tersebut....Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal...

69
“Bahan Ajar SMA / MA Kelas XI” KD 3: 3.7 Menganalisis jenis dan penanggulangan bencana alam melalui edukasi, kearifan lokal, dan pemanfaatan teknologi modern. KD 4: 4.7 Membuat sketsa, denah, dan/atau peta potensi bencana wilayah setempat serta strategi mitigasi bencana berdasarkan peta tersebut. Wisnu Sinartejo 2019 KELAS 11

Transcript of tersebut....Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal...

  • “Bahan Ajar SMA / MA Kelas XI”

    KD 3: 3.7 Menganalisis jenis dan penanggulangan bencana alam

    melalui edukasi, kearifan lokal, dan pemanfaatan teknologi modern.

    KD 4: 4.7 Membuat sketsa, denah, dan/atau peta potensi bencana

    wilayah setempat serta strategi mitigasi bencana berdasarkan peta

    tersebut.

    Wisnu Sinartejo

    2019

    KELAS

    11

  • Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

    Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:

    Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

    mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

    faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

    mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

    harta benda, dan dampak psikologis.

    Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non

    alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

    tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan

    bencana sosial.

    Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

    serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

    bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

    longsor.

    Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

    rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

    modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

    Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

    serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

    sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

    Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat

    berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun

    kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih

    dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.

    Pembahasan pada topik ini akan fokus pada kajian bencana alam. Bumi kita

    adalah planet yang sangat dinamis. Sifat dinamis ini dapat dikenali mulai dari

    rotasi bumi pada porosnya, revolusi bumi mengelilingi matahari, pergerakan

    PENGERTIAN BENCANA

  • lempeng-lempeng tektonik bumi, arus laut di samudera, serta berbagai fenomena

    cuaca di atmosfer. Berbagai fenomena dan lingkungan alam dibumi juga saling

    berinteraksi dan hasilnya dapat memengaruhi kehidupan mahluk hidup dibumi,

    termasuk manusia. Interaksi antarfenomena pada listosfer, atmosfer, dan hidrosfer

    dengan menghasilkan akibat yang merugikan dan / atau mengancam kehidupan

    manusia sehingga dikategorikan sebagai bencana alam. Pengelompokan jenis

    bencana alam dibagi menjadi asal dinamika litosfer, hidrosfer, atmosfer dan ekstra

    terestrial. Sedangkan pada kajian ini akan dibahas fokus pada bencana alam

    meteorologi/hidrometeorologi yang merupakan bencana alam yang berhubungan

    dengan iklim. Bencana alam ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang

    khusus.

    Bencana alam bersifat meteorologis paling banyak terjadi diseluruh dunia seperti

    banjir dan kekeringan. Kekhawatiran terbesar pada masa modernisasi sekarang ini

    adalah terjadinya pemanasan global.

    A. JENIS-JENIS BENCANA ALAM

    Berdasarkan penyebabnya bencana alam dibedakan menjadi tiga jenis sebagai

    berikut :

    1. Bencana alam geologi yaitu bencana yang disebabkan oleh aktivitas bumi,

    seperti gempa bumi, gunung meletus, Tsunami, abrasi, dan gerakan tanah

    2. Bencana alam klimatologi yaitu bencana yang disebabkan oleh pengaruh

    iklim seperti banjir, angin topan, dan kekeringan.

    3. Bencana alam ekstrateristrial yaitu bencana yang disebabkan oleh benda-

    benda dari luar angkasa seperti jatuhnya meteor.

    Berikut ini beberapa bencana alam geologi yang terjadi di indonesia

    1. Gempa Bumi

    Gempa bumi merupakan getaran pada permukaan bumi yang

    diakibatkan oleh pergerakan dan/atau interaksi lempeng tektonik serta

    aktivitas vulkanik.

    BENCANA ASAL DINAMIKA LITOSFER

  • Gambar 1. Bangunan roboh akibat gempa bumi

    2. Letusan Gunung Berapi

    Letusan gunung api merupakan proses keluarnya magma yang berada

    di perut bumi ke permukaan bumi berupa material padat seperti bom,

    lavili dan debu vulkanik, material cair berupa lahar dan material gas

    berupa awan panas.

    Gambar 2. Erupsi gunung api

    3. Tanah Longsor

    Tanah longsor merupakan gerakan masa batuan atau tanah menuruni

    lereng atau tebing.

  • Gambar 3. Longsor

    B. Karakteristik Bencana Alam

    1. Letusan Gunung Berapi

    Gunung berapi adalah bukaan, atau rekahan, pada permukaan

    atau kerak bumi yang mengeluarkanmaterial berupa gas, abu, batu dan

    lava cair yang panas bebas jauh di dalam bawah permukaan bumi.

    Aktivitas gunung meletus biasanya dapat diprediksi kejadiannya, sehingga

    korban jiwa, harta, dan benda dapat diminimalisir. Gunung berapi yang

    akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain:

    a. Suhu di sekitar gunung naik

    b. Mata air menjadi kering

    c. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)

    d. Tumbuhan di sekitar gunung layu

    e. Binatang di sekitar gunung bermigrasi

    Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :

    a. Gas Vulkanik

    Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas

    tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida(CO2),

    Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen (NO2) yang

    dapat membahayakan manusia.

    b. Lava dan aliran pasir serta batu panas

    Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir

    dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan

    mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan

  • membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan

    membentuk bermacam-macam batuan.

    c. Lahar

    Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air,

    dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng

    gunung berapi.

    d. Hujan Abu

    Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara

    saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa

    angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan

    ini bisa menganggu pernapasan.

    e. Awan panas

    Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di

    dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material

    vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600°C. Awan panas dapat

    mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala,

    lengan, leher atau kaki dan dapat menyebabkan sesak napas.

    2. Gempa Bumi

    Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan

    energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya

    lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya

    gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi

    yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi

    sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.

    a. Karakteristik gempa bumi sebagai berikut :

    1) Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat

    2) Lokasi kejadian tertentu

    3) Akibatnya dapat menimbulkan bencana

    4) Berpotensi terulang lagi

    5) Belum dapat diprediksi

    6) Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat

    dikurangi

    b. Tipe gempa bumi sebagai berikut :

    1) Gempa bumi vulkanik (Gunung Api); Gempa bumi ini terjadi akibat

    adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api

    meletus.

  • 2) Gempa bumi tektonik; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya

    aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng tektonik secara

    mendadak yang mempunyai kekuatan yang sangat kecil hingga

    yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan

    kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang

    kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.

    3) Gempa bumi tumbukan; Gempa bumi ini diakibatkan oleh

    tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa

    bumi ini jarang terjadi.

    4) Gempa bumi runtuhan; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada

    daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi

    jarang terjadi dan bersifat lokal.

    5) Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh

    aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu

    yang dipukulkan ke permukaan bumi.

    Berdasarkan jenis gempa tersebut, gempa yang sering terjadi adalah

    gempa tektonik. Gempa bumi terjadi karena adanya aktivitas lempeng

    tektonik. Lempeng yang tidak seimbang akan mencari keseimbangan yang

    sesuai. Gempa bumi tektonik di Indonesia tidak lepas dari pengaruh letak

    indonesia yang berada di pertemuan lempeng dunia. Indonesia diapit oleh

    tiga lempeng tektonik yaitu Lempeng Eurasia yang bergerak kearah

    Selatan, Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah Utara, dan

    Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat.

    3. Tanah Longsor

    Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa

    batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran tersebut,

    bergerak ke bawah atau keluar lereng.

    a. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Longsor

    Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong

    pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya

    dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan

    gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng,

    air, beban serta berat jenis tanah batuan.

    Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung

    pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi,

    curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng

  • tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor

    alam dan faktor manusia:

    1) Faktor Alam

    a) Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan

    lapisan batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi,

    dan gunung berapi.

    b) Iklim: curah hujan yang tinggi.

    c) Keadaan topografi: lereng yang curam.

    d) Keadaan air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi

    massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.

    e) Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah

    kritis.

    f) Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran

    mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.

    2) Faktor manusia

    a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang

    terjal.

    b) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.

    c) Kegagalan struktur dinding penahan tanah.

    d) Penggundulan hutan.

    e) Budidaya kolam ikan diatas lereng.

    f) Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.

    g) Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan

    kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang

    akhirnya merugikan sendiri.

    h) Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

    b. Ciri-Ciri Tanah Longsor Sebagai Berikut :

    1) Lapisan tanah yang searah kemiringan lereng

    2) Curah hujan tidak tinggi tetapi terus-menerus dalam waktu lama

    3) Susunan tanah atau batuan yang lolos air di atas yang kompak

    dan relatif kedap air

    4) Rembesan air pada lereng atau munculnya mata air baru secara

    tiba-tiba

    5) Munculnya tetakan pada lereng dan retakan-retakan di lereng yang

    sejajar dengan arah tebing.

    6) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

  • Ada enam jenis longsor, yaitu: longsoran translasi, longsoran rotasi,

    pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah dan aliran bahan

    rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di

    Indonesia sedangkan longsoran yangpaling banyak memakan korban jiwa

    manusia adalah aliran bahan rombakan.

    A. DAMPAK POSITIF BENCANA ALAM

    1. Letusan Gunung Berapi

    Letusan gunung berapi juga sebenarnya membawa berkah meski hanya

    bagi penduduk yang ada di sekitar. Berikut uraiannya:

    a. Tanah yang dilalui oleh hasil abu vulkanis gunung berapi sangat baik

    bagi pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih

    subur dan bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas.

    Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas petani,

    hal ini sangat menguntungkan.

    b. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi

    yang telah meletus, yaitu penambang pasir. Material vulkanik berupa

    pasir tentu memiliki nilai ekonomis.

    c. Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung

    berapi saat meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai

    bahan bangungan warga sekitar gunung.

    d. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan

    tumbuh lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan

    ekosistem yang juga baru.

    e. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata

    air panas yang keluar dri dalam bumi dengan berkala atau secara

    periodik. Geyser ini baik bagi kesehatan kulit.

    f. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan

    kandungan mineral yang sangat melimpah.

    g. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini

    potensial terjadi sebab gunung adalah penangkap hujan terbaik.

    DAMPAK BENCANA TERHADAP KEHIDUPAN

  • h. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik

    didirikan pembangkit listrik.

    2. Tanah Longsor

    Dampak positif dari tanah longsor adalah:

    a. Tanah kembali menjadi gembur

    b. Perubahan tekstur dan bentuk gunung.

    c. Mempercepat dan memperbanyak proses peleburan batu dalam tanah

    3. Gempa Bumi

    Dampak positif dari gempa bumi adalah:

    a. Menciptakan alat-alat teknologi pendeteksi gempa

    b. Menjadikan kita peduli pada sesama

    c. Meningkatkan kewaspadaan manusia

    d. Menjadi tempat pariwisata

    e. Menjadi sumber berita

    f. Mengurangi kepadatan penduduk

    B. DAMPAK NEGATIF BENCANA ALAM

    1. Letusan Gunung Berapi

    Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang

    berbahaya bagi organisme yang dilaluinya. Karena itu kewaspadaan

    mutlak diperlukan. Hal negatif yang terjadi saat gunung meletus sebagai

    berikut :

    a. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung

    bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen

    sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2) serta beberapa partikel debu

    yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.

    b. Dengan meletusnya gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas

    penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan

    ekonomi.

    c. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu

    vulkanik panas akan merusak pemukiman warga.

    d. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak

    terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.

    e. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi

    menyebabkan sejumlah penyakit misalnya ISPA.

    f. Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kesulitan dengan

    adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan

  • Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal merupakan

    salah satu destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan pecinta

    alam.

    2. Tanah Longsor

    Dampak negatif dari tanah longsor adalah:

    a. Korban jiwa

    b. Rusaknya infrastruktur

    c. Rusaknya sumber mata pencaharian warga

    d. Buruknya sanitasi lingkungan

    3. Gempa Bumi

    Dampak negatif dari gempa bumi adalah:

    a. Membuat banyak orang meninggal

    b. Merusak fasilitas umum

    c. Wilayah menjadi rusak

    d. Banyaknya pengangguran karena kantornya hancur

    e. Berkurangnya sumber daya alam dan sumber daya manusia

    f. Jaringan transportasi dan komunikasi terganggu.

    1. Tsunami

    Gambar 4. Gelombang Tsunami

    BENCANA ALAM ASAL DINAMIKA HIDROSFER

  • a. Pengertian

    Tsunami (“tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang) merupakan

    gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan

    impulsif dari dasar laut. Gangguan tersebut berupa gempa bumi tektonik,

    erupsi vulkanik, atau longsoran.

    b. Penyebab

    1) Gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan massa

    tanah/batuan yang sangat besar dibawah air laut/danau.

    2) Tanah longsor dibawah tubuh air/laut

    3) Letusan gunung api dibawah laut dan gunung api pulau.

    c. Mekanisme Perusakan

    Tsunami mempunyai kecepatan yang berbanding lurus dengan

    kedalaman laut. Jika kedalaman laut semakin dalam, maka kecepatan

    tsunami semakin besar. Kecepatan tsunami akan semakin berkurang

    karena gesekan dengan dasar laut yang semakin dangkal. Hal tersebut

    menjadikan tinggi yang semakin besar. Berkurangnya kecepatan

    menyebabkan adanya penumpukan massa air.

    Kecepatan Tsunami saat mencapai pantai berkurang menjadi 25-100

    km/jam. Gelombang ini bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai.

    Tsunami akan kembali akan laut setalah mencapai puncak gelombang (run-

    down). Meski berhenti, gelombang ini akan menyeret segala sesuatu ke laut.

    d. Kajian bahaya

    1) Kejadian-kejadian tsunami didata dan dijadikan database untuk

    mengetahui karakteristik tsunami.

    2) Identifikasi sistem tektonik, struktur geologi dan morfologi daerah dasar

    laut khususnya didaerah sekitar zona tumbukan (subduction zone).

    3) Pemetaan resiko bencana tsunami

    e. Gejala dan Peringatan Dini

    1) Gelombang air laut datang secara mendadak

    2) Pada umumnya didahului dengan gempa bumi besar dan susut laut.

    3) Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi dengan

    waktu tsunami di pantai.

  • f. Parameter

    1) Ketinggian tsunami yang naik ke daratan (run-up).

    2) Panjang sapuan tsunami ke daratan (m atau km).

    3) Luas daerah yang terkena sapuan gelombang (km2).

    2. Banjir

    Gambar 5. Banjir yang merendam pemukiman warga

    a. Pengertian

    Tahukah anda apa yang dimaksud dengan banjir? Banjir jika diartikan

    adalah aliran air yang tingginya melebihi muka air normal. Hal itu

    menyebabkan genangan pada lahan rendah di sisinya. Jika kita perhatikan

    berita-berita di media massa maka, negara kita termasuk negara yang

    sering dilanda banjir. Tahukah anda mengapa hal tersebut bisa terjadi ?

    Jika kita kaji kondisi geografis indonesia, maka wilayah Indonesia

    termasuk daerah iklim tropis. Wilayah yang termasuk iklim ini memiliki dua

    musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Ciri dari negara tropis

    adalah adanya perubahan cuaca, suhu, dan arah angin yang cukup

    ekstrem. Pantaslah jika Indonesia menyimpan ancaman bersifat menyimpan

    ancaman bersifat hidrometeorologis seperti banjir dan kekeringan. Hampir

    seluruh wilayah Indonesia berpotensi tinggi mengalami banjir.

  • Sekarang coba kita identifikasi jenis-jenis banjir menurut sumber

    airnya. Berikutnya ini adalah jenis-jenisnya.

    1) Banjir akibat hujan lebat. Hal ini menyebabkan kapasitas penyaluran

    sistem pengaliran air tidak mampu bekerja dengan baik. Sistem

    penyaluran air dapat kita bagi menjadi sistem sungai alamiah dan

    sistem drainase buatan manusia.

    2) Banjir akibat pasang laut. Pasang laut menyebabkan meningkatnya

    muka air di sungai.

    3) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia. Setiap buatan

    manusia pasti mengalami kerusakan. Bangunan air buatan manusia

    diantaranya adalah bendungan, tanggul, dan bangunan pengendalian

    banjir.

    4) Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran

    sungai akibat longsornya tebing sungai. Hal ini menyebabkan

    bendungan tidak dapat menahan tekanan air.

    b. Penyebab

    Pada pembahasan sebelumnya kita sudah membahas beberapa

    penyebab banjir. Secara umum banjir disebabkan oleh tingginya curah

    hujan. Akibatnya sistem pengaliran air, saluran drainase, dan kanal

    penampung banjir tidak mampu akumulasi air hujan. Hasilnya air akan

    meluap dan menyebabkan banjir.

    Daya tampung sistem pengaliran air tidak selamanya sama. Sistem ini

    akan berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai, tersumbat sampah,

    serta masih banyak faktor lainya. Satu hal yang juga harus menjadi

    perhatian kita adalah penggundulan hutan didaerah tangkapan air hujan.

    Penggundulan hutan menyebabkan debit air yang masuk ke sistem aliran

    meningkat. Akibat lainya adalah tingginya tingkat erosi serta sedimentasi.

    Berkurangnya resapan air juga terjadi didaerah permukiman. Padatnya

    bangunan menyebabkan berkurangnya tingkat resapan air. Kurang resapan

    membuat air langsung masuk ke sistem pengaliran yang kapasitasnya

    terbatas.

  • c. Mekanisme perusakan

    Pernahkah anda melihat atau bahkan mengalami wilayah anda

    tergenang banjir? Coba anda lihat apakah ada kerusakan yang terjadi, baik

    pada bangunan atau fasilitas lainya?

    Banjir umumnya mempunyai sifat merusak, baik yang menggenang

    maupun banjir bandang. Sifat ini didapatkan kerena arus air yang cepat

    dan bergolak dapat menghanyutkan berbagai benda disekitarnya.

    Kerusakan akan semakin tinggi ketika aliran air membawa material tanah.

    Air banjir dapat merusak pondasi bangunan, baik rumah maupun

    jembatan. Material yang hanyut bersama banjir akan diendapkan setelah

    surut. Endapan tersbeut dapat merusak tanaman, perumahan, perumahan,

    dan menimbulkan penyakit.

    d. Kajian bahaya

    Kajian mengenai bahaya banjir dapat kita pelajari melalui data-data yang

    tepat. Hal ini kita butuhkan untuk menentukan tingkat kerawanan serta

    upaya antisipasi banjir. Data yang kita butuhkan berasal dari hal-hal

    sebagai berikut.

    1) Rekaman kejadian bencana yang terjadi. Data ini berfungsi sebagai

    indikasi awal akan datangnya banjir di masa yang akan datang. Melalui

    data ini kita dapat menentukan pola mterjadinya banjir periodik(

    tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan, atau seratus tahunan).

    2) Pemetaan topografis. Peta topografi dapat menunjukan kontur ketinggian

    sekitar daerah aliran sungai. Melalui data ini kita dapat menentukan

    kemampuan kapasitas sistem hidrologi dan luas daerah tangkapan

    hujan.

    3) Data curah hujan. Data ini dipergunakan untuk menghitung kapasitas

    penyaluran sistem pengaliran.

    e. Gejala dan Peringatan Dini

    Tahukah anda apa saja gejala-gejala banjir? Kita dapat mengenalinya

    dengan tanda-tanda berikut :

    1) Curah hujan yang tinggi

    2) Tinggi pasang laut dan terjadinya badai.

    3) Dilampauinya ketinggian muka banjir.

  • f. Parameter

    Parameter ancaman banjir dapat ditentukan berdasarkan hal-hal sebagai

    berikut.

    1) Luas genangan

    2) Kedalaman atau ketinggian air banjir

    3) Kecepatan aliran

    4) Material yang dihanyutkan aliran banjir

    5) Tingkat kepekatan air atau tebal endapan lumpur.

    6) Lamanya waktu genangan

    3. Kekeringan

    Gambar 6. Kekeringan

    a. Pengertian

    Kekeringan merupakan ketidakseimbangan ketersediaan air dengan kebutuhan

    air manusia dan lingkungan. Menurut BNPB, kekeringan dapat diklasifikasikan

    menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

    1) Kekeringan Alamiah

    a) Kekeringan Meteorologis akibat tingkat curah hujan dibawah normal

    adalm satu musim.

    b) Kekeringan hidrologis akibat kekurangan pasokan air permukaan dan

    air tanah. Kita dapat mengkur kekeringan ini berdasarkan elevasi muka

    air tanah.

  • c) Kekeringan. Pertanian merupakan kekurangan lengas tanah (kandungan

    air dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman.

    d) Kekeringan sosial ekonomi merupakan kekurangan pasokan komiditi

    ekonomi akbiat kekeringan meteorologi,

    2) Kekeringan Antropogenik

    Kekeringan antropogenik disebabkan ketidaktaatan manusia pada aturan.

    Kita dapat melihat kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang

    direncanakan. Kekeringan disebabkan pula oleh kerusakan kawasan

    tangkapan air dan sumber-sumber air akibat perbuatan manusia.

    b. Penyebab

    Kekeringan di Indonesia berkaitan erat dengan fenomena ENSO (El Nino

    Southren Oscillation). Dampak El-Nino sangat kuat pada wilayah yang

    dipengaruhi sistem monsoon. Sedangkan pada wilayah dengan sistem

    equatorial kuat, dampak El Nino cukup lemah. Pengaruh El Nino juga lebih

    kuat pada musim kemarau. Pengaruh El Nino dapat kita lihat dari pola-pola

    pada keragaman hujan sebagai berikut.

    1) Akhir musim kemarau mundur dari normal

    2) Awal masuk musim hujan mundur dari normal

    3) Curah hujan musim kemarau turun tajam dibanding normal

    4) Deret hari kering semakin panjang

    c. Mekanisme Perusakan

    Kekeringan dapat menimbulkan banyak masalah. Manusia, tumbuhan, dan

    hewan akan menerima banyak dampak baik langsung maupun tidak.

    Kurangnya pasokan air menyebabkan menurunya kesehatan manusia.

    Kekeringan dapat juga menyebabkan pepohonan mati dan tanah menjadi

    gundul. Jikat tidak segera ditanggulangi akan mengakibatkan hilangnya

    bahan pangan.

    d. Kajian Indikator Kekeringan

    1) Alamiah

    a) Kekeringan meteorologis/klimatologis.

  • Tabel 1. Indikator intensitas kekeringan meteorologis

    Intensitas Kekeringan Meteorologis Curah Hujan

    Kering (curah hujan dibawah normal) 70% - 85% dari normal

    Sangat Kering (curah hujan jauh

    dibawah normal)

    50% - 70% dari normal

    Amat sangat kering (curah hujan amat

    jauh dibawah normal)

    < 50% dari normal

    Sumber : bnpb.go.id

    b) Kekeringan hidrologis

    Tabel 2. Indikator intensitas kekeringan hidrologis

    Intensitas Kekeringan Hidrologis

    Debit Air Sungai

    Kering Mencapai periode ulang aliran periode 5

    tahunan

    Sangat Kering Mencapai periode ulang aliran jauh dibawah

    periode 25 tahunan

    Amat sangat kering Mencapai periode ulang aliran amat jauh

    dibawah periode 50 tahunan

    Sumber : bnpb.go.id

    c) Kekeringan pertanian

    Tabel 3. Indikator intensitas kekeringan pertanian

    Intensitas Kekeringan

    Pertanian

    Persentase Daun Kering

    Kering (terkena ringan s/d

    sedang)

    M daun kering dimulai pada bagian

    ujung daun

    Sangat Kering (terkena

    berat)

    M - % daun kering dimulai pada bagian

    ujung daun

    Amat sangat kering (Puso) Semua bagian daun kering

    Sumber : bnpb.go.id

    Apabila dinilai dari segi penurunan produksi, terkena ringan s/d berat

    diperkirakan kehilangan hasil bisa mencapai 75% dengan rata-rata

    sekitar 50%. Dan puso apabila hasil diatas 95%. Untuk kekeringan

    ditinjau dari kehutanan dinilai dari Keetch Byram Drough Index (KBDI):

    Kering (kekeringan rendah): 0 – 999

    Sangat kering : 1.000 – 1.499

  • Amat sangat kering > 1.500

    d) Kekeringan sosial ekonomi

    Tabel 4. Kategori kekeringan sosial ekonomi

    No. Kategori Ketersediaan

    Air

    (Lt/Orang/hari)

    Pemenuhan

    Kebutuhan

    Untuk

    Jarak ke

    Sumber

    Air (km)

    1 Kering (Langka

    Terbatas)

    >30

    >60

    Minum,

    Masak, Cuci

    alat

    makan/masak,

    mandi terbatas

    0,1-0,5

    2 Sangat Kering

    (Langka)

    >10

  • 4. Angin Badai

    Gambar 7. Badai

    a. Pengertian

    Angin badai adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120

    km/jam atau lebih. Peristiwa ini sering terjadi di wilayah tropis.

    b. Penyebab

    Angin badai disebabkan perbedaan tekanan udara yang ekstrem. Ketika

    terjadi, angin dapat bergerak dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Kita

    mengenal angin ini sebagai badai, di samudera pasifik sebagai angin taifun,

    di samudera hindia disebut siklon, dan di Amerika dinamakan hurricane.

    c. Mekanisme perusakan

    Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan bangunan atau menyebabkan

    kapal tenggelam. Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan deras.

    Paduan keduanya dapat menimbulkan bencana tanah longsor dan banjir.

    d. Kajian Bahaya

    Kajian bahaya angin badai dapat kita pantau dari data kecepatan dan arah

    angin. Lembaga yang mengawasinya adalah stasiun dan satelit meteorologi.

    Angin badai dipengaruhi oleh faktor topografi, vegetasi dan permukiman.

    Kita juga dapat mempelajari kejadian angin badai di masa lalu. Data ini

    digunakan untuk mengetahui pola umum kejadian angin badai.

  • e. Gejala dan Peringatan Dini

    Tahukah anda bagaimana cara kita untuk memprediksi terjadinya angin

    badai? Angin badai tidak selamanya terjadi secara mendadak. Sebagian

    besar badai, terbentuk melalui suatu proses. Kita dapat memantaunya

    melalui satelite cuaca. Monitoring menggunakan satelite ini dapat

    membantu kita memberikan peringatan dini.

    f. Parameter

    Skala kecepatan angin diusulkan oleh Hebert Saffir yang dikenal dengan

    skala Saffir-Simpson. Berikut ini adalah skalanya.

    Tabel 5. Skala Saffir-Simpson

    Tingkat/Level Kecepatan angin Km/jam Tingkat Kerusakan

    1 120 – 153 Sedikit

    2 154 - 177 Sedang

    3 178 – 209 Luas

    4 210 - 249 Hebat

    5 >250 Sangat Hebat

    5. Gelombang Pasang/Badai

    Gambar 8. Gelombang Pasang

    a. Pengertian

    Gelombang laut merupakan pergerakan naik turunya muka air laut.

    Gerakan ini akan membentuk lembah dan bukit mengikuti gerak sinusoidal.

    Apa yang kita bahas tadi merupakan gelombang periode singkat (wave of

  • short period). Gelombang jenis ini dibangkitkan oleh tiupan angin di

    permukaan laut. Jenis gelombang lainya adalah gelombang periode panjang

    (wave of long periode). Terbentuknya gelombang ini disebabkan oleh

    beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan.

    Contohnya adalah gelombang pasang surut, gelombang tsunami, dan

    gelombang badai.

    Gelombang pasang surut (pasut) merupakan gelombang yang

    ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara Bumi dengan planet-planet lain

    terutama dengan Bulan dan Matahari. Menurut faktor pembangkitnya,

    pasang surut dibagi menjadi pasang purnama dan pasang perbani.

    Perhatikan oleh anda kondisi laut sekitar tanggal 1 dan 15 (saat bulan

    mati dan bulan purnama). Apakah yang terjadi? Pada saat itu, posisi Bulan-

    Bumi-Matahari berada pada satu garis lurus. Hal ini menyebabkan gaya

    tarik Bulan dan Matahari terhadap Bumi saling memperkuat. Kondisi ini

    menyebabkan terjadinya pasang purnama. Tinggi pasang sangat besar

    dibanding pasang pada hari-hari lain.

    Kondisi laut juga dapat anda pelajari sekitar tanggal 7 dan 21. Pada

    waktu ini, Bulan dan Matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi

    saling mengurangi. Hasilnya terjadilah pasang perbani, dimana tinggi

    pasang lebih kecil dibanding hari-hari yang lain.

    Tabel 6. Perbandingan Antara Swell dan Tinggi Gelombang

    Tinggi Swell Tinggi Gelombang

    ¼ m Setinggi paha 2-3’

    ½ m Setinggi pinggang 3-4’

    1 m Setinggi pinggang hingga kepala 5-6’

    1 ¼ m Hingga 1K kali diatas kepala 6-8’

    1 ½ m Lebih dari 1K kali tinggi kepala 8-10’

    2 m Lebih dari 2 kali tinggi kepala 10-12’

    2 ½ m Lebih dari 2K kali tinggi kepala 12-15’

    3 m Sekitar 3 kali tinggi kepala 15-18’

    3-4 m 3-4 kali tinggi kepala 18-24’

    4-5 m 4-5 kali tinggi kepala 24-32’

    5-6 m 5-6 kali tinggi kepala 32-40’

    6-7 m 6-7 kali tinggi kepala 40-48’

    8-9 m 8-9 kali tinggi kepala 50-60’

  • Sumber :www.bnpb.go.id

    Gelombang badai (Storm Wave) merupakan gelombang tinggi yang

    ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis. Kondisi ini berpotensi kuat

    menimbulkan bencana alam. Meski Indonesia bukan daerah lintasan siklon

    tropis, namun siklon tropis memengaruhi terjadinya angin kencang,

    gelombang tinggi disertai hujan deras. Siklon tropis merupakan sistem

    tekanan rendah yang mempunyai angin berputar (siklonik) yang berasal

    dari daerah tropis dengan kecepatan rata-rata (34-64) knots disekitar

    pusatnya. Siklon tropis tumbuh aktif di daerah lintang bumi (10-20) LU/LS.

    b. Penyebab

    Angin dengan kecepatan besar diatas permukaan laut bisa membangkitkan

    fluktuasi muka air laut yang besar disepanjang pantai. Kita akan sulit

    memperkirakan elevasi muka air selama terjadinya badai. Penyebabnya

    adalah badai melibatkan banyak variabel seperti interaksi antara angin dan

    air, perbedaan tekanan atmosfer dan lain-lain.

    Perubahan elevasi muka air tergantung pada kecepatan angin, fetch,

    kedalaman air, dan kemiringan dasar. Fetch merupakan panjang daerah

    tempat angin berhembus dengan kecepatan dan arah konstan.

    Gelombang angin di lokasi pembangkitanya masih relatif curam. Gelombang

    ini disebut seas. Setelah menjalar gelombang menjadi lebih landai dan

    berpuncak panjang. Gelombang ini disebut swell.

    c. Mekanisme Perusakan

    1) Gelombang pasang/badai dalam periode yang cukup lama (dapat

    merusak/menghancurkan) kehidupan dan bangunan di daerah pantai.

    2) Gelombang badai dapat memutar air dan menimbulkan gelombang yang

    tinggi. Hal ini dapat mengganggu pelayaran dan berpotensi

    menenggalamkan kapal.

    d. Kajian Bahaya

    Siklon tropis dapat menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrem. Daerah

    lintasan siklon tropis adalah wilayah perairan Indonesia, sebalah utara

    Australia dan Pasifik Barat dan sampai Laut Cina Selatan.

    http://www.bnpb.go.id/

  • e. Gejala dan Peringatan Dini

    Pemantauan Gejala sistem konvergensi tekanan rendah dapat berkembang

    menjadu Tropical Depresi dan tumbuh menjadi Tropical Siklon.

    f. Parameter

    1) Tinggi gelombang (meter)

    2) Panjang sapuan gelombang pasang ke daratan (m atau km)

    3) Luas daerah yang terkena sapuan gelombang (km2).

    A. Penanggulangan Bencana

    Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi

    penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan

    pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Sebagai suatu proses

    yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatlan kualitas

    langkah-langkah yang berhubungan dengan penanganan, merupakan

    rangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,

    tanggap darurat, rehabilitasi dan pembangunan kembali.

    Dampak yang ditimbulkan oleh bencana sebagai peristiwa yang luar

    biasa dan dapat menimbulkan penderitaan luar biasa bagi yang

    mengalaminya. Bahkan bencana alam tertentu menimbulkan banyak korban

    cedera maupun meninggal dunia. Selain menimbulkan luka atau cedera fisik,

    bencana alam juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan. Mengingat

    dampak yang luar biasa tersebut, perlu dilakukan penanggulangan bencana

    dengan prinsip dan cara yang tepat.

    Tujuan penanggulangan bencana yang dilakukan dengan tepat adalah:

    1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana

    2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada

    3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,

    terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.

    SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA

  • 4. Menghargai budaya lokal.

    5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

    6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan.

    7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

    dan bernegara.

    Dalam Undang-undang No, 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

    Bencana, disebutkan beberapa prinsip-prinsip dalam penanggulangan

    bencana:

    1. Cepat dan Tepat

    Prinsip cepat dan tepat berarti bahwa penanggulangan bencana harus

    dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai tuntutan keadaan.

    Keterlambatan dalam penanggulangan akan berdampak pada tingginya

    kerugian material maupun korban jiwa.

    2. Prioritas

    Prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan

    penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan

    penyelamatan jiwa manusia.

    3. Koordinasi keterpaduan

    Prinsip koordinasi dalam penanggulangan bencana berarti didasarkan

    pada koordinasi yang bauk dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan

    “prinsip keterpaduan” adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan

    oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang

    baik dan saling mendukung.

    4. Berdaya guna dan berhasil guna

    Enanggulangan bencana dengan “prinisip berdaya guna” adalah mengatasi

    kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga,

    dan biaya yang berlebihan. Sedangan “prinsip berhasil guna” adalah

    penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam

    mengatasi kesulita masyrakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan

    biaya yang berlebihan.

    5. Transparansi dan akuntabilitas

  • Prinsip transparansi dalam penanggulangan bencana dilakuakn secara

    terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan

    “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan

    secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

    6. Kemitraan

    Penanggulangan bencana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah.

    Kemitraan dalam penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah

    dengan masyarakat secara luas, termasuk lembaga swadaya masyarakat

    (LSM) maupun dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya.

    Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga di luar

    negeri termasuk dengan pemerintahnya.

    7. Pemberdayaan

    Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat

    untuk mengetahui, memahami dan melakukan langkah-langkah

    antisipasi, penyelamatan dan pemulihan bencana. Negara memiliki

    kewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mengurangi

    dampak dari bencana.

    8. Nondiskriminatif

    Prinsip nondiskriminatif dalam penanggulangan bencana berarti

    memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,

    agama, ras, dan aliran politik apapun.

    9. Nonproletisi

    Yang dimaksud dengan “prinsip nonproletisi” adalah bahwa negara dalam

    penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama atau keyakinan

    pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan

    dan pelayanan darurat bencana.

  • B. Langkah-langkah Penanggulangan Bencana

    Gambar 9. Siklus Manajemen Bencana

    Penanggulangan bencana tidak hanya dilakukan pada saat dan setelah

    terjadinya bencana, tetapi upaya pencegahan juga termasuk ke dalam kegiatan

    penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana dilakukan melalui

    beberapa tahapan, yaitu:

    1. Tahap pencegahan/Mitigasi

    Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak

    buruk dari bencana alam. Contoh kegiatan pada tahap ini adalah:

    a. Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan.

    b. Penanaman pohon bakau/mangrove di sepsnjang pantai untuk

    menghambat gelombang tsunami.

    c. Pembuatan tanggul untuk menghindari banjir.

    d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak masuk ke wilayah

    pemukiman.

    e. Reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan dan banjir.

    f. Identifikasi secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman

    bencana.

    g. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

    h. Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau

    berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana.

  • 2. Tahap Tanggap Darurat

    Pada tahap tanggap darurat hal paling pokok yang sebaiknya dilakukan

    adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapa

    tanggap darurat. Selain itu, tehap tanggap darurat bertujuan membantu

    masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi

    kebutuhan dasarnya yang paling minimal.

    Para korban juga perlu dibawa ke tempat sementara yang dianggap

    aman dan ditampung di tempat penampungan sementara yang layak. Pada

    tahap ini dilakukan pua pengaturan dan pembagian logistik atau bahan

    makanan yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.

    Secara operasional, pada tahap tanggap darurat ini diarahkan pada

    kegiatan:

    a. Dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya, untuk

    mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan

    sarana dan prasarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum

    serta pemerintahan, dan kemampuan sumberdaya alam maupun

    buatan.Pengkajian secara cepat

    b. Penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal

    dan menangani korban yang luka-luka.

    c. Penanganan pengungsi.

    d. Pemberian bantuan darurat.

    e. Pelayanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih.

    f. Penyiapan penampungan sementara.

    g. Pembangunan fasilitias sosial dan fasilitas umum sementara serta

    memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan

    pelayanan yang memadai untuk para korban.

    3. Tahap Rehabilitasi

    Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah perbaikan fisik

    dan non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban.

    Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan

    dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap

    tanggap darurat, seperti rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah,

  • infrastruktur sosial dasar, serta prasaranan dan sarana perekonomian

    yang sangat diperlukan.

    Sasaran utama dari tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki

    pelayanan masyarakat atau publik sampai pada tungkat yang memadai.

    Dalam tahap rehabilitasi ini juga diupayakan penyeesaian berbagai

    permasalahan yang terkait dengan aspek kejiwaan/psikologis melalui

    penanganan trauma korban bencana.

    4. Tahap Rekonstruksi

    Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah pembangunan

    kembali sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan

    agar kehidupan masyarakat kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan

    semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia

    usaha. Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali

    masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini sedapat mungkin

    juga melibatkan masyarakat dalam setiap proses.

    C. Penanggulangan Beberapa Bencana Alam

    Secara umum tahapan penanggulangan bencana relatif sama, namun

    perbedaan biasanya terletak pada car pencegahan bencana. Berikut cara

    penanggulangan beberapa bencana alam:

    1. Penanggulangan Bencana Banjir

    Bencana banjir disebabkan oleh banyak faktor, yang paling utama

    adalah alih fungsi lahan berupa hutan menjadi lahan pertanian maupun

    pemukiman. Padahal hutan berfungsi dalam meningkatkan cadangan air

    tanah dan meresapkan air ke dalam tanah, sehingga mengurangi aliran air

    permukaan yang menyebabkan banjir. Selain itu, banjir juga bisa

    disebabkan karena ulah manusia yang kurang bijak terhadap alam.

  • Gambar 10. Penanggulangan Bencana Banjir

    Untuk menanggulangi bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan, di

    antaranya sebagai berikut:

    a. Sebelum kejadian banjir

    - Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat air,

    sehingga menyebabkan terjadinya banjir.

    - Mengeruk sungai untuk menambah daya tampung air.

    - Membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru,

    sistem-sistem pipa), sehingga dapat mencehag beban yang berlebihan

    terhadap sungai.

    - Tidak mendirikan bangunan pada area yng menjadi daerah penyerapan

    air atu daerah tangkapan hujan, terutama di daerah hulu sungai.

    - Tidak menebangi pohon-pohon di hutan secara berlebihan tanpa

    memperhatikan keberlangsungan kelestarian alam. Dampak

    lanjutannya adalah terjadi longsor.

    - Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggu di sepanjang

    sungai untuk mnejaga tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke

    dalam daratan.

    b. Pada saat kejadian banjir

    - Mengerahkan tim penyelamat beserta bahan dan peralatan pendukung,

    seperti perahu karet, tambang, pelampung, dan obat-obatan.

    - Membawa korban ke tempat yang aman atau penampungan sementara.

    - Memantau perkembangan keadaan banjir dan menyebarluaskan

    informasinya kepada masyarakat.

  • c. Pasca kejadian banjir

    - Memberikan pertolongan medis bagi yang memerlukan

    - Memberikan bantuan obat-obatan dan makanan serta bantuan lainnya.

    - Memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak karena banjir.

    - Membersihkan sarana dan prasarana yang kotor karena banjir.

    2. Penanggulangan Bencana Kekeringan

    Bencana kekeringan terjadi karena adanya kesenjangan antara air yang

    tersedia dengan air yang diperlukan. Di Indonesia, bencanan ini terkait dengan

    musim kemarau yang terjadi selama beberapa bulan dalam setahun. Selama

    musim kemarau, jumlah curah hujan sangat sedikit, sehingga tidak mampu

    memenuhi kebutuhan air untuk manusia dan makhluk hidup lainnya.

    Gambar 11. Penanggulangan Bencana Kekeringan

    Kekeringan tidak hanya terjadi karena faktor alam, ulah manusia yang

    merusak lingkungan juga berpengaruh terhadap potensi kekeringan. Bebrapa

    cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kekeringan adalah sebagai

    berikut:

    a. Membuat waduk (bendungan) yang berfungsi sebagai persediaan air di

    musim kemarau. Selain itu, waduk dapat mencegah terjadinya banjir pada

    musim hujan.

    b. Membuat hujan buatan untuk daerah-daerah yang sangat kering.

    c. Reboisasi atau penghijauan kebali daerah-daerah yang sudah gundul agar

    tanah lebih mudah menyerap air pada musim kemarau.

    d. Melakukan diversifikasi dalam bercocok tanam bagi para petani, misalnya

    mengganti tanaman padi dengan tanaman palawija pada saat musim

    kemarau karena palawija dapat cepat dipanen dan tidak membutuhkan

    banyak air untuk pertumbuhannya.

  • e. Penentuan teknologi pencegahan kekeringan (pembuatan embung,

    penyesuaian pola tanam dan teknologi budidaya tanaman, dll) dan sistem

    pengaliran air irigasi yang disesuaikan dengan hasil prakiraan iklim.

    f. Pengembangan sistem penghargaan (reward) bagi masyarakat yang

    melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi sumberdaya air dan lahan

    serta memberikan hukuman (punishment) bagi yang merusak lingkungan.

    3. Penanggulangan Bencana Longsor

    Bencana longsor dipicu banyak hal, misalnya aktivitas gempa. Goncangan

    membuat tanah menjadi labil dan menimbulkan longsor. Selain itu, longsor

    juga terjadi karena tanah yang berada pada bidang gelincir (lapisan kedap air)

    mendapat guyuran hujan setelah sekian lama mengalami kekeringan. Tanah

    yang kering dan kemudian terisi air hujan dapat meningkatkan berat

    (masanya) dan akhirnya terjadi longsor.

    Gambar 12. Penanggulangan Bencana Longsor

    Bencana longsor yang menimpa pemukiman dapat menimbulkan korban

    jiwa. Korban biasanya terkubur oleh tanah karena tidak sempat

    menyelamatkan diri. Penanggulangan bencana longsor dapat dilakukan

    dengan cara:

    a. Pencegahan

    Bencana longsor dapat dicegah melalui cara berikut:

    - Melarang pembangunan rumah pada lokasi yang rawan longsor,

    terutama pada lereng dan kaki bukit.

    - Memperkuat kestabilan tanah dengan pohon-pohon yang akarnya

    dapat mengikat tanah secara kuat.

    - Pembangunan tembok-tembok penahan untuk memperkuat lereng

    pada lokasi rawan longsor.

  • - Memberikan penyuluhan pada masyarakat yang tinggal di wilayah

    longsor tentang cara menghindari bencana longsor.

    b. Pasca bencana longsor

    - Mengerahkan tim dan masyarakat untuk bersama-sama memberikan

    pertolongan jikalau ada warga yang masih bisa diselamatkan.

    - Mengumpulkan informasi dari warga tentang lokasi rumah yang

    terkena longsor, jumlah rumah dan jumlah anggota keluarganya.

    - Memberikan pertolongan medis bagi warga yang masih hidup dan

    terkena longsor.

    - Membangun kembali rumah warga dan infrastruktur yang terkena

    longsor.

    - Merelokasi warga pada lokasi baru yang lebih aman dari longsor jika

    masih ada kemungkinan longsor pada masa yang akan datang.

    4. Penanggulangan Bencana Tsunami

    Gambar 13. Penanggulangan Bencana Tsunami

    Tsunami adalah ombak besar yang terjadi setelah peristiwa gempa bumi,

    gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami

    dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi sehingga dapat diterapkan

    sistem peringatan dini (early warning system).

    a. Sebelum terjadi tsunami

    - Memasang peralatan sistem peringatan dini di wilayah-wilayah laut

    yang berpotensi mengalami tsunami.

    - Melakukan pemetaan tingkat kerawanan bencana tsunami dan

    mensosialisasikan kepad amasyarakat.

    - Menentukan jalur-jalur evakuasi bagi penduduk yang tinggal di

    wilayah-wilayah rawan tsunami.

  • - Menanam dan memelihara hutan mangrove di sepanjang pantai untuk

    menahan laju ombak.

    b. Pada saat terjadinya tsunami

    - Memberikan tanda peringatan dan informasi untuk memandu

    penduduk mencapai tempat yang aman.

    - Mengerahkan tim penyelamat beserta perlatan pendukung untuk

    membantu penduduk mencapai tempat evakuasi.

    - Memantau perkembangan keadaan untuk menentukan langkah-

    langkah berikutnya.

    c. Setelah terjadinya tsunami

    - Mencari korban untuk dievakuasi ke tempat yang aman

    - Memberikan pertolongan bagi para korban bencana

    - Menyiapkan tenda-tenda darurat untuk menampung para korban

    bencana

    - Memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.

    - Mengidentifikasi kerusakan yang terjadi

    - Memperbaiki sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan.

    5. Penanggulangan bencana letusan gunungapi

    Di Indonesia sering terjadi bencana yang disebabkan oleh meletusnya

    gunungapi. Ada sekitar 130 gungapi aktif terdapat di Indonesia. Selain

    membawa bencana, gunungapi merupakan sumber pembawa kemakmuran

    melalui tanah yang subur. Oleh karena itu penduduk selalu tertarik untuk

    menetap dan mendekati gunungapi walaupun tempat tersebut berbahaya.

    Gambar 14. Bencana Letusan Gunungapi di Indonesia

  • Penanggulangan bencana meletusnya gunungapi mencakup aspek sosial

    dan budaya. Selain itu penanganannya bervariasi tergantung pada

    karakteristik gunungapi itu sendiri:

    a. Sebelum terjadi letusan

    - Melakukan pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua

    gunungapi aktif

    - Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan bencana dan Peta

    Zona Resiko Bahaya Gunungapi yang didukung dengan Peta Geologi

    Gunungapi.

    - Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia

    di gunungapi.

    - Melakukan peningkatan pembimbingan dan pemberian informasi

    gunungapi kepada sumberdaya manusia dan pendukungnya seperti

    peningkatan sarana dan prasarananya.

    b. Saat terjadi letusan

    - Membentuk tim gerak cepat penanggulangan bencana

    - Meningkatkan pemantauan, pengamatan, dan pelaporan tingkat

    kegiatan menurut alur penanggulangan bencana sesuai dengan

    kebutuhan.

    - Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai

    prosedur.

    - Menyediakan tempat pengungsian atau penampungan sementara.

    c. Setelah terjadi letusan

    - Menginventarisir data, mencakup sebaran dan colume hasil letusan.

    - Mengidentifikasi daerah yang terancam dan terkena bencana.

    - Memberikan saran penanggulangan bahaya

    - Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang

    - Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak dan juga sarana serta

    prasarana yang rusak.

    6. Penanggulangan bencana gempa bumi

    Gempa bumi adalah gejala pelepasan energi dari dalam bumi. Sampai saat

    ini manusia belum dapat meramalkan kapan suatu gempa akan terjadi.

    Gempa bumi merupakan bencana alam yang juga sering melanda wilayah

    Indonesia. Penanggulangan bencana gempa bumi dapat dilakukan dengan

    cara:

  • a. Sebelum terjadi gempa

    - Melakukan sosialisasi gempa di wilayah yang rawan gempa

    - Mengembangkan bangunan yang relatif tahan gempa, dengan

    memperkuat atau memperdalam fondasi bangunan, penggunaan

    material yang ringan supaya bengaunan dapat mengikuti getaran

    gempa.

    - Pendidikan pada masyarakat tentang cara menyelamatkan diri dari

    gempa, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

    - Monitoring, dengan mengukut gerakan tanah menggunakan skala

    Richter.

    - Persiapan menghadapi gempa di rumah dengan menyiapkan air,

    makanan, lampu senter, selimut dan pertolongan pertama.

    - Menentukan titik berkumpul dan jalur evakuasi.

    b. Pada saat gempa dan setelah terjadinya gempa

    - Memberikan peringatan terjadinya gempa kepada masyarakat.

    - Memantau perkembangan gempa dan menyebarluaskannya kepada

    masyarakat.

    - Mengerahkan regu atau tim penyelamat tanggap darurat ke lapangan

    untuk memberikan pertolongan.

    - Memperbaiki berbagai fasilitas yang merusak terutama jalan agar

    bantuan tidak terhambat datang ke lokasi dan masyrakat dapat

    melakukan mobilitas.

    - Mempersiapkan diri terhadap ancaman gempa susulan.

    D. Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal

    1. Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal

    Pengetahuan yang dibagi turun temurun dalam suatu masyarakat

    berjasa besar dalam penanggulangan bencana sebuah daerah. Sebab,

    pengetahuan yang biasa disebut kearifan lokal ini membuat masyarakat

    tanggap saat suatu bencana menerjang wilayahnya.

    Kearifan lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan dan lokal. Kearifan

    adalah suatu pemahaman dan kesadaran yang mendalam tentang orang,

    benda, peristiwa atau situasi sehingga persepsi, penilaian, dan tindakan yang

    dilakukan berdasarkan pemahaman dan kesadaran tersebut.

  • Menurut Goyah (2013) yang dituliskan dalam aartikel online, mengatakan

    bahwa kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam

    suatu daerah. Kearifan lokal adalah produk masa lalu yang terus menerus

    dijadikan pegangan hidup. Walaupun lokal namun nilai-nilai yang terkandung

    didalamnya bersifat universal.

    Bencana menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

    masyarakat sehingga mereka mempunya tanda-tanda sebagai pesan budaya

    datangnya bencaa. Pesan budaya itu merupakan pengetahuan yang terbentuk

    dari hasil adaptasi panjangsekelompok manusia dengan lingkungannya.

    Pengetahuan tentang tanda-tanda bencana disebut kearifan lokal.

    Setiap masyarakat mempunyai pesan budaya menghadapi bencana yang

    secara empirik terbukti mampu mengurangi jumlah korban yang sejatinya

    merupakan pengetahuan yang berlaku dalam dunia ilmu pengetahuan.

    Beberapa bentuk kearifan lokal masyaraat Indonesia dalam menanggapi

    dan menanggulangi bencana alam:

    a. Masyarakat pesisir Maluku Utara mengenali gejala alam berupa naiknya

    ikan-ikan dalam jumlah di perairan. Fenomena ini diyakini sebagai tanda

    datangnya gempa.

    b. Masyarakat Dayak meyakini munculnya bintang-bintang tertentu secara

    periodik merupakan pertanda air pasang maupun surut.

    c. Masyarakat sekitar Merapi mengenal tanda gunung itu akan meletus ketika

    harimau dan kera mulai turun ke perkampungan.

    d. Masih banyak kearifan lokal yang dimiliki masyarakat di wilayah lain.

    Kearifan lokal dalam menghadapi bencana sebaiknya disepakati sebagai

    cara dini mendeteksi bencana.

    Posisi geografis dan geodinamik Indonesia menjadikanya salah satu wilayah

    yang rawan bencana alam. Sebagai Negara kepulauan yang menjadi pertemuan

    tiga lempeng besar dunia, yaitu lempeng Indo-australia, Lempeung Eurasia, dan

    lempeng Pasifik. Aktivitas ketiga lempeng tersebut membuat Indonesia memiliki

    aktivutas kegunungapian dan kegempaan yang tinggi. Dinamika lempeng juga

    PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA ALAM DI INDONESIA

  • membentuk relief permukaan bumi yang khas dan sangat berfariasi. Negara kita

    juga memiliki banyak pegunungan dengan lereng-lereng yang curam. Kondisi ini

    tentu membuat Negara kita juga rawan terhadap bahaya tanah longsor yang tinggi.

    Selain longsor, wilayah landau menyimpan potensi ancaman banjir, penurunan

    lahan, dan tsunami.

    Berdasarkan UU No 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa Bencana alam

    adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

    disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,

    banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Pengurangan terhadap

    dampak bencana salah satunya dapat dilakukan dengan mengetahui sebaran

    daerah rawan bencana alam di Indonesia.Hal tersebut bertujuan untuk

    meminimalisir risiko bencana pada suatu daerah.

    Untuk meminimalisir banyaknya korban, Badan Nasional Penanggulangan

    Bencana (BNPB) membuat peta rawan bencana di Indonesia bertujuan untuk

    menyajikan informasi mengenani penyebaran lokasi-lokasi yang berpotensi

    bencana agar masyarakat disekitar daerah rawan bencana sudah memiliki sikap

    siap siaga apabila terjadi bencana. Berikut ini kita akan melihat sebaran wilayah

    rawan bencana yang berada di Indonesia.

    A. GEMPA BUMI

    1. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi di Indonesia

    Gempa bumi mungkin adalah ancaman bencana alam terbesar di

    Indonesia karena terjadi tiba-tiba dan bisa menyerang wilayah padat

    penduduk, seperti kota-kota besar. Gempa bumi dengan kekuatan sekitar

    5 atau 6 skala Richter terjadi hampir setiap hari di Indonesia namun

    biasanya tidak menyebabkan atau hanya sedikit menyebabkan kerugian.

    Kalau kekuatan gempa melewati 7 skala Richter, sebuah gempa bisa

    menyebabkan banyak kerusakan. Setiap tahunnya, dua atau tiga gempa

    bumi dengan 7 skala Richter (atau lebih) terjadi di Indonesia dan

    lingkungan hidup.

  • Gambar 15. Sebaran gempa bumi di Indonesia (Sumber:

    http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2010/02/201002-

    10_hazard_gempa_bumi_kabupaten_bnpb-585x413.jpg )

    Berdasarkan peta indeks ancaman bencana gempa bumi di Indonesia

    di atas menunjukan bahwa hampir semua wilayah Indonesia memiliki

    risiko gempa bumi. Bagian selatan Indonesia tepatnya di pulau Sumatera,

    Jawa, Nusa tenggara memiliki risiko bencan gempa bumi yang tinggi.

    Ancaman gempa bumi yang tinggi juga ditunjukan di wilayah Papua

    bagian utara dan wilayah ambon dan Sulawesi bagian utara. Ancaman

    sedang ditunjukan pada wiayah sumatera bagian tengah jawa bagian

    tengah dan daerah Maluku. Sementara pulau Kalimantan menunjukan

    bahwa miliki ancaman yang paling rendah dari gempa bumi.

    2. Alasan Kongkrit Daerah Tersebut Mendapatkan Risiko Bencana Gempa

    Bumi Tinggi

    Hampir seluruh kejadian gempa berkaitan dengan suatu patahan,

    yaitu satu tahapan deformasi batuan atau aktivitas tektonik dan dikenal

    sebagai gempa tektonik. Sebaran pusat-pusat gempa (epicenter) di dunia

    http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2010/02/201002-10_hazard_gempa_bumi_kabupaten_bnpb-585x413.jpghttp://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2010/02/201002-10_hazard_gempa_bumi_kabupaten_bnpb-585x413.jpg

  • terbesar di sepanjang batas-batas lempeng (divergent, konvergent, maupun

    transform), oleh karena itu terjadinya gempa bumi sangat berkaitan teori

    tektonik lempeng. Indonesia merupakan salah satu negara yang berada

    pada batas lempeng. Hal tersebut membuat Indonesia memiliki jumlah

    patahan yang sangat banyak sehingga menjadikan Indonesia rawan

    bencana gempa bumi. Potensi gempa bumi di Indonesia dapat dijumpai di

    pulau sumatera, jawa, nusa tenggara, papua yang berada di dsebelah

    utara, dan Sulawesi bagian utara.

    Di pulau sumatera terdapat sesar semangko yang membentang dari

    banda aceh sampai teluk semangko di selatan lampung. Membentang

    pararel dengan zona subduksi sebagai pengaruh konvergensi lempeng

    Eurasia dengan lempeng Indo-Australia. Gempa-gempa yang berfariasi

    dengan zonapatahan Sumatera merupakan gempa-gempa berkuatan

    sedang hingga kuat dengan potensi kedalaman dangkal, kurang dari 20

    km. Kuat gempa dengan kedalaman yang yang dangkal dapat

    mengakibatkan kerusakan yang parah. Di pulau jawa juga banyak

    dijumpai sesar yang aktif, beberapa sesar tersebut adalah sesar opak,

    cimandiri, dan grindulu.

    3. Gempa Bumi Yang Pernah Terjadi Di Indonesia

    GEMPA BUMI DI INDONESIA TAHUN 2004- 2016

    Gambar 16. Data kejadian gempa bumi di Indonesia. Sumber:

    http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/risiko/bencana-

    alam/item243

  • Sebagian sebab dari banyaknya jumlah korban jiwa maupun luka-

    luka di Indonesia adalah karena konstruksi yang buruk dari rumah-rumah

    dan infrastruktur yang ada. Itu sebabnya mengapa gempa yang sedang

    bisa saja menyebabkan jatuhnya banyak korban, runtuhnya gedung-

    gedung, dan hilangnya tempat tinggal bagi banyak orang. Sebuah

    publikasi dari Bank Dunia (dirilis pada Oktober 2010) mengekspresikan

    kekuatiran akan kemungkinan terjadinya dampak yang mengerikan

    apabila sebuah gempa dengan kekuatan 8,5 skala Richter terjadi di sebuah

    megapolitan seperti Jakarta.

    4. Dampak Yang Ditimbulkan Gempa Bumi

    Rekahan / patahan di permukaan bumi

    Gempa bumi seringkali berdampak pada rekahan dan patahan

    permukaan bumiyang secara regional dikenal debagai deformasi kerak

    bumi. Salah satu conohnya yaitu pada tahun 2006 gempa bumi di

    jogja membuat bentukan yang baru di sesar opak.

    Getaran/ guncangan

    Bencana gempa bumi yang secara langsung terasa dan berdanpak

    sangat serius yaitu adalah runtuhnya bangunan-bangunan yang

    disebabkan oleh getaran/ guncangan gempa yang merambat pada

    media batuan/tanah.

    Longsoran tanah

    Berbagai tipe dan jenis luncuran dan longsoran tanah umumnya

    dapat terjadi bersamaan dengan terjadinya gempa.

    Kebakaran

    Kebakaran sering terjadi pada saat terjadinya gempa, hal tersebut

    disebabkan oleh material yang mudah terbakar dan instalasi listrk

    pada saat terjadi goncangan gempa bumi.

    Perubahan Air Bawah tanah

    Reggim air baah tanah dapat mengalami perubahan oleh

    perpindahan yang disebabkan oleh sesar atau oleh goncangan. Contoh

    kasus dari perubahan air tanah adalah adanya beberapa sumber mata

    air yang hilang setelah gempa terjadi.

    Tsunami

    Gempa bumi dapat berasal dari gempa bumi yang berada di wilayah

    laut yang dangkal. Salah satu contoh tsunami di Indonesia yaitu di

    Aceh dan di pangandaran.

  • B. LETUSAN GUNUNG BERAPI

    1. Persebaran Gunung Berapi di Indonesia

    Gambar 17. Sebaran Gunung Api di Indonesia

    Berdasarkan persebaran peta di atas dapat diketahui bahwa

    Indonesia memiliki banyak sekali gunung berapi. Daerah-daerah yang

    berbatasan langsung dengan daerah subduksi seperti di pulau Sumatera,

    Jawa , Nusa tenggara, Maluku, dan Sulawesi utara terdapat gunung

    berapi. Pulau Kalimantan dan Papua adalah pulau besar di Indonesia yang

    tidak dijumpai gunung berapi.

    2. Daerah Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi di Indonesia

    Setiap wilayah yang berdekatan dengan gunung berapi memiliki

    risiko terhadap erupsi gunung berapi. Bahaya gunung berapi adalah

    bahaya yang ditimbulkan oleh letusan / kegiatan gunung berapi, berupa

    benda padat, cair, dan gas serta campuran diantaranya yang mengancam

    atau cenderung merusak dan menimbulkan korban jiwa serta kerugian

    harta benda dalam tatan (lingkungan) kehudupan manusia. Wilayah di

    Indonesia yang relatif aman dari bahaya letusan gunung berapi yaitu

    berada di pulau Papua dan di pulau Kalimantan.

    3. Erupsi Gunung Berapi yang Terjadi di Indonesia Tahun

    Berdasarkan data dari kementrian ESDM pada tahun 2017 aktifitas

    gunung berapi di Indonesia adalah sebagai berikut:

  • G. Sinabung pada Tingkat Aktivitas Level IV (AWAS) kondisi visual dan

    kegempaan masih tinggi, sehingga potensi ancaman bahaya erupsi G.

    Sinabung masih tinggi khususnya Awan Panas dan Guguran yang

    umumnya mengarah ke tenggara – timur, erupsi-erupsi masih

    berlangsung tiap hari. Tidak tercatat adanya korban harta maupun

    jiwa.

    Gunungapi pada Tingkat Aktivitas Level II (WASPADA) sebanyak 15

    gunungapi secara visual maupun kegempaan masih relatif tinggi, tidak

    ada kejadian bencana yang mengakibatkan korban harta dan jiwa.

    Gunung berapi yang masih memperlihatkan aktivitas erupsi adalah G.

    Kerinci di Kabupaten Jambi Provinsi Sumatera Barat, G. Semeru di

    Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur dan G. Dukono di

    Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, sedangkan

    gunungapi lainnya belum menunjukan aktivitas peningkatan atau

    penurunan adalah G. Bromo, G. Rinjani, G. Lokon, G. Soputan, G.

    Karangetang, G. Gamalama, G. Sangeangapi, G. Rokatenda, G. Ibu, G.

    Gamkonora, G. Anak Krakatau, dan G. Marapi, dalam bulan Januari

    2017 tingkat aktivitasnya masih Level II (WASPADA), tidak ada tanda

    peningkatan atau penurunan tingkat aktivitas serta tidak ada kejadian

    bencana yang mengakibatkan korban harta dan jiwa

    Gunungapi pada Tingkat Aktivitas Level I (NORMAL) kondisinya belum

    menunjukan adanya peningkatan aktivitas, tidak ada kejadian korban

    dari pengunjung maupun wisatawan.

    C. TSUNAMI

    1. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia

  • Gambar 18. Sebaran rawan bencana tsunami di indonesia

    Berdasarkan peta indeks ancaman tsunami di Indonesia kepulauan

    Maluku, papua bagian utara dan sumatera bagian selatan memiliki risiko

    tsunami yang tinggi. Bagian pegunungan di Sumatera dan di jawa relatif

    mempunyai risiko tsunami yang rendah. Bagian Barat di pulau

    Kalimantan juga menunjukan risiko tsunami yang rendah.

    2. Tsunami yang Berada di Indonesia

    Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India

    (2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km

    selatan kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai

    gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai

    di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh,

    Malaysia, Maladewa dan Thailand. Korban tewas di propinsi Nanggroe

    Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI

    (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita

    Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa

    dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu

    16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak 124.057 orang,

    diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera

    Utara.

  • Pada tanggal 17 juli 2006 telah terjadi gempa di sebelah selatan

    pantai Pangandaran. Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan

    Geofisika atau PGN BMG menyatakan gempa bumi yang terjadi di kawasan

    pantai Pangandaran tersebut terjadi pada pukul 15.19 berkekuatan 6,8

    Skala Richter (SR), dengan pusat gempa tektonik pada kedalaman kurang

    dari 30 km di titik 9,4 Lintang Selatan, dan 107,2 Bujur Timur. Pusat

    gempa tepatnya berada di sebelah selatan Pameungpeuk dengan jarak

    sekitar 150 km, dan merupakan zona pertemuan dua lempeng benua Indo-

    Australia dan Eurasia pada kedalaman kurang dari 30 km.

    Gempa bumi yang terjadi tersebut juga menyebabkan terjadinya

    gelombang tsunami yang menerjang pantai selatan Jawa Barat seperti

    Cilauteureun, Kab. Garut, Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, Pangandaran,

    Kab. Ciamis, pantai selatan Cianjur dan Sukabumi. Bahkan, gelombang

    tsunami juga menerjang Pantai Cilacap dan Kebumen, Jawa Tengah, serta

    pantai selatan Kab. Bantul, Yogyakarta. Gempa yang diiringi tsunami ini

    telah menelan korban jiwa hingga mencapai ratusan orang dan ratusan

    lainnya mengalami cedera, dan puluhan jiwa dinyatakan hilang. Ratusan

    rumah mulai dari sepanjang pantai Krapyak, Kalipucang, Parigi,

    Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, hancur. Demikian pula, hotel-hotel di

    sepanjang objek wisata pantai barat Pangandaran.

    D. BANJIR

    1. Persebaran Wilayah yang Sering Terjadi Banjir di Indonesia

    Gambar 19. Peta Sebaran wilayah resiko banjir di Indonesia

  • Berdasarkan peta risiko bencana banjir di Indonesia dapat dilihat

    bahwa hampIr semua wilayah di Indonesia mempunyai potensi terkena

    bencana banjir. Bencara banjir tersebut dari yang tinggi sampai yang

    rendah banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Wilayah papua bagian

    selatan yang daerhnya berupa rawa-rawa sangan rentan terhadap bencan

    abanjir. Banjir juga dapat ditimbulkan dari Curah hujan yang tinggi yang

    datang dalam intensitas yang tinggi pula.

    2. Daerah di Indonesia yang Sering Terjadi Banjir

    Jakarta adalah salah satu daerah di Indonesia yang sering

    mengalami banjir. Berdasarkan Nirwono joga ahli tata kota yang dikutip

    dari kompas.com mengemukakan 4 faktor yang membuat banjir terjadi di

    Jakarta:

    a. berubahnya ruang terbuka hijau di Jakarta menjadi kawasan

    pembangunan, seperti permukiman, gedung, dan jalan. Resapan air

    hujan menjadi berkurang dan akhirnya air mengalir ke jalanan.

    b. sistem drainase yang buruk di Jakarta. Menurut Joga, seharusnya

    saluran air berujung ke sungai atau laut, melainkan ke daerah

    resapan atau ke dalam tanah. Pemerintah harus melakukan

    revitalisasi terhadap sistem drainase di seluruh Jakarta dan jalan-jalan

    protokol seperti Sarinah, Thamrin, Sudirman, dan lainnya. Pemerintah

    juga perlu membuat sistem drainase eco-drainase yang mengalirkan

    air ke sumber resapan.

    c. tidak optimalnya fungsi waduk maupun situ. Dalam catatannya, pada

    tahun 1990-an, Jakarta memiliki 70 waduk dan 50 situ. Namun, kini

    hanya tersisa 42 waduk dan 16 situ. Sebanyak 50 persen di antaranya

    pun tidak berjalan optimal. Waduk-waduk di Jakarta dipenuhi

    tumbuhan enceng gondok, limbah, dan sampah. Pendangkalan pun

    terjadi akibat sedimentasi lumpur. Waduk yang akhirnya mengering

    kemudian dijadikan daerah hunian.

    d. belum dilakukannya normalisasi di semua sungai. Menurut pengamat

    dari Universitas Trisakti ini, pemerintah harus melakukan normalisasi

    kali sekaligus merelokasi permukiman di bantaran sungai ke tempat

    yang layak huni.

    E. KEKERINGAN

    1. Persebaran Wilayah Indonesia yang Sering Mengalami Bencana Kekeringan

  • Gambar 20. Peta sebaran bencana kekeringan di Indonesia

    Berdasarkan peta di atas menunjukan bahwa ancaman bencana

    kekeringan yang tigggi di Indonesia tedapat di pulau sumatera, jawa,

    Kalimantan, dan papua.kondisi curah hujan sangat mempengaruhi

    kekeringan suatu daerah. Selain itu el nino juga berpengaruh terhadap

    kekeringan di Indonesia.

    2. Penyebab Wilayah Tersebut Mengalami Risiko Kekeringan

    Penyebab kekeringan pada suatu wilayah disebabkan oleh beberapa

    hal , dari wilahya sendiri beriklim kering, lahan yang mampu meloloskan

    air, atau akibat dari fenomen el nino. Selain itu Kekeringan di Indonesia

    biasanya terjadi di wilayah pertanian tadah hujan, wilayah irigasi

    golongan, wilayah gardu liar dan juga titik endemic kekeringan.

    Musim kemarau yang panjang dan kekeringan di sejumlah wilayah

    Pulau Jawa menyebabkan sebagian besar petambak mengalami kerugian

    sedikitnya mencapai Rp 10.000.000-15.000.000, karena para petambak

    tergantung pada air tawar, hal ini disampaikan oleh Organisasi tani dan

    nelayan, Kontak Tani dan Nelayan Andalan KTNA (BBC 15/09/2012).

    Akibat dari kemarau panjang yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia

    saat ini, berdampak pada menyusutnya cadangan air waduk, dimana

    berdasarkan pemantauan Kementerian PU terhadap 71 waduk yang

  • tersebar di Indonesia, hingga akhir Agustus 2012 terdapat 19 waduk

    normal, 42 waspada, dan 10 kering (Inilah.com 07/09/2012).

    Kekeringan yang baru terjadi disejumlah daerah di Indonesia,

    merupakan salah satu dampak akibat perubahan iklim yang terjadi di

    Indonesia. Indikasi utama perubahan tersebut adalah adanya anomali

    cuaca, dimana pada bulan September ini, seharusnya sudah mengalami

    musim penghujan, akan tetapi menurut laporan dari BMKG bahwa musim

    kemarau diperkirakan sampai pada bulan Oktober atau Desember. Selain

    akibat dari perubahan iklim, kelangkaan air juga disebabkan oleh aktivitas

    manusia. Dimana aktivitas manusia juga berkontribusi terhadap

    permasalahan ini akibat aktivitasnya yang melakukan pembalakan hutan

    besar-besaran, memperbesar sumbangan gas CO2 ke atmosfer melalui

    emisi gas rumah kaca, serta aktivitas pertambangan yang tidak

    mengindahkan kaidah lingkungan. Akibatnya seperti yang kita rasakan

    saat ini, beberapa waduk di Pulau Jawa telah mengalami penurunan debit

    simpanan air yang berdampak pada defisit air untuk kebutuhan irigasi

    pertanian, serta mengeringnya sumur-sumur penduduk dibeberapa

    daerah.

    Faktor lain yang berpengaruh adalah tingginya intensitas

    pembangunan gedung di kota-kota besar, yang berdampak pada semakin

    meningkatnya aliran permukaan saat musim penghujan karena sebagian

    besar lapisan tanahnya sudah terkover oleh aspal dan beton, sehingga air

    hujan tidak mampu berinfiltrasi ke dalam tanah sebagai simpanan air

    tanah di dalam akuifer. Selain itu, tingginya aktivitas perubahan

    penggunaan lahan didaerah pegunungan dan perbukitan dari hutan ke

    permukiman, juga memperbesar debit aliran sungai dan juga

    menimbulkan peningkatan volume sedimentasi waduk dan sungai,

    akibatnya waduk dan sungai tersebut sudah mengalami pendangkalan

    dini, dan selanjutnya mengakibatkan volume simpanan air dalam waduk

    menjadi semakin menurun dari kondisi sebelumnya. Hal inilah yang

    menyebabkan lahan sawah disejumlah daerah mengalami kekeringan

    akibat suplay air dari waduk sangat sedikit.

  • F. ANGIN PUTTING BELIUNG

    1. Wilayah Rawan Bencana Angin Puting Beliung di Indonesia

    Gambar 21. Peta sebaran ancaman bencana angin puting beliung

    Mayoritas ancaman angina putting putting beliung di Indonesia

    relative rendah. Akan tetapi di wilayah pulau jawa terdapat ancaman

    putting beliung dari sekala sedang hingga tinggi. Hal tersebut membuat

    pulau jawa harus mendapatkan perhatian khusus dari ancaman bencana

    putting beliung.

    2. Penyebab

    Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung disebabkan karena Udara

    panas dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah

    puting beliung. Selain itu juga karen Dalam awan terjadi arus udara naik

    ke atas yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik air maupun Kristal es

    masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas puncak awan. Puting

    beliung merupakan dampak ikutan awan Cumulonimbus (Cb) yang biasa

    tumbuh selama periode musim hujan, tetapi tidak semua pertumbuhan

    awan CB akan menimbulkan angin puting beliung. Berikut ini adalah ciri-

    ciri angin puting beliung:

    a. Kehadirannya belum dapat diprediksi.

    b. Terjadi secara tiba-tiba (5-10 menit) pada area skala sangat lokal.

    c. Pusaran puting beliung mirip belalai gajah/selang vacuum cleaner.

  • d. Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur

    kerusakan.

    e. Lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di daerah

    dataran rendah

    G. TANAH LONGSOR

    Gambar 22. Peta sebaran tanah longsor di Indonesia Tahun 2015-2017

    Berdasarkan peta yang dikeluarkan oleh PNPB menunjukan bahwa

    wilayah Indonesia mempunyai potensi rawan tanah longsor. Hal tersebut

    diperkuat dengan kejadian longsor yang belum lama terjadi seperti yang ada

    di purworejo dan ponorogo.

    Longsor adalah salah satu bencana yang paling sering terjadi

    sepanjang 2016. Data BNPB menunjukkan longsor terjadi sebanyak 612

    kali tahun lalu. Pada Juni 2016, misalnya, longsor berlangsung di

    Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sehingga menyebabkan puluhan orang

    meninggal dunia. Pada tahun 2017 ini juga terjadi tanah longsor di wilayah

    ponorogo yang mengakibatkan korban jiwa. Sebagian masyarakat berhasil

    menyelamatkan diri. 17 orang luka-luka, namun 28 orang dicemaskan

    tertimbun, plus 15 orang pekerja panen jahe.

  • Gambar 23. Foto tanah longsor di Ponorogo. Sumber: bbc Indonesia

    H. KEBAKARAN HUTAN

    1. Daerah yang Sering Terjadi Kebakaran Hutan

    Gambar 24. Peta sebaran titik api di Indonesia

    Berdasarkan peta tersebut dapat dilihat bahwa titik api yang

    disinyalir sebagai kebakaran hutan dapat dijumpai pada pulau sumatera

    dan pulau Kalimantan. Hal tersebut ditunjukan dengan jumlahya titik api

    di kedua wilayah tersebut.

    2. Penyebab Kebakaran Hutan Di Sumatera Dan Kalimantan

    Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan

    lain. Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat

    maupun perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan

  • pembakaran dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali. Hal

    inilah yang menjadi faktor utama kebakaran hutan di pulau sumatera dan

    Kalimantan.

    A. BNPB (BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA)

    1. Kedudukan

    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah lembaga

    pemerintah non-kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

    di bidang penanggulangan bencana. BNPB berada di bawah dan

    bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

    2. Tugas dan Fungsi BNPB

    a. Tugas BNPB

    1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha

    penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,

    penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara

    adil dan setara;

    2) Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan

    penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-

    undangan;

    3) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada

    masyarakat;

    4) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

    Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat

    dalam kondisi darurat bencana;

    5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan

    nasional dan internasional;

    LEMBAGA KEBENCANAAN

  • 6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

    7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan; dan

    8) Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana

    Daerah.

    b. Fungsi BNPB

    Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan

    penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif

    dan efisien; dan Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan

    penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

    3. Susunan Organisasi BNPB

    BNPB terdiri atas :

    a. Kepala

    Kepala mempunyai tugas memimpin BNPB dalam menjalankan tugas

    dan fungsi BNPB.

    b. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana

    Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana mempunyai tugas

    memberikan masukan dan saran kepada Kepala BNPB dalam

    penanggulangan bencana.

    c. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana.

    Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana mempunyai tugas

    melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang

    meliputi prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana.

    4. Pembiayaan

    Pembiayaan untuk mendukung kegiatan BNPB dibebankan kepada

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau sumber

    anggaran lainnya yang sah serta tidak mengikat.

    B. BASARNAS

    1. Kedudukan

    Badan SAR Nasional (BASARNAS) adalah Lembaga Pemerintah Non-

    Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

    Presiden.

    2. Tugas dan Fungsi

    a. Tugas

  • Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam

    menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan

    pertolongan (search and rescue).

    b. Fungsi

    Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Badan SAR Nasional

    menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

    1) perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang SAR;

    2) perumusan kebijakan teknis di bidang SAR;

    3) koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang SAR;

    4) pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR;

    5) pelaksanaan siaga SAR;

    6) pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR;

    7) pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR;

    8) pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di

    bidang SAR;

    9) penelitian dan pengembangan di bidang SAR;

    10) pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang SAR;

    11) pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR;

    12) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

    jawabBadan SAR Nasional;

    13) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum;

    14) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan SAR

    Nasional; dan

    15) penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR.

    3. Susunan Organisasi BASARNAS

    BASARNAS terdiri dari :

    a. Kepala

    Kepala mempunyai tugas memimpin BASARNAS dalam menjalankan

    tugas dan fungsi BASARNAS.

    b. Sekretariat Utama

    Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan,

    pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi dan

    sumber daya di lingkungan BASARNAS.

    c. Deputi Bidang Operasi SAR

    Deputi Bidang Operasi SAR mempunyai tugas merumuskan dan

    melaksanakan siaga SAR, tindak awal dan operasi SAR.

  • d. Deputi Bidang Potensi SAR

    Deputi Bidang Potensi SAR mempunyai tugas merumuskan dan

    melaksanakan kebijakan di bidang potensi SAR.

    e. Inspektorat

    Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional

    terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan BASARNAS.

    f. Pusat

    Pusat yang dimaksud disini adalah pusat data dan informasi. Pusat data

    dan informasi bertugas menyediakan data dan informasi berkaitan

    dengan BASARNAS.

    g. Unit Pelaksana Teknis

    Unit Pelaksana Teknis melaksanakan tugas SAR dan administratif

    Badan SAR Nasional di daerah.

    4. Pembiayaan

    Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi

    BASARNAS, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    dan sumber anggaran lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan.

    C. PVMBG

    1. Kedudukan

    Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah salah satu

    unit di lingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya

    Mineral.

    2. Tugas dan Fungsi

    a. Tugas

    Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mempunyai tugas

    melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di

    bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.

    b. Fungsi

    1) penyiapan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur,

    dan kriteria, serta rencana dan program di bidang vulkanologi dan

    mitigasi bencana geologi;

    2) pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemetaan

    tematik dan analisis risiko bencana geologi, serta peringatan dini

  • aktivitas gunungapi dan potensi gerakan tanah dan pemberian

    rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi;

    3) pembinaan jabatan fungsional pengamat gunungapi;

    4) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian,

    penyelidikan, perekayasaan, pemetaan tematik dan analisis risiko

    bencana geologi, serta peringatan dini aktivitas gunungapi dan

    potensi gerakan tanah dan pemberian rekomendasi teknis mitigasi

    bencana geologi; dan

    5) pelaksanaan administrasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

    Geologi.

    3. Susunan Organisasi PVMBG

    a. Bagian Tata Usaha

    Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

    rencana kerja dan anggaran, urusan keuangan, kerja sama, umum,

    kepegawaian, hukum, dan pengelolaan informasi.

    b. Bidang Mitigasi Gunungapi

    Bidang Mitigasi Gunungapi mempunyai tugas penyiapan penyusunan

    kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, rencana, pelaporan,

    pengamatan, dan penetapan status, peringatan dini, rekomendasi teknis

    mitigasi bencana gunungapi, pelaksanaan penelitian, penyelidikan,

    perekayasaan, pemantauan, pemetaan tematik, pemodelan bahaya dan

    penyebaran informasi gunungapi.

    c. Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami

    Bidang Mitigasi Gempa Bumi d