Post on 25-Oct-2021
PENGARUH PEMBANGUNAN PINTU TOL BREBES TIMUR
TERHADAP PERUBAHAN FISIK DAN KONDISI SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT DALAM TINJAUAN
PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PERUBAHAN SOSIAL
(Studi Kasus: Desa Banjaranyar Kabupaten Brebes)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Desi Setiawati
1113015000002
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEPIBAR PENGESAHAN DOSEN PEⅣ IBIⅣIBING
PENGARUⅡ PEⅣIBANGUNAN PINTU TOL BREBES TIPIURTERHADAP PERUBAⅡAN FISIK DAN KONDISISOSIAL EKONOPII
ⅣIASYARAKAT DALAⅣITINJAUAN PEⅣ IBANGUNAN EKONO■ /11 DAN
PERUBAⅡAN SOSIAL(STUDI KASUS DESA BANJARANYAR,KABUPATEN BREBES)
SKRIPSI
Dttukan kCpada Fakultas 1lmt Tarbiyah dall Keguruan
untuk lllemenuhi syarat― syarat rnempcroleh
gclar Sttalla Pcndidikan(SoPd)
Olch:
Desi Setiawati
NIⅣI:1113015000002
Dibawah bimbingan
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
NIP.:196708281993032006
JURUSAN PENDIDIKAN ILⅣ IU PENGETAⅡ UAN SOSIALFAKULTASILⅣ IU TARBIYAⅡ DAN KEGURUANUNIVERSITASISLAM NEGERI(UIID SYARIF
HIDAYATULLAⅡJAKARTA
201
Sodikin,SoPd,MoSi
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "Pengaruh Pembangunan Pintu Tol Brebes Timurterhadap Perubahan Fisik dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dalanrTinjauan Pembangunan Ekonomi dan Perubahan Sosial (Studi Kasus DesaBanjaranyar, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes)", oleh Desi Setiawati,Nomor Induk Mahasiswa 1113015000002, diajukan kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dantelah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 04 Oktober 2071dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana(S1) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta, 04 Oktober 2017
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Sidang(Ketua Jurusan Pendidkan IPS)
Dr.1lⅣ an Purwanto.Ⅳ I.Pd
NIP.197304242008011012
Sekr::iliplllllilyitarisJurusanPendidika項キ ::~
NIP。 19670909200701 1033
Dosen Pengtti l
Dr.Abd.Rozakn ⅣIoSi
NIP.196909081996031004
Dosen PenguJ1 2
Drs.Svaripu1lollη PIoSi
NIP.19670909200701 1033
MengetahuiTarbiyah dan Keguruan
KEPIENTERIAN AGALIAUIN JAKARTAFITK .J7″ ″力α″油M9,C´
“″′′5イ′2′″あ″″a
FORII(FD
No.Dokumcn : FITK‐ FR‐AKD‐089
Tgl.Tcrbit : l Marct 2010
No Re宙si: : 01
Hal
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda
Nama
tangan di bawah ini,
Desi Setiawati
Brebes, 24 Desemb er 1994
I 1 13015000002
Pendidikan IPS/Geografi
Pengaruh Pembangunan Pintu Tol Brebes Timur terhadap Perubahan
Fisik dan Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Tinjauan Pembangunan
Ekonomi dan Perubahan Sosial (Studi Kasus Desa Banjaranyar,
Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes)."
Dosen Pembimbing :1.Dr.Ul価 Ftta五 ni,M.Si
2.Sodikin,S.Pd,卜 /1.Si
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarla. 21 Septenb er 20llNlahasisrva Ybs.
Tempat/Tgl.Lahir
NIM
Jurusan / Prodi
Judul Skripsi
Desi Setia'"vatiNIM.1113015000002
i
ABSTRAK
Desi Setiawati (1113015000002). Pengaruh Pembangunan Pintu Tol
Brebes Timur Terhadap Perubahan Fisik dan Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat dalam Tinjauan Pembangunan Ekonomi dan Perubahan Sosial:
Studi Kasus Desa Banjaranyar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembangunan pintu tol
Brebes Timur terhadap perubahan fisik dan kondisi sosial ekonomi masyarakat
dalam pembangunan ekonomi dan perubahan sosial Desa Banjaranyar Kecamatan
Brebes Kabupaten Brebes.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif . Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat Desa Banjaranyar, Kecamatan Brebes,
Kabupaten Brebes. Teknik pengambilan sampel yaitu area sampling dengan
sampel sebanyak 36 responden. Instrumen yang digunakan adalah observasi,
wawancara dan angket. Analisis data dilakukan dengan uji persentase dan ditarik
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan pintu tol Brebes Timur
berpengaruh terhadap perubahan fisik dan kondisi sosial ekonomi. Dalam
perubahan fisik, adanya penambahan bangunan yang berdiri disekitar pintu tol
yaitu berupa bangunan pendukung Pintu Tol (kantor loket tol, loket tol, tempat
parkir pegawai, gardu listrik), pertokoan dan toilet umum. Sedangkan dalam
kondisi sosial ekonomi yang terdiri dari akses ke sekolah, budaya masyarakat,
kegiatan keagamaan, mata pencaharian, tingkat pendapatan dan tingkat
kenyamanan, terdapat pengaruh terhadap tingkat pendapatan yang ditandai dengan
adanya peningkatan dan penurunan pendapatan yang dirasakan responden yang
berada di Desa Banjaranyar setelah adanya pembangunan pintu tol Brebes Timur,
serta terdapat pengaruh terhadap tingkat kenyamanan masyarakat.
Kata kunci: Fisik, Pembangunan, Sosial dan Ekonomi, Tol.
ii
ABSTRACT
Desi Setiawati (1113015000002). The Influence of the contruction of the
East Brebes Exit Toll Againts the Fisical Change and Sosioeconomic Condition
in the Review of Economic Developtment and Social Change : a case study at
the village of Banjaranyar.
This research aims to know the influence of the contruction of the East Brebes
exit toll againts the fisical change and sosioeconomic condition in the review of
economic developtment and social change at the village of Banjaranyar.
This research is using descriptive quantitative approach. . The population in
this research is of the society at the village of Banjaranyar sub-district of Brebes
district Brebes. As for data collection technique in the study done by holding
observation, interview, and question form. Data analysis was done by precentage
analysis and drawn conclusions.
The results showed that the construction of the exit toll, West Brebes are
influence againts the fisical change and sosioeconomic condition. In the fisical
change, there is addition of buildings around the exit toll such as building exit toll
support (toll gate office, toll gate, parking area, power house), shops and toilet.
While in sosioeconomic condition consisting of school access, culture community,
religion activity, livelihood, income level and comfort level, there is influence
againts to income level that marked by n increase and descrease in income of
respondents at the village of Banjaranyar after the construction of the exit toll,
West Brebes and there is an influence on the comfort level of the community.
Keywords: Fisic, Construction, Sosioeconomic, Toll.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dengan ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pembangunan Pintu Tol Terhadap Perubahan Fisik dan Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat dalam Tinjauan Pembangunan Ekonomi dan
Perubahan Sosial: Studi Kasus Desa Banjaranyar” untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa
shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda alam, Nabi
besar Muhammad SAW, Beserta keluarga, sahabat, beserta umatnya.
Sebagai mahluk sosial pada umumnya, penulis menyadari bahwa
pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dalam
proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga penyusunan
skripsi berjalan lancar.
Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang tak bisa terhitung jumlahnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Yang senantisa memberikan banyak perhatian dan
motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.
3. Drs. Syaripulloh M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Yang juga senantisa memberikan banyak perhatian dan
motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.
4. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si., selaku Dosen Penasehat Akademik.
iv
5. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si dan Bapak Sodikin, S.Pd, M,Si, selaku Dosen
Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu serta selalu sabar
dalam membimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada penulis dengan
ikhlas demi keberhasilan penulis.
6. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan
ilmu kepada penulis. Yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu,
namun tidak mengurangi rasa hormat saya.
7. Ayah dan Ibu tercinta (Bapak Idham Kholid dan Ibu Carsiti) yang telah
membesarkan dan mengajarkan penulis dengan penuh kasih sayang.
Motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu yang selalu mengiringi
setiap derap langkah penulis. Terima kasih juga atas dukungan berupa
moril maupun materil yang luar biasa yang selalu kalian berikan penulis.
8. Adik saya tercinta Ihlan Nur Sahid Maulana, yang telah memberikan
semangat dan dukungan bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Bapak H. Kadim Apendi, bapak Nanang, bapak Yanto dan bapak Wahadi
selaku kepala desa, sekertaris, staff dan ketua rt/rw 01/02 Desa Banjaranyar
yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di Desa Banjaranyar.
10. Seluruh masyarakat rt/rw 01/02 yang bersedia meluangkan waktunya tatkala
penulis melakukan penelitian.
11. Sahabatku tercinta sekaligus teman sekamarku Qonita Surraya yang telah
menjadi dan memberikan motivasi yang luar biasa bagi penulis, serta telah
menemani penulis dalam suka maupun duka selama 3 tahun ini.
12. Sahabatku tercinta yang selalu setia menemani dengan penuh kesabaran dan
mendukung penulis, yaitu: Isti Rohmah, Annisa Nur Hikmah, Siti
Nurhikmah, Nur Ismawati, Nur Alika W, Sa’diah. Tak lupa kepada Eka Esti
yang telah banyak membantu dalam pembuatan skripsi ini tertama
pembuatan peta.
13. Teman-teman Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terkhusus kelas
C (Geografi) angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
v
Terima kasih atas kekompakannya selama ini, baik di kelas maupun saat
praktikum.
14. Dan semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh
Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan
digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 01 Oktober 2017
Penulis
Desi Setiawati
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 8
D. Perumusan Masalah ............................................................. 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 9
1. Manfaat Teoritis ............................................................. 9
2. Manfaat Praktis .............................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik ................................................................ 10
1. Pembangunan Pintu Tol .................................................. 10
a. Definisi Pembangunan ............................................... 10
b. Pembangunan Ekonomi .............................................. 12
c. Definisi Pintu Gerbang Tol ........................................ 17
2. Lingkungan Fisik ............................................................ 18
a. Penggunaan Lahan .................................................... 20
b. Perubahan Penggunaan Lahan ................................... 23
3. Kondisi Sosial Ekonomi.................................................. 24
1) Pendidikan .................................................................. 30
vii
2) Pekerjaan .................................................................... 32
3) Tingkat Pendapatan .................................................... 33
4) Budaya ........................................................................ 34
4. Indeks Kenyamanan ........................................................ 36
5. Masyarakat ...................................................................... 37
a. Proses Terbentuknya Masyarakat ............................... 38
b. Tipe-Tipe Masyarakat ................................................ 39
c. Perubahan Sosial Masyarakat ..................................... 39
d. Bentuk Perubahan Sosial ............................................ 40
e. Teori Perubahan Sosial ............................................... 41
f. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial ................ 41
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 43
C. Kerangka Berfikir ................................................................ 46
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 47
B. Metode Penelitian ................................................................ 48
C. Populasi dan Sampel ............................................................ 48
1. Populasi ........................................................................... 48
2. Sampel ............................................................................. 49
D. Variabel Penelitian .............................................................. 49
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 50
1. Observasi ......................................................................... 50
2. Angket ............................................................................. 50
3. Wawancara ...................................................................... 51
4. Dokumentasi ................................................................... 51
F. Instrumen Penelitian ............................................................ 51
1. Lembar Observasi ........................................................... 51
2. Lembar Angket ............................................................... 52
3. Lembar Wawancara ........................................................ 53
G. Teknik Analisis Data ........................................................... 54
1. Skala Likert ..................................................................... 54
viii
2. Analisis Persentase .......................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................... 57
B. Deskripsi Data ..................................................................... 60
C. Pembahasan Pengaruh Pembangunan Pintu Tol dalam
Pembangunan Ekonomi dan Perubahan Sosial Terhadap
Perubahan Fisik dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Desa Banjaranyar ................................................................. 86
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................. 100
B. Saran-saran .......................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan ............................................................. 43
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................... 47
Tabel 3.2 Pedoman Observasi ..................................................................... 52
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Angket .......................................................... 52
Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ................................................... 53
Tabel 3.5 Bobot Nilai Kuesioner ................................................................ 55
Tabel 3.6 Jumlah Skor Seluruh Responden ................................................ 55
Tabel 3.7 Kriteria Persentase ...................................................................... 56
Tabel 4.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ........... 58
Tabel 4.2 Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Mata
Pencaharian ................................................................................. 59
Tabel 4.3 Kategori Umur Responden ......................................................... 64
Tabel 4.4 Jenis Lahan yang Dimiliki Sebelum Pembangunan Pintu Tol ... 65
Tabel 4.5 Jenis Lahan yang Terkena Pembebasan Pembagunan Pintu Tol 66
Tabel 4.6 Jenis Ganti Rugi Proyek Pembangunan Pintu Tol ...................... 66
Tabel 4.7 Pendidikan Formal Terkahir ....................................................... 67
Tabel 4.8 Pendidikan Non Formal yang Pernah Ditempuh ........................ 68
Tabel 4.9 Pendidikan Formal Anak ............................................................ 68
Tabel 4.10 Pengaruh Pembangunan Terhadap Akses ke Sekolah ................ 69
Tabel 4.11 Akses ke Sekolah Anak Sebelum Pembangunan Pintu Tol ........ 69
Tabel 4.12 Akses ke Sekolah Setelah Pembangunan Pintu Tol .................... 70
Tabel 4.13 Pengaruh Pembangunan Pintu Tol Terhadap Budaya Masyarakat 70
Tabel 4.14 Budaya yang Dipengaruhi Pembangunan Pintu Tol ................... 71
Tabel 4.15 Pengaruh Pembangunan Terhadap Aktivitas Kegamaan ............ 72
Tabel 4.16 Aktivitas Keagamaan Sesudah Pembangunan Pintu Tol ............ 72
Tabel 4.17 Pekerjaan Utama Sebelum Pembangunan Pintu Tol .................. 73
Tabel 4.18 Pekerjaan Utama Sesudah Pembangunan Pintu Tol ................... 73
Tabel 4.19 Intensitas Pekerjaan Sampingan ................................................. 74
x
Tabel 4.20 Pekerjaan Sampingan Sebelum Pembangunan pintu Tol ........... 75
Tabel 4.21 Pekerjaan sampingan sesudah pembangunan pintu tol ............... 75
Tabel 4.22 Pendapatan pokok dalam sebulan sebelum pembangunan
pintu tol ....................................................................................... 76
Tabel 4.23 Pendapatan sampingan sebelum pembangunan pintu tol ........ ... 76
Tabel 4.24 Pendapatan pokok dalam sebulan setelah pembangunan
pintu tol ....................................................................................... 77
Tabel 4.25 Pendapatan sampingan sesudah pembangunan pintu tol ............ 78
Tabel 4.26 Kecukupan pemenuhan kebutuhan keluarga .............................. 78
Tabel 4.27 Penyerapan tenaga lokal dalam proyek pembangunan
pintu tol ....................................................................................... 79
Tabel 4.28 Pengaruh pembangunan pintu tol terhadap tingkat keamanan
dan kenyamanan masyarakat ...................................................... 80
Tabel 4.29 Tingkat kebisingan ...................................................................... 81
Tabel 4.30 Dampak Pembangunan Pintu Tol Terhadap Kondisi Udara ....... 81
Tabel 4.31 Perubahan Fisik Disekitar Pintu Tol ........................................... 82
Tabel 4.32 Bentuk Perubahan Fisik .............................................................. 83
Tabel 4.33 Akses Jalan Desa Sesudah Pembangunan Pintu Tol .................. 83
Tabel 4.34 Luas Lahan yang Terkena Pembebasan Pembangunan Pintu Tol 85
Tabel 4.35 Harga Ganti Rugi Lahan ............................................................. 85
Tabel 4.36 Pendapatan Pokok Masyarakat Sebelum dan Sesudah
Pembangunan Pintu Tol .............................................................. 91
Tabel 4.37 Pendapatan Sampingan Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Pintu Tol ..................................................................................... 92
Tabel 4.38 Mata Pencaharian Utama Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Pintu Tol ..................................................................................... 94
Tabel 4.39 Mata Pencaharian Sampingan Sebelum dan Sesudah
Pembangunan Pintu Tol .............................................................. 95
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..................................................................... 46
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................. 47
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Banjaranyar ........................................ 57
Gambar 4.2 Kondisi Fisik Disekitar Pintu Tol............................................. 61
Gambar 4.3 Areal Persawahan ..................................................................... 61
Gambar 4.4 Permukiman Warga ................................................................. 62
Gambar 4.5 Jalan Desa ................................................................................. 63
Gambar 4.6 Rumah Warga ........................................................................... 63
Gambar 4.7 Pedagang Disekitar Pintu Tol .................................................. 64
xii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Bentuk Perubahan Fisik ............................................................ 88
Grafik 4.2 Pengaruh Pembangunan Terhadap Akses Ke Sekolah Anak ... 89
Grafik 4.3 Pengaruh Pembangunan Terhadap Budaya Masyarakat .......... 89
Grafik 4.4 Pengaruh Pembangunan Terhadap Aktivitas Keagamaan
Masyarakat ............................................................................... 90
Grafik 4.5 Pendapatan Pokok Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pintu
Tol............................................................................................. 92
Grafik 4.6 Pendapatan Sampingan Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Pintu Tol ................................................................................... 93
Grafik 4.7 Mata Pencaharian Utama Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Pintu Tol ................................................................................... 95
Grafik 4.8 Mata Pencaharian Sampingan Sebelum dan Sesudah
Pembangunan Pintu Tol ........................................................... 96
Grafik 4.9 Tingkat Keamanan Dan Kenyamanan Masyarakat Sesudah
Pembangunan Pintu Tol ........................................................... 97
Grafik 4.10 Tingkat Kebisingan .................................................................. 98
Grafik 4.11 Kondisi Udara Sesudah Pembangunan Pintu Tol ..................... 98
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Balasan dari Kantor Kepala Desa Banjaranyar.
Lampiran 5 Surat Pengantar Validitas Konstruksi
Lampiran 6 Instrumen Angket
Lampiran 7 Instrumen Wawancara
Lampiran 8 Instrumen Observasi
Lampiran 9 Lembar Angket Penelitian
Lampiran 10 Transkip Wawancara
Lampiran 11 Hasil Observasi
Lampiran 12 Monografi Desa
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 14 Lembar Hasil Uji Frekuensi
Lampiran 15 Lembar Tabulasi Data
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang masih digolongkan sebagai negara
berpenghasilan menengah. Menurut World Bank, PDB Indonesia di tahun
2016 sebesar $3.603. Indonesia saat ini tengah gencar-gencarnya
melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
usaha untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara, juga
merupakan rangkaian proses pembangunan seluruh sistem penyelenggaraan
negara dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Dalam Undang-Undang
No. 25 Tahun 2004 Pasal 1 diatur mengenai sistem perencanaan
pembangunan, dimana terdapat tiga jenis perencanaan pembangunan yaitu
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Tahunan.1
Tujuan pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke IV yaitu “Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut malaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
serta mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.”
Allah berfirman dalam QS. Al Furqan 25:48-49 :
Artinya: Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar
gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan
Kami turunkan dari langit air yang Amat bersih, agar Kami
menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan
1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
h. 2
2
agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari
makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang
banyak. (QS. Al Furqaan 25: 48-49)
Dalam ayat Al-Qur’an surat Al Furqaan ayat 48-49, ini menjelaskan
bahwa manusia harus selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT.
Allah menciptakan bumi dan segala isinya untuk dimanfaatkan oleh manusia
demi kemaslahatan bersama. Manusia melakukan pembangunan-
pembangunan di muka bumi harus bersifat button up to down yaitu
pembangunan mengarah kepada masyarakat lapisan bawah. Pembangunan
juga harus memperhatikan kelestariannya demi kehidupan berkelanjutan.
Sejalan dengan ayat tersebut, prinsip pembangunan nasional dalam Undang-
Undang No. 25 Tahun 2004 Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa
Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan
prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan, kemajuan dan
kesatuan nasional.2
Pembangunan nasional meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat,
baik aspek politik, aspek sosial budaya dan aspek ekonomi. Pembangunan
yang sedang gencar-gencarnya dilakukan pemerintah adalah pembangunan
aspek ekonomi. Pembanguan ekonomi merupakan proses pembangunan yang
dilaksanakan oleh suatu negara atau daerah dalam rangka memakmurkan
warga negara atau penduduk daerah setempat.3 Jadi pembangunan ekonomi
lebih mengarah kepada kebijakan dan program pemerintah.
Berdasarkan data World Bank, rencana pembangunan ekonomi Indonesia
berfokus antara lain pada infrastruktur dan peningkatan program bantuan
sosial untuk pendidikan dan pemeliharaan kesehatan. Infrastruktur merupakan
roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan
swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan
2 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
h.4 3 Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan: Telaah Istilah dan Orientasi dalam
Konteks Studi Pembangunan, Jurnal JESP Vol. 1, No. 1, 2009, h.1
3
daerah.4 Infrastruktur menjadi penunjang investasi pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jenis-jenis infrastruktur antara lain
jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, air bersih dan
sebagainya.
Pembangunan jalan merupakan salah satu infrastruktur yang sangat
penting dan diperlukan sebagai alat penghubung antara tempat satu dengan
tempat yang lain. Dengan adanya akses jalan yang mudah dijangkau akan
mempengaruhi unsur strategis suatu wilayah, dan dengan mudahnya akses
akan mempengaruhi pihak swasta yang mau berinvestasi. Dengan banyaknya
pihak swasta yang berinvestasi maka laju pertumbuhan ekonomi akan pesat.
Salah satu proyek pembangunan jalan di Indonesia yang sedang
dilaksanakan yaitu Mega Proyek Jalan Tol Trans-Jawa. Proyek pembangunan
jalan tol ini masih direncanakan oleh pemerintah dan masih dalam proses
pengerjaan hingga saat ini. Jalan tol ini termasuk ke dalam salah satu jaringan
jalan Asia atau Asian Highway 2, yang menghubungkan dua kota besar di
Indonesia yaitu kota Jakarta dan Surabaya. Mega proyek Trans-Jawa ini
ditargetkan memiliki panjang sekitar kurang lebih 1000 kilometer.5
Tol Trans-Jawa sendiri merupakan proyek pembangunan yang kini
menjadi salah satu prioritas utama pemerintahan. Dari hasil berbagai studi
kelayakan, tol ini akhirnya menjadi salah satu jaringan jalan Asia atau Asian
Highway 2 yang berfungsi untuk menghubungkan dengan berbagai negara di
benua Asia. Proyek ini juga sejalan dengan salah satu program milik Presiden
Jokowi dalam meningkatkan pembangunan infrastruktur yang diharapkan
akan membantu dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.6
Jalan tol Trans-Jawa akan menyatu dengan beberapa ruas tol lain yang
kini telah beroperasi. Ruas-ruas tersebut setidaknya ada sembilan ruas yaitu
ruas tol Cikampek-Palimanan, ruas tol Pejagan-Pemalang, ruas tol Pemalang-
4 Abdul Haris, “Pengaruh Penatagunaan Tanah Terhadap Keberhasilan Pembangunan
Infrastruktur dan Ekonomi”, Kasubdit Pertahanan-Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan,
Bappenas, h.1 5 http://infotol.org/2015/10/02/mega-proyek-pembangunan-jalan-tol-trans-jawa, yang diakses
pada tanggal 21 November 2016 pada pukul 19. 34 WIB 6 Info Tol, ibid.
4
Batang, ruas tol Batang-Semarang, ruas tol Semarang-Solo, ruas tol Solo-
Ngawi, ruas tol Ngawi-Kertosono, ruas tol Mojokerto-Kertosono dan tol
Surabaya-Mojokerto. Kesembilan ruas tol inilah yang akan membantu
menghubungkan tol Trans-Jawa dari Jakarta hingga Surabaya.
Salah satu ruas tol yang masih baru dan masih dalam proses
pembangunan adalah ruas tol Pejagan-Pemalang. Pintu tol Brebes Timur
merupakan bagian dari ruas tol Pejagan-Pemalang yang termasuk ke dalam
seksi II. Pintu tol ini baru diresmikan Presiden Jokowi tahun 2014 yang lalu
dan menjadi salah satu alternatif bagi pemudik untuk mengurai kemacetan.
Lokasi pintu tol ini terletak di Kecamatan Brebes tepatnya yaitu diantara Desa
Banjaranyar dan Lembarawa.
Keberadaan pintu tol ini bermanfaat bagi kelancaran transportasi,
meningkatan ekonomi dan perkembangan wilayah, peningkatan aksebilitas
dan mobilitas orang serta barang, penghematan biaya dan waktu bagi
pengguna tol dan pengembalian investasi dari tarif tol untuk badan usaha.
Namun di sisi lain keberadaan pintu tol ini juga berdampak pada aspek-aspek
kehidupan masyarakat Desa Banjaranyar.
Pembangunan pintu tol Brebes Timur selain berdampak positif, disisi lain
juga memiliki dampak negatif. Pintu tol Brebes Timur berdiri di atas lahan
pertanian milik warga desa. Pembangunan pintu tol yang diiringi dengan
pendirian bangunan-bangunan fasilitas pendukung keberadaan pintu tol
tersebut mempersempit lahan pertanian di Desa Banjaranyar sehingga akan
mempengaruhi produktifitas pertanian di desa tersebut.
Seperti yang dikutip dari HarianPemalang.com yang diakses pada tanggal 1
Januari 2016, sebagaimana disampaikan oleh Andi Rustono Ketua DPC
Lindu Aji Pemalang mengatakan “Konversi lahan pertanian untuk keperluan
pembangunan dapat dikatakan bersifat irreversible (tidak dapat balik) artinya
jika ada lahan yang awalnya digunakan untuk lahan pertanian dialih
5
fungsikan untuk komplek industri atau perumahan, lahan tersebut tidak dapat
dialih fungsikan kembali menjadi pertanian seperti pada awalnya.”7
Selain itu adanya pintu tol tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh pada
terhambat saluran pengairan sawah (irigasi) sehingga berdampak pula pada
produktifitas pertanian warga. Contoh kasus dari dampak buruk
pembangunan Jalan Tol Kanci-Pejagan yang dikutip dari RadarTegal.com
yang diakses pada tanggal 1 Januari 2016, bahwa warga di beberapa desa di
Kabupaten Brebes mengeluhkan terhambatnya akses transportasi jalan
terhubung antar desa yang rusak akibat lalu lalang armada proyek, petani juga
terancam tidak mendapatkan seplai irigasi ke lahan sahanya. “Gara-gara tol
Kanci-Pejagan, sebagian besar area pertanian di sisi jalan tol di Kecamatan
Tanjung mengalami pengurangan distribusi air,” kata Wadin, salah seorang
warga Kecamatan Tanjung.8 Menurut salah seorang warga yang memiliki
lahan pertanian disekitar pintu tol Brebes Timur, adanya pintu tol tersebut
berpengaruh terhadap pendapatan petani karena lahan yang dipakai untuk
pembangunan tersebut merupakan lahan sawah dan kebun milik warga.
Selain itu juga menurutnya adanya pintu tol tersebut menyebabkan banjir di
area sawah semakin meluas.9
Dengan beralih fungsinya lahan pertanian tersebut menjadi pintu tol maka
akan berdampak pada masyarakatnya. Masyarakat yang lahannya dibebaskan
akan berdampak pada mata pencaharian pemilik lahan sehingga berubahnya
mata pencaharian akan berdampak pada pendapatan yang diterima dan dari
hasil pendapatan tersebut akan mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat
yang terkena dampak pembebasan lahan tersebut.
Selain berdampak pada masyarakat yang terkena pembebasan lahan,
adanya pintu tol Brebes Timur tersebut juga berpengaruh pada masyarakat
lain. Dilansir dari Tempo.co yang diakses pada tanggal bahwa kemacetan
7 http://harianpemalang.com/2016/05/30/lindu-aji-pemalang-soroti- dampak- negatif-
pembangunan-jalan-tol-di-kabupaten-pemalang / tanggal 1 Januari 2017 pada pukul 19. 25 WIB 8 Jalan Tol Baru Jangan Timbulkan Masalah Baru, yang diakses pada http:// radartegal.
com/berita-lokal/ jalan-tol-jangan-timbulkan-masalah-baru.5577.html tanggal 1 Januari 2017 pada
pukul 16.11 WIB 9 Wawancara Pribadi dengan salah seorang warga Desa Banjaranyar, Brebes, 8 Januari 2017.
6
yang terjadi di Pintu Tol Brebes Timur pada tanggal 2 Juli 2016 dimanfaatkan
warga setempat untuk berdagang. Mereka membuka lapak ditepi jalan dekat
pintu keluar tol tersebut. Mereka menjajakan aneka minuman dan makanan
kepada para pemudik yang melintas.
Pembangunan besar seperti jalan tol harus benar-benar diperhatikan oleh
Pemerintah Pusat maupun daerah. Pemerintah harus mengantisipasi semua
dampak yang ditimbulkan seperti dampak pembngunan jalan tol. Jangan
sampai masyarakat menjadi korban. Biasanya yang menjadi persoalan yang
krusial adalah masalah ganti rugi tanah. Pemerintah harus memberikan ganti
rugi yang sebanding sehingga masyarakat tidak dirugikan. Selain itu juga
pemerintah harus memperhatikan juga dampak yang ditimbulkan setelah
adanya pembangunan jalan tol tersebut seperti terganggunya aktivitas
pertanian, perubahan mata pencaharian yang akan berdampak pada aspek-
aspek kehidupan yang lain.
Perubahan fisik merupakan perubahan yang terjadi pada aspek fisik
suatu wilayah. Menurut Bintarto ada tiga aspek fisik yang dikaji dalam ilmu
geografi yaitu aspek topologi, aspek non-biotik seperti tanah, air, dan iklim,
dan aspek biotik seperti hewan, tanaman dan manusia.10
Sedangkan
perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin merupakan suatu variasi dari
hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi
geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.11
Perubahan sosial tidak lepas dari perubahan budaya. Menurut Kingsley Davis
perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.12
Aspek-
aspek sosial meliputi unsur-unsur tradisi, adat, kelompok, masyarakat,
lembaga-lembaga sosial. Aspek sosial tidak terlepas dari aspek budaya yaitu
pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan lain-lain. Sedangkan aspek ekonomi
10
Bintarto dan Surastopo Hadikusumo, Metode Analisa Geografi, ( Jakarta: LP3ES, 1987),
Cet. 3, h. 24 11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet. 44, h.
263 12
Ibid., h. 266
7
meliputi mata pencaharian dan pendapatan seperti unsur pertanian,
perdagangan, industri, perkembangan, transportasi, pasar dan sebagainya.
Pembahasan mengenai perubahan fisik ini sudah diteliti oleh Abdul Aziz
Hartanto dan dan Wisnu Pradoto dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh
Pembangunan Jalan Tol Terhadap Perubahan Pola Dan Struktur Ruang
Kawasan Sidomulyo, Ungaran Timur”, yang mana hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa terjadi perubahan guna lahan yang cukup signifikan.
Lebih dari 50% lahan non-terbangun pada tahun 2008 menjadi lahan
terbangun di tahun 2013. Sedangkan penelitian yang membahas mengenai
peubahan sosial ekonomi yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suci Puji
Astuti yang berjudul “Pengaruh Pembangunan Jalan Tol Cikampek-
Palimanan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan
Kalijati”, yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh terhadap pendapatan
dan kepemilikan masyarakat sebelum dan sesudah dibangunnya jalan tol
tersebut, sedangkan kaitannya dengan mata pencaharian tidak terdapat
pengaruh baik sebelum maupun sesudah dibangunnya jalan tol tersebut.
Kajian tentang perubahan fisik dan sosial ekonomi sangat penting
dilakukan agar menjadi pertimbangan bagi pembangunan suatu daerah.
Pembangunan pintu tol yang berkaitan dengan perubahan fisik dalam arti alih
fungsi lahan harus diperhitungkan dengan seksama. Perubahan lahan yang
terjadi akan berdampak pada variabel-variabel lain yang perlu dianalisis
secara mendalam.
Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis tertarik untuk meneliti
masalah tersebut dengan judul “Pengaruh Pembangunan Pintu Tol Brebes
Timur terhadap Perubahan Fisik dan Sosial Ekonomi Masyarakat dalam
Tinjauan Pembangunan Ekonomi dan Perubahan Sosial (Studi Kasus
Desa Banjaranyar, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes).”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah yang
teridentifikasi oleh peneliti diantaranya:
8
1. Adanya pembangunan pintu Tol Brebes Timur akan menyebabkan
perubahan fisik wilayah (perubahan lahan pertanian menjadi lahan
terbangun). Perubahan yang terjadi yang terjadi meliputi jumlah
bangunan yang berdiri guna mendukung keberadaan pintu tol tersebut.
2. Adanya pembangunan pintu Tol Brebes Timur akan menyebabkan
perubahan kondisi sosial. Kondisi sosial yang mengalami perubahan
yaitu unsur-unsur tradisi, adat, kelompok, masyarakat, lembaga-lembaga
sosial.
3. Adanya pembangunan pintu Tol Brebes Timur akan menyebabkan
perubahan budaya. Kondisi budaya yang mengalami perubahan yaitu
pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan lain-lain.
4. Adanya pembangunan pintu Tol Brebes Timur akan menyebabkan
perubahan kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi yang mengalami
perubahan yaitu meliputi mata pencaharian, pendapatan,
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan untuk membatasi penelitian
agar lebih fokus dan sesuai sasaran, maka pembatasan masalahnya adalah
pengaruh pembangunan pintu tol Brebes Timur terhadap perubahan fisik dan
sosial ekonomi masyarakat Desa Banjaranyar Kecamatan Brebes dalam
tinjauan pembangunan ekonomi dan perubahan sosial.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian
yang diajukan adalah “Bagaimana pengaruh pembangunan Pintu Tol Brebes
Timur terhadap perubahan fisik dan sosial ekonomi masyarakat dalam
pembangunan Ekonomi dan Perubahan Sosial tinjauan [Kelurahan
Banjaranyar Kecamatan Brebes?”.
9
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pembangunan Pintu Tol Brebes Timur terhadap perubahan fisik dan sosial
ekonomi masyarakat Kelurahan Banjaranyar Kecamatan Brebes.
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengatahuan
tentang pengaruh pembangunan pintu tol Brebes Timur terhadap
perubahan fisik dan sosial ekonomi masyarakat, serta menambah khasanah
ilmu pengetahuan dalam pembelajaran Geografi khususnya materi
sumberdaya alam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh pembangunan
pintu tol terhadap perubahan fisik dan sosial ekonomi masyarakat.
b. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dapat menjadi salah satu karya ilmiah dan menambah wawasan bagi
mahasiswa maupun dosen.
c. Bagi Pemerintah Daerah
Dapat memberi masukan bagi pemerintah Kabupaten Brebes dan
pedoman untuk pengambilan kebijakan di Kabupaten Brebes sehingga
dapat mengurangi dampak buruk dari pembangunan pintu tol di
wilayah tersebut.
d. Bagi Peneliti lebih lanjut
Dapat menjadi bahan perbandingan bagi penelitian yang terkait
dengan masalah yang ditulis dan dapat menjadi bahan kajian bagi
peneliti selanjutnya dan lebih mendalam mengenai penelitian yang
terkait.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Pembangunan Pintu Tol
a. Definisi Pembangunan
Pembangunan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
peradaban manusia. Selama hidupnya manusia akan terus melakukan
pembangunan-pembangunan guna memenuhi tuntutan hidup mereka.
Pembangunan sendiri diartikan sebagai perubahan ekonomi yang
dibawa oleh proses industrialisasi. Istilah ini juga mengandung arti
“sebuah proses perubahan sosial yang dihasilkan dari urbanisasi,
adopsi gaya hidup modern dan perilaku masa kini.”1
Pengertian lain tentang pembangunan menurut national-building
dalam Sondang P. Siagian, yaitu “pembangunan merupakan rangkaian
usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara sederhana dan
sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa.”2
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
pembangunan merupakan usaha yang dilakukan manusia secara sadar
dalam rangka mencapai kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan.
Pembangunan tersebut dilakukan melalui perencanaan dan secara
bertahap guna menciptakan sesuatu yang baru.
“Usaha dalam bidang pembangunan dapat dijalankan dengan
cara membimbing atau guiding, cara persuasi melalui telinga dan mata
(audio visual), dengan cara memberi stimulasi.”3
1 James Midgley, Pembangunan Sosial: Perspektif Pembanguan dalam Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Ditperta Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 3 2 Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Starteginya,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), Cet. VIII, h. 4 3 H.M. Nasruddin Anshory Ch dan Sudarsono, SH., Kearifan Lingkungan dalam Perspektif
Budaya Jawa, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.138
11
Pembangunan menurut Sudharto P. Hadi memiliki makna ganda.
Tipe pembangunan yang pertama lebih berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi dimana fokusnya adalah pada masalah
kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya. Tipe kedua,
pembangunan yang lebih memperhatikan pada perubahan dan
pendistribusian barang-barang dan peningkatan hubungan sosial.4
Dalam pembangunan dikandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Perubahan, yaitu perubahan dari sesuatu yang kurang menuju
kesempurnaan.
2) Tujuan, yaitu tujuan yang diarahkan oleh manusia untuk
kelestarian, kesejahteraan dan kebahagiann.
3) Potensi, yaitu potensi masyarakat atau “funds and forces” yang
terdapat dalam masyarakat dan kemudian dapat digunakan untuk
membiayai perencanaan.5
Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam pembangunan
bagi masyarakat, yaitu:
1) Pertama, strategi enabling yaitu strategi dalam rangka usaha
melakukan perubahan yang menempatkan pemerintah atau pihak
swasta sebagai pihak yang memfasilitasi sumber daya, baik
material maupun non-material.
2) Kedua, strategi empowering yaitu usaha perubahan dengan
mensejajarkan posisi pemerintah, masyarakat dan atau pihak
swasta. Masyarakat terlibat aktif dalam kegiatan pembangunan
dari mulai formulasi pembangunan sampai tahap eksekusi.
3) Ketiga, startegi delegating yaitu lebih mendominankan peran
masyarakat dibanding pemerintah dan swasta. Pemerintah dan
swasta ditempatkan sebagai fasilitator.6
Pembangunan dapat diterapkan pada daerah yang masih kosong
maupun daerah yang sudah didiami, maka dari itu manusia dituntut
untuk selalu beradaptasi terhadap lingkungan dan aktif terhadap
lingkungannya. Adaptasi dan aktivitas ini mecerminkan dan juga
4 Sudharto P. Hadi, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2012), Cet.III, h. 21 5 H.M. Nasruddin Anshory Ch dan Sudarsono, op. cit., h.139
6 Sunyoto Usman, Esai-Esai Sosiologi Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), Cet. I, h. 5
12
mengakibatkan adanya perubahan, perubahan sosial, ekonomi,
kultural, politis dan lain-lain. Maka pembangunan dan perkembangan
masyarakat memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, karena
pembangunan memiliki pengaruh terhadap perkembangan masyarakat,
begitu pula perkembangan masyarakat yang harus diiringi dengan
pembangunan.
b. Teori Pembangunan Ekonomi
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Linier
a) Teori Adam Smith: Teori Pertumbuhan
Menurut teori ini masyarakat bergerak dari masyarakat
tradisional menuju masyarakat yang kapitalis. Adam Smith
membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahapan,
yaitu di mulai dari masa perburuan, masa berternak, masa
bercocok tanam, masa perdagangan, dan tahap perindustrian.7
Pembahasan utama dalam teori ini adalah pembagian kerja
dalam upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kenaikan tersebut
yaitu: (1) meningkatnya keterampilan kerja, (2) penghematan
waktu dalam memproduksi barang, (3) penemuan mesin yang
sangat menghemat tenaga.8
b) Teori Karl Marx: Teori Pembangunan
Dalam bukunya yang berjudul Das Kapital Karl Marx
membagi perkembangan manusia menjadi tiga, yaitu mulai
dari foedalisme, kapitalisme dan sosialisme.9 Masyarakat
foedalisme merupakan masyarakat yang memiliki kondisi
perekonomian yang masih bersifat tradisional. Masa
kapitalisme, pengusaha merupakan pihak yang memiliki
posisi tawar menawar relatif tinggi. Kemudian muncul
7 Subandi, Ekonomi Pembangunan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 45
8 M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
h.81 9 Subandi, h. 46
13
sosialisme yaitu pemerataan kesempatan pemilikan sumber
daya, individualisme berganti menjad sistem kemasyarakatan
sosialis.10
c) Teori Rostow: Tahap-tahap Pertumbuhan
Dalam teorinya W.W Rostow menggunakan pendekatan
sejarah untuk menjelaskan perkembangan ekonomi.
menurutnya proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan
menjadi lima tahapan yaitu sebagai berikut:
1) Masyarakat tradisional
Rostow mengartikan tahap masyarakat tradisional
sebagai suatu masyarakat yang strukturya berkembang di
dalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan
pada teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat
seperti sebelum masa Newton.11
Yang dimaksudkan
masyarakat sebeum masa Newton adalah bahwa suatu
masyarakat yang masih menggunakan cara-cara yang
relatif primitif dan kehidupannya masih dipengaruhi
nilai-nilai leluhur atau budaya yang turun temurun.
2) Prasyarat Tinggal landas
Tahap tinggal landas merupakan masa transisi di mana
prasyarat-prsyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau
diciptakan. Rostow mengartikan bahwa pembangunan
ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan
perubahan ciri-ciri penting dari suatu masyarakat,yaitu
perubahan dalam sistem politiknya, struktur sosialnya,
nilai masyarakatnya, dan struktur kegiatan
ekonominya.12
10
Subandi, h. 46 11
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan,
(Jakarta: Kencana, 2015), h. 169 12
Ibid., h. 169-170
14
3) Tahap Tinggal landas
Tahap tinggal landas merupakan suatu kondisi “ketika
pertumbuhan mencapai kondisi normalnya ... kekuatan
modernisasi berhadapan dengan adat istiadat dan
lembaga-lembaa. Nilai-nilai dan kepentingan masyarakat
tradisional membuat terobosan yang menentukan, dan
kepentingan bersama membentuk struktur masyarakat
tersebut.” 13
Pengertian lain dari tahap ini adalah masa
berlangsungnya perubahan yang sangat drastis dalam
masyarakat, seperti revolui politik, terciptanya kemajuan
yang pesat dalam inovasi atau berupa terbukanya
pasarpasar baru.
4) Tahap gerak menuju kematangan
Pada tahap ini Rostow mendefinisikan sebagai tahap
ketika masyarakat telah dengan efektif menerapkan
serentetan teknologi modern terhadap keseluruhan
sumber daya mereka.” 14
Dalam tahap ini perekonomian
berkembang lebih lanjut, sektor-sektor pelopor baru akan
muncul untuk menggantikan pelopor lama yang akan
mengalami kemunduran.15
5) Tahap konsumsi masa tinggi
Tahap ini merupakan masa dimana perhatian masyarakat
lebh menekankan pada masalah-masalah konsumsi dan
kesejahteraan, dan bukan lagi ke masalah prosuksi.16
Ciri-ciri pada tahatp ini adalah adanya kecenderungan
kepada konsumsi besar-besaran barang yang tahan lama,
ketiadaan pengangguran, dan peningkatan kesadaran
13
M.L Jhingan, h. 144 14
M.L Jhingan, h. 148 15
Sadono Sukirno, h.176 16
Ibid, h. 177
15
akan jaminan sosial, membawa kepada laju pertumbuhan
penduduk yag semakin tinggi.
2. Teori Pertumbuhan Struktural
a) Arthur Lewis
Teori yang dikemukakan oleh Lewis ini disebut dengan
dualisme ekonomi. pada dasarnya teori ini membahas proses
pembangunan yang terjadi antara daerah perkotaan dan
pedesaan, yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang
terjadi diantara kedua tempat tersebut.17
Menurtnya
perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi
menjadi dua struktur perekonomian, yaitu:
1) Perekonomian tradisional, yang diasumsikan Lewis
dimana produktivitas tenaga kerjanya rendah dengan
sumber tenaga kerja yang tidak terbatas. Sektor penting
pada perekonomian tradisional adalah sektor pertanian.
2) Perekonomian modern, yang terletak di perkotaan.
Sektor yang berperan penting adalah sektor industri.ciri
perekonomian ini adalah tingkat produktivitasnya tinggi
termasuk tenaga kerja dan sebagai sumber akumulasi
modal. Perekonomian perkotaan menjadi daerah tujuan
para pekerja dari pedesaan. Sehingga terjadinya arus
urbanisasi.18
b) Hollis Chenery
Teori pertumbuhan struktural lainnya adalah teori pola
pembangunan yang dikemukakan oleh Hollis Chenery. Teori
ini memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan
proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari
17
Subandi, h. 52 18
Ibid., h. 52-53
16
perekonomian negara sedang berkembang, yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional beralih ke industri.19
Chenery mengelompokkan negara sesuai penndapatan
perkapita penduduknya. Negara dengan pendapatan perkapita
kurang dari US $ 600 dikelompokkan ke dalam negara yang
sedang berkembang. Negara dengan nilai pendapatan
perkapita antara US $ 600 hingga US $ 3000 digolongkan
sebagai negara dalam fase transisi pembangunan.20
3. Teori Revolusi Ketergantungan Internasional (Dependensia)
Teori dependensia merupakan teori yang berusaha
menjelaskan penyabab keterbelakangan ekonomi yang dialami
oleh negara-negara berkembang. Asumsi dasar teori ini adalah
pembagian perekonomian dunia menjadi dua golongan yaitu
perekonomian negara-negara maju dan perekonomian negara-
negara yang sedang berkembang.21
4. Teori Neo-Klasik
Teori ini muncul untuk menyanggah teori dependensia yang
cenderung menggunakan pendekatan revolusioner yang sering
disebut sebagai teori penawaran (supply side theory).
Teori ini berpendapat bahwa keterbelakangan tidak disebabkan
oleh eksploitasi negara pusat kepada periferi, melainkan lebih
pada pengaruh intern dalam negara terbelakang tersebut.22
Para penganut teori ini, seperti Jagdish Bagwaty, Anne O
Krueger, dan lain-lain, mengatakan bahwa semakin besar campur
tangan pemerintah dalam perekonomian, maka semakin lambat
laju pertumbuhan ekonomi yang dialami suatu negara.23
Kata kunci dari keberhasilan pembangunan dalam teori ini adalah
pasar bebas dan perekonomian laissez faire. Dengan terciptanya
19 Subandi., h. 55
20 Ibid.
21Ibid., h. 61
22 Ibid., h. 63
23 Ibid.
17
kedua hal tesebut diharapkan tangan gaib (invisible hand) akan
berperan dalam mempercapat proses penyesuaian dalam
perekonomian dan menjamin alokasi sumber daya secara
efisien.24
5. Teori Schumpeter
Pendapat Schumpeter mengenai landasan teori pembangunan
adalah keyakinannya bahwa sistem ekonomi kapitalisme
merupakan sistem ekonomi yang paling baik untuk menciptakan
pembangunan ekonomi yang pesat. Namun ia juga meramalkan
bahwa sistem kapitalisme akan mengalami kemandegan.25
Kunci utama dalam perkembangan ekonomi menurut Schumpeter
adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para inovator atau
wiraswasta.
c. Definisi Pintu/ Gerbang Tol
Jalan adalah prasarana yang ada di darat yang difungsikan untuk
lalu lintas kendaraan, orang dan hewan. Menurut Undang-Undang No.
38 Tahun 2004 tentang Jalan, “jalan dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan
yang diperuntukan untuk jalan umum, sedangkan jalan khusus adalah
jalan yang dibangun oleh perorangan, instansi, badan usaha, dan lain-
lain untuk kepentingan sendiri.”26
Jalan tol menurut Undang-Undang No. 15 tahun 2005 adalah
“jenis jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan
dan jalan nasional yang pengunaannya diwajibkan membayar tol. Tol
adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.”27
Keberadaan jalan tol bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
pelayanan jasa distribusi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah yang tingkat perkembangannya tinggi. Jalan tol juga
24
Subandi, Ibid. 25
Ibid., h. 64 26
Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, h.4 27
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, h.2
18
berfungsi sebagai lalu lintas alternatif dari jalan umum lainnya.
Adanya jalan tol itu juga dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan
pembangunan wilayah yang pelaksanaanannya harus memperhatikan
keadilan yang dananya berasal dari pengguna jalan.
“Pintu tol atau gerbang tol adalah tempat pelayanan transaksi tol
bagi pemakai tol yang terdiri dari beberapa gardu dan sarana
perlengkapan lainnya.”28
Penggunaan gerbang tol diatur dalam PP No. 15 Tahun 2005 Pasal
41 ayat 4 yaitu:
1. Bangunan gerbang tol digunakan untuk pelaksanaan transaksi
tol
2. Di gerbang tol, pengguna wajib menghentikan kendaraanya
untuk mengambil atau menyerahkan karcis masuk atau
pembayaran tol.
3. Dilarang menaikan atau menurunkan penumpang, barang,
hewan di gerbang tol.29
2. Lingkungan Fisik
Lingkungan didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang ada di luar
suatu organisme, meliputi lingkungan benda mati (abiotik) dan lingkungan
hidup (biotik).”30
Pengertian lain mengenai lingkungan yaitu “lingkungan merupakan
suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan organisme.”31
Jadi lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar
organisme baik itu benda mati atau benda hidup yang berpengaruh
terhadap perkembangan dan pertumbuhan organisme.
Sedangkan kondisi fisik adalah “semua aspek yang berkaitan dengan
lingkungan alamiah dan budaya.”32
“Lingkungan mati atau fisik adalah
lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor
28
https://www.google.co.id/url?q=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22937/4/
Chapter%2520II.pdf , h.2-3 tidak dipublikasikan 29
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, h. 25 30
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. III, h. 267 31
H.M. Nasruddin Ch dan Sudarsono, op. cit., h. 2 32
Djauhari Noor, Geologi Lingkungan, (Jakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. I, h. 184
19
alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi,
atmosfer, dan lain-lain. Lingkungan hidup atau biotik adalah lingkungan di
luar organisme yang terdiri atas organsime hidup, seperti tumbuh-
tumbuhan, hewan dan manusia.”33
Menurut Bintarto, dalam lingkungan geografi terdapat dua jenis
lingkungan yang meliputi berbagai aspek di dalamnya, yaitu lingkungan
fisikal dan lingkungan non-fisikal. Lingkungan fisikal adalah segala
sesuatu yang berada di sekitar manusia yang berupa benda mati.34
Ada
beberapa aspek yang dikaji dalam lingkungan fisikal tersebut yaitu:
a. Aspek topologi
Aspek topologi meliputi segala hal yang berkaitan dengan letak,
luas, batas, bentuk yang dipelajari dalam studi lokasi dan studi
ruang. Untuk memahami topologi suatu wilayah maka dibutuhkan
peta.
b. Aspek non-biotik
Aspek non-biotik meliputi segala hal yang berhubungan dengan
benda mati seperti tanah, air, dan iklim.
c. Aspek biotik
Aspek biotik meliputi segala hal yang berkaitan dengan benda
hidup, yaitu hewan, tanaman dan manusia.35
Kedua adalah lingkungan non-fisikal. Ada empat aspek dalam lingkungan
non-fisikal yaitu:
a. Aspek Sosial
Aspek sosial adalah aspek yang membahas mengenai unsur-unsur
tradisi, adat, kelompok, masyarakat, lembaga-lembaga sosial.
b. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi adalah aspek yang membahas mengenai unsur
pertanian, perdagangan, industri, perkembangan, transportasi, pasar
dan sebagainya.
c. Aspek Budaya
Aspek budaya adalah aspek yang membahas tentang pendidikan,
agama, bahasa, kesenian dan lain-lain.
d. Aspek Politik
Aspek politik adalah aspek yang membahas mengenai unsur
kepemerintahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. 36
33
Dadang Supardan, op. cit. 34
Bintarto dan Surastopo Hadikusumo, Metode Analisa Geografi, ( Jakarta: LP3ES, 1987),
Cet. III, h. 22 35
Bintarto, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, ( Yogyakarta: Ghalia Indonesia,
1983), h. 105
20
a. Penggunaan Lahan
Tanah merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia.
Tanah merupaka tempat berpijak, tempat manusia membangun
perubahan. Maka dari itu penggunaan tanah merupakan suatu kajian
yang menjadi sorotan pada penelitian ini.
Makna tanah secara sederhana diartikan sebagai “lapisan bumi
teratas yang terbentuk dari batuan yang telah lapuk.”37
Menurut Mabbut dalam Ritorahrjo, mengemukakan bahwa “tanah
adalah lapisan paling luar kulit bumi, yang bersifat tidak padu
(uncosolidated), gembur, memiliki sifat tertentu yang berbeda dari
material di bawahnya, dalam hal warna, struktur, sifat-sifat fisik,
susunan kimia, proses-proses kimia dan sifat biologis dan
morfologis.”38
Penggunaan kata tanah dan lahan masih banyak dirancukan
pemaknaannya. Sandy dalam Ritoraharjo mengemukakan 3 makna dan
ukuran yang menyebabkan perancuan arti tanah dan lahan, yaitu
sebagai berikut:
1) Diukur berdasar tingka kesuburannya (gersang, subur) dalam
kaitannya dengan kemampuan tanah untuk tempat bercocok
tanam.
2) Diukur berdasarkan pada berat dan volume, dalam kaitannya
dengan kebutuhan pembongkaran dan kebutuhan pengunungan
menggunakan material tanah.
3) Diukur dengan ukuran luas (area), dalam kaitannya dengan
kebutuhan ruang.39
Ketiga ukuran di ataslah penyebab rancunya arti tanah dan lahan.
Padahal tanah dan lahan memiliki arti yang berbeda.
Pengertian lahan sendiri menurut FAO adalah suatu daerah di
permukaan bumi yang ciri-cirinya (characteristics) mencakup
semua atribut (attributes) yang bersifat cukup mantap atau yang
dapat diduga bersifat mandaur dari biosfer, atmosfer, tanah, geoogi,
36
Ibid. 37
Su Ritohardoyo, Penggunaan dan Tata Guna Lahan, (Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2013), h. 13 38
Ritohardoyo, Ibid. 39
Ibid., h. 13-14
21
hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan
manusia pada masa lampau dan masa kini, sepanjang pengenal-
pengenal tadi berpengaruh secara signifikan atas penggunaan lahan
pada waktu sekarang dan pada waktu mendatang.40
Selanjutnya Notohadiprawiro dan Sudrajat, mengemukakan bahwa:
Lahan merupakan persatuan sejumlah komponen yang berpotensi
sebagai sumber daya, dimana sumber daya lahan ditentukan oleh
potensi sumbe daya masing-masing yang menjadinkomponennya,
baik potensi bawaan maupun potensi yang berkembang dari
nasabah paing tindak (interactive relationship) dan nasabah
kompensatif (compensatory relationship) antar sumber daya.41
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
lahan merupakan suatu daerah dipermukaan bumi yang didalamnya
terdapat unsur-unsur seperti tanah, hidrologi, geologi, tumbuhan dan
hewan, dan segala bentuk kegiatan manusia dari masa lampau hingga
masa kini.
Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi
manusia. Lahan menjadikebutuhan manusia baik untuk melangsungkan
kehidupannya maupun kegiatan kehidupan sosial ekonomi maupun
sosial budayanya. Sehingga penggunaan lahan memerlukan
pengawasan sepenuhnya.
Penggunaan lahan menurut Malingreau dalam Ritoraharjo
adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap
ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumber daya
alam dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut
lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material
maupun spiritual atauun kebutuhan kedua-duanya.42
Penggunaan lahan merupakan segala upaya yang dilakukan
manusia dalam memanfaatkan lahan guna kelangsungan hidupnya dan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam kehidupannya.
Menurut Perpres 36 tahun 2005 Tentang Pengadaan tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Dalam pasal
40
Sudrajat, Mengenal lahan Sawah dan Memahami Multifungsinya bagi Kehidupan
Manusia dan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2015), Cet.1, h. 3 41
Ibid. 42
Ritoraharjo, op. cit. h. 18-19
22
5 dinyatakan pengadaan tanah untuk pembangunan meliputi: (a)
jalan umum, jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas
tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih
saluran pembuangan air dan sanitasi; (b) waduk, bendungan, irigasi,
dan bangunan pengairan lainnya; (c) rumah sakit umum dan pusat
kesehatan masyarakat; (d) pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta
api dan terminal; (e) peribadatan; (f) pendidikan atau sekolah; (g)
pasar umum; (h) fasilitas pemakaman umum; (i) fasilitas
keselamatan umu; (j) pos dan telekomunikasi; (k) sarana olah raga;
(l) stasiun penyiaran radio, televisi dan sarana pendukungnya; (m)
kantor Pemerintah, pemerintah daerah, perwakilan negara asing,
Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan atau lembaga-lembaga
internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa; (n)
fasilitas Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisisan Negara
Republik Indonesia sesuai tugas dan fngsinya; (o) lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan; (p) rumah susun sederhana; (q)
tempat pembuangan smapah; (r) cagar alam dan cagar budaya; (s)
pertamanan; (t) panti sosial; (u) pembangkit, transmisi, disrbusi
tenaga listrik.43
Tujuan yang ingin dicapai dalam kebijakan penggunaan lahan menurut
nasution dalam Nugroho dan Dahuri yaitu:
1. Lahan hendaknya diguanakan untuk sebanyak-banyaknya
kemakmuran rayat pada saat sekarang maupun akan datang.
2. Lahan hendaknya digunakan seefektif dan seefisien mungkin
untuk kesejahteraan rakyat.
3. Kebijaksanaan penggunaan lahan hendaknya mampu
mengakomodasi atau mempertemukan bebrbagai aktivitas
pembangunan dan lokasi-lokasi sesuai peruntukkannya, serta
meminimalkan konflik kepentingan.44
Penggunaan tanah dalam penelitian ini adalah untuk pembangunan
infrastruktur yaitu jalan tol, yang lebih dispesifikasikan lagi menjadi
pintu tol.
b. Perubahan Penggunaan Lahan
Lingkungan memiliki sifat berubah-ubah setiap saat. Perubahan
dan perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari
43
Iwan Nugroho dan Rokhim Dahuri, Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekoonomi,
Sosial, dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 166-167 44
Iwan Nugroho dan Rokhim Dahuri , Ibid., h. 167
23
faktor-faktor lingkungan terhadap makhluk hidup akan berbeda-beda
menurut waktu, tempat dan keadaan makhluk hidup itu sendiri.
Perubahan fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perubahan guna lahan. Pengertian perubahan penggunaan lahan secara
umum adalah “transformasi dalam mengalokasikan sumberdaya lahan
dari suatu pengguna ke pengguna lainnya.”45
Perubahan penggunaan lahan tersebut juga bukan tanpa ada sebab,
terdapat empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan
penggunaan lahan menurut Bourne yaitu:
a. Perluasan batas kota
b. Peremajaan pusat kota
c. Perluasan jaringan infrastruktur khususnya jaringan transportasi.
d. Tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu.46
Dalam perencanaan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, faktor-faktor tersebut antara lain manusia, aktivitas,
serta lokasi kegiatan. Hubungan antara ketiga faktor tersebut sangat
berkaitan sehingga dapat disebut sebagai siklus perubahan penggunaan
lahan. Dari hubungan dinamik ini akan timbul bentuk aktivitas yang
akan menimbulkan beberapa perubahan.47
Beberapa perubahan yang akan terbentuk adalah sebagai berikut:
a. Perubahan lokasi (Locational Change)
b. Perubahan perkembangan (Developtment Change)
c. Perubahan Tata Laku (Behavioral Change).48
Dalam penelitian ini, yang dimaksud perubahan penggunaan lahan
yaitu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan tebangun
yaitu jalan tol.
45
Abdul Aziz Hartanto dan Wisnu Pradoto, Pengaruh Pembangunan Jalan Tol terhadap
Perubahan Pola dan Struktur Ruang Kawasan Sidomulyo, Ungaran Timur, Jurnal Teknik PWK
Vol. 3, No. 4 Universitas Diponegoro Tahun 2014, h. 733 46
Ibid. 47
Abdul Aziz Hartanto dan Wisnu Pradoto, Ibid. 48
Ibid.
24
“Menurut Nasution sistem umpan balik penggunaan lahan dapat
mengalir dua arah, yaitu menghasilkan kesejahteraan atau justru
menurunkan produktivitas dan mengganggu keberlanjutan produksi”49
Begitu pentingnya sumber daya tanah bagi keberlangsungan hidup
manusia, seharusnya menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam
kebijakan penggunaan lahan terutama lahan pertanian. Karena lahan
pertanian menjadi ladang usaha dalam mengasilkan pendapatan
masyarakat. Jika lahan pertanian hilang maka akan hilang pula mata
pencaharian masyarakat tersebut, yang kemudian akan menyebabkan
masalah pada aspek-asek kehidupan yang lain
3. Kondisi Sosial Ekonomi
Setiap kehidupan masyarakat akan selalu berkaitan dengan kondisi
sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi dapat dilihat dari segi keadaan
budaya, keadaan sosial ekonomi dalam rumah tangga, agama, politik dan
lain sebagainya. Penelitian ini menyoroti tentang kondisi sosial ekonomi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “kondisi sosial diartikan sebgai
keadaan masyarakat suatu negara pada saat tertentu.”50
Dari pengertian di atas jika di uraikan, “kondisi adalah suatu keadaan.”51
Jadi kondisi merupakan suatu keadaan tertentu yang terjadi pada seseorang
atau suatu objek.
Hakikatnya seorang manusia selain sebagai makhluk individu, mereka
juga sebagai makhluk sosial. Kata sosial dalam bahasa Inggris, “sosial
berasal kata Latin socius, berarti “kawan”.”52
Istilah ini dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai masyarakat. Sosial memiliki arti umum, yaitu
kemasyrakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama
49
Iwan Nugroho, Rokhim Dahuri, Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2012), Cet. II, h. 168 50
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), Cet. III, h. 722. 51
Ibid. 52
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Cet. IX, h.
116
25
atau masyarakat. 53
Sedangkan meurut Soekanto dalam Dadang,
mengemukakan bahwa “sosial adalah berkenaan dengan perilaku
interpesonal, atau yang berkaitan dnegan proses-proses sosial.”54
Manusia sebagai makhluk sosial juga tercantum dalam Qalam Allah
Al-Qur’an yaitu pada ayat kedua pada wahyu pertama yang diterima Nabi
Muhammad Saw., sebagaimana yang diterjemahkan oleh M. Quraish
Shihab dalam Mahmud dkk, sebagai berikut:
Khalaqal insan min „alaq bukan saja diartikan sebagai “menciptakan
manusia dari segumpal darah” atau “sesuatu yang berdempet di dinding
rahim”, tetapi juga dapat dipahami sebagai “diciptakan dinding dalam
keadaan selalu bergantung pada pihak lain atau tidak dapat hidup
sendiri.” Ayat lain dalam konteks ini adalah Surah AL-Hujarat ayat 13.
Dalam ayat tersebut secara tegas dinyatakan bahwa manusia diciptakan
terdiri dari lelaki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
agar mereka saling mengenal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
menurul Al-Qur’an, manusia secara fitri adalah makhluk sosial dan
hidup bermasyarakat merupakan suatu keniscayaan bagi mereka. 55
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat, baik itu interaksi antar
mayarakat yang satu dengan yang lain maupun dengan lingkungan alam
sekitarnya. Dengan demikian bahwa kondisi sosial adalah suatu keadaan
atau kondisi masyarakat yang saling berinteraksi dalam suatu tatanan
kehidupan tertentu yang saling ketergantungan satu dengan yang lain baik
antar masyarakat maupun masyarakat dengan lingkungan alam
disekitarnya.
“Ekonomi adalah segala sesuatu yang sering dikaitkan dengan
uang.”56
Definisi yang lebih lengkap tentang ekonomi adalah “perilaku
individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan
53
Mahmud, Hariman Surya Siregar, Koko Kherudin., Pendidikan Lingkungan Sosial
Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), Cet. I, h. 70 54
Supardan, op. cit., h. 26 55
Mahmud, op.cit., h. 70-71 56
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi &
Makroekonomi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 1
26
sumber daya-sumber daya yang langka dengan dan tanpa uang, dalam
upaya meningkatan kualitas hidupnya.”57
Sedangkan istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“oikosnamos atau oikonomia yang artinya manajemen urusan rumah
tangga, khususnya penyediaan dan administrasi pendapatan.”58
Samuelson dan Nordhaus dalam Dadang, mengemukakan bahwa ilmu
ekonomi merupakan studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam
memilih cara meggunakan sumber daya yang langka dan memiliki
beberapa alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai
komoditi, kemudian menyalurkannya baik saat ini maupun di masa
depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu
masyarakat.59
Ilmu ekonomi menurut pandangan Albert L. Meyers dalam bukunya
“Grondslagen van de moderne economie “ mengemukakan bahwa: “ilmu
ekomomi adalah ilmu pengetahuan yang mempersoalkan kebutuhan dan
pemuas kebutuhan.”60
Kebutuhan dan pemuas kebutuhan menurut Albert L. Meyers yaitu:
1. Kebutuhan manusia (needs)
Setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Kebutuhan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya manusia
sendiri, yang dikelompokkan menjadi empat jenis kebutuhan manusia,
yaitu:
a. Kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
setiap individu seperti sandang, pangan dan papan.
b. Kebutuhan adat istiadat, yaitu kebutuahan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat yang merupakan jati diri suatu kehidupan
masyarakat, seperti pakaian adat.
c. Kebutuhan pekerjaan, yaitu kebutuhan manusia akan pekerjaan dan
alat-alat yang diperlukan dan dipergunakan untuk menghasilkan
57
Ibid. h. 3 58
Supardan, op. cit., h. 336 59
Ibid., h. 367 60
Lukman, Pengantar Teori Mikro Ekomomi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta
dengan UIN Jakarta Press, 2007), Cet. I, h. 1
27
barang-barang dan jasa untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
d. Kebutuhan kepribadian, yaitu kebutuhan akan pengakuan terhadap
keberadaan diri dan kepribadian seperti status sosial , hobi,
pendidikan dan sebagainya.61
2. Alat-alat pemuas kebutuhan (good & service)
Alat-alat pemuas kebutuhan manusia berupabarang (goods) dan
jasa-jasa (services) dan di klasifikaikan menjadi:
a. Benda ekonomi (economic goods)
Merupakan alat pemuas kebutuhan yang dapat berupa barang, jasa
dan sumber daya lain yang tersedia.
b. Barang-barang bebas (free goods), yaitu alat pemuas kebutuhan
manusia yang bebas tesedia dalam perekonomian daam jumlah
lebih besar daripada kebutuhan manusia.
c. Barang masyarakat/umum (public goods), yaitu alat pemuas
kebutuhan manusia yang pada umumnya penyediaanya dilakukan
oleh pemerintah, barang ini bersifat ekonomi bagi si penyedia dan
bersifat barang bebas bagi oemakai, seperti PLTA, PAM dimana
kepada masyarakat dibebankan biaya ganti rugi terhadap investasi
yang dilakukan pemerintah.62
Dari beberapa pengertian ekonomi di atas, dapat disimpulkan bahwa
ekonomi adalah segala cara atau usaha yang dilakukan manusia dalam
rangka memenuhi kebutuhan dengan menggunakan atau tanpa uang demi
meningkatkan kualitas hidup mereka. Manusia juga memiliki berbagai
kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu mulai dari kebutuhan pokok yang
berupa sandang, pangan dan papan. Kebutuhan adat istiadat yaitu
kaitannya dengan hubungan bermasyarakat. Kebutuhan pekerjaan
berhubungan dengan cara manusia menghasilkan barang dan jasa guna
mempertahankan kehidupan. Kebutuhan kepribadian berupa pengakuan
61
Lukman, Ibid., h. 2-3 62
Lukman, Ibid., h. 3-4
28
diri dalam di mata orang lain. Semua kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi jika ada alat pemuas kebutuhan.
Kondisi sosial ekonomi menurut Bintarto yang dikutip oleh Reddy
Zaki bahwa “kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah suatu usaha
bersama dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi atau mengurangi
kesulitan hidup, dengan lima parameter yang dapat digunakan untuk
mengukur kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan.”63
Menurut Mubyarto dalam Basrowi dan Juariyah berpendapat ”tinjauan
sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan
aspek Desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja.
Aspek ekonomi Desa dan peluang kerja berkaitan erat dengan
kesejahteraan Desa.”64
Tidak jauh berbeda dari yang dikemukakan oleh Bintarto, Abdulsyani
dalam Reddy Zaki juga mengemukakan bahwa “sosial ekonomi adalah
kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang
ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingat pendidikan,
usia, jenis rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki.”65
Penulis menyimpulkan bahwa konsisi sosial ekonomi adalah sebuah
keadaan suatu individu atau suatu kelompok masyarakat yang dilihat dari
kedudukannya dimata masyarakat lain. Kedudukan ini dilihat dari usia,
jenis kelamin, tinggat pendidikan, pendapatan, pekerjaan, keadaan rumah
tinggal dan kekayaan yang dimiliki.
a. Indikator yang Menentukan Kondisi Sosial Ekonomi Mayarakat.
Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang berbeda-beda, baik
dri segi sosial maupun ekonominya. Seperti peran, status dan
63
Reddy Zaki Oktama, “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Pendidikan
Anak Keluarga Nelayan di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang
Tahun 2013”. Skripsi pada sarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013, h. 12, tidak
dipublikasikan. 64
Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 7 Nomor 1, 2010, h. 61 65
Reddy Zaki Oktama, op. cit., h. 12
29
kedudukan mereka di masyarakat atau lingkungannya. Menurut
Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers dalam Basrowi dan
Juariyah, menyebutkanciri-ciri keadaan sosial ekonomi, yaitu sebagai
berikut:
1) Lebih berpendidikan
2) Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat
kehidupan, kesehatan, pekerjaan dan pengenalan diri terhadap
lingkungan.
3) Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar.
4) Mempunyai ladang luas.
5) Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk.
6) Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit.
7) Pekerjaan lebih spesifik.66
Ada beberapa indikator yang menentukan kondisi sosial ekonomi
seserang atau masyarakat.
Menurut Linton dalam Basrowi dan Juariyah “kondisi sosial
masyarakat mempunyai lima indikator yaitu: umur dan kelamin,
pekerjaan, prestise, keluarga atau kelompok rumah tangga, dan
keanggotaan dalam kelompok perserikatan”67
Menurut Reddy ada beberapa faktor yang menentukan tinggi
rendahnya keadaan sosial ekonomi di masyarakat, diantaranya “tingkat
pendidikan, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi
lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam
aktivitas kelompok dari komunitasnya”68
Menurut Ilham Septiaman dalam Ricky Pratama “kondisi sosial
ekonomi merupakan suatu keadaan atau tingkat sosial dan ekonomi
masyarakat yang dapat dilihat dari beberapa indikator sepeti
pendidikan, kesehatan, transportasi, mata pencaharian, dan tingkat
pendapatan”69
66
Basrowi dan Siti Juariyah, op. cit., h. 61 67
Basrowi dan Siti Juariyah, h. 62 68
Reddy Zaki Oktama, op. cit., h. 13. 69
Ricky Pratama Putra, “Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota Tangerang
Selatan”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 9, tidak dipublikasikan.
30
Berdasarkan uraian di atas penulis membatasi hanya 4 indikator
yang menentukan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Yaitu
pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan dan budaya.
1) Pendidikan
Menurut Muhibansyah “pendidikan merupakan sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan.”70
Secara istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu
paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak,”71
sedangkan pendidikan dalam bahasa Inggris adalah “education,
berasal dari kata to educate, yaitu mengasuh, mendidik.”72
Sedangkan dalam bahasa Indonesia “pendidikan terdiri dari kata
didik yang mendapat awalan pen- dan akhiran –an, yang berarti hal
atau cara mendidik.”73
Sedangkan menurut undang-undang RI No. 2 Tahun 1989,
“pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan bagi peranannya di
masa yang akan datang.”74
Pasal 1 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.75
Para ahli pendidikan juga mengemukakan tentang pengertian
pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara dalam Mahmud, bahwa
70
Marzuki Mahmud, Landasan Pendidikan, (Ciputat: Haja Mandiri, 2014), Cet.II, h. 18 71
Mahmud, op. cit., h. 18 72
Ibid. 73
Ibid. 74
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sitem Pendidikan Nasional, h. 1 75
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 1
31
“pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu agara mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.”76
Jadi dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa pendidikan adalah suatu cara yang dilakukan seseorang
untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya baik secara
fisik maupun mental sehingga seseorang berkembang menjadi
dewasa dan siap terjun di kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan nasional Indonesia sebagaimana yang tercantum
dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, berfungsi untuk “mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang
bermartabat dalam rangka mecerdaskan kehidupan bangsa.“77
Sedangkan tujuan utama dari pendidikan nasional yaitu “bertujuan
untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”78
Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pendidikan di klasifikasikan dalam tiga
bagian:
1) Pendidikan Formal
Jenjang pedidikan formal terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan mengah, dan pendidikan tinggi.
2) Pendidikan Non-Formal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan
formal.
76
Mahmud, op. cit., h. 19 77
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 3 78
Ibid.
32
3) Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.79
Sekolah merupakan lembaga yang menjadi tempat kegiatan
kependidikan yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik.
Sekolah memiliki jenjang-jenjang tertentu. Mulai dari TK (Taman
Kanak-Kanak), Sekolah Dasar, sampai tingkat perguruan tinggi dan
sejenisnya. Jenjang-jenjang pendidikan tersebut terdiri dari:
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang menjadi
dasar bagi jenjang pendidikan selanjutnya. Bentuk dari sekolah
dasar ini yaitu SD (sekolah dasar), MI (madrasah ibtidaiyah).
Sedangkan sekolah menengah yaitu SMP (sekolah menengah
pertama) dan Mts (madrasah tsanawiyah).
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah ini merupakan kelanjutan dari pendidikan
dasar, yang terdiri dari sekolah menengah umum dan kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah ats (SMA),
madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan
madrasah aliyah kejuruan (MAK).
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi ini dapat berbentuk akademi, politeknik,
sekalah tinggi, institut atau universitas. Jenjang pendidikan ini
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor. 80
2) Pekerjaan
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang individu harus
bekerja untuk mendapatkan penghasilan agar segala kebutuhannya
terpenuhi. Pekerjaan atau profesi merupakan “suatu pekerjaan
79
Ibid., h. 5-8 80
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 6
33
tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga
memperoleh kepercayaan pihak yang membutuhkan. “81
“Pekerjaan merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh
taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan
daerah yang lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan
penduduk dan keadaan demografinya.”82
Jadi pekerjaan merupakan kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari
guna meningkatkan taraf hidupnya.
3) Tingkat Pendapatan
Setelah seseorang berkerja maka ia akan mendapatkan hasil
dari pekerjaanya atau yang biasa disebut dengan pendapatan.
“Pendapatan merupakan jumlah seluruh upah, gaji, laba,
pembayaran bunga, sewa dan bentuk pendapatan yang diterima
rumah tangga dalam periode tertentu.”83
Pendapatan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Pendapatan pokok
Jenis pendapatan ini dihasilkan dari pekerjaan utama yang
bersifat rutin. Pendapatan ini biasanya diterima setiap bulan, ada
pula yang tidak diterima setiap bulan tergantung pada jenis
pekerjaannya.
2. Pendapatan sampingan
Pendapatan sampingan merupakan pendapatan yang diperolah
dari pekerjaan diluar pekerjaan utama. Sehingga tidak semua
orang mempunyai pendapatan jenis ini.
81
H. Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), Cet. II, h. 27-
28 82
Kajian Sosial Ekonomi Rumah Tangga yang Terkena Proyek Pembangunan Jalan Tol
Seksi 2 Ungaran-Bawean, Skripsi pada Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang tahun 2012. h. 37 83
Karl E. Case, Ray C. Fair., Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro, yang diterjemahkan oleh
Berlian Muhamad, (PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005), h. 64
34
3. Pendapatan lain-lain
Pendapatan jenis terkahir ini didapatkan dari hasil pemberian
orang lain, baik berupa barang maupun dalam bentuk uang.84
4) Budaya
Kehidupan sosial ekonomi tidak telepas dari kehidupan budaya
masyarakatnya. Maka dari itu dalam penelitian ini disinggung
mengenai budaya.
“Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansakerta buddhayah,
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.
Sehingga kebudayaan diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan
akal.”85
Kemudian “Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Sumardi memberikan batasan kebudayaan sebagai semua hasil
karya rasa dan cipta masyarakat.”86
Jadi kebudayaan adalah hasil gagasan, ide, karya manusia yang
terwujud dalam betuk fisik maupun non fisik (abstrak) yang
menjadi ciri khas masyarakat tertentu.
Dalam suatu kebudayaan memiliki unsur-unsur yang
menjadikan setiap kebudayaan memiliki ciri khas yang berbeda-
beda sebagaimana yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat87
,
yaitu:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan
Sistem religi merupakan sistem kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat. Sistem religi berisi nilai, norma dan aturan-aturan
hidup dan berfungsi sebagai pengendali perilaku dan
pembimbing bagi para penganutnya. Dalam sistem religi ini ada
ritual-ritual keagamaan seperti upacara keagamaan, ibadah dan
lain-lain.
84 Reddy Zaki Oktama, op. cit., h. 17
85 Koentjaraningrat, op. cit., h. 146
86 H. Hartomo, Arnicun Aziz., Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet.
VII, h. 38 87
Koentjaraningrat, op. cit., h. 165
35
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
Organisasi kemasyarakatan sangat berguna bagi manusia yaitu
untuk membantu mengatur kehidupan bersama. Nilai, norma,
kebiasaan, adat istiadat diciptakan, diajarkan untuk setiap
masyarakat melalui organisasi sosial.
3. Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan sangat penting bagi kehidupan manusia.
Penegtahuan membantu manusia memahami dirnya, orang lain
dan lingkungan alam.
4. Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dengan sesamanya.
Dengan bahasa manusia mengungkapkan pikiran dan perasaan
yang dimilikinya. Setiap kelompok masyarakat memiliki
bahasa-bahasa tersendiri yang dapat menjadi ciri khas
masyarakat tersebut.
5. Kesenian
Kesenian merupakan bagian dari kehidupan keseharian
masyarakat. Indonesia merupakan negara yang kaya akan
keseniannya. Setiap masyarakat memiliki kesenian masing-
masing yang berbeda dari mayarakat lainya.
6. Sistem mata pencaharian hidup
Setiap manusia atau masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan
hidup yang harus ia penuhi. Manusia berusaha memenuhi
kebutuha-kebutuhan hidupnya tersebut, inilah yang disebut mata
pencaharian. mata pencaharian setiap kelompok masyarakat
tidak sama, tergantung pada kondisi alam dan kemampuannya
(pengetahuan dan teknologi).
7. Sistem teknologi dan peralatan
Teknologi dan peralatan hidup sangat penting bagi manusia
guna mempermudah setiap kegiatan kehidupannya. Teknologi
36
dan peralatan hidup manusia terus berkembang seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan manusia.88
4. Indeks Kenyamanan
Rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia.
“Kenyamanan menurut Kobalca adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan
terpenuhinya kenyamanan dapat menyebakan perasaan sejahtera pada diri
individu tersebut.”89
Kenyamanan adalah suatu keadaan perasaan seseorang terhadap suatu
keadaan atau situasi lingkungannya. Tingkat kenyamanan setiap orang
tentu berbeda-beda tergantung persepsi masing-masing orang tersebut.
“Dalam ilmu arsitektur dikenal paling sedikit empat macam
kenyamanan, meliputi kenyamanan ruang, kenyamanan penglihatan,
kenyamanan pendengaran, kenyamanan suhu.”90
Dari penjelasan di sebelumnya maka macam-macam kenyamanan
dijabarkan seperti berikut ini:
a. Kenyamanan Pengelihatan (Visual)
Kenyamanan pengelihatan berkaitan dengan standar pencahayaan dan
standar tingkat kesilauan.91
b. Kenyamanan Pendengaran (Audial)
Kenyamanan yang berkaitan dengan bunyi. “Kebisingan adalah bunyi
yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan kenyamanan manusia.”92
Dampak yang
ditimbulkan dari kebisingan adalah terganggunya kesehatan dan
88
Yanuarius Koli Bau, Pengantar Sistem Sosial Budaya, (Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2009), Cet. I, h. 56-62 89
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31418/4/Chapter%2520II.pdf, h. 10,
tidak dipublikasikan 90
M. Husni Kotta, Suhu Netral Dan Rentang Suhu Nyaman Manusia Indonesia (Studi
Kasus Penelitian Pada Bangunan Kantor Di Makassar), Jurnal Metropilar Volume 6 Nomor 1
Januari 2008, Fakultas Teknik Universtas Holuoleo, h.23 91
http://erepo.unud.ac.id/9551/3/577fa127307581f96b9aaa5d4929ff4d.pdf, h. 14, tidak
dipublikasikan 92
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga, Pedoman Pelaksanaan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, Nomor: 012/PW/04, h. 11
37
kenyamanan antara lain: gangguan pendengaran, gangguan percakapan,
gangguan tidur, gangguan psikologis, gangguan produktivitas kerja dan
gangguan emosional.93
c. Kenyamanan Ruang (Spasial)
Kenyamanan ruang atau spasial berkaitan dengan kemudahan
pergerakkan individu.94
d. Kenyaman Suhu (Thermal)
Kenyamanan thermal berkaitan dengan varibel iklim, seperti temperatur
udara, kelembaban, dan kecepatan aliran udara.95
Terdapat beberapa standar yang berkaitan dengan kenyamanan
termal diantaranya adalah standar kenyamanan termal Indonesia
SNI T-14-1993-03, yang membagi zona kedalam tiga bagian yaitu:
1) Sejuk Nyaman, 20,5-22,80C,
2) Nyaman Optimal 22,8-25,80C,
3) Hampir Nyaman 25,80C-27,1
0C, dengan kelembaban relatif
udara 50%-80%.96
5. Masyarakat
Masyarakat merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab
“syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Sedangkan dalam bahasa
Inggris istilah masyarakat biasa disebut society yang berasal dari bahasa
Latin socius, berarti “kawan”.”97
“Masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat konti nu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.”98
Menurut WJS. Poerwodarminto dalam Hartomo dan Aziz,
mengemukakan bahwa “masyarakat adalah pergaulan hidup manusia,
sehimpunan orag yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-
ikatan dengan antara aturan tertentu.”99
93
Ibid. 94
http://erepo.unud.ac.id/9551/3/577fa127307581f96b9aaa5d4929ff4d.pdf, h. 13, tidak
dipublikasikan 95
Nasrullah, dkk, Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor, Prosiding Temu
Ilmiah IPLBI 2015, h. 46 96
Nasrullah, dkk., h. 46 97
Koentjoroningrat, op. cit., h. 116 98
Ibid., h. 118 99
Hartomo dan Arnicun Aziz, op. cit., h. 88
38
Selanjutnya menurut Ralph Linton sebagaimana dikutip oleh
Mahmud, “masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah hidup
dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang dirumuskan dengan jelas.”100
Sedangkan M.M Djojodigoeno mengkonsepkan masyarakat menjadi dua
yaitu “masyarakat dalam arti luas dan sempit”.101
Berdasarkn konsep
tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat dalam arti luas dicontohkan
dengan masyarakat Indonesia. Sebaliknya masyarakat dalam arti sempit
terdiri dari warga suatu kelompok yang mempunyai kekerabatan seperti
marga atau suku.102
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
masyarakat adalah sekelompok individu yang berkumpul dan berinteraksi
dalam satu wilayah yang sama, saling ketergantungan dan hidup dalam
jangka waktu yang lama. Kemudian menghasilkan suatu kebudayaan
tertentu yang menjadi ciri khas masyarakat tertentu.
a. Proses Terbentuknya Masyarakat
Masyarakat terbentuk akibat adanya reaksi terhadap
lingkungannya. Hal ini karena manusia pada dasarnya memiliki dua
keingingan yaitu keinginan untuk berkumpul dengan manusia lainnya
sebagaimana kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan keinginan
untuk menyatu dengan lingkungan alamnya.
Menurut Bagja Mulya dalam Mahmud, bahwa untuk terbentuknya
suatu masyarakat harus terpenuhi beberapa unsur berikut ini:
1) Terdapat sekumpulan orang
2) Bermukim di suatu wilayah yang sama dalam jangka waktu yang
lama
3) Perekrutan anggotanya sebagaian besar melalui kelahiran
4) Adanya sistem tidakan utama yang bersifat swasembada
100
Mahmud, Hariman Surya Siregar dan Koko Khoerudin, op. cit., h. 157 101
Koentjaraningrat, op. cit., h. 119 102
Koentjaraningrat , h.119
39
5) Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama
6) Menghasilkan suatu kebudayaan berupa sistem nilai, sistem ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan kebendaan.103
b. Tipe-Tipe Masyarakat
Dalam ilmu antropologi terdapat dua tipe masyarakat, yaitu:
1) Pertama, satu masyarakat kecil yang belum begitu kompleks,
yaitu belum mengenal pembagian kerja, belum mengenal tulisan,
dan teknologinya masih sederhana, satu masyarakat yang struktur
dan aspek-aspeknya masih dapat dipelajari sebagai satu kesatuan.
2) Kedua, masyarakat yang sudah kompleks, yang sudah jauh
menjalankan spesialisasi dalam segala bidang, karena ilmu
pengetahuan modern sudah maju, teknologi maju, sudah
menegnal tulisan, satu masyarakat yang sukar dilihat sekaligus
segi-segi kegiatannya, dan hanya diselidik dengan baik dan
didekati sebagian saja.104
c. Perubahan Sosial Masyarakat
Setiap individu dalam hidupnya pasti mengalami perubahan, begitu
juga dengan masyarakat yang hakikatnya oerkumpulan dari individu
pasti seiring berjalannya waktu akan mengalami perubahan. Perubahan
tersebut bisa berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, dapat juga
berasal dari luar masyarakat. Perubahan ini dapat berkaitan dengan
sistem nilai, perilaku masyarakat, kekuasaan dalam masyarakat
lembaga kemasyarakatan dan lain sebagainya.
Pengertian perubahan sosial sendiri menurut Selo Soemardjan
adalah “segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.”105
Soerjono Soekanto dalam pengertian di atas menekankan
perubahan sosial pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
kemudian berpengaruh pada segi-segi kehidupan masyarakat yang lain.
103
Mahmud, Hariman Surya Siregar dan Koko Khoerudin, op. cit., h. 158 104
Hartomo dan Arnicun Aziz, op. cit., h. 90-91 105
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet.44,
h. 263
40
Selanjutnya menurut Gillin dan Gillin, bahwa “perubahan sosial
sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik
karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.”106
Willian Ogburn menyatakan batasan ruanglingkup perubahan
sosial, mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materiil
maupun yang tidak bersifat tidak materiil (immaterial) dengan
menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang
materiil terhadap unsur-unsur immaterial.107
Menurut Kingsley Davis, perubahan sosial merupakan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.108
Sedangkan menurut Mac Iver perubahan-perubahan sosial dikatakan
sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social
relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan
(equilibrium) hubungan sosial.109
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa perubahan
sosial adalah perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Perubahan tersebut dapat terjadi pada nilai-nilai sosial, perilaku sosial,
kelembagaan masyarakat dan lain sebagainya. Perubahan tersebut dapat
terjadi bersal dari dalam masyarakat itu sendiri dan dapat juga berasal
dari luar masyarakat.
d. Bentuk Perubahan Sosial
1) Perubahan sosial secara lambat (evolusi)
Perubahan sosial secara lambat merupakan perubahan yang terjadi
dalam kurun waktu yang relatif lama. Dalam prosesnya memerlukan
rentetan perubahan kecil secara lamban yang titunjukkan oleh sikap
dan perilaku masyarakat yang menyesuaikan dirinya dengan adanya
106 Soerjono Soekanto, h. 263
107 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi. Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial:Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 610 108
Ibid. 109
Soerjono Soekanto, h. 263
41
pergeseran sosial sesuai keperluan, keadaan, dan kondisi yang baru
dan sejalan dengan adanya proses pertumbuhan. 110
2) Perubahan sosial secara cepat (revolusi)
Perubahan secara cepat akan terjadi pada sendi-sendi atau dasar-
dasar pokok dari kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga
kemasyarakatan). Perubahan yang terjadi dapat direncanakan
terlebih dahulu maupun terjadi tanpa perencanaan.111
e. Teori Perubahan Sosial
Dalam prubahan sosial, terdapat dua teori utama seperti yang
dikemukakan oleh ruswanto, yaitu sebagai berikut:
1. Teori Siklus
Menurut teori ini perubahan merupakan sesuatu yang tidak dapat
direncanakan atau diarahkan karena perubahan ini memiliki pola
yang melingkar atau dapat dikatakan perubahan sosial menurut teori
ini sebagai sesuatu yang berulang ulang. Apa yang terjadi sekarang
memiliki kesamaan dengan apa yang terjadi zaman dahulu.112
2. Teori Perkembangan/Teori Linier
Teori ini mengemukakan bahwa perubahan sosial bersifat linier atau
dapat diarahkan karena sifatnya yang berkembng ke suatu titik
tujuan tertentu. Masyarakat berkembang dari tradisional menuju
masyarakat modern.113
f. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial Masyarakat
Suatu perubahaan tidak terjadi begitu saja, tetapi ada penyebab
mengapa perubahan itu terjadi. Maka begitu pula dengan perubahan
sosial yang terjadi dimasyarakat yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu
perubahan yang diakibatkan dari dalam masyarakat itu sendiri dan yang
diakibatkan oleh sesuatu yang berasal dari auar masyarakat,
sebagaimana dijelaskan berikut ini:
110
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h.613 111
Ibid., h. 620 112
Mahmud, Hariman Surya Siregar dan Koko Khoerudin, op. cit., h.165 113
Ibid., h. 166
42
1. Faktor dari Dalam Masyarakat
a. Bertambah dan berkurangnya penduduk
Bertambahnya penduduk menyebabkan perubahan pada struktur
masyarakat yaitu utamanya pada lembaga kemasyarakatan.
Berkurangnya penduduk yang diakibatkan perpindahan penduduk
akan myebabkan kekosongan misalnya dalam bidang pembagian
kerja dan stratifikasi sosial, yang kemudian berpengaruh terhadap
lembaga kemasyarakatan.
b. Penemuan-penemuan baru
Ada dua bentuk penemuan baru yang menyebabkan perubahan
sosial masyarakat yaitu discovery dan invention. “Discovery
merupakan penemuan unsurkebudayaan yang baru baik berupa
alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang
individu atau serangkaian ciptaan para individu.”114
Invention
merupakan penmuan baru yang telah diterima masyarakat.
c. Pertentangan dalam masyarakat
Pertentangan yang terjadi di masyarakat memungkinkan dapat
menyebabkan perubahan di masyarakat itu sendiri.
d. Terjadinya pemberontakkan/revolusi
Pemberontakkan atau revolusimenyebabkan perubahan-perbahan
dalam tatanan kehidupan masyarakat.115
2. Faktor dari Luar Masyarakat
Perubahan dapat pula disebabkan karena pegaruh dari luar
masyarakat, yaitu sebagai berikut:
a. Pengaruh lingkungan alam
Alam memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat, yaitu
salah satunya berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.
114
Soekanto, op. cit., h. 276 115
Ibid., h. 276-281
43
b. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Adanya interaksi dengan masyarakat lain menyebabkan tejadinya
peubahan. Perubahan ini dapat bersifat positif dan negatif.
c. Peperangan
Tidak ada satupun manusia di dunia yang menginginkan perang,
karena perang menyababkan begitu banyak perubahan yang
bersifat negatif.116
Jadi penulis menyimpulkan bahwa faktor penyebab perubahan sosial
ekonomi masyarakat dalam penelitian ini adalah diakibatkan karena pengaruh
lingkungan alam. Berubahnya lingkungan alam tentu saja akan berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat tak terkecuali pada kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang hakikatnya selalu tergantung pada kondisi alam tersebut.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan untuk menunjang penelitian ini seperti
terlihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan
No. Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
1. Suci Puji
Astuti
“Pengaruh
Pembanguan
Jalan Tol
Cikampek-
Palimanan
terhadap
Kondisi Sosial
Ekonomi
Masyarakat di
Kecamatan
Kalijati
Kabupaten
Subang”
(Skripsi UPI
2014, Jurusan
Pendidikan
Geografi)
Tidak
terdapat
pengaruh
terhadap mata
pencaharian,
sedangkan
terhadap
pendapatan
dan
kepemilikan
tempat
tinggal
terdapat
pengaruh
yang ditandai
dengan
peningkatan
taraf hidup
Membahas
pengaruhnya
terhadap
kondisi sosial
ekonomi
Membahas
pengaruh-
nya terhadap
perubahan
fisik
116
Mahmud, Hariman Surya Siregar dan Koko Khoerudin, op. cit., h.171
44
masyarakat.
2. Zarina “Dampak
Pembangunan
Jalan Tol
Gempol-
pandaan
Terhadap
Kondisi Sosial
Ekonomi
Penduduk di
Desa
Wonokroyo
Kecamatan Beji
Pasuruan”
(Jurnal
Pendidikan
Geografi UNS
2013)
Berdampak
buruk
terhadap
sosial dan
ekonomi
masyarakat
dilihat dari
hubungan
sosial dan
pendapatan
masyarakat
yang
menurun.
Membahas
pengaruhnya
terhadap
kondisi sosial
ekonomi
Membahas
pengaruh-
nya terhadap
perubahan
fisik
3. Abdul
Aziz
Hartanto
dan
Wisma
Pradoto
“Pengaruh
Pembangunan
Jalan terhadap
Perubahan Pola
dan Struktur
Tata Ruang
Kawasan
Sidomulyo,
Ungaran
Timur”. (Jurnal
Teknik
Perencanaan
Wilayah dan
Kota, UNDIP
2014)
Terdapat
perubahan
guna lahan
yang cukup
signifikan.
Lebih dari
50%
lahan non-
terbangun
ditahun 2008
berubah
menjadi lahan
terbangun di
tahun 2013.
Membahas
pengaruhnya
terhadap
perubahan
fisik dalam hal
ini perubahan
guna lahan.
Membahas
pengaruh-
nya terhadap
perubahan
sosial
ekonomi.
4. Indah
Dwi
Septiani
“Kajian Sosial
Ekonomi
Rumah Tangga
yang Terkena
Proyek
Pembangunan
Jalan Tol Seksi
2 Ungaran-
Bawen”.
(Skripsi Jurusan
Pembangunan
Jalan Tol
menyebabkan
berubahnya
kondisi sosial
dan ekonomi
masyarakat
teruatama
terhadap
hubungan
Mengkaji
tentang
dampak
pembangunan
Jalan Tol
terhadap
kondisi sosial
dan ekonomi.
Membahas
pengaruhnya
terhadap
perubahan
fisik
Tabel 2.1 (Lanjutan)
45
Geografi,
Fakultas Ilmu
Sosial
Universitas
Negeri
Semarang,
2012)
sosial dan
kepemilikan
kekayaan.
C. Kerangka Berpikir
Pengaruh merupakan akibat yang ditimbulkan oleh suatu hal, baik
bersifat baik maupun buruk. Pembangunan jalan tol berpengaruh positif bagi
kondisi fisik maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat. Namun di sisi lain
pembangunan tersebut juga memberikan pengaruh negatif. Perubahan fisik
yang terjadi akibat dari pembangunan jalan tol tersebut dapat berupa
perubahan tanah, air dan iklim. Sedangkan perubahan kondisi sosial dan
ekonomi meliputi perubahan mata pencaharian, tingkat pendapatan dan
tingkat pendidikan.
Dari uraian di atas maka kerangka berpikir untuk penelitian ini
digambarkan pada Bagan 2.1
46
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Hasil Penelitian
Pembangunan Jalan
Tol
Kondisi Sosial
Ekonomi
Kondisi Fisik Secara
Umum
Pengaruh
1. Mata Pencaharian
2. Tingkat Pendapatan
3. Pendidikan
4. Budaya
5. Agama
6. Kenyamanan
Tanah/Lahan dan
bangunan
Analisis
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Banjaranyar, Kecamatan Brebes, Kabupaten
Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Brebes secara administrasi terletak
antara 6049’ – 6
053’ LS dan antara 108
053’ – 109
00’ BT. Lokasi penelitian ini
digambarkan pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di semester genap yaitu dari bulan Desember 2016
hingga bulan November 2017 seperti terlihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian
No. Tahap Penelitian
Waktu Penelitian
Bulan
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Seminar Proposal
2. Revisi Proposal
3. Penyusunan Bab I
3. Penyusunan Bab II
Kajian Teori
48
4. Penyusunan Bab III
Metodologi
Penelitian
5. Penyusunan Bab IV
Hasil Penelitian
6. Penyusunan Bab V
Simpulan dan
Saran
7. Penyusunan
Laporan Penelitian
8. Sidang Skripsi
9. Wisuda
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif deskriptif, yaitu hasil perhitungan statistik yang
kemudian dideskripsikan untuk memperjelas hubungan perubahan fisik dan
sosial ekonomi terhadap pembangunan pintu tol Brebes Timur. Cara
penentuan responden menggunakan teknik sampel area (area sampling)
dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, angket dan
wawancara.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.1
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di
lingkungan terdekat pintu tol yaitu berjumlah 56 kepala keluarga yang
berada di RT/RW 01/02 Desa Banjaranyar.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti semua individu dalam populasi,
maka untuk meneliti objek yang akan diteliti diwakilkan oleh sebagian
populasi yaitu menggunakan sampel.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, ( Bandung,: Alfabeta,
2009), Cet.8, h. 80
Tabel 3.1 (Lanjutan)
49
2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian
dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh
sampel.2 Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah area
sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan daerah populasi yang
telah ditetapkan.3 Jumlah sampel yang dijadikan responden dalam
penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu:
Keterangan:
n : jumlah elemen/anggota sampel
N : jumlah elemen/anggota populasi
e : error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1 %
atau 0.01, 5 % atau 0.05, dan 10 % atau 0.1)
Pada penelitian ini menggunakan batas kesalahan yang ditolerir sebesar
10 %.
=
Berdasarkan hasil perhitungan rumus, maka jumlah sampel yang akan
di teliti dalam penelitian adalah berjumlah 36 orang. Jumlah ini menurut
penulis dinilai sudah cukup representatif dari total populasi tersebut.
D. Variabel Penelitian
Definisi variabel menurut Hatch dan Farhady adalah “atribut seseorang
atau objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau
satu objek dengan objek yang lain.”4
Ada dua variabel di dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y). Variabel bebas merupakan yang mempengaruhi atau
2 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metode Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,
2011), h. 124 3 Op.cit., h. 83
4 Ibid., h. 38
50
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan
variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
dari adanya variabel bebas.
Maka variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembangunan pintu tol Brebes
Timur
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan fisik dan sosial
ekonomi masyarakat Desa Banjaranyar, Kecamatan Brebes.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi “observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.”5 Jadi dengan kata lain observasi adalah proses
pengamatan suatu objek yang dilakukan dengan panca indera terutama
peneglihatan dan pendengaran. Teknik observasi ini dilakukan untuk
mengetahui perubahan fisik lahan setelah pembangunan pintu tol Brebes
Timur.
2. Angket
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden utuk dijawabnya. Angkat disusun berdasarkan
variabel yang ditentukan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh informasi
atau data langsung dari masyarakat terkait dengan pembangunan pintu tol
Brebes Timur mengenai perubahan fisik dan sosial ekonomi masyarakat
dilihat dari perubahan fisik lahan, mata pencaharian, pendidikan, dan
tingkat pendapatan.
5 Ibid., Sugiyono, h. 145
51
3. Wawancara
Wawancara adalah semacam dialog atau tanya jawab antara
pewawancara dengan responden dengan tujuan memperoleh jawaban-
jawaban yang dikehendaki.6 Teknik wawancara dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data atau informasi langsung dari
pemerintah maupun instansi terkait dengan pembangunan pintu tol Brebes
Timur.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan
menggunakan gambar, peta, rekaman, video, sehingga adanya bukti
penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam atau sosial yang diamati. Fenomena-fenomena tersebut biasa
dikenal dengan variabel penelitian.7 Secara singkat instrumen penelitian
adalah alat ukur penelitian. Instrumen penelitian harus valid dan reliabel.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sedangkan reliabel berarti instrumen yang jika digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama.8
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati langsung tentang
gambaran keadaan di Desa Banjaranyar setelah adanya pembangunan
pintu tol Brebes Timur. Aspek yang diamati meliputi:
1. Kondisi fisik di sekitar pintu tol
2. Persawahan yang menjadi mata pencaharian warga
3. Permukiman warga
6 Sudjarwo dan Basrowi, Manajemen Penelitian Sosial, (Bandung: Mandar Majum, 2009),
h. 165 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, ( Bandung,: Alfabeta,
2009), Cet.8, h. 102 8 Ibid., h. 121
52
4. Jalan yang berhubungaan dengan pintu tol
5. Rumah warga yang terkena pembebasan lahan
6. Pedagang di sekitar pintu tol
Aspek-aspek di atas digambarkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Pedoman Observasi
No. Aspek Yang Diamati Deskripsi
1 Kondisi fisik disekitar
pintu tol
2 Persawahan yang menjadi
mata pencaharian warga
3 Permukiman warga
4 Jalan yang berhubungaan
dengan pintu tol
5 Rumah warga yang
terkena pembebasan lahan
6 Pedagang di sekitar pintu
tol
2. Lembar Angket
Lembar angket digunakan untuk mendapatkan informasi dari
masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pembangunan pintu
tol Brebes Timur terhadap perubahan fisik dan sosial ekonomi masyarakat
di Desa Banjaranyar. Kisi-kisi angket terlihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Perubahan Fisik dan Kondisi Sosial
Ekonomi
Variabel Dimensi Indikator No. Soal
Pembangunan
Pintu Tol
Kepemilikan
lahan
1. Jenis lahan yang dimiliki
2. Jenis lahan yang
dikonversi
3. Harga ganti rugi
1,2,3
Perubahan
Fisik
Lahan 1. Lahan menjadi area
tebangun.
2. Akses jalan
28,29,30
Kondisi
Sosial
Ekonomi
Pekerjaan 1. Pekerjaan sebelum ada tol
2. Pekerjaan sesudah ada
tol.
3. Pekerjaan utama dan
sampingan
4. Penyerapan tenaga kerja
lokal dalam pembangunan
14,15,16
,17,18,
24
53
Pintu Tol Brebes Timur
Pendapatan 1. Pendapatan sebelum ada
tol
2. Pendapatan sesudah ada
tol
19,20,21
,22,23
Pendidikan 1. Tingkat pendidikan
2. Kemudahan akses menuju
sekolah
4, 5, 6, 7
,8,9
Budaya Budaya gotong royong,
budaya panen, budaya
organisasi, kesenian, lain-
lain
10,11
Agama Aktivitas keagamaan
sehai-hari 12, 13
Kenyamanan 1. Keamanan
2. Kebisingan
3. Udara
25,26,27
3. Lembar Wawancara
Lembar wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
data atau informasi dari pemerintah mengenai luas lahan, harga lahan, dan
jenis lahan yang terkena proyek pembangunan pintu tol Brebes Timur.
Tujuan menggunakan instrumen observasi, angket dan wawancara dalam
penelitian ini adalah untuk mempermudah pengkodean dan untuk
menghemat waktu bagi peneliti. Kisi-kisi pedoman wawancara dijabarkan
pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Tujuan Masalah
Penelitian
Butir-Butir
Pertanyaan
Nomor
Pertanyaan
Memperoleh
informasi waktu
pembangunan
dan
pengoperasian
Pintu Tol
Waktu
pembangunan dan
pengoperasian
Pelaksanaan
pembangunan dan
pengoperasian
Pintu Tol Brebes
Timur
1
Memperoleh
informasi
mengenai harga
kompensasi
lahan
Jenis Lahan Jenis lahan yang
dikonversi
menjadi lahan
terbangun,
seperti:
a. Pertanian
b. Perkebunan
3
Tabel 3.3 (Lanjutan)
54
c. Perumahan
Luas Lahan Luas lahan yang
dikonversi (lebar,
panjang, dan luas)
4
Harga Lahan Harga lahan yang
dikonversi
Rp/meter.
6
Status
kepemilikan lahan
1. Milik
perorangan/
warga
2. Milik
pemerintah
desa
5
Memperoleh
informasi
mengenai
respon
masyarakat
terhadap
pembangunan
Pintu Tol Brebes
Timur
Persepsi tentang
pembebasan lahan
Respon
masyarakat
terhadap
pembebasan lahan
2
Mengetahui
perubahan mata
pencaharian
masyarakat
Mata pencaharian 1. Perubahan
mata
pencaharian
masyarakat
2. Penyerapan
tenaga lokal
7, 8
Mengetahui
pengaruh
pembangunan
Pintu Tol Brebes
Timur secara
umum bagi
masyarakat
Pengaruh positif
dan negatif
pembangunan
Pintu Tol 9,10
Jumlah butir pertanyaan 10
G. Teknik Analisis Data
Setelah data dari lapangan terkumpul dan diolah maka langkah
selanjutnya yaitu analisis data, adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Skala Likert
Skala likert merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tenatng fenomena
Tabel 3.4 (Lanjutan)
55
sosial.9 Skala ini digunakan untuk memberikan skor pada setiap
pertanyaan dalam kuesioner.
Tabel 3.5 Bobot Nilai Kuesioner Pengaruh Pembangunan Pintu Tol
Brebes Timur terhadap Perubahan Fisik dan Sosial Ekonomi
Masyarakat Desa Banjaranyar
No. Kategori Jawaban Bobot Nilai
1 A 5
2 B 4
3 C 3
4 D 2
5 E 1
Setelah menentukan bobot nilai untuk kuesioner, maka selanjutnya
adalah menentukan jumlah skor seluruh responden menggunakan skala
likert. Maka jumlah skor seluruh responden adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6 Jumlah skor seluruh responden
Keterangan Jumlah Skor
Minimal 36 (responden) x 1 = 36
Kuartil 36 (responden) x 2 = 72
Median 36 (responden) x 3 = 108
Kuartil III 36 (responden) x 4 = 144
Maksimal 36 (responden) x 5 = 180
Dari Tabel 3.6, jumlah skor diurutkan berdasar kategori:
Skor Kategori
>146 = Sangat Tinggi
110 – 145 = Tinggi
74 – 109 = Sedang
37 – 73 = Rendah
0 – 36 = Sangat Rendah
2. Analisis Persentase
Analisis persentase digunakan untuk menghitung besarnya proporsi
dalam setiap alternatif jawaban, sehingga kecenderungan jawaban
responden dan fenomena lapangan dapat diketahui. Rumus analisis
persentase adalah :
9 Sugiyono, Op.cit., h. 93
56
Rumus persentase:
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi setiap kategori jawaban
n = Jumlah seluruh responden
100 % = Bilangan Konstanta
Tabel 3.7 Kriteria Persentase
(%) Keterangan
0 Tidak Ada
1 – 24 Sebagian Kecil
25 – 49 Kurang dari Setengahnya
50 Setengahnya
51 – 74 Lebih dari Setengahnya
75 – 99 Sebagian Besar
100 Seluruhnya
Sumber: Suci Pujiastuti, 201410
10
Pengaruh Pembanguan Jalan Tol Cikampek-Palimanan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang, Skripsi S1 Universitas Pendidikan
Indonesia, 2014
𝑃 𝑓
𝑁 x 100
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Banjaranyar merupakan desa yang termasuk ke dalam Kecamatan
Brebes, Kabupaten Brebes. Desa Banjaranyar memiliki luas wilayah 208 Ha.
Berdasarkan sejarah nama Desa Banjaranyar berasal dari kata “banjar” yang
artinya desa atau dusun dan “anyar” yang berarti baru. Jadi Desa Banjaranyar
memiliki arti Desa Baru.
Selanjutnya Batas administrasi Desa Banjaranyar digambarkan dengan peta
pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Banjaranyar
Dari peta batas administrasi pada Gambar 4.1, Desa Banjaranyar
digambarkan dengan warna biru, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a) Sebelah Utara : Desa Kaligangsa Kulon dan Desa Limbangan
Wetan.
b) Sebelah Selatan : Desa Krasak.
c) Sebelah Timur : Desa Kaligangsa Kulon dan Desa Lembarawa.
58
d) Sebelah Barat : Desa Gandasuli dan Desa Limbangan Wetan.
Desa Banjaranyar, berdasarkan letak Kecamatan Brebes memiliki
ketinggian tanah 3 meter di atas permukaan laut dan dengan curah hujan
sebanyak 151 mm/tahun.
1. Wilayah administratif terdiri dari:
a) Jumlah Dusun : 1 Dusun
b) Jumlah Rukun Warga : 5 Rukun Warga
c) Jumlah Rukun Tetangga : 30 Rukun Tetangga
Dalam hal ini dusun yang dimaksud adalah Desa Banjaranyar itu sendiri.
Di dalamnya terdapat 5 rukun warga dan 30 rukun tetangga.
2. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Banjaranyar dijabarkan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok
Umur
Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
L + P
(Jiwa)
0 – 4 681 665 1346
5 – 9 318 305 623
10 – 14 374 375 749
15 – 19 357 346 703
20 – 24 361 369 730
25 – 29 337 356 693
30 – 34 351 357 708
35 – 39 333 333 666
40 – 44 308 307 615
45 – 49 302 305 607
50 – 54 141 142 283
55 – 59 133 127 260
60 – 64 49 40 89
65 – 69 19 29 48
70 + 10 02 12
Jumlah 4078 4058 8136
Sumber: data monografi desa 2017
Untuk di daerah pengambilan sampel yaitu RT/RW 01/02 memiliki
jumlah penduduk sebanyak 287 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 56 kepala keluarga.
59
Tabel 4.2
Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Mata
Pencaharian
Mata Pencaharian Jiwa
Petani tanaman pangan 1692
Petani ternak 19
Petani tambak / kolam 5
Buruh tani 1728
Nelayan -
Pengusaha 2
Buruh industri / pabrik 415
Buruh bangunan 606
Pedagang 1403
Pekerja angkutan 90
Pegawai Negeri Sipil 33
Tentara / Polisi 1
Pensiunan / Purnawirawan 6
Pekerja Jasa 40
Pegawai Swasta (non buruh) 8
Jumlah 6048
Sumber: data monografi desa 2017
Dari Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk
Desa Banjaranyar memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani.
Sedangkan di RT/RW 01/02 masyarakat memiliki mata pencaharian
sebagai wiraswasta, pedagang, buruh tani, pegawai swasta dan pegawai
desa (pamong).
Agama masyarakat Desa Banjaranyar secara keseluruhan adalah
beragama Islam.
Tingkat pendidikan yang ditamatkan masyarakat Desa Banajaranyar
sebagian besar adalah tamat SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA, tidak/belum
tamat, tidak/belum pernah sekolah, D-III/Sarjana Muda, S1/D-IV, D-I/II,
dan S2/S3. Sedangkan di RT/RW 01/02 sebagian masyarakatnya memiliki
tingkat pendidikan tamat SD/MI.
3. Penggunaan Tanah dan Peruntukkannya
Tanah di Desa Banjaranyar sebagian besar digunakan sebagai lahan
sawah irigasi teknis, bagunan/pekarangan dan lain-lain (jalan, sungai,
kuburan dll).
60
B. Deskripsi Data
1. Analisis Hasil Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk melihat secara langsung
kehidupan masyarakat Desa Banjaranyar setelah adanya pintu tol Brebes
Timur. Pintu tol Brebes Timur merupakan bagian dari ruas jalan tol
Pejagan-Pemalang. Pintu tol ini mulai beroperasi tahun 2014. Pintu tol ini
menjadi primadona saat musim mudik tahun lalu, karena dianggap
mempercepat perjalan mudik. Namun terjadi petaka bagi pemudik yang
melewati jalur tersebut, seperti yang dilansir kumparan.com bahwa sekitar
1 Juli 2016 terjadi kemacetan total di pintu keluar tol ini, kondisi macet ini
menyebabkan mobil dan kendaraan bermotor lainnya berhenti sampai 20
jam. Kemacetan total ini juga menyebabkan 12 pemudik meninggal dunia.
Imbas dari kemacetan tersebut juga memunculkan banyak fenomena yaitu
diantaranya tejadinya antrian panjang di SPBU sehingga memunculkan
penjual bensin eceran yang harganya mencapai Rp 50 ribu, adanya WC
dadakan, dan banyaknya masyarakat sekitar pintu tol yang berjualan di
sekitar pintu tol tersebut.
Dari paparan di atas menjadi alasan penulis melakukan observasi
secara langsung. Instrumen observasi sudah dipaparkan peneliti pada bab
3. Hal-hal yang diobservasi yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a) Kondisi fisik disekitar pintu tol
Kondisi fisik yang diobservasi dalam penelitian ini adalah kondisi
disekitar pintu tol yaitu bangunan-bangunan yang berdiri disekitar pintu
tol tersebut. Hasil observasi terkait kondisi fisik disekitar pintu tol
digambarkan pada Gambar 4.2
61
Sumber: hasil observasi penelitian 2017
Gambar 4.2 Kondisi Fisik Disekitar Pintu Tol
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, yang digambarkan
pada Gambar 4.2 didapatkan bahwa bangunan-bangunan yang ada
disekitar pintu tol merupakan bangunan pendukung pintu tol seperti
bangunan loket tol, kantor loket tol, pos jaga polisi dan tempat parkir
pegawai.
b) Persawahan
Persawahan dalam penelitian ini adalah areal persawahan yang
berada disekitar pintu tol yang menjadi sumber penghidupan
masyarakat Desa Banjaranyar. Hasil observasi terlihat pada Gambar 4.3
Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017
Gambar 4.3 Areal Persawahan
62
Dari hasil observasi yang dilakukan, didapatkan bahwa area
persawahan disekitar pintu tol banyak ditanami tanaman bawang, cabai,
jagung dan padi.
c) Permukiman warga
Permukiman warga dalam penelitian ini merupakan kondisi tempat
tinggal warga Desa Banjaranyar. Hasil observasi dapat dilihat pada
Gambar 4.4
Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017
Gambar 4.4 Permukiman Warga
Dari hasil observasi didapatkan bahwa sebagian besar bangunan
rumah-rumah warga merupakan bagunan permanen (terbuat dari
tembok).
d) Jalan desa yang berhubungan dengan pintu tol
Jalan desa dalam penelitian ini adalah jalan yang menghubungkan
Desa Banjaranyar dengan pintu tol Brebes Timur yang digambarkan pada
Gambar 4.5
63
Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017
Gambar 4.5 Jalan Desa
Dari hasil observasi yang dilakukan, didapatkan bahwa jalan desa
yang terhubung dengan pintu tol kondisinya cukup baik, badan jalan
sebagian terbuat dari tanah dan sebagian lagi sudah diaspal. Namun jalan
cukup sempit, lebar jalan hanya sekitar 1,5 meter yang tentu saja tidak
dapat dilalui oleh kendaraan mobil.
e) Rumah warga yang terkena pembebasan lahan
Rumah warga dalam peneliitian ini merupakan rumah warga yang
terkena pembebasan lahan yang terlihat pada Gambar 4.6
Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017
Gambar 4.6 Rumah Warga
Dari hasil observasi yang dilakukan, didapatkan bahwa rumah-rumah
warga yang terkena pembebasan lahan total sudah tergusur, sedangkan
yang rumahnya terkena sebagian masih bertahan disekitar pintu tol.
Seperti pada Gambar 4.6, merupakan salah satu rumah warga yang
64
sebagian rumahnya terpotong dan pemilik rumah tersebut masih bertahan
di rumah tersebut.
f) Pedagang disekitar pintu tol
Pedagang yang diobservasi dalam penelitian ini adalah pedagang
asongan maupun warung-warung yang berdiri disekitar pitu tol. hasil
observasi dapat dilihat pada Gambar 4.7
Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017
Gambar 4.7 Pedagang Disekitar Pintu Tol
Dari hasil observasi yang dilakukan, peneliti tidak menemukan
pedagang asongan yang berada disekitar puntu tol Brebes Timur.
Sedangkan terdapat beberapa warung yang berdiri disekitar pintu tol.
warung-warung tersebut merupakan warung yang menjual oleh-oleh khas
Brebes.
2. Analisis Data Angket
a. Kategori Umur Responden
Kategori umur yang menjadi responden dalam penelitian ini beragam.
Peneliti membagi ke dalam beberapa kelompok. Kelompok umur
tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3
Kategri Umur Responden
Kelompok Tingkat Umur
(Tahun)
Desa Banjaranyar
L P Jumlah (Orang)
1 20-30 - 1 1
2 31-40 2 7 9
65
3 41-50 7 6 10
4 51-60 4 1 5
5 61-70 6 1 7
6 71-80 1 - 1
Jumlah 20 16 36
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.3, jumlah responden pada kelompok pertama sejumlah
1 orang, kelompok dua sejumlah 9 orang, kelompok tiga 10 orang,
kelompok empat 5 orang, kelompok lima 7 orang, dan kelompok
keenam 1 orang. Lebih dari setengahnya responden merupakan laik-laki
yaitu sejumlah 20 rang, dan perempuan 13 orang.
b. Pembangunan Pintu Tol
Variabel-variabel pembangunan dalam penelitian ini adalah jenis
lahan yang dimiliki masyarakat dan jenis lahan yang terkena
pembebasan pembangunan pintu tol serta jenis ganti rugi yang
diberikan oleh pemerintah. Selanjutnya jenis lahan yang dimiliki
masyarakat terlihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4
Jenis Lahan yang Dimiliki Sebelum Pembangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pertanian 6 16,7
Perkebunan 0 0,0
Perumahan 18 50,0
Peternakan 0 0,0
Lainnya 12 33,3
Jumlah 36 100 %
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.4, setengah dari responden menjawab jenis lahan yang
dimiliki yaitu perumahan dengan presentase sebesar 50,0 % yang
ditafsirkan sejumlah 18 orang, kurang dari setengahnya dengan
presentase 33,3 % atau yang ditafsirkan sejumlah 12 orang menjawab
lainnya, sebagian kecil dengan presentase 16,7 % yang ditafsirkan
sejumlah 6 orang menjawab lahan pertanian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa setengah dari responden menjawab
jenis lahan yang dimiliki sebelum pembangunan pintu tol yaitu
Tabel 4.3 (Lanjutan)
66
perumahan dengan presentase sebesar 50,0 % yang ditafsirkan sejumlah
18 responden. Selanjutnya jenis lahan yang terkena pembangunan pintu
tol ditunjukan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5
Jenis Lahan yang Terkena Pembebasan Pembangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pertanian 6 16,7
Perkebunan 0 0,0
Perumahan 12 33,3
Peternakan 0 0,0
Lainnya 18 50,0
Jumlah 36 100 %
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.5, setengah dari responden yaitu 50,0 % atau yang
ditafsirkan sejumlah 18 responden menjawab lainnya, kurang dari
setengahnya yaitu 33,3 % atau yang ditafsirkan sejumlah 12 responden
menjawab perumahan, dan sebagian kecil yaitu sebesar 16,7% atau 6
responden menjawab pertanian sebagai jenis lahan yang terkena proyek
pembangunan pintu tol.
Jadi dapat disimpulkan lebih dari setengahnya yaitu 50,0 % atau
yang ditafsirkan sejumlah 18 responden menjawab lainnya, hal ini
karena mereka tidak terkena pembebasan lahan. Selanjutnya jenis ganti
rugi yang diberikan oleh penyelenggara proyek pintu tol terlihat pada
Tabel 4.6
Tabel 4.6
Jenis Ganti Rugi Proyek Pembangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Uang 23 63,9
Tanah pengganti 0 0,0
Permukiman kembali 0 0,0
Kepemilikan saham 0 0,0
Lainnya 13 36,1
Jumlah 36 100 %
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.6, lebih dari setengahnya yaitu 63,9 % atau yang
ditafsirkan sejumlah 23 responden menjawab lainnya, sedangkan
kurang dari setengah atau 36,1 % yang ditafsirkan sejumlah 16
Tabel 4.6 (Lanjutan)
67
responden menjawab uang sebagai ganti rugi yang diberikan
pemerintah/pengelola proyek pembangunan pintu tol.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 63,9 %
atau yang ditafsirkan sejumlah 23 responden menjawab lainnya, karena
mereka tidak terkena pembebasan lahan proyek pembangunan pintu tol.
a. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah akses ke
sekolah, budaya masyarakat, kegiatan keagamaan masyarakat, tingkat
pendapatan dan mata pencaharian dan tingkat kenyamanan masyarakat
sebelum dan sesudah pembangunan pintu tol Brebes Timur. Kondisi
sosial ekonomi masyarakat seperti terlihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7
Pendidikan Formal Terkahir
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Perguruan Tinggi 0 0,0
SMA/SMK/MA 6 16,7
SMP/MTs 2 5,6
SD/MI 21 58,3
Tidak tamat 7 19,4
Jumlah 36 100 %
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.7, lebih dari setengahnya yaitu 58,3 % atau dapat
ditafsirkan sejumlah 21 responden memiliki latar belakang pendidikan
formal SD/MI, sebagian kecil atau 19,4 % yang ditafsirkan sejumlah 7
responden tidak tamat, sebagian kecil lagi atau 16,7 % atau ditafsirkan
sejumlah 6 responden berlatar pendidikan SMA/SMK/MA dan sebagian
kecil lainnya yaitu 5,6 % atau ditafsirkan sejumlah 2 responden
berpendidikan SMP/MTs.
Jadi dapat disimpulakan bahwa lebih dari setengahnya, responden
memiliki latar belakang pendidikan fomal pada tingkat SD/MI dengan
persentase sebesar 58,3 % atau ditafsirkan sejumlah 21 responden.
Pendidikan non formal masyarakat terlihat pada tabel 4.8
68
Tabel 4.8
Pendidikan Non Formal yang Pernah Ditempuh
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Kursus komputer 0 0,0
Kursus elektronik 0 0,0
Kursus montir 0 0,0
Kursus jahit 1 2,8
Tidak pernah 35 97,2
Jumlah 36 100 %
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.8, sebagian besar atau 97,2 % yang dapat ditafsirkan
sejumlah 35 reponden tidak pernah menempuh pendidikan non formal,
sedangkan sebagian kecil atau 2,8 % yang ditafsirkan sejumlah 1
responden pernah menempuh pendidikn non formal yaitu kursus jahit.
Jadi sebagian besar responden tidak pernah menempuh pendidikan
non formal dengan persentase 97,2 % atau dapat ditafsirkan sejumlah
35 responden. Selanjutnya pendidikan formal anak dari reponden
terlihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9
Pendidikan Formal Anak
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Perguruan Tinggi 2 5,6
SMA/SMK/MA 6 16,7
SMP/MTs 12 33,3
SD/MI 11 30,6
Tidak tamat 5 13,9
Jumlah 36 100 %
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.9, kurang dari setengahnya atau sebesar 33,3 % yang
dapat ditafsirkan sejumlah 12 responden memiliki anak dengan latar
belakang pendidikan pada tingkat SMP/MTs, kurang dari setengah
lainnya atau sebesar 30,6 % yang ditafsirkan sejumlah 11 responden
menjawab SD/MI, sebagian kecil yaitu sebesar 16,7 % atau dapat
ditafsirkan sejumlah 6 responden menjawab SMA/SMK/MA, sebagian
kecil lagi atau sebesar 13,9% yang ditafsirkan sejumlah 5 responden
menjawab tidak tamat, dan sebagian kecil lainnya menjawab Perguruan
Tinggi yaitu sebesar 5,6 % yang ditafsirkan sejumlah 3 responden.
69
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengahnya responden
memiliki anak berlatar pendidikan formal pada tingkat SMP/MTs yaitu
dengan persentase sebesar 33,3 % yang ditafsirkan sejumlah 12
responden. Selanjutnya pengaruh pembangunan terhadap akses ke
sekolah anak responden terlihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10
Pengaruh Pembangunan Terhadap Akses ke Sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat berpengaruh 2 5,6
Berpengaruh 1 2,8
Cukup berpengaruh 2 5,6
Sedikit berpengaruh 2 5,6
Tidak berpengaruh 29 80,6
Jumlah 36 100 %
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.10, sebagian besar responden yaitu sebesar 80,6 %
atau yang ditafsirkan sejumlah 29 responden menjawab tidak
berpengaruh, sebagian kecil atau 5,6 % yang ditafsrkan sejumlah 2
responden mejawab sangat berpengaruh, cukup berpengaruh dan sedikit
berpengaruh, sedangkan sebagian kecil lainnya sebesar 2,8 % atau
dapat ditafsirkan sejumlah 1 responden menjawab berpengaruh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
bahwa tidak berpengaruh pembangunan pintu tol terhadap akses ke
sekolah anak mereka yaitu dengan presentase 80,6 % atau ditafsirkan
sejumlah 29 responden. Selanjutnya akses ke sekolah anak responden
sebelum pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.11
Tabel 4.11
Akses ke Sekolah Anak Sebelum Pembangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Mudah 15 41,7
Mudah 21 58,3
Sedang 0 0,0
Sulit 0 0,0
Sangat sulit 0 0,0
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
70
Dari Tabel 4.11, lebih dari setengahnya responden atau 58,3 %
yang ditafsirkan sejumlah 21 responden menjawab mudah, dan kurang
dari setengahnya atau sebesar 41,7 % menjawab sangat mudah.
Jadi dapat disimpulkan lebih dari setengahnya responden
menjawab bahwa akses ke sekolah mereka sebelum pembangunan pintu
tol mudah, yaitu dengan persentase sebesar 58,3 % atau yang
ditafsirkan sejumlah 21 responden. Selanjutnya akses ke sekolah anak
responden setelah pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12
Akses ke Sekolah Setelah Pemangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase(%)
Sangat Mudah 7 19,4
Mudah 22 61,1
Sedang 2 5,6
Sulit 3 8,3
Sangat sulit 2 5,6
Jumlah 36 100 %
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.12, lebih dari setengahnya responden atau 61,1% yang
ditafsirkan sejumlah 22 responden menjawab akses ke sekolah setelah
pembangunan pintu tol mudah, sebagian kecil atau sebesar 19,4 % yang
ditafsirkan sejumlah 7 responden menjawab sangat mudah, sebagian
kecil lagi yaitu sebesar 8,3% atau ditafsirkan sejumah 3 responden
menjawab sulit, kemudian sebagian kecil lainnya sebesar 5,6% atau
sejumlah 2 orang menjawab sedang dan sebesar 5,6% atau sejumlah 2
orang menjawab sangat sulit.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya, responden
menjawab bahwa akses ke sekolah setelah pembangunan pintu tol
mudah yaitu dengan persentase 61,1 % atau yang ditafsirkan sejumlah
22 responden. Selanjutnya pengaruh pembangunan pintu tol terhadap
budaya masyarakat terlihat pada Tabel 4.13
Tabel 4.13
Pengaruh Pembangunan Pintu Tol Terhadap Budaya Masyarakat
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat berpengaruh 0 0,0
71
Berpengaruh 1 2,8
Cukup berpengaruh 0 0,0
Sedikit berpengaruh 4 11,1
Tidak berpengaruh 31 86,1
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.13, sebagian besar responden yaitu sebesar 86,1%
atau sejumlah 31 responden menjawab pembangunan pintu tol tidak
berpengaruh terhadap budaya, sebagian kecil atau sebesar 11,1% yang
ditafsirkan sejumlah 4 responden menjawab sedikit berpengaruh, dan
sebagian kecil lagi menjawab berpengaruh yaitu sebesar 2,8% atau
sejumlah 1 responden.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
bahwa pembangunan pintu tol tidak berpengaruh terhadap budaya
masyarakat yaitu dengan persentase 86,1% atau ditafsirkan sejumlah 31
responden. Selanjutnya budaya yang dipengaruhi pembangunan pintu
tol terlihat pada Tabel 4.14
Tabel 4.14
Budaya yang Dipengaruhi Pembangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Budaya panen 0 0,0
Budaya gotong royong 1 2,8
Budaya organisasi 0 0,0
Kesenian 0 0,0
Lainnya 35 97,2
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.14, sebagian besar responden yaitu sebesar 97,2 %
atau ditafsirkan sejumlah 35 responden menjawab lainnya, dan sebagian
kecil menjawab budaya gotong royong yaitu sebesar 2,8% atau
sejumlah 1 responden.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar menjawab lainnya,
ini dapat ditafsirkan bahwa tidak ada budaya yang dipengaruhi dengan
adanya pembangunan pintu tol. Persentse jawaban sebesar 97,2% atau
Tabel 4.13 ( Lanjutan)
72
yang ditafsirkan sejumlah 35 reponden. Selanjutnya pengaruh
pembangunan terhadap aktivitas keagamaan terlihat pada Tabel 4.15
Tabel 4.15
Pengaruh Pembangunan Terhadap Aktivitas Kegamaan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase(%)
Sangat berpengaruh 1 2,8
Berpengaruh 0 0,0
Cukup berpengaruh 0 0,0
Sedikit berpengaruh 0 0,0
Tidak berpengaruh 35 97,2
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.15, sebagian besar responden yaitu sebesar 97,2 %
atau ditafsirkan sejumlah 35 responden menjawab tidak berpengaruh,
dan sebagian kecil menjawab sangat berpengaruh yaitu sebesar 2,8%
atau sejumlah 1 responden.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar menjawab lainnya,
ini dapat ditafsirkan bahwa pembangunan pintu tol tidak berpengaruh
terhadap aktivitas keagamaan masyarakat. Persentse jawaban sebesar
97,2% atau yang ditafsirkan sejumlah 35 reponden. Selanjutnya
aktivitas keagamaan setelah pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel
4.16
Tabel 4.16
Aktivitas Keagamaan Sesudah Pembangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Mudah 16 44,4
Mudah 19 52,8
Sedang 0 0,0
Sulit 0 0,0
Sangat Sulit 1 2,8
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.16, lebih dari setengahnya, responden menjawab
mudah yaitu sebesar 52,8% atau sejumlah 19 responden, kurang dari
setengahnya menjawab sangat mudah sebesar 44,4% atau sejumlah 16
responden, dan sebagian kecil menjawab sangat sulit sebesar 2,8%
dengan jumlah 1 responden.
73
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya responden
menjawab bahwa aktivitas keagaam sesudah pembangunan pintu tol
mudah, yaitu dengan persentase sebesar 52,8% atau ditafsirkan
sejumlah 19 responden. Selanjutnya pekerjaan utama masyarakat
sebelum pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.17
Tabel 4.17
Pekerjaan Utama Sebelum Pembangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Petani 6 16,7
Pedagang 11 30,6
Wiraswasta 9 25,0
Pengawai Negeri 1 2,8
Lainnya 9 25,0
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.17, kurang dari setengahnya, responden menjawab
pedagang sebagai pekerjaan utama, yaitu sebesar 30,6% atau sejumlah
11 responden, kurang dari setengah lainnya menjawab wiraswasta dan
„lainnya‟ sebagai pekerjaan utama yaitu masing-masing sebesar 25,0%
atau sejumlah 9 responden, sedangkan sebagian kecil responden
menjawab petani yaitu sebesar 16,7% atau sejumlah 6 responden, dan
sebagian kecil lainnya yaitu sebesar 2,8% menjawab pegawai negari
dengan jumlah responden 1 orang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengahnya atau
dengan persentase sebesar 30,6% yang ditafsirkan sejumlah 11
responden menjawab pedagang sebagai pekerjaan utama mereka
sebelum pembangunan pintu tol. Selanjutnya pekerjaan utama
masyarakat setelah pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.18
Tabel 4.18
Pekerjaan Utama Sesudah Pembangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Petani 6 16,7
Pedagang 12 33,3
Wiraswasta 8 22,2
Pengawai Negeri 1 2,8
Lainnya 9 25,0
74
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.18, kurang dari setengahnya responden menjawab
pedagang sebagai pekerjaan utama sesudah pembangunan pintu tol
yaitu dengan persentase sebasar 33,3% atau sejumlah 12 responden,
kurang dari setengah lainnya memiliki pekerjaan sebagai „lainnya‟ yaitu
sebesar 25,0% atau sejumlah 9 responden, sedangkan sebagian kecil
bekerja sebagai wiraswasta dengan persentase sebesar 22,2% dengan
jumlah 8 responden, sebagian kecil lagi responden bekerja sebagai
petani yaitu sebesar 16,7% dengan jumlah 6 responden, dan sebagian
kecil lainnya memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri yaitu sejumlah
1 responden dengan persentase 2,8%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengahnya responden
memiliki pekerjaan utama sesudah pembangunan pintu tol sebagai
pedagang dengan persentase yaitu 33% dan sejumlah 12 responden.
Selanjutnya intensitas pekerjaan sampingan masyarakat terlihat pada
Tabel 4.19
Tabel 4.19
Intensitas Pekerjaan Sampingan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat sering 0 0,0
Sering 1 2,8
Kadang-kadang 6 16,7
Jarang 0 0,0
Tidak pernah 29 80,6
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.19, sebagian besar responden menjawab tidak pernah
memiliki pekerjaan sampingan yaitu dengan persentase sebesar 80,6%
atau sejumlah 29 responden, sedangkan sebagian kecil lainnya
menjawab kadang-kadang dengan persentase 16,7% dan sejumlah 6
responden, sebagian kecil lainnya yaitu sebesar 2,8% dan jumlah
responden 1 orang.
Tabel 4.18 (Lanjutan)
75
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak
pernah atau tidak memiliki pekerjaan sampingan yaitu dengan
persentase sebesar 80,6% atau sejumlah 29 responden. Selanjutnya
pekerjaan sampingan masyarakat sebelum pembangunan pintu tol
terlihat pada Tabel 4.20
Tabel 4.20
Pekerjaan Sampingan Sebelum Pembangunan pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Petani 0 0,0
Pedagang 2 5,6
Wiraswasta 0 0,0
Pegawai negeri 0 0,0
Lainnya 34 94,4
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.20, sebagian besar responden menjawab „lainnya‟
sebagai pekejaan sampingan sebelum pembangunan pintu tol yaitu
dengan persentase sebesar 94,4% atau sejumlah 34 responden, dan
sebagian kecil lainnya memiliki pekeraan sampingan sebagai pedagang
yaitu dengan jumlah 2 orang dengan persentase 5,6%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak
memiliki pekerjaan sampingan sebelum pembangunan pintu tol yaitu
dengan persentase 94,4% yang ditafsirkan sejumlah 35 responden.
Selanjutnya pekerjaan sampingan masyarakat sesudah pembangunan
pintu tol terlihat pada Tabel 4.21
Tabel 4.21
Pekerjaan sampingan sesudah pembangunan pintu tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Petani 0 0
Pedagang 4 11,1
Wiraswasta 0 0
Pegawai negeri 0 0
Lainnya 32 88,9
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.21, sebagian besar responden menjawab „lainnya‟
yaitu dengan persentase sebesar 88,9% atau sejumlah 32 rsponden.
76
Sebagian kecil lainnya menjawab pedagang sebagai pekerjaan
sampingan sesudah pembangunan pintu tol yaitu dengan persentase
sebesar 11,1% atau sejumlah 4 responden.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
lainnya atau ditafsirkan mereka tidak memiliki pekerjaan sampingan
sesudah pembangunan pintu tol. Selanjutnya pendapatan pokok
masyarakat sebelum pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.22
Tabel 4.22
Pendapatan pokok dalam sebulan sebelum pembangunan pintu tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Lebih dari 3.500.000 2 5,6
2.600.000 – 3.500.000 0 0
1.600.000 – 2.500.000 7 19,4
600.000 – 1.500.000 19 52,8
Di bawah 500.000 8 22,2
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.22, lebih dari setengahnya responden memiliki
pendapatan pokok dalam sebulan yaitu Rp. 600.000 – 1500.000 dengan
persentase sebesar 52,8% yang ditafsirkan sejumlah 19 responden.
Kemudian sebagian kecil yaitu 22,2% dengan jumlah responden 8
memeiliki penghasilan di bawah Rp. 500.000, sebagian kecil lagi
memiliki pendapatan sebesar Rp. 1.600.000 – 2.500.000 dengan
persentase 19,4% atau sejumlah 7 reponden, dan sebagian kecil lainnya
dengan pesentase 5,6% dengan jumlah 2 responden memiliki
penghsilan di atas Rp. 3.500.000.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya responden
memiliki pendapatan pokok Rp. 600.000 – 1.500.000 dalam sebulan
sebelum pembangunan pintu tol dengan persentase sebesar 52,8 yang
ditafsirkan sejumlah 19 responden. Selanjutnya pendapatan sampingan
masyarakat sebelum pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.23
Tabel 4.23
Pendapatan sampingan sebelum pembangunan pintu tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Lebih dari 3.500.000 0 0,0
77
2.600.000 – 3.500.000 0 0,0
1.600.000 – 2.500.000 0 0,0
600.000 – 1.500.000 1 2,8
Di bawah 500.000 35 97,2
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.23, sebagian besar responden memiliki pendapatan
sampingan di bawah Rp. 500.000, yaitu sejumlah 35 responden dengan
persentase 97,2%. Sedangkan sebagian kecil lagi yaitu sebesar 2,8%
atau sejumlah 1 responden memiliki pendapatan sampingan sebesar
Rp.600.000 – 1.500.000.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pendapatan sampingan dalam sebulan sebelum pembangunan pintu tol,
di bawah Rp. 500.000, dengan persentase 97,2% yang ditafsirkan
sejumlah 35 responden. Selanjutnya pendapatan pokok masyarakat
sesudah pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.24
Tabel 4.24
Pendapatan pokok dalam sebulan setelah pembangunan pintu tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Lebih dari 3.500.000 3 8,3
2.600.000 – 3.500.000 1 2,8
1.600.000 – 2.500.000 5 13,9
600.000 – 1.500.000 15 41,7
Di bawah 500.000 12 33,3
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.24, kurang dari setengahnya responden memiliki
pendapatan pokok dalam sebulan yaitu Rp. 600.000 – 1500.000 dengan
persentase sebesar 41,7% yang ditafsirkan sejumlah 15 responden.
Kemudian kurang dari setengahnya yaitu 33,3% dengan jumlah
responden 10 memeiliki penghasilan di bawah Rp. 500.000, sebagian
kecil memiliki pendapatan sebesar Rp. 1.600.000 – 2.500.000 dengan
persentase 13,9% atau sejumlah 5 reponden, sebagian kecil lagi
memiliki pendapatan sebesar Rp. 2.600.000 – 3.500.000 dengan
persentase 2,8% yang berjumlah 1 responden, dan sebagian kecil
Tabel 4.23 (Lanjutan)
78
lainnya dengan pesentase 8,3% dengan jumlah 3 responden memiliki
penghsilan di atas Rp. 3.500.000.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya responden
memiliki pendapatan pokok Rp. 600.000 – 1.500.000 dalam sebulan
sebelum pembangunan pintu tol dengan persentase sebesar 41,7% yang
ditafsirkan sejumlah 15 responden. Selanjutnya pendapatan sampingan
masyarakat sebelum pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.25
Tabel 4.25
Pendapatan sampingan sesudah pembangunan pintu tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Lebih dari 3.500.000 0 0,0
2.600.000 – 3.500.000 0 0,0
1.600.000 – 2.500.000 0 0,0
600.000 – 1.500.000 4 11,1
Di bawah 500.000 32 88,9
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.25, sebagian besar responden memiliki pendapatan
sampingan di bawah Rp. 500.000, yaitu sejumlah 32 responden dengan
persentase 88,9%. Sedangkan sebagian kecil lagi yaitu sebesar 11,1%
atau sejumlah 4 responden memiliki pendapatan sampingan sebesar
Rp.600.000 – 1.500.000.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pendapatan sampingan dalam sebulan sesudah pembangunan pintu tol,
di bawah Rp. 500.000, dengan persentase 88,9% yang ditafsirkan
sejumlah 32 responden. Selanjutnya kecukupan pemenuhan kebutuhan
keluarga terlihat pada Tabel 4.26
Tabel 4.26
Kecukupan pemenuhan kebutuhan keluarga
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Lebih dari cukup 0 0,0
Cukup 11 30,6
Pas-pasan 13 36,1
Kurang 5 13,9
Tidak cukup 7 19,4
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
79
Dari Tabel 4.26, kurang dari setengahnya responden menjawab
pas-pasan yaitu sebesar 36,1% yang ditafsirkan sejumlah 13 responden,
kurang dari setengah lagi menjawab cukup dengan persentase sebesar
30,6% atau seujmlah 11 responden, kurang dari setengah lainnya
menjawab tidak cukup yaitu sebanyak 7 responden dengan persentase
sebesar 19,4%. Sedangkan sebagian kecil menjawab kurang cukup
yaitu sebesr 13,9% atau sejumlah 5 responden.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengahnya responden
menjawab bahwa dengan pendapatan yang dimiliki pas-pasan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu dengan persentase sebesar
36,1% yang ditafsirkan sejumlah 13 responden. Selanjutnya penyerapan
tenaga lokal dalam proyek pembangunan terlihat pada Tabel 4.27
Tabel 4.27
Penyerapan tenaga lokal dalam proyek pembangunan pintu tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Banyak pekerja proyek
pembangunan Pintu Tol Brebes
Timur merupakan tenaga lokal
(berasal dari Desa banjaranyar).
(>20 orang)
0 0,0
Agak setengah dari pekerja
proyek pembangunan Pintu Tol
Brebes Timur merupakan tenaga
lokal (berasal dari Desa
0 0,0
Sedikit dari pekerja proyek
pembangunan Pintu Tol Brebes
Timur merupakan tenaga lokal
(berasal dari Desa banjaranyar).
(5-10 orang)
0 0,0
Sangat sedikit dari pekerja
proyek pembangunan Pintu Tol
Brebes Timur merupakan tenaga
lokal (berasal dari Desa
banjaranyar). (1-5 orang)
14 38,6
Tidak ada pekerja proyek
pembangunan Pintu Tol Brebes
Timur merupakan tenaga lokal
(berasal dari Desa banjaranyar).
22 61,1
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
80
Dari Tabel 4.27, lebih dari setengahnya responden menjawab tidak
ada pekerja proyek pembangunan Pintu Tol Brebes Timur merupakan
pekerja lokal (berasal dari Desa Banjaranyar). Persentase jawaban
responden sebesar 61,1% dengan jumlah 22 responden. Kurang dar
setengahnya mebjawab sangat sedikit dari pekerja proyek pembangunan
Pintu Tol Brebes Timur merupakan tenaga lokal (berasal dari Desa
banjaranyar). (1-5 orang). Persentase jawaban sebesar 38,9% atau
sejumlah 14 responden.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya yaitu dengan
persentse sebesar 61,1% atau sejumlah 22 responden menjawab bahwa
tidak ada pekerja proyek pembangunan Pintu Tol Brebes Timur
merupakan pekerja lokal (berasal dari Desa Banjaranyar). Selanjutnya
pengaruh pembangunan pintu tol terhadap tingkat keamanan dan
kenyamanan masyarakat terlihat pada Tabel 4.28
Tabel 4.28
Pengaruh pembangunan pintu tol terhadap tingkat keamanan dan
kenyamanan masyarakat
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat mengganggu 13 36,1
Mengganggu 16 44,4
Cukup mengganggu 6 16,7
Sedikit mengganggu 0 0,0
Tidak mengganggu 1 2,8
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.28, kurang dari setengahnya responden menjawab
bahwa pembangunan pintu tol mengganggu keamanan dan kenyamanan
masyarakat, yaitu dengan persentase 44,4% atau sejumlah 16
responden. Kurang dari setengahnya lagi menjawab sangat
mengganggu yaitu sebesar 36,1% atau sejumlah 13 responden.
Sedangkan sebagian kecil yaitu sebesar 16,7% atau sejumlah 6
responden dan sebagian kecil lainnya menjawab tidak mengganggu
yaitu sejumlah 1 responden dengan persentase sebesar 2,8%.
81
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengah responden
menjawab bahwa pembangunan pintu tol mengganggu keamanan dan
kenyamanan masyarakat, yaitu dengan persentase jawaban sebesar
44,4% atau ditafsirkan sejumlah 16 responden. Selanjutnya tingkat
kebisingan terlihat pada Tabel 4.29
Tabel 4.29
Tingkat kebisingan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat bising 16 44,4
Bising 17 47,2
Cukup bising 3 8,3
Sedikit bising 0 0,0
Tidak bising 0 0,0
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.29, kurang dari setengahnya responden menjawab
bising yaitu sebesar 47,2% dengan jumlah 17 responden, kurang dari
setengahnya lagi responden menjawab sangat bising yaitu dengan
persentase sebesar 44,4% atau sejumlah 16 responden. Kemudian
sebagian kecil responden menjawab cukup bising yaitu sebesar 8,3%
atau sejumlah 3 orang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengahnya responden
menjawab bahwa tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan
yang melintasi pintu tol adalah berada pada tingkat bising.
Persentasenya sebesar 47,2% atau dapat ditafsirkan sejumlah 17 orang.
Selanjutnya dampak Pembangunan pintu tol terhadap kondisi udara
terlihat pada Tabel 4.30
Tabel 4.30
Dampak Pembangunan Pintu Tol Terhadap Kondisi Udara
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Udara menjadi sangat panas 15 41,7
Udara menjadi panas 16 44,4
Udara menjadi cukup panas 5 13,9
Udara menjadi sedikit panas 0 0,0
Tidak ada perubahan 0 0,0
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
82
Dari Tabel 4.30, kurang dari setengahnya responden menjawab
udara menjadi panas yaitu sebesar 44,4% dengan jumlah 16 responden,
kurang dari setengahnya lagi responden menjawab udara menjadi
sangat panas yaitu dengan persentase sebesar 41,7% atau sejumlah 15
responden. Kemudian sebagian kecil responden menjawab udara
menjadi cukup panas yaitu sebesar 13,9% atau sejumlah 5 orang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengahnya responden
menjawab bahwa sesudah pembangunan pintu tol udara menjadi panas,
yaitu dengan persentase sebesar 44,4% atau ditafsirkan sejumlah 16
responden.
b. Perubahan Fisik
Perubahan fisik dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi
disekitar pintu tol Brebes Timur, perubahan ini berupa bangunan apa
saja yang berdiri setelah adanya pembangunan pintu tol tersebut.
Selanjutnya perubahan fisik disekitar pintu tol terlihat pada Tabel 4.31
Tabel 4.31
Perubahan Fisik Disekitar Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat banyak 0 0,0
Banyak 0 0,0
Cukup banyak 13 36,1
Sedikit 23 63,9%
Tidak ada 0 0,0
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.31, lebih dari setengahnya responden menjawab
sedikit banyak perubahan fisik yang terjadi akibat pembangunan pintu
tol, yaitu dengan persentase 63,9% atau sejumlah 23 responden.
Sedangkan kurang dari setengahnya menjawab cukup banyak
perubahan fisik akibat pembangunan pintu tol yaitu dengan persentase
36,1% atau dengan jumlah 13 responden.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya responden
menjawab sedikit banyak perubahan fisik yang terjadi akibat
pembangunan pintu tol, yaitu dengan persentase 63,9% atau sejumlah
83
23 responden. Selanjutnya bentuk perubahan fisik terlihat pada Tabel
4.32
Tabel 4.32
Bentuk Perubahan Fisik
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Bangunan pendukung
Pintu Tol (kantor loket
tol, loket tol, tempat
parkir pegawai, gardu
listrik)
25 69,4
Toilet umum 4 11,1
Pertokoan 5 13,9
Pombensin 0 0,0
Lainnya 2 5,6
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.32, lebih dari setengahnya responden menjawab
bentuk perubahan fisik yang terjadi adalah berupa bangunan pendukung
Pintu To (kantor loket tol, loket tol, tempat parkir pegawai, gardu
listrik), yaitu dengan persentase 69,4% atau sejumlah 25 responden.
Sedangkan sebagian kecil pertokoan yaitu dengan persentase 13,9%
atau dengan jumlah 5 responden, sebagian kecil lagi atau sebesar 11,1%
menjawab toilet umum yaitu sejumlah 4 responden, dan sebagian kecil
lainnya menjawab lainnya, dengan persentase 5,6% atau sejumlah 2
responden.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya responden
menjawab bentuk perubahan fisik yang terjadi akibat pembangunan
pintu tol adalah berupa bangunan pendukung Pintu Tol (kantor loket
tol, loket tol, tempat parkir pegawai, gardu listrik), yaitu dengan
persentase 69,4% atau sejumlah 25 responden. Selanjutnya akses jalan
desa sesudah pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.33
Tabel 4.33
Akses Jalan Desa Sesudah Pembangunan Pintu Tol
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat sulit 20 55,6
Sulit 15 41,7
Sedang 1 2,8
84
Mudah 0 0,0
Sangat mudah 0 0,0
Jumlah 36 100%
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.33, lebih dari setengahnya responden menjawab
bahwa akses jalan desa sesudah pembangunan pintu tol menjadi sangat
sulit, yaitu sebesar 55,6% atau sejumalah 20 responden. Kurang dari
setengahnya menjawab sulit yaitu sebesar 41,7% atau sejumlah 15
responden. Sedangkan sebagian kecil menjawab sedang sebanyak 1
responden dengan persentase 2,8%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya responden
menjawab bahwa akses jalan desa sesudah pembangunan pintu tol
menjadi sangat sulit, yaitu sebesar 55,6% atau sejumalah 20 responden.
3. Analisis Hasil Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukukan kepada Ketua RT/RW
01/02, salah satu Pamong Desa dan Kepala Desa Banjaranyar. Pertanyaan
yang diajukan berjumlah sepuluh pertanyaan.
Pertanyaan yang pertama yaitu mengenai waktu dimulainya
pembangunan pintu tol. Peneliti mendapatkan jawaban bahwa
pembangunan pintu tol dimulai sekitar 2012 yaitu mulai pengukuran dari
pihak tol, kemudian tertunda selama setahun. Tahun 2013 material untuk
pengurugan dan proses pembangunan selesai pada tahun 2014.
Pertanyaan kedua mengenai tanggapan masyarakat terkait
pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol. Jawaban yang didapatkan
peneliti yaitu bahwa pertama kali mendapat kabar tentang pembebasan
lahan masyarakat tentunya merasa berat, terlebih yang rumahnya tergusur
semua. Beberapa hal yang membuat masyarakat merasa berat diantaranya:
pertama, tali silaturahmi dengan saudaranya terputus, kedua dana ganti
rugi yang diberikan belum tentu cukup untuk membangunan kembali
rumah mereka dan ketiga terpisah dengan lingkungannya yang sejak kecil
hidup bersama di lingkungan tersebut.
Tabel 4.33 (Lanjutan)
85
Pertanyaan ketiga mengenai jenis lahan yang terkena pembebasan
lahan untuk pembangunan pintu tol. Peneliti mendapatkan jawaban bahwa
jenis lahan yang terkena pembebasan adalah lahan perumahan (rumah dan
pekarangan) dan lahan pertanian.
Pertanyaan keempat yaitu mengenai luas lahan yag terkena
pembebasan pembangunan jalan tol. Jawaban yang didapatkan adalah
bahwa ketiga responden tidak mengatahui persis luas lahan yang
dibebaskan. Data luas lahan yang didapatkan peneliti digambarkan pada
Tabel 4.34
Tabel 4.34
Luas Lahan yang Terkena Pembebasan Pembangunan Pintu Tol
Jenis Lahan Status Kepemilikan Luas (m2)
Pertanian dan Perumahan Warga 56.027 m2
Bengkok Desa 11.947 m2
Jumlah 67.974 m2
Sumber: data hasil penelitian 2017
Dari Tabel 4.34 , dapat disimpulkan bahwa luas lahan yang terkena
pembebasan pembangunan pintu tol adalah seluas 67.974 m2.
Pertanyaan kelima yaitu mengenai kepemilikan lahan yang terkan
pembebasan pembangunan pintu tol, peneliti mendaptkan jawaban bahwa
lahan perumahan semuanya milik warga, sedangkan lahan pertanian
sebagian besar milik warga dan ada sebagian kecil milik pemerintah desa
(Bengkok Desa).
Pertanyaan keenam mengenai harga ganti rugi yang didapatkan
masyarakat yang lahannya terkena pembebasan. Data yang didapatkan
peneliti dari hasil wawancara ditunjukan pada Tabel 4.35
Tabel 4.35 Harga Ganti Rugi Lahan
Jenis Lahan Kelas Harga
Sawah
Tanpa sertifikat Rp 70 jt
Bersertifikat Rp 70 jt + 10%
Bersertifikat + pinggir jalan
koridor Rp 70 jt + 20%
Tanaman - Rp 5.500
Perumahan 25 m dari Pantura Rp 700 rb/m + 100%
86
dan
Pekarangan
50 m dari Pantura Rp 700 rb/m + 50%
75 m dari Pantura Rp 700 rb/m + 25%
Sumber: data hasil wawancara penelitian 2017
Pertanyaan ketujuh mengenai pengaruh pembangunan pintu tol
terhadap mata pencaharian masyarakat. Jawaban yang didapatan peneliti
adalah bahwa adanya tol berpengruh terhadap mata pencaharian
masyarakat terutama yang bekerja sebagai petani yang lahannya terkena
pembebasan pembangunan pintu tol.
Pertanyaan kedelapan mengenai penyerapan tenaga lokal yang
dipekerjaakan oleh pemegang proyek tol. Peneliti mendapatkan jawaban
bahwa ada bebrapa orang yang dipekerjakan namun hanya sebgai kuli
kasar dan itupun berifat sementara, hanya selama pekerjaan tersebut
berada dilingkungan Desa Banjaranyar.
Pertanyaan kesembilan mengenai pengaruh positif adanya pintu tol
Brebes Timur bagi masyarakat. Jawaban yang didapatkan penelti adalah
ketika musim mudik masyarakat mendapatkan pendapatan tambahan dari
hasil berjualan disekitar pintu tol. Tetapi jika hari-hari biasa masyarakat
bekerja seperti biasanya.
Pertanyaan kesepuluh adalah mengenai pengaruh negatif adanya pintu
tol Brebes Timur bagi masyarakat. Peneliti mendapatkan jawaban bahwa
setelah adanya tol banyak sawah yang tidak produktif, harga jual menjadi
lebih murah, jika hujan lebat sawah dan rumah-rumah warga terkena banjir
karena saluran air terbendung dengan adanya tol tersebut. Setalah adanya
tol, masyarkat menjadi kurang nyaman karena banyak debu, udara menjadi
lebih panas dan suara bising dari kendaraan yang melewati pintu tol
Brebes Timur tersebut.
C. Pembahasan Pengaruh Pembangunan Pintu Tol Brebes Timur Terhadap
Perubahan Fisik dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dalam
Tinjauan Pembangunan Ekonomi dan Perubahan Sosial.
Pembangunan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari peradaban
manusia. Untuk memenuhi tuntutan hidupnya manusia akan terus melakukan
pembangunan. Ada dua tipe pembangunan, yang pertama adalah
Tabel 4.33 (Lanjutan)
87
pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan tipe kedua
adalah berfokus pada pembangunan sosial. Salah satu bentuk pembangunan
yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi adalah pembangunan
infrastruktur. Salah satu kategori infrastruktur adalah sebagai public utilities
(fasilitas umum) yaitu berupa jalan, jalan tol, jembatan dan sarana prasarana
yang lain.
Salah satu agenda pemerintah dalam upaya pembangunan infrastrukur
adalah pembangunan jalan tol. pembangunan jalan tol Brebes Timur
merupakan bagian dari Mega Proyek Jalan Tol Trans-Jawa yang sedang
dilakukan pemerintah. Salah satu daerah yang terkena pembebasan lahan
untuk pembangunan tol Brebes Timur khususnya pintu tol Brebes Timur
adalah Desa Banjaranyar. Lahan yang terkena pembebasan lahan di Desa
Banjaranyar adalah lahan pertanian dan perumahan.
Selanjutnya dari penelitian yang dilakukan, peneliti setuju dengan yang
dikemukakan oleh Abdul Haris, Kasubdit Pertanahan, Direktorat Tata Ruang
dan Pertanahan. Bahwa menurut Abdul Haris “infrastruktur berpengaruh
penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia”.1
Pembangunan infrastruktur seharusnya dapat meningkatkan kehidupan sosial
dan ekonomi manusia, bukan sebaliknya. Selain itu, pembangunan
infrastruktur juga menyebabkan perubahan fisik atau perubahan pengunaan
lahan. Seperti menurut Bourne bahwa “terdapat empat faktor utama yang
menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan yaitu perluasan batas
kota, peremajaan pusat kota, perluasan jaringan infrastruktur khususnya
jaringan transportasi, tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu.”2
Pembahasan yang lebih rinci dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perubahan fisik yang terjadi sesudah pembangunan pintu tol Brebes
Timur
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh pembangunan intu tol
terhadap perubahan fisik disekitar pintu tol. Perubahan fisik yang terjadi
1 Abdul Haris, Kasubdit Pertanahan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas, h.1
2 Abdul Aziz Hartanto dan Wisnu Pradoto, Pengaruh Pembangunan Jalan Tol terhadap
Prubahan Pola dan Struktur Ruang Kawasan Sidomulyo, Ungaran Timur, Jurnal Teknik PWK Vol.
3, No. 4 Universitas Diponegoro Tahun 2014.
88
setelah pembangunan pintu tol adalah berupa bangunan pendukung Pintu
To (kantor loket tol, loket tol, tempat parkir pegawai, gardu listrik),
pertokoan dan toilet umum. Selain itu akses jalan yang menghubungkan
Desa Banjaranyar dengan desa lain terutama Desa Kaligangsa menjadi
terputus sehingga hal mempersulit warga. Hasil penelitian ini relevan
dengan penelitian Abdul Aziz Hartanto dan Wisma Pradoto yang
berjudul “pengaruh pembangunan jalan terhadap pola dan struktur Ruang
Kawasan Sidomulyo, Ungaran Timur” bahwa pembangunan jalan
berpengaruh terhadap perubahan guna lahan non terbanguna menjadi
lahan terbangun. Kemudian hasil penelitian tersebut ditunjukan pada
Grafik 4.1
Grafik 4.1 Bentuk Perubahan Fisik
Sumber: data angket 2017
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat setelah pembangunan pintu tol
Brebes Timur
Kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah akses ke sekolah,
budaya masyarakat, kegiatan keagamaan masyarakat, tingkat pendapatan
dan mata pencaharian dan tingkat kenyamanan masyarakat sebelum dan
sesudah pembangunan pintu tol Brebes Timur. Hasil penelitian kondisi
sosial ekonomi adalah sebagai berikut:
a. Akses ke sekolah sesudah pembangunan pintu tol Brebes Timur
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pembangunan pintu tol
Brebes Timur tidak terlalu berpengaruh terhadap akses ke sekolah
69.4%
13.9%
11.1%
5.6%
Bentuk Perubahan Fisik Sesudah
Pembangunan Pintu Tol
Bangunan Pendukung Pintu Tol
Pertokoan
Toilet Umum
Lainnya
89
anak dari masyarakat Desa Banjaranyar. Hal ini terlihat pada hasil
data angket yang ditunjukan oleh Grafi 4.2. Dalam grafik tersebut
terlihat bahwa sebagian besar responden menjawab bahwa tidak
terdapat pengaruh pembangunan pintu tol terhadap akses ke sekolah
anak mereka.
Grafik 4.2
Pengaruh Pembangunan Terhadap Akses Ke Sekolah Anak
Sumber: data angket 2017
b. Budaya masyarakat sesudah pembangunan pintu tol Brebes
Timur
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pembangunan pintu tol
tidak berpengaruh terhadap budaya masyarakat. Pada Grafik 4.3
terlihat bahwa sebagian besar responden menjawab tidak terdapat
pengaruh terhadap budaya masyarakat
Grafik 4.3
Pengaruh Pembangunan Terhadap Budaya Masyarakat
Sumber: data angket 2017
5.6% 2.8%
5.6%
5.6%
80.6%
Sangat berpengaruh
Berpengaruh
Cukup berpengaruh
Sedikit berpengaruh
Tidak berpengaruh
2.8%
11.1%
86.1%
Berpengaruh
Sedikit berpengaruh
Tidak berpengaruh
90
Namun dari hasil wawancara didapatkan bahwa pembangunan
pintu tol berpengaruh pada hubungan sosial masyarakat.
Pembangunan pintu tol tersebut menyebabkan ikatan sosial
masyarakat menjadi terputus, karena banyak masyarakat yang
rumahnya terkena pembebasan lahan total harus berpindah ke daerah
lain. Hasil wawancara ini relevan dengan penelitian Zarina yang
berjudul “dampak pembangunan jalan tol Gempol-Pandaan terhadap
kondisi sosial ekonomi penduduk di Desa Wonokoryo Kecmatan Beji
Pasuruan”, bahwa pembangunan jalan tersebut berdampak buruk pada
hubungan sosial masyarakat.
c. Kegiatan keagamaan sesudah pembangunan pintu tol Brebes
Timur
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pembangunan pintu tol
tidak berpengaruh terhadap aktivitas keagamaan masyarakat Desa
Banjaranyar sehari-hari. Hal ini terlihat pada Grafik 4.4, 97,2%
responden menjawab bahwa tidak terapat pengaruh terhadap aktivitas
keagamaan mereka.
Grafik 4.4
Pengaruh Pembangunan Terhadap Aktivitas Keagamaan
Masyarakat
Sumber: data angket 2017
d. Tingkat pendapatan sebelum dan sesudah pembangunan pintu tol
Brebes Timur
Dalam penelitian ini ada dua jenis pendapatan yang diukur, yaitu
pendapatan pokok dan pendapatan sampingan. Rentang pendapatan
dalam penelitian ini yaitu lebih dari 3.500.000, 2.600.000 sampai
2.8%
97.2%
Aktivitas Kegamaan
Sangat berpengaruh
Tidak berpengaruh
91
dengan 3.500.000, 1.600.000 sampai dengan 2.500.000, 600.000
sampai dengan 1.000.000, dan di bawah 500.000. Dari hasil penelitian
pendapatan masyarakat yang terkena pembangunan pintu tol tersebut
ada yang mengalami kenaikan dan ada yang mengalami kenaikan dan
penurunan. Pendapatan pokok sebelum dan sesudah pembangunan
pintu tol tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.36
Tabel 4.36
Pendapatan Pokok Masyarakat Sebelum dan Sesudah
Pembangunan Pintu Tol
Pendapatan Pokok Sebelum Sesudah
F P (%) F P (%)
Lebih dari 3.500.000 2 5,6 3 8,3
2.600.000 – 3.500.000 0 0 1 2,8
1.600.000 – 2.500.000 7 19,4 5 13,9
600.000 – 1.500.000 19 52,8 15 41,7
Di bawah 500.000 8 22,2 12 33,3
Jumlah 36 100% 36 100%
Dari Tabel 4.36 tersebut terdapat responden yang pendapatannya
mengalami kenaikan yaitu pada rentang lebih dari 3.500.000 sebelum
pembangunan berjumlah 2 responden, kemudian setelah
pembangunan bertambah 1 responden sehingga menjadi 3 responden.
Pendapatan rentang 2.600.000 – 3.500.000 sebelumnya 0 responden,
kemudian menjadi 1 responden setelah pembangunan pintu tol.
Selanjutnya pendapatan di bawah 500.000 sebelum pembangunan
berjumlah 8 responden kemudian naik menjadi 12 reponden.
Selain mengalami kenaikan, adapula yang mengalami penurunan
yaitu pada pendapatan rentang 1.600.000 – 2.500.000 yang
sebelumnya berjumlah 7 responden menjadi 5 responden setelah
pembangunan pintu tol. Dan pada rentang 600.000 – 1.500.000 yang
sebelumnya berjumlah 19 responden turun menjadi 15 responden.
Untuk memperjelas papararan di atas maka dapat dilihat pada Grafik
4.5
92
Grafik 4.5
Pendapatan Pokok Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pintu
Tol
Jenis pendapatan yang kedua adalah pendapatan sampingan. Pada
pendapatan sampingan umumnya masyarakat tidak mengalami
perubahan pendapatan. Namun ada beberapa responden yang
mengalami kenaikan pendapatan, seperti digambakan pada tabel 4.37
Tabel 4.37
Pendapatan Sampingan Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Pintu Tol
Pendapatan
Sampingan
Sebelum Sesudah
F P (%) F P (%)
Lebih dari 3.500.000 0 0,0 0 0,0
2.600.000 – 3.500.000 0 0,0 0 0,0
1.600.000 – 2.500.000 0 0,0 0 0,0
600.000 – 1.500.000 1 2,8 4 11,1
Di bawah 500.000 35 97,2 32 88,9
Jumlah 36 100% 36 100%
Dari Tabel 4.37 , terdapat kenaikan pendapatan sampingan yaitu
pada rentang 600.000 – 1.500.000 dengan jumlah sebelumnya 1
responden menjadi 4 responden setelah pembangunan pintu tol.
Kemudian responden yang menjawab rentang di bawah 500.000
artinya bahwa tidak ada perubahan pendapatan sampingan sesudah
pembangunan pintu tol. Adapun terdapat 35 reponden yang menjawab
pendapatan di bawah 500.000 menjadi 32 responden sesudah
2 3
0 1
7 5
19
15
8
12
0
5
10
15
20
Sebelum Sesudah
Lebih dari 3.500.000 2.600.000 – 3.500.000
1.600.000 – 2.500.000 600.000 – 1.500.000
Di bawah 500.000
93
pembangunan, ditafsirkan bahwa 3 responden mengalami kenaikan
pendapatan sampingan. Perubahan pendapatan tersebut juga
digambarkan pada Grafik 4.6
Grafik 4.6
Pendapatan Sampingan Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Pintu Tol
Jadi dapat disimpulakan bahwa terdapat pengaruh pembangunan
pintu tol terhadap pendapatan pokok masyarakat Desa Banjaranyar
yang terkena dampak pembangunan, baik itu mengalami kenaikan
maupun penurunan pendapatan. Sedangkan pada pendapatan
sampingan secara umum tidak terpengaruh.
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Suci Puji Astuti
yang berjudul “Pengaruh Pembanguan Jalan Tol Cikampek-Palimanan
terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Kalijati
Kabupaten Subang” bahwa terdapat pengaruh terhadap pendapatan
masyarakat yaitu ditandai dengan kenaikan pendapatan. Kemudian
relevan juga dengan penelitian Zarina yang berjudul “Dampak
Pembangunan Jalan Tol Gempol-pandaan Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Penduduk di Desa Wonokroyo Kecamatan Beji Pasuruan”,
bahwa pembangunan jalan tol berdampak buruk terhadap pendapatan
masyarakat yang menurun.
1 4
35 32
0
10
20
30
40
Sebelum Sesudah
Lebih dari 3.500.000 2.600.000 – 3.500.000
1.600.000 – 2.500.000 600.000 – 1.500.000
Di bawah 500.000
94
e. Mata pencaharian sebelum dan sesudah pembangunan pintu tol
Brebes Timur
Mata pencaharian masyarakat Desa Banjaranyar bermacam-
macam. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mata pencaharian
utama masyarakat sebelum dan sesudah pembangunan didominasi
oleh pedagang. Sisanya ada petani, wiraswasta, pegawai negeri dan
lainnya. Sedangkan untuk mata pencaharian sampingan didominasi
oleh pedagang. Mata pencaharian utama sebelum dan sesudah
pembangunan pintu tol terlihat pada Tabel 4.38
Tabel 4.38
Mata Pencaharian Utama Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Pintu Tol
Mata Pencaharian Sebelum Sesudah
F P (%) F P (%)
Petani 6 16,7 6 16,7
Pedagang 11 30,6 12 33,3
Wiraswasta 9 25,0 8 22,2
Pegawai Negeri 1 2,8 1 2,8
Lainnya 9 25,0 9 25,0
Jumlah 36 100% 36 100%
Dari Tabel 4.38, mata pencaharian pedagang mengalami kenaikan
jumlah sebesar 1 responden, sebelumnya berjumlah 11 responden
menjadi 12 responden. Sedangkan pada wiraswasta mengalami
pengurangan yaitu dari 9 responden menjadi 8 responden. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan mata pencaharian yaitu
pada mata pencaharian wiraswasta menjadi pedagang, yaitu sebanyak
1 responden. Perubahan tersebut juga tergambar pada Grafik 4.7
95
Grafik 4.7
Mata Pencaharian Utama Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Pintu Tol
Selanjutnya adalah mata pencaharian sampingan masyarakat.
Mata pencaharian ini didominasi oleh pedagang. Mata pencaharian
sampingan sebelum dan sesudah pembangunan pintu tol terlihat pada
Tabel 4.39
Tabel 4.39
Mata Pencaharian Sampingan Sebelum dan Sesudah
Pembangunan Pintu Tol
Mata Pencaharian Sebelum Sesudah
F P (%) F P (%)
Petani 0 0,0 0 0
Pedagang 2 5,6 4 11,1
Wiraswasta 0 0,0 0 0
Pegawai Negeri 0 0,0 0 0
Lainnya 34 94,4 32 88,9
Jumlah 36 100% 36 100%
Dari Tabel 4.39, mata pencaharian pedagang mengalami
pertambahan jumlah sebanyak 2 responden. Sebelum pembangunan
responden yang memiliki mata pencahaharian sebagai pedagang
sebanyak 2 responden dan setelah pembangunan menjadi 4 responden.
Adapun lainnya ditafsirkan tidak memiliki mata pencaharian
sampingan. Dimana sebelum pembangunan berjumlah 34 responden
dan sesudah pembangunan menjadi 32 responden, artinya terdapat dua
responden yang awalnya tidak memiliki mata pencaharian sampingan
0 0 2
4
0 0 0 0
34 32
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sebelum Sesudah
Petani
Pedagang
Wiraswasta
Pegawai Negeri
Lainnya
96
menjadi memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Perubahan
tersebut digambarkan pada Grafik 4.8
Grafik 4.8.
Mata Pencaharian Sampingan Sebelum dan Sesudah
Pembangunan Pintu Tol
Sumber: data angket 2017
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembangunan pintu tol Brebes
Timur tidak berpengaruh signifikan terhadap mata pencaharian
masyarakat baik itu mata pencaharian utama maupun mata
pencaharian sampingan. Hal ini dilihat dari sedikitnya perubahan mata
pencaharian masyarakat sesudah pembangunan pintu tol.
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Suci Puji Astuti
yang berjudul “Pengaruh Pembanguan Jalan Tol Cikampek-Palimanan
terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Kalijati
Kabupaten Subang”, bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap mata
pencaharian masyarakat. Hal ini didukung dengan hasil wawancara
bahwa mata pencaharian masyarakat berubah ketika musim mudik
lebaran, namun pada hari-hari biasa masyarakat bekerja seperti biasa.
f. Tingkat kenyamanan sesudah pembangunan pintu tol Brebes
Timur
Dalam kehidupan manusia membutuhkan kenyamanan, baik
secara fisik maupun nonfisik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
pembangunan pintu tol memiliki pengaruh terhadap tingkat
kenyamanan masyarakat. Kenyamanan dalam penelitian ini adalah
0 0 2
4
0 0 0 0
34 32
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sebelum Sesudah
Petani
Pedagang
Wiraswasta
Pegawai Negeri
Lainnya
97
tingkat keamanan dan kenyamanan, tingkat kebisingan dan kondisi
udara susudah pembangunan pintu tol. Tingkat keamanan dan
kenyamanan sesudah pembangunan pintu tol terlihat pada Grafik 4.9
Grafik 4.9
Tingkat Keamanan Dan Kenyamanan Masyarakat Sesudah
Pembangunan Pintu Tol
Dari Grafik 4.9, dapat disimpulkan bahwa pembangunan pintu tol
berpengaruh pada tingkat kenyamanan dan keamanan masyarakat,
yang artinya pembangunan pintu tol Brebes Timur mengganggu
kenyamanan dan keamanan masyarakat sekitar. Hal ini terlihat pada
jawaban responden yang 44,4% menjawab sangat mengganggu,
36,1% menjawab mengganggu, 16,7% cukup mengganggu dan 2,8%
menjawab sedikit mengganggu. Selanjutnya tingkat kebisingan akibat
pembangunan pintu tol terlihat pada Grafik 4.10
36.1%
44.4%
16.7%
2.8%
Tingkat Kenyaman
Sangat mengganggu
Mengganggu
Cukup mengganggu
Tidak Mengganggu
98
Grafik 4.10
Tingkat Kebisingan
Sumber: data angket 2017
Dari Grafik 4.10, sebanyak 47,2% responden menjawab bising,
44,4% menjawab sangat bising, dan 8,3% menjawab cukup bising.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pembangunan pintu tol
berpengaruh pada tingkat kebisingan yang dirasakan masyarakat
khususnya masyarakat yang permukimannya dekat dengan pintu tol.
Selanjutnya kondisi udara sesudah pembangunan pintu tol terlihat
pada Grafik 4.11
Grafik 4.11
Kondisi Udara Sesudah Pembangunan Pintu Tol
Dari Grafik 4.11, responden menjawab 44,4% untuk udara
menjadi panas, 41,7% menjawab udara menjadi sangat panas dan
13,9% menjawab udara menjadi cukup panas. Maka dapat
44.4%
47.2%
8.3%
Tingkat Kebisingan
Sangat bising
Bising
Cukup bising
41.7%
44.4%
13.9%
Kondisi Udara
Sangat Panas
Panas
Cukup Panas
99
disimpulkan bahwa pembangunan pintu tol menyebabkan kondisi
udara disekitar menjadi panas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembangunan pintu tol Brebes
Timur sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan
masyarakat. Baik itu dari segi kebisingan maupun kondisi udara. Hasl
penelitian ini juga didukung dari hasil wawancara bahwa
pembangunan pintu tol berpengaruh terhadap kenyamanan masyarakat
baik itu dari kebisingan yang ditimbulkan kendaraan, kondisi udar
yang menjadi semakin panas, debu yang berasal dari jalan tol serta
banjir saat musim penghujan karena rendahnya daya serap tanah
disekitar pintu tol.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian yang
mempengaruhi kondisi penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan
tersebut antara lain:
1. Keterbatasan dari responden yang tidak mengetahui tentang tujuan
penelitian, sehingga sempat melakukan penolakan ketika peneliti
menyebarkan angket.
2. Keterbatasan pengetahuan responden sehingga membutuhkan waktu
yang cukup lama ketika pengambilan data dengan angket.
3. Keterbatasan dokumen yang dimiliki pemerintah Desa Banjaranyar yang
menjadikan kurangnya informasi yang didapatkan mengenai profil
daerah.
4. Keterbatasan pada jarak yaitu jauhnya jarak yang ditempuh peneliti untuk
sampai ke tempat penelitian.
100
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pengaruh pembangunan pintu tol dalam pembangunan ekonomi dan
perubahan sosial terhadap perubahan fisik dan kondisi sosial ekonomi
yang meliputi akses sekolah, budaya, aktivitas keagamaan, tingkat
pendapatan dan mata pencaharian masyarakat Desa Banjaranyar
diantaranya:
1. Hasil observasi menunjukkan bahwa lahan yang terkena pembebasan
pintu tol adalah areal persawahan dan permukiman. Areal persawahan
yang terkena pembebasan merupakan lahan pertanian produktif yang
biasa ditanami tanaman padi, cabai, bawang, jagung dan lain-lain.
Rumah-rumah warga yang terkena pembebasan lahan total sudah
tergusur dan pindah ke daerah lain, sedangkan yang rumahnya terkena
sebagian masih bertahan disekitar pintu tol. Sedangkan jalan desa yang
berhubungan dengan pintu tol memiliki kondisi yang cukup baik yakni
sebagian sudah terbuat dari aspal. Namun jalan cukup sempit sehingga
hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua.
2. Pembangunan pintu tol Brebes Timur berpengaruh terhadap perubahan
fisik di sekitar pintu tol. Perubahan fisik yang terjadi setelah
pembangunan pintu tol adalah berupa bangunan pendukung Pintu Tol
(kantor loket tol, loket tol, tempat parkir pegawai, gardu listrik),
pertokoan dan toilet umum. Selain itu pembangunan pintu tol juga
bepengaruh terhadap akses jalan desa yang semakin sulit karena
jalurnya terpotong jalan tol.
3. Pembangunan pintu tol Brebes Timur tehadap kondisi sosial ekonomi
mayarakat Desa Banjaranyar yang terdiri dari akses ke sekolah, budaya
masyarakat, kegiatan keagamaan, mata pencaharian, tingkat pendapatan
dan tingkat kenyamanan sesudah pembebasan lahan menunjukkan tidak
terdapat pengaruh terhadap akses ke sekolah, budaya, kegiatan
keagamaan dan mata pencaharian masyarakat. Sedangkan terdapat
101
pengaruh terhadap tingkat pendapatan yang ditandai dengan adanya
penurunan dan kenaikan pendapatan masyarakat. Pembangunan pintu
tol Brebes Timur juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan
keamanan masyarakat. Baik itu dari segi kebisingan maupun kondisi
udara. Hasl penelitian ini juga didukung dari hasil wawancara bahwa
pembangunan pintu tol berpengaruh terhadap kenyamanan masyarakat
baik itu dari kebisingan yang ditimbulkan kendaraan, kondisi udara
yang menjadi semakin panas, debu yang berasal dari jalan tol serta
banjir saat musim penghujan karena rendahnya daya serap tanah
disekitar pintu tol. Dan pembangunan pintu tol tersebut juga
berpengaruh terhadap hubungan sosial masyarakat, ikatan sosial
masyarakat menjadi terputus karena banyak masyarakat yang rumahnya
terkena pembebasan lahan total harus berpindah ke daerah lain.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, peneliti merekomendasikan beberapa saran
yang dihrapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya bagi
masyarakat Desa Banjaranyar di masa yang akan datang yaitu sebagai
berikut:
1. Masyarakat yang terkena dampak pembangunan pintu tol Brebes Timur
disarankan untuk mencari alternatif pekerjaan lain sehingga kebutuhan
keluarga tetap terpenuhi.
2. Mayarakat disarankan untuk memanfaatkan keberadaan pintu tol
Brebes Timur untuk membuka jenis usaha baru, agar keberadaan pintu
tol tidak hanya membawa dampak buruk tetapi juga berdampak baik
bagi masyarakat sekitar.
3. Pemerintah atau penyelenggara proyek tol disarankan untuk
memberikan kompensasi kepada Desa Banjaranyar sebagai ganti rugi
atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan sesudah adanya pembangunan
pintu tol. Selain itu pemerintah atau penyelengara proyek tol juga
disarankan untuk membangun saluran air atau daerah resapan air
sehingga tidak terjadi banjir ketika musim penghujan.
102
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Suci Puji. “Pengaruh Pembanguan Jalan Tol Cikampek-Palimanan
terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Kalijati
Kabupaten Subang”, Skripsi pada S1 Universitas Pendidikan Indonesia:
2014.
Basrowi dan Siti Juariyah. “Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur”, Jurnal pada Ekonomi dan Pendidikan: 2010.
tidak dipublikasikan.
Bau, Yanuarius Koli. Pengantar Sistem Sosial Budaya. Yogyakarta: Global
Pustaka Utama, 2009.
Bintarto, dan Surastopo Hadikusumo. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES,
1987.
Bintarto. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Yogyakarta: Ghalia
Indonesia, 1983.
Case, Karl E. Ray and C. Fair., Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro, yang
diterjemahkan oleh Berlian Muhamad. PT Indeks Kelompok Gramedia,
2005.
Ch, H.M. Nasruddin Anshory dan Sudarsono. Kearifan Lingkungan dalam
Perspektif Budaya Jawa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga, Pedoman Pelaksanaan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, Nomor: 012/PW/04.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, Sudharto P. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2012.
Harian Pemalang, http://harianpemalang.com/2016/05/30/lindu-aji-pemalang-
soroti- dampak- negatif-pembangunan-jalan-tol-di-kabupaten-pemalang / ,
2016.
Haris, Abdul Kasubdit Pertahanan. Pengaruh Penatagunaan Tanah Terhadap
Keberhasilan Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi. Direktorat Tata
Ruang dan Pertanahan, Bappenas.
Hartanto, Abdul Aziz dan Wisnu Pradoto. “Pengaruh Pembangunan Jalan Tol
terhadap Prubahan Pola dan Struktur Ruang Kawasan Sidomulyo, Ungaran
Timur”, Jurnal pada Teknik Universitas Diponegoro: 2014. tidak
dipublikasikan.
103
https://erepo.unud.ac.id/9551/3/577fa127307581f96b9aaa5d4929ff4d.pdf. diakses
pada tanggal 20 Februari 2017.
https://www.google.co.id/url?q=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2
2937/4/Chapter%2520II.pdf. diakses pada 20 Februari 2017
Info Tol, http://infotol.org/2015/10/02/mega-proyek-pembangunan-jalan-tol-trans-
jawa , diakses pada 21 November 2016.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Kotta, M. Husni. “Suhu Netral Dan Rentang Suhu Nyaman Manusia Indonesia
(Studi Kasus Penelitian Pada Bangunan Kantor Di Makassar)”, Jurnal pada
Metropilar Fakultas Teknik Universtas Holuoleo: 2008.
Lukman. Pengantar Teori Mikro Ekomomi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007.
Mahmud, Hariman Surya Siregar, Koko Kherudin. Pendidikan Lingkungan Sosial
Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Mahmud, Marzuki. Landasan Pendidikan. Ciputat: Haja Mandiri, 2014.
Midgley, James. Pembangunan Sosial: Perspektif Pembanguan dalam
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Ditperta Islam Departemen Agama RI, 2005.
Nasrullah, dkk. “Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor”, Prosiding
pada Temu Ilmiah IPLBI 2015.
Noor, Djauhari. Geologi Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu, 2006.
Nugroho, Iwan dan Rokhim Dahuri. Pembangunan Wilayah: Perspektif
Ekoonomi, Sosial, dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES, 2012.
Oktama, Reddy Zaki. “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Tingkat
Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan
Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun 2013”. Skripsi pada sarjana
Universitas Negeri Semarang, Semarang: 2013. tidak dipublikasikan.
Putra, Ricky Pratama. “Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota
Tangerang Selatan”, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
2013. tidak dipublikasikan.
Radar Tegal, http:// radartegal. com/berita-lokal/ jalan-tol-jangan-timbulkan-
masalah-baru.5577.html , diakses pada 1 Januari 2017.
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi:
Mikroekonomi & Makroekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Ramayulis, H. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
104
Ritohardoyo, Su. Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2013.
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metode Penelitian. Bandung: Mandar
Maju, 2011.
Septiyani, Indah Dwi. “Kajian Sosial Ekonomi Rumah Tangga yang Terkena
Proyek Pembangunan Jalan Tol Seksi 2 Ungaran-Bawean”, Skripsi pada
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang: 2012.
Setiadi, Elly M., Usman Kolip. Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:
Kencana, 2011.
Siagian, Sondang P. Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan
Starteginya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Subandi. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfbeta, 2012.
Sudjarwo dan Basrowi. Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Majum,
2009.
Sudrajat. Mengenal lahan Sawah dan Memahami Multifungsinya bagi Kehidupan
Manusia dan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung,:
Alfabeta, 2009.
Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan. Jakarta: kencana, 2015.
Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural.
Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Undang-Undang No. 15 Tahun 2005
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usman, Sunyoto. Esai-Esai Sosiologi Perubahan Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015.
Witjaksono, Mit. “Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan: Telaah
Istilah dan Orientasi dalam Konteks Studi Pembangunan”, Jurnal pada
JESP:2009.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Areal persawahan desa Jalan desa di sekitar pintu tol
Rumah warga yang terkena tol Pedagang di sekitar pintu tol
Bangunan disekitar pintu tol JPO disekitar pintu tol
Wawancara Kepala Desa Wawancara Ketua RT 01
Wawncara Staff desa Penelitian kepada warga
Penelitian kepada warga Penelitian kepada warga
Penelitian kepada warga Penelitian kepada warga
BIOGRAFI PENULIS
Desi Setiawati, lahir di Brebes pada tanggal 24 Desember 1994.
Bertempat tinggal di Desa Cipajang, Kecamatan Banjarharjo,
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Merupakan anak sulung dari Bapak
Idham Kholid dan Ibu Carsiti.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh ialah mulai dari sekolah dasar
di SD Negeri Cipajang 4, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di
SMP Negeri 3 Banjarharjo, melanjutkan sekolah menengah atas di
SMA Negeri 2 Brebes, dan melanjutkan Perguruan Tinggi di Universitas Islam (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial/Konsentrasi Geografi.