Post on 26-Oct-2021
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/344388346
PROBLEMATIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SMA DI
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
Article · January 2013
CITATIONS
0READS
105
1 author:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Metode Lekat dalam Pembelajaran Menulis Puisi View project
Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia View project
Rustam Efendy Rasyid
Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
10 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Rustam Efendy Rasyid on 26 September 2020.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
1
PROBLEMATIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SMA
DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
H. RUSTAM EFENDY RASYID
H. ABD. RASYID YUNUS
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG
2013
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan bangsa Indonesia. Indonesia merupakan negara yang terdiri atas berbagai
suku bangsa. Setiap suku bangsa tersebut memiliki bahasa daerah. Oleh karena itu,
untuk keperluan berkomunikasi antarsuku bangsa diperlukan bahasa perantara (lingua
franca).
Bahasa perantara yang terpilih adalah bahasa Indonesia. Hal ini dibuktikan
melalui salah satu pernyataan Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi, “Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Hal ini
mengandung pengertian bahwa bahasa Indonsia berkedudukan sebagai bahasa
nasional. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pula pasal 36 (Bab XV)
mengenai kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa negara. Dengan
demikian, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan
Sumpah Pemuda 1928 dan berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam kedudukannnya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang
4
memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing - masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan
nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan penuturnya. Atas dasar
kebanggan ini, bahasa Indonesia dipelihara dan dikembangkan. Sebagai lambang
identitas nasional, bahasa Indonesia perlu dijunjung sehingga memiliki identitas.
Sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa,
bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi yang penting bagi penuturnya dalam
wilayah Indonesia sehingga setiap orang dapat leluasa menjelajahi wilayah Indonesia
tanpa ada kendala bahasa. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
bahasaIndonesia sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai
suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-
beda.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan; (2) bahasa pengantar di dunia pendidikan, (3)
alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Sebagai bahasa resmi kene garaan, bahasa Indonesia
dipakai di dalam berbagai kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan maupun
dalam bentuk tulisan. Sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan, bahasa
Indonesia digunakan di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak M
sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-daerah,
5
seperti di Pulau Jawa, daerah Sunda dan Jawa yang menggunakan bahasa daerahnya
sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Sehubungan dengan fungsinya yang ketiga, bahasa Indonesia adalah alat
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah. Dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia sebagai alat pengembangan
kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dengan kata lain, bahasa
Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan bangsa Indonesia membina
dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga memiliki ciri-
ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah.
Mencermati penjelasan di atas, tergambar betapa pentignya penguasaan bahasa
Indonesia khususnya bagi warna negara Indonesia, dan betapa pentignya anak-anak
bangsa ini belajar bahasa Indonesia. Namun, kenyataan saat ini menunjukkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia di berbagai jenjang pendidikan selama ini sering
diaggap kurang penting dan dianaktirikan oleh para guru, apalagi pada guru yang
pengetahuan kebahasaannya rendah.
Hal ini menyebabkan mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar sekali
manfaatnya bagi para siswa ini disajikan hanya sekedar memenuhi tuntutan
kurikulum, kering, kurang hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat di hati
siswa. Padahal, bila kita kaji secara mendalam, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
di sekolah dimaksudkan untuk menumbuhkan keterampilan, rasa cinta, dan
penghargaan para siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian,
6
tugas guru bahasa Indonesia tidak hanya memberi pengetahuan (aspek kognitif),
tetapi juga keterampilan (aspek psikomotorik) dan menanamkan rasa cinta (aspek
afektif), baik melalui kegiatan di dalam kelas ataupun di luar kelas.
Disertasi yang berjudul “Problematik Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tingkat SMA di Kabupaten Sidenreng Rappang“ ini hendak mengulas beberapa hal
yang berkait dengan realitas bahasa Indonesia saat ini, dampaknya terhadap
pembelajaran, serta alternatif jalan keluarnya. Ulasan ini diharapkan dapat
menggugah kembali kesadaran kita untuk menempatkan pembelajaran bahasa
Indonesia pada tempat yang layak dan sejajar dengan mata ajar lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berpedoman pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Problematik apa sajakah yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia
tingkat SMA di Kabupaten Sidenreng Rappang?
2. Bagaimanakah sebaiknya solusi yang ditempuh oleh guru, pihak sekolah,
dan Dinas Pendidikan dalam mengatasi problematik pembelajaran bahasa
Indonesia tingkat SMA di Kabupaten Sidenreng Rappang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang:
1. Problematik pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA di Kabupaten
Sidenreng Rappang.
7
2. Solusi yang dapat ditempuh oleh guru, pihak sekolah, dan Dinas
Pendidikan dalam mengatasi problematik pembelajaran bahasa Indonesia
tingkat SMA di Kabupaten Sidenreng Rappang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat sebagai berikut.
a. Memberikan gambaran tentang problematik yang dihadapi oleh guru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA di Kabupaten Sidenreng
Rappang.
b. Memberikan gambaran tentang upaya yang ditempuh oleh guru, pihak
sekolah, dan Dinas Pendidikan dalam mengatasi problematik pembelajaran
bahasa Indonesia tingkat SMA di Kabupaten Sidenreng Rappang.
c. Memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kabupaten Sidenreng Rappang.
d. Memberikan masukan kepada pengambil kebijakan di bidang pendidikan,
khususnya pendidikan Bahasa Indonesia untuk menyusun program dan
menentukan kebijakan yang berkaitan dengan hasil penelitian ini pada masa-
masa selanjutnya.
e. Menjadi acuan bagi peneliti-peneliti yang akan mengadakan penelituan yang
sejenis pada masa yang akan datang.
8
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran
wajib pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas dan menjadi salah satu
mata pelajaran penentu kelulusan siswa. Akan tetapi, pada dasarnya pembelajaran
bahasa Indonesia tidak hanya menghendaki siswa mencapai nilai maksimal dalam
tiap ujian, akan tetapi pembelajaran bahasa Indonesia menghendaki siswa
memiliki rasa bangga dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA di Kabupaten
Sidenreng Rappang.
2. Problematik yang dihadapi guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia tingkat
SMA di Kabupaten Sidenreng Rappang.
3. Alternatif pemecahan yang sebaiknya ditempuh oleh guru, pihak sekolah,
Dinas Pendidikan dalam mengatasi problematik bahasa Indonesia tingkat
SMA di Kabupaten Sidenreng Rappang.
F. Batasan Istilah
Guna membatasi penggunaan istilah dalam disertasi ini, maka penulis
memberikan batasan istilah sebagai berikut.
Problematik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah permasalahan
yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA di
Kabupaten Sidenreng Rappang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjaun Pustaka
1. Bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa
Pernyataan sikap "bertanah air satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu
bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" dalam
Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan perwujudan politik bangsa Indonesia
yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) bangsa
Indonesia.
Bahasa Indonesia telah menyatukan berbagai lapisan masyarakat ke dalam
satu-kesatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mencapai puncak perjuangan
politik sejalan dengan perjuangan politik bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (pasal 36 UUD 1945), juga pada hasil
amandemen UUD, Agustus 2002).
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah
menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(ipteks). Ipteks berkembang terus sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan ipteks yang didukung
oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (seperti internet, e-mail, e-
10
business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain) melaju dengan pesat terutama
memasuki abad ke-21 sekarang.
Di sisi lain, perkembangan bahasa Indonesia terasa belum seimbang dengan
perkembangan ipteks dan zamannya. Pengalihan konsep-konsep ipteks dari bahasa
asing terutama bahasa Inggris belum seluruhnya dapat dicarikan padanannya dalam
bahasa Indonesia. Sebagai akibatnya, kosakata dan istilah asing itu mengalir deras ke
dalam khasanah kosakata bahasa Indonesia. Dengan demikian, peran strategis bahasa
Indonesia sebagai bahasa peradaban modern masih memerlukan pengembangan yang
lebih serasi dan serius sesuai dengan perkembangan ipteks.
Dalam rangka menuju ke arah peradaban modern, kita perlu memahami,
menguasai, dan mengembangkan konsep-konsep ipteks modern, yang pada umumnya
masih tertulis dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Agar konsep-konsep
ipteks modern tidak hanya diserap oleh mereka yang memahami bahasa asing yang
jumlahnya tentu tidak sebanding dengan jumlah anggota masyarakat Indonesia yang
memerlukannya dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, maka
penyebarluasan konsep-konsep ipteks modern itu harus dilakukan dengan
menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam rangka lebih memasyarakatkan peristilahan modern itu, istilah-istilah
yang telah berhasil disusun kemudian diolah lebih lanjut menjadi berbagai kamus
istilah. Tentu saja, selain mengandung padanan istilah dalam bahasa Indonesia,
kamus istilah itu juga mencantumkan rumusan atau penjelasan setiap istilah yang
dicantumkan.
11
Sampai sekarang, telah berhasil disusun tidak kurang dari 40 buah kamus
istilah (Permadi, 2012). Penerbitan daftar dan kamus istilah itu sangat penting dan
bermanfaat dalam rangka memasyarakatkan dan menyebarluaskan perangkat istilah
yang sudah dibakukan. Jika upaya penerbitan dan publikasi itu tidak dilakukan, maka
hasil penyusunan dan pembakuan istilah itu akan tetap tertinggal sebagai harta karun.
Para ilmuwan dari berbagai disiplin diharapkan menggunakan istilah yang
telah dibakukan itu dengan taat asas. Oleh karena itu, harus pula diupayakan adanya
arus balik yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam proses pengembangan
bahasa selanjutnya.
Dipandang dari segi pembinaan dan pengembangan bahasa, masuknya istilah-
istilah yang sudah dibakukan itu ke dalam buku ajar, makalah, laporan penelitian,
jurnal-jurnal ilmiah, karangan-karangan ilmiah lainnya, dan media komunikasi dan
informasi merupakan langkah berikutnya yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Bahasa Indonesia memiliki dua sifat utama yang menguntungkan, yaitu bentuk
yang sederhana sehingga mudah dipelajari dan kelenturan (fleksibel) untuk
dikembangkan. Hal ini didukung oleh latar belakang sejarah kebahasaan yang kuat.
Kaum cerdik-cendekia yang hidup pada zaman kemerdekaan pun, pada
umumnya yakin bahwa bahasa Indonesia mempunyai kemampuan berkembang luas
dengan cepat di tanah air ini, dari Sabang sampai Merauke. Danzer Carr misalnya,
berkeyakinan bahwa bahasa Indonesia dapat menggantikan kedudukan bahasa Inggris
di Asia. Bahasa Indonesia tidak diragukan lagi kemampuannya untuk menjadi bahasa
ipteks modern.
12
Bahasa ragam ipteks itu harus hemat dan cermat karena menghendaki respons
yang pasti dari pendengar dan pembacanya. Kaidah-kaidah sintaktis dan bentukan-
bentukan bahasa dan ranah penggantinya harus mudah dipahami. Kehematan
penggunaan kata, kecermatan dan kejelasan sintaktis yang berpadu dengan
penghapusan unsur-unsur yang bersifat pribadi dapat menghasilkan ragam ipteks
yang umum.
Kalimat ipteks yang panjang-panjang hanya dapat direspons secara langsung
oleh pembaca yang terlatih. Pembaca dan penyimak ragam bahasa ipteks itu
diharapkan tidak memperoleh informasi yang keliru. Kelugasan, keobjektifan, dan
keajegan/konsistensi bahasa ipteks itulah yang membedakannya dengan bahasa
ragam sastra yang subjektif, halus, dan lentur, sehingga interpretasi pembaca yang
satu kerapkali sangat berbeda dengan interpretasi dan apresiasi pembaca lainnya.
Ihwal pengembangan bahasa Indonesia ragam ipteks, hal itu dapat
dihubungkan dengan klasifikasi bidang ilmu yang lazim berlaku di Indonesia, yaitu
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan budaya.
Yang menjadi masalah sekarang adalah unsur ip (ilmu pengetahuan) pada ipteks itu
merujuk pada bidang ilmu yang mana? Apalagi sekarang ini telah berkembang
teknologi komunikasi dan informasi, seperti internet, e-mail, e-business, e-commerce,
cybertechnology, teleducation, cybercity, dan lain-lain.
Berdasarkan pemakaian kata ilmu pengetahuan sebagai padanan kata science
(s) dengan muatan makna natural science, maka unsur ip pada kata ipteks itu merujuk
pada ilmu pengetahuan alam. Dengan demikian, bahasa Indonesia ragam ipteks itu
13
adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan
teknologi (science and technology).
Upaya pengembangan konsep ipteks modern dalam bahasa Indonesia itu hanya
mungkin dapat dilakukan dengan baik apabila istilah-istilah yang biasa digunakan
dalam bidang ipteks itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Hal itu
berarti, untuk dapat mengembangkan bahasa Indonesia menjadi ragam ipteks,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyusun peristilahannya.
Untuk keperluan itulah Pusat Bahasa yang ada sekarang, dengan bantuan
sejumlah pakar perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian di Indonesia telah
berhasil menyusun peristilahan untuk berbagai bidang ilmu, dengan memberikan
prioritas pada empat bidang ilmu dasar, yakni fisika, kimia, biologi, dan matematika.
Keempat bidang ilmu dasar itu masing-masing diberi judul Glosarium Fisika,
Glosarium Kimia, Glosarium Biologi, dan Glosarium Matematika.
Di tengah perubahan sosial-politik dan teknologi informasi serta komunikasi
yang ada sekarang, apalagi menuju bahasa Indonesia menjadi peradaban modern,
para pakar dari berbagai disiplin ilmu harus bahu-membahu menjadikan bahasa
Indonesia sejajar dengan bahasa asing lainnya, terutama bahasa Inggris.
Kita ambil contoh kata valid yang dipungut dari bahasa Inggris. Orang Inggris
menyerap kata itu dari kata validus dari bahasa Latin. Dengan menggunakan proses
morfologis bahasa Inggris, terbentuklah kata-kata validity, validate, validly, dan
validness. Kata-kata itu dalam kamus bahasa Inggris ada dalam satu lema (entry).
14
Jika kita bandingkan kata-kata pungut dalam kamus bahasa Inggris dengan
kata pungut dalam kamus bahasa Indonesia, maka akan terlihat adanya perbedaan
yang mencolok. Dalam rangka mengembangkan kosakata bahasanya, orang Inggris
mempertahankan sistem dan kaidah kebahasaannya secara konsisten. Sikap bahasa
yang demikian itu tidak tampak dalam kamus-kamus bahasa Indonesia, termasuk
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam edisi terbarunya. Kata valid dan validitas
diserap langsung dari bahasa Inggris tanpa mengalami proses morfologis bahasa
Indonesia, sehingga kedua kata tersebut merupakan dua lema yang berbeda.
Untuk kata valid itu, para leksikograf Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak
menurunkan kevalidan sebagai padanan kata validness. Bahkan akhir-akhir ini kita
sering mendengar dan membaca pemakaian kata validasi sebagai padanan kata
validation. Penyerapan kata validate sangat sulit bahkan tidak mungkin dilakukan
tanpa proses morfologis bahasa Indonesia. Dengan menggunakan kaidah morfologi
bahasa Indonesia, dapat diturunkan kata memvalidkan. Dengan menggunakan kaidah
morfologi bahasa Indonesia, penyerapan itu sesungguhnya dapat berlangsung lebih
mudah dan konsisten Dari kata valid dapat diturunkan kata-kata kevalidan,
memvalidkan, pemvalidan, dan secara valid, yang merupakan sinonim kata
keabsahan, mengabsahkan, pengabsahan, dan secara absah.
Dari uraian di atas dapat disenaraikan karakteristik bahasa Indonesia ragam
ipteks sebagai berikut. Pertama, kelugasan dan kecermatan yang menghindari segala
macam kesamaran dan ketaksaan (ambiguity). Kedua, keobjektifan yang sedapat
mungkin tidak menunjukkan selera perseorangan (impersonal). Ketiga, pembedaan
15
dengan teliti, nama, ciri, atau kategori yang mengacu ke objek penelitian atau
telaahnya agar tercapai kecermatan dan ketertiban bernalar. Keempat, penjauhan
emosi agar tidak mencampurkan perasaan sentimen dalam tafsirannya. Kelima,
kecenderungan membakukan makna kata dan ungkapannya dan gaya pemeriannya
berdasarkan perjanjian. Keenam, langgamnya tidak bombastis atau dogmatis, dan,
ketujuh, penggunaan kata dan kalimat dengan ekonomis agar tidak lebih banyak
daripada yang diperlukan.
Menjelang 28 Oktober 2013 kita berada pada jarak 85 tahun dari para
pendahulu kita yang sangat peduli terhadap martabat bahasa Indonesia itu. Marilah
kita bersama-sama merefleksi kembali apakah keyakinan, kebulatan semangat
kebangsaan (nasionalisme) untuk mempersatukan berbagai kelompok masyarakat,
sehingga bahasa Indonesia sebagai sarana penghubung antarsuku, antardaerah,
anatarbudaya, dan sarana pengembangan ipteks modern itu digunakan dengan sebaik-
baiknya? Malu, rasanya aku jadi bangsa Indonesia (Taufiq Ismail), kita yang hidup di
alam kemerdekaan dengan kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi
sekarang tidak dapat memanfaatkan peluang untuk mempersatukan seluruh
komponen masyarakat dan bangsa ini. Namun, ada satu harapan baru ketika para
pemuda kita tiga belas tahun lalu, bersamaan dengan peringatan Sumpah Pemuda
2000 telah diikrarkan adanya Sumpah Internet Pemuda, yang dapat diakses langsung
dari seluruh pelosok tanah air. Ini merupakan sebuah upaya nyata agar masyarakat
dan bangsa kita di tengah krisis multidimensional sekarang tidak terpecahpecah dan
berakibat pada disintegrasi bangsa. Oleh karena itu, perlu dukungan dan tindak lanjut
16
dari berbagai kelompok masyarakat, seperti elite politik, pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat, pers, para pemuda, dan mahasiswa agar Sumpah Internet
Pemuda tersebut dapat diimplementasikan menuju peradaban modern.
2. Mengapa bahasa Indonesia perlu dipelajari?
wikipedia : “ Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan
fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat
yang memiliki arti.” Sekarang yang menjadi pertanyaan, mengapa kita harus belajar
bahasa indonesia?
Alasannya adalah, betapa pentingnya sebuah bahasa dalam kehidupan sehari-
hari. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai di Indonesia. Pertanyaannya
sekarang apakah bahasa Indonesia kita sudah baik dan benar?
Kita sebagai warga Negara Indonesia pasti sadar diri, betapa banyaknya
ragam bahasa di Indonesia. Lain daerah lain bahasa, orang Bugis memiliki bahasa
sendiri, orang Makassar memiliki bahasa sendiri, orang Mandar memiliki bahasa
sendiri, dan ragam bahasa itu menjadi kebanggaaan kita sebagai warga Negara
Indonesia.
Ada beberapa alasan, kenapa kita perlu belajar bahasa Indonesia:
a. Bahasa menunjukkan bangsa
Sebuah ungkapan atau sebuah pepatah yang memakai 2 unsur atau kata pokok
yaitu bahasa dan bangsa. Dari dua unsur dapat disimpulkan 3 arti yaitu:
1) tabiat seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata mereka;
2) kesopansantunan seseorang menunjukkan asal keluarganya; dan
17
3) bahasa yang sempurna menunjukkan peradaban yang tinggi dari bangsa pemilik
bahasa tersebut.
(Azis, 2010)
Kita bangga di dalam bahasa Indonesia kita diberikan pilihan bahasa (diksi),
misalnya saja penggunaan kata kamu, Anda, Abang, Kakak, Bapak dan lain
sebagainya. Kita dapat memilih dengan siapa kita bicara, misalnya kita bicara dengan
orang yang lebih tua dari kita maka kita dapat memilih kata Anda, Abang, Kakak
atau Bapak. Jika dibandingkan dengan penggunaan kata “You” dalam bahasa
Inggris, bagaimanakah mereka menggunakan kata itu? Kalau di Indonesiakan bisa
berarti tidak sopan.
b. Ilmu Pengetahuan
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu kita harus belajar bahasa Indonesia.
Sejak kecil kita sekolah mulai dari sekolah di tingkat dasar, menengah, atas dan
sampai kuliah. Ilmu itu di ajarkan dalam bahasa Indonesia. Kalau dulu kita belajar
dari orang lain, kini giliran kita untuk mengajarkan kepada orang lain. Bagaimana
kita dapat mengajarkan kepada orang lain sedangkan bahasa Indonesia kita
berantakan. Apakah ada media lain selain bahasa tulisan untuk kita berbagi ilmu
pengetahuan ? tentu tidak, maka dari itu kita di tuntut untuk melatih agar bahasa
Indonesia kita baik dan sesuai dengan EYD. Kita tidak dituntut 100% baik dalam
EYD tetapi separuhnya juga boleh dan yang paling penting selalu berlatih.
18
c. Ingin menjadi orang berhasil, perlu belajar bahasa Indonesia
Untuk menjadi orang berhasil, baik itu menjadi professor, ilmuan, kepala
pemerintahan, menteri, wakil rakyat, Gubernur, Bupati, menajer perusahaan, dan lain
sebagainya, maka di tuntut untuk bisa berkomunikasi baik itu lisan maupun tulisan.
Bahasa apa yang di gunakan untuk berkomunikasi ? Kalau tinggalnya di Indonesia
maka bahasa Indonesia adalah penting untuk di pelajari.
d. Sebelum mempelajari struktur bahasa Asing, pelajari dulu struktur bahasa
sendiri.
Jadi aneh kalau orang Indonesia bahasa Inggrisnya baik dan struktur
bahasanya bagus, tapi di kasih untuk menulis dalam bahasa Indonesia jadi
berantakan. Maka dari itu, pondasi awal untuk mempelajari bahasa asing baik itu
bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan lain sebagainya maka dari itu pelajari
dulu struktur bahasa Indonesia dulu baru lanjut belajar strukrur bahasa Asing.
3. Problematik pembelajaran bahasa Indonesia
Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang tinggal di beberapa pulau.
Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan
masyarakat. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia diajarkan sejak kelas I SD. Bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi yang dijadikan status sebagai bahasa persatuan
sangat penting untuk diajarkan sejak anak-anak.
Bahasa Indonesia tidak akan terlepas dari kebudayaan bangsa Indonesia karena
bahasa Indonesia dijadikan alat berkomunikasi dengan berbagai suku di tanah air.
19
Bahasa Indonesia memang diajarkan sejak anak-anak, tetapi model pengajaran yang
baik dan benar tidak banyak dilakukan oleh seorang pengajar.
Metode pengajaran bahasa Indonesia tidak dapat menggunakan satu metode
karena bahasa Indonesia sendiri yang bersifat dinamis. Bahasa sendiri bukan sebagai
ilmu tetapi sebagai keterampilan sehingga penggunaan metode yang tepat perlu
dilakukan. Pencarian penulis di beberapa artikel baik melalui internet mapun
perpustakaan daerah belum banyak ditemukan hasil-hasil penelitian metode terbaik
pengajaran bahasa Indonesia.
Pengajar bahasa memiliki suatu kewajiban untuk mempertahankan keberadaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sekaligus memperjuangkan bahasa
Indonesia dapat diterima dan membuat tertarik bangsa lain untuk mempelajarinya.
Oleh sebab itu, pengajaran yang baik menjadi tanggung jawab para pengajar bahasa.
Demokratisasi pembelajaran, yang dimulai sejak pendekatan KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang direvisi menjadi kurikulum 2006, telah
membawa tantangan baru bagi profesi guru. Menurut Komisi Internasional tentang
Pendidikan di Abad ke-21 UNESCO (Ishaq, 2012) aneka perubahan besar dalam ilmu
dan teknologi dewasa berimplikasi pada penyiapan tenaga guru.
Di abad ini sumber-sumber informasi telah berkembang pesat di luar sekolah
dengan cara yang begitu menarik dan ketika memasuki sekolah siswa sudah memiliki
kekayaan informasi itu. Pesan-pesan media yang dikemas dalam bentuk hiburan,
iklan, atau berita sungguh menarik para siswa dan ini bertolak belakang dengan
pesan-pesan yang dikemas para guru dalam pembelajaran di kelas (Ishaq, 2012).
20
Pada pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar hingga sekolah
menengah atas sangat mengandalkan penggunaan metode-metode yang aplikatif dan
menarik. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah
mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila siswa
sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi
siswa dalam bidang bahasa.
Tidak dapat disangkal bahwa di sebagian siswa, pembelajaran bahasa
Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian
materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah
dalam penangkapan materi tersebut.
Penulis yang pernah sebagai sebagai guru bahasa Indonesia di sekolah dasar
sangat merasakan problem pembelajaran yang terjadi selama ini. Penulis juga
menemui kasus serupa ketika mengajar di bangku sekolah menengah atas. Oleh sebab
itu, penulis berusaha melakukan perubahan-perubahan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di dalam kelas.
4. Hakikat pembelajaran bahasa
Dalam pembelajaran bahasa, ada empat aspek keterampilan yang harus
dikuasai, ada keterampilan menyimak/mendengarkan, membaca, menulis, dan
berbicara. Semua aspek keterampilan tersebut mempunyai ranah sendiri-sendiri.
Namun, keempat keterampilan tersebut selalu berkaitan antara yang satu dengan yang
lainnya.
21
Dalam pembelajaran bahasa tidak terlepas dari sebuah pendekatan, metode,
dan teknik. Kita sering dikacaukan dengan ketiga istilah tersebut (pendekatan,
metode, dan teknik). Ketiga istilah ini pada dasarnya mempunyai pengertian yang
berbeda yang berada dalam kerangka yang hierarkis. Pendekatan sebagai suatu
kerangka umum yang akan dijabarkan ke dalam metode, kemudian secara operasional
akan diwujudkan ke dalam teknik pembelajaran.
Ketiga kerangka konsep tersebut menurut Antony(1963:65) dalam Brown
(2001:34) dapat dianyatakan pendekatan diartikan sebagai tingkat asumsi atau
pendirian mengenai bahasa dan pengajaran bahasa, atau dapat dikatakan dengan
falsafah bahasa. Pendekatan mengacu pada teori-teori tentang hakikat bahasa dan
pembelajaran bahasa sebagai sumber atau prinsip pengajaran bahasa. Pendekatan
bersifat aksiomatis, dalam arti kebenaran teori linguistic dan teori belajar bahasa yang
digunakan tidak dipersoalkan lagi.
Metode (method) dalam pengajaran bahasa diartikan sebagai perencanaan
secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran secara teratur. Tidak ada satu
bagian pun dari perencanaan pengajaran yang bersifat kontradiktif. Metode bersifat
procedural, dalam arti penerapan satu metode hendaknya dilakukan melalui langkah-
langkah yang teratur dan bertahap dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran,
penyajian pengajaran, dan penilaian hasil berlajar dan proses belajar mengajar.
Teknik (technique) dalam pengajaran bahasa mengacu pada pengertian
implementasi perencanaan pembelajaran di depan kelas. Teknik pembelajaran berupa
22
berbagai macam cara dan kiat untuk menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
Bertolak Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa ketiga istilah tersebut
berada dalam suatu rentangan (continuum) mulai yang bersifat umum hingga khusus.
Maksudnya pendekatan merupakan landasan konseptual sebagai tesis yang dapat
digunakan sebagai kerangka pemilihan prosedur dan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dengan demikian konsep, prinsip, atau
teori sebagai suatu pendekatan harus diwijudkan dalam keseluruhan proses
pembelajaran bahasa (Strevens, 1977:53). Pendekatan terealisasikan dalam setiap
tahapan pembelajaran mulai dari tahap perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan membekali peserta
didik kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis. Perubahan atau pergantian kurikulum selalu menimbulkan masalah
dan kebingungan bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, terutama guru.
Apa pun kurikulumnya, guru bahasa Indonesia harus berpegang teguh pada tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia. Guru perlu terus berusaha meningkatkan
kemampuannya dan terus belajar untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik.
Karena kurikulum yang akan berlaku yang akan datang adalah kurikulum 2013, guru
perlu mengenal, mempersiapakan diri, dan menyiasati kurikulum ini.
Standar kompetensi lulusan pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya
SMA/MA program IPA dan IPS meliputi;
23
1. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian berita, laporan, saran,
berita, pidato, wawancara, diskusi, seminar, dan pembacaan karya sastra
berbentuk puisi, cerita rakyat, drama, cerpen, dan novel.
2. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam kegiatan berkenalan, diskusi, bercerita, presentasi hasil
penelitian, serta mengomentari pembacaan puisi dan pementasan drama.
3. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis teks
nonsastra berbentuk grafik, table, artikel, tajuk rencana, teks pidato, serta teks
sastra berbentuk puisi, hikayat, novel, biografi, puisi kontemporer, karya sastra
berbagai angkatan dan sastra Melayu klasik.
4. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dalam bentuk teks narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, teks pidato, proposal, surat dinas, surat dagang, rangkuman,
ringkasan, notulen, laporan, resensi, karya ilmiah, dan berbagai karya sastra
berbentuk puisi, cerpen, drama, kritik, dan esei.
24
Program Bahasa meliputi:
1. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan pidato, ceramah/khotbah, wawancara,
diskusi, dialog, penyampaian berita, presentasi laporan.
2. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, informasi, dan
pengalaman dalam kegiatan presentasi hasil penelitian, laporan pembacaan buku,
dan presentasi program, bercerita, wawancara, diskusi, seminar, debat, dan pidato
tanpa teks.
3. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berbentuk
esei, artikel, dan bigrafi.
4. Menulis
Mengungkapkan pikiran dan informasi dalam wacana tulis berbentuk teks
deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi dan argumentasi, ringkasan/rangkuman,
laporan, karya ilmiah, makalah, serta surat lamaran.
5. Kebahasaan
Memahami dan menggunakan berbagai komponen kebahasaan, baik fonologi,
morfologi, maupun sistaksis dalam wacana lisan dan tulis.
Kegiatan pembelajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal dan efektif
ditentukan oleh beberapa komponen meliputi komponen tujuan, siswa dan guru,
bahan atau materi pelajaran, metode, media pembelajaran, dan evaluasi.
25
5. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
“Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah harus direposisi.
Pasalnya, orientasi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah hanya untuk
memenuhi target kurikulum, bukan memberdayakan kompetensi berbahasa
siswa.” (Kompas, 2010)
Jika mau memakai ukuran hasil ujian nasional bahasa Indonesia SMP dan
SMA, nilai rata-rata UN bahasa Indonesia beberapa tahun belakangan ini
memprihatinkan. UN Bahasa Indonesia untuk SMP tahun ini saja terendah yakni 7,49
dari pelajaran Matematika dan IPA. Justru nilai rata-rata UN Bahasa Inggris yang
teratas," (Yunus. 2011)
Menurut Yunus (2011), hasil akhir pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
belakangan ini tidak sejalan dengan perjalanan panjang bahasa Indonesia dalam
membuktikan eksistensinya. Bahasa Indonesia sudah dinobatkan selama 83 tahun
sebagai identitas bangsa pada Sumpah pemuda 1928. Ada juga perangkat aturan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang berusia 39 tahun dan keberadaan Kamus
besar Bahasa Indonesia yang sudah berusia 22 tahun.
Kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan jika bahasa Indonesia tidak mampu
menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru
berperan dalam menyesuaikan materi ajar dengan kesempatan siswa untuk
menerapkan praktik berbahasa dan pengembangan nalar tentang bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia bukan untuk membuat siswa jadi ahli-ahli
bahasa. Justru yang penting cara membuat siswa mampu menggunakan bahasa
26
Indonesia yang sesuai dengan keperluan dalam hidup. Siswa perlu lebih banyak ruang
untuk membaca, mendengar, menulis, dan membicarakan pengetahuan dan
pengalaman melalui bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia kian hari kian redup dan tertelan perkembangan jaman
(Sumaryoto, 2011) . Bahasa Indonesia semakin dianaktirikan yang juga berakibat
pada ketidakpedulian. Apalagi sekarang, mulai marak sekolah dan perguruan tinggi
yang menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar.
B. Kerangka Konseptual
Penelitian ini mengacu pada kerangka koseptual bahwa pembelajaran
bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib untuk dilulusi pada tingkat
sekolah menengah atas. Namun pada kenyataannya, beberapa tahun terakhir ini,
pembelajaran bahasa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat sehingga
tidak sedikit siswa tidak lulus karena memperoleh nilai bahasa Indonesia di
bawah standar kelulusan minimal.
Melalui kebijakan pemerintah yang tertuang dalam kurikulum 2013,
pelajaran bahasa Indonesia pada tingkat sekolah menengah atas memperoleh jam
tambahan hingga mencapai enam jam pelajaran tiap minggunya. Namun
demikian, hal ini tidak menjadi jaminan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia
akan mendapatkan hasil yang maksimal sebagaimana yang diharapkan. Hasil
yang dimaksud bukan saja sederetan angka-angka yang tinggi akan tetapi lebih
dari itu mampu memunculkan kebanggan dan sikap positif berbahasa Indonesia di
27
kalangan siswa. Oleh karena itu, segala bentuk persoalan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia harus dianalisis untuk menemukan alternatif pemecahan
problematik tersebut.
Untuk memperjelas kerangka konseptual ini, dapat dilihat pada bagan
berikut.
Bagan 1. Kerangka Konseptual
Bahasa dan Sastra
Indonesia
KTSP
Pelaksanaan
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Problematik
Pembelajaran bahasa
Indonesia
Maksimal Belum
maksimal
Kurikulum 2013
2006
Faktor pendukung
pembelajaran bahasa
Indonesia
Alteranatif
pemecahan
masalah
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan desain deskriptif analitis.
Dalam hal ini penulis mendeskripsikan problematik pembelajaran bahasa
Indonesia tingkat SMA di Kabupaten Sidenreng Rappang berdasarkan temuan
dan hasil analisis data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tahap perencanaan
Pada tahap ini penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
a) Penentuan dan pemilihan masalah.
b) Menyusun latar belakang masalah.
c) Mengidentifikasi masalah.
d) Menentukan kegunaan penelitian
e) Telaah kepustakaan.
f) Menyusun administrasi penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai
berikut.
a) Mengumpulkan data.
b) Mengolah data.
29
c) Menganalisis data.
d) Menafsirkan hasil analisis data.
e) Menarik kesimpulan.
3. Tahap penulisan laporan
Tahap penulisan laporan merupakan tahap akhir dan penting dalam
pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu, penulisan laporan ini tetap
berpedoman pada peraturan lembaga tempat penulis menyelesaikan studi
program doktoral.
B. Lokasi dan Waktu
1. Lokasi penelitian
Lokasi yang menjadi objek penelitian penulis adalah di Kabupaten
Sidenreng Rappang. Alasan penulis memilih lokasi ini karena pada tahun
ajaran 2011/2012 di Kabupaten Sidenreng Rappang sebesar 4,60% siswa
SMA dinyatakan tidak lulus ujian nasional.
Tahun 2012 untuk wilayah Propinsi Sulawesi Selatan peringkat
kelulusan siswa tingkat sekolah menengah atas SMA dan sederajat mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya. tahun 2012 ini persentasenya adalah
99,64%, Jumlah peserta Ujian nasional tingkat SMA/MA tahun 2012 untuk
sulsel adalah 67.393 orang, jadi yang tidak lulus adalah sebanyak 254 orang.
Dilansir dari situs Pustaka Sekolah, Penyebab ke 254 siswa SMA/MA
sulsel yang tidak lulus ini terkendala pada 2 (dua) mata pelajaran, yakni mata
30
pelajaran Bahasa Indonesia dan mata pelajaran bahasa Inggris (Situs Pustaka
Sekolah, 2012).
Hal ini tentu menjadi cambuk bagi guru maupun dinas pendidikan
untuk mengintropeksi diri dalam mengambil kebijakan ke arah yang lebih
baik. Oleh karena itu, peneliti menetapkan Kabupaten Sidenreng Rappang
sebagai lokasi penelitian.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sekitar satu tahun, terhitung sejak
persetujuan. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian ini yakni:
a. tahap persiapan (penyusunan proposal, revisi proposal, seminar proposal,
menyusun instrumen penelitian, dan uji coba instrumen);
b. tahap pelaksanaan (revisi instrumen, pengurusan surat izin penelitian, dan
pengumpulan data);
c. tahap penyusunan laporan (penyusunan data, pengolahan data,
pengonsepan, pengetikan, dan seminar hasil penelitian); dan
d. tahap akhir (seminar hasil, revisi seminar hasil, ujian tertutup, revisi dan
penggandaan laporan) selama dua bulan.
C. Data dan Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan
data dari lapangan guna menjawab permasalahan atau persoalan yang
31
muncul. Data primer dalam penelitian ini meliputi seluruh pelaksanaan
pembelajaran oleh guru dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, wawancara
dengan kepala sekolah, Dinas Pendidikan dan beberapa siswa SMA di
Kabupaten Sidenreng Rappang, serta pihak-pihak yang terkait dengan
bahasan disertasi ini.
2. Data sekuder
Data sekunder dalam penelitian ini dikumpulkan dengan jalan
mempelajari literatur mengenai pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
yang berkaitan langsung dengan bahasan tesis ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
pembelajaran oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA di
Kabupaten Sidenreng Rappang. Untuk mendapatkan data yang dimaksud,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Observasi
Dalam penelitian ini dilakukan observasi secara nonpartisipatif.
Observasi dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang berkenaan dengan cara mengajar guru, siswa belajar, kepala
sekolah memberi pengarahan, dan pengawas mata pelajaran memberi
pengawasan.
32
2. Angket
Dalam penelitian ini penulis membagikan angket yang berisi
sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh resonden. Pertanyaan yang
diberikan berupa pertanyaan terbuka, pertanyaan berstruktur, dan
pertanyaan tertutup seputar pelaksanaan pembelajaran oleh guru mata
pelajaran bahasa Indonesia di Kabupaten Sidenreng Rappang.
3. Wawancara
Pada teknik ini, penulis melakukan wawancara dengan pihak yang
dapat memberikan informasi yang ada kaitannya dengan bahasan tesis, yaitu
kepala sekolah, Dinas Pendidikan, dan pengawas mata pelajaran dan siswa.
E. Analisis Data
Data yang berhasil dihimpun, disusun dengan menggunakan analisis
secara kualitatif dan bersifat interaktif kemudian diperbandingkan dengan teori-
teori yang ada selanjutnya ditarik kesimpulan.
Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data tetap
dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan
data baru lagi. Hasil analisis data tersebut dikembangkan menjadi proposisi dan
prinsip-prinsip untuk selanjutnya menarik kesimpulan dan merumuskan
rekomendasi (Sukmadinata, 2008: 114)
33
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Abdul. 2010. Mengapa saya harus belajar bahasa Indonesia. Diakses tanggal 6
Maret 2013. http://psa-d.openx.com.
Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles An Interactive Approach to
Languange Pedagogy. San Francisco: Logman. Inc.
Ishaq, Abd. Haris. 2012. Problematika Pengajaran bahasa Indonesia. Diakses tanggal
6 Maret 2013. www.rickisugiarto.com
Permadi. 2012. Peranan Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Bangsa. diakses tanggal
6 maret 2013. http://gemasastrin.wordpress.com.
Strevens, DD. 1977. New Orientation in The Teaching of English. Oxford: Oxford
University Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sumaryoto. 2011. Orientasi Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah. Makalah.
Disampaikan pada Festival Bulan Bahasa II Universitas Indrtaprasta PGRI.
Jakarta: Universitas Indrtaprasta PGRI.
Yunus, Syarifuddin. 2011. Reposisi Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah.
Artikel. Jakarta: Kompas.
View publication statsView publication stats