Post on 09-Feb-2016
description
1 Singapore River
Singapore River merupakan sungai yang membentang dari Central Area menuju
Central Region yang terletak di sebelah selatan Singapura dan berakhir di laut. Central
Area merupakan central business district sehingga daerah sekitarnya berkembang
menjadi daerah komersial. Singapore River merupakan sungai yang paling terkenal di
Singapura. Singapore River memiliki sejarah yang sangat kental. Sungai ini merupakan
tempat pertama kali Raffles membangun pelabuhan perdagangan di Singapura.
Singapore River merupakan salah satu obyek wisata air yang menawarkan gaya
hidup baru bagi masyarakat Singapura. Singapore River dahulu merupakan tempat yang
tidak terawat. Namun dalam rangka memperbaiki kualitas hidup masyarakat Singapura
yang meliputi berbagai aspek, terutama aspek perkotaan, pemerintah Singapura
mencanangkan program pembenahan Singapore River yang diebut Singapore River
Planning Area. Singapore River dibenahi dan dikembangkan melalui suatu proses yang
sangat panjang menjadi tempat yang menawarkan berbagai fasilitas rekreasi. Boat Quay
dan Clarke Quay sebagai bagian dari Singapore River yang berhasil dikembangkan dan
layak menjadi contoh bagi perkembangan riverfront. Boat Quay and Clarke Quay saat
ini merupakan kawasan yang identik dengan restaurant, pub dan club, sehingga menjadi
tujuan wisata unggulan di Singapura.
Gambar 1.1 Peta Kawasan Singapore RiverSumber: www.google.com
.
Dalam rencana penataan area Singapore River memiliki beberapa potensi dan
masalah. Beberapa potensi kawasan ini yaitu:
1. Terletak di dekat Central Business District (CBD) dan sabuk pertokoan Orchard
Road. Zona CDB merupakan distrik bisnis dan keuangan di Singapura, ditandai
dengan pencakar langit modern yang membubung tinggi di Raffles Place.
2. Dilayani oleh fasilitas jalan rateri yang memiliki hubungan langsung ke pusat
jalur cepat.
3. Adanya bangunan-bangunan penting dan bersejarah.
4. Masih ada lahan kosong yang luas, yang masih bisa dibangun untuk perbaikan
lingkungan dan perlengkapan fasilitas infrastruktur.
5. Keunikan bentuk sungai dan aktivitas di sekitarnya.
Sedang beberapa masalah yang timbul dalam penataan area yang muncul
diantaranya:
1. Adanya ketidaksesuaian penggunaan lahan, yaitu berdirinya industri dan gudang
berat di dekat area perumahan dan komersial.
2. Kurang baiknya hubungan pedestrian dengan area dan batas pergerakan atau
aktivitas riverfront.
Pemerintah Singapura mencoba untuk merubah area Singapore River dengan visi:
“Menciptakan koridor aktivitas yang berorientasi ke sungai dan mencerminkan karakter
sejarah unik area tersebut” dan dengan sasaran “Memperkuat fasilitas perbelanjaan,
Gambar 1.2 Penataan kawasan Clarke Quay menjadi daya tarik Singapore River Sumber : http://www.singaporedailyphoto.com
rumah makan, rekreasi dan hiburan sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan”.
Sehingga terciptalah beberapa strategi perencanaan area Singapore River, yakni sebagai
berikut.
1. Land use
Mengembangkan daerah perencanaan ke dalam penggabungan antara area
permukiman dan komersial.
Mendorong pembangunan lingkungan industri dan gudang-gudangnya secara
bertahap dengan mengizinkan penggunaan fungsi nilai tanah yang lebih
tinggi.
2. Urbanscape/Lingkungan
Melindungi bangunan-bangunan dengan nilai arsitektural dan bangunan-
bangunan bersejarah.
Mendirikan focal point dan pusat-pusat aktivitas untuk menghasilkan
lingkungan yang atraktif bagi sub-sub wilayah yang berbeda-beda.
Menyediakan pedestrian dan tempat berjalan-jalan serta jembatan
menyeberangi “Merchant Road” dan sungai untuk pencapaian yang lebih
baik ke daerah bantaran sungai.
3. Transportasi
Menyediakan tempat berlabuh perahu sebagai fasilitas air (fasilitas sungai)
yang menunjang (berhubungan) dengan aktivitas di tempat tersebut.
Memperpanjang “Salbo Street” untuk menyeberangi sungai Singapura dan
memperlebar lembah sungai (River Valley Close) dan jalan Mohamed Sultan
untuk mengantisipasi penambahan volume lalu lintas.
Dari beberapa strategi perencanaan di atas, pemerintah Singapura pun mulai
membuat usulan perencanaan untuk area Singapore River, yakni sebagai berikut.
1. Usulan Land Use
Usulan penggunaan lahan untuk kawasan Singapore River sudah
diwujudkan ke dalam bentuk maket Singapura masa depan yang dipajang di
dalam URA Gallery. Di bawah ini merupakan gambar usulan penggunaan lahan
di Singapore River yang meliputi permukiman, komersial, industri, institusi,
ruang terbuka dan rekreasi, jalan dan infrastruktur, badan sungai dan lain-lain
sebagai ruang antar pendukung.
2. Perumahan/Permukiman
Lahan yang direncanakan untuk permukiman diakomodasikan dapat
menampung sekitar 3.370 unit rumah berkembang melebihi yang direncanakan
yaitu ± 1000 rumah menunjukkan tingkat kepadatan unit rumah tinggal. Site
permukiman lama dan baru sebagian besar dilokalisasikan hingga melewati batas
Singapore River. Keseluruhan ketentuan tentang unit rumah di lokasi rencana
Singapore River dimuat dalam persyaratan konsep rencana.
Kesadaran akan keterbatasan tanah membuat warga Singapura rela tinggal
di rusun agar mereka mempunyai taman yang lebih luas untuk bermain atau
berolahraga. Rusun didesain sangat nyaman dilengkapi teknologi canggih,
kemudahan transportasi publik dan adanya jaminan keamanan pajak yang dibayar
tinggi oleh masyarakat, menjadikan tuntutan normal akan kenyamanan kehidupan
dan kesejahteraan sosial. Menempatkan pembangunan RTH kota sebagai salah
satu prioritas utama atas nama pelestarian lingkungan bukan tidak ada resiko.
Pemkot Singapura dengan cerdik menempatkan RTH sebagai bagian dari nilai
jual kota sehingga mau tidak mau semua pihak terlibat. Maka tak heran jika
warga Singapura dalam mencari tempat tinggal mengajukan dua pertanyaan,
setelah pertanyaan di mana lokasinya, pertanyaan kedua adalah bagaimana
tamannya.
Pemkot Singapura memiliki misi sederhana “Apabila Anda keluar rumah,
maka Anda berada di taman”. Misi ini dijabarkan dalam perencanaan dan
Gambar 1.3 Peta Land Use Singapore RiverSumber : www.google.com
pelaksanaan rencana induk RTH secara konsisten, maka taman pun dibangun di
mana-mana. Ada berbagai alasan pemkot Singapura dalam membangun rusun
sebagai filosofinya. Keterbatasan luas lahan negara Singapura memaksanya
melaksanakan efisiensi di setiap konsep pembangunan. Pembangunan vertikal
berdampak pada efisiensi lahan terbangun dan menyediakan lahan cadangan
untuk pembangunan di masa mendatang (berupa lahan-lahan hijau terpelihara
siap bangun untuk anak cucu) dan peruntukkan RTH yang sangat besar.
3. Komersial
Percampuran antara toko, kantor dan pengembangan hotel yang
direncanakan untuk mentransformasikan area perencanaan Singapore River
menjadi sebuah koridor aktivitas yang hidup siang dan malam. Luasan daerah
komersial akan dikembangkan sekitar 400.000 m2. Kumpulan pengembangan
hotel yang ada di sepanjang Havelock Road akan diperkuat dengan banyak usulan
pengembangan hotel di lokasi tersebut.
4. Ruang Terbuka
Sebuah tempat berjalan yang ada di sepanjang kedua sisi Singapore River
yang direncanakan agar dapat menghasilkan pengalaman yang menyenangkan
bagi pejalan kaki di sepanjang Singapore River. Di Clarke Quay, pedestrian mall
dan jalur pejalan kaki direncanakan sebagai jalur penghubung (link) pada
riverfront. Jembatan penyeberangan di atas Merchant Road akan memperbaiki
jalur penyeberangan pada jalur sibuk ini. Ruang terbuka dan taman-taman
menjadi focal point dan memberikan pemandangan sehingga meningkatkan
kualitas lingkungan area ini.
5. Ketinggian Bangunan
Bangunan yang ada di tepi sungai ditetapkan maksimal 4 lantai. Hal ini
menciptakan tepian sungai yang rapat dan pedestrian yang menyatu dengan
bangunan konservasi. Di belakang bangunan 4 lantai yang lebih masuk ke daratan
tinggi, bangunan ditetapkan hingga 10 lantai. Pembangunan lebih jauh ke daratan
ditetapkan lebih tinggi dan diizinkan hingga 35 lantai. Tinggi bangunan, yang
berhubungan dengan KLB, menjadi perhatian utama dari teknik pengendalian
tinggi bangunan. Apabila dibutuhkan, maka dapat dibuat pembaharuan terhadap
peraturan tinggi bangunan pada zoning mikro untuk menyediakan guidelines
perancangan kota terhadap tinggi bangunan. Untuk area tanpa peraturan tinggi
bangunan, tinggi bangunan yang diizinkan oleh pemerintah yang berkompeten
pada saat yang tepat.
Keberhasilan Singapore River menjadi suatu kawasan Recreational Waterfront
yang sangat terkenal didukung oleh keberhasilannya dalam pengolahan elemen-elemen
pendukung waterfront. Pengolahan elemen-elemen tersebut antara lain:
a. Pesisir
Sebagai kawasan riverfront, Singapore River tidak memiliki daerah pesisir.
Kawasan pesisir yang berupa tanah atau pasir yang landai dan langsung berbatasan
dengan air biasanya terdapat pada kawasan danau ataupun pantai. Oleh karena itu
pengolahannya dilakukan dengan menciptakan promenade-promenade yang baik.
b. Promenade/Esplanade
Promenade merupakan perkerasan di kawasan tepian air yang letaknya
sedikit diatas permukaan air. Promenade berfungsi sebagai tempat untuk berjalan-
jalan atau berkendara sambil menikmati pemandangan perairan. Singapore River
memiliki promenade disisi kanan dan kiri badan sungai. Promenade yang ada di
sepanjang kedua sisi Singapore River dibangun agar dapat menghasilkan
pengalaman yang menyenangkan bagi pejalan kaki di sepanjang Singapore River.
Di Clarke Quay, pedestrian mall dan jalur pejalan kaki direncanakan sebagai jalur
penghubung (link) pada riverfront.
Promenade yang terdapat di sepanjang Singapore River sangat nyaman untuk
dilewati para pejalan kaki. Selain terdapat pohon-pohon yang berjajar sebagai
Gambar 1.4 Promenade di sepanjang sisi Singapore River yang nyaman dan asriSumber: http://www.ambot-ah.com/singapore-river-photo-walk/
penaungan, juga terdapat tempat duduk yang dapat digunakan untuk beristirahat
ketika lelah berjalan maupun untuk menikmati pemandangan sekitar Singapore
River. Promenade ini selalu ramai dilewati lalu lalang wisatawan maupun warga
sekitar yang ingin berjalan-jalan, berolahraga maupun hanya sekedar berfoto di tepi
Singapore River yang sangat terkenal ini. Keberadaan promenade sebagai salah
satu elemen pengolahan waterfront memiliki peran yang sangat besar bagi
keberlangsungan kawasan ini. Dengan adanya promenade yang nyaman akan
menghidupkan kawasan waterfront ini. Oleh karena itu keberadaan promenade
merupakan salah satu elemen wajib dalam pengolahan waterfront.
Ketika malam hari tiba, promenade-promenade di sekitar Singapore River
dihiasi dengan permainan lighting yang bagus sehingga semakin menambah
keindahan kawasan ini. Permainan cahaya di promenade berpadu dengan cahaya
lampu dari bangunan gedung di kawasan sekitarnya sehingga menjadi suatu
pemandangan yang cantik dan ditunggu para wisatawan.
c. Dermaga
Di kawasan Clarke Quay terdapat sebuah dermaga yang merupakan tempat
naik turunnya penumpang yang ingin menikmati keindahan Singapore River
melalui jalur laut. Disini berlabuh Singapore River Cruises serta Singapore River
Taxis yang dapat mengantarkan wisawatawan yang ingin menikmati pemandangan
di sepanjang Singapore River. Di sekeliling dermaga terdapat restauran dan pub-
pub yang dapat disinggahi wisatawan yang ingin menikmati Singapore River
sambil menikmati makanan dan minuman.
Gambar 1.5 Tata cahaya di The New Marina Bay Waterfront Promenade yang cantikSumber: http://www.flickr.com/photos/adforce1/4898048459/
Pada malam hari kawasan dermaga di Clarke Quay juga memiliki tata cahaya
yang menawan. Lampu-lampu berwarna kuning keemasan dan merah menerangi
bangunan di sekitarnya. Bahkan tongkang yang digunakan sebagai restaurant
apung juga dimeriahkan oleh semarak lampu sehingga menarik minat wisatawan
untuk berlayar di malam hari. Permainan lighting yang baik merupakan magnet
tersendiri di kawasan Singapore River pada malam hari.
d. Jembatan
Di kawasan Singapore River terdapat dua buah jenis jembatan, yakni
jembatan untuk pejalan kaki (pedestrian bridge), serta jembatan untuk kendaraan
bermotor (vehicular bridge). Terdapat 7 buah pedestrian bridge yang terdapat di
sepanjang Singapore River, yakni Alkaff Bridge, Cavenagh Bridge, Jiak Kim
Bridge, Ord Bridge, Read Bridge, Robertson Bridge serta The Helix Bridge.
Sedangkan untuk vehicular bridges terdapat 7 buah jembatan, yakni Anderson
Bridge, Bayfront Bridge, Clemenceau Bridge, Coleman Bridge, Elgin bridge, Kim
Seng Bridge, dan Pulau Saigon Bridge.
Gambar 1.6 Dermaga di Clarke Quay yang selalu ramai oleh wisatawanSumber: http://www.flickr.com/photos/adforce1/4898048459/
Gambar 1.7 Penataan lightingClarke Quay di malam hari menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawanSumber: http://www.flickr.com/photos/adforce1/4898048459/
Vehicular bridges merupakan jembatan yang digunakan oleh kendaraan
bermotor, sedangkan pedestrian bridges merupakan jembatan yang dilalui oleh
manusia. Jembatan ini menghubungkan antara promenade kedua sisi sungai
sehingga tercipta kesatuan dan hubungan yang harmonis antara kedua wilayah
yang saling berseberangan.
e. Pulau buatan/Bangunan air
Di sepanjang Singapore River tidak terdapat pulau buatan maupun bangunan
yang letaknya terpisah dari daratan.
Gambar 1.8 Anderson Bridge yang dikonservasi sehingga tetap terjaga keasliannyaSumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Anderson_Bridge
Gambar 1.8 Jmebatan0jembatan di Singapore RiverSumber: www.google.com
f. Ruang terbuka (open space)
Ruang terbuka dan taman menyatu dengan promenade sehingga tercipta
kesatuan ruang yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang ke tepi
Singapore River ini. Hanya saja luasannya tidak terlalu luas dan hanya merupakan
taman pasif yang ditanami pohon dan rumput. Sedangkan ruang terbuka berupa
area dengan beberapa sitting group yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas
yang beragam.
g. Aktivitas
Kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu di Singapore River adalah Singapore
River Festival yang diselenggarakan setiap tahun selama dua minggu berturut-
turut. Festival ini diadakan di sepanjang kawasan Singapore River. Terdapat
berbagai macam atraksi yang dapat dinikmati, yakni parade perahu, pergelaran seni
yang spektakuler, pertunjukkan sihir, berbagai amcam festival musik dan pesta.
Semuanya berpadu dengan pemandangan Singapore River yang indah. Festival ini
berlangsung dari pagi hingga malam hari dan selalu ramai dikunjungi wisatawan
dari seluruh dunia.
Boat Quay dan Clarke Quay
Boat Quay dan Clarke Quay sebagai bagian dari Singapore River yang berhasil
dikembangkan layak menjadi contoh bagi penataa kawasan riverfront. Boat Quay and
Gambar 1.9 Ruang terbuka di promenade menjadi tempat berkumpuldan bercengkrama pengunjungSumber: http://www.skyscrapercity.com
Gambar 1.10 Suasana kemeriahan Singapore River FestivalSumber: http://www.skyscrapercity.com
Clarke Quay saat ini merupakan kawasan yang identik dengan restaurant, pub dan bar,
sehingga menjadi tujuan wisata unggulan di Singapura. Dahulu Boat Quay merupakan
ruko-ruko tua yang kemudian dikonservasi dan dialih fungsikan menjadi restaurant,
bar dan club. Kobservasi ruko-ruko tua dengan background bangunan pencakar langit
yang modern menjadikan pemandangan yang menjadi daya tarik tersendiri di kawasan
ini. Sedangkan Clarke Quay yang merupakan daerah gudang dan area loading barang
dirubah menjadi pusat hiburan, oleh-oleh, restauran, pub dan bar.
1. BOAT QUAY (Wikipedia)
Boat Quay is a historical quay in Singapore which is situated upstream from the
mouth of the Singapore River on its southern bank.
It was the busiest part of the old Port of Singapore, handling three quarters of all
shipping business during the 1860s. Because the south of the river here resembles the
belly of a carp, which according to Chinese belief is where wealth and prosperity lay,
many shophouses were built, crowded into the area.
Though serving aquatic trade is no longer Boat Quay's primary role,
the shophouses on it have been carefully conserved and now house various bars, pubs
and restaurants. Therefore Boat Quay's social-economic role in the city has shifted away
from that of trade and maritime commerce, and now leans towards more of a role
accommodated for tourism and aesthetics for the commercial zone of which encloses the
Singapore River. It is the soft front to the composolitian banking and financial sectors
lying immediately behind it.
Boat Quay is also the name of the road along the quay, which has since been
converted into a pedestrian mall.
History
Since the founding of modern Singapore in 1819, the Singapore River was the
artery for much of the island's trade and economic activities. The southbank of the
river, where most of the commerce took place, is known as Boat Quay.
In the 1820s, the area was swampy and built over with raft houses occupied by
local traders. It was reclaimed with earth taken from a small hill where Commercial
Square, now Raffles Place, stands.
As early as 1822, Sir Stamford Raffles had already designated the area south of
the river to be developed as a Chinese settlement. Boat Quay was completed in 1842
and the Chinese, mostly traders and labourers, settled there in large numbers.
Conditions were squalid but Boat Quay flourished, rapidly exceeding in volume the
trade on the north bank where the Europeans had their offices, houses and government
buildings.
In the midst of Boat Quay were the trading offices of some of Singapore's
leading towkay (Hokkien for business owners) and philanthropists, such asTan Tock
Seng and Tan Kim Seng. The level of activity on the river was an indicator of the
island's economic status. In prosperous times, hundreds of bumboats would fight for
limited berthing space. Goods were carried from ships anchored in the river, to the road
by lighters and coolies. Traders bought and sold many items, from raw materials such
as rubber, tin, and steel, to perishables such as rice and coffee, and many other
manufactured goods.
Boat Quay was very resilient to change. Its role did not diminish even when a
new harbour was built at Tanjong Pagar in 1852. On the contrary, it continued to grow,
spurred on by the opening of the Suez Canal in 1869, when steamships started calling at
the port of Singapore. In fact, during that period, three quarters of Singapore's overall
trading business was transacted from Boat Quay.
Its decline really began in the 1960s, as mechanisation and computerisation
gradually usurped the bumboat's role in the shipping industry. In September 1983, the
government opened a modern, high-tech cargo centre in Pasir Panjang. This led to the
rapid demise of Boat Quay's river trade, as the highly mechanisedcontainer
port replaced the laborious and hazardous lighter system. Therefore, during the mid
1980s, after all the trading companies had moved out and the lighters removed, Boat
Quay was devoid of activity, with the river deserted.
In 1986, the Urban Redevelopment Authority announced plans to conserve Boat
Quay as part of a master plan for conserving the whole of the Singapore River and its
environs.
On 7 July 1989, an area encompassing South Bridge Road, Circular Road,
Lorong Telok and North Canal Road was gazetted. The two- and three-
storeyshophouses in that area, with their characteristic five-foot way beneath projecting
upper floors, were preserved and transformed into new businesses. The shophouses
and godowns along the river bank were restored in the 1990s and are now bustling
shops, restaurants and bars.
2. CLARKE QUAY (Wikipedia)
Clarke Quay is a historical riverside quay in Singapore, located within the Singapore
River Planning Area. The quay is situated upstream from the mouth of the Singapore
River and Boat Quay.
Etimologi
Clarke Quay was named after Sir Andrew Clarke, Singapore's
second Governor and Governor of the Straits Settlements from 1873 to 1875, who
played a key role in positioning Singapore as the main port for the Malay states
of Perak, Selangor and Sungei Ujong.
Clarke Quay is also the name of a road along the quay, part of which has since
been converted into a pedestrian mall. Clarke Street, located next to Clarke Quay, was
officially named in 1896, and was originally two streets known simply as East Street
and West Street in north Kampong Malacca. Similar to Clarke Quay, Clarke Street has
since been converted into a pedestrian mall.
The Hoklos (Hokkien) refer to Clarke Street as gi hok kong si au, meaning
"behind the new Gi Hok Kongsi" (house). The new Gi Hok Kongsi was near Carpenter
Street. Another Chinesereference, which only refers to the Southern bank around Read
Bridge area, was cha chun tau (柴船头), meaning "jetty for boats carrying firewood".
Small tongkangs carrying firewood from
History
The Singapore River has been the centre of trade since modern Singapore was
founded in 1819. During the colonial era, Boat Quay was the commercial centre
where barge lighters would transport goods upstream to warehouses at Clarke Quay.
At the height of its prosperity, dozens of bumboats jostled for mooring space
beside Clarke Quay. This continued well into the later half of the 20th century. By this
time, the Singapore River had also become very polluted. The government decided to
relocate cargo services to a new modern facility in Pasir Panjang. The bumboats
and lorries departed to their new home and Clarke Quay fell silent.
The government then cleaned up the Singapore River and its environment from
1977 to 1987. Plans were made to revamp the area and turn it into a flourishing
commercial, residential andentertainment precinct. These plans took into serious
consideration the historical value of Clarke Quay, making it mandatory that new
buildings complement the historical character of the area and that certain old buildings
be restored.
Clarke Quay Festival Village, the biggest conservation project for the Singapore
River, was developed and officially opened on 10 December 1993. In later years,
Clarke Quay was managed and owned by CapitaLand.
Ten years later, works were commenced to revamp the Clarke Quay area in order
to give the place a better tenant mix. The development also saw major changes to the
exterior and riverside areas. The Satay Club and a number of establishments vacated
Clarke Quay to make way for new tenants. The upgraded Clarke Quay features
the Zirca, The Clinic, Forbidden City by the Indochine Group and the whole
development was completed in October 2006.
The Clarke Quay area at present is drastically different from the
preservation/conservation effort from 1993.
Today
Presently, five blocks of restored warehouses house
various restaurants and nightclubs. There are also moored Chinese junks (tongkangs)
that have been refurbished into floating pubs and restaurants. The Cannery is one of the
anchor tenants of the place. There are over 5 different concepts in one block. Another
anchor tenant, The Arena, will be home to Singapore's First Permanent Illusion Show
(starting August 2008) starring J C Sum and 'Magic Babe' Ning.[1] The G-MAX reverse
bungee, the first in Singapore, is located at the entrance which opened in November
2003. Notable restaurants and nightclubs include Hooters and Indochine. River
cruises and river taxis on the Singapore River can be accessed from Clarke Quay. One
of its most popular attractions is its exciting host of CQ's signature events happening
once every quarter. Clark Quay has become known as a hub of Singaporean nightclubs
including Zirca, and up until 2008, the Ministry of Sound.
Clarke Quay MRT Station is located within the vicinity. A new SOHO concept
development cum shopping centre called The Central, above the MRT station, was
completed in 2007. In July 2012, Hong Kong lifestyle retail store G.O.D. opened a
6,000 square foot flagship store in the Quay.[2]