Post on 08-Apr-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN
ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri)
TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
OLEH : DARMINING
NIM: S540809204
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN
ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri)
Disusun Oleh :
DARMINING
NIM : S540809204
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal :
Dewan Penguji
Jabatan Nama
Tanda tangan
Ketua Sekretaris Anggota
: : : :
Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr. MM. M.Kes. PAK NIP. 19480313197610 1 001 Dr. Nunuk Suryani, MPd NIP. 1966110819900320 2 001 Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd NIP. 19440404197603 1001 Dr. Hermanu J, M.Pd NIP. 19560303198603 1001
...........................
.. ........................... ............................ ...........................
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana UNS
Prof. Drs. Suranto. Msc. Ph.D NIP. 19570820198503 1 004
Surakarta, Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, Dr. MM. M.Kes. PAK
NIP. 19480313197610 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Darmining NIM : S540809204
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Dalam Penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) di wilayah kerja puskesmas Ngletih Kota Kediri” adalah karya saya
sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi
dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh tersebut.
Surakarta, 11 Novenber 2010 Yang membuat pernyataan
Darmining
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencagahan Komplikasi (P4K) Dalam Menurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri”.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Magister Kedokteran Keluarga pada Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan tesis ini, peneliti banyak mengalami kesulitan namun
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan teratasi, untuk itu peneliti
sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsulhadi, Sp. Kj. ( K ), selaku Rektor
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan
ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan penelitian ini.
2. Prof. Drs. Suranto, M. Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca
Sarjana Universita Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu
penyelesaian pendidikan pada program studi Magister Kedokteran
Keluarga.
3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK selaku Ketua
Program Studi Magister kedokteran Keluarga Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga.
4. Pancrasia Murdani, dr. MHPEd, selaku Ketua Minat Program studi
Magister Kedokteran Keluarga Universitan sebelas Maret Surakarta
yang telah menyetujui permohonan ijin penelitian ini.
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan
penelitian ini.
6. Dr. Hermanu J, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan dalam usulan penelitian ini.
7. Suami dan anakku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan
semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
8. Teman seperjuangan mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas dalam
menempuh Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan
dari Tuhan Ynag Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan
dan perbaikan usulan penelitian ini sangat penulis harapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak. Terima kasih.
Surakarta, Nopember 2010
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
ABSTRAK ........................................................................................................... xii
ABSTRACT ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .................................................................................... 9
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...................................................... 45
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 46
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk dan Strategi Penelitian ....................................................... 48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 48
C. Sumber Data dan Teknik Sampling ............................................... 49
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 50
E. Uji Kredibilitas ............................................................................... 51
F. Teknik Cuplikan ............................................................................. 52
G. Teknik Analisa Data ....................................................................... 53
H. Prosedur Kegiatan ............................................................................ 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian ............................................................. 56
B. Temuan Penelitian .......................................................................... 62
C. Pembahasan ..................................................................................... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 103
B. Implikasi .......................................................................................... 109
C. Saran ............................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112
LAMPIRAN – LAMPIRAN
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir …………………………………………….. 46
Gambar 2. Siklus Analisa Data …………………………………………… 54
Gambar 3 Rencana persalinan pada kehamilan sekarang ………………….78
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian …………………………………………………117
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ………………………...118
Lampiran 3. Pedoman Wawancara …………………………………………….119
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Karakteristik Informan …………………… …123
Lampiran 5. Hasil Wawancara …………………………………………………125
Lampiran 6. Pengamatan Aktivitas Subyek Peneliti …………………………...133
Lampiran 7. Stiker Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat .......................134
Lampiran 8. Amanat Persalinan ……………………………………………......135
Lampiran 9. Surat Persyaratan Kesediaan Menjadi Pendonor Darah ………….136
Lampiran 10 Surat Persyaratan Kesediaan Menjadi Ambulan Desa ………......137
Lampiran 11. Daftar Nama Pendonor Darah …………………………………..138
Lampiran 12. Daftar Pemilik Ambulan Desa ………………………………….139
Lampiran 13. Stiker Ibu Hamil ………………………………………………...140
Lampiran 14. Dokumentasi dan Contoh format Pendataan Ibu Hamil ……….141
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Tenaga puskesmas ………………………………………………59
Tabel 4.2 Data partisipasi masyarakat …………………………………………..59
Tabel 4.3 Data cakupan pelayanan KIA ………………………………………...60
Tabel 4.4 Data penerapan P4K ……………………………………….................61
Tabel 4.5 Data derajat kesehatan ……………………………………................. 61
Tabel 4.6 Data bidan wilayah yang mendapatkan peningkatan
Ketrampilan ………………………………………………..................62
Tabel 4.7 Data kader yang mendapatkan pelatian P4K …………………………62
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Darmining, S540809204. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi(P4K ) Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu. Tesis, Program Studi Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Nopember 2010. Tujuan 1) Untuk mendeskripsikan penerapan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih, 2) Untuk medeskripsikan keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di wilayah kerja Puskesmas Ngletih, 3) Untuk mendeskripsikan kendala yang ada dalam pelaksanaan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih. Metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data digunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Informan pada penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, bidan wilayah, kader P4K, ibu hamil, suami atau keluarga, tokoh masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas Ngletih. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang meliputi tahap pengumpulan data, sajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil yaitu : 1) Prosentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar 100 %; 2) Prosentase kehamilan, persalinan dan nifas dari 33 kasus komplikasi, 33 kasus tertangani dengan cepat dan adekuat; 3) Prosentase ibu bersalin di tenaga kesehatan mendapat pelayanan nifas 100%; 4) Prosetase penggunaan metode KB pasca persalinan 60 %. Kesimpulan hasil penelitian diatas dipahami bahwa keberhasilan penerapan Program Perencanan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih dapat berjalan meskipun ada beberapa kendala. Kata Kunci : Penerapan program Perencanaan persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K), Kader P4K, Pemantauan kesehatan.
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Darmining, S540809204. The factors affecting the Successful Implementation of Program Childbirth Planning and Prevention of Complications (IPCPPC) in Reducing Maternal Mortality. Thesis. Family Medical Program, Post Graduate Sebelas Maret University Surakarta, November 2010. Goal 1. Describing the implementation of PCPPC in working area of Ngletih Society Health Center (clinic)., 2. Describing the attained success and the factor affecting the successful implementation of PCPPC in reducing maternal mortality in working area of Ngletih clinic., 3. Describing the existing obstacles in IPCPPC in working area of Ngletih clinic. Method qualitative descriptive by using data collection techniques such as deep interviews, observation and documentation. The Informants were the head of clinic, region midwives, PCPPC cadres, pregnant women, their husbands or families, community leaders in the working area of Ngletih clinic. Data Analysis technique was interactive analysis covering data collection, data display, data reduction and drawing conclusions or verification. Results 1. Percentage of given sticker pregnant women who received antenatal care according to the standard was 100%., 2. Percentage of pregnancy, and parturition of 33 complications cases, the 33 cases were 100% handled quickly and adequately., 3. Percentage of childbirth that got maternity care in the health workers was 100%., 4. Percentage of using Family Planning method after childbirth was 60%. Conclusion This study indicated that although there were some obstacles the successful of IPCPPC in the working area of Ngletih society health center ran well. Key words: The Implementation of Program Childbirth Planning and
Prevention of Complications (PCPPC), PCPPC Cadres, Health monitoring.
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kcmampuan hidup sehat bagi semua orang, agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka
kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), umur harapan hidup dan angka
kematian balita (Depkes Rl, 1991).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara
sehingga hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode
2005-2009 selain prioritas lain seperti pelayanan kesehatan untuk masyarakat
miskin, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan akibat
bencana serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal dan
daerah perbatasan serta pulau-pulau terluas (Depkes RI, 2009).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Depkes
menargetkan pada tahun 2009, AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2009). Menurut Menkes RI, dr. Siti Fadilah Supari menyebutkan
bahwa angka kematian ibu mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2004
sampai tahun 2007. Di tahun 2007, angka kematian ibu berkisar 248 per 100.000
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelahiran hidup, padahal di tahun 2004, angka kematian ibu sekitar 270 per
100.000 kelahiran hidup (UGM, 2009).
Menurut Dr. Ieke Irdjiati, MPH Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Depkes, sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu
terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui
kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang
memadai dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta peningkatan
derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan
kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010. Mengenai penyebab
kematian, Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, toksemia gravidum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus.
Kematian paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya
dapat dicegah (Depkes RI, 2004).
Tingginya angka kematian maternal ini mempunyai dampak yang besar
terhadap keluarga dan masyarakat. Kematian seorang wanita saat melahirkan
sangat mempengaruhi kelangsungan hidup bayinya, karena bayi yang
bersangkutan akan mengalami nasib yang sama dan keluarganya bercerai berai (L.
Ratna Budiarso et al, 1990). Oleh karena itu, persalinan ibu harus mendapatkan
fasilitas dan partisipasi seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi
masyarakat setempat dan lainnya.
Penyebab kematian ibu ini sangat kompleks. Komplikasi obstetri, yang
merupakan penyebab langsung kematian ibu pada umumnya terjadi pada saat
persalinan atau sekitar persalinan. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ibu adalah kejadian keterlambatan di tingkat masyarakat yang dikenal sebagai 3
terlambat yaitu (1) Terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan ;
(2) Terlambat mencapai tempat rujukan; (3) Terlambat mendapat penanganan di
tempat rujukan.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut antara lain:
ketidaktahuan ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya saat hamil, persalinan dan
nifas, ketidaktersediaan transportasi, hambatan biaya, ketidakberadaan tenaga
kesehatan untuk menolong ibu bersalin, ketidaksetaraan gender sehingga ibu tidak
mempuyai wewenang untuk memutuskan sendiri kemana akan bersalin sampai
kepada ketidaksiapan dalam penanganan di tingkat rujukan termasuk
ketidaktersediaan donor darah.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu, Departemen Kesehatan yang memiliki visi ”Masyarakat Mandiri
untuk Hidup Sehat” dengan Misi “Membuat Rakyat Sehat” serta dengan salah
satu strategi “Menggerakan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat”
berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi
tingginya, yang tertuang di dalam salah satu strategi pelaksanaan MPS yaitu
melibatkan peran serta perempuan, suami dan masyarakat. Untuk itu semua
komponen harus siap setiap saat untuk menjaga keadaan kesehatan ibu hamil dan
mengantar ke fasilitas pelayanan kesehatan bila terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan. Keadaan masyarakat ini disebut dengan Siap Antar Jaga, yang
meliputi 4 kegiatan utama yaitu : 1) Notifikasi Ibu Hamil; 2) Tabungan Ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bersalin atau Tabulin dan Dana Sosial Ibu Bersalan atau Dasolin; 3) Transpotasi;
4) Ketersediaan Donor Darah.
Pencanangan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007 dengan stiker yang merupakan
“upaya terobosan” dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus
merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian
masyarakat untuk persiapan dan siaga dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru
lahir (DepKes RI, 2009).
Melalui P4K dengan stiker masyarakat diharapkan dapat mengembangkan
norma sosial bahwa cara yang aman untuk menyelamatkan ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir dengan memeriksakan kehamilan ke bidan atau tenaga
terampil di bidang kebidanan, sehingga kelak dapat mencapai dan mewujudkan
Visi Departemen Kesehatan, yaitu ”Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”
(Depkes RI,2009).
Amanat persalinan dengan stiker dimaksudkan untuk menginventaris atau
mendata ibu hamil dengan menggunakan stiker. Hal ini merupakan salah satu
upaya percepatan penurunan AKI, karena dengan terdatanya ibu hamil secara
tepat dan akurat serta di pantau secara intensif, maka setiap kehamilan sampai
dengan persalinan dan nifas dapat berjalan dengan aman dan selamat, sehingga
tidak ada kematian.
Perencanan persalinan dan pencegahan komplikasi dilakukan bersama oleh
bidan, bumil, keluarga dan kader yang diwujudkan dalam sebuah kesepakatan
4 4 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau amanat persalinan. Selanjutnya bumil dengan bantuan bidan dan kader dapat
mengakses sumber daya yang berkaitan dengan masalah kehamilan dan
persalinannya. Diharapkan dengan perencanaan persalinan yang baik dan siapnya
sumber daya yang dibutuhkan oleh ibu hamil apabila terjadi masalah kehamilan
dan persalinan akan menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan sehingga
kualitas kesehatan ibu, bayi dan balita dapat meningkat menjadi lebih baik
(Dinkes Propinsi Jatim, 2007).
Hasil Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000
adalah komitmen internasional untuk mencapai Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals / MDGs) pada tahun 2015 sebagai solusi dari
ketergantungan antar negara dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia.
Target Nasional yang terkait dengan sasaran MDGs adalah menurunkan Angka
Kematian Ibu sebesar ¾ dari Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 1990 (450
per 100.000 kelahiran hidup) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes,
2008).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Indonesia
telah berhasil menurunkan angka kematian ibu, namun Angka Kematian Ibu di
Indonesia saat ini masih yang tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Dari data
Laporan Bulanan Kesehatan Ibu dan Anak (LB3 KIA) Propinsi Jawa Timur tahun
2007 AKI 72/100.000 KH ,tahun 2008 AKI 83/100.000 KH, sedangkan tahun
2009 AKI 90/100.000 KH (Dinkes Propinsi Jatim, 2009). Dari data Laporan
Bulanan Kesehatan Ibu dan Anak (LB3 KIA) Kota Kediri AKI tahun 2007
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151/100.000 KH, tahun 2008 AKI 97/100.000 KH, sedangkan pada tahun 2009
AKI 176/100.000 KH.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa di Kota Kediri sudah
ada peningkatan jumlah bidan termasuk bidan yang telah mengikuti pelatihan
APN di puskesmas, telah dilaksanakannya program P4K yang melibatkan suami,
keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat sekitar. Namun pada kenyataannya
dalam dua tahun terakhir, angka kematian ibu di Kota Kediri mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan angka kematian ibu ini hampir
merata di wilayah kerja puskesmas di Kota Kediri tetapi berbeda dengan
Puskesmas Ngletih mulai tahun 2007 sampai sekarang Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah 0 (nol) atau tidak ada kematian ibu karena kehamilan, persalinan
ataupun nifas. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang Faktor – Faktor
yang mempengaruhi keberhasilan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dalam menurunkan Angka kematin ibu (AKI) di
wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan P4K di Wilayah kerja Puskesmas Ngletih ?
2. Bagaimana keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa yang
mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan Angka
Kematian Ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih?
3. Bagaimana kendala dalam penerapan P4K di wilayah kerja puskesmas Ngletih?
6 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi keberhasilan penerapan program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) di
Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan penerapan P4K di wilayah kerja Puskesmas
Ngletih.
b. Untuk mendeskripsikan keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa
yang mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih.
c. Untuk mendeskripsikan kendala yang ada dalam pelaksanaan P4K di
wilayah kerja Puskesmas Ngletih.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan kajian dalam pengembangan program kesehatan ibu
dan bayi dari tinjauan kesehatan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Menambah khasanah pengetahuan peneliti tentang factor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penerapan program P4K dalam menurunkan
Angka kematian ibu (AKI) baik faktor yang mendukung maupun faktor
yang menghambat penerapan P4K di masyarakat.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Manfaat Aplikatif
Sebagai masukan Kepala Puskesmas dan fihak penentu kebijakan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program P4K di
Wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri dalam menurunkan Angka
kematian ibu (AKI) sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
penerapan P4K di tempat lain.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
a. Pengertian
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa/kelurahan
dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan Keluarga
Berencana pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media
notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009).
b. Tujuan
1) Tujuan umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi
yang sehat.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Tujuan khusus
a) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah
ibu hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil,
identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping
persalinan dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi
yang akan digunakan serta pembiayaan.
b) Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB pasca
persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
c) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
d) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal, dukun bayi, kader/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat
dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker,
dan KB pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing.
c. Manfaat penerapan P4K adalah :
1) Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.
2) Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar.
3) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.
4) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.
6) Meningkatnya peserta KB pasca persalinan.
7) Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
8) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Sasaran penerapan P4K adalah:
1) Penanggung jawab program KIA propinsi dan kabupaten/ kota.
2) Bidan koordinator.
3) Kepala Puskesmas.
4) Dokter.
5) Perawat.
6) Bidan.
7) Kader.
8) Forum Peduli KIA (Forum P4K/ Pokja Posyandu, dan lain sebagainya).
e. Kegiatan penerapan P4K meliputi :
1) Pendataan Ibu Hamil Dengan Stiker
Pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan pendataan,
pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja
bidan melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan
melibatkan peran aktif unsur-unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum
peduli KIA/Pokja Posyandu dan dukun). Kegiatan ini dilakukan melalui
kunjungan rumah, yaitu kunjungan bidan/kader ke rumah ibu hamil dalam
rangka untuk membantu ibu, suami dan keluarganya membuat perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi; disamping itu untuk memfasilitasi
ibu nifas dan suaminya dalam memutuskan penggunaan alat/obat
kontrasepsi setelah persalinan sesuai dengan rencana yang telah disepakati
bersama oleh pasangan tersebut. Setelah melakukan konseling, stiker diisi
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oleh bidan, kemudian stiker tersebut ditempel di rumah ibu hamil
(sebaiknya di depan rumah) dan ibu hamil diberikan buku KIA untuk
dipahami isinya.
2) Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Ibu Bersalin)
Tabulin adalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau
pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuannya, yang
pengelolaannya sesuai dengan kesepakatan serta penggunaannya untuk
segala bentuk pembiayaan, saat antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan.
Besar simpanan / nominal, tergantung dari perkiraan biaya persalinan
normal atau sesuai dengan kesepakatan.
Dasolin adalah dana yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela
dengan prinsip gotong-royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan
tujuan membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan, dan
kegawatdaruratan. Sumber dana dan cara pengumpulannya ditentukan
dengan kesepakatan. Pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan
kesepakatan.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan pertemuan-
pertemuan bersama dengan masyarakat untuk membahas mekanisme
pengumpulan dan penyimpanan dana, penggunaan dana, pengawasan dan
pelaporan dana.
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Calon Donor Darah
Calon donor dar ah adalah orang-orang yang dipersiapkan oleh ibu,
suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia
menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.
Syarat donor darah sukarela adalah:
a) Usia 17 sampai 60 tahun.
b) Berat badan minimal 49 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk
perempuan.
c) Tekanan darah antara 100/60-140/90 mmHg.
d) Kadar Haemoglobin (Hb) >12 gr%.
e) Tidak sedang menderita penyakit (Hepatitis, TBC,dll).
f) Tidak sedang menjalani pengobatan suatu penyakit.
g) Tidak mempunyai luka/infeksi.
h) Tidak sedang hamil/ menyusui/ menstruasi dan mengisi informed
consent
Warga menyumbang darah melalui Palang Merah Indonesia (PMI)
yang dapat dipakai untuk semua kebutuhan kegawatdaruratan. Warga akan
didaftar dan diperiksa golongan darahnya.
Ada 2 (dua) jenis donor darah yaitu :
a) Pendonor darah tetap, rutin tiap 3 bulan donor darah di PMI.
b) Bank darah desa, yaitu daftar relawan yang bersedia donor darah
sewaktu-waktu, utamanya untuk kegawatan ibu hamil dan melahirkan.
Kebutuhan untuk keadaan ini harus cepat dipenuhi sementara waktu
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang diperlukan PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3
jam.
4) Ambulan Desa /Transportasi
Ambulan desa / transportasi adalah alat transportasi dari masyarakat
sesuai kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar
calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan, terutama
yang kesulitan angkutan atau ibu mengalami kegawatan perlu dirujuk segera
ke Puskesmas atau Rumah Sakit agar selamat. Bentuk ambulan desa
bermacam-macam, tergantung jenis yang dimiliki oleh warga dan
mengikhlaskan kendaraannya dipinjam warga bergiliran (dibuat jadwal
kendaraan, pengemudi, BBM, dsb). Bisa berupa mobil, ojek, becak, sepeda
motor, tandu, perahu, dll. Penanggungjawab Pokja Ambulan Desa yang
mengatur jadwal sesuai kesepakatan warga.
f. Indikator Program P4K meliputi :
1) Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.
2) Persentase ibu hamil mendapat stiker.
3) Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar
(semua ibu hamil mendapat kunjungan K4 dan memperoleh pelayanan 5 T).
4) Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan.
5) Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami
komplikasi tertangani.
6) Persentase penggunaan metode KB pasca persalinan.
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7) Persentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan nifas.
8) Output P4K dengan Stiker.
Output yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1) Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.
2) Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar.
3) Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk KB
yang dibuat bersama dengan penolong persalinan.
4) Bidan menolong persalinan sesuai standar.
5) Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar.
6) Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan
lingkungan (sosial-budaya).
7) Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan
Forum Peduli KIA/Pokja Posyandu dalam rencana persalinan termasuk KB
pasca persalinan sesuai dengan perannya masing-masing.
8) Ibu mendapat pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.
9) Adanya kerjasama yang mantap antara Bidan, Petugas Pustu, Forum Peduli
KIA atau Posyandu dan (bila ada) dukun bayi, pendamping persalinan.
g. Tahap kegiatannya meliputi :
1) Orientasi P4K dengan stiker
Orientasi ditujukan untuk pengelola program dan stakeholders terkait
di tingkat Propinsi, Kab/Kota, Puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan sosialisasi tentang tujuan; manfaat; mekanisme pelaksanaan;
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sistem pencatatan & pelaporan serta dukungan apa saja yang disiapkan dan
diperlukan agar P4K dengan stiker dapat terlaksana di lapangan.
2) Sosialisasi
Sosilisasi ditujukan kepada kepala desa/lurah, bidan, dukun, tokoh
agama, tokoh masyarakat, organisasi perempuan, PKK serta lintas sektor di
tingkat desa/kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi
tentang tujuan; manfaat dan mekanisme pelaksanaan agar mendapat
dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam pelaksanannya di
lapangan.
3) Operasionalisasi P4K dengan stiker ditingkat Desa / Kelurahan
4) Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/kelurahan.
Pertemuan dipimpin oleh kepala desa/lurah, dan dihadiri bidan di
desa, kader, dukun, tokoh masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi aktif keluarga dan masyarakat dalam membantu mempersiapkan
persalinan yang aman bagi ibu yang diwujudkan dengan mendata jumlah
ibu hamil yang ada di wilayah desa, serta membahas dan menyepakati calon
donor darah, transport dan pembiayaan (Jamkesmas, Jamkesda, Tabulin,
dasolin). Pertemuan ini juga dapat dipakai untuk mengembangkan forum
yang telah ada sebelumnya, seperti Pokja Posyandu, forum GSI yang
ditujukan untuk melaksanakan program P4K dengan stiker ini.
5) Mengaktifkan Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Forum Peduli KIA ini diharapkan memanfaatkan forum-forum yang
sudah ada di masyarakat, antara lain: Gerakan Sayang Ibu (GSI), Forum
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Desa Siaga, Pokja Posyandu dan lain - lain. Apabila di daerah tersebut
belum terbentuk forum seperti itu bisa dilakukan pembentukan dengan
menggunakan metode berikut ini. Pemilihan anggota Forum Peduli KIA ini
sebaiknya didahului dengan kesepakatan kriteria bagi orang-orang yang
akan dipilih. Kriteria diserahkan sepenuhnya kepada unsur masyarakat yang
hadir. Umumnya kriteria yang muncul antara lain adalah punya waktu dan
punya kemauan. Pemilihan kemudian dilakukan dengan teknik partisipatif
dimana fasilitator pertemuan membagi unsur masyarakat yang hadir dalam
kelompok-kelompok dan kemudian masing-masing kelompok mengajukan
orang-orang yang dipercaya untuk dipilih sebagai anggota kelompok
masyarakat dan disepakati bersama. Umumnya orang-orang ini adalah kader
potensial di tingkat desa. Biasanya ketua Forum Peduli KIA adalah kepala
desa/lurah.
6) Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker
Bidan di desa bersama kader dan/atau dukun melakukan kontak
dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker,
termasuk pemakaian Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan.
Ketrampilan berkomunikasi sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga
kesehatan yang melakukan kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam
pengisian stiker. Mereka harus mampu memberikan penjelasan/konseling
kepada keluarga tentang pentingnya perencanaan persalinan serta
bagaimana mempersiapkan ibu hamil dan keluarga bila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam berkomunikasi, tenaga kesehatan
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bisa menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai alat bantu
karena di dalamnya berisi penjelasan tentang tanda bahaya persalinan dan
kehamilan; petunjuk perawatan masa kehamilan dan menyusui serta data
kesehatan ibu saat mulai hamil. Ditambah dengan menggunakan buku-buku
pedoman yang ada seperti “Ibu sehat Bayi Sehat”.
7) Pemasangan stiker di rumah ibu hamil
Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh Bidan, kemudian stiker
tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan rumah) dan ibu
hamil diberikan Buku KIA untuk dipahami isinya. Stiker P4K ini memuat
informasi tentang nama ibu hamil, nama suami, golongan darah ibu hamil,
nama pendamping persalinan diarahkan agar suami yang mendampingi
(tulis namanya), nama tenaga kesehatan yang akan menolong persalinan,
rencana nama pendonor darah yang akan diminta bila ibu hamil mengalami
kegawatdaruratan dan rencana transportasi/ambulan desa yang akan dipakai
bila ibu hamil mengalami kegawatdaruratan, rencana pembiayaan
(Jamkesmas, Tabulin, Dasolin). Hal penting dalam pengembangan
mekanisme P4K dengan stiker adalah kerjasama antara Bidan-Dukun-
Kader-Forum Peduli KIA agar semua pihak berperan aktif dalam melakukan
penggalian informasi yang dibutuhkan pada stiker dari ibu hamil yang ada
di wilayahnya, dan peran menempelkan stiker yang telah diisi bidan
tersebut di masing-masing rumah ibu hamil yang juga akan berguna sebagai
notifikasi (penanda) rumah ibu hamil tersebut. Serta pemantauan kepada
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
setiap ibu hamil yang telah berstiker untuk mendapatkan pelayanan sesuai
standar. Program pemasangan stiker ini menjadi media utama dalam P4K.
8) Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa
Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa dilakukan setiap bulan
secara teratur untuk up-dating, dan disampaikan pada setiap pertemuan
bulanan. Kemudian pemberian konseling kepada ibu hamil, dilanjutkan
dengan penempelan stiker di rumah ibu hamil dan pemberian Buku KIA
kepada ibu hamil tersebut.
9) Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa.
Dalam rangka pengelolaan donor darah ini, dikembangkan upaya
bukan hanya untuk mengganti darah pada ibu bersalin tetapi lebih
berorientasi untuk menggalang tersedianya calon pendonor darah untuk
mengisi persediaan darah di Unit Transfusi Darah atau Unit Transfusi Darah
RS. Untuk memastikan kegiatan donor darah dan ambulan desa berjalan
dengan maksimal maka perlu dilakukan upaya partisipatif bidan bekerja
sama dengan Forum Peduli KIA dan dukun, dipimpin Kepala Desa atau
Lurah mewujudkan komitmen bersama di masyarakat dalam penyediaan
donor darah, sarana transportasi. Komitmen masyarakat terhadap
pelaksanaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa dapat
diwujudkan dengan pembuatan Surat Pernyataan Kesediaan menjadi
Pendonor Darah atau Sarana Transportasi atau Ambulan Desa bagi warga
yang bersedia dan ikhlas sebagai calon pendonor darah atau pemakaian
kendaraannya sewaktu-waktu bila diperlukan dalam situasi
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kegawatdaruratan. Surat Pernyataan Kesediaan tersebut dapat dituangkan
dalam satu lembar kertas yang memberikan informasi tentang nama, alamat
atau no HP atau no telp, umur, golongan darah atau jenis kendaraan.
Selajutnya surat pernyataan tersebut harus menjelaskan bahwa surat dibuat
secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Terakhir surat
pernyataaan harus ditandatangani oleh yang membuat pernyataan dan
diketahui oleh Kepala Desa atau Lurah wilayah setempat. Setelah adanya
surat pernyataan kesediaan menjadi pendonor darah atau sarana transportasi
atau ambulan desa, maka langkah selanjutnya yang perlu dikembangkan
adalah membuat daftar tertulis tentang orang-orang yang bersedia menjadi
pendonor darah dan atau sarana transportasi atau ambulan desa. Daftar ini
bisa dibuat di atas kertas karton besar atau di papan tulis dan kemudian
disosialisasikan kepada masyarakat luas di desa atau kelurahan. Umumnya
di pedesaan sosialisasi dilakukan dengan penempelan daftar nama-nama
orang yang bersedia menjadi pendonor darah dan atau sarana transportasi
atau ambulan desa di papan pengumuman desa.
10) Penggunaan, pengelolaan dan pengawasan Tabulin atau Dasolin
Untuk mekanisme pelaksanaan komponen Tabulin atau Dasolin,
bidan bersama dengan forum peduli KIA dan dukun harus bekerja hati-hati.
Karena pelaksanaan komponen ini berkaitan erat dengan uang atau sumber
daya yang lain. Ini merupakan hal yang sensitif bagi sebagian besar
masyarakat, sehingga perlu upaya yang partisipatif dan komunikatif dalam
melaksanakan komponen Tabulin atau Dasolin tersebut. Hal pertama yang
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perlu dilakukan adalah melakukan pertemuan-pertemuan bersama dengan
masyarakat untuk membahas mekanisme pengumpulan dan Pembuatan dan
Penandatanganan Amanat Persalinan:
Amanat persalinan adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta
dengan suami dan atau keluarga atas komponen-komponen penyimpanan
dana, penggunaan dana, serta pengawasan dan pelaporan dana.
P4K dengan Stiker. Amanat persalinan juga melibatkan warga yang
sanggup menjadi pendonor darah, warga yang memiliki sarana transportasi
atau ambulan desa, proses pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir, rencana inisiasi menyusui dini, kesiapan bidan
untuk kunjungan nifas, termasuk upaya penggalian dan pengelolaan dana.
Dalam Amanat Persalinan akan tertulis lengkap informasi kesiapan dana,
transportasi, dan pendonor yang akan membantu ibu yang melahirkan jika
sewaktu-waktu dibutuhkan. Dalam lembar itu juga ditulis bidan yang akan
menolong persalinan. Kesahihan kesepakatan ini ditentukan oleh tanda
tangan ibu hamil, suami/keluarga terdekat dan bidan. Amanat persalinan ini
akan sangat membantu ibu mendapatkan pertolongan yang sangat
dibutuhkan pada saat kritis, yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan
penting menyangkut dirinya sehubungan dengan kondisinya. Dokumen
Amanat Persalinan ini memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker.
Stiker berfungsi sebagai notifikasi atau pemberi tanda kesiapsiagaan,
sementara Amanat Persalinan memperkuat komitmen ibu hamil dan suami.
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Rekapitulasi Laporan
1) Data yang telah didapat dari isian stiker dan data pendukung lainnya, bidan
di desa melakukan pencatatan di buku KIA untuk disimpan dan dipelajari
oleh ibu hamil sebagai alat pantau kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan
nifas, bayi yang dilahirkan sampai dengan umur 5 tahun. Disamping itu juga
dicatat di kartu ibu serta kohort ibu untuk disimpan di fasilitas kesehatan.
Bidan di desa memberikan pelayanan sesuai standar dan pemantauan ibu
hamil, serta melaporkan hasil pelayanan kesehatan ibu di wilayah desa
(termasuk laporan dari dokter dan bidan praktek swasta di desa tersebut) ke
Puskesmas setiap bulan termasuk laporan kematian ibu, bayi lahir hidup dan
bayi lahir mati.
2) Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari seluruh bidan di
desa/kelurahan dan juga laporan dari Rumah Bersalin Swasta serta
melakukan Pemantauan Wilayah Setempat tentang KIA (PWS-KIA) dan
melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab atau Kota setiap bulan.
3) Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melakukan rekapitulasi dan analisa
laporan dari seluruh Puskesmas di wilayahnya dan laporan Yankes ibu dari
rumah sakit pemerintah dan swasta, serta melakukan Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS-KIA), evaluasi dan melaporkan ke Dinas Kesehatan
Propinsi setiap bulan.
4) Dinas Kesehatan Propinsi melakukan rekapitulasi dan analisa dari seluruh
laporan Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota di wilayahnya dan
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melakukan pemantauan, fasilitasi dan evaluasi secara berkala serta
melaporkan ke tingkat pusat setiap 3 bulan.
5) Tingkat melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari Dinas Kesehatan
Propinsi dan melakukan pemantauan berkala, fasilitasi, evaluasi P4K
dengan stiker dalam rangka PP-AKI.
6) Forum Komunikasi
Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di masing-masing tingkat
wilayah dari Puskesmas, kabupaten atau Kota dan Provinsi mempunyai
wadah Forum Komunikasi yan meliputi lintas program dan lintas sektor
2. Pemeriksaan Kehamilan
a. Pengertian
Pengertian dari K1 Kehamilan telah berubah, dulu tepatnya diawal
tahun 1990an ketika dipelajari dalam program KIA, pengertian K1
Kehamilan adalah pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar
untuk pertama kalinya pada semester pertama kehamilan, tetapi sekarang,
pengertian dari K1 Kehamilan adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Hal ini membuktikan
bahwa penyelenggaraan program KIA dengan pengertian indikator K1 telah
salah dan tidak mendukung peningkatan mutu kehamilan dan persalinan
yang aman dan selamat.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemeriksaan kesehatan (termasuk gizi) pertama pada semester
pertama kehamilan sebagaimana diketahui dan diperdalam dalam
pendekatan epidemiologi dan ilmu gizi adalah sudah sangat jelas yaitu ibu
hamil sejak ditahu kehamilan atau kurang lebih usia kehamilan 6 minggu
sampai 12 minggu kehamilan (1-3 bulan kehamilan), sudah harus
memeriksakan kehamilannya, apabila sang ibu hamil tidak memeriksakan
kehamilannya pada masa kehamilan ini (1-3 bulan kehamilan) itu artinya
sang ibu hamil tersebut telah mangkir/lalai (default) atau dulunya disebut
dengan istilah DO (Drop Out) pada semester pertama kehamilan, tetapi
istilah DO ini kurang tepat digunakan karena ada kecenderungan sang ibu
hamil tidak akan dilayani lagi untuk bulan-bulan kehamilan berikutnya,
sehingga istilah default (mangkir) lebih tepat digunakan.
Sementara itu pengertian pemeriksaan kesehatan pertama (K1) semasa
kehamilan dalam pengertian selama kehamilan (usia kehamilan 1-9
bulan/atau mendekati lahir) walaupun sesuai standar pemeriksaan
kehamilan, sangatlah sulit untuk dimengerti, karena standar pemeriksaan
kesehatan (termasuk gizi) pada semester pertama, kedua dan ketiga pada
prinsipnya berbeda, keadaan hamil pada semester pertama jelas berbeda
pada semester kedua dan juga ketiga, walaupun standar yang dipakai adalah
5T tetapi pada pemeriksaannya tetap berbeda, berat badan ibu hamil pada
semester pertama kehamilan jelas berbeda pada berat badan pada semester
ketiga kehamilan.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Standar 5 T adalah standar pemeriksaan /perawatan kehamilan (ANC =
Antenatal Care) yang dimaksud adalah:
1) Pemeriksaan/pengukuran tinggi dan berat badan
2) Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah
3) Pemeriksaan/pengukuran tinggi fundus
4) Pemberian imunisasi TT
5) Pemberian tablet besi
Setiap kali pemeriksaan /perawatan kehamilan selalu berbeda setiap
semesternya. Istilah K1 atau Kunjungan pertama ibu hamil pada dasarnya
satu paket dengan istilah K4 atau Kunjungan ke empat ibu hamil. K4 itu
sendiri mempunyai pengertian dari beberapa sumber yaitu:
1) Berdasarkan indikator MDGs goal 5 Indikator lokal untuk memonitoring
kemajuan kabupaten dan kecamatan. Menyebutkan bahwa Kunjungan ibu
hamil K-4 adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan
minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan
dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe
selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
2) Berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan tahun 2009 Depkes RI 2009.
Menyebutkan bahwa Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3) Sementara itu berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebagai penjabaran dari SPM Bidang
Kesehatan Depkes RI, Kunjungan ibu hamil K 4 adalah: ibu hamil yang
kontak dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC
sesuai dengan standar 5 T dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali
selama hamil, dengan syarat trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal
1 kali dan trimester III minimal 2 kali.
Jadi Karena adanya istilah K4 berarti ada istilah K1, K2 dan K3 serta
tentunya K4. Dari pengertian K4 diatas, maka pengertian K1 sudah sangat
jelas yaitu Pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada trimester pertama,
K2 dalam pengertian K(1+1=2) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai
standar pada trimester pertama dan kedua kehamilan, K3 adalah pemgertian
K(1+1+1=3) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada trimester
pertama, kedua dan ketiga kehamilan. Dan K4 itu sendiri K3 tambah
pemeriksaan ketika mendekati persalinan. Penjelasan ini menunjukkan
pelayanan pemeriksaan ibu hamil dalam ilmu epidemiologi menggunakan
pendekatan prospektif atau biasa dikenal dengan istilah kohort atau dalam
program pencatatan dan pelaporan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
adalah buku register kohort.
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Buku register kohort ini maksudnya adalah buku pencatatan dan
pelaporan seorang bidan yang menyelenggarakan pelayanan ANC dan
merupakan suatu skill dan keterampilan yang harus dikuasai bukan saja
keahlian melakukan persalinan, ketika seorang ibu telah hamil maka ibu
hamil ini harus datang atau didatangi untuk dicatat dan dipantau serta
diperiksa selama masa kehamilannya selesai, penjelasannya adalah :
1) Jika sang ibu hamil datang-didatangi pada trimester pertama kehamilan
maka ia diperiksa dan dicatat pada kolom semester pertama dan selanjutnya
disarankan atau diupayakan datang-didatangi untuk diperiksa dan dicatat
pada trimester –trimester berikutnya. Inilah yang diharapkan sesuai dengan
standar cakupan pelayanan minimal K1 dan K4.
2) Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya dating − didatangi pada
trimester kedua kehamilan ( tidak datang − didatangi pada trimester
pertama) tetap diperiksa dan dicatat pada kolom trimester kedua buku
register kohort, dan selanjutnya tetap disarankan atau diupayakan datang,
didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada trimester – trimester berikutnya.
Inilah yang tidak diharapkan karena telah lalai atau mangkir tidak masuk
dalam standar cakupan pelayanan minimal K1 maupun K4
3) Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya datang-didatangi pada
trimester ke tiga kehamilan (tidak dating − didatangi pada trimester pertama
dan kedua) tetap diperiksa dan dicatat pada kolom trimester ketiga buku
register kohort, dan selanjutnya tetap disarankan atau diupayakan datang-
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada saat mendekati persalinan
sebagai pemeriksaan yang terakhir kalinya. Ini juga tidak masuk dalam
standar cakupan pelayanan minimal K1 dan K4.
4) Dengan sistem registrasi kohor ini maka setiap saat atau setiap bulan dapat
di evaluasi sesuai dengan standar cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan
atau target K1 dan K4 yang diharapkan berkisar antara 80 − 95%,
sebaliknya standar cakupan ibu hamil yang ditoleransi mangkirnya (default
toleration) normalnya berkisar 5 − 20%, bila standar cakupan pelayanan dan
toleransi mangkir ini tidak terpenuhi, maka pada dasarnya pelaksanaan
program ANC (Antenatal Care) sangat jelek dan tidak terkendali.
Perubahan pengertian K1 rupanya berhubungan dengan pelaksanaan
sistem pencatatan dan pelaporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Kesehatan Ibu dan Anak, Bukan sistem pencatatan dan pelaporan kohort Ibu
dan Bayi. Sebagaimana pengertian K1 menyebutkan cakupan ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali
pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Disini keterangan disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu lebih
ditekankan pada sistem pencatatan dan pelaporan PWS. Dalam pengertian
ini K1 bukan merupakan paket dari Pelayanan dan pemeriksaan K4. K1
menunjukkan kegiatan ( diberi simbol “K”) pelayanan antenatal untuk
pertama kalinya (diberi simbol “1″) pada masa kehamilan, kalau yang
dimaksud K1 adalah demikian maka standar yang dimaksud adalah semua
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ibu hamil terdata, mempunyai buku KIA (atau KMS Bumil) dan dilakukan
pemeriksaan sesuai standar untuk pertama kalinya kemudian dicatat dalam
buku register PWS.( Depkes RI 2009 : Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak ).
3. Prosedur Asuhan Persalinan Normal (APN)
Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan
persalinan normal sebagai berikut (Dinkes Propinsi Jatim, 2003) :
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai
3 ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) pada
tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas bersih dengan
gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah.
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam lautan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,
pastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa
ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparetal. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
23. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
24. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
25. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
26. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan.
b. Apakah bayi bergerak aktif.
27. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk lain yang kering. Membiarkan bayi di
atas perut ibu.
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
29. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
31. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
32. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
33. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
34. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
35. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
36. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
38. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
39. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu, (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
40. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras).
41. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban
sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantung plastik yang
tersedia.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervagina.
44. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
45. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotic profilaksis dan vitamin K1 sebanyak 1 mg
intramuskuler dipaha kiri anterolateral.
46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
47. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervagina.
48. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan mesase uterus dan menilai
kontraksi.
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama kemudian 30 menit pada 1 jam kedua.
51. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
52. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
53. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih
dan kering.
55. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
56. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
57. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
58. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan melengkapi
partograf.
4. Profesi Bidan
a. Pengertian Profesi
Profesi (Abraham Flexman, 1995) adalah aktifitas yang bersifat
intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan, digunakan untuk tujuan praktek
pelayanan, dapat dipelajari, terorganisir secara internal dan aktristik,
mendahulukan kepentingan orang lain.
Sedangkan menurut Mavis Kirkham (1996), profesi adalah suatu
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan khusus dalam ilmu atau seni
khususnya dan hal yang dipelajari dalam profesi yaitu hukum, ilmu agama
atau pengobatan, namun dalam kenyataannya sosial sangat komplek.
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Namun menurut Suessman, profesi berorientasi pada
pelayanan,memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan otonomi dari
kelompok pelaksana.
b. Karakteristik dan ciri-ciri Profesi
1) Memiliki pengetahuan yang melandasi ketrampilan dan pelayanan.
2) Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.
3) Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar.
4) Pengedalian terhadap standar praktek.
5) Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang
diberikan.
6) Karir seumur hidup yang mandiri.
c. Pengertian Bidan
1) Menurut Ikatan Bidan Indonesia(IBI).
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku, dicacat, diberi ijin secara sah untuk
menjalankan praktik.
2) Kepmenkes No 900 / Menkes /SK/ VII/ 2002 BAB I Pasal 1
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program
pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Menurut WHO
Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam
program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui secara
yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan
kebidanan dan memperoleh ijin melaksanakan praktek kebidanan.
4) International Confederation of Midwife
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan
yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi ijin untuk
melaksanakan praktek kebidanan di Negara itu.
d. Pengertian Kebidanan
Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin
ilmu atau multi disiplin, yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi
ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu budaya,
ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen, untuk dapat memberikan
pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, hamil, bersalin, post partum,
dan bayi baru lahir. Pelayanan kebidanan tersebut meliputi pendeteksian
keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan
pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
Kebidanan adalah seni dan praktek yang menkombinasikan
keilmiahan, filosofi dan pendekatan pada manusia sebagai syarat atau
ketetapan dalam pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksinya
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang normal, termasuk kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga dan
atau orang yang berarti lainnya. (Lang, 1979).
e. Peraturan dan Perundangan yang Mendukung Keberadaan Profesi
Bidan.
1) Kepmenkes No. 49/1968 tentang Peraturan Penyelenggaraan Sekolah Bidan
2) No. 363/Menkes /Per / IX /1980, 27 September 1980 tentang Wewenang
Bidan.
3) No. 623/Menkes/Per/IX/1989, 25 September 1989 tentang perubahan atas
4) No. 363/Menkes/Per/IX/1980, 27 September 1980 tentang Wewenang
Bidan.
5) Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek.
f. Peran dan Fungsi Bidan
1) Peran Bidan
a) Pelaksanaan Asuhan dan Pelayanan Kebidanan.
Dalam tugasnya sebagai pelaksana,bidan dapat bekerja
mandiri,melakukan pelayanan kebidanan primer sesuai dengan
wewenangnya dan menentukan perlunya dilakukan rujukan,disamping itu
perannya dalam pelayanan kolaboratif sebagai mitra dalam pelayanan medis
terhadap Ibu,Bayi dan Anak bidan tetap berpegang pada falsafah yang
dianutnya dengan pendekatan pemecahan masalah dan prinsip-prinsip
management kebidanan.
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Pengelola
Sebagai pengelola bidan memimpin dan mengkoordinasikan
pelayanan kebidanan sesuai dengan wewenangnya didalam tim, Unit
pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, klinik Bersalin, Praktek Bidan dan
Polindes.
c) Pendidik
Sesuai tugasnya bidan melakukan penyuluhan individu, keluarga dan
kelompok masyarakat. Disamping itu ia diharuskan pula membimbing siswa
bidan, dukun bayi, kader desa di dalam pelayanan kebidanan.
d) Peneliti
Bidan dengan dasar keilmuan yang dimiliki dapat melakukan
penelitian baik secara mandiri atau bersama atau sebagai anggota kelompok
peneliti dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak dan keluarga.
2) Fungsi Bidan
a) Pelaksana
(1) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga dan
masyarakat remaja pra perkawinan.
(2) Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu hamil normal, kehamilan
dengan kasus patologis tertentu dan kehamilan dengan resiko tinggi.
(3) Menolong persalinan normal dan kasus patologis tertentu.
(4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi resiko tinggi.
(5) Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu nifas.
(6) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(7) Melakukan pelayanan KB sesuai dengan wewenangnya.
(8) Memberikan bimbingan dan pelayanan kesehatan terhadap gangguan
sistim reproduksi termasuk wanita pada klimakterium internal dan
menopause sesuai wewenangnya.
b) Pengelola
(1) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat sesuai kondisi kebutuhan masyarakat
setempat yang didukung oleh partisipasi masyaraka
(2) Menyusun rncana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan
unit kerjanya.
(3) Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan yang dipimpin oleh
bidan.
(4) Melakukan kerjasama dan komunikasi inter dan antar sektor dalam
kaitannya dengan pelayanan kebidanan.
(5) Mengevaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan yang
dipimpin oleh bidan.
c) Pendidik
(1) Memberikan penyuluhan pada individu, keluarga dan kelompok
masyarakat dalam kaitan pelayanan kebidanan di ruang lingkup
kesehatan keluarga berencana.
(2) Membimbing dan melatih dukun bayi dan kader kesehatan sesuai
dengan bidang tanggung jawab bidan.
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3) Memberikan bimbingan kepada peserta didik bidan dalam kegiatan
praktek di klinik di masyarakat.
(4) Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai
dengan bidang keahliannya.
d) Peneliti
(1) Melakukan evaluasi, survei dan penelitian kelompok, dalam ruang
lingkup pelayanan kebidanan.
(2) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
5. Kematian Ibu
a. Definisi Kematian Ibu
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dalam ICD X mendefinisikan
kematian ibu sebagai kematian wanita saat hamil sampai 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada umur kehamilan dan letak
kehamilan di dalam atau di luar kandungan disebabkan oleh kehamilannya
atau kondisi tubuhyang memburuk akibat kehamilan atau disebabkan oleh
kesalahan dalam persalinan, tetapi tidak termasuk kematian yang
disebabkan oleh kecelakaan dan kelalaian (Sarimawar Djaja, 1997).
Kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi pada saat melahirkan
antara lain: perdarahan, eksklamsia (keracunan kehamilan), proses
persalinan lama, komplikasi menggugurkan kandungan dan infeksi.
Kematian ibu hamil paling banyak disebabkan oleh perdarahan pada saat
melahirkan (28%). Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
budaya, dan akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga
kontribusi secara tidak langsung terhadap kematian dan kesakitan ibu.
Situasi ini diidentifikasikan sebagai “3T” (terlambat), pertama adalah
terlambat mengenali tanda bahaya selama kehamilan, persalinan dan nifas
serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
ibu dan neonatal, kedua terlambat merujuk ke faslitas kesehatan karena
kondisi wilayah atau sulitnya transportasi, ketiga terlambat mendapat
pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan.
Berdasarkan SKRT dan Profil Kesehatan 2003, penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28%), eksklamsia (24%),
komplikasi peurperium (8%), trauma obstretik (5%), partus macet/lama
(5%), emboli obstretik (3%) dan lain-lain (11%). Masalah-masalah yang
menyebabkan kematian ibu hamil itu hanya dapat ditangani di fasilitas
kesehatan yang memadai. Pelayanan obstretik dan neonatal darurat serta
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam
upaya penurunan kematian ibu. (Dinkes Kota Kediri, 2006).
b. Rumus Angka Kematian Ibu
Jumlah kematian Bumil,Bulin,Bufas dalam satu tahun x 100.000 KH
Jumlah kelahiran hidup dalam satu tahun
Secara garis besar penyebab kematian ibu dapat dikategorikan dalam
penyebab langsung dan tidak langsung (WHO, 1998) :
1) Penyebab langsung (Direct obstetric deaths) adalah kematian ibu yang
langsung disebabkan oleh komplikasi obstetric pada masa hamil, bersalin
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan nifas, atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan, atau berbagai
hal yang terjadi akibat tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil,
bersalin atau nifas, seperti perdarahan, toxemia dan infeksi.
2) Penyebab tak langsung (Indirect obstetric deaths) adalah kematian ibu yang
disebabkan oleh penyakit yang bukan komplikasi obstetri, yang berkembang
atau bertambah berat akibat kehamiian, persalinan dan nifas.
Sarimawar Djaja dan kawan-kawan, (1997) melaporkan bahwa 84%
kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetrik langsung dan di
dominasi oleh tiga sebab utama (trias klasik), yaitu perdarahan (46,7%),
toxaemia (14,5 %) dan infeksi (8%).
Kematian ibu akibat perdarahan dapat disebabkan oleh perdarahan
antepartum, perdarahan post partum, kehamilan ektopik, perdarahan akibat
robekan rahim dan abortus (Erika Royston dan Sue Amstrong, 1994).
Kematian ibu akibat toxemia (keracunan kehamilan) dapat terjadi karena
pre-eklampsi dan eklampsi.
Kematian ibu akibat infeksi dapat terjadi karena tractus
genitourinarius (infeksi saluran genital), baik setelah persalinan atau pada
saat masa nifas. Infeksi ini dapat terjadi oleh berbagai cara, antara lain
melalui penolong persalinan yang tangannya tidak bersih dan menggunakan
instrumen yang kotor, memasukkan benda asing ke vagina selama
persalinan seperti jamu/ramuan. Selain trias klasik penyebab lain dari
kematian ibu adalah ketuban pecah dini, uri tunggal tanpa perdarahan,
robekan jalan lahir, persalinan macet (biasanya karena tulang panggul ibu
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terlalu sempit) dan ruptura uteri serta psikosis masa nifas (Sarimawar Djaja,
1997). Penyebab tak langsung kematian ibu meliputi penyakit-penyakit
sistim sirkulasi saperti emboli (segala sesuatu yang menyebabkan
tersumbatnya pembuluh darah), penyakit saluran pernafasan, infeksi dan
parasit, terutama akibat penyakit menular seksual, dan anemia. (Erika
Roystone and Sue Amstrong , 1994; Sarimawar Djaja et al, 1997).
Departemen Kesehatan RI (1994) mengelompokkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kematian ibu dalam 3 faktor, yaitu:
a) Faktor medik
Beberapa faktor medik yang melatarbelakangi kematian ibu adalah
faktor resiko tinggi (high risk group), yaitu primigravida (umur < 20 tahun
atau > 35 tahun), jumlah anak > 4 orang dan jarak persalinan terakhir < 2
tahun, tinggi badan < 145 cm, berat badan < 38 kg atau lingkar lengan atas
(lila) < 23,5 cm, riwayat penyakit Keluarga dan kelainan bentuk tubuh,
riwayat obstetric buruk dan penyakit kronis. Selain itu komplikasi
kehamilan, persalinan dan masa nifas adalah penyebab langsung kematian
maternal, yaitu perdarahan pervaginum, infeksi, keracunan kehamiian,
komplikasi akibat partus lama dan trauma persalinan. Beberapa keadaan dan
gangguan yang memperburuk keadaan ibu pada saat hamil yang berperan
dalam kematian ibu adalah kekurangan gizi dan anemia (Hb' < 8 gr%) serta
bekerja fisik berat selama kehamiian, yang memberikan dampak kehamilan
yang kurang baik berupa bayi berat lahir rendah dan prematuritas.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Faktor non medik
Faktor non medik yang berkaitan dengan ibu dan menghambat upaya
penurunan kesakitan dan kematian maternal adalah kurangnya kesadaran
ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal, terbatasnya pengetahuan ibu
tentang bahaya kehamiian resiko tinggi, ketidakberdayaan sebagian besar
ibu-ibu hamil di pedesaan dalam pengambilan keputusan untuk dirujuk dan
membiayai biaya transportasi dan, perawatan di rumah sakit.
c) Faktor pelayanan kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan yang memicu tetap tingginya angka
kematian maternal adalah belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan
penanganan kelompok resiko, masih rendahnya cakupan pertolongan
persalinan yang dilakukan di rumah oleh dukun yang tidak mengetahui
tanda-tanda bahaya.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan Ekowati Retnoningsih,(April, 2009) yang
berjudul Kontribusi pemilihan penolong persalinan untuk mencegah
kematian ibu di Propinsi Sumatra Selatan. Penelitian dilakukan di 4
kabupaten yaitu : Musibanyuasin, Muara Erin, Ogan Ilir dan Palembang.
Perbedaannya penelitian yang dilakukan Ekowati dengan penelitian
sekarang yaitu dalam 1 (satu) wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri.
2. Penelitian yang dilakukan Darmining ( November 2009), Studi Penerapan
Program perencanaan Persalnan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Pasca
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pelatihan Kader Di Kelurahan Campurejo Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh dengan
jumlah 40 responden. Data yang diperoleh kemudian dianalisa. Dari hasil
analisa diperoleh gambaran 1) Penerapan pendataan, penandaan dan
pemetaan ibu hamil, bayi baru lahir dan balita dalam kategori kurang baik
(51,39%); 2) Penerapan Tabulin dan Dasolin dalam kategori baik (87,50%);
3) Penerapan Penggalangan calon donor darah dalam kategori kurang baik
(31,25%); 4) Penerapan Penggalangan transportasi/ ambulan desa dalam
kategori kurang baik (16, 62%).
3. Penelitian yang dilakukan Arulita Ika Fibriana, Pasca Sarjana Undip (2007),
tentang Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kematian Maternal
yang dilakukan di kabupaten Cilacap dengan hasil pada 52 kasus kematian
maternal di Kabupaten Cilacap tersebar di 18 wilayah kecamatan dari 24
kecamatan yang ada. Sebagian besar disebabkan oleh perdarahan (34,6%)
disusul penyakit yang memperburuk kondisi ibu (26,9%), pre
eklamsi/eklamsi (23,1%) dan infeksi nifas (7,7%). 81,6% ibu meninggal
dalam waktu <48 jam setelah masuk RS disebabkan karena keterlambatan
rujukan dan penanganan.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir disusun untuk mempermudah penulis dalam
mengarahkan langkah – langkah penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini
diawali dari kebijakan Dinas Kesehatan Kota Kediri yang telah merencanakan
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
dan sebagai pembina adalah puskesmas sesuai dengan wilayah kerja, dengan
kegiatan : (1) Notivikasi, penandaan, pemetaan; (2) Tabulin dan Dasolin; (3)
Donor darah; (4) Transportasi.
Dalam pelaksanaannya bisa terdapat beberapa kendala yaitu dukungan dari
pemerintah kelurahan, partisipasi masyarakat, pengetahuan, pemahaman dan
partisipasi kader P4K, serta pembinaan dari petugas kesehatan. Pelaksanaan
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dipengaruhi
oleh dua factor antara lain: 1). faktor internal, 2). faktor eksternal.
Keterangan diatas dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini :
Penerapan P4K 1.Notifikasi,penand
aan,pemetaan. 2.Tabulin dan
Dasolin. 3.Donor darah. 4. Transportasi
Puskesmas
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kendala
Hasil yang dicapai
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk dan Strategi Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yang disusun
secara lentur dan terbuka untuk bisa disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang
dijumpai di lapangan studi. Penelitian kualitatif lebih mementingkan deskriptif
proses tentang mengapa dan bagaimana sesuatu bisa terjadi, yang mengarah pada
pemahaman makna. Penelitian yang akan dilakukan adalah bentuk studi kasus
tunggal ( embedded research ). Studi kasus tunggal artinya penelitian hanya
dilakukan pada satu sasaran dengan satu karakteristik ( satu lokasi atau satu
subyek).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi atau site selection berkenaan dengan penentuan unit,
bagian, kelompok dan tempat dimana orang – orang terlibat di dalam kegiatan
atau peristiwa yang ingin ditiliti. Satuan yang dipilih hendaknya yang secara nyata
dimana kegiatan – kegiatan tersebut efektif dilaksanakan (Sukmadinata, 2006 :
102).
Penelitian lokasi berkaitan dengan penelitian kualitatif yang bersifat
penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus. Lokasi dalam hal ini juga bisa
dikaitkan dengan pembatasan masalah, terutama bila pembatasannya mengenai
keleluasaan daerah penelitiannya ( Sutopo, 2006 : 178 ).Lokasi penelitian ini
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan di Kota Kediri di wilayah kerja puskesmas Ngletih.Waktu penelitian
mulai tanggal 4 – 25 Oktober 2010.
C. Sumber Data dan Teknik Sampling
Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian
yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan
ketepatan dan kekayaan data atau kedalaman informasi yang diperoleh.
Sumber data yang dipilih menggunakan perspektif emic, artinya
mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan
menafsirkan dunia dari pendiriannya ( Bisma Murti, 2008). Peneliti tidak bisa
memaksakan kehendak untuk mendapatkan data yang diinginkan.Sumber data
dalam penelitian ini adalah 1). informan atau sumber yang terdiri dari Kepala
Puskesmas, kader, ibu hamil, ibu bersalin, suami, keluarga, bidan, tokoh
masyarakat, pendamping persalinan dan lain sebagainya yang terlibat dalam
penerapan P4K, dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. 2). Tempat dan
kegiatan / aktivitas dalam penelitian ini di Wilayah kerja puskesmas Ngletih,
semua kegiatan pelaksanaan kegiatan P4K seperti :
1. Notifikasi/pendataan,penandaan,pemetaan.
2. Tabulin dan Dasolin.
3. Donor
4. Transportasi/Ambulan desa.3). Dokumen : Buku KIA, stiker, laporan kasus,
rekam medik, foto-foto, buku monitoring, Laporan Pemantahuan Wilayah
Setempat (PWS) KIA dan lain sebagainya.
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategi dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai natural setting ( kondisi
alamiah ), berbagai sumber ( sumber data primer dan sekunder ) dan berbagai
cara.
Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data, yaitu
observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan / triangulasi. Pada penelitian
kualitatif, teknik pengumpulan data yang lebih banyak berperan adalah observasi
partisipan (participant observation ), wawancara mendalam (in - depth interview)
dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
interview ( wawancara ) kepada informan atau responden.Jenis interview yang
digunakan peneliti adalah wawancara tidak terstruktur. Jenis wawancara ini sudah
termasuk dalam katagori in – depth interview, yaitu dalam pelaksanaannya lebih
bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari teknik ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan
oleh informan.
Selain interview dalam pengumpulan data peneliti juga melakukan
observasi. Sanafiah Fasial dalam Sugiono (2010) mengklasifikasikan onbservasi
menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terang-terangan dan tersamar (over observation dan covert observation) dan
observasi tak berstruktur (instructured observation).
Dalam penelitian ini peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data,
bahwa ia sedang melakukan penelitian, jadi yang diteliti mengetahui sejak awal
sampai akhir tentang aktivitas peneliti, tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak
terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini dilakukan untuk menghindari
kalau suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
Selain teknik wawancara dan observasi, bila terdapat data dari informan
yang memerlukan klarifikasi maka hal tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan dokumen data dari tempat asal, sebagai pelengkap dalam teknik
pengumpulan data. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini juga digunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi
metode, triangulasi data, triangulasi teori atau peneliti. Triangulasi diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
E. Uji Kredibilitas Data
Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara:
1. Meningkatkan ketekunan.
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan, dengan cara menuliskan data dari rekaman
wawancara dalam bentuk transkrip maka kepastian data dan urutan
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peristiwa akan dapat dicatat secara pasti dan sistimatis. Pengujian
kredibilitas data ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan
hasil penelitian (transkrip) dengan cermat, sehingga dapat diketahui
kesalahan dan kekurangannya. Dengan demikian deskripsi data dapat
dipaparkan dengan akurat dan sistimatis tentang apa yang diamati/diteliti.
2. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan triangulasi sumber dengan
cara cross check dengan informan yang berbeda dengan topic yang sama,
meliputi triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi teori dan
triangulasi peneliti.
F. Teknik Cuplikan ( sampling )
Cuplikan berkaitan dengan pemilihan dan pembatasan jumlah serta jenis
dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian, mengingat selalu terdapat
beragam keterbatasan yang dihadapi peneliti, misalnya waktu, tenaga, biaya dan
mungkin hal – hal lainnya.
Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi
pemusatan sumber data dalam penelitian yang mengarah pada seleksi cuplikan
dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kecenderungan
peneliti untuk memperoleh informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu
yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahan secara
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap, atau
yang lebih tepat disebut criterion – based selection (Goetz dan Le Compte, 1984).
G. Teknik Analisis Data
Proses analisis penelitian kualitatif bersifat induktif, dilakukan bersamaan
dengan proses pengumpulan data, seperti pengamatan, wawancara, dokumentasi,
diskusi kelompok terfokus, dan melakukan beragam teknik refleksi bagi
pendalaman dan pemantapan data. Semua data dan informasi yang diperoleh
dianalisis. Setiap data yang diperoleh akan dikomparasikan, setiap unit atau
kelompoknya untuk melihat keterkaitan sesuai dengan tujuan penelitian.
Pemantapan dan pendalaman data, proses yang dilakukan selalu dalam bentuk
siklus, sebagai usaha verifikasi. Teknik yang digunakan dalam proses analisis
dengan menggunakan model analisis ini interaktif (Miles dan Huberman,1984).
Model analisis ini, meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi.
Reduksi data diartikan sebagai proses penelitian, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan –
catatan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data hingga kesimpulan dan verifikasi. Bagian kedua dari
analisis adalah penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan,
yang ditampilkan dalam bentuk teks naratif. Bagian terakhir dari analisis adalah
menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
mulai mencari arti benda – benda, pola – pola, penjelasan, konfigurasi yang
mungkin, alur sebab – akibat, dan proposisi.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
( Siklus analisis data kualitatif menurut Miles dan Huuberman )
H. Prosedur Kegiatan
Kegiatan penelitian ini seluruhnya direncanakan sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Mengurus perijinan penelitian pada Dinas kesehatan Kota Kediri.
b. Berkonsultasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri berkaitan
dengan informan yang berkompeten yang akan memberikan informasi
berkaitan dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan.
2. Pengumpulan Data
a. Mengumpulkan data dilokasi studi dengan melakukan wawancara
mendalam, observasi dan mencatat dokumen atau arsip.
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Simpulan / verifikasi
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Melakukan review, pembahasan beragam data yang telah terkumpul dengan
melaksanakan refleksinya. Menentukan strategi pengumpulan data – data
yang dipandang paling tepat, dan menentukan fokus, serta pendalaman dan
pemantapan data, pada proses pengumpulan data berikutnya.
c. Mengatur data dalam kelompok untuk kepentingan analisis, dengan
memperhatikan semua variabel yang terlibat yang tergambar pada kerangka
pikir.
3. Analisis Data
a. Melakukan analisis awal bila unit data sudah cukup lengkap.
b. Mengembangkan bentuk sajian data,dengan menyusun koding dan matrik
bagi kepentingan analisis lanjut.
c. Melakukan analisis tiap variabel dan mengembangkan matrik antar variabel.
d. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data. Bila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang
jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara lebih fokus.
e. Melakukan analisis antar kasus dan dikembangkan sajian datanya bagi
susunan laporan.
f. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
g. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi
fungsional dan merupakan pusat pengembangan, pembinaan, dan pelayanan
kesehatan.
Puskemas Ngletih merupakan salah satu dari 9 Puskesmas yang ada di Kota
Kediri. Puskesmas ini mempunyai 3 puskesmas pembantu yang tersebar di 4
kelurahan.
Data selengkapnya dapat disajikan dalam diskripsi berikut :
Nomor Kode Puskesmas : 3571 0303
Nama Puskesmas : Puskesmas Ngletih
Alamat : Jl. Raya Ngletih – Bawang Km 02
Telp. (0354) 695643
Email : pusk_ngletih@yahoo.com
Kelurahan : Ngletih
Kecamatan : Pesantren
Kota : Kediri
Propinsi : Jawa Timur
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Visi
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat.
2. Misi
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
b. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, nasyarakat dan lingkungannya.
c. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
d. Menjalin kerjasama lintas sektor.
e. Meningkatkan kesejahteraan karyawan Puskesmas Ngletih.
3. Tujuan
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya Kota Kediri.
b. Menurunkan Angka kesakitan dan kematian ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, bayi, balita.
c. Memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif bagi warga
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ngletih.
4. Data Wilayah
a. Batas Wilayah
1) Utara : Desa Tugurejo, Kecamatan Gampengrejo
2) Selatan : Desa Janti, Kecamatan Wates
3) Timur : Desa Silir, Kecamatan Wates
4) Bara : Kelurahan Betet, Kecamatan Pesantren
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Jumlah Kelurahan : 4 kelurahan
1) Kelurahan Ketami
2) Kelurahan Tempurejo
3) Kelurahan Ngletih
4) Kelurahan Bawang
Sedangkan data sarana dan prasarana Puskesmas Ngletih sebagai berikut :
a. Sarana Kesehatan
1) Puskesmas Pembantu : 3 buah
2) Bidan Praktek Swasta : 3 orang
b. Data Fisik Puskesmas
1) Ruang Loket
2) Ruang UGD
3) Ruang Operasi
4) Ruang Rawat Inap
5) Ruang Poli Umum
6) Ruang Poli KIA
7) Ruang Bersalin
8) Ruang Nifas
9) Ruang Gizi
10) Ruang Imunisasi
11) Ruang Poli Gigi
12) Ruang Laboratorium
13) Ruang Poli TB
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14) Ruang Radiologi
15) Ruang Pertemuan
16) Ruang Data
17) Ruang IPS (Instalasi Perbaikan Saluran listrik)
18) Mushola
19) Dapur ( Sumber : Data Profil Puskesmas Ngletih )
b. Tenaga Puskesmas
Tabel 4.1 : Data Tenaga kesehatan Puskesmas Ngletih No Jenis Tenaga Nama Pustu
Ketami Tempurejo Ngletih Bawang
1. Dokter Umum 1 1 2 1
2. Dokter gigi - - 2 -
3. Bidan 3 3 3 3
4. Perawat 1 1 18 1
Sumber : Laporan Semesteran Sarana dan Prasarana Puskesmas Ngletih bulan Oktober tahun 2010.
Tabel 4.2 Data Partisipasi Masyarakat Puskesmas Ngletih
No Jenis Tenaga Kelurahan
Ketami Tempurejo Ngletih Bawang
1. Kader
Kesehatan
27 32 22 42
2. Guru UKS 5 5 5 5
3. Kader
Posyandu/
P4K
25 30 20 40
Sumber : Laporan bulanan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Puskesmas Ngletih bulan Oktober tahun 2010.
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun data cakupan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Data Cakupan pelayanan KIA Puskesmas Wilayah Ngletih No Jenis Kegiatan Kelurahan
Ketami Tempurejo Ngletih Bawang
1. Sasaran Ibu Hamil 58 59 30 75
2.. Jumlah ibu hamil
kontak pertama kali
dengan nakes
50 66 25 78
3. Jumlah ibu hamil 4x
kunjungan
50 60 25 78
4. Jumlah ibu hamil
resiko tinggi
14 28 16 39
5. Jumlah ibu hamil
dengan Hb < 11gr %
9 18 3 21
6. Jumlah ibu hamil
dengan LILA < 23,5
cm
3 5 - 6
7. Jumlah ibu hamil
dengan komplikasi
kebidanan
7 16 5 5
8. Persalinan oleh
nakes
50 59 25 78
9. Persalinan nakes di
fasilitas kesehatan
50 59 25 78
10. Pelayanan Nifas 46 59 23 74
Sumber : Laporan bulanan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Puskesmas Ngletih bulan Oktober 2010.
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4 Data Penerapan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih No Jenis Kegiatan Kelurahan
Ketami Tempurejo Ngletih Bawang
1. Pendataan,
penandaan dan
pemetaan bumil
50 66 25 78
2. Tabulin dan
Dasolin
50 66 25 78
3. Calon donor
darah
111 144 68 163
4. Ambulan desa/
transportasi
103 134 55 159
Sumber : Dokumentasi kegiatan P4K Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih bulan Oktober tahun 2010.
Sedangkan data derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ngletih
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Data Derajat Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ngletih No Jenis Kegiatan Kelurahan
Ketami Tempurejo Ngletih Bawang 1. Kematian ibu 0 0 0 0 2. Kematian perinatal 0 0 0 0 3. Kematian neonatal 0 0 0 0 4. Lahir hidup 50 59 25 77 5. Lahir mati 0 0 0 1 6. Kematian bayi 0 0 0 0 7. Kematian balita 0 0 0 0
Sumber : Laporan bulanan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Puskesmas Ngletih bulan oktober tahun 2010.
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.6 Data bidan di wilayah Puskesmas Ngletih yang sudah mendapatkan peningkatan ketrampilan.
No Jenis Pelatihan Jumlah Bidan Jumlah yang
mendapat Pelatihan 1 Asuhan Persalinan
Normal 12 5
2 Asfiksia 12 5 Sumber : Laporan Semesteran Sarana dan Prasarana Puskesmas Ngletih bulan Oktober 2010.
.
Tabel 4 .7 Data kader yang sudah mendapatkan pelatian P4K No Jenis Kegiatan Kelurahan
Ketami Tempurejo Ngletih Bawang
1. Desa Siaga 10 10 10 10
2. P4K 25 30 20 40
Sumber : Laporan bulanan P4K di masing- masing kelurahan bulan Oktober tahun 2010.
B. Temuan Penelitian
1. Penerapan Program Perencanaan persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K).
a. Pengertian
Setelah peneliti melakukan wawancara pada tanggal 10 Oktober 2010
pukul 08.30 WIB dengan bidan T, didapatkan hasil bahwa makna Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan komplikasi (P4K) adalah suatu
kegiatan dimasyarakat dengan melibatkan peran aktif suami atau keluarga
dan masyarakat yang dilaksanakan oleh kader dengan bimbingan bidan
wilayah untuk melaksanakan pendataan pada semua ibu hamil, setelah ada
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesepakatan dilakukan pemasangan stiker agar persalinannya dapat
direncanakan sehingga bisa mencegah terjadinya komplikasi baik ibu hamil,
ibu bersalin maupun ibu nifas dan setiap bulan hasilnya dilaporkan kebidan
wilayah.
Menurut bidan D, pengertian program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi adalah suatu kegiatan atau program pemerintah
yang sangat baik untuk mencegah terjadinya komplikasi baik pada waktu
hamil, persalinan dan nifas.
Menurut tokoh masyarakat bapak M, pengertian P4K adalah program
pemerintah yang sangat bagus untuk menurunkan angka kematian ibu.
Menurut kader Ny N, bahwa program P4K sangat bagus, itu
merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat tapi sekaligus menggugah
atau menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat terhadap sesama khususnya
kaum perempuan yang hamper semuanya mengalami proses persalinan.
(Sumber: wawancara pada bidan, kader, tokoh masyarakat di lapangan).
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Hasil wawancara dari bidan T, D dan kader Ny E, diperoleh pendapat
yang sama bahwah tujuan umum penerapan P4K adalah meningkatkan
cakupan ibu hamil dengan K1 dan K4 sampai dengan persalinan, dengan
melibatkan peran aktif suami dan keluarga untuk dapat merencanakan
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
persiapan persalinan yang aman sehingga ibu dan bayi lahir sehat dan
selamat.
(Sumber : wawancara dengan bidan dan kader wilayah Puskesmas Ngletih).
2). Tujuan Khusus
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada bidan T, bahwa tujuan
khusus penerapan P4K adalah sebagai berikut :
a) Terdatanya ibu hamil dan terpasang stiker di depan rumah ibu hamil masing
-masing yang isinya : nama ibu, taksiran persalinan, penolong persalinan,
tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor
darah.
b) Adanya perencanaan persalinan termasuk pemakaian alat kontrasepsi 42
hari pasca bersalin sesuai dengan kesepakatan antara ibu hamil, suami dan
bidan yang dituangkan dalam surat pernyataan.
c) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat bila terjadi komplikasi
kebidanan.
d) Meningkatnya kepedulian tokoh masyarakat, kader, suami atau keluarga
dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
Sedangkan menurut kader Ny N, tujuan penerapan P4K adalah
terdatanya semua ibu hamil dan dipasang stiker agar persalinan aman dan
selamat, apabila ada resiko tinggi dan komplikasi secepatnya diketahui dan
di rujuk ke bu bidan atau Rumah Sakit. (Sumber : wawancara dari bidan,
kader dan tokoh masyarakat wilayah kerja puskesmas Ngletih ).
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Manfaat Penerapan P4K adalah :
Peneliti melakukan wawancara 10 Oktober 2010 pukul 9.30 WIB kepada
bidan T, kader Ny E dan tokoh masyarakat bapak M, dan dilakukan observasi
dilapangan pukul 11.00 WIB, bahwa manfaat penerapan P4K diperoleh jawaban
hampir sama yaitu meningkatnya cakupan ibu hamil dengan K1 dan K4,
meningkatnya cakupan ibu bersalin di tenaga kesehatan, tertanganinya kejadian
komplikasi secara dini, meningkatkan peserta KB pasca persalinan, terpantaunya
kejadian kesakitan dan kematian ibu, menurunnkan kejadian kesakitan dan
kematian ibu, meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan
yang ada dilingkungannya dibuktikan banyaknya pencatatan dan pelaporan yang
dilaksanakan oleh kader P4K.
(Sumber: Dokumen P4K, wawancara kader P4K dan observasi dilapangan).
d. Sasaran Penerapan P4K adalah :
1) Kepala Puskesmas.
2) Bidan wilayah.
3) Kader P4K
4) Forum peduli KIA ( Forum P4K atau posyandu dan lain sebagainya)
(Sumber : wawancara pada kader P4K).
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Kegiatan Penerapan P4K meliputi :
1) Pendataan ibu hamil dengan Stiker
Setelah melihat dokumen dari pencatatan pelaporan kegiatan P4K
peneliti melakukan wawancara dengan kader Ny N dan Ny E pada tanggal
16 Oktober 2010 pukul 08.30 WIB, kemudian observasi dilapangan pukul
9.30 WIB, bahwa semua ibu hamil didata oleh kader P4K dengan cara :
Dalam kegiatan di kelurahan Ketami, kelurahan Tempurejo, kelurahan
Ngletih, kelurahan Bawang di masing – masing kelompok RW terdapat 5
kader P4K, dari 5 kader ini salah satunya sebagai ketua atau koordinator
tetapi dilapangan mempunyai tugas yang sama yaitu mendata dan memantau
kesehatan ibu hamil di wilayah kelompok RW masing – masng.
Pertama-tama kader P4K mempunyai kesepakatan dengan pembagian
tugas, yaitu semua kader mendata ibu hamil dengan kunjungan rumah
kerumah kemudian setelah ibu hamil terdata dan dengan motivasi maksud
dan tujuan dari pendataan dilakukan kesepakatan pemasangan stiker didepan
rumahnya dan ditempelkan didepan cendela atau didepan pintu. Setelah
tercatat dan telah dilakukan pemasangan stiker menyambut persalinan aman
sebagai bukti adalah pernyataan rencana persalinan.
Selain itu ditandai juga dengan bendera sesuai dengan faktor resiko.
Bendera warna merah untuk ibu hamil beresiko tinggi dan bendera warna
hijau untuk ibu hamil beresiko rendah, kemudian dipetakan menurut lokasi
ibu hamil sehingga jika terjadi komplikasi kebidanan, petugas bisa langsung
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendeteksi dan memantau perkembangan kesehatan ibu hamil sampai
dengan 42 hari pasca persalinan.
Salah satu contoh, yaitu ada buku pendataan ibu hamil yang isinya
nama ibu, nama suami, umur, pekerjaan, hamil anak ke berapa, riwayat
kehamilan pernah abortus atau lahir premature, menstruasi terakhir,
perkiraan persalinan, golongan darah, rencana persalinan dimana, periksa di
bidan atau dokter, dapat buku KIA atau tidak, sudah dipasang stiker, donor
darah siapa, transportasi, melahirkan dimana, tanggal berapa, ditolong bidan
atau dokter, lahir secara nolmal atau tindakan, rencana KB apa, keterangan
bisa diisi ibu atau bayi meninggal dan lain – lain.
(Sumber : Pencatatan dan Pelaporan P4K, wawancara pada kader P4K dan
observasi dilapangan).
2) Tabulin (Tabungan Ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Ibu Bersalin).
Setelah peneliti melihat dokumen P4K di masing – masing kelurahan
pada kegiatan penggalangan Tabulin dan Dasolin pada tanggal 16 Oktober
2010 pukul 9.00 WIB sudah tercatat, bisa dilihat hampir semua ibu hamil
menabung. Cara dan jumlah tabungan sangat variatif, atas saran dan
motivasi dari kader untuk mencegah jangan sampai terjadi gangguan
psikologis pada waktu proses persalinan maka biaya dan lain – lain untuk
kebutuhan pada waktu persalinan harus sudah dipersiapkan.
Tabungan ibu bersalin (Tabulin) dilakukan oleh ibu hamil sendiri,
dikelurahan Ketami ada yang setiap bulan menabung Rp 5000,00; ada yang
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rp 10.000,00; ada yang Rp 25.000,00; dikelurahan Tempurejo setiap bulan
ada yang menabung Rp 5000,00; ada yang Rp 10.000,00; ada yang Rp
15.000,00 dan ada yang Rp 50.000,00; dikelurahan Ngletih setiap bulan ada
yang menabung Rp 5000,00; ada yang Rp 10.000,00; ada yang Rp
20.000,00 dan dikelurahan Bawang ada yang Rp 5000,00; ada yang Rp
15.000,00; ada yang 13.000,00 dan ada Rp 20.000,00.
Disamping itu, ada juga yang menabung dirumah baik berupa barang
maupun uang yang penting disiapkan sesuai biaya persalinan normal kurang
lebih Rp 700.000,00 tetapi bagi ibu hamil yang mampu tidak masalah
karena dana sudah tersedia dan ditabung di bank. Bagi ibu hamil yang
kurang mampu untuk menabung disesuaikan dengan kemampuan baik
dirumah maupun di kader P4K dan apabila sudah melahirkan, uang
tabungan tersebut diberikan semua pada ibu penabung tanpa dikurangi.
Untuk memenuhi kebutuhan operasional P4K juga untuk membantu ibu
bersalin yang kurang mampu kader P4K di setiap kelurahan juga mencari
dana lagi yaitu dari uang jimpitan yang dipeoleh pada waktu ada kegiatan
posyandu dan pada waktu ada pertemuan PKK dan pertemuan kader
kesehatan.
Selain itu, kader juga mencari dana donator dari masyarakat setempat
yang dianggap mampu dan mau menyumbangkan uang atau barang dengan
sukarela dan ikhlas guna membantu biaya persalinan bagi ibu hamil yang
kurang mampu dengan sebutan dana sosial ibu bersalin (Dasolin), tetapi
kader tidak dapat menemukan donator tetap untuk menambah dana Dasolin.
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan terkumpulnya dana dasolin dari jimpitan masyarakat sampai
sekarang, bagi keluarga ibu hamil yang kurang mampu bila bersalin berhak
mendapatkan bantuan dari dana dasolin sesuai dengan plafon yang sudah
disepakati dari kelompok kader P4K di masing – masing kelurahan. Untuk
kelurahan Ketami terkumpul dana dasolin sampai dengan bulan Oktober
2010 sebesar Rp 510.000,00 dan besaran plafon perorang Rp 20.000,00;
kelurahan Tempurejo sampai bulan Oktober terkumpul Rp 425.000,00 dan
plafon perorang Rp 25.000,00; kelurahan Bawang sampai bulan Oktober
2010 terkumpul Rp 321.000,00 dan plafon perorang sebesar Rp 10.000,00;
kelurahan Ngletih sampai bulan Oktober 2010 terkumpul Rp 483.000,00
dan plafon perorang sebesar Rp 15.000,00. Untuk biaya persalinan bagi
yang mampu tidak ada kendala tetapi bagi ibu bersalin yang tidak mampu
juga dapat bantuan dari pemerintah melalui Jamkesmas atau Jamkesda.
(Sumber: Data pencatatan pelaporan P4K kelurahan, wawancara kader dan
observasi dilapangan).
3) Calon Donor Darah
Selain melihat data dari pencatatan dan pelaporan, peneliti juga
melakukan wawancara dengan kader P4K dan tokoh masyarakat yang
menjadi calon donor darah pada tanggal 16 Oktober 2010, pukul 9.30 WIB.
Setiap ibu hamil direncanakan mendapat dua calon donor darah, golongan
darah harus sama dengan golongan darah ibu hamil, kenyataan setelah
dilakukan observasi dilapangan jam 10.15 WIB, yang menjadi calon donor
darah adalah dari keluarga ibu hamil itu sendiri. Di masing – masing
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelurahan, kader P4K melakukan pendataan, setelah didata siapa saja yang
mau menjadi calon donor darah kemudian dilakukan pemeriksaan golongan
darah dari tim kesehatan puskesmas biaya gratis dan sebagai
penanggungjawab adalah bidan wilayah masing – masing kelurahan dan
setiap calon donor darah menandatangani surat pernyataan bahwa sanggup
menjadi pendonor darah apabila sewaktu waktu dibutuhkan.
Dari pemeriksaan itulah bisa diketahui bahwa sebagai calon donor
darah kebanyakan dari keluarga ibu hamil sendiri. Selain keluarga juga ada
pendonor tetap yaitu setiap 3 bulan sekali ke PMI dari kelurahan Ketami 11
orang, kelurahan tempurejo 12 orang, kelurahan Ngletih 7 orang, kelurahan
Bawang 18 orang. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan oktober
diwilayah kerja puskesmas Ngletih terdapat 33 kasus komplikasi kebidanan
salah satunya adalah kasus perdarahan dari kelurahan Bawang, karena
keadaan tersebut membutuhkan waktu cepat dan adekuat dalam
penanganan sehingga kebutuhan darah selama ini dipenuhi dari Palang
Merah Indonesia (PMI) Kota Kediri. Jadi, untuk calon donor di wilayah
puskesmas Ngletih belum berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
program P4K, oleh karena itu untuk ibu hamil yang mampu bisa langsung
membeli tetapi bagi ibu hamil yang tidak mampu gratis karena diganti oleh
pemerintah melalui kartu Jamkesmas atau Jamkesda untuk pemenuan
kebutuhan darah bagi ibu hamil yang membutuhkan tranfusi darah. Dan
hasil wawancara dengan kepala Puskesmas tanggal 11 Nopember
kelihatannya di Rumah Sakitpun di Kota Kediri baru bulan Nopember 2010
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ada Mou dengan Palang Merah Indonesia tentang Bank darah di setiap
Rumah Sakit.
(Sumber: Data pencatatan pelaporan P4K kelurahan, wawancara kader,
kepala Puskesmas dan observasi dilapangan).
4) Ambulan Desa atau Transportasi
Sementara melihat dari data atau dokumen P4K, peneliti juga
melakukan wawancara dengan kader P4K pada tanggal 16 oktober 2010
pukul 9.30 WIB, dan dilakukan obsevasi dilapangan pukul 16.00 WIB,
dengan ibu hamil Ny F dan calon transportasi bapak H, setiap ibu hamil
diwilayah kerja puskesmas Ngletih dipersiapkan dua calon transportasi,
yang pertama adalah suami yang kedua adalah saudara atau keluarga. Selain
itu di masing – masing kelurahan juga ada Ambulan desa yang mana semua
warga yang punya mobil didata kemudian dengan kesepakatan
menandatangani surat pernyataan untuk bersedia mengantar sewaktu waktu
ibu mau melahirkan atau terjadi kegawadaruratan.
Jumlah ambulan desa mobil di kelurahan Ketami 3 buah, kelurahan
Tempurejo 2 buah, kelurahan Bawang 4 buah dan kelurahan Ngletih 5 buah.
Sampai bulan Oktober 2010 dengan jumlah ibu melahirkan untuk kelurahan
Ketami 50 orang, kelurahan Tempurejo 59 orang, kelurahan Ngletih 25
orang dan kelurahan Bawang 78 orang. Dalam proses transportasi untuk
mengantar ibu mau melahirkan ketempat pelayanan kesehatan selain
diantar oleh suami atau keluarga juga dapat menggunakan fasilitas ambulan
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
desa yang sudah dipersiapkan, semua itu dapat teratasi dengan lancar tidak
ada kendala.
Sebagai contoh di kelurahan Bawang pada bulan Juni 2010 setelah
dilakukan crosscheck dilapangan atas nama Ny E, umur 34 tahun ibu hamil
anak ketiga dengan usia kehamilan 9 bulan mengalami komplikasi
kebidanan karena kasus perdarahan dan tidak mungkin diantar suami
memakai sepeda motor maka segera menghubungi ambulan desa untuk
mengantar agar secepatnya mendapat pertolongan di Rumah Sakit
Gambiran Kediri. Di Kelurahan Ketami, Tempurejo, dan Ngletih Ambulan
desa belum pernah dipakai, karena selain dekat puskesmas juga bukan
merupakan kasus kegawadaruratan obstetri yang membutuhkan pertolongan
cepat misalnya ketuban pecah dini, pre eklamsi, serotinus, cepalo pelvic
disproportion (CPD), kehamilan premature, abortus, post seksio.
(Sumber: Dokumen P4K, wawancara dan observasi dilapangan ).
2. Keberhasilan yang dicapai dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
Penerapan P4K.
a. Keberhasilan Penerapan P4K
1) Pendataan, Penandaan dan Pemetaan ibu hamil
Dilihat dari data laporan P4K dan peneliti juga melakukan wawancara
dan sekaligus observasi kelapangan pada tanggal 10 Oktober pukul 10.00
WIB, bahwa semua ibu hamil sudah tercatat dan dipasang stiker P4K
didepan rumahnya, terbukti dengan jumlah kesenjangan antara target
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan cakupan yang rendah. Untuk tenaga kader P4K dilapangan telah
memenuhi kebutuhan, yaitu satu kelompok RW 5 kader P4K dan salah
satunya menjadi ketua atau koordinator. Setiap bulan melaksanakan
pendataan, penandaan dan pemetaan dan dilaporkan ke bidan wilayah.
Pencatatan dan pelaporan yang ada begitu lengkap dan terinci dengan
hasil cakupan yaitu di Kelurahan Ketami sampai dengan Oktober 2010
tercapai 86,21% (50 ibu hamil dari 58 target ibu hamil), kelurahan
tempurejo melampaui target sebesar 11,86% (66 ibu hamil dari 59 target
ibu hamil), Kelurahan Ngletih pencapaian ibu hamil sebesar 83,33% (25 ibu
hamil dari 30 target ibu hamil) dan untuk Kelurangan Bawang pencapaian
ibu hamil melebihi target sebesar 4% (78 ibu hamil dari 75 target ibu
hamil).
Ditinjau dari sumber daya yang ada, baik tenaga kesehatan (Bidan)
maupun tenaga kader P4K yang ada di lapangan cukup terpenuhi. Secara
ideal satu kelurahan satu bidan, namun pada kelurahan wilayah kerja
Puskesmas Ngletih rata-rata 3 orang Bidan. Untuk tenaga kader P4K
dilapangan telah memenuhi kebutuhan. (Sumber : Dokumen P4K kelurahan
dan wawancara).
2). Tabulin (Tabungan ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial ibu bersalin).
Keberhasilan dari kegiatan tabulin dan dasolin peneliti melihat
dokumen P4k dari empat kelurahan pada tanggal 16 Oktober 2010 pukul
10.00 WIB dan melakukan observasi dilapangan pukul 11.00 WIB bahwa
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kegiatan berjalan baik dan lancar. Hal ini ditunjukkan dengan terpenuhinya
pembiayaan persalinan, baik secara pribadi maupun dengan memakai
fasilitas bantuan Pemerintah berupa Jamkesmas atau Jamkesda. Tabungan
ibu bersalin (Tabulin) dilakukan oleh ibu hamil sendiri, dikelurahan Ketami
ada ibu hamil yang setiap bulan menabung Rp 5000,00 ada yang Rp
10.000,00 ada yang Rp 25.000,00; dikelurahan Tempurejo setiap bulan ada
yang menabung Rp 5000,00 ada yang Rp 10.000,00 ada yang Rp 15.000,00
dan ada yang Rp 50.000,00; di kelurahan Ngletih setiap bulan ada yang
menabung Rp 5000,00 ada yang Rp 10.000,00 ada yang Rp 20.000,00 dan
dikelurahan Bawang ada yang Rp 5000,00 ada yang Rp 15.000,00 ada yang
13.000,00 dan ada yang Rp 20.000,00.
Bahkan bagi keluarga ibu bersalin yang kurang mampu juga mendapat
bantuan atau santunan dari dana Dasolin sesuai dengan kemampuan yaitu
kelurahan Ketami terkumpul dana Dasolin sampai dengan bulan Oktober
2010 sebesar Rp 510.000,00 dan besaran plafon perorang Rp 20.000,00;
kelurahan Tempurejo sampai bulan Oktober terkumpul Rp 425.000,00 dan
plafon perorang Rp 25.000,00; kelurahan Bawang sampai bulan Oktober
2010 terkumpul Rp 321.000,00 dan plafon perorang sebesar Rp 10.000,00;
kelurahan Ngletih sampai bulan Oktober 2010 terkumpul Rp 483.000,00
dan plafon perorang sebesar Rp 15.000,00. Dana dasolin sudah
dipergunakan untuk memberikan santunan pada ibu bersalin yang kurang
mampu di kelurahan Ketami sebanyak 8 orang, kelurahan Tempurejo
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebanyak 7 orang, kelurahan Ngletih sebanyak 11 orang, kelurahan Bawang
sebanyak 16 orang. (Sumber : Dokumen P4K kelurahan dan wawancara ).
3) Calon Donor Darah.
Dari hasil penelitihan dilihat dari dokumen P4K dan wawancara pada
kader P4K tanggal 16 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB, empat kelurahan
untuk kegiatan penggalangan calon donor darah sampai dengan Oktober
2010 belum berjalan sesuai dengan harapan dari kegiatan P4K meskipun
telah tercatat sesuai kebutuhan, yaitu satu orang ibu hamil dengan dua orang
calon donor darah, tetapi belum ada ibu bersalin yang membutuhkan
tranfusi darah diambil dari calon donor darah yang sudah dipersiapkan
semua dipenuhi oleh palang merah Indonesia (PMI) dan sampai dengan
bulan Oktober 2010 semua kasus komplikasi dapat tertangani dan tidak
terjadi kematian.
Setelah dilakukan observasi dilapangan tanggal 16 Oktober 2010
pukul 10.30 WIB, bahwa sebagai calon donor darah kebanyakan dari
keluarga ibu hamil sendiri. Selain keluarga juga ada pendonor tetap yaitu
setiap 3 bulan sekali ke PMI dari kelurahan Ketami 11 orang, kelurahan
tempurejo 12 orang, kelurahan Ngletih 7 orang, kelurahan Bawang 18
orang. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan Oktober diwilayah kerja
puskesmas Ngletih terdapat 33 kasus komplikasi kebidanan salah satunya
adalah ada seorang ibu hamil dengan kasus perdarahan dengan diagnose
plasenta previa dari kelurahan Bawang yang terjadi pada bulan Juni 2010,
karena keadaan tersebut membutuhkan waktu cepat dan adekuat dalam
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penanganan sehingga kebutuhan darah selama ini dipenuhi dari Palang
Merah Indonesia (PMI). Dan hasil wawancara dengan kepala Puskesmas
tanggal 11 Nopember kelihatannya di Rumah Sakitpun di Kota Kediri baru
bulan Nopember 2010 ada Mou dengan Palang Merah Indonesia tentang
Bank darah di setiap Rumah Sakit. Alhamdulillah dengan keadaan ibu dan
anak dibisa tertangani dan sehat sampai sekarang.
(Sumber : Dokumen P4K kelurahan dan wawancara dengan kader dan
Kepala Puskesmas).
4) Ambulan Desa atau Transportasi.
Sedangkan untuk penggalangan transportasi atau ambulan desa
setelah peneliti melihat dokumen P4K pada tanggal 16 Oktober 2010 pukul
10.00 WIB sudah berjalan dengan baik. Terbukti dari jumlah transportasi
atau ambulan desa di kelurahan Ketami 103 buah, kelurahan Tempurejo 134
buah, kelurahan Bawang 55 buah dan kelurahan Ngletih 159 buah. Sampai
bulan oktober 2010 dengan jumlah ibu melahirkan untuk kelurahan Ketami
50 orang, kelurahan Tempurejo 59 orang, kelurahan Ngletih 25 orang dan
kelurahan Bawang 78 orang. Kemudian dilakukan observasi dilapangan
pukul 16.30 WIB, diwilayah kerja Puskesmas Ngletih kebanyakan
kebutuhan transportasi ibu bersalin terpenuhi oleh suami atau keluarga.
Sedangkan ambulan desa digunakan untuk kebutuhan transportasi
mendadak yang membutuhkan posisi tidur dan penanganan cepat seperti
kasus yang terjadi di kelurahan Bawang.
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan harus mendapatkan
penanganan serius di Rumah Sakit terdekat, dengan adanya ambulan desa
yang tersedia, maka transportasi ambulan desa tersebut dapat mengantar
ibu hamil untuk secepatnya mendapatkan pertolongan pada tempat
pelayanan kesehatan yang cepat dan adekuat. Semua itu dilakukan oleh
pemilik ambulan desa dengan ikhlas tanpa pengganti uang transportasi.
Dengan uraian diatas dan data yang ada terlihat bahwa dengan adanya
program P4K dapat mencegah keterlambatan dalam rujukan sekaligus dapat
mengurangi resiko kematian pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Dan
di wilayah Puskesmas Ngletih, sampai dengan Oktober 2010 tidak ada
kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas (0).
(Sumber: Dokumen P4K kelurahan dan wawancara)
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan P4K adalah :
1) Faktor Internal
a) Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan terlaksana pertemuan kader
P4K yang dilaksanakan setiap bulan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan, tempat di balai kelurahan masing – masing bersama bidan
wilayah yang selalu memberikan pembinaan baik administrasi P4K maupun
memberikan materi – materi yang di anggap penting diketahui oleh kader
khususnya dalam kegiatan P4K yaitu cara menyekor faktor resiko pada ibu
hamil dan lain – lain yang mengacu pada buku KIA. Contoh cara menyekor
memakai kartu skor Poedji Rochjati adalah : ibu hamil datang anak kedua
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang hamil pertama abortus pada usia kehamilan 3 bulan, hamil ini usia
kehamilan 6 bulan keadaan ibu dan bayi sehat. Dengan keadaan ibu hamil
seperi ini kader hanya boleh atau bisa menilai faktor resiko dengan memakai
kartu skor Poedji Rochjati sebagai berikut :
Rencana Persalinan pada Kehamilan Sekarang ( Berdasarkan SKOR POEDJI ROCHJATI )
I II III IV
KEL. F.R. NO.
Masalah / Faktor Resiko SKOR Tribulan
I II III.1
III.2
Skor Awal Ibu Hamil 2 I 1 Telalu muda, hamil < 16 th 4 2 Terlalu tua, hamil > 35 th 4 4 4 4 4 Terlalu lambat hamil I, kawin > 4tahun 4 3 Terlalu lama hamil lagi (>10 th ) 4 4 Terlalu cepat hamil lagi ( < 2 th ) 4 5 Terlalu banyak anak, 4/ lebih 4 6 Terlalu tua, umur > 35 th 4 7 Terlalu pendek <145 cm 4 8 Pernah gagal kehamilan 4 4 4 4 4 9 Pernah melahirkan dengan : a. Tarikan / vacuum 4 b. Uri dirogah 4 c. Diberi infus / Tranfusi 4 10 Pernah operasi sesar 8
II 11 Penyakit pada ibu hamil : a. Kurang darah b. Malaria 4 c. TBC Paru d. Payah Jantung 4 e. Kencing manis ( Diabetes ) 4 f. Penyakit Menular Seksual 4 12 Bengkak pada muka / tungkai 4 dan tekanan darah tinggi 13 Hamil kembar 2 atau lebih 4 14 Hamil kembar air ( hydramnion ) 4 15 Kehamilan lebih bulan 4 16 Bayi mati dalam kandungan 4 17 Letak sungsang 8 18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8 20 Preeklamsi berat / kejang-2 8 JUMLAH SKOR 10 10 10 10 Bila SKOR 14 atau lebih dianjurkan bersalin di RS/DSOG
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hanya itu yang bisa di deteksi atau dicatat oleh kader yang
selanjutnya dianjurkan segera periksa ke puskesmas atau bidan terdekat
dan dilanjutkan oleh bidan sesuai hasil pemeriksaan.
(Sumber: wawancara dan observasi dilapangan)
b) Jumlah kader P4K dari masing – masing kelompok RW berjumlah 5 orang
dan salah satunya menjadi ketua atau koordinator tetapi di lapangan
mempunyai tugas yang sama yaitu mendata dan memantau kesehatan ibu
hamil di wilayah masing – masing kelompok RW. Bisa dilihat dibuku absen
dan wawancara pada kader P4K.
(Sumber: wawancara kader dan dokumen P4K kelurahan)
c) Sesuai hasil wawancara dan observasi dikelurahan maka diketahui peneliti
bahwa ketua pengurus P4K dari masing – masing kelurahan bersama bidan
wilayah selalu mengadakan pendekatan kepada perangkat kelurahan
mengingat seringnya pergantian kepala desa, dalam 3 tahun terakhir ini
terjadi 2 kali pergantian kepala kelurahan. Setiap pergantian kepala
kelurahan bidan wilayah bersama kader memberikan informasi dengan
menjelaskan bahwa kegiatan bidang kesehatan yang ada dikelurahan
khususnya kegiatan P4K baserta cara pelaksanaannya. Agar semua kegiatan
dalam pemberdayan masyarakat selalu mendapat dukungan dari pemerintah
kelurahan.
(Sumber: Dokumen P4K dan wawancara kader serta observasi lapangan)
d) Setelah peneliti melakukan wawancara dengan bidan dan kader, maka
diketahui bahwa kader P4K dalam melaksanakan tugas di masyarakat
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan rasa sukarela dan ikhlas. Kegiatan berjalan tanpa ada imbalan karena
semua merupakan ibadah yang dapat menolong kepada sesama dan kader
mendapat pahala dari Tuhan yang Maha Esa kecuali bila ada undangan
pelatihan atau pertemuan baik di Dinas Kesehatan maupun mungkin diluar
kota itu memang mendapat uang saku.
(Sumber: wawancara kader serta observasi lapangan).
e) Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan kader P4K setiap bulan, hal itu bisa
dilihat dari buku administrasi P4K seperti buku rencana kegiatan, buku
kegiatan, buku pendataan, penandaan dan pemetaan, buku Tabulin dan
Dasolin, buku penggalangan calon donor darah, buku penggalangan
ambulan desa atau transportasi, buku tamu, buku absen kader, buku kas,
buku data pasien yang mendapat bantuan dari dana dasolin, buku notulen
dan arsip laporan bulanan P4K masing – masing kelurahan. Setiap bulan
kader P4K melaporkan kegiatannya ke bidan wilayah.
(Sumber : wawancara kader serta observasi lapangan).
2) Faktor Eksternal
a) Bantuan biaya persalinan dari pemerintah melalui jamkesmas dan jamkesda
bagi ibu yang kurang mampu dapat dilihat dari laporan jumlah ibu bersalin
yang mendapat bantuan dari dana dasolin. Berdasarkan laporan, di
kelurahan Ketami ada sebanyak 8 orang, kelurahan Tempurejo sebanyak 7
orang, kelurahan Ngletih sebanyak 11 orang, kelurahan Bawang sebanyak
16 orang.
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Tingginya rasa kepedulian dari masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan yang ada di lingkunganya. Kader P4K dalam melaksanakan tugas
di masyarakat dengan rasa sukarela dan ikhlas. Kegiatan berjalan tanpa ada
imbalan karena semua merupakan ibadah yang dapat menolong kepada
sesama dan kader mendapat pahala dari Tuhan yang Maha Esa, kecuali bila
ada undangan pelatihan atau pertemuan baik di Dinas Kesehatan maupun
mungkin diluar kota itu memang mendapat uang saku.
c). Adanya peran aktif dari ibu hamil, suami dan keluarga sehingga tidak
terjadi keterlambatan apabila ada komplikasi kebidanan. Sebagai contoh
seperti kasus yang terjadi di kelurahan Bawang. Seorang ibu hamil
mengalami perdarahan dan harus mendapatkan penanganan serius di Rumah
Sakit terdekat, dengan adanya ambulan desa yang tersedia, maka
transportasi ambulan desa tersebut dapat mengantar ibu hamil untuk
secepatnya mendapatkan pertolongan pada tempat pelayanan kesehatan
yang cepat dan adequat.
(Sumber : wawancara kader serta observasi lapangan ).
3. Kedala – Kedala dalam Penerapan P4K :
Peneliti melakukan wawancara pada kader P4K ditemukan kendala dalam
penerapan P4K adalah :
a. Tidak ada dana untuk transportasi kader pada waktu pendataan, penandaan
dan pemetaan.
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pada ibu 42 hari setelah bersalin kurang lebih 40% tidak mau memakai alat
atau obat kontrasepsi karena kepercayaan yang beranggapan bahwa bila ibu
setelah bersalin belum menstruasi dan ikut KB itu berbahaya karena darah
belum keluar bisa menyebabkan penyakit.
c. Kader sudah berusaha mencari tambahan untuk dana dasolin melalui
kunjungan rumah bagi orang yang diaggap mampu dapat menjadi donator
tetap, tetapi tidak berhasil sehingga hanya memberikan bantuan dana dasolin
dari jimpitan warga saja.
d. Tidak adanya bank darah di kelurahan. Juga tidak ada kesepakatan antara
kepala kelurahan dengan PMI, bahwa pendonor darah rutin bukan
merupakan tabungan darah yang sewaktu – waktu dapat dipakai untuk
membantu apabila ada masyarakat setempat yang membutuhkan transfusi
darah.
e. Meskipun ada pendonor tetap, tetapi pasien tetap bayar Rp 175.000 alasan
untuk mengganti kolpeknya.
(Sumber: wawancara kader serta observasi lapangan).
C. Pembahasan
1. Penerapan Program Perencanaan persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K).
a. Pengertian
Berdasarkan hasil wawancara pada Kader P4K, tanggal 10 Oktober 2010,
pukul 09.00 WIB dan dokumen Kader, diperoleh bahwa yang dimaksud dengan
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Program Perencanaan persalinan dan Pencegahan komplikasi (P4K) adalah suatu
kegiatan dimasyarakat dengan melibatkan peran aktif suami atau keluarga dan
masyarakat yang dilaksanakan oleh kader dengan bimbingan bidan wilayah untuk
melaksanakan pendataan pada semua ibu hamil, setelah ada kesepakatan
dilakukan pemasangan stiker agar persalinannya dapat direncanakan sehingga
tidak terjadi keterlambatan apabila ada kelainan.
Sedangkan menurut teori yang dikutip dari Depkes RI 2009, pengertian
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan
suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa/kelurahan dalam rangka
peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil;
termasuk perencanaan penggunaan Keluarga Berencana pasca persalinan dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Dari hasil wawancara dan teori yang ada, maka ada sinkronisasi tentang
pengertian P4K, yakni suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa atau
kelurahan dengan pemasangan stiker yang difasilitasi oleh Bidan Wilayah dalam
rangka peningkatan kesehatan ibu hamil agar persalinannya aman dan tidak
mengalami komplikasi kebidanan serta dapat merencanakan program keluarga
berencana pasca persalinan.
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Berdasarkan wawancara dengan Kader P4K diketahui bahwa tujuan
Umum P4K adalah meningkatkan cakupan ibu hamil dengan K1 dan K4
sampai dengan persalinan, dengan melibatkan peran aktif suami dan
keluarga untuk dapat merencanakan persiapan persalinan yang aman
sehingga ibu dan bayi lahir sehat dan selamat.
Berdasarkan teori, tujuan umum dari P4K adalah meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir
melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi
dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat
(Depkes RI, 2009).
Hal di atas terlihat bahwa tujuan P4K telah dipahami oleh kader, yaitu
meningkatkan kesehatan ibu hamil sampai dengan persalinan, yang
melibatkan peran aktif suami dan keluarga agar persalinannya aman
sehingga ibu dan bayi lahir sehat dan selamat. Hal ini juga didukung oleh
adanya pembinaan kader P4K dan kader kesehatan oleh petugas kesehatan/
Bidan Wilayah melalui pertemuan rutin setiap bulan dibalai kelurahan
masing - masing.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus P4K yang diutarakan Kader saat wawancara, antara
lain sebagai berikut :
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Terdatanya ibu hamil dan terpasangnya stiker di depan rumah ibu hamil
masing – masing, yang isinya : nama ibu, taksiran persalinan, penolong
persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan
calon pendonor darah.
b) Adanya perencanaan persalinan termasuk pemakaian alat kontrasepsi 42
hari pasca bersalin sesuai dengan kesepakatan antara ibu hamil, suami dan
bidan yang dituangkan dalam surat pernyataan.
c) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat bila terjadi komplikasi
kebidanan.
d) Meningkatnya kepedulian tokoh masyarakat, kader, suami atau keluarga
dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi.
Sedangkan berdasar teori tujuan khusus dari P4K adalah :
a) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah
ibu hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil,
identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping
persalinan dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi
yang akan digunakan serta pembiayaan.
b) Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB pasca
persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
c) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
d) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal, dukun bayi, kader/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker,
dan KB pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa tujuan khusus dari P4K adalah
terdatanya status ibu hamil dengan terpasangnya stiker P4K di rumah ibu
hamil masing – masing, dimana didalam stiker tersebut terdapat
perencanaan persalinan dan pasca persalinan antara ibu hamil, suami,
keluarga dan bidan. Dengan adanya perencanaan tersebut maka
pengambilan keputusan dapat lebih cepat dan tepat apabila sewaktu – waktu
terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Dari sini
keterlibatan masyarakat baik formal maupun non formal dalam perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi serta perencanaan KB pasca
persalinan dapat ditingkatkan.
c. Manfaat Penerapan P4K
Manfaat penerapan P4K bersadar hasil wawancara dengan Kader, ada 8
yaitu:
1) Terlihat nyata kegiatan Desa Siaga P4K
2) Meningkatnya cakupan ibu hamil dengan K1 dan
3) Meningkatnya cakupan ibu bersalin ditenaga kesehatan.
4) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.
5) Meningkatnya peserta KB pasca persalina
6) Terpantaunya kejadian kesakitan dan kematian ibu.
7) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu.
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan yang ada
dilingkungannya.
Sedangkan Manfaat penerapan P4K berdasarkan teori adalah:
1) Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.
2) Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar.
3) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.
4) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.
6) Meningkatnya peserta KB pasca persalinan.
7) Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
8) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
Dari wawancara maupun teori diperoleh beberapa kesamaan bahwa
manfaat penerapan P4K benar – benar dapat membantu masyarakat,
khususnya bagi ibu hamil untuk meningkatan kesehatan selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas.
d. Sasaran Penerapan P4K
Berdasarkan teori sasaran penerpan P4K adalah :
1) Penanggung jawab program KIA propinsi dan kabupaten/ kota.
2) Bidan koordinator.
3) Kepala Puskesmas.
4) Dokter.
5) Perawat.
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Bidan.
7) Kader
8) Forum Peduli KIA (Forum P4K/ Pokja Posyandu, dan lainnya)
Dan sasaran P4K berdasar wawancara Kader adalah :
1) Kepala Puskesmas.
2) Bidan wilayah.
3) Kader P4K
4) Forum peduli KIA ( Forum P4K atau posyandu dan lain sebagainya).
Dari hal tersebut diatas terlihat adanya kesamaan antara hasil
wawancara kader dengan teori yang ada sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua kader sudah mengerti dan paham benar tentang siapa saja yang
merupakan sasaran dalam penerapan program P4K.
e. Kegiatan Penerapan P4K meliputi :
1. Pendataan ibu hamil dengan Stiker
Berdasarkan teori yang dimaksud dengan pendataan ibu hamil dengan
stiker adalah suatu kegiatan pendataan, pencatatan dan pelaporan keadaan ibu
hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan melalui penempelan stiker di setiap
rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-unsur masyarakat di
wilayahnya (kader, forum peduli KIA/Pokja Posyandu dan dukun). Kegiatan ini
dilakukan melalui kunjungan rumah, yaitu kunjungan bidan/kader ke rumah ibu
hamil dalam rangka untuk membantu ibu, suami dan keluarganya membuat
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Disamping itu, untuk
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memfasilitasi ibu nifas dan suaminya dalam memutuskan penggunaan alat/ obat
kontrasepsi setelah persalinan sesuai dengan rencana yang telah disepakati
bersama oleh pasangan tersebut. Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh
bidan, kemudian stiker tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan
rumah) dan ibu hamil diberikan buku KIA untuk dipahami isinya.
Sedangkan dari hasil wawancara, dokumen serta observasi peneliti di
lapangan bahwa semua ibu hamil yang terlapor di masing- masing kelurahan
memang sudah dilakukan pemasangan stiker didepan rumahnya dan ditempelkan
di depan jendela atau di depan pintu. Setelah tercatat dan telah dilakukan
pemasangan stiker menyambut persalinan aman sebagai bukti adalah pernyataan
rencana persalinan. Selain itu ditandai juga dengan bendera sesuai dengan faktor
resiko. Bendera warna merah untuk ibu hamil beresiko tinggi dan bendera warna
hijau untuk ibu hamil beresiko rendah, kemudian dipetakan menurut lokasi ibu
hamil sehingga jika terjadi komplikasi kebidanan, petugas bisa langsung
mendeteksi dan memantau perkembangan kesehatan ibu hamil sampai dengan 42
hari pasca persalinan.
Hal tersebut menunjukan bahwa masing- masing kader P4K sudah mengerti
dan mengetahui, mau dan mampu untuk melaksanakan tugasnya dalam kegiatan
pendataan, penandaan dan pemetaan.
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Tabulin (Tabungan Ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Ibu
Bersalin).
Pada kegiatan penggalangan Tabulin dan Dasolin di masing – masing
kelurahan sudah tercatat, bisa dilihat dari dokumen dan laporan bulanan
hampir semua ibu hamil menabung, Kelurahan Ketami 50 orang, Kelurahan
Tempurejo 66 orang, Kelurahan Ngletih 25 orang dan Kelurahan Bawang
78 orang. Cara dan jumlah tabungan sangat variatif, atas saran dan motivasi
dari kader untuk mencegah jangan sampai terjadi gangguan psikologis pada
waktu proses persalinan maka biaya dan persiapan yang lain– lain untuk
kebutuhan pada waktu persalinan.
Tabungan ibu bersalin (Tabulin) dilakukan oleh ibu hamil sendiri ada
yang setiap bulan menabung Rp 5000,00; Rp 10.000, ada yang menabung
Rp 50.000,00 juga ada yang menabung dirumah yang penting disiapkan
sesuai biaya persalinan normal kurang lebih Rp 700.000,00 tetapi bagi ibu
hamil yang mampu tidak masalah karena dana sudah tersedia dan ditabung
di bank bagi ibu hamil yang kurang mampu untuk menabung disesuaikan
dengan kemampuan baik dirumah maupun di kader P4K dan apabila
sudah melahirkan uang tabungan tersebut diberikan semua pada ibu
penabung tanpa dikurangi.
Untuk memenuhi kebutuhan operasional P4K juga untuk membantu
ibu bersalin yang kurang mampu maka kader P4K juga mencari dana lagi
yaitu dari uang jimpitan yang dipeoleh pada waktu ada kegiatan posyandu
dan pada waktu ada pertemuan PKK dan pertemuan kader kesehatan. Selain
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
itu, kader juga mencari dana donator dari masyarakat setempat yang
dianggap mampu dan mau menyumbangkan uang atau barang dengan
sukarela dan ikhlas guna membantu biaya persalinan bagi ibu hamil yang
kurang mampu dengan sebutan dana sosial ibu bersalin (Dasolin).
Dengan terkumpulnya dana dasolin tersebut sampai sekarang bagi
keluarga ibu hamil yang kurang mampu bila bersalin berhak mendapatkan
bantuan dari dana dasolin sesuai dengan plafon yang sudah disepakati dari
kelompok kader P4K di masing – masing kelurahan tidak sama, ada yang
memberi santunan sebesar Rp 10.000,00 ada yang Rp 20.000,00 ada juga
yang Rp 25.000,00. Dan plafon bisa berubah sesuai kemampuan dana
dasolin di masing – masing wilayah kelurahan.
Berdasarkan teori, tabulin adalah dana/barang yang disimpan oleh
keluarga atau pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan
kemampuannya, yang pengelolaannya sesuai dengan kesepakatan serta
penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan, saat antenatal, persalinan
dan kegawatdaruratan. Besar simpanan / nominal, tergantung dari perkiraan
biaya persalinan normal atau sesuai dengan kesepakatan.
Dasolin adalah dana yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela
dengan prinsip gotong royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan
tujuan membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan, dan
kegawatdaruratan. Sumber dana dan cara pengumpulannya ditentukan
dengan kesepakatan. Pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan
kesepakatan.
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan pertemuan-
pertemuan bersama dengan masyarakat untuk membahas mekanisme
pengumpulan dan penyimpanan dana, penggunaan dana, pengawasan dan
pelaporan dana.
3. Calon Donor Darah
Yang dimaksud Calon donor darah secara teoritis adalah orang-orang yang
dipersiapkan oleh ibu, suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu
bersedia menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.
Syarat donor darah sukarela adalah :
a) Usia 17 sampai 60 tahun.
b) Berat badan minimal 49 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan.
c) Tekanan darah antara 100/60-140/90 mmHg.
d) Kadar Haemoglobin (Hb) >12 gr%.
e) Tidak sedang menderita penyakit (Hepatitis, TBC,dll).
f) Tidak sedang menjalani pengobatan suatu penyakit.
g) Tidak mempunyai luka/infeksi.
h) Tidak sedang hamil/ menyusui/ menstruasi dan mengisi informed consent.
Warga menyumbang darah melalui Palang Merah Indonesia (PMI) yang dan
melahirkan. Kebutuhan untuk keadaan ini harus cepat dipenuhi sementara waktu
yang diperlukan PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3 jam.
Penggalangan calon donor darah, peneliti selain melihat data juga
melakukan wawancara dengan kader P4K dan tokoh masyarakat yang menjadi
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
calon donor darah. Setiap ibu hamil direncanakan mendapat dua calon donor
darah, golongan darah harus sama dengan golongan darah ibu hamil, kenyataan
dilapangan yang menjadi calon donor darah adalah dari keluarga sendiri. Mula –
mula didata siapa saja yang mau menjadi calon donor darah kemudian dilakukan
pemeriksaan golongan darah dari tim kesehatan puskesmas biaya gratis dan
sebagai penanggungjawab adalah bidan wilayah masing – masing kelurahan.
Dari pemeriksaan itulah bisa diketahui bahwa sebagai calon donor darah
kebanyakan dari keluarga ibu hamil sendiri. Selain keluarga juga ada pendonor
tetap yaitu setiap 3 bulan sekali ke PMI dari kelurahan Ketami 11 orang,
kelurahan tempurejo 12 orang, kelurahan Ngletih 7 orang, kelurahan Bawang 18
orang. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan Oktober diwilayah kerja
puskesmas Ngletih terdapat 33 kasus komplikasi kebidanan salah satunya adalah
kasus perdarahan dari kelurahan Bawang, karena keadaan tersebut membutuhkan
waktu cepat dan adekuat dalam penanganan sehingga kebutuhan darah selama ini
dipenuhi dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Kediri.
Jadi, untuk calon donor di wilayah puskesmas Ngletih belum berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh program P4K, yang sebaiknya ada
kesepakatan dari pihak kelurahan dengan Palang Merah Indonesia untuk
ketersediannya Bank darah dikelurahan. Tetapi kelihatannya di Rumah Sakitpun
di Kota Kediri baru bulan Nopember 2010 ada Mou dengan Palang Merah
Indonesia tentang Bank darah di setiap Rumah Sakit. oleh karena itu selama ini
untuk ibu hamil yang mampu bisa langsung membeli tetapi bagi ibu hamil yang
tidak mampu gratis karena diganti oleh pemerintah melalui kartu Jamkesmas atau
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jamkesda dalam pemenuan kebutuhan darah bagi ibu hamil yang membutuhkan
tranfusi darah.
4. Ambulan Desa atau Transportasi
Yang dimaksud Ambulan desa / transportasi secara teori adalah alat
transportasi dari masyarakat sesuai kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan
untuk mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan,
terutama yang kesulitan angkutan atau ibu mengalami kegawatan perlu dirujuk
segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit agar selamat. Bentuk ambulan desa
bermacam-macam, tergantung jenis yang dimiliki oleh warga dan mengikhlaskan
kendaraannya dipinjam warga bergiliran (dibuat jadwal kendaraan, pengemudi,
BBM, dan sebagainya. Bisa berupa mobil, ojek, becak, sepeda motor, tandu,
perahu, dll. Penanggungjawab Pokja Ambulan Desa yang mengatur jadwal sesuai
kesepakatan warga.
Penggalangan Ambulan Desa atau transportasi, dilihat dari data atau
dokumen peneliti juga melakukan wawancara dilapangan dengan ibu hamil dan
calon transportasi. Setiap ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Ngletih
dipersiapkan dua calon transportasi, yang pertama adalah suami yang kedua
adalah saudara atau keluarga. Tetapi di masing – masing kelurahan juga ada
Ambulan desa yang mana semua warga yang punya mobil didata kemudian
dengan kesepakatan menandatangani surat pernyataan untuk bersedia mengantar
sewaktu waktu ibu mau melahirkan atau terjadi kegawadaruratan.
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah ambulan desa mobil di kelurahan Ketami 3 buah, kelurahan
Tempurejo 2 buah, kelurahan Bawang 4 buah dan kelurahan Ngletih 5 buah.
Contoh di kelurahan Bawang pada bulan juni 2010 ada ibu hamil mengalami
komplikasi kebidanan karena kasus perdarahan dan tidak mungkin diantar suami
memakai sepeda motor maka segera menghubungi ambulan desa untuk mengantar
agar secepatnya mendapat pertolongan di Rumah Sakit Gambiran Kediri.
Di Kelurahan Ketami, Tempurejo, dan Ngletih Ambulan desa belum pernah
dipakai, karena selain dekat puskesmas juga bukan merupakan kasus
kegawadaruratan obstetri yang membutuhkan pertolongan cepat misalnya
ketuban pecah dini, pre eklamsi, serotinus, cepalo pelvic disproportion (CPD),
kehamilan premature, abortus, post seksio.
2. Keberhasilan Penerapan P4K
a. Pendataan, Penandaan dan Pemetaan ibu hamil
Dilihat dari data laporan P4K dan peneliti juga melakukan wawancara dan
sekaligus observasi kelapangan bahwa semua ibu hamil sudah tercatat dan
dipasang stiker P4K didepan rumahnya, terbukti dengan jumlah kesenjangan
antara target dengan cakupan yang rendah. Untuk kelurahan Ketami sampai
dengan Oktober 2010 tercapai 86,21% (50 ibu hamil dari 58 target ibu hamil),
kelurahan tempurejo melampaui target sebesar 11,86% (66 ibu hamil dari 59
target ibu hamil), Kelurahan Ngletih pencapaian ibu hamil sebesar 83,33% (25 ibu
hamil dari 30 target ibu hamil) dan untuk Kelurangan Bawang pencapaian ibu
hamil melebihi target sebesar 4% (78 ibu hamil dari 75 target ibu hamil).
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ditinjau dari sumber daya yang ada, baik tenaga kesehatan (Bidan) maupun
tenaga kader P4K yang ada di lapangan cukup terpenuhi. Secara ideal satu
kelurahan satu bidan, namun pada kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ngletih
rata-rata 3 orang Bidan. Untuk tenaga kader P4K dilapangan telah memenuhi
kebutuhan, yaitu satu kelompok RW lima kader P4K dan setiap bulan
melaksanakan pendataan, penandaan dan pemetaan dan dilaporkan ke bidan
wilayah.
b. Tabulin (Tabungan ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial ibu
bersalin).
Keberhasilan dari kegiatan tabulin dan dasolin berjalan baik dan lancar. Hal
ini ditunjukkan dengan terpenuhinya pembiayaan persalinan. Baik secara pribadi
maupun dengan memakai fasilitas bantuan Pemerintah berupa Jamkesmas atau
Jamkesda. Bahkan bagi keluarga ibu bersalin yang kurang mampu diberikan
santunan berupa uang sebesar Rp 10.000, Rp 20.000 dan ada juga yang Rp 25.000
untuk setiap persalinan, dengan sumber dana dasolin.
c. Calon Donor Darah.
Untuk kegiatan penggalangan calon donor darah sampai dengan Oktober
2010 belum berjalan sesuai dengan harapan dari kegiatan P4K meskipun telah
tercatat sesuai kebutuhan, yaitu satu orang ibu hamil dengan dua orang calon
donor darah, tetapi belum ada ibu bersalin yang membutuhkan tranfusi darah
diambil dari calon donor darah yang sudah dipersiapkan semua dipenuhi oleh
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
palang merah Indonesia (PMI) dan sampai dengan bulan Oktober 2010 semua
kasus komplikasi dapat tertangani dan tidak terjadi kematian.
d. Ambulan Desa atau Transportasi.
Sedangkan untuk penggalangan transportasi atau ambulan desa juga telah
berjalan dengan baik. Diwilayah Puskesmas Ngletih kebanyakan kebutuhan
transportasi ibu bersalin terpenuhi oleh suami atau keluarga. Sedangkan ambulan
desa digunakan untuk kebutuhan transportasi mendadak yang membutuhkan
posisi tidur dan penanganan cepat seperti kasus yang terjadi di kelurahan Bawang.
Seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan harus mendapatkan penanganan
serius di Rumah Sakit terdekat, dengan adanya ambulan desa yang tersedia, maka
transportasi ambulan desa tersebut dapat mengantar ibu hamil untuk secepatnya
mendapatkan pertolongan pada tempat pelayanan kesehatan yang cepat dan
akurat.
pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Dan di wilayah Puskesmas
Ngletih, sampai dengan Oktober 2010 tidak ada kematian ibu hamil, ibu bersalin
dan ibu Dengan uraian diatas dan data yang ada terlihat bahwa dengan adanya
program P4K dapat mencegah keterlambatan dalam rujukan sekaligus dapat
mengurangi resiko kematian nifas (0).
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keberhasilan Penerapan P4K dapat kita lihat yaitu :
1) Prosentase ibu hamil dengan stiker 100 %.
2) Prosentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar
(semua ibu hamil mendapatkan kunjungan K4 dan memperoleh pelayanan
5T) dari 4 kelurahan yaitu kelurahan Ketami, Bawang dan Ngletih 100%
tetapi kelurahan Tempurejo dari jumlah 66 ibu hamil, 60 ibu yang sudah
mendapatkan kunjungan K4 dan 5T karena memang umur kehamilannya
belum seharusnya mendapatkan kunjungan tersebut. Arti dari K4 adalah
kunjungan tribulan pertam 1 kali, tribulan kedua 1 kali, tribulan ketiga 2 kali
sedangkan 5T adalah setiap kali datang periksa, ibu hamil mendapatkan
pelayanan : ukur berat badan, ukur tinggi badan pada pertama kali datang,
ukur tinggi fundus uteri, beri immunisasi TT dan beri tablet tambah darah.
3) Prosentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan 100%.
4) Prosentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami
komplikasi tertangani 100%. Prosentase kehamilan, persalinan dan nifas
dari 33 kasus komplikasi, 33 kasus tertangani dengan cepat dan adekuat.
5) Prosetase penggunaan metode KB pasca persalinan 60 % karena masih ada
kepercayaan bahwa setelah melahirkan kalau belum haid dan ikut KB
menyebabkan penyakit karena darah tidak bisa keluar.
6) Prosentase ibu bersalin di tenaga kesehatan mendapat pelayanan nifas
100%.
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Faktor–faktor yang mempengaruhi keberhasilan P4K adalah:
1) Faktor Internal
a) Adanya pembinaan dari petugas kesehatan setiap bulan bersamaan dengan
pertemuan kader sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, tempat di
balai kelurahan masing – masing bersama bidan wilayah yang selalu
memberikan pembinaan baik administrasi P4K maupun memberikan materi
– materi yang di anggap penting diketahui oleh kader khususnya dalam
kegiatan P4K. Dengan adanya keaktifan pembinaan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan atau bidan wilayah, maka dapat menumbuhkan motivasi
kader P4K dalam melaksanakan kegiatan P4K baik secara administratif
maupun penyuluhan – penyuluhan.
b) Jumlah kader P4K dari masing – masing kelompok RW berjumlah 5 orang
dan salah satunya menjadi ketua atau koordinator tetapi di lapangan
mempunyai tugas yang sama yaitu mendata dan memantau kesehatan ibu
hamil di wilayah masing – masing kelompok RW sehingga kegiatan P4K
dapat berjalan maksimal.
c) Ketua pengurus P4K dari masing – masing kelurahan bersama bidan
wilayah diketaui selalu mengadakan pendekatan kepada perangkat
kelurahan mengingat seringnya pergantian kepala desa, dalam 3 tahun
terakhir ini terjadi 2 kali pergantian kepala kelurahan. Setiap pergantian
kepala kelurahan bidan wilayah bersama kader memberikan informasi
dengan menjelaskan bahwa kegiatan bidang kesehatan yang ada
dikelurahan khususnya kegiatan P4K baserta cara pelaksanaannya. Agar
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
semua kegiatan dalam pemberdayan masyarakat selalu mendapat dukungan
dari pemerintah kelurahan.
d) Semua kader P4K dalam melaksanakan tugas di masyarakat dengan rasa
sukarela dan ikhlas, tanpa ada imbalan karena semua merupakan ibadah
yang dapat menolong kepada sesama dan kader mendapat pahala dari
Tuhan yang Maha Esa. Hal tersebut menjadikan motivasi bagi kader
sehingga kegiatan P4K merupakan kegiatan kemanusiaan atau kegiatan
sosial.
e) Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan kader P4K setiap bulan, hal itu bisa
dilihat dari buku administrasi P4K seperti buku rencana kegiatan, buku
kegiatan, buku pendataan, penandaan dan pemetaan, buku Tabulin dan
Dasolin, buku penggalangan calon donor darah, buku penggalangan
ambulan desa atau transportasi, buku tamu, buku absen kader, buku kas,
buku data pasien yang mendapat bantuan dari dana dasolin, buku notulen
dan arsip laporan bulanan P4K masing – masing kelurahan. Setiap bulan
kader P4K melaporkan kegiatannya ke bidan wilayah. Dari hasil pencatatan
dan pelaporan di atas, maka baik kader maupun bidan wilayah bisa
mengevaluasi hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu dan selajutnya
dapat membuat rencana tindak lanjut apa saja kegiatan yang belum
terlaksana atau tercapai.
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Faktor Eksternal
a) Bantuan biaya persalinan dari pemerintah melalui jamkesmas dan jamkesda
bagi ibu yang kurang mampu dapat dilihat dari laporan jumlah ibu bersalin
yang mendapat bantuan dari dana dasolin. Berdasarkan laporan, di
kelurahan Ketami ada sebanyak 8 orang, kelurahan Tempurejo sebanyak 7
orang, kelurahan Ngletih sebanyak 11 orang, kelurahan Bawang sebanyak
16 orang. Dengan hal tersebut di atas dapat meringankan beban psikologis
ibu bersalin yang tidak mampu dalam menghadapi persalinan.
b) Tingginya rasa kepedulian dari masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan yang ada di lingkunganya sehingga dapat membantu atau
mendukung proses kegiatan P4K.
c) Adanya peran aktif dari ibu hamil, suami dan keluarga sehingga tidak
terjadi keterlambatan apabila ada komplikasi kebidanan. Peran aktif adalah
sesuatu yang bisa diterima oleh seseorang secara terbuka dan adanya imbal
balik yang positif sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan
harapan. Pada kegiatan P4K dapat menurunkan Angka Kematian Ibu.
3. Kendala – Kendala dalam Penerapan P4K :
Setelah peneliti melihat dokumen, kemudian peneliti melakukan
wawancara dan observasi di lapanganan, diketahui bahwa dalam penerapan
P4K di wilayah kerja puskesmas Ngletih terdapat beberapa kendala,
meskipun dalam penerapannya dapat berhasil menurunkan Angka Kematian
Ibu. Adapun beberapa kendala tersebut, yaitu :
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Tidak ada dana untuk transportasi kader pada waktu pendataan, penandaan
dan pemetaan.
b. Pada ibu 42 hari setelah bersalin kurang lebih 40% tidak mau memakai alat
atau obat kontrasepsi karena kepercayaan yang beranggapan bahwa bila ibu
setelah bersalin belum menstruasi dan ikutm KB itu berbahaya karena darah
belum keluar bisa menyebabkan penyakit.
c. Kader sudah berusaha mencari tambahan untuk dana dasolin melalui
kunjungan rumah bagi orang yang diaggap mampu dapat menjadi donator
tetap, tetapi tidak berhasil sehingga hanya memberikan bantuan dana dasolin
dari jimpitan warga saja.
d. Tidak adanya bank darah di kelurahan, atau kesepakatan antara kepala
kelurahan dengan PMI bahwa pendonor rutin bukan merupakan tabungan
darah yang sewaktu – waktu dapat dipakai untuk membantu apabila ada
masyarakat setempat yang membutuhkan transfusi darah.
e. Meskipun ada pendonor tetap, tetapi pasien tetap bayar Rp 175.000,00
alasan untuk mengganti kolpeknya.
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penerapan P4K
a. Pendataan, Penandaan dan Pemetaan ibu hamil
Pendataan, penandaan, pemetaan ibu hamil, pencatatan dan pelaporan,
melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran
aktif unsur-unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum peduli KIA/Pokja
Posyandu dan dukun). Yaitu kunjungan ke rumah ibu hamil dalam rangka untuk
membantu ibu, suami dan keluargan membuat perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi juga penggunaan alat atau obat kontrasepsi setelah
persalinan.
b. Tabulin (Tabungan ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial ibu bersalin).
Penggalangan Tabulin dan Dasolin di masing – masing kelurahan sudah
tercatat terlaksana dengan baik, jumlah tabungan sangat variatif.
Tabungan ibu bersalin (Tabulin) dilakukan oleh ibu hamil sendiri ada yang
dirumah yang penting disiapkan sesuai biaya persalinan normal kurang lebih Rp
700.000,00. Ibu hamil yang mampu tidak masalah karena dana sudah ditabung di
bank, bagi ibu hamil yang kurang mampu menabung disesuaikan dengan
kemampuan baik dirumah maupun di kader P4K dan bila sudah melahirkan uang
tabungan diberikan tanpa dikurangi.
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dasolin adalah dana yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela dengan
prinsip gotong royong. Sumber dana dikumpulkan dari jimpitan, cara
pengumpulan, pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan kesepakatan.
c. Calon Donor Darah.
Kegiatan pendonor darah di wilayah kerja puskesmas Ngletih belum
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh program P4K, oleh karena tidak
ada Bank darah yang ada di kelurahan. Ibu hamil yang mampu bisa langsung
membeli darah ke PMI tetapi bagi ibu hamil yang tidak mampu gratis karena
diganti oleh pemerintah melalui kartu Jamkesmas atau Jamkesda.
d. Ambulan Desa atau Transportasi.
Setiap ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Ngletih dipersiapkan dua calon
transportasi, yang pertama adalah suami yang kedua adalah saudara atau keluarga.
Tetapi di masing – masing kelurahan juga ada Ambulan desa yang mana semua
warga yang punya mobil didata kemudian dengan kesepakatan menandatangani
surat pernyataan untuk bersedia mengantar sewaktu waktu ibu mau melahirkan
atau terjadi kegawadaruratan.
2. Keberhasilan Penerapan P4K
a. Pendataan, Penandaan dan Pemetaan ibu hamil
Bahwa semua ibu hamil sudah tercatat dan dipasang stiker P4K didepan
rumahnya, terbukti dengan jumlah kesenjangan antara target dengan cakupan
yang rendah.
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tabulin (Tabungan ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial ibu bersalin).
Keberhasilan dari kegiatan tabulin dan dasolin berjalan baik dan lancar. Hal
ini ditunjukkan dengan terpenuhinya pembiayaan persalinan. Baik secara pribadi
maupun dengan memakai fasilitas bantuan Pemerintah berupa Jamkesmas atau
Jamkesda. Bahkan bagi keluarga ibu bersalin yang kurang mampu diberikan
santunan dari dana dasolin berupa uang yang masing – masing kelurahan tidak
sama disesuaikan dengan kemampuan juga kesepakatan.
c. Calon Donor Darah.
Kegiatan penggalangan calon donor darah satu orang ibu hamil dengan dua
orang calon donor darah, tetapi belum ada ibu bersalin yang membutuhkan
tranfusi darah diambil dari calon donor darah yang sudah dipersiapkan semua
dipenuhi oleh palang merah Indonesia (PMI).
d. Ambulan Desa atau Transportasi.
Sedangkan untuk penggalangan transportasi atau ambulan desa telah
berjalan dengan baik. Diwilayah Puskesmas Ngletih kebanyakan kebutuhan
transportasi ibu bersalin terpenuhi oleh suami atau keluarga. Sedangkan ambulan
desa digunakan untuk kebutuhan transportasi mendadak menuju ke Rumah Sakit
rujukan yang membutuhkan penanganan cepat dan adequat seperti kasus
perdarahan yang terjadi di kelurahan Bawang.
Hasil yang dicapai dari penerapan P4K dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Prosentase ibu hamil mendapat stiker 100 %
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Prosentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar
(semua ibu hamil mendapatkan kunjungan K4 dan memperoleh pelayanan
5T ) dari 4 kelurahan yaitu kelurahan Ketami, Bawang dan Ngletih 100%.
c. Prosentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan 100%.
d. Prosentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami
komplikasi tertangani 100%. Prosentase kehamilan, persalinan dan nifas
dari 33 kasus komplikasi 33 kasus tertangani dengan cepat dan adekuat.
e. Prosetase penggunaan metode KB pasca persalinan 60 % karena masih ada
kepercayaan bahwa setelah melahirkan kalau belum haid dan ikut KB
menyebabkan penyakit karena darah tidak bisa keluar.
f. Prosentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan nifas 100%.
Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan P4K adalah :
a. Faktor Internal
1) Adanya pembinaan dari petugas kesehatan setiap bulan bersamaan dengan
pertemuan kader diketahui peneliti dari dokumen buku tamu dan notulen
kegiatan P4K
2) Jumlah kader P4K dari masing – masing kelompok RW berjumlah 5 orang
dilihat dari buku absen kader P4K.
3) Peran kader yang aktif dalam kegiatan P4K. Melalui pencatatan dan
pelaporan yang dilaksanakan setiap bulan
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Ketua pengurus P4K dari masing – masing kelurahan bersama bidan
wilayah selalu mengadakan pendekatan kepada perangkat kelurahan
mengingat seringnya pergantian kepala desa.
5) Dengan rasa sukarela dan ikhlas kader P4K, kegiatan berjalan tanpa ada
imbalan karena semua merupakan ibadah kepada sesama.
b. Faktor Eksternal
1) Bantuan biaya persalinan dari pemerintah melalui jasmkesmas, jamkesda
bagi ibu yang kurang mampu.
2) Tingginya rasa kepedulian dari masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan yang ada di lingkunganya.
3) Adanya peran aktif dari suami dan keluarga sebagai pendamping persalinan
sehingga tidak terjadi keterlambatan apabila ada komplikasi kebidanan.
4) Pendataan, Pencatatan dan pelaporan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan P4K.
3. Kedala – Kedala dalam Penerapan P4K :
a. Tidak ada dana untuk transportasi kader pada waktu pendataan, penandaan
dan pemetaan.
b. Pada ibu 42 hari setelah bersalin kurang lebih 40% tidak mau memakai alat
atau obat kontrasepsi karena kepercayaan yang beranggapan bahwa bila ibu
setelah bersalin belum menstruasi dan ikutm KB itu berbahaya karena darah
belum keluar bisa menyebabkan penyakit.
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Kader sudah berusaha mencari tambahan untuk dana dasolin melalui
kunjungan rumah bagi orang yang diaggap mampu dapat menjadi donator
tetap, tetapi tidak berhasil sehingga hanya memberikan bantuan dana dasolin
dari jimpitan warga saja.
d. Tidak adanya bank darah di kelurahan, atau kesepakatan antara kepala
kelurahan dengan PMI bahwa pendonor rutin bukan merupakan tabungan
darah yang sewaktu – waktu dapat dipakai untuk membantu apabila ada
masyarakat setempat yang membutuhkan transfusi darah.
e. Meskipun ada pendonor tetap, tetapi pasien tetap bayar Rp 175.000 alasan
untuk mengganti kolpeknya.
B. IMPLIKASI
Dengan memperhatikan hasil penelitian diatas maka masalah tersebut
dapat berimplikasi pada beberapa aspek bila tidak ditangani oleh pihak-pihak
tertentu, oleh sebab itu perlu diuraikan implikasi dan saran yaitu:
1. Implikasi
a. Pembuat kebijakan
Dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu evaluasi terhadap langkah-
langkah yang sudah diambil apakah sesuai dengan kondisi lapangan, dengan
adanya evaluasi tersebut selanjutnya dapat ditetapkan suatu kebijakan yang sesuai
dan lebih efektif dalam mencapai target yang ditetapkan. Dengan keberhasilan
wilayah kerja puskesmas dalam menurunkan angka kematian ibu meskipun masih
terdapat beberapa kendala dalam penerapan program perencanaan persalinan dan
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pencegahan komplikasi tetapi pengambil kebijakan tetap bisa mengadopsi
keberhasilan tersebut dapat diterapkan ke wilayah puskesmas se Kota Kediri
dalam upaya penurunkan angka kematian ibu.
b. Peran bidan Dengan kesadaran seluruh pihak yang terkait dapat mengurangi
beban kerja bidan sehingga bidan dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu
hamil, ibu bersalin dan ibu nifas lebih berkualitas sesuai dengan tupoksinya.
c. Terhadap penerapan program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi. Secara langsung atau tidak pelaksanaan penerapan program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi akan memberikan kontribusi
positif yaitu dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
d. Kwalitas pelayanan di Puskesmas Ngletih
Secara langsung atau tidak kuwalitas pelayanan kesehatan di puskesmas
Ngletih merupakan tempat pelayanan kesehatan dan penanganan obstetri neonatal
emergency dasar bagi masyarakat. Dengan adanya pelayanan kesehatan yang
berkualitas selama 24 jam menunjukkan kesiapsiagaan dalam menerima pasien
kegewatdaruratan kasus komplikasi kebidanan dan apabila tidak mampu
memberikan penanganan, cepatnya untuk melaksanakan rujukan ke rumah sakit
yang memikiki fasilitas yang lebih lengkap.
e. Peningkatan kepedulian masyarakat
Kepedulian masyarakat merupakan modal utama dalam keberhasilan
penerapan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi, dalam
arti adanya kerja sama antara petugas kesehatan, kelurahan, kader, tokoh
masyarakat, ibu hamil dan masyarakat kelurahan setempat. Sebagai tindak
109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lanjutnya masyarakat bisa mengevaluasi sampai dimana keberhasilan program
tersebut.
2. Saran
a. Untuk pemerintah, dari hasil penelitian ini diharapkan bisa
mengimplementasikan keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan
angka kematian ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih ke wilayah kerja
puskesmas sekota Kediri.
b. Adanya kebijakan antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, PMI dan Kelurahan
untuk terlaksananya kesepakatan adanya Bank Darah di Kelurahan.
c. Bidan selaku penanggung jawab pelaksanaan penerapan P4K di wilayah
kelurahan diharapkan mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat dengan selalu mengadakan sosialisasi, pembinaan dan evaluasi
program yang dilaksanakan.
d. Ibu hamil, masyarakat, kader dan tokoh masyarakat. Lebih berperan aktif
dalam setiap kegiatan yang dimotori oleh bidan wilayah sehingga
masyarakat semakin berdaya dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat itu sendiri.
110