Web viewHal ini membuat pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan ... buku tetapi membuat...
Transcript of Web viewHal ini membuat pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan ... buku tetapi membuat...
KONTEKS RUMAH ADAT TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN TRAPESIUM DI SD XAVERIUS 1 PALEMBANG
Oleh : Hermina Disnawati
A.PENDAHULUAN
Trapezium merupakan salah satu bangun datar yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Sebut saja benda-benda yang bebrbentuk trapezium seperti meja, kursi, tas, atap
rumah, rak buku dan sebagainya. Bahkan jauh sebelum kita mengenal trapezium dalam
pembelajaran matematika di sekolah, nenek moyang kita mereka telah menggunakan
trapezium sebagai salah satu bentuk bangunan ( baca: rumah adat) yang telah dipertahankan
sejak dahulu kala. Siswa di sekolah cenderung diajarkan dengan langsung diberikan rumus
dan bagaimana menggunakan rumus tersebut untuk menyelesaikan soal yang ada, sehingga
siswa tidak mengetahui makna dari simbol-simbol yang mereka gunakan. Hal ini membuat
pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan karena hanya diajarkan dengan cara
mekanistik.
Mengajarkan trapezium kepada siswa yang dimulai dengan masalah/contoh kontekstual yang
mereka ketahui, membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan tentu saja guru
pun tidak sekedar mentransfer isi buku tetapi membuat pembelajaran semakin bermakna
karena siswa dapat merasakan dan memahami betapa materi yang diajarkan sangat berguna
dalam kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaan pembelajaran di SD Xaverius 1 Palembang
ini, diharapakan siswa mampu menemukan kembali rumus luas trapezium melalui
pendekatan segitiga.
B. DESIGN RESEARCH
1. Preliminary Design
Sebelum melaksanakan pembelajaran di sekolah, observer terlebih dahulu membuat desain
pembelajaran trapesium dengan mengacu pada kurikulum matematika SD yang ada. Hal ini
dilakukan agar desain pembelajaran yang dihasilkan sesuai dengan kurikulum dan arah
pengembangan pembelajaran matematika yang sesuai dengan standar isi dan standar proses
yang telah di tetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) Indonesia.
Selain itu, hal ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan desain pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan kurikulum KTSP 2006 pembelajaran materi menemukan rumus trapesium
termasuk dalam pokok bahasan geometri dan pengukuran. Adapun standar kompetensinya
yaitu: menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah. Indikator pengembangannya adalah menemukan rumus luas trapezium.Dari hasil
analisis kurikulum ini maka dibuatlah draf desain pembelajaran luas trapesium yang
kemudian didiskusikan dengan guru matapelajaran dan dikembangkan lebih lanjut dengan
analisis berdasarkan konjektur pemikiran siswa. Hal ini dilakukan agar lintasan belajar yang
ada dalam desain pembelajaran ini, dapat benar-benar menuntun siswa dalam memahami
konsep luas trapesium dengan baik.
Sejalan dengan hal tersebut, kali ini dalam mengajarkan materi tentang trapezium, observer
menggunakan pendekatan PMRI yang menuntut guru untuk kreatif dan peka dalam
menggunakan sumberdaya yang ada dalam mengajarkan siswa yang dimulai dari masalah
kontekstual sebagai dasar dan jembatan untuk mengantarkan siswa memahami bentuk
formal matematika. Dalam pembelajaran ini, guru menggunakan alat peraga berupa
trapezium dan segitiga yang terbuat dari kertas. Selain itu, perpaduan antara unsur
kebudayaan dan matematika yang didesain dalam bentuk puzzle rumah adat, membuat
pembelajaran kali ini semakin disenangi siswa.
Berikut ini beberapa aktivitas siswa pada pembelajaran luas trapesium dan analisis konjektur
pemikiran siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut :
.Aktivitas 1 : menyusun puzle membentuk sebuah rumah adat tradisional
Tujuan: Siswa mampu mengenal contoh trapezium melalui potongan puzlle yang membentuk
rumah adat tradisional selain itu siswa dapat memperluas cakrawala pengetahuan dalam
mengenal dan menghargai kebudayaan bangsa khususnya rumah adat.
Deskripsi Aktivitas: Pertama –tama guru bercerita tentang bentuk bangunan yang ada di
lingkungan sekitar dan salah satunya rumah adat. Diceritakan bahwa, meskipun nenek
moyang kita pada zama dahulu tidak mengenal matematika, tetapi mereka sudah
menggunakan konsep matematika dalam mendirikan rumah. Apa dan bagaimana bentuk
rumah yang dibangun tersebut, guru mempersilahkan siswa untuk bermain puzzle.
Selanjutnya siswa bermain dalam kelompok dengan puzzle yang telah disiapkan guru.
Mereka diminta untuk menyusun puzzle tersebut membentuk rumah adat dan
membandingkan dengan gambar asli yang disiapkan guru, selanjutnya mereka dapat
menentukan bentuk rumah adat yang telah disusun.
Konjektur pemikiran siswa:
Siswa tidak menyadari bahwa potongan kertas yang mereka gunakan
merupakan bentuk-bentuk trapezium yang berbeda satu dengan yang lain.
Siswa mampu menyusun puzle tetapi bentuk rumah adat yang dihasilkan tidak
berbentuk trapezium.
Siswa mampu menyusun puzzle dan menghasilkan bentuk rumah adat yang
sesuai (berbentuk trapesium)
2.Aktivitas menemukan rumus luas trapezium dengan pendekatan segitiga
Tujuan: siswa mampu menemukan hubungan antara segitiga dan trappesium dan dapat
menemukan rumus luas trapezium
Deskripsi aktivitas: Siswa diberi alat peraga berupa 2 potongan trapezium dari kertas dan
meminta mereka untuk memotong salah satu trapezium sehingga membentuk 2 buah segitiga.
Melalui segitiga yang ada, siswa diminta untuk membuat hubungan antara 2 segitiga dengan
trapezium.
Konjektur pemikiran siswa:
Siswa melakukan pengukuran terhadap salah satu segitiga dan atau keduanya lalu mengukur
trapezium dan membandingkannya. Bila hal ini dilakukan, berarti akan mengiring mereka
akan konsep keliling bukan pada luas.
Siswa bisa saja menghimpitkan kedua segitiga tepat pada trapezium sehingga ukuran
trapesium dan segitiga sama (tertutup satu sama lain)
Siswa menentukan luas masing-masing segitiga dan menemukan bahwa 2 segitiga sama
dengan 1 trapesium, dengan demikian luas trapezium sama dengan penjumlahan luas segitiga.
Dalam hal ini, siswa dapat menggunakan pengetahuan sebelumnya yang telah
mereka dapat di kelas 3 tentang luas segitiga.
Selanjutnya pada tahap diskusi, siswa diminta untuk menjelaskan strategi yang digunakan
dan mejelaskan mengapa mereka menggunakan strategi tersebut. Apakah mereka memiliki
satu strategi saja atau lebih. Jawaban antarkelompok dibandingkan untuk ditentukan strategi
mana yang benar dan mudah menurut mereka sendiri.
2.Teaching Experiment
Dalam pembelajaran menemukan luas trapezium ini, kami mengawali pembelajaran dengan
mereview materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang segitiga dan trapezium yang telah
diajarkan pada kelas 3. Guru meminta siswa untuk menyebutkan contoh benda-benda sekitar
yang berbentuk trapezium. Selanjutnya, guru menunjukkan kepada siswa beberapa gambar
lain yang berbentuk trapsium seperti meja, tas, dan atap rumah dan meminta siswa
meyebutkan sifat-sifat trapezium. Setelah itu guru meminta siswa mendengarkan cerita
tentang rumah adat tradisional Indonesia yang telah dibangun nenek moyang pada zaman
dahulu jauh sebelum kita mengenal matematika. Mendengar hal itu, siswa penasaran ingin
mengetahui model rumah adat tersebut. Untuk itu, kami mengelompokkan siswa menjadi 10
kelompok (3-4 orang/kelompok) dan mengajak mereka bermain puzzle, menyusun potongan
kertas berbentuk trapezium menjadi sebuah rumah adat yang dimaksud. Siswa sangat antusias
merangkai potongan kertas dan membandingkan hasil gambar mereka dengan kelompok
lain. Guru memberikan reward berupa gambar smile kepada kelompok yang mampu
menyelesaikan permainan dengan cepat. Akhirnya, mereka dapat menyusun puzzle menjadi
rumah tradisional Sumba dan Timor, NTT.
Gambar 1. Siswa sedang menyusun puzzle dan menempelkan hasil puzzle rumah adat di papan tulis
Berdasarkan gambar yang ada, guru memberikan masalah bagaimana menemukan rumus
luas atap rumah adat tersebut dengan memberikan alat peraga 2 trapezium di masing –masing
kelompok.
Gambar 2. Siswa menggunakan alat peraga untuk menemukan rumus luas trapezium
Alat peraga yang digunakan siswa terdiri dari 2 buah trapezium yang kongruen yang terbuat
dari kertas masing-masing bewarna hijau dan merah. Trapesium bewarna merah dipotong
menurut salah satu diagonal sehingga membentuk 2 segitiga. Melalui alat peraga tersebut,
guru menanyakan bagaimana cara siswa untuk menemukan rumus luas trapezium dan apakah
ada hubungan antara trapezium hijau dan 2 segitiga merah. Setelah melakukan diskusi di
dalam kelompok masing-masing, siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas. Guru memandu diskusi dan sesekali memberikan penegasan pada
jawaban siswa mana yang benar dan mana yang salah.
3.Retrospective Analysis
Permasalahan utama yang kami lakukan dalam observasi ini adalah bagaimana siswa dapat
menemukan rumus luas trapezium melalui pendekatan segitiga. Penggunaan pendekatan segitiga
ini pun tidak secara langsung kami berikan, tetapi diawali dengan masalah kontekstual berupa
bentuk rumah adat tadisional Indonesia. Hal ini dilakukan agar siswa menyadari dan menghargai
betapa pentingnya matematika teristimewa trapezium yang banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari sejak dahulu kala. Dalam tahap pemecahan masalah, kami menemukan hal yang
menarik dimana ada 1 kelompok (kelompok 4) sangat sibuk menugukur panjang sisi-sisi
segitiga dengan menggunakan mistar. Ketika ditanya alasan siswa melakukan pengukuran
seperti itu, mereka mengatakan bahwa pada soal tidak diketahui berapa panjang sisi-sisi
segitiga sehingga mereka membutuhkan nilai tertentu untuk menghitung luas segitiga. Dalam
kasus ini, nampak bahwa dalam menyelesaikan soal siswa selalu melihat nilai tertentu. Kalau
ada nilai yang diketahui, barulah soal dapat dipecahkan. Mereka belum terbiasa dengan
pekerjaan yang hanya mengandung simbol-simbol saja apalagi menghubungkan konsep yang
sama pada benda yang berbeda.
Secara umum, pada tahap pemecahan masalah siswa mampu menemukan hubungan luas
segitiga dengan trapezium. Mereka mengatakan bahwa luas trapesium sama dengan luas 2
segitiga. Berikut beberapa pekerjaan siswa pada saat presentasi di depan kelas :
Gambar 3. Hasil diskusi siswa yang dipresentasikan di depan kelas
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk menentukan rumus luas trapezium, siswa
menggunakan pendekatan segitiga. Pada gambar pertama, siswa menggambar trapezium dan
langsung membagi trapezium tersebut menurut diagonalnya sehingga menjadi 2 segititiga.
Selanjutnya, dengan menggunakan sifat distributive perkalian terhadap penjumlahan luas
segitiga, siswa dapat menemukan rumus luas trapezium. Berbeda dengan cara yang
digunakan siswa pada gambar pertama, pada gambar kedua siswa menggambar 2 segitiga
hasil potongan trapezium kemudian menentukan rumus trapezium secara mendetail, tidak
hanya menggunakan simbol melainkan dengan kata-kata (baca: sisi sejajar). Hal ini
membuktikan bahwa siswa sudah mampu menemukan luas trapezium. Bahkan, mereka telah
mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka di depan kelas pada saat presentasi.
Dalam PMRI dikenal adanya iceberg yang mendeskripsikan bagaimana proses pemahaman siswa
tentang konsep matematika dari hal-hal nyata/riil sampai pada tahap formal, saat dimana siswa
mengerti tentang simbol abstrak matematika.
C.PENUTUP
Berdasarkan keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa siswa sudah mampu menemukan rumus luas trapezium melalui pendekatan segitiga.
Pembelajaran dengan pendekatan PMRI yang memadukan alat peraga dan puzzle dalam