repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA...

144
i TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN ATAS KEHILANGAN BARANG DI PESAWAT ( STUDI PUTUSAN NO. 10/Pdt.Sus- BPSK/2016/PN.JKT.BRT, NO. 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016 DAN NO. 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Dhea Alda Mutya (11140480000107) PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439H /2018M

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA...

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

i

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN

ATAS KEHILANGAN BARANG DI PESAWAT

( STUDI PUTUSAN NO. 10/Pdt.Sus- BPSK/2016/PN.JKT.BRT, NO. 649

K/Pdt.Sus-BPSK/2016 DAN NO. 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Dhea Alda Mutya

(11140480000107)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439H /2018M

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

v

ABSTRAK

Dhea Alda Mutya. NIM 11140480000107. TANGGUNG JAWAB MASKAPAI

PENERBANGAN ATAS KEHILANGAN BARANG DI PESAWAT (STUDI

PUTUSAN NO. 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT, NO. 649 K/Pdt.Sus-

BPSK/2016 DAN NO. 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017). Program studi Ilmu Hukum,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

1439 H/2018 M. x + 148 halaman + 3 halaman daftar pustaka + 73 halaman lampiran.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan tanggung jawab pihak maskapai dalam

kasus kehilangan bagasi kabin pesawat, serta bagaimana pelaksanaan tanggung jawab

dari pihak maskapai penerbangan Qatar Airways dalam kasus Qatar Airways vs Leo

Mualdy Christoffel. Bagaimana pengaturan hak dan kewajiban maskapai dan

penumpang dalam Perundang-Undangan di Indonesia dan juga menjelaskan

pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tersebut. Menganalisis Putusan

Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan studi

perpustakaan dengan melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan,

buku-buku dan dengan cara menganalisis bahan pustaka atau dokumen siap pakai.

Hasil penelitian menunjukan/ membuktikan bahwa permasalahan yang terjadi

terkait dengan barang bawaan penumpang maskapai penerbangan ialah terjadinya

kehilangan terhadap barang bawaan penumpang baik bagasi tercatat maupun bagasi

kabin. Maskapai penerbangan Qatar Airways harus bertanggung jawab terhadap

kerugian yang dialami oleh konsumen karena tindakan yang dilakukan oleh Qatar

Airways telah lalai dalam menerapkan pelayanan jasa dan standar mutu yang sangat

merugikan konsumen. Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8

Tahun 1999 dan Undang-Undang Penerbangan Nomor 11 Tahun 2009 Qatar Airways

sebagai pelaku usaha penerbangan harus bertanggung jawab untuk melakukan ganti

rugi atas kerugian yang dialami oleh konsumen.

Kata Kunci: Tanggung jawab, Maskapai, Bagasi kabin.

Pembimbing : Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.

Daftar Pustaka : 1995-2018

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

vi

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بســــــــــــــــــم هللا الر

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena berkat

rahmat, nikmat serta karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN ATAS KEHILANGAN

BARANG DIPESAWAT (STUDI PUTUSAN NO. 10/Pdt.Sus-

BPSK/2016/PN.JKT.BRT, NO. 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016 DAN NO. 117

PK/Pdt.Sus-BPSK/2017)”. Sholawat serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi

Muhammad Shallallahu’Alayhi wa Sallam, yang telah membawa umat manusia dari

zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Selanjutnya, dalam penelitian skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini

peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum, Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.

3. Terkhusus Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Dosen Pembimbing

skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta

kesabaran dalam memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang

sangat berharga kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini.

4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

vii

5. Kepada pihak yang terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Tidak

ada yang dapat peneliti berikan untuk membalas jasa-jasa kalian kecuali dengan

ucapan doa dan terima kasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca. Sekian dan Terima kasih.

Jakarta, 1 Juli 2018

Dhea Alda Mutya

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………...ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI…………………………iii

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………....iv

ABSTRAK…………………………………………………………………………....v

KATA PENGANTAR………………………………………………………………vi

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….viii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………1

A. Latar Belakang…………………...…………………………….......1

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan

Masalah….…………..………...…………………………………...5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………......…………………...6

D. Metode Penelitian….…………………..…….…………….……….7

E. Sistematika Penulisan………….………………………………….10

BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………..………………...….11

A. Kerangka Konseptual…………………………..………….……...11

B. Kerangka Teori……………...……………………………….……18

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu……………………………..28

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG YANG DI

RUGIKAN HAKNYA.......................................................................30

A. Duduk Perkara....………………………………………………….30

B. Tanggung jawab maskapai kepada penumpang yang kehilangan

barang........................................................................................…..32

C. Penyelesaian sengketa terhadap kehilangan barang di bagasi kabin

pesawat……………………………………………………………37

BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PUTUSAN.....……….42

A. Analisis putusan nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT….42

B. Analisis putusan nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016..……………44

C. Analisis putusan nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017……………45

BAB V PENUTUP……………………………………….………………….57

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

ix

A. Kesimpulan………………………………………………………..57

B. Rekomendasi…………...………………………………………....58

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………........59

LAMPIRAN………………………………………………………………………...62

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi dan transportasi telah

berkembang pesat. Manusia pada era modern seperti sekarang ini lebih

menyukai hal yang cepat dan praktis. Manusia selalu ingin berpindah dari

satu tempat ke tempat yang lain dengan cara cepat. Oleh karena itu,

transportasi di era modern ini bisa dibilang menjadi kebutuhan paling

mendesak di dalam kehidupan manusia. Salah satu jenis transportasi yang

sangat dibutuhkan oleh manusia dalam pemenuhan kebutuhannya adalah

transportasi udara. Transportasi udara merupakan alat transportasi yang

mutakhir dan tercepat dengan jangkauan yang luas karena memiliki beberapa

kelebihan, yaitu antara lain:1

1. Faktor kecepatan, hal ini karena pada transportasi udara menggunakan

pesawat terbang yang memiliki kecepatan;

2. Keuntungan kedua dari angkutan udara adalah bahwa jasanya dapat

diberikan untuk daerah-daerah yang tidak ada permukaan jalannya

seperti daerah-daerah penggunungan, berjurang-jurang;

3. Untuk angkutan yang jaraknya jauh maka lebih menguntungkan

dengan angkutan udara;

4. Adanya keteraturan jadwal dan frekuensi penerbangan.

Transportasi udara merupakan satu-satunya alternatif yang cepat, efisien

dan ekonomis bagi pengangkutan antar pulau dan antar daerah terutama

daerah terpencil di pulau-pulau besar lainnya dan antar negara. Mengingat

transportasi udara telah menjadi kebutuhan masyarakat secara luas maka

diperlukan campur tangan pemerintah dalam kegiatan pengangkutan udara

yaitu menentukan kebijakan-kebijakan atau regulasi yang berhubungan

dengan kegiatan pengangkutan udara sehingga kepentingan konsumen

1 Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi: Karekteristik, Teori dan Kebijakan,

(Jakarta:Ghalia Indonesia,2003), h. 75

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

2

pengguna jasa transportasi udara terlidungi. Pengguna jasa penerbangan atau

penumpang sering mengeluhkan mengenai pelayanan yang diberikan oleh

penyedia jasa penerbangan. Bentuk-bentuk keluhan yang paling sering

disampaikan adalah kerusakan dan kehilangan bagasi.

Terdapat beberapa kasus yang terjadi terkait kerusakan bagasi yang kerap

kali terjadi. Sebagai salah satu contohnya yakni pada penerbangan rute Jenewa

menuju Jakarta telah terjadi kehilangan barang di bagasi kabin pesawat, ketika

pesawat mulai descend (turun ketinggian) di daerah wilayah Indonesia dan

lampu dinyalakan, konsumen melakukan pengecekan dan disitu konsumen

menyadari akan kehilangan barang yang dialaminya. Konsumen kemudian

melaporkan kembali ke kru kabin dan meminta dilakukan pemeriksaan kepada

penumpang sebelum penumpang turun, kemudian kru kabin menghubungi

kapten dan konsumen dijelaskan bahwa kru kabin tidak memiliki kewenangan

untuk melakukan pemeriksaan dan airport security yang akan naik dan

melakukan pemeriksaan. Pihak pesawat menjanjikan konsumen akan

melakukan pemeriksaan kepada penumpang sebelum penumpang dibolehkan

turun dari pesawat, namun setelah pesawat mendarat, seluruh penumpang

dipersilahkan turun. Akibat dari tindakan tersebut, konsumen kehilangan

kesempatan untuk menemukan kembali uang milik konsumen yang pasti

berada di dalam pesawat dan/atau melakukan pembuktian perpindahan tangan

dari uang yang konsumen miliki karena para tersangka sudah keluar dari

pesawat tanpa dilakukan pemeriksaan apapun. Seharusnya pesawat melakukan

tindakan untuk melindungi konsumen agar tidak terjadinya kasus kehilangan

seperti ini. Suatu sistem perlindungan hukum total akan memberikan

perlindungan pada penumpang mulai dari taraf pembuatan pesawat udara

sampai saat ia telah sampai di tempat tujuan, dan konsumen atau penumpang

peswat udara harus di lindungi oleh peraturan hukum perlindungan konsumen.

Unsur-unsur dari makna perlindungan konsumen yaitu unsur tindakan

melindungi, unsur adanya pihak-pihak yang melindungi dan unsur cara

melindungi. Berdasarkan unsur-unsur ini berarti perlindungan mengandung

makna suatu tindakan perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

3

tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara

tertentu. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlindungan konsumen

dapat dilakukan melalui berbagai bentuk diantaranya perlindungan ekonomi,

sosial, politik dan perlindungan hukum. Bentuk-bentuk perlindungan terhadap

konsumen tersebut yang terpenting adalah perlindungan yang tidak sesuai atau

tidak berhubungan dengan kalimat untuk kepentingan pihak lain, serta

rumusannya hanya terpaku pada orang atau mahluk lain, padahal dalam

kenyataan tidak hanya orang saja yang disebut konsumen, tetapi masih ada

yang lain yakni badan usaha.2

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen

yang memuat kaidah-kaidah atau asas-asas yang melindungi kepentingan

konsumen. Menurut Az. Nasution hukum perlindungan konsumen adalah

hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaedah-kaedah bersifat

mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan

konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas

dan kaedah-kaedah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara

berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa

konsumen didalam pergaulan hidup.3 Kegiatan pengangkutan udara terdiri atas

angkutan udara niaga dan angkutan udara bukan niaga.4 Angkutan udara niaga

adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut pembayaran. Angkutan

udara bukan niaga adalah angkutan udara yang digunakan untuk melayani

kepentingan sendiri yang dilakukan untuk mendukung kegiatan yang usaha

pokoknya selain di bidang angkutan udara. Menurut Pasal 1 Angka 13

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Angkutan

udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk

mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih

2 Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005), h. 4

3 Az. Nasution, Penulisan Karya Ilmiah Tentang Perlindungan Konsumen Di

Indonesia, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, h. 38 4 H.K. Martono dan Ahmad Sudiro, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan Undang-

Uandang Nomor 1 Tahun 2009 , (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2011), h. 54

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

4

dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.

Hukum pengangkutan udara adalah salah satu bagian dari hukum

pengangkutan secara umum, definisi hukum pengangkutan udara atau hukum

penerbangan dapat ditafsirkan sebagai hukum yang mengatur pengangkutan

melalui udara, termasuk dinas-dinas bantuan didarat, pegawai-pegawai, dan

alat-alat penerbangan serta orang-orang dan barang-barang yang diangkut

melaui udara.

Pesawat udara memiliki fasilitas yang dapat digunakan oleh konsumennya

untuk menyimpan barang bawaan mereka selama di perjalanan, agar tidak

memenuhi kabin pesawat udara, sehingga para penumpang selaku konsumen

dapat duduk dengan nyaman di pesawat udara. Barang penumpang itu

diserahkan kepada pihak maskapai penerbangan untuk diangkut bersama

penumpang, namun tidak dalam ruangan yang sama dengan penumpang.

Tujuan diberikan fasilitas tersebut adalah memberi rasa aman dan nyaman

kepada para penumpang. Fasilitas tersebut dinamakan bagasi pesawat udara/

bagasi tercatat, menurut Pasal 1 Angka (24) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2009 Tentang Penerbangan yaitu Bagasi Tercatat adalah barang penumpang

yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk diangkut dengan

pesawat udara yang sama. Selain bagasi tercatat, fasilitas yang diberikan oleh

pesawat juga ada yang dinamakan dengan bagasi kabin pesawat. Bagasi kabin

pesawat adalah salah satu fasilitas yang diberikan oleh pihak pesawat. Tetapi

jika terjadinya kehilangan di kabin pesawat pihak maskapai tidak

bertanggung jawab, peraturan ini tertera pada Pasal 1 Angka (25) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan yang berbunyi sebagai

berikut: “Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan

berada dalam pengawasan penumpang sendiri”. Perkara ini dimenangkan oleh

pihak penerbangan. Seharusnya, pihak konsumen mendapatkan ganti rugi

ataupun pertanggung jawaban dari pihak pesawat agar pihak konsumen

merasa aman dan nyaman ketika sedang menggunakan jasa transportasi

pesawat udara. Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77

Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara jenis tanggung

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

5

jawab pengangkut, pengangkut yang mengoperasikan pesawat udara wajib

bertanggung jawab atas kerugian terhadap penumpang yang meninggal dunia,

cacat tetap atau luka-luka; hilang atau rusaknya bagasi kabin; hilang, musnah,

atau rusaknya bagasi tercatat; hilang, musnah, atau rusaknya kargo;

keterlambatan angkutan udara; dan kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.

Dalam transportasi udara terdapat 3 (tiga) macam konsep dasar tanggung

jawab hukum5 yaitu: konsep tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan

(based on fault liability), konsep tanggung jawab hukum atas dasar praduga

bersalah (presumption of liability), dan konsep tanggung jawab hukum tanpa

bersalah (liability without fault) atau tanggung jawab mutlak (absolute

liability atau strict liability). Walaupun memang sudah tertera pada peraturan

perundang-undangan bahwa bagasi kabin bukan tanggung jawab dari pihak

pesawat, akan tetapi seharusnya pihak pesawat memberikan keamanan bagi

konsumen saat konsumen itu berada dalam pesawat, agar konsumen merasa

nyaman ketika sedang menggunakan jasa transportasi pesawat udara.

Berdasarkan Latar Belakang di atas peneliti ingin mengkaji skripsi yang

berjudul “TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN ATAS

KEHILANGAN BARANG DI PESAWAT (STUDI PUTUSAN NO. 10/Pdt.Sus-

BPSK/2016/PN.JKT.BRT, NO. 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016 DAN NO. 117

PK/Pdt.Sus-BPSK/2017)”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Bagaimana pihak maskapai bertanggung jawab atas hilangannya

barang penumpang

b. Apakah sudah cukup pihak maskapai memberikan fasilitas keamanan,

seperti pelacakan

c. Bagaimana pihak maskapai dalam menyelesaikan masalah kehilangan

barang

d. Apa undang-undang yang mengatur masalah ini

5 H.K. Martono, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, Bagian Pertama,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 145

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

6

e. Bagaimana hakim memutuskan perkara tersebut

2. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas

pada penelitian ini maka peneliti membatasi masalah yang diteliti hanya

terfokus pada pembahasan Hukum Perlindungan Konsumen untuk

menganalisis putusan hakim terhadap kasus dari Qatar Airways VS Leo

Mualdy Christoffel tentang hilangnya barang konsumen di kabin pesawat.

3. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti yaitu tentang

tanggung jawab maskapai penerbangan atas kehilangan barang di pesawat

pada putusan No. 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT, No. 649

K/Pdt.Sus-BPSK/2016 Dan No. 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017, dan

menganalisis putusan dari hakim tersebut dalam memutuskan perkara ini.

Untuk mempertegas arah pembahasan dari masalah utama yang

telah diuraikan di atas, maka dibuat rincian perumusan masalah dalam

bentuk pertanyaan:

a. Bagaimana pengaturan hak dan kewajiban maskapai dan penumpang

dalam Perundang-Undangan di Indonesia?

b. Bagaimana bentuk tanggung jawab maskapai penerbangan udara

Qatar Airways terhadap penumpang yang mengalami kehilangan

barang?

c. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara pada

putusan No. 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT, No. 649

K/Pdt.Sus-BPSK/2016 Dan No. 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017 tersebut?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalahan yang telah disebutkan di atas,

penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui peraturan Perundangan-Undangan yang

mengatur tentang transportasi ataupun angkutan udara dan juga

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

7

mengetahui aspek-aspek tentang hak dan kewajiban penumpang

dan maskapai.

b. Untuk mengetahui perlindungan konsumen atas kehilangannya

barang berharga milik konsumen di kabin pesawat.

c. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan

perkara Putusan Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT, 649

K/Pdt.Sus-BPSK/2016 Dan 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017 sudah

sesuai atau tidak dengan peraturan yang berlaku.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk

pengembangan wawasan dan juga dapat berkontribusi bagi

penelitian yang lain sebagai salah satu sumber data yang digunakan

dalam penelitian perlindungan konsumen dan memperdalam

tentang masalah hukum perlindungan konsumen.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga bermanfaat untuk masyarakat supaya

dapat menyadari bahwa perlindungan konsumen itu penting, dan

sebagai masukan apabila menjadi konsumen penerbangan dan

mengalami kerugian seperti kehilangan barang dikabin pesawat

maka dapat menuntut pertanggug jawaban sesuai hukum

perlindungan konsumen dan hukum penerbangan yang berlaku.

D. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

yuridis normatif, yaitu yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi legis

positivis. Konsep ini memandang hukum identik dengan norma-norma

tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang

berwenang. Konsepsi ini memandang hukum sebagai suatu sistem normatif

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

8

yang bersifat mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang

nyata.6

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan

berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori,

konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan

yang berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan ini dikenal pula

dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku,

peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan

dengan penelitian ini.

2. Jenis Penelitian

Peneliti memakai jenis penelitian secara kualitatif yaitu

memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari

pewujudan keseluruhan data yang diperoleh dirangkum, diteliti, dan

dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh sehingga dapat menghasilkan

data yang akurat kemudian dijabarkan dengan kalimat-kalimat.7

3. Data Dan Sumber Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer meliputi peraturan perundang-undangan,

catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-

undangan dan putusan-putusan hakim.8 Dalam penelitian ini bahan

hukum primer yang digunakan yaitu bahan hukum yang mengikat

dan terdiri dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009, Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999, Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut

Udara dan Putusan Nomor 10/Pdt.Sus- BPSK/2016/PN.JKT.BRT,

6 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1988) h. 13-14

7 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 20-21

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, cet-IV: 2010), h. 141

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

9

Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016 dan Nomor 117 PK/Pdt.Sus-

BPSK/2017.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu

menganalisa, memahami dan menjelaskan bahan hukum primer.

Yang termaksud bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi

tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi

seperti buku-buku, makalah, pendapat ahli hukum, artikel, jurnal,

internet, yang berkaitan dengan apa yang diteliti terutama tentang

Bantuan Hukum.

c. Bahan Hukum Non-Hukum (Tersier)

Bahasa Non-Hukum adalah yang merupakan bahan-bahan

hukum yang primer dan sekunder, seperti: Kamus Inggris-

Indonesia, Kamus Hukum Belanda-Indonesia, Kamus Besar

Bahasa Indonesia.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan cara Studi Dokumentasi dan

Studi Pustaka. Studi Dokumentasi, teknik ini dipergunakan untuk

mendapatkan data yang diperlukan dengan cara melihat dokumen

putusan-putusan Mahkamah Agung dan perundang-undangan yang

terkait dengan pokok masalah yang akan diteliti. Studi Pustaka, dengan

menggunakan buku-buku, skripsi, jurnal maupun sumber pustaka lainnya

yang berhubungan dengan penelitian ini.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan yaitu Komparatif, penelitian

yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau

lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Dan dari data-

data yang telah terkumpul tersebut. Metode Penulisan mengacu kepada

buku pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah

dan Hukum tahun 2017. Metode ini lebih menekankan ke arah penulisan

deduktif.

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

10

E. Sistematika Penelitian

Berdasarkan berbagai uraian diatas, maka peneliti merumuskan

sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I: Pada bab ini penulis memaparkan latar belakang, identifikasi

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian dalam penulisan, serta sistematika

penulisan sebagai rancangan penelitian.

BAB II: Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka konseptual,

kerangka teori dan tinjauan (review) kajian terdahulu.

BAB III: Bab ini membahas tentang kronologis dari kasus Qatar Airways

dan Leo Mualdy Christoffel, lalu tanggung jawab maskapai

kepada penumpang dan penyelesaian sengketa terhadap

kehilangan barang di bagasi kabin pesawat

BAB IV: Pada bab ini pertimbangan hakim dalam memutus perkara Nomor

Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017, lalu analisis Putusan

Mahkamah Agung Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017 perkara

perlindungan konsumen atas hilangnya barang dikabin pesawat

dan akibat hukum dari putusan tersebut.

BAB V: Bab ini merupakan penutup, berisi kesimpulan dari hasil analisis

pada bab-bab sebelumnya yang merupakan inti dari keseluruhan

isi dari skripsi dan dikemukakan beberapa rekomendasi yang

relevan dengan analisis.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

1. Hukum Perlindungan Konsumen

Salah satu fungsi hukum adalah untuk memberikan perlindungan

kepada warga masyarakat, terutama yang berada pada posisi yang

lemah akibat hubungan hukum yang tidak seimbang demikian hanya

dengan hukum perlindungan konsumen untuk melindungi konsumen

dari pelaku usaha yang tidak jujur.1 Kepastian hukum untuk

memberikan perlindungan kepada konsumen itu antara lain adalah

dengan meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta membuka

akses informasi tentang barang dan/atau jasa baginya, dan

menumbuhkan sikap pelaku usaha yag jujur dan bertanggung jawab.2

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi

hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum yakni keadilan,

kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu

perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan

aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun

dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara

tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakan peraturan

hukum. Perlindungan konsumen itu sendiri identik dengan

perlindungan yang diberikan hukum kepada konsumen dan haknya.3

Asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan

masalah konsuen itu terdapat di dalam berbagai sub-bidang hukum:

hukum perdata, hukum pidana, hukum administrasi (negara) dan

1 Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen, (Malang: Tim UB Press, 2011), h. 42

2 Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan Konsumen, (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2008), h. 9

3 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, cet. II. (Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2004) h. 19

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

12

hukum internasional terutama konvensi-konvensi yang berkaitan

dengan kepentinganan-kepentingan konsumen. Dalam hubungan ini

orang menyebut tentang penggunaan instrumen hukum perdata, hukum

pidana, hukum administrasi dan atau hukum internasional, dalam

membahas masalah dan atau hubungan konsumen.4

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum

konsumen yang memuat kaidah-kaidah atau asas-asas yang melindungi

kepentingan konsumen. Kenyataan berbagai hasil penelitian dan

pendapat para pakar, konsumen dalam hubungannya dengan

pengusaha berada dalam posisi lemah, dari sudut ekonomi, tingkat

pendidikan dan kemampuan atau daya bersaing. Dibutuhkannya, dan

dalam berbagai peraturan perundang-undangan kita sudah ada termuat,

merupakan legitimasi dari hukum perlindungan konsumen tersebut.

Jadi paralel dengan batasan hukum konsumen, pengertian

perlindungan hukum konsumen adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan

asas-asas yang melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah

antara para pihak berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen,

satu sama lain dalam pergaulan hidup.5 Menurut Az. Nasution hukum

perlindungan konsumen adalah hukum konsumen yang memuat asas-

asas atau kaedah-kaedah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat

yang melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum kosumen

diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaedah-kaedah hukum

yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama

lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen di dalam

pergaulan hidup.6 Dalam Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 yaitu “Perlindungan

4 Az. Nasution, Penulisan Karya Ilmiah Tentang Perlindungan Konsumen Di Indonesia,

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, h. 38

5 Az. Nasution, Penulisan Karya Ilmiah Tentang Perlindungan Konsumen Di

Indonesia..., h. 38

6 AZ. Nasution, Pengantar Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta :Penerbit Daya

Widya, 1999), h. 13

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

13

Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. Kepastian

hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui

undang-undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak

lagi sewenang-wenang yang selalu merugikan hak konsumen. Dengan

adanya UU Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya,

konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun

bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah

dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.

Pada hakekatnya, terdapat 2 (dua) instrumen hukum penting yang

menjadi landasan kebijakan perlindungan konsumen di Indonesia,

yakni:7

a. Pertama, Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dari

segala sumber hukum di Indonesia, mengamanatkan bahwa

pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional

diwujudkan melalui sistem pembangunan ekonomi yang

demokratis sehingga mampu menumbuhkan dan

mengembangkan dunia yang memproduksi barang dan jasa

yang layak dikonsumsi oleh masyarakat.

b. Kedua, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen (UUPK). Lahirnya Undang-undang

ini memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia, untuk

memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas

transaksi suatu barang dan jasa. UUPK menjamin adanya

kepastian hukum bagi konsumen.

2. Konsumen

Menurut Janus Sidabalok, konsumen adalah semua orang yang

membutuhkan barang dan jasa untuk mempertahankan hidupnya

7https://rennymagdawiharnani.wordpress.com/sih/hukum-dagang/dasar-hukum-

perlindungan-konsumen/ ,diakses pada tanggal 17 April 2018.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

14

sendiri, keluarganya ataupun untuk memelihara atau merawat harta

bendanya.8 Sebagai suatu konsep, “konsumen” telah dikenalkan

beberapa tahun puluh tahun lalu diberbagai Negara dan sampai saat ini

sudah puluhan Negara memiliki undang-undang atau peraturan khusus

yang memberikan perlindungan termasuk penyediaan sarana peradilan.

Sejalan dengan perkembangan itu, berbagai Negara telah pula

menetapkan hak-hak konsumen yang digunakan sebagai landasan

pengaturan perlindungan kepada konsumen. Disamping itu, telah pula

berdiri organisasi konsumen internasional, yaitu Internasional

Organization of Consumer Union (IOCU). Di Indonesia telah pula

berdiri berbagai organisasi konsumen seperti Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia (YLKI) di Jakarta, dan organisasi konsumen di

Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan sebagainya.9 Menurut Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia (selanjutnya disingkat YLKI),

konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, bagi keperluan diri sendiri atau keluarganya atau orang

lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali.10

Pengertian konsumen

menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) ini tidak jauh

berbeda dengan pengertian konsumen dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen. Istilah konsumen berasal dari kata consumer

(Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda).

Pengertian dari consumer atau consument tergantung dari posisi

dimana ia berada. Secara harfiah arti kata consumer adalah (lawan dari

produsen) setiap orang yang menggunakan barang. Tujuan

menggunakan barang atau jasa nanti menentukan termasuk konsumen

kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula Kamus Bahasa

8 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Cet. I, (Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2006), h. 17

9 Nurmadjito, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar Maju, 2000), h. 12

10

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Daya

Widya, 1999), h. 10

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

15

Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau

konsumen.11

Pengertian “konsumen” di Amerika Serikat dan MEE, kata

“konsumen” yang berasal consumer sebenarnya berarti “pemakai”.

Namun, di Amerika Serikat kata ini diartikan lebih luas lagi sebagai

“korban pemakaian produk yang cacat”, baik korban tersebut pembeli,

bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan juga korban yang bukan

pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula bahkan

oleh korban yang bukan pemakai.12

Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) konsumen adalah setiap orang pemakai barang

dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan

diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak

untuk diperdagangkan. Sedangkan Schiffman dan Kanuk

mengklasifikasikan konsumen menjadi dua macam yaitu konsumen

individual dan konsumen organisasi. Konsumen individual adalah

orang-orang atau individu yang membeli produk (barang, jasa, atau

ide) untuk dikonsumsi sendiri (misalnya, notebook elektronik), untuk

pemakaian rumah tangga, atau untuk dikonsumsi bersama teman.

Sedangkan konsumen organisasi diartikan sebagai lembaga atau

instansi yang membeli produk (barang, jasa, atau ide) untuk

diperjualbelikan atau untuk kepentingan instansi/ lembaga tersebut.13

Berdasarkan definisi diatas maka diketahui bahwa sikap Konsumen

adalah gabungan dari kepercayaan, perasaan, dan kecenderungan untuk

berperilaku terhadap sebuah objek. Dari pengertian-pengertian

konsumen diatas, menunjukkan sangat beragamnya pengertian

konsumen.

11

Dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Lihat Az. Nasution, Hukum Perlindungan

Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media, 2001), h. 3

12

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2011), cet. III, h. 23

13

Schiffman dan Kanuk, Perilaku konsumen, Edisi 7, (Jakarta: Indeks, 2008), h. 4

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

16

Oleh karena itu, dapat disimpulkan ada 3 (tiga) macam pengertian

konsumen yang dikenal, yaitu:14

a. Konsumen umum, yaitu setiap orang yang mendapatkan barang

atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu.

b. Konsumen antara, yaitu setiap orang yang medapatkan barang

dan/atau jasa lain untuk diperdagangkan kembali.

c. Konsumen akhir, yaitu setiap orang pemakai barang dan/atau

jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri

sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan.

3. Hukum Pengangkutan Udara

Menurut Abdulkadir Muhammad, Pengangkutan berasal dari kata

dasar “angkut” yang berarti angkat dan bawa, muat dan bawa atau

kirimkan. Mengangkut artinya mengangkat dan membawa, memuat

dan membawa atau mengirimkan. Pengangkutan artinya pengangkatan

dan pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman barang

atau orang, barang atau orang yang diangkut.15

Pengangkutan menurut

Sinta Uli didefinisikan sebagai perpindahan tempat, baik mengenai

benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak dibutuhkan

dalam rangka mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.16

Jadi,

dalam pengertian pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan

atau gerakan dari satu tempat ke tempat lain.

Angkutan udara menurut Pasal 1 Angka (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 40 tahun 1995 adalah setiap kegiatan dengan menggunakan

pesawat untuk mengangkut penumpang, kargo, dan pos untuk satu

14

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar..., h. 13

15

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, (Bandung:

Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 1991), h. 19

16

Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan

Laut, Angkutan Darat dan Angkutan Udara, (Medan: USU Press, 2006), h. 20

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

17

perjalanan atau lebih dari satu bandara ke bandara yang lain atau

beberapa bandara. Menurut Pasal 1 Ayat (13) Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yaitu Angkutan Udara adalah

setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk

mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan

atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau

beberapa bandar udara. Hukum pengangkutan udara adalah salah satu

bagian dari hukum pengangkutan secara umum, definisi hukum

pengangkutan udara atau hukum penerbangan dapat ditafsirkan sebagai

hukum yang mengatur pengangkutan melalui udara, termasuk dinas-

dinas bantuan didarat, pegawai-pegawai, dan alat-alat penerbangan

serta orang-orang dan barang-barang yang diangkut melaui udara.

4. Tanggung Jawab Hukum

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab

hukum menyatakan bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum

atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab

hukum, subjek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi

dalam hal perbuatan yang bertentangan.17

Dan mengenai tanggung

jawab pun telah disebutkan dalam firman Allah QS. Al Muddatstsir

ayat 38.

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya” (QS. Al Muddatstsir: 38)

Tanggung jawab hukum yang meliputi tanggung jawab atas dasar

kesalahann (based on fault liability), tanggung jawab praduga bersalah

(presumption of liability), tanggung jawab tanpa bersalah (liability

without fault) semuanya termaksud unsur-unsur, ajaran hukum

(doctrine), dilanjutkan penjelasan mengenai konvensi Warsawa 1929

17

Hans Kalsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, (Bandung: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006), h.81

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

18

yang meliputi dokumen angkutan udara termasuk tiket penumpang,

tiket bagasi tercatat, surat muatan udara (airwaybill), tanggung jawab

hukum, beban pembuktian terbalik, perlindungan hukum

(exoneration), tanggung jawab terbatas (limited liability), ikut bersalah

(contributory negligent), tanggung jawab tidak terbatas (unlimited

liability), praduga bersalah, batas minimum tanggung jawab, jumlah

tanggung jawab, pengajuan keluhan (complaint), angkutan udara

internasional, yurisdiksi, angkutan campuran, pembuatan perjanjian,

ketentuan penutup, Protokol The Hague 1955, Protokol Guatemala

City 1971, Protokol Tambahan Montreal 1975 Nomor 1, 2, 3 dan 4,

Montreal Agreement of 1966, konvensi Roma 1952, konvensi

Guadalajara 1956.18

Dalam angkutan udara juga terdapat 3 (tiga) macam konsep dasar

tanggung jawab hukum (legal liability concept) masing-masing konsep

tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan (based o fault liability),

konsep tanggung jawab hukum atas dasar praduga bersalah

(presumption of liability), dan konsep tanggung jawab hukum tanpa

bersalah (liability without fault) atau tanggung jawab mutlak (absolute

liability atau strict liability).19

B. Kerangka Teori

1. Teori Hukum Perlindungan Konsumen

Prinsip-prinsip mengenai kedudukan konsumen dalam hubungan

dengan pelaku usaha berdasarkan doktrin atau teori yang dikenal

dalam perkembangan sejarah hukum perlindungan konsumen, antara

lain20

:

18

H.K. Martono dan Amad Sudiro, Hukum Angkutan Udara, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2011) h. 217

19

H.K. Martono dan Amad Sudiro, Hukum Angkutan Udara..., h. 219

20

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), h.

61

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

19

a. Let the buyer beware (caveat emptor)

Doktrin let the buyer beware atau caveat emptor merupakan

dasar dari lahirnya sengketa dibidang transaksi konsumen. Asas ini

berasumsi bahwa pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak

yang sangat seimbang, sehingga konsumen tidak memerlukan

perlindungan. Prinsip ini mengandung kelemahan, bahwa dalam

perkembangan konsumen tidak mendapat informasi yang memadai

untuk menentukan Pilihan terhadap barang dan/atau jasa yang

dikonsumsinya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keterbatasan

pengetahuan konsumen atau ketidak terbukaan pelaku usaha

terhadap produk yang ditawarkannya. Dengan demikian, apabila

konsumen mengalami kerugian, maka pelaku usaha dapat berdalih

bahwa kerugian tersebut akibat dari kelalaian konsumen sendiri.

b. The due care theory

Doktrin ini menyatakan bahwa pelaku usaha mempunyai

kewajiban untuk berhati-hati dalam memasarkan produk, baik

barang maupun jasa. Selama pelaku usaha berhati-hati dengan

produknya, maka ia tidak dapat dipersalahkan. Pada prinsip ini

berlaku pembuktian siapa mendalilkan maka dialah yang

membuktikan. Hal ini sesuai dengan jiwa pembuktian pada hukum

privat di Indonesia yaitu pembuktian ada pada penggugat, sesuai

dengan pasal 1865 BW yang secara tegas menyatakan bahwa

barang siapa yang mendalilkan mempunyai suatu hak atau untuk

meneguhkan haknya atau membantah hak orang lain, atau

menunjuk pada suatu peristiwa, maka diwajibkan membuktikan

adanya hak atau peristiwa tersebut.

c. The privity of contract

Doktrin ini menyatakan pelaku usaha mempunyai

kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi hal itu baru dapat

dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu hubungan

kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan diluar hal-hal

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

20

yang diperjanjikan. Dengan demikian konsumen dapat menggugat

berdasarkan wanprestasi. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam

pasal 1340 BW yang menyatakan tentang ruang lingkup

berlakunya perjanjian hanyalah antara pihak-pihak yang membuat

perjanjian saja.

Menurut Teori Gustav Rudbruch ada 3 nilai dasar hukum yatu,

keadilan, kemanfaatan dan kepastian, menurut Gustav Rudbruch dalam

tataran penerapan hukum nya harus dianut skala prioritas, pertama

wajib mendahulukan keadilan baru kemanfaatan dan kepastian. Namun

yang ideal, adalah agar kiranya dalam setiap penerapan hukum

senantiasa mensinergikan antar ketiga tujuan hukum dimaksud supaya

ketiga nilai dasar hukum tersebut dapat terwujud secara bersama-sama

tanpa ada kepincangan antar satu dengan lainnya, akan tetapi jika hal

itu tidak dimungkinkan, maka keadilan harus diprioritaskan terlebih

dahulu, kemudian baru berpikir untuk kemanfaatannya dan

kepastiannya.21

Sedangkan asas-asas yang dianut dalam hukum perlindungan

konsumen sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen adalah:

a. Asas manfaat

Asas ini mengandung makna bahwa penerapan UU PK harus

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada kedua pihak,

konsumen dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada satu pihak yang

kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Kedua belah

pihak harus memperoleh hak-haknya.

b. Asas keadilan

Penerapan asas ini dapat dilihat di Pasal 4 – 7 UU PK yang

mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku

usaha. Diharapkan melalui asas ini konsumen dan pelaku usaha

21

Nurul Qamar, Hukum Itu Ada Tapi Harus Ditemukan, (Makassar: Pustaka Refleksi,

2010), h. 13-14

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

21

dapat memperoleh haknya dan menunaikan kewajibannya secara

seimbang.

c. Asas keseimbangan

Melalui penerapan asas ini, diharapkan kepentingan

konsumen, pelaku usaha serta pemerintah dapat terwujud secara

seimbang, tidak ada pihak yang lebih dilindungi.

d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen

Diharapkan penerapan UU PK akan memberikan jaminan

atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas kepastian hukum

Dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha

mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan

perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Dalam hukum perlindungan konsumen terdapat pula hak dan

kewajiban konsumen. Menurut Undang-Undang Perlindungan

Konsumen Pasal 4 dan 5 hak dan kewajiban konsumen, yaitu:

a. Hak konsumen adalah:

1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan

barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan

kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4) Hak untuk di dengan pendapat dan keluhannya atas barang

dan/atau jasa yang digunakan;

5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

22

7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif;

8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

b. Kewajiban konsumen adalah:

1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaianatau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi

keamanan dan keselamatan;

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa;

3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

2. Teori Hukum Pengangkutan Udara

Sumber hukum udara perdata nasional terdapat di berbagai

peraturan perundang-undangan nasional sebagai implementasi undang-

undang dasar 1945, seperti KUH Perdata, Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (KUHD), Stb. 1939-100, Undang-Undang Nomor 33

Tahun 1964 beserta peraturan pelaksanaannya, Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

beserta peraturan pelaksanaannya, Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor KM 77 Tahun 2011 dan KM Nomor 92 Tahun 2011.22

Secara

konprehensif, Abdulkadir Muhammad juga menggambarkan konsep

hukum pengangkutan meliputi tiga aspek23

, diantaranya:

22

H.K. Martono dan Agus Pramono, Hukum Udara Perdata Internasional dan Nasional,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 8

23 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, (Bandung: Penerbit PT Citra

Aditya Bakti, 2008), h. 7-8

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

23

a. Pengangkutan sebagai usaha (business)

Pengangkutan sebagai usaha adalah kegiatan usaha di

bidang jasa pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut

mekanik. Alat pengangkut mekanik contohnya ialah gerbong untuk

mengangkut barang, kereta untuk mengangkut orang, truk untuk

mengangkut barang, bus untuk mengangkut penumpang, pesawat

kargo, pesawat penumpang untuk mengangkut penumpang, kapal

kargo untuk mengangkut barang dan kapal penumpang untuk

mengangkut penumpang. Kegiatan usaha tersebut selalu dalam

bentuk perusahaan perseorangan, persekutuan, atau badan hukum.

Karena menjalankan perusahaan usaha jasa pengangkutan

bertujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba.

b. Pengangkutan sebagai perjanjian (agreement)

Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh

kesepakatan antara pihak pengangkut dan pihak penumpang atau

pengirim. Kesepakatan tersebut pada dasarnya berisi kewajiban

dan hak, baik pengangkut dan penumpang maupun pengirim.

Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang atau

barang sejak tempat pemberangkatan sampai ke tempat tujuan yang

telah disepakati dengan selamat. Sebagai imbalan, pengangkut

berhak memperoleh sejumlah uang jasa atau uang sewa yang

disebut biaya pengangkutan. Kewajiban penumpang atau pengirim

adalah membayar sejumlah uang sebagai biaya pengangkutan dan

memperoleh hak atas pengangkutan sampai di tempat tujuan

dengan selamat. Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat

lisan (tidak tertulis) tetapi selalu didukung oleh dokumen

pengangkutan. Dokumen pengangkutan berfungsi sebagai bukti

sudah terjadinya perjanjian pengangkutan dan wajib dilaksanakan

pihak-pihak. Dokumen pengangkutan barang lazim disebut surat

muatan sedangkan dokumen penumpang lazimnya disebut karcis

penumpang.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

24

c. Pengangkutan sebagai proses penerapan (aplying process)

Pengangkutan sebagai proses terdiri atas serangkaian

perbuatan mulai dari permuatan ke dalam alat pengangkut.

Kemudian dibawa oleh pengangkut menuju tempat tujuan yang

telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat

tujuan. Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem yang

mempunyai unsur-unsur sistem yaitu subjek pengangkutan, status

pelaku pengangkutan, objek pengangkutan, peristiwa

pengangkutan dan hubungan pengangkutan.

Berbicara mengenai perlindungan hukum, maka berbicara sejauh

mana hukum serta aturan yang ada menegaskan dilaksanakannya

tanggung jawab masing-masing pihak. Oleh karenannya secara teoritis

terdapat aturan yang mengatur mengenai batasan tanggung jawab

khususnya bagi pelaku usaha pengangkutan udara, namun bukan

berarti mengesampingkan hak mereka sebagai pelaku usaha. Dalam hal

ini tetap mengutamakan keseimbangan hak dan kewajiban antara

pelaku usaha dan pengguna jasa sesuai dengan Asas keseimbangan,

keserasian dan keselarasan yang tersebut dalam UU Nomor 1 Tahun

2009 Tentang Penerbangan.

Dalam transportasi udara terdapat (tiga) macam konsep dasar

tanggung jawab hukum24

yaitu : konsep tanggung jawab hukum atas

dasar kesalahan (based on fault liability), konsep tanggung jawab

hukum atas dasar praduga bersalah (presumption of liability), dan

konsep tanggung jawab hukum tanpa bersalah (liability without fault)

atau tanggung jawab mutlak (absolute liability atau strict liability).

Sehubungan dengan tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang

seperti yang telah disebutkan, di bawah ini membahas prinsip

tanggung jawab pengangkut yang diterapkan dalam UUP, yaitu:

24 H.K. Martono, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, Bagian Pertama,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 145

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

25

a. Tanggung Jawab Hukum Atas Dasar Kesalahan (Base on Fault

Liability)

Berdasarkan konsep tanggung jawab hukum atas dasar

kesalahan (based on fault liability), kelalaian/ kesalahan produsen

yang berakibat pada timbulnya kerugian konsumen merupakan

faktor penentu hak konsumen untuk mengajukan tuntutan ganti

rugi kepada produsen. Konsep tanggungjawab atas dasar kesalahan

dirasakan adil apabila kedudukan kedua belah pihak (penumpang

dan maskapai penerbangan) mempunyai kemampuan yang sama

sehingga mereka dapat saling membuktikan kesalahan. Konsep

tanggungjawab atas dasar kesalahan ini menurut HK. Martono

tidak boleh digunakan dalam pengangkutan udara karena

kedudukan penumpang dan pengangkutan tidak berimbang.25

b. Tanggung Jawab Hukum Praduga Bersalah

Konsep tanggung jawab praduga bersalah (presumption of

liability concept), penumpang atau pengirim barang tidak perlu

membuktikan kesalahan pengangkut (maskapai penerbangan),

sebab maskapai penerbangan telah dianggap bersalah. Dalam

konsep tanggung jawab praduga bersalah, yang harus

membuktikan adalah perusahaan penerbangan yang disebut dengan

pembuktian terbalik (burden of proof) atau disebut juga dengan

pembuktian negatif. Jadi maskapai penerbangan harus

membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Apabila maskapai

penerbangan (termasuk karyawan, pegawai, agen atau

perwakilannya) dapat membuktikan bahwa dia tidak bersalah,

maka maskapai penerbangan bebas dari tanggung jawab untuk

membayar ganti rugi kepada penumpang atau pengirim barang.

25

H.K. Martono, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, Bagian

Pertama..., h. 149

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

26

c. Tanggung Jawab Mutlak (Absolute liability principle)

Dalam pengangkutan udara pengangkut bertanggung jawab

atas kerugian penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap, atau

luka-luka yang diakibatkan kejadian angkutan udara di dalam

pesawat dan/atau naik turun pesawat, demikian menurut ketentuan

Pasal UUP. Ketentuan ini mencirikan pula bahwa UUP menganut

konsep tanggung jawab mutlak (absolute liability), berdasarkan

konsep tanggung jawab ini korban tidak perlu membuktikan

kesalahan dari maskapai penerbangan, tetapi otomatis memperoleh

ganti rugi. Para korban cukup memberi tahu bahwa menderita

kerugian akibat jatuhnya pesawat udara atau orang dan barang-

barang dari pesawat udara.

d. Tanggung Jawab Dengan Pembatasan (Limitation Of Liability)

Prinsip ini sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk

dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standar

yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci cetak film, misalnya

ditentukan bila film yang ingin dicuci/dicetak itu hilang atau rusak,

maka si konsumen hanya dibatasi ganti kerugiannya sebesar

sepuluh kali harga satu rol film baru.26

Secara umum prinsip

tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan

secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen seharusnya tidak

boleh secara sepihak menentukan klausula yang merugikan

konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya. Jika

ada pembatasan, mutlak harus berdasarkan pada peraturan

perundang-undangan yang jelas.

e. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab

(Presumption Of Non liability)

26

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), h.

65

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

27

Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip praduga untuk

selalu bertanggung jawab. Prinsip praduga untuk tidak selalu

bertanggung jawab (presumption of non liability) hanya dikenal

dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan

pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat

dibenarkan.27

Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum

pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi

kabin/bagasi tangan, yang biasanya dibawa dan diawasi oleh si

penumpang (konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang.

Dalam hal ini, pengangkut (pelaku usaha) tidak dapat diminta

pertanggungjawabannya.

Dalam hal ini pengangkut disebut sebagai Pelaku Usaha,

yang mana diatur dalam UUPK Pasal 6 bawa hak dan kewajiban

pelaku usaha yaitu:

a. Hak pelaku usaha adalah:

1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan

kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang

dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan

konsumen yang beritikad tidak baik;

3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen;

4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara

hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh

barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

b. Kewajiban pelaku usaha adalah:

1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

27

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia..., h. 61

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

28

2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan

jujur serta tidak diskriminatif;

4) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi

dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar

mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,

dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta

memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat

dan/atau yang diperdagangkan;

6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas

kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian

apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau

dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan, mencari perbedaan dan sebagai

referensi penulis pada penulisan skripsi ini dengan penelitian tentang

perlindungan konsumen lainnya, maka penulis melakukan penelusuran

terhadap beberapa judul penelitian terlebih dahulu. Diantara penelitian-

penelitian tersebut ialah:

1. Skripsi yang berjudul “Perlindungan konsumen atas kehilangan barang

(Studi putusan mahkamah agung nomor 3010K/Pdt/2014 atas perkara

konsumen D’Batoe boutique Hotel)”. Yang disusun oleh Novia

Andriani, dari Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016. Dalam skripsi

ini penulis membahas mengenai tentang hak-hak konsumen dan

perlindungan konsumen atas kehilangan barang, perbedaan antara

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

29

skripsi ini dengan penelitian penulis bahwa skripsi ini mengenai

perlindungan konsumen atas kehilangan barang di D’Batoe boutique

Hotel, sedangkan peneliti mengenai perlindungan konsumen atas

kehilangan barang di kabin pesawat. Sangat berkaitan karna sama

sama menjelaskan tentang kasus hukum perlindungan konsumen,

hanya saja berbeda konten nya.

2. Buku yang berjudul “Hukum Angkutan Udara”. Yang disusun oleh

H.K. Martono dan Amad Sudiro, buku ini membahas mengenai

tentang bagaimana tanggung jawab dari pihak pesawat jika terjadi

kehilangan barang dan buku ini menjadi referensi peneliti dalam

mengerjakan skripsi, karena sangat berkaitan dengan pembahasan yang

peneliti bahas di skripsi ini.

3. Jurnal Ilmu Hukum yang berjudul “Perlindungan konsumen atas

kerusakan dan kehilangan bagasi penumpang pesawat udara maskapai

penerbangan (studi kasus PT. metro bataviacabang medan)”. Yang

disusun oleh Freddy Luth Putra Purba, T. Keizerina Devi dan Windha.

Jurnal ini membahas mengenai tentang hak-hak konsumen dan

perlindungan konsumen atas kehilangan dan kerusakan barang,

perbedaan antara jurnal ini dengan penelitian peneliti bahwa jurnal ini

menbahas tentang kerusakan dan kehilangan bagasi, sedangkan

peneliti membahas kehilangan barang di kabin.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

30

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG YANG DIRUGIKAN

HAKNYA

A. Duduk Perkara

1. Para Pihak

a. Qatar Airways Q.C.S.C yang berkedudukan di Qatar Airways Tower,

Qatar yang berkantor perwakilan di Lantai 38 Suite 3802, Grand

Indonesia, Jalan M.H Thamrin No.1 Jakarta Pusat dan diwakili oleh

Kantor Hukum Ivan Almaida Baely & Firmansyah Law Firm.

Kedudukan Qatar Airways dalam perkara ini ialah sebgai pemohon

keberatan, yang semula berkedudukan sebagai tergugat di BPSK.

b. Leo Mualdy Christoffel yang bertempat tinggal di Jl. Masjid No.11,

RT.002/RW.006, Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres,

Jakarta Barat. Merupakan konsumen pengguna jasa angkutan udara

Qatar Airways yang dalam perkara ini berkedudukan sebagai

penggugat di BPSK dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya

Sabam, S.H. dan Hasraldi, S.H.

2. Perkara Di Tingkat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Pada hari Jumat tanggal 15 Mei 2015, konsumen memulai

perjalanan dari Jenewa menuju Jakarta dengan penerbangan Qatar pada

pukul 16.00 waktu setempat dan sempat delay karena cuaca buruk selama

satu jam di dalam pesawat untuk kemudian pesawat terbang menuju

Doha, Qatar. Setelah tiba, konsumen transit di Doha untuk kemudian

melanjutkan perjalanan dengan QR 956 pada pukul 02.20 waktu setempat

menuju Jakarta. Di dalam perjalanan konsumen membawa di dalam tas

konsumen sebuah jam Rolex GMT Master II warna biru hitam lengkap

dengan kartu garansi dan uang tunai di dalam agenda senilai US 8.500.00

(delapan ribu lima ratus dolar amerika) dengan pecahan 100, 50, 20, 10,

yang konsumen letakkan di dalam amplop money changer korea dengan

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

31

motif dan warna putih serta ada aksen garis biru dibawah. Dan beberapa

uang pecahan 1 dollar. Di dalam tas tersebut juga terdapat dompet

berisikan uang tunai senilai pecahan besar Rp 3.200.000,- (tiga juta dua

ratus ribu rupiah) ditambah beberapa lembar pecahan 50 ribu, 10 ribu, 5

ribu dan 2 ribu rupiah, serta uang sebesar CHF 50 dengan empat nomor

seri terakhir 3774 yang konsumen simpan selalu di dalam dompet

bersamaan dengan pecahan rupiah. Ketika pesawat mulai descend (turun

ketinggian) di daerah wilayah Indonesia dan lampu dinyalakan, konsumen

melakukan pengecekan atas jam tangan konsumen dan menemukan jam

tangan konsumen sudah hilang. Lalu konsumen melaporkan kepada kru

kabin dan mereka melakukan kontak kepada kapten dan kapten

melakukan kontak kepada ground.

Di dalam kabin tersebut, kru kemudian mengambil foto atas jam

konsumen yang hilang dan disarankan agar konsumen kembali ke tempat

duduk. Namun, ketika konsumen kembali ke tempat duduk, konsumen

temukan jam konsumen tergeletak diatas tas begitu saja dan kembali

konsumen melaporkan kepada kru kabin. Dengan rasa curiga kemudian

konsumen mengecek keberadaaan barangnya yang lain dan mengetahui

bahwa uang konsumen yang disimpan dalam amplop sudah diambil dan

uang milik konsumen yang lainnya di dalam dompet sudah hilang.

Konsumen kemudian melaporkan kembali ke kru kabin dan meminta

dilakukan pemeriksaan kepada penumpang sebelum penumpang turun.

Kemudian kru kabin menghubungi kapten dan konsumen dijelaskan

bahwa kru kabin tidak memiliki kewenangan untuk melakukan

pemeriksaan dan airport security yang akan naik dan melakukan

pemeriksaan. Konsumen tegaskan “apakah Indonesian National Police

will be on board?” (Kepolisian Republik Indonesia akan naik ke pesawat

untuk memeriksa?), mereka jawab “iya” dan konsumen disarankan untuk

tenang dan kembali duduk. Namun, setelah pesawat mendarat, seluruh

penumpang dipersilahkan turun. Dan entah bagaimana cara mereka

menemukan pelaku, kemudian satu orang penumpang yang ditahan atas

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

32

kecurigaan petugas security bandara. Ketika konsumen tanyakan kepada

ground crew yang bertugas kenapa seluruh penumpang dilepaskan karena

sebelumnya konsumen sudah meminta dilakukan pemeriksaan sebelum

turun, pihak ground (petugas darat) menanyakan kembali apakah

konsumen memiliki penumpang yang dicurigai. Konsumen kemudian

memberikan jawaban bahwa karena konsumen tidak memiliki orang yang

dicurigai, maka konsumen meminta pemeriksaaan kepada seluruh

penumpang. Namun secara mengejutkan, jawaban atau respon dari

ground crew (Petugas darat) adalah tidak etis jika dilakukan pemeriksaan

tanpa adanya orang yang dicurigai dan konsumen harus berempati kepada

penumpang yang sudah lelah, kemudian mereka melepaskan seluruh

penumpang tanpa adanya pemeriksaan sebagaimana yang dijanjikan

sebelumnya oleh pihak kru kabin ketika masih didalam pesawat, kecuali

satu orang yang ditahan atas kecurigaan security bandara dan petugas

darat dari Pemohon Keberatan.

Akibat dari tindakan tersebut, konsumen kehilangan kesempatan

untuk menemukan kembali Uang milik Konsumen yang pasti berada di

dalam pesawat dan/atau melakukan pembuktian perpindahan tangan dari

uang yang konsumen miliki karena para tersangka sudah keluar dari

pesawat tanpa dilakukan pemeriksaan apapun.

B. Tanggung Jawab Maskapai Kepada Penumpang Yang Kehilangan

Barang

Tanggung jawab maskapai penerbangan dalam bagasi yang rusak maupun

hilang sudah jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

Tentang Penerbangan Pasal 144 yaitu Pengangkut bertanggung jawab atas

kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang,

musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama

bagasi tercatat berada dalam pengawasan pengangkut. Pasal 1 angka 22

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan menyebutkan

bahwa tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

33

udara untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau

pengirim barang serta pihak ketiga. Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangakut,

tanggung jawab pengangkut sebagai kewajiban perusahaan angkutan udara

untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim

barang serta pihak ketiga.

Masalah mengenai barang bawaan penumpang sangat menarik dan

mendasar karena sering kali dijumpai adanya kasus-kasus yang merugikan

penumpang. Dari segi hukum, khususnya Hukum Perdata masalah

perlindungan hukum terhadap barang bawaan penumpang sangat erat

kaitannya mempunyai hubungan hukum dengan penumpang maupun

pengangkut. Hubungan hukum tersebut menimbulkan suatu hak dan

kewajiban antara pengangkut dengan penumpang selaku pemilik barang

bawaan. Dengan demikian antara pengangkut dengan penumpang

mendapatkan jaminan kepastian hukum tentang kedudukan hukum serta hak

dan kewajibannya. Konsep tanggung jawab hukum yang di gunakan dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah

tanggung jawab praduga bersalah (presumption of liability), karena itu

pengangkut otomatis bertanggung jawab, kecuali pengangkut dapat

membuktikan bahwa pengangkut tidak bersalah atau beban pembuktian

terbalik atau pembuktian negatif.1

Dalam pasal 168 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang

Penerbangan dicantumkan bahwa ganti kerugian untuk setiap bagasi tercatat

hanya ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Barang bagasi penumpang

dikategorikan dalam Pasal 1 angka 24 dan 25 Undang- Undang RI Nomor 1

Tahun 2009 Tentang Penerbangan, yaitu barang bagasi kabin dan barang

bagasi tercatat (ada dua kategori). Peraturan Menteri yang digunakan sebagai

pedoman tanggung jawab disini ialah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara. Menurut PM

1 H.K. Martono dan Agus Pramono, Hukum Udara Perdata Internasional dan Nasional,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 194

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

34

Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara Pasal 2,

jenis tanggung jawab pengangkut, pengangkut yang mengoperasikan pesawat

udara wajib bertanggung jawab atas kerugian terhadap:

1. Penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap atau luka-luka;

2. Hilang atau rusaknya bagasi kabin;

3. Hilang, musnah, atau rusaknya bagasi tercatat;

4. Hilang, musnah, atau rusaknya kargo;

5. Keterlambatan angkutan udara; dan f. kerugian yang diderita oleh pihak

ketiga.

Dijelaskan didalam Pasal 2 bahwa wajib bagi pengangkut untuk

bertanggung jawab atas kehilangan atau rusaknya barang pada bagasi kabin.

Hukum pengangkutan mengenal tiga prinsip tanggung jawab dan cara

membedakan prinsip-prinsip tanggung jawab tersebut pada dasarnya

diletakkan pada masalah pembuktian, yaitu mengenai ada tidaknya kewajiban

pembuktian, dan kepada siapa beban pembuktian dibebankan dalam proses

penuntutan. Ketiga prinsip tanggung jawab ini adalah sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab Hukum Atas Dasar Kesalahan (Liability Based on

Fault)

Tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan (liability based on

fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum perdata

khususnya Pasal 1365 KUH Perdata yang lazim dikenal sebagai Pasal

Tentang perbuatan melawan hokum, mengharuskan terpenuhinya 4

(empat) unsur pokok, yaitu:

a. Adanya perbuatan;

b. Adanya unsur kesalahan;

c. Adanya kerugian yang diderita;

d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

Kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum.

Pengertian “hukum”, tidak hanya bertentangan dengan undang-undang

prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum perdata khususnya Pasal

1365 KUH Perdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

35

melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu:

kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat.2 Asas tanggung jawab ini

dapat diterima karena adalah adil bagi orang yang berbuat salah untuk

mengganti kerugian bagi pihak korban. Dengan kata lain, tidak adil jika

orang yang tidak bersalah harus mengganti kerugian yang diderita orang

lain. Tanggung jawab atas dasar kesalahan melemahkan hak-hak

penumpang, karena penumpang tidak punya keahlian untuk

membuktikan kesalahan pengangkut. Tanggung jawab pengangkut

terbatas setinggi-tingginya sebesar kerugian penumpang. Konsep

tanggung jawab atas dasar kesalahan dirasakan adil apabila kedudukan

kedua belah pihak (penumpang selaku konsumen dan pengangkut)

mempunyai kemampuan yang sama sehingga mereka dapat saling

membuktikan kesalahan.

2. Tanggung Jawab Hukum Atas Dasar Praduga Bersalah (Presumption of

Liability)

Prinsip ini menyatakan, pengangkut selalu dianggap bertanggung

jawab, sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah. Beban

pembuktiannya ada pada pengangkut. Pengangkutan udara dalam hal

tanggung jawab hukum atas dasar praduga bersalah (presumption of

liability) pernah diakui.3 Berkaitan dengan prinsip tanggung jawab ini,

dalam doktrin hukum pengangkutan khususnya, dikenal 4 (empat)

variasi:

a. Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab kalau ia

dapat membuktikan kerugian yang ditimbulkan oleh hal-hal diluar

kekuasaannya;

b. Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab jika ia

dapat membuktikan ia mengambil suatu tindakan yang diperlukan

untuk menghindari timbulnya kerugian;

2 Celine Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Penerbit Sinar

Grafika, 2010), h. 93

3 Celine Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen..., h. 94

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

36

c. Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab jika ia

dapat membuktikan kerugian yang timbul bukan karena

kesalahannya;

d. Pengangkut tidak bertanggung jawab jika kerugian itu

ditimbulkan oleh kesalahan/kelalaian penumpang atau karena

kualitas/mutu barang yang diangkut tidak baik.

Menurut konsep tanggung jawab hukum atas dasar praduga bersalah

(presumption of liability), perusahaan penerbangan dianggap bersalah,

sehingga perusahaan penerbangan demi hukum harus membayar ganti

kerugian yang diderita oleh penumpang tanpa dibuktikan kesalahan lebih

dahulu, kecuali perusahaan membuktikan tidak bersalah yang dikenal

sebagai beban pembuktian terbalik.4

3. Tanggung Jawab Hukum Mutlak (Strict Liability)

Tanggung jawab hukum mutlak (strict liability) sering diidentikan

dengan prinsip tanggung jawab absolut (absolute liability). Kendati

demikian ada pula para ahli yang membedakan kedua teminologi diatas.5

Strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan

tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun, ada pengecualian yang

memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya force

majeur.

Sedangkan, Absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa

kesalahan dan tidak ada pengecualiannya. Selain itu, ada pandangan yang

agak mirip, yang mengaitkan perbedaan keduanya pada ada atau tidak

adanya hubungan kausalitas antara subjek yang bertanggung jawab dan

kesalahannya. Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, konsep tanggung

jawab mutlak diartikan terutama sebagai kewajiban mutlak yang

dihubungkan dengan timbulnya kerusakan. Salah satu ciri utama

4 H.K. Martono dan Ahmad Sudiro, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2009 , (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2011), h. 223

5 Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Penerbit Grasindo, 2000), h. 62-63

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

37

tanggung jawab mutlak adalah tidak adanya persyaratan tentang perlu

adanya kesalahan.6

C. Penyelesaian Sengketa Terhadap Kehilangan Barang Di Bagasi Kabin

Pesawat

Kelalaian pelaku usaha dalam menjalankan kewajibannya yang merupakan

hak konsumen seringkali menimbulkan sengketa. Begitu pula halnya dengan

tidak dipenuhinya kewajiban maskapai penerbangan selaku pelaku usaha

yang menyebabkan timbulnya kerugian berupa kehilangan barang penumpang

selaku konsumen di bagasi kabin peswat udara, akan menimbulkan sengketa

diantara kedua pihak tersebut. Sengketa konsumen dapat bersumber dari 2

(dua) hal, yaitu:7

1. Pelaku usaha tidak melaksanakan kewajiban hukumnya sebagaimana

diatur dalam undang-undang. Artinya pelaku usaha mengabaikan

ketentuan undang-undang tentang kewajibannya sebagai pelaku usaha

dan larangan-larangan yang dikenakan padanya dalam menjalankan

usahanya. Sengketa seperti ini dapat disebut sengketa yang bersumber

dari hukum.

2. Pelaku usaha atau konsumen tidak menaati isi perjanjian, yang berarti

baik pelaku usaha maupun konsumen tidak menaati kewajibannya

sesuai dengan kontrak atau perjanjian yang dibuat diantara mereka.

Sengketa seperti ini dapat disebut sengketa yang bersumber dari

kontrak.

Berdasarkan penjelasan UUPK Pasal 45 Ayat (2) penyelesaian sengketa

konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat ini tidak menutup kemungkinan

penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa. Pada setiap tahap

diusahakan untuk menggunakan penyelesaian damai oleh kedua belah pihak

yang bersengketa. Penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang

6 Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, (

Bandar Lampung: Penerbit UNILA, 2007), h. 9

7 Janus Sidabulok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2006), h. 143

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

38

bersengketa (pelaku usaha dan konsumen) tanpa melalui pengadilan atau

melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan tidak bertentangan

dengan UU ini. Berdasarkan ketentuan pasal 45 ayat (2) UUPK dihubungkan

dengan penjelasannya, maka penyelesaian sengketa konsumen dapat

dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut:8

1. Penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa tanpa

melibatkan pengadilan atau pihak ketiga yang netral.

2. Penyelesaian melalui pengadilan; dan

3. Penyelesaian di luar pengadilan melalui Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen.

Satu dari ketiga cara itu dapat ditempuh oleh pihak-pihak yang

bersengketa, dengan ketentuan bahwa penyelesaian sengketa melalui tuntutan

seketika wajib ditempuh pertama kali untuk memperoleh kesepakatan para

pihak. Sedangkan dua cara lainnya adalah pilihan yang ditempuh setelah

penyelesaian dengan cara kesepakatan gagal. Kalau sudah menempuh cara

melalui pengadilan tidak dapat lagi ditempuh penyelesaian melalui BPSK dan

sebaliknya. Penyelesaian sengketa konsumen diatur dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu terdapat dalam

Pasal 45:

1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha

melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara

konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di

lingkungan peradilan umum.

2. Penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar

pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

3. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud ayat

tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur

dalam undang-undang.

8 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, (Bandung:

PT Citra Aditya Bakti, 2000), h. 239-240

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

39

4. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila

upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau

oleh para pihak yang bersengketa.

Dalam ketentuan tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen, penyelesaian sengketa konsumen

dapat dilakukan dengan jalan pengadilan dan luar pengadilan. Dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

memberikan sarana bagi konsumen yang ingin mengadukan bahwa hak-

haknya sebagai konsumen telah terlanggar atas perbuatan pelaku usaha dan

mengatur lembaga-lembaga pengaduan konsumen yang dapat digunakan oleh

konsumen untuk melaporkan pelaku usaha yang tidak memenuhi

kewajibannya.

Lembaga perlindungan konsumen yang dapat dijadikan sarana oleh

penumpang pesawat udara selaku konsumen untuk mengadukan pelanggaran

haknya oleh maskapai udara yaitu Lembaga Perlindungan Konsumen

Swadaya Masyarakat (LPKSM) yang diatur dalam pasal 44 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Pasal tersebut

mengatakan bahwa pemerintah mengakui LPKSM dengan tujuan untuk

LPKSM tersebut berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen.

Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 59

Tahun 2001 Tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya

Masyarakat, tugas dari LPKSM ini salah satunya adalah membantu konsumen

dalam memperjuangkan haknya termasuk menerima keluhan atau pengaduan

konsumen, serta melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat

terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen. Namun keberadaan LPKSM

ini hanya untuk menerima pengaduan konsumen saja, untuk selanjutnya dapat

mengajukan gugatan atas nama konsumen. Sedangkan untuk putusan

penyelesaian sengketa konsumen, LPKSM tidak berhak atas hal tersebut.

Yang berhak memberikan putusan atas sengketa yang diadukan ke LPKSM

adalah pengadilan negeri di tempat perkara tersebut diajukan. Lembaga yang

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

40

bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha adalah

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). BPSK diatur dalam Pasal

49 sampai Pasal 58 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

BPSK adalah pengadilan khusus konsumen (small claim court) yang

sangat diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses

berperkara berjalan dengan cepat, sederhana, dan murah.9 Tugas utama dari

BPSK adalah menyelesaikan sengketa konsumen diluar pengadilan melalui

cara mediasi, arbitrase, atau konsiliasi. Selain tugas utama BPSK

menyelesaikan sengketa dengan ketiga bentuk alternatif penyelesaian

sengketa tersebut, wewenang BPSK yang tak kalah pentingnya adalah dapat

menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang terbukti

melanggar peraturan perundang-undangan. Penyelesaian sengketa melalui

BPSK ini relatif memakan waktu yang singkat jika dibandingkan dengan

melalui pengadilan namun, kelemahan penyelesaian sengketa melalui BPSK

adalah putusan yang dikeluarkan oleh BPSK tidak mempunyai kekuatan

eksekutorial yang artinya tidak dapat melakukan eksekusi terhadap putusan.

Setelah putusan dikeluarkan oleh BPSK kemudian segera dimintakan

penetapan eksekusi pada Pengadilan Negeri sebagaimana tercantum dalam

Pasal 57 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen. Jadi dalam hal ini, putusan majelis BPSK tersebut memang

bersifat final dan mengikat. Tetapi untuk pelaksanaan eksekusi putusan

tersebut, dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri yang terhadap putusannya

masih dapat diajukan kasasi dan peninjauan kembali.

Penyelesaian sengketa berikutnya yaitu melalui jalur litigasi atau dengan

kata lain melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa konsumen melalui

pengadilan hanya dimungkinkan apabila:10

9 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,

2008), h. 126

10 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja

Gravindo Persada, 2004), h. 234

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

41

1. Para pihak belum memilih upaya penyelesaian sengketa konsumen

di luar pengadilan; atau

2. Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan

dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak

yang bersengketa.

Bahwa dapat dikatakan penyelesaian sengketa melalui pengadilan

merupakan upaya hukum terakhir yang dapat ditempuh oleh para pihak yang

bersengketa, setelah menempuh upaya penyelesaian sengketa di luar

pengadilan sebelumnya. Semua upaya penyelesaian sengketa konsumen ini

dapat ditempuh oleh penumpang yang dirugikan atas hilang, musnah, dan

rusaknya barang penumpang di bagasi pesawat udara. Namun penyelesaian

sengketa di luar pengadilan lebih di sarankan untuk dilakukan. Setelah

penyelesaian di luar pengadilan tersebut tidak berhasil, maka penumpang

selaku konsumen dapat menggugat maskapai penerbangan melalui

Pengadilan Negeri. Bahwa Qatar pada tingkat BPSK telah mengajukan

keberatan atas Putusan BPSK No.006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10

Desember 2015 secara tertulis tertanggal 11 Januari 2016 dan telah

didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan nomor

register 10/Pdt.SusBPSK/2016/PN.JKT.BRT, Qatar Airways tidak puas

dengan hasil dari tingkat pertama maka Qatar mengajukan kasasi dengan

nomor putusan 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016, merasa tidak puas dengan putusan

hakim yang diajukan Qatar Airways kembali mengajukan peninjauan kembali

dengan Nomor Putusan 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017 hakim mengabulkan

permohonan peninjauan kembali dari pihak Qatar.

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

42

BAB IV

PERTIMBANGAN DAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP DALAM

PUTUSAN NOMOR 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT, 649 K/Pdt.Sus-

BPSK/2016 DAN 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

A. Analisis Putusan Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT

Dalam Putusan Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT ini Majelis

Hakim menjatuhkan amar putusan yang menyebutkan bahwa mengabulkan

keberatan pemohon keberatan/ tergugat pada tingkat BPSK khususnya

terhadap biaya pengacara dan menghukum pemohon keberatan/ tergugat pada

tingkat BPSK untuk mengganti rugi kepada termohon keberatan, penggugat

pada tingkat BPSK sebesar 50% dari kehilangan uang sebesar 8.500,- US

Dollar, Rupiah Rp. 3.200.000,- dan 50 Swis Franc.

Menurut peneliti, Hakim dalam memutuskan perkara ini menggunakan

pertimbangan aspek filosofis yaitu merupakan aspek yang berintikan pada

kebenaran dan keadilan. Aspek filosofis penerapannya sangat memerlukan

pengalaman dan pengetahuan yang luas serta kebijaksanaan yang mampu

mengikuti nilai-nilai dalam masyarakat yang terabaikan, jelas penerapannya

sangat sulit sebab tidak mengikuti asas legalitas dan tidak terikat pada

sistem.1 Pencantuman aspek filosofis tersebut tidak lain agar putusan

dianggap adil bagi pihak yang dirugikan. Dalam putusan ini terlihat bahwa

adanya kerugian yang dirasakn oleh pihak konsumen, karena pihak maskapai

lepas tanggungjawab begitu saja atas kehilangan barang yang terjadi di kabin

bagasi pesawat. Memang sudah dijelaskan pada Pasal 1 Angka 25 Undang-

Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 bahwa bagasi kabin adalah

barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam pengawasan

penumpang itu sendiri, tetapi dalam penerapannya seharusnya pihak pesawat

tidak lepas tanggung jawab begitu saja kepada penumpang. Konsumen selaku

pengguna jasa angkutan udara dalam kasus ini memang salah, karena tidak

1Ahmad Rifai, Penemun Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.126

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

43

berhati-hati dalam menjaga barang bawaan nya di bagasi kabin pesawat.

Akan tetapi pihak pesawat selaku pelaku usaha seharusnya memberi rasa

aman dan nyaman kepada pihak penumpang dan barang bawaan penumpang,

dengan melakukan upaya pencegahan agar kehilangan barang penumpang

pada bagasi kabin pesawat tidak terjadi. Pada kronologis kasus yang

dijelaskan pada putusan ini, pihak maskapai menjanjikan pihak konsumen

untuk diadakannya pemeriksaan sebelum penumpang diperbolehkan turun

dari pesawat namun tidak dilakukan oleh pihak maskapai seharusnya

kehilangan yang menimbulkan kerugian bagi pihak konsumen dapat dicegah

oleh pihak maskapai namun tidak dilakukan dan ini mutlak adalah kesalahan

dan menjadi tanggungjawab pihak maskapai. Upaya lain untuk mencegah

kehilangan pada bagasi kabin dapat dilakukan dengan cara mengingatkan

kepada seluruh penumpang pesawat agar senantiasa berhati-hati dalam

menjaga barang bawaan yang mereka bawa serta melakukan upaya preventif

lainnya seperti usaha penyediaan keamanan disekitar area kabin penumpang

dengan System Cabin Vidio System (SCMS) yang telah diterapkan oleh

beberapa maskapai penerbangan Internasional lainnya dan/atau dalam bentuk

kunci kabin secara otomatis yang hanya dapat dibuka atas bantuan cabin crew

(awak kabin) dan atau setiap upaya lainnya yang dapat mencegah terjadinya

kehilangan barang bawaan di bagasi kabin pesawat yang disebabkan karena

pencurian, namun hal tersebut tidak dilakukan oleh pihak pelaku usaha yang

terungkap dalam fakta persidangan.

Hakim sudah memutuskan perkara ini dengan se adil-adilnya keadilan

hukum dengan menggunakan pertimbangan aspek filosofis. Sejatinya

pelaksanaan tugas dan kewenangan seorang hakim dilakukan dalam kerangka

menegakkan kebenara dan keadilan, dengan berpegang pada hukum, undang-

undang, dan nilai-nilai keadilan dalam masyarakat. Dalam diri hakim

dilemban amanah agar peraturan perundang-undangan diterapkan secara

benar dan adil, dan apabila penerapan peraturan perundang-undangan akan

menimbulkan ketidakadilan, maka hakim wajib berpihak pada keadilan

(moral justice) dan mengenyampingkan hukum atau peraturan perundang-

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

44

undangan (legal justice). Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan

hukum yang hidup dimasyarakat yang tentunya sesuai pula atau merupakan

pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (social justice).

Keadilan yang dimaksudkan disini, bukanlah keadilan proseduril (formil),

akan tetapi keadilan substantif (materiil), yang sesuai dengan hati nurani.2

B. Analisis Putusan Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Dalam Putusan Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016 Hakim menjatuhkan

amar putusan yang menyebutkan bahwa menolak permohonan kasasi dari

pemohon kasasi yaitu Qatar Airways dan menghukum pemohon

kasasi/pemohon keberatan untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi

yang ditetapkan sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Menurut peneliti, Hakim dalam memutuskan perkara ini menggunakan

pertimbangan aspek filosofis yaitu merupakan aspek yang berintikan pada

kebenaran dan keadilan. Sama dengan putusan di tingkat pertama, pada

putusan tingkat kasasi juga hakim menggunakan pertimbangan aspek

filosofis. Dan hakim memenangkan pihak konsumen kembali dengan alasan

mengingat penerbangan tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang

cukup lama yaitu rata-rata di atas 2 (dua) jam perjalanan lintas Negara atau

benua, tanpa harus mewujudkan tanggung jawab moral pihak maskapai dalam

memberi jaminan keamanan dalam bentuk ketenangan dan kenyamanan

kepada pihak konsumen dalam tindakan Preventif berupa usaha penyediaan

keamanan disekitar area kabin penumpang seperti System Cabin Vidio

Monitoring System (SCMS) yang telah diterapkan oleh beberapa maskapai

penerbangan Internasional lainnya dan atau dalam bentuk kunci kabin secara

otomatis yang hanya dapat dibuka atas bantuan Cabin Crew (awak kabin)

dan atau setiap upaya yang dapat menjamin keamanan dan kenyamanan para

penumpang dan barang bawaannya selama dalam penerbangan, dimana

penggunaan system kamera keamanan di sekitar area kabin penumpang

pesawat diharapkan dapat meminimalisir tindak kejahatan baik berupa

2 Ahmad Rifai, Penemun Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.127-128

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

45

pencurian barang, dan upaya keamanan ini tidak diterapkan oleh pihak

maskapai sehingga dari fakta tersebut dapat dinyatakan bahwa kesalahan

tersebut juga merupakan tanggung jawab dari pihak maskapai. Walaupun

memang sudah tertera pada Undang-Undang penerbangan Pasal 1 Ayat (25)

mengenai barang bawaan penumpang yang di simpan di bagasi kabin adalah

tanggung jawab dari pihak pempang itu sendiri, tetapi pihak maskapai tidak

bisa lepas tanggung jawab begitu saja karena pihak pesawat tidak melakukan

tindakan Preventif apapun untuk meminimalisir terjadinya kehilangan barang

dan tidak memberikan keamanan bagi barang bawaan penumpang dibagasi

kabin. Jadi tidak dapat lepas tanggungjawab begitu saja, karena pihak

konsumen memakai jasa angkutan udara dari pihak maskapai. Hakim sudah

memutuskan perkara ini dengan se adil-adilnya keadilan hukum dengan

menggunakan pertimbangan aspek filosofis. Sejatinya pelaksanaan tugas dan

kewenangan seorang hakim dilakukan dalam kerangka menegakkan kebenara

dan keadilan, dengan berpegang pada hukum, undang-undang, dan nilai-nilai

keadilan dalam masyarakat.

Dalam diri hakim dilemban amanah agar peraturan perundang-undangan

diterapkan secara benar dan adil, dan apabila penerapan peraturan perundang-

undangan akan menimbulkan ketidakadilan, maka hakim wajib berpihak pada

keadilan (moral justice) dan mengenyampingkan hukum atau peraturan

perundang-undangan (legal justice). Hukum yang baik adalah hukum yang

sesuai dengan hukum yang hidup dimasyarakat yang tentunya sesuai pula

atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat

(social justice). Keadilan yang dimaksudkan disini, bukanlah keadilan

proseduril (formil), akan tetapi keadilan substantif (materiil), yang sesuai

dengan hati nurani.3

C. Analisis Putusan Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

Majelis Hakim menjatuhkan amar putusan yang menyebutkan bahwa

3 Ahmad Rifai, Penemun Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif...,

h.127-128

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

46

mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari pemohon peninjauan

kembali Qatar Airways tersebut, membatalkan Putusan Mahkamah Agung

Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016 tanggal 8 September 2016 juncto, Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN Jkt. Brt

tanggal 23 Februari 2016 juncto Putusan BPSK Nomor 006/A/BPSK-

DKI/XII/2015, tanggal 10 Desember 2015 lalu menolak gugatan Penggugat

untuk seluruhnya dan menghukum Termohon Peninjauan Kembali/Termohon

Kasasi/Termohon Keberatan/Penggugat untuk membayar biaya perkara

dalam pemeriksaan peninjauan kembali sejumlah Rp2.500.000,00 (dua juta

lima ratus ribu rupiah).

Putusan tersebut menurut peneliti dianggap tidak adil untuk pihak

konsumen. Menurut Pasal 4 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77

Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara pada

memang sudah dijelaskan bahwa pihak pesawat tidak bertanggung jawab

untuk kerugian karena hilang atau rusaknya bagasi kabin, dan barang bawaan

yang diletakan di bagasi kabin adalah tanggung jawab dari pihak penumpang

sendiri dan penumpang mempunyai tanggung jawab tersendiri untuk

mengawasi dan menjaga barang bawaannya yang diletakan di bagasi kabin

pesawat. Akan tetapi dalam penerapannya, seharusnya pihak pesawat tidak

lepas tanggung jawab begitu saja kepada penumpang. Konsumen selaku

pengguna jasa angkutan udara dalam kasus ini memang salah, karena tidak

berhati-hati dalam menjaga barang bawaan nya di bagasi kabin pesawat.

Akan tetapi pihak pesawat selaku pelaku usaha seharusnya memberi rasa

aman dan nyaman kepada pihak penumpang dan barang bawaan penumpang,

dengan melakukan upaya pencegahan agar kehilangan barang penumpang

pada bagasi kabin pesawat tidak terjadi. Upaya tersebut dapat dilakukan

dengan cara mengingatkan kepada seluruh penumpang pesawat agar

senantiasa berhati-hati dalam menjaga barang bawaan yang mereka bawa

serta melakukan upaya preventif lainnya seperti usaha penyediaan keamanan

disekitar area kabin penumpang dengan System Cabin Vidio System (SCMS)

yang telah diterapkan oleh beberapa maskapai penerbangan Internasional

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

47

lainnya dan/atau dalam bentuk kunci kabin secara otomatis yang hanya dapat

dibuka atas bantuan cabin crew (awak kabin) dan atau setiap upaya lainnya

yang dapat mencegah terjadinya kehilangan barang bawaan di bagasi kabin

pesawat yang disebabkan karena pencurian, namun hal tersebut tidak

dilakukan oleh pihak pelaku usaha yang terungkap dalam fakta persidangan.

Kasus kehilangan barang tidak hanya terjadi pada bagasi tercatat saja

melainkan kehilangan barang bawaan penumpang juga kerap terjadi pada

bagasi kabin pesawat. Kehilangan barang di dalam pesawat Qatar Airways ini

bukan kali pertama terjadi, melainkan sudah pernah terjadi sebelum nya.

Polres Bandara Soekarno Hatta telah menangkap komplotan pencuri yang

beraksi di dalam penerbangan Qatar menuju Jakarta, Senin 21 September

2015. Modus komplotan ini adalah membongkar maupun merogoh tas milik

penumpang yang disimpan di dalam kabin pesawat. Komplotan yang

tertangkap tangan ini merupakan WNA dari China, pelaku berjumlah 4 orang

ini beraksi disaat kondisi pesawat sepi dan penumpang tengah tertidur lelap.

Saat tengah melakukan aksinya, salah seorang penumpang telah mencurigai

gerak gerik pelaku. Tak hanya penumpang, pramugari yang bertugas pun

telah mencurigai. Untuk membuktikan rasa curiga, akhirnya saat pesawat

landing di Jakarta, pramugari dan keamanan menginstruksikan keseluruh

penumpang untuk tidak turun dari pesawat sebelum pemeriksaan tas masing-

masing selesai. Setelah beberapa saat ternyata benar, bahwa seorang korban

bernama Stevan menyatakan kehilangan uang sebanyak 200 Euro.4 Pencurian

terhadap barang bawaan penumpang khususnya bagasi kabin pesawat, sudah

beberapa kali terjadi dalam maskapai penerbangan Qatar Airways.

Seharusnya pihak pelaku usaha yaitu Qatar Airways meningkatkan keamaan

pada bagasi kabin pesawat dengan menyediakan alat pengaman bagasi dan

menindaki secara tegas oknum-oknum yang melakukan pencurian pada

bagasi kabin dengan melaporkan ke pihak berwajib agar tidak terus terulang

kasus kehilangan yang merugikan pihak penumpang selaku konsumen.

4“Polisi Ringkus 4 WNA Komplotan Pencopet Di Atas Pesawat”,

http://ntmcpolri.info/home/polisi-ringkus-4-wna-komplotan-pencopet-di-atas-pesawat/, diakses

pada tanggal 22 Mei 2018

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

48

Adapun hak-hak konsumen yang dilakukan Qatar Airways selaku

pelaku usaha penyediaan jasa angkutan udara sebagai berikut:

1. Hak konsumen atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang/jasa.

Tertera dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8

tahun 1999 Pasal 4, konsumen pada dasarnya memiliki hak-hak sebagai

berikut:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

jasa yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Melihat peraturan dalam UUPK, penulis berpendapat bahwa dalam

kasus ini hak-hak dari Leo Mualdy Christoffel selaku konsumen

terlanggar akibat perbuatan dari Qatar Airways selaku pelaku usaha.

Pelaku usaha disini telah melanggar hak-hak Leo selaku konsumen

khususnya hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

49

mengkonsumsi atau menggunakan jasa dari Qatar Airways yang diatur

dalam Pasal 4 UUPK.

Asas-asas yang dianut dalam hukum perlindungan konsumen

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 UUPK terdapat asas manfaat,

menurut asas ini tidak ada satu pihak yang kedudukannya lebih tinggi

dibanding pihak lainnya, kedua belah pihak harus memperoleh hak-

haknya. Jadi dalam kasus ini harus diterapkan asas manfaat agar hak dari

leo tidak dilanggar. Sudah seharusnya pihak Leo mendapatkan hak-hak

kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam menggunakan jasa

angkutan udara dari Qatar Airways namun pihak pelaku usaha telah

melalaikan kewajibannya, dan dalam kasus ini harus juga diterapkan asas

keamanan dan keselamatan konsumen, yaitu asas yang memberikan

jaminan atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau

digunakan. Pelaku usaha dalam perkara ini tidak seharusnya melepaskan

tanggung jawab begitu kepada barang bawaan penumpang yang di

simpan di bagasi kabin pesawat. Walaupun memang dalam peraturan

perundang-undangan Internasional dan Nasional memang sudah jelas

bahwa barang bawaan yang disimpan di bagasi kabin pesawat merupakan

tanggung jawab dari pihak individual konsumen, akan tetapi pihak Qatar

selaku pelaku usaha seharusnya tidak sepenuhnya terlepas tanggung

jawab hukum untuk mengganti kerugian. Pelaku usaha dan konsumen

memiliki hubungan timbal balik yang menyebabkan masing-masing

pihak memiliki hak dan kewajibannya tersendiri, sehingga memang

sepatutnya dalam perkara ini konsumen wajib juga berhati-hati dalam

mengawasi barang bawaan mereka sendiri. Tetapi dipihak lain pelaku

usaha juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab moral kepada

konsumen. Penerbangan Doha menuju Jakarta berlangsung cukup lama

yaitu dalam jangka waktu rata-rata di atas 2 (dua) jam perjalanan lintas

Negara dan Benua pelaku usaha memiliki tanggung jawab untuk

memberikan fasilitas seperti jaminan kenyamanan dan keamanan kepada

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

50

konsumen dengan melakukan tindakan preventif, agar tindak kejahatan

seperti pencurian di bagasi kabin pesawat dapat dihindari. Tindakan

preventif tersebut bisa berupa usaha penyediaan keamanan disekitar area

kabin penumpang dengan System Cabin Vidio System (SCMS) yang telah

diterapkan oleh beberapa maskapai penerbangan Internasional lainnya

dan atau pihak penerbangan membuat keamanan seperti kunci kabin

secara otomatis yang hanya dapat dibuka atas bantuan pihak pesawat dan

atau setiap upaya yang dapat menjamin keamanan dan kenyamanan para

penumpang dan barang bawaannya selama dalam penerbangan. Dalam

perkara ini pihak Qatar nyatanya tidak melakukan tindakan pencegahan

tersebut, dan tidak adanya upaya dari pihak pesawat untuk memberikan

perlindungan untuk barang bawaan bagasi kabin karena sebelumnya

sudah pernah terjadi kasus yang serupa pada penerbangan di Qatar

Airways. Seharusnya pihak dari Qatar melalukan upaya agar tidak terus

terulang kejadian pencurian di penerbangan Qatar. Hilangnya barang

bawaan milik Leo Mualdy Christoffel membuktikan bahwa pihak Qatar

Airways tidak memberikan kenyamanan dan keamanan pada barang

bawaan yang merupakan objek kebendaan milik Leo dalam

pengangkutan udara karena keamanan, kenyamanan dan keselamatan

bukan hanya untuk diri pribadi pihak konsumen tapi juga berlaku untuk

objek kebendaan milik konsumen itu dalam menggunakan jasa angkutan

udara.

2. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur secara tidak

diskriminatif.

Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 4 huruf g

yaitu hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif. Menurut penulis Qatar Airways selaku pelaku usaha

dalam perkara ini, tidak memenuhi hak konsumen untuk mendapatkan

hak tersebut. Pelayanan secara tidak benar dan jujur oleh Qatar Airways

kepada Leo dilakukan ketika Leo mengetahui jam tangan miliknya sudah

hilang dan barang lainnya hilang di bagasi kabin, lalu kemudian

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

51

melaporkan ke kru kabin dan meminta dilakukan pemeriksaan kepada

penumpang sebelum penumpang turun. Kemudian kru kabin menjelaskan

bahwa kru kabin tidak memiliki kewenangan untuk melakukan

pemeriksaan dan kepolisian bandara yang akan naik dan melakukan

pemeriksaan. Namun nyatanya, setelah pesawat mendarat di Bandara

Soekarno-Hatta, seluruh penumpang justru dipersilahkan turun dan tidak

ada dari pihak kepolisian yang memeriksa ke dalam pesawat sesuai yang

dijanjikan oleh pihak kru kabin dari Qatar Airways. Hanya satu yang

ditangkap atas kecurigaan pihak security bandara. Karena permintaan

Leo tidak dipenuhi, lantas ia menanyakan kepada ground crew yang

bertugas kenapa seluruh penumpang dilepaskan, karena sebelumnya Leo

sudah meminta dilakukan pemeriksaan sebelum turun tetapi pihak

petugas darat menanyakan kembali apakah memiliki penumpang yang

dicurigai, kemudian Leo memberikan jawaban bahwa karena ia tidak

memiliki orang yang dicurigai, maka ia meminta pemeriksaaan kepada

seluruh penumpang. Secara mengejutkan, jawaban atau respon dari

Petugas darat ialah “tidak etis jika dilakukan pemeriksaan tanpa adanya

orang yang dicurigai dan konsumen harus berempati kepada penumpang

yang sudah lelah”. Kemudian Qatar Airways melepaskan seluruh

penumpang tanpa adanya pemeriksaan sebagaimana yang dijanjikan

sebelumnya oleh pihak kru kabin ketika masih didalam pesawat, kecuali

satu orang yang ditahan atas kecurigaan security bandara dan petugas

darat dari pihak Qatar Airways. Jika pihak maskapai memenhi

permintaan Leo untuk diadakannya pemeriksaan sebeum seluruh

penumpah diperbolehkan turun, mungkin barang-barang Leo yang hilang

besar kemungkinan akan kembali ketangan Leo kembali, dan bisa

mencegah kehilangan yang terjadi tersebut. Menurut Penulis, pihak Qatar

Airways tidak sepantasnya untuk memberikan pelayanan secara tidak

benar dan tidak jujur kepada Leo sebagai konsumen dengan tidak

memenuhi janji untuk memeriksa penumpang pesawat sebelum meraka

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

52

turun, seperti yang pihak pesawat janjikan kepada Leo saat penerbangan

menuju Jakarta.

3. Hak untuk mendapatkan Kompensasi, Ganti Rugi, Dan Penggantian

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya.

Menurut Pasal 4 huruf h Undang-Undang Perlindungan Konsumen

yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Namun pada

dasarnya, tujuan penyediaan hak ini adalah untuk memulihka keadaan

yang telah menjadi rusak akibat adanya penggunaan barang atau jasa

yang tidak memenuhi harapan konsumen.5 Menurut Pasal 19 Ayat (2)

Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur mengenai tanggung

jawab pelaku usaha tentang masalah ganti rugi dapat berupa

pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis

atau setara nilainya, dalam pasal itu mengharuskan bahwa pelaku usaha

harus bertanggung jawab untuk mengganti kerugian atas kehilangan

barang yang dialami oleh konsumen setara dengan nilai yang dirugikan.

Pada putusan peninjauan kembali ini, Majelis Hakim memutuskan bahwa

pihak Qatar Airways yang menang di pengadilan, dan Leo mengalami

kerugian karena tidak adanya ganti rugi dari pihak penerbangan. Memang

sudah jelas pada Undang-Undang Penerbangan Nasiaonal dan Internasional

sudah jelas peraturan tertera bahwa bagasi kabin adalah tanggungjawab pihak

pridadi, tetapi pihak pelaku usaha tidak bisa lepas tanggungjawab begitu saja.

Dalam kasus ini bisa diselesaikan dengan menerapkan Prinsip Presumption

Of Non liability dan Prinsip Limitation Of Liability terhadap pemberian ganti

rugi atas hilangnya barang dibagasi kabin. Pada pengangkutan bagasi

tangan/bagasi kabin, terdapat beberapa prinsip salah satunya yaitu Prinsip

Presumption Of Non liability dan Prinsip Limitation Of Liability, pada

5 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja

Gravindo Persada, 2007), h.44

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

53

prinsipnya pengangkut tidak bertanggungjawab pengangkut terletak pada

penumpang serta tanggungjawab ini baru muncul ketika terdapat kesalahan

dari pihak maskapai udara. Pada pengangkutan terhadap bagasi kabin,

maskapai udara tidak bertanggung jawab dan tidak terdapat persoalan

mengenai beban pembuktian, apabila:6

1. Maskapai udara membuktikan bahwa ia telah mengambil semua

tindakan untuk mencegar timbulnya kerugian.

2. Maskapai udara membuktikan bahwa ia mungkin mengambil semua

tindakan yang diperlukan untuk mencegah timbulnya kerugian.

3. Maskapai udara membuktikan juga bahwa kerugian adalah akibat dari

suatu kesalahan pada pengemudian, pimpinan pesawat terbang atau

navigasi.

4. Maskapai udara membuktikan adanya kesalahan penumpang lainnya.

5. Maskapai udara membuktikan adanya kesalahan penumpang sendiri.

Bedasarkan hal di atas, maka terdapat kemungkinan bahwa Prinsip

Presumption Of Non liability tidak berlaku, akan tetapi Prinsip Limitation Of

Liability diberlakukan. Hal tersebut berarti bahwa tetap ada pembatasan

dalam hal pemberian ganti kerugian, apabila penumpang telah mengambil

tindakan seperlunya dalam menjaga bagasi kabin miliknya dan pada pihak

maskapai udara juga terdapat kesalahan ringan (kelalaian) yang terjadi.

Dalam demikian beban pembuktian juga terletak pada penumpang yang

dirugikan. Dalam kasus ini penulis berpendapat bahwa Majelis Hakim dalam

menjatuhkan putusan menerapkan Prinsip Limitation Of Liability. Menurut

167 UU Penerbangan serta Pasal 4 ayat (2) Peraturan Mentri Perhubungan

Nomor 77 Tahun 2011, ganti kerugian terhadap penumpang dibatasi setinggi-

tingginya hanya sebesar kerugian nyata yang dialami oleh penumpang. Selain

itu, menurut penulis kesalahan dari pihak maskapai udara juga hanya

merupakan kelalaian sehingga digunakan Prinsip Limitation Of Liability.

Menurut peneliti, putusan tersebut dianggap tidak adil untuk pihak

konsumen. Menurut Pasal 4 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77

6 E. Suherman, Tanggungjawab Pengangkut Dalam Hukum Udara Indonesia..., h.26

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

54

Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara pada

memang sudah dijelaskan bahwa pihak pesawat tidak bertanggung jawab

untuk kerugian karena hilang atau rusaknya bagasi kabin, dan barang bawaan

yang diletakan di bagasi kabin adalah tanggung jawab dari pihak penumpang

sendiri dan penumpang mempunyai tanggung jawab tersendiri untuk

mengawasi dan menjaga barang bawaannya yang diletakan di bagasi kabin

pesawat. Dalam penerapannya, seharusnya pihak pesawat tidak lepas

tanggung jawab begitu saja kepada penumpang. Konsumen selaku pengguna

jasa angkutan udara dalam kasus ini memang salah, karena tidak berhati-hati

dalam menjaga barang bawaan di bagasi kabin pesawat. Pihak pesawat selaku

pelaku usaha seharusnya memberi rasa aman dan nyaman kepada pihak

penumpang dan barang bawaan penumpang, dengan melakukan upaya

pencegahan agar kehilangan barang penumpang pada bagasi kabin pesawat

tidak terjadi. Jika pihak maskapai penerbangan lepas tanggung jawab atas

kehilangan yang terjadi di bagasi kabin pesawat, besar kemungkinan akan ada

lagi kejadian kehilangan barang yang akan terulang. Apalagi kehilangan ini

termaksud pencurian, dan diketahui pernah terjadi kehilangan barang di

bagasi kabin pesawat di maskapai yang sama yaitu Qatar Airways.

Seharusnya juga pihak maskapai melakukan keamanan yang ketat dengan

melakukan penyediaan keamanan disekitar area kabin penumpang dengan

System Cabin Vidio System (SCMS) yang telah diterapkan oleh beberapa

maskapai penerbangan Internasional lainnya dan atau pihak penerbangan

membuat keamanan seperti kunci kabin secara otomatis yang hanya dapat

dibuka atas bantuan pihak pesawat, karena penggunaan sistem kamera

keamanan di sekitar area bagasi kabin penumpang pesawat dapat

meminimalisir tindak kejahatan baik berupa pencurian barang.

Menurut peneliti, Hakim dalam memutuskam perkara ini menggunakan

pertimbangan aspek yuridis, yaitu aspek yang pertama dan utama denga

berpatokan kepada undang-undang yang berlaku. Hakim harus menilai

apakah undang-undang tersebu adil, ada kemnfaatannya, atau memberikan

kepastian hukum jika ditegakkan, sebab salah satu tujuan hukum itu

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

55

unsurnya adalah menciptakan keadilan.7 Maksud keadilan disini yaitu

keadilan huku (legal justice) adalah keadilan berdasarkan hukum dan

perundang-undangan. Justru pada suatu kondisi akn menimbulkan ketidak

adilan bagi masyarakat sebab undang-undang tertulis yang diciptakan

mempunyai daya laku tertentu yang suatu saat daya laku tersebut akan mati,

karena saat undang-undang diciptakan unsur keadilannya memela

masyarakat, akan tetapi setelah diundangkan seiring dengan perubahan nilai-

nilai keadilan masyarakat akibatnya undang-undang unsur keadilannya akan

hilang. Sejatinya pelaksanaan tugas dan kewenangan seorang hakim

dilakukan dalam kerangka menegakkan kebenaran dan keadilan.8

Menurut Teori Gustav Radbruch ada 3 nilai dasar hukum yatu, keadilan,

kemanfaatan dan kepastian, menurut Gustav Rudbruch dalam tataran

penerapan hukum nya harus dianut skala prioritas, pertama wajib

mendahulukan keadilan baru kemanfaatan dan kepastian.9 Jika menerapkan

Teori Gustav, kasus ini prioritas utamanya yaitu keadilan. Dalam hal ini

keadilan yang dimaksud yaitu hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban pihak

maskapai terhadap penumpang disini menurut saya belum maksimal karena

pihak pesawat tidak mau bertanggung jawab atas kehilangan barang ini, dan

tidak memfasilitasi keamanan yang cukup untu penumpang. Seharusnya

pihak maskapai melakukan keamanan yang ketat dengan melakukan

penyediaan keamanan disekitar area kabin penumpang dengan System Cabin

Vidio System (SCMS) yang telah diterapkan oleh beberapa maskapai

penerbangan Internasional lainnya dan atau pihak penerbangan membuat

keamanan seperti kunci kabin secara otomatis yang hanya dapat dibuka atas

bantuan pihak pesawat, agar barang yang disimpan oleh penumpang di bagasi

kabi pesawat tetap diawasi keamanannya. Lalu teori yang kedua adalah

kemanfaatan. Kemanfaatan hukum diterapkan karena sangat bersangkutan

7 Ahmad Rifai, Penemun Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif..., h.126

8 Ahmad Rifai, Penemun Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif..., h.127

9 Nurul Qamar, Hukum Itu Ada Tapi Harus Ditemukan, (Makassar: Pustaka Refleksi,

2010), h. 13

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

56

dengan tujuan pemidanaan terutama sebagai prevensi khusus agar terdakwa

tidak mengulangi kembali melakukan perbuatan melawan hukum, dan

prevensi umum setiap orang berhati-hati untuk tidak melanggar hukum

karena akan dikenakan sanksinya. Oleh karena itu putusan hakim harus

memberi manfaat bagi dunia peradilan dan masyarakat umum. Jadi agar tidak

terulang kembali kejadian yang sama yaitu kehilangan barang bawaan dikabin

pesawat yang disebabkan kurangnya keamanan yang disediakan dari pihak

maskapai. Karena kasus kehilangan barang bawaan dikabin pesawat ini bukan

kali pertama terjadi di Qatar Airways. Seharusnya pihak maskapi dapat

mencegah kehilangan tersebut, tetapi pihak maskapai tidak melakukannya.

Oleh karena itu putusan hakim harus memberi manfaat bagi dunia peradilan

dan masyarakat umum. Yang terakhir yaitu kepastian hukum. Kepastian

hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan sebagai bagian dari

upaya mewujudkan keadilan. Bentuk nyata dari kepastian hukum adalah

pelaksanaan atau penegakan hukum. Jika terjadinya benturan peraturan

hukum dengan apa yang terjadi, menurut teori Gustav Radbruch itu pertama

wajib mendahulukan keadilan baru kemanfaatan dan kepastian hukum. Jadi

utamakan keadilan dari konsumen, karena pada kasus ini pihak konsumen

merasa rugi atas kehilangan barang di kabin pesawat yang sebenarnya bisa

dicegah oleh pihak pesawat, tapi tidak dilakukan oleh pihak pesawat.

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan dan sekaligus sebagai jawaban atas beberapa

perumusan masalah yang penulis berikan.

1. Pengaturan hak dan kewajiban maskapai dan penumpang dalam

perundang-undangan di Indonesia diatur secara tegas dan jelas dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999, hak dan

kewajiban konsumen (penumpang) Pasal 4 dan 5 dan hak dan kewajiban

pelaku usaha (maskapai) terdapat dalam Pasal 6 dan 7.

2. Dari segi hukum, khususnya Hukum Perdata masalah perlindungan

hukum terhadap barang bawaan penumpang sangat erat kaitannya dengan

penumpang maupun pengangkut/maskapai. Hubungan hukum tersebut

menimbulkan suatu hak dan kewajiban antara pengangkut dengan

penumpang selaku pemilik barang bawaan. Dengan demikian antara

pengangkut dengan penumpang mendapatkan jaminan kepastian hukum

tentang kedudukan hukum serta hak dan kewajibannya. Konsep tanggung

jawab hukum yang di gunakan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2009 Tentang Penerbangan adalah tanggung jawab praduga bersalah

(presumption of liability), karena itu pengangkut otomatis bertanggung

jawab, kecuali pengangkut dapat membuktikan bahwa pengangkut tidak

bersalah.

3. Putusan Perkara Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017 bertentangan

dengan Teori Gustav Radbruch ada 3 nilai dasar hukum yaitu, keadilan,

kemanfaatan dan kepastian, menurut Gustav Rudbruch dalam tataran

penerapan hukum nya harus dianut skala prioritas, pertama wajib

mendahulukan keadilan baru kemanfaatan dan kepastian. Jadi, harus di

dahulukan keadilan untuk pihak penumpang/konsumen untuk ganti rugi

atas kehilangan barang pada bagasi kabin pesawat.

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

58

B. Rekomendasi

Sebagai penutup dari kesimpulan di atas, peneliti akan memberikan

rekomendasi agar tidak lagi terjadinya kehilangan barang di bagasi kabin

pesawat sebagai berikut:

1. Terkait kehilangan barang di bagasi tercatat di pesawat memang sering

terjadi akibat lalai-nya pegawai yang mengakibatkan hilangnya barang

konsumen dan merugikan konsumen akan kehilangan barang tersebut.

Bukan hanya pada bagasi tercatat namun terjadi juga kehilangan pada

bagasi kabin pesawat. Kasus ini semakin meresahkan keprcayaan

masyarakat khususnya penumpang terhadap maskapai penerbangan.

Dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) harus menindak

tegas segala bentuk pelanggaran karena hal tersebut merugikan

konsumen penerbangan.

2. Pihak maskapai bisa melakukan keamanan yang ketat dengan melakukan

penyediaan keamanan disekitar area kabin penumpang dengan System

Cabin Vidio System (SCMS) yang telah diterapkan oleh beberapa

maskapai penerbangan Internasional lainnya dan atau pihak penerbangan

membuat keamanan seperti kunci kabin secara otomatis yang hanya

dapat dibuka atas bantuan pihak pesawat, karena penggunaan sistem

kamera keamanan di sekitar area bagasi kabin penumpang pesawat dapat

meminimalisir tindak kejahatan baik berupa pencurian barang.

3. Perlunya perlindungan hukum terhadap penumpang pesawat udara

sebagai konsumen yang merasa hak-haknya dirugikan agar mendapatkan

apa yang menjadi haknya, serta pihak maskapai agar menjalankan

kewajibannya untuk bertanggungjawab apabila penumpang mengalami

kerugian.

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

59

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Ashofa, Burhan. 1998. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta

Kalsen, Hans. 2006. Teori Umum tentang Hukum dan Negara. Bandung: PT.

Raja Grafindo Persada

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta:

Sinar Grafika

2011. Hukum Perlindungan Konsumen, cet. III. Jakarta: Sinar

Grafika Offset

Kurniawan. 2011. Hukum Perlindungan Konsumen. Malang: Tim UB Press

Lamintang dan Theo Lamintang. 2013. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu

Pengetahuan Hukum Pidana Dan Yurisprudensi. Jakarta: Sinar

Grafika

Martono, H.K. dan Sudiro, Ahmad. 2011. Hukum Angkutan Udara

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2009. Jakarta: Penerbit Rajawali

Pers

Martono, H.K. 2007. Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional.

Bagian Pertama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

2013. Hukum Udara Perdata Internasional dan Nasional. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada

Marzuki, Peter Mahmud. 2010. Penelitian Hukum, cet. IV. Jakarta: Kencana

Miru, Ahmadi. 2005. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada

2004. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja

Gravindo Persada

2007. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja Gravindo

Persada

Muhammad, Abdulkadir. 1991. Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara.

Bandung : Penerbit PT Citra Aditya Bakti.

2008. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: Penerbit PT Citra

Aditya Bakti

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

60

Muhammad, Rusli. 2007. Hukum Acara Pidana Kontemporer. Bandung: PT

Citra Aditya Bakti

Nasution, AZ. 1999. Pengantar Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta:

Penerbit Daya Widya

Penulisan Karya Ilmiah Tentang Perlindungan Konsumen Di

Indonesia. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen

Kehakiman RI.

2001. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta:

Diadit Media

Qamar, Nurul. 2010. Hukum Itu Ada Tapi Harus Ditemukan. Makassar:

Pustaka Refleksi

Rifai, Ahmad. 2011. Penemun Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum

Progresif. Jakarta: Sinar Grafika

Schiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku konsumen. Edisi 7. Jakarta: Indeks

Shidarta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT

Grasindo

2004. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, cet. II. Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia

Shofie, Yusuf. 2003. Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut UUPK

Teori dan Praktek Penegakan Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti

Sidabalok, Janus. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, cet. I.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1988. Metodologi Penelitian Hukum dan

Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sutedi, Adrian. 2008. Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan

Konsumen. Bogor: Ghalia Indonesia

Uli, Sinta. 2006. Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport

Angkutan Laut, Angkutan Darat dan Angkutan Udara. Medan:

USU Press

2. Peraturan Perundang-Undang

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

61

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung

Jawab Pengangkut Udara

Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1995 Tentang Angkutan Udara

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tentang

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

3. Web

https://rennymagdawiharnani.wordpress.com/sih/hukum-dagang/dasarhukum-

perlindungan-konsumen/, diakses pada tanggal 17 April 2018

http://www.academia.edu/7718727/PERJANJIAN_PENGANGKUTAN_UD

ARA_DI_INDONESIA, di akses pada tanggal 22 April 2018

“Polisi Ringkus 4 WNA Komplotan Pencopet Di Atas Pesawat”,

http://ntmcpolri.info/home/polisi-ringkus-4-wna-komplotan-

pencopet-di-atas-pesawat/, diakses pada tanggal 22 Mei 2018

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

62

LAMPIRAN

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

perdata pada peradilan tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam

perkara:

QATAR AIRWAYS Q.C.S.C, berkedudukan di Qatar Airways Tower, Airport Road, PO

Box 22550, Doha, Qatar yang berkantor perwakilan di Lantai 38

Suite 3802, Grand Indonesia, Jalan M.H Thamrin No.1, Jakarta

Pusat, dalam hal ini diwakili oleh Kantor Hukum Ivan Almaida

Baely & Firmansyah Law Firm yang beralamat di Intiland Tower

9th Floor, Jl. Jenderal Sudirman 32, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat

Kuasa tertanggal 07 Januari 2016, selanjutnya disebut sebagai

PEMOHON KEBERATAN semula TERGUGAT;

M E L A W A N:

LEO MUALDY CHRISTOFFEL (KONSUMEN), bertempat tinggal di Jl. Masjid

No.11, RT.002/RW.006, Kel. Pegadungan, Kec. Kalideres, Jakarta

Barat, dalam hal ini diwakili oleh Sabam, S.H. dan Hasraldi, S.H.

Advokat & Konsultan Hukum yang berKantor di Kantor H.I.S &

PARTNERS beralamat di Jalan Raya Pos Pengumben, Ruko Pos

Pengumben No.34 D Jakarta Barat, berdasarkan Surat Kuasa

tertanggal 21 Januari 2016, selanjutnya disebut sebagai

TERMOHON KEBERATAN semula PENGGUGAT;

Pengadilan Negeri tersebut;

Telah membaca berkas perkara;

Telah membaca surat-surat yang bersangkutan;

Telah memperhatikan surat-surat bukti yang diajukan kedua belah pihak;

Telah mendengar keterangan kedua belah pihak;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

Menimbang, bahwa Pemohon Keberatan semula Tergugat pada tingkat BPSK telah

mengajukan keberatan atas Putusan BPSK No.006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10

Desember 2015 secara tertulis tertanggal 11 Januari 2016 dan telah didaftarkan di

1

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan nomor register 10/Pdt.Sus-

BPSK/2016/PN.JKT.BRT, berbunyi sebagai berikut:

Namun sebelum PEMOHON KEBERATAN mengemukakan keberatan terhadap Putusan

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Provinsi DKI Jakarta, terlebih dahulu

PEMOHON KEBERATAN mengemukakan amar putusan BPSK DKI Jakarta. Adapun

amar putusan BPSK Provinsi DKI Jakarta berbunyi sebagai berikut:

• Mengabulkan sebagian Permohonan/Gugatan Konsumen.

• Kerugian ditanggung kedua belah pihak masing-masing 50% (Lima puluh per

seratus).

• Menolak biaya hidup Konsumen, selama cuti 2 (dua) minggu di Jakarta sebesar Rp.

15.000.000,- (lima belas juta rupiah).

• Mengabulkan jasa Hukum Pengacara sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah).

• Menghukum Tergugat (Qatar Airways) membayar 50% dari kehilangan uang

sebesar 8.500,- US Dolar, Rp. 3.200.000,- dan 50 Swis Franc ditambah jasa hukum

pengacara sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)

Setelah mengemukakan amar putusan dari BPSK Provinsi DKI Jakarta, berikut ini

PEMOHON KEBERATAN akan mengemukakan alasan keberatan atas putusan aquo

sebagai berikut:

1 Pengajuan Keberatan dari PEMOHON KEBERATAN Masih dalam Tenggang

Waktu yang Ditetapkan oleh Peraturan Perundang-undangan.

Bahwa putusan BPSK Provinsi DKI Jakarta No. 006/A/BPSK-DKI/XII/2015

diucapkan pada tanggal 10 Desember 2015;

Bahwa PSK Provinsi DKI Jakarta memberitahukan Putusan BPSK Provinsi DKI

Jakarta No. 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 kepada PEMOHON KEBERATAN (QATAR

AIRWAYS Q.C.S.C.) tanggal 28 Desember 2015; (terlampir)

PEMOHON KEBERATAN telah memberitahukan penolakan terhadap Putusan BPSK

Provinsi DKI Jakarta No. 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10 Desember 2015

kepada BPSK Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan Penolakan Putusan Arbitrase BPSK

tanggal 4 Januari 2016; (terlampir).

Menurut ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

No. 1 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan Badan

Penyelesaian Konsumen, bahwa keberatan diajukan dalam waktu 14 (empat belas) hari

terhitung sejak Pelaku Usaha atau Konsumen menerima Pemberitahuan putusan BPSK;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 41 ayat (3) Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan

Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen bahwa Konsumen dan

Pelaku Usaha yang menolak putusan BPSK, dapat mengajukan keberatan kepada

Pengadilan Negeri selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja

terhitung sejak keputusan BPSK diberitahukan;

Dari ketentuan perundang-undangan sebagaimana dikemukakan di atas, waktu untuk

mengajukan keberatan terhadap putusan BPSK yang diajukan oleh PEMOHON

KEBERATAN masih dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh perundang-undangan

yang berlaku. Dengan demikian, dari segi formalitas pengajuan Keberatan terhadap

putusan BPSK, upaya pengajuan keberatan yang diajukan oleh PEMOHON

KEBERATAN pada tempatnya untuk dikabulkan;

2 Majelis Arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Provinsi DKI

Jakarta Tidak Menyebutkan Dasar Atau Alasan Untuk Mengabulkan

Permohonan/Gugatan dari Termohon Keberatan (Konsumen);

Majelis Arbitrase BPSK Provinsi DKI Jakarta dalam pertimbangan hukumnya halaman

3 antara lain mengemukakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa maksud dan tujuan konsumen adalah sebagaimana tersebut di

atas;

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan pokok permohonan, majelis arbitrase

BPSK DKI Jakarta, selanjutnya disebut majelis, terlebih dahulu harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Apakah BPSK DKI Jakarta berwenang

untuk memeriksa dan memutus permohonan konsumen selaku Penggugat?

Menurut UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 52, salah satu

tugas dan wewenang BPSK telah tegas diatur secara limitative, yaitu:

a Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsomuen dengan cara

mediasi atau konsiliasi atau Arbitrase.

b ..

c …

d .. dst

e

f.

g.

h.

3

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

i.

j.

k.

l.

m.

n. Menurut ketentuan pasal 1 angka 8 keputusan Memperindag: No. 350/MPP/

Kep/12/2001 tentang Tugas dan wewenang BPSK, pengertian sengketa konsumen

adalah sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen.

Menimbang dan memperhatikan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

dan UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

serta Peraturan perundang lainnya yang berkenaan dengan perkara ini;

Menimbang bahwa kewenangan BPSK dibatasi oleh Undang-undang hanya

menyelesaikan sengekta berupa tuntutan material atau kerugian secara langsung”;

Dari pertimbangan hukum putusan Majelis Arbitrase BPSK DKI Jakarta sebagaimana

dikutip di atas, tidak terlihat sama sekali alasan dari Majelis Arbitrase BPSK DKI

Jakarta untuk mengabulkan sebagian gugatan atau permohonan dari Konsumen

(Termohon Keberatan);

Dalam suatu putusan, seyogianyalah terlihat pertimbangan apa yang dipergunakan oleh

pihak sebagai acuan untuk sebelum sampai pada pendirian untuk menerima atau

menolak gugatan/permohonan. Di dalam setiap putusan, yang penting bukan hanya

amar putusan semata, akan tetapi yang juga tidak kalah penting adalah dasar atau

landasan dari amar tersebut;

Dalam jagad berpikir yang tertib, hal yang tidak pernah bisa diabaikan adalah

mengenai premis (landasan) yang menjadi dasar pengambilan keputusan. Putusan tidak

dapat diambil tanpa ada premis (pertimbangan) yang mendasarinya. Memang

dimungkinkan suatu putusan (kesimpulan) tanpa ada pertimbangan. Namun putusan

yang tidak disertai dengan pertimbangan yang cukup, tentu tidak dapat dikategorikan

sebagai putusan yang baik;

Dalam putusan BPSK DKI Jakarta, majelis arbitrase mengemukakan bahwa mereka

berwenang untuk mengadili perkara arbitrase. Soal apakah BPSK berwenang untuk

menangani atau sengketa konsumen, PEMOHON KEBERATAN tidak

mempersoalkannya. Yang dipermasalahkan oleh

PEMOHON KEBERATAN adalah pertimbangan untuk menerima sebagian gugatan

atau permohonan dari TERMOHON KEBERATAN. Majelis arbitrase juga tidak

merujuk aturan atau kepatutan mana yang mereka pergunakan sebagai titian untuk

sampai pada pendirian mengabulkan permintaan dari TERMOHON KEBERATAN;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Oleh karena BPSK DKI Provinsi DKI Jakarta tidak menyebutkan alasan untuk

mengabulkan tuntutan dari TERMOHON KEBERATAN, putusan dari BPSK DKI

Jakarta adalah putusan yang minim atau putusan yang tidak ada pertimbangan. Sesuai

dengan hukum, bahwa setiap putusan yang tidak ada pertimbangan pada tempat untuk

ditolak atau diabaikan seluruhnya;

3 PEMOHON KEBERATAN Tidak Bertanggung Jawab Atas Hilangnya Barang

Bawaan Penumpang;

Mengenai tanggung jawab dari PEMOHON KEBERATAN terhadap barang bawaan

dari penumpang selaku pengangkut hal ini diatur dalam Condition of Carriage Section

pada Article 9 point 12 (http://www.qatarairways.com/global/en/conditions-of-

carriage.page), yang berbunyi sebagai berikut:

Personal Belongings:

“We will not accept liability for damage to and or loss or destruction of any of your

personal property in consequence of your leaving it unattended in any of our aircraft

and or in any property, airport facilities or vehicles we use.”

Terjemahannya

Ketentuan Tentang Barang Bawaan, Pasal 9 butir 12;

Barang pribadi:

"Kami tidak akan bertanggung jawab atas kerugian dan atau kehilangan atau

kerusakan dari setiap barang pribadi Anda karena Anda meninggalkannya tanpa

pengawasan di pesawat dan atau di properti kami, fasilitas bandara atau kendaraan

yang kami gunakan;

Dari ketentuan mengenai barang bawaan penumpang sebagaimana dikemukakan di

atas, PEMOHON KEBERATAN telah memberitahukan kepada setiap dan seluruh

penumpang untuk menjaga sendiri barang bawaannya agar tidak hilang atau terhindar

dari kerusakan;

PEMOHON KEBERATAN sudah memberitahukan kepada setiap konsumennya

bahwa atas adanya kehilangan barang bawaan yang tidak termasuk ke dalam bagasi

terdaftar adalah tanggung jawab dari penumpang sendiri. Dalam hal atau

bilamana terjadi kehilangan atau

kerusakan atas barang bawaan selama dalam penerbangan, setiap penumpang

(termasuk di dalamnya TERMOHON KEBERATAN) tidak berhak untuk menuntut

atau meminta kerugian atas hilang, rusak atau bekurangnya barang bawaan terhadap

PEMOHON KEBERATAN. Bila ingin barang bawaan mendapat ganti rugi apabila

5

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

hilang atau rusak, PEMOHON KEBERATAN sudah memberitahukan kepada

penumpang agar barang dimasukkan ke dalam bagasi terdaftar;

Dengan rumusan atau ketentuan sebagaiman dikemukakan di atas, cukup alasan untuk

menolak seluruh tuntutan dari TERMOHON KEBERATAN atas hilangnya barang

milik TERMOHON KEBERATAN;

4 Peraturan dan Perundang-Undangan di Indonesia Dalam Bidang atau

Mengenai Penerbangan Tidak Memberi Hak Kepada Konsumen Untuk

Menuntut Ganti Rugi kepada Penerbangan Atas Hilang Atau Rusaknya

Barang Bawaan Penumpang;

a Undang-Undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan

Pasal 1 ayat 25 yang berbunyi sebagai berikut:

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam

pengawasan penumpang sendiri”;

Pasal 143 yang berbunyi sebagai berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian karena hilang atau rusaknya

barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian

tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang dipekerjakannya”;

b Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab

Pengangkut Angkutan Udara;

Pasal 1 ayat (9) Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 tahun 2011 berbunyi sebagai

berikut:

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam

pengawasan penumpang sendiri”;

Pasal 4 ayat (1) Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 tahun 2011 berbunyi sebagai

berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau rusaknya

barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian

tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang dipekerjakannya”.

Pasal 4 ayat (2) Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 tahun 2011 berbunyi sebagai

berikut:

“Apabila pembuktian penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

diterima oleh pengangkut atau berdasarkan keputusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht) dinyatakan bersalah, maka ganti

kerugian ditetapkan setinggi-tingginya sebesar kerugian nyata penumpang”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 tahun 2011 tentang Tanggung

Jawab Pengangkut Udara bahwa pengangkut hanya bertanggung jawab terhadap

bagasi tercatat, sedangkan terhadap bagasi yang tidak tercatat adalah tanggung jawab

dari penumpang sendiri;

Untuk lengkapnya adapun bunyi Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM

77 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara adalah berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 5 ayat (1)

“Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami kehilangan, musnah

atau rusaknya bagasi tercatat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf c

ditetapkan sebagai berikut:

a Kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi tercatat musnah

diberikan ganti kerugian sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu per kg dan paling

banyak Rp. 4.000.000 (empat juta rupiah) per penumpang; dan

b Kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya, bentuknya,

ukuran dan merk bagasi tercatat”.

Pasal 5 ayat (2)

“Bagasi tercatat dianggap hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila

tidak diketemukan dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak tanggal dan

jam kedatangan penumpang di Bandar udara tujuan”;

Pasal 5 ayat (3).

“Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang atas bagasi tercatat

yang belum ditemukan dan belum dapat dinyatakan hilang sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) sebesar Rp. 200.000.00 (dua ratus ribu) per hari paling lama 3 (tiga)

hari kalender”;

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

tentang Penerbangan dan peraturan yang berlaku di Qatar Airways (PEMOHON

KEBERATAN) bahwa pengangkut tidak bertanggung jawab atas hilang atau rusaknya

bagasi kabin. Yang bertanggung jawab atas rusaknya bagasi kabin adalah penumpang

sendiri (TERMOHON KEBERATAN), bukan perusahaan pengangkutan (PEMOHON

KEBERATAN);

Dengan demikian, permintaan ganti rugi dari TERMOHON KEBERATAN yang

dikabulkan oleh TERMOHON KEBERATAN adalah tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang penerbangan. PEMOHON KEBERATAN menolak

putusan BPSK DKI Jakarta mengenai tuntutan ganti rugi, karena tidak mempunyai

alasan yang cukup atau tidak mempunyai dasar hukum. Setiap permohonan, permintaan

7

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

atau tuntutan yang tidak ada alasan atau tidak ada dasar hukumnya adalah pada

tempatnya untuk ditolak atau tidak dikabulkan;

Sebagai analog atau sebagai perbandingan, PEMOHON KEBERATAN dapat

mengemukakan bahwa dalam hal penumpang dalam bis kota, antar kota, kereta api atau

kapal laut misalnya, pengangkut atau pengusaha pengangkutan tidak dapat dituntut

untuk membayar ganti rugi atas hilangnya barang bawaan penumpang di dalam bisa

kota, antar kota, kereta atau kapal api tersebut. Setiap kehilangan di dalam angkutan

adalah tanggungan atau tanggung jawab dari penumpang sendiri, bukan tanggung jawab

dari supir atau pengusaha angkutan;

Kalau untuk pengangkutan yang lain, bila penumpang kehilangan suatu barang dalam

perjalanan, penumpang tidak berhak untuk menuntut ganti rugi terhadap angkutan, maka

demi kesamaan perlakuan terhadap sesama angkutan, maka tunutan dari TERMOHON

KEBERATAN pada tempatnya juga ditolak seluruhnya;

5 Biaya Advokat Tidak Dapat Dibebankan oleh BPSK DKI Provinsi Jakarta

terhadap PEMOHON KEBERATAN

BPSK DKI Provinsi Jakarta dalam putusannya Mengabulkan jasa Hukum Pengacara

sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);

Tuntutan TERMOHON KEBERATAN agar PEMOHON KEBERATAN membayar

biaya advokat dari TERMOHON KEBERATAN sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah) yang dikabulkan oleh BPSK DKI Jakarta jelas sudah menyalahi hukum acara

yang berlaku di Indonesia mengenai biaya jasa pengacara;

Dalam hukum acara perdata misalnya, berlaku suatu prinsip bahwa pihak yang

mempergunakan jasa pengacara, apakah itu sebagai penggugat (pemohon) atau tergugat

(termohon) harus bersedia untuk mengeluarkan biaya untuk itu. Beracara dengan

mempergunakan jasa advokat dalam hukum pada prinsipnya adalah tidak gratis. Berani

mempergunakan jasa advokat, artinya harus berani mengeluarkan biaya untuk jasa

advokat yang dipergunakan. Demikian juga

dalam sengketa konsumen ini, oleh karena TERMOHON KEBERATAN sendiri yang

berinsiatif untuk mengajukan tuntutan ganti rugi, maka TERMOHON KEBERATAN

harus bersedia mengeluarkan biaya untuk membayar biaya advokat untuk mengajukan

gugatan/permohonan melalui BPSK DKI Provinsi DKI Jakarta;

Alasan sederhananya adalah, bahwa pihak yang mempergunakan jasa pengacara/advokat

untuk mengajukan gugatan/permohonan adalah TERMOHON KEBERATAN sendiri.

Oleh karena yang mempergunakan jasa advokat adalah TERMOHON KEBERATAN

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

maka yang berkewajiban untuk membayar biaya advokat adalah TERMOHON

KEBERATAN sendiri bukan PEMOHON KEBERATAN atau pihak lain;

Dalam hukum berlaku suatu asas, bahwa pihak yang telah mempergunakan sesuatu atau

telah menikmati sesuatu berkewajiban untuk memberikan biaya atas apa yang telah

dipergunakan atau dinikmatinya tersebut. Secara sederhananya dapat dikemukakan kalau

seorang makan di warung nasi misalnya, maka yang berkewajiban untuk membayar

makanan tersebut adalah pihak yang makan tadi bukan pihak lain;

Karena yang mempergunakan jasa advokat dalam mengajukan gugatan/permohonan

melalui BPSK DKI Jakarta adalah TERMOHON KEBERATAN sendiri, maka secara

akal sehat yang berkewajiban untuk menanggung biaya advokat adalah TERMOHON

KEBERATAN bukan pihak lain. Tidak tepat dan tidak beralasan bagi BPSK DKI

Provinsi DKI Jakarta untuk menghukum PEMOHON KEBERATAN untut membayar

biaya advokat yang dipergunakan oleh TERMOHON KEBERATAN menjadi kewajiban

PEMOHON KEBERATAN sekalipun itu hanya sebagian dari tuntutan TERMOHON

KEBERATAN;

Dalam hal ini, biaya advokat yang dipergunakan jasanya oleh TERMOHON

KEBERATAN tidak dapat ditimpakan kepada PEMOHON KEBERATAN. Biaya

pengacara/advokat tidak termasuk biaya yang dapat dituntut. Hal ini jelas diatur dalam

pasal 182 HIR. Di dalam pasal 182 HIR ini ditentukan bahwa yang termasuk biaya

(ongkos) adalah bersifat limitatif, yaitu hanya untuk 6 macam. Dari ke enam macam

biaya (ongkos), biaya pengacara/advokat tidak termasuk di dalamnya. Karena biaya

pengacara tidak termasuk biaya dalam hukum acara perdata maka putusan BPSK Provinsi

DKI Jakarta yang menghukum PEMOHON KEBERATAN untuk membayar biaya

advokat dari TERMOHON KEBERATAN harus ditolak seluruhnya;

Berdasarkan alasan dan pertimbangan hukum sebagaimana yang dikemukakan di atas,

untuk itu PEMOHON KEBERATAN memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta

Barat atau Majelis Hakim yang menerima, memeriksa dan mengadili perkara ini, untuk

sudilah kiranya menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1 Mengabulkan keberatan dari PEMOHON KEBERATAN untuk seluruhnya;

2 Membatalkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Provinsi

DKI Jakarta No. 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10 Desember 2015 untuk

seluruhnya;

3 Menolak tuntutan ganti rugi dari TERMOHON KEBERATAN (d/h PEMOHON)

untuk seluruhnya;

4 Menghukum TERMOHON KEBERATAN untuk membayar seluruh biaya yang timbul

dalam perkara ini;

9

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa pada persidangan yang telah ditentukan para pihak masing-

masing menghadap kuasanya;

Menimbang, bahwa persidangan dilanjutkan dengan pembacaan keberatan

Pembanding, dan atas keberatannya tersebut Pembanding tetap pada keberatannya;

Menimbang, bahwa atas keberatan Pembanding tersebut, Terbanding menyatakan

mengajukan jawabannya sebagai berikut:

Dalam Pokok Perkara:

1 Bahwa TERMOHON KEBERATAN dengan tegas menolak seluruh dalil-

dalil Keberatan PEMOHON KEBERATAN terkecuali yang diakui secara

tegas dan jelas;

2 Tentang Majelis Arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Provinsi DKI Jakarta tidak menyebutkan Dasar atau Alasan untuk

mengabulkan Permohonan/ Gugatan dari Termohon Keberatan (Konsumen);

Bahwa dalam hal ini TERMOHON KEBERATAN memberikan tanggapan sebagai

berikut :

PEMOHON KEBERATAN tidak cermat dalam membaca Putusan Arbitrase

BPSK, dasar atau alasan Majelis Arbitrase BPSK sudah dimasukkan secara jelas

dalam Putusan Arbitrase No.006/A/BPSK-DKI/XII/2015 yang dituangkan dalam

Pertimbangan Majelis Arbitrase halaman ke-2 (dua) dan ke-3 (tiga) Putusan Aquo

(Tentang DUDUK PERKARA dan TENTANG HUKUMNYA).

3 Tentang PEMOHON KEBERATAN tidak bertanggung jawab atas

Hilangnya Barang Bawaan Penumpang;

Bahwa dalam hal ini TERMOHON KEBERATAN memberikan tanggapan sebagai

berikut;

Bahwa dalil-dalil yang disampaikan PEMOHON KEBERATAN masuk dalam Pokok

Perkara yang sebenarnya sudah disampaikan dalam Tanggapannya terhadap

Permohonan TERMOHON KEBERATAN di BPSK, namun demikian apa yang

didalilkan oleh PEMOHON KEBERATAN tersebut tidak relevan dengan Kronologis

yang disampaikan TERMOHON KEBERATAN (d/h Pemohon), karena kejadian

kehilangan uang yang menimpa TERMOHON KEBERATAN sudah TERMOHON

KEBERATAN permasalahkan sebelum pesawat mendarat, dan seharusnya kehilangan

tersebut dapat dicegah oleh Pihak PEMOHON KEBERATAN namun tidak

dilakukan oleh PEMOHON KEBERATAN, sebagaimana dapat TERMOHON

KEBERATAN sampaikan sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

i Pada hari Jumat tanggal 15 Mei 2015, konsumen memulai

perjalanan dari Jenewa menuju Jakarta dengan penerbangan

Qatar pada pukul 16.00 waktu setempat dan sempat delay karena

cuaca buruk selama satu jam di dalam pesawat untuk kemudian

pesawat terbang menuju DOHA, Qatar. Setelah tiba, konsumen

transit di DOHA untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan

QR 956 pada pukul 02.20 waktu setempat menuju Jakarta;

ii Di dalam perjalanan konsumen membawa di dalam tas

konsumen sebuah jam Rolex GMT Master II warna biru

hitam lengkap dengan kartu garansi dan uang tunai di dalam

agenda senilai US 8.500.00 (delapan ribu lima ratus dolar

amerika) dengan pecahan 100, 50, 20, 10, yang konsumen

letakkan di dalam amplop money changer korea dengan

motif dan warna putih serta ada aksen garis biru dibawah.

Dan beberapa uang pecahan 1 dollar. Di dalam tas tersebut

juga terdapat dompet berisikan uang tunai senilai pecahan

besar Rp 3.200.000,-(tiga juta dua ratus ribu rupiah) ditambah

beberapa lembar pecahan 50 ribu, 10 ribu, 5 ribu dan 2 ribu

rupiah, serta uang sebesar CHF 50 dengan empat nomor seri

terakhir 3774 yang konsumen simpan selalu di dalam dompet

bersamaan dengan pecahan rupiah;

iii Ketika pesawat mulai descend (turun ketinggian) di daerah

wilayah Indonesia dan lampu dinyalakan, konsumen

melakukan pengecekan atas jam tangan konsumen dan

menemukan jam tangan konsumen sudah hilang. Lalu

konsumen melaporkan kepada kru kabin dan mereka

melakukan kontak kepada kapten dan kapten melakukan

kontak kepada ground. Di dalam kabin tersebut, kru

kemudian mengambil foto atas jam konsumen yang hilang

dan

disarankan agar konsumen kembali ke tempat duduk. Namun, ketika konsumen

kembali ke tempat duduk, konsumen temukan jam konsumen tergeletak diatas tas

begitu saja dan kembali konsumen melaporkan kepada kru kabin.;

iv Dengan rasa curiga kemudian konsumen mengecek

keberadaaan barangnya yang lain dan mengetahui bahwa

uang konsumen yang disimpan dalam amplop sudah diambil

11

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan uang milik konsumen yang lainnya di dalam dompet

sudah hilang. Konsumen kemudian melaporkan kembali ke

kru kabin dan meminta dilakukan pemeriksaan kepada

penumpang sebelum penumpang turun. Kemudian kru

kabin menghubungi kapten dan konsumen dijelaskan bahwa

kru kabin tidak memiliki kewenangan untuk melakukan

pemeriksaan dan airport security yang akan naik dan

melakukan pemeriksaan. Konsumen tegaskan apakah

Indonesian National Police will be on board ? (Kepolisian

Republik Indonesia akan naik ke pesawat untuk

memeriksa?), mereka jawab iya dan konsumen disarankan

untuk tenang dan kembali duduk;

v Namun, setelah pesawat mendarat, seluruh penumpang

dipersilahkan turun. Dan entah bagaimana cara mereka

menemukan pelaku, kemudian satu orang penumpang yang

ditahan atas kecurigaan petugas security bandara. Ketika

konsumen tanyakan kepada ground crew yang bertugas

kenapa seluruh penumpang dilepaskan karena sebelumnya

konsumen sudah meminta dilakukan pemeriksaan sebelum

turun, pihak ground (petugas darat) menanyakan kembali

apakah konsumen memiliki penumpang yang dicurigai.

Konsumen kemudian memberikan jawaban bahwa karena

konsumen tidak memiliki orang yang dicurigai, maka

konsumen meminta pemeriksaaan kepada seluruh

penumpang. Namun secara mengejutkan, jawaban/ respon

dari ground crew (Petugas darat) adalah tidak etis jika

dilakukan pemeriksaan tanpa adanya orang yang

dicurigai dan konsumen harus berempati kepada

penumpang yang sudah lelah, kemudian mereka

melepaskan seluruh penumpang tanpa adanya

pemeriksaan sebagaimana yang dijanjikan sebelumnya

oleh pihak kru kabin ketika masih didalam pesawat,

kecuali satu orang yang ditahan atas kecurigaan security

bandara dan petugas darat dari PEMOHON

KEBERATAN;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

vi Akibat dari tindakan tersebut, konsumen kehilangan

kesempatan untuk menemukan kembali Uang milik

Konsumen yang pasti berada di dalam pesawat dan/atau

melakukan pembuktian perpindahan tangan dari uang yang

konsumen miliki karena para tersangka sudah keluar dari

pesawat tanpa dilakukan pemeriksaan apapun;

4 Bahwa sebagaimana yang telah TERMOHON KEBERATAN sampaikan

pada poin 3(tiga) diatas, Keberatan yang disampaikan oleh PEMOHON

KEBERATAN dalam poin 4 (empat) yaitu:

“Tentang Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku di indonesia dalam

Bidang atau mengenai Penerbangan tidak memberi Hak Kepada Konsumen untuk

Menuntut Ganti Rugi kepada Penerbangan atas hilang atau rusaknya Barang

Bawaan Penumpang”

Maka jelas keberatan tersebut tidak relevan/ berhubungan dengan kejadian kehilangan

barang yang dialami oleh TERMOHON KEBERATAN dimana seharusnya

kehilangan yang menimbulkan kerugian bagi TERMOHON KEBERATAN

dapat dicegah oleh PEMOHON KEBERATAN namun tidak dilakukan oleh

PEMOHON KEBERATAN. Karenanya sesuai yang TERMOHON

KEBERATAN sampaikan sesuai dalam poin 3 dan 4 ini mutlak adalah

kesalahan dan yang menjadi tanggung jawab PEMOHON KEBERATAN;

5 Tentang Biaya Advokat tidak dapat dibebankan oleh BPSK DKI Provinsi

DKI Jakarta terhadap PEMOHON KEBERATAN;

Dalam hal ini PEMOHON KEBERATAN tidak cermat dalam mendalilkan (salah

kaprah), karena dalam poin 5(lima) PEMOHON KEBERATAN memasukkan dasar

hukum yang keliru sebagaimana yang tercantum dalam halaman 8(delapan) alinea

terakhir yaitu Pasal 182 HIR yang mengatur mengenai biaya dan bukan Kerugian yang

dialami oleh TERMOHON KEBERATAN;

Bahwa dalam Putusan Arbitrase BPSK, Majelis Arbitrase sudah tepat mengabulkan

Biaya Jasa Hukum Pengacara/ Advokat sebagai kerugian yang dialami oleh

TERMOHON KEBERATAN sebagaimana diatur dalam Pasal 183 HIR;

6 Bahwa dari apa yang telah TERMOHON KEBERATAN uraikan diatas,

kembali TERMOHON KEBERATAN tegaskan kejadian kehilangan barang

yang dialami oleh TERMOHON KEBERATAN dimana seharusnya

kehilangan yang menimbulkan kerugian bagi TERMOHON

KEBERATAN dapat dicegah oleh PEMOHON KEBERATAN namun

13

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tidak dilakukan oleh PEMOHON KEBERATAN. Karenanya sesuai

yang TERMOHON KEBERATAN sampaikan sesuai dalam poin 3 dan

4 diatas. Kerugian yang dialami oleh

TERMOHON KEBERATAN mutlak adalah kesalahan dan yang menjadi

tanggung jawab PEMOHON KEBERATAN, karena dengan tidak dilakukannya

pemeriksaan terhadap seluruh penumpang ketika mendarat sebagaimana sesuai dengan

permintaan TERMOHON KEBERATAN dan telah dijanjikan oleh Kru kabin sebagai

pegawai dari PEMOHON KEBERATAN pada saat pesawat belum mendarat,

mengakibatkan kerugian bagi TERMOHON KEBERATAN;

Justru yang terjadi ketika pesawat mendarat, hanya dilakukan penggeledahan atas satu

penumpang yang dicurigai oleh Security Bandara dan Kru darat dari PEMOHON

KEBERATAN berdasarkan petunjuk dari Kru darat yang mengatakan bahwa

biasanya yang melakukan pencurian didalam pesawat adalah warga negara dari

China, dan memang benar faktanya ditemukan beberapa lembar uang (tetapi tidak

keseluruhan) yang konsumen kenali sebagai milik konsumen karena salah satunya

adalah mata uang CHF (Swiss Franc) 50 edisi khusus;

Di dalam pemeriksaan kepolisian, yang bersangkutan tidak bisa menjelaskan secara

jelas jumlah uang yang dibawa dan asal uang yang didapatkan. Dengan berdasar

laporan kepolisian (konsumen sudah sampaikan ke kantor Qatar), maka polisi

berketetapan bahwa yang bersangkutan adalah tersangka tindak pidana pencurian

internasional yang sudah beberapa kali beraksi di pesawat Qatar. Dan penetapan

tersangka pada saat itu dan akhirnya Terpidana, ini menunjukkan bahwa telah terjadi

perpindahan atas barang milik konsumen diatas pesawat Qatar Airways dengan nomor

penerbangan QR956;

Bahwa kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, Bagaimana mungkin pihak Kru

darat dari PEMOHON KEBERATAN bisa dengan mudahnya menunjuk salah satu

penumpang dari ratusan penumpang yang ada pada saat penerbangan tersebut sebagai

pelaku? Dan memang benar bahwa penumpang yang ditunjuk tersebut memang pelaku

dari tindak pidana pencurian tersebut. Hal ini jelas sekali bukan merupakan kebetulan,

akan tetapi pihak PEMOHON KEBERATAN sudah mengetahui adanya kelompok/

orang-orang yang biasa melakukan pencurian diatas pesawat PEMOHON

KEBERATAN. Sehingga sudah sepatutnya apabila permintaan TERMOHON

KEBERATAN yang juga telah disetujui dan dijanjikan oleh Kru kabin PEMOHON

KEBERATAN untuk pemeriksaan seluruh penumpang dilakukan, maka seluruh uang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

TERMOHON KEBERATAN yang hilang dapat ditemukan dan kemungkinan pelaku

lainnya dapat diketahui;

Pasal 1 angka 8 Keputusan Menperindag nomor 350/ MPP/ Kep/12/ 2001 tentang

pelaksanaan Tugas dan wewenang BPSK, pengertian sengketa konsumen adalah

sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atas

kerusakan, pencemaran dan atau yang menderita akibat mengkonsumsi barang

dan atau memanfaatkan jasa, sehingga jelas Konsumen sebagai pemilik Tas dan

barang berharga harus menjaga dengan baik barang bawaan di kabin pesawat

namun hak Konsumen dalam memanfaatkan Jasa Penerbangan adalah

Keamanan dan Keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/ atau jasa;

Berdasarkan alasan dan pertimbangan hukum sebagaimana yang telah dikemukakan

diatas, untuk itu Mohon kiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili

perkara ini untuk berkenan memberikan Putusan sebagai berikut :

Dalam Pokok Perkara

1 Menolak keberatan dari PEMOHON KEBERATAN untuk seluruhnya;

2 Menguatkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Provinsi

DKI Jakarta No.006/A/BPSK-DKI/XII/2015;

3 Menghukum PEMOHON KEBERATAN untuk membayar biaya yang timbul dalam

perkara ini;

Atau:

Apabila Majelis Hakim yang Terhormat berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-

adilnya;

Menimbang, bahwa selanjutnya Pemohon Keberatan mengajukan bukti-bukti

sebagai berikut:

1 (PK-1) Pasal 143 Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009 tentang

Penerbangan.

“Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau rusaknya

bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut

disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang dipekerjakannya”;

2 (PK-2) Nilai Kurs Mata Uang Asing pada Bank Indonesia tanggal 15 Mei 2015;

3 (PK-3) Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang No. 8 tahun 2010 Tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;

“Setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang

asing dan/atau instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat

sanggup bayar atau bilyet giro paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

15

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia

wajib memberitahukannya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.”;

4 (PK-4) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 tahun 2011 tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara;

Pasal 4 ayat (1)

“Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau rusaknya

barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut

disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang dipekerjakannya”;

5 (PK-5) Ketentuan Mengenai Barang Bawaan Yang Berlaku pada Pemohon

Keberatan berdasarkan pada Pasal 9 angka 12 (http://www.qatarairways.com/

global/en/conditions-of-carriage.page) tentang barang bawaaan Barang pribadi:

"Kami (Qatar Airways) tidak akan bertanggung jawab atas kerugian dan atau

kehilangan atau kerusakan dari setiap barang pribadi Anda karena Anda

meninggalkannya tanpa pengawasan di pesawat dan atau di properti kami, fasilitas

bandara atau kendaraan yang kami gunakan”;

6 (PK-6) Pasal 20 Ketentuan Konvensi Montreal (Montreal Convention) Tentang

Pembebasan dari Tuntutan;

“Jika perusahaan transportasi membuktikan bahwa kerugian disebabkan atau

dikontribusikan oleh kelalaian atau tindakan yang salah lainnya atau kesalahan dari

orang yang mengklaim kompensasi atau dari orang yang berhak, perusahaan

transportasi harus sepenuhnya atau sebagian dibebaskan dari kewajibannya kepada

penggugat sepanjang bahwa kelalaian atau tindakan yang salah atau kesalahan tersebut

yang menyebabkan atau berkontribusi untuk kerugian tersebut. Ketika kompensasi

dengan alasan kematian atau cedera dari penumpang diklaim oleh orang lain selain

penumpang, perusahaan transportasi juga harus sepenuhnya atau sebagian dibebaskan

dari kewajibannya sepanjang bahwa perusahaan transportasi membuktikan bahwa

kerugian tersebut disebabkan atau dikontribusikan oleh kelalaian atau tindakan yang

salah lainnya atau kesalahan dari penumpang tersebut. Pasal ini berlaku untuk semua

ketentuan tanggung jawab dalam Konvensi ini, termasuk ayat 1 dari Pasal 21”;

7 (PK-7) Pasal 18 Konvensi Warsawa (Warsawa Convention) Tentang Tanggung

Jawab Pengangkut (Penerbangan);

“Perusahaan transportasi bertanggung jawab atas kerugian yang diderita jika ada

pembongkaran atau kehilangan dari, atau atas kerusakan dari, setiap bagasi atau setiap

barang yang terdaftar, jika kejadian yang menyebabkan kerusakan terjadi berlangsung

selama pengangkutan melalui udara. 2. Pengangkutan melalui udara dalam arti ayat

sebelumnya yaitu pada saat selama bagasi atau barang-barang menjadi tanggung jawab

dari perusahaan transportasi, apakah di bandara atau di atas pesawat, atau, dalam hal

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pendaratan di luar bandara, di tempat manapun. 3. Pada saat pengangkutan melalui

udara tidak mencakup untuk setiap pengangkutan melalui darat, laut atau sungai yang

dilakukan di luar bandara. Namun, jika pengangkutan tersebut terjadi pada saat

pelaksanaan kontrak untuk pengangkutan melalui udara, untuk tujuan pemuatan,

pengiriman atau pemindahan dari satu alat pengangkut ke alat pengangkut lain, setiap

kerusakan yang diduga, tunduk pada bukti yang lain, telah menjadi akibat dari suatu

peristiwa yang berlangsung selama pengangkutan melalui udara”;

8 (PK-8) Buku Komentar HIR yang disusun oleh Mr. R. Tresna tahun 1996;

Pasal 182 HIR hal menghukum ongkos hanya boleh dikenakan sampai:

1 Ongkos kantor panitera pengadilan dan ongkos meterai, yang perlu dipakai dalam

perkara itu;

2 Ongkos saksi, orang ahli atau juru bahasa, terhitung ongkos sumpah mereka itu,

dengan pengertian bahwa pihak yang minta supaya diperiksa lebih dari lima orang

saksi tentang satu kejadian itu juga, tiada boleh menuntut bayaran penyaksian yang

lebih itu kepada lawannya;

3 Ongkos pemeriksaan setempat dan perbuatan hakim lain;

4 Gaji pejabat yang diruh melakukan panggilan, Pemberitahuan dan segala surat juru

sita yang lain;

5 Ongkos yang tersebut pada pasal 138, ayat ke enam;

6 Gaji yang harus dibayar kepada panitera pengadilan atau penjabat lain karena

menjalankan putusan hakim; semuanya itu menurut peraturan dan tarip yang telah

ada atau yang akan ditetapkan kemudian oleh Gubernur Jenderal dan jika tiada,

menurut taksiran ketua;

9 (PK-9) Buku Hukum Acara Perdata tulisan Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.

terbitan Liberty Yogyakarta, tahun 1988, hal. 16.;

Menimbang, bahwa terhadap surat-surat bukti Pembanding/Pemohon keberatan

tersebut telah dicocokan dengan aslinya dan ternyata untuk bukti PK-1, PK-2, PK-3, PK-5,

PK-6, PK-7 dan PK-8 sesuai dengan aslinya sedangkan PK-4 tidak ada aslinya;

Menimbang, bahwa Pemohon Keberatan mengajukan saksi-saksi yang pada

pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut;

Saksi Muh. Mirrzal Adlani Siregar di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut:

• Saksi adalah karyawan dari PT Jasa Angkasa Semesta;

• Saksi bekerja di PT Jasa Angkasa Semesta semenjak 2012;

• Bahwa saksi mengetahui adanya laporan dari penumpang mengenai kehilangan

karena ada pemberitahuan dari kantor pusat Qatar;

17

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa keluhan penumpang sudah ditangani sesuai dengan prosedur yang berlaku di

Qatar.

• Penanganan pengaduan Leo Mualdi sudah ditangani sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di Qatar;

• Informasi dari kantor pusat Qatar bahwa ada penumpang yang melaporkan tentang

kehilangan barang;

• Atas adanya laporan kehilangan barang dalam pesawat, penumpang tidak

diperkenankan untuk segera keluar begitu mendarat di Cengkareng;

• Petugas darat menahan penumpang kurang lebih antara 5 sampai 10 menit;

• Qatar sudah menanyakan kepada penumpang mengenai apakah ada orang yang

dicurigai. Leo Mualdi mengemukakan tidak ada penumpang yang dicurigai;

• Leo Mualdi meninggalkan pesawat karena merasa tidak ada penumpang untuk

dicurigai untuk diperiksa;

• Karena tidak ada penumpang yang dicurigai dan Leo Mualdi telah meninggalkan

pesawat lebih dahulu daripada penumpang lainnya kemudian penumpang

diperkenankan meninggalkan/keluar pesawat;

• Atas laporan/pengaduan dari Leo Mualdi, Qatar tidak membiarkan pengaduan

begitu saja;

• Pengaduan ini kemudian diserahkan kepada keamanan bandara;

• Keamanan bandara kemudian melakukan pengecekan terhadap salah satu

penumpang yang dicurigai;

• Atas pengecekan terhadap salah satu penumpang, ditemukan uang dollar sebanyak

US $700 (tujuh ratus Dolar Amerika Serikat) dan uang Rupiah sebanyak kurang

lebih 3 juta Rupiah. Di dalam lipatan Dolar Amerika Serikat ditemukan uang Franc

Swiss sebanyak 1 lembar dengan nilai 50 Franc Swiss.

• Akan tetapi, di dalam pemeriksaan tidak ada ditemukan uang sebanyak 8.500 dolar

Amerika Serikat;

• Dugaan mengenai hilangnya uang tidak bisa langsung ditangani oleh keamanan

bandara karena masalah kewenangan;

• Atas peristiwa mengenai dugaan kehilangan uang, saksi bersama dengan keamanan

bandara melaporkan peristiwa tersebut kepada polisi bandara;

• Setelah diserahkan kepada polisi bandara kemudian polisi menyerahkannya kepada

Polres Cengkareng;

• Perkara ini juga sudah disidik dan diperiksa oleh Polisi serta telah dilimpahkan oleh

Kejaksaan Negeri Tangerang kepada Pengadilan Negeri Tangerang;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Saksi juga telah diperiksa di Pengadilan Negeri Tangerang;

• Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Tangerang, jumlah uang yang dijadikan

sebagai barang bukti dalam persidangan berjumlah 700 dolar Amerika Serikat

bukan 8.500 dolar Amerika Serikat.Perkara ini juga telah diputus oleh Pengadilan

Negeri Tangerang dengan amar putusannya adalah penumpang yang dicurigai

dinyatakan bersalah;

• Sejak saksi bekerja di PT Jasa Angkasa Semesta dari tahun 2009 baru kali ini saksi

mengetahui ada peristiwa pencurian di Qatar Airways;

Saksi Eviv Asharyanto di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut:

• Saksi bekerja di Qatar sejak tahun 2012 pada bagian airport service agent;

• Pekerjaan yang ditangani saksi adalah menangani keluhan penumpang yang hendak

naik pesawat dan penumpang yang hendak turun pesawat;

• Setiap keluhan dari penumpang selalu ditangani sesuai dengan prosedur;

• Jika tidak ada laporan atau keluhan dari penumpang, Qatar tidak akan menahan

penumpang untuk turun dari pesawat;

• Namun bila ada keluhan dari penumpang maka seluruh penumpang tidak

diperkenankan keluar pesawat. Penumpang ditahan dahulu untuk sementara waktu

sampai keluhan penumpang ditangani;

• Dalam perkara ini, ada pemberitahuan dari kantor pusat Qatar yang melaporkan

mengenai adanya kehilangan barang di pesawat 30 menit sebelum pesawat

mendarat;

• Dalam laporan ke Qatar Head Office, tidak ada laporan mengenai kehilangan uang

melainkan laporan mengenai kehilangan barang;

• Atas informasi dari Qatar Head Office kemudian petugas di bandara menyiapkan

personil dari Qatar sendiri dan juga dari PT Jasa Angkasa Pura;

• Begitu pesawat mendarat, penumpang tidak segera diperbolehkan keluar;

• Petugas darat dan awak kabin mengadakan koordinasi;

• Setelah petugas darat berkordinasi dengan awak kabin, kemudian penumpang yang

melaporkan kehilangan dipanggil untuk diajukan pertanyaan apakah ada orang yang

dicurigai?;

• Bila ada orang yang dicurigai maka orang yang dicurigai tersebut akan diajukan

pemeriksaan;

• Bila tidak ada orang yang dicurigai maka tidak akan diajukan pemeriksaan;

• Loe Mualdi mengatakan tidak ada orang yang dicurigai;

19

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Karena tidak ada penumpang yang dicurigai maka penumpang diperbolehkan turun

dari pesawat;

• Setelah penumpang turun, Qatar tidak membiarkan penumpang tanpa pengontrolan.

Qatar melakukan pengawasan/pengontrolan sampai penumpang keluar dari bandara.

Qatar menempatkan orang untuk mengawasi gerak gerik penumpang;

• Setelah penumpang turun, saksi melakukan pemeriksaan terhadap sudut ruangan

pesawat. Tujuan saksi adalah untuk melakukan pengecekan terhadap sudut ruangan

agar memastikan bahwa tidak ada barang milik penumpang yang tertinggal di

dalam pesawat;

• Setelah melakukan pengecekan di dalam pesawat, saksi tidak menemukan ada

barang penumpang yang ketinggalan di dalam pesawat;

• Menurut pengetahuan saksi bahwa kejadian pencurian di Qatar baru sekali terjadi;

• Yang bertanggung jawab terhadap bagasi kabin adalah penumpang bukan maskapai

penerbangan;

• Saksi tidak ikut menghantarkan penumpang ke Polres Cengkareng;

Menimbang, bahwa Termohon Keberatan mengajukan bukti-bukti surat sebagai

berikut :

1 (Bukti K-1) Dokumen Penarikan Uang (Withdrawal) dari Bank UBS di Jenewa

sebesar USD 12.500.- Tanggal 12 Mei 2015 (ASLI);

2 (Bukti K- 2) Dokumen Surat Tanda Penerimaan Barang Bukti di Kepolisian Bulan

Mei 2015 (sesaat setelah kejadian) (ASLI);

3 (Bukti K-3) a Artikel Harian Cetak KOMPAS tanggal 21 September 2015

“Kriminalitas – Maling di dalam Pesawat Makin Marak” (ASLI);

Bukti K – 3 b Artikel Harian Cetak KOMPAS tanggal 23 September 2015

“OTORITAS RI Miliki Wewenang” (ASLI);

4 (Bukti K-4) Artikel Media elektronik DETIK.COM tanggal 21 september 2015 “4

WN China diduga komplotan Copet di Pesawat masih diperiksa Intensif” (ASLI);

5 (Bukti K-5) Artikel Media elektronik NTMCPOLRI.info tanggal 22 September

2015 “Polisi Ringkus 4 WNA Komplotan Pencopet di Atas Pesawat” (ASLI);

6 (Bukti K-6) Surat Keterangan Domisili Termohon Keberatan tanggal 5 Agustus

2015 (SCAN COPY DARI ASLI);

7 (Bukti K-7) Surat Tanda Penerimaan Laporan Pengaduan Kepolisian di RESOR

KOTA BANDARA (ASLI);

8 (Bukti K-8) Surat Tanda Penerimaan BOARDING PASS Pesawat Qatar 956

DOHA a.n TERMOHON (ASLI);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

9 (Bukti K-9) Salinan Putusan Arbitrase BPSK No.006/A/BPSK-DKI/XII/2015

Tanggal 10 Desember 2015 (ASLI);

Menimbang, bahwa terhadap surat-surat bukti Termohon Keberatan tersebut telah

dicocokan dengan aslinya dan ternyata untuk bukti K-1, K-2, K-3a, K-3b, K-4, K-7, K-8

dan K-9 sesuai aslinya sedangkan K-5 dan K-6 tidak ada aslinya;

Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak tidak mengajukan bukti apa-apa lagi

selanjutnya para pihak mengajukan kesimpulan;

Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak tidak mengajukan apa-apa lagi dan

mohon putusan;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat putusan ini, segala sesuatu yang terjadi di

persidangan dan termuat dalam Berita Acara Persidangan menjadi satu kesatuan yang tidak

terpisah dengan putusan ini;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA :

Menimbang, bahwa keberatan Pemohon Keberatan sebagaimana terurai diatas;

Menimbang, bahwa keberatan Pemohon Keberatan didasarkan atas Putusan BPSK

No.006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10 Desember 2015 yang pada pokoknya sebagai

berikut:

• Mengabulkan sebagian Permohonan/Gugatan Konsumen;

• Kerugian ditanggung kedua belah pihak masing-masing 50% (Lima puluh per

seratus);

• Menolak biaya hidup Konsumen, selama cuti 2 (dua) minggu di Jakarta sebesar Rp.

15.000.000,- (lima belas juta rupiah);

• Mengabulkan jasa Hukum Pengacara sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah);

• Menghukum Tergugat (Qatar Airways) membayar 50% dari kehilangan uang

sebesar 8.500,- US Dolar, Rp. 3.200.000,- dan 50 Swis Franc ditambah jasa hukum

pengacara sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);

Menimbang, bahwa di persidangan Pemohon Keberatan telah mengajukan bukti-bukti

surat yaitu PK-1 sampai dengan Pk-9 sebagaimana tersebut diatas dan Termohon

Keberatan telah mengajukan bukti-bukti surat yaitu K-1 sampai dengan K-9 sebagaimana

tersebut diatas;

Menimbang, bahwa terhadap surat-surat bukti yang diajukan kedua belah pihak

sebagaimana tersebut diatas, Majelis Hakim hanya akan mempertimbangkan yang relevan

dengan perkara ini;

Menimbang, bahwa sebelum masuk kepada pokok perkara, secara tegas dalam pasal 3

huruf e Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan

21

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

bahwa untuk menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini Termohon Keberatan semula adalah Penggugat

pada tingkat BPSK merasa dirugikan oleh Pelaku Usaha yaitu Pemohon Keberatan semula

Tergugat;

Menimbang, bahwa dari bukti-bukti tertulis yang diajukan Pemohon Keberatan yaitu

PK-1 berupa 4 undang-undang Transportasi dalam pasal 143, PK-4 berupa Permenhub No.

PM77 tahun 2011 pasal 4, PK-5 berupa ketentuan yang berlaku di Qatar Airways mengenai

barang bawaan penumpang pesawat, pada pokoknya mengatur tentang resiko bagi

penumpang yang kehilangan barangnya;

Menimbang, bahwa dari bukti-bukti tertulis yang diajukan Termohon Keberatan yaitu

berupa Laporan Polisi tertanggal Mei 2015(K-2), surat ditujukan kepada BPSK dari pihak

korban(Penggugat semula) (K-6), Surat Laporan kehilangan pada polisi oleh (Penggugat

semula) (K-7) dan (K-8) yang pada pokoknya bukti-bukti Termohon Keberatan kehilangan

barang-barang berupa uang didalam pesawat Qatar Airways dalam perjalanan dari Doha ke

Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta;

Menimbang, bahwa dari bukti-bukti surat Pemohon Keberatan tersebut diatas dan

bukti-bukti surat Termohon Keberatan tersebut diatas Majelis Hakim selanjutnya akan

mempertimbangkan apakah Termohon Keberatan yang semula di tingkat BPSK sebagai

Tergugat harus bertangung jawab atas kehilangan barang berupa uang milik penumpang

yaitu Termohon Keberatan yang semula di tingkat BPSK sebagai Penggugat atau

sebaliknya bahwa resiko kehilangan merupakan tanggung jawab penumpang sebagaimana

didalilkan oleh Pemohon Keberatan;

Menimbang, bahwa dari bukti-bukti surat yang diajukan pihak Pemohon Keberatan

pada pokoknya bersandarkan pada suatu perjanjian, dimana pihak pelaku usaha dalam hal

ini Qatar Airways melepaskan tanggung jawab atas resiko yang ditanggung penumpang,

dimana setiap barang yang hilang atau rusak adalah merupakan tanggung jawab

penumpang itu sendiri;

Menimbang, bahwa terhadap keberatan Pemohon Keberatan tentang kerugian yang

diderita pihak konsumen/Termohon Keberatan, Majelis Hakim berpendapat bahwa oleh

karena masalah pokok dalam permohonan ini tentang keberatan menyangkut biaya jasa

pengacara yang dipergunakan pihak Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK

maka Majelis Hakim sependapat dengan Putusan BPSK Propinsi DKI Jakarta No.006/A/

BPSK-DKI/XII/2015 tertanggal 10 Desember 2015 yang mana kerugian yang dialami

pihak Termohon Keberatan ditanggung masing-masing 50% (lima puluh persen) oleh

Pemohon Keberatan dan 50% ditanggung Termohon Keberatan, hal tersebut dipandang

Majelis Hakim adalah putusan yang tepat dan adil;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa Putusan BPSK Propinsi DKI Jakarta No.006/A/BPSK-DKI/

XII/2015 diberitahukan kepada Pemohon Keberatan/Tergugat pada tingkat BPSK pada

tanggal 28 Desember 2015 sebagaimana terlampir;

Menimbang, bahwa walaupun pada awalnya Pemohon Keberatan menerima Putusan

BPSK sebagaimana terlampir dan telah ditandatangani pihak Qatar Airways/Pemohon

Keberatan bukan berarti Putusan BPSK tersebut serta merta inkraght/Berkekuatan Hukum

Tetap karena walaupun putusan tersebut telah dinyatakan oleh salah satu/kedua pihak yang

bersengketa, akan tetapi sikap tersebut masih diperbolehkan berubah dalam tenggang

waktu 14(empat belas) hari;

Menimbang, bahwa dari bukti lampiran lembar kedua ternyata pihak Qatar Airways/

Pemohon Keberatan telah mengajukan penolakan putusan pada tanggal 4 Januari 2016 dan

pada tanggal tersebut masih ada tenggang waktu 14(empat belas) hari, maka keberatan

tersebut haruslah dikabulkan;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati keberatan Pemohon

Keberatan pada pokoknya menyangkut tentang Jasa Pengacara pihak Termohon Keberatan/

Penggugat pada tingkat BPSK yang harus dipikul pihak Pemohon keberatan/Tergugat pada

tingkat BPSK;

Menimbang, bahwa terhadap keberatan Pemohon Keberatan tentang Jasa Pengacara

tersebut Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa tentang memanfaatkan jasa pengacara untuk mendampingi

kepentingan hukum, baik dipersidangan atau diluar persidangan adalah merupakan hak dari

yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa oleh karena itu merupakan hak, maka hak tersebut boleh

dimanfaatkan juga boleh tidak dimanfaatkan, artinya jika yang bersangkutan

memanfaatkan maka yang bersangkutan berkewajiban untuk membayar jasa pengacara

tersebut, sebaliknya jika ia tidak memanfaatkan jasa pengacara maka ia tidak punya

kewajiban untuk membayar jasa pengacara tersebut;

Menimbang, bahwa atas dasar pilihan tersebut maka digunakan/dimanfaatkan atas

jasa pengacara tersebut merupakan pilihan dari yang bersangkutan, oleh karena itu

merupakan pilihan maka barang siapa yang memanfaatkan jasa pengacara tersebut

diharuskan untuk membayarnya dan tidak dapat dibebankan kepada pihak lain apalagi

pihak lawan, dengan demikian keberatan pihak Pemohon Keberatan/semula pada tingkat

BPSK sebagai Tergugat patut dikabulkan;

Menimbang, bahwa terhadap biaya hidup konsumen selama cuti 2(dua) minggu di

Jakarta sebesar Rp.15.000.000(lima belas juta), oleh karena Penggugat pada tingkat BPSK/

Termohon Keberatan tidak dapat membuktikan secara rinci tentang petitum tersebut,

Majelis Hakim sependapat dengan putusan BPSK yang menolak petitum tersebut;

23

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa oleh karena pokok permasalahan dalam perkara ini adalah

tentang Keberatan Pemohon mengenai biaya pengacara yang dipakai pihak Termohon

Keberatan/semula Penggugat pada tingkat BPSK dan mengenai pokok permasalahan telah

dikabulkan, maka terhadap biaya perkara yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada

pihak Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK, yang besarnya akan ditentukan

lebih lanjut dalam amar putusan dibawah ini;

Memperhatikan Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.01 tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen(BPSK)

dan ketentuan lain yang berhubungan dengan perkara ini;

Mengadili:

Membatalkan Putusan BPSK No.006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10 Desember

2015;

Mengadili Sendiri:

1 Mengabulkan keberatan Pemohon Keberatan/Tergugat pada tingkat BPSK

Khususnya terhadap Biaya Pengacara;

2 Menghukum Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK untuk membayar

sendiri biaya pengacaranya sebesar Rp10.000.000,-(sepuluh juta rupiah);

3 Menolak biaya hidup Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK selama 2

(dua) minggu di Jakarta sebesar Rp.15.000.000,-(lima belas juta rupiah);

4 Menghukum Pemohon Keberatan/Tergugat pada tingkat BPSK untuk mengganti

rugi kepada Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK sebesar 50% dari

kehilangan uang sebesar 8.500,- US Dollar, Rupiah Rp. 3.200.000,- dan 50 Swis

Franc;

5 Menghukum Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK untuk membayar

biaya perkara yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp.616.000,-(enam ratus enam

belas ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat pada hari: Rabu, tanggal 17 Februari 2016, oleh kami: Dr.DAHLAN

SINAGA,S.H.,M.H. sebagai Hakim Ketua, SARJIMAN, S.H.,M.Hum. dan LAMSANA

SIPAYUNG, S.H.,M.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana

diucapkan pada hari Selasa, tanggal 23 Februari 2016 oleh Majelis tersebut dalam

persidangan yang terbuka untuk

umum, dibantu NUR IRFAN, S.H., Panitera Pengganti, dan dihadiri Kuasa Hukum

Pemohon Keberatan dan Kuasa Hukum Termohon Keberatan.

Hakim-hakim Anggota Ketua Majelis,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

SARJIMAN, S.H..M.Hum. Dr. DAHLAN SINAGA, S.H.,M.H.

LAMSANA SIPAYUNG, S.H.,M.H.

Panitera Pengganti,

NUR IRFAN, S.H.

Biaya-biaya :

PNBP Rp. 30.000,-

Proses perkaraRp. 75.000,-

Panggilan Rp. 500.000,-

Redaksi Rp. 5.000,-

Meterai Rp. 6.000,-

Jumlah Rp. 616.000,-

25

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 1 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

P U T U S A NNomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAM A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus sengketa konsumen pada tingkat kasasi

memutus sebagai berikut dalam perkara antara:

QATAR AIRWAYS Q.C.S.C, berkedudukan di Qatar Airways

Tower, Airport Road, PO Box 22550, Doha, Qatar yang berkantor

Perwakilan di Lantai 38 Suite 3802, Grand Indonesia, Jalan M.H.

Thamrin, Nomor 1, Jakarta Pusat, diwakili oleh Sivaram Ramadas,

selaku Country Manager Indonesia, dalam hal ini memberi kuasa

kepada Ivan F. Baely, S.H.,L.L.M. dan kawan-kawan, Para

Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor Ivan Almaida Baely &

Firmansyah Law Firm, beralamat di Intiland Tower 9th Floor,

Jalan Jenderal Sudirman 32, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat

Kuasa Khusus tanggal 1 Maret 2016;

Pemohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan semula Tergugat;

L a w a n

LEO MUALDY CHRISTOFFEL, bertempat tinggal di Jalan Masjid,

Nomor 11, RT 002/RW 006, Kelurahan Pegadungan, Kecamatan

Kalideres, Jakarta Barat, dalam hal ini memberi kuasa kepada

Sabam, S.H., dan kawan, Advokat & Konsultan Hukum, yang

berkantor di Kantor H.I.S & Partner, beralamat di Jalan Raya Pos

Pengumben, Ruko Pos Pengumben, Nomor 34 D, Jakarta Barat,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Maret 2016;

Termohon Kasasi dahulu Termohon Keberatan semula

Penggugat;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang

Pemohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan semula Tergugat telah

mengajukan keberatan terhadap putusan Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.Jkt.Brt., tanggal 23 Februari

2015 yang amarnya sebagai berikut:

- Mengabulkan sebagian Permohonan/Gugatan Konsumen;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 2 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

- Kerugian ditanggung kedua belah pihak masing-masing 50% (lima puluh

per seratus);

- Menolak biaya hidup Konsumen, selama cuti 2 (dua) minggu di Jakarta

sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah);

- Mengabulkan jasa Hukum Pengacara sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh

juta rupiah);

- Menghukum Tergugat (Qatar Airways) membayar 50% dari kehilangan uang

sebesar 8.500,- US Dolar, Rp3.200.000,00 dan 50 Swis Franc ditambah jasa

hukum pengacara sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);

Bahwa, terhadap amar putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

tersebut, Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan di depan persidangan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Pengajuan Keberatan dari Pemohon Keberatan masih dalam tenggang

waktu yang ditetapkan oleh Peraturan Perundang Undangan.

Bahwa putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Provinsi

DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 diucapkan pada tanggal 10

Desember 2015;

Bahwa PSK Provinsi DKI Jakarta memberitahukan Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Provinsi DKI Jakarta Nomor

006/A/BPSK-DKI/XII/2015 kepada Pemohon Keberatan (Qatar Airways

Q.C.S.C.) tanggal 28 Desember 2015 (terlampir) Pemohon Keberatan telah

memberitahukan penolakan terhadap Putusan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-

DKI/XII/2015 tanggal 10 Desember 2015 kepada Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan

Penolakan Putusan Arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) tanggal 4 Januari 2016; (terlampir).

Menurut ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor 1 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan

Terhadap Putusan Badan Penyelesaian Konsumen, bahwa keberatan

diajukan dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak Pelaku Usaha

atau Konsumen menerima Pemberitahuan putusan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK);

Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 41 ayat (3) Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor

350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen bahwa Konsumen dan Pelaku Usaha

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 3 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

yang menolak putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK),

dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri selambat-

lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak

keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK),

diberitahukan;

Dari ketentuan perundang undangan sebagaimana dikemukakan di atas,

waktu untuk mengajukan keberatan terhadap putusan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK), yang diajukan oleh Pemohon Keberatan

masih dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh perundang undangan

yang berlaku. Dengan demikian, dari segi formalitas pengajuan Keberatan

terhadap putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), upaya

pengajuan keberatan yang diajukan oleh Pemohon Keberatan pada

tempatnya untuk dikabulkan;

2. Majelis Arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Provinsi DKI

Jakarta tidak menyebutkan dasar atau alasan untuk mengabulkan

permohonan/gugatan dari Termohon Keberatan (Konsumen);

Majelis Arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Provinsi

DKI Jakarta dalam pertimbangan hukumnya halaman 3 antara lain

mengemukakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa maksud dan tujuan konsumen adalah sebagaimana

tersebut di atas;

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan pokok permohonan,

majelis arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) DKI

Jakarta, selanjutnya disebut Majelis, terlebih dahulu harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Apakah Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Jakarta berwenang untuk memeriksa dan

memutus permohonan konsumen selaku Penggugat?

Menurut Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen Pasal 52, salah satu tugas dan wewenang Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) telah tegas diatur secara limitatif, yaitu:

a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen

dengan cara mediasi atau konsiliasi atau Arbitrase.

b. ..

c. …

d. .. dst

e.

f.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 4 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

n. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 8 Keputusan Memperindag Nomor

350/MPP/Kep/12/2001 tentang Tugas dan Wewenang Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), pengertian sengketa

konsumen adalah sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen.

Menimbang dan memperhatikan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen dan Undang Undang Nomor 30 Tahun

1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa serta

Peraturan perundang lainnya yang berkenaan dengan perkara ini;

Menimbang bahwa kewenangan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) dibatasi oleh Undang-undang hanya menyelesaikan sengekta

berupa tuntutan material atau kerugian secara langsung”;

Dari pertimbangan hukum putusan Majelis Arbitrase Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Jakarta sebagaimana dikutip di atas, tidak

terlihat sama sekali alasan dari Majelis Arbitrase Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Jakarta untuk mengabulkan sebagian

gugatan atau permohonan dari Konsumen (Termohon Keberatan);

Dalam suatu putusan, seyogianyalah terlihat pertimbangan apa yang

dipergunakan oleh pihak sebagai acuan untuk sebelum sampai pada pendirian

untuk menerima atau menolak gugatan/permohonan. Di dalam setiap putusan,

yang penting bukan hanya amar putusan semata, akan tetapi yang juga tidak

kalah penting adalah dasar atau landasan dari amar tersebut;

Dalam jagad berpikir yang tertib, hal yang tidak pernah bisa diabaikan

adalah mengenai premis (landasan) yang menjadi dasar pengambilan

keputusan. Putusan tidak dapat diambil tanpa ada premis (pertimbangan)

yang mendasarinya. Memang dimungkinkan suatu putusan (kesimpulan)

tanpa ada pertimbangan. Namun putusan yang tidak disertai dengan

pertimbangan yang cukup, tentu tidak dapat dikategorikan sebagai putusan

yang baik;

Dalam putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) DKI

Jakarta, majelis arbitrase mengemukakan bahwa mereka berwenang untuk

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 5 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

mengadili perkara arbitrase. Soal apakah Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) berwenang untuk menangani atau sengketa konsumen,

Pemohon Keberatan tidak mempersoalkannya yang dipermasalahkan oleh

Pemohon Keberatan adalah pertimbangan untuk menerima sebagian

gugatan atau permohonan dari Termohon Keberatan. Majelis arbitrase juga

tidak merujuk aturan atau kepatutan mana yang mereka pergunakan

sebagai titian untuk sampai pada pendirian mengabulkan permintaan dari

Termohon Keberatan;

Oleh karena Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Provinsi

DKI Jakarta tidak menyebutkan alasan untuk mengabulkan tuntutan dari

Termohon Keberatan, putusan dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) DKI Jakarta adalah putusan yang minim atau putusan yang tidak ada

pertimbangan. Sesuai dengan hukum, bahwa setiap putusan yang tidak ada

pertimbangan pada tempat untuk ditolak atau diabaikan seluruhnya;

3. Pemohon Keberatan tidak bertanggung jawab atas hilangnya barang

bawaan penumpang;

Mengenai tanggung jawab dari Pemohon Keberatan terhadap

barang bawaan dari penumpang selaku pengangkut hal ini diatur dalam

Condition of Carriage Section pada Article 9 point 12

(http://www.qatarairways.com/global/en/conditions-of-carriage.page), yang

berbunyi sebagai berikut:

Personal Belongings:

“We will not accept liability for damage to and or loss or destruction of any of

your personal property in consequence of your leaving it unattended in any

of our aircraft and or in any property, airport facilities or vehicles we use.”

Terjemahannya

Ketentuan Tentang Barang Bawaan, Pasal 9 butir 12;

Barang pribadi:

"Kami tidak akan bertanggung jawab atas kerugian dan atau kehilangan

atau kerusakan dari setiap barang pribadi Anda karena Anda

meninggalkannya tanpa pengawasan di pesawat dan atau di properti kami,

fasilitas bandara atau kendaraan yang kami gunakan;

Dari ketentuan mengenai barang bawaan penumpang sebagaimana

dikemukakan di atas, Pemohon Keberatan telah memberitahukan kepada

setiap dan seluruh penumpang untuk menjaga sendiri barang bawaannya

agar tidak hilang atau terhindar dari kerusakan;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 6 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Pemohon Keberatan sudah memberitahukan kepada setiap konsumennya

bahwa atas adanya kehilangan barang bawaan yang tidak termasuk ke

dalam bagasi terdaftar adalah tanggung jawab dari penumpang sendiri.

Dalam hal atau bilamana terjadi kehilangan atau kerusakan atas

barang bawaan selama dalam penerbangan, setiap penumpang (termasuk

didalamnya Termohon Keberatan) tidak berhak untuk menuntut atau

meminta kerugian atas hilang, rusak atau berkurangnya barang bawaan

terhadap Pemohon Keberatan. Bila ingin barang bawaan mendapat ganti

rugi apabila hilang atau rusak, Pemohon Keberatan sudah memberitahukan

kepada penumpang agar barang dimasukkan ke dalam bagasi terdaftar;

Dengan rumusan atau ketentuan sebagaiman dikemukakan di atas, cukup

alasan untuk menolak seluruh tuntutan dari Termohon Keberatan atas

hilangnya barang milik Termohon Keberatan;

4. Peraturan dan Perundang Undangan di Indonesia Dalam Bidang atau

Mengenai Penerbangan Tidak Memberi Hak Kepada Konsumen Untuk

Menuntut Ganti Rugi kepada Penerbangan Atas Hilang Atau Rusaknya

Barang Bawaan Penumpang;

a. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Pasal 1 ayat 25 yang berbunyi sebagai berikut:

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada

dalam pengawasan penumpang sendiri”;

Pasal 143 yang berbunyi sebagai berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian karena hilang atau

rusaknya barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau

orang yang dipekerjakannya”;

b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara;

Pasal 1 ayat (9) Menteri Perhubungan Nomor PM 77 tahun 2011

berbunyi sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 7 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada

dalam pengawasan penumpang sendiri”;

Pasal 4 ayat (1) Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011

berbunyi sebagai berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau

rusaknya barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau

orang yang dipekerjakannya”.

Pasal 4 ayat (2) Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011

berbunyi sebagai berikut:

“Apabila pembuktian penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dapat diterima oleh pengangkut atau berdasarkan keputusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht) dinyatakan

bersalah, maka ganti kerugian ditetapkan setinggi-tingginya sebesar

kerugian nyata penumpang”;

Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 tahun 2011

tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara bahwa pengangkut hanya

bertanggung jawab terhadap bagasi tercatat, sedangkan terhadap bagasi

yang tidak tercatat adalah tanggung jawab dari penumpang sendiri;

Untuk lengkapnya adapun bunyi Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara

adalah berbunyi sebagai berikut:

Pasal 5 ayat (1)

“Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami

kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 huruf c ditetapkan sebagai berikut:

a. Kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi

tercatat musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp200.000,00 (dua

ratus ribu per kg dan paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta

rupiah) per penumpang; dan

b. Kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya,

bentuknya, ukuran dan merk bagasi tercatat”.

Pasal 5 ayat (2)

“Bagasi tercatat dianggap hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

apabila tidak diketemukan dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender

sejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di Bandar udara tujuan”;

Pasal 5 ayat (3).

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 8 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

“Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang atas

bagasi tercatat yang belum ditemukan dan belum dapat dinyatakan hilang

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebesar Rp200.000,00 (dua ratus

ribu) per hari paling lama 3 (tiga) hari kalender”;

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku di

Indonesia tentang Penerbangan dan peraturan yang berlaku di Qatar

Airways (Pemohon Keberatan) bahwa pengangkut tidak bertanggung

jawab atas hilang atau rusaknya bagasi kabin. Yang bertanggung jawab

atas rusaknya bagasi kabin adalah penumpang sendiri (Termohon

Keberatan), bukan perusahaan pengangkutan (Pemohon Keberatan);

Dengan demikian, permintaan ganti rugi dari Termohon Keberatan yang

dikabulkan oleh Termohon Keberatan adalah tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang penerbangan. Pemohon Keberatan menolak

putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Jakarta

mengenai tuntutan ganti rugi, karena tidak mempunyai alasan yang cukup

atau tidak mempunyai dasar hukum. Setiap permohonan, permintaan atau

tuntutan yang tidak ada alasan atau tidak ada dasar hukumnya adalah pada

tempatnya untuk ditolak atau tidak dikabulkan;

Sebagai analog atau sebagai perbandingan, Pemohon Keberatan dapat

mengemukakan bahwa dalam hal penumpang dalam bis kota, antar kota,

kereta api atau kapal laut misalnya, pengangkut atau pengusaha

pengangkutan tidak dapat dituntut untuk membayar ganti rugi atas

hilangnya barang bawaan penumpang di dalam bis kota, antar kota, kereta

atau kapal api tersebut. Setiap kehilangan di dalam angkutan adalah

tanggungan atau tanggung jawab dari penumpang sendiri, bukan tanggung

jawab dari supir atau pengusaha angkutan;

Kalau untuk pengangkutan yang lain, bila penumpang kehilangan suatu

barang dalam perjalanan, penumpang tidak berhak untuk menuntut ganti

rugi terhadap angkutan, maka demi kesamaan perlakuan terhadap sesama

angkutan, maka tuntutan dari Termohon Keberatan pada tempatnya juga

ditolak seluruhnya;

5. Biaya Advokat tidak dapat dibebankan oleh Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) DKI Provinsi Jakarta terhadap Pemohon Keberatan.

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Provinsi Jakarta

dalam putusannya mengabulkan jasa Hukum Pengacara sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 9 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Tuntutan Termohon Keberatan Agar Pemohon Keberatan membayar biaya

advokat dari Termohon Keberatan sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah) yang dikabulkan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) DKI Jakarta jelas sudah menyalahi hukum acara yang berlaku di

Indonesia mengenai biaya jasa pengacara;

Dalam hukum acara perdata misalnya, berlaku suatu prinsip bahwa pihak yang

mempergunakan jasa pengacara, apakah itu sebagai Penggugat (Pemohon) atau

Tergugat (Termohon) harus bersedia untuk mengeluarkan biaya untuk itu.

Beracara dengan mempergunakan jasa Advokat dalam hukum pada prinsipnya

adalah tidak gratis. Berani mempergunakan jasa advokat, artinya harus berani

mengeluarkan biaya untuk jasa advokat yang dipergunakan. Demikian juga

dalam sengketa konsumen ini, oleh karena Termohon Keberatan sendiri yang

berinisiatif untuk mengajukan tuntutan ganti rugi, maka Termohon Keberatan

harus bersedia mengeluarkan biaya untuk membayar biaya advokat untuk

mengajukan gugatan/permohonan melalui Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) DKI Provinsi DKI Jakarta;

Alasan sederhananya adalah, bahwa pihak yang mempergunakan jasa

Pengacara/Advokat untuk mengajukan gugatan/permohonan adalah

Termohon Keberatan sendiri. Oleh karena yang mempergunakan jasa advokat

adalah Termohon Keberatan maka yang berkewajiban untuk membayar biaya

advokat adalah Termohon Keberatan sendiri bukan Pemohon Keberatan atau

pihak lain;

Dalam hukum berlaku suatu asas, bahwa pihak yang telah mempergunakan

sesuatu atau telah menikmati sesuatu berkewajiban untuk memberikan biaya

atas apa yang telah dipergunakan atau dinikmatinya tersebut. Secara

sederhananya dapat dikemukakan kalau seorang makan di warung nasi

misalnya, maka yang berkewajiban untuk membayar makanan tersebut adalah

pihak yang makan tadi bukan pihak lain;

Karena yang mempergunakan jasa advokat dalam mengajukan

gugatan/permohonan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) DKI Jakarta adalah Termohon Keberatan sendiri, maka secara akal

sehat yang berkewajiban untuk menanggung biaya advokat adalah Termohon

Keberatan bukan pihak lain. Tidak tepat dan tidak beralasan bagi Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Provinsi DKI Jakarta untuk

menghukum Pemohon Keberatan untut membayar biaya advokat yang

dipergunakan oleh Termohon Keberatan menjadi kewajiban Pemohon

Keberatan sekalipun itu hanya sebagian dari tuntutan Termohon Keberatan;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 10 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Dalam hal ini, biaya advokat yang dipergunakan jasanya oleh Termohon

Keberatan tidak dapat ditimpakan kepada Pemohon Keberatan. Biaya

pengacara/advokat tidak termasuk biaya yang dapat dituntut. Hal ini jelas

diatur dalam Pasal 182 HIR. Di dalam Pasal 182 HIR ini ditentukan bahwa

yang termasuk biaya (ongkos) adalah bersifat limitatif, yaitu hanya untuk 6

macam. Dari keenam macam biaya (ongkos), biaya pengacara/advokat tidak

termasuk di dalamnya. Karena biaya pengacara tidak termasuk biaya dalam

hukum acara perdata maka putusan Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) Provinsi DKI Jakarta yang menghukum Pemohon

Keberatan untuk membayar biaya advokat dari Termohon Keberatan harus

ditolak seluruhnya;

Bahwa, berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon Keberatan

mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat agar memberikan putusan

sebagai berikut:

1. Mengabulkan keberatan dari Pemohon Keberatan untuk seluruhnya;

2. Membatalkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10

Desember 2015 untuk seluruhnya;

3. Menolak tuntutan ganti rugi dari Termohon Keberatan (d.h Pemohon) untuk

seluruhnya;

4. Menghukum Termohon Keberatan untuk membayar seluruh biaya yang timbul

dalam perkara ini;

Bahwa, terhadap keberatan tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Barat

telah memberikan putusan Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.Jkt.Brt. tanggal

23 Februari 2016 yang amarnya sebagai berikut:

- Membatalkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

No.006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10 Desember 2015;

Mengadili Sendiri:

1. Mengabulkan keberatan Pemohon Keberatan/Tergugat pada tingkat Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) khususnya terhadap Biaya

Pengacara;

2. Menghukum Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) untuk membayar sendiri biaya

pengacaranya sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);

3. Menolak biaya hidup Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) selama 2(dua) minggu di Jakarta

sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 11 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

4. Menghukum Pemohon Keberatan/Tergugat pada tingkat Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) untuk mengganti rugi kepada

Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) sebesar 50% dari kehilangan uang sebesar

8.500,- US Dollar, rupiah Rp3.200.000,00 dan 50 Swis Franc;

5. Menghukum Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) untuk membayar biaya perkara

yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp616.000,00 (enam ratus enam

belas ribu rupiah);

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tersebut

telah diberitahukan kepada Pemohon Keberatan pada tanggal 23 Februari

2016, terhadap putusan tersebut, Pemohon Keberatan melalui kuasanya

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 1 Maret 2016 mengajukan

permohonan kasasi pada tanggal 7 Maret 2016, sebagaimana ternyata dari Akta

Permohonan Kasasi Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT yang dibuat

oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Barat, permohonan tersebut diikuti

dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Jakarta Barat pada tanggal 8 Maret 2016.;

Bahwa memori kasasi telah disampaikan kepada Pemohon Keberatan

pada tanggal 14 Maret 2016, kemudian Termohon Keberatan mengajukan

kontra memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat pada tanggal 24 Maret 2016;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya

telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam

tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, oleh

karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah:

- Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;

- Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-

undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang

bersangkutan;

1. Judex Facti (Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat) salah

menerapkan hukum yang berlaku di bidang penerbangan (Pengangkutan

Udara):

Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat dalam pertimbangan

hukumnya pada halaman 23, antara lain mengemukakan sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 12 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

“Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati keberatan Pemohon

Keberatan pada pokoknya menyangkut tentang Jasa Pengacara pihak

Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) yang harus dipikul pihak Pemohon

Keberatan/Tergugat pada tingkat Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK)”;

Bahwa pertimbangan Majelis Hakim pada halaman 23 ini bertentangan

dengan pertimbangan hukum pada halaman 22, yang antara lain berbunyi

sebagai berikut:

”Menimbang, bahwa dari bukti-bukti yang diajukan pihak Pemohon

Keberatan pada pokoknya bersandarkan pada suatu perjanjian, dimana

pihak pelaku usaha dalam hal ini Qatar Airways melepaskan tanggung

jawab atas resiko yang ditanggung penumpang, dimana setiap barang

yang hilang atau rusak adalah merupakan tanggung jawab penumpang

itu sendiri”;

Bahwa Pemohon Kasasi keberatan terhadap Putusan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tertanggal

10 Desember 2015 yang menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar

ganti rugi. Hal tersebut telah dikemukakan oleh Pemohon Kasasi pada saat

memberikan tanggapan di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK). Pemohon Kasasi juga mengemukakan keberatan untuk membayar

ganti rugi kepada Termohon Kasasi pada saat mengajukan keberatan

melalui Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

Adapun petitum dalam Permohonan Keberatan dari Pemohon Kasasi pada

saat mengajukan keberatan terhadap putusan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015

tanggal 10 Desember 2015 melalui Pengadilan Negeri Jakarta Barat adalah

berbunyi sebagai berikut:

1. Mengabulkan keberatan dari Pemohon Keberatan untuk seluruhnya.

2. Membatalkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal

10 Desember 2015 untuk seluruhnya;

3. Menolak tuntutan ganti rugi dari Termohon Keberatan (d/h Pemohon/)

untuk seluruhnya;

4. Menghukum Termohon Keberatan untuk membayar seluruh biaya yang

timbul dalam perkara ini;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 13 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta keliru dalam menerapkan

hukum yang berlaku dalam sektor pengangkutan udara atau penerbangan

dengan menjatuhkan putusan yang menghukum Pemohon Kasasi untuk

mengganti rugi kepada Termohon Kasasi (Termohon Keberatan/Penggugat

pada tingkat BPSK) sebesar 50% dari kehilangan uang sebesar 8.500,- US

Dolar, Rupiah Rp3.200.000,00 dan 50 Swis Franc;

Amar putusan Majelis Hakim yang berbunyi sedemikian rupa tersebut

menunjukkan bahwa Majelis Hakim keliru dalam menerapkan hukum

pengangkutan udara, baik itu hukum nasional maupun hukum

internasional di bidang pengangkutan udara/penerbangan.

Bahwa Pemohon Kasasi tidak bertanggung jawab atas hilangnya barang

bawaan penumpang. Hal tersebut diatur dalam sejumlah peraturan

nasional maupun internasional;

Mengenai tanggung jawab dari Pemohon Kasasi terhadap barang

bawaan dari penumpang selaku pengangkut hal ini diatur dalam

Condition of Carriage Section pada Article 9 point 12

(http://www.qatarairways.com/global/en/conditions-of-carriage.page),

yang berbunyi sebagai berikut:

Personal Belongings:

“We will not accept liability for damage to and or loss or destruction of

any of your personal property in consequence of your leaving it

unattended in any of our aircraft and or in any property, airport facilities or

vehicles we use.”

Terjemahannya

Ketentuan Tentang Barang Bawaan, Pasal 9 butir 12

Barang pribadi:

"Kami tidak akan bertanggung jawab atas kerugian dan atau kehilangan

atau kerusakan dari setiap barang pribadi Anda karena Anda

meninggalkannya tanpa pengawasan di pesawat dan atau di properti

kami, fasilitas bandara atau kendaraan yang kami gunakan;

Selanjutnya menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan Pasal 1 ayat 25 yang berbunyi sebagai berikut:

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada

dalam pengawasan penumpang sendiri”;

Kemudian Pasal 143 yang berbunyi sebagai berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian karena hilang atau

rusaknya barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 14 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau

orang yang dipekerjakannya”;

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77

Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara;

Pasal 1 ayat (9) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 tahun

2011 berbunyi sebagai berikut:

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada

dalam pengawasan penumpang sendiri”;

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 tahun

2011 berbunyi sebagai berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau

rusaknya barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau

orang yang dipekerjakannya”;

Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77

Tahun 2011 berbunyi sebagai berikut:

“Apabila pembuktian penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dapat diterima oleh pengangkut atau berdasarkan keputusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht) dinyatakan

bersalah, maka ganti kerugian ditetapkan setinggi-tingginya sebesar

kerugian nyata penumpang”.

Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011

tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara bahwa pengangkut hanya

bertanggung jawab terhadap bagasi tercatat, sedangkan terhadap bagasi

yang tidak tercatat adalah tanggung jawab dari penumpang sendiri;

Untuk lengkapnya, Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM

77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara adalah

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 5 ayat (1)“Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami

kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 huruf c ditetapkan sebagai berikut:

a. Kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi

tercatat musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp200.000,00 (dua

ratus ribu) per kg dan paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta

rupiah) per penumpang; dan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 15 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

b. Kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya,

bentuknya, ukuran dan merk bagasi tercatat”.

Pasal 5 ayat (2)

“Bagasi tercatat dianggap hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

apabila tidak diketemukan dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender

sejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di Bandar udara tujuan”.

Pasal 5 ayat (3).

“Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang atas

bagasi tercatat yang belum ditemukan dan belum dapat dinyatakan

hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebesar Rp200.000.00 (dua

ratus ribu) per hari paling lama 3 (tiga) hari kalender”;

Berdasarkan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan

nasional maupun internasional di bidang penerbangan, baik itu yang

berlaku di Qatar Airways (Pemohon Kasasi) maupun hukum nasional

Indonesia mengenai penerbangan diatur secara tegas bahwa

pengangkut tidak bertanggung jawab atas hilang atau rusaknya bagasi

kabin penumpang (Termohon Kasasi). Yang bertanggung jawab atas

rusaknya bagasi kabin adalah penumpang sendiri (Termohon Kasasi),

bukan perusahaan pengangkutan (Pemohon Kasasi);

Dengan demikian, putusan dari Majelis Hakim yang menghukum

Pemohon Kasasi untuk membayar ganti rugi kepada Termohon Kasasi

adalah sebuah kekeliruan dalam penerapan di bidang hukum di bidang

penerbangan. Dari ketentuan hukum sebagaimana yang dikemukakan di

atas, nyata bahwa Pemohon Kasasi selaku pengangkut penumpang,

tidak bertanggung jawab atas hilangnya bagasi kabin dari Pemohon

Kasasi. Hukum dan/atau peraturan perundang-undangan penerbangan

tidak ada yang membebankan kepada pemohon kasasi dalam hal

penumpang (Termohon Kasasi) kehilangan bagasi kabin. Kehilangan

bagasi kabin dari penumpang sepenuhnya adalah tanggung jawab dari

penumpang sendiri;

Pemohon Kasasi menolak putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Barat Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT tanggal 23

Februari 2016 jo. Putusan Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK)

Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10

Desember 2015, yang menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar

ganti rugi kepada Termohon Kasasi karena putusan tersebut tidak

mempunyai alasan atau bertentangan dengan hukum dalam bidang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 16 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

pengangkutan/penerbangan. Hukum dan peraturan tidak ada yang

menentukan bahwa perusahaan penerbangan akan menanggung ganti

rugi dalam hal terjadi kehilangan atas barang milik penumpang

(konsumen). Karena itu putusan Pengadilan negeri Jakarta Barat Nomor

10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT tanggal 23 Februari 2016 jo

Putusan Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK) Provinsi DKI Jakarta

Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tertanggal 10 Desember 2015, yang

menghukum Pemohon Kasasi adalah penerapan hukum yang salah;

Dengan demikian putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Barat yang menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar ganti rugi

kepada Pemohon Kasasi adalah kekeliruan penerapan hukum dalam

bidang penerbangan/pengangkutan udara. Karena itu permohonan

Kasasi dari Pemohon Kasasi pada tempatnya untuk dikabulkan dan

selanjutnya pada tempatnya untuk membatalkan putusan dari Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada perkara Nomor 10/Pdt.Sus-

BPSK/2016/PN.Jkt.Brt; tanggal 23 Februari 2016 jo. Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa (BPSK) Provinsi DKI Jakarta No.006/A/BPSK-

DKI/XII/2015 tanggal 10 Desember 2015;

2. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Keliru Dalam

Menerapkan Hukum Pembuktian.

Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Berbunyi Sebagai

Berikut:

”Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau

guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang

lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya

hak atau peristiwa itu”;

Selanjutnya Pasal 163 HIR (Hukum Acara Perdata) menentukan bahwa

barang siapa yang mengatakan mempunyai barang sesuatu hak atau

menyebutkan sesuatu kejadian untuk meneguhkan haknya itu atau untuk

membantah hak orang lain maka orang itu harus membuktikan adanya

hak itu atau adanya kejadian itu;

Ketentuan dalam Pasal 1865 KUHPerdata dan/atau HIR mengatur

mengenai beban pembuktian. Beban pembuktian berada pada pundak

pihak yang mendalillkan hak. Hukum perdata dan hukum acara perdata

menentukan bahwa pihak yang mendalilkan memiliki hak atas sesuatu

mempunyai kewajiban untuk membuktikan dalilnya;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 17 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Dalam perkara ini, sejak penanganan perkara di Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Jakarta maupun di Pengadilan Negeri

Jakarta Barat, Termohon Kasasi tidak mampu membuktikan kehilangan

uang sebesar 8.500,- US Dolar, Rupiah Rp3.200.000,00 dan 50 Swiss

Franc di pesawat Qatar Airways (Pemohon Kasasi). Tidak ada bukti, baik

itu berupa surat atau saksi yang mendukung dalil Termohon Kasasi

mengenai hilangnya uang di pesawat Qatar Airways (Pemohon Kasasi)

tersebut. Selain itu juga Termohon Kasasi tidak mampu mengajukan

bukti yang menunjukkan bahwa dirinya betul membawa uang sebesar

8.500,- US Dolar, Rupiah Rp3.200.000,00 dan 50 Swiss Franc ke dalam

pesawat Qatar Airways (Pemohon Kasasi), sebagaimana didalilkan

dalam permohonannya di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) DKI Jakarta;

Oleh karena Termohon Kasasi tidak berhasil membuktikan kehilangan

uang kehilangan uang sebesar 8.500,- US Dolar, Rupiah

Rp3.200.000,00 dan 50 Swiss Franc di dalam pesawat Qatar Airways

(Pemohon Kasasi) maka putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang mengabulkan gugatan ganti rugi dari Termohon

Kasasi adalah penerapan hukum yang keliru mengenai asas pembuktian.

Majelis Hakim mengabulkan tuntuan yang tidak disertai dengan bukti;

Selama dalam proses persidangan baik di Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) DKI Jakarta maupun di Pengadilan Negeri Jakarta

Barat, Termohon Kasasi tidak dapat membuktikan kehilangan uang

tersebut. Dengan tidak berhasilnya Termohon Kasasi untuk membuktikan

mengenai kebenaran atas kehilangan uang di pesawat Qatar Airways

maka dengan itu saja sudah cukup alasan bagi Majelis Hakim Agung

pada Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk membatalkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 10/Pdt.Sus-

BPSK/2016/PN.Jkt.Brt tertanggal 23 Februari 2016 jo Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa (BPSK) Provinsi DKI Jakarta Nomor

006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tanggal 10 Desember 2015 mengenai

pembayaran ganti rugi oleh Pemohon Kasasi kepada Termohon Kasasi.

Dengan singkat, dapat dikatakan bahwa putusan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Barat adalah kekeliruan dalam penerapan

hukum mengenai beban hukum pembuktian. Dengan alasan tersebut

saja sudah semakin cukup alasan bagi Hakim Agung pada tingkat kasasi

untuk mengabulkan Kasasi dari Pemohon Kasasi dan sekaligus

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 18 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta barat Nomor

10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.Jkt.Brt tanggal 23 Februari 2016 jo Putusan

Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK) Provinsi DKI Jakarta

No.006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tertanggal 10 Desember 2015;

Dengan alasan dan dasar hukum yang sedemikian rupa maka cukup

alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi

dan sekaligus membatalkan putusan Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.JKT.BRT

tertanggal 23 Februari 2016 jo Putusan Badan Penyelesaian

Sengketa (BPSK) Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-

DKI/XII/2015 tanggal 10 Desember 2015;

3. Pengadilan Negeri Jakarta Barat Lalai Memenuhi Syarat-syarat yang

Diwajibkan oleh Peraturan Perundang Undangan yang Mengancam

Kelalaian itu dengan Batalnya Putusan yang Bersangkutan.

Pasal 50 (1) Undang Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman menentukan bahwa: “Putusan pengadilan selain harus

memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari

peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum

tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili”;

Selanjutnya Pasal 178 ayat 2 HIR menentukan bahwa: ”Hakim itu wajib

mengadili segala bahagian tuntutan”.

Mr. R. Tresna, dalam bukunya, Komentar HIR, Cetakan ke-15, (Jakarta:

Pradnya Paramita, 1996), halaman 159 mengemukakan sebagai berikut:

“Menurut ayat 2, Hakim wajib menjalankan hukum atas segala bagian

tuntutan. Ini maksudnya bahwa jika ada beberapa hal yang dituntutnya,

misalnya pokok utang dengan bunga yang harus dibayar atau dengan

pembayaran kerugian maka Pengadilan Negeri harus memberikan

keputusan dengan nyata dari tiap-tiap bagian tuntutan itu”;

Ketentuan dalam Undang Undang Kekuasaan Kehakiman dan HIR

menentukan bahwa setiap bagian dari tuntutan harus dipertimbangkan

secara menyeluruh satu persatu. Artinya setiap bagian harus ditimbang

satu-satu. Tiap bagian dari tuntutan tidak boleh ada bagian gugatan

yang diabaikan atau tidak dipertimbangkan;

Pemohon Kasasi dalam Permohonan Keberatan pada saat mengajukan

keberatan terhadap putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 tertanggal 10

Desember telah mengajukan petitum yang berbunyi sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 19 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

1. Mengabulkan keberatan dari Pemohon Keberatan untuk seluruhnya;

2. Membatalkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015

tanggal 10 Desember 2015 untuk seluruhnya;

3. Menolak tuntutan ganti rugi dari Termohon Keberatan (d.h Pemohon)

untuk seluruhnya;

4. Menghukum Termohon Keberatan untuk membayar seluruh biaya yang

timbul dalam perkara ini;

Petitum dalam Permohonan Keberatan sebagaimana disebutkan di atas

menunjukkan bahwa Pemohon Kasasi bukan hanya keberatan terhadap

biaya pengacara tetapi juga terhadap tuntutan ganti rugi yang diajukan

oleh Termohon Kasasi;

Karena itu pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat

pada halaman 23 yang mengatakan bahwa ”Menimbang, bahwa setelah

Majelis Hakim mencermati keberatan Pemohon Keberatan pada

pokoknya menyangkut tentang Jasa Pengacara pihak Termohon

Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK yang harus dipikul pihak

Pemohon Keberatan/Tergugat pada tingkat BPSK”, adalah

pertimbangan yang tidak menyeluruh terhadap seluruh bagian tuntutan.

Pertimbangan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tidak sesuai

dengan ketentuan Pasal 178 ayat (2) HIR dan Pasal 50 ayat (1) Undan

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Majelis

Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat tidak mempertimbangkan

secara keseluruhan keberatan Pemohon Kasasi pada waktu

memutuskan perkara. Keberatan dari Pemohon Kasasi mengenai

pembayaran ganti rugi tidak dipertimbangkan oleh Majelis Hakim. Yang

dipertimbangkan hanya soal biaya advokat (pengacara) sedangkan

mengenai keberatan Pemohon Kasasi atas tuntutan ganti rugi tidak

dipertimbangkan;

Pertimbangan hakim yang sedemikian adalah pertimbangan yang tidak

lengkap atau tidak cukup (Onvoldoende gemotiveerd). Putusan yang

Onvoldoende gemotiveerd adalah putusan-putusan untuk menyebut jika

hakim pertama dan banding tak cukup pertimbangan. Dalam bahasa

Inggris lazim disebut insufficient judgement. Ada juga yang

mengartikannya sebagai pertimbangan yang tidak cukup lengkap, ada

pula yang menyebutnya putusan yang kurang pertimbangan. Lihat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 20 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Putusan Mahkamah Agung Nomor 1992 K/Pdt/2000 memakai frasa

putusan tidak sempurna;

Selanjutnya Putusan Mahkamah Agung Nomor 638K/Sip/1969

menegaskan putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup

dipertimbangkan menjadi alasan untuk kasasi, dan putusan demikian

harus dibatalkan. Putusan Mahkamah Agung Nomor 67 K/Sip/1972 juga

mengandung kaidah hukum “putusan Judex Facti harus dibatalkan

karena Judex Facti tidak memberikan alasan atau pertimbangan yang

cukup dalam hal dalil-dalil tidak bertentangan dengan pertimbangan-

pertimbangannya;

Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah

Agung berpendapat:

Bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah

meneliti secara saksama memori kasasi tanggal 8 Maret 2016 dan kontra

memori kasasi tanggal 24 Maret 2016 dihubungkan dengan pertimbangan

Judex Facti, dalam hal ini Pengadilan Negeri Jakarta Barat tidak salah

menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

Bahwa dalam kedudukannya selaku Pengusaha dalam hal ini selaku

pemilik pesawat angkutan udara, walaupun secara hukum tentang pengakuan

udara baik hukum Nasional maupun hukum Internasional dinyatakan

Pengusaha tidak bertanggung jawab atas kerugian karena kerusakan ataupun

kehilangan barang yang diletakkan dalam Kabin pesawat, kecuali penumpang

dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan

Pengangkut (Pengusaha) atau oleh orang yang dipekerjakannya, kecuali

terhadap barang-barang yang ditempatkan pada bagasi atau yang disebut

sebagai bagasi tercatat;

Bahwa dari kenyataan dan fakta di atas dalam hubungan timbal balik antara hak

dan kewajiban para pihak, kebebasan Pengusaha dari tanggung jawab hukum

tersebut tidak mutlak atau tidak dapat dipertahankan secara utuh secara

menyeluruh hilang atau tiada tanggung jawab hukum bagi Pengusaha sama

sekali, mengingat penerbangan tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang

cukup lama yaitu rata-rata di atas 2 (dua) jam perjalanan lintas Negara atau

benua, tanpa harus mewujudkan tanggung jawab moral Pengusaha dalam

memberi jaminan keamanan dalam bentuk ketenangan dan kenyamanan

kepada Konsumen (penumpang) dalam tindakan Preventif berupa usaha

penyediaan keamanan disekitar area kabin penumpang dengan System Cabin

Vidio Monitoring System (SCMS) yang telah diterapkan oleh beberapa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 21 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

maskapai penerbangan Internasional lainnya dan atau dalam bentuk kunci

kabin secara otomatis yang hanya dapat dibuka atas bantuan Cabin Crew

(awak kabin) dan atau setiap upaya yang dapat menjamin keamanan dan

kenyamanan para penumpang (Konsumen) dan barang bawaannya selama

dalam penerbangan (any in flight surveillance measures), dimana penggunaan

system kamera keamanan di sekitar area kabin penumpang pesawat

diharapkan dapat meminimalisir tindak kejahatan baik berupa pencurian barang

(in flight theft), yang kesemuanya itu ternyata tidak terungkap adanya dalam

perkara a quo baik ditingkat pemeriksaan BPSK maupun Judex Facti yang

dapat membebaskan tanggung jawan hukum (ganti rugi) Pengusaha dari

tuntutan Konsumen begitu pula in casu tidak ada upaya sama sekali dari

Pengusaha untuk menginformasikan kepada Para Penumpang bahwa dalam

penerbangan a quo untuk berhati-hati berkaitan dengan barang-barang yang

dibawa karena sebelumnya sudah pernah terjadi kasus serupa (to be

alert/precausenary principle), sehingga dari fakta tersebut dapat dinyatakan

bahwa kesalahan tersebut juga merupakan tanggung jawab Pengusaha dalam

perkara a quo;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata

bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 10/Pdt.Sus-

BPSK/2016/PN.Jkt.Brt., tanggal 23 Februari 2016 dalam perkara ini tidak

bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, oleh karena itu

permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi: QATAR AIRWAYS

Q.C.S.C. tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa karena permohonan kasasi dari Pemohon

Kasasi/Pemohon Keberatan ditolak, maka Pemohon Kasasi/Pemohon

Keberatan harus dihukum untuk membayar biaya perkara pada tingkat

kasasi ini;

Memperhatikan, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

M E N G A D I L I1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: QATAR AIRWAYS

Q.C.S.C. tersebut;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 22 dari 22 hal Put. Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

2. Menghukum Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan untuk membayar biaya

perkara pada tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima

ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada

Mahkamah Agung pada hari Kamis tanggal 8 September 2016 oleh H. Mahdi

Soroinda Nasution, S.H., M.Hum., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua

Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H.,

dan H. Hamdi, S.H., M.Hum., Hakim-Hakim Agung, masing-masing sebagai

Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada

hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri oleh Anggota-anggota tersebut dan

Rafmiwan Murianeti, S.H., M.H., Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh para

pihak. .

Anggota-anggota, Ketua,

ttd. ttd.

I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H. H. Mahdi Soroinda Nasution, S.H., M.Hum.

ttd.

H. Hamdi, S.H., M.Hum.

Panitera Pengganti,

ttd.

Rafmiwan Murianeti, S.H., M.H.

Biaya-biaya:

1. Meterai : Rp 6.000,00

2. Redaksi : Rp 5.000,00

3. Administrasi Kasasi : Rp 489.000,00 +

Jumlah : Rp 500.000,00

Untuk SalinanMAHKAMAH AGUNG RI

a.n. PaniteraPanitera Muda Perdata Khusus

Rahmi Mulyati, SH.MH.NIP : 1959 1207 1985 12 2 002

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 1 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

P U T U S A NNomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus sengketa konsumen pada pemeriksaan

peninjauan kembali memutus sebagai berikut dalam perkara antara:

QATAR AIRWAYS Q.C.S.C., yang diwakili oleh Country Manager

Indonesia, Ravindra Goonetilleke, berkedudukan di Qatar Airways

Tower, Airport Road, PO Box 22550, Doha, Qatar, yang berkantor

perwakilan di Lantai 38 Suite 3802, Grand Indonesia, Jalan M.H

Thamrin Nomor 1, Jakarta Pusat, dalam hal ini memberikan kuasa

kepada Ivan F. Baely, S.H., LL.M., dan kawan-kawan, Para

Advokat, beralamat di Intiland Tower lantai 9, Jalan Jenderal

Sudirman 32, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

tanggal 9 Desember 2016;

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/Pemohon

Keberatan/Tergugat;

L a w a n

LEO MUALDY CHRISTOFFEL (KONSUMEN), bertempat tinggal di

Jalan Masjid Nomor 11, RT 002/RW 006, Kelurahan Pegadungan,

Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, dalam hal ini memberikan

kuasa kepada Sabam, S.H., dan kawan, Para Advokat, beralamat di

Graha 701, Jalan Danau Toba Nomor 151, Bendungan Hilir, Jakarta

Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 25 April 2017;

Termohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi/Termohon

Keberatan/Penggugat;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut, ternyata sekarang

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/

Tergugat telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan

Mahkamah Agung Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016, tanggal 8 September

2016, yang telah berkekuatan hukum tetap dalam perkaranya melawan

Termohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi/Termohon Keberatan/

Penggugat pada pokoknya sebagai berikut:

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon Kasasi/Pemohon

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 2 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

Keberatan telah mengajukan keberatan terhadap Putusan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015, tanggal 10

Desember 2015 yang amarnya sebagai berikut:

- Mengabulkan sebagian permohonan/gugatan konsumen;

- Kerugian ditanggung kedua belah pihak masing-masing 50% (lima puluh per

seratus);

- Menolak biaya hidup Konsumen, selama cuti 2 (dua) minggu di Jakarta

sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah);

- Mengabulkan jasa hukum pengacara sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh

juta rupiah);

- Menghukum Tergugat (Qatar Airways) membayar 50% dari kehilangan uang

sebesar 8,500.00 US Dolar, Rp3.200.000,00 dan 50 Swis Franc ditambah

jasa hukum pengacara sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);

Bahwa, terhadap amar Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

tersebut, Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan di depan persidangan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Pengajuan Keberatan dari Pemohon Keberatan Masih dalam Tenggang

Waktu yang Ditetapkan oleh Peraturan Perundang-undangan;

Bahwa putusan BPSK Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/

2015, diucapkan pada tanggal 10 Desember 2015;

Bahwa PSK Provinsi DKI Jakarta memberitahukan Putusan BPSK Provinsi

DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015 kepada Pemohon Keberatan

(Qatar Airways Q.C.S.C.) tanggal 28 Desember 2015; (terlampir);

Pemohon Keberatan telah memberitahukan penolakan terhadap Putusan

BPSK Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015, tanggal 10

Desember 2015 kepada BPSK Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan

Penolakan Putusan Arbitrase BPSK tanggal 4 Januari 2016 (terlampir);

Menurut ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor 1 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan

Terhadap Putusan Badan Penyelesaian Konsumen, bahwa keberatan

diajukan dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak Pelaku Usaha

atau Konsumen menerima Pemberitahuan putusan BPSK;

Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 41 ayat (3) Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 350/MPP/Kep/

12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen, bahwa Konsumen dan Pelaku Usaha yang menolak

putusan BPSK, dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 3 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak

keputusan BPSK diberitahukan;

Dari ketentuan perundang-undangan sebagaimana dikemukakan di atas,

waktu untuk mengajukan keberatan terhadap putusan BPSK yang diajukan

oleh Pemohon Keberatan masih dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh

perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, dari segi formalitas

pengajuan Keberatan terhadap putusan BPSK, upaya pengajuan keberatan

yang diajukan oleh Pemohon Keberatan pada tempatnya untuk dikabulkan;

2. Majelis Arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Provinsi DKI

Jakarta Tidak Menyebutkan Dasar Atau Alasan Untuk Mengabulkan

Permohonan/Gugatan dari Termohon Keberatan (Konsumen);

Majelis Arbitrase BPSK Provinsi DKI Jakarta dalam pertimbangan hukumnya

halaman 3 antara lain mengemukakan sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa maksud dan tujuan konsumen adalah sebagaimana

tersebut di atas;

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan pokok permohonan, majelis

arbitrase BPSK DKI Jakarta, selanjutnya disebut majelis, terlebih dahulu

harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Apakah BPSK DKI

Jakarta berwenang untuk memeriksa dan memutus permohonan konsumen

selaku Penggugat?;

Menurut Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen Pasal 52, salah satu tugas dan wewenang BPSK telah tegas

diatur secara limitative, yaitu:

a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsomuen

dengan cara mediasi atau konsiliasi atau Arbitrase.

b. …;

c. …;

d. … dst;

e. …;

f. …;

g. …;

h. …;

i. …;

j. …;

k. …;

l. …;

m. …;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 4 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

n. Menurut ketentuan pasal 1 angka 8 keputusan Memperindag: Nomor

350/MPP/Kep/12/2001 tentang Tugas dan wewenang BPSK, pengertian

sengketa konsumen adalah sengketa antara pelaku usaha dengan

konsumen;

Menimbang dan memperhatikan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen dan Undang Undang Nomor 30 Tahun

1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa serta Peraturan

perundang lainnya yang berkenaan dengan perkara ini;

Menimbang bahwa kewenangan BPSK dibatasi oleh undang-undang

hanya menyelesaikan sengketa berupa tuntutan materiil atau kerugian

secara langsung”;

Dari pertimbangan hukum putusan Majelis Arbitrase BPSK DKI Jakarta

sebagaimana dikutip di atas, tidak terlihat sama sekali alasan dari Majelis

Arbitrase BPSK DKI Jakarta untuk mengabulkan sebagian gugatan atau

permohonan dari Konsumen (Termohon Keberatan);

Dalam suatu putusan, seyogianyalah terlihat pertimbangan apa yang

dipergunakan oleh pihak sebagai acuan untuk sebelum sampai pada pendirian

untuk menerima atau menolak gugatan/permohonan. Di dalam setiap putusan,

yang penting bukan hanya amar putusan semata, akan tetapi yang juga tidak

kalah penting adalah dasar atau landasan dari amar tersebut;

Dalam jagad berpikir yang tertib, hal yang tidak pernah bisa diabaikan adalah

mengenai premis (landasan) yang menjadi dasar pengambilan keputusan.

Putusan tidak dapat diambil tanpa ada premis (pertimbangan) yang

mendasarinya. Memang dimungkinkan suatu putusan (kesimpulan) tanpa ada

pertimbangan. Namun putusan yang tidak disertai dengan pertimbangan yang

cukup, tentu tidak dapat dikategorikan sebagai putusan yang baik;

Dalam putusan BPSK DKI Jakarta, majelis arbitrase mengemukakan bahwa

mereka berwenang untuk mengadili perkara arbitrase. Soal apakah BPSK

berwenang untuk menangani atau sengketa konsumen, Pemohon Keberatan

tidak mempersoalkannya. Yang dipermasalahkan oleh Pemohon Keberatan

adalah pertimbangan untuk menerima sebagian gugatan atau permohonan

dari Termohon Keberatan. Majelis arbitrase juga tidak merujuk aturan atau

kepatutan mana yang mereka pergunakan sebagai titian untuk sampai pada

pendirian mengabulkan permintaan dari Termohon Keberatan;

Oleh karena BPSK DKI Provinsi DKI Jakarta tidak menyebutkan alasan

untuk mengabulkan tuntutan dari Termohon Keberatan, putusan dari BPSK

DKI Jakarta adalah putusan yang minim atau putusan yang tidak ada

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 5 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

pertimbangan. Sesuai dengan hukum, bahwa setiap putusan yang tidak ada

pertimbangan pada tempat untuk ditolak atau diabaikan seluruhnya;

3. Pemohon Keberatan Tidak Bertanggung Jawab Atas Hilangnya Barang

Bawaan Penumpang;

Mengenai tanggung jawab dari Pemohon Keberatan terhadap barang

bawaan dari penumpang selaku pengangkut hal ini diatur dalam Condition of

Carriage Section pada Article 9 point 12 (http://www.qatarairways.com/

global/en/conditions-of-carriage.page), yang berbunyi sebagai berikut:

Personal Belongings:

“We will not accept liability for damage to and or loss or destruction of any of

your personal property in consequence of your leaving it unattended in any

of our aircraft and or in any property, airport facilities or vehicles we use”;

Terjemahannya;

Ketentuan Tentang Barang Bawaan, Pasal 9 butir 12;

Barang pribadi:

"Kami tidak akan bertanggung jawab atas kerugian dan atau kehilangan atau

kerusakan dari setiap barang pribadi Anda karena Anda meninggalkannya

tanpa pengawasan di pesawat dan atau di properti kami, fasilitas bandara

atau kendaraan yang kami gunakan”;

Dari ketentuan mengenai barang bawaan penumpang sebagaimana

dikemukakan di atas, Pemohon Keberatan telah memberitahukan kepada

setiap dan seluruh penumpang untuk menjaga sendiri barang bawaannya

agar tidak hilang atau terhindar dari kerusakan;

Pemohon Keberatan sudah memberitahukan kepada setiap konsumennya

bahwa atas adanya kehilangan barang bawaan yang tidak termasuk ke

dalam bagasi terdaftar adalah tanggung jawab dari penumpang sendiri.

Dalam hal atau bilamana terjadi kehilangan atau kerusakan atas barang

bawaan selama dalam penerbangan, setiap penumpang (termasuk di

dalamnya Termohon Keberatan) tidak berhak untuk menuntut atau meminta

kerugian atas hilang, rusak atau bekurangnya barang bawaan terhadap

Pemohon Keberatan. Bila ingin barang bawaan mendapat ganti rugi apabila

hilang atau rusak, Pemohon Keberatan sudah memberitahukan kepada

penumpang agar barang dimasukkan ke dalam bagasi terdaftar;

Dengan rumusan atau ketentuan sebagaiman dikemukakan di atas, cukup

alasan untuk menolak seluruh tuntutan dari Termohon Keberatan atas

hilangnya barang milik Termohon Keberatan;

4. Peraturan dan Perundang-Undangan di Indonesia Dalam Bidang atau

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 6 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

Mengenai Penerbangan Tidak Memberi Hak Kepada Konsumen Untuk

Menuntut Ganti Rugi kepada Penerbangan Atas Hilang Atau Rusaknya

Barang Bawaan Penumpang;

a. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

Pasal 1 ayat 25 yang berbunyi sebagai berikut:

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada

dalam pengawasan penumpang sendiri”;

Pasal 143 yang berbunyi sebagai berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian karena hilang atau

rusaknya barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau

orang yang dipekerjakannya”;

b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara;

Pasal 1 ayat (9) Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011

berbunyi sebagai berikut:

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada

dalam pengawasan penumpang sendiri”;

Pasal 4 ayat (1) Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011

berbunyi sebagai berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau

rusaknya barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau

orang yang dipekerjakannya”;

Pasal 4 ayat (2) Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011

berbunyi sebagai berikut:

“Apabila pembuktian penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dapat diterima oleh pengangkut atau berdasarkan keputusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht) dinyatakan

bersalah, maka ganti kerugian ditetapkan setinggi-tingginya sebesar

kerugian nyata penumpang”;

Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011

tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara bahwa pengangkut hanya

bertanggung jawab terhadap bagasi tercatat, sedangkan terhadap bagasi

yang tidak tercatat adalah tanggung jawab dari penumpang sendiri;

Untuk lengkapnya adapun bunyi Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor: PM 77 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 7 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

adalah berbunyi sebagai berikut:

Pasal 5 ayat (1);

“Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami

kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 huruf c ditetapkan sebagai berikut:

a. Kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi

tercatat musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp200.000,00 (dua

ratus ribu per kg dan paling banyak Rp4.000.000 (empat juta rupiah)

per penumpang; dan;

b. Kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya,

bentuknya, ukuran dan merk bagasi tercatat”;

Pasal 5 ayat (2)

“Bagasi tercatat dianggap hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

apabila tidak diketemukan dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender

sejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di Bandar udara tujuan”;

Pasal 5 ayat (3);

“Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang atas

bagasi tercatat yang belum ditemukan dan belum dapat dinyatakan

hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebesar Rp200.000.00 (dua

ratus ribu) per hari paling lama 3 (tiga) hari kalender”;

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia tentang Penerbangan dan peraturan yang berlaku di Qatar

Airways (Pemohon Keberatan) bahwa pengangkut tidak bertanggung jawab

atas hilang atau rusaknya bagasi kabin. Yang bertanggung jawab atas

rusaknya bagasi kabin adalah penumpang sendiri (Termohon Keberatan),

bukan perusahaan pengangkutan (Pemohon Keberatan);

Dengan demikian, permintaan ganti rugi dari Termohon Keberatan yang

dikabulkan oleh Termohon Keberatan adalah tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang penerbangan. Pemohon Keberatan menolak

putusan BPSK DKI Jakarta mengenai tuntutan ganti rugi, karena tidak

mempunyai alasan yang cukup atau tidak mempunyai dasar hukum. Setiap

permohonan, permintaan atau tuntutan yang tidak ada alasan atau tidak ada

dasar hukumnya adalah pada tempatnya untuk ditolak atau tidak dikabulkan;

Sebagai analog atau sebagai perbandingan, Pemohon Keberatan dapat

mengemukakan bahwa dalam hal penumpang dalam bis kota, antar kota,

kereta api atau kapal laut misalnya, pengangkut atau pengusaha

pengangkutan tidak dapat dituntut untuk membayar ganti rugi atas hilangnya

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 8 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

barang bawaan penumpang di dalam bisa kota, antar kota, kereta atau kapal

api tersebut. Setiap kehilangan di dalam angkutan adalah tanggungan atau

tanggung jawab dari penumpang sendiri, bukan tanggung jawab dari supir

atau pengusaha angkutan;

Kalau untuk pengangkutan yang lain, bila penumpang kehilangan suatu

barang dalam perjalanan, penumpang tidak berhak untuk menuntut ganti

rugi terhadap angkutan, maka demi kesamaan perlakuan terhadap sesama

angkutan, maka tuntutan dari Termohon Keberatan pada tempatnya juga

ditolak seluruhnya;

5. Biaya Advokat Tidak Dapat Dibebankan oleh BPSK DKI Provinsi Jakarta

terhadap Pemohon Keberatan;

BPSK DKI Provinsi Jakarta dalam putusannya Mengabulkan jasa Hukum

Pengacara sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);

Tuntutan Termohon Keberatan agar Pemohon Keberatan membayar biaya

advokat dari Termohon Keberatan sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah) yang dikabulkan oleh BPSK DKI Jakarta jelas sudah menyalahi

hukum acara yang berlaku di Indonesia mengenai biaya jasa pengacara;

Dalam hukum acara perdata misalnya, berlaku suatu prinsip bahwa pihak

yang mempergunakan jasa pengacara, apakah itu sebagai penggugat

(pemohon) atau tergugat (termohon) harus bersedia untuk mengeluarkan

biaya untuk itu. Beracara dengan mempergunakan jasa advokat dalam

hukum pada prinsipnya adalah tidak gratis. Berani mempergunakan jasa

advokat, artinya harus berani mengeluarkan biaya untuk jasa advokat yang

dipergunakan. Demikian juga dalam sengketa konsumen ini, oleh karena

Termohon Keberatan sendiri yang berinsiatif untuk mengajukan tuntutan

ganti rugi, maka Termohon Keberatan harus bersedia mengeluarkan biaya

untuk membayar biaya advokat untuk mengajukan gugatan/permohonan

melalui BPSK DKI Provinsi DKI Jakarta;

Alasan sederhananya adalah, bahwa pihak yang mempergunakan jasa

pengacara/advokat untuk mengajukan gugatan/permohonan adalah

Termohon Keberatan sendiri. Oleh karena yang mempergunakan jasa

advokat adalah Termohon Keberatan maka yang berkewajiban untuk

membayar biaya advokat adalah Termohon Keberatan sendiri bukan

Pemohon Keberatan atau pihak lain;

Dalam hukum berlaku suatu asas, bahwa pihak yang telah mempergunakan

sesuatu atau telah menikmati sesuatu berkewajiban untuk memberikan biaya

atas apa yang telah dipergunakan atau dinikmatinya tersebut. Secara

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 9 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

sederhananya dapat dikemukakan kalau seorang makan di warung nasi

misalnya, maka yang berkewajiban untuk membayar makanan tersebut

adalah pihak yang makan tadi bukan pihak lain;

Karena yang mempergunakan jasa advokat dalam mengajukan gugatan/

permohonan melalui BPSK DKI Jakarta adalah Termohon Keberatan sendiri,

maka secara akal sehat yang berkewajiban untuk menanggung biaya

advokat adalah Termohon Keberatan bukan pihak lain. Tidak tepat dan tidak

beralasan bagi BPSK DKI Provinsi DKI Jakarta untuk menghukum Pemohon

Keberatan untuk membayar biaya advokat yang dipergunakan oleh

Termohon Keberatan menjadi kewajiban Pemohon Keberatan sekalipun itu

hanya sebagian dari tuntutan Termohon Keberatan;

Dalam hal ini, biaya advokat yang dipergunakan jasanya oleh Termohon

Keberatan tidak dapat ditimpakan kepada Pemohon Keberatan. Biaya

pengacara/advokat tidak termasuk biaya yang dapat dituntut. Hal ini jelas

diatur dalam Pasal 182 HIR. Di dalam Pasal 182 HIR ini ditentukan bahwa

yang termasuk biaya (ongkos) adalah bersifat limitatif, yaitu hanya untuk 6

macam. Dari ke enam macam biaya (ongkos), biaya pengacara/advokat

tidak termasuk di dalamnya. Karena biaya pengacara tidak termasuk biaya

dalam hukum acara perdata maka putusan BPSK Provinsi DKI Jakarta yang

menghukum Pemohon Keberatan untuk membayar biaya advokat dari

Termohon Keberatan harus ditolak seluruhnya;

Bahwa, berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon Keberatan

mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat agar memberikan putusan

sebagai berikut:

1. Mengabulkan keberatan dari Pemohon Keberatan untuk seluruhnya;

2. Membatalkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015, tanggal 10

Desember 2015 untuk seluruhnya;

3. Menolak tuntutan ganti rugi dari Termohon Keberatan (d/h. Pemohon) untuk

seluruhnya;

4. Menghukum Termohon Keberatan untuk membayar seluruh biaya yang

timbul dalam perkara ini;

Bahwa terhadap keberatan tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Barat

telah memberikan Putusan Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN Jkt. Brt, tanggal

23 Februari 2016, yang amarnya sebagai berikut:

Membatalkan Putusan BPSK Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015, tanggal

10 Desember 2015;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 10 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

Mengadili Sendiri:

1. Mengabulkan keberatan Pemohon Keberatan/Tergugat pada tingkat BPSK

khususnya terhadap biaya pengacara;

2. Menghukum Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK untuk

membayar sendiri biaya pengacaranya sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh

juta rupiah);

3. Menolak biaya hidup Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK

selama 2 (dua) minggu di Jakarta sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas

juta rupiah);

4. Menghukum Pemohon Keberatan/Tergugat pada tingkat BPSK untuk

mengganti rugi kepada Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK

sebesar 50% dari kehilangan uang sebesar 8,500.00 US Dollar, Rupiah

Rp3.200.000,00 dan 50 Swis Franc;

5. Menghukum Termohon Keberatan/Penggugat pada tingkat BPSK untuk

membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini sebesar

Rp616.000,00 (enam ratus enam belas ribu rupiah);

Bahwa, amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/

2016, tanggal 8 September 2016 adalah sebagai berikut:

1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi QATAR AIRWAYS

Q.C.S.C. tersebut;

2. Menghukum Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan untuk membayar biaya

perkara pada tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima

ratus ribu rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap tersebut, yaitu Putusan Mahkamah Agung Nomor 649 K/Pdt.Sus-

BPSK/2016, tanggal 8 September 2016, diberitahukan kepada Pemohon

Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat pada tanggal 14 November 2016,

kemudian terhadap putusan tersebut, Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/

Tergugat melalui kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 9

Desember 2016, mengajukan permohonan pemeriksaan peninjauan kembali

pada tanggal 16 Maret 2017, sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan

Peninjauan Kembali Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016 juncto Nomor 10/Pdt.

Sus/2016/PN Jkt. Brt, yang dibuat pada Panitera Muda Perdata Pengadilan

Negeri Jakarta Barat, permohonan tersebut disertai dengan memori peninjauan

kembali yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada

tanggal 16 Maret 2017 itu juga;

Bahwa alasan peninjauan kembali telah disampaikan kepada Termohon

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 11 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

Peninjauan Kembali pada tanggal 29 Maret 2017, kemudian Termohon Peninjauan

Kembali mengajukan jawaban alasan peninjauan kembali yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada tanggal 26 April 2017;

Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta

keberatan-keberatannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan

saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan

dalam undang-undang, oleh karena itu permohonan pemeriksaan peninjauan

kembali tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan

alasan-alasan peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Judex Juris Melakukan Suatu Kekhilafan Atau Kekeliruan Yang Nyata Karena

Mencampuradukkan Antara Kewajiban Hukum Dengan Kewajiban Moral;

Bahwa Judex Juris dalam pertimbangan hukumnya halaman 20-21 Putusan

antara lain mengemukakan hal berikut:

”Bahwa dalam kedudukannya selaku Pengusaha dalam hal ini selaku pemilik

pesawat angkutan udara, walaupun secara hukum tentang Pengakuan

[Pengangkutan: Sic] pengangkutan udara baik hukum Nasional maupun

Hukum Internasional dinyatakan Pengusaha tidak bertanggung jawab atas

kerugian karena kerusakan ataupun kehilangan barang yang diletakkan di

dalam Kabin pesawat, kecuali penumpang dapat membuktikan bahwa

kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan Pengangkut (Pengusaha) atau

oleh orang yang dipekerjakannya, kecuali terhadap barang-barang yang

ditempatkan pada bagasi atau yang disebut sebagai bagasi tercatat;

Bahwa dari kenyataan dan fakta di atas dalam hubungan timbal balik antara

hak dan kewajiban para pihak, kebebasan Pengusaha dari tanggung jawab

hukum tersebut tidak mutlak atau tidak dapat dipertahankan secara utuh

secara menyeluruh hilang atau tiada tanggung jawab hukum bagi

Pengusaha sama sekali, mengingat penerbangan tersebut berlangsung

dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu rata-rata di atas 2 (dua) jam

perjalanan lintas Negara atau benua, tanpa harus mewujudkan tanggung

jawab moral Pengusaha dalam memberi jaminan keamanan dalam bentuk

ketenangan dan kenyamanan kepada Konsumen (penumpang) dalam

tindakan Preventif berupa usaha penyediaan keamanan disekitar area kabin

penumpang dengan System Cabin Vidio System (SCMS) yang telah

diterapkan oleh beberapa maskapai penerbangan Internasional lainnya dan

atau dalam bentuk kunci kabin secara otomatis yang hanya dapat dibuka

atas bantuan cabin crew (awak kabin) dan atau setiap upaya yang dapat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 12 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

menjamin keamanan dan kenyamanan para penumpang (Konsumen) dan

barang bawaannya selama dalam penerbangan (any in flight surveillance

measures), dimana penggunaan system kamera keamanan di sekitar area

kabin penumpang pesawat diharapkan dapat meminimalisir tindak kejahatan

baik berupa pencurian barang (in flight theft… dan seterusnya)”;

Bahwa pelaku usaha (Pengusaha) dalam menjual dan/atau memberikan

jasanya kepada Konsumen harus mematuhi ketentuan perundang-undangan

di bidang usaha yang dijalankannya. Sepanjang peraturan perundang-

undangan sudah dipatuhi oleh pelaku usaha maka demi hukum tidak ada

lagi dasar bagi pihak lain untuk menuntut pertanggungjawaban dari pelaku

usaha yang bersangkutan. Pelaku usaha yang sudah patuh dan/atau tunduk

pada peraturan perundang-undangan baik secara nasional maupun

internasional, secara hukum haruslah dilindungi. Hukum harus memberikan

perlindungan terhadap pelaku usaha yang sudah menjalankan usahanya

sesuai dengan rambu-rambu hukum dari tuntutan pihak manapun juga.

Perlindungan hukum ini adalah demi untuk memberikan kepastian bagi

pelaku usaha untuk menjalankan usahanya;

Di dalam setiap peraturan perundang-undangan, hak dan kewajiban setiap

pihak yang terlibat atau berkepentingan selalu melekat terhadap peraturan

perundang-undangan di bidang konsumen tersebut. Hal yang sama berlaku

juga dalam hubungan antara pelaku usaha selaku penyedia barang dan/atau

jasa dengan konsumen selaku pihak yang membutuhkan/membeli barang

dan/atau jasa. Hal-hal yang merupakan hak dari konsumen merupakan

kewajiban bagi pelaku usaha, sedangkan apa yang merupakan hak dari

pelaku usaha merupakan kewajiban bagi konsumen. Hubungan antara

pelaku usaha dengan konsumen adalah hubungan timbal balik yang saling

membutuhkan. Pelaku usaha tidak akan dapat eksis bilamana tidak ada

konsumen yang bersedia untuk membeli barang dan/atau jasa yang

diproduksi pelaku usaha. Sebaliknya, konsumen juga tidak akan dapat

memenuhi kebutuhannya bila tidak ada pelaku usaha atau produsen yang

bersedia untuk memproduksi barang dan/atau jasa;

Oleh karena hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen sudah diatur

dalam peraturan perundang-undangan maka soal hubungan antara produsen

dengan konsumen tidak lagi tepat untuk dipersoalkan ketika penyelesaian

sengketa sudah masuk ke ranah pengadilan. Tugas pengadilan bukan untuk

mempertimbangkan soal tanggung jawab moral. Yang perlu dipertimbangkan

oleh lembaga yudisial adalah ketentuan perundang-undangan yang menjadi

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 13 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

landasan hubungan hukum produsen dan konsumen. Tugas pengadilan

adalah menerapkan ketentuan dari peraturan perundang-undangan terhadap

kasus-kasus konkrit yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa untuk

diputuskan sesuai dengan hukum yang berlaku dalam kasus ini terhadap

hubungan produsen dengan konsumen;

Perbedaan antara hukum dan moral adalah penting dipahami dalam

mempelajari hukum dan bisnis karena pelaku usaha sepatutnya selalu

menggunakan hukum sebagai standar dari tindakan-tindakan bisnis maupun

sosial mereka;

Mengenai etika dalam bisnis, Pemohon Peninjauan Kembali merujuk pada

pendapat Carr dalam tulisannya yang berjudul “Is Business Bluffing Ethical”,

Harvard Business Review (January-February 1968, hal. 148, dalam Mark E.

Roszkowski, Business Law – Principles, Case and Policy, (Urbana: Harper

Collin Publisher, 1989) hal. 6, yang menjelaskan hal berikut:

“We broke no law. We are in highly competitive industry. If we are going to

stay in business, we have to look for profit wherever the law permits. We

don’t make the laws. We obey them. Then why we do we have to put up with

this “holier than thou” talk about ethics? It is sheer hypocrisy. We are not in

business to promise ethics … If the ethics aren’t embodied in the laws by the

men who made them, you can’t expect businessmen to fill the lack”;

Terjemahannya adalah sebagai berikut:

“Kami tidak melanggar hukum. Kami berada dalam dunia industri yang

sangat kompetitif. Jika kami ingin bertahan dalam dunia bisnis, kami akan

berusaha untuk mendapatkan untung sepanjang diperbolehkan oleh hukum.

Kami tidak membuat hukum. Kami (pelaku usaha) tunduk pada hukum.

Selanjutnya mengapa kami harus menempatkan hukum adalah “lebih suci

dari anda” ketika berbicara tentang etika? Ini nampaknya seperti hipokrit.

Kami pelaku bisnis (pelaku usaha) tidak bertujuan untuk mempromosikan

etika. … Jika etika tidak tercakup atau tercantum dalam hukum yang dibuat

oleh pembuatnya, anda tidak dapat mengharapkan pelaku usaha untuk

mengisi kekosongan etika tersebut”;

Dari kutipan di atas, terlihat dengan jelas penegakkan etika dalam dunia bisnis

bukan merupakan tugas pelaku usaha untuk mewujudkannya sepanjang

tindakan bisnisnya sudah mengacu pada ketentuan peraturan perundang-

undangan. Yang bertugas untuk membuat agar etika melekat di dalam

peraturan perundang-undangan adalah para legislator atau pembuat peraturan.

Apabila di dalam ketentuan hukum tidak tercantum soal pertanggungjawaban

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 14 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

moral, pelaku usaha tidak memiliki kewajiban dan tidak bisa dipaksa oleh

pengadilan untuk mengisi kekosongannya. Jika terjadi kekosongan etika di

dalam sebuah peraturan perundang-undangan maka hal tersebut harus

dikembalikan kepada pembuat peraturannya dan bukan meminta pelaku usaha

untuk menutupi kekosongannya karena pelaku usaha hanya melakukan bisnis

dengan mengacu kepada ketentuan perundang-undangan semata;

Dengan kata lain, penegakan etika bukanlah tanggung jawab pelaku usaha

tetapi merupakan tugas negara untuk menuangkannya dalam peraturan

perundang-undangan. Para pelaku usaha hanya bergerak dalam ruang

gerak yang ditetapkan oleh penguasa berdasarkan peraturan perundang-

undangan. Selama pelaku usaha melakukan bisnisnya dalam koridor yang

dibangun berdasarkan peraturan perundang-undangan maka para pelaku

usaha memiliki hak dan tanggungjawab yang jelas dan limitatif dalam

melakukan aktivitasnya. Apabila ternyata dalam koridor hukum yang

membatasi hak dan kewajiban pelaku usaha tersebut terdapat hal yang

belum diatur atau masih ada kekurangan maka yang bertugas untuk

merumuskan hal tersebut adalah otoritas yang bertanggung jawab untuk itu

bukan para pelaku bisnis;

Dari uraian di atas, pertimbangan Judex Juris yang hendak memaksakan

kewajiban moral kepada Pemohon Peninjauan Kembali jelas merupakan hal

yang keliru dan tidak tepat. Pemaksaan standar moral untuk

dicampuradukkan dalam koridor hukum positif yang dianut di Indonesia

merupakan pertimbangan yang sangat keliru, penegakan kaidah moral kurang

tepat apabila dilaksanakan melalui proses litigasi di pengadilan akan tetapi

lebih tepat melalui jalur di luar pengadilan. Oleh karena penyelesaian

sengketa konsumen tidak dapat diselesaikan menurut kaidah-kaidah moral di

luar pengadilan maka dari itu Pemohon Peninjauan Kembali beserta

Termohon Peninjauan Kembali membawa persoalan ini untuk ditimbang dan

diputus pengadilan berdasarkan kaidah hukum yang berlaku dalam hubungan

antara pelaku usaha dengan konsumen bukan berdasarkan kaidah moral.

Penegakan kaidah etika atau moral, sarana atau tempatnya bukan melalui

pengadilan akan tetapi adalah lewat Dewan Kehormatan Etika yang berlaku

terhadap pengusaha tersebut dan bukan melalui Pengadilan Negeri;

Oleh karena itu, alasan moral yang dipergunakan oleh Judex Juris untuk

mempertimbangkan dan menolak memori kasasi yang diajukan oleh

Pemohon Peninjauan Kembali adalah alasan yang keliru atau kekhilafan

yang nyata. Sesuai dengan fungsi dan tugas Judex Juris dalam tingkat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 15 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

kasasi, salah satunya adalah untuk menilai apakah sudah benar atau tidak

benar penerapan hukum yang dipergunakan oleh Judex Facti. Oleh karena

itu, yang harus dijadikan dasar oleh Majelis Hakim Agung pada tingkat

kasasi dalam memutus perkara adalah soal ketentuan hukum bukan

berdasarkan standar moral;

Bahwa selanjutnya mengenai keamanan harta benda penumpang, Pemohon

Peninjauan Kembali sudah menyediakan fasilitas bagi setiap penumpang.

Bagi penumpang yang hendak mendapatkan pengamanan yang lebih

terjamin dipersilahkan untuk mencatatkan bagasinya kepada maskapai

penerbangan. Harga tiket yang dijual oleh Pemohon Peninjauan Kembali

belum termasuk biaya untuk bagasi yang tercatat. Harga tiket hanya ongkos

untuk biaya perjalanan dan makanan, tidak termasuk untuk keselamatan

barang dan atau jasa. Bila penumpang ingin mendapatkan pengamanan

yang lebih, Pemohon Peninjauan Kembali sudah menyediakan fasilitas bagi

setiap penumpang yang ingin mendapatkan keamanan lebih melalui fasilitas

bagasi tercatat. Tentu dengan konsekuensi bagi penumpang yang hendak

mempergunakan fasilitas bagasi tercatat harus bersedia untuk membayar

biaya tambahan yang diperuntukkan untuk itu;

Dengan adanya pemberitahuan dari Pemohon Peninjauan Kembali di atas, hal

ini membuktikan bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah memberitahukan

hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap penumpang untuk melindungi

barang bawaannya selama dalam penerbangan. Oleh karena itu, Pemohon

Peninjauan Kembali sudah melakukan kewajibannya selaku pelaku usaha

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaku usaha

sudah menawarkan kepada penumpang fasilitas agar barang bawaannya dapat

disimpan dengan aman sampai ke daerah tujuan penerbangan;

Sebagai perbandingan, Pemohon Peninjauan Kembali mencontohkan

mengenai tanggung jawab pengangkut lain yang tidak bertanggung jawab

atas hilangnya barang yang ada dalam kekuasaan penumpang selama

dalam perjalanan. Hal ini berlaku untuk pengangkutan pada angkutan umum

seperti bus, mikrolet, metro mini, kereta api dan angkutan laut. Pihak

pengangkut tidak mempunyai kewajiban untuk membayar ganti rugi terhadap

penumpang atas hilangnya barang bawaan penumpang pada saat

menggunakan moda angkutan ini. Pertanggungjawaban atas barang milik

penumpang berada pada penumpang yang bersangkutan bukan pada

perusahaan pengangkutan. Tidak realistis dan merupakan beban berat

apabila perusahaan pengangkut harus menjamin setiap barang yang dibawa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 16 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

oleh pengangkut padahal sudah jelas bahwa jasa utama yang disediakan

adalah pada pengangkutan saja. Perusahaan pengangkut juga bukan

perusahaan penitipan barang. Oleh sebab itu, merupakan hal yang lazim

dikemukakan oleh kru pengangkut agar penumpang selalu menjaga barang

bawaannya supaya tidak berpindah tangan atau tertinggal di pesawat.

Pengangkut tidak bertanggung jawab atas hilangnya bagasi penumpang

yang tidak tercatat selama dalam perjalanan;

Sebuah analogi yang sederhana dapat dilihat pada salah satu angkutan

umum yang memiliki risiko kehilangan barang cukup tinggi seperti bus, apabila

terjadi pencurian atau terdapat barang yang tertinggal karena kelalaian

penumpang dan kemudian hilang pada saat penumpang menggunakan

angkutan umum tersebut, apakah perusahaan pengangkutan memiliki

kewajiban untuk memberi ganti rugi terhadap kehilangan tersebut? Apabila

iya maka sudah banyak perkara seperti ini yang akan bergulir di pengadilan

tetapi kenyataannya tidak demikian;

Oleh karena angkutan atau moda yang lain tidak ada kewajiban pengangkut

untuk menanggung kerugian atas hilangnya barang bawaan penumpang

maka atas nama kepastian hukum dan keadilan persyaratan yang sama

sepatutnya berlaku juga terhadap Pemohon Peninjauan Kembali selaku

pengangkut. Setiap pengangkut harus diperlakukan sama dalam hal

tanggung jawab atas hilangnya barang bawaan penumpang selama dalam

perjalanan. Sudah sepatutnya yang bertanggung jawab atas hilangnya

barang bawaan penumpang adalah penumpang sendiri sebagaimana

berlaku terhadap moda angkutan yang lain. Tidak pada tempatnya Pemohon

Peninjauan Kembali sebagai pengangkut berkewajiban untuk menanggung

kerugian atas hilangnya barang bawaan Termohon Peninjauan Kembali,

sementara kewajiban untuk menanggung kerugian tersebut tidak berlaku

bagi penumpang darat dan laut;

Dengan alasan dan pertimbangan hukum sebagaimana dikemukakan di atas

maka cukup alasan bagi Majelis Hakim untuk menerima Permohonan

Peninjauan Kembali dan Memori Peninjauan Kembali dari Pemohon

Peninjauan Kembali dan sekaligus membatalkan Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016, tanggal 8 September

2016 juncto Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 10/Pdt.Sus-

BPSK/2016/PN Jkt. Brt, tanggal 23 Februari 2016 juncto Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa (BPSK) Provinsi DKI Jakarta Nomor 006/A/BPSK-

DKI/XII/2015, tanggal 10 Desember 2015;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 17 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

2. Pemohon Peninjauan Kembali Tidak Mempunyai Tanggung Jawab Melebihi

Tanggung Jawab Yang Diatur Dalam Ketentuan Perundang-Undangan Di

Bidang Pengangkutan Udara;

Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali sudah mematuhi ketentuan perundang-

undangan di bidang pengangkutan udara baik nasional maupun internasional.

Seluruh kewajiban dari pengangkutan udara sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan tersebut sudah dipenuhi oleh Pemohon

Peninjauan Kembali pada saat mengangkut Termohon Peninjauan Kembali dari

Swiss ke Jakarta. Sedangkan semua ketentuan mengenai pengangkutan udara

tidak ada satupun yang mengharuskan Pemohon Peninjauan Kembali untuk

bertanggung jawab atas hilangnya barang bawaan penumpang;

Mengenai tanggung jawab Pemohon Peninjauan Kembali selaku pengangkut

barang terhadap barang bawaan dari penumpang, hal ini diatur dalam

Condition of Carriage Section pada Article 9 point 12 (http://www.

qatarairways.com/global/en/conditions-of-carriage.page), yang berbunyi

sebagai berikut:

Personal Belongings:

“We will not accept liability for damage to and or loss or destruction of any of

your personal property in consequence of your leaving it unattended in any

of our aircraft and or in any property, airport facilities or vehicles we use”;

Terjemahannya;

Ketentuan Tentang Barang Bawaan, Pasal 9 butir 12;

Barang pribadi:

"Kami tidak akan bertanggung jawab atas kerugian dan atau kehilangan atau

kerusakan dari setiap barang pribadi Anda karena Anda meninggalkannya

tanpa pengawasan di pesawat dan atau di properti kami, fasilitas bandara

atau kendaraan yang kami gunakan”;

Selanjutnya menurut Pasal 1 ayat 25 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009

tentang Penerbangan:

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada

dalam pengawasan penumpang sendiri”;

Kemudian Pasal 143 yang berbunyi sebagai berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian karena hilang atau

rusaknya barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang

yang dipekerjakannya”;

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 18 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara;

Pasal 1 ayat (9) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011

berbunyi sebagai berikut:

“Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada

dalam pengawasan penumpang sendiri”;

Pasal 4 ayat (1) Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 berbunyi

sebagai berikut:

“Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau

rusaknya barang kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang

yang dipekerjakannya”;

Pasal 4 ayat (2) Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 berbunyi

sebagai berikut:

“Apabila pembuktian penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dapat diterima oleh pengangkut atau berdasarkan keputusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht) dinyatakan

bersalah, maka ganti kerugian ditetapkan setinggi-tingginya sebesar

kerugian nyata penumpang”;

Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Udara bahwa pengangkut hanya bertanggung

jawab terhadap bagasi tercatat, sedangkan terhadap bagasi yang tidak

tercatat adalah tanggung jawab dari penumpang sendiri;

Untuk lengkapnya, Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77

Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara adalah berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 5 ayat (1);

“Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami kehilangan,

musnah atau rusaknya bagasi tercatat sebagaimana dimaksud dalam pasal

2 huruf c ditetapkan sebagai berikut:

a. Kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi tercatat

musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu

per kg dan paling banyak Rp4.000.000 (empat juta rupiah) per penumpang;

dan;

b. Kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya,

bentuknya, ukuran dan merk bagasi tercatat”;

Pasal 5 ayat (2);

“Bagasi tercatat dianggap hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 19 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

apabila tidak diketemukan dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak

tanggal dan jam kedatangan penumpang di Bandar udara tujuan”;

Pasal 5 ayat (3);

“Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang atas

bagasi tercatat yang belum ditemukan dan belum dapat dinyatakan hilang

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebesar Rp200.000.00 (dua ratus

ribu) per hari paling lama 3 (tiga) hari kalender”;

Berdasarkan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan nasional

maupun internasional di bidang penerbangan, baik yang berlaku di Qatar

Airways (Pemohon Peninjauan Kembali) maupun hukum nasional Indonesia

mengenai penerbangan diatur secara tegas bahwa pengangkut tidak

bertanggung jawab atas hilang atau rusaknya bagasi kabin penumpang

(Termohon Peninjauan Kembali). Pihak yang bertanggung jawab atas

hilangnya atau rusaknya bagasi kabin adalah penumpang sendiri (Termohon

Peninjauan Kembali) bukan perusahaan pengangkutan (Pemohon

Peninjauan Kembali);

Dengan demikian, putusan dari Majelis Hakim yang menghukum Pemohon

Peninjauan Kembali untuk membayar ganti rugi kepada Termohon Peninjauan

Kembali adalah sebuah kekeliruan dalam penerapan hukum di bidang

hukum di bidang penerbangan. Nyata bahwa Pemohon Peninjauan Kembali

selaku pengangkut penumpang tidak bertanggung jawab atas hilangnya

bagasi kabin dari Termohon Peninjauan Kembali. Tidak ada ketentuan hukum

dan/atau peraturan perundang-undangan penerbangan yang membebankan

tanggung jawab kepada Pemohon Peninjauan Kembali dalam hal

penumpang (Termohon Peninjauan Kembali) kehilangan bagasi kabin.

Kehilangan bagasi kabin dari penumpang sepenuhnya adalah tanggung

jawab dari penumpang sendiri;

Pemohon Peninjauan Kembali menolak putusan Majelis Hakim Agung

Mahkamah Agung Republik Indonesia yang membenarkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat juncto putusan BPSK DKI Jakarta yang

menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar ganti rugi kepada Termohon

Peninjauan Kembali karena putusan tersebut tidak mempunyai alasan atau

bertentangan dengan hukum pengangkutan/penerbangan. Hukum dan

peraturan tidak ada yang menentukan, bahwa perusahaan penerbangan

akan menanggung ganti rugi dalam hal terjadi kehilangan atas bagasi kabin

milik penumpang (konsumen);

Bagi Pemohon Peninjauan Kembali pertimbangan Judex Juris agar

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 20 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

melakukan upaya berupa penyediaan keamanan di sekitar area cabin

penumpang dengan System Cabin Video System (SCMS) yang telah

diterapkan oleh beberapa maskapai penerbangan Internasional lainnya

dan atau dalam bentuk kunci kabin secara otomatis yang hanya dapat

dibuka atas bantuan Cabin Crew (awak kanin) dan atau setiap upaya

yang dapat menjamin keamanan dan kenyamanan para penumpang

(konsumen) dan barang bawaannya selama dalam penerbangan (any in

flight surveilance measures) akan dipenuhi bila memang hal tersebut

sudah diatur dalam ketentuan hukum pengangkutan udara baik yang

berlaku secara nasional maupun secara internasional. Menurut

pengetahuan dan pengalaman Pemohon Peninjauan Kembali, hingga saat

ini pertimbangan hukum dari Judex Juris belum merupakan suatu

kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jadi selama

belum diatur dalam peraturan perundang-undangan maka tidak ada dasar

bagi Judex Juris untuk membebankan kepada Pemohon Peninjauan

Kembali kewajiban yang melebihi ketentuan perundang-undangan;

Dengan demikian putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia yang

menguatkan putusan majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang

menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar ganti rugi

kepada Termohon Peninjauan Kembali adalah kekeliruan yang nyata

mengenai hukum penerbangan/pengangkutan udara. Oleh karena itu,

permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali sudah

sepatutnya dikabulkan dan selanjutnya pada fungsinya untuk membatalkan

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 649 K/Pdt.Sus-

BPSK/2016, tanggal 8 September 2016 juncto Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Barat Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN Jkt. Brt, tanggal 23 Februari

2016 juncto Putusan Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK) Provinsi DKI

Jakarta Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015, tanggal 10 Desember 2015;

3. Judex Juris Melakukan Kekeliruan Dalam Menerapkan Hukum Pembuktian

Karena Termohon Peninjauan Kembali Tidak Mampu Membuktikan Dalilnya;

Pasal 1865 Kitab Undang Undang Hukum Perdata berbunyi sebagai berikut:

”Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau

guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain,

menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau

peristiwa itu”;

Selanjutnya Pasal 163 HIR (Hukum Acara Perdata) menentukan bahwa

barang siapa yang mengatakan mempunyai barang sesuatu hak atau

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 21 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

menyebutkan sesuatu kejadian untuk meneguhkan haknya itu atau untuk

membantah hak orang lain maka orang itu harus membuktikan adanya hak

itu atau adanya kejadian itu;

Ketentuan dalam Pasal 1865 Kitab Undang Undang Hukum Perdata

dan/atau HIR mengatur mengenai beban pembuktian. Beban pembuktian

berada pada pundak pihak yang mendalilkan hak. Hukum perdata dan

hukum acara perdata menentukan bahwa pihak yang mendalilkan memiliki

hak atas sesuatu mempunyai kewajiban untuk membuktikan dalilnya;

Dalam perkara ini, sejak penanganan perkara di Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Jakarta, maupun di Pengadilan Negeri

Jakarta Barat, serta pemeriksaan di tingkat Kasasi dan bahkan sampai

Memori Peninjauan Kembali ini dibuat, Termohon Peninjauan Kembali

mutlak tidak mampu membuktikan bahwa dirinya benar membawa uang

sebesar 8,500.00 US Dolar, Rp3.200.000,00 dan 50 Swiss Franc di pesawat

Qatar Airways dan mutlak tidak mampu membuktikan kehilangan uang

sebesar 8,500.00 US Dolar, Rp3.200.000,00 dan 50 Swiss Franc di pesawat

Qatar Airways. Tidak ada bukti, baik itu berupa surat atau saksi yang

mendukung dalil Termohon Peninjauan Kembali Kasasi mengenai hilangnya

uang sebesar 8,500.00 US Dolar, Rp3.200.000,00 dan 50 Swiss Franc di

pesawat Qatar (Pemohon Peninjauan Kembali) tersebut karena Termohon

Peninjauan Kembali tidak dapat membuktikan bahwa Termohon Peninjauan

Kembali sesungguhnya benar membawa uang sebesar 8,500.00 US Dolar,

Rupiah Rp3.200.000,00 dan 50 Swiss Franc.

Oleh karena Termohon Peninjauan Kembali tidak berhasil membuktikan

kehilangan uang kehilangan uang sebesar 8,500.00 US Dolar,

Rp3.200.000,00 dan 50 Swiss Franc di dalam pesawat Qatar Airways

Mahkamah Agung yang membenarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat yang mengabulkan gugatan ganti rugi dari Termohon Peninjauan

Kembali adalah kekeliruan yang nyata mengenai pembuktian. Majelis Hakim

telah mengabulkan tuntutan yang tidak disertai dengan bukti. Kekeliruan

Judex Juris di sini adalah nyata yaitu mengambil keputusan dari sesuatu

yang tidak memiliki bukti dan dasar pasti;

Berdasarkan putusan BPSK, Pengadilan Negeri Jakarta Barat maupun

dalam putusan Mahkamah Agung, Termohon Peninjauan Kembali tidak

pernah mampu membuktikan uang yang hilang dalam penerbangan

tersebut. Tidak ada satupun bukti yang menunjukkan bahwa Termohon

Peninjauan Kembali betul kehilangan uang sebesar 8,500.00 US Dolar,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 22 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

Rp3.200.000,00 dan 50 Swiss Franc dalam masa penerbangan. Padahal

untuk mengabulkan tuntutan ganti rugi atas kehilangan barang haruslah

didasarkan pada bukti yang cukup untuk itu. Tanpa adanya bukti mengenai

kehilangan maka tidak ada alasan untuk mengabulkan ganti rugi tersebut;

Dengan gagalnya Termohon Peninjauan Kembali membuktikan mengenai

kebenaran atas kehilangan uang di pesawat Qatar Airways (Pemohon

Peninjauan Kembali) maka sudah cukup alasan bagi Majelis Hakim Agung

pada Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk membatalkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat juncto BPSK DKI Jakarta mengenai

pembayaran ganti rugi oleh Pemohon Peninjauan Kembali kepada

Termohon Peninjauan Kembali;

Oleh sebab itu, putusan Mahkamah Agung yang membenarkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat adalah sebuah kekeliruan yang nyata

dalam mengabulkan tuntutan ganti rugi tanpa ada bukti yang

mendukungnya. Dengan alasan itu, sudah cukup alasan bagi Hakim Agung

pada tingkat Peninjauan Kembali untuk mengabulkan Peninjauan Kembali

dari Pemohon Peninjauan Kembali dan sekaligus membatalkan putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

tanggal 8 September 2016 juncto Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN Jkt. Brt, tanggal 23 Februari 2016 juncto

Putusan Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK) Provinsi DKI Jakarta Nomor

006/A/BPSK-DKI/XII/2015, tanggal 10 Desember 2015;

4. Judex Juris Melakukan Kekeliruan Dalam Menerapkan Ketentuan Mengenai

Precautionary Principle Dalam Memutus Perkara Sengketa Konsumen;

Judex Juris dalam Putusannya pada halaman 21 antara lain mengemukakan

sebagai berikut:

“…begitu pula in casu tidak ada upaya sama sekali dari Pengusaha untuk

menginformasikan kepada Para Penumpang bahwa dalam penerbangan a

quo untuk berhati-hati berkaitan dengan barang-barang yang dibawa karena

sebelumnya sudah pernah terjadi kasus serupa (to be alert/precautionary

principle), sehingga dari fakta tersebut dapat dinyatakan bahwa kesalahan

tersebut juga merupakan tanggung jawab Pengusaha dalam perkara a quo”;

Bahwa soal precautionary principle adalah suatu istilah yang berlaku dalam

hukum lingkungan. Hal ini dengan jelas diatur dalam Deklarasi Rio de

Jainero Tahun 1992. Pasal 15 berbunyi sebagai berikut:

“In order to protect the environment, the precautionary approach shall be

widely applied by States according to their capabilities. Where there are

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 23 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

threats of serious or irreversible damage, lack of full scientific certainty shall

be not used as a reason for postponing cost-effective measures to prevent

environmental degradation";

Terjemahan bebasnya adalah:

“Dalam rangka untuk melindungi lingkungan, precautionary approach

(pendekatan kehati-hatian) harus diterapkan secara luas oleh negara-negara

berdasarkan kemampuan mereka masing-masing. Ketika ada terdapat

sejumlah ancaman serius atau kerusakan yang tidak dapat diperbaiki,

kelangkaan secara penuh mengenai kepastian secara ilmiah tidak akan

dipergunakan sebagai sebuah alasan untuk menunda pengukuran biaya

yang efektif untuk mencegah penurunan lingkungan”;

“The precautionary principle is essence, the notion that lack of full scientific

certainty should not prevent or delay action to protect the environment from

harm or prospective harm. It is an extension of the causes and

consequences of the environmental peril in question are imperpectly

understood”. (Lihat: David Wilkinso, Environment and Law: Routledge

Introduction to Environment Series, (London and New York: Routledge,

2002), hal. 111;

Terjemahan bebasnya:

“precautionary principle adalah inti, gagasan bahwa kekurangan kepastian

secara ilmiah tidak seharusnya mencegah atau memperlambat tindakan

untuk melindungi lingkungan dari bahaya atau kemungkinan bahaya, Dalam

cakupan yang lebih luas, pencegahan harus diterapkan sekalipun antara

sebab dan akibat dari bahaya lingkungan yang dipersoalkan tidak dapat

dimengerti secara sempurna”;

Berdasarkan rumusan di atas akan nampak bahwa ketika sebuah aktivitas

yang menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap lingkungan hidup,

prinsip kehati-hatian harus diterapkan sekalipun hubungan sebab akibat tidak

dapat dibuktikan secara ilmiah. Yang dilihat adalah apa dampak dari sebuah

aktivitas terhadap kerusakan lingkungan hidup. Yang lebih menjadi bahan

perhatian adalah akibat dari kegiatan terhadap kelestarian lingkungan;

Karena precautionary principle adalah prinsip yang berlaku dan dikenal

dalam hukum lingkungan maka pertimbangan Judex Juris yang

memasukkan precautionary principle sebagai prinsip dalam hukum

lingkungan ke dalam persoalan hukum konsumen adalah kekeliruan dalam

memutuskan perkara hukum perlindungan konsumen. Seyogianya, prinsip

yang menjadi dasar pertimbangan Judex Juris untuk mempertimbangkan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 24 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

persoalan dalam hukum konsumen adalah prinsip-prinsip yang dikenal atau

diakui dalam hukum perlindungan konsumen, bukan dalam hukum

lingkungan. Tindakan Judex Juris yang mempergunakan precautionary

principle sebagai dasar untuk mempertimbangkan dan memutus perkara

konsumen adalah kekeliruan yang sangat nyata dan salah tempat;

Terlepas dari tujuan dari penggunaan precautionary principle, di sisi lain para

ahli hukum dan ekonomi berpendapat bahwa paling tidak ada 2 (dua) alasan

untuk meragukan kegunaan dari precautionary principle. Pertama adalah,

precautionary principle tidak mempunyai pembenaran (justifikasi) secara

ekonomi. Implementasi dari precautionary principle bisa jadi membutuhkan

biaya eksesif yang jauh lebih besar dari biaya yang diperlukan untuk

mengadakan pencegahan. Kedua, precautionary principle dipicu oleh

irrasionalitas dan ini akan memunculkan kebijakan yang tidak rasional. Hal ini

menyebabkan bisa jadi akan menyebabkan pengambilan kebijakan terlampau

banyak menekankan pada pendapat publik tentang sebuah risiko tertentu, di

mana kemungkinan akan didasarkan pada ketakutan yang tidak rasional.

Lihat, M.R.A.G. Wibisana, Law and Economic Analysis of the Precautionary

Principle, (Maastricht, Universitaire Pers Maastricht, 2008), hal. 9-10.;

Precautionary principle secara teori masih ada keberatan dari para ahli

hukum dan ekonomi. Oleh karena masih mengundang perdebatan mengenai

kemanfaatannya, dengan demikian pertimbangan dari Judex Juris yang

meminta agar Pemohon Kasasi menerapkan prinsip precautionary principle

dalam persoalan hukum mengenai hubungan produsen dan adalah

pertimbangan yang tidak tepat. Ketika kemanfaatan dari sebuah kebijakan

belum jelas mengenai besarnya biaya untuk menerapkan prinsip

precautionary principle tidak sebanding dengan manfaat yang akan

diperoleh, dalam keadaan yang sedemikian rupa maka penggunaan dari

precautionary principle menjadi tidak relevan untuk dijadikan sebagai dasar

dalam mempertimbangkan dan memutus perkara. Pertimbangan dari Judex

Juris dalam perkara kasasi a quo pada tempatnya untuk dibatalkan;

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut,

Mahkamah Agung berpendapat:

Bahwa alasan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti

secara seksama alasan-alasan peninjauan kembali tanggal 16 Maret 2017 dan

jawaban alasan-alasan peninjauan kembali tanggal 26 April 2017 dihubungkan

dengan pertimbangan Judex Juris/Judex Facti, ternyata ditemukan suatu

kekhilafan Hakim dan suatu kekeliruan nyata baik dalam pertimbangan maupun

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 25 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

putusan Judex Juris, dengan pertimbangan sebagai berikut:

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (25) Undang Undang Nomor

1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, ditentukan bahwa, “Bagasi kabin adalah

barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam pengawasan

penumpang sendiri”;

Bahwa kemudian Pasal 143 mengatur pula, bahwa “Pengangkutan tidak

bertanggungjawab atas kerugian karena hilang atau rusaknya barang kabin,

kecuali apabila penumpang dapat membuktikan, bahwa kerugian tersebut

disebabkan oleh tindakan pengangkutan atau orang yang diperkerjakan;

Bahwa Mahkamah Agung tidak menemukan bukti hilangnya barang kabin

milik Penggugat tersebut disebabkan tindakan pengangkut atau orang yang

diperkerjakan padanya, sehingga dengan demikian gugatan Penggugat

haruslah ditolak;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah

Agung berpendapat, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan

peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali QATAR

AIRWAYS Q.C.S.C., tersebut dan membatalkan Putusan Mahkamah Agung

Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016, tanggal 8 September 2016, selanjutnya

Mahkamah Agung akan mengadili kembali perkara ini dengan amar sebagaimana

akan disebutkan di bawah ini;

Menimbang, bahwa karena permohonan peninjauan kembali dari

Pemohon Peninjauan Kembali dikabulkan, maka Termohon Peninjauan Kembali

dihukum untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan

kembali;

Memperhatikan, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang

Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor 3

Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

M E N G A D I L I:

- Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan

Kembali QATAR AIRWAYS Q.C.S.C., tersebut;

- Membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 649 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

tanggal 8 September 2016 juncto Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

Nomor 10/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN Jkt. Brt, tanggal 23 Februari 2016 juncto

Putusan BPSK Nomor 006/A/BPSK-DKI/XII/2015, tanggal 10 Desember 2015;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44717/1/DHEA ALDA...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Dhea Alda MutyaPublish Year: 2018

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 26 dari 26 hal. Put. Nomor 117 PK/Pdt.Sus-BPSK/2017

MENGADILI KEMBALI:

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menghukum Termohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Termohon

Keberatan/Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan

peninjauan kembali sejumlah Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu

rupiah);

Demikian diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada hari

Rabu, tanggal 16 Agustus 2017 oleh Soltoni Mohdally, S.H., M.H., Hakim Agung

yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H.

Zahrul Rabain, S.H., M.H., dan Sudrajad Dimyati, S.H., M.H., Hakim-Hakim

Agung, masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan

dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri

oleh Para Hakim Anggota tersebut dan Febry Widjajanto, S.H., M.H., Panitera

Pengganti tanpa dihadiri oleh Para Pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,

Ttd. Ttd.

Dr. H. Zahrul Rabain, S.H., M.H. Soltoni Mohdally, S.H., M.H.

Ttd.

Sudrajad Dimyati, S.H., M.H.

Panitera Pengganti,

Ttd.

Febry Widjajanto, S.H., M.H.

Biaya-biaya:1. M e t e r a i …….... Rp 6.000,002. R e d a k s i ……... Rp 5.000,003. Administrasi PK … Rp2.489.000,00J u m l a h ….........…..Rp2.500.000,00

Untuk Salinan

MAHKAMAH AGUNG RI

Atas nama Panitera

Panitera Muda Perdata Khusus,

RAHMI MULYATI, SH.,MH

NIP. 195912071985122002

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26