Post on 02-Mar-2019
PLAGIARISM SCAN REPORT
Words 211 Date September 10,2018
Characters 1580 Exclude Url
0%Plagiarism
100%Unique
0PlagiarizedSentences
10Unique Sentences
Content Checked For PlagiarismHUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN KELUARGA DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI DESA RABASAN(Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang) ABSTRAK Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) dan angka kematianbayi (AKB) kedua parameter tersebut masih sangat tinggi. Di polindes Rabasan jumlah persalinan tahun 2013adalah sebanyak 138 persalinan, yang bersalin di tenaga kesehatan (nakes) 123 orang dengan presentase(89.13%) dan yang bersalin non nakes 15 orang dengan presentase (10.86%). Tujuan penelitian untuk menganalisishubungan dukungan suami dan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di desa Rabasan KecamatanCamplong Kabupaten Sampang. Jenis penelitian analitik variabel independennya dukungan suami dan dukungankeluarga, variabel dependentnya pemilihan penolong persalinan. Populasi dalam penelitian semua ibu bersalin diDesa Rabasan Kecamatan Camplong, dengan tekhnik sampling simpel rondom sampling, yang bersampel 58 orang.Pengumpulan data dengan kuesioner, analisis data dengan uji statistik chi squer. Hasil Penelitian dengan uji chisquer menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemilihan penolongpersalinan, dengan nilai p = 0,001, dan tidak ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan pemilihanpenolong persalinan, dengan nilai p=0,380. Penelitian ini menyarankan agar Tenaga Kesehatan untuk lebih proaktifdalam memberikan penyuluhan tentang peran serta keluarga dan suami serta persalinan yang aman dan nyaman,sepeti kegiatan posyandu. Kata Kunci Kata kunci : Dukungan Suami, Dukungan Keluarga, Penolong Persalinan
Sources Similarity
1
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN KELUARGA
DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN
DI DESA RABASAN
(Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)
Oleh:
RIKHLY FARADISY M, S.ST., M.Kes.
NIDN : 0722038702
PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN
GRAHA HUSADA SAMPANG
2016
2
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN KELUARGA DENGAN
PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI DESA RABASAN
(Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)
ABSTRAK Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) kedua
parameter tersebut masih sangat tinggi. Di polindes Rabasan jumlah persalinan tahun
2013 adalah sebanyak 138 persalinan, yang bersalin di tenaga kesehatan (nakes) 123
orang dengan presentase (89.13 dan yang bersalin non nakes 15 orang dengan
presentase (10.86%). Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan dukungan
suami dan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di desa Rabasan
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
Jenis penelitian analitik variabel independennya dukungan suami dan
dukungan keluarga, variabel dependentnya pemilihan penolong persalinan.
Populasi dalam penelitian semua ibu bersalin di Desa Rabasan Kecamatan
Camplong, dengan tekhnik sampling simpel rondom sampling, yang bersampel
58 orang. Pengumpulan data dengan kuesioner, analisis data dengan uji statistik
chi squer.
Hasil Penelitian dengan uji chi squer menunjukan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara dukungan suami dengan pemilihan penolong persalinan,
dengan nilai p = 0,001, dan tidak ada hubungan bermakna antara dukungan
keluarga dengan pemilihan penolong persalinan, dengan nilai p=0,380.
Penelitian ini menyarankan agar Tenaga Kesehatan untuk lebih proaktif
dalam memberikan penyuluhan tentang peran serta keluarga dan suami serta
persalinan yang aman dan nyaman, sepeti kegiatan posyandu.
Kata Kunci Kata kunci : Dukungan Suami, Dukungan Keluarga, Penolong Persalinan
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
ABSTRAK .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 5
C. Batasan Masalah ................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ................................................................ 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Dukungan ...................................................... 11
1. Pengertian ....................................................................... 11
2. Menilai dukungan ........................................................... 11
3. Bentuk dukungan sosial .................................................. 12
4. Mekanisme dukungan .................................................... 12
5. Dukungan suami ............................................................. 13
6. Pengertian dukungan keluarga ....................................... 15
7. Jenis dukungan keluarga ................................................. 16
8. Manfaat dukungan keluarga ............................................ 18
9. Sumber dukungan keluarga ............................................ 18
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga.. 19
B. Konsep Dasar Suami ............................................................ 21
1. Pengertian ....................................................................... 21
2. Peran pria dalam kesehatan ........................................... 22
C. Konsep Dasar Keluarga ........................................................ 23
1. Pengertian ....................................................................... 23
2. Jenis keluarga ............................................................... 24
3. Peranan keluarga ........................................................... 24
4. Tugas keluarga .............................................................. 25
D. Kosep Dasar Penolong Persalinan ........................................ 27
1. Pengertian ..................................................................... 27
2. Tenaga kesehatan (Nakes) ............................................ 27
3. Jenis tenaga kesehatan .................................................. 28
4. Tenaga kesehatan yang dapat menolong persalinan ...... 30
5. Tenaga non kesehatan ................................................... 31
6. Jenis tenaga non kesehatan ........................................... 31
7. Jenis dukun bayi ........................................................... 32
4
8. Kriteria penolong persalinan ........................................ 33
E. Hubungan dukungan suami dan keluarga dengan pemilihan
Penolong persalinan ............................................................ 34
F. Kerangka Konseptual ........................................................... 36
G. HipotesisPenelitian .............................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................. 38
B. Identifikasi Variabel ............................................................ 39
C. Definisi Operasional ............................................................ 39
D. Desain Sampling ................................................................. 41
E. Pengumpulan Data .............................................................. 42
F. Pengolahan Data .................................................................. 43
G. Analisis Data ....................................................................... 45
H. Etika Penelitian ................................................................... 46
I. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 47
J. Keterbatasan ........................................................................ 48
K. Kerangka Kerja .................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian………………………………..... 49
1. Data Geografis…………………………………………… 49
2. Data Demografi………………………………………….. 50
B. Hasil Penelitian……………………………………………… 51
1. Data Umum……………………………………………… 51
2. Data Khusus……………………………………………... 52
BAB V PEMBAHASAN
A. Dukungan Suami Tentang Persalinan………………………. 56
B. Dukungan Keluarga Tentang Persalinan……………………. 57
C. Pemilihan Penolong Persalinan……………………………... 58
D. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Penolong
Persalinan……………………………………………………. 59
E. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Penolong
Persalinan……………………………………………………. 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………….. 63
B. Saran…………………………………………………………. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………………… 40
Tabel 4.1 Jumlah Sarana dan Prasarana…………………………….. 51
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan………………………………... 51
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi ibu Bersalin Berdasarkan Usia…….. 51
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi ibu Bersalin Berdasarkan Jenjang
Pendidikan………………………………………………... 52
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Kepada Ibu
Bersalin…………………………………………………… 52
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Kepada Ibu
Bersalin…………………………………………………… 53
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Penolong
Persalinan…………………………………………………. 53
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Pengaruh Dukungan Suami dengan
Pemilihan Penolong Persalinan…………………………... 54
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Pengaruh Dukungan Keluarga dengan
Pemilihan Penolong Persalinan………………………….. 55
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah…………………………………… 5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian………………………. 36
Gambar 3.1 Kerangka Kerja………………………………………… 48
7
DAFTAR SINGKATAN
MDG’s : Millenium Development of Goals
AKI : Angka Kematian Ibu
SDKI : Survey Dasar Kesehatan Indonesia
AKB : Angka Kematian Bayi
NAKES : Tenaga Kesehatan
P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
BKKBN : Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional
dsb : Dan sebagainya
8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian......................... 66
Lampiran 2 : Lembar Permohonan Menjadi Responden...................... 67
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden........................ 68
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi……………...................................... 69
Lampiran 5 : Lembar Permohonan.................................................... 73
Lampiran 6 : Lembar Kuesioner........................................................... 78
Lampiran 7 : Lembar Rekapitulasi Tabulasi Silang ............................. 83
Lampiran 8 : Lembar Hasil Uji Statistik ............................................. 90
Lampiran 9 : Lembar Berita Acara Sidang Karya Tulis Ilmiah ........... 98
Lampiran 10 : Lembar Catatan Perbaikan ............................................. 99
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan .................................................................. 83
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden ........................... 84
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ............................. 85
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Penelitian .............................................. 86
Lampiran 5 Surat Permohonan Pengambilan Data (Puskesmas Torjun) .. 87
Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian (BAKESBANGPOL) ...... 88
Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Penelitian (Dinas Kesehatan) ........... 89
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian (BAKESBANGPOL)........................... 90
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian (Puskesmas Torjun) ............................. 91
Lampiran 10 Lembar Kuesioner .............................................................. 92
Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Penelitian ............................................... 93
Lampiran 12 Berita Acara Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah ..................... 97
Lampiran 13 Catatan Perbaikan (Revisi) .................................................. 98
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penolong persalinan adalah orang yang membantu ibu dalam proses
kelahiran bayinya ke dunia. Salah satu indikator proses yang penting dalam
program safemotherhood adalah memperhatikan seberapa banyak persalinan
yang ditangani, khususnya oleh penolong persalinan. Dalam melakukan
pertolongan persalinan perlunya dukungan suami yaitu dukungan suami
dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan
untuk memilih siapa penolong persalinan. Pengambilan keputusan ini harus
didasarkan atas adanya informasi atau pengetahuan ibu tentang persalinan
(Maramis, 2006).
Dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Strategi (Renstra Kemenkes) 2010-
2014 serta Millenium Development of Goals (MDG’s) 2015, salah satu misi
adalah melindungi kesehatan dan menjamin tersedianya upaya pelayanan
kesehatan yang paripurna, merata dan bermutu dan keadilan, salah satunya
adalah pelayanan kesehatan yang memiliki peran strategis dalam mencapai
tujuan.
Sebagaimana kesepakatan dalam komitmen global yang tertuang dalam
Millenium Development Goals (MDG’s) bahwa semua Negara berupaya
untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu
(AKI). Di Indonesia kedua parameter tersebut masih sangat tinggi, menurut
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKB 34 per
1000 kelahiran hidup dan AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup. belum dapat
diturunkan secara signifikan.
Saat ini banyak sekali tenaga pemberi pertolongan persalinan yang tidak
semestinya mereka berikan kepada masyarakat, diantara masyarakat tidak
pernah menentukan apa yang mereka inginkan mereka hanya tahu
bahwasanya mereka hanya ingin sehat. Pertolongan persalinan saat ini
banyak sekali tenaga kesehatan mulia baik tenaga bidan sendiri sampai tenaga
11
keperawatan bahkan dokter dan juga tenaga perawat dengan pakarnya.
Disamping itu penolong persalinan sangat banyak juga yang dilakukan tenaga
non nakes (Bukan tenaga kesehatan) yang mana kiprahnya di masyarakat
masih diakui oleh masyarakat di wilayahnya seperti pertolongan oleh orang
pandai, oleh dukun beranak atau juga pertolongan oleh kader kesehatan yang
mengetahui dengan pengalaman saja dan bukan melalui pendidikan yang
formal (Anderson 2006).
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang
dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk
keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperukan). Dukungan sosial keluarga dapat
berupa dukungan sosial keluaga internal, seperti dukungan dari suami/istri
atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan keluarga eksternal
(Setiadi, 2006).
Berdasarkan Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
bahwa angka kematian ibu AKI) 228/100000 kelahiran hidup, angka
kematian bayi (AKB) 32/1000 kelahiran hidup dan angka ini merupakan
salah satu indikator derajat kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
tentang masalah pertolongan persalinan.
Sedangkan di provinsi Jawa Timur jumlah kematian maternal dan
perinatal menunjukkan angka yang cukup tinggi. Di Provinsi Jawa Timur
angka kematian maternal pada tahun 2012 sebesar 99,33 per 100.000
kelahiran hidup sedangkan di Kabupaten Sampang tahun 2012 Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 56,45 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012).
Sementara di kabupaten sampang persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan pada tahun 2012 berjumlah 16654 dengan persentase 96,65% dan
pada tahun 2013 persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah
16374 dengan persentase 92,36% dan ini juga faktor penentunya adalah
pelayanan kebidanan yang diberikan kepada masyarakat (Profil kesehatan
kab sampang tahun 2012-2013). Di polindes Rabasan jumlah persalinan
12
tahun 2013 sebanyak 138 persalinan, yang bersalin di tenaga kesehatan
(nakes) 123 ibu bersalin dengan presentase (89.13 dan yang bersalin pada
non nakes 15 orang dengan presentase (10.86%) dari data ini yang melakukan
persalinan di dukun beranggapan bahwa jika suatu persalinan dilakukan
ditenaga kesehatan merupakan persalinan yang sulit dan gawat. Hasil survey
pendahuluan dari 10 orang ibu bersalin yang tidak didukung oleh suami dan
keluarga dikarenakan faktor dukungan yang kurang sehingga ibu memilih
untuk bersalin di non nakes (dukun). Dari hasil survey pendahuluan dari 10
orang ibu yang melahirkan yang didukung oleh keluarga dan suami
mengatakan suatu bentuk kenyamanan perhatian dan penghargaan, dan
dengan demikian ibu lebih percaya diri dalam memilih penolong persalinan di
nakes.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui Seksi
Kesehatan Ibu dan Anak yaitu dengan melakukan sosialisasi P4K (Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi), Kelas ibu hamil
(senam ibu hamil) dan juga penempelan stiker P4K (ditempel pada rumah ibu
hamil) pada wilayah kerja Puskesmas. Dengan demikian maka setiap ibu
hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara tepat seperti yang telah
direncanakan dalam program desa siaga. Identifikasi ibu hamil dilakukan
dengan bekerja sama serta memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya dengan memberikan dukungan dan informasi yang
benar tentang pemilihan pertolongan persalinan sebagai sarana persalinan
yang bersih, aman, dan nyaman demi keselamatan ibu dan bayi
Seperti yang telah direncanakan dalam program desa siaga. Identifikasi
ibu hamil dilakukan dengan bekerja sama serta memberdayakan masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatannya dengan melibatkan keluarga dan
suami untuk memberikan dukungan dan informasi yang benar tentang
pemilihan penolong persalinan sebagai sarana persalinan yang bersih, aman,
dan nyaman demi keselamatan ibu dan bayi.
Berdasarkan fenomena diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Dukungan Suami dan Keluarga Dengan
13
Pemilihan Penolong Persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang”.
B. Identifikasi Masalah
Gambar 1.1 Identifikasi masalah
a. Faktor internal
1. Keyakinan
Keyakinan tentang pertolongan persalinan di tenaga kesehatan lebih
baik dari pada persalinan di tenaga non kesehatan akan
mempengaruhi terhadap kecendrungan seorang ibu memilih bersalin
di tenaga kesehatan dari pada persalinan yang dilakukan di dukun.
2. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita
tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin
mudah dalam memperoleh dan menerima informasi, sehingga
kemampuan ibu dalam berfikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai
pendidikan tinggi akan lebih berfikir rasional bahwa jumlah anak
yang ideal adalah 2 orang. Selain itu, ibu dengan tingkat pendidikan
tinggi tidak hanya dapat berfikir rasional tentang jumlah anak ideal
Faktor Internal
1. Keyakinan
2. Pendidkan
3. pengetahuan
4. Emosional
5. Spiritual
Faktor eksternal
1. Lingkungan
2. Sosio ekonomi
3. Latar belakang
budaya
4. Dukungan keluarga
Rendahnya Persalinan NAKES
14
(BKKBN, 2006). Semakin rendah pendidikan ibu, mereka
cenderung untuk tidak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagaimana
mestinya yaitu sebagai sarana pertolongan persalinan yang aman.
3. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain dari prilaku. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan bersifat
langgeng. Dengan kata lain keluarga yang tahu dan paham tentang
pemilihan pertolongan persalinan yang ideal, maka ibu akan
berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman, 2005).
Semakin rendah pengetahuan ibu tentang tenaga kesehatan, mereka
cenderung untuk tidak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagaimana
mestinya yaitu sebagai sarana pertolongan persalinan yang aman.
4. Emosional
Emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya
dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami
respon stres dalam perubahan hidupnya cenderung berespon
terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara
mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam
kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang
mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.
Apabila ibu merasa yakin dengan bersalin ke tenaga kesehatan bisa
mengurangi rasa sakit selama persalinan dapat mendorong ibu
bersalin ke tenaga kesehatan.
5. Spiritual
Spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, menyangkut nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,
hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari
harapan dan arti dalam kehidupan, dengan adanya
anggapan/keyakinan yang positif dari suami maupun keluarga maka
ibu akan memilih untuk bersalin ditenaga kesehatan (Setiad, 2006).
b. Faktor eksternal
1. Lingkungan
15
Lingkungan yang kondusif akan sangat mendukung dalam
pertolongan persalinan di tenaga kesehatan dan mempengaruhi ibu
pula dalam pemilihan persalinan di tenaga kesehatan.
2. Sosio Ekonomi
Sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi cara sesorang mendefinisikan dan
bereaksi tehadap cara pemilihan pertolongan persalinan (Setiadi,
2006).
3. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan nilai dan
kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara
pelaksanaan kesehatan pribadi (Setiadi, 2006).
4. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap
memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan. Kane
dalam Friedman (2005)
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan, masalah dalam penelitian ini perlu
dibatasi. Hal ini dilakukan peneliti dengan perhitungan keterbatasan
kemampuan peneliti dan untuk lebih memfokuskan kajian sehingga dapat
mencapai hasil yang lebih valid.
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah dibatasi hanya diketahui
Hubungan Dukungan Suami dan Keluarga Dengan Pemilihan Penolong
Persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
16
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran dukungan suami dengan pemilihan penolong
persalinan?
2. Bagaimana gambaran dukungan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan?
3. Bagaimana gambaran pemilihan penolong persalinan?
4. Adakah hubungan dukungan suami dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang ?
5. Adakah hubungan dukungan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang ?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dan keluarga dengan
memilih penolong persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi dukungan suami dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten
Sampang.
b. Mengidentifikasi dukungan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan di desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
c. Mengidentifikasi pemilihan penolong persalinan di desa Rabasan
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
d. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan pemilihan penolong
persalinan di desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
e. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan di desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
17
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi mengenai hubungan dukungan suami dan keluarga dengan
pemilihan penolong persalinan, agar bisa berguna untuk penelitian
selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan pengalaman dan bahan
pembelajaran dalam menganalisa hubungan dukungan suami dan
keluarga dengan pemilihan penolong persalinan.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi masukan kepada
tenaga kesehatan yang lain tentang betapa pentingnya konseling bagi ibu-
ibu yang akan menghadapi proses persalinan.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan disajikan tentang konsep dasar teori dan kerangka
konseptual serta hipotesis. Pada konsep dasar teori akan dibahas tentang konsep
dasar dukungan, konsep dasar suami, konsep dasar keluarga, konsep dasar
pemilihan pertolongan persalinan, hubungan dukungan suami dan keluarga
dengan pemilihan penolong persalinan. Dan kerangka konseptual serta hipotesis
yang secara jelas akan dijabarkan sebagai berikut.
A. Konsep Dasar Dukungan
1. Pengertian
Dukungan adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan,
ataupun bantuan yang diterima individu dari orang yang berarti baik secara
perorangan ataupun kelompok. Dukungan dapat berupa dukungan
keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau dukungan dari
saudara kandung menurut Friedman (2005).
2. Menilai dukungan
Setiap anggota keluarga memiliki sendiri aktivitas-aktivitas
santainya, hal ini tergantung kepada minat, kebutuhan, usia, sumber-
sumber dan waktu dari masing-masing individu. Disamping aktivitas-
aktivitas individu, keluarga sebagai satu unit juga memiliki aktivitas-
aktivitas santai regular yang dapat diikuti oleh semua anggota keluarga
dan ini memperkokoh hidup berupa aktivitas-aktivitas bersifat
keagamaan, pendidikan, rekreasi, kewarganegaraan dan budaya.
3. Bentuk dukungan sosial
Bentuk bantuan yang diberikan orang lain terdiri dari:
a. Dukungan
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap
orang yang bersangkutan.
b. Dukungan Penghargaan
19
Terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang
lain itu, dorongan maju atau persetujuan emosional dengan gagasan
atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan
orang lain, misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk
keadaannya (menambah harga diri).
c. Dukungan social ekonomi
Mencakup bantuan langsung, misalnya orang memberi pinjaman
uang kepeda orang yang membutuhkan atau menolong dengan
memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan.
d. Dukungan informatif
Mencakup pemberian nasehat, saran, pengetahuan, dan informasi
serta petunjuk
4. Mekanisme dukungan
Mekanisme bagaimana dukungan sosial berpengaruh terhadap
kesehatan dikenal ada 3 mekanisme sosial support yang secara langsung
atau tidak berpengaruh terhadap kesehatan seseorang
a. Mediator perilaku
Mengajak individu untuk mengubah perilaku yang jelek dan meniru
perilaku yang baik (misalnya, berhenti merokok)
b. Psikologis
Meningkatkan harga diri dan menjembatani suatu interaksi yang
bermakna.
c. Fisiologis
Membantu relaksasi terhadap sesuatu yang mengancam dalam upaya
meningkatkan sistem imun seseorang
3. Dukungan suami
a. Pengertian Dukungan Suami
Pengertian dari dukungan adalah informasi verbal atau non
verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku diberikan oleh
orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya
atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
20
penerimanya atau dukungan adalah keberadaan, kesediaan,
kepedulian dari orang-orang yang diandalkan, menghargai dan
menyayangi kita (Setiadi, 2006).
Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi
dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan,
dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri yang sedang
hamil yang akan membawa dampak bagi sikap bayi (Dagun, 2002).
Respon suami terhadap kehamilan istri yang dapat
menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam
diri istri (Setiadi, 2006). Peran pasangan dalam kehamilan dapat
sebagai orang yang memberi asuhan, sebagai orang yang
menanggapi terhadap perasaan rentan wanita hamil, baik aspek
biologis maupun dalam hubunganya dengan ibunya sendiri (Bobak ,
2005).
Dukungan dan peran serta suami selama kehamilan
meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan bahkan dapat memicu produksi ASI. Tugas suami yaitu
memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri,
sehingga istri mengkonsultasikan setiap masalah yang dialaminya
selama kehamilan. Penelitian yang dimuat dalam artikel ”What Your
Partner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina
Hospitals dan Clinics (2001), Amerika Serikat, mengatakan
keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk
bayinya kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan
keterlibatan suami dalam masa kehamilan. Contoh dukungan suami
selama kehamilan antara lain mengajak istri jalan-jalan ringan,
menemani istri memeriksakan kehamilannya, tidak membuat
masalah dalam berkomunikasi.
4. Pengertian dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa
21
orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan
dengan bantuan jika diperlukan. Kane dalam Friedman (2005)
mendefinisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan
sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan hubungan timbal
balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) dan
keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam
hubungan sosial.
Menurut Gottlieb (1998) dalam Setiadi (2006) dukungan keluarga
adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek
di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang
dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh
dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat
saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
Serason (1983) dalam Setiadi (2006) mengatakan bahwa dukungan
keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang-orang
yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan
yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan
keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau
menolong dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan sosial tersebut
diperoleh dari individu maupun dari kelompok. Dengan memahami
pentingnya dukungan keluarga bagi ibu bersalin, kita semua diharapkan
mampu untuk memberikan partisipasi dalam pemberian dukungan sesuai
dengan kebutuhan penderita. Mulailah dengan memberikan dukungan
keluarga pada ibu bersalin yang berada dekat dengan kita. Dengan
pemberian dukungan yang bermakna maka ibu bersalin akan dapat
menikmati hari-hari mereka dengan tentram dan damai yang pada
akhirnya akan memberikan banyak manfaat bagi semua anggota keluarga
yang lain (Setiadi, 2006).
5. Jenis dukungan keluarga
22
Kaplan (1976) dalam Friedman (2005) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki 4 jenis dukungan, yaitu :
a. Dukungan informasi
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi
tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu
masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan
munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-
aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk
dan pemberian informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator
identitas anggota keluarga, diantaranya: memberikan support,
pengakuan, penghargaan dan perhatian.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan
seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah
mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang
menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau
kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang
mengalami proses kelahiran bayinya.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-
nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga
kerahasiannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan
serta didengarkan. Ibu bersalin sangat membutuhkan keempat jenis
23
dukungan yang berasal dari keluarga sehingga diharapkan dapat
mempercepat proses persalinan.
6. Manfaat dukungan keluarga
Wills dalam Friedman (2005) menyimpulkan bahwa baik efek-efek
penyangga (dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negatif
dari stres) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung
mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.
Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial
terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara
bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang
adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih
mudah sembuh dari sakit dan di kalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik,
dan kesehatan emosi. Serason (1993) dalam Setiadi (2006) berpendapat
bahwa dukungan keluarga mencakup 2 hal yaitu :
a. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan persepsi
individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat
individu membutuhkan bantuan.
b. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan
persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan
berdasarkan kualitas).
7. Sumber dukungan keluarga
Menurut Root & Dooley (1985) dalam Setiadi (2006) ada 2 sumber
dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga yang
natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya
secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya misalnya
anggota keluarga (anak, istri, suami, kerabat) teman dekat atau relasi.
Dukungan keluarga ini bersifat non formal sedangkan dukungan keluarga
artifisial adalah dukungan yang dirancang kedalam kebutuhan primer
seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui
berbagai sumbangan sehingga sumber dukungan keluarga natural
mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan
keluarga artifisial. Perbedaan itu terletak pada :
24
a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya
tanpa di buat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.
b. Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuaian
dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
c. Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang telah
berakar lama.
d. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam
penyampaian dukungan, mulai dari pemberian barang yang nyata
hanya sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.
e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan label
psikologis.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Menurut Setiadi (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga adalah :
a. Faktor internal
1) Tahap perkembangan
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam
hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan
demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman
dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk
oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan
kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
3) Faktor emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang
mengalami respon stres dalam setiap perubahan hidupnya
25
cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin
dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit
tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang
secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon
emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang
tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap
ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala
penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.
4) Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
b. Faktor eksternal
1) Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
Misalnya: klien juga kemungkinan besar akan melakukan
tindakan pencegahan.
2) Faktor sosio ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
3) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara
pelaksanaan kesehatan pribadi.
B. Konsep Dasar Suami
1. Pengertian
Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka
kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta
26
membimbing istri kepada kebenaran, kemudian memberinya nafkah lahir
batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Friedman, 2005) .
Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria
yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yang telah
menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami
mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga
tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami
sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami
sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan menentukan
keputusan termasuk merencanakan keluarga.
2. Peran pria dalam kesehatan
Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang
orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008). Peran juga
merupakan suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam suatu
posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter,
perawat, rohanian, dan sebagainya (Marasmis, 2006). Jadi yang dimaksud
dengan peran suami adalah perangkat tingkah yang dimiliki oleh seorang
lelaki yang telah menikah, baik dalam fungsinya dikeluarga maupun
dimasyarakat.
a. Peran suami sebagai motivator
Dukungan suami sangat diperlukan seperti diketahui bahwa di
Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman
penting bagi si istri. Besarnya peran suami akan sangat membantunya
dan suami akan semakin menyadari bahwa masalah kesehatan bukan
hanya urusan wanita saja.
b. Peran suami sebagai edukator
Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan,
peran suami dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh
bagi istri. Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada tenaga
kesehatan saat istri akan memeriksakan kesehatannya. Besarnya peran
suami akan sangat membantunya dan suami akan semakin menyadari
bahwa masalah kesehatan bukan hanya urusan wanita saja.
27
c. Peran suami sebagai fasilitator
Peran lain adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan
fasilitas, memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan
masalah kesehatan. Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan
waktu untuk mendampingi istri memeriksakan kesehatannya, suami
bersedia memberikan dana khusus untuk memeriksakan kesehatan,
dan membantu istri menentukan tempat pelayanan atau tenaga
kesehatan yang sesuai.
C. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut
Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari
dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Jenis keluarga
Ada beberapa jenis keluarga yakni:
a. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri dan anak atau anak-anak
b. Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah)
dan anak-anak mereka dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari
salah satu atau dua pihak orang tua.
c. Selain itu juga terdapat yang ditarik atas dasar keturunan diatas
keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman,
bibi, keluarga kakek dan keluarga nenek.
3. Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi
28
dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Ayah, sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Istri, sebagai ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
c. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
4. Tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
5. Fungsi keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
a. Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak.
29
b. Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
c. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi
anak sehingga anggota keluarga merasaterlindung dan merasa aman.
d. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasaksn perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
e. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan ini dan kehidupan
lain setelah dunia
f. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
g. Fungsi kreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga.
h. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya.
i. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa amandiantara
keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
D. Konsep Dasar Penolong Persalinan
1. Pengertian
Penolong persalinan adalah orang yang membantu ibu dalam proses
kelahiran bayinya kedunia. Salah satu indikator proses yang penting
dalam program safemotherhood adalah memperhatikan seberapa banyak
persalinan yang ditangani, khususnya oleh penolong persalinan
(Prawirohardjo, 2006)
2. Tenaga kesehatan (Nakes)
30
Tenaga merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia. Dengan
demikian pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengadakan dan
mengatur upaya pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau rakyatnya.
Masyarakat dari semua lapisan, memiliki hak dan kesempatan yang sama
untuk mendapat pelayanan kesehatan (Prawirohardjo 2006).
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan baik berupa pendidikan
gelar D3, S1, S2 dan S3, pendidikan non gelar sampai dengan pelatihan
khusus kujuruan seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb, dan keahlian. Hal
ini yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya
mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang
boleh melakukan pekerjaan tertentu yang berhuubungan dengan jiwa dan
fisik manusia, serta lingkungannya (Depkes 2001).
Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak sekaligus
pelaksanan pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga
dalam jumlah dan jenis yang sesuai, maka pembangunan kesehatan tidak
akan berjalan secara optimal. Kebijakan tentang pendayagunaan masalah
kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan sektor lain,
seperti : kebijakan sektor pendidikan, kebijakan sector ketenaga kerjaa,
sector keuangan dan peraturan kepegawaiyan. Kebijakan sektor
kesehatan yang berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan
antara lain : kebijakan tentang arah dan strategi pembangunan kesehatan,
kebijakan tentang pelayanan kesehatan, kebijakan tentang pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan, dan kebijakan tentang pembiayaan
kesehatan. Selain dari pada itu, beberapa faktor makro yang berpengaruh
terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan, yaitu: desentralisasi,
globalisasi, menguatnya komersialisasi pelayanan kesehatan, teknologi
kesehatan dan informasi. Oleh karena itu, kebijakan pendayagunaan
tenaga kesehatan harus memperhatikan semua faktor diatas (Depkes
2001).
31
3. Jenis tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa pendidikan
gelar D3, S1, S2, dan S3; pendidikan non gelar sampai dengan penelitian
khusus, kejuruan khusus seperti juru Iminusasi, Malaria, dsb, dan
keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga
lainnya. Hanya mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian
khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan
dengan jiwa dan fisik manusia, serta lingkunganya. Jenis tenaga
kesehatan terdiri dari :
a. Perawat
b. Perawat gigi
c. Bidan
d. Fisioterapis
e. Refraksionisoptision
f. Radiograoher
g. Apoteker
h. Asisten apoteker
i. Analis farmasi
j. Dokter umum
k. Dokter gigi
l. Dokter spesialis
m. Dokter gigi spesialis
n. Akupunkturis
o. Terapis wicara dan
p. Okupasi terapis
4. Tenaga kesehatan yang dapat menolong persalinan
Tenaga kesehatan yang dapat menolong persalinan yaitu tenaga
professional yang terdiri dari dokter spesialis kandungan, dokter umum
dan bidan.
32
a. Dokter
Adalah mereka yang menyelesaikan pendidikan kedokteran
strata 1 dari lembaga kedokteran baik swasta maupun pemerintah
baik dalam negeri maupun luar negeri.
b. Bidan
Adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan
bidan, yang diakui oleh Negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil
menyelesaikan studi terkait kebidanan serta memenuhi persyaratan
untuk terdaftar dan/atau memiliki izin formal untuk praktik bidan
(Prawirohardjo, 2006). Salah satu kompetensi Bidan yang harus di
penuhi oleh Bidan adalah memberikan asuhan kebidanan yang
bermutu, tanggap terhadap kebudayaan selama persalinan,
memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman serta menguasai
situasi kegawatdaruratan untuk mengoptimalkan kesehatan wanita
dan bayi baru lahir.
c. Dokter spesialis
Adalah mereka yang telah selesai dalam menamatkan program
pasca profesi dengan penelitian dan penemuan mereka masing-
masing sesuai dengan profesi spesialisasi mereka dalam
mempertahankan thesis mereka di Universitas (Depkes Yanmed
2003).
5. Tenaga non kesehatan
Adalah tenaga yang melakukan kemampuan dengan kemampuan
mereka sendiri dalam melakukan pertolongan persalinan terhadap pasien
mereka yang datang ke tempat mereka bekerja, dimana mereka bukanlah
tenaga kesehatan yang sah melainkan mereka adalah tenaga non
kesehatan yang bukan memiliki skill di bidangnya melainkan memiliki
keahlian berdasarkan pengalaman yang mereka ketahui sendiri.
6. Jenis tenaga non kesehatan
a. Dukun Terlatih
b. Paraji
c. Sense
33
d. Tabib
Dari ke 4 tenaga tersebut diatas maka yang dapat dan mampu
membantu pertolongan persalinan adalah tenaga dukun terlatih, dimana
dukun terlatih ini dapat melakukan pertolongan persalinan di kampung-
kampung atau masyarakat yang ada di wilayah Indonesia jenis dukun
antara lain adanya dukun bayi, atau dukun terlatih yang sudah dibekali
keterampilan membantu pertolongan persalinan sehingga didaerah
kampung dan pelosok sampai saat sekarang ini masih banyak juga yang
melakukan hal tersebut dan ini menyangkut budaya atau tradisi
masyarakat setempat yang selalu menjadi budaya apabila diantara
keluarga yang fanatik pada dukun maka mereka akan meminta
pertolongan pada dukun bayi terlatih (UU Kes 23/99).
7. Jenis dukun bayi
a. Dukun terlatih
Adalah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan telah lulus pelatihan yang dibimbing oleh
tenaga kesehatan yang melakukan sedikit pelatihan. Merreka
diajarkan karena masih banyak masyarakat kita yang tinggal didesa
yang belum dapat menjangkau ke tempat pelayanan kesehatan dan
juga masih banyak masyarakat kita yang berkaitan dengan
kekurangan ekonomi sehingga hanya berpaling pada dukun dalam
persalinan ( Mellani,2006)
b. Dukun tidak terlatih
Adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya adalah
seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki
keterampilan menolong persalinan secara tradisional ( Mellani,
2009).
c. Beberapa pandangan masyarakat memilih dukun
1) Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus
2) Kontak ibu dan dukun lebih awal dan lama
3) Persalinan dilakukan pada umumnya dirumah pasien
34
4) Biaya murah dan terkadang tidak ada hanya sekedar pelepas
lelah
5) Faktor kekurangan dukun terlatih
6) Dukun belum memahami teknik septic dalam persalinan
7) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dalam persalianan dan
kehamilan
Pengetahuan dukun masih sedikit tentang pendidikan sehingga
sukar untuk di nilai dalam kegiatan pemerintah (Pedoman Suvervisi
Dukun Bayi Tahun 1992) ( Mlilani, 2009).
d. Kesalahan tindakan dukun bayi waktu tindakan menolong persalinan
1) Tindakan memijat dan ekpressi (mendorong) yang
menyebabkan robekan rahim.
2) Tindakan mengurut-ngurut pada kala uri yang menyebabkan
perdarahan pasca persalinan.
Perawatan tali pusat kurang bersih yang beresiko tetanus
neonatorum (pedoman suvervisi dukun bayi tahun 1992) ( Mlilani,
2009).
8. Kriteria penolong persalinan
Petugas kesehatan yang dapat menolong persalinan adalah petugas yang
terampil dengan kriteria:
a. Seseorang pemberi asuhan professional
b. Memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk penatalaksanakan
persalinan, kelahiran dan masa nifas, dapat menangani komplikasi,
mendiangnosa, penatalaksanaan atau merujuk ibu dan bayi ketingkat
asuhan yang lebih tinggi.
c. Dapat melakukan intervensi kebidanan
E. Hubungan Dukungan Suami dan Keluarga dengan Pemilihan Penolong
Persalinan
Dukungan membentuk kepedulian, kesediaan, keberadaan dari orang-
orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita (Setiadi,
2006). Dukungan suami sangat diperlukan seperti diketahui bahwa di
35
Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting
bagi si istri. Dengan adanya dukungan dari suami dan keluarga, seseorang ibu
akan merasakan adanya perhatian dari kedua belah pihak. Sehingga dengan
dukungan memiliki makna yang berarti bagi ibu. Jika suami dan keluarga
memandang negatif terhadap pelayanan ditenaga kesehatan, maka suami dan
keluarga tdak akan memberikan dukungan untuk memilih pertolongan
persalinan ditenaga kesehatan. Begitupun sebaliknya jika suami dan keluarga
memandang positif terhadap pertolongan persalinan ditenaga kesehatan maka
suami dan keluaraga akan memberikan dukungan untuk memilih pertolongan
persalinan di tenaga kesehatan.
Dukungan salah satunya didasarkan pada kepedulian kepada ibu dalam
memilih pertolongan persalinan. Hal ini akan berpengaruh pada pemilihan
penolong persalinan ditenaga kesehatan. Semakin suami dan keluarga peduli
pada ibu dalam memilih pertolongan persalinan ditenaga kesehatan maka
akan semakin besar hasrat ibu untuk bersalin ditenaga kesehatan, begitupun
sebaliknya semakin suami dan keluarga tidak peduli tentang pemilihan
pertolongan persalinan di tenaga kesehatan maka ibu tidak akan memilih
penolong persalinan ditenaga kesehatan sebagai tempat untuk bersalin.
Tenaga kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia. Dengan
demikian pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengadakan dan
mengatur upaya pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau rakyatnya.
Masyarakat, dari semua lapisan, memiliki hak dan kesempatan yang sama
untuk mendapat pelayanan kesehatan. Akan tetapi kondisi ini belum dapat
sepenuhnya diketahui oleh masyarakat secara umum ditandai dengan masih
ada saja masyarakat yang belum memanfaatkan keberadaan tenaga kesehatan
terutama dalam melaksanakan pertolongan persalinan (Setiadi, 2006).
Selain itu adanya anggapan bahwa persalinan ditenaga kesehatan akan
lebih mahal dari pada melakukan persalinan ditenaga non kesehatan. Dengan
demikian, jika dalam proses pertolongan persalinan di non tenaga kesehatan
ada penyulit atau kegawatdaruratan kemungkinan untuk pertolongan akan
menjadi hal yang sangat sulit. Masih banyaknya persalinan oleh non nakes
menunjukkan bahwa keberadaan tenaga kesehatan masih belum disadari oleh
36
masyarakat mengenai kegunaannya sebagai tenaga kesehatan yang
professional.
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2005)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Dari kerangka konseptual penelitian di atas dapat diketahui bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan adalah faktor
internal, yaitu: keyakinan, pendidikan, pengetahuan, emosional, spiritual.
Faktor eksternal, yaitu: lingkungan, sosioekonomi, latar belakang budaya,
dukungan dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang “Hubungan
Faktor Internal
a. Keyakinan
b. Pendidikan
c. Pengetahuan
d. Emosional
e. Spritual
Faktor Eksternal
a. Lingkungan
b. Sosioekonomi
c. Latar Belakang Budaya
Pemilihan Penolong
Persalinan
Tenaga Kesehatan
Tenaga Non
Kesehatan
d. Dukungan
keluarga
37
dukungan suami dan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di Desa
Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang”.
G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian atau suatu asumsi pernyataan tentang hubungan dari
dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan
dalam penelitian (Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah:
Ha : Ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan penolong
persalinan
Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006). Metode penelitian
merupakan penerapan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengetahuan, dan
penjelasan kebenaran. Penjabaran tentang metode penelitian yang akan
dilaksanakan akan dibahas berikut: desain penelitian, kerangka kerja, identifikasi
variabel, definisi operasional, populasi penelitian, pengumpulan dan pengolahan
data, etika penelitian dan keterbatasan dalam karya tulis ilmiah serta waktu dan
tempat penelitian.
A. Desain/Rancangan Penelitian
Desain penelitian adalah penggambaran mengenai keseluruhan aktifitas
peneliti selama kerja penelitian (Arikunto, 2006). Desain penelitian
merupakan suatu yang vital dalam penelitian yang memungkinkan
memaksimalkan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi validitas
suatu hasil desain penelitian sebagai petunjuk peneliti dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu
pertanyaan.
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena itu terjadi (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan dilihat dari
waktu penelitian, desain yang akan digunakan Retrospektif dimana
pengambilan data variabel terikat (dependent variabel) dilakukan terlebih
dahulu baru diukur variabel bebas (independent variabel) yang telah terjadi
pada waktu yang lalu.
B. Identifikasi Variabel
Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok yang lain.
Variabel juga dinyatakan dengan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
39
suatu konsep pengertian (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini terdapat
2 variabel yang diteliti, yaitu varibel bebas (independent variabel) dan
variabel terikat (dependent variabel). Adapun masing-masing variabel
dijelaskan sebagai berikut.
1. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah
dukungan suami dan keluarga.
2. Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas atau disebut variabel tergantung. Dalam penelitian ini
variabel terikat adalah pemilihan penolong persalinan.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena (Arikunto, 2006).
40
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Suami dan Keluarga dengan
Pemilihan Penolong Persalinan
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
pengukur
an
Skor
Variabel
independe
nt:
Dukungan
suami
Dukungan
keluarga
Segala sesuatu
yang menjadi
motivator
suami kepada ibu dalam
pemilihan
penolong
persalinan
Segala sesuatu
yang menjadi
motivator
keluarga
kepada ibu
dalam
pemilihan penolong
persalinan.
1. Dukungan
positif jika suami
memotivasi ibu
dalam pemilihan penolong
persalinan
2. Dukungan
negatif jika suami
tidak memotivasi
ibu dalam
pemilihan
penolong
persalinan
1. Dukungan
positif jika
keluarga
memotivasi ibu
dalam pemilihan
penolong
persalinan
2. Dukungan
negatif jika
keluarga tidak
memotivasi ibu dalam pemilihan
penolong
persalinan
Kuesioner/
wawancara
Kuesioner
Nominal
Nominal
- Pernyataan
Positif
SS : 4
S : 3 TS : 2
STS: 1
- Pernyataan negatif
SS : 1
S : 2
TS : 3
STS: 4
1. Positif jika skor
T 50
2. Negatif jika skor
T≤ 50
- Pernyataan
Positif
SS : 4
S : 3
TS : 2
STS: 1
- Pernyataan negatif
SS : 1
S : 2
TS : 3
STS: 4 3. Positif jika skor
T 50
4. Negatif jika skor
T≤ 50
Variabel
dependent:
Pemilihan
penolong
persalinan
Suatu kegiatan
yang
dilakukan ibu
bersalin dalam
pmilihan siapa
yang akan membantu ibu
nantinya
dalam
persalinan
1. Tenaga
kesehatan
meliputi:
Dokter,
Bidan, Dokter
spesialis 2. Tenaga non
nakes
(Dukun)
Kuesioner
Nominal
1. Nakes
2. Non Nakes
41
D. Desain Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2005). Ada juga yang menyebutkan bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiono, 2005). Pada penelitian ini populasinya adalah ibu bersalin di
Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang yang
berjumlah 68 ibu bersalin selama bulan november-februari 2014.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang dipilih
dengan sampling tertentu untuk memenuhi atau mewakili seluruh
populasi (Nursalam, 2003). Tujuan yang lazim dalam pemilihan suatu
sampel adalah untuk mengumpulkan data dari suatu kelompok kecil
sehingga hasilnya dapat digeneralisasi untuk populasi yang lebih besar.
Pada penelitian ini sampelnya adalah ibu bersalin di Desa Rabasan
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang yang berjumlah 58 orang dan
dilaksanakan pada bulan januari 2014.
3. Besar sampel
Dalam menentukan besar sampel berdasarkan jumlah sampel
apabila populasinya kurang dari 10.000 orang maka dapat menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005), yaitu:
n =
=
=
=
42
=
= 58,1196581 Orang menjadi 58
4. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini digunakan teknik sampling untuk menentukan
sampel dengan simple random sampling (acak secara sederhana), yaitu
dengan mengacak jumlah populasi 68 menjadi 58 responden penelitian
untuk dijadikan sampel teknik undian.
E. Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket dan register kohort ibu.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari ibu bersalin dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002). Metode angket dalam
penelitian digunakan untuk mengetahui dukungan suami dan keluarga tentang
persalinan. Bentuk angket yang digunakan adalah angket terbuka, dimana ibu
mengisi sendiri angket yang disediakan peneliti. Register kohort ibu adalah
sumber data pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, dan keadaan/resiko yang
dimiliki ibu dan diorganisir sedemikian rupa yang pengkoleksiannya
melibatkan kader dan dukun bayi di wilayahnya setiap bulan dimana
informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru
lahir tanpa adanya duplikasi informasi. Register Kohort Ibu dalam penelitian
digunakan untuk mengetahui pemilihan penolong persalinan.
F. Pengolahan Data
1. Editing
Editing ini bertujuan untuk meneliti kembali isian kuesioner atau
instrumen penelitian lainnya dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mengedit terhadap kelengkapan jawaban, keterbatasan tulisan,
kesesuaian jawaban, dan keseragaman satuan ukuran.
2. Skor (Skoring)
43
Pada tahap ini peneliti memberikan skoring untuk memudahkan dalam
pengolahan data (Arikunto, 2002).
Skor dalam penelitian ini meliputi:
a) Dukungan suami dan keluarga:
Pernyataan positif
SS : 4
S : 3
TS : 2
STS : 1
Pernyataan negatif
SS : 1
S : 2
TS : 3
STS : 4
Dari skor tersebut selanjutnya dibandingkan dengan jumlah
kode rata-rata yang diperoleh dari seluruh ibu bersalin dengan
kesimpulan sebagai berikut:
Dukungan positif : 2
Dukungan negatif : 1
b) Pemilihan penolong persalinan
Nakes : 2
Non Nakes : 1
Rumus:
P = ∑F x 100%
N
Keterangan :
P = Prosentase
F =Frekuensi jawaban
N =Skor maksimal
Hasil Prosentase dengan skala kualitatif yaitu:
Positif = 56%-100%
Negatif = <56%
44
3. Koding (coding)
Pemberian kode yaitu dengan mengklasifikasikan jawaban yang ada
menurut penggolongannya dengan memberi kode masing-masing sesuai
dengan klasifikasi yang telah ditetapkan. Adapun kode masing-masing
adalah sebagai berikut:
a) Dukungan suami dan keluarga
Dukungan positif : 2
Dukungan negatif : 1
b) Pemilihan penolong persalinan
Bersalin di Nakes : 2
Bersalin di Non Nakes : 1
4. Entry Data
Data yang sudah terkumpul dan diberi kode kemudian data
dimasukkan dalam analisis data yang sesuai dengan klasifikasi yang telah
ditetapkan. Data yang sudah dimasukkan merupakan data yang sudah
diyakini kebenarannya dan bebas atau bersih dari kesalahan-kesalahan.
5. Cleaning Data
Adalah proses untuk menyakinkan bahwa data yang telah di entri/di
masukkan benar-benar bebas dari kesalahan.
G. Analisis Data
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan kuesioner dilakukan analisis data
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa data ini
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Ada 2
variabel yaitu dukungan suami dan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan.
2. Analisis Bivariat
Tabulasi silang antara dukungan suami dan keluarga dengan
pemilihan penolong persalinan. Untuk mengetahui hubungan dukungan
suami dan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan digunakan
45
analisis statistik chi square. Hasil analisis data menunjukkan < 0,05 maka
Ha diterima dan Ho ditolak, jadi ada hubungan dukungan suami dan
keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Rabesen
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
H. Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh
bertentangan dengan etika. Untuk itu tujuan penelitian harus etis dalam arti
responden harus dilindungi (Nursalam, 2003).
Etika penelitian dalam hal ini meliputi:
1. Lembar persetujuan menjadi responden
Untuk menghindari suatu keadaan atau hal-hal yang tidak diinginkan
maka yang menjadi responden adalah yang bersedia diteliti dan telah
menandatangani lembar persetujuan (informed concent) dan jika subjek
menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan menghormati
haknya. Lembar persetujuan ini akan diedarkan sebelum riset
dilaksanakan pada seluruh ibu bersalin yang akan diteliti. Tujuannya
adalah responden dapat mengetahui maksud dan tujuan riset serta
mengetahui dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas ibu bersalin , peneliti tidak
mencantumkan nama ibu bersalin pada lembar pengumpulan data. Untuk
mengetahui keikut sertaannya peneliti cukup menuliskan nomor kode
pada masing-masing lembar pengumpulan data.
3. Confidentility (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh ibu bersalin dijamin oleh
peneliti.
I. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu pelaksanaan dan perencanaan mulai
penelitian membuet proposal hingga menuliskan laporan peneliti atau uji KTI
(Budijanto, 2005). Penelitian dilaksanakan pada april-mei 2014. Penelitian di
46
Desa Rabasan Kecamatan Tanjung Kabupaten Sampang, dipilihnya tempat
tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain : Ibu bersalin
Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang masih ada yang
beranggapan bahwa pemilihan penolong persalinan yang dilakukan di dukun,
menurut dukungan suami dan keluarga adalah ibu merasa nyaman dan
banyak mendapat dukungan mental dari keluarga dari pada di tenaga
kesehatan terkesan persalinan yang banyak membutuhkan dana yang besar.
J. Keterbatasan
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian
(Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini, hambatan yng dihadapi peneliti
adalah instrument pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan
responden menjawab pertanyaan dengan tdak jujur atau tidak mengerti
pertanyaan yang dimaksud, serta kemungkinan jawaban lebih dipengaruhi
subyektivitas responden.
47
K. Kerangka Kerja (Frame Work)
.
Gambar 3.1 : Kerangka Kerja (Frame Work)
Independent Variabel:
Dukungan Suami dan Keluarga
Dependent Variabel:
Pemilihan Penolong Persalinan
Populasi
Ibu bersalin di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang yang berjumlah 68 ibu
bersalin
Sampel
Besar Sampel : 58 ibu bersalin
Teknik Sampling : Simple Random Sampling
Pengumpulan Data
Kuesioner :dukungan suami dan keluarga
Register kohort ibu : Pemilihan penolong persalinan
Pengolahan data : Editing, Scoring, Coding, Tabulating
Analisis Data -univariat : Distribusi Frekuensi
- bivariat : Tabulasi Silang
- Uji Statistik : Chi Square
Pembahasan
Kesimpulan
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan keadaan lokasi penelitian, sehingga
dengan berdasarkan keadaan itu dapat diketahui gambaran umum wilayah
penelitian, yang dapat membantu mengidentifikasi segala hal yang berkaitan
dengan penelitian ini. Selain itu data hasil penelitian meliputi dukungan keluarga
dan suami pada ibu bersalin tentang persalinan, pemilihan penolong persalinan,
dan pengaruh dukungan suami dan keluarga, dan pengaruh dukungan keluarga
dan suami dengan pemilihan penolong persalinan.
Adapun data gambaran umum wilayah penelitian yang saya jadikan bahan
pendukung pada penelitian ini adalah.
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Data Geografis
Desa Rabasan merupakan desa yang termasuk dalam wilayah
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang. Desa Rabasan merupakan
desa yang berada di wilayah Kabupaten Sampang bagian timur. Desa
Rabasan Kecamatan Camplong terletak 20 km ke arah kota sampang
dan terletak ± 8 km ke arah kantor kecamatan. Kecamatan Camplong
merupakan daerah yang berbatasan secara langsung dengan Kabupaten
Pamekasan di bagian timur.
Desa Rabasan adalah salah satu desa di tengah Timur Madura,
terletak di Kecamatan Campolng Kabupaten Sampang. Luas wilayah
Desa Rabasan adalah 53 km2. Dari luas tersebut sebagian besar
digunakan untuk pemuliman penduduk, dan lahan pertanian berupa
sawah tadah hujan. Selain itu berupa tanah lapang fasilitas masyarakat,
dan lain-lain.
Adapun batas Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
adalah sebagai berikut.
a) Sebelah timur : Desa Terrak Kecamatan Tlanakan
b) Sebelah selatan : Desa Dharma Camplong Kecamatan Camplong
49
c) Sebelah barat : Desa Pamolaan Kecamatan Camplong
d) Sebelah utara : Desa Plampaan Kecamatan Camplong
2. Data Demografi
Penduduk Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
data tahun 2014 sebanyak 8.302 jiwa yang terdiri dari 4.105 laki-laki dan
4.207 perempuan. Lebih dari 80% penduduk Desa Rabasan Kecamatan
Camplong bermata pencaharian sebagai petani, da sisanya pedagang,
swasta, dan lain-lain.
Ditinjau dari sarana dan prasarana kesehatan, fasilitas kesehatan di
Desa Rabasan masih terbatas. Sarana dan prasarana kesehatan terdiri dari
polindes dan poskesdes. Adapun sarana kesehatan masyarakat di Desa
Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang sebagai berikut.
Tabel 4.1 Jumlah sarana dan prasarana kesehatan di Desa Rabasan Kecamatan
Camplong Kabupaten Sampang tahun 2013
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Polindes 2
2 Poskesdes 1
Jumlah 3
Sumber : data dokumentasi Desa Rabasan Kecamatan camplong
Sedangkan data tenaga kesehatan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Jumlah tenaga kesehatan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten
Sampang tahun 2014
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Bidan 2
2 Perawat 1
Jumlah 3
Sumber : data dokumentasi Desa Rabasan Kecamatan Camplong
B. Hasil Penelitian
1. Data Umum
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di Desa
Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang, dengan sampel 58
orang.
a. Usia Ibu Bersalin
50
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi ibu bersalin berdasarkan usia di Desa Rabasan
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang tahun 2013
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1 < 20 tahun 27 46,5
2 21-35 tahun 19 32,8
3 > 35 tahun 12 20,7
Jumlah 58 100
Sumber : data primer penelitian
Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa sebagian besar 27 ibu bersalin
(46,5%), berusia <20 tahun di Desa Rabasan Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang.
b. Pendidikan
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi ibu bersalin berdasarkan jenjang pendidikan di
Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang tahun 2014
No Jenjang Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD/MI 37 63,8
2 SMP 12 20,7
3 SMA 9 15,5
Jumlah 58 100
Sumber : data primer penelitian
Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa sebagian besar 37 ibu bersalin
(63,8%), berpendidikan SD di Desa Rabasan Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang.
2. Data Khusus
a. Dukungan suami kepada ibu bersalin tentang persalinan
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi dukungan suami kepada ibu bersalin tentang
persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
tahun 2014
No Dukungan Frekuensi Persentase (%)
1 Negatif 19 32,8
2 Positif 39 67,2
Jumlah 58 100
Sumber : data primer penelitian
Tabel 4.5 Menunjukkan bahwa sebagian besar 39 ibu bersalin
(67,2%), suami memberi dukungan positif kepada ibu bersalin
51
tentang persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang
b. Dukungan Keluarga Kepada Ibu Bersalin Tentang Persalinan
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi dukungan keluarga kepada ibu bersalin tentang
persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten
Sampang tahun 2014
No Dukungan Suami Frekuensi Persentase (%)
1 Negatif 17 29,3
2 Positif 41 70,7
Jumlah 58 100
Sumber : data primer penelitian
Tabel 4.6 Menunjukkan bahwa sebagian besar 41 ibu bersalin
(70,7%), keluarga memberi dukungan positif kepada ibu bersalin
tentang persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang,
c. Pemilihan Penolong Persalinan
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi ibu bersalin berdasarkan penolong persalinan di
Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang tahun 2014
No Pemilihan Penolong Persalinan Frekuensi Persentase (%)
1 Non Nakes 24 41,4
2 Nakes 34 58,6
Jumlah 58 100
Sumber : data primer penelitian
Tabel 4.7 Menunjukkan bahwa sebagian besar 34 ibu bersalin
(51,8%), memilih penolong persalinan di tenaga kesehatan di Desa
Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
d. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Tabel 4.8 Tabulasi silang pengaruh dukungan suami dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
tahun 2014
Dukungan
Suami
Penolong Persalinan Total
Non Nakes Nakes
Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Negatif 14 24,1 5 8,6 19 32,8
52
Positif 10 17,2 29 50,0 39 67,2
Total 24 41,4 34 58,6 58 100
Uji statistik Chi Square
ɑ : 0,05
df : 1
p : 0,001
Sumber : data primer penelitian
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 58 ibu bersalin
yang mempunyai dukungan suami positif tentang persalinan 39 ibu
bersalin (67,2%) sedangkan yang memilih penolong persalinan di
tenaga kesehatan sebanyak 34 ibu bersalin (58,6%).
Hasil uji chi Square menunjukkan nilai probability lebih kecil
dari pada nilai taraf signifikan (0,001 < 0,05) berarti Ha diterima dan
Ho ditolak. Dengan demikian menerima hipotesis kerja (Ha) dan
menolak hipotesis nihil (Ho), dan dapat dinyatakan bahwa ada
hubungan dukungan suami dengan pemilihan penolong persalinan di
Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
e. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemilihan Penolong
Persalinan
Tabel 4.9 Tabulasi silang pengaruh dukungan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
tahun 2014
Dukungan Penolong Persalinan Total
Non Nakes Nakes
Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Negatif 9 15,5 8 13,8 17 29,3
Positif 15 25,9 26 44,8 41 70,7
Total 24 41,4 34 58,6 58 100
Uji statistik Chi Square
ɑ : 0,05
df : 1
p : 0,380
Sumber : data primer penelitian
53
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 58 ibu bersalin
yang mempunyai dukungan keluarga positif tentang persalinan 41 ibu
bersalin (70,7%) sedangkan yang memilih penolong persalinan di
tenaga kesehatan sebanyak 34 ibu bersalin (58,6%).
Hasil uji chi Square menunjukkan nilai probability lebih besar
dari pada nilai taraf signifikan (0,380 < 0,05) berarti Ha ditolak dan
Ho diterima. Dengan demikian menerima hipotesis kerja (Ho) dan
menolak hipotesis nihil (Ha), dan dapat dinyatakan bahwa tidak ada
hubungan dukungan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan
di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
54
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan pembahasan hasil penlitian yang
terdiri dari dukungan keluarga tentang persalinan, dukungan suami tentang
persalinan, pemilihan penolong persalinan, pengaruh dukungan keluarga dengan
pemilihan penolong persalinan, dan pengaruh dukungan suami dengan pemilihan
penolong persalinan.
A. Dukungan Suami Tentang Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 39 ibu
bersalin (67,2%), suami memberi dukungan positif kepada ibu bersalin
tentang persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten
Sampang.
Dukungan suami pada ibu bersalin yang positif pada umumnya
didasarkan pada perhatian dengan memberikan informasi kepada ibu tentang
persalinan. Pada umumnya sebagian suami beranggapan bahwa persalinan itu
merupakan suatu perjuangan antara hidup dan mati karena pengetahuan suami
tentang infomasi mengenai dukungan, bahwa dukungan yang baik akan
berdampak baik juga pada proses persalinan ibu, sehingga cenderung ibu
mempunyai dukungan positif dari suami. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan Sarason (1983). Bahwa dukungan suami sangat diperlukan
seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan
istri adalah pedoman penting bagi si istri. Dengan adanya dukungan dari
suami dan keluarga, seseorang ibu akan merasakan adanya perhatian dari
kedua belah pihak
Definisi lainnya menurut Harymawan 2007 menyebutkan bahwa
dukungan suami sebagai adanya kenyamanan, perhatian dan penghargaan
atau menolong dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan sosial tersebut
diperoleh dari individu maupun dari kelompok. Dengan memahami
pentingnya dukungan suami bagi ibu bersalin, kita semua diharapkan mampu
55
untuk memberikan partisipasi dalam pemberian dukungan sesuai dengan
kebutuhan ibu.
B. Dukungan Keluarga tentang Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 41
ibu bersalin (70,7%), keluarga memberi dukungan positif kepada ibu bersalin
tentang persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten
Sampang,
. Dukungan keluarga pada ibu bersalin yang positif pada umumnya
didasarkan pada adanya perhatian dari keluarga, kenyamanan dan perhatian
seorang keluarga terhadap ibu yang baik akan memberikan rasa nyaman. Pada
umumnya sebagian keluarga mengetahui bahwa dukungan kelurga yang
positif dalam pemilihan penolong persalinan akan sangat mempengaruhi ibu
dalam pemilihan penolong persalinan, sehingga keluarga cenderung
mempunyai dukungan positif dari keluarga. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan Serason (1983) dalam Kuncoro (2002) mengatakan bahwa
dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang-
orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan
yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan
keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau
menolong dengan sikap menerima kondisinya.
C. Pemilihan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 34
ibu bersalin (51,8%), memilih penolong persalinan di tenaga kesehatan di
Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu senang apabila persalinan dilakukan di tenaga
kesehatan. Alasan utamanya adalah ibu merasa aman dan tenang dengan
pertolongan bidan sebagai tenaga kesehatan terlatih yang dilengkapi dengan
alat dan obat yang lebih lengkap dari pada persalinan di dukun. Selain itu ibu
dan keluarga menganggap persalinan di tenaga kesehatan akan lebih terjamin
keselamatannya. Privasi ibu dan keluarga juga lebih terjaga. Di samping itu
56
dukungan suami dan keluarga, banyak memberikan pertimbangan kepada ibu
untuk melahirkan di tenaga kesehatan karena bila melahirkan di dukun berarti
persalinannya akan beresiko pada ibu dan bayinya. Hal itu sesuai dengan
yang dikemukakan (Mentri Kesehatan) penolong bidan yang ideal untuk
persalinan adalah tenaga kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang
siap sewaktu waktu terjadi komplikasi persalinan minimal di tenaga
kesehatan seperti bidan, dan dokter yang mampu memberikan pelayanan yang
baik. Hal itu juga diperkuat oleh pernyataan kepala dinas kesehatan provinsi
jawa timur bahwa salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
provinsi jawa timur melalui Seksi Kesehatan Ibu dan Anak yaitu dengan
melakukan sosialisasi P4K (Program Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)
dan juga penempelan stiker P4K (ditempel pada rumah ibu hamil). Dengan
demikian maka setiap ibu hamil akan tercatat, terdata, dan terpantau secara
tepat seperti yang telah direncanakan dalam program desa siaga.
D. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 68 ibu bersalin
yang mempunyai dukungan suami positif tentang persalinan 39 ibu bersalin
(67,2%) sedangkan yang memilih penolong persalinan di tenaga kesehatan
sebanyak 34 ibu bersalin (58,6%). Hasil uji chi Squer menunjukkan nilai
probability lebih kecil dari pada nilai taraf signifikan (0,001 < 0,05) berarti
Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian menerima hipotesis kerja (Ha)
dan menolak hipotesis nihil (Ho), dan dapat dinyatakan bahwa ada hubungan
dukungan suami dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Rabasan
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
Dukungan adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan,
ataupun bantuan yang diterima individu dari orang yang berarti baik secara
perorangan ataupun kelompok. Dukungan dapat berupa dukungan keluarga
internal, seperti dukungan dari suami istri atau dukungan dari saudara
kandung. Dalam hal ini dukungan merupakan suatu bentuk perhatian yang
sangat dibutuhkan oleh ibu bersalin. Ibu yang mempunyai dukungan suami
negatif terhadap pelayanan di bidan, maka ibu tidak akan melakukan
57
persalinan di bidan dan lebih memilih melakukan persalinan di dukun.
Begitupun sebaliknya jika seorang suami berpandangan positif terhadap
penolong persalinan di tenaga kesehatan maka suami akan cenderung
mendukung suami untuk memilih bersalin di tenaga kesehatan. Hal itu sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Dagun bahwa Suami adalah orang pertama
dan utama dalam memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut
memberi dorongan, dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri
yang sedang hamil yang akan membawa dampak bagi sikap ibu. Semua ini
tidak lepas dari peran serta petugas kesehatan terutama bidan yang
memberikan penyuluhan kepada ibu dan masyarakat tentang persalinan yang
aman dan nyaman, di berbagai kegiatan sehingga dukungan suami yang
positif sangat mempengaruhi ibu untuk memilih penolong persalinan
E. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 68 ibu bersalin yang
mempunyai dukungan keluarga positif tentang persalinan 41 ibu bersalin (70,7%)
sedangkan yang memilih penolong persalinan di tenaga kesehatan sebanyak
34 ibu bersalin (58,6%).Hasil uji chi Squer menunjukkan nilai probability
lebih kecil dari pada nilai taraf signifikan (0,380 < 0,05) berarti Ha ditolak
dan Ho diterima. Dengan demikian menerima hipotesis kerja (Ho) dan
menolak hipotesis nihil (Ha), dan dapat dinyatakan bahwa tidak ada
hubungan dukungan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di Desa
Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap ibu bersalin. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika
diperlukan. Keluarga yang mempunyai dukungan negatif terhadap pelayana
di tenaga kesehatan maka keluarga tidak akan mendukung ibu untuk
melahirkan di tenaga kesehatan. Begitupun sebaliknya jika suatu keluarga
berpandangan positif terhadap penolong persalinan di tenaga kesehatan maka
58
keluarga akan cenderung mendukung ibu untuk memilih bersalin di tenaga
kesehatan.
Dalam memilih penolong persalinan ibu bersalin lebih cenderung
memilih pertimbangan kepada suami dari pada keluarga atau orang tua .
dikarenakan suami merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas
keselamatan ibu dan bayi selama persalinan, sehingga ibu bersalin lebih patuh
mengikuti saran/pertimbangan dari suami dari pada keluarga atau orang tua.
Hal ini sesuai dengan Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa
suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri)
yang telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak),
suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga
tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat
dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai
motivator dalam berbagai kebijakan yang akan menentukan keputusan
termasuk merencanakan keluarga.
.
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran yang berhubungan
dengan hasil penelitian.
A. KESIMPULAN
1. Sebagian besar suami memberi dukungan positif dalam memilih penolong
persalinan di Desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
2. Sebagian besar keluarga memberi dukungan positif dalam memilih
penolong persalinan di desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten
Sampang
3. Sebagian besar ibu bersalin memilih penolong persalinan di Nakes di desa
Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
4. Ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan penolong persalinan di
desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
5. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan di desa Rabasan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
B. Saran
1. Bagi Ibu bersalin
Ibu bersalin sebaiknya lebih memanfaatkan tenaga kesehatan dalam
proses persalinannya, di Tenaga kesehatan pertolongan persalinan
dengan fasilitas yang memenuhi standar kesehatan tersedia sehingga
persalinan aman dan nyaman
2. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan, khususnya bidan, lebih aktif meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang peran dan fungsi bidan,
sehingga tidak ada ibu bersalin melakukan persalinannya di dukun. Hal
ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan kerja sama yang lebih
aktif antara bidan dengan pihak terkait, seperti dukun dan masyarakat
untuk lebih memasyarakatkan bidan dalam pelayanan utama kesehatan
ibu dan anak.
60
3. Bagi masyarakat
Dalam meningkatkan fungsi bidan, masyarakat hendaknya lebih
aktif melakukan komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya,
menggerakkan anggota masyarakat untuk melakukan persalinan di bidan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji factor-
faktor lain yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan, sehingga
memberikan gambaran yang lengkap dan menyeluruh tentang pemilihan
penolong persalinan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan ke
Duabelas (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.
Bobak lowdermilk,jongson, 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :
EGC
Budiyanto, 2003. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta
: EGC
Depkes RI, 2002 . Pelatihan Asuhan Persalinan Bersih dan Aman. Jakata dirjen
Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
,2000. Pelatihan Asuhan Persalinan Bersih dan Aman. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
, 2001. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan
Friedman, 2005. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset Teori dan Praktek.
Fakultas Kedokteran Universitas Jakarta
Hidayat, Azis Alimul A., 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba. 2001. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta : EGC
Mahfoedz, I. 2005. “Metodologi Penelitian bidang Kesehatan, keperawatan dan
Kebidanan”. Yogyakarta : Fitramaya.
Maramis, 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya Universitas
Airlangga
Mellani, 2009. Kebidanan Komunitas. Jokjakarta, Vitra Maya
Mochtar, Roestam. 2002. Sinopsis Obstetri L. Jakarta: EGC
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika
Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
, Soekidjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
62
Prawirohardjo. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC
Sastroasmoro, Sudigno. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta
: Sagung Seto.
Sugiono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suherman, 2003. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : EGC
Setiadi, 2006. Keluarga Peran dan Fungsi. Jakarta : Bina Pustaka