Post on 04-Jan-2020
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH
MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav) TERHADAP Staphylococcus aureus
RESISTEN AMPISILIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Debie Rambu Moha
NIM: 148114129
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HALAMAN JUDUL
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH
MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav) TERHADAP Staphylococcus aureus
RESISTEN AMPISILIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Debie Rambu Moha
NIM: 148114129
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan,
tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”
Amsal 1:7
Saya persembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus yang selalu baik terhadap saya tanpa memandang segala
dosa saya.
Bapa Sony, Mama Keda, Kakek Djuma, Kakak Arens, keluarga,
sahabat dan teman-teman tanpa kalian saya tidak akan bisa sampai
ke titik ini.
Serta Almamater saya, Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkat
kasih-Nya yang melimpah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz and Pav) Terhadap Staphylococcus aureus Resisten
Ampisilin” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Unversitas
Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,
dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, S.Si., M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus Dosen
Pembimbing skripsi yang telah dengan sabar memberikan banyak saran,
masukan, bantuan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan
skripsi..
2. Ibu Dr. Christine Patramurti, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program
Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku Kepala Laboratorium
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma sekaligus selaku dosen
penguji atas masukan dan saran selama penyusunan skripsi.
4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., sebagai dosen pembimbing
akademik atas saran dan motivasi selama kegiatan perkuliahan.
5. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari , Apt, selaku dosen penguji atas masukan dan
saran selama penyusunan skripsi.
6. Mas Antonius Dwi Priyana dan Mas Sarwanto selaku Sekretariat S1
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang memberikan informasi
selama perkuliahan dan ujian.
7. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah mengajar dan membantu saya selama
perkuliahan.
8. Bapak Umbu Ngailu Pasalang, Mama Keda Rambu Katta, kakak Arens
Umbu Riada, Nenek Djuma Kalimandang, Om-Om dan Mama dari
Pasunga, Bapa-Bapa dan Tante dari Waimanu Padabbar yang selalu setia
menemani dan mendoakan saya sampai saat ini.
9. Saudara dan sahabat yang selalu mendukung saya di tanah rantau, Arens,
Risto, Medi, Adian, dan lain-lain yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.
10. Teman- teman dari kost Sari Ayu 1 yang selalu menyediakan air ketika
saya kehabisan air minum, Resky Parintak, Agri Martiana, Yosmi, Any
dan Atrini.\
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit infeksi bahkan bisa menyebabkan kematian jika tidak
ditangani dengan benar. Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus menjadi rumit karena mulai muncul strain bakteri yang baru, yaitu
Staphylococcus aureus resisten ampisilin. Sehingga perlu dilakukan eksplorasi
bahan alam untuk dapat membantu menangani kasus resistensi antibakteri. Salah
satu bahan alam yang diketahui memiliki efek antibakteri adalah daun sirih merah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak metanol daun
sirih merah terhadap Staphylococcus aureus resisten ampisilin.
Penelitian ini menggunakan metode dilusi cair untuk menentukan nilai
KHM dan KBM. Data hasil pengukuran zona hambat diuji secara statistik dengan
ANOVA dan perbedaan tiap kelompok diuji dengan post-hoc Tukey HSD.
Hasil penelitian menyatakan ekstrak metanol daun sirih merah pada
konsentrasi 25, 50, 100 mg/ml memiliki aktivitas antibakteri yang ditunjukkan
dengan diameter zona hambat berturut-turut 8,66; 14,66; dan 25,66 mm. Nilai
KHM dari ekstrak metanol daun sirih merah adalah 3,13 mg/mL sedangkan nilai
KBM adalah 6,25 mg/mL. Hasil analisis statistik ANOVA menunjukkan nilai
p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan bermakna pada setiap perlakuan.
Kata kunci: ampisilin, Staphylococcus aureus Resisten Ampisilin, daun sirih
merah, ekstrak metanol daun sirih merah, kadar hambat minimum, kadar bunuh
minimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Staphylococcus aureus is one of the bacteria that causes infectious and
causes death if not treated properly. Treatment of infections caused by
Staphylococcus aureus becomes complicated, because the new bacterial strain, ie
Staphylococcus aureus resistant ampicillin. So it’s necessary to explore the
medicinal plants that can handle cases of antibacterial resistance. One of the
medicinal plants known to have an antibacterial effect is red betel leaf. This study
aims to determine the antibacterial power from methanol fraction of red betel
leaves against ampicillin-resistant Staphylococcus aureus.
This study liquid dilution method for determining the value of MIC and
MBC. Data of inhibition zone diameter was statistically tested with ANOVA and
the differences in each group were tested with post-hoc Tukey HSD.
The result showed that methanol extract of red betel leaf at concentration
25, 50, 100 mg/ml had an antibacterial activity indicated by inhibition zone
diameter respectively 8.66; 14.66; and 25.66 mm. The MIC value of the red betel
leaf methanol fraction was 3.13 mg/mL and the MBC value was 6.25 mg/mL. The
result of ANOVA statistic analysis showed that p <0.05, meaning that there was
significant difference in each treatment.
Keywords: ampicillin, Staphylococcus aureus Resistant Ampicillin, red betel
leaves, red betel leaf methanol extract, minimum inhibitory concentration,
minimum bactericidal concentration.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………….……....….…. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….……………………….…………… ii
PENGESAHAN SKRIPSI …………….…………...……………….……….... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………..….….……. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………….…. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ….…...…………………………vi
PRAKATA ………….………….……..……..………………………...….…... vii
ABSTRAK ………………....……………….……………...……….….……... ix
ABSTRACT ……..…………………………………………………….…..……..x
DAFTAR ISI …………….…………………………………....………….…… xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………xii
DAFTAR GAMBAR…………….…………..…….…..…….………………... xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………...……….…….....………….…….... xiv
PENDAHULUAN ……………………………………….……….……….…..… 1
METODE PENELITIAN……………………………………….…….…….….…3
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….…….……….8
KESIMPULAN …………………………………………..……….……………. 17
SARAN ………………………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……. 18
LAMPIRAN ………….……………………………..….……………………… 20
BIOGRAFI PENULIS …………………………….….……………………….. 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Data diameter zona hambat ekstrak metanol daun sirih merah …..……14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil KLT ekstrak metanol daun sirih merah dan pembanding
rutin…………………………………………...................................10
Gambar 2. Kontrol pertumbuhan dan kontrol media NA ……………… ….….11
Gambar 3. Hasil uji resistensi Staphylococcus aureus terhadap ampisilin 10
µg….…………………………………………….………………......12
Gambar 4. Zona hambat ekstrak metanol daun sirih merah……….…………...13
Gambar 5. Hasil Penentuan nilai KHM …………………………….…....……..14
Gambar 6. Hasil penentuan nilai KBM ………………………………………...15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman (daun sirih merah) …...........................20
Lampiran 2. Surat identifikasi bakteri Staphylococcus aureus .. ........................21
Lampiran 3. Sertifikat pengujian statistik dengan SPSS ....................................22
Lampiran 4. Hasil perhitungan statistik ..........................................................23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab kematin di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme, yaitu bakteri, jamur, virus maupun parasit. Salah satu
bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus. Bakteri
ini juga diketahui merupakan penyebab pneumonia. Staphylococcus aureus
merupakan bakteri aerob yang bersifat gram positif dan merupakan salah satu
flora normal pada kulit dan selaput mukosa (Triana, 2014).
Pada tahun 1940an infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus dapat
diatasi dengan menggunakan antibiotik penisilin. Sekarang, diperkirakan 80%
isolat Staphylococcus aureus sudah resisten terhadap antibiotik penisilin. Akibat
banyaknya kasus resistensi, antibiotik penisilin dimodifikasi, sehingga muncul
antibiotik turunan penisilin seperti metisilin, oksasilin, dan ampisilin yang
dianggap lebih efektif dibandingkan penisilin. Beberapa tahun setelah
pengembangan metisilin, strain resisten mulai muncul yaitu Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA), dan akhirnya metisilin dikeluarkan dari pasaran.
Hingga akhirnya ditemukan antibiotik ampisilin, yang memiliki spektrum luas
pada Staphylococcus aureus, namun pada 1990-an diketahui bahwa ada isolat
Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik ampisilin (Reygaert,
2013). Resistensi pada ampisilin ini terjadi karena Staphylococcus aureus
memproduksi enzim beta laktamase yang dapat memecah cincin beta laktam pada
antibiotik ampisilin, sehingga antibiotik ini menjadi tidak aktif (Pazlarova et al.,
2014). Berdasarkan penelitian Muttaqein (2014), presentase bakteri
Staphylococcus aureus yang resisten dengan antibiotik golongan ampisilin
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2008-2011. Presentase
Staphylococcus aureus yang resisten dengan ampisilin pada tahun 2008 sebanyak
58,8% dan pada tahun 2011 sebanyak 90,2%.
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional diduga merupakan hal yang
memicu meningkatnya angka resisten bakteri terhadap antibiotik. Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional juga menimbulkan dampak negatif, seperti terjadi
kekebalan bakteri terhadap beberapa antibiotika, meningkatnya efek samping obat
dan bahkan kematian (Muttaqein, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan pencarian senyawa antibakteri
baru yang memungkinkan untuk penemuan obat baru yang dapat menggantikan
senyawa antibakteri yang sudah ada. Salah satu cara untuk menemukan senyawa
antibakteri yang baru, yaitu dengan melakukan eksplorasi bahan alam. Oleh
karena itu, pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui antibiotik alami yang
terkandung didalam tanaman khususnya tanaman sirih merah dengan cara
menentukan nilai KHM dan KBM.
Sirih merah merupakan salah satu tanaman obat potensial yang diketahui
secara empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, di
samping juga memiliki nilai spritual yang tinggi. Kandungan sirih merah yang
telah diketahui adalah flavonoid, alkaloid polifenol, tannin, saponin, dan minyak
atsiri (Juliantina, 2010).
Sudah banyak penelitian terkait uji aktivitas antibakteri dari daun sirih
merah, salah satunya yaitu penelitian dari Rinanda Tristia dkk (2012) yang
melaporkan bahwa uji antibakteri ekstrak metanol daun sirih merah terhadap
pertumbuhan MRSA dapat menghasilkan zona hambat, yaitu pada konsentrasi
15%, 30%, 45% dan 60% masing-masing menghasilkan zona hambat 9,0 mm,
11,2 mm, 13,6 mm, dan 15,7 mm. Sehingga peneliti ingin meneliti lebih lanjut
terkait uji antibakteri ekstrak metanol daun sirih merah terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yang sudah resisten dengan ampisilin.
Penelitian ini menggunakan metode penentuan KHM dan KBM agar dapat
mengetahui konsentrasi terkecil ekstrak metanol daun sirih merah yang dapat
menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus resisten
ampisilin. Selain itu, nilai KHM dan KBM juga dapat menentukan seberapa besar
konsentrasi untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus yang sudah resisten ampisilin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain: tabung reaksi (Pyrex), gelas beker
(Pyrex), pipet volume (Pyrex), Erlenmeyer (Pyrex), cawan petri (Pyrex), labu
takar (Pyrex), gelas ukur(Pyrex), oven (Memmert), autoclave (Model KT-40),
shaker, timbangan analitik (Mettler Toledo), korek api, jarum ose, incubator
(Memmert), ayakan no 40, vortex, rak tabung reaksi, rotary evaporator (Janke &
Kunkel), inkubator, Biological Safety Cabinet (BSC) class II (ESCO), bunsen,
kertas coklat, kertas saring, spreader, penjepit, mikropipet, glasfirn, pelubang
sumuran dan mistar.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : daun sirih merah, bakteri
Staphylococcus aureus resisten ampisilin, media Nutrien Agar (NA) dan media
Nutrien Broth (NB), DMSO 10%, Buffered Pepton Water (BPW), Ciprofloxacin
500 mg, cakram Ampisilin 10 μg, aquadest steril, metanol, alkohol, silika gel GF
254, fase gerak = etil asetat : asam format : air (8 : 1 : 1), pembanding rutin.
Determinasi Tanaman
Determinasi daun sirih merah dilakukan di Bagian Biologi Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan cara membandingkan ciri
dan sifat tanaman dengan buku Flora of Java. Determinasi tanaman ini untuk
memastikan bahwa tanaman yang digunakan untuk penelitian benar-benar
menggunakan tanaman sirih merah.
Pengumpulan Bahan Uji
Tanaman sirih merah diambil dari perumahan warga di daerah Sleman,
Yogyakarta. Bagian sirih merah yang dikumpulkan adalah daunnya. Daun sirih
merah yang dipilih adalah daun yang tidak terlalu tua dan muda. Selain itu daun
sirih merah dipanen langsung dengan menggunakan tangan.
Pembuatan Simplisia
Setelah daun sirih merah dikumpulkan dilakukan pembersihan dengan
pencucian menggunakan air bersih mengalir. Selanjutnya dilakukan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pengeringan pada oven dengan suhu 500C hingga daun sirih merah menjadi sangat
kering agar kadar air dalam daun tidak terlalu banyak. Setelah daun sirih merah
tersebut dikeringkan kemudian dihancurkan menjadi serbuk menggunakan blender
lalu diayak, ditimbang dan kemudian disimpan pada wadah tertutup yang tidak
mudah mengalami kelembaban.
Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
Pembuatan ekstrak metanol daun sirih merah diawali dengan pembuatan
ekstrak kloroform. Diambil 30 g simplisia daun sirih merah kemudian dimaserasi
dengan pelarut kloroform menggunakan bantuan shaker, kemudian pisahkan
pelarut dan simplisia. Simplisia yang sudah dimaserasi dengan pelarut kloroform
diambil dan dilarutkan ke dalam 125 ml metanol hingga simplisia dapat terendam
seluruhnya dalam erlenmeyer. Kemudian dimaserasi selama 24 jam di shaker, lalu
dilanjutkan dengan remaserasi sebanyak 2 kali. Hasil maserat I, II, dan III
diletakkan dalam satu wadah, kemudian disaring dengan corong Buchner dan
dirotary evaporator pada suhu 600C, hingga seluruh pelarut menguap. Hasil
ekstrak yang sudah kental kemudian ditimbang, dan dipanaskan lagi di atas
waterbath pada suhu 600C hingga mendapatkan ekstrak yang lebih kental dan
kemudian disimpan di kulkas. Lalu dilakukan perhitungan rendemen ekstrak
metanol daun sirih merah dengan menggunakan rumus:
Perhitungan rendemen= Bobot ekstrak x 100%
Bobot Serbuk
Identifikasi Kualitatif Senyawa dengan Metode KLT
Ekstrak metanol diambil secukupnya lalu diencerkan menggunakan pelarut
metanol. Fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : asam format : air (8 : 1 :
1) v/v dan fase diam silika gel GF 254 nm senyawa dielusi dengan batas 15 cm.
Sampel ditotolkan pada plat KLT sebanyak 2 totolan (pembanding rutin dan
ekstrak metanol daun sirih merah) dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian
plat KLT dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi fase gerak. Plat KLT
diangkat jika sudah mencapai batas 15 cm dan kemudian dikeringkan. Bercak
kemudian diamati pada UV 254 nm dan 365 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pembuatan Larutan Stok dan Variasi Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun
Sirih Merah (EMDSM)
Sebanyak 2 gram ekstrak daun sirih merah dilarutkan ke dalam DMSO
10% steril sebanyak 10 ml sehingga diperoleh konsentrasi larutan stok 200 mg/ml.
Konsentrasi ekstrak metanol daun sirih merah dibagi menjadi tiga kelompok
konsentrasi yaitu 25, 50, dan 100 mg/ml. Cara membuat seri konsentrasi ini
adalah dengan mengambil larutan stok 200 mg/ml sebanyak 5 ml, kemudian
dilarutkan dengan pelarut DMSO 10% steril hingga mencapai 10 ml sehingga
konsentrasi yang akan didapatkan sebanyak 100 mg/ml. Pengenceran dilakukan
dengan cara yang sama hingga didapat konsentrasi 25 mg/ml.
Pembuatan Larutan Stok Siprofloksasin
Tablet siprofloksasin 500 mg digerus lalu dilarutkan ke dalam akuades
steril sebanyak 100 ml hingga didapatkan konsentrasi 5 mg/ml. Kemudian diambil
1 ml larutan stok siprofloksasin 5 mg/ml dan ditambahkan akuades steril hingga
mencapai 100 ml sehingga didapat konsentrasi larutan 50 μg/ml.
Uji Resistensi Ampisilin
Biakan bakteri diinokulasikan secara spread plate pada media NA yang
masih steril. Setelah itu letakkan cakram ampisilin 10 μg pada permukaan media
dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 370C. Lalu diukur zona hambat yang
terdapat di sekitar cakram. Antibiotik dinyatakan resisten apabila diameter zona
hambat ≤ 28 mm, intermediet dan sensitif bila zona hambat ≥ 29 mm (CLSI,
2013).
Penyiapan Bakteri Uji dan Suspensi Bakteri
Kultur bakteri Staphylococcus aureus diambil sebanyak 1-2 ose lalu
diisikan ke dalam Nutrient Broth (NB) steril lalu digoreskan ke Nutrient Agar
(NA) miring sebanyak 1 ose, dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Stok
bakteri diambil secukupnya lalu diencerkan dengan Buffered Pepton Water
(BPW) dan disetarakan kekeruhannya dengan larutan standar Mac Farland 0,5
menggunakan nephelometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Pembuatan Kontrol Pertumbuhan dan Kontrol Kontaminasi Media
Untuk kontrol pertumbuhan, diambil 1 mL suspense bakteri kemudian
diinokulasikan pada media NA cair, lalu dipindahkan pada cawan petri sambil
digoyang diatas meja membentuk angka 8 agar bakteri dan media tercampur
merata, setelah itu diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam, setelah itu diamati.
Kontrol kontaminasi media dibuat dengan diambil 15 mL media NA cair lalu
dituangkan pada cawan petri, dibiarkan memadat lalu diinkubasi pada suhu 370 C
selama 24 jam kemudian diamati keberadaan kontaminan.
Uji Daya Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
Base layer dibuat dengan menuangkan media NA yang telah disterilkan ke
dalam cawan petri, dibiarkan memadat. Seed layer dibuat dengan menuangkan
media NA steril yang sebelumnya diinokulasikan dengan bakteri uji masing-
masing sebanyak 1 ml dan dituang dalam cawan petri secara pour plate. Cawan
digoyang-goyangkan agar bakteri tersebar merata kemudian dibiarkan memadat.
Dengan menggunakan pelubang sumuran berdiameter 6 mm, dibuat lubang-
lubang pada media NA sampai permukaan base layer sebanyak 5 lubang. Pada
lubang-lubang tersebut diinokulasikan 3 variasi konsentrasi ekstrak metanol 25,
50 dan 100 mg/ml, larutan DMSO 10% (kontrol negatif), dan siprofloksasin 50
µg/ml (kontrol positif). Petri kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam
kemudian diamati zona jernih yang terbentuk.
Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM)
Untuk menentukan nilai KHM digunakan metode dilusi cair. Ekstrak
metanol daun sirih merah dibuat dalam konsentrasi 100; 50; 25; 12.5; 6.25; 3.13;
1.56; dan 0.78 mg/ml. Lalu diinokulasikan 1 ml suspensi bakteri ke dalam
masing-masing tabung reaksi yang telah berisi media NB dan 1 ml ekstrak
metanol daun sirih merah divortex agar homogen kemudian diinkubasi pada suhu
370 C selama 24 jam lalu dilakukan pengamatan. Menurut Nurmahani, et al.
(2012), KHM merupakan konsentrasi paling rendah dari ekstrak yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dalam 24 jam diinkubasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
KBM ditentukan dari konsentrasi ekstrak terkecil yang tidak terdapat
pertumbuhan bakteri atau tidak terdapat kekeruhan. Nilai KBM ditentukan dengan
cara menginokulasi media NB yang tidak menunjukan adanya pertumbuhan
bakteri atau tidak keruh pada media NA steril kemudian diinkubasi pada suhu 370
C selama 24 jam lalu dilakukan pengamatan. Konsentrasi terkecil yang tidak
menunjukan adanya pertumbuhan mikroba pada media NA ditentukan sebagai
KBM.
Tata Cara Analisis Hasil
Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat, nilai
KHM dan KBM. Hasil diameter zona hambat yang didapatkan kemudian
dianalisis secara statistik menggunakan uji Shapiro-wilk untuk mengetahui
distribusi normal pada sebaran datanya. Jika didapatkan nilai p>0,05 maka data
dinyatakan terdistribusi normal. Dilakukan uji Levene untuk mengetahui variasi
data. Lalu dilanjutkan dengan uji Anava Satu Arah bila data memiliki distribusi
normal dan variasinya homogen. Uji Post-Hoc Turkey HSD pada taraf
kepercayaan 95% akan dilanjutkan jika ditemukan perbedaan pada data.
Data KHM dianalisis secara kualitatif dengan membandingkan antara
pertumbuhan bakteri, kontrol pertumbuhan dan kontrol media. Lalu data KBM
dianalisis dengan mengamati pertumbuhan mikroba pada media NA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi tumbuhan dilakukan untuk memastikan apakah tanaman yang
digunakan adalah tanaman daun sirih merah atau tidak. Determinasi daun sirih
merah ini di Laboratorium Sistematika Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman sirih
merah yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar tanaman sirih merah
dengan nama ilmiah Piper crocatum Ruiz and Pav.
Untuk dapat melakukan pembuatan simplisia, diawali dengan memanen
dauh sirih merah, kemudian dipisahkan salur dan daunnya, lalu ditimbang untuk
mengetahui bobot daun sirih merah. Selanjutnya daun sirih merah dicuci dengan
air mengalir, yang bertujuan untuk memisahkan daun sirih merah dari pengotor
seperti tanah. Lalu dimasukkan ke dalam oven hingga daun menjadi mudah
hancur saat diremas, tujuannya adalah untuk mengurangi kadar air pada daun
sehingga mudah untuk menghasilkan simplisia yang baik. Hasil penimbangan
awal daun sirih merah adalah 555 g dan setelah kering adalah 100 g.
Pembuatan ekstrak metanol daun sirih merah menggunakan pelarut
metanol. Metanol dipilih karena dapat dapat melarutkan senyawa flavonoid
dengan lebih baik dibandingkan air (Rinanda, 2012). Selain itu, pembuatan
ekstrak metanol daun sirih merah dilakukan dengan metode maserasi. Metode
maserasi dipilih karena maserasi tidak membutuhkan pemanasan sehingga zat
aktif yang terkandung dalam simplisia tidak rusak, selain itu maserasi dipilih
karena prosedurnya sederhana dan cocok untuk bahan dengan jumlah banyak
ataupun sedikit. Prinsip maserasi yaitu serbuk simplisia kontak dengan pelarut,
pelarut akan masuk ke dalam rongga sel simplisia yang mengandung zat aktif.
Komponen aktif simplisia akan larut dan akan berpindah ke pelarut (United
Nations Industrial Development Organization And The International Centre For
Science And High Technology, 2008). Maserasi dilakukan dengan bantuan shaker
sebagai alat penggojokan untuk mengoptimalkan kontak antara pelarut dengan
serbuk sampel agar tidak terjadi pengendapan. Setelah disaring dengan pompa
vaccum dan corong Buchner, hasil penyaringan tersebut diuapkan pelarut
metanolnya dengan menggunakan vaccum rotary evaporator sehingga diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ekstrak metanol pekat. Prinsip kerjanya adalah memisahkan pelarut dari ekstrak
pada suhu dan tekanan tertentu (Sutrisno, 2014). Penguapan dilakukan dengan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 600C, karena alat ini mampu
menguapkan pelarut dibawah titik didih agar senyawa yang terkandung di dalam
ekstrak tidak mengalami kerusakan karena suhu yang tinggi. Ekstrak metanol
yang telah melewati proses penguapan selanjutnya ditimbang terlebih dahulu.
Penimbangan sampai bobot tetap dilakukan untuk memastikan pelarut atau cairan
penyari yang digunakan sudah tidak ada di dalam ekstrak. Pelarut harus
dihilangkan karena dapat bersifat toksik dan mempengaruhi efektifitas ekstrak
tersebut. Bobot ekstrak kering yang diperoleh adalah 4,80 g dan rendeman yang
didapat dari ekstrak daun sirih merah adalah 5,336%.
Berdasarkan penelitian Rinanda dkk (2012), menyatakan bahwa ekstrak
metanol daun sirih merah mengandung flavonoid. Sehingga pada penelitian ini
dilakukan uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis) untuk mengetahui apakah ekstrak
metanol daun sirih merah yang didapatkan mengandung senyawa flavonoid atau
tidak. Dimana fase diam yang digunakan adalah silica gel GF 254 mm dan fase
gerak yang digunakan adalah etil asetat:asam format:air (8:1:1 v/v). Penotolan
diawali dengan mengambil ekstrak metanol daun sirih merah secukupnya dan
dilarutkan dengan metanol dan juga pembanding rutin lalu ditotolkan pada fase
diam (silica gel GF 254 mm). Kemudian plat KLT yang berisi ekstrak daun sirih
merah dan pembanding rutin dimasukkan ke dalam Chamber berisi fase gerak dan
diamati jarak elusi yang timbul. Berdasarkan jarak elusi yang dihasilkan, dihitung
nilai Rf (Retardation factor) nya dengan rumus:
Rf = Jarak yang ditempuh Solute
Jarak yang ditempuh Fase Gerak
(Rohman dan Gandjar, 2007)
Berdasarkan perbedaan nilai Rf dan juga warna bercak antara pembanding Rutin
dan ekstrak metanol daun sirih merah, dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol
daun sirih merah tidak mengandung senyawa flavonoid. Dimana nilai Rf
pembanding rutin adalah 0,27 dan nilai Rf ekstrak metanol daun sirih merah
adalah 0,13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1 2 1 2
(a) UV 254 (b) UV 366
Gambar 1. Hasil Uji KLT
Lalu dilanjutkan dengan uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun
sirih merah. Yang pertama kali dilakukan yaitu sterilisasi alat dan bahan, dan
dilanjutkan dengan pembuatan pelarut untuk ekstrak metanol daun sirih merah.
Pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak yaitu larutan DMSO 10%,
karena menurut penelitian Sutrisno (2014), pelarut DMSO pada konsentrasi 10%
tidak memiliki efek antibakteri sehingga tidak mengganggu hasil penelitian. Pada
penelitian ekstrak metanol daun sirih merah dibuat dalam variasi konsentrasi 25,
50, 100 mg/ml, tujuan pembuatan variasi konsentrasi adalah untuk mengetahui
konsentrasi minimum dari ekstrak metanol daun sirih merah yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri uji. Kemudian tablet siprofloksasin digerus dan
dibuat hingga mencapai konsentrasi 50 µg/ml, yang selanjutnya akan menjadi
kontrol positif dalam penelitian ini. Siprofoksasin merupakan antibiotik golongan
fluorokuinolon yang mekanisme kerjanya berbeda dengan antibiotik beta laktam,
dimana golongan ini bekerja dengan menghambat topoisomerase II dan
topoisomerase IV yang diperlukan oleh bakteri untuk replikasi DNA. Hambatan
Keterangan:
F. Diam : Silika
gel GF 254 nm
F. Gerak : etil
asetat : asam
format : air (8 : 1
: 1 v/v)
1. Pembanding
Rutin (0,27)
2. Ekstrak
metanol daun
sirih merah (0,13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
ini menghasilkan efek sitotoksik dalam sel target (Raini, 2016). Bakteri uji yang
digunakan sudah diidentifikasi (Lampiran 2) terlebih dahulu untuk mengetahui
apakah bakteri uji yang digunakan merupakan bakteri Staphylococcus aureus atau
tidak. Karena dalam penelitian ini ingin mengetahui efek ekstrak metanol daun
sirih merah terhadap Staphylococcus aureus yang sudah resisten ampisilin, maka
bakteri harus terlebih dulu dibuat menjadi resisten terhadap antibiotik ampisilin.
Cara membuat bakteri uji yaitu diambil stok bakteri secukupnya dan
diencerkan dengan Buffered Pepton Water (BPW) kemudian disetarakan
kekeruhannya dengan larutan standar Mac Farland 0.5. Konsentrasi Mac Farland
0.5 merupakan standar yang digunakan sebagai patokan jumlah bakteri pada
metode dilusi cair, disk difusi, dll. Penyetaraan dengan Mac Farland juga dapat
mempermudah perhitungan bakteri dan memperkirakan kepadatan sel yang
digunakan pada prosedur pengujian antimikroba (Sutton, 2011). Bakteri ditanam
pada media Nutrient Agar secara pour plate untuk mengetahui apakah bakteri uji
dapat bertumbuh pada media Nutrient Agar atau tidak.
(a) (b)
Gambar 2. Kontrol Pertumbuhan (a) dan Kontrol Media (b)
Hasil kontrol pertumbuhan dan kontrol media yang didapatkan ini
menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus dapat bertumbuh baik pada
media Nutrient Agar dilihat dari media yang menjadi agak keruh (Gambar a)
jika dibandingkan dengan (Gambar b) yang merupakan kontrol media yang
tampak bening. Hasil dari kontrol media menunjukkan bahwa peneliti sudah
menggunakan teknik aseptis sehingga tidak terdapat kontaminasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Kemudian suspensi stok bakteri uji diinokulasikan pada media NA steril
padat sebanyak 0,2 mL. Lalu letakkan cakram ampisilin 10 µg diatas permukaan
agar lalu diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 370C, cara
pembuatan harus tetap menggunakan teknis aseptik. Menurut CLSI (2013) bakteri
Staphylococcus aureus dinyatakan resisten terhadap antibiotik ampisilin apabila
zona hambat yang terbentuk ≤28 mm dan dinyatakan susceptible bila zona
hambat yang terbentuk ≥29 mm, sedangkan zona hambat yang terbentuk sebesar
14 mm sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri uji telah resisten terhadap
antibiotik ampisilin. Kemudian diambil bakteri yang masih terdapat di dalam area
zona hambat (jernih) dengan menggunakan jarum ose. Bakteri tersebut
diinokulasikan ke dalam media NB cair dan diinkubasi. Setelah 24 jam masa
inkubasi, bakteri yang disubkultur di media NB cair di inokulasikan pada media
NA steril padat dan letakkan cakram ampisilin ke atas media NA lalu diinkubasi
pada suhu 370C selama 24 jam. Berdasarkan hasil pengamatan, zona hambat yang
terbentuk yaitu 4 mm, sehingga bakteri uji dinyatakan resisten dan dapat
digunakan untuk penelitian.
Gambar 3. Uji Resistensi Staphylococcus aureus terhadap ampisilin 10 µg.
Setelah didapatkan bakteri yang telah resisten dengan ampisilin, dilakukan
uji antibakteri. Media NA yang telah disterilkan di autoclaf dituangkan dalam
cawan petri lalu didiamkan hingga memadat (base layer). Lalu media NA yang
masih dalam bentuk cair diinokulasi dengan suspensi bakteri uji secara pour plate,
dituang ke atas base layer dan didiamkan hingga memadat (seed layer). Lalu pada
media yang telah memadat tersebut dibuat 5 lubang sumuran dengan
menggunakan pelubang sumuran pada seed layer (tidak sampai ke base layer).
Kelima lubang tersebut berisi kontrol positif yaitu siprofloksasin 50 µg/ml,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kontrol negatif yaitu pelarut DMSO 10% dan tiga variasi konsentrasi ekstrak
metanol daun sirih merah yaitu 25, 50 dan 100 mg/ml. Lalu dilakukan inkubasi
pada suhu 370 C selama 24 jam. Kemudian diamati zona hambat yang terbentuk
dan dihitung dengan menggunakan rumus: (a+b)/2 (Sendy dkk.,2014). Didapatkan
hasil zona hambat sebagai berikut:
Gambar 4. Zona hambat ekstrak metanol daun dirih merah
Keterangan gambar: 1. DMSO 10% ; 2. Siprofloksasin 50 µg/ml ; 3. EMDSM 100
mg/ml ; 4. EMDSM 50 mg/ml ; 5. EMDSM 25 mg/ml
Pada ekstrak metanol daun sirih merah konsentrasi 100 mg/ml memiliki
daya hambat lebih besar terhadap Staphylococcus aureus, dibandingkan pada
konsentrasi 50 mg/ml dan konsentasi 25 mg/ml. Berdasarkan hasil pengukuran,
didapatkan total luas zona hambat kontrol positif, konsentrasi 100, 50 dan 25
mg/ml dari 3 replikasi, masing-masing adalah 28.66, 25.66, 14.66 dan 8.66.
Kontrol negatif (DMSO 10%) tidak menghasilkan zona hambat, hal ini
menandakan bahwa pemilihan pelarut sudah tepat karena pelarut yang digunakan
tidak memiliki efek antibakteri. Sedangkan kontrol negatif tidak menghasilkan
zona hambat. Hasil diameter konsentrasi zona hambat ini juga sesuai dengan
penelitian Rinanda (2012), dimana pada penelitian tersebut menyatakan bahwa
semakin besar konsentrasi ekstrak metanol daun sirih merah maka diameter zona
hambat yang dihasilkan semakin besar pula, yaitu pada konsentrasi 600, 300 dan
150 mg/ml masing-masing adalah 15,7; 11,2; dan 9 mm. Hasil diameter zona
hambat dari ekstrak daun sirih merah bisa dilihat pada tabel berikut:
1
2
5 4
3 1
2
3
4
5
1
2 3
4 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tabel 1. Data diameter zona hambat ekstrak metanol daun sirih merah
Kadar hambat minimum (KHM) merupakan konsentrasi terkecil dari
antibakteri yang dapat menghambat penuh pertumbuhan bakteri. Nilai KHM
ditentukan dengan menggunakan dilusi cair lalu dibandingkan dengan kontrol
pertumbuhan dan kontrol media. Ekstrak metanol daun sirih merah dibuat dalam
konsentrasi 100, 50, 25, 12,5 6,25, 3,13, 1,56, dan 0.78 mg/ml. Kemudian di
setiap tabung diinokulasikan masing-masing 1 ml suspensi bakteri dan ekstrak
metanol daun sirih merah dan divortex hingga homogen dan diinkubasi. Setelah
itu dilakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa
konsentrasi 0,78 dan 1,56 mg/mL masih terdapat pertumbuhan mikroba dimana
media NB terlihat keruh. Sedangkan pada konsentrasi 3,13; 6,25; 12,5; 25; 50 dan
100 mg/mL tidak terdapat pertumbuhan mikroba yang ditunjukkan dengan warna
jernih pada media NB. Berdasarkan hasil diatas, konsentrasi 3,13 mg/ml
ditentukan sebagai Kadar Hambat Minimum dari ekstrak metanol daun sirih
merah.
Replikasi Positif Negatif Kons. 100 Kons. 50 Kons. 25
I 29 0 22 16 8
II 28 0 24 14 8
III 29 0 26 14 10
Mean±SD 28,66±0,577 0±0 25,66±1,527 14,66±1,154 8,66±1,154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 5. Hasil Uji KHM variasi konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Sirih
Merah
Keterangan gambar: 1. Kontrol pertumbuhan; 2. EMDSM 0,78 mg/ml; 3.
EMDSM 1,56 mg/ml; 4. EMDSM 3,13 mg/ml; 5. EMDSM 6,25 mg/ml; 6. EMDSM
12,5; 7. EMDSM 25 mg/ml; 8. EMDSM 50 mg/ml; 9. EMDSM 100 mg/ml; 10.
Kontrol media.
Setelah didapatkan nilai KHM, dilanjutkan dengan penentuan nilai KBM.
Nilai KBM ditentukan dengan mengsubkultur 4 konsentrasi terkecil ekstrak
metanol daun sirih merah yang terlihat jernih yaitu konsentrasi 3,13; 6,25; 12,5;
25 mg/ml pada media NA steril secara streak plate lalu diinkubasi. Berdasarkan
hasil pengamatan, pada ekstrak metanol daun sirih merah konsentrasi 3,13 mg/ml
masih terdapat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi ekstrak metanol
daun sirih merah 6,25; 12,5; 25 mg/ml tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri
(jernih). Berdasarkan hasil ini, nilai KBM dari ekstrak metanol daun sirih merah
terdapat pada konsentrasi terkecil yang tidak ada pertumbuhan bakteri dan
ditunjukkan pada konsentrasi 6,25 mg/ml.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 6. Hasil penentuan nilai KBM Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
Keterangan gambar: 1. Konsentrasi EMSDM 3,13 mg/ml; 2. Konsentrasi
EMDSM 6,25 mg/ml ; 3. Konsentrasi EMDSM 12,5 mg/ml ; 4. Konsentrasi
EMDSM 25 mg/ml.
Berdasarkan analisis statistik, hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan data
terdistribusi normal, yang dilanjutkan dengan uji Levene dan dinyatakan
homogen. Sehingga dilanjutkan dengan uji ANOVA yang menunjukan adanya
perbedaan yang bermakna pada data yang ditunjukkan dengan nilai p<0,05
sehingga dilanjutkan uji Post-Hoc Tukey. Berdasarkan hasil analisis statistik ini,
terdapat perbedaan bermakna antara kontrol positif, kontrol negatif dan variasi
seri konsentrasi ekstrak metanol daun sirih merah. Hasil berbeda bermakna
ditunjukkan dengan besarnya diameter zona hambat dari kontrol positif dan tiga
variasi konsentrasi ekstrak metanol daun sirih merah adalah kontrol positif>100
mg/ml>50 mg/ml>25 mg/ml.
1
2
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
KESIMPULAN
Diameter zona hambat ekstrak metanol daun sirih merah konsentrasi 100,
50 dan 25 mg/mL berturut-turut adalah 25,66±1,527 mm; 14,66±1,154 mm;
8,66±1,154 mm. Sedangkan nilai KHM dari ekstrak metanol daun sirih merah
adalah 3,13 mg/mL dan nilai KBM adalah 6,25 mg/mL.
SARAN
Perlu dilakukan skrining fitokimia lebih lanjut untuk mengetahui senyawa
antibakteri yang bersifat polar yang terkandung dalam ekstrak metanol daun sirih
merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
DAFTAR PUSTAKA
Chasani, M., Fitriaji, B., R., Purwati, 2013, Ekstraknasi Ekstrak Metanol Kulit
Batang Ketapang (Terminalia catappa Linn.) dan Uji Toksisitasnya
dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test), Fakultas Sains dan
Teknik, Universitas Jenderal Soedirman.
Clinical and Laboratory Standards Institute, 2013, Performance Standards for
Antimicrobial Susceptibility Testing; Twenty-Third Informational
Supplement, 130.
Diniatik, dkk., 2011, Uji Aktivitas Antivirus Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav) terhadap Virus Newcastle Disease (ND) dan
Profil Kromatografi Lapis Tipisnya, Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Juliantina Farida, dkk., 2010., Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai
Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif,
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, Yogyakarta.
Milanda Tiana, dkk., 2014, Deteksi Gen Resistensi Ampisilin (bla) pada
Escherichia coli Isolat Klinik dengan Metode Polymerase Chain Reaction,
Universitas Padjajaran, Sumedang.
Muttaqein, E, Z., Soleha, T, U., 2014, Pattern Sensitivity of Staphylococcus
aureus To Antibiotic Penicilin Period of Year 2008-2013 In Bandar
Lampung, Medical Faculty Lampung University.
Nurmahani, M. M., Osma, A., Hamid, A. A., Ghazali, F. M., dan Dek, P., 2012,
Short Communication Antibacterial Property of Hylocereus and
Hylocereus undatus Peel Extracts, International Food Research Journal,
19 (1), 77-84.
Pazlarova, J., et al., 2014, Effects of Ampicillin and Vancomycin on
Staphylococcus aureus Biofilms, Department of Biochemistry and
Microbiology, Institute of Chemical Technology Prague, Prague.
Raini Mariana, 2016, Antibiotik Golongan Fluorokuinolon: Manfaat dan
Kerugian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi
Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Reygaert, W, C., 2013, Antimicrobial Resistance Mechanism of Staphylococcus
aureus, Department of Biomedical Sciences, USA.
Reynolds, J, E, F., 1996, Martindale, The Extra Pharmacopeia 31th Edition. The
Royal Pharmaceutical Society Press. London. p: 114 – 117.
Rinanda Tristia, dkk., 2012, Antibacterial Activity of Red Betel (Piper crocatum)
Leaf Methanolic Extract Against Methicillin Resistant Staphylococcus
aureus, Faculty of Medicine, Syiah Kuala University.
Rohman, A., dan Gandjar, I. G., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, pp. 354.
Sendy, V, A, A., Pujiastuti, P., Ernawati, T., 2014, Daya Antibakteri Ekstrak
Daun Sirih Merah Terhadap Pophyromonas gingivalis. Artikel Ilmiah
Hasil Penelitian Mahasiswa Universitas Jember, 1-5.
Sutrisno Jendri, 2014, Uji Aktivitas Antibakteri Ektrak Etanol Biji Pinang (Areca
catechu L.) terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro, Naskah
Publikasi, UTP, Pontianak.
Triana Dessy, 2014, Frekuensi β-Lactamase Hasil Staphylococcus aureus Secara
Iodometri di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas, Universitas Bengkulu.
Tadasse, D, A., Zhao, S., Tong, E., Ayers, S., Singh, A., Bartholommew, M, J.,
McDermortt, P.F., 2012, Antimicrobial Drug Resistance in Eschericia coli
from Humans and Food Animals, United State, EIDJ, vol. 18, No. 5.
United Nations Industrial Development Organization and the International Centre
For Science and High Technology, 2008, Extraction Technologies for
Medicinal and Aromatic Plants, International centre for science and high
technology, Trieste, pp. 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman (daun sirih merah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 2. Surat identifikasi bakteri Staphylococcus aureus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 3. Sertifikat pengujian statistic dengan SPSS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 4. Hasil perhitungan statistik
Tests of Normality
Sirih
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Zona Zona Hambat Ekstrak Metanol
Daun Sirih Merah .888 15 .064
Test of Homogeneity of Variances
MIC
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.000 4 10 .171
Descriptives
Zona
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
Positif 3 28.67 .577 .333 27.23 30.10
Negatif 3 .00 .000 .000 .00 .00
Kons. 100 3 25.00 1.000 .577 22.52 27.48
Kons. 50 3 14.33 .577 .333 12.90 15.77
Kons. 25 3 8.33 .577 .333 6.90 9.77
Total 15 15.27 10.931 2.822 9.21 21.32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
ANOVA
Zona
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1668.933 4 417.233 1043.083 .000
Within Groups 4.000 10 .400
Total 1672.933 14
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Zona
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Tukey HSD Positif Negatif 28.667* .516 .000 26.97 30.37
Kons. 100 3.667* .516 .000 1.97 5.37
Kons. 50 14.333* .516 .000 12.63 16.03
Kons. 25 20.333* .516 .000 18.63 22.03
Negatif Positif -28.667* .516 .000 -30.37 -26.97
Kons. 100 -25.000* .516 .000 -26.70 -23.30
Kons. 50 -14.333* .516 .000 -16.03 -12.63
Kons. 25 -8.333* .516 .000 -10.03 -6.63
Kons. 100 Positif -3.667* .516 .000 -5.37 -1.97
Negatif 25.000* .516 .000 23.30 26.70
Kons. 50 10.667* .516 .000 8.97 12.37
Kons. 25 16.667* .516 .000 14.97 18.37
Kons. 50 Positif -14.333* .516 .000 -16.03 -12.63
Negatif 14.333* .516 .000 12.63 16.03
Kons. 100 -10.667* .516 .000 -12.37 -8.97
Kons. 25 6.000* .516 .000 4.30 7.70
Kons. 25 Positif -20.333* .516 .000 -22.03 -18.63
Negatif 8.333* .516 .000 6.63 10.03
Kons. 100 -16.667* .516 .000 -18.37 -14.97
Kons. 50 -6.000* .516 .000 -7.70 -4.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BIOGRAFI PENULIS
Debie Rambu Moha lahir di Waikabubak,
25 Januari 1997. Anak kedua pasangan
Umbu Ngailu Pasalang dengan Kedda
Rambu Katta dan memiliki seorang kakak
laki-laki. Penulis menempuh pendidikan di
TK Pertiwi Waikabubak (2001-2002),
SDM Waikabubak 1 (2002-2008), SMP
Kristen Waibakul (2008-2011), dan SMA
Kristen Waibakul (2011-2014). Lulus dari SMA, penulis melanjutkan
studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama kuliah, penulis mengambil bagian kegiatan di kepanitiaan
seperti Makrab Jaringan Kesehatan Mahasiswa Indonesia (JMKI)
tahun 2016, Angkringan Lintas Iman (ALI) tahun 2016 dan Seminar
“Sanata Dharma Berbagi” tahun 2017. Di lingkungan luar kampus,
penulis aktif terlibat pada Organisasi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI