Post on 16-Oct-2021
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE SCRAMBLE TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS VIII
SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA
JURNAL
Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi S1 Pendidikan Matematika
Oleh
ONNY FITRI MARDANI
202012076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
2
3
4
5
6
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBEL
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA
KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA
Onny Fitri Mardani1, Kriswandani
2, Wahyudi
3
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro No 52-60 Salatiga 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, e-mail : 202012076@student.uksw.edu 2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, e-mail : kriswandani@staff.uksw.edu
3Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UKSW, e-mail : wahyudi@staff.uksw.edu
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
scramble terhadap hasil belajar matematika pada kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian the randomized control
group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Pangudi Luhur Salatiga sebanyak 82 siswa yang terdiri atas 3 kelas. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik cluster random sampling dan diperoleh siswa kelas VIIIA sebagai kelompok
eksperimen dan siswa kelas VIIIC sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa masing-masing 27
siswa. Berdasarkan hasil uji independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,009 <
0,05 yang berarti berarti tidak terdapat perbedaan nilai rerata antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol atau terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe scramble terhadap hasil belajar
matematika siswa. Hal ini tampak dari nilai rerata kelas eksperimen sebesar 80,59 lebih tinggi dari
nilai rerata kelas kontrol sebesar 75,04.
Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe scramble, hasil
belajar.
PENDAHULUAN
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia contohnya
untuk menghitung belanjaan, mengukur, dan lain sebagainya. Mata pelajaran matematika
perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
memecahkan masalah. Oleh karena itu, matematika merupakan salah satu mata pelajaran
yang disajikan pada hampir semua jenjang pendidikan, sejak mulai tingkat sekolah dasar
hingga sekolah lanjutan tingkat atas, bahkan dipelajari pula di tingkat perguruan tinggi untuk
bidang-bidang yang relevan (Suhendra dkk, 2007).
Pembelajaran matematika mempunyai peranan yang penting bagi siswa untuk bekal
kehidupan mereka secara nyata dan tidak hanya teori saja. Sedangkan menurut Badriyah
(2009), pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang mengacu pada ketiga fungsi
mata pelajaran matematika, yaitu sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan.
Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari kemampuan dan potensi diri sendiri prospek pengembangan lebih
7
lanjut untuk menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ada.
Kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika merupakan masalah utama
dalam pembelajaran matematika (Suhendra dkk, 2007). Masalah hasil belajar dalam
pembelajaran matematika juga dialami oleh siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga.
Permasalahan yang terjadi yaitu belum optimalnya hasil belajar matematika siswa. Hal
tersebut diantaranya dapat dilihat dari nilai siswa kelas VIIIA pada nilai ulangan matematika
pada materi lingkaran yang hanya mencapai rata-rata 61,93. Nilai rata-rata yang dicapai siswa
belum sesuai dengan harapan guru dan masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM). Selain itu, dalam proses pembelajaran sebagian besar siswa tidak memperhatikan
saat pembelajaran matematika berlangsung sehingga tidak dapat menerima pembelajaran
dengan baik, serta perhatian dan konsentrasi siswa masih rendah. Selain itu, saat
pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang bermain dengan alat tulisnya, ada juga
yang berbicara dengan teman, dan bahkan ada beberapa siswa yang sibuk sendiri tanpa
memperhatikan penjelasan dari guru. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka dapat dilihat
bahwa hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga masih rendah.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal
(Baharuddin dan Wahyuni dalam Yusuf, 2014). Faktor internal meliputi minat, kecerdasan,
bakat, motivasi, kemampuan kognitif sedangkan faktor eksternal meliputi kurikulum,
program, model pembelajaran, sarana dan prasarana, guru (Sagala, 2011:180-190). Model
pembelajaran merupakan salah satu faktor ekstern yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono, 2012:46). Salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat digunakan guru adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2010:202) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen. Slavin (2009:4) mendefinisikan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah strategi mengajar dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Oleh
karena itu, Anggreini (2014) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif sangat cocok
digunakan untuk mengurangi masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika
karena pembelajaran ini mengharuskan siswa aktif berpikir dan mencari suatu jawaban atas
permasalahan yang disajikan oleh guru. Model Pembelajaran Kooperatif terdiri dari beberapa
8
tipe pembelajaran, yakni improve, inkuiri, inside outside circle, jigsaw, kumon, logan avenue
problem solving, make a match, quantum, scientific, role playing, srcamble, simulasi,
snowball throwing, superitem, SQ4R, dan lain-lain (Shoimin, 2014).
Model pembelajaran kooperatif tipe scramble merupakan salah satu model
pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau
pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun
secara acak sehingga membentuk suatu jawaban/pasangan konsep yang dimaksud
(Komalasari, 2010:84). Lebih lanjut, Suhani (2010) menjelaskan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe scramble merupakan model pembelajaran yang bersifat aktif, yaitu menuntut
siswa aktif bekerjasama menyelesaikan kartu soal untuk memperoleh point bagi kelompok
mereka. Siswa mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam menyelesaikan tugasnya.
Senada dengan pendapat tersebut, Suyatno dalam Iryanti (2012:2) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe scramble adalah suatu model belajar yang menggunakan kartu
soal dan kartu jawaban yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Siswa dituntut
berpikir kreatif dalam pembelajaran di kelas, untuk mengurutkan kata-kata dalam kunci
jawaban menjadi kata yang logis.
Sintak model pembelajaran kooperatif tipe scramble menurut Huda (2014:304) adalah
sebagai berikut: 1) guru menyajikan materi sesuai topik, 2) setelah selesai menjelaskan materi
pelajaran, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya, 3) guru
memberi durasi tertentu untuk pengerjaan soal, 4) siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu
yang telah ditentukan guru, 5) guru mengecek durasi waktu sambil memeriksa pekerjaan
siswa, 6) jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa wajib mengumpulkan lembar
jawaban kepada guru, baik siswa yang selesai maupun tidak selesai harus mengumpulkan
jawaban itu, 7) guru melakukan penilaian, baik di kelas maupun di rumah dan penilaian
dilakukan berdasarkan seberapa cepat siswa mengerjakan soal dan seberapa banyak soal yang
ia kerjakan dengan benar, dan 8) guru memberi apresiasi dan rekognisi kepada siswa-siswa
yang berhasil, dan memberi semangat kepada siswa yang belum cukup berhasil menjawab
dengan cepat dan benar.
Model pembelajaran kooperatif tipe scramble memiliki beberapa kelebihan yang
tampak langsung dalam proses pembelajaran, yaitu memudahkan siswa mencari jawaban,
mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut, melatih siswa untuk berpikir aktif,
serta membuat pelajaran lebih menarik dan membuat siswa tertantang untuk mengerjakan
soal-soal yang ada pada permainan tersebut (Junaidi, 2010). Selain itu, Suhani (2010)
menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe scramble memiliki tujuan berupa
9
dampak instruksional dan dampak pengiring pada siswa. Dampak instruksional model
pembelajaran kooperatif tipe scramble yaitu siswa menjadi lebih aktif dan berani
mengemukakan pendapat serta aktif berdiskusi. Sedangkan dampak pengiringnya adalah
mampu meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mengerjakan tugas, lebih
bertanggung jawab dan meningkatkan rasa percaya diri.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
scramble terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur
Salatiga.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi
Experimental), yaitu penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimental (Sugiyono, 2011:116). Penelitian ini merupakan eksperimental
semu (Quasi experimental research) karena peneliti tidak memungkinkan untuk
memanipulasi dan atau mengendalikan semua variabel yang relevan (Budiyono, 2003:79).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga
Tahun Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 82 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling dan diperoleh dua
kelompok siswa, yakni sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang
digunakan adalah kelas VIIIA yang terdiri dari 27 siswa sedangkan kelas kontrolnya adalah
kelas VIIIC yang terdiri dari 27 siswa. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah the
randomized control group pretest-posttest design yaitu menggunakan dua kelas yang dipilih
secara acak (random), kemudian untuk mengetahui kondisi awal hasil belajar siswa data
diambil dari nilai ulangan harian materi sebelumnya yaitu lingkaran adakah perbedaan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya diberi posttest untuk mengetahui pengaruh
dari penerapan model setelah diberikan perlakuan.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang digunakan untuk
memperoleh data nilai ulangan matematika pada materi lingkaran yang dijadikan data pretest,
metode tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa dan metode
observasi untuk mengukur sejauh mana guru telah melaksanakan variabel bebasnya (model
pembelajaran kooperatif tipe scramble). Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar
dan lembar observasi. Instrumen tes hasil belajar berupa 5 soal uraian yang disusun
10
berdasarkan SK, KD, dan indikator materi. Instrumen lembar observasi terdiri dari 15
pertanyaan yang disusun berdasarkan indikator. Tes akhir (posttest) yang terdiri dari 5 soal
uraian dan yang didasarkan pada kisi-kisi tes sebagai berikut.
Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Posttest
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No Soal
Menentukan unsur,
bagian lingkaran serta
ukurannya.
Menghitung panjang
garis singgung
persekutuan dua
lingkaran.
Menentukan panjang garis
singgung persekutuan dalam dua
lingkaran
1, 5
Menentukan panjang garis
singgung persekutuan luar dua
lingkaran
2, 4
Menentukan panjang sabuk lilitan
minimal yang menghubungkan
dua lingkaran
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa
1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest
Data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar matematika siswa
sebelum dilakukan penelitian dan diberikan perlakuan. Data yang digunakan sebagai
pretest adalah nilai murni tes ulangan matematika pada materi lingkaran untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan statistika deskriptif untuk
kemampuan awal siswa kelas VIIIA dan kelas VIIIC. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Deskripsi Statistika Nilai Pretest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 27 42 82 61.93 11.916
Kontrol 27 40 88 62.59 12.500
Valid N (listwise) 27
Berdasarkan Tabel 2 terlibat bahwa rerata nilai pretest kelas kontrol, yaitu 62,59
lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen, yaitu 61,93. Selain itu, nilai minimum
kelas kontrol yaitu 40 lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen yaitu 42. Namun
demikian, nilai maximum kelas kontrol yaitu 88 lebih tinggi dibandingkan kelas
eksperimen yaitu 80. Dan standart deviation dari nilai kelas kontrol yaitu 12,500
lebih tinggi dari kelas eksperimen yaitu 11,916.
Menurut Supranto (2007), hasil belajar dapat dibedakan menjadi 3 kategori
yaitu tinggi, sedang, rendah. Pengkategorian ini menggunakan interval dengan
11
rumus nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kelas interval
(Widoyoko, 2013:110). Sebaran nilai pretest kelas baik kelas eksperimen maupun
kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kategori Nilai Pretest
No Interval Kategori Hasil
Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jml % Jml %
1. 73 – 89 Tinggi 7 12,96 6 11,11
2. 56 – 72 Sedang 13 24,08 12 22,22
3. 39 – 55 Rendah 7 12,96 9 16,67
Berdasarkan pengkategorian pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol masuk dalam kategori sedang. Siswa
yang masuk kategori tinggi dan sedang untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
hanya berselisih 1 untuk masing-masing kategori. Siswa yang masuk kategori tinggi
untuk kelas eksperimen 7 siswa (12,96%) dan kelas kontrol yaitu 6 siswa (11,11%).
Sedangkan siswa yang masuk kategori sedang untuk kelas eksperimen yaitu 13
siswa (24,08%) dan kelas kontrol yaitu 12 siswa (22,22%), sedangkan siswa yang
masuk kategori rendah untuk kelas eksperimen yaitu 7 siswa (12,96%) dan untuk
kelas kontrol yaitu 9 siswa (16,67%).
2. Uji Normalitas Nilai Pretest
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kedua kelas berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk
karena jumlah sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing
kurang dari sama dengan 50 (Sembiring, 2003:73). Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Eksperimen .157 27 .087 .940 27 .125
Kontrol .113 27 .200* .954 27 .268
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil uji normalitas menghasilkan nilai signifikansi untuk kelas eksperimen sebesar
0,125 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,268 dimana kedua nilai signifikansi tersebut
12
lebih dari 0,05. Hal ini berarti nilai pretest pada setiap kelas berdistribusi normal.
Hasil ini juga dapat dilihat dari histrogram yang ditunjukan pada Gambar 1.
Gambar 1. Histogram Distribusi Normal Nilai Pretest
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada masing-masing kelas kurva mendekati bentuk
kurva berdistribusi normal. Walaupun gambar kurvanya tidak sama persis, tetapi
kedua kurva normal merupakan bukti bahwa data berdistribusi normal untuk
masing-masing kelas.
3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Pretest
Hasil uji normalitas menyimpulkan bahwa kedua sampel masing-masing berasal
dari populasi berdistribusi normal. Untuk mengetahui keseimbangan nilai pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol maka selain digunakan uji normalitas, juga
digunakan uji homogenitas. Hasil perhitungan uji independent sample t-test dapat
dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Independent Sample t-test Nilai Pretest
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal variances
assumed .066 .798 -.201 52 .842 -.667 3.324 -7.336 6.003
Equal variances
not assumed
-.201 51.881 .842 -.667 3.324 -7.336 6.003
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil uji homogenitas menggunakan uji Levene’s Test
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,798 > 0,05 yang berarti kedua kelas
13
berasal dari populasi yang memiliki variansi sama (homogen). Berdasarkan hasil uji
normalitas dan uji homogenitas maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut
dalam kondisi seimbang. Untuk memperkuat hasil ini dapat dilakukan uji
independent sample t-test. Hasil uji tersebut menghasilkan nilai signifikansi 0,842 >
0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan nilai rerata kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa antara hasil belajar kelas eksperimen dan
kelas kontrol dalam kondisi seimbang. Oleh karena itu, kedua kelas diberikan
perlakuan yang berbeda.
B. Kondisi Akhir Hasil Belajar Siswa
1. Analisis Deskripsi Nilai Posttest
Skor posttest diambil setelah kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble berakhir. Data skor posttest digunakan untuk
mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah dilakukan penelitian dan
diberikan perlakuan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Deskripsi Statistik Posttest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 27 64 92 80.59 7.996
Kontrol 27 62 86 75.04 7.133
Valid N (listwise) 27
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh hasil bahwa nilai minimum, maximum dan rerata di
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini bermakna bahwa nilai
hasil belajar matematika pada kelas eksperimen meningkat setelah diberi perlakuan
(model pembelajaran kooperatif tipe scramble). Nilai rerata kelas eksperimen yaitu
80,59 dan nilai rerata kelas kontrol yaitu 75,04. Nilai minimum kelas eksperimen
yaitu 64 dan nilai minimum kelas kontrol yaitu 62, untuk nilai maksimum kelas
eksperimen yaitu 92 dan nilai maximum kelas kontrol yaitu 86. Standart deviation
dari nilai kelas eksperimen yaitu 7,996 dan standart deviation kelas kontrol yaitu
7,133. Sebaran nilai posttest kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kategori Nilai Posttest
No Interval Kategori Hasil
Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jml % Jml %
1. 83 – 93 Tinggi 11 20,37 3 5,56
2. 72 – 82 Sedang 12 22,22 15 27,78
3. 61 – 71 Rendah 4 7,40 9 16,67
14
Berdasarkan tiga pengkategorian pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa sebagian besar
siswa kelas kelas eksperimen masuk dalam kategori tinggi, sedangkan siswa kelas
kontrol masuk dalam kategori sedang. Siswa yang masuk kategori tinggi untuk kelas
eksperimen yaitu 11 siswa (20,37%) dan kelas kontrol yaitu 3 siswa (5,56%).
Sedangkan siswa yang masuk kategori sedang untuk kelas eksperimen yaitu 12
siswa (22,22%) dan kelas kontrol yaitu 15 siswa (27,78%), sedangkan siswa yang
masuk kategori rendah untuk kelas eksperimen yaitu 4 siswa (7,40%) dan untuk
kelas kontrol yaitu 9 siswa (16,67%).
2. Uji Normalitas Nilai Posttest
Skor posttest perlu diuji normalitasnya sebelum dilakukan uji homogenitas.
Hasil pengujian normalitas posttest dapat dilihat dalam Tabel 8.
Tabel 8. Uji Normalitas Posttest
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Eksperimen .137 27 .200* .937 27 .104
Kontrol .146 27 .144 .936 27 .098
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil uji normalitas menghasilkan nilai signifikansi untuk kelas eksperimen sebesar
0,104 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,098, dimana nilai signifikansi kedua tersebut
lebih dari 0,05. Hal ini berarti nilai posttest pada setiap kelas masing-masing berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil ini juga dapat dilihat dari histogram
yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Histogram Distribusi Posttest
15
Gambar 2 menunjukkan bahwa pada masing-masing kelas kurva mendekati bentuk
kurva berdistribusi normal. Walaupun gambar kurvanya tidak sama persis, tetapi
kedua kurva normal merupakan bukti bahwa data berdistribusi normal untuk
masing-masing kelas.
3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Postest
Hasil uji homogenitas dan uji independent sample t-test nilai posttest dapat
dilihat dalam Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji Independent Sample T-Test posttest
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal variances
assumed .021 .885 2.694 52 .009 5.556 2.062 1.417 9.694
Equal variances
not assumed
2.694 51.336 .010 5.556 2.062 1.416 9.695
Berdasarkan Tabel 9, hasil uji homogenitas menggunakan uji Levene’s Test
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,885 > 0,05 yang berarti kedua kelas
berasal dari populasi yang memiliki variansi sama (homogen). Oleh karena itu, uji
independent sample t-test yang digunakan adalah Equal variances assumed. Hasil
uji tersebut menghasilkan nilai signifikansi 0,009 < 0,05 yang berarti nilai rerata
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama atau terdapat pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe scramble terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal
ini tampak dari nilai rerata kelas eksperimen 80,59 lebih tinggi daripada kelas
kontrol 75,04.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis data nilai postest menunjukkan, bahwa hasil
belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan
juga homogen sehingga pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji independent
sample t-test. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai rerata kelas
eksperimen sebesar 80,59 dan nilai rerata kelas kontrol sebesar 75,04. Dengan jumlah
16
siswa masing-masing 27 siswa, sedangkan hasil uji independent sample t-test
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe scramble terhadap hasil belajar
matematika bagi siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga.
Hal yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional karena proses yang terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe scramble,
siswa diberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu
dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe scramble ini memiliki banyak
kelebihan, antara lain siswa lebih aktif bertanya, mengemukakan ide atau pendapat,
kreatif, dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi serta hasil belajar lebih baik. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Intan (2013) yang menyatakan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble membuat siswa terlibat secara aktif dalam berdiskusi, berani
mengemukakan pendapat, dan mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas.
Pada awal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble, siswa terlihat
bingung dan sulit beradaptasi dengan proses dalam pembelajaran. Hal ini karena siswa
belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Ketika
siswa diberikan kartu soal dan jawaban beberapa siswa sering bertanya. Selain itu, pada
pembelajaran ini ada beberapa siswa bersifat individualis, tidak mau berdiskusi dengan
teman sekelompoknya. Demikian halnya dengan hasil penelitian Sugiarta (2012), ketika
awal pembelajaran kooperatif tipe scramble diterapkan, masih terdapat siswa yang
terlihat bingung dan bertanya kepada guru. Melihat masalah ini, guru mengingatkan
kepada siswa bagaimana seharusnya dilakukan oleh siswa, tentang cara menyelesaikan
soal dan bagaimana bersikap dengan teman sekelompok sehingga pada pertemuan
selanjutnya siswa dapat dikondisikan dengan baik, aktif dan lebih serius dalam
menyelesaikan soal berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
scramble.
Pembelajaran pada kelas kontrol tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe scramble, namun menggunakan model konvensional yang hanya terdiri dari guru
menjelaskan materi dan memberi latihan soal. Materi dan latihan soal yang digunakan
sama dengan latihan soal yang diberikan di kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble yaitu pada materi garis singgung persekutuan
dalam, garis singgung persekutuan luar, dan menghitung panjang minimal sabuk lilitan.
Pembelajaran dengan model konvensional cenderung kurang memiliki aktivitas yang
17
mendukung pembelajaran karena kurang interaktif antar siswa, hasilnya siswa bersifat
pasif sehingga pembelajaran cenderung bersifat satu arah dimana guru masih menjadi
pusat pembelajaran. Berbeda dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble, dimana terdapat aktivitas-aktivitas yang mendukung
pembelajaran yaitu masing-masing siswa memiliki tugas didalam kelompoknya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe scramble
menunjukkan motivasi belajar yang lebih baik dibanding motivasi belajar dari siswa
kelas kontrol. Hal ini terlihat pada saat menyelesaikan soal, siswa tidak malu bertanya,
aktif mengemukakan strateginya dan yang mengalami kesulitan menyelesaikan soal tidak
segan-segan untuk meminta bimbingan kepada guru dan bertanya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe scramble berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Hal tersebut dapat dilihat
dari tabel perhitungan hasil uji independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi uji beda
rerata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,009<0,05 yang berarti terdapat
perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen sebesar 80,59 dan nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 75,04.
Tampaklah bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rata-rata kelas
kontrol.
Saran kepada guru untuk dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble sebagai salah satu model dalam melaksanakan pembelajaran matematika. Penelitian
ini telah memberikan data empirik tentang adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe scramble terhadap hasil belajar matematika, oleh karena itu dimungkinkan dilakukan
penelitian selanjutnya terkait model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan
menambahkan satu variabel, misalnya terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar
matematika. Selain itu, dapat juga dilakukan penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble pada materi lain di pembelajaran matematika.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anggreini, Dian. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Progdi Pendidikan Matematika.
Jurnal.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Intan, Amalia. 2013. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Sramble. Jurnal. Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Iryanti, Iis Listiani. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Scramble Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal
Pendidikan. Vol. 1. No. 1. Halaman 1-8.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual (Konsep dan Aplikas). Bandung:
Refika Aditama.
R, Slavin. 2009. Cooperatif Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung: Nusa Media.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru).
Jakarta: Raja Grafindo
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alphabeta.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta.
Ar-Ruzz Media.
Sugiarta, Kadek. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X1 SMA Saraswati Singaraja
Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Dalam Jurnal PTK. Progdi Pendidikan Ekonomi
Universitas Pendidikan Ganesha.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suhani, Agus. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Scramble.
http://agussambeng.blogspot.com/2010/10/implementasi-modelpembelajaran.html
diakses pada 09 Juli 2015 pukul 21.45.
Suhendra. 2007. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Supranto. 2007. Teknik Sampling untuk Survey dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta.
Suprijono, Agus. 2019. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Widoyoko, E.P. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Yusuf, Sukarif. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op-Co-Op
Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga. Skripsi.
Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.