Post on 09-Aug-2019
STUDI TENTANG KOMPETENSI KEPALA PERPUSTAKAAN
SEKOLAH SE-JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
CHAIRIDA SAUFATUNNISA
NIM. 11140251000001
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440H / 2019M
STUDI TENTANG KOMPETENSI KEPALA PERPUSTAKAAN
SEKOLAH SE-JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
CHAIRIDA SAUFATUNNISA
NIM. 11140251000001
Di Bawah Bimbingan:
Dr. Ida Farida, MLIS.
NIP. 19700407 200003 2 003
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440H / 2019M
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : CHAIRIDA SAUFATUNNISA
NIM : 11140251000001
Program Studi : Ilmu Perpustakaan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Studi tentang Kompetensi
Kepala Perpustakaan Sekolah Se-Jakarta Selatan” merupakan hasil karya saya
sendiri dan bukan merupakan hasil replikasi maupun saduran dari karya atau
penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan hasil replikasi maupun saduran dari karya
atau penelitian orang lain, maka skripsi ini dianggap gugur dan saya bersedia
melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru serta kelulusan dan
gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Januari 2019
Chairida Saufatunnisa
i
ABSTRAK
Chairida Saufatunnisa. 11140251000001. Studi tentang Kompetensi Kepala
Perpustakaan Sekolah Se-Jakarta Selatan. Di bawah bimbingan Dr. Ida
Farida, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam
memimpin tenaga perpustakaan sekolah, merencanakan program perpustakaan
sekolah, melaksanakan program perpustakaan sekolah, memantau pelaksanaan
program perpustakaan sekolah, dan mengevaluasi program perpustakaan sekolah.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Informan ditentukan secara purposive sampling. Adapun informan pada
penelitian ini ialah Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan
SMAN 55 Jakarta. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, studi
kepustakaan, dan dokumentasi. Sedangkan teknik pengolahan dan analisis data
meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6
Jakarta dan SMAN 8 Jakarta dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah sudah
memenuhi semua indikator penelitian, sementara Kepala Perpustakaan SMAN 55
Jakarta sudah memenuhi tiga dari empat indikator penelitian; 2) Kompetensi
manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dalam merencanakan program
perpustakaan sekolah sudah memenuhi tiga dari lima indikator penelitian,
sementara Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta sudah memenuhi semua indikator
penelitian, dan Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta sudah memenuhi empat dari
lima indikator penelitian; 3) Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6
Jakarta dalam melaksanakan program perpustakaan sekolah sudah memenuhi lima
dari enam indikator penelitian, sementara Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
dan SMAN 55 Jakarta sudah memenuhi semua indikator penelitian; 4) Kompetensi
manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dalam memantau pelaksanaan
program perpustakaan sekolah sudah memenuhi tiga dari lima indikator penelitian,
sementara Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta sudah
memenuhi empat dari lima indikator penelitian; 5) Kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dalam mengevaluasi program perpustakaan sekolah
belum memenuhi semua indikator penelitian, sementara Kepala Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta sudah memenuhi empat dari lima indikator
penelitian.
Kata kunci: kompetensi, kepala perpustakaan sekolah, manajerial
ii
ABSTRACT
Chairida Saufatunnisa. 11140251000001. Study of the Competence of Head of
School Library in South Jakarta. Under the guidance of Dr. Ida Farida, MLIS.
Study Program of Library Science, Faculty of Adab and Humanities, Islamic
State University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
This study aims to determine managerial competence of the Head of Library of
SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, and SMAN 55 Jakarta in leading school library
staff, planning school library programs, implementing school library programs,
monitoring the implementation of school library programs, and evaluating school
library programs. This study uses a type of case study research with a qualitative
approach. Informants were determined by purposive sampling. The informants in
this study were the Head of the Library of SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, and
SMAN 55 Jakarta. The technique of collecting data through interviews, literature
studies, and documentation. While data processing and analysis techniques include
data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results showed that:
1) Managerial competency the Head of the Library of SMAN 6 Jakarta and SMAN
8 Jakarta in leading school library personnel had fulfilled all research indicators,
while the Head of Library of SMAN 55 Jakarta had fulfilled three of the four
research indicators; 2) Managerial competence the Head of the Library of SMAN 6
Jakarta in planning the school library program has fulfilled three of the five research
indicators, while the Head of Library of SMAN 8 Jakarta has fulfilled all research
indicators, and the Head of Library of SMAN 55 Jakarta has fulfilled four of the
five research indicators; 3) Managerial competence the Head of the Library of
SMAN 6 Jakarta in implementing the school library program has fulfilled five of
the six research indicators, while the Head of the Library of SMAN 8 Jakarta and
SMAN 55 Jakarta has fulfilled all research indicators; 4) Managerial competence
the Head of the Library of SMAN 6 Jakarta in monitoring the implementation of
the school library program has fulfilled three of the five research indicators, while
the Head of the Library of SMAN 8 Jakarta and SMAN 55 Jakarta has fulfilled four
of the five research indicators; 5) Managerial competence the Head of the Library
of SMAN 6 Jakarta in evaluating the school library program has not fulfilled all
research indicators, while the Head of Library of SMAN 8 Jakarta and SMAN 55
Jakarta has fulfilled four of the five research indicators.
Keywords: competence, head of the school library, managerial
iii
KATA PENGANTAR
م الر حي
ه الر حمن سم الل ب
Puja dan puji serta syukur peneliti curahkan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Studi tentang Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah Se-
Jakarta Selatan dengan lancar, baik dan tepat waktu. Selawat serta salam tak lupa
peneliti hantarkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi wa
Sallam, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir hayat.
Terwujudnya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik dalam pelaksanaan hingga penyusunan skripsi ini. Oleh karena
itu, peneliti menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing serta memberi
masukan dan kritik kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
iv
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
begitu banyak ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.
6. Seluruh pihak SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta,
terlebih khusus Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan
SMAN 55 Jakarta, yang telah bersedia dan mengizinkan peneliti untuk
melakukan penelitian.
7. Kedua orang tua, yaitu Ayahanda M. Chaeruddin dan Ibunda Siti Asaroh, yang
telah mendidik, membimbing, mendoakan, serta memberikan bantuan moril,
materiil, dan limpahan kasih sayang yang begitu besar kepada peneliti. Tak
lupa juga adik tercinta, yaitu Sadam Choirufiddin, yang selalu memberikan
suntikan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat penulis, yaitu Alfi, Dini, Meidy, Putri, Riska, Shaffitri, Dinda,
Hafizah, Nisa, Bella, Iin, Indri, dan Melfi yang selalu mendukung dan
memberikan semangat kepada peneliti untuk dapat segera menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman-teman Ilmu Perpustakaan angkatan 2014, terlebih khusus kelas A, serta
teman-teman KKN 104 Bakti Nyata yang sama-sama berjuang untuk
menyelesaikan skripsi.
10. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari segi susunan maupun dari segi penulisan. Oleh sebab itu,
peneliti mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
v
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Januari 2019
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i ABSTRACT ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
D. Definisi Istilah ............................................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 12
A. Perpustakaan Sekolah .................................................................................. 12
1. Pengertian Perpustakaan Sekolah ........................................................... 12
2. Visi dan Misi Perpustakaan Sekolah....................................................... 13
3. Tujuan dan Manfaat Perpustakaan Sekolah ............................................ 15
4. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Sekolah ................................................ 19
5. Manajemen Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah ............................. 24
B. Kompetensi .................................................................................................. 33
1. Pengertian Kompetensi ........................................................................... 33
2. Komponen-Komponen Kompetensi ....................................................... 35
3. Klasifikasi Kompetensi ........................................................................... 38
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi .................................... 41
5. Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah ............................................. 44
C. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 56
D. Peta Literatur Penelitian .............................................................................. 58
vii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 62
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................................. 62
B. Kriteria Informan ......................................................................................... 63
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 64
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 66
E. Jadwal Penelitian ......................................................................................... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 69
A. Profil Objek Penelitian ................................................................................ 69
1. Profil Perpustakaan ................................................................................. 69
2. Visi dan Misi Perpustakaan .................................................................... 70
3. Struktur Organisasi Perpustakaan ........................................................... 72
4. Koleksi Perpustakaan .............................................................................. 74
5. Layanan Perpustakaan ............................................................................ 75
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................................ 78
1. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 5 Jakarta dalam Memimpin Tenaga
Perpustakaan Sekolah ............................................................................. 79
2. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Merencanakan
Program Perpustakaan Sekolah............................................................... 89
3. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Melaksanakan
Program Perpustakaan Sekolah............................................................. 103
4. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Memantau
Pelaksanaan Program Perpustakaan Sekolah ........................................ 118
5. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Mengevaluasi
Program Perpustakaan Sekolah............................................................. 130
viii
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 141
A. Simpulan .................................................................................................... 141
B. Saran .......................................................................................................... 144
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 148 LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Dimensi Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan Sekolah .......... 47
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian................................................................................... 68
Tabel 4. 1 Daftar Nama Informan Penelitian ......................................................... 79
Tabel 4. 2 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Memimpin Tenaga
Perpustakaan Seolah .............................................................................. 86
Tabel 4. 3 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Merencanakan
Program Perpustakaan Sekolah ............................................................. 99
Tabel 4. 4 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Melaksanakan
Program Perpustakaan Sekolah ........................................................... 114
Tabel 4. 5 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Memantau
Pelaksanaan Program Perpustakaan Sekolah ...................................... 126
Tabel 4. 6 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Mengevaluasi
Program Perpustakaan Sekolah ........................................................... 137
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peta Literatur Penelitian .................................................................... 58
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 6 Jakarta ......................... 73
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 8 Jakarta ......................... 73
Gambar 4. 3 Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 55 Jakarta ....................... 74
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tampilan Website Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah
Lampiran 2 Tampilan Website Sekolah Kita
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Contoh Transkrip Wawancara
Lampiran 5 Reduksi Data
Lampiran 6 Wawancara dengan Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
Lampiran 7 Wawancara dengan Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Lampiran 8 Wawancara dengan Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
Lampiran 9 Surat Tugas Menjadi Dosen Pembimbing
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian dan Wawancara
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Kota
Administrasi Jakarta Selatan
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian dari SMAN 6 Jakarta
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian dari SMAN 55 Jakarta
Lampiran 14 Surat Perubahan Judul Skripsi
Lampiran 15 Salinan Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada pasal 45 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa tiap-tiap unit pendidikan, baik formal
maupun non formal, harus menyediakan sarana dan prasarana yang mencukupi
kebutuhan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi
fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan para siswa.1
Salah satu sarana dan prasarana yang dimaksud dalam undang-undang tersebut
ialah perpustakaan sekolah.
Ketersediaan perpustakaan sekolah, dinilai masih sangat rendah dalam
mendukung pelaksanaan proses pendidikan. Menurut Data Pendidikan Tahun
2016/2017, sekolah yang ada di Indonesia berjumlah 302.097 unit.2 Mirisnya,
dari 302.097 unit sekolah tersebut, hanya sekitar 162.417 unit atau 53,76% saja
yang sudah memiliki perpustakaan sekolah.3 Hal ini menunjukkan bahwa
masih banyak sekolah di Indonesia yang belum menjadikan perpustakaan
sekolah sebagai prioritas dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Padahal, perpustakaan sekolah memiliki kedudukan yang sangat penting, yaitu
untuk memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan komunitas
1 Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional” (2003), http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/
UU_no_20_th_2003.pdf.
2 Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, “Ikhtisar Data Pendidikan Tahun
2016/2017” (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h. 1,
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_FC1DCA36-A9D8-4688-8E5F-
0FB5ED1DE869_.pdf.
3 Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, “Persentase Sekolah Memiliki
Perpustakaan,” Satu Data Indonesia, 3 Maret 2016, http://data.go.id/dataset/persentase-
perpustakaan/resource/a9c78577-5d1f-42a2-9bfe-db84905a69ff.
2
sekolah serta untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah yang bersangkutan.
Dalam bukunya, Darmono menjelaskan bahwa perpustakaan memberikan
sumbangan yang sangat berharga dalam meningkatkan aktivitas siswa serta
meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran.4
Mengingat pentingnya perpustakaan sekolah sebagai sarana penunjang
proses pendidikan, maka diperlukan sumber daya manusia —dalam hal ini
adalah kepala perpustakaan— yang berkompeten untuk mengelola
perpustakaan sekolah tersebut. Kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan
sekolah tersebut berperan besar dalam mengembangkan perpustakaan sekolah
yang dikelolanya. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang kepala
perpustakaan dan tenaga perpustakaan sekolah perlu memiliki pengetahuan
dan keterampilan dalam mengelola perpustakaan sekolah. Hal ini senada
dengan pendapat R. Suryana dalam Dewi dan Suhardini, yang menjelaskan
bahwa perpustakaan sekolah memerlukan staf yang cukup berpengalaman dan
kualifaid untuk memenuhi tuntutan fungsi dan tujuan perpustakaan itu sendiri.5
Namun, sejauh ini, masih sedikit perpustakaan sekolah yang mempunyai
kepala perpustakaan sekolah yang berkompeten. Padahal, kepala perpustakaan
sekolah memegang peranan penting bagi keberlangsungan suatu perpustakaan,
di mana kepala perpustakaanlah yang bertanggung jawab untuk memimpin
semua kegiatan yang ada di perpustakaan sekolah agar perpustakaan yang
dikelolanya dapat mencapai tujuan sekolah yang bersangkutan. Masalahnya,
4 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 3.
5 Laksmi Dewi dan Asep Dudi Suhardini, “Peran Perpustakaan dan Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah/Madrasah,” EduLib 1, no. 2
(November 2014): h. 57–77, http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/1134/782.
3
dari 162.417 unit perpustakaan sekolah yang ada, apakah semua kepala
perpustakaan sekolah tersebut sudah memiliki kompetensi seperti yang
tercantum dalam Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah atau tidak.
Guna meningkatkan profesionalisme kepala perpustakaan sekolah,
pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang dituangkan ke dalam
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah. Peraturan ini memuat kualifikasi dan kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang kepala perpustakaan sekolah. Menurut peraturan
tersebut, seorang kepala perpustakaan sekolah haruslah memiliki enam
kompetensi, salah satunya yaitu kompetensi manajerial.
Kompetensi manajerial sangat diperlukan guna membangun manajemen
perpustakaan yang efektif. Kompetensi manajerial ialah suatu keterampilan
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas manajerial, seperti
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, agar mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kompetensi tersebut merupakan
kompetensi umum yang harus dimiliki oleh setiap kepala perpustakaan.
Kompetensi ini juga merupakan faktor penentu keberhasilan pengelolaan
perpustakaan, lebih-lebih dalam pelayanan serta kualitas perpustakaan secara
umum.6
6 Ivana Nur, Sowiyah, dan Hasan Hariri, “Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMA
Negeri 12 Bandar Lampung,” Jurnal Manajemen Mutu Pendidikan 5, no. 2 (2017): h. 51-63,
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JMMP/article/view/14573/10615.
4
Jika dipandang dalam perspektif Islam, sangat dianjurkan untuk memiliki
keahlian atau kompetensi ketika mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam sebagai berikut:7
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Apabila amanat disia-siakan, maka
tunggulah terjadinya kiamat.’ Abu Hurairah berkata: ‘Bagaimana penyia-
nyiaannya, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Apabila urusan diserahkan
kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.’ (HR.
Bukhari)
Hadits di atas mengandung makna bahwa suatu pekerjaan seyogianya
dikerjakan oleh individu yang memiliki keahlian atau kompetensi dalam
bidang yang dikerjakannya. Dengan kata lain, suatu pekerjaan hendaknya
dikerjakan oleh individu yang profesional, yang memiliki pengetahuan,
kemampuan, serta keterampilan dalam bidang tersebut.8 Sebaliknya, apabila
suatu pekerjaan tidak dikerjakan oleh individu yang profesional, maka akan
mengakibatkan tidak terlaksananya tugas yang diberikan dengan baik dan
maksimal sehingga lambat laun akan membuat organisasi yang dikelolanya
tidak akan berkembang atau yang paling parah mengalami kehancuran.
Peneliti melakukan penelusuran di website Data Pokok Pendidikan Dasar
dan Menengah (http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id) dan Sekolah Kita
(http://sekolah.data.kemdikbud.go.id) seperti yang terlampir pada lampiran 1
7 Al-Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari 31: Penjelasan Kitab Shahih al-
Bukhari, trans. oleh Amir Hamzah (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 346. 8 Parhan Hidayat, “Kompetensi Pustakawan Dalam Perspektif Islam,” Al-Maktabah 13, no. 1
(2014): h. 71-80, http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-maktabah/article/download/1582/1325.
5
dan 2. Hasilnya, terdapat 29 SMAN se-Jakarta Selatan yang mana ke semuanya
memiliki perpustakaan, dengan rincian: 21 perpustakaan dengan kondisi
“baik”; 7 perpustakaan dengan kondisi “rusak ringan”; dan 1 perpustakaan
dengan kondisi “rusak berat”. Pada masing-masing kategori tersebut, peneliti
mengurutkan lagi berdasarkan tahun berdirinya sekolah. Setelah diurutkan,
peneliti akan mengambil satu perpustakaan dari sekolah yang paling lama
berdiri pada masing-masing kategori, sehingga totalnya menjadi tiga
perpustakaan.
Dari kategori “baik”, ada perpustakaan SMAN 6 Jakarta yang dipimpin
oleh Bapak Andi Galigo, seorang guru bidang studi bahasa Indonesia. Beliau
pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh APISI pada tahun 2018.
Dari kategori “rusak ringan”, ada perpustakaan SMAN 8 Jakarta yang dipimpin
oleh Bapak Eko Raharjo, seorang guru bidang studi bahasa Inggris. Beliau
pernah mengikuti diklat kepala perpustakaan sekolah yang diselenggarakan
oleh Perpustakaan Nasional pada tahun 2016. Dari kategori “rusak berat”, ada
perpustakaan SMAN 55 Jakarta yang dipimpin oleh Ibu Sri Petnowanti,
seorang guru bidang studi sosiologi. Beliau pernah mengikuti diklat kepala
perpustakaan sekolah yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional pada
tahun 2015.
Dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam
tentang kompetensi kepala perpustakaan sekolah dari masing-masing kategori
tersebut, terlebih khusus mengenai kompetensi manajerial. Maka dari itu,
peneliti melakukan penelitian yang dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul
6
“Studi tentang Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah Jakarta se-
Jakarta Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui lebih dalam
mengenai kompetensi manajerial kepala perpustakaan sekolah, khususnya
kepada Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN
55 Jakarta. Peneliti membatasi hanya pada kompetensi manajerial karena
kompetensi tersebut merupakan kompetensi umum yang harus dimiliki oleh
setiap kepala perpustakaan sekolah. Kompetensi ini juga merupakan faktor
penentu keberhasilan pengelolaan perpustakaan, terutama dalam pelayanan
dan kualitas perpustakaan secara umum. Adapun standar yang membahas
tentang kompetensi manajerial kepala perpustakaan sekolah ini, terdapat pada
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah. Selanjutnya, agar penelitian ini lebih jelas, terarah dan
tidak menimbulkan penafsiran yang luas, maka penelitian ini terfokus pada:
1. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam memimpin tenaga perpustakaan
sekolah.
2. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam merencanakan program
perpustakaan sekolah.
3. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam melaksanakan program perpustakaan
sekolah.
7
4. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam memantau pelaksanaan program
perpustakaan sekolah.
5. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam mengevaluasi program perpustakaan
sekolah.
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka masalah yang dapat dikaji
dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam memimpin tenaga
perpustakaan sekolah?
2. Bagaimana kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam merencanakan program
perpustakaan sekolah?
3. Bagaimana kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam melaksanakan program
perpustakaan sekolah?
4. Bagaimana kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam memantau pelaksanaan
program perpustakaan sekolah?
5. Bagaimana kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam mengevaluasi program
perpustakaan sekolah?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada pembatasan dan perumusan masalah di atas, penelitian
ini memiliki dua tujuan. Adapun tujuan tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta
dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta
dalam merencanakan program perpustakaan sekolah.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta
dalam melaksanakan program perpustakaan sekolah.
4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta
dalam memantau pelaksanaan program perpustakaan sekolah.
5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta
dalam mengevaluasi program perpustakaan sekolah.
Penelitian ini juga mempunyai manfaat, baik secara praktis dan teoritis.
Adapun manfaat tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan peneliti
terkait dengan kompetensi kepala perpustakaan sekolah, khususnya
kompetensi manajerial.
9
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan bagi
kepala perpustakaan sekolah untuk meningkatkan kompetensi terkait
pengelolaan perpustakaan, khususnya kompetensi manajerial.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi SMAN 6
Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam meningkatkan
kompetensi kepala perpustakaan sekolah, khususnya kompetensi
manajerial.
2. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi
Ilmu Perpustakaan yang berkaitan dengan masalah kompetensi kepala
perpustakaan sekolah, khususnya kompetensi manajerial.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya
yang mempunyai kesamaan tema dengan penelitian ini.
D. Definisi Istilah
Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang berkedudukan pada unit
pendidikan formal, baik pada pendidikan dasar maupun menengah, yang
berfungsi sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan sekolah yang bersangkutan.
Kompetensi adalah suatu karakteristik yang dimiliki dan diperlukan oleh
seseorang, baik berupa sikap, pengetahuan, maupun keterampilan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya secara profesional di bidang pekerjaannya.
10
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah saat penulisan skripsi ini, peneliti membagi
pembahasan menjadi lima bab, dan masing-masing bab terdiri dari beberapa
subbab. Adapun sistematika penelitiannya, yaitu sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah,
serta sistematika penelitian secara garis besar tentang pembahasan
yang akan diuraikan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini memuat teori-teori yang berkaitan dengan tema penelitian
yang diteliti peneliti, seperti perpustakaan sekolah, kompetensi, dan
lain sebagainya. Selain itu, pada bab ini juga terdapat penelitian
terdahulu dan peta literatur penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian, kriteria informan,
teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, serta
jadwal penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat tentang profil Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta serta hasil penelitian dan
pembahasan mengenai Studi tentang Kompetensi Kepala
Perpustakaan Sekolah Se-Jakarta Selatan.
11
Bab V Penutup
Bab ini terdiri dari simpulan dan saran yang dikemukakan oleh
peneliti setelah melakukan penelitian di Perpustakaan SMAN 6
Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta.
12
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Sekolah
1. Pengertian Perpustakaan Sekolah
Dalam Standar Nasional Perpustakaan 009:2011 Perpustakaan
Sekolah Menengah/Madrasah Aliyah, dijelaskan bahwa perpustakaan
sekolah adalah perpustakaan yang berkedudukan di unit pendidikan formal,
baik pendidikan dasar maupun menengah, yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari kegiatan sekolah dan merupakan pusat sumber belajar
untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah yang bersangkutan.9 Sejalan
dengan hal tersebut, M. Pawit Yusuf dan Yaya Suhendar mengemukakan
bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang terdapat di kawasan
sekolah dan mempunyai tujuan untuk mencukupi kebutuhan informasi bagi
komunitas di sekolah yang bersangkutan, terlebih khusus guru dan siswa.10
Adapun pengertian perpustakaan sekolah menurut Ibrahim Bafadal
adalah himpunan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan
buku yang disusun memakai sistem tertentu dalam suatu tempat sehingga
dapat membantu para siswa dan guru pada saat proses belajar mengajar di
sekolah. 11 Sedangkan menurut Arif Surachman, perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan yang bertempat di suatu sekolah, yang mana
9 Tim Penyusun Standar Nasional Perpustakaan, “Standar Nasional Perpustakaan 009:2011
Perpustakaan Sekolah Menengah/Madrasah Aliyah” (Perpustakaan Nasional RI, 2011), h. 2,
http://old.perpusnas.go.id/Attachment/Pedoman/standar%20nasional%20perpustakaan-sekolah.pdf.
10 Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Cet.
4 (Jakarta: Kencana, 2013), h. 2.
11 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Cet. 11 (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),
h. 5.
13
kedudukan dan tanggung jawabnya ada pada kepala sekolah, dan
mempunyai tugas untuk melayani sivitas akademika sekolah yang
bersangkutan.12
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh
pihak sekolah, baik di lingkungan sekolah dasar maupun menengah, untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
2. Visi dan Misi Perpustakaan Sekolah
Visi merupakan potret keadaan yang ingin dicapai di masa yang akan
datang. Visi yang baik ialah visi yang ringkas, padat, idealis, dan bersifat
wajar untuk dicapai; bukan sesuatu yang berada di awang-awang dan sukar
untuk dicapai.13 Visi ini dapat bervariasi di seluruh dunia, tergantung pada
kedudukan awal perpustakaan sekolah yang bersangkutan. Secara umum,
perpustakaan sekolah mempunyai visi perpustakaan yang mengacu pada
visi sekolah yang merupakan lembaga induknya.14 Sementara menurut Rizal
Saiful Haq, dkk., sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, maka visi
perpustakaan haruslah mengacu pada visi pendidikan nasional di bidang
tugas perpustakaan. Selanjutnya, sebagai sarana penunjang tugas sekolah,
12 Arif Surachman, “Manajemen Perpustakaan Sekolah” (Makalah, Juli 2007), h. 2,
http://arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/manpersek.pdf.
13 Komarudin, “Rencana Strategis Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Praktis,” Pustakaloka 4,
no. 1 (2012): h. 20-31, http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/pustakaloka/article/view/834/641.
14 Tim Penyusun Standar Nasional Perpustakaan, “Standar Nasional Perpustakaan 009:2011
Perpustakaan Sekolah Menengah/Madrasah Aliyah,” h. 7.
14
maka visi perpustakaan pun haruslah menunjang visi sekolah di bidang
tugasnya.15
Sementara itu, misi merupakan penguraian lebih lanjut dari sebuah
visi. Apabila visi lebih kepada sesuatu yang filosofis dan idealis, maka misi
lebih kepada pokok-pokok kegiatan yang harus dirumuskan agar lebih
bersifat wajar untuk mencapainya. Misi untuk setiap perpustakaan berbeda-
beda, sebab visinya pun berbeda.16 Namun, misi perpustakaan secara umum
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Menyediakan informasi dan ide, yang mana keduanya merupakan
landasan agar dapat bermanfaat di dalam masyarakat masa kini yang
berbasis informasi dan pengetahuan;
b. Menyediakan sarana bagi para siswa supaya mampu belajar sampai
akhir hayat dan mampu mengembangkan daya pikir sehingga nantinya
dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab.17
Dalam buku Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, secara
lebih rinci dijelaskan mengenai misi perpustakaan, yang di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Membantu, memfasilitasi, dan menyiapkan layanan perpustakaan untuk
mengembangkan profesi para siswa dan lingkungan sekolah secara
menyeluruh agar mampu belajar secara mandiri dan terus-menerus
15 Rizal Saiful Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, ed. oleh Sudarnoto
Abdul Hakim (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 38.
16 Komarudin, “Rencana Strategis Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Praktis,” h. 24.
17 Tim Penyusun Standar Nasional Perpustakaan, “Standar Nasional Perpustakaan 009:2011
Perpustakaan Sekolah Menengah/Madrasah Aliyah,” h. 7.
15
hingga akhir hayat dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat
belajar;
b. Mengembangkan kemampuan para siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia;
sehat; berilmu; cakap; kreatif; mandiri; serta menjadi warga negara
yang demokratis, bertanggung jawab, dan tidak bergantung kepada
orang lain;
c. Membantu kelancaran peningkatan keprofesionalan dan akuntabilitas
institusi pendidikan sekolah sebagai pusat pembudayaan ilmu
pengetahuan, keterampilan, pengamalan, sikap, dan nilai yang
bersumber pada standar nasional maupun global;
d. Menunjang dan memfasilitasi pengembangan dan penerapan kurikulum
sekolah berbasis kompetensi; peningkatan keprofesionalan pendidik
dan tenaga kependidikan; penyediaan informasi, bahan pustaka dan
sumber belajar yang mendidik; serta penyelenggaraan pelayanan
informasi yang terbuka dan merata.18
3. Tujuan dan Manfaat Perpustakaan Sekolah
Dalam Standar Nasional Indonesia 7329:2009 tentang Perpustakaan
Sekolah, diterangkan bahwa tujuan perpustakaan sekolah, yaitu untuk
menyediakan pusat sumber belajar sehingga dapat memberikan sumbangan
dalam pengembangan dan peningkatan minat baca, literasi informasi, bakat
18 Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 38–39.
16
serta kemampuan para siswa.19 Tujuan tersebut ditegaskan kembali dalam
Standar Nasional Perpustakaan 009:2011 Perpustakaan Sekolah
Menengah/Madrasah Aliyah, yang menyatakan bahwa tujuan dari
perpustakaan sekolah menengah atas adalah untuk mengembangkan dan
meningkatkan minat baca, literasi informasi, bakat dan kecerdasan
intelektual, emosional, dan spiritual para siswa, pendidik maupun tenaga
kependidikan dalam rangka mendukung tujuan pendidikan nasional melalui
penyediaan sumber belajar.20
Sebagai bagian integral dari proses pendidikan, maka perpustakaan
sekolah memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut:
a. Menyokong dan memperkuat tujuan pendidikan seperti yang
digariskan dalam misi dan kurikulum sekolah;
b. Menumbuhkan dan memperkuat kebiasaan dan kesukaan membaca dan
belajar para siswa, serta pemanfaatan perpustakaan seumur hidup;
c. Memberikan waktu untuk memperoleh suatu pengalaman dalam
menciptakan dan memanfaatkan informasi untuk pengetahuan,
pemahaman, imajinasi, dan kesenangan;
d. Membantu para siswa dalam proses pembelajaran, keterampilan
menilai, serta memanfaatkan informasi, tanpa melihat bentuk, format
maupun media, termasuk kepekaan dalam cara berkomunikasi dengan
komunitas;
19 Badan Standardisasi Nasional, “Standar Nasional Indonesia 7329:2009 Perpustakaan Sekolah”
(Badan Standardisasi Nasional, 2009), h. 3, http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/361/jbptunikompp-
gdl-badanstand-18020-1-sni7329-s.doc.
20 Tim Penyusun Standar Nasional Perpustakaan, “Standar Nasional Perpustakaan 009:2011
Perpustakaan Sekolah Menengah/Madrasah Aliyah,” h. 7.
17
e. Menyediakan jalan masuk ke sumber informasi, baik lokal, regional,
nasional maupun global serta peluang mengekspos gagasan,
pengalaman, dan pendapat para siswa yang beraneka ragam;
f. Mengatur dan menyusun aktivitas-aktivitas yang mendorong kesadaran
dan kepekaan akan budaya dan sosial;
g. Bekerja sama baik dengan para siswa, guru, pimpinan sekolah maupun
orang tua untuk mencapai misi sekolah;
h. Mengemukakan bahwa konsep kebebasan intelektual dan akses ke
sumber informasi merupakan hal yang sangat berguna bagi
terbentuknya warga negara yang bertanggung jawab dan berpartisipasi
dalam demokrasi;
i. Mempromosikan kebiasaan membaca, sumber informasi, dan jasa
perpustakaan sekolah, baik kepada seluruh komunitas sekolah ataupun
komunitas di luar sekolah.21
Sedangkan menurut Yusuf dan Suhendar, tujuan suatu perpustakaan
sekolah yang merupakan komponen utama pendidikan di sekolah adalah
sebagai berikut:
a. Mendorong dan mempersingkat proses penguasaan teknik membaca
para siswa;
b. Membantu para siswa dalam menulis kreatif dengan bimbingan dari
guru dan pustakawan.
c. Menumbuh kembangkan keinginan dan kesukaan membaca para siswa;
21 Sulistyo-Basuki, Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2013), h. 2.16-2.17.
18
d. Menyediakan beraneka ragam sumber informasi untuk memenuhi
kebutuhan pelaksanaan kurikulum;
e. Mendorong, membangkitkan, memelihara, dan memberikan semangat
kepada para siswa untuk terus membaca dan belajar;
f. Memperluas, memperdalam, dan memperbanyak pengalaman belajar
para siswa dengan cara membaca buku dan sumber informasi lainnya
yang telah disediakan oleh perpustakaan mengenai ilmu pengetahuan
dan teknologi;
g. Memberikan hiburan yang baik untuk mengisi waktu luang, baik
melalui kegiatan membaca —khususnya buku-buku dan sumber bacaan
lain yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen— maupun
kegiatan lainnya.22
Selain tujuan, keberadaan perpustakaan sekolah juga mempunyai
manfaat. Menurut Ibrahim Bafadal, manfaat dari adanya perpustakaan
sekolah, yaitu:
a. Dapat menumbuhkan kebiasaan membaca para siswa;
b. Dapat memperbanyak pengalaman belajar para siswa;
c. Dapat menumbuhkan kebiasaan belajar mandiri sehingga pada
akhirnya para siswa mampu belajar secara mandiri;
d. Dapat mempersingkat proses penguasaan teknik membaca;
e. Dapat membantu mengembangkan kemampuan berbahasa;
f. Dapat mengajarkan para siswa untuk bertanggung jawab;
22 Yusuf dan Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, h. 3.
19
g. Dapat membantu para guru dalam mendapatkan sumber-sumber
belajar;
h. Dapat memperlancar para siswa dalam merampungkan tugas-tugas
sekolah;
i. Dapat membantu para siswa, guru, dan komunitas sekolah lainnya
dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.23
4. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Sekolah
Tugas pokok dan fungsi perpustakaan sekolah harus dirumuskan
dengan baik agar dapat dijadikan pijakan dalam menyelenggarakan dan
mengembangkan perpustakaan sekolah. Tugas pokok perpustakaan sekolah
tidak lain berhubungan erat dengan statusnya sebagai salah satu sarana dan
prasarana pembelajaran di sekolah. Adapun tugas pokok perpustakaan
sekolah menurut Haq ialah mendukung tugas sekolah sebagai suatu institusi
pendidikan yang menjalankan amanah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.24
Hal tersebut menjelaskan bahwa tugas perpustakaan sekolah terfokus
untuk mendukung secara penuh tugas sekolah di mana perpustakaan itu
berada, seperti menyukseskan kurikulum sekolah berbasis kompetensi,
meningkatkan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan, serta
mendukung tugas-tugas unit pendukung sekolah lainnya.
Menurut Yusuf dan Suhendar, perpustakaan sekolah bertugas sesuai
dengan kegiatan utamanya, yakni kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan
23 Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, h. 5–6.
24 Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 34.
20
penyebarluasan segala macam informasi pendidikan kepada para siswa,
guru, dan komunitas sekolah lainnya.
a. Menghimpun atau mengumpulkan, memanfaatkan, merawat, dan
membina sumber informasi secara berkesinambungan, baik dalam
bentuk cetak, seperti buku, majalah, surat kabar, maupun non cetak
lainnya.
b. Mengolah sumber informasi dengan memakai sistem tertentu, mulai
dari sumber informasi tersebut tiba di perpustakaan sampai siap untuk
disajikan dan dilayankan kepada para penggunanya, yakni komunitas
sekolah yang bersangkutan.
c. Menyebarluaskan sumber informasi kepada semua komunitas sekolah
yang membutuhkan, sesuai dengan kepentingannya.25
Secara umum, fungsi perpustakaan sekolah tidak jauh berbeda dengan
fungsi perpustakaan lainnya. Hanya saja sebagai suatu perpustakaan yang
berada pada institusi pendidikan, maka fungsi perpustakaan sekolah lebih
menitikberatkan pada fungsi pendidikan dan penyedia materi penelitian
sederhana. Menurut Hartono, fungsi perpustakaan bilamana diterapkan pada
perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:26
a. Fungsi Pendidikan
Perpustakaan sekolah didirikan dengan fungsi utama, yaitu
sebagai salah satu sarana penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan
di sekolah. Kehadirannya harus selaras dengan prinsip-prinsip sistem
25 Yusuf dan Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, h. 7.
26 Hartono, Manajemen Perpustakaan Sekolah: Menuju Perpustakaan Modern dan Profesional,
ed. oleh Rose KR (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 30–31.
21
pendidikan nasional. Perpustakaan sekolah wajib menyediakan dan
mengelola berbagai macam sumber informasi yang berkaitan dengan
pendidikan dan proses belajar-mengajar sehingga dapat berguna
sebagai tempat sumber belajar bagi para siswa serta sumber rujukan
bagi para pendidik dan tenaga kependidikan.
b. Fungsi Penelitian
Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai tempat untuk
memperoleh berbagai macam informasi yang mendukung kegiatan
penelitian sederhana para siswa dan guru pembimbingnya. Bentuk
layanan perpustakaan yang bisa diberikan adalah mengadakan berbagai
macam literatur, baik primer, sekunder, tersier, maupun alat peraga
pendidikan lainnya sebagai bahan referensi ketika mengadakan
kegiatan penelitian.
c. Fungsi Informasi
Perpustakaan sekolah menyediakan berbagai macam informasi
untuk semua komunitas sekolah, baik informasi perihal bahan pustaka
yang dimilikinya (cakupan, jenis, penempatan, dan lain-lain), informasi
perihal kegiatan dan layanan perpustakaan yang diadakan, maupun
informasi perihal lingkungan sekitar perpustakaan tersebut.
d. Fungsi Rekreasi dan Kultural
Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai tempat untuk rekreasi.
Maksudnya, perpustakaan sekolah menyediakan bahan pustaka yang
bersifat ringan, seperti buku-buku hiburan atau fiksi, majalah, surat
kabar, dan lainnya guna menghibur pembacanya di kala waktu luang
22
selepas belajar seharian. Selain itu, perpustakaan sekolah juga berfungsi
sebagai unit penyimpanan dan pelestarian berbagai macam sumber
informasi yang mengandung khazanah budaya bangsa. Berbagai
kegiatan dapat dilakukan perpustakaan sekolah dalam mendukung
fungsi kultural, seperti kegiatan pameran buku atau foto, peragaan
busana daerah, pentas kesenian, story telling, dan sebagainya.
e. Fungsi Penyimpanan
Fungsi penyimpanan di perpustakaan sekolah bukan merupakan
fungsi utama. Akan tetapi, perpustakaan sekolah tetap wajib
menyimpan dan melestarikan sumber informasi, baik cetak ataupun non
cetak, yang masih berguna dan diperlukan oleh para siswa, pendidik,
maupun tenaga kependidikan dalam mendukung tercapainya tujuan
pendidikan dan pembelajaran.
Fungsi perpustakaan sekolah secara lebih rinci dijelaskan oleh Haq,
dkk. dalam bukunya yang berjudul Pengantar Manajemen Perpustakaan
Madrasah.27 Adapun fungsi-fungsi tersebut, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi preservasi. Maksudnya adalah perpustakaan sekolah
menyimpan dan melestarikan semua produk ilmu dan budaya yang
dihasilkan oleh para guru dan siswa, baik dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran, ataupun kegiatan penelitian sederhana,
serta mengumpulkan dan menyimpan bahan lainnya yang ada di
lingkungan sekolah.
27 Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 35–38.
23
b. Fungsi informasi. Maksudnya adalah perpustakaan sekolah menjamin
lingkungannya —dalam hal ini sekolah— agar mendapat informasi
dengan baik, lebih-lebih yang berkenaan dengan pendidikan,
pembelajaran, pelajaran, ilmu, agama, dan kehidupan sehari-hari.
c. Fungsi pendidikan. Maksudnya adalah perpustakaan sekolah ikut serta
melaksanakan pendidikan, baik untuk para siswa di sekolah maupun
untuk pihak lain di sekitar sekolah dalam rangka menyukseskan visi,
misi, fungsi, tujuan, dan strategi pendidikan nasional.
d. Fungsi dakwah. Maksudnya adalah perpustakaan sekolah tampil
sebagai suatu unit kerja di lingkungan sekolah yang sanggup
mempengaruhi lingkungannya —dalam hal ini semua komunitas
sekolah— untuk beramal saleh dan menjauhkan diri dari perbuatan
munkar dan tercela.
e. Fungsi penelitian. Maksudnya adalah perpustakaan sekolah melakukan
penelitian sejalan dengan tugas dan fungsinya serta menyediakan
sarana penelitian, terlebih khusus penelitian kepustakaan.
f. Fungsi budaya. Maksudnya adalah perpustakaan sekolah memudahkan
pembuatan karya di bidang budaya dengan kekuatan sumber informasi
dan sarana yang dimilikinya.
g. Fungsi rekreasi. Maksudnya adalah perpustakaan sekolah menyediakan
sumber informasi cetak maupun non cetak yang dapat digunakan oleh
komunitas sekolah untuk memenuhi kebutuhan rekreasinya.
24
5. Manajemen Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah
Betapa pun lengkap dan handalnya suatu perpustakaan, tidak serta
merta dapat digunakan dengan baik dalam pemberian layanan tanpa disusun
dalam suatu manajemen yang baik. Adapun manajemen perpustakaan,
meliputi manajemen koleksi, manajemen promosi, manajemen sarana dan
prasarana, manajemen sumber daya manusia, dan manajemen anggaran.28
a. Manajemen Pengembangan Koleksi
Secara definitif, pengertian pengembangan koleksi mencakup
semua kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di perpustakaan,
terutama untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan dan evaluasi
bahan pustaka. Kegiatan ini meliputi berbagai aktivitas, seperti
penyusunan kebijakan, penetapan prosedur seleksi, pengadaan koleksi,
dan evaluasi.29
Di perpustakaan sekolah, koleksi merupakan sumber informasi
yang dibangun untuk mendukung proses pembelajaran dan untuk
mempromosikan minat baca para siswa. Koleksi yang berkualitas
secara tidak langsung akan berpengaruh pada kualitas mengajar para
guru dan belajar para siswa. Oleh karenanya, kepala perpustakaan dan
tenaga perpustakaan perlu mempunyai wawasan yang baik mengenai
jenis-jenis koleksi, kurikulum sekolah, serta minat siswa dan guru
dalam mempertimbangkan koleksi yang akan dibeli.30 Menurut Yusuf
dan Suhendar, secara fisik jenis koleksi untuk suatu perpustakaan
28 Haq et al., h. 44.
29 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h. 57.
30 Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 63.
25
sekolah dikelompokkan ke dalam kategori buku, bukan buku, dan
audiovisual.
1) Koleksi buku. Buku di sini bisa bermacam-macam jenisnya.
Pertama, buku bermateri fiksi, buku-buku yang ditulis bukan
berdasarkan fakta atau kenyataan. Contohnya yakni novel, komik,
dan lain sebagainya. Kedua, buku bermateri non-fiksi, yaitu buku-
buku yang ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan alam dan
budaya sekitar. Contohnya yakni buku teks atau buku pelajaran,
buku teks pelengkap, buku penunjang, buku referen atau rujukan
(kamus, ensiklopedia, buku tahunan, buku petunjuk, direktori,
almanak, bibliografi, indeks, abstrak, atlas, dokumen pemerintah).
2) Koleksi bukan buku. Jenis koleksi yang termasuk ke dalam kategori
ini banyak macamnya, antara lain terbitan berkala (jurnal, majalah,
surat kabar), pamflet, brosur, guntingan surat kabar, gambar atau
lukisan, globe.
3) Koleksi audiovisual. Jenis koleksi ini dibuat atas hasil teknologi
elektronik, bukan hasil dari cetakan kertas. Contohnya yakni film
suara, kaset video, tape recorder, slide suara, dan sebagainya.31
Kepala perpustakaan maupun tenaga perpustakaan sekolah harus
mampu membuat perencanaan pengadaan koleksi, sebab hasil
perencanaan merupakan suatu keputusan. Tanpa adanya keputusan
sebagai hasil perencanaan, maka tidak ada dasar untuk melakukan suatu
kegiatan. Begitu pula perencanaan yang kurang tepat akan
31 Yusuf dan Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, h. 9–23.
26
membuahkan kegiatan yang kurang tepat pula. Dengan kata lain, hasil
perencanaan pengembangan koleksi merupakan titik tolak dari usaha-
usaha yang akan ditempuh untuk memperoleh koleksi. Dalam
perencanaan pengembangan koleksi, ada beberapa langkah yang harus
ditempuh oleh kepala perpustakaan sekolah, antara lain
menginventarisasi koleksi yang harus dimiliki, menginventarisasi
koleksi yang dimiliki, analisis kebutuhan koleksi, menetapkan prioritas,
dan menentukan cara pengadaan koleksi.32
b. Manajemen Promosi
Promosi merupakan metode yang digunakan untuk
menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan pemakai tentang
institusi serta sumber-sumber yang ada di dalamnya dan juga layanan
yang diberikan. Jika ingin keberadaan perpustakaan sekolah
dimanfaatkan secara efektif dan mendapat dukungan dari seluruh
komunitas sekolah, kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan
sekolah perlu melakukan aktivitas promosi terhadap program, koleksi,
dan layanan yang ada di perpustakaan sekolah.33
Menurut Darmono, secara sadar atau tidak sadar kepala
perpustakaan dan tenaga perpustakaan sekolah sudah melakukan
kegiatan promosi, tetapi kegiatan tersebut dilakukan secara tidak
terencana karena kegiatan tersebut bukan tujuan utama mereka. 34
Padahal, untuk melakukan promosi, kepala perpustakaan dan tenaga
32 Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, h. 32–36.
33 Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 171–72.
34 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h. 208.
27
perpustakaan perlu mengerti metode atau strategi yang dilakukan
nantinya secara mendalam. Jadi, bukan saja saran-saran yang dibuat
dalam pertemuan atau mengantisipasi respons terhadap ide yang
didiskusikan pada saat bertemu dengan guru atau komunitas sekolah
lainnya, misalnya dalam satu rapat sekolah. Oleh karenanya, sebelum
promosi dijalankan, sewajarnya dilakukan perencanaan yang matang.
Sebelum membuat perencanaan untuk promosi, beberapa hal yang
perlu di perhatikan, yaitu dukungan dari manajemen karena selain
pertimbangan dana, promosi juga seharusnya terintegrasi dalam proses
perencanaan perpustakaan.35
Demi kemudahan kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan
sekolah, perencanaan dapat dilakukan untuk periode tahunan yang
tertuang dalam rencana kerja perpustakaan. Dalam hal ini, kepala
perpustakaan dan tenaga perpustakaan sekolah sekaligus dapat
menentukan strategi yang akan digunakan dalam promosi perpustakaan.
Berikut adalah beberapa kegiatan yang berkenaan dengan promosi yang
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:36
1) Sarana. Ada beberapa sarana promosi yang dapat dibuat di
perpustakaan sekolah, seperti brosur, flyers, daftar bacaan atau
bibliografi laporan kegiatan (newsletter), laporan tahunan (annual
reports), pembatas buku (bookmarks), poster, booklet, dokumentasi,
logo, slogan, kampanye, assosiasi, jadwal kunjung perpustakaan,
direktori perpustakaan, video, dan website perpustakaan sekolah.
35 Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 172–74.
36 Haq et al., h. 176–85.
28
2) Program atau Event Khusus. Program atau event khusus yang
dimaksud dalam hal ini terdiri dari pengenalan perpustakaan,
pameran atau display, presentasi, dan seminar.
3) Media. Kegiatan promosi dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara termasuk melalui media, seperti televisi (talkshow), radio, dan
ulasan-ulasan tentang perpustakaan sekolah di suatu kolom di surat
kabar.
4) Pesan. Mungkin aktivitas promosi yang tidak terlalu menghabiskan
dana ialah dengan menyampaikan pesan dan menunjukkan tingkat
laku yang baik kepada para pemakainya. Hal ini dapat diperoleh
dengan selalu bersikap sopan dan ramah, membuat jam buka yang
menyenangkan bagi komunitas sekolah, selalu menyediakan kertas
dan pensil di dekat rak katalog, dan memberikan layanan informasi
yang berkualitas.
c. Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di perpustakaan sekolah merupakan salah
satu faktor yang sangat penting. Perpustakaan sekolah memerlukan
tenaga perpustakaan yang memadai, baik dari segi jumlah maupun dari
segi kualitas, agar dapat memberikan layanan yang baik sesuai dengan
fungsinya.37 Oleh sebab itu, sumber daya manusia tersebut harus terus-
menerus dikembangkan, seperti halnya pengembangan koleksi. 38
Pengembangan sumber daya manusia itu sendiri merupakan segenap
37 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 255.
38 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, vol. Cet. 2 (Jakarta:
Sagung Seto, 2006), h. 115.
29
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan moral kerja tenaga perpustakaan sekolah. Dengan kata lain,
pengembangan sumber daya manusia mengacu kepada pengembangan
kemampuannya agar kariernya bertumbuh dan pengembangan moral
agar memiliki semangat serta gairah dalam bekerja.39
Dalam mengembangkan sumber daya manusia ini, sewajarnya
dilakukan perencanaan yang baik agar perpustakaan sekolah memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas. 40 Pengembangan ini
merupakan tanggung jawab kepala perpustakaan sekolah, dan tidak
dibenarkan mengabaikan tugas dan tanggung jawab ini. 41
Pengembangan sumber daya manusia dilakukan sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun
pengembangan tersebut mencakup dua bidang, yaitu:42
1) Kualitas pengetahuan, keterampilan, sikap, kepribadian, dan
perilaku. Pengembangan dibidang ini dilakukan dengan: a)
mengikutsertakan dalam pendidikan formal berjenjang, seperti
strata 1 dan strata 2, pendidikan diploma, dan akademi; b)
mengikutsertakan tenaga perpustakaan di dalam pendidikan dan
pelatihan; c) mengikutsertakan tenaga perpustakaan dalam kursus-
kursus sejenis; d) mengikutsertakan tenaga perpustakaan dalam
pendidikan profesional, misalnya menambah kemampuan bahasa,
39 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h. 258.
40 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, vol. Cet. 2 (Jakarta:
Sagung Seto, 2006), h. 115.
41 Darmono, h. 258.
42 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 2: h. 116–17.
30
dan; e) mengikutsertakan tenaga perpustakaan dalam latihan
jabatan, pra jabatan, magang, dan sejenisnya.
2) Kuantitas (jumlah) sumber daya manusia mengacu kepada
perkembangan kebutuhan. Hal ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a) menambah jumlah pegawai, apabila terjadi perkembangan
organisasi atau volume pekerjaan bertambah; b) mengurangi jumlah
pegawai, apabila terjadi perampingan struktur organisasi, dan; c)
mempertahankan yang ada, namun dilakukan efisiensi dan
efektivitas agar terjadi penghematan, waktu, tenaga, biaya, serta
sarana dan prasarana.
Selain pengembangan kemampuannya, moral tenaga
perpustakaan sekolah juga harus dikembangkan agar mereka memiliki
moral kerja yang tinggi. Moral kerja yang tinggi mempertinggi
produktivitas. Dalam hal ini, kepala perpustakaan sekolah dapat
melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) meyakinkan bahwa
tenaga perpustakaan sekolah adalah bagian yang penting dari proses
pendidikan di sekolah; 2) berusaha agar tenaga perpustakaan sekolah
selalu rajin dan optimis mengerjakan tugas-tugasnya, selalu datang dan
pulang tepat pada waktunya, serta tidak pernah absen. 3) berusaha agar
tenaga perpustakaan sekolah merasa punya waktu dalam mengerjakan
tugas-tugasnya; 4) berusaha agar tenaga perpustakaan sekolah selalu
berinisiatif mengembangkan perpustakaan sekolah; 5) berusaha agar
31
tenaga perpustakaan sekolah merasa senasib dan seperjuangan dalam
mengemban tugas-tugas sekolah.43
d. Manajemen Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana perpustakaan adalah semua benda, barang,
dan inventaris lainnya yang menjadi milik perpustakaan dan
dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan
perpustakaan.44 Menurut Darmono, sarana dan prasarana perpustakaan
meliputi perabot dan peralatan pendukung. Adapun macam-macam
perabot yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah
ialah rak buku, rak surat kabar, rak majalah, kabinet gambar, kabinet
katalog, meja sirkulasi, meja baca, kereta buku, papan display, almari,
kursi, dan lain sebagainya.45
Selain perabot di atas, diperlukan juga peralatan untuk
menyelenggarakan perpustakaan sekolah. Peralatan ini ada yang
sifatnya habis pakai, seperti pensil, pulpen, kertas HVS, kartu
peminjaman, kartu anggota, buku inventaris, buku induk, tinta,
penghapus, lem, dan lain sebagainya; ada juga yang sifatnya tahan lama,
seperti jam dinding, gunting, penggaris, stempel, sapu, lampu, rak buku,
rak majalah, rak display buku, kabinet katalog, meja sirkulasi, meja
baca, meja komputer, dan lain sebagainya. Selain kedua peralatan
tersebut, perpustakaan sekolah yang sudah maju sangat mungkin
memerlukan alat-alat elektronik sebagai penunjang layanan
43 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h. 269.
44 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 2: h. 218.
45 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h. 247–50.
32
perpustakaan. Alat-alat elektronik ini berupa CD/DVD, DC/DVD
player, televisi, slide projector, LCD projector, sound system, wireless,
komputer server, komputer PC, printer, scanner, barcode reader, AC,
dan lain sebagainya.46
e. Manajemen Anggaran
Anggaran merupakan unsur utama untuk menjalankan
perpustakaan sekolah. Tanpa anggaran, perpustakaan sekolah tidak
mungkin dapat berjalan dan berkembang dengan sempurna meskipun
sistemnya bagus dan tenaga perpustakaannya bermutu. Maka, baik
kepala perpustakaan maupun tenaga perpustakaan sekolah harus mau
dan mampu ikut ambil bagian dalam perencanaan anggaran yang
diperlukan untuk mengoperasikan suatu perpustakaan, paling tidak
untuk keperluan satu tahun. Setiap perpustakaan sekolah harus
membuat rencana anggaran dan mengajukannya kepada pihak
sekolah. 47 Anggaran tersebut harus direncanakan dengan jelas, apa
yang harus diadakan, berapa jumlah dan macamnya, kapan harus
disediakan, serta siapa yang melakukan. 48 Apabila sudah disetujui,
langkah selanjutnya ialah merancang dan mengawal penggunaan
anggaran yang sudah diajukan. Hal ini harus dilakukan secara
sistematis dan sesuai dengan prosedur yang sudah dirancang
sebelumnya.49
46 Darmono, h. 251–53.
47 Darmono, h. 45.
48 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 2: h. 221.
49 Muzdalifah M. Rahman, “Mengaktifkan Perpustakaan Sekolah,” Libraria 3, no. 2 (2015): h.
181-199, http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Libraria/article/view/1590/1459.
33
Mengenai anggaran, dalam pasal 23 ayat 6 Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan bahwa
sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari
anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di
luar belanja pegawai dan belanja modal untuk mengembangkan
perpustakaan. 50 Adapun rincian penggunaan anggaran perpustakaan
sekolah pada umumnya dikelompokkan dalam beberapa bagian, seperti
operasional perpustakaan (pembayaran telepon, listrik, air), pengadaan
alat kantor, pengadaan dan pengolahan koleksi, pemeliharaan koleksi,
penyebaran informasi, pemasaran dan promosi jasa perpustakaan,
perjalanan dinas, perbaikan dan perawatan gedung, serta perbaikan dan
perawatan alat.51
B. Kompetensi
1. Pengertian Kompetensi
Dalam bahasa Inggris, istilah kompetensi disebut “competencies” atau
“competence”, yang artinya suatu kemampuan atau kecakapan. Pengertian
kompetensi menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
Jasa Kemasyarakatan, Hiburan dan Perorangan Lainnya Bidang
Perpustakaan adalah kemampuan seseorang meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang bisa terobservasi dalam merampungkan
suatu pekerjaan sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan.52
50 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan” (2007), h.15,
http://www.perpusnas.go.id/law/undang-undang-nomor-43-tahun-2007-tentang-perpustakaan/.
51 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h. 45–46.
52 Indonesia, “Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
83 Tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, dan Perorangan Lainnya Bidang Perpustakaan
34
Menurut Darsono dan Siswandoko, kompetensi adalah kombinasi
antara keterampilan, pengetahuan, kreativitas, dan sikap positif seseorang
terhadap pekerjaan tertentu yang diwujudkan dalam unjuk kerja.53 Menurut
Suhariadi, kompetensi adalah perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan
motivasi yang berperan besar dalam keberhasilan seseorang ketika
melakukan suatu pekerjaan, tugas, dan peran tertentu.54
Adapun kompetensi menurut Siregar adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan yang didasari oleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. 55 Sedangkan menurut Rumani, kompetensi
mengandung arti sebagai standar untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan seseorang dalam memanfaatkan pengetahuan dan
kemampuannya.56
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan suatu kemampuan, baik berupa pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap yang dimiliki dan diperlukan seseorang dalam
melakukan tugas-tugasnya secara profesional di bidangnya sesuai dengan
kinerja yang ditentukan.
menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia” (2012), h. 2,
http://pustakawan.perpusnas.go.id/uploads/document/SKKNI_Bidang_Perpustakaan.pdf.
53 Darsono dan Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21: Kajian
tentang Sumber Daya Manusia secara Filsafat, Ekonomi, Sosial, Antropologi, dan Politik (Jakarta:
Nusantara Consulting, 2011), h. 123.
54 Fendy Suhariadi, Manajemen Sumber Daya Manusia: Dalam Pendekatan Teoritis-Praktis,
ed. oleh Bintoro Wardiyanto (Surabaya: Airlangga University Press, 2013), h. 40.
55 Muhammad Riandy Arsin Siregar, “Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Pustakawan
(Pengelola Perpustakaan),” Jurnal Iqra’ 09, no. 02 (Oktober 2015): h. 211-222,
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/iqra/article/view/119/227.
56 Sri Rumani, “Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasi untuk Meningkatkan
Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional,” Visi Pustaka, Desember 2008, h. 16-20,
http://dev.perpusnas.go.id/magazine/lompetensi-pustakawan-dan-teknologi-informasi-untuk-
meningkatkan-kualitas-pelayanan-di-perpustakaan-nasional/.
35
2. Komponen-Komponen Kompetensi
Menurut Richard Boyatzis, terdapat lima komponen kompetensi.
Adapun kelima komponen tersebut, yaitu sebagai berikut:57
a. Motive (dorongan), merupakan pemikiran-pemikiran yang berkaitan
dengan pernyataan tujuan atau topik tertentu. Motive ini muncul baik
secara sadar maupun tidak sadar dalam diri setiap individu. Sebagai
contoh, seseorang yang berpikir mengenai perbaikan terhadap standar
prima dalam kerja, baik sadar ataupun tidak sadar, maka bisa dikatakan
bahwa ia berada pada motive pencapaian. Contoh dari motive ini ialah
kebutuhan atau dorongan berprestasi, kebutuhan atau dorongan
berkuasa.
b. Traits (ciri, sifat, karakter pembawaan), merupakan pemikiran-
pemikiran dan aktivitas fisik yang berkaitan dengan kejadian-kejadian
yang berlangsung. Sebagai contoh, ketika seseorang dengan sifat
kemanjuran / traits of efficacy menjumpai masalah atau isu-isu dalam
aspek kehidupan, maka ia akan berusaha untuk menyelesaikan masalah
atau mengetahui isu-isu tersebut. Contoh dari sifat ini adalah sikap
berani mengambil risiko.
c. Self image (citra diri), merupakan tanggapan seseorang terhadap dirinya
sendiri serta penilaian terhadap citranya tersebut. Self concept (konsep
diri) dan self esteem (harga diri) juga termasuk ke dalam self image ini.
57 Richard Boyatzis, The Competent Manage: a Model for Effective Performance (Newyork:
Wiley, 1982).
36
d. Social role (peran sosial), merupakan tanggapan seseorang terhadap
seperangkat aturan sosial yang diterima dan dihormati oleh komunitas-
komunitas sosial atau institusi yang memilikinya.
e. Skills (keterampilan), merupakan kemampuan yang memperlihatkan
suatu sistem atau urutan perilaku, yang dilihat dari segi fungsi berkaitan
dengan pencapaian tujuan kinerja. Hasil dari skill ialah sesuatu yang
bisa dilihat dan diukur. Sebagai contoh, kemampuan perencanaan.
Seseorang yang mempunyai skill tersebut dapat menentukan urutan dan
tindakan tertentu yang diperlukan ketika menyelesaikan suatu sasaran.
Dalam bukunya yang berjudul Pengukuran Kinerja Berbasis
Kompetensi, Moeheriono menerangkan bahwa dalam setiap individu
ditemukan beberapa komponen kompetensi dasar, yang terdiri dari:58
a. Watak (traits), yaitu sesuatu yang menyebabkan seseorang memiliki
sikap perilaku atau bagaimanakah orang tersebut menanggapi sesuatu
dengan cara tertentu. Misalnya dengan percaya diri (self-confidence),
kontrol diri (self-control), ketabahan atau daya tahan (hardiness).
b. Motif (motive), yaitu sesuatu yang secara terus-menerus dipikirkan dan
diinginkan oleh seseorang, yang menyebabkan adanya suatu tindakan
dari dalam diri yang bersangkutan untuk melakukan suatu perbuatan.
c. Bawaan (self concept), yaitu sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dan nilai ini bisa diukur melalui tes yang mana
berguna untuk mengetahui nilai yang dimiliki seseorang atau
mengetahui apa yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu.
58 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012), h. 14.
37
d. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang dimiliki seseorang
pada bidang tertentu. Pengetahuan ini merupakan kompetensi yang
agak rumit karena setiap skor pada tes pengetahuan acap kali kurang
tepat untuk memperkirakan suatu kinerja. Hal ini disebabkan sulitnya
mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang terbukti
digunakan dalam pekerjaan tersebut.
e. Keterampilan atau keahlian (skill), yaitu kemampuan untuk
mengerjakan suatu tugas tertentu, baik secara jasmani maupun rohani.
Misalnya, seorang programmer computer memiliki keterampilan dalam
menginput atau mengorganisasikan 100.000 kode data ke dalam logika
dan pikirannya dalam waktu tertentu, atau seorang pengetik dapat
mengetik 50 buah surat per hari.
Dari komponen-komponen di atas, yang bersifat dapat dilihat dan
mudah dikembangkan dalam program pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia ialah skill dan knowledge. Sedangkan motive, traits, self
image/ self concept, dan social role bersifat tidak dapat dilihat dan lebih sulit
untuk dikembangkan dalam program pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia.59
59 Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran,
dan Implementasi dalam Organisasi, ed. oleh Eka Adinugraha (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
h. 53.
38
3. Klasifikasi Kompetensi
Palan mengklasifikasikan kompetensi menjadi empat jenis, yaitu
kompetensi inti, kompetensi fungsional, kompetensi perilaku, dan
kompetensi peran.60
a. Kompetensi inti. Kompetensi ini merupakan sesuatu yang dimiliki
perusahaan, biasanya berupa keahlian dan teknologi, yang secara
kolektif memberi keunggulan bersaing suatu perusahaan. Kompetensi
inti berada pada level organisasi. Sebagai contoh, FedEx merupakan
perusahaan jasa pengiriman pertama yang mempunyai armada pesawat
untuk melakukan pengiriman di dalam dan sekitar Amerika Serikat.
Nilai yang diberikan FedEx kepada pelanggan adalah ketepatan waktu
pengantaran, sehingga yang menjadi kompetensi intinya ialah
manajemen logistik.
b. Kompetensi fungsional. Kompetensi ini mendeskripsikan kegiatan
kerja dan output, seperti pengetahuan dan keahlian yang diperlukan
untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kompetensi fungsional berkaitan
dengan level posisi.
c. Kompetensi perilaku. Kompetensi ini merujuk pada karakteristik dasar
yang diperlukan untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kompetensi
perilaku berada pada level individu.
d. Kompetensi peran. Kompetensi ini merujuk pada peran yang harus
dijalankan oleh seseorang di dalam sebuah tim, seperti peran pemimpin
60 R. Palan, Competency Management: Teknik Mengimplementasikan Manajemen SDM
Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi, ed. oleh Ramelan, trans. oleh
Octa Melia Jalal (Jakarta: Penerbit PPM, 2007), h. 20–21.
39
kelompok dan anggotanya. Kompetensi peran berkaitan dengan level
posisi. Kompetensi ini juga dimiliki oleh seorang manajer dan
supervisor. Pada umumnya, kompetensi peran ini terlihat pada beberapa
area, seperti mengelola orang, mengelola sumber daya, mengelola
informasi, dan mengelola aktivitas.
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun
2003 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Struktural Pegawai
Negeri Sipil mengelompokkan kompetensi menjadi dua kelompok, yakni
kompetensi dasar dan kompetensi bidang.61
a. Kompetensi dasar adalah kompetensi yang wajib atau mutlak yang
harus dimiliki oleh setiap pejabat struktural. Kompetensi dasar yang
harus dimiliki tersebut terdiri dari: integritas (integrity), kepemimpinan
(leadership), perencanaan dan pengorganisasian (planning and
organizing), kerja sama (collaboration), dan fleksibilitas (flexibility).
Kelima kompetensi dasar tersebut kemudian diwujudkan ke dalam
struktur kompetensi jabatan beserta level kemampuan yang harus
dimiliki oleh setiap jenjang golongan.
b. Kompetensi bidang adalah kompetensi yang diperlukan oleh setiap
pejabat struktural sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Penetapan kompetensi bidang disesuaikan dengan
kebutuhan jabatan masing-masing. Penerapannya dilakukan melalui
61 Indonesia, “Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun 2003 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Struktural Pegawai Negeri Sipil” (2003), h. 12-14,
http://bkd.jatengprov.go.id/new/assets/legal/mstr1372.dot.
40
serangkaian prosesi identifikasi terhadap ruang lingkup pekerjaan
seperti yang tertulis di dalam tugas pokok dan fungsi jabatan.
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Kemasyarakatan,
Hiburan dan Perorangan Lainnya Bidang Perpustakaan, kompetensi dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kompetensi umum, kelompok
kompetensi inti dan kelompok kompetensi khusus.62
a. Kompetensi Umum
Kompetensi umum adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki
oleh setiap pustakawan, diperlukan untuk melakukan tugas-tugas
perpustakaan, meliputi: mengoperasikan komputer tingkat dasar;
menyusun rencana kerja perpustakaan; dan membuat laporan kerja
perpustakaan. Kompetensi umum ini melekat dalam kompetensi inti
dan khusus.
b. Kompetensi Inti
Kompetensi inti adalah kompetensi fungsional yang harus
dimiliki oleh setiap pustakawan dalam menjalankan tugas-tugas
perpustakaan. Kompetensi inti mencakup unit-unit kompetensi yang
dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas inti dan wajib dikuasai oleh
pustakawan. Kompetensi inti meliputi: melakukan seleksi bahan
perpustakaan; melakukan pengadaan bahan perpustakaan; melakukan
62 Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83
Tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, dan Perorangan Lainnya Bidang Perpustakaan
menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, h. 3–4.
41
pengatalogan deskriptif; melakukan pengatalogan subyek; melakukan
perawatan bahan perpustakaan; melakukan layanan sirkulasi;
melakukan layanan referensi; melakukan penelusuran informasi
sederhana; melakukan promosi perpustakaan; melakukan kegiatan
literasi informasi; dan memanfaatkan jaringan internet untuk layanan
perpustakaan.
c. Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus merupakan kompetensi tingkat lanjut yang
bersifat spesifik, meliputi: merancang tata ruang dan perabot
perpustakaan; melakukan perbaikan bahan perpustakaan; membuat
literatur sekunder; melakukan penelusuran informasi kompleks;
melakukan kajian perpustakaan; dan membuat karya tulis ilmiah.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
Michael Zwell dalam bukunya Creating a Culture of Competence,
menyebutkan bahwa terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi atau
membentuk kompetensi. Berikut merupakan ketujuh faktor tersebut:63
a. Kepercayaan dan Nilai
Kepercayaan dan nilai seseorang terhadap suatu hal mempunyai
pengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kepercayaan dan nilai
seseorang bisa diubah. Akan tetapi, hal tersebut terlampau sulit dan
memakan waktu sebab kepercayaan dan nilai acap kali telah menjadi
watak, pandangan, atau jati diri seseorang. Lingkungan sosial amat
berpengaruh terhadap kepercayaan dan nilai, serta budaya organisasi
63 Michael Zwell, Creating a Culture of Competence (New York: Wiley, 2000), h. 56–68.
42
memiliki dampak penting terhadap aspek-aspek kompetensi. Di sisi lain,
budaya organisasi terbentuk dari aspek kepercayaan dan nilai seseorang.
b. Keahlian atau Keterampilan
Aspek keahlian dan keterampilan mempunyai kontribusi yang
amat penting dalam membentuk kompetensi. Sebagai contoh, public
speaking merupakan keterampilan yang bisa dipelajari, diterapkan, dan
diperbaiki. Keahlian menulis pun bisa diperbaiki dengan arahan, latihan,
dan umpan balik. Dengan memperbaiki keterampilan bicara dan
keahlian menulis, kompetensi komunikasi seseorang akan meningkat.
Pengembangan keahlian atau keterampilan khusus yang berkaitan
dengan kompetensi, bisa berdampak pada budaya organisasi dan
kompetensi individu.
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan faktor penting dalam membentuk
penguasaan kompetensi seseorang terhadap tugas yang diberikan
kepadanya. Seseorang yang memiliki pengalaman tertentu dalam
mengatur orang-orang dalam institusi yang kompleks, akan berbeda
pemahaman kompetensi manajerialnya dibandingkan dengan seseorang
yang tidak memiliki pengalaman sama sekali. Pengetahuan dan
pengalaman yang terhimpun dan berpadu di dalam diri seseorang, akan
menjadikan orang tersebut memiliki kompetensi yang tidak disadari
dalam dirinya atau pengetahuan dan pengalaman tersebut akan
terbentuk ke dalam sikap dan perilaku seseorang.
43
d. Karakteristik Personal
Karakteristik kepribadian seseorang turut berimbas kepada
kompetensi seseorang. Kompetensi manajemen konflik dan negosiasi
dari seseorang yang mempunyai sifat pemarah, akan terasa berbeda
dengan seseorang yang mempunyai sifat penyabar. Begitu pula,
kompetensi membangun hubungan dan komunikasi dengan kelompok
kerja dari seseorang yang mempunyai sifat introvert, akan terasa
berbeda dengan orang yang mempunyai sifat ekstrovert. Karakteristik
kepribadian seseorang ini bisa diubah, hanya saja cenderung lebih sulit.
e. Motivasi
Motivasi seseorang atas suatu pekerjaan mempunyai pengaruh
terhadap hasil yang dicapai. Motivasi menjadi faktor kompetensi yang
amat penting. Selain itu, faktor motivasi juga cenderung bisa diubah.
Dukungan, penghargaan, pengakuan, dan perhatian kepada seseorang
mempunyai pengaruh terhadap motivasi seseorang.
f. Isu-Isu Emosional
Isu-isu emosional kerap kali membatasi penguasaan kompetensi.
Rasa khawatir berbuat kesalahan, rasa malu, rasa tidak suka, kerap
berpikir kurang baik terhadap orang lain, atau pengalaman masa lampau
yang kurang baik bisa sangat berpengaruh terhadap penguasaan
kompetensi seseorang. Pada dasarnya, hal-hal tersebut dapat diubah
dengan cara membangun lingkungan kerja yang positif, melakukan
terapi, dan memotivasi seseorang supaya dapat mengatasi isu-isu
emosional tersebut.
44
g. Kapasitas Intelektual
Kapasitas intelektual seseorang tentu berdampak terhadap
penguasaan kompetensi. Kompetensi berkaitan erat pada kemampuan
kognitif, seperti berpikir konseptual dan berpikir analitis. Perbedaan
kemampuan berpikir konseptual dan berpikir analitis antara yang satu
dengan yang lainnya, akan membedakan kompetensi seseorang ketika
pengambilan keputusan, proses perencanaan, dan lain-lain.
Dari faktor-faktor di atas, dapat diketahui bahwa ada kompetensi yang
mudah diperbaiki, kompetensi yang agak sulit diperbaiki, dan kompetensi
yang sulit diperbaiki. Kompetensi yang mudah diperbaiki, misalnya seperti
mengembangkan orang lain, efisiensi produksi, kerja tim, keahlian teknis,
orientasi pelayanan, dan mengelola kinerja. Kompetensi yang agak sulit
diperbaiki, misalnya seperti orientasi hasil, kualitas keputusan, pengaruh,
penyelesaian konflik, pemikiran strategis, pemikiran analisis, dan
kecerdasan organisasi. Terakhir, kompetensi yang sukar diperbaiki,
misalnya seperti inisiatif, inovasi, integritas dan kejujuran, pengelolaan
tekanan kejiwaan, pemikiran konseptual, dan fleksibilitas.64
5. Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/ Madrasah, menyatakan bahwa setiap sekolah yang
memiliki tenaga perpustakaan sekolah lebih dari satu orang, memiliki lebih
dari enam rombongan belajar, dan memiliki koleksi minimal seribu judul
64 Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran,
dan Implementasi dalam Organisasi, h. 57–58.
45
koleksi, maka sekolah tersebut bisa melantik seorang kepala perpustakaan
sekolah, baik dari jalur pendidik ataupun dari jalur kependidikan.
Kepala perpustakaan sekolah merupakan seseorang yang memimpin
semua kegiatan di perpustakaan sekolah, baik kegiatan yang mencakup
pengendalian, pemanfaatan, pembinaan, atau pengembangan. Kepala
perpustakaan sekolah ini bertanggung jawab untuk merencanakan,
menggerakkan, menjalankan, dan mengendalikan perpustakaan sekolah
dalam rangka melaksanakan misi melalui beberapa kebijakan untuk
mencapai tujuan perpustakaan.65
Kepala perpustakaan sekolah yang dilantik dari jalur pendidik,
haruslah memenuhi syarat sebagai berikut: berkualifikasi serendah-
rendahnya diploma empat (D4) atau sarjana (S1); mempunyai sertifikasi
kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah dari institusi yang ditetapkan
oleh pemerintah; serta mempunyai masa kerja sedikitnya tiga tahun.
Sedangkan kepala perpustakaan sekolah yang dilantik dari jalur tenaga
kependidikan, haruslah memenuhi syarat sebagai berikut: berkualifikasi
diploma dua (D2) Ilmu Perpustakaan dan Informasi bagi pustakawan
dengan masa kerja sedikitnya empat tahun; atau berkualifikasi diploma dua
(D2) non Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan sertifikat kompetensi
pengelolaan perpustakaan sekolah dari institusi yang ditetapkan oleh
65 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, vol. Cet. 2 (Jakarta:
Sagung Seto, 2006), h. 59.
46
pemerintah dan mempunyai masa kerja sedikitnya empat tahun di
perpustakaan sekolah/madrasah.66
Selain itu, Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah juga menyatakan bahwa kepala
perpustakaan sekolah haruslah mempunyai enam kompetensi, yaitu
kompetensi manajerial, kompetensi pengelolaan informasi, kompetensi
kependidikan, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
pengembangan profesi.67
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada dimensi kompetensi
manajerial kepala perpustakaan sekolah. Hal tersebut dikarenakan
kompetensi manajerial merupakan kompetensi umum yang harus dimiliki
oleh setiap kepala perpustakaan sekolah.68 Kompetensi ini juga merupakan
faktor penentu keberhasilan pengelolaan perpustakaan, terutama dalam
pelayanan dan kualitas perpustakaan secara umum. 69 Hal ini diperkuat
dengan pendapat Sutarno NS, yang menjelaskan bahwa para manajer atau
pemimpin perpustakaan selain memiliki kemampuan di bidang
perpustakaan, juga perlu menguasai kemampuan manajerial yang memadai
agar mampu memimpin, mengendalikan, dan memanfaatkan semua unsur
dan faktor-faktor di perpustakaan.70
66 Indonesia, “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah” (2008),
http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/4797/.
67 Indonesia.
68 Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83
Tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, dan Perorangan Lainnya Bidang Perpustakaan
menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, h. 3-4.
69 Nur, Sowiyah, dan Hariri, “Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMA Negeri 12
Bandar Lampung,” h. 51-63.
70 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 2: h. 31.
47
Dalam dimensi kompetensi manajerial ini, terdapat lima kompetensi
turunan dan beberapa sub-kompetensi sebagaimana yang tertuang dalam
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah di bawah ini:
Tabel 2. 1 Dimensi Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan Sekolah
No Dimensi
Kompetensi Kompetensi Sub-Kompetensi
1 Kompetensi
Manajerial
Memimpin
tenaga
perpustakaan
sekolah
• Mengarahkan tenaga perpus-
takaan untuk bekerja secara
efektif dan efisien
• Menggerakkan tenaga per-
pustakaan untuk bekerja
secara efektif dan efisien
• Membina tenaga perpus-
takaan untuk pengembangan
pribadi dan karier
• Menjadi teladan dalam me-
laksanakan tugas
Merencanakan
program
perpustakaan
sekolah
• Merencanakan program
pengembangan
• Merencanakan
pengembangan sumber daya
perpustakaan
• Merencanakan anggaran
Melaksanakan
program
perpustakaan
sekolah
• Melaksanakan program
pengembangan
• Melaksanakan
pengembangan sumber daya
perpustakaan
• Memanfaatkan anggaran se-
suai dengan program
• Mengupayakan bantuan fi-
nansial dari berbagai sumber
Memantau
pelaksanaan
program
perpustakaan
sekolah
• Memantau pelaksanaan pro-
gram pengembangan
• Memantau pengembangan
sumber daya perpustakaan
• Memantau penggunaan ang-
garan
48
Mengevaluasi
program
perpustakaan
sekolah
• Mengevaluasi program
pengembangan
• Mengevaluasi pengembangan
sumber daya perpustakaan
• Mengevaluasi pemanfaatan
anggaran
Sumber: Lampiran Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Adapun penjabaran terkait lima kompetensi turunan dari dimensi
kompetensi manajerial ialah sebagai berikut:
a) Kepemimpinan Kepala Perpustakaan Sekolah
Hellriegel & Slocum dalam Mason dan Wetherbee,
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. 71 Adapun kepemimpinan menurut
Soliha dan Hersugondo adalah suatu proses yang menyebabkan orang
lain melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama. 72
Kepemimpinan dapat pula diartikan sebagai sebuah upaya
mempengaruhi kegiatan bawahan melalui proses komunikasi untuk
mencapai tujuan tertentu.73
Kepemimpinan merupakan aspek penting dalam organisasi.
Kepemimpinan yang efektif akan dapat mempengaruhi dan
71 Florence M. Mason dan Louella V. Wetherbee, “Learning to Lead: An Analysis of Current
Training Programs for Library Leadership,” Library Trends 53, no. 1 (2004): h. 187–217,
https://www.ideals.illinois.edu/bitstream/handle/2142/1723/Mason187217.pdf?sequence=2&isAll
owed=y.
72 Euis Soliha dan Hersugondo, “Kepemimpinan yang Efektif dan Perubahan Organisasi,”
Fokus Ekonomi 7, no. 2 (Agustus 2018): h. 83-93, https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/
fe2/article/view/1283.
73 Suci Wulandari, “Kepemimpinan dalam Organisasi: Perspektif Teoritik dan Metodologi,”
Jurnal Ilmiah Kesatuan 5, no. 2 (Oktober 2008): h. 39-44, http://download.portalgaruda.org/
article.php?article=132859&val=5615&title=Kepemimpinan%20Dalam%20Organisasi:%20%20P
erspektif%20Teoritik%20dan%20Metodologi.
49
menggerakkan perilaku anggota organisasi untuk bekerja secara efektif
dan efisien dalam rangka mencapai tujuan. Dalam Permendiknas Nomor
25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah,
kepala perpustakaan sekolah dituntut untuk memiliki kompetensi dalam
memimpin tenaga perpustakaan sekolah, yang meliputi mengarahkan
tenaga perpustakaan, menggerakkan tenaga perpustakaan, membina
tenaga perpustakaan, dan menjadi teladan bagi tenaga perpustakaan.74
Dalam artikel-artikel yang mendeskripsikan kebutuhan akan
kepemimpinan perpustakaan, menunjukkan bahwa pemimpin harus
fleksibel, energik, empatik, bijaksana, kreatif, berani, berprinsip, suka
berteman, bertekad, dan memiliki rasa humor. 75 Kepemimpinan
manajemen perpustakaan akan lebih lengkap apabila memenuhi syarat-
syarat pokok, sebagai berikut:
1) Pemimpin harus peka terhadap iklim lingkungan. Maksudnya
adalah mau mendengarkan saran, pandangan, dan nasihat orang-
orang di sekitarnya mengenai berbagai hal yang relevan.
2) Pemimpin harus menjadi teladan dalam lingkungannya terutama
tentang hal-hal yang ia diinstruksikan, ajarkan, dan harapkan dari
bawahannya.
3) Pemimpin harus bersikap dan bersifat setia kepada janjinya, atasan
dan bawahannya, serta misi dan tujuan organisasinya.
74 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
75 Mason dan Wetherbee, “Learning to Lead: An Analysis of Current Training Programs for
Library Leadership,” h. 187–217.
50
4) Pemimpin harus pandai, cakap, dan berani mengambil keputusan
setelah semua faktor yang relevan diperhitungkan.
5) Pemimpin harus mampu menggerakkan dan memberikan semangat
kepada bawahan dan lingkungannya, serta mampu memberikan
dukungan dan motivasi agar bawahan mau dan mampu mengatasi
permasalahan yang dihadapi.76
b) Perencanaan Program Perpustakaan Sekolah
Dalam artikelnya, Dini Surahdini mendefinisikan perencanaan
sebagai proses menetapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan,
serta menentukan prosedur dan metode pelaksanaannya dalam rangka
mencapai tujuan.77 Menurut Handoko dalam Nur, dkk., perencanaan
adalah pemilihan dan penetapan tujuan organisasi, serta penentuan
strategi, kebijaksanaan, program, prosedur, metode, anggaran, dan
standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.78 Pengertian lainnya
dikemukakan oleh Ibrahim Bafadal yang menjelaskan bahwa
perencanaan adalah suatu proses berpikir untuk menentukan tindakan-
tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.79
Di perpustakaan sekolah, perencanaan memegang peranan
penting karena merupakan tuntutan bagi kepala perpustakaan sekolah.
76 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 2: h. 146–47.
77 Dini Surahdini, “Peranan Manajemen Perpustakaan Sekolah dalam Mendukung Tujuan
Sekolah,” EduLib 1, no. 1 (November 2011): h. 11-26, http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/
article/view/1140/788.
78 Nur, Sowiyah, dan Hariri, “Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMA Negeri 12
Bandar Lampung,” h. 51-63.
79 Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, h. 32.
51
Perencanaan akan menentukan sejauh mana perpustakaan sekolah dapat
berjalan dengan baik dan mendukung proses pembelajaran yang inovatif
di sekolah. Oleh karena itu, perencanaan harus dibuat secara rasional
dengan diawali penetapan visi, misi dan tujuan, perumusan keadaan
sekarang, identifikasi kemudahan dan hambatan, serta pengembangan
perencanaan. Agar pengembangan perpustakaan sekolah dapat dicapai
dengan baik, perencanaan perlu mempertimbangkan sumber daya
manusia, bahan informasi, dana, gedung/ruang, sistem dan peralatan.80
Selain itu, didukung juga dengan kepala perpustakaan sekolah yang
memiliki kompetensi dalam merencanakan program perpustakaan
sekolah, yang meliputi merencanakan program pengembangan,
merencanakan pengembangan sumber daya perpustakaan, dan
merencanakan anggaran, sebagaimana yang tercantum dalam
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah.81
c) Pelaksanaan Program Perpustakaan Sekolah
Pelaksanaan merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan
menjadi kenyataan, dengan melalui beberapa pengarahan dan motivasi
agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal
sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. 82 Pelaksanaan
80 Surahdini, “Peranan Manajemen Perpustakaan Sekolah dalam Mendukung Tujuan Sekolah,”
h. 11-26.
81 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
82 Evi Roziana dan Desi Nurhikmahyanti, “Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Dalam
Menunjang Proses Pembelajaran di MA Darussalam Desa Kumalasa Kecamatan Sangkapura
Bawean Kabupaten,” Inspirasi Manajemen Pendidikan 4, no. 4 (2014): h. 214-228,
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/inspirasi-manajemen-pendidikan/article/view/7436/
7882.
52
sebuah kegiatan memerlukan adanya pengorganisasian yang baik agar
tugas dari setiap anggota organisasi dapat dilaksanakan dengan baik.83
Terealisasinya sebuah program sangat bergantung kepada
pelaksana program itu sendiri. Dalam lingkungan perpustakaan,
pustakawan merupakan ujung tombak pelaksana kegiatan layanan
perpustakaan.84 Untuk itu, kepala perpustakaan sekolah dituntut untuk
memiliki kompetensi dalam melaksanakan program perpustakaan
sekolah, yang meliputi melaksanakan program pengembangan,
melaksanakan pengembangan sumber daya perpustakaan,
memanfaatkan anggaran sesuai dengan program, dan mengupayakan
bantuan finansial dari berbagai sumber. 85 Hal ini merupakan tindak
lanjut dari kompetensi perencanaan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
d) Pemantauan Program Perpustakaan Sekolah
Moerdiyanto dalam artikelnya mendefinisikan pemantauan
sebagai aktivitas yang dilakukan pimpinan untuk melihat dan memantau
jalannya organisasi selama kegiatan berlangsung, menilai ketercapaian
tujuan, serta melihat faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
program.86 Pemantauan juga bisa diartikan sebagai aktivitas internal
dari suatu program manajemen yang ditujukan untuk menentukan
83 Nur, Sowiyah, dan Hariri, “Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMA Negeri 12
Bandar Lampung,” h. 51-63.
84 Baihaqi, “Pengawasan Sebagai Fungsi Manajemen Perpustakaan dan Hubungannya dengan
Disiplin Pustakawan,” Libria 8, no. 1 (Juni 2016): h. 129-142, http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/
libria/article/view/1227/920.
85 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
86 Moerdiyanto, “Teknik Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam Rangka Memperoleh
Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen,” diakses 18 Agustus 2018,
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Drs.%20Moerdiyanto,%20M.Pd./artikel%20mon
ev.pdf.
53
apakah suatu program telah diimplementasikan sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. 87 Sedangkan menurut Siagian dalam Baihaqi,
menjelaskan bahwa pemantauan atau pengawasan adalah upaya
sistematik untuk mengamati dan memantau apakah berbagai fungsi,
aktivitas, dan kegiatan yang terjadi dalam organisasi sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya atau tidak.88
Pemantauan ini merupakan komponen yang paling penting dalam
fungsi manajerial dan harus dilaksanakan dalam setiap operasional
organisasi. Hal ini dikarenakan pemantauan digunakan sebagai alat
untuk menjamin terwujudnya perencanaan yang telah ditetapkan. 89
Perpustakaan sekolah sebagai organisasi dan sistem informasi perlu
memiliki mekanisme pemantauan yang efektif. Pemantauan di
perpustakaan sekolah perlu menjadi perhatian karena fungsi ini berguna
untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi suatu perpustakaan.
Pemantauan harus dilakukan pada semua lini, dari mulai kepala
perpustakaan hingga tingkat yang paling bawah.
Dalam proses pemantauan, terdapat tiga langkah yang harus
ditempuh, yaitu menentukan atau membuat standar, mengukur hasil
yang dicapai dan membandingkannya dengan standar, serta
memperbaiki penyimpangan apabila ada atau ditemui penyimpangan-
87 Musriyadi Nabiu dan Ketut Sukiyono, “Metode Monitoring dan Evaluasi: Diskusi,” Jurnal
Agrisep 3, no. 1 (Maret 2004): h. 157-163, https://ejournal.unib.ac.id/index.php/agrisep/article/
view/718/642.
88 Baihaqi, “Pengawasan Sebagai Fungsi Manajemen Perpustakaan dan Hubungannya dengan
Disiplin Pustakawan,” h. 129-142.
89 Baihaqi, h. 136.
54
penyimpangan. 90 Selain itu, untuk mendukung pemantauan di
perpustakaan sekolah, kepala perpustakaan sekolah dituntut untuk
memiliki kompetensi dalam memantau pelaksanaan program
perpustakaan sekolah, yang meliputi memantau pelaksanaan program
pengembangan, memantau pengembangan sumber daya perpustakaan,
dan memantau penggunaan anggaran, sebagaimana yang tercantum
dalam Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah.91
e) Evaluasi Program Perpustakaan Sekolah
Evaluasi adalah penilaian secara objektif atas kinerja dan
kesuksesan suatu program yang sedang berjalan atau telah selesai,
khususnya untuk menjawab pertanyaan tentang seberapa jauh kontribusi
program tersebut terhadap pencapaian hasil/dampak yang telah
ditetapkan.92 Menurut Nabiu dan Sukiyono, evaluasi adalah aktivitas
internal maupun eksternal manajemen untuk menilai kepatutan dari
rancangan program dan metode implementasi dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan, menilai hasil yang diinginkan maupun tidak dari
suatu program, serta menilai faktor yang mempengaruhi tingkat dan
distribusi manfaat yang dihasilkan.93 Sedangkan menurut Moerdiyanto,
evaluasi adalah satu metode untuk mengetahui dan menilai efektivitas
90 Surahdini, “Peranan Manajemen Perpustakaan Sekolah dalam Mendukung Tujuan Sekolah,”
h. 11-26.
91 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
92 “Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi” (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Direktorat Pendidikan
Anak Usia Dini, 2013), h. 6, http://paud.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/petunjuk-
teknis-monitoring-dan-evaluasi-tahun-2013-file.pdf.
93 Nabiu dan Sukiyono, “Metode Monitoring dan Evaluasi: Diskusi,” h. 157-163.
55
suatu program dengan membandingkan kriteria yang telah ditentukan
atau tujuan yang ingin dicapai dengan hasil yang telah dicapai.94
Evaluasi erat kaitannya dengan kegiatan pemantauan karena
evaluasi dapat menggunakan data yang dihasilkan dari kegiatan
pemantauan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program itu
mencapai sasaran yang diharapkan atau tidak. Dengan kata lain,
evaluasi lebih menekankan pada aspek hasil yang dicapai (output).
Evaluasi ini baru bisa dilakukan jika program tersebut telah berjalan
dalam suatu periode, sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis
program yang dibuat dan dilaksanakan, misalnya disekolah, untuk satu
caturwulan atau enam bulan atau satu tahun pelajaran.95 Di perpustakaan
sekolah itu sendiri, kepala perpustakaan sekolah dituntut untuk memiliki
kompetensi dalam mengevaluasi program perpustakaan sekolah, yang
meliputi mengevaluasi program pengembangan, mengevaluasi
pengembangan sumber daya perpustakaan, dan mengevaluasi
pemanfaatan anggaran, sebagaimana yang tercantum dalam
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah.96
94 Moerdiyanto, “Teknik Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam Rangka Memperoleh
Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen,” h. 3.
95 Asep Suryana, “Strategi Monitoring dan Evaluasi (Monev) Sistem Penjamin Mutu Internal
Sekolah,” h. 3, diakses 2 Oktober 2018, http://file.upi.edu/direktori/fip/zjur._administrasi_
pendidikan/197203211999031-asep_suryana/copy_of_strategi_monitoring_dan_evaluasi.pdf.
96 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
56
C. Penelitian Terdahulu
Lailatul Fitria. (2015). “Studi tentang Kompetensi Pengelolaan Informasi
Tenaga Perpustakaan Sekolah”. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi tenaga perpustakaan
dalam pengembangan koleksi, kompetensi tenaga perpustakaan dalam
pengorganisasian informasi, kompetensi tenaga perpustakaan dalam
pemberian jasa dan sumber informasi, serta mengetahui kompetensi tenaga
perpustakaan dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di
perpustakaan SMA Negeri 6 Bandung. Penelitian yang ditulis oleh Fitria ini
memiliki persamaan topik atau judul dengan penelitian yang diteliti oleh
peneliti dan sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk
perbedaannya, terdapat pada lokasi yang dijadikan tempat penelitian dan fokus
penelitian. Fitria melakukan penelitian di Perpustakaan SMA Negeri 6
Bandung, sementara peneliti melakukan penelitian di Perpustakaan SMAN 6
Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta. Sedangkan untuk fokus
penelitian, Fitria berfokus pada kompetensi tenaga perpustakaan sekolah,
sementara peneliti berfokus pada kompetensi kepala perpustakaan sekolah,
khususnya kompetensi manajerial.
Keni Hesti Handayani. (2017). “Analisis Kompetensi Kepala
Perpustakaan Sekolah (Studi Kasus pada Pemenang Juara Satu Lomba
Perpustakaan Sekolah Tingkat Kabupaten Klaten Tahun 2016)”. Tesis, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
kompetensi yang dimiliki kepala perpustakaan sekolah SD IT An Najah,
SMPN 1 Klaten, dan SMKS 4 Klaten, serta menjelaskan hasil pengembangan
yang dilakukan masing-masing kepala perpustakaan sekolah tersebut.
57
Penelitian yang ditulis oleh Handayani ini memiliki persamaan topik atau judul
dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti dan sama-sama menggunakan
pendekatan kualitatif. Untuk perbedaannya, terdapat pada lokasi yang
dijadikan tempat penelitian dan fokus penelitian. Handayani melakukan
penelitian di Perpustakaan SD IT An Najah, SMPN 1 Klaten, dan SMKS 4
Klaten, sementara peneliti melakukan penelitian di Perpustakaan SMAN 6
Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta. Sedangkan untuk fokus
penelitian, Handayani berfokus pada semua kompetensi kepala perpustakaan
sekolah, sementara peneliti hanya berfokus pada kompetensi manajerial kepala
perpustakaan sekolah.
Ivana Nur. (2018). “Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMA
Negeri 12 Bandar Lampung”. Tesis, Universitas Lampung. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan kompetensi kepemimpinan,
kompetensi perencanaan, kompetensi pelaksanaan, kompetensi pengawasan
dan kompetensi evaluasi program Kepala Perpustakaan SMA Negeri 12
Bandar Lampung. Penelitian yang ditulis oleh Nur, dkk. ini memiliki
persamaan topik atau judul dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti dan
sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk perbedaannya, terdapat
pada lokasi yang dijadikan tempat penelitian. Nur, dkk. melakukan penelitian
di Perpustakaan SMAN 12 Bandar Lampung, sementara peneliti melakukan
penelitian di Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55
Jakarta.
58
D. Peta Literatur Penelitian
Peta literatur adalah rangkuman visual dari penelitian-penelitian yang
telah dilakukan oleh orang lain. Peta ini lazimnya tampilkan dalam bentuk
gambar dan dapat disusun dengan beragam cara, seperti hierarkis, yakni
menampilkan literatur dengan teknik top-down, yang pada bagian paling
bawah diisi oleh penelitian yang diajukan. 97 Gambar di bawah merupakan
contoh peta literatur yang mengilustrasikan literatur-literatur yang berkaitan
dengan tema penelitian, yakni kompetensi kepala perpustakaan sekolah.
Gambar 2. 1 Peta Literatur Penelitian
97 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, ed. oleh
Saifuddin Zuhri Qudsy, trans. oleh Achmad Fawaid, 3 ed. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.
55.
59
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang berkedudukan di
unit pendidikan formal, baik pendidikan dasar maupun menengah, yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan sekolah dan merupakan pusat
sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah yang
bersangkutan. 98 Perpustakaan sekolah mempunyai visi perpustakaan yang
mengacu pada visi pendidikan nasional dan visi sekolah.99 Sementara itu, misi
merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi, sehingga misi untuk setiap
perpustakaan itu berbeda-beda, sebab visi setiap sekolah berbeda satu sama
lain.100
Tujuan berdirinya perpustakaan sekolah di antaranya, yaitu untuk
menyediakan pusat sumber belajar sehingga dapat memberikan sumbangan
dalam pengembangan dan peningkatan minat baca, literasi informasi, bakat
serta kemampuan para siswa. 101 Berdirinya perpustakaan sekolah pun
memberikan manfaat, yaitu dapat menumbuhkan kebiasaan membaca dan
belajar mandiri, memperbanyak pengalaman belajar, membantu
mengembangkan penguasaan teknik membaca dan kemampuan berbahasa,
mengajarkan rasa tanggung jawab, membantu siswa dalam mengerjakan tugas
sekolah, serta membantu komunitas sekolah untuk mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.102
98 Tim Penyusun Standar Nasional Perpustakaan, “Standar Nasional Perpustakaan 009:2011
Perpustakaan Sekolah Menengah/Madrasah Aliyah,” h. 2.
99 Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 38.
100 Komarudin, “Rencana Strategis Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Praktis,” h. 20-31.
101 Badan Standardisasi Nasional, “Standar Nasional Indonesia 7329:2009 Perpustakaan
Sekolah,” h. 3.
102 Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, h. 5-6.
60
Perpustakaan sekolah bertugas sesuai dengan kegiatan utamanya, yaitu
kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan segala macam
informasi pendidikan kepada para siswa, guru, dan komunitas sekolah
lainnya. 103 Sementara itu, fungsi perpustakaan sekolah tidak jauh berbeda
dengan fungsi perpustakaan lainnya, yaitu fungsi pendidikan, penelitian,
rekreasi dan kultural, serta penyimpanan. Akan tetapi, fungsi perpustakaan
sekolah lebih menitikberatkan pada fungsi pendidikan dan penyedia materi
penelitian sederhana.104 Betapa pun lengkap dan handalnya suatu perpustakaan,
tidak serta merta dapat digunakan dengan baik dalam pemberian layanan tanpa
disusun dalam suatu manajemen yang baik. Adapun manajemen perpustakaan,
meliputi manajemen koleksi, manajemen promosi, manajemen sarana dan
prasarana, manajemen sumber daya manusia, dan manajemen anggaran.105
Kompetensi merupakan kombinasi antara keterampilan, pengetahuan,
kreativitas, dan sikap positif seseorang terhadap pekerjaan tertentu yang
diwujudkan dalam unjuk kerja.106 Dalam diri setiap individu tersebut, terdapat
beberapa komponen kompetensi dasar, yang terdiri dari watak (traits), motif
(motive), bawaan (self image), pengetahuan (knowledge) dan skills
(keterampilan).107 Kompetensi juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok,
yaitu kelompok kompetensi umum, kelompok kompetensi inti, dan kelompok
kompetensi khusus.108
103 Yusuf dan Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, h. 7.
104 Hartono, Manajemen Perpustakaan Sekolah: Menuju Perpustakaan Modern dan
Profesional, h. 30-31.
105 Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 44.
106 Darsono dan Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21: Kajian tentang
Sumber Daya Manusia secara Filsafat, Ekonomi, Sosial, Antropologi, dan Politik, h. 123.
107 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, h. 14.
108 Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
83 Tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
61
Pembahasan selanjutnya yang terkait dengan kompetensi adalah seputar
permasalahan bisa atau tidaknya kompetensi seseorang dapat ditingkatkan atau
diperbaiki. Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut, perlu diidentifikasi
terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi suatu kompetensi. Faktor-
faktor tersebut di antaranya, kepercayaan dan nilai, keahlian/keterampilan,
pengalaman, karakteristik personal, motivasi, isu-isu emosional, serta
kapasitas intelektual.109
Kompetensi kepala perpustakaan sekolah dituangkan di dalam
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Dalam standar ini, kepala perpustakaan
diharuskan memiliki setidaknya enam kompetensi, yaitu kompetensi
manajerial, kompetensi pengelolaan informasi, kompetensi kependidikan,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi pengembangan
profesi. Standar ini juga memuat kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang
kepala perpustakaan sekolah. Berdasarkan kualifikasi tersebut, kepala
perpustakaan sekolah bisa berasal dari jalur pendidik maupun jalur tenaga
kependidikan.110
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, dan Perorangan Lainnya Bidang Perpustakaan
menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, h. 3-4.
109 Zwell, Creating a Culture of Competence, h. 56-68.
110 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus.
Penelitian studi kasus adalah suatu strategi penelitian di mana di dalamnya
peneliti menelaah suatu program, kejadian, aktivitas, proses, atau sekelompok
individu dengan penuh ketelitian. 111 Jenis penelitian ini merupakan tipe
penelitian yang penelaahannya terfokus kepada satu kasus dan dilakukan
secara mendalam, terperinci, menyeluruh, dan terus-menerus. 112 Jenis
penelitian studi kasus ini sangat tepat dipakai apabila seorang peneliti ingin
memahami suatu permasalahan atau situasi tertentu berdasarkan waktu yang
tertentu pula dengan amat mendalam.
Selain itu, peneliti juga menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang menguraikan situasi sosial
tertentu dengan memaparkan kenyataan sebagaimana adanya, dan dibentuk
oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan
yang diperoleh dari situasi alamiah.113 Pendekatan ini menghasilkan data
deskriptif berupa perkataan, tulisan, maupun tingkah laku individu-individu
yang diamati.114 Dengan menggunakan pendekatan ini, seorang peneliti
bermaksud untuk mengetahui dengan benar fenomena apa yang dialami oleh
111 Creswell, h. 20.
112 M. Syahran Jailani, “Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenimenologi, Grounded
Theory, dan Studi Kasus),” Jurnal Pendidikan Bilologi 4 (2013): h. 41-50, http://e-
journal.iain.jambi.ac.id/index.php/edubio/article/download/377/345.
113 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 25.
114 Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif,” Equilibrum 5, no. 9 (2009): h. 1-8,
http://www.academia.edu/download/40465771/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.doc.
63
subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain
sebagainya secara holistik dengan cara menguraikannya ke dalam bentuk kata-
kata dan bahasa pada suatu situasi khusus yang alamiah, serta dengan
menggunakan berbagai macam metode alamiah yang ada.115
B. Kriteria Informan
Informan adalah seseorang yang dimanfaatkan untuk menyampaikan
suatu informasi tentang situasi dan kondisi tempat penelitian.116 Penentuan
informan dilakukan secara purposive sampling, yaitu memilih informan
dengan berlandaskan kualitas yang dimiliki oleh informan tersebut. 117 Hal
tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan informan yang benar-benar
mempunyai pengetahuan dan informasi terkait masalah yang sedang diteliti. Di
samping itu juga, dalam penelitian kualitatif, tidak ada ketetapan baku
berkenaan dengan jumlah minimal informan karena faktor paling penting
penelitian kualitatif ialah kedalaman dan kekayaan data untuk dapat memahami
masalah yang diteliti. Oleh karena itu, subjek yang dijadikan sebagai informan
ialah Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, Kepala Perpustakaan SMAN 8
Jakarta, dan Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta yang mana ketiganya
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Kepala perpustakaan sekolah berasal dari jalur pendidik;
115 Jailani, “Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenimenologi, Grounded Theory, dan
Studi Kasus),” h. 41-50.
116 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h.
90.
117 Ilker Etikan, Sulaiman Abubakar Musa, dan Rukayya Sunusi Alkassim, “Comparison of
Convenience Sampling and Purposive Sampling,” American Journal of Theoretical and Applied
Statistics 5, no. 1 (2016): h. 1-4, https://doi.org/10.11648/j.ajtas.20160501.11.
64
2. Kepala perpustakaan sekolah sudah mengikuti pelatihan terkait
pengelolaan perpustakaan;
3. Kepala perpustakaan sekolah yang memimpin perpustakaan yang paling
lama berdiri berdasarkan kategori tingkat kerusakannya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan dua
sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Tujuan dari diadakannya
pengumpulan data, yaitu agar nantinya data yang telah dikumpulkan dapat
digunakan sebagai bahan analisis data.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari
sumbernya118. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data-data primer
dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui suatu percakapan di antara pewawancara dan narasumber
yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang
suatu topik.119 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tanya jawab
dengan masing-masing kepala perpustakaan mengenai masalah yang
akan diteliti. Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti ialah
wawancara semi terstruktur, yaitu wawancara yang melibatkan
118 Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, h. 195.
119 Hamza Alshenqeeti, “Interviewing as a Data Collection Method: A Critical Review,”
English Linguistics Research 3, no. 1 (2014): h. 39-45, http://www.sciedu.ca/journal/index,php/
erl/article/view/4081.
65
sejumlah pertanyaan terbuka berdasarkan masalah yang ingin diteliti.
Dengan pertanyaan terbuka, memungkinkan pewawancara dan
terwawancara untuk membahas beberapa topik secara lebih rinci.120
Ketika melakukan wawancara, peneliti juga menggunakan alat bantu
agar wawancara lebih efektif dan efisien. Alat bantu yang digunakan
ketika wawancara, antara lain pedoman pertanyaan yang berisi
pertanyaan-pertanyaan wawancara, voice recorder untuk merekam
semua pembicaraan, dan buku catatan untuk mencatat hal-hal penting.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya 121 . Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data-data
sekunder dengan cara:
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui pelbagai bahan pustaka, seperti buku, artikel, jurnal,
laporan, koran, dan lain sebagainya, baik untuk diambil sebagian atau
bahkan seluruhnya. 122 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa referensi, seperti buku, artikel jurnal, dan lain-lain untuk
mencari dasar pijakan yang sesuai dengan tema penelitian ini.
b. Dokumentasi
120 Beverley Hancock, Elizabeth Ockleford, dan Kate Windridge, “An Introduction to
Qualitative Research” (The NIHR RDS for the East Midlands and Yorkshire, 2009), h. 16,
https://www.rds-yh.nihr.ac.uk/wp-content/uploads/2013/05/5_Introduction-to-qualitative-research-
2009.pdf.
121 Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, h. 212.
122 Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 65.
66
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mempelajari rekaman kejadian masa lalu baik yang ditulis
maupun dicetak, seperti catatan anekdotal, surat, buku harian, atau
bahkan rekaman penting lainnya. 123 Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan catatan-catatan yang didapat dari Perpustakaan SMAN
6 Jakarta, Perpustakaan SMAN 8 Jakarta, dan Perpustakaan SMAN
55 Jakarta untuk melengkapi dan mendukung data-data dari hasil
wawancara.
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah berikutnya yang harus
dilakukan ialah mengolah dan menganalisis data. Pengolahan dan analisis data
itu sendiri merupakan proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari
hasil observasi, wawancara, kajian kepustakaan, dan dokumentasi secara
sistematis dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, menyintesiskan dan menyusunnya ke
dalam pola, memilah mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang
lain.124 Proses ini pada dasarnya dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dari
sebelum memasuki lapangan, memasuki lapangan, selama di lapangan, dan
setelah selesai di lapangan. Dalam mengolah dan menganalisis data, peneliti
123 Satori dan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 147.
124 Satori dan Komariah, h. 201–202.
67
menggunakan model Milles dan Huberman, yang terdiri dari tiga tahap,
yaitu:125
a. Reduksi Data
Dalam tahap ini, peneliti mencoba untuk memilah,
menyederhanakan, mengodekan, mentransformasikan, dan
mengelompokkan data yang diperoleh secara berkelanjutan dari awal
sampai terbentuknya laporan akhir penelitian, baik dari hasil observasi,
wawancara, studi kepustakaan, maupun dokumentasi, menjadi sebuah
informasi yang bermakna.
b. Penyajian Data
Dalam tahap ini, peneliti mencoba memaparkan data yang sudah
direduksi secara terstruktur sekaligus menggambarkan apa yang
sebenarnya terjadi ke dalam bentuk naratif sehingga dapat mempermudah
peneliti untuk membuat suatu simpulan yang akurat.
c. Penarikan Simpulan
Dalam tahap ini, peneliti mengambil inti sari dari sajian data yang
telah terorganisir ke dalam bentuk kalimat pernyataan yang singkat dan
padat, tetapi mengandung pengertian luas. Kesimpulan inilah yang
digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
E. Jadwal Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian mengenai Studi tentang Kompetensi
Kepala Perpustakaan Sekolah Se-Jakarta Selatan ini, peneliti membutuhkan
125 Herman Budiyono, “Penelitian Kualitatif Proses Pembelajaran Menulis: Pengumpulan dan
Analisis Datanya,” Jurnal Pena 3, no. 2 (Desember 2013): h. 1-15, https://online-
journal.unja.ac.id/index.php/pena/article/download/2227/1570.
68
waktu selama kurang lebih sepuluh bulan. Adapun perinciannya, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian
No
Waktu
Kegiatan
Tahun 2018 - 2019
Bulan ke-
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
1 Pengajuan proposal
2 Seminar proposal
3 Konsultasi dengan
pembimbing
4 Menyusun daftar
pertanyaan
5 Penelitian di
lapangan
6 Analisis data dan
kesimpulan
7 Pengesahan skripsi
8 Pengajuan sidang
9 Sidang skripsi
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
1. Profil Perpustakaan
a. Profil Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan secara keseluruhan. Perpustakaan ini berdiri
bersamaan dengan berdirinya SMAN 6 Jakarta pada tahun 1952.
Perpustakaan ini terletak di lantai dua SMAN 6 Jakarta. Perpustakaan
yang di kepalai oleh Bapak Andi Galigo ini berlokasi di Jalan Mahakam
RT. 011/007 No. 2, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dalam mengelola perpustakaan, Bapak Andi dibantu oleh Ibu Elah
Hayati yang bertugas sebagai staf administrasi, pelayanan, dan
pengelolaan.
b. Profil Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan secara keseluruhan. Perpustakaan ini berdiri
bersamaan dengan berdirinya SMAN 8 Jakarta pada tahun 1958.
Perpustakaan ini terletak di lantai dua SMAN 8 Jakarta. Perpustakaan
yang di kepalai oleh Bapak Eko Raharjo ini berlokasi di Jalan Taman
Bukit Duri RT. 002/012 Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Dalam
mengelola perpustakaan, Bapak Eko dibantu oleh Ibu Marlis Asni yang
bertugas sebagai staf pelayanan dan administrasi, serta Bapak Sobari
yang bertugas sebagai staf pemeliharaan.
70
c. Profil Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan secara keseluruhan. Perpustakaan ini berdiri
bersamaan dengan berdirinya SMAN 55 Jakarta pada tahun 1981.
Perpustakaan ini terletak di lantai tiga SMAN 55 Jakarta. Perpustakaan
yang di kepalai oleh Ibu Sri Petnowanti ini berlokasi di Jalan Potlot II
RT. 002/003 No. 2 Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan. Dalam
mengelola perpustakaan, Ibu Petno dibantu oleh Bapak Marzuki yang
bertugas sebagai staf teknis.
2. Visi dan Misi Perpustakaan
a. Visi dan Misi Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta mempunyai visi, yaitu
“Mewujudkan peserta didik yang gemar membaca dalam memasuki era
globalisasi dan era informasi”. Adapun penjabaran dari visi tersebut,
tertuang ke dalam misi sebagaimana berikut:126
1) Menanamkan budaya literasi sekolah sebagai bahasa penumbuh
budi pekerti;
2) Menyediakan layanan informasi sesuai dengan kebutuhan
pemakainya;
3) Memberikan kemudahan informasi untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan;
4) Ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
126 “Perpustakaan SMAN 6 Jakarta” (Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, 2017).
71
b. Visi dan Misi Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta mempunyai visi, yaitu
“Mewujudkan perpustakaan SMA Negeri 8 Jakarta sebagai salah satu
pusat sumber belajar yang memiliki keunggulan dalam akademik,
teknologi, serta keterampilan.”. Adapun penjabaran dari visi tersebut,
tertuang ke dalam misi sebagaimana berikut:127
1) Mengembangkan minat baca dan budaya menulis di kalangan
siswa;
2) Meningkatkan frekuensi kunjungan ke perpustakaan sekolah
melalui berbagai cara;
3) Melakukan upaya penambahan koleksi perpustakaan guna
memenuhi kebutuhan warga sekolah;
4) Mengembangkan koleksi secara berkesinambungan, baik koleksi
cetak maupun koleksi digital;
5) Menjalin kerja sama dengan perpustakaan sekolah lain untuk
meningkatkan akses informasi.
c. Visi dan Misi Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta mempunyai visi, yaitu
“Mewujudkan perpustakaan sekolah berbasis sebagai pusat IPTEK dan
sumber belajar warga sekolah”. Adapun penjabaran dari visi tersebut,
tertuang ke dalam misi sebagaimana berikut:128
127 “Perpustakaan SMAN 8 Jakarta” (Perpustakaan SMAN 8 Jakarta, 2017).
128 “Perpustakaan SMAN 55 Jakarta” (Perpustakaan SMAN 55 Jakarta, 2017).
72
1) Menjadikan perpustakaan sebagai pusat belajar, pusat informasi,
pusat penelitian sederhana, dan pusat rekreasi sehat melalui bacaan
hiburan;
2) Mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca
khususnya, serta mendayagunakan budaya tulisan, dalam berbagai
sektor kehidupan;
3) Mengembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta
memanfaatkan informasi;
4) Mendidik siswa agar memelihara dan memanfaatkan bahan
pustaka secara tepat guna dan berhasil guna;
5) Meletakkan dasar ke arah proses pembelajaran mandiri;
6) Memupuk dan mengembangkan minat dan bakat siswa;
7) Menumbuhkan penghargaan siswa terhadap pengalaman
imajinatif;
8) Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi atas tanggung jawab dan usaha sendiri.
3. Struktur Organisasi Perpustakaan
a. Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
Sebagai bagian integral dari sekolah, Perpustakaan SMAN 6
Jakarta berada di bawah tanggung jawab kepala sekolah. Perpustakaan
ini dipimpin oleh kepala perpustakaan sekolah yang
ditunjuk/ditetapkan berdasarkan surat tugas/surat keputusan kepala
sekolah. Adapun struktur organisasi Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
ialah sebagai berikut:
73
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
b. Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Sebagai bagian integral dari sekolah, Perpustakaan SMAN 8
Jakarta berada di bawah tanggung jawab kepala sekolah. Perpustakaan
ini dipimpin oleh kepala perpustakaan sekolah yang
ditunjuk/ditetapkan berdasarkan surat tugas/surat keputusan kepala
sekolah. Adapun struktur organisasi Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
ialah sebagai berikut:
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Penanggung Jawab
Dra. Helmi Rosana, MA
Koordinator Perpustakaan
Andi Galigo
Administrasi, Pelayanan dan Pengelolaan
Elah Hayati
74
c. Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
Sebagai bagian integral dari sekolah, Perpustakaan SMAN 55
Jakarta berada di bawah tanggung jawab kepala sekolah. Perpustakaan
ini dipimpin oleh kepala perpustakaan sekolah yang ditunjuk/
ditetapkan berdasarkan surat tugas/surat keputusan kepala sekolah.
Adapun struktur organisasi Perpustakaan SMAN 55 Jakarta ialah
sebagai berikut:
Gambar 4. 3 Struktur Organisasi Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
4. Koleksi Perpustakaan
a. Koleksi Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
Jumlah koleksi Perpustakaan SMAN 6 Jakarta yang sudah
terkatalog sampai dengan tanggal 23 Desember 2016 berjumlah 7.213
judul dengan 20.437 ekslempar, yang terdiri dari 237 ekslempar kelas
000, 1.076 ekslempar kelas 100, 1.835 ekslempar kelas 200, 3.617
ekslempar kelas 300, 647 ekslempar kelas 400, 1.502 ekslempar kelas
500, 955 ekslempar kelas 600, 711 ekslempar kelas 700, 1.479
ekslempar kelas 800, 1.915 ekslempar kelas 900, 5.423 ekslempar
fiksi/novel, dan 1.040 ekslempar referensi. Sedangkan koleksi yang
Penanggung Jawab
Dra. Sofiah Riski
Koordinator Perpustakaan
Sri Petnowanti, M.Pd.
Bagian Teknis
Marzuki
75
belum terkatalog berjumlah 6.697 ekslempar. Perpustakaan SMAN 6
Jakarta juga mendapatkan sumbangan buku dari BI Corner sebanyak
222 ekslempar.129
b. Koleksi Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Jumlah koleksi Perpustakaan SMAN 8 Jakarta sampai dengan
tanggal 28 Agustus 2014 berjumlah 64.732 ekslempar, yang terdiri dari
49.175 ekslempar buku siswa/pelajaran (semua mata pelajaran), 145
ekslempar buku panduan pendidik (buku guru), 12.927 ekslempar buku
pengayaan, 1.722 ekslempar buku referensi (misal kamus, ensiklopedia,
dll); 360 ekslempar koran, dan 403 ekslempar majalah.130
c. Koleksi Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
Jumlah koleksi Perpustakaan SMAN 55 Jakarta sampai dengan
saat ini belum bisa dipastikan. Hal tersebut dikarenakan SMAN 55
Jakarta sempat berpindah tempat ke gedung baru di Jalan Potlot II RT.
002/003 No. 2 Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan. Berpindahnya
SMAN 55 Jakarta ke gedung baru, menyebabkan banyak buku, rak, dan
lain sebagainya, rusak dan tidak bisa dipakai lagi, bahkan katalog pun
hilang sehingga Kepala Perpustakaan SMAN 5 Jakarta harus mulai
mendata koleksi dari awal lagi.
5. Layanan Perpustakaan
a. Layanan Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
Dalam memberikan layanan, Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
menggunakan sistem layanan terbuka (open access). Artinya,
129 “Perpustakaan SMAN 6 Jakarta.”
130 “Perpustakaan SMAN 8 Jakarta.”
76
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta memberikan kebebasan kepada
pengunjung, baik itu siswa maupun komunitas sekolah lainnya untuk
dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya dari rak.
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta memberikan layanan dari hari Senin
sampai hari Jum’at pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB.
Adapun jenis pelayanan yang diberikan oleh Perpustakaan SMAN 6
Jakarta, di antaranya ialah:
1) Layanan Sirkulasi. Layanan ini diberikan kepada seluruh
komunitas sekolah yang ingin meminjam dan mengembalikan
buku-buku koleksi.
2) Layanan Referensi. Layanan ini menyajikan koleksi referensi
kepada seluruh komunitas sekolah, seperti ensiklopedia, kamus,
dan sumber referensi lainnya.
3) Layanan Audio Visual. Layanan ini diberikan kepada seluruh
komunitas sekolah yang ingin memanfaatkan segala jenis koleksi
audio dan visual yang dimiliki Perpustakaan SMAN 6 Jakarta.
4) Layanan Bimbingan Pemustaka. Layanan ini diberikan kepada
para siswa baru terkait penggunaan perpustakaan.
b. Layanan Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Dalam memberikan layanan, Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
menggunakan sistem layanan terbuka (open access). Artinya,
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta memberikan kebebasan kepada
pengunjung, baik itu siswa maupun komunitas sekolah lainnya untuk
dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya dari rak.
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta memberikan layanan dari hari Senin
77
sampai hari Jum’at pukul 06.20 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB.
Adapun jenis pelayanan yang diberikan oleh Perpustakaan SMAN 8
Jakarta, di antaranya ialah:
1) Layanan Sirkulasi. Layanan ini diberikan kepada seluruh
komunitas sekolah yang ingin meminjam dan mengembalikan
buku-buku koleksi.
2) Layanan Referensi. Layanan ini menyajikan koleksi referensi
kepada seluruh komunitas sekolah, seperti ensiklopedia, kamus,
dan sumber referensi lainnya.
3) Layanan Audio Visual. Layanan ini diberikan kepada seluruh
komunitas sekolah yang ingin memanfaatkan segala jenis koleksi
audio dan visual yang dimiliki Perpustakaan SMAN 8 Jakarta.
c. Layanan Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
Dalam memberikan layanan, Perpustakaan SMAN Jakarta
menggunakan sistem layanan terbuka (open access). Artinya,
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta memberikan kebebasan kepada
pengunjung, baik itu siswa maupun komunitas sekolah lainnya untuk
dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya dari rak.
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta memberikan layanan dari hari Senin
sampai hari Jum’at pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB.
Adapun jenis pelayanan yang diberikan oleh Perpustakaan SMAN 55
Jakarta, di antaranya ialah:
1) Layanan Sirkulasi. Layanan ini diberikan kepada seluruh
komunitas sekolah yang ingin meminjam dan mengembalikan
buku-buku koleksi.
78
2) Layanan Referensi. Layanan ini menyajikan koleksi referensi
kepada seluruh komunitas sekolah, seperti ensiklopedia, kamus,
dan sumber referensi lainnya.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kepala perpustakaan sekolah ialah seseorang yang memimpin semua
kegiatan di perpustakaan sekolah, baik kegiatan yang mencakup pengendalian,
pemanfaatan, pembinaan, atau pengembangan. Kepala perpustakaan sekolah
ini bertanggung jawab untuk merencanakan, menggerakkan, menjalankan,
dan mengendalikan perpustakaan sekolah dalam rangka melaksanakan misi
melalui beberapa kebijakan untuk mencapai tujuan perpustakaan. 131 Untuk
bisa menyelenggarakan perpustakaan dengan baik, kepala perpustakaan
dituntut untuk memiliki enam dimensi kompetensi seperti yang tertuang di
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah, salah satunya yakni dimensi kompetensi manajerial. Dalam
Permendiknas tersebut, disebutkan bahwa dimensi kompetensi manajerial
terdiri dari kompetensi memimpin tenaga perpustakaan sekolah, kompetensi
merencanakan program perpustakaan sekolah, kompetensi melaksanakan
program perpustakaan sekolah, kompetensi memantau pelaksanaan program
perpustakaan sekolah, dan kompetensi mengevaluasi program perpustakaan
sekolah.
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan hasil penelitian
mengenai kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
131 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, vol. Cet. 2 (Jakarta:
Sagung Seto, 2006), h. 59.
79
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun informan dalam penelitian
ini terdiri dari tiga orang kepala perpustakaan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Daftar Nama Informan Penelitian
No. Inisial Informan Pendidikan
Terakhir Jabatan
Lama
Menjabat
1. AG S1
Kepala
Perpustakaan
SMAN 6 Jakarta
2018 -
sekarang
2. ER S2
Kepala
Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta
2008 -
sekarang
3. SP S2
Kepala
Perpustakaan
SMAN 55 Jakarta
2016 -
sekarang
1. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 5 Jakarta dalam Memimpin Tenaga
Perpustakaan Sekolah
Seorang kepala perpustakaan sekolah dituntut untuk memiliki
kompetensi manajerial dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa indikator yang peneliti kumpulkan
berkaitan dengan kompetensi manajerial kepala perpustakaan sekolah
dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah. Adapun indikator-indikator
tersebut ialah kepala perpustakaan sekolah mengarahkan tenaga
perpustakaan untuk bekerja secara efektif dan efisien, kepala perpustakaan
sekolah menggerakkan tenaga perpustakaan untuk bekerja secara efektif dan
efisien, kepala perpustakaan sekolah membina tenaga perpustakaan untuk
pengembangan pribadi maupun karier, serta kepala perpustakaan sekolah
dapat menjadi teladan bagi tenaga perpustakaan dalam menjalankan tugas.
80
a. Mengarahkan Tenaga Perpustakaan
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang mengarahkan tenaga
perpustakaan:
“Ya, selama ini saya belum pernah mengarahkan ya, cuma
bekerja sama saja. Seperti Mbak Elah, itu kan termasuk tenaga,
ya paling bekerja sama bareng-bareng. Kalau ada pekerjaan ya
dikerjakan bersama-sama. Ya itu saja caranya.”132
“Jadi, yang pertama ya dikumpulkan, terus diberikan ...
pengertian terlebih dulu, setelah itu ... pembagian tugas atau job
description ... Jadi, dengan adanya job description, masing-
masing sudah tahu minggu ini harus dikerjakan apa, bulan ini
harus apa, terus nanti terakhir apa.”133
“Tenaga perpustakaan di SMAN 55 itu cuma satu, itu pun
merangkap sebagai ... pegawai ... di sekolah. Nah, jadi untuk
mengarahkannya, ya dia harus bisa membagi waktu setelah dia
bekerja ... bersih-bersih di sekolah kemudian dia ke perpustakaan,
begitu.”134
Meskipun pernyataan yang diberikan berbeda-beda, peneliti
menyimpulkan bahwa pada dasarnya Kepala Perpustakaan SMAN 6
Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta ini sudah
mengarahkan tenaga perpustakaan mereka. Dari pernyataan di atas,
Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta mengatakan bahwa secara
umum beliau belum pernah mengarahkan tenaga perpustakaan, tetapi
ketika ada pekerjaan beliau melakukan kerja sama dengan tenaga
perpustakaan. Berbeda dengan Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
yang mengarahkan tenaga perpustakaannya dengan cara
132 Informan AG, Wawancara Pribadi, Perekam Suara via Ponsel, 7 Agustus 2018.
133 Informan ER, Wawancara Pribadi, Perekam Suara via Ponsel, 29 Agustus 2018.
134 Informan SP, Wawancara Pribadi, Perekam Suara via Ponsel, 3 September 2018.
81
mengumpulkan tenaga perpustakaan terlebih dahulu, setelah itu beliau
memberikan pengertian kepada tenaga perpustakaan, kemudian beliau
membagikan tugas atau job description kepada masing-masing tenaga
perpustakaan. Sedangkan Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
mengarahkan tenaga perpustakaan dengan cara meminta tenaga
perpustakaan untuk bisa membagi waktu antara bekerja di sekolah
dengan bekerja di perpustakaan.
b. Menggerakkan Tenaga Perpustakaan
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang bagaimana menggerakkan
tenaga perpustakaan:
“... paling melalui komunikasi ya. Komunikasi via telepon,
komunikasi langsung. Kalau ada tugas-tugas dari sekolah,
seperti membagikan buku pelajaran, nah itu saya komunikasikan
lewat telepon atau langsung.”135
“Ya, kita beri perencanaan dulu ... Setelah perencanaan, kita
kasih tahu apa yang mesti laksanakan. Setelah tahu apa yang
akan dilaksanakan, baru ... kita eksekusi, artinya kita monitor,
kita awasi, kita check and re-check apa yang sudah
dikerjakan.”136
“Menggerakkannya yang pertama tadi kan membagi waktu. Nah,
setelah membagi waktu, dia harus bisa ... membersihkan rak-rak
perpustakaan, terus mengatur buku, meletakkan buku di rak-rak
perpustakaan. Nah, kemudian kalau ada waktu, dia menunggu
perpustakaan sambil mungkin ada siswa yang ... punya keperluan
ke perpustakaan untuk pinjam buku atau baca buku ...”137
135 Informan AG, Wawancara Pribadi.
136 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
137 Informan SP, Wawancara Pribadi.
82
Meskipun pernyataan yang diberikan berbeda-beda, peneliti
menyimpulkan bahwa pada dasarnya Kepala Perpustakaan SMAN 6
Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta ini sudah
menggerakkan tenaga perpustakaan mereka. Dari pernyataan di atas,
menunjukkan bahwa dalam menggerakkan tenaga perpustakaan untuk
bekerja dengan efektif dan efisien, cara yang dilakukan Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta ialah dengan berkomunikasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sedangkan Kepala Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta dalam menggerakkan tenaga perpustakaan untuk
bekerja dengan efektif dan efisien, beliau terlebih dahulu membuat
perencanaan, kemudian beliau memberi tahu kepada tenaga
perpustakaan apa saja yang mesti dilaksanakan, setelah itu baru
melakukan eksekusi. Lain halnya dengan Kepala Perpustakaan SMAN
55 Jakarta, beliau menggerakkan tenaga perpustakaan untuk bekerja
secara efektif dan efisien dengan cara meminta kepada tenaga
perpustakaan untuk membagi waktu serta meminta untuk
melaksanakan tugas yang diberikan.
Pembahasan mengenai kepala perpustakaan sekolah yang harus
memiliki kemampuan untuk menggerakkan tenaga perpustakaan ini
sesuai dengan teori dari Sutarno. Sutarno menjelaskan bahwa ada
setidaknya lima syarat pokok kepemimpinan manajemen perpustakaan,
salah satunya ialah pemimpin harus mampu menggerakkan dan
memberikan semangat kepada bawahan dan lingkungannya, serta
83
mampu memberikan dukungan dan motivasi agar bawahan mau dan
mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi.138
c. Membina Tenaga Perpustakaan Sekolah
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang membina tenaga perpustakaan:
“Kalau selama ini, pasti mengikutkan ke beberapa pelatihan-
pelatihan, baik yang diadakan oleh Dinas Pendidikan yang
bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI
maupun bekerja sama dengan BI Corner, bekerja sama dengan
APISI. Itu ya pengembangan kariernya.”139
“Ya, untuk tenaga perpustakaan, pertama ya kita ikutkan diklat.
Untuk pengembangan karier ya itu tadi, ikut pelatihan-pelatihan,
workshop, seminar-seminar yang berkaitan dengan
pengembangan pengelolaan perpustakaan sekolah. Selain itu, ya
ikut organisasi ... perpustakaan, seperti APISI, ATPUSI, IPI.”140
“Di sini ya, jadi di sini sebenarnya tenaga perpustakaannya itu
caraka, orang yang bersih-bersih. Belum ada pustakawan. ...
Jadi, untuk mengikuti, mengarahkan supaya dia ikut pelatihan,
pustakawannya saja gak ada, masa mau ikut pelatihan. Jadi,
pustakawannya ini yang gak ada di sekolah, begitu.”141
Menurut hemat peneliti, Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
maupun SMAN 8 Jakarta sudah melakukan pembinaan kepada tenaga
perpustakaan mereka, sedangkan Kepala Perpustakaan SMAN 55
Jakarta belum melakukan pembinaan kepada tenaga perpustakaannya.
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala Perpustakaan
SMAN 6 Jakarta telah mengikutsertakan tenaga perpustakaan dalam
138 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 2: h. 146–47.
139 Informan AG, Wawancara Pribadi.
140 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
141 Informan SP, Wawancara Pribadi.
84
pelatihan-pelatihan agar tenaga perpustakaan dapat berkembang secara
pribadi maupun karier. Sama seperti yang dilakukan oleh Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
juga mengikutsertakan tenaga perpustakaan dalam pendidikan dan
pelatihan atau workshop atau seminar, serta organisasi-organisasi
perpustakaan agar tenaga perpustakaan dapat berkembang secara
pribadi maupun kariernya. Sementara itu, Kepala Perpustakaan SMAN
55 Jakarta masih menganggap bahwa yang perlu mengikuti pelatihan
terkait pengelolaan perpustakaan ialah seorang pustakawan saja. Hal itu
terbukti dengan tidak mengikutsertakan tenaga perpustakaan yang ada
untuk mengikuti berbagai macam pelatihan dikarenakan tenaga
perpustakaan tersebut bukan sepenuhnya seorang pustakawan.
d. Menjadi Teladan dalam Melaksanakan Tugas
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang menjadi teladan bagi tenaga
perpustakaan:
“Ya paling apa ya, sebagai teladanlah, menegakkan kedisiplinan,
kehadiran yang lebih awal, seperti itu.”142
“Ya, pertama harus memberi contoh, menjadi panutan. Apa yang
kita kerjakan, ya kerjakan dulu, terus kemudian berikutnya staf
atau pengelola perpustakaan lainnya untuk mengikuti, begitu.
Jadi, kita memberi contoh.”143
“Ya, ibu disiplin, ... terus kerja keras, terus menjaga kebersihan.
Itu dia tuh yang jadi panutan. Jadi, mereka tenaga perpustakaan
142 Informan AG, Wawancara Pribadi.
143 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
85
itu ngikutin deh itu disiplin, kerja keras, sama menjaga
kebersihan.”144
Menurut hemat penulis, Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta sudah berusaha untuk menjadi
teladan bagi para tenaga perpustakaan mereka. Hal tersebut terlihat dari
Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta yang selalu menegakkan
kedisiplinan dan hadir lebih awal agar bisa menjadi teladan bagi tenaga
perpustakaan dalam menjalankan tugas. Di pihak lain, Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta selalu memberikan contoh terlebih dulu
kepada tenaga perpustakaan sebelum mereka mengerjakan tugas yang
diberikan agar bisa menjadi teladan bagi tenaga perpustakaan dalam
menjalankan tugas. Sedangkan, Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
selalu menegakkan kedisiplinan, bekerja keras, dan menjaga kebersihan
agar bisa menjadi teladan bagi tenaga perpustakaan dalam menjalankan
tugas.
Pembahasan mengenai kepala perpustakaan sekolah yang harus
memiliki kemampuan untuk menjadi teladan bagi tenaga perpustakaan
ini sesuai dengan teori dari Sutarno. Sutarno menjelaskan bahwa ada
setidaknya lima syarat pokok kepemimpinan manajemen perpustakaan,
salah satunya ialah pemimpin harus menjadi teladan dalam
lingkungannya terutama tentang hal-hal yang ia diinstruksikan, ajarkan,
dan harapkan dari bawahannya.145
144 Informan SP, Wawancara Pribadi.
145 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 2: h. 146.
86
Perpustakaan sekolah membutuhkan seorang kepala perpustakaan
yang memiliki kompetensi dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang menyebabkan orang lain
melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama. 146 Kepemimpinan
dapat pula diartikan sebagai sebuah upaya mempengaruhi kegiatan bawahan
melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. 147
Kepemimpinan ini merupakan aspek penting dalam organisasi karena dapat
mempengaruhi dan menggerakkan perilaku anggota organisasi untuk
bekerja secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan.
Baik Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta,
maupun SMAN 55 Jakarta sudah berusaha untuk memenuhi dan
menjalankan kompetensi memimpin tenaga perpustakaan sekolah. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 2 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Memimpin Tenaga Perpustakaan Seolah
No Indikator
Kondisi
Kepala Perpustakaan
SMAN 6 SMAN 8 SMAN 55
1 Mengarahkan
tenaga
perpustakaan
untuk bekerja
secara efektif
dan efisien
Secara umum
belum pernah
mengarahkan
tenaga perpus-
takaan, tetapi
ketika ada pe-
kerjaan beliau
melakukan ker-
ja sama dengan
tenaga perpus-
takaan.
Dengan cara
mengumpulkan
tenaga perpus-
takaan;
Dengan cara
memberikan
pengertian ke-
pada tenaga
perpustakaan;
Dengan cara
membagikan
tugas atau job
description ke-
Dengan cara
meminta tenaga
perpustakaan
untuk bisa
membagi waktu
antara bekerja
di sekolah
dengan bekerja
di perpusta-
kaan.
146 Soliha dan Hersugondo, “Kepemimpinan yang Efektif dan Perubahan Organisasi,” h. 83-93.
147 Wulandari, “Kepemimpinan dalam Organisasi: Perspektif Teoritik dan Metodologi,” h. 39-
44.
87
pada masing-
masing tenaga
perpustakaan.
2 Menggerakkan
tenaga
perpustakaan
untuk bekerja
secara efektif
dan efisien.
Dengan cara
berkomunikasi,
baik secara
langsung
maupun tidak
langsung.
Dengan cara
membuat pe-
rencanaan ter-
lebih dahulu;
Dengan cara
memberi tahu
tenaga perpus-
takaan terkait
apa saja yang
mesti dilaksa-
nakan;
Dengan cara
melaksanakan
eksekusi.
Dengan cara
meminta ke-
pada tenaga per-
pustakaan untuk
membagi wak-
tu;
Dengan cara
meminta tenaga
perpustakaan
untuk melak-
sanakan tugas
yang diberikan.
3 Membina
tenaga
perpustakaan
untuk
pengembangan
pribadi dan
karier.
Dengan cara
mengikutserta-
kan tenaga per-
pustakaan ke
berbagai pelati-
han.
Dengan cara
mengikutserta-
kan tenaga per-
pustakaan ke
berbagai diklat
atau workshop
atau seminar;
Dengan cara
mengikutserta-
kan tenaga per-
pustakaan ke
beberapa
organisasi-
organisasi per-
pustakaan.
Belum meng-
ikutsertakan te-
naga perpusta-
kaan ke berba-
gai pelatihan
karena masih
menganggap
bahwa yang
perlu mengikuti
pelatihan ialah
seorang pusta-
kawan saja.
4 Menjadi
teladan dalam
melaksanakan
tugas.
Dengan cara
menegakkan
kedisiplinan;
Dengan cara
hadir lebih
awal.
Dengan cara
memberikan
contoh terlebih
dulu kepada te-
naga perpus-
takaan.
Dengan cara
menegakkan
kedisiplinan;
Dengan cara
bekerja keras;
Dengan cara
menjaga keber-
sihan.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa Kepala Perpustakaan SMAN 6
Jakarta dan SMAN 8 Jakarta sudah memenuhi dan menjalankan semua
indikator penelitian yang ada pada kompetensi memimpin tenaga
perpustakaan sekolah, yaitu indikator mengarahkan tenaga perpustakaan
88
untuk bekerja secara efektif dan efisien, indikator menggerakkan tenaga
perpustakaan untuk bekerja secara efektif dan efisien, indikator membina
tenaga perpustakaan untuk pengembangan pribadi dan karier, dan indikator
menjadi teladan dalam melaksanakan tugas. Sedangkan Kepala
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta sudah memenuhi dan menjalankan tiga dari
empat indikator penelitian yang ada, di antaranya indikator mengarahkan
tenaga perpustakaan untuk bekerja secara efektif dan efisien, indikator
menggerakkan tenaga perpustakaan untuk bekerja secara efektif dan efisien,
dan indikator menjadi teladan dalam melaksanakan tugas. Adapun indikator
yang belum dipenuhi dan dijalankan oleh beliau ialah indikator membina
tenaga perpustakaan untuk pengembangan pribadi dan karier. Kepala
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta menganggap tenaga perpustakaan yang ada
bukan sepenuhnya seorang pustakawan sehingga beliau tidak
mengikutsertakan tenaga perpustakaan tersebut untuk mengikuti berbagai
macam pelatihan.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kepala Perpustakaan
SMAN 6 Jakarta dan SMAN 8 Jakarta sudah memiliki kompetensi
manajerial dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah. Sementara,
Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta pada umumnya sudah memiliki
kompetensi manajerial dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah,
walaupun belum memenuhi dan menjalankan indikator membina tenaga
perpustakaan untuk pengembangan pribadi dan karier. Hal tersebut sesuai
dengan apa yang dijelaskan Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Dalam Permendiknas
89
tersebut dijelaskan bahwa kepala perpustakaan dapat dikatakan memiliki
kompetensi manajerial dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah
apabila beliau mengarahkan tenaga perpustakaan untuk bekerja secara
efektif dan efisien, menggerakkan tenaga perpustakaan untuk bekerja secara
efektif dan efisien, membina tenaga perpustakaan untuk pengembangan
pribadi dan karier, serta menjadi teladan dalam menjalankan tugas.148
2. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Merencanakan
Program Perpustakaan Sekolah
Seorang kepala perpustakaan sekolah dituntut untuk memiliki
kompetensi manajerial dalam merencanakan suatu program perpustakaan
sekolah. Hasil penelitian menunjukkan beberapa indikator yang peneliti
kumpulkan berkaitan dengan kompetensi manajerial kepala perpustakaan
sekolah dalam merencanakan program perpustakaan sekolah. Adapun
indikator-indikator tersebut ialah kepala perpustakaan sekolah
merencanakan program pengembangan, kepala perpustakaan sekolah
merencanakan pengembangan sumber daya perpustakaan, dan kepala
perpustakaan sekolah merencanakan perencanaan anggaran.
a. Merencanakan Program Pengembangan
Perencanaan memegang peranan penting karena merupakan
proses awal untuk mencapai tujuan. Salah satu perencanaan yang harus
disusun oleh kepala perpustakaan sekolah ialah perencanaan program
pengembangan. Adapun program pengembangan yang dimaksud di sini
148 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
90
ialah program pengembangan koleksi dan program promosi
perpustakaan.
1) Program Pengembangan Koleksi
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang perencanaan
program pengembangan koleksi:
“Kalau untuk sementara, kita masih belum membuat
rencana ya, terus terang karena saya masih baru. Jadi,
rencana untuk pengembangan belum. Tapi, kalau yang dulu-
dulu sih mereka sudah membuat rencana pengembangan
untuk penambahan buku-buku koleksi, ... seperti buku
pelajaran yang memang dibagikan kepada anak-anak untuk
semua jenjang kelas 10, 11, 12. ... Dan ini ... pasti ada
penambahan. Kenapa ada penambahan, karena biasanya
kan ada buku-buku yang retur, rusak, hilang, sehingga ada
penambahan setiap tahun. Kemudian kalau koleksi yang lain,
seperti koleksi referensi itu juga setiap tahun tapi tidak
begitu signifikan, tergantung keperluan. ...”149
“... rencana pengembangan, penambahan buku-buku koleksi
fiksi maupun non fiksi kita tambahkan. Terutama yang non
fiksi, yang buku-buku paket begitu, kan butuh untuk ...
pelajaran di sekolah.”150
“... Memasukkan data-data buku perpustakaan ke dalam
program SLIMS. Selain itu, menambah koleksi ... terus
dikerjakan, contohnya ... menambah judul-judul untuk
literasi, karena di sekolah kan ada program literasi ..., terus
juga buku pelajaran, ... karena setiap anak kan wajib
menerima buku pelajaran, buku paket pelajaran.”151
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum membuat rencana
pengembangan koleksi dikarenakan beliau baru dilantik menjadi
149 Informan AG, Wawancara Pribadi.
150 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
151 Informan SP, Wawancara Pribadi.
91
kepala perpustakaan. Jadi, untuk saat ini beliau hanya melanjutkan
rencana yang dibuat oleh kepala perpustakaan terdahulu, seperti
penambahan buku-buku pelajaran dan referensi. Sementara itu,
rencana pengembangan koleksi yang dibuat Kepala Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta ialah penambahan buku-buku koleksi, baik fiksi
maupun non fiksi. Tak ketinggalan, Kepala Perpustakaan SMAN
55 Jakarta juga membuat rencana pengembangan koleksi, seperti
memasukkan data buku ke dalam SLIMS, penambahan buku-buku
literasi serta buku pelajaran.
2) Program Promosi Perpustakaan
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang perencanaan
program promosi perpustakaan:
“Nah, kalau promosi, kita ada promosi kepada anak-anak.
Itu kita lakukan pada saat MOS atau MPLS. Itu kita
promosikan kepada anak-anak baru kalau di perpustakaan
ada buku apa saja, jumlahnya berapa. Kemudian yang kedua
promosi perpustakaan kita ini ke para orang tua dengan cara
mengadakan semacam talkshow dengan pemateri dari
pengarang buku, ... kita panggil ke sini untuk membedah
buku. Ada juga pameran buku dari penerbit.”152
“Kalau untuk promosi, kita membuat dengan pamflet, brosur,
terus kemudian web sekolah juga kita pasang. Terus ... kita
ada ... tempelin buku-buku di rak untuk buku-buku populer,
dan buku-buku ini di tempatkan di tempat yang kelihatan
oleh pengunjung atau pemustaka. Tapi, kita juga kadang-
kadang ikut pameran ... misalnya dari perpusnas atau
perpusda, ... kita mengirimkan perpustakaan kita untuk ikut
stan pameran. Itu kan termasuk promosi juga ya.”153
152 Informan AG, Wawancara Pribadi.
153 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
92
“Untuk program promosi perpustakaan, itu melalui kegiatan
literasi sekolah ... dan bekerja sama dengan guru bahasa
Indonesia ... supaya mereka mengenal buku di
perpustakaan.”154
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa rencana yang
dibuat oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta untuk program
promosi perpustakaan, yaitu dengan mengadakan bimbingan
pemakai pada saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah,
mengadakan acara talkshow, serta mengadakan pameran buku.
Sementara itu, rencana program promosi perpustakaan yang dibuat
oleh Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta, yaitu dengan
menggunakan pamflet, brosur, website sekolah, display buku, dan
ikut mengadakan stan perpustakaan. Disisi lain, rencana program
promosi perpustakaan yang dibuat oleh Kepala Perpustakaan
SMAN 55 Jakarta, yaitu dengan mengadakan kegiatan literasi dan
bekerja sama dengan guru bahasa Indonesia.
Secara keseluruhan, ketiga kepala perpustakaan sekolah
tersebut sudah membuat rencana terkait promosi perpustakaan.
Selain itu, ketiga kepala perpustakaan tersebut memiliki metode
atau strategi masing-masing dalam melakukan kegiatan promosi
perpustakaan. Apabila ditelisik lebih lanjut, hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Haq, dkk dalam buku Pengantar Manajemen Perpustakaan
Madrasah. Haq, dkk. menjelaskan bahwa untuk melakukan
154 Informan SP, Wawancara Pribadi.
93
promosi, kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan sekolah
perlu mengerti metode atau strategi yang dilakukan nantinya secara
mendalam. Oleh karenanya, sebelum promosi dijalankan, sewajarnya
dilakukan perencanaan yang matang.155 Selain itu, Haq, dkk. juga
menjelaskan beberapa kegiatan terkait promosi yang terbagi menjadi
empat bagian: a) sarana, seperti brosur, flyers, newsletter, annual
reports, poster, booklet, video, website perpustakaan, dan lain
sebagainya; b) program atau event khusus, seperti pengenalan
perpustakaan, pameran atau display, presentasi, dan seminar; c) media,
seperti televisi (talkshow, radio, ulasan di surat kabar; d) pesan.156
b. Merencanakan Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan
Perencanaan memegang peranan penting karena merupakan
proses awal untuk mencapai tujuan. Selain perencanaan program
pengembangan, perencanaan lainnya yang harus disusun oleh kepala
perpustakaan sekolah ialah perencanaan pengembangan sumber daya
perpustakaan. Adapun sumber daya yang dimaksud di sini ialah sumber
daya manusia serta sarana dan prasarana.
1) Pengembangan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang perencanaan
pengembangan sumber daya manusia:
155 Haq et al., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 172–74.
156 Haq et al., h. 176–85.
94
“Nah itu dia tuh. ... sekarang ini tenaga perpustakaannya
baru satu. Rencananya kita mau tambah dua. Ini kan sudah
dirangkap semua sama Mbak Elah, ya pelayanan, ya
pemustaka, kemudian pustakawan. Nah, kan seharusnya ada
masing-masing. Nah, kita mau tambah pustakawan dan
pemustaka. Pustakawan yang mengetahui tentang mengelola
buku. Kalau pemustaka ini yang melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang dibuat rencana oleh pustakawan, seperti
membuat label, masang daftar panggil. Pengembangan kita
ya penambahan tenaga begitu, tapi baru rencana.”157
“Ya, pengembangannya ... staf itu diminta untuk ikut diklat.
Nah, untuk pengembangan lebih lanjut lagi, ... staf
disarankan untuk ikut pendidikan lebih lanjut lagi, S2 atau
S1 perpustakaan.”158
“ ... Rencana pengembangan sumber daya manusianya, ibu
membutuhkan pustakawan.”159
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa untuk
mengembangkan sumber daya manusia, Kepala Perpustakaan
SMAN 6 Jakarta membuat rencana, yaitu dengan mengadakan
penambahan tenaga perpustakaan sebayak dua orang. Lain halnya
dengan Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta, untuk
mengembangkan sumber daya manusia, beliau membuat rencana,
seperti mengikutsertakan tenaga perpustakaan ke berbagai diklat,
serta menyarankan tenaga perpustakaan untuk mengikuti
pendidikan yang lebih tinggi lagi. Tak ketinggalan, Kepala
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta juga membuat rencana untuk
mengembangkan sumber daya manusia. Rencana tersebut ialah
mengadakan penambahan pustakawan.
157 Informan AG, Wawancara Pribadi.
158 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
159 Informan SP, Wawancara Pribadi.
95
Secara keseluruhan, ketiga kepala perpustakaan sekolah
tersebut sudah membuat rencana terkait pengembangan sumber
daya manusia. Dalam mengembangkan sumber daya manusia,
ketiga kepala perpustakaan tersebut memiliki metode berbeda-beda.
Ada yang mengembangkannya dari segi kualitas (pengetahuan dan
keterampilan) tenaga perpustakaan, dan ada yang
mengembangkannya dari segi kuantitas (jumlah) tenaga
perpustakaan. Apabila ditelisik lebih lanjut, hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Sutarno NS. Menurut beliau, dalam mengembangkan sumber daya
manusia, sewajarnya dilakukan perencanaan yang baik agar
perpustakaan sekolah memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas.160 Beliau juga membagi pengembangan sumber daya
manusia ke dalam dua bidang. Pertama, dari kualitas pengetahuan,
keterampilan sikap, kepribadian, dan perilaku. Pengembangan
dibidang ini dilakukan dengan mengikutsertakan dalam pendidikan
formal berjenjang, seperti strata 1 dan strata 2, pendidikan diploma,
dan akademi; mengikutsertakan tenaga perpustakaan di dalam
pendidikan dan pelatihan; mengikutsertakan tenaga perpustakaan
dalam kursus-kursus sejenis; mengikutsertakan tenaga
perpustakaan dalam pendidikan profesional, misalnya menambah
kemampuan bahasa, dan mengikutsertakan tenaga perpustakaan
dalam latihan jabatan, pra jabatan, magang, dan sejenisnya. Kedua,
160 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 2: h.115.
96
dari kuantitas (jumlah) sumber daya manusia. Pengembangan
dibidang ini dilakukan dengan menambah jumlah pegawai, apabila
terjadi perkembangan organisasi atau volume pekerjaan
bertambah; mengurangi jumlah pegawai, apabila terjadi
perampingan struktur organisasi, dan mempertahankan yang ada,
namun dilakukan efisiensi dan efektivitas agar terjadi penghematan,
waktu, tenaga, biaya, serta sarana dan prasarana.161
2) Pengembangan Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang perencanaan
pengembangan sarana dan prasarana:
“Kalau rencana pengembangan sarana dan prasarana,
mungkin LCD kali ya untuk presentasi, terus ... ruang
presentasi. ... Karena kan kita rencananya tempat ini ...
setiap sebulan sekali ada semacam diskusi kecil ya, yang
nanti bekerja sama dengan BI Corner. Jadi, ... ruang ini
digunakan untuk kita menggunakan ... alat seperti LCD.
Mungkin itu salah satu pengembangan yang akan kita
beli.”162
“Pengembangan sarana dan prasarana yang sekarang itu ...
ya komputer. ... komputer itu ... untuk membantu mencari
informasi di perpustakaan. Kita mengadakan empat unit
komputer baru untuk pengembangan sarana.”163
“Kalau rencana pengembangan sarana dan prasarana, itu
memperbaiki rak-rak perpustakaan, terus menyediakan
komputer ...”164
161 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 2: h. 116–17.
162 Informan AG, Wawancara Pribadi.
163 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
164 Informan SP, Wawancara Pribadi.
97
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa rencana yang
dibuat Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta untuk
mengembangkan sarana dan prasarana, yaitu membeli LCD dan
membuat ruang untuk presentasi. Sedangkan rencana yang dibuat
Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta untuk mengembangkan
sarana dan prasarana ialah mengadakan komputer sebanyak empat
unit. Disisi lain, rencana yang dibuat Kepala Perpustakaan SMAN
55 Jakarta untuk mengembangkan sarana dan prasarana, yaitu
memperbaiki rak dan menyediakan komputer.
c. Merencanakan Anggaran
Perencanaan memegang peranan penting karena merupakan
proses awal untuk mencapai tujuan. Selain perencanaan program
pengembangan dan perencanaan pengembangan sumber daya
perpustakaan, perencanaan lainnya yang harus disusun oleh kepala
perpustakaan sekolah ialah perencanaan anggaran. Berdasarkan hasil
wawancara, berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta
tentang perencanaan anggaran:
“... jelas bapak belum buat ya. ... Yang jelas anggaran itu dibuat ...
berdasarkan anggaran 5%. Jadi, 5% dari sekolah itu nanti kita
implementasikan untuk membeli ... koleksi-koleksi, kemudian
peralatan, seperti itu. Kemudian alat-alat mendukung untuk
kelengkapan buku-buku, paling itu.”165
“Nah ini, kalau anggaran ini kaitannya ... dengan sekolah,
RAPBS, ... rencana belanja sekolah ya, jadi saya membuat
rencana anggarannya tidak sendiri, kepala sekolah juga ikut
165 Informan AG, Wawancara Pribadi.
98
menentukan. Sebetulnya dalam UU perpustakaan kan 5%, tapi
realisasinya belum maksimal untuk penggunaan. Jadi, semua
ditentukan oleh BOP, bantuan operasional ... pendidikan itu, di
situ ada sarana untuk sekolah. Anggaran ini biasanya untuk
pengadaan buku-buku paket atau buku-buku fiksi, gitu.”166
“Ibu gak buat anggaran. Anggaran paling langsung dari sekolah,
dari dana ... BOS atau BOP ya. Itu dipergunakan untuk membeli
koleksi perpustakaan.”167
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum membuat rencana anggaran
perpustakaan. Yang jelas, anggaran tersebut didapat dari sekolah
sebesar 5% dan nantinya digunakan untuk membeli koleksi, peralatan,
dan alat-alat pendukung lainnya. Sedangkan Kepala Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta sudah membuat rencana anggaran perpustakaan
bersama dengan kepala sekolah. Anggaran tersebut ditentukan dari
BOP sebesar 5% dan biasanya digunakan untuk mengadakan buku
paket atau buku fiksi. Lebih lanjut, Kepala Perpustakaan SMAN 55
Jakarta juga tidak membuat rencana anggaran perpustakaan. Yang pasti,
anggaran tersebut didapat Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta dari
anggaran BOS atau BOP dan nantinya digunakan untuk membeli
koleksi perpustakaan.
Secara keseluruhan, ketiga kepala perpustakaan sekolah tersebut
memperoleh anggaran untuk perpustakaan dari pihak sekolah.
Anggaran tersebut berasal dari BOP (Bantuan Operasional Pendidikan)
atau dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Apabila ditelisik lebih
lanjut, hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
166 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
167 Informan SP, Wawancara Pribadi.
99
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Dalam
pasal 23 ayat 6, disebutkan bahwa sekolah/madrasah mengalokasikan
dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional
sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan
belanja modal untuk mengembangkan perpustakaan.168
Perpustakaan sekolah membutuhkan seorang kepala perpustakaan
yang memiliki kompetensi dalam merencanakan program perpustakaan
sekolah. Perencanaan itu sendiri adalah proses menetapkan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan, serta menentukan prosedur dan metode
pelaksanaannya dalam rangka untuk mencapai tujuan.169 Menurut Handoko
dalam Nur, dkk., perencanaan adalah pemilihan dan penetapan tujuan
organisasi, serta penentuan strategi, kebijaksanaan, program, prosedur,
metode, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.170
Baik Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, maupun
SMAN 55 Jakarta sudah berusaha untuk memenuhi dan menjalankan
kompetensi merencanakan program perpustakaan sekolah. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 3 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Merencanakan Program Perpustakaan
Sekolah
No Indikator
Kondisi
Kepala Perpustakaan
SMAN 6 SMAN 8 SMAN 55
1 Merencanakan
Program
Pengembangan
168 Indonesia, Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, h. 15.
169 Surahdini, “Peranan Manajemen Perpustakaan Sekolah dalam Mendukung Tujuan Sekolah,”
h. 11-26.
170 Nur, Sowiyah, dan Hariri, “Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMA Negeri 12
Bandar Lampung,” h. 51-63.
100
1.1
Program
Pengembangan
Koleksi
1.2
Program
Promosi
Perpustakaan
Belum mem-
buat rencana
pengembangan
koleksi;
Melanjutkan
rencana yang
telah dibuat ke-
pala perpusta-
kaan terdahulu,
seperti penam-
bahan buku-
buku pelajaran
dan referensi.
Dengan cara
mengadakan
bimbingan pe-
makai pada
saat Masa
Pengenalan
Lingkungan
Sekolah;
Dengan cara
mengadakan
acara talkshow;
Mengadakan
pameran buku.
Dengan cara
penambahan
buku-buku
fiksi;
Dengan cara
penambahan
buku-buku
non-fiksi.
Dengan cara
menggunakan
pamflet;
Dengan cara
menggunakan
brosur;
Dengan cara
menampilkan
di Website se-
kolah;
Dengan cara
display buku-
buku populer;
Dengan cara
mengadakan
stan perpusta-
kaan.
Dengan cara
memasukkan
data buku ke
dalam SLIMS;
Dengan cara
penambahan
buku-buku
literasi;
Dengan cara
penambahan
buku-buku
pelajaran.
Dengan cara
mengadakan
kegiatan lite-
rasi;
Dengan cara
bekerja sama
dengan guru
bahasa Indo-
nesia.
2 Merencanakan
Pengembangan
Sumber Daya
Perpustakaan
2.1
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia
Dengan cara
mengadakan
penambahan
dua orang te-
naga perpusta-
kaan.
Dengan cara
mengikutserta-
kan tenaga per-
pustakaan ke
berbagai diklat;
Dengan cara
menyarankan
tenaga perpus-
Dengan cara
mengadakan
penambahan
tenaga perpus-
takaan.
101
2.2
Pengembangan
Sarana dan
Prasarana
Dengan cara
membeli LCD;
Dengan cara
membuat ru-
ang untuk pre-
sentasi.
takaan untuk
mengikuti pen-
didikan yang
lebih tinggi
lagi.
Dengan cara
mengadakan
komputer se-
banyak empat
unit.
Dengan cara
memperbaiki
rak;
Dengan cara
menyediakan
komputer.
3 Merencanakan
Anggaran Belum mem-
buat rencana
anggaran;
Yang pasti,
anggaran dida-
pat dari pihak
sekolah sebe-
sar 5% dan
nantinya digu-
nakan untuk
membeli ko-
leksi, perala-
tan, dan alat-
alat pendukung
lainnya.
Sudah mem-
buat rencana
anggaran;
Anggaran di-
tentukan dari
dana BOP se-
besar 5% dan
biasanya digu-
nakan untuk
mengadakan
buku paket
atau buku fiksi.
Tidak mem-
buat rencana
anggaran;
Yang pasti,
anggaran dida-
pat dari dana
BOP atau BOS
dan nantinya
digunakan
untuk membeli
koleksi
perpustakaan.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa Kepala Perpustakaan SMAN 6
Jakarta sudah memenuhi dan menjalankan tiga dari lima indikator penelitian
yang ada, di antaranya indikator merencanakan program promosi
perpustakaan, indikator merencanakan pengembangan sumber daya
manusia, serta indikator merencanakan pengembangan sarana dan prasarana.
Adapun indikator merencanakan program pengembangan koleksi dan
indikator merencanakan anggaran belum dipenuhi dan dijalankan oleh
Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta sebab beliau baru dilantik menjadi
kepala perpustakaan pada tahun ini sehingga belum maksimal dalam
menjalankan tugasnya. Untuk Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta, beliau
102
sudah memenuhi dan menjalankan semua indikator penelitian yang ada
pada kompetensi merencanakan program perpustakaan sekolah, yaitu
indikator merencanakan program pengembangan koleksi, indikator
merencanakan program promosi perpustakaan, indikator merencanakan
pengembangan sumber daya manusia, indikator merencanakan
pengembangan sarana dan prasarana, serta indikator merencanakan
pengembangan sarana dan prasarana. Sedangkan Kepala Perpustakaan
SMAN 55 Jakarta sudah memenuhi dan menjalankan empat dari lima
indikator penelitian yang ada, di antaranya indikator merencanakan program
pengembangan koleksi, indikator merencanakan program promosi
perpustakaan, indikator merencanakan pengembangan sumber daya
manusia, serta indikator merencanakan pengembangan sarana dan prasarana.
Adapun indikator yang belum dipenuhi dan dijalankan oleh beliau ialah
indikator merencanakan anggaran.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kepala Perpustakaan
SMAN 6 Jakarta belum sepenuhnya memiliki kompetensi manajerial dalam
merencanakan program perpustakaan sekolah. Lain halnya dengan Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta yang sudah memiliki
kompetensi manajerial dalam merencanakan program perpustakaan sekolah.
Sementara, Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta pada umumnya sudah
memiliki kompetensi manajerial dalam merencanakan program
perpustakaan sekolah, walaupun belum memenuhi dan menjalankan
indikator merencanakan anggaran. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
dijelaskan Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
103
Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Dalam Permendiknas tersebut dijelaskan
bahwa kepala perpustakaan dapat dikatakan memiliki kompetensi
manajerial dalam merencanakan program perpustakaan sekolah apabila
beliau merencanakan program pengembangan, merencanakan
pengembangan sumber daya perpustakaan, dan merencanakan anggaran.171
3. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Melaksanakan
Program Perpustakaan Sekolah
Seorang kepala perpustakaan sekolah dituntut untuk memiliki
kompetensi manajerial dalam melaksanakan program perpustakaan. Hasil
penelitian menunjukkan beberapa indikator yang peneliti kumpulkan
berkaitan dengan kompetensi manajerial kepala perpustakaan sekolah
dalam melaksanakan program perpustakaan sekolah. Adapun indikator-
indikator tersebut ialah kepala perpustakaan sekolah melaksanakan program
pengembangan, kepala perpustakaan sekolah melaksanakan pengembangan
sumber daya perpustakaan, kepala perpustakaan sekolah memanfaatkan
anggaran sesuai dengan program, dan kepala perpustakaan sekolah
mengupayakan bantuan finansial dari berbagai sumber.
a. Melaksanakan Program Pengembangan
Pelaksanaan memegang peranan penting karena merupakan
upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan. Salah satu
perencanaan yang harus dilaksanakan oleh kepala perpustakaan sekolah
ialah program pengembangan. Adapun program pengembangan yang
171 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
104
dimaksud di sini ialah program pengembangan koleksi dan program
promosi perpustakaan.
1) Program Pengembangan Koleksi
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pelaksanaan program
pengembangan koleksi:
“... selama ini sih, kalau untuk koleksi berjalan lancar. Kalau
untuk buku pelajaran, ya cukup berjalan lancar. Kemudian
untuk penambahan koleksi, itu saya belum tahu apakah
selama ini ... lancar atau tidak. Terus, untuk koleksi paling
setahun sekali. Biasanya sih awal tahun pelajaran, Juli atau
Agustus.”172
“Ya, sementara ini ya cukup berjalan. Memang untuk
pengembangannya ... kita mengadakan buku-buku yang
menarik ... Jadi, minat baca atau pun minat berkunjung
perpustakaan lebih tinggi, terutama di jam-jam kosong siswa
diharapkan bisa berkunjung ke perpustakaan atau membaca
buku. Setiap tahun ada ... pengembangan koleksi-koleksi,
tambahan-tambahan buku yang ada, kita adakan itu ...”173
“Pelaksanaan program pengembangan koleksi ya itu, kalau
kita sudah dapat koleksi buku perpustakaan, kita ... minta
supaya ... ada kegiatan literasi, ... Nah, kemudian ... meminta
guru bahasa Indonesia untuk memanfaatkan buku-buku
literasi yang ada di perpustakaan dalam kaitannya dengan
materi pembelajaran bahasa Indonesia. Pengembangan
koleksinya, kita lebih ... menitikberatkan kepada buku-buku
paket pelajaran. Itu biasanya setahun sekali, tepatnya tahun
ajaran baru, bulan Juli.”174
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa pelaksanaan
program pengembangan koleksi yang dilakukan oleh Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, sudah berjalan dengan cukup lancar,
172 Informan AG, Wawancara Pribadi.
173 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
174 Informan SP, Wawancara Pribadi.
105
yaitu dengan mengadakan buku-buku pelajaran. Bahkan program
pengembangan koleksi tersebut diadakan setiap setahun sekali,
sekitar bulan Juli atau Agustus. Sementara itu, pelaksanaan program
pengembangan koleksi yang dilakukan oleh Kepala Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta juga sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu
dengan mengadakan buku-buku yang menarik minat baca siswa.
Bahkan program pengembangan tersebut koleksi diadakan setiap
setahun sekali. Di pihak lain, pelaksanaan program pengembangan
koleksi yang dilakukan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
sejauh ini sudah berjalan, yaitu dengan mengadakan buku-buku
paket pelajaran. Bahkan program pengembangan koleksi tersebut
diadakan setiap setahun sekali, sekitar bulan Juli.
2) Program Promosi Perpustakaan
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pelaksanaan program
promosi perpustakaan:
“Program promosi selama ini yang lalu-lalu itu sih lancar.
Misalnya untuk ke anak-anak, informasi pada saat MPLS itu
disampaikan. Kemudian untuk ... mendatangkan pameran
buku, lancar. Itu yang saya tahu ya. Untuk program promosi
ini, mungkin setahun sekali ada. Karena saya baru setahun di
sini, pernah ada sekali jadinya. Kelihatannya setahun
sekali.”175
“Promosi cukup baik ya pelaksanaannya. Kami ... mendisplay
buku-buku yang baru, kemudian juga ada bedah buku, jadi
siswa mempunyai minat baca yang tinggi. Kita promosinya
enggak per insidentil. Tapi, kalau promosi yang ... bedah
175 Informan AG, Wawancara Pribadi.
106
buku, ... itu hanya insidentil, artinya hanya satu tahun sekali.
Kalau yang berkelanjutan, kita display buku-buku yang
bermutu misalnya, sehingga siswa atau pengunjung bisa
punya minat baca yang tinggi.”176
“... pelaksanaan promosi perpustakaan, ya kita pakai ...
program literasi tadi. ... Sejauh ini literasi sudah berjalan.
Kalau kegiatan literasi, itu seminggu sekali setiap Jum’at ...
untuk kelas sepuluh. Untuk kelas sebelas dan dua belasnya, itu
biasanya guru bahasa Indonesia menggerakkan ... anak-anak
untuk mencari bahan-bahan materi yang sesuai dengan materi
yang diajarkan di perpustakaan.”177
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa pelaksanaan
program promosi perpustakaan yang dilakukan oleh Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, sudah berjalan dengan lancar, yaitu
dengan memberikan informasi terkait perpustakaan pada saat Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah, mengadakan pameran buku, dan
lain sebagainya. Bahkan program promosi tersebut diadakan setiap
setahun sekali. Sementara itu, pelaksanaan program promosi
perpustakaan yang dilakukan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 8
Jakarta juga sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu dengan
mendisplay buku dan mengadakan bedah buku. Promosi dengan
bedah buku diadakan setahun sekali sedangkan promosi dengan
mendisplay buku diadakan secara berkelanjutan. Di pihak lain,
pelaksanaan program promosi perpustakaan yang dilakukan oleh
Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta sejauh ini sudah berjalan,
yaitu dengan mengadakan kegiatan literasi dan bekerja sama dengan
guru bahasa Indonesia. Program promosi tersebut ada yang diadakan
176 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
177 Informan SP, Wawancara Pribadi.
107
setiap hari Jum’at dan ada yang diadakan sesuai mata pelajaran
bahasa Indonesia.
b. Melaksanakan Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan
Pelaksanaan memegang peranan penting karena merupakan
upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan. Selain
program pengembangan, perencanaan lainnya yang harus dilaksanakan
oleh kepala perpustakaan sekolah ialah pengembangan sumber daya
perpustakaan. Adapun pengembangan sumber daya perpustakaan yang
dimaksud di sini ialah pengembangan sumber daya manusia dan
pengembangan sarana dan prasarana.
1) Pengembangan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pelaksanaan
pengembangan sumber daya manusia:
“... pelaksanaannya sudah berjalan. Kita sering kerja sama
dengan dinas ya, kita diundang. Dinas Perpustakaan
maupun Dinas Pendidikan DKI itu mengundang ... pegawai
perpustakaan untuk mengikuti pelatihan, seperti itu.”178
“Ya, untuk pelaksanaannya, ... karena sumber daya manusia
di kita itu cuma dua ..., jadi kalau misalnya satu staf itu
dibawa ke diklat, ya kosong. Jadi, gak maksimal, belum
optimal sekali untuk pengembangan sumber daya
manusianya.”179
“Pelaksanaan program sumber daya manusia, ya itu tadi
mengarahkan tenaga perpustakaan yang ada, memberi
bimbingan mengenai perpustakaan di SMAN 55 ini.
Pelaksanaannya ini ya belum maksimal karena dia ... bukan
178 Informan AG, Wawancara Pribadi.
179 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
108
sepenuhnya sebagai pustakawan, tapi dia harus bisa
membagi waktu.”180
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa dalam
melaksanakan pengembangan sumber daya manusia, Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta sering mendapatkan undangan
pelatihan yang ditujukan untuk tenaga perpustakaan. Di sisi lain,
pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan
oleh Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta masih belum berjalan
dengan maksimal dikarenakan masih kurangnya tenaga
perpustakaan yang ada. Sedangkan pelaksanaan program
pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan oleh Kepala
Perpustakaan SMAN 55 juga masih belum berjalan dengan
maksimal dikarenakan tenaga perpustakaan yang ada sepenuhnya
bukan pustakawan.
2) Pengembangan Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pelaksanaan
pengembangan sarana dan prasarana:
“... pelaksanaannya baru membuat program saja ya, seperti
yang tadi sudah bapak sebutkan. Kemudian, untuk
merealisasikannya, kita belum, kita belum memilih di
mananya.”181
“Sarana dan prasarana, ya, pelaksanaan pengembangannya
ya berkelanjutan juga. Tapi, ... kita kan sarana dan
180 Informan SP, Wawancara Pribadi.
181 Informan AG, Wawancara Pribadi.
109
prasarana ditentukan oleh pemerintah, jadi ya menunggu itu,
dana bantuan dari pemerintah.”182
“Program pengembangan sarana dan prasarana, ya terus
dikembangkan. Ya, itu tadi ... memperbaiki rak-rak
perpustakaan, meja kursi perpustakaan, kemudian ...
komputer, terus AC, kemudian fasilitas buat anak, misalnya
pakai karpet, begitu saja sarana dan prasarana
perpustakaan. Pelaksanaannya ya sudah berjalan.”183
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta baru sekedar membuat program
pengembangan sarana dan prasarana, belum sampai pada tahap
merealisasikan apa yang sudah direncanakan tersebut. Sedangkan
pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana yang dilakukan
oleh Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta terus dilaksanakan
secara berkelanjutan sembari menunggu dana dari pemerintah.
Sementara itu, pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana
yang dilakukan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta sejauh
ini sudah berjalan (misalnya karpet, AC, dan lain sebagainya) dan
akan terus dikembangkan (misalnya komputer, memperbaiki rak
perpustakaan, dan lain sebagainya).
c. Memanfaatkan Anggaran sesuai dengan Program
Setelah anggaran direncanakan, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana memanfaatkan anggaran dengan sebaik dan seefisien
mungkin, serta sesuai dengan program yang telah direncanakan
sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
182 Informan ER, Wawancara Pribadi, 29 Agustus 2018.
183 Informan SP, Wawancara Pribadi.
110
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN
8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pemanfaatan anggaran:
“Nah, itu saya belum tahu. Selama ini kan ... sudah praktek, tapi
saya belum. Kita baru mengajukan. Gak tahu tahun-tahun yang
lalu. Paling buat beli buku langsung ya. Oh, itu yang beli
penambahan buku, anggaran itu yang digunakan. Tapi, ... yang
bayar kan sekolah ya, kita gak tahu menahu. Selama ini seperti
itu, jadi langsung sekolah yang belanja. Nah, anggaran ini turun
setahun sekali, itu pun kalau kita minta. Kalau gak diminta, ya
gak turun.”184
“Nah, ini. Jadi, anggaran perpustakaan sekolah itu kan
kaitannya dengan BOP, Bantuan Operasional Pendidikan. BOP
itu biasanya pengguna anggarannya itu kepala sekolah. Jadi,
pemanfaatannya kadang-kadang tergantung kebutuhan sekolah.
Tapi, lebih banyak pada pengadaan buku-buku sekolah, buku-
buku paket terutama yang berhubungan dengan kurikulum 2013.
Jadi, di sini perpustakaan atau kepala perpustakaan tidak
mengolah anggaran sendiri, tapi anggaran sudah ada dari BOP
dan kepala sekolah yang menentukan. Anggaran itu kan kalau di
BOP, triwulan, tiga bulan sekali. Tapi, kan peruntukannya tiga
bulan turun, tiga bulan turun, tapi itu ... anggaran dalam satu
tahun. Turun itu, ya di situ sudah ada ditentukan pos-pos mana
digunakan di perpustakaan. Jadi, tidak bisa penggunaan
anggaran yang, yang istilahnya insidentil, tiba-tiba gitu. Enggak.
Tapi, sudah ada pos yang ditentukan di BOP itu. ...”185
“Pemanfaatan anggaran perpustakaan, ... ibu gak tahu itu mah.
Pemanfaatannya ya pokoknya ibu ... misalnya ... membutuhkan
karpet, ya sudah ... ibu bilang kalau kita butuh karpet, nanti
diadakan pembelian untuk karpet sesuai dengan anggaran
sekolah. Terus misalnya, butuh rak, ya kita mengajukan
kebutuhan rak ke sekolah. Nanti diadakan pembelian rak sekolah,
begitu saja. Untuk anggaran turunnya kapan, ibu gak ngerti itu.
Jadi, ibu pokoknya mengajukan kebutuhan perpustakaan ke
sekolah, apa-apa saja yang dibutuhkan oleh perpustakaan, nanti
oleh sekolah kalau ada anggarannya dibelikan, kalau ada
anggarannya. ... Tapi, sekolah memenuhi kebutuhan tersebut
melihat dari RKASnya. Jadi, kalau di situ tertulis ada anggaran
yang ibu ajukan, ya dipenuhi. Tapi, kalau yang ibu ajukan di
RKAS gak tertulis, ya berarti ditunda dulu, nanti di ... RKAS
berikutnya, begitu.”186
184 Informan AG, Wawancara Pribadi.
185 Informan ER, Wawancara Pribadi, Perekam Suara via Ponsel, 31 Agustus 2018.
186 Informan SP, Wawancara Pribadi.
111
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa anggaran yang
diperuntukkan bagi Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dimanfaatkan untuk
membeli koleksi buku. Tetapi, dalam pelaksanaannya, bukan
perpustakaan yang belanja kebutuhan tersebut, melainkan langsung dari
pihak sekolah. Selain itu, anggaran turun dalam kurun waktu setahun
sekali, itu pun jika Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta meminta
kepada pihak sekolah. Begitu pula dengan Perpustakaan SMAN 8
Jakarta, anggaran yang diperuntukkan bagi Perpustakaan SMAN 8
Jakarta ini dimanfaatkan untuk mengadakan buku-buku sekolah,
terutama buku paket. Dalam pelaksanaannya, Kepala Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta tidak mengolah anggaran sendiri, melainkan sudah
ada di dalam BOP dan sudah ditentukan oleh kepala sekolah. Selain itu,
karena anggaran ada di dalam BOP, maka anggaran tersebut turun
dalam kurun waktu tiga bulan sekali. Sedangkan anggaran yang
memang diperuntukkan bagi Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
dimanfaatkan untuk kebutuhan perpustakaan, seperti membeli karpet,
rak, dan lain sebagainya. Kebutuhan perpustakaan tersebut nantinya
diajukan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta, yang mana
selanjutnya akan dibelikan langsung oleh pihak sekolah jika tertulis di
dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Sedangkan
untuk masalah turunnya anggaran, beliau tidak terlalu mengerti terkait
hal itu.
Secara keseluruhan, ketiga perpustakaan sekolah tersebut sudah
memanfaatkan anggaran yang diperoleh dari pihak sekolah untuk
112
mengadakan kebutuhan perpustakaan, seperti membeli koleksi, karpet,
rak, dan lain sebagainya. Apabila ditelisik lebih lanjut, hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Darmono dalam buku Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek
Manajemen dan Tata Kerja. Darmono menjelaskan bahwa penggunaan
anggaran perpustakaan sekolah pada umumnya dikelompokkan dalam
beberapa bagian, seperti operasional perpustakaan (pembayaran
telepon, listrik, air), pengadaan alat kantor, pengadaan dan pengolahan
koleksi, pemeliharaan koleksi, penyebaran informasi, pemasaran dan
promosi jasa perpustakaan, perjalanan dinas, perbaikan dan perawatan
gedung, serta perbaikan dan perawatan alat.187
d. Mengupayakan Bantuan Finansial dari Berbagai Sumber
Selain dari pihak sekolah, kepala perpustakaan sekolah juga bisa
mengupayakan bantuan finansial dari berbagai pihak. Berdasarkan hasil
wawancara, berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta
tentang pengupayaan bantuan finansial:
“Kalau dari pihak luar sih kita belum pernah ya. Kalau dari
pihak luar kita belum ada semacam finansial. Kalau dari dalam
ya anggaran 5% itu. Ya itu pun bapak ... belum tahu gitu yang
5% itu benar turun semua atau tidak. Terus terang saya belum
tahu ya karena saya baru. Mungkin tahun lalu sudah
maksimal.”188
“Ya upaya kita untuk bantuan itu ya menggunakan atau
memaksimalkan ... bantuan itu semaksimal mungkin untuk
kebutuhan pendidikan, terutama untuk siswa. Kalau bantuan
eksternal, karena kita punya aturan sih ya, jadi bantuan eksternal
187 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h. 45–46.
188 Informan AG, Wawancara Pribadi.
113
itu ... gak boleh diberikan cuma-cuma karena nanti jatuhnya
gratifikasi. Jadi, kita lebih selektif lagi. Tapi, selama ini belum
ada sih. Belum ada secara langsung karena dari pihak sekolah
sudah membatasi, sudah memberikan, kecuali kalau instansi.
Antar instansi kita mengajukan, kaya buku-buku berbahasa asing
ini kan bantuan, buku-buku yang retur yang tidak dipakai oleh
sekolah British School kalau gak salah. Jadi, tanpa ada embel-
embel perorangan atau pun pihak tertentu yang ini.”189
“Bantuan finansial ibu gak pernah dapat. .... Dari luar, gak ada.
Jadi, benar-benar dari anggaran dari sekolah. Dari sekolah pun
itu ibu mengajukan bentuk barang, terus nanti juga didatangkan
dalam bentuk barang, bukan finansial. Jadi, kita gak megang,
sama sekali, gak ada finansial. Jadi, ... sesuai kebutuhan. Barang
dibelikan sesuai dengan kebutuhan.”190
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum pernah mendapatkan bantuan
finansial dari pihak luar. Jadi, Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
hanya mendapatkan bantuan finansial dari pihak sekolah sebesar 5%.
Sama seperti Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, selain bantuan
finansial dari pihak sekolah, Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta juga
belum pernah mendapatkan bantuan finansial dari pihak luar. Adapun
bantuan yang pernah didapat Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
ialah berupa buku-buku yang sudah tidak dipakai oleh British School,
bukan berupa uang secara langsung. Begitu pula dengan Kepala
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta, bantuan finansial hanya didapat dari
pihak sekolah, itu pun bukan berupa uang, melainkan dalam bentuk
barang. Sedangkan dari pihak luar, Kepala Perpustakaan SMAN 55
Jakarta juga belum pernah mendapatkan bantuan finansial.
189 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
190 Informan SP, Wawancara Pribadi.
114
Perpustakaan sekolah membutuhkan seorang kepala perpustakaan
yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan program perpustakaan
sekolah. Pelaksanaan adalah upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan melalui beberapa pengarahan dan pemotivasian agar
setiap karyawan dapa melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan
peran, tugas dan tanggung jawabnya. 191 Pelaksanaan sebuah kegiatan
memerlukan adanya pengorganisasian yang baik agar tugas dari setiap anggota
organisasi dapat dilaksanakan dengan baik. 192 Pelaksanaan program
perpustakaan sekolah ini merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah
dibuat sebelumnya.
Baik Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta,
maupun SMAN 55 Jakarta sudah berusaha untuk memenuhi dan
menjalankan kompetensi melaksanakan program perpustakaan sekolah.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 4 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Melaksanakan Program Perpustakaan
Sekolah
No Indikator
Kondisi
Kepala Perpustakaan
SMAN 6 SMAN 8 SMAN 55
1 Melaksanakan
Program
Pengembangan
1.1
Program
Pengembangan
Koleksi
Berjalan deng-
an cukup lan-
car, yaitu deng-
an mengadakan
Berjalan deng-
an cukup baik,
yaitu dengan
mengadakan
Sudah berjalan,
yaitu dengan
mengadakan
191 Roziana dan Nurhikmahyanti, “Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Dalam Menunjang
Proses Pembelajaran di MA Darussalam Desa Kumalasa Kecamatan Sangkapura Bawean
Kabupaten,” h. 214-228.
192 Nur, Sowiyah, dan Hariri, “Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMA Negeri 12
Bandar Lampung,” h. 51-63.
115
1.2
Program
Promosi
Perpustakaan
buku-buku pe-
lajaran;
Diadakan se-
tiap setahun se-
kali, sekitar bu-
lan Juli atau
Agustus.
Berjalan deng-
an lancar, yaitu
dengan mem-
berikan infor-
masi terkait
perpustakaan
pada saat Masa
Pengenalan
Lingkungan
Sekolah;
Mengadakan
pameran buku,
dan lain seba-
gainya;
Diadakan se-
tiap setahun se-
kali.
buku-buku
yang menarik
minat baca sis-
wa;
Diadakan se-
tiap setahun se-
kali.
Berjalan deng-
an cukup baik,
yaitu dengan
mendisplay
buku dan
mengadakan
bedah buku;
Bedah buku di-
adakan setahun
sekali sedang-
kan men-
display buku
diadakan seca-
ra berkelan-
jutan.
buku-buku pa-
ket pelajaran;
Diadakan se-
tiap setahun se-
kali, sekitar bu-
lan Juli.
Sudah berjalan,
yaitu dengan
mengadakan
kegiatan lite-
rasi dan bekerja
sama dengan
guru bahasa
Indonesia;
Kegiatan lite-
rasi diadakan
setiap hari
Jum’at sedang-
kan bekerja
sama dengan
guru bahasa
Indonesia di-
adakan sesuai
mata pelajaran
tersebut.
2 Melaksanakan
Pengembangan
Sumber Daya
Perpustakaan
2.1
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia
Sudah berjalan,
dilihat dari se-
ringnya men-
dapat undang-
an dari Dinas
Perpustakaan
atau Dinas
Pendidikan
DKI untuk
mengikutserta-
kan tenaga per-
pustakaan ke
berbagai pelati-
han.
Belum berjalan
dengan maksi-
mal dikarena-
kan masih ku-
rangnya tenaga
perpustakaan
yang ada.
Belum berjalan
dengan maksi-
mal dikarena-
kan tenaga per-
pustakaan yang
ada bukan se-
penuhnya se-
bagai seorang
pustakawan.
116
2.2
Pengembangan
Sarana dan
Prasarana
Belum direali-
sasikan, baru
sekedar mem-
buat rencana
saja.
Sudah dilaku-
kan secara ber-
kelanjutan
sembari me-
nunggu dana
dari pemerin-
tah.
Sudah berjalan
dan akan terus
dikembang-
kan.
3 Memanfaatkan
Anggaran sesuai
dengan Program
Anggaran di-
manfaatkan un-
tuk membeli
koleksi buku;
Langsung dari
pihak sekolah
yang belanja
koleksi buku
tersebut;
Anggaran tu-
run dalam ku-
run waktu se-
tahun sekali.
Anggaran di-
manfaatkan un-
tuk mengada-
kan buku-buku
sekolah, teruta-
ma buku paket;
Anggaran un-
tuk perpusta-
kaan terdapat
di BOP dan
sudah ditentu-
kan oleh kepala
sekolah;
Anggaran tu-
run dalam ku-
run waktu tiga
bulan sekali.
Anggaran di-
manfaatkan un-
tuk kebutuhan
perpustakaan,
seperti mem-
beli karpet, rak,
dan lain seba-
gainya;
Kebutuhan per-
pustakaan yang
diajukan akan
dibelikan lang-
sung oleh pihak
sekolah jika
tertulis di da-
lam Rencana
Kegiatan dan
Anggaran Se-
kolah (RKAS);
Kepala perpus-
takaan tidak
terlalu meng-
erti terkait ma-
salah turunnya
anggaran.
4 Mengupayakan
Bantuan
Finansial dari
Berbagai
Sumber
Bantuan finan-
sial hanya dari
pihak sekolah
sebesar 5%;
Belum pernah
mendapatkan
bantuan finan-
sial dari pihak
luar.
Bantuan finan-
sial hanya dari
pihak sekolah;
Belum pernah
mendapatkan
bantuan finan-
sial dari pihak
luar.
.
Bantuan finan-
sial hanya dari
pihak sekolah,
itu pun bukan
berupa uang,
melainkan
dalam bentuk
barang;
Belum pernah
mendapatkan
bantuan finan-
sial dari pihak
luar.
117
Dari tabel di atas, terlihat bahwa Kepala Perpustakaan SMAN 6
Jakarta sudah memenuhi dan menjalankan lima dari enam indikator
penelitian yang ada, di antaranya indikator melaksanakan program
pengembangan koleksi, indikator melaksanakan program promosi
perpustakaan, indikator melaksanakan pengembangan sumber daya
manusia, indikator memanfaatkan anggaran sesuai dengan program, dan
indikator mengupayakan bantuan finansial dari berbagai sumber. Adapun
indikator yang belum dipenuhi dan dijalankan oleh beliau ialah indikator
melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana. Sementara, Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta sudah memenuhi dan
menjalankan semua indikator penelitian yang ada pada kompetensi
melaksanakan program perpustakaan sekolah, walaupun di beberapa
indikator belum berjalan dengan maksimal, seperti pada indikator
melaksanakan pengembangan sumber daya manusia dan indikator
mengupayakan bantuan finansial dari berbagai sumber. Bila diperhatikan
lebih lanjut, pada indikator mengupayakan bantuan finansial dari berbagai
sumber, baik Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta,
maupun SMAN 55 Jakarta sama-sama belum pernah mendapatkan bantuan
finansial dari pihak luar. Jadi, ketiganya hanya bergantung pada bantuan
finansial yang diberikan oleh pihak sekolah.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta sudah memiliki kompetensi manajerial
dalam melaksanakan program perpustakaan sekolah, walaupun belum
memenuhi dan menjalankan indikator melaksanakan pengembangan sarana
118
dan prasarana. Sementara, Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan
SMAN 55 Jakarta sudah memiliki kompetensi manajerial dalam
melaksanakan program perpustakaan sekolah. Hal tersebut sesuai dengan
apa yang dijelaskan Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Dalam Permendiknas tersebut
dijelaskan bahwa kepala perpustakaan dapat dikatakan memiliki
kompetensi manajerial dalam melaksanakan program perpustakaan sekolah
apabila beliau melaksanakan program pengembangan, melaksanakan
pengembangan sumber daya perpustakaan, memanfaatkan anggaran sesuai
program, dan mengupayakan bantuan finansial dari berbagai sumber.193
4. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Memantau
Pelaksanaan Program Perpustakaan Sekolah
Seorang kepala perpustakaan sekolah dituntut untuk memiliki
kompetensi manajerial dalam memantau pelaksanaan program perpustakaan
sekolah. Hasil penelitian menunjukkan beberapa indikator yang peneliti
kumpulkan berkaitan dengan kompetensi manajerial kepala perpustakaan
sekolah dalam pemantauan pelaksanaan program perpustakaan sekolah.
Adapun indikator-indikator tersebut ialah kepala perpustakaan sekolah
memantau pelaksanaan program pengembangan, kepala perpustakaan
sekolah memantau pelaksanaan pengembangan sumber daya perpustakaan,
dan kepala perpustakaan sekolah memantau penggunaan anggaran.
a. Memantau Pelaksanaan Program Pengembangan
193 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
119
Setelah program pengembangan dilaksanakan, langkah
selanjutnya yang dilakukan oleh kepala perpustakaan sekolah ialah
mengamati dengan cermat perkembangan dari pelaksanaan program
pengembangan tersebut. Adapun program pengembangan yang
dimaksud di sini ialah program pengembangan koleksi dan program
promosi perpustakaan.
1) Program Pengembangan Koleksi
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pemantauan
pelaksanaan program pengembangan koleksi:
“... kalau pemantauannya ya mungkin ... karena setiap hari
kita di sini ada tenaga perpustakaan yang memantau, yang
melihat, yang melayani, kemudian mungkin baru saya
sebagai koordinasi di saat-saat memang saya ada waktu
setelah pembelajaran ya. Khususnya kalau saya memang
punya waktu sekitar 12 jam sebenarnya, begitu. Alokasi
untuk kita tenaga perpustakaan itu 12 jam.”194
“Pemantauannya ... ya melihat mana koleksi yang
dibutuhkan, mana yang sudah tidak dibutuhkan, begitu loh. ...
Kalau yang sudah tidak dibutuhkan, kita punya gudang, di
masukan ke gudang, begitu. ... istilahnya penyiangan ya,
setiap tahun penyiangan yang mana-mana ini dihapuskan.
Pemantauannya selama ini hanya itu saja.”195
“Pemantauannya itu, menertibkan buku-buku yang dipinjam
anak supaya dikembalikan tepat waktu. Karena kalau gak
gitu, anak ... gak disiplin mengembalikan ... bukunya.
Akibatnya buku hilang, atau buku rusak, begitu.”196
194 Informan AG, Wawancara Pribadi.
195 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
196 Informan SP, Wawancara Pribadi.
120
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa pemantauan
terhadap pelaksanaan program pengembangan koleksi dilakukan
Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dengan cara berkoordinasi
dengan tenaga perpustakaan. Pemantauan tersebut dilakukan
Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta setelah beliau selesai
mengajar. Lain halnya dengan Kepala Perpustakaan SMAN 8
Jakarta, pemantauan yang dilakukan beliau terhadap pelaksanaan
program pengembangan koleksi, yaitu dengan melihat koleksi
mana yang masih dibutuhkan dan mana yang sudah tidak
dibutuhkan. Nantinya koleksi yang sudah tidak dibutuhkan akan
dimasukkan ke dalam gudang. Sedangkan pemantauan yang
dilakukan Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta terhadap
pelaksanaan program pengembangan koleksi, yaitu dengan cara
menertibkan buku-buku yang dipinjam siswa agar dikembalikan
tepat waktu.
2) Program Promosi Perpustakaan
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pemantauan
pelaksanaan program promosi perpustakaan:
“Ya kalau pemantauan program promosi, saya belum tahu
ya karena belum saya lakukan. Mungkin yang lalu-lalu sih
ya berjalan saja sesuai dengan program yang sudah dibuat.
Lancarlah.”197
197 Informan AG, Wawancara Pribadi.
121
“Promosi, pemantauannya ya hanya dengan melihat daftar
kunjungan ya.”198
“Program promosi, pemantauannya ya dilihat ... setiap
bulan seberapa banyak pengunjung perpustakaan, seberapa
banyak siswa yang memanfaatkan koleksi perpustakaan,
begitu.”199
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum melakukan pemantauan
terhadap program promosi perpustakaan. Berbeda dengan Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta, pemantauan yang dilakukan beliau
terhadap pelaksanaan program pengembangan koleksi, yaitu
dengan cara melihat daftar kunjungan siswa ke perpustakaan.
Sementara itu, pemantauan yang dilakukan Kepala Perpustakaan
SMAN 55 Jakarta terhadap pelaksanaan program promosi
perpustakaan, yaitu dengan cara melihat seberapa banyak
pengunjung yang mengunjungi perpustakaan setiap bulannya dan
melihat seberapa banyak siswa yang memanfaatkan koleksi
perpustakaan.
b. Memantau Pelaksanaan Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan
Setelah pengembangan sumber daya perpustakaan dilaksanakan,
langkah selanjutnya yang dilakukan oleh kepala perpustakaan sekolah
ialah mengamati dengan cermat perkembangan dari pelaksanaan
pengembangan sumber daya tersebut. Adapun pengembangan sumber
198 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
199 Informan SP, Wawancara Pribadi.
122
daya perpustakaan yang dimaksud di sini ialah pengembangan sumber
daya manusia serta pengembangan sarana dan prasarana.
1) Pengembangan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pemantauan
pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia:
“... kalau hanya sekedar memantau kan melihat saja ya. Ya
apakah ... berjalan ... sesuai deadline yang ditentukan oleh
sekolah maupun dari pihak yang terkait, misalnya
Perpustakaan Nasional atau Perpustakaan DKI atau Dinas
Pendidikan yang berhubungan dengan masalah
perpustakaan. Seperti itu.”200
“Pemantauannya ya paling secara lisan saja. Artinya,
kemarin misalnya ditugaskan untuk workshop. Itu kan
pengembangan sumber daya itu kaitannya biasanya untuk
peningkatan kompetensi, peningkatan pengetahuan, paling
pemantauannya kalau ada ditugaskan ikut workshop atau
pun ikut seminar, lalu kita tanyakan tentang ya apakah
mendapatkan sertifikat, terus hasilnya apa saja yang bisa
diterapkan untuk perpustakaan kita.”201
“Pemantauannya, ibu melihat hasil kerja dia, misalnya ...
dilihat dari kondisi fisik perpustakaan setiap harinya, siap
atau tidak digunakan oleh siswa.”202
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa dalam
memantau pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia,
Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta melakukannya dengan cara
melihat apakah pengembangan tersebut berjalan sesuai deadline
yang ditentukan oleh pihak sekolah maupun pihak terkait lainnya.
200 Informan AG, Wawancara Pribadi.
201 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
202 Informan SP, Wawancara Pribadi.
123
Disisi lain, Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dalam
memantau pelaksanaan program pengembangan sumber daya
manusia, beliau melakukannya secara lisan dengan bertanya
kepada tenaga perpustakaan mengenai hasil yang didapat dari
kegiatan pelatihan tersebut. Sementara itu, dalam memantau
pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia, Kepala
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta melakukannya dengan melihat
hasil kerja tenaga perpustakaan. Dari situ, beliau bisa menentukan
apakah perpustakaan tersebut siap digunakan oleh para siswa atau
tidak.
2) Pengembangan Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pemantauan
pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana:
“... pemantauannya itu tentu kita melihat ... perencanaan
tentang pengadaan sarana dan prasarana. Kemudian yang
kedua, ... kita ... pengadaan sarana dan prasarana. Setelah
pengadaan nanti, ... kita menjaga sarana dan prasarana itu
tetap bisa digunakan dengan baik.”203
“Ya, kalau pemantauan sarana dan prasarana, kita lihat ...
sarana dan prasarana misalnya ... kursi ..., kursi itu apakah
masih bagus atau enggak. Kalau misalnya kursi itu patah
kakinya, ... nah, kita usulkan untuk mengadakan penggantian.
Atau sarana yang lain misalnya ada yang rusak, buku ada
yang rusak ya kita ada perbaikan, begitu.”204
“Pemantauannya, ... dilihat kondisi rak atau karpet, masih
layak atau tidak.”205
203 Informan AG, Wawancara Pribadi.
204 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
205 Informan SP, Wawancara Pribadi.
124
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta juga melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana.
Pemantauan tersebut dilakukan dengan cara melihat rencana
pengadaan sarana dan prasarana, kemudian melihat realisasi dari
rencana tersebut, serta menjaga sarana dan prasarana yang ada.
Sedangkan cara Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dalam
memantau pelaksanaan program pengembangan sarana dan
prasarana ialah dengan melihat sarana dan prasarana yang ada
tersebut masih bagus atau sudah tidak bagus. Nantinya sarana dan
prasarana yang sudah rusak atau sudah tidak bagus akan diperbaiki
atau diusulkan untuk membeli baru. Tak ketinggalan, Kepala
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta juga melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana. Cara
yang dilakukan beliau untuk memantau pelaksanaan program
pengembangan sarana dan prasarana ialah dengan melihat kondisi
dari sarana dan prasarana tersebut. Dari situ, beliau bisa melihat
mana sarana dan prasarana yang masih layak dan mana yang sudah
tidak layak.
c. Memantau Penggunaan Anggaran
Setelah anggaran direncanakan dan diimplementasikan, langkah
selanjutnya yang dilakukan oleh kepala perpustakaan ialah mengamati
dengan cermat perkembangan dari pemanfaatan anggaran tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan yang
125
disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang pemantauan penggunaan
anggaran:
“... kalau itu ... terus terang saya gak bisa jawab karena ...
memang sekarang ini kita belum dilibatkan ya, khususnya saya
baru, belum dilibatkan dalam pembuatan anggaran itu. Jadi saya
tidak bisa mantau itu.”206
“Pemantauannya, ... kalau anggaran kita enggak punya
wewenang khusus. Ya jadi kita enggak bisa memantau
anggaran, ... kita hanya menerima. Misalnya ada buku paket, ya
kita hanya menerima itu. ... bendahara sekolah yang
berhubungan dengan BOP itu yang membelinya. ... Pemantauan
anggarannya, oh anggaran dari ini BOP.”207
“Gak bisa ibu, gak bisa memantau. Karena ibu kan tadi itu,
mendapatkan kebutuhan itu, ibu mengajukan dulu, kalau sekolah
ada anggarannya, dibelikan. Itu pun kalau tertulis, kalau gak ada,
berarti enggak.”208
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta tidak bisa memantau penggunaan
anggaran perpustakaan disebabkan pihak sekolah belum melibatkan
Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dalam pembuatan anggaran.
Seperti halnya Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta yang juga tidak
bisa memantau penggunaan anggaran perpustakaan dikarenakan tidak
mempunyai wewenang khusus terhadap anggaran. Begitu pula dengan
Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta yang juga tidak bisa memantau
penggunaan anggaran perpustakaan dikarenakan langsung dari pihak
sekolahlah yang membelikan semua kebutuhan perpustakaan yang
diajukan.
206 Informan AG, Wawancara Pribadi.
207 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
208 Informan SP, Wawancara Pribadi.
126
Perpustakaan sekolah membutuhkan seorang kepala perpustakaan
yang memiliki kompetensi dalam memantau pelaksanaan program
perpustakaan sekolah. Pemantauan merupakan aktivitas yang dilakukan
pimpinan untuk melihat dan memantau jalannya organisasi selama
kegiatan berlangsung, menilai ketercapaian tujuan, serta melihat faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan program.209 Pemantauan juga bisa
diartikan sebagai aktivitas internal dari suatu program manajemen yang
ditujukan untuk menentukan apakah program dari suatu proyek telah
diimplementasikan sesuai dengan yang telah direncanakan.210
Baik Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta,
maupun SMAN 55 Jakarta sudah berusaha untuk memenuhi dan
menjalankan kompetensi memantau pelaksanaan program perpustakaan
sekolah. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 5 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Memantau Pelaksanaan Program
Perpustakaan Sekolah
No Indikator
Kondisi
Kepala Perpustakaan
SMAN 6 SMAN 8 SMAN 55
1 Memantau
Pelaksanaan
Program
Pengembangan
1.1
Program
Pengembangan
Koleksi
Dengan cara
berkoordinasi
dengan tenaga
perpustakaan
ketika ada
waktu luang
Dengan cara
melihat koleksi
mana yang ma-
sih dibutuhkan
dan mana yang
Dengan cara
menertibkan
buku-buku
yang dipinjam
siswa agar di-
209 Moerdiyanto, “Teknik Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam Rangka Memperoleh
Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen.”
210 Nabiu dan Sukiyono, “Metode Monitoring dan Evaluasi: Diskusi,” h. 157-163.
127
1.2
Program
Promosi
Perpustakaan
setelah meng-
ajar.
Belum mela-
kukan peman-
tauan terhadap
program pro-
mosi perpus-
takaan.
sudah tidak
dibutuhkan.
Dengan cara
melihat daftar
kunjungan sis-
wa ke perpus-
takaan.
kembalikan te-
pat waktu.
Dengan cara
melihat sebe-
rapa banyak
pengunjung
yang mengun-
jungi perpus-
takaan setiap
bulannya;
Dengan cara
melihat sebe-
rapa banyak
siswa yang me-
manfaatkan ko-
leksi perpus-
takaan setiap
bulannya.
2 Memantau
Pengembangan
Sumber Daya
Perpustakaan
2.1
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia
2.2
Pengembangan
Sarana dan
Prasarana
Dengan cara
melihat apakah
program ter-
sebut berjalan
sesuai deadline
yang ditentu-
kan oleh pihak
sekolah mau-
pun pihak ter-
kait lainnya.
Dengan cara
melihat renca-
na pengadaan
anggaran;
Dengan cara
melihat reali-
sasi dari ren-
cana tersebut;
Dengan cara
menjaga sarana
Dengan cara
bertanya kepa-
da tenaga per-
pustakaan
mengenai hasil
yang didapat
dari kegiatan
pelatihan.
Dengan cara
melihat sarana
dan prasarana
yang ada masih
bagus atau
sudah tidak
bagus.
Dengan cara
melihat hasil
kerja tenaga
perpustakaan.
Dengan cara
melihat kondisi
dari sarana dan
prasarana yang
ada.
128
dan prasarana
yang ada.
3 Memantau
Penggunaan Anggaran
Tidak bisa me-
mantau peng-
gunaan angga-
ran perpusta-
kaan disebab-
kan pihak se-
kolah belum
melibatkannya
dalam pembua-
tan anggaran.
Tidak bisa me-
mantau peng-
gunaan angga-
ran perpusta-
kaan dikarena-
kan tidak mem-
punyai wewe-
nang khusus
terhadap ang-
garan.
Tidak bisa me-
mantau peng-
gunaan angga-
ran perpusta-
kaan dikarena-
kan langsung
dari pihak se-
kolah yang
membelikan
semua kebutu-
han perpusta-
kaan yang di-
ajukan.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa Kepala Perpustakaan SMAN 6 sudah
memenuhi dan menjalankan sebagian indikator penelitian yang ada pada
kompetensi memantau program perpustakaan sekolah, di antaranya
indikator memantau pelaksanaan program pengembangan koleksi, indikator
memantau pengembangan sumber daya manusia, serta indikator memantau
pengembangan sarana dan prasarana. Adapun indikator yang belum
dipenuhi dan dijalankan oleh beliau ialah indikator memantau pelaksanaan
program promosi perpustakaan dan indikator memantau penggunaan
anggaran. Sedangkan Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55
Jakarta sudah memenuhi dan menjalankan empat dari lima indikator
penelitian yang ada, di antaranya indikator memantau pelaksanaan program
pengembangan koleksi, indikator memantau pelaksanaan program promosi
perpustakaan, indikator memantau pengembangan sumber daya manusia,
serta indikator memantau pengembangan sarana dan prasarana. Adapun
indikator yang belum dipenuhi dan dijalankan oleh kedua kepala
perpustakaan tersebut ialah indikator memantau penggunaan anggaran. Bila
129
diperhatikan lebih lanjut, ketiga kepala perpustakaan ini mempunyai
kesamaan, yaitu sama-sama belum memenuhi dan menjalankan indikator
memantau penggunaan anggaran. Menurut hemat peneliti, hal itu
dikarenakan anggaran perpustakaan tersebut masih dikelola langsung oleh
pihak sekolah sehingga ketiga kepala perpustakaan ini kesulitan untuk
memantau anggaran tersebut.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kepala Perpustakaan
SMAN 6 Jakarta belum sepenuhnya memiliki kompetensi manajerial dalam
memantau pelaksanaan program perpustakaan sekolah. Sementara, Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta pada umumnya sudah
memiliki kompetensi manajerial dalam memantau pelaksanaan program
perpustakaan sekolah, walaupun belum memenuhi dan menjalankan indikator
memantau penggunaan anggaran. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
dijelaskan Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Dalam Permendiknas tersebut dijelaskan
bahwa kepala perpustakaan dapat dikatakan memiliki kompetensi
manajerial dalam memantau pelaksanaan program perpustakaan sekolah
apabila beliau memantau pelaksanaan program pengembangan, memantau
pengembangan sumber daya perpustakaan, dan memantau penggunaan
anggaran.211
211 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
130
5. Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Mengevaluasi Program
Perpustakaan Sekolah
Seorang kepala perpustakaan sekolah dituntut untuk memiliki
kompetensi manajerial dalam mengevaluasi program perpustakaan. Hasil
penelitian menunjukkan beberapa indikator yang peneliti kumpulkan
berkaitan dengan kompetensi manajerial kepala perpustakaan sekolah
dalam mengevaluasi program perpustakaan. Adapun indikator-indikator
tersebut ialah kepala perpustakaan sekolah mengevaluasi program
pengembangan, kepala perpustakaan sekolah mengevaluasi pengembangan
sumber daya perpustakaan, dan kepala perpustakaan sekolah mengevaluasi
pemanfaatan anggaran.
a. Mengevaluasi Program Pengembangan
Evaluasi program pengembangan dilakukan setelah program
tersebut berjalan dalam satu periode. Adapun program pengembangan
yang dimaksud di sini ialah program pengembangan koleksi dan
program promosi perpustakaan.
1) Program Pengembangan Koleksi
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang evaluasi program
pengembangan koleksi:
“... terus terang karena saya baru ya, baru membuat
program, kemudian pelaksanaan, evaluasi belum. ... Saya
kalau mau cerita nanti ... mengada-ada, soalnya belum
evaluasi.”212
212 Informan AG, Wawancara Pribadi.
131
“Evaluasinya ya apakah pengembangan koleksi ini berjalan
dengan baik atau tidak. Maksudnya ... pengembangan
koleksi itu kan berhubungan dengan buku paket ya, nah
dalam pengembangan koleksi tersebut ada penambahan atau
tidak. Ya paling seperti itu saja.”213
“Program pengembangan koleksi, evaluasinya ibu biasa
setiap semester ibu lihat koleksinya bertambah atau
berkurang. Karena bisa koleksinya berkurang, soalnya anak
gak mengembalikan buku, atau misalnya buku gak terpantau,
bukunya hilang, tapi anaknya sudah lulus.”214
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum pernah melakukan evaluasi
terhadap program pengembangan koleksi dikarenakan beliau
masih baru menjabat sebagai kepala perpustakaan. Berbeda dengan
Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta yang sudah melakukan
evaluasi terhadap program pengembangan koleksi. Evaluasi
tersebut dilakukan dengan cara melihat apakah dalam
pengembangan tersebut ada penambahan koleksi atau tidak. Di
pihak lain, Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta juga
mengevaluasi program pengembangan koleksi. Evaluasi tersebut
dilakukan dengan cara melihat apakah koleksi yang dimiliki
perpustakaan bertambah atau berkurang setiap semesternya.
2) Program Promosi Perpustakaan
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
213 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
214 Informan SP, Wawancara Pribadi.
132
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang evaluasi program
promosi perpustakaan:
“... gak tahu saya, belum. Kalau secara umum sih
sebenarnya promosi-promosi yang kita lakukan kan berjalan
dengan baik ya, baik itu di dalam maupun mengundang
orang-orang luar seperti para penerbit untuk pameran buku
selama ini cukup kondusif, cukup membantu sekolah.”215
“Evaluasi promosi perpustakaan? Promosi kita ya secara ini
saja secara sepintas, tapi enggak ada bukti fisik. Kalau
promosi, kita kan ada display buku, nah kalau petugas bilang
buku yang di display sudah banyak peminatnya, ... berarti ini
perlu ada penambahan untuk buku-buku yang jenis ini,
begitu. Kita usulkan.”216
“Evaluasi program promosi, ya itu tadi literasinya berjalan
gak, begitu. Terus guru bahasa Indonesia, pemanfaatan ...
media perpustakaan oleh pelajaran bahasa Indonesia bisa
gak ... digunakan secara maksimal.”217
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum pernah melakukan evaluasi
terhadap program promosi perpustakaan dikarenakan beliau masih
baru menjabat sebagai kepala perpustakaan. Namun, secara umum
program promosi tersebut berjalan dengan baik dan kondusif.
Berbeda dengan Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta yang sudah
melakukan evaluasi terhadap program promosi perpustakaan.
Evaluasi tersebut dilakukan secara sepintas, maksudnya hanya
dilakukan secara lisan dan tidak ada bukti fisik. Jadi, apabila tenaga
perpustakaan mengatakan bahwa suatu buku banyak peminatnya,
maka akan diadakan penambahan buku-buku yang sejenis itu. Tak
215 Informan AG, Wawancara Pribadi.
216 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
217 Informan SP, Wawancara Pribadi.
133
ketinggalan, Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta juga
mengevaluasi program promosi perpustakaan. Evaluasi tersebut
dilakukan dengan cara melihat pelaksanaan kegiatan literasi itu
sendiri, apakah berjalan atau tidak, dan melihat pemanfaatan media
perpustakaan oleh guru bahasa Indonesia dalam rangka
pembelajaran, apakah sudah digunakan dengan maksimal atau
belum.
b. Mengevaluasi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan
Evaluasi pengembangan sumber daya perpustakaan dilakukan
setelah program tersebut berjalan dalam satu periode. Adapun
pengembangan sumber daya perpustakaan yang dimaksud di sini
pengembangan sumber daya manusia serta pengembangan sarana dan
prasarana.
1) Pengembangan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang evaluasi
pengembangan sumber daya manusia:
“... itu juga saya belum ya. ... lagi-lagi karena saya baru di
sini, jadi ya .. saya belum ... melakukan evaluasi itu.”218
“Untuk SDM ... evaluasinya ya paling ... apakah mengikuti
diklat atau workshop atau seminar, ... sudah mengikuti
berapa kali, ada sertifikatnya gak. Nanti kita file, kita
masukan ke data, dan itu sebagai ... bukti fisik bahwa SDM
kita berjalan dengan baik.”219
218 Informan AG, Wawancara Pribadi.
219 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
134
“Program pengembangan SDM, evaluasinya ya itu ibu
melihat kesiapan perpustakaan digunakan oleh siswa. Kalau
masih berantakan atau masih ... gak bersih, berarti dia gak
siap, SDMnya gak bagus.”220
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa pengembangan
sumber daya manusia yang dilakukan Kepala Perpustakaan SMAN
6 Jakarta belum pernah melakukan evaluasi terhadap
pengembangan sumber daya manusia dikarenakan beliau masih
baru menjabat sebagai kepala perpustakaan. Berbeda dengan
Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, Kepala Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta sudah mengevaluasi pengembangan sumber daya
manusia. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta bertanya kepada tenaga
perpustakaan terkait pelatihan yang diikuti oleh mereka. Begitu
pula dengan Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta, beliau juga
sudah mengevaluasi pengembangan sumber daya manusia.
Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara melihat kondisi
perpustakaan. Apabila kondisi perpustakaan masih berantakan,
berarti tenaga perpustakaan tersebut belum siap melaksanakan
tugas yang diberikan.
2) Pengembangan Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah pernyataan
yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta,
220 Informan SP, Wawancara Pribadi.
135
SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta tentang evaluasi
pengembangan sarana dan prasarana:
“Kalau pengembangan sarana dan prasarana itu, ... karena
baru ya, saya belum pernah evaluasi. Pertanyaan evaluasi
ini mungkin agak susah karena saya belum mengalami.”221
“Ya tadi evaluasinya dari ... sarana dan prasarana yang ada,
kita evaluasi apakah ... sarananya masih bagus atau tidak.
Misalnya kursinya masih bagus atau tidak, buku-buku masih
ada yang bagus atau tidak, lampu-lampu juga dicek apakah
ada yang mati atau tidak, apakah masih layak, komputer
juga begitu.”222
“Sarana dan prasarana, evaluasinya itu ... kelayakan ...
sarana yang digunakan di perpustakaan untuk siswa. Layak
atau enggak. Kalau misalnya masih layak, ya berarti bisa.
Kalau enggak, berarti harus ada perbaikan, begitu.”223
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum pernah melakukan evaluasi
pengembangan sarana dan prasarana. Hal tersebut dikarenakan
beliau masih baru menjabat sebagai kepala perpustakaan. Lain
halnya dengan Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta, beliau sudah
mengevaluasi pengembangan sarana dan prasarana. Evaluasi
tersebut dilakukan dengan cara melihat kondisi sarana dan
prasarana itu sendiri, apakah masih layak digunakan atau sudah
tidak layak digunakan. Tak jauh berbeda, Kepala Perpustakaan
SMAN 55 Jakarta juga sudah mengevaluasi pengembangan sarana
dan prasarana. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara melihat
kelayakan dari sarana dan prasarana itu sendiri.
221 Informan AG, Wawancara Pribadi.
222 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
223 Informan SP, Wawancara Pribadi.
136
c. Mengevaluasi Pemanfaatan Anggaran
Evaluasi pemanfaatan anggaran dilakukan setelah semua
program yang ada berjalan dalam satu periode. Berdasarkan hasil
wawancara, berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta
tentang evaluasi pemanfaatan anggaran:
“Gak bisa jawab saya. Kepala sekolah mungkin.”224
“Ya, anggaran sama itu. Anggaran yang menentukan kan dari
pemerintah, jadi evaluasi ya itu domainnya wewenang dari
kepala sekolah, anggaran itu. Kita gak bisa mengevaluasi
anggaran perpustakaan. Kita hanya bisa mengusulkan
kebutuhan perpustakaan.”225
“Gak ada evaluasi. Gak ada megang finansial, ya. Ibu gak
tahu.”226
Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta tidak mengetahui apa pun terkait
evaluasi pemanfaatan anggaran. Hal itu terlihat jelas dari jawaban yang
diberikan oleh Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta di atas. Di pihak
lain, Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta tidak bisa mengevaluasi
pemanfaatan anggaran dikarenakan hal tersebut merupakan wewenang
kepala sekolah. Tidak jauh berbeda dengan Kepala Perpustakaan
SMAN 6 Jakarta, Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta juga tidak
mengetahui apa pun terkait evaluasi pemanfaatan anggaran
dikarenakan bukan beliau yang memegang anggaran tersebut.
224 Informan AG, Wawancara Pribadi.
225 Informan ER, Wawancara Pribadi, 31 Agustus 2018.
226 Informan SP, Wawancara Pribadi.
137
Perpustakaan sekolah membutuhkan seorang kepala perpustakaan yang
memiliki kompetensi dalam mengevaluasi program perpustakaan sekolah.
Evaluasi adalah penilaian secara objektif kinerja dan kesuksesan suatu
program yang sedang berjalan atau telah selesai, khususnya untuk
menjawab pertanyaan tentang seberapa jauh kontribusi program tersebut
terhadap pencapaian hasil/dampak yang telah ditetapkan.227 Evaluasi juga
bisa didefinisikan sebagai aktivitas internal maupun eksternal manajemen
untuk menilai kepatutan dari rancangan program dan metode implementasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, menilai hasil yang diinginkan
maupun tidak dari suatu program, serta menilai faktor yang mempengaruhi
tingkat dan distribusi manfaat yang dihasilkan.228
Baik Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta,
maupun SMAN 55 Jakarta sudah berusaha untuk memenuhi dan
menjalankan kompetensi mengevaluasi program perpustakaan sekolah. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 6 Kompetensi Manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8
Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam Mengevaluasi Program Perpustakaan
Sekolah
No Indikator
Kondisi
Kepala Perpustakaan
SMAN 6 SMAN 8 SMAN 55
1 Mengevaluasi
Pelaksanaan
Program
Pengembangan
1.1
Program
Pengembangan
Koleksi
Belum pernah
melakukan
evaluasi ter-
hadap program
Dengan cara
melihat apakah
dalam pengem-
bangan terse-
Dengan cara
melihat apakah
koleksi yang
dimiliki per-
227 “Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi,” h. 6.
228 Nabiu dan Sukiyono, “Metode Monitoring dan Evaluasi: Diskusi,” h. 157-163.
138
1.2
Program
Promosi
Perpustakaan
pengembangan
koleksi dikare-
nakan beliau
masih baru
menjabat se-
bagai kepala
perpustakaan.
Belum pernah
melakukan
evaluasi ter-
hadap program
promosi per-
pustakaan di-
karenakan be-
liau masih baru
menjabat seba-
gai kepala per-
pustakaan;
Secara umum
program pro-
mosi tersebut
berjalan deng-
an baik dan
kondusif.
but ada penam-
bahan koleksi
atau tidak
Dengan cara
sepintas, mak-
sudnya hanya
dilakukan seca-
ra lisan dan ti-
dak ada bukti
fisik. Apabila
tenaga perpus-
takaan menga-
takan bahwa
suatu buku ba-
nyak peminat-
nya, maka akan
diadakan pe-
nambahan
buku-buku
yang sejenis
itu.
pustakaan ber-
tambah atau
berkurang se-
tiap semester-
nya.
Dengan cara
melihat pelak-
sanaan kegia-
tan literasi itu
sendiri, apakah
berjalan atau
tidak;
Dengan cara
melihat pe-
manfaatan me-
dia perpustaka-
an oleh guru
bahasa Indone-
sia dalam rang-
ka pembelaja-
ran, apakah su-
dah digunakan
dengan mak-
simal atau
belum.
2 Mengevaluasi
Pengembangan
Sumber Daya
Perpustakaan
2.1
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia
Belum pernah
melakukan
evaluasi peng-
embangan
sumber daya
manusia dika-
renakan beliau
masih baru
menjabat seba-
gai kepala per-
pustakaan.
Dengan cara
bertanya kepa-
da tenaga per-
pustakaan ter-
kait pelatihan
yang diikuti
oleh mereka.
Dengan cara
melihat kondisi
perpustakaan.
Apabila kondi-
si perpustakaan
masih beran-
takan, berarti
tenaga perpus-
takaan tersebut
belum siap me-
laksanakan tu-
gas yang dibe-
rikan.
139
2.2
Pengembangan
Sarana dan
Prasarana
Belum pernah
melakukan eva-
luasi pengem-
bangan sarana
dan prasarana
dikarenakan be-
liau masih baru
menjabat seba-
gai kepala per-
pustakaan.
Dengan cara
melihat kondisi
sarana dan pra-
sarana itu sen-
diri, apakah
masih layak
digunakan atau
sudah tidak la-
yak digunakan.
Dengan cara
melihat kela-
yakan dari sara-
na dan prasa-
rana itu sendiri.
3 Mengevaluasi
Pemanfaatan Anggaran
Tidak menge-
tahui apa pun
terkait evaluasi
pemanfaatan
anggaran.
Tidak bisa
mengevaluasi
pemanfaatan
anggaran dika-
renakan hal ter-
sebut merupa-
kan wewenang
kepala sekolah.
Tidak menge-
tahui apa pun
terkait evaluasi
pemanfaatan
anggaran dika-
renakan bukan
beliau yang
memegang
anggaran ter-
sebut.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa Kepala Perpustakaan SMAN 6
Jakarta sama sekali belum memenuhi dan menjalankan semua indikator
penelitian yang ada pada kompetensi mengevaluasi program perpustakaan
sekolah. Belum terpenuhinya indikator-indikator tersebut dikarenakan
Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta baru dilantik menjadi kepala
perpustakaan pada tahun 2018 sehingga belum bisa menjalankan tugasnya
secara maksimal. Sedangkan Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan
SMAN 55 Jakarta sudah memenuhi dan menjalankan empat dari lima
indikator penelitian yang ada, di antaranya indikator mengevaluasi
pelaksanaan program pengembangan koleksi, indikator mengevaluasi
pelaksanaan program promosi perpustakaan, indikator mengevaluasi
pengembangan sumber daya manusia, serta indikator mengevaluasi
pengembangan sarana dan prasarana. Adapun indikator yang belum
140
dipenuhi dan dijalankan oleh kedua kepala perpustakaan tersebut ialah
indikator mengevaluasi pemanfaatan anggaran. Bila diperhatikan lebih
lanjut, baik Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta,
maupun SMAN 55 Jakarta, ketiganya belum memenuhi dan menjalankan
indikator mengevaluasi pemanfaatan anggaran. Hal tersebut dapat dipahami
karena seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pada umumnya yang
mengelola anggaran perpustakaan ialah dari pihak sekolah langsung, bukan
dari pihak perpustakaan sekolah.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kepala Perpustakaan
SMAN 6 Jakarta belum memiliki kompetensi manajerial dalam
mengevaluasi perpustakaan sekolah. Sementara, Kepala Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta pada umumnya sudah memiliki
kompetensi manajerial dalam mengevaluasi program perpustakaan sekolah,
walaupun belum memenuhi dan menjalankan indikator mengevaluasi
pemanfaatan anggaran. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah. Dalam Permendiknas tersebut dijelaskan bahwa kepala
perpustakaan dapat dikatakan memiliki kompetensi manajerial dalam
mengevaluasi program perpustakaan sekolah apabila beliau mengevaluasi
program pengembangan, mengevaluasi pengembangan sumber daya
perpustakaan, dan mengevaluasi penggunaan anggaran.229
229 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
141
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berkaitan dengan apa yang telah diuraikan pada pembatasan dan
perumusan masalah, maka peneliti akan memberikan kesimpulan berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun kesimpulan dari penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dan SMAN
8 Jakarta dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah sudah memenuhi
dan menjalankan semua indikator penelitian, yakni mengarahkan tenaga
perpustakaan untuk bekerja secara efektif dan efisien, menggerakkan
tenaga perpustakaan untuk bekerja secara efektif dan efisien, membina
tenaga perpustakaan untuk pengembangan pribadi dan karier, serta
menjadi teladan dalam melaksanakan tugas. Di sisi lain, kompetensi
manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta dalam memimpin
tenaga perpustakaan sekolah sudah memenuhi dan menjalankan tiga dari
empat indikator penelitian, yakni mengarahkan tenaga perpustakaan untuk
bekerja secara efektif dan efisien, menggerakkan tenaga perpustakaan
untuk bekerja secara efektif dan efisien, serta menjadi teladan dalam
melaksanakan tugas. Adapun indikator yang belum dipenuhi dan
dijalankan oleh beliau ialah membina tenaga perpustakaan untuk
pengembangan pribadi dan karier.
2. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dalam
merencanakan program perpustakaan sekolah sudah memenuhi dan
142
menjalankan tiga dari lima indikator penelitian, yakni merencanakan
program promosi perpustakaan, merencanakan pengembangan sumber
daya manusia, serta merencanakan pengembangan sarana dan prasarana.
Adapun indikator yang belum dipenuhi dan dijalankan oleh beliau ialah
merencanakan program pengembangan koleksi dan merencanakan
anggaran. Di sisi lain, kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN
8 Jakarta dalam merencanakan program perpustakaan sekolah sudah
memenuhi dan menjalankan semua indikator penelitian, yakni
merencanakan program pengembangan koleksi, merencanakan program
promosi perpustakaan, merencanakan pengembangan sumber daya
manusia, merencanakan pengembangan sarana dan prasarana, serta
merencanakan anggaran. Sedangkan kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 55 Jakarta dalam merencanakan program
perpustakaan sekolah sudah memenuhi dan menjalankan empat dari lima
indikator penelitian, yakni merencanakan program pengembangan koleksi,
merencanakan program promosi perpustakaan, merencanakan
pengembangan sumber daya manusia, serta merencanakan pengembangan
sarana dan prasarana. Adapun indikator yang belum dipenuhi dan
dijalankan oleh beliau ialah merencanakan anggaran.
3. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dalam
melaksanakan program perpustakaan sekolah sudah memenuhi dan
menjalankan lima dari enam indikator penelitian, yakni melaksanakan
program pengembangan koleksi, melaksanakan program promosi
perpustakaan, melaksanakan pengembangan sumber daya manusia,
143
memanfaatkan anggaran sesuai dengan program, dan mengupayakan
bantuan finansial dari berbagai sumber. Adapun indikator yang belum
dipenuhi dan dijalankan oleh beliau ialah melaksanakan pengembangan
sarana dan prasarana. Di sisi lain, kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta dalam melaksanakan
program perpustakaan sekolah sudah memenuhi dan menjalankan semua
indikator penelitian, yakni melaksanakan program pengembangan koleksi,
melaksanakan program promosi perpustakaan, melaksanakan
pengembangan sumber daya manusia, melaksanakan pengembangan
sarana dan prasarana, memanfaatkan anggaran sesuai dengan program,
serta mengupayakan bantuan finansial dari berbagai sumber.
4. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dalam
memantau pelaksanaan program perpustakaan sekolah sudah memenuhi
dan menjalankan tiga dari lima indikator penelitian, yakni memantau
pelaksanaan program pengembangan koleksi, memantau pengembangan
sumber daya manusia, serta memantau pengembangan sarana dan
prasarana. Adapun indikator yang belum dipenuhi dan dijalankan oleh
beliau ialah memantau pelaksanaan program promosi perpustakaan dan
memantau penggunaan anggaran. Di sisi lain, kompetensi manajerial
Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta dalam
memantau pelaksanaan program perpustakaan sekolah sudah memenuhi
dan menjalankan empat dari lima indikator penelitian, yakni memantau
pelaksanaan program pengembangan koleksi, memantau pelaksanaan
program promosi perpustakaan, memantau pengembangan sumber daya
144
manusia, serta memantau pengembangan sarana dan prasarana. Adapun
indikator yang belum dipenuhi dan dijalankan oleh kedua kepala
perpustakaan tersebut ialah memantau penggunaan anggaran.
5. Kompetensi manajerial Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dalam
mengevaluasi program perpustakaan sekolah belum memenuhi dan
menjalankan semua indikator penelitian. Adapun indikator-indikator yang
belum dipenuhi dan dijalankan tersebut ialah mengevaluasi pelaksanaan
program pengembangan koleksi, mengevaluasi pelaksanaan program promosi
perpustakaan, mengevaluasi pengembangan sumber daya manusia,
mengevaluasi pengembangan sarana dan prasarana, serta mengevaluasi
pemanfaatan anggaran. Di sisi lain, kompetensi manajerial Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta dalam mengevaluasi
program perpustakaan sekolah sudah memenuhi dan menjalankan empat
dari lima indikator penelitian, yakni mengevaluasi pelaksanaan program
pengembangan koleksi, mengevaluasi pelaksanaan program promosi
perpustakaan, mengevaluasi pengembangan sumber daya manusia, serta
mengevaluasi pengembangan sarana dan prasarana. Adapun indikator yang
belum dipenuhi dan dijalankan oleh kedua kepala perpustakaan tersebut
ialah mengevaluasi pemanfaatan anggaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan
beberapa saran yang diharapkan bisa dijadikan pertimbangan bagi Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, dan SMAN 55 Jakarta dalam
meningkatkan kompetensi, khususnya kompetensi manajerial.
145
1. Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta dan SMAN 8 Jakarta sudah
memenuhi dan menjalankan semua indikator penelitian yang ada pada
kompetensi manajerial dalam memimpin tenaga perpustakaan sekolah.
Akan tetapi, Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta belum memenuhi dan
menjalankan indikator membina tenaga perpustakaan untuk pengembangan
pribadi dan karier. Oleh karena itu, sebaiknya Kepala Perpustakaan SMAN
55 Jakarta lebih aktif dalam membina tenaga perpustakaan, misalnya
dengan mengikutsertakan mereka ke berbagai pelatihan terkait pengelolaan
perpustakaan agar pengetahuan dan kemampuan mereka bertambah
sehingga dapat memberikan layanan yang baik untuk komunitas sekolah.
2. Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta sudah memenuhi dan menjalankan
semua indikator penelitian yang ada pada kompetensi manajerial dalam
merencanakan program perpustakaan sekolah. Akan tetapi, Kepala
Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum memenuhi dan menjalankan
indikator merencanakan program pengembangan koleksi serta indikator
merencanakan anggaran; sementara Kepala Perpustakaan SMAN 55
Jakarta belum memenuhi dan menjalankan indikator merencanakan
anggaran. Oleh karena itu, sebaiknya Kepala Perpustakaan SMAN 6
Jakarta membuat rencana program pengembangan koleksi dan rencana
anggaran sedangkan Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta membuat
rencana anggaran agar mempermudah proses pelaksanaan dan pengawasan
sehingga nantinya program tersebut dapat berjalan dengan efektif dan
efisien.
146
3. Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta sudah
memenuhi dan menjalankan semua indikator penelitian yang ada pada
kompetensi manajerial dalam melaksanakan program perpustakaan sekolah.
Akan tetapi, Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum memenuhi dan
menjalankan indikator melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana.
Oleh karena itu, sebaiknya Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta lebih
aktif untuk merealisasikan penambahan sarana dan prasarana seperti yang
sudah direncanakan sebelumnya agar dapat menunjang pemberian layanan
kepada komunitas sekolah.
4. Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum memenuhi dan menjalankan
indikator memantau pelaksanaan program promosi perpustakaan serta
indikator memantau penggunaan anggaran; sementara Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta belum memenuhi dan
menjalankan indikator memantau penggunaan anggaran. Oleh karena itu,
sebaiknya Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta melakukan pemantauan
terhadap program promosi perpustakaan dan penggunaan anggaran
sedangkan Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta
melakukan pemantauan terhadap penggunaan anggaran agar dapat
memastikan segala sesuatunya terselesaikan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya.
5. Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta belum memenuhi dan menjalankan
semua indikator penelitian yang ada pada kompetensi manajerial dalam
mengevaluasi program perpustakaan sekolah; sementara Kepala
Perpustakaan SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta belum memenuhi dan
147
menjalankan indikator mengevaluasi pemanfaatan anggaran. Oleh karena
itu, sebaiknya Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta melakukan evaluasi
terhadap semua program perpustakaan sedangkan Kepala Perpustakaan
SMAN 8 Jakarta dan SMAN 55 Jakarta melakukan evaluasi terhadap
pemanfaatan anggaran agar mengetahui tingkat keberhasilan dari program-
program yang dijalankan sehingga dapat membuat rekomendasi
pengembangan terhadap program-program yang bersangkutan.
148
DAFTAR PUSTAKA
Alshenqeeti, Hamza. “Interviewing as a Data Collection Method: A Critical
Review.” English Linguistics Research 3, no. 1 (2014): 39–45.
http://www.sciedu.ca/journal/index,php/erl/article/view/4081.
Asqalani, Al-Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-. Fathul Baari 31: Penjelasan Kitab
Shahih al-Bukhari. Diterjemahkan oleh Amir Hamzah. Jakarta: Pustaka
Azzam, 2009.
Badan Standardisasi Nasional. “Standar Nasional Indonesia 7329:2009
Perpustakaan Sekolah.” Badan Standardisasi Nasional, 2009.
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/361/jbptunikompp-gdl-badanstand-
18020-1-sni7329-s.doc.
Bafadal, Ibrahim. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Cet. 11. Jakarta: Bumi
Aksara, 2016.
Baihaqi. “Pengawasan Sebagai Fungsi Manajemen Perpustakaan dan Hubungannya
dengan Disiplin Pustakawan.” Libria 8, no. 1 (Juni 2016): 129–42.
http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/libria/article/view/1227/920.
Boyatzis, Richard. The Competent Manage: a Model for Effective Performance.
Newyork: Wiley, 1982.
Budiyono, Herman. “Penelitian Kualitatif Proses Pembelajaran Menulis:
Pengumpulan dan Analisis Datanya.” Jurnal Pena 3, no. 2 (Desember
2013): 1–15. https://online-journal.unja.ac.id/index.php/pena/article/
download/2227/1570.
Creswell, John W. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Disunting oleh Saifuddin Zuhri Qudsy. Diterjemahkan oleh Achmad
Fawaid. 3 ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja.
Jakarta: Grasindo, 2007.
Darsono, dan Tjatjuk Siswandoko. Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21:
Kajian tentang Sumber Daya Manusia secara Filsafat, Ekonomi, Sosial,
Antropologi, dan Politik. Jakarta: Nusantara Consulting, 2011.
Dewi, Laksmi, dan Asep Dudi Suhardini. “Peran Perpustakaan dan Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Sekolah/Madrasah.” EduLib 1, no. 2 (November 2014): 57–77.
http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/1134/782.
Etikan, Ilker, Sulaiman Abubakar Musa, dan Rukayya Sunusi Alkassim.
“Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling.”
American Journal of Theoretical and Applied Statistics 5, no. 1 (2016): 1–
4. https://doi.org/10.11648/j.ajtas.20160501.11.
Hancock, Beverley, Elizabeth Ockleford, dan Kate Windridge. “An Introduction to
Qualitative Research.” The NIHR RDS for the East Midlands and Yorkshire,
149
2009. https://www.rds-yh.nihr.ac.uk/wp-content/uploads/2013/05/
5_Introduction-to-qualitative-research-2009.pdf.
Haq, Rizal Saiful, Ida Farida, Alfida, dan Agus Umar. Pengantar Manajemen
Perpustakaan Madrasah. Disunting oleh Sudarnoto Abdul Hakim. Jakarta:
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006.
Hartono. Manajemen Perpustakaan Sekolah: Menuju Perpustakaan Modern dan
Profesional. Disunting oleh Rose KR. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Hidayat, Parhan. “Kompetensi Pustakawan Dalam Perspektif Islam.” Al-Maktabah
13, no. 1 (2014): 71–80. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-maktabah/
article/download/1582/1325.
Indonesia. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun 2003
tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Struktural Pegawai
Negeri Sipil (2003). http://bkd.jatengprov.go.id/new/assets/legal/
mstr1372.dot.
———. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 83 Tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya,
Hiburan, dan Perorangan Lainnya Bidang Perpustakaan menjadi Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (2012).
http://pustakawan.perpusnas.go.id/uploads/document/SKKNI_Bidang_Per
pustakaan.pdf.
———. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
(2008). http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/4797/.
———. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (2007).
http://www.perpusnas.go.id/law/undang-undang-nomor-43-tahun-2007-
tentang-perpustakaan/.
———. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional (2003). http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/
wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf.
Informan AG. Wawancara Pribadi. Perekam Suara via Ponsel, 7 Agustus 2018.
Informan ER. Wawancara Pribadi. Perekam Suara via Ponsel, 29 Agustus 2018.
———. Wawancara Pribadi. Perekam Suara via Ponsel, 31 Agustus 2018.
Informan SP. Wawancara Pribadi. Perekam Suara via Ponsel, 3 September 2018.
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press, 1999.
Jailani, M. Syahran. “Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenimenologi,
Grounded Theory, dan Studi Kasus).” Jurnal Pendidikan Bilologi 4 (2013):
41–50. http://e-journal.iain.jambi.ac.id/index.php/edubio/article/download/
377/345.
Komarudin. “Rencana Strategis Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Praktis.”
Pustakaloka 4, no. 1 (2012): 20–31. http://jurnal.stainponorogo.ac.id/
index.php/pustakaloka/article/view/834/641.
150
Mason, Florence M., dan Louella V. Wetherbee. “Learning to Lead: An Analysis
of Current Training Programs for Library Leadership.” Library Trends 53,
no. 1 (2004): 187–217. https://www.ideals.illinois.edu/bitstream/handle/
2142/1723/Mason187217.pdf?sequence=2&isAllowed=y.
Moeheriono. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012.
Moerdiyanto. “Teknik Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam Rangka
Memperoleh Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen.”
Diakses 18 Agustus 2018. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
penelitian/Drs.%20Moerdiyanto,%20M.Pd./artikel%20monev.pdf.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007.
Nabiu, Musriyadi, dan Ketut Sukiyono. “Metode Monitoring dan Evaluasi: Diskusi.”
Jurnal Agrisep 3, no. 1 (Maret 2004): 157–63. https://ejournal.unib.ac.id/
index.php/agrisep/article/view/718/642.
Nur, Ivana, Sowiyah, dan Hasan Hariri. “Kompetensi Manajerial Kepala
Perpustakaan SMA Negeri 12 Bandar Lampung.” Jurnal Manajemen Mutu
Pendidikan 5, no. 2 (2017): 51–63. http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/
JMMP/article/view/14573/10615.
Palan, R. Competency Management: Teknik Mengimplementasikan Manajemen
SDM Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi.
Disunting oleh Ramelan. Diterjemahkan oleh Octa Melia Jalal. Jakarta:
Penerbit PPM, 2007.
“Perpustakaan SMAN 6 Jakarta.” Perpustakaan SMAN 6 Jakarta, 2017.
“Perpustakaan SMAN 8 Jakarta.” Perpustakaan SMAN 8 Jakarta, 2017.
“Perpustakaan SMAN 55 Jakarta.” Perpustakaan SMAN 55 Jakarta, 2017.
“Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi.” Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal,
dan Informal Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2013.
http://paud.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/petunjuk-teknis-
monitoring-dan-evaluasi-tahun-2013-file.pdf.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2002.
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. “Ikhtisar Data
Pendidikan Tahun 2016/2017.” Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017. http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/
isi_FC1DCA36-A9D8-4688-8E5F-0FB5ED1DE869_.pdf.
———. “Persentase Sekolah Memiliki Perpustakaan.” Satu Data Indonesia, 3
Maret 2016. http://data.go.id/dataset/persentase-perpustakaan/resource/
a9c78577-5d1f-42a2-9bfe-db84905a69ff.
151
Rahman, Muzdalifah M. “Mengaktifkan Perpustakaan Sekolah.” Libraria 3, no. 2
(2015): 181–99. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Libraria/article/
view/1590/1459.
Rahmat, Pupu Saeful. “Penelitian Kualitatif.” Equilibrum 5, no. 9 (2009): 1–8.
http://www.academia.edu/download/40465771/Jurnal-Penelitian-
Kualitatif.doc.
Roziana, Evi, dan Desi Nurhikmahyanti. “Pengelolaan Perpustakaan Sekolah
Dalam Menunjang Proses Pembelajaran di MA Darussalam Desa Kumalasa
Kecamatan Sangkapura Bawean Kabupaten.” Inspirasi Manajemen
Pendidikan 4, no. 4 (2014): 214–28. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/
index.php/inspirasi-manajemen-pendidikan/article/view/7436/7882.
Rumani, Sri. “Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasi untuk
Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional.” Visi Pustaka,
Desember 2008. http://dev.perpusnas.go.id/magazine/lompetensi-
pustakawan-dan-teknologi-informasi-untuk-meningkatkan-kualitas-
pelayanan-di-perpustakaan-nasional/.
Satori, Djam’an, dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, 2013.
Siregar, Muhammad Riandy Arsin. “Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang
Pustakawan (Pengelola Perpustakaan).” Jurnal Iqra’ 09, no. 02 (Oktober
2015): 211–22. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/iqra/article/view/119/
227.
Soliha, Euis, dan Hersugondo. “Kepemimpinan yang Efektif dan Perubahan
Organisasi.” Fokus Ekonomi 7, no. 2 (Agustus 2018): 83–93.
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe2/article/view/1283.
Sudarmanto. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi
Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi. Disunting oleh Eka
Adinugraha. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Suhariadi, Fendy. Manajemen Sumber Daya Manusia: Dalam Pendekatan Teoritis-
Praktis. Disunting oleh Bintoro Wardiyanto. Surabaya: Airlangga
University Press, 2013.
Sulistyo-Basuki. Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2013.
Surachman, Arif. “Manajemen Perpustakaan Sekolah.” Makalah dipresentasikan
pada Workshop untuk Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah,
Ambarawa, Juli 2007. http://arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/manpersek.pdf.
Surahdini, Dini. “Peranan Manajemen Perpustakaan Sekolah dalam Mendukung
Tujuan Sekolah.” EduLib 1, no. 1 (November 2011): 11–26.
http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/view/1140/788.
Suryana, Asep. “Strategi Monitoring dan Evaluasi (Monev) Sistem Penjamin Mutu
Internal Sekolah.” Diakses 2 Oktober 2018. http://file.upi.edu/
direktori/fip/jur._administrasi_pendidikan/197203211999031-
asep_suryana/copy_of_strategi_monitoring_dan_evaluasi.pdf.
152
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Vol. Cet. 2.
Jakarta: Sagung Seto, 2006.
Tim Penyusun Standar Nasional Perpustakaan. “Standar Nasional Perpustakaan
009:2011 Perpustakaan Sekolah Menengah/Madrasah Aliyah.”
Perpustakaan Nasional RI, 2011. http://old.perpusnas.go.id/Attachment/
Pedoman/standar%20nasional%20perpustakaan-sekolah.pdf.
Wulandari, Suci. “Kepemimpinan dalam Organisasi: Perspektif Teoritik dan
Metodologi.” Jurnal Ilmiah Kesatuan 5, no. 2 (Oktober 2008): 39–44.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=132859&val=5615&t
itle=Kepemimpinan%20Dalam%20Organisasi:%20%20Perspektif%20Teo
ritik%20dan%20Metodologi.
Yusuf, Pawit M., dan Yaya Suhendar. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah. Cet. 4. Jakarta: Kencana, 2013.
Zwell, Michael. Creating a Culture of Competence. New York: Wiley, 2000.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Tampilan Website Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah
Lampiran 2 Tampilan Website Sekolah Kita
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
No Dimensi
Kompetensi Kompetensi Indikator Pertanyaan
1 Kompetensi
Manajerial
Memimpin tenaga
perpustakaan sekolah • Mengarahkan tenaga
perpustakaan untuk
bekerja secara efektif
dan efisien
1. Bagaimana cara Anda mengarahkan tenaga perpustakaan
agar dapat bekerja secara efektif dan efisien?
• Menggerakkan tenaga
perpustakaan untuk
bekerja secara efektif
dan efisien
2. Bagaimana cara Anda menggerakkan tenaga perpustakaan
agar dapat bekerja secara efektif dan efisien?
• Membina tenaga
perpustakaan untuk
pengembangan pribadi
dan karier
3. Jelaskan upaya/tindakan apa saja yang telah Anda lakukan
untuk membina tenaga perpustakaan agar dapat
berkembang secara pribadi maupun karier?
• Menjadi teladan dalam
melaksanakan tugas
4. Bagaimana cara Anda menjadikan diri Anda sebagai
panutan dalam melaksanakan tugas?
Merencanakan program
perpustakaan sekolah • Merencanakan program
pengembangan
5. Jelaskan rencana program pengembangan koleksi yang
telah Anda buat?
6. Jelaskan rencana program promosi perpustakaan yang
telah Anda buat?
• Merencanakan
pengembangan sumber
daya perpustakaan
7. Jelaskan rencana program pengembangan sumber daya
manusia yang telah Anda buat?
8. Jelaskan rencana program pengembangan sarana dan
prasarana yang telah Anda buat?
• Merencanakan
anggaran
9. Jelaskan rencana anggaran perpustakaan yang telah Anda
buat?
Melaksanakan program
perpustakaan sekolah • Melaksanakan program
pengembangan
10. Bagaimana pelaksanaan dari program pengembangan
koleksi tersebut?
11. Bagaimana pelaksanaan dari program promosi
perpustakaan tersebut?
• Melaksanakan
pengembangan sumber
daya perpustakaan
12. Bagaimana pelaksanaan dari program pengembangan
sumber daya manusia tersebut?
13. Bagaimana pelaksanaan dari program pengembangan
sarana dan prasarana tersebut?
• Memanfaatkan
anggaran sesuai dengan
program
14. Bagaimana pelaksanaan dari pemanfaatan anggaran
perpustakaan tersebut?
• Mengupayakan bantuan
finansial dari berbagai
sumber
15. Jelaskan upaya/tindakan apa saja yang telah Anda lakukan
dalam mengupayakan bantuan finansial, baik dari internal
maupun eksternal?
Memantau pelaksanaan
program perpustakaan
sekolah
• Memantau pelaksanaan
program
pengembangan
16. Bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap
pelaksanaan program pengembangan koleksi?
17. Bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap
pelaksanaan program promosi perpustakaan?
• Memantau
pengembangan sumber
daya perpustakaan
18. Bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap
pelaksanaan program pengembangan sumber daya
manusia?
19. Bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap
pelaksanaan program pengembangan sarana dan
prasarana?
• Memantau penggunaan
anggaran
20. Bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap
pelaksanaan pemanfaatan anggaran perpustakaan?
Mengevaluasi program
perpustakaan sekolah • Mengevaluasi program
pengembangan
21. Bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap program
pengembangan koleksi?
22. Bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap program
promosi perpustakaan?
• Mengevaluasi
pengembangan sumber
daya perpustakaan
23. Bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap program
pengembangan sumber daya manusia?
24. Bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap program
pengembangan sarana dan prasarana?
• Mengevaluasi
pemanfaatan anggaran
25. Bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap
pemanfaatan anggaran perpustakaan?
Lampiran 4 Contoh Transkrip Wawancara
Pewawancara : Chairida Saufatunnisa (CS)
Informan : ER
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Jabatan Informan : Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Pelaksanaan Wawancara : Hari Rabu tanggal 29 bulan Agustus tahun 2018 pukul 12.43 s.d.
12.52 WIB di Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
: Hari Jum’at tanggal 31 bulan Agustus tahun 2018 pukul 08.12
s.d. 08.30 WIB di Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Memimpin Tenaga Perpustakaan Sekolah
CS : Bagaimana cara Anda mengarahkan tenaga perpustakaan agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien?
ER : Jadi, yang pertama ya dikumpulkan, terus diberikan umm apa namanya pengertian
bahwa umm kita punya ya pembagian tugas dulu, job description-nya, job description
ini. Jadi, dengan adanya job description-nya, masing-masing sudah tahu minggu ini
harus dikerjakan apa, bulan ini harus apa, terus nanti terakhir apa. Jadi, ada job
description-nya.
CS : Terus, bagaimana cara Anda menggerakkan tenaga perpustakaan agar dapat bekerja
secara efektif dan efisien?
ER : Ya, kita beri perencanaan dulu kan, setelah perencanaan, apa yang mesti laksanakan,
setelah tahu apa yang akan dilaksanakan, baru umm kita eksekusi, artinya kita monitor,
kita awasi, kita check and re-check apa yang sudah dikerjakan.
CS : Terus, jelaskan upaya/tindakan apa saja yang telah Anda lakukan untuk membina
tenaga perpustakaan agar dapat berkembang secara pribadi maupun kariernya?
ER : Ya, untuk tenaga perpustakaan, staf, pertama ya kita ikutkan diklat. Untuk
pengembangan karier itu tadi pelatihan-pelatihan, workshop, seminar-seminar yang
berkaitan dengan pengembangan pengelolaan perpustakaan sekolah.
CS : Selain itu ada lagi, pak?
ER : Ya, ikutin organisasi umm perpustakaan, seperti APISI, ATPUSI, IPI.
CS : Jelaskan upaya/tindakan apa saja yang telah Anda lakukan untuk menjadi panutan bagi
tenaga perpustakaan dalam melaksanakan tugas?
ER : Ya, pertama harus memberi contoh, menjadi panutan. Apa yang kita kerjakan, ya
kerjakan dulu, terus kemudian berikutnya staf atau pengelola perpustakaan lainnya
untuk mengikuti, gitu. Jadi, kita memberi contoh.
Merencanakan Program Perpustakaan Sekolah
CS : Terus, jelaskan rencana program pengembangan koleksi yang telah ada buat?
ER : Umm, rencana pengembangan, penambahan buku-buku koleksi fiksi maupun non fiksi
kita tambahkan. Terutama yang non fiksi, yang buku-buku paket gitu kan butuh untuk
umm pelajaran di sekolah itu.
CS : Terus, jelaskan rencana program promosi perpustakaan yang telah Anda buat?
ER : Umm, promosi kita membuat dengan pamplet.
CS : Pamplet?
ER : Hu’um, pamplet, brosur, terus kemudian web sekolah juga kita pasang, terus kita di
ada standing umm apa namanya umm tempelin buku-buku di rak, yang ini buku-buku
populer, buku-buku ini di tempat yang kelihatan oleh pengunjung atau pemustaka.
CS : Umm, jelaskan rencana program pengembangan sumber daya manusia yang telah
Anda buat?
ER : Ya, pengembangannya umm staf itu diminta untuk ikut diklat, untuk pengembangan
lebih lanjut lagi, misalnya disarankan untuk ikutin pendidikan lebih lanjut lagi S2 atau
S1 perpustakaan. Tapi, semuanya terkendala dengan anggaran dalam perkembangan
itu.
CS : Umm, jelaskan rencana program pengembangan sarana dan prasarana yang telah Anda
buat?
ER : Pengembangan sarana dan prasarana yang sekarang itu saya kembangkan ya komputer.
Lewat komputer itu pengadaan sarana komputer untuk mencari informasi di
perpustakaan. Kita mengadakan empat unit komputer baru untuk pengembangan
sarana.
CS : Jelaskan rencana anggaran perpustakaan yang telah Anda buat?
ER : Nah ini, kalau anggaran ini kaitannya kalau sekolah negeri kan berhubungan dengan
sekolah, RAPBS, apa namanya, rencana belanja sekolah ya, jadi saya membuat
rencana anggarannya tidak sendiri, kepala sekolah juga ikut menentukan. Sebetulnya
dalam UU perpustakaan kan 5%, tapi realisasinya belum maksimal untuk penggunaan.
Jadi, semua ditentukan oleh BOP, bantuan operasional per- umm pendidikan itu, di
situ ada sarana untuk sekolah. Terus, anggaran ini biasanya untuk pengadaan buku-
buku paket atau buku-buku fiksi, gitu.
Melaksanakan Program Perpustakaan Sekolah
CS : Kalau, bagaimana pelaksanaan dari program pengembangan koleksi perpustakaan?
ER : Pengembangannya?
CS : Pelaksanaannya.
ER : Pelaksanaan pengembangan koleksi, maksudnya gimana ini pengembangan apa ini?
CS : Umm, ya, maksudnya pelaksanaan pengembangan koleksinya tuh berjalan, sudah
berjalan atau bagaimana pak?
ER : Oh, iya. Ya, sementara ini ya cukup berjalan. Memang pengembangannya umm kita
mengadakan buku-buku yang menarik, terus kita ada bedah buku juga supaya
perpustakaan berlanjut. Jadi, minat baca atau pun minat berkunjung perpustakaan
lebih tinggi, terutama di jam-jam kosong siswa diharapkan bisa berkunjung ke
perpustakaan atau membaca buku.
CS : Kalau misalnya pengembangan koleksi itu diadakan setiap kapan pak?
ER : Setiap tahun. Setiap tahun ada bedah buku, dan pengembangan koleksi-koleksi,
tambahan-tambahan buku yang ada, gitu, kita adakan itu, apa namanya, umm ya
dianalisis dulu apa yang dibutuhkan oleh siswa, yang butuh buku-buku apa, kita
berikan. Guru-guru kita diberikan untuk pengembangan perpustakaan lebih lanjut,
untuk terutama pada sarana bukunya.
CS : Kalau, bagaimana pelaksanaan dari program pengembangan sumber daya manusia?
ER : Pengembangannya? Pelaksanaannya?
CS : Iya, pelaksanaannya.
ER : Ya, untuk pelaksanaannya, SDM-nya ini karena SDM kita itu Cuma dua dan terikat
dengan ini, jadi kalau misalnya satu staf itu dibawa ke diklat, ya kosong. Jadi, gak
maksimal, belum optimal sekali untuk pengembangan SDM-nya.
CS : Kalau, bagaimana pelaksanaan dari program promosi perpustakaan?
ER : Promosi cukup baik ya pelaksanaannya. Kami kan me- mendisplay buku-buku yang
baru, kemudian juga adanya bedah buku, gitu, jadi siswa mempunyai minat baca yang
tinggi.
CS : Biasanya pengembangan apa, eh, promosinya itu dilakukan kapan pak?
ER : Umm, berkelanjutan. Kita promosinya enggak per insidentil. Kalau promosi yang ini
kan ada bedah buku, tapi itu hanya insidentil, artinya hanya satu tahun sekali kan.
Kalau yang berkelanjutan, kita display buku-buku yang bermutu misalnya, sehingga
siswa atau pengunjung bisa punya minat baca yang tinggi.
CS : Kalau, bagaimana pelaksanaan dari program pengembangan sarana dan prasarana?
ER : Sarana dan prasarana, ya, pengembangannya ya berkelanjutan juga. Tapi, umm kita
kan sarana dan prasarana ditentukan oleh pemerintah, jadi ya menunggu itu, dana
bantuan dari pemerintah.
CS : Bagaimana pelaksanaan dari pemanfaatan anggaran perpustakaan?
ER : Nah ini. Jadi, anggaran perpustakaan sekolah itu kan kaitannya dengan BOP, bantuan
operasional pendidikan. BOP itu biasanya pengguna anggaran itu kepala sekolah. Jadi,
pemanfaatannya kadang-kadang tergantung kebutuhan sekolah. Tapi lebih banyak
pada pengadaan buku-buku sekolah, buku-buku paket terutama ya yang berhubungan
dengan kurikulum 2013. Jadi, di sini perpustakaan atau kepala perpus tidak mengolah
anggaran sendiri, tapi anggaran sudah ada dari BOP dan kepala sekolah yang
menentukan.
CS : Kalau, biasanya anggaran turun kapan pak?
ER : Anggaran itu kan kalau di BOP, triwulan, tiga bulan sekali. Tapi kan peruntukannya
tiga bulan turun, tiga bulan turun, tapi itu apa, anggaran dalam satu tahun. Turun itu,
ya di situ sudah ada ditentukan pos-pos mana yang harus di penggunaan anggaran di
perpus. Jadi, tidak bisa penggunaan anggaran yang, yang istilahnya insidentil, tiba-
tiba gitu. Enggak. Tapi, sudah ada pos yang ditentukan di BOP itu. Ada slipnya, karena
itu berkaitan dengan laporan SPJ-nya kan, dengan apa namanya, pihak-pihak tertentu.
CS : Jadi kalau kaya gitu harus ngajuin proposal dulu apa bagaimana?
ER : Ya kita mengupload ke BOP itu. Ada sistemnya. Tapi, biasanya kebanyakan ke buku-
buku paket, atau buku-buku fiksi, gitu. Tapi kita sementara ini lebih ditekannya pada
buku paket, karena buku paket itu buku wajib, menyukseskan kurikulum 2013 itu.
CS : Umm, jelaskan upaya/tindakan apa saja telah Anda lakukan dalam mengupayakan
bantuan finansial, baik dari internal maupun eksternal?
ER : Ya upaya kita untuk bantuan itu ya menggunakan atau memaksimalkan umm bantuan
itu semaksimal mungkin untuk kebutuhan pendidikan, terutama untuk siswa. Kalau
bantuan eksternal, karena kita punya aturan sih ya, jadi bantuan eksternal itu kalau
nanti umm itu kan gak boleh diberikan cuma-cuma karena nanti jatuhnya gratifikasi.
Jadi, kita lebih selektif lagi. Tapi, selama ini belum ada sih. Belum ada secara langsung
karena dari pihak sekolah sudah membatasi, sudah memberikan, kecuali kalau instansi.
Antar instansi kita ngajuin, kaya buku-buku ini kan bantuan (sambil nunjuk buku-
buku berbahasa asing), buku-buku yang retur yang tidak dipakai oleh sekolah British
School kalau gak salah. Jadi, tanpa ada embel-embel perorangan atau pun pihak
tertentu yang ini.
CS : Berarti dari instansi saja ya pak?
ER : Iya, instansi.
Memantau Pelaksanaan Program Perpustakaan
CS : Kalau, bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap pelaksanaan program
pengembangan koleksi?
ER : Pemantauannya adalah kita pemantauan dalam pengembangan koleksi ya apakah
koleksi itu mana yang dibutuhkan mana yang sudah tidak dibutuhkan, gitu loh. Itu
pemantauannya. Istilahnya pengembangan umm buku-bukunya kan, terutama buku-
bukunya, pengembangan koleksinya. Kalau yang sudah tidak dibutuhkan, kita punya
gudang, di masukan ke gudang, gitu. Yang sudah tidak misalnya umm istilahnya
penyiangan ya, setiap tahun penyiangan yang mana-mana ini dihapuskan.
Pemantauannya selama ini hanya itu saja.
CS : Bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap pelaksanaan program promosi
perpustakaan?
ER : Promosi, pemantauannya ya hanya dengan lihat daftar kunjungan ya. Kalau kunjungan,
ini kan kita promosinya kan pakai display begini, buku-buku yang kira-kira buku baru,
buku yang punya istilahnya minat baca tinggi, kita displaykan. Nah itu untuk promosi.
CS : Oh jadi ngeliat daftar kunjungan?
ER : Iya, daftar kunjungan siswa karena kita kan terikat dengan ini kan umm instansi
sekolah tertentu yang yang yang berkaitan dengan usaha umm kita promosi luar itu
kan apa. Tapi kita juga kadang-kadang ikut pameran juga itu kan termasuk, kalau ada
misalnya dari perpusnas atau perpusda, ada nih pameran, stan perpus, kita
mengirimkan perpustakaan kita untuk ikut stan pameran. Itu kan termasuk promosi
juga ya.
CS : Umm terus, bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap pelaksanaan
program pengembangan sumber daya manusia?
ER : Pemantauannya ya paling secara lisan saja. Artinya, kemarin misalnya ditugaskan
untuk workshop. Itu kan pengembangan sumber daya itu kaitannya biasanya untuk
peningkatan kompetensi, peningkatan pengetahuan, paling pemantauannya kalau ada
ditugaskan ikut workshop atau pun ikut seminar, lalu kita tanyakan tentang ya apakah
mendapatkan sertifikat, terus hasilnya apa saja yang bisa diterapkan untuk
perpustakaan kita.
CS : Selanjutnya, bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap pelaksanaan
program pengembangan sarana dan prasarana?
ER : Ya, kalau pemantauan sarana dan prasarana kita lihat kalau sarana dan prasarana
misalnya kaya kursi gitu kan, kursi itu apakah masih bagus atau enggak. Kalau
misalnya kursi itu patah kakinya atau ini, kan sering anak-anak kalau duduk kan gak—
gak tertib kan ya kadang-kadang main nganu ah, nah, kita usulkan untuk mengadakan
penggantian. Atau sarana yang lain misalnya ada yang rusak, buku ada yang rusak ya
kita ada perbaikan, gitu.
CS : Terus, bagaimana pemantauan yang Anda lakukan terhadap pelaksanaan pemanfaatan
anggaran perpustakaan?
ER : Pemantauannya, nah itu tadi, kalau anggaran kita enggak punya wewenang khusus. Ya
jadi kita enggak bisa memantau anggaran, berapa yang ini kita hanya menerima.
Misalnya ada buku paket, ya kita hanya menerima ini. Misalnya dari bendahara
sekolah yang sudah umm bendahara sekolah yang berhubungan dengan BOP itu ya ng
membelinya. Kita hanya ‘oh ada buku paket pak’, yaudah kita bantu berapa. Kemarin
kaya buku berapa dus itu, kan beli buku paket. Pemantauan anggarannya, oh anggaran
dari ini BOP.
CS : Berarti yang belanja itu semuanya dari sekolah ya?
ER : Iya, karena kaitannya dengan BOP itu. Bendahara sekolah ya.
Mengevaluasi Program Perpustakaan Sekolah
CS : Terus, bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap program pengembangan
koleksi?
ER : Evaluasinya? Evaluasinya ya apakah pengembangan koleksi ini berjalan dengan baik
atau tidak. Maksudnya bahwa misalnya pengembangan koleksi itu kan berhubungan
dengan buku paket ya, pengembangan koleksi ada penambahan ada ini. Ya paling
seperti itu saja.
CS : Kalau, bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap program promosi
perpustakaan?
ER : Evaluasi promosi perpustakaan? Promosi kita ya secara ini saja secara sepintas, tapi
enggak ada bukti fisik. Kalau promosi, kita kan ada display buku, nah kalau petugas
bilang buku yang di display sudah banyak peminatnya, oh berarti ini perlu ada
penambahan untuk buku-buku yang jenis ini, begitu. Kita usulkan.
CS : Kalau, bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap program pengembangan
SDM?
ER : Untuk SDM itu kan, evaluasinya ya paling umm kan SDM itu berkaitan dengan
manusianya ya, apakah mengikuti diklat atau workshop atau seminar, ya paling
mengevaluasinya apakah sudah mengikuti berapa kali, ada sertifikatnya gak. Kita file,
kita masukan ke data, dan itu sebagai ini kan bukti fisik bahwa SDM kita berjalan
dengan baik.
CS : Kalau, bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap program pengembangan
sarana dan prasarana pak?
ER : Ya tadi evaluasinya dari umm sarana dan prasarana yang ada kita evaluasi apakah
umm sarananya masih bagus atau tidak, gitu kan. Misalnya kursinya masih bagus atau
tidak, buku-buku masih ada yang bagus atau tidak, lampu-lampu juga dicek apakah
ada yang mati atau tidak, apakah masih layak, komputer juga gitu.
CS : Umm sama gak umm, bagaimana evaluasi yang Anda lakukan terhadap anggaran
perpustakaan?
ER : Ya, anggaran sama itu. Anggaran yang menentukan kan dari pemerintah, jadi evaluasi
ya itu domainnya wewenang dari kepala sekolah, anggaran itu. Kita gak bisa
mengevaluasi anggaran perpustakaan. Kita hanya bisa mengusulkan kebutuhan
perpustakaan.
CS : Jadi, umm kalau secara umum, semua evaluasi tersebut itu nantinya berbentuk apa
pak?
ER : Laporanlah. Laporan tahunan. Biasanya laporan tahunan, nanti kita buat misalnya
buku ada berapa yang rusak, sarana dan prasarana masih ada berapa yang bagus yang
rusak, gitu.
CS : Biasanya evaluasi itu diadakan setiap kapan pak?
ER : Setahun sekali. Setahun sekali pada saat laporan tahunan.
CS : Terakhir, data yang saya dapat dari website Sekolah kita, tertulis bahwa perpustakaan
ini dalam kondisi rusak ringan. Bagaimana tanggapan Anda?
ER : Kalau dari website, biasanya ada admin kan yang upload. Ya mungkin yang dimaksud
rusak ringan itu kaya komputer yang perlu diperbaiki, lampu-lampu yang mati. Ya
seperti itu saja, tidak sampai ke yang lain.
Lampiran 5 Reduksi Data
Kategori Sub Kategori
Informan
AG
(Kepala Perpustakaan SMAN
6 Jakarta)
ER
(Kepala Perpustakaan SMAN
8 Jakarta)
SP
(Kepala Perpustakaan SMAN
55 Jakarta)
Memimpin
Tenaga
Perpustakaan
Sekolah
Mengarahkan te-
naga perpustakaan
untuk bekerja secara
efektif dan efisien
- Cara kepala perpustakaan
mengarahkan tenaga perpus-
takaan:
• Secara umum, pernah
mengarahkan tenaga per-
pustakaan. Akan tetapi,
ketika ada pekerjaan
kepala perpustakaan me-
lakukan kerja sama
dengan tenaga perpus-
takaan
- Cara kepala perpustakaan
mengarahkan tenaga perpus-
takaan:
• Mengumpulkan tenaga
perpustakaan
• Memberikan pengertian
kepada tenaga perpusta-
kaan
• Membagikan tugas/ job
description kepada tena-
ga perpustakaan
- Cara kepala perpustakaan
mengarahkan tenaga perpus-
takaan:
• Meminta tenaga perpus-
takaan untuk membagi
waktu antara bekerja di
sekolah dengan bekerja
di perpustakaan
Menggerakkan te-
naga perpustakaan
untuk bekerja secara
efektif dan efisien
- Cara kepala perpustakaan
menggerakkan tenaga per-
pustakaan:
• Komunikasi:
o Via telepon
o Langsung
- Cara kepala perpustakaan
menggerakkan tenaga per-
pustakaan:
• Membuat perencanaan
• Memberi tahu tenaga
perpustakaan apa saja
yang mesti dilaksanakan
• Melakukan eksekusi
o Memonitor
o Mengawasi
o Check dan re-check
- Cara kepala perpustakaan
menggerakkan tenaga per-
pustakaan:
• Meminta tenaga perpus-
takaan untuk membagi
waktu antara bekerja di
sekolah dengan bekerja
di perpustakaan
• Meminta tenaga perpus-
takaan untuk melak-
sanakan tugas yang
diberikan
o Membersihkan rak
o Mengatur buku
o Meletakkan buku ke
rak
o Menunggu perpus-
takaan
Membina tenaga
perpustakaan untuk
pengembangan pri-
badi dan karier
- Cara kepala perpustakaan
membina tenaga perpusta-
kaan:
• Mengikutsertakan tena-
ga perpustakaan ke
beberapa pelatihan yang
diadakan oleh
o Dinas Pendidikan
o Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan DKI
o BI Corner
o APISI
- Cara kepala perpustakaan
membina tenaga perpusta-
kaan:
• Mengikutsertakan tenaga
perpustakaan ke berbagai
diklat / pelatihan-
pelatihan / workshop /
seminar yang berkaitan
dengan pengelolaan per-
pustakaan sekolah
• Mengikuti organisasi
perpustakaan seperti
APISI, ATPUSI, IPI
- Tenaga perpustakaan me-
rangkap sebagai caraka,
yaitu orang yang bersih-
bersih sekolah
- Karena tenaga perpustakaan
yang ada bukan sepenuhnya
menjadi pustakawan, jadi
tidak diarahkan untuk
mengikuti pelatihan
Menjadi teladan da-
lam melaksanakan
tugas
- Cara kepala perpustakaan
untuk menjadi panutan bagi
tenaga perpustakaan:
• Menegakkan kedisip-
linan
• Hadir lebih awal
- Cara kepala perpustakaan
untuk menjadi panutan bagi
tenaga perpustakaan:
• Memberi contoh terlebih
dahulu kepada tenaga
perpustakaan
- Cara kepala perpustakaan
untuk menjadi panutan bagi
tenaga perpustakaan:
• Menegakkan kedisip-
linan
• Kerja kelas
• Menjaga kebersihan
Merencanakan
Program
Perpustakaan
Sekolah
Merencanakan
program pengem-
bangan
- Belum membuat rencana
pengembangan koleksi
- Rencana pengembangan ko-
leksi kepala perpustakaan
terdahulu:
- Rencana pengembangan ko-
leksi:
• Penambahan buku-buku
koleksi
o Fiksi
o Non fiksi
- Rencana pengembangan ko-
leksi:
• Memasukkan data-data
buku ke dalam program
SLIMS
• Penambahan buku-buku
koleksi
o Buku pelajaran
o Referensi
- Metode promosi:
• Ke anak-anak
o Bimbingan pema-
kai mengenai buku-
buku yang ada di
perpustakaan beser-
ta jumlahnya pada
saat MOS / MPLS
• Ke orang tua
o Mengadakan talk-
show dengan meng-
hadirkan pengarang
buku
o Mengadakan pame-
ran buku dari pener-
bit
▪ Buku paket
pelajaran
- Metode promosi:
• Pamflet
• Brosur
• Website sekolah
• Display buku
o Buku populer
• Stan perpustakaan
• Penambahan buku-buku
koleksi
o Buku-buku untuk
literasi
o Buku pelajaran
- Metode promosi:
• Kegiatan literasi
• Bekerja sama dengan
guru bahasa Indonesia
Merencanakan
pengembangan
sumberdaya
perpustakaan
- Rencana pengembangan
SDM:
• Penambahan SDM se-
banyak dua orang
o Pustakawan, untuk
mengelola buku dan
membuat rencana
perpustakaan
o Pemustaka, untuk
melaksanakan pe-
- Rencana pengembangan
SDM:
• Mengikutsertakan te-
naga perpustakaan ke
dalam diklat
• Menyarankan tenaga
perpustakaan untuk
mengikuti pendidikan
ke jenjang yang lebih
- Rencana pengembangan
SDM:
• Penambahan SDM
o Pustakawan
- Rencana pengembangan sa-
rana dan prasarana:
• Memperbaiki rak
• Menyediakan kompu-
ter
kerjaan sesuai ren-
cana yang dibuat
pustakawan, seperti
membuat label,
memasang daftar
panggil
- Rencana pengembangan sa-
rana dan prasarana:
• Membeli LCD untuk
presentasi
• Membuat ruang untuk
presentasi
lanjut, seperti S1 / S2
Ilmu Perpustakaan
- Rencana pengembangan sa-
rana dan prasarana:
• Pengadaan empat unit
komputer
Merencanakan
anggaran
- Belum membuat rencana
anggaran
- Nantinya, rencana anggaran
dibuat berdasarkan anggaran
dari sekolah sebanyak 5%
- Implementasi anggaran:
• Untuk membeli koleksi
• Untuk membeli perala-
tan
• Untuk membeli alat
pendukung kelengkapan
buku
- Sudah membuat rencana
anggaran
- Anggaran sebanyak 5%,
realisasinya masih belum
maksimal
- Anggaran ditentukan dari
Bantuan Operasional Pendi-
dikan (BOP)
- Tidak membuat rencana ang-
garan
- Anggaran perpustakaan di-
dapat dari dana BOS atau
BOP sekolah
- Implementasi anggaran:
• Untuk membeli koleksi
Melaksanakan
Program
Perpustakaan
Sekolah
Melaksanakan
program
pengembangan
- Pelaksanaan dari pengem-
bangan koleksi berjalan
dengan cukup lancar
• Mengadakan buku-buku
pelajaran
- Pelaksanaan dari pengem-
bangan koleksi cukup
berjalan
• Mengadakan buku-buku
yang menarik
• Bedah buku
- Pelaksanaan dari pengem-
bangan koleksi sudah
berjalan
• Mengadakan buku
pelajaran
- Pengembangan koleksi
diadakan setiap tahun sekali,
tepatnya awal tahun
pelajaran, yaitu Juli atau
Agustus
- Pelaksanaan dari program
promosi berjalan lancar
• Memberikan informasi
terkait perpustakaan pada
saat MPLS
• Mengadakan pameran
buku
- Program promosi diadakan
setiap tahun sekali
- Pengembangan koleksi di-
adakan setiap tahun sekali
- Pelaksanaan dari program
promosi berjalan dengan
cukup baik
• Mendisplay buku
o Buku-buku baru
o Buku-buku ber-
mutu
• Mengadakan bedah
buku
- Mendisplay buku diadakan
secara berkelanjutan, sedang-
kan bedah buku diadakan satu
tahun sekali/ insidentil
• Mengadakan buku-buku
untuk literasi
- Pengembangan koleksi
diadakan setiap tahun sekali,
tepatnya pada tahun ajaran
baru, yaitu bulan Juli
- Pelaksanaan dari program
promosi sudah berjalan
• Kegiatan literasi
• Bekerja sama dengan
guru bahasa Indonesia
- Kegiatan literasi diadakan
setiap Jum’at, sedangkan
kerja sama dengan guru
bahasa Indonesia diadakan
sesuai dengan guru yang
bersangkutan
Melaksanakan
pengembangan
sumberdaya
perpustakaan
- Pelaksanaan dari pengem-
bangan SDM sudah berjalan
• Seringnya kepala per-
pustakaan mendapat un-
dangan dari Dinas
Perpustakaan atau Dinas
Pendidikan DKI untuk
mengikutsertakan tenaga
perpustakaan ke berbagai
pelatihan
- Pelaksanaan dari pengem-
bangan sarana dan prasa-
- Pelaksanaan dari pengem-
bangan SDM belum mak-
simal / optimal masih ku-
rangnya tenaga perpustakaan
yang ada
- Pelaksanaan dari pengem-
bangan sarana dan prasarana
dilakukan secara berkelan-
jutan sembari menunggu
dana dari pemerintah
- Pelaksanaan dari pengem-
bangan SDM belum mak-
simal karena tenaga
perpustakaan yang ada
bukan sepenuhnya sebagai
pustakawan
- Pelaksanaan dari pengem-
bangan sarana dan prasarana
sudah berjalan dan akan terus
dikembangkan
• Memperbaiki rak, meja,
dan kursi
rana baru pada tahap
membuat program saja,
belum sampai tahap
merealisasikan
• Mengadakan komputer
• AC
• Karpet
Memanfaatkan
anggaran
sesuai dengan
program
- Anggaran dimanfaatkan
untuk:
• Membeli koleksi buku
- Pihak sekolah yang langsung
belanja dan membayar buku-
buku tersebut
- Kepala perpustakaan tidak
tahu menahu tentang ang-
garan
- Anggaran turun dalam kurun
waktu setahun sekali
- Anggaran dimanfaatkan
untuk:
• Mengadakan buku
o Buku paket kuri-
kulum 13
o Buku fiksi
- Pemanfaatan anggaran ter-
gantung kebutuhan sekolah
- Kepala perpustakaan tidak
mengolah anggaran sendiri
- Anggaran sudah ada di BOP
dan kepala sekolahlah yang
menentukan
- Anggaran turun dalam
kurun waktu triwulan / tiga
bulan sekali
- Anggaran dimanfaatkan
untuk:
• Membeli karpet
• Membeli rak
• dsb
- Kepala perpustakaan tidak
tahu menahu tentang ang-
garan
- Kebutuhan perpustakaan
yang diajukan oleh kepala
perpustakaan akan dibelikan
langsung oleh pihak sekolah
jika tertulis di dalam
Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS);
- Kepala perpustakaan tidak
terlalu mengerti terkait
masalah turunnya anggaran
Mengupayakan
bantuan
finansial dari
berbagai
sumber
- Upaya bantuan finansial
• Dari pihak luar
o Belum pernah ada
• Dari pihak dalam
o Anggaran dari se-
kolah sebesar 5%
- Kepala perpustakaan tidak
tahu apakah anggaran yang
- Upaya bantuan finansial
• Dari pihak luar
o Belum pernah ada
• Dari pihak dalam
o Anggaran dari se-
kolah
- Kepala perpustakaan ber-
upaya memaksimalkan ban-
- Upaya bantuan finansial
• Dari pihak luar
o Belum pernah ada
• Dari pihak dalam
o Anggaran dari se-
kolah
- Bantuan yang diberikan dari
pihak sekolah pun nantinya
5% itu turun semua atau
tidak
tuan tersebut semaksimal
mungkin
dalam bentuk barang, bukan
finansial
Memantau
Pelaksanaan
Program
Perpustakaan
Sekolah
Memantau
pelaksanaan
program
pengembangan
- Cara kepala perpustakaan
memantau program pengem-
bangan koleksi:
• Melakukan koordinasi
dengan tenaga perpus-
takaan ketika ada waktu
luang setelah mengajar
- Belum melakukan peman-
tauan terhadap program
promosi
- Cara kepala perpustakaan
memantau program pengem-
bangan koleksi:
• Melakukan penyiangan
o Melihat koleksi
mana yang masih
dibutuhkan dan
mana yang sudah
tidak dibutuhkan
- Cara kepala perpustakaan
memantau program promosi:
• Melihat daftar kun-
jungan siswa ke perpus-
takaan
- Cara kepala perpustakaan
memantau program pengem-
bangan koleksi:
• Menertibkan buku-buku
yang dipinjam siswa
agar dikembalikan tepat
waktu
- Cara kepala perpustakaan
memantau program promosi:
• Melihat seberapa banyak
pengunjung setiap bu-
lannya
• Melihat seberapa banyak
siswa yang meman-
faatkan koleksi
Memantau
pengembangan
sumberdaya
perpustakaan
- Cara kepala perpustakaan
memantau program pengem-
bangan SDM:
• Melihat apakah prog-
ram tersebut berjalan
sesuai dengan deadline
yang ditentukan dari
pihak sekolah atau tidak
• Melihat apakah prog-
ram tersebut berjalan
sesuai dengan deadline
dari pihak yang terkait
- Cara kepala perpustakaan
memantau program pengem-
bangan SDM:
• Secara lisan
o Bertanya apakah
tenaga perpusta-
kaan mendapatkan
sertifikat atau tidak
o Bertanya tentang
apa saja yang bisa
diterapkan untuk
perpustakaan dari
- Cara kepala perpustakaan
memantau program pengem-
bangan SDM:
• Melihat hasil kerja
tenaga perpustakaan
o Melihat kondisi fisik
perpustakaan setiap
harinya, apakah siap
digunakan atau tidak
- Cara kepala perpustakaan
memantau program pengem-
bangan sarana dan prasarana:
dengan masalah perpus-
takaan atau tidak
o Perpustakaan
nasional/ DKI
o Dinas pendidikan
- Cara kepala perpustakaan
memantau program pengem-
bangan sarana dan prasarana:
• Melihat rencana peng-
adaan sarana dan
prasarana
• Mengadakan sarana dan
prasarana
• Menjaga sarana dan
prasarana
hasil pelatihan ter-
sebut
- Cara kepala perpustakaan
memantau program pengem-
bangan sarana dan prasarana:
• Melihat apakah sarana
dan prasarana tersebut
masih bagus atau sudah
tidak bagus
o Sarana yang rusak,
nantinya diusulkan
untuk diadakan
penggantian
o Buku yang rusak,
nantinya ada per-
baikan
• Melihat kondisi sarana
dan prasarana tersebut
apakah masih layak atau
sudah tidak layak
Memantau
penggunaan
anggaran
- Kepala perpustakaan tidak
bisa memantau penggunaan
anggaran karena belum
dilibatkan dalam pembuatan
anggaran
- Kepala perpustakaan tidak
bisa memantau penggunaan
anggaran karena tidak punya
wewenang khusus terhadap
anggaran
- Bendahara sekolah yang
berhubungan dengan BOP-
lah yang membeli kebutuhan
perpustakaan
- Kepala perpustakaan tidak
bisa memantau penggunaan
anggaran
Mengevaluasi
Program
Perpustakaan
Sekolah
Mengevaluasi
program
pengembangan
- Belum pernah melakukan
evaluasi terhadap program
pengembangan koleksi ka-
rena baru menjabat sebagai
- Cara kepala perpustakaan
mengevaluasi program
pengembangan koleksi:
• Melihat apakah dalam
pengembangan tersebut
- Cara kepala perpustakaan
mengevaluasi program
pengembangan koleksi:
• Melihat apakah koleksi
tersebut bertambah atau
kepala perpustakaan pada
tahun ini
- Belum pernah melakukan
evaluasi terhadap program
promosi
- Secara umum, pelaksanaan
program promosi sudah
berjalan dengan baik dan
cukup kondusif
ada penambahan ko-
leksi atau tidak
- Cara kepala perpustakaan
mengevaluasi program pro-
mosi:
• Secara lisan
o Apabila tenaga
perpustakaan
mengatakan bahwa
suatu buku banyak
peminatnya, maka
akan diadakan pe-
nambahan buku-
buku yang sejenis
itu
berkurang setiap semes-
ternya
- Cara kepala perpustakaan
mengevaluasi program pro-
mosi:
• Melihat apakah kegiatan
literasi tersebut berjalan
atau tidak
• Melihat apakah media
perpustakaan sudah di-
manfaatkan secara mak-
simal atau belum oleh
guru bahasa Indonesia
Mengevaluasi
pengembangan
sumberdaya
perpustakaan
- Belum pernah melakukan
evaluasi terhadap pengem-
bangan SDM karena baru
menjabat sebagai kepala
perpustakaan pada tahun ini
- Belum pernah melakukan
evaluasi terhadap pengem-
bangan sarana dan prasarana
karena baru menjabat
sebagai kepala perpustakaan
pada tahun ini
- Cara kepala perpustakaan
mengevaluasi pengembangan
SDM:
• Melihat apakah tenaga
perpustakaan sudah
mengikuti diklat /
workshop / seminar atau
belum
• Mendata sertifikat yang
didapat sebagai bukti
fisik bahwa SDM yang
ada sudah berjalan
dengan baik
- Cara kepala perpustakaan
- Cara kepala perpustakaan
mengevaluasi pengembangan
SDM:
• Melihat kesiapan tenaga
perpustakaan dalam
mempersiapkan perpus-
takaan untuk digunakan
oleh siswa
o Melihat apakah per-
pustakaan tersebut
masih berantakan
dan kotor atau tidak
- Cara kepala perpustakaan
mengevaluasi program
mengevaluasi program
pengembangan sarana dan
prasarana:
• Melihat dan mengecek
apakah sarana dan pra-
sarananya masih bagus
dan layak atau tidak
pengembangan sarana dan
prasarana:
• Melihat kelayakan dari
sarana dan prasarana yang
digunakan, apakah masih
layak atau tidak
Mengevaluasi
pemanfaatan
anggaran
- Kepala perpustakaan tidak
bisa menjawab terkait
masalah evaluasi peman-
faatan anggaran
- Kepala perpustakaan tidak
bisa melakukan evaluasi
terhadap pemanfaatan ang-
garan perpustakaan karena
hal tersebut merupakan
wewenang kepala sekolah
- Kepala perpustakaan tidak
tahu menahu terkait masalah
evaluasi pemanfaatan ang-
garan
- Evaluasi berbentuk laporan
tertulis
- Evaluasi diadakan di akhir
tahun pada rapat pengurus
dan staf perpustakaan
- Waktu evaluasi:
• Setiap akhir tahun / se-
tahun sekali
• Setiap bulan
o Pelaksanaan pela-
yanan
• Secara kontinu
o Pelaksanaan peng-
adaan
- Evaluasi berbentuk laporan
- Evaluasi diadakan setiap
setahun sekali pada saat
laporan tahunan
- Evaluasi berbentuk laporan
- Evaluasi diadakan setelah
KBM selesai
- Waktu evaluasi:
• Setahun sekali
o Pengunjung perpus-
takaan
• Per semester
o Pengadaan buku
paket pelajaran
o Pendistribusian
buku paket pelajaran
o Sarana
Lampiran 6 Wawancara dengan Kepala Perpustakaan SMAN 6 Jakarta
Lampiran 7 Wawancara dengan Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta
Lampiran 8 Wawancara dengan Kepala Perpustakaan SMAN 55 Jakarta
Lampiran 9 Surat Tugas Menjadi Dosen Pembimbing
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian dan Wawancara
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Kota Administrasi Jakarta
Selatan
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian dari SMAN 6 Jakarta
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian dari SMAN 55 Jakarta
Lampiran 14 Surat Perubahan Judul Skripsi
Lampiran 15 Salinan Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
BIODATA PENULIS
CHAIRIDA SAUFATUNNISA. Lahir di Jakarta, tanggal 04
Mei 1997. Putri sulung dari dua bersaudara, dari ayahanda M.
Chaeruddin dan ibunda Siti Asaroh. Perempuan berdarah
Betawi yang memiliki hobi membaca ini, pernah menempuh
pendidikan di MI. Darussalam (2002-2008), MTsN 13 Jakarta
(2008-2011), dan SMAN 108 Jakarta (2011-2014). Setelah
lulus SMA, Ia kemudian melanjutkan studinya ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan mengambil Program Studi Ilmu Perpustakaan. Dalam rangka memperoleh gelar
pendidikan S1, Ia menulis skripsi yang berjudul Studi tentang Kompetensi Kepala
Perpustakaan Sekolah Se-Jakarta Selatan. Ia juga memiliki beberapa pengalaman
selama menjadi mahasiswi Program Studi Ilmu Perpustakaan. Pada tahun 2016, Ia
pernah melaksanakan magang pada bagian pengadaan, pengolahan, dan
pemeliharaan koleksi di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pelestarian Bahan Pustaka. Pada tahun 2017, Ia pernah
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Pusat Arsip Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral yang beralamat di Pondok Ranji, Tangerang selama sebulan.
Selain itu, Ia juga pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata dari 25 Juli-25 Agustus
2017 di Desa Kalongsawah, Kecamatan Jasinga, Bogor.