Post on 19-Mar-2019
STUDI PERFORMA PENDINGINAN EVAPORASI DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN EFEK UDARA MENYILANG PADA
RUMAH TINGGAL DENGAN METODE COMPUTATIONAL
FLUIDS DYNAMICS (CFD)
Disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Oleh :
AGUNG ISMARDONO
D 200 120 063
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang
lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
1
STUDI PERFORMA PENDINGINAN EVAPORASI DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN EFEK UDARA MENYILANG PADA RUMAH
TINGGAL DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUIDS DYNAMICS
(CFD)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Abstrak
Kriteria penting suksesnya rancangan suatu bangunan adalah memiliki
kondisi interior yang baik, biaya perawatan murah, dan nyaman. kenyamanan suatu
bangunan didapatkan apabila kualitas udara didalam ruangan ideal. Salah satu cara
yang bisa dilakukan untuk memperoleh udara ideal yaitu dengan memasukkan
udara luar ke dalam bangunan menggunakan wind catcher atau menara angin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa dari wind catcher terhadap
rumah tinggal dan mengetahui efek dari perubahan arah angin.
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu melakukan
simulasi CFD untuk mengetahui performa wind catcher pada rumah tinggal sebagai
pengganti ventilasi vertikal. Tahap kedua yaitu wind catcher tersebut disimulasikan
kembali dengan variasi sudut arah angin yang berbeda yaitu 0o, 30o, 60o, 90o, 120o,
150o dan 180o. Dimana dalam penelitian ini kecepatan angin yang digunakan
1,4m/s. Karena bentuk benda kompleks maka digunakan unstructured mesh dan
menghasilkan 28475376 elemen.
Hasil penelitian menunjukkan rumah tinggal menggunakan menara angin
dengan simulasi CFD mampu memberikan efek nyaman kepada para penghuni
didalamnya. Sedangkan sudut arah angin terbaik dengan kecepatan yang paling
tinggi yaitu 0o sebesar 0,240 m/s, temperatur paling rendah didapatkan pada arah
angin 90o yaitu sebesar 29,108oC dan kelembapan paling rendah adalah pada arah
angin 150o yaitu sebesar 79,6%.
Kata kunci : Udara Menyilang, Penagkap Angin, CFD.
Abstracts
The most important criteria of the successful building project is having a
good interior condition, low treatment cost, and pleasant. The comfortable of a
building gained if there is an ideal air quality inside the room. One of several ways
that can be done to get an ideal air that is by importing the air from the outside into
the room by using wind catcher against home stay and knowing the effect from the
changing of the wind.
This research conducted by using two steps. The first steps is doing CFD
simulation to know the performance of wind catcher against home stay as the
replacement of vertical ventilation. The second steps is that wind catcher has
simulated back with different variation of wind direction, those are 0o, 30o, 60o, 90o,
i
120o, 150o and 180o. Where in this research, speed of the wind which is used is
1,4m/s. Because of the shape of the object is complex, hence, unstructured mesh is
used and produced 28475376 element.
The result showed that home stay which is use wind tower by simulating
CFD able to give effect of comfort to the inhabitants inside the room. While the best
wind direction with the highest speed is 0o as much as 0,240m/s, the lowest
temperature gained on wind direction 90o that is 29,108oC and the lowest damp of
wind direction is 150o as much as 79,6%.vapour.
Key words : Crosswind, Wind Catcher, CFD.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangunan didirikan untuk mendapatkan perlindungan dari lingkungan dalam
maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga penghuninya terhindar dari keadaan
luar yang berubah-ubah. Ruangan yang berkondisi interior baik dan murah biaya
perawatan merupakan kriteria penting suksesnya rancangan suatu bangunan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan suatu bangunan diantaranya:
suhu, kelembaban dan kecepatan udara. Meningkatnya suhu bumi akibat pemanasan
global mengakibatkan kecenderungan manusia diberbagai negara untuk
menciptakan rekayasa pengkondisian udara guna memperoleh temperatur nyaman
didalam ruangan. Sebagian besar manusia modern saat ini masih bergantung pada
penggunaan air conditioning (AC) untuk mengatasi masalah tersebut. Selain praktis
penggunaan AC dinilai cukup efektif untuk menurunkan temperatur udara secara
cepat didalam ruangan. Namun disisi lain penggununaan AC ternyata memerlukan
banyak energi listrik dan kurang memperhatikan kualitas udara sehingga berdampak
negatif bagi kesehatan. Kualitas udara yang terjaga dengan baik mampu
menciptakan kesehatan dan kenyamanan didalam ruangan. Sumber-sumber
pengotor dapat berada didalam maupun diluar ruangan. Kualitas udara didalam
ruangan diatur dengan cara menyingkirkan komponen pengotor tersebut dan
memasukkan udara segar. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memasukkan
udara luar adalah dengan menggunakan wind catcher atau penagkap angin.
Sebuah wind catcher dapat disebut juga sebagai komponen arsitektur terletak di
atap bangunan yang memberikan udara segar ke dalam ruangan dengan melepaskan
udara tidak segar melalui jendela atau pembuangan lainya. Selain upaya untuk
meningkatkan kenyamanan, biaya pemeliharaanya juga relatif rendah karena wind
catcher tersebut tidak bergerak dan memanfaatkan udara di atas atap yang lebih
bersih. Wind catcher memanfaatkan energi terbarukan yaitu angin untuk
beroperasi. Arah angin yang tidak selalu lurus atau cenderung berubah sesuai
kondisi lingkungan sekitar di nilai akan mempengaruhi performa dari wind catcher
terhadap bangunan.
Secara geografis Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudra
sehingga mengakibatkan indonesia memiliki angin muson yang berganti arah
sebanyak dua kali dalam satu tahun. Selain angin mouson terdapat beberapa faktor
3
yang menyebabkan perubahan arah angin karena perbedaan tekanan udara dalam
satu wilayah sehingga dalam pengaplikasian wind catcher perlu dilakukan
penelitian efek perubahan arah angin untuk mengetahui performa yang paling baik
guna tercapainya kondisi nyaman didalam bangunan.
Pada kesempatan ini peneliti akan melakukan studi tentang perubahan arah
angin terhadap distribusi kecepatan angin, perbedaan temperatur serta tingkat
kelembaban atau relative humidity (RH) pada bangunan rumah tinggal dengan
menggunakan metode Cumputational Fluid Dynamic (CFD) menggunakan software
ANSYS R.15.0. Hasil simulasi dari CFD dengan parameter-parameter yang
ditentukan sesuai dengan kondisi di lapangan, diharapkan kedepannya mampu
memberikan acuan dalam perancangan alat jika nantinya akan diaplikasikan secara
nyata.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk menginvestigasi perbandingan performa wind catcher dengan ventilasi
vertikal didalam rumah tinggal.
2. Untuk mengidentifikasi perbedaan efek arah angin terhadap kecepatan angin,
temperatur dan kelembaban didalam rumah tinggal dengan wind catcher.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 1. Diagram alir penelitian.
i
2.2 Langkah Langkah Simulasi
1. Geometry
Simulasi ini mengacu pada rumah tinggal hasil penelitian Ronim Azizah,
Qomarun (2014) yaitu rumah berlantai 3 yang berlokasi di Karangasem
Laweyan Solo dengan ukuran 7,6m X 16,8m X 11,15m menggunakan metode
ventilasi vertikal untuk mencapai kondisi nyaman. Kemudian simulasi
dilakukan dengan cara mengganti ventilasi vertikal sebagai penangkap angin
untuk mengidentifikasi kinerja dari wind catcher dalam rumah tinggal Ronim
Azizah, Qomarun (2014). Penelitian ini menggunakan wind catcer paling
optimal dari Abdullah (2016). Desain rumah tinggal dibuat menggunakan
software solidwork 2015 seperti gambar 2a kemudian file disimpan dengan
format (*igs) agar dapat diimport ke model workbench. Langkah selanjutnya
yaitu menentukan batas-batas computational domain seperti gambar 2b.
Gambar 2 Rumah dengan wind catcher (a), dan batas-batas computational
domain (b)
2. Meshing
Proses menganalisis dan menghitung dengan cara membagi domain menjadi
jumlah grid tertentu (mesh). Karena geometri yang rumit maka digunakan jenis
mesh unstructured untuk menekan waktu simulasi namun mesh jenis ini
memiliki tingkat kekasaran tinggi pada computational domain. Dari hasil
meshing didapatkan 28475376 elemen.
Gambar 3 hasil meshing
30 m 20 m
23 m
5
3. Kondisi batas atau boundary condition yang diterapkan pada simulasi ini adalah
sebagai berikut :
Domain Boundary
Type Location
Mass and
Momentum
Heat
Transfer
Mass
Fraction
Home Wall BodySurface Free Slip - -
Bottom Wall Bottom Free Slip - -
Inlet Inlet Inlet Velpro 29,5oC 0.020
Outlet Outlet Outlet Free Slip - -
Left Wall Left Free Slip - -
Right Wall Right ` Free Slip - -
Top Wall Top Free Slip - -
Gambar 4 Letak Kondisi batas
Kemudian dilakukan Variasi datangnya angin (inlet) yang merujuk pada
eksperimen Ronim Azizah,Qomarun (2014) dimana arah angin dominan datang dari
arah selatan dan timur, kemudian arah angin tersebut diasumsikan dan digunakan
kembali dalam simulasi. 0o adalah arah angin datang dari timur (T) atau dari depan
rumah, 30o adalah arah angin datang dari timur menenggara (TMg), 60o adalah arah
angin datang dari selatan menenggara (SMg), 90o adalah arah angin datang lurus
dari selatan (S) menghadap wind catcher, 120o adalah arah angin datang dari
selatan barat daya (SBD), 150o adalah arah angin datang dari barat barat daya
(BBD) dan 180o arah angin datang dari barat (B) atau dari belakang rumah.
Home
Bottom
Right Outlet
Inlet
Top
Left
i
Gambar 5 variasi arah angin (a) 0o, (b) 30o, (c) 60o, (d) 90o, (e) 120o,
(f) 150o dan (g) 180o
4. Solution
Pada bagian ini dilakukan proses perhitungan data – data yang sudah di
input dengan persamaan yang terlibat secara iteratif, yang artinya
perhitungan dilakukan hingga hasil menuju error terkecil.
Gambar 6 Proses Running
3. Hasil dan Pembahasan
1.1 Analisa performa wind catcher sebagai pengganti ventilasi vertikal
Dari eksperimen yang dilakukan oleh Ronim Azizah dan Qomarun (2014)
didapatkan data dengan cara melakukan pengukuran disetiap ruangan pada 28 posisi
Gambar 7 Posisi pengukuran Ronim Azizah, Qomarun (2014)
7
Gambar 7 menunjukkan posisi pengukuran yang dilakukan oleh Ronim Azizah,
Qomarun (2014) dimana posisi 1 dan 2 berada di jalan depan rumah, posisi 3-10
berada di dalam rumah lantai 1, 11-18 berada di lantai 2 dan 19-26 berada di lantai
3. Sedangkan posisi 27 dan 28 berada di balkon atas bagian belakang rumah.
Penelitian ini mengambil salah satu waktu pengukuran eksperimen yang dilakukan
oleh Ronim Azizah, Qomarun (2014) yaitu pada pukul 09.00-10.00 WIB untuk
dijadikan acuan dengan memasukkan data yang digunakan sesuai data hasil
pengukuran eksperimen pada waktu tersebut. Setelah proses simulasi selesai, nilai
kecepatan, temperatur, dan kelembaban dapat diketahui dengan cara membuat plane
berbentuk persegi yang berukuran 1,5 m x 1,5 m. Dimana titik pusat persegi adalah
posisi pengukuran eksperimen dengan ketinggian 1,5 m di atas lantai.
Gambar 8 Hubungan PU terhadap kecepatan
Dari gambar 8 dapat dilihat adanya kemiripan antara kecepatan menggunakan wind
catcher dan ventilasi vertikal. Pada Posisi Ukur (PU) 1 dan 2 yaitu pada
pengukuruan ventilasi vertikal didapatkan kecepatan 1,7m/s dan 1,6 m/s sedangkan
wind catcher memiliki kecepatan 1,75 m/s dan 1,55 m/s. Pada PU 3–8 dan 21-26
kecepatan yang diperoleh adalah 0 m/s pada ventilasi vertikal, sedangkan wind
catcher memiliki kecepatan 0,1 – 0,2 m/s. Terjadi Kecepatan yang fluktuatif pada
PU 9 - 20 baik dari hasil ventilasi vertikal maupun wind catcher meskipun memiliki
nilai yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi angin pada saat proses
pengukuran eksperimen tidak konstan. Hasil kecepatan wind catcher mengalami
kenaikan secara signifikan mencapai 1,2 m/s pada PU 27 dan mengalami penurunan
pada PU 28, sedangkan pada PU 27 – 28 ventilasi vertikal mengalami kenaikan
sebesar 0,6 m/s
i
Gambar 9 Hubungan PU terhadap kelembaban
Dari gambar 9 kelembaban relatif pada PU 1–28 memiliki karakteristik yang
hampir sama antara hasil pengukuran menggunakan wind catcher maupun ventilasi
vertikal, hal ini menggambarkan bahwa permodelan spray water di dalam simulasi
dapat menggantikankan kolam ikan lantai satu pada penelitian eksperimen.
Gambar 10 Hubungan PU terhadap temperatur
Terjadi selisih cukup signifikan pada grafik temperatur antara temperatur
menggunakan wind catcher maupun ventilasi vertikal. Perbedaan ini disebabkan
oleh efek evaporasi cukup tinggi dari kolam air pada lantai satu dan transpirasi
tumbuhan air yang berada di lantai satu dan dua sedangkan pada lantai tiga
disebabkan adanya radiasi yang ditimbulkan oleh sinar matahari.
9
1.2 Diagram Psikometrik dan Comfort Zone
1.2.1 Diagram Psikometrik
Dalam penelitian ini pendinginan evaporasi terjadi pada lantai satu dimana
dalam kondisi nyata lantai satu adalah kolam ikan sehingga pada proses simulasi
dilakukan permodelan untuk mendapatkan kondisi serupa dengan cara
menambahkan semprotan nozel dari bawah agar terjadi proses penguapan pada
lantai satu. Proses pendinginan evaporasi dapat dilihat pada gambar 10 dimana pada
waktu eksperimen 09.00-10.00 WIB udara lingkungan masuk memiliki temperatur
29,5oC dengan kelembaban relatif 77,5% dan kondisi setelah pendinginan memiliki
temperatur 28,7oC dengan kelembaban relatif sebesar 82,3%.
Gambar 11 Diagram Psikometrik
Dari gambar 11 menunjukkan bahwa simulasi proses pendinginan evaporasi pada
lantai satu sangat mendekati proses adiabatik, sehingga dalam proses ini dapat
dikatakan memiliki proses pendinginan evaporasi yang ideal.
1.2.2 Comfort Zone
Menurut Frick (2007) standar kenyamanan thermal untuk tipe udara yang
bergerak (dengan standar rentang kecepatan angin 0,1m/s-1,0m/s), daerah nyaman
dapat dicapai pada kondisi ruang bersuhu 25oC-35oC dan berkelembaban 5%-85%.
Pada hasil simulasi diperoleh temperatur rata-rata 29,2oC, kelembaban relatif 78,9 %
dan kecepatan rata-rata 0,35 m/s. Comfort zone pada saat simulasi dapat dilihat pada
gambar 12.
Gambar 12 diagram daerah nyaman (comfort zone).
i
Dari gambar 12 dapat disimpulkan bahwa rumah tinggal yang menggunakan
wind catcher dapat memberikan efek nyaman kepada para penghuni didalamnya
untuk tipe udara bergerak.
1.3 Studi Variasi Arah Angin
Simulasi dilakukan dengan kecepatan angin masuk 1,4 m/s dengan
menambahkan wind shear effect. Dari hasil simulasi variasi arah angin didapatkan
grafik kecepatan, temperatur dan kelembaban di setiap posisi pengukuran.
Gambar 13 wind shear effect
Gambar 14 PU terhadap kecepatan dengan variasi arah angin
Pada arah angin 0o didapatkan kecepatan rata-rata didalam ruangan sebesar 0,240
m/s. Pada arah angin 30o didapatkan kecepatan rata-rata 0,215 m/s. Pada arah angin
60odidapatkan kecepatan rata-rata 0,194 m/s. Pada arah angin 90o didapatkan
kecepatan rata-rata 0,2158 m/s. Pada arah angin 120o didapatkan kecepatan rata-rata
0,187 m/s. Pada arah angin 150o didapatkan kecepatan rata-rata 0,209 m/s. Pada
arah angin 180o didapatkan kecepatan rata-rata 0,231 m/s. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa pada arah angin 0o adalah yang paling optimal dengan kecepatan
rata-rata tertinggi sebesar 0,240 m/s.
11
Gambar 15 Hubungan PU terhadap temperatur dengan variasi arah angin
Pada arah angin 0o didapatkan temperatur rata-rata didalam ruangan sebesar
29,122oC. Pada arah angin 30o didapatkan temperatur 29,126oC. Pada arah angin
60o didapatkan temperatur 29,119oC. Pada arah angin 90o didapatkan temperatur
29,108 oC. Pada arah angin 120o didapatkan temperatur 29,115oC. Pada arah angin
150o didapatkan temperatur 29,236oC. Pada arah angin 180o didapatkan temperatur
29,126oC. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pada arah angin 90o adalah
yang paling optimal karena memiliki temperatur yang paling rendah yaitu sebesar
29,108 oC.
Gambar 16 Hubungan PU terhadap kelembaban dengan variasi arah angin
i
Pada arah angin 0o didapatkan kelembapan rata-rata didalam ruangan sebesar
79,896 %. Pada arah angin 30o didapatkan kelembapan rata-rata 79,943%. Pada
arah angin 60o didapatkan kelembapan rata-rata 79,962%. Pada arah angin 90o
didapatkan kelembapan rata-rata 79,998%. Pada arah angin 120o didapatkan
kelembapan rata-rata 79,986%. Pada arah angin 150o didapatkan kelembapan rata-
rata 79,606%. Pada arah angin 180o didapatkan kelembapan rata-rata 79,937%.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pada arah angin 150o adalah yang paling
optimal karena memiliki kelembapan yang paling rendah yaitu sebesar 79,606%.
Berdasarkan grafik kecepatan, temperatur dan kelembaban didapatkan hasil bahwa
arah angin 0o memiliki kecepatan yang paling tinggi dengan kecepatan rata-rata
sebesar 0,240 m/s, sedangkan temperatur yang paling rendah didapatkan pada arah
angin 90o yaitu sebesar 29,108oC dan kelembapan yang paling rendah adalah pada
arah angin 150o yaitu sebesar 79,606%.
4. Penutup
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan simulasi Computational Fluids Dynamic (CFD) pada rumah tinggal
dengan wind catcher. Terdapat tujuh permodelan arah angin yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu 0o, 30o, 60o, 90o, 120o, 150o dan 180o untuk mengetahui arah
angin yang optimal terhadap pengaruh tingkat kecepatan angin, kelembaban,
temperatur di dalam ruangan.
a. Hasil penelitian menunjukkan rumah tinggal menggunakan wind catcher/ menara
angin dengan simulasi CFD dapat memberikan efek nyaman kepada para
penghuni didalamnya untuk tipe udara bergerak dengan temperatur rata-rata
29,2oC, kelembaban relatif 78,9 % dan kecepatan rata-rata 0,35 m/s.
b. Sudut arah angin terbaik dalam penelitian ini yaitu pada arah angin 0o memiliki
kecepatan yang paling tinggi dengan kecepatan rata-rata sebesar 0,240 m/s,
sedangkan temperatur yang paling rendah didapatkan pada arah angin 90o yaitu
sebesar 29,108oC dan kelembaban yang paling rendah pada arah angin 150o yaitu
sebesar 79,606%.
PERSANTUNAN
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
bekah, rahmat, dan hidanya-Nya sehingga penyusunan laporan penelitian tugas
akhir dapat terselesaikan:
Tugas akhir berjudul “STUDI PERFORMA PENDINGINAN EVAPORASI
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN EFEK UDARA MENYILANG PADA
RUMAH TINGGAL DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUIDS
DYNAMICS (CFD)“ dapat diselesaikan atas dukungan dari beberapa pihak. Untuk
itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
13
1. Kedua orang tua, yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan yang
tidak terhingga kepada penulis.
2. Bapak Ir. Sri Sunarjono, MT., Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
3. Bapak Tri Widodo BR, ST., MSc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Bapak Ir. Sarjito, MT. Ph.D selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa
memberikan arahan dan masukan-masukan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
5. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas akhir ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah (2016), Studi Parameter Model Penangkap Angin pada Sistem Tower
Pendinginan Menggunakan CFD untuk Mendapatkan Laju Optimal Udara.
ANSYS 15.0, CFX-Solver Manager User’s Guide. (2014).
Azizah, Ronim dan Qomarun (2014), Solusi Ventilasi Vertikal dalam Mendukung
Kenyamanan Thermal Pada Rumah Di Perkotaan, Prosiding RAPI XIII
Fakultas Teknik UMS, Surakarta.
Bowman, N. T., Eppel, H., Lomas, K. J., Robinson, D., & Cook, M. J. (2001),
Passive downdraught evaporative cooling. Indoor and Built Environment,
9(5), 284-290.
Cook, M. J., Robinson, D., Lomas, K. J., Bowman, N. T., & Eppel, H. (2001),
Passive downdraught evaporative cooling. Indoor and Built Environment,
9(6), 325-334.
Frick, Heinz, Ardiyanto, A. dan Darmawan, A. (2007), Ilmu Fisika Bangunan:
Pengantar Pemahaman Cahaya, Kalor, Kelembaban, Iklim, Gempa Bumi,
Bunyi dan Kebakaran, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Givoni, Baruch (1998), Climate Consideration in Building and Urban Design, Van
Nostrand Reinhold, New York.
Heinz dan Mulyani, Tri Hesti (2008), Arsitektur Ekologis: Konsep Arsitektur
Ekologis di Iklim Tropis, Penghijauan Kota dan Kota Ekologis, serta Energi
Terbarukan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Hidayatullah, R.N. (2010), Desain Alat Konversi Energi Angin Type Savonius
Sebagai Pembangkit Listrik Pada Pulau Bawean.
Li, L., & Mak, C. M. (2007), The assessment of the performance of a windcatcher
system using computational fluid dynamics. Building and environment,
42(3), 1135-1141.
Munson, B. R., Young, D. F., & Okiishi, T. H. (2005), Mekanika Fluida Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
i
Nanda, R. Y. (2016), Uji Karakteristik Hipotesis Bangunan Rumah Tinggal yang
Memanfaatkan Pendinginan Evaporasi dengan Computational Fluids
Dynamics (CFD).
Riyadi, T. W. B. (2014), A Parametric Study of Wind Catcher Model in a Typical
System of Evaporative Cooling Tower Using CFD. In Applied Mechanics
and Materials (Vol. 660, pp. 659-663). Trans Tech Publications.
Sarjito. (2012), An Investigation of the Design and Performance of a Multi-stage
Downdraught Evaporative Cooler (Doctoral dissertation, Kingston
University.
Stoecker, W. F., & Jerold, W. J. (1992), Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, alih
bahasa Supratman Hara. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.