nilai
Kela s Eksperimen
Kela s Kontrol
Gambar 4.5
Kurva Perbandingan Nilai Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol
Dilihat dari gambar 4.6, terlihat bahwa penyebaran data kurva pada kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol, karena kurva di kelas
eksperimen memiliki kurva landai ke kiri yaitu ekor kiri lebih panjang dari ekor
kanan yang menunjukkan bahwa data dari nilai tes pada kelas eksperimen
mengelompok di atas rata-rata. Sedangkan kurva pada kelas kontrol lebih landai
ke kanan yaitu ekor kanan lebih panjang dari ekor kiri, artinya data yang diperoleh
dari nilai tes pada kelas kontrol mengumpul di bawah rata-rata.
Sedangkan perbedaan tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat
berdasarkan indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Perbandingan Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol Tentang Materi Zakat Berdasarkan Indikator
No Indikator Eksperimen (%) Kontrol (%)
1. Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan zakat mal
85,24 84,29
2. Menyebutkan macam-macam zakat 100 96,67
3. Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal
100 83,33
4. Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dan mal
67 62
59
5. Menjelaskan perbedaan ketentuan
zakat fitrah dan mal 55 45
6.
Membaca dan mengartikan dalil naqli
tentang orang-orang yang berhak menerima zakat
50 26,67
7. Menyebutkan orang-orang yang
berhak menerima zakat fitrah dan mal 66,67 63,33
8. Mempraktikkan pembagian zakat fitrah dan zakat mal
32,78 21,67
Rata-rata
69,59 60,37
Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa pencapaian nilai siswa pada kelas
eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol di setiap indikator pembelajaran.
Jika diakumulasi pada masing-masing kelompok diperoleh rata-rata persentase
kelas eksperimen sebesar 69,59% sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar
60,37% dengan selisih 9,22%. Presentase rata-rata indikator tingkat pemahaman
siswa tentang materi zakat pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata kelas kontrol. Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil jawaban siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol.
Perbandingan persentase indikator kelas eksperimen dan kelas kontrol
disajikan dalam grafik berikut ini :
Gambar 4.6
Perbandingan Presentase Indikator Tingkat Pemahaman Siswa
Kelas Eksperimen dan Kontrol
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8
Pros
enta
se
Nomor Urut Indikator
Perbandingan Indikator Mean Kelas Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen
Kontrol
60
Dari gambar 4.7, dapat diketahui bahwa indikator nomor 8 yang paling
rendah. Indikator nomor 8 adalah tentang “Mempraktikkan pembagian zakat fitrah
dan zakat mal”. Masalah yang terjadi pada saat siswa menyelesaikan soal yaitu
masih banyak siswa yang kesulitan mengingat ketentuan-ketentuan dalam
pembagian zakat seperti nisab (batasan jumlah) dan haul (batasan waktu) harta
yang wajib dizakati. Sehingga banyak siswa yang tidak dapat melakukan
perhitungan zakat dengan benar. Dan juga terlihat pada indikator nomor 3 yaitu
tentang “Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal” menunjukkan
perbedaan yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Kelas eksperimen memiliki presentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh metode Jigsaw yang memberikan
kemudahan bagi siswa di kelas eksperimen untuk berdiskusi dengan siswa
lainnya, ini membuat siswa lebih mudah untuk memahami pembelajaran karena
lebih mudah untuk bertanya kepada siswa lainnya jika ada bagian yang belum
dipahami sehingga siswa di kelas eksperimen dapat memahami materi yang
dipelajari dengan lebih baik. Sedangkan siswa di kelas kontrol hanya menjadi
peserta pasif karena hanya menjadi pendengar atas penjelasan-penjelasan yang
disampaikan oleh guru, sehingga siswa kurang termotivasi untuk berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran.
2. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan rincian 2 kali
pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali pertemuan untuk posttest.
Peneliti menggunakan dua kelas untuk dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu
kelas VIII A terpilih sebagai kelompok eksperimen yang pembelajarannya
menggunakan metode Jigsaw. Sedangkan kelas VIII B sebagai kelompok kontrol
yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional.
Adapun langkah pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw di kelas
eksperimen yaitu, pada setiap pertemuan masing-masing siswa berkumpul dengan
tim induk yang telah ditentukan secara acak. Kemudian setiap siswa diberikan
61
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang di dalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan yang
harus mereka jawab dengan cara berdiskusi bersama tim ahli. Setiap anggota di
dalam tim induk mendapatkan topik materi LKS yang berbeda-beda. Tim ahli
dibentuk dengan cara membuat kelompok baru berdasarkan topik materi di dalam
LKS yang setiap siswa dapatkan. Setelah siswa membentuk tim ahli, setiap tim
ahli diminta untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di
dalam LKS dengan cara berdiskusi dengan anggota di dalam tim ahli. Pada
awalnya, terlihat sebagian siswa mendominasi diskusi kelompok dan sebagian
lainnya hanya menjadi pendengar. Tetapi karena setiap siswa mempunyai LKS
yang harus dijawab, maka siswa yang sebelumnya kurang aktif dapat
mengimbangi siswa yang sebelumnya mendominasi. Sehingga terjadi komunikasi
yang aktif secara merata antara setiap anggota tim.
Pembelajaran dengan metode Jigsaw menjadikan siswa lebih antusias dan
tertantang untuk menyampaikan ide jawaban. Walaupun masih ditemukan
beberapa siswa yang belum terbiasa untuk berbicara di depan teman-temannya
sehingga terlihat canggung dan sulit untuk menjelaskan ide-ide yang ingin
disampaikan. Karena siswa belum terbiasa dengan metode seperti ini pada
pembelajaran-pembelajaran sebelumnya. Pada pertemuan selanjutnya, siswa
sudah mulai terbiasa dengan metode Jigsaw sehingga interaksi antar siswa dapat
terbangun dengan baik.
Setelah siswa berdiskusi dengan anggota tim ahli, langkah selanjutnya yaitu
setiap siswa kembali ke tim induk. Di dalam tim induk, setiap siswa memiliki
pemahaman tentang topik materi yang berbeda-beda. Karena setiap tim ahli
mendiskusikan topik materi yang berbeda-beda. Maka di dalam tim induk, setiap
anggota dituntut untuk menjelaskan materi yang telah mereka diskusikan
sebelumnya dengan tim ahli. Setiap anggota tim induk mewakili satu topik materi,
sehingga setiap anggota kelompok bergantung dengan anggota kelompok lainnya
untuk memahami materi secara menyeluruh. Dengan demikian, setiap siswa
dituntut berperan aktif untuk memastikan setiap anggota di dalam tim induk dapat
memahami materi yang dijelaskannya. Hal ini mendorong setiap siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terlihat setiap siswa
62
berusaha untuk menjelaskan materi dengan sebaik mungkin kepada anggota
kelompoknya berdasarkan apa yang telah mereka pahami dan menggunakan gaya
penjelasan yang beragam.
Setelah seluruh proses pembelajaran yang berlangsung sebanyak 2 kali
pertemuan, terjadi perubahan perilaku pada siswa. Pada pertemuan pertama masih
banyak siswa yang tampak bingung saat berdiskusi di dalam tim ahli, karena pada
pembelajaran-pembelajaran sebelumnya mereka belum terbiasa memahami materi
pelajaran secara mandiri. Pembelajaran-pembelajaran sebelumnya lebih bersifat
pasif, siswa hanya mendengarkan guru dan mencatat apa yang disampaikan guru.
Dalam pembelajaran itu kurang adanya interaksi antar siswa sehingga mereka
belum terbiasa untuk menyampaikan pendapat ataupun bertanya jika ada
penjelasan yang belum dipahami. Pada pertemuan selanjutnya siswa mulai
antusias mengikuti pembelajaran. Mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran,
mulai berani mengemukakan ide dan gagasan ketika diskusi berlangsung.
Pada kelas kontrol, pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan metode
konvensional. Metode konvensional yang digunakan adalah metode ceramah dan
tanya jawab. Pertama-tama guru menjelaskan materi yang dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya setelah guru selesai
menjelaskan keseluruhan materi. Keterlibatan siswa hanya sebatas mendengarkan
dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru.
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol ini siswa tidak
terlibat secara optimal dan cenderung pasif. Siswa tidak diberikan kesempatan
untuk bertukar pendapat dengan temannya dalam mengungkapkan ide dan
gagasannya di dalam kelas. Dengan demikian, pembelajaran yang diikuti oleh
siswa lebih bersifat hafalan. Tetapi kelebihan dari kelas kontrol ini yaitu siswa
dapat mempelajari materi secara menyeluruh sesuai dengan urutannya. Meskipun
hal tersebut tidak menjamin siswa bisa lebih memahami materi yang dipelajari
secara menyeluruh.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda
menyebabkan hasil akhir yang berbeda antara kelas eksperimen yang diajarkan
menggunakan metode Jigsaw dan kelas kontrol yang diajarkan menggunakan
63
metode konvensional. Hal ini dibuktikan dengan analisis data hasil penelitian, ada
perbedaan yang signifikan pada tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat
yang dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode Jigsaw
dan metode konvensional.
D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya
telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang
optimal. Meskipun demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan
sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan sebagaimana
dijelaskan berikut ini:
1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam khususnya pada materi Zakat, sehingga belum bisa
digeneralisasikan pada materi-materi lainnya.
2. Siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang menggunakan
metode Jigsaw, sehingga peneliti harus memberikan penjelasan ulang
atau bimbingan secara langsung kepada setiap kelompok agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
3. Pembelajaran dengan metode Jigsaw membutuhkan waktu yang cukup
banyak sedangkan waktu yang tersedia terbatas, sehingga butuh
persiapan dan pengaturan kelas yang baik.
64
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelititian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran
materi Zakat menggunakan metode Jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa
tentang materi yang dipelajari di SMP Sulthan Bogor diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara penggunaan metode Jigsaw dalam
pembelajaran yang dilaksanaan terhadap tingkat pemahaman siswa
tentang materi Zakat. Hal ini terlihat dari perbandingan antara
persentasee rata-rata seluruh indikator kelas eksperimen dengan kelas
kontrol. Kelas eksperimen memiliki rata-rata 69,59% sedangkan kelas
kontrol memiliki rata-rata 60,37%.
2. Siswa yang pembelajarannya menggunakan metode Jigsaw memiliki
tingkat pemahaman yang berbeda terhadap materi yang dipelajari
dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan
metode konvensional. Hal ini terbukti dengan pengujian hipotesis yang
menunjukkan nilai p= 0,0048 dan nilai α= 0,05 sehingga p= 0,0048 <
α= 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode Jigsaw
memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pemahaman siswa tentang
materi Zakat. Sehingga siswa yang pembelajarannya menggunakan
metode Jigsaw memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan
metode konvensional.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, menyatakan bahwa siswa yang
diajarkan menggunakan metode Jigsaw memiliki tingkat pemahaman terhadap
materi yang lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan metode
65
konvensional. Dengan demikian, diharapkan agar para guru lebih memperhatikan
kesesuaian antara materi yang akan dipelajari dengan metode yang digunakan.
Peran aktif siswa harus menjadi salah satu prioritas dalam pembelajaran,
karena seharusnya proses belajar tidak menjadi suatu paksaan melainkan suatu
kebutuhan. Hal ini dapat didorong dengan cara melaksanakan pembelajaran yang
aktif dan menyenangkan. Sebagaimana temuan di dalam penelitian ini, siswa
menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang
menggunakan metode Jigsaw.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Metode Jigsaw sebaiknya lebih sering digunakan dalam proses
pembelajaran terutama pada materi Zakat dan materi-materi lainnya
yang sesuai dengan kriteria metode Jigsaw, sehingga siswa terbiasa
dengan proses pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw dan
dengan menggunakan metode tersebut siswa bisa lebih memahami
materi yang diajarkan.
2. Guru yang hendak menggunakan metode Jigsaw dalam pembelajaran di
kelas diharapkan melakukan persiapan dan pengaturan kelas sebelum
menggunakan metode tersebut. Karena tanpa adanya persiapan dan
pengaturan kelas, pembelajaran menggunakan metode Jigsaw akan
memakan waktu yang cukup banyak.
3. Karena terdapat beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian
ini, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang meneliti tentang
metode Jigsaw pada materi-materi lainnya dan pada jenjang
sekolah/kelas yang berbeda.
4. Dalam penelitian selanjutnya, sebaiknya data yang diperoleh dilengkapi
dengan hasil wawancara dan angket.
66
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010.
-------. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. edisi 2. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Arkanuddin. dan Muslimah, Septi. Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011.
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2012.
Awladih, Hasan Muhammad wa. Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: t.p., 1985.
Cici Rina Yuningsih, “Efektifitas Penerapan Strategi Pembelajaran Cooperatif Tipe Jigsaw Learning pada Bidang Studi Aqidah Akhlak di MTs. Ibnu Hajar”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, h. 33-
34, tidak dipublikasikan.
Dewi Puspasari, “Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta: 2015. tidak dipublikasikan.
Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelerated Learning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru (Berdasarkan Pendekatan Kompetensi).
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Hawi, Akmal. Kompetensi Guru PAI. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013.
Lie, Anita. Mempraktikkan Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo, 2014.
Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam (Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan). Jakarta: Raja Grafindo, 2006.
Muhammad Aship, “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam
UIN Jakarta, Jakarta, h. 30, tidak dipublikasikan.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008.
Mustopa, Zaenal. dan Koswara, Nandang. Pendidikan Agama Islam untuk SD Kelas VI. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011.
67
Parsetyo, Danang. “Hari Ini, Hari Guru Nasional Momentum untuk Merefleksi dan Mengevaluasi Diri”, www.pontianakpost.com, 29 April 2016.
Payong, Marselus R. Sertifikasi Profesi Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya). Jakarta: PT. Indeks, 2011.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan.
Rahman, Masykur Arif. Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. Jogjakarta: Diva Press, 2011.
Remiswal. dan Amelia, Rezki. Format Pengembangan Strategi PAIKEM Dalam Pembelajaran Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Rusman. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2013.
-------. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008.
Silberman, Melvin L. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2006.
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana, 2014.
Slavin, Robert E. Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik , Terj. dari Cooperative Learning: theory, research and practice oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media, 2015.
Soebahar, Abd. Halim. Kebijakan Pendidikan Islam: dari Ordonansi Guru sampai UU SISDIKNAS. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005.
Sukardja, M. dan Komarudin, Ukim. Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
68
-------. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Taniredja, Tukiran. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta, 2013.
Thobroni, Muhammad. dan Mustofa, Arif. Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan
Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Thoyar, Husni. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
-------. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep, Landasan Teoritis—praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka,
2007.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Vitria Alviani, “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di
SMPN 2 Tangerang Selatan)”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta: 2010. tidak dipublikasikan.
Yaumi, Muhammad. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013.
Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakrta: PT Hidakarya
Agung, 1992.
-------. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
t.t.
67
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kelas Eksperimen
Pendidikan Agama Islam
Kelas 8 - Semester II - 2015/2016
Pertemuan 1
SK, KD, Indikator, Taksonomi Bloom
Standar kompetensi:
8. Memahami Zakat Kompetensi Dasar:
8.1 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal 8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal
8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat dan zakat mal Indikator:
8.1.1 Menyebutkan pengertian zakat fitrah 8.1.2 Menyebutkan pengertian zakat mal
8.1.3 Menyebutkan macam-macam zakat 8.2.1 Menjelaskan perbedaan antara pengertian zakat fitrah dan zakat mal
Tahapan Proses Pembelajaran Siswa
Durasi: 2 jam pelajaran (80 menit)
A. Pendahuluan: (10 menit)
1. Memberi salam 2. Mengkondisikan kelas dengan memerhatikan sikap dan tempat duduk
siswa serta menanyakan kabar 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa serta manfaatnya jika
siswa mampu menguasai materi B. Kegiatan Inti: (60 menit)
Model Pembelajaran Interaktif: Metode Jigsaw 1. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok dengan anggota 6 orang siswa
pada setiap kelompoknya (membentuk tim induk). 2. Guru memberikan 3 lembar soal yang berbeda kepada setiap kelompok
untuk dibagikan ke setiap siswa dalam kelompok tersebut (dalam satu
kelompok ada dua orang yang mendapatkan materi yang sama). Materi-materi tersebut adalah tentang:
a. Pengertian zakat fitrah dan zakat mal b. Macam-macam zakat c. Perbedaan zakat fitrah dengan zakat mal
68
Memeriksa dan Menyetujui Bogor, 25 April 2016
Kepala Sekolah SMP Sulthan Guru Mata Pelajaran Agama Islam Kelas 8
H. Ahmad Subekti, SE Muhammad
3. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan materi yang didapatkan (membentuk tim ahli) sehingga terbentuk kelompok baru sebanyak 6 kelompok.
4. Guru meminta siswa membaca dan memahami materi yang dibagikan. 5. Guru meminta setiap siswa untuk mendiskusikan materi yang mereka
dapatkan dengan anggota kelompok (tim ahli) kemudian menjawab setiap soal yang telah dibagikan sebelumnya.
6. Guru meminta siswa pada kelompok ahli untuk kembali ke kelompok
awal (tim induk) dan menjelaskan materi yang sudah didiskusikan sebelumnya kepada setiap anggota kelompok di tim induk.
C. Penutup/Closing: (10 menit)
Kesimpulan:
1. Guru meminta setiap kelompok untuk memberikan kesimpulan secara bergantian.
2. Guru memberikan soal kuis individu. 3. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah
dipelajari.
4. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.
Penilaian Hasil Belajar Siswa Sumber Belajar dan Alat
Bantu Mengajar
D. Jenis penilaian:
Observasi Sistematik:
Kehadiran
Respek
Ketertiban
Kerapian
Atensi
Sumber Belajar:
Buku paket Agama
Islam, penerbit yudistira
Alat Bantu Mengajar:
Spidol
Whiteboard
Worksheet
69
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kelas Eksperimen
Pendidikan Agama Islam
Kelas 8 - Semester II - 2015/2016
Pertemuan 2
SK, KD, Indikator, Taksonomi Bloom
Standar kompetensi:
8. Memahami Zakat
Kompetensi Dasar:
8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal
8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat dan zakat mal
8.4 Menjelaskan perbedaan hadas dan najis
Indikator:
8.2.2 Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah
8.2.3 Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat mal
8.2.4 Menjelaskan perbedaan antara ketentuan zakat fitrah dan zakat mal
8.3.1 Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orang-orang yang berhak
menerima zakat
8.3.2 Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat mal dan zakat
fitrah
8.4.1 Menjelaskan tata cara praktik zakat fitrah
8.4.2 Menjelaskan tata cara praktik zakat mal
Tahapan Proses Pembelajaran Siswa Interaktif
Durasi: 2 jam pelajaran (80 menit)
A. Pendahuluan: (10 menit)
4. Memberi salam
5. Mengkondisikan kelas dengan memerhatikan sikap dan tempat duduk
siswa serta menanyakan kabar
6. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa serta manfaatnya jika
siswa mampu menguasai materi
70
B. Kegiatan Inti: (60 menit)
Model Pembelajaran Interaktif: Metode Jigsaw
7. Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok dengan anggota 5 orang
siswa pada setiap kelompoknya (membentuk tim induk).
8. Guru memberikan 5 lembar soal yang berbeda kepada setiap kelompok
untuk dibagikan ke setiap siswa dalam kelompok tersebut. Materi-materi
tersebut adalah tentang:
d. Ketentuan-ketentuan zakat fitrah
e. Ketentuan-ketentuan zakat mal
f. Perbedaan antara ketentuan-ketentuan zakat fitrah dengan zakat mal
g. Dalil naqli tentang orang-orang yang berhak menerima zakat
h. Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan
zakat mal
9. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan materi yang didapatkan
(membentuk tim ahli) sehingga terbentuk kelompok baru sebanyak 5
kelompok.
10. Guru meminta siswa membaca dan memahami materi yang dibagikan.
11. Guru meminta setiap siswa untuk mendiskusikan materi yang mereka
dapatkan dengan anggota kelompok (tim ahli) kemudian menjawab
setiap soal yang telah dibagikan sebelumnya.
12. Guru meminta siswa pada kelompok ahli untuk kembali ke kelompok
awal (tim induk).
13. Guru meminta siswa menjelaskan materi yang sudah didiskusikan
sebelumnya kepada setiap anggota kelompok di tim induk.
14. Guru meminta siswa mengerjakan soal tentang pelaksanaan zakat fitrah
dan zakat mal.
C. Penutup/Closing: (10 menit)
Kesimpulan:
5. Guru meminta setiap kelompok untuk menjelaskan jawaban dari soal
tentang pelaksanaan zakat di depan kelas secara bergantian.
6. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap materi yang
telah dipelajari.
7. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.
71
Memeriksa dan Menyetujui Bogor, 25 April 2016
Kepala Sekolah SMP Sulthan Guru Mata Pelajaran
Agama Islam
Kelas 8
H. Ahmad Subekti, SE Muhammad
Penilaian Hasil Belajar Siswa Sumber Belajar dan Alat
Bantu Mengajar
D. Jenis penilaian:
Observasi Sistematik:
Kehadiran
Respek
Ketertiban
Kerapian
Atensi
Sumber Belajar:
Buku paket Agama
Islam, penerbit yudistira
Ensiklopedi untuk
pelajar
Ensiklopedi Islam.
Alat Bantu Mengajar:
Spidol
Whiteboard
Worksheet
72
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kelas Kontrol
Pendidikan Agama Islam
Kelas 8 - Semester II - 2015/2016
Pertemuan 1
SK, KD, Indikator, Taksonomi Bloom
Standar kompetensi:
8. Memahami Zakat
Kompetensi Dasar:
8.1 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal
8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal 8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat dan zakat mal
Indikator:
8.1.1 Menyebutkan pengertian zakat fitrah
8.1.2 Menyebutkan pengertian zakat mal 8.1.3 Menyebutkan macam-macam zakat 8.2.1 Menjelaskan perbedaan antara pengertian zakat fitrah dan zakat mal
Tahapan Proses Pembelajaran Siswa
Durasi: 2 jam pelajaran (80 menit) A. Pendahuluan: (10 menit)
7. Memberi salam 8. Mengkondisikan kelas dengan memerhatikan sikap dan tempat duduk
siswa serta menanyakan kabar
9. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa serta manfaatnya jika siswa mampu menguasai materi
B. Kegiatan Inti: (60 menit)
Model Pembelajaran Interaktif: -
15. Guru menjelaskan materi tentang: i. Pengertian zakat fitrah dan zakat mal
j. Macam-macam zakat k. Perbedaan zakat fitrah dengan zakat mal
16. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada
73
materi yang belum dipahami.
C. Penutup/Closing: (10 menit)
Kesimpulan:
8. Guru meminta beberapa siswa untuk memberikan kesimpulan secara bergantian.
9. Guru memberikan soal kuis individu. 10. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap materi yang
telah dipelajari.
11. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.
Penilaian Hasil Belajar Siswa Sumber Belajar dan Alat Bantu
Mengajar
D. Jenis penilaian:
Observasi Sistematik:
Kehadiran
Respek
Ketertiban
Kerapian
Atensi
Sumber Belajar:
Buku paket Agama Islam, penerbit yudistira
Alat Bantu Mengajar:
Spidol
Whiteboard
Worksheet
Memeriksa dan Menyetujui Bogor, 25 April 2016
Kepala Sekolah SMP Sulthan Guru Mata Pelajaran
Agama Islam
Kelas 8
H. Ahmad Subekti, SE Muhammad
74
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kelas Kontrol
Pendidikan Agama Islam
Kelas 8 - Semester II - 2015/2016
Pertemuan 2
SK, KD, Indikator, Taksonomi Bloom
Standar kompetensi:
8. Memahami Zakat
Kompetensi Dasar:
8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal
8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat dan zakat mal 8.4 Menjelaskan perbedaan hadas dan najis
Indikator:
8.2.2 Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah
8.2.3 Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat mal 8.2.4 Menjelaskan perbedaan antara ketentuan zakat fitrah dan zakat mal 8.3.1 Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orang-orang yang berhak
menerima zakat 8.3.2 Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat mal dan zakat
fitrah
8.4.1 Menjelaskan tata cara praktik zakat fitrah 8.4.2 Menjelaskan tata cara praktik zakat mal
Tahapan Proses Pembelajaran Siswa Interaktif
Durasi: 2 jam pelajaran (80 menit) A. Pendahuluan: (10 menit)
10. Memberi salam
11. Mengkondisikan kelas dengan memerhatikan sikap dan tempat duduk siswa serta menanyakan kabar
12. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa serta manfaatnya jika siswa mampu menguasai materi
B. Kegiatan Inti: (60 menit)
Model Pembelajaran Interaktif: -
17. Guru menjelaskan materi tentang: l. Ketentuan-ketentuan zakat fitrah m. Ketentuan-ketentuan zakat mal
n. Perbedaan antara ketentuan-ketentuan zakat fitrah dengan zakat mal
75
o. Dalil naqli tentang orang-orang yang berhak menerima zakat
p. Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal
18. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami.
C. Penutup/Closing: (10 menit)
Kesimpulan:
12. Guru meminta beberapa siswa untuk memberikan kesimpulan secara bergantian.
13. Guru memberikan soal kuis individu. 14. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap materi yang
telah dipelajari.
15. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.
Penilaian Hasil Belajar Siswa Sumber Belajar dan Alat Bantu
Mengajar
D. Jenis penilaian:
Observasi Sistematik:
Kehadiran
Respek
Ketertiban
Kerapian
Atensi
Sumber Belajar:
Buku paket Agama Islam, penerbit
yudistira
Ensiklopedi untuk pelajar
Ensiklopedi Islam.
Alat Bantu Mengajar:
Spidol
Whiteboard
Worksheet
Memeriksa dan Menyetujui Bogor, 25 April 2016
Kepala Sekolah SMP Sulthan Guru Mata Pelajaran
Agama Islam
Kelas 8
H. Ahmad Subekti, SE Muhammad
76
Lampiran 3
KELOMPOK AHLI 1
Topik Diskusi: Pengertian Zakat Fitrah dan Zakat Mal
Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : ……………………………………
Pertanyaan: 1. Jelaskan pengertian zakat fitrah!
2. Jelaskan Pengertian Zakat Mal
Jawaban:
Jawaban:
77
KELOMPOK AHLI 2
Topik Diskusi: Macam-macam Zakat
Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : ……………………………………
Pertanyaan: 1. Sebutkan macam-macam zakat yang kamu ketahui!
Jawaban:
78
KELOMPOK AHLI 3
Topik Diskusi: Perbedaan antara Zakat Fitah dengan Zakat Mal
Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : ……………………………………
Pertanyaan: 1. Sebutkan perbedaan antara zakat fitrah dengan zakat mal!
Jawaban:
79
KELOMPOK AHLI 1
Topik Diskusi: Ketentuan-ketentuan Zakat Fitrah
Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : ……………………………………
Pertanyaan: 1. Sebutkan ketentuan-ketentuan di dalam zakat fitrah!
Jawaban:
80
KELOMPOK AHLI 2
Topik Diskusi: Ketentuan-ketentuan Zakat Mal
Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : ……………………………………
Pertanyaan: 1. Sebutkan ketentuan-ketentuan di dalam zakat mal!
Jawaban:
81
KELOMPOK AHLI 3
Topik Diskusi: Perbedaan Ketentuan-ketentuan Zakat Fitrah dengan Zakat
Mal
Nama Siswa : ……………………………………
Kelas/Kelompok : …………………………………… Pertanyaan:
1. Sebutkan perbedaan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dengan zakat mal!
Jawaban:
82
KELOMPOK AHLI 4
Topik Diskusi: Dalil Naqli Tentang Mustahik Zakat
Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : ……………………………………
Pertanyaan: 1. Sebutkan dalil naqli tentang mustahik zakat beserta artinya!
Jawaban:
83
KELOMPOK AHLI 5
Topik Diskusi: Mustahik Zakat
Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : ……………………………………
Pertanyaan: 1. Sebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat!
Jawaban:
84
SOAL LATIHAN PEMBELAJARAN MATERI ZAKAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS VIII
Nama : ...................................
Kelas : ...................................
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Bagaimanakah pelaksanaan zakat dalam masyarakat di sekitar kamu pada
bulan Ramadhan? Jelaskan secara singkat!
2. Hitunglah jumlah anggota keluargamu serta orang-orang yang berada
dalam tanggungan keluargamu!
3. Hitunglah zakat fitrah yang harus kamu keluarkan untuk seluruh anggota
keluarga kalian tersebut!
4. Tentukan jenis makanan pokok yang akan kalian keluarkan!
5. Perhatikan harta yang dimiliki oleh orang-orang di sekitarmu! Sebutkan
harta orang-orang tersebut yang wajib dizakati!
6. Buatlah perkiraan jumlah harta yang dimiliki oleh orang-orang tersebut!
Buatlah perhitungan zakat yang wajib dikeluarkan oleh orang-orang itu!
7. Sebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat tersebut!
85
Lampiran 4
KUESIONER
SMP Sulthan Tahun Ajaran 2015/2016
Kelas IX
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Salah satu pengertian zakat menurut bahasa adalah . . . .
a. menukarkan
b. menambahkan
c. menyisihkan harta
d. mensucikan
2. Zakat yang dikeluarkan untuk membersihakan jiwa seseorang disebut
zakat . . . .
a. harta
b. profesi
c. fitrah
d. mal
3. Orang yang harus mengeluarkan zakat dalam istilah syara’ disebut . . . .
a. muzaki
b. mustahik
c. nishab
d. haul
4. Surat at-Taubah ayat 60 menjelaskan tentang . . . .
a. orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat
b. orang-orang yang berhak menerima zakat
c. ketentuan-ketentuan orang yang mengeluarkan zakat
d. ketentuan-ketentuan dalam mengeluarkan zakat barang temuan
5. Hukum mengeluarkan zakat mal bagi yang sudah memenuhi syarat wajib
adalah . . . .
a. wajib
b. mubah
c. sunnah
d. makruh
6. Pengertian mustahik zakat adalah . . . .
a. orang yang mampu untuk mengeluarkan zakat
b. orang yang berkewajiban untuk melaksanakan zakat
86
c. orang yang berhak untuk menerima zakat
d. zakat yang harus dibayarkan kepada yang berhak menerimanya
7. Zakat mal hanya dibayarkan setelah . . . .
a. seseorang merasa siap untuk membayar zakat
b. seseorang merasa mampu
c. memenuhi nisab dan haulnya
d. semua urusan dunianya terpenuhi
8. Berikut ini adalah harta yang tidak wajib untuk dizakati adalah harta . . . .
a. barang dagangan
b. hasil curian
c. hasil pertanian
d. hasil temuan
9. Zakat yang dikeluarkan khusus pada bulan Ramadhan adalah zakat . . . .
a. mal
b. fitrah
c. profesi
d. perniagaan/perdagangan
10. Zakat fitrah dikeluarkan oleh setiap jiwa sebesar . . . .
a. 2,5 persen
b. 2,5 liter
c. 2,5 Kg
d. 2,5 Ons
11. Hukum mengeluarkan zakat fitrah adalah . . . .
a. sunnah
b. wajib
c. haram
d. makruh
12. Zakat yang bertujuan membersihkan harta adalah zakat . . . .
a. mal
b. fitrah
c. profesi
d. rikaz
13. Keluarga Khalid terdiri dari 10 orang, zakat fitrah yang wajib dikeluarkan
sebanyak . . . liter
a. 10
87
b. 20
c. 30
d. 31
14. Perbedaan antara zakat fitrah dengan zakat mal yaitu . . . .
a. zakat fitrah dikeluarkan jika ada kelebihan harta, sedangkan zakat mal
harus selalu dikeluarkan setiap tahunnya
b. zakat fitrah dikeluarkan saat bulan Ramadhan, sedangkan zakat mal
dikeluarkan jika sudah mencapai nisab dan haul/waktu panen untuk
zakat pertanian
c. zakat fitrah harus diberikan kepada orang yang berhak menerima,
sedangkan zakat mal boleh diberikan kepada siapa saja
d. zakat fitrah harus diberikan oleh semua orang, sedangkan zakat mal
hanya diberikan oleh orang yang sudah berkeluarga
15. Nisab untuk zakat yang berupa emas adalah . . . gram
a. 93,1
b. 100,9
c. 96
d. 91,2
16. Pak Ahmad memiliki sebuah peternakan kambing yang berjumlah 100
ekor, maka Pak Ahmad wajib mengeluarkan zakat sebesar . . . .
a. 2 ekor kambing betina umur 2 tahun
b. 2 ekor domba betina umur 2 tahun
c. 1 ekor kambing betina umur 2 tahun
d. 1 ekor domba betina umur 2 tahun
17. Nisab hasil pertanian yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu . . . .
a. 653 Kg
b. 555 Kg
c. 453 Kg
d. 456 Kg
18. Di bawah ini adalah syarat wajib zakat fitrah, kecuali . . . .
a. orang Islam
b. diberikan saat masa panen
c. masih hidup saat terbenamnya matahari pada akhir bulan ramadhan
d. mempunyai kelebihan makanan pada malam hari raya idul fitri
19. Rukun zakat fitrah terdiri dari . . . .
88
a. beragama Islam, baligh, kaya, dan berakal sehat
b. niat, muzakki, mustahik, dan ada makanan pokok
c. beragama Islam, hidup di malam hari raya, mustahik
d. niat, beragama Islam, berakal, dan baligh
20. Waktu sunnah mengeluarkan zakat fitrah adalah . . . .
a. selama bulan Ramadhan
b. setelah subuh sebelum shalat idul fitri
c. malam hari raya idul fitri
d. setelah shalat idul fitri
21. Berikut ini yang bukan manfaat zakat fitrah adalah . . . .
a. membuat gembira orang yang lemah dan tidak mampu pada saat hari
raya
b. dapat mengurangi harta yang kita miliki
c. mencegah orang-orang miskin melakukan kejahatan
d. hubungan kasih sayang antara pemberi dan penerima zakat akan
terjalin
22. Nilai minimal suatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya disebut . . . .
a. muzakki
b. mustahik
c. haul
d. nisab
23. Orang muslim yang mampu melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan
dengan urusan zakat yaitu tugas yang berkaitan proses penghimpunan,
penjagaan, pemeliharaan, pendistribusian, dan laporan keuangan dana
zakat disebut . . . .
a. fakir
b. miskin
c. amil
d. gharim
24. Besar zakat barang temuan (rikaz) adalah . . . .
a. 2,5 %
b. 5 %
c. 10 %
d. 20 %
89
25. Bila seseorang memiliki 10 ekor unta, berapa zakat yang harus dikeluarkan
. . . .
a. 1 ekor kambing
b. 2 ekor kambing
c. 1 ekor anak unta
d. 2 ekor anak unta
26. Seseorang harus mengeluarkan zakat 1 ekor kambing berumur 2 tahun jika
ia memiliki kambing sebanyak . . . .
a. 20-39 ekor kambing
b. 40-120 ekor kambing
c. 121-200 ekor kambing
d. 201-399 ekor kambing
27. Waktu menunaikan zakat pertanian adalah . . . .
a. setiap bulan Ramadhan
b. setiap tahun
c. setiap bulan
d. setiap panen
28. Seorang petani memiliki sawah tadah hujan yang ditanami padi. Hasil
panennya mencapai 30 Kwintal gabah, maka zakat yang harus dikeluarkan
adalah . . . .
a. 10 Kwintal
b. 5 Kwintal
c. 3 Kwintal
d. 1,5 Kwintal
29. Jika seseorang memiliki tabungan sebesar Rp. 50.000.000 dan telah genap
satu tahun maka besar zakat yang wajib dikeluarkan adalah . . . .
a. Rp. 1.250.000
b. Rp. 2.500.000
c. Rp. 5.000.000
d. Rp. 7.500.000
30. Seorang pedagang mendapatkan laba bersih hasil niaganya selama satu
tahun sebesar Rp. 30.000.000, berapa zakat yang wajib dikeluarkan . . . .
a. Rp. 1.250.000
b. Rp. 1.000.000
c. Rp. 750.000
d. Rp. 500.000
90
31. Seorang profesional muda bekerja selama satu tahun dan mendapatkan
penghasilan bersih sebesar Rp. 60.000.000, maka zakat yang harus
dikeluarkan adalah . . . .
a. Rp. 1.250.000
b. Rp. 1.500.000
c. Rp. 2.000.000
d. Rp. 2.500.000
32. Seorang muallaf termasuk golongan yang berhak menerima zakat karena .
. . .
a. masih banyak musuhnya
b. pengetahuan kesilamannya masih rendah
c. ibadahnya belum ikhlas
d. imannya masih lemah
33. Jika satu keluarga terddiri dari 2 orang dewasa, 2 remaja, dan 1 bayi. Maka
zakat fitrah yang harus dikeluarkan sebanyak . . . .
a. 7,5 Kg
b. 10 Kg
c. 12,5 Kg
d. 15 Kg
34. Fulanah memiliki 100 gram emas tak terpakai. Harga emas saat itu adalah
Rp. 300.000. Setelah genap satu tahun, jika ia ingin membayar zakatnya
dengan uang maka jumlah yang harus dibayarkan adalah . . . .
a. Rp. 300.000
b. Rp. 750.000
c. Rp. 1.000.000
d. Rp. 3.000.000
35. Berikut ini syarat-syarat harta yang wajib dizakati, kecuali . . . .
a. menjadi milik sempurna
b. milik bersama
c. sudah mencapai nisab
d. mencapai haul
36. Berikut ini golongan yang berhak menerima zakat, kecuali . . . .
a. amil
b. yatim
c. fakir
91
d. gharim
37. Berikut ini adalah harta yang wajib dizakati, kecuali . . . .
a. emas yang digunakan
b. perak
c. hewan ternak
d. hasil pertanian
38. Zakat terbagi ke dalam dua bagian, yaitu . . . .
a. zakat fitrah dan zakat mal
b. zakat harta dan zakat tenaga
c. zakat profesi dan zakat jasa
d. zakat fitrah dan zakat uang
39. Yang termasuk ke dalam zakat mal adalah . . . .
a. uang pinjaman
b. harta gadaian
c. hewan ternak
d. tumbuhan
40. Seseorang boleh mengeluarkan zakat fitrah sejak . . . .
a. terbit matahari di bulan Ramadhan sampai terbenam matahari
b. awal bulan Ramadhan sampai akhir bulan ramadhan
c. pertengahan bulan Ramadhan sampai akhir bulan Ramadhan
d. memasuki akhir minggu pada bulan Ramadhan
92
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas
No. Nama Butir Soal
1 2 3 4 5
1 A 1 1 1 1 1
2 B 1 1 1 1 1
3 C 0 1 1 1 1
4 D 1 1 1 1 1
5 E 1 1 1 1 1
6 V 1 1 1 0 0
7 G 1 1 1 1 1
8 H 1 1 1 1 1
9 I 1 0 0 1 1
10 J 1 1 1 1 1
11 K 1 1 1 1 1
12 L 0 1 1 1 1
13 M 1 1 1 1 1
14 N 1 1 1 1 1
15 O 1 1 1 1 1
16 P 1 1 1 1 1
17 Q 1 1 1 1 1
18 R 1 1 1 1 1
19 S 1 0 1 1 1
20 T 1 1 1 1 0
21 U 1 1 1 1 1
22 V 1 1 1 1 1
23 W 1 1 1 1 0
24 X 0 1 1 0 1
25 Y 1 1 1 1 0
26 Z 1 1 1 1 0
27 AA 1 1 1 1 1
28 BB 1 0 0 0 0
29 CC 1 1 1 1 1
30 DD 1 1 0 0 1
∑ 28 29 30 30 29
R hitung 0.425 0.406 0.406 0.462 0.404
R tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid
93
No. Nama Butir Soal
6 7 8 9 10
1 A 1 1 1 1 1
2 B 1 0 1 1 1
3 C 0 1 1 1 0
4 D 1 1 1 1 1
5 E 1 1 1 1 1
6 V 0 1 1 0 1
7 G 1 1 1 1 1
8 H 1 1 1 1 1
9 I 1 1 1 1 1
10 J 0 0 1 0 1
11 K 1 1 1 1 1
12 L 0 1 1 1 1
13 M 1 1 1 1 1
14 N 0 1 1 1 0
15 O 1 1 1 1 1
16 P 1 1 1 1 1
17 Q 1 1 1 1 1
18 R 1 0 1 0 1
19 S 0 1 1 1 0
20 T 1 1 1 0 0
21 U 1 0 1 1 0
22 V 1 1 1 1 1
23 W 1 1 0 0 1
24 X 1 1 0 0 1
25 Y 0 1 1 1 0
26 Z 1 0 0 1 1
27 AA 1 1 1 1 1
28 BB 1 0 1 1 1
29 CC 1 1 1 1 1
30 DD 1 0 0 1 1
∑ 29 30 34 33 34
R hitung 0.374 0.374 0.413 0.404 0.252
R tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Kriteria Valid Valid Valid Valid Tdk Valid
94
No. Nam
a
Butir Soal
11 12 13 14 15
1 A 1 1 1 1 0
2 B 1 1 1 0 1
3 C 1 0 1 0 0
4 D 1 1 1 1 1
5 E 1 0 0 1 1
6 V 1 0 1 0 1
7 G 1 1 0 0 1
8 H 1 1 1 0 1
9 I 0 0 0 1 0
10 J 1 0 1 0 1
11 K 1 1 1 1 0
12 L 1 0 0 0 0
13 M 1 1 0 0 0
14 N 1 1 1 1 0
15 O 1 1 1 0 0
16 P 1 1 1 1 0
17 Q 1 1 1 1 1
18 R 1 0 0 0 0
19 S 1 1 0 1 0
20 T 1 0 1 0 0
21 U 1 1 1 0 0
22 V 1 1 1 1 0
23 W 1 1 1 1 0
24 X 1 1 0 0 0
25 Y 1 1 0 0 0
26 Z 1 1 0 0 0
27 AA 1 1 1 1 1
28 BB 1 1 0 0 0
29 CC 1 1 1 1 0
30 DD 1 1 0 1 0
∑ 40 34 31 28 24
R hitung 0.1959812
29 0.3753912
19 0.3904683
79 0.412079
58 0.4006351
65
R tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Kriteria Tdk Valid Valid Valid Valid Valid
95
No. Nam
a
Butir Soal
16 17 18 19 20
1 A 1 0 1 0 0
2 B 0 0 1 1 0
3 C 0 0 0 1 0
4 D 0 0 1 1 0
5 E 1 1 1 1 0
6 V 1 1 1 1 0
7 G 1 0 0 1 1
8 H 1 0 0 1 0
9 I 1 0 1 1 0
10 J 0 1 0 0 1
11 K 0 0 1 1 0
12 L 0 0 0 0 0
13 M 0 0 1 1 1
14 N 0 1 1 1 0
15 O 0 0 1 1 1
16 P 1 0 1 1 1
17 Q 0 1 1 1 1
18 R 0 0 1 1 0
19 S 1 1 1 1 0
20 T 0 0 1 1 1
21 U 0 0 1 1 0
22 V 0 0 0 1 0
23 W 0 0 1 1 1
24 X 0 1 1 1 0
25 Y 0 0 1 1 0
26 Z 1 1 0 0 0
27 AA 0 1 1 1 1
28 BB 1 0 0 0 0
29 CC 0 1 1 1 1
30 DD 0 0 0 0 0
∑ 26 27 39 43 30
R hitung 0.0699632
1 0.0932842
86 0.3670489
83 0.4177590
23 0.3731371
42
R tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Kriteria Tdk Valid Tdk Valid Valid Valid Valid
96
No. Nam
a
Butir Soal
21 22 23 24 25
1 A 1 1 1 1 0
2 B 1 1 1 0 0
3 C 1 1 0 0 0
4 D 1 0 1 1 1
5 E 1 1 1 1 1
6 V 1 0 1 1 0
7 G 1 1 1 1 0
8 H 1 1 1 0 1
9 I 0 0 1 0 0
10 J 1 0 1 0 0
11 K 1 1 1 0 0
12 L 1 0 1 0 1
13 M 1 1 1 0 0
14 N 1 1 1 1 0
15 O 1 1 1 1 0
16 P 1 1 1 0 0
17 Q 1 1 1 1 1
18 R 1 1 1 0 0
19 S 0 1 1 0 0
20 T 1 0 1 0 0
21 U 1 1 1 0 0
22 V 1 1 1 1 0
23 W 1 1 1 0 1
24 X 1 0 0 0 0
25 Y 1 1 1 1 0
26 Z 1 0 0 0 0
27 AA 1 1 1 1 0
28 BB 1 1 1 0 1
29 CC 1 1 1 0 0
30 DD 1 1 1 0 0
∑ 49 44 50 35 32
R hitung 0.3041015
08 0.4996929
47 0.4250881
28 0.5543660
52 0.119566
19
R tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Kriteria Tdk Valid Valid Valid Valid Tdk Valid
97
No. Nam
a
Butir Soal
26 27 28 29 30
1 A 1 0 1 0 1
2 B 1 0 1 1 1
3 C 0 1 0 0 1
4 D 0 1 1 0 1
5 E 1 1 0 1 1
6 V 0 0 0 0 0
7 G 0 0 1 0 1
8 H 0 0 1 1 0
9 I 1 1 0 0 0
10 J 0 0 0 1 1
11 K 1 1 1 1 0
12 L 1 0 0 0 0
13 M 0 1 1 1 0
14 N 0 1 1 1 0
15 O 0 1 1 0 1
16 P 0 1 1 1 0
17 Q 1 1 0 0 1
18 R 0 0 1 0 0
19 S 1 0 0 0 0
20 T 0 0 1 0 1
21 U 0 1 1 0 1
22 V 0 1 1 0 1
23 W 0 0 0 0 0
24 X 1 1 0 0 0
25 Y 0 1 1 0 0
26 Z 0 0 0 0 1
27 AA 0 1 1 0 0
28 BB 0 0 0 0 1
29 CC 0 1 1 1 0
30 DD 0 1 0 0 0
∑ 35 44 45 38 44
R hitung 0.0527782
85 0.4015558
29 0.5790390
68 0.4726055
53 0.1256071
45
R tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Kriteria Tdk Valid Valid Valid Valid Tdk Valid
98
No. Nam
a
Butir Soal
31 32 33 34 35
1 A 0 1 1 0 0
2 B 1 1 1 0 1
3 C 0 1 0 1 0
4 D 0 0 1 0 0
5 E 1 1 1 1 1
6 V 0 1 0 0 0
7 G 0 1 1 1 1
8 H 0 1 1 0 1
9 I 0 1 0 0 0
10 J 0 1 0 1 1
11 K 0 1 1 1 1
12 L 0 1 0 0 1
13 M 1 1 0 1 1
14 N 0 1 0 0 1
15 O 1 0 1 1 0
16 P 1 0 0 1 1
17 Q 1 1 1 1 1
18 R 1 1 0 1 1
19 S 0 0 0 0 0
20 T 0 0 0 1 1
21 U 1 0 1 1 0
22 V 1 1 1 0 0
23 W 0 0 1 1 0
24 X 0 0 1 0 0
25 Y 1 1 1 1 1
26 Z 1 0 1 0 1
27 AA 1 1 1 1 0
28 BB 0 0 1 0 1
29 CC 1 1 1 1 1
30 DD 0 0 1 0 1
∑ 44 51 52 50 53
R hitung 0.5302311
77 0.3923907
85 0.3923907
85 0.3702105
31 0.177281
62
R tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Kriteria Valid Valid Valid Valid Tdk Valid
99
No. Nama Butir Soal
y y^2 36 37 38 39 40
1 A 1 1 1 1 1 30 900
2 B 0 0 1 1 1 29 841
3 C 1 0 0 0 0 17 289
4 D 1 1 1 0 1 29 841
5 E 1 1 1 1 1 36 1296
6 V 1 1 0 0 1 20 400
7 G 1 1 1 0 1 30 900
8 H 1 0 1 1 1 29 841
9 I 1 1 0 0 1 19 361
10 J 1 0 0 0 1 21 441
11 K 0 0 1 0 1 29 841
12 L 0 1 1 0 1 18 324
13 M 1 1 1 1 1 30 900
14 N 1 1 1 1 1 29 841
15 O 1 1 1 0 1 30 900
16 P 0 1 1 1 1 31 961
17 Q 1 1 0 1 1 36 1296
18 R 1 0 1 0 1 22 484
19 S 0 1 0 0 0 18 324
20 T 0 0 0 1 1 20 400
21 U 0 1 0 0 1 24 576
22 V 1 1 1 1 1 30 900
23 W 0 0 1 0 1 22 484
24 X 0 1 0 1 1 18 324
25 Y 1 1 0 1 1 26 676
26 Z 0 0 1 0 1 18 324
27 AA 0 1 1 0 1 32 1024
28 BB 0 0 1 0 1 17 289
29 CC 1 1 1 1 1 34 1156
30 DD 0 0 1 1 1 18 324
∑ 53 56 58 53 68 762 20458
R hitung 0.401 0.426 0.408 0.445 0.348
R tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Kriteria Valid Valid Valid Valid Tdk Valid
100
Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas Tes Uraian
Contoh tabel validitas nomor 1:
Siswa X1 Y X1^2 Y^2 X1*Y
A 1 30 1 900 30
B 1 29 1 841 29
C 0 17 0 289 0
D 1 29 1 841 29
E 1 36 1 1296 36
V 1 20 1 400 20
G 1 30 1 900 30
H 1 29 1 841 29
I 1 19 1 361 19
J 1 21 1 441 21
K 1 29 1 841 29
L 0 18 0 324 0
M 1 30 1 900 30
N 1 29 1 841 29
O 1 30 1 900 30
P 1 31 1 961 31
Q 1 36 1 1296 36
R 1 22 1 484 22
S 1 18 1 324 18
T 1 20 1 400 20
U 1 24 1 576 24
V 1 30 1 900 30
W 1 22 1 484 22
X 0 18 0 324 0
Y 1 26 1 676 26
Z 1 18 1 324 18
AA 1 32 1 1024 32
BB 1 17 1 289 17
CC 1 34 1 1156 34
DD 1 18 1 324 18
∑ 27 762 27 20458 709
101
Contoh mencari validasi nomor 1
Menentukan nilai X = Jumlah skor soal no.1
= 27
Menentukan nilai Y = Jumlah skor total
= 762
Menentukan nilai 2X = Jumlah kuadrat skor no.1
= 27
Menentukan nilai 2Y = Jumlah kuadrat skor total
= 20458
Menentukan nilai XY = Jumlah hasil kali skor no.1 dengan skor
total = 709
Menentukan nilai
2222 )(.)(
))(()(
YYNXXN
YXXYNrxy
425,0
)762()20458(3027)27(30.
)762(27)709(30
22
xyr
Mencari nilai rtabel, dengan dk = n – 2 = 30 – 2 = 28 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,05 diperoleh nilai rtabel = 0,361
Setelah diperoleh nilai rxy = 0,425 lalu dikonsultasikan dengan nilai
rtabel = 0,361 Karena rxy > rtabel (0,361 > 0,361), maka soal No.1
valid
Untuk soal selanjutnya menggunakan langkah seperti soal no.1
102
Lampiran 6
Hasil Uji Reliabilitas
No. Subyek Skor
Ganjil
Skor
Genap Total
1 A 12 18 30
2 B 15 14 29
3 C 9 8 17
4 D 15 14 29
5 E 19 17 36
6 F 11 9 20
7 G 13 17 30
8 H 16 13 29
9 I 8 11 19
10 J 11 10 21
11 K 14 15 29
12 L 10 8 18
13 M 15 15 30
14 N 16 13 29
15 O 14 16 30
16 P 15 16 31
17 Q 19 17 36
18 R 9 13 22
19 S 9 9 18
20 T 10 10 20
21 U 13 11 24
22 V 15 15 30
23 W 10 12 22
24 X 11 7 18
25 Y 14 12 26
26 Z 9 9 18
27 AA 16 16 32
28 BB 8 9 17
29 CC 18 16 34
30 DD 10 8 18
Reliabilitas 0.857963
Kesimpulan: Sangat Tinggi (0.80 ≤ r ≤ 1.00)
103
Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Pilihan Ganda
Rumus uji Reliabilitas tes pilihan ganda menggunakan rumus belah dua
seperti berikut ini:
= 0,86
Berdasarkan kriteria reliabilitas r11 = 0,86 berada di antara kisaran nilai
0,80 ≤ r ≤ 1,00, maka tes bentuk uraian tersebut memiliki reliabilitas yang
sangat tinggi.
104
Lampiran 7
Hasil Uji Taraf Kesukaran
Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Pilihan Ganda:
Menentukan B = Jumlah skor butir i yang dijawab oleh peserta tes dengan
benar.
Menentukan JS = Jumlah skor maksimal seluruh soal.
Misal, untuk no.1 perhitungan tingkat kesukarannya sebagai berikut:
B = 30, JS = 40
Menetukan Tingkat Kesukaran:
JS
BP
= 30
27 = 0,9
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran, P = 0,9 berada kisaran nilai 0,71-
1,00 maka soal nomor 1 tersebut memiliki tingkat kesukaran mudah.
Untuk nomor 2 dan seterusnya, perhitungan tingkat kesukarannya sama
dengan perhitungan tingkat kesukaran soal nomor 1.
105
Lampiran 8
Hasil Uji Daya Pembeda Soal
Langkah – langkah Perhitungan Daya Beda Soal
Menentukan jumlah kelompok atas dan bawah dengan cara:
Jumlah kelompok = 27% x Jumlah siswa = 27% x 30 = 8
Nilai siswa diurutkan dari yang terbesar, sehingga 8 siswa dengan nilai
tertinggi menempati kelompok A dan 8 siswa dengan nilai terendah
menempati kelompok B
Menentukan JBA = Jumlah skor benar kelompok atas pada soal yang diolah
Menentukan JBB = Jumlah skor benar kelompok bawah pada soal yang diolah
JSA = skor maksimal kelompok atas pada soal yang diolah
JSB = skor maksimal kelompok bawah pada soal yang diolah
Misal, untuk soal no.1, perhitungan daya bedanya adalah sebagai berikut :
JBA = 8, JBB = 5, JSA = 8, JSB = 8
Menentukan DP = Daya Pembeda
= 375,08
3
8
58
8
5
8
8
Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai DP = 0,375 berada diantara
kisaran nilai 0,21 < D < 0,40, maka soal nomor 1 tersebut memiliki daya
pembeda cukup.
Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama
dengan perhitungan daya pembeda soal nomor 1.
JSB
JBB
JSA
JBADP
106
Lampiran 9
KUESIONER
SMP Sulthan Tahun Ajaran 2015/2016
Kelas VIII
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Salah satu pengertian zakat menurut bahasa adalah . . . . e. menukarkan
f. menambahkan g. menyisihkan harta
h. mensucikan
2. Zakat yang dikeluarkan untuk membersihakan jiwa seseorang disebut
zakat . . . . e. harta
f. profesi g. fitrah h. mal
3. Orang yang harus mengeluarkan zakat dalam istilah syara’ disebut . . . .
e. muzaki f. mustahik g. nishab
h. haul
4. Surat at-Taubah ayat 60 menjelaskan tentang . . . . a. orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat b. orang-orang yang berhak menerima zakat
c. ketentuan-ketentuan orang yang mengeluarkan zakat d. ketentuan-ketentuan dalam mengeluarkan zakat barang temuan
5. Hukum mengeluarkan zakat mal bagi yang sudah memenuhi syarat wajib
adalah . . . .
e. wajib f. mubah
g. sunnah h. makruh
6. Pengertian mustahik zakat adalah . . . .
e. orang yang mampu untuk mengeluarkan zakat f. orang yang berkewajiban untuk melaksanakan zakat g. orang yang berhak untuk menerima zakat
h. zakat yang harus dibayarkan kepada yang berhak menerimanya
107
7. Zakat mal hanya dibayarkan setelah . . . .
e. seseorang merasa siap untuk membayar zakat f. seseorang merasa mampu g. memenuhi nisab dan haulnya
h. semua urusan dunianya terpenuhi 8. Berikut ini adalah harta yang tidak wajib untuk dizakati adalah harta . . . .
e. barang dagangan f. hasil curian g. hasil pertanian
h. hasil temuan
9. Zakat yang dikeluarkan khusus pada bulan Ramadhan adalah zakat . . . . e. mal f. fitrah
g. profesi h. perniagaan/perdagangan
10. Zakat yang bertujuan membersihkan harta adalah zakat . . . .
a. mal
b. fitrah c. profesi
d. rikaz
11. Keluarga Khalid terdiri dari 10 orang, zakat fitrah yang wajib dikeluarkan
sebanyak . . . liter a. 10
b. 20 c. 30 d. 31
12. Perbedaan antara zakat fitrah dengan zakat mal yaitu . . . .
a. zakat fitrah dikeluarkan jika ada kelebihan harta, sedangkan zakat mal harus selalu dikeluarkan setiap tahunnya
b. zakat fitrah dikeluarkan saat bulan Ramadhan, sedangkan zakat mal
dikeluarkan jika sudah mencapai nisab dan haul/waktu panen untuk zakat pertanian
c. zakat fitrah harus diberikan kepada orang yang berhak menerima, sedangkan zakat mal boleh diberikan kepada siapa saja
d. zakat fitrah harus diberikan oleh semua orang, sedangkan zakat mal
hanya diberikan oleh orang yang sudah berkeluarga
13. Nisab untuk zakat yang berupa emas adalah . . . gram a. 93,1 b. 100,9
c. 96 d. 91,2
108
14. Di bawah ini adalah syarat wajib zakat fitrah, kecuali . . . . a. orang Islam b. diberikan saat masa panen
c. masih hidup saat terbenamnya matahari pada akhir bulan ramadhan d. mempunyai kelebihan makanan pada malam hari raya idul fitri
15. Rukun zakat fitrah terdiri dari . . . .
a. beragama Islam, baligh, kaya, dan berakal sehat
b. niat, muzakki, mustahik, dan ada makanan pokok c. beragama Islam, hidup di malam hari raya, mustahik
d. niat, beragama Islam, berakal, dan baligh
16. Berikut ini yang bukan manfaat zakat fitrah adalah . . . .
a. membuat gembira orang yang lemah dan tidak mampu pada saat hari raya
b. dapat mengurangi harta yang kita miliki c. mencegah orang-orang miskin melakukan kejahatan d. hubungan kasih sayang antara pemberi dan penerima zakat akan
terjalin
17. Nilai minimal suatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya disebut . . . . a. muzakki b. mustahik
c. haul d. nisab
18. Orang muslim yang mampu melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan
dengan urusan zakat yaitu tugas yang berkaitan proses penghimpunan,
penjagaan, pemeliharaan, pendistribusian, dan laporan keuangan dana zakat disebut . . . .
a. fakir b. miskin c. amil
d. gharim
19. Besar zakat barang temuan (rikaz) adalah . . . . a. 2,5 % b. 5 %
c. 10 % d. 20 %
20. Waktu menunaikan zakat pertanian adalah . . . .
a. setiap bulan Ramadhan
b. setiap tahun c. setiap bulan
109
d. setiap panen
21. Seorang petani memiliki sawah tadah hujan yang ditanami padi. Hasil
panennya mencapai 30 Kwintal gabah, maka zakat yang harus dikeluarkan
adalah . . . . a. 10 Kwintal
b. 5 Kwintal c. 3 Kwintal d. 1,5 Kwintal
22. Jika seseorang memiliki tabungan sebesar Rp. 50.000.000 dan telah genap
satu tahun maka besar zakat yang wajib dikeluarkan adalah . . . . a. Rp. 1.250.000 b. Rp. 2.500.000
c. Rp. 5.000.000 d. Rp. 7.500.000
23. Seorang profesional muda bekerja selama satu tahun dan mendapatkan
penghasilan bersih sebesar Rp. 60.000.000, maka zakat yang harus
dikeluarkan adalah . . . . a. Rp. 1.250.000
b. Rp. 1.500.000 c. Rp. 2.000.000 d. Rp. 2.500.000
24. Seorang muallaf termasuk golongan yang berhak menerima zakat karena .
. . . a. masih banyak musuhnya b. pengetahuan kesilamannya masih rendah
c. ibadahnya belum ikhlas d. imannya masih lemah
25. Jika satu keluarga terddiri dari 2 orang dewasa, 2 remaja, dan 1 bayi. Maka
zakat fitrah yang harus dikeluarkan sebanyak . . . .
a. 7,5 Kg b. 10 Kg
c. 12,5 Kg d. 15 Kg
26. Fulanah memiliki 100 gram emas tak terpakai. Harga emas saat itu adalah Rp. 300.000. Setelah genap satu tahun, jika ia ingin membayar zakatnya
dengan uang maka jumlah yang harus dibayarkan adalah . . . . a. Rp. 300.000 b. Rp. 750.000
c. Rp. 1.000.000 d. Rp. 3.000.000
110
27. Berikut ini golongan yang berhak menerima zakat, kecuali . . . . a. amil b. yatim
c. fakir d. gharim
28. Berikut ini adalah harta yang wajib dizakati, kecuali . . . .
a. emas yang digunakan
b. perak c. hewan ternak
d. hasil pertanian
29. Zakat terbagi ke dalam dua bagian, yaitu . . . .
a. zakat fitrah dan zakat mal b. zakat harta dan zakat tenaga
c. zakat profesi dan zakat jasa d. zakat fitrah dan zakat uang
30. Yang termasuk ke dalam zakat mal adalah . . . . a. uang pinjaman
b. harta gadaian c. hewan ternak d. tumbuhan
111
Lampiran 10
Kunci Jawaban Instrumen Tes
No. Kunci Jawaban No. Kunci Jawaban
1 D
16 B
2 C
17 D
3 A
18 C
4 B
19 D
5 A
20 D
6 C
21 C
7 C
22 A
8 B
23 B
9 B
24 D
10 A
25 C
11 C
26 B
12 B
27 B
13 C
28 A
14 B
29 A
15 D
30 C
112
Lampiran 11
HASIL TES PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI ZAKAT
KELOMPOK EKSPERIMEN
NO NAMA SISWA NILAI
NO NAMA SISWA NILAI
1 E1 56.7
16 E16 80
2 E2 73.3
17 E17 70
3 E3 80
18 E18 60
4 E4 60
19 E19 76.7
5 E5 46.7
20 E20 70
6 E6 56.7
21 E21 56.7
7 E7 56.7
22 E22 50
8 E8 63.3
23 E23 50
9 E9 66.7
24 E24 73.3
10 E10 63.3
25 E25 73.3
11 E11 40
26 E26 73.3
12 E12 63.3
27 E27 70
13 E13 73.3
28 E28 70
14 E14 70
29 E29 66.7
15 E15 80
30 E30 63.3
Lampiran 12
HASIL TES PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI ZAKAT
KELOMPOK KONTROL
NO NAMA SISWA NILAI
NO NAMA SISWA NILAI
1 E1 63.3
16 E16 76.7
2 E2 56.7
17 E17 70
3 E3 50
18 E18 46.7
4 E4 50
19 E19 43.3
5 E5 63.3
20 E20 63.3
6 E6 66.7
21 E21 53.3
7 E7 63.3
22 E22 60
8 E8 66.7
23 E23 66.7
9 E9 56.7
24 E24 66.7
10 E10 56.7
25 E25 80
11 E11 60
26 E26 60
12 E12 53.3
27 E27 56.7
13 E13 60
28 E28 56.7
14 E14 53.3
29 E29 53.3
15 E15 50
30 E30 40
114
Lampiran 13
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN,
MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, KEMIRINGAN DAN
KURTOSIS KELOMPOK EKSPERIMEN
A. Distribusi Frekuensi
40 46,7 50 50 56,7
56,8 56,9 56,10 60 60
63,3 63,3 63,4 63,5 66,7
66,7 70 70 70 70
70 73,3 73,4 73,5 73,6
73,7 76,7 80 80 80
Banyak data (n) = 30
Perhitungan Rentang
R = Xmaks - Xmin
= 80 – 40
= 40
Perhitungan Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log 30
= 5,87
6
115
Perhitungan Panjang Kelas
7
8,6
7
40
P
P
P
K
RP
No. Interval Batas Bawah
Batas Atas
Frekuensi FK (Xi) Xi 2 fiXi fiXi 2
(fi) f(%)
1 40 - 45 39.5 45.5 1 3.333333333 1 42.5 1806.25 42.5 1806.25
2 46 - 51 45.5 51.5 3 10 4 48.5 2352.25 145.5 21170.25
3 52 - 57 51.5 57.5 4 13.33333333 8 54.5 2970.25 218 47524
4 58 - 63 57.5 63.5 6 20 14 60.5 3660.25 363 131769
5 64 - 69 63.5 69.5 2 6.666666667 16 66.5 4422.25 133 17689
6 70 - 75 69.5 75.5 10 33.33333333 26 72.5 5256.25 725 525625
7 76 - 81 75.5 81.5 4 13.33333333 30 78.5 6162.25 314 98596
Jumlah 30 100 1941 844179.5
B. Perhitungan Mean
7,64
30
1941
i
ii
f
XfX
C. Perhitungan Median
5,66
35,63
2
141565,63
2
Me
bef
Fn
PBM
116
D. Perhitungan Modus
9,72
4,35,69
16
665,69
ba
a
boff
fPBM
E. Perhitungan Quartil
75,56
25,55,51
4
45,765,51
41
f
Fn
pbQ
4,73
9,35,69
10
165,2265,69
4
3
3
f
Fn
pbQ
F. Perhitungan Persentil
5,49
45,45
3
1365,45
100
10
10
f
Fn
pbP
77
5,15,75
4
262765,75
100
90
90
f
Fn
pbP
G. Perhitungan Varians
2,24779
870
21557904
13030
3767481844179,530
1
22
2
nn
XfXfns
iiii
117
H. Perhitungan simpangan baku
4,157
2,24779
s
I. Perhitungan Kemiringan
05,0
4,157
9,727,64
3
s
MX o
Karena berharga negatif, maka distribusi data miring negatif atau landai kiri.
Dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di atas rata-rata.
J. Perhitungan Ketajaman/Kurtosis
303,0
5,27
325,8
5,4977
56,75-73,42
1
2
1
1090
13
4
PP
118
Lampiran 14
PERHITUNGAN PERSENTASE TINGKAT PEMAHAMAN SISWA
TENTANG MATERI ZAKAT BERDASARKAN INDIKATOR PADA
KELAS EKSPERIMEN
NO INDIKATOR PRESENTASE
1 Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan zakat mal
85.24
2 Menyebutkan macam-macam zakat 100
3 Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal
100
4 Menyebutkan ketentuan-ketentuan
zakat fitrah dan mal 67
5 Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan mal
55
6
Membaca dan mengartikan dalil naqli
tentang orang-orang yang berhak menerima zakat
50
7 Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal
66.67
8 Mempraktikkan zakat fitrah dan zakat mal
32.78
RATA-RATA 69.59
Persentase =
Misal Persentase indikator nomor 1=
=
Untuk menghitung persentase indikator lainnya dengan menggunakan cara
seperti indicator nomor 1.
119
Lampiran 15
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN,
MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, KEMIRINGAN DAN
KURTOSIS KELOMPOK KONTROL
A. Distribusi Frekuensi
40 43.3 46.7 50 50
50 53.3 53.3 53.3 53.3
56.7 56.7 56.7 56.7 56.7
60 60 60 60 63.3
63.3 63.3 63.3 66.7 66.7
66.7 66.7 70 76.7 80
Banyak data (n) = 30
Perhitungan Rentang
R = Xmaks - Xmin
= 80 – 40
= 40
Perhitungan Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log 30
= 6,14
6
120
Perhitungan Panjang Kelas
10
83,9
6
59
P
P
P
K
RP
B. Perhitungan Mean
3,58
30
1749
i
ii
f
XfX
C. Perhitungan Median
5,57
65,51
9
61565,51
2
Me
bef
Fn
PBM
No. Interval Batas Bawah
Batas Atas
Frekuensi FK (Xi) Xi 2 fiXi fiXi 2
(fi) f(%)
1 40 - 45 39.5 45.5 2 6.66 2 42.5 1806.25 85 7225
2 46 - 51 45.5 51.5 4 13.33 6 48.5 2352.25 194 37636
3 52 - 57 51.5 57.5 9 30 15 54.5 2970.25 490.5 240590.3
4 58 - 63 57.5 63.5 8 26.66 23 60.5 3660.25 484 234256
5 64 - 69 63.5 69.5 4 13.33 27 66.5 4422.25 266 70756
6 70 - 75 69.5 75.5 1 3.33 28 72.5 5256.25 72.5 5256.25
7 76 - 81 75.5 81.5 2 6.66 30 78.5 6162.25 157 24649
Jumlah 30 100 1749 620368.5
121
D. Perhitungan Modus
5,56
55,51
15
565,51
ba
abo
ff
fPBM
E. Perhitungan Quartil
5,52
15,51
9
65,765,51
41
f
Fn
pbQ
13,63
63,55,57
8
155,2265,57
4
3
3
f
Fn
pbQ
F. Perhitungan Persentil
47
5,15,45
4
2365,45
100
10
10
f
Fn
pbP
5,99
65,63
4
232765,63
100
90
90
f
Fn
pbP
122
G. Perhitungan Varians
92,17875
870
15552054
13030
3059001620368,530
1
22
2
nn
XfXfns
iiii
H. Perhitungan simpangan baku
70,133
92,17875
s
I. Perhitungan Kemiringan
01,0
70,133
5,563,58
3
s
MX o
Karena berharga positif, maka distribusi data miring positif atau landai kanan.
Dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di bawah rata-rata.
J. Perhitungan Ketajaman/Kurtosis
2361,0
5,22
3125,5
475,69
52,5-63,132
1
2
1
1090
13
4
PP
123
Lampiran 16
PERHITUNGAN PERSENTASE TINGKAT PEMAHAMAN SISWA
TENTANG MATERI ZAKAT BERDASARKAN INDIKATOR PADA
KELAS EKSPERIMEN
NO INDIKATOR PRESENTASE
1 Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan
zakat mal 84.29
2 Menyebutkan macam-macam zakat 96.67
3 Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal
83.33
4 Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat
fitrah dan mal 62
5 Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan mal
45
6
Membaca dan mengartikan dalil naqli
tentang orang-orang yang berhak menerima zakat
26.67
7 Menyebutkan orang-orang yang berhak
menerima zakat fitrah dan zakat mal 63.33
8 Mempraktikkan zakat fitrah dan zakat mal
21.67
RATA-RATA 60.37
Persentase =
Misal Persentase indikator nomor 1=
=
Untuk menghitung persentase indikator lainnya dengan menggunakan cara
seperti indicator nomor 1.
124
Lampiran 17
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMEN
1. Hipotesis :
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
2. Menentukan 2 tabel
Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 30 pada tarif signifikansi
dan dk = K 3 = 4, diperoleh 2 table = 9,488
3. Menentukan 2 hitung
No. Kelas
Interval Batas Kelas
z F(z)
Luas
Kelas Interval
Fe Fo (Fo-
Fe)^2/Fe
39.5 -0.160087 0.44
1 40 - 45 0.0158 0.474 1 0.583704641
45.5 -0.121971 0.45
2 46 - 51 0.0159 0.477 3 13.34492453
51.5 -0.083855 0.47
3 52 - 57 0.012 0.36 4 36.80444444
57.5 -0.045739 0.48
4 58 - 63 0.0159 0.477 6 63.94869811
63.5 -0.007623 0.5
5 64 - 69 0.016 0.48 2 4.813333333
69.5 0.0304928 0.51
6 70 - 75 0.0159 0.477 10 190.1206059
75.5 0.0686088 0.53
7 76 - 81 0.0159 0.477 4 26.01997694
81.5 0.1067249 0.54
Rata-rata 64.7
Simpangan Baku 157.4141036
x^2 Hitung 335.636
x^2 Tabel (0.05)(4) 9.488
Kesimpulan: Tolak Ho
Data Berasal dari Populasi yang Berdistribusi Tidak Normal
125
636,335
2
2
fe
fefohitung
Keterangan:
2 = harga chi square
fo = frekuensi observasi
fe = frekensi ekspetasi
4. Kriteria pengujian
Jika 2 hitung < 2 table , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika 2 hitung
2 table , maka H0 ditolak dan H1 diterima
5. Membandingkan 2 table dan
2 hitung
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh :
2 hitung < 2 table (335,636 > 9,488)
6. Kesimpulan
Karena 2 hitung >
2 table , maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
126
Lampiran 18
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL
1. Hipotesis :
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
2. Menentukan 2 table
Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 36 pada tarif signifikansi
dan dk = K 3 = 5, diperoleh 2 table = 9,488
3. Menentukan 2 hitung
No. Kelas Interva
l
Bata
s Kela
s
z F(z)
Luas
Kelas Interva
l
Fe Fo (Fo-
Fe)^2/Fe
39.5 -0.141 0.44
1 40 - 45 0.0159 0.477 2
4.86274
4
45.5 -0.096 0.46
2 46 - 51 0.0199 0.597 4
19.39767
51.5 -0.051 0.48
3 52 - 57 0.0159 0.477 9
152.2883
57.5 -0.006 0.5
4 58 - 63 0.02 0.6 8
91.26667
63.5 0.0389 0.52
5 64 - 69 0.0159 0.477 4
26.01998
69.5 0.0838 0.53
6 70 - 75 0.0198 0.594 1
0.277502
75.5 0.1286 0.55
7 76 - 81 0.0158 0.474 2
4.91281
9
81.5 0.1735 0.57
127
Rata-rata 58.3
Simpangan Baku 133.700
9
x^2 Hitung 299.026
x^2 Tabel (0.05)(4) 9.488
Kesimpulan: Tolak Ho
Data Berasal dari Populasi yang Berdistribusi Tidak Normal
026,299
2
2
fe
fefohitung
Keterangan:
2 = harga chi square
fo = frekuensi observasi
fe = frekensi ekspetasi
4. Kriteria pengujian
Jika 2 hitung <
2 table , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika 2 hitung
2 table , maka H0 ditolak dan H1 diterima
5. Membandingkan 2 table dan
2 hitung
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh :
2 hitung < 2 table (299,026 > 9,488)
6. Kesimpulan
Karena 2 hitung <
2 table , maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
128
Lampiran 19
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
A. Menentukan Hipotesis Statistik
H0 : 2
2
2
1
H1 : 2
2
2
1
B. Menentukan Ftabel
Dari tabel F untuk jumlah sampel 36 pada taraf signifikasi ( ) 5% dan
pada taraf signifikansi =0,05 untuk dk penyebut (varian terbesar) 29 dan dk
pembilang (varian terkecil ) 29, diperoleh Ftabel = 1,86.
C. Menentukan Fhitung
39,1
92,17875
2,24779
terkecilVarians
terbesarVariansFhitung
D. Membandingkan Ftabel dengan Fhitung
Dari hasil perhitungan diperoleh,
Fhitung ≤ Ftabel 1,39 ≤ 1,86
E. Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas sebagai berikut :
Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika Fhitung ≥ Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima
F. Kesimpulan
Dari pengujian homogenitas dengan uji Fisher diperoleh Fhitung ≤ Ftabel
maka H0 diterima, artinya kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang
homogen.
129
Lampiran 20
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK
A. Menentukan Hipotesis Statistik
H0 : 21
H1 : 21
Keterangan:
1μ : Rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok
eksperimen
2μ : Rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok
kontrol
H0 : Rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok
eksperimen lebih kecil/sama dengan tingkat pemahaman siswa tentang
materi zakat pada kelompok kontrol
H1 : Rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang
materi zakat pada kelompok kontrol
B. Data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal, maka pengujian
hipotesis dilakukan dengan uji Mann Whitney sebagaimana dijelaskan berikut
ini.
No. Nilai Kelas
A Jenjang No.
Nilai Kelas
B Jenjang
1 40 1.5 1 40 1.5
2 46.7 4.5 2 43.3 3
3 50 8 3 46.7 4.5
4 50 8 4 50 8
5 56.7 19 5 50 8
6 56.7 19 6 50 8
7 56.7 19 7 53.3 12.5
8 56.7 19 8 53.3 12.5
9 60 26.5 9 53.3 12.5
10 60 26.5 10 53.3 12.5
11 63.3 33.5 11 56.7 19
12 63.3 33.5 12 56.7 19
13 63.3 33.5 13 56.7 19
14 63.3 33.5 14 56.7 19
15 66.7 40.5 15 56.7 19
16 66.7 40.5 16 60 26.5
130
17 70 46.5 17 60 26.5
18 70 46.5 18 60 26.5
19 70 46.5 19 60 26.5
20 70 46.5 20 63.3 33.5
21 70 46.5 21 63.3 33.5
22 73.3 52 22 63.3 33.5
23 73.3 52 23 63.3 33.5
24 73.3 52 24 66.7 40.5
25 73.3 52 25 66.7 40.5
26 73.3 52 26 66.7 40.5
27 76.6 55 27 66.7 40.5
28 80 58.5 28 70 46.5
29 80 58.5 29 76.7 56
30 80 58.5 30 80 58.5
JUMLAH 1089 JUMLAH 741
C. Menentukan U
U’ = 624
/2 = 450
= 276
D. Menentukan Mean
= 30
= 30
=
= 450
E. Menentukan Standar Deviasi
131
F. Menentukan Z
=
= -2,57
Berdasarkan nilai Zhitung sebesar -2,57 maka didapatkan nilai Ztabel sebesar
0,0051
G. Membandingkan nilai Z dengan nilai α
Dari hasil perhitungan diperoleh,
Z > α 0,0051 > 0,05
H. Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian untuk uji hipotesis statistik sebagai berikut:
Jika Z ≥ α , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika Z ≤ α, maka H0 ditolak dan H1 diterima
I. Kesimpulan
Dari pengujian hipotesis dengan uji Mann Whitney diperoleh Z ≤ α
maka H0 ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain rata-rata tingkat
pemahaman siswa tentang materi Zakat pada kelompok eksperimen lebih
tinggi dari rata-rata tingkat pemahaman siswa pada kelompok kontrol.
132
Lampiran 21
133
Lampiran 22
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)
134
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Lanjutan)
135
Lampiran 23
Nilai Kritis Distribusi F
f0,05 (v1, v2)
136
Nilai Kritis Distribusi F (Lanjutan)
137
Lampiran 24
Nilai Persentil Untuk Distribusi T
υ t0,995 t0,99 t0,975 t0,95 t0,90 t0,80 t0,75 t0,70 t0,60 t0,55
1
2 3 4
63,66
9,92 5,84 4,60
31,82
6,96 4,54 3,75
12,71
4,30 3,18 2,78
6,31
2,92 2,35 2,13
3,08
1,89 1,64 1,53
1,376
1,961 0,978 0,941
1,000
0,816 0,765 0,741
0,727
0,617 0,584 0,569
0,325
0,289 0,277 0,271
0,158
0,142 0,137 0,134
5 6 7 8
9
4,03 3,71 3,50 3,36
3,25
3,36 2,14 3,00 2,90
2,82
2,57 2,45 2,36 2,31
2,26
2,02 1,94 1,90 1,86
1,83
1,48 1,44 1,42 1,40
1,38
0,920 0,906 0,896 0,889
0,883
0,727 0,718 0,711 0,706
0,703
0,559 0,553 0,549 0,546
0,543
0,267 0,265 0,263 0,262
0,261
0,132 0,131 0,130 0,130
0,129
10
11 12 13 14
3,17
3,11 3,06 3,01 2,98
2,76
2,72 2,68 2,65 2,62
2,23
2,20 2,18 2,16 2,14
1,81
1,80 1,78 1,77 1,76
1,37
1,36 1,36 1,35 1,34
0,879
0,876 0,873 0,870 0,868
0,700
0,697 0,695 0,694 0,692
0,542
0,540 0,539 0,538 0,537
0,260
0,260 0,259 0,259 0,258
0,129
0,129 0,128 0,128 0,128
15 16 17
18 19
2,95 2,92 2,90
2,88 2,86
2,60 2,58 2,57
2,55 2,54
2,13 2,12 2,11
2,10 2,09
1,75 1,75 1,74
1,73 1,73
1,34 1,34 1,33
1,33 1,33
0,866 0,865 0,864
0,862 0,861
0,691 0,690 0,689
0,688 0,688
0,536 0,535 0,534
0,534 0,533
0,258 0,258 0,257
0,257 0,257
0,128 0,128 0,128
0,127 0,127
20
21 22 23 24
2,84
2,83 2,82 2,81 2,80
2,53
2,52 2,51 2,50 2,49
2,09
2,08 2,07 2,07 2,06
1,72
1,72 1,72 1,71 1,71
1,32
1,32 1,32 1,32 1,32
0,860
0,859 0,858 0,858 0,857
0,687
0,686 0,686 0,685 0,685
0,533
0,532 0,532 0,532 0,531
0,257
0,257 0,256 0,256 0,256
0,127
0,127 0,127 0,127 0,127
25 26
27 28 29
2,79 2,78
2,77 2,76 2,76
2,48 2,48
2,47 2,47 2,46
2,06 2,06
2,05 2,05 2,04
1,71 1,71
1,70 1,70 1,70
1,32 1,32
1,31 1,31 1,31
0,856 0,856
0,855 0,855 0,854
0,684 0,684
0,684 0,683 0,683
0,531 0,531
0,531 0,530 0,530
0,256 0,256
0,256 0,256 0,256
0,127 0,127
0,127 0,127 0,127
30 40 60
120
2,75 2,70 2,66 2,62
2,58
2,46 2,42 2,39 2,36
2,33
2,04 2,02 2,00 1,98
1,96
1,70 1,68 1,67 1,66
1,645
1,31 1,30 1,30 1,29
1,28
0,854 0,853 0,848 0,845
0,842
0,683 0,681 0,679 0,677
0,674
0,530 0,529 0,527 0,526
0,524
0,256 0,255 0,254 0,254
0,253
0,127 0,126 0,126 0,126
0,126
Sumber: Statistical Tables for Biological, Agricultural and Medical Research, Fisher, R. A. dan Yates, F
Table III, Oliver & Boyd Ltd, Edinburgh.
Nilai Persentil
Untuk Distribusi t υ = dk (Bilangan Dalam Badan Daftar
Menyatakan tp)