Post on 13-Mar-2019
1
Laporan Akhir
Perbaikan dan Perakitan Varietas Unggul Tanaman Wijen(Sesamum indicum L.)
PROGRAM INSENTIF TERAPAN
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nagara Ristek dan TeknologiNomor : 126/M/Kp/X/2006, tanggal 17 Nopember 2006,
DIPA No : 00010.0/042-01.0/-/2007Kontrak No: 87//RT/Insentif/PPK/I/2007
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUNJl. Serayu, Po Box 12 Madiun 63137
Telepon. (0351) 495551. Fax. (0351) 4970585 November 2007
2
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
Judul : Perbaikan dan Perakitan Varietas Unggul TanamanWijen (Sesamum Indicum L.).
Program : Penelitian Riset Terapan
Bidang : Ketahanan Pangan
Pelaku/Peneliti Utama : Ir. Luluk Sulistiyo Budi, MP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lama Kegiatan/Riset : 3 Tahun
Tahun Mulai : 2007
Total Biaya : Rp. 103.488.000,-Surat perjanjian /KontrakNo: 87 /RT/Insentif/PPK/I/2007
Mengetahui,Pimpinan Unit Pelaksana Riset
(Dra. Rusbiyanti Sripeni, MSi)Ketua Lembaga Penelitian Pengabdian
Masyarakat
Madiun, 23 September 2007Pelaku/ Peneliti Utama
(Ir. Luluk Sulistiyo Budi, MP)NIP/NIK 050 044
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan rahmat-Nya penulis telah menyelesaikan penulisan laporan akhir
penelitian program insentif Kementrian Riset dan Teknologi dengan judul
Perbaikan dan Perakitan Varietas Unggul Tanaman Wijen (Sesamum Indicum
L.).
Dengan terselesainya peneulisan laporan ini disampaikan terimakasih
kepada ;
1. Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia
2. Semua pihak yang telah membantu terselesainya pelaksanaan dan
penulisan laporan hasil penelitian ini
Selanjutnya laporan ini dapat memenuhi harapan dan apabila ada
kurang sempurnanya, kritik dan saran demi kemajuan senantiasa
diharapkan, semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat.
Madiun, 5 November 2007
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
Ringkasan......................................................................................................... 1
Pendahuluan..................................................................................................... 2
Metodologi ...................................................................................................... 3
Hasil Penelitian................................................................................................. 10
Kesimpulan dan Saran.................................................................................... 17
Daftar Pustaka.................................................................................................. 18
Lampiran........................................................................................................... 19
Halaman
5
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jenis-jenis lokal wijen dan keunggulan sifat
agronomis
4
2 Kombinasi Persilangan yang dilakukan (15
persilangan)
7
3 Metode penelitian tahap 2 (persilangan dan
Seleksi)
8
4 Persilangan 4 hibrid dengan genotipe lain 10
5 Hasil pemilihan 8 hibrid untuk bahan tanam tahap
selanjutnya
11
6 a Data hasil pengamatan agronomis F1 (A3) 11
b Data hasil pengamatan agronomis F1 (A5 12
c Data hasil pengamatan agronomis F1 (C1) 12
d Data hasil pengamatan agronomis F1 (C2) 12
e Data hasil pengamatan agronomis F1 (D1) 13
f Data hasil pengamatan agronomis F1 (D2) 13
g Data hasil pengamatan agronomis F1 (B3) 13
h Data hasil pengamatan agronomis F1 (B5) 14
6
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1 Bagan alir penelitian 6
2 Tetua G1 14
3 Tetua G12 14
4 Polong hasil persilangan 15
5 Vigor C1 (G1G9) (F1) 15
6 Vigor C2 (G8G9) (F1) 15
7 Vigor B4 (G5G12)(F1) 15
8 Vigor D2 (G8G13) (F1) 16
9 Vigor D1 (G1G13)(F1) 16
10abcd Beberapa macam warna biji wijen (hitam,putih,putih
gelap dan coklat)
17
7
1. RINGKASANVarietas unggul merupakan faktor penting dalam peningkatan produksi
suatu jenis tanaman, termasuk dalam hal ini adalah tanaman wijen
(Sesamum indicum L.). Varietas unggul tanaman wijen dapat dihasilkan
melalui perbaikan dan perakitan varietas, yaitu melalui persilangan-
persilangan dari galur-galur murni varietas lokal hasil karakterisasi dan
evaluasi yang secara agronomis memiliki sifat-sifat unggul penting
Tahapan penelitian meliputi persilangan beberapa galur dengan sifat-
sifat unggul tertentu, yang selanjutnya dilakukan seleksi, pemurnian serta
uji stabilitas / uji multilokasi. Diduga akan terjadi perubahan sifat pada
keturunannya sebagaimana yang diharapkan. Mengingat bahwa sifat-
sifat unggul agronomis tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap
produktivitas tanaman persatuan luas dan sekaligus mampu menjawab
permasalahan yang terjadi pada saat ini. Penelitian ini menggunakan
wijen jenis lokal hasil seleksi yang di ambil dari 8 daerah sentra
pengembangan yang masing-masing memiliki sifat agronomis unggul
yang berbeda. Hasil penelitian adalah memperoleh jenis wijen dengan
karakteristik yang lebih baik dari jenis-jenis yang ada dan disebut dengan
varietas unggul serta dapat digunakan untuk mengatasi rendahnya
produksi tanaman wijen di Indonesia saat ini. Metode penelitian
mengunakan persilangan konvensional, seleksi massa (5 sampai 6 kali
masa tanam sampai tanaman homosigot) serta uji stabilitas atau uji multi
lokasi. Parameter pengamatan meliputi seleksi terhadap sifat-sifat
agronomis yang di utamakan, respon seleksi dan kemajuan
homozigotnya. Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa dari
14 pasang persilangan terpilih 4 hibrid (A3, A4, B4 dan C2) yang
disilangkan lagi dengan galur lain untuk menambah keunggulan sifatnya,
dan 8 hibrid yang dilanjutkan dengan seleksi (A3, A5, B3, B5, C1, C2, D1
dan D2). Dengan hibrid terpilih ini diharapkan diperoleh galur dengan
keunggulan masing-masing.
8
2. Pendahuluan
Wijen ( Sesamun indicum L. ), saat ini dapat diunggulkan sebagai
komoditas perkebunan potensial, karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan
multi guna, yaitu penghasil minyak nabati berkadar lemak jenuh rendah dan
pendukung aneka industri (farmasi, kosmetik, antioksidan) dan menghasilkan
minyak makan yang kaya akan gizi (Rismunandar, 1976).
Indonesia, pada tahun 1988 pernah melakukan ekspor wijen ke
Malaysia dan Singapura, namun tahun-tahun berikutnya semakin turun, hal
ini disebabkan oleh produksi dalam negeri yang belum mencukupi
kebutuhan, sehingga peluang ekspor belum optimal, bahkan negara kita
justru menjadi pengimpor wijen (Rukmana,1998).
Kenyataan ini terjadi karena tanaman wijen sebagian besar masih
diusahakan dalam skala terbatas yaitu sebagai tanaman sela di antara
palawija, dan menggunakan benih yang asal-usulnya tidak jelas, akibatnya
rata-rata produksi dalam negeri masih rendah yaitu 400 kg/ha (Soenardi,
1996). Sedangkan rata-rata produksi wijen di Amerika Serikat berkisar
antara 900kg – 2240 kg/ha ( Godin dan Spenley ,1971)
Kendala pengembangan tanaman wijen di Indonesia adalah
produktivitasnya yang masih rendah sebagai akibat dari terbatasnya varietas
unggul yang beredar. Oleh karena itu program pemuliaan merupakan solusi
utama yang harus dilakukan dan skala prioritas program pemuliaan tanaman
wijen diarahkan untuk mendapatkan varietas yang berdaya hasil tinggi (> 1
ton/ ha). Agar program pemuliaan dapat terlaksana harus didukung oleh
tersedianya variasi plasma nutfah dalam jumlah yang banyak, sehingga
mudah dalam merakit varietas unggul baru dengan sifat-sifat yang di
inginkan.
Sehubungan dengan hal tersebut Budi (1993, 2003) telah melakukan
penelitian tahap awal berupa ekplorasi dan inventarisasi plasma nutfah
melalui identifikasi sifat agronomis varietas lokal dari beberapa daerah
sentra pengembangan dan dilanjutkan dengan karakterisasi dan evaluasi
terhadap sifat-sifat morfologis yang potensial
9
Selanjutnya Budi (2004) telah melakukan penelitian tahap berikutnya
dan penting dilakukan, yaitu pemurnian terhadap jenis-jenis lokal yang
potensial untuk menghasilkan galur-galur murni sebagai perbendaharaan
plasma nutfah dan sebagai tetua dalam perakitan varietas unggul baru.
Tanpa adanya galur-galur murni (pemurnian) maka perakitan varietas
unggul tidak mungkin dapat dilakukan, dengan kata lain tidak mungkin
memperoleh varietas baru. Langkah selanjutnya adalah melakukan
perbaikan melalui perakitan varietas yaitu melakukan persilangan antar
galur murni (tetua) dan atau menggabungkan sifat-sifat agronomis yang
diinginkan dengan menggunakan galur-galur murni dengan sifat-sifat
agronomis unggul yang dimilikinya
Tujuan khusus penelitian ini adalah melakukan perakitan dengan
persilangan tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat unggul dengan maksud
menggabungkan sifat-sifat yang dikehendaki untuk memghasilkan keturunan
yang lebih baik dari kedua tetuanya yang disebut sebagai varietas baru hasil
persilangan. Dengan asumsi bahwa setiap tanaman yang berkembangbiak
secara generatif sangat memungkinkan terjadinya penggabungan sifat
dengan cara melakukan persilangan sebagaimana yang telah dilakukan
tanaman-tanaman lainnya. Perbaikan varietas dengan perakitan atau
persilangan secara konvensional, menggunakan tetua jenis-jenis lokal
terseleksi dari sentra pengembangan dilanjutkan seleksi atau pemurnian
melalui uji multilokasi khususnya terhadap sifat yang diinginkan dapat
memenuhi harapan dan dapat memecahkan masalah tentang ketersediaan
varietas unggul wijen.
3. MetodologiTempat dan Waktu
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam waktu 10 bulan. Penelitian
lapangan dilakukan di lahan kering tadah tujan di Desa Sugihwaras,
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Propinsi Jawa Timur, pada masa
tanam Musim Hujan (periode I = Januari- Mei 2007), dan Musim Kemarau I
10
(periode II =Juni-Oktober 2007). Sedangkan di Laboratorium dilakukan pada
bulan Oktober-Nopember 2007.
Bahan dan AlatBahan penelitian adalah biji tanaman wijen hasil karakterisasi yang
telah dilakukan Budi (2004) sebanyak delapan jenis lokal yang diambil dari
delapan daerah sentra pengembangan yang memiliki sifat unggul, pupuk
organik ( pupuk kandang ) dan pupuk an organik Nitrogen (UREA), Poshpor
(TSP) dan Kalium (KCL). Jenis lokal wijen dengan keunggulan sifat
agronomis sebagaimana pada Tabel 1.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat pengolah tanah,
alat tanam, alat pemeliharan, alat ukur panjang, tebal, berat (timbangan ),
dan layar jemur, pinset, plastik, petridis, guntung, kaca pembesar, label dan
buku dokumen
Tabel 1. Jenis-jenis lokal wijen dan keunggulan sifat agronomis (Budi, 2004)
NO JENISLOKAL
SIFAT-SIFAT UNGGUL
Produksi> 1,5
Ton/Ha
UmurGenjah
TipeAkar
Brt1000Bj >3. Gr
JumlahCabang
>6
JumlahKotak
> 6
TinggiTanaman
WarnaBiji
A G1 (MDN1001) * * *
B G3 (MGT1003) *
C G5 (BLR1001) * * *
D G7 (KDR1002) * * *
E G8 (NGK1003) * *
F G9 (PNG1001) * * * *
GG12 (BJR
1002)* *
HG13
(NGW1001)
* *
PrioritasSifat 1 2 3 4 5 6 7 8
(Keterangan :
* = Sifat yang dimiliki 1-8 = Prioritas Sifat Unggulan
11
Terdapat 3 (tiga) sifat yang diharapkan yaitu kegenjahan, tahan kekeringan,
dan produksi tinggi, untuk itu terdapat empat kelompok jenis lokal yaitu :
a. Jenis Lokal dengan sifat unggul kegenjahan yaitu : G1, G7. G8 dan
G12
b. Jenis Lokal dengan sifat unggul Tahan kekeringan (perakaran dalam)
yaitu : G9 dan G13.
c. Jenis Lokal dengan sifat unggul produksi tinggi yaitu: G3 dan G5
Rancangan Penelitian:Rancangan penelitian yang digunakan :
1. Metode persilangan menggunakan persilangan penuh dan silang
balik jika diharapkan. Metode ini dilakukan karena ingin memperoleh
penggabungan yang terbaik sesuai sifat yang diharapkan.
2. Metode seleksi dilakukan dengan mengamati parameter kualitatif dan
kuantitatif terhadap karakteristik yang diharapkan dengan mengambil
10 % Individu terbaik dari masing-masing keturunan F1 dan F2 dari
persilangan dan seterusnya. Metode ini dimaksudkan untuk efisiensi
dan mengetahui peningkatkan nilai respon seleksi.
3. Metode Pemurnian menggunakan Metode seleksi massa yang
dilakukan terhadap semua hasil persilangan terpilih, Metode ini
dilakukan karena tanaman wijen adalah tanaman menyerbuk sendiri
maka metode ini adalah yang paling tepat.
Secara skematis rancangan penelitian sebagaimana bagan alirberikut :
12
G3 x G7G3 x G8G3 x G9
G3 x G12G3 x G13G5 x G7G5 x G8G5 x G9
G5 x G12G5 x G13G1 x G9G8 x G9
G1 x G13G8 x G13G1 x G8
F1
disilangkan dan SeleksiDitanam
C2,A3,B4,A4 X tetua lainSeleksi 8 hibrid
Ditanam(generasi 1-6)
Hasil seleksi ditanam untukdimurnikan
4 F1 dan 8 F2
Periode I Tahun I
Periode 2 Tahun I
Periode 1,2,3 Tahun 2Periode 1,2,3 Tahun 3
Varietas Baruyang stabil
varietas dengankeunngulan
tertentuMulti dan spesifik
lokasi
Uji Multi Lokasi
Seleksi
Gambar 1. Bagan alir penelitian
Rancangan Penelitian Tahap I yaitu :Melakukan persilangan terhadap tetua yang memugkinkan memiliki
keunggulan sifat dan terdapat 15 persilangan, tetua yang digunakan
berdasarkan hasil penelitian Budi (2004), yaitu genotipe-genotipe lokal.
Persilangan tersebut diberi kode A1, A2, A3, A4, A5, B1, B2, B3, B4, B5,
C1, C2, D1, D2, dan E sebagaimana pada Tabel 2.
13
Tabel 2. Kombinasi Persilangan yang dilakukan (15 persilangan)NO KODE Tetua I VS Tetua II1 A1 G3 VS G72 A2 G3 VS G83 A3 G3 VS G94 A4 G3 VS G125 A5 G3 VS G136 B1 G5 VS G77 B2 G5 VS G88 B3 G5 VS G99 B4 G5 VS G1210 B5 G5 VS G1311 C1 G9 VS G112 C2 G9 VS G813 D1 G13 VS G114 D2 G13 VS G815 E G8 VS G1
Sedangkan Layout percobaan sebagaimana Gambar 1 berikut :
Petak I
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 D1 D2 E
Petak II
E D2 D1 C2 C1 B5 B4 B3 B2 B1 A5 A4 A3 A2 A1
Petak III
A5 A4 A3 A2 A1 E C2 C1 D2 D1 B5 B4 B3 B2 B1
Gambar 1. Layout Percobaan Tahap I .
Penanaman dilakukan sebanyak terhadap 8 (delapan tetua) pada areal
seluas 0,9 Ha dan di bagi menjadi 3 Blok dan Masing- masing seluas 3000
m2 atau masing masing persilangan di tanam seluas 180 m2
14
Rancangan Penelitian Tahap II yaitu :Berdasarkan pada hasil evaluasi sifat-sifat tetua yang di rakit pada tahap
pertama terdapat beberapa tetua yang memiliki kemiripan sifat sehingga
perlu memilih hasil persilangan atau hibrid untuk dilanjutkan
penanamannya pada tahap berikutnya (Lampiran 1). Akhirnya memilih 4
hibrid yang di duga berpotensi akan meningkatkan keunggulannya jika
disilangkan dengan tetua lain dan memilih 8 hibrid (hasil persilangan)
lainnya yang memiliki keunggulan tertentu. Hasil persilangan terpilih
sekaligus untuk bahan tanam tahap selanjutnya (Tabel 3.)
Tabel 3. Metode penelitian tahap 2 (persilangan dan Seleksi)
No Uraian Keterangan atau Sasaran
1 Persilangan IC2 X G7
Memperoleh 4 sifat:1.Produksi tinggi,2.Tahan kekeringan,3.Genjah dan4.Bobot biji tinggiA3 X G7
2 Persilangan II
B4 X G9 Memperoleh 2 sifat:1.Produksi tinggi,2.Bobot biji tinggi
A4 X G9
3 Seleksi I
A5 Memperoleh 3 sifat:1.Produksi tinggi,2.Tahan kekeringan,3.Bobot biji tinggi.
B5A3B3
4Seleksi II
C1Memperoleh 2 sifat:1.Tahan kekeringan2.Bobot biji tinggi
C2D1D2
Penanaman tahap kedua dilakukan sebanyak 4 (empat) persilangan dari
beberapa hasil persilangan yang ditanam pada areal seluas 0.5 Ha dan
melakukan seleksi terhadap beberapa hasil persilangan yang diduga sudah
memiliki sifat unggul tertentu yaitu dengan menanam tanaman F1.
Sedangkan kegiatan penyulaman dan pemeliharaan lainnya (penjarangan,
pemupukan, penyiangan, pembumbunan) dilakukan sebagaimana mestinya.
15
Adapun Layout penelitian tahap kedua tahun I sebagai berikut :
A3
A5
B5
B3
D2
D1
C2
C1
A4 X G9
C2 X G7
A3 X G7
B4 X G9
>80 m
>80 m
>80 m
>80 m
>80 m
>80 m
>80 m
80 m
>80 m
80 m
>80 m
>80 m
20 m
20 m
20 m
>80 m
>80 m
Gambar : Layout penelitian tahap 2
Keterangan : Jarak antar petak tanaman sejauh lebih dari 80 m guna menghindarkan
terjadinya persilangan alami.
16
4. Hasil Penelitian.A. Hasil penelitian tahap pertama yaitu Telah melakukan persilangan antara
genotipe yang ada atau tetua-tetua dari hasil penelitian Budi (2004) yang
menghasilkan 15 persilangan (F1) (Tabel 3) dan sekaligus melakukan
evaluasi ulang tetua. Hasil evaluasi dihasilkan beberapa hasil
persilangan memiliki kemiripan sifat, sehingga dipilih sifat yang sesuai
harapan dan dilanjutkan untuk perakitan.
B. Telah dilakukan persilangan 4 hibrid dengan genotipe lain yang
diharapkan dapat melengkapi sifat unggul yang di harapkan (Tabel 4)
yaitu :
Tabel 4. Persilangan 4 hibrid dengan genotipe lain
No PersilanganHasil
Keturunan
KeteranganSasaran untuk
memperoleh sifat
1
C2 X G7(ptb) X g
(F1)C2G7(ptbg)
1.Produksi tinggi,2.Tahan kekeringan,3.Genjah
4. Bobot biji tinggiA3 X G7(ptb) X g(F1)
(F1)A3G7(ptbg)
2
B4 X G9(p) X tb
(F1)
(F1)B4G9(ptb)
1. Produksi tinggi,2. Tahan kering
3. Bobot biji tinggi
A4 X G9(p) Xtb(F1)
(F1)A4G9(ptb)
Keterangan : p : produksi tinggi, t : tahan kering,b : bobot biji tinggi, g : genjah
17
Hasil persilangan trihibrid ini akan digunakan sebagai bahan tanam periode
selanjutnya, dan hasil yang diperoleh biji hasil persilangan.
Disamping itu menghasilkan 8 hasil persilangan (F1) yang telah ditanam dan
menghasilkan keturunan (F2) atau generasi 2. Untuk menghasilkan
keturunan yang baik maka dilakukan seleksi untuk memperoleh keunggulan
sesuai yang harapkan dan selanjunya hasil ini direncanakan sebagai bahan
tanam pada tahap selanjutnya (Tabel 5).
Tabel 5. Hasil pemilihan 8 hibrid untuk bahan tanam tahap selanjutnya
No Penanaman (F1)Keturunan
(F2)
KeteranganSasaran untuk
memperoleh sifat
1
A5 (1) A5(2)(ptb) 1. Produksi tinggi,2. Tahan kekeringan,3. Bobot biji tinggi.
B5(1) B5(2) (ptb)A3(1) A3(2) (ptb)B3(1) B3(2) (ptb)
2C1(1) C1(2)(pt)
1. Produksi tinggi2. Tahan kekeringan
C2 (1) C2 (2) (pt)D1(1) D1(2) (pt)D2(1) D2(2) (pt)
Sedangkan beberapa data agronomis tetua dan keturunannya serta
penampilan beberapa tanaman (F1) sebagaimana berikut :
Tabel 6.a. Data hasil pengamatan agronomis F1 (A3)
a. A3Tetua 1 Tetua 2
G3 G9
JC 5.82 VS 0.83
JK 4.03 4.07
JP 139.62 50.55
BJ 2.13 3.33
F1JC 6.01
JK 4.5
JP 142.88
Bj 3.31
18
Tabel 6.b. Data hasil pengamatan agronomis F1 (A5)
Tabel 6.c. Data hasil pengamatan agronomis F1 (C1)
d. C2Tetua 1 Tetua 2
G8 G9JC 5.42 VS 0.83JK 7.47 4.07JP 54.67 50.55BJ 2.35 3.33
FIJC 6.31JK 6JP 61.05Bj 3.44
Tabel 6.d. Data hasil pengamatan agronomis F1 (C2)
b. A5Tetua 1 Tetua 2
G3 G13JC 5.82 VS 3.2JK 4.03 4.5JP 139.62 69.1BJ 2.13 3.03
F1JC 6JK 4.6JP 124.98Bj 3.26
c. C1Tetua 1 Tetua 2
G1 G9JC 4.78 0.83JK 5.13 VS 4.07JP 85.48 50.55BJ 2.68 3.33
F1JC 4.72JK 5..3JP 108.02Bj 3.86
19
e. D1Tetua 1 Tetua 2
G1 G13JC 4.78 3.2JK 5.13 VS 4.5JP 85.48 69.1BJ 2.68 3.03
F1JC 5.12JK 6JP 126.31Bj 3.37
Tabel 6.e. Data hasil pengamatan agronomis F1 (D1)
f. D2Tetua 1 Tetua 2
G8 G13JC 5.42 VS 3.2JK 7.47 4.5JP 54.67 69.1BJ 2.35 3.03
F1JC 5.83JK 7.52JP 139.15Bj 3.31
Tabel 6.f. Data hasil pengamatan agronomis F1 (D2)
g. B3G5 G9
JC 4,4 0,83JK 7,67 VS 4,07JP 94,85 50,55BJ 2,7 3,33
F1JC 4.52JK 7.34JP 106.4BJ 3.03
Tabel 6.g. Data hasil pengamatan agronomis F1 (B3)
20
h.B5G5 G13
JC 4,4 VS 3,2
JK 7,67 4,5
JP 94,85 69,1
BJ 2,7 3,03
F1JC 4,48
JK 6,93
JP 93,69
BJ 3.32
Tabel 6.h. Data hasil pengamatan agronomis F1 (B5)
Keterangan :
JC : Jumlah CabangJK : Jumlah Kotak PolongJK : Jumlah PolongBJ : Bobot 1000 Biji
Penampilan beberapa vigor tanaman sebagaimana pada Gambar 1-9
berikut :
Gambar 2. Tetua G1 Gambar 3. Tetua G12
21
Gambar 5. Vigor C1 (G1G9)(F1)
Gambar 4. Polong hasilpersilangan
Gambar 6. Vigor C2 (G8G9) (F1) Gambar 7 . Vigor B4(G5G12)(F1)
22
Penampilan beberapa warna biji sebagaimana gambar 10
Gambar 8.Vigor D2 (G8G13) (F1) Gambar 9.Vigor D1 (G1G13)(F1)
a b
23
Gambar 10abcd. Beberapa macam warna biji wijen (hitam,putih,putih gelap dan
coklat)
5. Kesimpulan
1. Perakitan varietas pada tahap awal adalah melakukan persilangan
dengan memperhatikan sifat-sifat tetua, dimana terdapat 8 tetua yang
digunakan untuk perakitan, dan telah dilakukan sebanyak 15
persilangan.
2. Hasil persilangan dan hasil evaluasi tetua terdapat beberapa tetua yang
memiliki kemiripan sifat sehingga dipilih 12 hibrid (hasil persilangan).
3. Terdapat 4 hibrid dilakukan perakitan kembali dengan tetua lain guna
meningkatkan keunggulan sifatnya, yaitu C2, A3, B4 dan A4 dengan
satu tetua lain agar diperoleh trihibrid.
4. Terdapat 8 hibrid yang dilanjutkan untuk seleksi yaitu A3, A5, B3, B5,
C1, C2, D1 dan D2
c d
24
Daftar Acuan.
Abajoglou, K. 1981. “Sesame breeding At The Cotton Research Intitute inGreece.” Dalam Sesame Status And Improvement. Proc. Of ExcpertConsultation. 8-12 Desember 1980. FAO. Rome. Italy. P. 132-133.
Budi, L.S. 1993. Seleksi sifat unggul beberapa Varietas Lokal sebagai tetuadalam Program Perbaikan Varietas Tanaman Wijen (Sesamumindicum L.). Fakultas Pertanian. Universitas Merdeka Madiun
…………..2003. Identifikasi Sifat Agronomis Plasma Nutfah Tanaman Wijen.(Sesamum indicum L.). Thesis Program Pascasarjana Unej.Jember.
…………..2004. Karakterisasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif PlasmaNutfah Wijen ( Sesamum indicum L.). Agritek, Vol 22, Edisi 2. Hal25-30.
Beech, D.F. 1981. Sesame: “Sesame Agronomic Approach To YealdImprovement”. Dalam Sesame Status And Improvement. Proc. OfExcpert Consultation. 8-12 Desember 1980. FAO. Rome. Italy. P.121-126.
Godin,V.J. and P.C. Spensley. 1971. TPI Crop and Product Digest. The TropicalProducts Institute. Foereign and Commenwealth Office (132-137).London WC IX SLU, England.
Heyne, K. 1987. Tanaman Berguna Indonesia III. Terjemahan BadanLitbang Kehutanan. Jakarta: Yayasan Saranawanajaya. P. 1747-1751.
Minantyorini dan Zuraida, N. 1996. Karakterisasi Sifat-Sifat Morfologi danAgronomis Plasma Nutfah Ubi Jalar. Prosiding , Makalah SeminarHasil Penelitian Plasma Nutfah Pertanian , Bogor, 13 Maret 1996.
Ochse, JJ. MJ. Soule. MJ. Dijkmn. C. Wehlburg. 1961. “Tropical andSubtropical Agriculture”. Volume II. The Mac Millan Company. NewYork. P. 1089-1093.
Poespodarsono, S. 1986. Pemuliaan Tanaman I. Malang : DepartemenPendidikan dan Kebudayaan . Fakultas Pertanian, UniversitasBrawijaya Malang
Rismunandar, 1976. Bertanam Wijen. Penerbit Terate. Bandung
Rukmana, R.1998. Budidaya Wijen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
25
Sudjana, A. 1988. Pelestarian dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Jagung.Disampaikan pada Kursus Pemanfaatan dan Pelestarian PlasmaNutfah Jagung 19 p
Suprijono. 1996. Pemuliaan Tanaman Wijen. Balai Penelitian Tembakau danSerat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Malang.Monograf BALITTAS NO 2.
Tjitrosoepomo, G. 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. Gadjah MadaUniversity Press
Vanrheenen, H.A. 1981.” Genetik Resources of Sesame in Africa: Collection andExploration.” Dalam Dalam Sesame Status And Improvement. Proc.Of Excpert Consultation. 8-12 Desember 1980. FAO. Rome. Italy. P.170-173.
Weiss, A.A. 1971. Castor, Sesame, and Safflower. Leonard Hill, London:p.311-519.
Daftar lampiranLampiran 1. Personil Pelaksana Penelitian (Peneliti dan teknis)a. Tenaga Peneliti
No a. Nama Lengkapb. Bidang Keahlianc. Tugas Penelitian
a.Gelarkesarjanaan
b. Pendidikanakhir
Alokasiwaktu(jam/minggu)
Unit Kerja
1 a. Luluk Sulkistiyo Budib. Agronomi spesifikasi
PemuliaanTanaman
c. Koodinator,Persilangan danseleksi
a. MP, Irb. S2
15 FakultasPertanianUnmer
2 a. Sukarb. Sistem Pertanianc. Penanaman dan
analisis data
a. Dr, Irb. S3
10 FakultasPertanianUnmer
3 a. Wuryantorob. Agronomi/pemuliaanc. Seleksi dan
pemurnian
a. MP. Ir.b. S2
10 FakultasPertanianUnmer
26
b. Tenaga Teknisi
No a. Nama Lengkapb. Bidang Keahlianc. Tugas Penelitian
a. Gelarkesarjanaan
b. Pendidikanakhir
Alokasiwaktu(jam/minggu)
Unit Kerja
1 a. Diyah Nurhayatib. Agronomic. persilangan
a. SPb. S1
15 Lab.FakultasPertanianUnmer
2 a. Hari Martonob .Agronomic. Seleksi
a. SPb. S1
15 KebunPercobaanFakultasPertanian
3 a. Arif Dwiyantob .Agronomic. Seleksi
c. SPd. S1
15 KebunPercobaanFakultasPertanian
27
Lampiran 2. Matrik kegiatan yang telah dilakukan sampai bulan Oktober 2007
No Uraian KegiatanBulan Keteran
ganJanuari Pebruari
Maret April Mei Juni JuliAgust
usSeptember
Oktober
1 Persiapan dan Pembukaan lahan √2 Pengolahan tanah √3 Penanaman √ √4 Penyulaman √ √5 Pembuatan Sumur untuk pengairan √6 Pemeliharaan tanaman (menyiang, bumbun
dan pengendalian hama) √ √ √
7 Persilangan tanaman √ √8 Pengambilan data lapangan √ √ √9 Pemanenan tahap I √10 Pemanenan Lanjutan √11 Penanganan pasca panen √ √12 Pengolahan tanah untuk tanam tahap 2 √ √13 Penanaman tahap 2 √ √14 Pemeliharaan √ √15 Persilangan √16 Pengambilan data lapangan √ √ √17 Panen dan pasca panen √ √18 Pengolahan data √ √ √ √ √ √