© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakartadigilib.uin-suka.ac.id/1087/1/BAB I, V,...
Transcript of © 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakartadigilib.uin-suka.ac.id/1087/1/BAB I, V,...
PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR
TAHUN 1859-1862
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Dalam Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Oleh:
SUNDARI NIM : 03121485
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 1428 H 2007M
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
iii
MOTTO
�� ���� ��ون ا����ة ا������ �����ة و�� ����� �� $#�� ا�" ا���"�$1رة ا�7%�ء) ٧٤(1ف �/�� أ.�ا -,�+� $#�� ا�" ��(� أو �'"& �%
Artinya: “Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan
dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang
berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak
Kami akan berikan kepadanya pahala yang besar”. (Q.s. An-Nissa: 74).1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah, Penafsiran Al-Qur’an, 1984), hlm. 130.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
• Almameter tercintaku Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
• Bapak dan ibu yang telah membiayai studi penulis dari awal sampai akhir.
• Kakak-kakakku Ardani, Rosida, Sri Gunadi, Timbul Darja’I beserta
keponakanku Deo, Londo, yang telah memberikan dorongan semangat hingga
penulis dapat menyelesaikan studi. Tidak lupa pula buat teman-teman M.
Safiudin, Basuki Rachmad, Heri Cahyono, Erni Noviyanti, Hermantio dan
lain-lain yang belum bisa saya sebutkan satu persatu.
• Teman-teman angkatan 2003 serta pembaca
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
v
KATA PENGANTAR
� رب ا������� ا���ة وا���م ��� أ��ف ا�� ��ء وا������� � ا���� و��� #�! و"� ! أ ������$ �����
Segala puji bagi Allah s.w.t. Tuhan semesta alam, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, yang berupa iman, kekuatan dan kesehatan kepada kita
semua, sehingga dengan pertolongan-Nya penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu sudah seharusnya jika penulis bersyukur dengan sedalam-dalamnya
atas segala petunjuk yang telah dianugerahkan. Shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad s.a.w. yang telah
mengeluarkan kita dari alam kegelapan atau alam kejahiliyahan ke alam yang terang
benderang ini, yang di penuhi dengan ilmu pengetahuan, dan dengan dijadikannya ia
sebagai suri tauladan semoga dapat menyinari kehidupan ini.
Sehubungan dengan ini, penyusun merasa bahwa betapapun besar bantuan,
saran, petunjuk dan lain-lainnya yang datang dari berbagai pihak sangat membantu
selesainya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penyusun merasa sangat
berkewajiban untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya serta
penghargaan yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Adab dan pembantu-pembantunya, ketua dan sekertaris
jurusan SKI beserta segenap karyawan Fakultas Adab Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah banyak membantu kelancaran penulisan
skripsi ini.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
2. Drs. Irfan Firdaus selaku pembimbing yang dengan sabar telah memberikan
petunjuk dan saran selama penyusunan skripsi ini.
3. Segenap staf dosen Fakultas Adab khususnya jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, selama penulis
menempuh studi sampai dengan selesainya skripsi ini.
4. Kedua orang tua penulis, kakak-kakakku beserta keponakan-keponakan tercinta
serta teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan dorongan,
bimbingan dan doa.
5. Segenap karyawan pada beberapa perpustakaan yang telah bersedia membantu
mencarikan literatur yang terkait dengan penulisan skripsi ini. Semoga amal baik
yang telah mereka berikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah s.w.t
Penulis amat menyadari bahwa dalam karya ini banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, penulis akan
menerima saran dan kritik demi pengembangan dan kesempurnaan karya ini lebih
lanjut. Akhirnya, bila dalam tulisan ini terdapat kebenaran, semata-mata hanyalah
milik Allah, dan bila ada kesalahan dan kekurangannya tentulah kebodohan penulis
sendiri.
Yogyakarta, 28 September 2007
Penulis
(Sundari)
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................……... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................……... ii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................……. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................……... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................…….. v
DAFTAR ISI ................................................................................................…….. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................…….. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................…….. 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................……... 6
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................…….. 6
E. Landasan Teori ...........................................................................…….. 9
F. Metode Penelitian .......................................................................…….. 10
G. Sistematika Pembahasan ............................................................…….. 12
BAB II BELANDA DI KERAJAAN BANJAR
A. Kerajaan Banjar ...........................................................................…….. 15
B. Pasang Surut Hubungan Kerajaan Banjar Dengan Belanda........…….. 21
C. Belanda Sebagai Penyulut Perang Banjar ...................................…….. 27
BAB III DEMANG LEHMAN
A. Biografi Demang Lehman...........................................................…….. 33
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
viii
B. Mobilitas Sosial Politik ...............................................................…….. 36
C. Motivasi Keterlibatan Demang Lehman Dalam Perang Banjar .…….. 39
BAB IV DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR
A. Kepemimpinan Demang Lehman................................................…….. 47
B. Pertempuran di Barito .................................................................…….. 53
C. Pertempuran di Gunung Madang ...............................................…….. 57
D. Pertempuran di Martapura...........................................................…….. 60
E. Penangkapan Demang Lehman ...................................................…….. 63
F. Keberhasilan Demang Lehman Dalam Perang Banjar ...............…….. 69
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................……. 76
B. Saran ...........................................................................................……. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ABSTRAKSI
Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad 17, hal tersebut dikarenakan
daerah ini banyak menghasilkan lada dan batu bara. Sejak itulah terjadi hubungan
dagang antara orang Banjar dengan Belanda. Belanda memonopoli perdagangan lada,
bahkan ingin menguasai wilayah kerajaan Banjar dengan politik devide et impera. Pada
tanggal 14 Februari 1606, kapal dagang VOC Belanda datang di bawah pimpinan Gillis
Michieszoon. Setibanya di Banjarmasin anak buahnya berbuat hal-hal yang
menyinggung perasaan orang Banjar, dan semua awak kapal yang naik ke darat
dibunuh oleh orang Banjar. Setelah kejadian tersebut, Belanda segera mengirimkan
armada perang menuju Banjarmasin, mereka membakar kota, kapal-kapal yang
berlabuh di bandar, dan keraton Banjar yang tidak jauh dari sungai juga turut menjadi
sasaran pembakaran.
Setelah peristiwa tersebut, rakyat Banjar menjadi anti terhadap Belanda di tanah
Banjar. Belanda terus campur tangan dalam urusan kerajaan, ekonomi, dan sosial
keagamaan. Pada tahun 1857 Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan
secara sepihak dengan mengabaikan surat wasiat Sultan Adam yang menghendaki
Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti ayahnya Sultan Muda Abdurrahman.
Pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi sultan menimbulkan kekecewaan di
kalangan rakyat dan para pembesar Kerajaan yang pada klimaksnya menimbulkan Perang
Banjar.
Di dalam Perang Banjar terdapat beberapa tokoh Banjar yang menjadi panglima
melawan Belanda, salah satunya adalah Demang Lehman yang berasal dari Martapura.
Ia merupakan Panakawan dari Pangeran Hidayatullah, oleh karena kesetiaan, kecakapan,
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
dan jasa besarnya maka ia diangkat Pangeran Hidayatullah menjadi Kepala Distrik di
Riam Kanan.
Pada saat Perang Banjar meletus, Demang Lehman mendapat tugas dari Pangeran
Antasari untuk memimpin perlawanan di daerah Martapura dan Tanah Laut bersama Kiai
Langkang dan Penghulu Buyasin. Di mata Belanda, Demang Lehman termasuk pejuang
Banjar yang sangat ditakuti dan berbahaya dalam menggerakkkan kekuatan rakyat
sebagai tangan kanan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah. Pangeran Antasari
memberikan tugas kepada Demang Lehman untuk menjadi pemimpin perang di beberapa
daerah. Untuk menumpas perlawanan Demang Lehman, Belanda mengirim kapal-kapal
perangnya dalam jumlah banyak. Menghadapi pasukan Belanda yang cukup banyak,
Demang Lehman dan pasukannya beberapa kali terpukul mundur. Meskipun beberapa
kali mengalami kekalahan, ia dan pasukannya tetap tidak pernah takut terhadap Belanda.
Demang Lehman menolak berunding dengan Belanda. Damai bagi Demang
Lehman berarti harus angkat kaki dari Bumi Banjar. Sikap keras menjadi tekad Demang
Lehman untuk mengusir penjajah Belanda, sampai titik darah penghabisan.
Pada tanggal 6 Oktober 1861, ia dan pasukannya diminta Belanda datang ke
Banjarmasin untuk berunding. Belanda meminta supaya Demang Lehman mau tinggal di
Banjarmasin, hal ini dilakukan Belanda untuk membuat Demang Lehman ikut bergabung
dengan Belanda. Residen Belanda berusaha memikat Demang Lehman dengan janji
memberi biaya tiap bulan kepada Demang Lehman apabila dapat membujuk Pangeran
Hidayatullah dan Pangeran Antasari ke Banjarmasin. Belanda berjanji jikalau Pangeran
Hidayatullah kembali ke Banjarmasin akan diberikan jabatan yang tinggi di kerajaan
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Banjar. Setelah Pangeran Hidayatullah ke Banjarmasin, Belanda mengingkari janji.
Pangeran Hidayatullah ternyata diasingkan Belanda ke Jawa, tepatnya di Ciganjur.
Demang Lehman merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda, dan berusaha
mengatur kekuatan kembali di daerah Pangkal, Batulicin. Akan tetapi, Belanda telah
membuat rencana untuk penangkapan terhadapnya. Sehabis shalat subuh, ia ditangkap
dan pemerintah Belanda memutuskan hukuman gantung kepada Demang Lehman. Pada
tanggal 27 Februari 1862 Demang Lehman dihukum gantung dan kepalanya dipenggal.
Kepala Demang Lehman dibawa ke Belanda dan disimpan di Museum Leiden.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad 17, hal tersebut dikarenakan
daerah ini banyak menghasilkan lada dan batu bara. Sejak itulah terjadi hubungan
dagang antara orang Banjar dengan Belanda. Pada perkembangan berikutnya
Belanda memonopoli perdagangan lada, bahkan ingin menguasai wilayah kerajaan
Banjar dengan politik devide et impera. Pada tanggal 14 Februari 1606, kapal dagang
VOC Belanda datang di bawah pimpinan Gillis Michieszoon. Ia dikirim oleh J. W
Verschoor, penguasa VOC saat itu, untuk mengadakan hubungan dagang. Setibanya
di Banjarmasin anak buahnya berbuat hal-hal yang menyinggung perasaan orang
Banjar, dan semua awak kapal yang naik ke darat dibunuh oleh orang Banjar.1
Setelah kejadian tersebut, Belanda segera mengirimkan armada perang menuju
Banjarmasin, mereka membakar kota, kapal-kapal yang berlabuh di bandar, dan
keraton Banjar yang tidak jauh dari sungai juga turut menjadi sasaran pembakaran.
Setelah peristiwa tersebut, rakyat Banjar menjadi anti terhadap Belanda di
tanah Banjar. Akan tetapi, Belanda terus campur tangan dalam urusan kerajaan,
ekonomi, dan sosial keagamaan. Pada tahun 1857 Belanda menobatkan Pangeran
Tamjidillah sebagai sultan secara sepihak dengan mengabaikan surat wasiat Sultan
Adam yang menghendaki Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti ayahnya Sultan
1 H. G. Mayur, Perang Banjar (Banjarmasin: CV. Rapi, 1979), hlm. 7.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
Muda Abdurrahman.2 Pangeran Hidayatullah berhak atas jabatan sebagai Sultan
Banjar, sesuai dengan tradisi kerajaan dan dikuatkan dengan surat wasiat Sultan
Adam. Sultan Adam meninggal dunia pada tanggal 1 November 1857.3
Pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi sultan menimbulkan kekecewaan di
kalangan rakyat dan para pembesar Kerajaan. Tamjidillah memiliki cacat dalam
tingkah laku. Ia dikenal gemar bermabuk-mabukan dan berjudi, wajar bila rakyat
tidak menerimanya sebagai pemimpin.4 Kebencian rakyat kepada Sultan Tamjidillah
dan terhadap pemerintahan Belanda sangatlah besar, yang pada klimaksnya
menimbulkan Perang Banjar.
Di dalam Perang Banjar terdapat beberapa tokoh Banjar yang menjadi
panglima melawan Belanda, salah satunya adalah Demang Lehman yang berasal
dari Martapura. Ia merupakan Panakawan dari Pangeran Hidayatullah, oleh karena
kesetiaan, kecakapan, dan jasa besarnya maka ia diangkat Pangeran Hidayatullah
menjadi Kepala Distrik di Riam Kanan.5
Pada saat Perang Banjar meletus, Demang Lehman mendapat tugas dari
Pangeran Antasari untuk memimpin perlawanan di daerah Martapura dan Tanah Laut
bersama Kiai Langkang dan Penghulu Buyasin.6 Di mata Belanda, Demang Lehman
termasuk pejuang Banjar yang sangat ditakuti dan berbahaya dalam menggerakkkan
kekuatan rakyat sebagai tangan kanan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah.
2 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium Sampai
Imperium (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 384. 3 Amir Hasan Bondan, Suluh Kerajaan Kalimantan (Banjarmasin: Fajar, 1953), hlm. 39. 4 Suyono, Peperangan Kerajaan di Nusantara “Penelusuran Kepustakaan Sejarah”,
(Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2003), hlm. 207. 5 A. Gazali Usman, Kerajaan Banjar Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan
dan Agama Islam (Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press, 1998), hlm. 247. 6 Ibid., hlm. 248.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3
Pangeran Antasari merupakan pencetus dan arsitek Perang Banjar. Pangeran Antasari
masih mempunyai ikatan darah dengan para Raja Banjar. Ia masih keturunan Sultan
Tahmidillah yang memerintah Kerajaan Banjar pada tahun 1801-1825. Pangeran
Antasari adalah tokoh Perang Banjar yang memiliki kedudukan sebagai petinggi
panglima Perang Banjar. Pangeran Antasari memberikan tugas kepada Demang
Lehman untuk menjadi pemimpin perang di beberapa daerah. Demang Lehman
beberapa kali berhasil mengalahkan Belanda dalam pertempuran. Kepiawaian
Demang Lehman dan pasukannya dalam menghadapi Belanda tidak dapat dianggap
remeh. Belanda melakukan berbagai usaha untuk menangkap Demang Lehman,
namun tetap gagal. Perlawanan Demang Lehman justru semakin beringas ketika
dirinya dicap sebagai orang yang paling dicari Belanda. Semangat dan dukungan
rakyat terhadap dirinya mengalir terus menerus. Setiap melakukan perlawanan di
daerah-daerah Banjarmasin, ia mendapat dukungan penuh dari masyarakat.
Untuk menumpas perlawanan Demang Lehman, Belanda mengirim kapal-
kapal perangnya dalam jumlah banyak. Menghadapi pasukan Belanda yang cukup
banyak, Demang Lehman dan pasukannya beberapa kali terpukul mundur.7
Meskipun beberapa kali mengalami kekalahan, ia dan pasukannya tetap tidak pernah
takut terhadap Belanda.
Demang Lehman menolak berunding dengan Belanda. Damai bagi Demang
Lehman berarti harus angkat kaki dari Bumi Banjar. Sikap keras menjadi tekad
Demang Lehman untuk mengusir penjajah Belanda, sampai titik darah penghabisan.
7 Suyono, Peperangan, hlm. 210.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
4
Pada tanggal 6 Oktober 1861, ia dan pasukannya diminta Belanda datang ke
Banjarmasin untuk berunding.8 Belanda meminta supaya Demang Lehman mau
tinggal di Banjarmasin, hal ini dilakukan Belanda untuk membuat Demang Lehman
ikut bergabung dengan Belanda. Residen Belanda berusaha memikat Demang
Lehman dengan janji memberi biaya tiap bulan kepada Demang Lehman apabila
dapat membujuk Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari ke Banjarmasin.
Belanda berjanji jikalau Pangeran Hidayatullah kembali ke Banjarmasin akan
diberikan jabatan yang tinggi di kerajaan Banjar. Setelah Pangeran Hidayatullah ke
Banjarmasin, Belanda mengingkari janji. Pangeran Hidayatullah ternyata diasingkan
Belanda ke Jawa, tepatnya di Ciganjur.
Demang Lehman merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda, dan berusaha
mengatur kekuatan kembali di daerah Pangkal, Batulicin.9 Akan tetapi, Belanda telah
membuat rencana untuk penangkapan terhadapnya. Sehabis shalat subuh, ia
ditangkap dan pemerintah Belanda memutuskan hukuman gantung kepada Demang
Lehman. Pada tanggal 27 Februari 1862 Demang Lehman dihukum gantung dan
kepalanya dipenggal. Kepala Demang Lehman dibawa ke Belanda dan disimpan di
Museum Leiden.10
Beberapa hal yang menarik dari penelitian ini adalah bahwa Demang Lehman
merupakan seorang pejuang Banjar yang gagah berani dalam memimpin perang,
meskipun dia bukan berasal dari golongan bangsawan. Keberanian Demang Lehman
dalam memimpin perang mendapat pengakuan dari Belanda sebagai orang yang
8 M. Idwar Saleh, Lukisan Perang Banjar (Banjarmasin: Museum Kalimantan Selatan,
1993), hlm. 20. 9 A. Gazali Usman, Kerajaan, hlm. 275. 10 Ibid., hlm. 275.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
5
berbahaya. Menurut tradisi Kerajaan Banjar, Raja digantikan oleh keturunannya baik
anak-anaknya maupun cucu-cucunya yang masih mempunyai darah ikatan dengan
para Raja Banjar. Demang Lehman memang bukan keturunan dari para Raja Banjar,
tetapi kecintaan dirinya terhadap tanah Banjar telah membuat dirinya rela berkorban
apapun untuk mempertahankan tanah Banjar. Sebagai orang Banjar, Demang
Lehman tidak mau jika Belanda ikut campur dalam Kerajaan Banjar atau bahkan
ingin menguasai Kerajaan Banjar.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini lebih difokuskan kepada kiprah Demang Lehman dalam Perang
Banjar. Tahun 1859 merupakan awal terjadinya Perang Banjar dan pertama kalinya
Demang Lehman turut serta dalam penyerangan terhadap Belanda di benteng Oranye
Nassau. Tahun 1862 merupakan tahun penangkapan Demang Lehman dan
pelaksanaan hukuman gantung oleh pemerintah Belanda. Agar pembahasan menjadi
lebih terarah maka permasalahan dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana hubungan Kerajaan Banjar dengan Belanda hingga meletus
Perang Banjar?
2. Faktor apa yang menyebabkan Demang Lehman terlibat Dalam Perang
Banjar?
3. Bagaimanakah peran Demang Lehman di dalam Perang Banjar?
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang
dipaparkan dalam rumusan masalah di atas. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk menjelaskan hubungan Kerajaan Banjar dengan Belanda hingga
meletusnya Perang Banjar.
2. Untuk menguraikan latar belakang Demang Lehman terlibat dalam Perang
Banjar.
3. Untuk memaparkan peranan Demang Lehman Dalam Perang Banjar.
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan dan pemahaman
mengenai perjuangan Demang Lehman dalam Perang Banjar. Hal-hal yang bersifat
positif dalam perjuangan Demang Lehman ini bisa dijadikan teladan untuk
mengembangkan sikap rela berkorban demi memperjuangkan tanah tumpah darah.
Besarnya dukungan rakyat terhadap perjuangan Demang Lehman bisa kita teladani
sebagai sikap cinta tanah air dan sikap kebersamaan untuk memperjuangkan bangsa
kita.
D. Tinjauan Pustaka
Literatur-literatur tentang sejarah Perang Banjar memang sudah ada, namun
pada umumnya literatur tersebut mengutamakan keutuhan deskripsi sejarah Perang
Banjar dari awal sampai akhir, sedangkan pembahasan tentang Demang Lehman
hanya menjadi bagian kecil saja. Beberapa buku yang membahas tentang Demang
Lehman, di antaranya:
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
7
Kerajaan Banjar Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan
Agama Islam karya A. Gazali Usman (Banjarmasin: Lambung Mangkurat University
Press, 1998), buku ini membahas mengenai kerajaan Banjar dan Perang Banjjar
sehingga bahasan mengenai Demang Lehman sedikit dibahas dalam buku tersebut.
Berbeda dengan buku A. Gazali Usman, dalam kajian ini penulis menyajikan
Demang Lehman sebagai tokoh penting dalam Perang Banjar, mulai meletusnya
Perang Banjar hingga akhir hayatnya.
Buku karya Amir Hasan Bondan yang berjudul Suluh Sejarah Kalimantan
(Banjarmasin: Fajar, 1953), buku ini boleh dikatakan padat memuat data sejarah
perjuangan rakyat Banjar melawan penjajahan Belanda, termasuk data sejarah
perjuangan Demang Lehman. Yang berbeda dari kajian penulis adalah bahwa penulis
hanya memfokuskan tulisan pada perjuangan Demang Lehman dari tahun 1859-
1862.
Karya M. Idwar Saleh dengan judul Lukisan Perang Banjar (Banjarmasin:
Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan, 1985), buku ini boleh
dikatakan maju selangkah dari buku karya Amir Hasan Bondan, sebab data sejarah
yang diungkapkan dikemas dengan interpretasi-interpretasi historis sehingga terasa
lebih bermakna, tidak sekedar deskripsi tentang tanggal, tempat dan suasana kejadian
suatu peristiwa. Akan tetapi, seperti buku-buku sejenis lainnya, buku ini mempunyai
visi untuk menuturkan perjuangan rakyat kerajaan Banjar melawan penjajah kolonial
Belanda dari awal sampai akhir. Perjuangan Demang Lehman dalam melawan
Belanda terurai secara selintas. Hal pokok yang berbeda dari buku tersebut, bahwa
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
8
fokus dari penelitian ini lebih menekankan kepada perjuangan Demang Lehman
dalam mengusir penjajah Belanda dari tanah Banjar.
Karya Suyono yang berjudul Peperangan Kerajaan di Nusantara
“Penelusuran Kepustakaan Sejarah” (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana
Indonesia, 2003). Buku ini membahas mengenai masuknya Belanda di Nusantar serta
peperangan-peperangan dalam melawan Belanda yang ada di Nusantara. Perang
Banjar dibahas sedikit dalam buku tersebut, sehingga pembahasan mengenai
Demang Lehman terurai secara selintas. Hal yang membedakan dari buku tersebut
dengan kajian peneliti adalah bahwa peneliti hanyalah membahas mengenai
perjuangan Demang Lehman seorang pejuang dari daerah Banjar Kalimantan
Selatan.
Skripsi yang ditulis oleh Saniyah dengan judul “Perang Banjar” 1859-1865
(Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1998), membahas mengenai
Perang Banjar dari tahun 1859-1865 beserta tokoh-tokoh yang terlibat dalam perang
tersebut dan “Perjuangan Pangeran Antasari dalam melawan Belanda di Dalam
Perang Banjar”, sebuah skripsi yang ditulis oleh Basuki Rachmad (Fakultas Adab
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007), di kedua skripsi tersebut perjuangan
Demang Lehman hanya dibahas sekilas saja.
Dengan demikian, yang membahas secara khusus mengenai Demang Lehman
dan perjuangannya dalam Perang Banjar 1859-1862 belum ada, dan sepengetahuan
peneliti belum ada penelitian khusus yang membahas mengenai Demang Lehman.
Uraian-uraian singkat tentang Demang Lehman dari buku-buku di atas, menjadi
sumber informasi yang dikritisi dalam hasil penelitian ini.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
9
E. Landasan Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan sosial. Teori
ini didefinisikan dalam pengertian pola-pola atau norma-norma perilaku yang
diharapkan dari orang-orang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam struktur
sosial.11 Teori ini mencontohkan bahwa para raja, sebagaimana orang-orang lain juga
butuh teman. Raja memerlukan seseorang yang dapat dipercaya, yang bukan dari
kalangan bangsawan atau pejabat-pejabat di sekelilingnya, yang dapat diandalkan
loyalitasnya, sebab posisi raja bergantung sepenuhnya pada loyalitas tersebut, dan
tidak jarang pula orang tersebut dijadikan sebagi tempat pelampiasan kemarahan
ketika terjadi ketidakberesan.12 Contoh teori tersebut sama seperti apa yang dialami
oleh Demang Lehman. Awal mulanya ia hanya mengabdi kepada Pangeran
Hidayatullah dan ditunjuk sebagai Panakawannya, meskipun ia bukan berasal dari
golongan bangsawan tetapi Demang Lehman dipercaya oleh Pangeran Hidayatullah
sebagai orang yang mampu memimpin dalam masyarakat sehingga ia dipercaya
sebagai Kepala Distrik Riam Kanan. Demang Lehman juga dipercayai oleh Pangeran
Antasari sebagi pemimpin perang di beberapa daerah karena kepandaian berperang
dan kecintaannya terhadap tanah Banjar.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
behavioral, yakni pendekatan yang tidak hanya tertuju pada kejadiannya saja, tetapi
tertuju pada pelaku sejarah dan situasi riil. Bagaimana pelaku sejarah menafsirkan
situasi yang dihadapinya, sehingga dari penafsiran tersebut muncul tindakan yang
menimbulkan suatu kejadian, dan selanjutnya timbul konsekuensi (pengaruh) dari
11 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial. Terj. Mestika Zed dan Zulfani (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 68.
12 Ibid., hlm. 69.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
10
tindakannya berkenaan dengan perilaku pemimpin.13 Demang Lehman memahami
situasi riil di dalam masyarakatnya, dari pemahaman itulah dia membuat sebuah
tindakan untuk mengatasi situasi tersebut dengan cara melakukan perlawanan
terhadap Belanda. Sebagai bukti bahwa tindakan Demang Lehman benar-benar
sesuai dengan situasi riil di lingkungannya, ia mendapat respon baik dari masyarakat
di daerah-daerah di mana ia terlibat pertempuran menghadapi Belanda.
F. Metode Penelitian
Sesuai dengan maksud dan tujuan dalam penelitian yaitu mendeskripsikan
dan menganalisis peristiwa masa lalu, maka dalam penelitian ini digunakan metode
historis, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lampau, kemudian ditelaah secara gamblang agar menghasilkan
suatu kesimpulan yang sesuai dengan fakta. Sejarah merupakan rekonstruksi masa
lalu. Keabsahan penelitian sejarah terkait dengan prosedur penelitian ilmiah yang
ditempuh.14 Penelitian ini merupakan penelitian yang ingin mendeskrisipkan dan
menganalisis secara kritis dokumen-dokumen tertulis dari peninggalan masa lampau,
kemudian direkonstruksikan secara imajinatif melalui proses historiografi.15 Dalam
penelitian sejarah, prosedur yang dilalui meliputiempat tahap, yaitu:
1. Heuristik atau Pengumpulan Data
Heuristik atau pengumpulan data yaitu suatu tahap dalam pengumpulan data,
baik itu tertulis maupun lisan yang diperlukan untuk kelengkapan penelitian. Terkait
13 Robert. F. Berkhofer, Jr, A Behavioral Approach To Historial Analysis, ( New York: Free
Press, 1971), hlm. 67. 14 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Benteng Budaya, 1995), hlm. 12. 15 Louis Gottshalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1985),
hlm. 23.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
11
dengan topik skripsi ini, maka dilakukan studi pustaka untuk mendapatkan sumber-
sumber literatur beberapa buku. Kegiatan heuristik ini penulis lakukan dengan
memprioritaskan penggalian data sejarah tentang perjuangan Demang Lehman
melalui literatur yang telah ada. Di samping itu, berusaha pula menggali dari sumber
lain, dalam hal ini adalah benda-benda peninggalan sejarah yang memiliki
keterkaitan dengan perjuangan Demang Lehman.
2. Verifikasi atau Pengujian Sumber
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh patut
digunakan atau tidak. Kritik terhadap sumber-sumber tersebut dilakukan melalui
kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern dilakukan untuk meneliti keaslian data,
sedangkan kritik ekstern dilakukan dengan cara memperlihatkan aspek fisik sumber
tertulis, yaitu dilihat dari kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahsanya,
ungkapannya, kata-katanya, huruf-hurufnya dan segi penampilan luarnya.16 Terkait
dengan skripsi ini, kritik ekstern tidak dapat dilakukan karena sumber yang didapat
adalah sumber sekunder. Adapun kritik intern dilakukan untuk meneliti kebenaran
data yang diperoleh. Kritik intern dilakukan dengan cara menghubungkan berbagai
faktor, seperti bahasa saat digunakan saat tulisan itu dibuat, integritas pribadi
penulisnya, situasi ditulisnya sumber ini apakah penulis menulis dengan terpaksa,
tekanan, takut atau hanya karena ambisi.17 Melalui kritik ini diharapkan penulisan ini
dapat menggunakan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
16 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 59. 17 Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik (Bandung:
Tarsito, 1994), hlm. 135.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
12
3. Interpretasi
Interpretasi dilakukan terhadap sumber yang didapatkan. Secara umum analisis
sejarah bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari
sumber-sumber sejarah dan dengan menggunakan teori-teori analisis disusunlah
fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.18 Pada tahap penafsiran
terhadap Perang Banjar diharapkan dapat diungkapkan cara-cara yang dilakukan
Demang Lehman melakukan perlawanan terhadap Belanda di dalam Perang Banjar.
4. Historiografi
Historiografi yaitu menyusun deskripsi secara kronologis sehingga menjadi
uraian sejarah yang utuh, yaitu untuk menghubungkan peristiwa satu dengan yang
lain. Proses ini bertujuan untuk menjadikan penelitian ini sebuah uraian sejarah.
Setiap pembahasan ditempuh melalui deskripsi dan analisa dengan selalu
memperhatikan aspek kronologis.19 Historiografi merupakan tahap terakhir dari
penelitian, yaitu penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian secara
tertulis.20
G. Sistematika Pembahasan
Guna memperoleh suatu karya tulis ilmiah yang sistematis dan konsisten
maka diperlukan adanya pembahasan yang dikelompokkan dalam beberapa bab
sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi
menjadi lima bab. Bab-bab tersebut disusun secara kronologis dan saling berkaitan.
18 Dudung Abdurahman, Metode…, hlm. 64. 19 Nugroho Noto Susanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah (Jakarta: Pusat Angkatan
Bersenjata, 1964), hlm. 22. 20 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian…, hlm. 67.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
13
Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori
yang digunakan, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Isi pokok bab ini
merupakan gambaran seluruh penelitian secara garis besar, sedangkan untuk uraian
lebih rinci akan diuraikan dalam bab-bab selanjutnya.
Bab kedua membahas mengenai kerajaan Banjar sebelum terjadinya Perang,
mencakup kerajaan Banjar sebagai penghasil batu bara dan lada, pasang surut
hubungan kerajaan Banjar dengan Belanda, Belanda sebagai penyulut Perang Banjar.
Bab ini menguraikan tatanan kehidupan kerajaan Banjar serta hubungannya dengan
Belanda. Masa-masa ini penting dijelaskan untuk melihat situasi dan kondisi
kerajaan Banjar serta hubungannya dengan Belanda.
Bab ketiga membahas mengenai Demang Lehman, yang mencakup Biografi
Demang Lehman, mobilitas sosial-politik, motifasi keterlibatan Demang Lehman
dalam Perang Banjar. Bab ini diuraikan dengan maksud untuk melihat secara jelas
siapa Demang Lehman serta faktor Demang Lehman terlibat melawan Belanda.
Bab keempat membahas keterlibatan Demang Lehman dalam Perang Banjar,
yang terdiri dari kepemimpinan Demang Lehman dalam Perang Banjar, pertempuran
di Gunung Madang, pertempuran di Martapura, dan penangkapan Demang Lehman
serta faktor-faktor yang menyebabkan perjuangan Demang Lehman berhasil dalam
melawan Belanda. Bab ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana peranan Demang
Lehman di dalam Perang Banjar dan bersatunya dia dengan pejuang Banjar lainnya
dalam melawan Belanda. Selain itu, bab ini dimaksudkan juga untuk mengetahui
bagaimana penangkapan Demang Lehman oleh Belanda.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
14
Bab kelima merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil
pembahasan secara keseluruhan dan diakhiri dengan kata penutup.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum terjadinya Perang Banjar, wilayah kerajaan Banjar mengalami
kemajuan yang cukup pesat dalam bidang ekonomi karena daerah ini memiliki
kekayaan alam yang sangat banyak yaitu batu bara dan lada. Kehidupan masyarakat
Banjar baik dari segi politik, sosial, dan keagamaan juga dalam keadaan tentram dan
damai. Rakyat tidak pernah merasa kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Hasil bumi yang berada di Banjar dimanfaatkan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pokok mereka. Kekayaan alam menjadi sumber kegiatan
ekonomi mereka Dengan suasana yang damai tersebut tidak heran jika banyak orang
yang datang ke Banjar untuk berdagang, dan menetap di sana. Suasana menjadi
berubah ketika Belanda datang ke Banjar dan ikut campur dalam urusan ekonomi,
politik, soial dan keagamaan masyarakat Banjar.
Demang Lehman sebetulnya hanyalah seorang rakyat biasa yang dpercaya
oleh Pangeran Hidayatullah untuk memimpin daerah Riam Kanan. Ketika
penderitaan rakyat semakin menjadi, serta kesewenang-wenangan Belanda terjadi
dimana-mana maka ia bangkit untuk memimpin. Belanda menginginkan urusan
ekonomi, politik, sosial, dan keagamaan berada ditangannya. Intervensi Belanda
dalam segala bidang membuat masyarakat Banjar marah dan membenci Belanda.
Intervensi tersebut tidak membawa keuntungan masyarakat Banjar, tetapi malah
sebaliknya yakni merugikan masyarakat Banjar. Karena adanya intervensi tersebut,
masyarakat menjadi terkekang, dan sangat dirugikan. Orang-orang Belanda menjadi
76
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
77
sewenang-wenang terhadap masyarakat Banjar, sehingga menimbulkan niat rakyat
Banjar untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan rakyat Banjar
terkenal dengan sebutan Perang Banjar. Demang Lehman yang memiliki tanggung
jawab besar terhadap rakyat ikut bergabung dengan Pangeran Antasari untuk
mempertahankan tanah Banjar serta menguir Belanda dari tanah Banjar.
Demang Lehman adalah pemimpin perang yang sejati, meskipun ia hanya
berasal dari rakyat jelata tetapi dia termasuk orang yang ditakuti Belanda dalam
Perang Banjar. Semangat mengusir penjajah bergelora dalam jiwa Demang Lehman
beserta laskar-laskarnya sehingga tidak kenal menyerah dalam menghadapi Belanda.
Dengan semangat juang yang tinggi dan disertai doa, pertempuran terus berlanjut
hingga akhir hayatnya. Sumpah yang telah diikrarkan bersama Pangeran Antasari
selalu tertanam di dalam hatinya beserta pengikutnya. Sumpah tersebut bahkan tetap
dipergunakan para pejuang Banjar lainnya dalam melawan Belanda sampai
berakhirnya Perang Banjar. Dalam memimpin Perang, Demang Lehman dan
pasukannya berkali-kali berhasil memukul mundur Belanda. Korban dari pihak
Belanda tidak terhitung lagi jumlahnya, hal ini merupakan kegigihan Demang
Lehman dalam memimpin Perang. Meskipun Demang Lehman tertangkap pada
tahun 1862, tetapi Perang Banjar terus berkibar sampai tahun 1905.
B. Saran
Perlu ditegaskan pada bagian ini bahwa pokok-pokok kesimpulan di atas
bukanlah merupakan suatu hasil kesimpulan yang pasti dan bersifat final. Sebagian
dari pokok kesimpulan tersebut di dasarkan atas tafsiran terhadap sejumlah data yang
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
78
kadang-kadang kurang begitu tegas kepastiannya. Oleh karena itu, hasil akhir
penulisan ini sesungguhnya masih terbuka untuk dicocokkan dengan data terbaru,
atau menurut cara pandang yang berlainan. Namun demikian kekurangan-
kekurangan yang ada di dalam hasil penelitian ini menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari penulis.
Penilaian serta pelacakan terhadap perjuangan rakyat Kalimantan Selatan
dalam melawan Belanda, khususnya Perjuangan Demang Lehman masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, kepada para pembaca
disarankan menelaah kembali dengan kritis.
Selanjutnya, penulis berharap para generasi Islam sekarang dan yang akan
datang dapat mewarisi semangat perjuangan serta melanjutkan usaha yang telah
dirintis oleh para pejuang Islam terdahulu sesuai konteks zamannya untuk
mempertahankan Islam di bumi pertiwi ini.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
A. Gazali Usman. Kerajaan Banjar Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press, 1998
A. Muin Umar. Historiografi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 1988 Amir Hasan Bondan, Suluh Kerajaan Kalimantan. Banjarmasin: Fajar, 1953 Arthum Artha. Putera Mahkota Yang Terbuang. Jakarta: Depdikbud Proyek
Penerbitan Buku dan Sastra Indonesia dan Daerah, 1982 Baudet H dan Brugmans I. J (ed). Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1987 Burke Peter. Sejarah dan Teori Sosial. Terj. Mestika Zed dan Zulfani. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2001 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah, Penafsiran Al-Qur’an, 1984 Dudung Abdurahman. Metode Penelitian sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999 Gottshalk, Louis. Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press,
1985 Hamlan Arpan. Pangeran Antasari. Jakarta: Mutiara, 1981 Husni Rahim. Sistem Otoritas dan Administrasi Islam: Studi Tentang Pejabat Agama
Masa Kesultanan dan Kolonial Dari Palembang. Jakarta: Logos, 1998 Jr. F. Berkhofer, Robert. A Behavioral Approach To Historial Analysis. New York:
Free Press, 1971 Khalid Na’im. Organisasi Islam Menghadapi Kristenisasi. Jakarta: Andalan, 1991 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benteng Budaya, 1995
Leiressa. Sejarah Sosial Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Depdikbud, 1984 Mayur, H. G. Perang Banjar. Banjarmasin: CV. Rapi, 1979
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
M. Idwar Saleh, Lukisan Perang Banjar. Banjarmasin: Museum Kalimantan Selatan, 1993
______________. Sejarah Banjarmasin. Bandung, Balai Pendidikan Guru, 1960 ______________. Sejarah Derah Kalimantan Selatan. Jakarta: Proyek Penelitian dan
Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
____________. Pangeran Antasari. Jakarta: Manggala Bhakti, 1993 ____________. Adat Istiadat Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Depdikbud, 1997 Muhammad Chirzin. Jihad Dalam Al-Qur’an: Telaah Normatif, Historis dan
Perspektif. Yogyakarta: Anitra Pustaka, 1997 Nugroho Noto Susanto. Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah. Jakarta: Pusat
Angkatan Bersenjata, 1964 Profil Propinsi Republik Indonesia Kalimantan Selatan (Jakarta: Yayasan Bhakti
Wawasan Nusantara, 1992 Saifudin Zuhri. Sejarah Kebangkitan dan Perkembangan Islam di Indonesia.
Bandung: Al-Ma’arif, 1981 Sartono Kartodirdjo. Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialimse. Jakarta:
Dephankan Pusat Sejarah ABRI, 1973 ___________. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium Sampai
Imperium. Jakarta: Gramedia, 1987 Schrieke B. Indonesian Sociological Studies. Bandung: Sumur, 1985 Suyono, Peperangan Kerajaan di Nusantara “Penelusuran Kepustakaan Sejarah”,
Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2003 ______. Seks dan Kekerasan Pada Zaman Kolonial. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2005 Syarifuddin. Perang Banjar. Banjarmasin: Proyek Pengembangan Permuseuman
Kalimantan Selatan, 1984 Tjilik Riwut. Kalimantan Memanggil. Jakarta: Endang Jakarta, 1958. _________. Kalimantan Membangun. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University
Press, 1979
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Winarno Surakhmat. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik. Bandung: Tarsito, 1994
Zafiri Zam Zam. Antasari Pahlawan Rakyat di Kalimantan. Jakarta: Mutiara, 1984 B. Ensiklopedi: Ensiklopedi Tematis Dunia Islam.”Asia Tenggara”, Jilid 5. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002 C. Skripsi: Saniyah. “Perang Banjar 1859-1865”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Adab UIN
Sunan Kalijaga, 1998 Basuki Rachmad. “Perjuangan Pangeran Antasari dalam Melawan Belanda di Dalam
Perang Banjar”. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007
Mukhamad Safiudin. “Gerakan Beratib Beramal di Dalam Perang Banjar”.
Yogyakarta: Skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007 D. Thesis: Tamny Ruslan. “Gerakan Muning, Sebuah Gerakan Sosial Dalam Perang Banjar”.
Thesis, Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM, 1981
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Lampiran I
DEMANG LEHMAN
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Lampiran II
PETA PERANG BANJAR
Sumber: Sartono Kartodirdjo. Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme (Jakarta: Dephankan Pusat Sejarah ABRI, 1973).
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Lampiran III
SENJATA TRADISIONAL YANG DEMANG LEHMAN DAN PASUKANNYA DALAM PERANG BANJAR
Tombak Biring Tombak Balilit
Parang Kajang Rungkup
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Parang Lubuk Parang Benteng Birayung
Mandau Kepala Suku Dayak
Sumber: M. Idwar Saleh, Lukisan Perang Banjar (Banjarmasin: Museum Kalimantan Selatan, 1993), hlm. 56-60
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Keris Sampana
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
CURRICULUM VITAE
Nama : Sundari
Tempat dan tanggal lahir : Temanggung, 01 September 1984
Alamat sekarang : Papringan, Jl. Ori 2 no. 02, Depok, Sleman.
Nama ayah : Makhful
Nama Ibu : Turinah
Alamat : Kembang Sari Rt. 02, Rw. 03, Kec.Kandangan
Kab. Temanggung,
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan :
� MI, Kembang Sari, Temanggung, lulus tahun 1996
� SMPN I, Kandangan, Temanggung, lulus tahun 1999
� SMU Islam, Kandangan, Temanggung, lulus tahun 2002.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta