PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN KOMUNITAS Studi...

Post on 14-Nov-2020

11 views 0 download

Transcript of PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN KOMUNITAS Studi...

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN KOMUNITAS

Studi Kasus Perpustakaan Buku Berkaki

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan

CESILIA TIFASILVIANA

NIM: 1112025100013

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1440H / 2019M

ii

iii

iv

ABSTRAK

Cesilia Tifasilviana (1112025100013). Pengelolaan Perpustakaan

Komunitas: Studi Kasus Perpustakaan Buku Berkaki. Di bawah

bimbingan Dr. Ida Farida, M.LIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019.

Penelitian ini membahas tentang Pengelolaan Perpustakaan Komunitas

Buku Berkaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengelolaan perpustakaan komunitas Buku Berkaki. Jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian studi

kasus. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian yang telah

dilaksanakan menunjukkan bahwa perpustakaan komunitas Buku

Berkaki dikelola secara mandiri atau swadaya. Pengolahan bahan

pustaka melalui proses penyortiran, pendataan dan penempelan label.

Layanan yang di selenggarakan perpustakaan buku berkaki adalah

layanan membaca di perpustakaan yang dapat di manfaatkan oleh siapa

saja dan layanan sirkulasi yang hanya diperuntukan volunteer Buku

Berkaki serta melalui kegiatan peminjaman berkala kepada rumah

belajar binaan Buku Berkaki. Perpustakaan Buku Berkaki juga

menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti Drop BuKi, Jemput BuKi,

Sangkar Buku, Rabu baca buku, Sinema BuKi dan Buku untuk

Indonesia. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, komunitas Buku Berkaki

juga bekerjasama dengan komunitas-komunitas lainnya dalam kegiatan-

kegiatan yang masih berkaitan dengan anak-anak dan dunia buku.

Kata Kunci: Pengelolaan Perpustakaan, Perpustakaan Komunitas

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan ridho-Nya yang begitu

luar biasa hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengelolaan Perpustakaan Komunitas: Studi Kasus Perpustakaan Buku

Berkaki” yang diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Perpustakaan pada Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa tidak sedikit rintangan maupun hambatan

yang telah dihadapi selama proses pencapaian skripsi ini. Namun berkat doa,

dukungan serta bantuan dari berbagai pihak yang terus mengalir, memicu penulis

untuk semangat dalam menyelesaikan sikrpsi. Dengan segala kerendahan hati dan

rasa syukur yang terdalam, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Saiful Umam, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Siti Maryam, S.Ag., S.S., M.Hum selaku Ketua Jurusan Ilmu

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Amir Fadhilah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan dosen penguji 2. Terima kasih atas bantuan

terkait perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS, selaku dosen pembimbing. Terima kasih

banyak telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, memberikan

arahan ilmu dan bimbingan, saran, serta semangat yang diberikan

selama masa penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Nuryudi, MLIS, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan dukungan dan saran selama masa pendidikan

penulis.

vi

6. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku dosen penguji 1 yang telah

menguji dan memberikan saran perbaikan untuk skripsi ini. Terima

kasih pula atas ilmu yang telah di berikan selama masa perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan, yang telah banyak

membagi ilmu yang berharga kepada penulis selama masa

perkuliahan. Semoga ilmu yang telah di berikan selama ini dapat

bermanfaat.

8. Para narasumber penelitian yang telah bersedia penulis wawancarai

dan memberikan data yang penulis butuhkan.

9. Kak Ali Zaenal dan Kak Annisa Paramita yang telah bersedia

memberikan ijin dan meluangkan waktu untuk penelitian di

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki.

10. Seluruh pengurus Perpustakaan Buku Berkaki dan volunteer

komunitas Buku Berkaki yang telah memberikan data serta

dukungan moril dalam penulisan skripsi ini.

11. Ayah dan Bunda, yang tidak ada habisnya memberikan doa,

dorongan semangat dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.

12. Untuk dua adik perempuan saya, Chintya Dwi Agustin dan

Chanadyan Triaswening Kautsar. Terima kasih selalu ada

memberikan tawa dan energi di kala waktu sulit dalam

menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat terkasih yang senantiasa hadir, Berliani Ardi, Alifa

Nursyamsina Widiastuti, Kiki Lindayani, Ratu Fauziah, Salma dan

Fiki Taufik Hidayatullah. Terima kasih untuk masukan, doa, serta

suntikan semangat yang terus diberikan untuk penulis.

14. Teman seperjuangan tersayang Putri Alvianty, Siti Maemunah

Indriati, Lu‟luil Aula, Mardiah, Dewi Nuraini, Luthfia Zahra, Almas

Amalia dan Stephanie Bamayi. Terima kasih karena sudah menjadi

tempat untuk berkeluh kesah selama ini, terima kasih atas doa,

semangat, dukungan, serta nasihat, yang telah diberikan.

vii

15. Teman-teman seperjuangan menempuh masa perkuliahan, keluarga

besar kelas A Jipers 2012, yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu . Terima kasih atas doa dan semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini, juga untuk kebersamaan yang terjalin.

16. Dan semua pihak yang ikut andil yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, terima kasih atas segala bantuan, doa dan semangat

yang kalian berikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini

tentu masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis menerima

segala kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk pengembangan

diri penulis selanjjutnya.

Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menambah wawasan bagi setiap pembacanya, terkhusus bagi dunia

perpustakaan di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Aamiin.

Jakarta, 7 Mei 2019

Penulis

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. x

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................................................ 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

D. Definisi Istilah ......................................................................................................... 4

E. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 5

BAB II ................................................................................................................................ 6

TINJAUAN LITERATUR ............................................................................................... 6

A. Perpustakaan Komunitas ......................................................................................... 6

B. Pengelolaan Perpustakaan ....................................................................................... 7

C. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 15

BAB III ............................................................................................................................. 18

METODE PENELITIAN ............................................................................................... 18

A. Lokasi Penelitian ................................................................................................... 18

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................................... 18

C. Sumber Data .......................................................................................................... 19

D. Teknik Pemilihan Informan .................................................................................. 20

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 21

F. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 22

G. Waktu Penelitian ................................................................................................... 24

BAB IV ............................................................................................................................. 25

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................................. 25

A. Setting Lokasi Penelitian ...................................................................................... 25

1. Lokasi Penelitian ............................................................................................... 25

2. Selayang Pandang Komunitas Buku Berkaki ................................................... 25

3. Profil Informan Penelitian ................................................................................. 28

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ......................................................................... 30

ix

1. Pengadaan dan Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan Komunitas Buku

Berkaki ...................................................................................................................... 30

2. Layanan dan Kegiatan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki ....................... 42

BAB V .............................................................................................................................. 54

PENUTUP ........................................................................................................................ 54

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 54

B. Saran ..................................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 56

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian ..................................................................................24

Tabel 4. 1 Susunan Pengurus Buku Berkaki ......................................................... 27

Tabel 4. 2 Informan Penelitian ...............................................................................29

Tabel 4. 3 Kategori Bahan Pustaka ........................................................................40

Tabel 4. 4 Daftar Rumah Belajar Binaan Buku Berkaki ........................................50

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan informasi terus berkembang sesuai

dengan perubahan yang terjadi. Perpustakaan adalah sarana untuk

mendapatkan informasi dengan mudah dan murah. Dalam perpustakaan,

informasi dikumpulkan dan diorganisasikan untuk memenuhi kebutuhan

pemustaka. Banyak perpustakaan didirikan, baik oleh pemerintah, pihak

swasta, maupun masyarakat sendiri. Perbedaan jenis perpustakaan ini

diakibatkan karena adanya berbagai jenis bentuk kemasan informasi serta

kebutuhan pemustaka yang beragam.1 Salah satu jenis perpustakaan yang

banyak ditemui di masyarakat adalah perpustakaan komunitas. Perpustakaan

komunitas merupakan perpustakaan yang didirikan oleh komunitas atau

lembaga swadaya masyarakat untuk melayani komunitas tertentu dengan

menyediakan materi perpustakaan umum.2

Keberadaan perpustakaan komunitas bukan merupakan hal baru di

Indonesia. Lebih terkenal dengan nama Taman Bacaan Masyarakat (TBM),

sejak tahun 2001, perpustakaan komunitas telah banyak berkembang di

berbagai penjuru Indonesia3. Berdasarkan data yang diperoleh melalui situs

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

(http://bindikmas.kemdikbud.go.id/program-dan-layanan/data-taman-

bacaan-masyarakat) yang mengarahkan ke situs donasi buku kementrian

pendidikan dan kebudayaan (http://donasibuku.kemdikbud.go.id/tbm),

setidaknya terdapat 4.065 TBM yang berdiri di berbagai Provinsi. 4

1 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2009), h. 4.3 2 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2010), h. 2.11 3 Stian Haklev, “Factor that Contributed to the Community Library Movement in Indonesia”,

(Berlin, New York: Libri, Vol. 60, pp.15-26, March 2010) 4 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. “Daftar TBM”.

http://donasibuku.kemdikbud.go.id/tbm diakses pada 3 Agustus 2019 pukul 21:41

2

Keberadaan perpustakaan dinilai dari pengelolaan serta kegiatan-

kegiatan menyelenggarakan perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan

bertujuan untuk memudahkan temu kembali informasi sehingga bahan

pustaka yang ada dapat dimanfaatkan oleh pemustaka. Perpustakaan perlu

menghadirkan suasana yang nyaman dan kondusif bagi pemustaka agar

mereka betah di perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan yang baik dapat

mewujudkannya dengan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan

kebutuhan pemustaka dan dapat dengan mudah ditemukan, layanan yang

ramah, cepat dan tepat, serta kondidi bahan pustaka yang terawat dan siap

pakai.

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki adalah perpustakaan yang

dibentuk dan dikelola oleh Komunitas Buku Berkaki. Sejak terbentuk di

tahun 2011, komunitas Buku Berkaki aktif melakukan kegiatan yang erat

kaitannya dengan buku, salah satunya adalah meminjamkan buku ke panti

asuhan yang mana tidak memiliki akses bacaaan untuk anak-anak. Bahan

pustaka yang dimiliki komunitas buku berkaki dikumpulkan disalah satu

rumah volunteer buku berkaki. Kemudian pada tahun 2015, buku berkaki

memiliki ruang perpustakaan sendiri yang bertempat di komplek Museum

Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat. Dengan perubahan ini, tentu lebih

memudahkan pula dalam mengelola bahan pustaka dan melakukan kegiatan

sebagai sebuah perpustakaan komunitas.

Berdasarkan hal-hal yang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih dalam lagi mengenai pengelolaan perpustakaan oleh

komunitas ini. Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam skripsi berjudul:

“Pengelolaan Perpustakaan Komunitas: Studi Kasus Perpustakaan Buku

Berkaki”

3

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini memperoleh hasil sesuai dengan tujuan

penelitian, peneliti membatasi penelitian hanya mengenai pengelolaan

perpustakaan komunitas yang dilakukan di Perpustakaan Buku Berkaki.

Adapun rumusan masalah penelitian ini ialah:

a. Bagaimana pengadaan dan pengolahan bahan pustaka

perpustakaan komunitas Buku Berkaki?

b. Layanan dan kegiatan apasaja yang diselenggarakan

perpustakaan perpustakaan Buku Berkaki?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan:

a. Untuk mengetahui dan memahami pengadaan dan

pengolahan bahan pustaka perpustakaan komunitas Buku

Berkaki.

b. Untuk mengetahui dan memahami layanan dan kegiatan

apasaja yang diselenggarakan perpustakaan perpustakaan

Buku Berkaki.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian

ini adalah:

a. Bagi Perpustakaan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak

perpustakaan dalam pengelolaan perpustakaan sehingga dapat

meningkatkan mutu layanan di perpustakaan Komunitas Buku

Berkaki.

4

b. Bagi Pembaca

Sebagai bahan referensi untuk membahas masalah penelitian yang

sama dan menambah pengetahuan pembaca mengenai pengelolaan

perpustakaan komunitas.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman peneliti dibidang ilmu perpustakaan dan informasi.

D. Definisi Istilah

Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini, penulis

menyampaikan definisi istilah yang penulis bahas seperti dibawah ini:

1. Pengelolaan Perpustakaan

Pengelolaan perpustakaan merupakan serangkaian cara atau upaya

yang dilakukan untuk menjalankan suatu perpustakaan. Hal tersebut

dilakukan agar bahan pustaka yang ada di perpustakaan dapat

dimanfaatkan dengan baik. Adapun pengelolaan perpustakaan meliputi

pengadaan dan pengolahan bahan pustaka serta layanan perpustakaan.

2. Komunitas

Komunitas adalah suatu kelompok atau perkumpulan yang dibentuk

oleh masyarakat oleh suatu kesamaan tertentu. Anggota komunitas ada

kalanya disebut volunteer atau relawan. Hal ini dikarenakan kegiatan

komunitas tersebut berorientasi sosial dimana para anggotanya

bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk ikut andil dalam

kegiatan tanpa mendapatkan keuntungan secara finansial.

3. Perpustakaan Komunitas

Perpustakaan komunitas adalah perpustakaan yang didirikan oleh suatu

komunitas untuk melayani kebutuhan informasi serta membantu dalam

mencapai tujuan komunitas yang bersangkutan.

5

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan hasil penelitian ini, peneliti membagi pembahasan

dalam V (lima) bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan dasar penelitian, meliputi latar

belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah yang

diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah dan

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Literatur

Bab ini membahas tentang landasan-landasan teori

mengenai pengelolaan perpustakaan komunitas. Selain itu, pada

bab ini berisi penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan subjek

penelitian yang peneliti lakukan sebagai referensi.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini membahas metode yang digunakan dalam

penelitian yaitu: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data,

teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan jadwal

penelitian.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

profil Perpustakaan Buku Berkaki, hasil penelitian dan

pembahassan mengenai pengelolaan perpustakaan komunitas serta

membahas hasil penelitian tersebut guna menjawab masalah

penelitian.

BAB V : Penutup

Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian, menjabarkan

kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah dibahas pada

bab-bab sebelumnya dan berisi saran terkait dengan hasil-hasil

penelitian yang telah dilakukan.

6

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Komunitas

Perpustakaan merupakan tempat dimana informasi disimpan, diolah

dan diperoleh atau ditelusuri. Dengan perkembangan teknologi, media

informasi yang ada di perpustakaan dapat berbentuk bahan pustaka tercetak

maupun bahan pustaka dalam bentuk elektronik.5 Perpustakaan dibedakan

menurut tujuan, kebutuhan pemustaka dan kegiatan yang diselenggarakan.

Salah satu jenis perpustakaan yang ada adalah perpustakaan komunitas.

Perpustakaan komunitas adalah perpustakaan yang didirikan dan

dikelola oleh suatu komunitas untuk menunjang komunitas yang

bersangkutan untuk mencapai tujuannya. Pengelolaan perpustakaan

komunitas lebih bersifat mandiri atau swadaya.6 Pengertian komunitas itu

sendiri mengacu pada sekumpulan orang yang saling berbagi perhatian,

masalah, atau kegemaran terhadap suatu topik dan memperdalam

pengetahuan serta keahlian mereka dengan saling berinteraksi secara terus

menerus.7 Keberadaan komunitas di Indonesia didorong oleh beberapa

faktor, yaitu; 8

a. Kegemaran berkumpul dan melakukan kegiatan bersama-sama

masih banyak ditemui di Indonesia.

b. Adanya kesamaan minat yang mengikat antar anggota.

c. Munculnya keresahan terkait kondisi sosial yang memicu

keinginan untuk melakukan tindakan melalui upaya kolektif.

d. Berkembangnya sosial media mempengaruhi interaksi

masyarakat. Memudahkan masyarakat beropini, bertukaran

5 Abdul Rahman Saleh dan Rita Komalasari. Manajemen Perpustakaan, (Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka: 2014), h. 1.4 6 Andika Hendra Mustaqim, “Memberdayakan Perpustakaan Komunitas sebagai Ujung Tombak

Peningkatan Budaya Membaca”, (Visi Pustaka, Desember 2010) 7 Etienne Wenger (et.al.), Cultivating Communities of Practice: a Guide to Managing Knowledge,

(Boston: Harvard Business School Press, 2002), h. 4 8 Susi Sukaesih, Ikut Komunitas & Jadi Volunteer itu Asik!, (Surabaya: CV. Garuda Mas

Sejahtera, 2013),h.10-12

7

informasi, membuat jaringan pertemanan tanpa batasan ruang

dan waktu.

Dengan demikian, komunitas menjadi suatu wadah bagi sekumpulan

orang yang memiliki kesamaan ketertarikan atau minat yang kemudian

menggerakan mereka untuk membuat kegiatan. Dalam hal ini, komunitas

mendirikan perpustakaan dan mengelolanya untuk dapat melayani

kebutuhan masyarakat.

Di Indonesia, perpustakaan komunitas berdiri dengan swadana,

dengan kata lain biaya berasal dari masyarakat tanpa bantuan dari

pemerintah.9 Umumnya, perpustakaan komunitas berdiri dengan tujuan

untuk meningkatkan minat membaca di kalangan masyarakat.10

Keberadaan perpustakaan komunitas didasari hal-hal berikut: 11

a. Timbulnya keinginan dan kesadaran atas kebutuhan informasi

pada kalangan masyarakat sehingga mendorong keinginan untuk

menyelenggarakan perpustakaan,

b. Adanya keinginan dan inisiatif dari suatu organisasi, lembaga,

atau penanggung jawab kelompok-kelompok tersebut untuk

membangun perpustakaan,

c. Munculnya kesadaran akan keperluan atas wadah atau lembaga

yang dapat menyimpan, mengelola, memelihara dan

memberdayakan hasil karya masyarakat.

B. Pengelolaan Perpustakaan

Pengelolaan perpustakaan adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam

rangka menyelenggarakan perpustakaan. Pengelola perpustakaan sendiri

merupakan unit kerja yang membawahi perpustakaan atau yang

menyelenggarakan langsung sebuah perpustakaan.12

Tugas pengelolaan

berkaitan dengan hal-hal teknis operasional sebuah perpustakaan, yang 9 Stian Haklev, “Factor that Contributed to the Community Library Movement in Indonesia”,

(Berlin, New York: Libri, Vol. 60, pp.15-26, March 2010) 10

Tatang Somantri dan Endin Suhanda. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Usaha Bersama.

(Bandung: Mitra Sarana, 2012), h. 2 11

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2006), h. 67 12

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2006), h. 155

8

dimulai dari proses perencanaan atas seluruh kegiatan, termasuk peralatan,

waktu, sumber daya manusia, biaya dan sebagainya. Kemudian, pelaksanaan

kegiatan harus yang harus dikendalikan, diarahkan, dan diorganisasikan

serta diberdayakan oleh pemimpin organisasi dengan mengerahkan seluruh

kekuatan dan potensi yang tersedia13

.

Menurut Warren B. Hicks, dalam bukunya “Managing Multimedia

Libraries”, sebagaimana dikutip oleh Francisca S. Patmadiwiria berpendapat

bahwa pengelolaan suatu perpustakaan harus didasarkan pada suatu sistem

agar jasa informasi dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka.

Selanjutnya, dinyatakan pula bahwa perpustakaan itu sendiri adalah suatu

sistem yang mengelola pengetahuan secara khusus yang menyangkut

sumber materi, sumber daya manusia dan peralatan yang dibutuhkan14

.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan pengelolaan perpustakaan

adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengurusan atau

penyelenggaraan perpustakaan berdasarkan suatu aturan atau sistem agar

informasi yang ada diperpustakaan dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh

pemustaka. Kegiatan tersebut meliputi pengadaan bahan pustaka,

pengolahan bahan pustaka, layanan pemustaka.

Kegiatan-kegiatan pengelolaan perpustakaan:

1. Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka adalah upaya menghimpun

sumber informasi perpustakaan. Upaya penghimpunan ini

dimaksudkan untuk menyiapkan sumber informasi yang tepat

sasaran.15

Dalam pengadaaan bahan pustaka, pengelola

perpustakaan harus mempertimbangkan pemustaka yang akan

memanfaatkan bahan pustaka. Sehingga bahan pustaka yang

tersedia dapat memenuhi dan sesuai dengan kebutuhan

13

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2006), h. 89-90 14

Francisca S. Patmadiwiria, “Pengelolaan Perpustakaan”, Pembimbing Pembaca, Vol. 9, No.4,

April 1990, h. 153 15

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,

(Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 100

9

pemustaka yang dilayani. Proses pengadaan bahan pustaka dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain:16

a. Pengelola perpustakaan dapat melakukan pembelian bahan

pustaka dengan mempertimbangkan kebutuhan pemustaka

pada perpustakaan yang dikelola. Pembelian akan lebih

efektif jika pihak pengelola menyusun daftar bahan pustaka

terlebih dahulu. Hal ini untuk memastikan bahan pustaka

yang dibeli sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang

tersedia.

b. Bahan pustaka yang tidak sesuai dengan kebutuhan

pemustaka yang dilayani namun tersedia di perpustakaan

kurang dapat dimanfaatkan dengan baik. Pengelola

perpustakaan dapat mempertimbangkan tukar-menukar

bahan pustaka ini dengan perpustakaan lain.

c. Bahan pustaka dapat diperoleh melalui hadiah, bantuan atau

donasi. Baik dengan cara mengajukan permintaan ataupun

secara langsung menerima donasi.

d. Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara

menggandakan atau membuat salinan, juga dengan

mengalih bentukan bahan pustaka dari bentuk tercentak ke

bentuk digital.

e. Pengelola perpustakaan dapat pula menerbitkan sendiri

bahan pustaka. Misalnya menerbitkan laporan kegiatan

perpustakaan dan membuat kliping koran.

2. Pengolahan Bahan Pustaka

Pengolahan bahan pustaka adalah proses yang dilakukan

terhadap bahan pustaka sejak bahan pustaka di terima di

perpustakaan hingga siap digunakan oleh pemustaka.17

16

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,

(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.103. 17

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,

(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.103.

10

Pengolahan bahan pustaka bertujuan untuk memudahkan temu

kembali informasi, serta untuk mengatur penempatan dan

penjajaran bahan pustaka di rak. Proses pengolahan diawali sejak

bahan pustaka diterima perpustakaan sampai dengan penempatan

bahan pustaka di rak untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh

pemustaka. Setiap bahan pustaka memiliki data yang berkaitan

dengan „identitasnya‟. Data identitas ini antara lain judul,

penanggung jawab, edisi, nama penerbit, tempat dan tahun terbit,

jumlah halaman, tinggi buku serta keterangan-keterangan

lainnya. Dengan data-data ini, bahan pustaka dikelola sehingga

dapat dengan mudah ditemukan ketika diperlukan.

dalam mengolah bahan pustaka perpustakaan, terdapat

beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip

pengolahan adalah:18

a. Memudahkan dalam hal pengaturan, penataan, dan

penempatan bahan pustaka.

b. Membantu mempermudah penelusuran atau temu

kembali bahan pustaka oleh pemustaka.

c. Tersedianya sarana penelusuran atau temu kembali

bahan pustaka.

d. Seluruh bahan pustaka teridentifikasi dengan rapi dan

baik.

e. Tersedianya informasi kelengkapan bahan pustaka

seperti label, nomor panggil, katalog dengan sistem

tertentu.

f. Penggunaan aturan atau standar yang konsisten

sehingga mudah dijadikan pedoman lebih lanjut.

Sebagai suatu proses, pengolahan meliputi beberapa

kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:19

18

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,

(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.104.

11

a. Membuat identifikasi bahan pustaka.

Kegiatan ini meliputi pencatatan identitas bahan

pustaka dan pemberian identitas pada bahan pustaka.

Pencatatan identitas bahan pustaka adalah merekam

atau mencatat informasi terkait suatu bahan pustaka ke

dalam buku induk. Adapun informasi yang adalah

keterangan fisik bahan pustaka seperti pengarang, judul,

jumlah eksplempar dan informasi lain yang dianggap

penting. Hal ini dibutuhkan agar seluruh bahan koleksi

perpustakaan diketahui jumlahnya, tercatat, dan

teridentifikasi dengan baik.

Sedangkan pemberian identitas dimaksudkan agar

seluruh koleksi bahan pustaka memiliki suatu tanda

pengenal sebagi bukti kepemilikan perpustakaan.

Pemberian identitas ini dapat dilakukan dengan cara

membubuhkan stempel perpustakaan pada halaman

tertentu pada bahan pustaka. Upaya ini dimaksudkan

untuk mengurangi kemungkinan hilangnya bahan

pustaka.

b. Katalogisasi

Katalog merupakan wakil dari bahan pustaka yang

memuat informasi fisik bahan pustaka secara lengkap.

Informasi yang ada pada katalog di upayakan selengkap

mungkin sehingga memudahkan pemustaka

memperoleh informasi yang di butuhkan. Informasi

tersebut antara lain judul, nama pengarang, penerbit,

tahun terbit, deskripsi fisik seperti jumlah halaman dan

ukuran bahan pustaka serta kelengkapan informasi

bahan pustaka lainnya.

19

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,

(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.104-107.

12

Katalogisasi atau pembuatan katalog harus

mengikuti pedoman atau aturan baku agar tercipta

keseragaman sehingga memudahkan pemustaka untuk

memahami katalog ini. Pedoman yang banyak di

gunakan antara lain Pedoman Tajuk Subjek, Thesaurus

dan Anglo American Cataloging Rules (AACR). Hasil

dari katalogisasi ini berupa kartu katalog dan atau entri

katalog yang dapat di telusur melalui komputer.

c. Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokan bahan pustaka

menurut aturan tertentu. Biasanya, pengelompokan

berdasarkan subjek atau isi buku. Tujuannya adalah

agar bahan pustaka dengan subjek yang sama

dikelompokan atau diletakan berdekatan sehingga

memudahkan saat dibutuhkan oleh pemustaka.

Klasifikasi dilakukan dengan berpedoman pada suatu

standar. Pedoman yang banyak digunakan seperti

Dewey Decimal Clasification (DDC) dan universal

decimal classification (UDC).

d. Pembuatan kelengkapan bahan pustaka

Bahan pustaka yang telah melalui proses identifikasi

bahan pustaka, katalogisasi dan klasifikasi kemudian

dilengkapi dengan label, kantong buku, slip buku dan

atau kartu katalog. Kelengkapan bahan pustaka ini

dapat menyesuaikan kebutuhan dan kebijakan

perpustakaan.

e. Penyususnan bahan pustaka

Bahan pustaka disusun pada rak buku atau tempat

tertentu agar pemustaka mudah mengakses dan

memanfaatkan bahan pustaka. Penyusunan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu penempatan tetap dan

penempatan tidak tetap.

13

Pada penempatan tetap, bahan pustaka yang sudah

diletakan pada suatu tempat akan tetap diletakan

ditempat tersebut, tidak beruba. Jika ada penambahan,

maka bahan pustaka yang baru ditempatkan di tempat

baru. Sedangkan penempatan bahan pustaka tidak tetap

memungkinkan bahan pustaka bergeser ketika ada

penambahan atau pengurangan bahan pustaka. Dengan

demikian bahan pustaka dengan subjek yang sama

dapat tetap berurutan.

f. Pengolahan dengan komputer.

Meskipun menggunakan komputer dalam proses

pengolahan bahan pustaka, terdapat sejumlah kegiatan

yang harus dilakukan. Antara lain pemasukan data,

pembuatan lembar kerja, dan pembuatan barcode.

Kegiatan identifikasi bahan pustaka, katalogisasi dan

klasifikasi pun tetap dilakukan. Hanya saja proses

ketiganya menggunakan komputer sebagai alat bantu.

Proses pengolahan dengan menggunakan komputer ini

akan menghasilkan sistem penelusuran atau pencarian

bahan pustaka melalui komputer pula. Cara ini dapat

lebih memberikan kemudahan, kenyamanan dan

menghemat waktu.

3. Layanan Perpustakaan

Layanan perpustakaan adalah penyediaan bahan pustaka

dengan tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan pemustaka

serta menyediakan sarana penelusur informasi. Layanan

perpustakaan bertujuan agar bahan pustaka dapat dimanfaatkan

secara maksimal oleh pemustaka.20

20

Lisda Rahayu, Materi Pokok Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h.1.3-1.4

14

Dalam menyelenggarakan layanan perpustakaan

perpustakaan, terdapat prinsip-prinsip yang seyogiyanya

diperhatikan. Prinsip-prinsip layanan:21

a. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani,

b. Diusahakan berlangsung cepat, tepat, mudah dan

sederhana,

c. Diciptakan untuk memberikan kesan yang menbaik dan

menyenangkan atau memuaskan pemustaka.

Dalam melakukan pelayanan di perpustakaan, beberapa hal

perlu diperhatikan; siapa yang melayani, apa yang dilayankan,

siapa yang dilayani, kapan layanan dilaksanakan, mengapa perlu

diadakan pelayanan dan bagaimana melaksanakan pelayanan

pemustaka.22

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut,

diharapkan proses layanan pemustaka dapat terlaksana dengan

tepat guna (efektif).

Sistem layanan perpustakaan komunitas adalah sistem

layanan terbuka, pemustaka dapat memanfaatkan bahan pustaka

dengan cara menelusurinya langsungt ke rak maupun meminta

bantuan kepada petugas perpustakaan. Pemustaka dapat pula

menggunakan sarana perpustakaan, seperti ruang baca, dengan

bebas.

Jenis layanan yang ditawarkan oleh perpustakaan

komunitas adalah:23

a. Layanan membaca, yaitu memanfaatkan bahan pustaka

seperti buku, majalah, koran dan lain-lain untuk dibaca

diruang baca.

21

Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto,

2006),h. 190 22

Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto,

2006),h. 190 23

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Mengelola Taman Bacaan Masyarakat

(TBM), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah,

2006), h.17-18

15

b. Layanan sirkulasi, yaitu layanan peminjaman bahan

pustaka. Layanan ini memungkinkan pemustaka

membawa pulang bahan pustaka dengan lama waktu

peminjaman yang telah ditentukan.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian bertemakan perpustakaan komunitas bukan hal yang baru.

Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis menjadikan beberapa

penelitian terdahulu yang relevan sebagai bahan bacaan atau referensi.

Berikut adalah laporan-laporan penelitian tersebut:

1. Peran Perpustakaan Komunitas dalam Pemberdayaan

Masyarakat: Studi Kasus Sanggar Baca Jendela Dunia

Laporan penelitian ini merupakan skripsi yang ditulis oleh

Nia Eka Sari Juliana, mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan,

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tahun 2013. Tujuan penulisan skripsi tersebut adalah untuk

mengetahui peran Sanggar Baca Jendela Dunia dalam

pemberdayaan masyarakat melalui program-program pendidikan

dan keagamaan bagi anak-anak dan keterlibatan masyarakat

dalam program-program pemberdayaan masyarakat tersebut serta

solusi dari kendala-kendala yang dihadapi oleh Sanggar Baca

Jendela Dunia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif dan dilakukan melalui metode studi

kasus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Sanggar Baca

Jendela Dunia telah melakukan program pemberdayaan

masyarakat di bidang keagamaan dengan menyelenggarakan

Kelas Baca Qur‟an (KBQ) dan dibidang pendidikan dengan

menyelenggarakan Kelas Pustaka Sanggar. Keterlibatan

masyarakat dalam program-program pemberdayaan Sanggar

Baca Jendela Dunia dapat dilihat dari partisipasi anak-anak

dalam program pemberdayaan tersebut dan juga partisipasi orang

tua dengan membuat perkumpulan yang disebut Ibu Komite

16

Sanggar Baca Jendela Dunia. Kendala-kendala yang dihadapi

oleh Sanggar Baca Jendela Dunia yaitu mencakup pendanaan,

fasilitas dan sumber daya manusia. Salah satu upaya yang

dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan

bekerjasama dengan berbagai pihak yang disebut Mitra Sanggar

Baca Jendela Dunia.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah

pada metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian,

yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan

dilakukan melalui metode studi kasus. Persamaan lainnya adalah

kesamaan objek penelitian yaitu perpustakaan komunitas.

Namun, dalam penelitian yang ditulis oleh penulis, fokus

penelitian adalah pengelolaan perpustakaan komunitas dengan

mengambil kasus yang terjadi di Perpustakaan Komunitas Buku

Berkaki.

2. Perkembangan Perpustakaan Berbasis Komunitas: Studi Kasus

pada Rumah Cahaya, Melati Taman Baca dan Kedai Baca

Sanggar Barudak

Hasil penelitian berbentuk skripsi ini ditulis oleh Ratri

Indah Septiana, mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan dan

Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas

Indonesia tahun 2007. Permassalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah maraknya perpustakaan komunitas di

Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sedangkan

pemerintah sudah menyediakan perpustakaan umum yang

diperuntukan bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah

menggambarkan tujuan dan alasan pendirian perpustakaan

berbasis komunitas, termasuk didalamnya latrar belakang

pendirian, fungsi, nilai dan norma yang ditanamkan kepada

masyarakat serta hambatan yang dialami. Jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif berbentuk studi kasus

dengan pendekatan kualitatif dan pengambilan data dilakukan

17

dengan cara wawancara dan observasi. Hasil penelitian

menunjukan bahwa kehadiran perpustakaan berbasis komunitas

disebabkan oleh berbagai macam faktor. Diantaranya,

kekecewaan terhadap perpustakaan umum secara kuantitas dan

kualitas. Jumlah perpustakaan umum tidak sebanding dengan

jumlah penduduk dan informasi masyarakat dan kualitas jasa dan

layanan perpustakaan jauh dari memuaskan. Selain faktor

tersebut, faktor lainnya yang turut berpengaruh terhdapat

perkembangan perpustakaan berbasis komunitas adalah

perpustakaan dijadikan sebagai wadah untuk menjalankan visi

dan misi sebuah komunitas tertentu sehingga ada penanaman

nilai dan norma dalam perpustakaan yang disesuaikan dengan

visi dan misi komunitas tersebut.

Baik jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian

deskriptif berbentuk studi kasus dengan pendekatan kualitatif

maupun pengambilan data yang dilakukan dengan cara

wawancara dan observasi, sama dengan jenis, metode, dan

pendekatan penelitan yang digunakan oleh penulis. Namun,

berbeda dengan penelitian ini, penulis bertujuan untuk

menggambarkan pengelolaan perpustakaan komunitas yang

terjadi pada Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki

18

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam rangka mengkaji masalah penelitian mengenai pengelolaan

perpustakaan komunitas, bab ini akan menjelaskan mengenai cara-cara

pengumpulan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan

meliputi jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik

pengumpulan data, teknik analis data dan jadwal penelitian.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai Pengelolaan Perpustakaan Buku Berkaki ini

penelitian di lakukan di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki yang

berlokasi di Museum Kebangkitan Nasional, Jl. Abdul Rachman Saleh No.

26, Senen, Jakarta Pusat. Adapun untuk memperoleh data penelitian, peneliti

melakuakan beberapa kali penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan

pada 27 agustus 2016 bertempat di Perpustakaan Buku Berkaki; 28 agustus

2016 bertempat bersamaan dengan kegiatan rolling buku ke salah satu rumah

belajar binaan Buku Berkaki Missil 3 yang berlokasi di kolong jembatan 3 di

daerah pluit, Jakarta utara; dan 7 April 2019 bersamaan dengan kegiatan

rolling buku ke salah satu rumah belajar binaan Buku Berkaki yaitu Yanatel

yang berlokasi di Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Selain itu, penulis juga mengumpulkan data melalui wawancara pada dua

kesempatan. Pada 28 agustus 2016 dan 7 april 2019.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif, bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pengelolaan

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki. Penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang mendeskripsikan dan memberikan penjelasan mengenai

19

keadaan yang terjadi di lapangan seperti apa adanya.24

Penelitian

deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah

sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan, dalam penelitian ini

yaitu pengelolaan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

penelitian studi kasus. Pendeketan kualitatif digunakan untuk

mendeskripsikan suatu fenomena atau peristiwa interaksi sosial dalam

masyarakat. Dengan menggunakan metode penelitian studi kasus,

penelitian difokuskan untuk menjawab pertanyaan penelitian terbatas

objek yang diteliti pada lingkungan yang sebenarnya25

.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi

penelitian. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari sumbernya dan tanpa melalui perantara.26

Data primer adalah data

yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian dan diolah sendiri oleh

penulis . Dalam penelitian ini, data primer berasal dari pelaku pengelola

perpustakaan komunitas Buku Berkaki serta observasi yang dilakukan

penulis. Dalam mengumpulkan data primer, penulis melakukan

pengamatan di lapangan dan melakukan wawancara kepada para pengurus

Komunitas Buku Berkaki di tahun 2016 dan tahun 2019, yaitu KA, KK,

KM, KI dan KH.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari

sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen

seperti laporan, karya tulis orang lain, koran, dan majalah.27

Dalam

24

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 60. 25

A. Muri Yusuf. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:

Kencana, 2017), h. 339. 26

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 86. 27

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 87.

20

penulisan laporan penelitian ini, data sekunder digunakan untuk

mendukung data-data primer yang telah dikumpulkan oleh penulis.

D. Teknik Pemilihan Informan

Pemilihan informan yang digunakan menggunakan teknik snowball.

Teknik pemilihan informan ini merupakan teknik pemilihan sampel

dimana sumber data pertama dirasa belum memberikan data yang lengkap

sehingga peneliti mencari informan lain yang dapat memberikan

kelengkapan data.28

Dalam penentuan sampel penelitian ini, peneliti

memilih informan dengan mempertimbangkan kriteria informan yang

dapat memberikan data-data sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan

penelitian ini. Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 28 agustus

2016 untuk memperoleh data terkait pengelolaan perpustakaan komunitas.

Adapun wawancara kedua pada tanggal 7 april 2019 dimaksudkan untuk

memperoleh data terbaru yang lebih sesuai dengan perubahan kondisi dan

situasi terkait pengelolaan Perpustaakaan Buku Berkaki.

Adapun kriteria informan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Komunitas Buku Berkaki tahun 2016, KA. Sebagai ketua

Komunitas Buku berkaki, KA menjadi tulang punggung

Buku Berkaki. Ia berwenang dalam pengambilan keputusan

serta menjadi kontrol dalam kegiatan-kegiatan Komunitas

Buku Berkaki. Termasuk di dalamnya terkait pengelolaan

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki yang merupakan

objek penelitian dalam laporan penelitian ini.

b. Sekretaris Komunitas Buku Berkaki tahun 2016, KI.

Sekertaris Komunitas Buku Berkaki menjalankan tugas

sebagai pengelola data adminstratif Perpustakaan Komunitas

Buku Berkaki.

c. Koordinator Divisi Program Perpustakaan Komunitas Buku

Berkaki tahun 2016, KK. Koordinator divisi program

28

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),

h.300.

21

bertugas merencanakan dan melaksanakan program kegiatan

di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki. Pengelolaan

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki tidak terlepas pula

dari kegiatan-kegiatan di dalamnya.

d. Penasihat komunitas buku berkaki tahun 2019, yaitu KM.

KM sudah mulai bergabung dengan komunitas buku berkaki

sejak tahun 2013. Sebagai salah satu volunteer terlama buku

berkaki, KM dapat memberikan informasi mengenai

pengelolaan perpustakaan buku berkaki sejak komunitas

terbentuk sampai saat ini.

e. Ketua Komunitas Buku Berkaki tahun 2019, yaitu KI. KI

adalah salah satu informan pada wawancara di tahun 2016

dengan jabatan sebagai sekertaris Buku Berkaki. Namun

pada periode 2019, KI adalah ketua Buku Berkaki. Dengan

perubahan peran dan perkembangan Komunitas Buku

Berkaki, KI dapat memberikan informasi terbaru mengenai

pengelolaan Perpustakaan Buku Berkaki.

f. Koordinator pendataan dan perpustakaan buku berkaki, yaitu

KH. Koordinator pendataan dan perpustakaan bertugas

merencanakan dan melaksanakan pendataan dan pengelolaan

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki tidak terlepas pula

dari kegiatan-kegiatan di dalamnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data-data penelitian, penulis menggunakan

alat perekam suara dan kamera handphone, yaitu Windows phone seri Lumia

545. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

22

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak terbatas pada

orang, namun juga meliputi objek-objek alam yang lain.29

Observasi

dilakukan dengan mengamati kondisi ruang Perpustakaan Komunitas

Buku Berkaki yang bertempat di komplek Museum Kebangkitan

Nasional. Selain itu, observasi juga dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki yang tidak hanya berlangsung di

ruang perpustakaaan tapi juga diluar perpustakaan. Kegiatan yang

diobservasi adalah Visit Buki.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan untuk menemukan permasalahan penelitian dan mengetahui

hal-hal dari responden secara lebih mendalam.30

Dalam penelitian ini,

penulis mewawancarai Ketua Komunitas Buku Berkaki, Sekretaris

Komunitas Buku Berkaki, dan koordinator divisi program komunitas

Buku Berkaki.

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data dari

dokumen yang terdapat di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki, situs

buku berkaki yang dapat diakses melalui http://bukuberkaki.org, dan

media sosial buku berkaki yaitu instagram

(https://www.instagram.com/bukuberkaki). Selain itu, data-data juga di

ambil dari tulisan mengenai buku berkaki baik di media online maupun

tulisan blog pribadi mengenai buku berkaki, dan foto-foto dokumentasi

Komunitas Buku.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada data-data kualitatif yaitu menguraikan serta

menginterpretasikan data-data yang diperoleh di lokasi penelitian/lapangan

29

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung:Alfabeta, 2009), h. 202. 30

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 72.

23

dari para informan penelitian.31

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan

analisis langsung terhadap data-data yang penulis peroleh dari observasi dan

wawancara. Data-data yang telah dianalisis dan diteliti kemudian akan diolah

dan disajikan dalam bentuk deskriptif yang bertujuan untuk mengemukakan

permasalahan dan menemukan solusi disertai alasan-alasan yang mendukung.

Hasil dari analisis data merupakan fakta-fakta terkait dengan objek penelitian.

Adapun analisis data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data adalah merangkum kemudian memilih hal-hal pokok

dengan memfokuskan pada hal-hal penting dari data yang telah

dikumpulkan.32

Data yang penulis peroleh dari observasi, wawancara,

dan dokumentasi dicatat dan memfokuskan dengan memilih hal-hal yang

penting dari data. Sehingga data-data yang penulis peroleh dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai topik yang sedang diteliti

hingga sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan penelitian..

b. Penyajian data

Dalam penelitian kualitatif, data dapat disajikan dalam uraian

singkat.33

Setelah melakuka reduksi data, penulis akan menyajikan data

ke dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah pernyataan logis yang di dapatkan

setelah teruji kebenaran ataupun ketidakbenarannya.34

Setelah tahap

penyajian data, penulis melakukan penarikan kesimpulan dari hasil data

yang telah didapatkan. Penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian.

31

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 99. 32

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 99. 33

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016),

h.341. 34

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN,1999), h. 106.

24

G. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki

yang berlokasi di Museum Kebangkitan Nasional, Jl. Abdul Rachman Saleh

No. 26, Senen, Jakarta Pusat. Adapun perincian jadwal penelitian yang

penulis lakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan

1. Pengajuan Proposal Skripsi Febuari 2016

2. Mendapatkan Dosen Pembimbing

Skripsi April 2016

3 Bimbingan Awal Skripsi April 2016

4

Penelitian

Tahap awal

Pembaharuan data

Juli – Agustus

2016

Februari 2019

5. Penyusunan Laporan Skripsi Maret – Mei

2019

Sumber: rencana dan pelaksanaan penelitian, Mei 2019

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan membahas hasil penelitian yang telah

dilakukan. Untuk lebih memperjelas pembahasan, di sertakan pula profil singkat

Komunitas Buku Berkaki dan hasil dari penelitian terhadap pengelolaan

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki.

A. Setting Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data penelitian, peneliti

melakuakan beberapa kali penelitian lapangan. Penelitian lapangan

dilakukan pada 27 agustus 2016 bertempat di Perpustakaan Buku Berkaki;

28 agustus 2016 bertempat bersamaan dengan kegiatan rolling buku ke

salah satu rumah belajar binaan Buku Berkaki Missil 3 yang berlokasi di

kolong jembatan 3 di daerah pluit, Jakarta utara; dan 7 April 2019

bersamaan dengan kegiatan rolling buku ke salah satu rumah belajar

binaan Buku Berkaki yaitu Yanatel yang berlokasi di Kelurahan Kebon

Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Selain itu, penulis juga

mengumpulkan data melalui wawancara pada dua kesempatan. Pada 28

agustus 2016 dan 7 april 2019.

2. Selayang Pandang Komunitas Buku Berkaki

Buku berkaki bermula dari kegelisahan satu orang akan minimnya

minat baca dan kurangnya akses bacaan untuk anak-anak yang kurang

beruntung. Kegelisahan ini kemudian dituangkan pada cuitan di akun

sosial media twitter yang ia miliki. Cuitan tersebut mendapat respon

pengguna twitter lain dalam bentuk donasi bacaan untuk anak. Hasil dari

donasi ini kemudian digelar di lapangan dekat rumah. Anak-anak sekitar

yang bermain di lapangan tersebut lambat laun tertarik dan mulai

26

membaca35

. Dimulai dari satu orang ini beberapa teman yang memiliki

ketertarikan yang sama kemudian berkumpul dan mulai meminjamkan

buku ke panti asuhan. Buku-buku ini dipinjamkan ke satu panti asuhan

selama beberapa hari kemudian ditukar dengan buku lain. Buku-buku yang

sebelumnya di tukar ini akan di pinjamkan ke panti asuhan lainnya. Buku-

buku yang berjalan dari satu tempat ketempat lainnya untuk dapat

dimanfaatkan oleh banyak orang inilah yang menjadi dasar nama Buku

Berkaki.36

Buku berkaki memiliki visi membantu membukakan jendela dunia

melalui buku untuk anak yang kurang mendapatkan akses bacaan.

Sedangkan misi Buku Berkaki adalah memperluas dan memperkaya

bacaan serta memudahkan akses untuk mendapatkannya bagi anak-anak

yang kurang beruntung.37

Visi dan misi tersebut masih diusung Komunitas

Buku Berkaki sejak berdiri tahun 2011 hingga tahun 2019 ini.

Sejak 1 Agustus 2015, komunitas Buku Berkaki menggunakan

salah satu ruangan di Museum Kebangkitan Nasional yang digunakan

bersama dengan Yayasan Belantara Budaya Indonesia (YBBI). Ruangan

ini kemudian dimanfaatkan oleh komunitas Buku Berkaki sebagai

Perpustakaan komunitas. Ruang tersebut beralamat di Museum

Kebangkitan Nasional. Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh No.26, RT04/RW.05,

Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10410. Alamat

ini juga digunakan sebagai alamat penerima donasi bahan pustaka.

Perpustakaan komunitas Buku Berkaki sendiri dapat dikunjungi setiap hari

Sabtu pukul 09.00 – 15.00 WIB. Namun dikarenakan Museum

Kebangkitan Nasional sedang melakukan renovasi dimana ruang

perpustakaan buku berkaki merupakan salah satu tempat yang di renovasi,

35

Ririn Sjafriani. “Menelusuri Jejak Buku Berkaki.”

http://bukuberkaki.wordpress.com/2011/09/30/khayalan-ngamenbuatbangsa-dan-ruangbaca/

diakses pada 20 April 2019 36

Buku Berkaki. “Khayalan Ngamen buat Bangsa dan Ruang Baca”.

http://fromblazertodaster.blogspot.com/2013/2012/menelusuri-jejak-buku-berkaki.html?m=1

diakses pada 20 April 2019 37

Buku Berkaki. “Tentang Buku Berkaki”. http://slideshare.net/mobile/BukuBerkaki/tentang-

buku-berkaki diakses pada 19 April 2019

27

sejak Agustus 2018 perpustakaan buku berkaki di tutup sementara. Bahan

pustaka milik perpustakaan Buku Berkaki di simpan di gudang Museum

kebangkitan Nasional. Meskipun tanpa ruang perpustakaan, kegiatan Buku

Berkaki tidak berhenti. Mereka masih melakukan rolling atau pertukaran

buku ke rumah belajar-rumah belajar binaan mereka.

Pengelolaan dan kegiatan perpustakaan Buku Berkaki dijalankan

oleh pengurus Buku Berkaki. Para pengurus ini memiliki keragaman latar

pendidikan, profesi dan kesibukan. Meskipun demikian, para pengurus

inilah yang menggagas, menjalankan dan memastikan keberlangsungan

kegiatan-kegiatan yang telah di agendakan sebelumnya. Berikut adalah

susunan kepengurusan Buku Berkaki.

Tabel 4. 1 Susunan Pengurus Buku Berkaki

Jabatan Nama Pengurus

Penasihat Alfa Kurnia

Ali Zaenal

Meyer Makawekes

Ketua Annisa Paramita

Bendahara Yulaika Widhiastuti

Sekertaris Siti Qomariyah

Divisi Pengembangan Program:

Koordinator

Anggota

Presty Pramasiwi

Rosalia Riski Ananda

Muhammad Fadhlie

Imam Abdul Mahmudi

Divisi Inventarisasi Buku dan

Perpustakaan:

Koordinator

Pendataan & Perpustakaan

Buku Untuk Indonesia

Husna Alliyus Dwi K

Onig Ligenti

Deni Priya Sadji

Okti Qadriani

28

Divisi Publikasi dan Dokumentasi:

Koordinator

Instagram dan Blog

Twitter dan YouTube

Muslikhah Sari Damayanti

Kadek Dwika Yundarani

Viona Febronia

Sumber: https://bukuberkaki.org/susunan-pengurus/amp/ diakses pada 21 April 2019

3. Profil Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, salah satu teknik pengumpulan data adalah

melalui wawancara. Adapun informan yang diwawancarai adalah

sebanyak 5 orang yaitu KL, KI, KA, KM dan KH. Wawancara dengan KI

dilakukan dua kali yaitu pada tahun 2016 dan 2019, wawancara kedua

dilakukan karena perubahan jabatan KI yang sebelumnya merupakan

sekertaris Buku Berkaki di tahun 2016, menjadi ketua Buku Berkaki di

tahun 2019. Infroman-informan tersebut dipilih karena jabatan dan peran

mereka dalam kepengurusan Perpustakaan Komunitas Buku berkaki.

Informan-informan tersebut ialah:

a. Komunitas Buku Berkaki tahun 2016, KL. Sebagai ketua

Komunitas Buku berkaki, KL menjadi tulang punggung

Buku Berkaki. Ia berwenang dalam pengambilan keputusan

serta menjadi kontrol dalam kegiatan-kegiatan Komunitas

Buku Berkaki. Termasuk di dalamnya terkait pengelolaan

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki yang merupakan

objek penelitian dalam laporan penelitian ini.

b. Sekretaris Komunitas Buku Berkaki tahun 2016, KI.

Sekertaris Komunitas Buku Berkaki menjalankan tugas

sebagai pengelola data adminstratif Perpustakaan Komunitas

Buku Berkaki.

c. Koordinator Divisi Program Perpustakaan Komunitas Buku

Berkaki tahun 2016, KK. Koordinator divisi program

bertugas merencanakan dan melaksanakan program kegiatan

di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki. Pengelolaan

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki tidak terlepas pula

dari kegiatan-kegiatan di dalamnya.

29

d. Penasihat komunitas buku berkaki tahun 2019, yaitu KM.

KM sudah mulai bergabung dengan komunitas buku berkaki

sejak tahun 2013. Sebagai salah satu volunteer terlama buku

berkaki, KM dapat memberikan informasi mengenai

pengelolaan perpustakaan buku berkaki sejak komunitas

terbentuk sampai saat ini.

e. Ketua Komunitas Buku Berkaki tahun 2019, yaitu KI. KI

adalah salah satu informan pada wawancara di tahun 2016

dengan jabatan sebagai sekertaris Buku Berkaki. Namun

pada periode 2019, KI adalah ketua Buku Berkaki. Dengan

perubahan peran dan perkembangan Komunitas Buku

Berkaki, KI dapat memberikan informasi terbaru mengenai

pengelolaan Perpustakaan Buku Berkaki.

f. Koordinator pendataan dan perpustakaan buku berkaki, yaitu

KH. Koordinator pendataan dan perpustakaan bertugas

merencanakan dan melaksanakan pendataan dan pengelolaan

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki tidak terlepas pula

dari kegiatan-kegiatan di dalamnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, secara ringkas informan penelitian

diringkas dalam tabel berikut. Adapun informan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Tabel 4. 2 Informan Penelitian

Waktu wawancara Informan Peran Informan

28 agustus 2016 KL Pada tahun 2016, KL merupakan

Ketua Komunitas Buku Berkaki

28 agustus 2016 KI Pada tahun 2016, KI merupakan

Sekertaris Komunitas Buku Berkaki

28 agustus 2016 KA Pada tahun 2016, KA merupakan

Koordinator Divisi Program

Komunitas Buku Berkaki

7 april 2019 KM Pada tahun 2019, KM merupakan

30

salah satu penasihat Komunitas Buku

Berkaki

7 april 2019 KI Pada tahun 2019, KI yang sebelumnya

merupakan sekertaris, memangku

jabatan baru sebagai Ketua Komunitas

Buku Berkaki

7 april 2019 KH Pada tahun 2019, KH merupakan

Koordinator divisi Inventarisasi Buku

dan Perpustakaan Buku Berkaki

Sumber: Data Sekunder yang diolah dari penelitian lapangan Februari 2019

Waktu pengumpulan informasi melalui wawancara

dilaksanakan pada 28 agustus 2016 dan 7 april 2019.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian serta

pembahasan berdasarkan hasil penelitian tersebut.

1. Pengadaan dan Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan

Komunitas Buku Berkaki

a. Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka adalah upaya menghimpun sumber

informasi perpustakaan. Upaya penghimpunan ini dimaksudkan

untuk menyiapkan sumber informasi yang sesuai dengan

kebutuhan pemustaka.38

Adapun bahan pustaka perpustakaan

komunitas di Indonesia umumnya merupakan hasil swadana.39

Teori tersebut sesuai dengan kondisi perpustakaan Buku Berkaki,

yang mana sumber bahan pustaka berasal dari donasi.

38

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,

(Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 100 39

Stian Haklev, “Factor that Contributed to the Community Library Movement in Indonesia”,

(Berlin, New York: Libri, Vol. 60, pp.15-26, March 2010)

31

Bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan Buku Berkaki

bersumber dari donasi. Donasi yang diterima berupa dana dan

bahan pustaka. Hal ini diungkapkan oleh KI: “.... Ada yang uang,

ada yang buku. Kebanyakan buku sih.”40

Donasi dana yang terkumpul tidak hanya digunakan untuk

pengadaan bahan pustaka. Dana digunakan untuk keperluan

operasional dan kegiatan komunitas dan perpustakaan Buku

berkaki. Komunitas Buku Berkaki masih menggunakan rekening

atas nama pengurus. Hal ini dikarenakan untuk pembukaan

rekening atas nama komunitas di perlukan akta pendirian atau

anggaran dasar rumah tangga yang belum dapat dipenuhi oleh

Komunitas Buku Berkaki. Donasi berupa dana diterima melalui

rekening BCA Cabang Gatot Subroto, Jakarta dengan nomor

rekening 145-003-1808 atas nama Yulaika Widhiastuti yang

merupakan bendahara Buku Berkaki tahun 2019. Sebagai bentuk

pertanggung jawaban dan apresiasi kepada donatur, setiap

bulannya, laporan keuangan di unggah dan dapat diunduh pada

website buku berkaki.41

Sedangkan untuk donasi bahan pustaka,

donatur dapat menghantarkan langsung ke alamat: Perpustakaan

Buku Berkaki, Museum Kebangkitan Nasional. Jl. Dr. Abdul

Rahman Saleh No.26, RT04/RW.05, Senen, Kota Jakarta Pusat,

Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10410.

Upaya penghimpunan donasi ini disebarluaskan melalui

website komunitas Buku Berkaki. Adapun donasi ini bersumber

dari berbagai kalangan. Hal ini diungkapkan oleh KA: “Kalo

perpustakaan Buki bukunya itu dari berbagai macam sumber,

ada yang donasi perseorangan, ada yang donasi perusahaan,

company, gitu-gitu. ada yang milik pribadi volunteer terus

didonasikan gitu-gitu sama temen-temen yang lain sih, temen-

40

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 41

https://bukuberkaki.org/laporan-keuangan/ diakses pada 22 April 2019

32

temennya volunteer gitu yang mau mendonasikan pribadi, kita

persilahkan.”42

Senada dengan pernyataan KA, KI menjelaskan: “Dari

donasi perorangan, komunitas, kemarin juga sempet ada

perusahaan, macem-macem. Tapi nggak ada donasi pasti, donasi

lepasan kalo kita.” 43

Penyerahan donasi sendiri dapat dilakukan dengan cara

diantar langsung ke perpustakaan, dijemput ataupun dikirimkan

melalui jasa antar barang mobil ataupun ojek daring. KA

meyebutkan: “Tinggal ngubungin Volunteer atau mention di

sosial media. bukunya seberapa banyak, apa aja bukunya gitu-

gitu. Ntar kita yang jemput kerumahnya kalo masih di wilayah

JaBodeTabek. kayak gitu. Kalo misalnya diluar ya mereka yang

ngirim gitu.”44

Pada kesempatan lain, KK lebih detail menceritakan donasi

bahan pustaka ini: “metode pengumpulannya sendiri ada dua

sistem perta sistem jemput, yang kedua diantar langsung sama

donaturnya. Kalau sistem jemput itu menyesuaikan sama daerah

terdekat donatur sama member buki, volunteer dalam hal ini.

Jadi misalnya ada donatur yang mau menyumbangkan donasi di

daerah pondok indah, kita akan kontak ke salah satu member

kita; ada yang bisa jemput, nggak? atau… ya, seperti itu sih.

Tinggal mereka nanti janjian gimana, ya nanti bukunya disimpen

dulu di rumah volunteer, kalau menyempatkan nanti baru dibawa

ke perpustakaan. Yang kedua adalah diantar langsung ke

perpustakaan di Museum Kebangkitan Nasional, yang buka

setiap hari sabtu, mulai dari jam sembilan pagi sampai jam tiga

sore, itu setiap sabtu, selalu buka, pasti buka, karena, kita ada

42

Wawancara pribadi dengan KA. Jakarta, 27 Agustus 2016 43

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 44

Wawancara pribadi dengan KA. Jakarta, 27 Agustus 2016

33

jadwal piket dari beberapa teman pengurus dan volunteer

buki.”45

Lebih lanjut, KM menyatakan: “Jadi beberapa volunteer

yang punya motor atau mobil dulu itu bener-bener jemput ke

bogor, atau kemana itu. Karena dulu untuk go-send itu belum

ada. Tapi semakin kesini pengiriman semakin lancar, jadi ya

udah. Kalo nggak go-send di kirim by ekspedisi.”46

Meskipun diperoleh melalui donasi, Perpustakaan Buku

Berkaki tidak sembarangan menerima donasi bahan pustaka.

Perpustakaan buku berkaki memiliki kriteria sendiri dalam hal

penerimaan bahan pustaka. Hal ini dilakukan agar bahan pustaka

yang datang sesuai dengan kebutuhan target pemustaka

perpustakaan Buku Berkaki. KL menyebutkan kriteria donasi:

“...kalau buku kategorinya ya buku untuk anak-anak usia sekolah

ya, buku cerita anak, dongeng, fabel, buku tokoh biografi yang

menginspiurasi atau buat adik-adik yang SMP-SMA bisa novel,

atau buku-bu yang motivasi, ensiklopesia juga bisa. Yang jelas

buku-buku tersebut tidak berbau partai politik sama SARA yah,

karena itu. Buat usia anak sekolah agaknya masih kurang

mendidik. Buku-buku yang kurang mendidik tidak kita terima,

jadi sebelum misalnya ada jemput buku didaerah pondok indah,

volunteer yang akan jemput harus memastikan buku itu apa, oya

buku-buku pelajaran juga yang kurikulum lama atau kurikulum

terbaru juga… kita masih pertimbangkan, tidak diterima. Karena

klita agak susah menyalurkannya. Kecuali kita ke sekolah-

sekolah. Tapi kan tujuan kunjungan kita kan nggak ke sekolah.

Kalo materi pelajaran masih bisa, kayak kamus, atlas, buku-buku

bahasa, masih bisa kita terima. Yang jelas buku-buku pelajaran,

buku seks, pornografi, atau yang berbau unsur politik, tidak kita

terima. Oh iya, kita juga menerima donasi alat-alat peraga

permainan, karena untuk merangsang minat baca ke adik-adik

45

Wawancara pribadi dengan KL. 28 Agustus 2016 46

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019

34

kita nggak bisa langsung cekoki mereka suruh mereka baca buku

langsung. kita harus merangsang mereka dengan games, atau

untuk dongeng. Itu biasanya kita setiap kunjunganselalu

mengajak mereka bermain. Misalnya bermain tentang

menentukan peta provinsi, kita butuh peta kan, atau globe

menentukan keadaan atau posisi suatu daerah misalnya. Seperti

itu aja sih.”47

Upaya pengumpulan donasi dilakukan dengan memanfaatkan

media informasi, seperti liputan acara televisi, melalui situs Buku

Berkaki (http://bukuberkaki.org), memanfaatkan akun media

sosial seperti youtube, instagram dan twittwer. Selain itu, media-

media tersebut digunakan sebagai sarana komunikasi antar pihak

pengelola perpustakaan komunitas Buku Berkaki dengan

masyarakat luas. Hal ini dapat meningkatkan ketertarikan dan

keingin tahuan masyarakat. Dampaknya terlihat dari animo

pengiriman donasi, sehingga perpustakaan Buku Berkaki masih

beroperasi hingga saat ini.

b. Pengolahan bahan pustaka

Pengolahan bahan pustaka adalah proses yang dilakukan

terhadap bahan pustaka sejak bahan pustaka di terima di

perpustakaan hingga siap digunakan oleh pemustaka.48

Tujuan

dari pengolahan bahan pustaka adalah efektifitas dan efesiensi

temu kembali informasi. Menurut Sutarno NS dalam buku

Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan

Masyarakat Informasi, menyebutkan bahwa pengolahan bahan

pustaka meliputi: Membuat identifikasi bahan pustaka,

Katalogisasi, Klasifikasi, pembuatan kelengkapan bahan pustaka,

47

Wawancara pribadi dengan KL. Jakarta, 28 Agustus 2016 48

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,

(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.103.

35

penyusunan koleksi dan pengolahan dengan komputer.49

Namun,

pada perpustakaan buku berkaki, proses pengolahan bahan

pustaka melalui empat proses, yaitu penyortiran, pendataan

dengan menggunakan komputer, penempelan label dan

penempatan pada rak.

“.... kita pilah itu tuh masuk ke untuk di donasikan, atau

untuk dijadikan tambahan koleksi di perpustakaan buku berkaki.

Biasanya kita sekitar enam bulan sekali, kemarin sih baru sekali

sih kita ada pengkategorian buku-buku yang ada di buku berkaki.

Kalo misalnya ditarokan di pengkatagorian buku berkaki,

biasanya kita sampul kemudian kita kategorisasi terus ditaronya

baru di rak buku berkaki. Tapi kalo di masukan di donasasi,

biasanya kita taro di box-box yang emang kita akan salurkan ke

misal buku untuk indonesia, inisiasi taman baca. Seperti itu.”50

Sebagai koordinator bagian pendataan dan perpustaakaan,

KH memberikan keterangan lebih lanjut mengenai proses

pengolahan bahan pustaka: “Buat koleksi Buki setelah di sortir di

data dulu di sistem nah abis didata baru dikasih label sesuai

kategori buku tersebut baru bisa ditata di rak.”51

Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

perpustakaan Buku Berkaki menerapkan empat proses

pengolahan bahan pustaka, yakni penyortiran, pendataan,

penempelan label dan penempatan di rak.

1) Penyortiran

Penyortiran adalah proses memilah, memisahkan

yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. Dalam

hal ini, yang di sortir adalah bahan pustaka yang

merupakan hasil donasi. Meskipun orientasi kegiatan

Buku Berkaki berkisar pada akses bacaan anak dan

49

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,

(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.104. 50

Wawancara pribadi dengan KI. 28 Agustus 2016 51

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019

36

remaja, tidak jarang buku yang datang kurang sesuai

dengan tujuan Komunitas Buku Berkaki. Karena itu,

bahan pustaka dari donatur di sortir. KH

mengungkapkan:“Buku dari donatur biasanya

disortir dulu, mana yang akan digunakan buat koleksi

buki mana yang akan dibuat program buku untuk

indonesia.”52

Lebih lanjut, KI menjelaskan: “Masih kita

tampung aja di perpus. Nanti kalau misalnya ada

permintaan penyaluran buku di daerah, baru kita

paketkan buku itu ke daerah. Jadi buku itu beberapa

juga kita sortitr buat di daerah. Beberapa juga

disortir buat peminjaman berkala ke binaan-bianaan

perpus Buki.”53

Adapun kriteria proses penyortiran di jawab oleh

KH: “Kriterianya biasanya donatur memberikan

buku yang bermacam-macam namun scope Buki atau

scope koleksi buki hanya buku anak-anak saja. Nah

sortir yang sisanya misal ada buku dewasa atau yang

lain-lain masuk ke buku untuk Indonesia. Tapi tetap

ada beberapa buku anak yang masuk ke Buku untuk

Indonesia.”54

Lebih lanjut, KM menjelaskan: “Selama buku-

bukunya tidak mengandung SARA, sama politik

praktis...”55

Bahan pustaka yang dimiliki Perpustakaan Buku

Berkaki di perkirakan mencapai 1500 eksemplar.

Jumlah ini masih merupakan perkiraan karena donasi

bahan pustaka masih terus di terima pihak

52

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 53

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 54

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 55

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019

37

perpustakaan dan masih terkendalanya pendataan

bahan pustaka.

Kendala yang dimaksud adalah belum adanya

suatu sistem pendataan yang terorganisir untuk dapat

memberikan jumlah pasti bahan pustaka perpustakaan

buku berkaki.

2) Pendataan

Pendataan yang dimaksud oleh pihak

Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki adalah proses

pencatatan informasi bahan pustaka. Informasi yang

dicatat seperti judul, nama pengarang, nama penerbit,

tahun terbit, serta kategori bahan pustaka.

KI memberikan keterangan singkat mengenai

cara pendataan yang dulu diterapkan Perpustakaan

Buku Berkaki: “ ... excel biasa. 001, 002 gitu.”56

Pernyataan tersebut, dimaksudkan bahwa dulu

proses pendataan ini menggunakan aplikasi microsoft

excel, bahan pustaka yang telah di data ini kemudian

diberikan nomor urut. Nomor urut ini berfungsi

sebagai nomor registasi atau nomor identifiasi

buku.dengan berkembangnya pengetahuan dan

pengalaman para pengurus Perpustakaan Buku

Berkaki, saat ini, pendataan dilakukan dengan

menggunakan aplikasi SLiMS (Senayan Library

Management System) dapat diakses melalui

http://www.database.bukuberkaki.org. KH

menjelaskan: “Kemarin coba bikin aplikasi sendiri

dan setengah jalan ta’ pikir pakai yg udah jadi aja.

Googling-googling ketemunya SliMS.”57

56

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 57

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019

38

Lebih lanjut, KH menuturkan tujuan hasil

pendataan yang dapat diakses secara daring: “...

Niatnya dulu pake web itu biar bisa diakes semua

orang termasuk donatur.”58

Sebagai perpustakaan komunitas yang bergerak

secara mandiri, Perpustakaan Buku Berkaki tidak

terikat lembaga apapun sehingga memudahkan dalam

melakukan perubahan-perubahan. Pengurus

Komunitas dan Perpustakaan Buku Berkaki yang

merupakan kaum muda tidak berhenti untuk mencoba

metode dan sistem baru yang dirasa akan sesuai

dengan perpustakaan komunitas mereka. Meskipun

demikian, perubahan-perubahan ini tidak disertai

dengan kecepatan dana ketepatan. Sehingga proses

pendataan ini tidak berjalan dengan baik.

Kendala ini disadari pihak pengurus. kendala

dirasakan dalam hal pendataan dan pelabelan bahan

pustaka. Perpustakaan Buku Berkaki berupaya

melakukan perubahan sistem pendataan dan pelabelan

bahan pustaka. KI menyatakan: “...Tapi ya itu, agak

susah. Karena itu kan bener-bener mulai dari

penamaan yang baru lagi.” 59

Lebih lanjut KI mengungkapkan: “... sebenernya

sih sekarang, jujur aja bukunya akhirnya nggak

kedata.”60

Hal ini mengakibatkan data-data buku tidak

terorganisir dengan baik. Terlebih dengan kondisi

pendataan atau pencatatan identitas buku yang belum

sempurna kegiatan perpustakaan yang berkaitan

langsung dengan bahan pustaka tetap

58

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 59

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 8 April 2019 60

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 8 April 2019

39

diselenggarakan. Seperti pelayanan membaca di

perpustakaan dan peminjaman bahan pustaka untuk

rumah belajar binaan Buku berkaki. Akibatnya,

keberadaan bahan pustaka tidak dapat ditmukan

dengan cepat dan tepat ketika diperlukan.

3) Penempelan label

Bahan pustaka yang telah disortir dan didata

kemudian di bubuhi label. Label adalah informasi

yang ditempelkan pada bahan pustaka untuk

memudahkan pemustaka untuk menemukan informasi

yang dibutuhkan. Sebelum menggunakan slims, label

bahan pustaka memuat informasi warna dan kategori

bahan pustaka tersebut, serta nomor urut bahan

pustaka.

Setelah menggunakan SLiMS, informasi yang

dicantumkan pada label pun berubah. KH

memberikan keterangan: “Label buku ditempelin

warna sesuai kategori sama barcode hasil dari sistem

tadi.... cuma ya belom di aplikasiin aja. Tinggal

diprint-print belum ditempel. rencana sih beres didata

dlu baru ditempelin karena butuh print buat cetak.”61

Sesuai pernyataan KH tersebut, meskipun telah

menggunakan sistem pendataan baru, proses

penempelan label belum dapat terlaksana. Adapun

cakupan penggunaan kategori warna yang digunakan

pada bahan pustaka perpustakaan Buku Berkaki

adalah sebagai berikut:

61

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019

40

Tabel 4. 3 Kategori Bahan Pustaka Perpustakaan

Buku Berkaki

No. Klasifikasi Tipe Koleksi Kode Warna

1. Referensi Ensiklopedi

2. Referensi Hobi &

Keterampilan,

Majalah

3. Referensi Motivasi &

Agama

4. Referensi Komputer &

Teknologi

5. Referensi Atlas &

Peta/Kamus &

Bahasa

6. Referensi Sejarah dan

Biografi

7. Referensi Pertanian,

Peternakan,

Perikanan

8. Umum Kesehatan,

Psikologi,

Pengembangan

diri, Materi

Pengajaran

9. Umum Sosial, Budaya,

Hukum

10. Cerita Anak Dongeng,

Legenda, Cerita

Rakyat, Komik

11. Novel dan

Karya Sastra

Cerita Remaja,

Cerita Dewasa,

Karya Sastra

12. Umum Materi

Pelajaran

Usia Prasekolah

13. Umum Materi

Pelajaran

SD, SMP, SMA

Sumber: dokumen Perpustakaan Buku Berkaki diperoleh pada 7 April 2019

Mengenai pemilihan warna untuk mewakili suatu

kategiri KH menjelaskan: “Aku kurang tau dasar

warnya apa. Cuma itu modifikasi sama yang dulu sih.

41

cuma ditambah warna untuk kategori yang belum

terakomodasi.”62

Penggunaan label warna dalam mengelompokan

bahan pustaka ini memudahkan pemustaka dalam

memilah kategori bahan pustaka yang ingin dibaca.

Terlebih dengan pengunjung perpustakaan yang

kebanyakan dari kalangan anak-anak dan remaja.

Pemustaka biassanya langsung menuju ke rak untuk

memilih bahan pustaka yang mereka inginkan.

Sayangnya, jika pemustaka ingin mengakses bahan

pustaka tertentu, mereka tidak dapat menelusur melalui

katalog baik berupa katalog kartu ataupun katalog

daring (online).

4) Penempatan di rak.

Setelah proses penyortiran, pendataan dan

penempelan label, proses berikutnya adalah penempatan

di rak. Bahan pustaka disusun pada rak buku atau

tempat tertentu agar pemustaka mudah mengakses dan

memanfaatkan bahan pustaka. Penyusunan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu penempatan tetap dan

penempatan tidak tetap.63

Di Perpustakaan Buku Berkaki, bahan pustaka

ditempatkan di rak sesuai dengan kategori warna yang

telah diberikan. Dengan demikian, buku-buku dengan

kategori yang sama diletakan berdekatan. Agar

memudahkan pemustaka, Perpustakaan Buku Berkaki

menempatkan informasi kategori di bagian atas rak

dengan tulisan yang cukup besar dan warna yang sesuai

dengan kategori yang diwakilinya sehingga

memudahkan pemustaka memahami informasi tersebut.

62

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 63

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,

(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.104.

42

Namun, bahan pustaka yang tersimpan di rak tidak

memiliki nomor panggil. Selain klasifikasi berdasarkan

warna, bahan pustaka hanya dilengkapi dengan nomor

urut. Sayangnya, bahan pustaka tidak ditata sesuai

nomor urut yang ada. Hal ini menyulitkan pemustaka

menemukan bahan pustaka yang diinginkan dengan

cepat dan tepat. Selain itu, peralihan sistem pendataan

yang lambat tidak mengakomodasi katalog bahan

pustaka yang mana merupakan alat temu kembali

informasi.

2. Layanan dan Kegiatan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki

a. Layanan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki

Layanan perpustakaan adalah penyediaan bahan pustaka

dengan tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan pemustaka serta

menyediakan sarana penelusur informasi. Layanan perpustakaan

bertujuan agar bahanpustaka dapat dimanfaatkan secara maksimal

oleh pemustaka.64

Jenis layanan yang dapat ditawarkan

perpustakaan komunitas adalah layanan membaca dan layanan

sirkulasi.65

Pada perpustakaan Buku Berkaki, kedua layanan ini

bersifat terbatas.

Layanan membaca menyesuaikan jam buka perpustakaan

yaitu setiap hari sabtu sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 14.00

WIB. Sebagaimana tercantum pada situs web Buku Berkaki,

perpustakaan Buku Berkaki terletak di dalam museum

kebangkitan nasional. Meskipun demikian, perpustakaan Buku

Berkaki dikelola oleh komunitas Buku Berkaki yang berdiri

secara mandiri, tidak terikat dengan lembaga manapun. Karena

itu, walaupun Museum kebangkitan nasional dapat dikunjungi

64

Lisda Rahayu, Materi Pokok Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h.1.3-1.4 65

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Mengelola Taman Bacaan Masyarakat

(TBM), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah,

2006), h. 17-18

43

setiap hari selasa hingga hari minggu sejak pukul 08.00 WIB

hingga pukul 16.00 WIB, perpustakaan Buku Berkaki hanya

beroperasi setiap hari Sabtu sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul

14.00 WIB. Perpustakaan Buku Berkaki terbuka untuk

masyarakat umum. Siapa saja dapat membaca di perpustakaan

buku berkaki. Sayangnya, perpustakaan belum dilengkapi dengan

buku tamu sehingga volume pemustaka tidak dapat dihitung.

Mengenai keterbukaan akses ini ditegaskan oleh KH: “...terbuka

buat umum.”66

Untuk layanan sirkulasi hanya dapat dimanfaatkan oleh

volunteer Buku Berkaki dan anak-anak yang tergabung di rumah

belajar binaan Buku Berkaki. Sedangkan untuk pemustaka dari

kalangan umum, mereka hanya mendapatkan layanan membaca.

pada tahun 2016, Ki mengatakan “Kalo diperpustakaan sih kita

nggak membuka layanan untuk peminjaman. Tapi kita buka

perminjamannya itu di visit buki. Di visit buki kita akan reguler,

eee… merefresh buku lama dengan buku baru. Itu dibeberapa

panti asuhan, tempat singgah. tapi kalo diperpustakaan kita

hanya baca ditempat.”67

Setelah dua tahun lebih dari pernyataan

KI, tidak ada perubahan dalam hal layanan. Hal ini dinyatakan

oleh KH: “Kalo (bahan pustaka) dipinjemin sih engga. Cuma

baca ditempat.”68

Fokus utama layanan sirkulasi memang terletak pada

peminjaman bahan pustaka untuk rumah belajar binaan buki. Hal

ini sejalan dengan visi komunitas Buku Berkaki itu sendiri, yakni

membantu membukakan jendela dunia untuk anak yang kurang

mendapatkan akses bacaan.

Sedangkan untuk volunteer Buku Berkaki, KH

mengungkapkan: “Boleh (bahan pustaka dipinjam) asal

66

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 67

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 28 Agustus 2016 68

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019

44

dibalikin. Monitoring-nya ngga ada sih, paling di catet

mandiri.”69

b. Kegiatan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki

Kegiatan perpustakaan merupakan upaya menghidupkan

perpustakaan. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut berkaitan

dengan buku dan perpustakaan itu sendiri baik secara langsung

maupun tidak langsung. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan

perpustakaan Buku Berkaki berorientasi pada buku dengan anak-

anak dan remaja sebagai sasarannya.

Saat diwawancarai, narasumber menjabarkan kegiatan-

kegiatan perpustakaan Buku Berkaki, baik yang diselenggarakan

di dalam ruangan perpustakaan Buku Berkaki maupun yang

dilakukan diluar ruangan. Terlepas dari lokasi kegiatan-kegiatan

tersebut, kegiatan-kegiatan ini merupakan bagian dari

perpustakaan Buku Berkaki. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut

antara lain:

1). Drop buki

Pada kegiatan Drop Buki, pengurus dan

Volunteeer buku berkaki membagikan informasi mengenai

keberadaan buku berkaki. Kegiatan ini bertujuan untuk

memperkenalkan Buku Berkaki di kawasan publik.

Disamping itu, lewat kegiatan ini Buku Berkaki menarik

minat kaum muda untuk ikut serta menjadi volunteer Buku

Berkaki.

Dalam kegiatan ini, pengurus dan volunteer buku

berkaki menyiapkan banner dan selebaran berisi info

mengenai komunitas buku berkaki. Para pengurus dan

volunteer ini akan menghampiri orang-orang yang ada di

sekitar tempat kegiatan ini berlangsung. Mereka akan

mempromosikan program kegiatan Komunitas Buku

69

Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019

45

Berkaki. Saat wawancara kedua dilakukan, kegiatan Drop

buki ini sudah tidak dilaksanakan lagi. Berikut penjelasan

dari KI: “...sebernernya kan drop buki ini untuk

meningkatkan awareness orang-orang sama Buku

Berkaki. Alhamdulillahnya kita sekarang... ya lumayan lah

relawan tuh dari temen, temennya temen, temennya

temen.... alhamdulillah sekarang udah mulai banyak yang

aware. Dulu itu buat open donasi di car free day, hei,

siapa yang mau donasi buku nanti bawa di drop buki.

Ternyata kan dengan kemajuan teknologi udah gampang.

Jadi kita nggak usah drop buki lagi.”70

2). Jemput Buki

Jemput Buki merupakan kegiatan dimana

volunteer Buku Berkaki melakukan penjemputan donasi

bahan pustaka. Kegiatan ini dilakukan jika Pengurus Buku

Berkaki di hubungi oleh donatur di sekitar area Jakarta-

Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Pada website buku

berkaki, nomor salah seorang pengurus digunakan sebagai

contact person untuk kegiatan ini. Donatur yang ingin

mendonasikan bukunya dapat menghubungi nomor

tersebut. dari donatur, pengurus akan mendapatkan alamat

pengambilan donasi. Pengurus ini kemudian akan bertanya

kepada pengurus dan volunteer Buku Berkaki lainnya

melalui pesan grup Line atau WhatsApp adakah yang bisa

menjemput buku di wilayah yang di sebutkan donatur.

Setelah ada yang bisa melakukan penjemputan, pengurus

akan mengatur waktu yang luang sesuai dengan kesibukan

donatur dan pengurus atau volunteer yang menjemput. Hal

ini sejalan dengan pernyataan KI: “Jemput buki itu

biasanya dari perseorangan, dia akan kontak ke nomor-

70

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019

46

nomor yang disediakan di web buki, nanti kita akan

jemput bukunya.”71

Semakin berkembangnya jasa pengiriman barang

mempengaruhi kegiatan ini. Jika sebelumnya pengurus

dan volunteer menjemput sendiri donasi. Dengan

keberadaan pengiriman oleh ojek dan mobil online, donasi

bisa di jemput tidak harus oleh pihak Buku Berkaki

langsung. Donasi bisa di antarkan dengan cepat dan dapat

di monitor pengirimannya melalui aplikasi. KM

menjelaskan: “Jadi beberapa volunteer yang punya motor

atau mobil dulu itu bener-bener jemput ke Bogor, atau

kemana itu. Karena dulu untuk go-send itu belum ada.

Tapi semakin kesini pengiriman semakin lancar, jadi ya

udah. Kalo nggak go-send di kirim by ekspedisi.”72

Perpustakaan Buku Berkaki menunjukan bahwa

inovasi dan perubahan di masyarakat dapat mempengaruhi

dan memudahkan kegiatan perpustakaan.

3). Sangkar Buku

Sangkar buku merupakan wadah berbentuk

sangkar berisi buku-buku yang di tempatkan di ruang

terbuka. Sangkar Buku dibuat untuk memperkenalkan

budaya baca baru selain di perpustakaan yaitu di ruang

terbuka. Kegiatan ini dilaksanakan di Taman Kota Klaten,

Jawa Tengah. Mengenai kegiatan ini, KI mengungkapkan:

“... Di luar negeri namanya little freee library. Jadi kayak

perpustakaan mini, ada kotak, nanti mereka bisa baca

disitu. Atau bisa ambil buku satu tukar dengan buku yang

lain. Atau bisa nambahin juga.”73

71

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2016 72

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 73

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019

47

Lebih lanjut, KM menceritakan: “ ... Kita bikin

versi indonesia, namanya sangkar buku. Karena dia

bentuknya kayak sangkar burung gitu. Percobaan itu di

ulang tahun kelima Buku Berkaki di kota Klaten, jawa

tengah. Tapi gagal. Seminggu pertama buku berkurang,

minggu kedua semakin banyak, minggu selanjutnya

semakin banyak, sebulan kemudian sesangkar-sangkarnya

hilang. Tadinya itu adalah percontohan. Kalo itu berhasil,

kita akan coba di beberapa kota. Ternyata gagal.”74

4). Rabu baca buku

Rabu baca buku merupakan kegiatan perpustakaan

Buku Berkaki dengan memanfaatkan media sosial

instagram Buku Berkaki

(https://www.instagram.com/bukuberkaki/). KM

menyebutkan sasaran kegiatan ini: “...bukan buat anak-

anak. Ya buat millineal sepantaran kita gitu.” 75

Dengan menggunakan tagar #RabuBacaBuku,

masyarakat dapat membagikan informasi buku, ulasan

buku dan saling merekomendasikan bacaan. Hingga saat

ini, terdapat 128 postingan yang menggunakan tagar.76

Dari 128 postingan tersebut, 9 diantaranya merupakan

postingan Buku Berkaki sedangkan 119 adalah postingan

pengguna instagram lainnya. Dengan cara ini, bukan

hanya menularkan kegiatan membaca buku di hari rabu.

Tapi juga sebagai cara promosi komunitas Buku Berkaki.

5). Sinema Buki

Sinema buki adalah pemutaran film dengan

beragam tema terkait dunia anak dan literasi. Kegiatan ini

74

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 75

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 76

https://www.instagram.com/explore/tags/rabubacabuku/ diakses pada 5 Mei 2019

48

diselenggarakan secara rutin setiap sekali dalam dua

bulan. Kegiatan ini bertempat di ruangan perpustakaan

Buku Berkaki.

Informasi mengenai Sinema Buku Berkaki beserta

judul film yang akan di putar ini disebarkan melalui akun

media sosial buku berkaki dan akun-akaun pribadi

pengurus dan Volunteer Buku Berkaki. Pada hari yang

tertera, film akan di putar menggunakan laptop, proyektor

dan layar.

Namun, KM mengungkapkan:“Sejak

perpustakaan kita hilang... biasa itu buat anak-anak.

Setiap hari sabtu, dua bulan sekali.”77

Sejak Agustus

2018 lalu, ruangan perpustaakaan Buku Berkaki di

renovasi oleh pihak Museum Kebangkitan Nasional.

Dengan renovasi ini, kegiatan perpustaakaan yang

bertempat di ruangan perpustakaan tidak dapat dilakukan.

Meskipun demikian, kegiatan perpustakaan yang tidak

dilakukan di dalam ruang perpustakaan masih tetap

berjalan.

6).Buku untuk Indonesia

Buku untuk indonesia atau BUI merupakan

kegiatan yang bertujuan untuk memfasilitasi kebutuhan

bahan pustaka untuk daerah-daerah terpencil di Indonesia.

Siapapun bisa merekomendasikan perpustakaan sekolah

atau taman bacaan masyarakat yang membutuhkan bahan

pustaka. Pendaftaran dapat dilakukan secara daring pada

http://buindo.bukuberkaki.org.

Perpustakaan sekolah atau taman bacaan

masayarakat yang sudah mendaftar akan diseleksi

77

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019

49

kelayakannya untuk menerima paket bahan pustaka.

Kriteria seleksi ini antara lain:

- Perpustakaan/Taman bacaan setidaknya sudah

beroperasi selama 6 bulan. Hal ini untuk menjamin

keberlanjutan perpustakaan/taman bacaan tersebut.

- Taman bacaan yang diperuntukan untuk anak

dibawah usia 6 tahun.

- Taman bacaan dengan anggota mayoritas 18 tahun

keatas. Hal ini dikarenakan sasaran kegiatan

komunitas Buku Berkaki sendiri adalah anak usia

sekolah, SD hingga SMA.

- Taman bacaan yang tidak bisa menunjukan aktifitas

melalui foto-foto.

- Taman bacaan komersil, kecuali jika uang iuran

yang dibebankan kepada anggota untuk biaya

pemeliharaan dan nilainya tidak signifikan.

- Taman bacaan pemerintah.

Setelah menerima paket, pihak penerima paket

bantuan bahan pustaka wajib memberikan konfirmasi.

Konfirmasi ini akan menjadi bahan pertimbangan untuk

pengiriman bantuan selanjutnya.

Mengenai kegiatan ini KM menuturkan: “Itu

langsung putus. Nggak kontinyu. Jika mereka sudah

memenuhi kriteria, kita serahkan.” 78

7). Peminjaman untuk binaan komunitas Buku Berkaki

Untuk menjalankan visi dan misinya, komunitas

Buku Berkaki memiliki sepuluh rumah belajar binaan.

Buku berkaki meminjamkan sejumlah bahan bacaan ke

rumah belajar, rumah singgah ataupun panti asuhan.

Setiap dua minggu, pihak Buku Berkaki akan datang

78

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019

50

untuk menukar buku yang lama dengan sejumlah buku

yang baru. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar anak-anak

yang berada di lokasi peminjaman tersebut mendapatkan

bacaan baru setiap dua minggu. KM menceritakan:

“Awalnya siapa aja yang mau ngundang buki, kita

datang. Cuman kita keteteran, dan nggak ada hasil yang

maksimal. Karena tidak ada controling. Jadi per-2017,

kita pilih 10 di Jakarta dan Bogor. Tadinya Bogor mau

kita take out. Cuman ini panti asuhan paling awal kita

yang temenin, akhirnya Bogor masuk satu. Kita lihat

urgensinya, yang paling membutuhkan yang mana, itu

yang jadi binaan.”79

Adapun kesepuluh rumah belajar binaan tersebut ialah:

Tabel 4. 4 Daftar Rumah Belajar Binaan Buku Berkaki

Rumah Belajar Lokasi Volume

Layanan

Rumbelraw

(Rumah Belajar

Rawamangun)

Jl. Pemuda 2

RT.008/RW.02

Lapangan Bakso Pakde,

Rawamangun

Dua minggu

sekali

KBSI

(Komunitas

Belajar

Sejahterakan

Indonesia)

Jl. Tanah Tinggi Baru

No. 80, RT 12/RW 6

Kel. Tanah Tinggi, Kec.

Johar Baru – Jakarta

Pusat

Dua minggu

sekali

SAAJA (TK

SAAJA

Pusdiklat DKI No.7, Jl.

HR Rasuna Said,

Dua minggu

sekali

79

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019

51

PARAM,

Sekolah

Alternatif untuk

Anak Jalanan)

Setiabudi Jakarta Selatan

HORE

Indonesia

Jl. Patra Raya, Kampung

Guji Baru, Kel. Duri

Kepa, Kebon Jeruk

Dua minggu

sekali

Al-Qi (PSSA

Pondok Yatim

Al-Qi)

Jl. Cendawan B No.12

RT.001/RW.08 Kel.

Ciparigi, Kec. Bogor

Utara, Kota Bogor (Di

Depan Polsek Sukaraja)

Dua minggu

sekali

ICHI Jl. Bina Marga, Kalibata Dua minggu

sekali

Yanatel

(Yayasan Anak

Teladan)

Jl. Jatibunder

RT.17/RW.14 Kel.

Kebon Melati, Tanah

Abang, Jakarta Pusat

Dua minggu

sekali

Missil3 Bawah Kolong Tol

Jembatan 3 (Samping

Pos Polisi Subsektor

Penjaringan), Jakarta

Utara

Dua minggu

sekali

Penjaringan/Dao

/Tangsel

Kampung Dao Dua minggu

sekali

La Tansa Salaf Kampung Melayu,

Jakarta Timur

Dua minggu

sekali

Sumber: Data Lapangan Yang Diolah, Maret 2019

52

Komunitas Buku Berkaki bekerjasama dengan

pihak pengelola rumah belajar. Setiap rumah belajar ini

dipinjami sekitar 50 judul buku yang menyesuaikan

kebutuhan anak-anak di rumah belajar tersebut. sebagai

alat conrtroling, Buku Berkaki meggunakan semacam

kartu yang diisi oleh pemustaka, dalam hal ini anak-anak

rumah belajar. KI Menjelaskan: “Anak-anak bacanya

sejauh mana, terus mereka kan ada catatan pengen baca

buku apa. Jadi kita memenuhi kebutuhan mereka supaya

apa yang mereka butuhkan gitu.”80

KM menambahkan: “Rotasi bukunya dua minggu

sekali.”81

Hal ini memungkinkan anak-anak di rumah

belajar mendapatkan bahan bacaan baru setiap dua

minggu.

Buku Berkaki berkembang mengikuti trend

perubahan yang terjadi di masyarakat. Seperti kegiatan

Drop Buki yang dihentikan karena tidak lagi sesuai

kebutuhan. Begitu pula kegiatan Jemput buki yang

mengalami perubahan dengan memanfaatkan

perkembangan jasa antar. Selain kedua kegiatan tersebut,

buku untuk Indonesia adalah kegiatan yang baru muncul

karena permintaan masyarakat. KI memberikan

keterangan: “...Awal berdirinya tuh minjemin buku. Kayak

BUI tuh baru muncul karena permintaan buku kita tuh

udah banyak banget.”82

8). Kegiatan Kolaborasi

Selain menggagas dan menyelenggarakan kegiatan

secara mandiri, komunitas Buku Berkaki juga

mengadakan kegiatan bersama dengan komunitas lain.

80

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 81

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 82

Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019

53

Kegiatan kolaborasi tersebut tidak jauh dari isu buku dan

perpustakaan. Walaupun kegiatan kolaborasi ini tidak

bersifat kontinyu, namun jaringan kerjasama yang telah

terbangun akan berlanjut seterusnya. KM menyebutkan

beberapa nama komunitas yang pernah berkolaborasi

dengan Buku Berkaki: “... namanya sejuta buku untuk

Indonesia, terus, backpacker Indonesia, komunitas

berbagi nasi, komunitas komunitas ramashinta, ayo

dongeng, belantara budaya indonesia, hibah buku.”83

Namun, kegiatan kolaborasi ini tidak berlangsung

lama. KM memberikan penjelasan: “Ya paling

perkegiatan. Misalnya kegiatan apa, kita diundang untuk

share ke anak-anak, terus bikin rumah baca bareng-

bareng, bikin semacam pojok baca gitu. Ini untuk sekali

waktu doang dong ya. Kalo untuk yang kontinyu nggak

ada.”84

Meskipun memiliki keterbatasan, komunitas Buku

Berkaki tidak berhenti melakukan kegiatan dan

memberikan layanan kepada pemustaka. Pihak pengurus

perpustakaan komunitas buku berkaki mencoba kegiatan-

kegiatan interaktif agar pemustaka merasa betah dan dekat

dengan perpustakaan. Kegiatan perpustakaan buku berkaki

tidak terikat pada ruangan perpustakaan. Seyogiayanya,

layanan dan kegiatan perpustakaan memang tidak hanya

tereikat pada ruangan perpustakaan itu sendiri. Karena

kehadiran perpustakaan adalah tersedianya akses terhadap

sumber informasi agar dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat .

83

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 84

Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019

54

BAB V

PENUTUP

Penelitian terhadap pengelolaan perpustakaan komunitas Buku Berkaki

telah diuraikan pada bab I sampai dengan bab IV. Pada bab penutup ini, penulis

akan menarik kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang merupakan jawaban dari

rumusan masalah pada bab pertama. Selain itu, dalam bab ini, penulis akan

memberikan saran untuk pihak pengelola Perpustakaan komunitas Buku Berkaki

agar semakin lebih baik di masa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Dari penelitian terhadap pengelolaan Perpustakaan komunitas Buku

Berkaki, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sumber bahan pustaka Perpustakaan komunitas Buku Berkaki

sepenuhnya merupakan swadana yang bersumber dari donasi

masyarakat, baik perorangan, kelompok, maupun melalui perusahaan.

Pengelolaan bahan pustaka Perpustakaan komunitas Buku Berkaki

melalui tiga tahapan, yaitu penyortiran, pendataan dan pelabelan.

2. Layanan Perpustakaan komunitas Buku Berkaki berupa layanan

membaca dan layanan sirkulasi. Namun layanan sirkulasi hanya

ditujukan untuk volunteer Buku Berkaki dan melalui kegiatan

peminjaman berkala kepada rumah belajar binaan Buku Berkaki.

Kegiatan yang diselenggarakan Perpustakaan komunitas Buku Berkaki

antara lain: Drop BuKi, Jemput BuKi, Sangkar Buku, Rabu baca buku,

Sinema BuKi dan Buku untuk Indonesia. Selain kegiatan-kegiatan

tersebut, komunitas Buku Berkaki juga bekerjasama dengan

komunitas-komunitas lainnya dalam kegiatan-kegiatan yang masih

berkaitan dengan anak-anak dan dunia buku. Kerjasama ini tidak

berkesinambungan.

55

B. Saran

1. Dalam hal pengadaan bahan pustaka, Perpustakaan komunitas Buku

Berkaki dapat melakukan tukar bahan pustaka dengan perpustakaan

komunitas lain.

2. Untuk mempermudah proses pengolahan bahan pustaka, ada baiknya

terlebih dahulu menentukan pedoman yanga akan di gunakan. Baik

dengan cara menggunakan pedoman yang sudah ada, maupun dengan

membuat pedoman sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

perpustakaan.

3. Jalinan hubungan baik yang telah terbentuk dari kersama antar

komunitas dapat dimanfaatkan dalam proses pendataan bahan pustaka.

56

DAFTAR PUSTAKA

A. Muri Yusuf. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Kencana, 2017.

Abdul Rahman Saleh dan Rita Komalasari. Manajemen Perpustakaan. Tangerang

Selatan: Universitas Terbuka: 2014.

Andika Hendra Mustaqim, “Memberdayakan Perpustakaan Komunitas sebagai

Ujung Tombak Peningkatan Budaya Membaca”, Visi Pustaka, Desember

2010. Diakses pada 13 April 2019.

https://www.academia.edu/4705368/Memberdayakan_Perpustakaan_Kom

unitas_Sebagai_Ujung_Tombak_Peningkatan_Budaya_Membaca

Buku Berkaki. “Khayalan Ngamen buat Bangsa dan Ruang Baca”.

http://bukuberkaki.wordpress.com/2011/09/30/khayalan-

ngamenbuatbangsa-dan-ruangbaca/ diakses pada 20 April 2019

Buku Berkaki. “Tentang Buku Berkaki”.

http://slideshare.net/mobile/BukuBerkaki/tentang-buku-berkaki diakses

pada 19 April 2019

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Mengelola Taman Bacaan

Masyarakat (TBM). Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat

Jendral Pendidikan Luar Sekolah, 2006.

Etienne Wenger (et.al.), Cultivating Communities of Practice: a Guide to

Managing Knowledge, Boston: Harvard Business School Press, 2002.

Francisca S. Patmadiwiria, “Pengelolaan Perpustakaan”, Pembimbing Pembaca,

Vol. 9, No.4, April 1990.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. “Daftar TBM”.

http://donasibuku.kemdikbud.go.id/tbm diakses pada 3 Agustus 2019

Lisda Rahayu, Materi Pokok Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.

Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA_LAN, 1999.

Ririn Sjafriani. “Menelusuri Jejak Buku Berkaki.”

http://fromblazertodaster.blogspot.com/2013/2012/menelusuri-jejak-buku-

berkaki.html?m=1 diakses pada 20 April 2019

Stian Haklev, “Factor that Contributed to the Community Library Movement in

Indonesia”, (Berlin, New York: Libri, Vol. 60, pp.15-26, March 2010)..

57

https://www.academia.edu/327699/Factor_that_Contributed_to_the_Com

munity_Library_Movement_in_Indonesia Diakses Pada 20 Mei 2016

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.

_______, Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta, 2009.

_______. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2008.

_______. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2016.

Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan Perpustakaan. Jakarta:

Universitas Terbuka, 2009.

__________. Pengantar Ilmu Perpustakaan Perpustakaan. Jakarta: Universitas

Terbuka, 2010.

Susi Sukaesih. Ikut Komunitas & Jadi Volunteer itu Asik!. Surabaya: CV. Garuda

Mas Sejahtera, 2013.

Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Sagung Seto, 2006.

__________. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: CV. Sagung Seto, 2006

__________. Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan

Masyarakat Informasi. Jakarta: Panta Rei, 2005.

Tatang Somantri dan Endin Suhanda. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan

Usaha Bersama. Bandung: Mitra Sarana, 2012.

LAMPIRAN

Dokumentasi Penelitian

Pengurus Perpustakaan Buku Berkaki Berfoto Bersama di Ruangan Perpustakaan

Buku Berkaki (sumber: Dokumentasi Komunitas Buku Berkaki).

Kegiatan membaca di perpustakaan Buku Berkaki (sumber: Dokumentasi

Komunitas Buku Berkaki).

Kegiatan Jemput BuKi (Sumber: dokumentasi komunitas Buku Berkaki)

Kegiatan Drop BuKi (Sumber: dokumentasi komunitas Buku Berkaki)

Penulis saat membacakan salah satu bahan pustaka kepada anak-anak Rumah

Belajar Yanatel pada kegiatan rolling buku (sumber: dokumentasi pribadi diambil

pada 7 April 2019)

Penulis, Kiri Bawah bersama dengan Pengurus dan volunteer Buku Berkaki dalam

kegiatan Pengepakan bahan pustaka untuk kegiatan Buku Untuk Indonesia

(Sumber: Instagram Buku Berkaki diunggah pada 27 Agustus 2016, diunduh pada

8 Mei 2019)

Pendataan Buku (Sumber: Instagram Buku Berkaki diunggah pada 25 April 2015,

diunduh pada 8 Mei 2019)

Buku Berkaki pada Festival Dongeng Internasional Indonesia bersama komunitas

Ayo Dongeng Indonesia (Sumber: Instagram Buku Berkaki diunggah pada 7

November 2016, diunduh pada 8 Mei 2019)

Catatan Buku Buki (Sumber: Instagram Buku Berkaki diunggah pada 28

November 2016, diunduh pada 8 Mei 2019)

Penerimaan Donasi Buku dari Gunung Agung (Sumber: Instagram Buku Berkaki,

diunggah pada 7 September 2017, diunduh pada 8 Mei 2019)

TRANSKIP WAWANCARA

Transkip wawancara penulis dengan KL

Minggu, 28 Agustus 2016

Peneliti : Bagaimana proses pengadaan buku di perpustakaan buku berkaki?

KL : Pengadaan buku diperpustakaan sebetulnya itu hasil dari para

donatur yang metode pengumpulannya sendiri ada dua sistem perta

sistem jemput, yang kedua diantar langsung sama donaturnya. Kalau

sistem jemput itu menyesuaikan sama daerah terdekat donatur sama

member buki, volunteer, krucil dalam hal ini. Jadi misalnya ada

donatur yang mau menyumbangkan donasi di daerah pondok indah,

kita akan kontak ke salah satu member krucil kita; ada yang bisa

jemput, nggak? atau… ya, seperti itu sih. Tinggal mereka nanti janjian

gimana, ya nanti bukunya disimpen dulu di rumah krucil, kalau

menyempatkan nanti baru dibawa ke perpustakaan. Yang kedua

adalah diantar langsung ke perpustakaan di Museum Kebangkitan

Nasional, yang buka setiap hari sabtu, mulai dari jam sembilan pagi

sampai jam tiga sore, itu setiap sabtu, selalu buka, pasti buka, karena,

kita ada jadwal piket dari beberapa teman pengurus dan krucil buki.

Peneliti : Ada kriteria untuk donasi nggak sih, Kak?

KL : Donasi… donasi, donasi, kita bisa berupa buku, dan materi. Nanti

tentu saja materi dalam bentuk uang misalnya ada pelaporan bulanan

yang kita publish setiap bulan di website, kalau buku kategorinya ya

buku untuk anak-anak usia sekolah ya, buku cerita anak, dongeng,

fabel, buku tokoh biografi yang menginspiurasi atau buat adik-adik

yang SMP-SMA bisa novel, atau buku-bu yang motivasi, ensiklopesia

juga bisa. Yang jelas buku-buku tersebut tidak berbau partai politik

sama SARA yah, karena itu. Buat usia anak sekolah agaknya masih

kurang mendidik. Buku-buku yang kurang mendidik tidak kita terima,

jadi sebelum misalnya ada jemput buku didaerah pondok indah, krucil

yang akan jemput harus memastikan buku itu apa, oya buku-buku

pelajaran juga yang kurikulum lama atau kurikulum terbaru juga…

kita masih pertimbangkan, tidak diterima. Karena klita agak susah

menyalurkannya. Kecuali kita ke sekolah-sekolah. Tapi kan tujuan

kunjungan kita kan nggak ke sekolah. Kalo materi pelajaran masih

bisa, kayak kamus, atlas buku-buku bahasa, masih bisa kita terima.

Yang jelas buku-buku pelajaran, buku berbau seks, pornografi, atau

yang berbau unsur politik, tidak kita terima. Oh iya, kita juga

menerima donasi alat-alat peraga permainan, karena untuk

merangsang minat baca ke adik-adik kita nggak bisa langsung cekoki

mereka suruh mereka baca buku langsung. kita harus merangsang

mereka dengan games, atau untuk dongeng. Itu biasanya kita setiap

kunjungan, selalu mengajak mereka bermain. Misalnya bermain

tentang menentukan peta provinsi, kita butuh peta kan, atau globe

menentukan keadaan atau posisi suatu daerah misalnya. Seperti itu aja

sih.

Peneliti : Bagaimana proses pengelolaan buku dari mulai bukunya nyampe di

perpus, sampe dengan bukunya nangkring di rak?

KL : Nah seperti itu tadi, nanti dari dua metode pengadaan buku tersebut

nanti kita pilih, begitu nyampe di perpus terus kita pisahkan, yang

belum di data, ada yang sudah di data, nanti disesuaikan dengan

kondisi pendataan, yang dijadwalkan biasanya sih perenam bulan

sekali, jadi setaun itu ada dua kali pendataan. Nah, pengelolaannya

sendiri, database biasanya kita ada kayak terakhir itu sekarang sudah

empat kali pendataan buku jadi selama pendataan buku itu seharian

penuh, kadang pernah sampai dua hari. Kita melebel, mencatat, ya.

Kita semua sosialisasikan, mengajak, temen-temen volunteer lainnya

untuk berpartisipasi.

Peneliti : Bentuk peminjaman di perpus buki kayak gimana sih kak?

KL : Karena perpustakaan kita ini, menyesuaikan juga sama kegiatan rutin

buki yaitu meminjamkan buku bacaan. Jadi, buku diperpus itu masih

sitemnya baca ditempat. Untuk umum ya. Tapi untuk volunteer sih

yang sudah sering ikutan, nanti dicatet yang mau dibawa pulang,

dicatet secara manual, nanti catatannya diserahkan ketemen pengurus

tinggal lapor, aja sih. fleksibel dan nggak terlalu ketat juga sih kalau

untuk volunteer. Tapi untuk umum kita belum mengizinkan untuk

dibawa pulang.

Selain itu, Buku berkaki itu kan sebenernya konsepnya kayak

perpustakaan keliling. Cuma kalo perpustakaan keliling, mereka ada

mobil, terus buku-buku yang dibawa pun random. Dalam artian ketika

misalnya dikerebutin anak-anak, belum tentu buku yang dibawa sama

pepustakaan itu sesuai sama bacaan mereka. Nah kalau buku berkaki,

sebaliknya. Kita yang mengunjungi adik-adik, tentunya dengan cara

survei. Survei dalam artian misalnya rumah singgah atau panti asuhan,

kita nanya dulu nih ke pengasuhnya ada berapa buku, yang disana

atau malah nggak ada buku, terus tanya juga minat bacanya gimana,

rentang usia adik-adik di rumah singgah atau panti asuhan itu ada

berapa anak, usianya berapa, nah itu disesuaikan itu jadi patokan kita

kira-kira buku apa yang pantas dibawa ke anak-anak usia lima tahun,

usia enam tahun, usia dua belas tahun, kita menentukannya dari hasil

survei itu. Nah selain itu, kita juga menyesuaikan sama tema yang

dibawa. Misalnya ketika kita akan datang pas bersamaan dengan hari

laut. Maka buku-buku yang akan dibawa temanya sesuai dengan laut,

tapi sebagian besar buku-buku yang kita bawa sih cerita anak sama

dongeng, atau ensiklopedia seperti itu sih. Nah, Buku yang

dipinjamkan ke rumah singgah atau panti asuhan biasanya maksimal

sih durasi satu bulan ya, harusnya. Itu juga masih jadi PR buat kita.

Karena secara ini belum konsisten. Karena menyesuaikan juga dengan

kondisi temen-temen volunteer. Jadi jadwal-nya bisa misalnya di panti

A, satu bulan setengah, baru satu bulan setengah kemudian kita

menukar dengan bacaan yang lebih baru. Terakhir kita disahabat

missil yang dikolong jembatan itu malah tiga atau empat bulan sih.

Memang tahun ini emang banyak banget acara yang diluar, diluar apa

ya, rutinitas reguler buki sih, peminjaman buku, kita akan terus

evaluasi setiap kegiatan, makanya setiap selesai kegiatan beberapa

temen pengurus selalu mengadakan evaluasi kecil-kecilan. Pengennya

sih setiap misalnya di panti A, dua minggu, tiga minggu, nanti

berikutnya datang lagi dengan bacaan yang lebih baru biar adik-adik

variasi bacaannya lebih kaya. Kenapa konsep dari buku berkai inikita

pinjamkan karena kalo kita ada buku tentang pantai atau laut kalau

kita kasih kesatu anak maka yang tahu tentang laut atau pantai ya satu

anak itu doang. Tapi kalau kita puter, buku tersebut anak yang satu ke

anak yang lain juga jadi tahu.

Peneliti : Bagaimana proses perawatan buku di perpus buki?

KL : Untuk perawatan itu kita serahkan kepada e… jadwal piket yang

rutin tiap sabtu jadi, yang jaga misalnya hari sabtu sesil, nanti sesil

diberi wewenang untuk merapihkan buku yang ada disana,

mengurutkan, sesuai lebel yang ada perkategori e… dan, ya…

merapihkan kembali beberapa buku yang ada di… berantakan karena

tiap sabtu itu sabtu pagi kan, perpus kita itu ada kegiatan e… latihan

anak-anak dari yayasan belantara budaya, jadi kadang-kadang, e…

buku, e… berserakan dimana-mana ya itu nanti tanggung jawab krucil

yang piket pada hari sabtu.

Peneliti : Kendala apa yang dialami dalam menjalankan perpus buki?

KL : Selama ini karena kita sifatnya masih nebeng, jadi terutama yang

latihan dari temen-temen yayasan belantara budaya itu sih karena

latihan dari jam sembilan pagi sampai jam dua belas siang, atau

kadang lebih, sampai jam satu setengah dua pernah, itu adalah ya,

ketika misalnya hari minggu kita selalu mengusahakan hari minggu

itu visit buki ya, kunjungan buku berkaki, rutin, jadi, ketika kita mau

memilah beberpa buku yang disesuaikan dengan anak-anak panti

asuhan atau rumah singgah yang akan kita kunjungi, kita kesulitan

karena terkendala dengan apa ya, proses dari temen-temen yayasan

belantara budaya itu yang sedang latihan angklung. Kita mau ngambil

buku di kategori anak sementara ditempat tersebut area tersebut

sedang ada yang latihan angklung atau latihan musik. Sejauh ini

kendalanya itu. Yang kedua dalam hal pendataan mungkin ya. Tapi

belakangan coba kita rapihkan, jadi setiap buku yang keluar ke panti

mana atau di rumah singgah kita selalu catet. Karena dulu tanggung

jawabnya adalah buku dari para donatur itu kan memang

diamanahkan untuk diajak keliling, diputer, jadi buku dipanti A, nanti

suatu saat dikeliling ke panti B, ke panti C, berikutnya, seperti itu.

Kendala kita tanggung jawabnya adalah dari rumah singgah atau panti

sendiri yang kadang pernah ada yang sampai hilang, dan kita tidak

bisa memberikan dalam tanda kutip sangsi apapun, karena kita sendiri

yang memang ingin meminjamkan buat mereka.

Peneliti : Upaya apa yang telah dan atau akan dilakukan dalam mengatasi

kendala tersebut?

KL : Nah, upaya kita kan diperpus ini kan udah berjalan satu tahun per-

Agustus ini, kita belum duduk bersama lagi sih sama temen-temen

belantara budaya, enaknya gimana, karena kita sebagian besar

volunteer, krucil buku berkai itu kan, pekerja dan mahasiswa jadi

setiap kegiatan otomatis pasti dihari sabtu atau minggu atau hari libur,

jadi pengennya full perpustakaan itu sehari penuh, umum bisa

berkunjung. Malah mungkin bukan mustahil kita bisa meminjamkan

kepada umum secara, ya secara umumlah, gitulah. Artinya bisa

dipinjam, dicatat dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu

kayak misalnya fotocopy KTP, bayar buat iuran donasi dan

sebagainya. Kita belum sampai ke sana. Nah, terus kendala kedua

adalah seperti buku-buku yang hilang dirumah singgah, panti asuhan

seperti itu ya. Sejauh ini nih, memang tidak ada solusi sih, tidak ada

solusi dalam artian ketika buku ilang dipanti A. ya… bukan dalam

artian pasrah sih kita tetap mengganti dengan buku yang lebih baik

lagi. Makanya donasi tidak terbatas, akan kita buka kecuali buku

pelajaran yah, karena menyalurkannya agak susah buku pelajaran.

Transkip wawancara penulis dengan KI

Minggu, 28 Agustus 2016

Peneliti : Kak kalo pengadaan bahan pustaka, pengadaan koleksi di

perpustakaan buku berkaki itu gimana sih kak prosesnya?

KI : Yang pertama itu jemput buki. Jemput buki itu biasanya dari

perseorangan, dia akan kontak ke nomor-nomor yang disediakan di

web buki, nanti kita akan jemput bukunya. Ada juga beberapa dari

donasi perusahaan. Selama ini yang bekerja baru satu, bekerja sama

baru satu kali sih mandiri CTO. Sama kemarin sempet Karena kita

menang program donasi bekas jadi berkah. Jadi kita dapet seratus juta

rupiah. Dimana tujuh puluh lima jutanya itu dibelikan buku, jadi

kebanyakan buku kita berasal dari sana

Peneliti : Untuk pengola- pengelolaan bahan koleksi sendiri kak, begitu buku

masuk nih ke buki prosesnya dikayak gimanain kak nyampe bisa ada

di rak?

KI : Biasanya sih setelah kita jemput kemudian kita pilah itu tuh masuk

ke untuk di donasikan, atau untuk dijadikan tambahan koleksi di

perpustakaan buku berkaki. Biasanya kita sekitar enam bulan sekali,

kemarin sih baru sekali sih kita ada pengkategorian buku-buku yang

ada di buku berkaki. Kalo misalnya ditarokan di pengkatagorian buku

berkaki, biasanya kita sampul kemudian kita kategorisasi terus

ditaronya baru di rak buku berkaki. Tapi kalo di masukan di donasasi,

biasanya kita taro di box-box yang emang kita akan salurkan ke misal

buku untuk indonesia, inisiasi taman baca. Seperti itu.

Peneliti : Untuk buku-buku sendiri nih kak, itu dilayankan nggak sih kak di

perpustakaan buku berkaki?

KI : Kalo diperpustakaan sih kita nggak membuka layanan untuk

peminjaman. Tapi kita buka perminjamannya untuk adik-adik yang

kita datangi. Di kita akan reguler, merefresh buku lama dengan buku

baru. Itu dibeberapa panti asuhan, tempat singgah. Tapi kalo

diperpustakaan kita hanya baca ditempat. Terus buku-buku yang

masuk dari donasi kemarin itu biasanya kita akan donasikan ke buku

untuk indonesia atau inisiasi taman baca. Kalau itu, buku untuk

indonesia atau taman baca, Itu pengelolaannya tergantung

pengurusnya masing-masing.

Peneliti : untuk menjaga kondisi koleksi di perpustakaan buku berkaki kak,

ada nggak sih perawatan-perawatan yang dilakukan oleh pihak

pengelola buku berkaki?

KI : sebenarnya kita lebih ke penyampulan, penyampulan dengan plastik

mika, terus kemudian pengkategorian dengan warna, kemudian

nomor, itu aja sih sebenernya. Tapi untuk misalnya buku, buku rusak

karena kita emang, biasanya di perpus adek-adek bacanya suka

sembarangan kan, itu biassanya kita benerin kayak pake lem atau apa.

Peneliti : sejauh ini kak, sebagai sebuah perpustakaan, ada nggak sih kak,

kendala-kendalanya?

KI : kendalanya sebenarnya di pengkategorian karena kan emang banyak

beberapa buku sama, terus kadang-kadang kita mengklasifikasinya tuh

beda-beda. Jadi ada satu satu buku yang setelah kami lihat datanya,

ada yang masuk ke cluster kategori kayak ensiklopedi. Terus Ada juga

yang masuk ke cluster kategori. Novel gitu. Karena emang beda

mindset ya, kadang-kadang orang mengkategorikannya salah. Kayak

gitu. Itu sih masalahnya. Terus habis itu, kemudian karena kita kan

emang pendistribusiannya kita banyak tempat pendistribusiannya

terus orang-orang yang mencatat beda-beda. Kadang-kadang ada

beberapa yang alpa menulis gitu, jadi, kita kadang-kadang nggak tahu

nih sebenernya buku A ini sekarang ada dimana tempatnya terus habis

itu buku B ini tempatnya yang dimana, dan gitu. Sama, satu lagi sama

teknik penyampulan. Jadi kadang-kadang satu orang biasanya

menyampul dengan cara „A‟, satunya lagi menyampul dengan cara

„B‟, ternyata yang benar tuh dengan cara „A‟. Mungkin sih yang lebih

tepat pas lagi diawal tuh kurang brieffing kan, harusnya disampul cara

penyampulannya kayak gini nih biar lebih awet, kayak gitu.

Peneliti : Nah mengatasi kendala-kendala itu, udah ada upaya-upaya apa aja

nih kak?

KI : Sekarang Sebenarnya kita udah buka divisi untuk kategorisasi buku

sementara kita buat sistemnya dulu sih biar terintegrasi jadi kita bisa

tahu atau donatur juga bisa tahu buku mereka tuh sebenernya ditaro

dimana. Jadi beberapa buku yang kita donasikan tidak kita catat, nanti

kita akan mencatatnya jadi donatur tahu nih buku yang mereka tuh

misalnya oh, udah di papua atau misalnya oh buku mereka dibuat jadi

koleksi buku berkaki. Gitu. Gitu aja sih.

Transkip wawancara penulis dengan KA

Minggu, 28 Agustus 2016

Peneliti : Untuk pengadaan buku buku di sini, di perpus itu kayak gimana kak?

KA : Kalo perpustakaan Buki bukunya itu dari berbagai macam sumber,

ada yang donasi perseorangan, ada yang donasi perusahaan, company,

gitu-gitu. ada yang milik pribadi volunteer terus didonasikan gitu-gitu

sama temen-temen yang lain sih, temen-temennya volunteer gitu yang

mau mendonasikan pribadi, kita persilahkan. Terus... jadi kalo

misalnya yang pertama kan tadi kan yang dari perseorangan itu kita

ngambil dari program jemput buku namanya. Jemput buku itu, jadi

kalo misalnya nih Sesil, ada temennya yang pengen donasi nih gitu.

Tinggal ngubungin Volunteer atau mention di sosial media. bukunya

seberapa banyak, apa aja bukunya gitu-gitu. Ntar kita yang jemput

kerumahnya kalo masih di wilayah JaBodeTabek. kayak gitu. Ya

biasa sih kalo volunteer kan udah tahu lah ya, kalo misalnya mau ada

buku yang mau di donasikan tinggal bawa aja ke perpus toh juga

mereka tiap weekend bisa main kesini gitu-gitu. Itu sih ya kayak gitu

Peneliti : jadi sistemnya kakak yang nyari donasi gitu ya kak?

KA : tapi ada juga kalo misalnya, kalo jemput buku kan kita sebar aja dulu

sih awalnya dari sosial media juga kan. siapa yang punya buku nggak

dipake mau disumbangin, sok calling kita nanti kita ambil gitu-gitu.

Peneliti : berarti aktif si sosial media ya kak?

KA : iya. sosial media itu salah satu kayaknya... apa ya... Batrai utamanya

buki sih. Buki bisa gede dari sosial media. Buki bisa dikenal orang

dari sosial media. Gitu-gitu kan. Awalnya. Sampe ke TV juga

awalnya kayaknya juga dari sosial media dulu deh, gitu gitu sih.

Peneliti : yang paling banyak dipake sosial medianya apa kak?

KA : Yang paling hits itu twitter. Twitter sama facebook sih. Dua itu yang

paling kuat. Karena kalo misalnya twiteer tuh followers-nya paling

banyak di twitter. Lupa sih berapa. Pokoknya itu udah banyak. Terus

ee… Itu Sosial media yang paling sering buat berinteraksi antar

komunitas, bisa dapet link ini-itu. Mereka biasanya Mention di twitter.

Tapi ada juga Perusahaaan mana gitu tuh dia malah tahunya malah

dari kalo nggak facebook, website gitu malahan. Jadi macem-macem

sih. Tergantung ranah itunya siapa gitu.

Peneliti : kalo pengolahan bahan pustaka, maksudnya kayak koleksinya begitu

nyampe di buki, itu digimanain kak?

KA : Kalo buku kita. Biasanya kalo kita ada sistem pendataan buku.

Sebenaernya harusnya reguler. Tapi belum bisa dilakukan secara

reguler. karena volunteer buku berkaki kan, Kesibukannya masing-

masing ya. Rada susah nih dikondisikan. Cuma... kita udah niat dari

awal sih. Dan sudah sempet dilakukan itu pendataannya. misalnya

buku dateng nih di perpus, kita kumpulkan dulu sampai kelihatannya

banyak. Nanti kita melakukan pendataan ones off gitu. Pendataannya

kita pake ini kode warna, Koding warna. Jadi misalkan cerita anak

kuning sejarah merah, gitu-gitu, terus novel biru Gitu-gitulah. Ada

kayak gitu. Soalnya kita masih emang masih banyak harus belajar

sih. Soalnya Volunteer Buki nggak ada yang backgroundnya

pustakawan. Jadi, ya udah, kita mengelolaanya sebisanya kita. Kayak

gitu-gitu aja sih. Dateng buku didata, disampul, dikoding warna.

Terus baru ditaruh di rak-rak bukunya. Itu masih ada sih tumpukan

buku yang belum didata. Ini Buanyak banget, dan ini PR kita

sebenarnya. Gitu. Terus Mengenai itu, pendataan juga, itu Salah satu

volunteer-nya buki lagi bikin semacam, apa ya, software online gitu.

Buat bisa masukin semua data buku. jadi… Nanti semua buku yang

masuk dan keluar terdata. Tapi itu masih dalam pengembangan

sistemnya.

Peneliti : Buat pelayanan bahan pustaka sendiri, maksudnya koleksinya,

gimana kak kalo diperpustakaan buki?

KA : Kalo diperpus buki bahan pustakanya tidak untuk dipinjamkan hanya

untuk baca ditempat. Cuma untuk buku-buku yang dipinjamkan itu

kita melalui program yang lain. Nah kan buku berkaki Kayak

namanya kan punya kaki.dia jalan-jalan kan. Emang kegiatan kita

ngajak bukunya kalan-jalan. Jadi buku yang dipinjamkan itu buku

yang dibawa ke adik-adik yang di panti asuhan, terus laapak

pemulung misalnya, atau rumah belajar. Gitu-gitu. Kita rolling, aja.

Nanti kita drop di bulan januari misalnya, terus habis itu febuari kita

balik lagi tuh kesitu buat ngerefresh bukunya. Kayak-kayak gitu.

Terus buku yang lama kita puter lagi ke tempat-tempat lainnya. gitu-

gitu. ke panti asuhan lain. Terus, lainnya itu pengelolaannya selain

yang di pinjemin tadi juga ada program BUI, buku untuk indonesia.

Jadi kalo itu kalo misalnya ada dari daerah, biasanya dari daerah

terpencil. Dari timur indonesia misalnya. Membutuhkan bahan

bacaan. Kita biasanya kita kirimkan bahan bacaan itu sih. sesuai sama

Mereka butuhnyaa seperti apa.

Peneliti : Kalo di perpustakaan sendiri kenapa nggak dipinjamin?

KA : Kenapa nggak dipinjamkanpertama kita nggak punya pustakawaan.

Yang mengelola in sama out-nya buku yang stand by ada disini.

Karena kita kan Cuma bisa standbye seminggu sekali which is hari

sabtu ada yang piket. tapi piketnya hanya semacam beberes, terus

rapi-rapi terus Ngecekin buku yang selama ini ada. Gitu. Kita cuma

takutka karena kita belum punya program yang bagus buat buat proses

peminjaman bukunya kita malah takutnya Koleksi kita banyak yang

ilang.

Peneliti : Untuk pemeliharaan bahan pustaka, koleksi sendiri di buki gimana

kak?

KA : Kita masih belajar sih, masih minim banget. Karena kalo kita kan

piketnya itu kan Cuma seminggu sekali nih petugas piketnya.

Biasanya kalo kita menemukan buku yang rusak sobek atau apa-apa.

Ya, Dikumpulkan dulu sih, kumpulkan dulu terus kalo masih ada

waktu, nanti si petugas piket itu yang benerin. Kayak Gitu-gitu. Terus

kalo berantakan segala macem mereka yang beresin. Sesuai sama

petugas piket aja sih. soalnya kita belum bener-bener punya apa ya,

hmmm… kayak itu tadi Metode yang tepat sebenernya harusnya

seperti apa sih peliharaan yang tepat. Kita masih banyak butuh ilmu

soalnya mengenai mengurus perpustakaan yang baik dan benar.

Peneliti : Sebagai sebuah perpustakaaan komunitas nih kak, tentunya kan

banyak kendalanya. Nah untuk kendala yang sejauh ini dihadapin

sama buku berkaki itu kayak gimana aja?

KA : Yang sempet diobrolin sih sebelumnya tadi sih tadi itu kitaa belum

punya metode yang tepat untuk pemeliharaan buku dari proses in

sama out, terus dari pendataan, dari proses pemeliharaan gitu-gitu kita

tuh sama sekali blank gitu lho gimana men treat si buku-buku ini. agar

sesuai sama seharusnya sebuah buku diperpustakaan tuh seperti apa.

gitu-gitu. sebenernya alhamdulillah sih udh punya ruangan disini di

museum kebangkitan nasional yang bisa digunakan secara free. Cuma

kan karena ini bukan gedung sendiri kaan terkadang itu banyak

baanget hambatan-hambatan disitu. Kayak Misalnya akita mau bikin

kegiatan di hari apa, kita harus ijin dulu. Kadang-kadang tidak

diperbolehkan. Terus Batasannya hanya sampai jam empat padahal

kita perlu melakukan kegiatan itu sampai malem Kalo misalnya kita

punya, bener-bener gedung sendiri, It will be better menurutku. Terus

juga ruangan nggak cuma dipake komunitas buku berkaki. Jadi

kadang-kadang ada... ya satu dua masalah-masaalah tapi sampai saat

ini Fine-fine aja sih alhamdulillah. Harapannya kayak gitu sih, Siapa

tau suatu saat bisa punya rumah sendiri. Begitu.

Peneliti : Dari segala kendala yang tadi sudah dipaparkan kak, ada upaya apa

aja nih yang udah dilakuin sama pihak pengurus buku berkaki dalam

mengataasi kendala-kendala tersebut.

KA : Kalo kita lagi fokus ke ini sih. Karena kan masalah utama kaan

mengeni pengelolaan buku, pendataaaan buku, proses in samaa out

buku. Seperti itu. Kita lagi fokusnya kemasalah utama itu. Jadi seperti

apa yang sudah diceritakan sebelumnya. Kita lagi menyusun semacam

pendataan online yang bisa kita gunakan untuk men-track, si buku kita

tuh berjalan sejauh mana, seberapa banyak sampai kemana aja.

Kayak gitu sih. Dan itu sistemnya sedang dibangun. Jadi nanti

Sekaligus sebagai bank daatanya buku berkaki. Kalau misalnya ada

info apapun yang di butuhkan. Eh, buku kita tuh udaah berapa banyak

sih? Berapa ratus eksplempar ada disitu. Sekian buku dengan varian

ini itu-ini itu ternyata dipinjam ke Taman bacaan X gitu-gitu.

semuanya udah tercatat.

Peneliti : Untuk ruangan sendiri kak?

KA : Kalau ruangan, kita Alhamdulillah dengan ini. Kita belum punya

rencana-rencana tertentu. Kayaknya masih jauh sih. Kita mensyukuri

apa yaang udah ada didepan aja. Oke. Begitu deh.

Transkip wawancara penulis dengan KI dan KM

Minggu, 7 April 2019

Penulis : Sumber koleksinya buku berkaki itu dari mana aja ya kak?

KI : Dari donasi ee... perorangan, komunitas, kemarin juga sempet ada

perusahaan, macem-macem. Tapi nggak ada donasi pasti, donasi lepasan

kalo kita.

Penulis : Bentuknya itu uang ataukah langsung bukunya?

KI : Macem-macem. Ada yang uang, ada yang buku. Kebanyakan buku sih.

Penulis : Kalo donasi ini, ngajuin kah atau gimana kak?

KI : Awal-awal kita sempet mengajukan, permintaan buku. Tapi sekarang sih

kebanyakan mereka sudah tahu buku berkaki gitu. Tiba-tiba ada paket

buku yang masuk ke perpus gitu.

Penulis : Kalo dari proses buku yang dateng ke perpus nih, nantinya prosesnya

apa aja nih kak nyampe masuk ke rak.

KI : Masih kita tampung aja di perpus. Nanti kalau misalnya ada permintaan

penyaluran buku di daerah, baru kita paketkan buku itu ke daerah. Jadi

buku itu beberapa juga kita sortitr buat di daerah. Beberapa juga disortir

buat peminjaman berkala ke binaan-bianaan perpus Buki.

Penulis : Kalo untuk yang punya... apa koleksi... binaan berkala itu, nah itu ada

kriteria khuhus nggak sih kak dari buku-buku yang dateng?

KI : Sebenernya sih nggak ada kriteria khusus sih. Anak-anak dan remaja

masih bisa... biasa kita tampung... apa namanya untuk yang pinjaman

berkala itu... tapi ya...

KM : Selama buku-bukunya tidak mengandung sara, terus, politik praktis. Jadi

kalo buku masuk, ada tim sortir, namanya husna... dia yang lebih tahu.

KI : Sebenernya kita bareng-bareng juga sih, ada tim pendataan... sebenernya

nggak ada kriteria khusus sih mana yang untuk berkala mana yang untuk

daerah.

Penulis : Kalo jumlah koleksi saat ini berapa kak?

KM : Ah... koleksi itu kurang lebih 1500 kali ya?

KI : Ngawur ya...

KM : Terakhir aja kita 1200 sekian

KI : Ya mungkin sih, tapi...

KM : 1500an

Penulis : 1500an itu yang udah didata rapih?

KM : eh 1200 kalo yang udah didata

Penulis : Yang udah di data 1200?

KM : Ya, yang belum didata 300.

KI : Nggak sih, sebenernya banyak, lagian beberapa juga... ya kita memang

keteteran sih untuk mendatanya. Satu, karena kita nggak tahu apa aja yang

terjadi di tempat yang kita pinjemin. Kayak yang kemarin di tanah rendah,

mereka takut kena banjir, terus bukunya di kembalikan lagi bukunya.

Terus kemaren di Al-Qi misal 50 ternyata bukunya kena banjir, di

rumbelraw juga kan... hilang bukunya... sisa satu... kayak gitu-gitu sih...

sebenernya, kita lebih banyak... agak susah sih untuk ngatur bener-bener

buku yang udah di data itu balik ke kita atau nggak.

KM : Karena habis di data, yang ini ilang, kita nggak tahu harus mulai

pendataannya dari mana. Bingung juga.

KI : Sekarang mulai agak susah mau memulainya dari mana. Kemarin kita

udah mulai mencoba pakai yang SLiMS itu loh. Tapi ya itu, agak susah.

Karena itu kan bener-bener mulai dari penamaan yang baru lagi. Yang

kemarin kan kita Cuma kayak agama 001, agama 010, gitu-gitu, sempat

mau juga pake katalog warna. Kalo yang SLiMS itu pake katalog warna,

ininya, di penamaan bukunya, terus yang belakang bukunya itu maunya di

print, rapih, terus ada nomornya berapa kayak yang ada di SLiMS itu kan.

Tapi untuk sekarang kayaknya belum kejadian sih... karena kita bolak-

balik kan, sebenernya kemarin ada perpustakaan di museum kebangkitan,

terus ada renovasi, terus akhirnya kita pindah ke gudang. Jadi sekarang

kayaknya nggak memungkinkan lagi kita untuk melakukan pendataan

yang benar-benar rapi dan terorganisir. Yang susah disitu. Tapi sih

sebenernya ya, hampir mirip kayak gitu. Jadi sebelumnya kita yang data

pake excel biasa sekarang udah mau nyoba SLiMS. Tapi nggak semulus

yang kita bayangkan sih ternyata.

Penulis : Oh, sebelumnya, pake excel biasa gitu?

KI : iya, excel biasa. 001, 002 gitu. Jadi beberapa buku ya... sebenernya sih

sekarang, jujur aja bukunya akhirnya nggak kedata. Beberapa yang aku

kasih ke Yanatel itu beberapa bukunya ada yang baru dapet, terus aku...

ya udah aku pake cap aja, terus aku data pake manual.

KM : Soalnya yang kedata aja kan nggak balik ke kita kebanyakan.

KI : hahaha... iya...

Penulis : Emang kendalanya apa sih kan? Sampai belum sempet...

KI : Kendala yang mana nih? Pake slims? Satu, waktu... dan tenaga sih,

biasanya kalo kita dateng, nggak semua pada minat sih kalo disuruh

ngedata buku. Terus, scope juga. Jadi kalo misalnya, ya udah yok kita

data bareng-bareng, gitu tuh, kadang-kadang, mislanya nih, di aku itu

namanya ensiklopedi di dia namanya jadi cerita anak gitu. Penyamaan

kategorinya juga susah kan.

Penulis : Nggak ketemu gitu ya kak.

KI : He‟eh. Kadang-kadang waktu aku lihat di exel kayak gitu sih.

Ngeliatnya. Jadi di aku nih masuknya ensiklopedi di dia eh kok masuknya

ke cerita anak, kan nggak nyambung ya, padahal kan bukunya sebenarnya

sama. Gitu...

Penulis : Kalo untuk pendataan sendiri, ada waktu-waktu tertentu nggak sih, kak?

KM : Sekarang... kita keteteran dari tahun lalu. Sebenernya udah ada jadwal,

cuman ya itu, volunteer buki belakangan nikah semua, ini... bener... ini

masalah utama buki sekarang.

KI : volunteer untuk aktifnya.

KM : Iya. Jadi yang aktif ya lo lagi, lo lagi. Sementara kita juga punya

tanggung jawab yang lain. Disisi lain masalah utama kita ya itu...

homebase kita sekarang dipindahin ketempat lain.

KI : Sejak agustus tahun lalu.

KM : Itu yang bikin keteteran.

Penulis : Sekarang pindah kemana kak?

KI : Masih di museum itu tapi di gudangnya.

Penulis : Letaknya dimana kak?

KI : Di belakang museum kebangkitan Nasional.

Penulis : Terus rencana kedepannya mau gimana kak?

KI : kalo sekarang sih ya... tetap memperbanyak buku seperti biasa.

Regenerasi sih yang paling pasti. Untuk relawan-relawan yang baru.

Soalanya kita kan keterbatasannya jumlah relawan, nanti kalo misalnya

relawannya udah banyak, terus mereka lihat bukunya ada yang perlu

dibenahin atau nggak, baru kita lakukan untuk pendataan dan sebagainya.

Penulis : Soal relawan kak, sebenernya yang terdata di Buki sendiri itu

relawannya berapa banyak?

KI : Kita kemarin itu 200 ya. Tapi yang aktif sekarang... sebentar kita lihat

grup dulu ya.

KM : Sebenernya banyak... cuman kita nggak ada data yang detail... iya...

cuman yang benar-benar aktif itu 50 orang.

Penulis : 50 orang ini udah termasuk pengurus?

KM : Ya... setengahnya adalah pengurus.

KI : Sebenernya kitra paksa jadi pengurus. Biar aktif. Soalnya kalo relawan

hanya di taruh di relawan adi mereka nggak merasa nggak ada beban.

Inikan perpustakaan komunitas gitu. Ya, mereka ikutan jadi pengurus.

Sharing sih. Kita sharing tugas sebenernya.

Penulis : Awalnya kenapa KM bikin komunitas kayak gini?

KM : Apa ya... dulu tertarik aja... dulu seneng banget baca. Sekarang sih...

sebulan satu buku kayaknya udahg amazing gitu. Terus di ajak ali. Terus

ali mengajak icha dan membuat buku berkai tambah anggota.

KI : Awalnya sebenernya anak multiply kan ya. Awalnya multyply.

Kepikiranlah, ini mau di apain koleksi mereka, terus meminjamkan ke

panti.

KM : Ya itu dulu gitu. Mulai dari panti tapi itu mulai berjalan satu panti

kemudian mati suri. Terus Penulis berfikir ini suatu gerakan yang bagus,

maka Penulis sama Ali membangkitkan dia dari mati.

KI : Soalnya kebanyakan udah berkeluarga.

KM : Iya. Ada juga salah satu penggagasnya pindah ke Malaysia. Jadi yang

tersisa dari penggagas-penggagas itu cuma Ali doang, Ali ketemu gua,

mulai bangkit dari awal lagi, ketemu Icha. Nah, titik balik volunteer

terbanyak itu gara-gara Icha.

Penulis : Itu sekitar tahun berapa ya?

KM : Tahun 2013. Kita ambil alih itu 2013. Dari situ sampai sekarang.

Penulis : Terus dari 2013 sampai 2019 ini kan masih ada, masih hidup, masih

jalan. Giman caranya bisa survive sampai sejauh ini?

KM : Yang bikin bertahan adalah... gue rasa kerjasama kali ya. Gue seneng

ketemu Icha, ketemu Siti, seneng ketemu Bule, cuma gara-gara... artinya

kita bangun hubungan yang baik, terus kita percaya orang-orang yang kita

kasih kepercayaan itu orang-orang yang ... apa namanya... porsinya

emang harus dia.

KI : Ya, sampai sekarang, walaupun jumlah relawan naik tutun, kita tetep...

ya udahlah adainlah kegiatan. Mau satu dua orang, karena kita ... toh

mulai dengan satu dua orang... kenapa kita nggak bisa dari satu dua orang.

Ya udah tetep bertahan tuh tetep... ya udah. Kalaupun kita dulu sempet

ramai banget, sekarang kita turun, semoga nanti naik lagi. Gitu-gitu aja

sih sebenernya. Dengan scope yang sama. Jadi kita minjemin buku ke

tempat binaan itu. Juga program buku untuk indonesia tetep jalan.

KI : Yang kita datengin aja nggak semulus itu kan. Yanatel aja dulu... ipul

masih kecil, sampai sekarang udah gede terus kemaren kita yang dimana,

bogor ya... dari adek-adeknya kecil, sekarang udah gede-gede. Mungkin

buku yang mereka konsumsi juga udah beda kan. Dulu kita sempet

bawanya buku anak-anak misalnya ke bogor, sekarang adek-adeknya

udah remaja, jadi kalau misalnya kita ke bogor, beda nih bacaannya

novel, gitu-gitu, macem-macem sih.

KM : Tapi ya itu, yang membuat bertahan itu... kerjasama itu tetap ada.

Misalnya icha nggak bisa, ada yang handle, jadi itu sih...

KI : Kegiatannya tetap ada.

Penulis : Yang paling berat selama buki berjalan itu apa kak?

KM : Yang paling berat adalah... ya itu.. kita kekurangan, iya, waktu, terus,

volunteernya makin turun. Dan itu tidak terjadi di buku berkaki saja. Di

semua komunitas itu turun. Dan mungkin ya... keterbatasan tempat aja.

KI : Waktu emang mempengaruhi banget.

KM : Karena pekerja semua kan.

Penulis : Programnya buki kan ada visit sama BUI. Ada program apalagi kak

selain itu?

KI : Dulu ada drop buki,

KM : Ada sangkar Buki,

KM : Ada sinema buki, rabu baca buku, inisiasi rumah baca. Bikin rumah baca

di pelosok-pelosok. Sejauh ini baru dua sih. Rumah baca Ayek lematang,

di desa merapi kabupaten lahat, sumatera selatan, rumah baca sangkabira

di desa sembalun kaki gunug rinjani nusa tenggara barat. Udah empat

tahun loh. Dan dia tetap ada.

KI : Nah kita Cuma bantuin data perpustakaanya aja.

KM : Pas mau bikin rumah baca, mereka ajak kita kerjasama.

KI : Tapi kalo disana paling kita pakenya katalog warna itu. Nggak yang

ribet-ribet.

KM : Karena biar lebih simpel.

Penulis : Tapi nyampe sekarang kerjasama itu masih terbangun?

KI : Masih sih, kemarin karena ada gempa di Lombok, mereka minta bantuan

kita untuk dateng kesana.

KM : Sama yang lahat juga masih sampe sekarang. Bahkan mereka yang

paling sering kontak kita, perkembangannya sejauh mana, terakhir mereka

ikut lomba perpustakaan, juara dua tingkat provinsi.

KM : Jadi kita amazing aja... maksudnya dengan gerakan sekecil ini membawa

dampak yang luar biasa. Harapannya sih pemerintah bisa memperhatikan

kami-kami ini.

PENULIS : Dirangkul gitu ya.

KM : Iya. Karena kalo berjalan sendiri-sendiri kayaknya agak susah.

Penulis : Tapi buku berkaki ini konsennya tuh emang ke anak dan remaja?

KM : Anak-anak. Soalnya kita takut kalo misalnya udah pemuda, kita yang

terkonsentrasi. Nggak, karena emang dari awal, rata-rata tuh suka sama

anak-anak, terus memang kayaknya anak-anak kita lebih... gampang kali

ya masuk ke dunia mereka

KI : Lebih gampang berinteraksi, dan untuk menumbuhkan minat bacanya itu

masih ada gitu. Kalo misalnya ke orang dewasa...

KM : Fokus kita kenapa anak-anak, karena kita emang dari awal... biar mereka

tuh dari anak-anak sudah ditanamkan untuk baca. Kalo untuk remaja

pemuda,

KI : Kayak Goodreads kali ya. Kayak komunitas sama-sama suka baca. Jadi

nggak perlu “ayo dong suka baca‟ gitu. Treatment nya beda juga gitu.

Makanya kita fokus ke anak-anak aja. .

KM : Untuk mempersiapkan kedepannya untuk mereka seperti apa.

KI : Intinya sih sebenernya kita minjemin buku ya. Awal berdirinya tuh

minjemin buku. Kayak BUI tuh baru muncul karena permintaan buku kita

tuh udah banyak banget.

KM : Kenapa meminjamkan, biar bukunya bisa dirotrasi ke lokasi-lokasi yang

lain.

KI : Karena kita kan sebelumnya bukunya terbatas.

KM : Dulu karena buku terbatas, jadi di pinjamkan. Tapi ternyata lebih positif

seperti itu.

KI : Makanya kita kemarin bikin catatan buku buki itu yang tadi di share itu

kan sama mereka. Lumayan sih mereka pada ngisi dan yang aku lihat

buku-buku yang mereka baca itu buku-buku yang kita pinjamkan juga.

Kalo misalnya itu sukses... indikator itu sukses sebenarnya bagus banget.

Idealnya sukses. Idealnya ya. Cuman kayaknya ini nggak ideal sih

ternyata. Nyampe kesana ternyata kakak-kakak ini lupa baca buku, terus

adek-adeknya baca tapi nggak di tulis,

Penulis : Berarti tujuan si kartu itu lebih buat monitoring ya?

KM : Controling. Anak-anak bacanya sejauh mana, terus mereka kan ada

catatan pengen baca buku apa. Jadi kita memenuhi kebutuhan mereka

supaya apa yang mereka butuhkan gitu.

KI : Sebenernya kita ada kayak pembatas buku, bookmark, terus mereka

kayak kasih cap gitu kan. Terus kayaknya nggak berhasil. Malah

bookmarknya itu hilang begitu kan. Kemarin itu kan di data di google doc

kan si imam udah buatin, tepi ternyata kakak-kakaknya yang malas

masukin. Gitulah...

Penulis : Balik lagi kemasalah waktu ya...

KI : Iya... balik lagi ke masalah waktu dan niat relawan untuk melakukan itu.

Penulis : Yang program drop buki ini masih jalan sampai sekarang?

KM : Nggak.

KI : Karena sebernernya kan drop buki ini untuk meningkatkan awareness

orang-orang sama buku berkaki. Alhamdulillahnya kita sekarang... ya

lumayan lah relawan tuh dari temen, temennya temen, temennya temen....

alhamdulillah sekarang udah mulai banyak yang aware. Dulu itu buat

open donasi di car free day, hei, siapa yang mau donasi buku nanti bawa

di drop buki. Ternyata kan dengan kemajuan teknologi udah gampang.

Jadi kita nggak usah drop buki lagi. Dulu juga ada jemput Buki.

KM : Sekarang go-send buki. Sekarang udah pake go-send semua.

Penulis : Tapi kalo dulu di jemputin satu-satu?

KM : Iya di jemput. Bener-bener ngejemput. Jadi beberapa krucil yang punya

motor atau mobil dulu itu bener-bener jemput ke bogor, atau kemana itu.

Karena dulu untuk go-send itu belum ada. Tapi semakin kesini

pengiriman semakin lancar, jadi ya udah. Kalo nggak go-send di kirim by

ekspedisi.

Penulis : Kalo untuk yang sangkar buku itu juga masih jalan?

KI : Nggak.

Penulis : Emang itu kayak gimana sih kak?

KI : Tahu ini nggak, little free library nggak? Di luar negeri namanya little

freee library. Jadi kayak perpustakaan mini, ada kotak, nanti mereka bisa

baca disitu. Atau bisa ambil buku satu tukar dengan buku yang lain. Atau

bisa nambahin juga.

KM : Kita bikin versi indonesia, namanya sangkar buku. Karena dia

bentuknya kayak sangkar burung gitu. Percobaan itu di ulang tahun

kelima buku berkaki di kota Klaten, jawa tengah. Tapi gagal. Seminggu

pertama buku berkurang, minggu kedua semakin banyak, minggu

selanjutnya semakin banyak, sebulan kemudian sesangkar-sangkarnya

hilang. Tadinya itu adalah percontohan. Kalo itu berhasil, kita akan coba

di beberapa kota. Ternyata gagal.

KI : Awalnya kita bingung mau bikin didesa atau dimana. Kalo di kota itu

kan, kita bener-bener nggak tahu siapa warganya, siapa yang baca disitu,

kan itu di taman kan.

KM : Tapi kita pengen, sebenernya kalo itu berhasil kan artinya membangun

bahwa orang suka baca, kedua orang nggak suka nyuri. Ternyata, suka

baca di curi sesangkar-sangkarnya. Mungkin belum siap aja.

Penulis : Disatu titik itu?

KM : Iya, disatu titik itu, di taman kota klaten.

Penulis : Kalo yang untuk rabu baca buku itu?

KM : Masih.

Penulis : Kalo yang ini sasarannya siapa aja?

KM : Follower Buku berkaki di instagram.

Penulis : Berarti pakai tagar?

KM : Iya. Karena itu bukan buat anak-anak. Ya buat millineal sepantaran kita

gitu.

Penulis : Berarti sekalian biar orang-orang aware sama keberadaan buku berkaki

itu?

KM : iya.

Penulis : Kalo yang sinema itu?

KM : Oh, sinema Buki? Sejak perpustakaan kita hilang... biasa itu buat anak-

anak. Setiap hari sabtu, dua bulan sekali.

Penulis : Kalo untuk BUI, kak. Itu kan Buki yang ngasih ke tempat-tempat lain,

itu ada kriteria-kriteria tertentu nggak sih kak?

KM : Ada. Itu bisa di cek di website. Ada persyaratan lengkap disana. Apa

yang harus dilengkapi. Bisa di cek di buindo.bukuberkaki.org

Penulis : Terus kak, untuk yang BUI ini nantinya, begitu dikirm ke tempat orang,

ntar Buki bakal monitoring juga nggak?

KM : Nggak. Mereka wajib menulis laporan mereka ke kita sebagai bukti.

Kalo di kontrol, kerjaan kita nggak kelar-kelar.

Penulis : Berarti cuma sekali laporan doang?

KM : Iya. Itu langsung putus. Nggak kontinyu. Jika mereka sudah memenuhi

kriteria, kita serahkan.

Penulis : Untuk binaan Buki, kak, kan tadi sempet di singgung buki punya 10

binaan. Awal pemilihannya kayak gimana sih kak?

KM : Awalnya sih banyak banget. Awalnya siapa aja yang mau ngundang

buki, kita datang. Cuman kita keteteran, dan nggak ada hasil yang

maksimal. Karena tidak ada kontroling. Jadi per-2017, kita pilih 10 di

Jakarta dan Bogor. Tadinya Bogor mau kita take out. Cuman ini panti

asuhan paling awal kita yang temenin, akhirnya Bogor masuk satu. Kita

lihat urgensinya, yang paling membutuhkan yang mana, itu yang jadi

binaan.

Penulis : Sepuluh ini tapi rutin di puter bukunya?

KM : Rotasi bukunya dua minggu sekali.

Penulis : Tiap kali rotasi buku ini ada acara kayak visit?

KM : Rotasi bukunya nggak selalu harus pas visit. Tapi kalo bertepatan sama

visit ya nggak apa-apa.

Penulis : Kalo visit itu yang sepuluh ini diputer terus selama setahun?

KM : Iya, selama setahun.

Penulis : Itu kenanya berapa kali pertempat binaan?

KM : Nggak pasti sih. Karena kan kepotong beberapa event. Mislanya ada

event ulang tahun, ada event dongeng internasional, jadi ada yang sekali

ada yang dua kali. Cuma controling bukunya dua minggu sekali, untuk

rotasi bukunya tetap.

Penulis : Sebelum 2017 kan binaan buki banyak banget gitu. Itu bukunya balik

semua?

KI : Nggak. Hahaha...

KM : Hahaha... Karena ada anak-anak yang mungkin pengen baca, kita juga

mimkir, ya udah lah. Jadi nggak semua. Misalnya sekali minjemin 50,

nggak semua 50-nya balik. Ada yang ilang limalah.

Penulis : Begitu fokus ke sepuluh ini, kehilangannya lebih sedikit apa gimana?

KM : Lebih sedikit, terus, kita bisa kontrol. Karena lebih sedikit kali ya yang

kita kontrol. Kalo dulu kan kemana-mana.

Penulis : Kalo dulu itu Jabodetabek cakupannya?

KM : oh, seindonesia. Ada panggilan ke Lampung, Icha pernah ke Lampung,

dalam arti yang bisa kita jabanin. Tapi, Jabodetabek juga nggak semuanya

kita kasih. Kita kayaknya capek juga, makanya kita batasi.

Penulis : Buat kontroling di tempat binaan itu pake catatan itu?

KM : iya. Tabungan buki namnaya. Habis mereka isi kertas yang kita kasih,

mereka masukin ke satu tempat yang berupa tabungan yang akan di kasih

ke kita yang akan kita baca.

Penulis : Yang dinamain sistem itunya ya, bukan si kertas itunya.

KM : Jadi semakin dia banyak nulis review bukunya, semakin banyak

tabungan dia kan.

Penulis : Berarti di akhir nantti ada reward?

KM : Ada reward. Biasanya kita ajak jalan-jalan. Maksudnya biar mereka juga

ada dorongan untuk effort lebih.

Penulis : Buki pernah kerjasama sama komunitas mana aja ya?

KM : Oh ada, namanya sejuta buku untuk Indonesia, terus, backpacker

Indonesia, komunitas berbagi nasi, komunitas komunitas ramashinta, ayo

dongeng, belantara budaya indonesia, hibah buku.

Penulis : Bentuk kerjasamanya kayak gimana, kak?

KM : Ya paling perkegiatan. Misalnya kegiatan apa, kita diundang untuk

share ke anak-anak, terus bikin rumah baca bareng-bareng, bikin

semacam pojok baca gitu. Ini untuk sekali waktu doang dong ya. Kalo

untuk yang kontinyu nggak ada.

KI : Bisa dilihat di instagram, sih. Semua kegiatan Buki kita share disana.

Penulis : Untuk pengelolaan perpustakaan sendiri kak, ada kerjasama sama pihak

mana gitu?

KM : Nggak, kita mandiri.

Transkip wawancara penulis dengan KH

Minggu, 7 April 2019

Penulis : Kalo buku dateng dari para donatur itu langsung di proses nggak sih

kak?

KH : Buku dari donatur biasanya di sortir dulu, mana yang akan digunakan

buat koleksi Buki mana yang akan dibuat program buku untuk Indonesia.

Nah, yang buat koleksi Buki nantinya akan di data di

database.bukuberkaki.org. Kalau yang BUI nantinya akan dikirim ke

orang yang minta di portal buindo.bukuberkaki.org

Penulis : Kalo di sortir, berarti ada kriteria tertentu dong, kak?

KH : Kriterianya biasanya donatur memberikan buku yang bermacam-macam

namun scope Buki atau scope koleksi buki hanya buku anak-anak saja.

Nah sortir yang sisanya misal ada buku dewasa atau yang lain-lain masuk

ke buku untuk Indonesia. Tapi tetap ada beberapa buku anak yang masuk

ke Buku untuk Indonesia.

Penulis : Buat koleksi Buki sendiri, kak, habis di sortir apa lagi tahapannya?

KH : Buat koleksi Buki setelah di sortir di data dulu di sistem nah abis didata

baru dikasih label sesuai kategori buku tersebut baru bisa ditata di rak.

Penulis : Kalo buat di sistem, data apa aja kak yang di rekam?

KH : Seperti pendataan konvensional, dia input judul, kategori, tipe buku,

terbitan mana, terbit tahun berapa dimana, bahasanya apa, jumlah

bukunya.

Penulis : Bentaran kak, tipe buku itu maksudnya gimana kak?

KH : Tipe buku itu buku biasa, ada yg berupa digital dimasukin cd. Secara

sistem ada, cuma jarang didata. Wong yang buku biasa aja lama datanya.

Nggak ada orang.

Penulis : yang data buku cuma kakak doang ya?

KH : Ya pas ada acara ngedata buku. Cuma yang dateng dikit.

Penulis : Woro-woro di grup internal Buki doang apa sampai ke medsos Buki,

kak, kalo acara pendataan gitu?

KH : Di internal sama ke medsos sih singetku, hehehe... Udah lama karena ya

ini lagi sepi-sepinya sih komunitas

Penulis : sejauh ini koleksi buki yang di rak berarti udah masuk sistem semua

kak?

KH : Belum, baru sebagian kecil. Mungkin 300 buku.

Penulis : Perkiraan yang belum di masuk sistem berapa banyak kak?

KH : Kurang tau pasti, mungkin 1200-an. Belun termasuk buku yang baru-

baru.

Penulis : Wih.... Banyak banget itu ya...

KH : Yaa banyak memang. Harus rajin juga. Cuma ya kondisnya... aku kira

aku cuma bikin sistemnya aja, eh, aku jadi PIC buat data. Jujur ngga

sanggup hehehe

Penulis : Kalo di lihat dari database yang udah ada ini kak, sistem yang di pakai

Buki pake SLiMS ya?

KH : Iya pake SLiMS.

Penulis : Kenapa pilih pake SLiMS Kak?

KH : Kemarin coba bikin aplikasi sendiri dan setengah jalan ta‟ pikir pakai yg

udah jadi aja. Googling-googling ketemunya SliMS.

Penulis : Hoooo... Buki pake SLiMS udah berapa lama kak?

KH : 1-2 tahun kalau nggak salah. Aku kurang ingat tahunnya. Tapi bisa dicek

sih

Penulis : Sebelumnya pake apa kak pendataanya?

KH : Manual pake excel. Niatnya dulu pake web itu biar bisa diakes semua

orang termasuk donatur. Cuma agak susah jalanya.

Penulis : Kendalanya apa kak?

KH : Ngga ada orang.

Penulis : Faktor itu sih ya. Label Buki itu kayak gimana kak? Maksudku di label

itu yang tercantum apa aja, kak?

KH : Label buku ditempelin warna sesuai kategori sama barcode hasil dari

sistem tadi.

Penulis : Wih, udah pake barcode kak?

KH : Kan bawaan sistem, cuma ya belom di aplikasiin aja. Tinggal diprint-

print belum ditempel. Rencana sih beres didata dlu baru ditempelin karena

butuh print buat cetak.

Penulis : Berarti masih pake label lama ya?

KH : Iya masih. Warna aja, labelnya nanti kalo udah beres baru ditempel.

Penulis : Pemilihan warnanya didasarkan apa kak?

KH : Aku kurang tau dasar warnya apa. Cuma itu modifikasi sama yang dulu

sih. cuma ditambah warna untuk kategori yang belum terakomodasi.

Penulis : Perpustakaan Buki kan buka dari jam 9 sampai 3, terbuka buat umum

kak?

KH : Iya, terbuka buat umum.

Penulis : Di pinjamkan buat umum juga kak?

KH : Kalo dipinjemin sih engga. Cuma baca ditempat.

Penulis : Kalo anak Buki boleh pinjem nggak kak?

KH : Boleh asal dibalikin. Monitoringya ngga ada sih, paling di catet mandiri.

Penulis : Berarti layanan Buki sebenernya di minjemin buku ke tempat binaan itu

ya kak?

KH : Yaa itu kalau itu lebih dimonitoring. Tiap roling dicatet sih.

Penulis : Penanggung jawabnya beda lagi ya?

KH : Penangung jawab dibagi-bagi tiap binaan.

Penulis : Selama ngurus perpus Buki kak, kendalanya apa?

KH : Aku cuma handle si BUI sama pendataan buku. Kalau dari scope itu ya

kita butuh orang sih yang bantuin data buku.

HASIL WAWANCARA

Topik Pembatasan Pernyataan wawancara

Pengadaan dan

pengolahan koleksi Pengadaan Koleksi:

Sumber koleksi

Metode pengadaan

(pengumpulan donasi)

“Pengadaan buku diperpustakaan sebetulnya itu hasil dari para donatur...”

(KL, 2016)

“Kalo perpustakaan Buki bukunya itu dari berbagai macam sumber, ada

yang donasi perseorangan, ada yang donasi perusahaan, company, gitu-

gitu. ada yang milik pribadi volunteer terus didonasikan gitu-gitu sama

temen-temen yang lain sih, temen-temennya volunteer gitu yang mau

mendonasikan pribadi, kita persilahkan.” (KA, 2016)

“Dari donasi perorangan, komunitas, kemarin juga sempet ada

perusahaan, macem-macem. Tapi nggak ada donasi pasti, donasi lepasan

kalo kita.” (KI, 2019)

“...metode pengumpulannya sendiri ada dua sistem perta sistem jemput,

yang kedua diantar langsung sama donaturnya. Kalau sistem jemput itu

menyesuaikan sama daerah terdekat donatur sama member buki,

Kriteria Pengadaan

(kriteria donasi)

volunteer, krucil dalam hal ini. Jadi misalnya ada donatur yang mau

menyumbangkan donasi di daerah pondok indah, kita akan kontak ke

salah satu member krucil kita; ada yang bisa jemput, nggak? atau… ya,

seperti itu sih. Tinggal mereka nanti janjian gimana, ya nanti bukunya

disimpen dulu di rumah krucil, kalau menyempatkan nanti baru dibawa

ke perpustakaan. Yang kedua adalah diantar langsung ke perpustakaan di

Museum Kebangkitan Nasional, yang buka setiap hari sabtu, mulai dari

jam sembilan pagi sampai jam tiga sore, itu setiap sabtu, selalu buka,

pasti buka, karena, kita ada jadwal piket dari beberapa teman pengurus

dan krucil buki.” (KL, 2016)

“Tinggal ngubungin Volunteer atau mention di sosial media. bukunya

seberapa banyak, apa aja bukunya gitu-gitu. Ntar kita yang jemput

kerumahnya kalo masih di wilayah JaBodeTabek. kayak gitu. Kalo

misalnya diluar ya mereka yang ngirim gitu.” (KA, 2016)

“Yang pertama itu jemput buki. Jemput buki itu biasanya dari

perseorangan, dia akan kontak ke nomor-nomor yang disediakan di web

buki, nanti kita akan jemput bukunya. Ada juga beberapa dari donasi

perusahaan.” (KI, 2016)

“...donasi, kita bisa berupa buku, dan materi. Nanti tentu saja materi

dalam bentuk uang misalnya ada pelaporan bulanan yang kita publish

setiap bulan di website, kalau buku kategorinya ya buku untuk anak-anak

usia sekolah ya, buku cerita anak, dongeng, fabel, buku tokoh biografi

yang menginspiurasi atau buat adik-adik yang SMP-SMA bisa novel, atau

buku-bu yang motivasi, ensiklopesia juga bisa. Yang jelas buku-buku

tersebut tidak berbau partai politik sama SARA yah, karena itu. Buat usia

anak sekolah agaknya masih kurang mendidik. Buku-buku yang kurang

mendidik tidak kita terima, jadi sebelum misalnya ada jemput buku

didaerah pondok indah, volunteer yang akan jemput harus memastikan

buku itu apa, oya buku-buku pelajaran juga yang kurikulum lama atau

kurikulum terbaru juga… kita masih pertimbangkan, tidak diterima.

Karena klita agak susah menyalurkannya. Kecuali kita ke sekolah-

sekolah. Tapi kan tujuan kunjungan kita kan nggak ke sekolah. Kalo

materi pelajaran masih bisa, kayak kamus, atlas buku-buku bahasa, masih

bisa kita terima. Yang jelas buku-buku pelajaran, buku berbau seks,

pornografi, atau yang berbau unsur politik, tidak kita terima. Oh iya, kita

juga menerima donasi alat-alat peraga permainan, karena untuk

merangsang minat baca ke adik-adik kita nggak bisa langsung cekoki

mereka suruh mereka baca buku langsung. kita harus merangsang mereka

dengan games, atau untuk dongeng. Itu biasanya kita setiap kunjungan,

selalu mengajak mereka bermain. Misalnya bermain tentang menentukan

peta provinsi, kita butuh peta kan, atau globe menentukan keadaan atau

posisi suatu daerah misalnya.” (KL, 2016)

Pengolahan koleksi:

Tahapan pengolahan koleksi

Tahapan pengolahan

koleksi: Penyortiran

“Buat koleksi Buki setelah di sortir di data dulu di sistem nah abis didata

baru dikasih label sesuai kategori buku tersebut baru bisa ditata di rak.”

(KH, 2019)

“... begitu nyampe di perpus terus kita pisahkan, yang belum di data, ada

yang sudah di data, nanti disesuaikan dengan kondisi pendataan, yang

Tahapan pengolahan

koleksi: Penyortiran -

dijadwalkan biasanya sih perenam bulan sekali, jadi setaun itu ada dua

kali pendataan. Nah, pengelolaannya sendiri, database biasanya kita ada

kayak teraKM, 2019ir itu sekarang sudah empat kali pendataan buku jadi

selama pendataan buku itu seharian penuh, kadang pernah sampai dua

hari. Kita melebel, mencatat, ya. Kita semua sosialisasikan, mengajak,

temen-temen volunteer lainnya untuk berpartisipasi.” (KL, 2016)

“Biasanya sih setelah kita jemput kemudian kita pilah itu tuh masuk ke

untuk di donasikan, atau untuk dijadikan tambahan koleksi di

perpustakaan buku berkaki.” (KI, 2016)

“Masih kita tampung aja di perpus. Nanti kalau misalnya ada permintaan

penyaluran buku di daerah, baru kita paketkan buku itu ke daerah. Jadi

buku itu beberapa juga kita sortitr buat di daerah. Beberapa juga disortir

buat peminjaman berkala ke binaan-bianaan perpus Buki.” (KI, 2019)

“Buku dari donatur biasanya disortir dulu, mana yang akan digunakan

buat koleksi buki mana yang akan dibuat program buku untuk indonesia.

Nah yang buat koleksi buki nantinya akan di data di

database.bukuberkaki.org. Kalau yang bui nantinya akan dikirim ke orang

yang minta di portal buindo.bukuberkaki.org” (KH, 2019)

“... Sebenernya nggak ada kriteria khusus sih mana yang untuk berkala

mana yang untuk daerah.” (KI, 2019)

Kriteria penyortiran

Tahapan pengolahan

koleksi: Pendataan

Tahapan pengolahan

koleksi: Pendataan -

Microsoft exel

“Selama buku-bukunya tidak mengandung SARA, sama politik praktis.

Jadi kalo buku masuk, ada tim sortir.” (KM, 2019)

“Kriterianya biasanya donatur memberikan buku yang bermacam-macam

namun scope Buki atau scope koleksi buki hanya buku anak-anak saja.

Nah sortir yang sisanya misal ada buku dewasa atau yang lain-lain masuk

ke buku untuk Indonesia. Tapi tetap ada beberapa buku anak yang masuk

ke Buku untuk Indonesia.” (KH, 2019)

“... Dan sudah sempet dilakukan itu pendataannya. misalnya buku dateng

nih di perpus, kita kumpulkan dulu sampai kelihatannya banyak. Nanti

kita melakukan pendataan ones off gitu. Pendataannya kita pake ini kode

warna, Koding warna. Jadi misalkan cerita anak kuning sejarah merah,

gitu-gitu, terus novel biru. Gitu-gitulah.” (KA, 2016)

“Biasanya kita sekitar enam bulan sekali, kemarin sih baru sekali sih kita

ada pengkategorian buku-buku yang ada di buku berkaki. Kalo misalnya

ditarokan di pengkatagorian buku berkaki, biasanya kita sampul

kemudian kita kategorisasi terus ditaronya baru di rak buku berkaki. (KI,

2016)

“ ... excel biasa. 001, 002 gitu.” (KI, 2019)

Tahapan pengolahan

koleksi: Pendataan –

SLiMS

Tahapan pengolahan

koleksi: Pemberian label

“Manual pake excel...” (KH, 2019)

“Terus Mengenai itu, pendataan juga, itu Salah satu volunteer-nya buki

lagi bikin semacam, apa ya, software online gitu. Buat bisa masukin

semua data buku. jadi… Nanti semua buku yang masuk dan keluar

terdata. Tapi itu masih dalam pengembangan sistemnya. Terus Mengenai

itu, pendataan juga, itu Salah satu volunteer-nya buki lagi bikin

semacam, apa ya, software online gitu. Buat bisa masukin semua data

buku. jadi… Nanti semua buku yang masuk dan keluar terdata. Tapi itu

masih dalam pengembangan sistemnya.” (KA, 2016)

“... Niatnya dulu pake web itu biar bisa diakes semua orang termasuk

donatur. Cuma agak susah jalanya.” (KH, 2019)

“Kemarin coba bikin aplikasi sendiri dan setengah jalan ta‟ pikir pakai yg

udah jadi aja. Googling-googling ketemunya SliMS.” (KH, 2019)

“Label buku ditempelin warna sesuai kategori sama barcode hasil dari

sistem tadi.... cuma ya belom di aplikasiin aja. Tinggal diprint-print

belum ditempel. rencana sih beres didata dlu baru ditempelin karena

butuh print buat cetak.” (KH, 2019)

“Aku kurang tau dasar warnya apa. Cuma itu modifikasi sama yang dulu

sih. cuma ditambah warna untuk kategori yang belum terakomodasi.”

(KH, 2019)

Layanan dan aktifitas Layanan perpustakaan:

Layanan Sirkulasi: untuk

masyarakat umum

“Kalo dipinjemin sih engga. Cuma baca ditempat.” (KH, 2019)

“Karena perpustakaan kita ini, menyesuaikan juga sama kegiatan rutin

buki yaitu meminjamkan buku bacaan. Jadi, buku diperpus itu masih

sitemnya baca ditempat. Untuk umum ya” (KL, 2016)

“Kalo diperpustakaan sih kita nggak membuka layanan untuk

peminjaman. Tapi kita buka perminjamannya untuk adik-adik yang kita

datangi.” (KI, 2016)

“Kenapa nggak dipinjamkanpertama kita nggak punya pustakawaan.

Yang mengelola in sama out-nya buku yang stand by ada disini. Karena

kita kan Cuma bisa standbye seminggu sekali which is hari sabtu ada

yang piket. tapi piketnya hanya semacam beberes, terus rapi-rapi terus

Ngecekin buku yang selama ini ada. Gitu. Kita cuma takutka karena kita

belum punya program yang bagus buat buat proses peminjaman bukunya

kita malah takutnya Koleksi kita banyak yang ilang.” (KA, 2016)

Layanan Sirkulasi: untuk

volunteer Buki

Layanan Sirkulasi: untuk

rumah belajar binaan

Buku berkaki

“Tapi untuk volunteer sih yang sudah sering ikutan, nanti dicatet yang

mau dibawa pulang, dicatet secara manual, nanti catatannya diserahkan

ketemen pengurus tinggal lapor, aja sih. fleksibel dan nggak terlalu ketat

juga sih kalau untuk volunteer. Tapi untuk umum kita belum mengizinkan

untuk dibawa pulang.” (KL, 2016)

“Boleh asal dibalikin. Monitoringya ngga ada sih, paling di catet

mandiri.” (KH, 2019)

“Yaa itu kalau itu lebih di monitoring. Tiap rolling dicatet sih.” (KH,

2019)

Kegiatan Perpustakaan Buku

Berkaki

Kegiatan Perpustakaan

Buku Berkaki: Drop

Buki

“...sebernernya kan drop buki ini untuk meningkatkan awareness orang-

orang sama buku berkaki. Alhamdulillahnya kita sekarang... ya lumayan

lah relawan tuh dari temen, temennya temen, temennya temen....

alhamdulillah sekarang udah mulai banyak yang aware. Dulu itu buat

open donasi di car free day, hei, siapa yang mau donasi buku nanti bawa

di drop buki. Ternyata kan dengan kemajuan teknologi udah gampang.

Jadi kita nggak usah drop buki lagi.” (KI, 2019)

Kegiatan Perpustakaan

Buku Berkaki: Jemput

Buki

Kegiatan Perpustakaan

Buku Berkaki: sangkar

buku

Kegiatan Perpustakaan

“jadi kalo misalnya yang pertama kan tadi kan yang dari perseorangan itu

kita ngambil dari program jemput buku namanya. Jemput buku itu, jadi

kalo misalnya nih Sesil, ada temennya yang pengen donasi nih gitu.

Tinggal ngubungin Volunteer atau mention di sosial media. bukunya

seberapa banyak, apa aja bukunya gitu-gitu. Ntar kita yang jemput

kerumahnya kalo masih di wilayah JaBodeTabek. kayak gitu. “ (KA,

2016)

“Jadi beberapa krucil yang punya motor atau mobil dulu itu bener-bener

jemput ke bogor, atau kemana itu. Karena dulu untuk go-send itu belum

ada. Tapi semakin kesini pengiriman semakin lancar, jadi ya udah. Kalo

nggak go-send di kirim by ekspedisi.” (KM, 2019)

“... Di luar negeri namanya little freee library. Jadi kayak perpustakaan

mini, ada kotak, nanti mereka bisa baca disitu. Atau bisa ambil buku satu

tukar dengan buku yang lain. Atau bisa nambahin juga.” (KI, 2019)

“ ... Kita bikin versi indonesia, namanya sangkar buku. Karena dia

bentuknya kayak sangkar burung gitu. Percobaan itu di ulang tahun

kelima buku berkaki di kota Klaten, jawa tengah. Tapi gagal. Seminggu

pertama buku berkurang, minggu kedua semakin banyak, minggu

selanjutnya semakin banyak, sebulan kemudian sesangkar-sangkarnya

hilang. Tadinya itu adalah percontohan. Kalo itu berhasil, kita akan coba

di beberapa kota. Ternyata gagal.” (KM, 2019)

Buku Berkaki: Rabu

baca buku

Kegiatan Perpustakaan

Buku Berkaki: Sinema

Buki

Kegiatan Perpustakaan

Buku Berkaki: Buku

untuk Indonesia

Kegiatan Perpustakaan

Buku Berkaki:

Peminjaman untuk

“...bukan buat anak-anak. Ya buat millineal sepantaran kita gitu.” (KM,

2019)

“...Sejak perpustakaan kita hilang... biasa itu buat anak-anak. Setiap hari

sabtu, dua bulan sekali.” (KM, 2019)

“ada program BUI, buku untuk indonesia. Jadi kalo itu kalo misalnya ada

dari daerah, biasanya dari daerah terpencil. Dari timur indonesia

misalnya. Membutuhkan bahan bacaan. Kita biasanya kita kirimkan

bahan bacaan itu sih. sesuai sama Mereka butuhnyaa seperti apa.” (KA,

2016)

“Terus buku-buku yang masuk dari donasi kemarin itu biasanya kita akan

donasikan ke buku untuk indonesia atau inisiasi taman baca. Kalau itu,

buku untuk indonesia atau taman baca, Itu pengelolaannya tergantung

pengurusnya masing-masinng” (KI, 2016)

“Itu langsung putus. Nggak kontinyu. Jika mereka sudah memenuhi

kriteria, kita serahkan.” (KM, 2019)

binaan Buki

“Kita yang mengunjungi adik-adik, tentunya dengan cara survei. Survei

dalam artian misalnya rumah singgah atau panti asuhan, kita nanya dulu

nih ke pengasuhnya ada berapa buku, yang disana atau malah nggak ada

buku, terus tanya juga minat bacanya gimana, rentang usia adik-adik di

rumah singgah atau panti asuhan itu ada berapa anak, usianya berapa, nah

itu disesuaikan itu jadi patokan kita kira-kira buku apa yang pantas

dibawa ke anak-anak usia lima tahun, usia enam tahun, usia dua belas

tahun, kita menentukannya dari hasil survei itu. Nah selain itu, kita juga

menyesuaikan sama tema yang dibawa. Misalnya ketika kita akan datang

pas bersamaan dengan hari laut. Maka buku-buku yang akan dibawa

temanya sesuai dengan laut, tapi sebagian besar buku-buku yang kita

bawa sih cerita anak sama dongeng, atau ensiklopedia seperti itu sih. Nah,

Buku yang dipinjamkan ke rumah singgah atau panti asuhan biasanya

maksimal sih durasi satu bulan ya, harusnya. Itu juga masih jadi PR buat

kita. Karena secara ini belum konsisten. Karena menyesuaikan juga

dengan kondisi temen-temen volunteer. Jadi jadwal-nya bisa misalnya di

panti A, satu bulan setengah, baru satu bulan setengah kemudian kita

menukar dengan bacaan yang lebih baru. Terakhir kita disahabat missil

yang dikolong jembatan itu malah tiga atau empat bulan sih.” (KL, 2016)

“Nah kan buku berkaki Kayak namanya kan punya kaki.dia jalan-jalan

kan. Emang kegiatan kita ngajak bukunya kalan-jalan. Jadi buku yang

dipinjamkan itu buku yang dibawa ke adik-adik yang di panti asuhan,

terus laapak pemulung misalnya, atau rumah belajar. Gitu-gitu. Kita

rolling, aja. Nanti kita drop di bulan januari misalnya, terus habis itu

febuari kita balik lagi tuh kesitu buat ngerefresh bukunya. Kayak-kayak

gitu. Terus buku yang lama kita puter lagi ke tempat-tempat lainnya. gitu-

Kegiatan Perpustakaan

Buku Berkaki: Kegiatan

Kolaborasi

Kegiatan Perpustakaan

Buku Berkaki: Kegiatan

Kolaborasi – bentuk

kegiatan

gitu. ke panti asuhan lain.” (KA, 2016)

“Awalnya siapa aja yang mau ngundang buki, kita datang. Cuman kita

keteteran, dan nggak ada hasil yang maksimal. Karena tidak ada

kontroling. Jadi per-2017, kita pilih 10 di Jakarta dan Bogor. Tadinya

Bogor mau kita take out. Cuman ini panti asuhan paling awal kita yang

temenin, akhirnya Bogor masuk satu. Kita lihat urgensinya, yang paling

membutuhkan yang mana, itu yang jadi binaan.” (KM, 2019)

“Rotasi bukunya dua minggu sekali.” (KM, 2019)

“Kenapa konsep dari buku berkaki ini kita pinjamkan karena kalo kita ada

buku tentang pantai atau laut kalau kita kasih kesatu anak maka yang tahu

tentang laut atau pantai ya satu anak itu doang. Tapi kalau kita puter,

buku tersebut anak yang satu ke anak yang lain juga jadi tahu.” (KL,

2016)

“Oh ada, namanya sejuta buku untuk Indonesia, terus, backpacker

Indonesia, komunitas berbagi nasi, komunitas komunitas ramashinta, ayo

dongeng, belantara budaya indonesia, hibah buku.” (KM, 2019)

“Ya paling perkegiatan. Misalnya kegiatan apa, kita diundang untuk share

ke anak-anak, terus bikin rumah baca bareng-bareng, bikin semacam

pojok baca gitu. Ini untuk sekali waktu doang dong ya. Kalo untuk yang

kontinyu nggak ada.” (KM, 2019)

BIODATA PENULIS

CESILIA TIFASILVIANA. Lahir di Klaten, 16 Maret

1995. Putri pertama dari tiga bersaudara, Ayahanda

Dulhalim dan Ibunda Ernawati. Penulis bertempat tinggal

di Kuningan, Jawa Barat. Menyelesaikan pendidikan di

SDN 2 Hantara (2006), MTsN Model Cigugur (2009) dan

SMAN 1 Kuningan (2012). Penulis kemudian melanjutkan

pendidikan Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidatullah Jakarta

pada jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora. Menyelesaikan

kuliah dengan skripsi berjudul “Pengelolaan Perpustakaan Komunitas: Studi

Kasus Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki”. Selama menjadi Mahasiswi Ilmu

Perpustakaan, penulis ikut serta dalam berbagai kegiatan, diantaranya PKL di

Perpustakaan DPR-RI (2015) dan KKN di Desa Jayanti, Tangerang Selatan

(2015). Selain itu, penulis merupakan volunteer acara Festival Dongeng

Internasional Indonesia (FDII) pada tahun 2015 dan 2016.