Post on 31-Oct-2020
KEBERKAHAN AL-QUR’AN BAGI MUALAF
(Studi Kasus Para Mualaf Di Pondok Pesantren Pembinaan Mualaf
An-Naba Center Indonesia)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Ledia Septiana
NIM 11150340000264
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
1441 H/2019 M.
i
ABSTRAK
Mualaf dikenal sebagai orang yang baru masuk Islam. Penelitian ini
ingin menguji pertanyaan bagaimana para mualaf di Pesantren an-Naba
Center memahami adanya kebaikan dan manfaat saat mereka berinteraksi
dengan al-Qur‟an? penulis memahami kata dampak dan manfaat sebagai
kata yang menunjukkan bahwa al-Qur‟an adalah kitab yang mengandung
kebaikan atau keberkahan. Penelitian ini merupakan penguat dari
penelitian yang berkenaan dengan keberkahan al-Qur‟an, seperti
keberkahan bagi para penghafal dan keberkahan bagi pembaca al-Qur‟an.
Data yang digunakan adalah hasil wawancara dan observasi pada sejumlah
mualaf yang berinterakasi dengan al-Qur‟an seperti membaca, mengahafal
dan mendengarkan al-Qur‟an.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research).
Subjek terdiri dari tujuh belas orang mualaf yang sebelumnya beragama
Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Konghucu. Data ini dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, koding data, deskripsi hasil koding,
dan klasifikasi
Hasil penelitian ini menemukan bahwa cara mualaf memahami
adanya kebaikan serta manfaat al-Qur‟an adalah dengan; 1) Berinteraksi
dengan al-Qur‟an, seperti membaca, menghafal dan mendengarkan al-
Qur‟an, 2) Memiliki Pengalaman peribadi dengan al-Qur‟an, 3)
Mengamalkan beberapa ayat al-Qur‟an. Adapun kebaikan – kebaikan al-
Qur‟an yang mereka pahami dan mereka rasakan, yaitu: 1) Dampak
langsung, berupa ketenangan hati dan pikiran, menambah keyakinan
mualaf. 2) Dampak tidak langsung, yang terdiri dari perubahan sikap dan
perilaku, kemudahan dalam belajar, al-Qur‟an sebagai jalan dakwah, dan
merasakan kenyamanan hidup.
Kata Kuci : Berkah, Mualaf, Konversi Agama.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas
petunjuk, taufik, rahmat dan rahman-Nya sehigga penelitian ini dapat
terwujud denga judul” Keberkahan Al-Qur‟an Menurut Mualaf (Studi
Kasus Para Mualaf Di Pondok Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba
Center Indonesia)”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat dalam
penyelesaian pendidikan pada Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis akan menerima dengan senang hati semua koreksi dan saran-
saran demi untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Rampungnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak
yang turut memberi andil, baik secara langsung maupun tidak langsung,
baik moril maupun materil. Maka, sepatutnya peneliti mengucapkan rasa
syukur terimakasih dan penghargaam sebesar besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc, M.A,
selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A, selaku dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.A, selaku Kaprodi Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRK, selaku sekertaris
Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
4. Dosen pembimbing skripsi penulis, Bapak Eva Nugraha, M.A
yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberikan
motivasi penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
iii
5. Dosen penasehat akademik bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A, yang
banyak memberikan masukan kepada penulis selama studi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh dosen di Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang dengan
tulus memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Para staff Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, terimakasih untuk referensi yang ada
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ayahanda dan ibunda tercinta: Bapak Sanam Syahrial dan Ibu
Sinah, mereka adalah orang tua penulis yang tidak henti – hentinya
memberikan dukungan, kasih sayang, do‟a yang tulus, serta nasihat
kepada penulis agar selalu menjadi sosok yang kuat dan sabar
dalam menghadapi hidup.
9. Kakak-kakak : aa Angga Junistira, teh Yani, dan adikku: Fadli
Hidayah yang telah menyemangati.
10. Keluarga TPQ al-Muhajirun dan Keluarga Ponpes Nurul Hikmah,
yang selalu mendukung dan menyemangati saya dalam penelitian
ini dan mengingatkan saya untuk mengaji.
11. Khen Nuhfus Sanjaya, seseorang yang selalu setia dan ikhlas
mendengarkan keluh kesah saya dan selalu mendukung saya untuk
meneliti dan menyemangati saya dalam setiap keadaan.
12. Abda „Ilma Rodiana, sahabat terdekat yang selalu setia menemani
saya, selalu mendengarkan curhatan saya dan menghibur saya.
13. Bang Ade, teh Ela, teh Nurul, ka Fauzan, neng Fajri geulis, yang
bersedia meluangkan waktunya untuk mengajari saya.
14. Ustadz Nababan dan Ustadz Idham Cholid: Selaku pembina Santri
Mualaf an-Naba Center yang bersedia meluangkan untuk
diwawancarai dan mendukung penelitian ini.
iv
15. Ka Siti, ka Aminah, ka Yolan, ka Zainab, ka Sonia, ka Giawa, ka
Prima, Ustadz Burhan, Abdurrahman, Fatih, Indra, Rifqi, Umar,
Tertius Bait, Abdurrahman, Fatullah, Yusuf, Nuruddin, Mustaqim,
Abdullah Azzam: Santri mualaf yang dengan senang hati saya
wawancarai dan memberikan pelajaran yang bermanfaat untuk
saya serta mendukung saya untuk penelitian ini.
16. Seluruh teman-teman Tafsir hadist angkatan 2015 yang saling
mendukung dan menyemangati penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................. 5
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
G. Metodelogi Penelitian ............................................................... 10
H. Sistematika Penelitian ............................................................... 12
BAB II KONSEP KEBERKAHAN AL-QUR’AN ............................ 14
A. Pengertian Berkah .................................................................... 14
B. Data Ayat-ayat tentang Berkah ................................................ 15
C. Berkah Al-Qur‟an Menurut Ulama Tafsir ................................ 17
D. Cara Mendapatkan Berkah ...................................................... 20
BAB III PROFIL PESANTREN MUALAF DAN INFORMAN .... 23
A. Sejarah Singkat Lembaga Visi Misi Lembaga ........................ 23
B. Data Informan........................................................................... 24
C. Konversi Agama ....................................................................... 28
1. Pengertian dan Faktor Konversi Agama .............................. 28
2. Proses dan Dampak Konversi Agama ................................ 29
3. Konversi Agama ke Islam ................................................ 32
D. Alasan Mualaf an-Naba Center Masuk Islam ......................... 35
1. Kesadaran Pribadi ................................................................ 36
vi
2. Ajakan Orang Lain .............................................................. 40
BAB IV INTERAKSI DAN BERKAH AL-QUR’AN BAGI
MUALAF ............................................................................... 42
A. Cara Mualaf Belajar al-Qur‟an dan Berinteraksi
dengan al-Qur‟an ...................................................................... 43
1. Metode Pembelajaran al-Qur‟andi Pesantren Mualaf
an-Naba Center .................................................................... 43
2. Cara Mualaf Membaca al-Qur‟an ........................................ 44
3. Cara mualaf Mendengarkan al-Qur‟an ................................ 45
4. Cara Mualaf menghafal al-Qur‟an ..................................... 46
B. Ketertarikan Mualaf Terhadap Al-Qur‟an ............................. 47
1. Mendengarkan Bacaan Al-Qur‟an ....................................... 47
2. Membaca Terjemahan al-Qur‟an ....................................... 49
3. Mendengarkan Ceramah Terkait Al-Qur‟an ...................... 51
C. Tujuan Mualaf Berinteraksi Dengan Al-Qur‟an ..................... 52
1. Tujuan Mualaf Membaca al-Qur‟an .................................... 53
2. Tujuan Mualaf Menghafal Al-Qur‟an ................................. 56
D. Pandangan Mualaf terhadap Al-Qur‟an ................................... 58
1. Segi Keotentikan Al-Qur‟an ................................................ 58
2. Segi Manfaat Al-Qur‟an ..................................................... 60
3. Kitab petunjuk ................................................................... 60
E. Keberkahan Berinteraksi dengan Al-Qur‟an
antara Dampak dan Manfaat ................................................... 62
1. Dampak Langsung ............................................................. 63
a. Merasakan Ketenangan Hati dan Pikiran ...................... 63
b. Menambah Keyakinan .................................................... 69
2. Dampak Tidak Langsung ................................................... 70
a. Perubahan Sikap dan Perilaku ....................................... 70
vii
b. Al-Qur‟an sebagai Jalan Dakwah ................................... 71
c. Kemudahan Dalam Belajar ............................................ 73
d. Kenyamanan Hidup ........................................................ 73
BAB V PENUTUP ................................................................................ 75
A. Kesimpulan .............................................................................. 75
B. Saran ........................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR DIAGRAM, TABEL
Tabel 2.1 Data ayat-ayat tentang Berkah.
Tabel 3.1 Data Informan (Santri).
Tabel 3.2 Tabel Identitas Informan (Pengajar al-Qur‟an dan Pembina).
Tabel 3.3 Alasan Ketertarikan Menjadi Mualaf Karena al-Qur‟an
Tabel 3.4 Alasan Ketertarikan Menjadi Mualaf Karena akhlak dan
Ibadah.
Tabel 3.5 Alasan Ketertarikan Menjadi Mualaf Karena ajakan.
Tabel 4.1 Dampak langsung berinteraksi dengan al-Qur‟an.
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Transkip pertanyaan wawancara santri
Lampiran II : Transkip hasil wawancara pembina
Lampiran III : Dokumentasi
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman
pada Romanisasi Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic) yang
pertama kali diterbitkan pada tahun 1991 dari American Library
Association (ALA) dan Library Congress (LC).
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alīf ……… Tidak ا
dilambangkan
Bā´ B Be ة
Tā´ T Te د
Tsā´ TS Te dan Es ث
Jā´ J Je ج
Hā´ Ḥ Ha titik bawah ح
Khā Kh Ka dan Ha خ
Dal D De د
Dzal Dz De dan Zet ذ
Rā´ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sīn S Es ش
Syīn SY Es dan Ye ش
Ṣād´ Ṣ Es Titik bawah ص
Ḍād Ḍ De titik bawah ض
Ṭā´ Ṭ Te titik bawah ط
Ḍā´ Ẓ Zet titik bawah ظ
Ayn …’… Koma terbalik‘ ع
(di atas)
Gayn Gh Ge dan Ha غ
Fā´ F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kāf K Ka ك
Lām L El ل
Mīm M Em م
Nūn N En ن
Waw W We و
Hā´ H Ha ي
xi
Hamzah …‟… Apostrof ء
Yā´ Y Ye
II. Konsonan Rangkap karena tasydīd ditulis rangkap
Ditulis mutaʻddidah متعددح
Ditulis „iddah عدح
III. Tā′ marbūṭāh di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h:
Ditulis Hibbah هجخ
Ditulis Jizyah جسيخ
(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang
sudah terserap ke dalam Bahasa Indonesia seperti zakat, sholat
dan sebagainya, kecuali di kehendaki lafazh aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain ditulis t :
Ditulis Ni‟matullah وعمخ الل
Ditulis Zakat Al-Fiṭri زكبح انفطر
IV. Vokal Pendek
Fatḥah Ditulis a Contoh ب ض ditulis Ḍaraba ر
Kasrah Ditulis i Contoh فهم ditulis Fahima
Ḍammah Ditulis u Contoh كتت ditulis Kutiba
V. Vokal Panjang
1. Fatḥah + alif ditulis ā (garis di atas)
يخجبهم Ditulis Jāhiliyyah
2. Fatḥah + alif maqṣurah ditulis ā (garis di atas)
Ditulis Yasʻā يسع
3. Kasrah + ya mati ditulis ī (garis di atas)
Ditulis Majīd مجيد
xii
4. Ḍammah + waw mati ditulis ū (garis di atas)
Ditulis Farūd فرود
VI. Vokal Rangkap
1. Fatḥah + ya mati ditulis ai
Ditulis Bainakum ثيىكم
2. Fatḥah + waw mati ditulis au
قىل Ditulis Qaul
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisah
dengan
apostrof
Ditulis a‟antum أأوتم
Ditulis u‟iddah أعدح
Ditulis La‟in syakartum نئه شكرتم
VIII. Kata sandang alif dan lam
1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al
Ditulis al-Qur′ān انقرءان
Ditulis al-Qiyās انقيبش
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah ditulis sama dengan huruf
qamariyyah
Ditulis Al-Syams انشمص
′Ditulis al-samā انسمآء
xiii
IX. Huruf Besar
Huruf Besar dalam tulisan latin digunakan sesuai dngan Ejaan yang
disempurnakan (EYD).
X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis
menurut tulisannya.
Ditulis dzawī al-furūḍ ذوي انفروض
Ditulis ahl al-sunnah أهم انسىخ
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang mulia, yang mengandung banyak
keberkahan dan keistimewaan. Allah Swt berfirman:
“dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai
berkah yang telah Kami turunkan. Maka Mengapakah kamu
mengingkarinya (Q.S al- Anbiya/21:50).”
Dalam kitab Tafsīr al-Mishbah karya M. Quraish Shihab Kata
mubārak terambil dari kata barakah yang berarti kebajikan yang banyak.
Memang Al-Qur‟an al-Karim mengandung banyak sekali kebajikan dan
keistimewaan. Bukan saja pada redaksinya yang demikian mempesona,
bahkan lebih-lebih kandungannya. Di samping itu, ia juga menjadi bukti
kebenaran yang membungkam para penentangnya. Orang-orang terpelajar
walau tidak mempercayainya sebagai wahyu Ilahi pun mengakui
keistimewaan Al-Qur‟an bahkan tidak sedikit dari petunjuk – petunjuk
kitab suci al-Qur‟an yang mereka adopsi.1
Salah satu keberkahan Al-Qur‟an di antaranya ialah berpengaruh
terhadap jiwa manusia. Dalam literatur keagamaan dan sejarah ditemukan
riwayat-riwayat yang menjadi bukti adanya pengaruh tersebut. Seperti
kisah Umar bin Khathab yang memeluk Islam karena mendengar adiknya
Fathimah membaca Al-Qur‟an.2
1 M. Quraish Shihab, Tafsīr Al-Misbah (Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-
Qur‟an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 466. 2 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan,
Isyarat Ilmiah, Dan Pemberitaan Gaib), (Bandung, Mizan, 2007), 236.
2
Beberapa ulama menjadikan kasus tersebut dan yang semacamnya
sebagai bukti adanya pengaruh psikologis bagi pendengar dan pembaca
ayat-ayat Al-Qur‟an, bahkan menjadikan hal tersebut salah satu aspek
keberkahannya.
Dalam penelitian lain keberkahan Al-Qur‟an juga dirasakan oleh
para penghafal Al-Qur‟an, yaitu berupa kedamaian hati dan pikiran, serta
dikuatkan dalam menghadapi masalah dan selalu diberi kesehatan.3 Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Aida Dakhliyah Sufriani, al-Qur‟an
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku para narapidana yang
mengikuti pelatihan keteraturan membaca Al-Qur‟an dan menghayati
makna al-Qur‟an.4 Pembacaan Al-Qur‟an juga berpengaruh terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada para pelajar, penelitian ini dilakukan
oleh Rela Mar‟ati. Menurutnya, membaca dan menghafal Al-Qur‟an yang
dibaca berulang – ulang akan mendapat ketenangan dan mengalami
rekontruksi kognitif dari ayat Al-Qur‟an yang dibaca, dihafalkan, dan
dimengerti arti dan tafsirnya sehingga memiliki pemahaman yang tepat
dalam menilai permasalahan.5
Dari beberapa penjelasan ulama di atas dan hasil penelitian
sebelumnya di atas, mengatakan bahwa Al-Qur‟an memberikan pengaruh
terhadap pembaca, penghafal maupun yang mendalami maknanya.
Menurut Dr. Ahsin Sakho Muhammad, keberkahan Al-Qur‟an akan lebih
banyak didapatkan jika Al-Qur‟an diperlakukan sebagai sahabat setia,
3 Ilham Mabruri Sapari, “Keberkahan Al-Qur‟an menurut Penghafal al-Qur‟an
(Studi Kasus Para Penghafal Di Pondok Pesantren Nur Medina) “, (Skripsi S1, Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakart, 2018) 4 Aida Dakhliyah Sufriani, “Pengaruh Keteraturan Membaca dan Penghayatan
Makna Ayat Al-Qur‟an pada Kemampuan Positif Para Pidana”,Jurnal Intervensi
Psikologi. vol.1 no.1 (Juni 2009): 15. 5 Rela Mar‟ati, “Pengaruh Pembacaan dan Pemaknaan Ayat-ayat Al-Qur‟an
terhadap Penurunan Kecemasan Pada Santriwati ”, Jurnal Penelitian Psikologi, vol.1
no.1 (November 2016), h.46.
3
bergaul dengannya secara intensif.6 Untuk menguatkan penelitian
sebelumnya terkait keberkahan al-Qur‟an, penulis akan meneliti
keberkahan Al-Qur‟an menurut para mualaf.
Perubahan keyakinan pada diri seorang mualaf bukanlah yang
terjadi secara kebetulan, dan tidak pula merupakan pertumbuhan yang
wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh berbagai
proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari7. Mualaf dalam
insklopedi hukum Islam menurut pengertian bahasa didefinisikan sebagai
orang yang hatinya dibujuk dan dijinakkan atau dicondongkan hatinya
dengan perbuatan baik dan kecintaan kepada Islam. Yang ditunjukkan
melalui ucapan dua kalimat Syahadat8. Sedangkan, kata mualaf berasal
dari kata allafa, yuallifu, muallif, muallaf . Mualaf merupakan isim maf‟ul
dari allafa yang bermakna mengikat yang artinya bahwa seorang yang
disebut mualaf diikat hatinya agar memeluk islam dan tetap dalam
keislaman.9
Terkait dengan keberkahan Al-Qur‟an ada beberapa mualaf yang
masuk Islam karena Al-Qur‟an. Dikutip dari buku karangan Abu
Muhammad Al-Isfari, salah satu tokoh yang masuk Islam karena Al-
Qur‟an adalah Prof Dr. Jeffrey Lang yang merupakan dosen peneliti di
Universitas Kansas, agama yang dianut oleh Jeffrey Lang sebelum Islam
ialah Kristen Katoik. Jeffrey Lang masuk Islam karena mempelajari isi Al-
6 Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Qur‟an (Memahami Tema – Tema
Penting Kehidupan Dalam Terang Kitab Suci ), (Jakarta: PT Qaf Media Kreativa, 2017),
cet I, h.25. 7 Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2007), 138. 8 Titian Hakiki dan Rudi Cahyono, “Komitmen beragama Pada Mualaf (Studi
Kasus Pada Mualaf Usia Dewasa, Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, vol.4
no.1, (April 2015): 21. 9 Saftani Ridwan, “Konversi Agama Dan Faktor Ketertarikan Terhadap Islam
(Studi Kasus Mualaf Yang Memeluk Islam Dalam Acara Dakawah DR. Zakir Naik Di
Makassar)”, Jurnal Sulesana, vol.11 no.1, (2017): 2.
4
Qur‟an. Menurutnya Al-Qur‟an selalu memberikan jawaban atas
pertanyaan yang ada pada dirinya dan dua juz pertama yang ia pelajari
membuat dirinya takjub, sehingga ia Jeffrey Lang masuk Islam.10
Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian adalah keberkahan al-
Qur‟an menurut para mualaf dan apa keberkahan yang mereka dapat
setelah mereka mengenal al-Qur‟an. Dari hasil penelusuran awal penulis
mewawancarai beberapa mualaf, yang ditemukan :
1. Seorang mualaf bernama Erni (13 tahun) , agama yang dianut
sebelum Islam adalah Kristen Protestan. Menurutnya keberkahan
al-Qur‟an terletak pada cara membaca al-Qur‟an yang tidak sulit.
Dan mempengaruhi ketenangan jiwanya ketika membaca al-
Qur‟an.
2. Seorang mualaf bernama Ciella (17 tahun), agama yang dianut
sebelum Islam adalah Kristen Protestan. Menurutnya, al-Qur‟an
memberikan dia arah hidup yang lebih baik.
3. Siti Hajar (31 tahun), agama yang dianut sebelum Islam adalah
Kristen Protestas dan Hindu. Menurutnya di dalam al-Qur‟an
banyak solusi untuk permasalahan hidupnya, al-Qur‟an
membuatnya semakin tertantang untuk lebih mendalami Islam, al-
Qur‟an mengubah karakter dia yang dahulunya sering emosional
menjadi lebih tenang dan ikhlas. Sikapnya yang senantiasa ikhlas
memberikan dampak positif bagi kesehatan fisiknya.
Mualaf yang diwawancarai di atas merupakan santri dari Pondok
Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center yang didirikan oleh Ustadz
Syamsul Arifin Nababan. Ustadz Syamsul Arifin Nababan sebelumnya
adalah seorang misionaris gereja yang mendapat hidayah dari Allah SWT
10
Abu Muhammad Al-Isfari, Masuk Islam Karena al-Qur‟an, (Jakarta: Al-
Qudwah Publishing, 2014), 47.
5
yang kemudian mendirikan sebuah pesantren khusus untuk para mualaf.
Bermula dari keprihatinan akan banyaknya mualaf di Indonesia yang
masih terlantar, melihat fenomena tersebut ustadz Syamsul Arifin
Nababan bangkit dan memperhatikan mereka, dengan harapan keyakinan
mereka tidak berbalik arah pada kemurtadan. Berdirilah Pesantren An-
Naba' Center di Ciputat, Tangerang. Sang pendiri, Ustadz Syamsul Arifin
Nababan awalnya mendirikan bangunan kecil dan sederhana pada tahun
2007.11
Dari hasil temuan di atas maka penting bagi penulis untuk meneliti
tentang keberkahan al-Qur‟an bagi para mualaf. Penulis akan
mengembangkan serta menguatkan bukti – bukti nyata dari keberkahan al-
Qur‟an menurut orang yang baru masuk Islam yaitu mualaf.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah yang dapat dipetakan dari tema penelitian
sebagai berikut :
1. Pengertian Mualaf dan yang melatarbelakangi para mualaf tersebut
menjadi mualaf. Ini dapat dikaji karena sebelum lebih jauh ke
pemahaman mereka terhadap Al-Qur‟an kita harus tau apa yang
melatarbelakangi seorang tersebut menjadi mualaf.
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran Al-Qur‟an
di Pondok Pesantren Mualaf An-Naba Center.
3. Metode pembelajaran Al-Qur‟an yang digunakan di Pesantren
Mualaf An-Naba berdasarkan pendekatan keilmuan tafsir menjadi
identifikasi selanjutnya.
11
Detik Ramadhan, “Pesantren Khusus Mualaf”, Diakses, 02 Agustus, 2013,
http://www.annaba-center.com/berita/pesantren-khusus-para-mualaf.
6
4. Latar belakang pendirian Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba
Center.
5. Cara para santri mualaf belajar membaca, menghafal, serta
memahami al-Qur‟an.
6. Berkah al-Qur‟an menurut mualaf dan kebaikan apa saja yang
mualaf dapatkan dari al-Qur‟an.
7. Bagaimana konsep berkah dalam Al-Qur‟an?
Identifikasi masalah yang terdapat diatas menjadi bahan kajian
tentang tema keberkahan Al-Qur‟an menurut mualaf. Namun dari
beberapa masalah yang telah teridentifikasi di atas penulis membatasi
penelitian ini kepada keberkahan Al-Qur‟an bagi mualaf di Pondok
Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center .
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi penelitian di atas, maka rumusan masalah yang
akan penulis kaji :
a. Bagaimana para mualaf di Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba
Center memahami adanya kebaikan dan manfaat saat mereka
berinteraksi dengan al-Qur‟an ?
D. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya
penelitian ini meliputi aspek sebagai berikut :
1. Mengetahui dan menganalisis kebaikan dan manfaat yang didapat
oleh para mualaf setelah berinteraksi dengan al-Qur‟an.
7
E. Kegunaan Penelitian
1. Melengkapi serta menjadi penguat penelitian sebelumnya yang
membahas tentang keberkahan Al-Qur‟an menurut para
penghafal al-Qur‟an yang diteliti oleh Ilham Mabruri 12
.
2. Memberikan pengetahuan kepada setiap pembaca dalam
memahami makna keberkahan menurut para mualaf.
F. Tinjauan Pustaka.
1. Taufiq Halily (Skripsi, 2013)13
. Skripsi ini membahas konsep
dakwah di lakukan Ustadz Nababan dalam membina aqidah di
Pondok Pesantren Mualaf An-Naba Center. Skripsi ini
menggunakan metode kualitatif.
2. Komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh pembina pada
pembinaan mualaf di yayasan An-Naba Center serta strategi yang
dilakukan pembina dalam membina para mualaf Tri Prasetyo
Aprianto (Skripsi, 2015)14
. Skripsi ini membahas proses yang
dilakukan oleh Ustadz Nababan untuk membina para mualaf di
Pesantren an-Naba.
3. Niko Afriandi (Skripsi, 2018) 15
Skripsi ini membahas tentang
peran pembimbing agama dalam meningkatkan penyesuaian diri
mualaf di Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center serta
12
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir,
2018. 13
Taufiq Halily, ” Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan Dalam
membina Aqidah Santri Mualaf Pondok Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center
Tangerang Selatan Banten”, (Skripsi SI, Fakultas Dakwah dan Imu Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013) 14
Tri Prasetyo Aprianto, “Strategi Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan
Mu‟allaf di Yayasan An-Naba Center Sawah Baru Ciputat” (Skripsi SI, Fakultas Dakwah
dan Imu Komunikasi , UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015) 15
Niko Afriandi,“Peran Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Kemampuan
Penyesuaian Diri (Self Adjusment) Bagi Mualaf di Yayasan An-Naba Center Sawah Baru
Ciputat, (Skripsi SI, Fakultas Dakwah dan Imu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018)
8
faktor vyang mendukung dan penghambat bagi para pembimbing
di Pondok Pesantren An-Naba Center.
4. Zaki Yatunupus (Skripsi, 2016)16
Skripsi ini membahas tentang
remaja yang melakukan konversi agama dengan menggunakan
tahap komunikasi intrapersonal, yaitu persepsi, sensasi, memori,
dan berfikir. Stimuli yang diterimanya diperoleh melalui dua
sampai tiga alat indera yaitu penglihatan, pendengaran, dan
peraba. Kemudian stimuli tersebut dimaknai dan disimpan dan
selanjutnya diolah dalam proses berfikir hingga akhirnya
memutuskan berkonversi agama.
5. Umma Auliya‟ul Hidayah (Skripsi, 2008)17
Skripsi ini
membahas tentang pola komunikasi antar pembina dan mualaf,
upaya pembina dalam menciptakan komunikasi yang efektif
dengan mualaf serta faktor pendukung dan penghambat dalam
pembinaan tahfidh Qur‟an di Pondok Pesantren Mualaf An-Naba
Center.
6. Amalia Zul Farida (Skripsi, 2011) 18
skripsi ini membahas
tentang materi dakwah yang disampaikan oleh ustadz Rikza
Abdullah dalam membina akhlak para mualaf di Masjid Al-
Hakim Menteng. Setelah diteliti Ustadz Rikza senantiasa
memberikan pengarahan setiap minggu.
16
Zaki Yatunupus, “Komunikasi Intrapersonal Pada Remaja Konversi Agama
di Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An-Naba Center”, (Skripsi SI, Fakultas
Dakwah dan Imu Komunikasi , UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016) 17
Umma Auliya‟ul Hidayah, “Pola Komunikasi Antar Ustadz dan Mualaf dalam
pembinaan Tahfidhul Qur‟an di Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center” (Skripsi
S1, Fakultas Dakwah dan Imu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008) 18
Amalia Zul Farida, Materi Dakwah Ustadz Rikza Abdullah dalam Pembinaan
Akhlak Mualaf di Masjid Al-Hakim – Menteng, (Skripsi S1, Fakultas Dakwah dan Imu
Komunikasi , UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)
9
7. Nur Jamal Sha‟id (Skripsi, 2015)19
skripsi membahas tentang
kegiatan bimbingan agama yang di lakukan di Pesantren mualaf
An-Naba Center dan pengaruhnya terhadap penguatan keimanan
mereka.
8. Ilham Mabruri Sapari (Skripsi, 2018)20
skripsi ini membahas
tentang pemahaman para penghafal terhadap makna Al-Qur‟an
sebagai kitab berkah yang terbagi menjadi dua kelompok,
pertama. Memahami mubaarakun sebagai berkah bersumber dari
Allah SWT. Kedua. Memahami Mubārakun sebagai berkah yang
bersumber dari al-Qur‟an. Akan tetapi, dari kedua kategori
pemahaman tersebut para pengahafal memahami berkah secara
esensial berasal dari Allah SWT.
9. Ahmad Kusaeri (Skripsi, 2017) skripsi ini membahas tentang
keberkahan pada al-Qur‟an, keberkahan pada malam turunnya al-
Qur‟an, keberkahan pada masyarakat yang berimane dan
bertakwa, keberkahan pada air, keberkahan pada pohon zaitun
dan keberkahan pada suatu negeri. Penelitian ini menggunakan
metode tematik (maudhu‟i).21
19
Nur Jamal Sha‟id, “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Penguatan
Keimanan Mualaf di Pondok Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center Ciputat
Tangerang”, (Skripsi S1, Fakultas Dakwah dan Imu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015) 20
Ilham Mabruri Sapari, “Keberkahan Al-Qur‟an menurut Penghafal al-Qur‟an
(Studi Kasus Para Penghafal Di Pondok Pesantren Nur Medina) ”, (Skripsi S1, Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakart, 2018) 21
Ahmad Kusaeri, Berkah Dalam perspektif al-Qur‟an (Kajian tentang objek
yang mendapatkan berkah ),” (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah
Jakart, 2017
10
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian
yang memberikan gambaran secara objektif suatu masalah. Metodologi
penelitian dalam pembahasan ini penulis menggunakan penelitian
lapangan ( field research ) dengan cara mendatangi langsung objek yang
akan diteliti untuk mendapatkan data – data yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas.
Berdasarkan fakta yang ada dalam tehnik pengumpulan data
penulis memperoleh langsung dari objek penelitian berupa catatan penulis
dari hasil wawancara, dokumentasi sebagai gambar primer sedangkan
sumber sekunder penulis dapat dari berbagai dokumen, literatur, artikel
dan data yang berhubungan dengan penelitian.
2. Tempat dan Objek Penelitian
Tempat penelitian ini adalah Pesantren Pembinaan Mualaf An-
Naba Center Jl. Cendrawasih IV No. 1, Sawah Baru, Ciputat, Sawah Baru,
Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan objek
dari penelitian ini mualaf yang berada di Pondok Pesantren Pembinaan
Mualaf An-Naba Center.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari penelitian ini, penulis menggunakan
tekhnik sebagai berikut :
a. Observasi
Tehnik observasi yang peneliti gunakan bersifat langsung dengan
mengamati objek yang diteliti, yakni metode yang digunakan Pondok
Pesantren Mualaf An-Naba Center dalam waktu 4 bulan terhitung dari
bulan Maret sampai dengan Juni 2019 .
11
b. Wawancara/Interview
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.22
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah upaya peneliti dalam mengumpulkan
dokumen-dokumen/file yang berkaitan dengan penelitian ini. Data ini
berupa gambar, majalah, rekaman. Dan untuk melengkapi dari teori dalam
penelitian ini juga dilakukan melalui buku-buku yang berkaitan dengan
penelitian ini.
d. Metode Analisis Data
Untuk memperoleh suatu simpulan yang benar, data yang
diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi, selanjutnya adalah
mengorganisir catatan lapangan berdasarkan catatan-catatan khusus secara
lengkap untuk dianalisis. Teknik analisis data merupakan cara untuk
mendapatkan hasil penelitian yang sistematis dari hasil observasi dan
dokumentasi. Perolehan data tersebut diorganisasi menjadi satu untuk
dipakai dan diinterpretasikan sebagai bahan temuan untuk menjawab
permasalahan penelitian.23
Tehnik yang digunakan peneliti adalah penelitian deskritif,
dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena
atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel
yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.24
22
Nazin Moh, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999) , h. 234. 23
Rohendi Tjetjep Rohidi, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 1992), 55. 24
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005) , 20.
12
e. Tehnik analisis Data
Adapun tehnik analisis data penulisan dalam skripsi ini terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
- Pengumpulan data (Data Colletion): data yang dikelompokkan
selanjutnya disusun dan dibentuk dalam rangkaian informasi yang
bermakna sesuai masalah penelitian.
- Reduksi Data (Data Redaction): kategori mereduksi data, yaitu
melakukan pengumpulan dan merangkum terhadap informasi
penting yang terkait dengan masalah penelitian, dan membuang
hal-hal yang tidak perlu, selanjutnya data dikelompokkan sesuai
topik masalah.
- Penyajian Data (Data Display): melakukan interpretasi data yaitu
menginterpretasikan apa yang telah di interpretasikan informan
terhadap masalah yang diteliti kemudian disimpulkan.
H. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan disusun bab demi bab dengan rancang runtutan
sebagai berikut:
Bab pertama berisi Pendahuluan yang akan mengulas perihal latar
belakang masalah yang menjadi pijakan awal penelitian ini. Di dalamnya
juga terdapat rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, tinjauan penelitian dan sistematika penelitian.
Bab kedua berisi Landasan Teori yang berisikan landasan teori
yang memuat tentang gambaran umum tentang berkah, gambaran umum
tentang mualaf, deskripsi lokasi dan penelitian.
Bab Ketiga berisi profil Pesantren Mualaf An-Naba Center yang
terdiri dari Sejarah berdirinya, Aktivitas Santri di Pondok, Program
Kegiatan, dan Visi misinya.
13
Bab Keempat berisi temuan dan analisis data dan bab ini
merupakan pembahasan inti dari hasil penelitian, yang berisi dalam bab ini
juga mengungkap secara detail tentang para mualaf di Pesantren
Pembinaan Mualaf An-Naba Center memahami serta menerima dampak
adanya kebaikan dan manfaat saat mereka berinteraksi dengan al-Qur‟an.
Bab Kelima berisi penutup sebagaimana lazimnya dalam sebuah
laporan hasil penelitian, dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan
implementasi yang merupakan dari rumusan masalah yang diajukan pada
bab pertama dan saran-saran.
14
15
BAB II
KONSEP KEBERKAHAN AL-QUR’AN
A. Pengertian Berkah
Keberkahan diambil dari kata berkah yang merupakan bahasa arab
dari kata البركت yang mempunyai beberapa makna yaitu السعادة ,النعمت,
.yang berarti kenikmatan, kebahagiaan, dan penambahan النماءوالزيادة
Mubārak yang berarti yang diberkati dan tabarruk yang berarti meminta
berkah.1 Barokah ini sering disebut dengan kata berkah, dan kata berkah di
sini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karunia Tuhan yang
mendatangkan kenikmatan bagi kehidupan manusia.2 Barokah juga
bermakna tetapnya sesuatu, dan bisa juga bermakna bertambah atau
berkembangnya sesuatu.3 Dalam kitab Mu‟jam Muqāyīsil Lughoh
disebutkan bahwa lafaz برك memiliki makna asal, yaitu tetapnya sesuatu.
Dalam kitab ini al-Khalil berkata bahwa berkah artinya bertambah dan
berkembang. Di dalam kitab Al- Ṣihāh
bermakna sesuatu yang tetap برك
dan menetap. 4
Menurut Ishlah Gusmian yang dimaksud dengan berkah adalah
kebaikan yang melimpah (al-khaīr al-Katsīr), keberkahan tidak ditentukan
dengan jumlah kekayaan yang banyak, melainkan kebajikan yang
terkandung di dalamnya sehingga memberikan manfaat kepada
pemiliknya dan orang-orang di sekelilingnya.5
1 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 78. 2 Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jakarta: Victori
Inti Cipta, 2015), 53. 3 Nashir bin „Abdurrahman bin Muhammad Al-Juda‟I, Al-Tabarruk (Riyadh :
Maktabah Ar-Rusyd, 1989), 25. 4 Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad al-Juda‟I , Tabarruk Memburu
Berkah, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2009), 29. 5 Ishlah Gusmian, Agar Rezeki Lebih Mudah Lebih Berkah, (Jakarta: Zaman,
2009), 22.
16
Menurut Ahmad Kusaeri dalam penelitiannya “Berkah dalam
Persfektif al-Qur‟an” yang dimaksud berkah adalah kebaikan yang nikmat
dan selalu bertambah, dengan diiringi tetap atau langgengnya kebaikan
tersebut, baik pada harta, anak, ilmu, waktu, maupun yang lainnya.6
Dari beberapa pengertian berkah dia atas, penulis menyimpulkan
yang dimaksud berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah dan
terus-menerus bertambah sehingga memberikan manfaat untuk diri sendiri
maupun orang lain.
B. Data Ayat-Ayat tentang Berkah
Setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li alfadh al-
Qur‟ān al-Karīm. Kata Berkah atau yang semakna dengannya ada 31
kata, diantaranya:7
Tabel 2.1: Data ayat-ayat tentang Berkah
No Istilah Jumlah Kata Surat
Al-Fuṣṣilat:10 1 بارك 1
An-Naml:8 1 بورك 2
Q.S al-Mulk:1 - - 9 تبارك 3
- - Ar-Rahmān: 1
- - Al-Mu‟minūn: 14
- - Al-Furqan: 1, 10, 64
- - Al-Ghāfir: 64
- - Al-Zukhruf: 85.
6 Ahmad Kusaeri, “Berkah Dalam Persfektif Al-Qur‟an (Kajian Tentang Objek
Yang Mendapat Berkah), Skripsi Strata 1, Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2017. 7 Muhammad Fu‟ad Abdu al-Baqiy, Mu‟jam al-Mufahras li Alfadh al-Qur‟an
al-Karim, (Kairo: Matba‟ah Dar al-Kutub al-Misriyyah, 126 H), 182-184
17
Al-A‟raf: 96 - 3 بركات 4
- Hūd: 48, 73
Al-An‟am: 92 dan155 - 4 مبارك 5
- AlAnbiya‟:50,
- Ṣod:29
An-Nūr:3 dan 61 - 4 مباركة 6
- Al- Qaṣaṣ: 30
- Ad-Dukhan: 3
,Al-Imrān:96 - 4 مباركا 7
- Maryam:31,
- AlMu‟minūn:29,
- Qaf:9
Al-Isra‟:1 - 6 باركنا 8
- Al-A‟raf:137,
- Al-Anbiya‟:71 dan
81
- Al-Saba‟:18
As-Ṣāffat:113
Dari 31 kata yang sejenis dengan berkah, terdapat 5 kali yang
menunjukkan bahwa al-Quran adalah kitab yang penuh keberkahan yaitu
pada surah : al-An‟am: 92; al-An‟am: 155; al-Anbiya‟: 50, Shad: 29 dan
ad-Dukhan: 3.
Penafsiran atas lafaz mubārak al-Qur‟an didasarkan pada lafaz
dhikr (QS. Al-Anbiyā‟[21]: 50) dan kitāb (QS. al-An‟ām[6]: 92), 155; al-
Ṣad [38]: 29). Abū Tha‟labah menyatakan bahwa makna dhikr di QS, al
Anbiyā‟ [21] : 50, bermakna al-Qur‟an. Al- Ṭabarī (w. 310) menyatakan
bahwa makna kitāb (QS al-An‟ām [6]: 9, 155; Ṣad[38]: 29) memiliki
fungsi sebagai “hudan dan nūr” sebagaimana kitab-kitab suci
sebelumnya, dan yang dimaksud adalah al-Qur‟an. Adapun berkaitan
dengan penafsiran lafadz mubārak dari ayat di atas, bahwa lafaz tersebut
18
dimaknai oleh mufassir dengan kata mā fīhi al-Barakah”(yang ada
keberkahan di dalamnya). Al-Rāzī `(W.606) memberikan alasan mengapa al-
Qur‟an menjadi dhikr mubārak, ia mengatakan “fa al-Qur‟an dhikr
mubārak, anzalnāhu malakun mubārak, fi laylat mubārak,‟alā nabiyy
mubārak, li ummat mubārakah.” (al-Qur‟an menjadi dhikr yang mubārak
karena Allah menurunkannya melalui malaikat yang memiliki keberkahan,
di malam yang penuh keberkahan, yang disampaikan kepada Nabi yang
memiliki keberkahan untuk umat yang diberkati.8
C. Berkah al-Qur’an Menurut Ulama Tafsir
Dalam Al-Qur‟an disebutkan sebanyak 5 kali bahwa Al-Qur‟an
adalah kitab yang penuh keberkahan, seperti dalam surat al-An‟am/6:92 :
“Dan ini (al-Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang
diberkahi, membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan
agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah)
dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman
kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (al-Quran) dan
mereka selalu memelihara sembahyangnya. (QS. Al-An‟am/6:92)”
Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsīr Al-Misbah, kata بركت
berkah/sesuatu yang mantap juga berarti kebajikan yang berlimpah dan
beraneka ragam serta bersinambung. Adanya berkat pada sesuatu berarti
adanya kebajikan yang menyertai sesuatu itu. Misalnya berkat pada waktu,
berkat pada makanan. Berkat Al-Quran juga berpengaruh positif terhadap
manusia dalam sukses dan keberhasilan yang diraih oleh yang
mengamalkannya. Keberkahan Al-Qur‟an bersumber dari Allah Swt.
Tampak bahwa keberkahan Al-Qur‟an diperlukan upaya manusia untuk
8 Eva Nugraha, “Ngalap Berkah Qur‟an: Dampak Membaca Al-Qur‟an Bagian
Para Pembacanya”, vol 5. no 2, Jurnal Ilmu Ushuluddin (Juli 2018): 116.
19
menyesuaikan diri dengan sebab – sebab yang mengantar kepada
wujudnya keberkatan itu.9
Menurut Fakhruddin Al-Rāzi dalam kitab Tafsīr Al-Kabīr Māftihul
Ghaib yang di maksud al-Qur‟an adalah kitab (مبارك) adalah kitab yang
banyak kebaikannya, kekal berkahnya dan memberikan manfaat,
memberikan kabar gembira dalam bentuk pahala dan ampunan dan
melarang berbuat keburukan dan kemaksiatan.10
Menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di dalam Tafsīr
Al-Qur‟ān, dalam menafsirkan kata (مبارك) yang diberkahi, maksudnya
adalah Allah memberikan sifat keberkahan pada Al-Qur‟an. Hal itu karena
kebaikannya yang banyak dan luas.11
Dalam ayat lain Allah Swt berfirman dalam Q.S Al-Anbiya/21:50:
“dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai
berkah yang telah Kami turunkan. Maka Mengapakah kamu
mengingkarinya?(QS Al-Anbiya/21:50”
Menurut Al-Syanqiṭi dalam dalam kitabnya Tafsīr Adhwa‟ul
Bayān kitab al-Qur‟an adalah kitab yang penuh berkah. Untuk
mendapatkan berkah dari al-Qur‟an adalah dengan menelaah dan
merenungi ayat-ayat Al-Qur‟an serta mengamalkan apa yang terdapat di
dalamnya daripada yang halal juga yang haram, perintah juga larangan,
9 M. Quraish Shihab, Tafsīr Al-Misbah (Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-
Qur‟an), ( Jakarta: Lentera Hati, 2002 ) , 190. 10
Fakhruddin Al-Razi Abu „Abdullah Muhammad, Tafsīr Al-Kabīr Mafatihul
Ghaib, Juz 13 (Beirut: Darul Fikr, 1990), 85. 11
Syaikh Abdurrahman, Taisir al-Karīm ar-Rahman fi Tafsīr Kalam al-Manan,
Terj. dari Taisir al-Karîm ar-Rahmān fi Tafsīr Kalam al-Manan oleh Muhammad Iqbal,
(Jakarta: Darul Haq, 2013), 513.
20
sifat –sifat mulia juga sopan santun, dan perintah melaksanakan dan
perintah menjauhi.12
Kemudian Allah Swt berfirman dalam Q.S al- Ṣad [38]: 29
“ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.(Q.S al- Ṣad [38]: 29) ”
Dalam tafsir Ibn Kathir, bahwasannya terkait ayat tersebut,
bahwasannya al-Qur‟an diturunkan kepada manusia dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatNya agar orang orang mendapat
pelajaran yang mempunyai pikiran, yaitu yang mempunyai akal. Al-Albab
jamak dari kata lub yang artinya berakal.13
Dalam kitab tafsir al-Maraghi bahwasannya al-Qur‟an diturunkan
kepada manusia yang banyak manfaatnya dan membimbing mereka
kepada sesuatu yang membuat kebaikan dan kebahagiaan dalam persoalan
Agama maupun dunia, yang memuat berbagai kemaslahatan agar
dipikirkan oleh orang – orang yang mempunyai akal, yang telah diterangi
oleh Allah hati sanubari mereka sehingga menempuh petunjuk dan
mengikuti bimbingannya dalam perbuatan – perbuatan mereka. Mustafa
dalam memaknai kata (مبارك) yakni bermanfaat bagi manusia.
Dalam ayat lain Allah Swt berfirman dalam Q.S Ad-Dukhan: 3
yaitu:
12
Al-Syanqiṭhi, Tafsīr Al-Qur‟ān dengan Al-Qur‟an, terj. Tafsīr Adhwa‟ul
Bayān oleh Fachrurrazi Ahmad Khatib, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), 68. 13
Abu Al-Fida‟I Ismail Ibn Katsīr al-Qurasy ad-Damasyqi, Tafsīr al-Qur‟an al-
Adzim, 40.
21
“ Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.‟‟ (Q.S Ad-
Dukhan [28]: 3)
Ayat tersebut menjelaskan tentang malam turunnya Al-Qur‟an yang
dinamai dengan malam yang penuh berkah karena dengan turunnya al-
Qur‟an menyebabkan munculnya segala kebaikan dan manfaat di dunia
dan di akhirat . Manfaat di dunia yang terdapat pada malam yang
diturunkannya al-Qur‟an adalah pada malam itu ditentukan rezeki dan ajal
seseorang serta diberikan syafa‟at kepada nabi Muhammad Saw,
sedangkan manfaat di akhirat adalah pada malam tersebut turun malaikat
yang membawa rahmat bagi yang beribadah di malam itu serta
dikabulkannya do‟a.14
Al-Qur‟an (baik dalam konteks al-dhikr maupun al-kitāb) memiliki
sifat mubārak. Mufassir memandang di dalamnya terdapat banyak
kebaikan, manfaat, dan faedah. Kebaikan, manfaat dan faedah dari al-
Qur‟an itu baru bisa didapatkan apabila orang tersebut berinteraksi
dengannya. Bentuk dari interaksi al-Qur‟an adalah membaca,
menghafalkan, memahami, mengajarkan dan menghayati isi al-Qur‟an
sehingga menjadi bagian dari perilaku seseorang.15
D. Cara Mendapatkan Berkah
Pada bagian ini penulis akan memaparkan terkait cara mendapat
berkah, penulis juga mengutip pendapat Neneng Maghfira16
. Adapun cara
mendapat berkah di antaranya:
14
Mahmud Al-Alusi, Ruh al-Ma‟ani fi Tafsir al-Qur‟an al-Adzim wa al- Sab‟al
masani, vol. 25 (Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyah: 1994), 112. 15
Eva Nugraha, “Ngalap Berkah Qur‟an: Dampak Membaca Al-Qur‟an Bagian
Para Pembacanya”, Jurnal Ilmu Ushuluddin. vol 5. no 2 ( Juli 2018): 116. 16 Peneliti el-Bukhari Institute dan Tim Redaksi Bincang Syariah.
22
1. Beriman dan Bertaqwa Kepada Allah Swt
Allah Swt telah memberikan konsep hidup berkah sebagaimana
firman Nya:
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.( Q.S Al-A‟raf [7]: 96)”
Ayat di atas menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan dalam
Islam mendapatkan pahala yang sama dan amal saleh harus disertai iman
dan takwa. Orang yang saleh disertai iman dan takwa Allah akan
memberikannya hidup yang baik. Kehidupan baik dapat dirasakan semua
aspek, di antaranya kesehatan, rezeki mengalir, rajin beribadah, dan
sebagainya. Bahkan Allah akan memberikan ganjaran pahala yang lebih
baik dan besar baginya. Dengan kata lain orang ini memperoleh
keberkahan.17
2. Berpedoman pada Al-Qur’an
Al-Qur‟an adalah sumber keberkahan, apabila seseorang
menjalankan nilai-nilai dan perintah yang terkandung di dalam al-Qur‟an,
maka Allah SWT akan memberikan keberkahannya. Sebagaimana Allah
SWT Berfirman dalam al-Qur‟an:
17
Syarif Muhammad Alaydrus, Agar Hidup Selalu Berkah(Meraih Ketentraman
Hati dengan Hidup penuh Berkah), (Bandung: Mizan Media Utama , 2009), 63
23
“dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,
Maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”(Q.S al-
An‟am/6: 155)
Dalam tafsir Kemenag RI, bahwa al-Qur‟an mempunyai sifat dan
kedudukan yang mencakup segala macam hukum dan petunjuk dan
hukum syariat yang dibutuhkan oleh seluruh manusia, untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. 18
Pada ayat ini Allah Swt menerangkan sifat-sifat dan kedudukan al-
Qur‟an yang lebih luas jangkauannya dalam segala macam petunjuk dan
hukum syariat yang dibutuhkan oleh umat manusia untuk mencapai
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.19
18
Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), 267. 19
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2011), 355.
24
25
BAB III
PROFIL PESANTREN DAN INFORMAN
A. Sejarah Singkat dan Visi Misi Lembaga
Pendirian Pesantren mualaf an-Naba Center ini bermula dari rasa
keprihatinan ustadz Nababan terhadap mualaf karena kurang diperhatikan
oleh masyarakat. Pendirian pesantren mualaf juga dilatarbelakangi dengan
pengalaman pribadi ustadz Nababan yang juga merupakan seorang
mualaf. Ketika Ustadz Nababan berpindah ke Jawa Timur ustadz Nababan
melakukan dakwah dengan cara mengajarkan Islam kepada para mualaf.
Pada tahun 1998 Ustadz Nababan mengawali dakwahnya dengan
cara berpindah – pindah dari masjid ke masjid. Setelah sepuluh tahun
kemudian Ustadz Nababan mulai mendirikan Pesantren khusus untuk
mualaf. Yayasan Pendidikan Pembinaan Mualaf dibangun pada tahun
2008 di atas tanah seluas 1.200 meter yang merupakan wakaf dari kaum
muslimin, bermula dari asrama pembinaan untuk putra yang berlokasi di
Jalan Cendrawasih IV, No.1 Rt.02 Rw.03 Kel. Sawah Baru, Kec. Ciputat.
Kemudian setelah itu pada tahun 2014 dibangunlah asrama khusus putri
dan diresmikan pada tahun 2016.1
Melihat Pondok Pesantren An-Naba dikhususkan untuk mualaf
maka para mualaf dibimbing dan dikumpulkan bersama mualaf lainnya,
sehingga adanya kenyamanan para mualaf untuk belajar Islam karena
memang memiliki pengalaman yang sama. Dalam membangun Pesantren
tentunya ada sebuah visi yang menjadi tujuan demi terwujudnya lembaga
yang lebih baik. Visi dari Pesantren Mualaf an-Naba adalah “Membentuk
pribadi muslim yang kaffah dan mampu menjadi avan-guard (penjaga
1 Nababan (Pembina Mualaf Pesantren An-Naba Center), diwawancarai oleh
Ledia Septiana, Kampung Sawah Baru Ciputat Tangerang Selatan, 23 April 2019,
Banten.
26
gawang) bagi penguatan akidah Islamiyah.2”. Untuk kemajuan Pesantren
an-Naba Center, Ustadz Nababan memiliki misi. Misi tersebut adalah:
a. Menggugurkan seluruh sisa-sisa keyakinan sebelumnya dan
menggantikan dengan Iman dan Islam yang lurus.
b. Menanamkan pondasi keislaman yang kokoh berdasarkan al-
Qur'an dan Sunnah.
c. Mencetak juru dakwah (da'i) yang militan berwawasan
perbandingan agama.
d. Membentuk pribadi Muslim yang berakhlak karimah, mandiri dan
terampil.
e. Menggalang kesatuan dan persatuan di antara kaum Muslimin
Indonesia dalam memberikan daya dukung terhadap bangunan
iman dan taqwa yang kuat di kalangan saudara kita kaum Mualaf.
f. Sebagai ikhtiar kelembagaan dalam kerangka mengajak
masyarakat untuk peduli melihat keterbelakangan pendidikan dan
pembinaan para mualaf Indonesia yang merupakan salah satu
potensi dan aset umat yang dapat diandalkan keberadaannya bagi
bangunan sebuah masyarakat bangsa yang beriman dan bertakwa. 3
Dalam menjalankan semua misi tentunya tidaklah mudah, untuk itu
perlu adanya pendekatan serta dukungan terhadap mualaf. Oleh karena
itu, di Pesantren Mualaf diadakan program atau kegiatan yang mendukung
mereka termotivasi untuk lebih mengenal Islam. Kegiatan tersebut berupa
pelatihan berdakwah, belajar bahasa Arab dan Inggris, pelatihan kesenian,
belajar al-Qur‟an dan Hadist, dan lain-lain.4
B. Data Informan
Data informan merupakan data yang dijadikan rujukan utama
untuk penelitian ini. Dari 43 santri mualaf, penulis hanya meneliti 17
orang yang dijadikan informan. Berikut data informan yang penulis
paparkan dalam bentuk tabel.
2 Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center, Profil Pesantren Pembinaan
Mualaf An-Naba Center, (Akta Notaris No. 8), 8 Oktober 2014, 5. 3 Profil Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center, 5
4 Profil Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center, 5
27
Tabel 3.1: Data Informan (Santri)
No Nama TTL Usia
Agama
Sebelum
Islam
Lama
Waktu
menjadi
Muslim
1 Kasinudin
Noruru
Amuri, 24 Jan 2004 15 th
Kristen
Protestan -
2 Alberto
Xiemen
Baucau, 02 agustus
1997
21 th Khatolik 3 tahun
3 Abdullah
Azzam/ Iwan
Tuoscarsae
Timur Leste, 11 jan
2000
19 th Khatolik 4 tahun
4 Ahmad
Fatullah
Tuhewaebo, 25
Juni 2001
18 th Kristen
Protestan -
5 Armando
Babis
Camplong , 02
November 2000
19 th Khatolik 2 tahun
6 Muhammad
Yusuf/Tertius
Bait
Camplong, 31
Desember 1999
19 th Khatolik 2 tahun
7 Indra Siregar Bengkulu, 24
Februari 1999
20 th Kristen
(HKPB)
-
8
Muhammad
Fatih
Timor Leste, 11
Januari 2000
18 th Khatolik 1 tahun
9 Sonia
Abdullah
/Soares
08 November 1999
19 th
Khatolik 10
Tahun
10 Prima
Rumaharbo
Medan, 11 Juli
1991
27 th Kristen
Protestan
11
Tahun
11 Aminah Asri
Hutabarat/
Kristina
Hutabarat.
Padang, 3 Januari
1995
24 th Kristen
Protestan
1,5
tahun
12 Yolan
Wilanda
03 Maret 1999 20 th Konghuc
u
1.5
tahun
13 Siti Hajar/
Elwin Windi
11 juni 1987
32 th Kristen
Protestan
&budha
1,5
tahun
14
Pliateri
Giawa
Nias, 29 Maret
2003
16 th
Kristen
Protestan
4 tahun
28
15 Zainab
Qurrata a'yun
Viqueque, 27April
1999
20 th Khatolik 7 tahun
16 Rifqi/
Jerouimo
Kupang, 03
Agustus 2001
18 th Khatolik
5 tahun
17 Abdurrahman So'e 02 Februari
1999
18 th Kristen
Protestan
2 tahun
Dari 17 informan hampir semua informan dulunya beragama
Kristen yang berasal dari daerah luar Jawa seperti Kupang, Timor Leste
dan Medan, yang penulis ketahui, itu merupakan daerah yang mayoritas
non Muslim. Dari 17 mualaf yang merupakan informan, mualaf yang
paling lama sudah menjadi Muslim adalah Prima Sari Rumaharbo yang
berusia 27 tahun dan sudah 11 tahun menjadi Muslim. Prima mengaku
banyak sekali rintangan ketika dia memutuskan menjadi seorang muslim,
begitu pula mualaf yang lainnya yang mengaku banyak rintangan yang
harus ditempuh ketika mereka memutuskan menjadi mualaf. Rintangan
tersebut berupa tidak disetujui orang tua mereka, diusir dari rumah, tidak
disekolahkan, tidak diakui keluarga, dan lain-lain. Seperti yang dikatakan
oleh Kristina “Rintangan saya ketika saya memutuskan menjadi mualaf
waktu itu papah saya nampak sekali kecewa tapi tidak mukul, mama saya
juga sangat kecewa, saya di kurung di dalam kamar, saya tidak bisa keluar
rumah, saya tidak bisa bebas.5 Di Pesantren mualaf an-Naba mereka
seperti saudara, mereka dibina dan di fasilitasi agar tidak terlantar.
5 Kristina Hutabarat, (Santri Mualaf Pesantren An-Naba Center), diwawancarai
oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Baru Ciputat Tangerang Selatan, 2 Juli 2019,
Banten.
29
Tabel 3.2: Tabel Identitas Informan (Pengajar al-Qur‟an dan Pembina)
No Nama TTL Usia Pendidikan
Terakhir
Ket
1 Syamsul
Arifin
Nababan
Tebing
Tinggi, 10
November
1966
54 th S1 Syariah Pembina
Yayasan
2 Idham
Cholid
Palembang,
23 Mei
1989
30 th S1 Ilmu al-
Qur‟an
Pengajar
al-
Qur‟an
1) Ustadz Syamsul Arifin Nababan
Ustadz Syamsul Arifin Nababan lahir di Tebing Tinggi (Sumatra
Utara), 10 Nopember 1966, dan mulai menjadi pembimbing agama bagi
para mualaf sejak tahun 1998. Ustadz Nababan termotivasi untuk
membangun Pesantren karena melihat banyak mualaf yang terlantar.
Dengan adanya Pesantren an-Naba, para mualaf terbimbing dengan baik.
Dengan kegigihannya ustadz Nababan berhasil membangun Pesantren
putri dan Putra. Dalam membina mualaf, ustadz Nababan menekankan
para mualaf untuk bisa membaca al-Qur‟an.6
2) Ustadz Idham Cholid
Ustadz Idham Cholid lahir di Palembang, 23 Mei 1989. Ustadz
Idham Cholid merupakan pembina al-Qur‟an di Pesantren Mualaf an-
Naba, dia membina para mualaf sejak tahun 2011. Dalam membina para
mualaf, ustadz Idham memiliki teknik pendekatan dengan cara
memotivasi para mualaf agar mualaf semangat belajar al-Qur‟an.7
6 Nababan, Wawancara.
7 Idham Cholid, (Guru al-Qur‟an Mualaf Pesantren An-Naba Center),
diwawancarai oleh Ledia Septiana, SerpongTangerang Selatan, 3 Agustus 2019, Banten.
30
C. Konversi Agama
1. Pengertian dan Faktor Konversi Agama
Konversi agama menurut etimologi konversi berasal dari kata lain
“conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata
tersebut dipakai dalam kata inggris conversion yang mengandung
pengertian: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama
lain (Change from one state or from one religion, to another). Sedangkan
menurut terminologi konversi agama adalah suatu tindakan di mana
seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem
kepercayaan sebelumnya.8
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan
pengaruh lingkungan tempat tinggal. Selain itu, konversi agama yang
dimaksud juga mempunyai beberapa pengertian dengan ciri-ciri, sebagai
berikut:
1) Adanya perubahan arah pandang dan keyakinan seseorang
terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya, 2) Perubahan
yang terjadi dipengaruhi kondisi lingkungan, sehingga perubahan
dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak, 3) Perubahan
tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan ke kepercayaan
satu ke kepercayaan yang lain, tetapi juga termasuk perubahan
pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri, 4) Selain faktor
kejiwaan dan kondisi lingkungan namun perubahan tersebu karena
adanya petunjuk dari yang Maha Kuasa.9
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama
menurut Jalaluddin adalah sebagai berikut:
(1) Faktor keluarga, keretakan keluarga; berlainan agama,
kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapat pengakuan dari
kaum kerabat dan lainya. Hal ini dapat memicu terjadinya konversi
agama, (2) Lingkungan tempat tinggal; Orang yang merasa
8 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 245-
246 9 Mukti Ali, dkk, Agama Dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer
(Yogyakarta, Tiata Wacana, 2001), 30.
31
terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari
kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara.
Keadaan ini membuat seorang mendambakan ketenangan dan
dapat terjadi konversi agama, (3) Perubahan status; perubahan
status seperti kasus perceraian, ke luar sekolah atau perkumpulan,
perubahan pekerjaan, kawin dengan orang beda agama, (4)
Kemiskinan; terjadi pada masyarakat awam yang miskin
cenderung untuk memeluk agama yang menjadikan kehidupan
dunia yang lebih baik. Kebutuhan mendesak akan sandang dan
pangan akan mempengaruhinya.10
2. Proses dan Dampak Konversi Agama
Adapun proses orang berkonversi agama berbeda antara satu
dengan yang lainnya, berlainan sebab yang mendorongnya dan bermacam
pula tingkatnya ada yang mudah dan ada yang sulit. Namun dapat
dikatakan, bahwa tiap-tiap konversi agama itu melalui suatu proses.
Seperti yang dikemukakan oleh Zakiyah derajat dalam bukunya ilmu jiwa
agama, bahwa proses-proses jiwa dalam konversi agama sebagai berikut:
(1) Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi.
Tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama, (2)
Masa tidak tenang, konflik dan pertentangan hati berkecamuk dalam
hatinya, gelisah, putus asa. Pada tahap ini seseorang mudah perasa,
cepat tersinggung, dan mudah mendapat sugesti, (3) Peristiwa
konversi itu sendiri setelah masa goncangan itu mencapai puncaknya,
maka terjadilah peristiwa konversi itu sendiri. Orang merasa
mendapat petunjuk dari Tuhan dan merasakan kekuatan dan semangat
hidup, (4) Keadaan tenteram dan tenang. Setelah krisis konversi lewat
dan masa menyerah dilalui, maka timbullah perasaan atau kondisi
jiwa yang baru, rasa aman dan damai, (5) Ekspresi konversi dalam
hidup. Tingkat terakhir dari konversi itu adalah pengungkapan
konversi agama dalam tindakan, kelakuan, sikap dan perkataan, dan
seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang
diajarkan oleh agama.11
10
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 251. 11
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), 161-163.
32
Konversi agama yang di lakukan seseorang dengan kesadaran diri
dan tanpa ada paksaan dari faktor eksternal selain berdampak positif
terhadap diri mualaf yang dapat memudahkan dia lebih mudah untuk
memahami agama secara mendalam dan dapat memberikan inspirasi
terhadap orang lain dan juga dengan semakin dalamnya pemahaman
agama hal tersebut dapat di aplikasikan, konversi agama juga dapat
menyebabkan tekanan-tekanan batin yang dapat mengganggu kondisi
psikologis mualaf.12
Menurut Prof. Dr. H. Kurnia Ilahi, MA dalam
penelitiannya terkait konversi agama seorang yang melakukan konversi
agama, maka kemudian mereka akan merasakan dampak dalam
kehidupannya Dampak tersebut di antaranya:
a. Dampak Konversi Agama terhadap Aqidah dan Ibadah
Sebagai manusia yang beragama harus memiliki dasar nilai-nilai
agama baik dari dimensi hubungan manusia dengan Tuhannya atau
hubungan antar sesama manusia. Dengan memiliki dasar nilai-nilai agama
baik dari dimensi hubungan manusia dengan Tuhannya atau hubungan
antar sesama manusia. Dengan memiliki dasar nilai – nilai agama tersebut
dimaksudkan bahwa perilaku seseorang ada hubungannya dengan masalah
ibadah, zikir dan memberi dorongan kepada antar sesama umat beragama
untuk mencari karunia Allah Swt.13
Fenomena beragama merupakan
perwujudan sikap dan perilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang
dipandang suci keramat dan sakral. Ilmu pengetahuan sosial dengan
metode peralatannya dapat mengamati dengan cermat perilaku manusia
itu, sehingga menemukan segala unsur yang menjadi terjadinya perilaku.14
12
Hafidh Mudhari, “Treatmen dan Kondisi Psikologis Mualaf”, Jurnal Edukasi,
(2018): 37. 13
Abdul Wahab Kallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Bandung: Risalah, 1985),
139. 14
Abdul Wahab Kallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, h. 140.
33
Dilihat dari sudut sosiologis, agama mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan di masyarakat. Dengan harapan seseorang
memperoleh kemudahan dalam bersosialisasi di dalam lingkungan
masyarakat maupun keluarga. Setiap ajaran agama, seseorang dianjurkan
berakhlak yang baik. Sebab akhlak merupakan pondasi utama yang
menjadi tumpuan membangun manusia. Orang sudah memeluk suatu
agama tertentu kemudian pindah ke agama lain menjadi lebih tekun untuk
mempelajari agama dan syariat-syariatnya. Dengan yakin agama yang
dipeluknya dapat menciptakan rasa kebahagiaan serta mempunyai rasa
optimisme untuk mampu dalam menjalankan hidup. Dampak konversi
dapat memberi ketenangan dan menyelesaikan masalah, berperilaku dan
budi pekerti dalam pergaulan, cara bertutur kata dan berpakaian.15
b. Dampak Konversi Agama terhadap Muamalah
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem
nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma
tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar
sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai,
agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta
dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.16
Pengaruh agama dalam kehidupan seseorang dalam memberi
kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung dan rasa puas. Pengaruh
positif ini lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama
dalam kehidupan seseorang selain menjadi motivasi juga merupakan
harapan. Agama berpengaruh dalam mendorong seseorang untuk
melakukan suatu aktifitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar
15
Kurnia Ilahi, Konversi Agama (Kajian Teoritis dan Empiris Terhadap
Fenomena, Faktor, dan dampak Sosial di Minangkabau), (Malang: Inteligensia Media,
2017), 34. 16
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), 226.
34
belakang keyakinan agama dinilai mempunyai ketaatan. Keterkaitan ini
akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Agama
mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun
berkorban.17
Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan
mendorong seseorang untuk mengejar tingkatan kehidupan yang lebih
baik. Pengalaman ajaran agama tercermin dari pribadi yang berpartisipasi
dalam peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang
berlebihan. Keyakinan akan balasan Tuhan terhadap perbuatan baik telah
mampu memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi seseorang
untuk berbuat tanpa imbalan. Balasan Tuhan beberapa pahala bagi
kehidupan hari akhirat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat.
Agama yang menjadi panutan seseorang jika diyakini dan dihayati secara
mendalam mampu memberikan garis-garis pedoman tingkah laku seorang
dalam bertindak sesuai agama yang diakuinya. Segala perbuatan yang
dilarang agama dijauhinya dan selalu giat dalam menerapkan perintah
agama.18
3. Konversi Agama ke Islam
Seseorang yang melakukan konversi agama dari non Islam lazim
disebut dengan mualaf. Kata mualaf berasal dari kata allafa, yuallifu,
muallif, mualaf. Mualaf merupakan isim maf‟ul dari allafa yang
bermakna mengikat yang artinya bahwa seorang yang disebut mualaf
diikat hatinya agar memeluk Islam dan tetap dalam keislaman. Di dalam
al-Qur‟an terdapat kata mualaf yang merupakan bagian orang yang berkah
menerima zakat.
17
Jalaluddin, Psikologi Agama, 227. 18
Kurnia Ilahi, Konversi Agama (Kajian Teoritis dan Empiris Terhadap
Fenomena, Faktor, dan dampak Sosial di Minangkabau), 35.
35
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Q.S At-Taubah[9]:60)
.
Menurut al- Qurṭubi dalam tafsirnya Al-Jami‟ Li Ahkām Al-Qur‟ān
yang dimaksud dengan mualaf adalah orang yang hidup pada masa awal
kemunculan Islam, yang baru memeluk Islam secara lahiriah akan tetapi
keyakinan mereka masih sangat lemah. Harta zakat diberikan kepada
mereka agar mereka tetap konsisten dengan keyakinannya.19
Dalam menafsirkan “mualaf yang dibujuk hatinya” para ulama
berbeda pendapat. Menurut Al-Ṭabarī dalam Tafsīr Jami‟ Al-Bayān An-
Ta‟wil Ayi Al-Qur‟ān yang dimaksud dengan mualaf yang dibujuk hatinya
adalah mereka yang hatinya terpikat dengan Islam namun belum berhak
mendapatkan pertolongan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki
hubungan dengan dirinya dan keluarganya.20
Dalam Tafsīr Ibnu Katsīr kata adalah orang – orang mualaf
yang terdiri dari beberapa macam, di antaranya. Pertama, orang yang
19
Imam al-Qurṭubi, Tafsīr Al-Qurṭhubi, Terj. dari Al- Jami‟ Li Ahkām Al-
Qur‟ān oleh M. Ikbal Kadir, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 434. 20
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarīr Al-Ṭabarī, Tafsīr Al-Ṭabarī, Terj. Tafsīr
Jami‟ Al-Bayān An-Ta‟wil Ayi Al-Qur‟ān oleh Yusuf Hamdani, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008), 891.
36
diberi zakat dengan tujuan agar masuk Islam. Kedua, orang yang diberi
supaya kualitas dalam keislamannya menjadi lebih baik serta untuk
meneguhkan hatinya. Ketiga, orang yang diberi dengan tujuan supaya
orang yang di sekelilingnya juga dapat memeluk agama Islam. Keempat,
orang yang diberi supaya dapat mengumpulkan zakat dari orang – orang di
sekitarnya. 21
Menurut Hamka dalam Tafsīr al-Azhar dalam menafsirkan orang
yang ditarik hatinya adalah mualaf yang dipakai untuk orang
yang baru memeluk Islam. Lalu mereka diberikan harta sampai mereka
tegak sendiri sebagai Muslim dan berusaha.22
Berdasarkan beberapa pendapat ulama di atas, yang dimaksud
dengan mualaf adalah orang yang sebelumnya tidak meyakini Islam,
kemudian dibujuk hatinya untuk condong kepada Islam atau orang yang
baru masuk Islam. Mereka termasuk ke dalam golongan orang yang
berhak menerima zakat. Hal tersebut bertujuan untuk menambah kualitas
Islamnya dan menambah keyakinannya terhadap Islam, dan diberikan
sampai mereka tegak sendiri sebagai muslim.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saftani Ridwan yang
berjudul “Konversi Agama dan Faktor Ketertarikan terhadap Islam(Studi
Kasus Mualaf yang memeluk Islam dalam Acara Dakwah Zakir Naik di
Makassar” ditemukan bahwa yang menjadi alasan Non muslim khususnya
umat Kristiani memilih Islam sebagai agama mereka, di antaranya;
1. Persoalan teologis dalam agama Kristen sulit dipahami dan ini
berbeda dengan ajaran Islam yang lebih Rasional.
2. Islam adalah agama yang sesuai fitrah dan kodrat manusia, serta
membawa kebaikan duniawi seperti melarang hal-hal yang
21
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsīr Ibnu Katsīr, Jilid 4,
(Bogor: Pustaka Azzam, 2009), 239-241. 22
Hamka, Tafsīr Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), 252.
37
mendatangkan buruk bagi manusia, contohnya pengharaman
alkohol yang dapat merusak kesehatan.
3. Tata cara ibadah yang kadang kurang masuk akal, misalnya ibadah
dengan bernyanyi-nyanyi serta suasana tempat ibadah yang tidak
kondusif. Banyaknya patung dalam gereja. Kondisi tersebut
berbeda dengan Islam yang lebih tenang.
4. Ajakan oleh kerabat atau teman yang lebih dahulu memeluk Islam
dan terlihat menampakkan perilaku yang baik setelah menjadi
Muslim. Misalnya tidak mengonsumsi alkohol.23
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zaenab dan Farid yang
berjudul “Hubungan Antara Religiusitas dan dukungan sosial dengan
kebahagiaan Pelaku Konversi Agama” kebahagiaan mualaf didorong
dengan adanya religiusitas dan dukungan sosial. Namun, juga ditemukan
pelaku konversi agama yang secara kaffah memilih Islam tetap merasakan
kebahagiaan meski tanpa adanya dukungan sosial.24
Walaupun pelaku
konversi agama ini mengalami tekanan atau stress karena dijauhi atau
tidak mendapat dukungan sosial, mereka tidak larut dalam kesedihan atau
penyesalan. Pelaku Konversi agama telah menerima kebenaran agamanya
berdasarkan penelitian yang matang. Pemikiran bahwa pelaku konversi
agama telah melakuapn kegiatan untuk memperbaiki diri menjadi lebih
baik.
D. Alasan Mualaf an-Naba Center Masuk Islam
Sebelum penulis menjelaskan terkait dampak dan manfaat al-
Qur‟an terhadap mualaf. Berdasarkan hasil penelusuran tentang alasan
santri mualaf berpindah agama dari non Islam ke Islam. Dibagi menjadi 2
yaitu; karena kesadaran pribadi dan karena ajakan dari orang lain.
23
Saftani Ridwan, “Konversi Agama dan Faktor Ketertarikan Terhadap Islam
(Studi Kasus Mualaf Yang Memeluk Islam Dalam Acara Dakwah DR. Zakir Naik di
Makassar)”, Jurnal Sulesna, vol.1, no.1, (2017): 13. 24
Zainab Pontoh dan Farid, “Hubungan Antara Religiusitas dan Dukungan
Sosial dengan Kebahagiaan Pelaku Konversi Agama”, Jurnal Psikologi Indonesia
(2015): 108.
38
1. Kesadaran Pribadi
Kesadaran pribadi yang dimaksud adalah seorang mualaf
memutuskan memeluk Islam bukan ajakan dari orang lain melainkan
inisiatif dari diri sendiri. Adapun kesadaran pribadi tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an merupakan kitab hidayah, karena al-Qur‟an
memberikan petunjuk kepada umat manusia. Peran al-Qur‟an sebagai
kitab yang membawa perubahan telah terbukti. Sebagaimana diketahui,
dahulu masyarakat Arab jahili sangat terbelakang dari semua sisi
kehidupan, mulai dari akidah, akhlak, budaya, ilmu pengetahuan, dan
sebagainya. Namun, setelah al-Qur‟an turun, semuanya berubah. Sedikit
demi sedikit menjadi masyarakat maju dari semua sisi kehidupan.25
Saat
ini ini penulis ingin membuktikan bahwa al-Qur‟an memang benar-benar
dapat memberikan petunjuk bagi umat manusia, penulis menemukan
beberapa mualaf yang masuk Islam karena al-Qur‟an.
Tabel 3.3: Alasan Ketertarikan Menjadi Mualaf Karena al-Qur‟an
No Objek Tindakan Kondisi
1 Al-Qur‟an Membaca Terjemah
surat al-Ikhlas
Tidak sengaja
melihat dirumah
temannya.
2 Al-Qur‟an Baca ayat kursi saat
sakit.
Sedang sakit dan
gelisah, hafal
ayat kursi dari
SD
3 Al-Qur‟an Bertanya terkait al-
Qur‟an dengan
dosen
Penasaran
dengan al-Qur‟an
karena dengar
bacaan alqur‟an
25
Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Qur‟an (Memahami Tema – Tema
Penting Kehidupan Dalam Terang Kitab Suci), (Jakarta, PT Qaf Media Kreativa, 2017),
22-23
39
Berdasarkan tabel di atas, yang menjadi objek dari penyebab
mualaf masuk Islam adalah al-Qur‟an, pada poin pertama informan
tertarik dengan Islam karena membaca terjemah ayat kursi dan surat al-
ikhlas. Hal tersebut dialami oleh Prima. Al-Qur‟an mampu meruntuhkan
akidah Prima saat dia masih beragama Kristen, menurutnya ayat kursi
yang di baca mampu mengalahkan Tuhan agamanya.
Berbeda dengan poin pertama, pada poin kedua informan tertarik
masuk Islam karena melantunkan ayat kursi ketika sedang dalam keadaan
sakit. Hal tersebut dialami oleh Aminah, Ayat Kursi sudah ada dalam
ingatannya sejak SD, Aminah mengatakan sakit yang dialaminya
diakibatkan karena depresi dan hidupnya tidak tenang. Ayat kursi
membuatnya tenang dan memberikan kesembuhan pada dirinya sehingga
dia memutuskan untuk masuk Islam.
Pada poin ketiga, informan tertarik untuk masuk Islam karena
tertarik dengan al-Qur‟an, hal tersebut dialami oleh Yolan, Yolan
mengatakan bahwa pada awalnya dia tidak mau diajak orang tuanya
memeluk Islam. Namun lama – kelamaan dia tertarik dengan al-Qur‟an
dan kemudian memutuskan untuk masuk Islam.
Kesadaran mereka tentang keistimewaan al-Qur‟an membuat
mereka memutuskan untuk masuk Islam, Allah Swt memberikan hidayah
kepada mualaf tersebut melalui al-Qur‟an.
b. Akhlak dan Ibadah orang Islam
Islam memang agama yang sangat mengutamakan akhlak, dari hasil
penelitian ada beberapa mualaf yang masuk Islam karena melihat perilaku
atau akhlak orang Islam.
40
Tabel 3.4: Alasan Ketertarikan Menjadi Mualaf Karena Akhlak dan
Ibadah
No Subjek Objek Tindakan Kondisi
1 Saudara
(Kakak)
Akhlak Bertanya terkait
Islam.
Melihat
kakaknya
berbakti
kepada orang
tua.
2 Tetangga Jilbab Panjang
dan akhlak
Bertanya
tentang Islam
dan Jilbab.
Melihat
tetangganya
berubah ketika
balik ke
kampung.
3 Teman Ibadah Bertanya terkait
Islam.
Berteman
dekat dengan
orang Islam.
Dan melihat
cara
berdo‟anya.
4 Saudara
(Kakak)
Jilbab dan
Akhlak
Coba-coba
memakai jilbab.
Melihat
kakaknya
berubah baik
& memakai
jilbab.
5 Teman Sholat Mencari terkait
Islam di
internet, ikut
kegiatan,
download
aplikasi al-
Qur‟an
Hidup tidak
tenang dan
banyak
masalah,adem
melihat orang
Islam sholat 5
waktu.
Berdasarkan tabel di atas, informan tertarik untuk memeluk Islam
karena kagum terhadap akhlak serta cara ibadah orang muslim.
Kekaguman tersebut timbul karena adanya subjek yang mempengaruhi
kehidupan mereka, seperti saudara, tetangga, dan teman. Tindakan yang
mereka lakukan setelah mereka kagum terhadap orang Muslim adalah
41
mencari tahu terkait Islam dan kemudian ada yang mencoba
membandingkan dengan agama mereka sebelumnya dan barulah mereka
bertekad untuk memeluk Islam. Seperti yang dikatakan oleh Zainab, ia
masuk Islam karena kagum dengan kakanya yang sudah terlebih dahulu
masuk Islam. Dulunya ia beragama Khatolik. Awalnya dia mengaku
hanya coba – coba memakai jilbab, namun lama-kelamaan dia tertarik
dengan Islam.
Seorang mualaf yang bernama Jerouimo juga memutuskan menjadi
seorang mualaf karena ia kagum dengan akhlak seorang muslim, pada
awalanya dia melihat tatangganya yang baru saja pulang kampung dan
sudah masuk Islam, kemudian orang tersebut berpeli.”26
Nuruddin juga
mengatakan “Awalnya saya memeluk agama Islam itu ketika tetangga
saya masuk Islam dan kembali ke kampung dengan jilbabnya yang
panjang adab dan akhlak yang baik juga menjadi penilaianya di
masyarakat yang mayoritas Kristen, dan itu membuat saya bertanya dalam
diri sendiri apa itu Islam.27
Penulis berpendapat bahwa faktor seseorang melakukan konversi
agama tidak hanya karena rasa kekecewaan seseorang terhadap kondisi
hidup, namun juga bisa berasal dari rasa kekaguman terhadap sesuatu
seperti akhlak atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang.
26
Jerouimo (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 2 Juli
2019, Banten. 27
Nuruddin Jerouimo (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba
Center). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan,
2 Juli 2019, Banten.
42
2. Ajakan Orang Lain
Penulis mendapatkan beberapa mualaf yang masuk Islam karena
ajakan. ajakan yang dimaksud adalah mengikuti penawaran orang lain
terkait dengan konversi agama. Berikut penulis paparkan dalam bentuk
tabel:
Tabel 3.5: Alasan Ketertarikan Menjadi Mualaf Karena Ajakan
No Subjek Tindakan Kondisi
1 Orang tua Mengucap 2
kalimat syahadat
dihadapan
ustadz.
Diajak ke
ustadz untuk
bersyahadat
oleh ayahnya.
2 Saudara
(kakak)
Mengikuti
kakak
sepupunya yang
Islam untuk
bersyahadat.
Persyaratan
masuk sekolah
Dasar di Jakarta
Berdasarkan tabel di atas informan memeluk Islam karena ajakan.
Subjek di atas menunjukkan orang yang mengajak informan tersebut
untuk masuk Islam. Seseorang yang berkonversi agama yang disebabkan
karena ajakan akan berbeda dengan orang yang melakukan konversi
agama dengan kesadaran pribadi. Perbedaan tersebut yaitu orang yang
masuk Islam dengan kesadaran pribadi, dia akan terlebih dahulu mencari
tahu terkait Islam dan kemudian menyadari ajaran-ajaran apa saja yang
ada dalam agama Islam dan bahkan mencoba membandingkan dengan
agama dia sebelumnya. Sedangkan orang yang masuk Islam karena ajakan
akan lebih mudah menerima dan kemungkinan tidak adanya proses
pemikiran yang panjang. Hal tersebut diungkapkan oleh Alberto yang
dulunya beragama Kristen Khatolik, dia mengaku masuk Islam karena
diajak ayahnya dan dipertemukan dengan seorang ustadz kemudian
43
disuruh untuk bersyahadat.28
Mualaf bernama Pliateri yang dulu beragama
Kristen Protestan memeluk Islam karena ajakan saudaranya untuk
memeluk Islam sejak ia SD.29
Berdasarkan pemaparan di atas penulis membagi faktor yang
membuat seseorang non muslim masuk Islam menjadi 2 yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
terjadi karena dari diri sendiri seperti kesadaran pribadi, dan faktor
eksternal adalah faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti
adanya ajakan dari orang lain.
28
Alberto Xiemen, Wawancara 29
Pliateri Giawa, Wawancara.
44
45
BAB IV
INTERAKSI DAN BERKAH AL-QUR’AN BAGI MUALAF
Berinteraksi adalah satu relasi antara dua sistem yang terjadi
sedemikian rupa sehingga kejadian yang berlangsung pada satu sistem
akan mempengaruhi kejadian yang terjadi pada sistem lainnya.1 Sebelum
penulis membuktikan adanya dampak serta manfaat al-Qur‟an bagi para
mualaf, penulis perlu menjelaskan terlebih dahulu apa yang menjadi
alasan para mualaf masuk Islam dan kemudian tertarik mempelajari al-
Qur‟an serta kita perlu mengetahui bagaimana mereka berinteraksi dengan
al-Qur‟an yang kemudian mereka akan merasakan dampak al-Qur‟an
terhadap diri mereka.
Diantara tuntunan tadabbur al-Qur‟an adalah adalah kaum
Muslimin berdialog dan berinteraksi dengan al-Qur‟an yang ia baca
dengan akal dan hatinya. Yaitu, dalam keadaan terjaga, sadar dan serius,
bukan dalam keadaan melamun atau sedang tidak berkonsentrasi. Caranya,
adalah dengan mencurahkan hatinya untuk menafakuri yang ia baca,
mengetahui makna setiap ayat, merenungkan perintah dan larangannya
serta menerimanya dengan sepenuh hati. 2
Terkait dengan penelitian keberkahan al-Qur‟an bagi mualaf,
penulis akan menjelaskan secara rinci bagaimana mualaf tersebut
memahami adanya keberkahan al-Qur‟an yang berpengaruh terhadap
dirinya setelah mereka berinteraksi dengan al-Qur‟an.
1 Virginia Ningrum Fatnar, “Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja Yang
Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Remaja Yang Tinggal Bersama Keluarga”, Jurnal
Fakultas Psikologi. vol. 2 no. 2, (2014), 71. 2 Yusuf Qardawi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur‟an, Terj. dari Kaifa
Nata‟amal ma‟a al-Qur‟an, oleh Abdul Hayyie al-Katanie, (Jakarta: Gema Insani Press,
1999), 272
46
A. Cara Mualaf Belajar al-Qur’an dan Berinteraksi dengan al-
Qur’an
Berbicara terkait keberkahan al-Qur‟an bagi muallaf, aspek
keberkahan tidaklah langsung didapatkan oleh seorang muallaf begitu
saja. Melainkan adanya suatu proses atau sistem yang akan sampai kepada
keberkahan tersebut. Oleh karena itu penulis menjadi berangkat dari
sebuah cara bagaimana mereka mempelajari serta berinteraksi dengan al-
Qur‟an kemudian sampai mereka memahami adanya kebaikan dalam al-
Qur‟an.
1. Metode Pembelajaran al-Qur’an Mualaf an-Naba Center
Metode yang digunakan dalam pembelajaran di Pesantren Muallaf
an-Naba Center Indonesia ini sangat beragam dan cenderung sama seperti
pesantren pada umumnya. Menurut ustadz Cholid sebagai berikut:
“Cara mengajarkan mualaf itu dari nol, yang kami terapkan itu
adalah talaqqi, talaqqi itu gurunya membacakan kemudian muridnya
menirukan diikuti dengan tikrar atau berulang-ulang. Tapi harus
terus digembleng, sehari sampai 5 kali lebih. Pertama harus kenal
huruf dulu, kenal huruf itu satu hari. Harus cepat dan kami harus
benar-benar semangat dan sabar. Targetnya bisa baca Qur‟an selama
1 bulan, setelah itu proses pelancaran. Tapi kapasitas kemampuan
beda-beda, ada yang cepat ada yang lambat, kalo yang lemot itu
sampai berbulan-bulan. Umumnya bisa, karena keinginan mereka
belajar tinggi sekali mereka penasaran. Kalau kita semangatnya
seratus persen mereka para mualaf sampai dua ratus persen.
semangat sekali mereka, Selain itu, untuk al-Qur‟an dengan metode
tilawati yang di desain perorangan (sorogan). Dan kalau yang sudah
mulai bisa maka bisa dengan halaqah.”3
Dari data di atas metode yang digunakan dalam pembelajaran al-
Qur‟an di Pesantren mualaf an-Naba Center adalah metode talaqqi,
metode tilawati, sorogan, hafalan. Dalam metode tersebut, terdapat
beberapa metode yang tidak mengadopsi metode pembelajaran dalam
3 Idham Cholid, Wawancara.
47
pesantren pada umumnya. Banyak pertimbangan dan penyesuaian
terhadap pemilihan metode-metode karena kondisi mualaf itu sendiri.
Seperti pada metode tilawati, biasanya pada metode tersebut adanya
pembacaan murid secara serentak melagukan materi dengan nada-nada
Qur‟ani. Namun, di Pesantren Mualaf an-Naba hanya menerapkan cara
individual. Kemudian, pada pengenalan huruf, mualaf cenderung harus
cepat, karena melihat mualaf yang sudah usia dewasa, agar cepat bisa
membaca al-Qur‟an. Namun kembali lagi kepada kapasitas mualaf tersbut.
Dikutip dari wawancara yang dilakukan dengan ustadz Nababan
untuk menambah antusias para mualaf diterapkannya metode ceramah
terkait kemukjizatan al-Qur‟an untuk menambah rasa iman, metode
pengulangan bacaan al-Qur‟an agar mualaf terbiasa mendengar bacaan al-
Qur‟an, metode hafalan surah pendek Berbagai metode tersebut
diterapkan sesuai dengan kreativitas masing – masing ustadz.4
Dikemukakan oleh Yolan, metode praktik juga ditekankan oleh
para santri, pada materi al-Qur‟an dan Iqra‟ yaitu setoran dengan ustadz,
namun sebelumnya murajaah dengan dibantu teman sejawat.5 Dari
penjelasan meode di atas, penulis juga melihat antusiasme para santri
muallaf dalam belajar al-Qur‟an, mereka sangat aktif dalam belajar al-
Qur‟an, semangat dan serius dalam menghafal al-Qur‟an.
2. Cara Muallaf Membaca Al-Qur’an
Pada bagian ini penulis ingin menganilisis cara mualaf membaca al-
Qur‟an. Berdasarkan hasil pengamatan serta wawancara, penulis
menemukan beberapa cara mualaf membaca al-Qur‟an. Menurut penulis,
dalam membaca al-Qur‟an mereka sama seperti pada umumnya. Yaitu,
4 Nababan, Wawancara.
5 Yolan Wilanda (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 2 Juli
2019, Banten.
48
sebelum membaca mereka terlebih dahulu mengambil air wudhu
kemudian memakai pakaian muslim, menghadap kiblat, membaca
basmallah dan ta‟awudz. Menurut Prima, mengapa mereka bersuci terlebih
dahulu sebelum membaca al-Qur‟an, karena al-Qur‟an itu suci firman
Allah Swt.6 Dari 17 informan, penulis mengamati 5 informan dalam
membaca al-Qur‟an. Menurut penulis bacaan mereka cenderung baik dan
mereka memahami kaidah – kaidah tajwid.
Selain membaca dihadapan guru, mualaf juga membaca al-Qur‟an
secara individual. Bahkan, beberapa mualaf secara individu memiliki
target mengkhatamkan al-Qur‟an dalam waktu satu bulan, hal tersebut
diungkapkan oleh Yolan. Dalam membaca al-Qur‟an mereka sering
membaca dengan menggunakan nada dan dengan suara yang keras dan
tartil. Dari 17 informan, mereka mengaku bahwa mereka tidak nyaman
ketika mereka tidak membaca al-Qur‟an.
3. Cara Mualaf Medengarkan Al-Qur’an
Pada saat sekarang sekarang, kesempatan mendengarkan al-Qur‟an
menjadi terbuka luas dari para qari yang bagus dan khusyu, bacaannya
menyentuh kalbu. Bacaan mereka telah menyebar dengan perantaraan
kaset rekaman yang dijual dengan harga murah. Juga ada radio yang
khusus menyiarkan al-Qur‟an di banyak negara Islam. Ini merupakan
nikmat yang diberikan Allah Swt kepada manusia.
Menurut Yusuf Qardawi, kaset-kaset rekaman jika di qiyaskan
dengan mushaf tidak dapat diterima, karena adanya perbedaan diantara
keduanya. Kaset tidak dapat dilihat atau didengar apa yang ada di
dalamnya, sebelum ia diputar pada alat tertentu yang dihubungkan ke
listrik. Berbeda dengan mushaf sudah langsung dapat diketahui
6 dengan Prima Sari Rumaharbo, (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf
An-Naba Center). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat
Tangerang Selatan, 2 Juli 2019, Banten.
49
bahwasannya ia adalah al-Qur‟an. Namun demikian, kaset-kaset tersebut
harus tetap dihormati jika diketahui di dalamnya terdapat rekaman bacaan
al-Qur‟an.7
Jika al-Qur‟an menjadi ibadah dengan membacanya, ia juga menjadi
ibadah dengan mendengarkannya. Berdasarkan penelitian, mualaf
mendengarkan al-Qur‟an dengan menggunakan media seperti handphone,
mp3 dan lain sebagainya. Ketika penulis perhatikan, mereka sangatlah
senang dan antusias ketika mendengarkan al-Qur‟an. Bahkan, ketika di
wawancarai, dari mereka ada yang mengaku menangis ketika
mendengarkan al-Qur‟an Hal tersebut diungkapkan oleh Prima saat
mendengar murratal al-Qur‟ah surah al-Baqarah ayat 1-10.
Bacaan al-Qur‟an yang indah membuat mualaf semakin mencintai
al-Qur‟an dan ingin cepat bisa membacanya. Hal tersebut diungkapkan
oleh Giawa. Rata-rata dari mualaf mengatakan sering mendengarkan al-
Qur‟an lewat kaset, radio, dan lain sebagainya.
4. Cara Mualaf Menghafalkan al-Qur’an
Menurut penulis, menghafalkan al-Qur‟an bukanlah hal yang
mudah, butuh waktu untuk berinteraksi dengan bacaan al-Qur‟an agar
mudah mengahafalkannya. Adapun cara mualaf di Pesantren Mualaf
mengahafalkan al-Qur‟an adalah terlebih dahulu mereka melaksanakan
adab-adab membaca al-Qur‟an seperti bersuci, menghadap kiblat,
membaca ta‟awudz dan basmallah. Ustadz Cholid mengungkapkan,
sebelum mereka menghafal al-Qur‟an terlebih dahulu mereka harus
menyelesaikan pembelajaran membaca al-Qur‟an seperti talaqqi
sebanyak-banyaknya dengan guru al-Qur‟an, jika sudah baik dalam
membaca al-Qur‟an, mereka baru boleh mengahafal al-Qur‟an. Dalam
menghafal al-Qur‟an, mualaf dimulai dari juz 30 dan kemudian ke juz 1.
7 Yusuf Qardawi, Kaifa Nata‟amal ma‟a al-Qur‟an, 272.
50
Berdasarkan wawancara, mualaf mengatakan merasakan kesulitan ketika
awal menghafal al-Qur‟an, namun setelah dibaca berkali-kali mereka
mulai merasa mudah. Dalam sehari ada sebagian mualaf yang mampu
menghafal 5 ayat untuk ayat yang pendek, dan ada yang 2 ayat dalam
sehari untuk ayat yang panjang. Hafalan yang mereka dapat akan mereka
setorkan kepada ustadz pada waktu tertentu yaitu setelah shalat maghrib
dan subuh.
B. Ketertarikan Mualaf Terhadap Al-Qur’an
Keinginan mualaf dalam mempelajari al-Qur‟an sangat besar hal
ini dipengaruhi karena rasa penasaran mualaf terhadap al-Qur‟an,
sehingga mereka sangat terpacu untuk bisa membaca serta memahami al-
Qur‟an. Hal tersebut diungkapkan oleh Ustadz Idham selaku guru al-
Qur‟an mualaf di Pesantren an-Naba
Melihat mualaf merupakan orang yang baru memeluk Islam maka
tidaklah mudah bagi mereka untuk mempelajari al-Qur‟an. Namun
demikian, ketertarikan mereka terhadap al-Qur‟an bisa menjadi alasan
mengapa mualaf sangat terpacu dalam mempelajari al-Qur‟an. Penulis
menemukan penyebab mualaf tertarik untuk mempelajari al-Qur‟an.
Penyebab ketertarikan tersebut di antaranya:
1. Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an
Penulis menemukan beberapa mualaf tertarik mempelajari al-
Qur‟an karena mendengar lantunan ayat suci al-Qur‟an. Seperti Zainab
Qurrata „Ayun yang tertarik ketika mendengar kakaknya yang sudah
masuk Islam membaca al-Qur‟an. Zainab mengatakan “Saya tertarik
mempelajari al-Qur‟an karena dari cara pembacaan yang bagus.
Pertamanya denger dari kakak yang sering baca di rumah, ketika saya
51
perhatikan ternyata al-Qur‟an sangat enak di dengar”8. Ketertarikan
tersebut membawanya untuk lebih lanjut mengenal Islam dan tertarik
mempelajari al-Qur‟an. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Alberto
Xiemen “Saya tertarik dengan al-Qur‟an karena Ketika saya bertemu
seorang ustadz dari daerah saya yang bernama ustadz Iwan Pewa dia bisa
melantunkan ayat suci al-Qur‟an dengan suara yang indah di situlah saya
mulai tertarik dengan al-Qur‟an dan diajarkan mempelajari al-Qur'an.”9
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ahmad Fatullah “saya
tertarik ingin belajar al-Qur'an karena mendengar bacaan al-Qur'an indah.
Ketika saya bandingkan dengan al-Kitab saya sebelumnya saya biasa saja
dan saya merasa seperti kita membaca novel saja, dan saya tertarik juga
karena al-Qur‟an berbahasa arab.”10
Penulis berpendapat bahwasannya lantunan ayat suci al-Qur‟an
akan memberikan pengaruh baik terhadap emosional seseorang, sehingga
orang akan tertarik saat mendengarkan bacaan tersebut sekalipun dia tidak
mengetahui apa maksud dari ayat itu. Sejalan dengan sebuah penelitian
yang di lakukan oleh Virgianti Nur Fadhilah mendengarkan al-Qur‟an
dapat di jadikan terapi otak, di mana ketika didorong oleh rangsangan dari
luar berupa murrotal al-Qur‟an maka otak akan memproduksi zat kimia
8 Zainab Qurrata A'yun, (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba
Center). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan,
2 Juni 2019, Banten. 9 Alberto Xiemen Jerouimo (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-
Naba Center). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 26 Mei 2019, Banten. 10
Ahmad Fatullah Jerouimo (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-
Naba Center). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 26 Mei 2019, Banten.
52
berupa neuropeptida. Molekul ini akan mengangkut ke dalam tubuh dan
akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan dan kenyamanan.11
Hal ini bisa dijadikan bukti keistimewaan al-Qur‟an. Al-Qur‟an
memiliki susunan huruf-huruf yang sangat rapi. Merupakan penghormatan
mengeluarkan suara, membaguskan makhraj, memadukan satu dengan
dengan yang lainnya sebagai sebuah keserasian yang alami, baik dalam
segi hams (bisikan), jahr (suara yang jelas), keras-lembut, tebal-tipis,
berhenti dan pengulangan bacaan. Penggalan-penggalan akhir al-Qur‟an
serasi dengan ayat-ayat lain dalam rima, dengan keteraturan yang
menakjubkan, sehingga dapat sesuai dengan jenis suara dan
kecenderungan hati.12
2. Membaca Terjemahan al-Qur’an
Secara bahasa terjemahan bermakna penjelasan atau keterangan
secara istilah terjemahan bermakna mengungkapkan perkataan atau
kalimat dengan menggunakan bahasa lain. Menerjemahkan Al Qur‟an
adalah mengungkapkan makna Al Qur‟an dengan menggunakan bahasa
lain.13
Di Indonesia sudah banyak sekali al-Qur‟an yang sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sehingga, menyebar di seluruh
wilayah Indonesia. Sehingga orang mudah untuk mengetahui ari dari al-
Qur‟an tersebut.
Penulis menemukan bahwa ada beberapa mualaf yang tertarik
mempelajari al-Qur‟an ketika membaca terjemahan dari beberapa ayat al-
Qur‟an, bahkan hal tersebut dapat mempengaruhi akidahnya yang pada
saat itu belum memeluk Islam. Prima Sari Rumaharbo mengatakan bahwa
11
Virgianti Nur Fadhilah, “Terapi Murratal Al-Qur‟an Mampu Menurunkan
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi”, Jurnal Keperawatan, vol. 6
no 1, (Januari 2015), 6. 12
Hisam Thalbah, Ensiklopedi Mukjizat Al-Qur‟an dan Hadist (Kemukjizatan
Sastra dan Bahasa Al-Qur‟an), Jilid 7 cet.III, (Jakarta: PT. Sapta Sentosa, 2009), 24-25. 13
Amin Suma, Muhammad, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada), 112-123.
53
dia sangat terkejut ketika membaca terjemah Ayat Kursi di rumah
temannya yang Muslim, menurutnya ayat tersebut mampu meruntuhkan
akidah yang dia yakini.14
Dari pernyataan tersebut kita dapat mengetahui
bahwasannya ayat kursi merupakan ayat yang artinya mudah untuk
dimengerti dan mengandung nilai tauhid.
Begitu juga yang diungkapkanYolan Wilanda juga mengatakan
bahwa dirinya tertarik dengan al-Qur‟an karena membaca terjemahan al-
Qur‟an. Menurut Yolan Wilanda al-Qur‟an sangatlah berbeda dari kitab
yang lainnya jika dilihat dari segi isinya al-Qur‟an memiliki kata-kata
yang sangatlah bagus. ”15
Mualaf bernama Kristina Hutabarat yang mencoba
membandingkan al-Qur‟an dengan kitab sebelum dia masuk Islam.
Menurutnya al-Qur‟an adalah kitab yang tidak mungkin dibuat oleh
tangan manusia. Dia tertarik dengan al-Qur‟an karena di dalam al-Qur‟an
memuat perihal penciptaan manusia.”16
Pernyataan Aminah di atas menunjukkan bahwa dia
membandingkan al-Qur‟an dengan kitab lain. Kemudian timbullah
pemahaman yang dapat mengubah keyakinan tersebut. Di dalam al-Qur‟an
terdapat ayat yang mengandung nilai akidah seperti surat al-Ikhlash, surat
ini ternyata juga memberikan pengaruh terhadap mualaf yang bernama
Iwan Touscarsae, yang tertarik ketika membaca surah al-Ikhlas.Karena
ayat tersebut membuat dirinya semakin yakin dengan agama Islam.”17
14
Prima Sari Rumaharbo, Wawancara. 15
Yolan WilandaWawancara. 16
Kristina Hutabarat, Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba
Center). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan,
2 Juni 2019, Banten. 17
Abdullah Azzam, Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba
Center). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan,
26 Mei 2019, Banten.
54
Ketertarikan mualaf terhadap al-Qur‟an yang disebabkan karena
membaca terjemah ayat al-Qur‟an dengan yang hanya mendengarkan
lantunan ayat al-Qur‟an tampaknya berbeda, perbedaan tersebut terlihat
bahwa orang yang tertarik dengan al-Qur‟an karena mendengar, dia
belum tentu mengerti maksud ayat al-Qur‟an yang didengar, sedangkan
yang membaca terjemahan bisa dipastikan dia mengerti isi ayatnya.
3. Mendengarkan Ceramah Terkait Al-Qur’an
Penulis menemukan penyebab ketertarikan mualaf terhadap al-
Qur‟an yaitu karena mendengarkan ceramah terkait dengan keistimewaan
serta kebenaran al-Qur‟an. Hal tersebut membuat mualaf semakin tertarik
untuk mempelajari al-Qur‟an. Ustadz Nababan juga mengatakan bahwa di
Pesantren Pembinaan Mualaf ia sering memberikan ceramah serta
motivasi agar mereka semakin yakin terhadap kebenaran al-Qur‟an dan
agar lebih giat lagi dalam belajar al-Qur‟an, ceramah tersebut berupa nilai-
nilai keberkahan al-Qur‟an, seperti dapat menambah rezeki, menenangkan
hati, membuat wajah bercahaya dan lain sebagainya.”18
Hal tersebut
ternyata berpengaruh terhadap mualaf di Pesantren an-Naba. Misalnya,
Mualaf bernama Abdurrahman mengungkapkan bahwa dia sering
mendengarkan ceramah dari gurunya sehingga dia banyak mengetahui
keistimewaan – keistimewaan al-Qur‟an dari gurunya, seperti al-Qur‟an
adalah kitan yang tidak ada keraguan di dalamnya.”19
Sama halnya dengan
Muhammad Nuruddin juga yang termotivasi dengan gurunya. Dia
mengatakan “Saya merasa damai dan senang bisa belajar al-Qur'an dengan
guru saya. Dia selalu memotivasi saya untuk terus belajar al-Qur‟an, di
18
Nababan, Wawancara. 19
Abdurrahman (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 28 Mei
2019, Banten.
55
dalam al-Qur‟an mengandung banyak manfaat dalam hidup sehari-hari
dan juga sebagai pedoman hidup.”20
Ketertarikan mualaf terhadap al-Qur‟an yang disebabkan karena
mendengarkan ceramah menunjukkan bahwa pentingnya pembinaan untuk
mualaf. Pembinaan tersebut bertujuan agar mualaf semakin yakin dengan
al-Qur‟an dan tidak terjadinya kemurtadan. Pesantren an-Naba menjadi
wadah para mualaf untuk mempelajari Islam lebih dalam.”21
Penyebab ketertarikan mualaf terhadap al-Qur‟an mualaf tersebut
kemungkinan besar membuat mualaf ingin terus berinteraksi dengan al-
Qur‟an. Seperti yang dikatakan oleh Sonia Abdullah “saya selalu
membaca al-Qur‟an setiap hari dan membawa al-Qur'an ke sekolah
supaya bisa mengulang hafalan yang sudah saya hafal dan agar saya bisa
mengingat kembali hafalan.”22
Setelah adanya interaksi kemungkinan
akan adanya dampak al-Qur‟an terhadap mualaf yang kemudian disebut
dengan berkah al-Qur‟an .
C. Tujuan Mualaf Berinteraksi dengan Al-Qur’an
Pada bagian sebelumnya penulis telah menjelaskan terkait dengan
ketertarikan mualaf terhadap al-Qur‟an, hal tersebut dapat diketahui
bahwa mualaf memahami adanya kebaikan yang terkandung dalam al-
Qur‟an. Sebelum penulis lebih lanjut menjelaskan apa yang dialami
mualaf ketika berinteraksi dengan al-Qur‟an, penulis akan menjelaskan
tujuan mualaf berinteraksi dengan al-Qur‟an yang akan berbanding lurus
dengan tindakan yang kemudian menjadi dampak dari berinteraksi dengan
al-Qur‟an. Berikut akan penulis sampaikan Tujuan tersebut yang terbagi
20
Muhammad Nuruddin, Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba
Center). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan,
26 Mei 2019, Banten. 21
Idham Cholid, Wawancara. 22
Sonia Abdullah Soares, Wawancara.
56
menjadi tiga, yaitu tujuan membaca, menghafal serta mendengarkan al-
Qur‟an.
1. Tujuan Mualaf Membaca al-Qur’an
Sebelum penulis memaparkan terkait tujuan membaca al-Qur‟an,
penulis terlebih dahulu melihat bagaimana kualitas serta kuantitas
interaksi informan dengan al-Qur‟an. Pembaca yang menjadi informan ini
adalah mualaf, untuk melihat kompetensi bacaan mereka penulis
melakukan percobaan dengan cara mendengarkan bacaan mereka.
Menurut penulis bacaan mereka terbilang sedang dan baik. Hal ini juga
bisa dilihat dari berapa lama mereka masuk Islam. Terlebih di Pesantren
an-Naba yang menekankan santri mualaf untuk bisa membaca al-Qur‟an
dengan baik. Seperti yang dikatakan oleh Ustadz Nababab selaku pemilik
Pondok Pesantren Mualaf an-Naba Center, bahwa pembelajaran al-Qur‟an
di Pesantren bisa mencapai 60-70 persen.”23
Beberapa dari mereka juga mengatakan bahwa mereka memang
mengkhususkan diri untuk membaca al-Qur‟an di depan guru atau sendiri
agar bacaan mereka semakin lancar dan kemudian agar bisa mengahafal.
Begitu pula dengan intensitas mereka berinteraksi dengan al-Qur‟an,
kebanyakan dari mereka memiliki kebiasaan membaca al-Qur‟an setiap
hari dan belajar al-Qur‟an dengan guru sebanyak 3 kali dalam sehari.
Berdasarkan penelitian penulis mendapatkan tujuan mualaf membaca al-
Qur‟an, di antaranya:
a. Beribadah Kepada Allah
Penulis menemukan bahwa ada beberapa mualaf yang membaca
al-Qur‟an karena membaca al-Qur‟an menurutnya adalah bagian dari
ibadah yang akan menyelamatkannya di akhirat, seperti yang dikatakan
oleh Sonia “Tujuan saya terus membaca al-Qur‟an adalah agar saya
23
Nababan, Wawancara.
57
semakin lancar membaca al-Qur'an. Karena al-Qur'an kita baca ini akan
membawa kita ke surga Allah Swt. Walaupun kita membaca al-Qur'an
masih terbata-bata, InsyaAllah Allah akan membantu hambanya yang
bersungguh-sungguh.”24
.
Kristina mengatakan bahwa al-Qur‟an dapat menambah ketaatan
kepada Allah Swt “Setiap hari saya membaca al-Qur‟an soalnya al-Qur'an
itu ibarat makanan untuk hati yang dapat menambah keimanan kita kepada
Allah Swt, jika kita tidak membaca al-Qur'an maka hati akan mati.”25
.
Ahmad Fatullah juga mengatakan “Saya sering membaca al-Qur‟an karena
itu adalah ibadah, kita itu bagaikan berdialog dengan Allah Swt, al-Qur‟an
memberikan kita petunjuk yang lurus.”26
Dari pernyataan informan memahami bahwa al-Qur‟an memiliki
kebaikan serta manfaat dan menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah
Swt.
b. Kebutuhan
Yang dimaksud kebutuhan di bagian ini adalah kebutuhan yang
bersifat rohani seperti untuk ketenangan batin. Nuruddin mengatakan
bahwa al-Qur‟an dapat dijadikan penenang diri ketika seseorang sedang
mengalami masalah.27
Siti juga mengatakan mengatakan “Udah
kebutuhan kita sebagai Muslim, kalau hati pengen tenang ya baca al-
Qur'an.”28
. Pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa al-Qur‟an dapat
dijadikan sebagai obat untuk menghilangkan kegelisahan.
24
Sonia Abdullah Soares, Wawancara. 25
Kristina Hutabarat, Wawancara. 26
Tertius Bait (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 26 Mei
2019, Banten. 27
Ahmad Fatullah, Wawancara. 28
Siti Hajar (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 2 Juni
2019, Banten.
58
c. Belajar
Di Pesantrena an-Naba, mualaf ditekankan untuk dapat membaca
al-Qur‟an dengan baik dan lancar. Zainab mengatakan “kita diajarkan dari
Iqra setelah kita bisa membaca al-Qur'an baru menghafal. Kalo Iqra
biasanya 1 bulan, setelah itu baca-baca sampe lancar, terus disuruh ngafal
al-Fatihah dan surat pendek.”29
Terkait dengan tujuan mualaf membaca al-
Qur‟an ada mualaf yang membaca al-Qur‟an untuk belajar dan
memperlancar bacaan. Indra Siregar mengatakan “Saya sering membaca
al-Qur‟an supaya bacaan saya lebih lancar”30
, hal tersebut juga dikatakan
oleh Abdurahman “ Saya membaca al-Qur‟an karena ingin bacaan al-
Qur‟an saya lebih lancar”.
Tidak hanya tujuan membaca al-Qur‟an untuk memperlancar
membaca al-Qur‟an, namun ada mualaf yang belajar untuk memahami isi
dari al-Qur‟an dengan cara dia membaca terjemahan dari ayat al-Qur‟an
seperti yang dilakukan oleh Prima, dia memiliki hobi membaca
terjemahan al-Qur‟an menurutnya, al-Qur‟an dapat memberikan petunjuk
kebenaran terhadapnya “Saya sangat hobi membaca terjemah dari al-
Qur‟an kan saya masuk Islam itu karena al-Qur'an, ternyata benar Al-
Qur'an itu kitab petunjuk, bayangkan hanya dengan surat itu saja saya bisa
masuk Islam, saya hobi menandai terjemahan al-Qur'an agar saya dapat
memahami isi dari al-Qur‟an” 31
Hal tersebut menunjukkan bahwa mualaf tersebut sering
berinteraksi dengan al-Qur‟an.
29
Zainab Qurrata A'yun, Wawancara. 30
Siregar (Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 26 Mei
2019, Banten. 31
dengan Prima Sari Rumaharbo, Wawancara
59
2. Tujuan Mualaf Menghafal Al-Qur’an
Tujuan ini ditunjukkan kepada kelompok mualaf yang membaca
al-Qur‟an namun lebih mengkhususkan untuk menghafal. Adapun tujuan
mualaf tersebut mengahafal al-Qur‟an, antara lain:
a. Mendapat Syafaat
Jawaban tujuan mualaf menghafal al-Qur‟an untuk mendapatkan
syafa‟at di akhirat menjadi jawaban yang populer. Menurut penulis
mereka meyakini bahwa orang yang menghafal al-Qur‟an itu sangat
istimewa karena dapat menolong mereka di akhirat. Aminah mengatakan
“tujuan saya menghafal al-Qur'an bisa memberikan syafa‟at kepada kita,
dan kita akan di tinggikan derajatnya dan bisa memberikan mahkota
kepada kedua orang tua. Dan apapun yang diharapkan di dunia Allah akan
dikabulkan.”32
Prima juga mengatakan “saya ingin meninggal dalam
keadaan hafal al-Qur'an, karna untuk persiapan di akhirat. Untuk bekal,
aku ingin kuburan aku mewah karena syafa‟at dari al-Qur'an, saya ingin
menjadi terbaik diantara muslim yang lain.”33
Rifqi juga mengatakan
“saya pengen bener-bener hafal Qur'an agar bisa menyelamatkan keluarga
saya nanti.”34
Jika dilihat dari pernyataan mereka, mereka sangat meyakini
bahwa al-Qur‟an bermanfaat untuk menolong manusia di akhirat nanti.
Seperti Pada salah satu hadits Nabi yang dikemukakan oleh Imam Ibnu
Majah dalam karyanya, Sunan Ibnu Majah, bahwa orang yang membaca
Al-Qur‟an dan menghafalkannya, maka ia akan mendapatkan garansi
syafaat beserta sepuluh keluarganya, meskipun sepuluh keluarga tersebut
telah divonis masuk neraka.
32
Kristina Hutabarat, Wawancara 33
Sari Rumaharbo, Wawancara. 34
Ahmad Fatullah, Wawancara.
60
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من ق رأ القرآن وحفظه أدخله الله هم قد است وجبوا الناالجنة وشفعه في عشرة من أهل ب يته كل
“Barangsiapa yang membaca Al-Qur‟an dan menghafalkannya,
maka Allah masukkan ia ke surga, dan memberikan syafaat kepadanya
sepuluh dari keluarganya yang semua divonis masuk neraka.” Kata
menghafalkan di sini memiliki dua makna; pertama, mengamalkan isi
kandungannya, melaksanakan apa yang diwajibkan kepadanya. Kedua,
membaca Al-Qur‟an secara kontinyu dan konsisten sehingga ia hafal tanpa
ada niat menghafal.35
b. Untuk Bacaan Sholat
Beberapa mualaf menghafal al-Qur‟an bertujuan untuk bacaan
sholat. Fathullah mengatakan “saya menghafal surah-surah dalam al-
Qur‟an agar bisa untuk bacaan sholat, dan ketika lupa akan membawa al-
Qur'an kita tidak repot lagi untuk membaca al-Qur'annya. “Abdurrahman
juga mengatakan bahwa dia menghafal al-Qur‟an agar bisa dibaca ketika
sholat.”36
Melihat mereka adalah orang yang baru memeluk Islam,
sebelumnya mereka belum pernah menghafal al-Qur‟an. Jadi, Ketika
mereka sudah menjadi muslim mereka lebih fokus menghafal surah –
surah pendek untuk bacaan sholat.
c. Kewajiban
Melihat di Pesantren an-Naba terdapat program menghafal al-
Qur‟an, ada diantara mualaf yang mengatakanan bahwa dia menghafal al-
Qur‟an karena memang sudah ada programnya di Pesantren. Alberto
Xiemen mengatakan“ Saya menghafal al-Qur‟an karena memang di
Pesantren dituntut untuk setoran, al-Qur'an juga merupakan kitab Allah
35 Muhammad bin Abdul Wahhab al-Sanadiy, Kifayat al-Hajah fi Syarh Sunan
Ibnu Majah, (Beirut: Dar al-Jail, tt,), 94. 36
Ahmad Fatullah, Wawancara.
61
diwajibkan atas seorang Muslim untuk menghafal dan mempelajari al-
Qur'an.”37
Dari pernyataan di atas menurut penulis sebelum seseorang
mampu memaknai dampak keberkahan dari intreraksi mereka atas al-
Qur‟an baik dengan cara membaca, mengahafal atau mendengarkan al-
Qur‟an. Pemahaman mereka atas bagaimana al-Qur‟an bisa menjadi
pegangan dalam hidup yang tidak dapat dipisahkan. Namun terkait dengan
term berkah itu sendiri, penulis tidak menemukan tujuan mualaf
berinteraksi dengan al-Qur‟an untuk mendapat berkah. Penulis meyakini
bahwa tujuan mualaf dalam berinteraksi dengan al-Qur‟an akan
berpengaruh terhadap dampak yang akan didapatkan oleh mualaf tersebut
yang kemudian itu yang disebut berkah.
D. Pandangan Mualaf terhadap Al-Qur’an
Pada bagian sebelumnya penulis telah menjelaskan apa yang
menjadi ketertarikan mualaf dan tujuan mualaf membaca dan menghafal
al-Qur‟an. Maka menurut penulis penting untuk mengetahui bagaimana
pandangan mualaf terhadap al-Qur‟an setelah mereka berinteraksi dengan
al-Qur‟an. Hal ini dapat dijadikan bukti bahwa mualaf tersebut benar-
benar meyakini adanya kebaikan serta keistimewaan al-Qur‟an dan
kemudian akan berdampak pada dirinya.
Penulis mengelompokkan pandangan mualaf terhadap al-Qur‟an
menjadi tiga yaitu:
1. Segi Keotentikan Al-Qur’an
Keotentikan al-Qur‟an sebagai mukjizat berfungsi untuk menentang
bagi siapa saja yang meragukannya. Selain berfungsi sebagai mukjizat, al-
Qur‟an juga mengandung hikmah yang menyangkut segala aspek
kehidupan.
37
Alberto Xiemen, Wawancara.
62
Penulis menemukan bahwa sebagian mualaf berpandangan bahwa
al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Dalam hal ini para mualaf
tersebut memandang bahwa al-Qur‟an itu otentik. Abdurrahman
megatakan “Yang saya ketahui tentang al-Qur'an adalah di dalam al-
Qur'an saya tidak pernah menemukan satu kesalahan yang membuat saya
ragu-ragu dan al-Qur'an adalah ayat - ayat dari Allah yang sempurna.38
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa mualaf tersebut sudah sangat
meyakini bahwa al-Qur‟an kitab yang paling benar.
Hal yang sama juga diungkapkan olehh Muhammad Fathullah, dia
sangat meyakini bahwa al-Qur‟an merupakan kitab suci yang benar-benar
dari fiman Allah Swt.”39
Muhammad Nuruddin juga berpendapat bahwa al-Qur‟an
merupakan kitab suci yang murni dari Allah Swt dan tidak pernah ada
yang mengubah dari dulu hingga saat ini. “Allah turunkan al-Qur'an secara
murni dan sampai sekarang isi al-Qur'an tersebut masih murni tidak ada
yang mampu merubahnya. Kitab saya sebelumnya sangat berkontradiksi
dan susah untuk dipahami dan tidak memberikan manfaat dalam
kehidupan sehari-hari.”40
Dari penjelasan di atas terkait pandangan mualaf terhadap al-
Qur‟an, mualaf tersebut memahami bahwa al-Qur‟an adalah kitab yang
benar- benar murni firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril. Namun hal yang
menarik dari mereka adalah bahwa pemahaman mereka terkait keaslian al-
Qur‟an itu didapat dengan menganalisa perbandingan antara al-Qur‟an
38
Abdurrahman, Wawancara 39
Ahmad Fatullah, Wawancara 40
Muhammad Nuruddin, Wawancara.
63
dengan kitab mereka sebelumnya, hal tersebut justru menambah
keyakinan mereka terhadap kebenara al-Qur‟an.
2. Segi Manfaat Al-Qur’an
Berdasarkan hasil penelitian penulis menemukan pandangan mualaf
terhadap al-Qur‟an yang dilihat dari segi manfaat al-Qur‟an. Menurut
Kristina Hutabarat al-Qur‟an dapat melembutkan hati seseorang walaupun
seseorang tersebut tidak mengerti arti dari ayat tersebut.”41
Tampaknya al-Qur‟an berdampak terhadap kehidupan Kristina,
kemudian dia juga mengatakan bahwa di dalam al-Qur‟an terdapat ayat
yang menjelaskan tentang balasan perbuatan seseorang. Siti Hajar
mengungkapkan bahwa al-Qur‟an dapat memberikan ketenangan terhadap
dirinya “al-Qur'an itu obat segala masalah, ketika kita ada masalah
kemudian membaca al-Qur'an menjadi tenang. Al-Qur'an itu suci sebelum
membaca saya berwudhu.42
Abdullah Azzam juga mengatakan “yang saya
tahu tentang al-Qur‟an adalah jika kita sering membaca dan hafal al-
Qur‟an maka al-Qur'an akan memberikan syafaat di akhirat nanti.”43
Pernyataan mualaf di atas menunjukkan bahwa mualaf memahami
adanya kebaikan yang terkandung dalam al-Qur‟an apabila seseorang
berinteraksi dengan al-Qur‟an.
3. Kitab Petunjuk
Al-Qur‟an merupakan kitab suci al-Qur‟an yang dijadikan pedoman
bagi umat Islam. Penulis menemukan pandangan mualaf terhadap al-
Qur‟an adalah bahwa al-Qur‟an merupakan kitab petunjuk yang dapat
dijadikan pedoman kehidupan yang mengandung hukum – hukum
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pliateri Giawa
mengatakan “al-Qur‟an memberikan petunjuk bagi saya karena di
41
Aminah Kristina Hutabarat, Wawancara. 42
dengan Pribadi Siti Hajar, Wawancara. 43
Abdullah Azzam, Wawancara
64
dalamnya ada tauhidnya, diwajibkannya wanita memakai hijab, berbakti
kepada orang tua.”44
Zainab Qurrata „Ayun juga mengatakan bahwa “al-Qur‟an
mengandung banyak pelajaran yang sesuai dengan kehidupan. Al-Qur'an
mempunyai kemukjizatannya yang luar biasa. Di dalam al-Qur'an sudah
mencakup semua tentang kehidupan, lengkap seperti akhlak, sejarah,
tauhid, sehingga dapat dijadikan petunjuk.45
Prima Sari Rumaharbo yang
merupakan mualaf yang masuk Islam karena al-Qur‟an juga mengatakan
bahwa al-Qur‟an memang benar-benar kitab petunjuk. “Aku masuk Islam
itu karena al-Qur'an, ternyata benar Al-Qur'an itu kitab petunjuk,
bayangkan hanya dengan surat itu saja saya bisa masuk Islam, saya hobi
menandai terjemahan al-Qur'an.”46
Penulis beranggapan bahwa kitab al-Qur‟an sebagai kitab
petunjuk sangat dirasakan oleh Prima Sari Rumaharbo, karena dia masuk
Islam karena membaca terjemah dari al-Qur‟an, sehingga al-Qur‟an sangat
berpengaruh terhadap keyakinan. Sonia Abdullah Soares juga mengatakan
bahwa al-Qur‟an mengatur tata cara kehidupan termasuk cara
menghormati orang tua “Al-Qur'an adalah kitabullah yang mengajarkan
saya bagaimana tata cara dalam kehidupan saya sehari-hari dengan cara
menghormati kedua orang tua saya.”47
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pandangan mereka
terhadap al-Qur‟an sebagai petunjuk karena al-Qur‟an mengandung aturan
yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis
beranggapan bahwa al-Qur‟an sangat mempengaruhi kehidupan mualaf.
44
Pribadi Pliateri Giawa Santri Mualaf Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba
Center). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan,
5 Juni 2019, Banten. 45
Zainab Qurrata A'yun, Wawancara. 46
Prima Sari Rumaharbo, Wawancara. 47
Sonia Abdullah Soares, Wawancara.
65
Pandangan tersebut mengandung tiga aspek yaitu dari segi keotentikan al-
Qur‟an, manfaat al-Qur‟an, dan al-Qur‟an sebagai kitab petunjuk. Dari
pernyataan mereka maka terlihatlah bahwa mereka telah mendengar
Kalamullah dan memahaminya, mereka mengerti bahwa pedoman
kebenaran dan penerang keyakinan terpancar dari al-Qur‟an dan masuklah
mereka ke dalam Agama Allah tanpa paksaan. Mereka juga memahami
bahwa al-Qur‟an adalah kitab suci yang harus diperlakukan berbeda
dengan kitab lainnya. Seperti berwudhu sembelum membaca, menghadap
kiblat, membaca ta‟awudz dan basmallah.
E. Keberkahan Berinteraksi dengan Al-Qur’an antara Dampak
dan Manfaat
Pada bagian sebelumnya penulis telah menjelaskan pengertian al-
Qur‟an sebagai kitab berkah. Berdasarkan pencaharian penulis hampir
semua kalangan mufassir berpendapat bahwa al-Qur‟an mengandung
banyak kebaikan, manfaat, serta dapat memberikan kebahagiaan. Menurut
Eva Nugraha Keberkahan al-Qur‟an adalah ketercukupan manfaat bagi
orang yang berinteraksi dengan al-Qur‟an.48
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ilham Mabruri yang
berjudul “Keberkahan Al-Qur‟an Menurut Pengahafal Al-Qur‟an” dia
memberikan kesimpulan bahwa berkah al-Qur‟an bersumber menjadi dua,
yaitu berkah berasal dari Allah Swt dan berkah berasal dari kitab Al-
Qur‟an, namun pada esensinya keberkahan tersebut berasal dari Allah Swt
dan memberikan dampak kepada para penghafal al-Qur‟an.49
Berdasarkan penelitian, penulis juga sepakat dengan pernyataan
di atas. Namun hal tersebut diperkuat dengan penelitian ini, melihat
48
Eva Nugraha, “Ngalap Berkah Qur‟an: Dampak Membaca Al-Qur‟an Bagian
Para Pembacanya”, Jurnal Ilmu Ushuluddin. vol 5.no 2 (2018): 121-122. 49
Ilham Mabruri Sapari “Keberkahan Al-Qur‟an menurut Penghafal al-Qur‟an
(Studi Kasus Para Penghafal Di Pondok Pesantren Nur Medina)”, (Skripsi S1, Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakart, 2018 ): 99.
66
mualaf merupakan orang yang sebelumnya tidak terlalu mengenal al-
Qur‟an dan bahkan tidak pernah, kemudian setelah berinteraksi dengan al-
Qur‟an penulis meyakini bahwa ada pengaruh besar yang sangat terlihat
pada diri mualaf, yang kemudian al-Qur‟an menjadi pegangan yang kuat
bagi mereka sampai mereka memahami bahwa adanya kebaikan serta
manfaat al-Qur‟an dalam kehidupan. Penulis memahami bahwa manfaat
dan dampak yang diterima oleh mualaf tersebut merupakan bagian dari
keberkahan al-Qur‟an.
Terkait antara dampak dan manfaat al-Qur‟an, keduanya
memiliki sedikit perbedaan. Menurut Eva Nugraha manfaat adalah akibat
baik yang bersifat logis atau tidak logis, yang terjadi setelah seseorang
membaca, menghafal serta mendengarkan bacaan al-Qur‟an. Sedangkan
dampak merupakan bagian dari manfaat yang bersifat langsung.50
Dengan
demikian, penulis membagi dampak berinteraksi dengan al-Qur‟an
menjadi dua yaitu; dampak langsung dan tidak langsung.
Berikut penulis akan paparkan terkait dampak langsung dan tidak
langsung saat mualaf berinteraksi dengan al-Qur‟an:
1. Dampak Langsung
Adapun dampak langsung yang dirasakan oleh mualaf saat
berinteraksi dengan al-Qur‟an penulis membaginya menjadi beberapa
bagian yaitu:
a. Merasakan Ketenangan Hati Dan Pikiran
Berdasarkan penelitian, penulis menemukan bahwa ada pengaruh al-
Qur‟an terhadap jiwa dan pikiran. Dampak tersebut disebabkan oleh
beberapa keadaan, seperti saat membaca membaca al-Qur‟an. Kegiatan
membaca menurut Sudarso adalah aktivitas yang kompleks dengan
mengerahkan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah meliputi orang harus
50
Eva Nugraha, “Ngalap Berkah Qur‟an, 123.
67
menggunakan pengertian, khayalan, mengamati dan mengingat – ingat.51
Pada umumnya, seseorang akan dikatakan membaca apabila minimal
memiliki dua kemampuan, yaitu; pertama, mampu memahami simbol-
simbol berupa rangkaian dari huruf-huruf. Kedua, mampu memahami
bahasa yang digunakan dalam simbol-simbol yang berupa huruf-huruf
tersebut. Jika kemampuan tersebut tidak terpenuhi, maka tidaklah disebut
membaca. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, apabila pembaca
tidak memahami maksud teks tersebut maka pembaca akan sia-sia dan
tidak mendapatkan apa-apa.52
Namun pandangan tersebut tidak semua berlaku pada saat
membaca al-Qur‟an. Penulis berpendapat bahwa seseorang akan
merasakan hal yang berbeda ketika membaca al-Qur‟an dengan membaca
kitab – kitab atau buku-buku lainnya, dan orang yang membaca al-Qur‟an
secara terus-menerus akan merasakan dampak serta manfaat. Bahkan,
seseorang yang tidak memahami makna al-Qur‟an saja dapat merasakan
ketenangan pada saat membaca al-Qur‟an dan mendengarkan al-Qur‟an
pun dapat memberikan pengaruh ketenangan terhadap jiwa dan pikiran
seseorang. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Virgianti Nur
Fadhilah mendengarkan al-Qur‟an dapat dijadikan terapi otak, di mana
ketika didorong oleh rangsangan dari luar berupa murrotal al-Qur‟an
maka otak akan memproduksi zat kimia berupa neuropeptida. Molekul ini
akan mengangkut ke dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik
berupa kenikmatan dan kenyamanan.53
51
Sudarso, System Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993), 4. 52
Baradja, Kapita Selekta Pengajaran Bahasa, (Malang: IKIP Malang, 1990),
105. 53
Virgianti Nur Fadhilah, “Terapi Murratal Al-Qur‟an Mampu Menurunkan
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi”, Jurnal Keperawatan, vol. 6,
no 1 (Januari 2015): 6.
68
Berdasarkan hasil wawancara, berikut penulis paparkan dalam
bentuk tabel terkait dampak al-Qur‟an terhadap mualaf berupa ketenangan
hati dan pikiran.
Tabel 4. 1: Dampak Langsung Berinteraksi dengan Al-Qur‟an.
No Informa
n Kondisi Tindakan Dampak Kategori
1
Siti
Aminah
- Sakit
akibat
stress.
- Tidak
tenang.
- Membaca
ayat kursi
- Tenang,
- Penyakit
hilang
- Ingin
masuk
Islam
Dampak
Langsung
2
Siti
Hajar/El
Windi
- Hati tidak
tenang.
- Ada
masalah.
- Membaca
ayat al-
Qur‟an.
- Membawa
al-Qur‟an
jika
berpergian.
- Adem
- Hati
menjadi
tenang,
- Masalah
terasa
mudah.
Dampak
Langsung
3 Abdurrah
man
- Membaca
al-Qur‟an
hari.
- Membaca
al-Qur‟an.
- Menangis
dan
tenang.
Dampak
Langsung
4
Prima
Sari R
- Pertama
kali
mendenga
rkan al-
Qur‟an.
- Mendengark
an bacaan
al-Qur‟an
surah al-
Baqarah 1-
10.
- Menangis
,tenang.
Dampak
Langsung
Penulis menemukan dampak langsung yang dirasakan oleh mualaf
ketika dia membacakan ayat suci al-Qur‟an pada saat mualaf tersebut
belum masuk Islam yang kemudian dia memutuskan untuk masuk Islam
karena merasakan ketenangan dan kenyamanan pada saat dia membaca al-
Qur‟an. Kristina Hutabarat mengatakan bahwa al-Qur‟an berdampak
terhadap ketenangan jiwanya ketika dia merasakan sakit akibat stress, ia
69
memutuskan masuk Islam setelah penyakitnya sembuh ketika ia
melantunkan ayat kusi yang sudah ia hafal sejak SD di sekolah..54
Dampak yang di rasakan oleh Kristina termasuk dampak yang
bersifat langsung karena pada saat dirinya merasakan kegelisahan dan
mengalami tekanan jiwa kemudian dia membaca ayat kursi dia merasa
tenang dan bahkan mengobati penyakit pada dirinya akibat stress. Al-
Qur‟an juga berpengaruh besar terhadap keyakinannya, sehingga dia
memutuskan untuk menjadi mualaf. Siti Hajar juga mengatakan hal yang
sama, menurutnya al-Qur‟an merupakan obat yang dapat menyembuhkan
kegelisahan.
Ketika saya membaca al-Qur‟an yang saya rasakan itu tenang,
adem, berasa disiram air dingin. al-Qur'an itu obat segala masalah,
ketika kita ada masalah kemudian membaca al-Qur'an menjadi
tenang, oleh karena itu saya selalu membawa al-Qur‟a kalo ada waktu
luang saya menyempatkan baca al-Qur'an, saya ga betah kalau ga
bawa.55
Al-Qur‟an sudah sangat melekat di kehidupan para mualaf, karena
dalam kesehariannya mereka tidak pernah jauh dari al-Qur‟an. Prima sari
mempraktekkan bacaan al-Qur‟an pada kesehariannya, seperti membaca
al-Fatihah sebelum minum dan mandi yang kemudian dia mengatakan hal
tersebut berdampak terhadap dirinya. Al-Qur‟an juga mampu
menghilangkan kegelisahan-kegelisahan yang dia alami. 56
Dari pernyataan di atas, dampak yang dirasakan oleh Prima
merupakan dampak yag bersifat langsung. Namun yang menarik adalah
dia mendapat pengaruh dari air yang telah dibacakan al-Fatihah dan
kemudian berdampak terhadap fisiknya yaitu berupa kenyamanan.
54
Kristina Hutabarat, Wawancara 55
Siti Hajar, Wawancara. 56
Prima Sari Rumaharbo, Wawancara.
70
Artinya, mualaf tersebut memahami adanya keberkahan yang terkandung
dalam air setelah dibacakan ayat al-Qur‟an.
Abdurrahman juga mengatakan bahwa membaca al-Qur‟an dapat
membuatnya menangis dan tenang, menurutnya ketika dibaca al-Qur‟an
berbeda dari kitab lainnya. “Ketika saya membaca al-Qur‟an itu membuat
saya menangis dan itulah dengan kitab saya sebelumnya. Membaca al-
Qur‟an juga membuat saya untuk semangat dalam membaca dan belajar
dengan sungguh - sungguh.”57
Dampak ini juga dirasakan oleh
Muhammad Nuruddin yang menyatakan bahwa al-Qur‟an membuat
pikirannya menjadi tenang “setiap hari saya membaca dan menghafal al-
Qur'an.”Ketika saya membaca Al-Qur'an pikiran saya menjadi tenang, itu
mempengaruhi hidup saya ketika saya membaca dalam setiap waktu
karena al-Qur'an bisa menenangkan diri saya, kalau saya tidak membaca
al-Qur‟an pikiran saya menjadi tidak tenang” 58
Selain membaca al-Qur‟an, mendengarkan al-Qur‟an juga
berpengaruh terhadap mualaf yaitu berupa ketenangan. Berdasarkan
penelitian penulis menemukan dampak mendengarkan al-Qur‟an terhadap
mualaf berupa perasaan sedih dan tenang pada saat mendengarkan al-
Qur‟an. Tertius mengatakan“ ketika saya mendengar al-Qur‟an rasanya
seperti berhadapan dengan Allah Swt saya sangat sedih dan menangis
dan saya meraskan kebahagiaan yang belum pernah saya rasakan
sebelumnya”59
. Prima juga mengatakan bahwa ada efek besar ketika kita
mendengarkan al-Qur‟an, bacaan al-Qur‟an membuatnya menangis dan
tenang. 60
57
Abdurrahman, Wawancara. 58
Muhammad Nuruddin, Wawancara. 59
Tertius Bait, Wawancara. 60
Prima Sari Rumaharbo, Wawancara..
71
Dampak yang dirasakan oleh Prima adalah dampak yang bersifat
langsung. Penulis berpendapat bahwa tidak semua orang menangis ketika
mendengarkan al-Qur‟an, hanya orang yang diberi kelembutan hati dan
hidayah yang dapat menangis ketika mendengarkan al-Qur‟an. Seperti
yang dikatakan Kristina “sebelum saya masuk Islam saya biasa saja ketika
mendengar bacaan al-Qur‟an, tetapi setelah Muslim saya selalu
menangis”61
. Manfaat dari al-Qur‟an juga dapat melembutkan hati. Seperti
yang diungkapkan oleh siti Hajar” ketika mendengarkan al-Qur‟an saya
merasakan ketenangan, saya orangnya sangat tempramental, tapi sekarang
sudah berkurang karena saya membaca dan mendengarkan murratal setiap
hari, jadi sekarang lebih sabar”62
.
Berdasarkan hasil penelitian di atas kita dapat mengetahui bahwa
mualaf memahami adanya dampak keberkahan al-Qur‟an yaitu untuk
menenangkan hati dan pikiran mereka. Melihat mualaf adalah orang yang
dulunya bukan beragama Islam, mereka merasakan betul perbedaan ketika
mereka membaca al-Qur‟an dengan kitab yang lainnya. Menimbang dari
pengalaman mereka yang melakukan konversi agama penulis beranggapan
bahwa mereka cenderung mengambil keputusan untuk masuk Islam
karena kegelisahan, baik yang berkaitan dengan agamanya, keluarganya
dan lain sebagainya, sehingga ketika mereka memeluk Islam dan mampu
membaca al-Qur‟an, al-Qur‟an menjadi pilihan yang tepat untuk
menenangkan hati mereka dengan cara membaca al-Qur‟an setiap hari.
61
Aminah Kristina, Wawancara. 62
Pribadi Siti Hajar, Wawancara
72
b. Menambah Keyakinan Mualaf
Pada surat al-Anfal ayat 2 Allah Swt berfirman;
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal”(Q.S Al-Anfal: 2)
Menurut penafsiran kementrian agama di terangkan bahwa hati
orang akan luluh ketika di bacakan ayat-ayat Alquran, dengan keluluhan
hati akan merasa bergetar, denga bergetar inilah maka keimanan
seseorang akan bertambah. Karena seseorang telah merasa getaran
tersebut ialah karena ada unsur takut kepada Allah SWT, jika telah
merasakan takut kepada Allah SWT maka keimanan seseorang tersebut
akan bertambah.63
Penulis menemukan beberapa mualaf merasakan kagum ketika
mendengarkan bacaan al-Qur‟an. Kekaguman mualaf terhadap al-Qur‟an
disebabkan karena bacaan al-Qur‟an yang indah ketika dilantunkan.
Abdullah mengatakan “saya kagum ketika mendengarkan ayat suci al-
Qur‟an karena indah, terasa sejuk dan nyaman, enak didengar beda dengan
bacaan Injil.”64
Pliateri Giawa juga mengungkapkan bahwa dia kagum
terhadap lantunan ayat suci al-Qur‟an “ketika saya mendengarkan al-
Qur‟an saya merasa kagum karena indah sekali, saya rasanya pengen
cepet-cepet bisa baca al-Qur‟an”.65
Aminah juga mengungkapkan bahwa
al-Qur‟an mampu melembutkan hatinya dan menambah keyakinannya.
63
Kementrian agama RI, Alquran dan Tafsirnya ,jilid 3, (Jakarta:Widya Cahya,
2011), 569 64
Abdullah Azzam, , Wawancara. 65
Giawa, Wawancara.
73
Kekaguman mualaf terhadap al-Qur‟an, mampu menambah keyakinan
mualaf terhadap al-Qur‟an dan lebih mencintai al-Qur‟an.
2. Dampak Tidak Langsung
Pada bagian ini, penulis akan memaparkan apa saja dampak
berinteraksi dengan al-Qur‟an yang bersifat tidak langsung. Adapun
dampak tidak langsung yang di rasakan oleh mualaf saat berinteraksi
dengan al-Qur‟an di antaranya:
a. Perubahan Sikap dan Perilaku
Mualaf yang merasakan dampak ketenangan setelah membaca al-
Qur‟an akan membuat mereka semakin yakin terhadap kebenaran al-
Qur‟an. Selain itu, untuk memahami isi al-Qur‟an mereka membaca
terjemah dan dibarengi dengan mendengarkan ceramah dari guru mereka.
Berdasarkan penelitian setelah mereka membaca terjemah dan
memahaminya mereka mencoba mempraktekkan dan kemudian
berdampak terhadap perubahan sikap dan perilaku mereka. Seperti yang
dikatakan oleh Jerouimo “Ketika saya membaca ar-Rahman yang tentang
kasih sayang Allah membuat saya tersentuh dan saya menjadi orang yang
sabar, bersyukur dan tenang, saya merasa saya tidak punya adab, al-Qur'an
membuat saya lebih terarah.” 66
Menurut penulis, dampak yang dirasakan Jerouimo adalah dampak
yang bersifat tidak langsung, karena perilaku terjadi jika kita
mempraktekkannya. Dari pernyataan Nuruddin, ketika dia membaca arti
dari surah ar-Rahman, dia menjadi lebih sabar dan bersyukur.Oleh karena
itu, untuk menguji kesabaran tersebut, maka perlu adanya suatu peristiwa
yang terjadi secara tidak langsung. Artinya, dalam mengubah perilaku
dalam diri seseorang butuh waktu serta proses yang tidaklah cepat.
Namun, surah ar-Rahman membuatnya sadar dan dijadikan acuan agar
66
Jerouimo, Wawancara.
74
ingat selalu dan bersyukur bahwa Allah Swt memberikan kenikmatan
yang sangat luar biasa.
Prima juga mengatakan bahwa ketika dia membaca terjemahan al-
Qur‟an dan mengamalkannya dia merasakan perilakunya menjadi lebih
baik, misalnya, ia sering membaca terjemah dari al-Qur‟an, ayat yang
paling melekat dalam dirinya adalah surah Ibrahim ayat 7, surah tersebut
kemudian ia amalkan dan dapat mengubah pribadinya menjadi lebih
bersyukur.”67
Dari pernyataan di atas, kita dapat mengetahui bahwa ada beberapa
ayat yang mualaf yakini sebagai suatu ajaran yang mengandung nilai,
kemudian ayat tersebut diamalkan dengan baik, sehingga dapat
berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya. Hal tersebut sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Yayat Suharyat. Menurutnya, Perilaku
dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif
yaitu sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif
membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu. Sikap yang
mempengaruhi perilaku merupakan sikap yang menjadi sebuah kebiasaan
yang berasal dari nilai-nilai dan norma serta adanya kekuatan penahan
berupa nasihat dan penyuluhan.68
b. Al-Qur‟an Sebagai Jalan Dakwah
Dakwah merupakan suatu proses upaya mengubah suatu situasi
kepada situasi lain yang lebih baik yang sesuai ajaran Islam atau proses
mengajak manusia menuju ke jalan Allah Swt.69
Setelah mualaf
merasakan keberkahan mempelajari al-Qur‟an mereka tidak akan
membiarkan keluarga mereka tetap pada agama yang dianut. Para mualaf
67
Wawancara Pribadi dengan Prima Sari Rumaharbo, Wawancara.. 68
Yayat Suharyat, “Hubungan antara Sikap, Minat dan Perilaku”, Jurnal
Region ,vol I. no.3, (September 2019): 17 69
Wardi Bachtiar, Metodologi Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997)
, 13.
75
mengatakan bahwa mereka harus menyampaikan apa yang mereka ketahui
tentang keistimewaan al-Qur‟an kepada keluarga mereka. Ada beberapa
mualaf yang berhasil mengajak keluarganya masuk Islam. Keberadaan
Pesantren an-Naba juga bermanfaat untuk mendidik para mualaf yang
kemudian akan mengajak saudaranya yang non Muslim untuk masuk
Islam. Ustadz Idham selaku pembimbing al-Qur‟an di Pesantren Mualaf
An-Naba mengungkapkan bahwa Pesantren Mualaf an-Naba mualaf
dididik dan dibina untuk bisa berdakwah kepada saudara mereka yang
belum masuk Islam.”70
Ketika mualaf sudah bisa membaca al-Qur‟an dan memahami
beberapa makna al-Qur‟an, kemudian mualaf tersebut berinisiatif untuk
mengajak saudaranya masuk Islam dengan cara menyampaikan
kebenaran-kebanaran al-Qur‟an. Metode dakwah tersebut biasanya bisa
berupa Al-Mujadalah Hiya Ahsan (berdebat dan berdiskusi dengan cara
yang baik), atau bahkan hanya membaca al-Qur‟an bisa membuat
saudaranya kagum. Alberto Xiemen mengungkapkan bahwa dengan al-
Qur‟an dia bisa mengIslamkan keluarganya dan tiga orang sepupunya
dengan cara berdiskusi terkait keistimewaan al-Qur‟an 71
Hal ini juga disampaikan oleh Siti Hajar yang mengatakan dirinya
tergabung dalam komunitas aku sisterfillah. Dalam komunitas tersebut dia
berperan sebagai pendakwah dari kalangan mualaf yang kemudian
menceritakan perjalanan hidupnya selama menjadi non Muslim dan
kemudian diberi hidayah memeluk Islam. Siti Hajar mengatakan ketika dia
berdakwah ia menyampaikan keistimewaan al-Qur‟an dan dampak al-
Qur‟an yang dirasakan oleh dirinya. Dalam menjalankan dakwahnya Siti
juga sering menghadiri kegiatan debat terkait al-Qur‟an dengan orang-
70
Idham Cholid, Wawancara 71
Alberto Xiemen, Wawancara.
76
orang non Muslim. Ketika ditanya adakah orang yang masuk Islam ketika
anda melakukan dakwah, dia mengatakan “ada”.72
Seorang mualaf
bernama Prima juga mengatakan dirinya sering dipanggil untuk menjadi
pembicara terkait pengalaman spiritualnya yang masuk Islam karena Al-
Qur‟an.73
Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa al-Qur‟an memiliki
andil besar terhadap dakwah para mualaf, karena al-Qur‟an merupakan
kitab yang mengandung kebenaran serta petunjuk untuk umat manusi
c. Kemudahan dalam Belajar
Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan terkait tujuan
mualaf berinteraksi dengan al-Qur‟an, dan salah tujuan tersebut adalah
menghafal al-Qur‟an. Ada Seorang mualaf yang merasakan dampak
positif dari menghafal al-Qur‟an, yaitu merasakan kemudahan belajar.
Dampak ini dirasakan oleh Pliateri Giawa, menurutnya al-Qur‟an dapat
membuat dia menjadi lebih mudah menghafal, sehingga disekolah ia
selalu membawa al-Qur‟an dan menghafal al-Qur‟an. “Semenjak saya
mengahafal al-Qur‟an rutin di Pesntren yang saya rasakan otak saya lebih
cerdas, pelajaran di sekolah tidak tau kenapa cepat masuk, makanya saya
selalu membawa al-Qur‟an untuk mengulang hafalan.74
Dampak tersebut
merupakan dampak yang bersifat tidak langsung.
d. Kenyamanan Hidup
Kebanyakan dari para mualaf yang melakukan konversi agama
adalah karena mereka merasakan kegelisahan serta tidak nyaman dalam
beragama dan menjalankan kehidupan. Namun ada juga dari mereka yang
masuk Islam karena ajakan dari orang lain. Beberapa mualaf mengatakan
bahwa setelah mereka memeluk Islam dan mempelajari al-Qur‟an di
72
Siti Hajar,W awancara 73
Prima Sari Rumaharbo, W awancara 74
Pliateri Giawa, Wawancara.
77
Pesantren an-Naba, mereka sudah tidak lagi merasakan kegelisahan hidup
serta hidup sudah menjadi lebih nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa al-
Qur‟an berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Yolan wilanda
mengatakan, al-Qur‟an membuat hidupnya menjadi berkah. 75
Berkah
menurut Yolanda adalah suau kebaikan yang dia rasakan.
Berdasarkan uraian di atas keberkahan al-Qur‟an mereka rasakan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketika penulis
mewawancarai pengurus yang sudah lama, dia mengatakan bahwa ada
mualaf yang sudah memiliki pesantren, Kuliah di Sudan, menjadi
pendakwah, dan lain sebagainya. Namun hal tersebut juga adanya faktor
bimbingan yang kuat dari para guru di Pesantren Mualaf
75
Yolan Wilanda, Wawancara.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur‟an dapat memberikan dampak bagi siapapun yang
berinteraksi dengannya, salah satunya adalah mualaf, walaupun mereka
terbilang baru memeluk Islam ternyata mereka merasakan dampak dan
manfaat al-Qur‟an setelah mereka mengenal dan kemudian berinteraksi
dengan al-Qur‟an.
Berdasarkan data yang diperoleh, mualaf tidak memahami secara
definitif terkait pengertian berkah al-Qur‟an. Namun mereka memahami
bahwa al-Qur‟an adalah kitab yang otentik dari Allah Swt yang
mengandung banyak kebaikan. Adapun cara bagaimana mereka
memahaminya adalah dengan; 1) Berinteraksi dengan al-Qur‟an, seperti
membaca, menghafal dan mendengarkan al-Qur‟an, 2) Memiliki
Pengalaman peribadi dengan al-Qur‟an, 3) Mengamalkan beberapa ayat
al-Qur‟an.
Adapun kebaikan – kebaikan al-Qur‟an yang mereka pahami dan
mereka rasakan, yang kemudian penulis artikan sebagai keberkahan al-
Qur‟an, yaitu: 1) Dampak langsung berupa ketenangan hati dan pikiran,
menambah keyakinan mualaf. 2) Dampak tidak langsung, yang terdiri dari
perubahan sikap dan perilaku, kemudahan dalam belajar, al-Qur‟an
sebagai jalan dakwah, dan merasakan kenyamanan hidup.
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis sangat
menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata cukup apalagi sempurna.
Sehingga penulis yakin bahwa penelitian ini meninggalkan banyak
kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Karena itu sesungguhnya
79
penelitian ini tidak dapat dikatakan selesai, masih banyak hal yang dapat
dikaji dari penelitian ini lebih dalam lagi, perlu pengkajian secara
mendetail mengenai keberkahan al-Qur‟an yang dirasakan oleh mualaf.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. Taisir al-Karīm ar-Rahmān fi Tafsīr Kalām al-
Manān.Terjemahan oleh Muhammad Iqbal. Jakarta: Darul Haq.
2013.
Abdu al-Baqiy ,Muhammad, Mu‟jam al-Mufahras li Alfadh al-Qur‟an al-
Karim. Kairo: Matba‟ah Dar al-Kutub al-Misriyyah. 126 H.
Afriandi, Niko. "Peran Pembimbing Agama dalam menigkatkan
Kemampuan Penyesuaian diri (Self Adjusment) bagi Mualaf di
Yayasan An-Naba Center Sawah Baru Ciputat". Skripsi Strata
1 UIN Syarif Hidayatullah. 2018.
Alaydrus, Syarif Muhammad. Agar Hidup Selalu Berkah(Meraih
Ketentraman Hati dengan Hidup penuh Berkah. Bandung: Mizan.
2009.
Ali, Mukti. Agama Dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer.
Yogyakarta: Tiata Wacana. 2001.
Baradja. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP Malang. 1990.
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. 2010.
Farida, Amalia Zul. "Materi Dakwah Ustadz Rikza Abdullah dalam
Pembinaan Akhlak Mualaf di Masjid Al-Hakim – Menteng".
Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah. 2011.
Fatnar, Virginia Ningrum. Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja
Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Remaja Yang Tinggal
Bersama Keluarga. Jurnal Fakultas Psikologi, Vol. 2 No.2. (2014)
Gusmian, Ishlah. Agar Rezeki Lebih Mudah Lebih Berkah. Jakarta:
Zaman. (2009).
Hakiki, Titian. Komitmen beragama Pada Mualaf (Studi Kasus Pada
Mualaf Usia Dewasa. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental, Vol.4 No.1. 2015.
Halili, Taufiq. Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan Dalam
Membina Aqidah Santri Mualaf Pondok Pesantren Pembinaan
Mualaf An-Naba Center Tangeran Selatab Banten. Skripsi Strata 1
UIN Syarif Hidatullah. 2013.
Hamka. Tafsīr Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1984.
Hidayati. Psikologi Agama. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
81
Ilahi, Kurnia. Konversi Agama (Kajian Teoritis dan Empiris Terhadap
Fenomena, Faktor, dan dampak Sosial di Minangkabau). Malang:
Inteligensia Media. 2017.
Isfari, Abu Muhammad. Masuk Islam Karena al-Qur‟an. Jakarta: Al-
Qudwah Publishing. 2014.
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1997.
Juda‟I, Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad. Tabarruk Memburu
Berkah. Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i. 2009
Kallaf, Abdul Wahab. Kaidah-kaidah Hukum Islam. Bandung: Risalah.
1985.
Kusaeri, Ahmad. "Berkah Dalam Persfektif Al-Qur‟an (Kajian Tentang
Objek Yang Mendapat Berkah)". Skripsi Strata 1. Program Studi
Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN
Syarifhidayatullah Jakarta, 2017.
Mabruri, Ilham.“Keberkahan Al-Qur‟an menurut Penghafal al-Qur‟an
(Studi Kasus Para Penghafal Di Pondok Pesantren Nur
Medina)".Skripsi Strata 1. Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarifhidayatullah Jakarta. 2017.
Mahfudz, Choirul. The Power of Syukur (Tafsir Kontekstual Konsep
Syukur dalam Al-Qur‟an). Jurnal Episteme. vol. 9, no. 2. tth.
Marhiyanto, Bambang. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta:
Victori Inti Cipta. 2015.
Meleong, Lexi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
2000.
Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. Shahih Tafsīr Ibnu Katsīr. Jakarta:
Pustaka Azzam. 2009.
Muhammad, Ahsin Sakho. Keberkahan Al-Qur‟an (Memahami Tema –
Tema Penting Kehidupan Dalam Terang Kitab Suci. Jakarta:
Media Kreativa. 2017.
Muhammad, Fakhruddin Al-Razi Abu „Abdullah. Tafsīr Al-Kabīr
Mafatihul Ghaib. Beirut: Darul Fikr: Darul Fikr. 1990.
Muhammad bin Abdul Wahhab al-Sanadiy, Kifayat al-Hajah fi Syarh
Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar al-Jail. tth. Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia Terlengkap.
Surabaya: Pustaka Progressif. 1997.
Nazin, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia. 1999.
82
Nugraha, Eva. “Ngalap Berkah Qur‟an: Dampak Membaca Al-Qur‟an
Bagian Para Pembacanya. Jurnal Ilmu Ushuluddin, vol 5, no 2.
(Juli 2018).
Pontoh, Zainab. Hubungan Antara Religiusitas dan Dukungan Sosial
dengan Kebahagiaan Pelaku Konversi Agama. Jurnal Psikologi
Indonesia, vol. 4 no. 01. t.thn.
Qardawi, Yusuf. Kaifa Nata‟amal ma‟a al-Qur‟an Terj. Abdul Hayyie al-
Katanie. Jakarta: Gema Insani Press. 1999.
Qurṭubi. Al- Jami‟ Li Ahkām Al-Qur‟ān. Terjemah oleh Ikbal Kadir.
Jakarta: Pustaka Azzam. 2008.
Rela Mar‟ati."Pengaruh Pembacaan dan Pemaknaan Ayat-ayat Al-Qur‟an
terhadap Penurunan Kecemasan Pada Santriwati". Jurnal
Penelitian Psikologi. vol.1, no.1 (November 2016).
Ridwan, Saftani. "Konversi Agama Dan Faktor Ketertarikan Terhadap
Islam (Studi Kasus Mualaf Yang Memeluk Islam Dalam Acara
Dakawah DR. Zakir Naik Di Makassar". Jurnal Sulesana, vol.11
no.1. 2017.
Sanapiah, Faisal. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo. 2005.
Sha'id, Nur Jamal. Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Penguatan
Keimanan Mualaf di Pondok Pesantren Pembinaan Mualaf An-
Naba Center Ciputat Tangerang", Fakultas Dakwah dan Imu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015
Shihab, M. Quraish. Tafsīr Al-Misbah (Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-
Qur‟an). Jakarta: Lentera Hati. 2002.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2011.
Shihab, M. Quraish. Pesan, Dan Keserasian Al-Qur‟an. Jakarta: Lentera
Hati. 2002.
Sudarso. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 1993.
Sufriani, Aida Dakhliyah. “Pengaruh Keteraturan Membaca dan
Penghayatan Makna Ayat Al-Qur‟an pada Kemampuan Positif
Para Pidana". Jurnal Intervensi Psikologi. vol.1 no.1 ( Juni 2002).
Suharyat,Yayat. “Hubungan antara Sikap, Minat dan Perilaku”. Jurnal
Region, vol I. no. 3. (September 2019)
Syanqiṭi. Tafsīr Adhwa‟ul Bayān. Terj. Fachrurrazi Ahmad Khatib. Jakarta:
Pustaka Azzam. 2009.
83
Ṭabarī, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarī. Tafsīr Jami‟ Al-Bayān An-Ta‟wil
Ayi Al-Qur‟ān. Terj. Ahmad Hamdani. Jakarta: Pustaka Azzam.
2008.
Thalbah, Hisam. Ensiklopedi Mukjizat Al-Qur‟an dan Hadist
(Kemukjizatan Sastra dan Bahasa Al-Qur‟an). Jakarta: PT. Sapta
Sentosa. 2009.
Yatunupus, Zaki. "Komunikasi Intrapersonal Pada Remaja Konversi
Agama di Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An-Naba
Center". Jurusan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah. 2016.
---------------------------
Nababan. (Pembina Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 23 April
2019. Banten
Idham Cholid. (Guru al-Qur‟an Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 3
Agustus 2019, Banten.
Kristina Hutabarat, (Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 2 Juli
2019, Banten.
Prima Sari Rumaharbo (Guru al-Qur‟an Santri Mualaf An-Naba Center
Indonesia). Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Ciputat pada
tanggal 2 Juli 2019. Banten.
Yolan Wilanda (Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia). Diwawancarai
oleh Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 2 Juli 2019, Banten.
Abdullah Azzam (Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 26 Mei
2019, Banten.
Ahmad Fatullah (Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 26
Mei2019, Banten.
Mustaqim (Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia). Diwawancarai oleh
Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 26 Mei 2019, Banten.
Siti Hajar (Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia). Diwawancarai oleh
Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 26 Mei2019, Banten.
Jerouimo (Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia). Diwawancarai oleh
Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 26 Mei 2019, Banten.
84
Muhammad Nuruddin (Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia).
Diwawancarai oleh Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 26 Mei
2019, Banten.
Tertius Bait (Santri Mualaf An-Naba Center Indonesia). Diwawancarai
oleh Ledia Septiana, Ciputat pada tanggal 26 Mei 2019, Banten. http://www.annaba-center.com/berita/pesantren-khusus-para-
mualafhttp://www.annaba-center.com/berita/pesantren-khusus-para-mualaf.
https://bincangsyariah.com/ubudiyah/lakukan-empat-hal-ini-agar-hidup-
berkah/
Lampiran 1
WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
KEBERKAHAN AL-QUR’AN MENURUT MUALLAF
No. Responden Kode Responden TTD
Tanggal Waktu
Pengantar :
Penelitian Skripsi ini diajukan atas nama Ledia Septiana, pada Jurusan
Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu kebaikan dan
manfaat yang didapat oleh para muallaf setelah berinteraksi dengan al-
Qur‟an. Keterlibatan Bapak/Ibu/Sdr sebagai Informan/responden menjadi
peluang penting untuk membantu peneliti dalam memahami tujuan
penelitian di atas. Saudara/i akan diminta untuk memberikan jawaban dan
tanggapan atas pertanyaan pertanyaan mengenai identitas
informan/responden, pandangan tentang keberkahan Al-Qur‟an.
Kerahasiaan jawaban dan tanggapan dar saudara/i dijaga sesuai kode etik
penelitian.
A. IDENTITAS
1 Nama* :
2 TTL :
3 Umur :
4 Jenis Kelamin : [a] laki-laki [b]
perempuan
6 Sekolah : [a] SMA [b] SMP
[c] Lainnya ...............
7 Asal Daerah :
8 Alamat :
9 Anak ke : dari bersaudara
10 Agama sebelum Islam
*Boleh tidak dicantumkan
11. Berapa lama anda sudah menjadi seorang muslim?
12. Bagaimana kisah anda sampai anda memeluk agama Islam?
13. Bagaimana Respon keluarga anda ketika awal anda masuk Islam ?
86
B. PENGETAHUAN
1. Apa yang anda ketahui tentang Pesantren Pembinaan Muallaf An-
Naba Center ?
2. Apa yang anda ketahui tentang agama Islam?
3. Apa yang anda rasakan ketika menjadi seorang muslim?
4. Apa yang anda ketahui tentang al-Qur‟an?
5. Apa yang anda ketahui tentang kitab agama sebelum anda memeluk
Islam?
6. Sudah berapa lama anda mempelajari al-Qur‟an?
7. Mengapa anda tertarik untuk mempelajari al-Qur‟an?
C. PEMAHAMAN
1. Bagaimana dengan sistem pembelajaran al-Qur‟an di Pesantren
muallaf An-Naba?
2. Menurut anda apa yang membedakan agama Islam dengan agama
sebelum anda?
3. Menurut anda apa yang membedakan al-Qur‟an dengan kitab sebelum
anda memeluk Islam?
4. Menurut anda keistimewaan apa saja yang ada pada al-Qur‟an?
5. Adakah sesuatu yang anda temukan dalam al-Qur‟an yang tidak
ditemukan di kitab anda sebelumnya?
6. Apakah ada beberapa ayat/surah Al-Qur‟an yang anda pahami
artinya? Jika ada, surat/ayat apa? Dan jelaskan
7. Menurut anda mengapa al-Qur‟an harus sering di baca?
8. Menurut anda mengapa al-Qur‟an perlu dihafal?
D. PERILAKU
1. Apa saja kegiatan yang anda lakukan di Pesantren muallaf ini?
2. Apakah setiap hari anda membaca/menghafal Al-Qur‟an?
3. Apa yang anda lakukan sebelum memulai membaca atau menghafal
Al-Qur‟an ?
4. Berapa kali dalam seminggu anda belajar Al-Qur‟an ?
5. Apakah anda sering membawa al-Qur‟an ketika anda berpergian ?
mengapa?
6. Apakah sebelum anda memeluk Islam anda sering membawa kitab
suci anda ? mengapa?
E. DAMPAK
1. Apa dampak yang anda rasakan ketika membaca Al-Qur‟an?
2. Apa dampak yang anda rasakan ketika menghafal Al-Qur‟an?
3. Apa yang anda rasakan pertama kali mendengar bacaan al-Qur‟an ?
4. Bagaimana perasaan anda sekarang ketika belajar al-Qur‟an dengan
guru ngaji anda?
F. PENGALAMAN KHUSUS
1. Bagaimana al-Qur‟an mempengaruhi kehidupan anda baik materi
maupun non materi ?
2. Ada beberapa ayat/ surat Al-Qur‟an yang melekat dalam pikiran
anda? Mengapa?
88
Lampiran II
Transkip Hasil Wawancara Pembina
Nama lengkap : Syamsul Arifin Nababan
Tempat Tanggal lahir : Tebing Tinggi, 10 Nopember 1966
Tempat wawancara : Kantor Pesantren Putri
Tanggal/Pukul : 23 April 2019 / 16.00 WIB
1. Bagaimana sejarah awal berdirinya pondok Pesantren
Pembinaan Muallaf An-Naba Center?
Jawaban :“Pendirian Pesantren ini diawali dari pengalaman saya
pribadi, saya sendiri dulu juga berlatar belakang muallaf. Ketika
saya sudah masuk ke agama Islam saat itu kepedulian masyarakat
terhadap muallaf ini kurang. Ketika saya hijrah dari Jawa Timur ke
Jakarta kemudian saya menjadi da‟i dan saya banyak berinteraksi
dengan para muallaf yang senasib dengan saya. Muallaf yang saya
temui umumnya muallaf yang tidak belajar, hanya mengucap dua
kalimat syahadat keeudian mendapat sertifikat masuk Islam dan
setelah itu tidak ada pembinaan. Ketika mereka melihat saya sudah
menjadi ustadz, bisa menjadi da‟i, muncullah rasa iri mereka
kepada saya. Ustadz ko bisa ya muallaf jadi da‟i, ko kami gini aja.
Lalu mereka mengusulkan kepada saya untuk diadakan pembinaan
muallaf. Waktu itu saya coba membina muallaf di Jakarta ini secara
nomaden ( berpindah- pindah ) dari mesjid ke mesjid lain, saya
rutin membina satu minggu sekali kadang di Mesjid Raya al Hakim
Menteng, jadi sekian lama saya membina muallaf ini dari tahun
1998 Alhamdulillah sepuluh tahun kemudian saya bisa mendirikan
pesantren Muallaf. Itu juga dorongan dari para muallaf. Karena
mereka kan lintas umur, jadi kalau mereka digabung dengan anak-
anak tentu secara psikologi kan ada beban. Tapi kalau mereka
berkumpul dengan yang senasib mereka akan lebih nyaman.
Tentunya visinya adalah mewujudkan para muallaf di Pesantren An-
Naba Center menjadi muslim yang kaffah. Sedangkan misinya ialah
dengan pendidikan dan pembinaan. Alhamdulillah lewat pesantren
ini juga banyak orang non muslim dapet hidayah disini.
2. Bagaimana cara bapak memperkenalkan al-Qur’an dengan
para muallaf ?
Jawaban : Saya mengenalkan kepada para muallaf ini pertama-
tama saya perkenalkan dulu keunggulan kitab suci al-Qur‟an
dengan kitab suci mereka yang sebelumnya. Bahwa Al-Qur‟an itu
benar – benar wahyu Allah Swt, benar – benar kitab suci yang
otentik, lalu ada perbandingan dengan injil Setelah itu mereka ada
keinginan untuk belajar membaca al-Qur‟an, belajar
memahaminya, tafsirnya. Dan kita mengakurasi ayat al-Qur‟an
dengan kenyataan ( Mukjizat al-Qur‟an ) sehingga mereka terpacu
belajar al-Qur‟an.
3. Bagaimana cara bapak membiasakan para muallaf untuk
berinteraksi dengan al-Qur’an?
Jawaban : Dengan cara membuat aturan. Kami mewajibkan mereka
senantiasa membaca al-Qur‟an dan ada kegiatan belajar al-Qur‟an
pada sore hari.
4. Bagaimana sikap para muallaf ketika mempelajari al-Qur’an?
Jawaban : Secara umum mereka tidak kesulitan, mereka semangat
belajar al-Qur‟an. Satu bulan mereka sudah bisa membaca al-
Qur‟an.
5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengajarkan
para muallaf mempelajari al-Qur’an?
Jawaban : Faktor pendukung kami sediakan sarana dan prasarana
seperti proyektor, guru-guru yang berkualitas, penghalangnya adalah
diri sendiri seperti malas. Tapi secara umum kita berhasil.
6. Apa yang sering bapak sampaikan kepada para muallaf
mengenai keberkahan al-Qur’an ?
Jawaban : Diantaranya kita memotivasi mereka seperti membaca al-
Qur‟an itu satu huruf saja mendapatkan sepuluh pahala. Kami
memberikan motivasi bahwa kalau membaca al-Qur‟an maka rizki
akan mudah, wajahmu akan bercahaya, derajatmu akan ditinggikan
oleh Allah, engkau akan mudah medapatkan teman yang baik, akan
beribawa, punya kharisma. Keberkahan yang seperti ini yang selalu
kami tekankan. Kamu mau kaya ga ? Qur‟an, Qur‟an, Qur‟an.
7. Adakah muallaf di Pesantren pembinaan mualaf yang masuk
Islam karena Al-Qur’an? Dan jelaskan Jawaban : Tidak ada, sebagian dari mereka karena berdialog,
sebagian karena melihat akhlak dari sodaranya yang lebih dahulu
masuk islam, atau karena akhlak dari teman-temannya.
8. Metode apa yang bapa terapkan dalam belajar al-Qur’an para
muallaf dan mengapa memakai metode itu?
Jawaban : Dengan metode tilawati dan iqra. Karena sudah terbukti
secara ilmiah dan praktis dan mempercepat membaca al-Qur‟an
hanya saja ada perbedaan kalau tilawati lebih di tekankan
memperbagus bacaan tetapi kalau iqro lebih cepat.
9. Resolusi apa yang diberikan kepada para muallaf terkait dengan
pembelajaran al-Qur’an?
Jawaban : Tentu di pesantren ini porsi mempelajari al-Qur‟an 60-
70%, artinya titik tekan kita untuk peduli belajar al-Qur‟an lebih
90
dominan. Karena letak inti ajaran islam kan di situ. Jadi Resulusi
yang kita tawarkan kepada mereka adalah bagaimana mereka bisa
peduli meluanngkan waktu lebih banyak untuk mentadaburi al-
Qur‟an.
10. Evaluasi apa yang diberikan kepada para muallaf terkait
pembelajaran al-Qur’an ? Jawaban : Diadakan evaluasi dengan bersama guru-guru al-Qu`an.
Transkip Hasil Wawancara Pembina
Nama lengkap : Idham Cholid
Tempat Tanggal lahir : Palembang, 23 Mei 1989.
Tempat wawancara : Rumah Ustadz Idham
Tanggal/Pukul : 3 Agustus 2019 Pukul 14.00 WIB
1. Apa yang bapak ketahui tentang an-naba Center ?
Jawaban: Sejak selama saya tingga di An-Naba Center saya di
amanahkan mengajarkan santri an-Naba, yang saya rasakan dampak
adanya yayasan an-naba Center itu sangat besar karena mungkin
banyak yayaan muallaf lain, namun yang resmi dan real ada tempat
pendidikannya hanya yayasan an-Naba Center. Jadi an-Naba itu
sangat besar dampaknya bagi muallaf karena memberikan wadah
untuk muallaf, pertama berdampak untuk masa depan muallaf.
Karena banyak muallaf setelah bersyahadat mereka kebingungan
untuk belajar Islam sehingga tidak sedikit yang murtad ini karena
tidak ada pembinaan. Alhamdulillah muallaf yang tingga di an naba
mulai terarah. Dampak positif lain juga dirasakan muslim lain karena
mengambil pelajaran dari muallaf tersebut. Dengan keberadaan itu
muallaf itu dididik kemudian menghasilkan muallaf yang baru. Tanpa
mereka harus berceramah, dengan menunjukkan akhlak yang baik,
dan bisa membaca al-Qur‟an dan ketika non muslim lain lihat merasa
kagum.
2. Sejak kapan ustadz mengajar Muallaf ?
Jawaban: Sejak Tahun 2011 sekitar 8 – 9 tahun.
3. Berapa muallaf yang sudah diajar?
Jawaban: Banyak, karena lintas usia, ada yang stay lama, ada juga
yang sebentar. Sudah 100 lebih. Generasi lama sudah ada yang
punya pesantren, kuliah di Sudan.
4. Bagaimana cara ustadz membina mualaf sampai bisa membaca
al-Qur’an?
Jawaban:Kalo muallaf ngajarinnya dari 0, metode yang kami
terapkan itu adalah talaqqi, talaqqi itu gurunya membacakan
muridnya menirukan diikuti dengan tikrar atau berulang-ulang tapi
harus terus digembleng, sehari sampai 5 kali lebih. Pertama harus
kenal huruf dulu, kenal huruf itu satu hari. Harus cepat, kami harus
92
ekstra semangat dan sangat super sabar. Targetnya bisa baca Qur‟an
selama 1 bulan, setelah itu proses pelancaran. Tapi kapasitas
kemampuan beda-beda, ada yang cepat ada yang lambat, kalo yang
lemot itu sampai berbulan-bulan. Umumnya bisa, karen keinginan
mereka belajar tinggi sekali mereka penasaran.
5. Bagaimana metode penyampaian mengajar al-Qur’an muallaf?
Jawaban:Karena mereka orang baru, sehingga kami lebih banyak
memberi pengertian terhadap mereka, saya menggunakan
pendekatannya supaya nyaman tidak banyak tekanan, jadi kita
membuat bagaimana caranya mereka tidak tertekan. Mereka betul –
betul mengahayati dan berfikir, bahkan banyak pertanyaan di luar
nalar kita, makanya kita lebih banyak pendekatan. Kalo al-Qur‟an
Talaqqi, kalo Akidah ushul Tsalatsah, dan perbandingan agama agar
kompeir. Jadi, gimana caranya menggugurkan keyakinan mereka
sebelumnya.
6. Berapa lama muallaf mampu membaca al-Qur’an dengan baik?
Jawaban: “Mungkin paling lama 3 bulan dengan didorong dengan
menghafal jadi diulang –ulang”
7. Apa kesulitan-kesulitan mereka saat belajar al-Qur’an ?
Jawaban:Kesulitannya mereka pertama aneh ketika melihat huruf,
katanya seperti cacing. Mereka sulit di makhroj soalnya mengubah
lahjah nya itu susah. Kalo kesulitan gurunya itu sering termakan
emosi, mereka susah diatur dan sulit menangkap.Jadi kita harus tau
kepribadian mereka.
8. Bagaimana ustadz membiasakan muallaf berinteraksi dengan al-
Qur’an?
Jawaban:Kita membuat Program, pertama setoran al-Qur‟an setelah
subuh, setelah ashar mereka disuruh menyiapkan setoran. Dan
kesekolalh mereka dianjurkan bawa al-Qur‟an. Dan ada hukuman
bagi yang melanggar. Kita juga sering memotivasi mereka.