Post on 07-Dec-2020
SKRIPSI
ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI BANK SYARIAH
MANDIRI KC. KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh:
HABIB AHMARUDIN
NPM.1502100258
Jurusan S1 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1441 H / 2019 M
ii
ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI BANK SYARIAH
MANDIRI KC. KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG Diajukan Untuk Memnuhi Tugas Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S.E)
Oleh:
HABIB AHMARUDIN
NPM.1502100258
Pembimbing I : Drs. H. M. Saleh, M.A
Pembimbing II : Rina El Maza, S.H.I., M.S.I
Jurusan S1 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1441 H / 2019 M
iii
ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI KC.
KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
Oleh: Habib Ahmarudin
Usaha Mikro merupakan kelompok ekonomi terbesar dalam perekonomian
Indonesia. Usaha Mikro dapat menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi
tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu upaya mengurangi
pengangguran. Dalm pengembangan usaha mikro Bank Syariah Mandiri KC.
Kedaton Kota Bandar Lampung sebagai lembaga pembiayaan mengutamakan
pelayanan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Salah satu langkah
pengembangan usaha mikro dengan memberikan pinjaman modal dalam bentuk
pembiayaan kepada nasabah dengna akad murabahah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis produk pembiayaan
murabahah dalam pengembangan usaha mikro di Bank Syariah Mandiri KC.
Kedaton Kota Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan
(field researh). Sedangkan sifat penelitiannya bersifat deskriptif kualitatif. Sumber
yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan
dokumentasi. Data hasil temuan digambarkan secara deskriptif dan di analisis
menggunakan cara berpikir induktif.
Hasil penelitian menyimpulkan analisis produk pembiayaan murabahah
dalam pengembangan usaha mikro di Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota
Bandar Lampung harus memberikan kesempatan atau peluang bagi para pelaku
usaha yang akan melakukan pembiayaan usaha mikro, dengan bagitu penyaluran
produk pembiayaan usaha mikro dapat tersalurkan secara maksimal kepada para
pelaku usaha mikro yang masih sangat membutuhkan suntikan dana untuk
memenuhi kebutuhan dari segi permodalan. Sehingga dengan bagitu dapat
memberikan dampak positif bagi pelaku usaha guna mengembangkan usahanya
dan dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat khususnya para pelaku usaha
mikro.
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul :ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH
DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI BANK
SYARIAH MANDIRI KC. KEDATON KOTA BANDAR
LAMPUNG
Nama : HABIB AHMARUDIN
NPM : 1502100258
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis Islam
Jurusan : S1 Perbankan Syariah
MENYETUJUI
Untuk dimunaqosyahkan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam (IAIN) Metro.
Metro, Desember 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. M. Saleh.MA Rina El Maza, S.H.I., M. S.I
NIP. 1965 0111 1993 03 1001 NIP. 19840123 200912 2 003
v
NOTA DINAS
Nomor :
Lampiran : 1 (Satu) berkas
Hal : Pengajuan Skripsi Penelitian
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Metro
Di-
Tempat
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah kami mengadakan pemeriksaan, bimbingan dan perbaikan
seperlunya maka skripsi saudara:
NAMA : HABIB AHMARUDIN
NPM : 1502100258
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis Islam
Jurusan : S1 Perbankan Syariah
Judul : ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH
DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI BANK
SYARIAH MANDIRI KC. KEDATON KOTA BANDAR
LAMPUNG
Setelah dapat kami setujui dan dapat diajukan ke Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro untuk dimunaqosyahkan.
Demikianlah harapan kami dan atas perhatianya, kami ucapkan
terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Metro, Desember 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. M. Saleh.MA Rina El Maza, S.H.I., M. S.I
NIP. 1965 0111 1993 03 1001 NIP. 19840123 200912 2 003
vi
HALAMAN PENGESAHAN
vii
ORISINALITAS PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Habib Ahmarudin
Npm : 1502100258
Program Studi : S1 Perbankan Syariah
Jurusan : Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah asli hasil penelitian
saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Metro, Desember 2019
Yang Menyatakan
Habib Ahmarudin
NPM. 1502100258
viii
MOTO
نون ٱوۥعملكمورسولهللٱفسيرىعملوا ٱوقل لمؤم ل م ونإ لىع وسترد
دة ٱولغيب ٱ ٥٠١فينبئكمب ماكنتمتعملونلشه
Artinya : “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat
pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(QS: Al Taubah Ayat 105)1
1Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah, (Bandung:Syaamil Quran, 2012), 203.
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT. Saya
persembahkan skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua saya Bapak Syamsudin dan Ibu Muti’ah yang tidak
pernah lelah untuk mendo’akan dan mendukung peneliti baik dalam
bentuk moral materil serta selalu mencurahkan kasih sayang dan motivasi
yang tidak terbatas. Semoga Allah SWT selelu mencurahkan kasih sayang
kepada mereka.
2. Kakak dan adik saya yang selalu memberikan dukungan untuk terus
semangat belajar.
3. Teman-teman seperjuangan di S1 Perbankan Syariah Kelas F, dan semua
angkatan 2015.
4. Bapak Drs. H. M. Saleh, M.A dan Ibu Rina El Maza, S.H.I., M.S.I yang
telah memberikan bimbingan serta pengarahan dengan penuh kesabaran
dalam menyusun skripsi ini.
5. Dosen-dosen Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam Prodi S1 Perbankan
Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.
6. Almamater IAIN Metro.
Penulis harap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan propgram Strata Satu (S1) Jurusan Perbankan Syariah guna
memperoleh gelar SE.
Upaya menyelesaikan skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro
2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultaas Ekonomi dan
Bisnis Islam
3. Ibu Reonika Puspita Sari, M.E,Sy selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah
4. Bapak Drs. H. M. Saleh M.A, selaku pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan serta pengarahan yang sangat baik kepada
peneliti.
5. Ibu Rina El Maza, M. S. I, selaku pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberikan
motivasi kepada peneliti hingga skripsi ini selesai.
6. Bapak dan ibu, selaku dosen, karyawan/karyawati IAIN Metro yang telah
memberikan pengetahuan dan sarana prasarana selama peneliti
menempuh pendidikan.
xi
Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan kelapangan dada dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah
dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
perbanakan syariah.
Metro, Desember 2019
Penulis
Habib Ahmarudin
NPM. 1502100258
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
HALAMAN NOTA DINAS .......................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... vi
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................ vii
HALAMAN MOTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 6
D. Penelitian Relevan ............................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah ...................................................................... 10
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah ............................................. 10
2. Dasar Hukum Murabahah ............................................................ 12
3. Rukun Dan Syarat Pembiayaan Murabahah ................................. 13
4. Implementasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah .... 15
B. Usaha Mikro ........................................................................................ 17
1. Pegertian Usaha Mikro ................................................................. 17
2. Kriteria Usaha Mikro .................................................................. 18
3. Kendala Usaha Mikro ................................................................... 18
C. Pengembangan Usaha ......................................................................... 20
1. Pengertian Pengembangan ........................................................... 20
2. Indikator Pengembangan Usaha ................................................... 21
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian .................................................................... 22
1. Jenis Penelitian .............................................................................. 22
2. Sifat Penelitian .............................................................................. 23
B. Sumber Data ........................................................................................ 23
1. Data Primer ................................................................................... 24
2. Data Sekunder ............................................................................... 25
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 25
1. Wawancara ..................................................................................... 26
2. Dokumentasi ................................................................................. 26
D. Teknik Analisis Data ........................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung ... 28
1. Sejarah Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar
Lampung ....................................................................................... 28
2. Implementasi Produk Pembiayaan Murabahah Dalam
Pengembangan Usaha Mikro Di Bank Syariah KC. Kedaton
Kota Bandar Lampung .................................................................. 33
B. Analisis Produk Pembiayaan Murabahah Dalam Pengembangan
Usaha Mikro Di Bank Syariah KC. Kedaton Kota Bandar Lampung . 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 46
B. Saran .................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 ................................................................................................. 4
2. Tabel 2 ................................................................................................. 39
3. Tabel 3 ................................................................................................. 42
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat keterangan bimbingan
2. Kartu konsultasi bimibingan skripsi
3. Surat tugas research
4. Surat keterangan bebas pustaka
5. Kerangka interview/APD
6. Fatwa DSN-MUI tentang murabahah dan wakalah
7. Brosur pembiayaan mikro
8. Foto dokumentasi
9. Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, Usaha Mikro sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat.
Keberadaanya sebagai usaha sekala kecil yang dilakukan oleh masyarakat
telah memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Usaha mikro merupakan suatu usaha yang secara umum berbeda dengan
usaha berskala besar. Ciri khas usaha mikro yaitu dijalankan oleh masyarakat
perorangan ataupun perkelompok dan hasil usaha ataupun hasil produk yang
sangat kecil serta hasilnya pun hanya lingkup masyarakat tersebut. Akan
tetapi hasil usaha ini akan menjadi lebih luas produktifitasnya jika dalam
pengembanganya dikelola dengan baik. Secara umum, pada tahun 2006
sumbangan UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai
53,5% artinya lebih dari setengah gerak perekonmian di Indonesia ditopang
oleh UMKM.2
Usaha Mikro merupakan kelompok ekonomi terbesar dalam
perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian
nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi
pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar
kontribusinya terhadap pembangunan nasional, Usaha Mikro juga
2Muslimin Kara, “Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Pengembangan
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kota Makasar,” Jurnal Syariah Dan ilmu Hukum
47, no. 1 (Juni 2013): 274.
2
menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri
sehingga sangat membantu upaya mengurangi pengangguran.3
Eksistensi usaha mikro semakin berkembang setelah adanya UU No. 20
Tahun 2008 tentang UMKM. Dengan adanya peraturan yang menjadi
payung hukum, gerak UMKM menjadi semakin luas. Persoalan klasik seperti
akses permodalan kepada lembaga keuangan pun mulai bisa teratasi. Karena
di dalam peraturan itu tercantum mengenai perluasan pendanaan dan fasilitas
oleh perbankan dan lembaga jasa keuangan non-bank.
Lembaga keuangan bank atau lembaga perbankan di Indonesia berdiri
dan tumbuh sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional karena lembaga
perbankan merupakan perantara keuangan dalam perekonomian dan berperan
sebagai lembaga yang menyediakan alat pembayaran serta sekaligus juga
sebagai salah satu institusi sumber dana untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.4 Melihat ruang lingkup usahanya dapat dinyatakan produk
perbankan syariah lebih fariatif dibandingkan dengan produk bank
konvensional. Dalam menjalankan usahanya bank syariah dapat memberikan
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip penyertaan
modal (musyarakah), prinsip jual beli (murabahah), prinsip sewa (ijarah), dan
prinsip lainya yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.5
3Ibid., 274.
4I Wayan Sudirman, Manajemen Perbankan (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), 16.
5UU No. 21 Tahun 2001 Pasal 12 Tentang Perbankan Syariah
3
Melihat kondisi tersebut, memungkinkan produk bank syariah memberi
peluang yang lebih luas dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabah. Dengan
hal ini, memberi peluang bagi usaha usaha mikro untuk mengembangkan
usahanya berdasarkan asas kemitraan sebagaimana yang diusung perbankan
syariah.
Berdasarkan hasil survey, Bank Syariah Mandiri memberikan peluang
bagi para pelaku usaha khususnya usaha mikro dalam memberikan pinjaman
pada aspek permodalan dengan mengeluarkan produk Pembiayaan Usaha
Mikro (PUM). Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) di peruntukan bagi para
pelaku usaha mikro menggunakan akad murabahah, menurut jenis nya
pembiayaan usaha mikro dibagi menjadi 3 jenis yaitu:6
1. Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) Tunas 0-10 Juta.
2. Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) Madya 10-50 Juta.
3. Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) Utama 50-200 Juta.
Jenis Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) Tunas diberikan bagi para pelaku
Usaha Mikro, sedangkan jenis Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) Madya
diberikan kepada para pelaku Usaha Kecil dan untuk jenis Pembiayaan Usaha
Mikro (PUM) Utama diberikan bagi para pelaku Usaha Menengah. Hampir
semua sektor usaha yang termasuk dalam kriteria Usaha Mikro dibiayai oleh
Bank Syariah Mandiri tetapi tentunya usaha tersebut tidak melanggar
ketentuan-ketentuan prinsip muamalah dalam Islam, contohnya seperti
6Wawancara dengan Bpk. Thawap Nasution Micro Banking Manager Bank Syariah
Mandiri, Kedaton Bandar Lampung, Pada 28 Desember 2018.
4
menjual minuman keras, menjual rokok dan jenis usaha lainya yang
mengandung unsur-unsur haram.
Berdasarkan wawancara dengan Bpk. NB, nasabah Bank Syariah
Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung diperoleh informasi bahwa
salah satu jenis produk pembiayaan usaha mikro dengan akad murabahah
sangat membantu dalam pengembangan usahanya, seperti usaha yang sedang
di jalankan yaitu toko sembako, yang semula dari toko kecil-kecilan setelah
mendapatkan pembiayaan dari bank hingga kini usahanya semakin meningkat
dan berkembang.7
Wawancara dengan Bpk. TM, nasabah Bank Syariah Mandiri KC.
Kedaton Kota Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa dengan adanya
produk pembiayaan usaha mikro yang ada di bank syariah mandiri tersebut
nasabah dapat terbantu untuk mengembangkan usahanya, seperti usaha yang
sampai saat ini dilaksanakan yaitu usaha warung makan kelontongan yang
semula dari warung kecil kemudian hingga saat ini setelah mendapat
pembiayaan usahanya mengalami peningkatan dan mulai berkembang.8
7 Wawancara dengan Bpk. NB Nasabah Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar
Lampung, Pada 28 September 2019. 8 Wawancara dengan Bpk. TM Nasabah Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar
Lampung, Pada 28 September 2019
5
Tabel 1
Tabel Jumlah Pembiayaan Murabahah Untuk Usaha Mikro
No Nama
Produk
Tahun Total Pembiayaan Yang
Disalurkan
Total
Nasabah
1 Murabahah 2016 Rp.3.000.000.000 127
2 Murabahah 2017 Rp.4.000.000.000 169
3 Murabahah 2018 Rp.5.000.000.000 225
Sumber: Dokumentasi Bank Mandiri Syariah Bandar Lampung
Tabel diatas menunjukan data pembiayaan murabahah setiap tahunya
mengalami peningkatan yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri kepada
usaha mikro, meliputi pedagang kaki lima, pedagang sembako, bengkel servis
motor dan lain-lain, yang secara legalitas nya hanya mempunyai surat
keterangan dari kelurahan.9
Penyaluran dana kepada pelaku usaha mikro dalam bentuk pembiayaan
murabahah merupakan salah satu solusi dalam pemenuhan modal usaha
mikro yang diharapkan dapat menjadi suatu hal positif untuk meningkatkan
dan mengembangkan usaha mikro.
Sistem ekonomi syariah dapat memberikan akses yang luas, mudah, dan
menguntungkan bagi pelaku usaha mikro. Dengan demikian, pertumbuhan
usaha mikro dapat ditingkatkan dan dapat membuka peluang bagi para pelaku
usaha baru untuk membuka lapangan pekerjaan baru serta mengurangi
9Wawancara dengan Bpk. Thawap Nasution Micro Banking Manager Bank Syariah
Mandiri, Kedaton Bandar Lampung, Pada 27 April 2019.
6
tingginya tingkat pengangguran yang masih sangat mengkhawatirkan. Akan
tetapi, dalam penyaluranya terdapat kesenjangan yaitu dimana bank syariah
mandiri dalam memberikan pembiayaan lebih cenderung hanya kepada
nasabah-nasabah lama.
Bagi nasabah-nasabah baru yang ingin mengajukan pembiayaan itu
sangat sulit untuk mendapatkan pembiayaan tersebut, karena pihak bank lebih
memprioritaskan pembiayaan tersebut kepada nasabah-nasabah lama yang
sudah menjadi mitra sebelumnya atau tingkat kepercayaan bank kepada calon
nasabah baru masih sangat diragukan, padahal tujuan bank syariah itu sendiri
untuk memaslahatkan umat atau meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Sehingga dalam pengembangan usaha mikro disini belum tersalurkan secara
maksimal atau hanya diperuntukan bagi nasabah-nasabah yang sudah menjadi
mitra bank tersebut. Berdsarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengangkat penelitian dengan judul “Analisis Produk Pembiayaan
Murabahah Dalam Pengembangan Usaha Mikro Di Bank Mandiri
Syariah Kedaton Kota Bandar Lampung.”
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka pertanyaan penelitian dalam
penelitian ini adalah bagaimana Analisis Produk Pembiayaan Murabahah
Dalam Pengembangan Usaha Mikro di Bank Mandiri Syariah Kedaton Kota
Bandar Lampung?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Analisis Produk
Pembiayaan Murabahah Dalam Pengembangan Usaha Mikro di Bank
Mandiri Syariah Kedaton Kota Bandar Lampung
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat dari dua segi yaitu:
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan
di ranah Lembaga Keuangan Syariah, terutama mengenai
produk murabahah pada perbankan syariah.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para
praktisi perbankan syariah dalam mengambil keputusan terkait
pembiayaan murabahah pada perbankan syariah.
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan berisi tentang uraian mengenai hasil penelitian
terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji. Penelitian mengemukakan dan
menunjukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah
diteliti atau berbeda dengan penelitian sebelumnya. Disini peneliti
menunjukan dan mengemukakan tentang bebrapa hasil penelitian itu antara
lain:
8
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nursanti Tahun 2017, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
dengan judul “Peran BRI Syariah KCP Bandar Sribawono Lampung Dalam
Pemberdayaan Usaha Kecil (MIKRO)”, penelitian ini mengkaji tentang
bagaimana peran BRI Syariah KCP Sribawono Lampung dalam
pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat dua cara yang dilakukan dalam memberdayakan usaha kecil
(mikro) pada BRI Syariah KCP Bandar Sribawono yaitu dengan
menggunakan pembiayaan dan pembinaan (monitoring). BRI Syariah KCP
Bandar Sribawono dalam melakukan pemberdayaan telah menyediakan
produk-produk pembiayaan yaitu: Musyarakah, Murabahah, Wakalah,
sehingga pelaku usaha dapat memilih pembiayaan sesuai dengan jenis usaha
yang dibutuhkan tentunya dengan takaran marjin yang telah disepakati pada
awal perjanjian.10
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Sriwahyuni Tahun 2016, Fakultas
Syariah dan Ekonomi Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Jurai Siwo Metro dengan judul “Pemberian Pembiayaan Usaha Kecil
Menengah (UKM) oleh BMT Assyafi’iyah Kota Gajah”, penelitian ini
mengkaji tentang bagaimana pemberian pembiayaan Usaha Kecil Menengah
(UKM) di BMT Assyafi’iyah Kota Gajah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pemberian pembiayaan Usaha Kecil Menengah di BMT Assyafi’iyah
Kota Gajah harus memenuhi beberapa persyaratan dalam pengajuan
10
Dwi Nursanti, Peran BRI Syariah KCP Bandar Sribawono Lampung Dalam
Pemberdayaan Usaha Kecil (MIKRO), Tugas Akhir, (IAIN Metro:2017).
9
pembiayaan sesuai dengan prinsip 5C untuk mencegah terjadinya wanprestasi
atau gagal bayar, selain itu dalam sistem pembayaran dilakukan dengan 3
cara yaitu: mingguan, bulanan, atau saat jatuh tempo hal ini disesauikan
dengan kesepakatan bersama.11
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Jaelani Tahun 2015, Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo, dengan
judul “Analisis Terhadap Mekanisme Pembiayaan Mikro Dengan Akad
Murabahah Di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Semarang
Timur ” penelitian ini mengkaji tentang pelaksanaan serta analisis terhadap
mekanisme pembiayaan mikro dengan akad murabahah di Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Semarang Timur. Hasil penelitian ini
menunjukakan bahwa mekanisme pembiayaan mikro dengan akad
murabahah di Bank Syariah Mandiri KCP Semarang Timur yang terdiri atas
pembukaan, pelunasan dan penutupan melibatkan antara nasabah pembiayaan
dengan karyawan bagian customer service, account office, dan teller, serta
direktur dengan alur yang sederhana dan mudah. Mekaanisme tersebut
hampir sama dengan mekanisme yang digunakan oleh bank-bank lain, hanya
saja terdapat beberapa perbedaan dan modifikasi.
Penelitian Dwi Nursanti, Siti Sriwahyuni dan Ahmad Jaelani yang telah
dipaparkan secara sekilas diatas, dapat diketahui persamaan dengan penelitian
ini adalah sama-sama membahas tentang pemberian pembiayaan kepada para
11
Siti Sriwahyuni, Pemberian Pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) oleh BMT
Assyafi’iyah Kota Gajah, Tugas Akhir, (STAIN Jurai Siwo Metro:2016).
10
pelaku usaha mikro. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam fokus kajianya
dimana dalam penelitian pertama membahas tentang peran bank syariah
dalam pemberdayaan UMKM, bank disini memberikan berbagai pilihan
produk pembiayaan guna memenuhi kebutuhan nasabah tersebut. Kemudian
pada penelitian yang kedua membahas tentang prosedur pemberian
pembiayaan kepada pelaku UMKM, yaitu harus memenuhi prinsip 5C demi
meminimalisir terjadinya wanprestasi.
Penelitian yang ketiga membahas tentang mekanisme pembiayaan mikro
dengan akad murabahah dengan alur yang sederhana dan mudah. Sedangkan
penelitian yang peneliti lakukan berfokus pada Analisis Produk Pembiayaan
Murabahah Dalam Pengembangan Usaha Mikro di Bank Mandiri Syariah
kedaton Kota Bandar Lampung.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Murabahah merupakan masdar dari kata rabaha- yurabihu murabahatan.
Secara terminologi dalam kitab Tuhfah Al-Fuqaha’ disebutkan: “Jual beli
murabahah adalah kepemilikan obyek jual beli seraya memberikan pengganti
sejumlah dengan harga awal dan tambahan keuntungan atau laba.”
Sebagaimana yang dikutip oleh Imam Mustofa di dalam buku Veithzal Rivai
bahwa, jual beli murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang dengan
harga disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual
menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan
besarnya keuntungan yang diperoleh.12
Murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pesanan dan biasa
disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembelian. Dalam kitab al-umm,
Imam Syafi’i menamai transaksi sejenis ini dengan istilah al-amir bisysyira.
Dalam hal ini, calon pembeli atau pemesan beli dapat memesan kepada
seseorang (sebut sebagai pembeli) untuk membelikan sesuatu barang tertentu
yang diinginkannya. Kedua pihak membuat kesepakatan mengenai barang
tersebut serta kemungkinan harga asal pembelian juga harus menyepakati
berapa keuntungan atau tambahan yang harus dibayar pemesan. Jual beli
12
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Yogyakarta:Kaukaba Dipantara, 2014),
55-57.
12
antaar kedua belah pihak dilakukan setelah barang tersebut berada ditangan
pemesan.13
Akad murabahah adalah sesuai dengan syariah karena merupakan
transaksi jual beli dimana kelebihan dari harga pokoknya merupakan
keuntungan dari penjualan barang. Sangat berbeda dengan praktik riba
dimana nasabah meminjam uang sejumlah tertentu untuk membeli suatu
barang kemudian atas pinjaman tersebut nasabah harus membayar
kelebihanya dan ini adalah riba. Menurut ketentuan syariah, pinjaman uang
harus dilunasi sebesar pokok pinjamanya dan kelebihanya adalah riba, tidak
tergantung dari besar kecilnya kelebihan yang diminta juga tidak tergantung
kelebihan tersebut nilainya tetap atau tidak tetap sepanjang waktu pinjaman.14
Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai
bukti keseriusannya ingin membeli barang tersebut uang muka menjadi
bagian pelunasan piutang murabahah jika akad murabahah disepakati. Namun
apabila penjual telah membeli barang dan pembeli membatalkanya, uang
muka ini dapat digunakan untuk kerugian si penjual akibat dibatalkanya
pesanan tersebut. Bila jumlah uang muka lebih kecil dibandingkan jumlah
kerugian yang harus ditanggungleh penjual, penjual dapat meminta
kekurangan kepada pembeli. Sebaliknya, bila lebih besar pembeli berhak
untuk mengambil atau menerima kembali sebagian uang mukanya.15
13
Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah (Jakarta:Rajawali Pers, 2016), 54. 14
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akutansi Syariah di Indonesia (Jakarta:Salemba Empat, 2008)
161-162. 15
Ibid.
13
Dengan penjualan tangguh, maka akan muncul utang piutang, dan prnjual
mempunyai piutang. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan atau untuk menghindari risiko penjual dapat mengadakan
perjanjian khusus dengan pembeli dan meminta jaminan. Dalam hali ini,
objek akad murabahah yaitu barang yang diperjualbelikan dapat digunakan
sebagai jaminan.16
Untuk penjualan tidak tunai (tangguh) sebaliknya dibuatkan
kontrak/perjanjiannya secara tertulis dan dihadiri saksi-saksi. Kontrak
memuat antara lain besarnya utang pembeli karena membeli barang, jangka
waktu akad, besarnya angsuran setiap periode, jaminan dan lain sebagainya.
2. Dasar Hukum Murabahah
a. Dasar Dalam Alqur’an
1) Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 275:
با... ...وأحلاللابي عوحرمالر
Artinya: “...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...”17
2) Firman Allah dalam surat Al-Anisa’ 29:
ين أيهاالذ نيا تكو إ لاأن ل ط ب ال با بي نكم والكم أمنوالاتأ كلواأم
ي ما رح إ ناللكانب كم ولاتق تلواأن فسكم ن كم تراضم ت جارةعن Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
16
Ibid., 161-162. 17
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah, (Bandung:JABAL, 2010), 47.
14
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”.18
b. Dasar Dalam Al-Sunnah
1) Hadis riwayat Abu Bakar:
ي ر رض رةاب تاعأبوبك صلىاللعلي ه وسلملماأرادال ه ج أنالنب ي
يري ن صلى‘اللعن هبع ولن ي:اللعلي ه وسلمفقاللهاللالنب ي
ء،فقالعلي ه الصلةوالسلمأماب غي ر أحدهما،فقالهولكب غي ر شي
.ثمنفل
“Ketika Nabi Saw hendak hijrah, Abu Bakar Ra membeli dua ekor
unta Nabi Saw. Kemudian berkata kepadanya: ‘biar aku membayar
harga salah satunya.’ Abu Bakar menjawab: ‘ambilah unta itu tanpa
harus mengganti harganya’, Nabi Saw kemudian menjawab: ‘jika
tanpa membayar harganya, maka aku tidak akan mengambilnya.”19
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Perihal murabahah ini diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional,
yaitu:
1) Fatwa DSN No. 04/ DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah
2) Fatwa DSN No. 10/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Wakalah20
3. Rukun Dan Syarat Murabahah
a. Rukun murabahah adalah sebagai berikut:
1) Pihak yang berakad (bai’ dan musytari’)
a) Cakap menurut hukum
b) Tidak terpaksa
2) Barang/objek (mabi’)
a) Barang tidak dilarang oleh syara’
18
Ibid.,83. 19
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer., 59. 20
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta:Rajawali Pers, 2015), 5.
15
b) Penyerahan barang dapat dilakukan
c) Hak milik penuh yang berakad
3) Harga (tsaman)
a) Memberitahukan harga pokok
b) Keuntungan yang telah disepakati
4) Ijab kabul (sighat)
a) Harus jelas
b) Harga dan barang yang disebutkan harus seimbang
c) Tidak dibatasi oleh waktu21
b) Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
1) Penjual memberitahu harga pokok kepada pembeli
2) Kontrak harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
3) Kontrak harus bebas dari riba
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika dilakukan secara utang.22
Dalam fiqih kontemporer telah membolehkan penggunaan murabahah
sebagai bentuk pembiayaan alternatif dengan syarat-syarat tertentu. Dua hal
utama yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:23
21
Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah., 55 22
Ibid.,56 23
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), 84-85
16
1. Harus selalu di ingat bahwa pada mulanya murabahah bukan
merupakan bentuk pembiayaan, melainkan hanya alat untuk
menghindari “bunga” dan bukan merupakan instrumen ideal untuk
mengemban tujuan riil ekonomi Islam. Isntrumen ini hanya
digunakan sebagai langkah transisi yang diambil dalam proses
Islamisasi ekonomi, dan penggunaanya hanya terbatas pada kasus-
kasus ketika mudharabah dan m,usyarakah tidak/belum dapat
diterapkan.
2. Murabahah muncul bukan hanya untuk mengantikan “bunga”
dengan “keuntungan” melainkan sebagai bentuk pembiayaan yang
diperbolehkan oleh ulama syariah dengan syarat-syarat tertentu.
apabila syarat-syarat ini tidak dipenuhi, maka murabahah tidak boleh
digunakan dan cacat menurut syariah.24
4. Implementasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah
Murabahah dalam praktik lembaga keuangan syariah, prinsipnya
didasarkan pada dua elemen pokok harga beli serta biaya yang terkait dan
kesepakatan atas laba yang diperoleh oleh lembaga. Ciri dasar akad
murabahah dalam lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut:
a. Pembeli harus mengetahui tentang biaya-biaya terkait dengan harga
asli barang, batas laba harus ditetapkan dalam bentuk presentase
dari total harga ditambah biaya-biaya
24
Ibid., 84-85.
17
b. Apa yang harus dijual adalah barang yang dibayar dengan uang
c. Barang yang di perjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh penjual,
dan penjual harus mampu menyerahkan barang tersebut kepada
pembeli.
d. Pembayaran ditangguhkan, dalam hal ini pembeli hanya membayar
uang muka yang besar dan nominalnya ditentukan dan disepakati
bersama antara nasabah dengan lembaga keuangan.25
Dalam pembiayaan murabahah, sekurang-kurangnya terdapat dua pihak
yang melakukan transaksi jual beli, yaitu bank syariah sebagai penjual dan
nasabah sebagai pembeli barang. Untuk memperjelas aplikasi jual beli
murabahah pada lembaga keuangan syariah, berikut ditampilkan skema dan
alurnya.
25
Ibid., 139.
18
Skema Pembiayaan Murabahah
2. Akad Jual Beli
6. Bayar
5. Terima Barang
& Dokumen
3. Beli Barang 4. Kirim
Keterangan:
1. Nasabah mengajukan pembiayaan ke pihak bank dengan negosiasi
dan persyaratan tertentu.
2. Kemudian pihak bank dan nasabah melakukan akad atas suatu
barang tertentu yang telah di ajukan oleh nasabah
3. Bank membelikan barang tersebut ke pihak suplier sesuai spesifikasi
yang nasabah inginkan
4. Suplier kemudian mengirim barang yang telah dibeli oleh bank ke
nasabah
NASABAH BANK
SUPLIER
PENJUAL
1. Negosiasi &
Persyaratan
19
5. Nasabah menerima barang dan dokumen dari suplier yang
sebelumnya telah diajukan ke pihak bank
6. Nasabah kemudian membayar barang tersebut biasanya dengan cara
mengangsur ke bank sesuai kesepakatan antara pihak bank dan
nasabah.26
B. Usaha Mikro
1. Pengertian Usaha Mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam undang-undang No. 20 pasal 1 tahun 2008 tentang usaha mikro
kecil dan menengah.27
Usaha Mikro merupakan kelompok ekonomi terbesar dalam
perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian
nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi
pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar
kontribusinya terhadap pembangunan nasional, Usaha Mikro juga
menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri
sehingga sangat membantu upaya mengurangi pengangguran.28
26
Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik“,(Jakarta:Gema
Insani, 2001), 107 27
Yuli Rahmini Suci, “Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil, Dan Menengah) Di
Indonesia,” Jurnal Ilmiah Canu Ekonomus 6, no. 1 (Januari 2017): 54. 28
Muslimin Kara, “Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Pengembangan
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kota Makasar,” 274.
20
2. Kriteria Usaha Mikro
Meurut Undang-undang No.20 tahun 2008 tentang kriteria usaha mikro
dalam bentuk permodalan. Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).29
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yaitu usaha produktif memiliki orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memnuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang.30
4. Kendala Usaha Mikro
Usaha Mikro di Indonesia mempunyai peranan penting dalam sektor
perekonomian, namun kebijakan pemerintah maupun pengaturan yang
mendukungnya sampai saat ini dirasa belum maksimal. Secara umum usaha
mikro sendiri menghadapi dua permasalaan utama, yaitu masalah finansial
dan nonfinansial.31
Sebagaimana yang dikutip oleh Idris Yanto Niode didalam penelitian
Urata bahwa masalah finansial diantaranya adalah:
1. Kurangnya kesesuaian (terjadinya mismatch) antara dana yang
tersedia dan dapat diakses oleh UMKM
2. Tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UMKM
29
Pasal 6 Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
dalam https://www.ojk.go.id diunduh Pada 21 November 2018. 30
Muslimin Kara, “Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah, 275. 31
Idris Yanto Niode, “Sektor UMKM Di Indonesia: Profil, Masalah Dan Strategi
Pemberdayaan,” Jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis OIKOS-NOMOS 2, no. 1 (Januari 2009): 4.
21
3. Biaya transaksi yang tingi, yang disebabkan oleh prosedur kredit
yang cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah
kredit yang dikucurkan kecil.
4. Kurangnya akses kesumber dana yang formal, baik yang disebabkan
oleh ketiadaan bank dipelosok maupun tidak tersedianya informasi
yang memadai.
5. Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi
6. Bayaknya UMKM yang belum berlabel, baik disebabkan belum
adanya manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya
kemampuan manajerial dan finansial.32
Sedangkan termasuk dalam masalah organisasi manajemen (non
finansial) diantaranya adalah:
1. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control
yang disebabkan minimnya kesempatan untuk mengikuti
perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan.
2. Kurangnya pengetahuan akan pemasaran, yang disebabkan oleh
terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai
pasar, elain karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk
menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan pasar.
3. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) serta kurangnya sumber
daya untuk mengembangkan SDM.
4. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.33
C. Pengembangan Usaha
1. Pengertian pengembangan Usaha
Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembang: pemerintah
selalu berusaha dulu, pembangunan secara bertahap dan teratur yang
menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengertian pengembangan tersebut
memiliki dua unsur, yaitu:
1. Pengembangan itu sendiri bisa berupa satu tindakan, proses atau
pengembangan dari suatu tujuan.
32
Ibid., 4. 33
Ibid.,4
22
2. Pengembangan itu bisa menunjukkan kepada perbaikan atau atas
sesuatu.
Menurut Purdi E Chandra, perkembangan usaha merupakan suatu
keadaan terjadinya peningkatan omset penjualan.34
Menurut Jeaning Beaver
dalam Muhammad Sholeh, tolak ukur tingkat keberhasilan dan
perkembangan perusahaan kecil dapat dilihat dari peningkatan omset
penjualannya.35
Menurut Werren G. Bennis dalam Sutarto, pengembangan adalah suatu
jawaban atas perubahan, suatu strategi pendidikan yang kompleks yang
diharapkan untuk merubaha keoercayaan, sikap, nilai dan susunan organisasi,
sehingga organisasi dapat lebih baik menyesuaikan dengan teknologi, pasar
dan tantangan yang baru serta perputaran yang cepat dari perubahan itu
sendiri.
2. Indikator Pengembangan Usaha
Sebagaimana yang dikutip oleh Adijati Utaminingsih, Teguh
Ariefiantoro, dan Sri Yuni Widowati didalam penelitian Suryana bahwa
faktor penyebab keberhasilan berwirausaha ditentukan oleh beberapa
indikator yaitu:
a. Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki
kemampuan tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki
kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan
menjadi wirausaha yang sukses.
b. Tekad yang kuat dan kerja keras.
34
Purdi E Chandra,” Trik Menuju Sukses,” (Yogyakarta: Grafika Indah, 2000), 121 35
Muhammad Sholeh, “Analisis Strategi Inovasi dan Dampaknya terhadap Kinerja
Perusahaan,” (Semarang: UNDIP), 25
23
c. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada
kesempatan.36
Kemudian faktor penyebab kegagalan berwirausaha ditentukan oleh
beberapa indikator yaitu :
a. Tidak kompeten dalam hal menejerial.
b. Kurang berpengalaman.
c. Kurang dapat mengendalikan keuangan.
d. Gagal dalam perencanaan.
e. Lokasi yang kurang memadai.
f. Kurangnya pengawasan peralatan.
g. Sikap yang kurang sunggu-sungguh.
h. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan kewirausahaan.37
36
Adijati Utaminingsih, Teguh Ariefiantoro, dan Sri Yuni Widowati, “Menyingkap
Rahasia Kesuksesan Usaha Tahu Baxo Bu Pudji Ungaran,” Jurnal Dinamika Sosial Budaya 18,
no. 2, (Desember 2016):186-187. 37
Ibid.,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan secara rinci langkah-langkah yang
akan ditempuh dalam melakukan penelitian untuk menjawab
permasalahan yang ditetapkan, mulai dari penetuan jenis dan sifat
penelitian, sumber data yang dijadikan pokok penelitian, teknik
pengumpulan data.
Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
lapangan (Field Research). Ide penting penelitian lapangan adalah
peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang
sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah.38
Untuk memecahakan permasalahan dan mengetahui tentang
bagaimana analisis produk pembiayaan murabahah dalam pengembangan
usaha mikro, peneliti mengadakan penelitian langsung di, Bank Syariah
Mandiri Kedaton Kota Bandar Lampung.
38
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2012), Eds Revisi, 26.
25
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencaindraan
(deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.39
Pada penelitian ini, peneliti berupaya menguraikan atau
memaparkan situasi atau kejadian yang diteliti berdasarkan data hasil
survei dan membandingkan dengan pustaka yang ada.
Data yang dihasilkan dari penelitian ini, yaitu data kualitatif.
penelitian kualitatif. Penelitian bersifat kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.40
Dalam hal
ini peneliti bermaksud memberikan deskripsi mengenai analisis produk
pembiayaan murabahah dalam pengembangan usaha mikro di Bank
Syariah Mandiri Kedaton Kota Bandar Lampung.
B. Sumber Data
Sumber data merupakan bagian yang penting dalam penelitian. Dengan
data inilah seseorang dapat menganalisis suatu masalah, menarik kesimpulan
dan mencarikan solusi-solusi atas permasalahan yang sedang diteliti.
Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi dua yakni sumber data primer
dan sekunder. 41
39
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014),
Eds. 2, 76. 40
Uhar Suharsaptra, Metodologi Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012),. 181. 41
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,. 8.
26
1. Sumber Data Primer
Sumber primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
aslinya yaitu instansi atau perusahaan yang menjadi objek penelitian
yang berupa kata-kata atau tindakan dari informan.42
Dalam hal ini
peneliti melakukan penelitian langsung pada Bank Syariah Mandiri
Kedaton Kota Bandar Lampung. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah 1 orang (Micro Banking Manager), 1 orang (Micro Financing
Sales) dan 5 nasabah pembiayaan murabahah Bank Syariah Mandiri
Kedaton Bandar Lampung.
Pemilihan nasabah sebagai sumber data primer pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah
teknik penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada
sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian. Walaupun demikian,
untuk menggunakan teknik ini peneliti seharusnya orang yang pakar
dalam karakteriistik populasi. Berdasarkan pengetahuan yang jeli
terhadap populasi, maka unit-unit dianggap “kunci”, diambil sebagai
sampel penelitian. 43
Sumber data primer sangatlah dibutuhkan karena akan menjadi
sumber informasi penting yang bersumber dari seseorang yang berkaitan
langsung dengan lembaga keuangan atau bank yang diteliti. Adapun
kriteria-kriteria nasabah yang dijadikan sampel sebagai berikut:
42
M Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif;Komunikasi, Ekonomi dan Publik
serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana,2004), 122 43
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi , (Jakarta : PT Fajar
Interpratama Mandiri, 2013), 118.
27
a) Nasabah bersedia menjadi informan
b) Sudah menjadi nasabah selama 1 tahun
c) Nasabah tidak pernah macet (lancar)
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Jadi Sumber
data sekunder adalah sumber data penunjang atau pendukung yang
berupa tulisan dan penelitian yang berkaitan dengan pembahasan
penelitian ini. Adapun yang menjadi acuan sumber data sekunder dalam
penelitian adalah buku-buku dari karangan Imam Mustofa yang berjudul
Fiqih Mu’amalah Kontemporer, Kasmir yang berjudul Dasa-Dasar
Perbankan dan Mukti Fajar ND yang berjudul UMKM Di Indonesia
Persepektif Hukum Ekonomi.
Sumber data sekunder dibutuhkan untuk menambah informasi yang
sebelumnya sudah dijelaskan pada sumber data primer. Sumber data
sekunder dapat menjadi penguat suatu informasi karena penjelasan yang
di dapatkan bersumber dari buku-buku yang berkaitan dengan judul yang
peneliti teliti.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
28
data.44
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data menggunakan
teknik sebagai berikut:
1. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari
pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang
diwawancara.45
Data-data yang diharapkan didapat oleh peneliti dalam
wawancara ini adalah, hal-hal yang berkaitan dengan produk pembiayaan
murabahah dalam pengembangan usaha mikro.
Jenis wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
yaitu, wawancara semistruktur. Peneliti mengadakan tanyajawab kepada
Thawap Nasution (Micro Banking Manager), Nisbah Permana (Micro
Financing Sales) dan 5 nasabah (SM, NS, FY, FP, MG) nasabah
pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota
Bandar Lampung.
2. Dokumentasi
Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari
catatan-catatan mengenai data pribadi responden.46
Dokumentasi dalam
penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penelusuran
terhadap bahan pustaka yang menjadi sumber penelitian secara langsung
yang meliputi arsip-arsip, produk-produk, profil Bank Syariah Mandiri
44 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 224. 45
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), 105. 46
Ibid., 112
29
Kedaton Kota Bandar Lampung, mencatat saat diadakan tanya jawab
yang dilakukan dengan pihak Bank Syariah Mandiri Kedaton Kota
Bandar Lampung, dan dengan mengutip artikel di website Bank Mandiri
Syariah. Dokumen yang dimaksud seperti brosur-brosur pembiayaan
usaha mikro yang sedang peneliti teliti .
D. Teknik Analisis Data
Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumetasi
dengancara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
di fahami oleh diri sendiri maupun orang lain.47
Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif. Analisis data
kualitataif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu.48
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan cara
berfikir induktif yang berangkat dari informasi tentang analisis produk
pembiayaan murabahah dalam pengembangan usaha mikro di Bank Syariah
Mandiri Kedaton Kota Bandar Lampung.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, (Bandung: Alfabeta,
2012), 244. 48
Ibid.,245
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung
1. Sejarah Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank
Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme usaha
dengan nilai-nilai spiritual.
Bank Syariah Mandiri tumbuh sebagai bank yang mampu
memadukan keduanya, yang melandasi kegiatan operasionalnya.
Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi
salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di
perbankan Indonesia. Per Desember 2017 Bank Syariah Mandiri memiliki
737 kantor layanan di seluruh Indonesia, dengan akses lebih dari 196.000
jaringan ATM. 49
PT. Bank Syariah Mandiri selama tahun 2017 banyak mendapatkan
sejumlah penghargaan diantaranya penghargaan sebagai TOP CSR Award
2017 Kategori TOP CSR Improvement 2017 pada 5 April 2017 yang
diberikan oleh Majalah Business News Indonesia, Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) dan Masyarakat CSR Indonesia.
Peringkat I Digital Brand Bank Umum Syariah untuk kategori bank
umum syariah 2012-2016 pada 30 Maret 2017 yang diberikan oleh
49
www.bsm.co.id
31
Majalah Info bank bekerja sama dengan Isentia Research dan sejumlah
penghargaan lainya.
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha. Dalam kondisi tersebut, industry perbankan nasional yang
didominasi oleh bank–bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank–bank di Indonesia.
Salah satu Bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger
dengan beberapa Bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat
bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat Bank
(Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo)
menjadi satu Bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal
31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan
32
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik mayoritas
baru BSB. 50
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon
atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang
Bank Umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Dengan melakukan penggabungan (merger)
dengan beberapa bank dan mengundang investor asing. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam
Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi Bank Umum Syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur
BI\No.1/24/\ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
50
Ibid.
33
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab
1420H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.51
Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai
sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan baru yang
disepakati bersama untuk dijadikan pedoman oleh seluruh pegawai Bank
Syariah Mandiri yang disebut Bank Syariah Mandiri Shared Values. BSM
Shared Values disingkat “ETHIC”. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1. Excellence
Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu
dan berkesinambungan, meningkatkan keahlian sesuai dengan tugas
yang diberikan dan sesuai dengan tuntutan profesi bankir, serta
berkomitmen pada kesempurnaan.
51
Ibid.
34
2. Teamwork
Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi dengan
cara mewujudkan iklim lalu lintas pesan yang lancar dan sehat,
menghargai pendapat dan kontribusi orang lain, serta memiliki
orientasi pada hasil dan nilai tambah bagi stakeholders.
3. Humanity
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius
danmeluruskan niat untuk mendapatkan ridha Allah.
4. Integrity
Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji
dengan cara menerima tugas dan kewajiban sebagai amanah dan
menjalankannya dengan penuh tanggung jawab sesuai ketentuan dan
tututan perusahaan.
5. Customer Focus
Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan
Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan
menguntungkan dengan cara proaktif dalam menggali dan
mengimplementasikan ide-ide baru untuk memberikan layanan yang
lebih baik dan lebih cepat dibandingkan kompetitor.52
Nilai-nilai tersebut diupayakan untuk selalu ditanamkan dalam
organisasi Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri yang
beralamatkan di Jl. Teuku Umar No. 6 A-B, Kedaton, Bandar Lampung
52
Ibid.
35
merupakan Kantor Cabang dari Bank Syariah Mandiri Area Lampung
yang beralamatkan di Jl. Diponegoro No. 189, Bandar Lampung.
2. Implementasi Produk Pembiayaan Murabahah Dalam
Pengembangan Usaha Mikro Di Bank Syariah KC. Kedaton Kota
Bandar Lampung
Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung
menyediakan produk penyaluran dana berupa modal kerja dengan akad
murabahah dan ijarah. Modal kerja ini termasuk didalamnya yaitu
pembiayaan usaha mikro. Pembiayaan usaha mikro merupakan suatu
produk alternative diberikan oleh Bank Syariah Mandiri kepada
pengusaha yang memiliki keterbatasan modal dalam pengembangan
pembiayaan mikro adalah pembiayaan kepada calon nasabah atau
usahanya.
Usaha yang dibiayai harus sesuai dengan prinsip syariah, bank tidak
akan memberikan pembiayaan apabila digunakan untuk usaha yang
sifatnya haram, seperti menjual minuman keras, berjudi, jual rokok dll.
Usaha mikro yang Menurut surat edaran No. 11/009/PEM 13 Februari
tahun 2009, nasabah perorangan atau badan uaha untuk membiayai
kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja dan atau
pembiayaan investasi dengan maksimal limit hingga Rp. 200 juta.53
Adapun tujuan pembiayaan usaha mikro adalah sebagai berikut:
53
Wawancara dengan Bpk. Thawap Nasution Micro Banking Manager Bank Syariah
Mandiri, Kedaton Bandar Lampung, Pada 28 September 2019
36
1) Membantu wirausaha usaha kecil, menegah, mikro dan yang
belum dapat memperoleh kredit perbankan untuk memperoleh
pembiayaan supaya mengembangkan usahanya.
2) Merangsang para generasi muda untuk memulai usaha.
Jenis pembiayaan usaha mikro ini dibagi menjadi 3 yaitu:
4. Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) Tunas.
a) Limit pembiayaan minimal Rp. 0 sampai dengan Rp.
10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
b) Margin 18%
c) Jangka waktu maksimal 36 bulan
d) Biaya administrasi sesuai dengan ketetapan BSM
5. Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) Madya
a) Limit pembiayaan di atas Rp. 10.000.000 (sepuluh juta
rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah)
b) Margin 20%
c) Jangka waktu maksimal 36 bulan
d) Biaya administrasi sesuai dengan ketetapan BSM
6. Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) Utama
a) Limit pembiayaan di atas Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah)
37
b) Margin 22%
c) Jangka waktu maksimal 48 bulan
d) Biaya administrasi sesuai dengan ketetapan BSM54
Sebelum nasabah memperoleh pembiayaan, terlebih dahulu harus
melalui tahapan-tahapan penilaian sampai dengan pembiayaan tersebut
dikucurkan. Tahapan dalam pemberian pembiayaan disebut dengan
prosedur pemberian pembiayaan. Prosedur pemberian pembiayaan di
Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung sangatlah
mudah. Tujuan prosedur tersebut adalah untuk memastikan kelayakan
suatu pembiayaan.
Prosedur pembiayaan usaha mikro di Bank Syariah Mandiri adalah
sebagai berikut:
a. Nasabah mengajukan pembiayaan dengan mendatangi kantor
Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung
b. Nasabah mengisi aplikasi pembiayaan, kemudian
mengumpulkan syarat-syarat dokumen yang harus di
lampirkan. Adapun persyaratan dokumen yang dilampirkan
sebagai berikut:
1) Fotocopy KTP, kartu keluarga, surat nikah dan pas foto
4x6
2) Surat keterangan usaha (SKU) dari kelurahan
3) Copy SK terakhir, asli slip gaji 3 bulan (bagi pegawai)
54
Wawancara dengan Bpk. Nisbah Permana, Micro Financing Sales Bank Syariah
Mandiri, Kedaton Bandar Lampung, Pada 07 November 2019
38
4) Copy PBB & Bukti bayar PBB tahun terakhir
5) Copy sertifikat HM/HGB (agunan tanah & bangunan)
6) Copy BPKB & STNK (agunan kendaraan)
7) Copy NPWP (diatas 50 juta)55
c. Setelah dokumen tersebut dikumpulkan, kemudian pihak
marketing akan mengecek BI-cheking
d. Setelah itu di lanjutkan back office melakukan taksaksi
jaminan
e. Apabila pembiayaan tersebut disetujui, maka back office
membuat nota analisa pembiayaan dan membuat surat
persetujuan pembiayaan yang akan ditandatangani oleh
kepala cabang
f. Kemudian back office membuat surat persetujuan
pembiayaan yang ditandatangani oleh nasabah disertai
dengan:
1) Menyerahkan dokuen agunan asli sebagai pengikat
2) Menyerahkan dokumen asli lainya
3) Wajib membuka rekening tabungan
g. Setelah surat persetujuan pembiayaan ditandatangani oleh
nasabah dan kepala cabang., kemudian back office akan
membuat akad pembiayaan yang akan ditandatangani oleh
kepala cabang dan nasabah pula.
55
Ibid.,
39
h. Setelah itu nasabah harus menandatangani dokumen legal
berisi:
1) Akad pembiayaan
2) Pengikat agunan
3) Dokumen pendukung
4) Permohonan pencairan
Akad yang digunakan dalam pembiayaan usaha mikro di Bank
Syariah Madiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung adalah murabahah.
Bank menggunakan akad murabahah karena menyesuaikan keadaan
yang ada di lapangan dimana pelaku usaha mikro belum memiliki sistem
keuangan yang update sehingga murabahah cocok untuk para pelaku
usaha dengan sistem jual beli guna untuk membantu dari segi pemenuhan
dalam aspek permodalan.
Murabahah yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri adalah
murabahah biasa dan murabahah bill wakalah menyesuaikan dengan
keadaan pelaku usaha apabila pembiayaan untuk kendaraan, peralatan,
rumah dan sebagainya, bank akan mencari atau memesan ke suplier dan
akan diberikan ke nasabah namun apabila untuk barang-barang
sembako, atau yang berkaitan dengan barang dagangan maka pihak bank
akan menggunakan murabahah bill wakalah (mewakilkan) kepada
nasabah untuk mencari sendiri atau bank hanya memberikan uang kepada
nasabah tersebut, kemudian nasabah harus membayarnya secara
berangsur kepada bank.
40
Biaya yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank adalah biaya
dari harga pokok ditambah dengan margin yang telah ditentukan dari
pihak Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung. Dalam
setiap tahunya pembiayaan usaha mikro ini selalu mengalami
peningkatan, peningkatan disini meliputi nasabah-nasabah yang sudah
pernah melakukan pembiayaan dan nasabah baru yang akan melakukan
pembiayaan.
C. Analisis Produk Pembiayaan Murabahah Dalam Pengembangan
Usaha Mikro Di Bank Syariah KC. Kedaton Kota Bandar Lampung
Pembiayaan mikro Bank Syariah Mandiri adalah pembiayaan bank
kepada nasabah perorangan atau badan usaha yang bergerak di bidang
UMKM untuk membiayai usahanya melalui pembiayaan modal kerja
atau pembiayaan investasi dengan limit hingga Rp. 200.000.000.
Dalam melakukan pembiayaan calon nasabah harus memiliki
tujuan yang jelas dimana calon nasabah harus menyepakati dengan pihak
bank bahwa pembiayaan yang diberikan akan digunakan untuk apa dan
barang-barang apa saja yang akan dibeli. Akan tetapi pembiayaan usaha
mikro disini lebih mengutamakan nasabah lama atau nasabah yang sudah
pernah melakukan pembiayaan sebelumnya di Bank Syariah Mandiri
dibandingkan dengan calon nasabah-nasabah baru. Hal itu dilakukan
karena untuk nasabah-nasabah baru masih sangat diragukan
kepercayaanya dibandingkan dengan nasabah yang sudah pernah
melakukan pembiayaan sebelumnya, dan dalam melakukan penyaluran
dana menggunakan prinsip kehati-hatian untuk meminimalisir akan
41
terjadinya pembiayaan bermasalah (macet). Namun tidak semua calon
nasabah baru ditolak dalam pembiayaan tersebut, akan tetapi disini bank
lebih banyak menyalurkan pembiayaan kepada nasabah-nasabah lama.
Tabel 2
Tabel Jumlah Pembiayaan Murabahah Untuk Usaha Mikro
No Nama
Produk
Tahun Total Pembiayaan Yang
Disalurkan
Total
Nasabah
1 Murabahah 2016 Rp.3.000.000.000 127
2 Murabahah 2017 Rp.4.000.000.000 169
3 Murabahah 2018 Rp.5.000.000.000 225
Sumber: Dokumentasi Bank Syariah Mandiri KC.
Kedaton Kota Bandar Lampung
Berdasarkan tabel diatas terdapat peningkatan pertahunya di dalam
penyaluran pembiayaan usaha mikro. Peningkatan jumlah nasabah disini
meliputi nasabah lama dan nasabah baru. Bagi nasabah baru yang
melakukan pembiayaan disini mayoritas orang-orang yang dekat dengan
para karyawan dan juga memiliki hubungan kekeluargaan dengan
karyawan bank tersebut. Sehingga dalam pengajuan pembiayaan usaha
mikro disini dapat dibantu atau dipermudahkan dalam pengajuan
pembiayaanya.
Produk mikro Bank Syariah Mandiri juga seharusnya bisa
memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha baru/ nasabah baru yang
akan melakukan pembiayaan dalam peningkatan ekonomi masyarakat
khususnya para pelaku usaha agar dapat mengembangkan usahanya dan
42
dapat mengatasi kendala-kendala pada sektor permodalan. Sehingga
dalam penyaluran dana kepada nasabah harus memperhatikan juga para
calon nasabah-nasabah baru yang akan melakukan pembiayaan di bank
tersebut. Para pelaku usaha baru juga masih sangat membutuhkan
suntikan dana untuk memenuhi aspek permodalan, dan tidak semua
calon nasabah baru itu mempunyai track record yang jelek, sehingga
harusnya lebih diperhatikan dan dipertimbangkan kembali supaya
penyaluran pembiayaan dapat tersalurkan secara meksimal ke para
pelaku usaha-usaha mikro dalam hal mengembangkan usahanya.
Akad yang digunakan dalam pembiayaan usaha mikro disini adalah
akad murabahah. Implikasi dari penggunaan akad murabahah
mengharuskan adanya penjual, pembeli, dan barang yang dijual.
Sebagaimana diketahui dalam penyaluran dana dengan akad murabahah
fungsi bank adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan nasabah,
dengan cara membeli barang yang diperlukan nasabah dan kemudian
menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual yang setara
dengan harga beli ditambah keuntungan bank dan juga bank harus
memberitahukan secara jujur harga perolehan barang berikut dengan
tambahan keuntungan yang diambil dan menyampaikan semua hal yang
berkaitan dengan pembelian barang kepada nasabah, akan tetapi pada
penerapanya bank tidak transparan dalam melakukan jual beli dengan
akad murabahah. Bank membelikan barang yang dipesan oleh nasabah
dan kemudian nasabah pun hanya diberitahukan besar angsuran yang
43
wajib dibayar ke bank, untuk penerapan marginya pun sudah di tetapkan
oleh Bank Syariah Mandiri.
Pada aplikasinya bank menggunakan sistem murabahah biasa dan
murabahah bill wakalah. Dengan menggunakan sistem murabahah biasa
bank akan mencarikan barang yang diajukan oleh nasabah kemudian
membelikan barang tersebut ke suplier lalu nasabah harus membayar
barang tersebut ke bank dengan cara mengangsur. Sedangkan dengan
sistem murabahah bill wakalah bank memberikan kuasa kepada nasabah
untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan nasabah. Walaupun bank
telah menggunakan murabahah bill wakalah seharusnya bank tetap
melakukan pengawasan terhadap barang-barang yang akan dibeli oleh
nasabah agar tidak keluar dari koridor transaksi jual beli yang ada dalam
syariat Islam. Hal ini dilakukan demi mencegah nasabah melakukan
transaksi yang dilarang, misalnya mengunakan dana untuk membeli
barang-barang yang termasuk barang haram. Namun pada faktanya
apabila menggunakan sistem murabahah bill wakalah pihak bank hanya
memberikan dana kepada nasabah dan nasabah pun diberi kekuasaan
untuk mencari barang yang dibutuhkan tanpa ada pengawasan terhadap
barang-barang yang akan dibeli oleh nasabah.
Adapun tabel dibawah ini merupakan tingkat perkembangan
pendapatan nasabah yang mengajukan pembiayaan usaha mikro di Bank
Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung:
44
Tabel 3
Pendapatan Nasabah
No
Nama
Usaha
Mikro
Jumlah
Pembiayaa
n
Pendapatan
Sebelum
Pembiayaan
(Per tahun)
Pendapatan
Sesudah
Pembiayaan
(Per tahun)
Perkemban
gan
(Per tahun)
1
Jajanan
Kue
60.000.000 21.600.000 42.000.000 20.400.000
2
Pedagang
Sembako
40.000.000 18.000.000 24.00.000 6.000.000
3
Home
Industri
Kripik
Pisang
30.000.000 25.000.000 48.000.000 23.000.000
4
Service
Motor
20.000.000 21.000.000 27.600.000 6.600.000
5
Home
Industri
Tahu
25.000.000 36.000.000 48.000.000 12.000.000
Sumber: Wawancara Dengan Nasabah Pembiayaan Murabahah Di Bank Syariah
Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung
Setelah melihat pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa dengan
adanya pembiayaan usaha mikro yang diberikan oleh Bank Syariah
Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung dapat memberikan
45
perkembangan bagi beberapa pelaku usaha atau nasabah Bank Syariah
Mandiri. Salah satu contoh nasabah usaha jajanan kue, dengan modal
awal sebesar Rp. 10.000.000 dan pendapatan awalnya sebesar Rp.
21.600.000 pertahun kemudian pendapatan meningkat menjadi sebesar
Rp. 42.000.000 pertahun, maka usaha kue ini mengalami peningkatan
pendapatan sebesar Rp. 20.400.000 pertahun. Dengan melakukan
pembiayaan sebesar Rp. 60.000.000 dan margin 22% jangka waktu 24
bulan sehingga angsuran perbulan sebesar Rp. 3.600.000. Usaha jajanan
kue ini mengalami perkembangan menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukan
dengan meningkatnya penjualan kue dan mempunyai pemasaran yang
juga semakin luas.
Kemudian jenis usaha pedagang sembako, awalnya dengan memiliki
modal Rp. 15.000.000 pendapatan awal usaha tersebut sebesar Rp.
18.000.000 pertahun kemudian pendapatan meningkat menjadi Rp.
24.000.000 pertahun, maka usaha pedagang sembako ini mengalami
peningkatan pendapatan sebesar Rp. 6.000.000 pertahun. Dengan
pembiayaan sebesar Rp.40.000.000 dan margin 20% jangka waktu 24
bulan sehingga angsuran perbulan sebesar Rp. 2.333.000. Peningkatan ini
dapat dilihat dengan persediaan barang dagang sembako yang semakin
banyak sehingga penjualan pun mengalami peningkatan yang cukup
besar.
Selanjutnya usaha home industri keripik pisang, modal awal sebesar
Rp. 10.000.000 dan pendapatan awalnya sebesar Rp. 25.000.000
46
pertahun kemudian pendapatan meningkat menjadi Rp. 48.000.000
pertahun. Maka usaha home industri kripik pisang ini mengalami
peningkatan sebesar Rp. 23.000.000 pertahun. Dengan pembiayaan
sebesar Rp. 30.000.000 dan margin 20% jangka waktu 24 bulan
sehingga angsuran perbulan sebesar Rp. 1.750.000. peningkatan ini
disebabkan dengan usaha kripik pisang mampu memproduksi lebih
banyak dan mampu meningkatkan penjualanya ke pasaran yang lebih
banyak pula/lebih luas.
Kemudian usaha jenis service motor, dengan modal awal sebesar Rp.
7.000.000 dan pendapatan awalnya sebesar Rp. 21.000.000 pertahun
kemudian pendapatan meningkat sebesar Rp. 27.600.000 pertahun.
Pembiayaan sebesar Rp. 20.000.000 dengan margin 20% jangka waktu
12 bulan sehingga angsuran perbulan sebesar Rp. 2.000.000. Peningkatan
ini disebabkan dengan persediaan sparepart yang cukup banyak sehingga
untuk service motor ini sendiri semakin meningkat dan dapat menarik
konsumen lebih banyak walaupun perkembangannya tidak begitu
signifikan atau berkembang sedikit demi sedikit, pelanggan pun semakin
puas dengan semakin lengkap alat-alat sparepart motor tersebut.
Lalu usaha home industri tahu yang modal awalnya sebesar Rp.
8.500.000 dan pendapatan awalnya sebesar Rp. 36.000.000 pertahun
kemudian pendapatan meningkat sebesar Rp. 48.000.000 pertahun.
Pembiayaan sebesar Rp. 25.000.000 dan margin 20% jangka waktu 12
bulan sehingga angsuran perbulan sebesar Rp.2.500.000.
47
Peningkatan ini disebabkan karena dapat menambah pasokan bahan-
bahan pembuatan tahu sehingga dapat memperluas pemasaran dan dapat
menambah jumlah produksi tahu lebih banyak dari sebelumnya. Usaha
home industri tahu ini mengalami peningkatan yang cukup baik,
walaupun perkembangan usaha home industri tahu ini tidak begitu pesat
atau tidak signifikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyaluran produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) yang dilakukan oleh
pihak Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung sudah
cukup baik. Para pelaku usaha atau nasabah yang awalnya memiliki usaha
kecil-kecilan, kekurangan modal, hingga berkembang semakin meningkat
pendapatannya yang mana itu semua tidak terlepas dari bantuan dari pihak
bank dalam pemenuhan modal pelaku usaha sehingga penyaluran dana yang
dilakukan oleh pihak bank mempunyai dampak yang begitu besar bagi para
pelaku usaha atau nasabah.
Para pelaku usaha/nasabah Bank Syariah Mandiri mengalami
perkembangan setiap tahunya walaupun perkembangan yang dialami tidak
semuanya lancar atau tidak begitu signifikan. Disamping itu juga pihak bank
harus lebih memperhatikan dalam penerapan sistem secara umum belum
maksimal sesuai dengan prinsip syariah maka oleh sebab itu bank harus lebih
memperhatikan penerapan-penerapan yang sesuai dengan Undang-undang dan
Fatwa DSN-MUI yang telah diatur sesuai prinsip syariah.
Bank Syariah Mandiri diharapkan bisa meningkatkan pembiayaan sektor
mikro khusus nya bagi para calon nasabah baru. Peningkatan pembiayaan
mikro ini penting sebagai peningkatan ekonomi masyarakat. Penyaluran
dalam segi pemenuhan modal bagi para pelaku usaha diharapkan dapat
49
melahirkan pengusaha-pengusaha baru. Perbankan syariah juga harus
meningkatkan pembiayaan yang mudah, masuk pada daerah-daerah terpencil,
supaya masyarakat dapat merasakan akan adanya kehadiran perbankan
syariah.
B. Saran
Merujuk pada kesimpulan diatas maka penulis mencoba memberikan
masukan atau rekomendasi bagi Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota
Bandar Lampung yang kiranya dapat menjadi pertimbangan kedepanya. Bank
syariah mandiri diharapkan lebih memberdayakan para pelaku usaha mikro
(nasabah) untuk dibina dalam mengembangkan usaha mikro mereka sehingga
menjadi pengusaha sukses dan bertaqwa serta dapat mengatasi kendala-
kendala yang dihadapi khususnya dari segi aspek permodalan.
Bank Syariah Mandiri KC. Kedaton Kota Bandar Lampung harus
memberikan kesempatan atau peluang bagi para pelaku usaha yang akan
melakukan pembiayaan usaha mikro, dengan bagitu penyaluran produk
pembiayaan usaha mikro ini dapat tersalurkan secara maksimal kepada para
pelaku usaha mikro yang sangat membutuhkan suntikan dana, tidak hanya
bagi para pelaku usaha (nasabah) yang sudah pernah menjadi mitra
sebelumnya. Sehingga dengan tersalurkan pembiayaan tersebut dapat
memberikan dampak positif bagi pelaku usaha guna mengembangkan
usahanya dan dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat khususnya para
pelaku usaha mikro.
50
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Beni, “Manajamen Penelitian”, Bandung: Pustaka Setia, 2013
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta:Rajawali Pers, 2013.
Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Jakarta : PT
Fajar Interpratama Mandiri, 2013
Chandra, Purdi E,” Trik Menuju Sukses,” Yogyakarta: Grafika Indah, 2000.
------- Metedologi Penelitian Kuantitatif;Komunikasi, Ekonomi dan Publik serta
Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana,2004
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah, Bandung:JABAL, 2010.
------- Al-Qur’an Terjemah, Bandung:Syaamil Quran, 2012.
Fathoni, Abdurrahmat, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,
Jakarta: Rineka Cipta, 2011
Ismail, Perbankan Syariah. Jakarta:Kencana, 2001.
Kara, Muslimin, “Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap
Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kota
Makasar.” Jurnal Syariah Dan ilmu Hukum 47, no. 1 (Juni 2013).
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan. Jakarta:Rajawali Pers, 2010.
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2012
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta:Rajawali Pers, 2015
Mujahidin, Akhmad, Hukum Perbankan Syariah. Jakarta:Rajawali Pers, 2016.
Mukti Fajar ND, UMKM di Indonesia Persepektif Hukum Ekonomi,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2016
Mustofa, Imam, Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Yogyakarta:Kaukaba Dipantara,
2014
Niode, Idris Yanto, “Sektor UMKM Di Indonesia: Profil, Masalah Dan Strategi
Pemberdayaan.” Jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis OIKOS-NOMOS 2,
no. 1 (Januari 2009).
51
Nursanti, Dwi, Peran BRI Syariah KCP Bandar Sribawono Lampung Dalam
Pemberdayaan Usaha Kecil (MIKRO), Tugas Akhir, IAIN Metro:2017.
Pasal 6 Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah dalam https://www.ojk.go.id diunduh Pada 21 November
2018.
Sholeh, Muhammad, “Analisis Strategi Inovasi dan Dampaknya terhadap Kinerja
Perusahaan,” Semarang: UNDIP
Suci, Yuli Rahmini, “Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil, Dan
Menengah) Di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Canu Ekonomus 6, no. 1 (Januari
2017).
Sudirman, I Wayan, Manajemen Perbankan. Jakarta: Prenada Media Group,
2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, Bandung:
Alfabeta, 2012
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014
Suharsaptra, Uhar, Metodologi Penelitian, Bandung: PT Refika Aditama, 2012
Sriwahyuni, Siti, Pemberian Pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) Oleh
BMT Assyafi’iyah Kota Gajah, Tugas Akhir, IAIN Metro: 2016.
Sri Yuni Widowati, Adijati Utaminingsih, dan Teguh Ariefiantoro, “Menyingkap
Rahasia Kesuksesan Usaha Tahu Baxo Bu Pudji Ungaran,” Jurnal
Dinamika Sosial Budaya 18, no. 2, (Desember 2016)
Syafi’i Antonio, Muhammad, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta:Gema
Insani, 2001.
UU No. 21 Tahun 2001 Pasal 12 Tentang Perbankan Syariah
Wardiah, Mia Lasmi, Dasar-dasar Perbankan. Bandung:CV Pustaka Setia, 2013.
Wasilah Dan Sri Nurhayati, Akutansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat, 2008.