Post on 28-Oct-2021
Jurnal Education and Economics (JEE) ISSN: 2654-9808 E-ISSN: 2615-448X
66 Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBUAT SKETS GRAFIK FUNGSI
ALJABAR SEDERHANA PADA SISTEM KOORDINAT KARTESIUS
MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING
Misbah Zainab
SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
misbahzainab@gmail.com
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi
membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius
melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas
VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020. Metode
penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus setiap siklus terdiri dua kali pertemuan, dengan empat tahap penelitian:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020
dengan jumlah 26 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah
meningkatkan hasil belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi
aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius. Hal ini dibuktikan dengan
peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I siswa yang berhasil mendapat nilai
KKM, dari siklus awal hanya 14 siswa atau 53,85% meningkat menjadi 18 siswa
atau 69,23% atau terdapat peningkatan sebesar 15,38%. Sedangkan pada siklus II
meningkat menjadi 22 siswa yang mendapat nilai di atas KKM atau 84,62% atau
terdapat peningkatan sebesar 15,39% dari sebelumnya atau mengawali
peningkatan 30,77% dari siklus awal ke siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi membuat
skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius pada siswa
kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.
Kata kunci: hasil belajar, skets grafik fungsi aljabar sederhana, metode PBL
Abstract : This study aims to improve mathematics learning outcomes material in making
sketches of simple algebraic functions in the Cartesian coordinate system through
the Problem Based Learning (PBL) learning model for Grade VIII A students of
SMP Negeri 6 Sukoharjo Semester I in 2019/2020 Academic Year. The research
method uses Classroom Action Research conducted in two cycles each cycle
consisting of two meetings, with four stages of research: planning,
implementation, observation and reflection. The subjects of this study were
students of class VIII A of SMP Negeri 6 Sukoharjo in the 2019/2020 Academic
Year with a total of 26 students. Data collection techniques used were
observation, interviews, tests, and documentation. Analysis of the data used in this
study is a qualitative descriptive analysis. The results of this study are to improve
mathematics learning outcomes material to make sketches of simple algebraic
functions on a Cartesian coordinate system. This is evidenced by the increase in
student learning outcomes in the first cycle of students who managed to get the
KKM value, from the initial cycle only 14 students or 53.85% increased to 18
students or 69.23% or there was an increase of 15.38%. While in the second cycle
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020 67
increased to 22 students who scored above KKM or 84.62% or there was an
increase of 15.39% from the previous or started an increase of 30.77% from the
initial cycle to the second cycle. Based on the results of this study it can be
concluded that by applying the Problem Based Learning (PBL) learning model it
can improve mathematics learning outcomes material making simple algebraic
graphic sketches on the Cartesian coordinate system in class VIII A students of
SMP Negeri 6 Sukoharjo Semester I 2019/2020 Academic Year.
Keywords: learning outcomes, graphic sketches of simple algebraic functions, PBL methods
PENDAHULUAN
Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak asing lagi bagi kita sermua, karena
mata pelajaran ini dipelajari disetiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA bahkan
sampai jenjang perguruan tinggi. Selain itu matematika sangat membantu serta sangat
dibutuhkan pada bidang studi atau ilmu-ilmu yang lain (Samsarif 2009). Istilah Matematika
sendiri berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenien yang memiliki arti atau makna
mempelajari. Kata matematika diduga sangat erat hubungannya dengan kata Sangsekerta,
medha atau bahkan kata widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan atau intelegensia (Sri
Subariah, 2006:1). Dengan demikian, penyampaian mata pelajaran matematika ini terutama
pada dunia pendidikan baik non formal, terlebih lagi pendidikan formal dengan penggunaan
metode yang tepat bagi para siswa dapat menghasilkan hasil pembelajaran yang semakin baik,
sehingga akan diperoleh generasi bangsa yang cerdas, karena matematika menjadi fondasi
dalam berbagai disiplin atau bidang ilmu yang ada dan bermacam-macam tersebut. Tetapi
sebaliknya jika metodenya tidak tepat para siswa akan merasa pobia atau takut dengan mata
pelajaran ini.
Pendidikan menjadi motor penggerak bagi keberlangsungan sumber daya manusia yang
handal suatu negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan cara terbaik untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa (Tho’in, 2017: 162). Sehingga
pendidikan menjadi suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa.
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan
bangsa. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa
sebagai peserta didik. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau
proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat
ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum atau lebih mementingkan pada
penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran
di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru
menggunakan model atau metode ceramah, di mana siswa hanya duduk, mencatat, dan
mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya atau
berinteraksi secara aktif. Pembelajaran biasanya hanya disampaikan secara konvensional,
dimana guru yang berperan aktif, sementara siswa dalam kondisi yang sebaliknya yaitu
cenderung pasif. Sikap siswa yang pasif dapat mengurangi keterlibatannya dalam mengikuti
proses pembelajaran yang dapat mengakibatkan turunnya minat siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Masalah lain yang muncul adalah rendahnya kemampuan sosial antar
siswa. Rendahnya rasa sosial ini akan menimbulkan sifat individualisme pada diri siswa. Hal
ini sangat tidak baik jika terus menerus ada di dalam diri siswa. Oleh karena itu, guru harus
berperan aktif untuk menumbuhkan rasa sosial di antara siswa. Karena dengan tingginya
kemampuan sosial yang dimiliki, para siswa akan lebih mudah berbaur di dalam lingkungan
hidupnya.
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
68 Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020
Dalam hal lain yang dapat dikatakan masalah adalah kurangnya rasa percaya diri dalam
diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan berbicara di depan umum. Banyak siswa yang
lebih memilih untuk memendam pendapatnya selama proses pembelajaran. Sebagai pengajar,
guru harus membantu siswa menggali kepercayaan diri mereka. Karena dengan adanya rasa
percaya diri, siswa akan lebih yakin untuk berbicara di hadapan orang. Hasil belajar siswa
sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Salah satu yang
menentukan kualitas pembelajaran adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat dengan
materi yang diajarkan. Pada kenyataannya banyak sekolah yang kurang memperlihatkan
penggunaan model pembelajaran dalam setiap penampilan mengajar.
Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa
menjadi pasif. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran
matematika. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang
abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Sri Subariah, 2006:1). Dienes (dalam
Ruseffendi, 1988: 160) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena
itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Sedangkan Kitcher (dalam
Jackson, 1992: 753) lebih menfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan
matematika. Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: (1) bahasa
(language) yang dijalankan oleh para matematikawan, (2) pernyataan (statements) yang
digunakan oleh para matematikawan, (3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini
belum terpecahkan, (4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan,
dan (5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang sebagai
the science of pattern (Steen dalam Romberg, 1992: 754). Sejalan dengan kedua pandangan di
atas, Sujono (1988: 5) mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya,
matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara
sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik
dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika
sebagai ilmu bantu dalam mengiterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan. Pengertian
matematika sebagai ilmu tentang struktur yang terorganisir juga dikemukakan oleh
Ruseffendi (1988: 261). Dari sisi abstaraksi matematika, Newman (dalam, Jackson, 1992:
755) melihat tiga ciri utama matematika, yaitu; (1) matematika disajikan dalam pola yang
lebih ketat, (2) matematika berkembang dan digunakan lebih luas dari pada ilmu-ilmu lain,
dan (3) matematika lebih terkonsentrasi pada konsep. Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, sehingga
pemahamannya membutuhkan daya nalar yang tinggi, dibutuhkan ketekunan, keuletan,
perhatian dan motivasi yang tinggi untuk dapat memahami materi pelajaran matematika.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran
menjadi lebih menarik dan disukai oleh pesertadidik. Suasana kelas perlu direncanakan dan
dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa
dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya
dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Untuk itu perlu disadari oleh guru bahwa dalam
melaksanakan pembelajaran perlu pula diupayakan pembelajaran yang bersifat membangun
dan memberikan pengalaman terhadap materi-materi yang diberikan. Keterbatasan waktu
yang tersedia menyebabkan guru mengejar target pencapaian kurikulum memilih jalan yang
termudah untuk menginformasikan fakta dan konsep, yaitu melalui model ceramah kemudian
latihan soal dan siswa memperhatikan penjelasan guru tanpa melakukan aktivitas sehingga
siswa pasif. Guru dalam mengajarkan matematika khususnya sub pokok bahasan membuat
skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius kepada siswa kurang
melibatkan siswa secara aktif dalam interaksi belajar mengajar sehingga siswa kurang
termotivasi dalam belajar. Guru juga kurang melibatkan lingkungan sebagai media sehingga
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020 69
siswa kurang mengenal lingkungan dan tidak dapat memperoleh pemahaman yang berarti.
Disaat proses belajar mengajar berlangsung, guru kurang menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi sehingga hal tersebut dapat menyebabkan siswa jenuh dan kurang aktif. Guru
beranggapan sulit menerapkan model pembelajaran misalnya untuk materi mata pelajaran
matematika.
Penggunaan berbagai macam model pembelajaran dapat memakan waktu yang lebih
lama sementara waktu mengajarnya terbatas. Guru juga jarang sekali menggunakan
pendekatan pembelajaran ketika sedang mengajarkan materi pelajaran matematika. Terkait
belum optimalnya proses pembelajaran matematika di kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo,
maka peneliti berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Metode pemecahan masalah atau problem based
learning (PBL) menempatkan siswa sebagai subjek utama, yang secara aktif ikut ambil
bagian dalam proses pembelajaran, khususnya untuk memecahkan masalah-masalah yang
disodorkan guru kepada siswa, keberadaan guru hanyalah sebagai fasilitator proses belajar
siswa yang membantu menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar dengan baik
(Dimyati & Mujiono, 2006: 138).
Menurut Sriyono (1992: 118), “Metode pemecahan masalah atau problem based
learning (PBL) adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada sesuatu
masalah dipecahkan atau diselesaikan”, dengan demikian metode pemecahan masalah
mendorong dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinisiatip dan
berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah pada penerapannya. Metode ini
cenderung akan lebih banyak menggunakan pendekatan belajar secara kelompok. Dengan ini
diharapkan melalui sosialisasi yang dilakukan dalam kelompok siswa berlatih bekerja sama,
berkoordinasi, saling tukar pikiran, dan mengembangkan komunikasi yang baik kepada guru
maupun sesama rekan-rekannya.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar
sederhana pada sistem koordinat kartesius serta meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar.
2. Bagi guru
Mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika materi membuat skets
grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Melalui penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat
kartesius pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo Semester I Tahun Pelajaran
2019/2020.
KAJIAN TEORI
Hasil Belajar Siswa
Menurut R. Gagne seperti yang dikutip oleh Slameto (2000:78) memberikan dua
definisi belajar, yaitu belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Menurut Skinner yang dikutip
oleh Dimyati dan Mudjiono (2006:93) bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
70 Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020
dan respon yang tercipta melalui proses tingkah laku. M. Sobry Sutikno (2010:35)
mengemukakan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa belajar
adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai
bidang yang terjadi akibat interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (2004:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh
siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
dan keterampilan-keterampilan (Suprijono, 2011:5). Hasil belajar adalah hasil yang dicapai
dalam bentuk angka atau skor setelah tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran
(Dimyati dan Mujiono, 2006:24).
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan salah satu ukuran terhadap
penguasaan materi pelajaran yang disampaikan. Peran guru dalam menyampaikan materi
pelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa penting sekali untuk diketahui, artinya dalam rangka membantu siswa mencapai
hasil belajar yang seoptimal mungkin. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor baik yang bersifat mendorong atau menghambat, demikian pula dalam belajar. Faktor
yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa yakni faktor dari dalam diri siswa
(interen) dan faktor yang datang dari luar (eksteren). Ahmadi (1998:72) mengemukakan
untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa
(faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern).
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang tergolong faktor intern adalah kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi. Kecerdasan
atau intelegensia adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan yang diadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
intelegensia, intelegensia yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan
tingkat perkembangan sebaya. Slameto (2000:56) mengatakan bahwa “Tingkat
intelegensia yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensia
yang rendah.” Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Ngalim Purwanto (1986:28) mengemukakan “bakat dalam hal ini
lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai
kesanggupan- kesanggupan tertentu.”
Menurut Syah Muhibbin (1999:136) “bakat diartikan sebagai kemampuan individu
untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada pendidikan dan latihan.” Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
diri seseorang sangatlah ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenali beberapa kegiatan atau
kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu.
Siswa yang kurang berminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam hasil
belajarnya. Menurut Winkel (2004:24) “Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam
subyek untuk merasa tertarik pada bidang / hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam bidang itu.” Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi dalam
belajar adalah faktor penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong
keadaan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.Seperti yang dikemukakan oleh Nasution
(1995:73) “motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.”
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020 71
b. Faktor Ekstern
Yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang bersifat dari luar
diri siswa, yaitu keadaan keluarga, sekolah dan sekitarnya. Keadaan Keluarga dapat
menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Adanya rasa aman dan nyaman dalam
keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang memperoleh belajar. Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah pertama
kali anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Faktor Guru, guru sebagai tenaga
berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing,
mengolah, meneliti, dan mengembangkan serta memberikan pelajaran kepada siswa.
Keterampilan guru dalam mengajar, keprofesionalan guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Sumber Belajar,
merupakan faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar.
Sumber belajar yang lengkap dan memadai adalah perangkat yang dapat digunakan siswa
dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga hasil belajar dapat meningkat.
Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenien yang artinya
mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata Sangsekerta, medha
atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensia (Sri Subariah, 2006:1).
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, bangun ruang, dan
perubahan-perubahan yang pada suatu bilangan. Matematika berasal dari bahasa Yunani
Mathematikos yang artinya ilmu pasti. Dalam bahasa belanda matematika di sebut sebagai
Wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi
matematika adalah ilmu tentang bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya
yang mencangkup segala bentuk prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan
masalah mengenai bilangan. Seorang yang ahli dalam bidang matematika di sebut
sebagai Matematikawan atau matematikus. Segala hal yang bersangkutan dan berhubungan
dengan matematika di sebut sebagai matematis. Matematis juga di gunakan untuk menyebut
sesuatu secara sangat pasti dan sangat tepat.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang banyak di manfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum matematika di gunakan
dalam transaksi perdangangan, pertukangan, dll. Hampir di setiap aspek kehidupan ilmu
matematika yang di terapkan. Karena itu matematika mendapat julukan sebagai ratu segala
ilmu. Matematika juga mempunyai banyak kelebihan dibanding ilmu pengetahuan lain. Selain
sifatnya yang fleksible dan dinamis, matematika juga selalu dapat mengimbangi
perkembangan zaman. Terutama di masa sekarang ketika segala sesuatu dapat di lakukan
dengan komputer. Matematika menjadi salah satu bahasa program yang efektif dan efisien.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan
pola hubungan yang ada di dalamnya (Sri Subariah, 2006:1). Dienes (dalam Ruseffendi,
1988: 160) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu,
matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Sedangkan Kitcher (dalam
Jackson, 1992: 753) lebih menfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan
matematika. Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: (1) bahasa
(language) yang dijalankan oleh para matematikawan, (2) pernyataan (statements) yang
digunakan oleh para matematikawan, (3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini
belum terpecahkan, (4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan,
dan (5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang sebagai
the science of pattern (Steen dalam Romberg, 1992: 754). Sejalan dengan kedua pandangan di
atas, Sujono (1988: 5) mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya,
matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
72 Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020
sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik
dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika
sebagai ilmu bantu dalam mengiterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan. Pengertian
matematika sebagai ilmu tentang struktur yang terorganisir juga dikemukakan oleh
Ruseffendi (1988: 261). Dari sisi abstaraksi matematika, Newman (dalam, Jackson, 1992:
755) melihat tiga ciri utama matematika, yaitu; (1) matematika disajikan dalam pola yang
lebih ketat, (2) matematika berkembang dan digunakan lebih luas dari pada ilmu-ilmu lain,
dan (3) matematika lebih terkonsentrasi pada konsep. Menurut Hudoyo (1988:3) pelajaran
matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya membutuhkan
daya nalar yang tinggi, dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian dan motivasi yang tinggi
untuk dapat memahami materi pelajaran matematika. Sedangkan menurut (Sumarmo, 2002:2)
pelajaran matematika berkaitan dengan penalaran yang bersifat deduktif, materi matematika
bersifat hierarkis dan terstruktur.
Skets Grafik Fungsi Aljabar Sederhana Pada Sistem Koordinat Kartesius
1. Pasangan Terurut Suatu Fungsi
Suatu fungsi f dinyatakan dengan himpunan pasangan berurutan {(x,f(x)|x×€D}
dengan D sebagai domain (daerah asal) fungsi f .jika D merupakan himpunan bagian dari
R (himpunan bilangan real atau nyata),maka himpunan pasangan berurutan pada
fungsi f dapat dinyatakan dengan {(x,f(x)|x×€D}. Pada fungsi y= f(x) = x+1, jika variabel
x diganti misalnya dengan 2, maka diperoleh nilai y= f(x) = 2+1= 3.dalam hal ini, variabel
y akan bergantung pada nilai variabel x.
2. Menggambar Grafik Fungsi Dalam Koordinat Kartesius
Misalkan x adalah variabel pada himpunan M={0,1,2,3,4,5} dan fungsi f:x→2x+1
dari himpunan M ke himpunan bilangan cacah. Untuk memudahkan cara menulis maupun
membaca fungsi dari setiap x, maka dibuat tabel (daftar) berikut ini.
x 2x+1 Pemetaan f Pasangan berurutannya
0
1
2
3
4
5
2(0)+1=1
2(1)+1=3
2(2)+1=5
2(3)+1=7
2(4)+1=9
2(5)+1=11
f:0→1
f:1→3
f:2→5
f:3→7
f:4→9
f:5→11
(0,1)
(1,3)
(2,5)
(3,7)
(4,9)
(5,11)
Metode Problem Based Learning (PBL)
Menurut Marpaung (2002) paradigma belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1)
Pengetahuan itu dianggap kontruksi dari mereka yang belajar dibentuk oleh pengalaman
individual. 2) Siswa harus aktif mengolah informasi dengan berbagai cara, misalnya melalui
interaksi dengan sesama siswa atau dengan guru. 3) Pengetahuan tidak ditransfer dari pikiran
seseorang ke pikiran orang lain. 4) Guru mengalami perbedaan individual dan berusaha
mengembangkan kemampuan siswa tersebut mengikuti alur proses kognitif siswa. 5)
Lingkungan belajar dan belajar itu sendiri bersifat komperatif, koloboratif dan suportif. 6)
Menghendaki siswa yang aktif, bukannya guru yang aktif. Dalam paradigma belajar, peran
guru sebagai fasilitator atau pembimbing belajar. Pembelajaran adalah membimbing atau
men-dorong siswa aktif mengolah informasi, mendorong siswa berani mengutarakan ide-
idenya, mau belajar dari kesalahan, berdiskusi dengan siswa lain dan guru. Melalui paradigma
belajar, siswa memiliki kesempatan lebih besar mengembangkan dirinya menjadi manusia
yang lebih mandiri, demokratis, berfikir variatif dan bersikap kritis.
Berbeda dengan metode konvensional yang menempatkan siswa sebagai pendengar
setia dari apa yang disampaikan guru, metode pemecahan masalah menempatkan siswa
sebagai subjek utama, yang secara aktif ikut ambil bagian dalam proses pembelajaran,
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020 73
khususnya untuk memecahkan masalah-masalah yang disodorkan guru kepada siswa,
keberadaan guru hanyalah sebagai fasilitator proses belajar siswa yang membantu
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar dengan baik (Mujiono, 1999: 138).
Menurut Sriyono (1992: 118), “Metode pemecahan masalah adalah suatu cara
pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada sesuatu masalah dipecahkan atau
diselesaikan”, dengan demikian metode pemecahan masalah mendorong dan memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinisiatip dan berfikir sistematis dalam
menghadapi suatu masalah pada penerapannya.
Metode ini cenderung akan lebih banyak menggunakan pendekatan belajar secara
kelompok. Dengan ini diharapkan melalui sosialisasi yang dilakukan dalam kelompok siswa
berlatih bekerja sama, berkoordinasi, saling tukar pikiran, dan mengembangkan komunikasi
yang baik kepada guru maupun sesama rekan-rekannya.
METODE Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus setiap siklus terdiri dua kali pertemuan, dengan empat tahap penelitian:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian tindakan kelas ini
adalah seluruh siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 26 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes, dan
dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif.
Tabel 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
No Kegiatan
Tahun Pelajaran 2019/2020
Juli Agustus September Oktober November Desember
1. Pembuatan
Proposal
2. Penyusunan
Instrumen
3. Pelaksanaan
Siklus I
4. Pelaksanaan
Siklus II
5. Analisis
Data
6. Penyusunan
Laporan
Dari tabel jadwal di atas, dapat diketahui bahwa tahapan kegiatan dalam penelitian ini
adalah:
a. Pembuatan dan pengajuan proposal pada bulan Juli 2019.
b. Penyusunan instrumen penelitian pada bulan Agustus 2019.
c. Pelaksanaan siklus I pada bulan September 2019.
d. Pelaksanaan siklus II pada bulan Oktober 2019.
e. Analisis data pada bulan November 2019.
f. Penyusunan laporan hasil penelitian pada bulan Desember 2019.
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
74 Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas VIII A SMP Negeri 6
Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran
2019/2020 berjumlah 26 siswa. Objek penelitian adalah meningkatkan hasil belajar
matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat
kartesius pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo melalui penerapan metode
Problem Based Learning.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes
tertulis. Metode tes tertulis digunakan untuk mengetahui data hasil belajar mendeskripsikan
dan menyatakan relasi dan fungsi dengan menggunakan berbagai representasi matematis pada
siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo pada siklus I dan siklus II. Selain itu,
pengumpulan data juga meliputi: (a) Teknik pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh
peneliti adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan tersebut dilakukan
terhadap penggunaan media gambar oleh guru dan proses kegiatan diskusi oleh siswa di kelas.
Peneliti yang sekaligus sebagai guru mengamati situasi kelas saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. (b) Teknik analisis kritis dilakukan terhadap hasil hasil belajar membuat skets
grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius pada siswa kelas VIII A SMP
Negeri 6 Sukoharjo .
Untuk menguji validitas data, digunakan teknik (a) Trianggulasi sumber data, misalnya
data tentang kesulitan-kesulitan guru dan pembelajaran tidak komunikatif disampaikan
kepada siswanya; (b) Trianggulasi metode, misalnya data tentang peningkatan prestasi belajar
siswa, selain diperoleh melalui observasi langsung (pengamatan), terhadap sikapnya selama
pembelajaran juga didapat dari wawancara dan analisis dokumen berupa pekerjaan siswa. (c)
Terakhir, review informan, teknik ini digunakan cek kembali kepada informan, apakah data
yang diperoleh dari hasil wawancara sudah valid atau belum.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dapat dilihat secara umum dengan
membandingkan peningkatan nilai hasil belajar matematika materi membuat skets grafik
fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius siswa dari satu siklus ke siklus
berikutnya. Keberhasilan tindakan siklus I diketahui dengan cara membandingkan dengan
nilai hasil belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada
sistem koordinat kartesius siswa pada kondisi awal. Sedangkan keberhasilan tindakan pada
siklus II diketahui dengan cara membandingkan nilai hasil belajar matematika materi
membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius dengan siklus
I. Sedangkan indikator kerja tindakan dapat dilihat dari kriteria yang telah ditentukan peneliti,
sebagai berikut:
a. Adanya peningkatan hasil belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar
sederhana pada sistem koordinat kartesius pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 6
Sukoharjo dari kondisi awal ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II.
b. Minimal 80% siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo mencapai nilai KKM yang
ditentukan dalam pelajaran matematika yaitu 75.
c. Nilai rata-rata hasil belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar
sederhana pada sistem koordinat kartesius siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo
mencapai nilai KKM 75.
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020 75
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Prestasi Belajar Siswa Kondisi Awal
Gambar 1. Grafik Prestasi Belajar Siswa Kondisi Awal
60
8070
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata
Kondisi Awal
Dari data nilai hasil belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar
sederhana pada sistem koordinat kartesius pada kondisi awal di atas, nilai rata-rata siswa kelas
VIII A adalah 70, masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Nilai tertinggi siswa
80, nilai terendah 60 dan jumlah siswa kelas VIII A yang mencapai nilai KKM hanya 14
siswa (53,85%) dari total 26 siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo. Melihat kondisi
rendahnya hasil belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana
pada sistem koordinat kartesius siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo tersebut, maka
peneliti sebagai guru di kelas VIII A akan melaksanakan suatu penelitian tindakan kelas
melalui penerapan metode Problem Based Lerning.
Hasil Pembelajaran Siklus I
Gambar 2. Grafik Prestasi Belajar Siswa Siklus I
60
90 75
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata
Siklus I
Pada siklus I guru peneliti sudah menerapkan metode Problem Based Learning dalam
pembelajaran matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem
koordinat kartesius. Nilai rata-rata hasil belajar matematika materi membuat skets grafik
fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius siswa kelas VIII A SMP Negeri 6
Sukoharjo adalah 75, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah adalah 60. Sedangkan jumlah siswa
yang mencapai nilai KKM sebanyak 18 siswa (69,23%) dari total 26 siswa kelas VIII A SMP
Negeri 6 Sukoharjo. Dengan capaian hasil belajar pada siklus I yang belum mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu siswa yang tuntas belum
mencapai 80% dari total seluruh siswa kelas VIII A, maka peneliti memutuskan untuk
melanjutkan pada tindakan siklus II dengan tetap menerapkan metode Problem Based
Lerning.
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
76 Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020
Hasil Pembelajaran Siklus II
Gambar 3. Grafik Prestasi Belajar Siswa Siklus II
70
9085
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata
Siklus II
Pada siklus II peneliti menerapkan metode pembelajaran metode Jigsaw. Nilai rata-rata
prestasi belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem
koordinat kartesius siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo adalah 85, nilai tertinggi 90
dan nilai terendah 70. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 22 siswa (84,62%)
dari total 26 siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo. Peningkatan hasil belajar
matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat
kartesius pada siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja penelitian. Sehingga peneliti
memutuskan untuk menghentikan penelitian tindakan kelas ini.
Pembahasan
Setelah peneliti melaksanakan tindakan penelitian melalui penerapan metode Problem
Based Learning, secara empiris diperoleh data peningkatan hasil belajar matematika materi
membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius siswa kelas
VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo semester I
Tahun Pelajaran 2019/2020 dari kondisi awal, siklus I dan siklus II sebagai berikut. Disampng
hasil tindakan penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
secara signifikan, juga bahwa berdasar hasil wawancara dengan beberapa siswa yang
mendapat nilai tertinggi, terendah, dan rata-rata baik mereka mengatakan bahwa melalui
model pembelajaran yang telah disampaikan ibu guru mereka merasa senang dan merasa
mudah menerima pelajaran. Akibatnya dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru membuat mereka semangat dan senang belajar matematika.
Tabel 2. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Uraian Kondisi awal Siklus I Siklus II
Tindakan
Pembelajaran
Belum menerapkan
metode PBL
Sudah menerapkan
metode PBL
Sudah menerapkan
metode PBL
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai rata-rata
KKM
Ketuntasan
60
80
70
75
14 siswa (53,85%)
60
90
75
75
18 siswa (69,23%)
70
90
85
75
22 siswa (84,62%)
Melalui penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat
kartesius. Pada kondisi awal peneliti belum menerapkan metode Problem Based Learning.
Nilai rata-rata siswa kelas VIII A adalah 70, masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu
75. Nilai tertinggi siswa 80, nilai terendah 60 dan jumlah siswa kelas VIII A yang mencapai
nilai KKM hanya 14 siswa (53,85%) dari total 26 siswa kelas VIII A SMP Negeri 6
Sukoharjo.
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020 77
Pada siklus I guru peneliti sudah menerapkan metode Problem Based Learnig dalam
pembelajaran matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem
koordinat kartesius. Nilai rata-rata hasil belajar matematika materi membuat skets grafik
fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius siswa kelas VIII A SMP Negeri 6
Sukoharjo adalah 75, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah adalah 60. Sedangkan jumlah siswa
yang mencapai nilai KKM sebanyak 18 siswa (69,23%) dari total 26 siswa kelas VIII A SMP
Negeri 6 Sukoharjo.
Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar matematika materi membuat skets grafik
fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius siswa kelas VIII A SMP Negeri 6
Sukoharjo adalah 85, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70. Jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM sebanyak 22 siswa (84,62%) dari total 26 siswa kelas VIII A SMP Negeri 6
Sukoharjo.
Jadi, melalui penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem
koordinat kartesius dari kondisi awal nilai rata-rata 70 dengan ketuntasan 53,85% ke kondisi
akhir pada siklus II nilai rata-rata 85 dengan ketuntasan 84,62% pada siswa kelas VIII A
SMP Negeri 6 Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.
Hasil tindakan secara empirik yaitu: melalui penerapan metode Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi
aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius dari kondisi awal nilai rata-rata 70 dengan
ketuntasan 53,85% ke kondisi akhir pada siklus II nilai rata-rata 85 dengan ketuntasan 84,62%
pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.
Secara proses ditemukan hasil bahwa memecahkan masalah secara kerja kelompok dengan
bimbingan guru dapat memotivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan minat belajar siswa
seperti apa yang telah disampaikan beberapa siswa yang diwawancarai oleh guru maupun
observer.
SIMPULAN
Hipotesis menyatakan diduga melalui penerapan metode Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi membuat skets grafik fungsi aljabar sederhana
pada sistem koordinat kartesius pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo semester I
Tahun Pelajaran 2019/2020. Dari data empirik menyatakan melalui penerapan metode
Problem Base Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi membuat skets
grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius dari kondisi awal nilai rata-
rata 70 dengan ketuntasan 53,85% ke kondisi akhir pada siklus II nilai rata-rata 85 dengan
ketuntasan 84,62% pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Sukoharjo semester I Tahun
Pelajaran 2019/2020. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Problem
Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi membuat skets grafik
fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat kartesius pada siswa kelas VIII A SMP Negeri
6 Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.
DAFTAR PUSTAKA
Adang Heriawan. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis Model,
pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran. Banten: LP3G (lembaga
Pembinaan dan pengembangan Profesi Guru).
Ahmadi, Abu. 1998. Psikologo Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Arianto. (2011). Daya Prediksi Tugas Problem Solving Terhadap Penguasaan Konsep
Matematika Prodi Teknik Sipil.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hudoyo. 1988. Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Depdikbud.
Misbah Zainab – SMP Negeri 6 Sukoharjo, Jawa Tengah
78 Jurnal Education and Economics – Vol.03, No.01 (Januari-Maret) 2020
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008
Lahir, S., Ma’ruf, M. H., & Tho’in, M. (2017). Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model
Pembelajaran Yang Tepat Pada Sekolah Dasar Sampai Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmiah
Edunomika, 1(01).
Marpaung, Happy 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta.
Muhibbin, Syah.1999. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya
M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum &
Konsep Islami. Refika Aditama: Bandung.
Nasution. 1995. Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Ngalim Purwanto. 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Romberg. (1992). Further thoughts on the standards: A reaction to Apple. Journal for
Research in Mathematics Education.
Ruseffendi. (1988). Pengajaran matematika modern dan masa kini: untuk guru dan SPG:
berbagai strategi, teknik pendekatan pengajaran bilangan cacah.
Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta
Sri Subariah. (2006). Istilah Matematika: Pengertian Pelajaran Matematika.
Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Melton Putra
Sujono (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek
Pengembangan LPTK, Depdikbud
Sumarmo. (2002). Alternatif pembelajaran matematika dalam menerapkan kurikulum berbasis
kompetensi. Makalah disajikan pada seminar nasional FPMIPA UPI
Tho’in, M. (2017). Pembiayaan Pendidikan Melalui Sektor Zakat. Al-Amwal: Jurnal Ekonomi
dan Perbankan Syari'ah, 9(2).
Winkel. 2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.