Post on 18-Feb-2021
TUGAS BESAR
PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL
KALDU CELUP IKAN PT CAHAYA PATIN
Dosen Pengampu : Ika Atsari Dewi, STP, MP
Oleh :
Kelompok 7
1. Yuantika Pamilasari 115100300111001
2. Nurwinda Levitasari115100300111011
3. Edvin Gama Prasetya 115100300111039
4. Enggar Dayaningtyas 115100300111065
5. Lidya Amalia 115100301111005
6. Puspa Ayu Indah P 115100301111033
LABORATORIUM MANAJEMEN AGROINDUSTRI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
PT. Cahaya Patin merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pangan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2013. PT. Cahaya Patin mengolah limbah ikan, yaitu tulang dan kepala ikan menjadi sebuah kaldu. Sebagaimana kita tahu untuk membuat kaldu ikan dirasa kurang praktis. Pertama-tama kita harus membersihkan ikan dari daging yang ada selanjutnya kepala ikan dan tulang ikan direbus kedalam air mendidih dan ditambahkan bumbu-bumbu penyedap seperti bawang, garam, dll. Setelah dirasa muncul aroma dan rasa yang dihasilkan selanjutnya kaldu ikan tersebut harus disaring terlebih dahulu untuk memisahkan antara kaldu dengan kepala/tulang ikan. Hal ini dirasa kurang praktis. Oleh karena itu kami berinovasi untuk membuat kaldu celup ikan yang memudahkan ibu rumah tangga untukmembuat kaldu ikan. Kepala atau tulang ikan yang telah ditambahkan dengan bumbu bumbu dan diolah sehingga awet akan dimasukan kedalam kantung seperti kantung the celup. Bumbu yang dimasukkan antara lain, gula, daun salam, dan bawang. Konsumen yang ingin menggunakan cukup mencelupkan kaldu celup tersebut kedalam panci dan dimasak sebelum masakan akan disajikan. Proses perendaman dilakukan selama 10 menit. Jangan lupa untuk mengaduk aduk kuah yang sedang dicelupi. kaldu. Ketika masakan telah matang, ambil kaldu celup tersebut lalu buang.
Satu kali produksi, PT. Cahaya Patin menghasilkan 1500 kemasan kaldu celup ikan. Setiap tea bag kaldu celup berisi 10 gram kaldu celup ikan. Setiap kemasan diisi 25 tea bag. Jadi menghasilkan 60 kotak kemasan sekunder tiap kali produksi. Dan waktu produksi untuk tiap bulan adalah 25 hari. Jadi total produksi per tahun adalah 18.000 kemasan atau 450.000 tea bag per tahun.
Untuk proses pembuatan kaldu celup ikan adalah didihkan air ± 5 liter di atas kompor dengan api sedang menggunakan panci berkapasitas 15 kg. Masukkan 12 kg tulang dan kepala ikan patin ± 1 jam. Setelah mendidih masukkan bumbu berupa 1kg gula, 2 kg bawang bombai yang sudah dicincang dengan menggunakan pisau, 1 ½ kg daun salam, dan 2½ kg merica.Kemudian diaduk dengan alat pengaduk hingga rata dan matang. Setelah tercampur rata, ikan yang telah dibumbui disaring dengan alat penyaring. Selanjutnya dihaluskan denganmenggunakan mesin penghalus. Setelah ikan menjadi agak halus, selanjutnya dikeringkan melalui alat vacuum drying. Vacuum dryer merupakan perangkat yang digunakan untuk proses pengeringan dengan mengurangi tekanan di dalam ruang terisolasi. Proses pengeringan adalah suatu aktivitas mengubah spesimen (bahan yang dikeringkan) dari fase awal padat, semi-padat, atau cair, menjadi produk yang solid dengan mengambil air yang terkandung dalam spesimen dari spesimen ke sekitarnya. Jadi, hasil dari proses pengeringan adalah produk padat. Ketika tekanan berkurang karena pemvakuman, kelembaban relatif menurun juga. Penurunan kelembaban relatif adalah faktor yang mempengaruhi laju pengeringan. Butiran ikan yang telah kering kemudian ditakar dengan sendok takaran 10 gram dengan berat masing-masing sebesar 10 gram dan dikemas dengan tea bag. Pengemasan dengan tea bag dilakukan dengan cara menggunakan hand sealer. Hand sealer ini berfungsi untuk menutup kemasan berupa kantong plastik atau alumunium foil dengan menggunakan sistem pemanasan. Kemasan yang sudah diisi dengan jenis produk tertentu selanjutnya dapat di-seal pada bagian mulut kemasan, sehingga kemasan tersebut dapat ditutup rapat. Suhu pemanasan dapat diatur sesuai dengan jenis dan ketebalan kemasan, sehingga akan diperoleh hasil pengemasan yang bagus dan rapat.
Lokasi yang dipilih adalah Ogan, sumatera selatan karena menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumsel Sri Dewi Titisari mengatakan, Sumsel memiliki potensi pengembangan ikan pati yang cukup tinggi mengingat 52% dari total produksi ikan air tawar itu secara nasional berasal dari Sumsel. Lebih dari separuh total produksi ikan patin nasional itu berasal dari Sumsel. Produksi ikan patin pada 2011 mencapai 117.040 ton. Diperkirakan, produksi pada 2012 meningkat sekitar 15% dibanding tahun sebelumnya. Sri melanjutkan selama ini Sumsel berhasil menjadi pemasok utama ikan patin untuk wilayah Lampung, Jambi dan Jakarta. Dengan dukungan fasilitas yang akan diberikan pemerintah pusat maupun daerah tidak menutup kemungkinan Sumsel bisa mengekspor produk perikanan. Dengan adanya pernyataan tersebut kami berusaha mengambil beberapa keuntungan. Antara lain jika kami memilih lokasi di sumatera selatan maka bahan baku akan didapatkan dengan mudah dan mungkin harganya akan lebuh murah. Selain itu dengan ketersediaan bahan baku yang melimpah, maka akan lebih mudah untuk ekspansi perusahaan.
Desain kemasan
BAB II
JADWAL INDUK PRODUKSI
· Definisi Jadwal induk produksi adalah :
Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana suplai/penawaran, persediaan akhir, serta kuantitas yang dijanjikan tersedia (available to promise). MPS disusun berdasarkan perencanaan produksi agregat, dan merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan dan pengendalian produksi. MPS berkaitan dengan pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi dan perancanaan kapasitas.
· Tujuan penyusunan Jadwal Induk Produksi “Kaldu Celup Ikan Fish Broth”:
· Merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan dan pengendalian produksi.
· MPS mengendalikan MRP dan merupakan masukan utama dalam proses MRP
· Memberikan landasan untuk penentuan kebetulan sumber daya dan kapasitas
· Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen.
· Efisiensi dalam penggunaan sumber daya produksi.
· Mencapai target tingkat produksi.
· Manfaat penyusunan Jadwal Induk Produksi “Kaldu Celup Ikan Fish Broth” :
· Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements planning).
· Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and purchase orders) untuk item-item MPS.
· Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.
· Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (delivery promises) kepada pelanggan.
· Jadwal Induk Produksi “Kaldu Celup Ikan Fish Broth”:
Periode
Jumlah permintaan (kg)
Jan-13
1,500
Feb-13
1,530
Mar-13
1,560
Apr-13
1,590
May-13
1,620
Jun-13
1,650
Jul-13
1,680
Aug-13
1,710
Sep-13
1,740
Oct-13
1,770
Nov-13
1,800
Dec-13
1,830
Periode
1
2
3
4
Demand
1500
1530
1560
1590
MPS produk
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kaldu Ikan
400
400
400
300
400
400
400
330
400
400
400
360
400
400
400
390
Mesin
Jam beroperasi (Jam)
Mesin 1
0.056
Mesin 2
0.06
MPS Produk
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Mesin 1
22.2
22.2
22.2
16.7
22.2
22.2
22.2
18.3
22.2
18.3
22.2
20.0
Mesin 2
24.0
24.0
24.0
18.0
24.0
24.0
24.0
19.8
24.0
18.0
24.0
21.6
Total
46.2
46.2
46.2
34.7
46.2
46.2
46.2
38.1
46.2
36.3
46.2
41.6
Rough-cut capacity planning (RCCP)
· Perusahaan beroperasi 6 hari dalam seminggu
· Setiap hari bekerja selama 8 jam
· Selama 1 jam memproduksi 9 pack.
· Selama 6 hari, total mesin beroperasi selama 48 jam.
(Weekly capacity limit)
Dari hasil RCCP di atas dapat diketahui bahwa Jadwal Induk Produksi layak digunakan sebagai perencanaan produksi untuk periode yang akan datang. Hal ini dikarena total jam mesin beroperasi tidak ada yang melebihi batas sehingga tiap harinya mesin dapat beroperasi secara efisien dan teratur.
BAB III
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Persediaan dalam produksi kaldu celup ikan ini adalah untuk menghindari kehabisan bahan dalam kegiatan produksi. Disamping itu, persediaan untuk mengatasi risiko keterlambatan pengiriman bahan baku (kepala ikan,tulang ikan, dan bumbu). Arti penting lainnya adalah untuk menghindari adanya penundaan produksi sehingga menimbulkan citra buruk bagi perusahaan. Jenis-jenis persediaan yang ada dalam PT Cahaya Patin dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku meliputi bpersediaan berupa kepala dan tulang ikan, gula, bawang bombay, daun salam, garam, merica, tea bag, kardus kemasan. Hal ini karena seluruh bahan yang disebutkan tersebut merupakan bahan baku dari kaldu celup ikan. Sedangkan persediaan barang jadi meliputi kaldu celup ikan yang sudah diproduksi dan sudah dikemas rapi namun belum terjual. Kaldu celup ikan yang menjadi persediaan tersebut dikemas dalam masing-masing 10 gram per tea bag.
Model EOQ merupakan salah satu teknik manajemen persediaan. Asumsi dasar model EOQ adalah penjualan dapat diramalkan secara pasti sehingga kebutuhan persediaan selama satu tahun pun dapat diperkirakan dengan pasti. Dua macam biaya yang dipertimbangkan dalam model EOQ adalah baiaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Apabila total biaya dari kedua macam biaya ini diturunkan terhadap kuantitas yang dipesan, akan diperoleh kuantitas pemesanan yang optimal. Lebih lanjut, model EOQ menetukan kapan perusahaan harus melakukan pemesanan kembali bilamana ada masa tenggang dan persediaan pengaman.
Kuantitas pesanan ekonomis ( EOQ) merupakan salah satu model klasik, diperkenalkan FW harris pada tahun 1914, tetapi paling banyak dikenal dalam teknik pengendalian persediaan. EOQ banyak dipergunakan sampai saat ini karena mudah dalam penggunaannya, meskipun dalam penerapannya harus memperhatikan asumsi yang dipakai
Asumsi tersebut sebagai berikut
· Barang yang dipesan dan disimpan hanya satu macam
· Kebutuhan/permintaan barang diketahui dan konstan
· Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diketahui dan konstan
· Barang yang dipesan diterima dalam satu kelompok (batch)
· Harga barang tetap dan tidak tergantung dari jumalh yang dibeli
· Waktu tenggang (lead time) diketahui dan konstan
“PT. Cahaya Patin” adalah sebuah perusahaan kaldu celup ikan berencana akan memesan beberapa item barang yang diperlukan untuk membuat kaldu celup ikan. Item barang yang akan dipesan antara lain kepala/tulang ikan, gula, bawang Bombay, daun salam, garam merica, dan tea bag. Perhitungan EOQ pertama adalah untuk item kepala/tulang ikan. Jika diketahui permintaan bulan lalu untuk tulang/kepala ikan adalah 300 kg. Biaya untuk pemesan kepala ikan adalah Rp 45.000 per pesanan, biaya penyimpanan adalah Rp 70.000 per tahun dengan lead time 2 minggu. Dari data tersebut dapat diketahui perhitungan EOQ adalah sebagai berikut
· EOQ = = = 68,03 kg
H 70.000
· Jumlah pemesanan dalam satu tahun
N= D= 3600= 52.94 order/tahun kg
Q 68
· Waktu antar pemesanan (T)
T=
N
= 300
53
= 6 hari
· ROP
d= D/jumlah hari kerja satu tahun
d= 3600/300
= 12 kg
ROP= dx L
= 12 x 14
= 168 kg
Perhitungan EOQ kedua adalah untuk item gula. Jika diketahui permintaan bulan lalu untuk gula adalah 600 kg. Biaya untuk pemesan gula adalah Rp 25.000 per pesanan, biaya penyimpanan adalah Rp 50.000 per tahun dengan lead time 1 minggu. Dari data tersebut dapat diketahui perhitungan EOQ adalah sebagai berikut
· EOQ = = = 24,4 kg
H 50.000
· Jumlah pemesanan dalam satu tahun
N= D= 600= 24 order/tahun
Q 25
· Waktu antar pemesanan (T)
T=
N
= 300
24
= 13 hari
· ROP
d= D/jumlah hari kerja satu tahun
d= 600/300
= 2 kg
ROP= dx L
= 2 x 7
= 14 kg
Perhitungan EOQ ketiga adalah untuk item bawang bombay. Jika diketahui permintaan bulan lalu untuk bawang bombay adalah 900 kg. Biaya untuk pemesan bawang bombay adalah Rp 35.000 per pesanan, biaya penyimpanan adalah Rp 40.000 per tahun dengan lead time 12 hari. Dari data tersebut dapat diketahui perhitungan EOQ adalah sebagai berikut
· EOQ = = = 39,6 kg
H 40.000
· Jumlah pemesanan dalam satu tahun
N= D= 900= 23 order/tahun
Q 40
· Waktu antar pemesanan (T)
T=
N
= 300
23
= 14 hari
· ROP
d= D/jumlah hari kerja satu tahun
d= 900/300
= 3 kg
ROP= dx L
= 3 x 12
= 36 kg
Perhitungan EOQ keempat adalah untuk item daun salam. Jika diketahui permintaan bulan lalu untuk daun salam adalah 600 kg. Biaya untuk pemesan daun salam adalah Rp 30.000 per pesanan, biaya penyimpanan adalah Rp 35.000 per tahun dengan lead time 7 hari. Dari data tersebut dapat diketahui perhitungan EOQ adalah sebagai berikut
· EOQ = = = 32.07 kg
H 35.000
· Jumlah pemesanan dalam satu tahun
N= D= 600= 19 order/tahun
Q 33
· Waktu antar pemesanan (T)
T=
N
= 300
19
= 16 hari
· ROP
d= D/jumlah hari kerja satu tahun
d= 600/300
= 2 kg
ROP= dx L
= 2 x 7
= 14 kg
Perhitungan EOQ kelima adalah untuk item garam. Jika diketahui permintaan bulan lalu untuk bawang bombay adalah 1500 kg. Biaya untuk pemesan garam adalah Rp 45.000 per pesanan, biaya penyimpanan adalah Rp 50.000 per tahun dengan lead time 9 hari. Dari data tersebut dapat diketahui perhitungan EOQ adalah sebagai berikut
· EOQ = = = 51,96 kg
H 50.000
· Jumlah pemesanan dalam satu tahun
N= D= 1500= 29 order/tahun
Q 52
· Waktu antar pemesanan (T)
T=
N
= 300
29
= 11 hari
· ROP
d= D/jumlah hari kerja satu tahun
d= 1500/300
= 5 kg
ROP= dx L
= 5 x 9
= 45 kg
Perhitungan EOQ terakhir adalah untuk item tea bag. Jika diketahui permintaan tahunan untuk tea bag adalah 450.000 unit. Biaya untuk pemesan tea bag adalah Rp 45.000 per pesanan, biaya penyimpanan adalah Rp 70.000 per tahun dengan lead time 2 minggu. Dari data tersebut dapat diketahui perhitungan EOQ adalah sebagai berikut
· EOQ = = = 760,64 kg
H 70.000
· Jumlah pemesanan dalam satu tahun
N= D= 761= 38 order/tahun
Q 20
· Waktu antar pemesanan (T)
T=
N
= 300
38
= 6 hari
· ROP
d= D/jumlah hari kerja satu tahun
d= 450.000/300
= 1500 kg
ROP= dx L
=1500 x 14
= 21000 pack
Perhitungan EOQ selanjutnya adalah untuk item merica. Jika diketahui permintaan tahunan untuk merica adalah 900 kg. Biaya untuk pemesan kepala ikan adalah Rp 45.000 per pesanan, biaya penyimpanan adalah Rp 70.000 per tahun dengan lead time 2 minggu. Dari data tersebut dapat diketahui perhitungan EOQ adalah sebagai berikut
· EOQ = = =35 kg
H 70.000
· Jumlah pemesanan dalam satu tahun
N= D= 900 = 26 order/tahun
Q 35
· Waktu antar pemesanan (T)
T=
N
= 900
26
= 35 hari
· ROP
d= D/jumlah hari kerja satu tahun
d= 900/300
= 3 kg
ROP= dx L
= 3 x 14
= 42 kg
BAB IV
ABC INVENTORY CLASSIFICATION
Analisis ABC membagi persediaan ditangan (onhand) ke dalam tiga kelompok klasifikasi (category) berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Kategori tersebut adalah A,B, dan C. Kelas A mengkategorikan item yang memiliki volume biaya tahunan tinggi. Mereka merepresentasikan 70-80% dari total biaya persediaan tetapi bernilai hanya untuk 15% dari total item persediaan. Kelas B mengkategorikan item yang memiliki volume biaya tahunan sedang. Mereka merepresentasikan 15-25% dari total biaya persediaan dan bernilai hanya untuk 30% dari total item persediaan rata-rata. Kelas Cmengkategorikan item yang memiliki volume biaya tahunan rendah. Mereka merepresentasikan 5% dari total biaya persediaan tetapi termasuk sebanyak sebagai 50-60% dari total item persediaan. Hal ini dilakukan agar tidak salah estimasi dalam pembelian bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kaldu celup ikan. Berikut ini adalah daftar bahan baku yang digunakan untuk membuat kaldu celup ikan beserta biaya yang dibutuhkan selama setahun.
PT CAHAYA PATIN
No
Deskripsi
Biaya Tahunan
1
Kepala dan tulang ikan
Rp25.200.000,00
2
Gula
Rp7.500.000,00
3
Bawang Bombay
Rp1.710.000,00
4
Daun salam
Rp5.400.000,00
5
Garam
Rp1.500.000,00
6
Merica
Rp1.800.000,00
7
Tea bag
Rp33.750.000,00
8
Kardus kemasan
Rp18.000.000,00
total
Rp94.860.000,00
Hasil dari analisis ABC yang dilakukan adalah sebagai berikut.
PT CAHAYA PATIN
No
Deskripsi
Biaya Tahunan
kumulatif
persentase
kategori
1
Tea bag
Rp33.750.000,00
Rp33.750.000,00
35,58
A
2
Kepala dan tulang ikan
Rp25.200.000,00
Rp58.950.000,00
62,14
B
3
Kardus kemasan
Rp18.000.000,00
Rp76.950.000,00
81,12
B
4
Gula
Rp7.500.000,00
Rp84.450.000,00
89,03
B
5
Daun salam
Rp5.400.000,00
Rp89.850.000,00
94,72
C
6
Merica
Rp1.800.000,00
Rp91.650.000,00
96,62
C
7
Bawang bombay
Rp1.710.000,00
Rp93.360.000,00
98,42
C
8
Garam
Rp1.500.000,00
Rp94.860.000,00
100
C
total
Rp94.860.000,00
Setelah dilakukan analisis ABC maka diketahui bahwa yang termasuk kategori A adalah tea bag. Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa item tea bag perlu mendapatkan perhatian khusus jika dibandingkan dengan kelas B dan C karena biaya yang dibutuhkan untuk membeli bahan ini cukup tinggi akan tetapi dalam jumlah yang sedikit sehingga biaya penyimpanannya kecil. Akan tetapi pada kelas C meskipun biaya yang dibutuhkan kecil jika dibandingkan dengan kelas lainnya namun biaya penyimpanannya tinggi karena jumlahnya banyak.
BAB V
DISKON KUANTITAS
Banyak penjual melakukan strategi penjualan dengan memberikan harga yang bervariasi sesuai dengan jumlah yang dibeli, semakin besar volume pembelian semakin rendah harga barang perunit. Strategi ini disebut penjualan dengan diskon kuantitas (quantity discounts). Untuk menentukan jumalh pesanan yang optimal dapat digunakan model persediaan dengan diskon kuantitas. Diskon kuantitas adalah diskon yang ditawarkan untuk mendorong para pelanggan membeli dalam jumlah yang lebih besar. Ini memungkinkan penjual mendapatkan lebih banyak dari bisnis pembeli, atau mengalihkan beberapa fungsi penyimpanan kepada pembeli, atau mengurangi biaya pengiriman dan penjualan atau semuanya. Ada dua jenis diskon kuantitas kumulatif dan nonkumulatif. Diskon kuantitas biasanya diberikan sebagai potongan harga, tetapi terkadang diskon tersebut diberikan sebagai produk gratis atau produk bonus. Diskon kuantitas dapat menjadi alat yang sangat berguna bagi manajer pemasaran.
Angka Diskon
Kuantitas Diskon
Diskon
Harga Diskon
1
0-60.000
Tidak ada diskon
Rp 135
2
60.001-70.000
5%
Rp 128.25
3
70.001-80.000
10%
Rp 121.5
4
80.001 dan selebihnya
15%
Rp 114.75
Jika diketahui biaya normal untuk satu kantung tea bag adalah Rp 135. Sedangkan untuk pesanan diantara 1501-2000 kantung maka harga perkantung adalah Rp 128,25. Untuk pesanan diantara 2001-2500 kantung maka harga perkantung akan turun menjadi Rp 121,5 . Ketika pesanan 2501 dan selebihnya maka harga kantung per satuan adalah Rp 114,75. Permintaan pertahunnya adalah 450.000. Biaya pemesanan untuk produk ini adalah Rp 50.000 sedangkan biaya penyimpanannya adalah Rp 75.000 dan ongkos membawa persediaan, sebagai persen dari biaya, I, adalah 10% atau 0,1. Maka untuk mendapatkan kuantitas pesanan yang akan meminimalkan angka persediaan total diperlukan beberapa proses.
Langkah pertama adalah menghitung Q* untuk setiap diskon
Q* =
· Q* =
= = 57.736
· Q* = = 59.235
· Q* = = 60.859
· Q* = = 62.623
Perhitungan biaya total
Angka diskon
Harga satuan
Kuantitas pesanan
Biaya produk tahunan
Biaya pemesanan tahunan
Biaya penyimpanan tahunan
Total
1
Rp 135
57.736
Rp 60.750.000
Rp 389.705
Rp 389.718
Rp 61.529.423
2
Rp 128,25
60.001
Rp 57.712.500
Rp 374.994
Rp 384.756
Rp 58.472.250
3
Rp 121,5
70.001
Rp 54.675.000
Rp 321.424
Rp 425.256
Rp 55.421.680
4
Rp 114,75
80.001
Rp 51.637.500
Rp 281.246
Rp 459.006
Rp 52.377.752
Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa kuantitas pesanan 80.001 bungkus nugget akan meminimalkan biaya totalnya.
BAB VI
PERSEDIAAN PROBABILISTIK
· Model persediaan probabilistik
Model inventori probabilistik adalah model pada sistem inventori yang diterapkan pada suatu perusahaan dengan permintaan barang yang tidak diketahui dengan pasti tetapi bisa dilakukan suatu pendekatan yaitu dengan distribusi peluang. Jika suatu perusahaan mengalami kekurangan persediaan maka terdapat dua kemungkinan yaitu kasus permintaan tertunda (back order case) dan kasus kehilangan penjualan (lost sales case) (Ahmad Nurrokhman Sholeh, 2008).
· Persediaan pengaman (safety stock)
Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (stock out).
Peran persediaan pengaman bagi perusahaan kami adalah untuk mengatasi apabila perusahaan mengalami kekurangan persediaan yang diakibatkan oleh keterlambatan kedatangan barang atau kenaikan dalam pemakaian barang, atau kedua-duanya, maka diperlukan sejumlah persediaan pengaman. Sehingga dengan adanya persediaan pengaman tersebut diharapkan tidak terjadi kehabisan persediaan. Persediaan pengaman ini akan diselenggarakan dalam suatu jumlah tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu jumlah tetap didalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
Tiga item persediaan probabilistik
1. Permintaan variabel dan waktu tunggu konstan
Permintaan rata-rata harian pada perusahaan “Cahaya Patin” yakni sekitar 67 kemasan, dengan standar deviasi 6 kemasan. Ditetapkan bahwa lead timenya adalah 2 hari dan risiko kekurangan persediaan yang diperbolehkan 10 %, sehingga tingkat pelayanan yang dimungkinkan adalah 90 %. Maka, dari tabel kurva normal, nilai Z-nya adalah sebesar 1,28.
ROP = (permintaan harian rata-rata x waktu tunggu dalam hari) + ZσdLT
Dimana σdLT = standar deviasi dari permintaan selama waktu tunggu = σd
ROP= (67 x 2) + 1,28 (6)
= 134 + 10,861
= 144,861 ≈ 145 kemasan
Persediaan pengaman (safety stock) = 145 – 67 = 78 kemasan
2. Waktu tunggu variabel dan permintaan konstan
PT. Cahaya Patin menjual produk sekitar 50 kemasan per hari. Untuk waktu tunggu transportasi produk terdistribusi normal yakni dengan rerata waktu 2 hari oleh sebab dipilihnya pusat kota Lampung sebagai tempat pemasaran dan standar deviasi selama 1 hari. Untuk tingkat pelayanan yang ada sekitar 95 %.
ROP = (permintaan harian x waktu tunggu rata-rata dalam hari) + Z (permintaan harian) x σLT
Dimana σLT = standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari
ROP= (50 x 2) + 1,64 (50) (1)
= 100 + 82
= 182 kemasan
Persediaan pengaman (SS) = 182– 50 = 132 kemasan
3. Permintaan dan waktu tunggu variabel
Produk PT. Cahaya Patin mampu terjual sekitar 50 kemasan per hari dan standar deviasi mengikuti pada distribusi normal yakni sekitar 6 kemasan. Produk yang dipesan oleh penyalur dengan waktu tunggu terdistribusi norma rata-rata 2 hari dan standar deviasi 1 hari. Serta tingkat pelayanan sekitar 95 %.
ROP = (permintaan harian rata-rata x waktu tunggu rata-rata) + ZσdLT
Dimana σd = standar deviasi dari permintaan per hari
σLT = standar deviasi waktu tunggu dalam hari
dan σdLT =
σdLT=
=
= = 50,714
ROP= (50 x 2) + 1,64 σdLT
= 100 + 1,64 (50,714)
= 100 + 83,17
= 183,170 ≈ 183 kemasan
Persediaan pengaman (SS) = 183 – 50 = 133 kemasan
BAB VII
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING
Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk mengolah jadwal induk produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item. MRP dimulai dengan perkiraan produk apa yang akan dibutuhkan dalam jangka waktu berikutnya berdasarkan jadwal produksi induk. Kemudian, sistem meledak produk ke daftar bagian yang diperlukan, menggunakan bill of material yang dikembangkan oleh unit teknik. Bagian-bagian yang dipesan pada waktu tanggal mundur (atau "offset") dari tanggal perakitan dan dokumen yang relevan dihasilkan.
Struktur Produk (BOM) PT. Cahaya Patin
PT. Cahaya Patin memiliki permintaan untuk produk A sebesar 375 unit untuk dipenuhi dalam 6 minggu. Setiap unit A memerlukan 2 unit B, 2 unit C dan 2 unit D. Setiap unit B memerlukan 3 unit E, 2 unit F, 2 unit G, 1 unit H dan 1 unit I. Setiap unit D memerlukan 2 unit J dan 2 unit K. Maka permintaan untuk produk B, C, D, E, F, G, H, I, J dan K sangat dependent terhadap permintaan untuk produk A.
(ABCEHGFIDJK)
Struktur produk berfase waktu
No
Barang
Lead time (minggu)
1.
A
1
2.
B
2
3.
C
2
4.
D
2
5.
E
3
6.
F
2
7.
G
2
8.
H
1
9.
I
1
10.
J
2
11.
K
2
(A1234567BCDEFGHIJK)
Rencana Kebutuhan Bruto
Barang
Minggu
Waktu
Tunggu
1
2
3
4
5
6
7
A
375
375
1
B
750
750
2
C
750
750
2
D
750
750
2
E
2250
2250
3
F
1500
1500
2
G
1500
1500
2
H
750
750
1
I
750
750
1
J
1500
1500
2
K
1500
1500
2
Rencana Kebutuhan Netto
Barang
Persediaan di Tangan
Waktu Tunggu
A
180
1
B
150
2
C
50
2
D
100
2
E
200
3
F
250
2
G
100
2
H
50
1
I
200
1
J
150
2
K
120
2
Barang A
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
375
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
180
180
180
180
180
180
180
Kebutuhan Netto
195
Penerimaan Pesanan
Terencana
195
Pengiriman Pesanan
Terencana
195
Barang B
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
390
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
150
150
150
150
150
150
150
Kebutuhan Netto
240
Penerimaan Pesanan
Terencana
240
Pengiriman Pesanan
Terencana
240
Barang C
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
390
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
50
50
50
50
50
50
Kebutuhan Netto
340
Penerimaan Pesanan
Terencana
340
Pengiriman Pesanan
Terencana
340
Barang D
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
390
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
100
100
100
100
100
100
Kebutuhan Netto
290
Penerimaan Pesanan
Terencana
290
Pengiriman Pesanan
Terencana
290
Barang E
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
1170
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
200
200
200
200
Kebutuhan Netto
970
Penerimaan Pesanan
Terencana
970
Pengiriman Pesanan
Terencana
970
Barang F
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
780
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
250
250
250
250
Kebutuhan Netto
530
Penerimaan Pesanan
Terencana
530
Pengiriman Pesanan
Terencana
530
Barang G
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
780
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
100
100
100
100
Kebutuhan Netto
680
Penerimaan Pesanan
Terencana
680
Pengiriman Pesanan
Terencana
680
Barang H
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
340
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
50
50
50
50
Kebutuhan Netto
290
Penerimaan Pesanan
Terencana
290
Pengiriman Pesanan
Terencana
290
Barang I
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
340
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
200
200
200
200
Kebutuhan Netto
140
Penerimaan Pesanan
Terencana
140
Pengiriman Pesanan
Terencana
140
Barang J
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
780
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
150
150
150
150
Kebutuhan Netto
630
Penerimaan Pesanan
Terencana
630
Pengiriman Pesanan
Terencana
630
Barang K
Barang
Minggu
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto
780
Penerimaan Terjadwal
Proyeksi Persediaan di Tangan
120
120
120
120
Kebutuhan Netto
660
Penerimaan Pesanan
Terencana
660
Pengiriman Pesanan
Terencana
660
BAB VIII
JUST IN TIME
Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan baku, WIP, dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem produksi JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan perbaikan terus – menerus (contionous process improvement).
Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut, dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull System (system tarik). Dalam system JIT , hanya final assembly line yang menerima jadwal produksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja sebelumya (stasiun kerja 1 ) menerima pesanan produksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun kerja 2 ), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang tepat dengan spesifiksai yang tepat pula. Dalam kasus seperti ini, stasiun kerja 2 sering disebut sebagai stasiun kerja pengguna (using work station). Apabila stasiun kerja pengguna itu menghentikan produksi untuk suatu waktu tertentu, secara otomatis staisun kerja pemasok (supplying wotk station) akan berhenti memasok produk, karena tidak menerima pesanan produksi.
Dari diatas tampak bahwa ada dua proses dalam sistem produksi, yaitu sistem produksi JIT dam sistem autonomasi. Sistem autonomasi adalah suatu mekanisme untuk mencegah diproduksinya barang cacat secara masal pada mesin atau lini produk. Untuk mencapai JIT sempurna, unit yang 100% bebas cacat harus mengalir ke proses berikut secara kontinu tanpa terputus. Karena itu pengendalian mutu harus selalu berdampingan dengan operasi JIT dalam seluruh sistem Kanban.
Sistem produksi JIT menggunakan aliran informasi berupa Kanban, berbentuk kartu atau peralatan lainnya seperti lampu. Kanban digunakan pada sistem produksi JIT untuk mengendalikan aliran bahan dalam sistem tarik, yang diedarkan diantara setiap proses untuk mengendalikan jumlah produksi agar sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Dimana perpindahan bahan dalam lintasan produksi hanya terjadi jika bahan tersebut digunakan dari suatu stasiun kerja kerja ke stasiun kerja lainnya dalam jumlah yang sekecil mungkin dan pada waktu yang tepat.
Contoh kanban:
(No Rek Gudang CI2013 No Belakang A1-11No Barang 1234Nama Barang KALDU CELUP IKANJenis MobilKapasitas KotakJenis KotakNo KeluaranProses TerdahuluPENEMPAANProses BerikutPENGERJAAN MESIN20A5/2)
RCCP PT.
12345678910111246.246.246.234.70000000000000346.246.246.238.146.236.30000000000001146.246.1