Post on 24-Oct-2015
description
BAB I PENDAHULUAN
Tonsil palatina adalah suatu jaringan limfoid lokasi fossa tonsilaris pada kedua sudut orofaring sangat memungkinkan mendapat paparan benda asing dan patogen
Penyakit tonsilofaringitis termasuk dalam infeksi saluran pernafasan akut yang kasusnya banyak dimasyarakat, mencapai 40 - 60 % kunjungan pasien ke RS
Faringitis secara luas menyangkut tonsillitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis. Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya
ANATOMI
• Tonsil adalah jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori
• Cincin Waldeyer – Tonsil palatina
– Tonsil faringeal (adenoid)
– Tonsil lingual
– Tonsil tubal.
TONSIL PALATINA
• LOKASI• VASKULARISASI : ascending pharyngeal,
ascending palatine, dan cabang-cabang dari arteri lingual dan fasial cabang arteri karotis eksterna
• Limfa dari tonsil superior deep cervical and jugular lymph nodes
• INERVASI – sensoris tonsil berasal dari n. glosofaringeal dan
beberapa cabang-cabang n. palatina melalui ganglion sphenopalatina
TONSILOFARINGITIS
• Faringitis secara luas menyangkut tonsillitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya yang ditandai dengan– keluhan utama nyeri tenggorok.
• Tonsillitis adalah peradangan tonsila palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer
ETIOLOGI
• Virus – Adenovirus
– rhinovirus
– virus parainfluenza
• Streptococcus beta hemolitikus grup A– 15-30% pada anak
– 5-10% pada dewasa
PATOFISIOLOGI
• Kontak langsung dengan mukosa nasofaring dan orofaring– inokulasi dari agen infeksius di faring yang
peradangan lokal eritem faring &/ tonsil
• Infeksi SBHGA invasi lokal serta pelepasan toksin ekstraseluler dan protease
• Transmisi virus & SBHGA kontak tangan dengan sekret hidung atau droplet > kontak oral.
• masa inkubasi yang pendek 24-72 jam.
DIAGNOSIS
Gejala Klinis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
GEJALA UMUM
• Gejala lokal:– tidak enak di tenggorok, sakit tenggorok, sulit
sampai sakit menelan.
• Gejala sistemik:– tidak enak badan atau malaise
– nyeri kepala
– demam sumer
– nyeri otot dan persendian
PEMERIKSAAN FISIK
• Pembesaran pada tonsil, tanda radang pada faring dan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan
Pemeriksaan Penunjang
• Baku emas: pemeriksaan kultur apusan tenggorok
• Rapid antigen detection test.
• Besar tonsil ditentukan sebagai berikut:
• — T0 : tonsil di dalm fosa tonsil atau telah diangkat
• — T1 : bila besarnya ¼ jarak arkus anterior dan uvula
• — T2 : bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula
• — T3 : bila besarnya ¾ jarak arkus anterior dan uvula
• — T4 : bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih
DIAGNOSIS Modifikasi Skor Centor dan Pedoman Pemeriksaan kultur
( Mc Isaac WJ, 2004 ) ( I A)
Kriteria
Temperatur > 38°C 1
Tidak ada batuk 1
Pembesaran kelenjar leher anterior 1
Pembengkakan/eksudat tonsil 1
Usia:3-14 tahun
1
15 – 44 th 1
≥ 45 tahun -1
TATA LAKSANA UMUM
• Istirahat cukup • Pemberian nutrisi dan cairan yang cukup • Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak yang
lebih besar untuk mengurangi nyeri tenggorok • Pemberian antipiretik, dianjurkan parasetamol atau
ibuprofen • Pengobatan tonsilitis akut dengan menggunakan
antibiotik oral perlu diberikan selama sekurangnya 5 hari. Antibiotik yang dapat diberikan adalah golongan penisilin atau sulfonamida, namun bila terdapat alergi penisilin dapat diberikan eritromisis atau klindamisin.
TERAPI ANTIBIOTIK PADA INFEKSI SBHGA
• Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dugaan faringitis streptokokus dan diharapkan didukung hasil Rapid antigen detection test dan/atau kultur positif dari usap tenggorok.
• Tujuan : untuk menangani fase akut dan mencegah gejala sisa.
• Antibiotik empiris dapat diberikan pada anak dengan klinis mengarah ke faringitis streptokokus, tampak toksik dan tidak ada fasilitas pemeriksaan laboratorium
• Golongan penisilin (pilihan utk faringitis streptokokus)
• penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau
• Amoksisilin 50mg/kgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari. Bila alergi penisilin
dapat diberikan
• Eritromisin etil suksinat 40 mg/kgBB/hari atau
• Eritromisin estolat 20-40 mg/kgBB/hari dengan pemberian 2,3 atau 4 kali
perhari selama 10 hari.
• Makrolid baru misalnya azitromisin dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama
3 hari Tidak dianjurkan: antibiotik golongan sefalosporin generasi I
dan II karena resiko resistensi lebih besar
• Jika setelah terapi masih didapatkan streptokokus persisten, perlu dievaluasi :– Kepatuhan yang kurang– Adanya infeksi ulang– Adanya komplikasi misal: abses peritonsilar– Adanya kuman beta laktamase. Penanganan faringitis
streptokokus persisten :
• Klindamisin oral 20-30 mg/kgBB/hari (10 hari) atau
• Amoksisilin clavulanat 40 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis selama 10 hari atau
• Injeksi benzathine penicillin G intramuskular, dosis tunggal 600.000 IU (BB<30 kg) atau 1.200.000 IU (BB>30 kg).
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIENNama : IWSUmur : 23 tahunJenis Kelamin : PerempuanAlamat : Jl Tukad IrawadiPekerjaan : PNS
ANAMNESISKeluhan utama : Pasien mengeluh nyeri menelan yang disertai rasa sakit pada tenggorokan.
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke poliklinik THT RSUP Sanglah dengan keluhan nyeri menelan yang dirasakan timbul sejak 1 minggu yang lalu dan nyeri menelan dirasakan memberat sejak 2 hari terakhir. Nyeri menelan dirasakan terutama setelah mengkonsumsi gorengan, makanan pedas, atau minuman dingin. Pasien juga mengeluhkan rasa sakit pada tenggorokan yang timbul sejak 1 minggu terakhir, rasa kering pada tenggorokan dan dirasakan panas pada tenggorokan. Ketika pemeriksaan pasien tidak mengeluhkan batuk dan pilek. Keluhan demam, nyeri pada telinga, telinga terasa mendengung dan telinga terasa penuh, disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit dahulu :Pasien menyangkal pernah mengalami penyakit serupa. Riwayat hipertensi dan penyakit kencing manis disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit keluarga :Ayah pasien mengalami keluhan pilek dan batuk sejak 10 hari yang lalu dan telah berobat ke dokter umum. Riwayat alergi :Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi terhadap debu dan udara dingin. Alergi makanan dan obat-obatan (-). Riwayat pengobatan :Selama sakit pasien tidak pernah meminum obat-obatan yang diberikan oleh dokter.
Status PresentKeadaan umum : BaikKesadaran : Compos mentis
Tanda vitalTensi : 110/70 mmHgNadi : 80 x/menit Respirasi : 20 x/menitSuhu : 36,5 0CVAS : 2
Pemeriksaan Fisik
Status GeneralKepala : Normosefali, kelainan (-)Mata : Anemia (-), ikterus -/-, reflek pupil +/+
isokorTHT : Sesuai status lokalisLeher : Pembesaran kelenjar (+) di kanan, nyeri
tekan (+)Thorax
Cor : S1S2, tunggal, reguler, murmur (-)Pulmo : Vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Abdomen : Distensi (-) bising usus (+) normal, hepar/lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat
No. Pemeriksaan
Telinga
Telinga kanan Telinga kiri
1. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, nyeri tragus
(-), hematoma (-)
Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, nyeri tragus
(-), hematoma (-)
2. Liang telinga luar Serumen (-), Edema (-),
hiperemi (-), furunkel (-)
Serumen (-), Edema (-),
hiperemi (-), furunkel (-)
3. Membran timpani Intak, retraksi (-), bulging
(-), refleks cahaya (+)
Intak, retraksi (-), bulging
(-), refleks cahaya (+)
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri
Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-), nyeri
tekan (-), deformitas (-)
Bentuk (N), inflamasi (-), nyeri
tekan (-), deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi N, ulkus (-) N, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (N), sekret (-), mukosa
hiperemi (-)
Bentuk (N), sekret (-), mukosa
hiperemi (-)
Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), sekret (-),
massa (-)
Mukosa hiperemi (-), sekret (-),
massa (-)
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemia (-) Edema (-), mukosa hiperemi
(-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-), ulkus (-)
Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-), ulkus (-)
Pemeriksaan Tenggorokan
Mukosa Bukal Berwarna merah muda, hiperemia (-)
Lidah Normal
Uvula Normal
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (+)
Faring Mukosa hiperemi (+), edema (+), granul (-),
ulkus (-), neovaskularisasi (-)
Tonsila palatina Hiperemia (+), ukuran T1-T2, kripte melebar
(-), detritus (-).
DIAGNOSISTonsilofaringitis akut et causa suspek bakteri. PEMERIKSAAN PENUNJANGDapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apusan tenggorok. RENCANA USULAN TERAPIAntibiotik : Amoxicilin tab 3 x 500 mgAnalgetik dan anti-inflamasi : Asam mefenamat 3 x 1Obat kumurVitamin : untuk menjaga daya tahan tubuhKIE
PEMBAHASANANAMNESIS :
-Nyeri tenggorokan
-Nyeri saat menelan
-Onset kejadian 1 minggu (akut)
-Riwayat kontak dengan pasien rhinitis
PEMERIKSAAN FISIK :
-Mukosa dinding posterior faring hiperemis
-Tonsil T1/T2, hiperemis, permukaan tidak rata
- Kelenjar getah bening leher anterior kanan membesar, kenyal,
nyeri tekan (+)
PEMBAHASAN
TERAPI :
Suspek bakteri: Antibiotik golongan penisilin
Amoxicilin 3 x 500 mg selama 5-7 hari
Analgetik & anti inflamasi
Asam Mefenamat 3 x 1 tab
Adjuvan : Obat Kumur, Vitamin
KIE
Prognosis : Dubius ad Bonam
SIMPULAN
• Tonsilofaringitis akut adalah suatu peradangan pada tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer dan pada dinding faring.
• Gejala yang khas yaitu gejala lokal, yang bervariasi dari rasa tidak enak di tenggorok, sakit tenggorok, sulit sampai sakit menelan.
• Tonsilofaringitis yang disebabkan oleh virus bersifat self limiting, sedangkan oleh bakteri, dapat diberikan antibiotik spektrum luas seperti golongan penisilin.