Post on 16-Dec-2020
Skala, Pengukuran dan Hubungan Antar
Variabel
Freddy Heriyantofredheryan@gmail.com
kuliahfreddy.wordpress.com
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai.
Skala nilai variabel, dapat dibedakan ke dalam empat tingkatan skala:
nominal, ordinal, interval, dan rasio.
Terdapat banyak cara dalam pengelompokan variabel. Tapi secara umum
pengelompokan variabel dapat melalui dua cara: dengan menganggap
bobot setiap variabel yang akan dikelompokkan adalah sama, dan dengan
menganggap bobot variabel yang akan dikelompokkan adalah berbeda.
Pengelompokkan variabel dilakukan melalui cara: Summated Rating, Skala
Likert, dan Skala Guttman.
Skala Variabel
Sifat Skala
Skala Nominal ialah skala yang mempunyai sifat hanya membedakan. Misalnya
variabel jenis kelamin yang mempunyai kategori "laki-laki" dan "wanita". Atau,
misalnya variabel agama yang mempunyai kategori "Islam", "Katolik", "Protestan",
"Budha", "Hindu" dan "Konghucu".
Skala Ordinal ialah skala yang mempunyai sifat selain membedakan juga
mencerminkan adanya tingkatan. Misalnya variabel jenjang pendidikan formal
yang mempunyai kategori "SD", "SMP", "SLTA", "D3", "S1", "S2" dan "S3".
Skala Interval ialah skala yang mempunyai sifat membedakan, mencerminkan
adanya tingkatan dan jarak. Misalnya variabel umur. Dalam skala interval patut
diketahui bahwa nilai-nilai pada variabel tidak diukur dari titik awal nol yang sama
(titik nol relatif).
Skala Rasio ialah skala yang mempunyai sifat membedakan, mencerminkan
adanya tingkatan, jarak dan mempunyai titik nol mutlak. Misalnya variabel berat
badan.
Skala Variabel
Summated Rating
Suatu pengelompokan variabel dengan sekedar menjumlahkan skor dari nilai
seperangkat variabel yang bersangkutan.
Contoh: misalnya seorang peneliti ingin mengukur "sikap terhadap kelahiran",
sehubungan dengan ia mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
Skala Variabel
No.
PertanyaanPertanyaan/Variabel Kategori/nilai jawaban
1.Kelahiran anak adalah salah satu pengalaman yang paliing
berarti dalam kehidupan seorang wanitaSetuju Tidak Setuju
2.
Adalah kurang baik memiliki hanya seorang anak, karena
sebagai anak tunggal ia akan kesepian dan sedih tidak
memiliki saudara.
Setuju Tidak Setuju
3.
Kewajiban utama seorang wanita adalah menjadi ibu, dan
tidak mengapa bagi wanita untuk berkarier sepanjang tidak
mengganggu peranannya sebagai ibu.
Setuju Tidak Setuju
4.Lebih baik mempunyai sekurang-kurangnya, seorang anak
laki-laki dan perempuan, daripada hanya salah satu saja.Setuju Tidak Setuju
Skala Likert
Dalam skala ini, kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar "setuju" dan "tidak
setuju", tetapi dibuat lebih banyak kemungkinan jawaban. Yaitu "sangat setuju",
"setuju", "tidak ada pendapat", "tidak setuju", dan "sangat tidak setuju".
Contoh:
Skala Variabel
Punya dua anak sudah cukup
Sangat
SetujuSetuju
Tidak ada
pendapatTidak setuju
Sangat
tidak setuju
5 4 3 2 1
Punya dua anak tidak cukup
Sangat
SetujuSetuju
Tidak ada
pendapatTidak setuju
Sangat
tidak setuju
5 4 3 2 1
Sholat itu penting karena merupakan tiang agama.
Sangat
SetujuSetuju
Tidak ada
pendapat
Tidak
setuju
Sangat
tidak setuju
5 4 3 2 1
Skala Guttman
Skala yang hanya mengukur satu dimensi saja, dari gejala yang diukur yang mempunyai
beberapa dimensi.
Variabel (pernyataan atau pertanyaan) yang tercakup dalam skala ini mempunyai bobot
yang berbeda.
Contoh: Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada sejumlah orang, sebagai
berikut: A – apakah anda memiliki radio?
B – apakah anda memiliki televisi?
C – apakah anda memiliki sepeda motor?
D – apakah anda memiliki mobil?
Secara teoritis jawaban yang ideal haruslah mempunyai pola sebagai berikut:
A B C D
Ya Tidak Tidak Tidak
Ya Ya Tidak Tidak
Ya Ya Ya Tidak
Ya Ya Ya Ya
Skala Variabel
Untuk mengukur konsep/variabel perlu menetapkan batasan dan tata cara
tertentu untuk mengukur konsep/variabel tersebut. Yaitu dengan
merumuskan definisi, menentukan indikator, dan juga menetapkan definisi
operasional untuk variabel bersangkutan. Semakin tingkat keabstrakan
suatu konsep, semakin banyak indikator yang diperlukan dalam proses
operasionalisasi konsep yang bersangkutan; sehingga semakin besar
untuk terjadi kesalahpengukuran.
Definisi adalah pernyataan yang dapat mengartikan atau memberi makna
suatu istilah atau konsep tertentu.
Indikator adalah kriteria untuk mengukur suatu konsep yang abstrak,
biasanya menggunakan beberapa variabel yang konkret.
Operasionalisasi adalah menjabarkan pengertian suatu konsep yang
abstrak dengan menurunkannya pada tingkatan yang lebih konkret.
Pengukuran Konsep/Variabel
Pengukuran Konsep/Variabel
Contoh: mengukur "status sosial ekonomi" seseorang dalam suatu
masyarakat
Tentukan dahulu apa definisi dari "status sosial ekonomi” ?
“Status sosial ekonomi merupakan suatu kedudukan yang diatur secara
sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu didalam struktur
sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.”
Agar konsep yang dinyatakan dalam definisi benar-benar dapat diukur
dalam dunia nyata (empiris) diperlukan operasionalisasi atau pengukuran
suatu konsep. Dalam suatu penelitian seringkali untuk mengukur suatu
konsep tertentu tidak dapat menurunkannya hanya dengan satu kali
operasionalisasi.
Pengukuran Konsep/Variabel
Pendidikan
(X1)Pekerjaan
(X2)
Penghasilan
(X3)
Status Sosial Ekonomi
(X)
Jenjang
Pendidikan
Terakhir
(X11)
Lama
Waktu
Pendidikan
(X12)
Jenis
Pekerjaan
Utama
(X21)
Jenis
Pekerjaan
Sampingan
(X22)
Jumlah
Penghasilam
Utama
(X31)
Jumlah
Penghasilan
Sampingan
(X32)
Dunia Konsep
(abstrak)
Dunia nyata/
dunia empiris
(konkret)
Operasionalisasi
Pengukuran Konsep/Variabel
Melalui beberapa indikator yang telah kita tetapkan, dapat dibuat pertanyaan sebagai berikut:
Variabel “pendidikan”
• Dapatkah Anda menyebutkan jenjang pendidikan terakhir yang Anda ikuti?
• Berapa lama waktu yang dibutuhkan (dalam tahun) untuk mengikuti sampai jenjang
pendidikan terakhir Anda?
Variabel “pekerjaan”
• Apakah Anda sudah bekerja?
• Kalau ya, apa jenis pekerjaan (utama) Anda?
• Apakah Anda mempunyai jenis pekerjaan lain (sampingan) selain jenis pekerjaan (utama)
yang telah Anda sebutkan?
• Kalau ya, apa jenis pekerjaan sampingan Anda?
Variabel “penghasilan”
• Dari jenis pekerjaan (utama) tersebut, berapa penghasilan yang Anda peroleh dalam
sebulan.
• Dari jenis pekerjaan lain (sampingan) tersebut, berapa penghasilan yang Anda peroleh
sebulan?
Pengukuran Konsep/Variabel
Dari hasil jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut anda dapat
menetapkan atau menyimpulkan, apakah seseorang berada pada tingkat
status sosial ekonomi yang tinggi, menengah, ataupun rendah. Dengan
cara membuat defnisi operasional untuk menetapkan hal tersebut.
Suatu definisi operasional merupakan petunjuk tentang suatu variabel
diukur.
Hubungan Antar Variabel
Teori adalah suatu pernyataan yang menghubungkan dua atau lebih konsep secara
sistematis, dan bertujuan menjelaskan atau memprediksikan hubungan tersebut.
Hipotesis merupakan peryataan yang dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji dan
menggambarkan atau memprediksikan suatu hubungan tertentu antara dua atau lebih
variabel.
Contoh suatu hipotesis:
“Semakin positif daya tarik iklan, semakin tinggi kesadaran merek (brand awareness)”
Konsep Konsep
Variabel Variabel
Teori
Konsep
Tingkatan
teoritis
Tingkatan
empiris
Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan di antara variabel berdasarkan sifat hubungan:
Hubungan simetris adalah apabila salah satu dari variabel yang ada tidak dipengaruhi
atau disebabkan oleh variabel lainnya.
X Y
Hubungan asimetris adalah apabila suatu variabel menyebabkan atau mempengaruhi
variabel lainnya.
X Y
Variabel yang dipengaruhi atau disebabkan variabel lainnya, dinamakan variabel tidak
bebas, atau variabel terpengaruh.
Variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan variabel yang ingin kita terangkan,
dinamakan variabel bebas, atau variabel pengaruh.
Hubungan Antar Variabel
2. Hubungan berdasarkan bentuk hubungan di antara dua variabel
Hubungan linear adalah apabila terjadi perubahan nilai dalam jumlah satuan tertentu pada satu
variabel, akan diikuti oleh perubahan nilai dalam sejumlah satuan yang sama atau sebanding
pada variabel lainnya.X 1 2 4 5 6
Y 2 4 6 10 12
Bentuk hubungan antara variabel X dan Y seperti yang
tergambar pada grafik tersebut, dikatakan hubungan linear.
Hubungan linear yang seperti itu dikatakan hubungan linear
positif.
Suatu hubungan variabel dikatakan hubungan positif, yaitu
apabila terjadi perubahan nilai dalam sejumlah satuan yang
sama atau sebanding pada variabel lainnya ke arah yang
sama. Contoh pernyataan yang menunjukkan adanya
hubungan positif, misalnya:
“semakin tinggi () pendidikan seseorang, semakin tinggi ()
jumlah penghasilannya”
atau
“semakin rendah () pendidikan seseorang, semakin rendah
() jumlah penghasilannya”
Hubungan Antar Variabel
Kebalikan dari hubungan positif adalah hubungan negatif, yaitu apabila terjadi perubahan nilai
dalam sejumlah satuan tertentu (X), akan diikuti oleh perubahan nilai dalam sejumlah satuan yang
sama atau sebanding pada variabel lainnya (Y) ke arah yang berlawanan. Misalnya:
semakin tinggi () X, semakin rendah () Y
atau
semakin rendah () X, semakin tinggi () Y
X 1 3 8 10 13 15
Y 15 13 8 6 3 1
Selanjutnya selain hubungan linear,
terdapat pula hubungan tidak linear. Yaitu
apabila terjadi perubahan nilai dalam
sejumlah satuan tertentu pada satu
variabel, akan diikuti oleh perubahan nilai
dalam sejumlah satuan yang berbeda atau
tidak sebanding pada variabel yang
lainnya.
Catatan: kebanyakan penelitian hanya
berdasarkan pada hubungan linear.
Hubungan Antar Variabel
Dalam penelitian yang meneliti gejala, kadangkala hubungan antara variabel tidak
sekedar menyangkut hubungan di antara dua variabel saja, atau hubungan bivariat. Akan
tetapi hubungan antar variabel dapat juga menyangkut lebih dari dua variabel, atau
hubungan multivariat.
Dapat saja terjadi bahwa pengaruh pengaruh suatu variabel bebas, tetapi melalui suatu
variabel lain atau perantaranya. Variabel yang berperan sebagai perantara ini disebut
variabel perantara, atau variabel antara, atau variabel intervening.
X Y
Variabel bebas
Z
Variabel antara Variabel tidak bebas
X1
YZ
X2
Variabel bebas
Variabel bebas
Variabel antara Variabel tidak bebas
Hubungan Antar Variabel
X
(daya tarik iklan)
Variabel bebas
Z
(brand awareness)
Variabel antara
Y
(minat beli)
Variabel tidak bebas
X1
(daya tarik iklan)
Variabel bebas
X2
(desain kemasan)
Variabel bebas
Z
(brand awareness)
Variabel antara
Y
(minat beli)
Variabel tidak bebas
Contoh:
Hubungan Antar Variabel
Dalam penelitian sering kali untuk mendapatkan suatu keyakinan mengenai apakah
antara dua variabel memang benar-benar terdapat hubungan atau tidak, digunakan suatu
variabel ketiga untuk menguji atau mengontrol hubungan antara dua variabel tersebut.
Variabel yang berperan mengontrol hubungan antara dua variabel tersebut dinamakan,
variabel kontrol.
Contoh: Anda tertarik untuk meneliti tingkat kejahatan di berbagai kota. Anda mendapat
kesan bahwa kota-kota yang memiliki angka tingkat kejahatannya tinggi, selalu terdapat
kebun binatang di kota yang bersangkutan. Berdasarkan data yang Anda kumpulkan,
Anda menduga terdapat hubungan yang positif “ada tidaknya kebun binatang” dengan
“tingkat kejahatan”
X
(Ada-tidaknya
kebun bintang)
Y
(Tingkat
kejahatan)
Z
(Besar-
kecilnya kota)
Hubungan positif +Hubungan positif +
Hubungan Antar VariabelTernyata hubungan yang ada antara “ada-tidaknya kebun binatang” dengan “tingkat
kejahatan” adalah hubungan semu (spurious). Yaitu hubungan antara dua variabel yang
hanya ada dalam data, tetapi secara logika sebenarnya tidak ada hubungan. Hubungan
tersebut ada karena ada variabel ketiga yang berhubungan dengan kedua variabel
tersebut.
Atau bisa saja terjadi sebaliknya, berdasarkan data tidak terdapat hubungan antara dua
variabel, tetapi apabila dilakukan pengontrolan dengan variabel ketiga akan terungkap
sebenarnya terdapat hubungan. Hubungan yang demikian disebut hubungan yang
ditekan (suppressed).
X Y
Z
Variabel bebas Variabel tidak bebas
Variabel kontrol
+
X Y
Z
Variabel bebas Variabel tidak bebas
Variabel kontrol
+
Hubungan Antar VariabelSuatu hubungan di antara variabel tidak cukup jika hanya diketahui ada tidaknya
hubungan dan bentuk hubungan saja. Tapi perlu juga mengetahui peranan dari variabel
yang satu terhadap variabel yang lainnya.
Suatu hubungan variabel dikatakan dalam kondisi hubungan yang perlu, adalah apabila
untuk terjadinya suatu variabel diperlukan terlebih dahulu adanya variabel yang lainnya.
Contoh:X Y
Pengalaman menghisap rokok Ketagihan merokok
Suatu hubungan variabel dikatakan dalam kondisi hubungan yang cukup, adalah apabila
terjadinya suatu variabel sudah cukup untuk dapat menyebabkan terjadi variabel lainnya.
Contoh: X Y
Keadaan menderita penyakit
yang belum dapat disembuhkan
Kematian
Kedua kondisi hubungan yang perlu maupun kondisi yang hubungan yang cukup, dapat
saja terjadi secara bersamaan dalam suatu hubungan, yaitu kondisi hubungan yang perlu
dan cukup. Yaitu di mana bila X terjadi sudah cukup menyebabkan terjadinya Y, dan
tanpa X maka Y tidak akan terjadi.