Post on 11-Jan-2017
PROSIDING SEMINAR NASIONALDalam Rangka Dies Natalis ke-68 Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada2014
Pengembangan dan Pemanfaatan IPTEKS untuk Kedaulatan Pangan
ISSN NO : 2442-7314Lembaga penerbit : Fakultas Pertanian UGMTahun Terbit : 2014
Penyunting:Eka Tarwaca Susila, S.P., M.P., Ph.D.
Dr. agr. Panjisakti Basunanda, S.P., M.P.Dr. Ir. Taryono, M.Sc.
Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc.Dr. Makruf Nurudin, S.P., M.P.
Muhammad Saifur Rohman, S.P., M.Eng., Ph.D.Ir. Donny Widianto, Ph.D.
Dyah Weny Respatie, S.P., M.Si.
i
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE-68 FAKULTAS
PERTANIAN UGM
Pengembangan dan Pemanfaatan IPTEKS untuk Kedaulatan Pangan
Ketua Redaksi : Eka Tarwaca Susila Putra, S.P., M.P., Ph.D.
Dewan Redaksi :
1. Dr.agr. Panjisakti Basunanda, S.P., M.P.
2. Dr. Ir. Taryono, M.Sc.
3. Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc.
4. Dr. Makruf Nurudin, S.P., M.P.
5. Dr. Subejo, S.P., M.P.
6. Muhammad Saifur Rohman, S.P., M.Eng., Ph.D.
7. Ir. Donny Widianto, Ph.D.
8. Dyah Weny Respatie, S.P., M.Si.
Sekertariat/Sirkulasi:
1. Fitriyana Sholihatun
2. Heni Septia Purwaningsih
3. Rianni Capriati
4. Halim Wicaksono
5. Febriana Intan Yusria
6. Rima Indhirawati
7. Galuh Paramita
Desain dan Layout : Rahmat Hanif Abdillah
Sekertariat:
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Jalan Flora Nomor 1 Yogyakarta
Email: faperta.ugm14@gmail.com Telp./fax.: (0274) 563062
ii
KATA PENGANTAR
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu lembaga yang
bertanggung jawab dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dituntut
untuk selalu berinovasi melalui kegiatan penelitian, khususnya dalam bidang
pertanian. Hasil-hasil penelitian tidak akan banyak diketahui oleh masyarakat apabila
tidak ada upaya untuk penyebarluasannya. Dalam upaya tersebut, Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian
bidang Pertanian 2014 dengan tema “Pengembangan dan Pemanfaatan lmu
Pengetahuan dan Teknologi untuk Kedaulatan Pangan.” Selain sebagai upaya
penyebarluasan hasil-hasil penelitian, seminar tersebut juga dimaksudkan sebagai
wadah bagi para peneliti di bidang pertanian untuk saling bertukar informasi dalam
kekinian ilmu dan teknologi bidang pertanian.
Pada pelaksanaan Seminar Nasional tahun 2014 ini berhasil dijaring sebanyak
203 judul makalah yang terbagi ke dalam 37 makalah poster dan 166 makalah lisan.
Rincian berdasarkan kelompok ilmu adalah 57 makalah di bidang budidaya
pertanian, 41 makalah di bidang sosial ekonomi pertanian, 4 makalah di bidang
perikanan, 9 makalah di bidang mikrobiologi pertanian, 12 makalah di bidang hama
dan penyakit tumbuhan, dan 29 makalah di bidang ilmu tanah. Tingginya minat
dalam keikutsertaan pada seminar nasional ini menunjukkan tingginya kegiatan riset
dalam bidang pertanian. Harapan kedepannya adalah kegiatan seminar nasional dapat
terus dilaksanakan secara rutin sebagai wadah penyebaran dan pertukaran informasi
hasil-hasil penelitian bidang pertanian terkini.
Yogyakarta, September 2014
iii
DAFTAR ISI
KODE NAMA JUDUL MAKALAH HALAMAN
AC01 Agus Supriyo Aspek Budidaya Lahan dalam
Pengembangan Pertanian Lahan
Rawa Pasang Surut (Studi Kasus :
Danda Besar, Kab. Barito Kuala) ................1-9
AC02 Ahmad Suriadi Trend Produktivitas Padi Akibat
Perubahan Iklim di NTB ............10-15
AC04 Athoillah Azadi Pengembangan Mesin Tanam-
Pindah Bibit Padi Indo Jarwo
Transplanter ............16-21
AC05 Budi Hartoyo Respon Varietas Unggul Baru
(VUB) Padi pada Berbagai
Pengelolaan Pemupukan (Studi
Kasus di Kabupaten Malang) ............22-26
AC06 Sukristiyonubowo Produktivitas Air dan Hasil Padi
pada Beberapa Tinggi Genangan
Air pada Sawah Bukaan Baru ............27-35
AC08 Ernitha Panjaitan Budidaya Padi Organikmendukung
Kedaulatan Pangan Nasional ............36-44
AC09 I. G. K. Dana Arsana Inovasi Teknologi Budidaya
Varietas Unggul Baru Kedelai
(Glycine max) Di Daerah
Klungkung Bali ............45-49
AC10 Iin Siti Aminah Efisiensi Pemanfaatan Lahan
Marginal Pasang Surut Melalui
Tumpangsari Jagung-Kedelai
dengan Pemberian Pupuk Hayati ............50-55
AC11 Mamik Sarwendah Aktifitas Nitrat Reduktase dan
Kandungan Klorofil Beberapa
Tanaman Sela Sistem
Tumpangsari pada Kawasan
Perkebunan Kelapa Sawit Tbm 3 ............56-59
AC12 Meinarti Norma
Setiapermas
Perencanaan Pola dan Waktu
Tanam pada Tanaman Semusim
untuk Antisipasi Perubahan
Cuaca/Iklim di Lahan Sawah ............60-66
AC13 S. A. N Aryawati Pengembangan Padi Organik
dengan Teknologi PPT pada
Integrasi Tanaman Ternak untuk
Kedaulatan Pangan ............67-71
AC16 Taufan Alam Efektivitas Gulma Siam
(Chromolena odorata) sebagai
Subtitusi Pupuk Urea pada
Pertanaman Jagung ............72-78
iv
AC17 Tota Suhendrata Pengkajian Mesin Tanam Bibit
Padi Jajar Legowo (Rice
Transplanter Jajar Legowo 2:1)
pada Lahan Sawah Irigasi di
Kabupaten Sragen ............79-85
AH01 Andre Sparta / R.
Triatminingsih
Peningkatan Jumlah Tunas
Manggis (Garcinia mangostana
L.) Secara In Vitro Berdasarkan
Jumlah Sub Kultur ............86-90
AH02 Hanny Hidayati
Nafi`ah
Pengaruh Jarak Tanam dan
Pengaturan Jumlah Bunga
terhadap Produksi Mentimun ........91-95
AH03 I. G. K. Dana Arsana Kajian Budidaya Tanaman Kelor
(Moringa oleifera) sebagai
Sayuran Alternatif Pemanfaatan
Sumber Daya Genetik Lokal Di
Bali ........96-100
AH04 Meksy Dianawati Penggunaan Limbah Organik
Biogas sebagai Media Tanam pada
Produksi Benih Kentang (Solanum
tuberosum L.) ........101-106
AH05 Nur Fitriana Usahatani Cabai di Lahan
Pekarangan dengan Irigasi Tetes ........107-113
AH06 Yayuk A. Betty Kajian Agronomis dan Pengenalan
Varietas Unggul Nasional Gladiol
(Gladiolus hybridus) Di
Bandungan Jawa Tengah ........114-119
AH08 Sri Trisnowati Perubahan Mutu dan Umur
Simpan Buah Sawo (Manilkara
zapota (L.) van Royen) Setelah
Pengiriman Menggunakan
Berbagai Kemasan Kardus ........120-124
AP01
Ketut Anom Wijaya
Efek Suplai N terhadap Kadar
Gula Nira Tebu Varietas
Bululawang
........125-129
AP02 Sri Hartatik Pengembangan Teknik Budidaya
Single Bud Planting pada
Pembibitan Tebu (Saccharum
officinarum L.): Optimasi
Komposisi Media Tanam dan
Penambahan ZPT ........130-133
AP03 Zainal Arifin Metode Geolistrik dalam
Penentuan Sebaran Akar Kelapa
Sawit ........134-138
v
BC01 Ali Husni Daya Hasil 23 Galur Mutan
Kedelai Hasil Induksi Mutasi dan
Seleksi In Vitro terhadap Cekaman
Kekeringan di Kabupaten Maros ........139-144
BC02 Anggiani Nasution Varietas Lokal Padi sebagai
Sumber Ketahanan Penyakit Blas
Daun dan Blas Leher ........145-148
BC04 Endang Suhartatik Respon Varietas Baru Padi Gogo
terhadap Teknologi Budidaya di
Lahan Kering ........149-154
BC05 Hairil Anwar Pengaruh Serangan Penggerek
Polong terhadap Keragaan Hasil
Galur-Galur Harapan Kedelai di
Kabupaten Banyumas ........155-163
BC06 Joko Triastono Keragaan Display Varietas Unggul
Baru (VUB) Padi dalam
Mendukung Swasembada Padi di
Kabupaten Batang ........164-168
BC07 Mamik Sarwendah Kajian Adaptasi Galur Harapan
Padi di Sawah Tadah Hujan
Kabupaten Belitung Timur ........169-176
BC08 Meinarti Norma
Setiapermas
Keragaan Produktivitas Padi Inpari
18, Inpari 19, dan Inpari 20 di
Kabupaten Boyolali ........177-181
BC09 Novita Nugrahaeni Hasil dan Komponen Hasil Galur-
Galur Kedelai Umur Genjah ........182-187
BC10 S. A. N Aryawati Pengkajian Budidaya Padi Varietas
Unggul Baru dengan Teknologi
Pengelolaan Tanaman Terpadu
Mewujudkan Kedaulatan Pangan
Di Bali ........188-192
BC13 Supriyanta Penyaringan Ketahanan terhadap
Cekaman Salinitas Padi Dusel
Hasil Mutasi Generasi M3 ........193-204
BC14 Trisnaningsih Galur-Galur Padi Rawa Potensial
Yang Tahan Hama dan Penyakit
Utama pada Lahan Marginal ........205-210
BH01 Erlina Ambarwati Potensi Hasil Galur Mutan
Harapan Tomat di Dataran Rendah
dan Dataran Tinggi ........211-219
BH02 Eti Heni Krestini Pengujian Ketahanan 26 Genotipe
Cabai Rawit terhadap Serangan
Penyakit Antraknosa Di
Laboratorium ........220-225
BH03 Suyadi
Mitrowihardjo
Usaha Memperoleh Partenokarpi
Buah Tomat (Solanum
lycopersicum L.) dangan
Menggunakan Ga3 ........226-233
vi
BP01 Muhammad Arief
Nasution
Induksi Keragaman Genetik
Melalui Iradiasi Sinar Gamma
pada Berbagai Benih Klon Kakao
Asal Sulawesi Selatan ........234-239
EC02 Indri Januarti / Eka
Mulyana
Karakteristik Sosial Ekonomi
Wanita Tani dan Model Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Petani Padi
Rawa Lebak Di Kecamatan
Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir,
Sumatera Selatan ........240-244
EC04 Mahsyuri / Hanni Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Kedelai di Kabupaten
Bantul ........245-250
EC05 R. Kurnia
Jatuningtyas
Tingkat Penerapan Teknologi
Budidaya Kedelai di Kabupaten
Wonogiri
........251-256
EC06 Sarjana Peluang Peningkatan Produksi
Kedelai Ditinjau dari Aspek
Kelayakan Usahatani dan Pola
Pengambilan Keputusan Petani ........257-266
EE01 Dian Maharso
Yuwono Dukungan Feati pada
Pengembangan Agribisnis Ternak
Kambing-Domba di Jawa Tengah ........267-271
EE02 Fairuz Indana Ekonomi Rumah Tangga Petani
Tambak Rumput Laut di
Kabupaten Brebes ........272-277
EH01 Forita Dyah Prospek Pengembangan Kentang
dan Permasalahannya di
Kabupaten Banjarnegara ........278-283
FE02 Kusnandar Strategi Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan Berbasis Ekosistem ........284-298
FE04 Retno Budhiati Strategi Peningkatan Konsumsi
Ikan di Kota Tegal sebagai Upaya
Kedaulatan Pangan ........299-308
FE05 Suyono Model Korelasi Persepsi dan
Partisipasi Masyarakat dengan
Degradasi Mangrove Di Wilayah
Pantai Kabupaten Brebes ........309-314
IC01 Hasbullah Syaf Evaluasi Lahan untuk Peruntukan
Tanaman Pangan pada Tanah
Timbunan Luapan Banjir Berulang
Di Konda, Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara
........315-322
vii
IC02 Hendy Hendro Pemetaan Lahan Kritis sebagai
Landasan Meningkatkan
Produktivitas Lahan untuk
Penyediaan dan Ketahanan Pangan
dengan Menggunakan Pendekatan
Spasial Temporal Di Kawasan
Muria ........323-329
IC03 Siti Nurul Rofiqo
Irwan
Perkotaan dan Ketahanan Pangan:
Pengembangan Lanskap Produktif
Berkelanjutan di Perkotaan ........330-335
IC04 Tri Jaka Kartana Strategi Pengelolaan Terpadu
Waduk sebagai Kawasan
Agrohidroekowisata Berwawasan
Lingkungan dan Berkelanjutan
Berbasis Permodelan Spasial ........336-343
IP01 Taufan Alam Optimasi Produk Cengkeh Sistem
Agroforestri Di Pegunungan
Menoreh ........344-351
KC01 Ali Pramono Neraca Karbon pada Sistem
Pertanian Bioindustri
Berkelanjutan di Lahan Tadah
Hujan ........352-356
KC02 Aribawa / SAN
Aryawati
Penggunaan Sistem Informasi
Kalender Tanaman Terpadu untuk
Antisifasi Perubahan Iklim pada
Tanaman Padi di Kabupaten
Tabanan Bali ........357-362
KC03 Eni Yulianingsih Emisi CH4 dan N2O pada Musim
Tanam Walik Jerami dan
Gogorancah di Lahan Sawah
Tadah Hujan ........363-367
KC04 Mulyono Nitisapto Pengaruh Pemanasan Global dan
Perubahan Iklim terhadap Kearifan
Lokal ........368-382
KC06 Sri Karyaningsih Dampak Perubahan Iklim terhadap
Kegiatan Pertanian ........383-388
KE01 Hadi Supriyo Pemetaan Indeks Potensi Lahan
Di Kawasan Muria Berbasis
Sistem Informasi Geografis (Sig) ........389-392
MC01 Agus Bakar
Rachman
Tingkat Penggunaan Persentase
Pati Gembili (Dioscorea aculeata
L.) pada Sifat Fisik dan
Akseptabilitas Nugget Ayam
........393-398
MC03 Nurdeana /
Mahargono
Pengaruh Pengukusan Serta
Penambahan Tepung Ketan dan
Tepung Beras terhadap Tekstur
dan Uji Hedonik Dodol Pisang ........399-405
viii
MC05 Sri Sudarwati Inovasi Teknologi Pengolahan
Bahan Pangan Sumber
Karbohidrat Non Beras dalam
Mendukung Ketahanan Pangan di
Kalimantan Timur
........406-411
MC06 Sri Sudarwati Pengaruh Teknologi Pengolahan
Pisang terhadap Tingkat
Penerimaan Konsumen dan
Analisa Usaha Taninya ........412-417
MC07 Yeyen Prasetyaning
Wanita
Pengaruh Penambahan Gelatin
terhadap Mutu dan Penerimaan
Konsumen pada Permen Jelly
Srikaya (Annona squamona) ........418-424
MC08 Yeyen Prasetyaning
Wanita
Fortifikasi Tepung Beras Hitam
dalam Pembuatan Cendol
Ganyong (Canna edulis) sebagai
Pangan Fungsional ........425-430
ME02 Yennita Sihombing Pengaruh Jumlah Tepung
Campuran dan Natrium
Tripoliphosfhat terhadap Mutu
Bakso Daging Sapi ........431-436
P02 Yullianida Observasi Galur Padi Gogo
Toleran Keracunan Alumunium
dan Tahan Penyakit Blas Leher di
Lahan Kering Masam ........437-442
P03 Marida Santi YIB Evaluasi Ketahanan Galur-Galur
Kedelai terhadap Penggerek
Polong, Etiella zinckenella
Treitsche (Lepidoptera: pyralidae) ........443-449
P06 Sri Wahyuningsih Budidaya Berkelanjutan Aneka
Ubi Guna Mewujudkan Ketahanan
Pangan Mandiri dan Berdaulat ........450-461
P07 Sularno Kontribusi Varietas Unggul Baru
dalam Usahatani Padi untuk
Meningkatkan Produksi dan
Pendapatan ........462-467
P09 Nurjaya Pembandingan Efektivitas Pupuk
NPK Majemuk 15-7-8 dengan
Pupuk NPK Tunggal terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Padi Sawah
........468-473
P10 Yulis Hindarwati Identifikasi Logam Berat Cd pada
Tanah dan Gabah di Lokasi
Pengembangan Padi Organik
Kabupaten Semarang ........474-478
ix
P11 M. Hidayanto Pengelolaan Lahan Bekas
Penambangan Batubara untuk
Pengembangan Ubi Jalar ........479-483
P12 M. Hidayanto Optimalisasi Pemanfaaan Lahan
Pekarangan untuk Mendukung
Kecukupan Sayuran Keluarga di
Kabupaten Paser ........484-488
P14 Budi Kurniawan. Strategi Pengelolaan Terpadu
Waduk/Bendungan sebagai
Kawasan Agrohidroekowisata
Berwawasan Lingkungan dan
Berkelanjutan Berbasis
Permodelan Spasial. ........489-496
P15 Suyono Teknologi Sederhana Peredam
Gelombang Laut untuk
Optimalisasi Reboisasi Mangrove
Di Pantai Kabupaten Brebes
Propinsi Jawa Tengah ........497-502
P24 Dian Adi Anggraeni Formulasi Produk Keripik
Simulasi dari Tepung Komposit
Keladi dan Ubi Jalar dan Analisis
Usaha Pengolahannya ........503-508
P25 Ninik Umi Hartanti Kemampuan Daya Apung Pelet
dengan Teknik Fermentasi
Bersumber Bahan Nabati Yang
Berbeda ........509-514
P28 Suharyanto Efektivitas Kebijakan Harga
Pembelian Pemerintah (HPP)
Gabah Kering Panen (GKP) di
Provinsi Bali Tahun 2010-2013 ........515-520
P29 Suharyanto Analisis Ketahanan Pangan
Rumahtangga Petani (Modifikasi
Metode Jonsson And Toole dengan
Pendekat Analisis Ordered
Logistic) ........521-527
P30 Atang Muhammad
Safei
Kajian Hubungan Penyuluh
Pertanian dengan Peningkatan
Produktivitas Padi di Kabupaten
Tasikmalaya ........528-532
P31 Nyoman Ngurah
Arya
Ketersediaan dan Kebutuhan Beras
di Provinsi Bali ........533-538
P32 Kusnandar dan
Endang Siti Rahayu
Analisis Kelembagaan Primkopti
dalam Rantai Pasok Kedelai di
Kabupaten Grobogan ........539-546
P33 Atang Muhammad
Safei
Preferensi Teknologi Petani pada
Pendampingan Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)
di Kota Tasikmalaya ........547-552
x
P34 Endang Siti Rahayu Model Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Kerajinan Kaligrafi Kulit
Kambing sebagai Strategi
Pengembangan Industri Kreatif
dan Produk Unggulan Lokal di
Kabupaten Sukoharjo ........553-559
P35 Sri Mulyani Strategi Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan Berbasis Ekosistem ........560-573
P36 Nila Prasetiaswati Preferensi Petani Lahan Kering
Masam terhadap Calon Varietas
Unggul Kedelai Berbiji Besar Di
Kalimantan Selatan dan Lampung
Timur ........574-588
P38 Sri Minarsih Penerapan Rekomendasi
Pemupukan Hara Spesifik Lokasi
Berbasis Web (PHSL On Line)
sebagai Upaya Menghemat Biaya
Pemupukan di Kabupaten Klaten ........589-595
P40 Siti Muzaiyanah Pengendalian Gulma Efisien pada
Tanaman Kedelai (MK II) di
Banyuwangi
........596-603
PC02 Asikin Biopestisida sebagai Kearifan
Lokal dalam Menunjang Pertanian
Organik ........604-609
PC03 Asikin Pengendalian Serangga Hama
Utama Padi Ramah Lingkungan di
Lahan Rawa Pasang Surut ........610-618
PC04 Dina Istiqomah Keefektifan Bakteri Endofit dalam
Meningkatkan Pertumbuhan
Tanaman Jagung secara In Vitro ........619-626
PC06 Hafiz Fauzana Efikasi Abu Terbang Batubara
terhadap Wereng Batang Padi
Coklat (Nilaparvata lugens) ........627-631
PH04 Gunawan Toksisitas Campuran Ekstrak
Barringtonia asiatica L. (Kurz)
(Lecythidaceae) dengan Tiga Jenis
Ekstrak Tumbuhan terhadap
Spodoptera litura F. (Lepidoptera:
Noctuidae). ........632-636
PH05 Indratin / Sri
Wahyuni Penurunan Konsentrasi Residu
Heptaklor dengan Urea Arang
Aktif Yang Diperkaya Mikroba
pada Lahan Sayuran ........637-642
PH06 Tri Joko Deteksi Molekular Bakteri
Penyebab Penyakit Busuk Lunak
pada Anggrek Menggunakan
Teknik Polymerase Chain
Reaction ........643-648
xi
PH08 Utik Windari Insidensi Penyakit Bacterial Fruit
Blotch pada Melon Di Daerah
Istimewa Yogyakarta dan
Sekitarnya ........649-654
PP01 Danar Dono Pengendalian Ceratovacuna
lanigera dengan Formula Ekstrak
Biji Barringtonia asiatica
(Lecythidiceaea) ........655-660
PP03 Tri Harjaka Pengaruh Kelembaban Tanah
terhadap Infeksi Jamur Patogen
Serangga pada Lepidiota Stigma ........661-665
RC01 Mohd Harisudin Rekomendasi Strategi
Pengembangan Agribisnis Jagung
di Kabupaten Grobogan, Propinsi
Jawa Tengah ........666-672
RC02 Sri Peni
Wastutiningsih
Kebijakan Setengah Hati Pangan
Lokal untuk Mendukung
Ketahanan Pangan: Kasus
Kabupaten Lombok Barat .......673-680
RC04 Evi Nurifah J Kajian Variabel Kebijakan Internal
dan Eksternal Menggeser Kurva
Penawaran pada Keseimbangan
Pasar Beras Domestik dengan
Pendekatan Duality
........681-686
RC05 Hano Hanafi /
Suradal
Kajian Karakteristik dan
Kelembagaan Penangkar -
Produsen Benih Padi dalam
Mendukung Kedaulatan Pangan Di
Daerah Istimewa Yogyakarta ........687-694
RC08 Partoyo Pengembangan Sistem Informasi
Spasial Berbasis Desa untuk
Mendukung Penguatan Ketahanan
Pangan Di DIY ........695-701
RC11 Sri Marwanti Peran Kelembagaan Lokal Bagi
Inovasi Kreatif Pengolahan
Pangan Berbasis Umbi-Umbian
untuk Penguatan Kedaulatan
Pangan di Karanganyar ........702-705
RE01 Aris Slamet Widodo Efisiensi Teknis Usahatani
Konservasi Lahan Pantai di
Kabupaten Bantul ........706-712
RE02 Gontom C Kifli Pengembangan Model Adopsi
Inovasi Melalui Jaringan
Komunikasi ........713-718
RE03 Nyoman Ngurah
Arya
Kelayakan Finansial Usahatani
Kambing Peranakan Ettawa dalam
Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
........719-724
xii
RH02 Susi Wuri Ani Pengembangan Kawasan
Agribisnis Kunyit di Kabupaten
Karanganyar ........725-729
RP02 Yuhan FM Kelembagaan Pasar Lelang Cabai
Merah di Kecamatan Panjatan
Kabupaten Kulon Progo ........730-735
RP03 Eka N J Konsolidasi Lahan Pertanian Pasir
Pantai di Kecamatan Panjatan
Kabupaten Kulon Progo ........736-739
SC01 Ahmad Suriadi Pengkajian Aplikasi Pengairan
Basah-Kering untuk Meningkatkan
Produktivitas Padi Sawah di NTB ........740-744
SC02 Ani Susilawati Sifat Fisika Tanah di Guludan
pada Sistem Surjan Tanah Sulfat
Masam ........745-750
SC04 Cicik Oktasari Dinamika Logam Berat Co dan Zn
Berdasarkan Bahan Induk Tanah di
Sawah Tadah Hujan Kabupaten
Jombang ........751-756
SC05 Cicik Oktasari Karakteristik Bahan Induk Tanah
di Lahan Sawah Kabupaten
Jombang ........757-762
SC06 Eni Maftu’ah Pengaruh Biochar terhadap Sifat
Kimia Tanah dan Pertumbuhan
Padi di Lahan Sulfat Masam
........763-769
SC07 Poniman Peningkatan Hasil dan Mutu Padi
Sawah melalui Pengendapan
Limbah Cair Tapioka (LCT) ........770-775
SC09 Sukarjo Keterkaitan Kandungan Mn dan
Zn Total dalam Tanah terhadap
Kandungannya dalam Beras ........776-780
SC10 Terry Ayu Adriany Pengaruh Pemberian Amelioran
pada Tanah Gambut Yang
Disawahkan terhadap Emisi
Metana (CH4) ........781-786
SC11 Yulia Raihana Peranan Pengaturan Air dan
Permupukan di Lahan Gambut
Pasang Surut Bagi Tanaman Padi ........787-794
SH01 Joko Pramono Kajian Pemupukan Urea Berlapis
Bahan Penghambat Nitrifikasi
pada Budidaya Jahe (Zingiber
officinale Rosc.) ........795-800
SP01 Murni Handayani Kajian Sifat Fisik-Kimia Andisol
Di Bawah Tegakan Tanaman Teh
dengan Tingkat Kerapatan Yang
Berbeda ........801-805
xiii
SP02 Rahmah Dewi
Yustika
Penggunaan Teknik Konservasi
Penanaman Menurut Kontur dan
Agroforestri untuk Mencegah
Degradasi Tanah ........806-810
SP03 Ratri Noorhidayah Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tujuh
Ordo Tanah Yang Tersebar di
Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta ........811-819
SP04 Suci Handayani-
Hibah Erodibilitas Tanah Di Kecamatan
Patuk dan Gedangsari,
Gunungkidul ........820-826
SP05 Triyani Dewi Kemampuan Azotobacter dan
Fungi Mikoriza Arbuskula dalam
Menurunkan Konsentrasi Timbal
dan Kadmium pada Tanah Oleh
Tanaman Haramay (Boehmeria
Nivea Gaud) ........827-832
TC02 Endah Wahyurini Pengaruh Benzil Amino Purin dan
Sukrosa terhadap Pertumbuhan
Embrio Kedelai Edamame
(Glycine max) Secara In Vitro ........833-838
TH01 Agus Sutanto Bakteri Indigen Bioremediator
Limbah Cair Nanas ........839-846
TH02 Christina L. Salaki Deteksi Keanekaragaman Gen Cry
dan Morfologi Kristal Protein
Bacillus thuringiensis Indigenous
Indonesia Yang Potensial sebagai
Kandidat Biopestisida Ramah
Lingkungan terhadap Hama
Tanaman Kubis ........847-852
TH03 Dyah Weny Respatie Pertumbuhan dan Kandungan
Flavonoid Daun Sirsak (Annona
muricatalinn) pada Perlakuan
Macam Pupuk Organik ........853-857
TH04 Rahayu
Triatminingsih
Pengaruh Benzyl Amino Purine
(BAP) dan Polyethylene Glycol
(PEG) terhadap Pembentukan
Embrio Somatik Durian secara In
Vitro ......858-862
TH05 Rita Elfianis Uji Ekspresi Artemisinin pada
Artemisia Cina dengan
Menggunakan Reverse
Transcriptase-Polymerase Chain
Reaction (RT-PCR) .....863-869
TH06 Tantri Swandari Deteksi Keberadaan Gen Terkait
Antosianin dan Asosiasinya
terhadap Kualitas Buah Cabai
(Capsicum spp.) ......870-875
619
KEEFEKTIFAN BAKTERI ENDOFIT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN
JAGUNG SECARA IN VITRO
Dina Istiqomah dan Tri Joko Program Studi Fitopatologi, Program
Pascasarjana, Fakultas Pertanian UGM (dinasti.1990@yahoo.co.id)
ABSTRAK
Jagung merupakan komoditas pangan alternatif karena memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dan bahan baku industri olahan. Salah satu kendala utama produksi jagung adalah serangan patogen yang dapat menurunkan kualitas dan produktivitas tanaman, sehingga perlu teknologi yang dapat meningkatkan kualitas tanaman jagung. Bakteri endofit yang telah banyak diteliti dilaporkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan bakteri endofit dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung secara in vitro. Sebanyak tiga isolat bakteri endofit (AKOC1, DnAr4 dan Ea9) diaplikasikan pada plantlet jagung dalam bentuk suspensi, dengan kombinasi perlakuan sebagai berikut: 1) perendaman biji jagung dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; 2) tanpa perendaman dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; 3) dengan pemotongan ujung akar; 4) dengan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam dan 5) penambahan triptofan 0,01% pada medium agar. Medium pertumbuhan plantlet jagung menggunakan medium agar + Tryptic soy broth 0,01%. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, berat basah dan kering tajuk, berat basah dan kering akar, serta keberadaan jamur kontaminan. Hasil penelitian menunjukkan isolat DnAr4 yang diperlakukan dengan penuangan suspensi 1 hari setelah tanam menunjukkan hasil terbaik dengan peningkatan tinggi tanaman sebesar 47,69%, berat basah tajuk 68,09%, berat basah akar 62,9%, berat kering tajuk 35,19% dan berat kering akar sebesar 52,93%. Namun demikian, semua isolat tidak mampu menekan pertumbuhan jamur kontaminan. Kata kunci: bakteri endofit; keefektifan; jagung; pertumbuhan in vitro
Pendahuluan
Jagung merupakan komoditas pangan alternatif karena memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dan bahan baku industri olahan. Program diversifikasi pangan mulai mengarahkan kebiasaan konsumsi beras kepada jagung dan singkong. Selain itu, untuk mengantisipasi krisis energi, masyarakat dunia mulai terbuka pada pemanfaatan jagung sebagai sumber energi alternatif.
Laju peningkatan produksi jagung di Indonesia relatif masih lamban, di sisi lain kebutuhan jagung sebagai bahan baku industri pangan dan pakan mengalami peningkatan yang lebih cepat. Menurut data statistik, produksi jagung pada tahun 2013 (ASEM) turun sebesar 0,88 juta ton (4,54 %) dibanding tahun 2012. Penurunan produksi ini diakibatkan karena penurunan luas lahan. (Anonim, 2014). Penurunan produktivitas jagung juga diakibatkan oleh penyakit (Sumartini dan Hardaningsih, 1995 cit. Surtikanti, 2011).
Teknologi yang ramah lingkungan sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman jagung. Beberapa penelitian melaporkan bahwa inokulasi bakteri endofit dapat meningkatkan pertumbuhan
620
tanaman. Bakteri endofit merupakan bakteri yang berada dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan gejala penyakit (Zinniel et al. 2002). Kemampuan bakteri endofit dalam menyediakan hara, memproduksi hormon IAA (indole-3- acetic acid), menghasilkan enzim ekstraseluler, produksi sianida, pelarut pospat dan aktivitas fluoresensi (Munif, 2001). Hasil penelitian Tarabily (2003) juga menyebutkan bakteri endofit yang diisolasi dari akar jagung dapat dimanipulasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung.
Berdasarkan alasan tersebut, perlu dilakukan lebih banyak penelitian terhadap bakteri endofit yang berpotensi meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman jagung dengan berbagai kombinasi perlakuan.
Metode Penelitian
Pengujian untuk mengetahui keefektifan bakteri endofit terdiri dari 5 perlakuan, yaitu: 1) perendaman biji jagung dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; 2) tanpa perendaman dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; 3) dengan pemotongan ujung akar; 4) dengan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam dan 5) penambahan triptofan 0,01% pada medium agar.
Biji jagung dikecambahkan selama 4 hari dalam cawan petri yang telah dialasi kertas saring dan dibasahi air steril hingga lembap. Perlakuan biji jagung yang didisinfeksi larutan NaOCl 0,5% dilakukan dengan cara merendam biji jagung pada larutan NaOCl 0,5% selama 30 menit sebelum dikecambahkan.
Ketiga isolat bakteri yang telah ditumbuhkan pada medium YPA 2% selama 48 jam, diambil koloni tunggal dan diperbanyak pada medium YPB dengan digojok selama 24 jam, disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan pellet bakteri. Kemudian pellet bakteri disuspensikan dengan aquades steril hingga 25 mL untuk merendam biji jagung yang sudah berkecambah selama 1 jam (5 biji untuk tiap suspensi bakteri), ditiriskan dan ditumbuhkan pada tabung reaksi yang telah berisi medium agar + Tryptic Soy Broth 0,01% dan untuk perlakuan penambahan triptofan ditumbuhkan pada media agar + Tryptophan 0,01% selama tujuh hari dalam ruang kultur pada suhu ruang. Perlakuan pemotongan akar dilakukan dengan cara memotong ujung akar sebelum direndam dalam suspensi bakteri dan perlakuan dengan penuangan, suspensi bakteri dituang dengan menggunakan mikropipet sebanyak 100 µL di media agar pada 1 hari setelah tanam. Sedangkan untuk tanaman kontrol tanpa perlakuan apapun.
Tinggi tanaman dan keberadaan jamur kontaminan diamati setiap hari selama tujuh hari, penimbangan berat basah tajuk dan akar pada hari ke tujuh dan penimbangan berat kering tajuk dan akar dilakukan setelah tanaman dioven pada suhu 70 ºC - 90 ºC selama 2 hari hingga mencapai berat konstan.
621
Hasil Dan Pembahasan
A. Isolat bakteri yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan tanaman jagung in vitro yang
diinokulasi bakteri endofit mengalami peningkatan tinggi tanaman dibandingkan kontrol (Gambar 1.)
Gambar 1. Tinggi tanaman jagung dengan perlakuan: a. perendaman biji jagung dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; b. tanpa perendaman larutan desinfektan NaOCl 0,5%; c. dengan pemotongan ujung akar; d. dengan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam dan e. dengan penambahan triptofan 0,01% pada media agar. (A: AKOC1; D: DnAr4; E: Ea9 dan K: Kontrol)
Menurut Sitompul dan Guritno (1995), tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang mudah diamati sebagai indikator pertumbuhan. Grafik pertumbuhan (Gambar 2.) menunjukkan bahwa aplikasi bakteri endofit pada plantlet jagung dapat meningkatan tinggi tanaman. Kecuali pada perlakuan pemotongan akar dan penuangan suspensi bakteri pada 1 hst, laju pertumbuhan isolat Ea9 lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.
Gambar 2. Grafik laju peningkatan tinggi tanaman tiap perlakuan.
Tinggi tanaman pada perlakuan dengan perendaman larutan desinfektan NaOCl 0,5% tertinggi diperoleh dari tanaman jagung yang diinokulasi isolat DnAr4 sebesar 189,06%, sedangkan AKOC1 sebesar 62,5% dan Ea9 112,5%. Pada perlakuan tanpa perendaman larutan NaOCl 0,5%, tinggi tanaman berturut- turut oleh isolat DnAr4 sebesar 170,25%, AKOC1 163,64% dan Eag 96,69%. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara perlakuan dengan perendaman larutan desinfektan NaOCl 0,5% dengan yang tanpa dilakukan perendaman.
a b c d e
A D E K A D E K A D E K A D E K A D E K
622
Pada perlakuan dengan pemotongan ujung akar, isolat DnAr4 memberikan peningkatan sebesar 52,28% dan AKOC1 sebesar 12,36%, sementara Ea9 menunjukkan hasil yang lebih rendah 2,66% dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut disebabkan tanaman kontrol dapat memanfaatkan hara yang tersedia secara efisien untuk membentuk akar- akar lateral meskipun tanpa inokulasi bakteri. Terbentuknya akar-akar lateral tersebut akan meningkatkan jumlah akar sehingga sebaran akar akan lebih luas dan serapan hara akan lebih optimal (Gardner et.al., 1991).
Penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam hanya memberikan peningkatan tinggi tanaman pada tanaman yang diinokulasi isolat DnAr4 sebesar 47,69%. Isolat AKOC1 lebih rendah 4,22% dan Ea9 20,89% dari kontrol. Rendahnya laju pertumbuhan pada kedua isolat tersebut diakibatkan sel- sel bakteri kurang aktif menjangkau perakaran tanaman jagung atau mengalami degenerasi selama belum menjangkau perakaran.
Peningkatan tinggi tanaman pada tanaman jagung yang diinokulasi bakteri endofit disebabkan oleh hormon IAA. Hasil penelitian Ngoma et.al (2013) dan Saylendra (2013) juga membuktikan bahwa bakteri endofit yang diisolasi dari perakaran jagung dapat merangsang pertumbuhan akar lateral, akar adventif, akar primer dan menghasilkan hormon pertumbuhan sehingga tanaman dapat tumbuh lebih baik. Triptofan merupakan prekursor pembentukan hormon IAA. Oleh karena itu, penambahan triptofan pada medium agar bertujuan agar bakteri dapat menggunakan triptofan yang tersedia untuk disintesis dalam pembentukan IAA, sehingga terlihat dalam grafik (Gambar 2.) bahwa tinggi tanaman perlakuan lebih tinggi dari kontrol.
B. Pengaruh bakteri endofit terhadap berat basah dan kering tanaman. Berat basah dan kering tanaman sering digunakan untuk
menganalisis pertumbuhan tanaman. Berat basah merupakan total berat tanaman yang menunjukkan hasil aktivitas metabolik tanaman, sedangkan berat kering merupakan hasil penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 (Salisbury dan Ross, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian, inokulasi bakteri endofit pada tanaman jagung dapat meningkatkan berat basah tajuk dan akar serta berat kering tajuk dan akar (Gambar 3.)
623
Gambar 3. Berat basah dan berat kering tanaman tiap perlakuan. Hampir semua perlakuan menunjukkan pengaruh bakteri endofit
terhadap peningkatan berat basah dan kering. Akan tetapi, pada isolat DnAr4 yang diperlakukan dengan perendaman biji dalam larutan NaOCl 0,5% menunjukkan berat basah akar yang 6,05% lebih rendah dari kontrol. Berat basah akar tanaman jagung yang dipotong akarnya yang diinokulasi isolat Ea9 mempunyai berat 14,49% lebih rendah dari kontrol. Hal ini disebabkan karena air dan hara yang diserap oleh akar tidak efisien untuk disintesis menjadi asimilat guna meningkatkan pertumbuhan tajuk. Sedangkan pada berat basah akar yang lebih rendah diduga akar tidak efisien dalam menyerap hara, tetapi pertumbuhan tajuk lebih dipengaruhi oleh rangsangan bakteri endofit yang dapat menghasilkan IAA.
Mekanisme kerja IAA dalam perpanjangan sel adalah IAA mendorong elongasi sel- sel pada koleoptil dan ruas- ruas tanaman pada arah vertikal, diikuti dengan pembesaran sel dan meningkatnya bobot basah karena meningkatnya pengambilan air oleh sel tersebut (Spaepen et al., 2007) . Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, isolat DnAr4 dapat meningkatkan semua variabel pertumbuhan dengan perlakuan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam. Peningkatan tinggi tanaman sebesar 47,69%, berat basah tajuk 68,09%, berat basah akar 62,9%, berat kering tajuk 35,19% dan berat kering akar sebesar 52,93%.
C. Pengaruh bakteri endofit terhadap keberadaan jamur kontaminan. Perlakuan perendaman dengan larutan desinfektan NaOCl 0,5% tidak
memberikan hasil yang berbeda dengan perlakuan tanpa disinfeksi dan perlakuan lainnya, yaitu masih adanya jamur yang mengkontaminasi tanaman jagung in vitro.
Gambar 4. Uji antagonisme bakteri endofit terhadap jamur yang mengkontaminasi tanaman jagung in vitro.
626
Namun demikian, ketika dilakukan uji antagonisme ketiga isolat dengan jamur kontaminan menunjukkan zona hambat (Gambar 3). Hal ini diduga sel-sel bakteri yang telah masuk ke dalam sel tanaman lebih berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dibandingkan menekan jamur kontaminan.
Kesimpulan
1. Inokulasi bakteri endofit pada tanaman jagung secara in vitro dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Isolat bakteri endofit terbaik adalah isolat DnAr4 yang diperlakukan dengan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam dengan peningkatan tinggi tanaman sebesar 47,69%, berat basah tajuk 68,09%, berat basah akar 62,9%, berat kering tajuk 35,19% dan berat kering akar sebesar 52,93%.
2. Inokulasi bakteri endofit tidak mampu menekan keberadaan jamur kontaminan pada media kultur.
Daftar Pustaka
Anonim, 2014. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Sementara tahun 2013).
Badan Pusat Statistik
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
(Physiology of Crop Plants, alih bahasa: H. Susilo). Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Munif A. 2001. Study on the importance of endophytic bacteria for the biological
control of the root-knot nematode Meloidogyne incognita on tomato [disertasi].
Bonn: Doktor der Agrarwissenschaften. Rheinischen Freidrich- Wilhelms-
Universitat.
Ngoma, L., Boipelo E. dan Olubukola O. B. 2013. Isolation and characterization of
beneficial indigenous endophytic bacteria for plant growth promoting activity in
Molelwane Farm, Mafikeng, South Africa. African Journal of Biotechnology.
Salisbury, F. B. Dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. Penerbit ITB.
Bandung.
Saylendra, A dan Fitria D. 2013. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. asal endofit akar
jagung (Zea mays l.) yang berpotensi sebagai pemacu pertumbuhan
tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan. Vol. 2 No.1 : 19-27
Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Spaepen, S., Jos, V., Roseline, R. 2007. Indole-3-Acetic Acid in Microbial and
Microorganism Plant Signaling. Departemen of Microbial and Molecular
Systems. Centre of Microbial and Plant Genetics: Belgium.
Sumartini dan Hardaningsih S., 1995. Penyakit - penyakit Jagung dan
Pengendaliannya. dalam Surtikanti. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman
Jagung dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Tarabily, K., A. H. Nassar., K. Sivasithamparam. 2003. Promotion Of Plant Growth
By An Auxin-Producing Isolate Of The Yeast Williopsis Saturnus Endophytic
In Maize Roots. The Sixth U. A. E University Reasearch Conference: 60-69.
Zinniel DK, Lambrecht P, Beth Harris N, Feng Z, Kuczmarski D, Higley P, Ishimaru
CA, Arunakumari A, Barletta RG, Vidaver AK. 2002. Isolation and
characterization of endophytic colonizing bacteria from agronomic crops and
prairie plants. Appl Environ Microbiol. 68(5):2198-2208.
643
DETEKSI MOLEKULAR BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT BUSUK LUNAK PADA ANGGREK MENGGUNAKAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN
REACTION
Tri Joko* dan Nanda Kusumandari Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
*Corresponding email: tjoko@ugm.ac.id
ABSTRAK Penyakit busuk lunak (PBL) yang disebabkan oleh bakteri patogen
merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan pada tanaman anggrek. Kerugian akibat serangan patogen penyakit busuk lunak dapat mencapai 20–50% dan sejauh ini merupakan faktor pembatas produksi anggrek di sentra-sentra pertanian anggrek. Oleh karena itu keberadaan penyakit busuk lunak anggrek perlu dideteksi secara akurat dan tepat sehingga dapat diketahui penyebab utamanya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) melakukan deteksi isolat bakteri penyebab penyakit busuk lunak anggrek dengan PCR menggunakan beberapa primer spesifik; (2) Mengetahui spesifitas primer yang digunakan untuk deteksi isolat bakteri penyebab penyakit busuk lunak anggrek. Hasil penelitian menunjukkan genus Pseudomonas dapat dideteksi dengan primer fPs16S/rPs23S. Seluruh isolat dapat teramplifikasi dengan menggunakan primer ADE1/ADE2 untuk deteksi Dickeya, tetapi terdapat beberapa pita DNA lain yang juga muncul. Demikian pula primer Eca1f/Eca2R untuk deteksi Pectobacterium atrosepticum dan primer Burk3/BurkR untuk deteksi Burkholderia dapat mengamplifikasi pita DNA pada beberapa isolat, tetapi pita yang dihasilkan memiliki ukuran yang tidak sesuai dengan DNA target. Primer Y1/Y2 untuk deteksi Pectobacterium carotovorum subsp. carotovorum tidak dapat mengamplifikasi DNA target pada semua isolat yang diuji. Kata Kunci: Anggrek; penyakit busuk lunak; deteksi molekular; polymerase
chain reaction Pendahuluan
Penyakit busuk lunak merupakan salah satu penyakit yang sangat penting pada budidaya anggrek di Indonesia maupun di negara-negara penghasil anggrek lain di dunia. Penyakit ini sulit dikendalikan karena proses pembusukannya begitu cepat dan sulit terkendali, hal ini berkaitan dengan adanya aktivitas enzim ekstraseluler yang diproduksi secara masif oleh bakteri patogen penyebabnya (Joko et al. 2014). Penyakit busuk lunak juga diketahui banyak menyerang anggrek yang dibudidayakan oleh pecinta anggrek dalam skala rumah tangga (Joko et al. 2011).
Sampai saat ini bakteri yang diketahui menghasilkan berbagai isozim dari enzim ekstraselular adalah dari genus Erwinia. Enzim-enzim ekstraselular ini umumnya disekresikan melalui saluran Tipe II sistem sekresi (He et al. 1991). Ekspresi gen yang berkaitan dengan proses sintesis dan sekresi enzim ekstraselular serta faktor virulensi lainya tersebut diatur secara sistematis oleh suatu gen yang dikenal sebagai gen regulator (Hugouvieux-Cotte-Pattat et al. 1996). Namun demikian, dengan perkembangan ilmu biologi molekular melalui pendekatan fungsional genomik saat ini diketahui bahwa genus Erwinia telah berkembang menjadi beberapa genus seperti Pantoea, Pectobacterium, dan Dickeya meskipun masih ada yang tetap, seperti Erwinia amylovora dan Erwinia tracheiphila (Samson et al. 2005). Demikian halnya dengan bakteri penyebab penyakit busuk lunak, selain genus Erwinia yang sekarang telah berubah nama dimungkinkan juga beberapa genus seperti Pseudomonas dan Burkholderia
644
merupakan patogen penyebab penyakit busuk lunak pada anggrek. Fu dan Huang (2011) melaporkan bahwa bahwa Dickeya dadantii dan Pectobacterium carotovorum subsp. carotovorum merupakan patogen utama penyebab penyakit busuk lunak pada anggrek. Selain kedua patogen tersebut, Pseudomonas marginalis, Pseudomonas viridiflava, dan Burkholderia gladioli juga dilaporkan mampu menyebabkan penyakit busuk lunak pada anggrek (Gnanamanickam, 2006).
Metode Penelitian
A. Isolat bakteri busuk lunak dan pembiakannya Sebanyak 30 isolat bakteri busuk lunak secara rutin dibiakkan dalam
media agar YPA (0,5% ekstrak yeast;1% polipepton; 1,5% agar) pada pH 6,8.
B. Isolasi DNA Total genom bakteri diisolasi dengan teknik minipreparation DNA
isolation (Ausubel et al. 1990) dengan sedikit modifikasi.
C. Identifikasi Molekular dengan PCR menggunakan primer spesifik DNA hasil ekstraksi diamplifikasi dengan teknik PCR menggunakan
primer spesifik. Ada lima pasang primer yang akan digunakan untuk deteksi
bakteri busuk lunak yaitu: (1) Primer spesifik untuk deteksi Pectobacterium
carotovorum subsps. carotovorum (Y1 5’-TTACCGGACG
CCGAGCTGTGGCGT-3’ dan Y2 5’-CAGGAAGATGTCGTTATCGCGAGT-3’)
(Darrasse et al. 1994) yang akan mengamplifikasi DNA dengan berat molekul
434 bp, (2) Primer spesifik untuk deteksi Pectobacterium atrosepticum (Eca1f
5'-CGGCATC ATAAAAACACG-3 dan Eca2R 5'-GCACACTTCATCCAGCGA-
3') (De Boer dan Ward, 1995) yang akan mengamplifikasi DNA dengan berat
molekul 690 bp, (3) Primer spesifik untuk deteksi Dickeya dadantii (ADE1 5’-
GATCAGAAAGCCCGCAG CCAGAT-3’ dan ADE2 5’-
CTGTGGCCGATCAGGATGGTTTTGTCGTGC-3') (Nassar et al. 1996) yang
akan mengamplifikasi DNA dengan berat molekul 420 bp, (4) Primer spesifik
untuk deteksi Pseudomonas spp. (fPs16S 5’-
ACTGACACTGAGGTGCGAAAGCG-3’ dan rPs23S 5’-
ACCGTATGCGCTTCTTCACTTGACC-3’) (Locatelli et al. 2002) yang akan
mengamplifikasi DNA dengan berat molekul 1300 bp, dan (5) Primer specifik
untuk deteksi Burkholderia spp. (Burk3; 5’CTGCGAAAGCCGGAT3’ dan
BurkR; 5’TGCCATACTCTAGCYYGC3’) (Salles et al. 2002) yang akan
mengamplifikasi DNA dengan berat molekul 500 bp.
Hasil Dan Pembahasan
A. Spesifitas Primer untuk Deteksi PCR
1. Amplifikasi menggunakan primer Y1/Y2 untuk deteksi P. carotovorum
subsp. carotovorum.
Primer Y1/Y2 merupakan sepasang primer yang umum digunakan
untuk deteksi P. carotovorum subsp. Carotovorum, hasil PCR dapat dilihat
pada Gambar 1.
645
M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
M 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
500
100
1000
10 000
500
100
1000
10 000
Gambar 1. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer
Y1/Y2 pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel agarosa.
P. carotovorum subsp. carotovorum merupakan bakteri yang banyak
dilaporkan menyebabkan penyakit busuk lunak pada berbagai tanaman
pertanian termasuk tanaman hias. Dari hasil penelitian ini didapatkan
bahwa tidak ada isolat bakteri busuk lunak pada sampel tanaman anggrek
yang terdeteksi sebagai P. carotovorum subsp. carotovorum menggunakan
sepasang primer tersebut.
2. Amplifikasi menggunakan primer Eca1f/Eca2R untuk deteksi P.
atrosepticum.
Primer Eca1f/Eca2R merupakan sepasang primer yang umum
digunakan untuk deteksi P. atrosepticum, hasil PCR dapat dilihat pada
Gambar 2.
M1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
M2 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
500
100
1000
500
100
1000
10 000
Gambar 2. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer
Eca1f/Eca2r pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel
agarosa.
P. atrosepticum merupakan salah satu spesies bakteri patogen
penyebab penyakit busuk lunak yang dilaporkan eksklusif menyerang
tanaman kentang. Pada penelitian ini meskipun terlihat ada pita DNA yang
muncul pada beberapa isolat, tetapi tidak spesifik pada berat molekul 690
bp yang merupakan target DNA dari P. atrosepticum.
646
3. Amplifikasi menggunakan primer Ade1/Ade2 untuk deteksi Dickeya spp.
Primer Ade1/Ade2 merupakan sepasang primer yang umum digunakan
untuk deteksi Dickeya spp., hasil PCR dapat dilihat pada Gamber 3.
M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
M 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
500
100
1000
500
100
1000
Gambar 3. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer
Ade1/Ade2 pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel
agarosa.
Dari hasil elektroforesis terlihat semua isolat mampu teramplifikasi
pita DNAnya pada kisaran di bawah 500 bp yang dekat dengan target DNA
sebesar 420 bp dari Dickeya spp. Ada kemungkinan homologi gen yang
menyandi enzim pektat liase terdapat pada semua isolat. Hasil penelitian
ini menunjukkan primer ADE1/ADE2 belum spesifik hanya terhadap isolat
Dickeya spp. karena seluruh isolat dapat teramplifikasi DNAnya.
4. Amplifikasi menggunakan primer fPs16S/rPs23S untuk deteksi
Pseudomonas spp.
Primer fPs16S/rPs23S merupakan sepasang primer yang umum
digunakan untuk deteksi Pseudomonas spp., hasil PCR dapat dilihat pada
Gambar 4.
M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
M 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
500
100
1000
500
100
1000
Gambar 4. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer
fPs16S/rPs23S pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel
agarosa.
Dari hasil elektroforesis di atas terlihat isolat no 5, 6, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 27, 29, dan 30 dapat teramplifikasi DNAnya menggunakan primer
647
fPs16S/rPs23S untuk deteksi Pseudomonas spp. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa isolat-isolat tersebut kemungkinan merupakan
anggota dari genus Pseudomonas. Sebelumnya pernah dilaporkan bahwa
P. marginalis, P. cattleya, dan P. viridiflava merupakan anggota
Pseudomonas yang menyebabkan busuk lunak pada anggrek.
5. Amplifikasi menggunakan primer Burk3/BurkR untuk deteksi Burkholderia
spp.
Primer Burk3/BurkR merupakan sepasang primer yang umum
digunakan untuk deteksi Burkholderia spp., hasil PCR dapat dilihat pada
Gambar 5.
M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
M 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
500
100
1000
500
100
1000
Gambar 5. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer
Burk3/BurkR pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel
agarosa.
Beberapa spesies dari Burkholderia spp. dilaporkan sebagai patogen
busuk lunak pada anggrek sehingga pada penelitian ini digunakan sepasang
primer Burk3/BurkR untuk deteksi Burkholderia spp. Dari hasil penelitian terlihat
bahwa tidak ada pita spesifik pada berat molekul 500 bp yang merupakan target
DNA dari primer tersebut. Memang ada pita yang muncul dari beberapa isolat
tetapi tidak spesifik pada berat molekul tersebut sehingga dapat disimpulkan
tidak ada spesies Burkholderia spp. yang terdeteksi dari isolat bakteri busuk
lunak pada anggrek.
Kesimpulan
Primer ADE1/ADE2 dapat mengamplifikasi seluruh isolat bakteri penyebab penyakit busuk lunak pada anggrek yaitu pada 420 bp, sedangkan primer fPS16S/rPs23S dapat mengamplifikasi hanya sebagian isolat dan primer yang lain tidak dapat mengamplifikasi pada DNA target. Daftar Pustaka
Ausubel F.M, Brent R., Kingston R.E., Moore D.D., Seidman J.G., Smith J.A., Struhl K. 1990. Current Protocols in Molecular Biology. New York: Greene publishing Associates and Wiley-Interscience.
Darrasse, A., Priou, S., Kotoujansky, A., & Bertheau, Y. 1994. PCR and restriction fragment length polymorphism of a pel gene as a tool to identify Erwinia carotovora in relation to potato diseases. Appl. Environ. Microbiol. 60: 1437−1443.
648
De Boer, S.H. and Ward, L.J. 1995. PCR detection of Erwinia carotovora subsp. atroseptica associated with potato tissue. Phytopathol. 85: 854-858.
Fu, S.F. and H.J. Huang. 2011. Molecular Characterization of the Early Response of
Orchid Phalaenopsis Amabilis to Erwinia Chrysanthemi Infection. Orchid Biotech II.
Gnanamanickam, S.S. 2006. Plant-Associated Bacteria, page 42. University of Madras,
Chennai, India.
He, S. Y., Lindeberg, M., Chatterjee, A. K., Collmer, A. 1991. Cloned Erwinia chrysanthemi out genes enable Escherichia coli to selectively secrete a diverse family of heterologous proteins to its milieu. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 88:
10791083. Hugouvieux-Cotte-Pattat N, Condemine G, Nasser W, Reverchon S (1996) Regulation of
pectinolysis in Erwinia chrysanthemi. Annu Rev Microbiol 50: 213−257.
Joko, T., A. Subandi, N. Kusumandari, A. Wibowo, and A. Priyatmojo. 2014. Activities of
plant cell wall degrading enzymes by bacterial soft rot of orchid. Arch. Phytopathol.
Plant Protect. 47 (10): 1239-1250
Joko, T., Kiswanti, Hanudin and S. Subandiyah. 2011. Occurence of bacterial soft rot of
Phalaenopsis orchids in Yogyakarta and West Java, Indonesia. Proceeding of
Internasional Seminar on “Natural Resources, Climate Change, and Food Security
in Developing Countries” 27-28 June 2011. Surabaya, Indonesia. P. 255-265.
Locatelli, L., S. Tarnawski, J. Hamelin, P. Rossi, M. Aragno, and N. Fromin. 2002.
Specific PCR Amplification for the Genus Pseudomonas Targeting the 3’ Half of
16S rDNA and the Whole 16S–23S rDNA Spacer. System. Appl. Microbiol. 25,
220–227.
Nassar, A., Darrasse, A., Lemattre, M., Kotoujansky, A., Dervin, C., Vedel, R., & Bertheau, Y. (1996) Characterization of Erwinia chrysanthemi by pectinolytic isozyme polymorphism and restriction fragment length polymorphism analysis of
PCR-amplified fragments of pel genes. Appl. Environ. Microbiol. 62, 22282235. Salles, J.F., F. A. De Souza, and J. D. van Elsas. 2002. Molecular Method to Assess the
Diversity of Burkholderia Species in Environmental Samples. Appl. Env. Microb. 68
(4): 1595–1603.
Samson R., Legendre J.B., Christen R., Fischer-Le Saux M., Achouak W., Gardan L.
2005. Transfer of Pectobacterium chrysanthemi (Burkholder et al. 1953) Brenner et
al. 1973 and Brenneria paradisiaca to the genus Dickeya gen. Nov. As Dickeya
chrysanthemi comb. Nov. And Dickeya paradisiaca comb. Nov. And delineation of
four novel species, Dickeya dadantii sp. Nov., Dickeya dianthicola sp. Nov.,
Dickeya dieffenbachia sp. Nov., and Dickeya zeae sp. Nov. Int J Syst Evol
Microbiol 55: 1415−1427.
649
INSIDENSI PENYAKIT BACTERIAL FRUIT BLOTCH PADA MELON DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA
Utik Windari1,2* dan Tri Joko1,3
1. Program Studi Fitopatologi, Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian UGM
2. Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta 3. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, UGM
*email: windariwibowo@yahoo.co.id
ABSTRAK Melon merupakan buah yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak
dibudidayakan di Indonesia. Dari tahun 2011-2012 terjadi peningkatan luas panen melon sebesar 12,10 %, namun peningkatan luas panen tersebut berbanding terbalik dengan produksi melon yang mengalami penurunan sebesar 32% dari tahun 2011-1012. Salah satu faktor pembatas budidaya melon adalah adanya penyakit Bacterial Fruit Blotch (BFB) yang disebabkan oleh Acidovorax citrulli. Penyakit ini di lapangan dapat menimbulkan kerugian hingga 90-100 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi penyakit BFB di Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Klaten, Magelang dan Purworejo. Metode pengamatan dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang dilaksanakan dari September 2013 – Juli 2014. Dari hasil pengamatan di lapangan, diketahui insidensi penyakit berkisar antara 10% - 75%. Hasil uji patogenisitas pada buah melon menghasilkan gejala yang mirip dengan gejala yang diperoleh dari lapangan. Dari hasil penelitian di atas diperlukan identifikasi dan karakterisasi lebih lanjut mengenai isolat bakteri yang diperoleh. Kata Kunci: Bacterial Fruit Blotch, A.citrulli, melon, uji patogenisitas Pendahuluan
Buah melon merupakan anggota famili Cucurbitaceae yang bernilai ekonomi dan banyak dibudidayakan di dunia. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis di Afrika, Asia Tenggara dan Amerika (Maynard dan Maynard, 2013). Banyak negara di dunia yang membudidayakan komoditas ini. Negara penghasil buah melon utama di dunia adalah Cina (62%), Turki, EU (4%), Iran (3%), Brazil, Amerika, Mesir (2%) dan negara lain seperti Rusia, India, Uzbekistan, Afganistan, Meksiko dan Aljazair (1%) (USAID, 2013). Di Indonesia, melon dibudidayakan secara luas. Luas panen buah melon meningkat 12,11% dari tahun 2011-2012 (Anonim, 2014a), namun luas panen ini berbanding terbalik dengan produksi buah melon pada kurun waktu sama yang mengalami penurunan sebesar 32% (Anonim, 2014b)
Budidaya melon tak lepas dari ancaman penyakit. Salah satu penyakit penting pada melon adalah Bacterial Fruit Blotch (BFB) yang disebabkan oleh Acidovorax citrulli. Di Amerika kerugian akibat penyakit ini dapat mencapai 90-100%, di Brazil mencapai 40-50 %, bahkan di beberapa lahan melon dapat mencapai 100%. Masih di Brazil, hasil penelitian menunjukkan, dari 18 lahan melon ternyata BFB terdapat disemua lahan dengan insidensi penyakit 4-47% (Langston 2013). Beberapa negara telah melaporkan adanya penyakit ini antara lain: Yunani, Hungaria, Israel, Italia, Turki, Cina, Jepang, Taiwan, Thailand, Iran, India, Korea Selatan, Kanada, Amerika, Brazil, Costa Rica, Mexico, Honduras, Australia, Guam, Northern Mariana Island, Nigeria (Langston, 2013; Burdman dan Walcott, 2012). Di Indonesia belum ada laporan mengenai penyakit ini (Anonim, 2011). Tanaman yang mudah terkena penyakit ini adalah semangka
650
dan melon dimana gejala berkembang pada daun dan buah. Pada timun, squash dan waluh gejala hanya berkembang pada daun (Langston, 2013).
A. citrulli merupakan bakteri tular benih (Walcott, 2008; Rane dan Latin, 1992; Hopkin dan Thompson, 2002). Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, tidak berpendar di media KB, bersifat oksidase positif, dapat tumbuh pada suhu 41oC, dan HR positif (Rane dan Latin 1992). Biji yang terkontaminasi merupakan sumber inokulum utama. Biji terkontaminasi yang ditanam langsung di lahan akan menunjukkan gejala setelah berkecambah 6-10 hari. Munculnya gejala ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban relatif dan populasi patogen dalam biji. Bila biji terkontaminasi disemaikan di greenhouse, maka penyebaran BFB akan lebih cepat karena kondisi greenhouse yang bersuhu tinggi, kelembaban tinggi dan populasi tanaman yang rapat. Irigasi dalam greenhouse umumnya menggunakan overhead irrigation yang dapat mempercepat penyebaran A. citrulli melalui percikan air. Selain melaui overhead irrigation juga dapat menyebar melalui percikan air hujan. Bakteri akan masuk melalui stomata atau luka (Burdman dan Walcott, 2012; Walcott, 2008). Suhu yang optimum bagi perkembangan A. citrulli adalah 24-35oC dengan kelembaban relatif > 70% (Walcott, 2008).
Sampai saat ini belum ada kultivar Cucurbitaceae yang tahan terhadap BFB (Walcott,2005). Berbagai perlakuan yang diaplikasikan terhadap biji hanya mampu mengurangi insidensi penyakit, tapi tidak mampu mengendalikannya. Hal ini berkaitan dengan keberadaan A. citrulli yang terletak di dalam embrio sehingga terlindungi dari aplikasi bakterisida (Walcott, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi penyakit Bacterial Fruit Blotch pada tanaman melon di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta Propinsi Jawa Tengah Metode Penelitian
Pengamatan dan pengambilan sampel buah melon yang bergejala dilakukan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi: Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul serta Propinsi Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purworejo, Magelang dan Klaten. Pengambilan sampel dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Juli 2014. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Selain pengambilan buah bergejala, dihitung pula insidensi penyakit. Insidensi penyakit atau kejadian penyakit adalah presentase tanaman yang terserang patogen (n) dari total tanaman yang diamati (N) tanpa melihat keparahan penyakitnya (Purnomo, 2014 ).
Insidensi penyakit = n x 100% N
A. Isolasi bakteri Buah melon yang bergejala dibelah, kemudian diambil bagian daging
buah antara yang sehat dan sakit. Potongan disterilisasi dengan akuades steril, lalu direndam aquades steril dan digojog selama 2 jam. Suspensi diencerkan bertingkat lalu 100 µl dari suspensi tadi di sebar pada media etanol bromcresol purple/brilliant blue R (EBB). Selain dari daging buah, bakteri juga diisolasi dari biji. Seratus biji melon dicuci dengan aquades steril, lalu direndam dalam 30 ml aquades steril lalu digojog selama 2 jam. Selanjutnya inkubasi pada suhu 37oC selama 4 hari. Koloni tunggal bakteri di dipindah lagi ke medium EBB sehingga diperoleh isolat murni.
B. Uji gram Pengujian gram menggunakan metode pengecatan. Bahan cat yang
digunakan adalah gram A (Kristal violet), gram B ( Iodin), gram C ( Alkohol), gram D (Safranin). Koloni bakteri diambil secara aseptis lalu diratakan diatas
651
gelas benda dan kering anginkan. Selanjutnya gelas benda tadi di lalukan di atas lampu spritus agar sel bakteri mati. Pewarnaan dengan gram A 2-3 tetes lalu didiamkan selama 1 menit, setelah itu dicuci dengan air mengalir hingga semua cat tercuci lalu dikering anginkan. Pewarnaan dengan gram B 2-3 tetes lalu didiamkan 1 menit, setelah itu dicuci dengan air mengalir hingga cat gram B tercuci lalu dikering anginkan. Pelunturan dengan gram C sampai terlihat pucat selama 30 detik langsung dicuci dengan air mengalir lalu dikering anginkan. Meneteskan cat penutup gram D dibiarkan selama 2 menit lalu dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan. Diamati dengan mikroskop. Bakteri gram negatif berwarna merah, sedangkan bakteri gram positif akan berwarna ungu. (Schaad, 2001).
C. Uji patogenisitas Pilih buah melon yang baik dan sehat. Buah dicuci dengan air
mengalir lalu dikering anginkan. Kemudian buah disterilisasi permukaan dengan alkohol 70 %. Koloni bakteri umur 48 jam dibuat suspensi dalam aquades steril lalu sebanyak 1 ml suspensi tadi diinjeksikan ke dalam buah, lalu buah disungkup dengan plastik untuk menjaga kelembaban. Selanjutnya diamati hingga muncul gejala penyakit.
Hasil dan Pembahasan A. Insidensi penyakit
Dari berbagai lokasi pengambilan sampel, insidensi penyakit bervariasi 10 – 75%. Lokasi yang paling tinggi insidensi penyakitnya adalah di kecamatan Wukirsari Sleman, sedangkan yang paling rendah di kecamatan Banyu Urip Purworejo (Tabel 1).
Tabel 1. Lokasi dan tingkat kerusakan dilahan melon
No Lokasi Insidensi
penyakit No Lokasi
Insidensi
penyakit
1 Kalakijo, Guwosari,
Pajangan, Bantul ± 30 % 8
Merbung, Klaten
Selatan, Klaten
Tidak
bergejala
2
Miri,
Pendowoharjo,Sewon,
Bantul
± 15 % 9
Jambon Tangkilan,
Joton,
Jogonalan,Klaten
Tidak
bergejala
3 Pepe, Trirenggo,
Bantul ± 40 % 10
Jetak, Mungkid,
Magelang ± 35 %
4
Soronanggan,
Tawangsari,Pengasih,
Kulonprogo
± 15 % 11 Curah Lor, Bligo,
Ngluwar, Magelang ± 60 %
5
Sringkel,
Plumbon,Temon,
Kulon Progo
± 25 % 12
Ngentak,
Wingkomulyo,
Ngombol, Purworejo
± 25 %
6 Dawung, Wukirsari,
Sleman ± 75 % 13
Sambiroto,
Tegalkuning,
Banyu Urip,
Purworejo
± 10 %
7
Rejosari,Kemadang,
Tanjungsari,
Gunung Kidul
Tidak
bergejala
652
Pada pengamatan di lapangan, buah melon yang mengalami kerusakan bervariasi antara buah yang masih muda hingga buah yang siap panen. Di Ngluwar Magelang, dan Wukirsari Sleman insidensi penyakit diatas 50%, pada kondisi ini kemungkinan besar petani mengalami gagal panen. Di sini kondisi buah melon masih relatif cukup muda. Di Mungkid Magelang, dengan insidensi penyakit sebesar 35 %, kondisi buah melon sudah siap dipanen. Di lokasi lain seperti di Banyu Urip dan Ngombol Purworejo; Temon dan Pengasih Kulon Progo; Pajangan, Trirenggo dan Sewon Bantul kondisi buahnya sudah cukup tua meski beberapa belum siap panen.
Patogen tumbuhan umumnya masuk ke dalam tanaman inang melalui stomata atau luka. A. citrulli masuk kedalam jaringan melalui stomata. Menurut penelitian Frangkle dkk (1993), bahwa semakin tua umur buah semangka, maka stomata pada permukaan buah telah tertutup oleh lapisan lilin. Itulah sebabnya buah yang masih muda rentan terhadap infeksi penyakit.
Gambar 1. Gejala dilahan. Dari kejauhan tanaman melon tampak sehat, daun masih terlihat segar. Ketika didekati, banyak buah yang sudah bergejala. A-D gejala yang ditemukan di lahan melon (Foto koleksi pribadi). E-F Gejala BFB (Walcott, 2005).
Tanaman yang terserang BFB menunjukkan daun tetap terlihat hijau
dan segar, sehingga dari jauh tetap terlihat sehat (Gambar 1A,B). Buah melon yang terserang BFB jaring (net) tidak terbentuk sempurna. Pada permukaan buah nampak lesi berwarna hijau tua yang nampak kebasahan (Gambar 1C). Meskipun lesi hanya nampak kecil tidak terlalu luas, namun ketika buah dibelah daging buah telah rusak, busuk kering berwarna coklat (gambar 1D). Hasil pengamatan di lapangan ini sesuai dengan gejala BFB pada buah melon yang dideskripsikan oleh Walcott (2005), yaitu lesi kebasahan pada permukaan melon tidak meluas namun busuk menembus daging buah yang berwarna coklat (Gambar E,F). Pada melon yang membentuk jaring, penyakit ini akan mengakibatkan jaring tidak terbentuk sempurna. Menurut Walcott (2005); Latin (2000); Latin dan Hopkins (1995), gejala awal BFB nampak pada sisi bawah kotiledon berupa lesi kebasahan. Lesi kebasahan ini akhirnya mengering membentuk lesi berwarna coklat kemerahan, memanjang disepanjang tulang daun kotiledon. Pada daun yang telah dewasa gejala juga
A B C D
E F
653
nampak sama, namun gejala seperti ini sulit dibedakan dengan penyakit daun lainnya. Infeksi pada daun tidak menyebabkan daun menjadi layu atau gugur, serta tidak mempengaruhi batang, akar maupun tangkai daun. Gejala pada daun memang tidak sampai mematikan tanaman inang. Kerugian terjadi bila bakteri menyerang buah.
Oleh karena itu meskipun BFB dapat menyerang daun melon, namun pada pengamatan ini gejala pada daun tidak diamati karena sulit dibedakan dengan penyakit yang menyerang daun lainnya.
B. Uji Patogenisitas Setelah diperoleh isolat bakteri, isolat tersebut di uji gram. Dari hasil
pengujian gram, isolat bakteri yang diperoleh termasuk dalam gram negatif. Selanjutnya uji patogenisitas terhadap melon. Hasil pengujian patogenisitas menunjukkan gejala khas BFB setelah diinkubasi selama 12 hari. Pada melon, daging buah nampak menjadi busuk kering berwarna coklat (Gambar 2C) sedangkan pada kontrol tidak terdapat gejala (Gambar 2A) .
Gejala yang muncul ini sama seperti gejala dari sampel yang diperoleh dari lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa isolat yang diinjeksikan mampu menyerang melon, sehingga melon merupakan inang dari isolat bakteri yang diperoleh. Menurut Agrios, (1996), bahwa masing-masing patogen berbeda dalam hal jenis tumbuhan yang dapat diserangnya, jenis jaringan dan organ yang dapat diifeksinya maupun umur jaringan atau organ tumbuhan yang dapat diserangnya.
Gambar 2. Uji patogenisitas pada melon. A. melon kontrol, B. gejala luar pada melon, C. busuk kering kecoklatan pada melon.
Kesimpulan
Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakara dan sebagian Propinsi Jawa Tengah telah ditemukan gejala penyakit BFB pada buah melon dengan insidensi penyakit yang bervariasi. Daftar Pustaka Agrios,G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Ed ketiga. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 70-71. Anonim.2011.Peraturan Menteri Pertanian no 93 Tahun 2011 tentang Jenis-Jenis
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Anonim. 2014a. Luas Panen Buah-buahan di Indonesia 2008-2012. BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Akses 12 Maret 2014.
Anonim.2014b.Produksi Tanaman Buah di Indonesia Periode 2011-2013. www.deptan.hortikultura.go.id. Akses 20 Frbruari 2014.
Burdman, S dan Walcott,R.R. 2012. Acidovorax citrulli: Generating Basic and Applied Knowledge to Tackle a Global Threat the Cucurbit Industry. Molecular Plant Pathology. 13(8). 805-815. DOI: 10.1111/J.1364-3703.2012.00810.X.
C B A
654
Frankle, W.G., Hopkins,D.L. dan Stall,R.E. 1993. Ingress of Watermelon Fruit Blotch into Fruit. Plant Dis. 77:1090-1092.
Hopkins, D.L dan Thompson, C.M. 2002. Seed Transmission of Acidovorax avenae subsp citrulli in Cucurbits. HortScience 37(6):924-926.
Langston,D.B. 2013. Acidovorax citrulli Bacterial Fruit Blotch of Cucurbit. European and Mediterranean Plant Protection Organization.
http://www.eppo.int/QUARANTINE/Alert_List/bacteria/Acidovorax_citrulli.htm. Akses 1 Nov 2013.
Latin,R.X dan Hopkins,D.L. 1995. Bacterial Fruit Blotch of Watermelon The Hypothetical Exam Question Become Reality. Plant Disease.
Maynard,D dan Maynard,D.N. 2013. World History of Food. Diedit oleh Keneth F. Kiple
dan Kriemhild Konee Ornelas. www.cambridge.org akses 20 Des 2013.
Latin,R.X. 2000. Bacterial Fruit Blotch of Cucurbits. . Plant Health Progress
doi:10.1094/PHP-2000-0602-01-HM.
Purnomo,B. 2014. Teori Pendekatan Epidemi. www.e-bookspdf.org. Akses 4 September
2014.
Rane, K.K. dan Latin, R.X. (1992). Bacterial Fruit Blotch of Watermelon: Association of the Pathogen With Seed. Plant Disease, 76, 509-512.
Schaad, N.W. 2001. Initial Identification of Common Genera dalam Laboratory Guide For Identification of Plant Pathogenic Bacteria. Edisi ke-3. Diedit oleh N.W.Schaad, J.B.Jones dan W.Chun. APS Press. Minnesota. Hal 7-8.
USAID.2013. Market Brief: Melon &Watermelons, an Overview of Export Potential No 4. Ministry of Agriculture Irrigation and Livestock.mail.gov.af. akses 4 Juni 2014.
Walcott, R.R. 2005. Bacterial Fruit Blotch of Cucurbits. The Plant Health Instructor. DOI: 10.1094/PHI-I-2005-1025-02.
Walcott, R.R. 2008. Integrated Pest Management of Bacterial Fruit Blotch of Cucurbits in Integrated Management of Diseases Caused by Fungi. Ed. A. Ciancio & K. G. Mukerji. Phytoplasma and Bacteria, 187-205. Springer.