Post on 30-Dec-2015
Regenerasi Planaria
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan regenerasi planaria telah dikenal selama lebih dari 230 tahun. Pada 1766,
Peter Simon Pallas pertama menggambarkan bagaimana sepotong bagian kecil dari planaria
yaitu Kepala mampu beregenerasi organisme lengkap.
Analisis pertama dimulai oleh Dalyell di 1814 dan Johnson pada tahun 1822. Pada
penelitian ini dilakukan penyayatan sebagian dan seluruh tubuh planaria, baik secara
longitudinal dan horizontal, sepanjang sumbu dari berbagai planaria dalam rangka untuk
memastikan potensi regeneratif hewan ini.
Hasil ini merupakan percobaan yang dipimpin Dalyell dan di dapat kesimpulan bahwa
planaria mungkin “hampir” bisa disebut abadi.
Penjelasan morfologi planaria, fisiologi dan perilakunya bahkan tidak ditemukan, sampai
publikasi DuGe `s 'karya klasik pada tahun 1828. Dalam karyanya, DuGe `s meletakkan
dasar-dasar sistematika planaria modern.
Antara 1828 dan 1890-an planaria menarik perhatian Michael Faraday, Charles Darwin
dan W.H. Harvey antara lain, tetapi mereka bekerja pada subjek ini sebagian besar deskriptif.
Thomas Hunt Morgan pada tahun yang sama yaitu tahun 1890 sangat tertarik untuk
mencatat hasil eksperimen yang telah dilakukan selama 200 tahun lebih karena sebagian
besar pertanyaan yang diajukan oleh biologi masih belum terjawab.
1.2 Pokok Pembahasan
Planaria memiliki kemampuan regeneratif yang luar biasa memungkinkan mereka untuk
mengganti bagian dari tubuhnya atau secara pembelahan alami. Proses regeneratif adalah
mediasi oleh pembentukan dan diferensiasi dari struktur khusus yang dikenal sebagai
protoplasma regenerasi.
Dalam makalah ini terdapat beberapa pokok bahasan yang akan dicoba untuk digali,
sehingga diharapkan mampu menambah wawasan terkait mata kuliah Zoologi Invertebrata
khususnya Filum Platyhelmintes yaitu regenarasi planaria. Pokok bahasan yang akan dicoba
untuk digali diantaranya :
1. Analisis eksperimental klasik tentang regenerasi planaria.1
Regenerasi Planaria
2. Peran Neoblasts dalam mekanisme regenerasi planaria.
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen Zoologi Invertebrata yaitu Ibu Sistiana Windyariani, M. Pd
dan mengetahui serta menambah wawasan mengenai Regenerasi Planaria.
2
Regenerasi Planaria
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Eksperimental Klasik tentang Regenerasi Planaria
Planaria yang biasa digunakan untuk percobaan regenerasi adalah anggota hidup bebas
(kelas Turbellaria, order Seriata) dari Platyhelminthes filum, para cacing pipih. Ada dua
mode reproduksi di planaria:
1. reproduksi aseksual dengan pembelahan dan
2. reproduksi seksual melibatkan kawin berpasangan.
Pertanyaan mendasar dalam studi ini adalah untuk memahami sifat polaritas yaitu :
bagaimana ujung depan (anterior) mengetahui cara untuk membuat kepala dan ujung
belakang (posterior) mengetahui cara untuk membuat ekor ketika disayat/dipotong baik
secara horizontal ataupun fertikal?
Untuk mempelajari masalah ini
Morgan mencoba untuk mengubah
polaritas dengan memproduksi
regeneran heteromorphic, di mana
struktur yang baru terbentuk berbeda
dari struktur aslinya yang disebabkan
oleh pemotongan.
Eksperimen yang dilakukan
menunjukkan bahwa kepala Janus
dibentuk pada frekuensi yang lebih tinggi sebagai fragmen transeksi dipotong pendek dan
lebih pendek, menunjukkan bahwa potongan yang lebih panjang memiliki polaritas yang
lebih kuat.
Pada awalnya eksperimen ini menjelaskan bahwa polaritas sebagai basis bahan
pembentuk pada gradasi pembentukan tubuh baru, di mana bahan pembentuk kepala dan ekor
telah didistribusikan secara asimetris keseluruh tubuh.
3
Regenerasi Planaria
Eksperimen yang dilakukan Morgan ini diakui sebagai model pertama bahwa gradasi
morfogenetik sebagai bahan pembentuk tubuh baru yang kemudian dicatat untuk proses
pengembangan. Namun hasil dari eksperimen ini menunjukan bahwa pertanyaan dan masalah
selama ini masih belum dapat terjawab hingga akhirnya kedua model gradien nya serta studi
regenerasi dan pengembangan ditinggalkan.
C.M. Child adalah ahli biologi terkemuka pada tahun 1890-an dari peranan gradien
dalam mengembangkan biologi mengatakan bahwa dalam aktifitas metabolik sepanjang
Anteroposterior (AP) Axis memiliki pendapat yang berbeda yaitu ;
1. Banyak planaria baik kemampuan meregenerasi kepala atau kecepatan regenerasi
kepala berbeda sepanjang sumbu AP, seiring menurun dari kepala ke ekor disebut
frekuensi kepala ;
2. Perlakuan dengan berbagai penghambat pernafasan dan anastesi mngungkapkan
kerentanan yang berbeda terhadap potongan/sayatan planaria sepanjang sumbu AP
organisme.
C.M Child menafsirkan hasil penelitian ini untuk merefleksikan gradien saluran
pernapasan seluruh hewan, dengan titik tinggi pada daerah anterior hewan. Namun para
peneliti selanjutnya tidak dapat mengukur perbedaan dalam respirasi pada tingkat tubuh yang
berbeda.
Meskipun gradien saluran pernapasan tampaknya tidak ada di planaria, Walaupun jelas,
dalam banyak spesies, kemampuan yang dinilai untuk membuat kepala, seperti yang
tercermin dari jumlah variabel waktu yang dibutuhkan untuk mengganti struktur anterior
hilang.
Dengan demikian, di wilayah tepat di belakang mata yang mampu meregenerasi lebih
cepat dibandingkan dengan wilayah prepharyngeal, yang pada gilirannya dapat beregenerasi
lebih cepat dibandingkan dengan wilayah postpharyngeal.
Selanjutnya ada H.V Brondsted yang mempelajari fenomena ini secara ekstensif dan
menunjukkan bahwa selain perbedaan AP di tingkat kepala regenerasi ada juga perbedaan
ditunjukkan oleh medial dan jaringan lateral, dengan daerah medial regenerasi lebih cepat
daripada daerah lateral. Menggunakan teknik okulasi, Brøndsted menunjukkan bahwa
4
Regenerasi Planaria
perbedaan tersebut intrinsik terhadap jaringan itu sendiri, dengan demikian, laju regenerasi
kepala bagian posterior tetap tidak berubah ketika dipindahkan ke posisi anterior lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, Brøndsted mendalilkan adanya 'kepala memproduksi waktu
tergantung regenerasi lapangan'. Sifat molekul bidang ini masih belum jelas sampai hari ini.
2.2 Peran Neoblasts dalam Mekanisme Regenerasi Planaria
Setelah planaria telah membelah, daerah yang terluka tersebut cepat ditutupi oleh lapisan
tipis sel-sel epidermis . Sel-sel berkembang kemudian menumpuk di bawah luka epitel
sehingga menimbulkan struktur berpigmen yang disebut sebagai protoplasma regenerasi.
Sebagai hasil regenerasi, lebih dari sel-sel terdiferensiasi terus menumpuk dalam protoplasma
yang menyebabkan ia tumbuh dengan pesat.
Sel-sel yang tidak terdiferensiasi merupakan regenerasi protoplasma yang disebut
sebagai neoblasts. Sitoplasma Neoblast berlimpah di RNA dan mengandung banyak ribosom
seperti diungkapkan oleh histo dalam metode kimia dan mikroskop elektron. Dalam
pembelahan planaria, neoblasts diedarkan ke seluruh parenkim (mesenkim) yang berfungsi
sebagai sumber se-sel pengganti selama pembaruan jaringan.
5
Regenerasi Planaria
Neoblast menjadi peran utama pada regenerasi planaria. Ada dua hipotesis yang berbeda
menjelaskan asal neoblasts:
1) Neoblast merupakan sel-sel yang menyusun regenerasi protoplasma diperoleh dari
perkembangan sel.
2) Neoblasts adalah sel induk totipoten yang berkembang biak pada saat cedera. Beberapa
bukti yang mendukung hipotesis ini dibuktikan dengan percobaan yang menarik
menggunakan strain mosaik Schmidtea polichroa di mana sel-sel somatik triploid dan
premeiotic sel germline hexaploid ( germline perempuan) atau diploid (germline laki-
laki). Karyological dan cytophoto mengungkapkan bahwa setelah 3 hari dari regenerasi
5% dari inti dalam blastemata berisi diploid kromosom yang lengkap (biasanya hanya
diamati dalam sel germline laki-laki). hasil ini menunjukkan bahwa sel germinal
premeiotic dapat mendukung pada pembentukan plasma.
6
Regenerasi Planaria
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Planaria yang biasa digunakan untuk percobaan regenerasi adalah anggota hidup bebas
(kelas Turbellaria, order Seriata) dari Platyhelminthes filum, para cacing pipih. Ada dua
mode reproduksi di planaria:
1) reproduksi aseksual dengan pembelahan dan
2) reproduksi seksual melibatkan kawin berpasangan.
3.2 Saran
Sebagai manusia biasa yang tidak sempurna, tentulah isi dari makalah Kami pun banyak
terdapat kekurangan, untuk itu Kami menyarankan kepada pembaca yang ingin lebih
menggali ilmu tentang Regenarasi Planaria untuk tidak menjadikan makalah ini sebagai satu-
satunya rujukan, tetapi sebaiknya juga mencari jurnal dan buku-buku maupun media lainnya
sebagai referensi.
7