repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan...

140

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan...

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab satu, berisi latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

1.1 Latar Belakang

Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur

konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah, serta ekskresi

bahan buangan dan kelebihan garam (Pearch, 2009). Apabila ginjal gagal

menjalankan fungsinya maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera.

Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat melakukan fungsinya dengan

baik disebut dengan gagal ginjal kronis (Sidabutar, dalam Supriyadi, Wagiyo, &

Widowati, 2011).

Menurut U.S Renal Data System, lebih dari 300.000 penduduk Amerika

mengalami ESRD (End Stage Renal Disease), yang disebut juga penyakit ginjal

tahap akhir. Beberapa diantara mereka harus menjalani hemodialisis, dan hampir

57.000 dari mereka harus menunggu transplantasi ginjal (Safa`a, 2006). Bahkan

dalam keadaan terburuk, diantara mereka terancam jiwanya karena ginjalnya tidak

lagi memadai untuk menghilangkan limbah dan air dari darah.

Data lain menyebutkan, diperkirakan 800.000 penduduk Amerika

mengalami penyakit gagal ginjal kronis dengan kreatinin serum 2,0 Mg/dL dan

lebih dari 6,2 juta orang kadar kreatinin serum mencapai 1,5 mg/dL atau lebih

(Prodjosudjadi, 2009).

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

2

Di Indonesia penyakit gagal ginjal setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Penyumbang utama pada penderita gagal ginjal adalah penderita yang mengalami

penyakit diabetes dan hipertensi. Berdasarkan data yang dirilis PT. Askes pada

tahun 2010 jumlah penderita gagal ginjal ialah 17.507 orang. Kemudian meningkat

lagi sebesar 23.261 pasien di tahun 2011. Pada tahun 2013 jumlah ini diperkirakan

akan terus meningkat terkait terus meningkatnya populasi penyakit diabetes dan

juga hipertensi (Nawawi, 2013). Angka tersebut bukanlah jumlah yang sedikit, hal

tersebut tentu membutuhkan usaha khusus yang harus dilakukan oleh pemerintah

dan masyarakat guna menekan jumlah prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di

Indonesia.

Dari data di atas menunjukkan bahwa penyakit ini sangat penting untuk kita

perhatikan, mengingat jumlah penderita pertahunnya selalu mengalami

peningkatan dan biaya yang ditanggung oleh negara untuk mengobati penderita

dengan penyakit ini sangat mahal, dan juga tidak ada program khusus dari

pemerintah guna mencegah terjadinya peningkatan jumlah penderita yang hidupnya

harus tergantung pada alat hemodialisa.

Hemodialisa (HD) merupakan suatu prosedur dimana darah dikeluarkan

dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin luar tubuh yang disebut

dialiser. Frekuensi tindakan hemodialisa bervariasi tergantung banyaknya fungsi

ginjal yang tersisa, rata-rata penderita menjalani tiga kali seminggu, sedangkan

lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali

tindakan terapi. Berbagai keluhan fisik maupun psikologis dialami penderita gagal

ginjal kronis sebelum menjalani hemodialisa. Penderita akan sangat terganggu

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

3

aktivitasnya baik untuk bekerja maupun bersosialisasi, juga kesulitan tidur karena

rasa nyeri yang dirasakan. Berbagai keluhan fisik dikeluhkan penderita tergantung

dari tingkat keparahan penyakitnya dan komplikasi yang menyertai tidak sama

antara satu penderita dengan penderita lainnya. Penderita gagal ginjal kronis akan

merasakan adanya rasa tidak nyaman, sesak, oedema, nyeri dada, rasa mual dan

bahkan muntah, serta kram otot yang mengakibatkan nyeri hebat (Brunner &

Suddath, 2002). Keluhan fisik lain yang dialami penderita pada umumnya akan

menimbulkan stres fisik, penderita akan merasakan kelelahan, sakit kepala, dan

keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang menurun (Gallieni et al, dalam

Supriyadi, Wagio & Widowati, 2011).

Terapi hemodialisa juga akan mempengaruhi keadaan psikologis penderita.

Berdasarkan Kubler dan Ross (1969) dalam bukunya ada beberapa tahapan reaksi

penderita ataupun keluarga ketika mendengar penyakit yang diderita yaitu denial

(penderita menolak keadaan), anger (penderita tidak dapat mengontrol kondisi

emosinya), bargaining (penderita mulai mencoba berdialog dengan perasaannya),

depression (penderita sudah mulai beradaptasi tetapi belum cukup motivasi

sehingga masuk fase sense of hopelessness) dan acceptance (penderita menerima

kenyataan dan patuh terhadap rencana tindak lanjut). Menurut Taylor (2003),

penyakit kronis sering menjadikan shock bagi seseorang. Respon emosi penderita

penyakit kronis dapat berupa penolakan, kecemasan hingga depresi. Penolakan

merupakan mekanisme pertahanan penderita yang menghindari implikasi dari

penyakit. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya happiness

penderita gagal ginjal kronis.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

4

Menurunnya happiness penderita disebabkan karena adanya penyakit gagal

ginjal kronis yang dialami penderita sebagai dampak gaya hidupnya pada masa lalu.

Saat penderita gagal ginjal merasakan kebahagiaan bisa terlepas dari penyakit, atau

mengalami kebahagiaan melalui penyakit. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi

kondisi seseorang menjadi bahagia atau tidak bahagia, tergantung dari cara pandang

seseorang menilainya. Menurut Lyumbomirsky dan Lepper (1999), happiness

sebagai penilaian subjektif dan global dalam diri sebagai orang yang bahagia atau

tidak bahagia.

Selama ini terdapat penelitian mengenai happiness pada penderita penyakit

kronis, misalnya pada penelitian yang dilakukan Hoppe (2013), mengenai

happiness pada penderita Multipel Sclerosis yang menyerang sistem saraf pusat

hingga mengakibatkan hilangnya fungsi tubuh. Dilakukan 52 responden

penyandang cacat di Amsterdam dan di Dublin menyatakan penyandang cacat dan

kebahagiaan dapat hidup berdampingan. Sementara beberapa orang dapat

merasakan kebahagiaan bisa terlepas dari penyakit, atau mengalami kebahagiaan

melalui penyakit. Meskipun dalam penelitian ini menggambarkan orang sakit

kronis yang mengalami kebahagiaan, hidup dengan penyakit kronis atau cacat tidak

berarti mudah dan adaptasi dengan cepat. Lebih tepatnya, kebanyakan orang pada

umumnya mengungkapkan bahwa orang-orang yang sakit atau orang cacat belum

tentu bahagia, seperti yang banyak diyakini dan dirasakan. Fakta bahwa kualitas

hidup yang baik dan kebahagiaan yang dialami juga tidak berarti bahwa frustrasi,

kesedihan, ratapan dan putus asa tidak hadir dalam keberadaan individu. Hal ini

telah menjadi jelas, melalui penelitian ini, bahwa orang penyandang cacat dapat

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

5

mengalami kebahagiaan dengan baik atau sangat baik tergantung dari munculnya

situasi yang saling berlawanan ini karena penyandang cacat cenderung

mengalihkan fokus dari negatif ke positif. Begitu pula pada penderita penyakit

kronis dapat merasakan happiness, bahkan dalam menghadapi kesulitan, atau

sebagai orang yang konsisten tetap bahagia meskipun pada situasi yang terbaik.

Selain itu, terdapat kasus lain berdasarkan wawancara penulis temukan di

klinik hemodialisa Muslimat NU Cipta Husada I, bahwa hampir semua penderita

gagal ginjal mengalami perasaan yang sama dengan penderita lainnya. Ketika

divonis gagal ginjal dan baru menjalani hemodialisa yaitu merasa stres, masih

belum bisa menerima kenyataan dan penyangkalan terhadap penyakitnya, dan

merasa tidak bahagia. Setelah itu, beberapa tahun menjalani hemodialisa bahwa

penyakit gagal ginjal tidak seperti apa yang mereka bayangkan. Dengan menjaga

pola hidup sehat, asupan makanan sehat, rutin melakukan hemodialisa membuat

mereka lebih bersyukur dan pasrah atas nikmat yang Tuhan berikan. Beberapa

diantara mereka tetap merasa bahagia meskipun dalam keadaan sakit tidak

mengurungkan semangatnya untuk menikmati hidupnya.

Tetapi ada juga beberapa penderita yang lain merasakan ketidakbahagiaan

dalam hidupnya dengan penyakit yang dideritanya. Menurut mereka, bisa merasa

bahagia bila terlepas dari penyakitnya. Berharap dapat merasakan kesembuhan

seperti sediakala merupakan keinginannya. Tetapi tidak akan terwujudnya

keinginan itu membuat mereka merasa pasrah terhadap penyakitnya. Seperti yang

dijelaskan Priyanti (2012), bahwa penyakit dan kebahagiaan, secara kasat mata

merupakan sesuatu yang sangat bertolak belakang. Semua tergantung dari

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

6

perspektif mana kita melihat dan makna yang kita peroleh. Kualitas peristiwa bukan

pada peristiwanya, tetapi pada “makna” yang kita berikan pada peristiwa tersebut.

Sakit adalah peristiwa. Sakit bisa dimaknai sebagai sesuatu yang buruk, dan juga

bisa dimaknai sebagai sesuatu yang baik.

Menurut Myers dan Diener (dalam Lyubomirsky & Lepper, 1999), dari

penjelasan tersebut menjadi bukti dalam pengalaman sehari-hari menunjukkan

bahwa salah satu yang paling penting diposisi manusia adalah happiness. Kita

semua dapat mengidentifikasi orang yang kronis bisa bahagia, bahkan dalam

menghadapi kesulitan sekalipun, atau orang-orang yang konsisten bahagia

meskipun dalam situasi yang terbaik. Berarti, seseorang bisa saja merasakan

ketidakbahagiaan dalam hidupnya walaupun hidupnya dikelilingi oleh segala

kenyamanan, cinta, kesehatan dan kesejahteraan. Sebaliknya seseorang bisa saja

tetap merasakan kebahagiaan walaupun hidupnya penuh dengan permasalahan

hidup, rintangan, tragedi, ketidaksejahteraan, dan tidak adanya cinta. Hal ini

membuktikan bahwa kebahagiaan dinilai berdasarkan kriteria-kriteria subjektif

(personal) yang dimiliki individu dan sangat bervariasi tergantung dari seseorang

menilainya.

Pentingnya happiness menjadi salah satu cara bagi penderita gagal ginjal

untuk dapat mengalami kebahagiaan dengan baik atau sangat baik tergantung dari

munculnya situasi yang saling berlawanan ini dengan mengalihkan emosi negatif

ke emosi positif, agar bisa bertahan dengan dengan penyakitnya dan dapat

melanjutkan hidupnya dengan baik. Oleh sebab itu, apabila penderita gagal ginjal

bisa merasakan kebahagiaan maka akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikisnya.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

7

Hal ini akan menimbulkan suatu keyakinan pada diri penderita terhadap

kesehatannya, serta dapat menampilkan perilaku lebih positif, dimana penderita

akan termotivasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan

melakukan hemodialisa secara teratur dan mengikuti prosedur pengobatan yang

telah ditentukan.

Happiness pada setiap individu tentu dipengaruhi oleh faktor-faktor

tertentu. Berdasarkan penelitian terbaru faktor-faktor yang mempengaruhi

happiness menurut Alavi (2007), diantaranya adalah religiusitas, sukarela dalam

melakukan kebaikan, rasa saling berbagi, hubungan sosial, kondisi negara

mencakup perekonomian dan kestabilan sosial, meditasi, pernikahan, usia, jenis

kelamin, kesehatan, global self-esteem, kepribadian (humor).

Faktor yang mempengaruhi happiness salah satunya adalah kepribadian.

Menurut Allport (dalam Schultz, 2005) salah satu ciri kepribadian yang sehat yaitu

kemampuan untuk mengenal dirinya sendiri secara objektif dan mampu menangkap

humor terutama yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Hasanat dan Subandi (1998)

humor dinilai dapat menimbulkan emosi positif, sebab humor menjadikan

seseorang dapat tersenyum ataupun tertawa dan memunculkan ekspresi wajah

positif. Emosi positif yang ditimbulkan dari humor merupakan salah satu upaya

coping yang berfokus pada emosi. Selain itu, kepekaan humor yang tinggi dapat

membuat seseorang menjadi lebih rileks, tidak tegang lagi, sehingga pikiran pun

dapat lebih berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah. Menurut Liu (2012),

humor merupakan stimulus yang membuat orang tertawa dan merasa bahagia.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

8

Pada dasarnya humor merupakan naluri manusia untuk mencari kesenangan

dan kegembiraan. Humor menjadi sangat penting bagi para penderita gagal ginjal

yang menganggap humor sebagai pengalihan untuk mencari kesenangan dan

kebahagiaan untuk bertahan dari keluhan penyakit yang dideritanya. Seperti yang

djelaskan Hendarto dan Widjaja (dalam Rahmanadji, 2007), naluri manusia untuk

mencari kesenangan, kegembiraan, dan hiburan sudah dimiliki sejak bayi. Manusia

hidup dengan naluri kuat untuk mencari kegembiraan dan hiburan. Selain itu,

Kelucuan atau humor berlaku bagi manusia normal, dengan tujuan untuk

menghibur, karena hiburan merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia untuk

ketahanan diri dalam proses pertahanan hidupnya.

Bagi pada penderita gagal ginjal kronis, humor style menjadi faktor yang

menentukan keadaan happiness seseorang. Dengan humor sebagai salah satu cara

untuk menciptakan hiburan dan mengalihkan emosi negatifnya. Seperti penelitian

terbaru yang dilakukan Ford, McCreight, dan Richardson (2014) bahwa ada

hubungan antara gaya humor adaptive atau dua humor style positif (affiliative dan

self-enhancing humor) terhadap happiness. Dari hasil penelitian lain yang

dilakukan oleh Liu (2012) dengan sampel mahasiswa di Hongkong ditemukan

bahwa adaptive humor (affiliative dan self-enhancing humor) memiliki hubungan

yang positif terhadap happiness, dan maladaptive humor (aggressive dan self-

defeating humor) memiliki hubungan yang negatif terhadap happiness. Hal tersebut

terjadi karena aggressive humor dan self-defeating humor termasuk dalam

maladaptive humor yang berpotensi dapat merugikan individu, sedangkan

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

9

affiliative dan self-enhancing humor merupakan humor yang adaptive dan tidak

merugikan.

Faktor lain juga memiliki peranan penting yang dapat mempengaruhi

happiness, salah satunya adalah self-esteem. Branden (2011), menyebutkan self-

esteem mengandung nilai keberlangsungan hidup yang merupakan kebutuhan dasar

manusia. Selain itu, Branden juga menyatakan bahwa self-esteem merupakan suatu

kebutuhan mendasar bagi manusia, karena berfungsi sebagai penyumbang utama

dalam proses kehidupan seseorang. Hal ini memungkinkan self-esteem mampu

memberikan sumbangan bermakna bagi proses kehidupan individu selanjutnya,

maupun bagi perkembangan pribadi yang sehat.

Berne dan Savary (dalam Ghufron, 2010), menjelaskan bahwa orang yang

memiliki harga diri yang sehat adalah orang yang mengenal dirinya sendiri dengan

segala keterbatasannya, mereka tidak malu atas keterbatasan yang dimiliki,

memandang keterbatasan sebagai suatu realitas dan menjadikan keterbatasan itu

sebagai tantangan untuk berkembang. Ia juga menyebutkan bahwa harga diri yang

sehat adalah kemampuan untuk melihat diri sendiri berharga, berkemampuan,

penuh kasih sayang yang memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta kepribadian

yang berharga dalam hubungannya dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang

merasa rendah diri, memiliki gambaran negatif pada diri, sedikit mengenal dirinya

sehingga menghalangi kemampuan untuk menjalin hubungan, merasa terancam dan

tidak berhasil.

Dalam beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan self-esteem

yaitu penelitian yang dilakukan Farzaee (2012), dengan jumlah sampel 150 murid

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

10

yang terdiri dari 8 kelas perempuan, menyatakan bahwa self-esteem merupakan

salah satu variabel psikologis yang penting dalam membentuk dan meningkatkan

happiness seseorang. Didukung oleh penelitian lain dari Furham dan Cheng (2000),

dengan jumlah sampel 406 murid SMA diberbagai sekolah di Amerika, juga

menyatakan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa self-esteem sangat dominan

kuat sebagai prediktor happiness. Berarti dapat disimpulkan bahwa tingginya self-

esteem akan menyebabkan happiness yang lebih besar, bila self-esteem meningkat

maka happiness akan meningkat dan begitu juga sebaliknya.

Didukung oleh penelitian Lyubomirsky, Tkach, dan Dimatteo (2006)

dengan sampel pensiunan karyawan, yang menjelaskan bahwa dalam pengalaman

sehari-hari, orang berpikir baik tentang diri mereka sendiri cenderung merasa

bahagia. Orang yang tidak memiliki harga diri umumnya tidak bahagia. Bukti

empiris mendukung intuisi ini, mengungkapkan terdapat korelasi tinggi antara

pengukuran happiness dan self-esteem.

Self-esteem memiliki korelasi yang kuat dengan happiness bukan hanya

karena tingkat tinggi, self-esteem mengarah ke kehidupan yang bahagia dan

produktif, tetapi juga kekuatan prediksi langsung pada happiness (Baumeister et al,

2003). Pada penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa self-esteem yang lebih

tinggi akan menyebabkan happiness yang lebih besar dalam kondisi tertentu, self-

esteem rendah lebih cenderung menyebabkan depresi. Berbagai penelitian yang

diusulkan sudut pandang yang berbeda. Beberapa menyarankan bahwa self-esteem

dapat meringankan stress. Namuiun pada penelitian lain yang berbeda,

menunjukkan efek negatif dari self-esteem rendah terutama dirasakan dimasa yang

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

11

baik sementara yang lain masih menemukan bahwa self-esteem yang tinggi

membawa bahagia, hasil-hasil terlepas dari stress atau keadaan lain (Baumeister et

al, 2003).

Selain humor style, self-esteem, hal lain yang dapat meningkatkan happiness

adalah mendekatkan diri dengan Tuhan YME. Sejalan dengan yang dijelaskan oleh

Seligman (2005), salah satu faktor yang mempengaruhi happiness adalah agama.

Selain itu, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para penderita gagal ginjal

kronis agar dapat mendapatkan happiness serta mengatasi masalah psikologis

dalam hidupnya melalui keberagamaan (religiusitas). Religiusitas diwujudkan

dengan berbagai sisi kehidupan manusia. Segala aktivitas yang dilakukan dalam

beragama bukan hanya dilakukan dalam perilaku ritualnya (beribadah) saja, tetapi

dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari

Selanjutnya Brody, Stoneman, Flor, dan McCrary (dalam Franklin, 2008)

menyatakan bahwa keyakinan dan kegiatan keagamaan dapat memberikan manfaat,

seperti dukungan emosional ketika menghadapi berbagai situasi yang sulit. Hal ini

juga terjadi pada penderita gagal ginjal kronis agar hidupnya lebih bermakna untuk

mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan, penderita penyakit ini lebih

mendekatkan diri dengan menjalankan ritual (beribadah), berserah diri, pasrah dan

yakin akan takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan. Karena dengan memiliki

keyakinan serta menjalankan ritual (beribadah) merupakan suatu simbol nilai untuk

memperoleh tujuan hidup seseorang dan dapat memberikan manfaat dalam

mengahadapi berbagai situasi yang sulit.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

12

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Haller dan Hadler (2006)

menjelaskan agama dan keberagamaan merupakan determinan yang signifikan

terhadap happiness. Partisipasi dalam aktifitas keagamaan memiliki efek yang

signifikan terhadap happiness seseorang. Sementera itu, menurut Koenig (dalam

Khalek, 2006) juga menyatakan bahwa seseorang yang beriman serta tulus dalam

menjalankan ibadahnya sesuai dengan aturan agamanya maka ia lebih menikmati

kesehatannya secara fisik dan psikis menjadi lebih baik. Menurut Alavi (2007)

dalam penelitiannya bahwa orang beragama cenderung lebih bahagia dari pada

orang yang tidak beragama. Keimanan dalam agama juga menghubungkan individu

dengan sesuatu yang melampaui diri mereka. Orang yang melakukan ritual

keagamaannya (beribadah) menikmati manfaat pada kesehatan dan kesejahteraan.

Dalam penelitian lain, menurut Aghili dan Kumar (2008) dengan sampel

1491 karyawan, menjelaskan ada hubungan positif antara sikap religious dan

happiness. Dari penelitian tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

menjelaskan orang yang religiusitasnya tinggi ditemukan lebih bahagia dari pada

orang yang tingkat religiusitasnya rendah (Khalek, 2006; Balswick & Balkwell,

1979; Cutler, 1976; Ellison, 1991; Frankel & Dia Graney, 1975). Berarti dengan

religiusitas yang rendah dapat membawa lebih banyak ketegangan serta kecemasan

dalam diri.

Penelitian mengenai humor style, self-esteem, religiusitas dan happiness

memang sudah banyak dilakukan diberbagai negara. Namun, informasi mengenai

happiness pada pasien penderita gagal ginjal kronis masih sangat kurang di

Indonesia. Jadi dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah seseorang

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

13

yang mengalami penyakit gagal ginjal kronis tetap dapat memiliki kebahagiaan atau

ketidakbahagiaan dengan penyakit yang dideritanya. Untuk itu penulis tertarik

untuk meneliti masalah yang dialami oleh penderita gagal ginjal kronis berdasarkan

fenomena yang penulis temukan.

Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti fenomena masalah yang dialami

oleh penderita gagal ginjal kronis. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi

happiness peneliti hanya memfokuskan pada humor style, self-esteem dan

religiusitas terhadap happiness. Berdasarkan uraian diatas, maka penting untuk

diadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Humor Style, Self-esteem, dan

Religiusitas terhadap Happiness Penderita Gagal Ginjal Kronis”

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

Agar penelitian ini fokus terhadap variabel yang akan diteliti, penelitian ini dibatasi

hanya untuk mengetahui pengaruh humor style, self-esteem, dan religiusitas

terhadap happiness. Adapun pengertian konsep masing-masing variabel adalah

sebagai berikut:

1. Happiness yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi definisi happiness

menurut Lyumbomirsky dan Lepper (1999) yang menyatakan bahwa

kebahagiaan sebagai penilaian subjektif dan global dalam menilai diri sebagai

orang yang bahagia atau tidak bahagia.

2. Humor Style yang dimaksud dalam konteks penelitian ini dibatasi pada definisi

humor style menurut Martin (2007) adalah segala hal yang dilakukan dan

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

14

diucapkan seseorang yang dianggap lucu dan cenderung membuat orang lain

tertawa.

3. Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada definisi self-

esteem menurut Rossenberg et al (1995) yaitu penilaian individu positif atau

negatif secara keseluruhan terhadap diri sendiri.

4. Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada definisi

religiusitas menurut Glock dan Stark (1967) yaitu sistem simbol, sistem

keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlambangkan, yang

semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu

yang paling maknawi.

5. Penderita gagal ginjal yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah

individu yang mengalami kemunduran pada organ ginjal dan harus melakukan

terapi hemodialisa lebih dari 3 bulan (penderita gagal ginjal kronis) di klinik

hemodialisis Muslimat NU Cipta Husada I.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara humor style, self-esteem, dan

religiusitas terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi affiliative humor pada

variable humor style terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi self-enhancing humor

pada variable humor style terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

15

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi aggressive humor pada

variable humor style terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi self-defeating humor pada

variable humor style terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem terhadap happiness

penderita gagal ginjal kronis?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi intellectual pada variable

religiusitas terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi ideology pada variable

religiusitas terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

9. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi public practice pada

variable religiusitas terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

10. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi private practice pada

variable religiusitas terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

11. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi experience pada variabel

religiusitas terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh humor

style (affiliative humor, self-enhancing humor, aggressive humor, self-defeating

humor), self-esteem, religiusitas (intellectual, ideology, public practice, private

practice, experience) terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

16

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh humor style, self-esteem,

dan religiusitas terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis. Happiness

penderita gagal ginjal kronis dalam penelitian ini digunakan melihat sudut pandang

kebahagiaan penderita dengan penyakitnya, serta untuk membantu kualitas hidup

penderita gagal ginjal kronis agar tetap bertahan dengan keadaan sakit kronis

sekalipun. Sehingga diharapkan dapat memperkaya dan memberikan kontribusi

terhadap ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang Psikologi Klinis, Psikologi

Kesehatan dan Psikologi Agama.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah informasi dan masukan

kepada masyarakat, serta penderita gagal ginjal kronis tentang pentingnya

happiness terutama untuk mengatasi ketegangan, konflik, stress, dan frustasi yang

dialami pasien setelah di diagnosa gagal ginjal dan harus melakukan hemodialisa.

Apabila penderita merasa happy, hal ini akan menimbulkan suatu keyakinan pada

diri penderita terhadap kesehatannya, serta dapat menampilkan perilaku lebih

positif, dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik, daya tahan tubuhnya akan

meningkat sehingga penderita akan termotivasi untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya dengan melakukan hemodialisa secara teratur dan

mengikuti prosedur pengobatan yang telah ditentukan. Penelitian ini juga membuka

wawasan mengenai kebahagiaan bermanfaat bagi kesehatan mental kita.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

17

BAB 2

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa kajian teori, diantaranya mengenai teori

humor style, self-esteem, religiusitas, happiness penderita gagal ginjal, serta

kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1 Happiness Penderita Gagal Ginjal Kronis

2.1.1 Pengertian happiness penderita gagal ginjal kronis

Carr (2004) menjelaskan happiness dan subjective well-being mengarah pada

perasaan positif yaitu sebagai perasaan bahagia atau ketenangan maupun keadaan

positif. Sedangkan menurut Diener et.al (dalam Carr, 2004) happiness dan

subjective well-being sebagai gabungan dari perasaan positif dan kepuasan hidup.

Happiness merupakan evaluasi seseorang terhadap kehidupan yang mereka alami,

lebih spesifik lagi kebahagiaan meliputi pengalaman yang menyenangkan

seseorang dan apresiasinya terhadap kehidupan.

Sheldon dan Lyumbomirsky (2004), happiness merupakan kriteria pusat

kesehatan mental (Jahoda, 1958; Taylor & Brown, 1988) dan telah ditemukan

berbagai manfaat nyata, seperti dapat meningkatkan kesehatan fisik, mengurangi

psikopatologi, memiliki keterampilan mental yang unggul, bahkan dapat membuat

hidup lebih lama.

Menurut Seligman (2005) happiness adalah kondisi dan kemampuan

seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan, dan sekarang.

Seligman juga menggunakan istilah happiness untuk menggambarkan tujuan dari

cabang ilmu psikologi baru yaitu psikologi positif. Happiness ini meliputi perasaan

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

18

positif dan kegiatan positif. Perasaan positif yaitu merasa puas, bangga,

tenang, optimis, percaya diri dan lain-lain. Perasaan positif dapat menikmati dan

melaksanakan kegiatan atau keterlibatan aktifitas yang menyenangkan. Sedangkan

menurut Lyubomirsky dan Lepper (1999), happiness sebagai penilaian subjektif

dan global dalam menilai diri sebagai orang yang bahagia atau tidak.

Dari beberapa definisi mengenai happiness, penulis menggunakan definisi

yang dikemukakan oleh Lyumbomirsky dan Lepper (1999) bahwa happiness

sebagai penilaian subjektif secara keseluruhan dalam menilai diri sebagai orang

yang bahagia atau tidak bahagia.

Happiness dapat memeberikan perasaan positif seseorang, khususnya

penderita gagal ginjal kronis. Menurut Powdthavee (2010), pengaruh happiness

dalam kesehatan dapat membawa suasana hati yang positif merupakan efek jangka

pendek dari kebahagiaan pada kesehatan. Orang yang bahagia cenderung bertahan

untuk jangka waktu lebih lama terhadap penyakitnya. Seperti penderita gagal ginjal

kronis yang merasa diri mereka bahagia dengan kehidupan secara keseluruhan

dengan penyakitnya lebih cenderung bertahan hingga empat tahun lebih lama dari

pada mereka yang kurang bahagia dengan hidup mereka. Dalam hal ini, bahwa

orang yang bahagia dengan penyakitnya cenderung bisa bertahan hidup lebih lama.

Menurut Boehm dan Kubzansky (dalam Priyanti, 2012), bahwa individu

dengan perasaan bahagia dan pikiran positif di otaknya mendorong seseorang untuk

menjalankan perilaku hidup sehat. Hal ini juga dapat terjadi pada penyakit kronis

seperti gagal ginjal. Menurut Tassey (dalam Priyanti, 2012), bahwa perasaan

bahagia dan pikiran positif memiliki dampak yang baik terhadap kesehatan.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

19

Individu yang optimis tidak akan merasa terganggu dengan sakit atau nyeri yang

dirasakan sehari-hari.

Menurut Colvy (2010) gagal ginjal sebagai sebuah penyakit dimana fungsi

ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali

dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan

dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urine.

Penyebab gagal ginjal kronik dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Penyebab pre-renal

Penyebab pre-renal berupa gangguan aliran darah kearah ginjal sehingga ginjal

kekurangan suplai darah. Kurangnya suplai darah mengakibatkan kurangnya

oksigen yang pada gilirannya menyebabkan kerusakan jaringan ginjal.

Sederhananya, penyebab pre-renal adalah berkurangnya daya pompa jantung,

adanya sumbatan/hambatan aliran darah pada arteri besar yang ke arah ginjal,

dan lain-lain. Misalnya, dehidrasi dari kehilangan cairan tubuh (muntah, diare,

berkeringat, demam), hypovolemia (volume darah yang rendah).

2. Penyebab renal

Penyebab renal berupa gangguan/kerusakan yang mengenai jaringan ginjal

sendir seperti kerusakan akibat penyakit diabetes militus, hipertensi, penyakit

system kekebalan tubuh seperti SLE (Systemic Lupus Erythematosus),

peradangan, keracunan obat, kista dalam ginjal, berbagai gangguan aliran

darah di dalam ginjal yang merusak jaringan ginjal.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

20

3. Penyebab post-renal

Penyebab post-renal berupa gangguan/hambatan aliran keluar (output) urin

sehingga terjadi aliran balik urin kea rah ginjal yang dapat menyebabkan

kerusakan ginjal. Sederhananya, penyebab post-renal antara lain adalah adanya

sumbatan atau penyempitan pada saluran pengeluaran urin antara ginjal sampai

ujung saluran kemih, adanya batu pada ureter sampai uretra, penyempitan

akibat saluran tertekuk, penyempitan akibat pebesaran kelenjar prostad, tumor

dan lain-lain.

Dari beberapa penyebab penyakit gagal ginjal diatas, selanjutnya dilakukan

diagnosa berdasarkan klasifikasi yang terbagi menjadi beberapa tahapan. Menurut

Susalit (2002) klasifikasi membagi penyakit ginjal kronis dalam lima stadium,

yaitu:

1. Stadium I: kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal,

2. Stadium 2: kerusakan ginjal dengan penurunan ringan fungsi ginjal,

3. Stadium 3: kerusakan ginjal dengan penurunan sedang fungsi ginjal,

4. Stadium 4: kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan

5. Stadium 5 adalah gagal ginjal

Sementara itu, dari segi aspek psikologis penderita gagal ginjal kronis

menurut Kubler dan Ross (1969) secara umum aspek psikologis penderita gagal

ginjal kronis dipengaruhi beberapa reaksi tahapan, yaitu:

1. Denial (penderita menolak keadaan)

Reaksi kebanyakan individu saat pertama kali mendengar diagnosa penyakit

kronis yang menimpanya adalah pernyataan “Tidak, bukan saya, itu tidak

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

21

benar”. Biasanya penyangkalan merupakan pertahanan sementara dan segera

akan digantikan dengan penerimaan yang bersifat parsial.

2. Anger (penderita tidak dapat mengontrol kondisi emosinya)

Apabila penyangkalan pada tahap pertama tidak tertahan lagi, maka hal

tersebut akan digantikan dengan rasa marah, gusar, cemburu, dan benci.

Berlawanan dengan tahap penyangkalan, tahap marah ini akan sangat sulit

diatasi dari sisi keluarga dan para staf rumah sakit.

3. Bargaining (penderita mulai mencoba berdialog dengan perasaannya)

Pada tahap ini tidak terlalu dikenal, namun sebenarnya sangat menolong

penderita, meskipun terjadi hanya beberapa saat. Ketika kita akan mampu

menghadapi kenyataan yang menyedihkan pada awal periode dan menjadi

marah pada orang-orang sekitar dan Tuhan pada fase kedua, boleh jadi kita

akan membuat perjanjian yang mungkin menunda terjadinya hal yang tidak

diharapkan.

4. Depression (penderita sudah mulai beradaptasi tetapi belum cukup motivasi

sehingga masuk fase sense of hopelessness)

Terdapat dua macam depresi, yaitu depresi reaktif dan depresi prepatori

(persiapan). Pada depresi reaktif, penderita memiliki banyak hal untuk

diungkapkan dan memerlukan banyak interaksi verbal serta sering melibatkan

interaksi aktif. Seorang yang penuh pengertian tidak akan menemui kesulitan

dalam mengungkapkan penyebab depresi dan menyebabkan perasaan bersalah

atau malu yang tidak realistis, yang biasanya menyertai depresi. Ketika depresi

menjadi alat persiapan bagi kehilangan yang harus terjadi atas objek-objek

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

22

yang dicintai, demi mempermudah sikap menerima, dorongan, dan

penentraman hati tidak lagi terlalu berarti.

5. Acceptance (penderita menerima kenyataan dan patuh terhadap rencana tindak

lanjut)

Penerimaan lebih merupakan kehampaan perasaan. Ketika penderita

mengalami kedamaian dan penerimaan, lingkaran minatnya pun hilang.

Penderita berharap dibiarkan sendiri atau setidaknya tidak dipusingkan oleh

berita-berita masalah diluar.

Sedangkan menurut Rahmach (2007) berdasarkan aspek psikologis

penderita gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Beban ekonomi, dikarenakan salah satunya biaya hemodialisa, konsultasi dokter

yang dirasa cukup berat.

2. Mobilitas yang terbatas, karena keterbatasan kegiatan sehari-hari merupakan

stressor utama bagi penderita gagal ginjal.

3. Ketergantungan terhadap mesin dialisa, kualitas hidup penderita gagal ginjal

sangat tergantung pada mesin/ alat dialisa dan ketergantungan pada orang-

orang yang menolongnya pada saat proses hemodialisa.

4. Stressor-stressor lain misalnya, kehilanagn pekerjaan, penghasilan, status

finansial, efek samping obat, persaan lelah, perubahan suasana hati, sulit

menemukan teman yang mengerti penyakitnya, kakacauan suasana keluarga,

dan hubungan sosial kurang baik.

5. Harapan patah ditengah jalan, dikarenakan penderita merasa hidupnya sudah

tidak ada harapan lagi untuk menggapai masa depannya.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

23

Pada faktor-faktor ini, apabila tidak diperhatikan bisa menimbulkan

kecemasan luar biasa dan depresi dalam jangka panjang bisa mengakibatkan stress.

Apabila penderita sudah mengalami depresi maka akan muncul persaan sedih,

murung, merasa kosong, tidak ada rasa senang, lesu, sulit tidur, selera makan

menurun, mudah tersinggung, tidak kooperatif, merasa tidak berharga, tidak

berguna hingga putus asa (Rachmach, 2007 : Nurmalika, 2010).

2.1.2 Dimensi happiness

1. Penilaian subjektif dan global dalam menilai diri sebagai orang yang bahagia

atau tidak

Dalam melihat gambaran kebahagiaan individu secara keseluruhan, komponen-

komponen dari kesejahteraan subjektif harus dilihat karena masing-masing

komponen memiliki informasi yang unik sehingga bisa didapatkan gambaran

kesejahteraan subjektif yang lebih lengkap (Diener, Scollon, dan Lucas, 2003).

Menurut Lyumbomirsky dan Lepper (1999) memberikan kritik bahwa penilaian

kesejahteraan subjektif atau kebahagiaan tidak cukup hanya dilihat dari masing-

masing komponen. Dibutuhkan sebuah penilaian global mengenai keseluruhan

hidup yang lebih luas dari pada hanya melihat afek, kepuasan hidup, ranah

kepuasan yang penting bagi individu. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa

kebanyakan orang dapat dengan mudah menilai dirinya sebagai orang yang

bahagia atau tidak. Tidak hanya itu, kebanyakan orang juga dapat menilai orang

lain sebagai orang yang bahagia atau tidak. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah

term mengenai kebahagiaan yang tidak sekedar menilai kebahagiaan seseorang

dari komponen-komponen subjective well-being. Lymbomorsky dan Lepper

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

24

(1999) menyebutnya dengan subjective happiness, yaitu penilaian subjektif dan

global dalam menilai diri sebagai orang bahagia atau tidak. Dalam hal ini,

bahwa kebahagiaan dinilai berdasarkan kriteria-kriteria subjektif yang dimiliki

individu, sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber kebahagiaan

bervariasi dari individu ke individu lain (Lyumbomirsky & Lepper, 1999).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness

Alavi (2007) dalam studinya yang berjudul Correlatives of Happiness in the

University Students of Iran (A Religious Approach) menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi happiness berdasarkan penelitian terbaru.

1. Religiusitas. Orang beragama cenderung lebih bahagia dari pada orang yang

tidak beragama. Keimanan dalam agama juga menghubungkan individu dengan

sesuatu yang melampaui diri mereka. Orang yang melakukan ritual

keagamaannya (beribadah) menikmati manfaat pada kesehatan dan

kesejahteraan.

2. Sukarela dalam melakukan kebaikan. Peneliti menemukan bahwa orang yang

bahagia lebih berminat untuk bekerja sukarela. Ditemukan juga sebaliknya

bahwa para sukarelawan cenderung menjadi lebih bahagia, kita lebih bersedia

untuk membantu orang lain.

3. Rasa saling berbagi. Terutama saling berbagi dalam kesulitan atau penderitaan.

4. Hubungan personal. Hubungan pribadi terutama yang dekat, yang sangat

penting untuk kebahagiaan. Hubungan personal berkontribusi uang, ketenaran,

kesuksesan konvensional, kekayaan materi, kecerdasan, bahkan kesehatan.

Disisi lain, kesepian melahirkan ketidakbahagiaan dan memperburuk

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

25

kesehatan. Memiliki hubungan yang baik dengan orang lain cenderung lebih

sukses disekolah, tempat kerja, juga dalam hal finansial. Selain itu, ikatan

emosional dengan keluarga, pekerjaan, komunitas, teman-teman, kebebasan

individu, dan nilai-nilai moral juga membuat individu merasakan happiness.

5. Kondisi negara mencakup perekonomian dan kestabilan sosial. Finansial dan

keseimbangan sosial juga memainkan peran dalam happiness. Namun

peningkatan kemakmuran ekonomi tidak bisa menghasilkan happiness yang

lebih jika terjadi ketimpangan dalam sosial kemasyarakatan.

6. Meditasi. Berbagai bentuk meditasi dapat meningkatkan happiness dan

mengurangi kecemasan. Matahari terbenam yang indah, mendengarkan musik,

pandangan seorang bayi, suara laut, dan banyak lagi yang dapat merangsang

transendensi kesenangan atau happiness.

7. Pernikahan. Mereka yang menikah jauh lebih bahagia dari pada mereka yang

tidak. Hubungan anatara pernikahan dan happiness ditemukan disebagian besar

masyarakat. Perbandingan yang dilakukan di 17 negara menunjukkan 16

diantaranya memiliki hubungan positif antara pernikahan dengan happiness.

Berbeda dengan beberapa faktor potensial lainnya, pernikahan membawa efek

happiness yang cenderung tahan lama.

8. Usia. Individu yang jauh lebih tua cenderung lebih puas dengan kehidupannya

dibandingkan yang berusia muda.

9. Jenis kelamin. Tidak terlalu banyak berbeda happiness antara laki-laki dan

perempuan (meskipun perempuan lebih beresiko depresi). Bukti menunjukkan

bahwa perempuan muda cenderung sedikit lebih bahagia dari pada laki-laki

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

26

muda, sedangkan wanita yang lebih tua cenderung tidak bahagia dari pada pria

yang lebih tua.

10. Kesehatan. Kesehatan baik fisik maupun mental berhubungan dengan

happiness. Happiness pada satu tahap kehidupan terbukti menjadi prediktor

untuk kesehatanditahun selanjutnya.Happiness juga pada dasarnya adalah

produk psikologi individu. Untuk itu kesehatanpsikologis seseorang turut

menentukan happinessorang tersebut.

11. Global self-esteem. Global self-esteem mempunyai pengaruh kuat pada

happiness anak keseluruhan. Dimana academic self-esteem (bagaimana mereka

merasa dan menilai sikap atau penampilan mereka di sekolah) memiliki

pengaruh kuat terhadap perilaku mereka di sekolah.

12. Kepribadian. Faktor kepribadian dapat menunjukkan bahwa happiness tidak

hanya berasal daro dunia itu sendiri tetapi juga dari cara orang tersebut

mengatasi dunianya. Carr (2004) mengatakan bahwa afek positif berhubungan

dengan tipe kepribadian ekstrovert.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi happiness menurut Seligman

(2005) adalah:

1. Uang. Banyak data tentang pengaruh kekayaan dan kemiskinan terhadap

kebahagiaan. Pada tingkatan umum, terlihat uang mempengaruhi kesejahteraan

sebjektif rata-rata orang yang tinggal di Negara kaya dengan orang-orang yang

tinggal di negara miskin. Penilaian seseorang terhadap uang akan

mempengaruhi kebahagiaan dibandingkan uang itu sendiri.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

27

2. Perkawian. Pusat Riset Nasional Amerika Serikat mensurvei 35.000 warga

Amerika selama 30 tahun terakhir. Hasilnya, 40 % dari orang-orang yang

menikah mengatakan mereka “sangat bahagia” sedangkan hanya 24 % dari

orang yang tidak menikah, bercerai, berpisah, dan ditinggal mati pasangannya

yang mengatakan mereka bahagia. Kebahagiaan orang yang menikah

mempengaruhi panjangnya usia dan besarnya penghasilan, ini berlaku baik

pada pria maupun wanita.

3. Kehidupan Sosial. Orang yang sangat bahagia jauh berbeda dengan orang rata-

rata dan orang yang tidak bahagia, yaitu mereka menjalani kehidupan social

yang kaya dan memuaskan.Orang-orang yang sangat bahagia paling sedikit

menhabiskan waktu sendirian dan kebanyakan dari mereka

bersosialisasi.Kemampuan bersosialisasi meningkat pada orang yang sedang

bahagia kemungkinan sebenarnya merupakan temuan positif dari penyebab

mengapa orang ingin menikah.

4. Emosi Negatif. Kegembiraan teringgi terkadang datang setelah seseorang bebas

dari ketakutan terburuknya. Menurut Bradburn (dalam Seligman, 2002) orang

yang memiliki emosi negative bukan berarti tidak memiliki kehidupan yang

bahagia. Sama halnya dengan seseorang yang memiliki emosi positif belum

tentu ia terhindar dari kesedihan. Wanita mengalami depresi dua kali lipat

dibandingkan pria.

5. Usia. Kebahagiaan pada orang dewasa biasanya terdiri dari kepuasan hidup,

perasaan menyenangkan, dan perasaan tidak menyenangkan. Kepuasan hidup

sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, perasaan menyenangkan

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

28

sedikit meningkat, dan perasaan negative tidak berubah, yang berubah ketika

seseorang bertambah tua adalah intensitas emosinya.

6. Kesehatan. Banyak orang yang mengira dengan kesehatan yang baik adalah

salah satu jalan menuju kebahagiaan karena kesehatan merupakan salah satu

bagian terpenting.Tetapi sebenarnya kesehatan yang objektif tidak terlalu

berkaitan dengan kebahagiaan.

7. Jenis Kelamin. Jenis kelamin memiliki hubungan yang mengherankan berkaitan

dengan suasana hati.Tingkat emosi pria dan wanita rata-rata tidak banyak

berbeda, yang membedakannya ialah wanita cenderung lebih bahagia, cepat

merasa sedih, dan lebih muda terkena depresi dibandingkan dengan pria.

8. Agama. Menurut Seligman (2002), orang yang religius jelas lebih kecil

kemungkinannya untuk terlibat obat-obatan terlarang, melakukan kejahatan,

bercerai, dan bunuh diri. Mereka juga secara fisik lebih sehat dan berumur

panjang.Sebaliknya orang yang memiliki tingkat religiusitasnya rendah takut

terhadap perceraian, pengangguran, penyakit, dan kematian. Relevansi

langsung yang paling terlihat pada fakta bahwa data survey secara konsisten

menunjukkan bahwa orang-orang yang religious lebih bahagia dan lebih puas

terhadap kehidupan dibandingkan orang-orang yang tidak religius. Hubungan

yang kausal antara agama dan kebahagiaan yang lebih besar terlihat dengan

tingkat depresi yang rendah, dan kelenturan menghadapi tragedi tidak seperti

garis lurus. Menurut Seligman (2002), agama mengisi manusia dengan harapan

akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup.

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

29

Dari berbagai faktor yang ada, penulis menggunakan teori Alavi (2007).

Karena dalam teori tersebut menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

happiness berdasarkan penelitian terbaru.

2.1.4 Pengukuran happiness

Dalam beberapa literature, pengukuran happiness menggunakan berbagai macam

teknik. Dari kajian literature yang ada, peneliti menemukan beberapa alat ukur yang

mengukur happiness, yaitu alat ukur yang ditemukan oleh Argyle, Martin &

Crossland (1989) dinamakan Oxford Happiness Inventory (OHI). OHI telah dibuat

sebagai ukuran kebahagiaan pribadi, terutama di departemen psikologi eksperimen

khusunya di Universitas Oxford diakhir 1980. OHI menggunakan desain dan format

Beck Depression Inventory (BDI, Beck, Ward, Mendelson, Hock, & Erbaugh,

1961) yang tersedia 20 item pilihan ganda yang relevan untuk Subjective Well-

Being. Item selanjutnya ditambahkan untuk menutupi aspek kebahagiaan dalam

skala akhir dipertahankan 29 item.

Selanjutnya alat ukur Oxford Happiness Questioner (OHQ) yang terdiri dari

29 item. OHQ diturunkan dari OHI. Ketika diuji terhadap OHI, validitas OHQ

cukup memuaskan dan hubungan antara sisi kepribadian variabel yang diketahui

terkait kesejahteraan lebih kuat untuk OHQ dari pada OHI (Hills & Argyle, 2002).

Satisfaction With Life Scale (SWLS) sebuah skala yang terdiri dari 5 item

yang dirancang untuk mengukur penilaian kognitif secara global kehidupan

seseorang. Responden diminta menunjukkan berapa banyak mereka setuju atau

tidak setuju dengan masing-masing 5 item menggunakan skala 7 titik yang berkisar

dari 7 sangat setuju dengan 1 sangat tidak setuju (Diener & Griffin, 1985). SWLS

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

30

dikembangkan sebagai ukuran komponen dari SWB. Bukti reliabilitas dan validitas

prediktif dari SWLS disajikan dan dibandingkan dengan skala SWB. SLWS

terbukti menjadi ukuran valid & reliabel dari kepuasan hidup. SWLS

dikembangkan untuk menilai kepuasan dengan kehidupan responden secara

keseluruhan. SWLS dianjurkan sebagai pelengkap skala yang berfokus pada

psikopatologi atau emosional well-being, menilai evaluatif sadar seseorang

individu dari hidupnya dengan menggunakan kriteria orang itu sendiri (Jarden,

2011).

Subjective Happiness Scale (SHS) merupakan empat ukuran subjektif

kebahagiaan secara keseluruhan. Dalam alat ukur SHS responden menilai empat

item pada skala Likert yang berbeda, masing-masing mulai dari 1 sampai 7.

Responden diminta untuk melingkarkan titik pada skala yang paling tepat

menggambarkan dirinya. Item pertama meminta responden apakah mereka

menganggap dirinya sebagai (1) bukan orang yang sangat bahagia (7) seseorang

sangat bahagia. SHS cocok untuk usia yang berbeda pekerjaan, bahasa, dan

kelompok budaya (Jarden, 2011).

Dari berbagai literature yang ada, peneliti memutuskan untuk menggunakan

alat ukur Subjektif Happiness Scale (SHS). Menurut penulis alat ukur tersebut

sesuai dengan penelitian ini karena itemnya lebih luas dan lebih menyentuh aspek

psikologis secara keseluruhan. Serta dapat membedakan penderita yang baru atau

yang sudah lama di hemodialisa. Menurut Lyubomirsky dan Lepper (1999)

mengklaim bahwa SHS mencerminkan kategori kesejahteraan lebih luas dan lebih

menyentuh psikologis secara keseluruhan. Alat ukur kebahagiaan ini tersusun atas

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

31

empat item dengan pilihan jawaban yang memiliki rentang 1-7. Namun dalam

penelitian ini digunakan alat ukur yang telah diadaptasi, sehingga rentang jawaban

adalah 1-4.

Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur kebahagiaan adalah

subjective happiness scale yang sudah diadaptasi secara budaya dalam penelitian.

Alat ukur ini merupakan skala yang terdiri dari 4 item dan mengukur kebahagiaan

secara global (Lyumbomirsky & Lepper, 1999). Alat ukur ini dikembangkan

berdasarkan teori dari subjective well-being, bahwa kebahagiaan dinilai

berdasarkan kriteria-kriteria subjektif yang dimiliki individu, sehingga dapat

disimpulkan bahwa sumber kebahagiaan bervariasi dari individu ke individu lain

(Lyumbomirsky & Lepper, 1999). Alat ukur subjective happiness scale ini dipilih

karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu mengukur kebahagiaan secara global

(tidak hanya mengukur salah satu komponen kebehagiaan saja) dan terdiri dari

beberapa item sehingga dapat diuji properti psikometrinya (Lyumbomirsky &

Lepper, 1999).

2.2 Humor Style

2.2.1 Pengertian humor style

Dalam kamus Inggris Oxford (dalam Martin, 2007) humor merupakan kualitas,

tindakan, ucapan, atau tulisan yang menggairahkan, hiburan, keanehan, kelucuan,

kejenakaan yang menyenangkan. Sedangkan definisi lain menurut Martin (2007),

humor merupakan istilah luas yang mengacu pada apapun yang orang katakan atau

lakukan yang dianggap lucu dan cenderung membuat orang lain tertawa, serta

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

32

proses mental yang masuk dalam menciptakan dan memahami stimulus lucu dan

respon afektif yang terlibat dalam kenikmatan itu.

Sedangkan menurut Rahmanadji (2007), humor merupakan sesuatu yang

dibutuhkan oleh manusia normal, sebagai sarana berkomunikasi untuk

menyalurkan uneg-uneg, pelampiasan tekanan problematik yang dialami

seseorang, memberikan suatu wawasan yang arif sambil tampil menghibur.

Keberadaan humor dalam kehidupan manusia adalah sejak manusia mengenal

bahasa, melakukan komunikasi antar personal. Humor merupakan hal-hal yang

lazimnya berhubungan dengan tersenyum atau juga tertawa. Humor juga diartikan

sebagai sesuatu yang menggelikan, mempesona, aneh, identik dengan kelucuan,

dan akhirnya merangsang seseorang untuk tertawa atau tersenyum.

Menurut Martin (2000), kognitif dan emosional termasuk dalam elemen

humor, dengan demikian humor bisa menjadi keadaan gaya atau suatu sifat

seseorang. Dalam psikologi kontemporer, istilah “humor” sebagai kepribadian atau

sifat seseorang (Ruch, dalam Liu, 2012). Selanjutnya, menurut Martin (2007)

humor style bisa menjadi keadaan gaya atau suatu sifat seseorang. Martin (2007)

definisi humor style adalah kecenderungan seseorang dalam menggunakan humor

dikehidupannya sehari-hari. Humor style dapat sedikit berbeda tergantung pada

situasi, tetapi cenderung menjadi karakteristik kepribadian yang relatif stabil

diantara individu. Artinya, individu cukup konsisten dalam cara mereka

menggunakan humor dari waktu ke waktu.

Dari beberapa definisi mengenai humor style, penulis menggunakan definisi

yang dikemukakan oleh Martin (2007) maka disimpulkan bahwa humor style

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

33

merupakan segala hal yang dilakukan dan diucapkan seseorang yang dianggap lucu

dan cenderung membuat orang lain tertawa

2.2.3 Dimensi-dimensi Humor Style

Adapun dimensi humor style menurut (Martin, 2007: Stieger, 2011 : Liu 2012)

yaitu:

1. Affiliative humor yaitu mengacu pada kecenderungan untuk melakukan lelucon

secara spontan untuk memberikan hiburan dan mengurangi ketegangan dalam

menjalin hubungan interpersonal.

Individu dengan affiliative humor berarti individu yang memiliki

kecenderungan untuk melakukan lelucon secara spontan sehingga membuat

individu tertawa dengan tujuan untuk menghibur individu lainnya. Lelucon ini

untuk mengurangi ketegangan yang dirasakan individu tersebut dalam

menjalin hubungan interpersonal. Seperti dapat muncul berupa rasa simpati,

ungkapan dan pengertian yang dapat menjadi symbol untuk mengurangi

ketegangan dan tekanan.

2. Self-enhancing humor yaitu kecenderungan untuk menemukan hiburan dari

keganjilan dalam hidup.

Individu dengan self-enhancing humor ini berarti individu yang memiliki

kecenderungan menemukan hiburan (emosi positif) dari keganjilan dalam

hidupnya. Keganjilan ini maksudnya, individu ini mengalami

ketidakseimbangan, putus harapan, dan mengalami kejadian yang tidak

diinginkan secara bersamaan.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

34

3. Aggressive humor yaitu kecenderungan menggunakan humor untuk mengkritik

atau memanipulasi orang lain.

Individu dengan agresssive humor ini berarti individu yang memiliki

kecenderungan menggunakan humor untuk mengkritik. Humor yang bersifat

seperti ini dapat mengandung kebencian karena sudah menyalahi aturan atau

sesuatu yang sangat jelek dengan memanipulasi orang lain.

4. Self-defeating humor yaitu kecenderungan mengambil hati dari orang lain dan

mencoba untuk menghibur orang lain dengan mengolok-olok kelemahan

mereka.

Individu dengan self-defeating humor ini berarti individu yang memiliki

kecenderungan mengambil hati orang lain dan mencoba menghibur orang lain

dengan mengolok-olok kelemahan mereka. Humor atau lelucon yang seperti

ini dapat meremehkan atau menghina seseorang, karena mentertawakan

individu dengan tujuan mengambil hati individu dengan cara mengolok-olok

kelemahan individu hingga menggelikan sampai diluar kebiasaan. Sedangkan

subyek yang ditertawakan berada pada posisi yang diremehkan atau dihina

hingga mengolok-olok kelemahan individu.

2.2.4 Pengukuran humor style

Pengukuran variable humor style dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada

Humor Styles Questionnaire (HSQ) yang terdiri dari empat dimensi humor style

(Martin et.al, 2003; Martin, 2007; Liu, 2012). HSQ terdiri dari 32 item, yang

mengukur empat dimensi humor style yaitu affiliative humor, self-enhancing

humor, aggressive humor, dan self-defeating humor. Martin (2007) HSQ

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

35

merupakan sebuah ukuran untuk membedakan antara humor style menguntungkan

dan merugikan. Fokus dari ukuran ini adalah fungsi pada orang yang secara spontan

menggunakan humor dalam kehidupan sehari-hari mereka, terutama dalam domain

interaksi sosial dan dalam kehidupan menghadapi stress.

2.3 Self-esteem

2.3.1 Definisi self-esteem

Menurut Baron dan Byrne (2004), self-esteem adalah evaluasi diri yang dibuat oleh

setiap individu; sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi

positif-negatif. Self-esteem yang juga sering disebut martabat diri (self-worth), atau

gambaran diri (self-image), adalah suatu dimensi global dari diri (Santrock, 2008).

Menurut Branden (1992), self-esteem didefinisikan sebagai berikut:

Self-esteem is the experience that we are appropriate to life and to the

requirements of life. More specifically, self-esteem is…

1. Confidence in our ability to think and to cope with the basic challenges

of life.

2. Confidence in our right to be happy, the feeling of being worthy,

deserving, entitled to assert our needs and to enjoy the fruits of our

efforts.

Maksudnya, self-esteem adalah pengalaman individu yang sesuai dengan

kehidupan dan dengan persyaratan kehidupan. Lebih khusus lagi, self-esteem

adalah :

1. Keyakinan dalam kemampuan untuk bertindak dan menghadapi tantangan

hidup ini.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

36

2. Keyakinan dalam hak kita untuk bahagia, perasaan berharga, layak,

memungkinkan untuk menegaskan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-

keinginan kita serta menikmati buah dari hasil kerja keras kita.

Rosenberg (1995) self-esteem adalah komponen dari konsep diri sebagai

penilaian positif atau negatif secara keseluruhan terhadap diri sendiri.Sedangkan

menurut Powell (2005) self-esteem adalah bagaimana berpikir dan merasakan

tentang dirinya sendiri. Hal ini mengacu pada bagaimana individu berpikir tentang

cara ia melihat, kemampuan dirinya, hubungannya dengan orang lain, dan harapan

individu untuk masa depan. Menurut Clemes dkk (2012) self-esteem merupakan

rasa nilai diri kita. Hal itu berasal dari seluruh pikiran, perasaan, sensasi, dan

pengalaman yang telah kita kumpulkan sepanjang hidup kita.

Dari definisi mengenai self-esteem, penulis menggunakan definisi yang

dikemukakan oleh Rossenberg (1965) yang mengemukakan bahwa self-esteem

sebagai penilaian individu secara keseluruhan berupa positif atau negatif terhadap

diri sendiri.

2.3.2. Dimensi self-esteem

Adapun dimensi self-esteem menurut Rosenberg (dalam Flynn, 2001) yaitu:

1. Penilaian individu positif atau negatif secara keseluruhan terhadap diri sendiri.

. Self-esteem merupakan salah satu bagian suatu konsekuensi hasil perbandingan

mereka sendiri dengan orang lain (perbandingan sosial) dan perolehan evaluasi

atau penilaian diri, baik yang positif maupun yang negatif

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

37

2.3.2 Pengukuran self-esteem

Dalam beberapa literature, pengukuran self-esteem menggunakan berbagai macam

teknik. Salah satu instrument yang paling banyak digunakan untuk menilai self-

esteem adalah Rosenberg Self-Esteem Scale. Menurut Rosenberg et.al (1995)

mengungkapkan self-esteem adalah penilaian individu positif atau negatif secara

keseluruhan terhadap diri sendiri. RSES adalah instrument unidimensional hanya

terdiri dari satu dimensi yaitu self-esteem itu sendiri dengan menangkap persepsi

global subyek dari nilai mereka sendiri dengan menggunakan skala berjumlah 10

item, 5 item pernyataan positif dan 5 item pernyataan negatif (Rossenberg et.al,

1995). Adapun skala ini menggunakan 4 point jawaban dengan model skala likert,

mulai dari 1 (sangat setuju) hingga 4 (sangat tidak setuju).

Instrumen lain yang digunakan untuk mengukur self-esteem adalah

Coopersmith yang menciptakan skala self-esteem yaitu The School Short-form

Coopersmith Self-esteem Inventory pada tahun 1981 terdiri atas 50 item sikap

terhadap diri sendiri, yang kemudian dikembangkan oleh Hills, Francis dan

Jennings (2011) yang terdiri atas 25 item. Instrument tersebut diciptakan untuk

mengukur self-esteem pada anak-anak sekolah (Jarden, 2011).

Namun, dari beberapa alat ukur yang telah dijelaskan diatas, dalam

penelitian ini peneliti memilih untuk mengadaptasi alat ukur self-esteem yang

mengacu kepada kuesioner Rosenberg`s Self-esteem Scale (RSES) yang disusun

oleh Rosenberg (1995). Karena menurut peneliti skala tersebut sesuai dengan

sampel yang peneliti gunakan.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

38

2.4 Religiusitas

2.4.1 Definisi religiusitas

Religiusitas berasal dari kata religion yang artinya agama. Religion atau agama

adalah satu sistem yang kompleks dari kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap, dan

upacara-upacara yang menggabungkan individu dengan satu keberadaan atau

makhluk yang bersifat ketuhanan (Chaplin, 2006).

Glock dan Stark (1967) mendefinisikan agama sebagai sistem simbol,

sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlambangkan, yang

semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang

paling maknawi.Sependapat dengan hal itu, Koenig (2005) menyatakan bahwa

religiusitas adalah sistem terorganisir dari keyakinan, praktek, dan ritual

masyarakat. Koenig (2005) mengatakan bahwa agama dirancang untuk

meningkatkan rasa kedekatan dengan sesuatu yang sakral atau transenden, baik itu

Tuhan, kekuatan yang lebih tinggi, atau kebenaran hakiki / kenyataan, dan untuk

menyebarkan pemahaman tentang hubungan seseorang dan tanggung jawab bagi

orang lain yang hidup bersama dalam komunitas.

Fetzer (1999) memaknai religiusitas sebagai sesuatu yang menekan pada

perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama yang wajib diikuti

oleh setiap pengikutnya. Dan sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah

perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau

golongan.Karena doktrin yang dimiliki oleh setiap agama wajib diikuti oleh setiap

pengikutnya.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

39

Menurut Robert H. Thouless definisi agama adalah sikap (cara penyesuaian

diri) terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih

luas dari pada lingkungan fisik yang terikat ruang dan waktu (the spatial temporal

physical world) dalam hal ini yang dimaksud adalah dunia spiritual (dalam

Jalaluddin, 2010).

Religiusitas menurut Allport dan Ross (1967) memiliki dua aspek orientasi

yaitu orientasi religius intrinsik (intrinsic religious) dan orientasi religius ekstrinsik

(extrinsic religious). Orientasi religius intrinsik menunjuk kepada bagaimana

individu “menghidupkan” agamanya (lives his/her religion) sedangkan orientasi

religius ekstrinsik menunjuk kepada bagaimana individu “menggunakan”

agamanya (uses his/her religion). Singkatnya, orientasi religius intrinsik melihat

setiap kejadian melalui kacamata religius, sehingga tercipta makna. Sebaliknya

orientasi religius ekstrinsik lebih menekankan pada konsekuensi emosional dan

sosial.

Dari beberapa definisi religiusitas, penulis menggunakan definisi yang

dikemukan oleh Glock dan Stark (1967), yang mengemukakan bahwa religiusitas

sebagai sistem simbol, sistem keyakinan, system nilai, dan sistem perilaku yang

terlambangkan yang berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang

paling maknawi.

2.4.2 Dimensi religiusitas

Dimensi religiousitas yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu menurut Glock

dan Stark (1967). Dimensi tersebut dibagi menjadi lima dimensi yaitu:

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

40

1. Keyakinan atau akidah (Ideological)

Keyakinan atau akidah (Ideological) adalah tingkatan sejauh mana seseorang

berpegang teguh, menerima, dan mengakui ajaran dalam agamanya. Setiap

agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut

diharapkan untuk taat. Dalam dimensi ini berisi pengharapan dimana orang

religious berpegang teguh kepada pandangan teologis tertentu dan mengakui

kebenaran doktrin tersebut.

2. Peribadatan (Ritual)

Pada dimensi ini melihat sejauh mana tingkatan seseorang dalam menunaikan

kewajiban ritual dalam agamanya. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan,

ketaatan dalam menjalani kewajiban agama, dan hal-hal yang menunjukkan

komitmen terhadap agama yang dianutnya. Peribadatan atau praktik agama

terdiridari dua hal yaitu ritual dan ketaatan.Ritual mencakup kegiatan yang

berhubungan dengan agama, seperti menghadiri pengajian bagi umat muslim,

mengadakan baptis dan sekolah minggu untuk umat kristiani. Sedangkan

ketaatan mencakup hal yang utama dan merupakan suatu kewajiban untuk

menjalankannya, seperti shalat, membaca Al-Qur`an atau alkitab,

menyanyikan puji-pujian dan lain-lain.

3. Pengalaman (Experience)

Pengalaman adalah perasaan keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan

seperti merasa dekat dengan Tuhan, tenteram saat berdoa, tersentuh mendengar

atau membaca ayat-ayat kitab, merasa senangdoanya dikabulkan, dan lain-lain.

Setiap agama memiliki penilaian yang berbeda-beda dan biasanya bersifat

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

41

subyektif dalam menilai feeling atau penghayatan yang pernah dirasakan oleh

setiap orang.

4. Pengetahuan agama (Intellectual)

Dimensi ini melihat seberapa jauh seseorang mengetahui dan memahami ajaran

agamanya yang terdiri dari dasar keyakinan, ritual, atau tradisi terutama yang

ada dalam kitab suci, hadis, paritta, dan lain-lain.

5. Konsekuensi (consequential)

Konsekuensi mengenai implikasi ajaran agama mempengaruhi perilaku

seseorang dalam kehidupan sosial.Selain itu, mengacu pada identifikasi

komitmen terhadap agama dari keyakinan agama, praktik, pengalaman, dan

pengetahuan yang dimiliki. Dimensi ini merujuk pada seberapa tingkatan

individu berperilaku dimotivasi oleh ajaran agamanya, yaitu individu berelasi

dengan dunianya, terutama dengan manusia lainnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Glock dan Stark (1967) menghilangkan

dimensi konsekuensi dari model dan membagi dimensi peribadatan (ritual) menjadi

religious public practice dan religious private practice sehingga mempertahankan

lima dimensi. Dalam penelitian terbaru Huber dan Huber (2012) yang

mengembangkan dimensi religiusitas dengan menjelaskan lima dimensi religiusitas

antara lain:

1. Pengetahuan agama (intellectual), merupakan pengalaman individu yang

mempunyai beberapa pengetahuan dan mereka bisa menjelaskan

pandangannya tentang transenden, agama dan keberagamaan.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

42

2. Keyakinan atau akidah (ideology), merupakan pengalaman individu yang

mempunyai kepercayaan yang menganggap eksistensi dan esensi sebuah

realitas transenden dan percaya bahwa ada hubungan antara transenden dan

kemanusiaan.

3. Peribadatan atau praktik secara umum (public practice), merupakan

pengalaman individu yang memiliki komunitas agama yang dimanifestasikan

dalam partisipasi public pada ritual keagamaan dan aktivitas komunitas

keagamaan.

4. Peribadatan atau praktik secara khusus (private practice), merupakan

pengalaman individu yang dicurahkan pada sesuatu yang transenden dalam

aktifitas dan ritual individu pada tempat yang khusus (private).

5. Pengelaman keagamaan (experience) merupakan pengalaman individu yang

mengalami beberapa macam kontak langsung pada realitas yang paling besar

secara emotional.

Dalam penelitian yang diterbitkan oleh Jhon E. Fetzer Institute (1999) yang

berjudul Multidimensional Measurement of Religiousness, Spirituality for Use in

Health Research menjelaskan dua belas dimensi religiusitas antara lain: daily

spiritual experience, value, beliefs, forgiveness, private religious practice,

religious/spiritual coping, religious support, religious/spiritual history,

commitment, organizational religiousness, dan religious preference.

1. Daily spiritual experience atau pengalaman beragama sehari-hari merupakan

dimensi yang mengukur persepsiindividu mengenai transendensi Tuhan dalam

kehidupan sehari-hari yang mencakup interaksi dengan Tuhan, atau

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

43

keterlibatan Tuhan dalam kehidupan dan pentingnya kehadiran Tuhan dalam

kehidupan. Domain ini mencoba untuk menangkap aspek kehidupan yang

mewakili pengalaman spiritual sehari-hari bukan pengalaman luar biasa seperti

kematian atau diluar aktivitas manusia pada umumnya. Pengalaman beragama

yang tercermin dalam domain ini dapat pula mencerminkan sejarah keagamaan

individu atau keyakinan keberagamaannya.

2. Meaning adalah mencari makna dari kehidupan dan berbicara mengenai

pentingnya makna atau tujuan hidup sebagai bagian dari rasa koherensi fungsi

penting untuk mengatasi permasalahan besar dalam hidup atau sebagai unsur

kesejahteraan psikologis. Pencarian makna juga telah didefinisikan sebagai

salah satu fungsi kritis agama. Domain ini menitikberatkan pada pencapaian

hasil dari pencarian makna dari proses yang dilakukan.

3. Values adalah bagaimana individu memberi nilai atas keimanan atau

agamanya. Domain ini dimaksudkan untuk mengukur dimensi mengenai

persepsi individu atas nilai dari agama yang dianutnya, dengan kata lain

seberapa penting agama dalam kehidupan individu tersebut. Domain ini

didasari pada pendekatan yang dilakukan Merton yang menggambarkan nilai

sebagai tujuan dan norma sebagai sarana untuk tujuan tersebut. Domain ini

mencoba untuk menilai sejauh mana individu mencerminkan perilaku

normative atas keimanan atau agamanya sebagai nilai tertinggi.

4. Belief. Fitur utama dari keberagamaan adalah dimensi kognitif keyakinan

(belief). Setiap agama mempunyai keyakinan yang berbeda-beda, namun

ditemukan seperangkat keyakinan umum untuk semua agama. Keyakinan akan

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

44

makna dari sebuah musibah atau kematian menjadi suatu hal yang sentral di

setiap agama. Hal ini meliputi keyakinan dengan kekuatan dan cinta kasih

Tuhan juga keyakinan akan kehidupan setelah kematian.

5. Forgiveness yaitu suatu tindakan memaafkan. Forgiveness adalah mengatasi

afek negative dengan pertimbangan terhadap pelaku kesalahan, bukan dengan

menyangkal diri sendiri atau suatu kebenaran, melainkan dengan berusaha

untuk melihat pelaku dengan kasih saying, kebajikan, dan cinta. Domain ini

mencakup pengampunan diri, pengampunan orang lain, dan pengampunan dari

Tuhan.

6. Private religious practice. Domain ini untuk menilai ibadah pribadi. Ritual

ibadah pribadi adalah subset dari perilaku yang merupakan konstruk dari

keterlibatan yang lebih menyeluruh dalam agama. Domain dari ritual ibadah

pribadi berbeda dari domain public seperti perilaku organisasi atau institusi

keagamaan. Ibadah pribadi terjadi di luar konteks agama yang terorganisir.

Ibadah pribadi yang dilakukan ini termasuk berdoa, menyaksikan program

keagamaan, membaca literature agama, membaca Kitab Suci, berkontribusi

kepada lembaga keagamaan atau bersedekah.

7. Religious/spiritual coping. Domain ini menilai 2 pola coping stress terhadap

stressful life event: positive religious/spiritual coping merefleksikan metode

agama yang baik dalam memahami dan menangani stress, dan negative

religious/spiritual coping merefleksikan perlawanan terhadap agama dalam

menghadapi stress tersebut. Peristiwa besar dalam hidup dapat mengancam

atau membahayakan banyak hal, seperti menyamarkan kebermaknaan,

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

45

menghancurkan rasa kenyamanan, agama menawarkan berbagai metode untuk

mengatasi dan menjaga hal tersebut pada stress.

8. Religious support adalah aspek hubungan sosial antara individu dengan

pemeluk agama sesamanya. Aspek yang diukur dalam kaitannya dengan

dukungan sosial dalam konteks antar umat seagama ialah dukungan yang

diterima dari umat seagama dan dukungan yang diberikan kepada orang lain

dalam satu agama. Selain dua aspek tersebut dapat pula sesame penganut

agama yang sama menunjukkan interaksi negative.

9. Religious/spiritual history. Domain ini dimaksudkan untuk menilai sejarah

keberagamaan individu yaitu seberapa jauh individu berpartisipasi untuk

agama dalam hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan

hidupnya. Untuk mengukurnya dikembangkan beberapa langkah namun hal

yang diukur dalam domain ini sangat terbatas, yaitu biografi keberagamaan,

pengalaman keberagamaan yang mengubah hidup. Dan kematangan spiritual.

10. Commitment adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya,

komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya. Domain ini mengukur

kepentingan dan komitmen individu terhadap keyakinan beragamanya.

Komitmen beragama diukur dengan kehadiran di tempat ibadah, komitmen

waktu dan uang untuk organisasi keagamaan, persepsi mengenai pentingnya

agama dalam keseharian.

11. Organizational religiousness merupakan konsep yang mengukur sebarapa jauh

individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan

beraktifitas di dalamnya. Domain ini menilai keterlibatan responden dengan

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

46

lembaga resmi keagamaan masyarakat: gereja, sinagog, kuil, masjid, ashram,

dll.

12. Religious preference yaitu memandang sejauh mana individu membuat pilihan

dan memastikan agamanya.

Dari beberapa aspek-aspek yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas,

penulis menggunakan aspek berdasarkan penelitian terbaru dikembangkan oleh

Huber dan Huber (2012) yang mengembangkan dimensi religiusitas dari teori

Glock dan Stark (1967), dimensinya adalah intellectual atau pengetahuan agama

(intellectual), ideology, peribadatan atau praktek agama secara umum (public

practice), peribadatan atau praktik agama secara khusus (private practice),

pengalaman keagamaan (experience).

2.4.3 Pengukuran religiusitas

Dalam beberapa literature, pengukuran religiusitas menggunakan berbagai macam

teknik. Banyak survey digunakan satu pertanyaan dengan pilihan jawaban

menggunakan skala untuk mengukur religiusitas. Dari kajian literature yang ada,

peneliti menemukan beberapa alat ukur yang mengukur religiusitas, yaitu alat ukur

yang dikembangkan oleh Raiya (2008) dinamakan Psychological Measure of

Islamic Religiusness (PMIR). PMIR terdiri dari 7 faktor yaitu: Islamic belief,

prinsip etis islam & universal , Islamic ethical religious struggle, Islamic religious

duty, obligation & exclusivism, Islamic positive religious coping & identification

and punishing Allah reappraisal. Jumlah item dalam PMIR adalah 70 item.

Kemudian alat ukur Religiusitas yang ditemukan oleh Allport dan Ross

(1967) yang dinamakan Religious Orientation Scale (ROS) memiliki dua aspek

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

47

orientasi yaitu orientasi religius intrinsik (intrinsic religious) dan orientasi religius

ekstrinsik (extrinsic religious). Orientasi religius intrinsik menunjuk kepada

bagaimana individu “menghidupkan” agamanya (lives his/her religion) sedangkan

orientasi religius ekstrinsik menunjuk kepada bagaimana individu “menggunakan”

agamanya (uses his/her religion). Singkatnya, orientasi religius intrinsik melihat

setiap kejadian melalui kacamata religius, sehingga tercipta makna. Sebaliknya

orientasi religius ekstrinsik lebih menekankan pada konsekuensi emosional dan

sosial. Jumlah item dalam alat ukur ROS ini dari aspek ekstrinsik berjumlah 12 item

dan dari aspek intrinsic berjumlah 9 item.

Pengukuran religiusitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teori Glock dan Stark (1967). Dimensi yang diukur untuk mengukur religiusitas

berdasarkan alat ukur baku yang ditemukan dan dikembangkan dalam penelitian

terbaru Huber dan Huber (2012) yaitu Centrality Religiousity Scale (CRS). CRS

merupakan arti penting dari makna religious dalam kepribadian yang telah

diterapkan karena mengacu pada lima dimensi yang dikemukakan oleh Glock dan

Stark (1967) dapat hidup religious secara total. Peneliti menggunakan alat ukur ini

karena itemnya sangat simpel sehingga relevan untuk sampel yang mengalami

penyakit kronis.

2.5 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan tentang pengaruh humor style, self-

esteem, dan religiusitas pada happiness penderita gagal ginjal kronis. Happiness

sangat penting bagi penderita gagal ginjal kronis sebagai salah satu cara agar

penderita dapat bertahan dengan penyakit kronisnya. Oleh sebab itu, happiness

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

48

sangat membantu kondisi penderita. Apabila penderita merasa happy, maka kualitas

hidupnya akan menjadi lebih baik dan akan merasa lebih positif dalam menjalani

hidupnya.

2.5.1 Pengaruh humor style terhadap happiness

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

happiness, seperti humor style. Humor style merupakan segala hal yang dilakukan

dan diucapkan seseorang yang dianggap lucu dan cenderung membuat orang lain

tertawa (Martin, 2007). Individu yang memiliki humor style yang positif, akan

merasa baik tentang dirinya sendiri, serta hubungannya dengan orang lain. Oleh

karena itu, dengan melakukan segala sesuatu untuk membuat orang lain tertawa

sebagai bentuk pelepasan ketegangan pada masa-masa sulit.

Menurut Martin (2007), gaya atau suatu sifat seseorang yang dilihat dari

empat dimensi dari humor style itu sendiri, yaitu affiliative humor, dapat

mempengaruhi happiness penderita. Affiliative humor memiliki kecenderungan

untuk melakukan lelucon secara spontan sehingga membuat penderita tertawa

dengan tujuan untuk menghibur orang lain (Martin, 2007). Dengan demikian,

melalui affiliative humor maka seseorang dapat menjalin dan memperkuat

hubungan dengan orang lain. Seperti hubungan interpersonal berupa rasa simpati

terhadap penderita gagal ginjal lainnya.

Dimensi self-enhancing humor yang merupakan kecenderungan untuk

menemukan hiburan dari keganjilan dalam hidup (Martin, 2007). Individu yang

memiliki self-enhancing humor yang baik akan mempertahankan kelucuannya

bahkan dalam menghadapi stress atau kesulitan dan dapat menggunakan humor

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

49

sebagai coping mechanism yang dapat memberikan happiness bagi penderita gagal

ginjal. Keganjilan ini maksudnya, individu ini mengalami ketidakseimbangan,

putus harapan, dan mengalami kejadian yang tidak diinginkan secara bersamaan.

Dimensi aggressive humor yaitu kecenderungan menggunakan humor

untuk mengkritik atau memanipulasi orang lain (Martin, 2007). Kaitannya dengan

happiness berarti individu yang memiliki kecenderungan menggunakan humor

untuk mengkritik sehingga timbul rasa bahagia untuk hiburan semata.

Dimensi self-defeating humor yaitu kecenderungan mengambil hati dari

orang lain dan mencoba untuk menghibur orang lain dengan mengolok-olok

kelemahan mereka (Martin, 2007). Kaitannya dengan happiness berarti individu

yang memiliki kecenderungan mengambil hati orang lain dan mencoba menghibur

orang lain dengan mengolok-olok kelemahan mereka sehingga timbul happiness.

Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan Ford, McCreight, dan Richardson

(2014) bahwa ada hubungan antara gaya humor adaptif atau dua humor style positif

(affiliative dan self-enhancing humor) terhadap happiness.

2.5.2 Pengaruh self-esteem terhadap happiness

Dalam penelitian ini tidak hanya happiness, terdapat faktor lain juga

memiliki peranan penting yang dapat mempengaruhi happiness, salah satunya

adalah self-esteem. Self-esteem merupakan penilaian individu positif atau negatif

secara keseluruhan terhadap diri sendiri (Rossenberg et al, 1995). Penilaian diri ini

sebagai penghargaan atas dirinya sendiri dapat berupa evaluasi terhadap diri dinilai

sebagai sesuatu yang positif atau negatif yang nantinya akan membuatnya menjadi

optimis atau pesimis. Oleh karena itu, apabila penderita gagal ginjal yang dapat

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

50

menilai dirinya secara positif maka akan merasakan happiness dan cenderung

merasa baik tentang diri mereka sendiri serta dapat diasumsikan memiliki

pemikiran yang lebih optimis dibandingkan seseorang yang menilai dirinya secara

negatif.

2.5.3 Pengaruh religiusitas terhadap happiness

Selain humor style, self-esteem, hal lain yang dapat mempengaruhi

happiness adalah religiusitas. Dengan mendekatkan diri dengan Tuhan YME. Hal

tersebut merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para penderita gagal

ginjal kronis untuk mendapatkan happiness serta mengatasi masalah psikologis

dalam hidupnya melalui keberagamaan (religiusitas). Religiusitas diwujudkan

dengan berbagai sisi kehidupan manusia. Menurut Glock dan Stark (1967),

menggambarkan religiusitas sebagai suatu bentuk kepecayaan, keyakinan, simbol,

dan sistem perilaku yang didalamnya terdapat penghayatan pada persoalan-

persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Religiusitas memiliki peran penting

terhadap happiness. Menurut Brody, Stoneman, Flor, dan McCrary (dalam

Franklin, 2008) mengungkapkan bahwa keyakinan dan kegiatan keagamaan dapat

memberikan manfaat, seperti dukungan emosional ketika menghadapi berbagai

situasi yang sulit. Begitupun pada penderita gagal ginjal kronis agar hidupnya lebih

bermakna penderita penyakit ini, lebih mendekatkan diri pada Tuhan untuk

mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan. Karena dengan memiliki keyakinan

serta menjalankan ritual (beribadah) merupakan suatu simbol nilai untuk

memperoleh tujuan hidup seseorang.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

51

Menurut Glock & Stark (1967) dimensi intellectual merupakan harapan

sosial bagi orang religius yang memiliki pengetahuan agama. Kaitannya dengan

happiness adalah dimana pada dimensi ini melihat seberapa jauh seseorang

mengetahui dan memahami ajaran agamanya yang terdiri dari dasar keyakinan,

ritual, atau tradisi terutama yang ada dalam kitab suci sehingga dapat memunculkan

ketenangan dalam diri nya sehingga dapat merasakan happiness.

Dimensi ideology merupakan harapan sosial bagi orang religius yang

memiliki keyakinan mengenai keberadaan. Hubungan antara transendensi dan

manusia (Glock & Stark, 1967). Sejauh mana penderita dapat berpegang teguh,

menerima, dan mengakui ajaran dalam agamanya serta taat kepada agamanya. Serta

mempunyai arahan dan tujuan hidup yang lebih baik, maka penderita akan sangat

yakin bahwa agama akan membantunya untuk menemukan kembali tujuan

hidupnya. Hal tersebut akan meningkatkan atau menumbuhkan happiness pada diri

mereka.

Dimensi public practice merupakan sejauh mana tingkatan seseorang dalam

menunaikan kewajiban dalam partisipasi publik dalam komunitas agama dan ritual

dalam agamannya (Glock & Stark, 1967). Apabila individu memiliki public

practice yang baik, dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan agama,

seperti menghadiri pengajian bagi umat muslim, mengadakan baptis dan sekolah

minggu untuk umat kristiani dapat menjalin silaturahmi dan bersosialisasi dengan

masyarakat guna mendapatkan kebahagiaan agar penderita gagal ginjal kronis tidak

merasa sendirian atau kesepian.

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

52

Dimensi private practice, pada dimensi ini melihat sejauh mana tingkatan

seseorang dalam menunaikan ketaatan dalam menjalani kewajiban agama/

kewajiban ritual dalam agamanya (Glock & Stark, 1967). Dengan demikian,

individu dapat menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya dengan

menjalankan kewajiban utama dalam beribadah. Serta dapat memunculkan

memunculkan ketenangan dan kebahagiaan dalam jiwa penderita gagal ginjal

kronis.

Selanjutnya, pada dimensi experience merupakan harapan sosial individu

dapat secara langsung merasa dekat dengan Tuhan dan dapat mempengaruhi

emosional sebagai pengalaman dan perasaan religius (Glock & Stark, 1967).

Individu yang memiliki religious experience yang baik, akan selalu merasakan

kehadiran Tuhannya, menemukan kekuatan dan kenyamanan dalam agamanya,

merasakan kedamaian yang mendalam, merasakan cinta dan kasih sayang

Tuhannya, dan selalu ingin mendekatkan diri dengan Tuhannya. Apabila penderita

gagal ginjal kronis memiliki religious experience yang baik, maka akan lebih

bahagia dalam menjalani kehidupan dan menerima segala cobaan penyakit kronis

yang dideritanya, karena merasa bahwa Tuhan akan selalu bersamanya.

2.5.4 Pengaruh humor style, self-esteem, dan religiusitas terhadap happiness

Dari penjelasan diatas, maka peneliti menggambarkan pengaruh humor

style, self-esteem, dan religiusitas terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis

ke dalam bagan sebagai berikut:

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

53

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan kerangka

berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang akan diajukan dalam

penelitian ini, ialah:

Hipotesis Mayor

Ada pengaruh yang signifikan Humor style (affiliative humor,self-enhancing

humor, aggressive humor, self-defeating humor), self-esteem, religiusitas

Self-esteem

Affiliative humor

Self-enhancing humor

Aggressive humor

Self-defeating humor

Intellectual

Ideology

Public Practice

Private Practice

Happiness

Experience

Humor Style

Self-esteem

Religiusitas

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

54

(intellectual, ideology, public practice, private practice, dan experience) terhadap

happiness penderita gagal ginjal kronis.

Hipotesis Minor

H1: Ada pengaruh yang signifikan dimensi affiliative humor pada variabel humor

style terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis

H2: Ada pengaruh yang signifikan dimensi self-enhancing humor pada variabel

humor style terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis

H3: Ada pengaruh yang signifikan dimensi aggressive humor pada variabel humor

style terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis

H4: Ada pengaruh yang signifikan dimensi self-defeating humor pada variabel

humor style terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis

H5: Ada pengaruh yang signifikan pada variabel self-esteem terhadap happiness

penderita gagal ginjal kronis

H6: Ada pengaruh yang signifikan dimensi intellectual pada religiusitas terhadap

happiness penderita gagal ginjal kronis

H7: Ada pengaruh yang signifikan dimensi ideology pada religiusitas terhadap

happiness penderita gagal ginjal kronis

H8: Ada pengaruh yang signifikan dimensi public practice pada religiusitas

terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis

H9: Ada pengaruh yang signifikan dimensi private practice pada religiusitas

terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis

H10: Ada pengaruh yang signifikan dimensi religious experience pada religiusitas

terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

55

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian

yang terdiri dari populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional

variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas alat ukur, teknik analisa data,

dan prosedur penelitian.

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

3.1.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh pasien penderita gagal ginjal kronis yang

menjalani hemodialisa di klinik hemodialisa Muslimat NU Cipta Husada I. Dari

jumlah populasi pasien penderita gagal ginjal kronis di klinik hemodialisa Muslimat

NU Cipta Husada I berjumlah 120 orang, yang merupakan jumlah keseluruhan

penderita gagal ginjal di klinik tersebut. Adapun karakteristik sampel penelitian

yang diambil adalah:

1. Pasien penderita gagal ginjal kronis dengan justifikasi dari dokter

2. Pasien penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa lebih dari tiga

bulan lamanya (stadium 4 sampai stadium 5) yang merupakan penderita

gagal ginjal tahap akhir (kronis).

3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah total sampling, yaitu pengambilan sampel yang digunakan dari

total populasi. Teknik ini digunakan karena jumlah populasinya terbatas yaitu 120

responden, sehingga dari jumlah tersebut dapat dijadikan sampel dalam penelitian

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

56

ini. Dalam metode ini ditentukan dengan karakteristik sampel diambil berdasarkan

jumlah keseluruhan penderita di klinik hemodialisa Muslimat NU Cipta Husada I.

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini yaitu

menggunakan pernyataan dengan instrumen skala penelitian. Skala penelitian yang

digunakan ialah skala model Likert.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat variabel yang terdiri dari:

1. Happiness

2. Affiliative humor

3. Self-enhancing humor

4. Aggressive humor

5. Self-defeating humor

6. Self-esteem

7. Intellectual

8. Ideology

9. Public practice

10. Private practice

11. Experience

3.3 Definisi Operasional Variabel

1. Happiness sebagai penilaian subjektif (personal) secara keseluruhan dalam

menilai diri sebagai orang yang bahagia atau tidak (Lyumbomirsky &

Lepper, 1999).

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

57

2. Affiliative humor merupakan kecenderungan untuk melakukan lelucon

secara spontan untuk memberikan hiburan dan mengurangi ketegangan

dalam menjalin hubungan interpersonal (Martin, 2007).

3. Self-enhancing humor merupakan kecenderungan untuk menemukan

hiburan dari keganjilan dalam hidup (Martin, 2007).

4. Aggressive humor merupakan kecenderungan menggunakan humor untuk

mengkritik atau memanipulasi orang lain (Martin, 2007).

5. Self-defeating humor merupakan kecenderungan mengambil hati dari orang

lain dan mencoba untuk menghibur orang lain dengan mengolok-olok

kelemahan mereka (Martin, 2007).

6. Self-esteem merupakan penilaian dan perasaan secara keseluruhan penderita

gagal ginjal kronis tentang penilaian diri sendiri, baik pikiran dan perasaan

dapat berupa sikap positif atau negatif secara keseluruhan (Rossenberg,

et.al, 1995).

7. Intellectual merupakan harapan sosial bagi orang religius yang memiliki

pengetahuan agama (Glock & Stark, 1967).

8. Ideology merupakan harapan sosial bagi orang religius yang memiliki

keyakinan mengenai keberadaan. Hubungan antara transendensi dan

manusia (Glock & Stark, 1967).

9. Public practice merupakan harapan sosial individu yang diwujudkan dalam

partisipasi publik dalam komunitas agama dan ritual agama (Glock & Stark,

1967).

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

58

10. Private practice merupakan harapan sosial individu untuk mengabdikan diri

untuk dalam kegiatan individual dan ritual di ruang pribadi (Glock & Stark,

1967).

11. Experience merupakan harapan sosial individu dapat secara langsung

merasa dekat dengan Tuhan dan dapat mempengaruhi emosional sebagai

pengalaman dan perasaan religius (Glock & Stark, 1967).

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner yang

digunakan pada penelitian ini berbentuk skala model Likert, yaitu sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang masing-

masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan

keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model skala Likert ini terdiri dari pernyataan

positif (favorable) dan pernyataan negative (unfavorable). Perhitungan skor tiap-

tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Format Model Skala Likert

Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas empat alat

ukur, yaitu : happiness, humor style, self-esteem, dan religiusitas.

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

59

3.4.1 Skala Happiness

Pada skala ini, peneliti menggunakan skala yang ditemukan oleh Lyumbormirsky

dan Lepper (1999), yaitu Subjective Happiness Scale (SHS), karena menurut

peneliti alat ukur tersebut sesuai dengan penelitian ini. Menurut Lyumbormirsky

dan Lepper (1999) mengklaim bahwa SHS mencerminkan kategori kesejahteraan

lebih luas dan lebih menyentuh psikologis secara keseluruhan. Skala happiness ini

tersusun atas empat item dengan pilihan jawaban yang memiliki rentang 1-7.

Namun dalam penelitian ini digunakan alat ukur yang telah diadaptasi, sehingga

rentang jawaban adalah 1-4.

Tabel 3.2

Blue Print Skala Happiness

Alat ukur

Dimensi

Item

Jumlah Fav Unfav

Happiness Penilaian subjectif dan global

dalam menilai diri sebagai

orang yang bahagia atau tidak

bahagia

1,2,3

4

4

Jumlah Item 3 1 4

3.4.2 Skala Humor Style

Pada skala ini, peneliti menggunakan skala yang ditemukan oleh Martin (2003)

yaitu Humor Style Questioner (HSQ). Skala ini mengukur empat dimensi humor

style, yaitu affiliative humor, self-enhancing humor, aggressive humor, self-

defeating humor. Skala ini berjumlah 32 item dengan masing-masing terdiri dari 8

item mengukur affiliative humor, 8 item mengukur self-enhancing humor, 8 item

mengukur aggressive humor, 8 item mengukur self-defeating humor. Adapun

pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada table 3.3 dibawah ini:

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

60

Table 3.3

Blue Print Skala Humor Style

Dimensi

Sub Indikator

Item

Jumlah Fav Unfav

Affiliative

humor

Menceritakan hal-hal lucu

Suka mengajak orang lain bercanda

Senang menghibur orang secara

sepontan

Menggunakan humor untuk

meningkatkan hubungan

intrapersonal

13, 21

5

17

1,9

25, 29

1

4

1

2

Self-

enhancing

humor

Mampu menertawakan pengalaman

buruk

Mengambil sisi lucu dari sebuah

fenomena

Humor menjadi coping stress

26

6,10,1

8,30

2,14

22

1

4

3

Aggressive

humor

Kurang berempati

Melontarkan sindiran/ejekan

Meremehkan orang lain

11

19

19, 27

15

7

31

23

2

2

4

Self-

defeating

humor

Melontarkan lelucon yang

menghina diri sendiri

Berusaha untuk menghibur orang

lain dengan menceritakan aib

Membiarkan dirinya dijadikan

bahan ejekan orang lain

8,20

12,28

4, 24,

32

16

3

2

3

Jumlah Item 21 11 32

3.4.3 Skala Self-esteem

Pada skala ini, peneliti menggunakan skala yang ditemukan oleh Rossenberg et al

(1995), yaitu Rossenberg Self-Esteem Scale (RSES). Skala ini terdiri dari satu

dimensi yang terdiri dari 10 item dapat berupa pernyataan positif terdiri 5 item dan

pernyataan negatif terdiri dari 5 item.

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

61

Tabel 3.4

Blue Print Skala Self-esteem

Alat ukur

Dimensi

Item

Jumlah Fav Unfav

Self-

esteem

Kemampuan individu

mengatur pikiran dan perasaan

tentang penilaian diri

1,3,4,7,10

2,5,6,8,9

10

Jumlah Item 5 5 10

3.4.4 Skala Religiusitas

Tabel 3.5

Blue Print Skala Religiusitas

Dimensi

Sub Indikator

Pernyataan

Jumlah Fav Unfav

Intellectual Berpikir tentang isu agama

Mengakui dan mempelajari

ajaran agama

Mencari informasi tentang

agama

1

7

14

1

1

1

Ideology Menerima dan mengakui ajaran

dalam agamanya

Mempertahankan kepercayaan

untuk selalu taat

Yakin akan adanya kekuatan

Tuhan

2

8

15

1

1

1

Public

practice

Tingkatan seseorang untuk

menunaikan kewajiban dalam

beribadah

Mengambil peran penting

dalam beribadah

Menjalankan kegiatan

komunitas keagamaan

3

9

16

1

1

1

Private

practice

Kewajiban untuk menjalankan

ibadah

Tingkatan melakukan kegiatan

yang berhubungan dengan

agama

4, 5, 10, 11,

17, 18

6

Experience Mengetahui dan memahami

ajaran agama dari dasar

keyakinan, ritual, atau tradisi

dari kitab suci

6, 12, 13,

19

4

Jumlah Item 19 - 19

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

62

3.5 Uji Validitas Konstruk

3.5.1 Uji Validitas Konstruk Happiness

Pada uji validitas konstruk happiness, peneliti menguji apakah 4 item yang ada

bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur satu variable saja yaitu

happiness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,

hasilnya ternyata fit, dengan Chi-Square = 5.62, df = 2, P-value = 0.06006, RMSEA

= 0.123. Oleh karena itu, peneliti tidak perlu melakukan modifikasi terhadap model.

Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu happiness. Selanjutnya, peneliti melihat

apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang kofisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

table 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Happiness

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 1 1.42 0.39 3.67 √

ITEM 2 0.53 0.17 3.16 √

ITEM 3 0.23 0.11 2.09 √

ITEM 4 -0.05 0.06 -0.78 X

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dari table 3.6 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96 yaitu

pada item 4. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) sehingga item 4 tersebut

dinyatakan tidak valid.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

63

3.5.2 Uji Validitas Konstruk Humor Style

3.5.2.1 Uji validitas dimensi affiliative humor

Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur affiliative humor. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-Square = 23.95, df = 15, P-value =

0.06598, RMSEA = 0.071. Oleh karena itu, peneliti tidak perlu melakukan

modifikasi terhadap model.

Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu

faktor saja yaitu affiliative humor. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan

item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Affiliative Humor

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 1 0.65 0.10 6.84 √

ITEM 5 0.55 0.09 6.39 √

ITEM 9 0.40 0.08 4.87 √

ITEM 13 0.51 0.10 5.20 √

ITEM 17

ITEM 21

ITEM 25

ITEM 29

0.57

0.16

0.54

0.60

0.10

0.11

0.10

0.09

5.83

1.42

5.52

6.96

X

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dari table 3.7 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96 yaitu

pada item 21. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) sehingga item 21

tersebut dinyatakan tidak valid.

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

64

3.5.2.2 Uji validitas dimensi self-enhancing humor

Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak, artinya

apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu self-enhancing humor. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit,

dengan Chi – Square = 64.87 , df = 20 , P-value = 0.00000 , RMSEA = 0.137.

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan

nilai Chi-Square = 20.85, df = 15, p-value = 0.14156, RMSEA = 0.057.

Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu

faktor saja yaitu self-enhancing humor. Selanjutnya, peneliti melihat apakah

signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Self-Enhancing Humor

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 2 0.71 0.09 7.90 √

ITEM 6 0.60 0.09 6.39 √

ITEM 10 0.68 0.09 7.40 √

ITEM 14 0.45 0.10 4.57 √

ITEM 18

ITEM 22

ITEM 26

ITEM 30

0.51

0.13

0.63

0.10

0.10

0.11

0.09

0.11

5.33

1.19

6.75

0.96

X

X

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

65

Berdasarkan tabel 3.8 diatas, terdapat item yang memiliki nilai koefisien t

< 1.96 yaitu item 22 dan 30. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) sehingga

item 22 dan 30 dinyatakan tidak valid.

3.5.2.3 Uji validitas dimensi aggressive humor

Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak, artinya

apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu aggressive humor. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit,

dengan Chi – Square = 112.40 , df = 20 , P-value = 0.00000 , RMSEA = 0.197.

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan

nilai Chi-Square = 16,17, df = 14, p-value = 0.30320, RMSEA = 0.036.

Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu

faktor saja yaitu aggressive humor.

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Aggressive Humor

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 4 0.21 0.09 2.20 √

ITEM 8 0.52 0.09 5.66 √

ITEM 12 0.81 0.09 9.15 √

ITEM 16 0.65 0.09 7.59 √

ITEM 20

ITEM 24

ITEM 28

ITEM 32

0.17

0.50

-0.04

0.67

0.10

0.10

0.10

0.09

1.81

4.88

-0.38

7.60

X

X

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

66

drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9.

Berdasarkan tabel 3.9 diatas, terdapat item yang memiliki nilai koefisien t

< 1.96 yaitu item 20 dan 28. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) sehingga

item 20 dan 28 dinyatakan tidak valid.

3.5.2.4 Uji validitas dimensi self-defeating humor

Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak, artinya

apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu self-defeating humor. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit,

dengan Chi – Square = 64.24 , df = 20 , P-value = 0.00000 , RMSEA = 0.136.

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan

nilai Chi-Square = 22.59, df = 18, p-value = 0.20682, RMSEA = 0.046.

Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu

faktor saja yaitu self-defeating humor. Selanjutnya, peneliti melihat apakah

signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.10 berikut:

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

67

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Self-defeating Humor

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 3 0.63 0.13 4.71 √

ITEM 7 -0.06 0.12 -0.46 X

ITEM 11 0.15 0.12 1.27 X

ITEM 15 0.45 0.12 3.73 √

ITEM 19

ITEM 23

ITEM 27

ITEM 31

0.45

-0.10

0.32

-0.16

0.12

0.12

0.12

0.12

3.66

-0.87

2.62

-1.28

X

X

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.10 diatas, terdapat item yang memiliki nilai koefisien t

< 1.96 yaitu item 7, 11, 23 dan 31. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96)

sehingga item 7, 11, 23 dan 31dinyatakan tidak valid.

3.5.3 Uji Validitas Konstruk Self-esteem

3.5.3.1 Uji validitas dimensi self-esteem

Peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak,

artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu self-esteem. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit,

dengan Chi – Square = 132.57 , df = 35 , P-value = 0.00000 , RMSEA = 0.153.

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan

nilai Chi-Square = 41.27, df = 30, p-value = 0.08258, RMSEA = 0.056.

Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu

faktor saja yaitu self-esteem. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item

tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

68

tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Self-esteem

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 1 0.63 0.09 6.66 √

ITEM 2 0.53 0.09 5.58 √

ITEM 3 0.32 0.10 3.09 √

ITEM 4 0.48 0.09 5.11 √

ITEM 5

ITEM 6

ITEM 7

ITEM 8

ITEM 9

ITEM 10

0.54

0.65

0.29

0.04

0.66

0.13

0.09

0.09

0.10

0.10

0.09

0.10

5.76

7.18

3.00

0.38

7.26

1.25

X

X

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.11 diatas, terdapat item yang memiliki nilai koefisien t

< 1.96 yaitu item 8 dan 10. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) sehingga

item 8 dan 10 dinyatakan tidak valid.

3.5.4 Uji Validitas Konstruk Religiusitas

3.5.4.1 Uji validitas dimensi intellectual

Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak, artinya

apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu intellectual. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata fit, dengan Chi –

Square = 0.00 , df = 0 , P-value = 1.00000 , RMSEA = 0.000. Oleh karena itu,

peneliti tidak perlu melakukan modifikasi terhadap model.

Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

69

faktor saja yaitu intellectual. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item

tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item

tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item Intellectual

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 1 0.31 0.34 0.89 X

ITEM 7 -0.13 0.17 -0.77 X

ITEM 14 1.36 1.47 0.92 X

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.12 diatas, terdapat item yang memiliki nilai koefisien (t < 1.96)

yaitu item 1, 7, dan 14. Semua item tidak signifikan (t < 1.96) sehingga semua item

1, 7 dan 14 dinyatakan tidak valid.

Setelah dilakukan uji validitas, ditemukan bahwa semua item pada dimensi

intellectual tidak valid (t-value < 1.96), sehingga item pada dimensi intellectual

tidak dapat diikutkan dalam analisis perhitungan faktor skor.

3.5.4.2 Uji validitas dimensi ideology

Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak, artinya

apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu ideology. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan

Chi – Square = 0.00 , df = 0 , P-value = 1.00000 , RMSEA = 0.000. Oleh karena

itu, peneliti tidak perlu melakukan modifikasi terhadap model.

Dari gambar 3.13, nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

70

item mengukur satu faktor saja yaitu ideology. Selanjutnya, peneliti melihat apakah

signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.13 berikut.

Tabel 3.13

Muatan Faktor Item ideology

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 2 0.70 0.09 7.75 √

ITEM 8 0.91 0.09 10.17 √

ITEM 15 0.66 0.09 7.32 √

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.13 diatas, terdapat item yang memiliki nilai koefisien t

< 1.96 yaitu item 1 dan 2. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) sehingga

item 1 dan 2 dinyatakan tidak valid.

3.5.4.2 Uji validitas dimensi public practice

Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak, artinya

apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu public practice. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata fit, dengan

Chi – Square = 0.00 , df = 0 , P-value = 1.00000 , RMSEA = 0.000. Oleh karena

itu, peneliti tidak perlu melakukan modifikasi terhadap model.

Dari gambar 3.9, nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu public practice. Selanjutnya, peneliti melihat

apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

71

menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.14 berikut.

Tabel 3.14

Muatan Faktor Item Public Practice

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 3 0.33 0.15 2.16 √

ITEM 9 1.55 0.58 2.67 √

ITEM 16 0.31 0.15 2..12 √

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.14 diatas, tidak terdapat item yang memiliki nilai

koefisien t < 1.96. Semua item lainnya signifikan (t > 1.96), sehingga semua item

dinyatakan valid.

3.5.4.3 Uji validitas dimensi private practice

Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak, artinya

apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu private practice. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit,

dengan Chi – Square = 83.54 , df = 9 , P-value = 0.00000 , RMSEA = 0.264. Setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai

Chi-Square = 11.27, df = 8, p-value = 0.18704, RMSEA = 0.059.

Dari gambar 3.10, nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu private practice.

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

72

Tabel 3.15

Muatan Faktor Item Private Pactice

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 4

ITEM 5

ITEM 10

ITEM 11

ITEM 17

ITEM 18

0.19

0.34

0.48

0.29

0.67

1.09

0.08

0.09

0.13

0.09

0.10

0.13

2.32

3.72

3.75

3.27

6.42

5.83

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-

drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.15.

Berdasarkan tabel 3.14 diatas, tidak terdapat item yang memiliki nilai

koefisien t < 1.96. Semua item lainnya signifikan (t > 1.96), sehingga semua item

dinyatakan valid.

3.5.4.5 Uji validitas dimensi experience

Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak,

artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu experience. Dari hasil

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasilnya ternyata fit,

dengan Chi-Square = 1.09, df = 2, P-value = 0.57977, RMSEA = 0.000. Oleh karena

itu, peneliti tidak perlu melakukan modifikasi terhadap model.

Dari gambar 3.11, nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu experience. Selanjutnya, peneliti melihat

apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

73

y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8 +b9X9+e

menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.16 berikut.

Tabel 3.16

Muatan Faktor Item Experience

No item Lambda Standar Eror T-Value Signifikansi

ITEM 6 0.48 0.09 5.10 √

ITEM 12

ITEM 13

ITEM 19

0.51

0.79

0.84

0.09

0.09

0.09

5.43

8.68

9.32

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.16 diatas, nilai koefisien (t>1,96) pada setiap item

dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif

sehingga dinyatakan valid.

3.6 Metode Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh

yang signifikan variabel humor style, self-esteem dan religiusitas sebagai IV

terhadap happiness sebagai DV, serta untuk mengetahui berapa besar sumbangan

yang diberikan masing-masing IV terhadap DV maka peneliti menggunakan teknik

analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yang penghitungannya

menggunakan bantuan program atau software SPSS 17.0 .

Dalam penelitian ini, terdapat satu variabel terikat (Dependent Variable) yaitu

happiness, dan 9 variabel bebas (Independent Variable), yang merupakan dimensi

dari humor style, self-esteem, dan religiusitas. Sehingga susunan persamaan garis

regresi penelitian adalah sebagai berikut:

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

74

Dimana:

y = dependent variable, yang dalam hal ini happiness

a = intercept (konstan)

b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X

X1 = independent variable dalam hal ini affiliative humor

X2 = independent variable dalam hal ini self-enhancing humor

X3 = independent variable dalam hal ini aggressive humor

X4 = independent variable dalam hal ini self-defeating humor

X5 = independent variable dalam hal ini self-esteem

X6 = independent variable dalam hal ini ideology

X7 = independent variable dalam hal ini public practice

X8 = independent variable dalam hal ini private practice

X9 = independent variable dalam hal ini experience

e = residu

Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi

berganda antara happiness dengan humor style, self-esteem, dan religiusitas.

Besarnya kemungkinan happiness, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah

disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. Fungsi R2

digunakan untuk melihat proporsi varians dari happiness yang dipengaruhi oleh

humor style, self-esteem, dan religiusitas. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan

rumus sebagai berikut:

𝑅2 =𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔

𝑆𝑆𝑦

Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari independent

variabel satu persatu signifikan atau tidak. Untuk membuktikan apakah regresi X

pada Y signifikan atau tidak, dilakukan dengan menggunakan rumus F, yaitu

sebagai berikut:

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

75

𝐹 =𝑅2/𝐾

(1 − 𝑅2)/(𝑁 − 𝑘 − 1)

Dimana K adalah jumlah variabel bebas dan N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji

F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah independent variable yang diujikan

tersebut memiliki pengaruh terhadap dependent variable.

Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan variabel-variabel

independent signifikan terhadap dependent variabel, maka peneliti melakukan uji

t. Uji t yang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar error dari b. Hasil uji t ini

akan diperoleh dari hasil regresi yang dilakukan peneliti. Analisis data dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program spss versi 17.0.

3.7 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari

beberapa tahapan, yang penjabaran sebagai berikut:

1. Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti

kemudian menentukan variable yang akan diteliti yaitu happiness, humor style,

self-esteem dan religiusitas. Setelah itu mengadakan studi pustaka untuk

melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Setelah mendapatkan

teori-teori secara lengkap kemudian menyiapkan, membuat dan menyusun alat

ukur yang akan digunakan.

2. Menilai apakah pengklasifikasian item yang dilakukan sudah benar dan tepat

berdasarkan teori yang telah dipaparkan.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

76

3. Menyesuaikan hasil yang telah dibuat, sehingga didapat pengklasifikasian item

yang tepat dan sesuai dengan dasar teori yang telah dikemukakan.

4. Menentukan sampel penelitian yaitu happiness yang sesuai dengan kriteria dan

lokasi yang telah ditetapkan yaitu Klinik Hemodialisa Muslimat NU Cipta

Husada I Jakarta. Setelah mendapatkan persetujuan dari Klinik hemodialisa

tersebut, selanjutnya peneliti membuat surat izin penelitian kepada pihak

fakultas psikologi dengan melampirkan surat persetujuan pembimbing dan alat

ukur penelitian untuk keperluan izin penelitian di Klinik Hemodialisa

Muslimat NU Cipta Husada I Jakarta.

5. Peneliti melaksanakan pengambilan data dengan cara menyebar angket kepada

subjek yang telah ditentukan..

6. Langkah terakhir setelah mendapatkan data yang diinginkan, peneliti

melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah terkumpul, untuk

selanjutnya dilakukan pengolahan data dan pengujian dari hasil skala yang

sudah didapatkan dalam pengujian hasil, peneliti menggunakan spss 17.0.

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

77

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis

deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil uji hipotesis dan proporsi

varians.

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang subjek penelitian

maka pada subbab ini ditampilkan gambaran banyaknya subjek penelitian

berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Frequency Presentase

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Total

Usia

18 tahun – 40 tahun

40 tahun – 60 tahun

60 tahun – 80 tahun

Total

Lamanya menjalani

hemodialisa

3 bulan – 1 tahun

1 tahun – 2 tahun

2 tahun – 3 tahun

> 3 tahun

Total

72

42

60.8%

39.2%

120

16

72

32

120

70

26

8

16

120

100%

11.2%

78.4%

30.4%

100%

78%

25.2%

3.6%

13.2%

100

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

78

Berdasarkan data pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah subjek yang

diikutsertakan berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian ini memiliki jumlah

sampel laki-laki sebanyak 72 orang (60.8%) dan sampel perempuan sebanyak 48

orang (39.2%)

Selanjutnya, subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 120

orang dengan penderita terbanyak yang menjalani hemodialisa berada pada usia 40

tahun – 60 tahun, sejumlah 72 orang atau (78.4 %). Penderita pada usia 60 tahun –

80 tahun sejumlah 32 orang atau (30.4%). Selanjutnya, pada usia 18 tahun – 40

tahun penderita yang menjalani hemodialisa sebanyak 16 orang atau (11.2%).

Jumlah subjek berdasarkan lamanya penderita menjalani hemodialisa

terbanyak pada awal menjalani hemodialisa dari 3 bulan - 1 tahun sebanyak 70

orang atau (78%). Dari 1 tahun - 2 tahun lamanya penderita menjalani hemodialisa

sebanyak 26 orang atau (25.2%). Selanjutnya dari 2 tahun - 3 tahun penderita

menjalani hemodialisa sebanyak 8 orang atau (3.6%). Lebih dari 3 tahun lamanya

menjalani hemodialisa sebanyak 16 orang atau (13.2%).

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.

Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan maksimum, minimum, mean dan

standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor variabel

penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

79

Tabel 4. 2

Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Happiness 120 21.34 68.24 50.0000 9.99500 Affiliative 120 47.05 52.38 50.0000 .84793 Self-enhancing 120 31.08 71.71 50.0000 8.52695

Aggressive 120 28.34 65.86 50.0000 8.48363 Self-defeating 120 28.20 64.00 50.0000 7.88722 Self-esteem 120 20.77 65.80 50.0000 8.52450 Ideology 120 17.28 61.51 50.0000 8.63580

Public practice 120 23.72 62.90 50.0000 9.99500 Private practice 120 20.81 64.36 50.0000 9.12092

Experience 120 20.90 65.25 50.0000 8.72248 Valid N (listwise) 120

Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian

sebanyak 120 orang dengan nilai minimum dari variabel happiness adalah 21.34

dengan nilai maksimum = 68.24, mean = 50,0000 dan sd = 9.99500. Kedua,

affiliative memiliki nilai minimum= 47.05, nilai maksimum = 52.38, mean =

50.0000 dan sd = 0.84793. Ketiga, self-enhancing memiliki nilai minimum = 31.08

dengan nilai maksimum = 71.71, mean = 50.0000 dan sd = 8.52695. Keempat,

aggressive memiliki nilai minimum = 28.34, nilai maksimum = 65.86, mean =

50.0000 dan sd = 8.48363. Kelima, self-defeating memiliki nilai minimum = 28.20,

nilai maksimum = 64.00, mean = 50.0000 dan sd = 7.88722. Keenam, self-esteem

memiliki nilai minimum = 20.77, nilai maksimum = 65.80 mean = 50,0000 dan sd

= 8.52450. Ketujuh, ideology memiliki nilai minimum =17.28, nilai maksimum =

61.51, mean = 50,0000 dan sd = 8.63580. Kedelapan, public practice memiliki

nilai minimum = 23.72, nilai maksimum = 62.90, mean = 50.0000 dan sd = 9.99500.

Kesembilan, private practice memiliki nilai minimum = 20.81, nilai maksimum =

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

80

64.36, mean = 50.0000 dan sd= 9.12092. Kesepuluh, experience memiliki nilai

minimum = 20.90, nilai maksimum = 65.25, mean = 50.0000 dan sd = 8.72248.

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu, tinggi dan

rendah. Untuk mendapatkan norma kategorisasi tersebut, peneliti menggunakan

pedoman sebagai berikut

Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor

Kategori Rumus

Rendah X < Mean

Tinggi X ≥ Mean

Uraian mengenai gambaran kategorisasi skor variabel penelitian berdasarkan

rendah dan tingginya variabel happiness disajikan pada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4.

Kategorisasi skor happiness

Laki-laki Perempuan

Frequency Dewasa

awal

Dewasa

Akhir

Dewasa

awal

Dewasa

akhir

Valid Rendah 22 46 tahun 66, 41 tahun 36 tahun 62 tahun

Tinggi 98 34 tahun 51, 53, 74 37 tahun 65 tahun

Total 120 Tahun

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 22 penderita gagal

ginjal memiliki happiness yang rendah. Penderita gagal ginjal kronis yang

memiliki happiness rendah yang terdiri dari laki-laki pada dewasa awal berada pada

usia 46 tahun, pada dewasa akhir berada pada usia 66 tahun, 41 tahun. Sedangkan

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

81

pada penderita perempuan yang memiliki happiness rendah pada dawasa awal

berada pada usia 36 tahun dan pada dewasa akhir berada pada usia 62 tahun.

Selanjutnya, pada penderita gagal ginjal yang memiliki happiness tinggi

jumlahnya lebih banyak, yaitu sebesar 98 penderita gagal ginjal. Penderita gagal

ginjal kronis yang memiliki happiness tinggi terdiri dari laki-laki pada dewasa awal

berada pada usia 34 tahun, pada dewasa akhir berada pada usia 51 tahun, 53 tahun,

dan 74 tahun. Sedangkan pada penderita perempuan yang memiliki happiness tinggi

pada dewasa awal berada pada usia 37 tahun, pada dewasa akhir berada pada usia

65 tahun.

Selanjutnya pada tabel 4.5 adalah variabel skor kategorisasi secara

keseluruhan dari humor style.

Tabel 4.5.

Kategorisasi skor affiliative humor

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 58 48,3 48,5

Tinggi 62 51,7 100,0

Total 120 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 48,3% atau 58 penderita gagal

ginjal kronis memiliki kategorisasi affiliative humor yang rendah. Sedangkan

penderita gagal ginjal kronis yang memiliki kategorisasi affiliative humor tinggi

jumlahnya lebih banyak, yaitu 51,7% atau 62 penderita gagal ginjal kronis.

Uraian selanjutnya, akan menjelaskan kategori skor variabel penelitian

berdasarkan tinggi dan rendahnya variabel self-enhancing humor disajikan pada

tabel 4.6 di bawah ini.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

82

Tabel 4.6

Kategorisasi skor self-enhancing humor

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 59 49,2 49,2

Tinggi 61 50,8 100,0

Total 120 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 49,2% atau 59 penderita gagal

ginjal kronis memiliki kategorisasi self-enhancing humor yang rendah. Sedangkan

penderita gagal ginjal kronis yang memiliki kategorisasi self-enhancing humor

tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu 50,8% atau 62 penderita gagal ginjal kronis.

Selanjutnya, gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan tinggi

dan rendahnya variabel aggressive humor disajikan pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7

Kategorisasi skor aggressive humor

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 53 44,2 44,2

Tinggi 67 55,8 100,0

Total 120 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa 44,2 % atau 53 penderita gagal

ginjal kronis memiliki kategorisasi aggressive humor yang rendah. Sedangkan

penderita gagal ginjal kronis yang memiliki kategorisasi aggressive humor tinggi

jumlahnya lebih banyak, yaitu 55,8% atau 67 penderita gagal ginjal kronis.

Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan tinggi dan

rendahnya variabel self-defeating humor disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

83

Tabel 4.8

Kategorisasi skor self-defeating humor

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 58 48,3 48,3

Tinggi 62 51,7 100,0

Total 120 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa 48,3% atau 58 penderita gagal

ginjal kronis memiliki kategorisasi self-defeating humor yang rendah. Sedangkan

penderita gagal ginjal kronis yang memiliki kategorisasi self-defeating humor tinggi

jumlahnya lebih banyak, yaitu 51,7 % atau 62 penderita gagal ginjal kronis.

Selanjutnya, gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan

tinggi dan rendahnya variabel self-esteem disajikan pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9

Kategorisasi skor self-esteem

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 59 49,2 49,2

Tinggi 61 50,8 100,0

Total 120 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa 49,2 % atau 59 penderita

gagal ginjal kronis memiliki kategorisasi self-esteem yang rendah. Sedangkan

penderita gagal ginjal kronis yang memiliki kategorisasi self-esteem tinggi

jumlahnya lebih banyak, yaitu 50,8,% atau 61 penderita gagal ginjal kronis.

Tabel selanjutnya adalah uraian mengenai gambaran kategori skor variabel

penelitian berdasarkan tinggi dan rendahnya variabel ideology disajikan pada tabel

4.10 di bawah ini.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

84

Tabel 4.10

Kategorisasi skor ideology

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 59 49,2 49,2

Tinggi 61 50,8 100,0

Total 120 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa 49,2 % atau 59 penderita

gagal ginjal kronis memiliki kategorisasi ideology yang rendah. Sedangkan

penderita gagal ginjal kronis yang memiliki kategorisasi ideology tinggi jumlahnya

lebih banyak 50,8 % atau 61 penderita gagal ginjal kronis.

Selanjutnya, gambaran kategori skor variable penelitian berdasarkan tinggi

dan rendahnya variabel public practice disajikan pada tabel 4.11 di bawah ini.

Tabel 4.11

Kategorisasi skor public practice

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 77 64,2 64,2

Tinggi 43 35,8 100,0

Total 120 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa 64,2% atau 77 penderita

gagal ginjal kronis memiliki kategorisasi public practice yang rendah. Sedangkan

penderita gagal ginjal kronis yang memiliki kategorisasi public practice tinggi

jumlahnya lebih sedikit 35,8 % atau 43 penderita gagal ginjal kronis.

Tabel selanjutnya adalah uraian mengenai gambaran kategori skor variabel

penelitian berdasarkan tinggi dan rendahnya variable private practice disajikan

pada tabel 4.11.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

85

Tabel 4.11

Kategorisasi skor private practice

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 77 64,2 64,2

Tinggi 43 35,8 100,0

Total 120 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa 64,2% atau 77 penderita

gagal ginjal kronis memiliki kategorisasi private practice yang rendah. Sedangkan

penderita gagal ginjal kronis yang memiliki kategorisasi private practice tinggi

jumlahnya lebih sedikit 35,8 % atau 43 penderita gagal ginjal kronis.

Tabel selanjutnya adalah uraian mengenai gambaran kategori skor variabel

penelitian berdasarkan tinggi dan rendahnya variable private practice disajikan

pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Kategorisasi skor experience

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 81 67,5 67,5

Tinggi 39 32,5 100,0

Total 120 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa 67,5 % atau 81

penderita gagal ginjal kronis memiliki kategorisasi experience yang rendah.

Sedangkan penderita gagal ginjal kronis yang memiliki kategorisasi experience

tinggi jumlahnya lebih sedikit 32,5 % atau 39 penderita gagal ginjal kronis.

4.3 Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda

dengan menggunakan software SPSS 17. Dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, yaitu

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

86

melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent

variable yang dijelaskan oleh independent variable, kedua apakah secara

keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap

dependent variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien

regresi dari masing - masing independent variable.

Pengujian hipotesis dilakukan dilakukan dengan berapa tahapan. Langkah

pertama peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%)

varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable.Selanjutnya

untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13 Model Summary Analisis Regresi

Model Summary

Model

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

d

i

m

e

n

s

i

o

n

0

1

.526a

.277

.218

8.84043

a. Predictors: (Constant), Experience, Self-esteem, Self-defeating, Affiliative, Public

practice, Aggressive, Ideology, Self-enhancing, Private practice

Berdasarkan data pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa perolehan R-square

sebesar 27,7% dijelaskan oleh independent variabel yaitu variabel humor style

(affiliative humor, self-enhancing humor, aggressive humor, self-defeating humor),

self-esteem, dan religiusitas (ideology, public practice, private practice,

experience) sedangkan 72,3% dari variabel yang lainnya. Artinya proporsi varian

dari happiness yang dijelaskan oleh semua dimensi humor style (affiliiative humor,

self-enhancing humor, aggressive humor, self-defeating humor), self-esteem, dan

dimensi religiusitas (ideology, public practice, private practice, experience) dalam

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

87

penelitian ini adalah sebesar 27,7%. Sedangkan 72,3% sisanya dipengaruhi oleh

variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua peneliti menganalisis dampak

dari seluruh independent variable terhadap happiness. Adapun hasil uji F dapat

dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini.

Tabel 4.14.

Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan Independent Variable Terhadap Dependent

Variable ANOVA b

Model Sum of

Squares

Df

Mean Square F Sig

1 Regression 3334.508 9 370.501 4.765 .000a

Residual 8553.598 110 77.760

Total 11888.106 119

a. Predictors: (Constant), Experience, Self-esteem, Self-defeating, Affiliative, Public practice,

Aggressive, Ideology, Private practice, Self-enhancing

b. Dependent Variable: Happiness

Berdasarkan data pada tabel 4.14 paling kanan diketahui bahwa (p<0.05) atau

signifikan, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan seluruh independent variable terhadap happiness ditolak. Artinya, ada

pengaruh yang signifikan dari humor style (affiliative, self-enhancing, aggressive,

dan self-defeating), self-esteem, religiusitas (ideology, public practice, private

practice, dan experience) terhadap happiness.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent

variable. Jika nilai (t> 1,96) maka koefisien regresi tersebut signifikan Hal ini

menunjukkan bahwa bahwa independent variabel tersebut memiliki dampak yang

signifikan terhadap happiness. Adapun penyajiannya ditampilkan pada table 4.15.

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

88

Tabel 4.15

Koefisien regresi

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized

Coefficients

T

Sig B

Std. Error

Beta

1 (Constant) 10.088 54.542 .185 .854

Affiliative -.034 1.162 -.003 -.029 .977

Self-enhaning .117 .120 .099 .972 .333

Aggressive -.114 .111 -.096 -1.023 .308

Self-defeating -.037 .123 -.029 -.304 .762

Self-esteem

Ideology

.353

-.006

.105

.113

.301

-.005

3.361

-.056

.001

.955

Public practice .004 .092 .004 .043 .966

Private practice

Experience

.207

.309

.113

.106

.189

.270

1.826

2.929

.071

.004

a. Dependent Variable: Happiness

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.15 dapat disampaikan persamaan

regresi sebagai berikut, dengan tanda (*) yang artinya signifikan:

Happiness = 10.088 - 0.034 affiliative + 0.117 self-enhancing - 0.114

aggressive - 0.037 self-defeating + 0.353 *self-esteem - 0.006 ideology +

0.004 public practice + 0.207 private practice* + 0.309 *experience

Berdasarkan data pada tabel 4.15, untuk melihat signifikan atau tidaknya

koefisien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai signifikan pada kolom

yang paling kanan (kolom ke-6) jika (p<0.05), maka koefisien regresi yang

dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap happiness dan sebaliknya. Dari hasil di

atas, koefisien regresi dari self-esteem dan experience dikatakan memiliki pengaruh

yang signifikan sedangkan sisa lainnya tidak signifikan.

Hal ini berarti bahwa dari delapan independent variabel hanya dua yang signifikan

yaitu self-esteem dan experience. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang

diperoleh pada masing-masing independent variabel adalah sebagai berikut:

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

89

1. Variabel affiliative : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.034 dengan

signifikansi sebesar 0.977 (p >0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel

affiliative tidak berpengaruh secara signifikan terhadap happiness.

2. Variabel self-enhancing: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.117

dengan signifikansi sebesar 0.333 (p >0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

variabel self-enhancing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

happiness.

3. Variabel aggressive: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.114 dengan

signifikansi sebesar 0.308 (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel

aggressive tidak berpengaruh secara signifikan terhadap happiness.

4. Variabel self-defeating: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.037

dengan siginifikansi sebesar 0.762 (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

variabel self-defeating tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

happiness.

5. Variabel self-esteem: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.353 dengan

signifikansi sebesar 0.001 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel self-

esteem berpengaruh positif secara signifikan terhadap happiness. Dapat

disimpulkan, semakin tinggi self-esteem maka semakin tinggi happiness.

6. Variabel ideology: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.006 dengan

signifikansi sebesar 0.955 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel

ideology tidak berpengaruh secara signifikan terhadap happiness.

7. Variabel public practice: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.004

dengan signifikansi sebesar 0.966 (p>0.05). Hal ini menunjukan bahwa

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

90

variabel public practice tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

happiness.

8. Variabel private practice: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.207

dengan signifikansi sebesar 0.071 (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

variabel private practice tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

happiness.

9. Variabel experience: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.309 dengan

signifikansi sebesar 0.004 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa experience

berpengaruh positif secara signifikan terhadap happiness. Dapat disimpulkan

semakin tinggi experience maka semakin tinggi happiness.

4.4 Proporsi Varian

Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians

dari masing-masing independent variable terhadap happiness. Pada tabel 4.16

kolom pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu per satu,

kolom kedua merupakan penambahan varians dependent variable dari tiap

independent variable yang dianalisis satu per satu tersebut. Kolom ketiga

merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent variable

yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi

independent variable yang bersangkutan, kolom DF adalah derajat bebas bagi

independent variable yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan

denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai independent variable

pada tabel F dengan DF yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang

akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

91

daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang akan

dituliskan signifikan dan sebaliknya. Besarnya proporsi varians pada happiness

dapat dilihat pada table 4.16 berikut:

Tabel 4.16 Proporsi Varians untuk Masing–Masing Independent Variable (IV)

Model summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2

Sig.F Change

1 .167a

.028

.020

9.89668

.028

3.376

1

118

.069

2

.270b

.073

.057

9.70576

.045

5.688

1

117

.019

3 .274c

.075

.051

9.73569

.002

.282

1

116

.597

4 .279d

.078

.046

9.76246

.003

.365

1

115

.547

5 .383e

.147

.110

9.43187

.069

9.203

1

114

.003

6 .402f

.162

.117

9.39149

.015

1.982

1

113

.162

7 .410g

.168

.116

9.39764

.006

.852

1

112

.358

8 .470 h .220 .164 9.13727 .052 7.474 1 111 .007

9

.526i .277 .218 8.84043 .057 8.579 1 110 .004

a. Predictors: (Constant), Affiliative b. Predictors: (Constant), Affiliative, Self-enhancing c. Predictors: (Constant), Affiliative, Self-enhancing, Aggressive d. Predictors: (Constant), Affiliative, Self-enhancing, Aggressive, Self-defeating e. Predictors: (Constant), Affiliative, Self-enhancing, Aggressive, Self-defeating, Self-esteem f. Predictors: (Constant), Affiliative, Self-enhancing, Aggressive, Self-defeating, Self-esteem, Ideology g. Predictors: (Constant), Affiliative, Self-enhancing, Aggressive, Self-defeating, Self-esteem, Ideology,

Public practice h. Predictors: (Constant), Affiliative, Self-enhancing, Aggressive, Self-defeating, Self-esteem, Ideology,

Public practice, Private practice i. Predictors: (Constant), Affiliative, Self-enhancing, Aggressive, Self-defeating, Self-esteem, Ideology,

Public practice, Private practice, Experience

Berdasarkan data pada tabel 4.16 dapat disampaikan informasi sebagai

berikut :

1. Variabel affiliative memberikan sumbangan varians sebesar 2.8% pada

happiness. Sumbangan tersebut tidak signifikan karena p > 0.05 dilihat

dari nilai sig. F change = 0.069. Nilai F = 3.376 serta df1=1 dan df 2=

118.

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

92

2. Variabel self-enhancing memberikan sumbangan varians sebesar 4.5 %

pada happiness. Sumbangan tersebut signifikan karena p < 0.05 dilihat

dari sig F Change = 0.019. Nilai F = 5.688 serta df1= 1 dan df2= 117.

3. Variabel aggressive memberikan sumbangan varians sebesar 0.2% pada

happiness. Sumbangan tersebut tidak signifikan karena p > 0.05 dilihat

dari nilai sig F change = 0.597. Nilai F = 0.282 serta df1=1 dan

df2=116.

4. Variabel self-defeating memberikan sumbangan varians sebesar 0.3%

pada happiness. Sumbangan tersebut tidak signifikan karena p > 0.05

dilihat dari sig F change = 0.547. Nilai F = 0.365 serta df1 = 1 dan df2=

115.

5. Variabel self-esteem memberikan sumbangan varians sebesar 6.9%

pada happiness. Sumbangan tersebut signifikan karena p < 0.05 dilihat

dari sig F change = 0.003. Nilai F = 9.203 serta df1=1 dan df2=114.

6. Variabel ideology memberikan sumbangan varians sebesar 1.5% pada

happiness. Sumbangan tersebut tidak signifikan karena p > 0.05 dilihat

dari sig F change = 0.162. Nilai F = 1.982 serta df1 = 1 dan df2= 113.

7. Variabel public practice memberikan sumbangan varians sebesar 0.6%

pada happiness. Sumbangan tersebut tidak signifikan karena p > 0.05

dilihat dari sig F change = 0.358. Nilai F = 0.852 serta df1=1 dan

df2=112.

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

93

8. Variabel private practice memberikan sumbangan varians sebesar 5.2%

pada happiness. Sumbangan tersebut signifikan kerena p > 0.05 dilihat

dari sig F change = 0.007. Nilai F = 7.474 serta df=1 dan df2 = 111

9. Variabel experience memberikan sumbangan varians sebesar 5.7% pada

happiness. Sumbangan tersebut signifikan karena p < 0.05 dilihat dari

sig F change = 0.004. Nilai F = 8.579 serta df1=1 dan df2= 110.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga variabel independen,

yaitu self-enhancing, self-esteem, private practice, dan experience yang signifikan

sumbangannya terhadap happiness jika dilihat dari besarnya R2 yang dihasilkan

dari sumbangan proporsi variabel yang diberikan.

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

94

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab lima peneliti akan memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah

dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan dari humor style (affiliative,

self-enhancing, aggressive, dan self-defeating), self-esteem, dan religiusitas

(ideology, public practice, private practice dan experience) terhadap happiness

pada penderita gagal ginjal kronis di klinik Hemodialisa Muslimat NU Cipta

Husada I Jakarta.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi masing-masing

koefisien regresi R2 terhadap dependent variable, dari ke sembilan independent

variable dalam penelitian ini, yang diperoleh hanya dua koefisien regresi yang

signifikan mempengaruhi happiness yaitu variabel self-esteem dan experience pada

dimensi religiusitas.

Selain itu, dari kedua independent variable tersebut yakni self-esteem dan

experience yang memberikan pengaruh beta (β) paling besar terhadap happiness

adalah self-esteem. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa pada penelitian ini, self-esteem memiliki kontribusi lebih besar terhadap

happiness penderita gagal ginjal kronis dibandingkan dengan experience.

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

95

5.2 Diskusi

Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab 4, dapat disimpulkan

bahwa self-esteem dan experience secara konsisten mempengaruhi happiness.

Berdasarkan gambaran subjek penelitian dalam penelitian ini dapat membedakan

penderita gagal ginjal yang baru masuk atau yang sudah lama menjalani

hemodialisa. Berdasarkan gambaran umum subjek yang dijelaskan pada bab 4,

penderita yang baru menjalani hemodialisa dan yang baru masuk menjadi pasien

klinik hemodialisa berjumlah 70 orang yang dimana awalnya mengalami masa

denial atau penolakan terhadap penyakitnya sehingga membutuhkan waktu untuk

bisa menerima. Penderita yang sudah menjalani hemodialisa diatas 1 tahun sampai

>3 tahun merupakan penderita yang sudah dapat beradaptasi dan menerima

penyakitnya berjumlah 50 orang. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi self-esteem dan experience penderita, maka akan semakin tinggi happiness

penderita gagal ginjal kronis. Hal ini berarti bahwa penderita yang menjalani

hemodialisa lebih dari 1 sampai >3 tahun memiliki self-esteem dan experience yang

tinggi maka akan mengalami happiness dalam hidupnya serta dapat bertahan dan

menerima penyakit yang dideritanya. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai

kategorisasi self-esteem, rata-rata penderita memiliki nilai kategorisasi self-esteem

yang tinggi.

Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Furham

(2000), menyatakan bahwa self-esteem sangat dominan sebagai prediktor

happiness. Didukung oleh penelitian Lyubomirsky, Tkach dan Dimatteo (2005)

menjelaskan self-esteem mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap happiness,

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

96

bahwa kebahagiaan dan harga diri memiliki kaitan yang erat. Dalam pengalaman

sehari-hari, orang berpikir baik tentang diri mereka sendiri cenderung merasa

bahagia. Orang yang tidak memiliki harga diri umumnya tidak bahagia. Bukti

empiris mendukung intuisi ini, mengungkapkan terdapat korelasi tinggi antara

pengukuran kebahagiaan dan harga diri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penderita

yang memiliki harga diri yang sehat merupakan penderita yang mampu mengenal

dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya, mereka tidak malu atas keterbatasan

yang dimiliki, memandang keterbatasan sebagai suatu realitas dan menjadikan

keterbatasan itu sebagai tantangan yang berkembang. Oleh karena itu penderita

penyakit kronis yang merasa memiliki keterbatasan karena penyakit yang

dideritanya, bukanlah sesuatu penghalang bagi mereka, melainkan sebagai sumber

kekuatan dan tantangan untuk bertahan dan menuju kehidupan yang lebih baik.

Serta dapat memiliki gambaran positif tentang kelebihan yang dimilikinya sehingga

tercipta rasa berharga terhadap dirinya sendiri walaupun dalam keadaan sakit kronis

sekalipun untuk menuju kehidupan yang sehat dan bahagia.

Selanjutnya, dalam penelitian ini variabel religiusitas pada dimensi

experience terbukti secara signifikan berkontribusi mempengaruhi happiness yang

berarti bahwa experience memiliki pengaruh yang positif terhadap happiness.

Dalam hal ini sesuai dengan pernyataan Glock dan Stark (1967) yang menjelaskan

experience merupakan perasaan keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan

seperti merasa dekat dengan Tuhan, tenteram saat berdoa, tersentuh mendengar atau

membaca ayat-ayat kitab, merasa senang doanya dikabulkan, dan lain-lain. Setiap

agama memiliki penilaian yang berbeda-beda dan biasanya bersifat subyektif dalam

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

97

menilai feeling atau penghayatan yang pernah dirasakan oleh setiap orang. Hal ini

bisa saja terjadi, karena experience pada penderita gagal ginjal kronis kebanyakan

dari mereka berada pada usia dewasa, yang sudah mengalami banyak pengalaman

responsif terkait dengan keagamaan dan sudah dapat menarik kesimpulan atau

hikmah dibalik apa yang telah mereka alami. Dapat mengalami perasaan sangat

dekat dengan Tuhan setelah mengalami situasi terberat pada penyakitnya.

Dalam situasi-situasi tersebut membuat penderita gagal ginjal kronis merasa

tenang, optimis dalam menjalani hidupnya sebagai kekuatan untuk bisa bertahan

dengan penyakit yang dideritanya, dan bahagia, berpasrah diri dan menganggap

bahwa penyakit yang dideritanya merupakan kehendak yang kuasa. Oleh karena

itu, self-esteem dan religious experience sangat penting dipertahankan bagi para

penderita gagal ginjal kronis, agar dapat merasakan happiness dan dapat menikmati

hidup walaupun dengan sakit kronis sekalipun.

Dalam penelitian ini lima dimensi dari religiusitas, hanya dimensi

experience yang berpengaruh secara signifikan terhadap happiness. Pada dimensi

intellectual setelah dilakukan uji validitas, ditemukan bahwa semua item pada

dimensi intellectual tidak valid (t-value <1.96), sehingga dimensi intellectual tidak

dapat diikutkan dalam analisis perhitungan faktor skor. Selanjutnya, dimensi

ideology, public practice, private practice tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis.

Pada dimensi intellectual, public practice dan private practice dalam

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muslim dan Nashori

(2007) yang menyatakan bahwa tidak terbukti bahwa pengetahuan (intellectual),

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

98

ritual agama (public practice dan private practice) mempengaruhi kebahagiaan

otentik. Karena intellectual, public practice, dan private practice tanpa disertai

dengan keyakinan yang kuat dan tidak dapat tercermin dalam perilaku (akhlak) di

kehidupan sehari-hari. Selain itu, intellectual, public practice dan private practice

tidak dijalankan sesuai dengan perintah serta larangan-Nya. Sementara itu, untuk

kegiatan public practice penderita gagal ginjal kronis tidak bisa sepenuhnya

melakukan kegiatan public religious disebabkan karena keterbatasan penyakitnya,

sehingga sudah jarang mengikuti pengajian, jarang kumpul dilingkungan sekitar

karena merasa tidak percaya diri, merasa diasingkan dengan persepsi masyarakat

mengenai penyakit gagal ginjal kronis.

Dalam hal ini, tidak signifikannya dimensi-dimensi religiusitas tersebut bisa

saja terjadi karena faktor internalisasi nilai-nilai agama dalam diri penderita belum

terinternalisasi dengan baik setelah didiagnosa, psikologis penderita mengalami

shock sehingga dimensi ideology, public practice, dan private practice tidak

memberikan pengaruh terhadap happiness penderita gagal ginjal kronis.

Selain itu, didapatkan pula bahwa dimensi-dimensi dari variabel humor

style yaitu affiliative humor, self-enhancing humor, aggressive humor, self-

defeating humor memiliki kontribusi terhadap happiness. Namun, dalam hal ini

menunjukkan bahwa humor style tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

happiness pada penderita gagal ginjal kronis.

Dalam penelitian ini ditemukan ada hal yang menarik berkaitan dengan

humor style. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kazarian &

Martin (2004) bahwa ada kaitan positif antara gaya humor adaptif dan happiness.

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

99

Pada penelitian terbaru yang dilakukan Ford, McCreight, Richardson (2014) bahwa

ada hubungan antara gaya humor adaptif atau dua humor style positif (affiliative

dan self-enhancing humor) terhadap happiness. Hal ini menunjukkan hasil dalam

penelitian ini bertentangan dengan penelitian terdahulu, yang dimana hasil

penelitian sebelumnya menjelaskan affiliative dan self-enhancing merupakan

adaptif humor (humor baik) yang memiliki pengaruh terhadap happiness,

sedangkan agrressive dan sel-defeating merupakan maladaptif (humor buruk) yang

tidak memiliki pengaruh terhadap happiness. Hasil penelitian lain yang dilakukan

oleh Liu (2012) ditemukan bahwa humor style pada dimensi affiliative dan self-

enhancing humor mempunyai hubungan yang signifikan terhadap happiness.

Namun hasilnya kontradiktif, karena hasil dalam penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya tidak sejalan.

Dalam penelitian sebelumnya menyatakan bahwa humor style merupakan

salah satu cara bagi individu untuk menciptakan hiburan untuk mengatasi

permasalahan dan penderitaan mereka, kerena secara keseluruhan humor menjadi

indikator kesehatan mental yang positif yang dapat menciptakan happiness (Liu,

2012). Sedangkan dalam penelitian ini humor style tidak mempengaruhi happiness

penderita gagal ginjal kronis. Hasil ini terkait bahwa humor style tidak secara efektif

dapat menciptakan hiburan dalam mengatasi permasalahan penderita gagal ginjal

kronis.

Pada variabel humor style, dan religiusitas terdapat tujuh dimensi yang tidak

berpengaruh terhadap happiness. Ketujuh dimensi tersebut yaitu affiliative, self-

enhancing, aggresive, self-defeating, ideology, public practice, private practice.

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

100

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis membagi saran menjadi dua,

yaitu saran metodologis dan saran praktis. Saran metodologis sebagai bahan

pertimbangan untuk perkembangan penelitian selanjutnya, dan saran praktis

sebagai bahan masukan bagi pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari

penelitian ini.

5.3.1 Saran Teoritis

1. Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan hanya satu klinik saja, yaitu klinik

hemodialisa Muslimat NU Cipta Husada 1. Saran bagi peneliti selanjutnya, agar

dapat menggunakan subjek tidak hanya dari satu tempat saja. Dengan demikian

bagi peneliti selanjutnya bisa mendapatkan wawasan yang lebih luas,

bagaimana happiness pada dua klinik yang berbeda.

2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji tentang happiness, diharapkan

untuk menambah variabel lain yang berpengaruh terhadap happiness, seperti

quality of life, kepercayaan diri, dukungan sosial. Hal tersebut, untuk

memperkaya hasil penelitian dan pengetahuan tentang happiness.

3. Penelitian menekankan pada penelitian kuantitatif. Maka akan lebih baik jika

pada penelitian selanjutnya, melengkapi data-data kuantitatif yang ada dengan

hasil dari penelitian kuantitatif. Dengan begitu akan mampu menjelaskan lebih

detail mengenai data pasien.

4. Kepada peneliti selanjutnya untuk memperhatikan strategi pemberian kuesioner

dan semua alat ukur yang akan digunakan untuk penderita penyakit kronis

dibuat singkat namun tetap menggali informasi yang hendak diukur

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

101

5.3.2 Saran Praktis

1. Untuk pihak klinik, sebaiknya mempertimbangkan untuk menambah tenaga

psikolog professional untuk mendampingi pasien dalam melakukan konseling

mengenai kondisi psikologis pasien, karena hal ini akan mempengaruhi keadaan

fisik dan psikologi penderita. Khususnya diperuntukkan bagi pasien yang baru

didiagnosa maupun yang baru masuk sebagai member. Hal ini untuk

meningkatkan sikap dan citra positif pasien terhadap kualitas pelayanan klinik.

2. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa self-esteem secara signifikan

mempengaruhi happiness penderita gagal ginjal kronis. Berdasarkan hasil

tersebut, disarankan bagi terapis dan management klinik untuk terus

memberikan dukungan positif kepada penderita serta mengsosialisasikan

mengenai pentingnya self-esteem bagi penderita gagal ginjal kronis. Serta

bagaimana penderita menjaga self-esteem agar tetap bagus dan merasa happy,

dengan begitu akan memberikan pengaruh positif sehingga dapat

mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi penderita, serta dapat memberikan

semangat penderita dalam melakukan hemodialisa. Hal ini berarti dapat

meningkatkan citra positif di mata masyarakat bagi penderita maupun bagi

kualitas pelayanan klinik hemodialisa tersebut.

3. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa experience secara signifikan

mempengaruhi happiness penderita gagal ginjal kronis. Berdasarkan hasil

tersebut, disarankan bagi pihak management klinik untuk memfasilitasi sarana

dan prasarana untuk membuat support grup bagi penderita gagal ginjal kronis.

Khususnya diperuntukkan bagi pasien yang baru didiagnosa maupun yang baru

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

102

masuk sebagai member. Hal ini untuk meningkatkan sikap dan citra positif

pasien terhadap kualitas pelayanan klinik.

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

103

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Khalek. A.M. (2006). Happiness, health, and religiosity: significant

relations. Journal mental health, religion and culture 9(1), 85-97, ISSN

1367-4676 print/ ISSN 1469-9737, doi: 10.1080/13694670500040625.

Taylor & Francis

Aghili & Kumar. (2008). Relationship between religious attitude and happiness

among profesional employees. Journal of the indian academy of applied

psychology, 34, 66-69

Alavi, H.R. (2007). Correlatives of happiness in the university student of iran (A

religious approach). Journal religion health 46, 480-499, DOI

10.1007/s10943-007-9115-4. Blanton-Pleale Institute

Allport & Ros. (1967). Religious orientation. Addisson-Wesley publishing

company

Baron & Byrne. (2004). Psikologi sosial edisi kesepuluh 1. Jakarta: Erlangga

Baumeister, Jennifer, Joachim, & Kathleen. (2003). Does high self-esteem cause

better performance, interpersonal success, happiness, or healthier

lifestyles?. Psychological science in the public interest, 4 (1), 1-44.

Branden, N. (1992). The power of self-esteem: An ispiring look at our most

ImPORTANT psychological resource. Florida: Health communications inc

Branden, N. (2011). The six pillars of self-esteem. Semarang: Dahara Prize

Brunner & Suddart, D. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:

EGC, 8 (1) (Kuncara H, Hartono A, Ester M, Asih Y, terjemahan)

Carr, A. (2004). Positive psychology.London: Brunner-Routledge

Chaplin. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT: Raja Grafinda persada

Clemes, Bean, & Clark., (2012). Bagaimana meningkatkan harga diri remaja.

Tangerang: Binarupa aksara publiser

Colvy, J. (2010). Gagal ginjal, tips cerdas mengenali dan mencegah gagal ginjal.

Yogyakarta: CV. Solusi distribusi

Diener, E & Griffin., (1985). The satisfaction with life scale. Journal of

personality assessment. Fetzer institute, 49 (1), 71-75

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

104

Farzaee, N. (2012). Self-esteem and support vs. student happiness. International

research journal of appied and basic sciences ISSN 2251-838X/ 3 (9),

1908-1915. Science explorer publications

Fetzer, J.E. (1999). Measurement of religiousness/spirituality for use in health

research: A reportof the fetzer institute/national institute on aging working

group. MI: Fetzer Institute.

Flynn, Heather Kohler. (2003). Self-esteem theory and measurement: a critical

review. Volume Three Issue One, Issn 1495-8513.

Ford, McCreight, & Richardson. (2014). Affective style, humor styles and

happiness. Europe`s journal of psychology 10 (3), 451-463, DOI:

10.5964/ejop.v10i3.766

Franklin, K.J. (2008). Negative life events, religiosity and spiritality, and

depression among african americans. Thesis. University of georgia

Furham & Cheng. (2000). Perceived parental behaviour, self-esteem and happiness.

Social psychiater epidemiol, 35, 463-470

Ghufron, M.N & Rini, R. (2010). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz

media

Glock & Stark. (1967). American piety: the nature of religious commitment.

Barkeley & Los Angeles: University of california press

Haller & Hadler. (2006). How social relations and structures can produce happiness

and unhappiness: An international comparative analysis. Social Indicators

Research 75, 169-216, DOI 10.1007/s11205-004-6297-y. Spinger

Hasanat, N.U & Subandi. (1998). Pengembangan alat kepekaan terhadap humor.

Jurnal psikologi. 1, 17-25

Hills & Argyle .(2002). The oxford happiness questionnare: A compact scale for

the measurement of psychologycal well-being. Personality and individual

differences 33, 1073-1082

Hoppe, S. (2013). Chronic illness as a source of happiness. Health, culture and

society 5 (1), ISSN 2161-6590, DOI 10.5195/hcs.2013.138

Huber & Huber. (2012). The centrality of religiosity scale (CRS). Religions 3, 710-

124, DOI 10.3390/rel3030710, ISSN 2077- 1444

Jalaludin. (2010). Psikologi agama edisi ke-13. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

105

Jarden, A. (2011). Positive psychological assessment: A practical introduction to

empirically validated research tools for measuring well-being,

http://www.aaronjarden.com/diunduh pada tanggal 24 November 2014

Kazarian & Martin. (2006). Humor styles, culture-related personality, well-being,

and family adjustment among Armenians in Lebanon. Humor 19-4, 405-

423, DOI 10.1515/humor.2006.020, 0933-1719/06/0019-0405. Walter de

Gruyter

Koening, H.G. (2005). Faith and mental health: Religious resources for healing.

USA: Templeton foundation press

Kubler-Rose, E. (1998). On death and dying (kematian sebagai bagian dari

kehidupan). Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama

Liu, Katy, W.Y. (2012). Humor styles, self-esteem and subjective happiness.

Discovery-ss student e-Journal 1, 21-41

Lyubomirsky & Lepper. (1999). A measure of subjective happiness: Preliminary

reliability and construct validation. Social indicators research 46, 137-155,

Kluwer academic publishers

Lyubomirsky, Tkach & Dimmateo. (2006). What are the difference between

happiness and self-esteem?.Social indicators research 78, 363-404 DOI

10.1007/s11205-005-0213-y. Springer

Martin, R.A. (2007). The psychology of humor: An integrative approach. London:

Elsevier inc. Academic press publications

Muslim, D.M & Nashori, F. (2007). Hubungan antara religiusitas dengan

kebahagiaan otentik (autentic happiness) pada mahasiswa. Skripsi.

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Powel, J. (2005). Self-esteem. US: Smart apple media

Priyanti. (2015). Dialife. Jakarta: Yayasan ginjal diatrans indonesia

Rahmanadji, D. (2007). Sejarah, teori, dan fungsi humor. Jurnal bahasa dan seni,

tahun 35, No. 2

Rossenberg et al. (1995). Global self-esteem and specific self-esteem: Different

concepts, differnt outcomes. American sosiological association 60 (1), 141-

156

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

106

Nawawi, Q. (2013). Populasi penderita gagal ginjal terus meningkat di 2013,

http://www.okezone.com/ diunduh pada tanggal 28 September 2013

Nurmalika, A. (2010). Hubungan antara self control dengan kecemasan pasien

gagal ginjal kronik di Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia. Skripsi. Jakarta.

Fakultas psikologi UIN

Pearch, E. (2009). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia

pusaka utama (anggota IKAPI)

Prodjosudjadi, Wiguno. (2009). Penyakit ginjal kronik tak terdeteksi. Jakarta:

PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia)

Safa`a, A. (2006). Quality of life: Subjective description of challenges to patien

with end stage renal disease. Nephrology nursing journal 33 (3), Proquest

research library pg.285

Schultz, D. (2005). Psikologi pertumbuhan model-model kepribadian sehat.

Yogyakarta: Kanisius

Seligman, M. (2005). (Authentic happiness) menciptakan kebahagiaan dengan

Psikologi positif. Bandung: Mizan

Sheldon & Lyubomirsky. (2004). Achieving suistainable new happiness: prospects,

practices, and prescriptions. John Wiley & Sons, Inc, Hoboken, New Jersey

Supriyadi, Wagiyo, & Widowati. (2011). Tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal

kronik terapi hemodialisis. Semarang: Jurnal kesehatan Masyarakat 6 (2),

107-112

Susalit, E. (2009). Diagnosis dini penyakit ginjal kronik. Jakarta: PERNEFRI

(Perhimpunan Nefrologi Indonesia)

Taylor, S.E. (2003). Health psychology. New York: The McGraw-Hill Companies,

Inc

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian
Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

109

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

sedang melakukan penelitian skripsi. Untuk itu, saya memohon kesediaan anda

berpartisipasi menjadi responden penelitian ini dengan mengisi kuesioner. Silahkan

isi setiap butir pernyataan sesuai dengan keadaan/kondisi diri anda yang

sebenarnya. Semua data anda akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan

untuk keperluan penelitian ini.

Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Ana Arini Fauziah

DATA RESPONDEN

Nama/ Inisial : ________________________

Usia : _______ tahun

Berapa lama menjalani hemodialisa : __________

Stadium : _________

PETUNJUK PENGISIAN

Kuesioner ini terdiri dari sejumlah pernyataan. Anda diminta untuk

membaca dan memahami setiap pernyataan. Anda cukup mengemukakan

kesesuaian pernyataan dengan kenyataan sebenarnya. Berilah tanda (X) pada salah

satu dari empat pilihan yang tersedia, pada kolom sebelah kanan.

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

110

Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam setiap pernyataan. Jawaban

hanya merupakan penilaian dari diri masing-masing responden. Silahkan jawab

sesuai dengan keadaan diri anda saat ini. Teliti kembali jawaban saudara dalam

mengisi kuesioner ini, sehingga tidak ada pernyataan yang terlewati.

Jika jawaban anda tidak setuju, beri tanda silang (X) pada kolom tidak

setuju. Jika jawaban anda sangat tidak setuju, beri tanda (X) pada kolom sangat

tidak setuju. Jika jawaban anda setuju, beri tanda silang (X) pada kolom setuju.

Jika jawaban anda sangat setuju, beri tanda silang (X) pada kolom sangat setuju.

CONTOH PENGISIAN

Jika pernyataan di bawah ini menurut anda sesuai dengan diri anda, maka beri

tanda silang (X) pada kolom setuju.

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya menyukai warna merah X

Artinya : anda setuju dengan pernyataan “ saya menyukai warna merah”

UNTUK SKALA HAPPINESS

Untuk setiap pernyataan-pernyatan berikut, silahkan melingkari titik pada skala

yang anda merasa paling tepat dalam menggambarkan diri anda.

No. Pernyataan

1. Secara umum, saya

menganggap diri saya

Tidak

bahagia

Kurang

bahagia

Bahagia Sangat

bahagia

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

111

HAPPINESS

Untuk setiap pernyataan-pernyataan berikut, silahkan melingkari pada skala yang

anda merasa paling tepat dalam menggambarkan diri anda.

No. Pernyataan

1. Secara umum, saya menganggap

diri saya

Tidak

bahagia

Kurang

bahagia

Bahagia Sangat

bahagia

2. Dibandingkan dengan teman-

teman saya, saya menganggap

diri saya

Tidak

bahagia

Kurang

bahagia

Bahagia Sangat

bahagia

3. Beberapa orang umumnya sangat

bahagia. Mereka menikmati

hidup terlepas dari apa yang

sedang terjadi, mendapatkan

hasil maksimal dari segala

sesuatu. Sejauh mana

karakterisasi ini menggambarkan

diri anda

Sangat

tidak

setuju

Tidak

setuju

Setuju Sangat

setuju

4. Beberapa orang pada umumnya

merasa tidak bahagia. Meskipun

mereka tidak tertekan, mereka

tidak pernah tampak bahagia

seperti mereka mungkin. Sejauh

mana karakterisik ini

menggambarkan diri anda

Sangat

tidak

setuju

Tidak

setuju

Setuju Sangat

setuju

HUMOR STYLE

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya biasanya tidak bayak tertawa dan

bercanda dengan orang lain

2. Jika saya merasa tertekan, saya biasanya

menghibur diri dengan humor

3. Jika seseorang membuat sebuah kesalahan,

saya akan sering menggoda mereka tentang

hal itu

4. Saya membiarkan orang lain menertawai dan

mengejek diri saya secara berlebihan atau

lebih dari yang seharusnya

5. Saya tidak perlu bersusah payah untuk

membuat orang lain tertawa, saya sudah

tampak seperti orang humoris secara alami

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

112

6. Bahkan ketika saya sedang sendiri saya sering

tertawa atau terhibur dengan keabsudan hidup

7. Orang-orang tidak pernah tersiggung atau

merasa sakit hati karena selera humor saya

8. Saya akan sering menghina diri sendiri jika itu

membuat keluarga dan teman-teman saya

tertawa

9. Saya jarang membuat orang lain tertawa

dengan menceritakan cerita lucu tentang diri

saya sendiri

10. Jika saya merasa marah atau sedih, biasanya

saya mencoba untuk memikirkan suatu situasi

yang lucu untuk membuat saya merasa lebih

baik

11. Ketika menceritakan lelucon atau mengatakan

halhal yang lucu, saya biasanya tidak terlalu

khawatir tentang bagaimana orang lain

menanggapi itu

12. Saya sering mencoba untuk membuat orang

lain menyukai atau menerima saya dengan

cara mengatakan sesuatu yang lucu tentang

kelemahan, kesalahan atau kegagalan diri saya

13. Saya sering tertawa dan bercanda yang banyak

dengan orang lain

14. Penampilan humoris dalam keseharian saya,

menjaga saya dari kemarahan yang berlebihan

atau kesedihan tentang suatu hal

15. Saya tidak suka ketika orang lain

menggunakan humor sebagai cara untuk

mengkritik atau menjatuhkan seseorang

16. Saya tidak sering mengatakan hal-hal lucu

untuk menjatuhkan diri sendiri

17. Saya biasanya tidak suka menceritakan

lelucon atau menghibur orang

18. Jika saya sedang sendiri dan merasa sedih,

saya berusaha untuk memikirkan sesuatu yang

lucu untuk menghibur diri

19. Terkadang saya memikirkan sesuatu yang

sangat lucu, hingga diri saya tidak bisa

menahan untuk mengatakannya bahkan

disituasi yang tidak tepat

20. Saya sering berlebihan dalam menjatuhkan

diri sendiri ketika membuat lelucon atau

mencoba untuk menjadi lucu

21. Saya menikmati bisa membuat orang lain

tertawa

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

113

22. Jika saya merasa sedih atau marah, saya

biasanya kehilangan rasa atau selera humor

saya

23. Saya tidak pernah ikut menertawakan orang

lain bahkan jika semua teman saya

melakukannya

24. Ketika saya bersama teman atau keluarga, saya

sering terlihat menjadi orang yang dijadikan

lelucon

25. Saya tidak sering bercanda dengan teman-

teman

26. Dengan memikirkan beberapa kejadian lucu

dari sebuah situasi sering menjadi cara yang

efektif untuk mengatasi masalah

27. Jika saya tidak menyukai seseorang, saya

sering menggunakan humor atau ejekan untuk

menjatuhkannya

28. Jika saya mengalami masalah atau merasa

tidak bahagia, saya sering menutupinya

dengan bercanda. Sehingga teman terdekat

saya mengetahui apa yang sebenarnya saya

rasakan

29. Saya biasanya tidak bisa memikirkan hal yang

lucu untuk dikatakan ketika saya bersama

dengan orang lain

30. Saya tidak perlu bersama orang lain untuk

merasa terhibur. Saya biasanya bisa

menemukan hal-hal untuk ditertawakan

bahkan ketika sedang sendiri

31. Bahkan jika asa sesuatu yang benar-benar

lucu, saya tidak akan tertawa atau membuat

lelucon tentang hal tersebut bila seseorang

akan tersinggung

32. Membiarkan orang lain menertawai diri saya

adalah cara saya menjaga teman-teman saya

dan keluarga dalam semangat yang baik

SELF-ESTEEM

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Secara keseluruhan, saya puas dengan diri

saya

2. Terkadang saya merasa saya tidak baik sama

sekali

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

114

3. Saya merasa bahwa saya memiliki banyak

kualitas yang baik

4. Saya bisa melakukan sesuatu sebanyak orang

lain lakukan

5. Saya merasa tidak banyak yang bisa

dibanggakan

6. Saya pasti merasa tidak berguna sama sekali

7. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang

berharga, dibandingkan dengan orang lain

8. Saya berharap saya bisa memiliki lebih

banyak rasa hormat untuk diri saya sendiri

9. Secara keseluruhan saya cenderung merasa

bahwa saya gagal

10. Saya berusaha untuk bersikap positif terhadap

diri saya

RELIGIUSITAS

Untuk setiap pernyataan-pernyataan berikut, silahkan melingkari titik pada skala

yang anda merasa yang paling tepat dalam menggambarkan diri anda.

1. Seberapa sering saya berpikir tentang isu-isu agama

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

2. Sejauh mana saya percaya bahwa Tuhan atau sesuatu yang ilahi itu ada

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

3. Seberapa sering saya mengambil bagian dalam ibadah keagamaan

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

4. Seberapa sering saya berdoa

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

5. Seberapa sering saya melakukan meditasi

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

6. Seberapa sering saya mengalami situasi dimana saya memiliki perasaan bahwa

Tuhan campur tangan dalam hidup saya

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

7. Sebarapa tertarik saya mempelajari lebih dalam tentang ilmu agama

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

115

8. Apakah saya percaya bahwa akan ada kehidupan setelah kematian, seperti

kehidupan abadi setelah kematian

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

9. Sebarapa penting untuk saya mengambil bagian dalam ibadah keagamaan

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

10. Seberapa penting doa pribadi untuk saya

A. Tidak penting B. Kurang penting C. Penting D. Sangat

penting

11. Seberapa penting meditasi untuk saya

A. Tidak penting B. Kurang penting C. Penting D. Sangat

penting

12. Seberapa seringg saya mengalami sesuatu dimana saya memiliki perasaan

bahwa Tuhan ingin berkomunikasi atau mengungkapkan sesuatu kepada saya

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

13. Sebarapa sering saya mengalami situasi dimana saya memiliki perasaan

bahwa saya merasa tersentuh oleh kuasa Tuhan

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

14. Seberapa sering saya mencari informasi pertanyaan tentang agama melalui

radio, tv, surat kabar atau buku

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

15. menurut saya seberapa mungkin bahwa kekuatan yang lebih tinggi itu benar-

benar ada

A. Tidak mungkin B. Kurang mungkin C. Mungkin D. Sangat

mungkin

16. Seberapa penting bagi saya untuk terhubung ke sebuah komunitas agama

A. Tidak penting B. Kurang penting C. Penting D. Sangat

penting

17. Seberapa sering saya berdoa secara spontan ketika terinspirasi oleh situasi

sehari-hari

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

18. Seberapa sering saya mencoba untuk berdoa kepada ilahi secara spontan

ketika terinspirasi situasi sehari-hari

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

116

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

19. Seberapa sering saya mengalami situasi dimana saya merasa bahwa Tuhan

atau sesuatu yang ilahi hadir

A. Tidak pernah B. Jarang C. Sering D. Sangat sering

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

117

ITEM1-0.92

ITEM24.05

ITEM37.53

ITEM47.72

HAPPINES 0.00

Chi-Square=5.62, df=2, P-value=0.06006, RMSEA=0.123

3.67

3.16

2.09

-0.78

ITEM15.75

ITEM57.56

ITEM97.94

ITEM136.78

ITEM176.46

ITEM219.54

ITEM256.63

ITEM297.30

AFFILIAT 0.00

Chi-Square=23.95, df=15, P-value=0.06598, RMSEA=0.071

6.84

6.39

4.87

5.20

5.83

1.42

5.52

6.96

Path Diagram

Gambar 3.1 Analisis konfirmatorik faktor variabel happiness

Gambar 3.3 Analisis konfirmatorik faktor affiliative humor dari variabel

humor style

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

118

ITEM25.55

ITEM66.50

ITEM105.85

ITEM147.11

ITEM186.95

ITEM227.67

ITEM266.32

ITEM307.79

SELF-ENH 0.00

Chi-Square=20.85, df=15, P-value=0.14156, RMSEA=0.057

7.90

6.39

7.40

4.57

5.33

1.19

6.75

0.96

ITEM47.69

ITEM87.28

ITEM123.92

ITEM166.93

ITEM207.79

ITEM246.55

ITEM287.95

ITEM326.49

AGGRESSI 0.00

Chi-Square=16.17, df=14, P-value=0.30320, RMSEA=0.036

2.20

5.66

9.15

7.59

1.81

4.88

-0.38

7.60

Gambar 3.4 Analisis konfirmatorik faktor self-enhancing humor dari

variabel humor style

Gambar 3. 7 Analisis konfirmatorik faktor aggressive humor dari variabel

humor style

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

119

ITEM33.89

ITEM77.70

ITEM117.58

ITEM156.16

ITEM196.24

ITEM237.65

ITEM277.02

ITEM317.55

SELF-DEF 0.00

Chi-Square=22.59, df=18, P-value=0.20682, RMSEA=0.046

4.71

-0.46

1.27

3.73

3.66

-0.87

2.62

-1.28

ITEM16.93

ITEM27.01

ITEM37.81

ITEM47.22

ITEM57.06

ITEM66.31

ITEM77.56

ITEM87.71

ITEM96.25

ITEM107.72

SELF-EST 0.00

Chi-Square=41.27, df=30, P-value=0.08258, RMSEA=0.056

6.66

5.58

3.09

5.11

5.76

7.18

3.00

0.38

7.26

1.25

Gambar 3. 9 Analisis konfirmatorik faktor self-defeating humor dari variabel

humor style

Gambar 3. 11 Analisis konfirmatorik faktor dari variabel self-esteem

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

120

ITEM36.33

ITEM9-0.77

ITEM166.54

PUBLIC 0.00

Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000

2.16

2.67

2.12

ITEM13.88

ITEM77.44

ITEM14-0.21

INTELLEC 0.00

Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000

0.89

-0.77

0.92

ITEM26.51

ITEM80.31

ITEM155.93

IDEOLOGY 0.00

Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000

3.69

5.16

3.94

Gambar 3.10 Analisis konfirmatori faktor intellectual dari variabel

religiusitas

Gambar 3. 11 Analisis konfirmatorik faktor ideology dari variabel religiusitas

Gambar 3. 11 Analisis konfirmatorik faktor public practice dari variabel

religiusitas

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

121

ITEM47.77

ITEM57.63

ITEM105.63

ITEM117.75

ITEM174.77

ITEM18-0.72

PRIVATE 0.00

Chi-Square=11.25, df=7, P-value=0.12819, RMSEA=0.071

2.32

3.72

3.75

3.27

6.42

8.53

ITEM67.19

ITEM127.10

ITEM134.20

ITEM193.10

EXPERIEN 0.00

Chi-Square=1.09, df=2, P-value=0.57977, RMSEA=0.000

5.10

5.43

8.68

9.32

Gambar 3. 13 Analisis konfirmatorik faktor private practice dari variabel

religiusitas

Gambar 3. 15 Analisis konfirmatorik faktor experience dari veriabel

religiusitas

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

122

Lampiran Output Happiness

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by

Scientific Software International, Inc.

7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100

Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.

Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140

Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004

Use of this program is subject to the terms specified in the

Universal Copyright Convention.

Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file E:\Skripsi

ANA\FIX\HAPPINESS\HAPPY.spl:

uji validitas

DA NI=4 NO=120 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4

PM SY FI=happiness.cor

MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

HAPPINESS

FR LX 1 -LX4

PD

OU SS TV MI

uji validitas

Number of Input Variables 4

Number of Y - Variables 0

Number of X - Variables 4

Number of ETA - Variables 0

Number of KSI - Variables 1

Number of Observations 120

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

123

uji validitas

Correlation Matrix

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4

-------- -------- -------- --------

ITEM1 1.00

ITEM2 0.75 1.00

ITEM3 0.32 0.11 1.00

ITEM4 -0.09 -0.01 -0.22 1.00

uji validitas

Parameter Specifications

LAMBDA-X

HAPPINES

--------

ITEM1 1

ITEM2 2

ITEM3 3

ITEM4 4

THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4

-------- -------- -------- --------

5 6 7 8

uji validitas

Number of Iterations = 11

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

LAMBDA-X

HAPPINES

--------

ITEM1 1.42

(0.39)

3.67

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

124

ITEM2 0.53

(0.17)

3.16

ITEM3 0.23

(0.11)

2.09

ITEM4 -0.05

(0.06)

-0.78

PHI

HAPPINES

--------

1.00

THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4

-------- -------- -------- --------

-1.03 0.72 0.95 1.00

(1.11) (0.18) (0.13) (0.13)

-0.92 4.05 7.53 7.72

Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4

-------- -------- -------- --------

2.03 0.28 0.05 0.00

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 2

Minimum Fit Function Chi-Square = 5.75 (P = 0.056)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 5.62 (P = 0.060)

Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 3.62

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 14.82)

Minimum Fit Function Value = 0.048

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

125

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.030

90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.12)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.12

90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.25)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.11

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.18

90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.15 ; 0.28)

ECVI for Saturated Model = 0.17

ECVI for Independence Model = 0.80

Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 87.51

Independence AIC = 95.51

Model AIC = 21.62

Saturated AIC = 20.00

Independence CAIC = 110.66

Model CAIC = 51.92

Saturated CAIC = 57.87

Normed Fit Index (NFI) = 0.93

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.86

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.31

Comparative Fit Index (CFI) = 0.95

Incremental Fit Index (IFI) = 0.96

Relative Fit Index (RFI) = 0.80

Critical N (CN) = 191.51

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.068

Standardized RMR = 0.068

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.88

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20

uji validitas

Modification Indices and Expected Change

No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X

No Non-Zero Modification Indices for PHI

Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38349/2/ANA... · dan baru menjalani hemodialisa . yai. ... hubungan sosial, kondisi negara . mencakup perekonomian

126

-------- -------- -------- --------

ITEM1 - -

ITEM2 5.53 - -

ITEM3 0.03 0.37 - -

ITEM4 0.37 0.03 5.53 - -

Expected Change for THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4

-------- -------- -------- --------

ITEM1 - -

ITEM2 15.13 - -

ITEM3 -0.15 -0.20 - -

ITEM4 0.11 0.01 -0.21 - -

Maximum Modification Index is 5.53 for Element ( 4, 3) of THETA-DELTA

uji validitas

Standardized Solution

LAMBDA-X

HAPPINES

--------

ITEM1 1.42

ITEM2 0.53

ITEM3 0.23

ITEM4 -0.05

PHI

HAPPINES

--------

1.00

Time used: 0.031 Seconds