Post on 21-Dec-2015
description
Latar Belakang
Unit gawat darurat adalah unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin . Jumlah dan kasus pasien yang datang ke unit gawat darurat tidak dapat diprediksi karena kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja , dimana saja serta dapat menimpa siapa saja . Karena kondisinya yang tidak terjadwal dan bersifat mendadak serta tuntutan pelayanan yang cepat dan tepat , maka diperlukan triage sebagai langkah awal penanganan pasien di unit gawat darurat dalam kondisi sehari hari , kejadian luar biasa maupun bencana (DepKes RI ,2005)Triage adalah suatu system seleksi dan pemilihan pasien untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien . Sistem triage merupakan salah satu penerapan system menejemen resiko di unit gawat darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhannya dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Triage juga membantu mengatur pelayanan sesuai dengan alur pasien di unit gawat darurat . Penilaian triage merupakan pengkajian awal pasien unit gawat darurat yang dilakukan oleh perawat . (DepKes RI,2005)Florence nightingale menggunakan konsep triage selama perang crime dengan cara memilah korban perang yang mungkin atau tidak mungkin bertahan hidup dan memerlukan perawatan lebih lanjut (Thomas , Bernardo & Herman 2003, dalam semonim ,2008) . Pada tahun 1960, triage mulai berkembang dan dilakukan di unit gawat darurat . Awalnya, triage dilakukan oleh dokter atau tim yang terdiri dari dokter dan perawat , saat ini triage umumnya dilakukan oleh seorang perawat unit gawat darurat yang telah berpengalaman ( Gillboy , Travers& Wuerz 1999, Dalam Semonim , 2008)Sesuai standar DepKes RI , perawat yang melakukan triase adalah perawat yang telah bersertifikat pelatihan PPGD ( Penanggulangan Pasien Gawat Darurat ) atau BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support) (Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Rumah Sakit, 2005). Selain itu, perawat triage sebaiknya mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang memadai karena harus terampil dalam pengkajian serta harus mampu mengatasi situasi yang komplek dan penuh tekanan sehingga memerlukan kematangan professional untuk mentoleransi stress yang terjadi dalam mengambil keputusan terkait dengan kondisi akut pasien dan menghadapi keluarga pasien (Elliot et al, 2007 , hlm 466) . Berdasarkan kondisi tersebut menggambarkan bahwa tidak mudah bagi perawat untuk melaksanakan triage.Pada proges tugas PjBL yang kami kerjakan ini bertemakan mengenai TRIAGE. Yang mana kita mengulas tentang TRIAGE pre & in hospital . Disini kami dalam mengerjakannya atau menggunakan metode simulasi atau bermain peran yang akan dijadikan dalam bentuk video yang berperan didalamnya yaitu dari anggota kelompok dimana diharapkan mahasiswa keperawatan fikes dapat memahami metode TRIAGE tersebut. Manfaat produk yang kami lakukan ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan dimana agar dapat lebih memahami tentang TRIAGE dan menjadi pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan saat praktik di lapangan nanti .
1.2 Tujuan UmumMenjelaskan informasi dan memahami mengenai Triage in dan Pre Hospital
1.3 Tujuan Khusus1. Untuk menjelaskan definisi dari TRIAGE pre dan in hospital2. Untuk menjelaskan prinsip dan tipe dari TRIAGE in dan pre hospital3. Untuk menjelaskan klasifikasi dan penentuan prioritas dari TRIAGE pre dan in hospital4. Untuk mengetahui algoritma TRIAGE pre dan in hospital
TINJAUAN PUSTAKA
A.Sejarah TriageDefinisi : dari kata Perancis Trier yang artinyamembagi dalam 3 group.Di kembangkan di medan pertempuran.Konsep ini digunakan bila terjadi bencana.Dilaksanakan di ruang gawat darurat dari 1950 / 1960 karena 2 alasan :Meningkatkan kunjungan
Meningkatkan penggunaan untuk non urgen
B. Pengertian TriageTriage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan kondisinya. Triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus cedera secara cepat berdasarkan keparahan cedera mereka dan peluang kelangsungan hidup mereka melalui intervensi medis yang segera.Sistem triage tersebut harus disesuaikan dengan keahlian setempat. Prioritas yang lebih tinggi diberikan pada korban yang prognosis jangka pendek atau jangka panjangnya dapat dipengaruhi secara dramatis oleh perawatan sederhana yang intensif.Sistem triase biasanya sering ditemukan pada perawatan gawat darurat di suatu bencana.Misalnya adabeberapaorang pasien yang harus ditangani oleh perawat tersebut.dimana setiap pasien dalam kondisi yang berbeda.Jadi perawat harus mampu menggolongkan pasientersebut dengan sistem triase.Pasien pertama kondisinya sudah tidak mungkin untuk diselamatkanlagi ( sudah meninggal), terdapat luka parah atau kebocoran di kepala, sehingga pasien tersebut digolongkan pada triase lampu hitam.pasien kedua kondisinya mengalami patah tulang, luka-luka dan memar pada tubuhnya, sehingga pasien berteriak, mungkin karena kejadian yang membuat pasien syok, maka pasien diklasifikasikan pada triase lampu hijau, tidak perlu penanganan cepat. Selanjutnya ditemui pasien dengan kondisi lemah, kritis, nadi lemah, serta pernafasan yang sesak. Maka pasien ini lah yang sangat membutuhkan pertolongan pada saat itu, yang tergolong pada triase lampu merah. Karena jika tidak diselamatkan, nyawa pasien bisa tidak tertolong lagi.Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem triase ini digunakan untuk menentukan prioritas penanganan kegawat daruratan. Sehingga perawat benar-benar memberikan pertolongan pada pasien yang sangat membutuhkan, dimana keadaan pasien sangat mengancam nyawanya, namun dengan penanganan secara cepat dan tepat, dapat menyelamatkan hidup pasientersebut. Tidak membuang wakunya untuk pasien yang memang tidak bisa diselamatkan lagi, dan mengabaikan pasien yang membutuhkan.
C.Tujuan TriageTujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/pengobatan gawat darurat
Sistem Triage dipengaruhiJumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
Denah bangunan fisik unit gawat darurat
Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis
D.Klasifikasi TriageKlasifikasi berdasarkan pada :Pengetahuan
data yang tersedia
situasi yang berlangsung
E. Kode Warna International Dalam Triage :Sistem triage dikenal dengan system kode 4 warna yang diterima secara internasional. Merah menunjukan perioris tinggi perawatan atau pemindahan, Kuning menandakam prioritas sedang, hijau digunakan untuk pasien rawat jalan, dan hitam untuk kasus kematian atau pasien menjelang ajal. Perawat harus mampu mampu mengkaji dan menggolongkan pasien dalam waktu 30 detik atau maksimal 1 menit.
Prioritas1 atau Emergensi:warnaMERAH(kasus berat)
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera,perdarahan berat,pasien dibawa ke ruang resusitasi,waktu tunggu 0(nol) :Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
Fraktur terbuka dan fraktur compound
Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
Shock tipe apapun
Prioritas2atau Urgent:warnaKUNING(kasussedang)
Pasien dengan penyakit yang akut,mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki,waktu tunggu 30 menit,area critical care.Trauma thorax non asfiksia
Fraktur tertutup pada tulang panjang
Luka bakar terbatas ( < 30% dari TBW )
Cedera pada bagian / jaringan lunak
Prioritas3atau Non Urgent:warnaHIJAU(kasusringan)
Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal,luka lama,kondisi yang timbul sudah lama,area ambulatory / ruang P3.Minor injuries
Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
Prioritas0:warnaHITAM(kasusmeninggal)
Tidak ada respon pada semua rangsangan
Tidak ada respirasi spontan
Tidak ada bukti aktivitas jantung
Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
Proses Pengambilan Keputusandan TriasePengambilan keputusan adalah bagian yang penting dan integral pada medis dan praktik keperawatan. Penilaian klinis tentang pasien membutuhkan baik pemikiran dan intuisi, dan keduanya harus didasarkan pada professional,pengetahuan dan keterampilan. Banyak praktisi berpendapat bahwa pengambilan keputusan kritis adalah hanya sekitar akal sehat dan pemecahan masalah, dan sampai batas tertentu mereka sudah benar. Itu,bagaimanapun, lebih dari ini dan membutuhkan tingkat keterampilan tertentu. Dalam proses pengambilan keputusan dokter diharapkan untuk:Menafsirkan
Mendiskriminasikan
mengevaluasi
Strategi pengambilan keputusan :Sejumlah strategi yang digunakan
dalam proses pengambilan keputusan:Pemikiran
Pada dasarnya ada dua tipe penalaran yang terlibat dalam berpikir kritis:Penalaran induktif adalah kemampuan untuk mempertimbangkan semua kemungkinan, dan ini sangat berguna untuk yang kurang berpengalaman. Melibatkan proses yang memakan waktu, mempertimbangkan semua informasi pasien yang dikumpulkan dalam rangka untuk mencapai keputusan tentang perawatan yang mereka butuhkan.
Penalaran deductive adalah 'menyiangi' yang simultan dari solusi yang mungkin sementara aktif mengumpulkan informasi pasien, strategi ini sering tidak diketahui atau tidak dikenal dan menjadi bagian dari praktek ahli. Memungkinkan praktisi untuk cepat mengurutkan yang relevan dantidak relevan dari informasiuntuk mencapai keputusan.
Pengenalan pola
Ini adalah strategi yang paling umum digunakan oleh dokter, dan sangat penting ketika membuat keputusan yang cepat berdasarkan informasi terbatas yang diperlukan selama triase.
Hipotesa berulang
Hipotesa berulang digunakan oleh dokter untuk menguji penalaran diagnostik. Dengan mengumpulkan data untuk mengkonfirmasi atau menghilangkan hipotesis, keputusan dapat dibuat. Tergantung pada tingkat keahlian metode ini dapat berupa induktif atau deduktif.Representasi mental
Representasi mental adalah metode menyederhanakan situasi untuk
memberikan gambaran umum, dan memungkinkan fokus pada informasi
yangrelevan. Strategi ini sering digunakan ketika suatu masalah
yang sangat kompleks atau besar. Penggunaan analogi membantu dokter
memvisualisasikan situasi dengan menyederhanakan masalah dan
memungkinkan perspektif yang berbeda. Triase keputusan harus cepat
dan metode ini telah digunakan secara terbatas pada tahap dalam
perawatan pasien.Intuisi
Intuisi adalah terkait erat dengan keahlian, dan umumnya dipandang
sebagai kemampuan praktisi untuk memecahkan masalah dengan data
yang relatif sedikit. Intuisi jarang melibatkan analisis sadar dan
sering dinyatakan sebagai 'firasat' atau 'firasat yang kuat'.
Praktisi ahli melihat situasi secara holistik dan menggambarkan
berdasarkan pengalaman masa lalu. Banyak pengetahuan mereka
tertanam dalam praktek dan disebut sebagai lacit, di mana keputusan
yang efektif yang dibuat dengan menggabungkan pengetahuan dengan
teori-teori pengambilan keputusan dan berpikir intuitif.Perawat
ahli banyak yang tidak menyadari proses mental yang mereka gunakan
dalam penilaian dan pengelolaan pasien.Meskipun intition tetap
terukur, nilai praktek klinis adalah mengakui dan didokumentasikan
dengan baik.
Pengambilan Keputusan SelamaTriageTerdiri dari tigatahap utama:Identifikasimasalah
Penentuanalternatif dan.
Pemilihanalternatifyang paling tepat
Pendekatanuntuk membuatkeputusan pentingmenggunakanlimalangkah berikut:Mengidentifikasi masalah
Ini dilakukandengan mendapatkaninformasi daripasien,
penjagaataupersonil perawatanpra-rumah sakit.Fase
inimemungkinkandiagram alurpresentasiyang relevanuntuk
diidentifikasi.Mengumpulkan danmenganalisisinformasi yang terkait
dengansolusi.
Satudiagram alurtelah diidentifikasifase
iniyangdifasilitasikarenadiskriminatordapat dicaripada setiap
tingkat.Diagramaliranmemfasilitasipenilaian cepatdengan
menyarankanpertanyaanterstruktur.Pengenalan polajuga
memainkanbagian ditahap ini.
Mengevaluasi semua alternatif dan memilih salah satu untuk
pelaksanaa.
Dokter mengumpulkan sejumlah besar data tentang pasien mereka
menangani. Ini disusun ke dalam database mental mereka sendiri dan
disimpan dalam kompartemen untuk mengingat mudah, hal ini paling
efektif bila terkait dengan penilaian atau kerangka kerja
organisasi. Kerangka ini berfungsi sebagai panduan untuk penilaian
dan diatur sebagai kompartemen dengan sub-judul. Diagram alur
penyajian menyediakan kerangka organisasi untuk memesan proses
pemikiran selama triase. Diagram alur telah berkunjung ke link
proses pengambilan keputusan ke dalam pengaturan klinis. Mereka
membantu pengambilan keputusan dengan menyediakan struktur, dan
juga dukungan staf junior karena mereka memperoleh keterampilan
pengambilan keputusan.
Mengimplementasikan alternatif yang dipilih
Hanya ada lima kategori triase mungkin untuk memilih.Ini memiliki nama spesifik dan defenitons. Praktisi triase menerapkan kategori tergantung pada urgensi dari kondisi pasien.Sekali prioritas dialokasikan jalur perawatan yang tepat dimulai.Memantau pelaksanaan dan mengevaluasi hasil.
Triase adalah dinamis dan harus responsif terhadap kebutuhan pasien dan departemen. Metode triase yang diuraikan dalam buku ini memastikan bahwa proses mencapai keputusan itu diatur. Oleh karena itu perawat akan dapat mengidentifikasi bagaimana dan mengapa mereka mencapai hasil (kategori). Ini memfasilitasi penilaian ulang dan konfirmasi berikutnya atau mengubah dalam kategori.
F.START ( Simple triage And Rapid Treatment)Adalah suatu system yang dikembangkan untuk memungkinkan paramedic memilah korban dalam waktu yang singkat kira kira 30 detik.Yang perlu diobservasi : Respiration, Perfusion, dan Mental Status ( RPM ).System START di desain untuk membantu penolong untuk menemukan pasien yang menderita luka berat.Tahap pertama dalam START adalah untuk memberitahu orang / korban yang dapat bangun dan berjalan untukpindah ke area yang telah ditentukan. Supaya lebih mudah untuk dikendalikan, bagi korban yang dapat berjalan agar dapat pindah dari area tempat pertolongan korban prioritas utama (merah / immediate ).Korban ini sekarang ditandai dengan status Minor / prioritas 3 ( hijau ).Jika korban protes disuruh pindah dikarenakan nyeri untuk berjalan, jangan paksa mereka untuk pindah.Tahap ke dua:Mulai dari tempat berdiri.Mulailah tahap ke 2 dari tempat berdiri, bergeraklah pindah dengan pola yang teratur dan mengingat korban. Berhenti pada masing masing individu dan melakukan assesment dan tagging dengan cepat.Tujuannya adalah untuk menemukan pasien yang butuh penanganan segera (immediate, merah).
START didasarkan pada 3 observasi : RPM (respiration, perfusion, and Mental Status)Respiration / breathing
Jika pasien bernafas, kemudian tentukan frekuensi pernafasanya, jika lebih dari 30 / menit, korban ditandai Merah / immediate. Korban inimenujukkan tanda tanda primer shock dan butuh perolongan segera.Jika pasien bernafas dan frekuensinya kurang dari 30 / menit, segera lakukan observasi selanjutnya ( perfusion and Mental status ).Jika pasien tidak bernafas, dengan cepat bersihkan mulut korban dari bahan bahan asing.Buka jalan nafas, posisikan pasien untuk mempertahankan jalan nafasnya, dan jika pasien bernafas tandai pasien dengan immediate, jika pasien tidak bernafas setelah dialkukan maneuver tadi, maka korban tersebut ditandaiDEAD.
Perfusion or Circulating
Bertujuan untuk mengecek apakah jantungnya masih memiliki kemampuan untuk mensirkulasikan darah dengan adekuat, dengan cara mengecek denyut nadi. Jika denyut nadi lemah dan tidak teratur korban ditandai immediate.jika denyut nadi telah teraba segera lakukan obserbasi status mentalnya.
Mental status
Untuk mengetesnya dapat dilakukan dengan memnberikan instruksi yang mudah pada korban tersebut :buka matamu atau tutup matamu .Korban yang mampu mengikuti instuksi tersebut dan memiliki pernafasan dan sirkulasi yang baik, ditandai dengan DelayedKorban yang tidak bisa mengikuti instruksi tersebut ditandai dengan Immediate Korban D ditinggalkan di tempat mereka jatuh, ditutupi seperlunya. Korban I merupakan prioritas utama dalam evakuasi karena korban ini memerlukan
Perawatan medis lanjut secepatnya atau paling lambat dalam satu
jam (golden hour). Korban DEL dapat menunggu evakuasi sampai
seluruh korban I selesai ditranspor.
Jangan evakuasi korban M sampai seluruh korban I dan DEL selesai
dievakuasi. Korban ini dapat menunda perawatan medis lanjut sampai
beberapa jam lamanya. Re-triase korban tetap dilakukan untuk
melihat apakah keadaan korban memburuk.
Reverse TriageSebagai tambahan pada standar triase yang dijalankan, terdapat beberapa kondisi dimana korban dengan cedera ringan didahulukan daripada korban dengan cedera berat. Situasi yang memungkinkan dilakukan reverse triage yaitu pada keadaan perang dimana dibutuhkan prajurit yang terluka untuk kembali ke medan pertempuran secepat mungkin. Selain itu, hal ini juga mungkin dilakukan bila terdapat seumlah besar paramedis dan dokter yang mengalami cedera, dimana akan merupakan suatu keuntungan jika mereka lebih dulu diselamatkan karena nantinya dapat memberikan perawatan medis kepada korban yang lain.
PENILAIAN DITEMPAT DAN PRIORITAS TRIAGEPertahankan keberadaan darah universal dan cairan.
Tim respons pertama harus menilai lingkungan atas kemungkinan bahaya, keamanan dan jumlah korban untuk menentukan tingkat respons yang memadai.
Beritahukan koordinator untuk mengumumkan musibah massal dan kebutuhan akan dukungan antar instansi sesuai yang ditentukan oleh beratnya kejadian.
Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu tersedia :
Petugas Komando Musibah.
Petugas Komunikasi.
Petugas Ekstrikasi/Bahaya.
Petugas Triase Primer.
Petugas Triase Sekunder.
Petugas Perawatan.
Petugas Angkut atau Transportasi.
Kenali dan tunjuk area sektor musibah massal :
Sektor Komando/Komunikasi Musibah.
Sektor Pendukung (Kebutuhan dan Tenaga).
Sektor Musibah.
Sektor Ekstrikasi/Bahaya.
Sektor Triase.
Sektor Tindakan Primer.
Sektor Tindakan Sekunder.
Sektor Transportasi.
Rencana Pasca Kejadian Musibah massal :
Kritik Pasca Musibah.
CISD (Critical Insident Stress Debriefing).
METODOLOGI, HASIL DAN PEMBAHASAN
Metodologi
Dalam menyelesaikan tugas PjBL ini , kami mendapatkan tugas untuk membuat 2 produk, yaitu video dan laporan akhir berupa makalah yang mana di dalam produk tersebut sama sama membahas tentang TRIAGE . Pada video yang kami buat, kami melakukan sebuah simulasi atau sebuah peran mengenai TRIAGE pre & in hospital . Pada hari pertama penggarapan tugas , kami membagi peran pada masing masing anggota kelompok lalu pada hari selanjutnya , kelompok kami mulai melakukan simulasi sesuai dengan tugas yang sudah diberikan .
ScenarioTerjadi kecelakaan mobil dengan truk di Jln. Sumbersari akibat rem mobil blong/rusak. Kemudian terjadilah kecelakaan. Supir truk diketahui telah kabur. Didalam kecelakaan ini mobil terguling , didalamnya terdapat 12 orang yang menjadi korban.No.pasienkasuswarna
1.Wanita 50 tahunterlihat banyak cucuran darah di kakinya sampai terlihat tulangnya. Korban tidak bisa berjalan namun masih bisa berbicara untuk meminta bantuan. Saat di cek TD 86/70 mmHg, RR 20x/menit, CRT 2 detik , TD 140x/ menit.MERAH
8.Anak-anak usia 17 thnterdapat luka dibagian pipi. RR Nadi Normal. Korban masih bisa mengikuti perintah.HIJAU
9.Laki- laki usia 45 thnterdapat tusukan di bagian perut kemudian seluruh mukanya memar dan terdapat pecahan kaca di bagian pipi, korban tidak sadar, nadi tidak teraba pernafasan Apneu.HITAM
10.Wanita 20 tahunterdapat luka memar dibagian kepala Nadi, RR normal. Mengeluh pusing jika berjalan, dapat mengikuti perintah, terdapat abrasi di kaki dan kedua tanganya.KUNING
11.Laki-laki 21 tahunterdapat luka memar dibagian tibia kanan, tidak bisa berjalan, terlihat darah berceceran, RR 25x/menit, CRT 25 %
Prioritas IIPotensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh : patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas IIIPerlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan.
Prioritas 0Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis.
Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan (Iyer, 2004).TINGKAT KEAKUTANKETERANGAN
Kelas IPemeriksaan fisik rutin (misalnya memar minor) dapat menunggu lama tanpa bahaya
Kelas IINonurgen / tidak mendesak (misalnya ruam, gejala flu) dapat menunggu lama tanpa bahaya
Kelas IIISemi-urgen / semi mendesak (misalnya otitis media) dapat menunggu sampai 2 jam sebelum pengobatan
Kelas IVUrgen / mendesak (misalnya fraktur panggul, laserasi berat, asma); dapat menunggu selama 1 jam
Kelas VGawat darurat (misalnya henti jantung, syok); tidak boleh ada keterlambatan pengobatan ; situasi yang mengancam hidup
Description: clip_image003Gambar skema triage lapangan
Kriteria Load and Go
TRIAGE IN HOSPITAL
Prinsip Dan Tipe TriageIn Hospital
Prinsip In Hospital :
Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus menerapkan prinsip universal precaution, mencegah penyebaran infeksi dan memberikan asuhan yang nyaman untuk klien
Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan
Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi masalah biologi dan psikologi klien
Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama perawat dan klien
System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat
Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.
(Department Emergency Hospital Singapore, 2009)Tipe Triage In Hospital
Tipe 1 :Traffic Director or Non NurseHampir sebagian besar berdasarkan system triage
Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya
Tidak ada dokumentasi
Tidak menggunakan protocol
Tipe 2 : Cek Triage CepatPengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregistrasi atau dokter
Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
Evaluasi terbatas
Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat perawatan pertama
Tipe 3 :Comprehensive TriageDilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman
4 sampai 5 sistem kategori
Sesuai protocol
(Iyer, 2004).Klasifikasi Dan Penentuan Prioritas In Hospital
KlasifikasiBerdasarkan prioritas keperawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :Tabel 1. Klasifikasi TriageKLASIFIKASIKETERANGAN
Gawat darurat (P1)Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran, trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat (P2)Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter spesialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya
Darurat tidak gawat (P3)Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, otitis media dan lainnya
Tidak gawat tidak darurat (P4)Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnyapenyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya.
Primery SurveySurvey TKPPerlindungan diri dari cairan tubuh korban
Bahaya TKP
Jumlah penderita
Bantuan Penolong lain atau Perlengkapan Tambahan
Mekanisme Trauma
Pemeriksaan AwalTingkat kesadaran
C spine
A= airway patient
B= breathing,rate dan quality
C= Circulation rate and quality
Cek perdarahan mayor
Pada pergelangan tangan
Periksa juga warna akral dan temperature akral
PRE
HOSPITALIN
HOSPITALSecendary SurveySituasi Load and GoPermeriksaan TerfokusSituasi Load and GoRapid Trauma SurveyHead to toeInspeksi : DCAP BTLSPalpasi : ITC
Pemeriksaan detail(GCS,TTV, ABC, Status Mental, Evaluasi Intervensi)Pemeriksaan berkelanjutan(LAB, Rongsen , dll)
Situasi kritis Load and GoKeadaan keadaan yang termasuk dalam criteria ini :Obstruksi jalan nafas yang tidak dapat diatasi secara mekanik seperti suction, forceps, atau intubasi
Henti jantung karena trauma
Keadaan yang menimbulkan pernafasan tidak adekuat(luka dinding thorax terbuka, flail chest yang luas, tension, pneumothorak, trauma tumpul dada yang luas
Syok
Trauma kepala tidak sadar, pupil anisokor
Pelvis tidak stabil
Fraktur femur bilateral.
Description: clip_image001Gambar : Skema triage rumah sakit
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian, misalnya terlihat sekilas kearah pasien yang berada di brankar sebelumm mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama. Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat, misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit.Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit/lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru dapat mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan. Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkope, atau diaphoresis (Iyer, 2004).Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda objektif bahwa ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer)Alur dalam proses Triage :Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD
Diruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)
Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :
Segera Immediate (MERAH). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR