( flavonoid )

49
TUGAS 2 ELUSIDASI SENYAWA FLAVONOID Rana Ida Sugatri 3211121030 Vitriastuti 3211121029 Desi Malita 3211121048 Wahyuni Sapri 3211121047 Dyla Noermila 3211121057 A.A Laksmidevi P 3211143001 Syifa Tamami 3211142004 Meita Siswanti 3211142002 Fitri Lina A 3211142005 Rian Nurlela 3211142001

Transcript of ( flavonoid )

Page 1: ( flavonoid )

TUGAS 2ELUSIDASI SENYAWA FLAVONOID

Rana Ida Sugatri 3211121030Vitriastuti 3211121029Desi Malita 3211121048Wahyuni Sapri 3211121047 Dyla Noermila 3211121057A.A Laksmidevi P 3211143001Syifa Tamami 3211142004Meita Siswanti 3211142002Fitri Lina A 3211142005Rian Nurlela 3211142001

 

Page 2: ( flavonoid )

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.)Biofarmasi 3 (1): 32-38, Februari 2005, ISSN: 1693-2242.

ABSTRAKPenelitian ini diarahkan pada isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dari rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb: Zingiberaceae). Ekstraksi yang digunakan yaitu metode soklet dengan petroleum eter, kloroform, n-butanol, dan metanol sebagai agen pelarut. Ekstrak selanjutnya dilakukan uji kualitatif untuk mengidentifikasi adanya flavonoid. Flavonoid selanjutnya diisolasi dari esktrak petroleum eter dengan kromatografi kolom. Fraksi yang dihasilkan dari kromatografi dianalisis dengan metode kromatografi lapis tipis. Identifikasi flavonoid diuji dengan uji warna, spektrofotometer UV-Vis, IR, dan GC-MS. Hasil uji warna menunjukkan bahwa ekstrak petroleum eter, kloroform, dan n-butanol mengandung flavonoid. Analisis fraksi tunggal dari kromatografi kolom menunjukkan bahwa f2 mengandung isoflavon dengan 2 metoksi dan substitusi 1 etil, f4 mengandung isoflavon dengan substitusi 2 metoksi, selanjutnya f9 mengandung isoflavon dengan 1 hidroksi dan substitusi 2 metoksi.

Page 3: ( flavonoid )

Elusidasi StrukturUV-Vis, IR, dan GC-MS.IDENTIFIKASI STRUKTUR FLAVONOID FRAKSI f2

Spektrum UV-Vis fraksi f2

Page 4: ( flavonoid )

PENJELASAN SPEKTRUM UV-VIS

Gambar spektrum UV-Vis memperlihatkan adanya panjang gelombang maksimum pada 207 nm dan bahu pada 250 nm-300 nm. Adanya satu puncak serapan maksimum dan bahu memberikan petunjuk bahwa fraksi f2 mengandung senyawa isoflavon.

Page 5: ( flavonoid )

Spektrum infra merah fraksi f2

Page 6: ( flavonoid )

PENJELASAN SPEKTRUM IRBerdasarkan Gambar 3 tersebut dapat dilihat adanya pita kuat pada 1714,6 cm-1 yang spesifik untuk gugus karbonil. Serapan tajam pada 1261,4 cm-1 dan 1217,0 muncul dari vibrasi gugus C-O yang terkonjugasi. Pita pada 1091,6 dan 1029,9 cm-1 merupakan serapan dari gugus metoksi. Pita pada 3020,3 cm-1 berasal dari =C-H str dengan didukung oleh pita-pita antara 1600 cm-1 dan 1500 cm-1 menunjukkan keberadaan inti aromatis. Pita kecil lemah yaitu pada 1652,9 cm-1 berasal dari gugus vinyl. Pita-pita pada daerah dibawah 3000 cm-1 dan diperkuat oleh pita-pita disekitar 1450 cm-1 menyatakan adanya alkyl yaitu metilen. Berdasarkan analisis terhadap spektrum pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa f2 mengandung senyawa aromatis, gugus C=O, C-O, vinyl, -CH2- dan gugus metoksi.

Page 7: ( flavonoid )

Spektra massa puncak fraksi f2

Page 8: ( flavonoid )

PENJELASAN SPEKTRUM MASSASpektra fraksi f2 menunjukkan adanya puncak dasar pada m/z =

158 dan puncak-puncak lain pada m/z = 295, 186 dan 128. Puncak dengan limpahan kecil pada m/z = 295 berasal dari ion molekul yang melepaskan metal (M+- 15). Ion molekulnya sendiri yaitu pada m/z = 310 tidak terlihat sebagai puncak, karena ion molekulnya kurang stabil. Lepasnya radikal C7H7O2 diikuti oleh penatan ulang 2H dan lepasnya H2 dari ion molekul ditunjukkan oleh limpahan pada m/z = 186 (M+-125). Isoflavon ini mengalami pemecahan karakteristik menjadi 2 bagian yaitu pada m/z = 160 dan pada m/z = 150. Puncak-puncak ini tidak terlihat karena tidak stabil. Keberadaan m/z = 150 dapat dilihat dari adanya limpahan pada m/z = 149 yang berasal dari lepasnya 1H dari puncak karakteristik (M+- 150).Puncak dasar yaitu puncak dengan limpahan terbesar mempunyai m/z = 159 berasal dari pecahan karakteristik untuk isoflavon dari ion molekulnya yang telah melepaskan H2. Puncak pada m/z = 158 ini juga dapat terjadi dari puncak m/z = 186 yang melepaskan gugus karbon monoksida (CO) yang diikuti oleh penataan ulang dari 1 H. Lepasnya gugus CH2O dari puncak dasar terlihat pada limpahan yang cukup besar pada m/z = 128

Page 9: ( flavonoid )

Berdasarkan analisis tersebut, serta didukung oleh analisis dengan uji warna, spektrofotometer UV-Vis, dan IR, maka dapat dibuat fragmentasi dari fraksi f2

Fragmentasi spektra massa fraksi f2

Page 10: ( flavonoid )

IDENTIFIKASI STRUKTUR FLAVONOID FRAKSI f4

Spektrum UV-Vis fraksi f4

Page 11: ( flavonoid )

Spektrum infra merah fraksi f4

Page 12: ( flavonoid )

Spektra massa fraksi f4

Page 13: ( flavonoid )

Fragmentasi fraksi f4

Page 14: ( flavonoid )

Dua Flavonoid Tergeranilasi dari Daun Sukun (Artocarpus altilis) Syah.,Y.,M. Achmad., S. A., Bakhtiar. E., Hakim., E. H., Juliawaty L. D., Latip J. , Itb Bandung

ABSTRAKDua senyawa turunan flavonoid tergeranilasi, yaitu 2-geranil-2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon (1) dan 8-geranil4’,5,7-trihidroksiflavanon (2), telah diisolasi dari ekstrak metanol daun sukun (Artocarpus altilis). Struktur molekul kedua senyawa tersebut ditetapkan berdasarkan spektrum UV,IR,NMR dan dengan membandingkan data yang sama dengan yang telah dilaporkan sebelumnya.Penemuan kedua senyawa tersebut pada A. altilis memberi indikasi bahwa daun tumbuhan Artocarpus memberikan indikasi bahwa daun tumbuhan Artocarpus cenderung menghasilkan flavonoid yang lebih sederhana.

Page 15: ( flavonoid )

HASIL DAN DISKUSI

Maserasi serbuk kering daun sukun (A. altilis) dengan metanol menghasilkan ekstrak metanol berupa gum berwarna hijau gelap. Partisi ekstrak metanol tersebut ke dalam etil asetat dan air menghasilkan fraksi etil asetat yang selanjutnya difraksinasi menggunakan teknik KCV-Silika gel menghasilkan lima fraksi utama A-E. pemurnian fraksi B dengan teknik kromatografi radial (silika gel) menghasilkan senyawa 1 dan 2. Hasil pengukuran sifat fisik dan spektroskopi kedua senyawa tersebut berikut

Page 16: ( flavonoid )

Data 1H dan 13C NMR senyawa 1

Page 17: ( flavonoid )

Spektrum 13C NMR senyawa 1

Page 18: ( flavonoid )

Spektrum UV dan IR senyawa 2 mirip dengan spectrum UV dan IR senyawa 1, yang berarti bahwa senyawa 2 juga memiliki kromofor benzoil tersubstitusi. Walaupun demikian, spectrum 1H NMR senyawa 2 memperlihatkan tiga sinyal proton alifatik, masing-masing satu hidrogen dengan multiplisitas doble doblet (dd),dai system ABX pada H 5, 42, 3,11, 2,74 ppm, serta sinyal proton gugus hidroksil yang terkelasi pada H 12,13 (s) yang menunjukkan bahwa senyawa ini adalah turunan flavonon.Spektrum 1H NMR senyawa 2 juga memperlihatkan sejumlah sinyal proton alifatik,yaitu pada H 5,20 (1H,brt), 5,06 (1H, tm), 3,21 (2H,d), 2,01 (2H,t), 1,91 (2H,t), 1,60 (6H, brs), dan 1,55 (3H,brs) ppm, yang sesuai dengan gugus geranil. Adanya dua gugus hidroksil yang lain pada H 9,00 (2H, sangat melebar),memberi petunjuk bahwa,selain gugus geranil,flavonon ini juga memiliki tiga substituent –OH.

Page 19: ( flavonoid )

Berdasarkan sinyalsinyal aromatik yang ada, salah satu unit aromatiknya adalah gugus 4-hidroksifenil,sebagaimana terlihat adanya dua sinyal doblet pada H 7,39 dan 6,89 ppm (masing-masing 2H, d,j = 8,8 Hz), yang menjelaskan keadaan cincin B dari flavonon tersebut,serta sekaligus menyarankan dua gugus –OH lainnya dan gugus geranil berada di cincin A. Sesuai dengan kelaziman pola oksigenasi flavanon, kedua gugus –OH dapat diperkirakan berada pada posisi C-5 dan C-7, sementara gugus geranil dapat berada pada posisi C-6 atau C-8,sehingga muncul sinyal proton aromatic yang lain pada spectrum 1H NMR pada H 6,04 ppm.

Page 20: ( flavonoid )

Selanjutnya, dengan mempertimbangkan nilai geseran kimia sinyal singlet dari proton aromatik tersebut, dapat diperkirakan bahwa gugus geranil berada pada C-8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa struktur molekul senyawa 2 adalah 8-geranil-4’,5,7-trihidroksiflavanon. Bukti yang mendukung kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan adanya kesesuaian yang tinggi pada parameter NMR senyawa 2 dengan data yang sama yang telah dilaporkan (Patil et al.,2002).Stereokimia pada atom karbon kiral C-2 ditetapkan berdasarkan konstanta kopling sinyal dobel doblet H-2 pada H 5,42 ppm (12,8 Hz) yang dimiliki oleh H-2 berarti bahwa konfigurasi hidrogen tersebut adalah aksial,sehingga dengan memperhatikan nilai putaran optik spesifiknya,maka dapat disimpulkan stereokimia absolute H-2 adalah S.

Page 21: ( flavonoid )

Penemuan turunan geranil dari dihidrokalkon (1) dan flavonon (2) pada daun sukun (A.altilis) melengkapi penelitian terdahulu terhadap tumbuhan ini,serta member arti yang penting pada aspek fitokimia tumbuhan Artocarpus sp.secara keseluruhan. Senyawa 1 telah ditemukan sebelumnya dari daun tumbuhan yang sama yang tumbuh di Thailand (Shimizu et al.,2000a). Penemuan kembali senyawa ini pada tumbuhan yang sama asal Jawa Barat memberi arti bahwa keberadaan senyawa ini pada bagian daun tidak terpengaruh oleh perbedaan geografis tempat tumbuh tumbuhan ini. Selain itu,senyawa 1,bersama-sama dengan senyawa 2,juga telah ditemukan pada bunga A.communis asal Indonesia (Fujimoto et al.,1987).

Page 22: ( flavonoid )

Adalah menarik untuk dicatat di sini bahwa berbagai senyawa turunan flavonoid sejenis senyawa 1 juga telah diisolasi dari daun A.incisus (Shimizu et al.,2000b) dan A.nobilis (Jayasinghe et al.,2004). Dengan demikian,berbeda dengan kandungan flavonoid di dalam bagian batang dan kayu yang lebih dominan dari jenis 3-prenilflavon serta turunan siklisasinya,bagian daun dari tumbuhan Artocarpus sp.lebih cenderung menghasilkan turunan geranil dari kalkon,dihidrokalkon dan flavonon. Tambahan pula,daun A.integra (Cempedak) telah dilaporkan mengandung turunan flavan-3-ol,katekin (Yamazaki et al.,1987). Senyawa 1 telah dilaporkan memiliki efek biologis yang potensial sebagai inhibitor 5-lipooksigenase (Fujimoto et al.,1987),yang berperan pada proses alergi,dan catepshin K (Patil et al.,2002), suatu enzim sistein protease yang terlibat dalam proses osteoporosis,serta sebagai antiinflamasi (Koshihara et al.,1988). Potensi senyawa 1 sebagai bahan obat antialergi dan antitumor telah dipatenkan (Fujimoto et al.,1988) termasuk juga metode sintesisnya (Nakano dan Kuchida,1990).•  •  

Page 23: ( flavonoid )

KESIMPULAN

Dua senyawa turunan flavonoid tergeranilasi,yaitu 2-geranil-2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon (1) dan 8-geranil-4’,5,7-trihidroksiflavanon (2), telah berhasil diisolasi dari ekstrak methanol daun sukun (A.altilis) asal Jawa Barat.

Page 24: ( flavonoid )

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) ABSTRAK

Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dalam daun beluntas (Pluchea indica L.). Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 96% p.a selama 7 hari dan partisi menggunakan pelarut n-heksana yang menghasilkan ekstrak kental daun beluntas. Ekstrak yang diperoleh dipisahkan dengan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan eluen n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5). Isolat 3, hasil dari pemisahan Kromatografi Lapis Tipis positif mengandung senyawa golongan flavonoid. Dari spektrum Ultra Violet - Visibel, dapat diduga bahwa senyawa flavonoid tersebut merupakan golongan flavonol, yang dapat dilihat dari rentang panjang gelombangnya yaitu antara 250-280 nm (pita II) dan 350-385 nm (pita I).Kata kunci: beluntas, flavonoid, Kromatografi Lapis Tipis, Spektrofotometer UV-Vis 

Page 25: ( flavonoid )

HASIL DAN PEMBAHASANIsolasi senyawa flavonoid daun beluntas dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran 20 cm x 20 cm GF254 (Merck). Plat KLT silika gel GF254 diaktifasi dengan cara dioven pada suhu 100 ºC selama 1 jam untuk menghilangkan air yang terdapat pada plat KLT (Sastrohamidjojo, 2007).Ekstrak kental hasil ekstraksi dilarutkan dengan etanol 96% p.a, kemudian ditotolkan sepanjang plat dengan menggunakan pipet mikro pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cm dari garis atas. Selanjutnya dielusi dengan menggunakan eluen yang yang memberikan hasil pemisahan terbaik pada KLT yaitu n-butanol : asam asetat : air (BAA) dengan perbandingan (4:1:5).Hasil KLT seperti pada gambar 1 kemudian diangin-anginkan dan diperiksa di bawah sinar UV pada panjang gelombang 366 nm. Noda yang terbentuk yaitu sebanyak 3 noda, nodanoda tersebut lalu dilingkari dan dihitung nilai Rfnya. Pemisahan dengan KLT menghasilkan harga Rf dari noda pertama sebesar 0,69. Noda kedua memiliki nilai Rf sebesar 0,78 dan noda ketiga memiliki nilai Rf sebesar 0,89.

Page 26: ( flavonoid )
Page 27: ( flavonoid )

Metode yang digunakan untuk identifikasi ialah metode spektrofotometer UV-Vis. Ketiga isolat hasil KLT yang telah dikerok dan disentrifuge kemudian dibaca pada alat spektrofotometer UV-Vis menggunakan pelarut baku metanol. Dari ketiga isolat tersebut, isolat ketiga yang memiliki hasil spektrum senyawa flavonoid yaitu flavonol seperti yang bisa dilihat pada gambar 2.

Page 28: ( flavonoid )

Jika dibandingkan dengan pembading rutin flavonol yaitu kuesertin seperti pada gambar 3 hasil yang didapat mempunyai rentang separan yang sama yaitu pita pertama terdapat antara panjang gelombang 350-385 nm yaitu 377 nm dan pita kedua pada panjang gelombang 250-280 nm yaitu 280 nm. Hal ini memperkuat hasil yang di dapat bahwa isolat ketiga positif mengandung flavonol.

Page 29: ( flavonoid )

Warna hijau pekat pada filtrat terbentuk karena pelarut yang digunakan tidak hanya mengekstraksi senyawa flavonoid melainkan juga mengekstraksi klorofil yang ada dalam tumbuhan. Filtrat hasil penyaringan difraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah dengan pelarut nheksana untuk memisahkan senyawa-senyawa nonpolar seperti klorofil, triterpen, lemak dan senyawa nonpolar lain. Penambahan nheksana sebanyak 100 ml memisahkan senyawa nonpolar yang ada dalam ekstrak dan meningkatkan koefisien distribusi. Penambahan n-heksan menyebabkan terbentuk 2 fase dan terdapat endapan pada dinding dasar corong pisah yang berwarna cokelat, karena kedua pelarut tersebut memiliki berat jenis dan kepolaran yang berbeda. Berat jenis n-heksana lebih besar dari pada etanol sehingga lapisan n-heksana berada di bagian bawah dan lapisan etanol berada di bagian atas.Pemisahan senyawa flavonoid daun beluntas dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). KLT merupakan suatu metode pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan ialah plat silika gel yang bersifat polar, sedangkan eluen yang digunakan sebagai fase gerak bersifat sangat polar karena mengandung air. Kepolaran fase diam dan fase gerak hampir sama, tetapi masih lebih polar fase gerak sehingga senyawa flavonoid yang dipisahkan terangkat mengikuti aliran eluen, karena senyawa flavonoid bersifat polar. KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran 20 cm x 20 cm GF254 (Merck).

Page 30: ( flavonoid )

Penggunaan bahan silika karena pada umumnya silica digunakan untuk memisahkan senyawa asam-asam amino, fenol, alkaloid, asam lemak, sterol dan terpenoid. Plat KLT silika gel GF254 diaktifasi dengan cara dioven pada suhu 100ºC selama 1 jam untuk menghilangkan air yang terdapat pada plat KLT (Sastrohamidjojo, 2007).Eluen yang dipakai dalam KLT ialah eluen campuan n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5) yang mampu memberikan pemisahan terbaik. Karena dari komposisinya, eluen tersebut bersifat sangat polar sehingga bisa memisahkan senyawa flavonoid yang juga bersifat polar. Eluen yang baik ialah eluen yang bisa memisahkan senyawa dalam jumlah yang banyak yang ditandai dengan munculnya noda. Noda yang terbentuk tidak berekor dan jarak antara noda satu dengan yang lainnya jelas (Harborne, 1987).

Page 31: ( flavonoid )

KESIMPULANDari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa flavonoid dapat diisolasi dan di identifikasi dari daun beluntas dengan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometer UV-Vis dan jenis senyawa flavonoid yang ditemukan ialah flavono

Page 32: ( flavonoid )

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini)Gafur ., Maryati Abd. Isa., Ishak. Bialangi Nurhayati., Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa

flavonoid yang terkandung dalam daun jamblang. Penelitian ini diawali dengan mengekstrak serbuk daun jamblang (Syzygium cumini) dengan pelarut metanol. Teknik yang digunakan adalah maserasi. Ekstrak metanol tersebut dipekatkan kemudian dipartisi, dilakukan kromatografi kolom, dan diuji KLT. Isolat murni yang menunjukkan hasil positif pada uji flavonoid kemudian di analisis keberadaan gugus fungsinya dengan spektrofotometer IR dan panjang gelombang dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasil analisis spektrofotometer IR menunjukkan gugus fungsi O-H, C=C, C=O, C-O, dan C-H alifatik serta didukung oleh adanya serapan UV-Vis pada panjang gelombang 290,00 nm yang mengalami transisi elektron (n → π*) oleh suatu gugus C=O dan 216,00 nm yang mengalami transisi electron (n→ σ*) oleh suatu gugus O-H. Kata Kunci : isolasi, jamblang, syzygium cumini, Flavonoid 

Page 33: ( flavonoid )
Page 34: ( flavonoid )
Page 35: ( flavonoid )
Page 36: ( flavonoid )
Page 37: ( flavonoid )
Page 38: ( flavonoid )
Page 39: ( flavonoid )
Page 40: ( flavonoid )
Page 41: ( flavonoid )
Page 42: ( flavonoid )
Page 43: ( flavonoid )

KESIMPULAN Ekstrak petroleum eter mengandungmsenyawa flavonoid golongan isoflavon yang diperkirakan mempunyai struktur:

Page 44: ( flavonoid )

Isolasi Senyawa Flavonoid Aktif Berkhasiat Sitotoksik Dari Daun Kemuning (Murraya Panicullata L. Jack) Morina AdfaJurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu, Indonesia Diterima 9 Mei 2007; Disetujui 12 Juni 2007

Abstrak Telah diisolasi senyawa flavonoid golongan flavon (apigenin) berupa kristal berwarna kuning muda sebanyak 30 mg dari daun kemuning (Murraya panicullata L. Jack) dengan titik leleh (195-196o C). Dari hasil uji Brine Shrimp Lethality Test terhadap senyawa ini tidak memberikan efek toksik terhadap larva Artemia salina Leach dengan LC50 194,786 μg/ml. Karakterisasi senyawa hasil isolasi telah dilakukan dengan Kromatografi lapis tipis (KLT), spektrum UV dan IRKata Kunci: flavon (apigenin); Murraya panicullata L. Jack; Brine Shrimp Lethality Test

Page 45: ( flavonoid )
Page 46: ( flavonoid )
Page 47: ( flavonoid )

Spektrum Infrared Senyawa Hasil Isolasi Senyawa hasil isolasi yang dikarakterisasi dengan spektrofotometer UV mempergunakan pelarut metanol memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 273,1 nm (pita II) , 305 nm (bahu) dan 347,2 nm (pita I) terlihat pada lampiran 1. Interpretasi spektrum UV mendukung data sebelumnya bahwa senyawa hasil isolasi ini adalah flavonoid, dimana menurut Markham (1988), flavon (apigenin) mempunyai spektrum UV pada pita II dengan λ maks 250-280 nm dan pita I dengan λ maks 310-350. Serapan yang menyebabkan terjadinya pita II karena adanya eksitasi elektron dari π ke π* pada cincin benzenoid (cincin B). Pita I dihasilkan karena adanya transisi elektronik dari n ke π* pada gugus karbonil yang terkonyugasi oleh cincin A.

Page 48: ( flavonoid )

Karakterisasi senyawa hasil isolasi dengan spektrofotometer IR memberikan serapan pada angka gelombang υKBr Maks cm-1 : 3260,1660, 1620, 1520, 1440, 1365, 1285, 1260, 1225, 1200, 1175, 1145, 1125, 1080, 1040, 1010, 940, 860, 835, 780 dan 745. Interpretasi spektrum inframerah didapatkan puncak-puncak yang penjabarannya sebagai berikut: serapan pada angka gelombang 3260 cm-1 merupakan serapan OH fenol yang mempunyai ikatan hidrogen [11]. Cincin aromatis ditunjukkan oleh puncak yang muncul pada daerah 1650-1450 cm-1,- senyawa hasil isolasi memberikan puncak sekitar 1620 cm-1 dan 1520 cm-1 yang merupakan regangan C=C aromatis dan didukung oleh pita serapan pada 860 cm-1,- 835 cm-1, 940 cm-1 serta pada daerah 1440 cm-1 terdapat pita yang sangat kuat dan tajam yang merupakan regangan cincin aromatis [3].Senyawa hasil isolasi memperlihatkan serapan pada angka gelombang 1660 cm-1 yang mengindikasikan serapan untuk gugus karbonil C=O, didukung oleh puncak 1145 cm-1. Menurut literatur regang C=O yang karaktristik untuk senyawa-senyawa flavonoid adalah 1700-1750 cm-1 yang didukung oleh adanya puncak pada daerah sidik jari dengan angka gelombang 1158 cm-1. Serapan karbonil senyawa hasil isolasi ini lebih kecil karena adanya konyugasi ikatan rangkap. Senyawa karbonil disini adalah golongan ester yang diperkuat oleh puncak-puncak yang kuat pada daerah 1300-1000 cm-1 [3][11]. Morina Adfa / Jurnal Gradien Vol. 3 No. 2 Juli 2007 : 262-266 266

Page 49: ( flavonoid )

KESIMPULAN

Dari 1 gram fraksi metanol ekstrak daun kemuning, didapat senyawa flavonoid golongan flavon (apigenin) berupa kristal berwarna kuning muda dari daun kemuning dengan titik leleh (195-196o C). Dari hasil uji Brine Shrimp Lethality Test terhadap senyawa ini tidak memberikan efek toksik terhadap larva Artemia salina Leach dengan LC50 194,786 μg/ml.