Post on 04-Aug-2015
A. JUDUL
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR KIMIA PESERTA
DIDIK SMAN 1 JETIS BANTUL MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION
B. BIDANG KAJIAN
Pembelajaran Kimia
C. LATAR BELAKANG MASALAH
Ilmu kimia secara umum termasuk dalam ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari gejala gejala alam, dan mengkhususkan diri di dalam
mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang
menyertai perubahan materi. Pembahasan tentang struktur materi mencakup
struktur partikel-partikel penyusun materi baik berbentuk atom, ion, maupun
molekul dan bagaimana partikel-partikel tersusun membentuk partikel yang lebih
besar. Pembahasan susunan partikel dalam suatu materi mencakup komponen-
komponen penyusun materi dan perbandingan banyaknya tiap komponen dalam
materi tersebut. Pembahasan tentang sifat materi mencakup sifat fisik yaitu
sifat yang terlihat atau nampak dan sifat kimia yaitu kecenderungan
materi untuk berubah menjadi materi yang lain. Pembahasan tentang perubahan
materi mencakup perubahan fisik dan perubahan kimia. Sedangkan pembahasan
tentang energi mencakup jenis dan jumlah energi yang menyertai suatu reaksi, serta
perubahan energi dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Ilmu kimia berkembang
berdasarkan hasil percobaan para ahli kimia dan para ahli pendukung ilmu kimia
untuk menghasilkan fakta dan pengetahuan yang teoritis tentang materi yang
kebenarannya dapat di jelaskan dengan logika matematika. Sebagian besar aspek
yang dibahas dalam ilmu kimia adalah konsep teoritis dan bersifat abstrak atau
invisible serta informatif. Salah satu contoh aspek kimia tersebut terdapat dalam
pengembangan silabus mata pelajaran kimia kelas XI IPA semester ganjil yang
meliputi :
1. Standar kompetensi : Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan
carapengukurannya.
2. Kompetensi dasar : Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, Hukum
Hess, data perubahan entalpi pembentukkan standar, dan data energy ikatan.
3. Indikator :
a. Menghitung harga ∆H reaksi melalui percobaan.
b. Menghitung ∆H reaksi dengan menggunakan :
Data entalpi pembentukan standar.
Diagram siklus/ diagram tingkat energy.
Energy ikatan.
Metoda yang umumnya digunakan oleh guru dalam proses belajar
mengajar pada konsep tersebut adalah ceramah atau pembelajaran klasikal.
Hasil penyelidikan yang dilakukan Bligh (1972) yang dikutip oleh Rooijakkers
(1982: 3) menyatakan bahwa pembelajaran klasikal atau pembelajaran yang
diberikan secara masal, ataupun kepada suatu kelompok besar sangat
efektif untuk menyampaikan informasi. Dengan mengutarakan masalah sekali
saja, masalah tersebut dapat sampai kepada banyak pendengar. Tetapi walau
demikian guru harus mempertimbangkan seberapa banyak siswa paham dengan
apa yang mereka dengar. Permasalahan yang datang ketika guru
menjelaskan konsep Termokimia dengan metoda ceramah dan hanya
menggunakan papan tulis sebagai media untuk menerangkan perubahan entalpi
ternyata banyak anak yang belum mampu menentukan perubahan entalpi.
Contoh permasalan tersebut adalah siswa tidak dapat memahami dan menentukkan
perubahan entalpi yang terjadi. Untuk membantu siswa memahami konsep
perubahan entalpi maka model pembelajaran Direct Instruction (DI) atau metode
ceramah diganti dengan penerapan model pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD).
Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) merupakan
model pembelajaran kooperatif. Model ini menyumbangkan ide bahwa peserta
didik yang bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu
berbuat diri mereka belajar sama baikknya. Pembelajaran model STAD terdiri dari
lima tahapan utama yaitu presensi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan skor
individu, penghargaan kelompok (Robert E. Slavin, 2005: 144).
Dengan memilih model yang tepat dan menarik bagi peserta didik, seperti
halnya pembelajaran model STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar kimia, khususnya materi
termokimia. Dengan peningkatan motivasi dan hasil belajar maka kualitasnya
pembelajaran semakin lebih baik. Yang akhirnya nilai kimia akan meningkat sesuai
dengan harapan guru dan peserta didik.
D. PERUMUSAN MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan motivasi peserta didik pada pembelajaran termokimia
SMAN 1 Jetis Bantul tahun ajaran 2012/2013?
2. Apakah dengan menggunkan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan hasil belajar kimia pada pembelajaran termokimia SMAN 1
Jetis Bantul tahun ajaran 2012/2013?
3. Bagaimana kualitas pembelajaran termokimia dengan menerapkan model
STAD?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian tindakan kelas di SMAN 1 Jetis Bantul antara lain:
1. Meningkatkan motivasi peserta didik pada pembelajaran termokimia di kelas
XIA 2 semester 4 SMAN 1 Jetis Bantul tahun ajaran 2012/2013 dengan
menerapkan model STAD.
2. Meningkatkan hasil belajar kimia pada pembelajaran termokimia dikelas
XIA 2 semester 4 SMAN 1 Jetis Bantul tahun ajaran 2012/2013 dengan
menerapkan model STAD.
3. Meningkatan kualitas pembelajaran pada pembelajaran termokimiadi kelas
XIA 2 semester 4 SMAN 1 Jetis Bantul tahun ajaran 2012/2013 dengan
menerapkan model STAD.
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Untuk peserta didik
a. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar kimia peserta didik kelas
XIA 2 semester 4 SMAN 1 Jetis Bantul dalam mengikuti proses
pembelajaran termokimia.
b. Dapat memberikan informasi tentang cara meningkatkan materi belajar
kimia melalui penerapan model STAD.
2. Untuk guru
a. Sebagai upaya untuk pemecahan masalah yang dihadapinya.
b. Untuk meningkatkan kreatifitas dalam kegiatan pembelajaran.
c. Sebagai problem solver pada kelompok guru mata pelajaran sejenis.
3. Untuk Sekolah
a. Meningkatnya profesionalisme para guru.
b. Meningkatnya mutu sekolah.
G. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:
“ Melalui penerapan Model pembelajaran Student Team Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan motivsi dan hasil belajar siswa tentang konsep
termokimia pada mata pelajaran kimia kelas XI IPA 2 semester ganjil tahun
pelajaran 2012/2013 “
H. TINJAUAN PUSTAKA
1. Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran model Student Team Achievement Division (STAD)
yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
Jonh Hopki merupakan pembelajaran yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai
menggunakan kooperatif. Pembelajaran Student Team Achievement Division
(STAD) terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut ;
Materi dalam Student Team Achievement Division (STAD) pertama-
tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan
mengajaran langsung seperti sering kali dilakukan oleh guru. Waktu
presentasi kelas guru harus benar-benar berfokus pada unit Student Team
Achievement Division (STAD). Dengan cara ini, para peserta didik akan
menyadari bahwa mereka harus benar-benar member paerhatian penuh
selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu
mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis.
Kerja kelompok terdiri dari lima atau enam peserta didik yang
mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis
kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama kerja kelompok adalah menentukan
semua anggota tim benar-benar belajar, dan mempersiapkan anggotanya
untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah gurunya menyampaikan
materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi
lainnya. Dalam kegiatan kelompok ini, para peserta didik bersama-sama
mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau
memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan
sebaik-baiknya dan saling menbantu dalam memahami materi pelajaran.
Setelah kegiatan presentasi guru dan kelompok, peserta didik
diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, peserta didik tidak
diperkenankan saling membantu, sehingga tiap peserta didik bertanggung
jawab secara individual untuk memahami materinya.
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi
karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-
rata kelompok. Tiap peserta didik diberikan skor awal. Peserta didik
selajutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka, berdasarkan tingkat
kenaikan skor kuis mereka berbanding dengan skor awal.
Kelompok akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata tim
mencapai criteria tertentu. Skor rata-rata tim 15 dapat penghargaan tim baik,
skor rata-rata tim 16 dapat penghargaan tim sangat baik dan skor tim 17
dapat penghargaan tim super..
Dengan demikian model yang tepat dan menarik bagi peserta didik,
seperti halnya pembelajaran model Student Team Achievement Division
(STAD) dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar kimia.
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model pembelajaran didefinisikan sebagai suatu pola pembelajaran
yang dapat menerangkan proses, menyebutkan dan menghasilkan
lingkungan belajar tertentu sehingga peserta didik dapat berinteraksi yang
selajutnya berakibat terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik secara
khusus. Model pembelajaran dapat membantu guru dalam pengusaan
kemampuan dan ketram[ilan yang berkaitan dengan upaya mengubah
tingkah laku peserta didik sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan
(Sutiman dan Eli Rohaeti, 2010 : 34).
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu
model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. System
pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai system kerja/
belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok yang saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
System belajar gotong royong atau cooperative learning merupakan
system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang tertruktur.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan dengan pembelajaran secara
kelompok. Tetapi belajar kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok
atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan
atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga mmemungkinkan terjadinya
interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepensi efektif
diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan
timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan peserta
didik untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya
secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama
dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus
diterapkan lima unsure model pembelajaran gotong royong, yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka.
Komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dapat diadaptasikan pada sebagian
besar mata pelajaran dan tingkat kelas. Beberapa model pembelajaran
kooperatif yang dapat diaplikasikan oleh pengajar antara lain: Student Team
Achievement Division (STAD) atau pembagian pencapaian tim siswa, Team
Games Tournamenti (TGT) atau turnamen game tim, Jigsaw II (Teka-teki
II), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) atau
mengarang dan membaca terintegrasi yang kooperatif, Team Accelerated
Instruction (TAI) atau percepatan pengajaran tim. Kelima model
pembelajaran kooperatif melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab
individual, dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang
berbeda (Robert E.Slavin, 2005 : 11).
3. Hasil Belajar
Hasil belajar mmerupakan perubahan tingkat laku yang relative tetap dan
terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Proses belajar terlaksana
mmelalui berbagai kegiatan yang khas dan mempunyai salurannya sendiri
serta hasilnya sendiri (perubahan dalam sikap atau tingkah laku yang
tercapai dan nampak dalam prestasi tertentu). Menurut Gagne (Sutiman dan
Eli Rohaeti, 2010 : 23) terdapat lima katagori hasil belajar yaitu:
1. Keterampilan intelektual atau pengetahuan procedural yang mencakup
belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah, yang
kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah.
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah baru
dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam
memperhatikan, mengingat dan berfikir.
3. Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsiakn sesuatu
dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang
relevan.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang, yang didasari emosi, kepercayaan-kepercayaan serta factor
intelektual.
Dari lima poin tersebut dapat disimpulkan hasil balajar harus
memenuhi ranah proses berfikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap
(affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotor domain). Ranah
kognitf adalah adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Blom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasikasi, menganalisis, mensintesi, dan kemampuan
mengevaluasi.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti penasaran, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik
dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannya terhadap mata pelajaran
kimia, kedisiplinannya, dalam mengikuti mata pelajaran kimia disekolah,
motivasinnya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran kimia
yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru kimia
dan sebagainya.
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kencendrungan-kecendrungan berperilaku).
Hasil belajar dikatakan berhasil bila seorang siswa telah mencapai
taraf penguasaan minimal 75% dari satuan bahasan yang dinilai. Secara
kelompok hasil belajar dinyatakan telah berhasil jika sedikitnya 85% dari
jumlah siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah mencapai taraf
penguasaan secara perorangan.
4. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara afektif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced
practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsic, berupa hasrat
dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-
cita. Sedangkan factor ekstrinsiknya adanya penghargaan, lingkungan belajar
yang konduksif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat,
kedua factor tersebut di sebabkan rangsangaan tertentu, sehingga seorang
berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat
(Hamzah B.Uno, 2006:23).
Hakikat motivasi belajar adalah internal dan eksternal pada peserta
didik-para peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsur yang
mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seorang
dalam belajar. Indicator motivasi belajar dan diklasifikasikan sebagai
berikut: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita menarik dalam
belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan
belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan dapat belajar dengan baik
(Hamzah B.Uno, 2006 : 23).
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang
belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan
pembelajaran, antara lain dalam: Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan
penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menetukan
ragam kendali terhadap rangsangan belajar, menetukan ketekunan belajar
(Hamzah B.Uno, 2006 : 27).
5. Pembelajaran Termokimia
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses kegiatan interkasi
belajar mengajar yang melibat tiga unsur utama pendidikan yaitu peserta
didik, pendidik dan sumber belajar. Pemahaman ini sesuai dengan pengertian
pembelajaran dalam undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan sekitar.
Menurut Ausubel (Sutiman dan Eli Rohaeti, 2010:21) agar terjadi
belajar bermakna, factor terpenting yang mempengaruhi belajar adalah apa
yang telah diketahui peserta didik., maka konsep atau pengetahuan baru
harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitif. Dalam proses pembelajaran, konsep-konsep yang disajikan guru
disusun secara hierarki dan konsep yang paling umum disajikan terlebih
dahulu menuju hal-hal yang paling khusus. Pada pembelajaran Termokimia
penyusunan konsep secara hierarki konseptual sebagai berikut:
Pembelajaran termokimia ini menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered
approach). Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien, strategi pembelajaran termokimia yang digunakan adalah deduktif-
induktif. Untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran termokimia
digunakan metode ceramah dan diskusi. Penerapan rangkaian dari
pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran
cooperative learning.
Termokimia untuk Sekolah Menengah Atas dipelajari di kelas XI
semester ganjil dengan standar kompetensi memahami perubahan energy
dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya. Kompetensi dasar terdiri dari:
1. Mendeskripsikan perubahan entalpi reaksi, eksoterm dan reaksi
endoterm.
2. Mennetukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hokum Hess, data
perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energy ikatan.
Termokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
perubahan kalot atau panas suatu zat yang menyertai suatu reaksi atau
proses kimia dan fisika. Secara operasional termokimia berkaitan dengan
pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia,
perubahan keadaan dan pembentukakkan larutan.
Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan atau
yang dapat diperoleh dari reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai
pengetahuan dasar untuk pengajian teoori ikatan kimia dan struktur kimia.
Focus bahasan dalam termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat
dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor
reaksi.
Hal-hal yang dikaji dalam termokimia adalah:
1. Perubahan energi yang menyertai reaksi kimia.
2. Reaksi yang berlangsung secara spontan.
3. Reaksi kimia dalam kedudukan setimbang.
I. METODE PENELITIAN
1. Rencana Penelitian
a. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMAN 1
Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta
dengan jumlah siswa 25 siswa.
b. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten
Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta.
c. Waktu penelitian
Waktu penelitian selama 2 minggu yaitu bulan minggu ke-4 bulan
September dan minggu pertama bulan Oktober, sedangkan waktu
perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian dilakukan selama
bulan Oktober tahun pelajaran 2012/2013.
d. Lama tindakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan September dan Oktober
mulai dari siklus I, siklus II, dan siklus III.
2. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini menggunakan model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert
Slavin (1995) dan teman-temannya dan prosedur penelitian model
pembelajaran STAD pada pembelajaran Termokimia meliputi beberapa
siklus:
a. Siklus I (pertama) terdiri dari:
1) Perencanaan
Tahap perencanaan selalu dilakukan baik untuk siklus pertama,
kedua dan ketiga. Kegiatan tahap perencanaan antara lain:
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Kalorimetri
yang sesuai dengan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD).
b) Menyusun lembar observasi peserta didik dan lembar observasi
guru dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar kimia
peserta didik SMAN 1 Jetis Bantul melalui penerapan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
Lembar observasi ini digunakan ketika proses tindakan
pembelajaran dilakukan.
c) Menyusun lembar kerja kelompok kalorimetri.
d) Menyusun soal tes/kuis kalorimetri.
e) Menyusun dan menyiapkan angket motivasi peserta didik yang
digunakan pada setiap akhir siklus.
f) Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan
pada saat pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan tindakan
Siklus 1 dilakukan dua kali tatap muka. Materi yang diberikan
adalah klorimetri. Pembelajaran dilakukan selama 3 jam pelajaran. 2
jam untuk pelaksanan tindakan dan satu jam untuk melaksanakan tes
hasil belajar. Observasi keaktifan peserta didik dilaksanakan selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Pada tahap tindakan guru
melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) yang dimulai dengan
presentasi kelas dilanjutkan dengan belajar kelompok, belajar
mandiri, skor kemajuan individual dan penghargaan tim. Rincian
strategi model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) siklus pertama sebagai berikut:
a) Presentasi kelas
Pertama-tama materi dalam pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Waktu presentasi kelas guru harus benar-benar
berfokus pada unit pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD). Dengan cara ini, para peserta didik akan
menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian
penuh selama presentasi kelas.
Guru memotivasi dan apersepsi peserta didik tentang
kalorimetri. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan
kelompok, setap kelompok terdiri dari 5 peserta didik. Peserta
didik dibimbing guru melaksanakan percobaan tentang
kalorimetri. Kemudian Peserta didik (dibimbing oleh guru)
melakukan percobaan tentang klorimetri.
b) Belajar Kelompok
Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk menyusun
laporan hasil praktikum.
c) Belajar mandiri
Belajar mandiri peserta didik mengerjakan kuis dari materi
kalorimetri.
d) Skor kemajuan individual
Skor kemajuan diambil melalui tugas kelompok, dan tugas
mandiri.
e) bnm
3) cvbnm
4) Vbnm,
b. Cvbnm,
c. vbnm
3. Bnm,.
e. JADWAL PENELITIAN
f. PERSONALIA PENELITIAN
g. DAFTAR PUSTAKA
h.