Web viewHal ini membuat pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan ... buku tetapi membuat...

12
KONTEKS RUMAH ADAT TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN TRAPESIUM DI SD XAVERIUS 1 PALEMBANG Oleh : Hermina Disnawati A.PENDAHULUAN Trapezium merupakan salah satu bangun datar yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebut saja benda-benda yang bebrbentuk trapezium seperti meja, kursi, tas, atap rumah, rak buku dan sebagainya. Bahkan jauh sebelum kita mengenal trapezium dalam pembelajaran matematika di sekolah, nenek moyang kita mereka telah menggunakan trapezium sebagai salah satu bentuk bangunan ( baca: rumah adat) yang telah dipertahankan sejak dahulu kala. Siswa di sekolah cenderung diajarkan dengan langsung diberikan rumus dan bagaimana menggunakan rumus tersebut untuk menyelesaikan soal yang ada, sehingga siswa tidak mengetahui makna dari simbol-simbol yang mereka gunakan. Hal ini membuat pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan karena hanya diajarkan dengan cara mekanistik. Mengajarkan trapezium kepada siswa yang dimulai dengan masalah/contoh kontekstual yang mereka ketahui, membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan tentu saja guru pun tidak sekedar mentransfer isi buku tetapi membuat pembelajaran semakin bermakna karena siswa dapat merasakan dan memahami betapa materi yang diajarkan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaan pembelajaran di SD Xaverius 1 Palembang ini, diharapakan siswa mampu menemukan kembali rumus luas trapezium melalui pendekatan segitiga.

Transcript of Web viewHal ini membuat pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan ... buku tetapi membuat...

KONTEKS RUMAH ADAT TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN TRAPESIUM DI SD XAVERIUS 1 PALEMBANG

Oleh : Hermina Disnawati

A.PENDAHULUAN

Trapezium merupakan salah satu bangun datar yang sering kita jumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Sebut saja benda-benda yang bebrbentuk trapezium seperti meja, kursi, tas, atap

rumah, rak buku dan sebagainya. Bahkan jauh sebelum kita mengenal trapezium dalam

pembelajaran matematika di sekolah, nenek moyang kita mereka telah menggunakan

trapezium sebagai salah satu bentuk bangunan ( baca: rumah adat) yang telah dipertahankan

sejak dahulu kala. Siswa di sekolah cenderung diajarkan dengan langsung diberikan rumus

dan bagaimana menggunakan rumus tersebut untuk menyelesaikan soal yang ada, sehingga

siswa tidak mengetahui makna dari simbol-simbol yang mereka gunakan. Hal ini membuat

pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan karena hanya diajarkan dengan cara

mekanistik.

Mengajarkan trapezium kepada siswa yang dimulai dengan masalah/contoh kontekstual yang

mereka ketahui, membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan tentu saja guru

pun tidak sekedar mentransfer isi buku tetapi membuat pembelajaran semakin bermakna

karena siswa dapat merasakan dan memahami betapa materi yang diajarkan sangat berguna

dalam kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaan pembelajaran di SD Xaverius 1 Palembang

ini, diharapakan siswa mampu menemukan kembali rumus luas trapezium melalui

pendekatan segitiga.

B. DESIGN RESEARCH

1. Preliminary Design

Sebelum melaksanakan pembelajaran di sekolah, observer terlebih dahulu membuat desain

pembelajaran trapesium dengan mengacu pada kurikulum matematika SD yang ada. Hal ini

dilakukan agar desain pembelajaran yang dihasilkan sesuai dengan kurikulum dan arah

pengembangan pembelajaran matematika yang sesuai dengan standar isi dan standar proses

yang telah di tetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) Indonesia.

Selain itu, hal ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan desain pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan kurikulum KTSP 2006 pembelajaran materi menemukan rumus trapesium

termasuk dalam pokok bahasan geometri dan pengukuran. Adapun standar kompetensinya

yaitu: menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan

masalah. Indikator pengembangannya adalah menemukan rumus luas trapezium.Dari hasil

analisis kurikulum ini maka dibuatlah draf desain pembelajaran luas trapesium yang

kemudian didiskusikan dengan guru matapelajaran dan dikembangkan lebih lanjut dengan

analisis berdasarkan konjektur pemikiran siswa. Hal ini dilakukan agar lintasan belajar yang

ada dalam desain pembelajaran ini, dapat benar-benar menuntun siswa dalam memahami

konsep luas trapesium dengan baik.

Sejalan dengan hal tersebut, kali ini dalam mengajarkan materi tentang trapezium, observer

menggunakan pendekatan PMRI yang menuntut guru untuk kreatif dan peka dalam

menggunakan sumberdaya yang ada dalam mengajarkan siswa yang dimulai dari masalah

kontekstual sebagai dasar dan jembatan untuk mengantarkan siswa memahami bentuk

formal matematika. Dalam pembelajaran ini, guru menggunakan alat peraga berupa

trapezium dan segitiga yang terbuat dari kertas. Selain itu, perpaduan antara unsur

kebudayaan dan matematika yang didesain dalam bentuk puzzle rumah adat, membuat

pembelajaran kali ini semakin disenangi siswa.

Berikut ini beberapa aktivitas siswa pada pembelajaran luas trapesium dan analisis konjektur

pemikiran siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut :

.Aktivitas 1 : menyusun puzle membentuk sebuah rumah adat tradisional

Tujuan: Siswa mampu mengenal contoh trapezium melalui potongan puzlle yang membentuk

rumah adat tradisional selain itu siswa dapat memperluas cakrawala pengetahuan dalam

mengenal dan menghargai kebudayaan bangsa khususnya rumah adat.

Deskripsi Aktivitas: Pertama –tama guru bercerita tentang bentuk bangunan yang ada di

lingkungan sekitar dan salah satunya rumah adat. Diceritakan bahwa, meskipun nenek

moyang kita pada zama dahulu tidak mengenal matematika, tetapi mereka sudah

menggunakan konsep matematika dalam mendirikan rumah. Apa dan bagaimana bentuk

rumah yang dibangun tersebut, guru mempersilahkan siswa untuk bermain puzzle.

Selanjutnya siswa bermain dalam kelompok dengan puzzle yang telah disiapkan guru.

Mereka diminta untuk menyusun puzzle tersebut membentuk rumah adat dan

membandingkan dengan gambar asli yang disiapkan guru, selanjutnya mereka dapat

menentukan bentuk rumah adat yang telah disusun.

Konjektur pemikiran siswa:

Siswa tidak menyadari bahwa potongan kertas yang mereka gunakan

merupakan bentuk-bentuk trapezium yang berbeda satu dengan yang lain.

Siswa mampu menyusun puzle tetapi bentuk rumah adat yang dihasilkan tidak

berbentuk trapezium.

Siswa mampu menyusun puzzle dan menghasilkan bentuk rumah adat yang

sesuai (berbentuk trapesium)

2.Aktivitas menemukan rumus luas trapezium dengan pendekatan segitiga

Tujuan: siswa mampu menemukan hubungan antara segitiga dan trappesium dan dapat

menemukan rumus luas trapezium

Deskripsi aktivitas: Siswa diberi alat peraga berupa 2 potongan trapezium dari kertas dan

meminta mereka untuk memotong salah satu trapezium sehingga membentuk 2 buah segitiga.

Melalui segitiga yang ada, siswa diminta untuk membuat hubungan antara 2 segitiga dengan

trapezium.

Konjektur pemikiran siswa:

Siswa melakukan pengukuran terhadap salah satu segitiga dan atau keduanya lalu mengukur

trapezium dan membandingkannya. Bila hal ini dilakukan, berarti akan mengiring mereka

akan konsep keliling bukan pada luas.

Siswa bisa saja menghimpitkan kedua segitiga tepat pada trapezium sehingga ukuran

trapesium dan segitiga sama (tertutup satu sama lain)

Siswa menentukan luas masing-masing segitiga dan menemukan bahwa 2 segitiga sama

dengan 1 trapesium, dengan demikian luas trapezium sama dengan penjumlahan luas segitiga.

Dalam hal ini, siswa dapat menggunakan pengetahuan sebelumnya yang telah

mereka dapat di kelas 3 tentang luas segitiga.

Selanjutnya pada tahap diskusi, siswa diminta untuk menjelaskan strategi yang digunakan

dan mejelaskan mengapa mereka menggunakan strategi tersebut. Apakah mereka memiliki

satu strategi saja atau lebih. Jawaban antarkelompok dibandingkan untuk ditentukan strategi

mana yang benar dan mudah menurut mereka sendiri.

2.Teaching Experiment

Dalam pembelajaran menemukan luas trapezium ini, kami mengawali pembelajaran dengan

mereview materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang segitiga dan trapezium yang telah

diajarkan pada kelas 3. Guru meminta siswa untuk menyebutkan contoh benda-benda sekitar

yang berbentuk trapezium. Selanjutnya, guru menunjukkan kepada siswa beberapa gambar

lain yang berbentuk trapsium seperti meja, tas, dan atap rumah dan meminta siswa

meyebutkan sifat-sifat trapezium. Setelah itu guru meminta siswa mendengarkan cerita

tentang rumah adat tradisional Indonesia yang telah dibangun nenek moyang pada zaman

dahulu jauh sebelum kita mengenal matematika. Mendengar hal itu, siswa penasaran ingin

mengetahui model rumah adat tersebut. Untuk itu, kami mengelompokkan siswa menjadi 10

kelompok (3-4 orang/kelompok) dan mengajak mereka bermain puzzle, menyusun potongan

kertas berbentuk trapezium menjadi sebuah rumah adat yang dimaksud. Siswa sangat antusias

merangkai potongan kertas dan membandingkan hasil gambar mereka dengan kelompok

lain. Guru memberikan reward berupa gambar smile kepada kelompok yang mampu

menyelesaikan permainan dengan cepat. Akhirnya, mereka dapat menyusun puzzle menjadi

rumah tradisional Sumba dan Timor, NTT.

Gambar 1. Siswa sedang menyusun puzzle dan menempelkan hasil puzzle rumah adat di papan tulis

Berdasarkan gambar yang ada, guru memberikan masalah bagaimana menemukan rumus

luas atap rumah adat tersebut dengan memberikan alat peraga 2 trapezium di masing –masing

kelompok.

Gambar 2. Siswa menggunakan alat peraga untuk menemukan rumus luas trapezium

Alat peraga yang digunakan siswa terdiri dari 2 buah trapezium yang kongruen yang terbuat

dari kertas masing-masing bewarna hijau dan merah. Trapesium bewarna merah dipotong

menurut salah satu diagonal sehingga membentuk 2 segitiga. Melalui alat peraga tersebut,

guru menanyakan bagaimana cara siswa untuk menemukan rumus luas trapezium dan apakah

ada hubungan antara trapezium hijau dan 2 segitiga merah. Setelah melakukan diskusi di

dalam kelompok masing-masing, siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil

diskusi di depan kelas. Guru memandu diskusi dan sesekali memberikan penegasan pada

jawaban siswa mana yang benar dan mana yang salah.

3.Retrospective Analysis

Permasalahan utama yang kami lakukan dalam observasi ini adalah bagaimana siswa dapat

menemukan rumus luas trapezium melalui pendekatan segitiga. Penggunaan pendekatan segitiga

ini pun tidak secara langsung kami berikan, tetapi diawali dengan masalah kontekstual berupa

bentuk rumah adat tadisional Indonesia. Hal ini dilakukan agar siswa menyadari dan menghargai

betapa pentingnya matematika teristimewa trapezium yang banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari sejak dahulu kala. Dalam tahap pemecahan masalah, kami menemukan hal yang

menarik dimana ada 1 kelompok (kelompok 4) sangat sibuk menugukur panjang sisi-sisi

segitiga dengan menggunakan mistar. Ketika ditanya alasan siswa melakukan pengukuran

seperti itu, mereka mengatakan bahwa pada soal tidak diketahui berapa panjang sisi-sisi

segitiga sehingga mereka membutuhkan nilai tertentu untuk menghitung luas segitiga. Dalam

kasus ini, nampak bahwa dalam menyelesaikan soal siswa selalu melihat nilai tertentu. Kalau

ada nilai yang diketahui, barulah soal dapat dipecahkan. Mereka belum terbiasa dengan

pekerjaan yang hanya mengandung simbol-simbol saja apalagi menghubungkan konsep yang

sama pada benda yang berbeda.

Secara umum, pada tahap pemecahan masalah siswa mampu menemukan hubungan luas

segitiga dengan trapezium. Mereka mengatakan bahwa luas trapesium sama dengan luas 2

segitiga. Berikut beberapa pekerjaan siswa pada saat presentasi di depan kelas :

Gambar 3. Hasil diskusi siswa yang dipresentasikan di depan kelas

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk menentukan rumus luas trapezium, siswa

menggunakan pendekatan segitiga. Pada gambar pertama, siswa menggambar trapezium dan

langsung membagi trapezium tersebut menurut diagonalnya sehingga menjadi 2 segititiga.

Selanjutnya, dengan menggunakan sifat distributive perkalian terhadap penjumlahan luas

segitiga, siswa dapat menemukan rumus luas trapezium. Berbeda dengan cara yang

digunakan siswa pada gambar pertama, pada gambar kedua siswa menggambar 2 segitiga

hasil potongan trapezium kemudian menentukan rumus trapezium secara mendetail, tidak

hanya menggunakan simbol melainkan dengan kata-kata (baca: sisi sejajar). Hal ini

membuktikan bahwa siswa sudah mampu menemukan luas trapezium. Bahkan, mereka telah

mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka di depan kelas pada saat presentasi.

Dalam PMRI dikenal adanya iceberg yang mendeskripsikan bagaimana proses pemahaman siswa

tentang konsep matematika dari hal-hal nyata/riil sampai pada tahap formal, saat dimana siswa

mengerti tentang simbol abstrak matematika.

C.PENUTUP

Berdasarkan keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa siswa sudah mampu menemukan rumus luas trapezium melalui pendekatan segitiga.

Pembelajaran dengan pendekatan PMRI yang memadukan alat peraga dan puzzle dalam

aktivitas siswa, sangat membantu mereka untuk memahami materi yang diberikan dan siswa

senang serta aktif dalam kegiatan pembelajaran.