Post on 16-Apr-2019
VALIDASI KUESIONER LittlEARS BERBAHASA INDONESIAPADA ORANG TUA DENGAN ANAK USIA 7-12 BULAN DI
KOTA SERANG
Laporan penelitian diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
NIDA RANIAH
NIM : 11141030000041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 16 Juni 2017
Nida Raniah
iii
VALIDASI KUESIONER LittlEARS BERBAHASA INDONESIA PADAORANG TUA DENGAN ANAK USIA 7-12 BULAN DI KOTA SERANG
Laporan PenelitianDiajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SarjanaKedokteran
Oleh :Nida Raniah
NIM : 11141030000041
Pembimbing 1Pembimbing 2
dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL dr. Cut Warnaini,MPH
NIP. 19821211 200912 2 001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKART1438H/2017
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian berjudul VALIDASI KUESIONER LittlEARS BERBAHASA
INDONESIA PADA ORANG TUA DENGAN ANAK USIA 7-12 BULAN DI
KOTA SERANG yang diajukan oleh Nida Raniah (NIM 11141030000041), telah
diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 16 Juni 2017.
Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
Ciputat, 16 Juni 2017
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL
Pembimbing 1
Pembimbing 2
dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL dr. Cut Warnaini,MPH
NIP. 19821211 200912 2 001Penguji 1
Penguji 2
dr. Yanti Susianti, Sp.A(K) Kaprodi PSKPD
Prof.Dr.H. Arief Sumantri,M.Kes dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D,FICS,FACSNIP. 19650808 198803 1 002 NIP. 19721103 200604 1 001
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
segala rahmat dan ridha-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurah limpahkan pada nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarganya, sahabtnya, serta umatnya.
Saya merasa tidak akan dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik tanpa
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. DR.H. Arief Sumantri, S.KM,M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab,Sp.U,Ph.D,FICS,FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta
segenap dosen di prodi ini yang selalu membimbing serta memberikan ilmu
kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Kedokteran dan
Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Fikri Mirza P, Sp.THT-KL selaku dosen pembimbing I penelitian saya, yang
tiada henti dan dengan sabar memberikan ilmu, arahan, waktu dan bimbingan
kepada saya guna menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.
4. dr. Cut Warnaini, MPH selaku dosen pembimbing II penelitian saya, atas segala
bimbingan, saran, cerita dan canda tawanya yang diberikan guna
menyempurnakan penelitian saya.
5. dr. Mery Nitalia, Sp.PK selaku pembimbing akademik yang selalu meberikan
masukan, saran serta doa kepada anak-anak bimbingannya
6. Pak Chris Adianto, M.Biomed, PhD selaku kepala program riset, yang selalu
meberikan kami dorongan dan motivasi untuk segera menyelesaikan penelitian ini.
7. Kedua orang tua tercinta saya, H Royani,S.Pd,MM dan Hj. Sri Sawanih A.md yang
tiada henti memberikan kasih sayangnya, memberikan dukungan dan doa, nasihat,
serta semangat sepanjang hidup saya. Juga kepada kakak saya Padlil Ushama,
vi
Marsel Destian, Ilham Maulana, dan Fajar Raswita serta keponakan tercinta saya
Inarah Zakira Aftani yang selalu memberikan semangat untuk saya. Dan untuk
seluruh keluarga besar saya yang selalu menjadi semangat saya untuk tidak akan
berhenti melangkah hingga saya mencapai cita-cita.
8. Ibu Elih Herlieti, ibunda dari rekan saya Sherli Trisna yang telah banyak
membantu saya selama proses pengambilan data di Serang, Ibu Yuyun, dan para
kader di Puskesmas Pancur yang juga telah membantu dan menemani saya dalam
pengambilan data. Serta segenap responden yang bersedia mengisi kuesioner
hingga tahap wawancara.
9. Untuk semua ibu responden yang telah bersedia membantu penelitian saya dengan
mengisi kuesioner dan bersedia meluangkan waktunya untuk di wawancara
mengenai respon pendengaran anaknya
10. Untuk teman seperjuangan penelitian saya, Sherli Trisna, Selvia Oktaviani, Witha
Novialy, dan Harningtyas Alifin J, yang telah bahu-membahu menyelesaikan
penelitian bersama dan tiada henti saling mengingatkan untuk kesuksesan
bersama.
11. Kepada seluruh mahasiswa PSKPD 2014 dan seluruh teman, sahabat, serta pihak
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Saya menyadari dalam laporan penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya
harapkan demi menyempurnakan laporan ini lebih baik lagi. Demikian laporan
penelitian ini saya tulis, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.Dan semoga dapat dihitung sebagai amal jariyah oleh Allah SWT.
Ciputat, 5 Juni 2017
Penulis
vii
ABSTRAK
Nida Raniah. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Validasi Kuesioner LittlEARSBerbahasa Indonesia pada Orang Tua dengan Anak Usia 7-12 Bulan di Kota Serang. 2017
Latar belakang : Menguji validitas dan reliabilitas kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesiadengan tingkat pendidikan responden SMA ke bawah, dan menilai korelasi usia dan total skorkuesioner.Metode : Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pancur kota Serang dari bulan Agustus -November 2016, menggunakan desain potong lintang. Jumlah responden 40orangtua/pengasuh yang memiliki anak usia 7-12 bulan tanpa risiko gangguan pendengaran.Laki-laki 21 anak (52,5%) dan perempuan 19 anak (47,5%).Hasil : Kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia bersifat valid dan reliabel (cronbach’s alphamandiri = 0,894, cronbach’s alpha wawancara = 0,794), terdapat korelasi positif bermaknadengan kekuatan sedang antara usia dan total skor pada metode wawancara (r = 0,457, p =0,003). Tingkat pendidikan responden tidak mempengaruhi skor secara bermakna berdasarkanuji T tidak berpasangan (p mandiri = 0,593, p wawancara = 0,193).Kesimpulan : Kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia dapat digunakan untuk respondendengan tingkat pendidikan SMA ke bawah dengan metode wawancara.
Kata kunci : validitas, kuesioner littlEARS, pendengaran anak.
ABSTRACT
Nida Raniah. Medical Studies and Physician Profession Program. Validation of IndonesianLittlEARS Questionnaire to Parents with Children Age 7-12 Months in Serang City. 2017
Background : To examine the validity and reliability of the Indonesian LittlEARS questionnaireto respondents with educational are high school graduated or lower, and assess the correlationbetween age and total scores questionnaire.Methods : The study was conducted in Pancur primary health care centers, Serang city fromAugust - November 2016 used cross sectional design. Number of respondents 40 parents /caregivers who have children aged 7-12 months without the risk of hearing loss. Boys 21children (52.5%) and girls 19 children (47.5%).Result : Indonesian LittlEARS questionnaire is valid and reliable (cronbach's alpha self-administers = 0,894, cronbach's alpha interview = 0,794), there is a significant positivemoderate correlation between age and total score on interview method (r = 0.457, p = 0,003).The educational level of the respondents did not significantly affect the score based on unpairedT test (p self-administers = 0,593, p interview = 0,193).Conclusion : The Indonesian version of the LittlEARS questionnaire can be used forrespondents with educational are high school graduated or lower through an interview.
Keywords: validity, littlEARS questionnaire, child hearing
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................................vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Hipotesis.............................................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................. 3
1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 3
1.4.2 Tujuan Khusus.............................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4
1.5.1 Bagi peneliti ................................................................................................. 4
1.5.2 Bagi Perguruan Tinggi ................................................................................. 4
1.5.3 Bagi Kalangan medis ................................................................................... 4
1.5.4 Bagi Masyarakat Umum .............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 6
2.1 Karakteristik Penduduk Indonesia ...................................................................... 6
2.2 Perkembangan Sistem Pendengaran ................................................................... 7
ix
2.3 Perkembangan Merespon Suara.......................................................................... 8
2.4 Perkembangan Bicara.......................................................................................... 9
2.5 Faktor yang memengaruhi Tumbuh Kembang pendengaran ............................ 10
2.6 Gangguan Pendengaran pada Anak................................................................... 11
2.7 penapisan Gangguan Pendengaran Pada Anak ................................................. 12
2.8 Kuesioner LittlEARS ........................................................................................ 14
2.8 Kerangka Teori .................................................................................................. 16
2.9 Kerangka Konsep .............................................................................................. 17
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................................ 18
3.1 Desain Penelitian............................................................................................... 18
3.2 Waktu Penelitian ............................................................................................... 18
3.3 Tempat penelitian .............................................................................................. 18
3.4 Populasi ............................................................................................................. 18
3.4.1 Populasi Terjangkau ................................................................................... 18
3.4.2 Populasi Umum.......................................................................................... 18
3.5 Sampel Penelitian dan Pemilihan Sampel......................................................... 18
3.6 Besar Sampel..................................................................................................... 19
3.6.1 Rumus : ...................................................................................................... 19
3.6.2 Sampel yang diambil.................................................................................. 19
3.7 Variabel Penelitian ............................................................................................ 20
3.7.1 Variabel Terikat .......................................................................................... 20
3.7.2 Variabel Bebas............................................................................................ 20
3.8 Kriteria Inklusi dan Eksklusi............................................................................. 20
3.8.1 Faktor Inklusi ............................................................................................. 20
3.8.2 Faktor Eksklusi .......................................................................................... 20
3.9 Analisis Statistik................................................................................................ 20
3.10 Cara Kerja ....................................................................................................... 21
3.10.1 Alur Penelitian.......................................................................................... 21
3.10.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 21
3.11 Definisi Oprasional ......................................................................................... 22
x
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................................. 23
4.1 Karakteristik Responden ................................................................................... 23
4.2 Korelasi Antara Usia Dengan Total Skor .......................................................... 24
4.3 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ................................................................. 24
4.4 Interrater Reliability .......................................................................................... 27
4.5Uji Komparatif Z-Skor Berdasarkan Pendidikan............................................... 28
BAB V DISKUSI........................................................................................................ 29
5.1 Karakteristik Responden ................................................................................... 29
5.2 Korelasi antara Usia dan Total Skor.................................................................. 31
5.3 Validitas dan Reliabilitas................................................................................... 33
5.4 Interrater Reliability .......................................................................................... 34
5.5 Keterbatasan Penelitian..................................................................................... 36
5.5.1 Desain Penelitian........................................................................................ 37
5.5.2 Metode Pengambilan Data ......................................................................... 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 38
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 38
6.2 Saran.................................................................................................................. 38
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 39
LAMPIRAN................................................................................................................ 42
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Mendengar…………………………………………..7
Tabel 2.2 Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa…………………………………..9
Tabel4.1 Karakteristik Responden……...……………………………………………23
Tabel 4.2 Korelasi antara Usia dan Total Skor………..……………………………..24
Tabel 4.3 Cronbach’s alpha Pengisian Mandiri dan Wawancara…………………… 24
Tabel 4.4 Nilai Validitas Pearson pengisian Mandiri dan Wawancara…...………….25
Tabel 4.5 Nilai Koefisien Kappa……………………………………..……………...27
Tabel 4.6 Perbedaan Rerata Z Skor Berdasarkan Pendidikan…………………….....28
Tabel 5.1 Koefisien Kappa dari Tinggi ke Rendah………………………………….35
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur penapisan Pendnegaran Bayi Baru Lahir di Indonesia……………14
Gambar 2.2 Kurva Normal Kuesioner LittlEARS………...………………………... 15
xiii
DAFTAR SINGKATAN
ABR : Auditory brainstem response
ASSR : Auditory steady state response
BERA : Brainstem evoked response audiometry
ECMO : Extra corporeal membrana oxygenation
LEAQ : The LittlEARS auditory questionnaire
NICU : Neonatal intensive care unit
OAE : Otoaccoustic emission
RSCM : Rumah sakit Cipto Mangunkusumo
TNHS : Targeted newborn hearing screening
UNHS : Universal newborn hearing screening
WHO : World health organization
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Inform Consent……………………………………………….42
Lampiran 2.Kuesioner Karakteristik Responden ……………………………….….44
Lampiran 3.Kuesioner LittlEARS …………………………………………....…….45
Lampiran 4.Kuesioner LittlEARS bahasa Inggris………………..………………...46
Lampiran 5. Rekomendasi perbaikan kuesioner………………………….…...…....49
Lampiran 6. Lembar Kaji Etik……………………………………..……………….52
Lampiran 7. Skor Ekspektasi Berdasarkan Usia…………………………………....53
Lampiran 8. Riwayat Penulis……………………………………………………….54
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendengaran merupakan salah satu indera yang dimiliki oleh manusia dan
memiliki fungsi yang sangat penting untuk kelangsungan hidupnya. Dengan
pendengaran manusia bisa memiliki persepsi terhadap energi yang dibawa oleh
gelombang bunyi. Perkembangan pendengaran sejalan dengan perkembangan
bicara seorang anak, apabila seorang anak mengalami gangguan pendengaran
dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa. Perkembangan pendengaran
juga berhubungan erat dengan perkembangan otak sehingga gangguan
pendengaran pada anak juga dapat menyebabkan gangguan kognitif yang
mengakibatkan lambatnya proses belajar dan kesulitan di sekolah yang
selanjutnya dapat menyebabkan ketidakmampuan bersosialisisasi dan gangguan
perilaku emosional.1-4
Berdasarkan studi yang dilakukan di berbagai negara sekitar 0,5-5 dari 1000
bayi baru lahir memiliki gangguan pendengaran bawaan sejak lahir, menurut
perkiraan WHO terdapat 278 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75-140
juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Di Amerika Serikat insidensi
gangguan pendengaran pada bayi baru lahir berkisar antara 1-3 dari 1000
kelahiran hidup. Di Indonesia, berdasarkan survei kesehatan indra pendengaran di
tujuh Provinsi tahun 1993–1996 prevalensi ketulian 0,4% dan gangguan
pendengaran 16,8%. Penyebabnya diantaranya yaitu infeksi telinga tengah (3,1%),
presbikusis (2,6%), tuli akibat obat ototoksik (0,3%), dan tuli kongenital (0,1%).
Hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa prevalensi gangguan pendengaran
pada anak kelompok usia 0–4 tahun sebesar 8,3%, 5–6 tahun sebesar 9,5%, dan
7–18 tahun sebesar 10,4%.2
Berdasarkan data kunjungan poliklinik Departemen THT FKUI/RSCM tahun
2005, didapatkan prevalensi gangguan pendengaran pada anak usia 6 bulan
hingga 6 tahun sebesar 36,92%. Dan survei yang dilakukan di 6 Rumah Sakit Ibu
dan Anak di Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2007-2008 didapatkan angka 23
2
per 1000 kejadian bayi baru lahir dengan gangguan pendengaran. Berdasarkan
angka kejadian tersebut maka perlu diberikan perhatian khusus terhadap gangguan
tumbuh kembang pendengaran pada anak.4-7
Gejala dari gangguan pendengaran pada anak sulit diketahui sejak awal
karena ketulian merupakan hal yang tidak terlihat. Keluhan yang disampaikan
orang tua biasanya adalah bayi tidak berespon terhadap bunyi dan keterlambatan
berbicara. Oleh karena itu gangguan pendengaran seringkali terlambat untuk
dideteksi.4
Beberapa komite Nasional diantaranya the National Institutes of Health, the
American Academy of Otolaryngology/Head and Neck Surgery, dan the American
Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa perlu adanya cara untuk
mengidentifikasi gangguan pendengaran bahkan bila perlu dilakukannya
pengobatan sebelum usia 6 bulan karena apabila gangguan pendengaran dapat
diidentifikasi sebelum usia 6 bulan akan memiliki kesempatan yang lebih baik
untuk perkembangan keterampilan yang setara dengan anak seusianya saat mulai
masuk ke sekolah.3,6
Penapisan fungsi pendengaran dapat dilakukan dengan 2 pilihan yaitu dengan
behavioral screening techniques, evoked OAE (EOAE), atau dengan auditory
brainstem respons (ABR), atau bahkan kombinasi keduanya. Kurangnya tingkat
pengetahuan ibu mengenai gangguan pendengaran pada anak dan kurangnya
ketersediaan alat di layanan kesehatan menyebabkan keterlambatan diagnosis
gangguan pendengaran pada anak.4,8
Metode lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini gangguan
pendengaran pada anak yang mudah adalah dengan menggunakan kuesioner
LittlEARS. Kuesioner LittlEARS atau yang disebut the littelEARS auditory
questionnaire (LEAQ) telah digunakan untuk menganalisis perkembangan
pendengaran pada anak. Kuisoner yang dikeluarkan oleh MedEI ini didisain untuk
mengevaluasi respon auditorik praverbal untuk anak di bawah usia 2 tahun.
Kuisioner LittlEARS pertama kali diadaptasi oleh Jerman dan memiliki nilai
validitas yang tinggi.9
3
Kuesioner terdiri dari 35 pertanyaan yang berisi pertanyaan tertutup yang
cukup dijawab dengan jawaban “Ya/tidak” yang merepresentasikan beberapa nilai
dari fungsi pendengaran yaitu : reseptif, semantik, dan expressive behaviours.9
Kuesioner LittlEARS juga telah diterjemahkan ke dalam 16 bahasa. Untuk dapat
menggunakan kuesioner LittlEARS sebagai alat praskiring gangguan pendengaran
pada anak maka perlu dilakukannya suatu validitas terlebih dahulu terhadap
kuesioner tersebut. Banyak faktor yang akan memengaruhi pemahaman responden
terhadap pertanyaan yang diajukan di kuesioner LittlEARS yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia, karena keberagaman budaya dan karakteristik
masyarakat Indonesia.9
Adaptasi kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia sebelumnya pernah
dilakukan pada tahun 2013 di daerah Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang untuk
kelompok ibu dengan latar belakang pendidikan SMA setara ke atas. Peneliti ingin
menilai bagaimana validitas kuesioner LittlEARS pada kelompok ibu yang
berpendidikan terakhir SMA ke bawah untuk mendeteksi gangguan tumbuh
kembang pendengaran anak yang berusia 7-12 bulan yang dilakukan di Kota
Serang. Belum ada penelitian serupa yang dilakukan di Kota Serang.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini ingin mengetahui apakah kuesioner LittlEARS dapat digunakan
untuk penapisan gangguan pendengaran anak usia 7-12 bulan dengan latar
pendidikan ibu SMA setara ke bawah di Kota Serang.
1.3 Hipotesis
Kuesioner LittlEARS dapat digunakan sebagai alat pra penapisan gangguan
tumbuh kembang pendengaran pada anak usia 7-12 bulan untuk kelompok ibu
dengan latar belakang pendidikan SMA setara ke bawah di kota Serang.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan validasi dari
kuesioner LittlEARS yang telah diadaptasi di Indonesia.
4
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner LittlEARS yang telah
diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia sebagai metode pra penapisan
gangguan tumbuh kembang pendengaran anak usia 7 – 12 bulan tanpa
faktor risiko gangguan pendengaran di kota Serang.
b. Mengetahui korelasi antara usia dan total skor kuesioner LittlEARS pada
anak usia 7 – 12 bulan tanpa faktor risiko gangguan pendengaran di kota
Serang.
c. Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan validitas dan
reliabilitas kuesioner LittlEARS.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.5.1 Bagi peneliti
a. Menambah ilmu dan wawasan mengenai gangguan tumbuh
kembang pendengaran pada anak.
b. Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang pembuatan
karya tulis ilmiah.
c. Menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama menempuh studi di
institusi pendidikan kedokteran.
d. Bermanfaat untuk menyelesaikan masa studi preklinik di
pendidikan dokter UIN Syarif hidayatullah Jakarta untuk dapat
melanjutkan ke tahap klinik.
1.5.2 Bagi Perguruan Tinggi
a. Sarana pagi perguruan tinggi dalam menjalankan fungsinya sebagai
wadah penelitian.
b. Sarana pengembangan ilmu pengetahuan bagi institusi.
1.5.3 Bagi Kalangan medis
a. Kuesioner LittlEARS dapat digunakan sebagai salah satu metode
pra penapisan untuk mendeteksi dini gangguan pendengaran pada
anak.
5
b. Proyek pertama yang dikerjakan di Indonesia sehingga dapat
menambah sarana dalam deteksi dini gangguan pendengaran pada
anak.
1.5.4 Bagi Masyarakat Umum
a. Menyediakan sebuah metode pra penapisan gangguan pendengaran
untuk anak yang murah dan mudah.
b. Membantu meningkatkan tingkat pemahaman ibu yang
berpendidikan kurang mengenai tanda gangguan pendengaran pada
anak agar dapat lebih berhati-hati dan menyadari dengan segera.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Penduduk Indonesia
Sebagai sebuah negara yang terdiri dari masyarakat majemuk, Indonesia
memiliki berbagai suku, ras, adat istiadat, golongan, serta strata sosial.10 Indonesia
termasuk negara yang padat penduduk, kepadatan penduduk menunjukkan rata-
rata jumlah penduduk per 1 kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan
penduduk menunjukkan bahwa semakin padat penduduk yang mendiami wilayah
tersebut.11
Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu negara yang
cukup berpengaruh yaitu komponen pendidikan, Hal mendasar yang dibutuhkan
oleh penduduk untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera yaitu kemampuan
membaca dan menulis. Penduduk yang bisa membaca dan menulis secara umum
memiliki akses ke berbagai hal yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
penduduk yang tidak memiliki kemampuan tersebut, sehingga peluang untuk
hidup lebih sejahtera dimiliki oleh penduduk yang bisa membaca dan menulis.
Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari Angka Melek Huruf dan Angka
Buta Huruf. Tahun 2011-2015 Angka Buta Huruf cenderung menurun dari 7,56%
tahun 2011 menjadi 4,78% pada tahun 2015.11 Penduduk sebagai determinan
pembangunan perlu mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan,
termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika
kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam
program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif. Berdasrkan keberagaman dari setiap penduduk di daerah yang ada di
Indonesia, untuk dapat menerapkan suatu kuesioner baru yang dapat digunakan
dalam deteksi dini gangguan pendengaran pada anak dibutuhkan sebuah adaptasi
agar dapat dimengerti setiap maksud dari kuesioner yang diterapkan oleh seluruh
lapisan masyarakat.11
7
2.2 Perkembangan Sistem Pendengaran
Setelah bayi lahir epitel pada kavitas timpani akan menginvasi tulang
prosesus mastoideus yang sedang terbentuk, sehingga terjadilah proses
pneumatisasi yaitu terbentuknya kantong-kantong udara berlapis epitel, yang
selanjutnya sebagian besar dari kantong udara mastoid akan berhubungan
langsung dengan antrum dan kavitas timpani. Demikian juga dengan liang telinga
luar yang akan terus berkembang sampai usia 7 tahun.12
Perkembangan auditorik berhubungan erat dengan berkembangan otak karena
proses mendengar merupakan suatu mekanisme dari sistem saraf yang
bertanggung jawab terhadap beberapa fenomena seperti menentukan lokalisasi
suara, diskriminasi pendengaran, serta pengenalan terhadap pola suara tertentu.
Neuron di bagian korteks mengalami pematangan dalam waktu 3 tahun pertama
kehidupan dan pada 12 bulan pertama kehidupan terjadi perkembangan otak yang
sangat cepat.3,13
Tabel 2.1 Tahap perkembangan mendengar.
Usia Kemampuan Auditorik
0 - 4 bulan Bila diberikan stimulus bunyi, respon mendengar yang terjadi
masih bersifat refleks (behavioral responses) seperti : refleks
auropalpebral (mengejapkan mata), heart rate meningkat, eye
widening (melebarkan mata), cessation (berhenti menyusu),
grimacing (mengerutkan wajah)
4-7 bulan 4 bulan : memutar kepala pada arah horizontal, masih lemah
(belum konsisten)
7 bulan : memutar kepala pada arah horizontal dengan cepat,
namun pada arah bawah masih lemah
7-9 bulan Memutar kepala dengan cepat, mengidentifikasi sumber bunyi
dengan tepat
9-13 bulan 12 bulan : keingintahuan terhadap bunyi lebih besar, mencari
sumber bunyi yang berasal dari arah atas
Sumber : Buku panduan Tata Laksana Bayi Baru Lahir, 2010.3
8
2.3 Perkembangan Merespon Suara
Usia< 4 bulan bayi akan mulai menunjukkan perhatiannya yang lebih pada
suara ibu dibandingkan dengan suara orang lain. Bayi akan terkejut jika ada suara
yang keras dan menyadari adanya suara yang lembut. Bayi akan mulai bermain
dengan mainan yang menghasilkan bunyi dan akan berhenti menangis untuk
mendengarkan suara. Bayi juga akan terbangun ketika mendengar suara keras dan
akan mengedipkan mata atau melebarkan matanya sebagai bentuk refleks terhadap
suara.15
Usia 5-7 bulan bayi akan memulai mencari sumber bunyi serta dapat
menggeser kepalanya ke arah lateral ketika mendengar bunyi. Bayi akan
memberikan tanggapan yang berbeda terhadap bunyi yang berbeda pula dan akan
menangis apabila mendengar bunyi yang tidak diinginkannya. Bayi juga akan
mulai menyukai nyanyian, siulan, serta suara dari alat musik.15
Usia 6-10 bulan respon bayi terhadap suara akan meningkat ditandai dengan
kepala yang berputar cepat, mulai merespon terhadap namanya, suara telpon dan
suara lainnya. Bayi juga sudah dapat mengeluarkan suara dengan nada tinggi dan
rendah.15
Usia 9-13 bulan perkembangan bayi meningkat ditandai dengan bayi sudah
dapat mengeluarkan beberapa suku kata. Bayi juga dapat mengeluarkan nada
nyanyian dan mengingat apa yang didengarnya, serta dapat menghubungkan
bunyi dengan kejadian tertentu.15
Usia 13-15 bulan bayi dapat mengikuti perintah sederhana. Dapat
mengeluarkan 3-5 kata serta dapat menirukan bunyi-bunyi tertentu.15
Usia 18-24 bulan bayi sudah dapat mengenal bagian dari tubuh dan dapat
mengeluarkan 20-50 kata serta bayi juga sudah dapat mendengar namanya yang di
panggil dari ruangan lain.15
9
2.4 Perkembangan Bicara
Perkembangan bicara akan sejalan dengan perkembangan usia dan
perkembangan pendengaran. Perkembangan bicara dapat tercapai apabila input
sensorik auditorik dan ouput motorik dalam keadaan normal.3,8
Tabel 2.2 Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa.
Usia Kemampuan
Neonatus - Menangis, suara mendengkur (cooing), suara
berkumur (gurgles)
2-3 bulan - Tertawa dan mengoceh tanpa arti (babbling) : aaa,
ooo
4-6 bulan - Mengeluarkan suara kombinasi vokal dan konsonan.
- Ocehan bermakna (true babbling) atau lalling
(pa..pa..,da..da)
- memberi respon terhadap suara marah atau
bersahabat
- belajar menangis dengan suara yang bervariasi
sesuai kebutuhan
7-11 bulan - Menggunakan kata/suku kata yang tidak
mengandung arti, seperti bahasa asing (jargon), usia
10 bulan : mampu meniru suara (echolalia)
- mengerti kata perintah sederhana : kesini
- mengerti nama objek sederhana : sepatu, cangkir
12-18 bulan - menjawab pertanyaan sederhana
- mengerti instruksi sederhana, menunjukkan bagian
tubuh dan nama mainan
Sumber : Buku Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir, 2010.3
10
2.5 Faktor yang memengaruhi tumbuh kembang pendengaran
Gangguan pendengaran pada anak dapat memberikan dampak yang besar
bagi perkembangannya, sehingga alangkah lebih baiknya jika gangguan tersebut
dapat diidentifikasi secara dini dengan mengenali berbagai faktor risiko yang
dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada anak. Faktor risiko yang perlu
dipertimbangkan dan telah ditetapkan oleh American Joint Committee on Infant
Hearing pada tahun 2000.3
Usia 0-28 hari faktor yang memengaruhi yaitu menjalani perawatan di
neonatal intensive care unit (NICU) selama 48 jam, keadaan yang berhubungan
dengan sindrom tertentu yang mempunyai hubungan dengan tuli sensorineural
atau tuli konduktif, misalnya sindrom rubella, riwayat keluarga dengan gangguan
pendengaran sensorineural yang menetap sejak masa kanak-kanak, kelainan
kraniofasial termasuk kelainan morfologi pinna (daun telinga) atau liang telinga,
infeksi intrauterin, seperti TORCHS (toksoplama, rubella, sitomegalovirus,
harpes, dan sifilis). 3,14
Usia 29 hari - 2 tahun faktor risiko meliputi kecurigaan orang tua/pengasuh
terhadap gangguan pendengaran, keterlambatan bicara, afasia, atau keterlambatan
perkembangan lain, riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran yang
menetap pada masa anak-anak, infeksi postnatal yang menyebabkan gangguan
pendengaran sensorineural, termasuk meningitis bakterialis, infeksi intrauterin
seperti TORCHS, adanya faktor risiko tertentu pada masa neonatus, terutama
hiperbilirubinemia yang memerlukan tranfusi tukar, hipertensi pulmonal yang
membutuhkan ventilator serta kondisi lain yang membutuhkan extra corporeal
membrana oxygenation (ECMO), sindrom tertentu yang berhubungan dengan
gangguan pendengaran yang progresif seperti sindrom Usher, dan
neurofibromatosis, adanya kelainan neurodegeneratif seperti sindrom Hunter dan
kelainan neuropati sensomotorik (Friederich’s ataxia, sindrom Charcot - Marie
Tooth), trauma kapitis, otitis media yang berulang atau menetap disertai efusi
telinga tengah minimal 3 bulan.3
Gangguan pendengaran dapat dicurigai apabila anak pada usia 12 bulan
belum dapat mengoceh (babbling) atau menirukan suara, pada usia 18 bulan
11
belum dapat mengucapkan satu kata yang berarti, pada usia 24 bulan
perbendaharaan kata masih kurang dari 10 kata, dan pada usia 30 bulan anak
belum dapat merangkai 2 kata.3
2.6 Gangguan Pendengaran pada Anak
Proses mendengar dan merespon suara membutuhkan suatu proses yang
kompleks, melibatkan organ pendengaran yang menerima dan menghantarkan
bunyi kepada sistem saraf yang selanjutnya akan diproses di tingkat yang lebih
tinggi yaitu korteks auditorik di lobus temporalis sehingga akan dihasilkan output
berupa respon terhadap bunyi yang didengar. Jika terdapat kelainan terhadap
input, proses maupun output, maka dapat terjadi gangguan pendengaran.16
Berdasarkan sifatnya, gangguan pendengaran diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu tuli konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campur. Pada tuli konduktif
terdapat gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan yang terletak
pada telinga luar atau telinga tengah. Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan
terdapat pada koklea (telinga dalam), N VIII, atau di pusat pendengaran,
sedangkan tuli campur merupakan kombinasi dari keduanya.16
Pada bayi dan anak penyebab terjadinya gangguan pendengaran
diklasifikasikan berdasarkan saat terjadinya yaitu pada masa prenatal, perinatal,
dan postnatal.15 Periode yang paling penting pada saat kehamilan adalah di
trimester pertama, setiap kelainan yang terjadi pada masa tersebut seperti infeksi
baik bakteri maupun virus dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada bayi.
Bebrapa obat ototoksik dan teratogenik juga dapat mengganggu proses
organogenesis dan merusak sel rambut koklea seperti salisilat, kina, neomisin,
dihidro streptomisin, gentamisin, barbiturat, thalidomide, dan lain-lain. Selain itu
malformasi struktur liang telinga juga dapat menyebabkan ketulian.16
Beberapa keadaan yang dialami bayi saat lahir juga merupakan faktor
risiko terjadinya gangguan pendengaran seperti prematuritas, berat badan lahir
rendah, hiperbilirubinemia, asfiksia, dan lain-lain. Umumnya ketulian yang terjadi
pada saat masa prenatal dan perinatal adalah tuli sensorineural.16
Adanya infeksi baik bakteri maupun virus (rubela, campak, atau parotitis),
infeksi otak (meningitis, ensefalitis), perdarahan telinga tengah, dan trauma pada
temporal yang terjadi setelah lahir juga dapat menyebabkan gangguan
12
pendengaran berupa tuli saraf atau tuli konduktif.16
2.7 Penapisan Gangguan Pendengaran Pada Anak
Penapisan gangguan pendengaran bertujuan untuk membedakan bayi
menjadi dua kelompok populasi, yaitu kelompok bayi yang tidak memiliki
masalah gangguan pendengaran (pass/lulus) dan kelompok bayi yang
mungkin mengalami gangguan pendengaran (refer/tidak lulus). Hasil
penapisan pendengaran yang telah dilakukan oleh suatu fasilitas kesehatan
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang memiliki sarana pemeriksaan
pendengaran yang lengkap dan mampu melaksanakan habilitasi pendengaran
dan bicara.3
Penapisan gangguan pendengaran di rumah sakit dikelompokan menjadi
dua yaitu universal newborn hearing screening (UNHS) dan targeted
newborn hearing screening (TNHS). UNHS dilakukan pada semua bayi baru
lahir dengan atau tanpa faktor risiko gangguan pendengaran. Penapisan awal
dilakukan dengan pemeriksaan otoacoustic emission (OAE) saat bayi berusia
2 hari sebelum keluar dari rumah sakit, paling lambat 1 bulan jika fasilitas
kesehatan tidak memiliki sarana untuk pemeriksaan OAE. Bayi dengan hasil
penapisan lulus maupun tidak lulus harus menjalani pemeriksaan brainstem
evoked response audiometry (BERA) pada usia 1-3 bulan. TNHS adalah
penapisan yang dilakukan hanya pada bayi yang memiliki faktor risiko
gangguan pendengaran.3
Pemeriksaan penapisan pendengaran terbagi menjadi dua, yaitu
pemeriksaan obyektif dan subyektif. Pemeriksaan obyektif terdiri atas
pemeriksaan OAE, BERA, pemeriksaan timpanometri, dan auditory steady
state response (ASSR). Pemeriksaan subyektif terdiri atas pemeriksaan
behavioral, dan tes daya dengar. Baku emas penapisan pendengaran pada
bayi adalah dengan menggunakan OAE dan ABR.3
OAE berfungsi menilai integritas telinga luar dan tengah serta sel rambut
luar koklea. Dasar biologik OAE yaitu gerakan sel rambut luar koklea yang
sangat kecil, memproduksi energi mekanik yang diubah menjadi energi
akustik sebagai respons terhadap getaran dari organ di telinga tengah.3,4
13
Pemeriksaan OAE dilakukan dengan cara memasukan sumbat telinga (probe)
ke dalam liang telinga luar. Dalam probe tersebut terdapat mikrofon dan
pengeras suara yang berfungsi memberikan stimulus suara. Mikrofon
berfungsi menangkap suara yang dihasilkan koklea setelah pemberian
stimulus. Probe duhubungkan ke komputer untuk mencatat respons yang
ditimbulkan oleh koklea.16
BERA menilai perubahan potensial listrik di otak yang timbul setelah
pemberian stimulus suara, berfungsi untuk menilai fungsi pendengaran dan
fungsi N.VIII. Respon neural terhadap stimulus bunyi yang diterima akan
direkam komputer melalui elektroda permukaan yang ditempelkan di dahi
dan prosesus mastoid. Parameter yang dinilai berdasarkan morfologi
gelombang, amplitudo dan masa laten. Rangsang bunyi yang diberikan
melalui head phone akan menempuh perjalanan melalui saraf ke VIII di
koklea (gelombang I), nukleus koklearis (gelombang II), nukleus olivarius
superior (gelombang III), lemniskus lateralis (gelombang IV), kolikulus
inferior (gelombang V), kemudian menuju korteks auditorius di lobus
temporal otak. Perubahan potensial listrik di otak akan diterima oleh ketiga
elektroda di kulit kepala, dari gelombang yang timbul di setiap nukleus saraf
sepanjang jalur saraf pendengaran tersebut dapat dinilai bentuk gelombang
dan waktu yang diperlukan dari saat pemberian rangsang suara sampai
mencapai nukleus saraf.3,16
14
Gambar 2.1 Alur penapisan pendengaran bayi baru lahir di Indonesia
Sumber : Buku panduan tata laksana bayi baru lahir di rumah sakit, 2010.3
2.8 Kuesioner LittlEARS
LittlEARS adalah suatu kuesioner yang berisi 35 pertanyaan yang
digunakan untuk menilai perkembangan pendengaran anak hingga usia 2 tahun.17
Pertanyaan berbentuk pertanyaan tertutup yang cukup dijawab dengan jawaban
“ya” atau “tidak”.9 Pertanyaan dilengkapi dengan berbagai contoh aplikasinya
sehingga akan lebih mudah dimengerti oleh responden. Sebagai contoh “Apakah
anak anda mengenali tanda-tanda akustik?” diberikan contoh seperti kotak musik
menjelang tidur, nina bobo, air mengalir dalam tabung. Jika pertanyaan sesuai
dengan perkembangan anak maka responden diinstruksikan untuk menjawab “ya”
tetapi apabila anak belum bisa melakukan hal yang ditanyakan maka responden
diinstruksikan untuk menjawab “tidak”.9
Kuesioner LittlEARS pertama kali divalidasi di Jerman dan hingga saat ini
kuesioner LittlEARS telah diadaptasi setidaknya ke 15 bahasa di dunia yaitu
Bulgarian, Cina, Belanda, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Polandia,
Romania, Russia, Serbia, Slovakia, Slovenia, United States English, dan United
States Spanish.17
15
Kuesioner menggambarkan 3 respon pendengaran yaitu reseptif, semantik,
dan expressive behaviours .9 Format kuesioner adalah dalam bentuk observasi dari
orang tua yaitu kuesioner yang diisi oleh orang tua karena anak masih belum bisa
diajak bekerjasama di lingkungan yang belum ia kenal dan anak masih terlalu
muda untuk dilakukan tes standar pendengaran.9
Untuk mendapatkan total skor yang diharapkan pada anak usia 0– 24bulan,
Coninx dkkmelakukan analisis regresi dimana usia sebagai variabel bebas dan
total skor sebagai variabel terikat.9 Didapatkan persamaan regresi yang dapat
digunakan untuk semua sample (Overall sample) yaitu :
y= 3,470 + 2,163x – 0,038x2
Keterangan :
y = Ekspektasi Skor x = Usia anak
Gambar 2.2 Kurva Normal Kuesioner LittlEars.Sumber : Coninx F, dkk (2009)9
16
2.8 Kerangka Teori
Risiko gangguanpendengaran :Sering pilekHiperbilirubinemiaBBLRPrematuritasPenggunaan obatototoksikInfeksi TORCHSKelainan congenitalAsfiksia
Menggangguperkambanganbahasa, bicara dankognitif
Ibu :PendidikanLama menemani anakBahasa dan budaya
Total Skor KuesionerLittlEARS
Gangguan pendengarananak usia 7-12 bulan
PengisiankuesionerLittlEARS
Faktor internalanak
Faktor Eksternal
Usia Anak Metode Pengisiankuesioner
Responpendengaran anak
17
2.9 Kerangka Konsep
= Variabel Terikat
= variabel bebas
= variabel kontrol
Cara bertanya BudayaPendidikanLamamenemani
Ibu
Faktor risikogangguan fungsimendengar
Usia Anak
Responmendengar (total
skor)
18
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian analisis observatif
menggunakan metode potong lintang dengan dua kali pengambilan data.
Pengambilan data pertama, responden mengisi kuesioner secara mandiri dan 2
minggu – 3 bulan kemudian dilakukan wawancara kuesioner untuk konfirmasi.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus – November 2016.
3.3 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pancur Kota Serang.
3.4 Populasi
3.4.1 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah orang tua dengan anak usia
7-12 bulan tanpa risiko gangguan pendengaran yang bertempat tinggal di
kota Serang.
3.4.2 Populasi Umum
Populasi target penelitian ini adalah orang tua dengan anak usia
12 bulan tanpa risiko gangguan pendengaran di Indonesia.
3.5 Sampel Penelitian dan Pemilihan Sampel
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah orang tua dengan anak
usia 7-12 bulan dengan metode pemilihan sampel yaitu consecutive sampling
berdasarkan orangtua yang membawa balita yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
19
3.6 Besar Sampel
3.6.1 Rumus :N =
Keterangan :
Zα = Derivat baku alfa
Zβ = Derivat baku beta
r = Koefiesien Korelasi
Derivat baku alfa pada penilitian didapatkan dari kesalahan tipe I, pada
penelitian ini peneliti menggunakan α = 5% sehingga didapatkan derivat baku alfa
yaitu 1,96. Sedangkan derivat baku beta didapatkan dari kesalahan tipe II dengan
menggunakan β = 10% diperoleh derivat baku beta 0,842. Angka koefisien
korelasi (r) didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sehingga
diperoleh r = 0,763. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan N = 7,76 maka
dibutuhkan 8 sample untuk penelitian ini. Sampel tidak bisa digunakan karena
jumlahnya terlalu kecil sehingga digunakan rule of thumb.
Perhitungan sampel dengan metode Rule of Thumb menggunakan rumus 10 x
n variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini terdiri atas usia, pendidikan,
lama menemani anak, dan cara bertanya. Oleh karena itu, didaptkan jumlah
sampel yang dibutuhkan adalah 40.
3.6.2 Sampel yang diambilBesar sampel minimal yang diambil adalah 40 orang.
20
3.7 Variabel Penelitian
3.7.1 Variabel Terikat
Total Skor Kuesioner LittlEARS. Kuesioner ini terdiri dari 35
pertanyaan dan total skor didapatkan dengan cara menghitung jumlah
jawaban “Ya”.
3.7.2 Variabel Bebas
Usia anak 7-12 bulan, pendidikan ibu, lama menemani anak, cara
bertanya.
3.8 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.8.1 Faktor Inklusi
a. Anak usia 7-12 bulan tanpa risiko gangguan pendengaran (asfiksia,
berat lahir rendah, riwayat perawatan NICU, hiperbilirubinemia,
riwayat pilek berulang, dan penggunaan obat ototoksik).
b. Ibu yang memiliki waktu khusus ≥ 4 jam/hari untuk bermain dengan
anak.
c. Ibu dengan latar belakang pendidikan SMA sederajat ke bawah
3.8.2 Faktor Eksklusi
a. Ibu yang tidak bisa berbahasa Indonesia
b. Ibu yang tidak bisa membaca
3.9 Analisis Statistik
Pada penelitian kali ini analisis/ pengolahan data menggunakan :
a. Analisis univariat untuk mengetahui karakteristik responden.
b. Analisis bivariat untuk mengetahui korelasi anatara 2 variabel.
c. Analisis multivariat untuk melihat apabila terdapat lebih dari 1
variabel yang bermakna.
21
3.10 Cara Kerja
3.10.1 Alur Penelitian
3.10.2 Alat dan Bahan
Menggunakan Kuesioner LittlEARS berbahasa Inggris yang telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerjemah tersertifikasi dan
ditelaah oleh dokter spesialis THT.
Perizinan Penelitian
Pengumpulan data responden yang memenuhikriteria inklusi dan eksklusi
Pengisian Kuesioner secara mandiri oleh orangtua anak usia 7-12 bulan
Wawancara oleh peneliti kepada Orang tuamenggunakan kuesioner yang sama
Input Data
Analisis Statistik
22
3.11 Definisi Oprasional
Variabel yang
diukur
Definisi Pengukur Alat Ukur Skala
Pengukuran
Usia Anak Rentang waktu antara
kelahiran anak sampai dengan
waktu pengisian kueioner
Peneliti Kuesioner
karakteristik
responden
Numerik
dengan
satuan bulan
Skor LittlEARS Skor didapatkan dengan cara
menghitung jumlah jawaban
“Ya”.
Peneliti Kuesioner
Perkembangan
Pendengaran
anak LittlEARS
Numerik
dengan
rentang 0-35
Pendidikan
Responden
Pendidikan terakhir yang
ditempuh oleh responden
Peneliti Kuesioner
karakteristik
responden
Ordinal :
SD,SMP,SM
A
Bahasa Bahasa yang kuasai oleh
responden
Peneliti Kesioner
LittleEARS
Nominal :
Bisa
Berbahasa
Indonesia/
Tidak bisa
Berbahasa
Indonesia
Lama Menemani Lama Responden berinteraksi
dengan anak
Kuesioner
karakteristik
responden
Numerik
dalam satuan
jam
Cara Bertanya Metode yang digunakan dalam
pengisian kuesioner
- Nominal :
Mandiri dan
Wawancara
23
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini di dapatkan 40 responden yang memiliki anak usia 7-
12 bulan dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Data
penelitian ini diperoleh dari Puskesmas Pancur Kota Serang dengan karakteristik
sebagai berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah(n =40)
Persentase(%)
Usia Anak7-9 bulan
>9-12 bulan
Jenis Kelamin AnakLaki-LakiPerempuan
Pendidikan Terakhir RespondenSMASMPSD
Pekerjaan ResponenPegawaiWiraswastaTidak Bekerja
Waktu Khusus Responden Bermaindengan Anak< 4 jam≥ 4 jam
1426
2119
191110
61420
832
3565
52,547,5
47,527,525
153550
2080
Dari 40 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini usia anak
terbanyak adalah > 9-12 bulan dengan persentase 65%, jenis kelamin terbanyak
laki-laki dengan persentase 52,5%, pendidikan orang tua terbanyak adalah di
24
bawah SMA dengan persentase 52,5%, pekerjaan orang tua terbanyak adalah
tidak bekerja dengan persentase 50%, dan waktu rata-rata bermain dengan anak
adalah ≥ 4 jam dengan persentase 80%.
4.2 Korelasi Antara Usia Dengan Total Skor
Tabel 4.2 Korelasi Usia dan Total Skor pengisian Mandiri dan Wawancara
r (koefisien korelasi) Nilai p
Mandiri
Wawancara
0,278
0,458
0,083
0,003
Pada penelitian ini dilakukan dua kali uji Pearson untuk mengetahui
korelasi antara usia dengan total skor kuesioner yang diisi secara mandiri maupun
wawancara. Dari uji Pearson untuk metode wawancara menunjukkan terdapat
korelasi positif dengan kekuatan sedang yang bermakna ( r = 0,458 , p = 0,003).
4.3 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dari
kuesioner LittlEARS dalam mendeteksi gangguan tumbuh kembang pendengaran
pada anak. Untuk mengetahui reliabilitas/tingkat kepercayaan alat ukur yang
digunakan dapat dilakukan dengan mencari nilai cronbach’s alpha. Apabila nilai
cronbach’s alpha yang didapatkan >0,5 maka suatu instrumen dapat dikatakan
reliabel atau terpercaya.
Tabel 4.3 Cronbach’s alfa Pengisian Mandiri dan Wawancara
Cronbach’s alphaPengisian Mandiri 0,894
Pengisian Wawancara 0,794
Tabel di atas menunjukkan bahwa penelitian dengan metode pengisian
kuesioner secara mandiri maupun wawancara bersifat reliabel (cronbach’s alpha
mandiri = 0,894, Cronbach’s alpha wawancara = 0,794).
25
Tabel 4.4 Nilai Validitas Pearson Pengisian Kuesioner Mandiri dan Wawancara.
Butir Pertanyaan r Mandiri r Wawancara
1 0,238 1,000
2 1,000 1,000
3 1,000 1,000
4 1,000 1,000
5 0,123 - 0,126
6 0,277 1,000
7 0,349* 0,255
8 0,502** 0,216
9 - 0,044 - 0,006
10 0,396* - 0,090
11 0,072 0,255
12 1,000 0,319*
13 0,204 0,171
14 0,149 - 0,013
15 0,301 0,101
16 0,471** 0,345*
17 0,527** 1,000
18 0,589** 0,556*
19 0,645** 0,680*
20 0,293 0,223
21 0,546** 0,421*
22 0,759** 0,407*
23 0,538** 0,295
24 0,673** 0,533**
25 0,513** 0,659**
26 0,665** 0,716**
27 0,624** 0,423**
28 0,691** 0,692**
29 0,729** 0,495**
30 0,760** 0,617**
31 0,694** 0,521**
32 0,606** 0,476**
33 0,529** 0,238
34 0,628** 0,470**
35 0,489** 0,414**
26
Nilai validitas per butir pertanyaan kuesioner didapatkan dari nilai r hitung
yang lebih besar dari r tabel. Nilai r-tabel untuk n= 40 dengan derajat kebebasan
38 (n-2) pada signifikansi 5% adalah 0,3120. r-hitung yang digunakan pada
penelitian ini adalah nilai Pearson product moment. Makin mendekati angka
0,000 nilai r yang didapat, maka makin sedikit variasi jawaban responden dalam
pengisian kuesioner. Berdasarkan tabel di atas hasil dari pengisian kuesioner
secara mandiri didapatkan butir pertanyaan nomor 7,8,10,16,17,18,19,21-35 dan
pada wawancara butir pertanyaan nomor 12,16,1,18,19,21,22,24-32,34,35 adalah
terdapat variasi jawaban terhadap usia anak usia 7-12 bulan pada taraf signifikansi
5%, pertanyaan nomor 2,3,4, dan 12 pada metode mandiri dan butir pertanyaan
nomor 1, 2,3,4, 6, dan 17 pada metode wawancara tidak dapat diukur validitasnya
karena semua responden menjawab dengan jawaban yang konstan yaitu “Ya” atau
“Tidak”.
27
4.4 Interrater ReliabilityTabel 4.5 Nilai koefisien kappa
Koefisien kappa digunakan untuk menilai konsistensi jawaban antara metode
mandiri dan wawancara (minimal kappa = 0,8). Berdasarkan tabel di atas
pertanyaan butir 1,2,3,4,6,12, dan 17 memiliki koefisien kappa 1,000 (>0,8) yang
berarti terdapat konsistensi jawaban yang baik antara metode mandiri dan
wawancara. Makin kecil nilai koefisien kappa yang didapatkan maka makin tidak
konsisten jawaban antara metode mandiri dan wawancara.
Butir Pertanyaan Koefisien Kappa
1234567891011121314151617181920212223242526272829303132333435
1,0001,0001,0001,000
- 0,0421,0000,0610,7250,1720,2110,2191,0000,4480,4440,318
- 0,0841,0000,1490,5210,1490,2020,4410,3040,4470,4420,4940,2050,5000,4710,2880,5250,2710,4150,122
- 0,154
28
4.5Uji Komparatif Z-Skor Berdasarkan Pendidikan
Uji Komparatif digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
pendidikan terakhir responden terhadap z skor yang didapat dengan uji T
tidak berpasangan. Nilai z skor bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
skor yang didapat dari skor ekspektasi.
Tabel 4.6 Perbedaan rerata z-skor berdasarkan pendidikan
Metode SD-SMP SMA Nilai p
Mandiri 0,76(1,58) 1,04(1,59) 0,593
Wawancara 0,55(1,03) 0,96(0,90) 0,193
Secara statistik dan klinis tidak terdapat perbedaan rerata z skor
antara kelompok ibu di bawah SMA dan kelompok SMA baik pada
pengisian metode mandiri (mean difference = -0,27, KI= -1,29 – 0,74)
maupun metode wawancara (mean difference = -0,40, KI= -0,40 – 0,30).
29
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Subyek pada penelitian ini terdiri atas 40 orang, dengan karakteristik yang
akan dibahas adalah usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir responden, pekerjaan
orang tua, dan waktu khusus responden bermain dengan anak. Penelitian ini
mengambil variabel usia anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak
berbanding lurus dengan bertambahnya usia. Perkembangan pendengaran dan
bahasa, saat makin bertambah usia berbeda respon pendengaran dan bahasa yang
tampak. Empat aspek fungsional yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah motorik kasar, motorik halus dan penglihatan, bahasa
dan pendengaran, sosial emosi, dan perilaku.2 Sehingga usia dapat memengaruhi
total skor kuesioner LittlEARS yang diperoleh.9
Usia anak yang diambil pada penelitian ini adalah usia 7-12 bulan, pada
usia 7 bulan perkembangan auditorik yang dapat terlihat yaitu memutar kepala
pada arah horizontal dengan cepat namun pada arah bawah masih lemah, pada
usia 7-9 bulan dapat memutar kepala dengan cepat dan mengidentifikasi sumber
bunyi dengan tepat, dan pada usia 9-13 bulan keingintahuan terhadap bunyi lebih
besar dan mencari sumber bunyi yang berasal dari arah atas. Sedangkan untuk
perkembangan bicara dan bahasa anak usia 7-11 bulan dapat menggabungkan
kata/suku kata yang tidak mengandung arti, seperti bahasa asing (jargon), di usia
10 bulan anak mampu meniru suara (echolalia), mengerti kata perintah sederhana
seperti kata ke sini, mengerti nama obyek sederhana seperti sepatu dan cangkir.3
Karakteristik selanjutnya yang akan dibahas adalah tingkat pendidikan
responden atau tingkat pendidikan terakhir ibu dari anak yang diteliti. Karena
salah satu faktor yang memengaruhi pengisian kuesioner adalah tingkat
intelektualitas yang salah satunya dapat dicerminkan melalui tingkat pendidikan.
Makin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan lebih mudah bagi
responden untuk memahami maksud dari setiap pertanyaan yang tertera di
30
kuesioner. Tingkat intelektualitas ibu juga dapat menunjukkan bagaimana
kesadaran ibu dalam memantau tumbuh kembang anaknya dan dalam mendeteksi
dini jika anaknya mengalami gangguan pendengaran. Pada penelitian ini peneliti
mengambil latar belakang pendidikan ibu SMA ke bawah karena pada penelitian
sebelumnya telah dilakukan penelitian untuk ibu dengan latar belakang
pendidikan di atas SMA. Dan didapatkan pendidikan ibu yang bervariasi mulai
dari SD hingga SMA dengan rincian sebagai berikut SD (11 responden), SMP (11
responden), dan SMA (19 responden). Penelitian sebelumnya oleh Manda tahun
2013 dilakukan pada orang tua dengan latar belakang pendidikan D3/S1 (16
responden), SMA (10 responden), dan SMP (4 responden), dengan latar belakang
pendidikan ibu yang terbanyak adalah D3/S1 dan tidak terdapat kesulitan
responden untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner.13
Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar
tumbuh kembang anak yaitu kebutuhan biopsikosial yang terdiri dari kebutuhan
biomedis/asuh yang meliputi nutrisi, imunisasi, higenitas, pengobatan, pakaian,
tempat tinggal, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Dan kebutuhan psikososial /
asih dan asah yang berupa penghargaan, kasih sayang, komunikasi, stimulasi
bicara, gerak , sosial, moral, intelegensi, dan sebagainya. Sejak anak masih dalam
masa konsepsi hingga remaja.19 Oleh karena itu, karakteristik selanjutnya yang
akan dibahas yaitu pekerjaan orangtua anak, pada penelitian ini pekerjaan
orangtua diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu pegawai (6 responden),
wiraswasta (14 responden), dan tidak bekerja (20 responden). Pekerjaan orangtua
penting untuk diperhatikan karena berhubungan dengan lamanya interaksi antara
ibu dan anaknya yang berkaitan terhadap waktu bermain khusus dengan anak.
Perkembangan bahasa dan kognitif sangat penting pada 6 bulan pertama hingga 3
tahun kehidupan, ketika anak tinggal di lingkungan yang sedikit memberikan
stimulasi kepadanya maka akan memengaruhi perkembangan otak sehingga
perkembangan kognitif dan sosialnya pun akan ikut terganggu.20 Makin lama
intensitas ibu bersama anak maka waktu mengamati perubahan perilaku anak
lebih banyak. Sehingga ibu akan lebih mengerti sudah sejauh mana perkembangan
anaknya dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya dapat memengaruhi
menjawab kuesioner.
31
Perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap kemampuan anak
dalam merespon suara. Anak perempuan memiliki hormon esterogen yang dapat
memengaruhi area otak tertentu sehingga anak perempuan memiliki kemampuan
untuk merespon suara lebih cepat dibanding anak lelaki.21 Oleh karena itu, jenis
kelamin menjadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi hasil menjawab
kuesioner berdasarkan respon pendengarannya.
5.2 Korelasi antara Usia dan Total Skor
Korelasi atau analisis hubungan adalah suatu bentuk analisis data dalam
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan
diantara dua variabel dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang
satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat).22 Dalam
penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana hubungan antara usia (variabel
bebas) terhadap total skor kuesioner yang dihasilkan (variabel terikat) baik
melalui cara pengisian kuesioner secara mandiri maupun wawancara.
Metode pengisian kuesioner secara mandiri didapatkan hasil korelasi
positif yang tidak bermakna. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor
yang memengaruhi dalam menjawab kuesioner, karena pada metode pengisian
mandiri terdapat beberapa kelemahan diantaranya responden sering tidak teliti
dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang sering terlewat tidak terjawab,
walaupun dibuat anonim kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban
yang tidak jujur, unsur yang tidak disadari terkadang tidak dapat diungkap, besar
kemungkinan jawaban dipengaruhi oleh keinginan-keinginan pribadi, kesukaran
merumuskan keadaan diri sendiri ke dalam bahasa sehingga pemahaman terhadap
pertanyaan yang diajukan terkadang sering tidak sesuai dengan keadaan anak, dan
tentunya juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden.23,24 Berdasarkan
faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan suatu kecendrungan jawaban yang
dapat terlihat pada hasil kuesioner sehingga ketika peneliti mencari nilai z skor
yang bertujuan untuk melihat lebih detail posisi suatu skor dalam suatu distribusi
didapatkan angka yang tinggi untuk kecendrungan menjawab “Ya” pada metode
mandiri yaitu 16 responden, sehingga telihat terdapat 2 responden yang memiliki
total skor 35, yang berarti semua pertanyaan dalam kuesioner dijawab dengan
jawaban “Ya” yang seharusnya untuk anak usia 7-12 bulan total skor yang
32
diharapkan adalah 25, karena anak usia 7-12 bulan perkembangannya belum
meliputi seluruh pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, sebagai contohnya
pertanyaan nomor 34 “Apakah anak anda mengikuti perintah yang rumit ? seperti
lepas sepatumu dan ke sinilah” dan pertanyaan nomor 35 “Apakah anak anda
mencoba menyanyikan lagu-lagu tertentu? Seperti lagu nina bobo” . Hal tersebut
seharusnya belum bisa dilakukan oleh anak usia 7-12 bulan.9
Pada metode mandiri, responden mengisi kuesioner secara bersamaan sesuai
prosedur yang disarankan dari puskesmas, sehingga dapat memengaruhi
kenyamanan dari responden dan tingkat kejujuran responden dalam mengisi serta
tidak dapat meminimalisir adanya interaksi antara satu responden dengan
responden lainnya yang dapat memengaruhi pengisian kuesioner.
Pengisian kuesioner secara wawancara, 28 responden dilakukan
wawancara secara tatap muka dan 12 responden melalui telepon. Didapatkan
korelasi positif yang bermakna antara usia dan total skor kuesioner. Karena
dengan metode wawancara tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan tingkat
pendidikan subyek yang diteliti.
Rerata total skor yang didapatkan pada pengisian kuesioner secara mandiri
didapatkan angka 24,65 dengan skor terendah yang didapat 13 dan skor tertinggi
35. Sedangkan rerata total skor untuk pengisian kuesioner secara wawancara
adalah 25,575 dengan skor terendah yang didapat 18 dan skor tertinggi 34. Pada
penilitian yang dilakukan oleh Coninx dkk, nilai total skor ekspektasi untuk anak
usia 7-12 bulan adalah 18-25 dan nilai minimum yang diharapkan yaitu 10-17.
Skor yang didapat oleh subyek yang diteliti telah melebihi nilai minimum yang
diharapkan, yang menguatkan bahwa tidak ada anak yang mengalami
keterlambatan respons pendengaran sesuai dengan usianya sehingga responden
telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya baik kriteria inklusi
maupun eksklusi.9
33
5.3 Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah
kuesioner LittlEARS dapat diaplikasikan di Indonesia. Validitas menunjukkan
ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya, validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan
suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat.24 Dalam melakukan validasi suatu kuesioner dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan melakukan validitas keseluruhan kuesioner dengan cara
melihat nilai reliabilitas dan dengan cara melakukan validasi perbutir pertanyaan
menggunakan metode korelasi dengan Pearson product moment dan corrected
item total corellation. Pada penelitian ini dilakukan analisis perbutir pertanyaan
dengan menggunakan metode Pearson product moment.
Butir pertanyaan 2,3,4, dan 12 pada metode mandiri dan butir pertanyaan
nomor 1, 2,3,4, 6, dan 17 pada metode wawancara didapatkan hasil jawaban yang
konstan, artinya semua responden menjawab dengan jawaban “Ya” karena pada
anak usia 7-12 bulan sudah melewati tahap perkembangan yang ditanyakan pada
butir pertanyaan kuesioner tersebut. Sedangkan pada butir pertanyaan nomor
7,8,10,16,17,18,19,21-35 pada metode mandiri dan butir pertanyaan nomor
12,16,17,18,19,21,22,24-32,34,35 pada metode wawancara terdapat variasi
jawaban responden yang menandakan bahwa di dalam rentang usia anak 7-12
bulan pada penelitian ini terdapat variasi perkembangan respon pendengaran dan
bahasa, ada anak yang sudah melewati tahapan tersebut dan ada pula yang belum,
sesuai dengan perkembangan anak di usianya. Sebagai contoh pertanyaan nomor
22 “Apakah anak anda mengikuti perintah sederhana ? contohnya “Kesini”,
“Lepas sepatumu”. Fase tersebut sudah bisa dilakukan oleh anak usia 9-12 bulan
namun belum bisa dilakukan oleh anak usia 6-9 bulan sehingga menimbulkan
variasi jawaban pada nomor 22.
Butir pertanyaan yang nilainya dibawah r-tabel yaitu 1,5,6,11,13,14,15,20
pada metode mandiri dan butir pertanyaan 5,7,8,9,10,11,13-15,20,23,33 pada
metode wawancara menunjukkan variasi yang lebih sedikit karena nilainya
34
cendrung mendekati 0,000, dimana angka 0,000 menunjukkan jawaban yang
konstan. Variasi yang sedikit ini dapat menandakan adanya sebuah kebingungan
dari beberapa responden dalam menjawab pertanyaan secara mandiri, sebagai
contohnya pada pertanyaan nomor 1 “Apakah anak anda merespon suara yang
sudah lazim?” hal ini seharusnya sudah dapat dilakukan oleh semua anak dalam
kelompok usia 7-12 bulan yang dibuktikan dengan jawaban yang konstan pada
metode wawancara.
Metode wawancara memiliki variasi yang lebih sedikit hanya 18
pertanyaan dibandingkan metode mandiri 22 pertanyaan, yang menandakan
bahwa pada metode wawancara lebih sedikit adanya kebingungan dari responden
dalam menjawab pertanyaan di dalam kuesioner, karena pengisiannya dipandu
oleh peneliti secara langsung.
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dipercaya akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya pula.24 Uji Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten.22 Salah satu meode dalam perhitungan
reliabilitas adalah dengan mencari nilai Cronbach’s alpha.
Nilai Cronbach’s alpha untuk pengisian kuesioner yang dilakukan secara
mandiri adalah 0,894 (>0,5), berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
instrumen bersifat reliabel dengan kata lain memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi. Untuk nilai Cronbach’s alpha untuk pengisian kuesioner secara wawancara
didapatkan nilai 0,794 (>0,5) yang menunjukkan bahwa pengisian yang dilakukan
secara wawanca juga memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
5.4 Interrater Reliability
Interrater reliability dipakai untuk menilai konsistensi suatu subyek yang
diteliti dengan menggunakan dua metode yang berbeda. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan interrater reliability dengan mencari koefisien kappa untuk
mengetahui konsistensi jawaban pengisian kuesioner secara mandiri maupun
wawancara. Makin banyak kemiripan hasil penilaian antara metode mandiri dan
wawancara maka koefisien kappa yang dihasilkan akan makin tinggi. Dari
keseluruhan hasil, koefisien kappa dianggap menunjukkan jawaban yang
35
konsisten apabila didapatkan hasil minimal 0,8.
Tabel 5.1 Koefisien Kappa dari tinggi ke rendah
Butir Pertanyaan Koefisien Kappa1 1,0002 1,0003 1,0004 1,0006 1,00012 1,00017 1,0008 0,72531 0,52519 0,52128 0,50026 0,49429 0,47113 0,44824 0,44714 0,44425 0,44222 0,44133 0,41515 0,31823 0,30430 0,28832 0,27111 0,21910 0,21127 0,20521 0,2029 0,17218 0,14920 0,14934 0,1227 0,0615 -0,04216 -0,08435 -0,154
Tabel 5.1 memperlihatkan nilai koefiesien kappa yang telah diurutkan dari
nilai tertinggi hingga nilai terendah. Sebagian besar koefisien kappa yang
didapatkan belum mencapai 0,8 yang menunjukkan tidak terdapat kesesuaian
jawaban antara metode mandiri dan wawancara. Ketidaksesuaian ini dapat
disebabkan karena ketidak pahaman responden saat mengisi pertanyaan secara
mandiri. Oleh karena itu, ketika ditanya melalui metode wawancara dengan
beberapa penjelasan responden mengubah jawabannya. Sebagai contoh pada
pertanyaan nomor 35 “Apakah anak anda mencoba menyanyikan lagu-lagu
tertentu ?” di usia 7-12 bulan seharusnya anak belum bisa menyanyikan lagu
seperti lagu nina bobo, sehingga terdapat 8 responden yang pada saat mengisi
36
mandiri menjawab “Ya” tetapi dengan wawancara mengubah jawabannya menjadi
“Tidak”.
Pertanyaan butir 1,2,3,4,6,12, dan 17 memiliki koefisien kappa 1,000 yang
berarti baik pada metode mandiri maupun wawancara pertanyaan tersebut dijawab
dengan jawaban yang konsisten yaitu hanya dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”,
menandakan terdapat kesesuaian antara metode mandiri dan wawancara.
Nilai kappa yang didapatkan <0,8 menandakan bahwa jawaban kuesioner
secara mandiri dan wawancara memiliki konsistensi jawaban yang buruk. Artinya
terdapat satu metode yang lebih baik dari metode lainnya antara pengisian mandiri
dan wawancara. Pada penjelasan sebelumnya didapatkan rerata hasil total skor
dari metode wawancara lebih besar dari metode pengisian mandiri dan rentang
jawaban antara satu responden dengan responden lainnya pada metode pengisian
mandiri jauh lebih besar dibandingkan pengisian secara wawancara, pada
pengisian mandiri didapatkan rentang 13-35, sedangkan secara wawancara
didapatkan rentang 18-34. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa
perubahan hasil jawaban. Sehingga dapat terlihat bahwa pengisian secara
wawancara dapat meminimalisir adanya ketidaksesuaian antara jawaban
responden dengan kondisi anak yang sebenarnya.
37
5.5 Keterbatasan Penelitian
5.5.1 Desain Penelitian
Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah karena penelitian
menggunakan desain potong lintang sehingga hasil yang didapatkan hanya
menunjukkan variabel dalam satu waktu saja dan tidak dapat menjelasakan
adanya hubungan sebab akibat yang pasti antara variabel terikat dan variabel
bebas.
5.5.2 Metode Pengambilan Data
1. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu metode pengisian mandiri dan wawancara. Untuk metode
wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu via telepon dan tatap muka.
Metode wawancara via telepon dapat menimbulkan bias karena mampu
mengurangi konsentrasi responden dalam menjawab pertanyaan. Salah
satunya dipengaruhi oleh buruknya sinyal di daerah sehingga percakapan
menjadi sering kali terputus.
2. Lembar kaji etik untuk pengambilan data terlambat dikeluarkan sehingga
diperoleh setelah data telah selesai diambil.
38
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia dapat digunakan sebagai alat
pra penapisan gangguan pendengaran pada anak usia 7-12 bulan dengan
latar belakang pendidikan ibu SMA ke bawah di kota Serang karena
memiliki validitas dan reliabilitas yang baik (Cronbach’s alpha mandiri =
0,894, Cronbach’s alpha wawancara = 0,794).
2. Metode wawancara lebih baik dibandingkan metode mandiri karena
terdapat korelasi positif yang bermakna antara usia dan total skor dengan
metode wawancara (r wawancara = 0,457, p = 0,003).
3. Tingkat pendidikan terakhir responden tidak memengaruhi total skor
kuesioner yang didapatkan berdasarkan uji T tidak berpasangan (p mandiri
= 0,593, p wawancara = 0,193).
6.2 Saran
1. Kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia dapat diterapkan dengan
metode wawancara oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih untuk
kelompok ibu dengan latar pendidikan SMA ke bawah.
2. Dilakukan metode wawancara terpimpin, yaitu dengan menanyakan
contoh perkembangan yang dimaksud responden untuk mengetahui
pemahaman responden terhadapat butir pertanyaan yang ditanyakan.
3. Dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap butir-butir pertanyaan dan
contohnya yang sesuai dengan perkembangan anak usia 7-12 bulan tanpa
mengubah makna butir pertanyaan tersebut.
4. Sebelum kuesioner diadaptasi secara nasional, kuesioner harus terlebih
dahulu dicoba untuk diterapkan di berbagai daerah untuk mendapatkan
informasi mengenai kemampuan masyarakat di daerah tersebut dalam
memahami setiap pertanyaan yang ada pada kuesioner.
39
Daftar Pustaka
1. Silverthorn DU. Fisiologi sensorik. In: Johnson BR, Ober WC, Garrison CW,
Silverthorn AC, penyunting. Fisiologi manusia sebuah pendekatan
terintegrasi. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;2014. h. 339-90.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Telinga sehat pendengaran baik.
2010 [diakses tanggal 30 Januari 2016]. Tersedia di :
http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=840.
3. Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI. Buku
panduan tatalaksana bayi baru lahir di rumah sakit. 2010.
4. Rundjan L, Amir I, Suwento R, Mangunatmadja I. Penapisan gangguan
pendengaran pada neonatus risiko tinggi. Sari pediatri. 2005;6:149-54.
5. World Health Organization. Newborn and infant hearing screening: Current
issues and guiding principles for action. 2009 [diakses tanggal 30 Januari
2016].Tersedia
di:http://www.who.int/blindness/publications/Newborn_and_Infant_Hearing
_Screening_Report.pdf.
6. Bashiruddin J. Newborn hearing screening in six hospitals in Jakarta and
surroundings. Majalah Kedokteran Indonesia.2009;59:51-4.
7. Suwento R. Srining pendengaran bayi baru lahir dalam kumpulan abstrak
KONAS perhimpunan dokter spesialis THT-KL Indonesia XIV.
Surabaya.2007.
8. Nalendra H. Validasi kuesioner LittleEARS berbahasa Indonesia pada
pertumbuhan dan perkembangan pendengaran anak usia 0-24 bulan dengan
faktor risiko gangguan pendengaran. [skripsi]. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta;2013.
9. Coninx F, Weichbold V, Tsiakpini L, Bescond G, Autrique E, Tamas L.Validation of the LittlEARS auditory questionnaire in children with normalhearing. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2009;73:1761–8.
10. Sudiadi D. Menuju kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang
majemuk. Jurnal Kriminologi Indonesia. 2009;5:33-42.
40
11. Kementrian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia tahun 2015. 2016.
[diakses tanggal 23 April 2017] tersedia di :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf.
12. Sadler TW. Telinga. In: Novrianti A, penyunting. Langman embriologi
kedokteran. Edisi ke-10.Jakarta: EGC;2009. h. 375-81.
13. Pisilia M. Validasi kuesioner LttleEARS berbahasa Indonesia untuk menilai
tumbuh kembang pendengaran pada anak usia 7-12 bulan di Jakarta tahun
2013. [skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;2013.
14. Behrman RE, Kliegman RM, Karen KJ, Jenson HB. Pertumbuhan dan
perkembangan. In: Suryawan A, Chairulfatah A, Pulungan AB, Endaryanto
A, Pujdiadi A, Kurniawan A, dkk, penyunting.Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;2014. h. 11-31.
15. Herwanto RY. Gambaran gangguan pendengaran pada bayi dengan
hiperbilirubinemia di RSUP Adam malik Medan. [Skripsi]. Medan:
Universitas Sumatra Utara; 2012. [diakses tanggal 12 Juni 2016]tersedia
di :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33587/4/Chapter%20II.p
df..
16. Iskandar N. Gangguan pendengaran dan kelainan telinga. In: Soepradi EA,
Badhiruddin J, Restuti RD, penyunting. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi ke- 7. Jakarta: Badan Penerbit FK
UI; 2015. h. 10-70.
17. Bagatto MP, Brown CL, Moodie ST, Scollie SD. External validation of the
LittlEARS auditory questionnaire with english speaking families of
Canadian with normal hearing. Int J Pediatr Otorhinolaryngol;10:1-3.
18. Dahlan S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika;2009.
19. Soedjatmiko. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita. Sari Pediatri.
2001;3:175-88.
20. Pem D. Factors affecting early childhood growth and development: Golden
1000 days. Adv Pediatric Nurse. 2015:1;101.
21. Krizman J, Skoe E, Kraus N. Sex differences in auditory subcortical
41
function. Clin Neuropsychol. 2012;123:590-97.
22. Siregar S. Pengukuran instrumen penelitian. In: Hutari F, penyunting.
Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Edisi ke-1. Jakarta: Bumi
Aksara;2015. h.75-89.
23. Hadi S. Metodologi Riset. Edisi ke-1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar;2015. h.
293-8.
24. Arikunto S. Menentukan dan menyusun instrumen. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Edisi ke-15. Jakarta: PT Rineka Cipta;2014. h.
194-254.
42
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Informed Consent
Lembar Persetujuan (Informed Consent) Responden Validasi
Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia pada Orang Tua
dengan Anak Usia 7-12 Bulan di Kota Serang
Assalamualaikum wr.wb.
Saya, Nida Raniah, mahasiswi S1 Program Studi Pendidikan Dokter, FakultasKedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksudmengadakan penelitian untuk validasi kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesiadalam mendeteksi gangguan pendengaran pada orang tua dengan anak usia 7-12bulan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan studi saya di Program StudiPendidikan Kedokteran dan Profesi Dokter, FKIK UIN Syarif HidayatullahJakarta.
Kuesioner ini bertujuan untuk mengadaptasi kuesioner perkembanganpendengaran anak usia 7-12 bulan di Indonesia. Semua informasi dari hasilkuesioner ini kami jamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, kami harapBapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat mengisi kuesioner ini dengan lengkap danbersedia untuk mengisi kuesioner ini lagi melalui telepon dalam rentang waktu 2minggu sampai 1 bulan.
Jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia untuk mengisi kuesioner ini,silahkan mengisi identitas dan tanda tangan di bawah ini.Terima kasih atas waktuyang telah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan untuk mengisi kuesioner ini.Wassalamualaikum wr.wb.
Yang menyetujui,
Peneliti Responden
__________________ ___________________
43
Lampiran 2
Kuesioner Karakteristik Responden
KETERANGAN RESPONDEN PENELITIAN
Tanggal:___________________
Nama anak : ________________________________________Tanggal lahir anak : ________________________________________Usia : ________________________________________Nama orang tua/wali : ________________________________________Nomor yang bisa dihubungi :
Rumah : ________________________________________HP : _______________________________________
Pekerjaan orang tua/wali : ________________________________________Pendidikan orang tua/wali : ________________________________________Lama menemani anak (dalam jam per hari) :___________________________________Anak ke : ________________________________________Bahasa yang digunakan sehari-hari:________________________________________Riwayat selama kehamilan :
Rutin cek ke dokter : (ya/tidak)Konsumsi obat/jamu : (ya/tidak)Sakit selama kehamilan : (ada/tidak ada)Riwayat infeksi selama kehamilan : (ada/tidak ada)
Riwayat kelahiran :Lahir cukup bulan, ≥ 37 minggu : (ya/tidak)Berat lahir > 2 kg : (ya/tidak)Normal/tidak : (ya/tidak)Perlu alat bantu nafas : (ya/tidak)Riwayat kuning : (ya/tidak)
Riwayat anakImunisasi rutin sesuai jadwal : (ya/tidak)Anak sering pilek : (ya/tidak)
44
Lampiran 3
Kuesioner LittlEARS
KUESIONER PERKEMBANGAN PENDENGARAN ANAK LittlEARSNo Respon Auditori Jawaban Contoh1 Apakah anak Anda merespon suara
yang sudah lazim?( ) Ya( ) Tidak
Tersenyum; melihat ke arahsumber, berbicara dengan mimik
2 Apakah anak Anda mendengarorang lain yang sedang berbicara?
( ) Ya( ) Tidak
Mendengar; menunggu danmendengar; melihat ke arah orangyang berbicara untuk waktu lama
3 Ketika seseorang berbicara, apakahanak Anda menoleh ke arahpembicara?
( ) Ya( ) Tidak
4 Apakah anak Anda tertarik denganmainan yang mengeluarkan suaraatau bunyi?
( ) Ya( ) Tidak
Mainan yang diremas berbunyikeretak keretuk
5 Apakah anak Anda mencari orangyang berbicara yang tidak terlihatolehnya?
( ) Ya( ) Tidak
6 Apakah anak Anda mendengarkanketika radio atau pemutar CD ataupemutar kaset dimainkan?
( ) Ya( ) Tidak
Mendengar: menoleh ke arahsuara, memperhatikan, tertawaatau bernyanyi/berbicara“mengikuti suara”
7 Apakah anak Anda merespon suarayang jauh?
( ) Ya( ) Tidak
Ketika dipanggil di ruang lain
8 Apakan anak Anda berhentimenangis ketika Anda berbicaradengannya walaupun ia tak melihatAnda?
( ) Ya( ) Tidak
Anda mencoba membuat nyamansang anak dengan suara lembutatau lagu tanpa adanya kontakmata
9 Apakah anak Anda merespondengan ketakutan (kegelisahan)ketika mendengar suara marah?
( ) Ya( ) Tidak
Menjadi sedih dan mulaimenangis
10 Apakah anak Anda “mengenali”tanda-tanda akustik?
( ) Ya( ) Tidak
Kotak musik menjelang tidur;nina bobo; air mengalir dalamtabung
11 Apakah anak Anda mencari sumbersuara yang berada di kiri, kanan,atau belakangnya?
( ) Ya( ) Tidak
Anda memanggil ataumengucapkan sesuatu, anjingmenggonggong, dan lain-lain.Dan anak Anda mencari danmenemukan sumber suaratersebut.
12 Apakah anak Anda bereaksi ketikanama dipanggil?
( ) Ya( ) Tidak
13 Apakah anak Anda mencari sumbersuara yang berada di atas ataubawahnya?
( ) Ya( ) Tidak
Jam dinding atau sesuatu yangjatuh di lantai
45
14 Ketika anak Anda sedih ataumurung, bisakah ia ditenangkanatau dipengaruhi dengan musik?
( ) Ya( ) Tidak
15 Apakah anak Anda mendengarkandi telepon dan apakah ia tampakmengetahui adanya orang yangsedang berbicara?
( ) Ya( ) Tidak
Ketika nenek atau ayahmenelpon, sang anakmengambil alat penerimadan “mendengarkan”
16 Apakah anak Anda merespon musikdengan gerakan ritmik?
( ) Ya( ) Tidak
Sang anak mendengarkanlengan atau kaki sesuaidengan alunan music
17 Apakah anak Anda mengetahuibahwa suara tertentu berhubungandengan objek atau kejadiantertentu?
( ) Ya( ) Tidak
Sang anak mendengar suarapesawat dan melihat kea rahlangit. Atau mendengarmobil dan melihat ke arahjalan
18 Apakah anak Anda merespondengan sesuai terhadap ucapanpendek atau sederhana?
( ) Ya( ) Tidak
“Berhenti!”“Yekh!”“! Jangan!”
19 Apakah anak Anda merespon kata“jangan” dengan menghentikankegiatannya saat itu?
( ) Ya( ) Tidak
Kata “Jangan, jangan” –yang diucapkan denganintonasi kuat meski si anaktidak melihat Anda (!) –sangatlah efektif
20 Apakah anak Anda mengetahuinama anggota keluarganya?
( ) Ya( ) Tidak
Mana-ayah, Ibu, Mark, …
21 Apakah anak Anda menirukan suaraketika ditanya?
( ) Ya( ) Tidak
“Aaa”, “Ooo”, “Iii”
22 Apakah anak Anda mengikutiperintah sederhana?
( ) Ya( ) Tidak
“Kesini”; “Lepas sepatumu”
23 Apakah anak Anda mengertiperintah sederhana?
( ) Ya( ) Tidak
“Mana perut ibumu?”;“Mana ayah?”
24 Apakah anak Anda membawakanbarang yang diminta?
( ) Ya( ) Tidak
“Ambilkan saya bola danlain-lain”
25 Apakah anak Anda meniru suaraatau kata-kata yang Anda ucapkan?
( ) Ya( ) Tidak
“Ucapkan: Guk, Guk”;katakan: m-o-b-i-l
26 Apakah anak Anda menghasilkansuara yang sama dengan mainan?
( ) Ya( ) Tidak
“Brum” untuk mobil, “Moo”untuk sapi
27 Apakah anak Anda mengetahuisuara tertentu yang muncul daribinatang tertentu?
( ) Ya( ) Tidak
Guk guk = anjing, meong =kucing, kukuruyuk = suaraayam jantan muda/ayamjantan
28 Apakah anak Anda mencoba menirusuara di sekelilingnya?
( ) Ya( ) Tidak
Suara binatang, suara alat-alat rumah tangga, suarasirine mobil polisi
29 Apakah anak Anda mengulangrangkaian suku kata pendek danpanjang dengan benar?
( ) Ya( ) Tidak
“La-la-laa”
46
(Lanjutan)
30 Apakah anak Anda memilihbenda yang benar darisekumpulan benda ketikaditanya?
( ) Ya( ) Tidak
Anda memainkan mainanberbentuk hewan danmenanyakan “Kuda”; Andamemainkan bola warna-warnidan menanyakan “Bola warnamerah”
31 Apakah anak Anda mencobaikut menyanyikan lagu ketikamendengar sebuah lagu?
( ) Ya( ) Tidak
“Sajak anak-anak”
32 Apakah anak Anda mengulangkata tertentu ketika diminta?
( ) Ya( ) Tidak
“Katakan halo pada nenek”
33 Apakah anak Anda sukamendengarkan dongeng?
( ) Ya( ) Tidak
Dari buku atau dari bukugambar
34 Apakah anak Anda mengikutiperintah yang rumit?
( ) Ya( ) Tidak
“Lepas sepatumu dankesinilah”
35 Apakah anak Anda mencobamenyanyikan lagu-lagutertentu?
( ) Ya( ) Tidak
Nina bobo
47
Lampiran 4Kuesioner versi Bahasa Inggris
Lampiran 4Kuesioner LittlEARS versi bahasa Inggris
48
(Lanjutan)
49
Lampiran 5Rekomendasi perbaikan kuesioner
No Respon Auditori Jawaban Contoh1 Apakah anak Anda merespon suara
yang sudah lazim?( ) Ya( ) Tidak
Tersenyum; melihat ke arahsumber, berbicara dengan mimik
2 Apakah anak Anda mendengarorang lain yang sedang berbicara?
( ) Ya( ) Tidak
Mendengar; menunggu danmendengar; melihat ke arah orangyang berbicara untuk waktu lama
3 Ketika seseorang berbicara, apakahanak Anda menoleh ke arahpembicara?
( ) Ya( ) Tidak
4 Apakah anak Anda tertarik denganmainan yang mengeluarkan suaraatau bunyi?
( ) Ya( ) Tidak
Mainan yang diremas berbunyikeretak keretuk
5 Apakah anak Anda mencari orangyang berbicara yang tidak terlihatolehnya?
( ) Ya( ) Tidak
Orang yang berbicara beradadi ruangan lain yang tidakterlihat oleh anak
6 Apakah anak Anda mendengarkanketika radio atau pemutar CD ataupemutar kaset dimainkan?
( ) Ya( ) Tidak
Mendengar: menoleh ke arahsuara, memperhatikan, tertawaatau bernyanyi/berbicara“mengikuti suara”
7 Apakah anak Anda merespon suarayang jauh?
( ) Ya( ) Tidak
Ketika dipanggil di ruang lain
8 Apakan anak Anda berhentimenangis ketika Anda berbicaradengannya walaupun ia tak melihatAnda?
( ) Ya( ) Tidak
Anda mencoba membuat nyamansang anak dengan suara lembutatau lagu tanpa adanya kontakmata
9 Apakah anak Anda merespondengan ketakutan (kegelisahan)ketika mendengar suara marah?
( ) Ya( ) Tidak
Menjadi sedih dan mulaimenangis
10 Apakah anak Anda “mengenali”tanda-tanda akustik?
( ) Ya( ) Tidak
Kotak musik menjelang tidur;nina bobo; air mengalir dalamtabung
11 Apakah anak Anda mencari sumbersuara yang berada di kiri, kanan,atau belakangnya?
( ) Ya( ) Tidak
Anda memanggil ataumengucapkan sesuatu, anjingmenggonggong, dan lain-lain.Dan anak Anda mencari danmenemukan sumber suaratersebut.
12 Apakah anak Anda bereaksi ketikanama dipanggil?
( ) Ya( ) Tidak
13 Apakah anak Anda mencari sumbersuara yang berada di atas ataubawahnya?
( ) Ya( ) Tidak
Jam dinding yangmenghasilkan bunyi atausesuatu yang jatuh di lantai
50
14 Ketika anak Anda sedih ataumurung, bisakah ia ditenangkan ataudipengaruhi dengan musik?
( ) Ya( ) Tidak
Berhenti menangis ketikadinyanyikan lagu
15 Apakah anak Anda mendengarkan ditelepon dan apakah ia tampakmengetahui adanya orang yangsedang berbicara?
( ) Ya( ) Tidak
Ketika nenek atau ayahmenelpon, sang anak mengambilalat penerima dan“mendengarkan”
16 Apakah anak Anda meresponmusik dengan menari sesuaiirama ?
( ) Ya( ) Tidak
Sang anak menggerakanlengan atau kaki sesuaidengan alunan music
17 Apakah anak Anda mengetahuibahwa suara tertentu berasal dariobjek atau kejadian tertentu?
( ) Ya( ) Tidak
Sang anak mendengar suarapesawat dan melihat kea rahlangit. Atau mendengar mobildan melihat ke arah jalan
18 Apakah anak Anda merespon dengansesuai terhadap ucapan pendek atausederhana?
( ) Ya( ) Tidak
“Berhenti!”“Yekh!”“! Jangan!”
19 Apakah anak Anda merespon kata“jangan” dengan menghentikankegiatannya saat itu?
( ) Ya( ) Tidak
Kata “Jangan, jangan” – yangdiucapkan dengan intonasi kuatmeski si anak tidak melihatAnda (!) – sangatlah efektif
20 Apakah anak Anda mengetahuiyang mana anggota keluarganya?
( ) Ya( ) Tidak
Mana-ayah, Ibu, Mark, …
21 Apakah anak Anda menirukan suaraketika ditanya?
( ) Ya( ) Tidak
Ketika anak anda dimintakatakan “Aaa”, “Ooo”, “Iii”anak anda menirukannya
22 Apakah anak Anda mengikutiperintah sederhana?
( ) Ya( ) Tidak
“Kesini”; “Lepas sepatumu”
23 Apakah anak Anda mengerti perintahsederhana?
( ) Ya( ) Tidak
“Mana perut ibumu?”; “Manaayah?”
24 Apakah anak Anda membawakanbarang yang diminta?
( ) Ya( ) Tidak
“Ambilkan saya bola dan lain-lain”
25 Apakah anak Anda meniru suara ataukata-kata yang Anda ucapkan?
( ) Ya( ) Tidak
“Ucapkan: Guk, Guk”; katakan:m-o-b-i-l
26 Apakah anak Anda menirukansuara yang mirip dengan mainan?
( ) Ya( ) Tidak
“Brum” untuk mobil, “Moo”untuk sapi
27 Apakah anak Anda mengetahui suaratertentu yang muncul dari binatangtertentu?
( ) Ya( ) Tidak
Guk guk = anjing, meong =kucing, kukuruyuk = suara ayamjantan muda/ayam jantan
28 Apakah anak Anda mencoba menirusuara di sekelilingnya?
( ) Ya( ) Tidak
Suara binatang, suara alat-alatrumah tangga, suara sirine mobilpolisi
29 Apakah anak Anda mengulangrangkaian suku kata pendek danpanjang dengan benar?
( ) Ya( ) Tidak
“La-la-laa”
51
30 Apakah anak Anda memilihbenda yang benar darisekumpulan benda ketikaditanya?
( ) Ya( ) Tidak
Anda memainkan mainanberbentuk hewan danmenanyakan “Kuda”;Anda memainkan bolawarna-warni danmenanyakan “Bola warnamerah”
31 Apakah anak Anda mencoba ikutmenyanyikan lagu ketikamendengar sebuah lagu?
( ) Ya( ) Tidak
“Sajak anak-anak”
32 Apakah anak Anda mengulangkata tertentu ketika diminta?
( ) Ya( ) Tidak
“Katakan halo padanenek” dan anak andamengikutinya
33 Apakah anak Anda sukamendengarkan dongeng?
( ) Ya( ) Tidak
Dari buku atau dari bukugambar
34 Apakah anak Anda mengikutiperintah yang rumit?
( ) Ya( ) Tidak
“Lepas sepatumu dankesinilah”
35 Apakah anak Anda mencobamenyanyikan lirik lagu-lagutertentu?
( ) Ya( ) Tidak
Seperti lirik lagu “Ninabobo”
52
Lampiran 6
Lembar Kaji Etik
53
Lampiran 7Skor Ekspektasi Berdasarkan Usia
Responden Usiamandiri
Total skormandiri
Skorekspektasi
mandiri
Usiawawancara
Total skorwawancara
Skorekspektasiwawancara
1 9,03 33 19,91 10,03 24 21,352 8,83 15 19,61 9,83 21 21,073 9,17 13 20,1 10,17 32 21,534 11,73 34 23,62 12,73 34 24,855 8,93 14 19,76 9,93 18 21,216 9,57 33 20,68 11,43 27 23,237 10,63 31 22,17 11,63 23 23,498 9,2 32 20,15 10,2 32 21,589 9,6 35 20,73 10,6 24 22,13
10 9,9 15 21,16 10,9 24 22,5311 8,83 22 19,61 10,77 27 22,3512 10,4 19 21,86 12,27 29 24,2813 8,4 22 18,96 10,33 20 21,7614 12,07 19 24,04 13,1 24 25,2815 9,37 26 20,4 10,37 24 21,8116 12,93 27 25,09 13,97 28 26,2717 7,9 28 18,19 8,93 28 19,7618 9,67 34 20,83 11,57 29 23,419 11,7 35 23,58 13,7 32 25,9720 12,67 27 24,77 13,13 29 25,3221 8,77 16 19,51 9,8 18 21,0222 8,57 31 19,21 9,6 21 20,7323 7,93 27 18,24 8,8 27 19,5624 8,57 17 19,21 10,5 32 21,9925 7,53 17 17,61 8,47 23 19,0626 11,73 23 23,62 12,77 23 24,8927 8,17 21 18,6 9,2 18 20,1528 10,83 30 22,44 12,7 31 24,8129 9,43 23 20,49 11,37 29 23,1530 12,07 27 24,04 13 26 25,1731 12 24 23,95 12,5 25 24,5732 11,97 20 23,91 12,43 21 24,4933 12,37 29 24,41 13,37 31 25,5934 9,6 34 20,73 10,6 27 22,1335 8,83 23 19,61 9,87 24 21,1136 10,4 28 21,86 11,3 31 23,0637 7,7 18 17,87 8,17 22 18,638 10,27 22 21,67 10,73 22 22,3139 8,73 18 19,46 9,2 19 20,1540 9,57 24 20,68 10,03 24 21,35
54
Lampiran 8
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Nida Raniah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 31 Oktober 1996
Agama : Islam
Alamat : Jalan H Usman Hasbi 04, RT/RW 004/004 Depok
E-mail : nida.raniaa@gmail.com
Riwayat Pendidikan
2001-2002 : TK Al-Ridho
2002-2008 : SDN Kalimulya 4
2008-2011 : Mts Qotrun Nada Depok
2011-2014 : MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta
2014-sekarang : PSKPD UIN Syarifhidayatullah Jakarta.