Post on 24-Oct-2015
description
MAKALAH
ldquoPENYEDIAAN LAHAN DAN BUDIDAYA TEBUrdquo
Diajukan untuk memenuhi persyaratan salah satu tugas
Mata Kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan Utama
Oleh
Irlanggana
(071510101054)
PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN - UNIVERSITAS JEMBER
2012
PENDAHULUAN
Pada umumnya mahkluk hidup membutuhkan sumberdaya alam berupa
air oksigen karbondioksida makanan dan sinar matahari Kecuali karbon
dioksida dan oksigen sumberdaya alam lainnya berada pada kondisi yang terbatas
dan sering tidak mencukupi kebutuhan sehingga terkadang memerlukan usaha
untuk mencukupi kebutuhan tersebut dengan tindakan pengelolaan hidup Sebagai
contoh misalnya tanaman tebu membutuhkan hara untuk mencapai pertumbuhan
normalnya namun ketersediaan di dalam tanah tempat tanaman itu tumbuh tidak
tersedia hara N yang memadai Pada keadaan demikian tanaman tersebut tentu
tidak akan mungkin tumbuh normal (karena defisiensi N) Untuk mencapai
kondisi pertumbuhan normal maka upaya budidaya diperlukan yaitu dengan cara
memberikan pupuk N untuk kasus kekurangan hara N tersebut
Sumberdaya alam selama periode pertumbuhan tebu sangat dibutuhkan
Namun laju kebutuhan setiap fase pertumbuhan tanaman terhadap kebutuhan jenis
maupun kuantitasnya selalu tidak sama Dengan demikian terdapat ukuran -
ukuran kebutuhan yang secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kebutuhan
biologi pertumbuhan Sebagai contoh tanaman tebu memiliki 5 stadium
pertumbuhan yaitu fase perkecambahan pertunasan pemanjangan batang
kemasakan dan kematian kebutuhan akan sumberdaya air pada setiap stadium
berbeda Stadium perkecambahan sampai pemanjangan batang dapat dikatakan
menghendaki kebutuhan air yang sangat banyak Namun pada fase kemasakan dan
bahkan kematian kebutuhan terhadap air justru pada kondisi yang lebih sedikit
untuk mengoptimalkan pengisiaan gula dalam batang Hal yang lain yang
berkaitan dengan kebutuhan hidup tanaman tebu adalah secara agregat setiap
sumber daya alam selalu dibutuhkan meskipun kuantitasnya dapat berlainan
antara setiap fase pertumbuhannya
Tidak terpenuhi salah satu atau lebih sumberdaya alam yang dibutuhkan
tanaman tebu maka akan berakibat pada penurunan kualitas pertumbuhan
maupun produktivitas tanaman yang dihasilkan Dalam budidaya tebu upaya
untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya alam pada saat optimal diperlukan akan
memberikan hasil panen yang maksimal
Yang dimaksud dengan budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi
fisik lingkungan tanaman tebu berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan alat
dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase
pertumbuhannya sehingga menghasilkan produksi (gula) seperti yang diharapkan
Dewasa ini budidaya yang efisien adalah pengelolaan tanaman tertentu yang
diusahakan menyesuaikan dengan lingkungan agroklimat (ketersediaan lahan)
Karekteristik agroklimat terdiri dari iklim kesuburan tanah dan topografi
Budidaya tebu hendaknya menyesuaikan dengan kondisi karakteristik agroklimat
di lahan tegalan yang umumnya dijumpai untuk tanaman tebu Produktifitas tebu
ditentukan oleh karakteristik agroklimat yang paling minimum
Secara definisi telah dikemukakan di atas arti dari budidaya yang
sesungguhnya dapat disederhanakan lagi yaitu suatu upaya manusia
mengoptimalkan kondisi tanaman agar memperoleh sumberdaya alam yang
dibutuhkan untuk hidupnya sehingga dapat dimaksimalkan perolehan
produktivitas tanaman Dengan demikian tujuan akhir dari upaya budidaya adalah
mengoptimalkan kondisi tanaman untuk memaksimumkan hasil panen
Budidaya merupakan prasarana untuk meningkatkan respon tanaman terhadap
input yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menunjang dan memacu proses pertumbuhan Keberhasilan budidaya ditentukan
oleh berlangsungnya proses-proses pertumbuhan dalam setiap stadium secara
normal dan berkesinambungan Setiap proses fase pertumbuhan harus berjalan
dengan sempurna untuk memberikan kesempatan proses fase pertumbuhan
berikutnya sehingga berjalan sempurna juga Gangguan pada salah satu proses
fase pertumbuhan tebu harus dipandang sebagai titik dari mata rantai yang
terlemah dan yang paling bertanggung jawab terhadap hasil panen yang akan
diperoleh Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan faktor pembatas yang paling
menentukan terhadap perolehan hasil tanaman maka upaya dari budidaya
sesungguhnya untuk mengeleminir sekecil mungkin kekurangan ketersedian
sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna
memaksimumkan hasil panen yang akan diperoleh
Landasan Pola Budidaya Tebu
Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang
menyesuaikan dengan kondisi agroklimat yaitu iklim kesuburan tanah dan
tofografi Selain itu keberhasilan budidaya tebu ditentukan pula oleh penggunaan
sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang akan
menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan Lebih spesifik lagi keberhasilan
penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi
iklim kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah kesesuaian pengelolaan tebu
dengan tofografi kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga
sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu
menuju pertanian berkelanjutan
- Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim
Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel
iklim khususnya terhadap ketersediaan air baik dalam mengatur kecukupan air
maupun mengurangi ketersediaannya Dalam budidaya singkronisasi kebutuhan
pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim seperti mengatur masa tanam
yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase pertumbuhan awal
dan ditebang pada periode musim kemarau
Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya curah hujan
bulanan ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm bulan pada 5-6 bulan
berturut - turut 125 mmbulan pada 2 bulan transisi dan kurang 75 mm bulan
pada 4 - 5 bulan berturut-turut Menurut tipe iklim Oldeman zona yang terbaik
untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3 Dalam pengembangannya ke
lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan tipe iklim
yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2
C2 C3 D2 E3 Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu
dengan tanah cukup ringan dan berdrainase baik B1 C1 D1 dan E1
- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut
aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol
adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia
tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah
Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah
sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady
1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat
berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar
sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah
pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75
Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk
menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15
P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan
masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan
yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir
musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan
ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2
bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau
- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman
Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada
masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan
ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan
efisiensi
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah
memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad
pengganggu yaitu pengendalian secara preventif
- Penanganan Panen
Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan
untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak
ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan
Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak
berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik
Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi
PG dengan Petani
- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman
Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui
dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan
pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap
fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan
membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu
kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta
dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat
ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan
- Konsistensi Pengelolaan Tanaman
Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi
pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling
mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya
dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di
batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus
diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan
dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan
gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik
Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem
Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)
1 Sistem Mekanisasi
Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2
kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu
dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam
2 Sistem Reynoso (manual)
Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada
pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah
a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer
tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi
kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm
b Pembuatan got mujur
got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur
tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah
dalam 70 cm dan lebar 60 cm
c Pembuatan got malang
Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan
air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang
adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm
dan lebar 50 cm
- Ukuran Got dalam system Reynoso
TEKNIS BUDIDAYA TEBU
1 Persiapan Lahan
Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan
penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu
berjalan normal
1 Pembajakan (plowing)
Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam
batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas
Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang
masih cukup besar
2 Penggemburan (harrowing)
Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan
implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk
tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban
3 Pembuatan juringan (furrowing)
50 m
got mujur L=60 D=80
10 m
got malang L=50 D=70
juringan
got keliling L= 60 D=90
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman
juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm
2 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari
a Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis
tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena
dapat melindungi mata dari kerusakan
b Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling
c Bibit mentahbibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak
d Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang
telah bermata tunas dua
e Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman (Sutardjo 1994)
Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut
bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
PENDAHULUAN
Pada umumnya mahkluk hidup membutuhkan sumberdaya alam berupa
air oksigen karbondioksida makanan dan sinar matahari Kecuali karbon
dioksida dan oksigen sumberdaya alam lainnya berada pada kondisi yang terbatas
dan sering tidak mencukupi kebutuhan sehingga terkadang memerlukan usaha
untuk mencukupi kebutuhan tersebut dengan tindakan pengelolaan hidup Sebagai
contoh misalnya tanaman tebu membutuhkan hara untuk mencapai pertumbuhan
normalnya namun ketersediaan di dalam tanah tempat tanaman itu tumbuh tidak
tersedia hara N yang memadai Pada keadaan demikian tanaman tersebut tentu
tidak akan mungkin tumbuh normal (karena defisiensi N) Untuk mencapai
kondisi pertumbuhan normal maka upaya budidaya diperlukan yaitu dengan cara
memberikan pupuk N untuk kasus kekurangan hara N tersebut
Sumberdaya alam selama periode pertumbuhan tebu sangat dibutuhkan
Namun laju kebutuhan setiap fase pertumbuhan tanaman terhadap kebutuhan jenis
maupun kuantitasnya selalu tidak sama Dengan demikian terdapat ukuran -
ukuran kebutuhan yang secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kebutuhan
biologi pertumbuhan Sebagai contoh tanaman tebu memiliki 5 stadium
pertumbuhan yaitu fase perkecambahan pertunasan pemanjangan batang
kemasakan dan kematian kebutuhan akan sumberdaya air pada setiap stadium
berbeda Stadium perkecambahan sampai pemanjangan batang dapat dikatakan
menghendaki kebutuhan air yang sangat banyak Namun pada fase kemasakan dan
bahkan kematian kebutuhan terhadap air justru pada kondisi yang lebih sedikit
untuk mengoptimalkan pengisiaan gula dalam batang Hal yang lain yang
berkaitan dengan kebutuhan hidup tanaman tebu adalah secara agregat setiap
sumber daya alam selalu dibutuhkan meskipun kuantitasnya dapat berlainan
antara setiap fase pertumbuhannya
Tidak terpenuhi salah satu atau lebih sumberdaya alam yang dibutuhkan
tanaman tebu maka akan berakibat pada penurunan kualitas pertumbuhan
maupun produktivitas tanaman yang dihasilkan Dalam budidaya tebu upaya
untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya alam pada saat optimal diperlukan akan
memberikan hasil panen yang maksimal
Yang dimaksud dengan budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi
fisik lingkungan tanaman tebu berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan alat
dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase
pertumbuhannya sehingga menghasilkan produksi (gula) seperti yang diharapkan
Dewasa ini budidaya yang efisien adalah pengelolaan tanaman tertentu yang
diusahakan menyesuaikan dengan lingkungan agroklimat (ketersediaan lahan)
Karekteristik agroklimat terdiri dari iklim kesuburan tanah dan topografi
Budidaya tebu hendaknya menyesuaikan dengan kondisi karakteristik agroklimat
di lahan tegalan yang umumnya dijumpai untuk tanaman tebu Produktifitas tebu
ditentukan oleh karakteristik agroklimat yang paling minimum
Secara definisi telah dikemukakan di atas arti dari budidaya yang
sesungguhnya dapat disederhanakan lagi yaitu suatu upaya manusia
mengoptimalkan kondisi tanaman agar memperoleh sumberdaya alam yang
dibutuhkan untuk hidupnya sehingga dapat dimaksimalkan perolehan
produktivitas tanaman Dengan demikian tujuan akhir dari upaya budidaya adalah
mengoptimalkan kondisi tanaman untuk memaksimumkan hasil panen
Budidaya merupakan prasarana untuk meningkatkan respon tanaman terhadap
input yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menunjang dan memacu proses pertumbuhan Keberhasilan budidaya ditentukan
oleh berlangsungnya proses-proses pertumbuhan dalam setiap stadium secara
normal dan berkesinambungan Setiap proses fase pertumbuhan harus berjalan
dengan sempurna untuk memberikan kesempatan proses fase pertumbuhan
berikutnya sehingga berjalan sempurna juga Gangguan pada salah satu proses
fase pertumbuhan tebu harus dipandang sebagai titik dari mata rantai yang
terlemah dan yang paling bertanggung jawab terhadap hasil panen yang akan
diperoleh Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan faktor pembatas yang paling
menentukan terhadap perolehan hasil tanaman maka upaya dari budidaya
sesungguhnya untuk mengeleminir sekecil mungkin kekurangan ketersedian
sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna
memaksimumkan hasil panen yang akan diperoleh
Landasan Pola Budidaya Tebu
Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang
menyesuaikan dengan kondisi agroklimat yaitu iklim kesuburan tanah dan
tofografi Selain itu keberhasilan budidaya tebu ditentukan pula oleh penggunaan
sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang akan
menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan Lebih spesifik lagi keberhasilan
penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi
iklim kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah kesesuaian pengelolaan tebu
dengan tofografi kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga
sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu
menuju pertanian berkelanjutan
- Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim
Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel
iklim khususnya terhadap ketersediaan air baik dalam mengatur kecukupan air
maupun mengurangi ketersediaannya Dalam budidaya singkronisasi kebutuhan
pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim seperti mengatur masa tanam
yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase pertumbuhan awal
dan ditebang pada periode musim kemarau
Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya curah hujan
bulanan ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm bulan pada 5-6 bulan
berturut - turut 125 mmbulan pada 2 bulan transisi dan kurang 75 mm bulan
pada 4 - 5 bulan berturut-turut Menurut tipe iklim Oldeman zona yang terbaik
untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3 Dalam pengembangannya ke
lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan tipe iklim
yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2
C2 C3 D2 E3 Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu
dengan tanah cukup ringan dan berdrainase baik B1 C1 D1 dan E1
- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut
aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol
adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia
tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah
Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah
sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady
1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat
berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar
sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah
pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75
Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk
menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15
P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan
masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan
yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir
musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan
ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2
bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau
- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman
Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada
masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan
ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan
efisiensi
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah
memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad
pengganggu yaitu pengendalian secara preventif
- Penanganan Panen
Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan
untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak
ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan
Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak
berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik
Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi
PG dengan Petani
- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman
Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui
dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan
pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap
fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan
membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu
kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta
dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat
ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan
- Konsistensi Pengelolaan Tanaman
Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi
pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling
mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya
dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di
batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus
diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan
dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan
gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik
Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem
Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)
1 Sistem Mekanisasi
Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2
kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu
dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam
2 Sistem Reynoso (manual)
Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada
pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah
a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer
tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi
kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm
b Pembuatan got mujur
got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur
tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah
dalam 70 cm dan lebar 60 cm
c Pembuatan got malang
Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan
air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang
adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm
dan lebar 50 cm
- Ukuran Got dalam system Reynoso
TEKNIS BUDIDAYA TEBU
1 Persiapan Lahan
Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan
penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu
berjalan normal
1 Pembajakan (plowing)
Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam
batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas
Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang
masih cukup besar
2 Penggemburan (harrowing)
Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan
implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk
tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban
3 Pembuatan juringan (furrowing)
50 m
got mujur L=60 D=80
10 m
got malang L=50 D=70
juringan
got keliling L= 60 D=90
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman
juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm
2 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari
a Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis
tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena
dapat melindungi mata dari kerusakan
b Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling
c Bibit mentahbibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak
d Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang
telah bermata tunas dua
e Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman (Sutardjo 1994)
Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut
bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya alam pada saat optimal diperlukan akan
memberikan hasil panen yang maksimal
Yang dimaksud dengan budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi
fisik lingkungan tanaman tebu berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan alat
dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase
pertumbuhannya sehingga menghasilkan produksi (gula) seperti yang diharapkan
Dewasa ini budidaya yang efisien adalah pengelolaan tanaman tertentu yang
diusahakan menyesuaikan dengan lingkungan agroklimat (ketersediaan lahan)
Karekteristik agroklimat terdiri dari iklim kesuburan tanah dan topografi
Budidaya tebu hendaknya menyesuaikan dengan kondisi karakteristik agroklimat
di lahan tegalan yang umumnya dijumpai untuk tanaman tebu Produktifitas tebu
ditentukan oleh karakteristik agroklimat yang paling minimum
Secara definisi telah dikemukakan di atas arti dari budidaya yang
sesungguhnya dapat disederhanakan lagi yaitu suatu upaya manusia
mengoptimalkan kondisi tanaman agar memperoleh sumberdaya alam yang
dibutuhkan untuk hidupnya sehingga dapat dimaksimalkan perolehan
produktivitas tanaman Dengan demikian tujuan akhir dari upaya budidaya adalah
mengoptimalkan kondisi tanaman untuk memaksimumkan hasil panen
Budidaya merupakan prasarana untuk meningkatkan respon tanaman terhadap
input yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menunjang dan memacu proses pertumbuhan Keberhasilan budidaya ditentukan
oleh berlangsungnya proses-proses pertumbuhan dalam setiap stadium secara
normal dan berkesinambungan Setiap proses fase pertumbuhan harus berjalan
dengan sempurna untuk memberikan kesempatan proses fase pertumbuhan
berikutnya sehingga berjalan sempurna juga Gangguan pada salah satu proses
fase pertumbuhan tebu harus dipandang sebagai titik dari mata rantai yang
terlemah dan yang paling bertanggung jawab terhadap hasil panen yang akan
diperoleh Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan faktor pembatas yang paling
menentukan terhadap perolehan hasil tanaman maka upaya dari budidaya
sesungguhnya untuk mengeleminir sekecil mungkin kekurangan ketersedian
sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna
memaksimumkan hasil panen yang akan diperoleh
Landasan Pola Budidaya Tebu
Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang
menyesuaikan dengan kondisi agroklimat yaitu iklim kesuburan tanah dan
tofografi Selain itu keberhasilan budidaya tebu ditentukan pula oleh penggunaan
sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang akan
menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan Lebih spesifik lagi keberhasilan
penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi
iklim kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah kesesuaian pengelolaan tebu
dengan tofografi kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga
sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu
menuju pertanian berkelanjutan
- Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim
Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel
iklim khususnya terhadap ketersediaan air baik dalam mengatur kecukupan air
maupun mengurangi ketersediaannya Dalam budidaya singkronisasi kebutuhan
pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim seperti mengatur masa tanam
yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase pertumbuhan awal
dan ditebang pada periode musim kemarau
Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya curah hujan
bulanan ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm bulan pada 5-6 bulan
berturut - turut 125 mmbulan pada 2 bulan transisi dan kurang 75 mm bulan
pada 4 - 5 bulan berturut-turut Menurut tipe iklim Oldeman zona yang terbaik
untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3 Dalam pengembangannya ke
lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan tipe iklim
yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2
C2 C3 D2 E3 Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu
dengan tanah cukup ringan dan berdrainase baik B1 C1 D1 dan E1
- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut
aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol
adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia
tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah
Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah
sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady
1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat
berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar
sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah
pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75
Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk
menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15
P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan
masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan
yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir
musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan
ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2
bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau
- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman
Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada
masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan
ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan
efisiensi
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah
memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad
pengganggu yaitu pengendalian secara preventif
- Penanganan Panen
Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan
untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak
ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan
Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak
berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik
Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi
PG dengan Petani
- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman
Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui
dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan
pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap
fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan
membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu
kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta
dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat
ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan
- Konsistensi Pengelolaan Tanaman
Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi
pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling
mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya
dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di
batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus
diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan
dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan
gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik
Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem
Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)
1 Sistem Mekanisasi
Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2
kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu
dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam
2 Sistem Reynoso (manual)
Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada
pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah
a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer
tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi
kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm
b Pembuatan got mujur
got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur
tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah
dalam 70 cm dan lebar 60 cm
c Pembuatan got malang
Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan
air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang
adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm
dan lebar 50 cm
- Ukuran Got dalam system Reynoso
TEKNIS BUDIDAYA TEBU
1 Persiapan Lahan
Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan
penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu
berjalan normal
1 Pembajakan (plowing)
Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam
batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas
Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang
masih cukup besar
2 Penggemburan (harrowing)
Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan
implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk
tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban
3 Pembuatan juringan (furrowing)
50 m
got mujur L=60 D=80
10 m
got malang L=50 D=70
juringan
got keliling L= 60 D=90
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman
juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm
2 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari
a Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis
tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena
dapat melindungi mata dari kerusakan
b Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling
c Bibit mentahbibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak
d Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang
telah bermata tunas dua
e Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman (Sutardjo 1994)
Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut
bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna
memaksimumkan hasil panen yang akan diperoleh
Landasan Pola Budidaya Tebu
Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang
menyesuaikan dengan kondisi agroklimat yaitu iklim kesuburan tanah dan
tofografi Selain itu keberhasilan budidaya tebu ditentukan pula oleh penggunaan
sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang akan
menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan Lebih spesifik lagi keberhasilan
penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi
iklim kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah kesesuaian pengelolaan tebu
dengan tofografi kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga
sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu
menuju pertanian berkelanjutan
- Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim
Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel
iklim khususnya terhadap ketersediaan air baik dalam mengatur kecukupan air
maupun mengurangi ketersediaannya Dalam budidaya singkronisasi kebutuhan
pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim seperti mengatur masa tanam
yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase pertumbuhan awal
dan ditebang pada periode musim kemarau
Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya curah hujan
bulanan ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm bulan pada 5-6 bulan
berturut - turut 125 mmbulan pada 2 bulan transisi dan kurang 75 mm bulan
pada 4 - 5 bulan berturut-turut Menurut tipe iklim Oldeman zona yang terbaik
untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3 Dalam pengembangannya ke
lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan tipe iklim
yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2
C2 C3 D2 E3 Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu
dengan tanah cukup ringan dan berdrainase baik B1 C1 D1 dan E1
- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut
aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol
adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia
tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah
Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah
sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady
1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat
berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar
sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah
pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75
Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk
menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15
P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan
masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan
yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir
musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan
ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2
bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau
- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman
Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada
masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan
ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan
efisiensi
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah
memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad
pengganggu yaitu pengendalian secara preventif
- Penanganan Panen
Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan
untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak
ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan
Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak
berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik
Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi
PG dengan Petani
- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman
Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui
dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan
pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap
fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan
membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu
kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta
dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat
ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan
- Konsistensi Pengelolaan Tanaman
Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi
pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling
mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya
dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di
batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus
diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan
dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan
gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik
Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem
Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)
1 Sistem Mekanisasi
Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2
kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu
dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam
2 Sistem Reynoso (manual)
Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada
pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah
a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer
tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi
kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm
b Pembuatan got mujur
got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur
tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah
dalam 70 cm dan lebar 60 cm
c Pembuatan got malang
Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan
air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang
adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm
dan lebar 50 cm
- Ukuran Got dalam system Reynoso
TEKNIS BUDIDAYA TEBU
1 Persiapan Lahan
Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan
penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu
berjalan normal
1 Pembajakan (plowing)
Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam
batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas
Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang
masih cukup besar
2 Penggemburan (harrowing)
Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan
implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk
tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban
3 Pembuatan juringan (furrowing)
50 m
got mujur L=60 D=80
10 m
got malang L=50 D=70
juringan
got keliling L= 60 D=90
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman
juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm
2 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari
a Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis
tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena
dapat melindungi mata dari kerusakan
b Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling
c Bibit mentahbibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak
d Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang
telah bermata tunas dua
e Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman (Sutardjo 1994)
Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut
bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
- Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu menyangkut
aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah Sifat fisik tanah yang menonjol
adalah drainase permeabilitas tekstur dan ruang pori Sedangkan sifat kimia
tanah adalah kadar bahan organik pH ketersediaan hara esensial dan KTK tanah
Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah
sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady
1960) adalah lempung lempung berpasir lempung berdebu liat berpasir liat
berlempung liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar
sampai halus Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah
pada kisaran 60 ndash 70 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 45 - 75
Kesuburan tanah (status hara) berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk
menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total gt 15
P2O5 tersedia gt 75 ppm K2O tersedia gt 150 ppm dan kejenuhan Al ltgt 4 bulan
masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan
yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir
musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan
ngompol dapat diolah sepanjang musim Pada daerah basah (bulan kering le 2
bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau
- Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman
Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada
masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan
ketepatan pemupukan Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan
efisiensi
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma hama dan penyakit) adalah
memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak ldquotermakanrdquo oleh jasad
pengganggu yaitu pengendalian secara preventif
- Penanganan Panen
Dalam pengusahaan tanaman tebu upaya budidaya yang ditunjukkan
untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak
ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan
Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak
berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik
Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi
PG dengan Petani
- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman
Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui
dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan
pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap
fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan
membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu
kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta
dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat
ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan
- Konsistensi Pengelolaan Tanaman
Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi
pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling
mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya
dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di
batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus
diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan
dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan
gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik
Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem
Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)
1 Sistem Mekanisasi
Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2
kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu
dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam
2 Sistem Reynoso (manual)
Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada
pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah
a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer
tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi
kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm
b Pembuatan got mujur
got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur
tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah
dalam 70 cm dan lebar 60 cm
c Pembuatan got malang
Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan
air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang
adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm
dan lebar 50 cm
- Ukuran Got dalam system Reynoso
TEKNIS BUDIDAYA TEBU
1 Persiapan Lahan
Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan
penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu
berjalan normal
1 Pembajakan (plowing)
Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam
batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas
Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang
masih cukup besar
2 Penggemburan (harrowing)
Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan
implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk
tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban
3 Pembuatan juringan (furrowing)
50 m
got mujur L=60 D=80
10 m
got malang L=50 D=70
juringan
got keliling L= 60 D=90
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman
juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm
2 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari
a Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis
tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena
dapat melindungi mata dari kerusakan
b Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling
c Bibit mentahbibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak
d Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang
telah bermata tunas dua
e Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman (Sutardjo 1994)
Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut
bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan
Masak Bersih dan Segar (MBS) Untuk menciptakan panen MBS banyak
berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi baik diintern Pabrik
Gula (antara Bagian Tanaman Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi
PG dengan Petani
- Pemantauan Pertumbuhan Tanaman
Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui
dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan Pemantauan
pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap
fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi Dengan
membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu
kebun dengan standar pertumbuhan dinamika populasi normal serta
dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan sehingga dapat
ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi tindakan yang diperlukan
- Konsistensi Pengelolaan Tanaman
Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi
pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling
mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya
dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di
batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan Salah satu yang harus
diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen tebu yang ditanam dan
dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan
gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik
Secara teknis pembukaan lahan tanaman tebu dikenal adanya sistem
Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi (Plough Out)
1 Sistem Mekanisasi
Sistem yang menggunakan traktor mekanisasi sebagai alat kerjanya Urutanya 2
kali bajak dengan arah berbeda (cross) yang selanjutnya dibuat kairan Setelah itu
dilakukan pembuatan got dan selanjutnya tanam
2 Sistem Reynoso (manual)
Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada
pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah
a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer
tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi
kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm
b Pembuatan got mujur
got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur
tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah
dalam 70 cm dan lebar 60 cm
c Pembuatan got malang
Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan
air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang
adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm
dan lebar 50 cm
- Ukuran Got dalam system Reynoso
TEKNIS BUDIDAYA TEBU
1 Persiapan Lahan
Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan
penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu
berjalan normal
1 Pembajakan (plowing)
Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam
batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas
Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang
masih cukup besar
2 Penggemburan (harrowing)
Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan
implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk
tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban
3 Pembuatan juringan (furrowing)
50 m
got mujur L=60 D=80
10 m
got malang L=50 D=70
juringan
got keliling L= 60 D=90
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman
juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm
2 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari
a Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis
tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena
dapat melindungi mata dari kerusakan
b Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling
c Bibit mentahbibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak
d Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang
telah bermata tunas dua
e Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman (Sutardjo 1994)
Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut
bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
Adalah sistem yang dikerjakan dengan sistem manual orang berprinsip pada
pembuatan got-got untuk penampungan dan pembuangan air Urutanya adalah
a Pembuatan patusan saluran pembuangan afvoer
tujuanya alah untuk membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi
kelebihan air Kedalamanya adalah 90 cm dan lebar 80 cm
b Pembuatan got mujur
got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang Arah got mujur
tegak lurus dengan got malang atau juringan Ukuran got mujur adalah adalah
dalam 70 cm dan lebar 60 cm
c Pembuatan got malang
Berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan menurunkan permukaan
air tanah dan menahan air sementara guna pekerjaan siratebor Arah got malang
adalah searah dengan kemiringan tanah Ukuran got malang adalah dalam 60 cm
dan lebar 50 cm
- Ukuran Got dalam system Reynoso
TEKNIS BUDIDAYA TEBU
1 Persiapan Lahan
Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan
penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu
berjalan normal
1 Pembajakan (plowing)
Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam
batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas
Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang
masih cukup besar
2 Penggemburan (harrowing)
Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan
implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk
tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban
3 Pembuatan juringan (furrowing)
50 m
got mujur L=60 D=80
10 m
got malang L=50 D=70
juringan
got keliling L= 60 D=90
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman
juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm
2 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari
a Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis
tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena
dapat melindungi mata dari kerusakan
b Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling
c Bibit mentahbibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak
d Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang
telah bermata tunas dua
e Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman (Sutardjo 1994)
Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut
bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
TEKNIS BUDIDAYA TEBU
1 Persiapan Lahan
Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan
penggemburan dan pembuatan juringan Dengan demikian perkecambahan tebu
berjalan normal
1 Pembajakan (plowing)
Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam
batas olah tanah membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas
Perkebunan 2004) Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang
masih cukup besar
2 Penggemburan (harrowing)
Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan (Dinas Perkebunan 2004) Dilakukan dengan menggunakan
implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5 Penggemburan untuk
tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban
3 Pembuatan juringan (furrowing)
50 m
got mujur L=60 D=80
10 m
got malang L=50 D=70
juringan
got keliling L= 60 D=90
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman
juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm
2 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari
a Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis
tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena
dapat melindungi mata dari kerusakan
b Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling
c Bibit mentahbibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak
d Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang
telah bermata tunas dua
e Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman (Sutardjo 1994)
Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut
bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman
juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur Jarak antar juringan adalah 135 cm
2 Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik Bibit bisa didapatkan dari
a Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling Untuk keperluan ini dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis
tebu lain Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentekdilepas karena
dapat melindungi mata dari kerusakan
b Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling
c Bibit mentahbibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak
d Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang
telah bermata tunas dua
e Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman (Sutardjo 1994)
Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut
bull Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek Kebun ini menggunakan bahan tanam
yang berasal dari KBPU Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBP
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBP Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan KBN
ditanam pada bulan Juli-Agustus
bull Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBN Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBI
ditanam pada bulan Januari-Februari
bull Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling Kebun ini menggunakan bahan
tanam yang berasal dari KBI Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling KBD
ditanam pada bulan Juli-Oktober
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
Gambar 1 Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara
3 Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit
rayungan Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian
tumbuh Dalam satu meter juringan ditanam 5 ndash 6 stek bibit Waktu tanam yang
ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei ndash Juni sehingga pada saat panen bulan
Juli ndash September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang
tinggi
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping
Apabila mata bibit menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada
permukaan tanah daripada mata bibit yang menghadap kebawah Keadaan
tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai
permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama secara perhitungan jaraknya saja
sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu
1 Bibit Bagaldebbeltopgenerasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu kemudian tanah digaris dengan alat
yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm Bibit dimasukkan ke dalam bekas
garisan dengan mata bibit menghadap ke samping Selanjutnya bibit ditimbun
dengan tanah
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
2 Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring + 45 derajat Jika bibit rayungan
bermata dua batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm
3 Sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam
petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata
- Penyulaman
1 Sulam sisipan dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu
2 Sulaman ke - 1 dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai
Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan
3 Penyulaman yang berasal dari rospucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4 Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan bersama sama dengan
pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 15 bulan
5 Penyulaman ekstra bila perlu yaitu sebelum bumbun ke -2
- Pemupukan
Tujuanya adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman Dosis setiap daerah lainya tergantung dari hasil analisa
hara dalam tanah Jenis pupuk ZA TSP KCL
Dosis pupukjenis pupuk
Waktu Pemupukan
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
Pupuk I 1 sd 7 hari setelah tanam TSP 100 dosis ZA 30 sd 70
dosis Pupuk II 1 bulan setelah pupuk 1 ZA 30 sd 70 (sisanya) KCL
100 dosis Pemupukan dengan ditegallencog dan ditutup tanah
- Penyiraman Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses
Pertumbuhan Tanaman Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi
Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi
a Ebor Muka Tanam dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi
tanah basah
b Sirat Patri dilakukan 3 ndash 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu
perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar
c Ebor Pupuk I dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
d Ebor Pupuk II dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk
supaya segera dapat diserap oleh Tanaman
e Ebor Muka Bumbun II bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam
pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus
f Ebor Muka Bumbun III bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk
tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III
g Ebor Garbu Muka Gulud diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena
tanah yang diolah adalah tanah waras Tujuannya adalah untuk memudahkan
pelaksanaan Garbu
h Ebor Muka Gulud diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu Tujuannya
adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan
- Pembubunan Tanah
1 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu yaitu berdaun 3 - 4
helai Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu
tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
2 Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan
3 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan semua got
harus diperdalam got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm
4 Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi
tumbuhnya Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul Koret (Adisewojo 1991)
5 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan
meningkatkan kualitas tebangan Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50 Klentek dilakukan pada saat tanaman
berumur plusmn 6 bulan apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat
tanaman berumur plusmn 8 bulan (PTPN II 2008)
6 Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain
1 Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga
mematikan titik tumbuh
2 Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang
merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat
merobohkan tanaman
3 Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar
4 Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun
5 Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan Tanaman
yang terserang akan mati (Muljana 1983)
Penyakit
1 Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di
musimhujanTanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat
memutih (chlorosis) Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang
sangat berbahaya bagi tanaman tebu terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo 1994)
2 Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 15-2 bulan Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang
kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua titik tumbuh dan
tunas-tunas juga berwarna merah Gejala penyakit ini akan lenyap bila
hujan turun
3 Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning
4 Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu
5 Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan 1994)
Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan
Walaupun telah memperoleh pengalaman namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan
2004)
Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane) Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Nilai Kemasakan Tebu dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk
mengetahui Faktor Kemasakan Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan
Rencana Kapasitas Giling Pabrik
Pemeliharaan Tanaman Keprasan
Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang Hal
ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga
pertumbuhan tunas nantinya baik Sebelum Keprasan perlu dilakukan
Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk Keprasan dilakukan
dengan cara manual menggunakan cangkul Bentuk hasil Keprasan melihat
apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
berulang-ulang Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model ldquoUldquo sedangkan untuk
bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model ldquoWrdquo
Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan
Pemeliharaan Tanaman TS I hanya yang membedakan adalah
- PEDOT OYOT dilakukan segera setelah dikepras Tujuannya adalah untuk
memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan
kuat juga berguna
Budidaya Tebu Lahan Kering ( Tegalan )
‐ Penggarapan tanah
Waktu pengolahan tanah menjelang musim kemarau (periode I ) dan atau
menjelang musim penghujan ( periode II ) Pembuatan got ditegalan hanya
didaerah beriklim B1 dan B2 (daerah basah ) pada periode I Pengolahan tanah
dengan membongkar membalik dan menghancurkan tanah Tanah yang diolah
minimal 30 cm Pengolahan anah bertekstur berat dapat menggunakan bajak atau
garu yang ditarik traktor Tanah bertekstur sedang diolah dengan tenaga manusia
Diakhir pengolahan tanah dilakukan pembuatan kairanjolangan sedalam 25 ‐ 30
cm jarak antara pusat kepusat 95 ‐ 125 cm panjang kairan sekitar 50 m
tergantung keadaan lahan
‐ Bahan tanaman
Bibit bagal dari KBD dengan 3 ‐ 4 mata tunas
Bibit pucuk (top stek ) panjang 35 ‐ 40 cm
‐ Penanaman
Waktu tanam untuk periode I bulan mei dan juli sedangkan periode II
September ‐ Nopember Bibit diletakan pada jaringanjolangan dengan mata tunas
disamping Bibit ditutup tanah setebal 3 cm (periode I ) dan 5 cm ( periode II )
‐ Penyulaman
Penyulaman I tanaman umur 2 minggu
Penyulaman 2 tanaman umur 4 minggu
Bibit sulaman dan sumpingan yang ditanam diujung jolangan
- Pemupukan
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
‐ Pembumbunan
Bumbun I Setelah pemupukan II Bumbun 2 setelah tanaman berumur 3
ndash 35 bulan (semua tunas telah tumbuh)
‐ Penyiangan pengendalian hama penyakit dan penebangan dilakukan
seperti pada tebu lahan sawah
‐ Tanaman Keprasan ( TRIT II ‐ IV )
Tebu lahan kering dapat dikepras sampai 3 x
Pengeprasan seperti tebu pada lahan sawah
Pemeliharaan TRIT II ‐ IV hampir sama dengan TRIT I
Pemupukan TRIT II ‐ IV
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
Pemupukan I TSP 100 dosis ZA 30 ndash 70 dilakukan 2 minggu setelah
kepras
Pemupukan I ZA 70 ndash 30 (sisanya) KCL diberikan 6 minggu setelah
kepras
Diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat didekat tanaman
kemudian ditutup tanah atau dengan cara ditugal
Pengolahan gula putih perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang diangkut ke pabrik gula untuk diolah
menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja
secara otomatis
Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu pemerahan cairan tebu
( nira) penjernihan penguapan kristalisasi pemisahan kristal pengeringan
pengemasan dan penyimpanan
Rendemen
Rendemen adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan sejumlah tebu yang digiling
Beberapa macam rendemen yang dikenal antara lain rendemen contoh ( untuk
menentukan kemasakan optimal tanaman tebu ) rendemen sementara
rendemen efektif
Prosedur perhitungan rendemen dan bagi hasil
Pengendalian beberapa penyakit
‐ Hama tikus dikendalikan dengan pengumpanan menggunakan pestisida dan
gropyokan yang dilakukan secara terpadu
‐ Hama penggerek batang
Diroges
Pelepasan Trichogramma nanun T minutun atau T Australian
Pelepasan Diatracophaga ( Lalat jatiroto )
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
Dengan insektisida
‐ Hama penggerek pucuk
1048707 Pelepasan trichogramma japonium
1048707 Penyuntukan karbofuran ditengah batang atau melalui tanah dengan cara
ditugal
‐ Hama Uret
Tanah disingkap dan hama uretnya dibunuh
Insektisida ditaburkan pada dasar jolangan (sebelum tanam )
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)
DAFTAR PUSTAKA
Booker Tate Ltd 1999 Study of The Indonesian Sugar Industry (Vol1-3) Research Report for Meneg BUMN UK Jakarta
Dewan Gula Indonesia 1999 Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999 Publikasi Interen DGI dan Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia Jakarta
Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2002 Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002-2007 (Buku 1) Ditjen BPP Deptan Jakarta
Hadi PU AH Malian A Djulin A Agustian SH Suhartini dan SH Susilowati 2002 Kajian Perdagangan Internasional Komoditas Petanian Indonesia Tahun 2001 Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Lembaga Penelitian IPB 2002 Studi Pengembangan Sistem Industri Pergulaan Nasional Kerjasama antara Ditjen Bina Produksi Perkebunan dengan LP IPB Bogor Desember 2002
Malian AH M Ariani KS Indraningsih AK Zakaria A Askin dan J Hestina 2004 Revitalisasi Sistem dan Usaha Agribisnis Gula Laporan Akhir Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) 2003 Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional Kerjasama Ditjen BPP Deptan dengan P3GI Jakarta
Sawit MH Erwidodo T Kuntohartono dan HSiregar 2003 Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional Naskah akademis final (19 Agustus 2003)