Post on 16-Oct-2015
description
Potensi InvestasiProvinsi Sulawesi Barat
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
2011
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
2011
KONDISI UMUM
LETAK DAN LUAS
Sulawesi Barat secara astronomis terletak
pada 1188'59"-11955'06 Bujur Timur
dan 045'59"-0334'01" Lintang Selatan.
Provinsi ini berada di antara Provinsi
Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan
Sulawesi Tengah yang disebut sebagai
posisi "Segi Tiga Emas", karena memiliki
nilai tambah untuk pengembangan sosial
ekonomi di masa depan.
Sulawesi Barat memiliki luas 16.937,16
km2 yang meliputi 5 kabupaten.
K a b u p a t e n M a m u j u m e r u p a k a n
kabupaten terluas yaitu 8.014,06 km2 atau
47,32 % dari seluruh wilayah Sulawesi
Barat. Batas wilayah Provinsi Sulawesi
Barat adalah:
Sebelah utara : Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah
Sebelah timur : Kabupaten Tanah Toraja dan Kabupaten Pinrang,
Provinsi Sulawesi Selatan
Sebelah selatan : Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan dan
Teluk Mandar
Sebelah barat : Selat Makassar.
Tabel Pembagian Wilayah Administratif di Provinsi Sulawesi Barat
KONDISI FISIK
A.Topografi
Wilayah Provinsi Sulawesi Barat bervariasi dari datar, berbukit hingga
bergunung. Wilayah topografi datar sebagian besar berada di Kabupaten
Polewali Mandar dan Mamuju Utara, sedangkan Mamuju, Majene dan
Mamasa memiliki topografi berbukit sampai bergunung.
Terdapat 8 sungai di wilayah Sulawesi Barat, dengan jumlah terbanyak di
Kabupaten Polewali Mandar yaitu 5 sungai. Dua sungai terpanjang adalah
No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Majene Majene
2 Kabupaten Mamasa
Mamasa
3 Kabupaten Mamuju
Mamuju
4 Kabupaten Mamuju Utara
Pasangkayu
5 Kabupaten Polewali Mandar
Polewali
Sungai Saddang di wilayah Kabupaten Tanah Toraja, Enrekang, Pinrang
(masing-masing terdapat di wilayah Sulawesi Selatan), dan Kabupaten
Polewali Mandar (Polman); dan Sungai Karama di Kabupaten Mamuju.
Panjang kedua sungai tersebut masing-masing 150 km.
Selain itu, di provinsi ini juga terdapat 2 gunung dengan ketinggian lebih
dari 2.500 m. Gunung tertinggi adalah Ganda Dewata dengan ketinggian
3.074 mdpl yang terletak di wilayah Kabupaten Mamuju Puncak Mandala
(4.700 m).
B.Iklim
Provinsi Sulawesi Barat seperti umumnya
daerah-daerah lain di Indonesia, memiliki
iklim dengan dua musim yaitu musim kering
dan musim hujan. Kelembapan di wilayah ini
termasuk relatif tinggi yaitu antara 76,5 persen
hingga 84,2 persen. Pada tahun 2008 suhu
udara maksimum yang tercatat di Stasiun
Meteorologi Kabupaten Majene adalah 34,2C, sedangkan suhu udara
minimum 22,4C. Kecepatan angin hampir di seluruh kabupaten di
Sulawesi Barat umumnya merata setiap bulannya, yaitu berkisar 5 km/jam
hingga 14 km/jam.
C. Jenis Tanah
Jenis tanah di Provinsi Sulawesi Barat
didominasi oleh batuan sedimen dari
berbagai formasi, seperti Formasi
Latimojong, Formasi Toraja, Anggota
Rantepao, Formasi Toraja, Formasi Mapi,
Formasi Mandar (Mamuju), Anggota
Tapalang, Formasi Mamuju, Batuan
Gunungapi Adang, Formasi Sekala, Napal
Pambuang dan Endapan Aluvial dan Pantai.
Sementara itu, bahan galian non logam yang terdapat di Sulawesi Barat
adalah dasit, batu gamping, lempung bentonitan, lempung, sirtu, dan zeolit.
Hasil analisis data sekunder menunjukan adanya batu bara, indikasi emas,
dan indikasi tembaga. Bahan galian non logam yang terdapat di daerah
Kabupaten Mamuju adalah andesit porfiri, batugamping granit, lempung,
marmer, sirtu, mika, dan feldsfar.
PENGGUNAAN LAHAN
Pemanfaatan lahan di Provinsi Sulawesi
Barat terdiri dari pertanian, perkebunan,
kehutanan, serta perikanan dan kelautan. Di
provinsi ini terdapat lahan sawah beririgasi
teknis dengan luas 11.366 ha, sawah beririgasi setengah teknis 2.813 ha,
sawah beririgasi non teknis atau sederhana seluas 15.254 ha, dan lahan
sawah tadah hujan 26.012 ha. Panjang saluran irigasi secara keseluruhan
29.433 km.
Sementara itu, lahan palawija seluas 11.441 ha dan lahan hortikultura serta
sayur-mayur 5.220.363 ha. Hutan di Sulawesi Barat sekitar 1.120.583 ha
atau 67% dari total luas wilayah provinsi ini. Lahan hutan terdiri dari hutan
lindung seluas 700.020 ha, hutan terbatas 341.904 ha dan hutan tetap
78.659 ha. Di samping itu, terdapat areal budidaya rumput laut seluas
20.337 ha dan areal budidaya tambak seluas 13.662 ha. Lahan perkebunan
seluas 342.917 ha, terbagi dalam perkebunan rakyat 278.014 ha dan
perkebunan besar swasta 64.903 ha.
Tabel Penggunaan Lahan di Provinsi Sulawesi Barat
KEPENDUDUKAN DAN TENAGA KERJA
Penduduk Provinsi Sulawesi Barat
pada tahun 2010 mencapai 969.429
orang atau 0,44% dari total
penduduk Indonesia dengan
k e p a d a t a n p e n d u d u k 5 7 , 7 5
orang/km2. Dari jumlah tersebut,
penduduk usia kerja berdasarkan
pendidikan dan jenis kelamin
disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel .Angkatan Kerja di Provinsi
No. Penggunaan Lahan Luas (ha)
1 Pertanian :
- Sawah
-
Palawija
-
Hortikultura
55.445
11.441
5.220.363
2 Hutan :
-
Hutan lindung
-
Hutan terbatas
-
Hutan tetap
700.020
341.904
78.659
3 Perkebunan
-
Perkebunan rakyat
- Perkebunan besar swasta
342.917
278.014
64.903
4 Perikanan dan kelautan
- Budidaya rumput laut
- Budidaya tambak
20.337
13.662
Sulawesi Barat Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Februari 2011
Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Februari 2011 diolah Pusdatinaker
PEREKONOMIAN DAERAH
Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat
tahun 2009 yang diukur dari kenaikan
Produk Domestik Regional Bruto
( P D R B ) m e n i n g k a t s e b e s a r
6,03%terhadap tahun 2008. Pada tahun
seluruh sektor ekonomi di Sulawesi
Barat mengalami pertumbuhan positif,
dengan pertumbuhan tertinggi di sektor
pertambangan dan penggalian yang
tumbuh mencapai 17,62%dan terendah di
sektor pertanian yang hanya tumbuh 2,90%.
Besaran PDRB Sulawesi Barat pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku
mencapai Rp 8,671,82 milyar sedangkan atas dasar harga konstan 2000
mencapai Rp 4,106,02 milyar, sehingga tingkat inflasi pada level harga
produsen sebesar 5,18%. Sedangkan PDRB per-kapita atas dasar harga
berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp 8,29 juta, lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2008 yang sebesar Rp 7,53 juta. Tiga sektor utama pengerak
ekonomi di Sulawesi Barat adalah sektor pertanian; sektor jasa-jasa; dan
sektor perdagangan, hotel, dan restoran secara bersama-sama berperan
sebesar 78,79% tahun 2009. sektor pertanian memberi kontribusi 48,39%,
sektor jasa-jasa 17,34%, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran
13,06%.
SARANA DAN PRASARANA
Salah satu fasilitas umum di Provinsi Sulawesi Barat yaitu hotel, yang
berjumlah enam unit. Hotel-hotel itu adalah Hotel Mamuju Beach, Hotel
Tipalayo, Hotel Grand Mutiara, Hotel Marannu Golden, dan Hotel
Srikandi.
Tabel Jumlah Bangunan Rumah Tempat Tinggal Di Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2010 :
PendidikanJenis Kelamin
JumlahLaki-laki
Perempuan
Jumlah 326.756
247.134 573.890
SD 183.809
138.288 322.097
SMTP 56.731
43.054 99.785
SMTA Umum 45.717
27.323 73.040
SMTA Kejuruan 19.584 13.240 32.824Diploma I/II/III/Akademi 7.003 12.029 19.032Universitas 13.912 13.200 27.112
POTENSI INVESTASI DI PROVINSI SULAWESI BARAT
Gambar . Peta Sebaran Potensi Investrasi di Provinsi Sulawesi Barat
BIDANG PANGAN
A.Kelautan/Perikanan ( tangkap dan budidaya) dan Pengembangan
Industri Olahan
Subsektor perikanan dapat menjadi bagian
usaha yang dapat dipertimbangkan oleh
i n v e s t o r , k a r e n a p e r k e m b a n g a n
penangkapan ikan laut sangat terbuka di
Selat Makassar yang memiliki jumlah dan
keanekaragaman biota laut ekonomis
menguntungkan.
Wilayah pesisir Provinsi Sulawesi Barat sangat potensial untuk
No.
Kabupaten
Jumlah (unit)
1
Mamuju
75.754
2
Polewali Mandar
87.948
3
Majene
31.080
4 Mamasa 32.119
5 Mamuju Utara 31.682
Total 258.583
dikembangkan ditinjau dari panjangnya garis pantai provinsi yang
membentang dari utara ke selatan pantai barat Pulau Sulawesi sepanjang
639 km. Potensi sumberdaya pesisir ini terdapat di empat kabupaten yakni
Mamuju Utara, Mamuju (275 km), Majene, dan Kabupaten Polman (89
km) (RTRW Provinsi Sulbar, 2007).
Potensi pengembangan perikanan laut terdapat di Kabupaten Mamuju yang
memiliki bentang garis pantai terpanjang di Provinsi Sulawesi Barat.
Perikanan tangkap masih mendominasi produksi perikanan Provinsi
Sulawesi Barat dengan produksi (2008) sebesar 36.088 ton, sedangkan
produksi perikanan tambak sebesar 14.323 ton dan hasil perikanan darat
sebesar 49.778 ton. Potensi perikanan yang begitu besar perlu untuk
dipertahankan kelangsungannya sehingga dapat ditingkatkan produksinya
tanpa mengganggu keseimbangan ekologis.
Pengelolaan budidaya tambak dilakukan pada areal sekitar wilayah pantai
yang landai. Produksi perikanan tambak dan perikanan darat Provinsi
Sulawesi Barat tahun 2009 masing-masing mencapai 14.323 ton dan
49.778 ton, menunjukkan bahwa budidaya perikanan tambak sangat
potensil untuk dikembangkan di sini.
Kawasan-kawasan pengembangan pertambakan rakyat yang telah ada
perlu ditingkatkan sistem prasarana pendukungnya seperti akses jalan ke
lokasi pertambakan dan penyediaan sarana saluran irigasi dan drainase.
Pengembangan pertambakan banyak terdapat di DAS Mapilli, Malunda,
Mamuju, Budong Budong, Karossa dan DAS Lariang. Pengembangan
wilayah pertambakan di sepanjang jalur pantai adalah untuk memanfaatkan
lahan-lahan pantai di mana memungkinkan untuk pertambakan.
B.Pengolahan Industri Turunan Rumput Laut di Majene
Air laut yang berpotensi rumput laut
dan kerambah apung, terdapat pada
pemetaaan kita sekitar 20.300 hektar.
Kemudian pada budidaya air payau
terdapat sekitar 30.000 hektar,
sedangkan untuk air tawar itu terdapat
sekitar 25.000 hektar. Namun
demikian, pengelolaan budidaya ini
masih sangat minim, yaitu baru sekitar
9% saja.
Rumput laut akan bernilai ekonomis
setelah mendapat penanganan lebih
lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen rumput laut oleh petani di
Majene hanya sampai pada pengeringan saja. Rumput laut kering masih
merupakan bahan baku yang harus diolah lagi. Pengolahan rumput laut
kering dapat menghasilkan agar-agar, keraginan atau algin tergantung
kandungan yang terdapat di dalam rumput laut. Pengolahan ini kebanyakan
dilakukan oleh pabrik namun sebenarnya dapat juga oleh petani. Melalui
pengolahan tersebut maka akan dapat berkontribusi dalam meningkatkan
pendapatan daerah.
C.Pengembangan Industri Turunan CPO
Hasil perkebunan seperti minyak sawit (CPO) yang pada tahun 2008
mencapai sebesar 186.607 ton dari tahun 2007 sebesar 171.412 ton, dan
untuk biji sawit pada tahun 2008 mencapai 31.484 ton dari tahun
sebelumnya sebesar 42.102 ton.
D.Pengembangan Industri Turunan Komoditas Pertanian (padi,
jagung, kacang hijau, kedele, kacang tanah, ubi kayu, jeruk)
Provinsi Sulawesi Barat yang
memiliki keunggulan komparatif
melalui pengusahaan komoditas
perkebunan kakao, kelapa sawit,
kopi, jeruk, serta komoditas lainnya.
Transformasi sektoral sangat
d i h a r a p k a n s e j a l a n d e n g a n
keunggulan komparatif tersebut.
Industri pengolahan produk kakao, industri minyak goreng (CPO), industri
produk bahan bakar dan turunannya, industri kopi olahan, industri
minuman markisa, maupun industri minuman jeruk dapat menjadi industri-
industri yang menarik minat investor. Hadirnya investor sangat dibutuhkan
karena rendahnya pembentukan modal pada ruang lingkup lokal.
Tabel .Luas Lahan dan Komoditas Unggulan Provinsi Sulawesi Barat
Komoditas Luas (ha) di Kabupaten: Total
Sulbar (ha)Mamuju Matra Polman Majene Mamasa
Kakao 100.515 29.471 44.318 6.239 17.461 198.003
Sawit 60.231 51.736 - - - 111.967
Kelapa 13.540 9.399 799 3.144 - 26.881
Jeruk dan/atau Kakao
57.749 39.813 -
-
- 97.562
Kelapa dan/atau Kakao
14.785 1.456 4.566 12.924 - 33.731
Kopi Arabika, Teh,
Hortikultura Dataran
Tinggi
17.003 4.720 1.032 1.318 20.833 44.906
Hortikultura/Sayuran
Dataran Tinggi
-
-
-
-
5.684 5.684
Sawah (padi sawah)
4.228 11.182 18.818 -
- 34.228
Sawah (padi-
palawija/tanaman
pangan)
31.157 17.350 3.716 2.462 - 54.685
Pertanian tanaman
pangan lahan kering dan
peternakan
7.647 839 21.117 4.047 294 33.944
Tambak (ikan dan
udang)
3.342 4.347 3.970 310 - 11.969
Kawasan lindung dan
Kawasan budidaya
nonkomoditas
476.245 119.245 86.598 61.229 273.010 1.016.327
Sumber: RTRW Sulbar 2008-2007.
E.Pengembangan Peternakan (ternak besar, kecil dan unggas) dan
Industri Pengolahan
Permintaan kulit sebagai bahan baku
aneka kerajianan bahan asesoris
pakaian memilki kecenderungan yang
terus meningkat. Ada beberapa
pengrajin kulit misalnya, terpaksa
gulung t ikar karena kesul i tan
memperoleh kulit sebagai bahan baku
usahanya.
Penungkatan jumlah ternak yang dipelihara diharapkan secara nyata akan
meningkatkan pendapatan. Di samping itu, dengan skala usaha yang
optimum sesuai dengan daya dukung alam dan kemapuan petani,
diharapkan dapat merubah sikap petani terhadap tipologi usahatani dari
yang han ya usaha sambilan menjadi suatu cabang usaha maupun usaha
pokok, sehingga dapat menghidupkan keluarga petani.
Memelihara hewan ternak salah satunya sapi potong sangat
menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi
juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja . sapi juga
dapat digunakan menarik gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai
ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua
jenis tumbuhan.
BIDANG ENERGI
A. Pengembangan Energi Biomassa Kelapa
Kementrian Kehutanan (Kemenhut) merealisasikan minat investasi
perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) di bidang kehutanan untuk
pengembangan energi biomassa (wood pellet energy) dengan permintaan
lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 200 ribu hektare di Sulawesi
Barat (Sulbar).
B. Pengembangan Industri Turunan Bahan Galian C
Bahan galian nonlogam yang terdapat di Sulawesi Barat adalah dasit,
batugamping, lempung bentonitan, lempung, sirtu, dan zeolit. Hasil
analisis data sekunder menunjukan adanya batu bara, indikasi emas, dan
indikasi tembaga. Bahan galian nonlogam yang terdapat di daerah
Kabupaten Mamuju adalah andesit porfiri, batu gamping, granit, lempung,
marmer, sirtu, mika, dan feldspar.
C. Industri Turunan Minyak Bumi dan Gas
Potensi minyak dan gas bumi di Provinsi Sulawesi Barat terindikasi pada
pesisir pantai barat Selat Makassar yang berada pada wilayah Kabupaten
Polman, Majene, Mamuju, dan Mamuju Utara. Sedangkan yang berada
pada wilayah daratan terdapat di Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara.
Telah ada 7 perusahaan migas (9 blok) yang telah melakukan aktivitas dan
sampai saat ini masih dalam survei seismik hingga tahap eksplorasi
pengeboran. Adapun perusahaan migas tersebut masing-masing adalah
Exxon Mobile, Pearl Oil, Marathon International, Conoco Philips, Statoil
Hydro, Tately, Ptt EP Thailand.
Potensi energi listrik di Provinsi Sulawesi Barat, baik energi tak terbarukan
seperti minyak bumi, batu bara dan panas bumi maupun energi terbarukan
seperti energi air, surya, angin, ombak dan biomassa belum dimanfaatkan
secara optimal. Sementara itu, potensi air yang dapat dimanfaatkan untuk
membangun pembangkit listrik antara lain adalah potensi air PLTA dengan
kapasitas sebesar 5.095 MW (dari berbagai sungai besar). Khusus untuk
Sungai Karama potensi air untuk PLTA memiliki kapasitas 1.850 MW
untuk pembangunan tiga tahap. Potensi air untuk PLTM dengan kapasitas
sebesar 67.709 MW dan potensi air untuk PLTMH terdapat 140 desa yang
memiliki potensi air dan 40 desa yang sudah dialiri listrik dengan PLTMH
dan potensi air sebagai pembangkit listrik efektif dikembangkan pada desa-
desa terpencil yang jauh dari jangkauan listrik PLN.
BIDANG INFRASTRUKTUR
Untuk mendukung sektor industri pengolahan, pemerintah provinsi dan
kabupaten di Sulawesi Barat perlu mempersiapkan platform yang cukup
bagi investasi di daerahnya masing-masing. Untuk menciptakan iklim
investasi yang baik yang dapat mendorong terjadinya investasi skala besar,
maka ketersediaan infrastruktur di daerah perlu menjadi prioritas kebijakan
baik oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten.
Perkembangan angkutan darat untuk penumpang, barang dan hasil
pertanian, perkebunan dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan karena kondisi jalan di
Kabupaten Mamuju yang merupakan jalur Trans Sulawesi keadaannya
semakin membaik. Jaringan jalan sepanjang 1.631,62 km yang terdiri atas
jalan negara sepanjang 372 km, jalan provinsi sepanjang 150,6 km dan
jalan kabupaten antarkota dalam provinsi maupun antarkota luar provinsi
setiap saat melintasi daerah ini sepanjang 1.109,09 km.
Kondisi jalan di Kabupaten Mamuju terdiri dari jalan kondisi baik
sepanjang 476,73 km, kondisi sedang sepanjang 474,99 km dan rusak
sepanjang 310,49 km. Sarana dan prasarana perhubungan darat seperti
mobil angkutan penumpang dan barang cukup mendukung kelancaran arus
penumpang dan barang. Sarana tersebut menghubungkan kota-kota di
Provinsi Sulawesi Barat dengan Provinsi Sulawesi Selatan serta Sulawesi
Tengah. Prasarana pendukung berupa terminal induk juga telah tersedia
demikian pula terminal lokal yang terdapat di beberapa kecamatan dalam
wilayah Kabupaten Mamuju.
Di samping itu, kesibukan di Bandara Tampa Padang, Kecamatan Kalukku
akan bertambah ramai dengan dibukanya rute penerbangan Makassar-
Mamuju-Balikpapan setiap hari p.p mulai 1 Juli 2009. Pada tahun 2011,
bukan lagi hanya pesawat berbadan kecil yang dapat mendarat di Bandar
Tampa Padang Mamuju. Melalui adanya penambahan landasan pacu
(runway) bandara, pesawat Boeing 737 serta pesawat Fokker juga layak
beroperasi melayani jasa penerbangan dari dan ke Mamuju.
Kabupaten Mamuju memiliki posisi strategis karena berbatasan langsung
dengan Selat Makassar yang merupakan jalur lalu lintas pelayaran menuju
Pulau Kalimantan, Jawa, dan Bali. Sarana perhubungan laut di Kabupaten
Mamuju berupa pelabuhan, seperti pelabuhan Ferry yang terletak di
Kecamatan Simboro dan kepulauan. Pelabuhan ini melayani angkutan
penumpang dan barang untuk rute Mamuju-Balikpapan yang dilayani oleh
2 (dua) perusahaan angkutan dengan frekuensi pelayaran setiap hari.
Di samping itu juga terdapat Pelabuhan Samudra Belang-Belang yang
terletak di Desa Belang-Belang, Kecamatan Kalukku yang berjarak sekitar
40 km dari Kota Mamuju. Pelabuhan ini pada waktu yang lalu disinggahi
oleh Kapal Pelni "KM Awu" yang melayani rute pelayanan Mamuju-
Balikpapan-Surabaya, namun saat ini pelabuhan ini banyak dimanfaatkan
oleh kapal kayu dengan rute Mamuju-Balikpapan untuk angkutan barang
berupa hasil bumi. Selain itu juga terdapat Pelabuhan Mamuju yang
letaknya di pusat Kota Mamuju, Pelabuhan ini banyak difungsikan oleh
nelayan dan sesekali disinggahi kapal perintis antarpulau.
Potensi Investasi
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
2011
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
2011