Post on 26-Feb-2020
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1423
STUDI FASIES VULKANIK GUNUNGAPI PENCU BERDASARKAN PENDEKATAN
STRATIGRAFI, DAERAH BANYUASIN, KECAMATAN LOANO, KABUPATEN
PURWOREJO, JAWA TENGAH
Satyawan Dana1*
Idhar Joisangaji1
Sri Mulyaningsih1
1Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Jl.Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta
*corresponding author: satyawandana93@gmail.com.
ABSTRAK
Daerah penelitian berada di Desa Banyuasin, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Secara
geografis berada pada koordinat 07º,38’.30”LS-110º,03’,30”BT dan 07º,40’,30”LS-110º,05’,30”BT.
Merupakan bagian dari hasil kegiatan vulkanisme dari gumuk gunungapi pencu yang berumur
oligosen, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fasies gunungapi berdasarkan
stratigrafi dengan pendekatan lithostratigrafi dengan parameter fisik dari batuan pada daerah
penelitian.
Berdasarkan parameter-parameter litologi yang di perkuat dengan data geomorfologi dan
struktur geologi daerah penelitian. Daerah penelitian di bagi menjadi enam lithofasies yaitu satuan
lava andesit vasikular, lava andesit fragmental (autoclastik), lava andesit berstruktur kolom
(columnar joint), satuan aglomerat yang tersusun atas bom gunungapi, satuan breksi piroklastik, dan
breksi aneka bahan (co ignimbrite). Proses vulkanisme gunungapi Pencu di awali dengan fase
pembangunan kerucut gunungapi ditandai dengan di endapkannya satuan lava kemudian mengalami
fase letusan eksplosif ditandai dengan membentuk endapan hasil letusan gunungapi dengan di
endapkannya satuan breksi piroklastik dan breksi aneka bahan (co ignimbrite).
Geomorfologi daerah penelitian memiiki slope sekitar 60º-70º dengan ketinggian berkiar
antara 300-400 meter di atas permukaan laut dan beda tinggi 250 meter. Bentukan morfologi
berdasarkan data DEM berupa bentukan elipsoid dan pengamatan lapangan berupa perbukitan
bergelombang lemah dengan topografi yang curam dan menonjol hal terebut dikontrol oleh litologi
berupa lava andesit dan breksi piroklastik yang sangat resisten terhadap pelapukan. Struktur geologi
daerah penelitian dengan kelurusan dilihat dari data DEM (Digital Elevation Model) daerah
penelitian memperlihatkan pola sirkular dan dalam pengeplotan nilai-nlai kelurusan didapat arah
tegasan utama berarah tenggara - barat laut namun pada penggambaran roset memiliki persebaran
merata ke semua arah berarti di daerah penelitian lebih berkembang pola struktur akibat kegiatan
vulkanik dibanding tektonik. Berdasarkan data lithostratigrafi dengan pendekatan model fasies
Bogie & Mackenzie (1998) berada di zona proksimal atas dari tubuh gunungapi purba Pencu.
Kata kunci: breksi piroklastik, columnar joint, fasies, proksimal.
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara dengan jumlah gunungapi yang sangat banyak dengan persebaran
batuan gunungapi yang sangat melimpah hal ini tidak terlepas oleh akibat kegiatan dari
tektonik yang sangat intensif dimulai dari zaman Kapur hingga saat ini (Hall, 2009). Maka
dengan kondisi tersebut batuan gunungapi telah di jumpai mulai dari umur Tersier hingga
Kuarter, salah satunya adalah pada daerah Pegunungan Kulon Progo yang berumur
Oligosen, yang terdiri atas hasil kegiatan tiga buah gunungapi besar yaitu Gunungapi Ijo,
Gunungapi Gajah dan Gunungapi Menoreh yang menghasilkan Formasi bercirikan batuan
gunungapi Old Andesite Formation (Bemmelen, 1949).
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1424
Gunungapi purba yang saat ini hanya meninggalkan jejak berupa fosil-fosil gunungapi,
berupa batuan-batuan gunungapi yang tersingkap oleh kegiatan erosi yang sangat intensif.
Penampakannya sudah tidak sejelas gunung api aktif masa kini, tetapi diyakini letaknya
masih in situ. Informasi keberadaan gunung api purba ini sangat penting untuk memahami
geologi suatu daerah, perkembangan vulkanisme dan kemungkinan potensi geologi pada
wilayah tersebut, berupa sumber daya alam golongan A, golongan B, maupun golongan C
selain sumber daya yang menguntungkan, dapat juga memiliki potensi negatif berupa
longsoran, amblesan, ditribusi dan tingkat kerusakan akibat gempa bumi, serta banjir.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya analisis fasies gunungapi yang sangat
berguna untuk mengidentifikasikan adanya potensi negatif dan potensi positif. Penelitian ini
akan membahas tentang fasies gunungapi di Daerah Banyuasin, Kecamatan Loano,
Kabupaten Purworejo dengan menggunakan pendekatan fasies gunungapi menurut Bogie &
Mackenzie (1998).
Tatanan Geologi
Daerah penelitian mengacu pada Van Bammelen (1949), secara geologi menempati bagian
timur dari dome pegunungan Kulonprogo. Menurut Harjanto 2010, daerah penelitian
termasuk dalam Gumuk Gunungapi Pencu yang barumur Oligosen, dengan litologi penyusun
adalah batuan hasil kegiatan vulkanisme dari Gunungapi Pencu berupa Intrusi Andesit, Lava
Andesit dan Breksi Piroklastik, secara umum termasuk kedalam Formasi Andesit Tua
(Bammelen, 1949).
Berdasarkan pengamatan dan hasil obervasi di lapangan didapati beberapa ciri litologi
batuan gunungapi, yang terdiri atas Breksi Aneka Bahan, Breksi piroklastik, Aglomerat,
Lapilli, Tuff, Lava Andesit dan endapan campuran, yang di endapkan secara tak selaras diatas
batuan gunungapi. Litologi batuan gunungapi tersebut tersingkap dengan baik pada tebing-
tebing sepanjang Sungai Jebol, sementara endapan campuran menempati bagian sepanjang
Sungai Jebol sebagai point bar, channel bar dan teras sungai dimana endapan ini di gunakan
warga sebagai lahan pertanian.
Secara garis besar litologi tersebut menempati bagian morfologi tinggian berupa
perbukitan bergelombang kuat, sesuai dengan ciri dari endapan gunungapi serta endapan
campuran yang berada pada daerah rendahan dari daerah penelitin. Endapan campuran ini
adalah hasil pelapukan dan rombakan yang tertransport dari bagian tinggian di sekitarnya,
yang tersusun dari batuan gunungapi oleh kegiatan sungai yang melewati dari daerah sekitar,
hal ini dapat terlihat jelas pada endapan gosong sungai dan teras sungai dimana banyak
terdapat rombakan-rombakan batuan beku yang juga di manfaatkan oleh warga sekitar
sebagai batuan bahan bangunan
Bentang Alam
Bentang Alam daerah Mudalrejo dan Guyangan merupakan perbukitan bergelombang kuat,
seperti yang didasarkan oleh data DEM (Digital Elevation Model) dan pengamatan bentang
alam di lokasi penelitian.Bentang alam ini sendiri di pisahkan oleh dataran dari tubuh Sungai
Jebol. Perbukitan daerah penelitian mempunyai ketinggian berkisar 300-400 meter di atas
permukaan laut dengan slope berkisar antara 60º-70º dan beda tinggi 250 meter. Bentuk bukit-
bukit daerah penelitian umumnya memanjang pendek elipsoid sementara puncak bukit daerah
penelitian relatif agak terjal.hal ini dikontrol oleh litologi breksi dan lava, dimana litologi ini
memiliki resistensi yang tinggi, sehingga membentuk topografi lebih menonjol. Bukit-bukit
ini dipisahkan oleh Sungai Jebol yang memiliki stadia sungai dewasa dengan bentuk sungai
cenderung memiliki bentukan U dan mengalir pada bedrock atau batuan dasar
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1425
Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur geologi daerah penelitian secara umum dikontrol oleh kegiatan vulkanik, hal tersebut
didasarkan dari analsis data kenampakan kelurusan dari data DEM (Digital Elevation
Model).Kenampakan kelurusan pada data DEM (Digital Elevation Model)terlihat pola-pola
radial (konsentris) mengacu pada Bronto (2006), pola tersebut diakibat dari kegiatan kembang
kempis dari kegiatan vulkanik. Berdasarkan data kelurusan tersebut kemudian di masukkan ke
dalam diagram roset didapati arah tegasan utama Tenggara-Barat Laut namun dari pola roset
cenderung mempunyai pola melingkar, dari pola terebut dapat disimpulkan bahwa pola
struktur vulkanik lebih dominan di bandingkan pola tektonik pada daerah penelitian
2. Metode Penelitian
Metode pengambilan data dalam pembahasan studi fasies ini dilakukandengan mencakup
daerah Guyangan, Mudalrejo di sepanjang Kali Jebol di KabupatenPurworejo, Provinsi Jawa
Tengah. Metode yang digunakan berdasarkan pemetaan geologi dan measuring section.
3. Hasil Penelitian
Hasil dari pengukuran stratigrafi dari beberapa lokasi terpilih di daerah penelitian didapati
secara fisik batuan gununapi di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu lava kohern dan
batuan klastika gunungapi. Lava kohern terdiri dari lava andesit berstruktur vasikuler, lava
andesit fragmental dan lava andesit berstruktur columnar joint. sedangkan batuan klastika
gunungapi terdiri atas breksi aneka bahan, breksi piroklastik dan aglomerat.
Berdasarkan himpunan batuan tersebut melihat kenampakan fisik ciri dari litologi
penyusunnya di dasarkan dengan konsep lithostratigrafi. Stratigrafi pada daerah penelitian
dibagi menjadi enam satuan stratigrafi yaitu:
Satuan Lithotratigrafi Lava Andesit Autoklastik
Satuan ini terdiri atas lava andesit berstuktur autoklastik. Ciri dari lava ini memiliki warna
abu-abu gelap dengan lubang-lubang pelepasan gas, porfiroafanitik, subhedral-anhedral,
holohialin-hipokristalin, inequigranural tersusun atas mineral piroksen, hornblend, plagioklas,
dengan, masa dasar gelas. Di beberapa lava memiliki fenokris dari mineral mafik (gelap).
Ukuran fragmen berkiar antara 5-300 mm, mengalami okidasi dengan warna merah bata pada
fragmen memiliki struktur pelepasan gas.
Mengacu dalam Cas and Wright (1988), satuan ini diinterpretasikan terbentuk dari
fragmentasi aliran, yaitu akibat adanya perbedaan pendinginan pada saat lava mengalir di
permukaan, perbedaan ini terletak dimana lava bagian luar lebih cepat mendingin di banding
lava bagian dalam, sehingga akan meregang dan akhirnya pecah membentuk blok-blok.
Satuan ini terbentuk pada daerah lingkungan permukan (subaerial), Karena tidak
menunjukkan adanya struktur lava bantal.
Satuan Lithostratigrafi Lava Andesit
Satuan ini terdiri atas lava andesit vasikular. lava andesit ini memiliki warna abu-abu dengan
lubang-lubang pelepasan gas, porfiroafanitik, subhedral-anhedral, holohialin-hipokristalin,
inequigranural tersusun atas mineral piroksen, hornblend, plagioklas, dengan, masa dasar
gelas. Di beberapa lava memiliki fenokris dari mineral mafik (gelap) serta ada yang memiliki
warna merah hal ini di akibatkan oleh lava kontak dengan lava setelahnya atau adanya
beberapa kali fase keluarnya dan mengalirnya lava di permukaan.
Terdapatnya backing effect diduga akibat oleh proses saat mengalirnya lava di
permukaan dari batuan yang telah ada terlebih dahulu dan membakar dari batuan di sekitar,
keadaan ini juga mengubah mineral mineral pada matrik maupun fragmen dari breksi yang di
lalui oleh lava tersebut. Terubah menjadi mineral klorit hal ini akibat panas yang di transfer
dari lava yang mengalir di permukaan batuan terebut, adanya tekstur pelepasan gas pada
tubuh lava di akibatkan oleh keluarnya gas dari lava saat bersentuhan langsung dengan udara
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1426
yang mempunyai suhu dan tekanan yang lebih rendah, yang kemudian menguap bersamaan
dengan pembekuan lava tersebut (Alzwar, 1987).
Andesit yang memiliki tekstur porfiroafanitik dimana adanya kristal sulung berupa
mineral mafik yang tertanam pada masa dasar batuan. Mengacu pada Mulyaningsih (2013),
hal ini di sebabkan pada saat lava mengalir di permukaan telah membawa mineral mineral
mafik yang berat. Karena pembekuan pada lava yang sangat cepat menjadikan mineral-
mineral berat terebut terendapkan terlebih dahulu sisanya menjadi gelas sebagai masa
dasarnya. Satuan ini terbentuk di permukaan karena tidak menunjukkan tekstur pengendapan
di lingkungan air. Lava ini juga menunjukkan struktur xenolith, menurut Mulyaningih (2013),
Struktur xenolit menunjukkan adanya fragmen batuan dinding yang lepas dari induknya dan
masuk ke dalam magma yang bergerak keluar dan tertanam pada tubuh batuan.
Satuan Lithotratigrafi Lava Andesit Berstruktur Tiang (Collumnar Joint)
Satuan lava yang berstruktur tiang (columnar joint) Satuan ini terdiri atas lava andesit
vasikular dengan bentuk kekar segi lima. lava andesit berstruktur tiang ini memiliki warna
abu-abu dengan lubang-lubang pelepasan gas, porfiroafanitik, subhedral-anhedral,
holohialin-hipokristalin, inequigranural tersusun atas mineral piroksen, hornblend, plagioklas,
dengan, masa dasar gelas. Di beberapa lava memiliki fenokris dari mineral mafik (gelap).
Menurut Mac Phie (1993) lava dengan struktur kekar tiang terbentuk dengan lava
yang berviskositas kental dan tebal atau menggenang kemudian adanya kontraksi ketika
pendinginan lava dimana tekanan panas (thermal strees), berinteraksi dengan suhu dan
tekanan rendah kemudian lava tersebut mengalami crack seperti pada lempung yang
mengalami pemanasan (Mud crack), sehingga membentuk bentukan seperti tiang yang
tersusun rapi.Pada bagian ujung tubuh lava memperlihatkan kenampakan seperti terbreksiasi
akibat dorongan pada saat lava mengalir menurut Alzwar, (1987), disebut sebagai chilled
contact zone dimana memperlihatkan kontak antara dua buah batuan beku dimana pada salah
satu batuan yang terkena kontak mengalami gangguan dengan memperlihatkan kenampankan
menghalus kearah kontak
Satuan Lithostratigrafi Aglomerat
Satuan ini terdiri atas aglomerat yang mempunyai ciri fisik warna abu-abu kehitaman dengan
struktur massif dan gradasional, fragment supported, tersortasi buruk, bentuk fragmen
rounded-subrounded, komposisi fragmen berupa andesit, Satuan ini merupakan endapan
produk jatuhan piroklastika karena memiliki ciri endapan berupa sortasi buruk, bentuk butir
fragmen rounded-subrounded, dan tersusun oleh material vulkanik.
Mekanisme pengendapannya tersusun atas bom gunungapi hasil lontaran balistik
sehingga menghasilkan endapan yang tersortasi buruk dan masif (Mc Phie dkk., 1993). Secara
umum endapan aglomerat adalah suatu endapan jatuhan yang tidak jauh dari pusat erupsi dari
gunungapi (Macdonald, 1972 dalam Mulyaningsih 2013)
Satuan Lithostratigrafi Breksi Aneka Bahan (Co ignimbrite)
Satuan ini terdiri atas breksi aneka bahan (Co ignimbrite). Secara umum breksi aneka bahan
berwarna coklat cerah-kuning cerah, fragmen supported tersortasi buruk bentuk fragmen
dominan menyudut dengan sebagian besar fragmen berstruktur skoria dan beberapa telah
terkekarkan secara radier, kekar ini menandakan bahwa litologi ini belum mengalami
pengerjaan ulang. Komposisi fragmen berupa andesit, tertanam pada masa dasar batulapilli-
tuf pumis.
Tuff kasar secara umum berwarna cerah-agak gelap dengan sedikit komponen litik,
mempunyai pecahan konkoidal tersusun atas material vulkanik berukuran abu kasar-abu
sedang secara setempat memiliki fragmen lapilli seperti pada fragmen breksi aneka bahan dan
juga setempat di jumpai lapilli dengan warna coklat cerah tersusun atas komponen vukanik
berukuran lapilli dengan fragmen berupa debu kasar dan pecahan andesit.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1427
Mengacu pada Cas and Wright (1987), breksi co ignimbrite di endapkan tidak jauh
dari kawah atau kaldera gunung api hal ini di sebabkan oleh fragmen batuan tua yang
berbentuk menyudut yang terfragmentasi akibat ledakan. Batuan tua tersebut umumnya
mempunyai berat jenis yang lebih tinggi dari pada material gunungapi yang mempunyai
komposisi asam seperti pumis, pada saat letusan gunungapi dan terbentuk dari proses aliran
piroklastika gunungapi, akibat berat jenis yang tinggi ini fragmen batuan yang lebih tua
tertinggal di dekat kawah karena energi tidak mampu lagi untuk mengangkut material lebih
jauh lagi.
Satuan Lithostratigrafi Breksi Piroklastik
Breksi piroklastik secara umum berwarna abu-abu hingga abu-abu kehijauan, tersortasi buruk,
bentuk fragmen angular-subrounded komposisi fragmen berupa andesit. Pada breksi
piroklastik lebih memperlihatkan kenampakan matrik supported, dimana matrik terdiri atas
material pasir vulkanik dan sedikit tuff dengan fragmen seperti bom dan blok, didalam
fragmen batuan mengalai pecahan radier hal ini di akibatkan oleh rekahan pada saat fragmen
tersebut di lontarkan, hal tersebut di indikasikan bahwa litologi tersebut belum mengalami
pengerjaan kembali (reworking). Fragmen batuan mengambang di dalam masa batuan serta
beberapa tempat telah mengalami alterasi pada fragmen maupun matriknya di tandai dengan
adanya mineral klorit dan kenampakan berwarna hijau.
Mengacu pada Mc Phie, (1993) satuan ini merupakan endapan produk aliran
piroklastik (pyroclastik flow), karena memiliki sortasi yang buruk, bentuk butir fragmen
angular-subrounded dan tersusun oleh material vulkanik.Mekanisme pengendapannya terjadi
akibat transportasi aliran masa dimana klastika bergerak bersama dengan fluida (udara, air,
gas vulkanik), sehingga menghasilkan endapan yang tersortasi buruk dan massif.
Perkembangan Pembentukan Endapan Vulkanik
Berdasarkan pembahasan dari asosiasi lithofasiesnya kemudian di susun perkembangan
pembentukan endapan vulkanik di daerah penelitian, dijelaskan sebagai berikut. Proses
pertama yang terjadi adalah pembentukan litologi yang berasosiasi dengan letusan yang
bersifat magmatik. Magma yang keluar melalui celah yang terbentuk secara tektonik, celah ini
menjadi jalan awal dari keluarnya magma ke permukaan. Pada fase ini adalah fase kontruksi
awal dari pembentukan gunungapi di tandai dengan leleran lava yang keluar sebagai satuan
lava andesit autoklastik yang terbentuk akibat perbedaan pembekuan antara bagian dalam dan
luar pada saat lava mengalir di atas permukaan (Mc Phie, 1993). Lava ini kemudian
mengalami pembekuan dan juga membentuk sumbat lava.
Akibat adanya sumbat lava kemudian magma tidak cukup energi untuk keluar ke
permukaan. Sehingga magma tersebut membentuk kantong magma di bawah sumbat lava, di
dalam kantong magma tersebut terjadi asimilasi dan deferensiasi dari magma. Magma sebagi
sumber panas dan memanaskan air bawah permukaan dari pemanasan ini dihasilkan uap
panas yang bertekanan tinggi, saat batuan tudung atau sumbat lava tidak mampu lagi menahan
tekanan dari energi yang di hasilkan, maka akan terjadi letusan yang bertipe hidrovulkanik
yang menghasilkan satuan breksi piroklastik yang bertipe aliran dan satuan aglomerat yang di
bentuk akibat hasil lontaran balistik pada saat erupsi ekplosif.
Hasil letusan membentuk kawah gunungapi kemudian terisi oleh material hasil
material yang berguna sebagai sumbat lava, kemudian mengalami aktivitas kembali dan
terjadi letusan secara ekposif yang menghancurkan bagian dari kawah gunungapi dan
menghamburkan material pada kawah gunungapi dari hasil erupsi sebelumnya serta
menghasilkan satuan breksi aneka bahan (co ignimbrite) dengan sedikit tuff dan batulapilli.
Satuan ini secara genesis di interpretasikan sebagai ekor dari aliran piroklastika (Cas &
Wright, 1987).
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1428
Fase terakhir dari penghancuran kawah gunungapi kemudian terjadi fase
pembangunan kembali kerucut gunungapi dengan di endapkannya lava yang berstruktur
vasikular yang menumpang di atas satuan breksi aneka bahan, terlihat dengan adanya backing
effect pada satuan breksi aneka bahan yang di tumpangi oleh satuan lava vasikular.
Diskusi
Berdasarkan data asosiasi dari lithofasies yang telah di dapat yang terdiri atas lava andesit
autoklastik, lava andesit berstruktur kolom (columnar joint) breksi piroklastik breksi aneka
bahan dan aglomerat merupakan endapan yang berasal dari satu kegiatan gunungapi yang
sama. Kurang intensifnya alterasi hidrotermal dengan hanya di temukan mineral ubahan
berupa klorit. Di temukannya adanya ujung lava yang masuk di dalam satuan lava andesit
vasikular dengan arah aliran N 230ºE. Menurut Bronto (2013), lava akan mengalir dengan
radius 1-5 km dari pusat erupsi. Berdasarkan dengan asumsi-asumsi yang di dapat dari hasil
observasi di lapangan. Daerah penelitian masuk pada bagian lereng atas (Proksimal atas) dari
tubuh gunungapi purba Pencu dengan menggunakan pendekatan model fasies vulkanik
menurut Bogie & Mackenzie (1998). Zona proksimal atas di cirikan dengan adanya
perselingan lava dengan breksi piroklastik serta adanya aglomerat dan breksi aneka bahan
yang di interpretasikan sebagai endapan letusan eksplosif dari gunungapi yang tak jauh dari
sumber. Aglomerat sendiri menurut Macdonald (1972 dalam Mulyaningih, 2013) sebagai
endapan hasil lontaran balistik yang di endapkan tidak jauh dari pusat erupsi gunungapi
(kawah gunungapi) atau bahkan di dalam ke pundan gunungapi.
Breksi aneka bahan menurut Cas & Wright (1987 dalam Mulyaningsih, 2013) adalah
batuan yang tersusun atas berbagai macam batuan berupa endapan ekor dari aliran piroklastik,
yang di endapkan pada lembah-lembah gunungapi yang tidak jauh dari pusat erupsi
gunungapi, banyak mengandung fragmen batuan tua di daerah penelitian fragmen batuan tua
berupa andesit berbentuk menyudut berstruktur skoria tertanam pada masa lapilli dan tuff.
Adanya lava yang berstruktur kolom atau columnar joint mengindikasikan daerah
tersebut tidak jauh dari daerah pusat erupsi, karena dalam pembentukannya lava tersebut
harus memiliki ketebalan yang cukup, dengan demikian akan membutuhkan pasokan lava
yang terus menerus sehingga lava tersebut menggenang, dari genangan lava ini yang
kemudian berkontraksi dengan udara bebas yang akhirnya membentuk bentukan kolom.
Berdasarkan data geomorfologi dan data struktur hasil pengolahan kelurusan data
DEM daerah penelitian, daerah penelitian mempunyai slope berkisar 60º-70º dengan tinggi
berkisar antara 300-400 meter di atas permukan laut dan beda tinggi sekitar 250 meter,
menjadikan daerah penelitian memperlihatkan bentang lahan bergelombang kuat dan
topografi yang menonjol dengan bentukan ellipsoid. Karena pengaruh litologi yang beragam,
relief menjadi sangat kasar, tersusun oleh bukit-bukit runcing di antara lembah-lembah sungai
yang terjal, hal tersebut lebih banyak di kontrol oleh faktor litologi yang berupa perselingan
antara lava dan breksi piroklastik yang sangat resisten terhadap pelapukan.
Data struktur daerah penelitian berdasarkan analisa kelurusan dari data DEM di dapat
kan pola-pola radial, secara data kuantitatif menggunakan diagram roset daerah penelitian
mempunyai arah tegasan utama Tenggara- Barat Laut, namun dari pola sebaran data hampir
rata membentuk pola konsentris ke semua arah. Disimpulkan daerah penelitian lebih
berkembang struktur secara vulkanik meskipun tetap ada pengaruh dari gaya tektonik namun
tidak secara signifikan
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu
1. Daerah penelitian di bagi menjadi enam lithofasies yaitu satuan lava andesit vasikular,
lava andesit fragmental dan lava andesit berstruktur kolom atau columnar joint, satuan
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1429
aglomerat yang tersusun atas bom gunungapi, breksi piroklastik dan breksi aneka
bahan sisipan lapilli dan tuf kasar.
2. Geomorfologi daerah penelitian memiiki slope sekitar 60º-70º dengan ketinggian
berkiar antara 300-400 meter di atas permukaan laut dan beda tinggi 250 meter.
Bentukan morfologi berdasarkan data DEM berupa bentukan elipsoid dan pengamatan
lapangan berupa perbukitan bergelombang kuat dengan topografi yang curam.
3. Struktur geologi daerah penelitian dengan kelurusan dilihat dari DEM daerah
penelitian memperlihatkan pola sirkular dan dalam pengeplotan nilai-nlai kelurusan
didapat arah tegasan utama berarah tenggara - barat laut namun pada penggambaran
roset memiliki persebaran merata ke semua arah berarti di daerah penelitian lebih
berkembang pola struktur akibat kegiatan vulkanik di banding tektonik.
4. penelitian, dibandingkan dengan model fasies Bogie & Mackenzie (1998 dalam
Bronto, 2006) berada di lereng atas (zona proksimal atas) dari tubuh gunungapi purba
gumuk Pencu di cirikan dengan litologi lava andesit, breksi piroklastik breksi anaeka
bahan dan aglomerat serta di tunjang data geomorfologi dan pola struktur daerah
peneltian.
Acknowledgements
Terima kasih penulis ucapkan kepada Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi“GAIA”, Dosen-
dosen Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta dan siapapun yang telahmembantu penelitian dan penulisan paper ini,
serta atas kesempatannya dalam mengikuti Seminar Nasinal Kebumian ke 10.
Daftar Pustaka
Alzwar, A., 1987. “Pengntar Dasar Ilmu Gunungapi”, Bandung, Penerbit Nova.
Bogie,I.and Mackenzie,K.M.,1998. The application of a volcanic facies models to an andesitic
stratovolcano hosted geothermal system at wayang windu,Java,Indonesia.
Proceedings 20th NZ Geothermal Workhsop, h. 265-270.
Bronto,S,.2013. “Geologi Gunung Api Purba”, Bandung, Penerbit Badan Geologi
Bronto, S., 2006. Fasies gunung api dan aplikasinya. Jurnal Geologi Indonesia, 2 (1), h. 59-71
Bronto, S., 2016. “Pengembangan Dan Terapan Geologi Gunung Api”, Bandung, Penerbit Badan
Geologi.
Cas, R.A.F., dan Wright, J.V., 1987. Volcanic Succession: Modern and Ancient, Allen & Unwin,
London, 534 h.
Fisher, R.V. dan Schmincke, H.U., 1984. Pyroclastic Rocks. Springer-Verlag, Berlin, 472 h.
Hall,.2007. “A New Interpretation of Java Structure”, Proceedings Indonesian Petroleum Association,
Thirty-First Annual Convention and Exhibition, May 2007.
Hanniffa, M., Harijoko, A., 2014. Studi Fasies Vulkanik Dan Alterasi Hidrotermal Daerah Sungai
Cikaniki Dan Sekitarnya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Prosiding Seminar Kebumian Ke-7 h. 822-829.
Harjanto, A., 2010. Vulkanostratigrafi Di Daerah Kulon Progo Dan Sekitarnya, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011.
Mulyaningsih, S.,2013, “Vulkanologi”, Yogyakarta, AKPRIND Press.
Mc Phie., 1993. “Volcanic Texture”, Tasmania, University of Tasmania.
Simandjuntak, T.O.,2014. “Tektonika”, Bandung, Penerbit Badan Geologi
Sumintadireja, P., 2005. “Vulkanologi Dan Geothermal”, Bandung, Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Ilmu Kebumian Dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1430
Walker, R.G., 1978, Facies Models, Geological association of canada, Toronto.
Widagdo, A., 2016, Kajian Pendahuluan Kontrol Struktur Geologi Terhadap Sebaran Batuan-Batuan
Didaerah Pegunungan Kulon Progo Yogyakarta, Prosiding Seminar Kebumian Ke-9
h.9-20.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.D., 1977. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa,
skala 1: 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia, Vol. IA. Martinus Nijnhoff, The Hague, 732
h.
Gambar 1.Lokasi Penelitian. Titik berwarna merah merupakan jalur pengukuran stratigrafi
terukur. Lokasi berada di Dusun Guyangan dan Dusun, Desa Banyuasin, Kecamatan Loano,
KabupatenPurworejo,Provinsi Jawa Tengah.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1431
Gambar 2.Peta Geologi daerah penelitian.
Gambar 3.Kenampakan DEM (Digital Elevation Model) dan kelurusan lokasi penelitian
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1432
Gambar 4. Diagram roset dari kelurusan data DEM(Digital Elevation Model)
Gambar 5.Kolom litologi lokasi pengamatan 1 dan 2
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1433
Gambar 6.Kolom litologi lokasi pengamatan 3 dan 4
Gambar 7.Kolom litologi lokasi pengamatan 5 dan 6
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1434
Gambar 8. Satuan Lava Andesit A. Lava kontak dengan Breksi memperlihatkan efek bakar B. Lava dengan
struktur vasikuler C. Lava dengan struktur kolom (columnar joint)
Gambar 9. Satuan Aglomerat yang tersusun atas fragmen bom gunungapi
Gambar 10. Satuan Breksi Piroklastik A. Breksi Aneka Bahan B. Tuf kasar dengan pecahan konkoidal
C. Breksi Piroklastik dengan fragmen mengambang dalam matrik batuan