Post on 02-Mar-2019
PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI
UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB
SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi
Oleh :
Ika Trisno W.
NIM K5106022
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI
UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB
SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
Ika Trisno W.
NIM K5106022
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, pada :
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S.
NIP. 19570707 198103 1 006
Pembimbing II
Dra. Emi Dasiemi, M.S.
NIP. 19441026 197208 2 001
4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 31 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Ketua : Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes ..................
Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag ..................
Penguji I : Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S ..................
Penguji II : Dra. Emi Dasiemi, M.S ..................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas sebelas maret
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
5
ABSTRAK
Ika Trisno W. PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010.
Penelitian ini berkenaan dengan upaya mengatasi agresi verbal pada anak tunalaras menggunakan musikalisasi puisi yang diterapkan melalui pembelajaran Bahasa Indonesia . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan penggunaan musikalisasi puisi untuk mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera surakarta. Musikalisasi puisi merupakan penggunaan perpaduan irama antara permainan musik dan pembacaan puisi yang diharapkan mampu memberi pengaruh positif pada siswa. Sedangkan agresi verbal adalah perilaku kemarahan (agressive) yang tampak dalam bentuk bahasa verbal, baik secara aktif maupun pasif yang biasanya dimiliki secara berlebihan oleh anak tunalaras atau anak gangguan emosi dan perilaku.
Penelitian ini berbentuk classroom action research / Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu penelitian yang berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti dengan guru, siswa, serta staf sekolah. Sumber data penelitian ini adalah tempat dan peristiwa kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes (experiment), observasi, dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan face validity dan catalytic validity. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan melakukan deskripsi secara kualitatif yaitu dengan analisis kritis, dan kuantitatif statistik deskriptif komparatif untuk menghitung peningkatan prestasi belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan musik dan puisi melalui Musikalisasi Puisi dapat mengatasi agresi verbal siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ketercapaian indikator-indikator yang ditemukan peneliti sebagai berikut: 1. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan
pembelajaran; 2. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian
tanda jeda pada puisi; 3. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana; dan 4. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari pre-test ke post-test I pada
siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II.
6
ABSTRACT
Ika Trisno W. THE USE OF MUSIC AND POEM PASSING POEM MUSICALIZATION TO OVERCOME THE VERBAL AGRESSION AT 6thB Grather SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA OF TEACHING YEAR 2009 / 2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty . Sebelas Maret University, March 2010.
This research aims to overcome the verbal aggression of child with behaviour and emotional disturbance use the poem musicalization applied by Indonesian study.
The method employed in this research was Classroom Action Research
(CAR). The subject treated were the behaviour and emotional disturbance children’s verbal aggression in the 6thb Grather of SLB E Bhina Putera Surakarta as many as 4 students. This research data source is place and event of activity of Indonesian study. Technique of data collecting used observation, documentation, testing (experiment) applied in first cycle and second cycle. For validity of data, researcher used the face validity and catalytic validity. For analyzing, researcher used qualitative description with the critical analysis, and comparability quantitative descriptive statistic to count the increase of achievement learn.
Pursuant to research result can be pulled conclusion that use of music and
poem passing poem musicalization can overcome the verbal agression of 6thB grather SLB E Bhina Putera Surakarta of teaching Year 2009 / 2010. The mentioned proved with the existence of indicator which found by researcher:
1. 100% student looked the low aggression verbal indication for study activity;
2. 75% student able to read the poem according to gift of interval sign at poem in front of the class;
3. 75% student can make the simple poem; and 4. 75% student show the increase of value from pretest to posttest I at first
cycle and improvement from posttest I to posttest II second cycle.
7
MOTTO
Sesungguhnya Allah itu indah, dan mencintai keindahan. (Terjemahan Al-Hadits)
Ojo dumeh...! (Pepatah Jawa)
Keberanian bukan hadir tanpa kegagalan. Tetapi keberanian adalah kemampuan
untuk bangkit lagi saat terjatuh dalam kegagalan. (Prince and Me)
...Everything will flow... (Suede)
8
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan
Kepada:
1. Bunda dan Ayah tercinta;
2. Adikku tersayang;
3. Almamaterku;
4. Teman-temanku mahasiswa PLB
’06 yang baik.
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian;
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs.
Abdul Salim Choiri, M.Kes;
4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs.
Maryadi, M.Ag;
5. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S yang selalu saya banggakan selaku
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan
skripsi;
6. Ibu Dra. Emi Dasiemi, M.S yang selalu saya banggakan pula selaku Pembimbing
II yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi;
7. Bapak Drs. Rochmad Zaeni, M.M selaku Kepala SLB E Bhina Putera Surakarta
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut;
8. Ibu Ratnaningsih, S.Pd selaku guru kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta
sekaligus guru kolaborator yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian ini;
9. Sdr. Edi Djunaidi selaku kolaborator yang membantu dalam arranger dan music
player dalam penelitian ini;
10
10. Seluruh bapak dan ibu guru SLB E Bhina Putera Surakarta yang selalu ramah dan
telah ikut bekerjasama dengan peneliti selama pelaksanaan penelitian;
11. Siswa kelas SLB E Bhina Putera Surakarta yang telah membantu pelaksanaan
penelitian;
12. Para Pahlawan Tanda Jasaku di TK Trisula Pati, SD Puri 02 Pati, SMPN 5 Pati,
dan di SMAN 1 Pati, serta di Program Studi PLB FKIP UNS;
13. Teman-teman PLB ’06;
14. Penghuni dan mantan penghuni ”Kost-song”;
15. Chikuchi, terima kasih untuk ketulusan dan kasih sayangnya;
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Maret 2010
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… . iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................... v
HALAMAN ABSTRACT................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. .. viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR / SKEMA ....................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Definisi Operasional ..................................................................... 6
D. Tujuan dan Indikator ..................................................................... 6
E. Manfaat .......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 9
A. Kajian teori..................................................................................... 9
1. Teori Tentang Musik................................................................ 9
a. Pengertian Musik ............................................................... 9
b. Berbagai Penelitian Tentang Musik................................... 11
c. Canon in D karya Johann Pachelbel .................................. 14
2. Teori Tentang Puisi .................................................................. 17
a. Pengertian Puisi.................................................................. 17
12
b. Puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail .................... 20
3. Musikalisasi Puisi ................................................................... 22
4. Teori Tentang Anak Gangguan Emosi Perilaku ...................... 23
a. Pengertian Anak Gangguan Emosi dan Perilaku ............... 23
b. Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku............... 25
c. Karakteristik Anak Gangguan Emosi dan Perilaku ........... 27
d. Agresi Verbal pada Anak Gangguan Emosi dan Perilaku . 30
B. Penelitian yang Relevan................................................................. 36
C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 41
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 43
A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 43
B. Tempat dan Waktu Peneltian ......................................................... 45
C. Subjek Penelitian............................................................................ 45
D. Pengumpulan Data ......................................................................... 46
E. Analisis Data .................................................................................. 50
F. Validasi Data.................................................................................. 51
G. Indikator Kinerja ............................................................................ 51
H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................... 55
A. Deskripsi Setting Penelitian ........................................................... 55
B. Deskripsi Hasil Penelitian.............................................................. 55
1. Pra-Siklus ................................................................................ 55
2. Siklus I ................................................................................... 60
a. Perencanaan ....................................................................... 60
b. Pelaksanaan........................................................................ 64
c. Observasi............................................................................ 73
d. Refleksi .............................................................................. 76
3. Siklus II .................................................................................... 77
a. Perencanaan ....................................................................... 77
b. Pelaksanaan........................................................................ 81
13
c. Observasi............................................................................ 91
d. Refleksi .............................................................................. 93
C. Pembahasan.................................................................................... 95
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................... 103
A. Simpulan ........................................................................................ 103
B. Implikasi......................................................................................... 103
C. Saran............................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………............ 106
LAMPIRAN
14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ..........................................110
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ........................................117
Lampiran 3 Lembar Observasi Agresi Verbal pada Siswa Kelas VIB SLB E
Bhina Putera Surakarta..................................................................121
Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Agresi Verbal.............................124
Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Membaca dan Menulis Puisi
Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDLB ..............126
Lampiran 6 Instrumen Rincian Kegiatan Musikalisasi Puisi Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas VIB SLB E
Bhina Putera Surakarta 2009/2010 Siklus I ..................................129
Lampiran 7 Instrumen Rincian Kegiatan Musikalisasi Puisi Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas VIB SLB E
Bhina Putera Surakarta 2009/2010 Siklus II.................................135
Lampiran 8 Lembar Soal Tes Tertulis ............................................................142
Lampiran 9 Lembar Soal Tanya Jawab Lisan.................................................144
Lampiran 10 Lembar Membaca Puisi .............................................................145
Lampiran 11 Lembar Menulis Puisi................................................................146
Lampiran 12 Foto-Foto Penelitian ..................................................................147
15
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Tabel Deskripsi Siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta......3
Tabel 3.1 Tabel Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian .................................45
Tabel 3.2 Tabel rincian soal pre-test dan post-test............................................47
Tabel 4.1 Tabel Rincian Kegiatan Pembelajaran Puisi Pra-Siklus ...................56
Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Pra-Siklus...58
Tabel 4.3 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Pra-Siklus..........................59
Tabel 4.4 Tabel Hasil Pre-Test .........................................................................59
Tabel 4.5 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus I ..................................67
Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus I.......72
Tabel 4.7 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus I ..............................73
Tabel 4.8 Tabel Hasil Post-Test 1.....................................................................73
Tabel 4.9 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus I..........74
Tabel 4.10 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus II ...............................84
Tabel 4.11 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus II....89
Tabel 4.12 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus II...........................90
Tabel 4.13 Tabel Hasil Post-Test II ..................................................................91
Tabel 4.14 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus II ......92
Tabel 4.15 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Aktif dari Siklus I ke Siklus II ...........................................................................................96
Tabel 4.16 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Pasif dari Siklus I ke Siklus II ...........................................................................................96
Tabel 4.17 Tabel Hasil Perkembangan dari Pre-Test, Post-Test I, dan
Post-Test II Pada Siklus I dan Siklus II ..........................................98
Tabel 4.18 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Pre-Test ke Post-Test I..........98
Tabel 4.19 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Pre-Test ke Post-Test I............99
Tabel 4.20 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II ...99
Tabel 4.21 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II ...100
16
DAFTAR GAMBAR / SKEMA
Halaman
Gambar 2.1 Tablature bass Canon in D ............................................................16
Gambar 2.2 Susunan melodi Canon in D secara utuh ......................................16
Gambar 2.3 Kerangka Pikir ..............................................................................41
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan menurut Kemmis dan Taggart .........44
Gambar 4.1 Gambar Penataan Ruang Kelas Pada Pelaksanaan Siklus I ..........63
Gambar 4.2 Gambar Pengaturan Tempat Duduk Pada Pelaksanaan Siklus II..81
17
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4. 1 Grafik Perkembangan Nilai Siswa Dari Pre-Test, Post-Test I,
dan Post-Test II .............................................................................101
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangannya, pendidikan menjadi masalah yang sangat
penting bagi setiap orang. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak orang yang
menyadari bahwa pendidikan adalah suatu kebutuhan yang mendasar dan bersifat
konstruktif dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh jika
orangtua menuntut agar putra-putri mereka mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dapat terwujud, yang
berbunyi :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003:5).
Tirtarahardja dan La Sulo (2005) menegaskan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia
yang berkepribadian kuat dan utuh serta memiliki moral yang tinggi. Sesuai
dengan pengertian tersebut tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya
citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
Dengan kata lain, pengadaan pendidikan memiliki tujuan untuk menghasilkan
manusia yang baik di manapun, kapanpun, dan dengan siapapun (Santoso dalam
Tirtarahardja dan La Sulo: 2005)
Sedangkan Bruner dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008:1) memberikan
pernyataan bahwa pendidikan bukan hanya persoalan teknik dan pengolahan
informasi, bahkan bukan pula sekedar penerapan teori belajar di kelas dan
penggunaan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran. Oleh Bruner,
1
19
pendidikan didefinisikan sebagai usaha yang kompleks untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan anggotanya
dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan. Usaha ini merupakan
wujud dari tujuan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa
(Baharuddin dan Wahyuni, 2008:5)
Demi terwujudnya tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan, setiap
lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, mengingat setiap individu
memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda, tidak terkecuali anak
berkebutuhan khusus. Sehubungan dengan itu pemerintah telah mencantumkan
dalam Undang- Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 32 ayat 1 bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa (Depdiknas, 2003:15).
Sekolah Luar Biasa bagian E diutamakan bagi anak berkebutuhan khusus
di bidang sosial dan emosional, selain di sekolah inklusi dan di sekolah umum
yang belum terdeteksi keberbutuhan khususnya. Secara sekilas tidak ada
gangguan fisik pada mereka, tetapi setelah di kelas, guru harus bekerja keras
untuk memberikan pelayanan khusus atas gangguan emosi yang mereka miliki.
Dengan tingkah polah yang mereka perbuat biasanya kegiatan belajar terganggu,
sehingga suasana yang kondusif hanya berlaku untuk beberapa menit saja.
Wardani, dkk. memberikan penjelasan tentang Sekolah Luar Biasa bagian E
sebagai berikut:
Sama halnya dengan sekolah luar biasa yang lain, SLB-E memiliki kurikulum dan struktur pelaksanaannya yang disesuaikan dengan keadaan anak tunalaras. Anak yang diterima pada lembaga khusus ini biasanya anak yang memiliki gangguan perilaku yang sedang dan berat; maksudnya perilaku anak telah mengarah pada tindakan kriminal, dan sangat mengganggu lingkungannya (2005: 7.31)
20
Perilaku agresif merupakan salah satu dari sekian banyak karakteristik
yang dapat ditemukan pada anak gangguan emosi dan perilaku atau anak tunalaras
(Wardani, dkk: 2005). Perilaku agresif atau agresi dalam diri anak tersebut bisa
berupa agresi fisik maupun agresi verbal.
SLB E Bhina Putera merupakan salah satu sekolah khusus di Surakarta
yang diperuntukkan bagi anak-anak tersebut. Sekolah tersebut pula yang ditunjuk
sebagai salah satu sekolah penempatan bagi mahasiswa program studi Pendidikan
Luar Biasa Universitas Sebelas Maret yang sedang menempuh Program
Pengalaman Lapangan (PPL). Berdasarkan kegiatan tersebut penulis menyoroti
kelas VIB yang di dalamnya terdapat empat siswa dengan karakteristik yang
berbeda. Akan tetapi keempat siswa tersebut menampakkan agresi verbal aktif
maupun pasif selama pembelajaran. Selain bentuk perilaku agresif, berikut
merupakan deskripsi singkat masing-masing siswa di kelas VIB:
Tabel 1.1 Tabel Deskripsi Siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta No. Nama Siswa Jenis Kelamin Deskripsi Karakteristik Siswa
1. A.W L Senang melihat orang lain kebingungan
karena ulahnya (buang sepatu guru,
buang sepatu teman, dsb), tetapi
akhirnya mau mengambilkan.
Tidak banyak bicara, lambat berpikir.
2. A. M P Tidak bisa diam, emosi tdak terkendali,
usil, susah diatur, pintar mencari alas an
(:ngeles)
Reaksi selalu berlebihan
3. Frm. L Emosi tidak terkendali, ingin menang
sendiri, namun bersedia menolong anak
lain yang jadi korban kemarahannya
4. S. M P Rasa kurang percaya diri yang tinggi
Bila tidak ditanya, anak enggan bertanya.
21
Dalam rangka mengatasi perilaku agresif, bukan konsep dan teori yang
dibutuhkan oleh siswa. Akan tetapi bagaimana metode atau langkah yang diambil
nanti dapat mempengaruhi emosi siswa agar agresi verbal tidak terjadi. Oleh
karena itu, peneliti menggunakan musik dengan pertimbangan telah banyak
masalah emosi dan perilaku yang bisa diatasi dengan musik melalui terapi. Musik
yang digunakan dalam penelitian dipadukan dengan pembacaan puisi dengan
alasan kedua komponen ini sama-sama memiliki unsur irama. Perpaduan irama
pada kedua komponen tersebut secara tidak langsung menarik siswa dalam
kegiatan pembelajaran yang bukan hanya menekan reaksi emosi berlebihan dalam
bentuk agresi verbal, tetapi juga membantu siswa dalam mencapai kompetensi
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Musik merupakan hal yang bukan asing lagi untuk didengar dan
diperbincangkan. Penikmat musik bisa berasal dari kalangan anak sampai dewasa,
kalangan bawah, menengah, sampai ke atas. Mereka tidak bisa lepas dari peran
musik dengan jenis yang berbeda sesuai dengan selera maupun rentang usia. Oleh
karena itu, secara langsung ataupun tidak langsung kehidupan manusia tak bisa
dipisahkan dengan irama. Denyut nadi dan degup jantung manusia pun memiliki
irama khusus. Belahan otak kanan, menunjukkan aktivitas kerja ketika
diperdengarkan musik. Seperti apa reaksi yang akan diperlihatkan otak,
tergantung dari jenis musik yang mempengaruhinya.
Irama yang merupakan salah satu komponen dalam musik ternyata juga
dimiliki oleh puisi. Secara etimologi irama berasal dari bahasa Yunani reo yang
berarti riak air, gerakan air, gerakan yang teratur, terus-menerus, dan tidak
terputus-putus. Hal ini sama dengan yang diungkapkan Rachmat Djoko Pradopo
(1993:6) dalam bukunya Pengkajian Puisi bahwa irama dalam puisi merupakan
bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi
menimbulkan suatu gerak yang hidup, seperti gercik air yang mengalir turun tak
putus-putus.
22
Puisi, dengan segala keindahan diksi yang dimiliki menjadi bagian dalam
standar kompetensi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI SD. Oleh
karena itu, penulis mengaitkan penelitian ini dengan kegiatan pencapaian standar
dan kompetensi yang ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dan berdasarkan
informasi yang diperoleh selama PPL dan dari guru kelas seluruh siswa belum
mampu menguasai kompetensi dasar tersebut.
Perpaduan irama yang terkandung dalam musik dan puisi memberikan
pengaruh bagi pendengar dan pembacanya. Keduanya juga tercatat dalam
kurikulum pendidikan. Akan tetapi, pengaplikasiannya belum menampakkan hasil
yang menonjol.
Dalam kegiatan pembelajaran, musik membantu pelajar untuk bekerja
lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan
memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Musik bisa digunakan
untuk menata suasana hati, mengubah keadaan, mental siswa, dan mendukung
lingkungan belajar. (de Porter, 2005:73). Bobbi de Porter (2005) dalam Quantum
Teaching juga menyarankan tentang pilihan musik tertentu yang digunakan saat
mempelajari, membaca, belajar, dan presentasi. Salah satu musik yang dianjurkan
tersebut adalah Canon in D karya Pachelbel. Pada penelitian ini akan digunakan
musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul
“Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail.
Atas dasar latar belakang tersebut, muncul ketertarikan penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI
MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI AGRESI
VERBAL PADA SISWA KELAS VIB SLB E BHINA PUTERA
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.
23
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
Apakah penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat
mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun
ajaran 2009/2010?
Adapun musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik instrumental
“Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang dipilih adalah puisi karya
Taufiq Ismail yang berjudul “Dengan Puisi, Aku”.
C. Definisi Operasional
Musikalisasi puisi merupakan kolaborasi atau perpaduan antara
instrumental musik yang dimainkan saat pembacaan puisi. Musik dan puisi
memiliki kesamaan dalam komponennya, yaitu sama-sama memiliki irama.
Dengan memadukan kedua elemen tersebut siswa diharapkan dapat terangsang
untuk bisa memenuhi standar kompetensi dalam mengungkapkan pikiran,
perasaan dan informasi secara tertulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Sedangkan agresi verbal merupakan salah satu bentuk reaksi kemarahan
impulsif berupa tindakan kekerasan non-fisik yang bertujuan untuk merendahkan
citra atau kepercayaan diri seseorang dan menyakiti psikologis orang lain yang
dilakukan secara aktif maupun pasif.
D. Tujuan dan Indikator
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan musik
dan puisi melalui musikalisasi puisi dalam mengatasi agresi verbal pada siswa
24
kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta. Dalam penelitian ini musikalisasi puisi
digunakan dengan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan
puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail.
2. Indikator pencapaian
Pada siklus terakhir penelitian tentang penggunaan musik instrumental
“Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi,
Aku” karya Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi untuk mengatasi agresi
verbal siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010, sekurang-
kurangnya:
a. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan
pembelajaran;
b. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian
tanda jeda pada puisi;
c. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana;
d. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari dari pre-test ke post-test I pada
siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II.
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini akan menambah
khasanah dalam perkembangan ilmu pengetahuan, di bidang pendidikan pada
umumnya dan dalam Pendidikan Luar Biasa pada khususnya. Sehingga
perkembangan tersebut dapat digunakan dalam meningkatkan pelayanan bagi
anak berkebutuhan khusus di sekolah. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan
sebagai dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan kajian yang lebih
kompleks.
25
2. Manfaat Praktis
Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini terdiri
dari manfaat bagi guru, siswa, dan sekolah yang diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Memberikan variasi dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata
pelajaran Bahasa Indonesia
b. Memberikan stimulus untuk bisa berkreasi dengan menggunakan
musik dalam pembelajaran
c. Meningkatkan interaksi antara guru dan siswa
2. Bagi siswa
a. Secara langsung
1) Memberikan stimulus untuk berani bicara di depan kelas
2) Memberikan stimulus untuk menggunakan bahasa-bahasa yang
indah dalam puisi
3) Memberikan terapi musik (music therapy)
b. Secara tidak langsung
1) Menekan agresi verbal pada siswa
2) Mendorong siswa untuk dapat menulis puisi
3) Merefresh semangat dan konsentrasi siswa untuk belajar kembali.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya
pengadaan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi para guru Bahasa Indonesia
yang lain.
26
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori tentang Musik
a. Pengertian Musik
Hampir semua orang di dunia menyukai musik dengan latar belakang
budaya dan selera yang berbeda-beda. Menurut J. Mosel (1957), musik adalah
seni yang mengekspresikan dan membangkitkan emosi tertentu melalui media
suara dan bunyi. (http://merawat-anak.blogspot.com/search/label/Dunia%20
Music). Aristoteles (http://id.wikipedia.org/wiki/Musik) menyatakan bahwa musik
mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi
rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Don Campbell juga memiliki
pendapat tentang musik, yaitu pola titinada yang berubah-ubah dalam musik dapat
membangkitkan rangsangan pada telinga kemudian merangsang perkembangan
bahasa anak. (2002:5)
Pujian terhadap musik juga dinyatakan oleh Wolfgang Amadeus Mozart
dalam Don Campbell (2002:10) bahwa musik berbicara dalam bahasa yang
dipahami anak secara naluriah, musik menarik pendengar ke dalam orbitnya,
mengajak mereka untuk mengikuti pola titinada, bergoyang mengikuti iramanya,
dan menggali dimensi-dimensi emosi serta harmoninya dalam seluruh keindahan
di dalamnya.
Marsapeli (2009) memiliki pendapat bahwa musik adalah sumber rasa
keindahan. Bila anak terlibat atau berpartisipasi dalam musik, selain dapat
mengembangkan kreativitas mereka, musik juga dapat membantu dalam
perkembangan individu anak, mengembangkan sensitivitas anak, membangun rasa
keindahan anak, membuat anak dapat mengungkapkan ekspresi, memberi
tantangan, melatih disiplin. Berdasarkan sifat anak yang cenderung menyenangi
kegiatan yang aktif, seorang guru yang akan mengajarkan pendidikan musik
9
27
haruslah bisa merencanakan pembelajaran yang dapat langsung melibatkan anak
dengan kegiatan musik yang aktif dan dapat memberikan sentuhan pribadi pada
anak baik secara emosi maupun secara fisik.
Jamalus (1988:1) dalam Marsapeli (2009) menarik kesimpulan bahwa
musik merupakan suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi
musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-
unsur musik, yaitu irama, bentuk/struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesenian.
Menurut Sloboda (2008), musik mempunyai fungsi untuk memberi indikasi
kondisi-kondisi yang diperlukan untuk flourishing perkembangan individual.
Potensi musikal jutaan orang akan dapat dibukakan pintunya dan diaktualkan jika
kita dapat menciptakan institusi sosial yang lebih menitikberatkan pada musical
enjoyment, personal and communal fulfilment yang menghilangkan penghalang
sosial dalam keterlibatan manusia dengan musik.
Secara umum unsur-unsur yang terkandung dalam musik sebagaimana yang
diungkapkan oleh Pandjaitan (2005) dalam http://www.wartaadvent.org/
Warta/WAO_Artikel _Musik_2005.doc adalah sebagai berikut:
1) Melodi, merupakan serangkaian nada yang naik turun. Dari melodi ini kita
mengenal lagu atau musik apa yang sedang dimainkan. Lagu atau musik yang
baik biasanya mulai dengan melodi pada nada tertentu, kemudian menaik pada
bagian klimaks dan kembali menurun pada nada permulaan, keseimbangan pada
permulaan, tengah dan akhir lagu. Melodi yang terus menurun untuk waktu yang
lama menimbulkan efek depresi pada pendengarnya, sedangkan melodi yang naik
terus untuk waktu yang lama menimbulkan stress dan pengulangannya dengan
konstan secara terus menerus menimbulkan efek hipnotis seperti pada suasana
trance.
2) Harmoni (chord), yaitu struktur dan perkumpulan beberapa nada yang
berbunyi bersamaan, yang akan menghadirkan suasana musik tertentu. Harmoni
menambah kedalaman, perspektif, suasana dan atmosfir serta warna pada melodi.
28
Susunan harmoni mayor cenderung menggambarkan keadaan positif dan sukacita
sedangkan minor cenderung lebih sedih dan pesimis.
3) Irama, adalah suatu pergerakan teratur dalam musik yang membuat musik
bergerak dan memiliki jiwa. Pengendalian diperlukan agar irama tidak merusak
musik. Terlalu banyak, membuat musik sakit; dan tidak ada irama, membuat
musik itu mati. Hanya diperlukan satu atau dua orang pemain timpani untuk
membentuk irama dalam sebuah orkes simponi berbanding puluhan pemain biola.
Bersama melodi dan harmoni, irama harus di dalam keseimbangan yang terpadu
seperti halnya keseimbangan tubuh, mental dan rohani. Perlu disadari bahwa
irama tidak saja dapat dibentuk melalui penggunaan instrumen drum seperti yang
kebanyakan kita ketahui, tetapi manipulasi penggunaan suara dan harmoni juga
dapat membentuk irama tertentu.
4) Intensitas, berkaitan dengan variasi kekuatan atau penekanan pada bagian
tertentu dalam sebuah lagu atau musik dan pelan-kerasnya (volume) sebuah lagu
atau musik yang diperdengarkan (dinamika termasuk penggunaan amplifier/loud
speaker).
5) Syair/kata-kata, merupakan rangkaian bentuk kalimat yang disusun
sebagai suatu tema yang memiliki pengertian dan tujuan tertentu.
6) Performer, penyanyi, atau instrumentalis, adalah orang yang terlibat
dalam membawakan sebuah lagu atau musik.
7) Instrumen (sound), ialah alat musik yang menghasilkan bunyi tertentu.
Penggunaan alat musik harus mendukung keseimbangan dan keselarasan unsur
melodi, irama (rhytm), harmoni, vokal, dan unsur-unsur lainnya.
b. Berbagai Penelitian tentang Musik1
Seorang peneliti, Donald Hodges, mengemukakan bahwa bagian otak yang
dikenal sebagai Planum Temporale dan Corpus Callosum memiliki ukuran lebih
besar pada otak musisi jika dibandingkan dengan mereka yang bukan musisi.
Kedua bagian ini bahkan lebih besar lagi jika para musisi tersebut telah belajar 1 Pandjaitan, Ronald. 2005. Artikel Musik. http://www.wartaadvent.org/Warta/WAO_Artikel_Musik_2005.doc.
29
musik sejak usia yang masih sangat muda yakni di bawah usia tujuh tahun.
Gilman dan Newman (1996) mengemukakan bahwa Planum Temporale adalah
bagian otak yang banyak berperan dalam proses verbal dan pendengaran,
sedangkan Corpus Callosum berfungsi sebagai pengirim pesan berita dari otak
kiri ke sebelah kanan dan sebaliknya. Seperti kita ketahui otak manusia memiliki
dua bagian besar, yaitu otak kiri dan otak kanan. Walaupun banyak peneliti
mengatakan bahwa kemampuan musikal seseorang berpusat pada belahan otak
kanan, namun pada proses perkembangannya proporsi kemampuan yang tadinya
terhimpun hanya pada otak kanan akan menyebar melalui Corpus Callosum ke
belahan otak kiri. Akibatnya, kemampuan tersebut berpengaruh pada
perkembangan linguistik seseorang. Dr. Lawrence Parsons dari Universitas Texas
San Antonio menemukan data bahwa harmoni, melodi dan ritme memiliki
perbedaan pola aktivitas pada otak. Melodi menghasilkan gelombang otak yang
sama pada otak kiri maupun kanan, sedangkan harmoni dan ritme lebih terfokus
pada belahan otak kiri saja. Namun secara keseluruhan, musik melibatkan hampir
seluruh bagian otak. Dr. Gottfried Schlaug dari Boston mengemukakan bahwa
otak seorang laki-laki musisi memiliki Cerebellum (otak kecil) 5% lebih besar
dibandingkan yang bukan musisi. Kesemua ini memberikan pengertian bahwa
latihan musik memberikan dampak tertentu pada proses perkembangan otak.
Mary Griffith, seorang ahli fisiologi, mengemukakan bahwa hipotalamus
mengontrol berbagai fungsi saraf otonom, seperti bernapas, denyut jantung,
tekanan darah, pergerakan usus, pengeluaran hormon tiroid, hormon adrenal
cortex, hormon sex, bahkan dapat mengontrol seluruh metabolisme tubuh kita.
Sebuah studi menemukan adanya peningkatan Luteinizing Hormone (LH) pada
saat mendengarkan musik. LH adalah suatu hormon sex yang merangsang
pematangan sel telur.
Penelitian lain oleh Satiadarma (1990) dalam http://www.wartaadvent.org/
Warta/WAO_Artikel_Musik_2005.doc. dilakukan dengan cara mengukur suhu
kulit menggunakan alat Galvanic Skin Response (GSR). Pada saat subyek
penelitian mendengarkan musik hingar-bingar, maka suhu kulit lebih rendah dari
30
pada suhu basal (suhu normal individu tersebut tanpa musik). Sebaliknya, ketika
musik lembut diperdengarkan, suhu kulit meninggi dari biasanya. Hal ini
menunjukkan adanya suatu hormon stress yang dilepaskan oleh otak, yaitu
Adrenalin, yang dapat mempengaruhi bekerjanya pembuluh darah di kulit untuk
vasokonstriksi (menyempit) atau vasodilatasi (melebar). Pada kondisi stress,
adrenalin banyak dikeluarkan dan pembuluh darah kulit menyempit, sehingga
suhu kulit menurun. Kesimpulannya adalah jenis musik hingar-bingar dapat
menyebabkan kita stress, sedangkan musik lembut memiliki efek menenangkan.
Penelitian oleh Ann Ekeberg menunjukkan pengaruh jenis musik terhadap
denyut jantung. Siswa di sebuah sekolah menjadi subyek penelitian dan mereka
diukur kecepatan denyut nadinya sebelum mendengar musik. Kemudian musik
jenis hard rock diperdengarkan selama lima menit. Semua siswa harus tetap
duduk tenang di kursi mereka. Pada akhir tes, denyut nadi diperiksa kembali dan
dicatat. Hasilnya adalah peningkatan denyut nadi sebesar 7-12 denyut per menit.
Tore Sognefest, seorang Master in Music dari Academy of Music, Bergen,
Norway, melakukan tes yang serupa terhadap siswa di sekolahnya. Musik dari
grup AC/DC, “Hell’s Bells” diperdengarkan dan hasilnya denyut nadi meningkat
10 denyut per menit, sedangkan waktu Air dari Bach dimainkan, denyut nadi
menurun lima denyut per menit.
David Noebel, meneliti bahwa nada bass dengan getaran frekuensi rendah
bersama-sama dengan dentuman drum, mempengaruhi cairan serebrospinal, yang
akan mempengaruhi kelenjar Pituitary di otak. Kelenjar ini memiliki fungsi
sekresi berbagai hormon tubuh.
Peneliti lain di Denver, Colorado, Amerika Serikat membandingkan
berbagai macam efek oleh berbagai jenis musik terhadap tanaman. Tanaman-
tanaman itu ditempatkan di dalam lima buah rumah tanaman yang identik. Tanah,
cahaya, dan kondisi air dibuat persis sama satu sama lain dan jenis tanamannya
pun sama. Selama beberapa bulan peneliti memperdengarkan jenis musik yang
berbeda pada masing-masing rumah tanaman tersebut. Rumah pertama, karya
31
Bach, yang kedua musik India, yang ketiga hard rock, yang keempat musik
country dan Barat, sedangkan yang kelima tidak diperdengarkan musik apa pun.
Hasilnya, di rumah tanaman yang hanya diperdengarkan musik hard rock, tidak
ada hasil pertumbuhan sama sekali. Pertumbuhan berhenti dan tidak mau
berbunga. Di rumah tanaman yang dengan musik Bach dan India, tanaman
nampak hijau, tumbuh dengan subur, sehat, dan berbunga banyak. Tanaman yang
mendengarkan musik country dan Barat tumbuh sama seperti tanaman yang tidak
diperdengarkan musik, pertumbuhannya biasa saja dengan jumlah bunga normal.
Tentunya tidak ada hubungan emosional pada tanaman, namun pasti terjadi
sesuatu melalui frekuensi gelombang suara yang mempengaruhi laju pertumbuhan
mereka.
Musik juga dikenal sebagai wahana terapi. Sejak zaman dahulu dikenal
penyembuhan fisik dan mental melalui musik. Daud memainkan kecapi sambil
menyanyi untuk menyembuhkan Raja Saul yang sedang gundah. Musik juga
dipakai oleh Raja Philip V dari Spanyol, Raja George II dari Inggris, dan Raja
Ludwig II dari Bavaria untuk penyembuhan. O’Sullivan (1991) mengemukakan
bahwa musik mempengaruhi imaginasi, intelegensi dan memori, di samping juga
mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorfin. Endorfin kita ketahui
dapat mengurangi rasa nyeri, sehingga dapat mengurangi penggunaan obat
analgetik, juga menurunkan kadar katekolamin dalam darah, sehingga denyut
jantung menurun. Mornhinweg (1992) meneliti 58 subyek sehat untuk menilai
jenis musik mana yang menurunkan stress. Musik klasik ternyata memberikan
efek relaksasi yang dapat dibuktikan secara statistik dibandingkan dengan musik
new age musik yang menenangkan ini juga dipakai dalam pengobatan penderita
serangan jantung, pasien sebelum operasi, bahkan untuk menurunkan stress pasien
yang menunggu di ruang tunggu praktek.
c. Canon in D karya Johann Pachelbel
Zaman barok (1600-1750) merupakan setting waktu diciptakannya Canon
in D. (Dallin,-:230). Dallin memaknai musik-musik di zaman tersebut sebagai
32
suatu pergerakan yang terjadi juga di bidang kesenirupaan dan arsitektur.
Pergerakan musik tersebut ditandai dengan pengembangan yang lebih kaya,
konsep megah, dan desain yang menarik. Melodi dan harmoni lebih didasarkan
pada skala mayor atau minor, sehingga nada mayor atau minor merupakan faktor
utama dalam pengelolaan musik.
Canon in D ditemukan dan pertama kali dipublikasikan pada tahun 1920,
dan pertama kali direkam pada tahun 1940 oleh Arthur Fiedler merupakan karya
yang terkenal progresi chordnya dan dimainkan saat acara pernikahan serta
termasuk dalam CD kompilasi musik klasik bersama dengan karya zaman barok
yang terkenal lainnya seperti Air on the G String oleh J.S.Bach. Canon in D
menjadi sangat popular di era akhir 1970an melalui suatu perekaman terkenal
Jean-Francois Paillard Chamber Orchestra. Bagian bunyi viola pizzicato
biasanya ditambahkan dalam setting orchestra atau kwartet ketika harpsichord
atau permainan organ tidak digunakan untuk melebihi batas bass.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Pachelbel%27s_Canon)
Canon in D merupakan karya Johann Pachelbel (1653-1706), komponis
kelahiran Nunberg, Jerman yang paling terkenal. (http://www.buzzle.com
/editorials/9-1-2006-107303.asp). Dalam (http://www.hinamagazine.com/index
.php/2007/01/29/canon-in-d- mayor/) Canon in D Major atau yang lebih dikenal
dengan Canon in D oleh Johann Pachelbel dibuka dengan cello atau basso, biola
dan harpa mulai terdengar perlahan secara bersamaan, dengan nada yang lembut
frekwensi harmonisasi mulai meningkat ketika tiga suara biola dan cello
memainkan variasi melodi dimana nada bass tetap memainkan jalur D secara
konsisten. Di situ juga disebutkan bahwa bass pada Canon in D yang mengatur
tempo komposisi menggunakan chord D, A, Bm, F#m, G, D, G, kemudian
kembali ke chord A secara konstan dan berulang sebanyak 30 kali. Bagian paling
menarik pada komposisi, ketika Biola satu memainkan variasi A lalu pindah ke
Bm, biola dua mulai dengan A. Saat biola Satu berada di D biola dua pindah ke
Bm dan biola tiga memulai pada A begitu seterusnya dengan menghasilkan
harmonisasi suara biola satu, dua, tiga, serta Cello.
33
Canon in D adalah musik yang mendasarkan pada tiga bagian irama yang
tegas secara harmonis dan struktural pada dua landasan bass dasar yang
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Tablature bass Canon in D
Dikutip dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Pachelbel%27s_Canon
Berikut merupakan susunan atau tatanan melodi Canon in D secara keseluruhan
yang juga dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/Pachelbel%27s_Canon:
Gambar 2.2 Susunan melodi Canon in D secara utuh
Seorang direktur film Amerika Robert Redford menggunakan potongan
lagu sebagai tema utama dalam film Ordinary People yang menang dalam
Academy Award pada tahun 1980. Selain itu, potongan lagu Canon in D juga
digunakan sebagai musik tema dalam film Korea My Sassy Girl.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
musik adalah hasil cipta, rasa, dan karsa dalam bentuk lagu atau komposisi musik
dengan pola titinada yang berbeda melalui media suara atau bunyi yang memiliki
sifat merangsang dan reaktif bagi para pendengarnya dan diistilahkan sebagai
salah satu ekspresi seni.
2. Teori tentang Puisi
a. Pengertian puisi
34
Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti
“membuat” atau poeisis yang berarti “pembuatan”. Dalam bahasa Inggris disebut
dengan poem atau poetry. Puisi berarti pembuatan, karena dengan menulis puisi
berarti telah menciptakan sebuah dunia. (Sutedjo dan Kasnadi, 2008:1).
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi
yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai
berikut.
1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris,
antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan
sebagainya.
2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat
musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang
merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga
yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu
dengan mempergunakan orkestra bunyi.
3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan
yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun
Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan
perasaan yang bercampur-baur.
4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran
manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama.
Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik
(misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya),
dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian
bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
35
5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang
paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat
mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan,
kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena
kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik
yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi tersebut terlihat adanya perbedaan pemikiran, tetapi
tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad dalam (Pradopo, 1993:7)
menyimpulkan bahwa pengertian puisi tersebut terdapat garis-garis besar tentang
puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide,
nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan
perasaan yang bercampur-baur. Beberapa pendapat tersebut juga mengaitkan
definisi puisi dengan musik.
Waluyo (1995) mendata berbagai pengertian tentang puisi sehingga mampu
menguraikan puisi yang merupakan hasil pengkonsentrasian atau pemadatan
segala unsur kekuatan bahasa. Dalam penyusunan puisi unsur-unsur bahasa
tersebut dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan
irama dan bunyi. Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif, ditandai dengan
kata konkret lewat pengimajian, pelambangan, dan pengiasan, atau dengan kata
lain penggunaan kata konkret dan bahasa figuratif. Bentuk fisik dan bentuk batin
puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, tidak dapat dipisahkan dan
merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan batin tersebut dapat ditelaah
unsur-unsurnya hanya dalam kaitannya dengan keseluruhan. Keseluruhan puisi
adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan mood dan
pengalaman jiwa serta bersifat imajinatif.
Seperti halnya dengan karya-karya sastra yang lain, dalam puisi juga ada
beberapa aliran yang biasanya diikuti oleh penyair. Aliran-aliran (Waluyo, 1995)
tersebut meliputi:
36
1) Romantik, dalam aliran ini perasaan lebih ditonjolkan, cenderung berlebih-
lebihan, sehingga menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh keindahan
tanpa cela. Perimbangan rasio sering dinomorduakan. Karena aliran romantik
sering dikaitkan dengan sifat sentimental atau cengeng, karya-karya puisi
romantik seringkali berusaha membuai perasaan pembacanya.
2) Realisme, berbeda dengan aliran romantik, aliran realisme
menggambarkan segala sesuatu secara realistis dan apa adanya. Dalam realisme,
seorang penyair sebagai pelukis kejadian menggambarkan secara teliti. Segala
sesuatu yang digambarkan tersebut masih dinyatakan secara wajar, tidak
berlebihan, dan tidak dikurang-kurangi tetapi masih memperhatikan batas-batas
kepantasan, tabu, dan hal-hal yang tidak sopan.
3) Realisme sosial, merupakan penggambaran kenyataan yang dialami oleh
golongan masyarakat yang menderita. Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan
pertentangan kelas, yakni bangkitnya kaum buruh dan tani untuk melawan kaum
borjuis atau kapitalis. Yang dipentingkan dalam realisme sosial adalah kenyataan
hidup masyarakat golongan revolusioner. Taufiq Ismail melukiskan penderitaan
rakyat pada umumnya selain sebagai akibat penyelewengan para pemimpin di
jaman Orde Lama juga yang disebabkan PKI, sebagai contoh karyanya yang
berjudul Kemis Pagi.
4) Ekspresionisme, pengungkapan kenyataan dalam aliran ini tidak dilakukan
secara objektif melainkan secara subjektif, sesuai dengan gelora kalbunya atau
kehendak batinnya. Terkadang penyair realis juga bisa bersifat ekspresionistis,
yaitu pada saat ekspresi jiwa tidak berlebihan, tetapi tetap adanya. Ekspresi jiwa
Taufiq Ismail dapat ditemukan dalam karyanya Yang Kami Minta Hanyalah yang
dinyatakan saat berhadapan dengan kekuasaan Orde Lama berkaitan dengan
politik mercusuar.
5) Impresionisme, merupakan perkembangan dari aliran realisme. Kenyataan
dalam impresionisme menimbulkan kesan-kesan dalam diri penyair. Apa yang
dikemukakan dalam puisi adalah kesan penyair setelah menghayati kenyataan
37
hidup itu. Penyair mengolah kenyataan dalam jiwanya, kemudian mengungkapkan
kesan dari kenyataan tersebut. Adapun objek kenyataan tersebut dapat berupa
manusia, peristiwa, benda, dan sebagainya. Salah satu karya Taufiq Ismail yang
impresionistis dapat dinikmati dalam puisi Dengan Puisi, Aku seperti yang akan
digunakan dalam penelitian tentang musikalisasi pada siswa kelas VIB SLB E
Bhina Putera ini.
6) Imajis, aliran ini berpandangan bahwa kenyataan harus dilukiskan dalam
imaji visual yang jernih dan jelas. Kata-kata dipilih secara cermat dan efisien.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari dengan ritme (irama) yang tidak
mengikat. Sehingga puisi imajis hampir mirip dengan prosa. Selain
mengungkapkan gagasan penyair, kata-kata tersebut mendukung imaji penyair
yang hendak diungkapkan.
b. Puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail
Dalam Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-anak, Suyatno (2003)
mencantumkan puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul Dengan Puisi, Aku
sebagai berikut:
Bait ke-I :Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Di batas cakrawala
Bait ke-II :Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Bait ke-III :Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
38
Perkenankanlah kiranya.
Berdasarkan tipografinya, puisi “Dengan Puisi, Aku” terdiri dari tiga bait.
Setiap bait terdiri dari empat baris dan memiliki rima aabb. Baris pertama sampai
ke-3 konstan terdiri dari empat kalimat. Baris pertama dan ke-3 diawali dengan
frase dengan puisi aku…
Puisi tersebut diciptakan Taufiq Ismail, sastrawan dan penyair angkatan
’66, sebagai wujud impresi (kesan)nya terhadap puisi (Kavellania, 2006). Bahkan
di masa periode 1966-1970 tersebut karya-karya Taufiq Ismail mendominasi
dunia sastra, terutama puisi melalui karya-karyanya yang bersifat protes, selain
karya-karya WS. Rendra (Alm.) seperti yang dituliskan Waluyo (1995: 37).
Rendra (Alm.) sendiri yang sudah terkenal dengan kumpulan sajaknya
yang berjudul Blues untuk Bonnie selain menjadi pusat perhatian masyarakat
dalam dunia teater dengan pementasan-pementasan dramanya yang sukses
(Waluyo, 1995:63-64) pernah mengungkapkan bahwa puisi karya Taufiq Ismail
yang berjudul Dengan Puisi, Aku tersebut merupakan puisi yang bisa
merangkumkan kehidupannya. (Wordpress:2009)
Dilihat dari gayanya, Dengan Puisi, Aku memiliki beberapa ciri gaya puisi
tahun ‘50an yang ditulis dengan gaya bercerita, atau yang lebih dikenal dengan
balada. Selain gaya bercerita tersebut, puisi ini juga memiliki gaya repetisi
(pengulangan kata) yang cukup kental. (Waluyo, 1995: 46)
Meskipun Dengan Puisi, Aku bukan merupakan puisi demonstrasi, puisi
tersebut dimuat dalam Tirani dan Benteng, kumpulan sajak karya Taufiq Ismail
yang berisi sajak-sajak demonstrasi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa puisi
merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dalam bentuk susunan kata yang bersumber
pada suasana hati dan pengalaman jiwa dengan gaya menulis berbeda antara satu
orang dengan orang yang lain sesuai dengan karakteristik kepribadian maupun
usia si penulis.
3. Musikalisasi Puisi
39
Dalam Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTS kelas IX dijelaskan bahwa
musikalisasi puisi digolongkan menjadi dua kegiatan, yaitu pembacaan puisi
dengan iringan musik dan pemberian titinada atau tangga nada pada baris-baris
puisi sehingga puisi tersebut dapat dinyanyikan. Kedua jenis kegiatan tersebut
cukup populer di Indonesia. Namun, untuk memberi titi nada pada baris-baris
puisi belum banyak dilakukan orang. Beberapa nama penyanyi seperti Ebiet G.
Ade, Franky Sahilatua, dan Bimbo merupakan penyanyi yang terkenal. Syair
lagunya puitis, dan kental dengan makna. Lagu yang mereka nyanyikan betul-
betul layak disebut puisi. Satu contoh lagu yang merupakan gubahan dari sebuah
puisi adalah Tuhan yang dipopulerkan oleh Sam Bimbo, padahal lagu tersebut
merupakan puisi karaya Taufiq Ismail.
Melalui http://groups.yahoo.com/group/pasarbuku/message/9727 seorang
anggota group yahoo mengatakan bisa merasakan indahnya puisi melalui
musikalisasi puisi. Musik yang mengalun saat puisi dibacakan atau didendangkan
bisa dijadikan media untuk belajar membaca puisi. Karena dalam hal tersebut
musik merupakan puisi itu sendiri. Musik bisa mempengaruhi cara seseorang
dalam membaca puisi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
musikalisasi puisi adalah pemberian titinada pada syair puisi yang kemudian
dibawakan secara bersamaan melalui iringan musik yang dimainkan saat
pembacaan puisi. Puisi tersebut bisa dibacakan ataupun dilagukan sesuai dengan
musik yang dimainkan.
4. Teori Tentang Anak Gangguan Emosi dan Perilaku
a. Pengertian Anak Gangguan Emosi dan Perilaku
40
Menurut William James, seorang pakar psikologis yang terkenal di Harvard
pada akhir tahun 1800-an dalam buku Pengantar Psikologi (Atkinson, et all:1983)
emosi diyakini sebagai umpan balik dari perubahan badani yang terjadi sebagai
respon terhadap situasi yang membingungkan atau menakutkan. Emosi bukan
peristiwa sesaat, melainkan pengalaman yang terjadi beberapa saat. Oleh karena
itu, pengalaman emosional dapat ditimbulkan oleh masukan eksternal pada sistem
sensoris. Dari situlah seseorang melihat atau mendengar stimulus yang
membangkitkan emosi.
Anak gangguan emosi dan perilaku atau yang lebih sering dikenal sebagai
anak tunalaras merupakan anak yang melakukan suatu tindakan atau perbuatan
yang bertentangan dengan ketentuan hukum dan dirasakan serta ditafsirkan
masyarakat sebagai perbuatan tercela (Hatrasy, 1996:21). Kartono (1989:181)
memberikan istilah pada mereka sebagai juvenile delinquency. Juvenile diartikan
muda, delinquent berarti jahat, nakal; dan delinquere merupakan istilah untuk
pelanggar hukum. Jadi, juvenile delinquency dapat diartikan sebagai anak-anak
muda (biasanya di bawah 18 tahun) yang melakukan kenakalan dan menjadi
kejahatan jika dilakukan orang dewasa. Dalam diri anak tersebut ada disharmoni
dan disfungsi dari macam-macam dorongan sehingga pribadinya tidak bisa
diintegrasikan, dan menjurus pada sifat psikotis. Selain itu selalu ada
disequilibrium, yaitu ketidaksimbangan pada diri pribadi anak. Sehingga anak
selalu berlebihan dalam bertingkah laku, dan impulsnya jadi liar tidak bisa
dikemudikan. Perbuatan-perbuatan nakal yang dilakukan anak-anak tersebut akan
disebut sebagai kejahatan jika pelakunya adalah orang dewasa.
Depdikbud (1977:13) dalam Somantri (1996:115) menggariskan bahwa
batasan anak tunalaras merupakan anak yang berumur antara 6 tahun sampai 17
tahun dengan karakteristik bahwa anak tersebut mengalami gangguan atau
hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan
batasan tersebut tidak ada salahnya jika anak tunalaras juga diistilahkan sebagai
41
anak gangguan emosi dan perilaku. Gangguan yang dialami anak ini akan
mengganggu situasi belajarnya.
Public Law 94-242, yaitu Undang-Undang tentang Pendidikan Luar Biasa
di Amerika Serikat menyebutkan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan
emosi sebagai berikut:
Gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar:
1) ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan,
2) ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan teman dan guru,
3) bertingkah laku yang tidak pantas dalam keadaan normal,
4) perasaan tetekan atau tidak bahagia terus menerus,
5) cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah sekolah. (Wardani, dkk: 2005)
Selain definisi tersebut, Wardani, dkk (2005: 7.21) juga mengumpulkan beberapa
pendapat lain berkaitan dengan ketunalarasan seperti Kauffman (1977) yang
mengemukakan bahwa penyandang tunalaras merupakan anak yang secara kronis
dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara yang secara sosial
tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak menyenangkan tetapi masih dapat
diajar untuk bersikap yang secara sosial dapat diterima dan secara pribadi
menyenangkan. Sechmid dan Mercer (1981) dalam Wardani, dkk (2005) juga
memberikan definisinya mengenai tunalaras yang menyebutkan bahwa tunalaras
adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan
tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar, meskipun telah
menerima layanan belajar serta bimbingan seperti anak lain. Dalam konteks ini,
ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan
belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, syaraf, atau intelegensi.
Nevid, dkk (2005: 164-165) menyebutkan anak tunalaras atau gangguan
emosi dan perilaku sebagai gangguan tingkah laku (Conduct Disorder) dan
42
gangguan sikap menentang (Oppositional Defiant Disorder). Anak dengan
gangguan tingkah laku secara sengaja bertindak agresif dan kasar, tidak punya
perasaan yang tampak dalam bentuk tidak menyayangi, kasar, dan mudah marah,
dan tampaknya tidak punya rasa bersalah terhadap kelakuan buruk mereka.
Sedangkan anak dengan gangguan sikap menentang dimaknai sebagai anak yang
cenderung bersifat negatif atau menentang. Mereka melawan tokoh otoritas, yang
ditunjukkan dengan kecenderungan mereka untuk berargumentasi dengan
orangtua dan guru serta menolak mengikuti permintaan atau perintah dari orang
dewasa. Mereka secara sengaja mengganggu orang lain, mudah marah, sensitif
atau mudah tersinggung, menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesalahan
mereka, atau bahkan benci, dengki, dan dendam kepada orang lain.
b. Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku
Kartono (1989:178) menjelaskan bahwa hambatan-hambatan pada
perkembangan emosi anak didominasi oleh faktor psikologis seperti, ditinggalkan
ibu, ayah, atau kedua orangtuanya, atau bahkan anak terpaksa harus dirawat dalam
suatu institusi (rumah sakit, panti asuhan, yayasan, dan sebagainya). Hal tersebut
membuat anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang serta kering dari
perasaan-perasaan. Akibat dari masalah itu adalah ketidakmampuan anak dalam
mengadakan hubungan antar kemanusiaan yang normal secara permanen dengan
manusia lain pada usia dewasa. Pada akhirnya mereka juga mengalami moral
defectiveness.
Faktor penyebab anak gangguan emosi dan perilaku juga berkaitan dengan
kondisi fisik, masalah perkembangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat. Faktor yang terjadi bukan hanya dari salah satu faktor
saja, melainkan saling mempengaruhi dan saling berhubungan satu sama lain.
1) Kondisi fisik
43
Berbagai penelitian menyatakan kelenjar endoktrine merupakan salah satu
penyebab timbulnya kejahatan seperti kesimpulan yang diungkapkan Gunzburg
dalam B. Simanjuntak (1974) dalam Somantri (1996: 118). Nevid, dkk (2005:
207) memberi kemungkinan tentang kaitan antara hormon testosterone dengan
agresi pada laki-laki, kelebihan maupun kekurangan hormon bisa jadi memiliki
peran dalam memunculkan perilaku agresif pada laki-laki.
2) Masalah perkembangan
Berkaitan dengan masalah perkembangan, Singgih D. Gunarsa (1995)
menjelaskan bahwa setiap memasuki masa perkembangan baru, individu
dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Somantri (1996:119)
kemudian menegaskan jiwa anak yang masih labil dalam masa perkembangan
banyak mengandung resiko berbahaya jika kurang mendapatkan bimbingan dan
pengarahan dari orang dewasa. Sehingga anak akan terjerumus pada tingkah laku
yang menyimpang dari norma-norma yang sudah ada.
3) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang paling pertama dan utama yang
memberikan pengaruh bagi pembentukan kepribadian anak. Beberapa di antara
banyaknya faktor yang muncul di lingkungan keluarga antara lain, kasih sayang
dan perhatian, keharmonisan keluarga, dan kondisi ekonomi. Lingkungan
keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar untuk
perkembangan sosial, dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku pada
anak. (Somantri, 1996:119-120). Nevid, dkk (2005:208) mengutip ucapan
Psikolog David Lykken yang menurutnya ketidakmampuan atau ketidakmauan
orangtua, khususnya orangtua tunggal untuk mensosialisasi anak, untuk mengajari
mereka yang benar dan salah membuat anak menjadi agresif secara berlebihan.
Selain itu agresivitas dari orangtua sendiri dan pemberian reinforcement yang
tidak tepat besar kemungkinan memacu gangguan emosi dan perilaku pada anak.
4) Lingkungan sekolah
44
Sekolah merupakan tempat di mana anak melakukan kegiatan belajar untuk
mencapai berbagai macam kompetensi dan sikap (Baharudin dan Wahyuni:2008).
Oleh karena itu sikap yang ditimbulkan anak juga beragam dan tidak semuanya
berjalan seperti aturan yang telah ditetapkan. Sofyan Wilis (1978) dalam
(Somantri, 1996:121) telah mengungkapkan bahwa dalam rangka pembinaan anak
didik ke arah kedewasaan, terkadang sekolah juga menjadi penyebab dari
timbulnya kenakalan remaja. Karena di sekolah anak bertemu dengan berbagai
macam karakteristik teman dengan kategori perilaku baik maupun buruk yang
memberikan pengaruh cukup kuat pada perilaku individu anak itu sendiri.
5) Lingkungan masyarakat
Nevid, dkk (2005:210) telah menuliskan dalam buku yang berjudul
Psikologi Abnormal bahwa kurangnya sosialisasi yang tepat merupakan akar dari
masalah kekerasan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat sendiri merupakan
tempat berpijak bagi anak-anak sebagai makhluk sosial dalam masyarakat.
Berbagai pengaruh baik positif maupun negatif menjadi dampak dari terjunnya
anak di lingkungan masyarakat. (Somantri: 1996: 121-122).
c. Karakteristik Anak Gangguan Emosi dan Perilaku
Masalah yang biasanya menjadi ciri atau karakteristik anak dengan
gangguan emosi dan perilaku menurut Drifte (2003) yang disampaikan Aditya,
dkk (2009) dalam kuliah Simulasi Dini dan Tumbuh Kembang Anak
Berkebutuhan Khusus meliputi:
1) Agresif secara verbal dan/atau fisik terhadap anak lain atau orang dewasa;
2) Menarik diri;
3) Pencemas;
4) Terlalu cerewet dan terlalu ramah tidak sesuai dengan usianya;
5) Aneh atau kurang diterima secara sosial;
6) Menyakiti diri sendiri;
7) Sulit menyelesaikan tugas, perlu bimbingan dari orang dewasa;
45
8) Mengacaukan rutinitas;
9) Gagal membuat kemajuan yang diharapkan darinya;
10) Sering membolos atau mempunyai pola absen tertentu;
11) Tidak dapat bekerjasama;
12) Perilaku dan/atau sikap terhadap belajar tak dapat diramalkan;
13) Tampak tidak tertarik terhadap kegiatan atau permainan;
14) Terlalu tergantung pada orang dewasa;
15) Hiperaktif;
16) Tidak dapat bermain bersama anak lain;
17) Tidak dapat berbagi atau bergantian; dan
18) Ketrampilan berbicara atau bercakap-cakap yang buruk.
Gangguan perilaku ini kadangkala muncul karena adanya suatu peristiwa di
rumah, misalnya: orang yang dicintai meninggal atau binatang kesayangannya
hilang, kelahiran adik, dan lain-lain.
Hallahan dan Kauffman (1986) dalam Wardani, dkk (2005) menyampaikan
karakteristik anak tunalaras berdasarkan dimensi tingkah laku. Karakteristik-
karakteristik tersebut antara lain:
1) anak yang mengalami kekacauan tingkah laku, memperlihatkan ciri-ciri:
suka berkelahi, memukul, menyerang, mengamuk, membangkang,
menantang, merusak milik sendiri atau orang lain, kurang ajar, lancing,
melawan, tidak mau bekerja sama, tidak mau memperhatikan, memecah
belah, rebut, tidak bisa diam, menolak arahan,, cepat marah, menganggap
enteng, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, pembohong,
tidak dapat dipercaya, suka berbicara kotor, cemburu, suka bersoal jawab,
taksanggup berdikari, mencuri, mengejek, menyangkal, berbuat salah,
egois, dan mudah terpengaruh untuk berbuat salah.
2) anak yang sering cemas dan menarik diri dengan ciri: khawatir, cemas
ketakutan, kaku, pemalu, segan, menarik diri, terasing, tak berteman, rasa
tertekan, sedih, terganggu, rendah diri, dingin malu, kurang percaya diri,
mudah bimbang, sering menangis, pendiam, suka berahasia.
46
3) anak yang kurang dewasa memiliki ciri: pelamun, kaku, berangan-angan,
pasif, mudah dipengaruhi, pengantuk, pembosan, dan kotor.
4) anak yang agresif bersosialisasi, memiliki ciri: mempunyai komplotan
jahat, mencuri bersama kelompoknya, loyal terhadap teman nakal,
berkelompok dengan geng, suka di luar rumah sampai larut malam, bolos
sekolah, dan minggat dari rumah.
Wardani, dkk (2005) sendiri memberikan pandangan mengenai anak tunalaras
dari segi akademik, sosial/emosional, dan fisik/kesehatannya.
1) Karakteristik akademik, yang terdiri dari:
a) pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata;
b) seringkali dikirim ke kepala sekolah atau bimbingan konseling untuk
tindakan disipliner;
c) seringkali tidak naik kelas atau bahkan drop out;
d) seringkali membolos sekolah;
e) lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit atau
perlu istirahat;
f) seringkali berurusan dengan polisi;
g) sering melakukan pelanggaran hukum.
2) Karakteristik sosial/emosional, yang terdiri dari:
a) perilaku tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar
norma budaya, dan perilaku melanggar aturan keluarga dan sekolah;
b) perilaku ditandai dengan adanya tindakan agresif;
c) melakukan kejahatan remaja;
d) adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak;
e) adanya rasa gelisah.
3) Karakteristik fisik /kesehatan
Pada aspek ini, karakteristik anak ditandai dengan adanya gangguan
makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan. Anak sering merasa
adanya sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya, ia mudah mendapat
kecelakaan, merasa cemas dengan kesehatannya, dan merasa seolah-olah
47
sakit. Kelainan lain yang ada pada fisik juga bisa berupa gagap, buang air
tidak terkendali, sering mengompol, dan jorok.
d. Agresi Verbal pada Anak Gangguan Emosi Perilaku
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryaningsih dan Anggraini
(http://psikologi-unissula/2009/hubungan-kekerasan-orangtua-terhadap-anak-
dengan-perilaku-agresif-pada-siswa-smp-negeri-2-ungaran .html) yang berjudul
Hubungan Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Dengan Perilaku Agresif Pada
Siswa Smp Negeri 2 Ungaran, agresi merupakan pengembangan dari kata agresif
(aggressive) dan agresivity (agresifitas). Agresif (aggressive) merupakan bentuk
kata sifat yang memiliki makna sifat suka menyerang dan menyakiti orang lain,
sedangkan agresivity (agresifitas) bentukan kata benda yang didefinisikan
sebagai suatu manifestasi dari keinginan berkuasa atau proyeksi dari individu
yang berupa serangan kepada orang lain yang dapat dianggap sebagai saingan atau
lawan. Hal tersebut sebagaimana hasil penelitian yang dimuat dalam
http://www.pikirdong.org/pendidikan/pend13agresi.php agresivitas juga dapat
diartikan sebagai kecenderungan perilaku yang diniati untuk menyakiti orang lain,
baik secara fisik maupun psikologis (Buss & Perry, 1992; Baron & Byrne, 2004
dalam Nashori dan Diana, 2009). Agresi (Aggression) merupakan bentuk perilaku
dari agresif dan agresifitas. Dalam mitrariset (2009) agresi didefinisikan oleh para
psikolog sebagai setiap bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau
merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang itu. Medinnus
dan Johnson (1974) dalam Mitrariset (2009), menjelaskan bahwa tingkah laku
agresi bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal.
Berkaitan dengan agresi, Nevid, dkk (2005: 205-210) membagi dalam tiga
perspektif, yaitu perspektif biologis, perspektif sosial-kognitif, dan perspektif
sosiokultural. Perspektif biologis didasarkan pada teori Freud yang meyakini
bahwa agresi merupakan produk insting. Pandangan ini berkembang menjadi
pandangan sosiobiologis yang beranggapan bahwa tiap manusia mempunyai
kecenderungan-kecenderungan atau disposisi-disposisi perilaku, termasuk agresi,
48
yang meningkatkan kemungkinan pertahanan hidup nenek moyang dan secara
genetis diturunkan pada generasi berikutnya. Teori sosial-kognitif yang diajukan
oleh Albert Bandura (1973, 1986) berasumsi bahwa agresi merupakan perilaku
yang dipelajari, dimunculkan melalui cara yang sama seperti perilaku-perilaku
lain. Anak-anak dapat belajar meniru perilaku agresif yang diamati di rumah, di
halaman sekolah, di televisi, atau di media lain. Bila mereka kemudian dikuatkan
untuk bertindak agresif, kecenderungan untuk melakukan agresi menjadi lebih
kuat sejalan dengan waktu. Sedangkan untuk perspektif sosiokultural menyatakan
bahwa tindak kekerasan berakar pada penyebab-penyebab sosial, yang banyak di
antaranya berjalan beriringan seperti kemiskinan, kurangnya kesempatan,
keretakan keluarga, dan pemaparan terhadap model-model peran yang
menyimpang. Teori ini juga mempertimbangkan bagaimana nilai-nilai budaya dan
metode pengasuhan anak dapat mengembangkan kekerasan. Dalam budaya-
budaya lain seperti di Thailand dan Jamaika, agresi pada anak secara aktif tidak
dikuatkan, dan kesantunan serta kepatuhan ditumbuhkan.
Hurlock dalam Perkembangan Anak memberikan gambaran agresi sebagai
berikut:
Reaksi kemarahan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan besar: impulsif dan ditekan. Reaksi impulsif biasanya disebut agresi. Reaksi ini ditujukan kepada manusia, binatang, atau objek. Reaksi ini dapat berupa fisik atau kata-kata, dan dapat ringan atau kuat. Ledakan kemarahan yang kuat atau “temper tantrums” adalah khas pada anak-anak kecil. (2006: 223)
Reaksi impulsif, menurut Hurlock (2006: 223) muncul lebih awal dan lebih tidak
dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan salah satu yang digunakan anak
sebagai wujud reaksi kemarahan. Bahasa ini dimanifestasikan dalam aktivitas
bicara pada anak. Sehingga Hurlock (2006: 202) menjelaskan lagi tentang jenis-
jenis bicara yang tidak dapat diterima secara sosial, antara lain:
1) anak yang berbicara paling banyak mengenai dirinya sendiri;
2) kritik pedas dan pemberian julukan;
3) sikap yang sinis dan suka berkelahi; dan
4) komentar yang merendahkan.
49
Meskipun tidak secara keseluruhan, tiga dari empat point tersebut bisa dilakukan
sebagai reaksi impulsif (agresi) dari seorang anak.
Pengelompokan jenis agresi menurut berbagai ahli tetu saja cukup beragam,
salah satunya adalah pendapat Buss. Indikator atau ciri-ciri agresivitas menurut
Buss (Nashori, 2008 dalam Nashori dan Diana, 2009 dalam
http://www.pikirdong.org/pendidikan/pend13agresi.php) meliputi perilaku agresif
secara fisik dan verbal, secara aktif dan pasif, dan secara langsung dan tidak
langsung. Perbedaan antara verbal dan fisik adalah antara menyakiti secara fisik
dan menyerang dengan kata-kata. Agresi aktif atau pasif membedakan antara
tindakan yang terlihat dengan kegagalan dalam bertindak. Dan agresi langsung
berarti melakukan kontak langsung dengan korban yang diserang, sedangkan
perilaku agresi tidak langsung dilakukan tanpa adanya kontak langsung dengan
korban (Whandi, 2009 dalam http://whandi.net/2009/03/dunia-remaja/perilaku-
agresif-pada-anak-yang-memiliki-hobi-bermain-video-game.html). Bentuk sikap
kekerasan oleh Purniati (1999, dalam Suryaningsih dan Aggraini, 2009)
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tindakan kekerasan fisik adalah tindakan
yang bertujuan untuk melukai dan menyiksa, menganiaya orang seperti
mendorong, memukul, menampar, meninju dan membakar. Kedua, tindakan
kekerasan non fisik adalah tindakan yang bertujuan untuk merendahkan citra atau
kepercayaan diri seseorang misalnya berkata kasar, membodohkan atau memaksa
seseorang melakukan perbuatan yang tidak disukai atau dikehendaki. Ketiga,
tindakan kekerasan psikologis adalah tindakan yang bertujuan mengganggu atau
menekan emosi korban secara kejiwaan.
Rachmawati (2006) dalam http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/tmp
/2390.html menjelaskan Penyebab perilaku agresif digolongkan dalam beberapa
faktor, sebagai berikut:
1) Faktor Biologis
a) Sistem Otak
50
Para peneliti yang menyelidiki kaitan antara cedera kepala dan perilaku
kekerasan mengidentifikasikan betapa kombinasi pencederaan fisikal yang pernah
dialami. Cedera kepala mungkin ikut melandasi perilaku agresif. Sistem otak yang
tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau memperlambat sirkuit
neural yang mengendalikan agresi. Prescott (Davidoff, 1991) menyatakan bahwa
orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi
sedangkan orang yang pernah mengalami kesenangan, kegembiraan cenderung
untuk melakukan kekejaman atau penghancuran.
b) Gen
Merupakan faktor yang tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem
neural otak yang mengatur perilaku agresi.
c) Kimia Darah
Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditemukan pada faktor
keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresif (Rita, 2005 : 107 dalam
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/tmp/2390.html).
2) Faktor Lingkungan
a) Kemiskinan
Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku
agresif mereka secara alami mengalami perbuatan termasuk juga dalam
pembentukan agresi verbal. Sebagaimana yang telah disampaikan Hurlock (2006:
198) menyatakan bahwa anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial
ekonomi rendah seringkali mendengar pola bicara yang tidak benar di rumah akan
cenderung melakukan kesalahan yang lebih banyak dalam perilaku berbahasa
daripada anak yang berasal dari keluarga yang sosial ekonominya baik. Hal ini
dapat dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari apalagi di kota-kota besar,
dalam antrian lampu merah, perempatan jalan. Model agresi baik verbal maupun
51
non verbal seringkali diadopsi anak-anak sebagai model pertahanan diri dan
pertahanan hidup.
b) Anonimitas
Terlalu banyak rangsangan indra kognitif membuat dunia menjadi sangat
impersonal artinya antara satu orang dengan orang yang lain tidak saling
mengenal. Setiap individu menjadi anonim tidak mempunyai identitas. Bila
seorang mempunyai anonim ia cenderung berperilaku menyendiri.
c) Suhu Udara Panas
Pengaruh polusi udara, kebisingan dan kesesakan karena kondisi manusia
yang terlalu berjejal. Kondisi-kondisi itu bisa melandasi perilaku agresif.
3) Faktor Psikologis
a) Perilaku Naluriah
Menurut Sigmund Freud, dalam diri manusia ada naluri kematian yang ia
sebut pula thanatos, yaitu energi yang tertuju untuk perusakan. Agresi terutama
berakar dalam naluri kematian yang diarahkan bukan ke dalam diri sendiri
melainkan diarahkan pada orang lain.
b) Perilaku yang dipelajari.
Menurut Albert Bandura perilaku agresif berakar dalam respons-respons
yang dipelajari manusia lewat pengalaman-pengalaman di masa lampau
(Anantasari, 2006 : 64)
4) Faktor Sosial
a) Reaksi Emosi terhadap Frustasi
Nashori dan Diana (2009) dalam http://www.pikirdong.org/pendidikan/
pend13agresi.php menuliskan bahwa frustrasi merupakan gangguan atau
kegagalan dalam mencapai tujuan. Bila seorang individu hendak pergi ke suatu
tempat, melakukan sesuatu, atau menginginkan sesuatu, dan kemudian merasa
dihalangi, bisa jadi individu tersebut mengalami frustrasi. Salah satu prinsip
52
dalam psikologi adalah frustrasi cenderung membangkitkan perasaan agresif.
Tidak diragukan lagi pengaruh frustasi dalam munculnya agresi verbal. John
Dollad berpendapat frustasi bisa mengakari agresif. Kendati demikian tidak setiap
anak yang mengalami frustasi akan melakukan agresi.
b) Provokasi Langsung
Pencederaan fiskal dan ejekan verbal dari orang-orang lain bisa memicu
perilaku agresif. Perilaku ini biasanya dilakukan karena anak kurang mendapatkan
perhatian dari orang-orang di sekelilingnya dan anak akan terus akan mencari
perhatian. Orangtua anak yang agresif biasanya mempunyai gejolak emosi yang
buruk dan situasi emosional perkawinan sebagai reaksi dari penolakan. Akibatnya
anak melakukan agresi sebagai reaksi dari penolakan oleh orang tua.
c) Peniruan (Modelling)
Semua perilaku tidak terkecuali agresif lingkungan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Peniruan tidak dilakukan pada semua orang tetapi
terhadap figur tertentu seperti ayah, ibu, kakak, atau teman bermainnya yang
memiliki perilaku agresif. Orang tua sering bertengkar menyebabkan anak juga
akan sering bertengkar. Terdapat kaitan antara agresi dan paparan tontonan
kekerasan lewat televisi. Semakin banyak anak menonton kekerasan lewat
televisi, maka tingkata agresi anak terhadap orang lain bisa meningkat pula.
Ternyata pengaruh tontonan kekerasan lewat televisi bersifat komulatif artinya
makin panjang paparan tontonan kekerasan semakin meningkat pula perilaku
agresinya.
5) Faktor Situasional
Termasuk dalam faktor ini antara lain adalah rasa sakit atau terluka yang
dialami anak. Perasaan anak yang terluka bisa berupa rasa kesal, marah, kecewa,
sedih dan ia tidak tahu bagaimana cara semestinya untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan itu, maka ia melampiaskan dengan perilaku agresif. Hal ini
mudah dipahami dalam teori atribusi (Mitrariset, 2009). Teori tersebut
berpandangan bahwa bila korban menghubungkan frustrasi dengan keadaan yang
53
tidak dapat dihindarkan, tidak akan timbul amarah yang lebih besar. Tetapi, bila
tidak ada pembenaran faktor eksternal semacam itu dan bila dibuat pertalian
internal, amarah yang timbul akan lebih besar.
Nashori dan Diana (2009) membedakan agresi verbal menjadi dua
kelompok, yaitu:
1) Agresi verbal aktif, yang dilakukan anak dalam bentuk memaki-maki
orang, mengumpat, mengucapkan kata-kata kasar (:misuh, dalam bahasa
Jawa), dan sebagainya.
2) Agresi verbal pasif, yang berupa penolakan berbicara dengan orang lain,
penolakan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, atau penolakan
untuk memberikan perhatian pada suatu pembicaraan dimana seharusnya
anak terlibat di dalamnya.
Berdasarkan uraian dan wacana tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian anak gangguan emosi dan perilaku adalah anak dengan usia di atas usia
balita dan di bawah usia dewasa (batas usia ini sesuai dengan ketetapan tiap
negara, untuk di Indonesia antara enam sampai 17 tahun) yang memiliki
ketidakstabilan emosi dan penyimpangan berperilaku, salah satunya agresi verbal,
dimana penyimpangan perilaku tersebut jika dilakukan oleh orang dewasa
merupakan tindak kejahatan sehingga mereka perlu pelayanan pendidikan secara
khusus agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Does Rap or Rock Music Provoke Violent Behaviour?
Peneliti : Eliana Tropeano; Western Connecticut State University; 2006
Rangkuman :
This study examined whether or not watching a violent music video would provoke individuals to answer questions with violent responses. Eleven participants watched a violent music video, 11 participants watched a non-violent music video, and 11 participants were in the control group and did not watch any
54
videos. It was found that watching the violent music video containing violent lyrics, aggressive behavior, and degrading behaviors toward women did make an individual feel and react more violently with regards to responses to questions about fictitious scenarios. The conclusion was that watching violent music videos does negatively affect behavior.
Penelitian tersebut memberi gambaran bahwa video musik kekerasan yang
ditonton sebelas individu memberi pengaruh buruk pada perilaku individu. Ada 33
partisipan yang dibagi menjadi tiga kelompok, 11 partisipan pertama diperlihatkan
video musik kekerasan, 11 partisipan berikutnya diperlihatkan video musik tanpa
kekerasan, dan 11 partisipan terakhir tidak diperlihatkan video musik apapun.
Setelah itu semua partisipan tersebut diminta menjawab 12 soal pada kuesioner
dalam waktu 15 menit. Pada akhir penelitian diperoleh partisipan yang melihat
video musik kekerasan dan partisipan yang tidak melihat video musik apapun
menunjukkan agresi yang tinggi, sedangkan partisipan yang melihat video musik
tanpa kekerasan tidak menunjukkan adanya agresi.
2. Music Therapy and Aggression in 50 Children with Mild Mental
Handicap: A Clinical Trial
Peneliti : Masoud Nematian, Reza Khanmohammad, dan Nzanin
Hajigholamrezaei; Tehran University of Medical Sciences, Tehran,
Iran; 2006
Rangkuman :
Background Aggression behavior is one of the most common reasons for psychiatric
referral of persons with mental retardation. The works by Montello and Coons showed that music therapy investigations produce a lowering of scores in the aggression-hostility scale. In the present study we have investigated the effect of active music therapy on the aggression behavior of children with mental handicap. Method
This single blind randomized clinical trial study was performed in a school for mentally handicapped boys in Tehran, Iran. Fifty pupils (all boys, age range: 9-11 years) were randomly selected from 100 pupils with sever aggressive behavior. Raven’s Intelligence Quotient Test and Rosenzweig’s Picture Frustration Study (PFS) were performed for all the cases. They had mild mental retardation (IQ: 50-70) with symptom of aggression confirmed with PFS. They were randomly assigned in a case and control group of 25 each. The case group pupils performed twice a week one-hour session of active music therapy for a
55
period of three months (24 sessions totally). The treatment procedure consisted of improvisation of Persian rhythm based music therapy including music appreciation, improvisation, coral songs, rhythmic movements and relaxation. They were all evaluated for aggressiveness at the end of the three months period using the same method (PFS). Men scores of the PFS were calculated by Student’s T-test. Results
The results of the tests were significantly (p<0.05) different before and after the active music therapy intervention. Conclusions
Our results are in agree with similar studies and strongly suggest music therapy as an effective way in controlling the behavioral problems in children with mental handicap. However, more investigation is warranted to better understand the role of music therapy in psychiatric problems of children with mental handicap. Key words: Music therapy, mental retardation, Aggression
Dalam penelitian ini, para peneliti 50 siswa retardasi mental laki-laki
secara acak dari 100 siswa di sekolah khusus dengan usia antara 9-11 tahun.
Rosenzweig’s Picture Frustration Study yang telah dilakukan sebelumnya
menunjukkan 100 siswa tersebut memiliki tingkat agresif yang tinggi. Sedangkan
dengan Raven’s Intelligence Quotient Test menunjukkan bahwa tingkat IQ mereka
50-70 (retardasi mental tingkat rendah). Secara acak pula 50 siswa yang telah
dipilih dibagi menjadi dua kelompok, 25 siswa pertama yang akan diberikan
terapi musik dan 25 siswa lainnya tanpa diberikan musik. Kelompok siswa
pertama akan diberikan terapi musik aktif dua kali seminggu dan satu jam setiap
pertemuan yang berjalan selama tiga bulan. Prosedur pelaksanaanya
menggunakan improvisasi irama musik Persia yang kegiatannya terdiri dari
apresiasi musik, improvisasi, mengarang lagu, bergerak sesuai irama, dan
relaksasi. Evaluasi dilaksanakan setelah tiga bulan dengan menggunakan
Rosenzweig’s Picture Frustration Study yang dihitung menggunakan t-tes.
Hasilnya adalah signifikan (p<0.05). Sesuai dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, penelitian ini disimpulkan penggunaan terapi musik sebagai salah
satu cara yang efektif untuk mengendalikan masalah perilaku pada siswa retardasi
mental.
56
3. Emotional and Neurohumoral Responses to Dancing Tango Argentino:
The Effects of Music and Partner
Peneliti : Cynthia Quiroga Murcia, M.sc; Stephan Bongard, P.Hd and
Gunter Kreutz, P.Hd; Goethe University Frankfurt am Main and
Carl von Ossietzky University Oldenburg, Germany; 2009
Rangkuman :
The present study examines the emotional and hormonal responses to tango dancing and the specific influences of the presence of music and partner on these responses. Twenty-two tango dancers were assessed within four conditions, in which the presence of music and a dance partner while dancing were varied in a 2x2 design. Before each condition and 5 minutes thereafter, participants provided salivary samples for analysis of cortisol and testosterone concentrations and completed the Positive and Negative Affect Schedule. The data suggest that motion with a partner to music has more positive effects on emotionalstate than motion without music or without a partner. Moreover, decreases of cortisol concentrations were found with the presence of music, whereas increases of testosterone levels were associated with the presence of a partner. The authors’ work gives evidence of short-term positive psychobiological reactions after tango dancing and contributes to understanding the differential influence of music and partner.
Keywords: dance; music; emotional state; cortisol; testosterone
4. Pengaruh Musik Terhadap Performance Fisik
Peneliti : Dedik S. Santoso, 2002
Rangkuman :
Tujuan utama dari paper ini adalah untuk menentukan apakah ada pengaruh dari musik terhadap performance dari seseorang saat melaksanakan pekerjaan fisik. Tiga jenis musik digunakan dalam studi ini: musik ringan, hard rock, dan musik favorit masing-masing subjek. Pekerjaan fisik yang sama tanpa musik juga dilaksanakan sebagai kontrol. Sebagai pekerjaan fisik, setiap subjek berjalan di atas treadmill dengan kecepatan konstan (4.8 km/jam) dan kemiringan konstan (4º) selama 6 menit. Setiap subjek diberikan istirahat yang cukup setiap kali selesai melaksanakan satu eksperimen. Sepuluh mahasiswa, tiga wanita dan tujuh pria berpartisipasi secara sukarela dalam studi ini. Program statistik digunakan untuk menganalisa hasil studi. Dari hasil perhitungan, tampak bahwa musik ringan dan favorit secara signifikan mempengaruhi performance fisik. Detak jantung per menit lebih rendah saat subyek mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka sambil melaksanakan pekerjaan fisik, dibandingkan tanpa mendengarkan musik. Pada saat mendengarkan musik hard rock, detak jantung
57
menurun tetapi tidak signifikan. Di lain pihak, konsumsi oksigen tidak menurun secara signifikan bila tanpa musik dibandingkan dengan mendengarkan musik. Karena itu, akan lebih menguntungkan bila pada saat melakukan suatu pekerjaan fisik, pekerja mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka.
Kata kunci: musik, performance fisik, detak jantung, konsumsi Oksigen
5. Musikalisasi Puisi Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Apresiasi
Puisi Pada Siswa Kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta
Peneliti : Ainul Qoyim, Surakarta, 2009
Rangkuman :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan teknik musikalisasi puisi dalam pembelajaran apresiasi puisi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Objek penelitian ini adalah siswa kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) persiapan, (2) pengenalan masalah, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penyusunan laporan. Proses penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) apresiasi puisi pada siswa kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta dengan menerapkan teknik musikalisasi puisi. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) siswa terlihat tertarik dan lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran apresiasi puisi, (2) siswa terlihat aktif dalam memberikan jawaban maupun membaca puisi di depan kelas, (3) siswa tidak malu lagi saat ditunjuk oleh guru maupun secara sukarela untuk membaca puisi di depan kelas, (4) siswa mau membaca puisi di depan kelas secara sukarela, dan (5) kemampuan siswa dalam memahami isi puisi meningkat dari siklus I, II, dan III.
C. Kerangka Pikir
Kemarahan merupakan salah satu emosi wajar yang dimiliki manusia. Akan
tetapi kemarahan menjadi hal yang tidak wajar apabila diekspresikan sebagai hal
yang merugikan orang lain, lebih-lebih apabila kemarahan tersebut tidak bisa
diterima dalam tata krama dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku
58
Agresi Verbal pada siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera rendah
Musikalisasi Puisi
SKKD tercapai
kemarahan yang juga disebut sebagai agresi bisa berupa perbuatan maupun kata-
kata atau yang lebih dikenal sebagai agresi verbal.
Sebagian besar siswa SLB E Bhina Putera tidak terkecuali kelas VIB
mengalami perilaku yang disebut sebagai agresi verbal tersebut. Jika dibiasakan
hal ini akan menghambat siswa untuk terjun di lingkungan yang baru, baik itu di
lingkungan jenjang pendidikan selanjutnya maupun di lingkungan kerja.
Oleh karena itu peneliti berusaha memberikan musikalisasi puisi sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi perilaku tersebut. Dengan musikalisasi
diharapkan agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera pada
khususnya akan berkurang. Kegiatan ini akan diterapkan melalui mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Selain agresi verbal dapat berkurang, siswa juga dapat
memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan
puisi. Secara sederhana, kerangka pikir peneliti digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Pikir
Gambar kerangka pikir tersebut menyiratkan bahwa agresi verbal yang
dimiliki anak dengan gangguan emosi dan perilaku ditekan intensitasnya dengan
kegiatan musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi ini dimasukkan dalam kegiatan
pembelajaran bahasa Indonesia. Dari kegiatan musikalisasi tersebut, agresi verbal
pada anak gangguan emosi dan perilaku dapat berkurang. Berkurangnya perilaku
agresi verbal diutamakan selama pembelajaran berlangsung.
Agresi Verbal pada siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera tinggi
59
Kondisi awal siswa sebelum adanya perlakuan adalah adanya agresi verbal
yang tinggi. Perilaku tersebut sering dimunculkan selama pembelajaran di kelas
dan saling berpengaruh satu sama lainnya. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti
memberikan perlakuan musikalisasi puisi pada siswa yang dimasukkan dalam
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Musikalisasi puisi yang digunakan
adalah kolaborasi antara pembacaan puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail
dengan iringan musik instrumen Canon in D karya Johann Pachelbel yang telah
diarrangement ulang menggunakan gitar akustik. Setelah adanya kegiatan ini
diharapkan indikasi agresi verbal pada siswa menjadi rendah.
Dengan berkurangnya perilaku agresi verbal secara tidak langsung dapat
membantu anak untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar pada
mata pelajaran bahasa indonesia, karena di dalamnya tertuang standar kemampuan
untuk siswa dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis
serta kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dengan
berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis yang telah disebutkan, hipotesis tindakan yang
akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut:
Penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat mengatasi
agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran
2009/2010.
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan dipilih untuk mengetahui keberhasilan
punggunaan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi
yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIB SLB E
Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010 adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Aqib menggambarkan hakikat penelitian tindakan kelas dengan menjabarkan
definisi kata penelitian, tindakan, dan kelas sebagai berikut:
Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Sedangkan kelas yaitu sekelompok peserta didik yang sedang belajar. (2007:12)
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan
merupakan kegiatan reflektif dalam berpikir dan bertindak dari guru (Dewey
dalam Thornton dalam Wiriaatmadja, 2006:12) untuk membantu atau mengatasi
masalah peserta didik dalam belajar.
Definisi tersebut didukung oleh Kemmis dan Carr dalam Kasbolah
(2001:63) yang menyebutkan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk penelitian
yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan
bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi
dimana pekerjaan ini dilakukan yang prosesnya terdiri dari empat aspek, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Dalam Kasbolah (2001:10) Kurt Lewin, seorang ahli psikologi sosial,
sebagai orang yang mempopulerkan penelitian tindakan berpendapat bahwa cara
terbaik untuk memajukan orang adalah dengan melibatkan mereka dalam
43
61
penelitian yang ada dalam kehidupan mereka. Lewin juga menekankan
pentingnya kolaborasi dan partisipasi yang bersifat demokratis. Selanjutnya,
Lewin memberikan definisi tentang penelitian tindakan sebagai suatu lingkaran
atau rangkaian langkah-langkah yang satu dengan yang lain saling berhubungan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model atau desain spiral
oleh Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja: 2006) yang melakukan penelitian
tindakan melalui dua siklus yang bisa digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan menurut Kemmis dan Taggart
Fokus permasalahan pada rencana penelitian ini adalah adanya agresi
verbal yang dimiliki oleh siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta yang
berakibat pada rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia yang dimiliki siswa
tersebut. Oleh karena itu penelitian difokuskan pada upaya untuk meningkatkan
kualitas kemampuan berbahasa Indonesia pada siswa. Dalam rangka
merencanakan penelitian ini, peneliti akan memilih tiga variabel yang terdiri dari
dua variabel terikat (x) dan satu variabel bebas (y). Variabel bebas terdiri dari
penggunaan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi
yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail yang dirangkai dalam
bentuk musikalisasi puisi. Variabel bebas yang akan diteliti adalah agresi verbal
pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta.
Acting
Plannin Observin
Reflecting
Revised Plannin
Reflecting
Observing Acting
62
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini tempat yang akan dipilih adalah SLB E
Bhina Putera yang beralamatkan di Jl. Bibis baru no. 3, Cengklik, Surakarta.
Alasan memilih tempat yang berbentuk bangunan sekolah menghadap ke utara
dan berhadapan dengan gereja dan SD Negeri Bibis Luhur ini selain karena masih
di wilayah Surakarta juga karena Penulis melakukan Program Pengalaman
Lapangan di tempat tersebut.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Januari 2009 di mana
sebelumnya pada bulan November sampai dengan Desember 2009 adalah tahap
persiapan melakukan penelitian yang dilakukan untuk pengajuan judul dan
penyusunan proposal. Berikut tabel keseluruhan waktu dan kegiatan penelitian:
Tabel 3.1 Tabel Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian
Bulan No. Kegiatan
Nov. Des. Jan. Feb. Mar.
1. Judul dan Proposal x - - x
2 Perijinan - - x x x - - -
3. Penyusunan instrumen - x x x - x - -
4. Pengumpulan data - - - x x x x -
5. Analisis data x x x x
6. Penyusunan laporan x x - -
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIB yang berjumlah 4 (empat)
orang siswa dan terdiri dari 2 (dua) laki-laki dan 2 (dua) perempuan. Siswa di
kelas ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga seringkali kegiatan
pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang
63
tertuang di dalam kurikulum pembelajaran. Di kelas yang berukuran kira-kira 3x3
meter siswa melakukan kegiatan belajar tiap harinya.
Keempat siswa yang ada dalam kelas VIB SLB E Bhina Putera tersebut
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Siswa I (A.W), memiliki karakteristik senang melihat orang lain kebingungan
karena ulahnya (buang sepatu guru, buang sepatu teman, dsb), tetapi akhirnya
mau mengambilkan, tidak banyak bicara, dan lambat berpikir.
b. Siswa II (A.M), memiliki karakteristik agresif, tidak bisa diam, emosi tdak
terkendali, usil, susah diatur, pintar mencari alasan (:ngeles), reaksi selalu
berlebihan.
c. Siswa III (Frm.), memiliki karakteristik agresif, emosi tidak terkendali, ingin
menang sendiri, namun bersedia menolong anak lain yang jadi korban
kemarahannya.
d. Siswa IV (S.M), memiliki karakteristik rasa kurang percaya diri yang tinggi,
bila tidak ditanya anak enggan bertanya.
D. Pengumpulan Data
1. Eksperimen (Tes)
Sebagaimana yang telah dituliskan dalam tujuan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E
Bhina Putera dapat diatasi melalui penggunaan musik dan puisi dalam
musikalisasi puisi dengan musik instrumental “Canon in D” karya Johann
Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail,
maka metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah eksperimen.
Eksperimen berasal dari kata bahasa Inggris experiment yang artinya percobaan
(Echols dan Shadily, 1996:225). Secara tidak langsung eksperimen ini berkaitan
dengan pelaksanaan tes. Echols dan Shadily (1996) sendiri juga memberikan
makna pengujian dan percobaan dalam kata testing.
64
Sebagai instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data, tes
dapat dibedakan menjadi dua (Arikunto, 1996), yaitu:
a. Tes Buatan, merupakan tes yang dibuat dengan prosedur tertentu, tetapi belum
mengalami uji coba berkali-kali.
b. Tes terstandar, adalah tes yang sudah mengalami uji coba berkali-kali, direvisi
berkali-kali, dan sudah tersedia di lembaga testing.
Dalam penelitian tentang penggunaan musikalisasi puisi ini akan digunakan tes
buatan yang disesuaikan indikator dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VI SD serta sesuai dengan
definisi operasional dan teori pada masing-masing variabel. Tes dilaksanakan
sebelum dan sesudah pemberian perilaku.
Tes dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah
diadakan pembelajaran dengan menggunakan musikalisasi puisi. Langkah-
langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data menggunakan tes adalah
dengan menyiapkan instrumen tes, menilainya, dan mengolah data yang
diperoleh. Tes dilakukan dua kali yaitu, pre-test yang dilakukan sebelum
pemberian tindakan dan post-test yang dilaksanakan setelah pemberian tindakan.
Pre-test dilaksanakan pada akhir bulan Januari tentang kemampuan siswa
dalam menggunakan kata bersinonim yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda, soal
pemahaman puisi yang terdiri dari lima soal yang sesuai dengan isi puisi dan
disampaikan secara lisan, serta soal yang berkaitan dengan kemampuan
mengartikan kata-kata sulit yang terdiri dari lima soal dan disampaikan secara
lisan pula. Berikut merupakan rincian dari keseluruhan soal pre-test yang
diberikan kepada siswa:
Tabel 3.2 Tabel rincian soal pre-test dan post-test
Aspek Kemampuan Bentuk Tes Jumlah Soal
Jumlah Skor
Menggunakan kata bersinonim Tertulis 10 10
Pemahaman puisi Lisan 5 10
Mengartikan kata-kata sulit Lisan 5 10
65
Nilai =
Dengan soal dan sistem penilaian yang sama, post-test dilaksanakan dua kali,
yaitu pada siklus pertama dan siklus kedua.
2. Observasi
Menurut Hamdani dan Hermana (2008:67) observasi atau pengamatan
dapat diklasifikasi atas pegamatan melalui cara berperan serta dan tidak berperan
serta. Pada pengamatan tanpa peran serta, pengamatan hanya melakukan suatu
fungsi yaitu sekedar pengamatan. Sedangkan untuk pengamatan yang berperan
serta, peneliti melakukan dua peranan sekaligus yaitu sebagai pengamat dan
sekaligus menjadi anggota resmi dan kelompok yang diamati.
Wiriaatmadja (2006) membagi observasi menjadi tiga jenis yaitu, observasi
terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik. Observasi terfokus
digunakan apabila seorang peneliti ingin memfokuskan penelitian pada suatu
permasalahan. Misalnya penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada
usaha-usaha guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa dengan
memberikan respon kepada pertanyaan guru, sehingga penelitian difokuskan pada
peningkatan kualitas bertanya siswa. Observasi terstruktur dilakukan setelah
menentukan krtiteria yang akan diamati. Sedangkan observasi sistematik
merupakan observasi yang menggunakan berbagai macam skala yang dapat
dimanfaatkan dalam situasi-situasi tertentu.
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah jenis observasi
pengamat penuh dan observasi terfokus. Observasi dilaksanakan selama
pembelajaran seperti biasa tanpa musikalisasi puisi dan pada saat pemberian
musikalisasi puisi. Observasi dilakukan terhadap siswa dalam rangka mengamat
tingkat agresi verbal pada siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru dengan dua cara yaitu,
dengan peneliti mengambil tempat duduk paling belakang selama guru
memberikan penjelasan tanpa musikalisasi puisi dan guru mengamati secara
66
langsung selama proses musikalisasi puisi berlangsung. Skala yang dipakai
unntuk lembar observasi ini adalah skala penilaian. Skala penilaian merupakan
alat untuk mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seesorang melalui
pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinum atau suatu kategori yang
bermakna nilai. Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur proses
mengajar guru, proses belajar siswa, atau hasil belajar dalam bentuk perilaku
seperti keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan masalah.
(Nana Sudjana: 2008)
Penilaian observasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung
hasil penilaian observasi yang terdiri dari aspek agresi verbal aktif dan agresi
verbal pasif. Agresi verbal aktif terdiri dari 11 item soal dan agresi verbal pasif
terdiri dari 5 item soal dengan keterangan skorsing sebagai berikut:
1 : TP (Tidak Pernah)
2 : P (Pernah, intensitas kejadian 1-2 kali)
3 : J (Jarang, ntensitas kejadian lebih dari 2 kali dengan jangka waktu yang
tidak selalu)
4 : S (Sering)
Sedangkan untuk rincian hasil penilaiannya adalah sebagai berikut:
a. Penilaian Agresi Verbal Aktif
11-21 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak rendah
22-32 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak sedang
33-44 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak tinggi
b. Penilaian Agesi Verbal Pasif
5-9 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak rendah
10-14 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak sedang
15-20 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak tinggi
3. Dokumentasi
Arikunto (1996: 234) dalam Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis
menjelaskan bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang bermakna
67
barang-barang tertulis. Barang-barang tertulis tersebut dapat berupa buku-buku,
majalah, peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
Hamdani dan Hermana (2008) mengungkapkan dokumentasi dapat berupa
dokumen-dokumen baik berupa dokumen primer maupun skunder yang
menunjang proses pembelajaran di kelas. Elliot dalam Wiriaatmadja (2006:121)
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, antara lain:
a. Silabi dan rencana pelajaran, yang dalam penelitian ini dilaksanakan melalui
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum dilakukannya
penelitian;
b. Laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, diskusi dilaksanakan antara guru
dan peneliti untuk membahas kegiatan penelitian yang telah berlangsung dan
strategi atau langkah selanjutnya;
c. Berbagai macam ujian dan tes, tes dilaksanakan tiga kali, yaitu tes sebelum
perlakuan (pre-test), tes saat siklus I (post-test 1), dan tes saat siklus II (post-
test 2);
d. Laporan rapat, tidak ada kegiatan rapat dalam penelitian ini;
e. Laporan tugas siswa, tidak ada pemberian tugas dalam penelitian ini;
f. Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, buku teks
yang relevan dalam pelajaran digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran kemudian dikaitkan dengan pelaksanaan musikalisasi puisi; dan
g. Contoh essay yang ditulis siswa, dalam penelitian ini siswa menulis puisi yang
tiap siklus menghasilkan tulisan yang berbeda.
Selain dokumen yang telah disebutkan, kegiatan dokumentasi juga dilakukan
melalui kegiatan memotret beberapa kegiatan selama penelitian.
Dalam penelitian ini dokumentasi dilaksanakan untuk mendapatkan nilai
kompetensi pada siswa dan mengetahui perkembangan siswa tiap siklus.
E. Analisis Data
Berdasarkan pendapat Hamdani dan Hermana (2008:78) data yang
diperoleh dalam penelitian ini dianalisis melalui deskriptif kualitatif. Analisis data
68
dilakukan pada tiap data yang dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun data
kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan cara kuantitatif sederhana yaitu
dengan menggunakan prosentase (%), dan data kualitatif dianalisis dengan
membuat penilaian kualitatif (kategori).
Secara khusus teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data
kritis, yang merupakan kegiatan membandingkan hasil tindakan dari tiap siklus
dengan indikator ketercapaian yang telah ditetapkan sebelumnya.
F. Validasi Data
Bentuk validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Face
Validity (validitas muka), yaitu pengecekan, penilaian, dan pengambilan
keputusan validitas suatu instrumen berdasarkan kegiatan setiap anggota
kelompok peneliti tindakan, dimana dalam penelitian ini guru merupakan salah
satu di antaranya. Selain itu, digunakan pula Catalytic Validity (Validitas
pengetahuan) yang dihasilkan oleh peneliti tindakan bergantung pada kemampuan
peneliti sendiri dalam mendorong adanya perubahan (improvement). (Lather
Connole, 1994 dalam Suharsimi Arikunto, dkk, 2009)
Dalam penelitian ini, face validity dilakukan melalui diskusi antara guru
dan peneliti setelah penelitian mulai dari awal pembahasan masalah, perencanaan
tindakan, penggunaan instrumen sampai dengan pengambilan keputusan hasil
penelitian. Sedangkan catalytic validity dapat dilihat melalui refleksi dan
perencanaan tindakan untuk siklus berikutnya dalam rangka mengatasi masalah
atau indikator yang belum tercapai pada siklus sebelumnya.
G. Indikator Kinerja
Untuk mengetahui bahwa penggunaan musik instrumental “Canon in D”
karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya
Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi dapat mengurangi agresi verbal siswa
69
kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010 maka indikator-indikator
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan
pembelajaran;
b. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian
tanda jeda pada puisi;
c. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana, hal ini sebagaimana yang telah
diungkapkan Armstrong (2004:32) bahwa musik bisa digunakan sebagai
pemicu untuk menulis. Anak bisa menuliskan apa yang dipikirkan melalui
mesik yang didengarkan tersebut;
d. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari pre-test ke post-test I pada
siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II.
H. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Dalam penelitian ini masalah yang diselesaikan adalah agresi verbal pada
siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta. Sehingga perlu ada indikator-
indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan penelitian.
Jenis tindakan yang digunakan adalah kegiatan musikalisasi puisi. Seperti
halnya penelitian yang telah dilakukan Santoso (2002 dalam http://puslit2.
petra.ac.id/ejournal/index.php/ind/article/viewArticle/16005) tentang penggunaan
musik yang mampu meningkatkan performance seseorang yang sedang
melakukan aktivitas fisik, musik yang akan digunakan dalam penelitian ini
diharapkan mampu memberikan stimulus kepada siswa dalam hal berbahasa
Indonesia. Praktek penggunaan musik dalam pembelajaran juga telah dilakukan
SMA Negeri 1 Citeureup saat mengadakan kegiatan simulasi ujian praktek yang
70
menurut beberapa siswa meskipun suasana terkesan santai mereka menjadi lebih
cepat paham. (El’Arsya, 2009 dalam http://www.jurnalbogor.com/?p= 22730).
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Rangkaian kegiatan yang digunakan dalam rangka mengurangi agresi
verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera meliputi dua kegiatan pokok
yaitu pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah dibuat dan observasi terhadap pelaksaanaan tindakan tersebut.
Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Sukarno (2009: 89) bahwa
tindakan pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus hingga diperoleh hasil yang
maksimal dan setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Akan tetapi
dalam penelitian ini tiap siklus dilaksanakan dalam empat kali pertemuan dengan
pertimbangan kegiatan ini ditujukan untuk anak berkebutuhan khusus.
Pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada 5 Februari 2010,
pertemuan kedua pada 6 Februari 2010, pertemuan ketiga pada 8 Februari 2010,
dan pertemuan keempat pada 9 februari 2010. Sedangkan untuk siklus II
pertemuan dilaksanakan pada 15 Februari 2010, pertemuan kedua pada 16
Februari 2010, pertemuan ketiga pada 19 Februari 2010, dan pertemuan keempat
pada 20 Februari 2010.
3. Pengamatan (Observing)
Jenis pengamatan atau observasi yang digunakan adalah observasi terfokus
mengingat fokus dari penelitian ini adalah masalah agresi verbal pada siswa kelas
VIB SLB E Bhina Putera. Dalam Kasbolah (2001:53) pelaksanaan observasi
terfokus harus ada persiapan tentang alat-alat yang akan digunakan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, observasi dilaksanakan untuk
mengamati agresi verbal yang dimunculkan tiap siswa. Kegiatan pengamatan
disertai dengan pengisisan lembar checklist mengenai agresi verbal oleh guru.
71
4. Refleksi (Reflection)
Kasbolah (2001:55) menjelaskan bahwa refleksi merupakan kegiatan
analisis sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang
diperoleh dari penelitian tindakan kelas, tercakup di dalamnya adalah kegiatan
evaluasi. Refleksi dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah pencermatan
yang akan dilakukan peneliti selama dan sesudah tindakan tersebut dilakukan.
“Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/atau tidak terjadi, apa yang terjadi dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya”. (Sukarno, 2009:98)
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SLB E Bhina Putera Surakarta, khususnya di kelas
VIB dengan subjek penelitian empat siswa, yang terdiri dari dua siswa putra dan
dua siswa putri. Selama penelitian siswa duduk dengan dua variasi penataan
tempat duduk, yaitu duduk secara berhadapan dan duduk dengan membentuk
setengah lingkaran. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain:
rekaman musikalisasi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail
yang dikemas dalam bentuk softfile, laptop, speaker, dan rol kabel.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Kegiatan diawali dengan pengajuan proposal dan surat ijin penelitian pada
hari Rabu, 13 Januari 2010 di kantor Kepala SLB E Bhina Putera Surakarta yang
telah menyatakan setuju untuk diadakan penelitian. Persetujuan tersebut
ditindaklanjuti penulis dengan menemui guru kelas VIB, Ibu Ratnaningsih untuk
identifikasi masalah dan menyamakan persepsi tentang materi yang akan
digunakan. Berdasarkan pertemuan pada hari itu telah disepakati untuk melakukan
kegiatan pra-siklus karena sebelumnya materi puisi tidak diberikan kepada siswa
mengingat semua siswa kelas VIB memiliki kemampuan di bawah rata-rata.
1. Pra-Siklus
Kegiatan pra-siklus ini meliputi kegiatan pembelajaran puisi tanpa
musikalisasi puisi yang dilaksanakan untuk mendapatkan penilaian awal sebagai
pembanding nilai yang akan dihasilkan setelah pelaksanaan tindakan. Kegiatan
55
73
pra-siklus ini dilaksanakan pada hari Jumat, 29 Januari 2010 dan Sabtu, 30 Januari
2010 setelah istirahat.
Kegiatan pembelajaran mengenai puisi yang dilaksanakan selama pra-
siklus ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Rincian Kegiatan Pembelajaran Puisi Pra-Siklus
Tanggal Bentuk Kegiatan Keterangan
29 Jan 2010 1. Apersepsi
2. Guru mengenalkan puisi kepada
para siswa.
3. Guru dan peneliti membagikan
lembaran puisi yang berjudul
Dengan Puisi, Aku karya Taufiq
Ismail.
4. Guru menjelaskan tentang bait dan
baris pada puisi.
5. Siswa membacakan puisi satu
persatu maju ke depan kelas.
6. Guru menjelaskan isi puisi per bait
Bait I : menceritakan bahwa sampai
usianya tua penulis akan
mengungkapkan rasa gembiranya
2.1 Semua siswa mengaku
belum pernah mengetahui
apa dan bagaimana bentuk
puisi.
3.1 Siswa tampak
bersemangat mendapatkan
materi puisi karena
sebelumnya materi ini
belum pernah diberikan
4.1 Tiga dari empat siswa
masih belum bisa
membedakan antara bait
dengan puisi.
5.1. Tiga dari empat siswa
mengalami kesulitan
membaca kata-kata yang
baru saja dibaca dalam
puisi.
6.1 Semua siswa tidak
antusias mendengarkan
dan mengeluh
kebingungan.
74
dengan puisi, dan mengungkapkan
perasaan cintanya di bawah kaki
langit.
Bait II : menyiratkan bahwa penulis
mengingat kematian dengan kata-
kata melalui puisi dan
mengungkapkan rasa sedihnya
melalui puisi ketika ia menyadari
bahwa ia telah kehilangan waktu.
Bait III : mengisyaratkan bahwa
penulis menggunakan puisi untuk
menyumpahi hal-hal yang tidak
disukainya dengan zaman ini.
Penulis juga berharap dengan puisi
doanya akan didengar.
30 Jan 2010 1. Apersepsi
2. Guru mengulang kembali materi
yang disampaikan pada hari
sebelumnya
3. Pelaksanaan Pre-test oleh peneliti
dibantu guru.
2.1 Tiga dari siswa
mengaku sudah lupa
dan ternyata keempat
siswa tidak dapat
mengikuti penjelasan
guru.
3.1 Bentuk pre-test tertulis
untuk kemampuan
menggunakan kata
bersinonim
dilaksanakan secara
serentak dengan
suasana tenang.
3.2 Bentuk pre-test lisan
75
4. Guru, peneliti, dan siswa bersama-
sama kembali membaca puisi.
5. Siswa diminta menulis puisi
sederhana, minimal siswa disuruh
menuliskan apa yang ingin ditulis
tentang hal yang sedang dipikirkan
dan dirasakan.
untuk kemampuan
memahami isi puisi
dan mengartikan kata-
kata sulit dilakukan
secara bergantian.
4.1 Tiga dari empat siswa
membaca masih tidak
beraturan dan sering
salah ucap.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa indikator yang telah ditentukan
peneliti belum mampu dicapai oleh empat siswa. Suasana selama pra-siklus juga
kurang kondusif karena pada hari kedua ada dua orang anak yang bertengkar dan
berpengaruh pada semua siswa. Apapun cara yang telah dilakukan peneliti tidak
dapat mengembalikan secara total keadaan emosi anak semula.
Untuk memudahkan penjelasan tentang hasil dari pra-siklus tentang
kemampuan membaca puisi, kemampuan menulis puisi, dan hasil tes yang
berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata bersinonim, kemampuan
memahami puisi, dan kemampuan mengartikan kata-kata sulit berikut merupakan
hasilnya yang dirangkum dalam bentuk tabel.
Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Pra-Siklus
No. Nama Siswa Kemampuan Membaca Puisi
1. A.W Tempo pelan dan tidak banyak pembacaan kata
yang tidak tepat, suara pelan
2. A.M Membaca tersendat-sendat, banyak pembacaan kata
76
yang tidak tepat.
3. Frm. Tempo membaca cepat, banyak pembacaan kata
yang tidak tepat, suara lantang
4. S.M Hampir tidak mau membaca karena kurang percaya
diri, tempo membaca cepat, dan banyak pembacaan
kata yang tidak tepat.
Tabel 4.3 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Pra-Siklus
No. Nama Siswa Puisi Sederhana (kata/frase/kalimat/paragraf)
yang Ditulis Siswa
1. A.W Arum mati.
2. A.M -
3. Frm. Ibu terima kasih ya bu.
4. S.M -
Tabel 4.4 Tabel Hasil Pre-Test
Skor No. Nama Siswa
Soal I Soal II Soal III Nilai Pre-
Test
1. A.W 3 0 0 1
2. A.M 5 4 2 3.33
3. Frm. 5 2 0 2.33
4. S.M 4 0 0 1.33
Keterangan:
Soal I : Soal kemampuan menggunakan kata bersinonim
Soal II : Soal kemampuan memahami puisi
Soal III : Soal kemampuan mengartikan kata-kata sulit
77
2. Siklus I
a. Perencanaan
Berdasarkan data yang dihasilkan selama pra-siklus dan identifikasi
masalah yang telah dilaksanakan pada hari-hari sebelumnya guru kelas, Ibu
Ratnaningsih menyepakati kegiatan musikalisasi puisi sebagai salah satu alternatif
untuk mengatasi agresi verbal pada hampir semua siswa SLB E Bhina Putera pada
umumnya dan sebagian siswa SLB E Bhina Putera kelas VIB pada khususnya,
sekaligus sebagai sarana untuk mengajarkan materi puisi yang ada pada
kompetensi dasar siswa kelas VI mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Rincian kegiatan dalam tahap perencanaan di siklus ini adalah sebagai
berikut:
1) Peneliti dan guru mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
dengan materi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail
yang telah disusun sebelumnya.
2) Peneliti dan guru mendiskusikan desain pembelajaran dengan menggunakan
musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama:
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan puisi.
(3) Peneliti menanyakan tentang kegiatan membaca puisi yang telah
dilakukan sebelumnya tentang judul, pengarang, bait, dan baris pada
puisi.
78
(4) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi, semua siswa
menyimak.
(5) Peneliti menanyakan perbedaan antara puisi yang dibacakan tanpa
musik dengan puisi yang dibacakan diiringi musik.
(6) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sekali lagi.
(7) Peneliti meminta siswa untuk membacakan puisi kembali.
(8) Peneliti dan siswa membacakan puisi secara bersama-sama.
b) Langkah-langkah pada pertemuan kedua:
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti memberikan tanda jeda pada puisi.
(3) Peneliti dan siswa membaca bersama-sama sesuai jeda.
(4) Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk membacakan puisi
lagi.
(5) Peneliti memberikan reward berupa tepuk tangan setelah siswa selesai
membaca puisi.
(6) Peneliti membuat perjanjian dengan siswa, kalau ada yang
mengucapkan kata kasar (:misuh), memaki, mengumpat, dan mengejek
temannya harus maju membacakan puisi sampai benar pengucapannya.
(7) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan
isi puisi per bait.
(8) Peneliti mengadakan tes lisan tentang kemampuan memahami puisi.
79
c) Langkah-langkah pada pertemuan ketiga:
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan
kata-kata sulit per bait dan per baris.
(3) Peneliti mengadakan tes lisan tentang kemampuan mengartikan kata-
kata sulit.
(4) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa yang belum maju
membacakan puisi pada hari sebelumnya.
(5) Peneliti memberikan reward berupa tepuk tangan setelah siswa selesai
membaca puisi.
(6) Peneliti kembali memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil
menjelaskan persamaan kata-kata dalam puisi.
(7) Peneliti mengadakan tes tertulis tentang kemampuan menggunakan
kata-kata bersinonim dalam puisi dengan diiringi musik instrumental.
d) Langkah-langkah pada pertemuan keempat:
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti mengadakan tanya jawab seputar musikalisasi puisi yang telah
dilaksanakan pada hari-hari sebelumnya.
(3) Peneliti memancing siswa untuk menulis puisi sendiri.
(4) Peneliti memutar rekaman musikalisasi puisi.
80
(5) Peneliti meminta siswa menulis puisi sederhana tentang apapun yang
mereka pikirkan, mereka rasakan, dan mereka alami dengan diiringi
musik instrumental.
3) Guru dan peneliti mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan
digunakan selama pelaksanaan tindakan yang meliputi:
a) Rekaman musikalisasi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya
Taufiq Ismail yang dibacakan dengan iringan musik instrumental yang
berjudul Canon in D karya Johann Pachelbel menggunakan gitar akustik.
b) File musik instrumental yang berjudul Canon in D karya Johann Pachelbel
versi piano arrangement George Winston.
c) Laptop.
d) Speaker.
e) Roll kabel.
Persiapan lain yang dilaksanakan antara lain penataan ruang kelas dan tempat
duduk yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1 Gambar Penataan Ruang Kelas
Pada Pelaksanaan Siklus I
81
Keterangan:
= Tempat duduk siswa
= Tempat pemutaran musikalisasi puisi
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti menyampaikan materi puisi dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail
melalui musikalisasi puisi dengan iringan musik instrumental yang berjudul canon
in D karya Johann Pachelbel menggunakan gitar akustik.
Proses pelaksanaan ini adalah dengan pemutaran rekaman musikalisasi
puisi yang isinya sebagai berikut:
Intro: D A Bm F#m G D G A
D A
Dengan puisi aku bernyanyi
Bm F#m
Sampai senja umurku nanti
G D
Dengan puisi aku bercinta
G A
Di batas cakrawala
D A
Dengan puisi aku mengenang
82
Bm F#m
Keabadian Yang akan Datang
G D
Dengan puisi aku menangis
G A
Jarum waktu bila kejam mengiris
D A
Dengan puisi aku mengutuk
Bm F#m
Nafas zaman yang busuk
G D
Dengan puisi aku berdoa
G A
Perkenankanlah kiranya
Interlude: D G A Bm F#m G D G A
D A
Reff.1: Dengan puisi aku bernyanyi
Bm F#m
Sampai senja umurku nanti
G D
Dengan puisi aku bercinta
83
G A
Di batas cakrawala
D A
Dengan puisi aku mengenang
Bm F#m
Keabadian Yang akan Datang
G D
Dengan puisi aku menangis
G A
Jarum waktu bila kejam mengiris
Interlude: D G A Bm F#m G D G A
D A
Reff.2: Dengan puisi aku mengutuk
Bm F#m
Nafas zaman yang busuk
G D
Dengan puisi aku berdoa
G A
Perkenankanlah kiranya
Kembali ke: Reff 2
Interlude: D G A Bm F#m G D G A
84
Kembali ke: Bait I, bait II, dan bait III
Penutup: D G A Bm F#m G D G A
Sehingga dapat disebutkan bahwa puisi dibacakan tiga kali dengan total
permainan chord D G A Bm F#m G D G A adalah 14 dengan 13 variasi
permainan.
Sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan pada tahap
perencanaan, maka hasil pelaksanaan tindakan I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus I
Pertemuan ke-
Bentuk Kegiatan Keterangan
1
5 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada
siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
2. Peneliti menjelaskan kegiatan
yang akan dilaksanakan
berdasarkan standar
kompetensi, kompetensi dasar,
dan indikator pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia
yang berkaitan dengan puisi.
3. Peneliti menanyakan tentang
kegiatan membaca puisi yang
telah dilakukan sebelumnya
tentang judul, pengarang, bait,
dan baris pada puisi.
4. Peneliti memutarkan rekaman
musikalisasi puisi, semua siswa
1.1 Siswa masih tampak
bersemangat meskipun
seusai istirahat.
2.1 Siswa memperhatikan
dan mendengarkan, salah
seorang menyamakan
dengan kegiatan pra-
siklus sebelumnya.
3.1 Tiga dari empat siswa
menyatakan lupa, dan
satu lagi hanya diam saja.
3.2 Peneliti mengulangi lagi,
kemudian meminta siswa
mengulanginya.
4.1 Siswa tampak menikmati
dan berusaha mengikuti
85
menyimak.
5. Peneliti menanyakan perbedaan
antara puisi yang dibacakan
tanpa musik dengan puisi yang
dibacakan diiringi musik.
6. Peneliti memutarkan rekaman
musikalisasi puisi sekali lagi.
7. Peneliti dan siswa membacakan
puisi secara bersama-sama.
puisi yang dibacakan
melalui musikalisasi
puisi.
5.1 Siswa menyatakan bahwa
lebih “asyik” pembacaan
puisi yang diiringi musik
dan lebih enak didengar
sehingga siswa terlihat
menikmati alunan
musikalisasi puisi.
6.1 Dua dari empat siswa
mulai mengikuti rekaman
musikalisasi puisi.
7.1 Siswa tampak lebih
bersemangat dan antusias
membacakan puisi.
2
6 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada
siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
2. Peneliti memberikan tanda jeda
pada puisi sebagai berikut:
Dengan puisi / aku bernyanyi
Sampai senja / umurku nanti
Dengan puisi / aku bercinta
Di batas / cakrawala
Dengan puisi / aku mengenang
Keabadian / Yang akan datang
Dengan puisi / aku menangis
Jarum waktu / bila kejam mengiris
86
Dengan puisi / aku mengutuk
Nafas zaman / yang busuk
Dengan puisi / aku berdoa
Perkenankanlah / kiranya //
3. Peneliti dan siswa membaca
bersama-sama sesuai jeda.
4. Peneliti memberi kesempatan
pada siswa untuk membacakan
puisi lagi yang telah diberi
tanda jeda.
5. Peneliti memberikan reward
berupa tepuk tangan setelah
siswa selesai membaca puisi
6. Peneliti membuat perjanjian
dengan siswa, kalau ada yang
mengucapkan kata kasar
(:misuh), memaki, mengumpat,
dan mengejek temannya harus
4.1 Dua dari empat siswa
secara sukarela maju ke
depan, satu siswa
membacakan sesuai tanda
jeda dan satu siswa lagi
membaca dengan cepat
dan tergesa-gesa, tetapi
menirukan bagian reff
pada musikalisasi puisi.
5.1 Siswa lain mengikuti
memberikan tepuk tangan
kepada teman yang
bersedia maju
membacakan puisi.
6.1 Semua siswa menyetujui.
87
maju membacakan puisi sampai
benar pengucapannya.
7. Peneliti memutarkan rekaman
musikalisasi puisi sambil
menjelaskan isi puisi per bait.
8. Peneliti mengadakan tes lisan
tentang kemampuan memahami
puisi.
7.1 Siswa konsentrasi
menyimak sambil sesekali
mengikuti suara dalam
rekaman dan apa yang
diucapkan peneliti.
8.1 Meskipun tidak secara
drastis, keempat siswa
mengalami peningkatan
skor dari kegiatan pra-
siklus ke siklus I ini.
3
8 Feb’10
1. Peneliti memberi salam pada
siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
2. Peneliti memutarkan rekaman
musikalisasi puisi sambil
menjelaskan kata-kata sulit per
bait dan per baris.
3. Peneliti mengadakan tes lisan
tentang kemampuan
mengartikan kata-kata sulit.
2.1 Siswa menyimak dengan
baik apa yang diutarakan
peneliti.
2.2 Salah satu siswa sempat
membuat masalah dengan
menyinggung perasaan
temannya, kemudian
siswa tersebut dihukum
membaca puisi.
3.1 Dua siswa mengalami
kenaikan perolehan skor
dari kegiatan pra-siklus
ke siklus I, dua siswa
88
4. Peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa yang
belum maju membacakan puisi
yang telah diberi tanda jeda
pada hari sebelumnya.
5. Peneliti memberikan reward
berupa tepuk tangan setelah
siswa selesai membaca puisi.
6. Peneliti kembali memutarkan
rekaman musikalisasi puisi
sambil menjelaskan persamaan
kata-kata dalam puisi.
7. Peneliti mengadakan tes tertulis
tentang kemampuan
menggunakan kata-kata
bersinonim dalam puisi dengan
diiringi musik instrumental.
yang lain belum
mengalami kenaikan.
4.1 Dua siswa yang lain
bersedia maju, satu siswa
membaca dengan
perlahan dan siswa yang
lain membaca cepat dan
tersendat-sendat.
5.1 Siswa lain mengikuti
memberikan tepuk tangan
kepada teman yang
bersedia maju
membacakan puisi.
6.1 Siswa konsentrasi
menyimak sambil sesekali
mengikuti suara dalam
rekaman dan apa yang
diucapkan peneliti.
7.1 Tiga dari empat siswa
mengalami kenaikan skor
dan satu siswa
mendapatkan skor tetap
seperti pada pra-siklus.
4
9 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada
siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
2. Peneliti mengadakan tanya
jawab seputar musikalisasi puisi
yang telah dilaksanakan pada
hari-hari sebelumnya.
89
3. Peneliti memancing siswa untuk
menulis puisi sendiri.
4. Peneliti memutar rekaman
musikalisasi puisi.
5. Peneliti meminta siswa menulis
puisi sederhana tentang apapun
yang mereka pikirkan, mereka
rasakan, dan mereka alami
dengan diiringi musik
instrumental.
Hasil dari kegiatan sebelum tindakan pada pra-siklus dan setelah pemberian
tindakan pada siklus I sudah tentu membawa perubahan pada kompetensi dan
perilaku siswa. Sebagai bahan perbandingan hasil dari kegiatan pelaksanaan
tindakan I untuk kemampuan membaca puisi sesuai pemberian tanda jeda,
kemampuan menulis puisi, dan kemampuan mengerjakan soal tes yang terdiri dari
kemampuan menggunakan kata bersinonim, kemampuan memahami isi puisi, dan
kemampuan mengartikan kata-kata sulit disajikan dalam tabel-tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus I
No. Nama Siswa Kemampuan Membaca Puisi
1. A.W Membaca dengan suara dan tempo perlahan-lahan,
semua pembacaan kata benar.
2. A.M Membaca masih dengan tempo cepat, tergesa-gesa
dan tersendat-sendat.
3. Frm. Tempo membaca cepat dan tergesa-gesa, seperti
membaca cerita, kemudian mengikuti reff pada
musikalisasi puisi.
4. S.M Membaca sesuai dengan tanda jeda yang telah
diberikan.
90
Tabel 4.7 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus I
No. Nama Siswa Puisi Sederhana (kata/frase/kalimat/paragraf)
yang Ditulis Siswa
1. A.W Aku ingin pergi dari rumah
Aku ingin minggat saja.
2. A.M -
3. Frm. Terima kasih ya Bu.
Terima kasih ya Yahh.
Terima kasih ya ibu Bapak Guru
Terima kasih pada teman-temanku.
4. S.M Saya mencintai kakak.
Saya senang olah raga adik senang pasar-pasaran.
Tabel 4.8 Tabel Hasil Post-Test 1
Skor No. Nama Siswa
Soal I Soal II Soal III Nilai Post-
Test 1
1. A.W 3 2 3 2.67
2. A.M 6 5 4 3.75
3. Frm. 6 5 0 3.67
4. S.M 6 4 0 3.33
Keterangan:
Soal I : Soal kemampuan menggunakan kata bersinonim
Soal II : Soal kemampuan memahami puisi
Soal III : Soal kemampuan mengartikan kata-kata sulit
c. Observasi
Pada saat kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia materi puisi peneliti
sebagai partisipan aktif secara langsung mengamati dan mempelajari kemampuan
91
dan perkembangan siswa, sedangkan guru sebagai pengamat kegiatan yang
memberikan masukan dan penilaian demi lancarnya kegiatan pada pertemuan
selanjutnya. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Jumat, 5 Februari 2010 dan
dilaksanakan selama 2x30 menit pada pukul 09.30 WIB seusai istirahat.
Kegiatan observasi selama pertemuan pertama sampai dengan pertemuan
keempat difokuskan pada agresi verbal yang ditunjukkan siswa selama kegiatan
pembelajaran dengan musikalisasi puisi dan kemampuan membaca siswa. Untuk
kemampuan membaca puisi pada siswa, guru dan peneliti membuat catatan
sebagai berikut:
1. Siswa yang mampu membaca puisi sesuai dengan tanda jeda sebanyak satu
dari empat orang siswa;
2. Satu siswa membaca pelan tetapi tidak sesuai dengan tanda jeda;
3. Satu siswa membaca cepat dan tersendat-sendat;
4. Satu siswa membaca cepat seperti bercerita, tetapi diselingi dengan reff pada
musikalisasi puisi.
Sedangkan untuk hasil observasi melalui pengisian checklist oleh guru adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.9 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus I
Nama Siswa No. Aspek yang diamati
A.W A.M Frm S.M
A. Agresi Verbal Aktif
1. Anak berkata kasar selama kegiatan
pembelajaran 1 4 4 2
2. Anak membodohkan teman selama kegiatan
pembelajaran 2 4 4 1
3. Anak melakukan pemaksaan pada teman
selama kegiatan pembelajaran 1 2 2 1
4. Anak membuat gaduh selama kegiatan 1 4 3 1
92
pembelajaran di kelas
5. Anak mengolok-olok teman selama kegiatan
pembelajaran 1 4 2 2
6. Anak memaki teman selama kegiatan
pembelajaran 1 3 2 1
7. Anak menyebarkan gosip (kebohongan atau
memfitnah) teman lain selama kegiatan
pembelajaran.
1 2 1 1
8. Anak suka berbicara tentang dirinya sendiri
selama kegiatan pembelajaran 1 4 1 2
9. Anak memberi kritik pedas pada teman atau
memberi julukan pada teman 1 3 2 2
10. Anak suka berkelahi atau perang mulut dengan
teman 1 4 4 2
11. Anak memberi komentar yang merendahkan 1 4 2 1
Total Skor 12 38 27 16
B. Agresi Verbal Pasif
1. Anak menolak berbicara dengan guru atau
teman selama kegiatan pembelajaran 4 3 1 1
2. Anak menolak menjawab pertanyaan saat
ditanya. 4 4 1 1
3. Anak tidak memperhatikan pada penjelasan
guru atau tidak memperhatikan teman yang
sedang maju ke depan kelas (dalam rangka
melaksanakan tugas)
4 4 1 1
4. Anak memboikot pendapat teman saat kegiatan
pembelajaran 1 1 1 1
5. Anak bersikap sinis pada teman. 1 4 1 1
Total Skor 14 16 5 5
93
Keterangan:
1) 1 : TP (Tidak Pernah)
2 : P (Pernah, intensitas kejadian 1-2 kali)
3 : J (Jarang, ntensitas kejadian lebih dari 2 kali dengan jangka waktu yang
tidak selalu)
4 : S (Sering)
2) Penilaian Agresi Verbal Aktif:
11-21 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak rendah
22-32 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak sedang
33-44 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak tinggi
3) Penilaian Agesi Verbal Pasif
5-9 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak rendah
10-14 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak sedang
15-20 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak tinggi
Berdasarkan data hasil observasi tersebut bisa dinyatakan bahwa ada satu dari
empat siswa yang memiliki indikasi agresi verbal yang rendah, dua siswa yang
memiliki indikasi agresi verbal yang sedang, dan satu siswa yang memiliki
indikasi agresi verbal yang tinggi.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pada siklus satu, peneliti dan guru
kolaborator mengadakan refleksi sebagai berikut:
1) Penekanan tingkat indikasi agresi verbal pada siswa masih belum tuntas,
karena ada dua siswa yang masih memiliki tingkat agresi verbal yang tinggi
dan sedang;
2) Pembacaan puisi sesuai dengan tanda jeda juga belum sepenuhnya dilakukan
siswa, kemungkinan masih terpengaruh dengan pembacaan pada musikalisasi
puisi;
94
3) Kekayaan kosa kata pada siswa masih terlalu sedikit sehingga dalam
menuliskan puisi, bahasa dan kata yang mereka gunakan masih terbatas;
4) Pada saat pelaksanaan musikalisasi puisi, para siswa tidak beraturan mengarah
ke sumber suara.
Dari hasil refleksi tersebut, langkah yang sepakat diambil peneliti dan guru
kolaborator adalah:
1) Intensitas pemutaran rekaman musikalisasi ditambah pada setiap kegiatan
(selama pelaksanaan penelitian), kecuali sewaktu kegiatan menulis puisi;
2) Peneliti menempelkan lembaran puisi berukuran A3 yang telah diberi tanda
jeda sewaktu kegiatan membaca;
3) Pada saat pelaksanaan musikalisasi puisi siswa diminta duduk semua di lantai
mengelilingi peneliti yang juga duduk dekat dengan sumber suara.
4) Peneliti dan guru harus lebih waspada dan mengadakan pencegahan atau
pencairan suasana jika ada perubahan emosi dan suasana hati pada siswa.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Setelah mempelajari berbagai hasil kegiatan dan data yang diperoleh pada
siklus I, hal-hal yang dijadikan solusi oleh guru dan peneliti dalam menunjang
pelaksanaan tindakan kedua adalah:
1) Intensitas pemutaran rekaman musikalisasi ditambah pada setiap kegiatan
(selama pelaksanaan penelitian), kecuali sewaktu kegiatan menulis puisi;
2) Pemberian hukuman bagi siswa yang menampakkan agresi verbal (terutama
secara aktif) harus lebih tegas;
3) Peneliti menempelkan lembaran puisi berukuran A3 yang telah diberi tanda
jeda sewaktu kegiatan membaca.
4) Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk memberi tanda jeda.
95
5) Pada saat pelaksanaan musikalisasi puisi siswa diminta duduk semua di lantai
mengelilingi peneliti yang juga duduk dekat dengan sumber suara.
6) Peneliti dan guru harus lebih waspada dan mengadakan pencegahan atau
pencairan suasana jika ada perubahan emosi dan suasana hati pada siswa.
Secara keseluruhan perencanaan untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II
adalah sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru kolaborator secara bersama-sama mendiskusikan langkah-
langkah kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia materi
puisi melalui musikalisasi puisi dengan rincian sebagai berikut:
a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan puisi.
(3) Peneliti menanyakan tentang kegiatan membaca puisi yang telah
dilakukan sebelumnya tentang judul, pengarang, bait, dan baris pada
puisi.
(4) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi, semua siswa
menyimak.
(5) Peneliti menempelkan puisi pada lembar kertas berukuran A3.
(6) Peneliti memberi tanda jeda kemudian memberi contoh membaca bait
pertama yang telah diberi tanda jeda.
(7) Siswa membacakan bait pertama yang telah diberi tanda jeda.
(8) Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanda jeda secara
bergantian.
96
(9) Peneliti, guru, dan siswa bersama-sama membaca puisi yang telah
diberi tanda jeda.
(10) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi.
b) Langkah-langkah pada pertemuan kedua
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi.
(3) Siswa diminta membaca puisi secara bergiliran, lembar puisi yang
digunakan adalah lembar puisi A3 yang ditempel di tembok kelas dan
telah diberi tanda jeda.
(4) Peneliti memberikan reward berupa tepuk tangan setelah siswa selesai
membaca puisi.
(5) Peneliti membuat perjanjian dengan siswa, kalau ada yang
mengucapkan kata kasar (:misuh), memaki, mengumpat, dan mengejek
teman (serta agresi verbal secara aktif lainnya) akan membacakan puisi
di depan gedung sekolah dan minta maaf pada temannya.
(6) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan
isi puisi per bait.
(7) Peneliti mengadakan tes lisan tentang kemampuan memahami puisi
sambil diputarkan rekaman musikalisasi puisi.
c) Langkah-langkah pada pertemuan ketiga
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan
kata-kata sulit per bait dan per baris.
97
(3) Peneliti mengadakan tes lisan tentang kemampuan mengartikan kata-
kata sulit sambil memutarkan rekaman musikalisasi puisi.
(4) Peneliti kembali memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil
menjelaskan persamaan kata-kata dalam puisi.
(5) Peneliti mengadakan tes tertulis tentang kemampuan menggunakan
kata-kata bersinonim dalam puisi dengan diiringi rekaman musikalisasi
puisi.
d) Langkah-langkah pada pertemuan keempat
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti mengadakan tanya jawab seputar musikalisasi puisi yang telah
dilaksanakan pada hari-hari sebelumnya.
(3) Peneliti memancing siswa untuk menulis puisi sendiri.
(4) Peneliti memutar rekaman musikalisasi puisi.
(5) Peneliti meminta siswa menulis puisi sederhana tentang apapun yang
mereka pikirkan, mereka rasakan, dan mereka alami dengan diiringi
musik instrumental.
2) Peneliti dan guru menyusun RPP yang berkenaan dengan pembelajaran puisi
melalui musikalisasi puisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI.
3) Guru dan peneliti mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan
digunakan selama pelaksanaan tindakan yang meliputi:
a) Rekaman musikalisasi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya
Taufiq Ismail yang dibacakan dengan iringan musik instrumental yang
berjudul Canon in D karya Johann Pachelbel menggunakan gitar akustik.
98
b) File musik instrumental yang berjudul Canon in D karya Johann Pachelbel
versi piano arrangement George Winston.
c) Laptop.
d) Speaker.
e) Roll kabel.
Persiapan lain yang dilaksanakan antara lain adalah pengaturan ruang kelas dan
tempat duduk yang digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
= tempat penempelan lembar puisi dan pemutaran rekaman
musikalisasi puisi
= tempat duduk siswa
Gambar 4.2 Gambar Pengaturan Tempat Duduk
Pada Pelaksanaan Siklus II
b. Pelaksanaan
Seperti apa yang telah tertera pada pelaksanaan tindakan siklus I, dalam
siklus II peneliti juga menyampaikan materi puisi dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail melalui
musikalisasi puisi dengan iringan musik instrumental yang berjudul canon in D
99
karya Johann Pachelbel menggunakan gitar akustik, yang isi rekamannya adalah
sebagai berikut:
Intro: D A Bm F#m G D G A
D A
Dengan puisi aku bernyanyi
Bm F#m
Sampai senja umurku nanti
G D
Dengan puisi aku bercinta
G A
Di batas cakrawala
D A
Dengan puisi aku mengenang
Bm F#m
Keabadian Yang akan Datang
G D
Dengan puisi aku menangis
G A
Jarum waktu bila kejam mengiris
D A
Dengan puisi aku mengutuk
100
Bm F#m
Nafas zaman yang busuk
G D
Dengan puisi aku berdoa
G A
Perkenankanlah kiranya
Interlude: D G A Bm F#m G D G A
D A
Reff.1: Dengan puisi aku bernyanyi
Bm F#m
Sampai senja umurku nanti
G D
Dengan puisi aku bercinta
G A
Di batas cakrawala
D A
Dengan puisi aku mengenang
Bm F#m
Keabadian Yang akan Datang
G D
Dengan puisi aku menangis
101
G A
Jarum waktu bila kejam mengiris
Interlude: D G A Bm F#m G D G A
D A
Reff.2: Dengan puisi aku mengutuk
Bm F#m
Nafas zaman yang busuk
G D
Dengan puisi aku berdoa
G A
Perkenankanlah kiranya
Kembali ke: Reff 2
Interlude: D G A Bm F#m G D G A
Kembali ke: Bait I, bait II, dan bait III
Penutup: D G A Bm F#m G D G A
Selain kegiatan yang ada pada siklus I, peneliti juga menambahkan
beberapa perlakuan dan kegiatan sebagai bahan pencarian solusi terhadap masalah
atau hasil pada siklus I. Hasil pelaksanaan tindakan II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus II
Pertemuan ke-
Bentuk Kegiatan Keterangan
1
15 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada
siswa, menanyakan kabar, dan
102
menyiapkan siswa.
2. Peneliti menjelaskan kegiatan
yang akan dilaksanakan
berdasarkan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator
pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang berkaitan dengan
puisi.
3. Peneliti menanyakan tentang
kegiatan membaca puisi yang
telah dilakukan sebelumnya
tentang judul, pengarang, bait,
dan baris pada puisi.
4. Peneliti memutarkan rekaman
musikalisasi puisi, semua siswa
menyimak.
5. Peneliti menempelkan puisi pada
lembar kertas berukuran A3.
6. Peneliti memberi tanda jeda
kemudian memberi contoh
membaca bait pertama yang
telah diberi tanda jeda.
7. Siswa mengikuti membaca bait
pertama yang telah diberi tanda
jeda.
8. Siswa diberi kesempatan untuk
2.1 Peneliti menjelaskan
bahwa pada kegiatan
sebelumnya indikator
dan tujuan pembelajaran
belum tercapai, agar
siswa mengerti.
3.1 Tiga dari empat siswa
mau menjawab, satu
siswa diam saja, tetapi
setelah didekati dan
ditanya ternyata
sebenarnya bisa
menjawab juga.
4.1 Siswa dan peneliti
membarengi suara
pembacaan puisi dalam
rekaman
6.1 Siswa tampak lebih
mudah menerima
penjelasan yang
diberikan.
7.1 Satu siswa membacanya
sering tertinggal.
8.1 Keempat siswa berhasil
103
memberikan tanda jeda secara
bergantian, dan sampai
menghasilkan seperti berikut:
Dengan puisi / aku bernyanyi
Sampai senja / umurku nanti
Dengan puisi / aku bercinta
Di batas / cakrawala
Dengan puisi / aku mengenang
Keabadian / Yang akan datang
Dengan puisi / aku menangis
Jarum waktu / bila kejam mengiris
Dengan puisi / aku mengutuk
Nafas zaman / yang busuk
Dengan puisi / aku berdoa
Perkenankanlah / kiranya //
9. Peneliti, guru, dan siswa
bersama-sama membaca puisi
yang telah diberi tanda jeda.
10. Peneliti memutarkan rekaman
musikalisasi puisi
mengikuti kegiatan
peneliti.
2
16 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada
siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
2. Peneliti memutarkan rekaman
musikalisasi puisi.
3. Siswa diminta membaca puisi
secara bergiliran, lembar puisi
yang digunakan adalah lembar
puisi A3 yang ditempel di
3.1 Tiga dari empat siswa
berhasil membaca puisi
sesuai dengan penjedaan.
104
tembok kelas dan telah diberi
tanda jeda.
4. Peneliti memberikan reward
berupa tepuk tangan setelah
siswa selesai membaca puisi.
5. Peneliti membuat perjanjian
dengan siswa, kalau ada yang
mengucapkan kata kasar
(:misuh), memaki, mengumpat,
dan mengejek teman (serta agresi
verbal secara aktif lainnya) akan
membacakan puisi di depan
gedung sekolah dan minta maaf
pada temannya.
6. Peneliti memutarkan rekaman
musikalisasi puisi sambil
menjelaskan isi puisi per bait.
7. Peneliti mengadakan tes lisan
tentang kemampuan memahami
puisi sambil diputarkan rekaman
musikalisasi puisi.
4.1 Tepuk tangan membuat
siswa semakin percaya
diri, sehingga ada
sukarela dari siswa untuk
membacakan puisi lagi
setelah semuanya selesai
maju.
5.1 Para siswa agak jera,
sehingga selama
pelaksanaan
pembelajaran semua
siswa berhati-hati
menjaga kata dan
sikapnya terhadap teman.
6.1 Kegiatan diselingi
dengan tanya jawab pada
siswa untuk menambah
daya ingat siswa.
7.1 Tiga dari empat siswa
berhasil mengalami
peningkatan skor, dan
satu siswa mendapat skor
yang sama seperti pada
siklus I
3
19 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada
siswa, menanyakan kabar, dan
105
menyiapkan siswa.
2. Peneliti memutarkan rekaman
musikalisasi puisi sambil
menjelaskan kata-kata sulit per
bait dan per baris.
3. Peneliti mengadakan tes lisan
tentang kemampuan mengartikan
kata-kata sulit sambil
memutarkan rekaman
musikalisasi puisi.
4. Peneliti kembali memutarkan
rekaman musikalisasi puisi
sambil menjelaskan persamaan
kata-kata dalam puisi.
5. Peneliti mengadakan tes tertulis
tentang kemampuan
menggunakan kata-kata
bersinonim dalam puisi dengan
diiringi rekaman musikalisasi
puisi.
2.1 Kegiatan diselingi
dengan tanya jawab pada
siswa untuk menambah
daya ingat siswa.
3.1 Keempat siswa
mengalami peningkatan
skor dari siklus I.
4.1 Kegiatan diselingi
dengan tanya jawab pada
siswa untuk menambah
daya ingat siswa.
5.1 Tiga dari empat siswa
mengalami peningkatan
skor dari siklus I ke
siklus II, satu siswa
mendapatkan skor tetap
seperti pada hasil tes
pelaksanaan siklus I.
4
20 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada
siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
2. Peneliti mengadakan tanya jawab
seputar musikalisasi puisi yang
telah dilaksanakan pada hari-hari
sebelumnya.
2.1 Siswa tampak lebih aktif
menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneiti.
2.2 Peneliti memberikan
reward berupa ucapan
pintar dan mengelus
106
3. Peneliti memancing siswa untuk
menulis puisi sendiri.
4. Peneliti memutar rekaman
musikalisasi puisi.
5. Peneliti meminta siswa menulis
puisi sederhana tentang apapun
yang mereka pikirkan, mereka
rasakan, dan mereka alami
dengan diiringi musik
instrumental.
kepala siswa yang bisa
menjawab.
3.1 Peneliti mengutarakan
tentang tulisan yang
telah dibuat pada
pelaksanaan tindakan
sebelumnya sudah bagus,
tetapi akan lebih bagus
jika siswa lebih bebas
mengekspresikan
perasaan melalui tulisan
lagi.
4.1 Siswa membarengi
pembacaan puisi dalam
rekaman.
Tabel 4.11 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus II
No. Nama Siswa Kemampuan Membaca Puisi
1. A.W Membaca dengan suara dan tempo perlahan-lahan,
tetapi mengikuti tanda jeda.
2. A.M Membaca masih dengan tempo cepat, tergesa-gesa
dan tersendat-sendat, tanda jeda diikuti semuanya.
3. Frm. Suara mantap dan pembacaan sesuai dengan tanda
jeda.
107
4. S.M Membaca sesuai dengan tanda jeda yang telah
diberikan.
Tabel 4.12 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus II
No. Nama Siswa Puisi Sederhana (kata/frase/kalimat/paragraf) yang Ditulis Siswa
1. A.W Aku jatuh. sepeda
Aku disuruh masuk kelas.
Saya luka banyak.
Nanti diobati rumahku sendiri.
Aku keceh.
2. A.M Hai kamu, itu jalan pake mata
Bukan pake dengkul
Bukannya minta maaf
Malah tinggal pergi tidak
sopan
3. Frm. Ibu Aku minta maaf kepada ibu, ayah
dulu aku nakal kepada ibu dan ayah
juga aku bohong kepadamu ibu
Ibu Aku minta maaf
Karena aku sudah menjahati ibu dan ayah
dan teman-temanku. Aku minta maaf dulu
Aku menjahati kamu. minta maaf ya ibu bapak guru
dulu aku menjahati ibu dan Bapak guru
dan aku terima kasih kepada ibu bapak guru dan
teman-temanku.
4. S.M Saya bisa marah.
Saya marah teman.
Saya sedih.
Saya senang, gembira, Saya bernyanyi.
108
Tabel 4.13 Tabel Hasil Post-Test II
Skor No. Nama Siswa
Soal I Soal II Soal III Nilai Post-
Test 2
1. A.W 4 2 6 4.67
2. A.M 8 7 6 7
3. Frm. 7 8 3 6
4. S.M 6 6 7 6.33
Keterangan:
Soal I : Soal kemampuan menggunakan kata bersinonim
Soal II : Soal kemampuan memahami puisi
Soal III: Soal kemampuan mengartikan kata-kata sulit
c. Observasi
Sebagaimana yang telah dibahas pada observasi atau pengamatan pada
siklus I bahwa dalam kegiatan observasi peneliti sebagai partisipan aktif secara
langsung mengamati dan mempelajari kemampuan dan perkembangan siswa,
sedangkan guru sebagai pengamat kegiatan yang memberikan masukan dan
penilaian demi lancarnya kegiatan pada pertemuan selanjutnya. Selain itu tahap
ini merupakan tahap dimana penelitian difokuskan pada agresi verbal yang
ditampakkan siswa dan perilaku atau kemampuan membaca siswa.
Pertemuan dengan siswa pada siklus ini diawali pada hari Selasa, 16
Februari 2010. Selama pelaksanaan tindakan II, penilaian agresi verbal
berdasarkan pengamatan guru adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus II
No. Aspek yang diamati Nama Siswa
109
A.W A.M Frm S.M
A. Agresi Verbal Aktif
1. Anak berkata kasar selama kegiatan
pembelajaran 1 1 1 1
2. Anak membodohkan teman selama kegiatan
pembelajaran 1 2 1 1
3. Anak melakukan pemaksaan pada teman
selama kegiatan pembelajaran 1 1 2 1
4. Anak membuat gaduh selama kegiatan
pembelajaran di kelas 1 1 1 1
5. Anak mengolok-olok teman selama kegiatan
pembelajaran 1 2 1 1
6. Anak memaki teman selama kegiatan
pembelajaran 1 2 1 1
7. Anak menyebarkan gosip (kebohongan atau
memfitnah) teman lain selama kegiatan
pembelajaran.
1 1 1 1
8. Anak suka berbicara tentang dirinya sendiri
selama kegiatan pembelajaran 1 1 1 2
9. Anak memberi kritik pedas pada teman atau
memberi julukan pada teman 1 1 1 1
10. Anak suka berkelahi atau perang mulut dengan
teman 1 2 1 2
11. Anak memberi komentar yang merendahkan 1 2 1 1
Total Skor 11 16 12 13
B. Agresi Verbal Pasif
1. Anak menolak berbicara dengan guru atau
teman selama kegiatan pembelajaran 2 1 1 1
2. Anak menolak menjawab pertanyaan saat 1 2 1 1
110
ditanya.
3. Anak tidak memperhatikan pada penjelasan
guru atau tidak memperhatikan teman yang
sedang maju ke depan kelas (dalam rangka
melaksanakan tugas)
3 1 1 2
4. Anak memboikot pendapat teman saat kegiatan
pembelajaran 1 1 1 1
5. Anak bersikap sinis pada teman. 1 2 1 1
Total Skor 8 7 5 6
Keterangan:
1) 1 : TP (Tidak Pernah)
2 : P (Pernah, intensitas kejadian 1-2 kali)
3 : J (Jarang, ntensitas kejadian lebih dari 2 kali dengan jangka waktu yang
tidak selalu)
4 : S (Sering)
2) Penilaian Agresi Verbal Aktif:
11-21 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak rendah
22-32 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak sedang
33-44 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak tinggi
3) Penilaian Agesi Verbal Pasif
5-9 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak rendah
10-14 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak sedang
15-20 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak tinggi
Sedangkan hasil pengamatan kemampuan membaca puisi guru dan peneliti
membuat catatan berikut:
1) Tiga dari empat siswa sudah mampu membaca puisi yang berjudul Dengan
Puisi, Aku karya Taufiq Ismail sesuai dengan tanda jeda.
2) Satu siswa lain sebenarnya sudah bisa, tetapi kadang kembali kepada cara
membacanya semula yang tergesa-gesa dan tersendat-sendat.
111
d. Refleksi
Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran menggunakan musikalisasi puisi
dapat berjalan dengan baik. Kekurangan pada pelaksanaan sebelumnya sudah
dapat diatasi. Siswa dapat menekan agresi verbalnya dan lebih antusias terhadap
pembelajaran puisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan
musikalisasi puisi.
Penekanan tingkat indikasi agresi verbal pada siswa yang masih belum
tuntas pada siklus sebelumnya diatasi dengan penambahan jumlah pemutaran
musikalisasi puisi dan penegasan pada siswa yang menampakkan agresi verbal,
sehingga pada siklus ini indikasi agresi verbal pada semua siswa masuk dalam
kategori rendah.
Pembacaan puisi sesuai dengan tanda jeda yang belum sepenuhnya
dilakukan siswa diatasi dengan melibatkan siswa secara aktif dalam memberikan
tanda jeda pada puisi sehingga pada akhir pelaksanaan siklus ketiga siswa sudah
dapat membawakan puisi sesuai dengan tanda jeda.
Pada siklus sebelumnya, siswa secara tidak beraturan mengarah ke sumber
suara selama pelaksanaan musikalisasi puisi. Oleh karena itu, pada siklus ini
peneliti sengaja mendekatkan siswa dengan sumber suara dengan catatan siswa
duduk secara teratur menglilingi peneliti. Melalui kegiatan ini siswa tidak perlu
lagi berhamburan mengarah pada sumber suara.
Dalam penelitian ini belum ada tindakan secara khusus untuk mengatasi
kekayaan kosa kata pada siswa yang masih sangat terbatas. Akan tetapi, puisi
yang ditulis siswa lebih banyak daripada siklus sebelumnya.
C. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang berjudul Penggunaan Musik dan Puisi
Melalui Musikalisasi Puisi untuk Mengatasi Agresi Verbal Pada Siswa Kelas VIB
SLB E Bhina Putera Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ini dilakukan dalam dua
112
siklus yang pada setiap siklusnya terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap
perencanaan, kedua adalah tahap pelaksanaan, yang ketiga tahap observasi, dan
terakhir adalah tahap refleksi. Sebelum tahap-tahap kegiatan dalam siklus I dan
siklus II dimulai, peneliti mengadakan kegiatan pra-siklus untuk mendapatkan
data empiris yang akan digunakan sebagai bahan penguat perbandingan
perkembangan kemampuan siswa pada siklus I dan siklus II, selain berdasarkan
hasil pengamatan peneliti selama Program Pengalaman Lapangan.
Pada siklus I peneliti berperan sebagai guru dan guru kolaborator berperan
sebagai pengamat. Selama pelaksanaan tindakan, ternyata ada masalah yang perlu
dibenahi. Masalah-masalah tersebut dijadikan bahan perbaikan ke siklus II.
Siklus II merupakan wadah untuk memberikan solusi atas masalah-masalah
yang muncul pada siklus I. Keberhasilan penggunaan musik dan puisi melalui
musikalisasi puisi dalam mengatasi agresi verbal dapat diamati berdasarkan
indikator-indikator yang telah ditentukan berikut ini:
1. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan
pembelajaran.
Sebelum pelaksanaan tindakan, berdasarkan pengamatan peneliti selama
Program Pengalaman Lapangan dan didukung oleh informasi dari guru kelas
sekaligus guru kolaborator sebagian siswa memiliki tingkat agresi verbal yang
tergolong tinggi, terutama untuk agresi verbal aktif. Akan tetapi penggunaan
musikalisasi puisi membuat siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang
sedang hingga rendah yang bisa dilihat dari hasil pengamatan agresi verbal siswa
melalui lembar observasi dari siklus I ke siklus II. Sesuai dengan hasil pengisian
lembar observasi yang berupa checklist tersebut semua siswa menunjukkan
penurunan angka agresi verbal. Secara tidak langsung hal tersebut memiliki
makna bahwa siswa mengalami perkembangan yang berarti dalam menekan agresi
verbalnya, terutama di kelas saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Berikut merupakan hasil dari penilaian tersebut:
Tabel 4.15 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Aktif dari Siklus I ke
113
Sedangkan untuk hasil penilaian agresi verbal pasif adalah sebagai berikut:
Setelah membaca tabel 4.15 dan 4.16 dapat dinyatakan bahwa empat dari empat
siswa mampu menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan
pembelajaran menggunakan musikalisasi puisi. Dari keempat siswa yang berhasil
tersebut jika diprosentasekan menjadi: 4/4 x 100% = 100%. Jadi, 100% siswa
kelas VIB SLB E Bhina Putera menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah
selama kegiatan pembelajaran menggunakan musikalisasi puisi. Secara khusus,
dari hasil tersebut dapat dinyatakan musikalisasi puisi lebih efektif untuk
mengatasi agresi verbal aktif daripada agresi verbal pasif.
2. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian
tanda jeda pada puisi
Siklus II
No. Nama Siswa
Siklus I Siklus II Keterangan Prosentase
1. A.W 12 11 rendah ke rendah 2.27%
2. A.M 38 16 tinggi ke rendah 50%
3. Frm. 27 12 sedang ke rendah 34.09%
4. S.M 16 13 rendah ke rendah 6.82%
Rata-rata 23.25 13 sedang ke rendah 23.3%
Tabel 4.16 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Pasif dari Siklus I ke Siklus II
No. Nama Siswa
Siklus I Siklus II Keterangan Prosentase
1. A.W 14 8 sedang ke rendah 30%
2. A.M 16 7 tinggi ke rendah 45%
3. Frm. 5 5 rendah ke rendah 0%
4. S.M 5 6 rendah ke rendah -5%
Rata-rata 10 6.5 sedang ke rendah 17.5%
114
Meskipun dengan tempo membaca yang berbeda-beda, tiga dari empat
siswa mampu membaca puisi sesuai dengan tanda jeda pada puisi. Hal itu berarti
siswa dapat membedakan antara membaca bacaan cerita dengan puisi.
Prosentase keberhasilan: 3/4 x 100% = 75%
Jadi, 75% siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera telah mampu membaca puisi
sesuai dengan jeda.
3. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana
Secara umum, semua siswa sudah mampu menulis puisi sederhana. Dengan
keterbatasan kosa kata dan gaya bahasa yang mereka miliki, mereka sudah
berhasil mengungkapkan apa yang mereka rasakan, apa yang mereka alami, apa
yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka inginkan dalam bentuk tulisan. Di
kemudian hari, hal itu bisa menjadi stimulus bagi siswa sebagai wadah dari agresi
verbal yang kemudian diungkapkan ke dalam bentuk bahasa tertulis. Sehingga
makna agresi verbal itu berubah makna dan bentuknya menjadi puisi.
Selain itu, kemampuan menulis puisi sederhana ini tampak sekali
perkembangannya. Pada kegiatan pra-siklus ada dua dari empat siswa yang mau
menulis, meskipun hanya berupa frase saja. Kemudian pada siklus I, tiga dari
empat siswa bisa menulis dan bukan sekedar frase saja. Selanjutnya pada siklus II
semua siswa menulis puisi sederhana dengan pilihan kata dan gaya bahasa mereka
sendiri.
Prosentase keberhasilan: 4/4 x 100% = 100%
Jadi, 100% siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera mampu membuat puisi
sederhana.
4. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari pre-test ke post-test.
Dalam pelaksanaan pre-test, post-test I, dan post-test II yang dirangkum
dari kegiatan pra-siklus, siklus I, sampai dengan siklus II semua siswa mengalami
peningkatan capaian nilai kemampuan menggunakan kata-kata bersinonim,
kemampuan memahami puisi, dan kemampuan mengartikan kata-kata sulit yang
dirangkum dalam tabel 4.17 berikut ini:
115
Tabel 4.17 Tabel Hasil Perkembangan dari Pre-Test, Post-Test I, dan Post-Test II Pada Siklus I dan Siklus II
No. Nama Siswa Pre-Test Post-Test I
Post-Test II
Keterangan
1. A.W 1.0 2.67 4.67 Meningkat
2. A.M 3.33 3.75 7.0 Meningkat
3. Frm. 2.33 3.67 6.0 Meningkat
4. S.M 1.33 3.33 6.33 Meningkat
Rata-rata 1.99 3.36 6.0 Meningkat
a. Pre-Test ke Post-Test I
Meskipun pada post-test I siswa mengalami peningkatan nilai dari
kegiatan pre-test sebelumnya, siswa belum mencapai standar nilai yang
ditentukan.
Tabel 4.18 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Pre-Test ke Post-Test I
No. Nama Siswa Pre-Test Post-Test I
Prosentase Peningkatan
1. A.W 1.0 2.67 16.7%
2. A.M 3.33 3.75 4.2%
3. Frm. 2.33 3.67 13.4%
4. S.M 1.33 3.33 20%
Rata-rata 1.99 3.36 13.7%
Keterangan : Prosentase peningkatan diperoleh dari hasil post-test I dikurangi
hasil pre-test dibagi 10 sebagai nilai maksimum kemudian
dikalikan dengan 100%.
Pada tabel tersebut prosentase paling tinggi diperoleh S.M yaitu 20% sedangkan
prosentasr yang paling rendah diperoleh A.M. Keempat siswa tersebut belum
mampu mencapai standar nilai kelulusan minimum yang ditetapkan oleh guru dan
peneliti. Dengan peningkatan nilai pada table 4.18 ketuntasan nilai yang dicapai
siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
116
Tabel 4.19 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Pre-Test ke Post-Test I
No. Nama Siswa Pre-Test Post-Test I
Prosentase Ketuntasan
1. A.W 1.0 2.67 30.36%
2. A.M 3.33 3.75 7.63%
3. Frm. 2.33 3.67 24.36%
4. S.M 1.33 3.33 36.36%
Rata-rata 1.99 3.36 24.91%
Keterangan : Prosentase ketuntasan diperoleh dari hasil post-test I dikurangi
hasil pre-test dibagi 5.5 sebagai standar nilai ketuntasan minimum
yang ditentukan, kemudian dikalikan dengan 100%.
Setelah mengamati hasil post-test I, keempat siswa memang telah mengalami
peningkatan nilai. Akan tetapi, keempat siswa tersebut belum mampu mencapai
standar nilai ketuntasan minimum yang ditentukan, yaitu 5.5. Dengan
pertimbangan tersebut, peneliti merasa perlu diadakannya siklus II untuk
meningkatkan hasil post-test siswa.
b. Post-Test I ke Post-Test II
Tabel 4.20 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II
No. Nama Siswa Post-Test I
Post-Test II
Prosentase Peningkatan
1. A.W 2.67 4.67 20%
2. A.M 3.75 7.0 32.5%
3. Frm. 3.67 6.0 23.3%
4. S.M 3.33 6.33 30%
Rata-rata 3.36 6.0 26.4%
117
Keterangan : Prosentase peningkatan diperoleh dari hasil post-test II dikurangi
hasil post-test I dibagi 10 sebagai nilai maksimum kemudian
dikalikan dengan 100%.
Tabel 4.21 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II
No. Nama Siswa Post-Test I
Post-Test II
Prosentase Ketuntasan
1. A.W 2.67 4.67 36.36%
2. A.M 3.75 7.0 63.64%
3. Frm. 3.67 6.0 42.36%
4. S.M 3.33 6.33 54.55%
Rata-rata 3.36 6.0 48%
Keterangan : Prosentase ketuntasan diperoleh dari hasil post-test II dikurangi
hasil post-test I dibagi 5.5 sebagai standar nilai ketuntasan
minimum yang ditentukan, kemudian dikalikan dengan 100%.
Hasil pada post-test II kembali menunjukkan peningkatan nilai dari kegiatan-
kegiatan sebelumnya. Pada kegiatan ini tiga dari empat siswa telah dapat
mencapai standar nilai ketuntasan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil ini,
dapat diperoleh kesimpulan empat dari empat siswa mengalami peningkatan nilai,
tetapi hanya tiga dari empat siswa yang dapat mencapai standar nilai ketuntasan
yang telah ditetapkan.
118
0
2
4
6
8
A. W A. M Frm. S. M Rata-rata
Nama siswa
Nila
i
Pre-Test
Post-Test I
Post-Test II
Secara keseluruhan hasil pre-test, post-test I dan post-test II dapat diamati
pada grafik berikut:
Grafik 4. 1 Grafik Perkembangan Nilai Siswa Dari Pre-Test, Post-Test I dan Post-Test II
Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa selisih antara nilai pre-test ke
post-test I tidak begitu menonjol. Sedangkan pada post-test II perubahan nilai jauh
lebih besar daripada tes sebelumnya. Dengan kata lain, selisih antara nilai pre-test
dengan post-test I dan selisih antara nilai post-test I dengan post-test II berbeda
jauh. Hal ini dikarenakan pada siklus I, tepatnya pada pelaksanaan post-test untuk
test lisan terjadi ledakan emosi pada beberapa siswa yang mempengaruhi siswa
lainnya. Sehingga meskipun mengalami peningkatan nilai, hasil tes bisa dikatakan
belum menginterpretasikan kemampuan siswa secara optimal. Oleh karena itu,
pada siklus II peneliti berusaha menciptakan lingkungan belajar yang lebih
kondusif sehingga tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
emosi secara berlebihan yang diwujudkan dalam bentuk agresi verbal dan akan
berpengaruh pada hasil tes, baik tes tertulis maupun tes lisan.
Siswa AW mengalami peningkatan nilai sebesar 1.67 dari pre-test ke post-
test I, AM sebesar 0.42, Frm sebesar 1.34, dan SM sebesar 2.00, sehingga
peningkatan nilai terbesar terjadi pada SM dan terendah pada AM. Sebagaimana
yang telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya bahwa selama pelaksanaan
119
siklus I sempat terjadi ledakan emosi, maka tidak diherankan jika hal tersebut
berpengaruh pada hasil tes yang diperoleh siswa.
Pada post-test kedua ternyata para siswa mengalami peningkatan nilai yang
lebih dari peningkatan nilai pada post-test pertama. Dari post-test I ke post-test II
selisih nilai AW adalah 2.00 lebih besar dari nilai sebelumnya. Selisih tertinggi
memang dialami AM yaitu 4.75 dimana sebelumnya siswa ini mendapatkan
selisih nilai yang paling rendah. Sedangkan untuk siswa Frm 2.33 dan SM 3.00.
Akan tetapi untuk rata-rata kelas, bisa dikatakan peningkatan nilai hampir
terjadi secara konstan. Pada pre-test rata-rata nilai menunjukkan 1.99 kemudian
naik menjadi 3.36 pada post-test pertama. Selisih angka sebanyak 1.37.
Selanjutnya pada post-test kedua rata-rata nilai para siswa naik lagi menjadi 6.0,
sehingga didapatkan angka 2.64 untuk selisih nilai berikutnya antara post-test
pertama dengan post-test kedua.
Meskipun ada ketidakstabilan peningkatan nilai pada tiap-tiap siswa, secara
keseluruhan semua siswa mengalami peningkatan nilai. Ibu Ratnaningsih selaku
guru kelas juga menyatakan bahwa, perilaku satu anak berpengaruh pada perilaku
anak lain selanjutnya. Hal itu memberi dampak pada hasil belajarnya pula.
Jadi, 100% siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera menunjukkan
peningkatan nilai dari pre-test ke post-test I kemudian ke post-test II dengan
prosentase keberhasilan: 4/4 x 100% = 100%.
120
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan data penelitian, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat mengatasi
agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran
2009/2010. Dalam penelitian ini ternyata musikalisasi puisi lebih efektif
digunakan untuk mengatasi agresi verbal aktif.
Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya ketercapaian indikator sebagai
berikut:
5. 100% (4 dari 4) siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah
selama kegiatan pembelajaran;
6. 75% (3 dari 4) siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan
pemberian tanda jeda pada puisi;
7. 75% (3 dari 4) siswa mampu membuat puisi sederhana; dan
8. 75% (3 dari 4) siswa menunjukkan peningkatan nilai dari dari pre-test ke post-
test I pada siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus
II.
B. IMPLIKASI
Karena penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat
mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta
tahun ajaran 2009/2010, musikalisasi puisi perlu diterapkan pada kegiatan belajar
mengajar khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi puisi.
Selain menghadirkan suasana yang ramah, riang, dan nyaman, musikalisasi puisi
103
121
menarik minat dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran,
serta memberi pengaruh positif pada perilaku siswa di kelas.
C. SARAN
Dari hasil simpulan yang telah disampaikan, saran-saran yang bisa
diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Saran untuk Kepala Sekolah
a. Sebaiknya Kepala Sekolah menyediakan tenaga khusus untuk memberikan
sosialisasi dan bimbingan kepada para guru agar dapat mengenal dan
memahami musikalisasi puisi hingga dapat menerapkan di kelas.
b. Sebaiknya Kepala Sekolah lebih mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan
prasarana yang telah ada agar dapat digunakan di kelas sebagai media
pengadaan musikalisasi puisi sebagai wahana terapi bagi siswa-siswa
beragresi verbal lainnya dan sebagai bentuk metode dalam menyampaikan
materi puisi.
2. Saran untuk Guru
a. Guru sebaiknya sesekali menghidupkan suasana kelas melalui musikalisasi
puisi.
b. Ada baiknya guru menggunakan musikalisasi puisi untuk pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan materi puisi.
3. Saran untuk Peneliti Selanjutnya
Setelah penelitian selesai, ditemukan adanya kekurangan oleh peneliti
sebagai berikut:
a. Ketiadaan rumus statistik yang digunakan sehingga reliabilitasnya lemah;
b. Penelitian ini dilakukakan pada siswa dengan kemampuan intelegensi di
bawah rata-rata sehingga penggunaan kata dalam membuat puisi sangat
terbatas;
c. Pemberian hukuman bagi siswa seharusnya tidak perlu dilakukan;
d. Tidak difokuskan pada agresi verbal aktif.
122
Oleh karena itu disarankan kepada peneliti selanjutnya supaya dapat
mengkaji lebih lanjut agar hasil penelitian yang dilakukan bisa digeneralisasikan
pada SLB E yang lain.
123
DAFTAR PUSTAKA
Anantasari. 2006. Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisus
Ainul Qoyim. 2009. Musikalisasi Puisi Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Puisi Pada Siswa Kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta. Vol. 1
Anynomous. 2006. Johann Pachelbel. http://www.buzzle.com/editorials/9-1-2006-107303.asp
Armstrong, Thomas. 2004. Kamu Itu Lebih Cerdas Daripada yang Kamu Duga. Batam: Interaksara
Atkinson, Rita L.,et all.1983. Pengantar Psikologi Jilid 2 (Introduction To Psychology Eighth Edition). Jakarta: Erlangga
Campbell, Don. 2002. Efek Mozart Bagi Anak-Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustakan Utama
Cynthia Quiroga Murcia, Stephan Bongard and Gunter Kreutz. 2009. Emotional and Neurohumoral Responses to Dancing Tango Argentino: The Effects of Music and Partner. Vol. 1, 14. Music and Medicine
Dallin, Leon. Listeners Guide to Musical Understanding. WCB: Brown and Benchmark Publisher
De Porter, Bobby, et all. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Dedik S. Santoso. 2002. Pengaruh Musik Terhadap Performance Fisik. http://puslit2.petra.ac.id/ ejournal/index.php/ind/article/viewArticle/16005
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Dian Marsapeli oleh Desyandri. 2009. Penerapan PAIKEM dalam Pembelajarn Musik Ensembel Pianica di Kelas V Sekolah Dasar. http//:Penerapan PAIKEM dalam Pembelajaran Musik Ensambel Pianica di Kelas V Sekolah Dasar « Desyandri’s Weblog.html
Drajat Aditya, dkk. 2009. Kuliah Simulasi Dini dan Tumbuh Kembang ABK: Masalah-Masalah yang Dihadapi Anak Pra-Sekolah. Surakarta: PLB FKIP UNS
Dyah Kusuma. 2008. Cerdas Musik Usia Dini. http://merawat-anak.blogspot.com/search/label/ Dunia%20 Music
124
Echols, John M. dan Hassan Shadily.1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia
Edi Warsidi dan Farika. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 6 untuk Kelas VI SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas
Fadlya El’Arsya. 2009. Musik Iringi Simulasi Ujian Praktek. http://www.jurnalbogor.com/?p= 22730
Fuad Nashori dan Rachmy Diana. 2009. Agresivitas dalam Pendidikan: Masalah dan Solusinya. http://www.pikirdong.org/pendidikan/pend13agresi.php
Gojan 36. 2007. Canon in D Mayor. http://www.hinamagazine.com/index .php/2007/01/29/ canon-in-d-mayor/
H. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Herman J. Waluyo. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
Hurlock, Elizabeth B. 2006. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
I.G.A.K. Wardhani, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas
Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang
Karsidi dan Nafron Hasjim. 2006. Gemar Berbahasa Indonesia 6 untuk Kelas VI SD dan MI. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Kartini Kartono.1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju
Maryati. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTS Kelas IX. http://pendidikan-tuban.org/bse/BSE%20SMP-MTs/43.%20Bahasa%20dan %20Satra%20Indonesia-3%20IX%20MARYATI%20SUTOPO/05-Bab %204.pdf.
Masoud Nematian, Reza Khanmohammad, dan Nzanin Hajigholamrezaei. 2006. Music Therapy and Aggression in 50 Children with Mild Mental Handicap: A Clinical Trial.
Mitrariset. 2009. Agresivitas. http://www.mitrariset.com/2009/04/agresivitas.html
Nevid, Jeffrey S. dkk.2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga
125
Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana. 2008. Classroom Action Research. Jakarta: Rahayasa
Rachmat Djoko Pradopo. 1993. Pengkajian Puisi: Analisis Strata dan Analisis Struktural dan Semiotik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ronald Pandjaitan. 2005. Artikel Musik. http://www.wartaadvent.org/ Warta/WAO_Artikel _Musik_2005.doc
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
Salcha Hatrasy. 1996. Tuna Laras. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press
Sari Rachmawati. 2006. Penanganan Tingkah Laku Agresif di Taman Kanak-Kanak. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/tmp/2390.html
Singgih D. Gunarsa. 1995. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Sloboda, John. 2005. Exploting the Musical Mind: Cognition, Emotion, Ability, Function. Oxford: Oxford University Press
Suharsimi Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta
Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (Prinsip-Prinsip Dasar dan Implementasinya). Surakarta: Media Perkasa
Sutedjo dan Kasnadi. 2008. Menulis Kreatif, Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen. Yogyakarta: Nadi Pustaka
Sutjihati Somantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suyono Suyatno, dkk. 2003. Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Tropeano, Eliana.2006. Does Rap or Rock Music Provoke Violent Behaviour?. Vol. 1, Journal of Undergraduate Psychological Research.
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Wahyuni Suryaningsih dan Retno Anggraini. 2009. Hubungan Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Dengan Perilaku Agresif Pada Siswa Smp Negeri 2
126
Ungaran. http://psikologi-unissula/2009/hubungan-kekerasan-orangtua-terhadap-anak-dengan-perilaku-agresif-pada-siswa-smp-negeri-2-ungaran .html
Whandi. 2009. Perilaku Agresif pada Anak yang Memiliki Hobi Bermain Video Game. http://whandi.net/2009/03/dunia-remaja/perilaku-agresif-pada-anak-yang-memiliki-hobi-bermain-video-game.html
Wikipedia. Musik. http://id.wikipedia.org/wiki/Musik
. 2006. Pachelbel’s Canon. http://en.wikipedia.org/wiki/Pachelbel %27s_Canon
Yahoo. 2009. Apresiasi Puisi Lewat Musikalisasi Puisi. http://groups.yahoo.com/ group/pasarbuku/message/9727