Post on 23-Oct-2021
i
PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL
HOTS MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL PADA KELAS VIII
SMP NEGERI 3 PALLANGGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
NURUL FATIKASARI
NIM 10536 1109616
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
iii
iv
v
vi
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Lakukan sekarang juga
Sebelum “nanti” berubah
Menjadi “tidak sama sekali”
Kupersembahkan karya ini untuk:
Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, baik
berupa mikmat kesehatan maupun kesempatan, serta dipermudah dalam setiap
urusan sehingga karya ini dapat terselesaikan. Selanjutnya kepada Ibu dan
bapak tercinta, atas doa, serta kasih sayang yang tidak henti-hentinya, yang
penuh kesabaran dalam mendidik dan membesarkanku, dan segala dukungan
yang menjadi motivasi untukku. Karya ini juga saya persembahkan kepada
teman-teman seperjuanganku serta almamaterku tercinta, Universitas
Muhammadiyah Makassar
vii
ABSTRAK
Nurul Fatikasari. 2020. Profil Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
HOTS Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari
Kemampuan Awal Pada Kelas VIII SMP Negeri 3 Pallangga. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Nurdin Arsyad Dan
Pembimbing II Haerul Syam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal HOTS berdasarkan kemampuan
awal siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pallangga yang berpikir kritis tinggi, sedang
dan rendah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dirancang untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis subjek dalam menyelesaikan soal HOTS
berdasarkan kemampuan awal siswa. Data yang diolah adalah kemampuan
berpikir kritis dalam menyelesaikan soal HOTS berdasarkan kemampuan awal
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pemberian tes dan
wawancara. Soal yang digunakan dalam tes mengukur kemampuan berpikir kritis
berupa soal essay berjumlah 3 nomor pada materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel. Wawancara bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
subjek dalam menyelesaikan soal HOTS berdasarkan tes kemampuan awal siswa
terlebih dahulu. Berdasarkan olahan data tersebut, diperoleh bahwa subjek yang
berpikir kritis tinggi adalah subjek yang mampu menguasai indikator FRISCO
(focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview). Subjek yang berpikir
kritis sedang yaitu subjek yang hanya menguasai sebagian indikator FRISCO
yaitu subjek tidak menjawab pertanyaan konteks permasalahan tetapi subjek dapat
menjelaskan pada saat wawancara (focus), subjek tidak menuliskan pada saat tes
terkait dengan indikator tersebut yaitu dapat memberikan alasan terkait fakta atau
bukti yang relevan pada setiap langkah dalam membuat kesimpulan tetapi pada
saat wawancara subjek dapat menjelaskannya (reason), subjek dapat membuat
kesimpulan dengan tepat berdasarkan proses identifikasi pada langkah
penyelesaian (inference), subjek mampu mengumpulkan informasi- informasi
yang relevan dan menggunakan konsep-konsep matematika yang relevan untuk
menjawab soal (situation), subjek dapat memberikan kejelasan simbol atau hal-hal
yang belum jelas keterangannya (clarity) dan subjek tidak konsisten mengecek
ulang pekerjaannya dari awal sampai akhir terlihat dari hasil wawancara
(overview). Subjek yang berpikir kritis rendah, subjek tidak mampu memahami
materi sistem persamaan linear dua variabel. Subjek sama sekali tidak mengerti
cara penyelesaian dari awal sampai akhir dan tidak menguasai indikator FRISCO.
Kata Kunci : Berpikir kritis, soal HOTS, kemampuan awal
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita curahkan kepada sang pencipta atas segala
karunia, nikmat yang berlimpah sehingga kita senantiasa dalam lindungan rahmat
dan hidayahnya. Salam berserta shalwat senantiasa kita haturkan kepada baginda
Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh ummat di muka
bumi ini.
Alhamdulillah atas karunia yang telah diberikan penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Profil Berpikir Kritis Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal HOTS Materi Sitem Persamaan Linear Ditinjau Dari
Kamampuan Awal Pada Kelas VIII SMP Negeri 3 Pallangga“
Skripsi ini selesai tentunya berkat beberapa partisipasi, dukungan dan
bimbingan dari sekitar, olehnya itu izinkan penulis menyampaikan banyak
terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberikan kasih dan
sayangnya dalam menyelesiakan pendidikan.
2. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ayahanda Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ayahanda Mukhlis, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
ix
5. Ayahanda Ma‟rup, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
6. Ayahanda Prof. Dr. H. Nurdin Arsyad, M.Pd., dan Ayahanda Dr. Haerul
Syam, M.Pd., selaku dosen pembimbing telah membimbing, mengarahkan
dan memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
7. Ayahanda Ma‟rup, S.Pd., M.Pd., dan Ibunda Kristiawati, S.Pd., M.Pd., selaku
validator yang telah memberikan arahan dan petunjuk terhadap instrumen
penelitian.
8. Para Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah bersedia
memberikan ilmunya dalam proses studi.
9. Para staf Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang memberikan arahan
dalam proses perkuliahan dan akademik.
10. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Pallangga yang telah membantu penelitian
dalam hal pemberi izin penelitian.
11. Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 3 Pallamgga yang telah
membantu peneliti selama proses penelitian.
12. Siswa-siswi kelas VIII.1 SMP Negeri 3 Pallangga yang telah bekerja sama
dalam terlaksananya penelitian ini.
13. Teman-teman angkatan 2016 Pendidikan Matematika khususnya 2016 C dan
Firmansyah yang senantiasa bersedia menemani peneliti selama proses
x
penelitian, untuk bantuannnya dalam memberikan ide dan motivasi selama
penyusunan skripsi ini.
14. Seluruh pihak yang telah memberikan masukan, saran, motivasi dan
supportnya dalam menyelesaikan tulisan ini yang peneliti tidak sempat
tuangkan satu persatu dalam tulisan ini.
Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-
rekan mahasiswa dan para pembaca. Semoga segala bentuk kebaikan senantiasa
bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Makassar, Oktober 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN ........................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL.................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
E. Batasan Istilah ....................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori...................................................................... 7
1. Profil .............................................................................. 7
2. Berpikir Kritis ................................................................ 8
3. HOTS (Higher Older Thinking Skill) ............................. 10
4. Kemampuan Awal .......................................................... 14
5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ......................... 17
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 21
xii
C. Kerangka Pikir ..................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...................................................................... 24
B. Lokasi Penelitian ................................................................... 24
C. Subjek Penelitian .................................................................. 24
D. Prosedur Penelitian ............................................................... 25
E. Instrumen Penelitian ............................................................. 26
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 32
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data .................................... 33
H. Teknik Analisis Data............................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Tes Pemilihan Subjek .................................................. 35
B. Pengkodean Subjek Penelitian .............................................. 37
C. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................... 37
D. Analisis dan Pembahasan Data ............................................ 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 78
B. Saran ..................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 82
DAFTAR TABEL
Tabel , Halaman
2.1 Indikator Tahap Proses Berpikir Kreatif Berdasarkan Ennis ............... 10
3.1 Kisi-kisi Tes Soal Kemampuan Awal Matematika .............................. 27
3.2 Penilaian Validator Soal Kemampuan Awal ........................................ 28
3.3 Saran Revisi Validator Soal Kemampuan Awal ................................... 29
3.4 Kisi-kisi Tes soal HOTS ...................................................................... 30
3.5 P enilaian Validator Soal HOTS .......................................................... 31
3.6 Saran Revisi Validator Soal HOTS ....................................................... 31
4.1 Hasil Tes Kemampuan Awal Subjek ................................................... 36
4.2 Pengkodean Subjek Penelitian ............................................................. 37
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek yang Berprestasi Tinggi .................... 38
4.2 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek yang Berprestasi Tinggi ..................... 41
4.3 Hasil Kerja Nomor Tiga Subjek yang Berprestasi Tinggi .................... 45
4.4 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek yang Berprestasi Sedang ................... 50
4.5 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek yang Berprestasi Sedang .................... 52
4.6 Hasil Kerja Nomor Tiga Subjek yang Berprestasi Sedang ................... 56
4.7 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek yang Berprestasi Rendah ................... 61
4.8 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek yang Berprestasi Rendah ................... 64
4.9 Hasil Kerja Nomor Tiga Subjek yang Berprestasi Rendah .................... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan yang ingin dicapai pada kurikulum 2013 ialah
kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam pembelajaran matematika, berpikir
kritis merupakan salah satu bagian terpenting dimana Soedjadi mengatakan
bahwa kemampuan berpikir kritis dan belajar matematika adalah sesuatu yang
tidak dapat terpisahkan karena berpikir kritis diasah dengan belajar matematika
dan materi matematika dimengerti dengan berpikir kritis (Lambertus, 2009).
Meneurut Ennis (2011): “Berpikir kritis adalah pemikiran masuk akal dan
reflektif dengan berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau
dilakukan”.
Beberapa pendapat diatas dapat dipaparkan bahwa berpikir kritis
merupakan sesuatu yang dipusatkan ke sebuah pengertian yaitu sesuatu yang
dikerjakan dengan sadar dan terfokus ke sebuah tujuan. Adapun tujuan berpikir
kritis ialah meninjau dan menilai informasi yang pada akhirnya menguatkan
peneliti untuk pembuatan keputusan.
Adapun enam indikator atau tolak ukur berpikir kritis yang diungkapkan
oleh Ennis yang disingkat menjadi FRISCO. Enam indikator FRISCO yaitu (a)
Focus (fokus) yaitu siswa mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan situasi
permasalahan yang ada, (b) Reason (alasan) yaitu siswa mampu
menyampaikan alasan terikat dengan informasi ataupun fakta yang relevan
pada langkah selanjutnya yaitu membuat kesimpulan, (c) Inference
(kesimpulan) yaitu siswa mampu merancang kesimpulan dengan tepat sesuai
2
dengan langkah dan cara penyelesaiannya, (d) Situation (situasi) yaitu siswa
dapat menyatukan fakta atau informasi yang relevan dengan memakai konsep-
konsep matematika yang relevan untuk menjawab pertanyaan, (e) Clarity
(kejelasan) yaitu siswa mampu menjelasakan sesuatu dengan jelas terkait hal
ataupun simbol yang belum jelas keterangannya, (f) Overview (memeriksa
kembali) yaitu siswa telah mengecek kembali hasil kerjanya dari awal hingga
akhir.
Untuk mengerjakan soal matematika siswa dituntut untuk mampu berpikir
dengan kritis, begitu juga dengan materi Sistem Persamaan Linear Dua
Varibel. Materi sistem persamaan linear dua variabel dipelajari dikelas VIII
semester ganjil. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas No.24) menyatakan bahwa Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) dalam mempelajari materi sistem persamaan linear
dua variabel yaitu mendeskripsikan dan menentukan penyelesaian sistem
persamaan linear dua variabel menggunakan masalah kontekstual, serta
keterkaitannya (Depdiknas, 2016).
Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
soal dengan materi sistem persamaan linear dua varibel diberikan test
kemampuan awal terlebih dahulu pada siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 3
Pallangga agar dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap
materi sistem persamaan linear dua variabel. Adapun indikator atau kriteria
yang digunakan untuk mengatui kemampuan berpikir kritis siswa adalah
indikator yang diungkapkan oleh Ennis yaitu FRISCO.
Agara dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti harus
3
melakukan sebuah pengembangan soal. Pengembangan soal yang digunakan
peneliti disini yaitu dengan bentuk soal HOTS (Higher Order Thinking Skill).
HOTS merupakan sebuah kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu
kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, metakognitif, logis dan reflektif.
Pada kurikulum 2013 pemerintah telah menetapkan pembelajaran dengan
berbasis soal HOTS, tetapi masih banyak sekolah belum bisa memberikan soal
HOTS ke siswanya begitu juga dengan SMP Negeri 3 Pallangga. Pada saat
observasi, guru matematika SMP Negeri 3 Pallangga mengatakan bahwa
sekolah tersebut belum pernah memberikan soal HOTS dikarenakan dalam
pembuatan soal HOTS memakan waktu yang cukup lama karena harus
menyesuaikan dengan indikator HOTS, kompetensi dasar materi dan juga
kondisi siswa dikelas. Jadi, di SMP Negeri 3 Pallangga sendiri lebih
mengutamakan memberikan soal-soal yang sudah lazim secara umum.
Dari beberapa uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menggambarkan
kemampuan berpikir kritis dari siswa dalam menyelesaikan soal pada materi
sistem persamaan linear dua variabel di SMP Negeri 3 Pallangga, dikarenakan
sekolah yang akan ditempati penelitian belum menggunakan soal HOTS dalam
pembelajaran matematika. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui
kemampuan siswa terhadap materi sistem persamaan linear dua variabel di
SMP Negeri 3 Pallangga dengan cara menggunakan soal HOTS sebagai tolak
ukur dalam mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dilihat permasalahan yang
dimiliki oleh peneliti yaitu:
4
1. Bagaimana kemampuan berpikir kritis tinggi siswa dalam menyelesaikan
soal HOTS materi Sistem Persaman Linear dua Variabel yang ditinjau dari
kemampuan awal pada kelas VIII.1 SMP Negeri 3 Pallangga?
2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis sedang siswa dalam menyelesaikan
soal HOTS materi Sistem Persaman Linear dua Variabel yang ditinjau dari
kemampuan awal pada kelas VIII.1 SMP Negeri 3 Pallangga?
3. Bagaimana kemampuan berpikir kritis rendah siswa dalam menyelesaikan
soal HOTS materi Sistem Persaman Linear dua Variabel yang ditinjau dari
kemampuan awal pada kelas VIII.1 SMP Negeri 3 Pallangga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis tinggi siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS materi Sistem Persaman Linear dua Variabel
yang ditinjau dari kemampuan awal pada kelas VIII.1 SMP Negeri 3
Pallangga.
2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis sedang siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS materi Sistem Persaman Linear dua Variabel
yang ditinjau dari kemampuan awal pada kelas VIII.1 SMP Negeri 3
Pallangga.
3. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis rendah siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS materi Sistem Persaman Linear dua Variabel
yang ditinjau dari kemampuan awal pada kelas VIII.1 SMP Negeri 3
Pallangga.
D. Manfaat Penelitian
5
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi yang diinginkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat menelaah kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS yang ditinjau dari kemampuan awal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa, dapat meningkatkan kreativitas dan daya pikir siswa
dalam menyelesaikan soal-soal utamanya soal HOTS
b. Bagi Pendidik, Bahan pertimbangan untuk melihat sisi lain dari
berbagai macam penyelesaian soal. Tidak hanya terfokus pada cara-
cara penyelesaian soal yang sudah lazim secara umum, melainkan
adanya kreativitas baru dalam menyelesaikan soal
c. Bagi Sekolah, dapat memberikan masukan positif sehingga mampu
meningkatkan kualitas sekolah sebagai lembaga pendidikan
masyarakat.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan pembanding
dan sebagai referensi bagi penelitian yang relevan.
E. Batasan Istilah
1. Profil adalah gambaran yang lebih detail tentang bagaimana siswa
berpikir kritis dalam menyelesaikan soal HOTS pada materi sistem
persamaan linear dua variabel yang ditinjau dari kemampuan awal.
2. Berpikir kritis merupakan sesuatu yang dikerjakan dengan sadar dan
terfokus ke sebuah tujuan. Adapun tujuan berpikir kritis ialah meninjau
6
dan menilai informasi yang pada akhirnya menguatkan peneliti untuk
pembuatan keputusan.
3. Soal HOTS (Higher Order Thinking Skill) yaitu sebuah instrumen yang
dapat digunakan dalam mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
yaitu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, metakognitif, logis dan
reflektif.
4. Kemampuan awal siswa merupakan kemampuan yang sudah siswa miliki
sebelum berlangsungnya proses belajar mengajar. Kemampuan awal juga
biasa dijadikan syarat agar dapat mengikuti jalannya pembelajaran dan
menjadi peran yang penting dalam proses belajar mengajar selanjutnya,
begitu pula pada pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan
linear dua variabel.
5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah sebuah persamaan dimana
didalamnya terkandung dua variabel yang didalamnya adalah satu. Bentuk
umum SPLDV:
{
Dengan dan disebut variabel
, disebut koefisien
disebut konstanta
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Profil
Ada beraneka ragam pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
tentang arti profil. Profil menurut Sri Mulyani (1983: 1) profil merupakan
sebuah garis besar, pandangan sisi maupun biografi dari pribadi seseorang
atau sekelompok yang mempunyai usia yang sama. Desi Susiani (2009:
41) juga menjelaskan tentang profil ialah sebuah tulisan, grafik maupun
digram yang menerangkan suatu keadaan yang merujuk pada data orang
ataupun sesuatu. Sedangkan profil menurut Hasan Alwi (2005 : 40)
merupakan pandangan akan seseorang.
Dari berbagai pendapat dan pengertian yang dikemukakan oleh
beberapa ahli tentang profil bisa dipahami bahwa pengertian dari pendapat
tersebut hampir sama bahwa profil merupakan suatu paparan secara garis
besar tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Misalkan dilihat dari
segi seni profil bisa dilihat sebagai sketsa atau gambar wajah seseorang
yang dilihat dari sudut samping kiri maupun kanan. Sedangkan jika
dipandang oleh segi statistik profil merupakan sebuah kumpulan data
yang dapat menjelaskan suatu keadaan dalam bentuk tabel maupun grafik.
Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan profil ialah
gambaran tentang bagaimana siswa berfikir kritis dalam menyelesaikan
soal HOTS pada materi sistem persamaan linear dua variabel.
8
2. Berpikir Kritis
Ada beberapa definisi berpikir kritis menurut beberapa ahli.
Menurut Fisher (2011) berpikir kritis ialah bagaikan kemampuan untuk
menginterpreitasikan, menganalisis, dan mengevaluasi ide maupun
argumen. Saat ini kemampuan berpikir kritis telah dianggap sebagai
kemampuan mendasar yang berperan sangat penting untuk dimiliki sama
halnya dengan kemampuan menulis dan membaca. Pikket dan Foster
(dalam Susiyati, 2014) mengungkapkan bahwa berpikir kritis merupakan
jenis berpikir lebih tinggi dibandingkan dengan pemikiran biasa yang tidak
hanya mampu mengingat materi namun pemakaian dan memanipulasikan
sesuatu yang dipelajari dalam hal yang baru. Menurut Scrivan (Fisher,
2011) berpikir kritis sebagai aktivitas „keahlian‟ menginterpretasikan,
mengevaluasi hasil pengamatan dan koneksi argumen. Sedangkan menurut
Nugent dan Vitale (dalam Susiyati, 2014) berpikir kritis mengaitkan
sebuah tujuan, tujuan langsung dari berpikir ke proses pembuatan
keputusan didasari oleh bukti dan bukan hanya asal menebak dalam proses
pemecahan masalah ilmiah tersebut. Berdasarkan dari beberapa definisi
dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis yaitu sesuatu yang dikerjakan
dengan sadar dan terfokus ke sebuah tujuan. Adapun tujuan berpikir kritis
ialah meninjau dan menilai informasi yang pada akhirnya menguatkan
peneliti untuk pembuatan keputusan.
Berpikir kritis Menurut Glazer (2001) ialah kemampuan yang
digabungkan dengan pengetahuan awal, sebuah kekampuan nalar
matematika, dan cara psikologis untuk mengeneralisasikan, memberi
9
pembuktian, mengasah situasi matematik yang tidak umum secara
introspektif. Berpikir kritis yang diungkapkan oleh Sumarmo (2012) Sama
halnya dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi karena berpikir kritis
memenuhi semua unsur berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan Ennis (dalam Julita, 2014) ada enam kriteria atau
indikator berpikir kritis yang diungkapkan adalah Ennis yaitu FRISCO
(Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview). Berikut
penjelasan FRISCO, yaitu:
1. Focus (fokus), yaitu pusat perhatian siswa terhadap pengambilan
langkah dari masalahan yang ada.
2. Reason (alasan), yaitu dapat memeberikan alasan yang logis terhadap
langkah yang diambil.
3. Inference (simpulan), yaitu dapt membuat kesimpulan berlandaskan
fakta yang meyakinkan dengan cara mengidentifikasi berbagai
argumen atau anggapan dan mencari alternatif pemecahan, serta tetap
mempertimbangan situasi dan bukti yang ada.
4. Situation (situasi), memahami kunci dari permasalahan yang
menyebabkan suatu keadaan atau situasi.
5. Clarity (kejelasan), yaitu dapat memberikan kejelasan tentang simbol,
hal-hal dan istilah yang digunakan.
6. Overview (memeriksa kembali), yaitu memeriksa ulang secara
menyeluruh untuk mengetahui kebenaran keputusan yang sudah
diambil.
10
Tabel 2.1 Salah satu kriteria dan indikator berpikir kritis yang
diungkapkan olrh Ennis yang disingkat menjadi FRISCO
KRITERIA
BERPIKIR
KRITIS
INDIKATOR
F (Fucos) - Siswa mampu menafsirkan persoalan pada
pertanyaan yang diberikan.
R (Reason) - Siswa mampu menyampaikan alasan bersumber
pada bukti atau fakta yang relevan untuk setiap
langkah dalam mengerjakan keputusan maupun
keisimpulan.
I (Inference) - Siswa memilah alasan yang benar untuk
membuat kesimpulan yang telah dibikin.
S (Situation) - Siswa memanfaatkan informasi yang sesuai pada
persoalan.
C (Clarity) - Siswa menyampaikan kejelasan yang lebih
lanjut.
O (Overview) - Siswa meneliti atau memeriksa kembali dari awal
sampai akhir secara menyeluruh.
3. HOTS (Higher Order Thinking Skill)
Soal HOTS (Higher Order Thinking Skill) yaitu sebuah instrumen
yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
yaitu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, metakognitif, logis dan
11
reflektif, yaitu keterampilan berpikir yang tidak sekedar mengignat,
menyatakan kembali, atau mreujuk tanpa melakukan pengolahan. Soal-
soal HOTS pada kondisi asesmen menaksir kemampuan: a) mentransfer
konsep, b) menjalankan dan diterapkannya informasi, c) mencari kaitan
dari informasi yang berbeda, d) memanfaatkan informasi untuk
penyelesaian masalah, dan e) mengkaji informasi dan ide dengan kritis.
HOTS memiliki ciri yang khas. “Level kemampuan HOTS
mencakup kemampuan atau keterampilan siswa dalam menganalisis
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mencipta (create), indikator
keterampilan menganalisis,mengevaluasi dan mencipta didasarkan pada
teori yang dipaparkan dalam revisi Taksonomi Bloom.”
Indikator HOTS apabila disinergikan dengan Taksonomi Bloom,
yaitu sebagai berikut:
1. Level Analisis
Menyusun sebuah bagian-bagian pemecah materi dan memutuskan
hubungan antar bagian ataupun keseluruhannya. Berikut adalah level
analisis, yaitu:
a. Menyeleksi
Pada suatu permasalahan disajikan berbagai data.
Berlandaskan data tersebut, siswa diminta memilah data antara
data yang berkorelasi dengan kesimpulan atau tidak
berkolerasi dengan kesimpulan. Kapasitas data tidak akan
selalu menjamin sebuah validnya kesimpulan.
b. Mengorganisasi
Pengajar dapat membuat contoh soal matematika yang telah
12
dikerjakan namun salah. Kemudian siswa diminta untuk
mencari letak kesalahannya dengan pembuatan diagram.
c. Mengatribusi
Siswa diminta untuk membandingkan dua data yang berbeda
mengenai sebuah permasalahan ataupun fenomena. Dari data
tersebut selanjutnya diminta untuk membuktikan yang mana
yang tepat dan yang lain mengapa bisa tidak tepat.
2. Level Evaluasi
Level evaluasi ialah sebuah kemampuan untuk pengambilan
keputusan yang berdasar pada sebuah kriteria, adapun level evaluasi
sebagai berikut:
a. Pengecekan
Siswa diminta agar dapat mengukur dan mengambil data dari
cara dan sudut pandang yang berbeda. Kemudian siswa
tersebut diminta untuk membuat kesimpulan dari data yang
telah ada. Dari data tesebut, beberapa siswa diminta utk
mendiskusikan untuk pengecekan data, dan apakah semua data
mendukung dalam pengambilan keputusan.
b. Mengkritisi
Siswa dapat diajak dengan mengevaluasi kegiatan PASKIBRA
yang telah dilaksanakan bulan lalu. Kemudian, beberapa siswa
diminta untuk melakukan sebuah program kerja baru
PASKIBRA dengan didasari program yang pernah dilakukan.
Dari masalah tersebut dapat membuat siswa menyusun sebuah
proses dalam menghitung berapa anggaran biaya yang
dikeluarkan.
13
3. Level Mencipta
Siswa mengumpulkan beberapa informasi dengan cara maupun
strategi yang tidak biasa. Siswa dibimbing untuk menggabungkan
suatu bagian untk membentuk sesuatu yg lebih asli dan terbaru.
Didalam level mencipta membuat siswa untuk mampu berpikir yang
lebih inovatif dan kreatif. Adapun level mencipta sebagai berikut:
a. Merumuskan
Siswa diminta merumuskan suatu cara dengan perhitungan
sebuah luas ataupun keliling sebuah bangun datar. Siswa dapat
menghitung tanpa memakai rumus yang baku, tetapi
menggunakan cara lain untuk menghitung sebuah luasa atau
keliling daari bangun datar.
b. Merencanakan
Siswa diminta untuk membuat sebuah rencana untuk
menjawab masalah matematika dengan kehidupan sehari-hari.
Contuhnya, siswa diminta untuk bercerita tentang perjalanan
yang siswa jalani dari rumah ke sekolah. Lalussiwa diminta
untuk memberi penggambaran sesuatu dengan pembelajaran
matematika.
c. Memproduksi
Siswa diminta untuk membuat penyelesaian masalah
kontekstual matematika. Hasil dari masalah penyelesaian
tersebut dengan memakai kajian karya ilmiah.
14
HOTS
Bagan tentang tata cara pembuatan soal hots:
4. Kemampuan Awal
Kemampuan awal sangat berpengaruh didalam pembelajaran dan
apa yang sudah siswa ketahui kurang dan banyaknya sangat
berpengaruh dengan apa yang telah dipelajari (Muhamad Nur, 2000).
Kemampuan awal merupakan sebuah kererampilan maupun pengatuan
yang siswa sudah miliki jadi siswa bisa ikut dalam proses belajar
dengan baik (Atwi Suparman, 2001). Sedangkan menurut Sudjana
(2005) kemampuan awal ialah sebuah kemampuan yang lebih dibawah
Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Menyusun kisi-kisi soal
Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci
jawaban
15
dari pengetahuan yang baru dipelajari. Jadi dapat disimpulkan,
kemampuan awal merupakan sebuah hasil dari proses belajar mengajar
yang ditemukan sebelum menemukan kemampuan yang lebih dari
sebelumnya begitu pula pada pembelajaran matematika.
Prior Knowledge atau yang lebih umum disebut dengan
kemampuan awal. Prior Knowledge atau disingkat dengan PK ialah
sebuah langkah yang sangat penting di dalam pembelajaran, jadi setiap
pendidik harus mengetahui tingkatan kemampuan awal yang dimiliki
siswa. Didalam langkah untuk pemahaman, PK ialah sesuatu yang
sanagt utama yang akan mempengaruhi kebiasaan belajar bagi para
siswa. Dari beberapa penelitian diungkapkan bahwa lingkungan
pembelajaran diperlukan suasana yang telah familiar, nyaman dan
santai. Didalam konteks kemampuan awal lingkungan belajar harus
dengan suasana yang dapat mendukung perasaan peserta didik, dimana
semangat untuk menemukan sesuatu yang baru, penuh makna, dan
tertantangnya siswa. Menciptakan sebuah hal yang menantang para
siswa untuk belajar. Kemampuan awal juga merupakan dorongan
yang murni. Dengan cara tersebut maka pengajar dapat mendorong
pola pikir siswa, dari mengingat informasi yang telah siswa miliki akan
menjadikan proses belajar mengajar dengan penuh arti dan memulai
perjalanan untuk penggabungan berbagai jenis peristiwa atau kejadian
dan tidak lagi mengingat pengalaman yang ada dengan terpisah. Dalam
semua proses, kemampuan awal ialah sesuatu elemen esensial untuk
menciptakan proses belajar agar menjadi lebih bermakna.
16
Dari beberapa pendapat tentang kemampuan awal bisa
disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa merupakan suatu
kemampuan yang sudah siswa miliki sebelum berlangsungnya proses
belajar mengajar. Kemampuan awal dijadikan sebagai prasyarat dalam
mengikuti proses belajar mengajar dan membaawa peran yang penting
didalam proses belajar mengajar yang akan datang. Kemampuan awal
merupakan alah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa nantinya. Proses belajar mengajar berpengaruyh dengan
bagaimana kemampuan awal. Karena kemampuan awal siswa dijadikan
prasyarat awal yang siswa harus miliki agar proses belajar mengajar
yang dilakukan berjalan secara baik.
Setiap siswa mempunyai kemampuana awal yang tidak sama. Jadi
guru perlu memberi perhatian yang penting sebelum melaksanakan
proses belajar mengajar, karena proses belajar mengajar kurang lebih
terpengaruh oleh kemampuan awal yang telah siswa miliki. Secara
tidak langsung kemampuan dapat diartikan dengan intelegensi yaitu
merupakan sebuah kemampuan yang dibawah sejak lahir, seseorang
dapat melakukannya dengan sesuatu cara tertentu. Antara masing-
masing siswa terdapat perbedaan bisa mempengaruhi tingkatan sebuah
penguasaan materi bahan pelajaran. Walaupun belum terjamin siswa
dengan kemampuan awal yang tinggi, bisa mendapatkan prestasi yang
lebih dari pada siswa yang lain.
17
5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
5.1 Persamaan Linear Dua Variabel
Persamaan linear dua variabel ialah persamaan yang
mengandung dua variabel dimana pangkat derajat tiap-tiap
variabelnya sama dengan satu. Bentuk umum PLDV:
dan disebut variabel
, R
, ≠ 0
5.2 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel(SPLDV)
Menurut Sukino, Wilson Simangunsong (dalam Nugraheni,
Agnesia Swara 2019 : 24) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
adalah sebuah persamaan dimana didalamnya terkandung dua
variabel yang didalamnya adalah satu.
Bentuk umum SPLDV:
{
Dengan dan disebut variabel
, disebut koefisien
disebut konstanta
Berbeda dengan persamaan linear dua variabel, SPLDV memiliki
penyelesaian atau himpunan yang harus memenuhi kedua
persamaan dimana di dalamnya terkandung dua variabel tersebut:
Contoh, SPLDV (1):
{
Penyelesaian dari sistem persamaan linear adalah mencari nilai-
nilai dan yang dicari demikian sehingga memenuhi kedua
persamaan linear.
SPLDV diatas memiliki himpunan penyelesaian { } = { }
18
5.3 Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Penyelesaian SPLDV dapat ditentukan dengan cara mencari
nilai variabel yang memenuhi variabel persamaan linear dua
variabel. Untuk menyelesaikan SPLDV dapat dilakukan dengan
metode grafik, substitusi, eliminasi.
a. Metode Grafik
Grafik untuk persamaan linear dua variabel berbentuk garis
lurus SPLDV terdiri dari dua buah persamaan dua variabel,
berarti SPLDV digambarkan berupa dua buah garis lurus.
Penyelesaian dapat ditentukan dengan menentukan titik potong
kedua garis lurus tersebut. Untuk menyelesaikan SPLDV
menggunakan grafik, langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Menggambaar grafik kedua persamaan dalam satu bidang
koordinat.
1.) Memperkirakan titik perpotongan kedua grafik.
2.) Memeriksa titik poyong kedua grafik dengan
menyubstitusikan nilai x dan y ke dalam setiap persamaan.
b. Metode Substitusi
Substitusi artinya menggantikan, adapun langkah-langkahnya
yaitu sebagai berikut:
1.) Menyatakan sebuah variabel dalam variabel yang lain,
misalkan menyatakan variabel x dan y atau sebaliknya.
2.) Mensubstitusikan persamaan yang telah kita rubah pada
19
persamaan yang lain.
3.) Mensubstitusikan nilai yang telah ditemukan dari variabel x
atau variabel y ke dalam salah satu persamaan.
Penggunaan metode substitusi untuk menyelesaikan SPLDV
4x + y = 6
2x + 3y = 8
a. Tuliskan persamaan ke dalam bentuk persamaan (1) dan
persamaan (2)
4x + y = 6. . . (1)
2x + 3y = 8. . . (2)
b. Pilihlah salah satu persamaan, misalnya persamaan(1).
Selanjutnya, nyatakan salah satu variabel dalam bentuk
variabel yang lain:
4x + y = 6
y = 6 - 4x . . . (3)
c. Masukkan nilai variabel y pada persamaan (3) untukk
mengganti variabel pada persamaan (2).
2x + 3y = 8
2x + 3(6 – 4x) = 8
2x + 18 – 12x = 8
2x – 12x= 6 – 18
-10x = -10
x = 1 . . . (4)
d. Nilai x dari persamaan(4) menggantikan variabel x ke salah
20
satu persamaan awal, contohnya persamaan (1)
4x + y = 6
4(1)+y = 6
4 + y = 6
y =6 – 4
y = 2
e. Menentukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel(SPLDV) tersebut. Dari uraian didapat
nilai x = 1 dan nilai y = 2. Jadi, himpunan penyelesaian atau
dapat dituliskan HP = { }
c. Metode Eliminasi
Tidak sama dengan metode substitusi yang caranya mengganti
variabel, tetapi metode eliminasi malah menghilangkan salah
satu variabel agar bisa mendapatkan nilai dari variabel yang
lainnya. Jadi, koefisien dari salah satu variabel yang bisa
dihilangkan atau akan dibuat sama.
Adapun langkahnya yaitu sebagai berikut:
1) Nyatakanlah ke dua persamaan ke dalam bentuk ax + by = c
2) Samakanlah koefisien dari variabel yang akan dihilangkan,
dengan cara mengalikan bilangan yang sudah sesuai (tanpa
memperhatikan tanda kurang atau tambah)
3) Mengurangkan atau menjumlahkan kedua persamaan.
a) Jika koefien dari variabel bertanda sama (sama positif
atau sama negatif), maka kurangkan kedua persamaan
21
b) Jika koefisien dari variabel yang dihilangkan tandanya
berbeda (positif dan negatif), maka jumlahkan kedua
persamaan.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Arifin, dkk (2018). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan yang
telah dilakukannya, maka kesimpulannya adalah: Subjek yang
berkemampuan tinggi dan sedang telah menggapai ranah HOTS, subjek
dapat menggapai tahap menganalisis dan tahap mengevaluasi tetapi tidak
menggapai pada tahap mencipta. Sedangkan subjek yang berkemampuan
rendah belum menggapai ranah HOTS, subjek tidak mampu menggapai
tahap menganalisis, tahap mengevaluasi, dan tahap mencipta.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurhalyzah (2018). Hasil penelitian
mengarah bahwa subjek masih lemah dalam menggapai kemampuan
berpikir kritis, subjek lebih mudah menyelesaikan soal yang telah
dirumuskan dengan cara matematis dibandingkan dengan soal yang ada
hubungannya dengan soal yang memerlukan berpikir tinggi seperti soal
standar HOTS. Siswa lebih mudah dan biasa menjawab soal dengan
pertanyaan seperti 1)apa, 2)tentukan, dan 3)sebutkan, dibandingkan dengan
menjawab soal-soal dimana pertanyaannya berbentuk 1)bagaimana,
2)perkirakan, dan 3)tinjaulah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Zakkina Gais, dkk (2017). Subjek masuk
kategori bisa dalam menyelesaikan soal HOTS. Untuk soal prasyaratnya
ataupun kemampuan awalnya aspek analisis yang dimiliki ialah 77,78% dan
22
untuk aspek evaluasi yang dimiliki ialah 67,59% dan kedua kategori baik,
sedangkan untuk aspek mencipta dimiliki ialah 45,37% dikategorikan
cukup. Tetapi untuk soal post test aspek analisis mendapat rata-rata adalah
78,70% dan untuk aspek evaluasi yang dimiliki ialah77,64% keduanya
kategori baik, sedangkan untuk aspek menciptanya adalah 60,83%
dikategorikan cukup.
4. Penelitian yangg dilakukan oleh Erwinda Gracya Laman (2019). penulis
mengidentifikasi siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
Matematika yang terkait dengan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Hal tersebut ditunjukkan dengan seringnya siswa mengalami kesalahan pada
saat mengerjakan soal tersebut yang menyebabkan nilai siswa kurang
memuaskan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Zeni Ernaningsih, dkk (2016). Dari hasil
analisis bisa diketahui dalam menyelesaikan soal no.1: kemampuan berpikir
subjek dalam memecahkan masalah ini hanya sampai pada tahap
remembering, tahap understanding, dan tahap applying karena subjek hanya
mengingat, memahami dan mengerjakan operasi perkalian secara bersusun
untuk mendapatkan solusi yang benar untuk penyelesaian soal.
C. Kerangka Pikir
Soal-soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan instrumen
pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan
(recite). Untuk itu perlu dilakukan sebuah tes kemampuan awal untuk
23
mengetahui kemampuan berpikir siswa dan mendapatkan subjek yang
diinginkan yaitu dengan kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Setelah dikelempokkan tiga kategori tinggi, sedang dan rendah diberikan
sebuah tes soal HOTS dengan materi sistem persamaan linear dua variabel
yang secara umum dipelajari pada kelas VIII. Untuk melihat kemampuan
berpikir kritis siswa digunakan indikator berpikir krtitis yang diungkapkan
oleh Ennis yang disingkat dengan FRISCO, yaitu (1) Focus(fokus) artinya
siswa mampu menjawab pertanyaan dengan konteks permasalahan yang
benar, (2) Reason(alasan) artinya siswa bisa memberikan alasan terkait bukti
maupuan fakta yang relevan untuk setiap langkah dalam pembuatan
kesimpulan, (3) Inference(simpulan) artinya siswa mampu membuat
kesimpulan dengan sesuai dengan proses identifikasi dalam langkah
penyelesaiannya, (4) Situation(situasi) artinya siswa dapat mengumpulkan
informasi yang relevan dengan memakai konsep-konsep matematika yang
relevan untuk menjawab pertanyaan, (5) Clarity(kejelasan) artinya siswa
mampu memberi kejelasan hal ataupun simbol yang tidak jelas
keterangannya, (6) Overview(memeriksa kembali) artinya siswa sudah
memeriksa kembali pekerjaannya dari awal hingga. Dengan indikator tersebut
lebih mempermudah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam menyelesaikan soal HOTS materi sistem persamaan linear dua
variabel.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penyusunan skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Penelitian ini menggambarkan data kualitatif dan selanjutnya dideskripsikan
berupa kata-kata tertulis atau uraian dari subjek penelitian untuk
menghasilkan gambaran yang mendalam serta terperinci mengenai Profil
Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal HOTS Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau dari Kemampuan Awal pada Kelas
VIII SMP Negeri 3 Pallangga.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Pallangga, pada kelas
VIII.1 Lokasi penelitian beralamatkan di Jl. Benteng Somba Opu No.221,
Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
C. Subjek Penelitian
Untuk menentukan subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan beberapa
pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa
lebih representative (Sugiyono, 2018: 220).
Cara pemilihan subjek menggunakan test kemampuan awal pada siswa
kelas VIII.1 SMP Negeri 3 Pallangga sebagai subjek awal dari penelitian.
Tes pertama yaitu tes kemampuan awal yang terdiri dari 3 nomor dengan
materi sistem persamaan linear dua variabel(SPLDV). Subjek yang
mendapat nilai lebih atau sama dengan 80 maka subjek tersebut
25
dikategorikan tinggi, subjek yang mendapat nilai kurang dari 80 dan lebih
dari 60 maka subjek tersebut dikategorikan sedang, dan subjek yang
mendapat nilai kurang dari 20 maka subjek tersebut dikategorikan rendah.
Selanjutnya masing-masing 1 subjek dengan kategori yang berprestasi
tinggi, sedang, dan rendah diberikan tes kedua yaitu tes soal HOTS.
Selanjutnya subjek yang telah ditentukan akan diwawancara dengan
kesiapan subjek tersebut dan berdasarkan pertimbangan guru Matematika
terkait.
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
persiapan sebagai berikut:
a. Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari tes kemampuan awal,
tes HOTS dan instrumen pedoman wawancara.
b. Melakukan validasi pada instrumen penelitian.
c. Membuat surat izin penelitian.
d. Meminta izin kepada Kepala SMP Negeri 3 Pallangga untuk melakukan
penelitian.
e. Membuat persetujuan dengan guru mata pelajaran matematika SMP
Negeri 3 Pallangga tentang waktu yg digunkan dan kelas yang akan
diberikan selama penelitian.
26
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan penelitian sebagai berikut.
a. Memberikan tes kemampuan awal kepada semua siswa di kelas VIII.1
SMP Negeri 3 Pallangga.
b. Menganalisis hasil pengerjaan siswa pada tes kemampuan awal
c. Memilih masing-masing 1 subjek yang berpikir kritis tinggi, sedang, dan
rendah
d. Memberikan tes HOTS masalah kepada 3 subjek yang berbentuk uraian.
e. Melakukan wawancara kepada subjek penelitian.
3. Tahap Analisis
Setelah melakukan penelitian, selanjutnya semua data yang telah
dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Teknik analisis digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
dalam menyelesaikan soal HOTS berdasarkan indikator FRISCO SMP
Negeri 3 Pallangga.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan sebagai alat untuk mengukur. Ada dua
instrumen yg dipakai yaitu instrumen utamanya dan instrumen pendukung.
Instrumen utama pada penelitian ini yaitu peneliti sendiri. Sedangkan
Instrumen pendukungnya yaitu berupa tes kemampuan awal agar
mempermudah mendapatkan subjek penelitian, tes mengenai soal HOTS
untuk menentukan kemampuan berpikir kritis siswa dan pedoman
wawancara. Berikut adalah instrumennya, yaitu:
27
1. Tes Keampuan Awal
Tes kemampuan awal yaitu pemberian tes sebelum diberikan tes HOTS
ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui seberapa kemampuan
siswa sebelum diberikannya tes HOTS. Tes kemampuan awal juga
disini bertujuan untuk mendapatkan subjek yang diinginkan yaitu
dengan kemampuan berpikir tinggi, sedang dan rendah.
Bentuk soal yang diberikan berupa soal yang berbentuk uraian (essay)
sebanyak 3 butir soal. Tujuan diberikannya soal uraian agar mengetahui
cara kerja siswa tentang soal yang diberikan pada materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel(SPLDV) sekaligus melihat seberapa
kemampuan siswa. Berikut adalah kisi-kisi dan indikator pembuatan
kemampuan awal
Tabel 3.1 Tabel kisi-kisi Tes soal kemampuan awal matematika
NO. KOMPETENSI
DASAR MATERI INDIKATOR
JENIS
SOAL
N0
SOAL
1. 3.1Menyelesaika
n sistem
persamaan
linear dua
variabel
Sistem
Persamaan
Linear
Dua
Variabel
3.1.1 Menentukan
mana yang
merupakan
SPLDV dan
mana y ang
bukan
SPLDV dari
pernyataan-
pernyataan
bentuk
aljabar
Essay 1
(a,b,c)
3.1.2 Menentukan
himpunan
penyelesaian
SPLDV
dengan
Essay 2
28
metode
substitusi
3.1.2 Menentukan
himpunan
penyelesaian
SPLDV
dengan
metode
eliminasi
Essay 3
1.1 Validasi Soal Kemampuan Awal
Validasi dengan pakar yaitu dengan cara peneliti memberikian
instrumennya antaranya yaitu: kisi-kisi, soal tes 1, jawaban, dan
pedoman penilaiannya kepada 2 validator yaitu dosen Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar ialah sebagai berikut:
Validator 1: Ma‟rup, S.Pd., M.Pd.
Validator 2: Kristiawati, S.Pd., M.Pd.
Tabel 3.2 Penilaian Validator Soal Kemampuan Awal
Validator Penilaian
Validator1 Ada beberapa komponen soal yang harus direvisi
Validator2 Ada beberapa komponen soal yang harus direvisi
Berdasarkan Saran revisi validator terhadap instrumen yang
meliputi kisi-kisi, soal tes 1, jawaban, dan pedoman penilaiannya dapat
dilihat pada tabel 3.3 berikut.
29
Tabel 3.3 Saran Revisi oleh Validator Soal Kemampuan Awal
No.
Validator Instrumen Saran Revisi
1 Validator1
Kisi-kisi Tes Tambahkan kisi-kisi dengan
cantumkan indikatator dari materi
Pedoman Penilaian
Skor penilainnya tidak harus sampai
100 jadi sesuaikan saja dengan
jawaban dan proses cara kerja
2 Validator2 Soal Tes Cara penulisan yang yang tidak
sesuai
Berdasarkan tabel 3.3 saran dan komentar yang diberikan oleh
validator dapat dijaadikan sebagai pertimbangan dalam merevisi instrumen
tes kemampuan awal siswa.
2. Tes HOTS
Level kemampuan soal HOTS mencakup kemampuan atau
keterampilan siswa dalam menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate), dan mencipta (create). Keterampilan menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta didasarkan pada teori yang dipaparkan
dalam revisi Taksonomi Bloom, sehingga soal yang akan dibuat harus
memenuhi tiga level tersebut.
Bentuk tes yang diberikan yaitu tes soal HOTS dengan indikator
berpikir kritis yang dipaparkan oleh ennis yang disingkat dengan
FRISCO, siswa diberikan soal HOTS sebanyak 3 butir yang berbentuk
uraian (essay). Berikut adalah kisi-kisi dan indikator pembuatan soal
HOTS
30
Tabel 3.4 Tabel kisi-kisi Tes soal HOTS
KOMPETENSI
DASAR INDIKATOR RANAH KOGNITIF
N
O
SO
AL
3.5. Menjelaskan
sistem
persamaan
linear dua
variabel
(SPLDV) dan
penyelesaianny
a yang
dihubungkan
dengan masalah
kontekstual
Membuat model
matematika dari masalah
sehari-hari yang
berkaitan dengan materi
SPLDV
C4 (Menganalisis)
1
4.5. Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan
dengan
persamaan
linear dua
variabael
Menyelesaikan model
matematika dari masalah
sehari-hari yang
berkaitan dengan
SPLDV
C5 (Mengevaluasi)
2
Memodelkan masalah
sehari-hari yang
berkaitan dengan
SPLDV
C6
(Mencipta/Mengkreasi)
3
2.1 Validasi Soal HOTS
Validasi dengan pakar yaitu dengan cara peneliti memberikian
instrumennya antaranya yaitu: kisi-kisi, soal tes 2, jawaban, dan
pedoman penilaiannya kepada 2 validator yaitu dosen Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar ialah sebagai berikut:
Validator 1: Ma‟rup, S.Pd., M.Pd.
Validator 2: Kristiawati, S.Pd., M.Pd.
31
Tabel 3.5 Penilaian Validator soal HOTS
Validator Penilaian
Validator1 Ada beberapa komponen soal yang harus direvisi
Validator2 Ada beberapa komponen soal yang harus direvisi
Berdasarkan Saran revisi validator terhadap instrumen yang meliputi
kisi-kisi, soal tes 1, jawaban, dan pedoman penilaiannya dapat dilihat pada
pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Saran Revisi oleh Validator Soal HOTS
No.
Validator Instrumen Saran Revisi
1 Validator1
Kisi-kisi tes Tambahkan ranah kognitif HOTS
Soal Tes Penggunaan Kata
Pedoman Penilaian Harus ada dasar teorinya
2 Validator2
Soal Tes
Cara penulisan yang tidak sesuai
Penggunaan kata
Berdasarkan tabel 3.6 saran dan komentar yang diberikan oleh validator
dapat dijaadikan sebagai pertimbangan dalam merevisi instrumen tes soal
HOTS.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara pada penelitian ini dipakai untuk membantu
mendapatkan informasi lebih dalam tentang kemampuan berpikir kritis
siswa dalam menyelesaikan soal HOTS. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang
32
ditanyakan. Wawancara dilakukan setelah pemberian tes soal HOTS
pada subjek.
Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara tak
berstruktur adalah pengambilan data dengan wawancara yang dilakukan
peneliti bersifat terbuka, tidak terstruktur, tidak dalam suasana formal
dan bisa dilakukan berulang pada objek yang sama.
Langkah pelaksanaan :
1. Wawancara dilakukan secara face to face dan ada juga secara
online dengan cara video call
2. Wawancara dilakukan setelah terjadi kesepakatan waktu dan
tempat pelakssanaan wawancara antara peneliti dan informan.
3. Pertanyaan yang diberikan tidak harus sama, tetapi memuat
pokok permasalahan yang sama.
4. Apabila siswa mengalami kesulitan dengan pertanyaan
tertentu, siswa akan diberikan pertanyaan yang lebih
sederhana tanpa menghilangkan inti permasalahan.
Indikator :
Proses berpikir kritis menurut Ennis yang disingkat menjadi
FRISCO, yaitu :
1. Focus
Siswa menjawab pertanyaan konteks permasalahan.
2. Reason
Siswa dapat memberikan alasan terkait fakta atau bukti yang
relevan pada setiap langkah dalam membuat kesimpulan.
3. Inference
siswa dapat membuat kesimpulan dengan tepat berdasarkan
proses identifikasi pada langkah penyelesaian.
4. Situation
Siswa mampu mengumpulkan informasi- informasi yang
relevan dan menggunakan konsep-konsep matematika yang
relevan untuk menjawab soal.
5. Clarity
Siswa dapat memberikan kejelasan simbol atau hal-hal yang
belum jelas keterangannya.
6. Overview
Siswa telah mengecek ulang pekerjaannya dari awal sampai
akhir.
33
2.1 Validasi Tes Wawancara
Validasi dengan pakar yaitu dengan cara peneliti memberikian
instrumennya antaranya yaitu: indikator berpikir kritis kepada 2
validator yaitu dosen Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar ialah
sebagai berikut:
Validator 1: Ma‟rup, S.Pd., M.Pd.
Validator 2: Kristiawati, S.Pd., M.Pd.
Tabel 3.5 Saran Revisi oleh Validator Tes Wawancara
Validator Penilaian
Validator1 Pertanyaan sesuaikan nanti dengan hasil dari tes soal
HOTS subjek
Validator2 Gunakan bahasa dan kata yang mudah dipahami oleh
subjek
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Tes
Tes yang dipakai pada penelitian ini adalah berbentuk uraian
(essay) pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII SMP
Negeri 3 Pallangga. Untuk tes uraian (essay) digunakan untuk melihat
kemampuan awal subjek dan tes soal HOTS subjek.
Pembuatan soal dalam bentuk uraian bertujuan untuk memudahkan
mendeskripsikan profil berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal
HOTS. Aspek yang diamati dalam tes berpikir kritis siswa yaitu
bagaimana siswa bisa fokus (fokus), reason (alasan), inference
34
(menyimpulkan), situation (situasi), clarity (kejelasan), and overview
(pandangan menyeluruh).
2. Metode Wawancara
Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara
tak berstruktur agar dapat mendalami kemampuan berpikir kritis subjek.
Wawancara dilaksanakan setelah diberikan tes kemampuan berpikir kritis
siswa. Siswa yang akan diwawancarai ada 3 yaitu dengan yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Ini bertujuan untuk lebih
mudah melihat gambaran siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Rencana pengujian keabsahan data yang akan dilakukan pada penelitian ini
dengan memakai triangulasi teknik. Dimana triangulasi teknik adalah teknik
pemeriksa kebenara dari data yang diperoleh yang menggunakan sesuatu
yang beda diluar data tersebut sebagai bahan pengecekan atau pembanding
terhadap data tersebut (Moleong, 2017). Dari hal ini teknik triangulasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi dengan metode
yaitu tes tertulis dan wawancara. Dari hasil tes tertulis nantinya akan
dicocokkan dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian
dilihat apakah data hasil tes tertulis konsisten dengan data hasil wawancara.
H. Teknik Analisis Data
Setelah dikumpulkannya data, dilakukan analisis data untuk memperoleh
data yang tesusun secara sistematis dan mempermudah untuk ditafsirkan dan
dipahami sehingga temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
35
Teknik analisis data yang dipakai penulis pada penelitian ini yaitu dengan
model Miles dan Huberman (Sugiono, 2018) yang dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan sesuatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data tidak perlu
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga
memberikan gambaran yang jelas mengenai objek yang dianalisis dan
memudahkan penelitian dalam pengumpulan data selanjutnya. Adapun
tahap reduksi data yang digunakan pada penelitian ini adalah yaitu:
1) Memberikan soal tes kemampuan awal
2) Menganalisis hasil tes pekerjaan subjek
3) Menggolongkan subjek ke dalam 3 kategori subjek yang berpikir kritis
rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan hasil uraian jawaban subjek
4) Memberikan tes soal HOTS kepada subjek yang berprestasi rendah,
sedang, dan tinggi.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data disajikan dalam bentuk uraian deksriptif yang didukung
grafik atau sejenisnya yang mendukung data yang disajikan. Dengan
penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami
tersebut. Adapun tahapan penyajian datanya yaitu:
1) Menampilkan hasil pekerjaan subjek, dari hasil pekerjaannya dapat
36
dijadikan sebagai bahan untuk wawancara.
2) Menampilkan hasil wawancara subjek untuk disusun dalam bentuk
sebuah dialog.
3. Penarikan kesimpulan
Membuat kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi
data, dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini
dengan cara melihat perbedaan hasil pekerjaan pada saat tes subjek dan
hasil wawancara. Berdasarkan dari hasil tes dan wawancara ini dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa bagaimana kemampuan berpikir kritis
subjek yang diteliti dengan menggunakan soal HOTS.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Tes Pemilihan Subjek
Penelitian yang berjudul “Profil Berpikir Kritis Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal HOTS Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel Ditinjau dari kemampuan Awal pada Kelas VIII SMP Negeri 3
Pallangga” merupakan sebuah penelitian yang dilakukan di kabupaten Gowa
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
dalam menyelesaikan soal HOTS pada materi sistem persamaan linear dua
variabel dengan menggunakan indikator berpikir kritis yang dikemukakan
oleh Ennis yaitu FRISCO. Tes I dilakukan dikelas VIII yang berjumlah 35
subjek, namun karena kondisi Covid 19 sehingga peneliti hanya diizinkan
oleh sekolah sebanyak 12 subjek untuk diberikan test kemampuan awal.
Tahapan atau proses pelaksanaan penelitian ini diawali dengan
melakukan observasi sekaligus meminta izin kepada kepala sekolah untuk
melakukan penelitian di SMP Negeri 3 Pallangga pada tanggal 24 Agustus
2020 Peneliti mendapat izin dari pihak sekolah sekaligus mewawancarai
guru mata pelajaran matematika. Pada tanggal 19 Oktober 2020 peneliti
memberikan surat izin penelitian ke SMP Negeri 3 Pallangga untuk
melakukan penelitian. Kemudian peneliti diarahkan untuk melakukan
penelitian dikelas VIII.1, pada tanggal 27 Oktober peneliti memberikan tes
kemampuan awal dikelas VIII.1. Adapun hasil tes kemampuan awal pada
subjek dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
38
Tabel 4.1. Hasil Tes Kemampuan Awal Subjek
No. Nama Nilai
1. L 95,8
2. SFA 91
3. DRS 87,5
4. PAP 79
5. MIA 70,8
6. ASA 70,8
7. IRS 37,5
8. MAR 29
9. PA 20,8
10. ANM 20,8
11. MI 16,6
12. AP 16,6
Dari tabel 4.1 diperoleh subjek yang berprestasi tinggi, sedang dan
rendah, Selanjutnya peneliti memberikan tes kedua untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa dan selanjutnya subjek tersebut
diwawancarai. Tes kedua merupakan tes soal HOTS.
39
B. Pengkodean Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih berdasarkan hasil tes diagnostik yang
masing-masing berpikir kritis tinggi, sedang dan rendah. Adapun pengkodean
subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Pengkodean Subjek Penelitian
No. Tipe Berprestasi Kode Subjek
1. Berpikir Kritis Tinggi BKT
2. Berpikir Kritis Sedang BKS
3. Berpikir Kritis Rendah BKR
Untuk memudahkan dalam menganalisis data pada bagian ini, maka
setiap petikan dialog diberikan kode tertentu. Untuk petikan dialog
pewawancara diberi kode “P” dan untuk petikan subjek yang berpikir kritis
tinggi diberi kode “BKT” untuk petikan subjek yang berpikir kritis sedang
diberi kode “BKS” dan untuk petikan subjek yang berpikir kritis rendah
diberi kode“BKR”.
C. Paparan Data
Pada bagian ini akan dipaparkan data-data yang berkenaan dengan
kegiatan penelitian dan subjek penelitian selama pelaksanaan penelitian. Ada
dua bentuk data dalam kegiatan penelitian ini yaitu hasil tes tertulis dan hasil
wawancara dengan subjek penelitian. Dua data tersebut akan jadi tolak ukur
dalam menyimpulkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
soal HOTS materi sistem persamaan linear dua variabel yang ditinjau dari
kemampuan awal siswa.
Berikut adalah uraian hasil tes dan wawancara yang telah dilakukan pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pallangga.
40
1. Subjek yang Berpikir Kritis Tinggi
a. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Wawancara
Berikut adalah jawaban tertulis subjek BKT untuk soal nomor 1
disajikan pada gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Hasil Kerja Nomor 1 Subjek yang Berpikir Kritis
Tinggi
Adapun hasil wawancara dengan subjek yang berpikir kritis tinggi
berikut ini:
Fokus
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
focus, subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan (pada pengerjaan jawaban dituliskan ditulidkan
diketahui dan ditanyakan secara lengkap dan tepat)). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Apakah pertanyaan itu benar atau salah?
BKT : Benar kak.
P : Kenapa bisa dikatakan benar?
BKT : Karena terdiri dari 2 persamaan linear dua variabel
focus
reason
inference
41
P : Bagaimana carata dapat ide untuk menjawab seperti itu?
BKT : Karena saya tentukan dulu apa yang diketahui sama
ditanyakan itu soalnya kak.
P : Jadi apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal?
BKT : Yang diketahui adalah 3 bilangan pertama ditambah 4
bilangan kedua adalah 36 dan 4 bilangan pertama
dikuranfi 3 bilangan kedua adalah 13 dan yang ditanyakan
adalah model matematikanya.
Reason
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
reason, subjek dapat memberikan alasan terkait fakta atau bukti yang
relevan pada setiap langkah dalam membuat kesimpulan (menuliskan
jawaban dengan memberikan alasan yang tepat dan lengkap). Berikut
petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Apa langkah selanjutnya lagi dek setelah kita tuliskan
yang diketahui dan ditanyakan?
BKT : Saya misalkanki kak
P : Apa yang kita misalkan?
BKT : Saya misalkan yang diketahyui itu kak, yang bilangan
pertama saya misalakan jadi a dan yang bilangan kedua
ssaya misalkan b.
P : Apa alasanta kenapa kita misalkanki?
BKT : Untuk napermudah nanti pada saat mau dituliskan model
matematikanya kak.
Inference
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
inference, subjek mampu menyimpulkan permasalahan dengan
tepat(menuliskan jawaban dengan memberikan kesimpulan yang tepat
dan lengkap). Berikut petikan wawancaranya:
42
Kode Uraian
P : Kan tadi kita sudah misalkan. Setelah dimisalkan diapakan
lagi dek?
BKT : Saya jawabmi pertanyaannya kak, yaitu menuliskan model
matematikanya
P : Bagaimana model matematikanya dek?
BKT : Kan tadi kumislkan bilangan pertama itu a dan bilangan
kedua itu b toh kak, jadi model matematikanya itu
3a+4b=66 dan 4a-3b=13 kak.
Overview
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
overview, subjek telah mengecek ulang pekerjaannya dari awal hingga
akhir. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Jadi yakinki begitumi jawabannya?
BKT : Iya kak
P : Sudah dicek kembali pekerjaanta?
BKT : Sudahmi kak
P : Dicek satu persatu baru ditulis kembali atau selesai
semuapi baru dicek?
BKT : Kucek satu persatu kak kalau sudah kucek bisa kutau apa
lagi langkah selanjutnya kak
P : Ohiya dek.
Berikut adalah jawaban tertulis subjek BKT untuk soal nomor 2
disajikan pada gambar 4.2 sebagai berikut:
43
Gambar 4.2 Hasil Kerja Nomor 2 Subjek yang Berpikir Kritis Tinggi
Adapun hasil wawancara dengan subjek yang berpikir kritis tinggi
berikut ini:
Focus
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
focus, subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan (pada pengerjaan jawaban dituliskan yang diketahui dan
ditanyakan secara lengkap dan tepat). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Susah nomor 2 dek?
BKT : Iya kak karna banyak sekali yang diketahuinya
P : Apa saja yang diketahui dek?
BKT : Jumlah penonton 400 orang, harga tiket kelas eksekutif
seharga Rp.70.000, harga tiket kelas biasa seharga
Rp.50.000,dan hasil penjualan tiket sebanyak
Rp.23.000.000.
P : Dan apa yang ditanyakan dek?
BKT : Jumlah orang yang membeli tiket dikelas eksekutif dan
kelas biasa kak
focus
inference
situation
clarity
44
Reason
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
reason, subjek mampu membuat alasan atas jawaban yang dikerjakan
pada proses penyelesaian, tetapi pada saat tes subjek tidak menuliskan
jawaban dan alasan. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kenapa kita tidak tuliskan yang dimisalkan?
BKT : Yang dimisalkan a dan b kak?
P : Yah yg itu dek, coba kita jelaskan!
BKT : Peserta eksekutif a dan peserta biasa b jadi a+b=400
dan 70.000a+50.000b=23.000.000
Inference
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
inference, subjek mampu menyimpulkan permasalahan sesuai dengan
penyelesaian yang dikerjakan. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kan tadi kita sudah tuliskan yang diketahui dan
ditanyakan toh dek, apalagi langkah selanjutnya?
BKT : Samaji nomor 1 kak yang dikasih simbol a dan b. Jadi
model matematikanya a+b=400 adalah persamaan 1 dan
70.000a+50.000b=23.000.000.
P : Kenapa kita tidak tuliskan yang dimisalkan itu dek?
BKT : karena saya kirai tidak harusji kak, jadi langsung saja
saya tuliskanmi model matematikanya kak
Situation
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
situation, subjek dapat memperoleh informasi yang yang terkait
dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta mengetahui
45
konsep yang akan digunakan (menuliskan jawaban disertai proses
berhitung dan disertai jawaban akhir tepat). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Pakai cara apaki lagi dek setelahta tulisakan model
matematikanya?
BKT : Kueliminasi kak
P : Apa yang dieliminasi dek?
BKT : Persamaan satu dan dua kak supaya kudapatki nilai b
P : Bagaimana itu yg dimaksud dieliminasi dek?
BKT : Persamaan 1 kukalikan 70.000 dan persamaan 2 kukali 1
supaya nanti hasil nilai a nya sama ki kak. Jadi sisa yang
b dikurangkan. Kan disitu nilainya toh kak yang a sama
dengan 70.000 kak, terus yang nilai b nya itu yang
persamaan satu 70.000 dan persamaan 2 nya 50.000 jadi
sisa dikurangkan yang b jadi 20.000 dan hasilnya itu 28
juta dikurang 23 juta sama dengan 5juta
P : Setelah dikurangi diapakan dek?
BKT : Kan tadi toh kak 20.000b sama dengan 5 juta
P : Iya dek, terus?
BKT : Terus utk didapat nilai b nya itu kak itu yang 5juta dibagi
dengan 20.000 hasilnya sama dengan 250
Clarity
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
clarity, subjek membaca dan memahami simbol (menuliskan jawaban
dengan keterkaitan konsep yang tepat). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kan tadi ditaumi toh dek nilai b nya?
46
BKT : Iya kak
P : Selanjutnya apa lagi dek?
BKT : Dicari lagi nilai a nya kak
P : Bagaimana itu carata cariki nilai a nya?
BKT : Sisa disubstitusikanki kak nilai b nya di persamaan 1
P : Coba jelaskan dek?
BKT : Persamaan 1 kan a+b= 400 trs kan tadi sudah didapatmi
nilai b jadi masukkan mi kak a+250=400 jadi a+400-250
jadi nilai a nya adalah 150 kak
P : Setelah itu apalagi dek?
BKT : Tidak adami kak
Overview
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
overview, subjek telah mengecek ulang pekerjaannya dari awal hingga
akhir. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Jadi itu sajaji dek?
BKT : Iya kak
P : Tidak dicek kembali pekerjaanta betulmi atau salah?
BKT : Tidak kak, karna saya kira betulmi karna sisa dicari
sajaji nilai a sam b nya
P : Jadi sampai situji dek?
BKT : Iya kak
Berikut adalah jawaban tertulis subjek BKT untuk soal nomor 3
disajikan pada gambar 4.3 sebagai berikut:
47
Gambar 4.3 Hasil Kerja Nomor 3 Subjek yang Berpikir Kritis
Tinggi
Adapun hasil wawancara dengan subjek yang berpikir kritis tinggi
berikut ini:
Focus
Subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap focus,
subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks permasalahan
(pada pengerjaan jawaban dituliskan diketahui dan ditanyakan secara
lengkap dan tepat). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Bagaimana nomor 3 dek?
BKT : Susah kak, hehe
P : Apanya dek?
BKT : Pertanyaannya kak
P : Jadi bagaimana carata jawabki??
BKT : Kutuliskan yang diketahui dulu kak
P : Apa yang diketahui dek?
BKT : 5 pensil+ 4 buku = 27.500 dan 3 pensil +4 buku =
focus
inference
situation
situation
clarity
48
20.500
Reason
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
reason, subjek mampu membuat alasan atas jawaban yang dikerjakan
pada proses penyelesaian, tetapi pada saat tes subjek tidak menuliskan
jawaban dan alasan. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Tidak dituliskan yang dimisalkan?
BKT : Tidak kak
P : Tapi bisaki jelaskanki pemisalannya?
BKT : Iya kak
P : Coba kita jelaskan!
BKT Misalkan pensil a dan buku b
Inference
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
inference, subjek mampu menyimpulkan pemasalahan sesuai dengan
penyelesaian yang dikerjakan (menuliskan jawaban dengan
memberikan kesimpulan yang tepat dan lengkap). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kan tadi kita sudah tuliskan yang diketahui, selanjutnya
apa lagi?
BKT : Dituliskan model matematikanya lagi kak?
P : Bagaimana model matematikanya dek?
BKT : 5a+4b=27.500 persamaan 1 dan 3a+4b=20.500
persamaan 2
49
Situation
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
situation, subjek dapat memperoleh informasi yang terkait dengan
proses penyelesaian permasalahan yang ada serta mengetahui konsep
yang akan digunakan (menuliskan jawaban disertai proses berhitung
dan disertai jawaban akhir tepat). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : setelahta tulisakan model matematikanya diapakan lagi?
BKT : Kueliminasi kak kayak nomor 2
P : Bagaimana cara dieliminasinya dek?
BKT : 5a+4b=27.500 dikurangkan 3a+4b=20.500 hasilnya
2a= 7.000
P : Setelah itu diapakan lagi dek?
BKT : Dibagi 2 kak yang 7.000 untuk dapat nilai a
P : Jadi berapa nilai a nya?
BKT : 3.500 kak
P : Setelah itu?
BKT : Disbstitusikan nilai a ke persamaan 1 kak, kan tadi nilai
a= 3.500 dimasukkan saja kak 5a+4b=27.500 jadi 5
dikali 3.500 +4b = 27.500 terus hasilnya
17.500+4b=27.500 jadi nilai 4b=27.500-17.500=10.000
P : Setelah itu?
BKT : 4b=10.000 jadi b=10.000 dibagi 4 sama dengan 2.500
Clarity
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
clarity, subjek mampu membaca dan memahami simbol (menuliskan
jawaban dengan keterkaitan konsep yang tepat). Berikut petikan
wawancaranya:
50
Kode Uraian
P : Setelah diketahui nilai a dan b apalagi dek?
BKT : Dimasukkan saja kak nilai dari 5a+7b sama dengan
berapa kak
P : Bagaimana caranya itu didapat dek?
BKT : 5 dikali 3.500 + 7 dikali 2.500 jadi hasilnya itu kak
17.500+17.500 = 35.000
P : Setelah itu apalagi dek?
BKT : Tidak adami kak
Overview
Pada subjek yang berpikir kritis tinggi menunjukkan pada tahap
overview, subjek telah mengecek ulang pekerjaannya dari awal hingga
akhir. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Jadi itu sajaji dek?
BKT : Iya kak
P : Tidak dicek kembali pekerjaanta betulmi atau salah?
BKT : Sudahmi kak
P : Kenapa tidak dijawab pertanyaannya dek?
BKT : Sudahmi kak
P : Yang apakah uang Firman kurang atau lebih dari
100.000 setelah membeli 5 pensil dan 7 buku
BKT : Astaga nda kuperhatikanki itu kak, saya kira hasil
dari membeli 7 pensil dan 5 buku ji kak
P : Tapi ditauji dikerjakan kalau ada lagi pertanyaan
begitunya?
BKT : Iya kak
P : Bagaimana ple itu?
BKT : Harusnya Rp.100.000 – Rp.35.000 jadi sisa uangnya
sisa Rp.75.000
51
P : Yakinki begitu?
BKT : Iya kak
Adapun yang dapat disimpulkan dari wawancara diatas bahwa
subjek yang berpikir kritis tinggi mampu memahami soal dengan cara:
1. Focus : subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan (menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soal
dengan tepat dan lengkap),
2. Reason : subjek dapat memberikan alasan terkait fakta atau bukti
yang relevan pada setiap langkah dalam membuat kesimpulan
(menuliskan jawaban dengan memberikan alasan yang tepat dan
lengkap),
3. Inference : subjek mampu menyimpulkan pemasalahan sesuai
dengan penyelesaian yang dikerjakan (menuliskan jawaban dengan
memberikan kesimpulan yang tepat dan lengkap),
4. Situation : subjek dapat memperoleh informasi yang terkait dengan
proses penyelesaian permasalahan yang ada serta mengetahui konsep
yang akan digunakan (menuliskan jawaban disertai proses berhitung
dan disertai jawaban akhir tepat),
5. Clarity : subjek mampu membaca dan memahami simbol
(menuliskan jawaban dengan keterkaitan konsep yang tepat), dan
6. Overview : subjek telah mengecek ulang pekerjaannya dari awal
hingga akhir.
2. Subjek yang Berpikir Kritis Sedang
a. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Sedang dan Wawancara
52
Berikut adalah jawaban tertulis subjek BKS untuk soal nomor 1
disajikan pada gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4 Hasil Kerja Nomor 1 Subjek yang Berpikir Kritis
Sedang
Adapun hasil wawancara dengan subjek yang berpikir kritis sedang
berikut ini:
Focus
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
focus, subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan tetapi subjek tidak menuliskan yang diketahui dan
ditanyakan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Apa yang dipikirkan tentang soal nomor 1?
BKS : Susah soalnya kak, angka di soal kayak berulangki jadi
harus dibaca berulang-ulang.
P : Kenapa tidak dituliskan yang diketahui dan ditanyakan?
BKS : Kutauji apa yang diketahui dan ditanyakan kak tapi saya
kira langsung ditulis cara penyelesaiannya.
P : Jadi apa diketahui dan ditanyakan?
BKS : Yang diketahui adalah 3 bilangan pertama + 4 bilangan
kedua = 66 dan 4 bilangan pertama + 3 bilangan kedua
= 13 dan yang ditanyakan itu model matematikanya.
inference
53
Reason
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
reason, subjek mampu membuat alasan atas jawaban yang dikerjakan
pada proses penyelesaian tetapi subjek tidak menuliskan jawaban dan
alasan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Jadi bagaimana langkah penyelesaian selanjutnya dek?
BKS : Jadi kutulismi kalau bilangan pertama itu x dan bilangan
kedua itu y.
P : Tapi tidak kita tuliskan misalnya dek?
BKS : Iya kak
P : Kenapa kita tidak tuliskan?
BKT : Saya kira langsung model matematikanya ji kak dituliskan
Inference
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada
tahap inference, subjek mampu menyimpulkan pemasalahan sesuai
dengan penyelesaian yang dikerjakan (menuliskan jawaban dengan
memberikan kesimpulan yang tepat dan lengkap). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Jadi bagaimana langkah penyelesaian selanjutnya?
BKS : Kutuliskan langsung model matematikanya kak,
karena 3 kali bilangan pertama ditambah 4 kali
bilangan kedua sama dengan 66. Jadi kutulismi
kalau bilangaan pertama itu x dan bilangan kedua
itu y. Jadi, model matematikanya 3x+4y=66 begitu
juga yang dibawah kak.
54
P : Jadi begitu sajaji carata?
BKS : Iya kak
Overview
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
overview, subjek telah mengecek ulang pekerjaannya dari awal hingga
akhir. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Jadi yakinki begitumi jawabannya?
BKS : Yakinka kak
P : Sudah dicek kembali pekerjaanta?
BKS : Sudah kak
P : Dicek satu persatu baru ditulis kembali atau selesai
semuapi baru dicek?
BKS : Selesaipi kak
P : Ohiya dek.
Berikut adalah jawaban tertulis subjek BKS untuk soal nomor 2
disajikan pada gambar 4.5 sebagai berikut:
Gambar 4.5 Hasil Kerja Nomor 2 Subjek yang Berpikir Kritis
Sedang
inference
situation
clarity
55
Adapun hasil wawancara dengan subjek yang berpikir kritis
sedang berikut ini:
Focus
Subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
focus, subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan tetapi subjek tidak menuliskan yang diketahui dan
ditanyakan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Susah nomor 2 dek?
BKS : Iya kak
P : Kita tahuji apa-apa saja yang diketahui?
BKS : Iya kak
P : Apa pale dek?
BKS : Yang pertama itu harga tiket kelas eksekutif 70.000 dan
harga tiket kelas biasa 50.000 dan yang kedua itu jumlah
penonton 400 orang dan hasil penjualan tiket 23 juta
kak.
P : Terus yang ditanyakan?
BKS : Nilai x dan y kak
Reason
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada
tahap reason, subjek mampu membuat alasan atas jawaban yang
dikerjakan pada proses penyelesaian tetapi subjek tidak menuliskan
jawaban dan alasan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Bisaki jelaskan itu yang dimaksud tadi yang ditanyakan
56
dek?
BKS : Nilai x dan y toh kak, itu maksudnya pemisalan dari
harga tiket biasa dan harga tiket eksekutif kak
P : Kenapa kita tidak tuliskan dek?
BKS : Saya kirai tidak harusji ditulis kak
Inference
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada
tahap inference, subjek mampu menyimpulkan pemasalahan sesuai
dengan penyelesaian yang dikerjakan (menuliskan jawaban dengan
memberikan kesimpulan yang tepat dan lengkap). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kan tadi kita sudah misalkan x dan y toh dek selanjutnya
apa lagi?
BKS : Dituliskan model matematikanya
P : Bagaimana model matematikanya dek?
BKS : Samaji nomor 1 kak yang dikasih simbol x dan y jadi
nadapatmi persamaan 1 adalah x+y=400 dan persamaan
2 adalah 70.000x+50.000y=23.000.000
Situation
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada
tahap situation, subjek dapat memperoleh informasi yang terkait
dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta mengetahui
konsep yang akan digunakan (menuliskan jawaban disertai proses
berhitung dan disertai jawaban akhir tepat). Berikut petikan
wawancaranya:
57
Kode Uraian
P : Kenapa langsungki pakai metode eliminasi?
BKS : Supaya kudapat nilai b nya kak, lebih mudah juga
P : Bisaki jelaskanki dek?
BKS : x+y=400 dikalikan 70.000 kak terus 70.000x +
50.000y=23.000.000 dikalikan 1 itu kak.
P : Selanjutnya bagaimana lagi dek?
BKS : Setelah didapatmi hasilnya dikurangi mi kak untuk dapat
nilau y
P : Jadi berapa nilai y yang didapat dek?
BKS : 250 kak
P : Caranya?
BKS : Kan tadi itu 70.000 y dikurang 50.000 y hasilnya 20.000
y dan 28.000.000 dikurangi 23.000.000 itu hasilya
5.000.000 juta kak. Jadi 20.000y=5.000.000 dibagimi
kak 5.000.000 dibagi 20.000 hasilnya 250
Clarity
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada
tahap clarity, subjek mampu membaca dan memahami simbol
(menuliskan jawaban dengan keterkaitan konsep yang tepat). Berikut
petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Setelah didapat nilai y=250 selanjutnya apa lagi dek?
BKS : Saya subtitusikan nilai y di persamaan satu kak untuk
dapatkan nilai x nya lagi
P : Persamaan yang mana dek?
BKS : Yang x+y=400 kak
P : Coba kita jelaskan carata dapatkan nilai x dek!
BKS : x+y=400 terus y nya diubah menjdai 250 jadi
x+250=400 jadi x=400-250 jdi nilai x=150 kak
58
P : Begituji dek?
BKS : Iya kak, jadi nilai x=150 dan y=250
P : 0k dek
Overview
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
overview, subjek telah mengecek ulang pekerjaannya dari awal hingga
akhir. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kita cek ji cara penyelesaianta dek?
BKT : Iya kak
P : Kita cek satu per satu?
BKT : Tidak kak, pas selesaipi semua
P : Ohiya dek
Berikut adalah jawaban tertulis subjek BKS untuk soal nomor 3
disajikan pada gambar 4.6 sebagai berikut:
Gambar 4.6 Hasil Kerja Nomor 3 Subjek yang Berpikir Kritis
Sedang
Adapun hasil wawancara dengan subjek yang berpikir kritis
sedang berikut ini:
situation
59
Focus
Subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
focus, subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan tetapi tidak mengetaahui dengan tepat apa yang
ditanyakan dan subjek tidak menuliskan yang diketahui dan
ditanyakan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Tidak kita tahu yang diketahui sama yang ditanyakan
dek?
BKS : Kutau ji kak
P : Kenapa kita tidak tuliskanki?
BKS : Karena jelasji di soal kak
P : Apa yang diketahui di soal dek?
BKS : 5 pensil + 4 buku harganya 27.500 dan 3 pensil + 4
buku harganya 20.500
P : Yang ditanyakan?
BKS : Harga buku dan pensil
Reason
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
reason, subjek mampu membuat alasan atas jawaban yang dikerjakan
pada proses penyelesaian tetapi subjek tidak menuliskan jawaban dan
alasan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Bisaki jelaskan apa-apa saja yang dimisalkan pada soal
dek?
BKS : Yang seperti nomor 2 kak, yang dimisalkan dengan x dan
y?
60
P : Iya dek
BKS : Ohiya kak, yang dimisalkan itu x=pensil dan y=buku
Inference
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
inference, subjek mampu menyimpulkan pemasalahan sesuai dengan
penyelesaian yang dikerjakan tetapi subjek tidak menuliskan jawaban
dan kesimpulan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Setelah dimisalkan apa langkah selanjutnya dek??
BKS : Langsung dicari nilai x dan y kak
P : Tidak dituliskan model matematikanya?
BKS : Tidak kak
P : Jadi kita tidak tahu model matematiknya?
BKS : Kutahu ji kak
P : Jelaskan coba dek!
BKS : Yang 5x+4y=27.500 dan 3x+4y=20.500 toh kak?
P : Iya dek
Situation
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada
tahap situation, subjek dapat memperoleh informasi yang terkait
dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta mengetahui
konsep yang akan digunakan (menuliskan jawaban disertai proses
berhitung dan disertai jawaban akhir tepat). Berikut petikan
wawancaranya:
61
Kode Uraian
P : Pakai metode apaki itu dek pada saat tes?
BKS : Campuran kak, yang dieliminasi dulu baru
disubstitusikan kak
P : Bisa dijelaskan dek maksudta itu?
BKS : Langsung saja kutuliskan 5x+4y=27.500 persamaan 1
dan 3x+4y=20.500 persamaan 2 kak. Terus setelah itu
langsungmi dikurangi kak, jadi y nya habis dan 2x=7.000
kak
P : Setelah itu diapakan lagi dek?
BKS : Dibagi duami itu yang 7.000 kak supaya didapat nilai x
nya. Jadi nilai x nya = 3.500
P : Setelah didapat nilai x apalagi dek?
BKS : Di substitusikanki kak untuk dapat nilai y nya
P : Cobaki jelaskan carata substitusi!
BKS : 5x+4y=27.500 masukkan langsung x=3.500 kak. Jadi 5
dikali (3.500)+4y = 27.500. setelah itu dihitungmi kak
17.500+4y=27.500 jadi 4y=27.500-17.500 hasilnya itu
kak 4y=10.000. Setelah y=10.000 dibagi 4 jadi nilai y
nya = 2.500 kak
Clarity
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
clarity, subjek mampu membaca dan memahami simbol dan subjek
tidak menuliskan jawaban pada saat tes. Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Berapa hasil dari x dan y dek?
BKS : X=3.500 dan y=2.500
P : Setelah didapa nilai x dan y apalagi dek?
BKS : Tidak adami kak karna hanya utk dicariji nilai x dan y
kak
62
P : Yakinki dek?
BKS : Iya kak
Overview
Pada subjek yang berpikir kritis sedang menunjukkan pada tahap
overview, subjek tidak mengecek ulang pekerjaannya dari awal
hingga akhir. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kita cek ji cara penyelesaianta dek?
BKS : Tidak kak
P : Kenapa?
BKS : Karna kutiru sajaji nomor 2 caranya kak sisa angkanya
kuubah
P : Jadi tidak dibaca baik-baik pertanyaannya dek?
BKS : Kubaca ji kak
P : Tapi kenapa tidak dicariki berapa harga dari 5 pensil
dan 7 buku dek?
BKS : Tidak kutaumi kak
P : Sampai disitu saja ji ditau dek?
BKS : Iya kak
Berdasarkan hasil tes dan petikan wawancara di atas, dapat dilihat
bahwa subjek yang berpikir kritis sedang memahami soal dengan cara:
1. Focus : subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan tetapi subjek tidak menuliskan yang diketahui dan
ditanyakan pada saat tes,
2. Reason : subjek mampu membuat alasan atas jawaban yang
dikerjakan pada proses penyelesaian tetapi subjek tidak menuliskan
jawaban dan alasan pada saat tes,
63
3. Inference : subjek mampu menyimpulkan pemasalahan sesuai
dengan penyelesaian yang dikerjakan (menuliskan jawaban dengan
memberikan kesimpulan yang tepat dan lengkap),
4. Situation : subjek dapat memperoleh informasi yang terkait dengan
proses penyelesaian permasalahan yang ada serta mengetahui konsep
yang akan digunakan (menuliskan jawaban disertai proses berhitung
dan disertai jawaban akhir tepat),
5. Clarity : subjek tidak dapat membaca dan memahami simbol dan
subjek tidak menuliskan jawaban pada saat tes dan
6. Overview : subjek tidak konsisten mengecek pekerjannya dari awal
hingga akhir dari nomor 1 sampai 3.
3. Subjek yang Berpikir Kritis Rendah
a. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Rendah dan Wawancara
Berikut adalah jawaban tertulis subjek BKR untuk soal nomor 1
disajikan pada gambar 4.7 sebagai berikut:
Gambar 4.7 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek yang Berpikir
Kritis Rendah
Adapun hasil wawancara dengan subjek yang berpikir kritis
rendah berikut ini:
64
Focus
Subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
focus, subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan tetapi tidak mengetahui dengan tepat apa yang
ditanyakan dan subjek hanya menuliskan yang diketahui saja dan
tidak menuliskan yang ditanyakan pada saat tes. Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Susah soalnya dek?
BKR : Susah sekali kak
P : Ditau dijelaskan apa saja yang diketahui?
BKR : Ituji saja yang kutulis kak
P : Coba pale jelaskan!
BKR : Diketahui 2 bilangan asli dengan jumlah 3 kali bilangan
pertama dengan 4 kali bilangan kedua=66 dan selisih
dari 4 kali bilangan pertama dengan 3 kali bilangan
kedua = 13. Ituji saja kutau kak
P : Tidak ditau apa ditanyakan?
BKR : Tidak ada kak, tidak mengerti sekalika karna susah sekali
kak
Reason
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
reason, subjek tidak mampu membuat alasan atas jawaban yang
dikerjakan pada proses penyelesaian tetapi subjek tidak menuliskan
jawaban dan alasan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
65
Kode Uraian
P : Tidak ditau pemisalannya dek?
BKR : Tidak ada betul kutau kak
P : Apaji pale ditau?
BKR : Tidak ada kak
Inference
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
inference, subjek tidak dapat membuat kesimpulan dengan tepat
berdasarkan proses identifikasi pada langkah penyelesaian tetapi
subjek tidak menuliskan jawaban dan kesimpulan pada saat tes.
Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kalau model matematikanya iya?
BKR : Lebih-lebih itu kak, tidak kutauki apa itu model
matematika kak
P : Iya pale dek
Overview
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
overview, subjek tidak mengecek ulang pekerjaannya dari awal
hingga akhir. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kita cek ji cara penyelesaianta dek?
BKR : Tidak kak
P : Kenapa?
BKR : Soalnya sajaji kubaca karna tidak kutau apa lagi mau
kucek
66
P : Jawabanta dek, tidak dicekki?
BKR : Tidak kak
Berikut adalah jawaban tertulis subjek BKR untuk soal nomor 2
disajikan pada gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar 4.8 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek yang Berpikir Kritis
Rendah
Adapun hasil wawancara dengan subjek yang berpikir kritis
rendah berikut ini:
Focus
Subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap focus,
subjek tidak menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan, subjek hanya menuliskan salah satu yang diketahui dan
tidak menuliskan yang ditanyakan pada saat tes. Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Bagaimana nomor 2 dek?
BKR : Lebih susah lagi kak
P : Bisaki jelaskan apa yg ditau di soal?
BKR : Yang jumlah peserta ji kak 400 sama peserta eksekutif
dan peserta biasa.
P : Yang ditanyakan iya?
BKR : Tidak kutau kak
67
Reason
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
reason, subjek mampu membuat alasan atas jawaban yang dikerjakan
pada proses penyelesaian tetapi subjek tidak menuliskan jawaban dan
alasan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kalau pemisalannya iya dek?
BKR : Tidak kutau juga kak
P : Biar sedikit?
BKR : Iya biar sedikit tidak kutau kak
Inference
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
inference, subjek tidak mampu menyimpulkan pemasalahan sesuai
dengan penyelesaian yang dikerjakan tetapi subjek tidak menuliskan
jawaban dan kesimpulan pada saat tes. Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Model matematikanya iya?
BKR : Yang bagaimana yah itu kah kak?
P : Contohnya 2x+2y=12 persamaan 1 dan 3x+5y=15
persamaan 2. Yang begitu dek
BKR : Tidak kutauki kak
Situation
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
situation, subjek dapat memperoleh informasi yang terkait dengan
68
proses penyelesaian permasalahan yang ada serta mengetahui konsep
yang akan digunakan dan subjek tidak memberikan jawaban pada saat
tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Bisaki jelaskan metode apa yang dipakai biasa kalau
soal sistem persamaan linear dua variabel?
BKR : Yang eliminasi?
P : Yah itu dek, bisaki jelaskan?
BKR : Tidak kak, kuingat sajaji pas itu hari dikasih tes pertama
P : Jadi tidak mengertiki caranya?
BKR : Tidak kak
Clariy
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
clarity, subjek tidak mampu membaca dan memahami simbol dan
subjek tidak menuliskan jawaban pada saat tes. Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Tidak ada ditau masalah soal sistem persamaan linear
dua variabel?
BKR : Tidak kak
P : Sudah mi dipelajari?
BKR : Iya kak
P : Tapi kenapa tidak mengertiki?
BKR : Susah kak
69
Overview
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
overview, subjek tidak mengecek ulang pekerjaannya dari awal
hingga akhir. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Dicek kembaliji soal dan jawabanta?
BKR : Tidak kak
Berikut adalah jawaban tertulis subjek BKR untuk soal nomor 3
disajikan pada gambar 4.9 sebagai berikut:
Gambar 4.9 Hasil Kerja Nomor Tiga Subjek yang Berpikir
Kritis Rendah
Adapun hasil wawancara dengan subjek yang berpikir kritis
rendah berikut ini:
Focus
Subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
focus, subjek tidak menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan, subjek hanya menuliskan yang ditanyakan dan tidak
menuliskan yang diketahui pada saat tes. Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Kenapa pertanyaannya ji ditulis dek?
BKR : Karena tidak kutaumi apa mau kutulis kak
70
P : Betu-betul tidak mengertiki dek?
BKR : Iya kak
Reason
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
reason, subjek tidak mampu membuat alasan atas jawaban yang
dikerjakan pada proses penyelesaian tetapi subjek tidak menuliskan
jawaban dan alasan pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Tidak ditau pemisalannya juga?
BKR : Tidak
Inference
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
inference, subjek tidak mampu menyimpulkan pemasalahan sesuai
dengan penyelesaian yang dikerjakan tetapi subjek tidak menuliskan
jawaban dan kesimpulan pada saat tes. Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Model matematikanya iya?
BKR : Tidak kutau juga kak
P : Iya pale dek
Situation
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
situation, subjek tidak dapat memperoleh informasi yang terkait
dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta mengetahui
71
konsep yang akan digunakan dan subjek tidak memberikan jawaban
pada saat tes. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Tidak adami lagi ditau dari jawab sistem persamaan
linear dua variabel?
BKR : Tidak adami kak
Clarity
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
clarity, subjek tidak mampu membaca dan memahami simbol dan
subjek tidak menuliskan jawaban pada saat tes. Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian
P : Susah sekali kah dek?
BKR : Iya kak, berbeli-belit soalnya nah, tidak kutau yang
pertanyaannya karna penjang sekali soalnya
P : Maksudnya?
BKR : Pokoknya suah sekali kak
Overview
Pada subjek yang berpikir kritis rendah menunjukkan pada tahap
overview, subjek tidak mengecek ulang pekerjaannya dari awal
hingga akhir. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian
P : Jadi dicekji jawabanta?
BKR : Tidak kak
P : Tidak mengerti sekaliki sama ini materi?
BKR : Bukan hanya ini materi kak, tapi semua kalau
72
matematika susah sekali kak.
P : Tapi tahu jaki penjumlahan sama pengurangan?
BKR : Tahuja kak, yang tambah-tambah sama kurang-kurang
toh?
P : Iya dek, kalau perkalian sama pembagian?
BKR : Tahuja kalau perkalian kak pembagianji tidak terlalu
lancarka.
P : Banyak-banyak ki belajar nah dek, kan ini sekolah
onlineki pakai hp terus jaki jadi banyak-banyak ki nonton
video di youtube tentang belajar matematika
BKR : Iya kak
Berdasarkan hasil tes dan petikan wawancara di atas, dapat dilihat
bahwa subjek yang berpikir kritis rendah memahami soal dengan cara
1. Focus : subjek menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks
permasalahan tetapi tidak mengetahui dengan tepat apa yang
ditanyakan dan subjek hanya menuliskan yang diketahui saja dan
tidak menuliskan yang ditanyakan pada saat tes,
2. Reason : subjek tidak mampu membuat alasan atas jawaban yang
dikerjakan pada proses penyelesaian tetapi subjek tidak
menuliskan jawaban dan alasan pada saat tes,
3. Inference : subjek tidak mampu menyimpulkan pemasalahan
sesuai dengan penyelesaian yang dikerjakan tetapi subjek tidak
menuliskan jawaban dan kesimpulan pada saat tes,
4. Situation : subjek tidak dapat memperoleh informasi yang terkait
dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta
mengetahui konsep yang akan digunakan dan subjek tidak
memberikan jawaban pada saat tes,
73
5. Clarity : subjek tidak mampu membaca dan memahami simbol,
6. Overview : subjek tidak menuliskan jawaban pada saat tes dan
subjek tidak mengecek ulang pekerjaannya dari awal hingga akhir.
D. Analisis dan Pembahasan Data
Berdasarkan analisis data, maka akan dijawab rumusan masalah pada bab
1 yaitu bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal
HOTS materi sistem persamaa linear dua variabel ditinjau dari kemampuan
awal pada kelas VIII SMP Negeri 3 Pallangga
1. Subjek Dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi Dalam
Menyelesaikan Soal HOTS
Pada bagian ini, dilakukan analisis data yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal
HOTS pada materi sistem persamaan linear dua variabel ditinjau dari
kemampuan awal khususnya pada subjek yang berkemampuan tinggi.
Hasil analisis ini akan memuat kesimpulan sebagai wujud dari jawaban
rumusan masalah penelitian.
Berdasarkan hasil petikan wawancara, dapat dilihat bahwa subjek
yang berkemampuan tinggi memahami soal dengan:
1. Focus : subjek mampu memahami apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal
2. Reason : Subjek mampu menjelaskan jawaban dan alasan untuk
memberi simbol a dan b terlebih dahulu.
3. Inference : Subjek mampu menjelaskan alasan menuliskan model
matematikanya .
74
4. Situation : Subjek menjawab soal sesuai konteks permasalahan
dengan menggunakan metode eliminasi terlebih dahulu untuk
mendapatkan nilai dari salah satu variabelnya
5. Clarity : Subjek mampu memberikan kejelesan lebih lanjut
keterkaitan konsep dengan menggunakan metode substitusi untuk
mendapatkan nilai dari variabel lainnya.
6. Overview : Subjek juga telah mengecek pekerjaannya dari awal
hingga akhir
Berdasarkan paparan hasil tes dan wawancara subjek yang
berkemampuan berpikir kritis tinggi dalam menyelesaikan soal HOTS
pada materi sitem persamaan linear dua variabel yang ditinjau dari
kemampuan awal, menunjukkan bahwa subjek yang berkemampuan
tinggi keenam indikatornya, yaitu Focus, Reason, Inference, Situation,
Clarity, dan Overview. Pada aspek focus, subjek menjawab pertanyaan
konteks permasalahan sesuai yang ada pada soal. Pada indikator reason,
subjek mampu membuat alasan atas jawaban yang dikerjakan pada
proses penyelesaian. Pada indikator inference, subjek mampu
menyimpulkan pemasalahan sesuai dengan penyelesaian yang
dikerjakan. Pada indikator situation subjek dapat memperoleh informasi
yang terkait dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta
mengetahui konsep yang akan digunakan. Pada indikator Clarity, subjek
mampu membaca dan memahami simbol. Dan pada indikator Overview
subjek teliti dalam pengerjaan dengan memeriksa kembali jawaban dari
awal sampai akhir.
75
2. Subjek Dengan Kemampuan Berpikir Kritis Sedang Dalam
Menyelesaikan Soal HOTS
Pada bagian ini, dilakukan analisis data yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal
HOTS pada materi sistem persamaan linear dua variabel ditinjau dari
kemampuan awal khususnya pada subjek yang berkemampuan sedang.
Hasil analisis ini akan memuat kesimpulan sebagai wujud dari jawaban
rumusan masalah penelitian.
Berdasarkan hasil petikan wawancara, dapat dilihat bahwa subjek
yang berkemampuan sedang memahami soal dengan
1. Focus : subjek memahami apa yang diketahui dan ditanyakan pada
saat waawancara tetapi tidak menuliskan pada saat diberikannya tes.
2. Reason : Subjek mampu menjelaskan jawaban dan alasan untuk
memberi simbol x dan y terlebih dahulu tetapi subjek tidak
menuliskannya pada saat.
3. Inference : Subjek mampu menjelaskan alasan menuliskan model
matematikanya.
4. Situation : Subjek menjawab soal sesuai konteks permasalahan
dengan menggunakan metode eliminasi terlebih dahulu untuk
mendapatkan nilai dari salah satu variabelnya.
5. Clarity : Subjek mampu memberikan kejelesan lebih lanjut
keterkaitan konsep dengan menggunakan metode substitusi untuk
mendapatkan nilai dari variabel
76
6. Overview : subjek tidak konsisten mengecek ulang perkerjaannya
dari awal hingga akhir.
Berdasarkan paparan hasil tes dan wawancara subjek yang
berkemampuan sedang tentang kemampuan berpikir kritis dalam
menyelesaikan soal HOTS berdasarkan salah satu indikator berpikir kritis
yang diungkapkan oleh Ennis yaitu FRISCO pada materi sitem
persamaan linear dua variabel, menunjukkan bahwa subjek yang
berkemampuan sedang melalui keenam indikatornya, yaitu Focus,
Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. Pada indikator
focus, subjek tidak menjawab pertanyaan konteks permasalahan pada saat
tes tetapi subjek dapat menjelaskan pada saat wawancara. Pada indikator
reason, subjek juga tidak menuliskan pada saat tes terkait dengan
indikator tersebut yaitu mampu membuat alasan atas jawaban yang
dikerjakan pada proses penyelesaian tetapi pada saat wawancara subjek
dapat menjelaskannya. Pada indikator inference, subjek mampu
menyimpulkan pemasalahan sesuai dengan penyelesaian yang
dikerjakan. Pada indikator situation subjek dapat memperoleh informasi
yang terkait dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta
mengetahui konsep yang akan digunakan. Pada indikator Clarity, subjek
mampu membaca dan memahami simbol. Dan pada indikator Overview
subjek tidak mengecek ulang pekerjaannya dari awal sampai akhir
terlihat dari hasil tes yang tidak menuliskan pengecekan kembali dan
hasil wawancara juga yang menunjukkan bahwa subjek tidak mengerti
cara penyelesaiannya selanjutnya pada soal nomor 3 yaitu subjek tidak
77
mengerti terhadap soal yang diberikan jadi subjek tidak bisa menjelaskan
jawaban secara menyeluruh yaitu berapa harga 5 pensil dan 7 buku.
Subjek juga tidak mengetahui apakah uang Firman berlebih atau kurang.
3. Subjek Dengan Kemampuan Berpikir Kritis Rendah Dalam
Menyelesaikan Soal HOTS
Pada bagian ini, dilakukan analisis data yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal
HOTS pada materi sistem persamaan linear dua variabel ditinjau dari
kemampuan awal khususnya pada subjek yang berkemampuan rendah.
Hasil analisis ini akan memuat kesimpulan sebagai wujud dari jawaban
rumusan masalah penelitian.
Adapun yang dapat disimpulkan dari wawancara diatas bahwa
subjek yang berpikir kritis rendah mampu memahami soal dengan cara:
1. Focus : tidak dapat memahami secara baik tentang materi sistem
persamaan linear dua variabel. Pada soal nomor 1 subjek hanya
menuliskan yang diketahui saja dan tidak menuliskan yang
ditanyakan (mengidentifikasi masalah), pada soal nomor 2 dimana
subjek hanya menuliskan salah satu yang diketahui saja dan tidak
menuliskan yang ditanyakan (mengidentifikasi masalah), sedangkan
pada soal nomor 3 subjek tidak menuliskan yang diketahui dan
menuliskan 1 yang ditanyakan (mengidentifikasi masalah).
2. Reason : Subjek tidak mampu menjelaskan alasan untuk menjawab
soal.
78
3. Inference : Subjek tidak mampu memberikan kesimpulan untuk
menuliskan model matematika pada soal
4. Situation : Subjek tidak dapat menjelaskan konsep yang terkait
dengan proses penyelesaian jawaban pada soal yang diberikan.
5. Clarity : Subjek tidak mampu menjelaskan lebih lanjut keterkaitan
konsep pada soal.
6. Overview : subjek tidak mengecek ulang perkerjaannya dari awal
hingga akhir.
Berdasarkan paparan hasil tes dan wawancara subjek yang
berkemampuan rendah tentang kemampuan berpikir kritis dalam
menyelesaikan soal HOTS berdasarkan salah satu indikator berpikir kritis
yang diungkapkan oleh Ennis yaitu FRISCO pada materi sitem
persamaan linear dua variabel, menunjukkan bahwa subjek yang
berkemampuan rendah melalui keenam indikatornya, yaitu Focus,
Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. Pada aspek focus,
subjek hanya menuliskan beberapa pertanyaan konteks permasalahan.
Pada indikator reason, subjek juga tidak mampu membuat alasan atas
jawaban yang dikerjakan pada proses penyelesaian. Pada indikator
inference, subjek tidak mampu menyimpulkan pemasalahan sesuai
dengan penyelesaian yang dikerjakan. Pada indikator situation subjek
tidak dapat memperoleh informasi yang terkait dengan proses
penyelesaian permasalahan yang ada serta mengetahui konsep yang akan
digunakan. Pada indikator Clarity, subjek tidak mampu membaca dan
memahami simbol. Dan pada indikator Overview subjek tidak mengecek
79
ulang pekerjaannya dari awal sampai akhir terlihat dari hasil tes yang
tidak menuliskan pengecekan kembali. Berdasarkan hasil wawancara dan
tes, subjek tidak mampu memahami materi sistem persamaan linear dua
variabel. Subjek sama sekali tidak mengerti cara penyelesaian dari awal
sampai akhir
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, maka dapat disimpulkan
deskripsi yang lebih detail tentang bagaimana kemampuan berpikir kritis
siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada materi sistem persamaan linear
dua variabel yang ditinjau dari kemampuan awal pada kelas VIII.1 SMP
Negeri 3 Pallangga sebagai berikut:
1. Subjek yang Berpikir Kritis Tinggi
Subjek yang berpikir kritis tinggi yang ditinjau dari kemampuan
awal dalam menyelesaikan soal HOTS materi sistem persamaan linear
dua variabel dengan indikator FRISCO, yaitu:
a. Pada indikator focus, subjek menjawab pertanyaan konteks
permasalahan sesuai yang ada pada soal.
b. Pada indikator reason, subjek mampu membuat alasan atas jawaban
yang dikerjakan pada proses penyelesaian.
c. Pada indikator inference, subjek dapat menyimpullkan secara tepat
berdasarkan proses identifikasi pada langkah penyelesaian.
d. Pada indikator situation subjek dapat memperoleh informasi yang
terkait dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta
mengetahui konsep yang akan digunakan.
e. Pada indikator Clarity, subjek mampu membaca dan memahami
simbol.
81
f. Dan pada indikator Overview subjek teliti dalam pengerjaan dengan
memeriksa kembali jawaban dari awal sampai akhir.
2. Subjek Berpikir Kritis Sedang
Subjek yang berpikir kritis sedang yang ditinjau dari kemampuan
awal dalam menyelesaikan soal HOTS materi sistem persamaan linear
dua variabel dengan indikator FRISCO, yaitu:
a. Pada indikator focus, subjek tidak menjawab pertanyaan konteks
permasalahan tetapi subjek dapat menjelaskan pada saat wawancara.
b. Pada indikator reason, subjek juga tidak menuliskan pada saat tes
terkait dengan indikator tersebut yaitu mampu membuat alasan atas
jawaban yang dikerjakan pada proses penyelesaian tetapi pada saat
wawancara subjek dapat menjelaskannya.
c. Pada indikator inference, subjek mampu menyimpulkan pemasalahan
sesuai dengan penyelesaian yang dikerjakan.
d. Pada indikator situation subjek dapat memperoleh informasi yang
terkait dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta
mengetahui konsep yang akan digunakan.
e. Pada indikator Clarity, mampu membaca dan memahami simbol.
f. Dan pada indikator Overview subjek tidak konsisten mengecek
pekerjaannya dari awal sampai akhir.
82
3. Subjek yang Berpikir Kritis Rendah
Subjek yang berpikir kritis rendah yang ditinjau dari kemampuan
awal dalam menyelesaikan soal HOTS materi sistem persamaan linear
dua variabel dengan indikator FRISCO, yaitu:
a. Pada indikator focus, subjek hanya menuliskan beberapa pertanyaan
konteks permasalahan.
b. Pada indikator reason, subjek juga tidak mampu membuat alasan
atas jawaban yang dikerjakan pada proses penyelesaian.
c. Pada indikator inference, subjek tidak mampu menyimpulkan
pemasalahan sesuai dengan penyelesaian yang dikerjakan.
d. Pada indikator situation subjek tidak dapat memperoleh informasi
yang terkait dengan proses penyelesaian permasalahan yang ada serta
mengetahui konsep yang akan digunakan.
e. Pada indikator Clarity, mampu membaca dan memahami simbol.
f. Dan pada indikator Overview subjek tidak mengecek ulang
pekerjaannya dari awal sampai akhir terlihat dari hasil tes yang tidak
menuliskan pengecekan kembali. Berdasarkan hasil wawancara dan
tes, subjek tidak mampu memahami materi sistem persamaan linear
dua variabel. Subjek sama sekali tidak mengerti cara penyelesaian
dari awal sampai akhir.
83
B. Saran
Mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat
disarankan kepada:
1. Siswa agar semakin giat belajar menjawab soal-soal lebih banyak
utamanya soal HOTS yang dapat meningkatkan kreativitas dan daya
pikir siswa dalam menyelesaikan soal
2. Guru hendaknya selalu memberikan soal-soal berupa soal HOTS agar
mampu melihat sisi lain dari berbagai macam penyelesaian soal yang
tidak hanya berfokus pada cara-cara penyelesaian soal yang sudah lazim
secara umum, melainkan adanya kreativitas baru dalam menyelesaikan
soal
3. Sekolah yaitu sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan
kedepannya khususnya pada mata pelajaran matematika yang lebih
menekankan soal hots untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Peneliti selanjutnya untuk menguji cobakan penelitian ini ke subjek
yang berbeda dan lebih luas lagi agar bisa memperoleh informasi-
informasi baru yang belum ada dalam penelitian ini.
84
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2016). Permendiknas No 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar Matematika SMA/ MA/ SMK/ MAK. Jakarta:
Depdiknas.
Ennis, RH. (2011). The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities.
Ennis, R.H. (1996). Critical Thinking. USA: Prentice Hall, Inc.
Fisher, Alec. 2011. Critical Thinking An Introduction Second Edition. United
Kingdom: Cambridge University Press.
Glazer, Evan. 2001. Using Internet Primary Sources to Teach Critical Thinking
Skills in Mathematics. Amerika: Greenwood Press.
Icha Shofia Karlita Ulfa, dkk 2018. Profil Berfikir Kritis Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Fungsi Komposisi Melalaui Model Pembelajaran
Kolaboratif
Julita. 2014. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik melalui
Pembelajaran Pencapaian Konsep. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi, 27
November 2014. Bandung.
Kemendikbud, (2017), Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill
(HOTS), Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, hal. 3.
Lambertus. (2009). Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika. Forum Kependidikan. Volume: 28, No. 2, hal.
136-142.
Moleong, Lexy J. (2017). Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nugrahaeni, Agnes Iswara (2019) Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah
Ditinjau dari Hasil Belajar dan Sikap Kreatif Siswa Kelas VIII SMP N 2
Yogyakarta pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel .
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Siti Nurhalyzah,2018. Kemampuan Berfikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Berstandar PISA dan HOTS Berdasarkan Taksonomi Solo SMP Negerri 3
Hamparan Perak
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumarmo, Utari, dkk. 2012. Kemampuan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, dan
Kreatif Matematika (Eksperimen terhadap Siswa SMA Menggunakan
Pembelajaran Berbasis Masalah dan Strategi Think talk Write). Jurnal
Pengajaran MIPA, 17(1), 17-33.
85
Supianti, In. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA melalui
Pembelajaran Matematika Realistik. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi, 27
November 2014. Bandung.
Susiyati. 2014. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik dalam
Pemecahan Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi, 27 November 2014. Bandung.
Trinovita, Evi. (2017). Deskripsi kelancaran procedural dalam pemecahan
masalah matematika ditinjau dari Gaya kogniti dan efikasi diri pada siswa
kelas IX A SMP Negeri 5 Mandai. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
Universitas Negeri Yogyakarta, Kajian Pustaka.
http://eprints.uny.ac.id/7652/3/BAB%202%20-%2008601241081.pdf
Diakses pada tanggal 13 januari 2020
Wahyono, B. (2017). pendidikan ekonomi. Retrieved from
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/07/kemampuan-awal-
siswa.html
Suhri Indonesia, 2018. Langkah-langkah meyusun soal HOTS, format kisi-kisi
soal HOTS, dan kartu Soal HOTS
https://zuhriindonesia.blogspot.com/2018/08/langkah-langkah-menyusun-
soal-hots.html
LAMPIRAN
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN
LEMBAR SOAL TES I (TES KEMAMPUAN AWAL)
Sekolah : SMP Negeri 3 Pallangga
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Waktu : 45 Menit
Petunjuk Pengerjaan Soal:
1. Tulislah Nama, Nis dan Kelas
2. Bacalah soal dibawah ini dengan cermat dan teliti.
3. Kerjakan secara individu dan tanyakan pada guru apabila terdapat soal yang kurang
jelas.
4. Periksalah perkerjaan Anda sebelum dikumpul.
Kerjakan soal berikut !
1. Apakah persamaan berikut merupakan sistem persamaan linear dua variabel ?
berikan alasannya !
a. {
b. = 15
c.
2. Selesaikan sistem persamaan berikut menggunakan substitusi
{
3. Selesaikan sistem persamaan berikut menggunakan eliminasi
{
ALTERNATIF PENYELESAIAN SOAL TES I
No. Penyelesaian Bobot
1. a. {
Pembahasan :
Merupakan SPLDV, karena terdiri dari dua PLDV dan masing-
masing variabelnya berpangkat satu.
2
b. = 15
Pembahasan :
Bukan SPLDV, karena hanya terdiri dari satu PLDV, SPLDV harus
terdiri dari dua PLDV
2
c.
Pembahasan:
Bukan SPLDV karena hanya terdiri dari satu PLDV, sistem
persamaan tersebut harus terdiri dari dua persamaan linear dan
memuat dua variabel
2
2. {
Ubahlah persamaan menjadi
Substitusi nilai ke persamaan sehingga :
– 26
=
7
= 2
Substitusi nilai = 2 ke persamaan
3
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah { } 1
3. {
Dit : Himpunan Penyelesaian
Pembahasan :
Eliminasi variabel y
|
|
= 4
5
Eliminasi variabel x
|
|
=
= 3
3
Jadi, himpunan penyelesainnya adalah { } 1
_
_
LEMBAR SOAL TES II (TES SOAL HOTS)
Sekolah : SMP Negeri 3 Pallangga
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Waktu : 60 Menit
Petunjuk Pengerjaan Soal:
1. Tulislah Nama, Nis dan Kelas
2. Bacalah soal dibawah ini dengan cermat dan teliti.
3. Kerjakan secara individu dan tanyakan pada guru apabila terdapat soal yang kurang
jelas.
4. Periksalah perkerjaan Anda sebelum dikumpul.
Kerjakan soal berikut !
1. Diketahui 2 bilangan asli, jumlah 3 kali bilangan pertama dengan 4 kali bilangan
kedua sama dengan 66. Selisih dari 4 kali bilangan pertama dengan 3 kali
bilangan kedua sama dengan 13. Tentukan model matematika dari masalah
tersebut !
2. Pada suatu hari Zahra dan Lea mengikuti sebuah seminar nasional dengan jumlah
peserta saat itu 400 orang termasuk Zahra dan Lea. Harga tiket kelas eksekutif
sebesar Rp. 70.000,- sedangkan harga tiket kelas biasa sebesar Rp. 50.000,-. Hasil
penjualan tiket yang diperoleh panitia pelaksana seminar nasional sebesar Rp.
23.000.000,-. Tentukan jumlah orang yang membeli tiket dikelas eksekutif dan
biasa !
3. Firman membeli 5 batang pensil dan 4 buku dengan harga seluruhnya Rp.27.500,.
Pada waktu yang lain di toko yang sama, ia membeli 3 batang pensil dan 4 buku
dengan harga Rp. 20.500,-. Firman memiliki uang Rp. 100.000,-. Periksalah
apakah uang Firman lebih atau kurang untuk membeli 5 batang pensil dan 7
buku!
ALTERNATIF PENYELESAIAN SOAL TES II
No. Penyelesaian Indikator Skor
1. Dik : jumlah 3 kali bilangan pertama dengan 4 kali bilangan kedua = 66
Selisih dari 4 kali bilangan pertama dengan 3 kali bilangan kedua = 13
Dit : Tentukan nilai kedua bilangan tersebut !
Focus 4
Pembahasan :
Misal :bilangan pertama = a
bilangan kedua = b
Reason 4
Dari pernyataan diatas maka model matematikanya adalah
3a+4b = 66...(1)
4a-3b = 13...(2)
Inference 4
2. Dik: jumlah penonton = 400
Harga tiket kelas eksekutif = Rp. 70.000.-
Harga tiket kelas biasa = Rp. 50.000.-
Hasil penjualan = Rp. 23.000.000.-
Dit: jumlah orang yang membeli tiket dikelas eksekutif dan biasa
Focus 4
Pembahasan: Reason 4
Misal: Banyaknya peserta eksekutif = a
Banyaknya peserta biasa = b
Dari pernyataan diatas maka model matematika
a + b = 400 . . . (1)
70.000 a + 50.000 b = 23.000.000 . . . (2)
Inference 4
Persamaan (1) dan (2) di eliminasi untuk mendapatkan nilai b
|
|
20.000b = 5.000.000
b =
b = 250
Situation 4
kemudian nilai b disubstitusikan ke persamaan (1) diperoleh :
a + b = 400
a + 250 = 400
a = 400 – 250
a = 150
Jadi, jumlah peserta dikelas eksekutif adalah 150 orang dan dikelas biasa adalah 250 orang
Clarity 4
Pengecekan kembali:
_
70.000 a + 50.000 b = 23.000.000
70.000(150) + 50.000(250) = 23.000.000
3. Dik : 5 batang pensil + 4 buku = Rp. 27.500,-
3 batang pensil + 4 buku = Rp. 20.500,-
Dit : Apakah uang Firman sebesar Rp. 100.000,- lebih atau kurang untuk membeli 5 batang
pensil dan 7 buku?
Focus 4
Pembahasan :
Misal : Pensil = a
Buku = b
Reason 4
Dari pernyataan diatas maka model matematikanya :
5a + 4b = 27.500
3a + 4b = 20.500
Inference 4
Persamaan (1) dan (2) dieliminasi untuk mendapatkan nilai a
2a = 7.000
a =
a = 3.500
Situation 4
_
kemudian nilai a disubstitusikan ke persamaan (1)
5a + 4b = 27.500
5(3.500) + 4b = 27.500
17.500 + 4b = 27.500
4b = 27.500 – 17.500
4b = 10.000
b =
b = 2.500
Maka, a = 3.500 dan b = 2. 500
Firman ingin membeli 5 batang pensil dan 7 buku
5a + 7b = 5(3.500) + 7 (2.500)
= 17.500 + 17.500
= 35.000
Clarity 4
Uang Firman = 100.000 – 35.000
= 75.000
Jadi, uang Firman lebih sebesar Rp. 75.000,- setelah membeli 5 batang dan 7 buku.
Overview 4
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan : Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam menyelesaikan soal HOTS ditinjau dari kemampuan awal siswa
Metode : Wawancara tak berstruktur
Langkah pelaksanaan :
1. Wawancara dilakukan secara face to face, yakni terjadi kontak langsung
antara peneliti dan informan. (Disesuaikan dengan kondisi saat ini)
2. Wawancara dilakukan setelah terjadi kesepakatan waktu dan tempat
pelakssanaan wawancara antara peneliti dan informan.
3. Pertanyaan yang diberikan tidak harus sama, tetapi memuat pokok
permasalahan yang sama.
4. Apabila siswa mengalami kesulitan dengan pertanyaan tertentu, siswa akan
diberikan pertanyaan yang lebih sederhana tanpa menghilangkan inti
permasalahan.
Indikator :
Proses berpikir kritis menurut Ennis yang disingkat menjadi FRISCO, yaitu :
1. Focus
Siswa menjawab pertanyaan konteks permasalahan.
2. Reason
Siswa dapat memberikan alasan terkait fakta atau bukti yang relevan pada
setiap langkah dalam membuat kesimpulan.
3. Inference
siswa dapat membuat kesimpulan dengan tepat berdasarkan proses identifikasi
pada langkah penyelesaian.
4. Situation
Siswa mampu mengumpulkan informasi- informasi yang relevan dan
menggunakan konsep-konsep matematika yang relevan untuk menjawab soal.
5. Clarity
Siswa dapat memberikan kejelasan simbol atau hal-hal yang belum jelas
keterangannya.
6. Overview
Siswa telah mengecek ulang pekerjaannya dari awal sampai akhir.
LAMPIRAN B HASIL KERJA SISWA TES I
No. Nama Nilai No. Nama Nilai
1. L 95,8 7. IRS 37,5
2. SFA 91 8. MAR 29
3. DRS 87,5 9. PA 20,8
4. PAP 79 10. ANM 20,8
5. MIA 70,8 11. MI 16,6
6. ASA 70,8 12. AP 16,6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10.
9.
11.
12.
LAMPIRAN C HASIL KERJA SISWA TES II
1. SUBJEK YANG BERPIKIR KRITIS TINGGI
2. SUBJEK YANG BERPIKIR KRITIS SEDANG
2. SUBJEK YANG BERPIKIR KRITIS RENDAH
LAMPIRAN D. HASIL WAWANCARA SUBJEK
1. Subjek yang Berpikir Kritis Tinggi
a) Soal Nomor 1
Kode Uraian
P : Apakah pertanyaan itu benar atau salah?
BKT : Benar kak.
P : Kenapa bisa dikatakan benar?
BKT : Karena terdiri dari 2 persamaan linear dua variabel
P : Bagaimana carata dapat ide untuk menjawab seperti itu?
BKT : Karena saya tentukan dulu apa yang diketahui sama ditanyakan
itu soalnya kak.
P : Jadi apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal?
BKT : Yang diketahui adalah 3 bilangan pertama ditambah 4 bilangan
kedua adalah 36 dan 4 bilangan pertama dikurangi 3 bilangan
kedua adalah 13 dan yang ditanyakan adalah model
matematikanya.
P : Apa langkah selanjutnya lagi dek setelah kita tuliskan yang
diketahui dan ditanyakan?
BKT : Saya misalkanki kak
P : Apa yang kita misalkan?
BKT : Saya misalkan yang diketahyui itu kak, yang bilangan pertama
saya misalakan jadi a dan yang bilangan kedua ssaya misalkan
b.
P : Apa alasanta kenapa kita misalkanki?
BKT : Untuk napermudah nanti pada saat mau dituliskan model
matematikanya kak.
P : Kan tadi kita sudah misalkan. Setelah dimisalkan diapakan lagi
dek?
BKT : Saya jawabmi pertanyaannya kak, yaitu menuliskan model
matematikanya
P : Bagaimana model matematikanya dek?
BKT : Kan tadi kumislkan bilangan pertama itu a dan bilangan kedua
itu b toh kak, jadi model matematikanya itu 3a+4b=66 dan 4a-
3b=13 kak.
P : Jadi yakinki begitumi jawabannya?
BKT : Iya kak
P : Sudah dicek kembali pekerjaanta?
BKT : Sudahmi kak
P : Dicek satu persatu baru ditulis kembali atau selesai semuapi
baru dicek?
BKT : Kucek satu persatu kak kalau sudah kucek bisa kutau apa lagi
langkah selanjutnya kak
P : Ohiya dek.
b) Soal Nomor 2
Kode Uraian
P : Susah nomor 2 dek?
BKT : Iya kak karna banyak sekali yang diketahuinya
P : Apa saja yang diketahui dek?
BKT : Jumlah penonton 400 orang, harga tiket kelas eksekutif seharga
Rp.70.000, harga tiket kelas biasa seharga Rp.50.000,dan hasil
penjualan tiket sebanyak Rp.23.000.000.
P : Dan apa yang ditanyakan dek?
BKT : Jumlah orang yang membeli tiket dikelas eksekutif dan kelas
biasa kak
P : Kenapa kita tidak tuliskan yang dimisalkan?
BKT : Yang dimisalkan a dan b kak?
P : Yah yg itu dek, coba kita jelaskan!
BKT : Peserta eksekutif a dan peserta biasa b jadi a+b=400 dan
70.000a+50.000b=23.000.000
P : Kan tadi kita sudah tuliskan yang diketahui dan ditanyakan toh
dek, apalagi langkah selanjutnya?
BKT : Samaji nomor 1 kak yang dikasih simbol a dan b. Jadi model
matematikanya a+b=400 adalah persamaan 1 dan
70.000a+50.000b=23.000.000.
P : Kenapa kita tidak tuliskan yang dimisalkan itu dek?
BKT : karena saya kirai tidak harusji kak, jadi langsung saja saya
tuliskanmi model matematikanya kak
P : Pakai cara apaki lagi dek setelahta tulisakan model
matematikanya?
BKT : Kueliminasi kak
P : Apa yang dieliminasi dek?
BKT : Persamaan satu dan dua kak supaya kudapatki nilai b
P : Bagaimana itu yg dimaksud dieliminasi dek?
BKT : Persamaan 1 kukalikan 70.000 dan persamaan 2 kukali 1
supaya nanti hasil nilai a nya sama ki kak. Jadi sisa yang b
dikurangkan. Kan disitu nilainya toh kak yang a sama dengan
70.000 kak, terus yang nilai b nya itu yang persamaan satu
70.000 dan persamaan 2 nya 50.000 jadi sisa dikurangkan yang
b jadi 20.000 dan hasilnya itu 28 juta dikurang 23 juta sama
dengan 5juta
P : Setelah dikurangi diapakan dek?
BKT : Kan tadi toh kak 20.000b sama dengan 5 juta
P : Iya dek, terus?
BKT : Terus utk didapat nilai b nya itu kak itu yang 5juta dibagi
dengan 20.000 hasilnya sama dengan 250
P : Kan tadi ditaumi toh dek nilai b nya?
BKT : Iya kak
P : Selanjutnya apa lagi dek?
BKT : Dicari lagi nilai a nya kak
P : Bagaimana itu carata cariki nilai a nya?
BKT : Sisa disubstitusikanki kak nilai b nya di persamaan 1
P : Coba jelaskan dek?
BKT : Persamaan 1 kan a+b= 400 trs kan tadi sudah didapatmi nilai b
jadi masukkan mi kak a+250=400 jadi a+400-250 jadi nilai a
nya adalah 150 kak
P : Setelah itu apalagi dek?
BKT : Tidak adami kak
P : Jadi itu sajaji dek?
BKT : Iya kak
P : Tidak dicek kembali pekerjaanta betulmi atau salah?
BKT : Tidak kak, karna saya kira betulmi karna sisa dicari sajaji nilai
a sam b nya
P : Jadi sampai situji dek?
BKT : Iya kak
c) Soal Nomor 3
Kode Uraian
P : Bagaimana nomor 3 dek?
BKT : Susah kak, hehe
P : Apanya dek?
BKT : Pertanyaannya kak
P : Jadi bagaimana carata jawabki??
BKT : Kutuliskan yang diketahui dulu kak
P : Apa yang diketahui dek?
BKT : 5 pensil+ 4 buku = 27.500 dan 3 pensil +4 buku = 20.500
P : Tidak dituliskan yang dimisalkan?
BKT : Tidak kak
P : Tapi bisaki jelaskanki pemisalannya?
BKT : Iya kak
P : Coba kita jelaskan!
BKT Misalkan pensil a dan buku b
P : Kan tadi kita sudah tuliskan yang diketahui, selanjutnya apa
lagi?
BKT : Dituliskan model matematikanya lagi kak?
P : Bagaimana model matematikanya dek?
BKT : 5a+4b=27.500 persamaan 1 dan 3a+4b=20.500 persamaan 2
P : setelahta tulisakan model matematikanya diapakan lagi?
BKT : Kueliminasi kak kayak nomor 2
P : Bagaimana cara dieliminasinya dek?
BKT : 5a+4b=27.500 dikurangkan 3a+4b=20.500 hasilnya 2a= 7.000
P : Setelah itu diapakan lagi dek?
BKT : Dibagi 2 kak yang 7.000 untuk dapat nilai a
P : Jadi berapa nilai a nya?
BKT : 3.500 kak
P : Setelah itu?
BKT : Disbstitusikan nilai a ke persamaan 1 kak, kan tadi nilai a=
3.500 dimasukkan saja kak 5a+4b=27.500 jadi 5 dikali 3.500
+4b = 27.500 terus hasilnya 17.500+4b=27.500 jadi nilai
4b=27.500-17.500=10.000
P : Setelah itu?
BKT : 4b=10.000 jadi b=10.000 dibagi 4 sama dengan 2.500
P : Setelah diketahui nilai a dan b apalagi dek?
BKT : Dimasukkan saja kak nilai dari 5a+7b sama dengan berapa kak
P : Bagaimana caranya itu didapat dek?
BKT : 5 dikali 3.500 + 7 dikali 2.500 jadi hasilnya itu kak
17.500+17.500 = 35.000
P : Setelah itu apalagi dek?
BKT : Tidak adami kak
P : Jadi itu sajaji dek?
BKT : Iya kak
P : Tidak dicek kembali pekerjaanta betulmi atau salah?
BKT : Sudahmi kak
P : Kenapa tidak dijawab pertanyaannya dek?
BKT : Sudahmi kak
P : Yang apakah uang Firman kurang atau lebih dari 100.000
setelah membeli 5 pensil dan 7 buku
BKT : Astaga nda kuperhatikanki itu kak, saya kira hasil dari membeli
7 pensil dan 5 buku ji kak
P : Tapi ditauji dikerjakan kalau ada lagi pertanyaan begitunya?
BKT : Iya kak
P : Bagaimana ple itu?
BKT : Harusnya Rp.100.000 – Rp.35.000 jadi sisa uangnya sisa
Rp.75.000
P : Yakinki begitu?
BKT : Iya kak
2. Subjek yang Berpikir Kritis Sedang
a) Soal Nomor 1
Kode Uraian
P : Apa yang dipikirkan tentang soal nomor 1?
BKS : Susah soalnya kak, angka di soal kayak berulangki jadi harus
dibaca berulang-ulang.
P : Kenapa tidak dituliskan yang diketahui dan ditanyakan?
BKS : Kutauji apa yang diketahui dan ditanyakan kak tapi saya kira
langsung ditulis cara penyelesaiannya.
P : Jadi apa diketahui dan ditanyakan?
BKS : Yang diketahui adalah 3 bilangan pertama + 4 bilangan kedua
= 66 dan 4 bilangan pertama + 3 bilangan kedua = 13 dan yang
ditanyakan itu model matematikanya.
P : Jadi bagaimana langkah penyelesaian selanjutnya dek?
BKS : Jadi kutulismi kalau bilangan pertama itu x dan bilangan kedua
itu y.
P : Tapi tidak kita tuliskan misalnya dek?
BKS : Iya kak
P : Kenapa kita tidak tuliskan?
BKT : Saya kira langsung model matematikanya ji kak dituliskan
P : Jadi bagaimana langkah penyelesaian selanjutnya?
BKS : Kutuliskan langsung model matematikanya kak, karena 3 kali
bilangan pertama ditambah 4 kali bilangan kedua sama dengan
66. Jadi kutulismi kalau bilangaan pertama itu x dan bilangan
kedua itu y. Jadi, model matematikanya 3x+4y=66 begitu juga
yang dibawah kak.
P : Jadi begitu sajaji carata?
BKS : Iya kak
P : Jadi yakinki begitumi jawabannya?
BKS : Yakinka kak
P : Sudah dicek kembali pekerjaanta?
BKS : Sudah kak
P : Dicek satu persatu baru ditulis kembali atau selesai semuapi
baru dicek?
BKS : Selesaipi kak
P : Ohiya dek.
b) Soal Nomor 2
Kode Uraian
P : Susah nomor 2 dek?
BKS : Iya kak
P : Kita tahuji apa-apa saja yang diketahui?
BKS : Iya kak
P : Apa pale dek?
BKS : Yang pertama itu harga tiket kelas eksekutif 70.000 dan harga
tiket kelas biasa 50.000 dan yang kedua itu jumlah penonton 400
orang dan hasil penjualan tiket 23 juta kak.
P : Terus yang ditanyakan?
BKS : Nilai x dan y kak
P : Susah nomor 2 dek?
BKS : Iya kak
P : Kita tahuji apa-apa saja yang diketahui?
BKS : Iya kak
P : Apa pale dek?
BKS : Yang pertama itu harga tiket kelas eksekutif 70.000 dan harga
tiket kelas biasa 50.000 dan yang kedua itu jumlah penonton 400
orang dan hasil penjualan tiket 23 juta kak.
P : Terus yang ditanyakan?
BKS : Nilai x dan y kak
P : Bisaki jelaskan itu yang dimaksud tadi yang ditanyakan dek?
BKS : Nilai x dan y toh kak, itu maksudnya pemisalan dari harga tiket
biasa dan harga tiket eksekutif kak
P : Kenapa kita tidak tuliskan dek?
BKS : Saya kirai tidak harusji ditulis kak
P : Kan tadi kita sudah misalkan x dan y toh dek selanjutnya apa
lagi?
BKS : Dituliskan model matematikanya
P : Bagaimana model matematikanya dek?
BKS : Samaji nomor 1 kak yang dikasih simbol x dan y jadi nadapatmi
persamaan 1 adalah x+y=400 dan persamaan 2 adalah
70.000x+50.000y=23.000.000
P : Kenapa langsungki pakai metode eliminasi?
BKS : Supaya kudapat nilai b nya kak, lebih mudah juga
P : Bisaki jelaskanki dek?
BKS : x+y=400 dikalikan 70.000 kak terus 70.000x +
50.000y=23.000.000 dikalikan 1 itu kak.
P : Selanjutnya bagaimana lagi dek?
BKS : Setelah didapatmi hasilnya dikurangi mi kak untuk dapat nilau y
P : Jadi berapa nilai y yang didapat dek?
BKS : 250 kak
P : Caranya?
BKS : Kan tadi itu 70.000 y dikurang 50.000 y hasilnya 20.000 y dan
28.000.000 dikurangi 23.000.000 itu hasilya 5.000.000 juta kak.
Jadi 20.000y=5.000.000 dibagimi kak 5.000.000 dibagi 20.000
hasilnya 250
P : Setelah didapat nilai y=250 selanjutnya apa lagi dek?
BKS : Saya subtitusikan nilai y di persamaan satu kak untuk dapatkan
nilai x nya lagi
P : Persamaan yang mana dek?
BKS : Yang x+y=400 kak
P : Coba kita jelaskan carata dapatkan nilai x dek!
BKS : x+y=400 terus y nya diubah menjdai 250 jadi x+250=400 jadi
x=400-250 jdi nilai x=150 kak
P : Begituji dek?
BKS : Iya kak, jadi nilai x=150 dan y=250
P : 0k dek
P : Kita cek ji cara penyelesaianta dek?
BKT : Iya kak
P : Kita cek satu per satu?
BKT : Tidak kak, pas selesaipi semua
P : Ohiya dek
c) Soal Nomor 3
Kode Uraian
P : Tidak kita tahu yang diketahui sama yang ditanyakan dek?
BKS : Kutau ji kak
P : Kenapa kita tidak tuliskanki?
BKS : Karena jelasji di soal kak
P : Apa yang diketahui di soal dek?
BKS : 5 pensil + 4 buku harganya 27.500 dan 3 pensil + 4 buku
harganya 20.500
P : Yang ditanyakan?
BKS : Harga buku dan pensil
P : Bisaki jelaskan apa-apa saja yang dimisalkan pada soal dek?
BKS : Yang seperti nomor 2 kak, yang dimisalkan dengan x dan y?
P : Iya dek
BKS : Ohiya kak, yang dimisalkan itu x=pensil dan y=buku
P : Setelah dimisalkan apa langkah selanjutnya dek??
BKS : Langsung dicari nilai x dan y kak
P : Tidak dituliskan model matematikanya?
BKS : Tidak kak
P : Jadi kita tidak tahu model matematiknya?
BKS : Kutahu ji kak
P : Jelaskan coba dek!
BKS : Yang 5x+4y=27.500 dan 3x+4y=20.500 toh kak?
P : Iya dek
P : Pakai metode apaki itu dek pada saat tes?
BKS : Campuran kak, yang dieliminasi dulu baru disubstitusikan kak
P : Bisa dijelaskan dek maksudta itu?
BKS : Langsung saja kutuliskan 5x+4y=27.500 persamaan 1 dan
3x+4y=20.500 persamaan 2 kak. Terus setelah itu langsungmi
dikurangi kak, jadi y nya habis dan 2x=7.000 kak
P : Setelah itu diapakan lagi dek?
BKS : Dibagi duami itu yang 7.000 kak supaya didapat nilai x nya.
Jadi nilai x nya = 3.500
P : Setelah didapat nilai x apalagi dek?
BKS : Di substitusikanki kak untuk dapat nilai y nya
P : Cobaki jelaskan carata substitusi!
BKS : 5x+4y=27.500 masukkan langsung x=3.500 kak. Jadi 5 dikali
(3.500)+4y = 27.500. setelah itu dihitungmi kak
17.500+4y=27.500 jadi 4y=27.500-17.500 hasilnya itu kak
4y=10.000. Setelah y=10.000 dibagi 4 jadi nilai y nya = 2.500
kak
P : Berapa hasil dari x dan y dek?
BKS : X=3.500 dan y=2.500
P : Setelah didapa nilai x dan y apalagi dek?
BKS : Tidak adami kak karna hanya utk dicariji nilai x dan y kak
P : Yakinki dek?
BKS : Iya kak
P : Kita cek ji cara penyelesaianta dek?
BKS : Tidak kak
P : Kenapa?
BKS : Karna kutiru sajaji nomor 2 caranya kak sisa angkanya kuubah
P : Jadi tidak dibaca baik-baik pertanyaannya dek?
BKS : Kubaca ji kak
P : Tapi kenapa tidak dicariki berapa harga dari 5 pensil dan 7
buku dek?
BKS : Tidak kutaumi kak
P : Sampai disitu saja ji ditau dek?
BKS : Iya kak
3. Subjek yang Berpikir Kritis Rendah
a) Soal Nomor 1
Kode Uraian
P : Susah soalnya dek?
BKR : Susah sekali kak
P : Ditau dijelaskan apa saja yang diketahui?
BKR : Ituji saja yang kutulis kak
P : Coba pale jelaskan!
BKR : Diketahui 2 bilangan asli dengan jumlah 3 kali bilangan
pertama dengan 4 kali bilangan kedua=66 dan selisih dari 4 kali
bilangan pertama dengan 3 kali bilangan kedua = 13. Ituji saja
kutau kak
P : Tidak ditau apa ditanyakan?
BKR : Tidak ada kak, tidak mengerti sekalika karna susah sekali kak
P : Tidak ditau pemisalannya dek?
BKR : Tidak ada betul kutau kak
P : Apaji pale ditau?
BKR : Tidak ada kak
P : Kalau model matematikanya iya?
BKR : Lebih-lebih itu kak, tidak kutauki apa itu model matematika kak
P : Iya pale dek
P : Kita cek ji cara penyelesaianta dek?
BKR : Tidak kak
P : Kenapa?
BKR : Soalnya sajaji kubaca karna tidak kutau apa lagi mau kucek
P : Jawabanta dek, tidak dicekki?
BKR : Tidak kak
b) Soal Nomor 2
Kode Uraian
P : Bagaimana nomor 2 dek?
BKR : Lebih susah lagi kak
P : Bisaki jelaskan apa yg ditau di soal?
BKR : Yang jumlah peserta ji kak 400 sama peserta eksekutif dan
peserta biasa.
P : Yang ditanyakan iya?
BKR : Tidak kutau kak
P : Kalau pemisalannya iya dek?
BKR : Tidak kutau juga kak
P : Biar sedikit?
BKR : Iya biar sedikit tidak kutau kak
P : Model matematikanya iya?
BKR : Yang bagaimana yah itu kah kak?
P : Contohnya 2x+2y=12 persamaan 1 dan 3x+5y=15 persamaan
2. Yang begitu dek
BKR : Tidak kutauki kak
P : Bisaki jelaskan metode apa yang dipakai biasa kalau soal sistem
persamaan linear dua variabel?
BKR : Yang eliminasi?
P : Yah itu dek, bisaki jelaskan?
BKR : Tidak kak, kuingat sajaji pas itu hari dikasih tes pertama
P : Jadi tidak mengertiki caranya?
BKR : Tidak kak
P : Tidak ada ditau masalah soal sistem persamaan linear dua
variabel?
BKR : Tidak kak
P : Sudah mi dipelajari?
BKR : Iya kak
P : Tapi kenapa tidak mengertiki?
BKR : Susah kak
P : Dicek kembaliji soal dan jawabanta?
BKR : Tidak kak
c) Soal Nomor 3
Kode Uraian
P : Kenapa pertanyaannya ji ditulis dek?
BKR : Karena tidak kutaumi apa mau kutulis kak
P : Betu-betul tidak mengertiki dek?
BKR : Iya kak
P : Tidak ditau pemisalannya juga?
BKR : Tidak
P : Model matematikanya iya?
BKR : Tidak kutau juga kak
P : Iya pale dek
P : Tidak adami lagi ditau dari jawab sistem persamaan linear dua
variabel?
BKR : Tidak adami kak
P : Susah sekali kah dek?
BKR : Iya kak, berbeli-belit soalnya nah, tidak kutau yang
pertanyaannya karna penjang sekali soalnya
P : Maksudnya?
BKR : Pokoknya suah sekali kak
P : Jadi dicekji jawabanta?
BKR : Tidak kak
P : Tidak mengerti sekaliki sama ini materi?
BKR : Bukan hanya ini materi kak, tapi semua kalau matematika susah
sekali kak.
P : Tapi tahu jaki penjumlahan sama pengurangan?
BKR : Tahuja kak, yang tambah-tambah sama kurang-kurang toh?
P : Iya dek, kalau perkalian sama pembagian?
BKR : Tahuja kalau perkalian kak pembagianji tidak terlalu lancarka.
P : Banyak-banyak ki belajar nah dek, kan ini sekolah onlineki
pakai hp terus jaki jadi banyak-banyak ki nonton video di
youtube tentang belajar matematika
BKR : Iya kak
LAMPIRAN E. DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
NURUL FATIKASARI. Lahir di Makassar, Sulawesi
Selatan pada tanggal 23 Juni 1997. Ia anak ketiga dari
empat bersaudara dari pasangan bapak Ibrahim Yahya dan
Nurhasnah Ngurawan Menyelesaikan pendidikan sekolah
dasar di SD Negeri Taeng pada tahun 2009. Ia lulus dari
sekolah menengah pertama pada tahun 2012 di SMP
Negeri 3 Pallangga dan lulus dari sekolah menengah atas
di SMA Negeri 1 Sugguminasa pada tahun 2015.
Pada tahun 2016, ia melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah
Makassar mengambil Program Studi S1 Pendidikan Matematika dan lulus pada tahun
2020. Berkat karunia Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan tersusunnya skripsi dengan judul “Profil Berpikir
Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal HOTS Materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Kemampuan Awal Pada Kelas VIII SMP
Negeri 3 Pallangga”