repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43748/1/DWI... · Anak...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43748/1/DWI... · Anak...
PEMBINAAN AGAMA DALAM
MENUMBUHKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI
LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK
(LPKA) PRIA KLAS I TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Disusun Oleh :
Dwi Avitasari
NIM : 1113052000020
PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H. / 2018 M.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya ilmiah saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
saya cantumkan sesuai dengan Surat Keputusan Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor:
507 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi).
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
karya asli saya atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 01 September 2018
Dwi Avitasari
i
ABSTRAK
Dwi Avitasari, NIM: 111052000020, Pembinaan Agama
dalam Menumbuhkan Tanggung Jawab Sosial pada Anak
Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang, di bawah Bimbingan Abdul
Rahman, M.Si.
Anak didik pemasyarakatan merupakan anak dibawah usia
tertentu yang melakukan tindak kejahatan sehingga mendapatkan
vonis hukuman pidana untuk menjalani masa pembinaan di
lembaga tertentu. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Klas I
Tangerang merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan
secara khusus anak yang sedang menjalani masa hukuman,
dengan menekankan program pembinaan, diharapkan LPKA
dapat memberikan asas pengayoman yang sesuai dengan cara-
cara anak bagaimana pembinaan yang diterapkan dapat
membantu serta mengarahkan sehingga nantinya anak didik tidak
lagi mengulangi kesalahan dan dapat kembali menjadi anggota
masyarakat yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
pelaksanaan dan upaya pembinaan agama dalam menumbuhkan
tanggung jawab sosial pada anak didik pemasyarakatan di LPKA
Pria Klas I Tangerang. Metode yang digunakan adalah metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh dengan
cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Proses pembinaan agama di LPKA Pria Klas I Tangerang
dilakukan oleh tiga tim pembina agama, yaitu tim Gerakan Peduli
Remaja (GPR), tim ESQ Peduli Pemasyarakatan dan tim Al-
Azhar. Kegiatan dimulai dengan pembukaan, materi, dan
penutup. Masing-masing pembina agama memiliki fokus
kegiatan yang berbeda, diantaranya kegiatan diskusi, pegenalan
Al-Qur’an dan ceramah agama. Adapun upaya yang dilakukan
pembina agama dalam menumbuhkan tanggung jawab sosial
diantaranya memberikan materi kepada anak didik yang berkaitan
dengan penumbuhan sikap tanggung jawab sosial, yaitu
pemberian materi akhlak, motivasi dan sejarah.
Kata Kunci: Pembinaan Agama, Tanggung Jawab Sosial,
Anak Didik Pemasyarakatan.
i
Kata Pengantar
بسم الله الرحن الرحيم
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat, nikmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta
salam semoga senantiasa terlimpahkan kehadirat junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya serta seluruh
pengikutnya.
Bukanlah suatu hal yang mudah bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
sedikit ilmu yang dimiliki penulis. Alhamduilillah berkat
petunjuk Allah SWT dan dukungan dari berbagai pihak, maka
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembinaan
Agama dalam Menumbuhkan Tanggung Jawab Sosial pada
Anak Didik Peasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang”. Skripsi ini diajukan
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dengan berupa dukungan, semangat dan pendampingan ataupun
dengan caranya masing-masing. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
ii
1. Dr. Arief Subhan, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto, M.ed. Ph.D selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Raudhonah, M.A.
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Abdul Rahman, M.Si. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk
memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
4. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
5. Drs. M. Lutfi Jamal, M.A. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan arahan dan masukan
kepada penulis dalam penulisan skripsi.
6. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh
Pendidikan di UIN Syari Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tua tercinta, yaitu Bapak Sudarman dan Ibu
Kasmi, yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi dan
iii
do’a yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan penulis.
Semoga senantiasa selalu dalam lindunganNya.
8. Kepada Kakak Darmawan Febrianto dan Adik Adji
Vikiantoro, terima kasih atas bantuan, dukungan dan do’a
kepada penulis.
9. Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas
I Tangerang Ibu Yuli Niartini, Bc.Ip., S.H., M.H.
10. Kepada Kepala Bidang Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan (BIMKEMAS) Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang, Bapak Totong
Silabudin, S.H dan Koordinator Pembinaan Agama Islam
Ustadz Muhammad Wahidi.
11. Kepada seluruh Pembina Agama yang telah menerima dan
membantu penulis melakukan penelitian di LPKA Pria Klas I
Tangerang, tim GPR, tim ESQ dan tim Al-Azhar.
12. Kepada seluruh Anak Didik Pemasyarakatan di LPKA Pria
Klas I Tangerang. Khususnya Acong, Rio, dan Bolong yang
telah menjadi informan dan teman penulis, terus semangat.
13. Untuk Sahabat seperjuangan Meiga Latifah Putri Permadin
yang selalu menemani penulis ke lembaga, Susi Afriyani,
Qoys Dzulfaqqar, dan Seluruh teman seperjuangan BPI
Angkatan 2013 yang tidak dapat dituliskan satu persatu,
terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan
kepada penulis.
Semoga Allah SWT menerima dan membalas segala
kebaikan serta ketulusan mereka. Hanya kepada Allah SWT
penulis memohon pertolongan. Dengan segala keterbatasan
iv
pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih memiliki kekurangan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya, dan mahasiswa
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya.
Jakarta, September 2018
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ................................................................................ v
DAFTAR TABEL..................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ......... Error! Bookmark not defined.
B. Pembatasan Masalah.................................................. 8
C. Rumusan Masalah...................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 8
E. Metodologi Penelitian................................................ 9
F. Keabsahan Data ....................................................... 15
G. Sumber Data ............................................................ 16
H. Tinjauan Pustaka…………………………………. 17
I. Sistematika Penulisan…………………………….. 18
BAB II LANDASAN TEORI .................................................. 21
A. Pembinaan Agama ................................................... 21
1. Pengertian Pembinaan Agama ............................ 21
2. Fungsi dan Tujuan Pembinaan Agama ............... 23
3. Metode Pembinaan Agama ................................. 24
4. Materi Pembinaan Agama ................................... 25
B. Tanggung Jawab Sosial ........................................... 27
1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial ..................... 27
2. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial ............. 30
C. Anak Didik Pemasyarakatan ................................... 32
1. Pengertian Anak Didik Pemasyarakatan ............. 32
2. Hak-Hak Anak Didik Pemasyarakatan ............... 36
BAB III GAMBARAN UMUM................................................ 41
A. Sejarah Singkat LPKA Pria Klas I Tangerang ........ 41
B. Hukum Pelaksanaan ................................................ 42
C. Visi, Misi, Motto ..................................................... 43
vi
D. Kondisi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria
(LPKA) Klas I Tangerang ....................................... 45
E. Struktur Organisasi .................................................. 49
F. Mekanisme Kerja ………...……………………......50
G. Kegiatan Pembinaan Agama di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Pria (LPKA) Klas I
Tangerang………………………………………… 52
BAB IV IDENTITAS INFORMAN, TEMUAN LAPANGAN
DAN ANALISIS DATA .............................................. 55
A. Data Informan .......................................................... 55
1. Pembina Agama .................................................. 55
2. Anak Didik Pemasyarakatan ............................... 57
B. Temuan Lapangan dan Analisis Data ...................... 59
1. Pelaksanaan Pembinaan Agama dalam
Menumbuhkan Tanggung Jawab Sosial pada Anak
Didik Pemasyarakatan di LPKA Pria Klas I
Tangerang ............................................................ 59
2. Upaya Pembinaan Agama dalam Menumbuhkan
Tanggung Jawab Sosial pada Anak Didik
Pemasyarakatan di LPKA Pria Klas I
Tangerang………………………………………65
3. Analisis Pembinaan Agama dalam Menumbuhkan
Tanggung Jawab Sosial pada Anak Didik
Pemasyarakatan di LPKA Pria Klas I
Tangerang ............................................................ 71
BAB V PENUTUP ................................................................... 76
A. Kesimpulan .............................................................. 76
B. Saran ........................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Informan yang Diwawancara …………………….. 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Tindak kejahatan dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa
memandang status sosial, jenis kelamin maupun usia. Baik
orang dewasa, remaja, bahkan anak- anak sekalipun tak luput
dari tindak perbuatan kejahatan. Kabar media online yang
menjadi salah satu sumber informasi ramai mengabarkan
berita mengenai berbagai tindak kejahatan, seperti kejahatan
yang dilakukan oleh 14 orang anak dibawah umur yang
melakukan tindak asusila dan membunuh seorang siswi SMP
di Bengkulu.1 Selain itu, ada pula mengenai 6 orang siswa
SMP dan SMA yang dicokok petugas setelah mencuri motor.2
Fakta-fakta tersebut merupakan potret buram akhlak moral
remaja saat ini.
Tingkat kejahatan yang terjadi semakin lama semakin
meningkat dilatar belakangi oleh beberapa hal, diantaranya
karna faktor ekonomi, rendahnya pendidikan serta kurangnya
pemahaman tentang hukum.3 Pada akhirnya, mereka yang
1 Sarah Rachelea, Heboh, Deretan Kasus Kejahatan Yang
Menggemparkan Indonesia Di
2016,http://www.suratkabar.id/25676/news/heboh-deretan-kasus-kejahatan-
yang-menggemparkan-indonesia-di-2016, diakses pada 20 Maret 2017, pukul
09.00 WIB. 2 Ricky Richardo, “Belum Genap Dua Pekan Tahun 2017, 6 Anak
Dibawah Umur Diringkus Akibat Tindak Kejahatan
https://kupastuntas.co/berita-daerah-lampung/selatan/2017-01/belum-genap
dua-pekan-tahun-2017-6-anak-dibawah-umur-diringkus-akibat-tindak-
kejahatan/, diakses pada 20 Maret 2017, pukul 09.20 WIB. 3 Achmad Syaukani Wizedan, Skripsi “Implementasi Pembinaan
Narapidana Di Lapas Klas I Cipinang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor
2
melakukan tindak kejahatan tersebut harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan menjalani
pembinaan di lembaga pembinaan berdasarkan putusan
pengadilan.
Individu yang gagal dalam proses sosialisasi karena
adanya beberapa cacat yang dimilikinya, dalam bersikap dan
berperilaku tidak sesuai dengan pedoman nilai-nilai sosial dan
nilai-nilai kepercayaan yang ada dalam masyarakat
menjadikan seseorang mengalami masalah sosial4. Jelaslah
bahwa nilai-nilai sosial dan kepercayaan atau adat istiadat
yang ada memiliki nilai pengontrol dan nilai sanksional
terhadap tingkah laku anggota masyarakatnya. Apabila tingkah
laku seseorang dianggap tidak sesuai, melanggar norma dan
adat istiadat, atau tidak sesuai dengan tingkah laku umum
menjadikan seseorang diangap sebagai masalah sosial.
Setiap orang tentu memiliki permasalahan di dalam
hidupnya, namun perbedaannya adalah tingkat permasalahan
yang dihadapi. Permasalahan sosial misalnya, tidak hanya
terjadi di kalangan orang dewasa, melainkan juga terjadi pada
anak- anak, bentuk permasalahan atau penyimpangan yang
terjadi seperti perkelahian, penyalahgunaan obat-obatan,
hingga pembunuhan. Perilaku yang demikian dikatakan
perilaku maladaptif, artinya perilaku yang dilakukannya
12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan”, (Jakarta, Pascasarjana Universitas
Islam Jakarta, 2012), h. 1. 4 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2010), Cet. Ke- II, h. 78.
3
mempunyai dampak merugikan bagi individu dan atau
masyarakat lain.5
Seseorang (dalam hal ini anak) melakukan tindak asosial
atau melakukan tindakan pelanggaran hingga mengganggu
stabilitas sosial dikarenakan tidak terbangun atau terbentuknya
jiwa-jiwa sosial sejak kecil yang seharusnya ia terima dari
lingkup kelompok sosial terkecilnya yaitu keluarga. Ketiadaan
sikap tanggung jawab sosial ini membuat seseorang
melakukan suatu perbuatan tanpa ada rasa peduli kepada orang
lain yang menyebabkan adanya dampak merugikan bagi orang
lain.
Allah SWT menciptakan manusia dengan sempurna dan
terbaik bila dibandingkan dengan makhluk-Nya yang lain.
Bukan hanya sekedar berbeda susunan fisik, tapi juga lebih
jauh adalah kelebihan aspek psikisnya. Kelebihan tersebut
menjadikannya sebagai makhluk ciptaan Allah yang mulia.
Untuk itu, tidak berlebihan jika Allah SWT memberikan
kepada manusia dengan amanah-Nya untuk menjadi khalifah,
sekaligus sebagai makhluk pengabdi („abd).6 Dalam surat
Adz-Dzariyat ayat 56, Allah menjelaskan mengenai tugas
manusia sebagai hamba („abd) berdasarkan firmanNya:
وس إل نيعبدون وما خهقت انجه وال
“Dan Aku tidak menciptakan manusia dan jin kecuali
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
5 Supratiknya, Mengenal Perilaku Abnormal, (Yogyakarta: Kanisius,
1995), h. 15. 6 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), Cet. Ke-1, h.1.
4
Dan dalam surat Al-Baqarah ayat 30:
وإذ قال ربل نهملئكة إوي جاعم في الرض خهيفة
ماء ووحه وسبح قانىا أتجعم فيها مه يفسد فيها ويسفل اند
بحمدك و وقدس نل قال إوي أعهم ما ل تعهمىن
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:”Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Manusia sebagai abid, yaitu sebagai hamba yang
beribadah kepada Allah. Sedangkan manusia sebagai khalifah
ialah manusia sebagai pengemban amanah yang memiliki
tanggung jawab terhadap manusia yang lain serta
lingkungannya.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa
bantuan pihak lain. Sebagai makhluk hidup yang memiliki
ketergantungan pada pihak lain, maka kehidupan manusia suka
tidak suka ada dalam keadaan interdependensi. Artinya
manusia tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya secara
mandiri tanpa bantuan pihak lain.7 Manusia senantiasa hidup
dalam suatu lingkungan, baik lingkungan fisik, psikis atau
7 Badan Litbang dan DIKLAT, Tanggung Jawab Sosial (Tafsir Al-
Qur‟an Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2011), h. 3.
5
spiritual yang didalamnya ada hubungan timbal balik sejak
dilahirkan.8
Manusia yang menunjukkan perilaku sosial yang
bertanggung jawab dengan tanpa meninggalkan ibadah,
menjadikan keimanan seseorang bertambah. Karena ia dapat
menjalin hubungan sesama manusia dengan baik tanpa
meninggalkan ibadah keagamaannya kepada Tuhan.
Hidup bermasyarakat memiliki konsekuensi tersendiri
bagi individu-individu yang menjadi anggota kelompok
tersebut. Salah satunya yaitu rasa tanggung jawab masing-
masing individu akan keutuhan dan kelancaran hidup sosial.9
Anak didik Pemasyarakatan LPKA merupakan contoh
anak-anak dibawah umur dengan usia 14 sampai 18 tahun
yang melakukan tindak perilaku kejahatan hingga
mengganggu, merugikan orang lain dan perilaku ini
merupakan wujud kurangnya perilaku tanggung jawab sosial,
kurangnya perhatian mereka terhadap orang lain dan belum
dapat memahami bagaimana semestinya bersikap tanggung
jawab terhadap orang lain.
Penanganan yang dilakukan oleh pihak pemerintah
kepada anak yang berhadapan dengan hukum antara lain
berupa pemberian pemidanaan bagi mereka yang telah terbukti
melakukan tindak pidana. Pelaksanaan pidana atau
pemidanaan dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan
8 Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), h.
194. 9 Sudarsono, Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi dan
Resosialisasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), Cet. Ke- 6, h. 112.
6
melalui suatu pembinaan dan bimbingan yang diberikan
kepada mereka yang telah melanggar hukum. Untuk
mewujudkan proses pembinaan dan bimbingan yang
maksimal, Lembaga Pemasyarakatan sebagai salah satu wadah
pembinaan dituntut untuk lebih ditingkatkan peranannya
dalam membina tahanan dan warga binaan.
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang merupakan satu-satunya lembaga anak pria di
daerah Tangerang yang memberikan program pembinaan
agama kepada anak didik pemasyarakatan yang sedang
menjalani masa pembinaan. Pembinaan agama yang diberikan
merupakan salah satu program yang diwajibkan oleh
pemerintah untuk dilaksanakan di setiap lembaga
pemasyarakatan.
Pembinaan agama sangat diperlukan bagi anak didik yang
sedang menjalani masa hukuman agar mereka dapat
menghadapi setiap permasalahan yang dihadapi dan dapat
kembali ke jalan yang benar sesuai norma sosial dan tentunya
ajaran agama.
Berdasarkan Undang-Undang No.11 tahun 2012 tentang
sistem peradilan pidana anak yang semula lembaga
pemasyarakatan diubah menjadi lembaga pembinaan khusus
anak. Lembaga pembinaan menjadi tempat pelaksanaan asas
pengayoman yang merupakan tempat untuk mencapai suatu
7
sistem pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi dan
reintegrasi.10
Anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan
penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia
bagi Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang
berkualitas akan mampu memimpin serta memelihara kesatuan
dan persatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945, untuk itu dengan perubahan LAPAS menjadi
LPKA ini diharapkan dapat memberikan asas pengayoman
yang sesuai dengan cara-cara anak bagaimana pembinaan yang
diterapkan dapat membantu, mengarahkan serta
menumbuhkan tanggung jawab sosial pada anak didik
pemasyarakatan sehingga nantinya mereka tidak lagi
mengulangi tindak kejahatan dan dapat kembali menjadi
anggota masyarakat yang baik.
Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian, maka peneliti mengambil judul penelitian dengan
judul “PEMBINAAN AGAMA DALAM
MENUMBUHKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI
LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA)
PRIA KLAS I TANGERANG”.
10
Wijaya Rivai, H, Pemasyrakatan dalam Dinamika Hukum dan Sosial,
(Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan, 2012), Cet. Ke- 2, h. 6.
8
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pembinaan agama yang
mewakili tiap tim dan anak didik pemasyarakatan beragama
Islam yang telah mengikuti kegiatan pembinaan agama di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pelaksanaan pembinaan agama pada
Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang?
2. Bagaimana upaya pembinaan agama dalam menumbuhkan
tanggung jawab sosial pada Anak Didik Pemasyarakatan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa tujuan dan manfaat dari penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan
pembinaan agama bagi anak didik pemasyarakatan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang.
b. Untuk mengetahui bagaimana upaya pembinaan agama
dalam menumbuhkan tanggung jawab sosial anak didik
pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang.
9
2. Manfaat :
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi ilmu pembinaan agama
khususnya yang berhubungan dengan pembinaan anak
didik pemasyarakatan.
b. Secara praktis, diharapkan penelitian ini membantu
bagi semua pihak, baik itu bagi anak didik yang
dilakukan pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang, dan bagi
masyarakat pada umumnya supaya dapat menerima
anak didik pemasyarakatan yang telah menjalani
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah salah satu kerja untuk
memahami objek penelitian dalam rangka menemukan,
menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan.11
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian (contohnya:
Perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya)
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata kata yang tertulis
dan bahasa, pada suatu konteks khususnya yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.12
11
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet Ke-23, h. 4. 12
Ibid., h. 6.
10
Fakta-fakta yang ada di lapangan dan
mendeskripsikan secara sistematis, secara faktual dan
akurat tentang Pembinaan Agama yang diterapkan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang. Dalam pendekatan penelitian ini penulis juga
menggunakan teori yang relevan dengan tanggung jawab
sosial yaitu tanggung jawab sosial.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017
sampai bulan Juli 2018. Lokasi penelitian yaitu di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang, beralamat di Jl. Daan Mogot No.29 C,
Tangerang. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini
berdasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
a. Peneliti belum menemukan hasil penelitian di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas
I Tangerang mengenai Pembinaan Agama dalam
Menumbuhkan Tanggung Jawab Sosial Anak Didik
Pemasyarakatan.
b. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas
I Tangerang ini merupakan satu-satunya lembaga
pembinaan anak pria di daerah Tangerang.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek
penelitian sebagai informan adalah narasumber yang
dapat memberikan informasi. Teknik pemilihan
11
informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel bertujuan (purpossive sample).13
Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti
memilih para informan yang menurut peneliti dapat
memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Tabel 1
Informan yang di wawancara
No. Nama Status
1 Suci Susanti Pembina Agama GPR
2 Ratu Suharyati Pembina Agama ESQ
3 Muchidin Yusuf Wastum Pembina Agama Al-Azhar
4 Acong Anak Didik Pemasyarakatan
5 Rio Anak Didik Pemasyarakatan
6 Bolong Anak Didik Pemasyarakatan
Sumber: Hasil Observasi Tanggal 09 Juli 2018.
b. Objek Penelitian
Sedangkan objek penelitian ini adalah pembinaan
agama dalam menumbuhkan tanggung jawab sosial
pada anak didik pemasyarakatan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),
sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperan serta (participant
13
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007) Cet ke-23, h. 224.
12
observation), wawancara mendalam (in depth interview)
dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang akan
peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data
tambahan tentang pembinaan agama dan tanggung
jawab sosial anak didik pemasyarakatan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu, percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.14
Dalam hal ini, penulis sebagai pewawancara
sedangkan pembina agama dan anak didik
pemasyarakatan sebagai terwawancara yang memberi
jawaban atas pertanyaan. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui pembinaan agama dalam menumbuhkan
tanggung jawab sosial anak didik pemasyarakatan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang.
14
Herdiansyah, H. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 118.
13
c. Dokumentasi
Menurut Herdiansyah, dokumentasi merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif
untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang
subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen
lainnya yang dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan. 15
Untuk mengamati data yang diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara penelitian, peneliti
mengumpulkan biografi atau dokumentasi dan data-
data sendiri yang didapat di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang. Seperti
arsip profil, data anak didik pemasyarakatan, oto
kegiatan, rekaman wawancara, dan lain-lain.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan dan Biklen adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.16
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan
metode deskriptif kualitatif yaitu mengelola data dan
15
Herdiansyah, H. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial, h. 143. 16
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007) Cet ke-23, h. 248.
14
melaporkan apa yang telah diperoleh selama penelitian
dengan cermat dan teliti serta memberikan interpretasi
terhadap data itu kedalam suatu kebulatan dengan
menggunakan kata-kata, sehingga dapat menggambarkan
objek penelitian saat dilakukannya penelitian ini.17
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
pada saat pengumpulan data seperti yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh.18
Proses analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan
yang telah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen
resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
Ada berbagai cara untuk menganalisis data dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Reduksi data, yaitu peneliti mencoba memilih data
yang relevan terkait Pembinaan Agama dalam
Menumbuhkan Tanggung Jawab Sosial pada Anak
Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang.
b. Penyajian data, yaitu setelah data mengenai
Pembinaan Agama dalam Menumbuhkan Tanggung
17
Masri Sangribuan dan Soyan Efendi (ed), Metode Penelitian Survey,
(Jakarta: Rajawali Press, tt), h. 52. 18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 243.
15
Jawab Sosial pada Anak Didik Pemasyarakatan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas
I Tangerang terkumpul, maka data tersebut disusun
dalam bentuk narasi, visual, gambar, matrik, bagan,
tabel dan lainnya.
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan
kesimpulan dengan menghubungkan dari tema
tersebut sehingga memudahkan untuk menarik
kesimpulan.
F. Keabsahan Data
Dalam penelitian deskriptif kualitatif, pemeriksaan
keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi.
Triangulasi menurut Lexy J Moleong adalah “teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.” 19
Dezin membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik dan teori.
1. Triangulasi Sumber
Membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.20
Dalam hal
ini triangulasi ini dilakukan dengan mewawancarai
19
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007) Cet ke-23, h. 330. 20
Ibid., h. 330.
16
beberapa pembina agama dan beberapa anak didik
pemasyarakatan.
2. Triangulasi Metode
Menurut Patton, terdapat dua strategi yaitu pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama. Dalam penelitian ini, seperti yang telah dijelaskan
bahwa penulis menggunakan tiga metode pengumpulan
data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
3. Triangulasi Waktu
Terkadang data yang diperoleh seseorang peneliti
ketika melakukan wawancara atau observasi berbeda
disebabkan faktor waktu. Wawancara yang dilakukan
ketika siang hari dapat menghasilkan data yang berbeda
dengan data wawancara yang dilakukan pada pagi hari.21
Triangulasi waktu dilakukan untuk mendapatkan data yang
komprehensif, untuk memperkuat data dan mendapatkan
yang lebih akurat, maka dilakukan pula observasi tiga
sampai empat di hari dan waktu yang berbeda.
G. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan
adalah metode observasi yakni aktivitas pengamatan melalui
alat indera. Adapun sumber utama penelitian ini adalah objek
lapangan, dalam hal ini adalah pembinaan agama pada anak
21
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
Kualitataif dan R&D), (Bandung; alfabeta, 2010), cet. XI h. 374.
17
didik pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang.
H. Tinjauan Pustaka
1. “Pembinaan Agama Islam Sebagai Upaya Pengurangan
Terjadinya Pengulangan Tindak Pidana bagi Narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur” yang
dilakukan oleh Handi Supriandi pada tahun 2014.
Penelitian ini menyebutkan bahwa:
Pelaksanaan pembinaan agama yang dilaksanakan di
LAPAS Cianjur sudah sangat baik, karena dalam
pelaksanaan pembinaan agama Islam tersebut terdapat
kegiatan-kegiatan yang dilakukan rutin setiap hari,
terjadwal dengan rapih dan seluruh narapidana mengikuti
dengan baik dan tertib. Materi yang disampaikan
mendasar sehingga para narapidana dapat dengan mudah
mengerti tentang materi yang disampaikan.
2. “Pendidikan Akhlak dalam Keluarga Sebagai Upaya
Pembentukan Sikap Tanggung Jawab Sosial Anak (Studi
Kualitatif Pada Warga RW 07 Jatiasih Bekasi)” yang
dilakukan oleh Herawati pada tahun 2010. Penelitian ini
menyebutkan bahwa:
Pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga untuk
membentuk sikap tanggung jawab sosial pada anak di RW
07 Jati Asih Bekasi Selatan sudah berjalan cukup baik
tetapi belum maksimal. Dari hasil penelitian peran orang
tua belum maksimal dalam memberikan arahan kepada
anak tentang sikap yang baik terhadap orang lain,
18
walaupun memberikan arahan tetapi orang tua kurang
memberikan contoh konkrit dalam pendidikan akhlak
sehingga anak kurang menyadari tanggung jawabnya.
Dari kedua hasil penelitian di atas, penulis menyatakan
bahwa hasil penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya, yaitu:
1. Subjek penelitian skripsi ini adalah anak didik
pemasyarakatan. Hal ini berbeda dengan subjek penelitian
yang dibahas pada tinjauan pustaka di atas.
2. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang. Lokasi
penelitian ini berbeda dengan tinjauan pustaka di atas.
3. Masalah penelitian dalam penulisan skripsi ini membahas
Pembinaan Agama dalam Menumbuhkan Tanggung
Jawab Sosial pada Anak Didik Pemasyarakatan. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dibahas pada tinjauan
pustaka diatas.
I. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini penulis mengacu pada
pedoman penulisan karya ilmiah berdasarkan Keputusan
Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun
2017. Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam
lima bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang Latar Belakang,
Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
19
Keabsahan Data, Sumber Data, Kajian Pustaka
dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini meliputi Pengertian Pembinaan Agama,
Fungsi dan Tujuan Pembinaan Agama, Metode
Pembinaan Agama, Materi Pembinaan Agama,
Pengertian Tanggung Jawab Sosial, Ruang
Lingkup Tanggung Jawab Sosial, Pengertian
Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Hak Anak
didik Pemasyarakatan.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Bab ini membahas mengenai Sejarah Singkat
Lembaga, Hukum Pelaksanaan, Visi Misi Motto,
Kondisi Lembaga dan Kegiatan Pembinaan
Agama di Lembaga.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
DATA
Bab ini meliputi Deskripsi Informan, Proses
Pelaksanaan Pembinaan Agama dalam
Menumbuhkan Tanggung Jawab Sosial di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas
1 Tangerang, Upaya Pembinaan Agama dalam
Menumbuhkan Tanggung Jawab Sosial di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas
1 Tangerang dan Analisis Pembinaan Agama
dalam Menumbuhkan Tanggung Jawab Sosial
Anak Didik Pemasyarakatan Di Lembaga
20
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang.
BAB V PENUTUP
Terdiri dari Kesimpulan dari hasil analisis
penelitian dan saran.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembinaan Agama
1. Pengertian Pembinaan Agama
Kata pembinaan berasal dari bahasa arab yaitu “bina”
yang artinya bangunan. Lalu dibakukan ke dalam Bahasa
Indonesia dengan di beri awalan “pe-“ dan akhiran “an”
menjadi pembinaan yang berarti pembaruan,
penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.22
Menurut Masdar
Helmy, pembinaan mencakup segala ikhtiar (usaha-usaha),
tindakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan
kwalitas beragama baik dalam bidang peribadatan, bidang
akhlak dan bidang kemasyarakatan.23
Dalam bidang peribadatan, pembinaan disampaikan
untuk meningkatkan hubungan baik kepada Allah
(hablumminallah). Dalam bidang akhlak, pembinaan
ditekankan pada kesadaran pribadi bahwa segala perbuatan
tidak akan terlepas dari pengawasan Allah SWT, contohnya
bagaimana berakhlak yang baik seperti sopan santun
terhadap sesama manusia, disiplin, jujur dan lain-lain.
Bidang kemasyarakatan yang diberikan bagaimana
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke- 2, h. 117. 23
Masdar Helmy, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang:
Dies Natalies, IAIN Walisongo Semarang), h. 31.
22
seseorang dapat menjalin hubungan yang baik terhadap
orang lain (hablumminannas).
Sedangkan pembinaan dalam undang-undang No. 32
Tahun 1999 tentang syarat dan tatacara hak warga binaan
adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual sikap dan
perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani
narapidana dan anak didik pemasyarakatan.24
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.25
Sedangkan menurut Zakiah
Daradjat, agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia
yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan
hidup, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.26
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembinaan agama adalah usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kwalitas beragama seseorang agar dapat
mengendalikan sikap, pandangan hidup serta dapat
menghadapi tiap-tiap masalah yang dihadapi.
24
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan UU no. 32 Tahun 1999, Syarat
dan Tata Cara Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, (Jakarta, UU RI No. 32,
1999). 25
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indosnesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002) edisi ke.3, h. 24. 26
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-3, h. 52.
23
2. Fungsi dan Tujuan Pembinaan Agama
a. Fungsi Pembinaan Agama
1) Fungsi preventif, yaitu membantu individu menjaga
atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2) Fungsi kuratif atau korektif, yaitu membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau
dialaminya.
3) Fungsi preservatif, yaitu membantu individu menjaga
agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
menjadi baik dan kebaikan itu bertahan lama.
4) Fungsi developmental atau pengembangan, yaitu
membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik
atau menjadi lebih baik, sehingga tidak ada
kemungkinan munculnya masalah baginya.27
b. Tujuan Pembinaan Agama
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan
kebersihan jiwa mental.
2) Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar
sehat jasmani dan rohani, sehat mental, spiritual dan
moral, serta sehat jiwa dan raganya.
3) Meningkatkan kwalitas, keimanan, keislaman,
keikhsanan dan ketakwaan dalam kehidupan sehari-
hari.28
27
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press,2001), h.37. 28
Ibid., h.37.
24
3. Metode Pembinaan Agama
Menurut Faqih, metode yang digunakan dalam
pembinaan agama adalah sebagai berikut:
a. Metode Langsung
Metode langsung digunakan ketika pembina
agama melakukan komunikasi langsung (tatap muka)
dengan orang yang di bina nya. Metode ini dibagi
menjadi:
1) Metode individual, pembina melakukan komunikasi
secara langsung secara individu dengan orang yang
dibina.
2) Metode kelompok, pembina melakukan komunikasi
langsung dengan klien dalam kelompok.
b. Metode tidak langsung
Metode yang dilakukan pembina agama melalui
komunikasi masa, hal ini dilakukan secara individual
maupun kelompok.
c. Metode keteladanan
Metode ini dilakukan pembina agama sebagai
contoh ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah
laku sopan santunnya akan ditiru.29
4. Materi Pembinaan Agama
Yang dimaksud dengan materi adalah semua bahan-
bahan yang akan disampaikan kepada terbina. Jadi
dimaksud materi disini adalah semua bahan yang dapat
29
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press,2001), h.37.
25
dipakai untuk kegiatan pembinaan keagamaan. Materi
dalam pembinaan keagamaan adalah semua yang
terkandung dalam al-Qur‟an yaitu akidah, syariah dan
akhlak.30
a. Akidah
Secara etimologi (bahasa) akidah adalah ikatan,
sangkutan. Dalam arti teknis akidah ialah suatu yang
mengikat (mempertalikan) antara jiwa makhluk yang
diciptakan dengan khalik yang menciptakan.
Unsur yang utama dan paling undamental dari
akidah Islam ialah kepercayaan kepada keesaan Allah
atau yang disebut juga tauhid. Pembahasan akidah Islam
pada dasarnya melingkupi rukun iman yang enam yaitu:
Iman kepada Allah Swt, Iman kepada Malaikat, Iman
kepada kitab suci, Iman kepada Nabi dan Rasul, Iman
kepada hari akhir, dan Iman kepada qadha dan qadar.
b. Syari‟ah
Secara bahasa syari‟ah adalah jalan. Sedangkan
menurut istilah makna syari‟ah adalah sistem norma
(kaidah) Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam
kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda
dan alam lingkungan hidupnya.
30
Departemen Agama RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan Bagi
Penyuluh Agama Islam Terampil, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam , 2003), h.5.
26
Kaidah yang mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah disebut kaidah ibadah atau kaidah ubudiah
atau juga yang disebut dengan ibadah mahdah (murni).
Sedangkan kaidah hubungan yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial dan
hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan
hidupnya di sebut dengan kaidah muamalah.31
c. Akhlak
Dari segi bahasa, akhlak adalah benuk jamak dari
kata khuluq yang berarti ikatan yang sangkut pautnya
dengan kata khaliq (pencipta) dan makhluk (yang
diciptakan). Khuluq memiliki arti sifat yang telah
nampak dan telah menjadi tabiat seseorang. Akhlak ialah
sikap yang menimbulkan kelakuan baik dan buruk.
Penggunaan istilah akhlak dalam wacana Islam jauh
lebih luas dan mendalam dari pada istilah moral dan
etika bertitik tolak dari akal dan nalar manusia tentang
ukuran antara yang baik dan yang buruk. Moral atau
moralitas semata-mata menyangkut hubungan dan
peranan manusia dalam masyarakat yang tak terlepas
dari dimensi ruang dan waktu. Akan tetapi, akhlak
mencakup peranan manusia dalam kehidupan seluruhnya
31
Departemen Agama RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan Bagi
Penyuluh Agama Islam Terampil, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam , 2003), h.20.
27
dan akhlak islam bersiat universal karena didasarkan
kepada ajaran Allah dan RasulNya.32
B. Tanggung Jawab Sosial
1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatu.33
Setiap manusia memiliki tanggung jawab sendiri-
sendiri yaitu tanggung jawabnya sebagai manusia.
Tanggung jawab tersebut meliputi tanggung jawab terhadap
Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Sedangkan definisi sosial menurut KBBI yaitu
berkenaan dengan masyarakat atau suka memperhatikan
kepentingan umum.34
Tanggung jawab sosial menurut ilmu
ekonomi disebut juga Coorporate Sociality Responsibility
(CSR), menurut Elkington dalam bukunya Cannibals With
Forks: The Tripple Bottom Line in 21st Century Bussiness,
CSR adalah perusahaan yang tidak hanya memburu
keuntungan ekonomi saja, melainkan memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat.35
Jadi, tanggung jawab sosial merupakan sikap terhadap
orang lain yang harus dipenuhi dan menjadi kewajiban
32
Departemen Agama RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan Bagi
Penyuluh Agama Islam Terampil, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam , 2003), h.31. 33
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar…, Cet. Ke-1, h.899. 34
Ibid., h. 855. 35
Edi Suharto, CSR dan COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan di Era
Globalisasi, (Jakarta: Alfabeta, 2010) h.4.
28
yang harus dilakukan untuk orang lain pula sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab sosial berkaitan erat dengan
kemaslahatan individu dan masyarakat, baik dalam urusan
duniawi maupun urusan ukhrawi. Karena memang
tujuannya adalah mengatur urusan dunia dan agama. Untuk
itu, agar tanggung jawab sosial ini dapat mencapai tujuan,
dibutuhkan aturan dan undang-undang yang dapat
membantu mewujudkannya. Aturan-aturan yang membantu
tercapainya tujuan ini dapat berupa sistem-sistem yang
dihormati oleh manusia di tengah masyarakat. Ia adalah
beberapa sistem yang selalu tumbuh dari nilai- nilai yang
menetap di masyarakat, serta dapat berupa aturan tradisi
yang dijadikan pegangan oleh masyarakat serta dihormati
secara mendalam oleh dirinya.36
Para ahli agama memberikan klasifikasi bahwa agama
memiliki tiga aspek yang saling berkaitan, yaitu intelektual
atau keyakinan, ritual dan sosial. Ketiga aspek tersebut
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Karena apabila
dipisahkan akan mengurangi kesempurnaan iman
seseorang. Pada aspek sosial, manusia sebagai makhluk
sosial dianjurkan untuk dapat menjaga hubungan sosial
yang baik dengan orang lain.37
36
Ali Abdul Halim Mahmud, Fikih Responsibilitas Tanggung Jawab
Muslim dalam Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1998), h. 161. 37
Badan Litbang dan DIKLAT, Tanggung Jawab Sosial (Tafsir Al-
Qur‟an Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2011), h. 1.
29
Apabila diperhatikan, tanggung jawab ditegaskan
adalah yang mempertahankan keadilan, keamanan dan
kemakmuran. Maka kemampuan seseorang bertanggung
jawab dalam segala tindakan merupakan salah satu di
antara kelebihan manusia.
Tanggung jawab seorang muslim, ditunjukkan dengan
berbicara atau diamnya, berbuat atau tidak berbuatnya,
semua timbul dari perasaannya bahwa ia hidup dalam suatu
masyarakat yang satu, disatukan oleh ibadah, akhlak, nilai
dan etika, juga oleh kesatuan tujuan hidup. Islam meliha
kesatuan ini sebagai keharusan bagi manusia jika ingin
menciptakan kebaikan bagi dirinya dan seluruh manusia.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan hak, dua istilah
ini, hak dan tanggung jawab menunjukkan hubungan sebab
akibat yang pasti. Misalnya, apabila kita ingin meminta
pertanggungjawaban seseorang yang telah merusakkan
sepeda kita untuk memperbaikinya sebagaimana semula,
tentu dalam hal ini karena kita merasa berhak untuk itu
karena sepeda itu milik kita. Dengan memenuhi hak dan
kewajiban kepada orang lain, maka seseorang dikatakan
telah bertanggung jawab.38
Hak dan kewajiban terhadap orang lain merupakan hal
yang harus dipupuk sejak dini dalam masa pendidikan anak.
38
Badan Litbang dan DIKLAT, Tanggung Jawab Sosial (Tafsir Al-
Qur‟an Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2011), h.
58.
30
Hal itu pun demi terciptanya anggota masyarakat yang baik
dan berakhlak mulia.
2. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial
Dalam kehidupan, sebagai individu tentu memiliki
peran dan tanggung jawab masing-masing, islam
mengajarkan mengenai kewajiban melaksanakan tanggung
jawab secara penuh terkait dengan apa yang menjadi
tanggung jawabnya.
Karena manusia merupakan makhluk sosial, dikatakan
menurut Al-Qur‟an bahwa manusia secara fitrah adalah
makhluk sosial dan hidup bermasyarakat merupakan satu
keniscayaan bagi mereka, demikian tulis M. Quraish
Shihab.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, hak-hak sosial
terpenting yang harus disampaikan sebagai upaya
pendidikan kepada anak agar menjadi seorang anak yang
baik, di antaranya:39
a. Hak terhadap kedua orang tua. Karena dalam islam,
keluarga dianggap sebagai bangunan pertama
masyarakat.
1) Ridha Allah ada pada ridha orang tua
2) Berbakti kepada orang tua
3) Mendo‟akan orang tua yang masih hidup maupun
yang telah meninggal
39
Herawati, Skripsi “Pendidikan Akhlak dalam Keluarga sebagai Upaya
pembentukan Sikap Tanggung Jawab Sosial Anak (Studi Kualitatif pada
Warga RW 07 Jatiasih Bekasi)”, (Jakarta: UIN Jakarta, 2010), h. 31.
31
4) Larangan berbuat durhaka
5) Berbicara dengan kata-kata yang baik
b. Hak terhadap sanak saudara. Yang dimaksud sanak
saudara disini adalah orang-orang yang mempunyai
pertalian kerabat dan keturunan. Secara berurutan
mereka adalah ayah, ibu, kakak, nenek, saudara anak
laki-laki, anak dari saudara perempuan, paman dari ibu,
bibi dari ibu dan seterusnya. Adapun hak-hak terhadap
mereka yaitu menjaga tali silaturrahmi dan selalu
berbuat baik terhadap mereka.
c. Hak terhadap guru
1) Hendaknya hormat kepada guru, mengikuti
pendapat dan petunjuknya
2) Jika guru mempunyai perangai kasar dan keras,
hendaklah bersikap sabar
3) Hendaknya merendahkan diri di depan guru sambil
mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa
yang disampaikan olehnya
d. Hak terhadap teman
1) Tolong menolong dalam hal kebaikan
2) Tidak mengucilkan seseorang atau berprasangka
buruk kepadanya
3) Mendahulukan orang lain
4) Berlaku adil
5) Tidak bermarahan
6) Menepati janji
7) Saling memaafkan
32
8) Mengucapkan salam
9) Menjenguk saat sakit
10) Memberikan ucapan selamat
e. Hak terhadap orang yang lebih tua
1) Mendudukan orang yang lebih tua secara layak
2) Mendahulukan orang yang lebih tua dalam segala
permasalahan
3) Tidak meremehkan orang yang lebih tua.40
C. Anak Didik Pemasyarakatan
1. Pengertian Anak Didik Pemasyarakatan
Pengertian anak secara umum dipahami masyarakat
sebagai keturunan kedua setelah ayah dan ibu.41
Sedangkan yang diartikan dengan anak-anak atau
juvenile adalah seseorang yang masih dibawah usia
tertentu dan belum kawin. Pengertian Juvenile
Deliquency menurut Kartini Kartono adalah perilaku
jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda,
merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada
anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk
pengabaian sosial sehingga mereka itu mengembangkan
bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang.42
40
Herawati, Skripsi “Pendidikan Akhlak dalam Keluarga sebagai Upaya
pembentukan Sikap Tanggung Jawab Sosial Anak (Studi Kualitatif pada
Warga RW 07 Jatiasih Bekasi)”, (Jakarta: UIN Jakarta, 2010), h. 32. 41
WJS. Poerdaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1992) h. 38. 42
Kartini Kartono, Pathologi Sosial (2) Kenakalan Remaja, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1992), h. 7.
33
Anak dalam pengertian ini termasuk juga remaja,
karena di dalam konteks hukum, istilah remaja tidak
lazim dipergunakan dan dalam perundang-undangan
biasanya lebih tepat disebut anak, belum dewasa, belum
cukup umur, dan sebagainya.43
Dikarenakan dalam istilah hukum seseorang yang
termasuk usia remaja tetap dianggap sebagai anak. Pada
usia ini, masa remaja menurut Mappiere berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan pada
masanya, menurut Hurlock seorang remaja memiliki
tugas untuk berusaha:44
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia
dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota
kelompok yang berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual
yang sangat diperlukan untuk peran sebagai anggota
masyarakat
43
Paulus Hadisuprapto, Delinkuensi Anak Pemahaman dan
Penanggulangannya, (Malang: Bayumedia Publishing, 2008), h. 7. 44
Muhammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.10.
34
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang
dewasa dan orang tua
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial
yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tannggung
jawab kehidupan keluarga.
Mengenai anak yang berhadapan dengan hukum,
merekapun harus mendapat perlindungan hukum dengan
adanya Undang-Undang No.3 Tahun 1997 Tentang
Pengadilan Anak yang telah disempurnakan dengan
diberlakukannya Undang-Undang No.11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Anak.
Anak-anak wajib dilindungi haknya oleh semua orang.
Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang No.23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa:
“Hak anak adalah hak asasi manusia yang wajib
dijamin, dan dilindungi, serta dipenuhi orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah, dan Negara.”45
Pengertian narapidana menurut Undang-undang
Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan dalam
Pasal 1 angka 7 yaitu: “Narapidana adalah terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga
Pemasyarakatan”. Dalam hal ini, narapidana termasuk
45
Devi Rakhmatika, Skripsi “Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan
Menurut Prespektif Hak Anak (Studi terhadap Pembinaan Anak Didik
Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I
Kutoarjo-Purworejo).
35
juga didalamnya anak pemasyarakatan, dan di dalam
Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 Pasal 1 angka 8
dijelaskan mengenai Anak Didik Pemasyarakatan.46
Lembaga Pembinaan Khusus Anak disebut LPKA
adalah lembaga atau tempat anak menjalani masa
pidananya. Pasal 1 Angka 20 UU Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, lembaga
Pembinaan Khusus Anak adalah tempat pendidikaan dan
pembinaan bagi Anak Pidana, Anak Negara, dan Anak
Sipil.
Anak didik pemasyarakatan adalah sebagaimana di
sebutkan dalam Undang-Undang nomor 12 tahun 1995
pasal 1 butir ke 8 terdiri dari:
1. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan
pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling
lama sampai berumur 18 tahun;
2. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan
pengadilan diserahkan pada Negara untuk dididik dan
ditempatkan di LAPAS anak paling lama sampai
berumur 18 tahun;
3. Anak sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua
atau walinya memperoleh penetapan pengadilan
untuk dididik di LAPAS anak paling lama sampai
berumur 18 tahun.47
46
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Penjelasan atas UU No.12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan. 47
Refly Mintalangi, “Hak Anak Didik Pemasyarakatan Menurut UU
No.12 Tahun 1995”, Lex Et Societatis Vol.1, no. 5 (September 2013): h. 22.
36
2. Hak-Hak Anak Didik Pemasyarakatan
a. Anak Pidana
Hak-hak Anak Pidana diatur dalam Pasal 22
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan sebagai berikut:48
1) Berhak melakukan ibadah sesuai dengan agama
atau kepercayaannya;
2) Berhak mendapatkan perawatan baik perawatan
rohani maupun jasmani;
3) Berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
4) Berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
makanan yang layak;
5) Berhak menyampaikan keluhan;
6) Berhak mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti
siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;
7) Berhak menerima kunjungan keluarga, penasehat
hukum, atau orang tertentu lainnya;
8) Berhak mendapatkan pengurangan masa pidana
(remisi);
9) Berhak mendapatkan kesempatan berasimilasi
termasuk cuti mengunjungi keluarga;
10) Berhak mendapatkan pembebasan bersyarat;
11) Berhak mendapatkan cuti menjelang bebas;
48
Refly Mintalangi, “Hak Anak Didik Pemasyarakatan Menurut UU
No.12 Tahun 1995”, Lex Et Societatis Vol.1, no. 5 (September 2013): h. 22.
37
12) Berhak mendapatkan hak-hak lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Anak Pidana tidak berhak mendapatkan upah
atau premi atas pekerjaan yang dilakukan. Terhadap
Anak Pidana tidak dipekerjakan baik didalam maupun
diluar LAPAS tetapi dapat melakukan latihan kerja.
Anak Pidana wajib mengikuti secara tertib program
kegiatan dan kegiatan tertentu yang diarahkan pada
kemampuan Anak Didik Pemasyarakatan untuk
berintegrasi secara sehat dengan masyarakat.49
b. Anak Negara
Hak-hak Anak Negara diatur dalam Pasal 29
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 sebagai
berikut:50
1) Berhak melakukan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya;
2) Berhak mendapat perawatan baik perawatan
jasmani maupun rohani;
3) Berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
4) Berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
makanan yang layak;
5) Berhak menyampaikan keluhan;
49 Refly Mintalangi, “Hak Anak Didik Pemasyarakatan Menurut UU
No.12 Tahun 1995”, Lex Et Societatis Vol.1, no. 5 (September 2013): h. 23. 50
Ibid., h.23.
38
6) Berhak mendapat bahan bacaan dan mengikuti
siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;
7) Berhak menerima kunjungan keluarga, penasehat
hukum, atau orang tertentu lainnya;
8) Berhak mendapatkan kesempatan berasimilasi
termasuk cuti mengunjungi keluarga;
9) Berhak mendapatkan pembebasan bersyarat;
10) Berhak mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
11) Berhak mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Anak Negara tidak berhak mendapatkan upah atau
premi atas pekerjaan yang dilakukannya dan juga tidak
berhak mendapatkan pengurangan masa pidana
(remisi), karena dia bukan dipidana. Anak Negara
wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan
kegiatan tertentu yang diarahkan sesuai dengan
kemampuan Anak Didik Pemasyarakatan untuk
berintegrasi secara sehat dengan masyarakat.51
c. Anak Sipil
Hak-hak Anak Sipil diatur dalam Pasal 36 jo.
Pasal 14 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan sebagai berikut:
1) Berhak melakukan ibadah sesuai agama atau
kepercayaannya;
51 Refly Mintalangi, “Hak Anak Didik Pemasyarakatan Menurut UU
No.12 Tahun 1995”, Lex Et Societatis Vol.1, no. 5 (September 2013): h. 23.
39
2) Berhak mendapatkan perawatan baik perawatan
rohani maupun jasmani;
3) Berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
4) Berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
makanan yang layak;
5) Berhak menyampaikan keluhan;
6) Berhak mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti
siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;
7) Berhak menerima kunjungan keluarga, penasehat
hukum, atau orang tertentu lainnya;
8) Berhak mendapatkan kesempatan berasimilasi
termasuk cuti mengunjungi keluarga;berhak
mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan
peraturan.52
Anak sipil tidak berhak mendapatkan upah atau
premi atas pekerjaan yang dilakukan, karena anak
belum boleh bekerja. Demikian juga tidak berhak
mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) karena
ia bukan dipidana, selanjutnya juga tidak berhak
mendapatkan pembebasan bersyarat maupun cuti
menjelang bebas karena anak sipil hanya untuk dididik
bukan menjalani pidana.
Anak sipil wajib mengikuti program pembinaan
dan kegiatan tertentu yang diarahkan sesuai pada
52 Refly Mintalangi, “Hak Anak Didik Pemasyarakatan Menurut UU
No.12 Tahun 1995”, Lex Et Societatis Vol.1, no. 5 (September 2013): h. 22.
40
kemampuan untuk berintegrasi secara sehat dengan
masyarakat.53
53 Refly Mintalangi, “Hak Anak Didik Pemasyarakatan Menurut UU
No.12 Tahun 1995”, Lex Et Societatis Vol.1, no. 5 (September 2013): h. 22.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 menyatakan bahwa
anak-anak terlantar merupakan tangggung jawab Negara, dan
pasal 28 c menyatakan bahwa setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
LPKA Tangerang dibangun Pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1925 diatas tanah seluas area 12.150 m2, dengan
kapasitas 220 anak. Secara historis sejak tahun 1934
pengelolaan diserahkan kepada Pro Juventute untuk
mengasingkan anak keturunan Belanda yang berbuat nakal,
kemudian tahun 1945 berubah menjadi Markas Resimen IV
Tangerang, Tahun 1957 sampai dengan 1961 dikelola oleh
Jawatan Kepenjaraan dan namanya dirubah menjadi
pendidikan Negara, dan kemudian pada tahun 1964 diserahkan
kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan namanya
diubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria
Tangerang.54
54
Profil Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang Tahun 2017.
42
Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri No. 18 Tahun
2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pembinaan
Khusus Anak, dan diberlakukannya UU No. 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Perlakuan terhadap
anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) perlahan
berubah. Pada tanggal 5 Agustus 2015 nama Lapas Anak Pria
Tangerang resmi berubah menjadi Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Pria Klas I Tangerang yang lebih mengutamakan
pendidikan, pembinaan dan program keterampilan kerja
sebagai upaya untuk membina anak didik sehingga dapat
kembali pada masyarakat dengan kondisi yang lebih baik.55
B. Hukum Pelaksanaan
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
6. Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak Nomor 11
Tahun 2002
55 Profil Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang Tahun 2017.
43
7. Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Taa Kerja Lembaga Pembinaan Khusus
Anak
8. Pedoman Perlakuan Anak dalam Proses Pemasyarakatan di
LPKA/ LPAS direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan Anak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI tahun
2014.56
C. Visi Misi Motto
Sama halnya dengan lembaga lain yang memiliki visi misi
dalam menjalankan tugasnya, maka Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas 1 Tangerang juga memiliki
rumusan visi misi dalam melaksanakan tugasnya. Adapun visi,
misi tersebut antara lain:57
1. Visi
Menjadi institusi terpercaya dalam memberikan pelayanan,
perlindungan, pembimbingan, pembinaan dan pendidikan
Anak Didik Pemasyarakatan.
2. Misi
a. Mewujudkan sistem perlakuan kreatif yang
menumbuhkan rasa aman, nyaman, ramah dan layak
anak.
56 Profil Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang Tahun 2017. 57
https://lpka1tangerang.blogspot.com/2016/08/profil-lembaga-
pembinaan-khusus-anak.html, diakses tanggal 2 Januari 2018 pukul 10.00
WIB.
44
b. Melaksanakan perawatan, pelayanan, pendidikan,
pembinaan dan pembimbingan untuk kepentingan
terbaik bagi anak.
c. Membentuk jiwa sportivitas dan cinta ilmu pengetahuan
bagi anak.
d. Menumbuhkembangkan ketaqwaan, kesantunan,
kecerdasan, rasa percaya diri dan keceriaan anak.
e. Memberikan perlindungan, pelayanan dan pemenuhan
hak anak.
3. Motto
Melayani, Melindungi, Membina, Membimbing, dan
Mendidik dengan Sepenuh Hati.
4. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang adalah memberikan
pembinaan kepada anak didik pemasyarakatan agar mereka
menyadari kesalahan mereka dan tidak mengulanginya.
Adapun fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang yaitu:
a. Melakukan pembinaan terhadap anak didik
b. Melakukan bimbingan, mempersiapkan sarana dan
mengelola hasil laihan kerja
c. Melakukan bimbingan sosial dan kerohanian anak
d. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib
e. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga
45
f. Sebagai tempat penahanan bagi tersangka dan terdakwa
anak selama proses penyidikan, penuntunan dan
pemeriksaan di sidang dari wilayah hukum Tangerang.
D. Kondisi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria
Klas I Tangerang
1. Jumlah Pegawai
Petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I
Tangerang saat ini berjumlah 84 Orang, dengan klasifikasi
sebagai berikut:
a. Menurut Jenis Kelamin :
1) Pria : 55 Orang
2) Wanita : 29 Orang
b. Menurut Strata Pendidikan :
1) SLTA : 25 Orang
2) Diploma (D3) : -
3) Sarjana Strata 1 (S1) : 41 Orang
4) Sarjana Strata 2 (S2) : 18 Orang
5) Sarjana Strata 3 (S3) : -
2. Jumlah Anak Didik Pemasyarakatan
Anak Didik Pemasyarakatan saat ini berjumlah 100
Orang, terdiri dari 66 orang pidana anak dan 34 orang
tahanan anak, dengan klasifikasi sebagai berikut:
a. Menurut Agama:
1) Islam : 95 Orang
2) Kristen : 2 Orang
3) Katholik : 3 Orang
4) Budha : -
46
5) Hindu : -
6) Konghuchu : -
b. Menurut Jenis Kejahatan:
1) Narkotika : 21 Orang
2) Pembunuhan : 9 Orang
3) Pencurian dan Perampokan : 8 Orang
4) Ketertiban : 14 Orang
5) Pemerasan : 1 Orang
6) Pencurian : 16 Orang
7) Teroris : 1 Orang
8) Asusila : 1 Orang
9) UU Darurat : 5 Orang
10) Perlindungan Anak : 24 Orang
11) Penganiayaan : 1 Orang
3. Kegiatan-Kegiatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas 1 Tangerang
a. Program Pembinaan
1) Pendidikan Formal
a) SD Istimewa
b) SMP Istimewa
c) SMK Istimewa
d) PKBM Istimewa
2) Pelayanan Kesehatan
a) Pelayanan Kesehatan Poliklinik di dalam LPKA
b) Pelayanan Kesehatan di Luar LPKA
c) Pramuka
d) Upacara Bendera
47
3) Ekstra Kurikuler Olahraga
a) Bulu Tangkis
b) Catur
c) Tenis meja
d) Basket
e) Sepak Bola
f) Futsal
g) Wushu
h) Olahraga Senam
4) Ekstra Kurikuler Musik
5) Ekstra Kurikuler Komik Curhat
6) Pembinaan Kerohanian Kristen
7) Kegiatan Rekreasi
a) Membaca Buku
b) Kreatifitas dari Bahan Daur Ulang
c) Menonton Televisi
b. Program Pelatihan Kerja
1) Pelatihan Pertanian
2) Pengolahan Kerupuk
3) Pelatihan Pengelasan
4) Pelatihan Sablon
5) Pelatihan Decoupage di Media Tas dan Kayu
c. Kunjungan Sosial
d. Kerjasama dengan Pihak Luar
4. Fasilitas
a. Kamar Hunian ( Pavilium )
b. Ruang Makan
48
c. Tempat Ibadah (Masjid dan Gereja)
d. Ruang Kelas
e. Laboratorium Komputer
f. Perpustakaan
g. Ruang Aula
h. Ruang Kunjungan
i. Ruang Hijau
j. Lapangan
49
E. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang58
Sumber: Arsip Profil LPKA Pria Klas I Tangerang Tahun 2017.
58
Arsip Profil LPKA Pria Klas I Tangerang Tahun 2017.
KASI REG DAN
KLASIFIKASI
Yuli Niarti,Bc.IP, SH.MH
KEPALA
Yatiman, S.IP, M.Si
Rahmat Setiawan, SE
Ni Yawan Ernawati,S.IP
URUSAN KEU/
PERLENGKAPAN
URUSAN KEPEG/ TU
SUB. BAG. UMUM
KASI
PEMBINAAN
Herti Hartati,
Amd.IP., SH,
M.Si
KASUBSI
PENDIDIKAN DAN
LATIHAN
KETERAMPILAN Berdi Riyadi, S.H
KASUBSI
BIMKEMAS DAN
PENGENTASAN
Totong Silabudin,
S.H
KASUBSI
REGISTRASI
Roby Fernandez, SH
KASUBSI PENILAIAN
DAN
PENGKLASIFIKASIAN
Hendro Tri Tjahjadi,
SH, MH
KASI PERAWATAN
Agung Jayadi, SH, MH
KASUBSI PERL.
MAKAN, MINUM DAN
PERL. NARAPIDANA
Slamet, SH
KASUBSI
PELAYANAN
KESEHATAN
Trisno Purbayanto, SH
KASI
PENGAWASAN
DAN PENEGAKAN
DISIPLIN
Rino Soleh, Amd.
IP, SH
KASUBSI ADM
PENGAWASAN DAN
PENEGAKAN
DISIPLIN
Heru Setiawan, Amd.
IP, SH
REGU
PENGAWASAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
50
F. Mekanisme Kerja
Berdasarkan peraturan menteri hukum dan hak asasi
manusia Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang
organisasi dan tata kerja Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA), terdapat uraian tugas antara lain:59
1. Kepala yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA).
2. Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan
pengelolaan kepegawaian, tata usaha, penyusunan rencana
anggaran, pengelolaan urusan keuangan, serta
perlengkapan dan rumah tangga.
Subbagian Umum terdiri atas:
a. Urusan Kepegawaian dan Tata Usaha, mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan pengelolaan urusan
kepegawaian dan pelaksanaan tata usaha.
b. Urusan Keuangan dan Perlengkapan, mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana
program dan anggaran, pengelolaan urusan keuangan
serta pelaksanaan urusan perlengkapan dan rumah
tangga.
3. Seksi Registrasi dan Klasifikasi mempunyai tugas
melakukan registrasi, penilaian dan pengklasifikasian
serta perencanaan program pembinaan.
59
Berita Negara Republik Indonesia No. 1148 Tahun 2015, diakses
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn74-2015.pdf pada tanggal
15 Juli 2018 pukul 10.30 WIB.
51
Seksi Registrasi dan Klasifikasi terdiri atas:
a. Subseksi Registrasi, mempunyai tugas melakukan
peregistrasian dan pengolahan data.
b. Subseksi Penilaian dan Pengklasifikasian, mempunyai
tugas melakukan penilaian terhadap anak untuk
keperluan perencanaan program pembinaan dan
klasifikasi.
4. Seksi Pembinaan mempunyai tugas melakukan
pendidikan, pengasuhan, pengentasan, dan pelatihan
keterampilan, serta layanan informasi.
Seksi Pembinaan terdiri atas:
a. Subseksi Pendidikan dan Latihan Keterampilan,
mempunyai tugas melakukan penyusunan dan
pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan
keterampilan.
b. Subseksi Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan, mempunyai tugas melakukan
pembimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak.
5. Seksi Perawatan mempunyai tugas melakukan pelayanan
makanan, minuman dan perlengkapan serta pelayanan
kesehatan.
Seksi Perawatan terdiri atas:
a. Subseksi Pelayanan Makanan, Minuman, dan
Perlengkapan, mempunyai tugas melakukan
pengelolaan makanan dan minuman berdasarkan
standar yang ditetapkan dan pendistribusian
perlengkapan.
52
b. Subseksi Pelayanan Kesehatan, mempunyai tugas
melakukan perawatan kesehatan yang meliputi
preventif, kuratif, dan promotif.
6. Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin mempunyai
tugas melakukan pengawasan, pengadministrasian, dan
penegakan disiplin.
Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin terdiri
atas:
a. Subseksi Administrasi Pengawasan dan Penegakan
Disiplin, mempunyai tugas melakukan administrasi
pengawasan dan penegakan disiplin, kegiatan
pengawasan dan pengamanan, penindakan pelanggaran
disiplin serta pengelolaan pengaduan.
b. Regu Pengawas, mempunyai tugas melakukan
pengawasan dan pengamanan LPKA yang
dikoordinasikan oleh seorang petugas pengawas senior
yang ditunjuk oleh Kepala LPKA.
G. Kegiatan Pembinaan Agama di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang
1. Sejarah pembinaan agama di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang
Pembinaan agama di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang merupakan program
pemerintah yang mengharuskan setiap lembaga
pemasyarakatan dan lembaga pembinaan untuk memiliki
kegiatan pembinaan agama. Kegiatan pembinaan agama
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
53
Tangerang berada dibawah tanggung jawab bimkemas
(bimbingan kemasyarakatan), dengan dua kegiatan
pembinaan, yaitu pembinaan agama islam dan pembinaan
agama kristen. Pada pembinaan agama islam, terdapat
beberapa kegiatan seperti pembinaan agama, sholat
berjama‟ah, rohis, marawis, hadroh, dan pesantren.60
Kegiatan pembinaan agama memiliki kerjasama
dengan pihak ketiga, yaitu pihak luar Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang yang sudah
dipercaya untuk memberikan kajian pada kegiatan
pembinaan agama. Kegiatan dilakukan pada hari selasa,
rabu, kamis dan jum‟at pada jam 10.00 WIB sampai 12.00
WIB.61
2. Pembina Agama
Penanggung jawab kegiatan pembinaan agama islam
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang adalah Ustadz Muhammad Wahidi, namun
dalam pelaksanaannya, kegiatan pembinaan agama di
LPKA berkerjasama dengan pihak ketiga atau pihak luar
LPKA. Terdapat tim yang bergantian mengisi pembinaan
agama, yaitu Tim Gerakan Peduli Remaja (GPR), Tim
ESQ, Tim Al-Azhar dan Tim dari Kementerian Agama.62
60 Wawancara pribadi dengan Ustadz Muhammad Wahidi, di LPKA Pria
Klas I Tangerang, pada tanggal 2 Juli 2018. 61
Wawancara pribadi dengan Ustadz Muhammad Wahidi, di LPKA Pria
Klas I Tangerang, pada tanggal 2 Juli 2018. 62 Wawancara pribadi dengan Ustadz Muhammad Wahidi, di LPKA Pria
Klas I Tangerang, pada tanggal 2 Juli 2018.
54
3. Terbina Agama
Terbina agama di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang adalah semua anak didik
pemasyarakatan yang beragama Islam, berjumlah 95
orang. Dilihat dari segi umur berkisar antara 14-18 tahun,
dari status kejahatan bervariasi seperti pencurian,
pengeroyokan hingga pembunuhan, dan dari masa pidana
yang bervariasi mulai dari 1 tahun hingga 10 tahun.63
63 Wawancara pribadi dengan Ustadz Muhammad Wahidi, di LPKA Pria
Klas I Tangerang, pada tanggal 2 Juli 2018.
55
BAB IV
IDENTITAS INFORMAN, TEMUAN LAPANGAN DAN
ANALISA DATA
A. Identitas Informan
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan temuan yang
peneliti dapatkan selama penelitian yang dilakukan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang, peneliti melakukan kegiatan wawancara dan
observasi langsung terhadap kegiatan pembinaan agama di
LPKA. Dalam pemilihan informan, peneliti menggunakan
teknik purposeful sampling, yaiu berdasarkan kepada ciri-ciri
yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri
tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.64
Informan dalam
penelitian ini adalah satu orang petugas LPKA untuk
kelengkapan dokumen atau arsip, tiga orang pembina agama
dan tiga orang anak didik pemasyarakatan. Klasifikasi ini
berdasarkan pertimbangan dan hasil dari pengamatan penulis
selama observasi di lapangan.
Dibawah ini data-data informan sebagai berikut:
1. Pembina Agama
a. Nama : Suci Susanti
Jabatan : Pembina Agama
Bunda suci menjadi salah satu pembina agama di
LPKA yang mengisi kegiatan pembinaan agama
64
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 106.
56
setiap hari selasa bersama dengan Tim GPR (Gerakan
Peduli Remaja). Bunda suci aktif di pembinaan
agama LPKA sejak tahun 2011 dan beliau merupakan
lulusan sarjana Ilmu Dakwah Al-Hikmah.65
b. Nama : Ratu Suharyati
Jabatan : Pembina Agama
Bunda Ratu menjadi pembina agama di LPKA
sejak tahun 2016. Sebelumnya beliau memang sudah
mengisi kajian di LPKA, tetapi tidak rutin. Bunda
Ratu merupakan lulusan Sarjana Muda bidang
Pendidikan Sosial. Awal mula Bunda Ratu menjadi
pembina agama di LPKA yaitu ketika Bunda Ratu
mengikuti training ESQ Ary Ginanjar dan diutus
untuk mengisi kajian di beberapa Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) Tangerang, mulai dari
LAPAS Anak Wanita, LAPAS Wanita Dewasa, dan
LAPAS Anak Pria.66
c. Nama : Muchidin Yusuf Wastum
Jabatan : Pembina Agama
Saat ini ustadz Muchidin menjadi pembina
agama bersama dengan tim Al-Azhar. Beliau bersama
4 rekannya mengisi kajian setiap hari kamis di LPKA.
Sejak tahun 1995, Al-Azhar sudah bekerjasama
65
Wawancara pribadi dengan Bunda Suci, di LPKA Pria Klas I
Tangerang, pada tanggal 17 Juli 2018. 66
Wawancara pribadi dengan Bunda Ratu, di LPKA Pria Klas I
Tangerang, pada tanggal 04 Juli 2018.
57
dengan LPKA dan Ustadz Muchidin telah bergabung
menjadi pembina agama sejak tahun 2000.67
2. Anak Didik Pemasyarakatan
a. Nama : Acong
Usia : 18 Tahun
Agama : Islam
Saat ini berusia 18 tahun, ia akrab dipanggil
acong yang artinya adik dalam bahasa Madura,
karena orangtuanya berasal dari Madura. Ia terkena
pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dan
pembunuhan. Berawal dari permusuhan antar
kampung, dan ia bersama teman-temannya mengikuti
aksi tersebut hingga perkelahian itu merenggut nyawa
orang lain. Sekarang ia harus menjalani masa pidana
selama 4 tahun.
Acong merupakan anak yatim piatu, ia memiliki
4 saudara, ketiga kakaknya sudah menikah dan
memiliki rumah masing-masing dan sekarang ia
tinggal di daerah Jakarta bersama kakaknya yang
belum menikah.
Acong memiliki kelebihan di bidang kesenian
agama yaitu ia mahir melantunkan sholawat dan
Qira‟at. Setiap satu bulan sekali ia mendampingi
Buya Yahya untuk menjadi tim hadroh di Masjid Al-
67 Wawancara pribadi dengan Ustadz Muchidin, di LPKA Pria Klas I
Tangerang, pada tanggal 19 Juli 2018.
58
A‟zhom Tangerang. Dan ia juga dipercaya menjadi
Takmir masjid di LPKA.68
b. Nama : Rio
Usia : 18 Tahun
Agama : Islam
Rio berusia 18 tahun, ia terjerat pasal 170 KUHP
tentang pembunuhan dengan vonis pengadilan 7
tahun pidana, Rio dan Acong terkena kasus yang
sama, tetapi Rio lebih lama masa pidananya
dikarenakan ia melakukan pembunuhan itu sendiri,
sedangkan Acong masa piananya dibagi-bagi dengan
teman pengeroyokan lainnya. Ia tinggal di daerah
Jakarta bersama dengan neneknya, dikarenakan orang
tua Rio bekerja dan keluarga selalu menjenguknya
satu bulan sekali. Ia bersama Acong dipercaya oleh
petugas untuk menjadi Takmir masjid di LPKA.69
c. Nama : Bolong
Usia : 18 Tahun
Agama : Islam
Bolong terkena kasus pidana pasal 281 KUHP
tentang pelecehan seksual. Ia melakukan pelecehan
seksual terhadap pacarnya saat ditemukan berdua
dalam mobil dan akhirnya mendapat vonis hukum
pidana selama 4 tahun. Ia sudah menjalani hukuman
68 Wawancara pribadi dengan Informan Acong, di LPKA Pria Klas I
Tangerang, pada tanggal 04 Juli 2018. 69 Wawancara pribadi dengan Informan Rio, di LPKA Pria Klas I
Tangerang, pada tanggal 04 Juli 2018.
59
1 tahun di LPKA. Keluarga Bolong tinggal di daerah
Jakarta dan setiap satu bulan sekali menjenguknya.
Bolong diberi kepercayaan oleh petugas LPKA untuk
menjadi tahanan pendamping (TAMPING). Selama
di LPKA, Bolong bersikap baik terhadap siapa saja,
ini dibuktikan dengan tidak adanya kasus selama ia
berada di LPKA.70
B. Temuan Lapangan dan Analisis Data
1. Pelaksanaan Pembinaan Agama Dalam Menumbuhkan
Tanggung Jawab Sosial pada Anak Didik
Pemasyarakatan di LPKA
Pembinaan agama di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang merupakan salah satu
program pemerintah yang mewajibkan setiap lembaga
pemasyarakatan atau lembaga pembinaan untuk memiliki
kegiatan pembinaan agama didalamnya.
Pelaksanaan pembinaan agama di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang berjalan
sesuai jadwal, yaitu tiga kali dalam seminggu, tepatnya
pada hari selasa, rabu, dan kamis. Waktu pelaksanaan
pembinaan agama dimulai pukul 10.00 WIB sampai dengan
12.00 WIB. Pelaksanaan pembinaan agama dilakukan oleh
beberapa tim yang secara bergantian mengisi kegiatan
pembinaan agama. Seperti penuturan yang disampaikan
70 Wawancara pribadi dengan Informan Bolong, di LPKA Pria Klas I
Tangerang, pada tanggal 04 Juli 2018.
60
oleh Ustadz Muhammad selaku koordinator pembina
agama islam:
“Pembinaan agama disini tiap hari selasa, rabu, dan
kamis, Kita kerjasama dengan pihak ketiga, maksudnya
kerjasama dengan pihak luar LPKA. Hari selasa diisi
oleh tim Gerakan Peduli Remaja (GPR), hari rabu diisi
oleh tim ESQ Peduli Pemasyarakatan Tangerang, dan
hari kamis diisi oleh tim Al-Azhar. Sebenarnya ada
juga hari jum‟at, kerjasama dengan Kementerian
Agama Kota Tangerang, tapi sifatnya hanya untuk
pembinaan sholat jum‟at oleh KEMENAG, kadang
juga saya sendiri.”71
Berdasarkan wawancara tersebut yang menyatakan
bahwa pembina agama di LPKA terdiri dari tiga tim yang
bertugas, maka penulis memulai dengan observasi di
masing-masing kegiatan pembinaan agama.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
penulis lakukan di LPKA, proses pelaksanaan pembinaan
agama berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari antusias
keikutsertaan anak didik pemasyarakatan dalam mengikuti
kegiatan pembinaan agama, bila pembina agama sudah tiba
di LPKA, maka bagian informasi akan mengumumkan
melalui speaker LPKA, dan anak didik pemasyarakatan
segera bersiap menuju masjid untuk mengikuti kegiatan
pembinaan. Anak didik juga terbiasa berwudhu terlebih
dahulu sebelum mengikuti pembinaan agama, hal ini
terlihat setiap kali penulis mengikuti kegiatan pembinaan
agama.
71
Wawancara pribadi dengan Ustadz Muhammad, di LPKA Pria Klas I
Tangerang, pada tanggal 04 Juli 2018.
61
Kegiatan pembinaan agama di LPKA diwajibkan bagi
seluruh anak didik pemasyarakatan yang beragama Islam.
Mayoritas agama anak didik yang berada di LPKA adalah
beragama Islam, hanya ada 5 dari 100 anak didik yang
beragama non Islam. Apabila kegiatan pembinaan sudah
dimulai dan anak didik masih berada di dalam kamar, maka
petugas akan melakukan pemeriksaan. Seperti yang
disampaikan oleh informan:
“Kalau sudah mulai pembinaan tapi kita belum
berangkat, ya ada yang meriksa, disuruh berangkat. Ga
ada hukuman juga, karna kalau sudah disuruh gitu pasti
langsung berangkat.”72
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa setiap anak
didik yang beragama Islam selalu mengikuti kegiatan
pembinaan agama, karena anak diwajibkan mengikuti
pembinaan dan ada pemeriksaan oleh petugas bila anak
belum datang ke tempat pembinaan agama.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang penulis
lakukan di LPKA, proses kegiatan pembinaan agama yang
dilakukan pertama kali yaitu pembukaan dengan do‟a,
materi, penutup dan selanjutnya anak didik pemasyarakatan
melaksanakan sholat dzuhur berjama‟ah. Informan bunda
Ratu mengatakan:
“Pertama pembukaan, ya ganti-ganti. Seperti tadi, di isi
kultum dulu sama ustadz, tapi nantinya saya mau
menerapkan seperti di lapas wanita, pertama istighfar,
asmaaul husna, selesai itu baru ngaji. Kita hadirkan
dulu hatinya, supaya dia ga ada dikamar, di rumah,
72
Wawancara pribadi dengan Acong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018.
62
bahwa kita disini, kita mau ngaji. Liat tadi, ngantri kan
ngaji, tatoan penuh, mau ngaji, dulu mah ga ada, pada
tiduran, sekarang Alhamdulillah mau. Kedua, materi.
Ngaji, kadang motivasi, kadang hiburan, kita pernah
panggil pemain biola untuk hiburan mereka, karna kita
ga melulu menuntut mereka belajar tapi kasih hiburan
juga. Penutup, istighfar, baca do‟a. terus kita ingatkan
mereka untuk hadir di pertemuan minggu depannya.
Setelah itu kita sholat dzuhur berjama‟ah.”73
Senada dengan penuturan pembina agama, informan
anak didik pemasyarakatan juga menyatakan:
“Pertama do‟a, lanjut baca Qur‟an, terus ceramah, baru
sholat dzuhur berjama‟ah.”74
Dikarenakan pembina agama di LPKA tidak hanya satu
orang, maka masing-masing pembina memiliki kegiatan
atau program yang berbeda yang dilberikan untuk anak
didik pemasyarakatan. Kegiatan ini menjadi tema bagi
masing-masing pembina agama. Pernyataan dari tiap
pembina agama terkait kegiatan yang dilakukan, antara
lain:
Informan Bunda Suci mengatakan:
“Sharing, motivasi, ngobrol.”75
Informan Bunda Ratu mengatakan:
“Kegiatan cinta Al-Qur‟an, sesekali kita bawa orang
luar untuk motivasi, sebulan sekali juga kita bawa
makanan.”76
73
Wawancara pribadi dengan Bunda Ratu, di Masjid Baiturrahman
LPKA, pada tanggal 04 Juli 2018. 74 Wawancara pribadi dengan Acong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018. 75 Wawancara pribadi dengan Bunda Suci, di Masjid Baiurrahman
LPKA, pada tanggal 17 Juli 2018. 76 Wawancara pribadi dengan Bunda Ratu, di Masjid Baiurrahman
LPKA, pada tanggal 04 Juli 2018.
63
Informan Ustadz Muchidin mengatakan:
“Baca tulis Al-Qur‟an, ceramah, tausiyah.”77
Dari informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan yang dilakukan oleh pembina agama Bunda Suci
yaitu diskusi, sharing dan motivasi. Hal ini penulis lihat
saat melakukan observasi, dimana Bunda Suci membagi
anak didik menjadi dua kelompok besar, dan masing-
masing kelompok dipegang oleh satu pembina yaitu Bunda
Suci dan rekannya yaitu Bunda Lisa. Lalu, pembina agama
Bunda Ratu lebih menekankan kegiatan cinta Qur‟an,
dimana Bunda Ratu mengajarkan membaca Al-Qur‟an
setiap pembinaan berlangsung. Sedangkan pembina agama
Ustadz Muchidin dominan memberikan kegiatan ceramah
pada pembinaannya.
Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki tujuan bagi
masing-masing pembina agama. Menurut dua orang
Pembina agama mengatakan:
Informan Bunda Suci mengatakan:
“Mereka kan rata-rata waktu di luar ga paham sama
sekali tentang agama, bahkan banyak yang ga tau
sholat, syahadat ga ngerti, jadi kita masuknya lewat
cerita melalui motivasi, misalnya tentang surga, ada
surga ada neraka, ada konsekuensi, namanya sharing
biar mereka tau saya ini hidup bukan sekedar hidup,
saya ini hidup ada tanggung jawabnya, kalo saya ga
77 Wawancara pribadi dengan Ustadz Muchidin, di LPKA, pada tanggal
19 Juli 2018.
64
masuk surga, masuk neraka. Kalo sekarang kan mereka
taunya hidup ya sekedar hidup.”78
Informan Ustadz Muchidin mengatakan:
“Baca tulis Qur‟an itu untuk membekali mereka,
terutama di keluarga dan masyarakat tempat tinggal
dia, kalau di rumah ga sempet, kalau dia dapat ujian
dan teguran kan dia bisa baca Al-Qur‟an dan
mengajarkannya, terutama di keluarga dan masyarakat
tempat tinggal dia. Ceramah untuk mengingatkan dia,
karna tausiyah, bimbingan, arahan itu perlu, apalagi
untuk anak yang bermasalah, mudah-mudahan dapat
menambah ilmu dari yang tidak tahu menjadi tahu,
yang sudah tahu ya jangan sampai mengulangi
kesalahan lagi.”79
Dari kegiatan tersebut, terdapat beberapa kegiatan yang
menurut penulis dapat menumbuhkan tanggung jawab
sosial anak didik pemasyarakatan, diantaranya kegiatan
ceramah, motivasi dan diskusi. Seperti penuturan Bunda
Suci mengenai tujuan kegiatan motivasi, dimana Bunda
Suci memberikan motivasi, cerita, kepada anak didik
melalui bahasa anak muda dengan tujuan agar anak dapat
menjalani hidup dengan rasa tanggung jawab.
Sama halnya dengan pernyataan yang disampaikan
Ustadz Muchidin mengenai tujuan kegiatan ceramah,
dimana anak didik diajarkan nilai-nilai agama untuk
kebaikan dirinya dan orang lain.
78 Wawancara pribadi dengan Bunda Suci, di LPKA, pada tanggal 17 Juli
2018. 79 Wawancara pribadi dengan Ustadz Muchidin, di LPKA, pada tanggal
19 Juli 2018.
65
2. Upaya Pembinaan Agama dalam Menumbuhkan
Tanggung Jawab Sosial pada Anak Didik
Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang
Pembinaan agama dalam menumbuhkan tanggung
jawab sosial sangat dibutuhkan bagi anak didik
pemasyarakatan, karena ketiadaan rasa tanggung jawab
sosial pada anak didik menjadi salah satu sebab keberadaan
anak didik di Lembaga Pembinaan.
Upaya yang dilakukan pembina agama dalam
menumbuhkan tanggung jawab sosial pada anak didik
pemasyarakatan dimulai dari bagaimana penetapan metode
penyampaian pesan yang diterapkan.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Untuk menyampaikan materi
pembinaan kepada anak didik pemasyarakatan, penulis
melihat pembina agama di LPKA menggunakan beberapa
metode yang diterapkan agar pesan yang disampaikan
pembina sampai kepada anak didik. Pembina agama
menggunakan metode langsung dengan tatap muka bersama
anak didik pemasyarakatan dan tidak pernah menggunakan
metode tidak langsung (tidak dengan tatap muka). Berikut
penuturan pembina agama mengenai metode yang
digunakan dalam pembinaan agama:
66
Informan Bunda Suci mengatakan:
“Sharing, tanya jawab”80
Informan Bunda Ratu mengatakan:
“Pendekatan hati, karena mereka sudah jauh dengan
Al-Qur‟an.”81
Informan Ustadz Muchidin mengatakan:
“Metode ceramah, oasis jadi kita mencari tahu
kebutuhannya dia, jadi kita tidak mengulang, kita
melanjutkan, apa yang sudah tahu suruh di istiqomah di
jaga, yang belum tahu kita arahkan.”82
Berdasarkan hasil wawancara dengan pembina agama
diatas, penulis mendapati perbedaan metode yang
digunakan oleh masing-masing pembina agama. Melalui
observasi dan wawancara penulis mendapati tiga metode
yang digunakan pembina agama dalam menyampaikan
pesan:
a. Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu teknik atau
metode didalam pembinaan dengan cara penyajian atau
penyampaian informasinya melalui penerangan dan
penuturan secara lisan oleh pembina terhadap terbina.
Pembina melakukan metode ini secara berkelompok dan
pembina melakukan komunikasi secara langsung.
80 Wawancara pribadi dengan Bunda Suci, di LPKA, pada tanggal 17 Juli
2018. 81 Wawancara pribadi dengan Bunda Ratu, di Masjid Baiturrahman
LPKA, pada tanggal 04 Juli 2018. 82 Wawancara pribadi dengan Ustadz Muchidin, di LPKA, pada tanggal
19 Juli 2018.
67
Metode ceramah ini sangat sering digunakan oleh
pembina agama di LPKA. Meskipun anak didik
tergolong masih usia remaja, tetapi metode ceramah
cukup efektif untuk digunakan. Berdasarkan pengamatan
yang peneliti lakukan di LPKA, anak didik secara
keseluruhan memperhatikan ceramah yang disampaikan
oleh pembina agama dan hanya sesekali diantara mereka
ada yang mengobrol dengan teman disebelahnya.
Dengan metode ini anak lebih menggunakan
pendengaran dan konsentrasi.
b. Tanya Jawab
Tanya Jawab adalah metode penyampaian pesan
pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau
sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru
menjawab pertanyaan-pertanyaan.83
Metode tanya jawab ini dilakukan pembina agama
setiap metode ceramah maupun diskusi yang
disampaikan oleh pembina agama ketika menyampaikan
materi kepada anak didik pemasyarakatan, bila anak
didik merasa belum memahami penjelasan yang
diberikan pembina agama atau tidak tau sama sekali
tentang apa yang disebutkan oleh pembina agama,
83
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta
Selatan: Ciputat Press, 2002), h. 43.
68
akhirnya untuk menghilangkan keraguan, anak didik
bertanya kepada pembina agama.
c. Diskusi
Metode pembinaan dengan cara saling tukar pikiran
mengenai masalah yang menjadi topik pembicaraan.
Pembina menyampaikan materi dan anak didik dapat
menanggapi pernyataan Pembina agama.
Dalam pelaksanaannya, pembina agama
menyampaikan materi yang berkaitan dengan ilmu agama
dan ilmu-ilmu sosial. Beberapa penuturan yang
disampaikan oleh informan pembina agama mengenai
materi yang disampaikan antara lain:
Informan Bunda Suci mengatakan:
“Motivasi, cerita nabi, cerita surga neraka, dan lain-lain
seperti itu.”84
Informan Bunda Ratu mengatakan:
“Pengenalan Al-Qur‟an dan memotivasi mereka
dengan cinta Al-Qur‟an.”85
Informan Ustadz Muchidin mengatakan:
“Baca Al-Qur‟an, fiqih, akidah akhlak, sejarah,
muhasabah.”86
84 Wawancara pribadi dengan Bunda Suci, di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang, pada tanggal 17 Juli 2018. 85 Wawancara pribadi dengan Bunda Ratu, di Masjid Baiturrahman
LPKA, pada tanggal 04 Juli 2018. 86 Wawancara pribadi dengan Ustadz Muchidin, di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang, pada tanggal 19 Juli 2018.
69
Senada dengan penuturan pembina agama, informan
anak didik pemasyarakatan juga menyampaikan mengenai
materi yang diterima dari pembina agama:
Informan Rio mengatakan:
“Materinya baca Qur‟an, fiqih, akhlak, sejarah para
Nabi.”87
Informan Bolong mengatakan:
“Sejarah, motivasi, akhlak.”88
Materi yang disampaikan berkaitan dengan ilmu agama
dan ilmu sosial, ilmu agama yang dibahas seperti ilmu
tauhid, akhlak, fiqih, sejarah Nabi, motivasi dan pengenalan
membaca Al-Qur‟an. Ilmu tauhid yang berkaitan dengan
keyakinan terhadap Tuhan dan rukun iman yang merupakan
asas dari seluruh ajaran Islam, yaitu terdiri dari: Iman
kepada Allah SWT, Iman kepada Malaikat, Iman kepada
kitab suci, Iman kepada Nabi dan Rasul, Iman kepada hari
akhir, dan Iman kepada Qadha dan Qadar.
Ilmu fiqih terkait pembahasan thoharoh (bersuci),
shalat, puasa, zakat, dan haji. Ilmu akhlak terkait tata cara
bermasyarakat, berperilaku terhadap sesama ciptaan Allah
(makhluk), materi yang disampaikan berkaitan dengan
kepedulian sesama manusia diantaranya yang berhubungan
dengan hubungan manusia dengan manusia lain.
87 Wawancara pribadi dengan Rio, di Samping Aula LPKA, pada tanggal
12 Juli 2018. 88 Wawancara pribadi dengan Bolong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018.
70
Selanjutnya, materi sejarah terkait kisah perjalanan
Nabi, memberikan pengetahuan dan teladan bagi anak didik
pemasyarakatan. Adanya nilai-nilai agama yang terkandung
dari setiap cerita, anak didik dapat memahami dan lebih
senang mengambil hikmah dari setiap inti cerita tersebut.
Motivasi berkaitan dengan pemberian arahan dan dorongan
agar dapat merubah perilaku sesuai yang diinginkan anak
didik maupun pembina agama. Pengenalan Al-Qur‟an
kepada anak didik sebagai upaya memberikan bekal
pedoman hidup.
Dalam hal ini, penulis berpendapat bahwa terdapat
materi yang dapat menumbuhkan tanggung jawab sosial
pada anak didik pemasyarakatan, yaitu materi akhlak,
motivasi dan sejarah. Melalui materi akhlak, anak diajarkan
agar dapat berperilaku baik terhadap sesama serta
mengetahui tanggung jawabnya terhadap orang lain. Materi
motivasi diberikan agar anak didik mendapatkan dorongan
untuk merubah dirinya menjadi lebih baik, bagi diri sendiri
maupun orang lain. Materi sejarah diberikan agar anak
didik dapat mengambil hikmah dan meneladani sikap Nabi
melalui cerita sejarah, sehingga anak dapat berperilaku
sesuai ajaran Nabi.
71
3. Analisis Pembinaan Agama dalam Menumbuhkan
Tanggung Jawab Sosial pada Anak Didik
Pemasyaraktan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Klas I Tangerang
Berdasarkan uraian diatas mengenai pelaksanaan
pembinaan agama di LPKA, sikap tanggung jawab sosial
yang terdapat pada anak didik pemasyarakatan ada pada
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab terhadap Orang Tua
Orang tua merupakan lingkup sosial terkecil
seorang anak. Sebagaimana orang tua yang memiliki
kewajiban untuk membesarkan anaknya sampai
dewasa, maka anak juga mempunyai kewajiban kepada
orang tua, seperti taat kepada keduanya.
Berdasarkan wawancara penulis dengan anak didik
pemasyarakatan, penulis berpendapat bahwa hubungan
antara anak didik dengan orang tua sebelum masuk ke
LPKA memiliki hubungan yang kurang baik. Seiring
berjalannya kegiatan pembinaan, anak didik mulai
merubah sikapnya kepada orang tua. Hal ini
disampaikan informan:
“Orang tua kan sudah meninggal, jadi sekarang
selalu mendo‟akan orang tua saja.89
89 Wawancara pribadi dengan Acong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018.
72
“Kalau sama orang tua sekarang saya ga ngebantah,
kalau ketemu assalamu‟alaikum, salim. Disini
diajarkan untuk selalu sopan santun, tidak boleh
membantah orang tua.”90
“Kalau dulu saya suka marah-marah, suka bohongin
orang tua saya, tapi sekarang tidak, kalau ketemu
juga saya salim, ngomongnya lembut, ga
membantah, ga marah-marah lagi.”91
Dari uraian diatas, terdapat sikap tanggung jawab
sosial yang muncul pada anak didik pemasyarakatan
setelah mengikuti kegiatan pembinaan di LPKA,
tanggung jawab sosial kepada orang tua yang muncul
seperti berbicara dengan lembut, bersikap sopan
santun, tidak membantah, jujur, selalu mendo‟akan
orang tua dan menghormati keduanya.
b. Tanggung Jawab terhadap Saudara
Seperti yang telah disebutkan pada bab II, yang
dimaksud sanak saudara disini adalah orang-orang
yang mempunyai pertalian kerabat dan keturunan.
Secara berurutan mereka adalah ayah, ibu, kakak,
nenek, saudara anak laki-laki, anak dari saudara
perempuan, paman dari ibu, bibi dari ibu dan
seterusnya. Adapun hak-hak terhadap mereka yaitu
menjaga tali silaturrahmi dan selalu berbuat baik
terhadap mereka.
90 Wawancara pribadi dengan Rio, di Samping Aula LPKA, pada tanggal
12 Juli 2018. 91 Wawancara pribadi dengan Bolong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018.
73
Sikap tanggung jawab sosial yang muncul pada
anak didik berkaitan dengan sikap terhadap saudara,
pertama adalah menjalin tali silaturrahmi. Anak didik
masih menjalin silaturrahmi dengan saudaranya,
seminggu sekali biasanya saudara menjenguk mereka
di LPKA. Kedua, berbuat baik kepada saudaranya.
Berdasarkan wawancara penulis, sikap anak didik
kepada saudara sebelum masuk LPKA, anak bersikap
kurang baik kepada saudaranya. Seperti perubahan
yang dirasakan informan setelah mengikuti pembinaan:
“Kalau menurut abang saya, saya ada perubahan
kak, dari cara ngomongnya, biasanya saya manggil
abang saya pake nama, sekarang manggilnya abang.
Hubungan selalu baik-baik aja sama saudara-
saudara.92
.
“Sama adik, kalau adiknya ga nurut ya dimarahin,
karna kan untuk kebaikan dia juga. Harus selalu
baik, sopan sama saudara.”93
c. Tanggung Jawab terhadap Teman
Anak didik pemasyarakatan merupakan anak yang
hilang kebebasannya. Disini, penulis mencoba melihat
bagaimana tanggung jawab sosial yang muncul antara
anak didik dengan teman di dalam LPKA. Karena anak
memiliki status yang sama dengan teman-teman di
LPKA, mereka cenderung bersifat lebih menghargai
92 Wawancara pribadi dengan Acong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018. 93 Wawancara pribadi dengan Rio, di Samping Aula LPKA, pada tanggal
12 Juli 2018.
74
dan saling tolong menolong. Hal ini disampaikan oleh
informan:
“Sama teman sebisa mungkin selalu baik.
Pandangan saya, sama temen satu blok sudah
seperti keluarga. Saling bantu, kalo saya lagi susah
dibantu, kalo dia susah saya bantu, terutama ya
ekonomi.”94
“Sama teman baik, akur, saling nolongin teman,
kalau dia ga punya makanan, saya kasih indomie.
Pandangan ke teman biasa saja, tapi tidak
menganggap mereka musuh.”95
Dari pernyataan diatas, dapat terlihat perubahan
sikap yang dialami anak didik pemasyarakatan,
beberapa ciri tanggung jawab sosial terhadap teman
yang muncul seperti saling menolong, bersikap baik
terhadap teman serta tidak bermusuhan. Pandangan
mereka terhadap teman di LPKA, memandang teman
sebagai keluarga dan kawan.
d. Tanggung Jawab terhadap Orang yang Lebih Tua
Orang yang lebih tua maksudnya adalah seseorang
yang usianya lebih tua dibanding anak didik, bila di
dalam LPKA, orang yang lebih tua seperti guru,
petugas dll. Sikap tanggung jawab sosial yang muncul
yaitu bersikap sopan santun, menjaga ucapan, mentaati
perintah, menjaga amanah dan tidak membantah.
Seperti observasi yang peneliti lakukan, peneliti
94 Wawancara pribadi dengan Acong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018. 95 Wawancara pribadi dengan Bolong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018.
75
mendapati sikap anak didik kepada penulis yaitu
megucapkan salam saat bertemu, bersalaman dan
menawarkan bantuan untuk mengambilkan mukena.
Informan anak didik pemasyarakatan mengatakan
bahwa:
“Sama orang yang lebih tua disini jaga sopan
santun, jaga etika, jaga omongan. Pandangan ke
petugas biasa saja.”96
“Saya sama guru atau orang yang lebih tua
sikapnya baik, menjaga sopan santun, menghargai,
tidak ngelawan. Pandangan ke petugas biasa
saja.”97
96 Wawancara pribadi dengan Acong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018. 97 Wawancara pribadi dengan Bolong, di Samping Aula LPKA, pada
tanggal 12 Juli 2018.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis
terhadap pembinaan agama dalam menumbuhkan tanggung
jawab sosial pada anak didik pemasyarakatan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I Tangerang,
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembinaan agama di LPKA dalam
menumbuhkan tanggung jawab sosial dilakukan oleh
Pembina agama LPKA yang berjumlah tiga tim, yang
terdiri dari tim GPR (Gerakan Peduli Remaja), tim ESQ
Peduli Pemasyarakatan dan tim Al-Azhar. Pembinaan
agama ini berada dalam tanggung jawab seorang
Koordinator Pembinaan Agama Islam. Masing-masing
pembina agama memiliki tema kegiatan yang berbeda
untuk anak didik pemasyarakatan. Tema kegiatan pembina
agama dari tim GPR adalah sharing motivasi, tim ESQ
menekankan kegiatan cinta Qur'an, dan tim Al-Azhar
dominan dengan ceramah agama.
2. Upaya yang dilakukan pembina agama dalam
menumbuhkan tanggung jawab sosial diantaranya adalah
menyampaikan materi yang berkaitan dengan penanaman
sikap tanggung jawab sosial pada anak didik
pemasyarakatan seperti materi akhlak, motivasi dan sejarah.
Sikap tanggung jawab sosial yang muncul pada anak didik
77
pemasyarakatan terlihat pada perubahan yang dirasakan
tiap anak didik. Tanggung jawab sosial kepada orang tua
seperti mulai berbicara dengan lembut, bersikap baik, tidak
membantah, jujur, dan menghormati keduanya. Tanggung
jawab sosial pada saudara seperti menjaga hubunga dan
berbuat baik. Tanggung jawab sosial kepada teman seperti
saling menolong, bersikap baik terhadap teman serta tidak
bermusuhan. Dan tanggung jawab sosial pada orang yang
lebih tua seperti bersikap sopan santun, menjaga ucapan,
mentaati perintah, menjaga amanah dan tidak membantah.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian beserta kesimpulan yang
telah dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa
saran guna membangun dan dapat dijadikan evaluasi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas serta tujuan dari penulisan ini
yaitu menumbuhkan tanggung jawab sosial anak didik
pemasyarakatan sebagai tolak ukur dari hasil pembinaan
agama yang dilakukan. Beberapa saran yang penulis
sampaikan antara lain:
1. Kegiatan pembinaan keagamaan di LPKA hendaknya lebih
ditingkatkan lagi, karena pembinaan agama sangat
bermanfaat bagi anak didik pemasyarakatan.
2. Pembina agama diharapkan dapat lebih inovatif dalam
menyampaikan materi dan dapat merumuskan target
pencapaian yang menjadi tujuan pembinaan.
78
3. Untuk anak didik pemasyarakatan diharapkan dapat lebih
aktif lagi mengikuti kegiatan pembinaan agama dan
memanfaatkan kegiatan yang telah diberikan lembaga.
79
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Badan Litbang dan DIKLAT. 2011. Tanggung Jawab Sosial
(Tafsir Al-Qur‟an Tematik). Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur‟an.
Daradjat, Zakiah. 1982. Pendidikan Agama dan Pembinaan
Mental Cet. Ke-3. Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Cet. Ke- 2. Jakarta: Balai Pustaka.
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Penjelasan atas UU No.12
Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan UU no. 32 Tahun 1999,
Syarat dan Tata Cara Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan, (Jakarta, UU RI No. 32, 1999).
Faqih, Aunur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam
Islam. Yogyakarta: UII Press.
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Hadisuprapto, Paulus. 2008. Delinkuensi Anak Pemahaman dan
Penanggulangannya. Malang: Bayumedia Publishing.
Helmy, Masdar. Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat.
Semarang: Dies Natalies, IAIN Walisongo Semarang.
Herdiansyah, H. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk
Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Kartono, Kartini. 1992. Patologi Sosial (2) Kenakalan Remaja.
Jakarta: Rajawali Pers.
80
Mahmud, Ali Abdul Halim. 1998. Fikih Responsibilitas
Tanggung Jawab Muslim dalam Islam. Jakarta: Gema
Insani.
Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nizar, Samsul. 2001. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran
Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Poerdaminta, WJS. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Profil Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Klas I
Tangerang 2017.
Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama. 1984.
Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita. Jakarta:
DEPAG.
Rivai, Wijaya, H. 2012. Pemasyrakatan dalam Dinamika Hukum
dan Sosial. Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi (ed). Metode Penelitian
Survey, (Jakarta: Rajawali Press, tt).
Soetomo. 2010. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sudarsono. 2012. Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi dan
Resosialisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Supratiknya. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta:
Kanisius.
Suharto, Edi. 2010. CSR dan COMDEV Investasi Kreatif
Perusahaan di Era Globalisasi. Jakarta: Alfabeta.
81
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kualitataif dan R&D) cet. XI. Bandung;
alfabeta.
_______. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar…, Cet. Ke-1.
Jurnal
Refly Mintalangi, “Hak Anak Didik Pemasyarakatan Menurut
UU No.12 Tahun 1995”, Lex Et Societatis Vol.1, no. 5
(September 2013).
Skripsi
Solikhah, Nur‟aini. Skripsi “Pembinaan Keagamaan pada
Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan
Magelang Tahun 2014” (Salatiga:STAIN Salatiga, 2014.
Rakhmatika, Devi. Skripsi “Pembinaan Anak Didik
Pemasyarakatan Menurut Prespektif Hak Anak (Studi
terhadap Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I
Kutoarjo-Purworejo)
Herawati. Skripsi “Pendidikan Akhlak dalam Keluarga sebagai
Upaya pembentukan Sikap Tanggung Jawab Sosial Anak
(Studi Kualitatif pada Warga RW 07 Jatiasih Bekasi)”,
(Jakarta: UIN Jakarta, 2010).
Website
https://lpka1tangerang.blogspot.com/2016/08/profil-lembaga-pembinaan-khusus- anak.html, diakses tanggal 2 Januari
2018 pukul 10.00 WIB.
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
I. Data Informan
Nama :
Jabatan : Pembina Agama
II. Pelaksanaan Wawancara
Tanggal :
Tempat :
III. Pertanyaan-Pertanyaan
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi pembina agama di LPKA?
2. Menurut bapak/ibu apa tujuan pembinaan agama pada
anak didik pemasyarakatan?
3. Bagaimana proses pembinaan agama yang dilakukan?
4. Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan pada
pembinaan agama?
5. Apa tujuan dari kegiatan/program tersebut?
6. Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan pada anak
didik pemasyarakatan?
7. Metode apa yang diterapkan pada pembinaan agama?
8. Apa hasil dari kegiatan pembinaan agama yang telah
dilakukan?
PEDOMAN WAWANCARA
I. Data Informan
Nama :
Usia :
II. Pelaksanaan Wawancara
Tanggal :
Tempat :
III. Pertanyaan-Pertanyaan
1. Apakah kamu selalu mengikuti kegiatan pembinaan
agama?
2. Apakah kamu menerapkan setiap materi yang
disampaikan pembina agama?
3. Apakah petugas menyuruh kamu, dan melakukan
pemeriksaan di tiap sel? Adakah hukuman bila tidak
mengikuti pembinaan agama?
4. Selama kamu mengikuti pembinaan, seperti apa proses
pelaksanaan pembinaan agama yang dilakukan pembina
agama?
5. Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina agama?
6. Materi apa yang kamu senangi?
7. Adakah perubahan sikap yang kamu rasakan setelah
mengikuti kegiatan pembinaan agama?
8. Adakah perubahan sikap kepada orang tua yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
9. Adakah perubahan sikap kepada saudara yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
10. Adakah perubahan sikap kepada teman yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama? Bagaimana
pandangan kamu terhadap teman?
11. Adakah perubahan sikap kepada orang yang lebih tua
yang kamu rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
Bagaimana pandangan kamu terhadap orang yang lebih
tua disini contohnya petugas?
HASIL WAWANCARA
I. Data Informan 1
Nama : Suci Susanti
Jabatan : Pembina Agama
II. Pelaksanaan Wawancara
Tanggal : Selasa, 17 Juli 2018
Tempat : Masjid Baiturrahman LPKA
III. Pertanyaan-Pertanyaan
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi pembina agama di LPKA?
Jawab: Tahun 2011.
2. Menurut bapak/ibu apa tujuan pembinaan agama pada
anak didik pemasyarakatan?
Jawab: Agar mereka dapat kembali ke jalan yang benar,
singkatnya itu.
3. Bagaimana proses pembinaan agama yang dilakukan?
Jawab: Seperti biasa, do’a, motivasi, ngobrol, sharing,
kalo ada waktu kita ajarin baca Qur’an, kalau ceramah si
kita engga, karna mereka masih remaja, kalau disuruh
dengerin ceramah mereka malah ga masuk.
4. Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan pada
pembinaan agama?
Jawab: Sharing, motivasi, ngobrol.
5. Apa tujuan dari kegiatan/program tersebut?
Jawab: Mereka kan rata-rata waktu di luar tidak paham
sama sekali tentang agama, bahkan banyak yang tidak
tahu sholat, syahadat tidak ngerti, jadi kita masuknya
lewat cerita melalui motivasi, misalnya tentang surga, ada
surga ada neraka, ada konsekuensi, namanya sharing
supaya mereka tahu saya ini hidup bukan sekedar hidup,
saya ini hidup ada tanggung jawabnya, kalau saya ga
masuk surga, masuk neraka. Kalo sekarang kan mereka
tahunya hidup ya sekedar hidup.
6. Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan pada anak
didik pemasyarakatan?
Jawab: Motivasi, cerita nabi, surga neraka, dan lain-lain
seperti itu.
7. Metode apa yang diterapkan pada pembinaan agama?
Jawab: Sharing, tanya jawab.
8. Apa hasil dari kegiatan pembinaan agama yang telah
dilakukan?
Jawab: Kita tujuannya memperbaiki mereka aja dulu,
mereka dengan orang lain belum tentu ada di pikiran
mereka, karena mereka masuk sini kan karna mereka
egoisnya tinggi, sekarang yang penting mereka bisa
memperbaiki diri mereka sendiri, untuk sekarang yang
kita tumbuhkan kesadaran agamanya aja dulu. Kita ga ada
indikator keberhasilan ya, karna mereka keluar dari sini
yasudah ga ada hubungan lagi, kita hanya membekali
ketika mereka keluar.
Narasumber,
Suci Susanti
HASIL WAWANCARA
I. Data Informan 2
Nama : Ratu Suharyati
Jabatan : Pembina Agama
II. Pelaksanaan Wawancara
Hari/ Tanggal : Rabu, 04 Juli 2018
Tempat : Masjid Baiturrohman LPKA
III. Pertanyaan-Pertanyaan
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi pembina agama di LPKA?
Jawab: Sejak tahun 2007 saya sudah disini, tapi rutin
dapat ngajar tetapnya dua tahun terakhir (2016).
2. Menurut bapak/ibu apa tujuan pembinaan agama pada
anak didik pemasyarakatan?
Jawab: Ingin mengangkat kembali harkat derajat mereka,
memotivasi, meyakinkan bahwa masa depan mereka
masih ada.
3. Bagaimana proses pembinaan agama yang dilakukan?
Jawab: Pertama pembukaan, ya ganti-ganti. Seperti tadi,
saya mau menerapkan seperti di LAPAS wanita, pertama
istighfar, asmaaul husna, selesai itu baru ngaji. Kita
hadirkan dulu hatinya, supaya dia ga ada dikamar, di
rumah, bahwa kita disini, kita mau ngaji. Liat tadi, ngantri
kan ngaji, tatoan penuh, mau ngaji, dulu mah ga ada, pada
tiduran, sekarang Alhamdulillah mau. Kedua, materi.
Ngaji, kadang motivasi, kadang hiburan, kita pernah
panggil pemain biola untuk hiburan mereka, karna kita ga
melulu menuntut mereka belajar tapi kasih hiburan juga.
Terakhir penutup, istighfar, baca do’a dan kita ingatkan
mereka untuk hadir di pertemuan minggu depannya.
4. Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan pada
pembinaan agama?
Jawab: Kegiatan cinta Al-Qur’an, sesekali kita bawa
orang luar untuk motivasi.
5. Apa tujuan dari kegiatan/program tersebut?
Jawab: Tujuannya untuk mencerdaskan mereka,
memberikan bekal untuk mereka ketika kembali ke
masyarakat.
6. Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan pada anak
didik pemasyarakatan?
Jawab: Pengenalan Al-Qur’an dan memotivasi untuk cinta
Al-Qur’an.
7. Metode apa yang diterapkan pada pembinaan agama?
Jawab: Pendekatan hati karena mereka sudah jauh dari Al-
Qur’an.
8. Apa hasil dari kegiatan pembinaan agama yang telah
dilakukan?
Jawab: Kesadaran membaca Al-Qur’an dengan baik dan
memahami Al-Qur’an dengan kandungannya.
Narasumber,
Ratu Suharyati
HASIL WAWANCARA
I. Data Informan 3
Nama : Muchidin Yusuf Wastum
Jabatan : Pembina Agama
II. Pelaksanaan Wawancara
Tanggal : Kamis, 19 Juli 2018
Tempat : Kantor Bimkemas LPKA
III. Pertanyaan-Pertanyaan
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi pembina agama di LPKA?
Jawab: tahun 2000. Tapi kalau Al-Azhar sejak tahun
1995 sudah disini, dan orang-orangnya juga sudah sepuh
2. Menurut bapak/ibu apa tujuan pembinaan agama pada
anak didik pemasyarakatan?
Jawab: untuk memberi bekal ke anak
3. Bagaimana proses pembinaan agama yang dilakukan?
Jawab: baca tulis Al-Qur’an, ceramah,
4. Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan pada
pembinaan agama?
Jawab: baca tulis Al-Qur’an, ceramah, tausiyah
5. Apa tujuan dari kegiatan/program tersebut?
Jawab: Baca tulis Qur’an itu untuk membekali mereka,
terutama di keluarga dan masyarakat tempat tinggal dia,
kalau di rumah ga sempat, kalau dia dapat ujian dan
teguran kan dia bisa baca Al-Qur’an dan mengajarkannya,
terutama di keluarga dan masyarakat tempat tinggal dia.
Ceramah untuk mengingatkan dia, karna tausiyah,
bimbingan, arahan itu perlu, apalagi untuk anak yang
bermasalah, mudah-mudahan dapat menambah ilmu dari
yang tidak tahu menjadi tahu, yang sudah tahu ya jangan
sampai mengulangi kesalahan lagi.
6. Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan pada anak
didik pemasyarakatan?
Jawab: Al-Qur’an, fiqih, akidah akhlak, sejarah,
muhasabah.
7. Metode apa yang diterapkan pada pembinaan agama?
Jawab: Ceramah, oasis jadi kita mencari tahu
kebutuhannya dia, jadi kita tidak mengulang, kita
melanjutkan, apa yang sudah tahu suruh di istiqomah di
jaga, yang belum tahu kita arahkan.
8. Apa hasil dari kegiatan pembinaan agama yang telah
dilakukan?
Jawab: Alhamdulillah ada, ada anak yang sudah bebas
masuk pesantren, jadi anak ini masih berkesinambungan,
tapi hanya yang mau saja, karna kalau sudah keluar dari
sini, kebanyakan sudah lepas gitu saja.
Narasumber,
Muchidin Yusuf Wastum
HASIL WAWANCARA
I. Data Informan 4
Nama : Acong
Usia : 18 Tahun
II. Pelaksanaan Wawancara
Tanggal : Kamis, 12 Juli 2018
Tempat : Samping Aula LPKA
III. Pertanyaan-Pertanyaan
1. Apakah kamu selalu mengikuti kegiatan pembinaan
agama?
Jawab: Iya, selalu.
2. Apakah kamu senang mengikuti kegiatan pembinaan
agama?
Jawab: Iya, senang banget kak. Tiap mulai kegiatan saya
selalu ikut, karna dulunya saya juga sering ikut ta’lim.
3. Apakah petugas menyuruh kamu, dan melakukan
pemeriksaan di tiap sel? Adakah hukuman bila tidak
mengikuti pembinaan agama?
Jawab: Kalo kita belum berangkat, ada yang meriksa. Ga
ada hukuman juga karna kalo udah gitu kita langsung
berangkat. Tapi kalo sholat subuh saya suka ketinggalan
kak, udah di gedor, bangun, terus tidur lagi.
4. Selama kamu mengikuti pembinaan, seperti apa proses
pelaksanaan pembinaan agama yang dilakukan pembina
agama?
Jawab: Pertama Do’a terus lanjut baca Qur’an, terus
ceramah
5. Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina agama?
Jawab: Sejarah, terus kemaren seperti ceramah tentang
bulan syawal.
6. Materi apa yang kamu senangi?
Jawab: Sejarah perjalanan Nabi
7. Adakah perubahan sikap yang kamu rasakan setelah
mengikuti kegiatan pembinaan agama?
Jawab: Ada, rasanya jadi lebih rajin ibadahnya,
Alhamdulillah. Soalnya kan kita disini dibina buat jadi
lebih baik. Jadi kalo kata orang, orang disini tuh orang
terpilih.
8. Adakah perubahan sikap kepada orang tua yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
Jawab: Orang tua kan sudah meninggal, jadi sekarang
selalu mendo’akan orang tua saja.
9. Adakah perubahan sikap kepada saudara yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
Jawab: Kalau menurut abang saya, saya ada perubahan
kak, dari cara ngomongnya, biasanya saya manggil
abang saya pake nama, sekarang manggilnya abang.
Hubungan selalu baik-baik aja sama saudara-saudara.
10. Adakah perubahan sikap kepada teman yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama? Bagaimana
pandangan kamu terhadap teman?
Jawab: Perubahan ada, sama teman sebisa mungkin
selalu baik. Pandangan saya, sama temen satu blok udah
seperti keluarga. Saling bantu, kalo saya lagi susah
dibantu, kalo dia susah saya bantu, terutama ya ekonomi.
11. Adakah perubahan sikap kepada orang yang lebih tua
yang kamu rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
Bagaimana pandangan kamu terhadap orang yang lebih
tua disini contohnya petugas?
Jawab: Sama orang yang lebih tua disini jaga sopan
santun, jaga etika, jaga omongan. Pandangan ke petugas
biasa saja.
Narasumber,
Acong
HASIL WAWANCARA
I. Data Informan 5
Nama : Rio
Usia : 18 Tahun
II. Pelaksanaan Wawancara
Tanggal : Kamis, 12 Juli 2018
Tempat : Samping Aula LPKA
III. Pertanyaan-Pertanyaan
1. Apakah kamu selalu mengikuti kegiatan pembinaan agama?
Jawab: Selalu
2. Apakah kamu senang mengikuti kegiatan pembinaan agama?
Jawab: Seneng kak, saya selalu ngikutin pembinaan agama.
Itung-itung belajar. Masa orang udah jauh-jauh dateng ga
dihargain.
3. Apakah kamu menerapkan setiap materi yang disampaikan
pembina agama?
Jawab: Diterapin kak, kayak jangan menunda-nunda sholat,
kalo udah adzan langsung sholat. Jadi kalo udah adzan ya
saya langsung ke masjid.
4. Apakah petugas menyuruh kamu, dan melakukan
pemeriksaan di tiap sel? Adakah hukuman bila tidak
mengikuti pembinaan agama?
Jawab: Iya ada yang meriksa.
5. Selama kamu mengikuti pembinaan, seperti apa proses
pelaksanaan pembinaan agama yang dilakukan pembina
agama?
Jawab: do’a, ngaji, dengerin ceramah.
6. Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina agama?
Jawab: Materi fiqih, akhlak, sejarah para-para Nabi.
7. Adakah perubahan sikap yang kamu rasakan setelah
mengikuti kegiatan pembinaan agama?
Jawab: Saya jadi lebih diam, kalem. Tidak mau mencari
masalah
8. Adakah perubahan sikap kepada orang tua yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
Jawab: Ada perubahan, saya kan tinggal sama mbah, tapi
suka dijengukin sama orang tua juga, ya kalau sama orang
tua sekarang saya ga ngebantah, kalo ketemu
assalamu’alaikum, salim. Disini diajarkan untuk selalu sopan
tidak boleh membantah orang tua.
9. Adakah perubahan sikap kepada saudara yang kamu rasakan
setelah mengikuti pembinaan agama?
Jawab: Sama adik, kalau adiknya ga nurut ya dimarahin,
karna kan untuk kebaikan dia juga. Harus selalu baik, sopan
sama saudara.
10. Adakah perubahan sikap kepada teman yang kamu rasakan
setelah mengikuti pembinaan agama? Bagaimana pandangan
kamu terhadap teman?
Jawab: Kalau sama teman, asalkan dia ga mulai duluan, saya
mah diam saja. Pernah si saya bercanda berlebihan, tapi ga
sampe berantem. Sama teman baik, akur, saling nolongin
teman, kalau dia ga punya makanan, saya kasih indomie.
Pandangan ke teman biasa saja, tapi tidak menganggap
mereka musuh.
11. Adakah perubahan sikap kepada orang yang lebih tua yang
kamu rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
Bagaimana pandangan kamu terhadap orang yang lebih tua
disini contohnya petugas?
Jawab: Sama orang yang lebih tua harus sopan, hormat, ga
ngelawan, disini ngelawan bisa-bisa ga bisa pulang. Karena
kalau ingin dihargai harus menghargai orang lain juga.
Pandangan ke petugas disini biasa saja.
Narasumber,
Rio
HASIL WAWANCARA
I. Data Informan 6
Nama : Bolong
Usia : 18 Tahun
II. Pelaksanaan Wawancara
Tanggal : Kamis, 12 Juli 2018
Tempat : Samping Aula LPKA
III. Pertanyaan-Pertanyaan
1. Apakah kamu selalu mengikuti kegiatan pembinaan
agama?
Jawab: Selalu kak.
2. Apakah kamu senang mengikuti kegiatan pembinaan
agama?
Jawab: Senang kak.
3. Apakah kamu menerapkan setiap materi yang
disampaikan pembina agama?
Jawab: Diterapin kak, seperti disuruh sholat, saya sholat.
Puasa juga saya puasa, dulu mah engga pernah puasa kak.
Sekarang saya sholat 5 waktu, dulu mah paling sholat
maghrib doang, Alhamdulillah sekarang jadi rajin sholat.
4. Apakah petugas menyuruh kamu, dan melakukan
pemeriksaan di tiap sel? Adakah hukuman bila tidak
mengikuti pembinaan agama?
Jawab: Iya disuruh, ada yang meriksa ke kamar. Tapi kalo
subuh saya suka ga sholat kak, kalo di gedor, saya
ngumpet di kolong ranjang, kalo udah pergi yaudah saya
naek lagi ke kasur, tidur.
5. Selama kamu mengikuti pembinaan, seperti apa proses
pelaksanaan pembinaan agama yang dilakukan pembina
agama?
Jawab: Pertama do’a, bercanda-canda dulu, baru serius,
terus materi.
6. Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina agama?
Jawab: Sejarah, motivasi.
7. Adakah perubahan sikap yang kamu rasakan setelah
mengikuti kegiatan pembinaan agama?
Jawab: Ada kak, kata orang tua saya juga saya jadi lebih
baik, rajin ngaji, sholat.
8. Adakah perubahan sikap kepada orang tua yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
Jawab: Ada, kalau dulu saya suka marah-marah, suka
bohongin orang tua saya, tapi sekarang tidak, kalo ketemu
juga saya salim, ngomongnya lembut, ga membantah, ga
marah-marah lagi.
9. Adakah perubahan sikap kepada saudara yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
Jawab: Saya dua bersaudara, dengan abang saya selalu
baik, jaga sopan santun.
10. Adakah perubahan sikap kepada teman yang kamu
rasakan setelah mengikuti pembinaan agama? Bagaimana
pandangan kamu terhadap teman?
Jawab: Sama teman, banyak sekali perubahan saya kak,
kalo diluar saya suka marah-marah, ga bener dah diluar,
sekarang Alhamdulillah udah lebih baik, akrab sama
temen, nolongin temen kalo lagi susah.
11. Adakah perubahan sikap kepada orang yang lebih tua
yang kamu rasakan setelah mengikuti pembinaan agama?
Bagaimana pandangan kamu terhadap orang yang lebih
tua disini contohnya petugas?
Jawab: Saya sama guru atau orang yang lebih tua
sikapnya baik, menjaga sopan santun, menghargai, tidak
ngelawan. Pandangan ke petugas biasa saja.
Narasumber,
B
o
l
o
n
g
Foto bersama Pembina
Agama dari Tim GPR
(Gerakan Peduli Remaja)
Wawancara dengan Ustadz
Muchidin
Foto Bersama Pembina
Agama dari Tim ESQ Peduli
Pemasyarakatan
Foto bersama Pembina
Agama dari Tim Al-Azhar
Observasi dan Wawancara bersama Anak Didik Pemasyarakatan
Observasi dan Wawancara bersama Anak Didik Pemasyarakatan
Informan Acong Menunjukkan Keahliannya berSholawat
Masjid Baiturrahman LPKA
sebagai Tempat Kegiatan
Pembinaan Agama
Kegiatan Pembinaan Agama
oleh Tim ESQ
Kegiatan Sharing Motivasi oleh Tim GPR (Gerakan Peduli
Remaja)
Kegiatan Belajar Membaca
Al-Qur’an