Post on 03-Mar-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLAIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN
PRESTASI LOMPAT JAUH
(Studi Eksperimen Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump pada Siswa Putra SMAN 3 Kota Madiun)
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Disusun Oleh :
D 12020228
Disusun Oleh :
PARDIJONO
A120809117
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLEOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN
PRESTASI LOMPAT JAUH
(Studi Eksperimen Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump pada Siswa Putra SMAN 3 Kota Madiun)
Disusun oleh :
PARDIJONO
A120809117
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. M. Furqon H., M.Pd Prof. Dr. Muchsin Doewes., dr., AIFO NIP. 196007271987021001 NIP.194805311976031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 194911081976091001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLEOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN
PRESTASI LOMPAT JAUH
(Studi Eksperimen Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust
Jump pada Siswa Putra SMAN 3 Kota Madiun)
Disusun oleh :
PARDIJONO
A120809117
Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal : _________
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. Sugiyanto ..................................
Sekretaris : Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd ..................................
Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. H.M. Furqon H., M.Pd ..................................
2. Prof. Dr. Muchsin Doewes., dr.,AIFO ..................................
Surakarta, ……..
Mengetahui,
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof.Drs. Suranto., M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 195708201985031004 NIP. 194911081976091001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama : Pardijono
NIM : A120809117
Jurusan/Program : Program Studi Ilmu Keoalahragaan
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul“ PERBEDAAN
PENGARUH METODE LATIHAN PLAIOMETRIK DAN
KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN
PRESTASI LOMPAT JAUH. (Studi Eksperimen Latihan Plaiometrik
Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump pada Siswa Putra SMAN 3 Kota
Madiun), ” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Agustus 2011
Pembuat pernyataan
( Pardijono )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Jadi ibadahlah yang menjadi motivasi hidup sejati kita. Hidup kita tiada lain
hanya untuk beribadah kepada Allah. Segala gerak gerik kita, pemikiran kita, dan
ucapan kita harus dalam rangka beribadah kepada Allah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Persembahan Tesis ini saya persembahkan untuk :
Karya ini dipersembahkan
Kepada:
Ibu Tercinta,
Isteri dan Anakku Tersayang,
Saudara-saudaraku Tersayang,
Almamaterku Tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
melimpatkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Latihan Plaiometrik dan Kekuatan
Terhadap Peningkatan Prestasi lompat jauh (Studi Eksperimen Latihan
Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump pada Siswa Putra Kelas XI
SMAN 3 Kota Madiun)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister dalam bidang Ilmu Keolahragaan. Pada kesempatan ini,
perkenankan saya menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada :
1. Prof. Dr. R Karsidi.,M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di program Pascasarjana Univesitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto., M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universtas Sebelas Maret yang telah merestui dan memberi kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka memenuhi tugas
akhir.
3. Prof Dr. Sugiyanto selaku Ketua program studi Ilmu Keolahragaan, yang telah
memberikan motivasi, bimbingan serta dorongan untuk segera menyelesaikan
penulisan tesis ini.
4. Prof. Dr. H.M. Furqon H.,M.Pd dan Prof. Dr. Muchsin Doewes.,dr.,AIFO.
selaku pembimbing yang senantiasa dengan tekun rela mengorbankan
sebagian waktunya untuk selalu memberikan dorongan dan bimbingan serta
membuka cakrawala berfikir agar tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Ibu dan kakak serta adik tercinta yang selalu mengorbankan segala yang
dimilikinya serta senantiasa setia dengan doa-doanya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
6. Istri dan anak yang sangat saya cintai dan sayangi, yang memberi dorongan
dan semangat serta telah merelakan waktunya terbagi dengan dalam penelitian
ini.
7. Teman-teman sejawat yang telah membantu dalam penulisan ini, yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu juga, yang telah
banyak membantu dalam penelitian ini.
Semoga ALLAH SWT Yang maha pengasih dan Penyayang memberikan
balasan yang setimpal serta senantiasa memberikan rahmat, taufik, serta
hidayahNya kepada kita semua. Amien ya Robbal ‘alamin.
Surakarta,
Pardijono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN............................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi
ABSTRAK....................................................................................................... xviii
ABSTRACT....................................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................. 9
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 10
D. Perumusan Masalah ................................................................. 11
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS.............................................. 13
A. Kajian Teori ............................................................................. 13
1. Lompat Jauh ...................................................................... 13
a. Awalan .............................................................. 15
b. Tolakan .............................................................. 18
c. Melayang di Udara ....................................................... 20
d. Mendarat .............................................................. 24
e. Prestasi Lompat Jauh .................................................... 26
2. Latihan ............................................................................... 28
a. Prinsip-Prinsip Latihan ............................................... 29
b. Tujuan Latihan ............................................................. 34
c. Metode Latihan ............................................................ 36
d. Program Latihan........................................................... 38
e. Sistematis Latihan ........................................................ 44
3. Plaiometrik ......................................................................... 49
a) Bentuk-Bentuk Latihan Plaiometrik ............................. 51
b) Mekanisme Kontraksi Otot ........................................... 57
c) Sistem Energi Latihan Plaiometrik ............................... 61
d) Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping ........................... 72
e) Latihan Plaiometrik Squat Thrust Jump ....................... 73
4. Kekuatan ............................................................................ 75
a. Komponen Otot Tungkai .............................................. 79
b. Peranan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Prestasi Lompat Jauh .................................................... 81
B. Penelitian yang Relevan........................................................... 82
C. Kerangka Pemikiran................................................................. 83
D. Perumusan Hipotesis................................................................ 86
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 87
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 87
B. Metode dan Rancangan Penelitian........................................... 87
C. Variabel Penelitian................................................................... 90
1. Variabel Independen .......................................................... 90
2. Variabel Dependen............................................................. 90
D. Definisi Operasional Variabel.................................................. 90
E. Populasi dan Sampel ................................................................ 92
1. Populasi ............................................................................. 92
2. Sampel................................................................................ 92
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumennya ......................... 94
1. Pengumpulan Data Kekuatan Otot Tungkai ..................... 94
2. Pengumpulan Data Prestasi Lompat Jauh.......................... 94
3. Mencari Reliabilitas Tes .................................................... 94
Uji Reliabilitas ................................................................... 95
G. Teknik Analisis Data................................................................ 96
1. Uji Persyaratan..................................................................... 96
a. Uji Normalitas.................................................................. 96
b. Uji Homogenitas Variansi ............................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Uji Hipotesis ........................................................................ 97
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 101
A. Deskripsi Data .......................................................................... 101
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................. 106
1. Uji Normalitas ...................................................................... 106
2. Uji Homogenitas................................................................... 109
C. Pengujian Hipotesis .................................................................. 110
D. Rangkuman Pengujian Hipotesis ............................................ 113
E. Pembahasan Hasil Penelitian................................................... 114
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 121
A. Kesimpulan............................................................................... 121
B. Implikasi ................................................................................... 121
C. Saran ......................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 126
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Zona Latihan Berdasarkan Denyut Nadi ................................... 41
Tabel 2. Prediksi Pulih Asal dan Diet. ..................................................... 63
Tabel 3. Klasifikasi Aktivitas Maksimal pada Berbagai Durasi Serta Sistem
Penyediaan Energi untuk Aktivitas. .......................................... 63
Tabel 4. Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-Cirinya. ........... 64
Tabel 5. Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga Per menit dalam Sistem
Energi.......................................................................................... 65
Tabel 6. Berbagai Olahraga dan Aktivitas dan Sistem-Sistem Energi yang
Dominan .................................................................................... 70
Tabel 7. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 ........................................ 89
Tabel 8. Pengelompokan Berdasarkan Rancangan Penelitian
Faktorial 2 x 2 ............................................................................. 93
Tabel 9. Efisien Korelasi Reliabilitas ...................................................... 95
Tabel 10. Ringkasan Anava untuk Eksperimen Faktorial 2 x 2 ............... 98
Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Tes Prestasi Lompat Jauh Tiap Kelompok
Berdasarkan Penggunaan Latihan Plaiometrik dan Kekuatan Otot
Tungkai ....................................................................................... 102
Tabel 12. Nilai Peningkatan Prestasi Lompat Jauh Masing-Masing sel .... 103
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data .................................. 109
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor. ......................... 111
Tabel 15. Kesimpulan Hasil Penelitian....................................................... 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 16. Interaksi Antar Variabel A dan B Terhadap Peningkatan Prestasi
Lompat Jauh................................................................................ 117
Tabel 17. Time Schedule (Program Kerja) Penelitian................................. 130
Tabel 18. Materi Latihan Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump ........... 131
Tabel 19. Matrik Latihan Lompat Jauh dan Hurdle Hopping .................... 147
Tabel 20. Matrik Latihan Lompat Jauh dan Squat Thrust Jump ................ 161
Tabel 21. Data Hasil Tes Awal Lompat Jauh ............................................. 173
Tabel 22. Data Hasil Tes Akhir Lompat Jauh ............................................ 174
Tabel 23. Uji Reliabilitas dengan Anava Tes Awal................................... 175
Tabel 24. Uji Reliabilitas dengan Anava Tes Akhir ................................... 178
Tabel 25. Data Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi Lompat Jauh dan
Kekuatan Otot Tungkai Beserta Pembagian Sel......................... 181
Tabel 26. Persiapan Perhitungan Statistik F untuk Anava Dua Jalan
untuk Tes Awal Prestasi Lompat Jauh........................................ 182
Tabel 27. Persiapan Perhitungan Statistik F untuk Anava Dua Jalan
Untuk Tes Akhir Prestasi Lompat Jauh ...................................... 183
Tabel 28. Tabel Kerja untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis
Varians ........................................................................................ 184
Tabel 29. Tabel Kerja Untuk menghitung Homogenitas dan Analisis
Varians ........................................................................................ 186
Tabel 30. Hasil Penghitungan Data untuk Uji Homogenitas dan Analisis
Varians ........................................................................................ 187
Tabel 31. Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 32. Analisis Varians.......................................................................... 190
Tabel 33. Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet untuk Hasil Tes Akhir
Prestasi Lompat Jauh .................................................................. 191
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pelaksanaan Awalan Lompat Jauh. ....................................... 17
Gambar 2. Pelaksanaan Tolakan Lompat Jauh ....................................... 20
Gambar 3. Pelaksanaan Lompat Jauh Teknik Melayang Gaya
Jongkok ................................................................................. 22
Gambar 4. Pelaksanaan Lompat Jauh Teknik Melayang Gaya Berjalan di
Udara ..................................................................................... 22
Gambar 5. Pelaksanaan Lompat Jauh Teknik Melayang Gaya
Gantung ................................................................................. 24
Gambar 6. Pelaksanaan Lompat Jauh Teknik Pendaratan. ..................... 26
Gambar 7. Kurva Kecepatan Beban Latihan yang Diikuti dengan
Peningkatan Prestasi .............................................................. 44
Gambar 8. Bentuk Latihan Alternate Leg Box Bound ............................. 53
Gambar 9. Bentuk Latihan Double Speed Hop........................................ 54
Gambar 10. Bentuk Latihan Knee Tuck Jump .......................................... 55
Gambar 11 : Bentuk Latihan Dept Jump Leap ........................................... 56
Gambar 12. Bentuk Latihan Decline Ricochet ......................................... 57
Gambar 13. The Golgi Tendon Organ ...................................................... 59
Gambar 14. Penyediaan ATP ................................................................... 64
Gambar 15. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Belakang ........................ 80
Gambar 16. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Depan ............................ 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 17. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi
Lompat Jauh Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan
dan Kekuatan Otot Tungkai .................................................. 102
Gambar 18. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Lompat Jauh
pada Tiap Kelompok Perlakuan. ........................................... 104
Gambar 19. Uji Normalitas Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dengan
Kekuatan Otot Tungkai Tinggi ............................................. 107
Gambar 20. Uji Normalitas Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dengan
Kekuatan Otot Tungkai rendah.. ........................................... 107
Gambar 21. Uji Normalitas Latihan Plaiometrik Squat Thrust Jump dengan
Kekuatan Otot Tungkai Tinggi .............................................. 108
Gambar 22. Uji Normalitas Latihan Plaiometrik Squat Thrust Jump dengan
Kekuatan Otot Tungkai Rendah ............................................ 109
Gambar 23. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Prestasi
Lompat Jauh .......................................................................... 118
Gambar 24. Peningkatan Beban Latihan dalam Jenis Langkah pada Siklus
Mikro ..................................................................................... 132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Time Schedule (Program Kerja) Penelitian.......................... 130
Lampiran 2. Program Latihan .................................................................. 131
Lampiran 3. Deskripsi Pelaksanaan Latihan Lompat Jauh dan Latihan
Plaiometrik........................................................................... 133
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pelatihan Lompat Jauh dan Hurdle
Hopping ............................................................................... 135
Lampiran 5. Matrik Latihan Lompat Jauh dan Hurdle Hopping ............. 147
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pelatihan Lompat Jauh dan Squat
Thrust Jump ......................................................................... 148
Lampiran 7. Matrik Latihan Lompat Jauh dan Squat Thrust Jump ......... 161
Lampiran 8. Keterangan Pelaksanaan Latihan......................................... 162
Lampiran 9. Deskripsi Instrumen Penelitian............................................ 164
Lampiran 10. Daftar Nama Populasi dan Hasil Tes Kekuatan Otot
Tungkai ................................................................................ 167
Lampiran 11. Daftar Hasil Klasifikasi Sampel Berdasarkan Kekuatan
Otot Tungkai........................................................................ 169
Lampiran 12. Daftar Pembagian Kelompok dengan Cara Ordinal Pairing
Rumus ABBA...................................................................... 170
Lampiran 13. Skema Penelitian Berdasarkan Pembagian Kelompok dan
Perlakuan ............................................................................ 171
Lampiran 14. Daftar Pembagian Kelompok dan Perlakuan dengan Cara
Undian.................................................................................. 172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRAK
PARDIJONO. A.120809117. Perbedaan Pengaruh Latihan Plaiometrik dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Prestasi Lompat Jauh. Tesis. Surakarta.Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta September 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh antara latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump terhadap peningkatan prestasi lompat jauh. (2) Perbedaan hasil prestasi lompat jauh antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah. (3) Pengaruh interaksi antara latihan plaiometrik dan kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 kota Madiun selama 2 bulan Besarnya sampel penelitian 40 atlet yang berasal dari jumlah populasi sebesar 60 atlet. Teknik pengambilan sampel dengan purposive random sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel independent yakni: variabel manipulatif: latihan plaiometrik Hurdle Hopping dan latihan plaiometrik Squat Thrust Jump, variable atributif yakni : kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah serta variabel dependent yakni : prestasi lompat jauh. Teknik pengumpulan data dengan Tes dan Pengukuran, data prestasi lompat jauh dites dengan melakukan lompatan yang paling jauh di mana reliabilitas tesnya dicari dengan teknik analisis varians (ANAVA) dan data kekuatan otot tungkai dites dengan leg dynamometer. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dan taraf signifikasi α = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1)Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump terhadap Prestasi lompat jauh. Pengaruh latihan Hurdle Hopping mempunyai peningkatan prestasi lompat jauh lebih baik dari pada latihan Squat Thrust Jump untuk peningkatan prestasi lompat jauh (Fhitung = 40,3787> F table = 4,11). (2) Ada perbedaan hasil prestasi lompat jauh yang signifikan antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan hasil prestasi lompat jauh pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik dari atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah (Fhitung = 78,5447 > F table = 4,11). (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan plaiometrik dan kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan prestasi lompat jauh (Fhitung = 98,9703 > F table = 4,11), a) Atlet dengan kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik diberikan latihan plaiometrik Hurdle Hopping, b) latihan plaiometrik squat thrust Jump lebih cocok diterapkan pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. Kata Kunci : Latihan Plaiometrik, Latihan Hurdle Hopping, Latihan Squat Thrust
Jump, Kekuatan Otot Tungkai, dan Prestasi Lompat Jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
ABSTRACT
PARDIJONO. A.120809117. The difference of Effect Plyometrics Training and Strength of Leg Muscle to Improvement of Long Jump Achievement. Thesis. Surakarta. Graduate School of Sebelas Maret University Surakarta September 2011. This research is aimed at knowing : (1) The difference of effect between Plyometrics training Hurdle Hopping and Squat Thrust Jump to the Improvement of long jump Achievement. (2) The difference of Long Jump Achievement between the athletes who have high leg muscle strength and those who have low leg muscle strength. (3) The effect of Interaction between Plyometrics Training and the strength of leg muscle to the Improvement of Long Jump Achievement. The Research Method used was experiment with factorial 2 X 2. The research was carried out at SMA Negeri 3 Madiun for two months. The number of research sample was 40 athletes from the total population of 60 athletes. The technique of sampling was purposive random sampling. The research variables consist of independent variable : manipulative variable : Plyometrics training Hurdle Hopping and Plyometrics training Squat Thrust Jump, attributive variable : high leg muscle strength and low leg muscle strength and dependent variable : long jump Achievement. The technique of data collection was Test and Measurement, the achievement data of long jump was tested by doing the longest jumping in which the test reliability was measured using variant analysis technique (ANAVA) and the data of leg muscle strength was tested using leg dynamometer. The technique of data analysis used ANAVA and the level of significance = 0,05. Based on research it can be concluded that : (1) The was significant difference of effect between Plyometrics training Hurdle Hopping and Squat Thrust Jump to the Achievement of long Jump. The training effect Hurdle Hopping had better long jump achievement than training Squat Thrust Jump to improve long jump achievement ( F calculate = 40.3787 > F table = 4.11). (2) There was significant difference of long jump achievement between athletes with high leg muscle strength and those with low leg muscle strength. The improvement of long jump achievement on athletes with high leg muscle strength was better than those with low leg muscle strength ( F calculate = 78.5447 > F table 4.11). (3) There was significant interactional effect between Plyometrics training and leg muscle strength to the improvement of long jump achievement ( F calculate = 98.9703> F table = 4.11), a) Athletes with high leg muscle strength should be given Plyometrics training Hurdle Hopping b) Plyometrics training squat thrust Jump was better applied to the athletes with low leg muscle strength.
Key words : Plyometrics Training, Training Hurdle Hopping, Training Squat Thrust Jump, Leg Muscle Strength, Long Jump Achievement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
PARDIJONO. A.120809117. Perbedaan Pengaruh Latihan Plaiometrik dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Prestasi Lompat Jauh. Tesis. Surakarta.Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta September 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh antara latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump terhadap peningkatan prestasi lompat jauh. (2) Perbedaan hasil prestasi lompat jauh antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah. (3) Pengaruh interaksi antara latihan plaiometrik dan kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 kota Madiun selama 2 bulan Besarnya sampel penelitian 40 atlet yang berasal dari jumlah populasi sebesar 60 atlet. Teknik pengambilan sampel dengan purposive random sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel independent yakni: variabel manipulatif: latihan plaiometrik Hurdle Hopping dan latihan plaiometrik Squat Thrust Jump, variable atributif yakni : kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah serta variabel dependent yakni : prestasi lompat jauh. Teknik pengumpulan data dengan Tes dan Pengukuran, data prestasi lompat jauh dites dengan melakukan lompatan yang paling jauh di mana reliabilitas tesnya dicari dengan teknik analisis varians (ANAVA) dan data kekuatan otot tungkai dites dengan leg dynamometer. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dan taraf signifikasi α = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1)Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump terhadap Prestasi lompat jauh. Pengaruh latihan Hurdle Hopping mempunyai peningkatan prestasi lompat jauh lebih baik dari pada latihan Squat Thrust Jump untuk peningkatan prestasi lompat jauh (Fhitung = 40,3787> F table = 4,11). (2) Ada perbedaan hasil prestasi lompat jauh yang signifikan antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan hasil prestasi lompat jauh pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik dari atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah (Fhitung = 78,5447 > F table = 4,11). (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan plaiometrik dan kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan prestasi lompat jauh (Fhitung = 98,9703 > F table = 4,11), a) Atlet dengan kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik diberikan latihan plaiometrik Hurdle Hopping, b) latihan plaiometrik squat thrust Jump lebih cocok diterapkan pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. Kata Kunci : Latihan Plaiometrik, Latihan Hurdle Hopping, Latihan Squat Thrust
Jump, Kekuatan Otot Tungkai, dan Prestasi Lompat Jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
PARDIJONO. A.120809117. The difference of Effect Plyometrics Training and Strength of Leg Muscle to Improvement of Long Jump Achievement. Thesis. Surakarta. Graduate School of Sebelas Maret University Surakarta September 2011. This research is aimed at knowing : (1) The difference of effect between Plyometrics training Hurdle Hopping and Squat Thrust Jump to the Improvement of long jump Achievement. (2) The difference of Long Jump Achievement between the athletes who have high leg muscle strength and those who have low leg muscle strength. (3) The effect of Interaction between Plyometrics Training and the strength of leg muscle to the Improvement of Long Jump Achievement. The Research Method used was experiment with factorial 2 X 2. The research was carried out at SMA Negeri 3 Madiun for two months. The number of research sample was 40 athletes from the total population of 60 athletes. The technique of sampling was purposive random sampling. The research variables consist of independent variable : manipulative variable : Plyometrics training Hurdle Hopping and Plyometrics training Squat Thrust Jump, attributive variable : high leg muscle strength and low leg muscle strength and dependent variable : long jump Achievement. The technique of data collection was Test and Measurement, the achievement data of long jump was tested by doing the longest jumping in which the test reliability was measured using variant analysis technique (ANAVA) and the data of leg muscle strength was tested using leg dynamometer. The technique of data analysis used ANAVA and the level of significance = 0,05. Based on research it can be concluded that : (1) The was significant difference of effect between Plyometrics training Hurdle Hopping and Squat Thrust Jump to the Achievement of long Jump. The training effect Hurdle Hopping had better long jump achievement than training Squat Thrust Jump to improve long jump achievement ( F calculate = 40.3787 > F table = 4.11). (2) There was significant difference of long jump achievement between athletes with high leg muscle strength and those with low leg muscle strength. The improvement of long jump achievement on athletes with high leg muscle strength was better than those with low leg muscle strength ( F calculate = 78.5447 > F table 4.11). (3) There was significant interactional effect between Plyometrics training and leg muscle strength to the improvement of long jump achievement ( F calculate = 98.9703> F table = 4.11), a) Athletes with high leg muscle strength should be given Plyometrics training Hurdle Hopping b) Plyometrics training squat thrust Jump was better applied to the athletes with low leg muscle strength.
Key words : Plyometrics Training, Training Hurdle Hopping, Training Squat Thrust Jump, Leg Muscle Strength, Long Jump Achievement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Faktor utama untuk mencapai prestasi olahraga yang maksimal adalah
adanya peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan. Peningkatan dalam
pelatihan dan pembinaan olahraga tersebut dapat dicapai dengan penerapan
berbagai disiplin ilmu dan teknologi. Upaya meningkatkan prestasi olahraga,
harus melalui latihan yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah terhadap ilmu-
ilmu yang terkait.
Berbagai ilmu yang berkaitan dengan olahraga antara lain adalah psikologi
olahraga, biomekanika, dan fisiologi latihan (Pate R., Rotella R. & Mc Clenaghan
B. 1993:3). Dengan dukungan dari berbagai disiplin ilmu tersebut akan dapat
dikembangkan teori-teori latihan yang baik, sehingga prestasi olahraga dapat
meningkat.
Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga dimana gerakan yang
ada didalamnya bisa dikatakan pola gerak dasar hidup manusia. Gerakan-gerakan
dalam atletik merupakan gerakan yang dilakukan manusia sehari-hari. Atletik juga
bisa diartikan sebagai aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerakan-
gerakan alamiah dasar atau wajar seperti jalan lari, lompat dan lempar. Karena
atletik merupakan gerakan yang dilakukan sehari-hari, maka dalam hidupnya
manusia tentu pernah melakukan gerakan jalan, lari, lompat serta lempar.
Akhir-akhir ini terjadi perkembangan prestasi yang sangat pesat dalam
olahraga atletik khususnya nomor lompat jauh. Hal ini dapat dilihat dari adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pemecahan-pemecahan rekor dalam lompat jauh. Pada saat ini telah banyak
atlet yang mampu mengukir prestasi yang sangat mengagumkan dan sangat sulit
untuk dibayangkan sebelumnya.
Pesatnya perkembangan pencapaian prestasi dalam olahraga, khususnya
dalam prestasi lompat jauh tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor yang
mendukung. Faktor-faktor yang dapat memacu perkembangan prestasi dalam
olahraga diantaranya adalah peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan
olahraga. Peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan olahraga tersebut
dapat dicapai dengan penerapan disiplin ilmu dan teknologi yang terkait dalam
pelatihan dan pembinaan olahraga. Dengan dukungan dari berbagai disiplin ilmu
tersebut dapat dikembangkan teori latihan yang baik, sehingga prestasi olahraga
dapat ditingkatkan dengan baik.Pencapaian prestasi olahraga tersebut tidak
terlepas dari dukungan masyarakat dan insane olahraga serta pakar di bidang
olahraga.
Prestasi cabang atletik khususnya nomor lompat jauh tidak dapat tercapai
dengan spekulatif, tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan program
latihan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip latihan yang benar. Latihan yang
dilakukan tersebut tentunya harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan
komponen-komponen yang diperlukan dalam lompat jauh. Untuk mencapai
prestasi dalam olahraga atletik, khususnya nomor lompat jauh diperlukan berbagai
pertimbangan dan perhitungan serta analisis yang cermat mengenai faktor-faktor
penentu dan penunjang prestasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam menyusun
program latihan. Faktor-faktor penunjang dan penentu dalam prestasi lompat jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tersebut diantaranya adalah kekuatan otot tungkai. Dalam upaya menyusun
program latihan untuk meningkatkan prestasi lompat jauh harus cermat dan penuh
perhitungan, agar latihan tersebut dapat mencapai hasil yang sesuai dengan apa
yang diharapkan. Untuk meningkatkan jauhnya lompatan diperlukan latihan yang
intensif dan program latihan yang baik. Metode yang digunakan juga harus khusus
yang sesuai dengan karakteristik nomor lompat jauh.
Faktor-faktor pendukung dalam pencapaian prestasi khususnya atletik antara
lain seperti dikemukan Benhard, G (1993:10) sebagai berikut: 1). Bakat, 2) bentuk
gerakan dan latihan, 3) tingkat perkembangan faktor prestasi dan sifat-sifat yang
berdaya gerak (tenaga, stamina, kecepatan, dan keterampilan), 4) niat dan
kemauan. Dalam pembinaan cabang olahraga atletik sebaiknya factor-faktor
tersebut dimiliki oleh setiap atlet, karena faktor tersebut merupakan dasar utama
untuk keberhasilan dalam pembinaan atlet meraih prestasi maksimal.
Menurut M. Sajoto (1988:7) “ Pengembangan factor-faktor lain yang
mendukung dalam pelatihan, misalnya faktor fisik, teknik, taktik, mental dan
kematangan juara”, hal ini berarti keberadaan fisik yang baik merupakan modal
utama bagi atlet dalam meraih prestasi.. Menurut M. sajoto, mengatakan bahwa
kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang
tidak dapat dipisah-pisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun
pemeliharaannya”. Artinya dalam usaha pengembangan kondisi fisik maka
seluruhnya komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana-sini
dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu
dan untuk apa keperluan atau status yang dibutuhkan. Kondisi fisik tersebut antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
lain: kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, kelentukan, kelincahan,
keseimbangan, ketepatan dan reaksi.
Cabang olahraga atletik nomor lompat jauh merupakan olahraga yang
gerakannya tidak begitu kompleks, sehingga atlet seharusnya lebih cepat
menguasai dan mencapai tingkat keberhasilan. Teknik lompat jauh yang harus
dikuasai atlet adalah 1) melakukan awalan, 2) melakukan tolakan atau tumpuan,
3) melakukan sikap posisi badan di udara, 4) melakukan pendaratan dengan teknik
yang benar sehingga atlet dapat mencapai lompatan terjauhnya. Kenyataan di
lapangan atlet umumnya belum mampu memperoleh hasil lompatan yang optimal.
Untuk memproleh itu semua diperlukan latihan-latihan khusus yang cocok untuk
cabang olahraga tertentu, kualitas-kualitas kondisional dan teknik olahraga harus
dianalisis secara hati-hati. Untuk suatu analisis semacam itu, seorang pelatih harus
memiliki pengetahuan dalam anatomi fungsional (otot-otot yang ambil bagian
dalam suatu tindakan dan bagaimana tindakan itu), fisiologi (kapasitas daya tahan
aerobic dan anaerobic), biomekanik (efisiensi keterampilan, pengaruh tenaga,
kecepatan, akselarasi dan sebagainya), teori latihan dan lebih dari itu jadilah
pemain yang berpengalaman dalam cabang olahraga tertentu. Latihan-latihan
khusus dapat diuraikan dengan menggunakan contoh : seorang pelompat melatih
rangkaian lompatan yang berbeda-beda tanpa atau dengan berat tambahan. Fox
(1998:171) menyatakan bahwa latihan harus bersifat khusus, ditujukan terhadap
system energy yang digunakan dan khsusus terhadap pola gerak yang sesuai
dengan keterampilan olahraga tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Setiap kegiatan fisik yang dilakukan atlet menyebabkan perubahan-
perubahan anatomi, fisiologi, biokimia dan psikologi. Efisiensi aktifitas tersebut
merupakan suatu fungsi durasi, jarak dan banyaknya pengulangan (volume),
beban dan velositas (intensitas) dan frekwensi kinerjanya kecepatan (Bompa.
1990:77).
Atlet yang mampu mencapai tingkat kinerja yang tinggi, maka volume
pelatihan keseluruhan menjadi sangat penting. Dalam hubungannya dengan
pelatihan atlet-atlet kelas atas, tidak ada jalan pintas dalam hal kuantitas kerja
yang tinggi yang harus dilakukan. Kenaikan yang terus menerus dalam volume
latihan barangkali merupakan salah satu prioritas tertinggi dalam pelatihan
sekarang ini. Volume latihan yang tinggi jelas dapat dibenarkan secara fisiologis,
apabila tidak adaptasi fisiologis tidak mungkin tercapai. Peningkatan volume kerja
merupakan segi terpenting bagi pelatihan setiap cabang olahraga yang punya
komponen aerobik.
Seringkali dijumpai pelatih yang memberikan program latihan untuk
pelompat jauh, dengan bentuk latihan yang kurang sesuai dengan karakteristik
lompat jauh. Di dalam meningkatkan hasil lompatan ada beberapa bentuk latihan
yang sesuai dengan karakteristik nomor lompat jauh. Salah satu aktivitas yang
paling dikenal untuk perkembangan tenaga adalah latihan Plaiometrik. Latihan
Plaiometrik berusaha untuk menggunakan berat badan sendiri atau menggunakan
beberapa alat untuk meningkatkan rangsangan latihan.
Banyak metode latihan untuk meningkatkan kondisi fisik atlet lompat jauh,
dalam penelitian ini penulis memilih salah satu jenis metode latihan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kekuatan otot tungkai dengan metode latihan Plaiometrik. Latihan Plaiometrik
menggunakan gaya berat untuk meningkatkan energy elastic yang tersimpan di
otot selama kontraksi eksentris (masa persiapan) dari suatu kegiatan. Beberapa
energi yang disimpan itu kemudian dilepaskan saat kontraksi konsentris (masa
pelepasan) yang menyusul dengan segera. Energi simpanan ini memudahkan
gerakan meninggi atau melompat. Latihan Plaiometrik digunakan untuk melatih
aspek yang eksentris dari kerja otot. Di samping itu latihan Plaiometrik membantu
mengembangkan seluruh system neuromuskuler untuk gerakan-gerakan power,
tidak hanya jaringan yang berkontraksi.
Latihan Plaiometrik adalah gerakan dari rangsangan peregangan otot
secara mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat. Latihan tersebut dapat
menghasilkan peningkatan daya ledak dan kekuatan kontraksi. Daya ledak dan
kekuatan kontraksi otot merupakan cermin peningkatan adaptasi fungsional
neuromuskuler. Peningkatan kontraksi otot merupakan perbaikan fungsi reflex
peregangan (stretch reflex) dari muscle spindle.
Kualitas keterampilan gerak yaitu kekuatan dan keterampilan bekerja sama
satu dengan yang lain. Latihan kekuatan dipraktekkan dengan berbagai kombinasi
latihan yang lain, latihan tersebut hendaknya dimulai pada usia sangat muda dan
berbakat pada cabang olahraga yang disukainya.
Latihan plaiometrik berusaha untuk menggunakan berat badan sendiri atau
menggunakan beberapa alat untuk meningkatkan rangsangan latihan. Sebagian
besar cabang olahraga dapat dilakukan dengan lebih terampil jika atlet memiliki
power yang merupakan gabungan dari kekuatan dan kecepatan. Latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
plaiometrik membantu para atlet dalam berbagai cabang olahraga, khususnya
atletik nomor lompat jauh
Program latihan plaiometrik harus diberikan beban lebih yang resestif,
temporal dan spesial. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol
ketinggian turun atau jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh.
Beban lebih yang tidak tepat dapat mengganggu keefektifan latihan atau bahkan
menyebabkan cidera. Jadi dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan
beban yang resestif dari gerakan-gerakan plaiometrik tertentu dapat
meningkatkan kekuatan tetapi tidak selalu meningkatkan power explosif. Beban
lebih resestif pada kebanyakan latihan plaiometrik adalah berupa gaya
momentum dari gravitasi dengan menggunakan beban berat tubuh. Bicara
masalah momentum hasil kali massa dan kecepatan suatu benda yang jatuh
semakin tinggi akan semakin cepat, sehingga momentumnya akan semakin besar.
Berbagai jenis dan macam latihan plaiometrik yang dapat dirancang
imajinasi dan rasa ingin, serta pemahaman dasar tentang proses neuromuskuler
yang terlibat, memungkinkan kita mengembangkan latihan-latihan plaiometrik
yang bermanfaat. Namun demikian tidaklah praktis untuk menganalisis setiap
pola gerakan keterampilan olahraga dan setiap rangsangan latihan plaiometrik
untuk keterampilan olahraga tersebut. Pelatih dan atlet segera dapat mengetahui
mana diantara latihan-latihan plaiometrik yang lebih cocok atau tepat untuk
kebutuhan latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Adapun bentuk-bentuk latihan plaiometrik adalah melangkah, melompat,
melayang, melompat dengan satu kaki, meloncat dengan menempuh jarak,
skiping, mengayun, dan memutar” (Bompa, 1994:77).
Kemampuan meloncat bisa digunakan sebagai prediktor kekuatan tubuh
dan juga bisa merupakan tes diagnostik dalam hal koordinasi gerak.
Perkembangan kemampuan meloncat berkaitan erat dengan peningkatan kekuatan
dan koordinasi tubuh. Koordinasi tubuh yang berkembang dengan baik dan
disertai peningkatan kekuatan yang baik akan menghasilkan perkembangan
kemampuan meloncat yang baik pula (Sugiyanto, 1998:155).
Menurut Sugiyanto (1998:187) “pertumbuhan yang cepat pada laki-laki
memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh, kekuatan dan fungsi
fisiologis yang memberikan kemudahan dalam penampilan fisik selama masa
adolesensi”.
Berdasarkan pada kaidah-kaidah metodologi yang benar, faktor-faktor
yang secara khusus terkait dan pola gerak keterampilan dalam lompat jauh perlu
mempertimbangkan inovasi dalam bidang metode latihan yang menkaji pada
pengembangan teori dan metodologi latihan, penemuan baru hasil penelitian yang
relevan yang selaras dengan pemanfaatan pengembangan bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka perlu
mengkaji sejauh mana Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Plaiometrik (Hurdle
Hopping dan Squat Thrust Jump ) dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Prestasi
Lompat Jauh pada Siswa Putra Kelas XI SMAN 3 Kota Madiun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
B. Identifikasi Masalah
Penggunaan metode latihan yang tepat dan mengadakan evaluasi
berdasarkan metodologi latihan adalah merupakan wujud keberhasilan dan
kemajuan latihan-latihan atletik yang biasanya dilakukan para pelatih yang
mengacu pada pengalaman selama menjadi atlet dan yang tidak berbasis pada
ilmu keolahragaan, akan menghambat peningkatan latihan dan akan ketinggalan
dalam berprestasi. Kelemahan-kelemahan yang terjadi harus dicari alternative
pemecahannya sehingga peningkatan prestasi yang maksimal akan tercapai.
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Prestasi lompat jauh dapat dicapai melalui latihan dan dengan prinsip-prinsip
latihan yang benar.
2. Kondisi fisik diperlukan dalam pencapaian prestasi lompat jauh yang
maksimal
3. Salah satu jenis metode latihan untuk meningkatkan prestasi lompat jauh
adalah dengan metode latihan Plaiometrik
4. Metode latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan latihan Squat Thrust Jump
akan meningkatkan kekuatan otot-otot tungkai.
5. Metode latihan Plaiometrik untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai adalah
dengan bentuk latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
6. Bentuk latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump untuk
meningkatkan kemampuan saat menumpu pada atlet lompat jauh.
7. Penerapan bentuk latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan latihan Squat
Thrust Jump dengan memperhatikan kekuatan otot tungkai rendah dan tinggi.
8. Untuk mencapai prestasi lompat jauh dipengaruhi berbagai faktor penentu
yang perlu dilakukan eksperimen untuk mengetahui sejauhmana pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap prestasi lompat jauh.
C. Batasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda, maka perlu ada batasan-batasan pada permasalahan yang
akan diteliti. Dalam penelitian ini tidak akan dikaji keseluruhan faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan prestasi lompat jauh, namun hanya akan meneliti
pada permasalahan sebagai berikut:
1. Perbedaan pengaruh latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust
Jump terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
2. Perbedaan peningkatan prestasi lompat jauh antara atlet yang memiliki
kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.
3. Pengaruh interaksi antara Plaiometrik dengan tinggi dan rendahnya kekuatan
otot tungkai terhadap prestasi lompat jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat
Thrust Jump terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
2. Adakah perbedaan peningkatan prestasi lompat jauh antara atlet yang
memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.
3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan Plaiometrik dengan tinggi dan
rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan Plaiometrik Hurdle Hopping
dan Squat Thrust Jump terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan prestasi lompat jauh antara atlet
yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.
3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara latihan Plaiometrik dengan
tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap prestasi lompat jauh.
F. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan olahraga khususnya teori dan metodologi latihan
serta menambah pemahaman mengenai peran latihan fisik yang terkait dengan
peningkatan prestasi dalam olahraga atletik khususnya nomor lompat jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pelatih dapat menggunakan metode latihan Plaiometrik yang tepat ditinjau
dari tinggi rendahnya kekuatan otot tungkai untuk meningkatkan prestasi lompat
jauh para atletnya sehingga dapat meningkatkan prestasinya dalam lingkup
regional dan nasional yang berlanjut pada tingkat internasional.
Sebagai bahan masukan bagi Pembina, guru dan pelatih olahraga
khususnya cabang atletik nomor lompat jauh guna menerapkan metode latihan
yang efektif dan efisien untuk meningkatkan prestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Lompat Jauh
Atletik adalah cabang olahraga yang paling tua dan merupakan induk
dari semua cabang olahraga yang merupakan ragam dan pola gerak dasar
hidup manusia. Gerakan-gerakan dalam atletik merupakan gerakan yang
dilakukan manusia sehari-hari. Menurut Ballesteros (1980:1) “ atletik
diartikan sebagai aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerak-gerak
alamiah dasar atau wajar seperti jalan, lari, lompat dan lempar. Karena
atletik merupakan gerakan yang dilakukan manusia sehari-hari, maka
hidupnya manusia tentu pernah melakukan gerakan lari, jalan, lompat dan
lempar”.
Atletik merupakan olahraga wajib yang diajarkan di sekolah-sekolah
baik sekolah dasar, sekolah menengah pertama sampai pada sekolah
menengah atas. Hal ini dapat dibuktikan dalam kurikulum yang menjadi
pedoman pengajar, yaitu dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan, di sekolah menengah atas mata pelajaran atletik setiap semester
mendapat waktu 2 jam pelajaran.
Salah satu cabang atletik yang diajarkan di sekolah adalah nomor
lompat jauh. Lompat jauh adalah melompat untuk mencapai hasil
lompatan yang sejauh-jauhnya. Lompat jauh merupakan salah satu nomor
yang diperlombakan dalam cabang olahraga atletik, yang aktivitasnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
diawali dengan lari awalan, menolak, melayang dan mendarat. Lompat
jauh merupakan perpaduan antara lari dan lompatan atau tolakan. Lompat
jauh dilakukan dengan tumpuan satu kaki yang bertujuan untuk mencapai
jarak yang sejauh-jauhnya. Menurut Aip Syarifudin (1992:90)” Lompat jauh
adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas dan ke
depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara
(melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melakukan
tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”.
Tujuan lompat jauh adalah memindahkan titik berat badan untuk
mencapai jarak lompatan (horizontal) yang sejauh mungkin. Yoyo B, Ucup
Y dan Adang S (2000:15) mengemukakan bahwa, “tujuan nomor lompat jauh
adalah memindahkan jarak horizontal titik berat badan pelompat sejauh
mungkin”. Pencapaian hasil lompatan yang baik dapat dicapai melalui
pemantapan koordinasi gerak teknik melompat yang meliputi: teknik
awalan, teknik menolak, teknik badan di udara, dan teknik badan waktu
mendarat yang masing-masing mempunyai cara-cara sendiri.
Menurut Bernhart (1993:45) Unsur-unsur dasar bagi suatu prestasi pada
lompat jauh dan pembangunannya adalah:
1. Faktor-faktor jasmani (fisik): terutama kecepatan, tenaga lompat dan tujuan
yang diarahkan pada keterampilan.
2. Faktor-faktor teknik : ancang-ancang persiapan lompat dan perpindahan
fase melayang dan pendaratan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menurut Edi Suparman (1994:5) “ada empat teknik lompatan yang
merupakan rangkaian gerakan yang terdiri dari: sub teknik awalan, sub teknik
tumpuan, sub teknik sikap badan di udara dan sub teknik sikap waktu
mandarat”.
a. Awalan
Awalan atau ancang-ancang adalah gerakan untuk mencapai
kecepatan yang setinggi-tingginya sebelum mencapai balok tolakan.
Awalan lompat jauh seharusnya dijalankan dengan lancer dan kecepatan
yang tinggi, tanpa adanya gangguan tanpa mengubah langkah diperbesar
atau diperkecil, untuk memperoleh kecepatan menumpu pada balok tumpu
dengan cepat dan tepat. Sebab perubahan langkah tersebut akan berakibat
berkurangnya kecepatan dan terganggunya pembentukan momentum
untuk melompat. Pada umumnya awalan yang digunakan yaitu pada
lintasan yang berukuran 40 meter sampai 45 meter dan lebar 1,21 meter
sampai 1,22 meter (Roji, 1996:41).
Awalan berfungsi untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada
waktu melompat, hal ini seperti yang dikemukan oleh Jerver (2005:34)
bahwa “tujuan awalan adalah untuk meningkatkan percepatan horizontal
secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take off”. Awalan
lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum salah satu
kaki menumpu pada balok tumpuan untuk mendapatkan dorongan ke depan
pada waktu melompat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Tujuan awalan sebelum melompat adalah untuk meningkatkan
percepatan mendatar secara maksimal tanpa menimbulkan hambatan
sewaktu menolak. Meskipun kecepatan awalan itu sangat penting dalam
lompat jauh, tetapi yang penuh itu digunakan pada saat menumpu pada
balok tumpu (Sunaryo Basuki, 1994:95). Lari cepat pada saat melakukan
awalan dilakukan secara progresif sampai mencapai maksimal, kemudian
memelihara kecepatan, dan persiapan kaki tumpu pada papan tumpu.
Selain itu seorang atlet lompat jauh harus memiliki kemampuan lari
yang baik dan dapat mengatur pace larinya, karena mengubah-ubah
kecepatan membutuhkan kekuatan tambahan karena adanya percepatan.
Pelompat yang tidak dapat mengatur pace larinya akan kehilangan
kecepatan yang dibangun dari awalan, dan pada saat menolak akan
mengalami kegagalan karena pelompat akan memaksakan diri untuk
mencapai balok tumpuan dengan cara memperpanjang atau
memperpendek pace nya.
Tujuan latihan lari dalam cabang lompat jauh adalah untuk
meningkatkan kecepatan horizontal secara maksimum tanpa menimbulkan
hambatan sewaktu take off. Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam
latihan sebelum melompat, pada cabang lompat jauh antara lain seperti
yang diungkapkan oleh Jarver (2009:25) yaitu :
1. Jarak lari harus cukup panjang, sehingga memungkinkan peningkatan
kecepatan sedemekian rupa sesuai dengan kebutuhan pada saat take off.
2. Dalam keadaan lari, atlet harus tetap mampu mengontrol posisi
tubuhnya, sehingga atlet dapat mencapai titik take off dengan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Gerakan lari harus dilakukan secara konsisten dan uniform (seragam),
sehingga atlet dapat mencapai titik take off dengan tepat.
4. Untuk seorang pemula, sebaiknya jarak lari cukup 20-25 meter saja,
sedangkan untuk yang sudah berpengalaman maka jarak lari tersebut
dapat ditingkatkan hingga sejauh 30-45 meter tergantung pada
kemampuan yang bersangkutan dalam menambah kecepatannya.
Saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam
tahap ini, dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Hindarkan ketegangan yang berlebihan, dengan menekankan akumulasi
kecepatan secara bertahap.
2. Hindarkan penurunan kecepatan pada saat menginjak papan lompat.
3. Hindarkan langkah berlebihan, dengan menekankan pada kecepatan
kaki sejauh kurang lebih 10 meter terakhir.
4. Hindarkan memotong langkah, dengan memanjangkan jarak lari.
5. Hindarkan tercapainya kecepatan maksimum yang terlalu dini, dengan
mengurangi jarak lari (Jarver, 2009:26).
Gambar 1. Pelaksanaan Awalan Lompat Jauh (IAAF, 1993:39).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Tolakan
Tujuan gerakan tolakan adalah untuk merubah gerakan lari menjadi
suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus sambil
mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi horizontal. Tolakan
lompat jauh adalah menjejakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa
langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan
atas yang besar.
Tolakan merupakan gerakan perpindahan yang sangat cepat antara
lari, awalan dan gerakan melayang di udara. Dalam hal ini terjadi
perubahan atau perpindahan gerakan mendatar atau horizontal ke
gerakan vertikal yang dilakukan secara tepat.
Tolakan lompat jauh memegang peranan yang sangat penting,
sehingga untuk tolakan dibutuhkan tungkai untuk menolak yang kuat agar
tercapai ketinggian lompatan yang kuat. Tumpuan atau tolakan adalah
gerakan menjejakkan kaki sekuat mungkin pada balok tumpu yang
bertujuan untuk memperoleh kecepatan vertikal sebesar mungkin.
Menurut Aip Syarifudin (1992:91) mengemukakan bahwa “tolakan adalah
perubahan atau perpindahan gerakan horizontal ke gerakan vertikal yang
dilakukan secara cepat” Tolakan merupakan peralihan dari gerakan lari
(awalan) ke gerakan melayang di udara. Tumpuan menggunakan tungkai
yang kuat, pada waktu menumpu badan sedikit condong kebelakang.
Tungkai ayun diangkat cukup tinggi ke depan atas, sudut tolakan 45
derajat. Lebih lanjut Aip Syarifudin (1992:91) mengemukakan “gerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tolakan harus dilakukan dengan tungkai yang kuat agar tercapai tinggi
lompatan yang cukup, tanpa kehilangan kecepatan maju”. Dari kecepatan
maju ke atas dengan sudut yang terbaik yaitu 45 derajat (Roji, 1996:41).
Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam latihan take off, pada
cabang lompat jauh, antara lain:
1. Perubahan gerakan maju ke muka menjadi gerakan bersudut didapat
dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan
take off.
2. Pusat gaya berat si pelompat harus jatuh di atas papan lompat begitu
kaki yang akan take off menyentuh papan; dan sekali lagi, pada saat
kaki terlepas dari papan lompat tadi.
3. Kaki yang akan take off diletakkan tepat di atas papan lompat dengan
lutut yang sedikit ditekuk untuk mendapatkan kekuatan.
4. Gerakan ke depan dan ke atas dilakukan dengan sekuat tenaga, dibantu
oleh lutut dari kaki yang memimpin, dan tangan yang berlawanan
dengan kaki yang digunakan untuk take off. Tujuannya adalah untuk
memperkuat daya lompat.
5. Paling baik kalau sudut take off berkisar di bawah 30o, tergantung pada
kemampuan si pelompat mengkombinasikan kecepatan horizontal dan
gerakan membuat sudut tadi.
6. Lompatan yang lebih jauh dapat diperoleh bila pelompat menurunkan
pinggulnya sejak dua langkah sebelum take off dan pada saat take off
( jarver, 2009:27).
Menurut jarver (2009:27), saran perbaikan atas beberapa kesalahan
yang sering terjadi dalam tahap ini, dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Supaya lompatan cukup jauh, usahakan untuk menekankan gerak
pada lutut yang memimpin dan sesuaikan panjangnya langkah
kedua terakhir sebelum melompat.
2. Hindarkan dorongan dengan cara memperpendek langkah take off.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Keterbatasan gerak kaki yang melakukan take off dapat dihindarkan
dengan cara memperpanjang langkah sewaktu take off.
Gambar 2. Pelaksanaan Tolakan Lompat Jauh (IAAF, 1993:37)
c. Melayang di Udara
Tahap melayang di udara merupakan tahap ketiga dari
serangkaian gerakan dalam cabang lompat jauh. Melayang adalah
lanjutan dari tolakan pada papan tumpuan dan berakhir saat tumit
menyentuh pasir pada bak lompat. Seorang pelompat dapat melayang
melintasi suatu garis parabola membutuhkan kecepatan dan kekuatan,
karena tubuh mempunyai gaya gravitasi. Kunci pokok prestasi lompat
jauh adalah tergantung pada lamanya pelompat dapat mempertahankan
posisinya di udara serta bagaimana pelompat dapat melakukan gerakan
untuk memperoleh posisi yang efisien. Pada tahap melayang, pelompat
harus berusaha untuk dapat mempertahankan diri supaya tidak cepat
jatuh ke tanah, sehingga pada saat melayang sangat diperlukan
keseimbangan tubuh yang baik. Menurut Jonath, Haag dan Krempel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(1987:200) menyatakan” pada fase melayang bertujuan untuk menjaga
keseimbangan dan mempersiapkan pendaratan”. Pada saat melayang
posisi badan tetap di jaga dan kalau mungkin diusahakan membuat sikap
atau gerakan untuk menambah jarak jangkauan lompatan salah satu
upaya untuk mampu bertahan di udara tungkai yang ada di belakang diayun
ke depan atas dengan maksimal.
Pada saat melayang di uadara ada tiga macam gaya yang sering
digunakan atlet dalam lompat jauh yaitu: a) gaya jongkok atau sit down in
the air, b) gaya gantung atau hang style, dan c) gaya berjalan di udara atau
walking in the air.
a) Lompat Jauh Gaya Jongkok
Sikap melayang di udara pada lompat jauh gaya jongkok yaitu
seperti duduk atau berjongkok di udara. Pelaksanaan teknik lompat jauh
gaya jongkok menurut Aip Syarifudin (1992:93) yaitu “pada waktu
lepas dari tanah (papan tolakan), keadaan sikap badan di udara jongkok
dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk kedua
tangan ke depan”. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke
depan, kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih
dahulu, kedua tangan ke depan “. Gaya jongkok dalam lompat jauh
salah satu gaya yang digunakan atlet dalam mencapai lompatan yang
jauh dengan menggunakan kedua kaki jongkok untuk mendapatkan
dorongan badan dalam pencapaian gerakan horizontal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gambar 3. Pelaksanaan Lompat Jauh Teknik Melayang Gaya
Jongkok ( IAAF, 1993:39)
b) Lompat Jauh Gaya Berjalan di Udara
Gaya berjalan di udara merupakan gaya dalam lompat jauh yang
mana atlet dalam melakukan lompat jauh melakukan gerakan
berjalan di udara untuk mendapatkan daya dorong kearah horizontal.
Tujuan dari gaya ini adalah mencapai jarak lompatan sejauh mungkin,
selain itu untuk membawa dan mempertahankan titik berat setinggi
mungkin di udara sesudah melakukan awalan tolakan.
Gambar 4. Pelaksanaan Lompat Jauh Teknik Melayang Gaya Berjalan di
Udara (IAAF, 1993:40)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c) Lompat Jauh Gaya Gantung
Gaya gantung atu hang Style merupakan lompat jauh dengan
sikap pada saat melayang seolah-olah menggantung di udara
dengan sikap perut membusur. Sikap gantung tersebut dipertahankan
sampai kira-kira pertengahan melayang, sementara itu lengan
berayun ke belakang sehingga sikap ini menyerupai busur. Pendaratan
dimulai dengan mengayun kaki bagian atas bersama-sama ke depan
dengan membungkukkan badan ke depan dan membawa kedua lengan
ke depan. Gaya gantung merupakan salah satu gaya dari lompat jauh,
yang mana atlet melakukan gerakan menggantung di uadara untuk
memberikan ancang-ancang dalam melakukan dorongan terhadap
tubuh kearah horizontal.
Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam latihan melayang
di udara, pada cabang lompat jauh, antara lain:
1. Sekali pelompat melepaskan kakinya dari tanah, pusat gaya
berat tubuhnya akan bergerak dalam lintasan parabola.
2. Tidak ada suatu apapun yang dapat mempengaruhi atau mengubah
kecepatan atau arah gerakan dari pusat gaya berat tubuh pelompat
tadi. Tetapi ia dapat mengatur tungkainya sedemikian rupa,
sehingga dapat menghindarkan terjadinya rotasi.
3. Gerakan dari tungkai ini terutama ditujukan untuk mendapatkan
posisi mendarat yang lebih efisien (Jarver, 2009:28).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 5. Pelaksanaan Lompat Jauh Teknik Melayang Gaya Gantung
(IAAF, 1993: 38).
d. Mendarat
Mendarat merupakan serangkaian gerakan terakhir dari lompat
jauh. Pada waktu mendarat kedua tungkai dibawa ke depan lurus dengan
jalan mengangkat paha ke atas badan dibungkukkan ke depan, kemudian
mendarat pada kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua
lutut dibengkokkan (ditekuk), berat badan dibawa ke depan supaya tidak
jatuh ke belakang, kepala agak menunduk dan kedua tangan lurus ke depan.
Tujuan latihan melakukan pendaratan (landing) dalam cabang
lompat jauh adalah :
a) Mendapatkan suatu posisi dengan kedua kaki menyentuh pasir sejauh
mungkin di depan pusat gaya berat tubuh pelompat.
b) Mencegah (jangan sampai) tubuh pelompat jatuh ke belakang.
Prinsip teknik pendaratan adalah untuk menjaga agar badan tidak
jatuh ke belakang. Setelah mendarat dengan segera tubuh dibawa ke depan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
agar tidak jatuh ke belakang. Menurut Aip Syarifudin (1992:95)
mengemukakan bahwa “ pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa ke
depan lurus dengan jalan mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke
depan, kedua tangan ke depan. Kemudian mendarat pada kedua tumit
terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut dibengkokkan (ditekuk),
berat badan dibawa ke depan supaya tidak jatuh ke belakang, kepala
ditundukkan, kedua tangan ke depan”.
Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam melakukan pendaratan
(landing), pada cabang lompat jauh antara lain:
a) Posisi landing yang terbaik hendaknya merupakan lanjutan dari pola
melayangkan pusat gaya berat tubuh; tentunya harus terletak sejauh
mungkin, yaitu pada jarak horizontal terbesar antara tumit dan pusat
gaya berat tubuh.
b) Tubuh bagian atas harus setegak mungkin dengan tungkai terjulur lurus
ke depan.
c) Tangan yang terletak di belakang tubuh sebelum landing, harus segera
dilempar ke muka begitu kaki menyentuh pasir
d) Gerakan segera dari tangan akan membantu tubuh untuk bertumpu di atas
kaki.
e) Posisi landing yang efisien tergantung pada teknik yang digunakan pada
waktu melayang (Jarver, 2009:31).
Saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam
tahap ini, dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
a) Cegah peluncuran kaki yang terlampau awal dengan cara memperlambat
lengkapnya gerakan melayang.
b) Hindarkan terjatuhnya tubuh ke belakang, dengan cara menekukkan
kedua lutut begitu tumit menyentuh pasir; gerakan ini hendaknya
disertai dengan ayunan tangan ke depan yang cepat.
c) Cegah gerakan rotasi ke depan yang terlampau awal dari tubuh dengan
cara mempertahankan kelurusan tubuh sedapat-dapatnya sampai sesaat
sebelum landing (Jarver, 2009:32).
Gambar 6. Pelaksanaan Lompat Jauh Teknik Pendaratan (IAAF, 1993:41)
e. Prestasi Lompat Jauh
Pengertian Prestasi adalah”hasil yang telah dicapai”. Sedangkan
lompat jauh adalah suatu gerakan melompat mengangkat kaki ke atas depan
dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara
(melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan melakukan
tolakan satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Mengacu pada
pernyataan tersebut untuk meningkatkan prestasi yang maksimal pelatih
dapat memilih bentuk latihan yang tepat dan sesuai dengan cabang olahraga
yang akan ditekuni oleh atlet. Karena lompat jauh termasuk nomor lompat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang diperlombakan, maka diperlukan metode latihan yang tepat untuk
meningkatkan prestasi yang baik didalam lompat jauh selain si pelompat
harus memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, ketepatan, kelentukan dan
koordinasi gerak, juga harus memahami dan menguasai teknik untuk
melakukan gerakan lompat jauh tersebut serta dapat melakukannya dengan
cepat, tepat, luwes dan lancer. Teknik lompat jauh yang benar perlu
memperhatikan unsure-unsur, awalan, tolakan, sikap badan di udara
(melayang di udara) dan mendarat. Keempat unsur ini merupakan satu
kesatuan,yaitu urutan gerakan lompat yang tidak terputus.
Prestasi lompat jauh tidak lepas dari beberapa peraturan yang harus
ditaati oleh atlet saat melakukan berbagai rangkaian gerakan lompat jauh
menurut Jarver (2009:19) beberapa peraturan dalam cabang lompat jauh
adalah:
a. Setiap peserta boleh melakukan tiga atau enam lompatan, lompatan yang
diperhitungkan adalah lompatan yang paling jauh.
b. Lompatan harus dimulai dari sebuah papan yang panjangnya 1,22 meter,
ujung papan yang paling dekat dengan daerah landing disebut garis take
off.
c. Jika si pelompat menyentuh daerah di luar batas take off dengan salah
satu bagian tubuh tanpa melompat, maka disebut foul atau dis
d. Sebelum pelompat mulai melompat, ia boleh lari dulu dalam jarak tak
terbatas.
e. Jarak lompatan diukur pada sudut tertentu mulai dari jejak terdekat di
daerah landing bagian tubuh manapun sampai ke garis take off
f. Jika pelompat pada saat landing menyentuh tanah di luar daerah landing,
pada jarak yang lebih dekat ke garis take off dari jejak pasir, maka
dihitung dis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2. Latihan
Menurut Nossek (1995: 3) latihan adalah suatu proses atau dinyatakan
dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa
tahun,sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi.
Menurut Sukadiyanto (2002: 1) menerangkan bahwa pada prinsipnya
latihan merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih baik, yaitu
untuk meningkatkan: kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh
dan kualitas psikis anak latih. Sedangkan menurut Harsono, (1988: 102)
menyatakan bahwa Latihan juga bisa dikatakan sebagai sesuatu proses
berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian
hari jumlah beban latihannya kian bertambah.
Bompa (1990: 3) menyatakan pula latihan adalah merupakan kegiatan
yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan
individual yang mengarah pada ciri-ciri fisiologis dan psikologis manusia
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut
Thomson (1993:61) menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses yang
sistematis dengan tujuan meningkatkan fitness/kesegaran seorang atlet
dalam suatu aktivitas yang dipilih. Ini adalah proses jangka panjang yang
semakin meningkat (progresif) dan mengakui kebutuhan individu-individu
atlet dan kemampuanya. Program latihan dilakukan mengunakan latihan
atau praktek untuk mengembangkan kualitas yang dituntut oleh suatu even.
Latihan secara luas diartikan sebagai suatu intruksi yang
diorganisasikan dengan tujuan meningkatkan kemampuan fisik, psikis serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
keterampilan baik intelektual maupun keterampilan gerak olahraga. Dalam
pembinaan olahraga prestasi latihan didefinisikan sebagai persiapan fisik,
teknik, intelektual, psikis, dan moral. Selanjutnya dikatakan bahwa latihan
adalah proses persiapan secara sistematis dalam mempersiapkan atlet
menuju kearah tingkat keterampilan yang paling tinggi (Harre, 1982:11).
Melalui latihan kemampuan seseorang dapat meningkatkan sebagian besar
sestim dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa
yang biasa dijumpai dari biasanya. Latihan dapat didefinisikan sebagai
peran serta yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
fungsional fisik dan daya tahan (Pate dan Clenaghan, 1993:317).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan
(olahraga) adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara
sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif
lama, untuk mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu peningkatan
prestasi yang optimal. Agar latihan mencapai hasil prestasi yang optimal,
maka program/bentuk latihan disusun hendaknya mempertimbangkan
kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan dan mengikuti
prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan.
a. Prinsip-Prinsip Latihan
Keberhasilan dalam mencapai prestasi tertinggi bagi seorang atlet
banyak dipengaruhi oleh kesiapan program latihan, kemampuan pelatih
serta kemampuan fisik atlet. Semakin spesifik program latihan tersebut,
semakin besar pengaruh yang dicapai dalam penampilan. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mencapai tujuan latihan haruslah menganut prinsip-prinsip latihan.
Prinsip-prinsip latihan merupakan pedoman untuk menyusun program
latihan yang terorganisir dengan baik. Untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan fisik, serta efektifitas latihan dapat dicapai,
maka dalam pelaksanaanya harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan.
Menurut Nossek (1995: 4) prinsip-prinsip dalam latihan adalah
terdiri dari:
1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut
2) Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu
latihan tersebut
3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus
dengan kemajuan spesialisasi
4) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual
5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan
intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan.
Menurut Sukadiyanto (2002:12-22) menjelaskan bahwa ada
beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan
sebagai pedoman dalam satu kali tatap muka antara lain: (a) Prinsip
Kesiapan (readiness), (b) Prisip Individual, (c) Prinsip Adaptasi, (d).
Prisip Beban Lebih (Overload), (e). Prinsip Progresif (peningkatan), (f)
Prinsip Spesifikasi (kekhususan), (g) Prinsip Variasi, (h) Prinsip
pemanasan dan pendinginan, (i) Prinsip Latihan Jangka Panjang (Long
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Term Training), (j) Prinsip Berkebalikan (Reversibility), (k) Prinsip
Tidak Berlebihan (Moderat), (l) Prinsip Sistematik.
Menurut Suharno HP. (1993: 7-13) prinsip-prinsip latihan adalah:
1) Latihan sepanjang tahun tanpa berseling (prinsip kontinyu dalam
latihan)
2) Kenaikan beban latihan secara teratur
3) Prinsip individual (perorangan atlet)
4) Prinsip interval
5) Prinsip stress (penekanan)
6) Prinsip spesialisasi
Sedangkan menurut harsono (1988: 102-112) adalah:
1) Prinsip beban lebih (overload principle)
2) Prinsip perkembangan menyeluruh
3) Prinsip spesialisasi
4) Prinsip individualisasi
Menurut Nossek (1982: 14) prinsip-prinsip dalam latihan adalah
terdiri dari:
1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut
2) Prinsip periodesasi dan penataan beban selama peredaran waktu
latihan tersebut
3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus
dengan kemajuan spesialisasi
4) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual
5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan
intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan
adalah kaidah-kaidah atau prosedur yang harus diperhatikan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
melaksanakan latihan agar sasaran latihan dapat tercapai dengan
maksimal. Prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip latihan sepanjang tahun
Karena sifat adaptasi atlet terhadap beban latihan yang diterima
adalah labil dan sementara, maka untuk mencapai suatu prestasi
maksimal, perlu ada latihan sepanjang tahun dan terus menerus secara
teratur, terarah, dan berkesinambungan. Terus menerus dan
berkesinambungan bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali. Agar
dapat diketahui dengan jelas suatu latihan yang sistematis, perlu ada
periode-periode latihan.
2) Prinsip beban lebih
Beban latihan yang diberikan pada atlet harus cukup berat dan
diberikan berulang-ulang dengan intensitas yang cukup tinggi
sehingga merangsang adaptasi fisik terhadap beban latihan. Kenaikan
beban harus bertahap sedikit demi sedikit agar tidak tejadi over
training, dan proses adaptasi terhadap beban terjamin keteraturannya.
3) Prinsip perkembangan menyeluruh
Prinsip perkembangan menyeluruh memberikan kebebasan
kepada atlet untuk melibatkan diri dalam berbagai aspek kegiatan agar
ia memiliki dasar yang kokoh guna menunjang ketrampilan khususnya
kelak. Dengan melibatkan diri dalam berbagai aktivitas, atlet
mengalami perkembangan yang komprehensif terutama dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kondisi fisiknya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan
gerak dan sebagainya.
4) Prinsip individual
Setiap orang berbeda-beda baik fisik, mental, potensi,
karakteristik belajarnya, ataupun tingkat kemampuannya, karena
perbedaan-perbedaan tersebut harus diperhatikan oleh pelatih agar di
dalam memberikan beban dan dosis latihan, metode latihan, serta cara
berkomunikasi dapat sesuai dengan keadaan dan karakter atlet
sehingga tujuan prestasi dapat tercapai.
5) Prinsip interval
Prinsip interval sangat penting dalam merencanakan latihan,
karena berguna dalam pemulihan fisik dan mental atlet. Dalam prinsip
ini latihan-latihan yang dilakukan menggunakan interval berupa waktu
istirahat. Istirahat dapat dilakukan dengan istirahat aktif maupun
istirahat pasif. Perbandingan waktu kerja atau latihan dengan waktu
istirahat dapat pula menjadi beban latihan untuk meningkatkan
kemampuan fisik.
6) Prinsip tekanan
Prinsip tekanan atau stress menuntut latihan harus menimbulkan
kelelahan secara sungguh-sungguh baik kelelahan lokal maupun
kelelahan total jasmani dan rohani. Hal ini penting untuk
meningkatkan prestasi, beban yang berat berguna meningkatkan
kemampuan organisme, situasi dan kondisi yang berat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
menggembleng mental yang diperlukan dalam menghadapi
pertandingan-pertandingan, meskipun demikian pemberian tekanan
harus disesuaikan dengan kondisi atlet.
7) Prinsip kekhususan
Latihan harus mempunyai bentuk dan ciri yang khusus sesuai
dengan sifat dan karakter masing-masing cabang olahraga.
b. Tujuan Latihan
Tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah mencapai prestasi
yang maksimal, disamping itu Harre (1982: 10) secara rinci
mengemukakan tujuan utama latihan adalah:
1) Untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, power dan daya tahan
fisik
2) Untuk meningkatkan teknik dan koordinasi gerakan yang sesuai
dengan teknik dasar setiap cabang olahraga
3) Untuk meningkatkan taktik individu maupun kelompok
4) Untuk meningkatkan mental atlet
5) Untuk mengembangkan kepribadian atlet.
Latihan fisik mempunyai tujuan memberikan tekanan fisik secara
teratur, sistematik dan berkesinambungan, sehingga meningkatkan
kemampuan di dalam melakukan kerja atau atkivitas gerak. Tanpa
kondisi fisik yang baik atlet tidak dapat mengikuti proses latihan kondisi
fisik dengan sempurna.
Latihan teknik bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk
sikap dan gerak melalui pengembangan motorik dan sistem saraf menuju
gerakan otomatis. Kesempurnaan teknik dasar tiap cabang olahraga akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
menentukan kesempurnaan gerak keseluruhan. Karenanya teknik dasar
yang diperlukan oleh tiap cabang olahraga harus dipelajari dan dikuasai
dengan baik oleh atlet.
Taktik dapat diartikan sebagai suatu siasat yang digunakan untuk
memperoleh keberhasilan atau kemenangan secara sportif dengan
menggunakan kemampuan teknik individu. Teknik-teknik gerakan yang
telah dikuasai dengan baik, dikembangkan dan dilatih lebih keras lagi
dalam setiap latihan, sedangkan kekurangan-kekurangan atau kelemahan-
kelemahan yang ada sebisa mungkin ditekan dan dicari suatu cara untuk
menutup kekurangan atau kelemahan tersebut. Dengan mengetahui
kelebihan dan kekurangan yang ada maka dapat dikembangkan suatu
taktik untuk dapat menguasai dan mengalahkan lawan atau mencapai
kemenangan, bahkan dengan senjata kekurangan yang ada sekalipun.
Latihan mental bertujuan untuk menjaga kestabilan emosi dan
meningkatkan motivasi. Harsono (1988:101) mengemukakan bahwa
“Latihan mental adalah latihan yang menekankan pada perkembangan
kedewasaan atlet, emosional, dan impulsif guna mempertinggi efisiensi
mental atlet terutama apabila atlet dalam situasi stress yang kompleks”.
Jadi pada prinsipnya latihan mental adalah untuk menghilangkan atau
mengurangi beban psikologis itu mental atlet yang dapat mengganggu
penampilan atau prestasi selama berlomba atau bertanding. Mental yang
tinggi merupakan modal tambahan yang sangat penting untuk menuju
tahap kematangan juara, karena sifat-sifat yang berupa semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
bertanding yang bernyala-nyala, tak kenal menyerah dan berputus asa,
selalu waspada, dan rasa percaya diri yang tinggi menandakan bahwa
atlet siap untuk menjadi seorang kuasa.
Demikian pentingnya latihan sehingga para ahli olahraga dan
ilmuwan berusaha untuk meneliti lebih jauh cara metode yang dapat
meningkatkan kemampuan fisik yang lebih efektif dengan memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penemuan-penemuan
sebelumnya.
Aktivitas latihan dipengaruhi oleh bentuk latihan, jenis latihan dan
waktu pelaksanaan latihan. Dengan demikian latihan akan merangsang
kemampuan adaptasi fisik terhadap perkembangan fisiologis maupun
psikologis untuk melawan tekanan dalam latihan.
c. Metode Latihan
Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya latihan adalah
sama dengan belajar, dimana latihan adalah belajar dalam skala yang
lebih intesif. Rusli Lutan (1988:397) mendefinisikan metode sebagai
suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
dapat tercapai.
Menurut Seidel, et al. (1975:113) menyatakan bahwa ”Metode
mencakup pengertian yang luas mencakup prosedur dan teknik yang
digunakan dalam penyajian teori”. Dalam kamus bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
metode diartikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Mengadopsi pendapat Gagne dalam Singer (1980:25) jika
dihubungkan dengan latihan ”untuk mencapai tujuan latihan secara
efektif dan efisien, prosedur dan teknik yang harus dikerjakan pelatih dan
atlet mencakup tiga aspek, yakni akurat, efisien dan komunikatif”.
Akurat mengandung arti bahwa informasi mengenai program
latihan yang disusun harus dapat dipahami dan diterima atlet dengan
mudah, serta tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Efisien
berarti bahwa penggunaan waktu dan tenaga diusahakan sesingkat
mungkin tetapi diharapkan tujuan dapat dicapai dengan baik dan hasil
yang maksimal tanpa kelelahan yang berarti. Komunikasi dalam hal ini
adalah situasi lingkungan latihan yang diciptakan harus dapat
memberikan motivasi latihan yang baik bagi atlet, ada kesepahaman
antara pelatih dengan atlet dalam melaksanakan program latihan yang
disusun. Bila ada bentuk komunikasi antara pelatih dan atlet akurat,
efisien dan menarik maka semangat latihan dapat meningkat.
Keberhasilan pelatih dalam melatih didukung atas beberapa faktor
diantaranya adalah metode latihan.
Dalam masalah metode latihan fisik, dapat dibedakan menjadi dua
macam program latihan. Pertama program latihan peningkatan kondisi
fisik, baik perkomponen maupun secara keseluruhan untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
status kondisi fisik atlet bersangkutan untuk menghadapi pertandingan.
Kedua, program latihan mempertahankan kondisi fisik, yaitu program
latihan yang disusun sedemikian rupa untuk mempertahankan kondisi
fisik atlet berada dalam puncaknya.
Peningkatan kondisi fisik yang diperoleh melalui latihan dapat
dilihat berupa peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat merasa lelah,
dan peningkatan ketrampilan. Untuk itu diperlukan suatu program latihan
yang benar dan sesuai dengan tujuan dari latihan itu sendiri.
Melihat pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa metode
adalah cara yang sistematis untuk kelancaran pelaksanaan proses belajar
atau berlatih dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Pada kenyataannya latihan harus mempunyai sasaran dan tujuan
yang nyata, yang mana pemenuhan sasaran dan tujuan jangka pendek
maupun jangka panjang sangat penting untuk memotivasi seorang atlet
dan memungkinkan pelatih mendapatkan umpan balik apakah latihan
yang direncanakan itu efektif meningkatkan prestasi atau tidak.
d. Program Latihan
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan maka
program latihan disusun. Dalam penyusunan program latihan perlu
diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
program latihan tersebut dalam meningkatkan prestasi. Faktor-faktor
tersebut adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1) Intensitas latihan
Intensitas latihan adalah suatu dosis (jatah) pelatihan yang
harus dilakukan seorang atlet menurut program yang telah ditentukan.
Intensitas pelatihan yang dilakukan setiap kali berlatih harus cukup,
apabila intensitas suatu pelatihan tidak memadai, maka pengaruh
pelatihan terhadap peningkatan kualitas fisik sangat kecil atau bahkan
tidak sama sekali. Sebaliknya apabila intensitas pelatihan terlalu tinggi
kemungkinan dapat menimbulkan cidera atau sakit. Intensitas
pelatihan adalah ukuran kualitas latihan meliputi prosentase kinerja
maksimum (Kg.m/detik), prosentase detak jantung maksimal,
prosentase VO2 max, kadar laktat darah dan lain-lain.
Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa
dicapai sebagai patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam
laktat, dan ambang rangsang anaerobik. Cara yang termudah untuk
mengetahui intensitas pelatihan sudah cukup atau belum yaitu dengan
menghitung denyut nadinya pada waktu pelatihan (Astrand, 1977;
Miller, 1994; Brooks, 1996 dalam Nala, 1998:45). Selanjutnya
kualitas suatu intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan
dari suatu aktivitas ditentukan berdasarkan persentase dari denyut
nadi. Makin kecil persentasenya disebut intensitas rendah, sedangkan
makin tinggi persentasenya disebut intensitas supermaksimal. Tingkat
intensitas ini terdiri dari terendah sampai tertinggi (Bompa dalam
Nala, 1998:45), terdiri atas :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a). Intensitas Rendah : 30% - 50% Denyut Nadi
b). Intermedium : 50% - 70% Denyut Nadi
c). Medium : 70% - 80% Denyut Nadi
d). Submaksimal : 80% - 90% Denyut Nadi
e). Maksimal : 90% - 100% Denyut Nadi
f). Supermaksimal : 100% - 105% Denyut Nadi
Nala (1992:38) menyatakan bahwa apabila intensitas suatu
pelatihan diambil berdasarkan denyut nadi maka, dapat diukur dengan
menggunakan dalil sebagai berikut:
Teknik menghitung denyut nadi yang digunakan adalah dengan
cara memegang dan merasakan denyut nadi dengan menggunakan
ketiga jari tangan (telunjuk, jari tengah, jari manis) pada nadi
pergelangan tangan, pada daerah pengumpul, radialis, lalu dirasakan
dan setelah detakan baru dihitung selama 30 detik. Hitungan selama
30 detik, lalu dikalikan 2, sehingga hasil perkalian tersebut merupakan
jumlah denyutan per menit (Nala, 1992:72).
Sedangkan penghitungan denyut nadi yang lain biasanya dilakukan
dengan palpasi pada arteri radialis atau arteri coratid selama 15 detik
selanjutnya hasilnya dikalikan empat.
Denyut Nadi Maksimal : 220 – Umur.
Denyut Nadi Optimal : (220 – Umur) – 10.
Denyut Nadi Minimal : 3/4 X (220 – Umur).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 1.
Zona Latihan Berdasarkan Denyut Nadi
Zona Tingkat Denyut Nadi
(Dt/Mnt)
01 Rendah 120-150
02 Sedang 150-170
03 Tinggi 170-185
04 Maksimum > 185
Sumber : Pekik Irianto (2002:57).
Dari pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pelatihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump dapat
meningkatkan daya ledak (power) otot tungkai secara efektif, apabila
intensitas pelatihan adalah 50% - 70% dari denyut.
nadi minimal (Nala, 1992: 38).
2) Lama latihan
Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau
bulan program latihan itu dijalankan sehingga seorang atlet dapat
mencapai kondisi yang diharapkan. Lama latihan ditentukan
berdasarkan kegiatan latihan per minggu, per bulan atau aktivitas
latihan yang dilakukan dalam jangka waktu per menit atau jam. Lama
latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Bila intensitas
latihan tinggi maka durasi latihan lebih singkat, sebaliknya bila
intensitas latihan rendah maka durasi latihan lebih panjang. Fox dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Sajoto (1995:70) menyatakan bahwa “lama latihan hendaknya
dilakukan 4 – 8 minggu”, sedangkan Harsono (1988:117) berpendapat
bahwa “untuk tujuan olahraga prestasi, lama latihan 45-120 menit dan
untuk olahraga kesehatan lama latihan 20-30 menit dan training zone”.
Berdasarkan uraian di atas, maka waktu pelatihan pada
penelitian ini adalah empat minggu atau selama 12 kali pelatihan
dengan frekuensi pelatihan 3 kali seminggu dimana tidak termasuk tes
awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Pelatihan yang diberikan
adalah pelatihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust
Jump, hingga mencapai daerah pelatihan (training zone), yaitu 50% -
70% dari denyut nadi minimal (Nala, 1992: 38)
3) Frekuensi latihan
Yang dimaksud dengan frekuensi latihan adalah jumlah latihan
intensif yang dilakukan dalam satu minggu. Untuk menentukan
frekuensi latihan harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab
kemampuan setiap orang tidak harus memperhatikan kemampuan
seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak sama dalam
beradaptasi dengan program latihan. Bila frekuensi latihan terlebih
dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila frekuensi kurang maka tidak
memberikan hasil karena otot sudah kembali pada kondisi semula
sebelum latihan.
Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan
karakter olahraga yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dalam satu minggu untuk memberi kesempatan bagi tubuh beradaptasi
dengan beban latihan. Sajoto (1995:35) mengemukakan bahwa:
Program latihan yang dilaksanakan 4 kali setiap minggu selama 6
minggu cukup efektif, namun para pelatih cenderung melaksanakan 3
kali setiap minggu untuk menghindari terjadinya kelelahan yang
kronis, dengan lama latihan yang dilakukan selama 6 minggu atau
lebih.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa latihan
dalam penelitian ini adalah suatu program latihan berbeban secara
isotonik yang disusun dengan sistematis guna meningkatkan daya
ledak otot, khususnya daya ledak otot tungkai. Adapun penentuan
berat beban, repetisi, ulangan dan jumlah latihannya disesuaikan
dengan prinsip-prinsip latihan berbeban dan pendapat para ahli di atas.
Pelaksanaan masing-masing berat beban untuk program latihan
plaiometrik dalam penelitian ini dilakukan selama 6 minggu. Hal ini
disesuaikan dengan pendapat Pate (1984:324) bahwa lama latihan 6-8
minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi atlet, yaitu
untuk latihan power dapat meningkat 10%-25%. Untuk frekuensi
latihannya sebanyak 3 kali perminggu. Hal ini untuk memberi
kesempatan pada tubuh untuk beradaptasi terhadap beban yang
diterima otot. Selanjutnya untuk peningkatan beban latihan perminggu
adalah kurang dari 5% beban sebelumnya. Untuk penambahan beban
adalah dengan jenjang bergelombang seperti gambar 1. Pada gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
tersebut dapat dilihat bahwa latihan minggu ke dua meningkat sedikit
dari minggu pertama, kemudian minggu ke tiga meningkat sedikit dari
minggu ke dua, selanjutnya minggu ke empat turun yaitu dengan berat
beban sama dengan minggu ke dua, demikian dilanjutkan sampai
masa latihan selesai.
Kecepatan
Beban Latihan Beb
an
Lat
ihan
Gambar 7. Kurva kecepatan Beban Latihan yang diikuti dengan peningkatan prestasi (Bompa, 1994:46).
Metode latihan yang akan dilibatkan dalam penelitian ini yaitu
metode latihan Plaiometrik dengan model latihan Plaiometrik Hurdle
Hopping dan Squat Thrust Jump, yang nantinya diharapkan metode
latihan ini dapat meningkatkan prestasi lompat jauh, dalam penelitian
ini lompat jauh gaya menggantung (hang style).
e. Sistematis Latihan.
Pelatihan akan menghasilkan suatu manfaat yang maksimal
apabila mengikuti sistem pelatihan yang tepat. Sistematika pelatihan
yang salah akan menyebabkan terjadinya suatu cidera. Adapun
P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
sistematika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Kanca,
1992:2).
1) Pelatihan Peregangan (Streching).
Sebelum melakukan pelatihan yang berat, sebaiknya terlebih
dahulu melakukan pelatihan peregangan karena bermanfaat untuk :
a) Meningkatkan kelenturan (elastisitas) otot-otot, sendi dan
menambah mutu gerakan.
b) Mengurangi ketegangan otot dan membantu tubuh merasa rileks,
serta mencegah terjadinya cidera.
c) Meningkatkan kesiap-siagaan tubuh, serta melancarkan sirkulasi
darah.
Peregangan mutlak harus dilakukan, gerakan peragangan tidak
boleh dilakukan secara tiba-tiba harus perlahan - lahan. Peregangan
dapat dilakukan secara aktif dan juga bisa dilakukan secara pasif
dengan bantuan orang lain. Pada setiap akhir dari usaha peregangan
otot pada satu sendi posisinya ditahan selama 20-30 detik (Nala, 1998:
51).
2) Latihan Pemanasan (Warning-Up).
Pemanasan atau warming-up amat perlu dilakukan oleh setiap
atlet baik sebelum berlatih (pra-latihan) maupun sebelum bertanding
(pra-pertandingan). Sistem tubuh pada saat istirahat berada dalam
keadaan tidak begitu aktif (inersia). Untuk mengaktifkan kembali
maka perlu dilakukan pemanasan (Nala, 1998:49).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Proses pemanasan ini sebenarnya berawal di tingkat lapisan luar
otak atau korteks otak. Untuk mengantisipasi gerakan pada saat
pemanasan, saraf simpatis dirangsang yang menyebabkan terjadinya
vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah diseluruh pembuluh
skeletal. Bila aktivitas sesungguhnya dimulai, maka akan terjadi
vasokontriksi di organ otot skeletal yang tidak bekerja dan tetap terjadi
vasodilatasi di otot skeletal yang berkontraksi (Berger dalam Nala,
1998:49), selama pemanasan akan terjadi peningkatan intensitas
secara progresif, menaikkan kapasitas kerja organ tubuh serta fungsi
saraf, diikuti pula proses metabolik yang cepat. Akibat pemanasan
aliran darah meningkat, suhu tubuh naik, yang akan merangsang pusat
pernapasan untuk meningkatkan pemasokan oksigen kepada sel otot
dan organ tubuh yang lainnya. Peningkatan oksigen dan aliran darah
ini akan berdampak memperbesar potensi kerja organ tubuh sehingga
penampilan dan kinerja atlet menjadi lebih efektif.
Prosedur pemanasan menurut (Fox, 1984; dalam Nala, 1998:50)
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pemanasan aktif dan
pemanasan pasif. Senam pemanasan (calisthenic) merupakan gerakan
yang aktif. Sedangkan pemanasan dengan cara pasif yang bertujuan
semata-mata untuk meningkatkan suhu tubuh, seperti mandi air panas,
selimut tebal, infra merah bahan kimia dan pijat. Pelatihan pemanasan
harus melibatkan kelompok otot utama, khususnya yang langsung
menyangkut cabang olahraga yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Intensitas dan durasi pelatihan sangatlah bervariasi sesuai dengan
cabang olahraga. Intensitas dan durasi pelatihan menurut Nala (1998:
50) yang diambil dari berbagai penelitian ilmiah pakar olahraga,
antara lain:
a) Lama waktu pemanasan untuk menggerakkan seluruh otot tubuh
yaitu berkisar 20-30 menit atau 10-20 menit (Powers, 1990:dalam
Nala: 1998:50), dimana 5 menit terakhir dipergunakan untuk
pemanasan khusus sesuai dengan aktifitas yang akan dilakukan.
b) Malahan menurut Berger (dalam Nala, 1998:49) pemanasan cukup
dilakukan 5 menit saja apabila Cuma melatih beberapa otot skeletal
atau otot yang erat kaitannya dengan gerakan khas atau khusus dari
cabang olahraga yang akan dilaksanakan.
c) Latihan pemanasan dilakukan antara 5-30 menit tergantung berat
ringannya pelatihan inti yang akan dilakukan (Fox, 1984:89 ).
d) Ada pula yang menggunakan patokan kenaikan frekuensi denyut
nadi. Jika denyut nadi telah meningkat 20 – 40 denyutan diatas
denyut nadi normal (istirahat). Apabila denyut nadi istirahat yakni
60 denyutan pemanasan cukup dilakukan apabila denyut nadi
mencapai 80 denyutan per menit (Powers, 1990:dalam Nala: 1998:
50).
Banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
untuk menentukan lama dan tipe gerakan pemanasan. Jadi
pemanasan itu tidak selalu lama, bisa berkisar antara 10 – 15 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
( Nala: 1998:50). Lamanya pemanasan pada pelatihan ini selama 10
menit.
3) Aktivitas formal (Formal Activity).
Fase terakhir dari pelatihan pemanasan adalah suatu kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan cabang olahraga yang akan dilatihkan.
4) Latihan inti.
Latihan yang dilakukan merupakan aktivitas pokok dari cabang
olahraga yang dilatihkan. Bentuk pelatihan inti ini adalah pelatihan
Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump yang
dilakukan dalam 4-6 set dengan repetisi 10-20 kali dimana istirahat
antar set adalah 1-2 menit. Sedangkan intensitas pelatihannya adalah
50 % sampai dengan 70% dari denyut nadi minimal.
5) Latihan Pendinginan (Cooling-Down),
Pendinginan dilakukan setelah melakukan pelatihan atau
aktivitas fisik lainnya. Pelatihan pendinginan yang dimaksud adalah
melakukan pelatihan yang ringan sesudah masa berat. Dengan
melakukan pelatihan pendinginan, derajat keasaman (pH) darah
menurun lebih cepat, sehingga kelelahan akibat dari pada pelatihan
cepat hilang.
Lamanya pendinginan tegantung cepatnya asam laktat dirubah,
maka lama waktu dibutuhkan untuk pendinginan adalah 10-30 menit
menurut Powers dalam Nala, (1998:52), Lamanya pendinginan pada
pelatihan ini adalah selam 5 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3. Plaiometrik
Plaiometrik merupakan suatu metode untuk mengembangkan daya
ledak atau explosive power, yang merupakan komponen penting dari sebagian
besar prestasi/kinerja olahraga (Radcliffe and Farentinos, 1985:1). Dari sudut
pandang praktis latihan plaiometrik memang relatif mudah diajarkan dan
dipelajari, serta menempatkannya juga lebih sedikit tuntutan fisik tubuh
daripada latihan kekuatan dan daya tahan.
Plaiometrik berasal dari kata Yunani “pleythuein” yang berarti
meningkatkan atau membangkitkan. kata ini berasal dari kata “plio” berarti
lebih dan “metric” berarti pengukuran (Wilt & Ecker 1970 dalam Radcliffe
and Farentinos, 1985:3). Latihan plaiometrik menunjukkan karakteristik
kekuatan penuh dari kontraksi otot dengan respon yang sangat cepat, beban
dinamis (dynamic loading) atau penguluran otot yang sangat rumit (Radcliffe
and Farentinos, 1985:111).
Plaiometrik adalah latihan yang menghasilkan pergerakan otot
isometric dan menyebabkan refleks regangan dalam otot. Perhatian latihan
plaiometrik dikhususkan pada latihan yang menggunakan pergerakan otot-
otot untuk menahan beban ke atas dan menghasilkan power atau kekuatan
eksplosif. Plaiometrik adalah latihan yang tepat untuk orang-orang yang
dikondisikan dan dikhususkan untuk menjadikan atlet dalam meningkatkan
dan mengembangkan loncatan kecepatan dan kekuatan maksimal. Menurut
(Chu, 1992) latihan plaiometrik memberikan keuntungan ganda yaitu;
pertama, plaiometrik memanfaatkan gaya dan kecepatan yang dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dengan percepatan berat badan melawan grafitasi, ini menyebabkan gaya dan
kecepatan latihan beban tersedia. Kedua, plaiometrik merangsang berbagai
aktifitas olahraga seperti melompat, berlari dan melempar lebih sering
dibanding dengan latihan beban. Ini adalah latihan khusus yang dapat
menghasilkan kekuatan lebih besar dan kecepatan lebih tinggi.
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa latihan plaiometrik adalah
bentuk latihan explosive power dengan menggunakan kontraksi otot yang
sangat cepat dan kuat dalam mengatasi tahanan, yakni otot selalu berkontraksi
baik saat memanjang maupun pada saat memendek dalam waktu yang cepat.
Menurut Sukadiyanto (2002:96) bentuk latihan plaiometrik
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu latihan dengan intensitas rendah
(low impact) dan latihan dengan intensitas tinggi (high impact).
1) Bentuk latihan plaiometrik dengan intensitas rendah (low impact) antara
lain:
a) Skipping
b) Rope Jumps ( lompat tali)
c) Loncat-loncat ( Hops) atau lompat-lompat
d) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 25-35 cm
e) Melempar ball medicine 2- 4 kg
f) Melempar bola tennis yang ringan.
2) Bentuk latihan plaiometrik dengan intensitas tinggi (high impact)
meliputi:
a) Lompat jauh tanpa awalan (Standing Jump/ long jump)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b) Triple Jump (lompat tiga kali)
c) Lompat jauh dan langkah panjang
d) Loncat-loncat dan lompat-lompat
e) Melempar bola medicine 5-6 kg
f) Drop Jumps dan Reactive Jumps
g) Melompat di atas bangku atau tali setinggi di atas 35 cm
h) Melempar benda yang relatif berat.
Latihan plaiometrik akan efektif apabila pelatih dapat menyusun
periodisasi latihan yang tepat. Pelatih perlu memadukan antara frekuensi,
volume, intensitas beserta pengembangannya. Perpaduan yang tepat akan
menghasilkan penampilan yang maksimal. Tidak ada riset yang menunjukkan
secara rinci mengenai aturan volume yang berkaitan dengan set dan repetisi.
Literatur lebih menganjurkan agar pelatih menyesuaikan dengan kondisi dan
tingkat keberhasilan latihan. Intensitas latihan dalam plaiometrik selalu
diukur dengan tingkat kesulitan gerakan. Semakin sulit gerakan, intensitasnya
semakin tinggi (Radcliffe & Farentinos, 1985:28). Untuk durasi latihan
tergantung pada lamanya pemain mengeksekusi gerakan cabang olahraga
tertentu. Tidak ada waktu pasti, tergantung pada tingkat kesulitan dan
intensitas latihan dalam sistem energi predominan cabang olahraga tertentu,
karena tiap cabang mempunyai sistem predominan yang berbeda-beda.
a. Bentuk-bentuk Latihan Plaiometrik
Plaiometrik adalah sebuah metode untuk mengembangkan eksplosive
power yang penting dalam komponen penampilan olahraga (Radcliffe dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Farentinos, 1985: 1). Dengan melihat bentuk latihannya, sangatlah mudah
untuk dilakukan. Ada beberapa bentuk gerakan dasar latihan atau bentuk
latihan plaiometrik untuk panggul dan kaki. Bentuk latihan plaiometrik
menurut Radcliffe dan Farentinos, (1985:15-17), Bompa, (1994:78-141)
adalah sebagai berikut:
1) Bounding
Adalah menekankan pada loncatan untuk mencapai ketinggian
maksimum dan jarak horisontal. Macam-macam latihan bounding
adalah: double leg bound, alternate leg bound, double leg box bound,
alternate leg box bound, incleane bound, bounding dapat dilakukan
dengan dua kaki atau satu kaki secara bergantian. Otot yang terlatih
adalah:
a) Fleksi paha: Sartorius, iliacus, glacillis.
b) Ekstensi paha: Biceps femuris, semitendinosus dan
semimembrannosus (kelompok hamstring) serta gluteus maximus
dan minimus (kelompok gluteal)
c) Ekstensi Lutut: rectus femuris, tensor fascialatae, vastus lateralis,
medius dan intermedius (kelompok quadriceps), Ekstensi paha dan
fleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femuris, semitendinosus
dan semi membrenosus serta juga melibatkan otot-otot maksimus
dan minimus.
d) Fleksi lutut dan kaki: gastrocnemeus, peroneus dan soleus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
e) Kelompok otot adduction dan abduction paha: gluteals medius dan
minimus, dan abductor longus, brevis, magnus, minimus, dan
hallucis.
Berikut adalah contoh gerakan bounding.
Gambar 8 : Bentuk latihan alternate leg box bound
(Radcliffe dan Farentinos, 1985:36)
2) Hopping
Gerakan hopping terutama lebih ditekankan pada kecepatan
gerakan kaki untuk mencapai lompat-loncat setinggi-tingginya dan
sejauh-jauhnya. Hopping dapat dilakukan dengan dua kaki ataupun satu
kaki. Macam-macam latihan hopping adalah: double leg speed hop,
single speed hop, decline hop, side hop, ankle hop. Otot yang terlatih
adalah:
a) Fleksi paha: Sartorius, iliacus, glacillis.
b) Ekstensi Lutut: rectus femuris, tensor fascialatae, vastus lateralis,
medius dan intermedius (kelompok quadriceps), Ekstensi paha dan
fleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femuris, semitendinosus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dan semi membrenosus serta juga melibatkan otot-otot maksimus
dan minimus.
c) Fleksi lutut dan kaki: gastrocnemeus, peroneus dan soleus
d) Kelompok otot adduction dan abduction paha: gluteals medius dan
minimus, dan abductor longus, brevis, magnus, minimus, dan
hallucis.
Gambar 9: Bentuk latihan double speed hop
3) Jumping
Ketinggian maksimum sangat diperlukan dalam jumping,
sedangkan pelaksanaan merupakan faktor kedua dan jarak horisontal
tidak diperlukan dalam jumping. Macam-macam latihan jumping
adalah: squat jump, knee tuck jump, split jump, scissor jump, box jump.
Otot yang terlatih adalah:
a) Fleksi paha melibatkan otot-otot Sartorius, illiacus dan gracillis
b) Ekstensi lutut melibatkan otot-otot rectus femuris, vastus lateralis,
medius dan intermedius
c) Ekstensi tungkai melibatkan otot rectus femuris, semiteninosus dan
semimembranosus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
d) Aduksi paha melibatkan otot gluteus medius dan minimus, dan
adductor longus, brevis magnus, minimus dan halucis.
Gambar 10 : Bentuk latihan Knee tuck jump
(Radcliffe dan Farentinos, 1985:56)
4) Leaping
Leaping adalah suatu latihan kerja tunggal yang menekankan
jarak horisontal dengan ketinggian maksimum. Bisa dilakukan dengan
dengan dua kaki atau satu kaki. Macam-macam gerakan leaping: Quick
leap, dept jump leap
a) Ekstensi paha melibatkan otot biceps femuris, semiteninosus, dan
semimembranosus, serta gluteus maksimum dan minimus.
b) Ekstensi lutut melibatkan otot-otot vastus lateralis, medialis dan
intermeius.
c) Fleksi paha dan pelvis, melibatkan tensor faciae latae, sartoriius,
illiacus dan gracilis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
d) Adduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-oot gluteus medius dan
minimus, dan adductor longus, brevis dan magnus.
Gambar 11: Bentuk latihan dept jump leap (Radcliffe dan Farentinos, 1985: 2)
5) Ricochet
Ricochet semata-mata menekankan pada tingkat kecepatan
tungkai dan gerakan kaki, meminimalkan jarak vertikal dan horizontal
yang memberikan kecepatan pelaksanaan yang lebih tinggi. Macam
gerakan ricochet: floor kip, decline ricochet. Otot-otot yang terlatih
adalah:
a) Ekstensi lutut dan persendian pinggul, melibatkan otot vastus
lateralis, medialis, dan intermedius
b) Fleksi paha melibatkan otot-otot Sartorius, pectineus, aductor
brevis, adductor longus, dan tensor facia latae.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 12: Bentuk latihan decline ricochet (Radcliffe dan Farentinos, 1985:82)
6) Skipping
Skipping dilakukan dengan melangkah meloncat secara
bergantian hop-step, yang menekankan ketinggian dan jarak horizontal.
Macam gerakan skipping: box skip, skiping.
Latihan plaiometrik merupakan bentuk-bentuk latihan yang
menekankan pada pola gerak tubuh bagian bawah. Artinya latihan
plaiometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang berguna untuk
meningkatkan atau mengoptimalkan kinerja power tungkai.
b. Mekanisme Kontraksi Otot
Anatomi fungsional hopping meliputi (1) fleksi paha, melibatkan
otot-otot sartorius, iliacus, dan gracilis : (2) ekstensi lutut, melibatkan
otot-otot tensor fasciae latae, vastus lateralis, medialis, intermedius , dan
rectus femoris : (3) ekstensi paha dan refleksi tungkai, melibatkan otot-otot
biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus serta juga
melibatkan otot-otot gluteus maximus dan minimus, (4) fleksi lutut dan
kaki, melibatkan otot-otot gastrocnemius, peroneus, dan soleus, dan (5)
aduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-otot gluteus medius dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
minimus, dan adductir langus, brevis, magnus, minimus, dan hallucis.
(Radcliffe, Farentinos, 1985:13)
Gerakan plaiometrik terjadi serangkaian kontraksi otot yang
selanjutnya Guyton (1992:103) melukiskan mekanisme dasar yaitu pada
keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen aktin yang berasal dari dua
membran Z yang berurutan satu sama lain hampir tidak tumpang tindih
sedangkan pada saat yang sama filamen miosin mengadakan tumpang
tindih sempurna. Sebaliknya, pada keadaan kontraksi, filamen-filamen
aktin ini tertarik ke dalam di antara filamen miosin sehingga sekarang satu
sama lain tumpan tindih luas. Membran Z juga tertarik oleh filamen aktin
sampai ke ujung-ujung filamen miosin. Memang, filamen aktin dapat
ditarik bersama-sama demikian kuatnya sehingga ujung-ujung filamen
miosin sebenarnya melengkung waktu kontraksi yang sangat kuat. Jadi
kontraksi otot terjadi karena mekanisme “sliding filamen”.
Otot skelet mendapat dua persarafan motorik, yaitu alfa
motorneuron dan gamma motorneuron. Alfa motorneuron akan
memberikan rangsangan motorik pada serabut otot extrafusal, sedangkan
gamma motorneuron akan memberikan rangsangan motorik pada serabut
intrafusal. Pengaruh kontraksi tersebut dapat timbul dari rangsangan
kemauan saraf somatic (alfa neuron) tetapi dapat juga akibat rangsangan
peregangan yang mendadak pada muscle spindle. Sehingga latihan yang
disengaja serta dengan peregangan otot yang mendadak akan
menyebabkan dua pengaruh pada otot baik melalui gamma motorneuron
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
maupun alfa motorneuron, sehingga akan menimbulkan pengaruh
kontraksi yang lebih baik.
Pengaruh refleks peregangan yang cepat dan mendadak tersebut
juga menguntungkan pada organ sensorik relaksasi otot, yaitu Golgi
Tendon Organ. Sehingga kontraksi yang kuat dari hasil refleks peregangan
segera diikuti dengan mekanisme relaksasi dan menjaga agar tidak terjadi
kerusakan pada tendon.
Gambar 13. The Golgi Tendon Organ ( Bompa, 1994:21)
Kontraksi sebuah otot berubah-ubah dalam kecepatan, kekuatan
dan lamanya (duration) untuk menyebabkan perbedaan macam-macam
gerakan. Dalam gerakan kekuatan maksimum otot agonist (mover)
memakai kekuatan maksimum dan berkontraksi pada kecepatan
maksimum, menghasilkan gerakan yang cepat dan kuat. Otot sendi yang
beraneka ragam adalah menyilang lebih dari satu sendi dan menyokong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
gerakan dalam tiap sendi yang menyilang. Kelompok hamstrings, yang
dilokasikan dibelakang paha membengkokkan lutut dan meluruskan
panggul.
Dasar – dasar proses gerak sadar maupun tak sadar yang terlibat
dalam plaiometrik adalah apa yang disebut “refleks peregangan” (stretch
reflex), juga disebut “refleks spindle” atau refleks miotatik” (spindle reflex
or myotatic reflex). Alat-alat atau perangkat refleks poros dan refleks
regangan itu merupakan komponen-komponen utama dari kontrol
keseluruhan sistem syaraf terhadap gerakan tubuh. Dalam pelaksanaan
berbagai keterampilan olahraga, suatu gerakan reaktif-ekplosif, otot-otot
mungkin mengalami peregangan yang cepat sebagai akibat adanya
semacam beban yang dikenakan pada otot-otot tersebut. (Radcliffe,
Farentinos, 1985:7)
Latihan-latihan plaiometrik diperkirakan menstimulasi berbagai
perubahan dalam sistem neuromuskuler, memperbesar kemampuan
kelompok-kelompok otot untuk memberikan lebih cepat dan lebih kuat
terhadap perubahan-perubahan yang ringan dan cepat pada panjangnya
otot. Salah satu ciri penting latihan plaiometrik nampaknya adalah
pengkondisian sistem neuromuskuler sehingga memungkinkan adanya
perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan kuat, misalnya dari
gerakan turun-naik pada lompat dan gerakan kaki arah anterior dan
kemudian arah posterior pada waktu lari. Dengan mengurangi waktu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
diperlukan untuk perubahan arah ini, maka kekuatan dan kecepatan dapat
ditingkatkan. (Radcliffe, Farentinos, 1985:8)
c. Sistem Energi Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust
Jump
Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang memerlukan energi.
Energi diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan
kerja, sedangkan kerja didefinisikan sebagai penerapan dari suatu gaya
melalui suatu jarak. Energi menurut Yusuf. H. dan Aip S. (1996: 113)
didefinisikan sebagai abilitas untuk melakukan kerja, sedangkan kerja
(work) adalah produk dari sesuatu kekuatan (force) melalui suatu jarak
(W = F x d). Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan.
Banyaknya energi yang dikeluarkan untuk kerja otot tergantung pada
intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Menurut Pate R.
Clenaghan M.B. (1993:237) mengatakan kontraksi otot menyebabkan
perubahan bentuk energi kimia menjadi energi mekanik yaitu ikatan energi
ATP digunakan untuk menambah bahan bakar gerakan tubuh manusia.
Tenaga maksimal berarti kecepatan terbesar dimana sistem energi dapat
menyediakan energi bagi kerja otot. Kalau kita kaji secara mendasar
bahwa, seluruh energi yang digunakan oleh tumbuh-tumbuhan, hewan dan
manusia berasal dari matahari. Manusia memeperoleh energi dari tumbuh-
tumbuhan dan hewan, hidup kita tergantung dari mereka, oleh karena itu
kita harus mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagian besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
energi yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan kita gunakan
untuk: mengalirkan darah, bernafas, pembuatan enzim, kontraksi otot-otot,
bergerak dan aktivitas yang lain.
Energi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang kita
konsumsi, di dalam tubuh kita dipecah, dimana peristiwa ini dikenal
dengan istilah pemecahan makanan. Energi yang berasal dari pemecahan
makanan digunakan untuk membentuk persenyawaan kimia adenosin
trifosfat (ATP) yang ditimbun di dalam otot (Soekarman, 1987:21). Di
dalam tubuh terdapat suatu zat kimia yang membuat otot dapat
berkontraksi atau berrelaksasi, yaitu adenosin trifosfat atau ATP. Zat ini
merupakan suatu senyawa yang selama aktivitas otot diubah menjadi
adenosine difosfat atau ADP sambil menghasilkan energi siap pakai untuk
otot (Janssen, 1987:12). Secara sistematis proses ini dapat digambarkan
sebagai berikut;
ATP ADP + energi.
Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan
untuk aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang
terbatas dalam otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan
yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya. Menurut
Janssen (1987:12) mengatakan jumlah ATP yang langsung tersedia adalah
cukup untuk kira-kira 1-2 detik aktivitas maksimal, dan jumlah kreatin
fosfat habis setelah kira-kira 6-8 detik. Otot yang aktif, energi yang
dihasilkan dari glikogen ini memproduksi asam laktat (LA). LA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
mengakibatkan kelelahan. Aktivitas maksimal dalam waktu 45 – 60 detik
menimbulkan akumulasi LA maksimal. Untuk menghilangkannya perlu
waktu 45 – 60 detik.
Tabel 2 Prediksi pulih asal dan diet (Fox and Mathew, 1981:235)
Waktu Pulih Asal Jenis Diet Proses Pulih Minimum Maksimum
ATP-PC 1:2 (work 1: relief 2) - - Cadangan fosfagen 3 menit 5 menit -
5 jam (cab. Or intermiten) 24 jam Karbohidrat Cadangan glycogen otot 10 jam (cab. Or.
Kontinyu) 48 jam karbohidrat
Cadangan glycogen hati
tidak diketahui 24 jam -
Pengangkutan asam 30 menit (rest aktif) 1 jam - Laktat 1 jam (rest pasif) 2 jam - Cadangan 02 10 – 15 detik - -
Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan
untuk aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang
terbatas dalam otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan
yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya.
Tabel 3 Klasifikasi aktivitas maksimal pada berbagai durasi serta
sistem penyediaan energi untuk aktivitas (Janssen, 1987:14) Durasi Aerob/Anaerob Energi Observasi
1 – 4 detik Anaerob, alaktik ATP - 4 – 20 detik Anaerob, alaktik ATP + PC -
20 – 45 detik Anaerob, alaktik + Anaerob
ATP + PC + glikogen otot
Dengan meningkatkat nya durasi, produksi laktat menurun
120 – 140 detik
Aerob + anaerob, laktik Glikogen otot
Dengan meningkatkat nya durasi, produksi laktat menurun
240 – 600 detik
Aerob Glikogen otot + asam lemak
Dengan meningkatkatnya durasi, dibutuhkan andil lemak yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif
adalah karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per
unit waktu. Bilamana intensitas eksersi lebih rendah, pembakaran lemak
mulai memegang peran penting.
Tabel 4 Berbagai substrat untuk pasok energi dan ciri-cirinya
Substrat Dekomposisi Ketersediaan Kecepatan produksi energi
Kreatin fosfat (CP)
Anaerob, alaktik Sangat terbatas Sangat cepat
Glikogen/glukosa Anaerob, laktik Terbatas Cepat Glukosa/glikogen Aerob, alaktik Terbatas Lambat
Asam lemak Aerob, alaktik Tak terbatas Sangat lambat
ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua
diantaranya secara anaerob, maksudnya adalah oksigen tidak mutlak
diperlukan dalam menghasilkan ATP, yaitu sisten ATP-PC dan sistem LA,
sedang yang ketiga adalah sistem aerob (memerlukan oksigen untuk
menghasilkan ATP) (Smith, NJ. 1983:184). ATP (Adenosin Tri Phosfat)
dapat disediakan melalui 3 cara seperti gambar berikut;
Gambar 14: Penyediaan ATP
Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh
berasal dari ATP-ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
berlatih lebih banyak, maka persediaan ATP lebih besar. Padahal yang
tersedia dalam otot sangat terbatas jumlahnya, maka untuk dapat
berkontraksi berulang-ulang ATP yang digunakan otot harus dibentuk
kembali. Pembentukan ATP kembali (resistensis ATP) juga diperlukan
energi. Supaya otot dapat berkontraksi dengan cepat atau kuat maka ATP
harus dibentuk lebih cepat guna membantu pembentukan ATP lebih cepat
ada senyawa Phospho Creatin (PC) yang terdapat dalam otot. Phospho
Creatin adalah senyawa kimia yang mengandung fosfat (P), maka senyawa
tersebut disebut sebagai “Phosphagen system”. Apabila PC pecah akan
keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen PC ini jumlahnya
sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk
membentuk ATP kembali.
Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat
ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk
bekerja yang cepat dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi
kalau cadangan PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa tanpa
oksigen atau disebut sebagai “Anaerobics glycolisis”.
Tabel 5 Kapasitas ATP dan jumlah tenaga per menit dalam sistem energi
Sistem Energi Kapasitas ATP (jumlah mol)
Tenaga Mol/Menit
Timbunan phospagen / ATP-PC 0,6 3,6 Glikolisis anaerobics 1,2 1,6 Aerobics - 1,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Penyediaan energi dalam tubuh dapat dipenuhi dengan sistem
sebagai berikut : sistem ATP-PC (phosphagen), sistem glykolisis
anaerobic (asam laktat), dan sistem aerobic (Yusuf. H. dan Aip S,
1996:113).
a) Sistem ATP-PC (phosphagen)
Energi dari makanan diperlukan untuk melakukan aktivitas tidak
dapat diserap langsung dari makanan tapi diperoleh dari persenyawaan
kimia yang disebut ATP (Adenocine Tri Phosphat), ATP disimpan
dalam otot dalam jumlah terbatas bila kurang akan terus ditambah
melalui senyawa kimia dari zat-zat lain diantaranya PC (Phosfo
Creatine) yang juga tersimpan dalam otot.
Bila ATP diuraikan, seperti fosfat dilepas dari molekul, maka dengan
sendirinya telah dilepaskan antara 7-12 kalori energi senyawa kimiawi
dapat ditunjukkan sebagai berikut : ATP ADP + Pi + Energi
Disamping energi yang dilepas, sebagai produk sampingan
adalah ADP (Adenosine Diphosphate) dan Pi (Phosphat Inorganic)
energi dari ATP ini digunakan untuk kontraksi otot.
Penampilan yang memakan waktu singkat dan intensitas tinggi
energinya perlu disediakan segera. Energi ini didapat dari ATP dan
PC. ATP dan PC keduanya mengandung kelompok fosfat, maka
sistem ini disebut phosphagen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Produk akhir dari penguraian kedua kelompok ini adalah
careatine (C) dan fosfat inorganic (Pi). Energi akan segera tersedia
dan secara biokimia akan dirangkai untuk mensintesis
ADP + P ATP. Rangkaian reaksi kimia dapat
digambarkan sebagai berikut :
PC Pi + C + Energi
ATP ADP + Pi + Energi
Sistem energi ini berlangsung sekitar 8-10 detik pada latihan intensitas
tinggi (Yusuf, H. Dan Aip Sarifudin, 1996:113-114).
b) Sistem anaerobic (asam laktat)
Istilah glikolisis berarti menguraikan glikogen atau glukosa
(karbohidrat), dan anaerobic berarti tanpa oksigen. Jadi dalam
glikolisis anaerobic, glikogen atau glukosa diuraikan tanpa bantuan
oksigen. Energi dilepas untuk mensintesis ATP dan hasil akhirnya
adalah asam laktat. Waktu sistem ini berlangsung sekitar 40 detik.
Bila asam laktat tertimbun dalam otot dan darah dalam jumlah
yang tinggi maka akan menyebabkan kelelahan secara temporer.
Sistem asam laktat pembentukan energinya lebih lambat dari sistem
ATP-PC, jadi kontraksi otot yang cepat mempergunakan sistem ATP-
PC dan kontraksi otot lambat mempergunakaan sistem asam laktat
(Yusuf. H. dan Aip S, 1996:114)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
c) Sistem aerobic (oksigen).
Pembentukan ATP pada sistem ini terjadi dengan metabolisme
aerobik. Metabolisme aerobik ini terjadi dalam otot, pengaruhnya juga
lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara cepat.
Atlet yang memanfaatkan oksigen melalui latihan aerobik,
hasil yang dicapai adalah :
1) Jantung menjadi lebih kuat sehingga darah dapat dipompa lebih
banyak.
2) Pembuluh nadi akan bertambah lebih lebar sehingga banyak darah
melaluinya.
3) Sel darah merah akan meningkat jumlahnya sehingga oksigen
bertambah.
Sistem aerobik merupakan sumber energi untuk aktivitas yang
lama antara 2 menit sampai 2-3 jam. Jumlah ATP dalam otot terbatas,
dan jika tidak terjadi pembentukan ATP, sumber energi akan segera
habis. Dalam otot secara konstan ATP akan terbentuk kembali dari
ADP yang sudah ada sehingga jumlah ATP tetap cukup bagi otot
untuk melanjutkan aktivitas itu. ATP dapat terbentuk dari :
1) Kreatin fosfat + ADP Kreatin + ATP
Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan
oksigen) dan alaktik (tanpa membentuk laktat).
2) Glukosa + ADP laktat + ATP (glikolisis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan
oksigen) dan laktik (membentuk laktat).
3) Glukosa + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP
Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan
alaktik (tanpa membentuk laktat).
4) Lemak + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP
Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan
alaktik (tanpa membentuk laktat).
Dari menganalisa sistem pembentukan energi yang ada,
aktivitas olahraga yang kita kerjakan ada kalanya bersifat anaerobik
atau aerobik. Supaya kita dapat mempersiapkan sistem energi yang
digunakan dalam olahraga tersebut, maka perlu diketahui sistem
energi manakah yang dominan dalam olahraga tersebut.
Secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut, jika kita
ingin mengetahui energi predominan dari berbagai macam olahraga:
1) Kekuatan yang besar untuk jangka waktu yang pendek
menggunakan energi yang berasal dari ATP-PC maupun asam
laktat atau dikenal sebagai anaerobik.
2) Kekuatan yang kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama menggunakan energi yang berasal dari
pembakaran dengan O2 atau sistem aerobik (Soekarman, 1987:
53).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 6. Berbagai olahraga dan aktifitas dan sistem-2 energi yang dominan
(Fox and Mathews, 1981, 263)
Kegiatan Olahraga ATP-FC & Lactic acid
Lactic acid – O2
O2
1. Baseball
2. Basketball
3. Fencing
4. Field hockey
5. Football
6. Golf
7. Gymnastics
8. Ice hockey
a. Forward, defense
b. Goalie
9. Lacrosse
a. Goalie,defence,attackman
b. Midfielders, man-down
10. Rowing
11. Skiing
a. Slalom, jumping, downhill
b. Cross-country
c. Pleasure skiing
12. Soccer
a. Goalie, wings, strikers
b. Halfbacks, or link men
13. Swimming and diving
a. 50 m. diving
b. 100 m, 100 yd (all stroke)
c. 200 m,200 yd (all stroke)
d. 400m,400-500yd Free style
e. 1500, 1650 yd
14. Tennis
80
85
90
60
90
95
90
80
95
80
60
20
80
-
34
80
60
98
80
30
20
10
70
20
15
10
20
10
5
10
20
5
20
20
30
20
5
33
20
20
2
15
65
55
20
20
-
-
-
20
-
-
-
-
-
-
20
50
-
95
33
-
20
-
5
5
25
70
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
15. Track and field
a. 100m,100yd,200yd,200yd
b. Field events
c. 200m, 440 yd
d. 800m, 880 yd
e. 1500m, 1 miles
f. 2 miles
g. 3 miles, 5000 m
h. 6 miles (cross-country),
i. Marathon
16. Volleyball
17. Wrestling
18. Softball
98
90
80
30
20
20
10
5
-
90
90
80
2
10
15
65
55
40
20
15
5
10
10
20
-
-
5
5
25
40
70
80
95
-
-
-
Dari tabel diatas Fox and Mathews, (1981, 263) menarik
kesimpulan antara lain:
1) Untuk atlet yang mengeluarkan seluruh tenaga dalam waktu yang
pendek, seperti lompat jauh , angkat besi, maka yang perlu
diterapkan adalah sistem energi ATP-PC.
2) Untuk atlet yang penampilannya 30 detik sampai setengah menit yang
perlu ditingkatkan ATP-FC dan asam laktat.
3) Untuk atlet dengan waktu penampilan setengah menit sampai dengan
3 menit, maka yang perlu ditingkatkan adalah asam laktat O2.
4) Pada olahragawan aeerobik, lebih dari 3 menit, maka yang perlu
ditingkatkan adalah kapasitas aerobiknya.
Jadi untuk pelatihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust
Jump menggunakan sistem energi predominanya adalah sistem ATP-
PC (phosphagen) dan sistem anaerobic (asam laktat) karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
memerlukan waktu singkat dalam melaksanakan Plaiometrik Hurdle
Hopping dan Squat Thrust Jump
d. Latihan plaiometrik Hurdle Hopping
Latihan plaiometrik hurdle hopping adalah meloncat ke depan
menggunakan dua kaki dengan rintangan kotak atau bentuk penghalang
lain yang ditekankan pada kecepatan gerakan kaki untuk mencapai
lompat-loncat setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya. Adapun menu
program latihan plaiometrik hurdle hopping adalah:
Intensitas : maksimal
Volume : 2, 3, 4, 5 set/sesi dengan 4 repetisi
t recovery : lengkap (1: 5)
t interval : lengkap (1: 2)
Irama : secepat mungkin
Fekuensi : 3x seminggu
1. Kelebihan
a) Kekuatan otot tungkai lebih maksimal dan daya tahan lebih kuat
tetapi kecepatan dan kelenturan kurang karena latihan hanya
berfokus pada kekuatan otot tungkai
b) Atlet mudah dalam melakukan.
c) Gerakan cepat menyebabkan lompatan yang sangat kuat.
d) Lebih efektif untuk lompatan
e) Gerakan lebih bervariasi sehingga atlet lebih senang untuk
mengikuti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
f) Gerakan Hurdle Hopping membutuhkan kematangan fisik yang
baik sehingga peserta adalah yang memiliki kondisi fisik yang
baik
2. Kekurangan
a). Sulit dilakukan bagi atlet yang baru
b). Faktor cedera lebih besar karena penempatan kaki pada saat jatuh
di tanah harus bersamaan
c). Kelenturan kurang maksimal
d). Gerakan terlalu kaku
e). Gerakan ini membutuhkan power sehingga tidak semua atlet
khususnya anak-anak yang di bawah umur.
e. Latihan plaiometrik Squat Thrust Jump
Posisi berdiri, kemudian dimulai dengan meloncat ke atas
dengan tangan diangkat ke atas. Setelah meloncat, ketika turun, langsung
ke posisi jongkok dan tangan menyentuh lantai di depan tubuh. dibarengi
dengan kaki yang langsung dibuang ke belakang, kaki lurus, begitu juga
tangan yang lurus menyentuh lantai, sehingga posisi tubuh Push- up.
Setelah itu posisi kaki dipindah lagi ke posisi jongkok untuk mengambil
awalan untuk loncat lagi atau ke posis mulai.. Dapat dihitung sekali
ketika satu loncatan.
1. Kelebihan
a) Gerakan squat thrust membutuhkan kematangan fisik sehingga
peserta yang diutamakan sudah memiliki kematangan fisik yang
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
b) Mudah dilakukan Atlet baik pemula maupun lanjutan.
c) Tidak menggunakan alat sehingga bisa dilakukan dimana dan
kapanpun.
d) Latihan dikombinasikan dengan otot tungkai dan otot lengan
dengan demikian kecepatan dan kelenturan lebih maksimal.
e) Latihan ini sangat berguna untuk semua aktivitas yang
menggunakan gerakan otot tungkai.
2. Kekurangan
a) Kekuatan otot tungkai tidak maksimal
b) Gerakan yang monoton sehingga atlet kurang berminat untuk
mengikuti.
c) Tenaga yang dikeluarkan lebih besar
d) Kurang efektif untuk kecepatan
Latihan plaiometrik dengan kotak/gawang akan memberikan
beban lebih (overload) untuk kelompok otot yang digunakan dalam
latihan hurdle hopping dan Squat Thrust Jump. Kondisi yang demikian
jika diterapkan pada atlet yang terlatih akan menghasilkan proses
penyesuaian tubuh yang optimal. Secara fisiologis latihan ini tampak
ringan, namun akan memberikan pengaruh yang baik pada peningkatan
kualitas kekuatan tungkai yang sangat dibutuhkan dalam pencapaian
prestasi lompat jauh SMA Negeri 3 Kota Madiun.
Berdasarkan uraian di atas rancangan penelitian ini akan mengkaji
lebih jauh tentang perbedaan pengaruh latihan Plaiometrik hurdle
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
hopping dan Squat Thrust Jump terhadap peningkatan kekuatan otot
tungkai pada atlet lompat jauh SMA Negeri 3 Kota Madiun.
4. Kekuatan
Mengenai latihan kekuatan, beberapa fakta tentang tipologi otot-otot
dan gambaran fungsional kontraksi otot tidak dapat dihindari. Otot-otot
mendapatkan impuls (=rangsangan) melalui urat syaraf gerak.
Rangsangan yang kuat membawa ke kontraksi maksimum. Otot-otot terdiri
dari sejumlah besar serat-serat kecil dan tipis. Tetapi bahkan rangsangan
rangsangan yang kuat tidak perlu melibatkan kontraksi semua serat yang
barkaitan. Dalam olahraga pemain hanya baru 20 – 50 % dari serat-serat yang
berkaitan ambil bagian dalam kontraksi (Saziorski, 1966 yang dikutip dari
Nossek, (1982:60). Karena itu, tujuan dari latihan kekuatan adalah untuk
mengaktifkan sebanyak mungkin serat-serat otot dalam kontraksi tunggal.
Menurut Imam Hidayat, (1997 : 84) “kekuatan adalah gaya yang ditimbulkan
oleh kontraksi otot. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuatan ialah
gaya yang dapat menimbulkan gerak mekanis”.
Arah dari suatu gerakan tergantung dari arah yang dikerahkan oleh
kekuatan yang bersangkutan. Sebuah benda yang dalam keadaan diam, akan
bergerak ke arah kanan bila ada kekuatan yang menariknya dari sebelah kanan.
Efek dari kekuatan selalu sesuai dengan arah dari bekerjanya kekuatan tersebut
(Imam Hidayat, 1997:84).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Menurut Nossek, (1982:62) Kerja otot-otot selama tindakan kekuatan
yang manapun, terjadi dengan dua cara ; yaitu dinamis dan statis.
1) Kerja otot yang dinamis :
- Kontraksi isotonik yang didalamnya kekuatan otot dinamis adalah aktif
dan dilakukan dengan pemendekan atau pemanjangan otot
a). Kontraksi konsentris, tindakan yang berganti-ganti yang didalamnya
otot-otot tersebut memendek dengan cara yang “positif”.
b). Kontraksi eksentrik, Suatu tindakan menyerah, dicirikan dengan jenis
kekuatan “negatif”, yang didalamnya otot-otot mengembang.
2) Kerja Otot yang Statis:
- Kontraksi isometris, gerakan memegang dengan perubahan panjang otot
yang dapat ditiadakan.
Dalam tipe kontraksi isotonis akan nampak bahwa terjadi suatu gerakan
dari anggota-anggota tubuh kita yang disebabkan oleh memanjang dan
memendeknya otot-otot, sehingga terdapat perubahan dalam panjang otot.
Dalam latihan-latihan isotonik kita dapat memakai beban kita sendiri sebagai
beban (Harsono, 1988:179).
Menurut Harsono, (1988:175) “Dalam kontraksi isometris tidak
memanjang atau memendek sehingga tidak akan nampak suatu gerakan yang
nyata, atau dengan perkataan lain, tidak ada jarak yang ditempuh”.
Semua gerakan merupakan hasil dari dalam hubungannya dengan alat-
alat susunan otot tubuh. Dari sudut pandang biomekanik, terdapat kekuatan
luar dan dalam (outer dan inner force), dengan jalan mana kekuatan-kekuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
luar seperti gravitasi, tekanan air, dan angin, perpecahan tanah dan yang lain,
mempengruhi kekuatan dalam otot-otot.
Menurut Harsono, (1988:172) strength adalah kemampuan otot untuk
membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan. Kekuatan otot adalah
komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara
keseluruhan. Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik,
kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan
cedera dan dengan kekuatan, atlet akan dapat lebih cepat, melempar atau
menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras, demikian pula
dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.
Cara yang paling populer dan paling berhasil dalam meningkatkan
kekuatan adalah dengan latihan-latihan tahanan (resistence exercise). Latihan
tahanan adalah latihan di mana seorang atlet harus mengangkat, mendorong
atau menarik suatu beban, baik itu badan atlet itu sendiri maupun bobot lain
dari luar (external resistence) (Yusuf H dan Aip S, 1996:108).
Dalam istilah fisik, kekuatan (force) dikarekterisasikan dengan rumus
F = m x a (hasil dari masa dan akselerasi). Kekuatan menurut Husein
Argasasmita, dkk (2007:56) adalah “kemampuan untuk melawan
tahanan/resistean atau beban fisik baik dari luar maupun dari badannya
sendiri”.
Kekuatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
a). Kekuatan Maksimal (maximal Strength).
b). Daya tahan kekuatan (Strength Endurance)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
c). Kekuatan kecepatan (Kekuatan/Speed Strength).
a). Kekuatan Maksimal
Kekuatan maksimal adalah kemampuan untuk melawan tahanan secara
maksimal. Batasan ini tidak diperhitungkan seberapa cepat gerakan untuk
melawan tahanan tersebut tetapi seberapa besar tahanan yang dapat
dilawan. Untuk melatih kekuatan maksimal ada beberapa metode yang
dapat digunakan, namun pada prinsipnya adalah menggunakan beban
dengan intensitas yang tinggi (berat) dan pengulangan/repetisi yang
sedikit.
b). Dayatahan Kekuatan
Dayatahan kekuatan adalah kemampuan untuk melawan tahanan beban
dalam waktu yang lama. Batasan ini merujuk pada lamanya waktu atau
lamanya pengulangan secara simultan dalam melawan beban tersebut.
Untuk mengembangkan dayatahan kekuatan dapat digunakan berbagai
metode yang pada dasarnya adalah menggunakan beban dengan intensitas
yang kecil (ringan) dan pengulangan yang banyak.
c). Kekuatan Kecepatan
Kekuatan kecepatan adalah kemampuan untuk melawan tahanan/beban
dengan gerakan yang cepat dan eksplosif. Batasan ini merujuk pada
kemampuan melakukan gerakan dengan cepat sehingga bila tahanan yang
dihadapi tidak mampu digerakkan dengan cepat maka kekuatan akan
berubah menjadi kekuatan eksposif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Kekuatan eksplosif merupakan aplikasi usaha yang cepat untuk melawan
tahanan namun bebannya cukup berat sehingga gerak yang dihasilkan dan
tampak terlihat bebannya tidak bergerak dengan cepat.
a. Komponen Otot Tungkai
Otot tungkai adalah merupakan otot anggota gerak bagian bawah.
Otot gerak bagian bawah yaitu otot tungkai atas dan otot tungkai bagian
bawah. Otot tungkai atas dapat diklasifikasikan menjadi: 1). Otot yang
terletak pada bidang depan yaitu otot sartorius, otot vastus lateralis, otot
rektus femoralis, dan otot vastus medialis. 2). Otot yang terletak pada
bidang belakang yaitu otot semi membranosus, otot biseps femoralis, otot
semi tendinosus, otot gracilis dan otot glueteus maksimus (Raven, 2000:
14).
Otot-otot pada tungkai bawah semua melekat pada kaki dan jari kaki
dengan perantara otot-otot panjang yang semua diikat oleh beberapa
ikat (ligament) yang dapat digolongkan menjadi:
1) Golongan depan dibentuk oleh tulang kering depan dan muskulus
tibialis anterior fungsinya mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan
membengkokkan kaki.
2) Otot gastroknemius yang terletak pada bidang luar dan menggerakkan
kaki keluar di sendi loncat bawah.
3) Otot trisep betis yang melekat pada tumit dengan perantara otot tibia.
4) Otot ketul (muskulus palangus longus) yang menurunkan ujung jari
kaki, mengentulkan jari-jari kaki, dan menggerakkan kaki ke dalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gluteus maksmus
Semi membranosus
Gracilis
Semi tendinosus
Biseps femoris
Soleu Gastroknemius Tendon achiles
kalkaneus Proneus brevis
Rektus femoris Sartorius
Vastus latralis
Vastus medialis
Patela
Tibia
Dapat disimpulkan bahwa daya ledak (kekuatan) otot tungkai adalah
kemampuan sekelompok otot tungkai untuk mengatasi tahanan beban
dengan kecepatan tinggi. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar komponen
kekuatan otot tungkai berikut:
Gambar 15. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Belakang (Raven, 2000:14)
,
Gambar 16.Susunan otot tungkai dilihat dari depan (Raven, 2000: 15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
b. Peranan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Prestasi
Lompat Jauh.
Komponen yang sangat besar peranannya terhadap hasil lompatan
pada lompat jauh adalah kekuatan otot tungkai yang meliputi kecepatan
yaitu pada awalan dan kekuatan yaitu tolakan. Perpaduan antara kecepatan
dan kekuatan dinamakan power. Usaha untuk meningkatkan power
dibutuhkan latihan yang disesuaikan dengan kemampuan atlet, sebab atlet
dari masing-masing cabang baik dari cabang yang samadan bahkan dari
cabang yang berbeda yang memiliki kemampuan yang berlainan. Dengan
demikian perlu dicari bentuk latihan yang tepat dan efektif untuk
meningkatkan power ototnya terutama pada kemampuan melompat adalah
kekuatan otot tungkai.
Menurut Sugiyanto (1998:254) kemampuan fisik adalah
kemampuan sistem organ-organ tubuh di dalam melakukan aktivitas fisik.
Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung aktivitas psikomotor.
Gerakan yang terampil bisa dilakukan apabila kemampuan fisiknya
memadai. Keterampilan bergerak bisa berkembang bila kemampuan fisik
mendukung bisa pelaksanaan gerak. Secara garis besar kemampuan fisik
bisa dibedakan menjadi 4 macam kemampuan yaitu: a) ketahanan
(endurance), b) Kekuatan (strength), c) Fleksibilitas (flexibility), d)
Kelincahan (agility).
Salah satu dari beberapa kemampuan fisik yang mendukung dalam
performa penampilan atlet adalah kekuatan otot. Menurut Sugiyanto
(1998:259) kekuatan otot adalah unsur kemampuan fisik yang menjadikan
seseorang mampu menahan beban atau tahanan dengan menggunakan
kontraksi otot. Kekuatan otot ditentukan oleh besarnya penampang otot
serta kualitas kontrol pada otot yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Teknik untuk lompat jauh yang benar perlu memperhatikan unsur-
unsur: awalan, tolakan, sikap badan di udara (melayang) dan mendarat.
Dipengaruhi juga oleh kecepatan lari awalan, kekuatan otot tungkai saat
menumpu, koordinasi sewaktu melayang di udara dan mendarat. Lompat
jauh sangat dipengaruhi oleh kecepatan adalah kemampuan organisme
atlet dalam melakukan gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-
singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Kekuatan otot tungkai seseorang berperan penting dalam
meningkatkan frekuensi langkah lari seseorang, karena frekuensi langkah
adalah perkalian antara kekuatan otot tungkai dan kecepatan otot dalam
melangkah. Kekuatan otot tungkai ini digunakan saat lari maupun
melakukan tolakan. Dalam pencapaian kecepatan awalan dan tolakan
kekuatan otot tungkai sangat berpengaruh. Karena otot merupakan faktor
pendukung kemampuan seseorang untuk melangkahkan kaki. Besar
kecilnya otot benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot. Para ahli
fisiologi berpendapat bahwa pembesaran otot itu disebabkan oleh
bertambah luasnya serabut otot akibat suatu latihan. Makin besar serabut-
serabut otot seseorang, makin kuat pula otot tersebut (Sajoto, 1988:111).
A. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Subandono (2006), yang berjudul “Perbedaan
Pengaruh Latihan Plaiometrik dan Fleksibilitas Togok Terhadap Peningkatan
Prestasi Lompat Jauh, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh
latihan plaiometrik knee tuck jumps dan squat jump dan fleksibilitas togok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
terhadap peningkatan prestasi lompat jauh. Hasil analisis menunjukkan bahwa
latihan knee tuck jumps mempunyai pengaruh yang lebih baik daripada metode
latihan squat jumps terhadap prestasi lompat jauh. Metode latihan knee tuck
jumps mempunyai pengaruh yang lebih baik daripada metode latihan squat
jumps baik pada fleksibiltas tinggi maupun fleksibilitas rendah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh M. Sholeh (2008), yang berjudul “Pengaruh
latihan pliometrik modifikasi gerakan ke depan dan ke samping terhadap
kelincahan di lapangan pasir” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari latihan pliometrik modifikasi di lapangan rumput dan di
lapangan pasir terhadap kelincahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Latihan
pliometrik di lapangan rumput dan pasir meningkatkan kelincahan, latihan
pliometrik modifikasi di lapangan pasir lebih meningkatkan kelincahan dari
pada pliometrik di lapangan rumput.
B. Kerangka Pemikiran
Hasil kajian teoritis tentang pengembangan model latihan dalam olahraga
atletik, yang dalam hal ini latihan Plaiometrik Hurdle hopping dan Squat Thrust
Jump untuk meningkatkan prestasi lompat jauh yang ditinjau dari kekuatan otot
tungkai, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh latihan Plaiometrik Hurdle hopping dan Squat Thrust
Jump terhadap prestasi lompat jauh.
Loncat adalah salah satu latihan kekuatan yang berkaitan dengan
kekuatan dan kecepatan. Plaiometrik Hurdle hopping dan Squat Thrust Jump
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
memiliki ciri khas gerakan meloncat ke depan menggunakan dua kaki dengan
rintangan kotak atau bentuk penghalang lain yang ditekankan pada kecepatan
gerakan kaki untuk mencapai lompat-loncat setinggi-tingginya dan sejauh-
jauhnya.
Prinsip metode latihan plaiometrik adalah otot selalu berkontraksi baik
pada saat memanjang (eccentric) atau pun pada saat memendek (concentric).
Pelaksanaan latihan plaiometrik yang dilakukan dengan tepat dan benar akan
mempercepat peningkatan prestasi lompat jauh pada atlet SMA Negeri 3 Kota
Madiun.
Pada dasarnya kedua latihan tersebut mempunyai tujuan yang sama
tetapi dalam pelaksanaannya bentuk gerakan dan otot yang bekerja berbeda,
latihan Plaiometrik Hurdle hopping mengutamakan kecepatan lompatan
dengan jangkauan ke depan lebih panjang sedangkan untuk latihan Plaiometrik
Squat Thrust Jump mengutamakan kecepatan lompatan dengan gerakan ke
samping kiri kanan dan kedepan jangkauannya lebih pendek dibandingkan
dengan latihan Plaiometrik Hurdle hopping. Dari uraian tersebut masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga pada akhir program
latihan peningkatan pada prestasi lompat jauh yang diinginan berbeda pula.
2. Perbedaan peningkatan prestasi lompat jauh antara atlet yang mempunyai
kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.
Kekuatan otot tungkai akan sangat membantu bagi para atlet untuk
melakukan teknik gerakan lompat jauh dengan baik. Dengan mampu
melakukan teknik gerakan yang benar seorang atlet tentu akan lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
untuk mencapai prestasi lompat jauh. Semakin tinggi tingkat kekuatan otot
tungkai seseorang semakin mudah mencapai prestasi lompat jauh. Sebaliknya
tingkat kekuatan otot tungaki yang rendah akan menghambat saat melakukan
gerakan lompat jauh yang sempurna, sehingga prestasi lompat jauh kurang
begitu baik. Dalam hal ini untuk mencapai prestasi lompat jauh tentunya
seseorang yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi berbeda dengan yang
memiliki kekuatan otot tungkai yang rendah.
3. Pengaruh interaksi antara latihan Plaiometrik dan kekuatan otot tungkai
terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
Pelaksanaan latihan Plaiometrik Hurdle hopping akan membutuhkan
kekuatan otot tungkai yang tinggi karena jangkauan ke depan lebih panjang,
sedangkan latihan Plaiometrik Squat Thrust Jump atlet yang memiliki
kekuatan otot tungkai rendah dapat melaksanakan latihan tersebut dengan baik
karena jangkauan lompatan lebih pendek.
Walaupun telah diduga secara kuat bahwa pemberian latihan Hurdle
hopping lebih baik dibandingkan dengan latihan Squat Thrust Jump, namun tidak
dapat menjamin hal tersebut akan berlaku pada kelompok yang memiliki tingkat
kekuatan otot tungkai yang berbeda.. Terlihat jelas interaksi dari hasil yang
ditimbulkan bila dalam pemberian tugas atau perlakuan betul-betul disesuasikan
dengan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing atlet lompat jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh latihan plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat
Thrust Jump terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
2. Ada perbedaan peningkatan prestasi lompat jauh antara atlet yang memiliki
kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.
3. Ada pengaruh interaksi antara latihan Plaiometrik dan kekuatan otot tungkai
terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SMA Negeri 3 Kota Madiun.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan atau 9 minggu dan
frekwensi pertemuan 3 kali dalam seminggu dengan waktu 90 menit setiap
kali latihan. Penentuan waktu latihan dengan frekuensi tiga kali seminggu
sesuai dengan pendapat Brooks & Fahey (1984:405), bahwa dengan frekuensi
tiga kali per minggu akan terjadi peningkatan kualitas keterampilan. Dengan
alasan bahwa latihan tiga kali per minggu akan memberikan kesempatan bagi
tubuh untuk beradaptasi terhadap beban latihan yang diterima.
Latihan dilaksanakan pada sore hari sesuai dengan jadwal latihan yang
sudah ada yaitu Senin, Rabu dan Jum’at, pada pukul 15.30 s.d. 17.00 WIB.
Secara Keseluruhan jumlah total latihan selama 27 kali pertemuan, yang
dimulai bulan Oktober s.d. Desember 2010
B. Metode dan Rancangan Penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan desain faktorial 2 X 2. Desain faktorial adalah suatu pola yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
menyediakan kemungkinan bagi penyelidik untuk sekaligus menyelidiki
pengaruh dua jenis variabel eksperimen atau lebih.
Menurut Sudjana (2002:148) eksperimen faktorial adalah eksperimen
yang menyangkut sejumlah faktor dengan banyak taraf. Demikian dalam
penelitian ini desain eksperimennya dengan dua faktor yang masing-masing
terdiri atas dua taraf. Sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan
semua taraf tiap faktor yang ada dalam eksperimen.
Dalam desain faktorial dua atau lebih variabel dimanipulasi secara
simultan untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat,
disamping pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antar variabel
(Furchan, 1982:362).
Isaac dan Michael (1984:77) menjelaskan bahwa: “desain faktorial 2 x 2
untuk meneliti pengaruh dari dua perlakuan, di mana masing-masing
perlakuan atau variabel terdiri dari dua level ”. Menurut Sutrisno Hadi
(2000:462) mengatakan bahwa: ”desain faktorial adalah suatu pola yang
menyediakan kemungkinan bagi penyelidik untuk sekaligus menyelidiki
pengaruh dari dua jenis variabel eksperimen atau lebih ”.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dua faktor dan dua level.
Faktor pertama merupakan variabel manipulatif, yaitu latihan plaiometrik.
Latihan plaiometrik terdiri dari latihan plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat
Trust Jump, sedangkan variabel atributif terdiri dari kekuatan tinggi dan
rendah. Sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan semua level
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
yang ada dalam eksperimen. Dan secara skematis rancangan penelitian ini
dapat digambarkan pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2
Kekuatan Otot Tungkai
(B)
Variabel Atributif
Variabel Manipulatif
Tinggi
(B1)
Rendah
(B2)
Hurdle Hopping
(A1) a1b1 a1b2
Latihan
Plaiometrik
(A)
Squat Trust Jump
(A2) a2b1 a2b2
Peningkatan Prestasi Lompat Jauh
Keterangan :
A = Latihan Plaiometrik
A1 = latihan Hurdle Hopping
A2 = Latihan Squat Thrust Jump
B = Kekuatan Otot Tungkai
B1 = Kekuatan Otot Tungkai Tinggi
B2 = Kekuatan Otot Tungkai Rendah
a1b1 = Metode latihan Hurdle Hopping dengan kekuatan otot tungkai
tinggi
a2b1 = Latihan Squat Thrust Jump dengan kekuatan otot tungkai tinggi
a1b2 = Latihan Hurdle Hopping dengan kekuatan otot tungkai rendah
a2b2 = Latihan Squat Thrust Jump dengan kekuatan otot tungkai rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel independen dan 1
variabel dependen, dengan rincian variabel sebagai berikut :
1. Variabel Independen terdiri dari :
a. Variabel manipulatif, terdapat dua perlakuan yaitu :
1) Pemberian latihan plaiometrik Hurdle Hopping.
2) Pemberian latihan plaiometrik Squat Trust Jump.
b. Variabel atributif, merupakan variabel yang melekat pada sampel dan
menjadi sifat dari sampel tersebut adalah kekuatan otot tungkai yang
dibedakan tinggi dan rendah.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Peningkatan prestasi
lompat jauh.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dari masing-masing variabel penelitian perlu
dijelaskan agar supaya tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.
1. Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping
Metode latihan plaiometrik Hurdle Hopping adalah meloncat ke depan
menggunakan dua kaki dengan rintangan kotak atau bentuk penghalang lain
yang ditekankan pada kecepatan gerakan kaki untuk mencapai lompat-loncat
setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya. Adapun menu program latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
plaiometrik hurdle hopping adalah: Volume 2, 3, 4, 5 set/sesi dengan 4
repetisi.
2. Latihan Plaiometrik Squat Trust Jump
Latihan Squat Thrust Jump adalah posisi berdiri, kemudian dimulai
dengan meloncat ke atas dengan tangan diangkat ke atas, setelah meloncat,
ketika turun, langsung ke posisi jongkok dan tangan menyentuh lantai di
depan tubuh dibarengi dengan kaki yang langsung dibuang ke belakang, kaki
lurus, begitu juga tangan yang lurus menyentuh lantai, sehingga posisi tubuh
Push up. Setelah itu posisi kaki dipindah lagi ke posisi jongkok untuk
mengambil awalan untuk loncat lagi atau ke posisi semula.Dapat dihitung
sekali ketika satu loncatan, dilalukan selama 30 detik. Jika tidak sesuai
dengan prosedur tes, maka tidak dihitung.
3. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan
terhadap sesuatu tahanan.
a. Kekuatan Otot Tungkai Tinggi
Kemampuan seseorang dalam melaksanakan tarikan dengan meluruskan
tungkai memperoleh skor kekuatan tinggi yang tertera pada alat leg
dinamometer yang dicatat pada 0,5 kg terdekat (KONI, 1999).
b. Kekuatan Otot Tungkai Rendah
Kemampuan seseorang dalam melaksanakan tarikan dengan meluruskan
tungkai memperoleh skor kekuatan rendah yang tertera pada alat leg
dinamometer yang dicatat pada 0,5 kg terdekat (KONI, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
4. Prestasi Lompat Jauh
Peningkatan hasil lompat jauh dalam penelitian ini adalah hasil yang
mampu diraih siswa saat melakukan lompat jauh. Dalam hal ini siswa diberi
kesempatan tiga kali lompatan kemudian diambil jarak yang terbaik
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah individu yang ditetapkan sebagai objek penelitian yang
dikenai generalisasi. Dalam penelitian ini populasinya adalah Siswa putra
kelas XI SMA Negeri 3 kota Madiun . Dari hasil observasi diketahui bahwa
jumlah siswa putra kelas XI SMA Negeri 3 Kota Madiun berjumlah 60 orang.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI
kota Madiun sebesar 40 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive random sampling, dikatakan
purposive sebab populasi dalam penelitian ditentukan untuk mewakili populasi
dan ikut dalam penelitian ini. Dikatakan random karena sampel dipilih secara
acak (undian). Dari jumlah populasi yang ada untuk menjadi sampel harus
memenuhi ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian. Ketentuan-
ketentuan tersebut adalah :
1) Jenis kelamin laki-laki.
2) Berminat untuk mengikuti latihan.
3) Sehat jasmani dan rohani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
4) Bersedia menjadi sampel penelitian.
Seluruh populasi dites kemampuan geraknya, hasil tes tersebut
dirangking dari 1 - 40 Setelah dirangking siswa dibagi dalam dua kelompok,
masing-masing kelompok 20 siswa yang memiliki hasil tes di atas rata-rata
diklasifikasikan siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan 20 siswa yang
memiliki hasil tes di bawah rata-rata diklasifikasikan siswa yang memiliki
kemampuan gerak rendah. Kemampuan gerak tinggi dibagi lagi dua kelompok
dan kemampuan gerak rendah dua kelompok, sehingga keseluruhan ada empat
kelompok, masing-masing kelompok 10 siswa. Jadi, 10 siswa yang memiliki
kemampuan gerak tinggi ikut latihan plaiometrik hurdle hopping, 10 siswa yang
memiliki kemampuan gerak tinggi ikut latihan plaiometrik squat trust dan 10
siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah ikut latihan plaiometrik hurdle
hopping, 10 siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah ikut latihan
plaiometrik squat trust. Pengelompokan 10 siswa ini dilakukan secara acak.
Pengelompokan masing-masing taraf secara lengkap terdapat pada gambar di
bawah ini :
Tabel 8. Pengelompokan Berdasarkan Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2
Kekuatan Otot Tungkai (B)
Variabel Atributif
Variabel Manipulatif Tinggi
(B1) Rendah
(B2)
Hurdle Hopping (A1)
a1b1 (10 Atlet)
A1b2 (10 Atlet)
Latihan Plaiometrik
(A)
Squat Trust Jump (A2)
a2b1 (10 Atlet)
a2b2 (10 Atlet)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumennya
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara tes dan pengukuran.
1. Pengumpulan Data Kekuatan Otot Tungkai
Teknik pengumpulan data untuk kekuatan dilakukan dengan pengukuran
kekuatan otot tungkai pada pertemuan pertama. Data kekuatan otot tungkai
untuk menentukan kelompok-kelompok dalam penelitian eksperimen yang
diperoleh dengan tes leg dinamometer. Kekuatan otot tungkai diukur pada
awal pertemuan dengan kesempatan melakukan sebanyak dua kali. Hasil
yang terbaik dipakai sebagai data sampel. Adapun petunjuk pelaksanaan
terlampir.
2. Pengumpulan Data Prestasi Lompat Jauh
Data ini diperoleh dengan melakukan tes lompat jauh menggunakan
peraturan dari PASI. Data diambil pada waktu tes awal dan tes akhir, dengan
kesempatan melakukan tes sebanyak 3 kali. Hasil lompatan yang terjauh
dipakai sebagai data sampel, petunjuk pelaksanaan terlampir.
3. Mencari Reliabilitas Tes
Tes yang dipergunakan untuk mengumpulkan data kekuatan dengan tes leg
dinamometer yang perlu diuji reliabilitasnya sesuai dengan karakteristik dari
populasi penelitian. “ Penghitungan koefisien reliabilitas intraklas dicari
dengan ANAVA” (Baumgartner & Jackson, 1998:84). Rumus reliabilitasnya
adalah :
P
WP
MSMSMS
R-
=
R = Reliabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
MSP = Mean Square antar subyek
MSW = Mean Square di dalam subyek
Tabel 9. Koefisien Korelasi Reliabilitas ( Stand et all. 1993 dalam Mulyono B, 2007:38)
KOEFISIEN RELIABILITAS
95 - 99 Excellent
90 - 94 Very good
80 - 89 Acceptable
70 - 79 Poor
60 - 69 Questionable
Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui keajegan hasil tes yang dilakukan dalam
pengumpulan data penelitian, dilakukan uji reliabilitas pada hasil tes prestasi
lompat jauh pada tes awal maupun tes akhir. Berdasarkan hasil analisis uji
reliabilitas tes awal prestasi lompat jauh (pre-test) dengan ANOVA dapat
dilihat dilampiran Nilai yang diperoleh R = 0,998. jadi hasil tes awal prestasi
lompat jauh dikategorikan Excellent.
Sedangkan hasil analisis uji reliabilitas tes akhir prestasi lompat jauh
(post-test) dengan ANOVA dapat dilihat dilampiran Nilai yang diperoleh R =
0,997. jadi hasil tes awal prestasi lompat jauh dikategorikan Excellent.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan untuk
menguji hipotesis mengenai perbedaaan pengaruh (main effect) dan
interaksi (interaction) adalah dengan menggunakan teknik Analisis
Variansi (ANAVA) Dua Jalan atau Analisis of Varians (ANOVA) Two
Way (Isaac & Mitchael, 1984:182). Sebelum sampai pada pemanfaatan
ANAVA Dua Jalan, perlu dilakukan uji persyaratan, meliputi :
a. Uji Normalitas.
Pengujian ini dilakukan terhadap setiap sel untuk mengetahui
apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi
normal atau tidak. Teknik yang digunakan adalah statistik Anderson-
Darling ( pendekatan grafik ) yang dilakukan dengan menggunakan
bantuan software MINITAB (Siswandari, 2009:202).
b. Uji Homogenitas Variansi
Tujuan pengujian ini adalah untuk menaksir selisih rata-rata dan
menguji kesamaan atau perbedaan dua rata-rata. Perlu ditekankan
adanya asumsi bahwa kedua kelompok mempunyai variansi yang
sama agar kegiatan menaksir dan menguji dapat berlangsung. Untuk
menghitung uji homogenitas digunakan rumus uji Bartlett pada taraf
signifikansi α = 0.05. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika
X2h < X2
t pada taraf signifikansi α = 0.05 yang berarti penyebaran data
dalam penelitian bersifat homogen. Teknik ini dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
menggunakan analisis statistik yang dilakukan dengan manual dan
agar lebih yakin tentang kebenaranya dari hasil yang diperoleh
dilanjutkan dengan uji statistik. Untuk pengecekan dan pemahaman
dilanjutkan penghitungan manual dengan memakai rumus:
( )1
222
1 -
-= å å
n
xxS (Sudjana, 2002:261-265).
Apabila x2 hitung < x2
tabel, maka H0 diterima, artinya varians sampel
bersifat homogen. Sebaliknya apabila x2 hitung > x2
tabel, maka H0
ditolak, artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas variansi, maka
pemanfaatan ANAVA dalam analisis data sudah bisa dilakukan. Data hasil
tes terakhir prestasi lompat jauh dianalisis dengan statistika ANAVA Dua
Jalan dan pengujian hipotesis dengan perhitungan Uji F pada taraf
signifikan α = 0.05 yang sebelumnya telah dilakukan uji persyaratan yang
rumusnya sebagai berikut
å= totXY 22
N
XRy totå= 2
Ryseln
XXXXJ AB -
+++=
.
24
22
23
21
RyAn
XXAy AA -
+= å å
.21
RyBn
XXBy bB -
+= å å
.21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
( )BAAB RJKRJKJDby +-=
ABJRyYEy --= 2
E
AA RJK
RJKF =
E
BB RJK
RJKF =
E
ABAB RJK
JKF = (Sudjana, 2002 : 114-115).
a. Metode AB untuk Perhitungan Anava Dua Faktor
Tabel 10. Ringkasan Anava untuk Eksperimen Faktorial 2 x 2
Sumber
Variasi
dk
JK
RJK
Fo
Rata-rata
Perlakuan
1 Ry R
A a - 1 Ay A A/E
B b - 1 By B B/E
AB (a-1)(b-1) ABy AB AB/E
Kekeliruan Ab(n-1) Ey E
Keterangan :
A = Taraf faktorial A
B = Taraf faktorial B
N = Jumlah sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Penggunaan Anava harus memenuhi persyaratan : 1) observasi untuk
masing-masing kelompok independent, 2) setiap kelompok perlakuan
memiliki variansi yang sama (homogen), 3) populasi berdistribusi
normal. “ Namun demikian analisis variansi (Anava) tetap tegar (Robust)
dan akan tetap memberikan hasil yang akurat walaupun variansi tidak
homogen ”. (Welkowitz, Ewen dan Cohen, 1982:251).
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava
Selanjutnya untuk membandingkan pasangan rata-rata perlakuan
digunakan uji Rentang Newman Keuls (Sudjana, 2002:36), untuk
mengetahui perlakuan manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap
prestasi lompat jauh yang dicapai oleh atlet. Adapun langkah-langkah
untuk melakukan Uji Newman-Keuls adalah sebagai berikut :
1. Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dari yang
paling kecil sampai ke yang terbesar.
2. Dari daftar ANAVA, ambil harga KT (kekeliruan) disetai dk-nya.
3. Hitung kekeliruan baku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus
n
kekeliruanKTSy
)(=
4. Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan daftar Rentang Student.
Untuk uji Newman-Keuls, diambil ν =dk untuk KT (kekeliruan) dan
ρ = 2, 3, ..., k. Harga-harga yang didapat untuk ν dan ρ dari badan
daftar sebanyak (k – 1) buah, supaya dicatat.
5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik 4) itu masing-masing dengan
Sy. Dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang
signifikan terkecil (RST)
6. Bandingkan selisih rata-rata terbesar dan terkecil dengan RST untuk ρ
= k, selisih rata-rata terbesar dan terkecil kedua dengan RST untuk ρ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
= (k-1), dan seterusnya. Demikian pula kita bandingkan selisih rata-
rata terbesar kedua dan dan terkecil dengan RST untuk ρ = (k-1),
selisih rata-rata terbesar kedua dan terkecil kedua dengan RST untuk
ρ = ( k - 2), dan seterusnya. Dengan jalan begini, semua akan ada
½k (k-1) pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang
didapat lebih besar daripada RSTnya masing-masing, maka
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti di antara rata-rata
perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil tes dan pengukuran
dengan menggunakan instrument pengukuran yang sudah diukur tingkat validitasnya,
selanjutnya hasil pengukuran dari latihan Plaiometrik, kekuatan otot tungkai dan
prestasi lompat jauh akan dijelaskan dalam deskripsi data selanjutnya diuraikan
mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Pengambilan data dilakukan pada
tes awal dan tes akhir prestasi lompat jauh. Penyajian hasil penelitian berdasarkan
hasil analisis statistik yang dilakukan dengan manual dan agar lebih yakin tentang
kebenaranya dari hasil yang diperoleh dilanjutkan dengan uji statistik dengan
bantuan software MINITAB (Siswandari, 2009 : 202). Berturut-turut berikut disajikan
mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data prestasi lompat jauh dilakukan sesuai dengan
sel/kelompok perlakuan, dalam penelitian diberikan latihan Plaiometrik
dihubungkan dengan Kekuatan otot tungkai. Yang berisikan tentang deskripsi data
hasil tes prestasi lompat jauh tiap kelompok berdasarkan penggunaan latihan
plaiometrik dan kekuatan otot tungkai.
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Tes Prestasi lompat jauh Tiap Kelompok Berdasar kan Penggunaan Latihan Plaiometrik dan Kekuatan otot tungkai.
Latihan Kekuatan
Otot Tungkai
Statistik Lompat jauh
(Pre-test) Lompat jauh
(Post-test)
Jumlah 2856 2803 Mean 285.6 280.3 Rendah Std. Deviation 20.435 21.787 Jumlah 3696 4033 Mean 369.6 403.3
Hurdle Hopping
Tinggi Std. Deviation 28.313 27.885 Jumlah 2844 3038 Mean 284.4 303.8 Rendah Std. Deviation 17.709 14.367 Jumlah 2664 2967 Mean 266.4 296.7
Squat Thrust Jump
Tinggi Std. Deviation 26.563 15.861
Gambar 17. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi
Lompat jauh Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan dan Kekuatan otot tungkai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Keterangan: Hurdle Hopping = Kelompok pelatihan dengan latihan Hurdle Hopping
Squat Thrust Jump = Kelompok pelatihan dengan latihan Squat Thrust Jump
Kkuat tg = Kekuatan otot tungkai tinggi
Kkuat Rdh = Kekuatan otot tungkai rendah
= Hasil tes awal
= Hasil tes akhir
Agar lebih jelas dalam memahami tabel 11 diatas, gambaran menyeluruh dari
nilai rata-rata prestasi lompat jauh awal latihan (pre-test) dan sesudah latihan (Post-
test) dari keempat kelompok, maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai
yang ditunjukan pada gambar 17.
Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan Prestasi
lompat jauh yang berbeda. Nilai peningkatan Prestasi lompat jauh masing-masing sel
(kelompok perlakuan) adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Nilai Peningkatan Prestasi Lompat jauh Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan)
No Kelompok Perlakuan
(Sel)
Nilai Peningkatan
Prestasi lompat jauh ( Gain Score )
1 A1B1 (KP1) 33.7
2 A1B2 (KP2) 13.9
3 A2B1 (KP3) 11.1
4 A2B2 (KP4) 19.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Agar lebih jelas gambaran nilai rata-rata peningkatan prestasi lompat jauh yang
dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
Gambar 18. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Lompat jauh Pada Tiap Kelompok Perlakuan.
Keterangan :
KP1 = Kelompok atlet dengan latihan Hurdle Hopping pada tingkat Kekuatan
otot tungkai tinggi
KP2 = Kelompok atlet dengan latihan Hurdle Hopping pada tingkat Kekuatan otot
tungkai rendah
KP3 = Kelompok atlet dengan latihan Squat Thrust Jump pada Kekuatan otot
tungkai tinggi
KP4 = Kelompok atlet dengan latihan Squat Thrust Jump pada tingkat Kekuatan
otot tungkai rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Latihan Hurdle Hopping dan latihan Squat Thrust Jump memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap peningkatan Prestasi lompat jauh. Jika antara kelompok atlet
yang mendapat latihan dengan latihan Hurdle Hopping dan dengan latihan Squat
Thrust Jump dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan latihan
dengan latihan Hurdle Hopping memiliki peningkatan prestasi lompat jauh yang
lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan perlakuan latihan dengan latihan
Squat Thrust Jump.
Antara kelompok atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah
juga memiliki peningkatan Prestasi lompat jauh yang berbeda. Jika antara kelompok
atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah dibandingkan, maka
dapat diketahui bahwa kelompok atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi
memiliki peningkatan Prestasi lompat jauh yang lebih baik ( Gain score = 33.7 )
dibandingkan kelompok atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai rendah ( Gain
score = 13.9 ).
Tapi perlu diperhatikan dari hasil bacaan grafik diatas juga ditunjukkan bahwa,
tidak selamanya atlet yang mempunyai Kekuatan otot tungkai tinggi akan mengalami
peningkatan lebih baik jika dibandingkan dengan atlet yang mempunyai Kekuatan
otot tungkai rendah, sebagai hasil digambarkan dalam grafik bahwa atlet yang
mempunyai Kekuatan otot tungkai tinggi diberikan perlakuan dengan latihan Squat
Thrust Jump (Gain score = 11.1) peningkatan prestasinya lebih rendah dibandingkan
dengan atlet yang mempunyai Kekuatan otot tungkai rendah dengan diberikan
perlakuan latihan Squat Thrust Jump ( Gain score = 19.4 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum data dianalisis dengan ANOVA, terlebih dahulu dilakukan pengujian
persyaratan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap semua
kelompok yang akan dibandingkan. Asumsi-asumsi bahwa populasi berdistribusi
normal dan homogenitas varians telah melancarkan teori dan latihan, sehingga
banyak persoalan yang dapat diselesaikan dengan lebih mudah.
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sebaran data dari setiap
variabel penelitian normal atau tidak. Adapun data penelitian yang diuji
normalitasnya adalah meliputi data keseluruhan latihan (latihan Hurdle Hopping dan
Squat Thrust Jump) yang dihubungkan dengan kekuatan otot tungkai tinggi dan
kekuatan otot tungkai rendah.
Selanjutnya menurut Siswandari (2009:134) seandainya dalam melakukan
uji persyaratan analisis maka peneliti dapat menggunakan uji Anderson Darling
(pendekatan grafis) untuk uji normalitas.
a. Uji normalitas data hasil tes pada kelompok perlakuan latihan Plaiometrik
Hurdle Hopping dengan kekuatan otot tungkai tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
C 1
Pe
rce
nt
4 7 54 5 04 2 54 0 03 7 53 5 0
99
95
90
80
70
605040
30
20
10
5
1
M ean
0 .081
403.3S tD ev 27.88N 10A D 0 .610P - V a lu e
P r o b a b i l i ty P l o t o f C 1No rm a l
C1
Pe
rce
nt
340330320310300290280270260
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
M ean
0.439
296.7S tDev 15.86N 10A D 0.332P -Valu e
P robabil ity P lot of C1Norm a l
Gambar 19. Uji normalitas Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dengan Kekuatan otot tungkai Tinggi
Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,081 > 0,05
maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.
b. Uji normalitas data tes pada kelompok perlakuan latihan Plaiometrik
Hurdle Hopping kekuatan otot tungkai rendah.
Gambar 20. Uji normalitas Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dengan Kekuatan otot tungkai Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
C1
Pe
rce
nt
340320300280260240220
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
Mean
0.779
280.3StDev 21.79N 10AD 0.218P-Value
Probability Plot of C1Normal
Berdasarkan gambar diatas karena p-value > 0.05 atau 0,439> 0,05 maka
Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.
c. Uji normalitas data hasil tes pada kelompok perlakuan latihan Plaiometrik
Squat Thrust Jump dengan kekuatan otot tungkai tinggi
Gambar 21. Uji Normalitas Latihan Plaiometrik Squat Thrust Jump dengan
Kekuatan otot tungkai Tinggi
Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,779 > 0,05,
maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.
d. Uji normalitas data hasil tes pada kelompok perlakuan latihan Plaiometrik
Squat Thrust Jump dengan kekuatan otot tungkai rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
C1
Pe
rce
nt
340330320310300290280270
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
Mean
0.468
303.8StDev 14.37N 10AD 0.321P-Value
Probability Plot of C1Normal
Gambar 22. Uji Normalitas Latihan Plaiometrik Squat Thrust Jump dengan
Kekuatan otot tungkai Rendah
Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,468 > 0,05
maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara
kelompok A dengan kelompok B. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas data antara kelompok A dan
kelompok B adalah sebagai berikut
Tabel 13: Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
∑
Kelompok Ni SD2
gab χ2o χ2
tabel 5% Kesimpulan
4 10 427.5 5.004 7.81 Varians
homogenitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 5.004. Sedangkan dengan
K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2
o = 5.004
lebih kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar
kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian, maka
syarat untuk analisis varians (ANOVA) telah terpenuhi. Agar uji hipotesis dapat
dilaksanakan dengan baik maka terlebih dahulu harus ditentukan bagaimana
penerimaan dan penolakan hipotesis. Perhitungan lengkap ANOVA desain Faktorial
blok 2 x 2, digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh antara latihan plaiometrik
Hurdle Hopping dan latihan Squat Thrust Jump, juga untuk melihat interaksi antara
latihan dengan Kekuatan otot tungkai.
Sesuai dengan rumusan dalam BAB III bahwa hipotesis yang akan diuji
adalah; Menurut Siswandari (2009;125)
1. Hipotesis 1 : :01H α = 0 Versus :
11H α ± 0
Atau dengan kata lain:
Latihan Plaiometrik tidak berpengaruh terhadap prestasi (Ho) versus latihan
Plaiometrik berpengaruh terhadap prestasi (H1),
2. Hipotesis 2 : :02H β = 0 Versus :
12H β ± 0
3. Hipotesis 3 : :03H αβ = 0 Versus :
13H αβ ± 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ( Prestasi lompat jauh )
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo
Ft
Rata-rata
Perlakuan 1 4122282.0250 4122282.025
A 1 17264.0250 17264.025 40.3787 * 4,11
B 1 33582.0250 33582.025 78.5447 * 4,11
AB 1 42315.0250 42315.025 98.9703 * 4,11
Kekeliruan 36 15391.9000 427.553
Total 40 4230835.0000
Keterangan : Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05.
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis
sebagai berikut:
1. Perbedaan pengaruh antara latihan Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump
terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara
latihan Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump terhadap peningkatan prestasi
lompat jauh, digunakan analisis variansi Two Way. Berdasarkan hasil perhitungan
analisis variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 40.3787 Hasil perhitungan ini
kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang = 1 dan Dkpenyebut =
36, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 4,11, karena F observasi > F tabel atau
40.3787 > 4,11, sehingga dapat dikatakan ada perbedaan pengaruh antara latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump terhadap peningkatan prestasi lompat
jauh.
2. Perbedaan pengaruh prestasi lompat jauh antara atlet yang memiliki
Kekuatan otot tungkai tinggi dengan rendah.
Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh prestasi
lompat jauh antara atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi dengan
rendah digunakan analisis variansi Two Way. Berdasarkan hasil perhitungan
analisis variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 78.5447. Hasil perhitungan ini
kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang = 1 dan Dkpenyebut =
36, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 4,11, karena F observasi > F tabel atau
78.5447 > 4,11, sehingga dapat dikatakan ada perbedaan pengaruh prestasi lompat
jauh antara atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi dengan rendah.
3. Pengaruh Interaksi antara latihan Plaiometrik dan Kekuatan otot tungkai
terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan ada pengaruh interaksi Antara
latihan dan Kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan prestasi lompat jauh,
digunakan analisis variansi two Way. Berdasarkan hasil perhitungan analisis
variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 98.9703, Hasil perhitungan ini kemudian
dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang = 1 dan Dkpenyebut = 36, dan
taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 4,11, karena F observasi > F tabel atau
98.9703 > 4,11, sehingga dapat dikatakan ada pengaruh interaksi antara latihan
dan Kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
D. Rangkuman Pengujian Hipotesis
Dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel maka dapat diketahui keputusan
ditolak atau diterimanya hipotesis nihil. Untuk itu secara keseluruhan dapat dilihat
rangkuman dari hasil uji statistik secara uji F seperti yang tampak dalam tabel berikut
ini.
Tabel 15. Tabel Kesimpulan Hasil Penelitian
No. Hipotesis Nihil Fhitung Ftabel Kesimpulan
pada a=0,05
1.
2.
3.
Tidak ada perbedaan
pengaruh antara latihan
Hurdle Hopping dan Squat
Thrust Jump terhadap
peningkatan prestasi lompat
jauh.
Tidak ada perbedaan
pengaruh prestasi lompat jauh
antara atlet yang memiliki
Kekuatan otot tungkai tinggi
dengan rendah
Tidak ada pengaruh interaksi
Antara latihan Plaiometrik
dan Kekuatan otot tungkai
terhadap peningkatan prestasi
lompat jauh
40.3787
78.5447
98.9703
4,11
4,11
4,11
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dapat diketahui adanya pengaruh
interaksi antara latihan Plaiometrik dan Kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan
prestasi lompat jauh, selanjutnya dilakukan analisis lanjut dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
software MINITAB (Siswandari, 2009 : 210-212). untuk mengetahui sejauh mana
perbedaan interaksi masing-masing kelompok perlakuan.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perbedaan pengaruh antara latihan Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump
terhadap peningkatan prestasi lompat jauh
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan
pengaruh yang nyata antara kelompok atlet yang di latih dengan latihan Hurdle
Hopping dan kelompok atlet yang mendapatkan pelatihan dengan latihan Squat
Thrust Jump terhadap peningkatan Prestasi lompat jauh. Pada kelompok atlet
yang mendapat pelatihan dengan latihan Hurdle Hopping mempunyai
peningkatan Prestasi lompat Jauh yang lebih baik dibandingkan dengan
kelompok atlet yang mendapat pelatihan dengan latihan Squat Thrust Jump.
Latihan ini akan memberi pengaruh yang baik terhadap peningkatan
prestasi lompat jauh terutama pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai
tinggi daripada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. Dengan
latihan yang terus menerus diharapkan akan dapat merangsang kemampuan otot
yang dibutuhkan untuk mencapai hasil prestasi lompat jauh yang maksimal.
Selain latihan Hurdle Hopping dalam penelitian ini juga diterapkan
latihan Squat Thrust Jump dimana latihan Squat Thrust Jump adalah Posisi
berdiri, kemudian dimulai dengan meloncat keatas dengan tangan diangkat ke
atas. Setelah meloncat, ketika turun, langsung ke posisi jongkok dan tangan
menyentuh lantai didepan tubuh.dibarengi dengan kaki yang langsung dibuang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
kebelakang, kaki lurus, begitu juga tangan yang lurus menyentuh lantai,
sehingga posisi tubuh Push up. Setelah itu posisi kaki dipindah lagi ke posisi
jongkok untuk mengambil awalan untuk loncat lagi atau ke posis mulai.. Dapat
dihitung sekali ketika satu loncatan. Jika tidak sesuai dengan prosedur tes, maka
tidak dihitung.
Latihan Squat Thrust Jump juga memberi pengaruh yang baik terhadap
peningkatan prestasi lompat jauh terutama pada atlet yang memiliki kekuatan
otot tungkai rendah dibanding atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi,
karena pada saat melakukan tolakan beban kaki tumpu lebih ringan
dibandingkan dengan latihan Hurdle Hopping, sehingga pada latihan ini bisa
dikatakan lebih mengutamakan repetisi/pengulangan latihan, bukan beban
tolakan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan latihan Hurdle
Hopping prestasi lompat jauh akan lebih dapat ditingkatkan dibandingkan
dengan latihan Squat Thrust Jump, hal ini dapat dilihat dari rerata yang
menunjukkan bahwa dengan latihan Hurdle Hopping (341.8) lebih baik
dibandingkan dengan Squat Thrust Jump (300.3).
2. Perbedaan pengaruh prestasi lompat jauh antara atlet yang memiliki
kekuatan otot tungkai tinggi dengan rendah
Selain latihan yang sangat penting dalam peningkatan prestasi lompat
jauh, selain itu juga sangatlah penting adanya kemampuan dasar beberapa
anggota badan untuk menghasilkan tingkat gerak yang tinggi. Dalam penelitian
ini peneliti memfokuskan kemampuan atlet pada kekuatan otot tungkai. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
kemampuan dasar tubuh kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan
seseorang dalam melaksanakan gerakan otot tungkai dengan kekuatan dan
kecepatan kearah vertikal setinggi-tingginya (Eksplosife).
Faktor penentu baik dan tidaknya kekuatan yang dimiliki seseorang
bergantung pada intensitas kontraksi otot dan kemampuan otot untuk
berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang singkat setelah menerima
rangsangan serta produksi energi biokimia dalam otot sangat menentukan
kekuatan yang dihasilkan. Jika unsur-unsur seperti tersebut diatas dimiliki
seseorang, maka ia akan memiliki kekuatan yang baik. Namun sebaliknya jika
unsur-unsur tersebut tidak dimiliki maka kekuatan otot yang dihasilkan pun juga
tidak baik.
Berdasarkan uraian di atas bahwa kekuatan otot tungkai sangatlah
penting dalam nomor lompat jauh yakni pada saat melakukan awalan lari
ataupun pada saat atlet melakukan tumpuan atau tolakan, apabila
tumpuan/tolakan dilakukan dengan cepat dan kuat sehingga untuk mencapai
nilai/angka yang tinggi sangat memungkin sekali. Atlet yang memiliki
Kekuatan otot tungkai tinggi, akan mampu melakukan awalan dengan baik dan
lompatan yang tinggi, dalam hal ini prestasi lompat jauh.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa atlet yang memiliki Kekuatan
otot tungkai tinggi akan mendapatkan hasil prestasi yang lebih baik
dibandingkan dengan atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai yang rendah.
Hal ini dapat dilihat dari rerata yang menunjukkan bahwa kekuatan otot tungkai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
yang tinggi (350) lebih baik dibandingkan dengan kekuatan otot tungkai rendah
(292.1).
3. Pengaruh interaksi antara latihan dan Kekuatan otot tungkai terhadap
peningkatan prestasi lompat jauh.
Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa
faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi
yang nyata antara faktor model latihan (A) dan faktor Kekuatan otot tungkai (B).
Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel berikut
ini:
Tabel 16 . Interaksi Antar Varibel A dan B Terhadap
Peningkatan Prestasi Lompat jauh
Faktor A = Latihan Plaiometrik
Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2
B1 33.7 11.1 22.4 22.6
B2 13.9 19.4 16.7 -5.5
Rerata 23.8 15.3 19.6 8.6
B = Kekuatan
otot
tungkai
B1 – B2 19.8 -8.3 5.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 23. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Prestasi Lompat jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Keterangan :
: A1 = Latihan Hurdle Hopping
: A2 = Latihan Squat Thrust Jump
: B1 = Kekuatan otot tungkai tinggi
: B2 = Kekuatan otot tungkai rendah
Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan memiliki suatu titik
pertemuan atau persilangan. Antara latihan Plaiometrik dan Kekuatan otot tungkai
memiliki titik persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara
keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa latihan Plaiometrik dan Kekuatan
otot tungkai berpengaruh terhadap peningkatan nilai akhir prestasi lompat jauh.
Nilai akhir prestasi lompat jauh pada masing-masing sel dapat dibandingkan
sebagai berikut :
a. Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi mendapatkan latihan Hurdle
Hopping, memiliki rata-rata nilai akhir prestasi lompat jauh sebesar 341.8. Atlet
yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi mendapatkan latihan Squat Thrust
Jump memiliki rata-rata nilai akhir prestasi lompat jauh sebesar 350.
b. Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai rendah mendapatkan latihan Hurdle
Hopping memiliki rata-rata nilai akhir prestasi lompat jauh sebesar 300.1. Atlet
yang memiliki Kekuatan otot tungkai rendah mendapatkan latihan Squat Thrust
Jump memiliki rata-rata nilai akhir prestasi lompat jauh sebesar 292.1
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, Atlet yang memiliki Kekuatan otot
tungkai tinggi lebih cocok jika diberikan pelatihan dengan latihan Hurdle Hopping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Atlet dengan Kekuatan otot tungkai rendah lebih cocok jika diberikan pelatihan
dengan latihan Squat Thrust Jump
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut diatas serta dengan
adanya keterbatasan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan Hurdle Hopping dan
Squat Thrust Jump terhadap prestasi lompat jauh.
2. Ada perbedaan peningkatan prestasi lompat jauh yang signifikan antara
kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah..
3. Ada pengaruh interaksi antara latihan Plaiometrik dengan kekuatan otot
tungkai terhadap peningkatan prestasi lompat jauh.
a. Latihan Hurdle Hopping lebih efektif apabila diterapkan pada atlet yang
memiliki kekuatan otot tungkai tinggi.
b. Latihan Squat Thrust Jump lebih efektif apabila diterapkan pada atlet yang
memiliki kekuatan otot tungkai rendah.
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas jika dikaji tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya dalam upaya
meningkatkan prestasi lompat jauh, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Latihan Hurdle Hopping dan latihan Squat Thrust Jump dapat digunakan
untuk meningkatkan secara keseluruhan prestasi lompat jauh .Dari hasil temuan
tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam peningkatan prestasi cabang atletik
khususnya nomor lompat jauh, oleh karena itu pelatih, Pembina serta top
organisasi dapat menerapkan hasil temuan ini dalam program latihan untuk
meningkatkan prestasi lompat jauh.
Kekuatan otot tungkai tinggi dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi lompat jauh. Dengan penerapan latihan plaiometrik yang terbukti dapat
meningkatkan prestasi lompat jauh, tentunya masih ada faktor pendukung yang
lainnya yaitu kekuatan otot tungkai. Pada peningkatan prestasi lompat jauh
dengan latihan Hurdle Hopping lebih efektif diterapkan pada atlet lompat jauh.
Prestasi lompat jauh pada latihan Squat Thrust Jump memiliki perubahan
karakter yang berbeda pada atlet dibandingkan dengan latihan Hurdle Hopping.
Mengetahui bahwa latihan Hurdle Hopping lebih memberikan efek pada
peningkatan kekuatan pada lompatan dengan tipe adaptasi otot yang tinggi, maka
latihan ini perlu disesuaikan dengan program latihan pada periode latihan tertentu.
Didalam memilih model latihan khususnya latihan Plaiometrik yang akan
dilakukan terhadap atletnya, pembina/pelatih harus mengetahui karakteristik dari
model latihan yang akan dipilihnya sekaligus harus mengetahui dan
memperhatikan karakteristik dan kondisi fisik dari atletnya. Faktor lain yaitu
pelatih harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai efek mekanis
terhadap komponen dasar kinematika lompatan / tolakan khususnya pada atlet
lompat jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan latihan Squat Thrust Jump dapat
diterapkan pada berbagai Cabang Olahraga. Pemilihan latihan baik latihan Hurdle
Hopping maupun latihan Squat Thrust Jump harus disesuaikan dengan tujuan,
karena tiap-tiap model latihan tersebut memiliki efek mekanika yang berbeda
pada Setiap atlet. Sehubungan dengan komponen dasar kinematika kekuatan otot
tungkai, dari hasil penelitian ini penerapan latihan Hurdle Hopping pada atlet
yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih efektif dibandingkan dengan
penerapan latihan Squat Thrust Jump. Sedangkan atlet yang memiliki kekuatan
otot tungkai rendah dengan penerapan latihan Squat Thrust Jump lebih efektif
dalam peningkatan prestasi lompat jauh dibandingkan dengan penerapan latihan
Hurdle Hopping. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pembina/pelatih pada saat
melakukan latihan Squat Thrust Jump seperti halnya pada latihan Hurdle
Hopping.
Secara praktis temuan ini dapat dijadikan salah satu indikator dalam
penyusunan program latihan yang dibuat oleh pelatih, guru, pembina dan para
praktisi olahraga untuk menemukan dosis yang tepat berdasarkan kondisi siswa
serta karakteristik siswa maupun atlet dalam melaksanakan latihan.
C. Saran
Dalam upaya keikutsertaan meningkatkan kualitas dan prestasi atlet dari
cabang olahraga lompat jauh, juga berdasarkan hasil penelitian ini yang tertulis
dalam kesimpulan dan implikasi secara menyeluruh, maka kepada Pembina atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
pelatih olahraga khususnya atletik nomor lompat jauh, dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut :
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan pembina/pelatih pada saat melakukan latihan
Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump:
a. Membuat program latihan berdasarkan prinsip-prinsip latihan, tujuan
latihan dan cocok dengan metode latihan plaiometrik, yang selanjutnya
dilaksanakan sesuai dengan sistematika latihan.
b. Sebelum latihan dilaksanakan, jelaskan gerakan latihan Hurdle
Hopping dan Squat Thrust Jump yang benar terlebih dahulu agar atlet
melakukan latihan dengan gerakan yang benar sehingga hasil latihan
bisa tercapai dengan maksimal.
c. Sebelum melakukan latihan inti, sebaiknya terlebih dahulu melakukan
pelatihan peregangan (Streaching) dan latihan pemanasan (Warning-
Up) dengan intensitas yang cukup ( sesuai berat ringannya latihan inti
), hal ini untuk mempersiapkan kondisi fisik atlet sehingga terhindar
dari cedera pada saat melakukan latihan inti.
d. Lakukan latihan inti, dalam hal ini latihan Hurdle Hopping dan Squat
Thrust Jump yang sesuai dengan program latihan.
e. Lanjutkan dengan Aktivitas formal (Formal Activity), tahap ini adalah
bentuk latihan yang sesuai dengan cabang olahraga yang sedang
dilatihkan khususnya lompat jauh dengan atlet yang mempunyai
kekuatan otot tungkai tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
f. Kemudian lakukan penenangan (cooling down ) yang dilanjutkan
dengan pengarahan dan koreksi dari latihan yang telah dilaksanakan.
g. Pantau hasil latihan masing-masing dengan melakukan tes lompat
jauh.
h. Lanjutkan latihan sesuai dengan program latihan yang telah ditetapkan
dan terus dipantau sesuai dengan interval waktu yang telah
direncanakan.
2. Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping lebih baik diterapkan untuk atlet yang
memiliki kekuatan otot tungkai tinggi sedangkan latihan Squat Thrust Jump
lebih cocok diterapkan pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah
terutama untuk nomor atletik lompat jauh gaya menggantung.
3. Peneliti menganjurkan Kepada teman-teman MGMP Pendidikan Jasmani dan
Olahraga agar di setiap latihan plaiometrik untuk selalu memperhatikan
gerakan yang benar sesuai dengan karakteristik atlet karena masing-masing
latihan memiliki kekurangan dan kelebihan.
4. Peneliti sangat menganjurkan sekali kepada ilmuwan olahraga lainnya agar
penelitian ini dilanjutkan dengan melibatkan komponen dasar gerakan pada
lompat jauh dan melibatkan lebih banyak sampel dan jenis kelamin yang
berbeda.