Post on 22-Aug-2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Waktu merupakan salah satu konsep dasar sejarah selain ruang dan
kegiatan manusia, perubahan dan kesinambungan ini merupakan unsur
penting dari sejarah yaitu masa lalu. Sejarah merupakan proses perjalanan
waktu yang sangat luas dan panjang.Sejarawan Ingin membuat waktu yang
terus-menerus bergerak menjadi tanpa berhenti itu dapat dipahami dengan
membagi-baginya dalam unit-unit waktu. Suatu momentum yang dapat
memberikan petunjuk adanya karakteristlk dari suatu kurun waktu yang
satu berbeda dari kurun waktu lainnya. Inilah yang dinamakan
periodisasi/pembabakan waktu. Jadi sejarah adalah suatu peristiwa dalam
suatu rentang waktu yang langsung terus-menerus yang melibatkan
perubahan dalam kehidupan manusia. Periodisasi/pembabakan waktu
adalait salah satu produk penulisan sejarah dalam rangka memahami
rangkaian peristiwa tersebut yang didasarkan pada momentum perubahan
sebagai tanda pemisahan waktu.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat disusun beberapa rumusan
masalah yaitu:
1. Bagaimana konsep waktu dan sejarah?
2. Bagaimana konsep perubahan sosial?
3. Bagaimana konsep kebudayaan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui konsep waktu dan sejarah
2. Mengetahui konsep perubahan sosial
3. Mengethaui konsep kebudayaan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Waktu dan Sejarah
1. Pengertian Kata Sejarah (Etimologis)
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajara”, artinya terjadi.
Sedangkan kata “Syajaratun” artinya pohon kayu yang terus menerus
tumbuh dari bumi ke udara yang mempunyai cabang, dahan, dan daun,
bunga serta buah. Menurut Muhammad Yahmin di dalam kata sejarah
tersirat makna pertumbuhan atau kejadian. Secara etimologis makna kata
sejarah adalah tumbuh, hidup, berkembang, dan bergerak terus menerus
dan akan berjalan terus sepanjang masa.
Jadi sejarah adalah rekonstruksi masa lampau. Rekonstruksi
sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan,
dirasakan, dan dialami oleh orang. Seorang sejarawan dapat menulis apa
saja asal memenuhi syarat untuk disebut sejarah. Jangan dibayangkan
bahwa membangun masa lampau itu untuk kepentingan masa lampau
sendiri. Selain itu jangan dibayangkan bahwa masa lampau itu jauh. Kata
seorang sejarawan Amerika bahwa sejarah itu ibarat orang naik kereta
menghadap ke belakang, ia dapat melihat ke belakang, ke samping kanan
dan kiri. Salah satu kendalanya adalah tidak dapat melihat masa depan.
2. Kegunaan Sejarah
Menurut Koentowijoyo setidaknya guna sejarah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Guna Intrinsik terdiri atas:
1. Sejarah sebagai ilmu
Sejarah adalah ilmu yang terbuka, artinya siapa saja dapat
mengaku sebagai sejarawan secara sah asal hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan sebagai ilmu. Keterbukaan itu diperkuat
dengan adanya kenyataan bahwa sejarah menggunakan bahasa
sehari-hari, tidak menggunakan istilah- istilah teknis
2
2. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
Bersama dengan mitos, sejarah adalah cara untuk
mengetahui masa lampau.
3. Sejarah sebagai pernyataan pendapat
b. Guna Ekstrinsik
Dilihat dari kegunaan sejarah secara ekstrinsik maka sejarah
secara umum mempunyai fungsi pendidikan, di antaranya adalah:
1. Pendidikan moral
Jika pendidikan moral harus berbicara tentang benar dan
salah dan sastra hanya tergantung pada imajinasi pengarang, maka
sejarah harus berbicara dengan fakta. Fakta sangat penting dalam
sejarah, tanpa fakta tidak boleh bersuara. Misalnya, benarkah
secara historis bahwa semua bupati sebagai bangsa terjajah itu
baik? Sebaliknya, benarkah semua residen sebagai penjajah itu
buruk perlakuannya terhadap pribumi. Jawaban itu harus
dilengkapi dengan fakta.
2. Sejarah sebagai pendidikan perubahan
Pendidikan perubahan diperlukan oleh para politisi, ormas-
ormas, usaha- usaha, bahkan pribadi-pribadi. Dalam era global
sekarang ini tidak ada yang lebih cepat dari pada perubahan.
Misalnya, kaum politisi yang tidak dapat mengantisipasi gelagat
perubahan akan ketinggalan. Untuk dapat melestarikan
kepemimpinan, perlu diketahui perubahan apa yang sedang dialami
oleh para pengikutnya.
3. Sejarah sebagai pendidikan keindahan
Pengalaman estetik akan datang melalui mata waktu kita
antara lain datang ke monumen, candi, istana, dan membaca.
3. Tugas Sejarah Berkaitan dengan Waktu
Para sejarawan sepakat bahwa ilmu sejarah bertugas membuka
peristiwa ke masa lampau atau waktu yang lalu umat manusia,
memaparkan kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya dan
3
mengikuti perkembangannya dari masa yang paling tua hingga masa kini.
Tugas sejarah membuka masa lampau umat manusia mengandung
pengertian bahwa sejarah meneliti dan mengkaji peristiwa-peristiwa di
dalam masyarakat manusia yang terjadi di masa lampau. Peristiwa pada
masyarakat manusia dan masa lampau atau waktu yang lalu adalah sesuatu
yang penting dalam definisi sejarah. Peristiwa yang tidak memiliki
hubungan dengan kehidupan masyarakat manusia pada masa lampau
bukanlah suatu peristiwa sejarah. Demikian pula dengan adanya peristiwa
yang terjadi di masa sekarang belum menjadi sejarah.
Dengan demikian konsep waktu menjadi sangat penting.
Permasalahan selanjutnya apakah yang sesungguhnya yang dimaksud
dengan waktu? Sementara itu waktu berjalan terus, maka kapan waktu itu
berawal dan kapan berakhir? Jawaban pertanyaan tersebut harus dikaji
secara mendalam, ilmiah, dan filosofis, di sini tidak mungkin dibahas
seperti yang diinginkan. Namun demikian secara ringkas dapat dikatakan
bahwa waktu ada dan bagaimana waktu itu didasarkan pada kesadaran
manusia, karena itu pula hanya manusia yang mempunyai sejarah (zoon
historikon). Salah satu pengertian sejarah adalah ilmu tentang waktu di
mana proses kelangsungan atau perjalanan waktu tersebut secara
berkesinambungan.
Dalam pandangan waktu seperti itu maka secara implisit waktu
mempunyai tiga dimensi yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang
akan datang. Manusia menghadapi kenyataan hidup bahwa waktu bergerak
terus menerus, maka secara eksak waktu diukur dengan detik, menit, jam,
hari, minggu, bulan, tahun, windu, dasawarsa, dan abad. Sedangkan istilah
masa kini sebenarnya bersifat relatif, karena waktu berjalan terus menerus
dari detik ke detik, hari ke hari, tahun ke tahun, dan seterusnya, di mana
masa kini merupakan titik temu antara masa lampau dengan masa yang
akan datang. Peristiwa-peristiwa masa lampau, merupakan rangkaian
peristiwa masa kini, dan masa yang akan datang, sehingga waktu dalam
perjalanan sejarah adalah berjalan secara kontinuitas (berkesinambungan).
4
Agar setiap waktu dapat dipahami, maka sejarah membuat pembabakan
waktu atau periodisasi. Maksud periodisasi adalah supaya setiap babak
watu itu menjadi jelas ciri-cirinya, sehingga mudah dipahami. Misalnya,
sejarah Eropa dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu Zaman Klasik,
Zaman Pertengahan, dan Zaman Modern. Demikian juga sejarah Indonesia
biasanya dapat dibagi ke dalam empat periode yaitu Prasejarah, Zaman
Kuno, Zaman Islam, dan Zaman Modern. Tentu saja periodesasi itu dibuat
menurut jenis sejarah yang akan ditulis. Misalnya, periodesasi sejarah
politik akan berbeda dengan periodesasi sejarah ekonomi dan akan
berbeda pula dengan sejarah sosial.
B. Konsep Perubahan Sosial Budaya
1. Pengertian perubahan sosial budaya
Dalam konteks kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dikenal
dua macam perubahan yaitu :
a. Perubahan sosial (social change)
Menurut Kingsley Davis, perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mencakup semua
unsur kebudayaan, misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan lain- lain termasuk perubahan-perubahan dalam bentuk serta
aturan-aturan organisasi sosial.
b. Perubahan kebudayaan (cultural change).
Menurut Taylor, mengemukakan bahwa kebudayaan adalah
suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
norma, hukum, adat istiadat serta kebiasaan dari manusia sebagai
warga masyarakat. Perubahan kebudayaan adalah setiap perubahan
dari semua unsur kebudayaan tersebut.
Menurut Selo Sumardjan, perubahan sosial budaya adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai sikap dan pola perilaku di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat
5
disimpulkan bahwa perubahan sosial budaya terjadi secara terus
menerus dari dahulu, sekarang, dan di masa yang akan datang.
Perubahan sosial budaya tidak dapat dipisahkan, karena kebudayaan
berasal dari masyarakat dan masyarakat tidak mungkin tanpa adanya
kebudayaan.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial budaya
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial budaya pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Faktor Internal Yang dimaksud faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, antara lain:
1. Bertambah dan berkurang penduduk Pertambahan penduduk yang
sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
masyarakat, terutama yang menyangkut lembaga-lembaga
kemasyarakatan.
2. Penemuan-penemuan baru Inovasi atau innovation merupakan
suatu proses sosial dan budaya yang besar, tetapi dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama. Proses tersebut meliputi suatu
penemuan unsur baru budaya, unsur kebudayaan baru tersebut
disebarkan ke masyarakat, lalu diterima, dipelajari dan akhirnya
dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-
penemuan baru dapat dibedakan menjadi dua yaitu discovery dan
invention. Discovery adalah penemuan dari suatu unsur
kebudayaan yang baru, baik yang berupa alat baru atau ide baru,
yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian ciptaan
individu-individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery
baru menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui,
menerima, dan menerapkan penemuan baru tersebut dalam hidup
dan kehidupannya. Misalnya, adanya penemuan tentang mobil,
yang diawali dengan penemuan S. Marcus dari Austria pada tahun
1875 tentang motor gas yang pertama. Kemudian motor gas
tersebut diujicobakan pada kereta kuda, sehingga kereta tersebut
6
dapat berjalan tanpa kuda. Pada saat itulah mobil menjadi suatu
discovery. Setelah penemuan Marcus kemudian mengalami
perbaikan dan percobaan dari pencipta lain dan sekitar tahun 1911
oleh Amerika Serikat menjadi bentuk mobil yang patent dan
menjadi alat pengangkutan manusia yang cukup aman dan praktis.
Dengan tercapainya bentuk itu, maka kendaraan mobil menjadi
invention.
Adapun faktor-faktor yang mendorong timbulnya
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat adalah sebagai
berikut:
a. adanya kesadaran masyarakat akan kekurangan
kebudayaannya;
b. adanya kualitas para ahli dari suatu kebudayaan;
c. adanya perangsang bagi kegiatan-kegiatan penciptaan dalam
masyarakat;
d. pengaruh unsur-unsur budaya luar yang lebih bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat;
e. adanya lembaga atau organisasi sosial yang mendorong ke arah
penemuan baru tersebut.
3. Pertentangan (konflik) dalam masyarakat
Pertentangan (konflik) dalam nilai-nilai dan norma-norma,
politik, etnis, dan agama dapat menimbulkan perubahan sosial
budaya yang luas. Pertentangan individu terhadap nilai-nilai dan
norma-norma, serta adapt- istiadat yang telah berjalan lama akan
menimbulkan perubahan apabila individu-individu tersebut beralih
dari nilai, norma, dan adat-istiadat yang telah diikuti selama ini.
Misalnya, adanya anggapan masyarakat bahwa “makin banyak
anak makin banyak rejeki” artinya setiap anak mempunyai rejeki
sendiri-sendiri, sehingga tidak menimbulkan kecemasan setiap kali
anaknya lahir. Di era sekarang ini pandangan itu mengalami
perubahan, bahwa “makin banyak anak makin besar beban
7
ekonomi”. Adanya perubahan pandangan tersebut akan
mengurangi angka pertumbuhan penduduk dan kesejahteraan
meningkat, karena adanya keseimbanggan antara kemampuan
ekonomi dengan tanggung jawab membiayai anak
b. Faktor Eksternal
Perubahan sosial budaya dapat pula disebabkan oleh faktor-
faktor yang berasal dari luar masyarakat, yaitu:
1. Lingkungan fisik
Adanya bencana alam, seperti gempa bumi, angin taufan,
banjir besar, tanah longsor, dan lain-lain memungkinkan
masyarakat pindah dari daerah asal ke daerah pemukiman baru.
2. Peperangan
Peperangan yang terjadi antara satu masyarakat atau negara
dengan masyarakat lain menimbulkan berbagai dampak, sepertinya
dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemberontakan dan
pertentangan- pertentangan. Negara yang menang biasanya akan
memaksakan negara yang takluk untuk menerima kebudayaannya
yang dianggap kebudayaannya lebih tinggi tarafnya.
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Adanya interaksi langsung antara satu masyarakat dengan
masyarakat lain akan menyebabkan saling pengaruh. Selain itu,
pengaruh budaya dapat berlangsung pula melalui komunikasi satu
arah yaitu komunikasi masyarakat dengan media massa. Interaksi
budaya tidak menjamin timbulnya pengaruh satu budaya terhadap
budaya lainnya. Suatu masyarakat dapat saja menolak atau
menyeleksinya terlebih dahulu baru kemudian menyerap unsur-
unsur budaya yang sesuai.
Respon psikologis individu terhadap cross-cultural contact
ada empat kemungkinan, yaitu:
a. type passing yaitu individu menolak kebudayaannya yang asli
dan mengadopsi kebudayaan yang baru;
8
b. type chauvinist yaitu individu menolak sama sekali pengaruh-
pengaruh budaya asing, mereka kembali kepada kebudayaan
asli mereka dan biasanya mereka menjadi nasionalis yang
militant dan pejuang kuat untuk menolak pengaruh-pengaruh
budaya asing tersebut;
c. type marginal yaitu respon yang terombang-ambing di antara
kebudayaan asli sendiri dengan kebudayaan masyarakat lain
yang asing tersebut.; dan
d. type mediating di mana individu dapat menyatukan bermacam-
macam identitas budayanya, mempunyai keseimbangan
integrasi, dan memperoleh personality dua atau beberapa
kebudayaan. Respon individu bersifat selektif, kombinasi, dan
mensintesiskan, tanpa melupakan inti budayanya sendiri.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak adanya
perubahan sosial budaya
Penolakan terhadap suatu perubahan sosial budaya terutama yang
disebabkan oleh faktor eksternal terjadi karena berbagai faktor, yaitu:
a. Masyarakat merasa ragu-ragu, atau curiga terhadap sesuatu hal yang
baru yang dianggap sebagai sesuatu hal yang bersifat negatif. Adanya
pandangan seperti ini muncul dalam perilaku menolak langsung atau
menolak terlebih dahulu sambil mempelajarinya untuk kemudian
menerima atau menolak.
b. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat terhadap sesuatu
yang baru tersebut, sehingga mereka menolak.
c. Adanya kecenderungan untuk tetap menyukai, memelihara sesuatu hal
yang lama membuat inovasi terhalang.
Misalnya, masih adanya sikap priyayi dan sikap feodalisme
menghalangi seseorang untuk berorientasi pada prestasi individu.
Kebalikan dari faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya di
atas yaitu sikap terbuka, berpengalaman luas, berpikir positif di
9
samping adanya proses seleksi, menyukai sesuatu yang baru, dan lain-
lain akan menjadi faktor pendorong bagi perubahan sosial budaya.
Menurut Rogers dan Shoemaker (1987) sebagaimana dikemukakan
oleh Pelly Usman dan Asih Menanti (1994) perubahan sosial budaya
mengikuti tiga tahap, yaitu:
a. Tahap pertama terjadi invensi yaitu proses di mana ide-ide baru
diciptakan dan dikembangkan;
b. Tahap kedua difusi yaitu penyebaran atau pengkomunikasian ide-ide ke
dalam sistem sosial;
c. Tahap ketiga konsekuensi yaitu perubahan-perubahan yang terjadi
dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan
inovasi.
4. Konsep Kebudayaan
1. Pengertian kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “buddhayah”, yaitu
bentuk jamak dari “buddh”i yang berarti budi atau akal. Dengan demikian
secara sederhana kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan
dengan akal (Koentjaraningrat, 1979:195).
Selain itu, ada yang mengupas kata budaya sebagai perkembangan
dari kata majemuk budi-daya, yang mempunyai arti daya dari budi. Oleh
karena itu mereka membedakan “budaya” dari “kebudayaan”. Budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa, sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa. Dengan kata lain, hasil
dari ketiga unsur akal atau budi (cipta, rasa, dan karsa) itulah yang disebut
dengan kebudayaan.
Untuk lebih memahami konsep kebudayaan, berikut ini dikutip
beberapa definisi kebudayaan sebagaimana dikutip oleh Widyosiswoyo
(1996:33-34) antara lain:
a. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan itu keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.
10
b. Menurut Ki Hadjar Dewantara, Kebudayaan berarti buah budi manusia
yaitu hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam
dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan
hidup manusia untuk mengatasi berbagai tantangan dalam hidup dan
penghidupannya, guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
c. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, mengatakan bahwa kebudayaan
adalah manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya pola
kebudayaan itu sangat luas, sebab semua perilaku dan perbuatan
tercakup di dalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara
berpikir termasuk di dalamnya perasaan, karena perasaan juga
merupakan maksud dari pikiran.
d. Menurut C. A. van Peursen, mengatakan bahwa dewasa ini kebudayaan
diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan
setiap kelompok orang berlainan dengan hewan, maka manusia tidak
dapat hidup begitu saja di tengah alam. Oleh karena itu, untuk dapa
hidup manusia harus mengubah segala sesuatu yang telah disediakan
oleh alam. Misalnya, adanya beras agar dapat dikonsumsi harus diubah
dulu menjadi nasi.
Kebudayaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat;
b. kebudayaan diwariskan dari generasi ke generasi secara non genetis,
tetapi diperoleh manusia melalui proses belajar;
c. kebendaan kebudayaan dapat berupa gagasan, tindakan, dan hasil
karya yang berbentuk material;
d. kebudayaan sifatnya dinamis;
e. kebudayaan dibutuhkan oleh manusia untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
2. Unsur-unsur kebudayaan
Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis
11
tertentu. Dengan adanya unsur tersebut, kebudayaan lebih mengandung
makna totalitas dari pada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat
di dalamnya. Menurut Clyde Kluckhohn ada tujuh unsur kebudayaan yang
universal. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bahasa
Ernst Cassirer (1987:41) menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang menggunakan simbol (animal symbolicum), artinya
manusia adalah makhluk yang menggunakan symbol khususnya
bahasa. Dengan kata lain, bahasa berisi simbol atau lambang untuk
mengkomunikasikan ide, gagasan atau pemikiran. Bahasa dapat
dibedakan atas:
1. bahasa isyarat, misalnya kentongan, gerakan tangan, anggukan,
gelengan kepala dan isyarat lain yang diterima berdasarkan
kesepakatan suatu masyarakat;
2. bahasa lisan diucapkan melalui mulut;
3. bahasa tulisan melalui buku, surat, koran, dan sebagainya.
b. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia atau sistem
teknologi
Menurut Notonagoro (1987) manusia adalah makhluk yang
bersifat monopluralis (jamak tetapi satu) yang terdiri dari susunan
kodrat, sifat kodrat, dan kedudukan kodrat. Susunan kodrat manusia
terdiri atas jiwa dan raga, sedangkan jiwa mempunyai apa yang
disebut dengan cipta, rasa, dan karsa. Dengan cipta, rasa dan karsa
inilah manusia mampu menciptakan apa yang disebut teknologi.
Teknologi adalah semua cara dan alat yang dipergunakan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang meliputi alat-alat
produksi, distribusi dan transportasi, wadah dan tempat untuk
menyimpan makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat
berlindung dan perumahan serta senjata. Dengan alat-alat ciptaannya
itu, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya dari pada
binatang.
12
c. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi
Jika dilihat dari tingkat teknologi yang dipergunakan, maka
sistem mata pencaharian hidup dapat dibagi atas (Winataputra, 2003):
a. Masyarakat pemburu dan peramu (hunter and gathering).
b. Pertanian berpindah-pindah atau berladang (primitive farming).
c. Peratanian intensif (intensive farming).
d. Industri (manufacturing)
d. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial atau sistem sosial
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat sebagai
suatu kesatuan. Dalam setiap masyarakat pada umumnya mempunyai
aturan tentang tempat tinggal pasangan suami isteri yang baru kawin.
Aturan tersebut adalah:
1. Matrilokal yaitu pasangan suami isteri baru menetap di tempat ibu
si isteri atau kerabat isteri;
2. Patrilokal yaitu pasangan suami isteri baru menetap di tempat
ayah si suami atau kerabat suami;
3. Bilokal yaitu pasangan suami isteri baru secara bergantian tinggal
di kerabat suami dan kerabat isteri ;
4. Ambilokal yaitu pasangan suami isteri baru mempunyai
kebebasan untuk memilih, mau tinggal di kerabat suami atau
isteri;
5. Avunkulokal yaitu pasangan suami isteri baru tinggal di tempat
saudara laki-laki ibu dari suami;
6. Natalokal yaitu pasangan suami isteri baru tinggal di tempat
kelahiran masing-masing;
7. Neolokal yaitu pasangan suami isteri baru tinggal di tempat yang
baru, tidak di kerabat suami maupun isteri.
Selain aturan tempat tinggal di setiap masyarakat juga
mengenal adanya sistem kekerabatan yaitu garis keturunan yang
berdasarkan pertalian darah disebut sanak saudara (kindred). Sistem
kekerabatan ada yang bersifat:
13
1. Unilinial yaitu keturunan ditelusuri melalui satu garis keturunan
saja melalui bapak atau ibu, yang meliputi:
a. Matrilineal (garis keturunan dari pihak isteri atau ibu).
Contohnya suku Minangkabau.
b. Patrilinial (garis keturunan dari pihak suami atau bapak).
Contohnya adalah Suku Batak.
2. Bilinial yaitu garis keturunan ditelusuri melalui garis ibu atau
bapak secara bersama- sama. Contohnya adalah suku Sunda.
Sistem kekerabatan yang bersifat unilinial dan masih dapat
ditelusuri ikatan darahnya oleh individu (ego) disebut lineage.
Sedangkan mereka yang masih menganggap satu garis keturunan,
tetapi sudah tidak dapat ditelusuri lagi disebut clan (marga).
Kekerabatan yang lebih luas dari marga disebut suku. Menurut
Koentjaraningrat (1979) suku adalah suatu golongan manusia yang
terikat oleh kesamaan identitas akan persatuan kebudayaan atau
kesamaan kebudayaan seperti bahasa, sistem kekerabatan dan adat
istiadat yang lain.
e. Sistem pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh
manusia dengan cara belajar, baik belajar dari lingkungan alam,
lingkungan sosial maupun lingkungan budayanya. Pengetahuan yang
sifatnya universal meliputi pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan
(flora) dan binatang (fauna), ruang dan waktu, bilangan, tubuh
manusia, dan perilaku antar sesame manusia. Pengetahuan tentang
alam tumbuh-tumbuhan merupakan salah satu pengetahuan dasar bagi
masyarakat yang mempunyai mata pencaharian pertanian.
f. Sistem religi (kepercayaan)
Adanya keterbatasan manusia dalam memahami, memikirkan
dan menganalisa keadaan dan kejadian alam dan peristiwa-peristiwa
dalam kehidupan sehari-hari, seperti gempa bumi, gunung meletus,
kelahiran, kematian, ada orang jahat, ada orang sombong, dan
14
perilaku lainnya yang menyimpang dari nilai dan norma masyarakat,
menyebabkan manusia sadar akan adanya kekuatan di luar dirinya
sendiri yang disebut kekuatan supranatural.
Dengan adanya kesadaran terhadap kekuatan supranatural
melahirkan sistem kepercayaan. Seperti kepercayaan kepada roh
nenek moyang (animisme), kepercayaan kepada kekuatan alam
(dinamisme), kepercayaan yang menganggap suci terhadap binatang
tertentu (totemisme), pemujaan kepada pelaksana upacara
(shamanisme), percayakepada dewa-dewa, dan sebagainya.
Agama berbeda dengan aliran kepercayaan. Agama adalah
keyakinan yang harus diterima oleh penganutnya dan memuat
berbagai aturan tentang sesuatu yang harus dipatuhi. Sifat agama
adalah menuntun penganutnya agar mendapat keselamatan baik di
dunia maupun di akhirat.
Agama berasal dari bahasa Sansekerta a artinya tidak, gama
artinya kacau. Jadi agama tidak kacau atau teratur. Agama yang
diakui oleh pemerintah Indonesia adalah Islam, Katolik, Kristen,
Hindu, dan Buda. Agama menjadi identitas setiap penganutnya,
memberikan dorongan spiritual dalam bertingkah laku, memberi arah
dalam menjalani kehidupan di dunia.
Dengan adanya ketaatan dalam menjalankan agama, maka
tercipta kedisiplian, ketekunan, rasa kebersamaan, saling hormat-
menghormati, jujur, dan sebagainya. Semuanya itu sangat diperlukan
dalam menjalin hubungan, baik individu dengan Tuhannya, individu
dengan individu, maupun individu dengan masyarakat.
g. Sistem kesenian
Kesenian pada umunya dapat dibedakan:
1. Seni rupa meliputi seni patung, seni pahat, seni lukis, dan seni
rias;
2. Seni suara meliputi seni vokal (suara), seni musik, seni sastra
seperti puisi, prosa, novel;
15
3. Seni gerak meliputi drama, pantomim, seni tari, dan sebagainya.
Berbagai macam kesenian tersebut merupakan pranata yang
dipergunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa
manusia yang bersumber pada perasaan. Seperti menggambar pada
sebagian anggota tubuh (tatto) tujuannya awalnya adalah untuk
menyamar dari musuh dan binatang buruan. Mengenai seni patung
dan seni pahat (relief pada candi), seni tari di Bali tidak dapat
dipisahkan perkembangannya dari agama Hindu dan Budha. Semakin
berkembang teknologi, semakin bervariasi pula usaha manusia untuk
mengekspresikan rasa keindahannya dalam bentuk berbagai jenis
kesenian.
3. Wujud kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (1979:200-204) ketujuh unsur
kebudayaan tersebut masing-masing mempunyai tiga wujud kebudayaan.
Adapun wujud kebudayaan itu adalah sebagai berikut:
1. Sistem budaya (cultural system)
Wujud kebudayaan pada tingkat ini sebagai suatu kompleks
dari ide-ide,gagasan, nilai-nilai, norma- norma, peraturan, dan
sebagainya. Sifatnya masih abstrak, tidak dapat diraba atau difoto,
lokasinya ada di kepala-kepala atau dalam alam pikiran masyarakat di
mana kebudayaan itu berada. Para ahli antropologi dan sosiologi
menyebutnya sebagai sistem budaya atau (cultural system). Dalam
bahasa Indonesia untuk menyebut wujud kebudayaan yang bersifat
ideal ini, yaitu adat atau adat-istiadat.
2. Sistem sosial (social system)
Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial (social
system). Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi dari hari ke hari menurut pola-pola tertentu berdasarkan
adat tata kelakuan. Aktivitas-aktivitas manusia dalam sistem sosial ini
bersifat kongkret, bisa difoto, bisa diobservasi.
3. Berupa kebudayaan fisik
16
Wujud kebudayaan fisik adalah benda-benda hasil karya
manusia. Sifat dari wujud kebudayaan ini sifatnya paling kongkret.
Sebagai contoh, sistem kepercayaan, mempunyai wujud sebagai
system keyakinan dan gagasan-gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa,
roh-roh halus, neraka, sorga, dan sebagainya.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa setiap unsur kebudayaan
itu berawal dari ide-ide, nilai-nilai, norma-norma (sisten budaya)
kemudian mendorong adanya perilaku sosial dalam bentuk sosialisasi
dan interaksi (sistem sosial) dan akhirnya akan menghasilkan benda-
benda dan peralatan (kebudayaan fisik).
4. Perkembangan atau Dinamika Kebudayaan
Kebudayaan suatu masyarakat juga akan mengalami pertemuan
saling silang dengan kebudayaan masyarakat atau kelompok
masyarakat lain dari pertemuan-pertemuan itu akan terjadi apa yang
dinamakan “proses peminjaman selektif”. Proses peminjaman selektif
inilah yang kemudian mengakibatkan adanya perubahan suatu
kebudayaan dan perubahan itu yang menandai adanya perkembangan
atau dinamika kebudayaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kebudayaan dapat disebabkan antara lain :
a. Faktor dari dalam (Internal) antara lain discovery, infention,
inovasi, dan enkulturasi.
b. Faktor eksternal antara lain meliputi : difusi, akulturasi dan
asimilasi
Enkulturasi adalah proses belajar budaya melalui pembudayaan
nilai-nilai, norma-norma social budaya serta pola-pola tindakan dalam
interaksi sosial agar menjadi milik pribadinya dan tebentuk dalam
sikap dan prilakunya. Dengan kata lain, enkulturasi adalah proses
mempelajari dan menyesuaikan sikap dan prilakunya dengan sistem
nilai, sistem norma, adat istiadat dan pola-pola tindakan atau perilaku
dalam interaksisosial budaya yang berlaku dalam kehidupan
masyarakatnya. Difusi adalah transfer (penjalaran atau penyebaran)
17
unsur-unsur kebudayaan dari kelompok masyarakat yang satu ke dalam
kelompok masyarakat yang lainnya. Difusi selain berperan sebagai
pendorong kebudayaan juga memperkaya isi masing-masing
kebudayaan. Difusi dapat terjadi apabila :
a. Adanya kelompok atau hubungan yang intensif antara dua
kelompok yang berbeda kebudayaannya.
b. Tersedianya saran komunikasi.
c. Adanya rangsangan kedua belah pihak akan kebutuhan unsur baru.
d. Adanya kesediaan mental kedua belah pihak untuk menerima unsur
baru.
e. Adanya kesiapan keterampilan untuk menerima unsur baru.
Ada tiga bentuk difusi :
a. Difusi ekspansi : suatu proses dimana informasi atau material
menjalar dari satu daerah ke daerah lain semakin lama semakin
luas. Contoh: urbanisasi, penyebaran system ruang,berita dari
Koran atau tv.
b. Difusi reokasi : informasi atau materi pindah meninggalkan daerah
asal ke suatu daerah baru. Contoh: transmigrasi
c. Difusi cascade atau bertingkat : penjalaran melalui tingkatan, bias
dari atas ke bawah (top down) atau sebliknya ke bawah ke atas
(bottom up), contoh:KB (top down), kebutuhan sarana jalan dari
masyarakat, diteruskan ke kepala desa, camat, bupati, dan
seterusnya (botton up).
Dalam perkembangannya pengertian akulturasi lebih di titik
beratkan pada proses terjadinya fusi atau percampuran antara unsur-
unsur kebudayaan yang saling bertemu. Hasil dari pencampuran itu
dapat berupa: kedua unsur kebudayaan tersebut masih dapat dikenali
atau salah satu unsur menjadi dominan. Atau dengan kata lain
percampuran kebudayaan itu tidak menyebabkan hilangnya
kepribadian suatu kebudayaan masyarakat.
18
Ada syarat utama untuk terjadinya akulturasi, yaitu adanya
kontak social dan komunikasi antara dua kelompok masyarakat yang
berbeda kebudayaannya. Kebudayaan asing akan relative mudah
diterima apabila :
a. Tidak adanya hambatan geografis
b. Kebudayaan yang datang memberikan manfaat lebih besar bila
dibandingkan dengan unsur kebudayaan yang lama.
c. Adanya persamaan dengan unsure-unsur kebudayaan sendiri
d. Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Koentjaraningrat, asimilasi adalah proses social yang
timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif
untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan
tadi masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur
kebudayaan campuran. Dalam proses asimilasi peleburan budaya
umumnya terjadi antara golongan mayoritas dengan golongan
minoritas.
19
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tugas pokok ilmu sejarah berkaitan dengan waktu adalah ilmu sejarah
bertugas membuka ke masa lampau waktu yang lalu umat manusia,
memaparkan hidup manusia dalam berbagai aspek kehidupannya dan
mengikuti perkembangannya dari masa yang paling tua hingga dewasa ini.
2. Perubahan sosial budaya adalah penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dari cara-cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
3. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan cara belajar (Koentjaraningrat)
B. Saran
Setelah dibuatnya makalah tentang Konsep Waktu, Perubahan sosial
dan Konsep Kebudayaan banyak manfaat yang diperoleh diantaranya adalah
menambah pengetahuan kita tentang pengertian konsep waktu, perubahan
sosial dan konsep kebudayaan sehhingga kita bisa menerapkan dalam
kehidupan sekarang, Dan sebagai calon guru SD agar dapat membelajarkan
kepada siswa dengan baik sesuai dengan ketentuan ilmu pengetahuan sosial.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Mujinem, dan Anwar Senen. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Winataputra, Udin S., dkk. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
21
MAKALAH
KONSEP WAKTU, PERUBAHAN DAN KEBUDAYAAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran IPS di SD
DosenPengampu: Viana Teti Anggraeni, S.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Ayu Irawati 12.0305.0025
2. Lia Herlina Prihastuti 12.0205.0083
3. Farit Gunawan 12.0305.0114
4. Janatul Annisah 12.0305.0156
5. Aniek Ratna Sari 13.0305.0154
FAKUKTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2014
22
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita semua sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Konsep Waktu, Perubahan
dan Kebudayaan” untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengembangan
Pembelajaran IPS di SD yang diampu oleh Viana Teti Anggraeni, S.Pd..
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca agar dapat
memahami dan menguasai hal yang berkaitan dengan tujuan bimbingan belajar di
sekolah dasar. Berkenaan dengan selesainya penyusunan makalah ini
perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih
setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu Viana Teti Anggraeni, S.Pd selaku dosen Pengampu mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran IPS di SD.
2. Ibunda dan ayahanda tercinta yang senantiasa berdo’a dan berjuang keras
untuk keberhasilan dan kesuksesan ananda. Semangat terus dalam mencari
kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Seseorang yang selalu ada dalam do’aku yang menjadi semangat dan
inspirasiku untuk terus berkarya.
4. Teman-teman di PGSD Paralel yang selalu memberikan inspirasi kepada
penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna memperbaiki semua kesalahan yang ada dalam
makalah ini sehingga nantinya dapat berguna bagi kita semua. Besar harapan
penulis makalah ini mendapat tempat di hati pembaca yang budiman sekalian.
Magelang, Oktober 2014
Penulis
23
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB PEMBAHASAN .................................................................................. 3
A. Konsep Waktu dan Sejarah ................................................................ 3
4. Pengertian kata sejarah (etimologis) ............................................
5. Kegunaan Sejarah .........................................................................
6. Tugas Sejarah berkaitan dengan waktu ........................................
B. Konsep Perubahan Sosial ...................................................................
1. Pengertian perubahan sosial .........................................................
2. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial budaya ........
3. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak adanya
perubahan sosial budaya ...............................................................
C. Konsep Kebudayaan ...........................................................................
1. Pengertian Kebudayaan ................................................................
2. Unsur-unsur kebudayaan ..............................................................
3. Wujud kebudayaan .......................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
24