Post on 03-Mar-2019
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
55
PENGARUH PROGRAM PELATIHAN PRISAI (PERILAKU IBU SAYANG BAYI) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM MENSTIMULASI TUMBUH
KEMBANG BAYI 0−6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAJADI KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2015
Septi Ardianty PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang
Email : septibudi2@gmail.com ABSTRAK
Ibu merupakan seseorang yang memiliki peran penting dalam sejarah tumbuh kembang seorang bayi. Pengetahuan dan sikap seorang ibu terhadap stimulasi tumbuh kembang bayi merupakan salah satu upaya agar tumbuh kembang bayi berjalan secara optimal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sebelum dan setelah Program Pelatihan PRISAI (Prilaku Ibu Sayang Bayi) dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi usia 0−6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi Kabupaten Banyuasin. Metode penelitian quasi experiment pre-test and post-test with control group design. Sebanyak 44 kelompok intervensi dan 44 kelompok kontrol populasi ibu yang memiliki bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi Kabupaten Banyuasin. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan pengocokan koin. Kelompok intervensi mendapatkan Program Pelatihan PRISAI (Perilaku Ibu Sayang Bayi) di Puskesmas Sukajadi, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan paired t-test dan independen t-test. Hasil penelitian ini adalah Program Pelatihan PRISAI (Perilaku Ibu Sayang Bayi) secara signifikan tidak meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu pada kelompok kontrol (p=0,09), dan secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu pada kelompok Intervensi (p= 0,001). Terdapatnya perbedaan bermakna pada pengetahuan (p= 0,001) dan sikap ibu (p=0,001) sesudah Program Pelatihan PRISAI (Perilaku Ibu Sayang Bayi) dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi 0-6 bulan pada kelompok intervensi dan kontrol. Perawat komunitas dapat mengintegrasikan Program pelatihan PRISAI (Perilaku Ibu Sayang Bayi) ke Program Puskesmas sebagai upaya promotif dan preventif tumbuh kembang bayi. Kata Kunci : Bayi, Ibu, Pengetahuan, Pelatihan Perilaku, Sikap, Tumbuh Kembang. ABSTRACT Mother is a person who has a role in the golden age period of a healthy baby. Knowledge and
attitude of a mother towards infant growth stimulation are one way that infant growth running optimally. The purpose of this study was to determine the effect before and after the training of
PRISAI program (Perilaku Ibu Sayang Bayi) on knowledge and attitude of mothers in stimulating
the growth and development of infants 0-6 months in Puskesmas Sukajadi district area Kabupaten Banyuasin. Research method used quasi-experiment study with a pre-test and post-test control
group design. Forty four subject of the intervention group and forty four subject of the control group
were puposive selected from population of infants not exclusively breastfed in the Puskesmas Sukajadi Kabupaten Banyuasin.The grouping done by shaking the coin. The intervention group
received training of PRISAI programs at Puskesmas Sukajadi, then the data were analyzed using paired t-test and independent t-test. Results of this study revealed the training of PRISAI program
(Perilaku Ibu Sayang Bayi) did not significantly increase the knowledge and attitude of mothers in
the control group (p = 0.09), and significantly improve the knowledge and attitudes of mothers in the intervention group (p = 0.001 ). presence of significant differences in knowledge (p = 0.001)
and maternal attitude (p = 0.001) after the training of PRISAI program in stimulating the growth and
development of infants 0-6 months in the intervention groups and control groups. Community nurses could integrate training programs PRISAI into community health center program as a
promotive and preventive infant growth and development . Keywords: Attitude, Baby, Behavior, Development, Growth, Knowledge, Mother, Training.
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
56
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai
bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan
melalui upaya kesehatan anak yang
dilakukan sedini mungkin sejak anak masih
di dalam kandungan. Upaya kesehatan
anak dilakukan seorang ibu sebelum dan
semasa hamil hingga melahirkan, ditujukan
untuk menghasilkan keturunan yang sehat
dan lahir dengan selamat (intact survival).
Di Indonesia jumlah balita yaitu sekitar 10
persen dari seluruh populasi, maka
sebagai calon generasi penerus bangsa,
kualitas tumbuh kembang balita di
Indonesia perlu mendapat perhatian serius
yaitu mendapat gizi yang baik, pemantauan
tumbuh kembang, penanganan anak sakit
hal ini diupayakan untuk melindungi anak
indonesia dari kesakitan dan kematian12.
Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia mencapai 2/3 dari total angka
kematian bayi dan balita, selain itu
masalah kesehatan anak di Indonesia
masih didominasi oleh tingginya angka
kematian bayi dan balita serta prevalensi
balita gizi kurang. Satu dari 23 anak
meninggal dunia sebelum usia lima tahun
di tiga Propinsi Indonesia Timur dan 40%
atau satu dari tiga anak balita di daerah
pedesaan terlambat pertumbuhannya20.
Faktor yang dapat berpengaruh pada
tumbuh kembang bayi adalah pemenuhan
kebutuhan gizi bayi 0−6 bulan.
Kebutuhan ini mutlak diperoleh melalui Air
Susu Ibu (ASI) bagi bayi dengan ASI
eksklusif3,. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa bayi yang mendapat ASI dengan
durasi 6 bulan atau lebih memiliki
ketahanan hidup yang paling baik
dibanding bayi yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif, sehingga berpengaruh
terhadap tugas tumbuh kembang bayi
dan balita selanjutnya14. Pemberian ASI
bukan hanya semata memenuhi
kebutuhan fisik biologis tetapi juga
berdampak pada aspek pemberian kasih
sayang, rasa aman serta akan
meningkatkan ikatan ibu dan anak
didalam keluarga yang merupakan hal
penting dalam optimalisasi tumbuh
kembang bayi 9.
Tumbuh kembang bayi
membutuhkan stimulasi yang tepat yang
dilakukan oleh ibu atau anggota
keluarga, dengan harapan pertumbuhan
bayi dan balita menjadi optimal. Resiko
masalah tumbuh kembang bayi dapat
terjadi salah satunya dipengaruhi oleh
perilaku pengasuhan bayi dan balita
sejak dini. Perilaku pengasuhan bayi
membutuhkan pengetahuan dan sikap
yang sesuai dengan tahapan tumbuh
kembang bayi sehingga perkembangan
bayi dapat terpantau secara optimal
(Klaus and Kennel dalam2). Orang tua
khususnya ibu merupakan orang yang
pertama dan utama bagi seorang bayi,
peran seorang ibu sangat penting
terutama sebagai agen kesehatan bagi
anak dan keluarga dalam upaya
memenuhi kebutuhan asah, asuh, asih
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
57
pada bayi, oleh karena itu setiap ibu yang
memiliki bayi memerlukan pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang benar dalam
memberikan perawatan pada bayi5.
Berdasarkan studi pendahuluan di
Desa Sukajadi masih banyak
ditemukan pengasuhan bayi yang kurang
upaya stimulasi, dan hasil wawancara yang
dilakukan kepada 11 dari 14 orang ibu-ibu
mengatakan tidak mengetahui tentang
stimulasi tumbuh kembang bayi dan tidak
mengetahui sikap yang sesuai dengan
tahapan tumbuh kembang bayi, dua orang
ibu mengatakan pernah mengetahui
stimulasi tumbuh kembang bayi dari
petugas kesehatan di Puskesmas ketika
ibu bertanya tentang masalah
keterlambatan berjalan yang dialami oleh
anaknya. Berdasarkan wawancara kepada
11 ibu-ibu semua menjawab belum pernah
mengikuti pelatihan tentang tumbuh
kembang dan semua responden
mengatakan penting mengetahui dan
bersikap yang benar terhadap tumbuh
kembang bayi, terdapat satu orang ibu
yang menyampaikan kekhawatiranya
karena anak pertamanya berusia 4 tahun
belum mampu berbicara dengan lancar
seperti anak-anak lainya dan dua orang ibu
mengatakan anaknya usia 2 tahun belum
dapat berjalan. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti di Desa Sukajadi
Kabupaten Banyuasin, terdapat dua dari
enam anak-anak usia balita mengalami
keterlambatan dalam berbicara dan
interaksi sosial, dari hasil wawancara
kepada orang tua, riwayat anak tidak
mendapatkan ASI eksklusif dan anak
tidak dibawa ke puskesmas untuk
mendapatkan pelayanan tumbuh
kembang, perawatan anak hanya
dilakukan ibu di rumah tanpa bantuan
dari saudara dan keluarga.
Pemantauan tumbuh kembang
bayi, di setiap daerah menjadi dasar
penilaian kondisi kesehatan bayi dan
anak di tiap wilayah, penilaian tersebut
dilihat dari cakupan kunjungan bayi.
Cakupan kunjungan bayi pada tahun
2012 menunjukkan bahwa terdapat 15
Provinsi (45,5%) di Indonesia telah
memenuhi Target Renstra 2012 yaitu
86%. Provinsi Sumatera Selatan
termasuk Provinsi yang belum mencapai
Target Renstra dengan capaian 78,24%,
dan termasuk 12 Provinsi terendah
dengan cakupan pelayanan kesehatan
bayi. Dari 15 Kabupaten/kota di
Sumatera Selatan ada 5 Kabupaten/Kota
yang mencapai Target Renstra 2012.
Kabupaten Banyuasin (72,91%)
termasuk dari 10 Kabupaten yang belum
mencapai Target Renstra 201212.
Kabupaten Banyuasin Sumatera
Selatan terutama di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukajadi memiliki tingkat
pertumbuhan kesehatan cukup rendah
khususnya kepedulian orang tua (ibu)
terhadap perawatan kesehatan dan
tumbuh kembang bayi ini dapat dilihat
dari kunjungan bayi dan balita hanya
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
58
62% dari target 86% yang ingin dicapai
pemerintah, demikian juga dengan
cakupan deteksi dini tumbuh kembang bayi
dan balita sebesar 60,56% dari 81% target.
dan cakupan ASI yang hanya mencapai
44% dari target 80% yang ingin dicapai
pemerintah17.
Berdasarkan hasil studi
pendahuluan dapat disimpulkan bahwa
kemampuan dalam menstimulasi tumbuh
kembang bayi membutuhkan suatu
keterampilan yang dapat dipelajari memalui
pendidikan kesehatan salah satunya
adalah dengan pelatihan menstimulus
tumbuh kembang bayi dan juga ditemukan
ibu-ibu yang belum mengetahui
pengetahuan dan sikap stimulasi tumbuh
kembang bayi, hal ini sesuai dengan
pernyataan4&8, bahwa pendidikan dan
latihan memberikan dampak positif
terhadap peningkatan pengetahuan dan
kemampuan praktik dalam merawat bayi.
Penelitian lain dengan menggunakan
program pelatihan yang dilakukan oleh
Ervika (2005) melibatkan ibu yang aktif
memberikan ASI dan melibatkan bayi pada
penelitian dan menggunakan fasilitas
kesehatan dalam setting dengan
pelaksanaan penelitian kurang dari 12
minggu dengan hasil penelitian tidak
didaptkan hasil yang signifikan
berpengaruh terhadap peningkatan
penggetahuan, sikap dalam
menanggulangi masalah tumbuh kembang
yang terjadi pada bayi. Program pelatihan
dalam menstimulasi tumbang kembang
bayi merupakan bentuk aplikasi praktek
keperawatan keluarga dengan
melibatkan ibu sebagai
anggota keluarga yang berperan besar
dalam memberikan perawatan bayi.
Pelatihan mengajarkan pada ibu-ibu
suatu keterampilan dalam menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan bayi
dan memberikan lembar lembar evaluasi
perkembangan bayi di rumah. Program
pelatihan ini berbeda dengan program
pelatihan yang telah ada karena program
pelatihan ini diharapkan dapat
mengantisipasi kondisi yang telah terjadi
di masyarakat dengan banyaknya ibu-ibu
yang tidak memberikan ASI eksklusif
kepada bayi yang berpengaruh terhadap
daya tahan tubuh bayi untuk mencapai
perkembagan yang optimal dengan
memberikan lembar evaluasi
perkembangan bayi dengan harapan
menambah pengetahuan ibu suatu
keterampilan pengasuhan yang tepat
dan ibu-ibu dapat memberikan sikap
yang tepat dalam mestimulasi tumbuh
kembang sejak usia bayi
Pelatihan ini mengacu pada
program stimulasi tumbuh kembang bayi
dan balita. Deteksi Dini Tumbuh
Kembang (DDTK) oleh Kementerian
Kesehatan RI (2011), serta program
intervensi maslah tumbuh kembang anak
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
59
yang diselenggarakan oleh Evergreen
Psychoteray Center Growth and
Development Training (2004).
pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan bayi bagi orang tua
khususnya ibu dengan menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) untuk bayi dan balita
upaya ini digunakan untuk mengetahui
adanya penyimpangan termasuk tindak
lanjut terhadap keluhan orang tua tentang
masalah pertumbuhan dan perkembangan
bayi dan berguna untuk penemuan dan
intervensi lebih awal terhadap
penyimpangan kasus tumbuh kembang.
Program pelatihan ini juga dapat
menguatkan ikatan ibu dan bayi yang
mengajarkan ibu untuk lebih responsif,
sensitif, konsisten dan perperilaku dalam
pemeliharaan fisik bayi. Program pelatihan
ini dirancang menggunakan teori
experiential learning yaitu menerapkan
action theory terhadap pengalaman pribadi
ibu kemudian secara terus-menerus
memodifikasi pengalaman tersebut agar
efektifitasnya meningkat 10.
Pelatihan ini diberi nama program pelatihan
PRISAI “Perilaku Ibu Sayang Bayi”
ditujukan pada ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayi usia
0−6 bulan. Program ini dirancang fokus
pada beberapa hal pertama identifikasi
masalah tumbuh kembang pada bayi sejak
dini, dengan meningkatkan pengetahuan
ibu terhadap stimulasi tumbuh kembang
bayi dan kedua meningkatkan sikap ibu
dalam menstimulasi tumbuh kembang
bayi serta membantu ibu mencari solusi
yang tepat terhadap masalah tumbuh
kembang yang terjadi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh Program Pelatihan
PRISAI (Perilaku Ibu Sayang Bayi)
terhadap pengetahuan dan sikap ibu
pada kelompok kontrol dan kelompok
intrevensi dalam menstimulasi tumbuh
kembang bayi 0−6 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Sukajadi Kabupaten
Banyuasin.
METODELOGI PENELITIAN
Rancangan penelitian ini adalah
penelitian quasi experiments dengan
menggunakan desain penelitian dua
kelompok yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol yang dilakukan pre-test
dan post-test pada masing-masing
kelompok. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh
sebelum dan sesudah Program Pelatihan
PRISAI (Perilaku Ibu Sayang Bayi)
antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi terhadap pengetahuan dan
sikap ibu dalam menstimulasi tumbuh
kembang bayi 0−6 bulan di Wilayah
Kerja Puskemas Sukajadi Kabupaten
Banyuasin.
Kelompok kontrol tidak menerima
intervensi, sedangkan kelompok
intervensi menerima Program Pelatihan
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
60
PRISAI (Perilaku Ibu Sayang Bayi). Kedua
kelompok tersebut dilakukan pre-test,
kemudian dilanjutkan pemberian intervensi
pada kelompok intervensi. Setelah
pelatihan selesai dilakukan, pada kedua
kelompok tersebut dilakukan post-test.
Jumlah populasi dalam penelitian ini
adalah 210 orang yaitu seluruh ibu–ibu
yang memiliki bayi usia 0−6 bulan yang
tidak memberikan ASI eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Sukajadi Kabupaten
Banyuasin pada periode Juni
– Desember 2013. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini dengan
menggunakan teknik purpossive sampling
sesuai dengan kriteria inklusi, yang
dikelompokkan menjadi kelompok
kontrol dan kelompok intervensi
berdasarkan pengocokan koin sesuai
dengan jumlah 44 kelompok kontrol dan 44
kelompok intervensi.
Analisis data penelitian ini adalah
Analisis data deskriptif untuk
menggambarkan karakteristik responden
dan karakteristik bayi. Variabel
dipersentasikan dalam persentase dan
frekuensi jika data berbentuk nominal dan
ordinal, bila dalam bentuk interval dan rasio
maka data dipersentasikan dalam bentuk
mean dan standar deviasi karena data
berdistribusi normal dan Analisis data
inferensial yaitu untuk mengetahui
pengaruh Program Pelatihan PRISAI
(Perilaku Ibu Sayang Bayi) terhadap
pengetahuan dan sikap ibu dalam
menstimulasi tumbuh kembang bayi.
Sebelum dilakukan analisis dilakukan uji
asumsi dan uji normalitas data terlebih
dahulu. Uji normalitas data yang
digunakan adalah dengan menghitung
nilai skewness serta nilai kurtosis.
Selanjutnya peneliti menggunakan uji
parametrik paired t test untuk
mengetahui skor pengetahuan dan sikap
ibu untuk masing-masing kelompok
(kelompok intervensi dan kelompok
kontrol) dan untuk penilaian uji
perbandingan dua skor kelompok
intervensi dan kelompok kontrol maka
digunakan uji independen samples t test.
PEMBAHASAN
Hasil Analisis Data Desktiptif
Hasil analisis deskriptif karakteristik
responden berdasarkan, usia,
pendidikan, pelatihan, pekerjaan ibu,
pekerjaan suami, jumlah anak
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
61
Tabel 1. Karakteristik Responden Ibu
Karakteristik KelompokIntervensi Kelompok Kontrol Uji P (n 44) (n 44) Statistik f % f %
Usia Ibu M=24,82 M=24,70 SD=4,39 0,71a 0,89 SD=3,92 (Min-Max 19-37)
(Min-Max 19-33) Pendidikan
SLTP 11 25,00 10 22,70 0,64b 0,89 SLTA 19 43,20 18 40,90
Diploma 8 18,20 11 25,50
Sarjana 6 13,60 5 11,40 Pelatihan
Tidak Pelatihan 36 81,80 35 79.50 0,00c 1,00 Pelatihan 8 18,20 9 20.50
Pekerjaan Ibu
IRT 16 36,40 17 38,60 0,57b 0,90 Petani 19 43,20 19 43,20
Instansi Pemerintah 6 13,60 4 9,10
Swasta 3 6,80 4 9,10 Pekerjaan Suami
Buruh 8 18,20 8 18,20 0,16b 0,98 Petani 25 58,80 24 54,50
Instansi Pemerintah 8 18,20 8 18,20
Swasta 3 6,80 4 9,10 Jumlah Anak
1 Anak 17 38,60 22 50,00 1,56b 0,46 2 Anak 16 36,40 15 34,10
lebih 2 anak 11 25,00 7 15,90 a= Independent t-test, b= Chi-Square test, c= Continuity Correction
Tabel 1, uji deskriptif menunjukan uji,
independent t-test, chi-square test dan
continunity correction dari variabel usia,
pendidikan, pelatihan, pekerjaan,
pekerjaan suami dan jumlah anak
menunjukan nilai p > 0,05.
Hal ini mengandung arti bahwa
keenam variabel tersebut pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol adalah
homoge.
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
62
Deskripsi Variabel Penelitian Tabel 2. Distribusi Variabel Pre-test Pengetahuan dan Sikap Kelompok Intervensi
Variabel Kelompok Intervensi
n=44
Skor Min Max Mean SD Level Pengetahuan 0-27 12 25 18,67 3,16 Sedang
Logik 0-14 5 14 9,66 2,11 Sedang Empirik 0-13 5 12 9,00 1,54 Sedang
Sikap 0-116 54 89 70,41 10,21 Cukup Kognitif 0-36 16 33 24,52 5,31 Cukup Afeksi 0-40 19 31 24,68 3,53 Cukup Konatif 0-40 20 31 24,95 3,63 Kurang
Tabel 3 Distribusi Variabel Pre-test Pengetahuan dan Sikap Kelompok Kontrol
Variabel Kelompok kontrol
n=44
Skor Min Max Mean SD Level Pengetahuan 0-27 12 27 18,43 4,35 Sedang
Logik 0-14 5 14 9,68 2,42 Sedang Empirik 0-13 5 13 8,75 2,87 Sedang
Sikap 0-116 55 90 68,39 10,57 Cukup Kognitif 0-36 18 28 21,75 2,87 Kurang Afeksi 0-40 16 33 23,50 4,53 Cukup Konatif 0-40 18 33 23,80 4.09 Cukup
Tabel 2 dan 3 Distribusi pengetahuan dan
sikap responden terhadap stimulasi
tumbuh kembang bayi sebelum dilakukan
intervensi menunjukan bahwa
pengetahuan dan sikap pada kelompok
intervensi dan kelompok control tidak
jauh berbeda.
Hasil Analisis Data Inferensial Tabel 4 Perbedaan Rerata Nilai Pengetahuan Ibu Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol (N= 88).
Variabel Kelompok Kelompok Uji p
Pengetahuan Intervensi Kontrol (n=44) statisti
(n=44)
Mean Std Mean Std
Deviation Deviation
Pre-Test 18,66 3,16 18,43 4,35 -0,28 0,78
Post-Test 21,93 3,19 18,07 3,77 -5,19 0,00
Uji Statistik = independent t-test,df=86
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
63
Berdasarkan tabel 4 hasil uji
independentt-test variabel pengetahuan
tidak ada perbedaan bermakna dengan
(p= 0,78) variabel pengetahuan pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
pada saat pre-test
dan terdapat perbedaan bermakna antara
skor rata-rata pengetahuan kelompok
intervensi dan kelompok control pada
saat post-test dengan nilai (p=0,00).
PEMBAHASAN
Pengaruh Program Pelatihan PRISAI
(Perilaku Ibu Sayang Bayi) Terhadap
Pengetahuan Ibu dalam Menstimulasi
Tumbuh Kembang
Bayi 0−6 Bulan.
Hasil penelitian menunjukan uji
beda rata-rata tingkat pengetahuan pre-
test dan post-test intervensi program
palatihan PRISAI (Perilaku Ibu Sayang
Bayi) pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi menyimpulkan
perbedaan yang signifikan. Hal ini sesuai
dengan beberapa penelitian sebelumnya
melaporkan bahwa peningkatan
pengetahuan setelah pelatihan perilaku
ibu sayang bayi,7,16,21&19 hasil dari
pengetahuan responden ini sesuai
dengan pengetahuan responden
penelitian yang dilakukan oleh Saleh
(2010), bahwa pendidikan kesehatan
efektif dalam meningkatkan
pengetahuan, kemampuan praktek,
kepercayaan diri ibu dalam pemberian
ASI dan menstimulasi bayi, yang pada
akhirnya dapat mengoptimalkan
tumbuhkembang bayi. Penelitian
Program Pelatihan yang diberikan
kepada ibu untuk meningkatkan
pengetahuan dalam menstimulasi
tumbuh kembang bayi memiliki
kesamaan dengan penelitian dengan
penelitian yang dilakukan oleh Saleh dkk
(2010) yaitu dengan menggunakan
pendekatan pendidikan kesehatan
walaupun berbeda metode yang
digunakan dimana penelitian ini
menggunakan metode pelatihan.
Pengetahuan tentang stimulasi tumbuh
kembang bayi 0-6 bulan yang diukur
sebelum dan sesudah intervensi meliputi
aspek pengetahuan terdiri dari logika
berdasarkan kemampuan intelektual
yang dimiliki seseorang ibu dalam
menstimulasi perkembangan bayi
sedangkan empirik merupakan
keterampilan berdasarkan pengalaman
yang didapatkan seorang ibu dalam
menstimulasi tumbuh kembang bayi
yang terdiri dari kemampuan
menstimulasi motorik halus, motorik
kasar, kemampuan verbal dan sosialisasi
atau kemandirian. Pengetahuan
responden disampaikan menggunakan.
kuesioner yang diadaptasi dari hasil
penelitian Wijayanti dan Purwandari
(2006) dan Saleh dkk (2010), dan ada
pernyataan yang disesuaikan dengan
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
64
usia bayi dalam tahapan
perkembangannya terutama pada
kemampuan bersosialisasi dan
kemandirian.
Penelitian ini merupakan aplikasi
penerapan action theory pendidikan
kesehatan dalam Program Pelatihan
menggunakan kelompok telah dilakukan
peneliti sesuai dengan teori yang
mendasari, peneliti berperan sebagai
perawat komunitas yang menjalankan
peran perawat sebagai edukator. Peran
perawat sebagai edukator merupakan
salah satu bidang spesialisasi
keperawatan komunitas yang memiliki
peran sebagai instruktur pendidikan
kesehatan dalam mengelola tumbuh
kembang bayi secara mandiri salah
satunya bertujuan untuk tindakan
preventif dan promotif gangguan tumbuh
kembang pada bayi dan balita. Tugas
perawat edukator tumbuh kembang bayi
adalah (1) memberikan pendidikan
kesehatan mengenai tumbuh kembang
bayi dan balita, (2) intervensi perilaku
stimulasi tumbuh kembang bayi, (3)
penemu kasus-kasus masalah tumbuh
kembang yang ada di masyarakat, (4)
konsling dan pendampingan pengelolaan
masalah tumbuh kembang bayi yang ada
di masyarakat (Stepen, 2004).
Penelitian ini diperkuat dengan
hasil penelitian Ozkan and Polen (2011)
penelitian yang melibatkan anggota
keluarga atau orang lain sebagai
sasaran, selain diberikan kepada
kelompok orang tua juga melibatkan bayi
pada sesi ketiga sesi program edukasi
untuk dapat diobervasi kemampuan ibu
dalam menstimulasi tumbuh kembang
dan perkembangan bayi usia 1−2 tahun.
Hasil yang didapatkan dari penelitian
tersebut menunjukan adanya pengaruh
dan hubungan yang signifikan antara
pengetahuan, sikap dan perilaku
terhadap perkembangan bayi usia 1−2
tahun. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ozkan and Polen (2011) memiliki
karakteristik responden dan setting yang
sama dengan penelitian yang dilakukan
peneliti dengan hasil yang signifikan dan
ada hubungan yang kuat antara
pendidikan kesehatan yang diberikan
terhadap pengetahuan dalam
menstimulasi tumbuh kembang bayi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ervika (2005), penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui efektivitas pelatihan
perilaku keibuan guna memperbaiki
gangguan tumbuh kembang pada anak.
Hasil penelitian menujukan bahwa tidak
terjadi penurunan gangguan tumbuh
kembang pada anak secara signifikan.
Perbedaan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ervika (2005),
memberikan gambaran adanya
perbedaan faktor lain yang berpengaruh
terhadap pelaksanaan dan hasil
penelitian tersebut, perbedaan faktor
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
65
tersebut yang mendasari peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
Hasil penelitian ini didukung
dengan tingkat pendidikan responden
tingkat pendidikan adalah SMU, hal ini
memengaruhi kemampuan sesorang
dalam berfikir dan mengetahui sesuatu
melalui proses belajar mengunakan
panca indra seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Pudjawidjana (1983),
pengetahuan adalah reaksi dari manusia
atas rangsanggan alam sekitar melalui
sentuhan melalui objek dengan indera
dan pengetahuan merupakan hasil yang
terjadi setelah orang melakukan
penginderaan sebuah objek tertentu,
dapat diartikan bahwa proses
pengetahuan merupakan proses belajar
yang didapatkan menggunakan panca
indra yang dimiliki sesorang sehingga
memengaruhi persepsi seorang ibu
dalam memberikan stimulasi tumbuh
kembang bayi sesuai dengan tahap
tumbuh kembannya, dan sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Tafsir
(1997) aspek pengetahuan terdiri logika
merupakan pemaham suatu gejala yang
melibatkan kemampuan berpikir secara
nyata dan fakta dan empirik yaitu suatu
pengetahuan yang diperoleh dari hasil
pembuktian, hal ini dapat diartikan
bahwa pengetahuan ibu terdiri dari aspek
logika yang melibatkan kemampuan
berfikir berdasarkan adanya kenyataan
dan fakta yang ditemukan ibu dalam
tumbuh kembang bayinya dan
kemampuan empirik bahwa seorang ibu
mendapatkan pengetahuan dalam
perkembangan dan pertumbuhan bayi
dari pengawasan panca indra ibu
terhadap kenyataan tumbuh kembang
yang dialami bayi.
Pengaruh Program Pelatihan PRISAI
(Perilaku Ibu Sayang Bayi) Terhadap
Sikap Ibu dalam Menstimulasi
Tumbuh Kembang
Bayi 0−6 Bulan.
Hasil penelitian menujukan uji beda rata-
rata sikap ibu sebelum dan sesudah
intervensi perogram pelatihan PRISAI
(Perilaku Ibu Sayang Bayi) pada
kelompok intervensi menyimpulkan hasil
perbedaan yang signifikan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Saleh dkk (2010) perubahan sikap
setelah pelatihan median 36,80 pada
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol dengan nilai p=0,00, yang
diartikan ada hubungan bermakna antara
pelatihan dengan perubahan sikap ibu
dalam menstimulasi tumbuh kembang
bayi dan hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakuan oleh
Haidar et al (2005) terdapat perubahan
sikap ibu setelah diberikan pendidikan
kesehatan pada kelompok intervensi dan
kelompok konrol yaitu median 37,77
dengan p =0,00.
Berdasarkan hasil distribusi
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
66
frekuensi sikap ibu rata-rata kelompok
berbeda dari responden pada kelompok
intervensi mencapai nilai di atas rata-rata
nilai kelompok kontrol. Hal ini
menunjukan bahwa Program Pelatihan
PRISAI (Perilaku Ibu Sayang Bayi) dapat
meningkatkan sikap ibu dalam
menstimulasi tumbuh kembang bayi 0-6
bulan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Haidar et al (2005) dan Saleh dkk (2010)
yang mana ada hubungan positif antara
sikap ibu dengan stimulasi tumbuh
kembang bayi, hubungan yang signifikan
bermakna antara sikap ibu terhadap
stimulasi tumbuh kembang bayi pada
penelitian ini dapat dipengaruhi oleh usia
responden dalam penelitian ini. Usia
responden dalam penelitian ini termasuk
kedalam usia ibu-ibu muda yang
produktif dan jumlah anak yang dimiliki
responden yang sebagian besar
responden memiliki anak 1 yang dapat di
artikan bahwa seorang ibu mempunyai
waktu dan kesempatan lebih banyak
untuk anak pertamanya dalam
menstimulasi tumbuh kembang bayinya
dan hal ini menunjukan pengalaman
yang dimiliki oleh responden dalam
menstimulasi bayi, ibu yang memiliki bayi
pertama memiliki pengalaman lebih
sedikit dibandingkan dengan ibu yang
memiliki lebih dari satu orang anak,
dengan demikian perubahan sikap ibu
untuk berperilaku sesuai dengan tahapan
tumbuh kembang bayi besar
kemungkinan untuk berubah seiring
dengan pengalaman dan pengetahuan
yang didapatkannya dari pelatihan dalam
menstimulasi perkembangan bayi
pertama dan usia yang masih muda yang
memiliki kecendrungan mengetahui lebih
banyak terhadap perubahan yang terjadi
pada masa tumbuh kembang bayinya.
Pendapat yang dikemukakan
oleh Nursalam (2005) pengalaman
penilaian pertumbuhan dan
perkembangan dapat dilakukan sedini
mungkin sejak bayi dilahirkan. Deteksi
dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk
menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta
mengenal faktor resiko pada balita, yang
disebut juga anak usia dini. Melalui
deteksi dini dapat diketahui
penyimpangan tumbuh kembang anak
secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan
serta pemulihan dapat diberikan dengan
indikasi yang jelas pada masa-masa
kritis proses tumbuh kembang.
Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Ervika (2005) yang
menyatkan bahwa pelatihan tidak
memiliki hubungan yang signifikan
terhadap perubahan masalah tumbuh
kembang anak, penelitian yang dilakukan
oleh Ervika (2005) melaporkan bahwa
suatu intervensi seharusnya fokus pada
pningkatan sikap dan perilaku
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
67
pemecahan masalah dan dukungan
social keluarga dapat meningkatkan
sikap dalam stimulasi tumbuh kembang
bayi, dan juga faktor pekerjaan ibu yang
mengharuskan ibu meninggalkan
bayinya lebih lama sehingga masalah
yang muncul tidak dapat ditanggulangi
dengan cepat, karena pekerjaan ini
dapat memberikan pengaruh dalam
menstimulasi tumbuh kembang bayi, hal
ini berhubungan dengan waktu yang
digunakan ibu untuk berkerja di luar
rumah sehingga waktu yang disediakan
untuk memantau perkembangan bayi
lebih sedikit, hal ini sesuai pendapat
yang dikemukakan oleh Ainswort dalam
Stams et al., (2002) ibu yang
menunjukan keterlibatan yang mendalam
dan intens baik secara verbal maupun
non verbal dan hal ini dilakukan secara
konsisten contohnya perilaku orang tua
ibu yang konsisten adalah suka
memeluk, mengelus dan tersenyum pada
bayi serta sering mengungkapkan rasa
sayang dengan kata-kata bagaimanapun
kondisi orang tua dan bayi akan
meningkatkan hubungan kelekatan
antara ibu dan bayi, sebaliknya ibu yang
berperilaku berlawanan dengan ciri-ciri di
atas akan membuat bayi mengalami
perkembangan yang tidak sehat atau
mengalami gangguan tumbuh kembang
bayi.
Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa pelatihan dapat memberikan
perubahan sikap ibu dalam mesntimulasi
tumbuh kembang bayi, walaupun dalam
perilaku belum membuktikan bahwa ibu
melakukan stimulasi yang sesuai dengan
tahapan tumbuh kembang bayi, namun
dalam penelitian ini melihat sikap yang
dipersepsikan seorang ibu dalam
menstimulasi tumbuh kembang bayi.
Penelitian ini didukung oleh teori
sikap yang dikemukakan oleh Rosenberg
and Hovland, 1960 dalam Azwar (2003)
Sikap merupakan dasar seorang ibu
berperilaku dalam menstimulasi tumbuh
kembang bayi, sikap ibu adalah segala
bentuk tindakan yang mengarah pada
penentuan atau pengambilan keputusan
mengenai kesehatan khususnya pada
ranah tumbuh kembang bayi. Sikap
seseorang ibu terhadap stimulasi tumbuh
kembang bayi selalu berperan sebagai
perantara antara ibu dengan bayi, respon
stimulasi diklasifikasikan dalam tiga
macam yaitu respon kognitif (respon
persepsual dan pernyataan mengenai
apa yang diyakini ibu dalam stimulasi
tumbuh kembang bayi), respon afektif
(respon syaraf simpatik dan pernyataan
afeksi tentang stimualsi perkembangan
bayi) serta respon konasi atau perilaku
(respon berupa tindakan dan pernyataan
mengenai perilaku stimulasi
perkembangan bayi), ketiga respon sikap
ini dapat diamati dari respons seseorang
ibu terhadap stimulasi tumbuh kembang
bayi.
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
68
SIMPULAN
Simpulan penelitian ini bahwa Program
Pelatihan PRISAI (Perilaku Ibu Sayang
Bayi) memberikan perubahan
pengetahuan dan sikap ibu, sehingga
memungkinkan perkembangan bayi
dapat terstimulasi dengan baik dan
mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
Teoretis
Program Pelatihan PRISAI
(Perilaku Ibu Sayang Bayi) dapat
dijadikan sebagai landasan penelitian
untuk penelitian selanjutnya. Saran untuk
penelitian lebih lanjut, dengan
mengambil setting penelitian yang lebih
luas dimana dapat diterapkan pada
Program Pelatihan PRISAI (Perilaku Ibu
Sayang Bayi) berbasis kelompok yang
akan memberikan karakteristik sampel
yanng berbeda dan jumlah sampel yang
lebih besar peningkatan pengetahuan
dan sikap ibu dalam menstimulasi
tumbuh kembang bayi 0-6 bulan. Saran
bagi penelitian selanjutnya dapat
menambahkan variabel perilaku ibu
sehingga dapat mengetahui perubahan
perilaku dan sikap ibu dalam
menstimulasi tumbuh kembang bayi
hingga usia anak.
Praktis
Program Pelatihan PRISAI
(Perilaku Ibu Sayang Bayi) dapat
digunakan dalam praktik berbasis ilmiah
oleh praktisi keperawatan pada tatanan
komunitas dan sebagai dasar
pengambilan kebijakan yang bertujuan
sebagai peningkatan kesehatan bayi
dimasa perkembangan di Kabupaten
Banyuasin. Program Pelatihan PRISAI
(Perilaku Ibu Sayang Bayi) dapat
digunakan dalam rangka meningkatkan
kembali program Perkesmas (Perawatan
Kesehatan Masyarakat) sebagai salah
satu program yang ada di pelayanan
pendukung kesehatan di Puskesmas
Sukajadi Banyuasin dan bagi responden
dapat menjadi orang tua yang terampil
dalam stimulasi bayi untuk mencegah
masalah gangguan tumbuh kembang
pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, S. 2003. Sikap Manusia
Teori dan Pengukuranya. Cetakan
Kedua. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
2. Bee, H. 2001. The Developing Child.
Thrid Edition New York Harper
International.
3. Butte, N.F., Lopez, A., Garza, C.
2002. Nutrient Aduquavy of
Exclusive Breastfeeding for the Term
Infant Durung the First Six Months of
Live, in WHO 2003. Community
Based Strategies for Breast feeding
Promotion and Support in
Developing Countries.
4. Butz, A., Pham, L., Lewis, C. and
Winkelstein, M. 2005. Rural Children
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
69
With Asthma: Impact of a Parent and
Chid Astma Education Program.
Journal Asthma 42: 813-821 .
5. Cowan, P., Puwell, D & Cowan C.P.
2008. Paretting Intervention:
A,Family System Perspective dalam
Damon W dkk Handbook of Child
Psycholog. Nine edition Volume 4.
Halaman 3-7. John Willey & Sons
Inc.
6. Ervika, E. 2005. Efektifitas Pelatihan
Perilaku Keibuan Guna Memperbaiki
Perilaku Gangguan Kelekatan.
Tesis. Yogyakarta: Program Studi
Psikologi. Pascasarjana Univesitas
Gadjah Mada
7 Halder, R. Ashworth, A. Kabir, I end
Hurtty, R.A. 1999. Effect of
Community –based Peer Consellors
on Growth and Development
Practice in Dhaka, Bangladesh: a
Randomised Controlled Trial.
Journal The Lancet. Vol 356.
8 Hasyam, A. 2007. Pengaruh
konseling pada ibu terhadap
pemberian asi eksklusif dan
pertumbuhan bayi sampai dengan
umur 4 bulan di Kabupaten Luwu.
Tesis. Makassar: Program
Pascasarjana UNHAS.
9 Hurlock, B. 1982. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Sikap Terhadap
Perubahan –perubahan dalam
Perkembangan dalam Hurlock,B
Psikologi Perkembangan. Hal 5.
Jakarta: PT Erlangga.
10 Jhonson, D.W. & Johnson, FP.
2000. Joinning Together, Group
Theory and Group Skills. Seven
Edition. Boston. Allyn and Bacon.
11 Kemenkes RI. 2011. Referensi
Kesehatan Anak. Melalui
http://www.depkes.go.id/downloads
[14/08/13].
12 Kemenkes RI. 2012. Data dan
Informasi Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan. Pusat data dan
Informasi Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Melalui
http://www.depkes.go.id/downloads.
[10/09/13].
13 Nurlianawati, L. 2012. Tesis
Pengaruh Diskusi Kelompok
Terhadap Perawatan Kehamilan
Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Keluarga dalam Perawatan
Kehamilan Dibawah Umur 20 Tahun
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Cihampelas Kabupaten Bandung
Barat. Bandung: Arsip Tesis
Perpustakaan Program
Pascasarjana UNPAD.
14 Nurmiati dan Besral. 2008.
Pengaruh Durasi Pembarian ASI
Terhadap Kethanan Hidup Bayi di
Indonesia. Jurnal Makara
Kesehatan. Vol 12. No.2 Desember
2008: 47-52
15 Nursalam. 2005. Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Salemba Medika
16 Ozkan, H and Polat, S. 2010.
Maternal Identity Development
Education on Maternity Role
Volume 4, Nomor 1, Juni 2016
70
Attainment and My Baby Perception
of Primiparas. Turkey: Journal Asian
Nursing Research
17 Profil Puskesmas Sukajadi. 2013.
Data kunjungan bayi dan balita, data
tumbuh kembang bayi. Kabupaten
Banyuasin: Dokumentasi
Puskesmas.
18 Saleh, A. Nurachmah, E. As’ad, S
dan Hadju, V. 2010. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Dengan
Pendekatan Modelling Terhadap
Pengetahuan, Kemampuan Praktek
dan Percaya Diri Ibu dalam
Menstimulasi Tumbuh Kembang
Bayi 0-6 Bulan Di Kabupaten Maros.
Makasar: Jurnal Keperawatan
FK.Unhas.
19 Stapen, N.W. 2004. Parenting
Attitudes: A Study on The Effect of A
Parenting Education Curruculum,
“Parenting For Emotional
Growth,”On Adolescents Attitudes
Towards Parenting. USA.The Union
Institute And University: ProQuest
Information.
20 UNICEF Indonesia. 2012. Laporan
Tahunan Indonesia. Melalui
http://www.unicef.org/indonesia/id/U
NICEF_Annual_Report_%28Ind%29
_130731.pdf [09/08/13]