Post on 24-Nov-2021
i
PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan
NENENG HIDAYANTI
NIM.AK.1.14.026
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2018
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Hipertensi pada lansia di Puskesmas Solokonjeruk dari tahun ke tahun
selalu mengalami peningkatan dan tidak pernah stabil. terapi tertawa bisa
merangsang pengeluaran endorphin dan serotonin, sejenis morfin alami tubuh dan
juga melatonin ini sangat baik untuk otak sehingga kita bisa merasa lebih tenang
sehingga bisa menurunkan tekanan darah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Terapi
Tertawa Terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi di Puskesmas
Solokanjeruk Kabupaten Bandung.
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yaitu pre eksperimen dengan desain penelitian One Group Pretest-
Posttest, populasi dalam penelitian ini 48 lansia, pengambilan sampel
mengunakan purposive sampling sehinga sampel dalam penelitian ini terdapat 15
sampel.
Berdasarkan hasil uji statistik untuk pengaruh terapi tertawa terhadap nilai
tekanan darah sistolik dan diastolik dengan uji Paired Sample T Test diperoleh
nilai significant sig.(2tailed) : 0,000 (sistol) dan 0,002 (diastol) < α (0,05),
Berdasarkan penelitian tersebut disarankan kepada perawat dan pihak puskesmas
solokanjeruk untuk menerapkan terapi mordalitas keperawatan untuk upaya
mengstabilkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Kata kunci : Hipertensi, Lansia, Terapi Tertawa
Daftar pustaka : 15 Buku (2012-2018)
5 Jurnal (2015-2016)
5 Skripsi (2016-2017)
v
ABSTRACT
Hypertension in the elderly at Clinics Solokonjeruk from year to year has
increased and is never stable. laugh therapy could stimulate spending endorphin
and serotonin, the body's natural morphine and similar also melatonin is excellent
for the brain so that we can feel more calm so it can lower blood pressure.
The purpose of this research is to find out whether there is Influence
Therapy Chuckled blood pressure in Elderly with hypertension in Clinic
Solokanjeruk Bandung Regency.
The type of Research used in this research is quantitative research pre
design research experiments with One Group Pretest-Posttest, the population in
this research 48 elderly, sampling using purposive sampling for the sample in this
study there were 15 samples.
Based on the results of statistical tests for therapeutic influence blood
pressure values chuckled systolic and diastolic by Paired Sample T test Test
earned value significant sig (2tailed): 0.000 (sistol) and 0.002 (diastol) < α
(0.05), based on research the nurse recommended to health centers and the
solokanjeruk to apply the therapy mordalitas nursing for an effort stabilize the
blood pressure in the elderly with hypertension.
Keywords : Hypertension, Elderly, Laugh Therapy
Bibliography : 15 books (2012-2018)
5 Journal (2015-2016)
5 Theses (2016-2017)
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang senantiasa memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap
Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi di Puskesmas Solokanjeruk
Kabupaten Bandung”
Skripsi ini dibuat oleh penulis sebagai salah satu syarat dan tugas akhir dalam
menyelesaikan program Studi Sarjana Keperawatan. Dalam penulisan Skripsi ini
peneliti menyadari masih jauh dari sempurna, serta tidak akan selesai tanpa
bantuan dari pembimbing dan doa orang tua maupun pihak lain, untuk itu
selayaknya penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. H. Mulyana, S.Pd., S.H., MH.Kes., selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana
Bandung.
2. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bhakti Kencana Bandung, dan selaku pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan,masukan, motivasi, dan bantuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
3. Yuyun Sarinengsih, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung.
4. Imam Abidin, S.Kep., Ners., selaku pembimbing II yang selau memberikan
bimbingan, masukan, motivasi, dan bantuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
5. Seluruh dosen, Staf pengajar dan karyawan STIKes Bhakti Kencana Bandung
yang telah banyak memberikan wawasan dan segala bantuan.
vii
6. Kepada Kepala Puskesmas Solokanjeruk dr.Rina Ayu yang telah mengijinkan
melakukan ijin penelitian di Puskesmas Solokanjeruk dan seluruh Staf
Puskesmas Solokanjeruk yang selalu membantu dan memberikan kemudahan
dalam penelitian ini khususnya Teh Tiktik Tasrikah S.Kep.,Ners dan Ibu Siti
Rofiah Amd.Keb yang selalu mebantu saya.
7. Ayahanda IPDA M.Arif Rakhaman Hakim dan Ibunda tercinta Elis Nurhayati
yang selalu mendoakan, memotivasi, mendukung baik moral, materi maupun
spiritual, serta adiku Dewi Handayani, dan keluarga besar semuanya.
8. Kekasihku Prada Helda Priatna yang selalu memberikan semangat dan doa
yang tiada hentinya dari jauh sehingga saya selalu bersemangat untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
9. Sahabat-sahabat Terbaikku Galaxy Lina,Verrin, Cici, Yuli, Teh Hilda yang
selalu memberikan semangat dan motivasi yang tidak henti saat saya malas.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Sarjana Keperawatan
angkatan 2014 telah membantu dan memberikan suport setiap saat.
Semoga yang telah kalian berikan kepada saya mendapatkan balasan
kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Besar Harapan saya semoga
ilmu yang sama didapatkan dari perkuliahan ini dapat berguna bagi kemajuan
ilmu khususnya di bidang keperawatan.
Bandung, Agustus 2018
NENENG HIDAYANTI
AK.1.14.026
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR ................................................................................. V
DAFTAR ISI . ............................................................................................... VII
DAFTAR TABEL ........................................................................................ IX
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... X
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... X1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 11
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 11
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 11
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 11
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 11
1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 13
2.1 Konsep Lanjut Usia ................................................................................. 13
2.2 Konsep Tekanan Darah ............................................................................ 23
2.3 Konsep Hipertensi .................................................................................... 27
2.4 Konsep Terapi Tertawa ............................................................................ 41
2.5 Kerangka Konsep ..................................................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 61
3.1 Rancangan Penelitian .............................................................................. 61
3.2 Paradigma Penelitian ............................................................................... 61
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 65
3.4 Variabel Penelitian .................................................................................. 65
3.5 Definisi Konseptual ................................................................................. 66
3.6 Definisi Operasional ................................................................................ 67
3.7 Populasi dan Sampel ................................................................................ 68
ix
3.8 Pengumpulan Data .................................................................................. 70
3.9 Langkah-langkah Penelitian .................................................................... 73
3.10 Pengolahan Data dan Analisa Data ........................................................ 75
3.11 Etika Penelitian ...................................................................................... 78
3.12 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 80
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 81
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 81
4.2 Pembahasan Teori .................................................................................... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 92
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 92
5.2 Saran ........................................................................................................ 92
x
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 2.2 Tekanan Darah Normal Rata-rata ................................................ 25
Tabel 2.3.2 Klasifikasi Hipertensi ............................................................... 28
Tabel 3.6 Definisi Operasional .................................................................... 67
Tabel 4.1 Nilai Rata-rata tekanan ................................................................ 81
Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Tekanan ............................................................... 83
Tabel 4.1.2 Pengaruh Terapi Tertawa .......................................................... 89
xi
DAFTAR BAGAN
HALAMAN
Bagan 2.5 Kerangka Konseptual .................................................................. 60
Bagan 3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 61
Bagan 3.2 Kerangka Penelitian .................................................................... 64
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Catatan Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4 Daftar Hadir Lansia
Lampiran 5 Lembar Observasi Tekanan Darah
Lampiran 6 Hasil pengolahan data menggunakan SPSS
Lampiran 7 Pedoman Penelitian
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9 Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai rata-rata umur harapan hidup pada tahun 2014
yaitu 70,49 tahun, hal ini membawa konsekuensi meningkatnya populasi
lansia dari tahun ke tahun, sehingga menimbulkan kebutuhkan pelayanan
umumnya masalah yang dihadapi lansia menyangkut kesehatan, sosial,
budaya dan ekonomi. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional
ini memberikan dampak meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) yaitu dari
70,7 tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada tahun 2016. Di prediksi jumlah
penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030
(40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta) (Kemenkes RI, 2017).
Semakin tingginya usia harapan hidup, maka semakin tinggi pula faktor
resiko terjadinya berbagai masalah kesehatan. Masalah umum yang dialami
para lansia adalah rentannya kondisi fisik para lansia terhadap berbagai
penyakit karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh
dari luar serta menurunnya efisiensi mekanisme homeostatis, oleh karena hal
tersebut mudah terserang sebagai penyakit ( Riskesdas, 2013).
Proses Menua (Aging Process) adalah suatu keadaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup yang tidak hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
2
seseorang telah memulai tahap-tahap kehidupanya, yatu neonatus,
toddler, pra school, school, remaja, dewasa, dan lansia (Padila, 2013).
Menurut World Health Organisation (WHO) lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahap akhir fase kehidupanya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses yang
disebut aging Process atau proses penuaan.
Berhubung dengan proses penuaan secara lambat dan progresif manusia
akan kehilangan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan akan menempuh
semakin banyak penyakit degeneratif akibat perubahan dan konsekuensi
patologis lanjut usia. Penyakit kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia
akibat perubahan pada lanjut usia diantarnya adalah hipertensi (Padila, 2013).
Peningkatan tekanan darah pada lansia umumnya terjadi akibat
penurunan fungsi organ pada sIstem kardiovaskuler. Katup jantung menebal
dan menjadi kaku, serta terjadi penurunan elastisitas dari aorta dan arteri-
arteri besar lainnya (Smeltzer & Bare, 2002) (dalam debby.2017)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dengan keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
Menifestasi klinis yang terjadi pada penderita hipertensi diantaranya sakit
kepala terus menerus, kelelahan jantung berdebar-debar, sesak nafas,
pendengaran kabur, penglihatan ganda dan mimisan (Black & Hawks, 2014).
3
Menurut data World Heath Organization (WHO) tahun 2013 menunjukan
satu miliyar orang di dunia menderita hipertensi 2/3 diantaranya adalah
negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi
hipertensi akan terus meningkat tajam dan di prediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa diseruruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi
telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5
juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita
hipertensi sehinga dapat menyebabkan beban biaya kesehatan.
Di Indonesia angka kejadian hipertensi berkisar 6-15% dimana masih
banyak penderita yang belum terjangkau pelayanan kesehatan terutama
daerah pedesaan. Sementara itu berdasarkan data NHANES (National
Healthand Nutrion Examination survey) memperlihatkan bahwa resiko
hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan usia, Data NHANES 2005-
2008 memperlihatkan kurang lebih 76,4 juta orang diatas 20 tahun adalah
penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi
(Candra, 2013).
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2016 penyakit
hipertensi masih menjadi penyakit tidak menular tertinggi yang banyak
diderita oleh lansia saat ini. Menurut Riskesdas 2013 penyakit tertinggi yang
banyak diderita lansia adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9% pada usia
55-64 tahun (Infodatin, Kemenkes RI, 2016). Jawa Barat termasuk provinsi
dengan prevalensi hipertensi tertinggi dengan prsentase 2,94%.
4
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2016 Prevalensi 20
penyakit terbesar di Puskesmas yang ada di Kota Bandung adalah hipertensi
yang memasuki Peringkat ke 3 dengan jumlah 84,162 orang 7,75% (Dinas
Kesehatan Kota Bandung, 2016).
Menurut Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tahun 2016
Prevalensi pola penyakit rawat jalan terbanyak di Puskesmas adalah
hipertensi, berdasarkan semua golongan umur hipertensi berada di peringkat
ke 3 penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat dengan jumlah
101.473 orang 8,29%. Tetapi apabila di kategorikam berdasarkan umur
45>75 hipertensi menduduki peringkat pertama dengan jumlah 88,390 orang
17,62%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2016).
American Heart Association (AHA) (2016) menyatakan bahwa hipertensi
yang tidak terkontrol atau tidak terdeteksi akan menyebabkan serangan
jantung, stroke, gagal jantung, penyakit ginjal, atau gagal ginjal, gangguan
penglihatan, angina dan penyakit arteri perifer. Jika tidak di tangani hal ini
menjadi masalah bagi penderita dan juga bagi pemerintah karena akan
mengakibatkan masalah pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan dan
peningkatan disabilitas (Kemenkes RI, 2017).
Pada hipertensi ada 2 penatalaksanaan yang dilakukan, yaitu
penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan
farmakologis ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi diantaranya
Diuretik, Penghambat adrenergik (β-bloker), Vasodilator, Penghambat enzim
konversi angiotensin (Penghambat ACE), Antagonis Kalsium (Manurung,
5
2018). Penatalaksanaan non farmakologis diantaranya bisa dilakukan dengan
diet sehat, gaya hidup yang baik, olahraga tetapi ada juga terapi alternatif
yang bisa digunakan yaitu dengan melakukan terapi komplementer atau terapi
modalitas keperawatan, terapi mordalitas keperawatan yang bisa dilakukan
untuk lansia dengan hipertensi diantaranya bisa dengan aroma terapi, healing
touch, meditasi, terapi musik, relaksasi otot progresif, senam tai chi, dan
terapi tertawa ( Kushariyadi Setyoadi, 2011).
Terapi Tertawa merupakan tertawa yang dimulai dengan tahap demi
tahap. Sehingga efek yang dirasakan bagi yang tertawa benar-benar
bermanfaat. Terapi tertawa untuk mengurangi stress sudah banyak dilakukan
orang. Tertawa 5-10 menit bisa merangsang pengeluaran endorphin dan
serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga melatonin. Ketiga zat ini
sangat baik untuk otak sehingga kita bisa merasa lebih tenang. Efeknya
sangat luar biasa untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Tertawa akan
meningkatkan aliran darah dan oksigen dalam darah. (Padila, 2013).
Tertawa juga dapat membantu mengontrol tekanan darah dengan
mengurangi pelepasan hormon-hormon yang berhubungan dengan stress dan
memberikan relaksasi. Dalam eksperimen telah dibuktikan bahwa terjadi
penurunan 10-20 mm tekanan darah setelah seorang penderita mengikuti 10
menit sesi tawa. Tapi yang penting tawa akan mengendalikan dan
menghentikan penyakit. Demikian juga bila seseorang beresiko tinggi
menjadi penderita penyakit jantung, tawa bisa menjadi obat pencegah yang
paling baik, karena marah dan takut yang merupakan emosi penyebab
6
serangan jantung bisa diatasi dengan tertawa. (Gifari Sofyan, 2008). Banyak
penelitian menunjukan bahwa tertawa adalah salah satu cara yang baik untuk
mencegah terjadinya penyakit, bahkan tertawa bisa menghilangkan rasa sakit.
tertawa dapat meningkatkan suplai oksigen ke pembuluh darah sehingga
pembuluh darah menjadi elastis kembali dan terjadi pelebaran pada pembuluh
darah yang menyebabkan peredaran darah menjadi lancar dan tekanan darah
menjadi normal kembali (Tandra Hans, 2017).
Hasil penelitian Ramdhani 2013 ( dalam Tawarina subekti (2016) terjadi
perubahan nilai rata-rata tekanan darah yaitu dari 142/76 menjadi 118/71
mmHg setelah dilakukan terapi tertawa selama dua minggu sebanyak 6x
pemberian, dengan pengukuran tekanan darah dilkukan sebanyak 1x yaitu
sebelum dilakukan terapi tertawa dan setelah dilakukan terapi tertawa
terhadap tekanan darah subjek penelitian.
Terapi Tertawa dapat membantu lansia ketika mereka jenuh terhadap
terapi non farmakologis yang biasa mereka lakukan seperti senam lansia.
Menurut Berk et al (1996) dalam Tage (2012) tertawa 20 menit sama dengan
berolahraga ringan selama 2 jam karena dengan tertawa peredaran dalam
tubuh menjadi lancar, kadar oksigen dalam darah meningkat dan tekanan
darah akan normal. Terapi tertawa dapat merileksasikan tubuh yang bertujuan
melepasan endhorpin kedalam pembuluh darah dapat mengalami vasodilatasi
sehingga tekanan darah akan turun (Kataria, 2004) (dalam Agustin, 2015).
Hasil Penelitian dari Nur Samah Anjani (2016) Menunjukan bahwa
Berdasarkan uji independen t-test terlihat bahwa nilai t hitung 2,183
7
sedangkan nilai p value sebesar 0,036 (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan
ada pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi
di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Hasil penelitian dari Partus Kaniasius Siga Tage (2016) Menunjukan
hasil dari uji statistik Paired t-test dengan tingkat kemaknaan α≤0,05. Artinya
bila hasil uji t berpasangan hasilnya P≤0,05, mka Ho ditolak dan hipotesis
diterima hal ini berarti ada perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah
intervensi tertapi tertawa selama 3 minggu dengan 6x perlakuan.
Hasil penelitian dari Dr.Michael Millaer dalam Pangestu Bangkit (2017)
Bahwa dengan tertawa dapat mengembangkan/memperluas pembuluh darah
yang menyebabkan meneingkatnya sirkulasi dan meningkatkan suplai
oksigen. Dalam percobaanya, telah membuktikan bahwa ada penurunan
tekanan darah 10-20 mmHg setelah melakukan 10 menit tertawa.
Hasil penelitian dari Sumartyawati Made (2016) Menunjukan bahwa ada
pengaruh terapi tertawa terhadap perubahan tekanan darah pada lansia.
Perawat sebagai care provider disarankan untuk mengaplikasikan terapi
tertawa sebagai salah satu intervensi bagi lansia yang mengalami hipertensi.
Hasil Studi Pendahuluan data yang didapatkan dari Buku Laporan
Tahunan dari beberapa Puskesmas yang ada di Kabupaten Bandung pada
tanggal 25 Maret 2018 angka kejadian hipertensi yang didapatkan sebagian
besar penyakit terbanyak pada lansia adalah hipertensi, angka kejadian
hipertensi dilihat dari 3 Puskesmas yang ada di Kabupaten Bandung yang
sudah mengadakan program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS),
8
diantaranya angka hipertensi tertinggi ada di Puskesmas Solokanjeruk dengan
peringkat pertama dari 10 besar penyakit dengan jumlah 2.661 jiwa, kedua
Puskesmas Padamukti dengan jumlah 1.743 jiwa, dan Puskesmas Majalaya
1089 jiwa orang jadi dari data tersebut dapat disimpulkan dari beberapa
puskesmas yang disebutkan diatas bahwa Puskesmas Solokanjeruk memiliki
penderita hipertensi lebih tinggi dan selalu mengalami peningkatan dalam
setiap tahunnya.
Puskesmas Solokanjeruk adalah salah satu tempat Pelayanan Kesehatan
di Kabupaten Bandung yang beralamatkan tepatnya di Jl. RHO. Kosih Rt.02
Rw.09, Desa Langensari, Kec. Solokanjeruk, Kab. Bandung, Di wilayah kerja
Puskesmas Solokanjeruk terdapat 4 Desa yaitu diantaranya ada Desa
Rancakasumba, Bojong Emas, Solokanjeruk, Langensari, dari keempat desa
tersebut yang paling banyak adalah penduduk lansia dengan jumlah 3372
jiwa. Di Puskesmas Solokanjeruk sudah rutin diadakan suatu program upaya
pemerintah dalam mengelola penyakit kronis yaitu dengan menyelenggarakan
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS).
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang diselenggarakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta,
fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan
bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita penyakit kronis agar terhindar
dari komplikasi dan dapat mencapai kualitas hidup yang lebih optimal,
penyelengaraan prolanis dilakukan 1 bulan sekali yaitu dengan kegiatan yang
9
dilakukan adalah penyuluhan kesehatan, senam lansia, pemberian obat, dan
pemeriksaan kesehatan.
Dari hasil wawancara pada tanggal 03 April 2018 dengan bagian
pengelola Program Prolanis di Puskesmas Solokanjeruk yaitu Bidan Siti
Rofiah kegiatan prolanis disini selalu berjalan dengan baik yang rutin di ikuti
oleh lansia hipertensi dan diabetes melitus, tetapi yang lebih dominan yaitu
penderita hipertensi dibandingkan penyakit diabetes melitus dalam program
ini pada data bulan April 2018 terdaftar 48 lansia diantaranya 43 orang
hipertensi dan 5 orang hipertensi dengan diabtes melitus. dilihat dari daftar
kunjungan dan buku laporan tahunan, hipertensi di puskesmas solokonjeruk
dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dan tidak pernah stabil.
Pada data terakhir dari buku tahunan tahun 2016 hipertensi menduduki
peringkat pertama dengan jumlah 1.363 jiwa dan mengalami peningkatan pada
tahun 2017 menjadi 2.661 jiwa.
Meskipun sudah rutin dilakukan senam dan pemberian pengobatan yang
rutin lansia masih saja selalu ada lansia yang datang ke puskesmas dengan
keluhan seperti pusing, nyeri pada bagian tengkuk, dan kenaikan tekanan
darah. Padahal pemberian obat yang sama setiap bulannya dan senam sering
dilakukan, mungkin masih ada dari kebiasaan buruk lansia yang bisa
menyebabkan hipertensi dintaranya konsumsi natrium berlebih ataupun faktor
stress yang menyebabkan peningkatan tekanan darah maka dari masalah yang
ditemukan perlu dilakukan terapi lain untuk menurunkan tekanan darah yaitu
dengan terapi komplementer atau terapi mordalitas. Terapi mordalitas
10
bertujuan untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi keluhan
yang dialami oleh klien. Maka dari itu ada salah satu terapi mordaltas yang
bisa dilakukan untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan terapi tertawa.
Berdasarkan latar belakang diatas dalam penanganan hipertensi tidak
hanya dengan menggunakan obat. Ada juga seperti terapi terapi tertawa yang
bisa dilakukan untuk menurunkan tekanan darah. terapi tertawa ini tidak
hanya membuat lansia sehat secara fisik saja tetapi secara psikis dan sosial,
karena dengan terapi tertawa lansia akan lebih akrab dan dapat bersosilisasi
dengan baik dengan lansia di sekitarnya yang mengikuti program prolanis dan
lansia juga akan lebih aktif. Maka dengan ini peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian guna menganalisis “ Pengaruh Terapi Tertawa
Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Solokanjeruk Kabupaten Bandung.
11
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh Terapi Tertawa terhadap Tekanan Darah pada lansia
Hipertensi di puskesmas solokanjeruk kabupaten bandung.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
Terapi Tertwa Terhadap Tekanan Darah pada lansia hipertensi di
Puskesmas Solokanjeruk
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik sebelum (pre)
dan sesudah (post) dilakuakan Terapi Tertawa pada lansia
hipertensi
b. Untuk mengetahui rata-rata tekanan darah diastolik sebelum (pre)
dan sesudah (post) setelah dilakukan Terapi Tertawa pada lansia
hipertensi
c. Untuk mengetahui pengaruh Terapi Tertawa terhadap perubahan
tekanan darah pada lansia hipertensi
12
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai Evidance Based Practice baru untuk sumber referensi
dikalangan akademis dan sebagai bahan masukan yang digunakan
untuk bahan pengembangan penelitian selanjutnya.
b. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan dan dasar untuk riset selanjutnya dalam penelitian
untuk memperoleh data yang berhubungan dengan pengaruh terapi
tertawa terhadap perubahan tekanan darah pada lansia hipertensi
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi (Puskemas Solokanjeruk)
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan
sebagai kegiatan baru dalam program prolanis Puskesmas Solokan
Jeruk , sehingga bermanfaat untuk upaya peningkatan kesehatan
lansia yang mengalami hipertensi.
b. Bagi perawat
Sebagai Evidance Based Practice keperawatan dalam memberikan
suatu intervensi untuk penatalaksanaan hipertensi.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lanjut Usia
2.1.1 Proses Menua (Aging Proces)
Menurut World Health Organisation (WHO). Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahap akhir fase
kehidupanya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami
suatu proses yang disebut aging Process atau proses penuaan.
Proses Menua (Aging Proces) adalah suatu keadaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari satu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah memulai tahaap-taahap
kehidupanya, yatu neonatus, toddler, pra school, school, remaja,
dewasa, dan lansia (Padilla, 2013).
Berhubung dengan proses menua secara lambat dan progresif
manusia akan kehilangan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan akan
menempuh semakin banyak penyakit degeneratif misalnya hipertensi,
arterosklerosis, diabetes melitus, dan kanker (Nugroho, 2008).
14
2.1.2 Batasan Lanjut Usia
Menurut World Health Organisation (WHO)(dalam Padila, 2013) :
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang
batasan lanjut usia adalah sebagai berikut :
1. Usia Pertengahan (middle age) kelompok usia 45-59 tahun.
2. Usia Lanjut (elderly) antara 60-70 tahun.
3. Usia Lanjut tua ( old) antara 75-90 tahun.
4. Usia Sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Menurut (Departemen Kesehatan RI) :
1. Kelompok lansia dini (55-64 tahun)
2. Kelompok lansia pertengahan (65 tahun ke atas)
3. Kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun keatas)
2.1.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia meliputi
perubahan fisik, perubahan mental dan psikologis, perubahan
psikososial, dan spiritual diantaranya :
1. Perubahan fisik & Fungsi :
a. Sistem persarafan
Perubahan pada sistem saraf yaitu terjadi penurunan berat otak
sebesar 10-20%, penurunan hubungan persarafan, lambat dalam
respon dan waktu untuk bereaksi khususnya stress, mengecilnya
15
saraf panca indra, dan penurunan sensitifitas terhadap sentuhan,
defisit memori.
b. Sistem Pendengaran
Dapat terjadi gangguan pendengaran (presbiakusis), sulit
mengerti kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat
mengeras akibat meningkatnya keratin, dan penurunan
pendengaran pada lansia akibat keterangan jiwa/stress.
c. Sistem penglihatan
Mulai terjadi kekeruhan pada lensa dan menyebabkan katarak,
daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat
dalam gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya daya
membedakan warna biru atau hijau.
d. Sistem Integumen
Kulit mengkerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
elastisitas berkurang akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,
kuku jari menjadai lebih keras dan rapuh, serta penurunan dan
fungsi dari kelenjar keringat.
e. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan semakin rapuh, bungkuk
(kifosis), pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis , serta serabut otot mengalami atrofi.
16
f. Sistem Gastrointestinal
Terjadi kehilangan gigi , hilangnya sensitivitas saraf pengecap
dilidah menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul
konstipasi, melemahnya daya absorbsi dan lansia mudah
mengalami gizi yang buruk.
g. Sistem Pernapasan
Otot-otot pernapasan mengalami penurunan kekuatan dan
menjadi kaku, penurunan aktivitas dari silia, elastisitas paru-paru
menurun, kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun, kemampuan kekuatan otot
pernafasan menurun, menarik nafas menjadi lebih berat,
kemampuan untuk batuk berkurang
h. Sistem Reproduksi
Terjadi penciutan pada ovary dan uterus, penurunan lendir vagina,
serta atrofi payudara, sedangkan pada laki-laki , testis masih dapat
memproduksi spermatozoa meskipun secara berangsur-angsur
akan menurun.
i. Sistem Perkemihan
Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%, filtrasi di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun,
otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil
meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
17
j. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan semua produksi hormone, mencakup
penurunan aktivitas tiroid, berkurangnya ACTH, TSH, FSH,
BMR, menurunkan daya pertukaran zat , penurunan produksi
aldosteron, progesterone, estrogen, dan testosterone.
j. Sistem kardiovaskular
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun,
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan
darah meningkat.
2. Perubahan Mental
a. Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat
berupa sikap yang semakin egosenttrik, mudah curiga,
bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu.
b. Yang paling perlu dimengerti adalah sikap umum yang
ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yakini keinginan
berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat.
c. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat.
d. Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap
berwibawa.
e. Jika meninggalpun mereka ingin meninggal secara terhormat
dan masuk surga.
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (Hereditas)
e) Lingkungan
3. Perubahan Psikososial
Pensiun adalah nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya
dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila
seseorang pension, akan mengalami kehilangan-kehilangan antara
lain:
a. Kehilangan finansial
Kehilangan materi karna sudah tidak lagi bekerja
b. Kehilangan status
Yang dulunya mempunyai jabatan dan lengkap dengan
fasilitasnya, sekarang sudah hilang karena sudah tidak bekerja
lagi.
c. Kehilangan teman atau relasi
Semasa masih bekerja mempunyai banyak teman dan relasi,
karena faktor usia yang sudah tua, jadi tidak mungkin untuk
bekerja sehingga otomatis semuanya hilang.
d. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
19
Faktor usia yang sudah lanjut tidak mungkin lagi bisa bekerja
di perusahaan atau tempat lainnya, karena keterbatasan tenaga
dan pikiran.
e. Perubahan dalam cara hidup
Memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
f. Perubahan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
(kesusahan ekonomi) akibat meningkatnya biaya hidup.
g. Gangguan saraf panca indera, sehingga timbul kebutaan dan
ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan sehingga ekonomi
menjadi masalah.
4. Perubahan Spiritual
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya.
b. Lansia semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini
adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh
cara mencintai dan keadilan.
2.1.4 Penyakit yang sering terjadi pada lansia
(Menurut Padila, 2013) Penyakit Kardiovaskuler yang sering terjadi
akibat perubahan pada lanjut usia diantaranya :
20
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama
atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastis arteri
karena proses menua. Bila tidak segera ditangani hipertensi dapat
memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arterosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal.
b. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh daraah jantung sehingga aliran darah
menuju jantung tergaggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri
dada, sesak nafas, pingsan, hingga kebingungan.
c. Disritmia
Insidensi disritmia dan ventrikuler meningkat pada lansia karena
perubahan struktural dan fungsional pada penuaan. Masalah dipicu
oleh distitmia dan tidak terkoordinasinya jantung sering
dimenifestasikan sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak nafas,
keletihan, dan jatuh.
d. Penyakit Vaskular Perifer
Gejala yang paing sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri
yang sangat pada saat beraktifitasdan menghilang pada saat
beristirahat. Ketika penyakit semakin berkembang, nyeri tidak lagi
dapat hilang dengan istirahat. Jika klien mempertahankann gaya
21
hidup yanng kurang gerak, penyakit ini mungkin telah berlanjut
ketika nyeri pertama muncul.
e. Penyakit Katup Jantung
Menifestasi klinis dari penyakit katup jantung itu bervariasi dari
fase kompensasi sampai pada fase pascakompensasi. Lansia dapat
turut berperan dalam fase ini melaui peningkatan gaya hidup yang
menghaisakan sebagian besar waktunya dengan kurang gerak yang
menempatkan tuntutan kebutuhan yang lebih pada jantung untuk
curah jantungnya.
2.1.5 Tugas Perkembangan Lansia
Kesiapan lansia utuk beradaptasi terhadap tugas perkembangan
lansia dipengaruhi oleh proses tumbang pada tahap sebelumnya
(Padila, 2013) :
Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2. Menyesuaikan diri untuk pensiun
3. Membentuk bungan baik dengan orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melaakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat
secara santai
6. Mempersiapkan diri untuk kemtiaannya dan kematian pasangan
22
2.1.6 Tipe-Tipe Lansia
Tipe-tipe lansia diantaranya (Menurut Nugroho, 2008) :
1. Tipe Arif bijaksana
yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
prubahan aman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, drmawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
2. Tipe Mandiri
yaitu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas
yaitu konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
yaitu mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak
acuh.
2.2 Konsep Tekanan Darah
2.2.1 Pengertian Tekanan Darah
23
Tekanan darah adalah kekuatan lateral pada dinding arteri oleh
darahyang di dorong dengan tekanan dari jantung (Perry & potter,
2010). Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik. Tekanan darah diastolik adalah tekanan terendah yang
terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasaya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata
tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2012).
Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia
80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55 – 60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis. (Triyanto, 2014 ).
24
2.2.2 Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah arteri dapat dilakukan secaara
langsung (invasif) maupun tidak langsung. Metode langsung adalah
dengan insersi kateter tipis ke dalam arteri. Kateter dihubungkan
dengan monitor elektronik melalui tube. Monitor akan menampilkan
gelombang tekanan arteri. Prosedur ini hanya dilakukan pada perawatan
intensif karena resiko terjadinya kehilangan darah mendadak. Metode
tidak langsung yang umum digunakan adalah dengan spignomanometer
dan stetoskop. Auskultasi atau palpasi dengan auskultasi adalah tehnik
yang paling banyak digunakan (Perry & Potter, 2010).
2.2.3 Faktor Yang mempengaruhi Tekanan Darah
Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak
faktor secara kontinu sepanjang hari. Tidak ada pengukuran tekanan
darah yang dapat secara adekuat menujukan tekanan darah klien.
Meskipun saat dalam kondisi yang palig baik, tekanan darah berubah
dari satu denyut jantung ke denyut lainya.
a. Usia
Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan.
Meningkat masa anak-anak. Tingkat tekanan darah anak-anak atau
remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh atau usia.
Tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan
25
pertambahan usia. Lansia tekanan sistoliknya meningkat sehubungan
dengan penuaan elastisitas pembuluh darah
Tabel 2.2
Tekanan Darah Normal Rata-rata
(Sumber : Perry & Potter, 2010)
b. Stress
Ansietas, takut nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi
simpatik yang meningkat frekuensi darah, curah jantung dan tahanan
vaskuler perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan
darah. Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik
mengharuskan seseorang individu untuk berespon atau melakukan
tindakan.
Usia Tekanan Darah (mmHg)
Bayi baru lahir (3000gr)
1 Bulan
1 Tahun
6 Tahun
10-13 Tahun
14-17 Tahun
Dewasa tengah
Lansia
40 (rerata)
85/54
95/65
105/65
110/65
120/75
120/80
140/90
26
c. Ras
Frekuensi hipertensi (tekanan darah tinggi pada orang Afrika
Amerika lebih tinggi dari Eropa Amerika. Kematian yang
dihubungkan dengan hipertensi juga lebih banyak orang Afrika
Amerika. Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi diyakini
berhubungan dengan genetik dan lingkungan.
d. Jenis Kelamin
Secara Klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah
pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria
cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah
menopause, wanita cinderung memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi daripada pria pada usia tersebut.
2.2.4 Pengaruh Terapi tertawa terhadap Penurunan Tekanan darah
Tertawa 5-10 menit bisa merangsang pengeluaran endorphin dan
serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga melatonin.
Ketiga zat ini sangat baik untuk otak sehingga kita bisa merasa lebih
tenang. Efeknya sangat luar biasa untuk menurunkan tekanan darah
tinggi. Tertawa akan meningkatkan aliran darah dan oksigen dalam
darah (Padila, 2013). sehingga pembuluh darah menjadi elastis
kembali dan terjadi pelebaran pada pembuluh darah yang
menyebabkan peredaran darah menjadi lancar dan tekanan darah
menjadi normal kembali (Tandra Hans, 2017).
27
Tertawa juga dapat membantu mengontrol tekanan darah dengan
mengurangi pelepasan hormon-hormon yang berhubungan dengan
stress dan memberikan relaksasi. Dalam eksperimen telah dibuktikan
bahwa terjadi penurunan 10-20 mm tekanan darah setelah seorang
penderita mengikuti 10 menit sesi tawa (Gifari Sofyan, 2008).
2.3 Konsep Hipertensi
2.3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dengan keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama
atau lebih tinggi dari 140 mmHg, yang terjadi karena menurunnya
elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi
dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arterosklerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal (Padila,
2013).
Hipertensi adalah adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian/ mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada
dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140
28
menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,
2014).
2.3.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifiksai tekanan darah menurut JNC 7 :
Tabel 2.3.2
Klasifikasi Hipertensi
2.3.3 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
menurut Triyanto, 2014) :
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi pimer, termasuk faktor lain yang
diantaranya adalah faktor stress, arkohol, merokok, lingkungan, dan
gaya hidup.
Kategori Tekanan darah
sistolik
(mmHg)
Tekanan darah
diastolik
(mmHg)
Normal
Pre Hiertensi
Hpertensi Stage I
Hipertens Stage II
< 120
120-139
140-150
>150
< 80
80-89
90-99
> = 100
29
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(Hiperaldosteronisme), golongan terbesar dari penderita hipertensi
esensial. Maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak diajukan
kedapa hipertensi esensial.
2.3.4 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko terjadinya hipertensi yang dapat dirubah menurut
(Black & Hawks, 2014) diantaranya :
1. Faktor yang tidak dapat diubah :
a. Riwayat Keluarga
Kecenderungan genetis yang membuat keluarga tertentu lebih
rentan terhadap hipertensi, mungkin berhubungan dengan
peningkatan kadar natrium intraseluler danpenurunan rasio
kalsium-kalsium yang lebih sering ditemukam pada orang
berkulit hitam.
b. Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Hipertensi meningkat pada usia 50-60% yang berumur lebih daari
60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140 mmHg.
30
c. Jenis Kelamin
Hipertensi banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita
sampai kira-kira usia 55 tahun.resiko pada pria dan wanita hampir
sama antara usia 55 sampai 74 tahun, kemudian, setelah usia 74
tahun, wanita beresiko lebih besar.
2. Faktor yang dapat di ubah :
a. Diabetes
Diabetes mempercepat atrerosklerosis dan menyebabkan
hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar
b. Stress
Stress menyebabkan vascular perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktifitas saraf simpatis. Stresor bisa dari banyak
hal, mulai dari suara, infeksi, peradangan, nyeri, berkurangnya
suplai oksigen, panas, dingin, obat-obatan, penyakit,
pembedahan, dan pengobatan medis dapat memicu stress.
c. Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk apel)
dengan meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma,
pinggang, daan perut, dihubungkan dengan pengembangan
hipertesi.
d. Nutrisi
Mengosumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam
perkembangan hipertensi esensial. Hipertensi akan sensitif
31
terhada garam, dan kelebihan garam sehingga menjadi
penyebab pencetus hipertensi. Diet tinggi garam mungkin
menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan
yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan tekanan
darah.
e. Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak arkohol, dan beberapa
pengguna obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko
hipertensi.
2.3.5 Patofisiologi Hipertensi pada lansia
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan
peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan
meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi
dengan penambahan volume intra vaskuler yang sedikit menunjukan
kekakuan pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik
hipertensi sistolik ditandai dengan penurunan kelenturan pembuluh
darah arteri besar, resistensi perifer yang tinggi, pengisian diastolik
abnormal dan bertambahnya masa ventrikel kiri. Penurunan volume
darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan
penurunan tekanan darah diastolik. Lanjut usia dengan keadaan
hipertensi sistolik dan diastolik akan menyebabkan berkurangnya
output jantung, peningkatan intravaskuler, menyebabkan aliran darah ke
ginjal terhambat, mengakibatkan aktivitas plasma renin yang lebih
32
rendah dan menimbulkan resistensi perifer. Perubahan aktivitas saraf
simpatik dengan bertambahnya noepineprin menyebabkan penurunan
tingkat kepekaan sistem resepor beta adrenergic sehingga berakibat
penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah dan meningkatkan
tekanan darah (Mujahidullah, 2012).
Lansia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada arteri
besar yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin
parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan
tahapan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya
normal. Kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan
tahanan perifer ini disebabkan karena vasokontriksi arteriol akibat
naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah
berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan
struktural pad pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna
dan hyperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak
mencukupi lagi sehingga terjadi terjadi anokssi relative keadaan ini
didapat dengan adanya artero sklerosis koroner (Mujahidullah, 2012).
2.3.4 Menifestasi Hipertensi
Pada tahap perkembangan hipertensi, tidak ada menifestasi yang
dicatat oleh klien atau praktisi kesehatan. Pada akhirnya tekanan darah
akan naik, dan jika keadaan ini tidak terdeteksi selama pemeriksaan
rutin, klien akan tetap tidak sadar bahwa tekanan darahnya naik. Jika
33
keadaan ini dibiarkan tidak terdiagnosis, tekanan darah akan terus
naik, menifestasi klinis akan semakin jelas dan klien pada akhirnya
akan datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala terus
menerus, kelelahan jantung berdebar-debar, sesak nafas, pendengaran
kabur, penglihatan ganda dan mimisan (Black & Hawks, 2014).
2.3.5 Pentalaksanaan Hipertensi
1. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan
hipertensi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Seperti jenis
obat anti hipertensi. Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi
pada penatalaksanaan farmakologis yaitu ( Manurung, 2018) :
a. Deuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh melalui kencing, dengan demikian, volume cairan
dalam tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih
ringan (Dalimartha, 2008).
Deuretik menurunkan tekanan darah dengan cara
mengurangi jumlah air dan garam di dalam tubuh serta
melonggarkan pembuluh darah. Sehingga tekanan daah secara
perlahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida yang
sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan sebelum
mengunakan deuretik. Selain itu jumlah garam di dalam
pembuluh darah menurun sehngga menyebabkan pembuluh
34
darah membesar. Kondisi ini membantu tekanan darah menjadi
normal kembali.
b. Penghambat adrenergik (β-bloker)
Mekanisme kerja obat anti-hipertensi obat ini adalah
melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis beta bloker tidak
dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengalami
gangguan pernafasan seperti asma bronkhial, karena pada
pemberian β-bloker dapat menghambat reseptor beta 2 di
jantung lebih banyak dibandingkan reseptor beta 2 ditempat
lain. Penghambat beta 2 ini dapat membuka pembuluh darah
dan saluran udara (bronkhi) yang menuju ke paru-paru.
Sehingga penghambatan beta 2 dari aksi pembukaan ini
dengan β-bloker dapat memperburuk penderita asma.
c. Vasodilator
Agen vasodilator bekerja langsung pada pembuluh darah
dalam merelaksasi otot pembuluh darah. Contoh yang
termasuk obat jenis vasodilator adaah prasosin dan hidralasin.
Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian obat ini
adalah sakit kepala dan pusing.
d. Penghambat enzim konversi angiotensin (Penghambat
ACE)
Obat ini bekerja melalui menghambataksi dari sistem renin-
angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan
35
efek enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting
enzym). Kondisi ini akan menurunkan perlawana pembuluh
darah dan menurunkan tekanan darah.
e. Antagonis Kasium
Adalah sekelompok obat yang bekerja mempengaruhi jalan
masuk kalsium ke sel-sel dengan mengendurkan otot-otot
didalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan
perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah.
Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar,
menurunkan daya pompa jantung. Yang termasuk golongan
obat ini adalah Nefedipin, Deliasem dan Verapamil.
2. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Pentalaksanaan Non-farmakologis atau penatalaksanaan yang
dilakukan tanpa obat Menurut (Black & Hawks, 2014) :
a. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup efektif untuk menurunkan tekaanan
darah tinggi dan mengurangi faktor-faktor resiko
kardiovaskuler.
b. Pengurangan Berat Badan
Kelebihan berat badan yang ditunjukan oleh indeks masa tubuh
(IMT)-berat badan dalam kilogram dibagi tinggi dalam meter
persegi -2 atau lebih, sangat berhubungan dengn naiknya
tekanan darah.
36
c. Pembatasan Natrium
Sebagian besar penderita hipertensi yang sensitif terhadap
natrium, menunjukan setelah mengosumsi natrium mengalami
kenaikan tekanan darah.
d. Pembatasan Kafein
Walaupun konsumsi kafein akut dapat menaikan tekanan darah,
konsumsi kafein sedang kronis terlihat tidak memiliki efek
signifikan terhadap tekanan darah. Oleh karena itu, pembatasan
kafein tidak penting kecuali respon jantung atau sensitivitas
berlebih terhadap kafein ada.
e. Modifikasi Diet Lemak
Modifikasi diet asupan lemak dengan menurunkan flaksi lemak
jenuh dan meningkatkan lemak tak jenuh ganda berpengaru
sedikit terhadap penurunan tekanan darah.
f. Menghentikan Merokok
Nikotin sudah jelas dapat meningkatkan denyut jantung dan
memproduksi vasokontriksi perifer yang memang
meningkatkan tekanan darah arteri dalam jangka waktu yang
pendek selama dan setelah merokok
g. Olahraga
Program olahraga senam aerobik teratur yang adekuat untuk
mencapai paling tidak kadar cukup kebugaran fisik
memfasilitasi pengondisian kardiovaskuler dan dapat
37
membantu klien obesitas hipertensi dalam mengurangi berat
badan dan mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.
3. Terapi Terapi Modalitas Keperawatan
a. Definisi Terapi Modalitas Keperawatan
Terapi modalitas dalam ilmu keperawatan lebih dikenal
dengan terapi komplementer, terapi aternatif, terapi holistis,
terapi nonbiomedis. Terapi modalitas merupakan metode
pemberian terapi yang menggunakan kemampuan fisik atau
elektrik yang bertujuan untuk membantu proses
penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami oleh
klien (Lundy & Janes, 2009). Terapi komplementer adalah
istilah untuk terapi yang bukan bagian dari terapi medis
konvensional ( Kushariyadi Setyoadi, 2011).
Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik,
mental, emosional, dan sosial ke arah keutuhan pribadi yang
dilakukan secara holistik (Padila, 2013).
Terapi modalitas/ terapi komplementer yang umum
sering digunakan dalam keperawatan meliputi active
listening, akupresur, aroma terapi, biofeedback, healing
touch, Terapi tertawa (humor), imagery, meditasi, terapi
musik, relaksasi otot progresif, reiki, tai chi, sentuhan
terapeutik dll ( Kushariyadi Setyoadi, 2011).
38
b. Klasifikasi Terapi Modaitas
Kategori terapi Komplementer menurut Natinal Center for
complementery/Alternative Medicine (NCCAM) adalah sebagai
berikut dintaranya :
a) Terapi pikiran-tubuh (mind-body therapies).
Suatu terapi yang dilakukan untuk pendekatan prilaku,
psikologis, sosial, dan spiritual ntuk kesehatan, diantaranya
tai chi, meditasi, yoga, terapi seni, terapi musik, terapi
tertawa, imagery, psikoterapi tubuh.
b) Terapi berbasis biologi (biologically based therapies)
Suatu terapi yang bersifat alami. Praktik, intevensi, dan
produknya berbasis biologis diantaranya herbal, diet khusus,
pengobatan orthomoleculer (gizi), sengatan lebah.
c) Terapi manipulatif dan berbasis tubuh (manipulative and
body based therapies)
Suatu terapi yang didasarkan pada kegitan manipulasi dan
atau gerakan anggota tubuh, diantaranya pijatan dan gerak
tubuh atau body work (refleksiologi). Serta terapi fisika non
konvensional (hidroterapi, diatermi, terapi cahaya dan warna.
d) Terapi energy (energy therapies)
Suatu terapi yang menggunakan medan energy halus di
dalam dan sekitar tubuh, diantaranya sentuhan terapeutik,
reiki, going eksternal, dan magnet
39
2.3.6 Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi menurut (Triyanto, 2014) :
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang mempengaruhi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
dipendarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah
sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian organ tubuh
terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulit, atau
lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak
sadarkan diri secara mendadak.
2. Infark Miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk embolus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh daraah tersebut. Hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel maka kebutuhan oksigen miokaardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat menyebabkan iskemia
40
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertensi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintas ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusaakan progresif akibat
tekanan darah tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus.
Dengan rusaknya membraane glomelurus, darah akan mengalir
keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
membrane glomelurus, protein akan keluar melalui urine sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema
yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
4. Ketidakmampuan Jantung dalam Memompa Darah
Ketidakmampuan jantung dalam memompa adarah yang
kembalinya jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul
di paru, kaki dan jaringan lain sring disebut edema. Cairan didalam
paru-paru menyebabkan sesak nafas, timbulnya cairan di tungkai
menyebabkan kaki bengkak. Enselopati dapat terjadi terutama yang
tinggi padaa kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi
koma.
41
2.4 Konsep Terapi Tertawa
2.4.1 Pengertian Terapi Tertawa
Terapi Tertawa adalah suatu terapi yang mencapai kegembiraan
didalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa,
senyuman yang menghias wajah, perasaan hati yang lepas dan gembira,
dada yang lapang, peredaran darah yang lancar sehingga bisa mencegah
penyakit, memelihara kesehatan, serta menghilangkan stress
(Kushariyadi setyoadi, 2011).
Terapi tertawa adalah salah satu cara yang baik untuk mencegah
terjadinya penyakit, bahkan dengan tertawa dapat menghilangkan rasa
sakit. Tertawa juga bisa mengurangi stress, menurunkan tekanan darah,
memperbaiki fungsi sel otak, dan menambah daya tahan tubuh ( Tandra
Hans, 2017).
Terapi Tertawa merupakan tertawa yang dimulai dengan tahap
demi tahap. Sehingga efek yang dirasakan bagi yang tertawa benar-
benar bermanfaat. Terapi tertawa untuk mengurangi stress sudah
banyak dilakukan orang. Tertawa 5-10 menit bisa merangsang
pengeluaran endorphin dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh
dan juga melatonin. Ketiga zat ini sangat baik untuk otak sehingga kita
bisa merasa lebih tenang. Efeknya sngat luar biasa, bahkan dapat
menyembuhkan pasien dengan gangguan mental akibat stress berat dan
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Padila, 2013).
42
2.4.2 Jenis-jenis Terapi Tertawa
Jenis-jenis terapi tertawa (Dumbre, 2012) :
1. Humor Therapy
Humor terdiri dari penggunaan bahan-bahan lucu seperti buku, film,
atau cerita untuk mendorong diskusi sepontan dari pasien yang
memiliki pengalaman lucu sendiri. Tetapi ini dapat diberikan secara
individu maupun setting kelompok. Proses terapi ini biasanya
difasilitasi oleh seorang profesional. Hal ini juga dapat digunakan
dalam percakapan antara profesional medis dan pasien.
2. Laughter Therapy
Terapi tertawa adalah terapi yang memiliki bentuk yang sedikit
berbeda dengan jenis terapi yang lain dimana klien diperlakukan
secara individual. Dalam terapi ini doker atau profesional akan
mengkaji secara spesifik pemicu tawa pada klien yang dapat
membuat klien itu sendiri tertawa. Ini kemudian akan digunakan
untuk membangun sebuah profil humor dan klien akan diajarkan
latihan dasar yang dapat membantu mengajarkan individu
pentingnya hubungan dan dukungan sosial sambil memberikan
mereka dengan tawa sebagai alat untuk membantu merekamengatasi
stress.
3. Laughter Meditation
Meditasi tawa memiliki kesamaan dengan meditasi tradisional.
Namun pada terapi ini tertawa ini memfokuskan seseorang untuk
43
lebih berkonsentrasi saat terapi dilakukan. Pada meditasi tawa
terdapat tiga tahapan yang harus dilalui diantaranya peregangan,
tawa sengaja, dan periode meditasi diam. Terapi ini kadang-kadang
dilakukan berkelompok.
4. Laughter Yoga
Yoga tawa dikatakan hampir mirip dengan yoga tradisional.
Terapi ini adalah terapi yang menggabungkan latihan pernafasan,
yoga san tehnik, peregangan bersama dengan tawa tawa, yoga tawa
memiliki format terstruktur yang meliputi beberapa latihan tawa.
Terapi ini dapat digunakan sebagai terapi komplementer atau terapi
pencegahan.
2.4.3 Tujuan Terapi Tertawa
Terapi tertawa bertujuan untuk mencapai kondisi tubuh yang rileks.
Tertawa merupakan perpaduan dari peningkatan dan penurunan sistem
saraf simpatik, peningkatannya berfungsi untuk memberikan tenaga
bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti oleh
penurunan sistem saraf simpatik yang salah satunya disebabkan oleh
adanya perubahan kondisi otot yang menjadi rebih rileks, dan
pengurangan pemecahan terhadap nitric oxide yang membawa kepada
pelebaran pembuluh darah, sehingga rata-rata tertawa menyebabkan
peningkatan aliran darah sebesar 20%, sementara stress menyebabkan
penurunan aliran darah sekitar 30% (Hasan,2009).
44
2.4.4 Manfaat Terapi Tertawa
Manfaat dari terapi tertawa (Menurut Setyawan tony, 2012) :
1. Menghilangkan Stress
Tawa adalah penangkal stres yang pang baik, murah, dan mudah.
Tawa adalah salah satu cara terbaik untuk mengendurkan otot. Tawa
memperlebar pembuluh darah dan mengirim lebih banyak darah
hingga ke ujung-ujung dan kesemua otot di seluruh tubuh. Satu
putaran tawa yang bagus juga mengurangi tingkat hormone stres,
epinephrine dan cortisol. Bisa dikatakan tawa adalah sebentuk
meditasi dinamis atau rileks.
2. Meragsang Mood dan Jaringan Otak
Terapi tertawa juga dapat merangsang mood, memperbiki fungsi
jantung, otak, merapatkan hubungan dengan orang lain, melegakan
perasaan, tertawa akan mengurangi tingkat stress tertentu dan
menumbuhkan hormon. Hormon stress akan menekan sistem
kekebalan, sehingga meningkatkan jumlah platelet (sesutu yang
dapat menyebabkan gangguan dalam arteri) dan meningkatkan
tekanan darah. Tawa pada dasarnya akan membawa keseimbangan
pada semua komponen dan unsur dalam sistem kekebalan.
Menurunkan tekanan darah tinggi. Tertawa akan meningkatkan
aliran darah dan oksigen dalam darah, yang dapat membantu
pernapasan.
45
3. Mencegah Tekanan Darah Tinggi
Ada sejumlah penyebab tekanan darah tinggi, seperti faktor
keturunan, kegemukan, merokok, dan konsumsi lemak berlebih.
Tetapi stress adalah salah atu faktor yang dominan, dan faktor
utamanya adalah karena tekanan jiwa atau pikiran. Saat seseorang
tengah kumat darah tingginya, maka seluruh tekanan darahnya akan
naik sehingga kondisi ini mempengaruhi tingkat emosi seseorang.
Ketika tekanan darah meningkat tanpa bisa dikontrol, maka emosi
seseorang juga sulit dikendalikan akhirnya meledak menjadi amarah
yang tak karuan, kalau sudah begini maka pandangannya biasanya
menjadi gelap semua. Inginnya mengamuk.
Dengan hal ini tertawa dapat mengontrol tekana darah, dengan
mengurangi pelepasan hormon-hormon yang berhubungan dengan
stress dengan memberikan efek relaksasi.
4. Mencegah Penyakit Jantung
Tawa akan mengendalikan dan menghentikan penyakit jantung.
Tawa bisa menjadi obat pencegahan yang baik terhadap penyakit
tersebut. Dari kebanyakan yang ikut klub tawa. Mereka yang
menderita penyakit jantung dan keadaanya telah menjadi stabil
karena penggunaan obat-obatan. Tetapi dengan tertawa akan
merasakan bahwa tawa membiki sirkulasi darah dan pasokan
oksigen ke otot-otot jantung. Karena dengan meningkatnya sirkulasi
darah, maka kemungkinan terjadinya penggumpalan akan berkurang.
46
Maka dari itu terapi tertawa dapat dijadikan sebagai pengobatan
alternatif.
5. Memperkuat Sistem Kekebalan
Sistem kekebalan memainkan peranan yang sangat penting dalam
menjaga kesehatan tubuh dan menjauhkan diri dari infeksi,
alergi,dan kanker. Telah dibuktikan oleh para psikoneuroimunolog
bahwa semua emosi negatif, seperti kecemasan, depresi, atau
kemarahan akan memperlemah sistem kekebalan tubuh dan dengan
demikian mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
Menurut Dr. Lee S. Berk dari Universitas Loma Limba, California,
Amerika Serikat, tawa membantu meningkatkan jumlah sel-sel
pembunuh alami (sel Nksemacam sel putih) dan juga menaikkan
tingkat antibodi. Para peneliti telah menemukan bahwa, setelah
mengikuti terapi tawa, para peserta mengalami peningkatan antibodi
(immunoglobulin A) dalam lender di hidung dan di saluran
pernafasan, yang dipercaya mempunyai kemampuan melawan virus,
bakteri, dan mikroorganisme lain. Ada banyak anggota Klub Tawa
yang mengalami penurunan frekuensi terserang pilek, sakit
tenggorokan, dan sesak nafas. Dampak tawa pada sistem kekebalan
dianggap sangat besar dalam hubungannya dengan penyakit-
penyakit mematikan seperti AIDS dan kanker.
47
6. Mengurangi Bronkhitis dan Asma
Tawa merupakan salah satu latihan terbaik untuk mereka yang
menderita asma dan bronchitis. Tawa meningkatkan kapasitas paru-
paru dan tingkat oksigen dalam darah. Para dokter menyarankan
fisioterapi dada untuk mengeluarkan lender (dahak) dari saluran
pernafasan.Meniup kedalam sebuah alat atau balon merupakan salah
satu latihan yang biasa diberikan kepada penderita asma. Tawa
melakukan hal yang sama, dan cara ini lebih mudah dilakukan serta
nyaris tanpa ongkos. Salah satu penyebab penyakit asma yang paling
umum adalah infeksi. Terapi tawa menaikkan tingkat antibodi dalam
selaput lender saluran pernafasan, dengan begitu mengurangi
frekuensi infeksi pernafasan. Terapi tawa juga meningkatkan sistem
pembersihan lender di saluran pernafasan. Stres adalah faktor lain
yang bisa memicu serangan asma. Dengan mengurangi stres, tawa
bisa memperbaiki prognosis penyakit asma.
7. Latihan aerobik terbaik
Sebuah manfaat yang didapat oleh hampir setiap orang adalah
perasaan enak. Setelah tertawa pagi selama lima belas menit, mereka
merasa segar sepanjang hari. Tidak ada obat semanjur tawa, yang
bisa memberi anda hasil yang langsung terasa. Penyebab perasaan
enak ini adalah karena anda menghirup lebih banyak oksigen saat
tertawa. Tawa bisa dibandingkan dengan aerobic, hanya saja anda
tidak perlu memakai sepatu atau pakaian khusus. anda tidak perlu
48
mengucurkan banyak keringat di atas jalur jogging. Menurut
William Fry dari Universitas Stanford, satu menit tawa sebanding
dengan sepuluh menit latihan mendayung. Dengan kata lain, tawa
merangsang jantung dan sirkulasi darah dan sama sengan latihan
aerobik. Latihan tawa cocok untuk orang-orang yang banyak duduk
dan mereka yang tak bisa meninggalkan tempat tidur atau kursi roda.
8. Joging Internal
Ada banyak latihan yang bisa dilakukan untuk melatih otot-otot
anda, terapi tertawa memberikan pijatan yang bagus untuk semua
organ internal. Tawa memperlancar pasokan darah dan
meningkatkan efisiensinya. Orang membandingkan latihan ini
dengan jari-jari ajaib, yang menjangkau kedalam perut dan memijat
organ-organ anda. Pijakan terbaik tawa adalah pada usus. Hal ini
bisa meningkatkan persediaan darah dan membantu kerja usus.
9. Menghilangkan Rasa Sakit Alami
Tertawa melepaskan dua neuropeptide yaitu Endhorpin dan
Enkepalin. kedua zat penenang yang merupakan agen penghilang
rasa sakit yang secara alami dihasilkan oleh tubuh, kemampuan
tawa meredakan ketegangan otot dan menenangkan sistem saraf
simpatis, juga membantu mengendalikan rasa sakit seperti halnya
peningkatan sirkulasi. Dengan demikian tawa memiliki dampak
sebagai penghilang rasa sakit.
49
10. Membuat anda tampak lebih muda
Orang melakukan latihan untuk semua otot tubuh, tetapi tidak
ada latihan teratur untuk otot-otot wajah kecuali dalam Yoga. Tawa
merupakan latihan yang sangat bagus untuk otot-otot wajah anda.
Tawa mengencangkan otot-otot wajah memperbaiki ekspresi
wajah. Ketika tertawa, wajah anda tampak merah karena
peningkatan pasokan darah yang menyegarkan kulit wajah dan
membuat kulit wajah tampak cerah. Orang-orang yang suka tertawa
tampak lebih ceria dan menarik. Ketika anda menekan kelenjar air
mata dengan tertawa, mata anda menjadi basah dan tampak
berkilauan. Tawa melatih otot-otot perut dan membantu
mengencangkan otot-otot mereka yang berperut gendut.
11. Parameter Psikologis
Mengacu pada parameter psikologis, data yang menunjukan adanya
dampak yang secara kmparatif besar. Hal ini sangat terlihat dalam
data yang menyebutkan bahwa peserta terapi tertawa merasa lebih
mampu menghadapi stress, meskipun masih perlu diteliti lebih
lanjut cara terapi tawa tersebut mempengaruhi proses penilaian
sseseorang terhadap sebuah situasi yang menekan dengan cara yang
membuatnya bisa mengatasi stress dengan lebih efektif.
2.4.5 Waktu dan Tempat yang tepat untuk Terapi Tertawa
Waktu yang ideal sebuah sesi terapi tertawa harus dilaksanakan
pada pagi hari, kebanyakan klub tawa mengadakan kegiatan antara
50
pukul 6 dan 7 pagi di taman-taman terbuka, disesuaikan dengan waktu
luang para pesertanya. Jumlah total pernafasan, tawa, dan peregangan,
sebaikya tidak lebih dari 15-20 menit. Di negara barat sesi ketawa
didadakan sekali atau dua kali dalam seminggu. Beberapa kelompok
bertemu dua kali atau seminggu sekali ( Setyawan tony, 2012).
2.4.6 Indikasi dan Kontra indikasi Terapi Tertawa
Menurut Setyawan tony, 2012 indikasi dan Kontraindikasi terapi
tertawa diantanya :
1. Indikasi
Terapi tertawa diindikasikan pada klien yang mengalami masalah
psikologis, psikososial, hipertensi, dan seluruh klien yang tidak
sedang dalam keadaan kontra indikasi. Tertawa bisa meningkatkan
kapasitas paru dan kadar oksigen dalam darah.
2. Kontra Indikasi
Terapi tertawa tidak dapat diterapkan pada individu dengan
beberapa gangguan kesehatan seperti hernia, hemoroid, penyekit
jantung, sesak nafas, post operasi, TBC, dan glaucoma.
2.4.7 Tahapan-tahapan Terapi Tertawa
1. Langkah Pertama
Pemanasan dengan tepuk tangan serentak semua anggota klub,
sambil mengucapkan ho ho ho... Ha ha ha ... tepuk tangan disini
sangat bermanfaat bagi peserta karena syaraf-syaraf ditelapak
51
tangan akan ikut terangsang sehingga menciptakan rasa aman dan
meningkatkan energi dalam tubuh.
2. Langkah Kedua
Pernapasan dilakukan seperti pernapasan biasa yang dilakukan
semua cabang-cabang olahraga pada awal latian yaitu: melakukan
pernapasan dengan mengambil napas melaui hidung, lalu napas
ditahan selama 15 detik dengan pernapasan perut. Kemudian
keluarkan perlahan-lahan melaui mulut. Hal ini dilakukan lima kali
berturt-turut.
3. Langkah Ketiga
Menutar engsel bahu kedepan dan kearah belakang. Kemudian
menganggukkan kepala ke bawah sampai dagu hampir menyentuh
dada, lalu mendongakkan kepala ke atas belakang. Lalu menoleh ke
kiri dan ke kanan. Melakukan gerakan ini harus dilakukan secara
perlahan.tidak dianjurkan untuk melakukan gerakan memutar leher,
karena bisa terjadi cidera pada otot leher. Peregangan dilakukan
dengan memutar pingang ke arah kanan kemudian ditahan beberapa
saat, lalu kembali ke posisi semula. Peregangan uini juga dapat
dilakukan dengan otot-otot bagian tubuh lainnya. Semua gerakan ini
dilakukan masing-masing lima kali.
4. Langkah Keempat: Tawa Bersemangat
Dalam tawa ini tutor memberikan aba-aba untuk memulai tawa,
1, 2, 3.... semua anggota klub tertawa serempak, diarapkan jangan
52
ada yang tertawa lebih dulu atau belakangan, harus kompak seperti
nyayian koor. Dalam tawa ini tangan diangkat ke atas beberapa saat
lalu diturunkan dan diangkat kembali, sedangkan kepala agak
mengdongak ke belakang. Melakukan tawa ini harus bersemangat.
Jika tawa bersemangat mau berakhir maka sang tutor mengeluarkan
kata, ho ho ho..... ha ha ha..... beberapa kali sambil bertepuk tangan.
Setiap selesai melakukan satu tahap dianjurkan menarik napas
secara pelan dan dalam.
5. Langkah Kelima: Tawa Sapaan
Tutor memberikan aba-aba agar peserta tawa tertawa dengan suara
suara sedang sambil medekat dan bertegur sapa satu sama lainnya.
Dalam melakukan sesi ini mata peserta memberikan diharapkan
saling memandang satu dengan lainnya. Peserta dianjurkan
menyapa sambil tertawa pelan, cara menyapa ini sesuai dengan
kebiasaan masing-masing. Misalnya orang India dengan cara
mengatupkan kedua tangan, orang Barat saling berjabat tangan,
orang Timur Tengah berpelukan dan ciuman pipi, serta orang
Jepang saling menundukkan badan dan tetap menjaga kontak mata.
Setelah itu peserta menarik napas secara pelan dan dalam.
6. Langkah Keenam: Tawa Penghargaan
Peserta membuat lingkaran kecil dengan menghuungkan ujung
jaritelunjuk dengan ujung ibu jari. Kemudian tangan digerakkan ke
depan dan ke belakang sekaligus memandang anggota lainnya
53
dengan melayangkan tawa yang manis sehingga kita kelihatan
memberikan penghargaan kepada yang kita tuju. Kemudian
bersama-sama tutor mengucapkan, ho ho ho... ha ha ha ... sekaligus
bertepuk tangan. Setelah melakukan tawa ini kembali menarik
napas secara pelan dan dalam agar kemabali tenang.
7. Langkah Ketujuh: Tawa Satu Meter
Tangan kiri dijulurkan ke samping tegak lurus dengan badan,
sementara tangan kanan melakukan gerakan seperti melepaskan
anak panah, lalu tangan di tarik kebelakang seperti menarik anak
panah dan dilakukan dalam tiga gerakan pendek, seraya
mengucapkan ae...... ae.......aeee.... lalu tertawa lepas seraya
merentangkan kedua tangan dan kepala agak mendongak serta
tertawa dari perut. Gerakan seperti ini dilakukan ke arah kiri lalu ke
arah kanan, hal serupa diulangi antara 2 hingga 4 kali. Setelah
selesai kembali menarik napas secara pelan dan dalam.
8. Langkah Kedelapan: Tawa Milk Shake.
Anggota klub seolah-olah memegang dua gelas berisi susu, yang
satu di tangan kiri dan satu di tangan kanan. Saat tutor memebrikan
instruksi lalu susu dituang dari gelas yang satu ke gelas yang
satunya sambil mengucapkan Aeee.... dan kembali dituang ke gelas
yang awal sambil mengucapkan aeeee..... Setelah selesai melakukan
gerakan itu, para anggota klub tertawa sambil melakukan gerakan
seperti minum susu. Al serupa dilakukan sebanyak emapt kali, lalu
54
bertepuk tangan seraya mengucapkan, ho ho ho ..... ha ha ha ......
kembali lakukan tarik nafas pelan dan dalam.
9. Langkah Kesembilan: Tawa Hening tanpa Suara
Harus dilakukan hati-hati, sebab tawa itu tidak bisa dilakukan
dengan tenaga berlebihan, dapat berbahaya jika beban di dalam
perut mendapat tekanan secara berlebihan. Dalam melakukan
gerakan ini perasaan lebih banyak berperan dari pada penggunaan
tenaga berlebihan. Pada tawa ini mulut di buka selebar-lebarnya
seolah-olah tertawa lepas tetapi tanpa suara, sekaligus saling
meandang satu sama lainnya dan membuat berbagai gerakan dengan
telapak tangan serta menggerak-gerakkan kepala dengan mimik-
mimik lucu. Dalam melakukan tawa hening ini otot-otot perut
bergerak cepat sepeti melakukan gerak tawa lepas. Kemudian
kembali menarik napas pelan dan dalam.
10. Langkah Kesepuluh: Tawa Bersenandung dengan Bibir Tertutup
Ini adalah gerakan tawa yang harus hati-hati dilakukan sebab
tertawa tanpa suara, sekaligus mengatupkan mulut yang dipaksakan
akan berdampak buruk karena menambah tekanan yang tidak baik
dalam ronga perut. Dalam pelaksanaan gerak ini peserta dianjurkan
bersenandung hmmmmmm...... dengan mulut tetap tertutup,
sehingga akan terasa bergema di dalam kepala. Dalam melakukan
senandung ini diharapkan semua pesert saling berpandangan dan
55
saling membuat gerakan-gerakan yang lucu sehingga memacu para
peserta lain semakin tertawa.
11. Langkah Kesebelas: Tawa Ayunan
Merupakan tawa yang banyak digemari para klub tawa karena tawa
ini seakan-akan bermain-main dan kompak. Pesert klub harus
mendengar aba-aba tutor, dan peserta dalam gerakan ini lebih baik
berbentuk lingkaran. Peseta disuruh mundur dua meter sambil
tertawa, untuk memperbesar lingkarab dan kemabli maju sekaligus
mengeluarkan ucapan, Ae ae aeeeeeeee....... dan seluruhnya
mengangkat tangan dan serempak tertawa lepas dan pada saat yang
sama semua bertemu di tengah-tengah dan melambaikan tangan
masing-masing. Tahap berikutnya mereka kembali pada posisi
semula, dan melanjutkan gerakan maju ke tengah dan mengeluarkan
ucapan, Aee..... Oooo.... Ee-Uu...... dan sekaligus tertawa lepas dan
serupa dilakukan bisa sampai emapat kali. Setelah selesai kembali
menarik napas dalam dan pelan.
12. Langkah Keduabelas: Tawa Singa
Ini merupakan tawa yang sangat bermanfaat buat otot-otot wajah,
lidah, dan memperkuat kerongkongan serta memperbaiki saluran
dan kalenjer tiroid sekaligus menjadikan peserta klub
menghilangkan rasa malu dan takut. Dalam gerakan ini mulut
dibuka lebar-lebar dan lidah dijulurkan ke luar semaksimal
mungkin, mata dibuka lebar seperti melotot, dan tangan diangkat ke
56
depan di mana jari-jari di baut seperti akan mencakar, seolah-olah
seperti singa mau mencakar mangsanya. Pada saat itula peserta
tertawa dari perut. Setelah selesai lakukan kemabali gerakan
menarik napas secara dalam dan pelan.
13. Langkah Ketigabelas: Tawa Ponsel
Peserta dibagi dalam dua kelompok yang saling berhadapan dan
masing-masing seolah-olah memegang handphone. Dengan aba-aba
tutor mereka disuru saling menyeberang sambil memegang
handphone, pada saat itulah perserta tertawa sambil saling
berpandangan dan setelah itu kembali lagi ke posisi semula. Setelah
selesai tarik napas dalam dan pelan.
14. Langkah Keempatbelas: Tawa Bantahan
Anggota kelompok dibagi dalam dua bagian yang bersaing dengan
dibatasi jarak. Biasanya mereka dibagi dengan kelompok pria dan
wanita. Dalam kelompok itu mereka saling berpandangan sekaligus
tertawa dan saling menuding dengan jari telunjuk kepada kelompok
yang dihadapannya. Gerakan ini sangat menarik para peserta karena
mereka akan bisa tertawa lepas. Setelah selesai tarik napas dalam
dan pelan agar kembali segar dan tenang.
15. Langkah Kelimabelas: Tawa Memaafkan
Perserta klub memegang cuping telinga masing-masing sekaligus
menyilangkan lengan dan berlutut diikuti dengan tawa. Tawa
memaafkan ini mengajarkan kepada kita jika kita ada perselisihan
57
terhadap orang lain maka diajarkan saling memaafkan. Setelah
selesai tarik napas dalam dan pelan.
16. Langkah Keenambelas: Tawa Bertahap
Di sini tutor menginstruksikan agar semua anggota klub
mendekatinya. Dalam sesi ini tutor mengajak anggotanya untuk
tersenyum kemudian bertahap menjadi tertawa ringan, berlanjut
menjadi tawa sedang dan terakhir menjadi tertawa lepas penuh
semngat. Dalam melakukan tawa ini sesama anggota saling
berpandangan dari anggota yang lain ke anggota yang lainnya juga.
Tawa ini dilakukan selama satu menit. Setelah selesai tarik napas
dalam pelan. Setelah selesai akan terasa sekali bahwa badan kita
akan segar.
17. Langkah Ketujuhbelas: Tawa dari Hati ke Hati
Tawa ini merupakan sesi terakhir dari tahapan terapi. Semua
peserta terapi saling berpegangan tangan sambil berdekatan
sekaligus bersama-sama tertawa dengan saling bertatapan dengan
perasaan lega. Peserta juga bisa saling bersalaman atau berpelukan
sehingga terjalin rasa keakraban yang mendalam.
Setelah selesai melakukan senam tawa setiap klub mempunyai
cara masing-masing dalam mengakhiri latihan terapi tawa. Ada
yang melakukan tertawa secara spontan dan lamanya 5 menit,
sehingga tubuh lebih rileks dan segar.
58
Bahkan bila ada anggota klub yang kurang kompak waktu
melakukan terapi tawa dari sesi ke sesi berikutnya, sebaiknya
diulang, jika sudah kompak dilanjutkan pada tahap berikutnya
sampai selesai. Tetapi jika belum padu harus diulang sampai
anggota klub tersebut bisa tertawa kompak, dengan demikian semua
anggota klub mendapatkan manfaatnya
59
2.5 Kerangka Konseptual
Bagan 2.5
Kerangka Konseptual
Sumber : (Black & Hawks, 2014), (Padila,2013), (Kushariyadi Setyoadi, 2011).
Faktor Usia Obesitas Stress Nutrisi
Dengan
bertambahnya usia
menyebabkan
penurunan elastisitas
pembuluh darah
Stress menyebabkan
pengeluaran hormon
stress seperti
adrenalin, kortisol,
dan nonepineprin
yang akan
menyebabkan
tekanan darah tinggi
Dengan berat
badan yang
berlebih dapat
menyebabkan
penumpukan
lemak di tubuh
terutama di
pembuluh darah
Kandungan garam
berlebih didalam
tubuh akan
menyebabkan
volume darah
meningkat
Hipertensi
Terapi Komplementer :
Terapi Tertawa
Menyebabkan
meningkatnya asupan
oksigen ke paru-paru
sehingga peredaran darah
menjadi normal kembali
Mengurangi pelepasan
hormon yang berhubungan
dengan stress merangsang
pengeluaran hormon
endoprin dan serotonin yang
memberikan efek relaksasi
Melebarkan pemebuluh
darah dan meningkatkan
elastisistas pembuluh
darah dan melancarkan
peledaran darah
Tekanan darah menjadi
Normal kembali