Post on 10-Mar-2019
PENGARUH PENYULUHAN AGAMA TERHADAP
KESADARAN LINGKUNGAN MELALUI PENDIRIAN
BANK SAMPAH DI DESA RAGAJAYA BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan memeroleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
MUHTAR MOCHAMAD SOLIHIN
NIM. 1 1 1 0 0 5 2 0 0 0 0 4 1
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/ 2014 M
i
ABSTRAK
MUHTAR MOCHAMAD SOLIHIN, NIM. 1110052000041, Pengaruh
Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan Melalui Pendirian
Bank Sampah Di Desa Ragajaya Bogor, Dibawah Bimbingan Ir. Noor Bekti
Negoro, SE., M.Si
Berdasarkan data BPS angka kemiskinan tertinggi di Jawa Barat berada di
wilayah Bogor. Secara tidak langsung angka kemiskinan tersebut berdampak pada
kurangnya kesadaran lingkungan. Salah satu upaya dalam meningkatkan
kesadaran lingkungan telah dilakukan dengan penyuluhan agama melalui
pendirian bank sampah yang digagas oleh Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis: (1) tingkat kesadaran kelompok majelis
taklim Nurul Falah dalam mengelola kebersihan lingkungan sekitar, (2) pengaruh
metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan, dan (3)
pengaruh dari masing-masing dimensi variabel metode dan variabel media
penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah.
Metode penyuluhan adalah suatu ―cara yang terpilih‖ untuk mencapai
tujuan penyuluhan. Sedangkan media penyuluhan adalah alat atau sarana untuk
menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian atau
minat. Kesadaran lingkungan adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap
lingkungan hidup dan terlihat pada perilaku masing-masing individu. Dimensi
kesadaran lingkungan dibagi menjadi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
psikomotorik/konatif (perilaku/tindakan).
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif
dengan jenis deskriptif analisis dengan alasan peneliti ingin mengukur dan
menganalisis fenomena yang teramati. Sampel sebanyak 35 orang dengan teknik
pengambilan acak sederhana. Analisis data menggunakan uji regresi linier
berganda, uji koefisien korelasi dan determinasi, uji F-test dan uji t-test.
Hasil penelitian ini menemukan: (1) terdapat peningkatan kesadaran di
majelis taklim Nurul Falah hanya saja aspek konatif masih lebih kecil dari aspek
afektif, (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel metode dan
media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan MT Nurul Falah. Variabel
metode penyuluhan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel media
penyuluhan hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan, dan (3) masing-
masing dimensi, terlihat bahwa dimensi diskusi kelompok/ Focus Group
Discussion berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan dimensi ceramah,
demonstrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering,
hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan.
Kata Kunci: Metode, Media Penyuluhan Agama, dan Kesadaran
Lingkungan
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas semua limpahan rahmat, nikmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Agama
Terhadap Kesadaran Lingkungan melalui Pendirian Bank Sampah Di Desa
Ragajaya Bogor.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah
Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya
sampai kepada kita selaku umatnya yang senantiasa taat menjalankan perintah
Allah SWT dan Rasul-Nya hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada orangtua
tercinta Ibu Sumiyati dan Bapak Taad yang selalu mendukung, menasihati,
memberi kasih sayang dan mendoakan siang dan malam untuk kesuksesan dan
kebahagiaan penulis.
Selanjutnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dan mendukung demi kelancaran penulis dalam
menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, antara lain kepada:
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud R.I) dan
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag R.I) sebagai pencetus dan
iii
pemberi bantuan beasiswa BIDIKMISI angkatan pertama tahun 2010 selama
4 tahun.
2. Bapak Beben dan Bapak Robi sebagai pengelola beasiswa BIDIMISI
Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Kemdikbud R.I).
3. Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA sebagai Wakil Rektor bidang
Kemahasiswaan sekaligus penanggungjawab dan pengelola BIDIKMISI UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010
4. Dr. Arief Subhan, MA sebagai dekan, Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Wakil
Dekan bidang Akademik, Drs. Jumroni, M. Si sebagai Wakil Dekan bidang
Administrasi dan Keuangan, dan Dr. Sunandar Ibnu Nur, MA sebagai Wakil
Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu
memberikan arahan/masukan, nasihat, bimbingan dan do‘a kepada penulis.
6. Drs. Sugiharto, MA sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu secara administratif.
7. Bapak Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si sebagai dosen pembimbing yang
telah banyak membantu mengarahkan dan membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi.
iv
8. Seluruh dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) dan secara khusus dosen jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan pengalaman baru kepada penulis.
9. Tim Pemberdayaan Masyarakat untuk pengelolaan bank sampah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah melibatkan penulis untuk ikut andil dalam pemberdayaan
masyarakat.
10. Dra. Mahmudah Tasyrifatun sebagai Kasubbag Kemahasiswaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang saat ini menjabat Kabag Tata Usaha (TU) Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan Ameliya Hidayat, S.Pd.I
sebagai pengelola BIDIKMISI yang telah membantu dan mendukung penulis
dalam menempuh pendidikan Strata Satu.
11. Kepada kakak penulis tercinta juga Ceu Cicih, Kang Didi, A. Aris Effendy
(A. Asep), Teh Nolis Cartini, A. Rudi Hartanto (A. Use), Teh Tuty Wahyuni,
A. Tatang Soetarno dan keponakan tersayang Elvis, Sri Oktaviani, Dernt,
Dimas, Surya, Deri Dermawan serta keluarga besar lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
12. Ade Rina Farida, M.Si sebagai pembina bank sampah Desa Ragajaya Bogor
yang telah membantu kelancaraan proses penelitian skripsi di lapangan.
13. Ibu-Ibu majelis taklim Uswatun Hasanah dan Nurul Falah yang sudah
bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi ini.
14. Seluruh teman, sahabat dan adik-adik mahasiswa beasiswa BIDIKMISI
angkatan 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014.
v
15. Seluruh teman dan keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
(BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan kemudahan dan
keberkahan kepada orang-orang di atas yang telah berjasa dengan tulus kepada
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, semoga ilmu
yang diperoleh di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tercinta selama ini
bermanfaat dan dapat diterapkan di lingkungan masyarakat yang dijadikan sebagai
amal sholeh di sisi Allah SWT. Aamiin....
Terakhir, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis
sendiri dan umumnya bagi pembaca dan pengguna. Kritik dan saran yang
membangun pada penulis untuk perbaikan karya tulis ini sehingga bisa lebih
sempurna.
Jakarta, 14 Dzulkaidah 1435H
09 September 2014M
Muhtar Mochamad Solihin
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 11
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 12
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 18
BAB II. TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Penyuluhan Agama Islam ................................................ 19
1. Pengertian Penyuluhan Agama Islam ................................................... 19
2. Metode Penyuluhan Agama Islam ........................................................ 23
3. Media Penyuluhan Agama Islam .......................................................... 27
B. Teori Kesadaran Lingkungan .................................................................... 29
1. Pengertian Kesadaran ........................................................................... 29
2. Dimensi-Dimensi Kesadaran ................................................................ 31
3. Kesadaran Lingkungan ......................................................................... 34
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesadaran Lingkungan.................. 37
C. Penjelasan Bank Sampah .......................................................................... 40
1. Pengertian Bank Sampah ...................................................................... 40
2. Jenis-Jenis Sampah ............................................................................... 41
3. Sumber-Sumber Sampah ...................................................................... 43
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sampah .......................................... 44
D. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 45
vii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 48
1. Subyek dan Obyek Penelitian ............................................................... 48
2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 48
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................ 49
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 50
D. Variabel Penelitian .................................................................................... 51
E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian .......................................... 51
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 53
1. Observasi atau Pengamatan .................................................................. 53
2. Kuesioner .............................................................................................. 54
3. Dokumentasi ......................................................................................... 54
G. Teknis Analisis Data ................................................................................. 54
1. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................. 55
2. Uji Koefisien Korelasi .......................................................................... 55
3. Uji Koefisien Determinasi .................................................................... 56
4. Uji F-test (Simultan) ............................................................................. 56
5. Uji t-test (Parsial) ................................................................................. 57
H. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 58
1. Uji Validitas .......................................................................................... 59
2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 62
I. Sumber Data .............................................................................................. 62
BAB IV. GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Desa Ragajaya Kabupaten Bogor .................................................... 64
1. Kondisi Geografis ................................................................................. 64
2. Kondisi Demografis .............................................................................. 65
3. Kondisi Keagamaan .............................................................................. 66
B. Profil Majelis Taklim Nurul Falah ............................................................ 67
1. Sejarah Singkat Majelis Taklim Nurul Falah ....................................... 67
2. Visi Misi Majelis Taklim Nurul Falah ................................................. 68
3. Struktur Pengurus Majelis Taklim Nurul Falah ................................... 68
4. Kegiatan Majelis Taklim Nurul Falah .................................................. 70
viii
C. Profil Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta ...................... 70
1. Sejarah Singkat Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta.. 70
2. Struktur Pengurus Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta
Majelis Taklim Nurul Falah ................................................................. 71
3. Kegiatan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta Majelis
Taklim Nurul Falah .............................................................................. 72
BAB V. TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Karakteristik Responden ........................................................................... 73
B. Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran
Lingkungan ............................................................................................... 77
1. Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran
Lingkungan ........................................................................................... 77
a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda ........................................... 78
b) Uji Serentak Varibel Regresi Linier Berganda (F-test) ................... 78
c) Uji Parsial Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test) ... 79
d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi .......................................... 79
2. Pengaruh Dimensi Variabel Metode dan Media Penyuluhan Agama
Terhadap Kesadaran Lingkungan ......................................................... 80
a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda ........................................... 81
b) Uji Serentak Varibel Regresi Linier Berganda (F-test) ................... 82
c) Uji Parsial Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test) ... 82
d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi .......................................... 83
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 84
B. Saran .......................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 87
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013…. 3
Tabel 2. Statistik Perkembangan bank sampah di Indonesia Tahun 2012 41
Tabel 3. Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ……………………… 56
Tabel 4. Bobot Nilai Skala Likert ……………………………………….. 59
Tabel 5. Blue Print Skala Metode Penyuluhan (Sebelum Validitas
Instrumen) ………………………………………………………
60
Tabel 6. Blue Print Skala Media Penyuluhan (Sebelum Validitas
Instrumen) ………………………………………………………
60
Tabel 7. Blue Print Skala Kesadaran Pengelolaan Lingkungan (Sebelum
Validitas Instrumen) ……………………………………………
60
Tabel 8. Blue Print Skala Metode Penyuluhan (Setelah Validitas
Instrumen) ………………………………………………………
61
Tabel 9. Blue Print Skala Media Penyuluhan (Setelah Validitas
Instrumen) ………………………………………………………
61
Tabel 10. Luas Wilayah Per RW di Desa Ragajaya ……………………… 64
Tabel 11. Jumlah Jiwa Berdasarkan RW di Desa Ragajaya ……………... 66
Tabel 12. Institusi Keagamaan di Desa Ragajaya ………………………... 66
Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ………………………... 67
Tabel 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan …… 73
Tabel 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia …………………… 73
Tabel 16. Perbandingan Rata-Rata Respon Metode, Media dan Kesadaran
Lingkungan Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul Falah ……………..
74
Tabel 17. Output Regresi Linier Variabel Metode dan Media Terhadap
Kesadaran Lingkungan …………………………………………
77
Tabel 18. Output Regresi Linier Dimensi Variabel Metode dan Media
Terhadap Kesadaran Lingkungan ………………………………
80
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian …………………………...…….. 46
Gambar 2. Struktur Pengurus majelis taklim Nurul Falah Desa Ragajaya
Bogor ……………………………………………………......... 69
Gambar 3. Struktur Kepengurusan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM
UIN Jakarta majelis taklim Nurul Falah ………..................... 71
xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010 ……… 1
Diagram 2. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia ……………………... 2
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian (Skripsi)
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Majelis Taklim
Nurul Falah
Lampiran 4. Daftar Nama Responden Majelis Taklim Nurul Falah
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan Agama dan Saat Penelitian
Berlangsung di Majelis Taklim Nurul Falah
Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian (Sebelum Validitas)
Lampiran 7. Tabulasi Data Penelitian (Setelah Validitas)
Lampiran 8. Output Regresi Linier Metode dan Media Penyuluhan Terhadap
Kesadaran Pengelolaan Lingkungan
Lampiran 9. Output Regresi Linier Variabel Dimensi Metode dan Media
Penyuluhan Terhadap Kesadaran Pengelolaan Lingkungan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat merupakan masalah
penting yang harus diatasi bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam 10
tahun terakhir (2000-2010) laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami
peningkatan menjadi 1,49 persen per tahun dibandingkan dengan periode
sebelumnya (1990-2000) yang hanya 1,44 persen per tahun. Peningkatan jumlah
penduduk dapat dilihat dalam diagram berikut ini:1
Diagram 1. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010
BKKBN, Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013
Disatu sisi jumlah penduduk yang tinggi dapat dimaknai sebagai
ketersediaan jumlah tenaga kerja yang tinggi, namun disisi lain angka kemiskinan
akibat keterbatasan jumlah lapangan pekerjaan juga terus beranjak naik. Idealnya
jumlah pertumbuhan penduduk yang tinggi harus diiringi dengan tingkat
1 BKKBN, Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013, disarikan
dari BPS, www,bkkbn.go.id, diakses tanggal 23 April 2014
2
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012* 2013*
36,1035,10
39,3037,17
34,9632,53 31,02
29,89 28,59 28,55
TAHUN
JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA
Penduduk Miskin (juta jiwa)
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri guna menekan angka
kemiskinan.
Sekalipun data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah
penduduk miskin menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2006 hingga tahun
2013, namun negeri ini tetap mempunyai pekerjaan rumah yang harus mendapat
perhatian serius soal pengentasan kemiskinan. Sebagaimana dilaporkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat dari
28, 07 juta orang pada bulan Maret 2013 menjadi 28, 55 juta orang pada bulan
September 2013 atau meningkat 480.000 orang. Peningkatan tersebut mendorong
angka kemiskinan naik dari 11,37 persen menjadi 11,47 persen.2 Kecenderungan
angka yang menunjukkan penurunan dan peningkatan penduduk miskin tersebut
dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
Diagram 2. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia
*Posisi pada bulan September
Sumber: data Litbang Kompas/IWN disarikan dari BPS, Kompas 3 Januari 2014.
Terkait dengan data di atas, fenomena kemiskinan juga menjadi masalah
serius bagi pemerintah provinsi Jawa Barat khususnya wilayah Kabupaten Bogor
2 Sumber data Litbang Kompas/IWN disarikan dari BPS, Kompas 3 Januari 2014, hal 18
3
untuk segera dicarikan solusinya. Fenomena peningkatan angka kemiskinan
Kabupaten Bogor Jawa barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Jumlah Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013
No Wilayah Angka Kemiskinan Jumlah
Peningkatan
Prosentase
Peningkatan
1. Provinsi Jawa
Barat
Maret 4.297.038 Org 85.610 Org 0,09 %
September 4.382.648 Org
2. Perkotaan Maret 2.501.001 Org
125.161 Org 0,24% September 2.626.162 Org
Sumber: data BPS Jawa Barat, jabar.bps.go.id, 02 Januari 2014
Dari data di atas daerah Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan
tingkat kemiskinan tertinggi yang mana jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Bogor pada tahun 2014 mengalami lonjakan yang cukup signifikan, yaitu
mencapai 10 persen atau sekitar 500.000 jiwa dari jumlah penduduk sebanyak 5
juta jiwa lebih.3
Kemiskinan sebagai masalah serius secara konseptual dapat dibedakan
menjadi dua: pertama, kemiskinan relatif (Relative Poverty) yaitu kemiskinan
karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau
seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi
pendapatan. Standar minimum yang disusun berdasarkan kondisi hidup suatu
negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk
―termiskin‖, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total
penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kedua,
kemiskinan absolut (Absolute Poverty), yaitu kemiskinan ditentukan berdasarkan
ketidakmampuan mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang,
3 WAR, artikel: ‖Jumlah Warga Miskin Capai 10 Persen, Bupati Bogor Dinilai Tak
Mampu Berantas Kemiskinan ‖, sentanaonline.com, diposting tanggal 08 Januari 2014, diakses
tanggal 28 Maret 2014
4
kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan
bekerja.4
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mendefinisikan miskin berdasarkan konsep/pendekatan kesejahteraan keluarga
dengan membagi ke dalam lima tahapan seperti, keluarga prasejahtera (KPS),
keluarga sejahtera I (KS-I), keluarga sejahtera II (KS-II), keluarga sejahtera III
(KS-III), dan keluarga sejahtera III plus (KS-III plus). Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2008, pendekatan BKKBN ini dianggap masih kurang
realistis karena konsep dan KS-I sifatnya normatif dan lebih sesuai dengan
keluarga kecil/inti. Disini Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan
dengan menggunakan konsep kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar (basic
need approach) yang memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang
bersifat mendasar.5
Berkenaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur‘an menyebut istilah
miskin sebanyak 23 kali. Secara bahasa miskin berasal dari kata sakana, artinya
diam, tetap, jumud dan statis. Menurut Al-Raghib al-Ashfahani dalam Asep
Usman Ismail mendefinisikan miskin sebagai seorang yang tidak memiliki
sesuatu apapun. Disini menggambarkan bahwa miskin sebagai akibat dari keadaan
diri seseorang atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang tidak berhasil
mengembangkan potensi (baca: kecerdasan, mental, dan keterampilan) dirinya
4 Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Bappenas 2010, Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga
Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera-I/KS-I),h.9, www. bappenas.go.id, diakses tanggal 23
April 2014
5 Ibid, h.9-11
5
secara maksimal, maka akan berakibat pada kemiskinan. Ia memilih pola hidup
sakana yang berarti diam, jumud, dan statis yang akibatnya menjadi miskin.6
Al-Qur‘an mengumpamakan perjuangan untuk mengentaskan kemiskinan
dengan jalan yang berat seperti tersurat dalam Q.S. al-Balad ayat 12-16 sebagai
berikut:
Artinya:“Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu?
(yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makan pada hari
terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang
miskin yang sangat fakir”. (Q.S. al-Balad : 12-16)7
Menurut Asep Usman Ismail, surat al-Balad ayat 12-16 di atas
menjelaskan bahwa mengatasi masalah kemiskinan itu merupakan jalan yang
mendaki dan sukar. Kemiskinan yang menjadi akar masalah sosial itu bersumber
dari kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama soal mentalitas, seperti;
al-dha‟if, yaitu keadaan diri seseorang yang diliputi kelemahan; al-khawf, yaitu
keadaan diri seseorang yang diselimuti suasana takut mencekam; al-kaslan, yaitu
keadaan jiwa seseorang yang diliputi kemalasan; al-bakhil, yaitu keadaan diri
seseorang yang didominasi sifat kikir.8
Ajaran dan pengetahuan agama di atas tentang keharusan manusia untuk
menghindari diri dari kemiskinan menjadi lebih maksimal bila diikuti dengan
perhatian dan peran pemerintah (ulil amri) untuk mengatasi kemiskinan tersebut.
6 Asep Usman Ismail (Ed.), Pengamalan Al-Qur‟an tentang Pemberdayaan Dhu‟afa,
(Ciputat: Dakewah Press, 2008), h. 20
7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2007), h. 594
8 Asep Usman Ismail (Ed.), Pengamalan Al-Qur‟an tentang Pemberdayaan Dhu‟afa,
(Ciputat: Dakewah Press, 2008), h. 25
6
Sebagaimana diketahui tingginya angka kemiskinan suatu negara akibat
peningkatan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan
tingkat pendapatan dan kesejahteraan, tidak saja menciptakan pengangguran
terbuka, rendahnya angka partisipasi sekolah, memunculkan kriminalitas, tapi
juga berdampak pada persoalan kesadaran pengelolaan lingkungan.
Saat ini masalah pengelolaan lingkungan masih harus mendapat perhatian
bersama dalam mengatasi kebersihan lingkungan tempat tinggal sekitar, seperti
penanganan masalah sampah. Masalah sampah seakan belum menemukan solusi
yang tepat untuk mengatasi timbunan sampah yang setiap hari volumenya
semakin meningkat. Tingginya jumlah volume sampah berbanding lurus dengan
meningkatnya pertumbuhan penduduk. Namun disayangkan sarana dan fasilitas
pengelolaan sampah yang ada di masyarakat masih terbatas jumlahnya.9
Undang-undang R.I No 18/2008 dan Peraturan Pemerintah No 81 Tahun
2012 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan pola lama pengelolaan sampah
yang ada di Indonesia yang semula berupa pengumpulan-pengangkutan-
pembuangan (P3) mulai bergeser ke bentuk pemilahan-pengolahan-pemanfaatan-
pembuangan residu (P4).10
Pergeseran paradigma pola pengelolaan sampah
tersebut berlangsung dengan cukup signifikan di beberapa kota metropolitan,
seperti Medan, Surabaya dan Jakarta. Dalam pengelolaan sampah wilayah tersebut
terdapat peran aktif dari Dinas Kebersihan, yang mendapat dukungan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), praktisi, serta program Corporate Social
Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan industri yang mendukung
9 Itasmalinda, artikel: ‖Pengelolaan Sampah Terkendala Fasilitas‖,www.koran-sindo.com,
diposting tanggal 24 Maret 2014, diakses tanggal 29 Maret 2014 10
Kementerian Lingkungan Hidup, Rakernas Bank Sampah: Dari Sampah Membangun
Ekonomi Kerakyatan, 2012, www.menlh.go.id, h. v, diakses tanggal 1 April 2014
7
program penyelamatan bumi. Data survey yang diungkapkan oleh Japan
International Cooperation Agency (JICA) tahun 2008 menunjukkan pengelolaan
sampah di Pulau Jawa baru mampu melayani 59% dari total jumlah penduduk.
Dilaporkan pula, tingkat pelayanan pengelolaan sampah pada tingkat nasional
hanya mencapai 56%.11
Penyelesaian masalah sampah kota sebenarnya berhubungan dengan
Millenium Development Goals (MDGs – Tujuan Pembangunan Millenium) yang
ditandatangani oleh 149 Kepala Negara dalam UN Millenium Summit pada bulan
September 2000. Sebagaimana dinyatakan oleh United Nations Development
Program (UNDP) tahun 2006, ada 8 tujuan MDGs yang ditargetkan dapat
tercapai pada tahun 2015, yaitu: (1) teratasinya masalah kemiskinan dan kelaparan
yang ekstrim, (2) tercapainya tingkat pendidikan dasar umum, (3) meningkatnya
peran gender dan kemampuan wanita, (4) berkurangnya tingkat kematian anak-
anak, (5) meningkatnya kesehatan ibu, (6) terkendalinya HIV/AIDS, malaria, dan
penyakit lainnya, (7) tercapainya sustainabilitas lingkungan, dan (8)
berkembangnya kemitraan global untuk pembangunan.12
Tidak sedikit program-program pembangunan untuk pengentasan
kemiskinan yang diluncurkan oleh Pemerintah pusat maupun daerah yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.
Bahkan belakangan kegiatan pembangunan untuk peningkatan kualitas hidup
masyarakat melalui peningkatan pendapatan pada keluarga miskin digagas oleh
11
Yulinah Trihadiningrum, artikel: “Perkembangan Paradigma Pengelolaan Sampah
Kota dalam Rangka Pencapaian Millenium Development Goals”, h. 2, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November Jln. Arif Rachman Hakim, Sukolilo, Surabaya,
Indonesia 60111 e-mail: yulinah_t@enviro.its.ac.id, www.unhas.ac.id, diakses tanggal 30 Maret
2014 12
Ibid
8
Perguruan Tinggi dan lembaga mitra di masyarakat. Contohnya, pemberian
pengetahuan dan peningkatan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui kegiatan pengelolaan lingkungan tempat tinggal sekitar.
Salah satu bentuk respon yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi terhadap
upaya peningkatan pendapatan pada keluarga miskin di masyarakat adalah
melakukan kegiatan penyuluhan agama untuk meningkatkan kesadaran
pengelolaan lingkungan melalui pendirian bank sampah. Kegiatan penyuluhan
agama di atas adalah transformasi nilai-nilai sosial keagamaan untuk perubahan
perilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan guna meningkatan kualitas
mutu hidup. Pentingnya mengelola dan menjaga lingkungan hidup sebagaimana
firman Allah SWT dalam Q.S. Al-A‘raf ayat 56 yang berbunyi:
Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh
harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat
kebaikan”. (Q.S. Al-A‘raf : 56)13
Di ayat lain Allah SWT menyatakan tidak menyukai kerusakan di muka
bumi sebagaimana tertuang dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 205 yang berbunyi
sebagai berikut:
13 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2007), h. 157
9
Artinya:”Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk
berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang
Allah tidak menyukai kerusakan”.(Q.S. Al-Baqarah : 205)14
Lebih dari itu, Allah SWT juga menyatakan dengan jelas bahwa Dia tidak
menyukai manusia yang membuat kerusakan di muka bumi seperti dalam firman-
Nya Q.S. Al-Qasas ayat 77 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya:”Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah di
anugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepada mu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. Al-Qasas ayat 77)15
Kegiatan penyuluhan agama disini tidak hanya membahas secara langsung
mengenai urusan akhirat, tapi juga membahas mengenai kesadaran pengelolaan
lingkungan demi mencapai kesejahteraan hidup yang secara tidak langsung
berkaitan dengan urusan akhirat. Telah di uraikan di atas bahwa peningkatan
angka kemiskinan yang terus melonjak dapat berdampak pada kurangnya
kesadaran pengelolaan lingkungan, dan salah satu upaya dalam meningkatkan
kesadaran pengelolaan lingkungan tersebut telah dilakukan oleh Tim
Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta dengan cara penyuluhan agama. Oleh
karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh kegiatan penyuluhan agama sebagai upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam mengelola lingkungan.
14 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2007), h. 32
15
Ibid, h. 394
10
Selain itu, hal yang menarik dari penelitian ini adalah pendirian bank
sampah melati bersih dibentuk oleh Perguruan Tinggi di lingkungan Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), yakni Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) UIN Jakarta.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ―Pengaruh Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran
Lingkungan Melalui Pendirian Bank Sampah Di Desa Ragajaya Bogor”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berlandaskan latar belakang masalah di atas, maka batasan dan rumusan
masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini adalah:
a. Penyuluhan agama yang dimaksud dalam penelitian disini adalah
penggunaan metode (yaitu, ceramah, FGD, dan demonstrasi plot) dan
media (yaitu, pengajian, alat peraga dan pemanfaatan sampah kering)
penyuluhan dalam mentransformasikan nilai-nilai sosial keagamaan untuk
meningkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan.
b. Kesadaran lingkungan disini dibatasi pada perilaku kelompok majelis
taklim yang secara sadar tahu, mau dan mampu menjaga dan mengelola
tempat tinggal sekitar.
c. Lokasi penelitian disini dibatasi hanya di kelompok majelis taklim Nurul
Falah Desa Ragajaya Bogor.
11
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian berdasarkan batasan di atas sebagai
berikut:
a. Bagaimanakah tingkat kesadaran kelompok majelis taklim Nurul Falah dalam
mengelola lingkungan tempat tinggal sekitar?
b. Bagaimanakah pengaruh metode dan media penyuluhan agama yang
digunakan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan kelompok majelis
taklim Nurul Falah?
c. Bagaimanakah pengaruh masing-masing dimensi variabel metode dan media
penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim
Nurul Falah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui dan menganalisis tingkat kesadaran kelompok majelis taklim
Nurul Falah dalam mengelola kebersihan lingkungan tempat tinggal sekitar.
b. Mengetahui dan menganalisis pengaruh metode dan media penyuluhan agama
terhadap kesadaran lingkungan di kelompok majelis taklim Nurul Falah.
c. Mengetahui dan menganalisis pengaruh dimensi variabel metode dan media
penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim
Nurul Falah.
12
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk pengembangan ilmu bimbingan dan penyuluhan agama, penyuluhan
sosial, dan pengelolaan lingkungan.
b. Untuk pengembangan kurikulum dan referensi dalam kegiatan praktikum
profesi mikro dan makro pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
c. Untuk memetakan kebutuhan praktis dan strategis oleh penyuluh agama yang
berhubungan dengan penerapan metode dan media kegiatan penyuluhan
agama untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan pada
kelompok-kelompok majelis taklim.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan kajian
atas penelitian terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperjelas perbedaan
penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya dan menghindari
penjilpakan (plagiarism) karya orang lain. Berikut penelaahan atas penelitian
terdahulu sebagai berikut:
1. Penelitian jurnal yang ditulis oleh Retno Jamanti Mahasiswi Fakultas Ilmu
Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Mulawarman tahun 2014 dengan
judul ―Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap Kesadaran
Lingkungan Masyarakat Kelurahan Temindung Permai Samarinda”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa; pertama terdapat hubungan (korelasi)
yang positif dan signifikan antara berita banjir di Koran Kaltim terhadap
kesadaran lingkungan masyarakat Kelurahan Temindung Permai Samarinda,
13
dengan korelasi 0,644. Kedua, hubungan tersebut bersifat pengaruh dilihat
dari Ftest>Ftabel. Harga b dalam penelitian ini yaitu 0,607. Hasil penelitian
ttest>ttabel, berarti harga b sebesar 0,607 tersebut adalah signifikan. Hal ini
berarti perubahan sebesar satu satuan pada variabel berita banjir di Koran
Kaltim akan menyebabkan perubahan sebesar 0,607 pada variabel kesadaran
lingkungan masyarakat Kelurahan Temindung Permai Samarinda. Kelebihan
penelitian yang ditulis dalam jurnal tersebut, peneliti dengan jelas
memberikan perbedaan mendasar dengan alasan yang jelas mengenai hasil
analisis. Namun kelemahannya, peneliti belum memberikan ulasan yang rinci
mengeni faktor-faktor lain yang mempengaruhi munculnya kesadaran
lingkungan masyarakat.
2. Penelitian skripsi yang ditulis oleh Irhamna Romadlon Mahasiswi Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan judul “Pengaruh
Pembinaan Rohani Mental Islam Terhadap Pemahaman dan Kesadaran
Keagamaan Anggota di Markas Korps Brimob Kelapadua Depok”. Hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa kegiatan pembinaan rohani mental
Islam berpengaruh positif terhadap pemahaman dan kesadaran keagamaan
anggota Brimob di Markas Korps Brimob Kelapadua Depok. Kelemahan dari
penelitian ini, yaitu peneliti belum menjelaskan secara menyeluruh dan
mendalam mengenai pokok bahasan pamahaman dan kesadaran.
3. Penelitian skripsi yang ditulis oleh Putri Ratna Wulan Mahasiswi Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan judul ―Studi Metode
14
Penyuluhan Terhadap Perilaku Berdagang Pada Kelompok Pedagang
Makanan Sehat di Depok”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pedagang
merubah perilaku berdagangnya dengan tidak menggunakan bahan tambahan
pangan berbahaya pada makanan, menjaga kebersihan lingkungan dan
menjaga kesehatan makanan yang dijualnya pada konsumen. Metode yang
digunakan pada penyuluhan ini adalah metode kelompok dan individu, dan
metode kelompok lebih efektif dari metode individu. Melalui metode
kelompok, pedagang dapat termotivasi menjadi sadar dengan makanan sehat,
halal dan higenis. Sementara metode individu lebih banyak untuk sarana
bimbingan pembayaran angsuran. Kelemahan dari penelitian ini, peneliti
menjelaskan metode kelompok lebih efektif dari metode individu, tapi dalam
penggunaan yang berbeda, yaitu metode individu digunakan sebagai sarana
bimbingan pembayaran angsuran bukan untuk penyuluhan merubah perilaku
berdagang.
4. Penelitian skripsi yang ditulis oleh Bunga Nur Mawaddah Nasution
Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013
dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank
Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah Rw.09 dan 13 Tangerang
Selatan”. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa bentuk partisipasi
dalam kegiatan Bank Sampah yang dilakukan Bank Sampah telah
memberikan hubungan yang baik dan positif terhadap partisipasi warga
sebagai wujud tanggung jawab terhadap lingkungannya sendiri dan telah
berhasil membangun kepercayaan, potensi, kreatifitas serta partisipasi warga
15
Bukit Pamulang Indah dalam kegiatan Bank Sampah dengan hubungan-
hubungan yang dirasakan oleh warga. Kelebihan dari skripsi ini, peneliti
memberikan gambaran secara umum mengenai manfaat adanya bank sampah
di Bukit Pamulang Indah. Namun kelemahannya, yaitu peneliti belum
membahas mengenai manfaat bank sampah dalam aspek sosial dan ekonomi.
Padahal manfaat penting bank sampah selain menumbuhkan sikap tanggung
jawab masyarakat terhadap lingkungan, tapi juga bermanfaat untuk
menumbuhkan perekonomian keluarga anggota bank sampah. Selain itu,
peneliti belum menggambarkan kegiatan bank sampah di Bukit Pamulang
Indah secara jelas.
5. Penelitian skripsi yang ditulis oleh Ismail Mahasiswa Fakultas Syariah dan
Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2012 dengan judul “Peran Bank Sampah Seruni Jakarta Selatan dalam
Peningkatan Perekonomian Nasabah”. Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa peran Bank Sampah Seruni dalam meningkatkan perekonomian
nasabahnya tidak terlalu signifikan untuk kalangan ekonomi menengah atas,
namun cukup membantu bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah. Selain
itu, dampak positif kehadiran Bank Sampah Seruni seperti eliminasi iuran
sampah, fasilitas pinjaman tanpa bunga dan jaminan, peningkatan pendapatan
tiap bulannya meskipun masih relatif sedikit dan terbukanya lapangan kerja
baru. Kelemahan dari penelitian ini, peneliti belum menjelaskan faktor
penyebab perbedaan hasil penelitian dari nasabah dengan status ekonomi
(baca: menengah-atas dengan menengah-bawah) yang berbeda.
16
6. Penelitian skripsi yang ditulis oleh Buhori Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2010 dengan judul ―Model Pengorganisasian
Masyarakat dalam Meningkatkan Kesadaran Lingkungan”. Hasil penelitian
ini mengungkapkan bahwa pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh
Harini Bambang Wahono termasuk ke dalam model pengorganisasian
masyarakat lokal (locality development model). Dalam identifikasi
pengorganisasian masyarakat melalui 11 indikatornya, 1 indikator yakni
Karakteristis Taktik dan Teknik Perubahan pada wilayah asumsi lebih
mengarah pada Aksi Sosial, hal itu terbukti dari persetujuan Harini terhadap
tindakan demonstrasi sebagai kontrol pemerintah. Adapun tahapan
pengorganisasiannya (tahapan alaminya, bukan berdasarkan pengklasifikasian
atau penggolongan), yaitu persiapan diri praktisi; memotivasi diri dan mulai
dari diri sendiri, interaksi/pendekatan; keterlibatn langsung dan tidak
langsung, membangun kontak; rektutmen anggota untuk mendapatkan
informasi tentang masyarakat, diskusi kelompok (forum warga), membuat
aturan; menyusun tata tertib, pemetaan permasalahan; pembagian tugas,
pembentukan kelompok kecil, perencanaan pengorganisasian, pembentukan
organisasi dan membangun jaringan; melakukan promosi dan penyebarluasan
ide-ide. Kelemahan dari penelitian ini, yaitu peneliti belum menjelaskan
model-model yang ada dalam pengorganisasian masyarakat dan belum
menjelaskan secara rinci dari kesadaran lingkungan yang diteliti.
7. Penelitian skripsi yang ditulis oleh Muhammad Abdul Kahfi Mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam
17
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006 dengan judul ―Metode
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Perubahan Tingkah Laku
Mantan Wanita Tuna Susila (WTS) di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)
Mulya Jaya „Pasar Rebo‟ Jakarta Timur”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kegiatan yang dilaksanakan di PSKW Mulya Jaya adalah bimbingan
dan penyuluhan Islam termasuk didalamnya bimbingan fisik, mental, sosial
dan keterampilan, yang menunjukkan adanya perubahan tingkah laku serta
mempunyai kemampuan untuk memahami dan menguasai keterampilan,
kemampuan untuk tidak kembali menjadi WTS; mempunyai kemampuan
untuk hidup berumah tangga dengan pasangan yang sah dan bertanggung
jawab. Kelemahan dari penelitian ini, peneliti hanya memberikan gambaran
umum mengenai bentuk atau jenis bimbingan dan penyuluhan Islam dan
belum memberikan gambaran yang jelas mengenai metode yang dilakukan
PSKW dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan Islam untuk perubahan
tingkah laku.
Dari tujuh (7) tinjauan pustaka yang disebutkan diatas, penulis
menegaskan bahwa skripsi ini berbeda dengan skripsi atau penelitian-penelitian
sebelumnya. Adapun yang membedakannya adalah penelitian skripsi ini
mendasari kajian analisis penelitian dengan menggunakan teori-teori penyuluhan.
Fokus penelitian ini melihat pengaruh metode dan media penyuluhan agama
terhadap kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah di Desa Ragajaya
Bogor dengan menggunakan pendekatan Kuantitatif dengan analisis Deskriptif.
18
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusun sistematikannya kepada
Enam Bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan
BAB II LANDASAN TEORI, yang terdiri dari pengertian penyuluhan agama
Islam, metode dan media penyuluhan agama Islam, pengertian kesadaran,
dimensi-dimensi kesadaran, kesadaran lingkungan, faktor-faktor yang
memengaruhi kesadaran lingkungan, pengertian bank sampah, jenis-jenis jenis
sampah, sumber-sumber sampah dan faktor-faktor yang memengaruhi sampah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, yang terdiri dari pendekatan dan jenis
penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian,
definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, uji validitas, uji reliabilitas, teknik analisis data, sumber data dan
teknik penulisan
BAB IV GMBARAN UMUM LEMBAGA, yang terdiri dari profil wilayah Desa
Ragajaya, profil, visi misi, program, struktur dan kegiatan majelis taklim Nurul
Falah, kemudian profil, struktur dan kegiatan bank sampah melati bersih
FIDKOM UIN Jakarta.
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS DATA, yang terdiri dari karakteristik
responden, hasil uji koefisien regresi linier berganda, uji F-test, t-test dan uji
koefisien korelasi dan determinasi.
BAB VI PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran
19
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Penyuluhan Agama Islam
1. Pengertian Penyuluhan Agama Islam
Kata penyuluhan secara bahasa berasal dari kata ―suluh‖ yang berarti
obor atau alat untuk menerangi dalam keadaan yang gelap. Ini artinya
penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan atau penjelasan kepada
tersuluh atau khalayak sasaran agar tidak lagi berada dalam kegelapan
mengenai suatu masalah tertentu.1 Penerangan yang dilakukan tersebut
tidaklah sekedar memberi penerangan sesaat, tetapi penerangan yang
dilakukan secara terus menerus sampai khalayak sasaran benar-benar
memahami, menghayati dan melaksanakan.2
Totok Mardikanto mengemukakan bahwa penyuluhan merupakan proses
perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat
kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar
terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok
dan kelembagaan) yang terlibat demi terwujudnya kehidupan yang semakin
berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera dan berkelanjutan.3
Selanjutnya kata ―Agama‖ berasal dari bahasa sanskerta, yaitu ―a”,
artinya ―tidak‖ dan ―gam”, artinya ―pergi‖, jadi agama artinya tidak pergi,
tetap ditempat, diwarisi turun temurun.4 Menurut kamus ilmiah populer agama
1 Zulkarimein Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. (Jakarta: Lemlit
FEUI, 1990), h. 7 2 Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Surakarta: UNS Press,
1993), h. 13 3 Totok Mardikanto, Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan,- dalam
buku:‖Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan”, (Bogor: IPB Press, 2003), h. 190-191 4 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:UI Press, 2011), h. 1
20
didefinisikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YME serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan manusia dengan
lingkungan.5 Sedangkan menurut Mujahid istilah agama terbentuk dari kata
―a‖, artinya ke sini dan ―gam, gaan, go, gehen‖ yang berarti berjalan-jalan
sehingga istilah agama diartikan sebagai ajaran, peraturan-peraturan
tradisional atau kumpulan hukum-hukum. Secara singkat agama menurut
Mujahid tersebut adalah apa saja yang turun temurun dan ditentukan oleh adat
kebiasaan.6 Kemudian ada lagi yang berpendapat bahwa istilah agama itu
berarti teks atau kitab suci yang menjadi tuntunan.7
Sesuai pengertian penyuluhan dan agama di atas, dalam Keputusan
Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 54/Kep/MK.WASPAN/9/1999
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya disebutkan
bahwa Penyuluhan Agama adalah suatu kegiatan bimbingan atau penyuluhan
agama dan pembangunan melalui bahasa agama untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan nasional. Selain itu, ditetapkan juga
bahwa penyuluh agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan
pembangunan melalui bahasa agama.8 Menurut Arifin penyuluhan agama
5 Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 10
6 Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,
1996), h. 2 7 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:UI Press, 2011), h. 1
8 Peraturan Kemenpan Nomor 54 Tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
Agama dan Angka Kreditnya, www.bkn.go.id, diakses tanggal 30 Maret 2014
21
merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka
memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan
rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu
mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.9
Sebagaimana penjelasan Arifin di atas, materi yang disampaikan dalam
kegiatan penyuluhan agama tentunya harus merujuk kepada sumber ajaran
agama, dalam hal ini Al-Qur‘an dan sunnah Rasul. Dalam pada itu tertuang
dengan jelas dalam Al-Qur‘an manfaat mengimplementasi ajaran Al-Qur‘an
dalam kehidupan manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus ayat
57 yang menjelaskan Al-Qur‘an sebagai sumber pelajaran bagi manusia
sebagai berikut:
Artinya: ‖Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran
(Al-Qur‟an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada,
dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman‖. (Q.S. Yunus : 57)10
Dewasa ini, Penyuluh Agama Islam mempunyai peran penting dalam
pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan dirinya masing-masing sebagai
insan pegawai pemerintah. Dengan kata lain, keberhasilan dalam bimbingan
dan penyuluhan agama kepada masyarakat menunjukkan keberhasilan dalam
manajemen diri sendiri. Penyuluh Agama Islam sebagai leading sektor
bimbingan masyarakat Islam, memiliki tugas/kewajiban yang cukup berat,
9 Arifin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1979:21, 1982), h. 1 10
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2007), h. 215
22
luas dan permasalahan yang dihadapi semakin kompleks. Oleh karenanya
Penyuluh Agama Islam tidak mungkin sendiri dalam melaksanakan amanah
yang cukup berat ini, ia harus mampu bertindak selaku motivator, fasilitator,
dan sekaligus katalisator dakwah Islam.11
Mengenai tugas atau kewajiban penyuluh agama Islam yang berat, Allah
berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:
Artinya:”Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S.
Ali Imran : 104)12
Dalam ayat lain dijelaskan juga tugas atau kewajiban penyuluh agama
sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi
sebagai berikut:
Artinya: ―Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk”.(Q.S. An-Nahl : 125)13
Beberapa ayat di atas menggambarkan bahwa penyuluhan agama itu
diperlukan demi terciptanya kehidupan manusia yang selaras dan seimbang
dalam lingkungan hidupnya. Sejalan dengan uraian di atas, Rasyidul Basri
11
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,
(UIN Jakarta, 2014), h. 29 12
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2007), h. 63 13
Ibid, h. 281
23
menjelaskan bahwa penyuluhan agama merupakan upaya membangun
masyarakat berdasarkan nilai-nilai keagamaan dengan menumbuhkan kualitas
keberagamaannya. Dalam pelaksanaannya, penyuluhan agama dapat
dilakukan melalui dua pendekatan utama, pertama dengan pendekatan
normatif yaitu merefleksikan nilai-nilai keberagamaan ke dalam tatanan
masyarakat sebagaimana yang diinspirasikan oleh agama, dan kedua dengan
pendekatan kultural yaitu membangun nilai-nilai luhur dalam kultur lokal
yang relevan dengan nilai-nilai agama.14
2. Metode Penyuluhan Agama Islam
Metode berasal dari bahasa Inggris ―method‖, dari bahasa Latin
“methodus”, dan dari bahasa Yunani “methodos” yang artinya ‗cara ke
seberang‘ atau suatu cara, alat mengamati, mendekati, menganalisis dan
menjelaskan suatu fenomena.15
Menurut Soesmono yang dikutip Totok
Mardikanto dalam Rini L. Prihatini menjelaskan metode sebagai ―cara yang
terpilih‖ sehingga apabila metode dikaitkan dengan penyuluhan diartikan
sebagai suatu ―cara yang terpilih‖ untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang
dilaksanakannya.16
Lebih lanjut menurut Rini L. Prihatini sebelum melakukan penyuluhan
agama metode penyuluhan tersebut harus dipersiapkan dengan matang oleh
penyuluh agama mengingat tugas dan tanggung jawab penyuluh agama
sangat berat, yaitu mentransformasikan materi kepada khalayak sasaran yang
14
Rasyidul Basri, artikel:‖Kajian Diklat Terhadap Strategi dan Metode Penyuluhan
Agama Islam, 2013, h. 14, sumbar.kemenag.go.id, diakses tanggal 30 Maret 2014 15
Dewan Redaksi Kebahasaan Indonesia, Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid III L-
P, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 767 16
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,
(UIN Jakarta, 2014), h. 15
24
beragam dengan tujuan mengubah khalayak sasaran menjadi tahu, mau dan
mampu menerapkan informasi dari penyuluh agama.17
Dalam penggunaannya, ―metode‖ penyuluhan dapat pula dikatakan
sebagai ―teknik‖. Penyamaan kata tersebut dikarenakan keduanya dipahami
sebagai ―cara‖ yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan dengan
mudah guna mencapai maksud yang ditentukan. Perbedaannya ―metode‖
diartikan sebagai ―cara‖ yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan guna
mencapai tujuan sedangkan ―teknik‖ diartikan sebagai ―seperti apa‖
penerapan cara/ metode tersebut dalam penggunaannya, langsung atau tidak
langsung. Singkatnya kata teknik tersebut menurut Ainur Rahim Faqih dalam
Rini L. Prihatini merupakan penerapan metode dalam praktik.18
Menurut peraturan menteri pertanian Nomor 52/ Permentan/ OT.140/ 12/
2009 menyebutkan bahwa metode penyuluhan berdasarkan teknik
komunikasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a). metode penyuluhan
langsung, yaitu penyuluhan yang dilakukan melalui tatap muka dan dialog
langsung antara penyuluh dengan pelaku utama dan pelaku usaha melalui
demonstrasi, kursus tani dan obrolan sore, b). metode penyuluhan tidak
langsung, yaitu penyuluhan dilakukan melalui perantara (media komunikasi)
seperti: pemasangan poster, penyebaran brosur/leaflet/majalah, siaran radio,
televisi, pemutaran slide dan film.19
17
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,
(UIN Jakarta, 2014), h. 16 18
Ibid, h. 17 19
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2009 tentang Metode Penyuluhan
Pertanian, www.pertanian.go.id, diakses tanggal 05 Mei 2014
25
Metode yang biasa digunakan dalam proses penyampaian materi menurut
Rayidul Basri dalam Rini L. Prihatini diantaranya sebagai berikut20
:
a. Metode ceramah, yaitu metode yang biasa disebut tabligh atau khutbah.
Namun tabligh lebih dapat dikatakan ceramah karena khutbah biasanya
hanya berlaku dalam ibadah formal seperti Shalat Jumat, Nikah, Haji
dan Idain. Keduanya memiliki kesamaan makna, tapi tetap memiliki ciri
khas masing-masing. Metode ceramah ini biasanya menggunakan media
mimbar dan pengajian.
b. Metode wisata religi, yiatu metode yang dikenal dengan wisata ziarah,
dilakukan dengan cara mengunjungi tempat-tempat bersejarah dari masa
lalu. Selain itu dapat dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap telah
lebih baik kehidupan keberagamaannya sehingga menjadi komparasi
yang memadai untuk meningkatkan gairah keberagamaan khalayak
sasaran.
c. Metode tanya jawab, yaitu metode dengan ciri keterlibatan aktif sasaran
untuk mengungkapkan hal-hal yang masih belum difahami atau menjadi
persoalan bersama.
d. Metode diskusi kelompok atau Foccus Group Discussion (FGD), yaitu
metode yang mirip dengan tanya jawab. Perbedaan metode diskusi
kelompok dengan tanya jawab, yaitu metode tanya jawab hanya
menerima keterlibatan sasaran sebatas bertanya dan penyuluh menjawab.
Sedangkan metode diskusi kelompok sasaran tidak hanya bertanya
20
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,
(UIN Jakarta, 2014), h. 18-21
26
kepada penyuluh, tapi juga bersama-sama dengan penyuluh dan anggota
kelompok diskusi lainnya menuntaskan suatu pokok kajian.
e. Metode demontrasi terplot, yaitu metode untuk menyampaikan hal-hal
yang sifatnya praktis dan memerlukan penjelasan secara demonstratif.
Metode ini memerlukan model yang tepat agar materi dapat dipahami
sasaran. Dalam ajaran Islam, sepeti contoh praktik wudlu, sholat, atau
manasik haji.
f. Metode konseling, yaitu metode penyuluhan itu sendiri. Namun dalam
hal ini konseling menjadi metode tertentu dalam penyuluhan agama
dimana penyuluh agama dalam hal ini menjadi pembimbing agama atau
konselor spiritual. Penyuluhan model ini lebih bersifat konsultatif, atau
terapi bagi klien—sasaran. Jika pada metode-metode sebelumnya
(ceramah, diskusi, wisata religi, dan demontratif) penyuluh memerankan
fungsi edukatif dan preventif, maka pada metode ini penyuluh
memerankan fungsi konsultatif dan kuratif.
g. Metode peragaan yang biasanya menggunakan media wayang, baik
wayang golek, wayang kulit maupun wayang orang
Berdasarkan penjelasan metode-metode penyuluhan di atas, penggunaan
metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode ceramah, diskusi
kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) dan demonstrasi plot.
3. Media Penyuluhan Agama Islam
Rogers dalam Totok Mardikanto menyatakan bahwa media merupakan
alat atau saluran komunikasi yang dapat dimanfaatkan sumber atau pengirim
untuk ―menyalurkan‖ atau menyampaikan pesan-pesannya. Dengan kata lain,
27
media, alat atau saluran komunikasi dapat dimanfaatkan oleh individu
dan/atau kelompok yang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan
(messages) penyuluhan mereka. Tentang hal ini, Berlo dalam Totok
Mardikanto mengartikan media dalam beragam pengertian, yaitu21
:
a. Saluran/media sebagai alat pembawa pesan
b. Saluran yang dilalui oleh alat pembawa pesan
c. Media/wahana yang memungkinkan alat pembawa pesan itu melalui
jalan atau saluran yang harus dilaluinya
d. Media/wahana yang dapat dijadikan sarana untuk berkomunikasi, seperti:
pertemuan, pertunjukan dan lain-lain.
Secara konseptual, Totok Mardikanto membagi media komunikasi
menjadi tiga macam, yaitu: saluran antar pribadi (inter-personal), media
massa (mass media), dan forum media yang dimaksudkan untuk
menggabungkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki saluran antar pribadi
dan media massa.22
Penyuluhan sebagai proses penyebaran informasi tentu memerlukan
media sebagai alat atau saluran menyampaikan pesan penyuluhan. Menurut
Yetti Wira Citerawati SY, media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya
untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh penyuluh
kepada sasaran sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya dapat berubah perilakunya kearah positif. Media penyuluhan juga
dapat diartikan sebagai wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
21
Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan –Acuan bagi Akademisi, Praktisi, dan
Peminat Komunikasi Pembangunan, (Surakarta:UNS Press, 2010), h. 127 22
Ibid
28
penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian atau
minat.23
Menurut H.A.W Widjaja media komunikasi yang dapat digunakan dalam
penyuluhan seperti: a). the printed word, termasuk didalamnya majalah, surat
kabar, booklet dan pamplet, pedoman, surat-surat dan bulletin, papan
pengumuman, poster dan reklame, b). the spoken word, yang terdiri dari
rapat-rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya, dan c). media lainnya,
seperti televisi, radio, pameran, open house, dan sandiwara. Secara umum
lingkup media komunikasi tersebut terdiri dari dua: pertama, media umum
yang terdiri dari surat, telepon, telegraf, telex dan sebagainya. Kedua, media
massa yang terdiri dari pers, radio, film, televisi dan lain-lain.24
Berdasarkan fungsi, media penyuluhan dibagi menjadi Tiga (3), antara
lain25
:
a. Media cetak, merupakan media yang biasanya menggunakan pesan-pesan
visual yang terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dan
tata warna, seperti leaflet, selebaran, poster, foto dan lain-lain.
b. Media elektronik, merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar yang penyampainnya melalui alat bantu elektronika,
seperti televisi, radio, film, kaset, DVD dan lain-lain.
23
Yetti Wira Citerawati SY, Media Penyuluhan, h.2, www.e-bookspdf.org, diakses
tanggal 08 Mei 2014 24
H.A.W. Widjaja, Komunikasi –Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), Cet. Ke-2, h. 7-77 25
Yetti Wira Citerawati SY, Media Penyuluhan, h.2, www.e-bookspdf.org, diakses
tanggal 08 Mei 2014
29
c. Media luar ruang, merupakan media yang menyampaikan pesannya di
luar ruangan, bisa melalui media cetak maupun elektronik seperti papan
reklame, spanduk, pameran, televisi layar lebar dan lain-lain.
Berdasarkan sifat, media penyuluhan dapat dibagi menjadi media
tradisional dan modern yang terdiri dari wayang dengan metode peragaan,
mimbar dan pengajian dengan metode ceramah, penyuluhan keliling
(penyuling), arisan dan outbond. Sedangkan berdasarkan bentuk, media
penyuluhan dapat dibagi menjadi media audio, seperti; radio, telepon, kaset,
media visual, seperti; koran, majalah, leaflet, internet (twitter, fb, instagram)
dan sebagainya, dan media audio-visual, seperti; tv, slide (ppt.), internet
(youtube, web), film, kaset, DVD, dan lain-lain.26
Dengan demikian, media yang digunakan untuk penyuluhan agama
dalam penelitian ini adalah media pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan
sampah kering.
B. Teori Kesadaran Lingkungan
1. Pengertian Kesadaran
Kesadaran menurut bahasa berawal dari kata ‖sadar‖ yang mendapat
imbuhan ke– dan –an, yang artinya insaf, merasa, tahu dan mengerti, ingat
kembali, dan siuman.27
Sedangkan menurut istilah yang disampaikan Joseph
Murphy dalam Amos Neolaka, kesadaran adalah siuman atau sadar akan
tingkah lakunya, yaitu pikiran sadar yang mengatur akal dan dapat
menentukan pilihan terhadap yang diingini seperti baik-buruk, indah-jelek
dan sebagainya. Dalam pada itu Sigmund Freud yang dikutip Monowito
26
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,
(UIN Jakarta, 2014), h. 30 27
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 550
30
dalam Amos Neolaka menjelaskan kesadaran sebagai keadaan manusia dalam
sadar atau siuman.28
Menurut Simorangkir kesadaran pada dasarnya adalah berpikir. Jika kita
menghendakai suatu perubahan, dalam skala besar atau kecil, baik dalam
lingkungan keluarga atau dalam pekerjaan maupun masyarakat luas, maka
langkah pertama yang harus dilakukan adalah merubah cara berpikir. Lebih
jelasnya kesadaran merupakan hasil cara berpikir sekelompok masyarakat,
masing-masing pikiran terpisah satu sama lain dan kesadaran setiap orang
adalah bagian dari kesadaran manusia secara kolektif.29
Buletin Para Navigator dalam Amos Neolaka menyatakan bahwa
kesadaran adalah modal utama bagi setiap orang yang ingin maju. Secara
garis besar kesadaran itu dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
kemampuan membuka mata dan menafsirkan apa yang dilihat, kemampuan
aktivitas, dan kemampuan berbicara. Maksudnya seseorang yang sadar adalah
orang yang mampu melakukan ketiga aspek tersebut secara terintegrasi.
Disisi lain kesadaran diartikan sebagai adanya hak dan kemampuan kita untuk
menolak melakukan keinginan orang lain atau sesuatu yang diketahui
buruk/tidak bermanfaat bagi dirinya.30
2. Dimensi-Dimensi Kesadaran
Menurut Amos Neolaka tentang kesadaran lingkungan hidup,
menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap
28
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h. 18 29
O.P. Simorangkir, Kesadaran, Pikiran dan Tanggung Jawab, (Jakarta: Yagrat, 1987),
Cet. Pertama, h. 107-108 30
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h.19
31
sesuatu, dalam hal ini terhadap lingkungan hidup, dan dapat terlihat pada
perilaku dan tindakan masing-masing individu.31
Kesadaran menurut Carl Gustav Jung terdiri dari tiga sistem yang saling
berhubungan. Ketiga sistem tersebut antara lain sebagai berikut32
:
a. Ego
Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan
perasaan-perasaan sadar yang bekerja pada tingkat kesadaran.
Singkatnya ego merupakan bagian dari manusia yang membuat ia sadar
pada dirinya. Sigmun Freud mengungkapkan bahwa ego sebagai bagian
kepribadian yang mengambil keputusan yang oleh karena ego
mengontrol pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan
kemana akan merespons dan memutuskan insting-insting manakah yang
akan dipuaskan dan bagaimana caranya.33
b. Ketidaksadaran Pribadi (personal unconscious)
Struktur kepribadian ini berdekatan dengan ego yang terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi kemudian
direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-
pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang
pribadi. Penekanan kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat
31
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h.18 32
Calvin S. Hall & Gardner Lindzey (penulis), A. Supratiknya (terj.), Teori-Teori
Psikodinamik (Klinis), (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.182-183 33
Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikonalitik Freud, (Yogyakarta:
Kanisius, 2006), h. 64-65
32
dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena
desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa.34
c. Ketidaksadaran Kolektif (collective unconsciousness)
Konsep ketidaksadaran kolektif merupakan salah satu diantara segi-segi
teori kepribadian Jung yang paling original dan kontroversial.
Ketidaksadaran kolektif merupakan gudang bekas ingatan yang
diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang, seperti sejarah ras
manusia sebagai sebuah spesies tersendiri dan leluhur pramanusiawi atau
nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran Kolektif adalah sisa psikis
perkembangan evolusi manusia, sisa yang menumpuk sebagai akibat dari
pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak generasi. Semua
manusia kurang lebih memiliki ketidaksadaran kolektif yang sama. Disini
Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif dengan
kesamaan struktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini
disebabkan oleh evolusi umum. 35
Menurut Soekanto terdapat empat indikator kesadaran yang masing-
masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan menunjuk pada
tingkat kesadaran tertentu mulai dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi. Keempat indikator tersebut antara lain: pengetahuan, pemahaman,
34
Calvin S. Hall & Gardner Lindzey (penulis), A. Supratiknya (terj.), Teori-Teori
Psikodinamik (Klinis), (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.183 35
Ibid, h. 184
33
sikap dan pola perilaku (tindakan).36
Dalam pada itu, tahapan-tahapan dalam
tingkatan kesadaran seseorang menurut Geller sebagai berikut37
:
a. Unconscious Incompetence, yaitu tahapan pertama dimana seseorang
tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.
b. Conscious Incompetence, yaitu tahapan kedua dimana seseorang
mengerti atau tahu apa yang seharusnya dilakukan, tetapi perlu adanya
pembelajaran bagaimana untuk melakukannya secara benar.
c. Conscious Competence, yaitu tahapan ketiga dimana seseorang dapat
melakukannya dengan benar dikarenakan telah mengikuti aturan yang
terlah ditetapkan.
d. Unconscious Competence, yaitu tahapan terakhir dimana seseorang telah
mempunyai kebiasaan dan mengetahui secara benar apa yang
dilakukannya.
Pembagian indikator di atas menurut B.S. Bloom dapat digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu sistematika pengkategorian atas jenis-
jenis perilaku yang harus nampak bila warga belajar telah mencapai tujuan
instruksional khusus. Dalam perkembangannya B.S. Bloom membagi
sistematika tersebut kedalam tiga domain (dimensi) diantaranya: a). kognitif
(pengetahuan), b). afektif (sikap), dan c). psikomotorik/konatif
(perilaku/tindakan).38
36
Retno Jamanti, eJurnal: “Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap
Kesadaran Lingkungan Masyarakat Kelurahan Termindung Permai Samarinda, tahun 2014, vol.
2 (1), ejournal.ilkom.fisip.unmul.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014 h. 24 37
Ambar Sih Wadani, Penelitian: Studi Tentang Literatur Kesadaran, h. 12-13,
lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014 38
W.S. Winkel SJ, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-6, h. 243-
245
34
Berdasarkan dimensi-dimensi kesadaran yang diuraikan di atas, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan dimensi kesadaran menurut B.S. Bloom
yang dikombinasikan dengan tingkatan kesadaran menurut Geller. Hal ini
dikarenakan penyuluhan agama sebagai proses perubahan perilaku harus
dilihat dari ketiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik/konatif
dengan tahapan-tahapan dalam tingkatan perubahan kesadaran.
3. Kesadaran Lingkungan
Pengelolaan kualitas lingkungan sangat diperlukan agar semua kegiatan
manusia tidak kembali merugikan manusia beserta harta bendanya, tetapi
betul-betul dapat mencapai kesejahteraan yang dituju. Berbagai ahli
diperlukan untuk secara bersama mengelola lingkungan, bahkan seluruh
masyarakat perlu ikut serta dalam pengelolaannya. Secara khusus, para ahli
lingkungan dan teknik lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam
pengelolaan ini.39
Untuk mencapai harapan tersebut, terlebih dahulu
diperlukan upaya membangun kesadaran pengelolaan lingkungan secara
bersama-sama.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kesadaran lingkungan
adalah pengertian yang mendalam pada seseorang atau sekelompok orang
yang terwujud dalam pemikiran, sikap dan tingkah laku yang mendukung
pengembangan lingkungan.40
Kesadaran lingkungan menurut M.T. Zen dalam
Amos Neolaka adalah usaha melibatkan setiap warga Negara dalam
menumbuhkan dan membina kesadaran untuk melestarikan lingkungan,
39
Juli Soemirat (ed.), Toksikologi Lingkungan, (Yogyakarta: UGM Press, 2005), Cet. Ke-
2, h. 3 40
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 975-976
35
berdasarkan tata nilai, yaitu tata nilai dari pada lingkungan itu sendiri dengan
filsafat hidup secara damai dengan alam lingkungannya.41
Menurut Emil Salim dalam Amos Neolaka kesadaran lingkungan adalah
upaya untuk menumbuhkan kesadaran agar tidak hanya tahu tentang sampah,
pencemaran, penghijauan dan perlindungan satwa langka, tetapi lebih dari itu
semua, membangkitkan kesadara lingkungan manusia Indonesia khususnya
pemuda masa kini agar mencintai tanah dan air untuk membangun tanah air
Indonesia yang adil, makmur serta utuh lestari.42
Dasar yang menjadi penyebab kesadaran lingkungan menurut Danil
Chiras dalam Amos Neolaka adalah etika lingkungan.43
Etika lingkungan
menurut Sony Keraf adalah disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma,
nilai, kaidah dan prinsip moral yang mengatur dan menjiwai perilaku manusia
dalam berhubungan dengan alam. Selanjutnya prinsip-prinsip Etika
Lingkungan Hidup diantaranya sebagai berikut44
:
a. Sikap hormat terhadap alam (Respect for Nature), yaitu suatu prinsip dasar
bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Manusia
mempunyai kewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk
berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan
tujuan penciptaannya. Singkatnya manusia perlu memelihara, merawat,
melindungi dan melestarikan alam beserta seluruh isinya.
b. Tanggung jawab (Moral Responsibility for Nature), yaitu manusia sebagai
bagian dari alam semesta, memiliki tanggung jawab untuk menjaganya.
41
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h.20 42
Ibid 43
Ibid 44
A. Sony Keraf, Etika Lingkungan Hidup, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010),
h.40
36
Prinsip tanggung jawab ini menuntut manusia untuk mengambil prakarsa,
usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam
semesta dengan segala isinya. Wujud konkretnya, semua orang harus bisa
bekerjasama bahu membahu menjaga dan melestarikan alam dan
mencegah serta memulihkan kerusakan alam dan segala isinya.
c. Solidaritas kosmis (Cosmic Solidarity), yaitu prinsip yang mendorong
manusia untuk mengambil kebijakan pro-alam, pro-lingkungan hidup, atau
menentang setiap tindakan yang merusak alam dengan tujuan
menyelematkan lingkungan.
d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (Caring for Nature), yaitu
prinsip moral satu arah, menuju yang lain tanpa mengharapkan balasan
semata-mata demi kepentingan alam bukan pribadi.
e. No harm, yaitu kewajiban dan tanggung jawab moral bisa dinyatakan
dalam bentuk maksimal dengan melakukan tindakan merawat (care),
melindungi, menjaga dan melestarikan alam. Sebaliknya, kewajiban dan
tanggung jawab moral yang sama bisa mengambil bentuk minimal dengan
tidak melakukan tindakan yang merusak alam semesta dan segala isinya.
f. Hidup sederhana dan selaras dengan alam, yaitu manusia harus
memanfaatkan alam secukupnya. Bersamaan dengan itu, manusia akan
hidup seadanya sebagaimana alam dan akan mengikuti hukum alam seperti
hidup dengan memanfaatkan alam sejauh dibutuhkan dan berarti hidup
selaras dengan alam itu sendiri. Manusia tidak perlu rakus, tidak perlu
banyak menimbun sehingga membuatnya mengeksploitasi alam tanpa
batas.
37
g. Keadilan, yaitu prinsip yang berbicara tentang bagaimana manusia harus
berperilaku satu terhadap yang lain dalam kaitan dengan alam semesta dan
bagaimana sistem sosial harus diatur agar berdampak positif pada
kelestarian lingkungan hidup.
h. Demokrasi, yaitu setiap orang yang peduli kepada lingkungan hidup
adalah orang yang demokratis. Sebaliknya orang yang demokratis sangat
mungkin seorang pemerhati lingkungan hidup. Prinsip demokratis terkait
dengan pengambilan kebijakan di bidang lingkungan hidup yang
menentukan baik-buruk, rusak tidaknya dan tercemar tidaknya lingkungan.
i. Integritas moral, yaitu prinsip yang menuntut pejabat publik agar
mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang
teguh prinsip-prinsip moral yang mangamankan kepentingan publik.
Secara nyata prinsip ini berlaku baik dalam kaitan dengan kebijakan publik
yang berdampak pada rusaknya lingkungan hidup maupun dalam kaitan
dengan pemberian izin yang mempunyai dampak merugikan bagi
lingkungan hidup.
Berdasarkan teori di atas, konsep kesadaran lingkungan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman
kelompok majelis taklim Nurul Falah tentang lingkungan menjadi tahu, mau
dan mampu menjaga dan mengelola lingkungan tempat tinggal sekitar.
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesadaran Lingkungan
Amos Neolaka menyebutkan terdapat empat faktor yang memengaruhi
kesadaran lingkungan. Keempat faktor tersebut antara lain45
:
45
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h. 41-65
38
a. Ketidaktahuan
Kata ketidaktahuan merupakan lawan kata dari ketahuan, sehingga
apabila dikaitkan antara pengetahuan dan kesadaran yang menurut teori
adalah sama, maka faktor ketidaktahuan dapat mempengaruhi kesadaran
dalam hal ini kesadaran pengelolan lingkungan. Singkatnya
ketidaktahuan sama artinya dengan ketidaksadaran sehingga Amos
Neolaka menyebutkan ketidaktahuan kepada lingkungan dapat
menyebabkan ketidaksadaran pada lingkungan hidup sehingga
berpengaruh kepada kesadaran pengelolaan lingkungan.
b. Kemanusiaan
Manusia merupakan makhluk hidup yang berinteraksi dengan
lingkungan, tentu dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi lingkungan.
Oleh karena manusia mengusahakan sumber daya alam lingkungan untuk
mempertahankan kehidupan dan keturunannya. Manusia bersama dengan
lingkungan merupakan suatu ekosistem sehingga kedudukannya tidak
dapat terpisahkan. Kelangsungan manusia tergantung pada kelestarian
lingkungan dan menurut Amos Neolaka manusia menjadi faktor dominan
mempunyai kecenderungan sifat sebagai perusak lingkungan. Oleh
karena itu, faktor kemanusiaan menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kesadaran pengelolaan lingkungan.
c. Gaya Hidup
Perkembangan dunia yang semakin canggih dan modern termasuk
didalamnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menyebabkan
perubahan gaya hidup manusia yang selalu ingin memiliki semua
39
peralatan dunia/alat canggih walaupun tidak dibutuhkan untuk
memuaskan dirinya. Gaya hidup mewah, mementingkan materi,
bersenang-senang, dan ingin mengikuti mode terbaru sudah menyebar ke
desa-desa. Hal tersebut apabila dibiarkan tanpa kendali manusia itu
sendiri akan sangat merugikan atau merusak lingkungan. Oleh karena itu,
gaya hidup dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
kesadaran pengelolaan lingkungan. Beberapa gaya hidup tersebut antara
lain: (1) gaya hidup yang menekan pada kenikmatan, foya-foya dan
berpesta pora (hedonisme); (2) gaya hidup yang mementingkan materi
(materialisme); (3) gaya hidup yang konsumtif (konsumerisme); (4) gaya
hidup sekuler atau yang mengutamakan keduniaan (sekulerisme); dan (5)
gaya hidup yang mementingkan diri sendiri (individualisme).
d. Kemiskinan
Kemiskinan adalah perihal miskin (tidak berharta benda, serba kurang),
kemelaratan, dan kepapaan. Kemiskinan merupakan keadaan
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Menurut
Ismail Arianto yang dikutip oleh Amos Neolaka menyebutkan bahwa
kemiskinan sebagai salah satu masalah yang paling berpengaruh terhadap
masalah sosial. Dalam keadaan miskin menurut Amos Neolaka, akan
lebih sulit berbicara mengenai kesadaran lingkungan karena dalam
pikiran orang miskin adalah bagaimana caranya mengatasi masalah
hidupnya. Oleh karena itu, kesadaran pengelolaan lingkungan seperti
pengelolaan limbah atau sampah, drainase yang bersih, sungai yang
bersih dari sampah dan lain sebagainya tidak akan sempat terpikirkan.
40
Dengan demikian pemikiran yang beranggapan bahwa kemiskinan
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesadaran pengelolaan
lingkungan dapat diterima atau mengandung kebenaran.
C. Penjelasan Bank Sampah
1. Pengertian Bank Sampah
Pengelolaan lingkungan dalam hal ini sampah dengan paradigma awal,
yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan (P3) masih menghadapi
kendala dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah
sampah. Salah satu upaya untuk mengatasai masalah tersebut dengan
pengembangan bank sampah yang merupakan kegiatan mengajarkan dan
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memilah dalam pengelolaan
sampah secara bijak dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang
diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Bank Sampah dapat berperan
sebagai drooping point bagi produsen untuk produk dan kemasan produk
yang masa pakainya telah usai.46
Bank sampah memiliki konsep dimana masyarakat sebagai nasabah dapat
membawa sampah tertentu dan kering yang bisa diolah kembali menjadi
bahan yang bermanfaat dan diberikan imbalan berupa uang yang
ditabungkan. Sistem pengambilan uang tersebut minimum diambil tiga (3)
bulan setelah masa penyimpanan. Waktu pengambilan hasil tabungan juga
memperhatikan dengan jenis tabungan yang dibuat oleh nasabah. Misalnya,
jenis tabungan hari raya, maka uang tabungan hanya boleh diambil menjelang
hari raya. Singkatnya bank sampah merupakan salah satu kegiatan alternatif
46
Kementerian Lingkungan Hidup, Rakernas Bank Sampah: Dari Sampah Membangun
Ekonomi Kerakyatan, 2012, www.menlh.go.id, h. v-vi, diakses tanggal 1 April 2014
41
mengajak masyarakat peduli akan sampah dengan cara melakukan
pengelolaan sampah berbasis rumah tangga seperti pemilahan, pengurangan
volume sampah (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan daur ulang
(recycle).47
Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekyasa
sosial (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah dan
dapat memberikan tujuan nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja
dalam melaksanakan manajemen operasi bank sampah dan investasi dalam
bentuk tabungan.48
Pelopor perkembangan bank sampah di Indonesia adalah
bank sampah Gemah Ripah yang didirikan oleh masyarakat Dusun
Bandengan Bantul D.I. Yogyakarta.49
Statistik perkembangan bank sampah di
Indonesia dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Statistik Perkembangan bank sampah di Indonesia Tahun 2012
No Bulan Jumlah Bank
Sampah Nasabah
Jumlah Sampah/
Bln
Perputaran
Uang/ Bln
1. Februari 471 47.125 755.600 Kg 1.648.320.000
2. Mei 886 84.623 2.001.788 Kg 3.182.281.000
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, www.menlh.go.id, 1 April 2014
2. Jenis-Jenis Sampah
Menurut Karden Eddy Sontang Manik jenis sampah berdasarkan zat
pembentuknya dapat dibedakan sebagai sampah organik dan anoraganik.50
47
Tim Pemberdayaan Bank Sampah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta,
Laporan Kegiatan pemberdayaan perempuan melalui bank sampah, Kerjasama dengan KPP&PA,
hal 34-38, 2013 48
Devita Permanasari dan Erni Damanhuri, Penelitian: Studi Efektivitas Bank Sampah
Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam Pengelolaan Sampah yang Berbasis Masyarakat,h. SW2,
www.ftsl.itb.ac.id, diakses tanggal 15 Mei 2014 49
Artikel: Bank Sampah Pertama di Dunia dari Indonesia,
www.indonesiaberprestasi.web,id, diakses tanggal 31 Maret 2014 50
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT. Ikrar
Mandiri Abadi, 2009), Cet. Ke-3, h. 67-67
42
Sampah organik yang biasa disebut sampah basah merupakan sampah yang
bisa membusuk karena aktivitas mikrooganisme, yang menghasilkan gas
metan, gas H2S yang bersifat beracun.51
Contoh sampah organik ini seperti
sampah berupa sayuran, buah-buahan dan sisa dari pemotongan hewan di
pasar tradisional dan aktivitas memasak dan makan. Sedangkan anorganik
merupakan sampah yang memiliki ciri tidak membusuk dan dapat didaur
ulang. Sampah jenis ini dibagi menjadi dua, pertama sampah yang mudah
terbakar, seperti sampah kertas, kardus, platik, textil, karet, kulit, kayu, dan
furniture, kedua sampah yang tidak mudah terbakar seperti gelas, tembikar,
keramik dan kaleng.52
Jenis sampah juga sering dikelompokkan menjadi limbah benda padat
(waste), limbah cair atau air bekas (sewage), dan kotoran manusia (human
waste). Namun secara umum, pengelompokkan sampah hanya untuk benda-
benda padat dengan pembagian sebagai berikut:
a. Sampah yang mudah membusuk (garbage), misalnya sisa makanan.
b. Sampah yang tidak mudah membusuk (rubish), terdiri dari:
1) Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, kayu dan
2) Sampah yang tidak mudah terbakar, misalnya kaca, kaleng.
c. Sampah bangkai binatang (dead animal), terutama binatang besar seperti
kucing, anjing dan tikus.
d. Sampah berupa abu hasil pembakaran (ashes), misalnya abu pembakaran
kayu, batu bara, arang.
51
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2007), Cet. Ke-7, h. 153 52
Cahyadi Pitoyo, Jurnal: Studi Komposisi Sampah Perkotaan Pada Tingkat Rumah
Tangga di kota Depok, h. 7, www.gunadarma.ac.id, diakses tanggal 10 Mei 2014
43
e. Sampah padat hasil industri (industrial waste), misalnya potongan besi,
kaleng, kaca.
f. Sampah padat yang berserakan di jalan-jalan (street sweeping), yaitu
sampah yang dibuang oleh penumpang atau pengemudi kendaraan
bermotor.53
3. Sumber-sumber sampah
Sumber-sumber sampah dapat dikelompokkan kedalam Delapan bagian
antara lain sebagai berikut:
a. Sampah dari rumah tangga, yaitu sampah yang biasanya berupa sisa
pengolahan makanan, perlengkapan bekas rumah tangga seperti kertas,
kardus, gelas, kain, sampah kebun/halaman dan lain-lain.
b. Sampah dari pertanian, yaitu sampah dari kegiatan pertanian seperti
jerami, pertisida/pupuk dan sejenisnya.
c. Sampah dari perdagangan dan perkantoran, yaitu sampah yang berasal
dari daerah perdagangan seperti toko, pasar tradisional, warung, lembaga
pendidikan, kantor pemerintahan dan sebagainya.
d. Sampah dari industri, yaitu sampah yang berasal dari seluruh rangkaian
proses produksi (bahan-bahan serpihan/potongan kimia), perlakuan dan
pengemasan produk kertas, kayu, plastik dan lain-lain.
e. Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung, yaitu sampah yang
berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung, seperti kayu,
bambu, triplek, semen, pasir, batu-bata, besi dan sebagainya.
53
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT. Ikrar
Mandiri Abadi, 2009), Cet. Ke-3, h. 67-68
44
f. Sampah yang berasal dari jalan raya, yaitu sampah dari pembersihan jalan
yang umumnya terdiri dari kertas, plastik, debu, pasir, daun-daun dan
sebagainya.
g. Sampah yang berasal dari pertambangan, yaitu sampah yang berasal dari
pertambangan misalnya batu-batuan, tanah cadas, pasir, arang dan
sejenisnya.
h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan, yaitu sampah yang
berasal dari peternakan dan perikanan berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-
sisa makanan, bangkai ternak dan sebagainya.54
4. Faktor-Faktor yang memengaruhi sampah
Juli Soemirat menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi
sampah, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Faktor-faktor tersebut
diantaranya:
a. Jumlah penduduk, maksudnya semakin besar jumlah penduduk maka
semakin banyak pula jumlah sampah hasil dari berbagai kegiatan manusia.
b. Keadaan sosial ekonomi, maksudnya semakin tinggi keadaan sosial
ekonomi seseorang atau masyarakat, maka semakin banyak jumlah
perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampah disini semakin banyak
yang bersifat tidak dapat membusuk atau anorganik.
c. Kemajuan teknologi, maksudnya dengan terjadinya kemajuan teknologi
akan dapat menambah jumlah maupun kualitas sampah. Oleh karena
54
Chairil Nizar, Sumber-sumber Sampah, www.ilmusipil.com , diakses tanggal 10 Mei
2014
45
pemakaian bahan baku dan cara pengepakan yang semakin beragam, dan
produk manufaktur yang semakin beragam pula.55
D. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian tentang ―pengaruh penyuluhan agama
terhadap kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah di Desa Ragajaya
Bogor‖ ini, berdasarkan al-Qur‘an surat al-A‘raf ayat 56 tentang pentingnya
mengelola dan menjaga lingkungan hidup, surat al-Baqarah ayat 205 dan al-Qasas
ayat 77 tentang ketidaksukaan Allah SWT terhadap kerusakan dan yang membuat
kerusakan di muka bumi.
Selain berpijak pada ayat al-Qur‘an di atas, alur pemikiran lain dalam
penelitian ini berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012
tentang pengelolaan sampah serta konsep-konsep penyuluhan agama dan
kesadaran lingkungan.
Selanjutnya alur pemikiran yang digunakan dalam penelitian ―pengaruh
penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah
di Desa Ragajaya Bogor‖ ini dapat dilihat dalam gambar 1. kerangka berfikir
penelitian di bawah ini sebagai berikut:
55
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2007), Cet. Ke-7, h. 154
46
Metode Penyuluhan
Agama
Media Penyuluhan
Agama
Kesadaran Pengelolaan Lingkungan
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian
Dalam penerapan metode penyuluhan agama di atas, pertama kali tim
pemberdayaan/penyuluhan melakukan penyadaran pengelolaan lingkungan
kelompok majelis taklim Nurul Falah dengan metode atau cara ceramah, diskusi
kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) dan demonstrasi terplot melalui
media pengajian, alat peragaan dan pemanfaatan sampah kering. Metode dan
media ini digunakan dalam menyampaikan informasi untuk menambah
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran kelompok majelis taklim tentang
pengelolaan lingkungan tempat tinggal sekitar.
Dalam pelaksanaannya, metode dan media penyuluhan di atas dilakukan
secara bersamaan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, seperti
metode ceramah dengan media pengajian, metode diskusi kelompok/Foccus
Group Discussion (FGD) dengan media alat peragaan dan metode demonstrasi
terplot dengan media pemanfaatan sampah kering. Tujuan pemilihan metode dan
media penyuluhan agama di atas dikarenakan untuk memudahkan penyebaran
informasi kepada khalayak sasaran dalam hal ini ibu-ibu majelis taklim Nurul
Falah yang sudah biasa melakukannya dan dipilih oleh peneliti untuk diteliti,
-Ceramah
-FGD
-Demplot
-Pengajian
-Alat Peraga
-Sampah
kering
-Tidak Tahu
-Tahu Perubahan
Kognitif
-Mau Perubahan Afektif
-Mampu Perubahan
Psikomotorik
47
karena ingin melihat dan menganalisis apakah terdapat pengaruh yang signifikan
dari penggunaan metode dan media dalam penyuluhan agama di atas untuk
kesadaran pengelolaan lingkungan ibu-ibu majelis taklim?
Penggunaan metode dan media di atas akan berpengaruh signifikan
manakala terdapat perubahan pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan
perilaku (psikomorik) ibu-ibu majelis taklim yang semula tidak tahu menjadi tahu
apa yang harus dilakukan, mau melakukan dengan benar dan mampu melakukan
dengan menerapkan kebiasaan baru secara benar dalam mengelola dan menjaga
lingkungan tempat tinggal sekitar.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang dapat
memberikan informasi sesuai dengan objek yang diteliti, yaitu anggota
kelompok majelis taklim Nurul Falah Kabupaten Bogor. Sedangkan objek
adalah keseluruhan permasalahan yang dibicarakan dalam penelitian,1 dalam
hal ini adalah penggunaan metode dan media dalam kegiatan penyuluhan
agama untuk kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Majelis Taklim Nurul Falah yang
beralamat di Jl. Kecubung I Citayam Desa Ragajaya Kabupaten Bogor dan
dipilih secara sengaja dengan alasan:
a. Bank Sampah Melati Bersih Majelis Taklim Nurul Falah didirikan oleh
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta hasil kerjasama dengan Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) tahun 2013.
b. Penjajakan dalam penyadaran pengelolaan lingkungan dan pendirian bank
sampah Melati Bersih Majelis Taklim Nurul Falah diawali dengan
kegiatan penyuluhan agama.
c. Adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang dimiliki peneliti.
1 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 135
49
Adapun waktu penelitian dalam penulisan skripsi ini dimulai bulan Mei
sampai dengan Juli 2014.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
jenis penelitian deskriptif analisis. Pendekatan kuantitatif dipilih karena dapat
menghasilkan data yang akurat setelah penghitungan tetap.2 Secara sederhana
menurut Nanang Martono pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan
penelitian dengan mengumpulkan data berupa angka, kemudian diolah dan
dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka
tersebut.3
Adapun jenis penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan
menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan,
variabel, dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan
apa adanya.4 Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha
mendeskripsikan secara faktual, akurat dan sistematis apa adanya mengenai
penggunaan metode dan media penyuluhan agama untuk peningkatan kesadaran
lingkungan melalui pendirian bank sampah di kelompok majelis taklim Nurul
Falah Desa Ragajaya Kabupaten Bogor.
2 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 36
3 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Sekunder,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. Ke-2, h. 20
4 M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. Ke-2,
h. 89
50
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran
penelitian.5 Sesuai judul penelitian di atas, maka populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh anggota kelompok majelis taklim Nurul Falah Desa Ragajaya
Bogor sebanyak 50 orang. Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan objek
penelitian (populasi) yang dipelajari dan diamati.6 Adapun sampel dalam
penelitian ini, yaitu anggota majelis taklim yang menjadi nasabah atau mengikuti
kegiatan bank sampah melati bersih. Dalam penentuan sampel, peneliti
menghendaki tingkat presisi dengan tingkat kesalahan (margin error) 10% pada
derajat kebenaran 90% berdasarkan pada rumus Slovin sebagai berikut7:
n = N___
N(d)2
+ 1
Keterangan:
n = Jumlah Sampel yang Dicari
N = Jumlah Populasi
d = Nilai Presisi (10%)
Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
n = N___ = __ 50____
N(d)2
+ 1 50(0,1)2
+ 1
= 50_ = 50_ = 33,33 dibulatkan menjadi 35
0,5+1 1,5
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 35 responden.
5 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada Media Group,
2010), h. 99
6 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1994), h. 78
7 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasinya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 137
51
D. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari:
a. Metode penyuluhan meliputi metode ceramah, metode diskusi
kelompok/Foccus Group Discussion (FGD), dan metode demonstrasi
terplot.
b. Media penyuluhan meliputi pengajian, alat peragaan dan pemanfaatan
sampah kering.
2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu kesadaran lingkungan yang terdiri
dari:
a. Tidak tahu
b. Tahu dengan adanya perubahan pengetahuan (kognitif)
c. Mau dengan adanya perubahan sikap (afektif)
d. Mampu dengan adanya perubahan perilaku (psikomotorik/konatif)
E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Adapun definisi operasional dan indikator dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Metode penyuluhan disini adalah cara atau teknik penyuluhan yang dilakukan
dalam menstransformasikan pengetahuan kepada sasaran untuk mencapai
tujuan yang sudah ditentukan atau direncanakan dengan cara ceramah, diskusi
kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) dan demonstrasi plot.
a. Metode ceramah disini adalah menyampaikan materi penyuluhan kepada
sasaran tentang kebersihan lingkungan yang dikaitkan dengan nilai-nilai
agama melalui ceramah.
52
b. Metode diskusi kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) disini adalah
menyampaikan materi penyuluhan dengan cara melakukan diskusi
kelompok yang terarah terkait pengelolaan kebersihan lingkungan.
c. Metode demonstrasi terplot disini adalah menyampaikan materi
penyuluhan dengan memberikan contoh praktik langsung dalam
pemanfaatan sampah kering.
2. Media penyuluhan disini adalah semua alat atau saluran komunikasi dalam
menyampaikan materi penyuluhan sebagai upaya untuk mempermudah
penyampaian materi penyuluhan yang terdiri dari media pengajian, alat
peragaan, dan pemanfaatan sampah kering.
a. Media pengajian disini adalah saluran komunikasi dalam kegiatan belajar
agama pada kelompok majelis taklim Nurul Falah dengan materi
pengajian tentang pelajaran agama dan pengelolaan lingkungan.
b. Media alat peragaan disini adalah alat komunikasi yang digunakan dalam
menyampaikan materi penyuluhan kepada kelompok majelis taklim
Nurul Falah.
c. Media pemanfaatan sampah kering disini adalah pemanfaatan dan
pengelolaan sampah kering dengan cara ditabungkan ke bank sampah
dan digunakan untuk bahan kerajinan tangan.
3. Kesadaran lingkungan disini adalah adanya perubahan pengetahuan dan
pemahaman kelompok majelis taklim Nurul Falah tentang pengelolaan
lingkungan yang diwujudkan dalam tindakan menjaga dan mengelola
lingkungan sekitar. Kesadaran lingkungan ini berawal dari tidak tahu menjadi
tahu, kemudian mau dan mampu menjaga dan mengelola lingkungan.
53
a. Tidak tahu disini maksudnya kelompok majelis taklim Nurul Falah tidak
mengerti dan mengetahui apa yang harus dilakukan dalam pemanfaatan
sampah untuk menjaga lingkungan.
b. Tahu disini maksudnya kelompok majelis taklim Nurul Falah mengerti
dan tahu tentang manfaat mengelola sampah untuk menjaga lingkungan
yang ditandai dengan peningkatan pengetahuan (kognitif).
c. Mau disini maksudnya kelompok majelis taklim Nurul Falah mau belajar
mengelola lingkungan dengan memilah sampah kering dan basah.
d. Mampu disini maksudnya kelompok majelis taklim Nurul Falah mampu
memilah sampah dengan cepat, tepat untuk menjaga lingkungan sekitar.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data,
antara lain sebagai berikut:
1. Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan merupakan susunan proses pengamatan dan
ingatan baik biologis maupun psikologis.8 Semua bentuk penelitian
psikologis, baik kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi di
dalamnya yang diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek fenomena tersebut.9.
Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati
kegiatan pengajian dan penyuluhan agama tentang lingkungan serta psoses
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), Cet. Ke-14, h.145 9 E. Kristi Perwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia,
(Depok: LPSP3-UI, 2011), Cet. Ke-4, h. 134
54
pendirian dan pengelolaan sampah melalui bank sampah pada kelompok
majelis taklim Nurul Falah.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
secara langsung dan tertulis.10
Pengumpulan data menggunakan kuesioner ini
diberikan oleh peneliti kepada Ibu-Ibu majelis taklim Nurul Falah untuk
mengetahui dan manganalisis pengaruh metode dan media penyuluhan agama
terhadap kesadaran pengelolaan lingkungan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.11
Peneliti mendokumentasikan
kegiatan majelis taklim Nurul Falah, penyuluhan agama dan proses
pengelolaan sampah melalui bank sampah serta mencari dokumen-dokumen
tertulis lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analisis dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan
dan menganalisis data yang berwujud angka kemudian menguraikan secara
naratif.12
Analisis dalam penelitian ini meliputi:
10
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 239 11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h, 236 12
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 336-337
55
1. Uji Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui bagaimana hubungan fungsional ataupun kausal antara
beberapa variabel independen dengan variabel dependen. Meunurut Fred N.
Kerlinger persamaan umum regresi linier berganda adalah sebagai berikut13
:
Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + …. +anXn
Keterangan:
Y = Variabel denpenden (kesadaran pengelolaan lingkungan)
X = Variabel independen (metode dan media penyuluhan)
a0 = Konstanta
a1 = Angka arah atau koefisien regresi untuk variabel bebas ke-1
an = Angka arah atau koefisien regresi untuk variabel bebas ke-n
2. Uji Koefisien Korelasi
Uji koefisien korelasi ini berfungsi untuk melihat hubungan antara variabel
terikat dengan variabel bebasnya. Setelah data diklasifikasikan, kemudian
diolah dan dianalisis dengan penelaahan hubungan antara variabel-variabel
pada situasi atau kelompok subyek yang dilakukan untuk melihat hubungan
antara fenomena atau hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Menurut
Sugiyono, untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi
yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada
ketentuan yang tertera pada tabel 3 di bawah ini sebagai berikut14
:
13
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 929-939 14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), Cet. Ke-14, h.184
56
Tabel 3. Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam
output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary dan
tertulis R square. Namun untuk regresi berganda sebaiknya menggunakan R
square yang telah disesuaikan (Adjusted R square), karena disesuaikan
dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian.
Menurut Santoso, nilai R square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R
square berkisar antara 0 sampai dengan 1. Secara umum sampel dengan data
deret waktu (times series) memiliki R square maupun Adjusted R square
dikatakan cukup tinggi dengan nilai di atas 0,5.15
4. Uji F-tes (simultan)
Uji simultan dengan uji F ini bertujuan untuk megetahui pengaruh secara
bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun
besaran taraf signifikansinya adalah sebesar α = 1 % sampai dengan α =10 %
Untuk melakukan pengujian hipotesis, maka ada beberapa ketentuan yang
perlu diperhatikan yaitu dengan merumuskan:
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), Cet. Ke-14, h.187-188
57
H0 : β0 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel metode dan
media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok
majelis taklim Nurul Falah.
H1 : β0 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel metode dan media
penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis
taklim Nurul Falah.
Jika sig F > 0,1 maka berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig F < 0,1 maka
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap
variabel dependen.16
5. Uji t-tes (parsial)
Uji parsial dengan uji (t-tes) ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individu (parsial)
terhadap variabel dependen. Adapun nilai taraf signifikansinya sebesar α = 1
% sampai dengan α = 10 %.17
Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan, yaitu merumuskan hipotesis nol (H0) dan harus disertai pula
hipotesis alternatifnya (H1) seperti berikut ini:
a) Variabel metode penyuluhan (X1)
H0 : β0 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel metode
penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis
taklim Nurul Falah.
16
Fred N.Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: UGM Press, 2004),
Cet. Ke-10, h.330-332 17
Ibid, h. 343-344
58
H1 : β0 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel metode penyuluhan
terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul
Falah.
b) Variabel media penyuluhan
H0 : β0 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel media
penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis
taklim Nurul Falah.
H1 : β0 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel media penyuluhan
terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul
Falah
Jika sig t > 0,1 maka berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig t < 0,1 maka berarti
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam membuat koesioner, teknik pengukurannya menggunakan skala
likert dengan 5 kategori pilihan jawaban dan masing-masing kategori memiliki
nilai tertentu, baik pernyataan favorable maupun unfavorable. Penggunaan skala
likert dipilih agar memudahkan subyek penelitian. Adapun 5 kategori jawaban
dalam Skala likert dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini sebagai berikut18
:
18
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES,
1995), Cet. Ke-2, h. 110-113
59
Tabel 4. Bobot nilai skala likert
Kategori Pilihan Favorable Unfavorable
Sangat Sejutu/Sesuai (SS) 5 1
Setuju/Sesuai (S) 4 2
Cukup Setuju (CS) 3 3
Tidak Setuju/Sesuai (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju/Sesuai (STS) 1 5
Selanjutnya untuk mengetahui apakah instrumen tersebut tepat untuk
melakukan pengukuran dan untuk mengukur konsistensi instrumen penelitian,
maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.
a. Uji Validitas 19
Uji validitas berguna untuk mengukur ketepatan instrumen penelitian.
Suatu instrumen dikatakan valid jika mempunyai validitas yang tinggi,
sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti validitasnya rendah.
Pendekatan yang digunakan untuk uji validitas dalam penelitian ini adalah
construct validity, yaitu untuk mengukur construct tertentu yang artinya
apakah suatu instrumen mengukur construct sesuai yang diharapkan. Rumus
yang digunakan untuk mengukur validitas instrumen penelitian ini adalah
rumus korelasi Pearson Product Moment dan menggunakan program SPSS 21
for Windows.
Adapun blue print untuk skala metode, media dan kesadaran lingkungan
sebelum dilakukan uji coba validitas instrument terlihat pada tabel 5 dan 6 di
bawah ini sebagai berikut:
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h.328
60
Tabel 5. Blue print Skala Metode Penyuluhan (sebelum validitas
instrumen)
No Dimensi Metode
Penyuluhan
Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Ceramah 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8 8
2 Diskusi (FGD) 9, 10, 11, 12,
13, 14 6
3 Demonstrasi Plot 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21 7
Jumlah 21
Tabel 6. Blue print Skala Media Penyuluhan (sebelum validitas instrumen)
No Dimensi Media Penyuluhan Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1 Pengajian 22, 23, 24, 25,
26 5
2 Alat Peraga 27, 28, 29, 30,
31, 32 6
3 Pemanfaatan sampah kering 33, 34, 35, 36,
37, 38 6
Jumlah 17
Tabel 7. Blue print Skala Kesadaran Pengelolaan Lingkungan (sebelum
validitas instrumen)
No Dimensi Kesadaran
Pengelolaan Lingkungan
Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Pengkuran Pengetahuan
(Kognitif)
39, 40, 41, 42,
43, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 50
12
2 Pengukuran Sikap (Afektif)
51, 53, 54, 55,
56, 59, 62, 63,
65, 67, 68
52, 57, 58, 60,
61, 64, 66 18
3 Pengukuran Perilaku
(Psikomotorik)
69, 70, 71, 72,
73, 75, 80, 84
74,76, 77, 78,
79, 81, 82, 83 16
Jumlah 46
Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas dengan teknik Product Moment
pada skala metode penyuluhan sebanyak 30 responden, dari 21 item butir
pernyataan yang diujicobakan terdapat 2 item butir yang tidak valid. Item
yang gugur/tidak valid ini dikarenakan pernyataan yang kurang jelas atau
61
kurang dipahami oleh responden. Sehingga item yang valid atau yang dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya sebanyak 19 butir pernyataan seperti
terlihat pada blue print tabel 8 (skala metode penyuluhan setelah validitas
instrumen). Besarnya skor metode penyuluhan pada kisaran minimal 19 poin
dan maksimal 95 poin.
Tabel 8. Blue print Skala Metode Penyuluhan (setelah validitas
instrumen)
No Dimensi Metode
Penyuluhan
Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Ceramah 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8 8
2 Diskusi (FGD) 9, 10, 12, 13,
14 5
3 Demonstrasi Plot 16, 17, 18, 19,
20, 21 6
Jumlah 19
Sedangkan pada skala media penyuluhan, dari 17 butir yang diujicobakan
semua item dinyatakan valid. Sehingga item yang digunakan untuk penelitian
selanjutnya sebanyak 17 butir pernyataan seperti terlihat pada blue print tabel
9 (skala media penyuluhan setelah validitas instrumen). Besarnya skor media
penyuluhan pada kisaran minimal 17 poin dan maksimal 85 poin.
Tabel 9. Blue print Skala Media Penyuluhan (setelah validitas instrumen)
No Dimensi Media Penyuluhan Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1 Pengajian 22, 23, 24, 25,
26 5
2 Alat Peraga 27, 28, 29, 30,
31, 32 6
3 Pemanfaatan sampah kering 33, 34, 35, 36,
37, 38 6
Jumlah 17
62
b. Uji Reliabilitas 20
Uji reliabilitas berguna untuk mengukur konsistensi instrumen penelitian.
Apabila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang
sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat
tersebut reliable. Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data
dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten meskipun diuji
berkali-kali. Jika hasil cronbach alpha > 0,60 maka data tersebut mempunyai
kehandalan yang tinggi.
Peneliti menggunakan teknik Internal Consistency yang dilakukan dengan
cara mengukur instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh dinalisis
dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrument. Dalam uji reliabilitas ini, peneliti menggunakan
Reliability Analysis dengan metode Cronbach‟s Alpha dengan bantuan
perangkat lunak SPSS 21 for Windows.
I. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan untuk mendapatkan data lapangan
terdiri dari dua sumber antara lain:
a. Sumber data primer, yaitu sumber data yang didapati dari para responden
yang akan diteliti dengan cara mengisi kuesioner. Responden disini adalah
Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul Falah yang mengikuti kegiatan penyuluhan
untuk pendirian bank sampah baik yang terdaftar atau tidak sebagai nasabah
20
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), h. 133
63
bank sampah yang sudah didirikan di Majelis Taklim Nurul Falah Desa
Ragajaya Kabupaten Bogor.
b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang dikumpulkan dari penelitian
sebelumnya atau kepustakaan lain untuk mencari teori-teori yang sesuai atau
berhubungan dengan penelitian ini, seperti skripsi, tesis, disertasi, jurnal,
surat kabar harian, dan dokumentasi lainnya.
64
BAB IV
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Desa Ragajaya Kabupaten Bogo1
1. Kondisi Geografis
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 tahun 2006
tentang Pembentukan Desa di Kecamatan Bojonggede, Desa Ragajaya
mempunyai wilayah seluas 403 Ha terdiri dari 67 RT dan 15 RW, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 10. Luas Wilayah Per RW di Desa Ragajaya
No RW Jumlah RT Luas (Ha)
1. 01 4 ± 10 Ha
2. 02 2 ± 13 Ha
3. 03 3 ± 10 Ha
4. 04 3 ± 13 Ha
5. 05 2 ± 16 Ha
6. 06 4 ± 12 Ha
7. 07 4 ± 14 Ha
8. 08 3 ± 16 Ha
9. 09 4 ± 14 Ha
10. 10 4 ± 11 Ha
11. 11 2 ± 15 Ha
12 12 15 ±100 Ha
13. 13 10 ± 90 Ha
14. 14 4 ± 18 Ha
15. 15 4 ± 18 Ha
JUMLAH 67 ± 403 Ha
Sumber: Disarikan dari Laporan Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta 2013
Batas-batas Wilayah Desa Ragajaya sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Depok
1 Tim FIDKOM UIN Jakarta, Laporan: Pemberdayaan Perempuan pada Rumah Tangga
Miskin Melalui Pengelolaan Sampah untuk Penguatan Ekonomi Rumah Tangga di Wilayah Kota
Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor, FIDKOM UIN Jakarta kerjasama dengan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) Jakarta tahun 2013, h. 19-20
65
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tajur Halang
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Depok/Pabuaran
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Depok/Tajur Halang
Jarak yang ditempuh dari kantor Desa Ragajaya ke Ibukota Pemerintahan
sebagai berikut:
1. Kantor Kecamatan ± 5 KM
2. Ibukota Kabupaten Bogor ± 10 KM
3. Ibukota Propinsi Jawa Barat ± 124 KM
4. Ibukota Negara Republik Indonesia (RI) ± 60KM
2. Kondisi Demografis
Desa Ragajaya yang dibentuk pada tanggal 19 September 1987 merupakan
organisasi perangkat daerah di Kecamatan Bojonggede yang mempunyai
wilayah administrasi Desa Ragajaya dengan pola kehidupan masyarakat pada
umumnya berbudaya betawi pinggiran yang dipengaruhi oleh pola kehidupan
kota Jakarta, Depok, Bogor dan Tangerang.
Adapun jumlah penduduk Desa Ragajaya tercatat per 29 Februari 2012
sebanyak 24.801 jiwa atau 5.732 Kepala Keluarga dengan rincian sebagai
berikut:
1. Laki-laki : 12.163 Jiwa
2. Perempuan : 12.636 Jiwa
Dari data tersebut sebanyak 12.400 jiwa adalah penduduk yang wajib
memliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan telah terealisasi 6.950 jiwa atau
sekitar ± 28 %. Adapun jumlah jiwa berdasarkan RW dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini:
66
Tabel 11. Jumlah Jiwa Berdasarkan RW di Desa Ragajaya
No RW Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. 01 725 755 1.480
2. 02 363 377 740
3. 03 544 566 1.110
4. 04 544 566 1.110
5. 05 363 377 740
6. 06 725 755 1.480
7. 07 725 755 1.480
8. 08 544 566 1.110
9. 09 725 755 1.480
10. 10 544 566 1.110
11. 11 378 372 751
12. 12 2.720 2.831 5.550
13. 13 1.813 1.887 3.700
14. 14 725 755 1.480
15. 15 725 755 1.480
TOTAL 12.163 12.838 24.801
Sumber: Disarikan dari Laporan Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta 2013
3. Kondisi Keagamaan
Kegiatan keagamaan di Desa Ragajaya berjalan sebagaimana mestinya
seusai dengan agama yang dianut. Kerukunan hidup antar dan inter umat
beragama berjalan harmonis dan tidak ditemui kasus-kasus sosial yang dilatar
belakangi oleh agama. Jumlah sarana keagamaan di Desa Ragajaya dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 12. Institusi Keagamaan di Desa Ragajaya
Sarana Jumlah
Pondok Pesantren 1 Buah
Masjid 10 Buah
Mushola 20 Buah
Majelis Taklim 20 Buah
Sumber: Disarikan dari Laporan Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta 2013
Adapun jumlah penganut agama di Desa Ragajaya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini sebagai berikut:
67
Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Agama Jumlah (Orang)
Islam 20.732
Katolik 116
Protestan 102
Hindu 2
Budha 5
Konghucu 0
Aliran Kepercayaan 0
Sumber: Disarikan dari Laporan Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta 2013
B. Profil Majelis Taklim Nurul Falah2
1. Sejarah Singkat Majelis Taklim Nurul Falah
Majelis Taklim Nurul Falah terletak di Jl. Kecubung I Citayam Komplek
Departemen Pertanian, Desa Ragajaya, Bojonggede, Bogor di bawah DKM
Nurul Falah yang diketuai oleh H. Junianto. MT Nurul Falah adalah wadah
bagi Ibu-Ibu di lingkungan Kacapiring, Kecubung dan Kastari untuk
bersilaturahim antar jama‘ah/warga dalam meningkatkan pemahaman
keislaman dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Program utama MT Nurul
Falah, yaitu pengajian Ibu-Ibu yang diadakan setiap hari Sabtu pukul 10.00-
12.00 wib di minggu Ke-Empat setiap bulannya. Selain itu, kegiatan yang
sudah dilakukan selama ini, yaitu pengajian rutin, seminar parenting,
bimbingan baca tulis, Tahsin, Tahfidz Qur‘an, perayaan hari besar umat
Islam, seperti Maulid Nabi, Isra Mi‘raj, Muharam dan terbaru kegiatan
pendirian bank sampah sebagai wadah Ibu-ibu dan warga untuk menjaga dan
mengelola lingkungan tempat tinggal sekitar. Ustadz dan ustadzah yang
pernah dan menjadi pengisi kegiatan pengajian Ibu-Ibu diantaranya: Ustadz.
2 Wawancara peneliti dengan Ketua Majelis Taklim Nurul Falah, tanggal 20 Mei 2014
pukul. 13.30-15.00 wib
68
M. Faisal Ali Nurdin, MA, Ustadz. Ihza, S.Ag (Asisten Ustadz. Arifin Ilham),
Ustadz. Zakaria, M.Ag, Utadzah Kalsum Minangsih, MA, dan lain-lain.
2. Visi dan Misi Majelis Taklim Nurul Falah
a. Visi
Mewujukan generasi Islam yang beriman dan bertaqwa yang berwawasan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta berakhlaqul karimah
dengan beramal sholeh sehingga berguna bagi agama dan bangsa sesuai
dengan petunjuk Al Qur‘an dan Hadits.
b. Misi
1) Menjadikan masyarakat yang Islami berlandaskan Iman dan Taqwa
yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Meningkaan motivasi dan potensi masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari
3) Mengedepankan rasa persatuan dan kesatuan serta persaudaraan sesama
umat Islam (Ukhuwah Islamiyah )
3. Struktur Pengurus Majelis Taklim Nurul Falah
Struktur kepengurusan majelis Taklim Nurul Falah di Jl. Kecubung I
Citayam Komplek Departemen Pertanian Desa Ragajaya Bojonggede
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada gambar di bawah ini sebagai berikut:
69
Gam
bar
2.
Str
uktu
r P
enguru
s m
ajel
is t
akli
m N
uru
l F
alah
Des
a R
agaj
aya
Bog
or
70
4. Kegiatan Majelis Taklim Nurul Falah
Kegiatan majelis taklim Nurul Falah seperti yang sudah disebutkan di atas
antara lain: pengajian rutin satu bulan satu kali yang diadakan setiap hari
Sabtu minggu ke-Empat pukul 10.00-12.00 wib; seminar parenting yang
diadakan setiap perayaan hari pendidikan nasional; bimbingan baca tulis,
Tahsin dan Tahfidz Qur‘an; perayaan hari besar umat Islam, seperti Maulid
Nabi, Isra Mi‘raj, Muharaman; Santunan kepada anak yatim dan kaum
dhuafa; Mengikuti perlombaan antar majelis taklim se-komplek Atsiri Permai
dan paling terbaru kegiatan pendirian bank sampah sebagai wadah Ibu-ibu
majelis taklim Nurul Falah dan warga untuk menjaga dan mengelola
lingkungan tempat tinggal sekitar
C. Profil Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta3
1. Sejarah Singkat Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta
Bank sampah melati bersih Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan tanggal 30 dan 31
Agustus 2013 di empat majelis taklim wilayah kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Bogor. Keempat majelis taklim tersebut antara lain; majelis taklim
al-Wardah, at-Taqwa, Uswatun Hasanah dan Nurul Falah. Pendirian bank
sampah ini bertujuan untuk membantu laju perekonomian rumah tangga
miskin ke tingkat yang lebih baik dengan memadukan kegiatan
kewirausahaan dan pendidikan pengelolaan lingkungan.
3 Tim FIDKOM UIN Jakarta, Laporan: Pemberdayaan Perempuan pada Rumah Tangga
Miskin Melalui Pengelolaan Sampah untuk Penguatan Ekonomi Rumah Tangga di Wilayah Kota
Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor, FIDKOM UIN Jakarta kerjasama dengan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) Jakarta tahun 2013, h. iii-46
71
Kegiatan pendirian bank sampah ini didahului dengan melakukan kajian
dan asemen awal, selanjutnya tim melaksanakan penyuluhan agama untuk
menambah pengetahuan, baik pengetahuan tentang agama, lingkungan,
ekonomi keluarga maupun keterampilan masyarakat dalam rangka
pengentasan kemiskinan.
Setelah bank sampah berdiri, pengelolaan, pemilahan dan penimbangan
sampah di bank sampah dilakukan oleh masing-masing majelis taklim dengan
Bapak Drs. H. Bambang B.S, MM pemilik lapak bank sampah melati bersih.
Dalam perjalanannya, nasabah bank sampah sudah bertambah lebih banyak
daripada awal-awal pendirian bank sampah. Oleh karena itu, bank sampah
FIDKOM UIN Jakarta dibagi menjadi empat dengan pengurus masing-
masing berdasarkan wilayah majelis taklim berada.
2. Struktur pengurus Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta
Majelis Taklim Nurul Falah
Gambar 3. Struktur Kepengurusan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM
majelis taklim Nurul Falah
72
3. Kegiatan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta Majelis
Taklim Nurul Falah
Kegiatan bank sampah melati bersih Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta majelis taklim
Nurul Falah antara lain: pengelolaan, pemilahan dan penimbangan sampah,
sosialisasi mengajak Ibu-Ibu lain yang belum tergabung, pengajian rutin
seperti biasa, penghijauan, membuat kompos, mendaur ulang sampah kering/
membuat kerajinan tangan dari sampah kering, santunan dan lain sebagainya.
73
BAB V
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul
Falah di Komplek Pertanian Jl. Kecubung, Kecamatan Bojonggede Desa Ragajaya
Kabupaten Bogor sebanyak 35 orang yang dipilih secara acak sederhana. Ibu-Ibu
majelis taklim tersebut yang pernah mengikuti kegiatan penyuluhan agama untuk
peningkatan kesadaran pengelolaan lingkungan melalui pendirian bank sampah,
baik yang terlibat langsung maupun yang tidak menjadi nasabah bank sampah.
Adapun karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dan usia terlihat
pada tabel 14 dan tabel 15 sebagai berikut:
Tabel. 14 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
≤SMA 15 42,9 %
>SMA – S1 18 51,4 %
>S1 2 5,7 %
Jumlah 35 100 %
Tabel. 15 Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
≤35 tahun 4 11,5 %
>35 – 45 tahun 9 25,7 %
>45 tahun 22 62,8 %
Jumlah 35 100 %
Berdasarkan tabel 14, terlihat bahwa sebagian besar responden dengan
tingkat pendidikan > SMA – S1. Sedangkan tabel 13 terlihat bahwa sebagian
besar responden berusia > 45 tahun. Hal ini terjadi karena dalam pemilihan
74
responden peneliti mengabaikan pengaruh tingkat pendidikan dan usia terhadap
kesadaran pengelolaan lingkungan.
Untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik respon metode, media dan
kesadaran lingkungan Ibu-Ibu majelis taklim Nurul Falah dapat dilihat pada tabel
16 sebagai berikut:
Tabel. 16 Perbandingan Rata-Rata Respon Metode, Media dan Kesadaran
Lingkungan Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul Falah.
Berdasarkan tabel 16 di atas menunjukkan nilai rata-rata metode ceramah
yang digunakan pada metode penyuluhan agama untuk peningkatan kesadaran
pengelolaan lingkungan mempunyai nilai lebih tinggi (33,60) dari metode focus
group discussion (19,71) dan demonstrasi plot (23,34). Dalam penggunaan media
penyuluhan agama menunjukkan bahwa media pemanfaatan sampah kering
(24,11) dan media alat peragaan (23,29) merupakan media penyuluhan yang lebih
tinggi nilai rata-ratanya dari pada media pengajian (19,49).
Selanjutnya tabel 16 juga menunjukkan tingkat kesadaran pegelolaan
lingkungan dengan aspek sikap (afektif), yaitu sebesar 53,80 merupakan tingkat
kesadaran tertinggi dari pada aspek perilaku (konatif) sebesar 52,03 dan aspek
pengetahuan (kognitif) dengan nilai 40,97. Nilai pengetahuan (kognitif) responden
Metode Media
Kesadaran Lingkungan
Pengetahuan
(Kognitif)
Sikap
(Afektif)
Perilaku
(Konatif)
Cera-
mah 33, 60 Pengajian 19, 49
40, 97 53, 80 52, 03
FGD 19, 71 Alat
Peragaan 23, 29
Dem-
plot 23, 34
Pemanfa-
atan
Sampah
Kering
24, 11
Rangking 3 1 2
75
tentang pengelolaan lingkungan yang rendah diduga responden tidak selalu
memperbarui mencari informasi (pengetahuan) baru dalam mengikuti
perkembangan mengenai pengelolaan lingkungan dengan baik.
Nilai rata-rata aspek afektif yang tinggi (53,80) dari pada aspek konatif
(52,03) menandakan bahwa proses perubahan perilaku (kesadaran) sasaran
penyuluhan masih dalam tahapan mau dan sedikit mampu (conscious
competence). Hal tersebut diduga Ibu-Ibu majelis taklim yang mengikuti kegiatan
penyuluhan agama melalui pendirian bank sampah tidak semua ikut menjadi
nasabah yang disebabkan beberapa faktor, seperti kemauan ada tapi takut sama
tukang sampah keliling yang biasa meminta sampah-sampahnya, ada juga karena
jumlah produksi sampahnya sedikit sehingga tidak ikut menjadi nasabah dan
faktor yang lainnya.
Menurut Totok Mardikanto hal demikian bisa saja terjadi karena
penyuluhan merupakan proses merubah kebiasaan sasaran harus dilakukan secara
terus menerus dan belum tentu langsung berhasil sekali jadi. Selanjutnya
dijelaskan penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku baik pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (konatif) khalayak sasaran agar
mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi
perbaikan kesejahteraan hidupnya, keluarganya dan lingkungan sekitarnya.
1
Menurut Soekanto terdapat empat tingkatan kesadaran yang masing-
masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya mulai dari yang
1 Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Surakarta: UNS Press,
1993), h. 14-17
74
terendah sampai dengan yang tertinggi.2 Selanjutnya Geller berpendapat bahwa
perubahan tingkatan kesadaran tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya:
Pertama, Unconscious Incompetence yaitu tahapan pertama dimana seseorang
tidak mengerti apa yang harus dilakukannya. Kedua, Conscious Incompetence
yaitu tahapan kedua dimana seseorang mengerti atau tahu apa yang seharusnya
dilakukan, tetapi perlu adanya pembelajaran bagaimana untuk melakukannya
secara benar. Ketiga, Conscious Competence yaitu tahapan ketiga dimana
seseorang dapat melakukannya dengan benar dikarenakan telah mengikuti aturan
yang telah ditetapkan. Keempat, Unconscious Competence, yaitu tahapan terakhir
dimana seseorang telah mempunyai kebiasaan dan mengetahui secara benar apa
yang dilakukannya.3
Tahapan keempat di atas merupakan titik akhir atau puncak dari
keberhasilan penyuluhan sesuai dengan salah satu falsafahnya yang diutarakan
Kelsey dan Hearne dalam Totok Mardikanto, yaitu penyuluhan dilakukan dengan
cara bekerja bersama masyarakat agar mereka mampu menolong dirinya sendiri
dan tidak lagi bergantung kepada penyuluh setelah kegiatan penyuluhan berakhir.4
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan perilaku sasaran
yang terjadi bisa saja masih berada pada tahapan pengetahuan (kognitif), atau
sikap (afektif) atau bahkan sudah masuk kedalam tahapan keterampilan (konatif).
2 Retno Jamanti, eJurnal: “Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap
Kesadaran Lingkungan Masyarakat Kelurahan Termindung Permai Samarinda, tahun 2014, vol.
2 (1), ejournal.ilkom.fisip.unmul.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014 h. 24 3 Ambar Sih Wadani, Penelitian: Studi Tentang Literatur Kesadaran, h. 12-13,
lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014 4 Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Surakarta: UNS Press,
1993), h. 19-22
75
B. Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama terhadap Kesadaran
Lingkungan
1. Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama terhadap Kesadaran
Lingkungan
Untuk mengetahui hubungan antara variabel kesadaran lingkungan terhadap
variabel metode dan media penyuluhan agama, maka setelah dilakukan
pengolahan data dengan bantuan bantuan perangkat lunak (Software) SPSS 21
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 17. Output Regresi Linier Variabel Metode dan Media Terhadap Kesadaran Lingkungan
KL = f (MTD, MDA) Regression
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 MDA, MTDb . Enter
a. Dependent Variable: KL
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change
1 ,656a ,431 ,395 ,24948 ,431 12,104
a. Predictors: (Constant), MDA, MTD
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 1,507 2 ,753 12,104 ,000b
Residual 1,992 32 ,062
Total 3,498 34
a. Dependent Variable: KL
b. Predictors: (Constant), MDA, MTD
76
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,489 ,538 2,769 ,009
MTD ,509 ,168 ,546 3,022 ,005
MDA ,136 ,165 ,149 ,826 ,415
a. Dependent Variable: KPL
a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil olahan data seperti terlihat pada tabel 17, maka
persamaan pengaruh metode dan media penyuluhan terhadap kesadaran
pengelolaan lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah adalah :
KL = 1,489 + 0,509MTD + 0,136MDA ……………………………… (1)
Dari persamaan 1 terlihat bahwa terdapat hubungan positif antara metode
dan media penyuluhan dengan kesadaran lingkungan. Hal ini berarti bahwa
semakin besar metode dan media penyuluhan, semakin besar pula kesadaran
lingkungan kelompok majelis taklim tersebut. Adapun angka 1,489 berarti
apabila nilai metode dan media penyuluhan nol, maka besarnya kesadaran
lingkungan sebesar 1,489. Sedangkan koefisien 0,509 pada variabel metode
dan 0,136 pada variabel media, berarti apabila terdapat penambahan sebesar
satu satuan variabel metode dan media, maka akan terjadi penambahan
kesadaran lingkungan sebesar 0,509 yang berasal dari variabel metode
penyuluhan dan 0.136 berasal dari media penyuluhan tersebut.
b) Uji Serentak Variabel Regresi Linier Berganda (uji F-test)
Dari tabel 17 Anova juga terlihat bahwa pengaruh metode dan media
penyuluhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran
77
lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. Bila dilihat dari hasil uji F-
test dimana nilai signifikansinya (0,000b) kurang dari 5%, ini menunjukkan
bahwa persamaan tersebut cukup relevan untuk menerangkan fenomena yang
ada.
c) Uji Parsial pada Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test)
Selanjutnya untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap
kesadaran lingkungan, dilakukan pengujian parsial untuk masing-masing
variabel seperti pada tabel 17. Dari tabel output koefisien terlihat bahwa
variabel metode penyuluhan mempunyai t hitung 3,022 lebih besar dari t tabel
(2,021), hal ini juga dapat dilihat dari nilai signifikansinya (0,005) kurang
dari atau sama dengan 5%. Sedangkan variabel media penyuluhan
mempunyai t hitung (0,826) lebih kecil dar t tabel (2,021), atau nilai
signifikansinya (0,415) lebih dari 5%. Hal ini berarti bahwa variabel metode
penyuluhan berpengaruh positif dan signifikan sedangkan media penyuluhan
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan tehadap kesadaran lingkungan
kelompok majelis taklim Nurul Falah.
d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi
Berdasarkan tabel 17 terlihat bahwa koefisien korelasi sebesar 0,656,
berarti terdapat hubungan yang (positif) kuat antara variabel metode dan
media dengan kesadaran lingkungan. Hal ini juga ditunjukkan dengan
koefisien determinasi yaitu sebesar 0,43 yang berarti bahwa pengaruh
variabel metode penyuluhan dan media penyuluhan sebesar 43% terhadap
kesadaran lingkungan, sedangkan 57% lainnya ditentukan oleh variabel lain
diluar model.
78
2. Pengaruh Dimensi Variabel Metode dan Media Penyuluhan Agama
terhadap Peningkatan Kesadaran Lingkungan
Selanjutnya untuk mengetahui bagian mana yang paling berpengaruh dari
dimensi-dimensi variabel metode penyuluhan agama yaitu: (1) ceramah, (2)
diskusi kelompok/Foccus Group Discussion (FGD), (3) demonstrasi terplot
(demplot) dan dimensi-dimensi media penyuluhan agama yaitu: (1) pengajian, (2)
alat peragaan, dan (3) pemanfaatan sampah kering terhadap kesadaran lingkungan,
maka setelah dilakukan pengolahan data dengan bantuan perangkat lunak
(Software) SPSS 21 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 18. Output Regresi Linier Dimensi Variabel Metode dan Media terhadap Kesadaran Lingkungan
KL = f (CRM, DSK, DPL, PGJ, APR, PSM) [DataSet0]
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1
PSM, DSK,
APR, CRM,
DPL, PGJb
. Enter
a. Dependent Variable: KL
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change
1 ,695a ,483 ,373 ,25405 ,483 4,368
a. Predictors: (Constant), PSM, DSK, APR, CRM, DPL, PGJ
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1,691 6 ,282 4,368 ,003b
Residual 1,807 28 ,065
Total 3,498 34
a. Dependent Variable: KL
b. Predictors: (Constant), PSM, DSK, APR, CRM, DPL, PGJ
79
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,275 ,611 2,087 ,046
CRM ,137 ,171 ,153 ,803 ,429
DSK ,323 ,131 ,430 2,464 ,020
DPL ,034 ,120 ,053 ,283 ,779
PGJ ,039 ,148 ,059 ,264 ,794
APR ,082 ,134 ,115 ,609 ,547
PSM ,088 ,178 ,099 ,493 ,626
a. Dependent Variable: KL
a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil olahan data seperti terlihat pada tabel 18, maka
persamaan pengaruh metode dan media penyuluhan terhadap kesadaran
lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah adalah:
KL = 1,275 + 0,137CRM + 0,323DSK + 0,034DPL + 0,039PGJ +
0,082APR + 0,088PSM………... ……………………………… (2)
Keterangan :
CRM = Ceramah
DSK = Diskusi kelompok/Foccus group discussion
DPL = Demonstrasi terplot (demplot)
PGJ = Pengajian
APR = Alat peragaan
PSM = Pemanfaatan sampah kering
Dari persamaan 2 terlihat bahwa terdapat hubungan positif antara ceramah,
diskusi kelompok, demontrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan
pemanfaatan sampah kering dengan kesadaran ingkungan kelompok majelis
80
taklim Nurul Falah. Hal ini berarti bahwa semakin besar ceramah, diskusi
kelompok, demontrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan
sampah kering, semakin besar pula kesadaran lingkungan majelis taklim
tersebut. Adapun angka 1,275 berarti apabila nilai masing-masing dimensi
metode dan media nol, maka besarnya kesadaran lingkungan sebesar 1,275.
Sedangkan apabila terdapat penambahan sebesar satu satuan pada tiap-tiap
dimensi-dimensi variabel metode dan media, maka akan terjadi penambahan
kesadaran lingkungan sebesar konstanta yang ada pada masing-masing
dimensi variabel metode dan media tersebut.
b) Uji Serentak Variabel Regresi Linier Berganda (uji F-test)
Dari tabel 18 Anova juga terlihat bahwa pengaruh dimensi ceramah,
diskusi kelompok, demontrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan
pemanfaatan sampah kering berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesadaran lingkungan. Bila dilihat dari hasil uji F-test dimana nilai
signifikansinya (0,003b) kurang dari 5%, ini menunjukkan bahwa persamaan
tersebut cukup relevan untuk menerangkan fenomena yang ada.
c) Uji Parsial pada Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test)
Selanjutnya untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap
kesadaran lingkungan, dilakukan pengujian parsial untuk masing-masing
variabel seperti terlihat pada tabel 18. Dari tabel 18 terlihat bahwa dimensi
diskusi kelompok/FGD (DSK) mempunyai nilai t hitung (2,464) lebih besar
dari t tabel (2,021). Keadaan tersebut juga dapat dilihat dari nilai
siginifikansinya (0,020) atau kurang dari 5%. Hal ini berarti dimensi diskusi
kelompok/FGD (DSK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
81
peningkatan kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah,
sedangkan dimensi ceramah (CRM), demonstrasi terplot (DPL), pengajian
(PGJ), alat peragaan (APR), dan pemanfaatan sampah kering (PSM) hanya
berpengaruh positif tapi tidak signifikan dengan t hitung lebih kecil dari t
tabel.
d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi
Berdasarkan tabel 18 terlihat bahwa koefisien korelasi sebesar 0,695
berarti terdapat hubungan (positif) kuat antara dimensi ceramah, diskusi,
demontrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering
dengan kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. Hal ini
juga ditunjukkan dengan koefisien determinasi yaitu sebesar 0,483 yang
berarti bahwa dimensi ceramah, diskusi, demontrasi terplot, pengajian, alat
peragaan, dan pemanfaatan sampah kering sebesar 48,3% berpengaruh positif
terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim tersebut, sedangkan
51,7% lainnya ditentukan oleh variabel diluar model.
84
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan tentang
pengaruh metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan
melalui pendirian bank sampah di Desa Ragajaya Bogor yang telah dilakukan,
maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat kesadaran kelompok majelis taklin Nurul Falah dalam mengelola
lingkungan tempat tinggal sekitar sudah mengetahui (kognitif), mau (afektif)
dan mampu (konatif) melakukan penjagaan dan pengelolaan lingkungan yang
tergolong lebih baik. Hanya saja peningkatan kesadaran yang terjadi masih
lebih tinggi pada aspek afektif (kemauan) daripada aspek konatif
(kemampuan), dengan skor rata-rata afektif sebesar 53,80 dan konatif sebesar
52,03. Hal tersebut diduga Ibu-Ibu majelis taklim yang mengikuti kegiatan
penyuluhan agama melalui pendirian bank sampah tidak semua ikut menjadi
nasabah yang disebabkan beberapa faktor, seperti kemauan ada tapi takut
sama tukang sampah keliling yang biasa meminta sampah-sampahnya, ada
juga karena jumlah produksi sampahnya sedikit sehingga tidak ikut menjadi
nasabah dan faktor yang lainnya.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel metode
penyuluhan dan media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok
majelis taklim Nurul Falah dengan F-test nilai signifikansinya sebesar
(0,000b) atau kurang dari 5%. Hal ini berarti semakin besar nilai metode dan
media, maka semakin besar pula kesadaran lingkungan kelompok majelis
85
taklim tersebut. Apabila dilihat dari masing-masing variabel, terlihat bahwa
variabel metode penyuluhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesadaran lingkungan dengan t hitung (3,022) lebih besar dari t tabel (2,021)
atau nilai signifikansinya (0,005) kurang dari 5%. Sedangkan variabel media
penyuluhan hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan dengan t hitung
(0,826) lebih kecil dar t tabel (2,021).
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan anatara dimensi ceramah
(CRM), diskusi kelompok/FGD (DSK), demonstrasi terplot (DPL), pengajian
(PGJ), alat peragaan (APR), dan pemanfaatan sampah kering (PSM) terhadap
kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah dengan F-test
nilai signifikansinya sebesar (0,003b) atau kurang dari 5%. Hal ini berarti
semakin besar nilai masing-masing dimensi dari metode dan media, maka
semakin besar pula kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim tersebut.
Apabila dilihat dari masing-masing dimensi, terlihat bahwa dimensi diskusi
kelompok/Focus Group Discussion (DSK) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesadaran lingkungan dengan t hitung (2,464) lebih besar dari t tabel
(2,021) atau nilai signifikansinya (0,020) kurang dari 5%. Sedangkan dimensi
ceramah (CRM), demonstrasi terplot (DPL), pengajian (PGJ), alat peragaan
(APR), dan pemanfaatan sampah kering (PSM) hanya berpengaruh positif
tapi tidak signifikan dengan t hitung lebih kecil dari t tabel.
86
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan peran serta kelompok majelis taklim Nurul Falah dalam
pengelolaan lingkungan, sebaiknya penyuluhan agama dilakukan secara
berkesinambungan dan lebih inovatif sehingga dapat memikat sasaran dan
pada akhirnya tercipta perubahan perilaku sasaran sesuai yang direncanakan.
2. Untuk tim Pemberdayaan Masyarakat FIDKOM UIN Jakarta diharapkan
dapat terus memantau, mengevaluasi, dan memberi masukan demi
keberlanjutan dan pengembangan keterampilan lain, seperti kegiatan
membuat kerajinan tangan dari sampah plastik, membuat kompos dari
sampah basah dan atau membuat gerakan penghijauan dan sebagainya.
3. Untuk majelis taklim Nurul Falah diharapkan dapat terus menerus mengikuti
dan memberi semangat kepada yang lainnya terutama kepada yang belum
menjadi nasabah untuk ikut andil dalam kegiatan menjaga dan mengelola
lingkungan melalui bank sampah
4. Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan dengan kajian penelitian Ekonomi
Rumah Tangga Miskin.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:
Golden Terayon Press. 1979
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
IV. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media
Group. 2010
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema. 2007
Dewan Redaksi Kebahasaan Indonesia. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid
III L-P. Bandung: Angkasa. 2009
Hall, Calvin S & Gardner Lindzey (penulis), A. Supratiknya (terj.). Teori-Teori
Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius. 1993
Ismail, Asep Usman (ed.). Pengamalan Al-Qur‟an tentang Pemberdayaan
Dhu‟afa. Ciputat: Dakwah Press. 2008
Iwn. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia. Jakarta: Koran Kompas. 2014
Keraf, A. Sony. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
2010
Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behavioral. Cet. Ke-10. Yogyakarta:
UGM Press. 2004
Manaf, Mujahid Abdul. Sejarah Agama-agama. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 1996
Manik, Karden Eddy Sontang. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Cet. Ke-3.
Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi. 2009
Mardikanto, Totok. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: UNS Press.
1993
________________. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan,-
dalam buku Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor:
IPB Press. 2003
88
________________. Komunikasi Pembangunan –Acuan bagi Akademisi, Praktisi,
dan Peminat Komunikasi Pembangunan. Surakarta: UNS Press. 2010
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Sekunder.
Cet. Ke-2. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2011
Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi). Cet Ke-2. Ciputat: CeQDA UIN. 2007
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press. 2011
Nasution, Zulkarimein. Prinsip-Prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. Jakarta:
Lemlit FEUI. 1990
Neolaka, Amos. Kesadaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2008
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Cet. Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka. 2005
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2006
Prihatini, Rini Laili. Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial
Keagamaan. UIN Jakarta. 2014
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 1994
Rais, Heppy El. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012
Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu
Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010
Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial. Cet. Ke-1.
Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006
Simorangkir, O.P. Kesadaran, Pikiran dan Tanggung Jawab. Cet. Pertama.
Jakarta: Yagrat. 1987
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Cet. Ke-2.
Jakarta: LP3ES. 1995
Subana, M. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Cet. Ke-2. Bandung: Pustaka Setia.
2005
89
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Cet. Ke-14.
Bandung: Alfabeta. 2011
Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Cet. Ke-17. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. 2007
____________ (ed.). Toksikologi Lingkungan. Cet. Ke-2 Yogyakarta: UGM
Press. 2005
Semiun, Yustinus. Teori Kepribadian dan Terapi Psikonalitik Freud. Yogyakarta:
Kanisius. 2006
SJ, W.S. Winkel. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. 1996
Tim Pemberdayaan Bank Sampah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Jakarta. Laporan Kegiatan pemberdayaan perempuan melalui bank
sampah. Jakarta: Kerjasama UIN dengan KPP&PA. 2013
Widjaja, H.A.W. Komunikasi –Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta:
Bumi Aksara. 2002
DAFTAR PUSTAKA INTERNET
Basri, Rasyidul Basri. Artikel: Kajian Diklat Terhadap Strategi dan Metode
Penyuluhan Agama Islam tahun 2013. sumbar.kemenag.go.id
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat. jabar.bps.go.id
BKKBN. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013.
www,bkkbn.go.id
Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Bappenas. Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat
Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera-I/KS-I) tahun
2010. www. bappenas.go.id
Itasmalinda. Artikel: Pengelolaan Sampah Terkendala Fasilitas. www.koran-
sindo.com
Jamanti, Retno. Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap Kesadaran
Lingkungan Masyarakat Kelurahan Termindung Permai Samarinda.
ejournal vol. 2 (1) tahun 2014. ejournal.ilkom.fisip.unmul.ac.id
90
Kementerian Lingkungan Hidup. Rakernas Bank Sampah: Dari Sampah
Membangun Ekonomi Kerakyatan tahun 2012. www.menlh.go.id
Nizar, Chairil. Sumber-sumber Sampah. www.ilmusipil.com
Noname. Artikel: Bank Sampah Pertama di Dunia dari Indonesia.
www.indonesiaberprestasi.web.id
Pitoyo, Cahyadi. Jurnal: Studi Komposisi Sampah Perkotaan Pada Tingkat
Rumah Tangga di kota Depok. www.gunadarma.ac.id
Peraturan Kemenpan Nomor 54 Tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
Agama dan Angka Kreditnya. www.bkn.go.id
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2099 tentang Metode Penyuluhan
Pertanian. www.pertanian.go.id
Permanasari, Devita dan Erni Damanhuri. Penelitian: Studi Efektivitas Bank
Sampah Sebagai Salah Satu Pendekatan dalam Pengelolaan Sampah yang
Berbasis Masyarakat. www.ftsl.itb.ac.id
SY, Yetti Wira Citerawati SY. Media Penyuluhan. www.e-bookspdf.org
Trihadiningrum, Yulinah. Artikel: Perkembangan Paradigma Pengelolaan
Sampah Kota dalam Rangka Pencapaian Millenium Development Goals.
Surabaya: ITS. www.unhas.ac.id
Wadani, Ambar Sih. Penelitian: Studi Tentang Literatur Kesadaran.
lontar.ui.ac.id
WAR. Artikel: Jumlah Warga Miskin Capai 10 Persen, Bupati Bogor Dinilai Tak
Mampu Berantas Kemiskinan. sentanaonline.com
LAMPIRAN
Lampiran 4. DAFTAR NAMA RESPONDEN MT NURUL FALAH
NO NAMA PROFRSI PDDKN PUTRA/I ALAMAT
1 Ade Rina Farida Dosen UIN S2 2 Jl. Kecubung III No.27
2 Anah Kustini Ero IRT SMA 1 Jl. Kesturi VI No. 1
3 Cucum Sumiati IRT SD 2 Jl. Kecubung Raya No. 20
4 Dewi Roso Penyuluh - 3 Jl. Kacapiring III No. 7
5 Diana Gayatri Wiraswasta S1 3 Jl. Kacapiring I No 40
6 Elizar Chaerudin Guru D-3 3 Jl. Kacapiring I No. 1
7 Eni Endraningsih Yasir IRT S1 2 Jl. Sedap Malam Raya No. 38
8 Herlina Sukmawati Miral IRT SMA 6 Jl. Kesturi VI No. 8
9 Hj. Tiara Marly Nanang IRT SMA 2 Jl. Kesturi Raya No. 8
10 Ika Atikah Bambang Guru D-3 3 Jl. Kesturi Raya
11 Israwati Kahfi IRT SMA 1 Jl. Kacapiring II No. 31
12 Jamila Nyi Ayu (Budi) IRT SMA 4 Jl. Kesturi Raya No. 19
13 Katrtika Hanum Harsono IRT SMA 4 Jl. Kesturi V No. 3
14 Laras Ati Guru TK PGTK 1 Jl.Kecubung I No. 16
15 Lies Yunarti Dedi IRT S1 2 Jl. Kecubung III No. 14
16 Lilis Komariah (Ahmad S) Kepala Unit Keuangan FKM UI
S2 3 Jl. Kecubung II No. 41
17 Lilis Siswati IRT SMA 3 Jl. Kecubung III No. 11
18 Mintarsih Yusman IRT SMA 3 Jl. Kesturi I No. 21
19 Mulyani Silang PNS S2 3 Jl. Kesturi Raya No. 13
20 Napisah Pulungan IRT SMA 3 Jl. Sedap Malam Raya No. 20
21 Nurul Anggrianan IRT D-3 3 Jl. Kecubung III No. 22
22 Purwati PNS D-3 2 Jl. Kecubung III No 6
23 Rahmawati Elfianora P PNS - 4 Jl. Kacapiring II No. 5
24 Siti Noroni Sani IRT SKP 4 Jl. Kecubung II No. 36
25 Sri Purwani Aris Aktifis Sosial - 3 Jl. Kacapiring Raya No. 4
26 Sri Rahayu Gimin IRT SMA 2 Jl. Kacapiring III No. 6
27 Sri Sayuti Silang Guru TK SPG/PGTK 5 Jl. Kecubung III No. 4
28 Sri Umami Raswad Ka. Posyandu/Ka. Rumah Pintar Astiri
D-3 IKIP 3 Jl. Kacapiring II No. 23
29 Suprapti IRT SMA 3 Jl. Kacapiring I No. 43
30 Suwarti Edy L IRT SMP 3 Jl. Kesturi I No. 3
31 Trinawati Mustakim IRT SMK 1 Jl. Kesturi VI No. 16
32 Tuty Achmad IRT SMA 4 Jl. Kecubung III No. 19
33 Yani Maskum IRT SMA 4 Jl. Kecubung Raya No. 6
34 Yatty Koerniarty Kirman IRT SMA 2 Jl. Kesturi III No. 20
35 Yunita Dewi IRT S1 Unpad 3 Jl. Kecubung I No. 2
36 Yusri Krisnawati Pensiunan S1 3 Jl. Kacapiring I No. 27
Lampiran 8. Output Regresi Linier Metode dan Media Penyuluhan
Terhadap Kesadaran Lingkungan
KL = f (MTD, MDA)
Regression
Warning # 849 in column 23. Text: in_ID
The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It
could
not be mapped to a valid backend locale.
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS CI(95) BCOV R ANOVA COLLIN TOL
CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT KL
/METHOD=ENTER MTD MDA.
Regression Notes
Output Created 30-AUG-2014 15:54:00
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
35
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV
CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS CI(95)
BCOV R ANOVA COLLIN TOL
CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT KL
/METHOD=ENTER MTD MDA.
Resources
Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,05
Memory Required 1636 bytes
Additional Memory Required
for Residual Plots
0 bytes
[DataSet0]
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
KL 4,0783 ,32078 35
MTD 4,0343 ,34423 35
MDA 3,9351 ,35183 35
Correlations
KL MTD MDA
Pearson Correlation
KL 1,000 ,647 ,518
MTD ,647 1,000 ,675
MDA ,518 ,675 1,000
Sig. (1-tailed)
KL . ,000 ,001
MTD ,000 . ,000
MDA ,001 ,000 .
N
KL 35 35 35
MTD 35 35 35
MDA 35 35 35
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 MDA, MTDb . Enter
a. Dependent Variable: KL
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change
1 ,656a ,431 ,395 ,24948 ,431 12,104
Model Summary
Model Change Statistics
df1 df2 Sig. F Change
1 2a 32 ,000
a. Predictors: (Constant), MDA, MTD
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1,507 2 ,753 12,104 ,000b
Residual 1,992 32 ,062
Total 3,498 34
a. Dependent Variable: KL
b. Predictors: (Constant), MDA, MTD
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,489 ,538 2,769 ,009
MTD ,509 ,168 ,546 3,022 ,005
MDA ,136 ,165 ,149 ,826 ,415
Coefficientsa
Model 95,0% Confidence Interval for B Correlations Collinearity
Statistics
Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance
1
(Constant) ,394 2,585
MTD ,166 ,852 ,647 ,471 ,403 ,544
MDA -,200 ,472 ,518 ,144 ,110 ,544
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
VIF
1
(Constant)
MTD 1,837
MDA 1,837
a. Dependent Variable: KL
Coefficient Correlationsa
Model MDA MTD
1
Correlations MDA 1,000 -,675
MTD -,675 1,000
Covariances MDA ,027 -,019
MTD -,019 ,028
a. Dependent Variable: KL
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant) MTD MDA
1
1 2,993 1,000 ,00 ,00 ,00
2 ,004 26,886 ,98 ,10 ,24
3 ,002 35,488 ,02 ,90 ,76
a. Dependent Variable: KL
Lampiran 9. Output Regresi Linier Variabel Dimensi Metode dan Media
Penyuluhan Terhadap Kesadaran Pengelolaan Lingkungan
KL = f (CRM, DSK, DPL, PGJ, APR, PSM)
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS CI(95) BCOV R ANOVA COLLIN TOL
CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT KL
/METHOD=ENTER CRM DSK DPL PGJ APR PSM.
Regression Notes
Output Created 30-AUG-2014 16:01:31
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
35
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV
CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS CI(95)
BCOV R ANOVA COLLIN TOL
CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT KL
/METHOD=ENTER CRM DSK DPL
PGJ APR PSM.
Resources
Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,02
Memory Required 3076 bytes
Additional Memory Required
for Residual Plots
0 bytes
[DataSet0]
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
KL 4,0783 ,32078 35
CRM 4,2014 ,35672 35
DSK 3,9429 ,42722 35
DPL 3,8906 ,50481 35
PGJ 3,8971 ,48111 35
APR 3,8814 ,45032 35
PSM 4,0183 ,36140 35
Correlations
KL CRM DSK DPL PGJ APR
Pearson Correlation
KL 1,000 ,497 ,614 ,492 ,386 ,472
CRM ,497 1,000 ,409 ,497 ,595 ,436
DSK ,614 ,409 1,000 ,546 ,200 ,453
DPL ,492 ,497 ,546 1,000 ,422 ,584
PGJ ,386 ,595 ,200 ,422 1,000 ,528
APR ,472 ,436 ,453 ,584 ,528 1,000
PSM ,412 ,579 ,293 ,362 ,690 ,340
Sig. (1-tailed)
KL . ,001 ,000 ,001 ,011 ,002
CRM ,001 . ,007 ,001 ,000 ,004
DSK ,000 ,007 . ,000 ,125 ,003
DPL ,001 ,001 ,000 . ,006 ,000
PGJ ,011 ,000 ,125 ,006 . ,001
APR ,002 ,004 ,003 ,000 ,001 .
PSM ,007 ,000 ,044 ,016 ,000 ,023
N
KL 35 35 35 35 35 35
CRM 35 35 35 35 35 35
DSK 35 35 35 35 35 35
DPL 35 35 35 35 35 35
PGJ 35 35 35 35 35 35
APR 35 35 35 35 35 35
PSM 35 35 35 35 35 35
Correlations
PSM
Pearson Correlation
KL ,412
CRM ,579
DSK ,293
DPL ,362
PGJ ,690
APR ,340
PSM 1,000
Sig. (1-tailed)
KL ,007
CRM ,000
DSK ,044
DPL ,016
PGJ ,000
APR ,023
PSM .
N
KL 35
CRM 35
DSK 35
DPL 35
PGJ 35
APR 35
PSM 35
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1
PSM, DSK,
APR, CRM,
DPL, PGJb
. Enter
a. Dependent Variable: KL
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change
1 ,695a ,483 ,373 ,25405 ,483 4,368
Model Summary
Model Change Statistics
df1 df2 Sig. F Change
1 6a 28 ,003
a. Predictors: (Constant), PSM, DSK, APR, CRM, DPL, PGJ
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1,691 6 ,282 4,368 ,003b
Residual 1,807 28 ,065
Total 3,498 34
a. Dependent Variable: KL
b. Predictors: (Constant), PSM, DSK, APR, CRM, DPL, PGJ
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,275 ,611 2,087 ,046
CRM ,137 ,171 ,153 ,803 ,429
DSK ,323 ,131 ,430 2,464 ,020
DPL ,034 ,120 ,053 ,283 ,779
PGJ ,039 ,148 ,059 ,264 ,794
APR ,082 ,134 ,115 ,609 ,547
PSM ,088 ,178 ,099 ,493 ,626
Coefficientsa
Model 95,0% Confidence Interval for B Correlations Collinearity
Statistics
Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance
1
(Constant) ,024 2,527
CRM -,213 ,488 ,497 ,150 ,109 ,510
DSK ,054 ,591 ,614 ,422 ,335 ,607
DPL -,212 ,279 ,492 ,053 ,038 ,518
PGJ -,265 ,343 ,386 ,050 ,036 ,373
APR -,193 ,356 ,472 ,114 ,083 ,520
PSM -,276 ,451 ,412 ,093 ,067 ,460
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
VIF
1
(Constant)
CRM 1,962
DSK 1,648
DPL 1,929
PGJ 2,680
APR 1,922
PSM 2,172
a. Dependent Variable: KL
Coefficient Correlationsa
Model PSM DSK APR CRM DPL
1
Correlations
PSM 1,000 -,167 ,150 -,234 -,001
DSK -,167 1,000 -,251 -,192 -,337
APR ,150 -,251 1,000 -,004 -,320
CRM -,234 -,192 -,004 1,000 -,178
DPL -,001 -,337 -,320 -,178 1,000
PGJ -,543 ,278 -,384 -,267 -,071
Covariances
PSM ,032 -,004 ,004 -,007 -1,287E-005
DSK -,004 ,017 -,004 -,004 -,005
APR ,004 -,004 ,018 ,000 -,005
CRM -,007 -,004 ,000 ,029 -,004
DPL -1,287E-005 -,005 -,005 -,004 ,014
PGJ -,014 ,005 -,008 -,007 -,001
Coefficient Correlationsa
Model PGJ
1
Correlations
PSM -,543
DSK ,278
APR -,384
CRM -,267
DPL -,071
PGJ 1,000
Covariances
PSM -,014
DSK ,005
APR -,008
CRM -,007
DPL -,001
PGJ ,022
a. Dependent Variable: KL
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant) CRM DSK DPL
1 1 6,963 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,013 23,565 ,00 ,01 ,13 ,16
3 ,009 27,475 ,13 ,01 ,11 ,17
4 ,006 34,109 ,03 ,01 ,00 ,46
5 ,004 39,868 ,40 ,01 ,67 ,16
6 ,003 49,191 ,09 ,90 ,00 ,05
7 ,002 54,747 ,35 ,06 ,08 ,00
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Variance Proportions
PGJ APR PSM
1
1 ,00 ,00 ,00
2 ,14 ,02 ,04
3 ,09 ,13 ,01
4 ,00 ,63 ,02
5 ,13 ,01 ,01
6 ,00 ,00 ,25
7 ,63 ,20 ,66
a. Dependent Variable: KL
FOTO SIDANG SKRIPSI
SELASA, 09 SEPTEMBER 2014 PUKUL. 13.00-14.00 LT. 7A FIDKOM