Post on 14-Aug-2015
description
STENOSIS JEJENUM
Tri Hasanuddin, Gina Isni,Nurfahana,Wawan susilo,Sudaeri,Nor ain, Arif Budiman,
Farid Nur Mantu.
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasannuddin Makassar
ABSTRAK
Stenosis jejunum ditandai oleh penyempitan lokal dari jejunum tanpa gangguan
kontinuitas atau defek dari mesenterium. Pada tempat stenosis, sering kali didapatkan segmen
yang menyempit dengan lumen pendek di mana muskularis tidak teratur dan submucosa yang
menebal. Obstruksi usus pada stenosis jejunum adalah tidak lengkap. Bayi dengan stenosis
jejunum menimbulkan gejala seperti muntah hijau (muntah empedu), distensi abdomen dan tidak
bisa mengeluarkan mekonium pada hari pertama. Foto abdomen biasanya menunjukkan dilatasi
beberapa loop usus dengan adanya air-fluid levels. Semakin distal lokasi stenosis, semakin
banyak jumlah loop usus yang melebar dengan air fluid levels. Foto BNO dapat menunjukkan
lokasi yang tepat dari stenosis. Tindakan Preoperative adalah seperti suction nasogastrik dan
koreksi cairan intravena dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Pembedahan pada stenosis
jejunum melibatkan laparotomi, reseksi segmen stenosis, dan anastomosis end-to-end antara usus
proksimal yang melebar dan usus distal kolaps.
Kata Kunci : stenosis jejunum, muntah hijau (muntah empedu), distensi abdomen
ABSTRACT
Jejunal stenosis is characterized by a localized narrowing of the jejunum without a
disruption of continuity or defect in the mesentery. At the stenotic site, there is often a short,
narrow segment with a minute lumen where the muscularis is irregular and the submucosa is
thickened. The resultant intestinal obstruction is incomplete. Infants with jejunal stenosis present
with bilious vomiting, abdominal distention, and failure to pass meconium on the first day of life.
A history of maternal polyhydramnios is not uncommon. About 30% of affected infants have
unconjugated hyperbilirubinemia. Dehydration and aspiration pneumonia may result from
delayed diagnosis and treatment. The abdominal radiograph usually shows a few dilated loops of
bowel with air-fluid levels. The more distal the stenosis, the greater the number of dilated loops
of bowel and air-fluid levels. An upper GI tract series may reveal the exact site of stenosis.
Preoperative measures include nasogastric suction and intravenous correction of fluid and
electrolyte imbalance. Surgery involves laparotomy, resection of the stenotic segment, and an
end-to-end anastomosis between the dilated proximal bowel and the collapsed distal bowel.
Key Words : jujunal stenosis, bilious vomiting, abdominal distention
PENDAHULUAN
Cacat dari usus kecil mencakup atresia dan stenosis. Atresia melibatkan penutupan atau
pemutusan sebagian atau bagian beberapa dari usus kecil sedangkan stenosis adalah
penyempitan, anyaman, atau penutupan lengkap dari bagian dari usus kecil (Garza 2005). Atresia
usus kecil / stenosis paling sering melibatkan duodenum (50%), diikuti oleh jejunum (35%),
sedangkan ileum (15%) adalah paling tidak mungkin terpengaruh (Forrester 2004, Cragan
1993). Cacat ini biasanya didiagnosis sebelum lahir melalui USG atau segera setelah melahirkan,
karena penyumbatan usus akan menyebabkan distensi perut, kesulitan dalam makan, dan gerakan
usus (Garza 2005).1
Sebagian besar kasus atresia usus kecil / stenosis tidak terjadi dengan cacat lahir lainnya,
pengecualian untuk ini adalah atresia duodenum / stenosis (Forrester 2004, Garne 2002, Haeusler
2002, Harris 1995, Cragan 1993, Camilla 1990). Sekitar 50% bayi dengan atresia duodenum /
stenosis memiliki anomali lain, termasuk jantung, Genitourinary, atau cacat anorektal, dan
pankreas annular (Garza 2005, Bianchi 2000). Atresia duodenum ini juga terkait erat dengan
trisomi 21, namun, kelainan kromosom yang tidak terkait dengan jejunum atau ileum atresia /
stenosis (Haeusler 2002, Torfs 1998, Kallen 1996, Harris 1995, Cragan 1993). Suatu bentuk
parah dari atresia duodenum / stenosis dijelaskan di deformitas "apple-peel". Nama ini berasal
dari penampilan usus seperti spiral sekitar suplai darah dan menyerupai kulit apel (Yamanaka
2000)1
LAPORAN KASUS
Bayi laki-laki berumur 10 hari masuk RS Wahidin pada tanggal 19 Februari 2013 dengan
keluhan muntah setiap kali diberi minum susu yang dialami sejak bayi lahir warna hijau. Demam
tidak ada, kejang tidak ada, sesak tidak ada, biru tidak ada, kuning pada badan diperhatikan sejak
kurang lebih 4 hari yang lalu. Buang air besar mekonium, buang air kecil kesan lancar.
Riwayat kehamilan dengan ibu teratur periksa kehamilan di dokter kandungan lebih dari
4 kali. Riwayat perdarahan (spotting) saat usia kehamilan 2 bulan hingga 6 bulan. Dari
pemeriksaan diketahui adanya polip dibagian portio ibu. Umur ibu 38 tahun.
Riwayat kelahiran, bayi lahir melalui sectio sesaria atas indikasi ketuban pecah dini lebih
dari 3 hari. Bayi segera menangis, Apgar Skor tidak diketahui, air ketuban keruh. Bayi telah
mendapat injeksi vitamin K. Taksiran usia kehamilan 33 minggu dan mendapat terapi
pematangan paru 2 kali lewat infus. Berat badan lahir 2100 gr panjang badan lahir 45 cm.
Riwayat menyusu, bayi mendapat susu formular.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien dengan keadaan umum pasif, heart rate 160
kali per menit, pernapasan 52 kali per menit, suhu 36.7 °C (aksila). Bentuk kepala mesocephal,
bentuk muka simetris kanan dan kiri, rambut hitam, berat badan 1700 gram, panjang badan 45
cm, lingkar lengan atas 9 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 30 cm, lingkar perut 28 cm.
Pada pemeriksaan fisik abdomen inspeksi ccembung, ikut gerak napas, tali pusat kering, tanda
radang tidak ada. Pada auskultasi peristaltik ada kesan normal. Pada palpasi lien, hati, dan massa
tidak teraba. Pada perkusi bunyi timpani ada.
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 24 februari 2013 diperoleh nilai
hemoglobin 9.9 g/dl, hematokrit 26.2%, trombosit 364/uL, leukosit 12.67/uL, eritrosit 2.85/uL.
Gula darah sewaktu 172, Ureum 47, Kreatinin 1.0, Bilirubin total 5.20, Bilirubin direk 1.87,
SGOT 23, SGPT 21, Albumin 3.70, Natrim 120, Kalium 2.76 Klorida 81.
Pada pemeriksaan USG Abdomen pada tanggal 22 februari 2013 didapatkan kesan
stenosis jejunum. Pada pemeriksaan foto BNO pada tanggal 22 februari 2013 juga didapatkan
kesan stenosis jejunum.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang di atas, pasien dapat
didiagnosa dengan Stenosis jejunum.
FOTO KLINIS
FOTO USG 22 FEB 2013
FOTO BNO 22 FEBRUARI 2013
PEMBAHASAN
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis bisa ditentukan malformasi anorektal karena
didapatkan keluhan muntah setiap kali diberi minum susu yang dialami sejak bayi lahir warna
hijau. Demam tidak ada,kuning pada badan . Buang air besar mekonium.Hal ini mengarah
kediagnosis stenosi jejenum.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti sangat membantu penegakkan diagnosis
stenosis jejenum. Diagnosis dapat diarahkan melalui pemeriksaan fisik ketika bayi lahir dengan
melakukan inspeksi pada daerah abdomen, terdapatnya distended abdomen,jaundice pada
neonatus,muntah berwarna hijau.
Stenosis jejunum adalah suatu kelaianan yang ditandai oleh penyempitan lokal dari
jejunum tanpa gangguan kontinuitas atau cacat dalam mesenterium . Pada situs pulmonalis,
sering kali ada segmen, singkat sempit dengan lumen menit di mana muskularis yang tidak
teratur dan submucosa yang menebal. Resultan obstruksi usus tidak lengkap. Bayi dengan
stenosis jejunum hadir dengan muntah empedu, distensi perut, dan tidak ada mekonium pada hari
pertama kelahiran. 1,2,3
Atresia usus dan stenosis diduga disebabkan oleh suplai yang tidak memadai darah ke
usus bayi selama perkembangan janin yang mnyebabkan nekrosis aseptic sehingga usus nekrotik
diserap kembali. hal ini dihubungkan dengan adanya riwayat dalam keluarga, meskipun
penyebab genetik tertentu belum ditemukan. 1
Rencana selanjutnya pada pasien ini akan dilakukan duodenostomi / duedenojejunostomi
KESIMPULAN
Stenosis jejunum adalah suatu kelaianan yang ditandai oleh penyempitan lokal dari
jejunum tanpa gangguan kontinuitas atau cacat dalam mesenterium . Pada situs pulmonalis,
sering kali ada segmen, singkat sempit dengan lumen menit di mana muskularis yang tidak
teratur dan submucosa yang menebal. Resultan obstruksi usus tidak lengkap. Bayi dengan
stenosis jejunum hadir dengan muntah empedu, distensi perut, dan tidak ada mekonium pada hari
pertama kelahiran. 1,2,3
Atresia usus dan stenosis diduga disebabkan oleh suplai yang tidak memadai darah ke
usus bayi selama perkembangan janin yang mnyebabkan nekrosis aseptic sehingga usus nekrotik
diserap kembali. hal ini dihubungkan dengan adanya riwayat dalam keluarga, meskipun
penyebab genetik tertentu belum ditemukan. 1
Sering terjadi pada kehamilan polihidramnion, neonatus muntah berwarna hijau, distensi
abdomen, jaundis, dan kegagalan pengeluaran mekoneum pada hari pertama kelahiran.
Polihidramnion terdapat 24% kasus, 38 % diantaranya pada atresia yeyenum proksimal.muntah
hijau pada 84% kasus,1,2,6,7,8 hampir seluruhnya dengan distesi abdomen. Jaundis terjadi sekitar
32 % akibat obstruksi usus halus, dihubungkan dengan peningkatan bilirubin indirek. Dehidrasi
dan aspirasi pneumonia dapat terjadi akibat pengobatan yang terlambat atau tertunda.
Kecurigaan terhadap terjadinya stenosis Jejenum dapat terlihat dari pemeriksaan Ultra
sonografi saat kehamilan /prenatal seperti adanya polihidramnion dan obstruksi usus halus yang
dihubungkan dengan atresia, volvulus dan peritonitis mekonium. 1,2,3,4
Dari Allo anamnesis diperoleh informasi adanya gejala klinis yang mengarah ke stenosis
jejunum seperti muntah berwarna hijau,distended abdomen, jaundice,dan mekonium yang tidak
keluar pada saat setelah lahir. pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan peningkatan dari
Bilirubin indirek akibat obstruksi pada usus halus.3
Pemeriksaan foto polos abdomen, baik supine maupun tegak, pada atresia ataupun
stenosis yeyenum bagian proksimal akan ditemukan gambaran loop dilatasi beberapa usus
dengan udara-cairan tingkat. Semakin distal stenosis, semakin besar jumlah loop melebar tingkat
usus dan udara-cairan. Sebuah seri saluran pencernaan bagian atas dapat mengungkapkan situs
yang tepat dari stenosis, beberapa gelembung usus ( 3 sampai 5 bayangan udara cairan ), bagian
distal atresia tidak tampak bayangan udara. Makin distal atresia bayangan udara lebih banyak,
abdomen lebih diatensi. Apabila terdapat gambaran kasifikasi ( 12% kasus ) menunjukan adanya
peritonitis mekonium, sebagai akibat adanya perforasi intrauterin. Bila terdapat kalsifikasi
intraluminal ( mummification ) menunjukan adanya volvulus antenatal. 1,2,3,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Grosfeld JL : Jejunoileal Atresia and Stenosis. In : Grosfeld JL, O’Neill JA Jr,
Fronkalsrud EW, et al, Pediatric Surgery 6thEd, Philadelhia; Mosby; 2006.
2. Gosche JR, Vick L,Boulanger SC, et al : Midgut Abnormalities, Surg Clin N Am ,86
( 2006 ), 285-99.
3. Festen S, Brevoord JCD, Goldhoorn GA, Festen C, et al ; excellent Long Term Outcome
for Survivor of Apple Peel Atresia, J Pediatr Surg, 10, 1, 2002 : 61-5.
4. Shalkow J, Quiros JA, Shoter NA, Katz AL, et al : Small Intestinal Atresia and Stenosis.
Emedicine, July 2006.
5. Modi BP, Jaksic T, Langer M, et al : Intestinal Atresia, Stenosis and Web. Emedicine,
July 2006.