GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http...
Transcript of GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http...
101Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
1 Direktur Pengelolaan Air Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan AirAhli Peneliti Utama BidangAgroklimat dan Hidrologi
2 Peneliti Agroklimat Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Anomali Iklim Faktor Penyebab Karakteristikdan Antisipasinya
Gatot Irianto1 dan Suciantini2
Ringkasan
Secara harafiah anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-rata normalnyaEmpat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah SST NINO arah anginbeda tekanan udara permukaan di Darwin dan Tahiti serta Indian Ocean DipoleAda tiga pola hujan di Indonesia yaitu pola monsunal pola ekuatorial dan polalokal Wilayah dengan pola monsunal paling terpengaruh anomali iklim dansebagian besar sentra padi di Indonesia berada di wilayah ini Dengan demikiankejadian ini perlu diprediksi untuk menekan kerugian Dalam antisipasi anomaliiklim diperlukan langkah-langkah strategis seperti mengefektifkan informasiprakiraan iklim dan teknik menghadapinya memanfaatkan peta wilayah rawankekeringan menganalisis pergeseran musim menganalisis neraca air wilayahdan indeks kecukupan air dan saat tanam yang tepat menampung air hujanuntuk mengisi cadangan air tanah membudidayakan komoditas berumur pendekdan tahan kekeringan mempercepat tanam memanfaatkan sistem gogorancahpompanisasi di daerah-daerah dengan cadangan air tanah memperbaiki efek-tivitas saluran irigasi dan embungbendungan meningkatkan daya dukung daerahhulu aliran sungai memantau dan mengevaluasi daya tampung waduk me-manfaatkan mulsa in-situ untuk menekan evaporasi Antisipasi lebih diperlukanuntuk menghadapi El-Nintildeo karena bencana yang ditimbulkannya lebih seriusdaripada La-Nintildea Penurunan hujan akibat El-Nintildeo dapat mencapai 80 mmbulansementara peningkatan hujan akibat La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan itupun dapat untuk perluasan areal tanam Langkah-langkah operasional ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (1) kebijakan pembagian tugaslintas instansi yang terkait dengan efektivitas organisasi pendanaan prioritaspenanggulangan perbaikan dan pemilihan teknologi penanggulangan (2)intensifikasi koordinasi dan meningkatkan kemampuan tim penanggulangan dibeberapa propinsi yang rawan kekeringan (3) penyebarluasan informasi prakiraaniklim dalam periode tertentu dan (4) perluasan kawasan konservasi air di tiapkecamatan berkoordinasi dengan pemerintah kabupatenkota
id15704531 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer - a great PDF creator - httpwwwpdfmachinecom httpwwwbroadguncom
102 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Terminologi Anomali Iklim
Anomali iklim dalam beberapa tahun terakhir banyak dibicarakan akan tetapitidak banyak orang memahami apa itu sebenarnya Sayangnya sebagianbesar pemangku kepentingan di sektor terkait seperti pertanian kehutananperikanan dan kelautan kesehatan perhubungan lebih tertarik pada dampakanomali iklim Sementara itu publikasi dan interpretasi anomali iklim dariberbagai sumber sangat beragam sehingga akan menyulitkan pengambilankeputusan untuk adaptasi dan minimalisasi risikonya Teladan konkritnyaadalah dampak anomali iklim terhadap terjadinya curah hujan ekstrim baikekstrim tinggi (banjir) maupun ekstrim rendah (kekeringan) Informasi yangsangat global dan beragamnya dampak antarwilayah dan antarwaktumenyebabkan kerugian harus diterima oleh masyarakat yang akses terhadapinformasi dan teknologinya terbatas
Secara harafiah anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-ratanormalnya Musim hujan di Indonesia untuk wilayah dengan pola monsunalbiasanya terjadi antara bulan Oktober-Maret dan musim kemarau terjadi padaApril-September Pada saat anomali iklim musim hujan ataupun kemaraubisa maju ataupun mundur dari biasanya Musim di Indonesia didasarkanpada kondisi curah hujan yang tercatat Ada tiga pola hujan di Indonesiayaitu pola monsunal (seperti yang disebutkan di depan) dengan satu puncakhujan pola ekuatorial (pola hujan dengan dua puncak hujanbimodal) danpola lokal (pola hujan yang berkebalikan dengan pola monsunal) Berkaitandengan anomali iklim wilayah dengan pola monsunal merupakan wilayahyang paling terpengaruh kejadian anomali iklim
Anomali iklim terjadi karena beberapa sebab namun yang banyakdibicarakan orang adalah karena terjadinya fenomena ENSO (El-Nintildeo SouthernOscillation) yang dikaitkan dengan kondisi anomali suhu permukaan laut dizona NINO 34 (5oLU-5oLS 170oBB-120oBB) Selain anomali suhu permukaanlaut di zona NINO 34 faktor dominan lain adalah arah angin pasat perbedaantekanan antara Darwin dan Tahiti dan yang disebut-sebut belakangan banyakmempengaruhi kondisi iklim Indonesia adalah Indian Ocean Dipole Mode (IOD)yang mengaitkan suhu permukaan laut di Samudera Hindia dengan yang diPasifik
Umumnya kejadian anomali iklim menimbulkan kerugian pada sektorpertanian terutama tanaman pangan sehingga kejadian ini penting untukdiketahui atau diprediksi sebelumnya sehingga kerugian dapat ditekanKarena kaitannya dengan ketersediaan air kalau terjadi anomali iklim terutamayang menyebabkan kekeringan di Indonesia maka tanaman pangan yangpaling terpengaruh adalah tanaman-tanaman yang membutuhkan banyak airdalam satu daur hidupnya (seperti padi) sehingga ketika musim bergesermaju atau mundur dari yang dijadwalkan tanaman akan mengalamikekeringan panen menurun karena terjadi puso Sebagian besar sentra padi
103Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
di Indonesia berada di wilayah dengan pola monsunal seperti wilayah PanturaJawa sehingga anomali iklim akan memberi dampak yang nyata
Sebagai contoh peristiwa anomali iklim tahun 1994 dan 1997 telahmenyebabkan kekeringan pada areal sawah irigasi teknis yang ada di JawaBarat Selain menyebabkan penurunan produksi pertanian kekeringan jugamenyebabkan kebakaran hutan seperti yang banyak terjadi di Sumateradan Kalimantan Kegagalan panen akibat penyimpangan iklim yang terjaditersebut akhirnya berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat miskindi pedesaan
Berkaitan dengan anomalipenyimpangan iklim yang belakangan inisemakin sering frekuensinya ada beberapa pertanyaan yang sering timbulyang berkaitan dengan sektor pertanian di antaranya adalah Bagaimanahubungan antara unsur iklim dengan faktor lain Apakah keputusan yangdiambil dalam penetapan masa tanam petani sudah memperhitungkankemungkinan terjadinya penyimpangan iklim Bagaimana kaitannya denganketersediaan air untuk masa pertanaman Cukupkah atau perlu tambahanirigasi Tanaman apa yang seharusnya ditanam dengan memperhitungkankebutuhan air tanaman dengan ketersediaan air minimal Sampai seberapabatas aman yang mungkin dapat dihitung atau seberapa besar kerugian yangmungkin timbul kalau kita memilih opsi-opsi yang diberikan dan Bagaimanakitapetani mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan yang terjadi sertasejauh mana hal itu dapat dikelola Pertanyaan-pertanyaan tersebutmengharuskan kita mengantisipasi dan beradaptasi pada penyimpangan iklimyang mungkin terjadi untuk meminimalkan risiko kerugian Pembuatankalender tanam dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinyapenyimpangan iklim dapat merupakan salah satu alternatif pemecahanmasalah ini
Faktor Dominan Penyebab Anomali Iklim
Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera(Pasifik dan Hindia) Hal itu sangat mempengaruhi kondisi iklim IndonesiaSistem cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh kondisi lokal (sepertiinteraksi antarpulau) regional (seperti sistem monsoon) dan global (sepertiEl-Nintildeo) Karena letaknya di antara dua samudera maka terdapat interaksiyang kuat antara atmosfer dan lautan Interaksi atmosfer-laut terjadi melaluiinti-inti kondensasi awan yang diinjeksikan oleh percikan gelombang laut keudara dan melalui pelepasan panas laten kondensasi uap air ketika menjaditetes-tetes awan (Tjasyono 2003) Interaksi antara atmosfer dengan lautanmerupakan interaksi yang kompleks Atmosfer dan laut keduanya beredardalam tiga dimensi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain Interaksiantara atmosfer dan lautan melibatkan hal-hal berikut yang terkait juga denganterjadinya anomali iklim seperti
104 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Suhu lautan (di permukaan dan di pedalaman) Tinggi permukaan laut Sirkulasi dari lautan (arus dan upwelling) Suhu atmosfer (permukaan dan lapisan atas) Tekanan udara di atmosfer (lapisan atas dan lapisan bawah) dan Sirkulasi dari atmosfer (angin sirkulasi Walter dan Sirkulasi Hadley)
(Partridge dan Mashum 2003)
Berkaitan dengan interaksi antara atmosfer-lautan paling tidak ada empatfaktor penyebab dominan anomali iklim yang dampaknya sangat besar ter-hadap kinerja sektor pertanian (1) anomali suhu muka laut nino 34 (2) arahangin (3) beda tekanan uap air antara Darwin dan Tahiti (4) Indian OceanDipole Mode (IOD) Intensitas durasi dan frekuensi anomali iklim yang lebihdikenal dengan magnitude anomali iklim sangat dipengaruhi kapan danseberapa besar dan banyak faktor dominan anomali iklim bekerja di wilayahtersebut Besaran anomali iklim akan semakin besar apabila keempat faktordominan bekerja secara simultan di wilayah yang sama pada musim hujanmaupun kemarau
Dampak langsungnya curah hujan akan sangat tinggi (ekstrim mak-simum) atau curah hujan sangat rendah (ekstrim minimum) Menariknya lagipengaruh faktor dominan penyebab anomali iklim terhadap suatu wilayahsangat berbeda sehingga pemetaan pengaruhnya antarwilayah dan antar-waktu merupakan pilihan yang harus dilakukan dalam adaptasi dampakanomali iklim
Keempat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah sebagai berikut
1 SST NINO
Peristiwa ini menggambarkan pemanasan suhu permukaan laut di daerahtropis di Samudera Pasifik Selatan yang merupakan hasil interaksi yangkompleks dan tak beraturan antara lautan dan atmosfer Mempunyai dampakyang cukup besar terutama jika dikaitkan dengan terjadinya kekeringan disuatu wilayah dan banjir ataupun badai di wilayah lain Di Indonesia kejadianmusim kemarau yang kering dan panjang dikaitkan dengan peristiwa El-Nintildeodan sebaliknya pendinginan di tropis Pasifik yang mengakibatkan Indonesiamengalami banjir (curah hujan di atas rata-rata) disebut sebagai peristiwa La-Nintildea (Torrence amp Webster 1999)
2 Arah Angin
Peristiwa El-Nintildeo terjadi saat angin pasat tenggara melemah yang menyebab-kan arus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur Akibat pergerakankolam air hangat ini akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan
105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya
3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti
Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah
Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di
Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)
106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)
Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)
4 IOD (Indian Ocean Dipole)
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)
Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena
Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)
Negative Dipole ModePositive Dipole Mode
107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia
Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya
Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah
Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO
2 di atmosfer dua kali lipat
dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3
kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula
Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun
108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia
Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997
Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian
Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah
Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM
Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh
1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-
Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)
109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal
Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera
Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember
Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja
Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
102 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Terminologi Anomali Iklim
Anomali iklim dalam beberapa tahun terakhir banyak dibicarakan akan tetapitidak banyak orang memahami apa itu sebenarnya Sayangnya sebagianbesar pemangku kepentingan di sektor terkait seperti pertanian kehutananperikanan dan kelautan kesehatan perhubungan lebih tertarik pada dampakanomali iklim Sementara itu publikasi dan interpretasi anomali iklim dariberbagai sumber sangat beragam sehingga akan menyulitkan pengambilankeputusan untuk adaptasi dan minimalisasi risikonya Teladan konkritnyaadalah dampak anomali iklim terhadap terjadinya curah hujan ekstrim baikekstrim tinggi (banjir) maupun ekstrim rendah (kekeringan) Informasi yangsangat global dan beragamnya dampak antarwilayah dan antarwaktumenyebabkan kerugian harus diterima oleh masyarakat yang akses terhadapinformasi dan teknologinya terbatas
Secara harafiah anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-ratanormalnya Musim hujan di Indonesia untuk wilayah dengan pola monsunalbiasanya terjadi antara bulan Oktober-Maret dan musim kemarau terjadi padaApril-September Pada saat anomali iklim musim hujan ataupun kemaraubisa maju ataupun mundur dari biasanya Musim di Indonesia didasarkanpada kondisi curah hujan yang tercatat Ada tiga pola hujan di Indonesiayaitu pola monsunal (seperti yang disebutkan di depan) dengan satu puncakhujan pola ekuatorial (pola hujan dengan dua puncak hujanbimodal) danpola lokal (pola hujan yang berkebalikan dengan pola monsunal) Berkaitandengan anomali iklim wilayah dengan pola monsunal merupakan wilayahyang paling terpengaruh kejadian anomali iklim
Anomali iklim terjadi karena beberapa sebab namun yang banyakdibicarakan orang adalah karena terjadinya fenomena ENSO (El-Nintildeo SouthernOscillation) yang dikaitkan dengan kondisi anomali suhu permukaan laut dizona NINO 34 (5oLU-5oLS 170oBB-120oBB) Selain anomali suhu permukaanlaut di zona NINO 34 faktor dominan lain adalah arah angin pasat perbedaantekanan antara Darwin dan Tahiti dan yang disebut-sebut belakangan banyakmempengaruhi kondisi iklim Indonesia adalah Indian Ocean Dipole Mode (IOD)yang mengaitkan suhu permukaan laut di Samudera Hindia dengan yang diPasifik
Umumnya kejadian anomali iklim menimbulkan kerugian pada sektorpertanian terutama tanaman pangan sehingga kejadian ini penting untukdiketahui atau diprediksi sebelumnya sehingga kerugian dapat ditekanKarena kaitannya dengan ketersediaan air kalau terjadi anomali iklim terutamayang menyebabkan kekeringan di Indonesia maka tanaman pangan yangpaling terpengaruh adalah tanaman-tanaman yang membutuhkan banyak airdalam satu daur hidupnya (seperti padi) sehingga ketika musim bergesermaju atau mundur dari yang dijadwalkan tanaman akan mengalamikekeringan panen menurun karena terjadi puso Sebagian besar sentra padi
103Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
di Indonesia berada di wilayah dengan pola monsunal seperti wilayah PanturaJawa sehingga anomali iklim akan memberi dampak yang nyata
Sebagai contoh peristiwa anomali iklim tahun 1994 dan 1997 telahmenyebabkan kekeringan pada areal sawah irigasi teknis yang ada di JawaBarat Selain menyebabkan penurunan produksi pertanian kekeringan jugamenyebabkan kebakaran hutan seperti yang banyak terjadi di Sumateradan Kalimantan Kegagalan panen akibat penyimpangan iklim yang terjaditersebut akhirnya berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat miskindi pedesaan
Berkaitan dengan anomalipenyimpangan iklim yang belakangan inisemakin sering frekuensinya ada beberapa pertanyaan yang sering timbulyang berkaitan dengan sektor pertanian di antaranya adalah Bagaimanahubungan antara unsur iklim dengan faktor lain Apakah keputusan yangdiambil dalam penetapan masa tanam petani sudah memperhitungkankemungkinan terjadinya penyimpangan iklim Bagaimana kaitannya denganketersediaan air untuk masa pertanaman Cukupkah atau perlu tambahanirigasi Tanaman apa yang seharusnya ditanam dengan memperhitungkankebutuhan air tanaman dengan ketersediaan air minimal Sampai seberapabatas aman yang mungkin dapat dihitung atau seberapa besar kerugian yangmungkin timbul kalau kita memilih opsi-opsi yang diberikan dan Bagaimanakitapetani mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan yang terjadi sertasejauh mana hal itu dapat dikelola Pertanyaan-pertanyaan tersebutmengharuskan kita mengantisipasi dan beradaptasi pada penyimpangan iklimyang mungkin terjadi untuk meminimalkan risiko kerugian Pembuatankalender tanam dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinyapenyimpangan iklim dapat merupakan salah satu alternatif pemecahanmasalah ini
Faktor Dominan Penyebab Anomali Iklim
Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera(Pasifik dan Hindia) Hal itu sangat mempengaruhi kondisi iklim IndonesiaSistem cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh kondisi lokal (sepertiinteraksi antarpulau) regional (seperti sistem monsoon) dan global (sepertiEl-Nintildeo) Karena letaknya di antara dua samudera maka terdapat interaksiyang kuat antara atmosfer dan lautan Interaksi atmosfer-laut terjadi melaluiinti-inti kondensasi awan yang diinjeksikan oleh percikan gelombang laut keudara dan melalui pelepasan panas laten kondensasi uap air ketika menjaditetes-tetes awan (Tjasyono 2003) Interaksi antara atmosfer dengan lautanmerupakan interaksi yang kompleks Atmosfer dan laut keduanya beredardalam tiga dimensi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain Interaksiantara atmosfer dan lautan melibatkan hal-hal berikut yang terkait juga denganterjadinya anomali iklim seperti
104 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Suhu lautan (di permukaan dan di pedalaman) Tinggi permukaan laut Sirkulasi dari lautan (arus dan upwelling) Suhu atmosfer (permukaan dan lapisan atas) Tekanan udara di atmosfer (lapisan atas dan lapisan bawah) dan Sirkulasi dari atmosfer (angin sirkulasi Walter dan Sirkulasi Hadley)
(Partridge dan Mashum 2003)
Berkaitan dengan interaksi antara atmosfer-lautan paling tidak ada empatfaktor penyebab dominan anomali iklim yang dampaknya sangat besar ter-hadap kinerja sektor pertanian (1) anomali suhu muka laut nino 34 (2) arahangin (3) beda tekanan uap air antara Darwin dan Tahiti (4) Indian OceanDipole Mode (IOD) Intensitas durasi dan frekuensi anomali iklim yang lebihdikenal dengan magnitude anomali iklim sangat dipengaruhi kapan danseberapa besar dan banyak faktor dominan anomali iklim bekerja di wilayahtersebut Besaran anomali iklim akan semakin besar apabila keempat faktordominan bekerja secara simultan di wilayah yang sama pada musim hujanmaupun kemarau
Dampak langsungnya curah hujan akan sangat tinggi (ekstrim mak-simum) atau curah hujan sangat rendah (ekstrim minimum) Menariknya lagipengaruh faktor dominan penyebab anomali iklim terhadap suatu wilayahsangat berbeda sehingga pemetaan pengaruhnya antarwilayah dan antar-waktu merupakan pilihan yang harus dilakukan dalam adaptasi dampakanomali iklim
Keempat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah sebagai berikut
1 SST NINO
Peristiwa ini menggambarkan pemanasan suhu permukaan laut di daerahtropis di Samudera Pasifik Selatan yang merupakan hasil interaksi yangkompleks dan tak beraturan antara lautan dan atmosfer Mempunyai dampakyang cukup besar terutama jika dikaitkan dengan terjadinya kekeringan disuatu wilayah dan banjir ataupun badai di wilayah lain Di Indonesia kejadianmusim kemarau yang kering dan panjang dikaitkan dengan peristiwa El-Nintildeodan sebaliknya pendinginan di tropis Pasifik yang mengakibatkan Indonesiamengalami banjir (curah hujan di atas rata-rata) disebut sebagai peristiwa La-Nintildea (Torrence amp Webster 1999)
2 Arah Angin
Peristiwa El-Nintildeo terjadi saat angin pasat tenggara melemah yang menyebab-kan arus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur Akibat pergerakankolam air hangat ini akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan
105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya
3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti
Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah
Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di
Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)
106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)
Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)
4 IOD (Indian Ocean Dipole)
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)
Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena
Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)
Negative Dipole ModePositive Dipole Mode
107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia
Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya
Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah
Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO
2 di atmosfer dua kali lipat
dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3
kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula
Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun
108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia
Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997
Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian
Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah
Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM
Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh
1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-
Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)
109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal
Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera
Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember
Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja
Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
103Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
di Indonesia berada di wilayah dengan pola monsunal seperti wilayah PanturaJawa sehingga anomali iklim akan memberi dampak yang nyata
Sebagai contoh peristiwa anomali iklim tahun 1994 dan 1997 telahmenyebabkan kekeringan pada areal sawah irigasi teknis yang ada di JawaBarat Selain menyebabkan penurunan produksi pertanian kekeringan jugamenyebabkan kebakaran hutan seperti yang banyak terjadi di Sumateradan Kalimantan Kegagalan panen akibat penyimpangan iklim yang terjaditersebut akhirnya berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat miskindi pedesaan
Berkaitan dengan anomalipenyimpangan iklim yang belakangan inisemakin sering frekuensinya ada beberapa pertanyaan yang sering timbulyang berkaitan dengan sektor pertanian di antaranya adalah Bagaimanahubungan antara unsur iklim dengan faktor lain Apakah keputusan yangdiambil dalam penetapan masa tanam petani sudah memperhitungkankemungkinan terjadinya penyimpangan iklim Bagaimana kaitannya denganketersediaan air untuk masa pertanaman Cukupkah atau perlu tambahanirigasi Tanaman apa yang seharusnya ditanam dengan memperhitungkankebutuhan air tanaman dengan ketersediaan air minimal Sampai seberapabatas aman yang mungkin dapat dihitung atau seberapa besar kerugian yangmungkin timbul kalau kita memilih opsi-opsi yang diberikan dan Bagaimanakitapetani mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan yang terjadi sertasejauh mana hal itu dapat dikelola Pertanyaan-pertanyaan tersebutmengharuskan kita mengantisipasi dan beradaptasi pada penyimpangan iklimyang mungkin terjadi untuk meminimalkan risiko kerugian Pembuatankalender tanam dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinyapenyimpangan iklim dapat merupakan salah satu alternatif pemecahanmasalah ini
Faktor Dominan Penyebab Anomali Iklim
Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera(Pasifik dan Hindia) Hal itu sangat mempengaruhi kondisi iklim IndonesiaSistem cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh kondisi lokal (sepertiinteraksi antarpulau) regional (seperti sistem monsoon) dan global (sepertiEl-Nintildeo) Karena letaknya di antara dua samudera maka terdapat interaksiyang kuat antara atmosfer dan lautan Interaksi atmosfer-laut terjadi melaluiinti-inti kondensasi awan yang diinjeksikan oleh percikan gelombang laut keudara dan melalui pelepasan panas laten kondensasi uap air ketika menjaditetes-tetes awan (Tjasyono 2003) Interaksi antara atmosfer dengan lautanmerupakan interaksi yang kompleks Atmosfer dan laut keduanya beredardalam tiga dimensi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain Interaksiantara atmosfer dan lautan melibatkan hal-hal berikut yang terkait juga denganterjadinya anomali iklim seperti
104 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Suhu lautan (di permukaan dan di pedalaman) Tinggi permukaan laut Sirkulasi dari lautan (arus dan upwelling) Suhu atmosfer (permukaan dan lapisan atas) Tekanan udara di atmosfer (lapisan atas dan lapisan bawah) dan Sirkulasi dari atmosfer (angin sirkulasi Walter dan Sirkulasi Hadley)
(Partridge dan Mashum 2003)
Berkaitan dengan interaksi antara atmosfer-lautan paling tidak ada empatfaktor penyebab dominan anomali iklim yang dampaknya sangat besar ter-hadap kinerja sektor pertanian (1) anomali suhu muka laut nino 34 (2) arahangin (3) beda tekanan uap air antara Darwin dan Tahiti (4) Indian OceanDipole Mode (IOD) Intensitas durasi dan frekuensi anomali iklim yang lebihdikenal dengan magnitude anomali iklim sangat dipengaruhi kapan danseberapa besar dan banyak faktor dominan anomali iklim bekerja di wilayahtersebut Besaran anomali iklim akan semakin besar apabila keempat faktordominan bekerja secara simultan di wilayah yang sama pada musim hujanmaupun kemarau
Dampak langsungnya curah hujan akan sangat tinggi (ekstrim mak-simum) atau curah hujan sangat rendah (ekstrim minimum) Menariknya lagipengaruh faktor dominan penyebab anomali iklim terhadap suatu wilayahsangat berbeda sehingga pemetaan pengaruhnya antarwilayah dan antar-waktu merupakan pilihan yang harus dilakukan dalam adaptasi dampakanomali iklim
Keempat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah sebagai berikut
1 SST NINO
Peristiwa ini menggambarkan pemanasan suhu permukaan laut di daerahtropis di Samudera Pasifik Selatan yang merupakan hasil interaksi yangkompleks dan tak beraturan antara lautan dan atmosfer Mempunyai dampakyang cukup besar terutama jika dikaitkan dengan terjadinya kekeringan disuatu wilayah dan banjir ataupun badai di wilayah lain Di Indonesia kejadianmusim kemarau yang kering dan panjang dikaitkan dengan peristiwa El-Nintildeodan sebaliknya pendinginan di tropis Pasifik yang mengakibatkan Indonesiamengalami banjir (curah hujan di atas rata-rata) disebut sebagai peristiwa La-Nintildea (Torrence amp Webster 1999)
2 Arah Angin
Peristiwa El-Nintildeo terjadi saat angin pasat tenggara melemah yang menyebab-kan arus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur Akibat pergerakankolam air hangat ini akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan
105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya
3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti
Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah
Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di
Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)
106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)
Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)
4 IOD (Indian Ocean Dipole)
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)
Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena
Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)
Negative Dipole ModePositive Dipole Mode
107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia
Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya
Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah
Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO
2 di atmosfer dua kali lipat
dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3
kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula
Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun
108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia
Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997
Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian
Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah
Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM
Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh
1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-
Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)
109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal
Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera
Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember
Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja
Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
104 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Suhu lautan (di permukaan dan di pedalaman) Tinggi permukaan laut Sirkulasi dari lautan (arus dan upwelling) Suhu atmosfer (permukaan dan lapisan atas) Tekanan udara di atmosfer (lapisan atas dan lapisan bawah) dan Sirkulasi dari atmosfer (angin sirkulasi Walter dan Sirkulasi Hadley)
(Partridge dan Mashum 2003)
Berkaitan dengan interaksi antara atmosfer-lautan paling tidak ada empatfaktor penyebab dominan anomali iklim yang dampaknya sangat besar ter-hadap kinerja sektor pertanian (1) anomali suhu muka laut nino 34 (2) arahangin (3) beda tekanan uap air antara Darwin dan Tahiti (4) Indian OceanDipole Mode (IOD) Intensitas durasi dan frekuensi anomali iklim yang lebihdikenal dengan magnitude anomali iklim sangat dipengaruhi kapan danseberapa besar dan banyak faktor dominan anomali iklim bekerja di wilayahtersebut Besaran anomali iklim akan semakin besar apabila keempat faktordominan bekerja secara simultan di wilayah yang sama pada musim hujanmaupun kemarau
Dampak langsungnya curah hujan akan sangat tinggi (ekstrim mak-simum) atau curah hujan sangat rendah (ekstrim minimum) Menariknya lagipengaruh faktor dominan penyebab anomali iklim terhadap suatu wilayahsangat berbeda sehingga pemetaan pengaruhnya antarwilayah dan antar-waktu merupakan pilihan yang harus dilakukan dalam adaptasi dampakanomali iklim
Keempat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah sebagai berikut
1 SST NINO
Peristiwa ini menggambarkan pemanasan suhu permukaan laut di daerahtropis di Samudera Pasifik Selatan yang merupakan hasil interaksi yangkompleks dan tak beraturan antara lautan dan atmosfer Mempunyai dampakyang cukup besar terutama jika dikaitkan dengan terjadinya kekeringan disuatu wilayah dan banjir ataupun badai di wilayah lain Di Indonesia kejadianmusim kemarau yang kering dan panjang dikaitkan dengan peristiwa El-Nintildeodan sebaliknya pendinginan di tropis Pasifik yang mengakibatkan Indonesiamengalami banjir (curah hujan di atas rata-rata) disebut sebagai peristiwa La-Nintildea (Torrence amp Webster 1999)
2 Arah Angin
Peristiwa El-Nintildeo terjadi saat angin pasat tenggara melemah yang menyebab-kan arus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur Akibat pergerakankolam air hangat ini akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan
105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya
3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti
Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah
Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di
Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)
106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)
Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)
4 IOD (Indian Ocean Dipole)
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)
Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena
Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)
Negative Dipole ModePositive Dipole Mode
107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia
Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya
Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah
Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO
2 di atmosfer dua kali lipat
dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3
kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula
Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun
108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia
Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997
Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian
Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah
Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM
Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh
1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-
Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)
109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal
Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera
Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember
Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja
Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya
3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti
Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah
Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di
Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)
106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)
Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)
4 IOD (Indian Ocean Dipole)
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)
Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena
Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)
Negative Dipole ModePositive Dipole Mode
107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia
Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya
Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah
Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO
2 di atmosfer dua kali lipat
dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3
kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula
Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun
108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia
Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997
Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian
Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah
Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM
Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh
1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-
Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)
109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal
Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera
Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember
Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja
Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)
Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)
4 IOD (Indian Ocean Dipole)
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)
Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena
Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)
Negative Dipole ModePositive Dipole Mode
107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia
Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya
Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah
Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO
2 di atmosfer dua kali lipat
dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3
kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula
Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun
108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia
Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997
Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian
Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah
Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM
Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh
1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-
Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)
109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal
Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera
Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember
Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja
Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia
Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya
Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah
Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO
2 di atmosfer dua kali lipat
dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3
kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula
Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun
108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia
Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997
Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian
Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah
Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM
Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh
1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-
Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)
109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal
Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera
Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember
Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja
Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia
Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997
Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian
Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah
Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM
Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh
1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-
Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)
109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal
Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera
Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember
Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja
Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal
Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera
Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember
Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja
Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat
Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau
Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm
Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung
Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo
Awal Intensitas Awal Intensitas
Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN
Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N
Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N
Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN
Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N
Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN
Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N
Sumber Surmaini amp Irianto (2003)
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 3
Aw
al m
usim
kem
arau
(A
MK
) a
wal
mus
im h
ujan
(A
MH
) da
n cu
rah
huja
n (C
H)
pada
tah
un-t
ahun
El-N
intildeo
dan
La-N
intildea
pada
setia
p st
asiu
n di
band
ingk
an d
enga
n ra
ta-r
atan
ya d
i Kab
In
dram
ayu
(Suc
iant
ini e
t al
20
04)
Rat
a-ra
taE
l-Nintilde
oLa
-Nintilde
aS
tasi
unW
ilaya
hD
PMA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
nA
MK
AM
HC
H ta
huna
n(m
m)
(mm
)(m
m)
Anj
atan
612
11
401
123
122
713
351
725
Ban
gkir
617
11
907
183
182
316
362
347
Ban
tarh
uni
715
351
866
1436
181
515
332
100
Bon
dan
715
361
709
151
158
818
342
022
Bug
el6
103
110
812
3 8
7911
31
253
Bug
is6
142
146
813
21
250
1335
164
8B
ulak
612
21
322
112
112
915
31
514
Cid
empe
t6
141
164
113
21
343
1736
189
2C
iked
ung
615
361
609
143
131
017
352
020
Cip
ancu
h7
1635
190
613
351
879
1734
217
6G
abus
Wet
an6
131
136
513
21
224
141
165
1G
anta
r7
1533
175
313
321
672
1633
207
5In
dram
ayu
615
351
762
141
144
114
332
262
Jatib
aran
g7
1435
152
511
361
344
1533
173
1Ju
ntin
yuat
617
11
520
162
123
615
352
107
Kar
ang
Ase
m6
131
128
611
31
150
1536
151
7K
edok
an B
unde
r6
141
144
914
41
284
1735
207
0K
erta
sem
aya
716
21
655
164
143
119
11
893
Kra
ngke
ng6
161
146
415
31
240
1734
200
8Lo
sara
ng6
141
152
014
11
248
1534
178
6Lo
hben
er6
161
155
015
31
337
1933
177
5S
udi M
ampi
r6
151
137
814
31
158
1336
169
9S
udi K
ampi
ran
714
11
410
143
115
218
331
811
Suk
adan
a7
161
155
815
31
636
1636
167
6S
um
urw
atu
717
361
630
153
137
318
342
147
Tug
u6
1735
157
017
351
364
1832
181
4U
jung
aris
614
361
505
143
129
016
341
637
Rat
a-ra
ta15
11
550
142
136
416
351
865
AM
K =
Aw
al M
usim
Kem
arau
(da
saria
n) A
MH
= A
wal
Mus
im H
ujan
(da
saria
n)
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu
El-Nintildeo La-NintildeaStasiun
AMK AMH AMK AMH
Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2
tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)
Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)
Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)
Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan
Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)
Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam
Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()
Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)
La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)
El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)
(Sumber Las 2006)
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)
Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis
Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal
Tahun September Oktober November Kumulatif
El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)
La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)
Normal 135 440 870 1445 (100)
Sumber Las (2006)
Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000
Komoditas panganKondisi iklim
Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar
Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034
Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227
Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Tabe
l 8
Luas
ban
jir (
terk
ena)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
1781
361
773
9062
4272
190
3313
242
2208
119
358
1109
964
083
2002
6327
010
9828
9032
8403
1916
473
1458
116
148
125
2818
5145
2003
7377
134
688
4993
6797
4694
320
134
8047
9810
7013
447
1183
8920
0468
858
1280
3333
539
3053
1046
331
6370
2261
915
709
8176
5200
620
0513
4333
1505
018
241
2429
783
847
428
20
1614
2489
1394
333
937
Rat
a-ra
ta 2
001-
0671
609
6987
44
1497
34
9364
470
698
1468
643
72
933
1495
247
502
9896
654
712
2006
1272
8256
651
1143
110
227
2045
1662
3-
--
--
-
Tabe
l 9
Lua
s ba
njir
(pus
o) p
ada
tana
man
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 2
006)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2368
4839
1202
1553
485
187
1198
075
7133
7197
2120
0210
344
3601
527
6235
3389
970
100
2370
4332
912
4320
0320
397
6796
1096
1863
762
7013
280
017
813
1134
153
2004
2025
623
631
1269
148
666
8163
23
290
4869
999
1880
320
0549
400
2401
1199
357
1225
659
160
049
170
917
9074
14
Rat
a-ra
ta 2
001-
0620
553
1473
64
5948
826
294
3340
322
496
431
82
121
817
1415
6014
266
820
0638
982
2352
250
1858
0987
216
083
--
--
--
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Tabe
l 10
Lu
as k
eker
inga
n (t
erke
na)
pada
tan
aman
pad
i (h
a) t
ahun
200
1-20
06 (
Sum
ber
Pur
wan
i 20
06)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
2581
853
0858
3860
8931
2397
2635
231
712
4594
5611
282
3458
820
0216
957
6831
4850
1106
221
456
7016
665
848
5500
339
294
4101
367
0093
3220
0350
713
3463
3117
2940
822
505
1708
0914
4727
1161
1820
457
5923
419
960
2004
6745
1536
273
968
8022
420
4246
158
8424
937
2366
783
5057
7370
520
0540
880
8015
415
099
965
3467
142
458
3504
1487
956
9511
467
3349
539
3
Rat
a-ra
ta 2
001-
0628
222
622
223
659
286
9675
2199
66
6565
82
4926
348
529
818
741
414
452
893
338
9195
620
0623
4925
343
019
021
30
--
--
--
Tabe
l 11
Lu
as k
eker
inga
n (p
uso)
pad
a ta
nam
an p
adi
(ha)
tah
un 2
001-
2006
(S
umbe
r P
urw
ani
2006
)
Tah
unJa
nF
ebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ag
uS
epO
ktN
ovD
es
2001
3226
3913
0727
215
112
1311
3245
858
324
3517
3520
0267
511
662
457
1244
9133
7250
5300
4724
1866
366
220
0330
718
0412
716
9278
3817
607
4526
636
583
5052
679
510
2004
308
1296
042
845
124
5780
113
865
626
4978
346
0115
220
0561
627
094
3120
8720
6070
0996
810
7329
713
8011
250
Rat
a-ra
ta 2
001-
0610
264
8381
611
288
542
827
628
6932
410
987
9371
427
1610
064
1235
637
78
2006
4835
60
00
0-
--
--
-
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat
Antisipasi
Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar
Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian
Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)
1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan
2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan
4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya
5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan
6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija
7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur
8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam
9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani
10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul
11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain
12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi
13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung
14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll
Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam
Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)
1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan
2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan
3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)
4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota
Pustaka
Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor
Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999
Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006
Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999
Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung
Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor
Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html
Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand
Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor
Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265
Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91
Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane
Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor
Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp
121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi
Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363
Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung
Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor
Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor
Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)
Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung
Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690
Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360
Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)
Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp