Post on 10-Feb-2018
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
1/158
i
REINTERPRETASI MAKNARIQABSEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT
PADA ZAMAN MODERN
Tesis
Diajukan Kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan lampung
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar MagisterDalam Ilmu Syariah
OlehMuhammad Jayus
NPM. 1123010014
Pembimbing I : Dr. H. Achmad Asrori, MA.
Pembimbing II : Dr. Alamsyah, M.Ag.
Program Studi Ilmu Syariah
Konsentrasi Hukum Keluarga Syariah
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1434 H / 2013 M
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
2/158
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Jayus
NPM : 1123010014
Jurusan : Ilmu SyariahProgram Studi : Hukum Keluarga Syariah
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul REINTERPRETASI
MAKNA RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT DI ZAMAN MODERN adalahbenar-benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapatkesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Bandar Lampung, 07 Juli 2013
Yang Menyatakan,
Muhammad JayusNPM. 1123010014
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
3/158
iii
ABSTRAK
Zakat terkait dengan ibadahmaliyyahyang merupakan perpanjangan tanganorang-orang kaya kepada fakir untuk memenuhi kebutuhan dan menciptakankemaslahatan umum. Zakat juga termasuk hal yang menjadi sebab kepemilikan yangtermasuk dalam kategori penguasaan harta bebas. Zakat merupakan salah satukewajiban yang wajib ditunaikan bagi umat Islam. Selain guna membersihkan harta,zakat juga memiliki fungsi sosial, ini dapat dilihat dari penyaluran distribusi zakatyang mencakup delapanasnaf(as}na>f s\ama>niyah), yaitu: faki r, miskin, ami l, mual laf,riqa>b, g\o>rim, f i>sabi>lillahdan ibnu sabi>l.Riqa>bsebagai salah satu golongan penerimazakat, telah mengalami sejarah yang panjang, sebagai produk dari sistem sosial yanglazim diterapkan pada masa lalu, tanpa ada pertimbangan sisi kemanusiaan. Maka
kemudian Islam datang dengan syariatnya yang mulia, memiliki misi untukmenghapus perbudakan yang pada masa itu telah berakar dalam masyarakat.Tentunya hal ini tidak serta merta dilakukan, akan tetapi berangsur-angsur (tadarruj)dalam menghapus perbudakan, sehingga sedikit demi sedikit sistem perbudakanlenyap dari muka bumi. Sistem perbudakan saat ini telah lenyap, konsep dankedudukan riqa>bsebagai mustahikzakat pun harus juga dikaji, mengingat zamandan waktu yang terus berubah menuntut para fuqoha> untuk dapat terus melakukanijtihad, supaya hukum Islam tetap dapat beradaptasi dalam setiap zaman dan waktu(s}oh}i>h}li kull i zama>n wa maka>n).
Golongan budak ini mencakup budak mukattab dan budak biasa. Budak
mukattab adalah budah yang telah dijanjikan oleh tuannya akan dimerdekakan bila
telah melunasi harga dirinya yang telah ditetapkan. Dengan harta zakat, budakmukatab dibantu membebaskan diri dari belenggu perbudakan. Adapun budak biasa,dengan harta zakat dibebaskan dengan membeli budak itu dari tuannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Jenis penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan (library research). Yaitu penelitian yang menggunakanbuku-buku sebagai sumber datanya. Penelitian ini menggunakan metode analisa
kualitatif. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
induktif, yaitu pengambilan pemahaman dan cara saling melengkapi antara prosesanalisa yang berangkat dari peristiwa khusus kemudian diambil kesimpulan secara
umum. Sehingga diharapkan dapat memperjelas gambaran umum tentang riqab
sebagai mustahikzakat di zaman modern.
Pemaknaan terhadap riqab sebagai mustahik zakat di zaman kontemporeryaitu : segala bentuk perbudakan / pembelengguan terhadap kebebasan umatmanusia, seperti halnya terbebas dari belenggu tingkah laku, berekspresi, berfikirdan berkarya.
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
4/158
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Tesis : REINTERPRETASI MAKNA RIQAB SEBAGAI
MUSTAHIK ZAKAT DI ZAMAN MODERN
Nama Mahasiswa : Muhammad Jayus
NPM : 1123010014
Jurusan : Ilmu Syariah
Program Studi : Hukum Keluarga Syariah
Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian tertutup pada program pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Bandar Lampung, April 2012
KOMISI PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Achmad Asrori, MA. Dr. Alamsyah, M.Ag.
NIP. 195507101985031003 NIP. 197009011997031002
Mengetahui,
Ketua Prodi Hukum Keluarga Syariah
Dr. Alamsyah, M.Ag.NIP. 197009011997031002
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
5/158
v
PERSETUJUAN
Tesis yang berjudul : REINTERPRETASI MAKNA RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK
ZAKAT DI ZAMAN MODERN, ditulis oleh : Muhammad Jayus, NPM.
1123010014, telah diujikan dalam ujian tertutup dan disetujui untuk diajukan dalam
ujian terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.
Tim Penguji
Ketua : Dr. Hasan Mukmin, M.Ag. ()
Sekretaris : Dr. Alamsyah, M.Ag. ()
Penguji I : Prof. Dr. H. Suharto, SH., MA. ()
Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA. ()
Tanggal Ujian tertutup pada : 08 Mei 2013
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
6/158
vi
PENGESAHAN
Tesis yang berjudul : REINTERPRETASI MAKNA RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK
ZAKAT DI ZAMAN MODERN, ditulis oleh : Muhammad Jayus, NPM.
1123010014, telah diujikan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN
Raden Intan Lampung.
Tim Penguji
Ketua : Dr. Hasan Mukmin, M.Ag. ()
Sekretaris : Dr. Alamsyah, M.Ag. ()
Penguji I : Prof. Dr. H. Suharto, SH., MA. ()
Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA. ()
Direktur Program Pascasarjana
IAIN Raden Intan Lampung
Prof. Dr. H. M. Nasor, M.Si.
NIP. 195707151987031003
Tanggal Ujian Terbuka pada : 07 Juli 2013
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
7/158
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Arab Indonesia Arab Indonesia
= a = th
= b = zh
= t =
= ts = gh
= j = f
= = q
= kh = k
= d = l
= dz = m
= r = n
= z = w
= s = h= sy = '
= sh = y
= dh
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydd) ditulis rangkap. Contoh:
= muqaddimah
=Al-munawwarah
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
8/158
viii
C. Vokal
1. Mdatau vokal panjang
= a panjang = i panjang = u panjang
2. Diftong atau vokal rangkap
= aw
=
= ay
= i
D. Ta' Marbuthah( )
Transiletrasi terhadap kata (al-kalimah) yang berakhiran ta' marbthah( )
dilakukan dengan dua bentuk sesuai dengan fungsinya sebagai shifah (modifier) atau
idhafah (genitive). Untuk kata yang berakhiran ta' marbthah ( ) yang berfungsi
sebagai shifah (modifier) atau berfungsi sebagai mudhaf i laih, maka " "
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
9/158
ix
ditransliterasikan dengan " h ". Sementara yang berfungsi sebagai mudhaf, maka " "
ditransliterasikan dengan " t ".
E. Penulisan "Al-"
Kata sandang( ) ditulis dengan tanda Al- jika berhadapan dengan huruf-
huruf qamariyyah, sedangkan jika berhadapan dengan huruf-huruf syamsiyyah ditulis
menyesuaikan dengan huruf syamsiyyah yang dihadapi.
Contoh:
= Al-Madnah
= At-Tasbh bukan Al-Tasbh
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
10/158
x
SINGKATAN YANG DIGUNAKAN
a.s. = 'Alayh al-salam
H. = Hijriyah
h. = Halaman
HR. = Hadis Riwayat
M. = Masehi
r.a. = Radhiyallahu 'anhu / 'anha
SAW. = Shallallahu 'alayh wa sallam
SWT. = Subhnahu wa ta'l
t.tp. = Tanpa tempat terbit
t.p. = Tanpa penerbit
t.th. = Tanpa tahun
cet. = Cetakan
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
11/158
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan hidayah, taufk
dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang
telah mewariskan dua sumber cahaya kebenaran dalam perjalanan manusia hingga
akhir zaman yaitu Al-Quran dan Hadis.
Penilisan tesis ini diajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat
ntuk memperoleh Gelar Magister dalam ilmu Syariah Program Pascasarjana IAIN
Raden Intan Lampung.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, selaku Rektor IAIN Raden Intan
Lampung beserta staf pimpinan dan karyawan yang telah berkenan
memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H.M. Nasor, M.Si. selaku Direktur Program Pascasarjana
IAIN Raden Intan Lampung beserta staf pimpinan dan karyawan yang telah
berkenan memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Alamsyah, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga
Syariah Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung yang telah
berkenan memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis.
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
12/158
xii
4. Bapak Dr. H. Achmad Asrori, MA., selaku pembimbing I dan Bapak Dr.
Alamsyah, M.Ag., selaku pembimbing II yang yang dengan susuah payah
telah memberikan bimbingan dan pengarahan secara ikhlas dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Kepala staf Perpustakaan Program Pascasarjana, Perpustakaan Pusat IAIN
Raden Intan Bandar Lampung beserta staf karyawan yang telah berkenan
memberikan informasi mengenai buku-buku yang ada di Perpustakaan selama
penulis mengadakan penelitian.
6. Dosen-dosen yang tidak tersebutkan namanya, yang selalu setia untuk menjadi
teman diskusi bagi mahasiswa.
7. Teman-teman seperjuanganku terutama prodi Ilmu Syariah, Konsentrasi
Hukum Keluarga Syariah angkatan 2011 (Adi Wijaya, Agus Hermanto,
Agus Taufikur Rahman, Anjar Rohmi, Banun Amariyah, Hayatul Kirom,
Hendriyadi, Miftahuddin, Mirza Alwanda, Muhtadi, Mukhlisin, Muslim,
Nazarudin, Rahmawati, Rudi Santoso, Sobri, Soleh Baijuri, Sumarni, Toha
Maarif dan Yubsir, yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam
penulisan tesis ini.
Semoga amal dan jasa, bantuan dan petunjuk serta dorongan yang telah
diberikan dicatat oleh Allah SWT, sebagai amal shalih dan memperoleh ridha-Nya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan
banyak kekurangan di sana sini karena keterbatasan referensi dan ilmu yang penulis
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
13/158
xiii
miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari pata pembaca untuk demi penyempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini
dapat bermanfaat dan menjadi amal shalih. Amiin Ya Rabbal Alamin.
Bandar Lampung, 07 Juli 2013
Penyusun,
Muhammad Jayus
NPM.1123010014
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
14/158
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................ .................... i
HALAMAN ORISINALITAS ..................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................ ..................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ................................................................ v
PENGESAHAN ................................................................ ............................. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ .. vii
KATA PENGANTAR ................................................................ ................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah . ............................................... 11
C. Rumusan Masalah . ....................................................................... 12
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 12
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 13
F. Kerangkan Pikir ............................................................................ 13
G. Metode Penelitian ......................................................................... 18
H. Sistematika Pembahasan . ............................................................. 23
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
15/158
xv
BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG RIQAB ................................... 25
A. Pengertian dan Sejarah Riqab................................................... 25
1. Pengertian Riqab ....................................................................25
2. Sejarah Riqab .......................................................................... 32
B. Dinamika Hukum Islam ............................................................ 51
C. Riqab dalam teks-teks hukum Islam ........................................ 65
1. Al-Qur'an ................................................................................65
2. Al-Hadits ................................................................................67
3. Buku-buku / literature klasik .................................................. 68
BAB III: RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT ................................ 71
A. Pandangan Fuqaha Klasik ......................................................... 71
1. Mazhab Hanafi ....................................................................... 72
2. Mazhab Syafii ....................................................................... 76
3. Mazhab Maliki ....................................................................... 80
4. Mazhab Hanbali ..................................................................... 81
B. Pandangan Fuqaha Kontemporer ............................................. 83
1. Rasyid Ridha .......................................................................... 83
2. Sayyid Quthb .......................................................................... 87
3. Yusuf al Qaradhawi ................................................................ 94
4. Wahbah Zuhaily ..................................................................... 105
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
16/158
xvi
BAB IV: PEMAKNAAN ULANG RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT
PADA ZAMAN MODERN ........................................................... 110
BAB V : PENUTUP ...................................................................................... 133
A. Kesimpulan ................................................................................... 133
B. Rekomendasi ............................................................................... 133
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 135
LAMPIRAN-LAMPIRAN
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
17/158
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran merupakan mujizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu
diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan oleh Allah swt. kepada
Rasulullah Muhammad saw. untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang
gelap menuju yang terang serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Rasulullah saw. menyampaikan Quran itu kepada para sahabatnya (orang-orang
Arab asli) sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka.
Apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka
menanyakannya kepada Rasulullah saw.1
Al-Quran membimbing manusia kepada kebahagiaan. Ia mengajarkan
kepercayaan yang sejati, akhlaq yang mulia dan perbuatan-perbuatan yang benar
yang menjadi dasar kebahagiaan individu dan kelompok umat manusia.2
Al-
Qur'an berisi norma-norma yang menyangkut keseluruhan aspek kehidupan
manusia. Manusia, baik secara individual maupun kolektif mernpunyai
tanggungjawab khusus untuk tunduk kepada aturan-aturan normatif al-Qur'an
dalam keseluruhan aspek kehidupannya, sehingga diharapkan tidak ada perbedaan
1Manna al Qathan, Studi I lmu-Ilmu Qur an, Alih bahasa Mudzakir AS, (Bogor: Pustaka LiteraAntarNusa, 2007), h.1
2Muhammad Chirzin, A l Qur an dan U lum al-Qur an(Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,1998), h.4
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
18/158
2
patokan norma yang sifatnya kontradiktif antara satu segi kehidupan dengan segi
kehidupan lainnya.
Salah satu norma hukum yang disebutkan al-Qur'an secara eksplisit
adalah hukum kewajiban membayar zakat. Kewajiban adanya zakat berkaitan
dengan kekhalifahan, kepemilikan, dan penggunaan harta dalam Islam. Ketiga
hal tersebut saling berkaitan dan memiliki implikasi fungsional bagi manusia. Di
samping berfungsi untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, juga untuk
meningkatkan pengabdian kepada Allah swt. melalui sarana beramal, baik yang
mahdhah maupun ghair mahdhah.
Tugas kekhalifahan manusia, secara umum, adalah mewujudkan kemakmuran
dan kesejahteraan dalam kehidupan serta pengabdian atau ibadah dalam arti luas.
Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah swt. memberikan manusia anugerah
sistem kehidupan dan sarana kehidupan.3
Harta sebagai sebuah sarana bagi manusia, dalam pandangan Islam,
merupakan hak mutlak milik Allah swt. Kepemilikan manusia bersifat relatif,
hanya sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai
3QS. Luqman (31) : 20
Artinya : Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkan untuk
(kepenti ngan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni kmat -
Nya lahir dan bat in. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) All ah tanpa i lmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa K itab yang memberi penerangan. L ihat : Departemen AgamaR.I, A l-Qur'an dan Terjemahannya, (Toha Putra, Semarang, 1989), h.655
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
19/158
3
dengan ketentuannya.4
Harta yang dianggap sebagai perhiasan hidup yang
memungkinkan manusia bisa menikmatinya dan sebagai bekal ibadah dapat pula
sebagai ujian keimanan. Adanya ujian merupakan satu bentuk penilaian
terhadap kesadaran kepatuhan dan pengakuan bahwa, apa yang dimilikinya benar-
benar merupakan karunia dan kepercayaan dari Allah swt. bagi yang
menerimanya. Untuk itu, kewajiban zakat merupakan suatu yang alamiah bagi
kehidupan manusia. Sebab, zakat yang diberikan atau dikeluarkan oleh seseorang
dari harta yang diperolehnya, pada hakikatnya, dikembalikan kepada pemilik
utamanya, yaitu Allah swt.
Pada dasarnya, Allah swt. sendiri memberi kebebasan kepada manusia untuk
menggunakan apa yang diperoleh dari karunia-Nya. Namun ditegaskan bahwa,
karena dia bukanlah satu-satunya khalifah dan karenanya terdapat jutaan manusia
lain yang berkedudukan sama sebagai khalifah, mereka juga mempunyai hak yang
sama. Untuk itu, dalam proses pendayagunaan karunia Tuhan perlu dilakukan
dengan cara yang efisien dan adil, agar manusia yang lainnya mendapatkan
kemakmuran sebagaimana yang diperolehnya. Pada dataran ini, solidaritas sosial
merupakan bagian lain dari dasar adanya kewajiban zakat. Zakat adalah ibadah
yang mengandung dua dimensi, yaitu dimensi hablumminallah atau dimensi
4QS. Al Hadiid (57) : 7
Artinya : Berimanlah kamu kepada Al lah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang A ll ah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di
antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. AlHadiid : 7) Lihat, Ibid, h. 901
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
20/158
4
vertikal dan dimensi hablumminannas, atau dimensi horizontal.5 Islam
menempatkan harta sebagai amanat (titipan) Allah swt. kepada manusia untuk
dinikmati dan dimanfaatkan dalam kehidupan yang bersifat sementara di dunia
ini. Sebagai amanat dari Allah swt., harta benda itu harus dipergunakan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan pemberi amanat, sebab pada akhirnya penggunaan
amanat itu akan dimintai pertanggung jawabannya.6
Hal ini dikenal sebagai
norma istikhlafdalam Islam.7
Zakat terkait dengan ibadah maliyyah yang merupakan perpanjangan tangan
orang-orang kaya kepada fakir untuk memenuhi kebutuhan dan menciptakan
kemaslahatan umum.8 Zakat juga termasuk hal yang menjadi sebab kepemilikan
yang termasuk dalam kategori penguasaan harta bebas.9
5
Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005),cet. ke-2, h. v.
6Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi I slam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI press) cet ke-2,h. 31
7Norma istikhlaf menyatakan bahwa apa yang dimiliki manusia hanyalah titipan Allah.Adanya norma istikhlaf ini makin mengukuhkan norma ketuhanan dalam ekonomi Islam. Untukselengkapnya lihat Buku Yusuf al-Qaradhawi, Norma dan Et ika Ekonomi Islam, (J akarta: GemaInsani Press, 1997), cet. ke-1, h. 40-47.
8Mahmud Syaltut, Islam : Aqidah wa Syari ah, (t.t.p : Dar al Qalam, 1988), h. 98
9
Sebab-sebab kepemilikan ada empat macam: ihraz al mubahat(penguasaan harta bebas),at-Tawallud(berkembang biak), al-Khalafiah(penggantian), sedangkan al-Khalafiahterdiri daridua macam, pertama: penggantian milik seseorang oleh orang lain, misalnya waris. Kedua:penggantian benda atas benda yang lainnya, misalnya tadhmin(pertanggungan) dan tawidh(pengganti kerugian) dan yang terakhir adalah al-Aqd(pertalian antara ijabdan qabul). Untuk lebihlengkapnya baca: Ghufron A Masadi, Fiqh M uamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2002), hlm. 56-63. Sebagian ulama berpendapat bahwa zakat termasuk kepemilikan yangsifatnya harus dan sebagian lagi berpendapat bahwa zakat merupakan kepemilikan yang sifatnyapilihan seperti, penguasaan atas barang yang mubah, transaksi- transaksi dengan berbagai bentuk
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
21/158
5
Dalam semangat dan etos kerja yang diajarkan oleh agama Islam bahwa setiap
muslim hendaknya menyadari dan berkeyakinan, bahwa harta yang dicarinya,
tidak hanya untuk kepentingan pribadi semata, tetapi untuk kepentingan yang
lebih luas lagi, seperti untuk kepentingan fakir miskin, pembangunan masjid,
sekolah, rumah sakit, dan kepentingan sosial lainnya.10
Seperti dijelaskan dalam Al-Quran:
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana11
.12
(Qs. At taubah (9) : 60)
dan macamnya. Dapat dilihat dalam Abdul Hamid al Mahmud al- Bali, Ekonomi Zakat; SebuahKajian Moneter Dan Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 47-66
10M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2006) h.11.
11Yang berhak menerima zakat ialah: 1. orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidakmempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidakcukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugasuntuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islamdan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup
juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yangberhutang Karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. adapunorang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahananIslam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup
juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orangyang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
12Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. Cit ., h. 288
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
22/158
6
Allah swt. telah menetapkan dalam al-Qur'an bahwa yang berhak menerima
zakat itu ada delapan kelompok atau yang lebih dikenal dengan sebutan ashnaf as
samaniyyah. Yaitu adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fii
sabilillah dan ibnu sabil. Jika delapan kelompok yang tersebut dalam surat at-
Taubah ayat 60 itu dapat dikelompokkan lagi akan terdapat tiga hak dalam zakat,
yaitu pertama hak Allah SWT., kedua hak fakir miskin dan ketiga hak
masyarakat.13 Menurut Umar Sulaiman al-Asyqar, dari delapan golongan tersebut
terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Golongan yang mengambil hak zakat untuk menutupi kebutuhan mereka,
seperti fakir, miskin, hamba sahaya, ibnu sabil,b. Golongan yang mengambil hak zakat untuk memanfaatkan harta tersebut,
seperti pegawai zakat, muallaf, orang yang mempunyai banyak utang,
perang di jalan Allah swt.14
Dalam perkembangannya, konsep mustahik serta aplikasinya pada saat ini
perlu dicermati karena kondisi yang berkembang terkait dengan perubahan
zaman, sehingga perlu adanya upaya penggalian hukum untuk menyikapi
perkembangan zaman agar hukum Islam tetap dapat beradaptasi dengan waktu
dan tempat (shahih li kulli zaman wa makan). Hal ini menyebabkan
kelangsungan ashnaf dalam dataran aplikatif seringkali tidak menentu. Apalagi
13Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, h.48.
14Dikutip oleh Abdul Hamid Mahmud Al Bali, Ekonomi Zakat; Sebuah Kajian MoneterDan Keuangan Syari ah, h.68-69.
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
23/158
7
konteks zakat sendiri selama ini tidak lebih diproyeksikan sebagai lembaga
karitas, yakni sebuah hubungan belas kasihan antara si kaya dengan si miskin.
15
Zakat dapat merubah status hamba sahaya menjadi merdeka dengan upaya
meningkatkan produktifitas terhadap unsur-unsur baru yang sulit untuk
diberdayakan.16
Riqab merupakan salah satu mustahik zakat yang dimaknai secara khusus
yaitu memerdekakan budak, budak di sini diartikan sebagai mereka yang menjadi
tawanan akibat perang yang dibenarkan secara syariat atau mereka yang
merupakan keturunan budak pula. Sebagian besar ulama mazhab sepakat yang
dimaksud dengan riqab adalah budak mukatab.17 Golongan Syafiiyyah
mengartikan riqab juga dengan budak mukatab akan tetapi dengan penyertaan
syarat-syarat tertentu, hanya golongan Malikiy saja yang berpendapat bahwa arti
riqab dalam konteks mustahik zakat disini adalah budak secara umum, tidak
terkait apakah ia mukatab atau tidak. Sebagaimana firman Allah:
15
Muslim Abdurrahman, Islam T ransformati f, cet. ke-2, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1995), h.19
16Ilyas Supena & Darmuin,Manajemen Zakat, (semarang : Walisongo Press, 2009), h.74
17Budak mukatabyaitu budak yang mengadakan perjanjian, yang mengharuskan dia untukmembayar sejumlah harta atau semacamnya kepada tuannya agar bisa dibebaskan. Baca: al-Ha>fiz}Syiha>b ad-Di>n Ahmad ibn Ali>ibn Hajar al-Asqalani, Iba>nat al-A hka>m; Syarh Bulugh al M aram,Beirut: Dar al-Fikr, 2004), IV: 314.
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
24/158
8
Artinya : Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.
dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah
kamu buat perjanjian dengan mereka18, jika kamu mengetahui ada kebaikan
pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu19
. dan janganlah kamu paksa budak-budak
wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini
kesucian, Karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. dan barangsiapa
yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu20.21 (QS. An
Nuur (24) : 33)
Penafsiran konvensional terhadap ar-Riqab (memerdekakan budak) sebagai
kalangan yang berhak menerima zakat, yakni tuan si budak yang akan menjual
budak tersebut kepada orang yang akan membelinya untuk dimerdekakan atau
18salah satu cara dalam agama Islam untuk menghilangkan perbudakan, yaitu seorang hamba
boleh meminta pada tuannya untuk dimerdekakan, dengan perjanjian bahwa budak itu akan membayar
jumlah uang yang ditentukan. Pemilik budak itu hendaklah menerima perjanjian itu kalau budak itu
menurut penglihatannya sanggup melunasi perjanjian itu dengan harta yang halal.
19untuk mempercepat lunasnya perjanjian itu hendaklah budak- budak itu ditolong dengan harta
yang diambilkan dari zakat atau harta lainnya.
20Maksudnya: Tuhan akan mengampuni budak-budak wanita yang dipaksa melakukan
pelacuran oleh tuannya itu, selama mereka tidak mengulangi perbuatannya itu lagi.
21Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 549
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
25/158
9
orang yang akan menerima ganti kemerdekaan budak itu . Untu itulah para pihak
yang berbuat demikian itu yang berhak mendapatkan bagian zakat.
22
Sedangkan menurut Rasyid Ridha konsep riqab masa sekarang ini tidak hanya
diartikan sebagai budak saja akan tetapi luas, boleh dipergunakan untuk
membantu suatu bangsa yang ingin melepaskan dirinya dari penjajahan, apabila
tidak ada sasaran membebaskan perseorangan.23
Pendapat itu diperkuat oleh Mahmud Syaltut yang menyatakan bahwa apabila
perbudakan secara perorangan telah habis, ada jenis perbudakan lain yang lebih
berbahaya bagi kemanusiaan, yaitu perbudakan bangsa, baik dalam cara berpikir,
ekonomi, kekuasaan maupun kedaulatannya. Perbudakan perseorangan bisa
lenyap disebabkan matinya orang tersebut, sedangkan negaranya tetap merdeka,
dapat diurus oleh orang-orang pintar yang bebas merdeka. Akan tetapi
perbudakan terhadap suatu bangsa, akan melahirkan generasi yang keadaannya
seperti nenek moyangnya, yaitu tetap berada dalam perbudakan yang umum dan
kekal, merusak umat dengan kekuatan yang penuh kezaliman. Dengan demikian
betapa pentingnya melakukan usaha dan kegiatan untuk menghilangkan
22M. Jawad Maghniyyah, Tafsir al-Kasysyaf, Jilid IV, (Darul I lmi Lil Alamin, tt), hal. 60.Ibnu Katsir, Tafsir Ibn Katsir, Jilid II (Darul Fikr, 1980), hal. 366. Ahmad Mustofa al-Maraghi, Tafsiral-Maraghi,J ilid IV (Darul Fikr, tt), h. 144 .
23Muhammad Rasyi>d Rida, Tafsir al-Qur an al-H akim Syahir bi Tafsir al-M anar(Beirut: Da>ral-Marifah, t.t.), X: 515
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
26/158
10
perbudakan dan penghinaan bangsa, bukan hanya sekedar dengan harta saja,
akan tetapi dengan seluruh harta dan raga.
24
Berdasarkan hal di atas maka pada dasarnya pemaknaan riqab terbagi menjadi
dua, pertama golongan yang memaknai riqab sebagai budak secara umum atau
khusus budakmukatab yang hal ini diwakili oleh ulama-ulama mazhab dan yang
kedua adalah golongan yang memaknai riqab tidak hanya sebagai budak akan
tetapi memperluasnya mencakup hal-hal seperti pembebasan tawanan perang,
pembebasan suatu bangsa dari penjajahan, baik penjajahan secara fisik maupun
secara psikis seperti pikiran dan mental yang diwakili oleh Muhammad Rasyid
Ridha dan Mahmud Syaltut.
Ulama tafsir dalam menjelaskan ayat yang berkaitan dengan riqab tentu tidak
jauh dari metodologi yang jelas, seperti halnya yang dilakukan oleh ulama tafsir
era klasik, Imam Ath Thabari. Dalam penjelasan mengenai ayat yang berkaitan
dengan hukum pembagian zakat, Imam ath-Thabari ketika meneliti setiap tema
perbahasannya yang bertumpu kepada pendapat-pendapat (atau metode tafsiran)
yang dikuatkan dengan sanad-sanad dari ayat, hadis dan atsar-atsar para salaf
pada setiap ayat al-Quran, sehingga mencakupi seluruh pendapat yang ada dari
kalangan salaf. Sekaligus menjadi penjelas bahwa Tafsir beliau adalah Tafsir bil
matsur yang mengemukakan metode tafsiran ayat berdasarkan hadis-hadis dan
kefahaman para salaf dari kalangan sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in.
24Mahmud Syaltut, Islam; Aqidah wa Syari ah, hlm. 111
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
27/158
11
Sedangkan pada era modern, seperti penafsiran yang dilakukan oleh Rasyid
Ridha dalam tafsirnya al Manar terhadap ayat yang berkaitan dengan riqab lebih
mengarah kepada kontekstualnya, karena era sekarang sudah tidak ada lagi
perbudakan.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam
mengenai makna riqab sebagai mustahik zakat pada zaman modern.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Riqab secara klasik dimaknai sebagai pembebasan budak belian.
b. Pada masa saat ini (modern) perbudakan sudah tidak ada lagi.
c. Pemaknaan ulang terhadap makna riqab zakat pada masa kini sangat
diperlukan.
2. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini perlu dilakukan agar
pembahasan yang ada tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari pokok
permasalahan, disamping itu juga untuk mempermudah melaksanakan
penelitian. Oleh sebab itu maka penulis membatasi penelitian dengan hanya
membahas permasalahan tentang reinterpretasi riqab sebagai mustahik zakat
di zaman modern.
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
28/158
12
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep riqab sebagai mustahik zakat secara umum?
2. Bagaimanakah makna riqab sebagai mustahik zakat di zaman modern?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada maka pada pembahasan
selanjutnya perlu diketahui tentang tujuan dan kegunaan penelitian.
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana konsep riqab sebagai mustahikzakat secara
umum
b. Untuk mengenalisa bagaimana pemaknaan terhadap riqab sebagai
mustahikzakat di zaman modern.
c. Untuk memberikan penjelasan mengenai makna riqab sebagai mustahik
zakat di zaman modern.
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai sarana untuk mempelajari interpretasi atau pemaknaan tentang
riqab yang telah dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu,
b. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada prodi ilmu
syariah
c. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap kajian riqab di zaman modern.
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
29/158
13
E. Tinjauan Pustaka
Permasalahan mustahik zakat sudah banyak yang membahas dalam kitab-
kitab fiqih, baik klasik maupun modern, namun belum banyak yang secara
spesifik membahas mengenai permasalahan riqab sebagai mustahik. Maka dari
itu, penulis mencoba untuk membahas permasalahan tersebut.
Penulis menemukan beberapa penelitian yang pernah ditulis terkait dengan
pembahasan yang sedang diteliti, penulis menjumpai hasil penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Arif dengan judul Konsep Riqab dan
kontekstualisasinya sebagai mustahik zakat (studi pemikiran yusuf al
Qaradhawi)25 pada tahun 2008. Buku Manajemen Zakat yang ditulis oleh Dr.
Ilyas Supena, M.Ag., dan Drs. Darmuin, M.Ag. (2009).26
Buku Zakat dalam
Perekonomian Modern yang ditulis oleh Didin Hafidhuddin. juga dibahas
mengenai riqab.27 Dalam penelitian tersebut, belum secara spesifik dijelaskan
bagaimana pemaparan yang dilakukan ahli tafsir mengenai ayat hukum yang
berkaitan dengan pembagian mustahik zakat, terkhusus mengenai riqab sebagai
mustahikzakat di zaman modern.
F. Kerangka Pikir
Hukum Islam mempunyai sifat sempurna karena hukum Islam ditentukan
25Muhamad Arif, Konsep Riqab dan kontekstualisasinya sebagai mustahik zakat (studipemikiran yusuf al Qaradhawi), (Yogyakarta : Fakulta Syariah, 2008), tidak diterbitkan.
26Ilyas Supena & Darmuin, Manajemen Zakat, Loc. Cit .
27Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani, 2002),
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
30/158
14
dalam bentuk yang umum dan garis besar permasalahan, seperti prinsip tentang
meniadakan kepicikan, tidak memberatkan, memperhatikan kemaslahatan
manusia, keadilan dan lain sebagainya. Prinsip ini bersifat tetap, tidak berubah
karena berubahnya waktu dan perbedaan tempat. Hukum Islam bersifat elastis
karena meliputi segala bidang dan lapangan kehidupan manusia, permasalahan
kemanusiaan, kehidupan jasmani dan rohani, hubungan sesama makhluk dan
khalik serta tuntunan hidup di dunia dan akhirat terkandung di dalam ajarannya.
Hukum Islam bersifat universal dan dinamis, karena hukum Islam meliputi
seluruh alam tanpa tapal batas. Tidak dibatasi pada daerah tertentu seperti ruang
lingkup ajaran Nabi-nabi sebelumnya. Ia berlaku bagi orang arab dan Ajam
(non Arab), kulit putih maupun kulit hitam. Universalitas hukum Islam ini sesuai
dengan pemilik hukum itu sendiri yang kekuasaannya tidak terbatas. Di samping
itu hukum Islam mempunyai sifat dinamis yaitu sesuai dan cocok untuk semua
zaman dan keadaan.
Dalam kajian hukum Islam, ada beberapa istilah yang dipakai untuk merujuk
pemaknaan hukum yaitu istilah syarih dan fiqih. Hukum Islam yang berdimensi
syarih bersifat konstan, telah sempurna tetap berlaku universal sepanjang
zaman, tidak mengenal perubahan dan tidak disesuaikan dengan situasi dan
kondisi.28 Adapun hukum Islam yang berdimensi fiqih bersifat akurat fleksibel-
28Bustanul Arifin. : Pemiki ran dan Perannya dalam Pengembangan Hukum Islam dalamSistem Hukum Nasional di Indonesia. Dalam Amrallah Ahmad. Prospek Hukum Islam dan kerangkaHukum Nasional di Indonesia.Jakarta: PP IKAHA. 1994. h 37
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
31/158
15
elastis tidak berlaku universal, mengenal perubahan serta dapat disesuaikan
dengan situsi dan kondisi. Oleh karena itu fiqih dapat berbeda dari masa ke
masa.29
Perubahan dalam hukum Islam bukan berarti dengan pembatalan dalam
konsepsi hukum Islam, walaupun pembatalan terjadi dalam syariat (Hukum
Islam) yang juga dikaitkan dengan kemaslahatan, namun nasakh (pembatalan)
tidak berlaku lagi setelah diturunkannya al-Quran sebagai wahyu yang terakhir.
Karena pembatalan menyangkut eksistensi eks ayat (nash), di mana nash yang
datang belakangan membatalkan nash yang terdahulu. Sementara nash perubahan
hukum Islam adalah pengamalan dan penerapan nash yang sudah ada, dengan
mempertimbangkan situasi nash tersebut dan dikaitkan dengan kepentingan dan
kemaslahatan yang sifatnya situasional dengan tanpa mengubah nash itu
sendiri.
30
Secara faktual, perbudakan eksis jauh sebelum ia mencapai skala besar
melintasi Atlantik lima abad lalu. Bangsa Mesir, Babilonia, Yunani, Persia dan
Romawi semuanya melakukan praktik perbudakan. Pada Abad Pertengahan,
seluruh jaringan Arab yang tumbuh di Sahara dan seputar sungai Nil, mengambil
para budak dari jantung Afrika.
Maka ketika Islam datang, salah satu misinya adalah bertujuan untuk
29Ibid, h. 38
30Amir Nuruddin, Ij ti had Umar i bn al-K hatt ab Studi tentang Perubahan Hukum Dalam I slam,cet. ke-1 (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 175
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
32/158
16
menghapus perbudakan yang saat itu telah menjadi simbol kekayaan pribadi,
Namun Islam tidak secara drastis mengubah kondisi perbudakan yang sudah
mapan di zaman jahiliyah tersebut. Al-Quran berupaya secara bertahap dan
sistematis menghapus sistem perbudakan melalui berbagai syariatnya. Misalnya,
bagi orang yang menzhihar istrinya, hukuman yang pertama adalah
memerdekakan budak,31
kemudian apabila seseorang melanggar sumpahnya
sendiri, hukuman yang pertama diberikan adalah memerdekakan budak.32 Bagi
orang yang melakukan hubungan suami istri di siang hari pada Bulan Ramadhan,
hukuman pertamanya adalah memerdekakan budak.
Tujuan syariat dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk
31QS. An Nisa (4) : 92
Artinya : Dan t idak l ayak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),kecuali Karena tersalah (T idak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh it u), kecuali ji ka mereka (keluarga terbunuh) bersedekah.
ji ka ia (si terbunuh) dari kaum (kafi r) yang ada perjanji an (damai) antara mereka dengan kamu, Maka
(hendakl ah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) sert a
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang t idak memperolehnya, Maka
hendakl ah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan bert urut -turut untuk penerimaan Taubat dari padaA ll ah. dan adalah A ll ah Maha mengetahui lagi M aha Bij aksana.
32QS. Al Maidah (5) : 98
Artinya : Ketahuil ah, bahwa Sesungguhnya A llah amat berat siksa-Nya dan bahwa
Sesungguhnya A ll ah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang.
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
33/158
17
kemaslahatan manusia secara keseluruhan, baik dunia maupun akhirat.
Kemaslahatan tersebut dibagi dalam tiga kategori yaitu dharuriyat, hajiyyatdan
tahsiniyat. Sedangkan dharuriyat tersebut terkenal dengan al Maqashid al-
Khamsah (lima tujuan dasar syariat Islam), lima tujuan tersebut diarahkan untuk:
1. Memelihara kemaslahatan agama,
2. Memelihara jiwa,
3. Memelihara akal,4. Memelihara keturunan dan
5. Memelihara harta benda.33
Terkait dengan masalah zakat terutama mengenai riqab sebagai mustahik
zakat, perkembangan zaman dan perubahan situasi serta kondisi berpengaruh
dalam zakat baik objek maupun subjek zakat itu sendiri. Terutama riqab yang
berhubungan dengan sejarah maka posisi riqab dalam dataran aplikatif harus
dipertegas, konsep maupun kedudukannya sebagai mustahik zakat di masa
sekarang, karena saat ini perbudakan telah dihapuskan sehingga perlu dikaji
konsep riqab di masa sekarang serta kedudukannya selaku objek penyaluran
zakat. Sejarah mencatat bahwa Umar bin Khattab pernah tidak memberikan
bagian muallafdikarenakan alasan politis.34
Sebab turunnya suatu ayat atau peristiwa dikarenakan adanya suatu kejadian
33Asy-Syatibi, al-Muwafaqat, (Beirut : Dar al Fikr al Arabi, t.t). I I., h.10
34Umar berpendapat bahwa bagian muallaf diberikan saat orang-orang Islam sedang dalamkeadaan lemah. Zakat itu diberikan kepada mereka dari kejelekan dan yang membahayakan imannya,serta untuk melemah lembukan hati mereka. Jika Islam sudah berjaya dan jumlah orang Islam sudahbanyak dan mereka menjadi kuat dan dahsyat, maka mereka tidak boleh diberi bagian zakat, baikorang itu yang harus mendapat perlindungan atau orang yang hatinya harus dilemahlembutkan.Untuk selengkapnya lihat: Muhammad Rawwas Qalaji, Ensik lopedi Fiqih Umar bin K hatt ab ra, alihbahasa M. Abdul Mujieb (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1999) hal.678
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
34/158
18
atau adanya sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat tersebut atau hadist
(asbab al wuruddan asbab an nuzul). Akan tetapi untuk memahami nash-nash
syara'secara tepat, perlu mengetahui pula tujuan syari'at(maqashid al-syariah)
disamping peristiwa-peristiwa tertentu yang merupakan asbab an nuzul dan
asbab al wurud hadis-hadis Nabi SAW tersebut, maka seyogyanya dengan
mengambil dari segi umumnya lafadz akan memperoleh arti yang lebih luas dan
lebih jelas tentang keuniversalan al-Qur'an, sehingga bisa diterapkan di segala
zaman, situasi, dan kondisi.
G. Metode Penelitian
Metode suatu penelitian akan sangat bergantung pada pokok permasalahan
dan sifat penelitian tersebut. Sedangkan untuk mendapatkan data yang obyektif
bagi suatu penelitian, Maka setiap penelitian ilmiah harus menggunakan suatu
metode penelitian tertentu.
1. Jenis Dan Sifat Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
Yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber
datanya.35 Pendapat lain menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan
penelitian kepustakaan menurut Hermawan Warsito ialah: suatu kegiatan
yang dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur
35Sutrisno Hadi,Metodologi Research(Yogyakarta: Andi Offset, 1990),h.9
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
35/158
19
dari perpustakaan.36
Jadi, dalam penelitian ini akan mengumpulkan data
dari berbagai jenis literatur, baik itu buku, serta karya-karya lain yang
berhubungan dengan pokok pembahasan, yaitu yang berkenaan dengan
riqab.
Penelitian ini juga menggunakan sumber-sumber ilmiah lainnya yang
relevan dengan pembahasan.
b. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu diawali dengan
mendeskripsikan pemikiran para ulama fiqh tentang konsep riqab
kemudian penyusun berusaha menganalisa pemikiran fuqaha
kontemporer mengenai konsep riqab.
c. Tehnik Pengumpulan Data
Bahan untuk penelitian dari sumber tertulis yang ada kaitannya dengan
masalah ini, terbagi menjadi dua kategori yaitu :
1) Data primer, yang dimaksud dengan data primer adalah suatu data
yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya37, bisa diperoleh
dari wawancara dengan narasumber maupun perkataan langsung
yang dinyatakan oleh sumber tersebut. Dalam penelitian ini yang
digunakan adalah bersumber dari kitab-kitab dan literatur-literatur
36Hermawan Warsito, Pengantar Metodelogi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Utama, 1992).
h.10
37Chalid narbuko,Abu Dawud,Metodelogi Peneli ti an, (Jakata :Bumi Aksara, 1991), h.43
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
36/158
20
yang membahas berkaitan dengan permasalahan yang sedang
dibahas yaitu mustahik zakat, khususnya riqab, di antaraya adalah
kitab-kitabfuqoha klasik.
2) Data sekunder,
Data sekunder adalah data yang tidak berkaitan secara langsung
dengan sumber aslinya.38
yaitu kitab-kitab atau buku-buku serta
karya ilmiah lain yang membahas tentang zakat juga konsep riqab
sebagai mustahik zakat di era modern juga berbagai rujukan.
d. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
normatif, yaitu pendekatan terhadap suatu masalah dengan berdasarkan
kepada pemahaman dan penafsiran terhadap sumber ajaran Islam (al-
Quran dan al-Hadist) serta kaidah-kaidah yang dirumuskan kepada
ulama kemudian dirumuskan kembali dari pendapat-pendapat dan
pemahaman dari permasalahan yang telah dibahas, sehingga menjadi
konklusi atau kesimpulan yang dihasilkan.
2. Cara Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara
membaca, mencatat serta menyusun data-data yang diperoleh itu menurut
38Ibid,
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
37/158
21
pokok bahasan masing-masing. Adapun tehnik dari pengumpulan data-data
tersebut penulis menggunakan antara lain:
a. Kartu IhtisarPencatatan hanya garis besar dari pokok karangan, sumber data atau
pendapat seorang tokoh. Dengan demikian pencacatan ini harus dilakukan
akurat karena untuk menghindari kekaburan dari sumber aslinya.b. Kartu Kutipan
Yaitu pencatatan sesuai dengan aslinya dan tidak mengurangi dan
menambah atau merubah walaupun satu kata, huruf maupun tanda baca.
Adapun mempertinggi penelitian kutipan diadakan pengecekan ulangketika selesai mengutip, lalu disertai dengan halaman sumber yang
terdapat diakhir kutipan.c. Kartu komentar / UlasanKartu ini memuat catatan khusus yang datang dari peneliti sebagai
refleksi terhadap suatu sumber data yang dibaca. Komentar atau ulasan
tersebut dapat berupa krirtik, saran, kesimpulan, atau berupa penjelasankembali terhadap sumber data yang bersifat pribadi.39
3. Metode Analisa Data
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya
dilakukan tahapan analisis terhadap data-data tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode analisa kualitatif. Metode analisis
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.40 Setelah data diperoleh lalu dikumpulkan dan diolah, kemudian
dianalisis secara kualitatif, sehingga memudahkan interpretasi data. Hasil
39Anton Baker Dan Zubair Ahmad Charis, Metodelogi Peneli ti an Filsafat, KanisiusYogyakarta, 1990. h.63
40Lexy.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rusda Karya,
2001), cet ke 14, h.8
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
38/158
22
analisis dan pembahasan tersebut kemudian ditulis dalam bentuk laporan
penelitian yang dideskripsikan secara lengkap, rinci, jelas dan sistematis.
Metode penelitian kualitatif dalam pembahasan ini adalah dengan
mengemukakan analisis dalam bentuk uraian kata-kata tertulis dan tidak
berbentuk angka-angka.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
induktif, yaitu pengambilan pemahaman dan cara saling melengkapi antara
proses analisa yang berangkat dari peristiwa khusus kemudian diambil
kesimpulan secara umum.41
Metode ini digunakan dalam rangka memperoleh
gambaran utuh tentang pemikiran fuqaha tentang riqab sebagai mustahik
zakat di zaman modern.
Setelah melalui tahap-tahap identifikasi sumber data, identifikasi
bahan hukum yang diperlukan, dan inventarisasi bahan hukum (data) yang
diperlukan. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah melalui tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Data (editing)
Pemeriksaan data adalah pembenaran apakah data yang terkumpulmelalui studi pustaka, dokumen, serta wawancara sudah dianggap
lengkap, relevan dengan masalah, jelas, tidak berlebihan, dan tanpa
kesalahan.b. Penandaan Data (coding)
Penandaan data adalah pemberian tanda pada data yang diperoleh,
baik merupakan penomoran ataupun penggunaan tanda atau simbol ataukata tertentu yang menunjukkan golongan atau kelompok atau klasifikasi
41Sukandarrunidi, Metodologi Peneli t ian: Petunjuk Prakt is untuk Peneli t i Pemula, cet. ke-2(Yogyakarta: Gajah Mada University Press), h.38
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
39/158
23
data menurut jenis sumbernya, dengan tujuan untuk menyajikan data
secara sempurna, memudahkan rekonstruksi serta analisis data.
Data sekunder berupa literatur biasanya diberi tanda sumber data(penulis), tahun (penerbitan), dan halaman (tempat data ditemukan) data
sekunder yang berupa perundang-undangan diberi tanda nomor undang-undang, tahun penerbitan, judul undang-undang, pasal undang-undang,
nomor lembaran negara dan tahun penerbitan lembaran negara.
c. Penyusunan atau Sistematisasi (constructing/systematizing )Penyusunan atau sistematisasi data adalah mengelompokkan secara
sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda menurut klasifikasi data
dan urutan masalah, kemudian disusun ulang secara teratur, berurutan dan
logis, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.42
Metode yang penulis gunakan menggunakan teknik deduktif, yaitu
pengolahan data dari yang bersifat umum terhadap hal-hal yang bersifat
khusus.
H. Sistematika Pembahasan
Pembahasan yang akan dilakukan penulis dalam penulisan hasil penelitian ini
adalah : Bab 1 Pendahuluan, meliputi; Latar Belakang Masalah, Fokus Maslaah,
Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir, Metode
penelitian, Sistematika Pembahasan, Bab 2 membahas mengenai tinjauan umum
tentang riqab. Bab 3 membahas mengenai riqab sebagai mustahik zakat. Bab 4
analisa terhadap pemaknaan riqab sebagai mustahikzakat di zaman modern. Bab
5 Penutup berisi kesimpulan dan rekomendasi.
42Abdulkadir Muhammad, Op.cit.,h.91
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
40/158
25
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG RIQAB
A. Pengertian dan SejarahRiqab
1. Pengertian Riqab
Riqab adalah bentuk jamak dari raqabah1. Istilah ini dalam al-Qur'an
artinya budak belian laki-laki (abid) dan bukan belian perempuan (amah).
Istilah ini diterangkan dalam kaitannya dengan pembebasan atau pelepasan,
seolah-olah Quran memberikan isyarah dengan kata kiasan ini maksudnya,
bahwa perbudakan bagi manusia tidak ada bedanya seperti belenggu yang
mengikatnya. Membebaskan budak belian artinya sama dengan
menghilangkan atau melepaskan belenggu yang mengikatnya.
Dalam fiqh, terdapat perkembangan dalam beberapa tahap, dimulai
dari masa kenabian hingga zaman sekarang. Periode perkembangan fikih
terjadi beberapa tahap, sejak masa nabi Muhammad sampai pada masa
kejayaannya kemudian sempat terjadi masa taklid, dan baru-baru ini terjadi
perubahan besar dalam pemikiran fikih yang menunjukkan adanya
kebangkitan pemikiran fikih.2
Hal ini akan berimplikasi pada peradaban
1Dalam kamus al munawwir diartikan sebagai ).( artinya leher, ataujuga
artinya : budak, hamba sahaya. lihat : Ahmad Warson al Munawwir, Kamus al Munawwir Arab
Indonesia, (Surabaya, PT. Pustaka Progressif, 1997), h. 520
2Muhammad Khudari Bek membagi periode Tarikh Tasyri al-Islami menjadi enam periode
yaitu: (1) Periode awal, sejak Muhammad bin Abdullah diangkat menjadi rasul; (2) Periode para
sahabat besar; (3) Periode sahabat kecil dan tabi'in; (4) Periode awal abad ke-2 H sampai pertengahan
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
41/158
26
Islam itu sendiri mengalami kebangkitan dan kemajuan seperti masa abad 15
lalu Akan tetapi hal yang paling menonjol dari perkembangan fikih adalah
pembaharuan pemikiran fikih saat ini yang membedakannya dengan produk
pemikiran masa lalu,3
sehingga penulis membagi produk pemikiran fikih
dalam dua masa yaitu klasik dan kontemporer.
Golongan budak ini mencakup budak mukattab dan budak biasa.
Budak mukattab adalah budah yang telah dijanjikan oleh tuannya akan
dimerdekakan bila telah melunasi harga dirinya yang telah ditetapkan.
Dengan harta zakat, budak mukatab dibantu membebaskan diri dari belenggu
perbudakan. Adapun budak biasa, dengan harta zakat dibebaskan dengan
membeli budak itu dari tuannya.4
abad ke-4 H; (5) Periode berkembangnya mazhab dan munculnya taklid mazhab; dan (6) Periode
jatuhnya Baghdad (pertengahan abad ke-7 H oleh Hulagu Khan (1217-1265) sampai sekarang. Masa
memiliki ciri antara lain: munculnya Majalah al-Ahkam al-'Adliyyah sebagaihukum perdata umum
yang diambilkan dari fiqh Mazhab Hanafi; berkembangnya upaya kodifikasi hukum Islam; dan
munculnya pemikiran untuk memanfaatkan berbagai pendapat yang ada di seluruh mazhab sesuai
dengan kebutuhan zaman. Lihat selengkapnya : http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/fiqih/ilmu-
fiqih/115/tarikh-at-tasyri.html, diakses 24-01-2013
3Menurut Karen Armstrong, masa-masa ini merupakan sebuah periode kejayaan Islam. Tiga
imperium Islam penting didirikan pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16 : Imperium Safawiyyah
di Iran, Imperium Moghul di India dan Imperium Usmani di Anatolia, Syria, Aftika Utara, dan
Arabia. Muncul pula beberapa pemerintahan lain yang mengesankan. Sebuah negara Muslim yangbesar didirikan di Uzbekistan di Lembah Syr-Oxus; negara lain yang berkecenderungan Syiah
didirikan di Maroko, dan walaupun pada masa ini kaum Muslim bersaing dengan para pedagang
Cina, Jepang, Hindu, dan Buddha untuk mengendalikan Kepulauan Malaysia, kaum Muslim
mencapai puncak pada abad ke-16. Selengkapnya; Karen Armstrong,Islam; Sejarah Singkat, cet. ke-5,
(Yogyakarta: Jendela, 2005), h. 134
4Ensiklopedi Islam, jilid 5, (Jakarta : PT. Ichtisar Baru Van Hoeve, 1997), h. 229
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
42/158
27
Kata fi ar-riqab dalam al-Quran disebutkan 3 kali,5
sedangkan
padanan katanya disebutkan sebanyak 21 kali.Lafadh fi ar-riqab dalam al-
Quran menurut al-Ragib al-Asfahani memiliki makna budak mukatab yang
dibebaskan melalui harta zakat.6
Ulama Hanafiah dan Hanabilah mengartikan
riqab sebagai budak mukatab, sedangkan ulama Syafiiyyah mengartikan
riqab juga sebagai budakmukatab dengan syarat sebagai berikut:
a. Ada janji untuk dibebaskan,
b. Muslim,
c. Tidak mempunyai sesuatu hal yang membebaskannya dari budak,
d. Tidak memiliki perjanjian (kitabah) dengan muzakki.
Sedangkan golongan Malikiyah saja yang berpendapat bahwa arti riqab
dalam konteks mustahik zakat di sini adalah budak secara umum, tidak
terkait apakah ia mukatab atau tidak.7
Berbicara masalah konsep tentunya tidak lepas dari kajian ilmu tafsir.
pada masa hidup Rasulullah saw., keperluan tentang tafsir al-Quran
belumlah begitu dirasakan, sebab apabila para sahabat tidak atau kurang
memahami sesuatu ayat al-Quran, mereka dapat terus menanyakannya
5Yaitu pada QS. Al-Baqarah (2) : 177, QS. At Taubah (9) : 60, QS Muhammad (47) : 4, lihat,
Muhammad Fuad Abdu al-Baqi, Al-Mujam al-Mufahros li Alfaz al-Quran al-Karim, cet. ke-1,(Kairo: Dar al-Hadis, 1996), h. 397.
6Al-Rogib al-Ashfahani,Mufrodat al-Alfaz al-Quran, Tahqiq Shofwan Adnan Dawud, cet. ke-
2, (Damaskus: Dar al-Qalam, 1997), h. 362
7Abdu ar-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ala Mazahib al-Arbaah, (Mesir: Maktabah al-
Tijariyyah al-Kubro, t.t), h. 621-625
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
43/158
28
kepada Rasulullah saw. Dalam hal ini Rasulullah saw. selalu
memberikan jawaban yang memuaskan. Setelah Rasulullah saw. meninggal,
apalagi setelah agama Islam meluaskan sayapnya ke luar jazirah Arab,
dan memasuki daerah-daerah yang berkebudayaan lama, terjadilah pertemuan
antara agama Islam yang masih dalam bentuk kesederhanaannya di satu
pihak, dengan kebudayaan lama yang telah mempunyai pengalaman,
perkembangan serta kekuatan daya juang di pihak yang lain.
Di samping itu kaum Muslimin sendiri menghadapi persoalan baru,
terutama yang berhubungan dengan pemerintahan dan pemulihan kekuasaan
berhubung dengan meluasnya daerah Islam itu. Pergeseran, perkembangan
dan keperluan ini menimbulkan persoalan baru. Persoalan baru itu akan
dapat dipecahkan apabila ayat al-Quran ditafsirkan dan diberi komentar
untuk menjawab persoalan-persoalan yang baru timbul itu. Maka tampillah
ke muka beberapa orang sahabat dan tabiin memberanikan diri mentafsirkan
ayat al-Qur'an yang masih bersifat umum dan global itu, sesuai dengan
batas-batas lapangan berijtihad bagi kaum Muslimin.
Demikianlah, tiap-tiap generasi yang mewarisi kebudayaan dari
generasi sebelumnya; keperluan suatu generasi berlainan dan hampir tidak
sama dengan keperluan generasi yang lain. Begitu pula perbedaan tempat dan
keadaan, tidak dapat dikatakan sama keperluan dan keperluannya, sehingga
timbullah penyelidikan dan pengolahan dari apa yang telah didapat dan
dilakukan oleh generasi-generasi yang dahulu, serta saling tukar menukar
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
44/158
29
pengalaman yang dialami oleh manusia pada suatu daerah dengan daerah
lain; mana yang masih sesuai dipakai, mana yang kurang sesuai dilengkapi
dan mana yang tidak sesuai lagi diketepikan, sampai nanti keadaan dan masa
diperlukan pula.
Begitu pula halnya tafsir al-Quran; ia berkembang mengikuti irama
perkembangan masa dan memenuhi keperluan manusia dalam suatu generasi,
Tiap-tiap masa dan generasi menghasilkan tafsir-tafsir al-Quran yang sesuai
dengan keperluan dan keperluan generasi itu dengan tidak menyimpang dari
ketentuan-ketentuan agama Islam sendiri.
Pada mulanya usaha penafsiran ayat-ayat al-Quran berdasarkan ijtihad
masih sangat terbatas dan terikat dengan kaidah-kaidah bahasa serta arti-arti
yang dikandung oleh satu kosa kata. Namun sejalan dengan lajunya
perkembangan masyarakat, berkembang dan bertambah besar pula porsi
peranan akal atau ijtihad dalam penafsiran ayat-ayat al-Quran, sehingga
bermunculanlah berbagai kitab atau penafsiran yang beraneka ragam
coraknya.8
Dalam peta ilmu-ilmu keislaman, ilmu tafsir termasuk ilmu yang belum
matang, sehingga selalu terbuka untuk dikembangkan. Sejarah
perkembangan tafsir al-Qur'an secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tafsir pra-modern dan tafsir modern. Dilihat dari perspektif sejarah
8Quraish Shihab, Membumikan al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, cet. ke-13, (Bandung: Mizan, 1996), h. 135
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
45/158
30
perkembangan ilmu pengetahuan yang menurut Thomas Kuhn berlangsung
secara dialektik dan revolusioner, tafsir dalam dua periode itu dikembangkan
dengan menggunakan paradigma. Paradigma adalah pandangan fundamental
tentang pokok persoalan dari obyek yang dikaji. Dalam studi tafsir, obyek itu
adalah al-Qur'an. Jadi paradigma tafsir itu adalah pandangan mendasar
mengenai al-Qur'an yang ditafsirkan, berkenaan dengan apa yang seharusnya
dikaji dari kitab itu, Sampai zaman pra-modern ada tiga teori tafsir yang
pernah dominan, masing-masing dengan paradigmanya sendiri, dan
menghasilkan tafsir normal science yang melimpah dan berpengaruh.
Pertama, teori teknis. Teori ini dirumuskan dalam definisi yang menyatakan
bahwa "tafsir itu adalah kajian mengenai cara melafalkan kata-kata al-Qur'an,
pengertiannya, ketentuan-ketentuan yang berlaku padanya ketika berdiri
sendiri dan ketika berada dalam susunan, arti yang dimaksudkannya dalam
susunan kalimat al-Qur'an, dan lain-lain yang melengkapi kajian mengenai
hal-hal itu". Kedua, teori akomodasi. Teori ini dirumuskan dalam definisi
yang menyatakan bahwa tafsir itu adalah kajian untuk menjelaskan maksud
al-Qur'an sesuai dengan kemampuan manusia. Ketiga, teori takwil. Tidak ada
yang merumuskan teori ini secara definitif.9
Dalam sebagian besar dalam literatur klasik kita temukan bahwa
makna riqab sebagai salah satu mustahik zakat diartikan sebagai
9Hamim Ilyas, dalam Muhammad Yusuf dkk, Studi Kitab Tafsir; Menyuarakan Teks yang Bisu,
(Yogyakarta: Teras, 2004), h. ix-xi.
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
46/158
31
memerdekakan budak saja atau mempergunakan sebagian harta zakat untuk
memerdekakan budakmukatab.
Dalam Maani al-Quran, riqab diartikan sebagai budak mukatab10
,
demikian pula dalam al-Wasit fi Tafsir al-Quran al-Majid11
. Dalam Tafsir
ibn Katsir, makna riqab berarti budakmukatab menurut Ibnu Abbas dan Al-
Hasan, memerdekakan seorang hamba sahaya atau budak belian dapat
diperhitungkan sebagai bagian dari zakat yang harus dikeluarkan. Demikian
pula menurut mazhab Imam Ahmad.12
Tafsir at-Thobari dinyatakan bahwa riqab menurut Ibnu Abbas adalah
budak mukatab dan beliau merupakan penganut mazhab Syafii, beliau
berpendapat bila hal itu tidak memungkinkan untuk membayarkan angsuran
karena disebabkan ketiadaan apapun pada diri budak atau tidak ditemukan
sesuatu untuk mengangsurnya maka hal itu diserahkan kepada tuannya
dengan izinnya untuk membantu memerdekakan. Imam Malik, Ahmad dan
Ishaq berpendapat bahwa pengertian riqab disini adalah membeli budak
kemudian dimerdekakan, sedangkan menurut Abu Hanifah dan golongannya
yaitu Said bin Jabir dan Nakhai sesungguhnya budak itu tidak
dimerdekakan melalui harta zakat sepenuhnya akan tetapi diberikan kepada
10Abi Zakariyya ibn Ziyad Al-Farra,Maani al-Quran, (Beirut: Dar al-Fikr, 1955), h. 443
11Abi Ahmad Ali Ibn Hasan al-Wahidi an-Naisaburi, al-Wasit fi Tafsir al-Quran al- Majid,
(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), II: 506
12Ibn Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibn Kasir, alih bahasa: Salim Bahreisy, (Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1988), II: 76
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
47/158
32
budak dan menolong budak mukatab karena lafaz fi-ar-riqab menghendaki
campur tangan dan hal itu tidak ditemukan secara sepenuhnya, az-Zuhri
berkata bagian riqab separuh untuk budak mukatab muslim dan separuhnya
untuk membeli budak yang sholat, puasa dan yang pertama masuk Islam
kemudian dimerdekakan.13
2. Sejarah Riqab
Sejarah perkembangan kebudayaan manusia mengenal istilah riqab.
Istilah riqab menunjuk pada seseorang yang menjadi abdi, hamba, jongos
atau orang yang dibeli untuk dijadikan budak.14
Sedangkan perbudakan
mengacu pada sistem sosial di suatu masa di mana segolongan manusia
merampas kepentingan golongan manusia lain. Di masa penjajahan kolonial
dikenal istilah kuli, sebagai sebutan untuk buruh kasar yang tidak terdidik
yang diperlakukan juga dengan semena-mena sebagaimana budak.
Perbudakan dan pelayan diketahui sudah ada sejak zaman Mesir kuno
dan Timur Tengah, juga China dan India. Budak secara umum berasal dari
dari bangsa asing akan tetapi di banyak negara berasal dari bangsa asli yang
diperbudak karena sebab hutang maupun hukuman. Dalam undang-undang
Hammurabi di Babylonia (sekitar 2.000 SM) diketahui bahwa budak
13Abu Jafar Muhammad ibn Jarir at-Thobari, Tafsir At-Thobari, (Beirut:Dar al-Fikr, 1978), VI:
111
14Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, edisi 1, (Jakarta:
Modern English Press, 1991), h.227
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
48/158
33
merupakan salah satu kelas populasi masyarakat yang menjalani aturan
tertentu, tidak jarang seperti di Mesir mereka bangkit dan menempati posisi
penting dalam negara dan pengadilan.15
Hal ini tampak nyata ketika sebuah rezim ekonomi berkuasa pada
masa lalu selalu ada sistem perbudakan terkait dengan industri. Pada masa
berburu, kelompok yang menang perang tidak hanya menaklukkan musuhnya
akan tetapi juga membunuhnya, menawan wanita-wanitanya dan
menjadikannya sebagai pelayan, kemudian budak tersebut dapat
diperjualbelikan. Hal ini merupakan bagian kemenangan yang terus menerus
dan eksploitasi agrikultur yang diterapkan secara skala besar sebagai
eksistensi pasca perang, bahwa budak pekerja dapat menambah persediaan
makanan terhadap tuannya dan di saat yang sama dapat meringankannya
dalam bekerja. Dalam tingkatan ini, pergerakan sosial perbudakan sangat
terlihat, dapat kita katakan bahwa budak merupakan sebuah sistem yang
mutlak dan universal.16 Di daerah Yunani, Roma, Eropa, Rusia dan Timur
Tengah, sistem perbudakan telah menjadi hal yang lazim saat itu.17
15Chambers Encyclopedia, (London: George Newnes Limited, 1950), XII: 597
16Britannica Encyclopedia, (Chicago: William Benton Publisher, 1065), XX: 773
17Di Yunani, perbudakan terjadi dikarenakan perang, penculikan, penjualan anak-anak,
pembayaran bagi orang yang tak bisa membayar hutang atau akan tetapi secara umum perbudakan
terjadi karena faktor hukuman. Laki-laki bekerja di persawahan sedangkan wanita bekerja di rumah,
dalam sejarah perbudakan diketahui pertama kali terjadi di daerah Iona, sekitar 450 SM di pusat-pusat
industri seperti Athena dan Corint, sedangkan pasar budak banyak terdapat di daerah sekitar
Aegean. Di Roma perbudakan terjadi di awal 367 SM, pada tahun 168 SM setelah Roma mengalahkan
Macedonia, 150.000 orang yang tertangkap dijadikan budak untuk dijual. Budak selain bekerja sebagai
pegawai rendahan juga diperlakukan kejam dan tidak manusiawi. Untuk selengkapnya lihat Chambers
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
49/158
34
Perbudakan berkembang, seiring dengan perkembangan perdagangan
dan industri. Meningkatnya perdagangan dan industri meningkatkan
permintaan akan tenaga kerja untuk menghasilkan barang-barang keperluan
ekspor. Budak yang melakukan sebagian besar pekerjaan. Kebanyakan orang
kuno berpendapat bahwa perbudakan merupakan keadaan alam yang wajar,
yang dapat terjadi terhadap siapapun dan kapanpun. Tidak banyak yang
memandang perbudakan sebagai praktek jahat atau tidak adil. Di kebanyakan
negara, budak dapat dibebaskan oleh pemiliknya untuk menjadi warga-negara
biasa.
Islam datang di saat budak dan sistem perbudakan telah merajalela.
Penyebab perbudakan pun beraneka ragam, sesuai dengan tabiat dan sistem
sosial kemasyarakatan pada masa itu. Di antara penyebab perbudakan pada
masa lalu ialah:
a. Nafsu memperbudak (insting manusia) ketika kelompok atau
golongannya menang perang terhadap bangsa lain.b. Karena kemiskinan atau tidak adanya kesetiaan terhadap agama
c. Hukum bagi tindakan kriminal pada masa itu, seperti pencurian dan
pembunuhan
d. Karena mencari pekerjaan dan tempat tinggal
Encyclopedia, (London: George Newnes Limited, 1950), XII: 597-601. Di daerah Timur Tengah
sendiri, sebagian besar pembantu khalifah dan keluarganya adalah budak yang direkrut secara paksa
dari kalangan non muslim, baik yang ditawan pada masa perang atau dibeli pada masa damai.
Beberapa diantaranya adalah orang negro dan ada juga orang kulit putih dan Turki, budak yangberkulit putih kebanyakan berkebangsaan Yunani, Slavia, Armenia, dan Barbar. Gagasan tentang
maraknya praktik perbudakan bisa dilihat dari tingginya jumlah budak yang dimiliki keluarga kerajaan.
Diriwayatkan bahwa istana al- Muqtadir (908-932 H) memiliki 11.000 laki-laki Yunani dan Sudan
yang dikebiri. Al-Mutawakkil diriwayatkan memiliki 4.000 orang selir yang semuanya diajak tidur
menemaninya. Pada satu kesempatan al-Mutawakkil menerima hadiah sebanyak 100 budak dari salah
satu jenderalnya. Untuk selengkapnya baca: Philip K Hitti, History of The Arabs, cet ke-2, alih bahasa
R. Cecep Lukman Yasin, dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi, 2006), hlm. 426-428
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
50/158
35
e. Karena penyanderaan dan penculikan
f. Karena tradisi para Raja, orang-orang ningrat para kaisar dan
sejenisnyag. Karena ideology
h. Dan sumber-sumber lainnya yang bisa menjadi "alasan" untukmemperbudak.18
Manusia sebagai makhluk Allah, secara kodrati dianugerahi hak
dasar yang disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya.
Dengan hak asasi tersebut, manusia dapat mengembangkan diri pribadi,
peranan dan sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia. Hak
Asasi Manusia (HAM) merupakan hak dasar yang melekat pada diri tiap
manusia.
Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari
sudut pandangan Barat dan Islam. Hak asasi manusia menurut pemikiran
Barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat
pada manusia. Dengan demikian, manusia sangat dipentingkan. Sebaliknya,
hak- hak asasi manusia ditilik dari sudut pandangan Islam bersifat
teoantroposentris, artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan, atau
menempatkan Allah melalui ketentuan syari'atnya sebagai tolak ukur tentang
baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga masyarakat atau warga bangsa. Dengan demikian ajaran Islam tentang
HAM berpijak pada tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan
18http://www.angelfire.com/id/dialogis/budak.html. akses 24 Januari 2013
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
51/158
36
persaudaraan manusia.19
Dalam memandang masalah budak dan perbudakan, maka Islam
melihat ada dua permasalahan penting yang harus dipecahkan. Yang
pertama adalah menyangkut budak itu sendiri, sebagai mahluk yang menjadi
barang perniagaan, selalu direndahkan harkat dan martabatnya, tidak
merdeka dan diperjualbelikan. Sedangkan permasalahan kedua menyangkut
sistem perbudakan, yaitu menyangkut penyebab timbulnya perbudakan dan
bagaimana Islam berupaya menghapuskan dan mengaturnya.20
Adanya syariatnya yang mulia, Islam hadir untuk melepaskan budak
dan sistem perbudakan. Syariat Islam datang dengan misi membebaskan
para budak dan memperlakukannya secara terhormat dan manusiawi.
Perlakuan Islam terhadap budak ini secara garis besar dapat disimpulkan
dalam tiga rumusan yaitu:
a. Islam memandang para budak dari sisi bahwa mereka itu adalah
manusia juga yang sama dengan manusia merdeka lainnya. Terutama
pada fitrah insaniyahnya. Islam datang mengembalikan hakekat
manusia, tanpa membedakan warna kulit, jenis dan tingkatannya, bahwa
tidak ada kelebihan bagi seorang tuan atas seorang budak, tidak ada
kelebihan bagi orang berkulit putih atas orang berkulit hitam, tidak ada
19Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif, cet. ke-2, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.
74
20http://www.angelfire.com/id/dialogis/budak.html. akses 24 Januari 2013
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
52/158
37
kelebihan seorang Arab atas seorang 'Ajam (bukan Arab) kecuali
dengan taqwanya.
Firman Allah swt. dalam surat al Hujuraat (49) : 13
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.21
(QS. Al Hujuraat (49)
: 13)
Nabi juga menjelaskan bahwa setiap setiap orang memikul tanggung
jawab yang sama tidak ada perbedaan antara manusia hal ini dinyatakan
seperti dalam sabdanya :
21Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. cit., h. 847
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
53/158
38
)(Artinya : Abu al yaman menceritakan kepadaku, Syuaibmenceritakankepadaku dari Az Zuhri berkata : Menceritakan kepadaku
Salim bin Abdullah bin Abdulah bin Umar ra., bahwasanya beliau
mendengar rasululah bersabda : setiap kalian adalah pemimpin dan
dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, imam adalah
pemimpin dan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang
dimpimpinya, dan laki-laki di keluarganya adalah pemimpin dan dia
dimintai pertanggung jawaban atas yang dimpimpinnya, dan
perempuan di rumah suaminya adalah pemimpin dan dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya, dan pembantu
terhadap harta majikanya merupakan pemimpin, dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas apayang dipimpinnya. Maka aku mendengar
itu semua dari Rasulullah saw. Dan aku mengira Nabi saw bersabda :
dan seorang laki-laki terhadap harta ayahnya merupakan pemimpin
dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya,
dan setiap kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai
pertanggung jawaban atas yang kalian pimpin (HR. Bukhari)
b. Islam memperlakukan budak dengan perlakuan manusiawi dan mulia.
Islam menyatakan bahwa seorang budak adalah seorang mahluk
hidup yang memiliki kehormatan dan kehidupan sebagaimana mahluk
lain. Sehingga kita harus memperlakukannya dengan baik sama dengan
memperlakukan orang tua, sanak saudara, dan lainnya. Dalam hal ini
Allah berfirman dalam surah an Nisa (4) : 36
22Maktabah syamilah, Shahih Bukhari, juz 8, h. 253
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
54/158
39
Artinya : dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh
23
, dan teman sejawat, ibnu sabil
24
dan hambasahayamu. 25
(QS. An Nisa (4) : 36)
Rasulullah saw. juga menganjurkan bahwa kita harus memuliakan
budak dengan tidak memakinya, memberi pakaian dan makanan yang
sama dengan tuannya bahkan tidak diperbolehkan memberikan
pekerjaan yang ia sendiri tidak mampu melakukannya.
Rasulullah bersabda:,
:,,,
,
,Dalam sabdanya yang lain,
:
,,.
23Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan
ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim
24
Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal.termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya
25Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 123
26Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail Ibn Ibrahim ibn al-Mughiroti al-Bukhari al-
Jafari, Shahih al-Bukhari, III: 123.
27Ibid, h. 124
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
55/158
40
c. Islam mengangkat derajat budak menjadi manusia merdeka
Tidak ada perbedaan antara manusia merdeka dengan budak, oleh
karena itu banyak anjuran untuk memerdekakan budak menjadi orang
yang merdeka supaya memiliki kesamaan derajat dengan orang merdeka
secara umum. Dalam sejarah, kita temukan bahwa Nabi saw.
mempersaudarakan budak dengan orang merdeka dengan harapan dapat
mengikat erat hubungan selain itu pula dapat mengangkat harkat dan
martabat budak tersebut di lingkungan social kemasyarakatan.
Berikut ini beberapa contoh perlakuan mengangkat harkat dan
martabat para budak:
1) Rasulullah saw. mempersaudarakan beberapa mantan budak
belian dengan beberapa pemuka Quraisy2) Bilal bin Rabbah dipersaudarakan dengan Khalid bin Ruwainah
al-Khatsma'i
3) Zaid bin Haritsah dipersaudarakan dengan paman Nabi SAW,Hamzah bin Abdul Mutallib
4) Zaid dipersaudarakan dengan Abu Bakar as-Shiddiq.28
Islam secara awal telah membebaskan budak melalui dalam diri
dan nurani si budak sendiri agar ia merasakan persamaan hak dan
kewajibannya dengan orang merdeka. Selanjutnya secara serius dan
sungguh-sungguh si budak bisa menempuh jalan-jalan secara hukum /
28Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Muhammad saw. beserta pengikutnya hijrah ke Yastrib
(sekarang Madinah), di tahun pertama di Yastrib, untuk mempererat persaudaraan antara kaum
muhajirin (kaum yang hijrah) dan kaum anshar (kaum penolong), maka Nabi SAW mempersaudarakan
dua persaudaraan Untuk lebih lengkapnya baca, Husain Haekal, Sejarah Muhammad, (Jakarta: Litera
Antar Nusa, 1996), h. 254
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
56/158
41
syariat Islam untuk kebebasannya. Inilah proses pembebasan yang
sebenarnya.
Islam juga mengupayakan pembebasan yang sebenarnya bagi
para budak, dari dalam dandari luar. Dari dalam dengan jalan
menyadarkan para budak, dari kedalaman sanubarinya, melalui
keyakinannya bahwa ni'mat kebebasan itu sangatlah tinggi dan
menggalakkan mereka agar mendapatkan kemerdekaan, sekalipun
dengan pengorbanan yang berat dan mahal.
Syariat Islam juga mengupayakan berbagai jalan untuk
membebaskan budak, seperti yang tercermin dalam beberapa sarana
berikut:
1) Memerdekakan budak karena mengharap Ridho Allah swt.
Cara ini adalah pembebasan budak dari pihak tuannya atau
pemilik budak yang mengharapkan pahala dan ganjaran di sisi
Allah swt. dan terbebas dari api neraka.
Dalam hal ini Islam sangat menggalakkan dan mendorong
(targhib) para tuan agar memerdekakan budaknya. Sebagaimana
firman-Nya dalam surah al Balad (90) : 11-13
Artinya : 11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki
lagi sukar. 12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
57/158
42
sukar itu? 13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,29
(QS. Al Balad (90) : 11-13)
Di dalam nash-nash hadist Nabawi banyak kita dapati hadist
yang menjelaskan keutamaan memerdekakan budak dan
menggalakkan pembebasannya, diantaranya:
Bahkan Nabi sangat menganjurkan untuk
membebaskannya dan mengawininya dengan harapan dapat
mengangkat derajat budak tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam hadist nabi:
:
:,,
,
2) Memerdekakan budak dengan kafarat
Kafarat merupakan sarana yang paling penting dalam
memerdekakan budak. Al-Qur'an di dalam berbagai kesempatan
29Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op.Cit, h. 1061
30Abu>al-Husain Muslim ibn al-Hujja>j al-Naisa>bu>ri>, S}oh}i>h}Muslim, (Beirut: Da>r Al-Fikr,1972), X: 151.
31Al-Ima>m Abi Abdillah Muhammad ibn Isma>il Ibn Ibra>hi>m ibn al-Mughi>roti al-Bukha>ri al-Jafari>, S{ah}i>h}al-Bukha>ri , II I: 123
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
58/158
43
menetapkan bahwa "memerdekakan budak" sebagai kafarat
(penghapus) bagi beberapa pelangggaran syari'at dan dosa-dosa
eksidental yang dilakukan oleh seorang muslim. Padahal
pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh kaum muslimin dalam
realitas kehidupannya sehari-hari sudah barang tentu tidak sedikit.
Ini berarti Islam bersungguh-sungguh dalam memerdekakan budak
sebanyak mungkin di dalam masyarakat Islam. Diantara sarana
pembebasan dengan kafarat sebagaimana disebutkan Al-Qur'an:
a) Orang yang membunuh karena keliru (tidak sengaja) maka
kafaratnya adalah memerdekakan seorang budak dan
membayar diyat kepada keluarganya.32
32An-Nisa>(4) : 92
Artinya : Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja)[ seperti: menembak burung terkena seorang mukmin], dan
barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta membayar diat[Diat ialah pembayaran sejumlah harta Karena
sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu jiwa atau anggota badan] yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[Bersedekah di siniMaksudnya: membebaskan si pembunuh dari pembayaran diat]. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir)
yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang
beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya[Maksudnya: tidak mempunyai hamba; tidak
memperoleh hamba sahaya yang beriman atau tidak mampu membelinya untuk dimerdekakan.
menurut sebagian ahli tafsir, puasa dua bulan berturut-turut itu adalah sebagai ganti dari
pembayaran diat dan memerdekakan hamba sahaya], Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua
bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
59/158
44
b) Orang yang membunuh seorang dari kaum kafir yang sedang
dalam perjanjian damai antara mereka dan kaum muslimin.
Kafaratnya adalah memerdekakan budak.33
c) Orang yang melanggar sumpah, maka kafaratnya adalah
diantaranya memerdekakan budak.34
d) Orang yang menz}ihar istrinya kemudian bertaubat maka
kafaratnya adalah memerdekakan budak.35
e) Orang yang membatalkan puasa di bulan Ramadhan dengan
lagi Maha Bijaksana (QS. An Nisa (4) : 92). Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya,
Op. Cit., h. 135
33QS. An Nisa (4) : 92Ibid.
34Al-Ma>idah (5): 89.
Artinya : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu
sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari
makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi Pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka
kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu
bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS. Al Maidah (5) : 89),Ibid, h. 176
35Al-Muja>dilah (58):3
Artinya : Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik
kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum
kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadilah (58) : 3). Ibid, h. 909
7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern
60/158
45
sengaja (tanpa uz\ur syar'i) maka kafaratnya memerdekakan
seorang budak; sebagaimana diseb