Post on 29-Nov-2020
TINGKAT PENERIMAAN DIRI REMAJA BROKEN HOME
(Studi Deskriptif pada Siswa/i SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019
dan Implikasinya Terhadap Usulan Program Pendampingan Siswa)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusunoleh:
Hana Septa Gracia
151114023
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
TINGKAT PENERIMAAN DIRI REMAJA BROKEN HOME
(Studi Deskriptif pada Siswa/i SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019
dan Implikasinya Terhadap Usulan Program Pendampingan Siswa)
SKRIPSI
Diajukanuntuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusunoleh:
Hana Septa Gracia
151114023
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Trust in the LORD with all your heart and lean not on your own
understanding; in all your ways submit to him, and he will make your paths
straigh (Proverbs 3:5-6)
Therefore I tell you, whatever you ask for in prayer, believe that you have
received it, and it will be yours (Mark 11:24)
There is a time for everything, and season for every activity under the heavens
(Ecclesiastes 3:1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya saya yang sederhana ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu mengiringi setiap proses kehidupan saya
Kedua orang tua saya Bapak Sugiman dan Ibu Winarti
Nenek saya satu-satunya yang selalu memberikan doa serta dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
TINGKAT PENERIMAAN DIRI REMAJA BROKEN HOME
(Studi Deskriptif pada Siswa/i SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019 dan
Implikasinya Terhadap Usulan Program Pendampingan Siswa)
Hana Septa Gracia
Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan seberapa baik penerimaan
diri remaja broken home SMK N 2 Depok tahun ajaran 2018/2019 (2) Mengetahui item-
item instrumen penerimaan diri yang capaian skornya teridentifikasi rendah sebagai
bahan usulan program pendampingan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Angket Penerimaan Diri Remaja yang disusun oleh
peneliti. Koefisien reliabilitas kuesioner diukur menggunakan Alpha Cronbach dan
menunjukan hasil perhitungan 0,934 yang masuk dalam kategori sangat tinggi.Subjek
penelitian ini adalah siswa-siswi broken home di SMK N 2 Depok tahun ajaran
2018/2019 berjumlah 30 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah norma
kategorisasi menurut Azwar terdiri dari 5 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup baik,
tidak baik, sangat tidak baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Tingkat penerimaan diri remaja
broken home di SMK N 2 Depok tahun ajaran 2018/2019 berada pada tingkatan
kategorisasi sangat baik, baik, cukup baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. 4 (13,3%)
siswa memiliki penerimaan diri dengan kategori sangat baik, 14 (46,7%) siswa memiliki
penerimaan diri dengan kategori baik, 10 (33,3%) siswa memiliki penerimaan diri dengan
kategori cukup baik, 1 (3,3%) siswa memiliki penerimaan diri dengan kategori tidak baik
dan 1 (3,3%) siswa memiliki penerimaan diri dengan kategori sangat tidak baik. (2)
Melalui hasil perhitungan capaian skor item instrumen, teridentifikasi 2 item yang berada
pada kategori rendah yang dijadikan dasar dalam usulan program pendampingan.
Kata Kunci: Penerimaan diri, remaja, program pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE SELF-ACCEPTANCE LEVEL OF BROKEN HOME TEENAGERS
(Descriptive Study on Vocational School Students of SMKN 2 Depok Academic Year
2018/2019 and Its Implications for the Proposed Students Assistance Program)
Hana Septa Gracia
Sanata Dharma University
2019
This study was aimed to: (1) Describe the self-acceptance of broken home
teenagers in Depok 2 Vocational High School (SMKN 2 Depok) year 2018/2019 (2)
Know the items of self-acceptance instruments that had low score and identified as a
material for the proposed assistance program.
The type of this research was quantitative descriptive research. The instrument
used in this study was the Teenagers Self-Acceptance Questionnaire compiled by
researcher. The questionnaire reliability coefficient was measured using Cronbach Alpha
and showed the calculation results of 0.934 which considered as very high. The subjects
of this study were broken home students in Depok 2 Vocational High School year
2018/2019 with total subjects were 30 students. The data analysis technique used was the
categorization norm according to Azwar with 5 categories, namely very good, good, quite
good, bad, very bad.
The results of this study showed that:(1) The level of self-acceptance of broken
home teenagers in Depok 2 Vocational High School year 2018/2019 was categorize as
very good, good, quite good, bad, and very bad. 4 (13.3%) students were in a very good
categoryof self-acceptance, 14 (46.7%) students had self-acceptance in good category, 10
(33.3%) students had self-acceptance inquite good category, 1 (3, 3%) students had bad
self-acceptance and 1 (3.3%) student had very bad self-acceptance. (2) Through the
results of the instrument item scorecalculation, 2 items are in the low category and
identified as the basis for the proposed guidance program.
Keywords: Self-acceptance, teenager, guidance program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugrahnya yang telah diberikan sehingga proses penulisan skripsi yang berjudul
“Tingkat Penerimaan Diri Remaja Broken Home (Studi Deskriptif pada Siswa/i
SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019 dan Implikasinya Terhadap Usulan
Program Pendampingan Siswa)” dapat terselesaikan dengan baik. Begitu banyak
pelajaran berharga yang didapatkan dalam penyusunan tugas akhir ini dan
semakin dijadikan pembelajaran untuk proses menjadi pribadi yang lebih matang.
Penulis menyadari tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta kerjasama yang
baik dari pihak lain yang terlibat, penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan
lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd selaku dosen pembimbing yang
membimbing dengan sabar selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah
membimbing penulis selama studi.
5. Drs. Aragani Mizan Zakaria selaku kepala SMK N 2 Depok yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Batasan Masalah................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
G. Definisi Istilah ...................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10
A. Hakekat Penerimaan Diri ..................................................................... 10
1. Pengertian Penerimaan Diri ........................................................... 10
2. Ciri-ciri Individu yang Dapat Menerima Diri ................................ 12
3. Faktor-faktor Penerimaan Diri ....................................................... 17
4. Upaya-upaya Peningkatan Penerimaan Diri .................................. 19
B. Hakekat Broken Home ......................................................................... 21
1. Pengertian Broken Home................................................................ 21
2. Faktor-faktor terjadinya Broken Home .......................................... 22
C. Hakekat remaja..................................................................................... 25
1. Pengertian Remaja ......................................................................... 25
2. Tugas Perkembangan Remaja ........................................................ 26
3. Arti Keluarga dalam Masa Remaja ................................................ 28
D. Program Pendampingan ....................................................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial ............................................ 29
2. Unsur-unsur Bimbingan Pribadi-Sosial ......................................... 29
3. Program Pendampingan Siswa ....................................................... 31
E. Kajian Penelitian yang Relevan ........................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 33
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 34
C. Subjek Penelitian .................................................................................. 34
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 35
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 35
2. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................ 36
F. Pengujian Instrumen Penelitian............................................................ 38
1. Validitas ......................................................................................... 38
2. Reliabilitas ..................................................................................... 44
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 51
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 51
1. Gambaran Tingkat Penerimaan Diri Remaja Broken Home
di SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019 ............................... 51
2. Identifikasi Capaian Skor Item Instrumen ..................................... 54
B. Pembahasan .......................................................................................... 54
1. Gambaran Tingkat Penerimaan Diri Remaja Broken Home
di SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019 ............................... 55
2. Identifikasi Capaian Skor Item Instrumen ..................................... 58
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 60
A. Simpulan .............................................................................................. 60
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 60
C. Saran ..................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Norma Skoring Inventori Penerimaan Diri .................................... 37
Tabel 3.2 Hasil Analisis Uji Validitas Item .................................................... 39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri Remaja
Broken Home(Setelah Uji Validitas) ............................................. 42
Tabel 3.4 Kriteria Guilford ............................................................................ 45
Tabel 3.5 Kategorisasi Normal Tingkat Penerimaan Diri .............................. 47
Tabel 3.6 Kategorisasi Normal Tingkat Penerimaan Diri
Remaja Broken Home di SMK N 2 Depok Tahun
Ajaran 2018/2019 .......................................................................... 48
Tabel 3.7 Kategorisasi Identifikasi Item Instrumen Tingkat
Penerimaan Diri Remaja Broken Home di SMK N
2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019 ................................................. 49
Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Penerimaan Diri Remaja Broken Home
di SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019 ............................... 51
Tabel 4.2 Identifikasi Item Instrumen ............................................................ 54
Tabel 4.3 Usulan Program Pendampingan untuk Meningkatkan
Penerimaan Diri Berdasarkan Item yang
Teridentifikasi Rendah .................................................................... 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Diagram Batang Tingkat Penerimaan Diri Remaja
Broken Home di SMK N 2 Depok Tahun Ajaran
2018/2019 ..................................................................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Angket Tingkat Penerimaan Diri ................................................ 65
Lampiran 2: Tabulasi Data ............................................................................... 66
Lampiran 3: Kisi-Kisi Instrumen Penerimaan Diri Remaja
Broken Home .............................................................................. 68
Lampiran 4: Tabulasi Data Validitas ............................................................... 71
Lampiran 5: Uji Validitas Angket Penerimaan Diri Remaja
Broken Home .............................................................................. 79
Lampiran 6: Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi istilah
A. Latar Belakang Masalah
Penerimaan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang dapat
melihat dirinya secara positif, menerima dan mengakui berbagai aspek yang
ada dalam dirinya baik kualitas baik maupun buruk serta memandang secara
positif kehidupan yang sedang dijalani. Individu yang memiliki penerimaan
diri akan mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri maupun
lingkungannya. Apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka
ia akan memiliki kondisi yang positif. Seseorang yang memiliki kondisi
yang positif akan melihat dirinya secara positif dan akan bersikap secara
positif. Seseorang yang memiliki sikap positif, perasaan bahagia, dan
menghargai kenyataan yang ada dalam dirinya dianggap sebagai seseorang
yang mampu menerima dirinya.
Penerimaan diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang. Dengan
adanya penerimaan diri seorang individu dapat menghormati dirinya, dapat
menyadari kondisi positif mapun negatif yang ada dalam dirinya, serta
mengetahui bagaimana untuk hidup bahagia saat individu berada pada
kondisi yang negatif. Proses penerimaan diri tidak hanya dapat terjadi ketika
individu sudah memasuki masa dewasa namun juga dapat terjadi ketika
individu berada pada masa anak-anak maupun remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa
dimana pada masa ini remaja membutuhkan peranan orang tua untuk dapat
menjadi teladan, pembimbing, pendidik, dan pengarah. Dalam masa
pertumbuhannya, remaja sangatlah membutuhkan bantuan orang tua untuk
dapat berkembang secara optimal. Orang tua bertanggungjawab penuh
dalam proses perkembangan remaja termasuk dalam memenuhi kebutuhan
fisik dan psikisnya agar remaja dapat tumbuh dan berkembang ke arah
kepribadian yang harmonis dan matang.
Keharmonisan dalam keluarga berfungsi penting dalam perkembangan
remaja. Remaja dengan keluarga yang broken home memiliki kemungkinan
lebih tinggi terlibat kasus kenakalan remaja dibandingkan remaja dengan
keluarga yang harmonis. Istilah broken home digunakan untuk
menggambarkan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan
layaknya keluarga yang rukun akibat sering terjadi konflik. Ida Ayu dan
Yohanes Kartika (2018) mengatakan bahwa keberfungsian keluarga yang
rendah akan menimbulkan kenakalan remaja. Kenakalan remaja banyak
terjadi dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figur teladan bagi
anak-anak mereka. Banyak remaja broken home kurang dapat menerima diri
mereka dikarenakan ketidakharmonisan orang tua mereka. Beberapa remaja
yang tidak dapat menerima diri mereka cenderung untuk mencari pelarian
ke hal-hal yang negatif seperti minder, pesimis terhadap dirinya dan
hidupnya, melepaskan tanggung jawab, mengikuti gaya hidup orang lain,
tidak bisa menerima kritik dan saran dari orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Menurut harian Jawa Pos edisi tanggal 7 Mei 2018, pada tahun 2018
angka perceraian meningkat hingga 20% dikarenakan keluarga yang tidak
harmonis. Peningkatan jumlah perceraian tersebut secara otomatis semakin
memperbanyak jumlah anak di Indonesia yang menyandang status anak
broken home. Broken home digunakan untuk menggambarkan kondisi
keluarga yang tidak harmonis dan tidak sesuai dengan keadaan keluarga
yang rukun, damai, dan sejahtera dikarenakan dalam keluarga sering terjadi
pertengkaran dan perselisihan. Hal tersebut menyebabkan banyak remaja
broken home yang merasakan berkurangnya keberfungsian keluarga akibat
perceraian kedua orang tuanya. Rendahnya keberfungsian keluarga akan
meningkatkan kenakalan remaja dan perilaku maladaptive. Remaja broken
home yang lari kepada hal-hal negatif akibat dari kondisi dirinya dapat
dikatakan sebagai seseorang yang kurang dapat menerima diri.
Ida Ayu dan Yohanes Kartika (2018) mengatakan bahwa kasus
perceraian tidak selalu berdampak negatif. Beberapa remaja merasakan hal
positif ketika orang tua mereka bercerai. Remaja merasakan hal positif
ketika mereka mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari
kedua orang tuanya walapun dalam keadaan bercerai. Mereka memiliki
pemahaman bahwa perceraian merupakan jalan terbaik dari pada hidup
dengan keluarga yang tidak harmonis. Hal tersebut berarti bahwa ada
sebagian remaja broken home memiliki pandangan bahwa perceraian kedua
orang tua mereka bukanlah hal yang buruk bahkan dapat dikatakan mereka
merasa memiliki kehidupan yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Berdasarkan pengalaman beberapa mahasiswa PPL BK Sanata Dharma
dan Guru BK di SMK N 2 Depok, fenomena kenakalan remaja dan perilaku
maladaptive yang dilakukan siswa broken home antara lain siswa merasa
minder dalam segala hal, pesimis terhadap dirinya dan hidupnya,
melepaskan tanggung jawab, mengikuti gaya hidup orang lain, tidak bisa
menerima kritik dan saran dari orang lain.
Menurut pemaparan mahasiswa PPL dan Guru BK, siswa broken home
di SMK N 2 Depok banyak yang menunjukan sikap minder karena diketahui
bahwa ada beberapa siswa yang menarik diri dan cenderung kurang dapat
bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah. Selain itu, siswa broken
home di SMK N 2 Depok juga memiliki sikap pesimis tentang dirinya
sendiri, hal tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki penghargaan
terhadap dirinya dan merasa dirinya kurang baik dibanding individu lain.
Perilaku maladaptive lain yang ditunjukan siswa broken home di SMK N 2
Depok adalah melepaskan diri dari tanggung jawab, mereka merasa bahwa
mereka tidak dapat menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan
meskipun sebenarnya mereka mampu untuk menyelesaikan tanggung jawab
tersebut. Mereka sering membolos, terlambat masuk sekolah, dan tidak
menyelesaikan tugas dari guru dengan baik. Selain itu, mereka juga lebih
senang mengikuti gaya hidup orang lain dibandingkan dengan gaya
hidupnya sendiri. Mereka merasa bahwa gaya hidup orang lain lebih bisa
diterima oleh lingkungannya. Gaya hidup yang sering mereka ikuti adalah
trend gaya berpakaian orang lain, bergonta-ganti gadget, minum minuman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
keras, merokok, dan lain sebagainya. Perilaku maladaptive yang terakhir
yang sering terjadi adalah siswa broken home di SMK N 2 Depok kurang
dapat menerima berbagai kritik dan saran dari orang lain. Hal tersebut
terlihat ketika ia diberikan nasihat oleh guru ataupun teman-temannya ia
cenderung mengabaikan.
Siswa broken home terutama di SMK N 2 Depok perlu lebih bisa
menerima diri. Selain itu perlu adanya sebuah kegiatan berupa layanan
bimbingan pribadi-sosial yang berfungsi untuk siswa broken home agar
mereka lebih dapat menerima diri mereka.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti merasa tertarik
dan merasa tergerak untuk mengangkat judul “TINGKAT PENERIMAAN
DIRI REMAJA BROKEN HOME DI SMK N 2 DEPOK TAHUN
AJARAN 2018/2019”
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan Tingkat
Penerimaan Diri Remaja Broken Home SMK N 2 Depok Tahun Ajaran
2018/2019 diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:
1. Siswa broken home menarik diri dan minder dengan teman-temannya
2. Siswa broken home pesimis terhadap dirinya dan hidupnya karena tidak
memiliki penghargaan atas dirinya
3. Siswa broken home melepaskan tanggung jawab seperti membolos,
terlambat masuk sekolah, dan tidak menyelesaikan tugas dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
4. Siswa broken home mengikuti gaya hidup orang lain seperti trend gaya
berpakaian orang lain, bergonta-ganti gadget, minum minuman keras,
merokok, dan lain-lain
5. Siswa broken home tidak bisa menerima kritik dan saran dari orang lain
dan cenderung mengabaikan nasihat orang lain
C. Batasan Masalah
Melihat berbagai bentuk masalah yang muncul pada latar belakang, fokus
kajian dalam penelitian ini diarahkan untuk menjawab apakah remaja broken
home di SMK N 2 Depok memiliki penerimaan diri. Penelitian ini dilakukan
kepada siswa broken home di SMK N 2 Depok.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Seberapa baik penerimaan diri siswa broken home SMK N 2 Depok
Tahun Ajaran 2018/2019?
2. Topik bimbingan pribadi-sosial seperti apa yang akan diusulkan
berdasarkan item-item instrument yang capaian skornya teridentifikasi
rendah?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui tingkat penerimaan diri siswa broken home di SMK N 2
Depok Tahun Ajaran 2018/2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Mengidentifikasi item-item instrumen penerimaan diri yang capaian
skornya rendah yang implikatif dijadikan dasar penyusunan program
pendampingan
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis
tentang penerimaan diri sehingga berguna bagi pengembangan ilmu di
bidang pendidikan terutama di bidang bimbingan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah dan para guru
Hasil penelitian ini menjadi masukan yang dapat digunakan oleh
sekolah untuk mengetahui seberapa baik tingkat penerimaan diri
siswa broken home SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019.
Penelitian ini juga dapat membantu kepala sekolah dan seluruh guru
dalam memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dapat
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penerimaan diri
dalam setiap remaja.
b. Bagi siswa SMK N 2 Depok
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah agar siswa terutama siswa
broken home dapat menerima kelebihan dan kekurangan dalam
dirinya dalam berbagai aspek. Siswa yang menerima kekurangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kelebihan dalam dirinya semakin termotivasi untuk berkembang
secara optimal.
c. Bagi peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah menambah wawasan dan
pengetahuan tentang remaja broken home secara khusus tentang
penerimaan diri.
d. Bagi peneliti lain
Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain adalah untuk
mengembangkan penelitian tentang penerimaan diri pada remaja
broken home sehingga penelitian ini menjadi lebih mendalam.
G. Definisi Istilah
Adapun definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan diri
Penerimaan diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa sebagai seorang remaja broken home SMK N 2
Depok dalam memahami dan memiliki gambaran terhadap dirinya
sendiri serta menerima segala kondisi yang ada dalam dirinya yang
tengah dalam kondisi keluarga yang broken home.
2. Broken Home
Broken home merupakan keadaan dimana sebuah keluarga (ayah
dan ibu) mengalami keretakan dalam rumah tangga yaitu berupa
perceraian ataupun tidak bercerai namun dalam keadaan keluarga yang
tidak harmonis dan disfungsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan kajian pustaka tentang penerimaan diri, remaja,
dan bimbingan pribadi-sosial. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada
sumber buku atau bacaan yang dapat dipertanggung jawabkan. Masing-masing
sub bagian landasan teori dijabarkan secara singkat, padat, dan jelas.
A. Hakekat Penerimaan Diri
1. Pengertian Penerimaan Diri
Penerimaan diri merupakan bentuk dari kepuasan individu atau
kebahagiaan individu mengenai dirinya serta berfikir mengenai
kebutuhannya untuk memiliki mental yang sehat. Individu yang
memiliki mental dan berkepribadian sehat akan lebih mudah untuk
mengaktualisasikan dirinya secara lebih optimal. Noviani (2016)
mengatakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
seseorang yaitu prestasi (achievement), penerimaan (acceptance), dan
afeksi (affection). Menurut Supratiknya (1995), orang yang menolak
dirinya biasanya tidak bahagia dan tidak mampu membangun serta
melestarikan hubungan baik dengan orang lain.
Supratiknya (1995) mengatakan penerimaan diri adalah ciri
perilaku dari aspek penyesuaian diri ketika seseorang memiliki jati diri
yang positif.Individu menunjukkan penerimaan diri ketika memiliki
penilaian yang realistik terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan
dalam dirinya sehingga dapat memandang masa depan secara positif.
Seseorang yang menerima dirinya akan dapat bertumbuh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
berkembang secara psikologis. Seseorang yang memiliki kesehatan
psikologis yang baik adalah seseorang yang memandang dirinya
disenangi, mampu, berharga dan diterima oleh orang lain.
Menurut Maslow (Boeree, 2008), penerimaan diri berarti menerima
diri kita sebagaimana adanya kita dan bukan mengubah diri kita
menjadi seperti apa yang kita maupun orang lain pikirkan atau
inginkan dari kita. Individu yang mampu menerima dirinya akan
merasa puas dengan keadaan dirinya yang memiliki sisi positif
maupun negative.
Chaplin (2005) mengemukakan bahwa peneriman diri adalah sikap
yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas
dan bakat-bakat sendiri, serta pengetahuan-pengetahuan akan
keterbatasan-keterbatasan sendiri. Penerimaan diri dalam hal ini berarti
bahwa seseorang yang menerima dirinya adalah seseorang yang
mampu memahami dirinya dan segala hal positif maupun negatif
dalam dirinya.
Secara implisit, Maslow mengatakan bahwa penerimaan diri
merupakan suatu kebutuhan. Penerimaan diri merupakan kebutuhan
dasar individu untuk dapat lebih mengaktualisasikan dirinya.
Berdasarkan lima teori kebutuhan, Maslow mengatakan bahwa “kita
semua membutuhkan rasa diingini dan diterima oleh orang lain. Ada
yang memuaskan kebutuhan ini melalui berteman, berkeluarga, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berorganisasi.Tanpa ikatan ini kita akan merasa kesepian.”(Sobur,
2003).
Chaplin (2005) dalam kamus psikologi mendefinisikan penerimaan
diri (self-acceptance) sebagai berikut:
Penerimaan-diri adalah sebuah sikap seseorang
menerima dirinya. Istilah ini digunakan dengan
konotasi khusus kalau penerimaan ini didasarkan
kepada pujian yang relatif obyektif terhadap talenta-
talenta, kemampuan dan nilai umum yang unik dari
seseorang, sebuah pengakuan realistik terhadap
keterbatasan dan sebuah rasa puas yang penuh akan
talenta maupun keterbatasandirinya.
Berdasarkan definisi dari Chaplin, pengenalan terhadap diri sendiri
sangatlah penting agar seseorang mampu mengenali siapa dirinya
dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Berdasarkan paparan dari beberapa ahli, peneliti menyimpulkan
bahwa penerimaan diri adalah indikator seorang individu memiliki
kepribadian yang sehat, dapat menyesuaikan diri dan bahagia.
Ketidakmampuan seseorang dalam menerima dirinya akan
menyebabkan individu tersebut memiliki perilaku maladaptive.
2. Ciri-ciri Individu yang Dapat Menerima Diri
Sheerer (Sutadipura, 1984) mengatakan bahwa terdapat ciri-ciri
orang yang dapat menerima dirinya yaitu:
a. Kepercayaan atas kemampuannya untuk menghadapi hidupnya
Individu yang memiliki kepercayaan terhadap dirinya
sendiri merupakan individu yang merasa mampu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menghadapi segala tantangan dalam hidupnya. Individu yang
memiliki kepercayaan atas kemampuanya adalah individu yang
memiliki sikap yang optimis. Kubler Ross menjelaskan bahwa
penerimaan diri terbentuk ketika individu mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada tidak adanya harapan
(Lusyawati dkk, 2018). Hal tersebut mendukung pernyataan bahwa
individu yang optimis terhadap dirinya merupakan karakteristik
individu yang mampu menerima dirinya.
b. Menganggap dirinya sederajat dengan orang-orang lain
Individu yang menganggap dirinya sederajat dengan orang
lain secara otomatis dapat melihat dirinya sebagai pribadi yang
berharga. Apabila kondisi nyata seorang individu dengan idealnya
sangat berbeda sekali akan memungkinkan individu tersebut tidak
bahagia dengan dirinya. Individu yang memandang diri idealnya
dalam diri orang lain akan membuat individu merasa dirinya lebih
rendah dari orang lain. Seorang individu yang tidak bahagia
dengan dirinya dan mengganggap dirinya lebih rendah dari orang
lain merupakan individu yang kurang bisa menerima dirinya. Hal
tersebut akan berdampak pada cara bersosialisasi individu tersebut.
Individu yang merasa dirinya lebih rendah dari orang lain akan
mudah merasa minder dan kurang dapat bersosialisasi dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
c. Tidak menganggap dirinya sebagai orang hebat atau abnormal dan
tidak mengharapkan bahwa orang lain mengucilkannya
Individu yang memiliki self acceptance akan bisa berpikir
positif tentang dirinya bahwa setiap individu pasti memiliki
kelemahan atau kekuragan dan hal tersebut tidak menjadi
penghambat individu untuk mengaktualisasikan dirinya (Lusyawati
dkk, 2018). Individu yang dapat menerima dirinya dapat melihat
kelebihannya secara lebih bijaksana dan melihat kekurangannya
dengan sisi yang positif. Individu yang memiliki penerimaan diri
yang baik akan mampu menghargai dirinya sendiri serta mampu
menghargai orang lain.
d. Tidak malu-malu kucing atau serba takut dicela orang lain
Tidak malu-malu dan serba takut dicela orang lain
merupakan individu yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang
tinggi. Individu yang memiliki kepercayaan diri memiliki
pandangan positif serta optimis tentang dirinya dan hidupnya
sehingga individu tidak merasa dirinya akan dikucilkan ataupun
dicela oleh individu lain.
e. Mempertanggung-jawabkan perbuatannya
Individu yang mempertanggung jawabkan atas apa yang di
lakukan merupakan individu yang dapat menerima segala
konsekuensi apapun yang ada dalam hidupnya. Individu mampu
mengakui kesalahannya tanpa mencari alasan untuk dianggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
benar.Penerimaan diri merupakan kondisi dimana individu dapat
menerima segala aspek baik atau buruk yang ada di hidupnya.
f. Mengikuti standar pola hidupnya sendiri dan tidak ikut-ikutan
Salah satu ciri dari individu yang dapat menerima dirinya
adalah individu yang dapat menjalani kehidupan sesuai dengan
porsi dirinya dan kemampuannya. Individu yang menerima dirinya
juga dapat menjadi dirinya sendiri dengan tidak mengikuti standar
pola individu lain. Individu menilai bahwa kehidupannya lebih
baik dari orang lain sehingga individu tidak berusaha untuk
menjadi orang lain untuk membuat hidupnya lebih bahagia.
g. Menerima pujian atau celaan secara objektif
Individu yang dapat melihat pujian atau celaan secara
objektif merupakan individu yang memiliki kematangan secara
psikologis. Menurut Anderson (Sobur, 2003), individu yang
memiliki kematangan psikologis mampu menerima kritikan dan
saran.Individu yang matang secara psikologis akan memiliki
penerimaan diri yang baik karena individu yang matang secara
psikologis dapat mengolah berbagai kritik maupun pujian serta
menyadari bahwa dirinya juga memiliki kelemahan maupun
kekurangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
h. Tidak menganiaya diri sendiri dengan kekangan-kekangan yang
berlebihan
Individu yang tidak mengekang dirinya sendiri secara
berlebihan merupakan individu yang dapat melihat dirinya sebagai
individu yang berharga. Individu yang menghargai dirinya akan
mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya tanpa harus berlaku
negatif terhadap dirinya sendiri. Individu memiliki rasa sayang
terhadap dirinya sendiri serta mampu untuk mengontrol dirinya
ketika sedang berhadapan dengan konflik dalam dirinya.
i. Menyatakan perasaannya dengan wajar
Individu yang dapat menerima dirinya mampu menjadi
pribadi yang otentik dan asertif. Otentik dan asertif dapat diartikan
bahwa individu memiliki kerelaan untuk dapat terbuka atau lebih
dapat menyatakan aneka pikiran, perasaan, serta reaksi kepada
orang lain. Ridha (2012) mengatakan bahwa dalam penerimaan diri
individu, terciptanya suatu penerimaan diri yang baik terhadap
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, dapat dilihat dari
bagaimana ia mampu untuk menghargai dan menyayangi dirinya
serta terbuka kepada orang lain.
Menurut paparan ahli mengenai ciri-ciri individu yang dapat
menerima dirinya, peneliti menyimpulkan bahwa individu yang
dapat menerima dirinya merupakan individu yang memiliki rasa
optimis terhadap dirinya, tidak merasa dirinya lebih rendah atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
lebih tinggi dari pada orang lain, tidak malu dengan orang lain,
bertanggung jawab atas perbuatannya, percaya diri, melihat sesuatu
secara objektif, menghargai dirinya, serta dapat bersikap asertif.
3. Faktor-Faktor Penerimaan Diri
Menurut Jersild (1958), yang merupakan faktor yang
mempengaruhi penerimaan diri yaitu:
a. Usia
Semakin matang usia seorang individu maka akan semakin
baik pula penerimaan diri yang dimiliki oleh individu tersebut.
Individu yang semakin berusia matang maka dalam hal emosi
dapat semakin matang. Individu dengan kematangan emosi yang
baik akan semakin mampu menerima dirinya sebagaimana adanya.
b. Pendidikan
Individu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih
dapat menerima dirinya dari pada individu yang memiliki
pendidikan rendah. Individu yang memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi memiliki kesadaran yang tinggi akan dirinya dan
memiliki wawasan yang lebih luas tentang cara mengelola dirinya.
Individu yang sadar akan kondisi dirinya dan memiliki wawasan
akan pengelolaan dirinya maka individu akan lebih mudah dalam
menerima dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Keadaan fisik
Keadaan fisik akan mempengaruhi penerimaan diri individu.
Seorang individu yang memiliki kondisi fisik yang sehat dan utuh
akanlebih dapat menerima dirinya dibandingkan dengan individu
dengan fisik yang tidak sehat ataupun cacat.
d. Dukungan sosial
Penerimaan diri akan mudah dilakukan jika seseorang
mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Dengan
mendapat dukungan sosial dari lingkungannya, individu merasa
diterima oleh individu lain. Individu yang merasa diterima oleh
individu lain akan lebih mudah untuk dapat menerima dirinya
sendiri.
e. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua merupakan faktor yang penting dalam
perkembangan individu. Pola asuh yang baik dan tepat akan
mendorong individu untuk memiliki konsep diri yang positif.
Seorang individu yang memiliki konsep diri yang positif akan
melihat dirinya secara positif. Individu yang melihat dirinya secara
positif akan secara otomatis dapat menerima dirinya.
Menurut paparan ahli mengenai faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam menerima diri, peneliti menyimpulkan bahwa
terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
seseorang dapat menerima diri. Penerimaan diri dapat terjadi bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
hanya faktor yang ada dalam dirinya tetapi juga faktor diluar
dirinya.
4. Upaya-Upaya Peningkatan Penerimaan Diri
Menurut Siti Sundari (2005), ada beberapa cara yang dapat
memudahkan seseorang untuk menerima dirinya yaitu:
a. Mencari orang lain yang dapat dipercaya untuk mendengarkan
keluh kesah diri.
Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang penting
dalam kehidupan manusia terutama dalam hal penerimaan
diri.Dukungan sosial dapat berupa kesempatan untuk bercerita,
meminta pertimbangan, bantuan nasehat, atau tempat untuk
mengeluh (Kartika dkk, 2016).
b. Mencari orang lain yang mempunyai masalah kehidupan
yangsama, sehingga individu dapat berdiskusi, mencurahkan isi
hati dan problem pribadi.
Menemukan orang lain yang memiliki masalah kehidupan
yang samasama akan lebih menguatkan seorang individu untuk
menghadapi masalahnya. Individu yang memiliki permasalahan
yang sama dapat saling menguatkan satu sama lain, saling
memberikan masukan, serta saling belajar tentang kesuksesan
masing-masing dalam menghadapi permasalahan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
c. Menghayati hasil sastra orang lain, misal cerita-cerita pendek,
novel, drama, film dan sebagainya. Di dalam hasil sastra tersebut
dapat dilihat motif dan cara-cara mekanisme pertahanan diri dan
dapat ditemukan masalah yang samadengan tokoh didalamnya,
sehingga dapat mempelajari bagaimana cara mengatasi
masalahnya.
Menonton atau membaca cerita-cerita yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang dialami merupakan salah satu metode
dalam konseling dimana seorang individu berproses menggunakan
suatu media. Media yang digunakan kiranya berhubungan dengan
keadaan yang ssedang dialami seorang individu. Media tersebut
dapat digunakan individu untuk belajar bagaimana dapat survive
dan belajar bagaimana cara mengatasi ketika seorang individu
dihadapkan pada masalah tersebut.
d. Mengembangkan potensi diri yang positif. Ketika individu
menerima kenyataan, individu dapat menyesuaikan dengan
keadaan dan mengembangkan potensi yang positif dalam diri.
Setiap individu memiliiki sisi positif dalam dirinya. Ketika
seorang individu melihat dirinya positif dan berharga maka seorang
individu akan lebih mudah menerima dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
B. Hakekat Broken Home
1. Pengertian Broken Home
Kata Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home.
Menurut Kamus Inggris-Indonesia, broken berasal dari kata break yang
berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah
tangga (Echols dan Hassan, 2007). Broken home dapat diartikan sebagai
rumah tangga yang retak atau keluarga yang retak.
Broken home diartikan sebagai kondisi keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai dan
sejahtera karena sering terjadi keributan dan perselisihan yang
menyebabkan pertengkaran (Santrock, 2002). Broken home disebutkan
bukan hanya untuk keluarga yang bercerai akan tetapi untuk keluarga
yang yang tidak bercerai namun kurang harmonis.
Menurut Kartono (1996), broken home adalah kurangnya
perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang orang tua sehingga
membuat mental anak menjadi frustasi, brutal, dan susah diatur. Dalam
keluarga broken home, keberfungsian keluarga menjadi berkurang
sehingga dapat memicu kenakalan remaja.
Chaplin (2005) juga mengemukakan bahwa broken home adalah
keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari kedua
orang tua (ayah dan ibu) disebabkan oleh meninggal, perceraian,
meninggalkan keluarga dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Menurut paparan dari beberapa ahli terkait definisi broken home,
peneliti menyimpulkan bahwa broken home merupakan suatu keadaan
dimana sebuah keluarga (ayah dan ibu) sudah tidak utuh akibat
perceraian atau masih membina rumah tangga namun tidak harmonis.
2. Faktor-Faktor terjadinya Broken Home
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus pertikaian
dalam keluarga yang berakhir dengan perceraian. Dagun (2013)
menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
broken home yaitu persoalan ekonomi, perbedaan usia yang besar,
keinginan memperoleh anak putra (putri), dan persoalan perinsip hidup
yang berbeda. Faktor lainnya berupa perbedaan penekanan dan cara
mendidik anak, juga pengaruh dukungan sosial dari pihak luar,
tetangga, sanak saudara, sahabat, dan situasi masyarakat yang
terkondisi, dan lain-lain.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya broken
home adalah:
a. Terjadinya perceraian
Perceraian dalam keluarga biasanya diawali oleh sebuah
konflik yang terjadi di dalam keluarga tersebut sehingga kedua
orang tua memilih perceraian untuk menjadi jalan keluar. Dagun
(2013:113) mengatakan bahwa peristiwa perceraian senantiasa
membawa dampak yang mendalam bagi ayah, ibu, dan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Perceraian dapat menimbulkan stress, tekanan, dan menimbulkan
perubahan fisik, dan mental.
b. Ketidakdewasaan sikap orang tua
Ketidakdewasaan sikap orang tua juga dapat menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya keluarga broken home. Saat
menghadapi suatu permasalahan, orang tua cenderung untuk
menggunakan ego masing-masing dan enggan untuk membicarakan
dengan baik mengenai permasalahan yang sedang dialami.
c. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggungjawab
Kurangnya rasa tanggungjawab dalam keluarga akan memicu
permasalahan dalam keluarga tersebut. Orang tua yang kurang
memiliki rasa tanggungjawab akan berlaku seenaknya dan
cenderung untuk lari dari kewajibannya sebagai orang tua, istri,
atau suami.
d. Jauh dari Tuhan
Relasi terhadap Tuhan merupakan hal yang sangat penting
dalam kehidupan spiritual manusia. Kedekatan individu dengan
Tuhan akan meminimalisir seorang individu untuk berprilaku
menyimpang atau tidak sesuai dengan ajaran Nya.
e. Adanya masalah ekonomi
Masalah ekonomi sering kali menjadi pemicu keretakan
dalam rumah tangga. Berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam rumah tangga menjadikan uang sebagai salah satu faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
penentu kesejahteraan dalam sebuah keluarga. Keadaan ekonomi
yang buruk memicu adanya cekcok antara anggota keluarga satu
dengan yang lainnya. Ibu menuntut hal-hal diluar penghasilan ayah
atau ayah sebagai kepala keluarga tidak mampu memenuhi
kebutuhan keluarga dapat menjadi pemicu keretakan hubungan
keluarga. Hal lain yang dapat menjadi pemicu adalah orang tua
lebih fokus mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga
sehingga kurang dapat fokus mengurus keluarga. Komunikasi
anggota keluarga menjadi kurang karena mereka lebih fokus
kepada pemenuhan kebutuhan keluarga. Komunikasi yang kurang
dapat menjadi pemicu kesalahpahaman antar anggota keluarga.
f. Kehilangan kehangatan dalam keluarga
Relasi yang baik antar anggota keluarga akan menjadikan
sebuah keluarga lebih harmonis. Apabila ayah dan ibu kehilanggan
rasa peduli satu sama lain, kasih sayang, tidak adanya keterikatan
satu sama lain, dan kurangnya komunikasi, hal tersebut akan
menimbulkan dampak yang negatif bagi relasi keduanya serta
anggota keluarga yang lain.
g. Adanya masalah pendidikan
Pendidikan atau wawasan merupakan salah satu faktor
penting dalam pembentukan diri individu. Individu yang tidak
memiliki pendidikan atau wawasan yang baik akan lebih sulit
untuk mengelola dirinya karena kurangnya wawasan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pengelolaan diri. Individu dengan pengelolaan diri yang kurang
baik akan sulit untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan orang-
orang disekitarnya sehingga seringkali memicu terjadinya konflik
antara individu satu dengan yang lain.
C. Hakekat Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal
dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan” (Ali & Asrori, 2016). Kematangan dalam hal
ini bukan hanya kematangan fisik, namun juga kematangan sosial-
psikologis.Menurut Mappiare (Ali & Asrori, 2016), masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja awal
berlangsung pada usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun dan
remaja akhir pada usia 17/18 sampai dengan usia 21/22 tahun.
Berbeda dengan WHO, WHO mengatakan bahwa batasan usia
remaja yaitu pada usia 10-20 tahun. WHO membagi dalam dua bagian
yaitu remaja awal pada usia 10-14 tahun sedangkan remaja akhir pada
usia 15-20 tahun (Sarwono, 2007). Menurut paparan dari beberapa
ahli terkait definisi remaja, peneliti menyimpulkan bahwa remaja
merupakan masa dimana terjadi peralihan antara masa anak-anak
menuju masa dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighust (Ali & Asrori, 2016), terdapat sejumlah
tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan yaitu:
a. Mencapai hubungan baru dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita
Dalam kelompok yang sejenis, remaja mulai berprilaku
layaknya orang dewasa dan pada kelompok lain jenis remaja
belajar menguasai ketrampilan sosial. Remaja putri memiliki
kecenderungan lebih cepat matang dari pada remaja putra baik
kematangan fisik maupun psikologis.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita
Peran sosial antara pria dan wanita memiliki perbedaan
dimana seorang remaja putra memiliki peranan sosial sebagai
seorang pria dan remaja putri memiliki peranan sosial sebagai
seorang wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak
dan masa dewasa. Dalam masa tersebut terjadi perubahan-
perubahan fisik disertai dengan perubahan sikap dan minat remaja.
d. Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya
Remaja dalam hal ini berusaha untuk membebaskan diri dari
sifat kekanak-kanakan yang selalu menggantungkan diri pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
orang tua dan orang lain. Dalam masa ini, remaja ingin bebas
namun mereka masih mengharapkan perlindungan orang tua
karena mereka belum merasa siap menghadapi dunia dewasa.
e. Mencapai jaminan kebebasan ekonomis
Masa remaja merupakan masa dimana seseorang berusaha
untuk mencapai kemandiriannya. Remaja memiliki hasrat untuk
berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang tua dan merasakan
kemampuan mereka dalam membangun kehidupan sendiri.
f. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan
Usia remaja merupakan saat dimana seseorang mulai
memiliki gambaran akan pekerjaan yang akan diminatinya. Faktor
yang mempengaruhi dapat berupa prestasi di sekolah, cita-cita,
serta tujuan selanjutnya dalam menempuh pendidikan.
g. Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga
Masa transisi menuju masa dewasa dapat dikatakan masa
persiapan seseorang untuk menuju kehidupan berkeluarga.Sikap
remaja terhadap perkawianan bervariasi, ada yang menunjukan
rasa takut dan ada yang menganggap bahwa perkawianan
merupakan suatu kebahagiaan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang
penting untuk kompetensi kewarganegaraan.
Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mulai untuk
mengembangkan konsep berkaitan dengan hukum, politik,
ekonomi, dan kemasyarakatan.
i. Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang
bertanggung jawab
Remaja berpartisipasi sebagai orang dewasa dimana mereka
mampu bertanggung jawab dalam kehidupan masyarkat dan
mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.
j. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai
pedoman tingkah laku
Remaja memperoleh suatu himpunan nilai-nilai sehingga
remaja dapat mengembangkan serta merealisasikan nilai-nilai
tersebut untuk kepentingan hubungan dengan individu lain.
3. Arti Keluarga dalam Masa Remaja
Menurut Singgih & Gunarsa (2009) terdapat tiga faktor yang
merupakan segi-segi keluarga yang sangat penting bagi perkembangan
remaja:
a. Keluarga dapat memenuhi kebutuhan remaja akan keakraban dan
kehangatan yang memang perlu baginya
b. Keluarga dapat memupuk kepercayaan diri anak dan perasaan
aman untuk dapat berdiri dan bergaul dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
c. Keluarga memegang peranan besar yakni memberikan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang diperlukan.
D. Program Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial
Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004), bimbingan pribadi sosial
merupakan bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri
dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam
mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta
bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di
berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
2. Unsur-Unsur Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi-sosial yang diberikan di jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi sebagian disalurkan melalui
bimbingan kelompok dan sebagian lagi melalui bimbingan individual,
serta mengandung unsur-unsur berikut (Winkel dan Hastuti, 2004):
a. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang
dilalui oleh siswa remaja, misalnya mengenai menerima keadaan
diri sendiri, tata cara bergaul yang baik, pengelolaan diri. Informasi
ini berguna agar siswa dapat mengetahui tahap perkembangannya
saat ini dan memahami apa yang terjadi dalam dirinya saat ini,
sehingga siswa mampu mengevaluasi serta mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dirinya agar lebih bisa menerima diri serta mengetahui apa yang
harus diperbuat.
b. Penyadaran akankeadaan masyarakat dewasa ini, yang semakin
berkembang ke arah masyarakat modern, antara lain apa ciri-ciri
kehidupan modern, dan apa makna ilmu pengetahuan serta
teknologi bagi kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi yang
semakin maju dan trend masa kini, siswa diberikan penegertian
untuk dapat lebih bijak menerima perubahan teknologi dan trend
terbaru karena tidak semua dapat digunakan. Perubahan teknologi
dan trend masa kini mendorong siswa untuk menjadi orang lain
dari pada menjadi diri mereka sendiri. Hal tersebut memicu
kurangnya penerimaan diri pada diri siswa.
c. Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami
oleh kebanyakan siswa agar siswa tidak merasa sendiri dalam
mengatasi permasalahannya. Diskusi kelompok ini membantu
siswa untuk dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya serta
membuat siswa merasa diterima oleh orang-orang disekitarnya.
d. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian
siswa, misalnya sifat-sifat kepribadian yang tampak dalam tingkah
laku, latar belakang keluarga, dan keadaan kesehatan.
Pengumpulan data bertujuan untuk mengetahui siswa dan
mengenal siswa secara lebih dekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3. Program Pendampingan Siswa
Program pendampingan dilakukan dengan tujuan untuk
mendampingi siswa broken home agar siswa dapat lebih dapat
menerima diri mereka yang tengah dalam kondisi broken home.
Adapun program pendampingan yang dilakukan yaitu:
a. Bimbingan kelompok
Winkel dan Hastuti (2004) mengatakan bahwa kelompok (a
group) dalam rangka bimbingan kelompok merupakan suatu
satuan/unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai
bersama, berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama
lain pada waktu berkumpul, saling tergantung dalam proses bekerja
sama, dan mendapat kepuasan pribadi dari interaksi psikologi
dengan seluruh anggota yang tergabung dalam satuan itu.
Bimbingan kelompok dilakukan dengan tujuan agar siswa broken
home di SMK N 2 Depok dapat saling bertukar pikiran serta
pengalaman dan saling mendapat penguatan satu sama lain.
b. Konseling kelompok
Konseling kelompok merupakan proses konseling yang tidak
hanya melibatkan dua orang namun lebih dari dua orang dengan
tujuan untuk saling memberikan bantuan psikologis satu sama lain.
Menurut Gazda (Winkel dan Hastuti, 2004), konseling kelompok
merupakan suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat
pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
E. Kajian Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laurensia Puji Noviani
tahun 2016 dengan judul, “Tingkat Kemampuan Penerimaan Diri Remaja
(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII di SMP Karitas Ngaglik Tahun
Ajaran2016/2017 dan Impikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik
Bimbingan Pribadi Sosial”,diketahui bahwa pengukuran tingkat
penerimaan diri didasarkan pada delapan aspek, yaitu sifat percaya diri dan
menghargai diri sendiri; kesediaan menerima kritik dari orang lain; mampu
menilai diri dan mengoreksi kelemahan; jujur terhadap diri sendiri dan
orang lain; nyaman dengan dirinya sendiri; memanfaatkan kemampuan
dengan efekif; mandiri dan berpendirian; dan bangga menjadi diri sendiri.
Hasil penelitian tersebut secara umum menunjukan tingkat
penerimaan diri remaja berada pada kategori tinggi. Faktor paling
berpengaruh pada penerimaan diri remaja terletak pada adanya
pemahaman tentang diri sendiri, adanya harapan yang realistik, tidak
adanya hambatan di dalam lingkungan, sikap-sikap anggota masyarakat
yang menyenangkan, tidak adanya gangguan emosional yang berat,
pengaruh keberhasilan yang dialami baik secara kualitatif maupun
kuantitatif, identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang
baik, adanya perspektif diri yang luas, pendidikan yang baik pada masa
anak-anak, dan konsep diri yang stabil. Letak relevansi dengan penelitian
yang sedang dilakukan terletak pada jenis penelitian dan teknik
pengumpulan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari uraian jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrumen
pengumpulan data penelitian, validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data
penelitian.
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang peneliti angkat, peneliti ingin
meneliti tingkat penerimaan diri remaja broken home, secara khusus remaja di
SMK N 2 Depok. Maka peneliti menggunakan penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif memecahkan masalah berdasarkancara menggambarkan
obyek penelitian pada masa sekarang berdasarkan pada fakta-fakta
sebagaimana adanya. Fakta-fakta tersebut kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan dalam bentuk survei dan studi perkembangan. Metode
penelitian survei tepat digunakan dalam penelitian iniuntuk mendapatkan data
di tempat tertentu yang alamiah. Sugiyono (2015) mengatakanbahwa
Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari
tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi
peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,
misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara
terstruktur, dan lain sebagainya.
Jenis penelitian ini menurut jenis datanya adalah jenis penelitian
kuantitatif.Jenis penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian
yang sering digunakan dalam sebuah penelitian. Sugiyono (2015) mengatakan
bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian.Metode
kuantitatif sebagai metode positivistik karena
berlandaskan pada filsafat positivisme.Metode
kuantitatifsebagai metode ilmiah/scientific karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris,
obyektif, terukur, rasional, dansistematis.
Metode kuantitatif menganalisis data menggunakan statistik karena data
dalam penelitian merupakan angka-angka.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang BK SMK N 2 Depok.Waktu
pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada bulan Februari 2018 sampai
dengan bulan Desember 2018. Proses pengambilan data dimulai pada hari
Jumat, 23 November 2018 dimulai Pukul 08.00 WIB dan berakhir Pukul
12.00 WIB.Hari kedua pada hari selasa, 27 November 2018 dimulai pukul
08.00 WIB dan berakhir pada pukul 12.00 WIB.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa broken home di SMK Negeri 2
Depok.Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30
siswa.Teknik penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2015), Purposive sampling merupakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik purposive sampling
cocok dilakukan untuk penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah penerimaan diri pada remaja
broken home.Peneriman diri yang dimaksud dalam penelitian ini artinya
penerimaan diri siswa dalam konteks keadaan siswa yang mengalami broken
home.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2015) mengatakan bahwa pengumpulan data dapat
dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik angket.
Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan caramemberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden.
Angket yang akan dibuat harus berlandaskan pada faktor dalam prinsip
penulisan angket. Prinsip penulisan angket dalam bukunya Sugiyono
(2015) mengatakan bahwa:
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan
tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah,
pertanyaan tertutup terbuka positif negatif, pertanyaan
tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah
lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan,
dan urutan pertanyaan.
Teknis pengumpulan data yang peneliti lakukan dalam penelitian
ini meliputi beberapa langkah sebagai berikut:
a. Peneliti mengkondisikan siswa di ruang kelas.
b. Peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
melakukan penelitian kepada subjek di SMK N 2 Depok.
c. Peneliti membagikan bolpoin dan lembar angket kepada masing-
masing subjek.
d. Peneliti membacakan pengantar dalam angket
e. Peneliti mengajak masing-masing subjek untuk membaca petunjuk
pengerjaan angket.
f. Subjek yang sudah selesai mengejakan maju ke depan untuk
mengumpulkan angket dan diperkenankan meninggalkan ruangan atau
duduk kembali.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa angket
tentang penerimaan diri pada remaja broken home di SMK N 2
Depok.Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup karena pilihan
alternatif jawaban untuk setiap item sudah disediakan, sehingga
responden hanya perlu memilih salah satu dari keempat alternatif
jawaban. Angket dalam penelitian ini memuat pernyataan-pernyataan
yang mengungkap ciri-ciri penerimaan diri pada remaja broken home
denganmenggunakan skala Likert. Skala pengukuran Likert yang
digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi sekelompok remaja broken home terkait dengan penerimaan diri.
Data dalam instrumen penelitian ini dihasilkan dengan menggunakan
pengukuran skala Likertdalam bentuk cheklist. Jawaban setiap item
instrumen dalam skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sampai sangat negatif. Item dalam kuesioner ini terdapat jenis item yang
favorable yaitu item yang menunjukkan penerimaan diri dan unfavorable
yaitu item yang belum menunjukkan penerimaan diri. Alternatif jawaban
pada setiap item yang favorable diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.1
Norma Skoring Inventori Penerimaan Diri
Alternatif Jawaban Favourable (+) Unfavourable (-)
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Kuesioner berbentuk checklist diberikan kepada responden untuk
menghasilkan data yang diperlukan untuk mengetahui tingkat
penerimaan diri pada remaja broken home di SMK N 2 Depok. Sebelum
pembuatan angket tentang penerimaan diri pada remajabroken home di
SMK N 2 Depok, peneliti lebih dahulu membuat kisi-kisi melalui ciri-ciri
penerimaan diri menurut Sheerer. Setiap butir item dalamangket bertolak
dari sembilan ciri-ciri penerimaan diri menurut Sheeer (Sutadipura, 1984)
yaitu:
a. Kepercayaan atas kemampuannya menghadapi hidupnya.
b. Menganggap dirinya sederajat dengan orang-orang lain.
c. Tidak menganggap dirinya sebagai orang hebat atau abnormal dan
tidak mengharapkan bahwa orang lain mengucilkannya.
d. Tidak malu-malu kucing dan serba takut dicela orang lain.
e. Mempertanggungjawabkan perbuatannya.
f. Mengikuti standar pola hidupnya sendiri dan tidak ikut-ikutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
g. Menerima pujian atau celaan secara objektif.
h. Tidak menganiyaya diri sendiri dengan kekangan-kekangan yang
berlebihan.
i. Menyatakan perasaannya dengan wajar
F. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Validitas
Validitas merupakan drajad ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti
(Sugiyono, 2015). Data dapat dikatakan valid apabila data yang
dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhanya yang terjadi pada
objek penelitian tidak berbeda. Validitas yang diuji untuk instrumen
penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas
yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis
rasional dengan caraprofessional judgement (Azwar, 2009). Dalam
penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan ciri-ciri
yang diukur kemudian dikonsultasikan kepada ahli.
Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan
skor-skor setiap item yang digunakan terhadap skor-skor ciri melalui
pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment. Formulasi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
𝑅𝑥𝑦 =N ∑XY − (∑X)(∑Y)
√{𝑁∑𝑋)ᶻ − (∑X)ᶻ} {NXYᶻ − (∑Y)ᶻ}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Keterangan:
𝑟𝑋𝑌= korelasi skor–skor total kuesioner dan total butir–butir
𝑁 = jumlah subyek
𝑋 = skor butir kuesioner
𝑌 = skor total butir–butir kuesioner
𝑋𝑌 = hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap
memuaskan dan jika kurang dari 0,30 item diinterpretasikan sebagai item
yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar 2009). Pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Programme for
Social Science) versi 20, dari hasil penghitungan diperoleh 60 yang
memiliki korelasi ≥ 0,30, sedangkan 18 item memiliki korelasi ≤ 0,30. Hasil
penghitungan koefisien korelasi item instrumen penelitian dapat dilihat pada
table 3.2
Tabel 3.2
Hasil Analisis Uji Validitas Item
Ciri-Ciri Indikator
Nomer Item
Jumlah Valid
Tidak
Valid
1. Kepercayaan atas
kemampuannya
menghadapi
hidupnya
a. Remaja mampu
menghadapi
tantangan dalam
hidupnya sendiri.
7,4,9 1 3
b. Remaja percaya
bahwa dia dapat
mengatasi
permasalahan
dalam hidupnya.
5,2,11 8 3
c. Remaja memiliki
rasa optimis dalam
menghadapi
3,10,12 6 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
hidupnya
2. Menganggap
dirinya sederajat
dengan orang lain
a. Remaja yakin
bahwa dirinya
berharga seperti
halnya teman-
temannya.
13,14,16,
19
- 4
a. Remaja mudah
bergaul dengan
teman-teman yang
ada di lingkungan
sekitar.
15,17,18,
20
- 4
3. Tidak
menganggap
dirinya orang
hebat atau
abnormal dan
tidak
mengharapkan
bahwa orang lain
mengucilkannya
a. Remaja mampu
menghargai dirinya
sendiri.
21,22,24, 28 3
b. Remaja mampu
menghargai orang
lain.
27 25 1
c. Remaja mampu
menganggap
dirinya orang yang
optimal
29 23,26 1
4. Tidak merasa
malu atau serba
takut dicela orang
lain
a. Remaja memiliki
kepercayaan diri
dalam hidupnya.
30,31,33,
35
- 4
b. Remaja memiliki
rasa optimis
terhadap apa yang
akan dia lakukan.
32,34,36 - 3
5. Mempertanggung
jawabkan
perbuatannya
a. Remaja mampu
bertanggungjawab
atas apa yang telah
dia lakukan.
38,41 37,39 2
b. Remaja mampu
mengakui
kesalahannya
- 40,42 -
6. Mengikuti
standar pola
hidupnya dan
tidak ikut-ikutan
a. Remaja yakin
dengan apa yang
akan atau telah dia
lakukan.
45,46 43 2
b. Remaja yakin
bahwa hidupnya
lebih baik dari
hidup orang lain.
44,47,48 - 3
7. Menerima pujian
atau celaan secara
objektif
a. Remaja mampu
menerima kritikan
dari orang
51 49 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
laindengan baik.
b. Remaja mampu
mengelola pujian
yang diberikan
orang lain dengan
baik
50, 52 - 2
8. Tidak
menganiyaya diri
sendiri
a. Remaja memiliki
rasa sayang kepada
dirinya sendiri.
56,59 53 3
b. Remaja meyakini
bahwa dirinya
adalah berharga
62,64 - 2
c. Remaja memiliki
pengaturan diri
terhadap frustasi
54,57,60,
66
- 4
d. Remaja sadar
dalam
mengendalikan diri
terhadap konflik
yang ada di dalam
hidupnya.
55,58,61,
63
- 4
9. Menyatakan
perasaannya
dengan wajar
a. Remaja mampu
tampil secara
otentik.
70 67 1
b. Remaja mampu
menampilkan diri
secara asertif.
68,73 71 2
c. Remaja mampu
mengolah rasa
bahagia yang ada
di dalam hidupnya.
74 76,77 1
d. Remaja mampu
mengolah rasa
sedih dan kecewa
yang ada di dalam
hidupnya
69,72,75,
78
- 4
Total Item Valid 60
Berdasarkan perhitungan koefisien butir instrument dari 9 ciri-ciri
menggunakan SPSS (Statistic Programme for Social Science)versi 20, diperoleh
60 instrumen yang valid dan 18 instrumen yang tidak valid dari 78 item. Kisi-kisi
instrument setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penerimaan Diri Remaja Broken Home
(Setelah Uji Validitas)
Ciri-Ciri Indikator Nomor Item Jumlah
Positif Negatif
1. Kepercayaan atas
kemampuannya
menghadapi
hidupnya
a. Remaja mampu
menghadapi
tantangan dalam
hidupnya sendiri.
7 4,9 3
b. Remaja percaya
bahwa dia dapat
mengatasi
permasalahan
dalam hidupnya.
5,11 2 3
c. Remaja memiliki
rasa optimis dalam
menghadapi
hidupnya
3,10 12 3
2. Menganggap
dirinya sederajat
dengan orang lain
a. Remaja yakin
bahwa dirinya
berharga seperti
halnya teman-
temannya.
13,19 14,16 4
b. Remaja mudah
bergaul dengan
teman-teman yang
ada di lingkungan
sekitar.
15,17 18,20 4
3. Tidak
menganggap
dirinya orang
hebat atau
abnormal dan
tidak
mengharapkan
bahwa orang lain
mengucilkannya
d. Remaja mampu
menghargai dirinya
sendiri.
21 22,24 3
e. Remaja mampu
menghargai orang
lain.
- 27 1
f. Remaja mampu
menganggap
dirinya orang yang
optimal
- 29 1
4. Tidak merasa
malu atau serba
c. Remaja memiliki
kepercayaan diri
30,35 31,33 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
takut dicela orang
lain
dalam hidupnya.
d. Remaja memiliki
rasa optimis
terhadap apa yang
akan dia lakukan.
32,34 36 3
5. Mempertanggung
jawabkan
perbuatannya
a. Remaja mampu
bertanggungjawab
atas apa yang telah
dia lakukan.
41 38 2
b. Remaja mampu
mengakui
kesalahannya
- - -
6. Mengikuti
standar pola
hidupnya dan
tidak ikut-ikutan
a. Remaja yakin
dengan apa yang
akan atau telah dia
lakukan.
45 46 2
b. Remaja yakin
bahwa hidupnya
lebih baik dari
hidup orang lain.
47,48 44 3
7. Menerima pujian
atau celaan secara
objektif
a. Remaja mampu
menerima kritikan
dari orang
laindengan baik.
- 51 1
b. Remaja mampu
mengelola pujian
yang diberikan
orang lain dengan
baik
52 50 2
8. Tidak
menganiyaya diri
sendiri
a. Remaja memiliki
rasa sayang kepada
dirinya sendiri.
59 56 2
b. Remaja meyakini
bahwa dirinya
adalah berharga
62 64 2
c. Remaja memiliki
pengaturan diri
terhadap frustasi
57,66 54,60 4
d. Remaja sadar
dalam
mengendalikan diri
terhadap konflik
yang ada di dalam
hidupnya.
55,61 58,63 4
9. Menyatakan
perasaannya
a. Remaja mampu
tampil secara
- 70 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dengan wajar otentik.
b. Remaja mampu
menampilkan diri
secara asertif.
73 68 2
c. Remaja mampu
mengolah rasa
bahagia yang ada
di dalam hidupnya.
74 - 1
d. Remaja mampu
mengolah rasa
sedih dan kecewa
yang ada di dalam
hidupnya
69,75 72,78 4
Total 60
1. Reliabilitas
Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil
pengukuran.Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang
mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya disebut sebagai reliabel
(Azwar, 2009). Menurut Azwar (2009) pengukuran yang menggunakan
instrumen pendidikan dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi,
apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam
mengukur apa yang hendak diukur.
Perhitungan indeks reliabilitas instrumen penelitian ini
menggunakan pendekatan koefisien AlphaCronbach(α). Adapun rumus
koefisien reliabilitas AlphaCronbach(α) adalah sebagai berikut:
α = 2[1- ]
Keterangan rumus:
S12 dan S2
2 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
Sx2 : varians skorskala
2S
2S + 2S
x
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Indeks reliabilitas dikonsultasikan menggunakan kriteria Guilford seperti
pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Guilford
Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien
antara-1,00 sampai dengan 1,00. Besar koefisien dalam tabel statistik atas
dasar taraf signifikansi 1% dan 5
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
Setelah dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS
(Statistic Programme for Social Science)versi 20, diperoleh perhitungan
reliabilitas seluruh item instrumen menggunakan rumus koefisien alpha
(α) yaitu 0,934. Apabila hasil uji reliabilitas instrumen tersebut dianalisis
dengan mengacu pada kriteria Guilford, maka dapat diketahui bahwa
kuesioner termasuk kategori sangat tinggi. Item instrumen yang telah
No Koefisien Korelasi Kualifikasi
1. 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
2. 0,71 – 0,90 Tinggi
3. 0,41 – 0,70 Cukup
4. 0,21 – 0,40 Rendah
5. Negatif – 0,20 Rendah Sekali
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.934 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
lolos uji validitas dan realibilitas disusun kembali menjadi instrumen
yang digunakan untuk pengambilan data penelitian
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
statistik deskriptif. Noviani (2016) mengatakan bahwa statistik deskriptif
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat
kesimpulan untuk menggeneralisasi. Penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin menggeneralisasikan data
sampel dimana populasi diambil.
Analisis dalam penelitian ini dilakukan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data terkumpul. Menurut Sugiyono (2015),
kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, dan
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.Berikut
langkah-langkah teknik analisis yang ditempuh dalam penelitian ini:
a. Memberi skor pada item kuesioner dilakukan dengan cara
memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring
yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable atau
unfavorable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
b. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing–masing
item kuesioner dan skor rata–rata butir dengan menggunakan mirosoft
office excel.
c. Menghitung uji koefisien validitas instrumen penerimaan diri remaja
broken home di SMK N 2 Depok dengan menggunakan rumus
Pearson Product Moment melalui program komputer SPSS 20.
d. Menghitung koefisien realibilitas instrumen penerimaan diri remaja
broken home di SMK N 2 Depok dengan menggunakan teknik
pendekatan koefisien Alpha Cronbach.
Mengkategorisasikan penerimaan diri remaja broken home di SMK
N 2 Depok dengan menggunakan norma kategorisasi. Tujuan kategorisasi
ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang
diukur (Azwar 2009). Kontinum jenjang ini berpedoman pada Azwar
(2009) yang mengelompokkan penerimaan diri remaja broken home di
SMK N 2 Depok dalam 5 (lima) kategori yaitu sangat baik, baik, cukup
baik, tidak baik, sangat tidak baik.
Tabel 3.5
Kategorisasi Normal Tingkat Penerimaan Diri
Keterangan:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek
Rumus Kategori
µ + 1,5σ < X Sangat Baik
µ + 0,5σ < X ≤ µ + 1,5σ Baik
µ - 0,5σ < X ≤ µ + 0,5σ Cukup Baik
µ - 1,5σ < X ≤ µ - 0,5σ Tidak Baik
X ≤ µ - 1,5σ Sangat Tidak Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
penelitian berdasarkan perhitungan skala
Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek
penelitian berdasarkan perhitungan jarak.
Range : Luas jarak rentangan
Mean teoritik (µ) : Rata-rata teoritik skor maksimum dan
minimum
Simpangan baku (σ) : Standar deviasi
Uraian kategori tersebut diterapkan sebagai pengelompokan tinggi
rendahnya tingkat penerimaan diri remaja dengan jumlah 60 item valid
diperoleh hasil skor sebagai berikut:
Tingkat penerimaan diri remaja broken home:
Skor maksimum teoritik : 60 x 4 = 240
Skor minimum teoritik : 60 x 1 = 60
Range : 240 – 60 = 180
Mean teoritik (µ) : (240 + 60) : 2 = 150
Simpangan baku (σ) : (240 – 60) : 6 = 30
Hasil perhitungan data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi
tingkat penerimaan diri remaja broken home di SMK N 2 Depok tahun
ajaran 2018/2019 sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kategorisasi Normal Tingkat Penerimaan Diri Remaja Broken Home di
SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019
Kriteria Skor Rentang Skor Kategori
µ + 1,5σ < X 195 < X Sangat Baik
µ + 0,5σ < X ≤ µ + 1,5σ 166 – 195 Baik
µ - 0,5σ < X ≤ µ + 0,5σ 136 – 165 Cukup Baik
µ - 1,5σ < X ≤ µ - 0,5σ 106 -135 Tidak Baik
X ≤ µ - 1,5σ X ≤ 105 Sangat Tidak Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Total skor setiap item dalam kuesioner penelitian di kelompokan
berdasarkan pengkategorisasian yang telah dijelaskan pada tabel 3.7. Skor
item yang termasuk dalam kategori rendah kemudian dijadikan dasar
dalam pembuatan usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial. Identifikasi
capaian skor item tingkat penerimaan diri remaja broken home:
Skor maksimum teoritik : 30 x 4 = 120
Skor minimum teoritik : 30 x 1 = 30
Range : 120 – 30 = 90
Mean teoritik (µ) : (120+ 30) : 2 = 75
Simpangan baku (σ) : (120 – 30) : 6 = 15
Hasil identifikasi capaian skor item tingkat penerimaan diri remaja
disajikan dalam norma identifikasi item instrumen tingkat penerimaan diri
remaja broken home di SMK N 2 Depok tahun ajaran 2018/2019 sebagai
berikut:
Tabel 3.7
Kategorisasi Identifikasi Item Instrumen Tingkat Penerimaan Diri Remaja
Broken Home di SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019 Kriteria Skor Rentang Skor Kategori
µ + 1,5σ < X 97 < X Sangat tinggi
µ + 0,5σ < X ≤ µ + 1,5σ 83 – 97 Tinggi
µ - 0,5σ < X ≤ µ + 0,5σ 68 – 82 Sedang
µ - 1,5σ < X ≤ µ - 0,5σ 53 – 67 Rendah
X ≤ µ - 1,5σ X ≤ 52 Sangat Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab hasil penelitian berisi hasil penelitian serta pembahasan dari hasil
penelitian tersebut. Peneliti memaparkan hasil penelitian berdasarkan masalah
yang telah dipaparkan dalam bab 1, yaitu tentang tingkat penerimaan diri remaja
broken home di SMK N 2 Depok.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Tingkat Penerimaan Diri Remaja Broken Home di SMK
N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik tingkat
penerimaan diri remaja broken home yang ada di SMK N 2 Depok tahun
ajaran 2018/2019. Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian dan
pengkategorisasian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, diketahui
tingkat penerimaan diri remaja broken home SMK N 2 Depok tahun
ajaran 2018/2019 dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Kategorisasi Tingkat Peneriman Diri Remaja Broken Home SMK
N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019
Rentang Skor Kategori Jumlah Subjek Persentase
195 < X Sangat Baik 4 13,3%
166 – 195 Baik 14 46,7%
136 – 165 Cukup Baik 10 33,3%
106 – 135 Tidak Baik 1 3,3%
X ≤ 105 Sangat Tidak Baik 1 3,3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Data pada tabel 4.1 disajikan dalam bentuk diagram dibawah ini:
Gambar 4.1
Diagram Batang Tingkat Peneriman Diri Remaja Broken Home
SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019
Berdasarkan gambar pada tabel 4.1 dan diagram pada gambar 4.2,
tingkat penerimaan diri remaja broken home SMK N 2 Depok dapat dilihat
bahwa:
a. Terdapat 4 (13,3%) remaja broken home di SMK N 2 Depok tahun
ajaran 2018/2019 yang memiliki penerimaan diri dengan kategori
sangat baik. Artinya bahwa remaja broken home dalam kategori ini
memenuhi indikator individu yang mampu menerima diri meskipun
mereka dalam kondisi keluarga broken home.
b. Terdapat 14 (46,7%) remaja broken home di SMK N 2 Depok tahun
ajaran 2018/2019 yang memiliki penerimaan diri kategori baik.
Artinya bahwa remaja broken home dalam kategori ini memenuhi
indikator individu yang mampu menerima diri meskipun mereka dalam
kondisi keluarga broken home.
4
14
10
1 1
0
5
10
15
Tingkat Penerimaan Diri
Sangat baik: 195 < X
Baik: 166 - 195
Cukup baik: 136 - 165
Tidak Baik: 106 - 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
c. Terdapat 10 (33,3%) remaja broken home di SMK N 2 Depok tahun
ajaran 2018/2019 yang memiliki penerimaan diri kategori cukup baik.
Artinya bahwa remaja broken home dalam kategori ini tidak terlalu
tinggi maupun tidak terlalu rendah kemampuannya dalam memenuhi
indikator individu yang mampu menerima diri ketika mereka dalam
kondisi keluarga broken home.
d. Terdapat 1 (3,3%) remaja broken homedi SMK N 2 Depok tahun
ajaran 2018/2019 yang memiliki tingkat penerimaan diri dengan
kategori tidak baik. Artinya bahwa remajabroken homedalam kategori
ini kurang memenuhi indikator siswa yang mampu menerima diri
ketika mereka dalam kondisi keluarga broken home.
e. Terdapat 1 (3,33%) remaja broken home di SMK N 2 Depok tahun
ajaran 2018/2019 yang memiliki tingkat penerimaan diri yang
tergolong sangat tidak baik. Artinya bahwa remaja broken home dalam
kategori ini kurang memenuhi indikator siswa yang mampu menerima
diri ketika mereka dalam kondisi keluarga broken home.
Berdasarkan uraian hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa
remaja broken home di SMK N 2 Depok tahun ajaran 2018/2019
memiliki 4 tingkatan penerimaan diri yaitu sangat baik, baik, cukup
baik, dan sangat tidak baik.
‘
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Identifikasi Capaian Skor Item Instrumen
Tabel 4.2
Identifikasi Item Instrumen
Rentang Skor Kategori Jumlah Item Persentase
97 < X Sangat Tinggi 2 3,3%
83 – 97 Tinggi 30 50%
68 – 82 Sedang 26 43,3%
53 – 67 Rendah 2 3,3%
X ≤ 52 Sangat Rendah - -
Secara keseluruhan, hasil item yang sudah melalui proses
pengolahan data menunjukan 4 kategorisasi yaitu sangat tinggi, tinggi,
sedang, dan rendah. Berdasarkan analisis item, ditemukan 2 item yang
teridentifikasi kemampuan penerimaan diri rendah. Item-item tersebut
digunakan dalam usulan program pendampingan.
Item-item yang dalam kategori rendah adalah item dengan
nomor; (9) saya sering merasa khawatir terhadap kehidupan saya
kedepan jika orang tua saya berpisah, (53) saya sulit untuk
mengutarakan perasaan saya kepada kedua orang tua saya.Dari kedua
item tersebut, skor terendah adalah item nomer (53) saya sulit untuk
mengutarakan perasaan saya kepada kedua orang tua saya.Melalui
hasil tersebut, dibuatlah topik bimbingan pribadi sosial untuk
membantu siswa agar lebih dapat menerima diri mereka di tengah
situasi keluarga broken home.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
B. Pembahasan
1. Gambaran Tingkat Penerimaan Diri Remaja Broken Home di
SMK N 2 Depok
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 4 siswa broken
home dengan persentase 13,3% memiliki penerimaan diri dengan
kategori sangat baik, 14 siswa broken home dengan persentase 46,7%
memiliki penerimaan diri dengan kategori baik, 10 siswa broken home
dengan persentase 33,3% memiliki penerimaan diri dengan kategori
cukup baik, 1 siswa broken home dengan persentase 3,3% memiliki
penerimaan diri tidak baik, dan 1 siswa broken home dengan
persentase 3,3% memiliki penerimaan diri sangat tidak baik. Hasil
penelitian tersebut dibagi menjadi 3 kriteria yaitu baik, cukup baik, dan
tidak baik.
Siswa yang teridentifikasi memiliki penerimaan diri yang tinggi
artinya siswa tersebut mampu menerima keadaan dirinya yang tengah
dalam kondisi keluarga broken home. Menurut Jerslid (1958), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang mampu menerima
dirinya yaitu usia, pendidikan, keadaan fisik, dukungan sosial, dan
pola asuh orang tua. Data penelitian menunjukan bahwa siswa broken
home yang memiliki penerimaan diri dengan kategori tinggi tidak
merasa putus asa dengan hidupnya meskipun mereka tengah dalam
kondisi keluarga yang kurang harmonis. Siswa broken home yang
memiliki penerimaan diri dengan kategori tinggi juga tidak merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bahwa orang tua mereka mengabaikan mereka. Kemungkinan, siswa
yang teridentifikasi memiliki penerimaan diri yang baik mendapatkan
dukungan sosial yang baik dari lingkungannya serta kasih sayang dari
orang tuanya sehingga mereka lebih mudah untuk menerima diri
mereka. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jerslid (1958) bahwa
dukungan sosial dan pola asuh orang tua merupakan faktor yang
mempengaruhi individu dalam menerima dirinya. Individu yang
mendapat dukungan sosial yang baik akan merasa diterima oleh
individu lain sehingga mereka akan lebih mudah menerima diri mereka
sendiri.
Pola asuh orang tua juga menjadi faktor pendukung seorang
individu mampu menerima dirinya. Orang tua yang tidak mengabaikan
anaknya berarti memberikan perhatian yang baik untuk anak-anak
mereka. Meskipun sedang dihadapkan dalam sebuah konflik, orang tua
tetap memberikan asuhan, bimbingan, dan didikan yang baik untuk
anak mereka. Pola asuh yang diberikan orang tua akan membentuk
anak untuk memiliki konsep diri yang positif. Seseorang yang
memiliki konsep diri yang positif akan melihat dirinya secara positif
sehingga akan secara otomatis individu tersebut akan mampu
menerima dirinya.
Selain itu, terdapat siswa broken homememiliki penerimaan diri
dengan kategori cukup baik. Artinya, siswa yang berada pada kategori
ini merupakan siswa yang mampu menerima keadaan dirinya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tengah dalam kondisi keluarga broken home walapun belum
sepenuhnyasiswa tersebut dapat menerima keadaan diri mereka. Data
penelitian menunjukan bahwasiswa broken home yang teridentifikasi
memiliki penerimaan diri dengan kategori sedang memiliki keyakinan
bahwa dengan belajar mereka akan membuahkan hasil yang baik untuk
kehidupan. Kemungkinan, siswa yang berada pada kategori ini
memiliki orientasi yang tinggi terhadap pendidikan. Mereka memiliki
pandangan bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting demi
terciptanya kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Jerslid (1958) bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi penerimaan diri. Seseorang yang yang memiliki
kesadaran yang tinggi akan pendidikan cenderung untuk lebih
memiliki wawasan yang luas tetang bagaimana cara mengelola dirinya.
Individu yang mampu mengelola dirinya akan lebih mudah untuk
menerima dirinya.
Dalam penelitian ini, terdapat juga siswa broken home yang
memiliki penerimaan diri rendah. Artinya, siswa teridentifikasi
memiliki penerimaan diri yang rendah kurang dapat menerima dirinya
yang sedang dalam kondisi keluarga yang broken home. Data
penelitian menunjukan bahwa siswa yang teridentifikasi memiliki
penerimaan diri rendah kurang dapat optimis dengan dirinya, minder
dengan teman-teman lain, kurang mampu menghargai dirinya, serta
kurang dapat mengolah dirinya dengan baik. Kemungkinan, siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
yang berada pada kategori tersebut kurang mendapat dukungan sosial
yang baik dari lingkungannya serta pengelolaan diri yang kurang baik
sehingga mereka kurang mampu menerima diri mereka ketika mereka
dihadapkan pada kondisi keluarga yang broken home. Jerslid (1958)
mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
mampu menerima dirinya yaitu usia, pendidikan, keadaan fisik,
dukungan sosial, dan pola asuh orang tua. Siswa yang teridentifikasi
memiliki penerimaan diri yang rendah kemungkinan kurang mampu
memenuhi faktor-faktor pendukung tersebut sehingga mereka kurang
dapat menerima diri mereka dengan baik.
Melihat persentase kategori tingkat penerimaan diri remaja
broken home, banyak terdapat siswa yang memiliki penerimaan diri
yang tinggi dan sedang. Meski demikian, masih ada siswa yang
memiliki penerimaan diri dengan kategori rendah. Perlu adanya
program pendampingan untuk meminimalisir kemungkinan siswa
broken home mengalami penurunan terkait dengan penerimaan diri.
2. Identifikasi Capaian Skor Item Instrumen
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 2 item dengan persentase
3,3% yang teridentifikasi rendah dengan total skor masing-masing 67
dan 64. Melalui hasil tersebut, dibuatlah usulan program
pendampingan untuk meningkatkan penerimaan diri siswa broken
home di SMK N 2 Depok.(9) saya sering merasa khawatir terhadap
kehidupan saya kedepan jika orang tua saya berpisah, (53) saya sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
untuk mengutarakan perasaan saya kepada kedua orang tua saya.
Melalui hasil tersebut, dibuatlah usulan program pendampingan.
Usulan program pendampingan untuk meningkatkan penerimaan
diri berdasarkan item tingkat penerimaan diri yang teridentifikasi
rendah. Usulan program pendampingansiswa tersaji dalam tabel
berikut:
Tabel 4.3
Usulan Program Pendampingan untuk Meningkatkan Penerimaan
Diri Berdasarkan Item yang Teridentifikasi Rendah
No Ciri-ciri Item Tujuan Materi Waktu Metode Referensi
1. Kepercayaan
atas
kemampuan
nya
menghadapi
hidupnya
(9) saya
sering
merasa
khawatir
terhadap
kehidupan
saya kedepan
jika orang
tua saya
berpisah
Siswa mampu
memiliki rasa
optimis
terhadap
hidupnya
Aku
Pribadi
yang
Optimis
40 menit Bimbingan
kelompok
Ginis, Alan
Loy. (1995).
Kekuatan
Optimisme.T
erjemahan
oleh Anton
Adiwiyoto.
Jakarta:
Mitra Utama
2. Menyatakan
perasaannya
dengan
wajar
53) saya sulit
untuk
mengutaraka
n perasaan
saya kepada
kedua orang
tua saya
Siswa mampu
menampilkan
diri secara
asertif
Belajar
Asertif
40 menit Bimbingan
kelompok
Lloyd, Sam
R dan F.X
Budiyanto.
(1991).
Mengemban
gkan
Perilaku
Asertif yang
Positif:
Teknik-
Teknik
Praktis untuk
Keberhasilan
Pribadi.
Jakarta:
Binarupa
Aksara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi paparan kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.
Peneliti memaparkan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
A. Simpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian ini, data menyebutkan bahwa terdapat 4
siswa dengan persentase 13,3% memiliki penerimaan diri dengan
kategori sangat baik, 14 siswa dengan persentase 46,7% memiliki
penerimaan diri dengan kategori baik, 10 siswa dengan persentase
33,3% memiliki penerimaan diri dengan kategori cukup baik, 1 siswa
dengan persentase 3,33% memiliki penerimaan diri dengan kategori
tidak baik, dan 1 siswa dengan persentase 3,33% memiliki penerimaan
diri dengan kategori sangat tidak baik. Kesimpulan yang dapat ditarik
dari penelitian ini adalah, remaja di SMK N 2 Depok tahun ajaran
2018/2019 dominan memiliki tingkat penerimaan diri yang baik.
2. Berdasarkan analisis item yang telah dilakukan, terdapat 2 item yang
teridentifikasi dalam kategori rendah yaitu item nomor 9 dan 33. Item-
item yang teridentifikasi dalam kategori rendah tersebut dijadikan
dasar untuk program pendampingan siswa.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini sudah dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan
prosedur penelitian.Adapun masih ada kekurangan dalam melakukan
penelitian ini yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
1. Sulitnya mencari dan mengidentifikasi siswa broken home yang ada di
SMK N 2 Depok karena terlalu banyak siswa di sekolah tersebut
sehingga terlalu banyak data siswa yang harus diidentifikasi.
2. Terlalu banyak item yang disajikan penulis. Ada kemungkinan siswa
dapat cepat merasa bosan untuk mengisi lembar angket tersebut
sehingga dalam mengisi angket, siswa tidak membaca secara jeli.
3. Kelas yang terlalu banyak serta banyak kegiatan siswa yang berpindah
dari kelas ke lab membuat peneliti kesulitan untuk mencari kelas yang
dituju.
4. Penelitian menggunakan angket terkadang jawaban yang diberikan
kurang sesuai dengan keadaan subjek yang dituju.
C. Saran
Berikut ini dikemukakan beberapa saran bagi beberapa pihak yang
sesuai hasil penelitian yang telah peneliti lakukan:
1. Bagi SMK N 2 Depok
SMK N 2 Depok dapat menjadikan program pendampingan
sebagai progam yang dapat membantu siswa yang dalam kondisi
keluarga broken home untuk dapat lebih meningkatkan penerimaan
diri mereka. Dengan diberikan program pendampingan tersebut,
diharapkan siswa yang belum memiliki penerimaan diri yang baik
akan semakin mampu menerima dirinya. Bagi Siswa SMK N 2 Depok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Siswa diharapkan lebih mampu mengenali dan memahami
dirinya sehingga siswa dapat menerima segala kondisi yang ada dalam
dirinya dan mampu meminimalisir penolakan akan dirinya sendiri.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian mengenai
penerimaan diri remaja broken home. Peneliti selanjutnya diharapkan
menyebar instrumen pra penelitian untuk mengidentifikasi subjek
yang sungguh-sungguh termsuk subjek siswa yang broken home.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Ali M. (2016). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azwar, S. (2009).Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Ayu, Ida dan Yohanes (2018).“Dinamika Penerimaan Diri pada Remaja
Broken Home di Bali”, Jurnal Psikologi UdayanaVolume
5.Nomor.2, 2018.
Boeree, George.(2008). Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda
Bersama Psikolog Dunia.Yogyakarta: Prismasophie.
Chaplin, J.P.(2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Dagun, Save M.(2013). Psikologi Keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Echols, John M. dan Hassan Shadily.(2007). Kamus Inggris Indonesia: An
English. – Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia.
Gunarsa, Singgih D. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Jersild, A. T. (1958). The Psychology of Adolescense. New York: MC
Millan Company.
Kartika, Mulyadi dan Vandri Kallo, “Hubungan Dukungan Sosial dan
Penerimaan Diri”, ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4.Nomor
2, Agustus 2016.
Kartono, Kartini. (1996). Psikologi Umum.Bandung: CV Mandar Maju.
Noviani, Laurensia Puji. (2016). Tingkat Penerimaan Diri Remaja.Tugas
Akhir. Tidak di terbitkan. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Priyono, LusyawatiDwi, Chatarina Tri Anni dan Sugiyo. “Pengaruh Kondisi
Keluarga dan Self Acceptance Terhadap Kepercayaan Diri
Remaja”, Indonesian Journal of Guardian and Counseling:
7(1)(2018).
Ridha, Muhhamad, “Hubungan Antara Body Image dengan Penerimaan Diri
pada Mahasiswa Aceh di Yogyakarta”, Emphaty Vol.I No. 1,
Desember 2012.
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development. Terjemahan oleh Juda
Damanik, Ahmad Chusairi. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. (2003). Adolescence, perkembangan Remaja. Jakarta:
Erlangga.
Sarwono, Sarlito W. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: Grafindo.
Siti Sundari. (2005). Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum.Bandung: CV Pustaka Setia.
Sugiyono.(2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung.Alfabeta.
Supratiknya, A. (1995). Tinjauan Psikologis Komunikasi Antar Pribadi.
Yogyakarta: Kanisius.
Sutadipura, Balnadi. (1984). Kompetensi Guru dan Kesehatan Mental.
Bandung: Angkasa.
Winkel, W.S dan M.M. Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
ANGKET
Disusun Oleh:
Hana Septa Gracia 151114023
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
a. Identitas
Nama Lengkap :
Nomer Absen :=
Deskripsikan menurut pandanganmu, bagaimana hubungan antara ayah dan ibumu: 1) Harmonis
Deskripsi: 2) Penuh dengan Konflik
Deskripsi: 3) Berpisah/diambang perpisahan
Deskripsi:
b. Kata Pengantar Adik-adik yang terkasih,
Pada kesempatan ini saya meminta kerelaan dan kesediaan adik-adik untuk mengisi angket yang telah saya bagikan ini.Saya sangat mengharapkan adik-adik mengisi angket ini dengan teliti, jujur, dan sesuai dengan diri adik-adik.Atas kesediaan adik-adik, saya mengucapkan terimakasih.
c. Petunjuk Pengisian Di bawah ini ada sejumlah pernyataan.Bacalah masing-masing pernyataan
dengan teliti.Berikanlah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pengalaman adik-adik.
Alternatif jawaban yang ada adalah sebagai berikut: 1. SangatSesuai(SS) = Centanglahkolom sangat
sesuaijika adik-adik merasakankeadaan ini.
2. Sesuai(S) = Centanglah kolom sesuai Jika adik-adik merasakan keadaan ini. 3. Tidak Sesuai(TS) = Centanglah kolom tidak Sesuai jika adik-adik merasakan keadaan ini.
4. Sangat Tidak Sesuai(STS) = Centanglah kolom sangat Tidak Sesuai jika adik-
adik merasakan keadaan ini.
Angket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Langkah-langkah mengisi angket ini secara praktis adalah sebagai berikut:
1. Pastikan isi data diri dengan tepat dan lengkap!
2. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dalam angketini!
3. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur dan teliti sesuai dengan keadaan diriadik-adik!
4. Berilah tanda centang pada salah satu kolom yang telah disediakan!
No. Pernyataan
Sangat
Sesuai
(SS)
Sesuai
(S)
Tidak
Sesuai
(TS)
Sangat
Tidak
Sesuai
(STS) 1. Saya pesimis bisa tetap bahagia ketika
ayah dan ibu saya terlibat konflik
2. Saya yakin bahwa saya tetap mendapat
kasih sayang dari kedua orang tua
walaupun mereka berpisah
3. Saya sering melarikan diri ketika orang
tua saya bertengkar
4. Saya yakin bahwa saya mampu
berdamai dengan keadaan dimana orang
tua saya sering terlibat konflik
5. Saya mampu bersikap optimis ketika
saya dihadapkan situasi kedua orang tua
yang terlibat konflik
6. Saya sering merasa putus asa terhadap
hidup saya ketika orang tua saya terlibat
konflik
7. Saya percaya bahwa saya tetap dapat
memiliki kehidupan yang layak
walaupun
orang tua saya berpisah
8. Saya yakin bahwa saya bisa tetap
bahagia meskipun orang tua saya terlibat
konflik
9. Saya sering merasa khawatir terhadap
kehidupan saya kedepan jika orang tua
saya berpisah
10. Saya yakin walaupun saya tidak tinggal
dengan salah satu ataupun kedua orang
tua saya tetap mendapat kasih sayang
seperti halnya teman-teman lain
11. Saya sering minder dengan teman-teman
saya yang memiliki keluarga harmonis
12. Saya orang yang mudah bergaul
13. Saya merasa bahwa sejak orang tua saya
berpisah kasih sayang mereka terhadap
saya berkurang
14. Saya mampu bersosialisasi dengan
teman-teman tanpa minder dengan status
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
keluarga saya
15. Saya lebih senang sendiri dari pada
bergabung dengan teman-teman
16. Saya mampu bersosialisasi baik dengan
teman-teman saya meskipun saya dari
keluarga kurang harmonis
17. Saya sungkan untuk bergaul dengan
teman-teman disekitar saya yang
memiliki keluarga harmonis
18. Saya merasa diri saya memiliki
kemampuan yang sama dengan teman-
teman lainnya
19. Saya sering merasa ingin diperlakukan
spesial dari orang lain
20. Saya sering menyalahkan diri ketika
melihat kedua orang tua saya bertengkar
21. Saya sering memaksakan kehendak saya
terhadap orang lain
22. Saya sering pesimis dapat mengerjakan
tugas dengan maksimal tepat waktu
23. Meskipun saya hanya tinggal dengan
satu orang tua saya tidak merasa malu
dengan teman-teman saya
24. Saya yakin bahwa setelah orang tua
saya terlibat konflik, saya akan dapat
lebih mudah stress
25. Saya yakin bahwa saya dapat
menyelesaikan studi saya meskipun
dalam keadaan keluarga yang kurang
mendukung
26. Saya merasa minder ketika teman-teman
saya bertanya dengan siapa saya tinggal
27. Saya yakin bahwa saya mampu
melanjutkan ke perguruan tinggi yang
saya inginkan sekalipun saya memiliki
banyak persoalan keluarga
28. Saya yakin meskipun orang tua saya
terlibat konflik, saya mampu bahagia
seperti teman-teman yang memiliki
orang tua harmonis
29. Saya sering pesimis akan mampu
mendapat nilai baik ketika saya lulus
30. Saya ragu bahwa saya dapat sukses
mendapat nilai yang baik apabila ayah
dan ibu sering bertengkar
31. Saya mampu mendapatkan nilai baik
ditengah kondisi orang tua yang terlibat
konflik
32. Saya ragu bahwa hidup saya akan lebih
baik ketika kedua orang tua saya
berpisah
33. Saya percaya bahwa usaha saya dalam
belajar giat akan membuahkan hasil
yang baik untuk kehidupan saya kedepan
34. Saya sering ragu terhadap kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
saya setelah melihat nilai ujian dari
teman-teman
35. Meskipun orang tua saya berpisah, saya
yakin akan mendapat pembelajaran yang
berharga yang orang lain tidak dapatkan
36. Saya yakin bahwa hidup saya akan tetap
bisa lebih bahagia dari pada orang lain
meskipun dalam kondisi keluarga
bercerai
37. Saya sering merasa orang lain memuji
saya dengan maksud untuk menyindir
saya
38. Saya sering tersinggung apabila orang
lain mengomentari perilaku saya yang
suka menyendiri
39. Saya mampu menjadikan pujian dari
orang lain sebagai motivasi dalam hidup
saya
40. Saya sering merasa frustasi ketika
melihat ayah dan ibu saya bertengkar
41. Saya mampu mengendalikan diri
ditengah konflik yang terjadi dalam
keluarga saya
42. Saya sering menyalahkan diri saya
sendiri ketika saya sulit menyatukan
kedua orang tua saya yang terlibat
konflik
43. Saya mampu mengelola diri saya agar
tidak larut dalam frustasi ketika melihat
ayah dan ibu saya terlibat konflik
44. Saya kurang mampu mengendalikan diri
saat terjadi konflik dalam keluarga saya
45. Saya mampu menjaga perasaan saya
dengan selalu berfikir positif
46. Saya kehilangan kendali terhadap diri
saya ketika saya frustasi melihat ayah
dan ibu saya terlibat konflik
47. Saya merasa bahwa saya harus dapat
mengendalikan diri ketika saya
dihadapkan pada konflik antara ayah dan
ibu
48. Saya yakin dimata kedua orang tua saya,
saya sangat berharga
49. Saya sulit untuk mengendalikan diri
ketika saya dihadapkan pada konflik
antara ayah dan ibu
50. Saya merasa bahwa kedua orang tua
saya mengabaikan saya
51. Saya yakin meskipun orang tua saya
berpisah, saya tetap bisa berprestasi
52. Saya dapat menampilkan diri saya yang
sebenarnya meskipun saya sedang dalam
kondisi keluarga yang kurang harmonis
53. Saya sulit untuk mengutarakan perasaan
saya kepada kedua orang tua saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
54. Saya mampu mengolah rasa sedih saya
ketika melihat orang tua saya bertengkar
55. Saya sulit untuk jujur terhadap teman-
teman saya ketika saya dihadapkan pada
situasi dimana saya berasal dari keluarga
kurang harmonis
56. Saya sulit mengolah rasa sedih ketika
melihat orang tua saya bertengkar
57. Saya mampu mengutarakan perasaan
saya terhadap kedua orang tua saya
58. Saya mampu untuk tetap tenang ketika
saya sedang merasa bahagia
59. Saya mampu meredam rasa kecewa saya
terhadap kondisi keluarga saya yang
kurang harmonis
60 Saya sering merasa kecewa dengan
keadaan keluarga saya yang kurang
harmonis
Terimakasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
TABULASI DATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama
1 1 4 3 4 3 1 3 4 4 4 4 4 3 1 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3
2 3 3 4 2 3 2 2 3 3 4 3 2 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 3 3
3 3 3 4 1 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 2 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
5 2 1 1 2 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 4 1 4 4 3 4 3 1 1 1 1 1 1 2 4 1 4 3
6 3 1 2 1 2 3 3 3 1 4 4 1 2 1 4 2 2 4 4 4 3 1 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 1 3 2 2 3 1 4 3
7 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 2 3 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3
8 1 3 1 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
9 3 3 1 2 3 3 2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3
10 3 2 3 1 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 3 1 3 4 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4 2 4 4 4 3 4 4 2 2 2 4 3
11 2 1 1 2 2 4 2 2 1 2 1 2 3 1 1 4 4 1 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 1 2 4 3 3 1 2 1 3 4
12 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3
13 3 1 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 1 2 2 3 1 3 2 2 4 2 3 2 4 3 3 2 1 3 3 3 3
14 3 2 4 3 3 2 4 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 1 2 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3
15 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4
16 3 1 3 2 3 2 3 3 3 4 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4
17 1 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3
18 1 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
19 1 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3
20 1 3 2 2 3 2 3 3 3 1 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 2 3 2 2 2 4 3 2 3 2 3 2 3 2 4
21 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3
22 1 3 3 4 3 3 3 3 34 4 3 1 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 2
23 1 2 2 4 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 4 1 4 3 3 3 4 4 4 3
24 3 3 2 4 2 2 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 3 2 1 2 3 1 4 4 4 3 2 4 3 3 3
25 3 4 2 4 1 4 2 4 4 1 1 3 1 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 2 2 1 4 1 4 3 1 3 1 4 4 3
26 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 1 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3
27 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3
28 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3
29 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2
30 4 1 1 1 4 4 4 1 1 1 3 1 3 1 4 4 4 2 4 1 4 1 4 2 4 3 2 4 2 1 2 4 1 4 4 1 3 3 4 4
Total 67 76 75 81 83 80 83 83 115 88 83 67 81 69 88 85 91 88 92 94 88 74 92 87 99 84 89 94 77 87 80 95 88 94 91 79 85 84 92 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 Total
Nama
1 4 1 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 2 2 4 4 2 4 1 4 4 4 1 4 263
2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 245
3 3 2 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 3 2 3 4 1 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 1 213
4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 1 4 4 4 4 1 1 4 289
5 1 2 3 1 3 2 4 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 4 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 1 137
6 2 4 2 1 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 1 3 1 3 1 1 1 2 3 1 3 2 1 3 3 2 2 3 1 2 1 185
7 2 3 3 3 4 2 4 4 2 3 3 3 3 2 3 1 3 2 2 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 209
8 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 201
9 2 2 2 2 3 3 3 1 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 1 203
10 2 1 4 4 3 2 4 2 1 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 2 4 4 3 3 2 3 1 4 3 3 3 3 4 3 3 2 232
11 3 1 4 2 3 1 3 3 4 1 4 4 2 2 2 3 2 2 4 2 4 2 2 2 2 4 3 1 3 1 3 3 1 3 3 4 4 2 194
12 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 231
13 3 2 4 3 2 1 3 3 3 1 3 3 3 1 3 1 2 2 3 1 3 2 2 2 3 3 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 2 3 184
14 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 232
15 4 3 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 280
16 3 2 3 3 4 2 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 1 2 2 1 3 2 3 4 4 2 2 2 221
17 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 214
18 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 4 2 4 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 210
19 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 231
20 2 2 2 2 4 2 3 1 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 205
21 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 199
22 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 272
23 3 1 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 2 1 3 1 3 4 2 3 3 2 2 2 218
24 3 2 3 3 4 1 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 1 3 1 3 3 2 3 3 3 2 2 222
25 1 2 1 4 4 2 1 1 2 3 3 3 2 4 2 3 2 4 3 4 2 3 4 4 1 1 3 3 2 4 2 3 3 3 3 4 2 4 215
26 3 2 3 3 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 4 233
27 2 2 2 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 229
28 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 202
29 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 197
30 3 1 4 1 4 1 1 1 4 2 4 4 4 1 3 2 2 1 4 1 4 4 1 3 1 3 1 1 4 1 4 1 3 4 4 3 1 1 198
Total 79 61 89 81 105 68 93 81 84 79 91 94 119 79 85 81 82 79 88 81 93 94 81 93 88 90 62 64 80 70 76 78 68 90 90 88 66 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kisi-Kisi Instrumen PenerimaanDiriRemajaBroken Home
(Sebelum Uji Validitas)
Ciri-Ciri Indikator Nomor Item
Jumlah Positif Negatif
1. Kepercayaan
atas
kemampuann
ya
menghadapi
hidupnya
d. Remaja mampu
menghadapi
tantangan dalam
hidupnya sendiri.
1,7 4,9 4
e. Remaja percaya
bahwa dia dapat
mengatasi
permasalahan dalam
hidupnya.
5,11 2,8 4
f. Remaja memiliki
rasa optimis dalam
menghadapi
hidupnya
3,10 6,12 4
2. Menganggap
dirinya
sederajat
dengan orang
lain
a. Remaja yakin bahwa
dirinya berharga
seperti halnya
teman-temannya.
13,19 14,16 4
c. Remaja mudah
bergaul dengan
teman-teman yang
ada di lingkungan
sekitar.
15,17 18,20 4
3. Tidak
menganggap
dirinya orang
hebat atau
abnormal dan
tidak
mengharapka
n bahwa
orang lain
mengucilkann
ya
g. Remaja mampu
menghargai dirinya
sendiri.
21,28 22,24 4
h. Remaja mampu
menghargai orang
lain.
25 27 2
i. Remaja mampu
menganggap dirinya
orang yang optimal
23,26 29 3
4. Tidak merasa
malu atau
serba takut
dicela orang
lain
e. Remaja memiliki
kepercayaan diri
dalam hidupnya.
30,35 31,33 4
f. Remaja memiliki
rasa optimis
terhadap apa yang
akan dia lakukan.
32,34 36 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
5. Mempertangg
ung jawabkan
perbuatannya
c. Remaja mampu
bertanggungjawab
atas apa yang telah
dia lakukan.
37,41 38,39 4
d. Remaja mampu
mengakui
kesalahannya
40 42 2
6. Mengikuti
standar pola
hidupnya dan
tidak ikut-
ikutan
c. Remaja yakin
dengan apa yang
akan atau telah dia
lakukan.
43,45 46 3
d. Remaja yakin bahwa
hidupnya lebih baik
dari hidup orang
lain.
47,48 44 3
7. Menerima
pujian atau
celaan secara
objektif
c. Remaja mampu
menerima kritikan
dari orang lain
dengan baik.
49 51 2
d. Remaja mampu
mengelola pujian
yang diberikan
orang lain dengan
baik
52 50 2
8. Tidak
menganiyaya
diri sendiri
e. Remaja memiliki
rasa sayang kepada
dirinya sendiri.
53,59 56 3
f. Remaja meyakini
bahwa dirinya
adalah berharga
62 64, 65 2
g. Remaja memiliki
pengaturan diri
terhadap frustasi
57,66 54,60 4
h. Remaja sadar dalam
mengendalikan diri
terhadap konflik
yang ada di dalam
hidupnya.
55,61 58,63 4
9. Menyatakan
perasaannya
dengan wajar
e. Remaja mampu
tampil secara
otentik.
67 70 2
f. Remaja mampu
menampilkan diri
secara asertif.
71,73 68 3
g. Remaja mampu
mengolah rasa
bahagia yang ada di
dalam hidupnya.
74 76,77 3
h. Remaja mampu 69,75 72,78 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mengolah rasa sedih
dan kecewa yang
ada di dalam
hidupnya
Jumlah 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
TABULASI DATA VALIDITAS
No.
Item Parameter Hasil Hitung Keterangan
1 Pearson
Correlation
.086
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .650
N 30
2 Pearson
Correlation
.607**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
3 Pearson
Correlation
.657**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
4 Pearson
Correlation
.500**
Valid Sig. (2-tailed) .005
N 30
5 Pearson
Correlation
.607**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
6 Pearson
Correlation
.235
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .210
N 30
7 Pearson
Correlation
.587**
Valid Sig. (2-tailed) .001
N 30
8 Pearson
Correlation
.252
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .179
N 30
9 Pearson
Correlation
.444*
Valid
Sig. (2-tailed) .014
N 30
10 Pearson
Correlation
.544** Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Sig. (2-tailed) .002
N 30
11 Pearson
Correlation
.540**
Valid Sig. (2-tailed) .002
N 30
12 Pearson
Correlation
.452*
Valid Sig. (2-tailed) .012
N 30
13 Pearson
Correlation
.656**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
14 Pearson
Correlation
.492**
Valid Sig. (2-tailed) .006
N 30
15 Pearson
Correlation
.311
Valid Sig. (2-tailed) .094
N 30
16 Pearson
Correlation
.437*
Valid Sig. (2-tailed) .016
N 30
17 Pearson
Correlation
.412*
Valid Sig. (2-tailed) .024
N 30
18 Pearson
Correlation
.505**
Valid Sig. (2-tailed) .004
N 30
19 Pearson
Correlation
.434* Valid
Sig. (2-tailed) .017
N 30
20 Pearson
Correlation
.661**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
21
Pearson
Correlation
.580**
Valid
Sig. (2-tailed) .001
N 30
22 Pearson
Correlation
.565**
Valid Sig. (2-tailed) .001
N 30
23 Pearson
Correlation
.046
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .809
N 30
24 Pearson
Correlation
.557**
Valid Sig. (2-tailed) .001
N 30
25 Pearson
Correlation
.118
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .536
N 30
26 Pearson
Correlation
.059
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .758
N 30
27 Pearson
Correlation
.471**
Valid Sig. (2-tailed) .009
N 30
28 Pearson
Correlation
.001
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .995
N 30
29 Pearson
Correlation
.575** Valid
Sig. (2-tailed) .001
N 30
30 Pearson
Correlation
.519**
Valid Sig. (2-tailed) .003
N 30
31 Pearson
Correlation
.501**
Valid
Sig. (2-tailed) .005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
N 30
32
Pearson
Correlation
.447* Valid
Sig. (2-tailed) .013
N 30
33 Pearson
Correlation
.589**
Valid Sig. (2-tailed) .001
N 30
34 Pearson
Correlation
.747**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
35 Pearson
Correlation
.690**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
36 Pearson
Correlation
.636**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
37 Pearson
Correlation
-.002
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .993
N 30
38 Pearson
Correlation
.628**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
39 Pearson
Correlation
-.006
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .974
N 30
40 Pearson
Correlation
.095
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .619
N 30
41 Pearson
Correlation
.682**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
42 Pearson
Correlation
-.227 Tidak Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Sig. (2-tailed) .227
N 30
43 Pearson
Correlation
.214
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .256
N 30
44 Pearson
Correlation
.706**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
45 Pearson
Correlation
.518**
Valid Sig. (2-tailed) .003
N 30
46 Pearson
Correlation
.635**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
47 Pearson
Correlation
.337
Valid Sig. (2-tailed) .069
N 30
48 Pearson
Correlation
.554**
Valid
Sig. (2-tailed) .002
N 30
49 Pearson
Correlation
-.305
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .101
N 30
50 Pearson
Correlation
.670**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
51 Pearson
Correlation
.504**
Valid Sig. (2-tailed) .004
N 30
52 Pearson
Correlation
.431*
Valid Sig. (2-tailed) .017
N 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
53 Pearson
Correlation
.228
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .225
N 30
54 Pearson
Correlation
.683**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
55 Pearson
Correlation
.598**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
56 Pearson
Correlation
.643**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
57 Pearson
Correlation
.802**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
58 Pearson
Correlation
.770** Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 30
59
Pearson
Correlation
.452*
Valid
Sig. (2-tailed) .012
N 30
60 Pearson
Correlation
.696**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
61 Pearson
Correlation
.406*
Valid Sig. (2-tailed) .026
N 30
62 Pearson
Correlation
.595**
Valid Sig. (2-tailed) .001
N 30
63 Pearson
Correlation
.691** Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Sig. (2-tailed) .000
N 30
64
Pearson
Correlation
.637**
Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 30
65 Pearson
Correlation
.531**
Valid Sig. (2-tailed) .003
N 30
66 Pearson
Correlation
.464**
Valid Sig. (2-tailed) .010
N 30
67 Pearson
Correlation
-.516**
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .004
N 30
68 Pearson
Correlation
.578** Valid
Sig. (2-tailed) .001
N 30
69
Pearson
Correlation
.493**
Valid
Sig. (2-tailed) .006
N 30
70 Pearson
Correlation
.526**
Valid Sig. (2-tailed) .003
N 30
71 Pearson
Correlation
.035
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .855
N 30
72 Pearson
Correlation
.653**
Valid Sig. (2-tailed) .000
N 30
73 Pearson
Correlation
.506**
Valid Sig. (2-tailed) .004
N 30
74 Pearson .372* Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Correlation
Sig. (2-tailed) .043
N 30
75 Pearson
Correlation
.470**
Valid Sig. (2-tailed) .009
N 30
76 Pearson
Correlation
.004
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .984
N 30
77 Pearson
Correlation
-.158
Tidak Valid Sig. (2-tailed) .403
N 30
78 Pearson
Correlation
.449*
Valid Sig. (2-tailed) .013
N 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Uji Validitas Angket Penerimaan Diri Remaja Broken Home
SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2018/2019
Ciri-Ciri Indikator
Nomor Item
Positif Negatif Item
Valid
Item
Tidak
Valid
1. Kepercayaan atas
kemampuannya
menghadapi
hidupnya
a. Remaja mampu
menghadapi
tantangan dalam
hidupnya sendiri.
1,7 4,9 4,7,9 1
b. Remaja percaya
bahwa dia dapat
mengatasi
permasalahan
dalam hidupnya.
5,11 2,8 5,8,11 8
c. Remaja memiliki
rasa optimis dalam
menghadapi
hidupnya
3,10 6,12 3,10,12 6
2. Menganggap
dirinya sederajat
dengan orang lain
a. Remaja yakin
bahwa dirinya
berharga seperti
halnya teman-
temannya.
13,19 14,16 13,14,1
6,19 -
a. Remaja mudah
bergaul dengan
teman-teman yang
ada di lingkungan
sekitar.
15,17 18,20 15,17,1
8,20 -
3. Tidak
menganggap
dirinya orang
hebat atau
abnormal dan
tidak
mengharapkan
bahwa orang lain
mengucilkannya
a. Remaja mampu
menghargai dirinya
sendiri.
21,28 22,24 21,22,2
4 28
b. Remaja mampu
menghargai orang
lain.
25 27 27 25
c. Remaja mampu
menganggap
dirinya orang yang
optimal
23,26 29 29 23, 26
4. Tidak merasa a. Remaja memiliki 30,35 31,33 30,31,3 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
malu atau serba
takut dicela orang
lain
kepercayaan diri
dalam hidupnya.
3,35
b. Remaja memiliki
rasa optimis
terhadap apa yang
akan dia lakukan.
32,34 36 32,34,3
6 -
5. Mempertanggung
jawabkan
perbuatannya
a. Remaja mampu
bertanggungjawab
atas apa yang telah
dia lakukan.
37,41 38,39 38,41 37,39
b. Remaja mampu
mengakui
kesalahannya
40 42 - 40,42
6. Mengikuti
standar pola
hidupnya dan
tidak ikut-ikutan
a. Remaja yakin
dengan apa yang
akan atau telah dia
lakukan.
43,45 46 45,46 43
b. Remaja yakin
bahwa hidupnya
lebih baik dari
hidup orang lain.
47,48 44 44,47,4
8 -
7. Menerima pujian
atau celaan secara
objektif
a. Remaja mampu
menerima kritikan
dari orang lain
dengan baik.
49 51 51 49
b. Remaja mampu
mengelola pujian
yang diberikan
orang lain dengan
baik
52 50 50,52 -
8. Tidak
menganiyaya diri
sendiri
a. Remaja memiliki
rasa sayang kepada
dirinya sendiri.
53,59 56 56,59 53
b. Remaja meyakini
bahwa dirinya
adalah berharga
62 64, 65 62,64,6
5 -
c. Remaja memiliki
pengaturan diri
terhadap frustasi
57,66 54,60 54,57,6
0,66 -
d. Remaja sadar
dalam
mengendalikan diri
terhadap konflik
yang ada di dalam
hidupnya.
55,61 58,63 55,58,6
1,63 -
9. Menyatakan
perasaannya
dengan wajar
a. Remaja mampu
tampil secara
otentik.
67 70 70 67
b. Remaja mampu 71,73 68 68,73 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
menampilkan diri
secara asertif.
c. Remaja mampu
mengolah rasa
bahagia yang ada
di dalam hidupnya.
74 76,77 74 76,77
d. Remaja mampu
mengolah rasa
sedih dan kecewa
yang ada di dalam
hidupnya
69,75 72,78 69,72,7
5,78 -
Jumlah 41 37 60 18
\
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI