Post on 07-Sep-2018
PRILAKU LALULINTAS PADA SIMPANG JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN - JALAN TOL SEKSI IV MAKASSAR – JALAN AKSES
BANDARA SULTAN HASANUDDIN MAKASSAR TAHUN 2012
INTERSECTION TRAFFIC CHARACTERISTICS AT PERINTIS KEMERDEKAAN HIGHWAY – MAKASSAR TOLL HIGHWAY SECTION IV
- HASANUDDIN AIRPORT ROAD ACCESS 2012 YEARS
Budiman1, Muhammad Yamin Jinca2, Muhammad Wihardi Tjaronge2
1. Kementerian Pekerjaan Umum, Ditjen Bina Marga, BBPJN VI Makassar 2. Teknik Transportasi Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Budiman Teknik Transportasi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 HP. 081342050005 buddy.rockloud@gmail.com
Abstrak Pada akhir-akhir ini secara visual terlihat simpang Jalan Perintis Kemerdekaan - JalanTol Seksi IV – Jalan Akses Bandara Sultan Hasanuddin Makassar macet dan semrawut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Prilaku lalulintas dan Karakteristik lalulintas pada persimpangan Jalan Perintis Kemerdekaan-JalanTol Seksi IV Makassar-Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pada tahun 2012 guna mengidentifikasi faktor penyebab dan pemecahan masalah kemacetan dan kesemrawuran yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey langsung untuk mengetahui kondisi geometris simpang, waktu siklus dan arus lalulintas pada simpang. Analisis data lalulintas dilakukan dengan pendekatan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Karakteristik arus lalulintas yang diteliti pada simpang tersebut antara lain Rasio arus lalulintas, Derajat kejenuhan, Panjang antrian dan tundaan lalulintas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus lalulintas paling tinggi terjadi pada jam puncak malam, dimana arus lalulintas telah melampaui kapasitas lengan pendekat yang ada saat ini. Peningkatan kapasitas jalan pendekat, upaya pengendalian arus lalulintas dan prilaku pengendara perlu dilakukan guna mengurangi titik konflik lalulintas, kemacetan, kesemrawutan dan resiko kecelakaan. Kata kunci : Lalu lintas, Persimpangan, Arus jenuh. Abstract At the current time Perintis Kemerdekaan Highway - Makassar Toll Highway Section IV - Hasanuddin Airport Road Access intersections visually looks in traffic jam and vrowded. The scientific study needed to determine the traffics jam level and the crowded problem source. This research aimed to find out Intersection traffic characteristics at Perintis Kemerdekaan Highway - Makassar Toll Highway Section IV - Hasanuddin Airport Road Access at years 2012. The method used was direct data retrieval survey by measure the existing intersection geometric, total cycle time of the traffics light and direct traffics counting. All of data resulting in survey, were analyzed by Indonesian Highway Capacity Manual 1997 (MKJI;1997). The main object of traffic characteristics research are traffics Saturation Ratio, Dense Saturation, Traffics Queue, and Traffics Total Delay. The results showed that the highest traffics occurs in the evening, where the traffic flow has exceeded the capacity of the existing approached Road. Highway Widening, Traffic Control Management and Motorist behavior control needs to reduce the traffics conflict point, the traffic jam, crowded sources, and the accidents risk.
Keyword: Traffic, Intersection, Dense Saturation.
PENDAHULUAN
Makassar merupakan salah satu kota besar di kawasan timur Indonesia, berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Indonesia (2011), jumlah penduduk kota Makassar adalah 1.272.349 juta
jiwa , bertambah menjadi kurang lebih 1,4 juta jiwa pada siang hari. Jumlah kendaraan bermotor
wajib uji di kota Makassar pada tahun (2009) adalah sebanyak 21.219 kendaraan, dibandingkan
tahun (2008) jumlah kendaraan bermotor wajib uji mengalami kenaikan sebesar 6,90% di tahun
(2009), hal tersebut menunjukkan peningkatan aktivitas transportasi dalam kota Makassar
disiang hari, sehingga sektor transportasi harus segera mendapat perhatian khusus, sedangkan
dari sisi jumlah penduduk kota Makassar dapat dikategorikan sebagai kota Metropolitan.
Pembahasan masalah transportasi darat dan transportasi perkotaan tentu tidak bisa lepas
dari masalah pengelolaan persimpangan jalan. Persimpangan menjadi bagian terpenting dari
jalan perkotaan sebab efisiensi, keamanan, kecepatan, dan tingkat pelayanan jalan tergantung
dari perencanaan persimpangan.
Simpang Jalan Perintis Kemerdekaan merupakan jalan trans sulawesi yang sekaligus
sebagai jalan masuk kota Makassar dari arah utara, yang didalamnya terdapat satu titik
persimpangan jalan yang mempertemukan jalan Akses jalan Bandara Sultan Hasanuddin, Jalan
Tol Seksi IV Makassar dan Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Makassar.
Secara visual terlihat simpang jalan tersebut menjadi macet dan semrawut, untuk itu
dibutuhkan penelitian untuk mengetahui dan mengukur karakteristik arus lalulintas pada
simpang sehingga diketahui faktor penyebab kemacetan dan kesemrawutan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui prilaku lalulintas pada
persimpangan Jalan Perintis Kemerdekaan-JalanTol Seksi IV Makassar-Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar terkait Derajat kejenuhan, Angka henti, Panjang antrian dan Tundaan lalu
lintas.
BAHAN DAN METODE
Sistem Transportasi
Sistem transportasi perkotaan adalah suatu kesatuan dari elemen-elemen atau komponen-
komponen yang saling mendukung dan bekerja sama dalam pemindahan orang/barang dari
tempat asal ke tempat tujuan yang melayani kawasan perkotaan, Jinca (2010). Pada saat ini biaya
transportasi menjadi sangat besar baik dari sisi waktu dan sisi ekonomi, sehingga dibutuhkan
langkah-langkah perencanaan dan pengendalian transportasi yang baik guna meminimalkan
faktor hambatan transportasi tersebut.
Transportasi perkotaan adalah gabungan dari komponen-komponen yang berinteraksi satu
dengan lainnya membentuk suatu fungsi transportasi (Abubakar, 1999), komponen-komponen
tersebut dikelompokkan menjadi Sarana, Prasarana, Regulasi, serta Manusia dan Barang. Salah
satu prasarana utama transportasi adalah jalan, jalan sendiri tidak bisa lepas dari persimpangan
utamanya didaerah perkotaan.
Persimpangan Sebidang
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun (2006) yang dimaksud dengan
persimpangan sebidang adalah pertemuan dua ruas jalan atau lebih dalam satu bidang, antara
lain simpang tiga dan simpang empat. Jenis - Jenis persimpangan sebidang berdasarkan
bentuknya dapat dibagi atas; simpang tiga, simpang empat, persimpangan berkaki banyak (lebih
dari empat) dan persimpangan dengan bundaran. Berdasarkan pengatuaran sinyal lalu lintas,
simpang dibagi atas (a) Simpang Tak Bersinyal, (b) Simpang tidak bersinyal (unsignalised
intersection).
Analisa Karakteristik lalulintas Simpang Bersinyal
Pada prinsipnya, analisa arus lalulintas simpang bersinyal dilaksanakan dengan urutan
sebagai berikut: (a) Pengamatan geometri dilakukan dengan mencatat lalu menentukan jalan
minor dan jalan utama pada lokasi penelitian. Perhitungan geometri dikerjakan secara terpisah
untuk setiap pendekat, (b) Perhitungan dilakukan per satuan jam atau per periode, didasarkan
pada kondisi arus lalulintas jam puncak pagi, siang, dan sore, (c) Pencacahan arus lalulintas (Q)
untuk setiap gerakan di konversi dari kendaraan per-jam menjadi satuan mobil penumpang (smp)
per-jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan/muatan penumpang (emp), dimana kendaraan
yang melintas dikalikan dengan faktor ekivalensi muatan penumpang tersebut.
Prinsip utama dalam mengkonversi satuan penumpang untuk masing-masing pendekat
dibagi atas tipe arus terlindung dan arus terlawan, yang dibagi atas tiga jenis kendaraan: (a)
Kendaraan ringan; 1,0 untuk terlindung dan 1,0 untuk terlawan, (b) Kendaraan berat; 1,3 untuk
terlindung dan 1,3 untuk terlawan, dan (c) Sepeda motor; 0,3 untuk terlindung dan 0,4 untuk
terlawan.
Metode penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah non-eksperimental dan bersifat deskriptif, yaitu
dengan memberikan gambaran terhadap obyek yang diteliti sebagaimana adanya. Sedangkan
berdasarkan jenis data yang analisa penelitian ini berdasar pada tiga jenis data yaitu deskriptif,
kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi literatur terkait permasalahan yang ada pada
lokasi penelitian, melakukan pengamatan secara visual dilapangan, dilanjutkan pengambilan data
primer dan data sekunder terkait bahasan penelitian. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan
analisis data berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) untuk mengetahui variabel-
variabel yang menunjukkan bahwa simpang dalam keadaan over kapasitas, faktor-faktor tersebut
adalah Tundaan lalulintas, Kinerja persimpangan yang meliputi Waktu sinyal, Kapasitas, Rasio
arus jenuh, Derajat kejenuhan, dan Tundaan total kendaraan setiap lengan simpang jalan. Faktor
tersebut diamati, dicacah dan dinalisis dengan perhitungan prilaku lalulintas simpang jalan
dengan bantuan form SIG-I, SIG-II, SIG-III, SIG-IV dan SIG-V, pada lampiran Manual
Kapasitas Jalan Indonseia (1997).
Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan pada persimpangan bersinyal Jalan Perintis Kemerdekaan – Jalan
Tol Seksi IV – Akses Jalan Bandara Hasanuddin Makassar. Waktu pelaksanan penelitian
direncanakan akan dimulai pada bulan akhir bulan Januari hingga Bulan Mei tahun 2012.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kendaraan yang melintasi titik simpang
bersinyal Jalan Perintis Kemerdekaan – Jalan Tol Seksi IV – Akses Jalan Bandara Hasanuddin
Makassar, sedangkan untuk sampel diambil dari semua kendaraan yang melintasi Simpang dari
semua lengan pendekat selama empat hari pada Jam Puncak pagi 06.00-10.00 WITA, Siang
11.00 - 15.00 WITA dan malam 16.00 - 20.00 WITA.
Analisis Data Lalulintas Simpang Bersinyal
Proses dan urutan analisis data lalulintas pada suatu simpang bersinyal dengan
menggunakan analisis Manual Kajian Jalan Indonesia Tahun (1997), adapun urutannya:
Input data / Data Masukan, adapun urutannya sesuai Manual Kajian Jalan Indonesia (1997)
adalah; (A) Data Masukan: Langkah Masukan Data (Geometrik dan kondisi lingkungan), A-2.
Kondisi dan Arus Lalulintas. (B) Pengunaan Sinyal; (b.1) Fase Sinyal, (b.2) Waktu antar hijau
dan waktu hilang. (C) Penentuan Waktu Sinyal; (c-1) Tipe Pendekat, (c-2) Lebar Pendekat
Efektif, (c-3) Arus jenuh dasar, (c-4) Faktor penyesuaian, (c-5) Rasio arus/arus jenuh dasar, (c-6)
Waktu siklus dan waktu hijau. (D) Kapasitas; (d-1) Kapasitas simpang, (d-2) Keperluan untuk
perubahan (E) Prilaku lalulintas; (e-1) Persiapan, (e-2) Panjang Antrian, (e-3) Kendaraan
terhenti, (e-4) Tundaan.
HASIL
Simpang Jalan Perintis Kemerdekaan – Jalan Tol Seksi IV – Akses Bandara Hasasnuddin
Makassar ini merupakan persimpangan dengan lampu lalulintas yang terdiri atas tiga fase dan
empat lengan/pendekat, masing; (a) Pendekat Jalan Akses Bandara selanjutnya akan disebut
lengan A, (b) Pendekat Jalan tol Seksi IV Makassar selanjutnya akan disebut sebagai lengan B,
(c) Pendekat Jalan perintis kemerdekaan arah Selatan akan disebut lengan C, (d) pendekat Jalan
perintis kemerdekaan arah Utara selanjutnya akan disebut lengan D.
Pada penelitian simpang Jalan Perintis Kemerdekaan – Jalan Tol Seksi IV – Akses bandara
Sultan Hasanuddin Makassar, jenis data yang digunakan secara umum adalah data lapangan
(data yang diambil dari lokasi penelitian) yang meliputi, (a) Pengamatan dan pengukuran
geometrik simpang, (b) Pengamatan kondisi lingkungan, (c) Hambatan samping, (d) Survei
karakteristik lalulintas, (d) Penentuan jam-Jam Puncak di sini berdasarkan fungsi dari Jl. Perintis
Kemerdekaan, Jl. Tol Seksi IV Makassar, Jl. Akses Bandara. Ketiga jalan ini mempunyai fungsi
yang sangat vital, sehingga diambil empat hari penelitian yaitu hari Senin, Rabu, Sabtu dan
Minggu. Data sekunder didapat dengan menginventarisasi data yang merujuk pada instansi-
intansi terkait.
Berdasarkan tabel 1 halaman lampiran, diketahui bahwa arus lalulintas terbesar berada pada
jam puncak malam, dalam pencacahan lalulintas selama empat hari pada jam puncak malam,
nilai rata-rata arus lalulintas pada jam puncak malam untuk masing-masing lengan adalah: (a)
lengan A = 547,5 smp/jam, (b) lengan B = 698,7 smp/jam, (c) lengan C = 1.328,6 smp/jam, (d)
lengan D = 1.571,2 smp/jam. Sehingga untuk perhitungan karakteristik dan prilaku lalulintas jam
puncak malam dapat dilihat pada masing-masing aspek pembahasan dibawah ini.
Arus jenuh dasar didapatkan dengan rumus arus jenuh; = 600 x Wmasuk, (Wmasuk adalah
lebar jalan masuk kedalam lengan simpang yang dianggap mewakili lebar ) yang kemudian
dikalikan dengan Faktor Koreksi arus lalulintas, berdasarkan perhitungan pada tabel 2 lampiran
arus jenuh dasar masing-masing lengan adalah: (a) lengan A = 3.528 smp, (b) lengan B = 5.292
smp, (c) lengan C = 3.554 smp, (d) lengan D = 3.446 smp. Arus jenuh dasar ini tetap tidak
berubah selama fungsi lingkungan jalan dan luas jalan tidak berubah.
Rasio arus jenuh (∑FR) adalah total Perbandingan arus lalulintas dan arus jenuh, adalah nilai
total dari perbandingan Arus lalulintas lengan (Q) dengan Kapasitas Lengan (S), nilai ∑FR
Simpang pada Jam Puncak malam sesuai tabel 2 halaman lampiran adalah 1,12. nilai tersebut
menunjukkan Simpang telah melampaui kejenuhan dan menghasilkan waktu siklus dengan nilai
sangat tinggi atau negatif (MKJI 1997).
Waktu siklus awal merupakan jumlah dari waktu antar hijau ditambah total waktu hijau
untuk semua fase, perhitungan waktu siklus awal simpang adalah 104 detik, yang didapatkan
seperti penjumlahan waktu hijau total dengan waktu hilang total, atau (92 + 12 = 104 detik).
Waktu siklus ini tetap untuk semua Jam Puncak dan setiap hari selama penelitian.
Derajat kejenuhan sesuai hasil perhitungan pada tabel 2 adalah: (a) lengan A = 0,65 (b)
lengan B = 0,55 (c) lengan C = 1,30 (d) lengan D = 1,28. Data Derajat Kejenuhan tersebut
menunjukkan bahwa arus lalulintas simpang pada pendekat C dan Pendekat D melebihi kapasitas
lengan itu sendiri.
Berdasarkan hasil perhitungan pada halaman lampiran, Tabel 3 didapatkan kendaraan antri
(smp/jam) pada masing-masing lengan adalah; (a) Lengan A = 14,22 smp, (b) Lengan B = 17,67
smp, (c) Lengan C = 215,46 smp, (d) Lengan D = 248,30 smp.
Pada tabel 3 halaman lampiran didapatkan antrian maksimum setiap lengan adalah (a)
Lengan A = 34,29 smp, (b) Lengan B = 36,19 smp, (c) Lengan C = 215,38 smp, (d) Lengan D =
215,38 smp. Berdasarkan hal tersebut maka kondisi antrian simpang pada lengan C dan lengan D
telah melampaui batas maksimum.
Tundaan simpang total adalah penjumlahan antara tundaan yang muncul akibat gerakan dan
arus lalulintas (tundaan lalulintas) dengan tundaan yang muncul akibat kondisi geometri
eksisting simpang itu sendiri atau disebut tundaan geometri, (Putranto, 2008). Pada halaman
lampiran tabel 4, hasil perhitungan data lapangan didapatkan Tundaan total masing-masing
lengan adalah: (a) Lengan A = 110,36 (b) Lengan B = 107,59 (c) Lengan C = 750,10 dan (d)
Lengan D = 706,58.
Berdasarkan tundaan tersebut pula dapat disimpulkan bahwa Tingkat pelayanan simpang
bersinyal berada pada level F, dimana Pada tingkat pelayanan ini arus lalulintas berada dalam
keadaan dipaksakan, kecepatan relatif rendah, arus lalulintas sering terhenti sehingga
menimbulkan antrian kendaraan yang panjang dan simpang dinyatakan melebihi kapasitas
(Hudoyo, 2006). adapun kondisi konflik pada persimpangan jalan ini dapat dilihat pada gambar 1
halaman lampiran.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menjelaskan faktor-faktor dan rasio arus lalulintas yang menunjukkan
tingkat kemacetan yang terjadi pada simpang Jalan perintis kemerdekaan – Jalan Tol Seksi IV –
Jalan Akses Bandara Hasanuddin, dengan pendekatan Manual Kajian Jalan Indonesia (1997).
Persimpangan Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan Tol Seksi IV – Jalan Akses Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar terletak pada titik 5°4'3.81"S dan 119°31'30.18" T. Persimpangan jalan
ini mempunyai empat lengan, masing-masing dua lengan dari Jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu
lengan dari utara (dari Kabupaten Maros) dan lengan dari arah selatan (dari arah Kota Makassar),
satu lengan Jalan tol Seksi IV Makassar, dan lengan Jalan akses Bandara Sultan Hasanuddin
Makassar.
Pengambilan data arus lalulintas dilakukan selama empat hari dalam satu minggu, hal ini
dilakukan dengan asumsi dua hari dilakukan pada hari kerja dan dua hari lainnya dilakukan pada
hari libur, sehingga data yang didapatkan dianggap mewakili kondisi sesungguhnya dalam
periode satu minggu. Dalam melakukan perhitungan data yang digunakan adalah nilai rata-rata
dari jumlah arus pada Jam Puncak untuk semua hari pengambilan data.
Pada dasarnya pengurangan panjang antrian, dan angka henti yang yang menyebabkan
kemacetan pada lengan persimpangan dapat dilakukan dengan pengaturan ulang waktu sinyal
pada masing-masing lengan (Putranto 2008), dilakukan dengan pencacahan lalulintas,
perhitungan waktu siklus dan perhitungan panjang antrian maksimal. Namun metode ini hanya
berlaku untuk kondisi simpang jalan yang pendekatnya hanya mengalami kemacetan pada
beberapa lengan saja dan nilai Derajat Kejenuhan tidak melewati titik jenuh, sedangkan untuk
simpang dengan lengan pendekat melewati titik jenuh perlu tinjauan perencanaan dan
pengendalian lalulintas maupun jalan raya secara lebih detail.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, terdapat beberapa masalah lalulintas pada
persimpangan yang merupakan sumber kemacetan dan kesemrawutan, masalah-masalah tersebut
adalah: (a) Masalah kelebihan kapasitas pada Lengan C dan Lengan D, (b) Konflik sekunder
akibat tidak jelasnya aturan keluar masuk kendaraan dari pada Jalan Dakota, Jalan poros bandara
baru dan Jalan bandara baru, (c) Konflik yang muncul akibat semua kendaraan dari setiap
lengan/pendekat yang tidak menghiraukan larangan belok kiri langsung sehingga terjadi
penumpukan jalan masuk maupun jalan keluar lengan pendekat, (d) Kendaraan yang
melakukan gerakan/manuver memutar kendaraan dari arah gerbang Biringkanayya dan Jalan Ir.
Sutami kearah kanan masuk kembali Jalan Tol Seksi IV Makassar (Lengan B) sehingga
menyebabkan tundaan /hambatan pergerakan lalulintas keluar masuk pada jalan Akses Bandara
Hasanuddin Makassar dan lengan Jalan Tol Seksi IV Makassar.
Penelitian tentang persimpangan jalan di kota Makassar telah dilakukan oleh Renta (2007)
yang berjudul Studi Kinerja Pelayanan Simpang Bersinyal Jalan Jenderal Sudirman - Jalan
Jenderal Ahmad Yani - Jalan HOS. Cokroaminoto – Jl. Bulusaraung di Kota Makassar. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa simpang dimaksud telah jenuh dan memberikan
pelayanan yang buruk, dan membutuhkan ketegasan aparat hukum dalam menindak para
pelanggar lalulintas sehingga kemacetan akibat hambaatn samping dapat berkurang.
Studi tentang persimpangan lainnya oleh Hudoyo (2006) yang berjudul Efisiensi Rencana
Fly Over Kalibanteng Kota Semarang Dalam Mengatasi Kemacetan Dari Sisi Pengguna.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan efesiensi pembangunan Fly Over berdasarkan
analisis finansial dengan perbandingan faktor kecepatan dan perbedaan biaya operasi kendaraan
(BOK) pada simpang, baik dengan Fly Over dan tanpa Fly Over. Hasil studi tersebut
menjelaskan beberapa hal antara lain: (1) Efisiensi pembangunan Fly Over Kalibanteng dapat
dilihat dari meningkatnya kelancaran arus kendararaan yang melewati bundaran Kalibanteng, (2)
Efisiensi pembangunan Fly Over Kalibanteng juga dapat dilihat dari penurunan besarnya biaya
operasi kendaraan (BOK) tanpa adanya Fly Over dibandingkan dengan adanya Fly Over.
Besarnya penurunan biaya adalah Rp. 32.548,76 atau sebesar 83,81% yang didapatkan dari hasil
perhitungan BOK sebelum adanya Fly Over dan BOK setelah adanya Fly Over. Sehingga
diketahui bahwa efisiensi pembangunan jalan Fly Over Bundaran Kalibanteng Semarang dari sisi
pengguna bisa dilihat dari ketiga faktor yaitu perubahan kecepatan kendaraan yang
mengindikasikan kelancaran arus lalu lintas, perubahan biaya operasi kendaraan (BOK) dan
perubahan biaya perjalanan kendaraan berdasarkan perubahan BOK. Dengan indikasi tersebut
dan fungsi strategis Bundaran Kalibanteng maka pembangunan Fly Over dapat menyelesaikan
permasalahan percampuran arus primer dan sekunder, sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas
arus keluar dan arus masuk Kota Semarang dari arah barat dan sebaliknya sehingga dapat
mendukung perkembangan Kota Semarang kedepan.
Penelitian tentang persimpangan juga dilakukan oleh Emal (2010), dengan Judul Analisa
Dan Koordinasi Sinyal Antar Simpang Pada Ruas Jalan Dipenogoro Surabaya. Penelitian
menjelaskan keempat simpang pada ruas Jalan Diponegoro sebelumnya belum terkoordinasi,
waktu siklus keempat simpang yang berbeda-beda, di mana hal ini tidak memenuhi syarat
sebagai simpang yang terkoordinasi, koordinasi keempat simpang dilakukan dengan menentukan
waktu siklus yang sama terlebih dahulu. waktu siklus berkinerja terbaik sebesar 130 detik.
Koordinasi sinyal dilakukan dengan menggunakan waktu offset yang telah didapat dari
kecepatan rencana sebesar 40 km/jam. Pada kondisi eksisting, rata-rata keempat simpang
menunjukkan kinerja yang mendekati lewat jenuh. Bahkan untuk Simpang II dan Simpang IV,
kinerja sudah lewat jenuh. Untuk peak hour dalam sehari terjadi pada sore hari. Sedangkan
setelah dilakukan perencanaan waktu siklus baru untuk koordinasi, kinerja semua simpang
menjadi lebih baik, namun masih terdapat beberapa pendekat yang masih memiliki kinerja
sangat buruk.
Penelitian tentang lalulintas pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan Makassar juga dilakukan
Achmad (2009) dengan judul Kinerja Ruas Jalan Arteri Di Kota Makassar. Penelitian ini
menjelaskan bahwa Kinerja Jalan Perintis Kemerdekaan tidak bisa dikatakan baik, ditinjau dari
rendahnya kecepatan kendaraan akibat tingginya arus lalulintas dibeberapa segmen jalan, selain
itu faktor tingginya hambatan samping pada jalan sangat mengganggu kinerja jalan, sehingga
perlu dilakukan penambahan fasilitas jalan seperti trotoar, barrier, jembatan penyeberangan dan
pulau-pulau jalan serta hal penting lainnya adalah penertiban prilaku pengendara yang cenderung
tidak memperhatikan peraturan lalulintas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa; (1) Arus lalulintas pada simpang
jalan Perintis Kemerdekaan – Jalan Tol Seksi IV – Jalan Akses Bandara Sultan Hasanuddin
Makassar, pada jam puncak pagi dan jam puncak malam telah melampaui kapasitas lengan
pendekat, (2) Dibutuhkan peningkatan kapasitas jalan baik dengan simpang tak sebidang
maupun dengan simpang sebidang guna mengurangi kemacetan yang ada, (3) dibutuhkan
pengaturan arus lalulintas baik dengan lampu lalulintas, pembuatan pembatas jalan, serta pulau-
pulau jalan guna menghilangkan kesemrawutan akibat gerakan manufer kendaraan pada
persimpangan.
Untuk penelitian selanjutnya dibutuhkan kajian mengenai nilai waktu perjalanan dalam
kota Makassar, sehingga dapat diketahui kerugian (dalam rupiah) akibat tundaan yang terjadi
pada simpang Jalan Perintis Kemerdekaan - JalanTol Seksi IV – akses Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar.
Biaya Operasional Kendaraan akibat kemacetan pada titik persimpangan ini perlu dikaji
lebih lanjut, mengetahui berapa besar manfaat pengelolaan simpang dari faktor ekonomis
terhadap pergerakan masyarakat pengguna jalan. Selain itu studi dan analisa dampak yang
dihasilkan oleh rekayasa/perubahan persimpangan ditinjau dari Aspek lingkungan, Aspek
Teknik, Aspek Sosial, dan Aspek ekonomi, sesuai arahan Undang Undang Jalan Nomor 38
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Jalan, sehingga dampak-
dampak negatif yang mungkin terjadi dapat diantisipasi lebih dini, sedangkan dampak positif
yang mungkin muncul dapat lebih dikembangkan sehingga memberikan peningkatan pelayanan
prasarana transportasi di kota Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar I. Dkk. (1999). Rekayasa Lalulintas : Pedoman Perencanaan Dan Pengoperasian lalulintas wilayah perkotaan. Cetakan pertama. Direktorat Bina Sistem Lalulintas Angkutan Kota. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Jakarta.
Ahmad. (2009). Kinerja Ruas Jalan Arteri Di Kota Makassar. Program Passcasarjana Universitas Hasanuddin.
Badan Pusat Statistik Nasional Republik Indonesia (2011). Makassar dalam angka 2010, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Perpustakan Kementerian Pekerjaan Umum (2010), Jakarta.
Emal, Zain Muzabeth Tun Bayasut, (2010). Analisa Dan Koordinasi Sinyal Antar Simpang Pada Ruas Jalan Dipenogoro Surabaya, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Surabaya.
Hudoyo, Rosid, Efisiensi Rencana Fly Over Kalibanteng Kota Semarang Dalam Mengatasi Kemacetan Dari Sisi Pengguna. Skripsi. Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro. (2006). Semarang.
Jinca. M. Y. (2010). Perencanaan Transportasi. Bahan Ajar Kuliah Perencanaan Transportasi Program Studi Teknik Perencanaan Transportasi. Program Pasca Sarjana UNHAS. Makassar.
Putranto. Leksmono Suryo. (2008). Rekayasa Lalulintas. Indeks. Bandung. Pedoman penulisan jurnal Pascasarjana Universitas Hasanuddin. (online)
http://pasca.unhas.ac.id/pdf/Pedoman-jurnal-ok.pdf. Makassar. (2012). Peraturan Pemerintah Republik Nomor 36 Tahun (2006). Tentang Jalan. Jakarta. Peraturan Pemerintah No 34 Tahun (1993). tentang Prasarana Lalulintas Jalan. Perpustakaan
Kementerian Pekerjaan Umum 2010. Jakarta. Renta. Iskandar. Studi Kinerja Pelayanan Simpang Bersinyal Jl. Jenderal Sudirman–Jl. Jendral
Ahmad Yani Jl. HOS. Cokroaminoto – Jl. Bulusaraung di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin. (2007). Makasar.
Tabel 1. Arus (Q) Simpang pada masing-masing jam puncak
Jam puncak pagi
(smp/Jam)
Jam puncak siang
(smp/Jam)
Jam puncak malam
(smp/Jam)
420,9 200,30 547,5 569,9 189,99 698,7 885,9 449,81 1.328,6 1.120,8 645,62 1.571,2
Tabel 2. Perbandingan arus dan arus jenuh lalulintas jam puncak malam
Pendekat Q (SMP/Jam)
S (SMP/Jam) FR (Q/S) PR
(FR/IFR) C DS
(Q/C) A 547 3.528 0,16 0,13 848,08 0,646 B 699 5.292 0,13 0,11 1.272,12 0,549 C 1.329 3.554 0,37 0,30 1.025,33 1,296 D 1.571 3.446 0,46 0,37 1.225,86 1,282
∑FR = 1,12
Tabel 3. Rasio kendaraan antri dan antrian maksimum jam puncak malam
Lengan NQ1 NQ2 NQ NQmax Wmasuk QL A - 14,22 14,22 12,00 7,00 34,29 B - 17,67 17,67 19,00 10,50 36,19 C 171,85 43,61 215,46 70,00 6,50 215,38 D 194,55 53,75 248,30 70,00 6,50 215,38
Sumber : MKJI MKJI Hal. II-66 (nilai maksimal dari tetapan gambar)
NQ1 = 0,25xcx[(DS-1)+ (DS− 1) + ( , ) ; NQ2 = cx
푥
0,25 = Konstanta dari rumus MKJI - 1997 DS > 0,5; selain dari itu NQ1 = 0 ; QL = Nqmax x 20/Wmasuk
Tabel 4. Tundaan total kendaraan pada Jam Puncak malam
Pendekat DT DG D A 106,55 3,81 110,36 B 103,71 3,88 107,59 C 729,49 20,61 750,10 D 690,36 16,22 706,58