Post on 03-Mar-2019
PERANAN ORANG TUA DALAM SOSIALISASI
NILAI-NILAI KEAGAMAAN TERHADAP
ANAK DI DALAM KELUARGA
(Studi Kasus di Kp. Pekopen, RW.01, Desa Lambang Jaya, Kecamatan
Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Muhamad Rais Fauzi NIM 1112015000040
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul Peranan Orangtua Dalam Sosialisasi Nilai-Nilai
Keagamaan Terhadap Anak Di Dalam Keluarga (Studi Kasus di Kp. Pekopen,
RW.01, Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi)
disusun ol,eh Muhamad Rais Fauzi, NIM. 1112015000040, Jurusan Pendidikan lmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayathullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta,31卜lei 2017
Yang Mengesahkan,
Pembimbing II
Prol Dr.[I.Rusmin Tumanggorl M.A.
NIP.19470114196501 1001 NIP.19670909200701 1033
LEMBAR PENGESAHAN
Slc‐ipsi bettudul PERANAN ORANG TUA DALAⅣ I SOSIALISASI NILAI―NILAI KEAGAR/1AAN TERHADAP ANAK DI DALAⅣ I KELUARGA(Studi Kasus di Kp.Pekopcn,RW.001,Dcsa Lambang Jaya,Kccal■ ■atan Talnbun
Selatall,Kabupaten Bckad)diSusun oleh MUHAMAD RAIS FAUZI NomorlnduK Mahasiswa ll12015000040,dittukan kCpada Fakultas IImu Tarbiyah dall
Kcguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Luian
Ⅳfunaqasah pada 17 Juli 2017 di hadapan dewan penguji.01Ch Iく arcna itu,pcnulis
berllak mempcrolch gelar sttana sl(S,Pd.)dalam bidallg Pcndidikan 1lmuPcngctahuan Sosia1/Sosiologi Antropologi.
Jakalta,17 Juli 2017
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia(Ket■ la Jumsalb/Prodi)
Drolwan Purwanton MoPdNIP.1973042420080110121
Seb‐etaris(Sekretaris Jul‐tlsal1/Prodi)
Drs.Svaripu1loh.Ⅳ IoSi
NIP.19670909200701 10331
Pentti I
Dr.Iwan Purwanto.M.PdNIP.197304242008011012
Pcng町 l II
Drao Zaharahn■ 71。EdNIPi 19720115 201411 2 002
Tanggal
11 槃ヽ_.イ′1・7
tZ ScP 2o\
12`σ′2ο`
J'anda Tangan
elgetahui,
ギ
カ
CIノ
n Keguruan
囃 酔 好 .
SURAT PERNYATAAN KARYA S-ENDIRI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Dosen Pernbirrbing I
NIP
Dosen Pcrr-rbimbing 1l
NIP
J urusan/Program Stucli
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Peranan Orang Tua Dalam Sosialisasi Nilai-Nilai
Keagamaan Terhadap Anak di Dalam Keluarga (Studi Kasus di Kp.
Pekopen, RW.01 Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan,
Kabupaten Bekasi) adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
: MLrharnad Rais Faurzi
:1112015000040
: Per-rdidikan Ihnu Pengetahuan Sosial (Sosiologi)
: I(p. Jiitrbaru, RT.0l/RW.01. Desa Setiaclarrna, Kecarnatan
1-ambur-r Selatan. I(abupaten Bel<asi.
Prof-. Dr. H. Rursmin Tumanggor, M.A.
194101 14 196501 1 001
Drs. Syuripulloh. M.Si.
19610909 200701 I 033
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Sosiologi
Demikian surat pernyataan irri saya br-rat dengan sesungguhnya dan siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bah.,va skripsi ini bukan hasil karya
sencliri.
Jakarta, 1
Muhamad Rais Fauzi
NINI。 1112015000040
iv
ABSTRAK
Muhamad Rais Fauzi, NIM 111201500040, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Judul Skripsi
“Peranan Orang Tua dalam Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan Terhadap Anak di
Dalam Keluarga” (Studi Kasus di Kp. Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya,
Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi). Dibimbing oleh Prof. Dr. H.
Rusmin Tumanggor, M.A. selaku pembimbing I dan Syaripulloh, M.Si. selaku
pembimbing II.
Untuk menghadapi kemajuan pola pikir manusia, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, pendidikan agama sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan anak
baik di masa sekarang ataupun di masa mendatang. Maka, orang tua mendapat
peran andil yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak sesuai norma
agama. Dimulai dengan seberapa pentingnya nilai keagamaan bagi anak,
bagaimana strategi orang tua dalam mensosialisasikan nilai keagamaan tersebut
kepada anak ketika dirumah, dan bagaimana hasil yang dicapai oleh anak dengan
memiliki nilai keagamaan tersebut. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
melakukan studi pustaka, observasi, dan wawancara kepada sepuluh informan
yang terdiri dari para orang tua yang memiliki anak usia 6 hingga 12 tahun. Untuk
mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggambarkan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran orang tua dalam sosialisasi
nilai-nilai keagamaan terhadap anak sangat diperlukan sebagai pembentukan
karakter atau kepribadian yang positif. Kelak, agar anak mampu menjadi pribadi
yang normatif dan religius, mempunyai pedoman dalam bertindak, sehingga
mampu bertindak sesuai norma agama dan tidak bertentangan, serta dapat menjadi
manusia yang berguna bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Kata Kunci : Peran Orang Tua, Sosialisasi, Nilai Keagamaan, Anak.
v
ABSTRACT
Muhamad Rais Fauzi, NIM 111201500040, Tarbiyah and Teaching Faculty,
Department of Social Education, Title Thesis "Role of Parents in Socialization
Religious Values Against Children in the Family" (a Case Study in Pekopen
RW.01, Lambang Jaya Village, Tambun South Sub-District, District Bekasi).
Supervised by Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, M.A. as mentor, and Syaripulloh,
M.Si. as tutor.
To deal with the progress of the human mind, science, and technology,
religious education is indispensable to support a child's life either in the present or
in the future. So, parents got a role very important contribution in shaping the
character of children according to religious norms. Starting with how the
importance of religious values to children, what is the strategy of parents in
disseminating religious values to children when at home, and how the results
achieved by children with religious values. The data collection is done by doing a
literature study, observation, and interviews to ten informants consisting of
parents who have children aged 6 to 12 years old. To achieve these objectives, this
study describes the qualitative approach.
The results of this study indicate that the parental role in the dissemination
of religious values against child indispensable as the establishment of a positive
character or personality. Later, so that children are able to be individual normative
and religious, have guidelines in the act, so as to act according to the norms of
religion and not contradictory, and can be a useful human for themselves and their
environment.
Keywords: Role of Parents, Socialization, Religious Values, Son.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., yang
telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis diberi
kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan
Orang Tua dalam Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan Terhadap Anak di Dalam
Keluarga” (Studi Kasus di Kp. Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya, Kecamatan
Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi). Shalawat serta salam selalu penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya terdapat banyak halangan yang
penulis hadapi. Namun, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kemudahan selama penulisan skripsi ini.
3. Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, M.A., selaku dosen pembimbing I
yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran. Ilmu
pengetahuan dan wawasan yang beliau berikan sangat bermanfaat bagi
penulis.
4. Drs. Syaripulloh, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
5. Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, M.A., selaku Dosen Penasihat
Akademik yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.
6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan wawasannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.
vii
7. Orang tua tercinta (Bapak H. Syaiful Azhar dan Ibu Hj. Siti Sumairoh)
yang senantiasa mendo’akan serta memberikan motivasi selama
penulisan skripsi.
8. Keluarga tercinta (Anton Firdaus, S.H, Siti Nurfajriah, S.Pd. dan
Wahyu Aulia Rahman) yang selalu mendukung dan mendo’akan
penulis.
9. Sahabat terbaik Siti Rohmah, teman hidup yang senantiasa
mendoakan, memberikan motivasi serta bantuan waktu dan tenaga
dalam proses penulisan skripsi ini;
10. Sahabat-sahabat tersolid : Ahmad Ghifari, Rendi Ahmed Setiawan,
dan Muhamad Zainal Abidin, terima kasih atas do’a, motivasi dan
waktu luangnya dalam berbagi suka dan duka;
11. Teman bimbingan : Rika, Aida, Tiwi, dan Qq, yang selalu mensupport
dan membantu dalam penulisan skripsi.
12. Seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, angkatan 2012, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
13. Dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima
kasih atas doa dan dukungannya.
Semoga semua bantuan doa, motivasi, serta bimbingan yang telah diberikan
mendapatkan balasan dari Allah SWT., selain itu, penulis berharap semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak agar dapat membantu
meningkatkan mutu pembelajaran dan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta, 1 Mei 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ..i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................. ..ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... ..iv
ABSTRACT .................................................................................................... ..v
KATA PENGANTAR .................................................................................... ..vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ..viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ..xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ..xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ..xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... .. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ .. 1
B. Permasalahan dan Pertanyaan ....................................................... .. 8
1. Identifikasi Masalah ............................................................. .. 8
2. Batasan Masalah .................................................................. .. 8
3. Rumusan Masalah ................................................................ .. 9
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................... .. 9
D. Hipotesis ........................................................................................ ..9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... ..10
1. Tujuan Penelitian ................................................................. ..10
2. Kegunaan Penelitian ............................................................ ..10
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL .......... ..11
A. Kajian Teoritis ............................................................................... ..11
1. Peranan Orang Tua .............................................................. ..11
a. Pengertian Peranan ..................................................... ..11
b. Pengertian Orang Tua ................................................. ..12
c. Peranan Orang Tua ..................................................... ..13
d. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua ..................... ..14
ix
e. Akibat Pendidikan Orang Tua yang Baik .................. ..17
f. Akibat Pendidikan Orang Tua yang Salah ................. ..18
2. Sosialisasi ............................................................................ ..19
a. Pengertian Sosialisasi ................................................. ..19
b. Syarat-Syarat Sosialisasi yang Baik ........................... ..21
c. Tujuan–Tujuan Sosialisasi ......................................... ..22
d. Lembaga-Lembaga Sosialisasi ................................... ..23
1) Keluarga ............................................................ ..23
2) Sekolah .............................................................. ..24
3) Kelompok Sebaya ............................................. ..24
4) Mass-Media ...................................................... ..25
e. Cara-Cara Sosialisasi ......................................................... .. 26
f. Hambatan dalam Sosialisasi .............................................. .. 27
3. Nilai Keagamaan ................................................................. ..28
a. Pengertian Nilai Keagamaan ...................................... ..28
b. Jenis-Jenis Nilai Keagamaan ...................................... ..30
c. Fungsi Nilai Keagamaan ............................................ ..33
4. Anak ..................................................................................... ..35
a. Pengertian Perkembangan .......................................... ..35
b. Perkembangan Anak .................................................. ..36
1) Fisik-Motorik .................................................... ..36
2) Jiwa ................................................................... ..36
3) Sosial ................................................................. ..37
4) Keagamaan ........................................................ ..38
c. Perkembangan yang Menyimpang ............................. ..39
5. Keluarga ............................................................................... ..39
a. Pengertian Keluarga ................................................... ..39
b. Pengertian Fungsi Keluarga ....................................... ..42
c. Macam-Macam Fungsi Keluarga ............................... ..42
1) Fungsi Biologis ................................................. ..42
2) Fungsi Pemeliharaan ......................................... ..43
x
3) Fungsi Ekonomi ................................................ ..43
4) Fungsi Keagamaan ............................................ ..44
5) Fungsi Sosial ..................................................... ..44
6. Penelitian yang Relevan ...................................................... ..45
B. Kerangka Konseptual .................................................................... ..47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... ..50
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ ..50
B. Variabel Penelitian ......................................................................... ..50
C. Metode Penelitian .......................................................................... ..51
D. Populasi dan Sample ..................................................................... ..51
E. Data yang Dikumpul ..................................................................... ..52
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ ..52
1. Library Research ................................................................. ..52
2. Field Research ..................................................................... ..52
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... ..56
H. Sumber Data .................................................................................. ..56
1. Data Primer .......................................................................... ..56
2. Data Sekunder ...................................................................... ..56
I. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... ..57
1. Triangulasi Sumber .............................................................. ..57
2. Triangulasi Teknik ............................................................... ..57
3. Triangulasi Waktu ............................................................... ..58
J. Pendekatan Data dan Keilmuan .................................................... ..58
1. Pendekatan Data .................................................................. ..58
2. Pendekatan Keilmuan .......................................................... ..58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. ..59
A. Gambaran Umum Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan,
Kabupaten Bekasi .......................................................................... ..59
B. Hasil Penelitian ............................................................................. ..72
xi
1. Hasil Wawancara ................................................................. ..72
2. Hasil Observasi .................................................................... ..94
C. Pembahasan .......................................................................................... ..95
D. Keterbatasan Peneliti ............................................................................ ..99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... ..100
A. Kesimpulan.................................................................................... ..100
B. Saran .............................................................................................. ..101
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ..103
LAMPIRAN .................................................................................................... ..106
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konseptual .......................................................................... 49
Gambar 2. Struktur Organisasi Desa Lambang Jaya ............................................ 70
Gambar 3. Kritik Kerangka Konseptual................................................................ 96
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Instrumen Wawancara............................................................................. 54
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Lambang Jaya ................................................... 61
Tabel 3. Usia Penduduk Desa Lambang Jaya ....................................................... 61
Tabel 4. Aliran Kepercayaan Penduduk Desa Lambang Jaya .............................. 61
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Lambang Jaya ............................... 62
Tabel 6. Mata Pencaharian Penduduk Desa Lambang Jaya .................................. 63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Uji Referensi ..................................................................... 106
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian .................................................. 107
Lampiran 3. Surat Izin Lembaga ......................................................................... 108
Lampiran 4. Surat Bimbingan Skripsi ................................................................. 109
Lampiran 5. Hasil Ujian Komprehensif .............................................................. 110
Lampiran 6. Surat Pernyataan Jurusan ................................................................ 111
Lampiran 7. Pedoman Wawancara ..................................................................... 112
Lampiran 8. Dokumentasi ................................................................................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam
pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan,
dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang banyak ditentukan
oleh pendidikan yang sekarang ini. Bahkan kemajuan suatu
masyarakat atau bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. Oleh
karena itu, pendidikan memegang peranan sentral dalam
pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya, sebab
manusia selain subjek pembangunan manusia juga sebagai objek
pembangunan, serta manusia sendiri yang akan menikmatinya.
Peran orang tua dalam pendidikan mempunyai peranan besar
terhadap masa depan anak. Sehingga demi mendapatkan pendidikan
yang terbaik. Maka sebagai orang tua harus berusaha untuk dapat
menyekolahkan anak sampai ke jenjang pendidikan yang paling tinggi
adalah salah satu cara agar anak mampu mandiri secara finansial
nantinya. Sebagai orang tua juga harus sedini mungkin merencanakan
masa depan anak-anak agar mereka tidak merana. Masa anak-anak
merupakan masa transisi dan kelanjutan dalam menuju tingkat
kematangan sebagai persiapan untuk mencapai keremajaan.
Orang tua juga merupakan sarana pendidikan pertama bagi anak,
karena dalam keluarga inilah ia pertama kali mendapatkan pendidikan
dan bimbingan. Orang tua juga adalah lembaga pendidikan utama,
karena sebagian besar dari kehidupannya berada dalam keluarga dan
materi pendidikan yang paling banyak diterima adalah di dalam
keluarga.
Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang
dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerja
sama ekonomi. Fungsi keluarga adalah berkembang biak,
2
mensosialisasi atau mendidik anak, menolong, melindungi atau
merawat orang-orang tua (jompo).1
Keluarga merupakan payung kehidupan bagi seorang anak.
Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi seorang anak. Dalam
setiap masyarakat, ayah dan ibu merupakan pranata sosial yang sangat
penting artinya bagi kehidupan sosial. Seseorang menghabiskan paling
banyak waktunya dalam ayah dan ibu dibandingkan dengan di tempat-
tempat lain, juga ayah dan ibu adalah wadah di mana sejak dini
seorang anak dikondisikan dan dipersiapkan untuk kelak dapat
melakukan peranan-peranannya dalam dunia orang dewasa.
Sikap keagamaan adalah suatu keadaan dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya
terhadap agama. Sikap agamis tersebut terwujud oleh adanya
konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif,
perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif, dan perilaku
kegamaan sebagai unsur konatif. Jadi sikap agamis merupakan
integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama,
serta tindak keagaamaan dalam diri seseorang.
Pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan
contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang
dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang
tua terhadap anak-anak mereka, dan perlakuan orang tua terhadap
oranglain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat,
tentunya akan menjadi teladan bagi anak-anak.
Maka dari itu, orang tua (ayah dan ibu) mempunyai peranan
sebagai teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-
keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya
memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap pemikiran dan
perilaku anak karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-
1 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT
Eresco, 1993), cet.6, h. 115
3
lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan
ayah dan ibu. Ayah dan ibu berperan sebagai faktor pelaksana dalam
mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya
sebuah masyarakat.
Di Desa Lambang Jaya masih terdapat masalah-masalah yang
melenceng dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, salah
satunya adalah kenakalan anak. Seperti, masih terdapat anak yang
sering berkelahi bersama teman-temannya, tawuran, membangkang
kepada orang tua, bahkan di desa Lambang Jaya terdapat beberapa
anak SD yang sudah merokok. Maka dari itu setiap anak masih perlu
mendapatkan bimbingan dari kedua orang tuanya agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan yang bertentangan dengan nilai dan
norma.
Bertolak dari pentingnya peranan orang tua dalam
mensosialisasikan nilai-nilai sebelum seseorang terjun dalam
lingkungan pergaulan masyarakat maka dari itu penulis merasa perlu
melakukan tindakan dalam upaya mengatahui peranan orang tua
dalam keluarga dan nilai-nilai keagamaan apa saja yang di ajarkan
kepada anaknya, maka dari itu penulis malakukan penelitian yang
berjudul “Peranan Orang Tua dalam Sosialisasi Nilai-nilai
Keagamaan Terhadap Anak di dalam Keluarga (Studi Kasus di Kp.
Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan,
Kabupaten Bekasi.)
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat
bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat
oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu
gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama
memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing
anggotanya.2
2 Abu Ahmadi, dkk., Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 96
4
Agama adalah aturan dan wahyu Tuhan yang sengaja diturunkan
agar manusia hidup terarah dan teratur, hidup damai berdampingan
bermasyarakat dan bahagia dunia maupun di akhirat. Eksistensi agama
merupakan kebutuhan utama bagi umat manusia. maka dari itu, peran
agama sangat penting sebagai pondasi nilai-nilai keagamaan yang
luhur yang ditanamkan kepada manusia sejak dini.
Setiap agama mengajarkan nilai moral universal seperti
kewajiban hormat kepada kedua orang tua, bertindak jujur, sportif,
dan berlaku adil kepada siapapun. Namun tidak dapat disembunyikan
fakta bahwa setiap agama juga memiliki ajaran nilai moral non-
universal yang unik dan suci bagi para pemeluknya, seperti ritual
berpuasa, berdo’a, dan berkorban. Penulis berpendapat nilai moral
yang layak ditanamkan pada anak usia dini adalah nilai moral
universal yang wajib diikuti oleh setiap manusia di muka bumi ini.
Karena tanpa mentaatinya, kehidupan ini akan kacau balau, rusak dan
kembali seperti hewan liar; siapa yang kuat dia yang menang.3
Menurut Emile Durkheim agama dapat menghantarkan para
individu anggota masyarakat menjadi makhluk sosial. Agama
melestarikan masyarakat, memeliharanya di hadapan manusia, dalam
arti memberi nilai bagi manusia, menanamkan sifat dasar manusia
untuknya. Di dalam ritus pemujaan, masyarakat mengukuhnya
kembali dirinya ke dalam pembatan simbolik yang menampakkan
sifatnya, yang dengan itu memperkuat masyarakat itu sendiri.4
Pondasi pengembangan nilai-nilai agama sejak dini sangat
penting pengambilan peran bagi orang tua agar dapat menumbuhkan
jiwa luhur keagamaan kepada anak-anak agar mereka menjadi orang-
orang yang sopan santun, berbudi luhur, bisa mengetahui mana yang
3 Amir Syamsudin, Jurnal Pengembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia
Dini, Volume I, Edisi 2, h. 106
4J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2010), h. 254
5
baik dan yang mana yang buruk serta nilai-nilai yang luhur lainnya
dalam menjalankan kehidupan bermasyarakatnya kelak.
Apabila nilai-nilai keagamaan tersebut tertanam kuat pada diri
anak dan keluarga, maka mereka akan tumbuh dan berkembang
dengan memiliki kemampuan untuk mencegah dan menyangkal serta
membentengi diri mereka dari pengaruh buruk yang menghampiri
mereka. Sebaliknya jika nilai-nilai keagamaan itu tidak ditanamkan
sejak dini oleh orang tua kepada anak dan keluarga, maka yang akan
muncul adalah perilaku-perilaku kurang baik dan cenderung
menyimpang dari aturan.
Secara lebih luas berkaitan nilai-nilai agama yang tidak terserap
dan berdampak luas atas tercerminannya konflik dimana-mana
dibelahan dunia.
Selanjutnya dalam menerapkan nilai-nilai keagamaan tersebut,
peran orang tua sangat sentral di dalam keluarga untuk
menyemayamkan dan menumbuhkan nilai keagamaan tersebut kepada
anak. Sehingga dapat di aplikasikan oleh anak dalam kehidupan
sehari-harinya yang tercermin di dalam pergaulannya di dalam rumah
maupun di luar rumah.
Menurut Huntingon, “sumber utama konflik dalam era global
tidak lagi ideologi atau ekonomi tetapi budaya”. Berkaitan pendapat
tersebut, cerminan budaya yang agamis dengan nilai-nilai kultur yang
luhur sangat penting sekali di turunkan dan disalurkan ke generasi
yang akan datang untuk meredam konflik-konflik yang ada dalam
gambaran nilai-nilai keagamaan yang di ajarkan orang tua di dalam
sebuah keluarga. Peranan orang tua sangat penting untuk membuat
generasi-generasi penerus masa depan mempunyai etika yang luhur
yang diterapkan dari nilai-nilai ketuhanan.
6
Anak adalah anugerah sekaligus amanat yang diberikan oleh
Allah SWT kepada setiap orang tua dibumi ini. Suatu hal yang tidak
dipungkiri bahwa kehadiran anak di dalam keluarga merupakan
bagian penting dari kebahagiaan hidup berumah tangga.
Sedangkan di dalam tata aturan hierarki perundang-undangan, di
dalam UU No. 35 tahun 2014 pada pasal 9 ayat 1 yang berbunyi
“setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
ragka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasaanya sesuai
dengan minat dan bakat”.5
Jadi peran orang tua juga sangat penting dalam memilih serta
mengawasi pendidikan anak tidak hanya di dalam ruang lingkup
keluarga melainkan dalam ruang lingkup pendidikan formal bagi
anak-anaknya di lembaga pendidikan yang telah tersedia.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 7 ayat (1)
dan (2) menyatakan bahwa : ”Orang tua berperan serta dalam memilih
satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan
pendidikan anaknya dan berkewajiban memberikan pendidikan dasar
kepada anak usia wajib belajar” 6
Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 16
tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah.
Pasal 1 No 1 “Pendidikan agama adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya,
yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada
semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan”7
5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. h. 3. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2016 di www.hukumonline.com 6 Undang-Undang RI NO. 20, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Kloang Putra Timur,
2003) 7 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 16 tahun 2010 tentang Pengelolaan
Pendidikan Agama Pada Sekolah, Pasal 1 No 1
7
Di era globalisasi sekarang ini sudah banyak orang tua yang
lengah terhadap anak-anaknya yang semakin hari semakin beranjak
dewasa karena banyak orang tua yang sibuk dengan karirnya. Mereka
lebih terobsesi pada peningkatan ekonomi dan karirnya hingga
melupakan tugasnya sebagai pendidik utama dalam mensosialisasikan
nilai keagamaan terhadap anak di dalam keluarga. Sedangkan nilai
keagamaan merupakan pondasi kuat bagi anak untuk bersosialisasi
dan bermasyarakat dengan sikap yang baik sesuai nilai agama dan
norma hukum yang berlaku.
Itu mengapa banyak penyimpangan-penyimpangan sosial dan
moral yang terjadi di ranah remaja seperti merokok, mencuri, tawuran,
narkoba, disebabkan pola pendidikan awal di dalam keluarga yang
tidak maksimal. Karena jika hanya mengandalkan pendidikan di
sekolah, pembentukan moral tidak dapat terjadi secara menyeluruh
bagi anak.
8
B. Permasalahan dan Pertanyaan
1. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dari alasan
pemilihihan judul tersebut, maka penulis mengidentifikasikan
masalah-masalah yang akan muncul antara lain sebagai berikut:
a. Peranan orang tua dalam mensosialisasikan nilai-nilai
keagamaan pada anak di dalam keluarga.
b. Strategi orang tua dalam mensosialisasikan nilai-nilai
keagamaan pada anak di dalam keluarga.
c. Faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi nilai-nilai
keagamaan pada anak di dalam keluarga.
2. Batasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba untuk
memberikan batasan masalah agar dalam pembahasan tidak
akan terlalu melebar luas. Pembatasan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Orang tua yang dimaksud disini adalah ayah dan ibu yang
mendidik anaknya, mereka adalah panutan dan juga
cerminan bagi anaknya yang pertama kali, sebelum anak
mengenal lingkungan sekitarnya.
b. Objek anak yang dimaksud dalam tulisan ini adalah anak
seusia Sekolah Dasar sekitar usia 6 sampai 12 tahun yang
berada di Kp. Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya,
Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
c. Sikap keagamaan anak yang dimaksud adalah kemampuan
untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kadar pengetahuan
tentang agama dalam bermasyarakat dan bersosialisasi yang
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.
9
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diambil oleh penulis ialah apakah orang tua berperan aktif dalam
mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan pada anak di dalam
keluarga? Karena orang tua merupakan wadah pendidikan utama
dalam pembentukan karakter dan sikap.
Orang tua yang menyadari akan pentingnya karakter
keagamaan pada anak, maka orang tua akan mensosialisasikan
pendidikan keagamaan tersebut dengan baik sejak sedini
mungkin pada anak. Namun dalam penelitian ini penulis
membatasi mulai sejak usia 6 sampai 12 tahun. Tetapi ada
beberapa orang tua yang sudah mulai melupakan pentinganya
pendidikan keagamaan sehingga tidak mensosialisasikannya
pada anak.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah yang diteliti tersebut yaitu Bagaimana peranan orang tua
dalam mensosialisasikan sikap keagamaan pada anak seusia Sekolah
Dasar sekitar usia 6 sampai 12 tahun di Kp. Pekopen, RW.01, Desa
Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan hipotesis yaitu
bahwa adanya peran aktif orang tua dalam mensosialisasikan nilai-
nilai keagamaan pada anak di dalam keluarga. Berdasarkan hasil
pengamatan yang penulis lakukan, ditempat penelitian penulis masih
banyak orang tua yang menjalankan perannya dengan baik dalam
mensosialisasikan pendidikan nilai keagamaan pada anak mereka,
namun ada beberapa orang tua yang kurang maksimal dalam
mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan pada anak di dalam keluarga.
10
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana peranan orang tua dalam
mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan pada anak seusia
Sekolah Dasar sekitar usia 6 sampai 12 tahun di Kp.
Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun
Selatan, Kabupaten Bekasi.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam mensosialisasikan nilai keagamaan anak
pada anak seusia Sekolah Dasar sekitar usia 6 sampai 12
tahun di Kp. Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya,
Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Agar bisa menjadi bahan evaluasi bagi orang tua dalam
mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan pada anaknya
untuk menjadi manusia yang normatif.
b. Agar hasil dari penelitian yang dilakukan dapat memberikan
kontribusi kepada orang tua, khususnya yang berkaitan
dengan mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan, juga agar
nanti dapat berperan positif untuk menanamkan sikap
keagamaan anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
11
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teoritis
1. Peranan Orang Tua
a. Pengertian Peranan
“peranan” berasal dari kata peran yang menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sesuatu yang jadi
bagian atau memegang pimpinan yang terutama dalam
terjadinya hal atau peristiwa.1
Peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu yang menempati kedudukan
sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan
imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan
oleh norma-norma di dalam masyarakat.
Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan
terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-
harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau
kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua
harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran
terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang
berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya
atau kewajiban-kewajibannya. Dalam pandangan David
Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari
struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat
dilihat sebagai pola-pola peranan yang saling
berhubungan.2
1 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux, (Semarang: CV.
Widya Karya, 2011), cet.6, h. 371 2 http://kaghoo.blogspot.co.id/2010/11/pengertian-peranan.html. diakses pada tanggal 29
Maret 2017
12
b. Pengertian Orang Tua
Orang tua ialah ayah dan atau ibu seorang anak, baik
melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya,
orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam
membesarkan anak, dan panggilan ibu atau ayah dapat
diberikan untuk perempuan atau pria yang bukan orang tua
kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan
ini.
Orang tua adalah pertama dan utama dalam
keluarga, dikataan pendidik yang pertama ditempat inilah
anak mendapatan bimbingan dan kasih sayang yang
pertama kalinya. dikatakan pendidikan utama karena
pendidikan dari tempat ini mempunyai pengaruh besar
bagi kehidupan anak kelak dikemudian harinya, karena
peranannya yang sangat penting maka orang tua harus
benar-benar menyadarinya sehingga mereka dapat
memerankannya sebagaimana mestinya.
Sebelum membahas lebih meluas lagi terlebih
dahulu penulis akan mengemukakan beberapa pendapat
tentang pengertian orang tua, diantaranya:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah
orang tua diartikan :
1) Orang yang sudah lanjut umurnya,
2) Ibu dan bapak atau kepala kaum keluarga,
3) Orang yang dianggap tua, cerdik, pandai
dalam kampung, dsb,3
4) Adapun dalam penggunaan bahasa inggris
istilah orang tua dikenal dengan sebutan
Parent yang artinya orang tua: ayah atau ibu.4
3 Suharso dan Ana Retnoningsih,. Op. cit., h. 586
4 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonsia, (Jakarta: PT. Gramedia
13
dari beberapa pengertian di atas penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa orang tua adalah ayah dan
ibu yang merawat dan mendidik anaknya, mereka
pemimpin bagi anak dan keluarganya, juga orang tua
adalah panutan dan cerminan bagi anaknya yang
pertamakali ia kenal, ia lihat dan ia tiru, sebelum anak
mengenal lingkungan sekitarnya.
c. Peranan Orang Tua
Orang tua sangat berperan penting dalam
menumbuhkan rasa dan warna bagi keseluruhan
hubungan di dalam keluarga. Banyak keluarga yang
berantakan ketika terjadi kegagalan dalam hubungan
antara suami dan istri. Kunci bagi kelanggengan
perkawinan adalah keberhasilan penyesuaian diantara
pasangan, penyesuaian ini bersifat dinamis dan
memerlukan sikap dan cara berpikir yang luwes.
Menurut David H. Olson dan Amy K.Olson,
terdapat sepuluh aspek yang membedakan antara pasangan
yang bahagia dan yang tidak bahagia, yaitu : komunikasi,
fleksibilitas, kedekatan, kecocokan kepribadian, resolusi
konflik, relasi seksual, kegiatan di waktu luang, keluarga
dan teman, pengelolaan keuangan dan keyakinan spritual.5
Orang tua mempunyai peranan sangat penting bagi
tumbuh kembangnya anak sehingga menjadi seorang
pribadi yang sehat, cerdas, terampil, mandiri, dan
berakhlak mulia. Seiring dengan fase perkembangan anak,
maka peran orang tua juga mengalami perubahan.
Pustaka Utama, 2008), Cet.30, h. 418
5 Sri Lestari, Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), h. 11.
14
Menurut Hammer & Turner. Peranan orang tua yang
sesuai dengan fase perkembangan anak adalah6:
1) Pada masa bayi berperan sebagai perawat
(Caregiver)
2) Pada masa kanak-kanak sebagai pelindung
(protector)
3) Pada usia prasekolah sebagai pengasuh
(nurturer)
4) Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong
(ecourager)
5) Pada masa praremaja dan remaja berperan
sebagai konselor (counselor)
d. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua
Manusia ketika dilahirkan di dunia dalam kadaan
lemah. Tanpa pertolongan oranglain, terutama orang
tuanya, ia tidak bisa berbuat banyak dibalik keadaannya
yang lemah itu ia memiliki potensi yang baik yang bersifat
jasmani ataupun rohani.
Tugas orang tua dalam mendidik anaknya tidak saja
mencakup pembangunan individu anak agar menjadi
pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya
membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota
masyarakat yang baik.
Ajaran Islam menegaskan bahwa anak adalah
amanah dari Allah SWT., yang kehadirannya di atas dunia
ini atas izin-Nya dan Allah telah pula membuat perjanjian
primordial dengan orang tuanya bahwa orang tuanya akan
menyelamatkan anak dengan tidak menyekutukan Allah.
6 Syamsu Yusuf L.N. dan, Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2011), h 24
15
Untuk pemenuhan kebutuhan anaknya di dunia lebih tegas
lagi perintah Allah kepada orang tua untuk jangan
meninggalkan anaknya menjadi orang lemah setelah dia
besar nanti,7
Fungsi keluarga adalah bertanggung jawab menjaga
dan menumbuh kembangkan anggota-anggotanya.
Pemenuhan kebutuhan para anggota keluarga sangat
penting, agar mereka dapat mempertahankan
kehidupannya, yang berupa pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan, papan, dan kesehatan untuk
pengembangan fisik dan sosial, dan kebutuhan akan
pendidikan formal, dan nonformal dalam rangka
pengembangan intelektual, sosial, mental, emosional, dan
spritual.
Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan
Tuhan kepada setiap orang tua. Maka dari itu, kita sebagai
orang tua wajib merawat dan mendidik anak agar kelak
menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi
bangsa negara dan agama.
Pemerintah dalam hal ini sangat berperan penting
dalam mengawasi peran dan tanggung jawab orang tua
terhadap anak. Ini sesuai pasal 26 UU No. 35 tahun 20148
yaitu:
1) Mengasuh, memelihara, mendidik dan
melindungi anak,
2) Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan
kemampuan, bakat dan minatnya,
7 L.M. Gandhi Lapian & Hetty A. Geru, Trafiking Perempuan dan Anak Penanggulangan
Komprehensif (Jakarta: PT Yayasan Obor Indonesia, 2006), h. 104 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. h 6. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2016 di www.hukumonline.com
16
3) Mencegah terjadinya perkawinan anak usia
dini, dan
4) Memberikan pendidikan karakter dan
penanaman budi pekerti pada anak.
Sedangkan dalam pendekatan keluarga menurut
Minuchin, orang tua disarankan menggunakan teori
sistem, yaitu : Pertama, struktur keluarga berupa sistem
sosial kultural yang terbuka dan transformasi. Kedua,
keluarga senantiasa berkembang melalui sejumlah tahap
yang mensyaratkan penstrukturan. Ketiga, keluarga
beradaptasi dengan perubahan situasi dan kondisis dalam
usahanya untuk mempertahankan kontinuitas dan
meningkatkan pertumbuhan psikologis tiap anggotannya.9
Sedangkan menurut Konferensi hak anak yang
dikeluarkan PBB tahun 1989, anak memiliki 4 hak dasar
yaitu10
:
1) Hak untuk kelangsungan hidup
2) Hak untuk berkembang
3) Hak partisipasi
4) Hak perlindungan
Pada saat ini kewajiban orang tua itu telah
dilakukan dan menjelma dalam hak anak seperti dijelaskan
dalam onvensi Anak yang telah diratifikasi oleh Negara
dan Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun
2002. Bila orang tua tidak sanggup memenuhi hak anak
maka hak tersebut dapat diserahkan pada Negara. Oleh
karena itu, mempunyai anak haruslah betul-betul
9 Lestari, op. cit. h. 26.
10 Zinul Muttaqin, Jurnal Psikologi Anak & Pendidikan, h 10.
17
direncanakan sesuai dengan kemampuan orang tuanya
untuk memenuhi hak anak tersebut.11
Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 pasal
7 ayat (1) dan (2) tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa : ”Orang tua berperan serta dalam
memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi
tentang perkembangan pendidikan anaknya dan
berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anak
usia wajib belajar.” 12
Jadi, orang tua juga mempunyai kewajiban untuk
memberi pendidikan diluar rumah dengan cara mencari
lembaga pendidikan yang lingkungannya mendukung dan
sesuai dengan kemampuan anak.
e. Akibat Pendidikan Orang Tua yang Baik
Jenjang pendidikan adalah kepemilikan
ijazah/sertifikat pendidikan formal yang dimiliki
seseorang sebagai indikator dalam mengikuti satuan
pendidikan yang diselenggarakan. Dengan memiliki
pribadi yang dewasa sebagai hasil dari pendidikan,
seseorang akan memiliki kemampuan yang tidak sama
dengan kemampuan orang lain. Kemampuan yang dimiliki
tersebut akan menjadi pedoman baginya untuk bertindak
dalam mengatasi masalah yang terjdai dalam kehidupan
sehari-hari. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi akan berusaha untuk memberikan pendidikan yang
terbaik bagi anak-anaknya.13
Orang tua yang mampu
11
Lapian, op. cit., h. 107 12
http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-
nasional/, diakses pada tanggal 29 Maret 2017. 13
Dasmo, dkk, Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Presatasi
Belajar IPA, jurnal Formatif 2(2). h. 136.
18
mendidik anaknya dengan baik berlandaskan agama dan
norma-norma yang berlaku, maka akan menghasilkan
anak yang berjiwa baik, yang senantiasa bersikap normatif
dan tidak melanggar aturan-aturan serta nilai-nilai yang
berlaku dalam bersosialisasi dan bermasyarakat.
f. Akibat Pendidikan Orang Tua yang Salah
Anak yang tidak mendapat perhatian oleh orang
tuanya dan diabaikan pada awal masa pertumbuhannya,
mayoritas akhlaknya buruk, pendusta, pendengki, suka
mengadu domba, suka mencuri, memaksa, mengobral
omongan dan bercanda ria. Semua dampak ini bisa
dihindarkan lewat bimbingan dan pengarahan, diberi
kesibukan di sekolaan untuk mempelajari Al-Qor’an,
hadits, kisah para pahlawan dan keadaan mereka, agar di
dalam jiwanya tertanam kecintaan kepada orang-orang
shalih, tidak hanya sekedar menghapalkan syair-syair
cinta. Sebab syair-syair cinta hanya akan menambah
benih-benih kerusakan di dalam hati anak.14
Orang tua merupakan pendidik pertama bagi anak
sejak mereka masih didalam kandungan. Terlebih saat
anak mulai memasuki perkembangan jasmani dan
psikologi, maka sikap Orang tua menjadi model utama
bagi anak dalam bertindak. Maka dari itu peran orang tua
sangat berperan penting bagi tumbuh kembangnya anak
dalam proses pertumbuhan sifat jasmani juga rohani dalam
keagamaan. Selayaknya orang tua memberikan pendidikan
yang baik dan mampu mensosialisasikan nilai-nilai
keagamaan pada anak agar mampu bersosialisasi dan
14
Ummu Ibrahim Ilham Muhamad Ibrahim, Bagaimana Menjadi Istri Shalihah & Ibu yang
Sukses, (Bekasi: PT. Darul Falah. 2013. Cet VII ), h. 126
19
bermasyarakat sesuai nilai-nilai agama. Tetapi jika orang
tua tidak mampu menjalankan perannya dengan baik
sebagai pendidik, maka anak tidak peka terhadap nilai-
nilai agama dan cenderung akan melakukan hal-hal di luar
ajaran agama dan norma-norma atau penyimpangan sosial
dalam bersosialisasi dan bermasyarakat.
2. Sosialisasi
a. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi ialah proses yang membantu individu
melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara
hidup dan bagaimana cara berfikir kelompoknya, agar
supaya dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya.15
Dalam setiap masyarakat akan dijumpai suatu proses
yang menyangkut seorang anggota masyarakat yang baru,
seperti seorang anak yang mempelajari nilai-nilai, norma-
norma tempat ia menjadi anggota. Proses ini disebut
proses sosialisasi.
Sosialisasi adalah proses melalui mana manusia
mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk
memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas untuk
berfungsi baik sebagai individu maupun sebagai anggota
kelomppok. pada usia usia sangat muda seorang anak
melalui orang lain akan mempelajari perilaku yang
diharapkan dan tipe orang lain yang diharapkannya. 16
Manusia sebagai makhluk dalam evolusinya lebih
bergantung kepada kebudayaan, dan bukan kepada naluri
atau insting. Masyarakat dan kebudayaannya menjadi
15
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bina Cipta, 1983), h. 12 16
Sahat Simamore, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1983), h. 98
20
bergantung kepada keefektifan sosialisasi, yaitu sejauh
mana sang anak mempelajari nilai-nilai, sikap-sikap dan
tingkah laku masyarakat dan keluarganya. Oleh karena itu,
masyarakat harus membentuk atau menuntut unit yang
meneruskan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. Di
dalam keluarga seorang anak memperoleh landasan bagi
pembentukan kepribadian, sikap, perilaku dan tanggapan
emosinya.17
Sistem sosial berisi berbagai kedudukan dan peranan
yang terkait dalam suatu masyarakat dan kebudayaan.
Dalam tingkat sistem sosial sosilisasi sebenarnya
merupakan proses belajar seorang indvidu dari masa
kanak-kanak hingga masa tuanya mengalami proses
belajar mengenai nilai dan aturan-aturan untuk bertindak,
brinteraksi dengan berbagai individu yang ada
disekelilingnya. Jadi sosialisasi adalah proses belajar dari
masing-masing individu untuk memainkan peran-peran
sosial di dalam masyarakat yang bersangkutan sesuai
dengan aturannya.
Proses sosialisasi sebenarnya berawal dari keluarga.
Bagi anak-anak yang masih kecil, situasi sekelilingnya
adalah keluarga sendiri. Gambaran diri mereka merupakan
pantulan perhatian yang diberikan oleh keluarga kepada
mereka. Persepsi mereka tentang dirinya, dunia dan
masyarakat dan disekelilingnya secara langsung
dipengaruhi oleh tindakan dan keyakinan keluarga-
keluarga mereka. Nilai-nilai yang dimiliki oleh individu
dan berbagai peran yang diharapkan dilakukan oleh
seseorang, semuanya berawal dari dalam lingkungan
keluarga sendiri.
17
Soelaeman, op. cit., h. 58
21
b. Syarat-Syarat Sosialisasi yang Baik
Sosialisasi dilaksanakan dengan berbagai cara yang
berbeda, oleh sejumlah orang, dan dalam berbagai konteks
sosial. Orang tua, teman bermain, guru, rekan, kekasih,
suami-istri, anak-anak, kesemuanya memegang peranan,
dan mereka melakukan hal itu dalam semua lingkungan
yang mungkin ada. Sosialisasi dapat dilakukan dengan
sengaja ataupun tidak; bersifat formal ataupun informal.
Sosialisasi mungkin memerlukan perjumpaan tatap muka;
tetapi sosialisasi dilakukan pula dari jarak tertentu, melalui
surat, buku, dan media massa. Orang yang disosialisasikan
dapat bersifat relatif pasif ataupun aktif, tergantung pada
sampai seberapa jauh mereka dapat mempengaruhi orang
yang melakukan sosialisasi atau menuntun sosialisasi diri
mereka sendiri. Sosialisasi dapat di laksanakan demi
kepentingan orang yang disosialisasikan atau orang yang
melakukan sosialisasi; dan kedua kepentingan tersebut
dapat sepadan atau bertentangan. Sosialisasi sering
berlangsung secara lancar dengan sedikit saja kesadaran
bahwa seseorang sedang membentuk atau dibentuk,
sedang mengendalikan atau dikendalikan. Tetapi
sosialisasi dapat pula bersifat kasar, dan bahkan kejam,
dengan kesadaran bersama mengenai adanya paksaan dan
konflik.18
Dari usia 2 sampai 6 tahun anak mulai
melaksanakan kontak sosial dengan orang-orang di luar
keluarganya terutama dengan anak-anak seusiannya,
jumlah kontak sosial pada usia ini akan menentukan
18
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi: Suatu Bunga Rampai, (PT.Midas Surya Grafindo,
1985), h. 169
22
perkembangan sosial pada masa-masa selanjutnya.19
Maka
dari sinilah orang tua sangat berperan penting dalam
mengawasi, mendidik dan memberikan nilai-nilai luhur
keagamaan yang dapat berimplikasi dalam perkembangan
sosial pada anak pada fase-fase masa selanjutnya.
Selanjutnya setelah fase tersebut anak cenderung
menunjukkan kecendrungan menyendiri, dengan
meningkatnya usi anak, sikap dan tingkah lakunya sering
menunjukkan sikap antisosial sehingga masa remaja
seringkali disebut fase negatif apabila peran orang tua
tidak mengontrol cara sosial masyarakat anak di luar
rumah.
c. Tujuan-Tujuan Sosialisasi
Hal-hal berikut ini sudah dianggap merupakan
tujuan-tujuan pokok proses sosialisasi.
1) Seseorang harus diberi keterampilan yang
dibutuhkan bagi hidupnya kelak di masyarakat
2) Seseorang harus mampu berkomunikasi secara
efektif dan mengembangkan kemampuannya
untuk membaca, menulis dan berbicara.
3) Pengendalian fungsi-fungsi organik harus
dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri
yang tepat.
4) Tiap individu harus di biasakan dengan nilai-
nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada
masyarakat.
19
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama), Cet.4, h.
42.
23
d. Lembaga-Lembaga Sosialisasi
Media sosialisasi merupakan tempat dimana
sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai agen
sosialisasi atau sarana sosialisasi. Yang dimaksud dengan
agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu
seorang individu menerima nilai-nilai, norma-norma atau
tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala
sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa agen
sosialisasi ini merupakan signifikan others (orang yang
paling dekat) dengan individu, seperti orang tua, kakak-
adik, saudara, teman sebaya, dan sebagainya.
Lembaga-lembaga sosialisasi yang penting ialah
keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan masa-media.
1) Keluarga.
Proses sosialisasi sebetulnya berawal
dari dalam keluarga. Bagi anak-anak yang
masih sangat kecil, situasi dunia sekelilingnya
adalah keluarga sendiri. Gambaran diri mereka
merupakan pantulan perhatian yang diberikan
oleh keluarga kepada mereka. Persepsi mereka
mengenai dirinya sendiri dunia dan
masyarakat di sekelilingnya secara langsung di
pengaruhi oleh sikap dan keyakinan keluarga-
keluarga mereka. Nilai-nilai yang dimiliki oleh
individu dan berbagai peran yang diharapkan
dilakukan oleh seseorang, semuanya berawal
dari dalam lingkungan keluarganya sendiri.20
Lembaga keuarga berperan penting
dalam mengelola keberagaman sosial budaya.
20
Ibid., h. 104
24
Keluarga memiliki peran strategis dalam
melakukan pendidikan keberagaman. Keluarga
yang mampu melaksanakan peran pendidikan
dengan baik, akan menghasilkan anak-anak
yang berkualitas. Keluarga yang gagal
menjalankan fungsinya, akan menyebabkan
terganggunya proses sosialisasi pada anak-
anak.21
2) Sekolah.
Dalam masyarakat primitif, keluarga
bertanggung jawab terhadap sosialisasi para
anggota keluarga yang masih muda, sedangkan
di dalam masyarakat yang sudah maju
peranan ini telah diserahkan kepada organisasi
birokratis formal seperti sekolah,. Sekolah
adalah lembaga terpenting yang bertanggung
jawab menyampaikan ilmu pengetahuan dan
tertib kehidupan masyarakat terhadap anak-
anak mereka yang telah berumur 5 atau 6
tahun. Sebagai lembaga sosialisasi, sekolah
terorganisir rapi lengkap dengan seperangkap
aturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang.22
3) Kelompok Sebaya.
Meskipun tujuan utama kelompok
sebaya ini umumnya bersifat rekreatif, namun
ia bisa di anggap sebagai lembaga sosialisasi
yang paling berpengaruh setelah keluarga.
21
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial,
(Jakarta; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), h. 159 22
Simamore, op. cit., h. 105
25
Karena anggota kelompok ini sebaya, wajar
jika mereka saling memperbincangkan
hubungan mereka dengan orang-orang yang
dianggap berkuasa. Sebagai agen sosialisasi,
kelompok semacam ini akan sampai pada
puncak pengaruhnya pada masa remaja. Pada
titik ini popularitas merupakan tujuan paling
penting bagi mereka, dan agar lebih diterima
di dalam pergaulan lingkungannya mereka
akan menekuni dan bersikap sesuai dengan
nilai-nilai yang diakui oleh kelompoknya.23
4) Mass-Media.
Di tengah-tengah masyarakat Amerika,
media massa ternyata telah memainkan peran
penting dalam proses sosialisasi. Sebagian
besar warga Amerika menggunakan waktu
mereka untuk membaca atau mengulas buku-
buku, surat-surat kabar, televisi, radio, majalah
dan film. Pernah ditandaska, ternyata media
massa dapat memperkuat atau merusak norma-
norma melalui cara penyajian informasinya
yang solah-olah mewakili gambaran
masyarakat yang benar. Namun harus diingat
bahwa media ini hanyalah salah satu dari
sekian banyak sumber yang mempengaruhi
ketentuan-ketentuan adat-istiadat/norma.24
23
Ibid., h. 105 24
Ibid., h. 106
26
e. Cara-Cara Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi terjadi hubungan timbal
balik antara kedua orang tua dengan anaknya. Hubungan
timbal balik ini kita sebut interaksi sosial. Dalam interaksi
ini ada beberapa metode yang memberikan pengaruh
terhadap hasil interaksi sosial yaitu:
1) Imitasi (meniru). kecenderungan meniru merupakan
naluri yang mempunyai peranan yang sangat penting
dalam proses interaksi sosial. Dampak positif dari
imitasi ialah mendorong seseorang untuk
mengetahui norma dan nilai yang berlaku. Misalnya,
Seorang ayah yang memberikan contoh bagaimana
cara makan yang baik dalam keluarga hal itu akan
ditiru oleh anggota keluarga lainnya.
2) Sugesti. Faktor sugesti berlangsung bila seseorang
memberi pandangan atau sikap yang berasal dari
dirinya kemudian sikap itu diterima pihak lain.
Misalnya, orangtua yang menceritakan
keberhasilannya dalam studi dengan menggunakan
metode belajar tertentu akan memberikan motivasi
langsung pada anaknya.
3) Identifikasi. Identifikasi merupakan kecenderungan
atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi
sama dengan pihak lain. Misalnya, seseorang yang
ingin menjadi seperti tokoh idolanya yang dihormati
dan dikaguminya karena kedudukannya yang lebih
tinggi atau mungkin tipe-tipe ideal yang mempunyai
kelebihan yang dapat dijadikan panutan dan teladan
untuk dirinya.
27
4) Simpati. Simpati ialah kesenangan seseorang untuk
langsung merasakan sesuatu dengan orang lain.
Perasaan simpati ini banyak timbul dari hubungan
antar manusia dan manusia lain. Misalnya, kerja
sama atau tolong-menolong.
5) Ganjaran dan hukuman. Tingkah laku anak yang
salah, tidak baik dan kurang pantas harus mendapat
hukuman, sedangkan tingkah laku yang sebaliknya
mendapatkan ganjaran. Dengan hukuman anak
menjadi sadar bahwa tingkah lakunya salah, tidak
baik bahkan tidak pantas di masyarakat. Sebaliknya,
dengan ganjaran anak menjadi sadar bahwa tingkah
lakunya baik, terpuji dan diterima oang lain. Melalui
proses hukuman dan ganjaran ini secara perlahan-
lahan dalam diri anak berkembang kesadaran akan
norma-norma sosial.25
f. Hambatan dalam Sosialisasi
Individu akan berkembang menjadi makhluk sosial
melalui proses sosialisasi. Dalam proses ini ada beberapa
hambatan yang mempengaruhi proses sosialisasi, yaitu:
1) Sifat dasar, yaitu merupakan keseluruhan potensi-
potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan
ibunya.
2) Lingkungan prenatal, yaitu lingkungan dalam
kandungan ibu. Dalam periode ini individu
25
http://www.fauzinesia.com/2012/06/proses-sosialisasi-di-lingkungan.html, diakses pada
tanggal 4 September 2017, pukul 19:30 WIB.
28
mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung
dari ibu, misal beberapa jenis penyakit (diabetes,
kanker, siphilis) berpengaruh secara tidak langsung
terhadap pertumbuhan mental, penglihatan,
pendengaran anak dalam kandungan.
3) Perbedaan individual, meliputi perbedaan dalam
ciri-ciri fisik (bentuk badan, warna kulit, warna
mata, dan lain-lain), ciri-ciri fisiologis (berfungsinya
sistem endokrin), ciri-ciri mental dan emosional, ciri
personal dan sosial.
4) Lingkungan, meliputi lingkungan alam (keadaan
tanah, iklim, flora dan fauna), kebudayaan, manusia
lain dan masyarakat di sekitar individu.
5) Motivasi, yaitu kekuatan-kekuatan dari dalam diri
individu yang menggerakkan individu untuk
berbuat.26
3. Nilai Keagamaan
a. Pengertian Nilai Keagamaan
Agama secara mendasar dan umum dapat di
definisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan
yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib
khususnya dengan tuhannya, mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya dan mengatur hubungan manusia
dengan lingkungannya. Dalam definisi tersebut,
sebenarnya agama dilihat sebagai teks atau doktrin,
26
https://satriadholan.blogspot.co.id/2010/11/makalah-proses-sosialisasi.html, diakses pada
tanggal 4 September 2017, pukul 20:15 WIB.
29
sehingga keterlibatan manusia sebagai pendukung atau
penganut agama tersebut tidak tampak tercakup di
dalamnya. Itulah sebabnya, masalah-masalah yang
berkenaan dengan kehidupan keagamaan baik individu
maupun kelompok atau masyarakat, pengetahuan, dan
keyakinan kegamaan yang berbeda dari pengetahuan dan
keyakinan lainnya yang dipunyai manusia, peranan
keyakinan keagamaan terhadap kehiduoan duniawi yang
sebaliknya, dan kelestarian serta perubahan-perubahan
keyakinan keagamaan yang dipunyai manusia, tidak
tercakup dalam definisi diatas.27
Sementara itu, Sunarto (1993) mengemukakan
bahwa agama merupakan suatu institusi penting yang
mengatur kehidupan manusia. Istilah agama disini
merupakan terjemahan dari kata religion, suatu istilah
yang ruang lingkupnya lebih luas dari istilah agam yang di
gunakan oleh pemerintah RI, yang hanya mencakup agam-
agama yang diakui pemerintah, yaitu Islam, Kristen
Protestan, Kristen Khatolik, Hindu dan Budha.28
Agama juga merupakan seperangkat hukum atau
aturan tingkah laku maupun sikap yang selalu mengacu
pada kehendak Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, semua
hukum maupun peraturan tersebut pada umumnya
diciptakan oleh Tuhan dan sebagian lain oleh manusia
tertentu yang mendapatkan percayaan-Nya. Peraturan atau
kaidah yang terdapat di dalam agama dapat berupa
petunjuk-petunjuk, keharusan atau perintah, maupun
larangan-larangan, yang semua itu agar ada keselarasan,
ketertiban, dan keseimbangan hubungan antara manusia
27
Narwoko, op. cit., h. 248-249 28
Ibid., h. 251
30
dengan manusia yang lain, manusia dengan lingkungan
alam, dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dapat
tercapai.29
Dalam pandangan Para Antropolog, Agama
merupakan sumber nilai moral dan kaidah sosial
masyarakat. Nilai-nilai agama yang umumnya sangat
disakralkan merupakan orientasi utama dari mana sistem
hukum dankaidah sosial dibentuk dan dilembagakan
masyarakat. Dalam hal demikian, maka fungsi agama
sebagai faktor pengintegrasi masyarakat dapatlah diterima.
Terlebih pada masyarakat tradisional di mana segala
sesuatunya masih relative homogeny. Agama selain
menonjol karena fungsi litualismenya, sekaligus dalam
dimensi ritulnya itu berfungsi sebagai pemerkuat
solidaritas sosial anatara anggota masyarakat. Fungsi
agama seperti itu tampak sangat menonjol pada
masyarakat yang belum maju.30
b. Jenis-Jenis Nilai Keagamaan
Nilai-nilai menurut Pandangan Islam yang harus
ditanamkan pada pendidikan siswa adalah:
1) Nilai Keimanan
Iman secara umum dapat dipahami sebagai
suatu keyakinan yang dibenarkan didalam hati,
diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal
perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas
dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta
sunah nabi Muhammad SAW.31
Dalam Al-Qur‟ an terdapat sejumlah ayat
29
Ibid., h. 252 30
Ibid., h. 253-254 31
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 12-13
31
yang menunjukkan katakata iman, diantaranya
terdapat pada firman Allah surat al-Anfal ayat 2:
“Orang-orang Mukmin hanyalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gentar hati mereka, dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
dia menambah iman mereka dan kepada tuhan
mereka dan kepada Tuhan mereka berserah diri”.32
Dari tafsir diatas dapat dijelaskan mereka
yang mantap imannya adalah mereka yang
membuktikan pengakuan iman mereka dengan
perbuatan sehingga antara lain, apabila disebut nama
Allah sekadar mendengar nama itu dari siapapun
gentar hati mereka karena mereka sadar akan
kekuasaan dan keagungan-Nya. Kepercayaan itu
menghasilkan rasa tenang menghadapi segala
sesuatu sehingga hasilnya kepada Tuhan mereka
saja, mereka berserah digetarkan rasa yang
menyentuh kalbu seorang Mukmin ketika diingatkan
tentang Allah, perintah atau larangan-Nya. Ketika
itu jiwanya dipenuhi oleh keindahan dan ke-Maha
besaran Allah, sehingga bangkit dalam dirinya rasa
takut kepada-Nya, tergambar keagungan serta
tergambar juga pelanggaran dan dosanya. Semua itu
mendorongnya untuk beramal dan taat.
2) Nilai Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti
merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut
syara‟ (terminologi), ibadah mempunyai banyak
32
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm. 11
32
definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Yaitu:33
a) Ibadah adalah taat kepada Allah SWT. Dengan
melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya.
b) Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah
SWT. Yaitu tingkatan tunduk yang paling
tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
c) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh
apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT.
Baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
zhahir maupun yang bathin.34
3) Nilai Akhlak
Akhlak ( أخالق ) adalah kata jamak dari kata
tunggal khuluq ( خلق ). Kata khuluq adalah lawan
dari kata khalq. Khuluq merupakan bentuk batin
sedangkan khalq merupakan bentuk lahir. Akhlak
adalah sesuatu yang telah tercipta atau terbentuk
melalui sebuah proses. Karena sudah terbentuk
akhlak disebut juga dengan kebiasaan. Dalam
pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan
artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan-
santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda
pula dengan arti kata moral, ethic dalam bahasa
Inggris.
33 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ ah, (Semarang:
Pustaka Imam asy-Syafi‟ i, 2004), hlm. 185 34 Ibid
33
c. Fungsi Nilai Keagamaan
Nilai agama merupakan bekal untuk masa depan
baik pada saat manusia itu masih hidup maupun kelak
ketika manusia itu sudah meninggal. Seseorang dalam
mencapai tujuan dunianya yang berupa kesuksesan dunia
maka harus banyak belajar mengenai nilai agama itu
sendiri.
Fungsi dari nilai-nilai agama ialah petunjuk cara
hidup yang benar dan sehat bagi manusia semenjak lahir
sampai meninggal dunia. Nilai-nilai agama yang
mengejawantah dalam perilaku manusia, seiring dengan
berjalannya waktu, dapat menjadi norma-norma sosial
yang mengikat suatu masyarakat.35
Agama sering menjadi kuat dominasinya jika ia kuat
penekanannya pada nilai tertinggi “ultimate value”, yaitu
hubungannya dengan Maha Pencipta (Tuhan), dan
kehidupan abadi serta keadilan tertinggi atas kebaikan dan
keburukan (pahala atau dosa) atas pola pikir, sikap, dan
perilaku selama di dunia fana.36
Seseorang dalam kehidupannya tidak semata-mata
berhubungan dengan sesama manusia saja, tatapi harus
ada hubungan dengan sang Khalik yang menciptakan
manusia sebagai mahluk di muka bumi. Hubungn dengan
sang khalik merupakan suatu hubungan yang paten dan
merupakan kebutuhan rohani yang mendasari dalam
pencapai tujuan. Sama halnya kalau tujuan hidup
seseorang hanya untuk pemenuhan perut dan seksualitas
saja, artinya tidak mengenal adanya tujuan hidup yang
hakiki yang bersifat rohania yang tinggi dan kudus.
35
Syamsudin, op. cit., h. 112 36
Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2014) Cet. 3, h. 26
34
Jadi, seorang fungsionalis memandang agama sebagi
petunjuk bagi manusia untuk mengatasi diri dari
ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan; dan
agama dipandang sebagi mekanisme penyesuaian yang
paling dasar terhadap unsur-unsur tersebut.37
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai,
bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sacral, maka
normanyapun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral.
Dalam setiap masyarakat sanksi sakral mempunyai
kekuatan memaksa istimewa, Karen ganjaran dan
hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi dan
ukhrowi.38
Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi
penentu, dimana agama menciptakan suatu ikatan
bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban yang
membantu mempersatukan mereka.39
Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah
individu, pada saaat ia tumbuh menjadi dewasa,
memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan
umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam
masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir
pengembangan kepribadiannya. Orang tua dimanapun
tidak mengabaikan upaya “moralitas” anak-anaknya,
seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup
adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan
utamanya.40
37
Soelaeman, op. cit., h. 222 38
Ibid., h. 222 39
Ibid., h. 222 40
Ibid., h. 222
35
Pendidikan akhlak yang diberikan orang tua
terhadap anak sangat penting artinya dalam mewujudkan
generasi yang berkualits dan bertakwa kepada Allah,
sehingga mereka mampu menjalankan fugsi dan tugasnya
sebagai individu dan masyarakat di muka bumi. Seseorang
harus mampu mencapai keseragaman dan kesatuan gerak
secara lahir yang merupakan nilai hidup yang kukuh dan
kuat.
4. Anak
a. Pengertian Perkembangan
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan,
pasti mengalami peristiwa perkembangan selama
hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian
dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme tersebut,
baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak.
Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya
perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek
psikologis saja, tetapi juga aspek biologis.41
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan
perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan
kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi
material. Melainkan pada segi fungsional. Pengertian lain
dari perkembangan adalah perubahanperubahan yang
dialami oleh individu tau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang
berlangsung secara sistematis, progresif dana
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).42
41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 40 42
Farida Masyar, Jurnal Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa
36
Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada
perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan
psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis
dasar sebagai hasil dari konsepsi (pembuahan ovum oleh
sperma), dan hasil dari interaksi proses biologis dan
genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis
menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu,
seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.43
b. Perkembangan Anak
1) Fisik-Motorik
Seiring dengan pertumbuhan fisiknya yang
beranjak matang, maka perkembangan motorik anak
sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau
minatnya. Dia menggerakkan anggota badannya
dengan tujuan yang jelas.44
2) Jiwa
Kurangnya pengenalan tentang masalah
kejiwaan akan berpotensi membuat seseorang
kurang mengenal potensi maupun kekurangan dari
dirinya, khususnya masalah kejiwaan. Akibatnya
akan beragam, tapi akan lebih nampak pada remaja.
Mereka dengan ketidak mengertiannya mengenai
seluk beluk kejiwaan akan membentuk pribadi yang
cenderung subyektif dan egosentris, mereka tidak
mengetahui mengenai tipe-tipe kepribadian. Kurang
tahunya potensi diri akan menyebabkan mereka
Depan Bangsa, h. 459
43 Yusuf L.N. dan, Sugandhi, op. cit. h 1.
44 Ibid., h. 59
37
cenderung mengambil keputusan berdasarkan emosi
maupun pengaruh teman-temannya.45
3) Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah
pencapaian kematangan dalam hubungan atau
interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri denga norma-norma
kelompok, tradisi, dan moral agama.46
Perkembangan sosial pada anak usia SD/MI
ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di
samping dengan para anggota keluarga, juga dengan
teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak
hubungan sosialnya bertambah luas.47
Seperti dalam proses-proses perkembangan
lainnya, proses perkembangan sosial dan moral
siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar.
Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial
siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar
(khususnya belajar sosial) siswa tersebut baik di
lingkungan sekolah dan keluarga maupun di
lingkungan yang lebih luas. Ini bermakna bahwa
proses belajar itu amat menentukan kemampuan
siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang
selaras dengan norma moral agama, moral tradisi,
moral hukum, dan norma moral lainnya yang
berlaku dalam masyarakat siswa yang
bersangkutan.48
45
Zen, Jurnal Psikologi Anak & Pendidikan h 9. 46
Yusuf L.N. dan, Sugandhi, op. cit. h 65 47
Ibid,. h. 66 48
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h. 37
38
Perkembangan sosial anak sangat tergantung
pada individu anak, peran orang tua, dewasa
lingkungan masyarakat dan termasuk taman kanak-
kanak. Adapun yang dimaksud dengan
perkembangan sosial anak adalah bagaimana anak
usia dini berinteraksi dengan teman sebaya, orang
dewasa dan masyarakat luas agar dapat
menyesuaikan diri dengan baik sesuai apa yang
diharapkan oleh bangsa dan negara. 49
Oleh karena itu dituntut kerjasama yang baik
antara keluarga, sekolah dan masyarakat lingkungan
dalam mendukung dan menciptakan suasana yang
baik agar tujuan dari hidup ini bisa tercapai.
4) Keagamaan
Dunia rohani adalah kenyataan yang tidak
dapat dipersepsi panca indera, tidak dapat dibuktikan
secara empirik, dan tidakk dapat di temukan
hubungan sebab akibat dari gagasan yang dipercayai
sebagai ajaran. Setiap agama mengajarkan nilai
moral universal seperti kewajiban hormat kepada
orang tua, bertindak jujur sportif dan berlaku adil
kepada siapapun.50
Hal itu sangat penting
ditanamkan di setiap lubuk hati anak oleh orang tua,
agar cerminan nilai-nilai luhur keagamaan dapat
beraplikasi di keseharian anak di kemudian hari.
49
Masyar, op. cit., h 459. 50
Syamsudin, op. cit., h. 106.
39
c. Perkembangan yang Menyimpang
Ada beberapa pernyataan yang membahas
perkembangan yang menyimpang bagi anak diantaranya
perkembangan emosi dari diri anak itu sendiri.
Diantaranya penyimpangan emosi yang dilakukan anak itu
sendiri, ialah emosi yang dominan, yaitu emosi yang akan
mempunyai kekuatan dominan dalam kehidupan mereka
tergantung pada lingkungan dan tempat mereka tumbuh.
Emosi tersebut sangat mempengaruhi kepribadian anak,
dan kepribadian anak mempengaruhi penyesuaian pribadi
dan sosial mereka. Emosi yang dominan akan menentukan
tempramen atau suasana hati yang dirasakan anak.51
Berbagai kajian menyoroti tiga faktor yang dapat
menyebabkan munculnya masalah perilaku, yaitu: (1)
faktor internal berupa gender, tempramen dan proses
regulasi diri; (2) faktor sosialisasi yang terjadi dalam
interaksi dan relasinya dengan keluarga maupun teman
sebaya; dan (3) faktor eksternal yang berupa status sosial
ekonomi dan struktur keluarga.52
5. Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan
pertalian sanak-saudara yang memiliki tanggungjawab
utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan pokok tertenntu lainnya. Ia terdiri
dari sekelompok orang yang memiliki hubungan darah,
tali perkawinan, atau adopsi dan yang hidup bersama-sama
untuk periode waktu yang tidak terbatas. Kita sering
51
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Erlangga, edisi ke-enam) h. 229 52
Lestari, op. cit., h. 107
40
menganggap bahwa keluarga itu terdiri dari suami, istri
dan anak-anak mereka. Anggapan seperti sebenarnya
sangat tidak cocok manakala seseorang mengenal struktur
keluarga sepanjang sejarah manusia. Karena kita
berpindah-pindah dari satu kebudayaan ke kebudayaan
lainnya maka terdapat banyak variasi dalam struktur
keluarga. Ini merupakan sesuatu yang harus dipahami oleh
mahasiswa sosiologi. Variasi-variasi ini bisa dijumpai
dalam berbagai bentuk yang berbeda.53
Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial
terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial,
yang ditandai adanya kerja sama ekonomi. Fungsi
keluarga adalah berkembang biak, mensosialisasi atau
mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat orang
tua (jompo).54
Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana
semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang.
Dimasyarakat manapun di dunia, keluarga merupakan
kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat
terpenting dari kegiatan dalam kehidupan
individu.keluarga dapat di golongkan kedalam kelompok
primer, selain karna para anggotanya saling mengadakan
kontak langsung, juga karena adanya keintiman dari para
anggotanya.55
Keluarga yang berfungsi dalam sosialisasi, yaitu
bagi setiap individu pada saat dia tumbuh menjadi
dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam
tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam
masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir
53
Simamore, op. cit., h. 172 54
Soelaeman, op. cit., h. 55 55
Narwoko, op. cit., h. 227
41
pengembangan kepribadiannya. orang tua mewariskan
kepada anak-anak mereka, meskipun sering dengan cara
informal dan tidak disadari, sistem nilai masyarakat
mereka. Tentu saja dengan penyesuaian-penyesuaian
tertentu di sana sini dengan pandangan-pandangan mereka
sendiri. Nilai-nilai yang sudah diwariskan orang tua
berupa pengaturan hubungan antara anggota keluarga.
Juga masyarakat tidak membiarkan rang tua mengabaikan
samoa sekali tugas “moralisasi” anak-anak mereka karena
indoktrinasi (penanaman) nilai-nilai masyarakat yang
mereka lakukan penting sekali untuk mempertahankan
masyarakat itu sendiri pada generasi yang akan datang.56
Pendidikan dalam keluarga berjalan sepanjang masa,
melalui proses interaksi dan sosialisasi di dalam keluarga
itu sendiri. Esensi pendidikannya tersirat dalam integritas
keluarga, baik di dalam komunikasi antara sesama anggota
keluarga, dalam tingkah laku keseharian orang tua dan
anggota keluarga lainnya juga dalam hal-hal lainnya yang
berjalan dalam keluarga semuanya merupakan sebuah
proses pendidikan bagi anak-anak. Oleh karena itu, orang
tua harus selalu memberikan contoh tauladan yang baik
kepada anak-anak mereka, karena apa pun kebiasaan
orang tua di rumah akan selalu dilihat dan dicerna oleh
anak-anak.
Keluarga sebagai suatu lembaga sosial yang
memegang peranan penting terhadap pembinaan anak
sebelum mereka terjun langsung ke dalam masyarakat.
Bagaimana sosialisasi berlangsung dalam keluarga,
sehingga nilai-nilai yang diajarkan dalam keluarga pada
mulanya setelah mereka tidak sadari akan terbawah dalam
56
Soelaeman, op. cit., h. 60
42
hidup bermasyarakat. Bagaimana kuatnya nilai-nilai yang
ditanamkan dalam keluarga dapat kita lihat dari pengaruh
yang masuk kedalam dirinya, semakin lemah nilai-nilai
yang ditanamkan dalam lingkungan keluarga semakin
mudah masyarakat mempengaruhinya.
b. Pengertian Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan keluarga, sering kita jumpai
adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu
pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan itu biasa
disebut dengan fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu
pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakan oleh
keluarga itu.57
Lembaga keluarga berperan penting dalam
mengelola keberagaman sosial budaya. Keluarga memiliki
peran strategis dalam melakukan pendidikan
keberagaman. Keluarga yang mampu melaksanakan
pendidikan dengan baik, akan menghasilkan anak-anak
yang berkualitas. Keluarga yang gagal menjalankan
fungsinya akan menyebabkan terganggunya proses
sosialisasi pada anak-anak.58
c. Macam-Macam Fungsi Keluarga
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
keluarga itu dapat digolongkan ke dalam beberapa fungsi,
yaitu:59
1) Fungsi biologis
57
Ahmadi, op. cit., h. 88 58
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial,
(Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014), Cet.1, h. 159 59
Ahmadi, op. cit., h. 88-91
43
Dengan fungsi ini diharapkan agar
keluarga dapat menyelanggarakan persiapan-
persiapan perkawinan bagi anak-anaknya.
Karena dengan perkawinan akan terjadi proses
kelangsungan keturunan. Dan setiap manusia
pada hakikatnya terdapat semacam tuntutan
biologis bagi kelangsungan hidup
keturunannya, melalui perkawinan.
2) Fungsi pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha
agar setiap anggotanya dapat terlindungi dari
gangguan-gangguan sebagai berikut.
a) Gangguan udara dengan berusaha
menyediakan rumah
b) Gangguan penyakit dengan berusaha
menyediakan obat-obatan
c) Gangguan bahaya dengan berusaha
menyediakan sejata, pagar tembok dan
lain-lain
Apabila dalam keluarga fungsi ini telah
dijalankan dengan sebaik-baiknya sudah
barang tentu akan membantu pemeliharaannya
keamanan dalam masyarakat pula. Sehingga
terwujud suatu masyarakat yang
terlepas/terhindar dari segala gangguan.
3) Fungsi ekonomi
Dengan berusaha menyelenggarakan
kebutuhan manusia yang pokok yaitu:
a) Kebutuhan makan dan minum
44
b) Kebutuhan pakaian untuk menutup
tubuhnya
c) Kebutuhan tempat tinggal
Berhubungan dengan fungsi
penyelenggaraan kebutuhan pokok ini
maka orang tua diwajibkan untuk
berusaha keras agar supaya setiap
anggota keluarga dapat cukup makan,
cukup pakaian serta tempat tinggal.
Sehubungan dengan fungsi ini keluarga
juga berusaha melengkapi kebutuhan
jasmani di mana keluarga (orang tua)
diwajibkan berusaha agar anggotanya
mendapat perlengkapanhidup yang
bersifat jasmaniah baik yang bersifat
umum maupun yang bersifat individual.
4) Fungsi keagamaan
Dengan dasar pedoman ini keluarga
diwajibkan untuk menjalani dan mendalami
serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam
pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
5) Fungsi sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha
untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-
bekal selengkapnya dengan memperkenalkan
nilai dan sikap yang dianut oleh masyarakat
serta mempelajari peranan yang diharapkan
akan mereka jalankan kelak bila sudah
45
dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang
disebut dengan istilah sosialisasi
Dengan fungsi ini diharapkan agar di
dalam keluarga selalu terjadi pewarisan
kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan.
Kebudayaan yang diwariskan itu adalah
kebudayaan yang telah dimiliki oeleh generasi
tua yaitu ayah dan ibu, di wariskan kepada
anak-anaknya dalam bentuk antara lain sopan
santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran
tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain.
Dengan melalui nasihat dan larangan, orang
tua menyampaikan norma-norma hidup
tertentu dalam bertingkah laku.
6. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui
keaslian karya ilmiah. Penelitian yang dimaksud adalah
penelitian terhadap karya lain yang relevan dengan penelitian
ini. Penelitian yang relevan dapat bersumber dari makalah,
skripsi, jurnal, internet, atau yang lainnya yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Penelitian yang relevan dengan penelitian
ini adalah:
Dalam skripsinya Aisyah, mahasiswa Fakultas Tarbiyah,
Jurusan PAI (201) dengan judul Peranan Orang Tua dalam
Membentuk Kepribadian Muslim Anak di Desa Grobog Kulon
Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal, menyebutkan bahwa
anak-anak yang perkembangannya baik, mereka selalu
mendaptkan perhatian, bimbingan, dan didikan dari orang tua,
sementara usaha orang tua dalam mewujudkan kepriadian
muslim anak antra lain dengan memberikan kasih sayang.
46
Menanamkan nilai-nilai agama, membimbing, mendidik,
memberi teladan yang baik serta menciptakan suasana yang
religius.60
Dalam skripsinya Kuswanto, mahasiswa UII, FIAI dengan
judul Keteladanan Orang Tua dalam Rangka Penanaman Nilai-
nilai Islam pada Anak, skripsi ini membahsa faktor-faktor
pendukung keteladanan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai
Islam, yaitu pemahaman keagamaan, pendidikan, hubungan-
hubungan orang tua dan anak, suasana rumahtangga, suasana
ibadah dan kultural, serta lingkungan. 61
Dalam jurnal penelitian Wiji Hidayati, yang berjudul Pola
Pengasuhan Agama Anak pada Keluarga di Lingkungan Pondok
Pesantren (Studi pada beberapa keluarga di lingkungan pondok
pesantern Sunan Pandan Aran, Yogyakarta). Isi dalam skripsi
ini membahsa tentang pola pengasuhan agama anak pada
keluarga yang ada pada lingkungan pondok pesantrren Sunan
Pandan Aran yaitu pola asuh otoriter atau otoritattif, dengan
materi ditekankan pada ibadah, terutama Shalat, puasa, baru
materi Al-Qur’an, Akhlak, Aqidah, dengan mengguunakan
metode keteladanan, pembisaanaan, latihan, perintah dan
hukuman. 62
Perbedaan karya-karya ilmiah diatas dengan skripsi ini
berkisar pada pembahasan sosiologi keluarga yang terfokus
pada salahsatu subnya yaitu fungsi sosialisasi keagamaan pada
anak. Selain itu, skripsi ini merupakan peneltian lapangan (field
research) dan bukan merupakan tulisan yang bersifat teoritis.
60
Aisyah, Peranan Orang Tua dalam membentuk Kepribadian Muslim Anak di Desa Grobog
Kulon Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI IAIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 201 61
Kuswanto, Keteladanan Orang Tua dalam Rangka Penanaman Nilai-nilai Islam pada
Anak, Skripsi Faklultas Agama Islam UII, Yogyakarta, 1999 62
Wiji Hidayati, Pola Pengasuhan Agama Anak pada Keluarga di Lingkungan Pondok
Pesantren, (Pusat Penelitian Vol XII No 2, 2013), h.259
47
Akan tetapi mengungkap realitas dilapangan yang sudah tentu
diperkuat dengan mengacu pada teori-teori yang sudah ada pada
matakuliah sosiologi.
B. Kerangka Konseptual
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak,
karena dalam keluarga inilah ia pertama kali mendapat pendidikan dan
bimbingan. Keleurga juga adalah lembaga pendidikan pertama,
karena sebagian besar dari kehidupannya berada dalam keluarga, dan
materi pendidikan yang paling banyak diterima adalah dalam
keluarga.
Keluarga sangat penting
peranannya dalam kehidupan manusia, dimana bentuk
kepribadian seseorang yang tercermin dalam pola perilakunya. Dalam
arti bahwa interaksi yang terjadi diantara anggota keluarga akan
membentuk seseorang yaitu bentuk relatif dari tingkah laku, sikap dan
nilai-nalai yang terbentuk dari pengalaman individu dan lingkukan
kebudayaan dan interaksi sosialnya dengan orang lain.
Keluarga juga merupakan pelaksana pengawasan sosial (control
sosial) yang penting. Dengan demikian fungsi sosialisasinya
menyangkut banyak menyangkut norma-norma kelompok yang
dipelajari dalam keluarga, dan dengan demikian merupakan tingkah
laku yang sesuai. Dalam teori fungsional anak akan belajar menerima
nilai-nilai, norma-norma, sikap serta pola tingkah lakunya menjadi
dapat diperkirakan oleh masyarkat lainnya. Bahasa, keyakinan agama,
sopan santun dan pelaksanaan berbagai elemen kebudayaan ditangani
oleh keluarga.
Didalam keluarga ada aturan norma yang tidak tertulis namun
ditaati oleh semua anggotanya melalui contoh, tauladan, dan kasih
sayang. Kewajiban utama keluarga dalam pendidikan anak adalah
meletakkan dasar pendidikan akhlak dan pandangan hidup beragama.
48
Untuk itu orang tua dituntut agar dapat memberikan pendidikan
agama. Sehingga dapat membentuk sikap keagamaan yang kuat bagi
anak-anaknya, sebagai bekal keagamaan mereka dimasa yang akan
datang.
Oleh karena itu, jika peranan orang tua dalam mensosialisasi
nila-nilai keagamaan terhadap anak dapat dilakukan dengan baik,
maka sikap keagamaan akan tertanam dengan baik pula pada diri anak
tersebut. Sedangkan jika peranan orang tua dalam mensosialisasi sikap
keagamaan anak tidak dilakukan dengan baik, maka hal tersebut
berakibat pada sikap keberamaan anak tidak akan terbentuk yang akan
mengakibabtkan suatu hal yang bersifat negatif, seperti akhlak atau
sikap yang kurang baik, tidak sopan dengan orangtu, minum-minuman
keras, berjudi, dan lain sebagainya yg melanggar norma-norma dan
hukum yang berlaku, baik dalam hukum Negara maupun hukum
agama.
49
Gambar 1
Kerangka Konseptual
PERANAN ORANG TUA DALAM SOSIALISASI NILAI-NILAI KEAGAMAAN TERHADAP ANAK DI DALAM KELUARGA
(Studi Kasus di Kp. Pekopen, RW.01 Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi)
Peranan Orang Tua h.11 Sosialisasi h.19 Nilai Keagamaan h.28 Anak h.35 Keluarga h.39
Pengertian
Peranan h.11
Pengertian
Orang Tua
h.12
Peranan Orang
Tua h.13
Tugas dan
Tanggung
Jawab Orang
Tua h.14
Akibat
Pendidikan
Orang Tua
yang Baik h.17
Akibat
Pendidikan
Orang Tua
yang Salah h.18
Pengertian
Sosialisasi. h.19
Syarat-Syarat
Sosialisasi
yang Baik h.21
Tujuan–Tujuan
Sosialisasi.
h.22
Cara-Cara
Sosialisasi.
h.26
Lembaga-
Lembaga
Sosialisasi.
h.23
Pengertian Nilai
Keagamaan. h.28
Pengertian
Perkembangan.
h.35
Perkembangan
Anak h.36
Perkembangan
yang
Menyimpang
h.39
Pengertian
Keluarga. h.39
Pengertian
Fungsi Keluarga
h.42
Macam-Macam
Fungsi Keluarga
h.42
Jenis-Jenis Nilai
Keagamaan h.30
Hambatan
dalam
Sosialisasi
. h.27
Fungsi Nilai
Keagamaan h.33
50
BAB III
METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kp. Pekopen RW.01 Desa
Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan proses bertahap yaitu
mulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian yang
dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai
kegiatan inti penelitian dan diakhiri dengan laporan penelitian.
Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama tujuh
bulan dimulai sejak Bulan Agustus 2016 sampai Bulan Februari
2017.
B. Variabel Penelitian
Dalam hal terdapat hubungan antara dua variable, misalnya
antara variable Y dan variable X, maka jika variable Y disebabkan
oleh variable X, maka variable Y dinamakan variable dependen dan
variable X adalah variable bebas. Variabel bebas adalah antecedent
dan variabel dependen adalah konsekuensi.1
Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu peran orang tua yang
merupakan variabel X dan nilai keagamaan anak di dalam keluarga
sebagai variabel Y.
Pada variabel terdapat dua jenis variabel yang akan diteliti,
yaitu:
1. Variabel X sebagai independen variabel (variabel bebas),
peran orang tua.
1 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 124
51
2. Variabel Y sebagai dependen variabel (variabel terikat),
yaitu Nilai keagamaan anak.
C. Metode Penelitian
Pendekatan dan metode penelitian yang digunakan ini adalah
metode kualitatif. Hal ini di ambil karena dalam penelitian ini
berusaha menelaah fenomena sosial dalam suasana yang berlangsung
secara wajar atau ilmiah, bukan dalam kondisi terkendali atau
laboratoris. Metode penelitian ini dimunculkan karena adanya
perubahan dalam memandang realita atau kenyataan serta fenomena
atau gejala sosial yang di pandang sebagai sesuatu yang utuh tidak
dapat dipisahkan dan penuh makna. Metode kualitatif ini sering
disebut sebagai penelitian naturalistic karena penelitian nya dilakukan
dalam kondisi yang alamiah (natural setting).
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif adalah metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu
dengan menentukan dan menafsirkan data yang ada, seperti tentang
nilai- nilai keagamaan yang ditanamkan orang tua pada anak, serta
strategi orang tua dalam mensosialisasikannya.
D. Populasi dan Sampel
Teknik pengambilan sample secara acak. Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang berjumlah 100
kepala keluarga di Kp. Pekopen RW.01 Desa Lambang Jaya,
Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, sedangkan sampel
adalah orang tua dari 100 kepala keluarga maka di ambil 10 pasang
orang tua yang memenuhi kriteria untuk dijadikan objek penelitian ini
sesuai batasan masalah, yaitu orang tua yang memiliki anak usia 6
sampai 12 tahun.
52
E. Data yang Dikumpul
Dalam penelitian ini data yang dikumpul adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif ini dapat berupa hasil wawancara,
obsevasi dan dokumentasi. Pemilihan pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan peranan orang tua
dalam mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan terhadap anak di
dalam keluarga.
F. Teknik Pengumpulan Data
Setiap penelitian memerlukan metode dan teknik pengumpulan
data yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Metodologi
penelitian ini sangat tepat digunakan untuk memperoleh data dan
informasi yang objektif. Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan
dua jenis penelitian, adalah sebagai berikut:
1. Library Research (studi kepustakaan), digunakan untuk melihat
dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur dan bahan
referensi lainnya sebagai sumber untuk menguraikan landasan
teoritis dari skripsi ini.
2. Field Research (studi lapangan), digunakan untuk mencari dan
mengumpulkan data dari lapangan, yang dalam pelaksanaannya
digunakan 3 (tiga) instrumen penelitian, yaitu:
a. Observasi ( Pengamatan)
Observasi adalah data untuk menjawab masalah
penelitian dapat dilakukan pula dengan cara pengamatan,
yakni mengamati gejala yang diteliti. Dalam hal ini maka
panca indera manusia (pengelihatan dan pendengaran)
diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati.2
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si
peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung
2 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: PT.Granit, 2004), h. 70
53
terhadap objek penelitiannya.3 Pengamatan data secara
langsung dilaksanakan terhadap subjek sebagaimana
adanya di lapangan, atau dalam suatu percobaan baik di
lapangan atau di dalam laboratorium.4
Yaitu pencatatan secara sistematis terhadap suatu
fenomena-fonemena yang diselidiki dan dengan
melakukan pengamatan langsung kelapangan dengan
mendatangi narasumber.
Penulis melakukan pengamatan atau observasi
dengan mengunjungi langsung wilayah Kp. Pekopen
RW.01, Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan,
Kabupaten Bekasi, guna mengetahui langsung keadaan
objektif dari aktifitas atau kegiatan rutin masyarakat di
tempat tersebut.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode
pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui
kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data
(pewawancara) dengan sumber data (responden).5
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung
berhadapan dengan yang diwawancarai, tetapi dapat juga
secara tidak langsung seperti memberikan daftar
pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain.6
Wawancara yaitu cara yang ditempuh untuk
mendapatkan informasi atau data-data yang diperlukan
dalam penelitian yang dilakukan oleh informan terhadap
3 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakara: PT. RajaGrafindo
Persada, 2005) h. 51 4 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Cet.5, h. 176
5 Adi, op. cit., h. 72
6 Umar, loc. cit.
54
narasumber. Wawancara ditujukan dengan jalan
mengajukan pertanyaan langsung kepada 10 orang tua di
Kp. Pekopen RW.01 Desa Lambang Jaya, Kecamatan
Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara
Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah
Item
Peranan Orangtua Dalam
Sosialisasi Nilai-Nilai
Keagamaan Terhadap
Anak Di Dalam Keluarga
(Studi Kasus Di Kp.
Pekopen, Rw.001, Desa
Lambang Jaya, Kecamatan
Tambun Selatan,
Kabupaten Bekasi).
10 Orangtua di
Kp. Pekopen
RW.01 Desa
Lambang Jaya,
Kecamatan
Tambun
Selatan,
Kabupaten
Bekasi yang
mempunyai
anak usia 6-12
Tahun.
Pendapat
orang tua
tentang nilai-
nilai
keagamaan
pada anak
Ilmu yang
penting
ditanamkan
pada anak
menurut
orang tua
Pendapat
Orang Tua
tentang
pendidikan
anak di
sekolah
Strategi
dalam
mensosialisas
ikan nilai-
1
1
1
1
55
nilai
keagamaan,
Hambatan
dalam
mensosialisas
ikan nilai-
nilai
keagamaan,
Hasil yang di
capai
1
1
Desa Lambang
Jaya,
Kecamatan
Tambun
Selatan,
Kabupaten
Bekasi.
visi, misi
Sejarah
Kondisi
umum
Struktur
organisasi
1
1
1
1
c. Dokumentasi
Dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih
dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi,
dan memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat
dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.7
Dokumentasi adalah salah satu teknik yang
bertujuan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen
berupa foto pada saat kegiatan penelitian ataupun dalam
memperoleh informasi dari narasumber yaitu orang tua.
7 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif. Akulturasi Metodologis ke Arah Ragam
Varian Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.130-131
56
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
kualitatif yaitu dengan memberikan gambaran informasi masalah
secara jelas, terperinci, dan mendalam sebagai penggunaan metode
penelitian studi kasus. Kemudian hasil dari penggambaran informasi
akan diinterpretasikan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan.
H. Sumber Data
Penulis melakukan berbagai jenis dan pengumpulan data yang
bertujuan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini. Dan sumber data tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber
pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari
wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan
oleh peneliti.8
Yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara
dengan narasumber yaitu orang tua sebanyak 10 orang di Kp.
Pekopen RW.01 Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun
Selatan, Kabupaten Bekasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah
lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data
primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel
atau diagram-diagram. Data sekunder ini digunakan oleh
peneliti untuk diproses lebih lanjut.9
8 Umar, loc. cit.
9 Ibid.
57
Yaitu data yang diperoleh dari kajian pustaka dan sebagai
pendukung dari data primer seperti artikel, koran, majalah,
sebagai sumber tertulis lainnya yang dibahas dalam penelitian
I. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat
kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil
penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan benar dan
sesuai dengan fakta. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data
yang terpercaya dan valid menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi pengumpulan data, dan waktu.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui
beberapa sumber. Data dari berbagai sumber tersebut
dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama,
yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber tersebut.
Data yang di analisis oleh peneliti akan menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (membercheck)
dengan berbagai sumber data tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi ini dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama melalui teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh melalui wawancara lalu di cek dengan
observasi, atau dokumentasi.
58
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga mempengaruhi kredibilitas data. untuk itu
untuk pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau
teknik lain dengan dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila
hasil uji meghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
berulang-ulang hingga ditemukan kepastian data nya.
J. Pendekatan Data dan Keilmuan
1. Pendekatan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
data kualitatif. Untuk memperoleh data kualitatif, peneliti
mengumpulkan data dengan dokumen, wawancara, pengecekan
keabsahan data, teknik analisa data, dan tahapan penelitian.
2. Pendekatan Keilmuan
Pendekatan yang digunakan adalah keilmuan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Diantaranya adalah ilmu sosiologi, ilmu
antropologi, ilmu sosiologi agama, dan ilmu psikologi.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun
Selatan, Kabupaten Bekasi
1. Visi
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang
keadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi
dan kebutuhan desa. Penyusunan Visi Desa Lambang Jaya ini
dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-
pihak yang berkepentingan di Desa Lambang Jaya seperti
pemerintah desa, BPD, tokoh masyarakat, tokoh agama,
lembaga masyarakat desa dan masyarakat desa pada umumnya.
Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti satuan kerja
wilayah pembangunan di kecamatan, maka berdasarkan
pertimbangan di atas Visi Desa Lambang Jaya adalah
“ Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Lahir dan Bathin
Berbasis Pemberdayaan Potensi Yang Dimiliki Desa
Lambang Jaya”
2. Misi
Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi
yang memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh
desa agar tercapainya visi desa tersebut. Visi berada di atas misi.
Pernyataan visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat
dioperasionalkan/dikerjakan.
sebagaimana proses yang dilakukan maka misi Desa
Lambang Jaya adalah :
a. Meningkatkan pelayanan kebutuhan masyarakat yang
cepat, tepat dan hemat
b. Meningkatkan kegiatan keagamaan
60
c. Meningkatkan kegiatan penyuluhan pendidikan,
kebersihan dan kesehatan
d. Memperbaiki birokrasi dan meningkatkan kesejahteraan
pegawai desa
e. Meningkatkan pembinaan Tim Penggerak PKK, kader
Posyandu, Pemuda dan Olahraga
f. Meningkatkan kesejahteraan guru-guru pengajian dan
marbot masjid
g. Meningkatkan sarana dan prasarana musholla, masjid dan
majlis ta’lim
h. Meningkatkan penyuluhan hak dan kewajiban seluruh
masyarakat
i. Mengusahakan pengurangan pengangguran-pengangguran
j. Meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
3. Sejarah Desa Lambang Jaya
Pada awalnya Desa Lambang Jaya termasuk ke dalam
wilayah Desa Sukadami Kecamatan Tambun Kabupaten Daerah
Tingkat II Bekasi, yang dipimpin oleh seorang kepala Desa yang
bernama Marjuki Alam (Alm). Pada tahun 1974 Desa Sukadami
dimekarkan menjadi tiga Desa yaitu Desa Tambun, Setia Darma
dan Lambang Jaya.
Berikut periode pemerintahan Desa Lambang Jaya sejak
tahun :
1. Periode 1974 – 1980 Kades H. Abdul Wahid
2. Periode 1980 – 1988 Kades H. Boih Ibrahim
3. Periode 1988 – 1998 Kades H. Encep Khaerudin. BA
4. Periode 1998 – 2012 Kades Samsudin (2 Periode)
5. Periode 2012 – 2018 Kades Kimblan Sahroni
61
4. Kondisi Umum Desa Lambang Jaya
a. Letak Geografis
Secara geografis desa Lambang Jaya terletak di
antara garis lintang selatan dan bujur timur, pada
ketinggian 14 Mil di atas permukaan laut, dengan luas
wilayah lebih kurang 256,438 Ha, terdiri dari 3 wilayah
dusun, 17 wilayah Rukun Warga (RW) dan 52 wilayah
Rukun Tetangga (RT) yang secara administratif
berbatasan dengan :
1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Tambun
kec. Tambun Selatan dengan Kalimalang sebagai
pembatasnya.
2) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Cibuntu
kec. Cibitung.
3) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Cijengkol
kec. Setu.
4) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Lambang
Sari kec. Tambun Selatan.
b. Topografi
Secara umum, wilayah Desa Lambang Jaya
merupakan daratan rendah dengan ketinggian tanah dari
permukaan laut 6 meter, Suhu udara rata-rata 30˚C,
beriklim tropis pada kondisi No..rmal. Musim kemarau
terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Agustus,
sedangkan musim penghujan terjadi pada Bulan
September sampai dengan Bulan Februari.
62
c. Penduduk Desa Lambang Jaya
Desa Lambang Jaya mempunyai Jumlah Penduduk
7.748 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan sebagai berikut :
TABEL 2
Jumlah Penduduk Desa Lambang Jaya
No. Jenis kelamin Jumlah Prosentase
(%)
1 Laki-laki 4.020 Jiwa 52%
2 Perempuan 3.728 Jiwa 48%
JUMLAH 1.748 Jiwa
d. Usia Penduduk Desa Lambang Jaya
TABEL 3
Usia Penduduk Desa Lambang Jaya
No. Usia Jumlah Prosentase
(%)
1 0 – 5 Tahun 455 Orang 6%
2 6 – 12 Tahun 724 Orang 9%
3 13 – 18 Tahun 957 Orang 12%
5 19 – 60 Tahun 5.110 Orang 66%
6 Di atas 60 Tahun 502 Orang 7%
e. Agama/Aliran Kepercayaan Penduduk Desa Lambang
Jaya
TABEL 4
Aliran Kepercayaan Penduduk Desa Lambang Jaya
No. Agama Jumlah Prosentase (%)
1 Islam 7.102 Orang 92%
63
2 Kristen 255 Orang 3%
3 Katholik 163 Orang 2%
4 Hindu 110 Orang 1%
5 Budha 113 Orang 2%
6 Khonghucu 5 Orang 0%
f. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Lambang
Jaya
Keadaan sosial dan ekonomi di Desa Lambang Jaya
sudah termasuk Desa yang berkembang, dikarenakan
penduduk di Desa Lambang Jaya sudah sangat heterogen
dikarenakan banyak perumahan dan Desa Lambang Jaya
letaknya berdekatan denganan kawasan perindustrian yang
menyebabkan pesatnya perkembangan ekonomi di Desa
Lambang Jaya.
g. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Lambang Jaya
TABEL 5
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Lambang Jaya
No. Tingkat pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1 Tidak/Belum Tamat SD 46 Orang 1%
2 Tamat SD 1.283 Orang 23%
3 Tamat SLTP 1.068 Orang 20%
4 Tamat SLTA 2.150 Orang 39%
5 Tamat Diploma 279 Orang 5%
6 Tamat Sarjana 671 Orang 12%
h. Mata Pencaharian Penduduk Desa Lambang Jaya
Karena Desa Lambang Jaya merupakan Desa
Pertanian, maka sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut :
64
TABEL 6
Mata Pencaharian Penduduk Desa Lambang Jaya
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Keterangan
1 Petani 135 Orang
3 Peternak 2 Orang
4 Pedagang Keliling 29 Orang
6 Dokter Swasta 28 Orang
7 Bidan Swasta 3 Orang
8 Perawat Swasta 7 Orang
9 Guru/Dosen Swasta 18 Orang
10 Karyawan Swasta 1.287 Orang
11 Karyawan Pemerintah 28 Orang
12 Pensiunan 13 Orang
13 Buruh Tani 9 Orang
14 Pengacara 1 Orang
15 Montir 2 Orang
16 PNS 132 Orang
17 TNI/POLRI 21 Orang
18 Pembantu Rumah Tangga 1 Orang
i. Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah di Desa Lambang Jaya
diseimbangkan, karena di Desa Lambang Jaya sudah
banyak dibangun perumahan/pemukiman, untuk itu lahan
pertanian, persawahan dan lahan kosong untuk serapan air
harus seimbang dan terjaga agar tidak terjadi banjir.
j. Sarana dan Prasarana Desa Lambang Jaya
Sarana dan prasarana di desa Lambang Jaya
ditunjang oleh Kantor Desa yaitu ruang kepala desa, ruang
65
sekdes, ruang kaur, ruang BPD, ruang PKK, ruang
pelayanan, Aula dalam untuk rapat dan acara-acara
lainnya, tempat parkir dan untuk proses pembuatan surat
menyurat sudah menggunakan komputer dan semua data
kependudukan terarsip dengan baik dan rapi.
5. Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Perangkat
Desa
a. Kepala Desa
Kepala Desa mempunyai tugas :
1) Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa.
2) Membina kehidupan masyarakat desa.
3) Membina perekonomian desa.
4) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat
desa.
5) Mendamaikan perselisihan masyarakat desa.
6) mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan
dan dapat menunjukan kuasa hukumnya.
7) Mengajukan rancangan peraturan desa dan bersama
BPD menetapkannya sebagai peraturan desa.
8) menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan
berkembang di desa yang bersangkutan.
b. Sekretaris Desa
Sekretaris Desa dalam membantu Kepala Desa
mempunyai tugas
1) Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala
Desa.
2) Memimpin, mengkoordinir dan mengendalikan serta
mengawasi semua unsur/kegiatan Sekretaris Desa.
66
3) Memberikan informasi mengenai keadaan Sekretaris
Desa dan keadaan umum desa.
4) Merumuskan program kegiatan Kepala Desa.
5) Melaksanakan unsur surat menyurat kearsipan dan
laporan.
6) Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan
mencatat hasil-hasil rapat.
7) menyusun rancangan anggaran penerimaan dan
belanja.
8) Mengadakan kegiatan inventarisasi (mencatat,
mengawasi dan memelihara) kekayaan desa.
9) Melaksanakan kegiatan pencatatan mutasi tanah dan
pencatatan administrasi pertanahan.
10) Melaksanakan administrasi kepegawain aparat desa.
11) Melaksanakan administrasi kependudukan
administrasi pembangunan, administrasi
kemasyarakatan.
12) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Desa.
c. Kepala Urusan Pemerintahan
Kepala Urusan Pemerintahan dalam membantu
Sekretaris Desa mempunyai tugas :
1) Melaksanakan kegiatan administrasi penduduk di
desa.
2) Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dalam hal Kartu Tanda Penduduk
(KTP).
3) Melaksanakan kegiatan administrasi pertanahan.
4) Melaksanakan pencatatan kegiatan moNo..grafi
desa.
67
5) Melaksanakan kegiatan kemasyarakatan antara lain
RT, RW dan kegiatan ketentraman dan ketertiban
serta pertahanan sipil (catatan : sekarang menjadi
pelindung masyarakat atau linmas).
6) Melaksanakan penyelenggaraan buku administrasi
peraturan desa dan Keputusan Kepala Desa.
7) Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
d. Kepala Urusan Pembangunan
Kepala Urusan Pembangunan dalam membantu
Sekretaris Desa mempunyai tugas :
1) Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan
di desa.
2) Melaksanakan pencatatan hasil swadaya masyarakat
dalam pembangunan desa.
3) Menghimpun data potensi desa serta menganalisa
dan memeliharanya untuk dikembangkan.
4) Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan
guna pembuatan daftar usulan serta mencatat daftar
isian proyek/daftar isian kegiatan.
e. Kepala Urusan Perekonomian
Kepala Urusan Perekonomian dalam membantu
Sekretaris Desa mempunyai tugas :
1) Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan
dan kegiatan di bidang pertanian perindustrian
maupun pembangunan lainnya.
2) Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan
perekoNo..mian (KUD, Perkoperasian, Perkreditan,
dan lembaga perekoNo..mian lainnya).
68
3) Melaksanakan pencatatan mengenai tera ulang dan
memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam
hal permohonan Pembuatan Izin Usaha dan Izin
Mendirikan Bangunan.
4) melaksanakan tugas yang diberikan Sekretaris Desa.
f. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat
Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat dalam
membantu Sekretaris Desa mempunyai tugas :
1) Melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan
kesejahteraan rakyat atau masyarakat termasuk
bencana alam, bantuan sosial, pendidikan dan
kebudayaan, kesenian, olah raga, pemuda, pramuka
dan PMI di desa.
2) Menyelenggarakan inventarisasi penduduk yang
tuna karya, tuna wisma, tuna susila, para
penyandang cacat baik mental maupun fisik, yatim
piatu, jompo, panti asuhan dan pencatatan dalam
rangka memasyarakatkan bekas para narapidana.
3) Mengikuti perkembangan serta melaporkan
perkembangan serta melaporkan tentang keadaan
masyarakat dan kegiatan lainnya di desa
(perpustakaan).
4) Mengikuti perkembangan serta mencatat kegiatan
program kependudukan (Keluarga Berencana,
ketenagakerjaan, transmigrasi dan lingkungan
hidup).
5) Melakukan kegiatan pencatatan bagi para peserta
jamaah haji di desa.
69
6) Melaksanakan kegiatan pencatatan dan
perkembangan keagamaan, kegiatan Badan Amil
Zakat (BAZ) dan melaksanakan urusan kematian.
7) Melaksanakan kegiatan DKM, Lumbung Bahagia
atau Beras Paceklik.
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris
Desa.
g. Kepala Urusan Keuangan
Kepala Urusan Keuangan dalam membantu
Sekretaris Desa mempunyai tugas :
1) Melakukan kegiatan pencatatan mengenai
penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2) Mengumpulkan dan menganalisis data sumber
penghasilan desa baru untuk perkembangan.
3) Melakukan kegiatan administrasi pajak yanhg
dikelola oleh desa.
4) Melakukan kegiatan administrasi keuangan desa.
5) Merencanakan penyusunan APBDES untuk
dikonsultasikan dengan BPD.
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Sekretaris Desa.
h. Kepala Urusan Umum
Kepala Urusan Umum dalam membantu Sekretaris
Desa mempunyai tugas :
1) Melaksanakan, menerima dan mengendalikan surat-
surat masuk dan keluar serta melaksanakan tata
kearsipan.
70
2) Melaksanakan penyediaan, penyimpanan dan
pendistribusian alat-alat kantor, pemeliharaan dan
perbaikan peralatan kantor.
3) Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan
pelaksanaan piket.
4) Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan
kebersihan kantor dan bangunan lain milik desa.
5) Menyelenggarakan pengelolaan buku administrasi.
6) Mencatat inventarisasi kekayaan desa.
7) Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan
penerimaan tamu dinas serta kegiatan kerumah
tanggaan pada umumnya.
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Sekretaris Desa.
i. Kepala Urusan Ketentraman dan Ketertiban
Kepala Urusan Ketentraman dan Ketertiban dalam
membantu Sekretaris Desa mempunyai tugas.
1) Membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya
sesuai dengan kebijaksanaan ketentraman dan
ketertiban yang diterapkan oleh pemerintah.
2) Melakukan dan melaksanakan administrasi
ketertiban dan ketentraman.
3) Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan
pelaksanaan piket di desa.
4) Memantau pelaksanaan kegiatan di lingkungan desa.
5) Melaporkan apabila terjadi tindak kriminal baik
kepada desa maupun yang berwajib.
6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
Sekretaris Desa.
71
b. Struktur Organisasi Desa Lambang Jaya
Gambar 2
Struktur Organisasi Desa Lambang Jaya
72
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Wawancara
a. Pendapat Orang tua terhadap Nilai-Nilai Keagamaan
bagi Anak
Pendapat Orang tua terhadap nilai-nilai keagamaan
bagi anak adalah bahwa nilai-nilai keagamaan tersebut
merupakan suatu modal utama atau pondasi yang paling
kuat dalam kehidupannya di masa sekarang ataupun di
masa mendatang, yang sangat bermanfaat bagi anak dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pedoman atau pembatas
dalam bertindak. Seperti yang dikatakan oleh ibu Manih
Suarni dalam wawancaranya:
“Yaaa udah pasti sangat penting, karnakan agama
itu pondasi, dan memang yang paling utama kan ya
memang agama, setelah itu yang lainnya. Yang
lainnya mah gampang, yang penting kan pondasinya
dulu yang paling pokok dan utamanya yaitu agama.
Karena agama itu bukan buat sekarang aja, tapi
masa depan juga. Kalo sekarang aja agamanya
kurang, gimana nanti kalo udah dewasa.”1
Adapun menurut Bapak Muhamad Yasin dalam
wawancaranya mengatakan :
“Menurut saya nilai agama itu penting. Karena kan
jamannya udah apa ya, pergaulan udah bebas, jika
kita menanamkan nilai agama yang kokoh, anak
akan terhindar dari pergaulan-pergaulan bebas.
Iya, pokonya sangat penting kalo menurut saya.”2
1 Manih Suarni, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017.
2 Muhamad Yasin, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017.
73
Karena dengan adanya nilai agama yang kokoh pada
diri anak, maka anak akan dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang salah, mana yang haram dan mana
yang halal. Namun sebaliknya, apabila kurangnya nilai-
nilai keagamaan pada diri anak, dikhawatirkan anak akan
lebih mudah terbawa arus pergaulan oleh teman
sejawatnya yang bisa saja mengarah pada hal negatif.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Cindy Kurnia dalam
wawancaranya :
“Menurut saya, nilai keagamaan sangat penting
sekali. Yaa alasannya karna kalau seandainya kita
tidak menanamkan agama dari kecil yah, yaaa
kesananya tuh yaa namanya pergaulan yaa bebas,
paling tidak anak ada pegangan keagamaan yang
kuat, biar terhindar dari pergaulan bebas yang
negatif.”3
Begitupun dengan bapak Ahmad. Bapak Ahmad
mengatakan dalam wawancaranya:
“Menurut saya sangat penting sekali, karna emmmm
agama itu ibarat rumah, pondasinya. Jika
agamanya kuat InsyaAllah yang lain ngikutin. Kalo
ibarat kendaraan dia itu rem. Jadi, agama itu yang
jadi pedoman untuk menentukan mana yang baik
mana yang tidak.”4
b. Pendapat Orang Tua tentang Pendidikan Anak di
Sekolah
Dalam dunia pendidikan, selain pentingnya dalam
menanamkan pengetahuan umum, pengetahuan agama
juga menjadi salah satu hal penting yang perlu ditanamkan
para guru kepada peserta didik. Tapi sayangnya, mayoritas
sekolah umum hanya memberikan pendidikan agama
3 Cindy Kurnia, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
4 Ahmad, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
74
sebatas pengetahuan dasar yang hanya sekedar memenuhi
RPP, tanpa mempedulikan pengaplikasiannya dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengetahuan umum
dengan agama merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Seperti yang dikatakan Ibu Cindy Kurnia
dalam wawancaranya:
“Kalo masalah pendidikan di sekolah si pastinya
pelajaran umumnya dapet. Kayak matematika, IPA,
IPS. Tapi kalo pendidikan agama kurang. Makanya
kalau di rumah, saya suka nyuruh anak saya ngaji,
Shalat, soalnya kalo di sekolah kurang dapet ilmu
agamanya.”5
Begitupun menurut Ibu Ratih Hartati dalam
wawancaranya yang mengatakan:
“Pendidikan yang paling utama sih, kan agama.
Tapi anak tetep juga harus belajar pelajaran umum
yang di sekolah. Sekolah kan wajib. Memang kalau
di sekolah pelajaran agamanya kurang, mayoritas
pelajaran umum. Makanya disini tugas Orang tua,
saya sama ayahnya kalau di rumah ya bener-bener
ngajarin anak, dibiasain Shalat, ngaji. Soalnya kalo
di sekolah kan anak cuma diajarin teorinya aja,
penerapannya di rumah. Tapi kalau urusan
pelajaran umum si emang sekolah tempat
belajarnya.”6
Dengan pendidikan, seorang anak akan mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik dalam aspek pola pikir,
sikap, perbuatan dan tingkah laku. Sedangkan agama
adalah pedoman atau penopang sikap tersebut, agar
kecerdasan hasil proses pendidikan dapat dimanfaatkan
dengan benar sesuai koridor normatif dan tidak digunakan
kearah yang menyimpang. Dan sebaliknya, jika
pendidikan tidak diseimbangkan dengan nilai agama yang
5 Cindy Kurnia, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
6 Ratih Hartati, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
75
mencukupi, maka kecerdasan hasil proses pendidikan
tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal yang menyimpang
dari nilai-nilai normatif. Seperti yang dikatakan oleh
Bapak Najam Syahroni, S.Pd ketika diwawancarai:
“Menurut saya, pendidikan agama memang lebih
dominan diajarkan di rumah dibandingkan di
sekolah. Kecuali sekolahnya sekolah agama seperti
pesantren atau madrasah. Kalau anak saya sendiri
kan sekolah di sekolah umum, makanya saya
mengimbangi pengajaran agama yang cukup di
rumah, agar bekal ilmu seimbang antara ilmu
pengetahuan umum dengan ilmu agama. Karena
percuma ya Dek, kalo cerdas dalam ilmu umum,
pinter, tapi gak punya agama. Karena orang pinter
bisa aja korupsi. Yang pinter bisa aja penipu.
Makanya diimbangi dengan agama, biar ilmunya
sejalan dengan agama, tidak digunakan untuk hal-
hal yang salah.”7
Dan Ibu Aan Suhaemi dalam wawancaranya yang
mengatakan:
“Ya kalo menurut saya, pendidikan di sekolah itu
sangat penting. Karena proses pendidikan itu kan
yang mempengaruhi perkembangan otak,
perkembangan kecerdasan. Dari sekolah, belajar
umum, anak jadi pinter, cerdas. Kan kecerdasan
juga jadi modal buat masa depannya. Tapi emang
harus diseimbangin sama agamanya. Kalo di
sekolah kurang pendidikan agamanya, maka di
rumah tugas Orang tua untuk memberikan
pendidikan agama.”8
c. Nilai-Nilai yang ditanamkan Pada Anak
1) Nilai Pengetahuan Umum
Dari sepuluh informan dalam wawancara
penelitian, semua menjawab bahwa pendidikan
umum tidak kalah penting dengan pendidikan
7 Najam Syahroni, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
8 Aan Suhaemi, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
76
agama, yang dapat diraih di sekolah melalui
pendidikan formal. Karena pendidikan umum selain
untuk meningkatkan kecerdasan kognitif, juga
sebagai salah satu wadah untuk mencapai
kesuksesan di masa depan dalam aspek pekerjaan.
Jika pendidikan agama lebih dititik beratkan pada
tanggung jawab Orang tua, maka pendidikan umum
lebih diberikan tanggungjawab kepada guru-guru di
sekolah, yang masih dipantau oleh Orang tua saat
mengerjakan tugas sekolah dirumah. Seperti salah
satu hasil wawancara dari Ibu Robiah Adawiyah
yang mengatakan:
“Ya selain belajar agama juga belajar umum
wajib yaa. Kalo belajar di sekolah kan
langsung sama guru, jadi saya pribadi paling
kalau di rumah bantu anak aja ngerjain PR.
Pokoknya kalau pelajaran di sekolah saya si
udah percaya sama guru-guru di sekolah.
Pokoknya ya itu, pelajaran umum juga penting
buat masa depan anak. Dia jadi pinter, buat
masa depannya. Kerja kan harus pake ijazah
juga. Kalo gak sekolah ya gimana, susah.”9
2) Nilai Pengetahuan Agama
Nilai agama merupakan bekal untuk masa
depan dan dapat dijadikan sebagai pedoman hidup
bagi seseorang dalam menjalankan kehidupannya
sehari-hari agar terhindar dari hal-hal yang negatif.
Berdasarkan hasil wawancara kepada sepuluh
informan, adapun nilai-nilai agama yang
disosialisasikan kepada anaknya adalah :
9 Robiah Adawiyah, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
77
a. Aqidah
Aqidah merupakan kepercayaan hati dan
pembenarannya kepada sesuatu, dimana dalam
ajaran agama Islam mengatakan bahwa satu-
satunya zat yang harus disembah tidak lain dan
tidak bukan hanyalah Allah S.W.T. Seperti
yang diungkapkan oleh bapak Muhamad
Yasin:
“yaaa khususnya nilai agama yang
dianut, seperti yang kita anut ini agama
Islam, karena kan memang emmmm
agar menumbuhkan jiwa atau aqidah
yang kuat. Untuk diri anak jadi lebih
kuat, lebih percaya sama agamanya.
Yaaa aqidah emang harus ada.
Penting.”10
b. Shalat
Shalat adalah salah satu kewajiban yang
harus dilakukan oleh setiap umat Islam apabila
telah mencapai usia dewasa/baligh. Namun
ibadah Shalat tersebut biasanya sudah
dibiasakan oleh orang tua kepada anaknya
sejak anak masih kecil, agar kelak anak sudah
terbiasa untuk melakukannya. Menurut salah
satu informan mengatakan bahwa :
“Kalo pelajaran agama yang di rumah
ya pasti kayak Shalat, ngaji. Kalo Shalat
kan bisa dirumah sama saya. Tapi kalo
ngaji saya suruh ke Musholla. Kadang-
kadang juga Shalat di Musholla juga.
Tapi saya selalu menyuruh dan
mengajak anak saya untuk Shalat
10
Muhamad Yasin, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
78
terutama Shalat fardu nya aja dulu.”
(Wawancara Bapak Madinah)11
Sama halnya yang diungkapkan Ibu
Robiah Adawiyah yang mengutamakan Shalat
pada anaknya:
“Pertama si itu dulu Shalat. Shalat kalo
gak dibiasain dari kecil nanti udah
besarnya takutnya males. Yang paling
utama si itu udah, Shalatnya, sama
ngaji, hafalan surat-surat pendek juga
Alhamdulillah dia udah mulai bisa.
Pokoknya yang utama Shalat aja itu si
udah.”12
c. Akhlak
Akhlak merupakan dasar pedoman bagi
anak agar dapat mempunyai sikap dan tingkah
laku yang baik, antara dirinya dengan
Tuhannya, dan antara dirinya dengan sesama
manusia, seperti menghormati orang yang
lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan
menghargai teman sebayanya. Dengan
mempunyai dasar akhlak yang baik, selain
bermanfaat bagi dirinya sendiri agar terhindar
dari hal negatif, anak juga mampu membawa
teman sejawatnya dalam hal positif.
Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Ibu
Robiah Adawiyah dalam wawancaranya:
“Terutama si akhlak ya, kalo pelajaran-
pelajaran itu kan menunjang, percuma
kalo pelajarannya bagus tapi akhlaknya
11
Madinah, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 12
Robiah Adawiyah, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
79
tidak baik sama aja, karna yang paling
utama kan akhlak.”13
Begitu juga dalam wawancara bapak
Ahmad :
“Yang paling penting ya akhlak. Kalau
gak ada akhlak, dia jadi tidak bisa
bergaul dengan baik. Seperti ngomong,
kan, bahasanya. Kalau dia punya
akhlak, pasti gak mungkin bicara gua
elu ke orang yang lebih tua. Dia bisa
punya sikap hormat sama orang yang
lebih tua, sama temannya. Nanti
temannya bisa ikutan baik juga, kalau
anak kita punya akhlak yang baik.”14
d. Sopan Santun
Selanjutnya nilai keagamaan yang
disosialisasikan Orang tua terhadap anaknya
yaitu sopan santun. Anak dibekali sopan
santun sejak kecil, diharapkan agar kelak anak
terbiasa untuk berlaku sopan kepada sesama
manusia lainnya, baik kepada orang tuanya
sendiri, gurunya, temannya, dan oranglain
yang ada di kehidupannya. Salah satunya
seperti yang diungkapkan oleh bapak Awan :
“Sopan santun juga perlu menurut saya.
Buat bermasyarakat, bergaul. Terutama
sopan santun kepada orang tua, jangan
durhaka. Kepada gurunya, temannya,
kakak-kakaknya, adiknya.”15
Sama halnya dengan yang diungkapkan
bapak Ahmad :
13
Robiah Adawiyah, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 14
Ahmad, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 15
Awan, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
80
“Kalau saya selalu menasehati anak
saya, saya kasih tahu kalau bicara sama
yang lebih tua seharusnya bagaimana,
bahasa yang di pakai yang bagus
bagaimana, masa iya si sama orang
yang lebih tua manggilnya elu gua, ya
mungkin kalau sama teman sebaya
dalam pergaulan boleh, tapi dalam
sehari-hari sama yang lebih tua harus
sopan.”
d. Strategi Sosialisasi Nilai Keagamaan oleh Orang Tua
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,
diketahui bahwa ada beberapa cara orang tua menanamkan
nilai-nilai keagamaan pada anak, antara lain:
1. Menasehati
Salah satu usaha yang dilakukan orang tua
dalam menanamkan nilai-nilai agama kepada anak
mereka adalah seringnya orang tua memberikan
nasehat kepada anak-anaknya. Nasehat merupakan
ungkapan kata-kata hikmah yag memberikan kesan
bahwa ia adalah terpuji dan mulia, selain berupa
anjuran agar anak melakukan perbuatan yang baik
dan benar, nasehat juga diberikan dalam bentuk
melarang. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Aan
Suhaemi.
“kalau saya pertama saya nasehatin dulu anak
sayanya, kenapa kamu begini, kamu gak boleh
begini, nah setelah itu baru dah saya
memberiakn contoh dan mulai menyuruhnya
pelan-pelan, jadi gak langsung marah-marah
atau menghukumnya, karnakan kita kasian
juga ya namanya sama anak sendir”16
16
Aan Suhaemi, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
81
Apabilai nilai ini disosialisasikan kepada anak
maka anak akan tumbuh dengan jiwa yang baik,
karena salah satu kunci penting dalam suatu
keberhasilan seseorang adalah dengan adanya sifat
jujur dalam diri seseorang, sehingga dengan
demikian beliau menanamkan kepada anaknya sejak
dini. Selain itu orang tua pada umumnya juga sering
memberikan nasihat untuk selalu menghormati
orang lain terutama orang tua, tolong menolong,
rajin shalat, dan bersikap sopan terhadap keluarga
maupun orang lain. Hal ini dikatakan oleh kesepuluh
responden yang telah saya wawancarai.
2. Memberikan Contoh
Peran orang tua sangat penting demi
terciptanya suatu kepribadian individu yang
diharapkan oleh masyarakat. Oleh karena itu orang
tua perlu menyadari akan peran dan tanggung jawab
mereka terhadap anak-anaknya yang sangat penting,
orang tua sebagai teladan pertama bagi anak-
anaknya dan sebagai institusi yang paling
berpengaruh terhadap proses sosialisasi anak,
kususnya mengenai nilai-nilai agama.
Setiap orang tua tentunya menginginkan agar
anak-anaknya dapat melakukan perbuatan-perbuatan
yang baik dan benar. Untuk itu perlunya orang tua
memberikan contoh pada anak-anaknya agar sikap
anak akan lebih terarah ke hal yang positif seperti
yang diungkapkan oleh ibu Ratih Hartati:
“kalau saya si kita aja dulu sebagai orang tua
nya, orang tua nya dulu, kalu anak liat orang
tua nya kaya begitu yaa anak pasti ngikutin,
82
jadi lebih ke memberi contoh si, dari orang
tua nya dulu sebagai orang tuanya”17
Orang tua bertugas membentuk kebiasaan-
kebiasaan yang positif sebagai suatu pondasi dalam
keluarga. Dengan pembiasaan-pembiasaan tersebut
anak akan mengikuti atau menyesuaikan diri
bersama keteladanan orang tuanya. Selain itu bapak
Najam Syahroni, S.Pd. juga mengungkapkan bahwa:
“saya memberikan penjelasan kemudian
memberikan contoh, karna kalu seandainya
kita menyuruh berarti ada paksaan, kalau
saya enggak pernah menyuruh anak saya tapi
saya harus memberikan contoh kepada anak
saya”18
Dalam mensosialisasikan nilai-nilai agama
tersebut kepada anak, selain memberikan
pemahaman atau penjelasan, orang tua juga perlu
menerapkan nilai-nilai agama tersebut dengan
konkrit, agar anak secara tidak langsung akan
mencontoh perilakunya tersebut.
3. Melarang
Para orang tua juga sering melakukan
sosialisasi nilai-nilai agama kepada anaknya dalam
bentuk larangan pada anaknya untuk tidak
melakukan hal-hal atau perbuatan yang dapat
melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan
norma agama.
17
Ratih Hartati, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 18
Najam Syahroni, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
83
Dalam hal ini seperti yang dikemukakan oleh
bapak Ahmad :
“Saya selalu mengingatkan dan melarang
anakku untuk bergaul dengan teman-temannya
yang nakal, karena khawatir nanti bakal ikut
juga nanti anakku berbuat nakal sama seperti
temannya, karnakan pergaulan sangat
berpengaruh.” 19
Jika ini disosialisasikan kepada anak maka
anak akan menjadi pandai dalam bergaul
khususnya memilih teman sepermainan, karena
tidak bisa dipungkiri salah satu penyebab anak
berbuat negatif adalah dari teman sepermainannya
sendiri karena meniru hal-hal yang negatif dari
temannya, misalnya berkata-kata kasar dan lain
sebagainya. Lain halnya yang diungkapkan oleh
bapak Muhamad Yasin :
“bapak selalu melarang anak bapak keluar
rumah kalo sudah malam, apalagi hanya
untuk bermain, karna tidak ada manfaatnya,
kalo malam itu waktunya belajar dan
istirahat.”20
Adapun bentuk larangan yang sering dikatakan
orang tua kepada anak-anaknya yaitu larangan
berbohong karena dengan berbohong akan
menimbulkan masalah besar, sekali anak berbohong
maka seterusnya akan berbohong, begitupun
mencuri, berkelahi, dan perbuatan negatif lainnya.
Seperti dikatan oleh bapak Awan dalam
wawancaranya.
19
Ahmad, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 20
Yasin, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
84
“Sebelum saya berangkat bekerja saya selau
mengingatkan anak saya supaya kalo main
jangan nakal, jangan berantem, dan juga saya
sering melarang anak saya untuk tidak
berbohong dan mencuri, supaya anak saya
tidak melakukan hal tersebut.”
4. Menghukum atau Memberi Sanksi
Sanksi merupakan suatu hukuman akibat
melakukan suatu pelanggaran. Pemberian sanksi
akan menyadarkan seseorang bahwa ia melakukan
perbuatan yang tercela/salah. Seringkali orang tua
menghadapi tingkah laku anaknya yang sengaja atau
tidak sengaja melanggar perkataan dari orang tua.
Seperti yang diungkapkan ibu Ratih Hartati:
“Kalau bapa nya si keras memang, jadi kalau
si anak nakal ini langsung di hukum, kaya
kemarin aja anaknya main sama banci itu
langsung di ceburin ke kali, jadi kalu anak ini
nakal langsung di hukum sama bapanya.21
e. Hambatan yang dihadapi Orang Tua dalam
Mensosialisasikan Nilai-Nilai Keagamaan Terhadap
Anak
Hasil dari wawancara dengan informan, terdapat
beberapa hambatan yang dihadapi orang tua dalam
mensosialisasikan nilai-nilai agama terhadap anak, yaitu:
1. Teman Sepermainan
Lingkungan adalah ruang di mana seseorang
hidup, baik ruangan fisik, mental maupun spiritual.
Lingkungan itu sendiri sebenarnya netral, tidak
mempengaruhi apa-apa jika hanya dilalui sepintas
21
Ratih Hartati, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
85
kilas. Ia baru mempengaruhi manusia ketika
menstimuli manusia secara berulang-ulang, terus
menerus dalam waktu yang lama. Pengaruh
lingkungan terhadap manusia bisa berupa
membentuk atau mengubah tingkah laku, bisa positif
bisa juga negatif bergantung kepada faktor-faktor
apa yang relevan dengan kegiatan atau dengan
perhatian manusia.
Manusia adalah makhluk sosial yang dapat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial di mana ia
berada. Seringkali pengaruh lingkungan itu sangat
besar sehingga bukan hanya mengubah atau
meluruskan, tetapi sampai mengalahkan tabiat asal
seseorang. Hal tersebut bisa saja dikarenakan karena
pengaruh lingkungan khususnya lingkungan teman
sepermainannya seperti yang di ungkapkan bapak
Najam Syahroni, S.Pd.:
“yang menjadi pengaruh nya yaaaa paling
pergaulan, teman pergaulannya, teman
bermainnya yang mempengaruhi dalam
melakukan kenakal-kenakalan yang dimana
pergaulan jaman sekarang semakin bebas.”22
Begitupun sama halnya dengan bapak Madinah
yang mengatakan:
“kadang anak nya yang jarang di rumah, main
mulu jarang ada dirumah, jadi kita jarang
ketemu sama anaknya, kan kalo malem dia
kadang udah tidur duluan”23
Lain halnya yang dijelaska ibu Robiah
Adawiah, yaitu :
22
Najam Syahroni, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 23
Madinah, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
86
“kadang kalo anak umur segini tuh
hambatannya paling mood nya dia, dan kalo
anak yang lebih dewasa biasanya lagi kenal
main, lagi seneng main bersama temen-temen
nya jadi sering main.. Tapi kalo anak masih
kelas 1, 2 SD si kadang mood nya dia yang
susah untuk di ajarin”24
2. Sikap/Watak Anak
Setiap anak pasti mempunyai pola perilaku
yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan latar
belakang dari keluarga yang berbeda serta cara
mendidik orang tua yang berbeda pula. Tidak semua
anak sama sikapnya, ada yang nakal, sabar,
pendiam, pemalu dan lain sebagainya sehingga
sering menyulitkan orang tua dalam
mensosialisasikan nilai agama tersebut, seperti yang
diungkapkan ibu Cindy Kurnia:
“apa ya. Yaa mungkin kadang-kadang ya
udah kita kasih tahu tapi suka ini suka alesan,
suka membantah, susah dibilangin nya, keras
kepala, ya tapi ya kita kasih tau lagi di rumah
pelan-pelan”25
Sama halnya yang dijelaskan oleh ibu Aan
Suhaemi terkadang sifat anak masih suka banyak
alasannya.
“yaaa yang namanya anak kadang, saya lebih
mudah ngajarin anak orang ketimbang anak
sendiri, karna anak sendiri kalo kita ajarin
banyak alasannya kadang capee, ngantuk lah
inilah, males lah, jadi kita juga gak bisa
maksa sih, pelan-pelan aja ngajarinnya”26
24
Robiah Adawiyah, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 25
Cindy Kurnia, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 26
Aan Suhaemi, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
87
Selain pengaruh lingkungan, Pengaruh Sikap
dan Watak seorang anak juga sangat berpengaruh
dalam penanaman nilai keagamaan pada anak, jika
anak mempunyai sikap dan watak yang baik maka
semakin mudah orang tua untuk mensosialisasikan
dan menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap
anak, namun sebaliknya, jika seorang anak memiliki
sikap dan watak yang keras kepala, susah diatur,
makan akan menjadi hambatan orang tua untuk
mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan terhadap
anak.
3. Media Massa (TV dan Gadget)
Media massa adalah suatu sarana atau alat
yang digunakan dalam proses komunikasi massa,
yaitu komunikasi yang diarahkan kepada orang
banyak. Yang termasuk media massa salah satunya
adalah TV dan internet. Pertama, televisi hingga saat
ini masih menjadi “juara bertahan” sebagai media
massa yang paling banyak digunakan, khususnya
di Indonesia. Pemakaian televisi sudah menjadi
budaya dan menjadi kebutuhan primer bagi
masyarakat. Tak heran karena tayangan-tayangan
yang disajikan di televisi semakin hari semakin
modern dan tidak menutup kemungkinan tayangan
tersebut sering kali ada yang berbau negatif dan
biasanya di contoh oleh anak.
Sebagai salah satu “sesepuh” media massa,
televisi masih tetap tetap eksis dan tidak kehilangan
penonton setianya. Sehingga televisi menjadi salah
satu kendala orang tua dalam mensosialisasikan nilai
88
agama tersebut karena anak sering kali meniru hal-
hal negatif di televisi baik dari film maupun
aktor/artis idolanya. Dalam hal ini seperti yang
diungkapkan oleh bapak Awan:
“Tayangan di televisi sering keluar dari
agama, seperti film sinetron yang adegannya
pake kata-kata kasar, berkelahi, dan cinta-
cintaan. Sehingga anak dirumah yang
menonton sering mengikuti hal negatif
tersebut karna terinspirasi dari film-film
tersebut itu.”27
Begitupun sama halnya yang di ungkapkan
oleh ibu Ratih Hartati dalam wawancaranya.
“kalo menurut saya televise sangat
mempengaruhi perkembangan sikap seorang
anak. Karna kan kebanyakan acara televisi
sekarang itu tidak ada nilai edukatifnya,
seperti acara musik yang pagi-pagi, dan acara
lainnya seperti sinetron yang dalam
adegannya kadang isinya kemesraan cinta,
dan juga perkelahian.”28
Kedua, gadget dimana gadget merupakan salah
satu media massa yang sering sekali digunakan
sekarang ini, baik anak-anak, remaja, bahkan orang
dewasa. Dengan gadget dapat memudahkan kita
mengetahui bagaimana informasi-informasi maupun
peristiwa-peristiwa yang terjadi dibelahan dunia
manapun.
Internet sangat memanjakan penggunanya,
misalnya anak-anak yang dengan mudah dapat
memperoleh informasi, baik tentang pelajaran,
permainan game, chating bersama temannya, dan
27
Awan, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 28
Ratih Hartati, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
89
lain sebagainya. Hal tersebut terkadang membuat
anak lupa akan waktu, misalnya saja waktu shalat,
waktu istirahat, waktu makan, dll. seperti yang
diungkapkan bapak Madinah:
“Beuuh jaman sekarang hp semakin cangging
ya, apa aja ada di dalam hp. Dimana aplikasi-
aplikasinya pun semakin memudahkan
penggunanya, sehingga membuat seseorang
kurang peduli sama lingkungannya,
pergaulannya, dan jiwa sosialnya, seperti
berkurangnya interaksinya.”29
Sama halnya seperti yang di katakana oleh
bapak Najam Syahroni, S.Pd. :
“Sekarang kita bersaingnya sama teknologi
ya, sekarang teknologi kan bisa di bawa ke
kamar, salah satunya gadget yakan, biasanya
anak kalo sudah main hp suka tidak peduli
sama lingkungan di sekitarnya, ketika ditanya
tidak langsung menjawab, makanya saya
ketika setelah adzan maghrib tutup semua hp
televisi, yaa sebisa mungkin harus di
usahakan”30
Gadget telah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari, sehingga keberadaan gadget
menyebabkan adanya dampak positif dan juga
dampak negatif. Salah satu dampak positif dari
gadget adalah dapat mempermudah dalam pencarian
informasi dan berkomunikasi, dan adapun dampak
positif negatif dari gadget yaitu dapat mengganggu
belajar siswa, berakibat buruk pada perilaku,
kesehatan, dan juga sikap anak. Untuk itu sangat
diperlukan peran orang tua untuk membatasi
29
Manih Suarni, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 30
Najam Syahroni, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
90
penggunaan gadget pada anak. serta arahan dari
orang tua dalam menggunakan gadget, agar
penggunaan gadget dapat di gunakan ke hal positif,
yang dapat memberikan nilai positif bagi seorang
anak.
f. Hasil yang dicapai dari Nilai-Nilai Keagamaan bagi
Anak Menurut Orang Tua
1) Kecerdasan Agama
Selain sifat keagamaan yang kokoh, ilmu
keagamaan juga perlu ditanamkan kepada anak sejak
dini, karena ilmu agama lah yang akan menjadi
panduan dalam melakukan keagamaan dalam
beribadah. Seperti ilum Fiqih yang isinya
mengajarkan bagaimana hukum berpuasa, hukum
berhaji, hukum Shalat, hukum zakat. Ilmu tajwid
dimana membaca Al-Qur’an harus dengan tajwid
yang benar, dan ilmu-ilmu yang lainnya yang sangat
penting untuk diketahuin ketika anak sudah dewasa.
Apabila seorang anak mempunyai ilmu agama
dengan baik, maka akan semakin sempurna dalam
beribadah, dan juga akan dapat mengetahui mana
yang haram dan mana yang halal. Seperti yang
diungkapkan ibu Cindy Kurnia dalam
wawancaranya:
“Hmmm, sebenernya kan sebelum kita
mengajak anak untuk beribadah, anak harus
tau dulu ilmunya. Seperti bagaimana niat
wudhu, niat Shalat, bacaan Shalat, niat puasa,
ya pokoknya gitu deh. Kayak ilmu tajwid juga
kan penting. Kalo anak gak ngerti tajwid, ya
dia gak bener baca Qur’annya. Kalo gak bisa
91
baca Qur’an, gak bisa Shalat, ya gituuh..
hehehe”31
Dan diungkapkan pula oleh bapak Muhamad
Yasin:
“Ya pastinya anak jadi tau tentang ilmu
agama. Tau mana yang haram, mana yang
halal. Tau mana yang boleh dilakukan, mana
yang tidak boleh dilakukan”32
2) Sikap Keagamaan
Dengan penanaman nilai agama yang kokoh
pada diri anak sejak kecil, anak akan mampu
mandiri dan bijaksana dalam bertindak di kehidupan
mendatangnya. Pada kehidupan sehari-hari, anak
akan lebih berpegang teguh pada agamanya,
sehingga membuatnya lebih bijaksana dalam
menentukan mana yang baik dan mana yang buruk
menurut agamanya. Seperti yang dikatan oleh bapak
Awan:
“yaaa kalau anak kita agamanya kokoh ya
pastinya tidak bakal kebawa oleh pergaulan
temen-temennya yang nakal, nah otomatis
InsyaAllah akan terhindar dari perbuatan
yang menyimpang, karna si anak akan bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang
tidak baik”33
Begitupun seperti yang dikatakan Bapak
Najam Syahroni, S.Pd. :
“emmm tentunya apabila seorang anak
mempunyai agama yang kuat maka akan kuat
pula imannya, semakin kuat imannya maka
semakin terhidar dari perbuatan negatif,
31
Cindy Kurnia, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 32
Yasin, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 33
Awan, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
92
seperti mencuri, berbohong, berkelahi, dan
tentunya ketika anak sudah beranjak dewasa
maka akan terhindar pula dari perbuatan yang
tentunya dilarang dalam agama, seperti
berjudi, minum-minuman keras, sex bebas,
dll”34
3) Perilaku Keagamaan
Yang dimaksud dengan perilaku keagamaan
disini adalah tingkah laku dalam beribadah yang
benar sesuai ajaran agama, seperti shalat, puasa,
zakat, saling membantu, bersedekah, berdo’a, dll.
Seperti yang di ungkapkan oleh bapak Muhamad
Yasin dalam wawancaranya:
“manfaatnyaaa bagi anak yaa bisa
menumbuhkan emmm sifat-sifat yang bernilai
agamis, seperti Shalat, bersedekah, berdo’a,
sopan, kemudian juga buat orang lain bisa
mengajak orang lain ke dalam hal yang baik,
dan hal yang positif”35
4) Kemasyarakatan
Selain bermanfaat bagi dirinya dalam
menghadapi arus globalisasi yang semakin
merajalela di kehidupan jaman sekarang, dimana
pergaulan semakin bebas dan hal negatif semakin
lumrah di mata masyarakat, nilai keagamaan yang
kokoh juga dapat bermanfaat bagi masyarakat di
sekitarnya, dimana anak dapat membawa orang di
sekitarnya untuk tidak mengikuti arus globalisasi
negatif tersebut. Dan juga anak akan mempunyai
akhlak yang bagus, yang akan menghargai dan
dihargai oleh orang lain, akan lebih sopan terhadap
34
Najam Syahroni, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 35
Yasin, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
93
masyarakat di sekitarnya, Seperti yang di ungkapkan
oleh bapak Awan:
“yang pasti kan sama orang akan lebih sopan,
lebih menghargai sesame teman, karnakan
jika anak mempunyai nilai agama yang kuat
otomatis akan mempunyai akhlak yang bagus
juga. Maka anak akan di hargai dan bisa
menghargai”36
Bagitupun dengan bapak Muhamad Yasin:
“tentu hasil yang di capai banyak sekali, baik
buat diri sendiri maupun oranglain terutama
masyarakat di sekitarnya,, seperti anak akan
di hargai, akan terhindar dari kenakalan yg
menyimpang, akan menghargai orang lain,
berbakti pada orangtua, dan sopan terhadap
orang yang lebih tua, dan lain-lain, pokonya
banyak lah yaa salah satunya itu”37
36
Awan, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017 37
Muhamad Yasin, Wawancara, Bekasi, 05 Februari 2017
94
2. Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati
Peranan Orang Tua dalam Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan
Terhadap Anak di Dalam Keluarga (Studi Kasus di Kp. Pekopen
RW.01, Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan,
Kabupaten Bekasi) dengan cara dichecklist dan aspek yang
diamati adalah:
No. Aspek yang Diamati Checklist
1
Mengenal lingkungan Kp. Pekopen
RW.01, Desa Lambang Jaya, Kecamatan
Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi
√
2
Mengamati perilaku masyarakat di Kp.
Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya,
Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten
Bekasi
√
95
C. Pembahasan
1. Ketepatan Hipotesis
Berdasarkan hipotesis awal yang peneliti ajukan pada Bab
sebelumnya yaitu “adanya peran aktif orang tua dalam
mensosialisasikan nilai keagamaan pada anak di dalam
keluarga” serta mengacu pada hasil dari wawancara, observasi
dan teknik pengumpulan data dari dokumen menunjukkan
bahwa ada peran penting orang tua dalam sosialisasi nilai
keagamaan bagi anak di dalam keluarga guna pembentukan
karakter.
Dari hasil data temuan yang didapat, bahwa ada peran
penting orang tua dalam pembentukan karakter bagi anak
melalui sosialisasi nilai keagamaan di dalam keluarga, maka
berdasarkan hipotesis yang telah diajukan terbukti, atau dengan
kata lain, adanya keterkaitan antara variabel independen yaitu
peran orang tua dengan variabel dependen yaitu nilai keagamaan
anak.
Merujuk pada hasil wawancara dengan sepuluh informan,
dapat di temui bahwa setiap orang tua pada dasarnya
mengharapkan anaknya mampu menjadi pribadi yang baik,
berpendidikan, bermoral, dan mempunyai sifat religius yang
tinggi. Seperti di lingkungan Kp. Pekopen ini, orang tua sangat
peduli pada perkembangan agama anaknya. Mereka terbiasa
mensosialisasikan nilai keagamaan pada anaknya melalui contoh
dalam tindakan, pengetahuan tentang agama, baik tentang yang
diwajibkan dalam agama, dan yang diharamkan atau dilarang.
Dan setiap orang tua mempunyai cara tersendiri dalam
mensosialisasikan nilai keagamaan pada anaknya, tetapi dalam
proses sosiaslisasi tersebut, sering orang tua mengalami
kesulitan atau hambatan baik dari anak itu sendiri, atau dari
lingkungan luar seperti teman dan kondisi masyarakat sekitar
96
yang membuat orang tua untuk tetap awas pada perkembangan
anaknya.
2. Kritik Kerangka Konseptual Dari Para Ahli dan Kerangka
Konseptual Temuan Teoritis
Kerangka konseptual yang telah disusun pada BAB II
berdasarkan hasil deskripsi teoritis kemudian dibandingkan
dengan hasil data temuan lapangan ternyata ada perbedaan,
dimana terdapat salah satu teori yang tidak ditemukan pada data
temuan lapangan.
Teori yang tidak ditemukan dalam penelitian lapangan
adalah Syarat-Syarat Sosialisasi yang Baik. Berdasarkan hasil
penelitian, Syarat-Syarat Sosialisasi yang Baik ini tidak
digunakan oleh orang tua dalam mensosialisasikan nilai-nilai
keagamaan pada anak, dikarenakan kurangnya pengetahuan atau
pemahaman orang tua terkait tentang Syarat-Syarat Sosialisasi
yang Baik secara teoritis. Tetapi, dalam praktiknya orang tua
melakukan sosialisasi nilai-nilai kegamaan pada anak dengan
semaksimal mungkin berdasarkan kemampuan dari hasil
pengetahuannya sendiri.
Dalam hal ini akan dijabarkan kerangka konseptual hasil
data temuan lapangan yang mengalami sedikit perubahan dan
terdapat perbedaan dengan kerangka konseptual sebelumnya.
97
Gambar 1
Kerangka Konseptual
PERANAN ORANG TUA DALAM SOSIALISASI NILAI-NILAI KEAGAMAAN TERHADAP ANAK DI DALAM KELUARGA
(Studi Kasus di Kp. Pekopen, RW.01 Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi)
Peranan Orang Tua h.11 Sosialisasi h.19 Nilai Keagamaan h.28 Anak h.35 Keluarga h.39
Pengertian
Peranan h.11
Pengertian
Orang Tua
h.12
Peranan Orang
Tua h.13
Tugas dan
Tanggung
Jawab Orang
Tua h.14
Akibat
Pendidikan
Orang Tua
yang Baik h.17
Akibat
Pendidikan
Orang Tua
yang Salah h.18
Pengertian
Sosialisasi. h.19
Syarat-Syarat
Sosialisasi
yang Baik h.21
Tujuan–Tujuan
Sosialisasi.
h.22
Cara-Cara
Sosialisasi.
h.26
Lembaga-
Lembaga
Sosialisasi.
h.23
Pengertian Nilai
Keagamaan. h.28
Pengertian
Perkembangan.
h.35
Perkembangan
Anak h.36
Perkembangan
yang
Menyimpang
h.39
Pengertian
Keluarga. h.39
Pengertian
Fungsi Keluarga
h.42
Macam-Macam
Fungsi Keluarga
h.42
Jenis-Jenis Nilai
Keagamaan h.30
Hambatan
dalam
Sosialisasi
. h.27
Fungsi Nilai
Keagamaan h.33
Teori Syarat-Syarat Sosialisasi yang Baik dalam BAB II tidak
ditemukan dalam penelitian lapangan.
98
3. Perspektif Peneliti Mengenai Peranan Orang Tua dalam
Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan Terhadap Anak di Dalam
Keluarga (Studi Kasus Di Kp. Pekopen, RW.01, Desa
Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten
Bekasi)
Penelitian ini mencakup tentang peranan orang tua dalam
sosialisasi nilai-nilai keagaman terhadap anak di dalam keluarga
pada studi kasus di Kp. Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya,
Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, peneliti
memiliki perspektif bahwa orang tua mempunyai peranan yang
penting untuk mendidik sebagai salah satu bentuk tanggung
jawabnya di dalam keluarga, dimulai dengan mensosialisasikan
nilai keagamaan pada anak, guna pembentukan karakter yang
religius dan normatif.
Fungsi orang tua selain untuk mengasihi anak, menafkahi,
membesarkan, melindungi, dan menyayangi, salah satu fungsi
yang tidak boleh dilupakan ialah mendidik. Jika sekolah menjadi
tempat jenjang pendidikan formal, maka orang tua adalah
tempat pendidikan informal yang mempunyai tanggung jawab
mendidik anak sejak dini. Karena pendidikan di dalam keluarga,
adalah pendidikan yang memberikan bekal bagi anak terkait
jiwa, moral, sikap, dan tingkah laku.
Di Kp. Pekopen ini, masyarakat masih sangat
mengedepankan nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Anak
tidak hanya diberikan pengetahuan mengenai agama, tetapi juga
orang tua mengajak anak untuk melakukan ibadah-ibadah
keseharian seperti Shalat, mengaji, puasa, dll. Orang tua juga
membiasakan anak bersikap sopan, dan memantau pergaulan
anaknya, seperti dengan siapa anak bermain, dan membatasi
teman-teman yang sekiranya memberikan pengaruh buruk pada
anaknya. Akan tetapi banyak pengaruh buruk eksternal sehingga
Gambar 6.1
Kerangka Konseptual
99
menjadikan anak-anak melakukan beberapa penyimpangan
sosial anak di kehidupan sehari-hari seperti merokok, bepergian
malam, tawuran, dll.
Jika ditinjau dari segi jenjang pendidikan informan,
mayoritas adalah tamatan SMA, SD, dan Sarjana S1, dengan
profesi yang berbeda-beda. Tetapi, meskipun informan memiliki
latar belakang yang berbeda, pendidikan pada anak merupakan
salah satu hal penting bagi mereka, terutama pendidikan agama.
Informan tidak melupakan perannya sebagai orang tua dalam
mensosialisasikan nilai keagamaan pada anaknya melalui cara
mereka masing-masing. Dari hasil wawancara, peneliti
menemukan fakta bahwa orang tua melakukan sosialisasi
mengenai nilai keagamaan pada anaknya dengan cara yang
berbeda-beda. Ada beberapa orang tua yang menasihati,
memberikan contoh, melarang, bahkan menghukum. Tetapi,
walaupun cara sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua
berbeda-beda, mereka memiliki harapan yang sama terhadap
anaknya, yaitu agar dapat menjadi manusia yang baik, yang
bermoral, dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
D. Keterbatasan Peneliti
1. Sulitnya mencocokan jadwal para informan menjadi kendala
atau penghambat bagi peneliti sehingga keterbatasan waktu saat
pengambilan data dan pelaksanaan wawancara.
2. Jarak rumah peneliti dengan tempat penelitian terpaut cukup
jauh sehingga menyebabkan kendala tersendiri bagi peneliti.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
mengenai Peranan Orang Tua dalam Sosialisasi Nilai-Nilai
Keagamaan Terhadap Anak di Dalam Keluarga (Studi Kasus di Kp.
Pekopen, RW.01, Desa Lambang Jaya, Kecamatan Tambun Selatan,
Kabupaten Bekasi), maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut;
Peran orang tua dalam mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan
pada anak di dalam keluarga merupakan salah satu proses pendidikan
informal yang sangat penting sebagai proses pembentukan karakter
atau pribadi anak yang baik, positif, dan normatif, agar kelak anak
mampu menjadi manusia mandiri yang berpegung teguh pada agama,
sehingga dapat bersikap dan berbuat sesuai dengan koridor yang telah
ditetapkan oleh agama dalam bersosialisasi.
Dalam proses sosialisasi, strategi yang dilakukan oleh orang tua
adalah dengan cara (1) menasihati, yaitu orang tua memberikan
nasihat-nasihat kepada anak mengenai hal-hal keagaman yang wajib
dilakukan seperti ibadah keseharian, dan memberikan nasihat tentang
hal-hal yang tidak baik dilakukan menurut agama. (2) memberikan
contoh, yaitu orang tua dengan rutin melakukan ibadah keseharian di
dalam rumah dan mengajak anak untuk melakukannya bersama-sama
seperti Shalat, mengaji, puasa di bulan Ramadhan, dll, agar anak
termotivasi dan semangat dalam beribadah. (3) melarang, yaitu orang
tua melarang anak dalam melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan ajaran agama Islam seperti berbohong, mencuri, bergaul
dengan teman yang nakal, dll. (4) menghukum atau memberi sanksi.
Beberapa orang tua ada yang menghukum atau memberi sanksi
kepada anaknya jika anak tersebut melakukan kesalahan, agar anak
jera dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.
101
Adapun hambatan dalam proses sosialisasi nilai keagamaan di
dalam keluarga adalah : (1) teman sepermainan, dimana pengaruh
yang diberikan oleh teman dapat berupa pengaruh yang baik atau yang
buruk. Sebab pengaruh teman dapat membentuk atau mengubah
pribadi anak menjadi pribadi yang baik, tetapi dapat pula mengubah
pribadi anak menjadi buruk. (2) sikap/watak anak. Watak anak sendiri
menentukan hasil proses sosialisasi nilai keagamaan. Jika anak
memiliki watak yang baik, maka akan memudahkan orang tua dalam
mensosialisasikan nilai agama. Tetapi sebaliknya, jika anak memiliki
watak yang kurang baik, seperti keras kepala, susah diatur, dll, maka
akan menyulitkan orang tua dalam mensosialisasikan nilai agama. (3)
media massa (TV dan gadget). Dengan melihat fakta yang terjadi,
mayoritas TV dan gadget menjadi pengaruh kurang baik terhadap
sosialisasi nilai keagamaan, karena tayangan yang ada di TV
mayoritas tidak lagi edukatif, sedangkan gadget seringkali digunakan
untuk bermain game dengan berlebihan, sehingga mengganggu
aktivitas belajar anak di rumah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran
yang sekiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, di
antaranya:
1. Orang tua dapat mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan kepada
anak sejak sedini mungkin, agar nilai-nilai agama yang
diterapkan dapat melekat pada diri anak dan menjadi pedoman
yang kuat di masa mendatang dalam berkehidupan sehari-hari.
2. Pihak lembaga pendidikan formal dapat lebih peka terhadap
perkembangan karakter anak, dan senantiasa mengedepankan
pendidikan akhlak atau moral melalui pembelajaran dan
pengawasan yang matang di sekolah.
102
3. Dapat diadakan penelitian atau kajian lebih lanjut mengenai
penerapan nilai-nilai keagamaan pada anak di masyarakat untuk
memperkaya pengetahuan di dunia sosial dan agama.
103
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: PT. Granit. 2004
Ahmadi, Abu. dkk. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003
Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Akulturasi Metodologis ke Arah
Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006
Echols, M. John, Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. Cet.30. 2008
Hidayati, Wiji. Pola Pengasuhan Agama Anak pada Keluarga di Lingkungan
Pondok Pesantren. Pusat Penelitian Vol XII No 2. 2013
http://kaghoo.blogspot.co.id/2010/11/pengertian-peranan.html. diakses pada
tanggal 29 Maret 2017, pukul 21:10 WIB
http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-
pendidikan-nasional/, diakses pada tanggal 29 April 2017, pukul 22:00
WIB
http://www.fauzinesia.com/2012/06/proses-sosialisasi-di-lingkungan.html, diakses
pada tanggal 4 September 2017, pukul 19:30 WIB.
https://satriadholan.blogspot.co.id/2010/11/makalah-proses-sosialisasi.html,
diakses pada tanggal 4 September 2017, pukul 20:15 WIB.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga. edisi ke-enam
Ibrahim Ilham Muhamad Ibrahim, Ummu. Bagaimana Menjadi Istri Shalihah &
Ibu yang Sukses. Bekasi: PT. Darul Falah. Cet.8. 2013
Idi, Abdullah. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2011
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ilmu Pengetahuan
Sosial. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Cet.1. 2014
104
Lapian, L.M. Gandhi & Geru, Hetty A. Trafiking Perempuan dan Anak
Penanggulangan Komprehensif. Jakarta: PT. Yayasan Obor Indonesia.
2006
Lestari, Sri. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Masyar, Farida. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit untuk Masa
Depan Bangsa
Muttaqin, Zinul. Jurnal Psikologi Anak & Pendidikan
Mahfud Rois, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Erlangga, 2011
M. Shihab Quraish, Menabur Pesan Ilahi, Jakarta: Lentera Hati, 2006
Narwoko, J. Dwi. Suyanto Bagong. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Cet.5. 2003
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 16 tahun 2010 tentang
Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah, Pasal 1 No 1
Simamore, Sahat. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Bina Aksara. 1983
Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: PT. Eresco. Cet.6. 1993
Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: PT. Refika Aditama. Cet. 8. 2001
Somantri, T. Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Cet.4.
Suharso, Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang:
CV. Widya Karya. Cet.6. 2011
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi: Suatu Bunga Rampa. PT. Midas Surya
Grafindo. 1985
Susanto. Astrid S. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosia. Bina Cipta. 1983
105
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 2011
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 2012
Syamsudin, Amir. Perkembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia
Dini. PGPAUD Universitas Negeri Yogyakarta
Tumanggor, Rusmin. Dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenadamedia
Group. Cet. 3. 2014
Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakara: PT.
RajaGrafindo Persada. 2005
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2016 di
www.hukumonline.com
Undang-Undang RI NO. 20 Sistem Pendidikan Nasional Jakarta: PT. Kloang
Putra Timur. 2003
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ ah,
(Semarang: Pustaka Imam asy-Syafi‟ i, 2004),
Yusuf L.N, Syamsu, dan Sugandhi, Nani M. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011
Zen. Jurnal Psikologi Anak & Pendidikan
Nama
NIM
Jurusan
Judul
LEⅣIBAR UJI REFERENSI
Muhamad Rais Fauzr
ttt20 I 5000040
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Peranan Orang Tua dalam Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan
Terhadap Anak di Dalam Keluarga (Studi Kasus di Kp. Pekopen.
RW.O [, Desa Lambang Jaya. Kecamatan Tambun Selatan,
Kabupaten Bekasi)
No.
Halaman
SkripsiDaftar Referensi
ParafPembimbing
I
PartfPembimbing
II
1
6
Undang-Undang RI NO. 20. SistemPendidikan Nasional. Jakarta:PT. Kloang Putra Timur. 2003 え
つ4
18
Ibrahim Ilham Muhamad lbrahim,Ummu. Bagaimana MeniadiIstri Shalihah & Ibu yangSukses. Bekasi: PT. Darul Falah.Cet.8. 2013
人
う0
うん
Suharso, Ana Retnoningsih. KamusBesar Baha,sa Indone,sia EdisiLux. Sernarang: CV. WidyaKarya. Cet.6. 201 1
ム
4つ乙
卜1. John, Echols., Hassan Shadily.Kamus Inggri.s Indonesia.Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama. Cet.30.
え
ノ
/
2008
513; 16:39
Lestari. Sri. Psifulogi KeluargaPenanaman llilai danPenanganan Konflik dalarnKeluarga. Jakarla: KencanaPrenada Media Group.
ス
6
14;36:36;
1a)t
Yusuf L.N, S5zamsu, dan Sugandhi.Nani M. Perkembangan Pe,sertaDidik. Jakarta: PT RajaGraflndo Persada. 201 I
く 〆
7 15: 17
Lapian. L.M. Gandhi & Geru, Hettv A.TraJiking Perempuan dan ,4rutkPenanggulangan Komprehensi/'.Jakarta: PT. Yayasan OborIndonesia. 2006
ス
8 6;15
Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 35 Tahun 2014 TentangPerubahan Atas Undang-undangNomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak. Diaksespada tanggal 14 Oktober 2016 diwrvw.hukumonline.com
入
9 17
http ://referen si.el sam.or.id 120 I 4 I I 1 I urr-
へnomor-20-tahun-2 003 -te ntan q-
s i stem-pend id i kan -nasionali,diakses pada tanggal 29 Aprrl2017, pukul 20,45 WIB
10 19
Susanto. Astrid S. Pengantar Sosiologidan Perubahan Sosia. BinaCipta. 1983 k 〆
ノ
〃Z
19:24;25:
25;40
Simamore, Sahat. Sosictlogi SuatuPengantar. Jakarta: PT. BinaAksara. 1983 え /
122120:34:
40141
Soelaeman. M. Munandar. Ilmn So,sial
Dusar kori dan Konsep llmuSosial. Bandung: PT. Eresco.r 993
く
うD
つ4
Surrarto. Kamanto. Pen.gantarSosiologi: SuaLu Bunga Rampa.PT. Midas Surva Gratindo. 1985 え /
14 22123
Somantri, T. Sudihati. Psikologi AnakLuar Biasa. Bandung: PT.Refika Aditama Cet.4 4
″54;29:29;
30;40
Narwoko. J. Du,i. Suyanto Bagong.So,siologi Teks' Pengctntur danTerapan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group. 2010
スタ
16 35
Syah. Muhibbin. P.sikologi Pendidikan.Bandung: PT. RemajaRosdakarya. 201 I
ス
17 35138
Masyar. Farida. Perkembangctn SosialAnak Llsia Dini Sebagai Bibituntuk Masa Depan Bangsa
ス
′
/
′
184;31;33;
38
Syamsudin. Amir. P erkemb an gan itiilai -ltlilai Agama clan Moral padaAnak Lis'ia Diri. PGPALIDUniversitas Negeri Yogyakarta 4
19 39
Hurlock, Elizabeth B Pθ rたθ“わαη退口77
J77αたし万′′″f. Ellangga.edisi kc¨
enalll ス
20 3:42142Ahmadi.Abu.dkk.〃 777ν Sθsノα′D`′ sα″
Jakalta:PT.Rineka Cipta.2003 4 ′つ4
50Nazir. Mah. luletode Penelitiun. Jakarla:
Ghalia Indonesia. Cet.5. 2003 ス
/
/つ乙
う乙 52153
Adi, Rianto.ゴ イヽθゎグθ′θg′ Pθηθ′′′ノαη
Sθ`ヴ
α′グα77JげνたZr Jakarta: PT.
Granit.2004 4
うD
う乙
53153;
56:
Umar. Husein. Mebde Penelitian untukSkripsi dan Tesis Bisnis,.lakara:PT. RajaCrafrndo Persada. 2005 え /
24 55
Bungin, Burhan. lvletode PenelitianKualitati/. Akulturus'iL{etodologis ke Arah RagamVarian Kontemporer. Jakarta:PT Ra.ia Grafindo Persada. 2006
エ/
25 16Muttaqin, Zind. Jurnal Psikologi Anak
& Pendiclikan え 〃
26 37Zell.Jzrrηα7 P、 ,′たθわgi ИJIα &々
′θη`Fiグ
′たα″ ズ
ノ
27
http ://kaehoo.blo gspot. co.idl20 1 0/ 1 I /pe
メ /ngertin=peranan.html. diakses
pada tangga1 29 Maret 2017,pukul 10.15 WIB
28 24;42
Kementrian Pendidikan dan
Kebuda,n-aan Republiklndonesia, Ilmu PengelahuanSosial, (Jakarta : KementrianPendidikan dan KebudayaanRepublik [ndonesia, 2014),Cet.l
ス
29 33
Turnanggor, Rusmin. Dkk. Ilmu Sosialdan Budaya Dasar Jakarta:Prenadamedia Group. Cet. 3.
20t4え
/30 27
http://www.fauzinesia. coml201 21 06 I pro
メses-sosialisasi-di-lingkungan.html" diakses padatanggal 4 September 2017 -
pukul l9:30 WIB.
うD 28
https://satriadholan.blogspot.co.id/2010/
スI l/makalah-proses-sosiaI i sasi.html, diakses padatanggal 4 September 2017,pukul 20:15 WlB.
32 30
Rois Mahfud. Al-Islam PendidikanAgctma Islam, Jakarta: Erlangga,20tl メ /
う0
つつ 31
M. Quraish Shihab. Menabur PesanIlahi, Jakarta: Lentera Hati.2006 え /
/
/
34 32.32
\"azid bin Abdul Qadir Jatras, ,S),urah
Aqiclah Ahltr.; ,Strrtntth ll'alJunto"ult. Sernar-ang: Pustaka
Lnam as\ -S1 alr"i, 2004
メ
う
・, 10
Icli. Abdullah.,\r.'.s')olrt.9i /)ertrlidikuttlndividu. t\ltt,st ttt L.r,l;ul. tlttnPcnditlikun laklrrta:Ra-lagralrndo I)ersirtitr 'i()I
I
ス 〃後
′0うD 6
l)clatLrt'atr N4crr1.-ri,'\Lrltttta ii.L'i:1t1ri iliIndoite.-sia Itottror i(r laltLtrr l0l()tcntan g l'engelo Iaan I)cnclidikarr
i\gatna Pada Sckolnh. l)asal I
Nol
ス /7/
∩D
,/
0⊃
Syalr. Nluhibbin l'tilioltt.qi liclcr.icrr.
.lakar1a. l'} l' Ra-ia LlrafindoPersacla. 201 2
ス
_■_
う
一, つ
N4. N,1r-rnandar Soelaernan- /lttttr SosiulDosrtr 7-cori clun Kttn,:cp llntu,\osictl. BattclLrng: P-[ [rtesco,
1993. cet.6
ス
〆
ProF Dr.H.Rusmin Tumanggor,M.A.
NIP.194701141965011001
J」kttt町 31 Mei2017
Pelnbilnbing II
卜IIP.196709092007011033
KEttENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAF∬KЛ れ れ 駒輻 ぬ Nb 95 Clpυ rat 75412わ doretta
FORM(FR)
No Dokumen i FI丁 K― FR― AKD‐ 082
Tgl Terbl : l Maret 2010
No Revisi: : 01
Ha
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.O 1/F. t/KM.01 .3 1........12016Lamp. : -Hal : Permohonan Izin Penelitian
Tembusan:1. Dekan FITI.I2. Pembantu t,ekan Bidang Akademik3. Mahasisr,va ;'ang bersangkutan4. Jurusan Pen'lidikan IPS
J akarta, 2 5 September 201 6
Kepada Yth.Kepala Dcsa Lambang JayarKec. Tambun Selatan, Kab. BekasidiTempat
,4ssalam u al ailatm v, r.w b.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa.
Muhamad Rais Fauzi
1 1 12015000040
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Sosiologi
IX (Sembilan)
Peranan Orangtua Dalam Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan
Terhadap Anak Di Dalam Keluarga (Studi Kasus di KpPekopen, RW.001, Desa Lambang Jaya, Kecamatan TambunSelatan, Kabupaten Bekasi
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang nrenyusrm skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi
Bapakilbu pimpin.
Untuk itrr kami mohon Bapak/[bu dapat mengizinkan mahasiswa tersebut
melaksanikan penel iti an dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama BapalClbu, kami ucapkan terima kasih.
Was salum .t' al aikum vtr. w b.
Jakttta,25 Scptcll■ber 2016
a.n Dckall
Dr.Iwall PLlrWallto,M.Pd
NIP.19730424200801 1012
聾 鐵
翻 CttMA■劇N TAttB漂 創壁JLT■醍
DIESA I」鰤旺LANG JAYAコ‐轟 C… NC‐ 1絶駐 3難 F暖聾 Itt14
Sび難 T EETEttGANNO菫OR=i喜′′ナ3∫ l王 ∫1017
Yttg職燕遍 h』mFndi競聾轟 蓋 [
Den_-1■ l men― rallttaI
―
疇
驀 職 峰 肇聰 颯 直 理 T日轟 m縫 魏 mu_I逓 ≦
轟 粂 等
:一 恥 轟
111120蝉:…:]酔謳轟壼麓目E薦
=F― mL範 彙 壷爵 聰 澤 盤
ニ
ー
轟 嚇 轟
A― 軸― =測
陸 由 興 曇 還 ― ― 藤 量 麗 壺 Ftt Dem聾 垂甲乳
…
T―…
【遷要蓼藍渥E撼隆直 越 盤憂甍雲 5〔凛m懸確
2016轟 13F尋瞳国聾髪2導ま7.
発 翻 墨 l―
―
亜― ―
動 呼 山 睡 醒 範 娑
― bog ittL 13-盤 -2017h由 電 Jaya
KEMENTERIAN ACAMAUIN JAKARTAFIXyI「 晟 」
"nda m 95 Clpυta:,5イア2"done,a
FORM(FR)
No Dokumen : F!丁 K‐ FR―AKD-081
丁gl Terbl i l Maret 2010
No Revisil : 01
Ha
SURAT BIMBINGAN SKRIPSi
Nomor : Un.0l'F.1,iKM.01.3/...........12016Lamp. : -Hal :BimbinganSkripsi
Tembusan:1. Dekan FITI{2. Mahasiswa ybs.
Jakalta, Oktober 2015
Y‐th
Pro■ Dr.Ho Rusmin Tumanggor,Ⅳ IoA
Pcmbil■ lbingSkripsi
FakultasIlrnuTarbiyah dan Keguruan
UIN Syt.rifHidayatullah
Jakarど a.
Иssαιθ′71/α Jα′た復77711'″ ■|ら
Dengan ini diharapkan kcscdian Saudara untuk mc■ adi pClllbimbing 1/11
(matC」/teknis)penulisan sbipsi lllahasiswa:
Muhamad Rais Fauzi
1 l 12015000040
Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosiaVSosiologi
IX (Sembilan)
Peranan Orangtua Dalam Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan
Terhadap Anak Di Dalam Keluarga (Studi Kasus di KpPekopen, RW.001, Desa Lambang Jayao Kecamatan TambunSelatan, Kabupaten Bekasi
Judul tei'sebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal l8 Januari 2016,abstraks ,loutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut.Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan
terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjangselama 6i (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanJangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terirna kasih.'Wa s s al ontr,t' a laikam w r.w b.
a.n Dekan
D■.Iwall PuBvanto,Ⅳ I.Pd
卜IIP.19730424200801 1012
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apakah menurut anda nilai-nilai agama itu penting ditanamkan kepada anak?
2. Bagaimana menurut anda tentang pendidikan anak di sekolah?
3. Pengetahuan apa saja yang dianggap penting untuk diajarkan/ditanamkan pada anak?
4. Bagaiamana cara anda mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan tersebut pada anak anda?
5. Hambatan atau kendala apa yang anda hadapi dalam mensosialisasikan nilai-nilai agama
tersebut kepada anak anda?
6. Apa hasil yang dicapai dari nilai-nilai agama tersebut bagi anak anda maupun bagi orang
lain di sekitarnya?
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Informan Robiah Adawiah Gambar 2. Informan Ahmad
Gambar 3. Informan Muhamad Yasin Gamabar 4. Informan Cindy Kurnia
Gambar 5. Informan Najam Syahroni, S.Pd Gambar 6. Informan Manih Suarni
Gambar 7. Informan Madinah Gambar 8. Informan Ratih Hartati
Gamabar 9. Informan Aan Suhaemi Gambar 10. Informan Awan
PROFIL PENULIS
Muhamad Rais Fauzi, lahir di Bekasi pada tanggal
18 januari 1994. Anak kedua dari tiga bersaudara ini
menuntaskan pendidikan Taman Pendidikan Anak-
anak (TPA) di TPA Az-Zahra. Setelah lulus, ia
melanjutkan Sekolah Dasar (SD) di SDN
Setiadarama 02 Tambun Selatan Bekasi. Kemudian
ia melanjutkan pendidikannya di SMP Yayasan
Pendidikan Al-Istia’nah (Yapa) Cileungsi Bogor. Pendidikan pada jenjang
Sekolah Menengah Atas telah ditempuhnya di Pon-Pes Daarul Muttaqien 1
Tangerang Banten. Setelah lulus pada tahun 2012, ia melanjutkan pendidikannya
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, padajurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial/Sosiologi.
Berbagai prestosi telah diraihnya seperti: Juara II lomba Marawis ketika di
SMP dan juara III lomba Sholawat ketika di pondok pesantren. Pengalaman
organisasi yang pernah ia geluti selama menempuh pendidikan di antaranya
sebagai salah satu anggota OSIS dan kemudian menjadi anggota bagian
Penerangan ketika menjabat sebagai pengurus di Pon-Pes Daarul Muttaqien 1,
dilanjutkan semasa kuliah mengikuti organisasi FORSA dan RANITA di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama kuliah ia aktif mengajar di SMP IT Ar-
Raudhah.
Alasan yang mendasari keinginannya menjadi guru adalah karena rasa
cintanya kepada dunia pendidikan dan dunia anak-anak. Oleh karena itu, ia
memilih Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selain itu, ia merasa sangat beruntung telah menempuh
pendidikan hingga jenjang pendidikan strata 1 (S-1) sehingga ia mendapatkan
wawasan dan pengalaman yang bermanfaat serta ia berharap dapat menjadi tenaga
pendidik yang bermanfaat bagi masyarakat.