Post on 04-Nov-2020
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP
HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MESIN
OPERASI DASAR ( MMOD )
DI SMKN 2 WONOSARI
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Teknik
OLEH:
NURHADI SETYO NUGROHO
07503244013
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2012
i
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP
HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MESIN
OPERASI DASAR ( MMOD )
DI SMKN 2 WONOSARI
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Teknik
OLEH:
NURHADI SETYO NUGROHO
07503244013
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2012
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP
HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MESIN
OPERASI DASAR ( MMOD )
DI SMKN 2 WONOSARI
Dipesiapkan dan disusun oleh:
NURHADI SETYO NUGROHO 07503244013
Laporan ini disetujui oleh pembimbing skripsi untuk digunakan sebagai ujian
skripsi dan salah satu syarat menyelesaikan jenjang Strata-1 pada program Sarjana
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik.
Yogyakarta, Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Zainur Rofiq NIP. 19640203 198812 1 001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP
HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MESIN
OPERASI DASAR ( MMOD )
DI SMKN 2 WONOSARI
Disusun Oleh: NURHADI SETYO NUGROHO
07503244013
Telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta pada tanggal......
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal
1. Dr. Zainur Rafiq Ketua Penguji ....................... ...............
2. Tiwan, M. T Sekertaris Penguji ....................... ................
3. Jarwo Puspito, MP Penguji Utama ...................... ...............
Yogyakarta, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Dr. Moch Bruri Triyono M. Pd. NIP. 19560216 198603 1 003
iv
SURAT PERYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurhadi Setyo Nugroho
NIM : 07503244013
Jurusan : Pendidikan Teknik Mesin
Fakultas : Teknik
Judul Laporan :
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Teknik disuatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis oleh oranglain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Pengaruh Metode Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil
Belajar Menggunakan Mesin Operasi Dasar ( MMOD )
Di Smkn 2 Wonosari.
Yogyakarta,02 Februari 2012 Yang Menyatakan, Nurhadi Setyo Nugroho NIM. 07503244013
v
HALAMAN MOTTO
“Hidup adalah tentang hari ini, jadi lakukanlah yang terbaik sekarang karena belum tentu hari esok lebih baik dari hari ini”
“Apapun tugas anda lakukanlah dengan bersungguh – sunguh dan ikhlas sepenuh hati untuk mendapatkan hasil yang maksimal”
“Hidup sukses, membahagiakan orang tua, mengabdi pada masyarakat yang tidak mampu”
“Don’t think negative before you try and start it”
“Kesempatan tak hanya datang satu kali, tapi berkali – kali dengan cara dan kesempatan yang berbeda”
“Kesalahan di masalalu adalah evaluasi untuk lebih baik di masa mendatang”
“Berusaha dan berdoa adalah kunci sukses untuk mendapat kesuksesan”
“Takdir Allah yang nentuin tapi umur kita yang tentuin”
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Laporan Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Bapak dan ibu ku yang tersayang terimakasih banyak sudah sabar dengan
sikapku, ikhlas dengan apa yang kalian beri, memberiku dukungan yang
tak ada habisnya, mendidiku sampai seperti ini, memberiku fasilitas dan
materi yang lebih dari cukup sehingga saya bisa menyelesaikan Laporan
Skripsi dengan lancar.
Kakakku tersayang Bambang Nurjaka dan Keponakanku atas semangat
dan kebersamaannya.
Teman – teman kelas C yang selalu mendukung, mengajari, tawa canda
selalu membuatku tersenyum dan kebersamaanya. Teman-teman
seperjuangan: Aris Winarno, Kuat Pribadi G.P, Khusni Syauqi, dan A.
Ferry Kurniawan S.
“Nyke Emitusia” yang tersayang terimakasih atas kasih sayang,
kesabarannya dan dukungannya menjadikan aku menjauh dari kesepian
dan keterpurukan saat mengerjakan Laporan Tugas Akhir.
Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta
vii
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL
BELAJAR MENGGUNAKAN MESIN OPERASI DASAR ( MMOD )
DI SMKN 2 WONOSARI
Oleh :
Nurhadi Setyo Nugroho
07503244013
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar
Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dan metode pembelajaran konvensional kelas X Pemesinan di SMKN 2 Wonosari.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode eksperiment yang pelaksanaannya menggunakan metode Quasi Eksperiment dengan desain Nonquivalent Control Group Design. Penelitian dilakukan di SMKN 2 Wonosari kelas X Pemesinan dengan kelas XMA sebagai kelas kontrol (metode Konvensional), XMC sebagai kelas Eksperimen (metode Jigsaw) pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD).
Hasil pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional dalam pembelajarannya memperoleh hasil yang kurang memuaskan karena nilai rata- rata kelas 68,875 di bawah KKM yang bernilai 70. Nilai tengah kelas adalah 68. Nilai terbanyak yang diperoleh 68, kemudian nilai terendah 48 tertinggi 92. Hasil pembelajaran pada kelas Eksperimen yang menggunakan metode Jigsaw dalam pembelajarannya memperoleh hasil yang memuaskan karena nilai rata- rata kelas 72,75, nilai ini di atas KKM yang bernilai 70. Nilai tengah kelas adalah 72. Nilai terbayak yang diperoleh 72. Dengan demikian pembelajaran Menggunakan metode Jigsaw efektif pada pembelajaran menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD). Pencapaian itu dapat dilihat dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 70, rata- rata hasil belajar kelas eksperimen 72,75. Pencapaian nilai rata- rata kelas eksperimen lebih tinggi dari Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran Jigsaw efektif digunakan pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD). Perhitungan yang digunakan menggunakan uji- t menunjukan bahwa ttabel < thitung (2,5062 < 2,040). Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Jigsaw berpengaruh pada hasil belajar peserta didik karena adanyanya perbedaan kelas Kontrol dan kelas Eksperimen.
Kata kunci: Pengaruh, Jigsaw, MMOD
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi
dengan judul “PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW
TERHADAP HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MESIN OPERASI
DASAR (MMOD)DI SMKN 2 WONOSARI” dengan baik dan lancar. Laporan
ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan Laporan Skripsi ini penulis mendapat pantauan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak terutama para pembimbing, dosen,
rekan mahasiswa dan keluarga penulis. Maka dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Moch Bruri Triyono, selaku Dekan FT Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dr. Wagiran, selaku Kajur Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri
Yogyakarta
3. Paryanto, M. Pd., Selaku Koordinator Skripsi Teknik Mesin.
4. Dr. Effendi T.SU, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
meberikan motivasi dan semangat.
5. Bapak dan Ibuku tercinta terimakasih atas doa, semangat dan fasilitas
semuanya. Karena engkau berdualah aku bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Seluruh staf dan karyawan pengajaran permesinan yang telah memberikan
bantuan dan kemudahan dalam pembuatan Skripsi ini.
ix
7. Teman-teman kelas Mesin C seperjuangan yang selalu memberikan dorongan
semangat.
8. “Nyke Emitusia” yang tersayang terimakasih atas kasih sayang, kesabarannya
dan dukungannya menjadikan aku menjauh dari kesepian dan keterpurukan
saat mengerjakan Laporan Tugas Akhir.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu, sehingga Proyek Akhir dan laporan ini terselesaikan dengan baik
dan lancar.
Dalam penyusunan laporan Skripsi ini, penulis merasa masih jauh dari
sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya pada diri pribadi penulis dan pembaca
sekalian.
Yogyakarta, 02 Februari 2012
Penulis
Nurhadi Setyo Nugroho
NIM. 07503244013
IIALAMAN PERSETUJUAI\
SKRIPSI
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW
TERIIADAP HASIL BELAJAR
MENGCUNAKAI\ MESIN OPERASI DASAR (MMOD)
DI SMKN 2 WONOSARI
Dipersiapkan dan disusun oleh:
NURHADI SETYO NUGROHO
a75A3244413
Laporan ini disetujuin oleh pembimbing skripsi untuk digunakan sebagai ujian skripsi
dan salah satu syarat menyelasaikan jenjang Strata- I pada program Sarjana Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh
gelar sarjana Pendidikan teknik
Yogyakartao Februari2012Menyetujui,Dosen pembimbing
NrP. 19640203 198812 1001
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSIPENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP
HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MESIN
OPERAST DASAR ( MMOD )
DI SMKN 2 WONOSARI
Disusun Oleh:NURHADI SETYONUGROHO
07583244813
Telah dipeaahankan di depaa panitia penguji skripsi , .Fakultas Tekik Universitas Negeri Vogyututtu-puAa tnnggal..*.4 lZ - >otZ
dan dinyatakaa telah mernenuhi syarat untuk memperolehGelar Sarjana Pendidikan Teknik
DEWAN PENGUJI
\ama
. Dr. Zainur Rafiq
l" Tiwan, M. T
-'" Jarwo Puspito, MP
Jabatan
KetuaPenguji
Sekertaris Penguji
Penguji Utama
Tanggal
n../: _ Lo\r-
*u/: ,,,
Tanda
zVf"+/aerz-
Yogyakarta,
cffi.qD.qi,/,\1,r-.1.\- , \ '((t
51i..\W,J:
';lx*:,.il-#\ '').-tfv.rt>-.,
19560216 19'8603 1
i lt
SURAT PERYATAAN
Yang bertanda *angan di bawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Judul Laporan
Nuhadi Setyo Nugroho
475il32m013
Pendidikan Teknik Mesin
Teknik
Fengamh Metode Pembelajaran Jigsanr Terhadap Hasil
Belajar Menggunakan Mesin Operasi Dasar ( Mmod )Di Smkn 2 Wonosari.
Dengan ini saya menyatakan khwa dalam skipsi ini tidak terdapat karya
1-ang pernah diajukan kepada Fakuttas Teknik Universitas Negeri Yogyakarh
untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana
Feodidikan Teknik disuatu Pergunran Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapd yang pernah ditulis oleh cranglain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah ini disebrfrkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta 02 F ebruan 2012Yang Menyeka
tv
Nurha0lSeWoNuNIM. A75A32440t3
/ '
HALAMAN PERSETUJUAI\I
SKRIPSI
PENGARUH METODA PEMBELAJARAN JIGSAW
TERIIADAP HASIL BELAJAR
MENGGUNAKAI\I MESIN OPERASI DASAR MMOD)
DI SMIOT 2 WONOSARI
Dipersiapkan dan disusun oleh:
NURHADI SETYONTJGROHO
a75A3244An
Laporan ini disetujuin oleh pembimbing skripsi untuk digunakan sebagai ujian skripsi
dan salah satu syarat menyelasaikan jenjang Strata- I pada program Sarjana Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk memmuhi per$yaratan guna memperoleh
gelar sarjma Pendidikan teknik
Yogyakarta, Februari2012Menyetujui,Dosen pembimbing
tra4Drr. Zainur MfiqNIP. 19640203 198812 1001
ql
1
THE INFLUENCE OF JIGSAW LEARNING METHOD TO LEARN MENGGUNAKAN
MESIN OPERASI DASAR (MMOD)
IN SMKN 2 WONOSARI
By :
Nurhadi Setyo Nugroho
07503244013
ABSTRACT
This study aims to determine the learning outcomes in Menggunakan Mesin Operasi
Dasar (MMOD) using the Jigsaw method of teaching and learning conventional method in class X Machining SMKN 2 Wonosari. To know the effectiveness of learning Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) by using Jigsaw method. To determine the influence Jigsaw learning method to learn outcomes of students Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) on SMKN 2 Wonosari.
The method that used in this study is a method of execution experiment using a Quasi experiment with the design Nonequivalent Control Group Design. The study was conducted in class X SMKN 2 Wonosari Machining, X MA as a class of control (conventional method), X MC as a class experiment (Jigsaw method) in learning Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD).
Learning outcomes in control class that uses the conventional method in which learning is less satisfactory result because the average value of 68,875 in the KKM class is worth. The mean (Median) class is 68. Highest value obtained (Modus) 68, the lowest is 48, and the highest is 92. Learning outcomes in classroom experiment using the Jigsaw method of learning obtained satisfactory results because the average value of 72,75 in the KKM class is worth 70. The mean (Median) class is 72. Highest value obtained (Modus) is 72. Using the Jigsaw learning effective methods in learning Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD). Achievement can be seen from the completeness Minimum Criteria (KKM) is 70, the average results of experimental class exhaustiveness Minimum Criteria have been define, so that it can be concluded that the effective teaching method to learn Menggunakan Mesin Operasi dasar (MMOD) is Jigsaw method. Calculations used to use test-Independent Sample t Test showed that the ttable < tcount (2.5062 < 2.040). Based on the average value of the class and test calculations of the Independent Sample t-Test can be concluded that the learning method Jigsaw influence on the study of students because of class differences Control and Experimental class.
Keywords: Influence, Jigsaw, MMOD
2
PENDAHULUAN
Hasil observasi pada kegiatan KKN-PPL 11 Juli sampai dengan 4 September 2010
di SMKN 2 Wonosari, wawancara dengan guru pengampu program studi teknik pemesinan,
wawancara dengan beberapa peserta didik kelas 1 program studi teknik pemesinan, dan
pengalaman mengajar di SMKN 2 Wonosari menyatakan bahwa prestasi belajar dan
pemahaman belajar peserta didik masih rendah. Pernyataan tersebut juga dapat dilihat dari
hasil evaluasi belajar peserta didik program studi pemesinan yang rata nilainya 67 masih
dibawah 70 satandar nilai yang dpakai di program studi pemesinan. Walaupun ada beberapa
peserta didik yang sudah bisa mendapatkan nilai 70 lebih, tapi masih belum maksimal.
Dalam menyampaikan materi guru SMKN 2 Wonosari program studi pemesinan
menggunakan metode ceramah, media LCD dan leptop, dan media gambar. Kelebihan dari
metode ini adalah (1) Guru di SMKN 2 wonosari menguasai arah pembicaraan seluruh
kelas, karena disini guru yang berbicara. (2) Persiapan guru lebih sederhana, dengan
ceramah satu- satunya persiapan hanya dengan catatan yang sebelumnya sudah dibuat.
Kelemahannya (1) Guru tidak bisa memonitor seberapa jauh pemahaman peserta didik
dalam memahami materi yang disampaikan guru. (2) Siswa cenderung bosan dan sulit
memahami perkataan guru.
Melihat kelemahan dalam metode ceramah guru- guru di SMKN 2 Wonosari jarang
menggunakan metode ini, mereka memilih menggabungkan metode ceramah dengan media
LCD dan laptop, meski demikian bukan berarti tidak ada kelemahannya, di SMKN2
Wonosari penggunaan metode tersebut memiliki kendala, yaitu : (1) Dalam pengoprasi dan
penggunaan, banyak guru yang belum bisa membuat materi dalam bentuk soft copy yang
3
nantinya akan dipresentasikan ke peserta didik. (2) Kurangnya peralatan LCD dan proyektor
yang digunakan, jadi harus bergantian. (3) Peserta didik masih harus mencacat materi yang
diberikan.
Mengatasi permasalahan tersebut melalui penelitian ini akan mencoba mengubah
metode pembelajaran dengan metode pembelajaran Jigsaw.Pembelajaran Jigsaw berbeda
dengan pembelajaran secara konvensional, disini peserta didik dituntut aktif dalam proses
belajar mengajar, peranan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan ini siswa akan selalu aktif
dan menambah kwalitas prestasi belajarnya, guru dapat memonitor pemahaman peserta
didik, pembelajaran bisa lebih terarah, dan juga peserta didik bisa mengembangkan
kemampuan diri sendiri dengan adanya diskusi- diskusi dan latihan soal.
1. Idetifikasi Masalah
a. Sebagian besar guru mengajar masih menggunakan metode yang tidak melibatkan siswa
secara aktif.
b. Tidak terjadi interaksi antara guru dan peserta didik.
c. Guru kurang maksimal dalam menyampaikan materi di dalam kelas mengakibatkan
peserta didik bosan dan sulit memahami materi.
d. Guru tidak bias memonitor sejauhmana peserta didik dalam memahami materi
pembelajaran.
e. Peserta didik kesulitan mengembangkan diri sendiri
f. Alur proses pembelajaran kurang terarah.
2. Pembatasan Masalah
a. Pengaruh metode pemelajaran Jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik kelas 1
program studi pemesinan dalam pelajaran MMOD di SMKN 2 Wonosari.
4
b. Metode ceramah dan leptop+LCD pada pembelajaran MMOD kelas X di SMKN 2
Wonosari.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada pembelajaran MMOD yang menggunakan
metode pembelajaran Konvensional?
b. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada pembelajaran MMOD yang menggunakan
metode Pembelajaran Jigsaw?
c. Apakah ada perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan menggunakan
metode Jigsaw dan metode Konvensional pada pembelajaran MMOD di SMKN 2
Wonosari?
4. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui hasil belajar peserta didik MMOD.
b. Mengetahui hasil belajar peserta didik MMOD menggunkan metode pembelajaran
Jigsaw.
c. Mengetahui apakah ada pengaruh hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan
menggunakan metode Jigsaw pada pembelajaran MMOD di SMKN 2 Wonosari.
5. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti : Dengan penelitian ini juga diharapkan penulis mengetahui kwalitas belajar
siswa SMKN 2 Wonosari khususnya kelas Satu prodi Teknik pemesinan.
b. Bagi Prodi Teknik Pemesinan SMKN 2 Wonosari : Memberikan informasi dan masukan
pada pihak SMK Teknik Pemesinan.
c. Bagi UNY : Menjadi bahan kajian maupun referensi ilmiah bidang pendidikan bagi
mahasiswa ataupun dosen Universitas Negeri Yogyakarta.
5
LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng dalam ( Hamzah B. uno, 2009: 2 )
adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dalam pengertian ini secara implicit dalam
pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan individu yang baru, menetap, fungsional, positif, dan
disadari. Secara keseluruhan perilaku tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, konatif, dan
motorik. (Mohamad Surya, 2004:16-17).
3. Metode Pembelajaran
Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran.
Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan
peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai ( Gerlach dan Ely, 1980 ) dalam buku
Hamzah B. Uno ( 2007: 2 ).
4. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Menurut Wina Sanjaya (2009: 179) strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara
optimal.
5. Metode Konvensional
Model pembelajaran sangat banyak, pengajar dituntut menguasai lebih dari satu
model untuk variasi. Metode pembelajaran konvensional ini pada dasarnya sama seperti
6
metode ceramah dan strategi ekspositori, sama- sama menggunakan ceramah atau penuturan
dalam penyampaian materinya.
6. Metode pembelajaran Jigsaw
Mel Silberman (2009: 168) Jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai
secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok”
(group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik
mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat
disingkat atau “dipotong” dan di saat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang
lain- lain.
7. Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD)
Menggunakan Mesin Operasi Dasar adalah salah satu mata pelajaran teori Pemesinan
yang mengajarakan tentang menggunakan perkakas tangan, menggunakan Mesin Bubut, dan
menggunakan Mesin Frais dengan baik dan benar sebelum praktek Pemesinan dilakukan.
8. Kerangka Berfikir
Dari teori- teori yang dikemukakan di depan ada beberapa konsep yang bisa
dikembangkan yaitu pada pengajaran menggunakan metode Jigsaw berbeda dengan
menggunakan metode konvensional dengan media LCD dan laptop, kedua metode tersebut
memiliki cara dalam penyampaian materi pembelajaran yang berbeda.
9. Hipotesis
Ada perbedaan prestasi belajar Menggunakan Mesin Operasi Dasar ( MMOD ) antara
peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dan peserta
didik yang diajar dengan menggunakan metode konvensional.
7
METODE PENELITIAN
1. Waktu dan tempat penelitian : SMK N 2 Wonosari yang berlokasi di Jln. KH. Agus Salim,
Ledoksari, Wonosari, Gunungkidul pada bulan Agustus- September 2011.
2. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, jenis penelitian eksperimen yang
digunakan Quasi Eksperimen. Bentuk desain quasi eksperimen yang digunakan penelitian
ialah Nonequivalent Control Group Design.
Desain penelitian (Sugiyono, 2010:116)
3. Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X prodi pemesinan SMKN 2
Wonosari yang terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas X MA, X MB, dan X MC berjumlah 96
masing- masing kelas terdiri dari 32 peserta didik. Sampel terdiri kelas X MA dan X MC
yang diambil dari populasi secara Sampel Random Sampling.
4. Paradigma Penelitian
Paradingma yang digunakan adalah paradigma sederhana.
Paradigma Sebab – Akibat
O₁ X O₂ ------------------------
O₃ O₄
Keterangan: O₁ : Kelompok eksperimen sebelum mendapat perlakuan O₂ : Kelompok eksperimen setelah mendapat perlakuan O₃ : Kelompok kontrol sebelum pre test O₄ : Kelompok kontrol sesudah post test
X Y
Keterangan:
X : Metode pembelajaran Jigsaw
Y : Hasil Belajar belajar
8
5. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Dokumentasi : Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi
dari bermacam- macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden
bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari- hari (Sukardi, 2009: 81).
b. Metode Observasi : Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan
pencatatan secara langsung terhadap fenomena yang diteliti.
c. Metode test : Serangkaian pertanyaan, soal yang dibuat untuk mengukur ketrampilan
peserta didik.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian post test pre test dibuat bedasarkan kisi- kisi soal yang berupa soal
pilihan ganda 40 kemudian di validasi kontruk sebelum di ujicobakan.
a) Pre Test dan Post Test : diberikan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
menguasai materi. Pre test sebelum mendapatkan materi, Post test diberikan setelah
mendapatkan perlakuan.
b) Uji coba Instrumen
Dilakukan setelah instrumen telah di uji validitas kontruk. Di uji cobakan pada
30 peserta didik diluar sampel penelitian, dari hasil uji coba instrumen dari 40 butir soal
diambil 25 butir sedangkan 15 butir dinyatakan gugur.
1) Uji Validitas
2) Uji tingkat kesukaran : Untuk mengetahui soal yang yang mudah, sedang dan sukar
dilakukan analisis tingkat kesukaran. Kategori tingkat kesukaran soal adalah sebagai
berikut:
0,00 < P < 0,30 = soal sukar 0,30 ≤ P ≤ 0,70 = soal sedang
9
0,70 < P < 1,00 = soal mudah (Suharsimi Arikunto,2009: 210).
Rumus :
JSBP
3) Uji Reliabilitas : Reliabilitas instrument akan dianalisis dengan rumus KR 20.
Rumus: ri = ( ) Σ
(Sugiyono, 2004: 359)
Derajat Reliabilitas dan besarnya Koefisian Korelasi
Sangat tinggi 0,90 – 1,00
Tinggi 0,80 – 0,89
Sedang 0,60 – 0,79
Jelek (Tidak dapat dipakai) 0,00 – 0,59
d. Pedoman Observasi
e. Dokumentasi
7. Teknik Analisis Data
Digunakan analisis diskriptif yaitu mean, median dan modus, kemudian untuk
menganalisis hipotesis digunkan uji- t. Sebelum dilakukan uji- t terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan yaitu Normalitas dan homogenitas.
Rumus Normalitas (Sutrisno Hadi, 2000:259)
Rumus Homogenitas (Ridwan, 2010: 120)
Keterangan : P = indeks kesukaran B = jumlah peserta didik yang menjawab benar JS = jumlah peserta didik yang menjawab tes
Keterangan : K = Jumlah item dalam instrumen pi = Proporsi banyakanya subyek yang menjawab pada item 1 qi = 1 - pi
푆 = Varians total
X2 = ∑ ( )
Fhitung =
10
t =
Rumus uji- t (Sugiyono, 2007:138)
Ho : terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan menggunakan
metode Jigsaw dan metode Konvensional pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi
Dasar (MMOD).
Ha : terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan menggunakan
metode Jigsaw dan metode Konvensional pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi
Dasar (MMOD).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Pembelajaran Jigsaw : guru membagi 2 kelompok, yaitu kelompok asli terdiri dari 5
kelompok, kelompok ahli terdiri dari 6 kelompok dan 6 materi. Setiap kelompok asli
mengirimkan wakilnya untuk belajar ke kelompok ahli untuk berdiskusi dengan
kelompok lain, setelah selesai masing- masing wakil kembali dan menceritakan kepada
temannya secara bergantian apa yang sudah didapat di kelompok ahli.
Contoh pembagian kelompok Jigsaw
11
b. Pembelajaran Konvensional : Guru berceramah didepan untuk penyampaian materi
sedangkan peserta didik mendengarkan dan mencatat.
2. Hasil Belajar Pre test
Nilai rata- rata pada kelas eksperimen 27,56 dan nilai rata- rata pada kelas kontrol
27,13 terpaut 0, 43. Berdasarkan data diatas dapat di simpulkan bahwa kemampuan peserta
didik kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama.
a. Uji Normalitas : Kelas eksperimen X2hitung 9,432 dan kelas kontrol X2
hitung 9,773. Kedua
kelas berdistribusi normal karena X2hitung < X2
tabel 11,070. Pengujian dilakukan pada taraf
kesalahan 5% dan dk = 5.
b. Uji Homogenitas : Dapat dilihat hasil homogenitas kelas eksperimen S2 = 99,673 dan
kelas kontrol S2 = 66,937 kemudian Fhitung 1,489. Homogen karena Fhitung < Ftabel. Dengan
dkpenyebut n – 1 = 32 – 1 = 31 dengan taraf signifikan 훼 0,05.
c. Uji- t : kelompok eksperimen 26,5625 varian 99,673 dan kelompok kontrol mean 26,25
varian 66,937 dengan thitung 0,1369. Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan rumus
dk n – 1 = 32 – 1 = 31 taraf signifikan 5%. Dinyatakan tidak ada perbedaa antara kedua
kelas karena Karena thitung 0,1369 ≤ ttabel 2,042.
3. Hasil Belajar Post Test
Nilai rata- rata pada kelas eksperimen 72,75 dan nilai rata- rata pada kelas kontrol 66,875.
a. Uji Normalitas : Uji Normalitas : Kelas eksperimen X2hitung 10,886 dan kelas kontrol
X2hitung 8,523. Kedua kelas berdistribusi normal karena X2
hitung < X2tabel 11,070. Pengujian
dilakukan pada taraf kesalahan 5% dan dk = 5.
12
b. Uji Homogenitas : Dapat dilihat hasil homogenitas kelas eksperimen S2 = 69,613 dan
kelas kontrol S2 = 106,234 kemudian Fhitung 1,526. Homogen karena Fhitung < Ftabel.
Dengan dkpenyebut n – 1 = 32 – 1 = 31 dengan taraf signifikan 훼 0,05.
c. Uji- t : kelompok eksperimen 72,75 varian 69,613 dan kelompok kontrol mean 66,875
varian 106,234 dengan thitung 2,5062. Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan rumus
dk n – 1 = 32 – 1 = 31 taraf signifikan 5%. Dinyatakan ada perbedaa antara kedua kelas
karena Karena thitung 2,5062 ≥ ttabel 2,042.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil uji t Independent Sample Test kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh keputusan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.
Karena thitung 2,5062 ≥ ttabel 2,042.
4. Pembahasan
Berdasarkan analisis dan kondisi awal, teryata tidak ada perbedaan hasil pretest
peserat didik kedua kelas, sehingga dapat dinyatakan kedua kelas dimulai dari kondisi yang
sama. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka pada kedua kelas dapat dilakukan
penelitian. Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas eksperimen
menggunakan metode pembelajaran Jigsaw, dan kelas kontrol menggunakan metode
pembelajaran konvensional.
a. Hasil belajar menggunakan metode Konvensional : Dari analisis di atas, teryata nilai
rata- rata (Mean) post test kelas eksperimen 72,75 sudah diatas KKM yang ditetapkan
yaitu 70.
b. Hasil belajar menggunakan metode Jigsaw : Dari analisis di atas, teryata nilai rata- rata
(Mean) post test kelas kontrol 66,875 masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 70.
13
c. Pengaruh hasil belajar peserta didik menngunakan metode jigsaw dengan peserta didik
menggunakan metode konvensional : Hasil hipotesis menunjukan bahwa terdapat
perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, karena ttabel 2,042 ≤ thitung 2,5062
artinya nilai thitung lebih besar daripada ttabel yang sudah ditentukan. Selain itu, hasil belajar
(posttest) kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol juga menunjukan perbedaan, rata-
rata kelas eksperimen (Mean) 72,75 lebih besar dari rata- rata (Mean) kelas kontrol
66,875.
Histogram perbandingan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan nilai rata- rata.
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Hasil belajar peserta didik yang diberi perlakuan metode konvensional pada
pembelajaran Menggunakan Menggunakan Mesin perasi Dasar (MMOD) memperoleh
hasil 68,875 nilai rata- rata dibawah KKM 70.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pre test Post test
Kelas eksperimen
Kelas Kontrol
14
b. Hasil belajar peserta didik yang diberi perlakuan metode Jigsaw pada pembelajaran
Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) memperoleh hasil 72,75 nilai rata- rata
KKM 70. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata- rata di atas nilai rata- rata KKM.
c. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan metode
konvensional pada kelas kontrol dan metode Jigsaw pada kelas eksperimen, dilihat dari
hasil uji t bahwa thitung 2,502 > ttabel 2,042. Juga terdapat perbedaan hasil belajar peserta
didik menggunakan metode Jigsaw dengan Konvensional yang dilihat dari rata- rata
nilai kelas, rata- rata kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (72,75 > 66,875).
2. Saran
a. Metode jigsaw efektife digunkan dalam pembelajaran MMOD.
b. Metode pembelajaran yang kurang efektife sebaiknya diganti.
c. Terdapat perbedaan, untuk itu dalam jangka panjang digunakan metode yang sama.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud
Hamzah Uno. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Muhamad Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Khuraizy
Suberman, Mel.2009. Active Learning 101 Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta
------------.2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukardi.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sutrisno Hadi.1994.Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset
Wina Sanjaya.2009. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group
THE INFLUENCE OF JIGSAW LEARNING METHOD TO LEARN
MENGGUNAKAN MESIN OPERASI DASAR (MMOD)
IN SMKN 2 WONOSARI
By :
Nurhadi Setyo Nugroho
07503244013
ABSTRACT
This study aims to determine the learning outcomes in using the
basic operation of the machine using the Jigsaw method of teaching and learning conventional method in class X Machining SMKN 2 Wonosari.
The method that used in this study is a method of execution experiment using a Quasi experiment method with the design Nonequivalent Control Group Design. The study was conducted in class X SMKN 2 Wonosari Machining, X MA as a class of control (conventional method), X MC as a class experiment (Jigsaw method) in learning using the basic operation of the machine.
Learning outcomes in control class uses the conventional method in learning is less satisfactory result because the average value of 68,875 in the KKM class is worth. The Mean class is 68. Highest value obtained 68, the lowest is 48, and the highest is 92. Learning outcomes in classroom experiment using the Jigsaw method of learning obtained satisfactory results because the average value of 72,75, above this value of the KKM is 70. The Mean class is 72. Highest value obtained is 72. So, using the Jigsaw learning method is more effective to learn using the basic operation of the machine. Achievement can be seen from the completeness Minimum Criteria (KKM) is 70, the average results of experimental class exhaustiveness Minimum Criteria have been define, so that it can be concluded that the effective teaching method to learn using the basic operation of the machine is Jigsaw method. Calculations used to use t- test showed that the ttable < tcount (2.5062 < 2.040). Thus it can be concluded that with a significant difference study of students who were treated using Jigsaw method and conventional methods in Machine Operation Using Basic Training.
Keywords: Influence, Jigsaw, using the basic operation of the machine
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... . i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... . ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... . iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. . iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. . v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... . vi
ABSTRAK .................................................................................................. . vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. . viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... . ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... . 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... . 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ . 7
D. Rumusan Masalah ............................................................................ . 8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. . 9
F. Manfaat Penelitian............................................................................. . 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Analisis Teori ........................................................................................ . 11
1. Pembelajaran ................................................................................... . 11
a. Pengertian Pembelajaran ............................................................ . 11
b. Tujuan Pembelajaran ................................................................. . 12
c. Strategi Pembelajaran ................................................................ . 14
2. Hasil Belajar ................................................................................... . 15
a. Pengertian Hasil Belajar ............................................................ . 15
b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi ............................................ . 17
3. Metode Pembelajaran ...................................................................... . 19
xi
a. Pengertian Metode Pembelajran ................................................. . 19
b. Macam- macam Metode Pembelajaran ...................................... . 20
4. Strategi Pembelajaran Ekspositori ( SPE ) ....................................... . 22
a. Pengertian Pembelajaran Ekspositori ......................................... . 22
b. Prosedur Pelaksanaan Strategi Ekspositori ................................. . 23
c. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Ekspositori ........................ . 25
5. Metode Konvensional ( Ceramah ) .................................................. . 27
a. Pengertian Ceramah ................................................................... . 28
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah ............................ . 29
6. Metode Pembelajaran Jigsaw .......................................................... . 30
a. Pengertian Jigsaw ...................................................................... . 31
b. Langkah- langkah Dalam Penerapan Metode Jigsaw ................. . 32
7. Menggunakan Mesin Operasi Dasar ( MMOD ) .............................. . 34
a. Pengertian Pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar ... . 34
b. Perkakas Tangan ........................................................................ . 36
1) Alat Ukur Fernier Caliper ................................................... . 37
2) Alat Mikrometer ................................................................. . 37
3) Jam Ukur ............................................................................ . 37
4) Transportir Sudut ................................................................ . 38
5) Gergaji Tangan ................................................................... . 39
6) Kikir ................................................................................... . 39
7) Penggaris Baja .................................................................... . 39
8) Gerinda Tangan .................................................................. . 40
9) Palu .................................................................................... . 40
10) Penitik ................................................................................ . 40
11) Penjepit ( Ragum ) .............................................................. . 41
12) Penggores ........................................................................... . 41
13) Jangka ................................................................................. . 42
14) Cap ( stamp ) ...................................................................... . 42
15) Tap dan Senay .................................................................... . 42
16) Mata Bor ............................................................................. . 43
c. Mesin Bubut .............................................................................. . 43
xii
d. Mesin Frais ................................................................................ . 45
8. Kerangka Berfikir ............................................................................ . 46
9. Hipotesis Penelitian ....................................................................... . 50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ . 51
B. Desain Penelitian .................................................................................. . 51
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. . 53
D. Paradigma Penelitian ............................................................................. . 55
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................... . 55
1. Metode Dokumentasi ...................................................................... . 56
2. Metode Observasi ............................................................................ . 56
3. Metode Test .................................................................................... . 57
F. Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen ....................................... . 58
1. Instrumen Penelitian ........................................................................ . 59
2. Uji Coba Instrumen ......................................................................... . 61
a. Uji Validitas .............................................................................. . 61
b. Uji Tingkat Kesukaran ............................................................... . 62
c. Uji Reliabilitas Instrumen .......................................................... . 64
3. Pedoman Observasi ......................................................................... . 66
4. Dokumentasi ................................................................................... . 66
G. Teknik Analisi Data .............................................................................. . 66
1. Modus (Mode) ................................................................................ . 68
2. Median ............................................................................................ . 68
3. Mean ............................................................................................... . 69
4. Pengujian Persyaratan Analisis ........................................................ . 70
a. Uji Normalitas ........................................................................... . 70
b. Uji Homogenitas ........................................................................ . 71
5. Pengujian Hipotesis ......................................................................... . 72
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pembelajaran ........................................................................... . 74
1. Proses Pembelajaran ................................................................... . 74
xiii
2. Hasil Pembelajaran Pre test ........................................................ . 79
3. Hasil Pembelajaran Post test ....................................................... . 83
4. Pengujian Hipotesis .................................................................... . 86
B. Pembahasan ...................................................................................... . 88
1. Hasil Belajar Peserta Didik dengan Metode Pembelajaran
Jigsaw ........................................................................................ . 88
2. Hasil Belajar Peserta Didik dengan Metode Pembelajaran
Konvensional .............................................................................. . 90
3. Efektivitas Metode Pembelajaran Jigsaw Pada Pembelajaran
Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) ............................ . 92
4. Pengaruh Prestasi Belajar Peserta Didik Setelah Diberi
Perlakuan Menggunakan Metode Jigsaw Pada Pembelajaran
Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) ............................ . 93
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... . 96
B. Saran ............................................................................................... . 96
C. Implikasi Hasil Penelitian ................................................................ . 97
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................... . 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... . 99
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Hasil Uji Coba Instrumen .......................................... . 102
Lampiran 2. Perhitungan Tingkat Kesukaran Suatu Butir Test ............... . 103
Lampiran 3. Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen .............................. . 105
Lampiran 4. Perhitungan Mean Pre test kelas Eksperimen .................... . 106
Lampiran 5. Perhitungan Median Pre test kelas Eksperimen ................. . 107
Lampiran 6. Perhitungan Modus Pre test kelas Eksperimen .................. . 108
Lampiran 7. Perhitungan Mean Pre test kelas Kontrol ........................... . 109
Lampiran 8. Perhitungan Median Pre test kelas Kontrol ........................ . 110
Lampiran 9. Perhitungan Modus Pre test kelas Kontrol ......................... . 111
Lampiran 10. Perhitungan Mean Post test kelas Eksperimen ................. . 112
Lampiran 11. Perhitungan Median Post test kelas Eksperimen .............. . 113
Lampiran 12. Perhitungan Modus Post test kelas Ekprimen .................. . 114
Lampiran 13. Perhitungan Mean Post test kelas Kontrol ........................ . 115
Lampiran 14. Perhitungan Median Post test kelas Kontrol ..................... . 116
Lampiran 15. Perhitungan Modus Post test kelas Kontrol ...................... . 117
Lampiran 16. Perhitungan Normalitas Pre test Eksperimen ................... . 118
Lampiran 17. Perhitungan Normalitas Pre test Kontrol ......................... . 119
Lampiran 18. Perhitungan Varian Sampel Pre test Eksperimen ............. . 120
Lampiran 19. Perhitungan Varian Sampel Pre test Kontrol .................... . 121
Lampiran 20. Perhitungan Uji t- Independent Sample Test Pre test ........ . 122
Lampiran 21. Perhitungan Normalitas Post tes kelas Eksperimen .......... . 123
Lampiran 22. Perhitungan Normalitas Post test kelas Kontrol ............... . 124
Lampiran 23. Perhitungan Varian Sampel Post test Eksperimen ............ . 125
Lampiran 24. Perhitungan Varian Sampel Post test Kontrol .................. . 126
Lampiran 25. Perhitungan Uji t- Independent Sample Test Post test ...... . 127
Lampiran 26. Rekapitulasi Hasil Belajar Pre test dan Post test .............. . 128
Lampiran 27. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...................... . 129
Lampiran 28. Instrumen Penelitian ........................................................ . 215
xv
Lampiran 29. Materi Pembelajaran ........................................................ . 236
Lampiran 30. Surat Pernyataan Judgement Materi Pembelajaran ........... . 270
Lampiran 31. Surat Keterangan Judgement Instrumen ........................... . 280
Lampiran 32. Surat Perijinan Penelitian ................................................ . 285
Lampiran 33. Tabel Hasil Pengamatan Efektifitas Peserta Didik ........... . 289
Lampiran 34. Foto- foto Kegiatan Penelitian ......................................... . 294
Lampiran 35. Tabel Nilai Distribusi t .................................................... . 298
Lampiran 36. Tabel Nilai Chi Kuadrat .................................................. . 299
Lampiran 37. Tabel Nilai F ................................................................... . 300
Lampiran 38. Tabel Bimbingan Skripsi ................................................. . 304
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw .............................. . 34
Gambar 2. Vernier Caliper .................................................................... . 37
Gambar 3. Mikrometer .......................................................................... . 37
Gambar 4. Dial Indicator ...................................................................... . 38
Gambar 5. Mistar Siku dan Busur Derajat ............................................. . 38
Gambar 6. Gergaji Tangan .................................................................... . 39
Gambar 7. Macam- macam Kikir .......................................................... . 39
Gambar 8. Mistar Baja .......................................................................... . 39
Gambar 9. Grenda Tangan .................................................................... . 40
Gambar 10. Macam- macam Palu .......................................................... . 40
Gambar 11. Penitik ............................................................................... . 41
Gambar 12. Ragum ............................................................................... . 41
Gambar 13. Penggores .......................................................................... . 41
Gambar 14. Jangka Tusuk dan Jangka Hati ........................................... . 42
Gambar 15. Cap (Stamp) ....................................................................... . 42
Gambar 16. Tap dan Senay .................................................................... . 43
Gambar 17. Macam- macam Mata Bor .................................................. . 43
Gambar 18. Mesin Bubut ...................................................................... . 45
Gambar 19. Mesin Frais ........................................................................ . 46
Gambar 20. Desain Penelitian ............................................................... . 52
Gambar 21. Paradigma Sebab- Akibat ................................................... . 55
Gambar 22. Contoh Pembagian Kelompok Jigsaw ................................ . 76
Gambar 23. Histogram Perbandingan kelas Eksperimen dan
kelas Kontrol berdasarkan nilai rata- rata .......................... . 94
Gambar 24. Polygon Nilai rata-rata kelas Eksperimen dan
kelas Kontrol .................................................................... . 94
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran
MMOD kelas X Prodi Pemesinan SMKN 2 Wonosari ...... . 36
Tabel 2. Perbedaan Jigsaw dan Konvensional ....................................... . 48
Tabel 3. Kisi- kisi Instrumen Validasi Butir .......................................... . 59
Tabel 4. Kisi- kisi Instrumen setelah Validasi Butir ............................... . 64
Tabel 5. Hasil Observasi Aktivasi Peserta Didik kelas Eksperimen ....... . 77
Tabel 6. Data Pre test Peserta Didik ...................................................... . 79
Tabel 7. Data Normalitas Pre test .......................................................... . 81
Tabel 8. Data Hasil Homogenitas Pre test ............................................. . 81
Tabel 9. Hasil Uji t- Independent Sample Test ....................................... . 82
Tabel 10. Hasil Post test Peserta Didik .................................................. . 84
Tabel 11. Data Normalitas Post test ....................................................... . 85
Tabel 12. Data Homogenitas Post test ................................................... . 86
Tabel 13. Hasil Uji t- Independent Sample Test ..................................... . 87
Tabel 14. Perbandingan rata- rata Pre test Post test ............................... . 93
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0 1 0 0 0 0 0 1
2 1 0 1 0 1 0 0 0
3 0 1 0 1 0 1 0 1
4 1 1 1 1 0 1 0 0
5 1 0 1 1 1 0 0 1
6 0 1 0 0 1 0 0 1
7 1 0 1 1 1 0 0 0
8 1 1 1 1 0 1 0 1
9 0 1 1 0 1 0 0 1
10 1 0 1 0 1 1 0 0
11 1 0 0 0 1 0 0 0
12 1 0 0 1 1 1 0 1
13 0 1 1 0 1 0 0 1
14 1 1 1 0 1 1 0 0
15 1 1 0 0 1 0 0 0
16 0 1 0 1 1 1 0 1
17 0 0 1 1 0 0 0 0
18 1 0 0 0 1 1 0 0
19 1 0 0 1 1 0 0 1
20 0 1 1 0 1 0 0 1
21 0 0 0 1 1 1 0 1
22 1 0 1 1 0 1 0 1
23 0 1 1 1 1 1 0 0
24 1 0 1 1 1 0 0 1
25 0 0 1 0 1 0 0 0
26 1 0 0 1 1 1 0 1
27 1 0 0 1 1 1 0 1
28 1 1 1 0 0 0 0 1
29 0 0 0 0 0 0 0 0
30 1 1 1 1 0 1 0 0
Np 18 14 17 16 21 14 0 17
p 0,620689655 0,482758621 0,586206897 0,551724138 0,724137931 0,482758621 0 0,586206897
q 0,379310345 0,517241379 0,413793103 0,448275862 0,275862069 0,517241379 1 0,413793103
pq 0,235434007 0,249702735 0,242568371 0,247324614 0,199762188 0,249702735 0 0,242568371
M = 23,3
NO. Res
9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 1 1 1 1 0 0 1 1
0 0 1 1 1 0 1 1 0
1 1 1 1 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 0 0 0 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 1 0 0 0 1
1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 1 1 1 1 0
0 1 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 1 0 0 0 1
0 1 1 1 1 0 1 0 1
0 1 1 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0 1
0 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 0 0 0
0 1 1 1 1 0 0 1 0
0 1 1 1 0 0 0 1 1
0 1 1 1 1 0 1 1 0
0 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 0 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 1 1 1 1
13 26 28 29 15 9 14 17 18
0,448275862 0,896551724 0,965517241 1 0,517241379 0,310344828 0,482758621 0,586206897 0,620689655
0,551724138 0,103448276 0,034482759 0 0,482758621 0,689655172 0,517241379 0,413793103 0,379310345
0,247324614 0,09274673 0,033293698 0 0,249702735 0,214030916 0,249702735 0,242568371 0,235434007
18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 0 0 1 1 1 0 0 1
1 0 0 1 1 0 1 1 1
1 0 1 1 1 0 1 0 1
1 0 1 1 0 0 1 1 0
1 0 0 1 1 0 1 1 1
1 0 1 1 0 0 0 1 1
1 0 1 1 0 1 0 1 1
1 0 0 0 1 0 1 1 1
0 0 1 1 0 0 0 0 1
1 0 0 1 1 0 1 1 1
1 0 0 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 1 0 1 0
1 0 1 1 0 0 0 1 1
0 0 0 1 1 0 1 1 1
1 0 1 1 1 0 0 1 1
1 0 1 1 0 1 1 1 0
1 0 0 1 1 1 1 0 1
1 0 0 1 1 0 0 1 1
1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 0 1 1 0 1 1 0 0
0 0 1 1 0 1 0 1 0
0 0 0 1 1 0 1 0 1
1 1 0 1 1 0 1 1 0
0 1 0 0 0 1 0 1 1
1 0 1 1 1 0 0 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 1 1 0 1
1 1 1 1 0 1 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 0 1 1
22 6 16 26 16 10 16 22 23
0,75862069 0,206896552 0,551724138 0,896551724 0,551724138 0,344827586 0,551724138 0,75862069 0,793103448
0,24137931 0,793103448 0,448275862 0,103448276 0,448275862 0,655172414 0,448275862 0,24137931 0,206896552
0,183115339 0,164090369 0,247324614 0,09274673 0,247324614 0,225921522 0,247324614 0,183115339 0,164090369
Item No.
27 28 29 30 31 32 33 34 35
0 0 1 0 1 0 1 1 0
1 0 1 1 1 0 1 1 0
1 1 1 0 1 1 0 1 0
1 1 1 0 1 0 1 1 0
1 1 1 0 1 0 1 1 1
1 0 1 0 1 0 0 1 0
1 1 0 0 1 0 1 1 0
1 0 1 0 1 0 1 1 1
0 1 0 0 1 0 0 1 0
1 0 1 1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0
1 1 1 0 1 1 0 1 0
1 1 1 0 1 0 1 1 0
1 1 1 0 1 0 0 1 0
1 1 1 0 1 1 1 1 0
1 1 1 0 1 0 1 1 1
1 1 0 1 1 0 0 1 0
1 0 1 1 1 0 0 1 0
1 0 1 0 1 0 0 1 0
1 0 1 0 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 1
1 0 1 9 1 0 0 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0
0 1 1 0 1 1 1 1 0
1 0 1 0 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 0 1 0 0 1 0
1 0 1 0 1 0 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 0 0 1 1 0
25 17 25 18 28 7 17 29 6
0,862068966 0,586206897 0,862068966 0,620689655 0,965517241 0,24137931 0,586206897 1 0,206896552
0,137931034 0,413793103 0,137931034 0,379310345 0,034482759 0,75862069 0,413793103 0 0,793103448
0,118906064 0,242568371 0,118906064 0,235434007 0,033293698 0,183115339 0,242568371 0 0,164090369
36 37 38 39 40
0 1 0 0 0 19 -4 16
0 1 1 0 1 23 0 0
1 1 0 1 0 24 1 1
0 1 0 0 1 25 2 4
1 1 1 0 0 25 2 4
0 1 0 0 0 20 -3 9
0 1 0 0 0 22 -1 1
1 1 0 0 0 26 3 9
1 1 0 0 1 21 -2 4
1 1 1 0 1 24 1 1
0 1 1 1 0 22 -1 1
0 1 0 0 1 24 1 1
1 0 1 0 1 24 1 1
1 1 1 0 1 25 2 4
0 1 0 0 1 24 1 1
1 1 1 0 1 27 4 16
0 1 0 1 1 24 1 1
1 1 1 1 0 20 -3 9
1 0 1 1 1 23 0 0
1 1 1 1 1 26 3 9
1 1 0 0 0 24 1 1
1 1 0 0 1 31 8 64
0 1 1 0 1 26 3 9
1 1 1 0 1 24 1 1
0 0 0 1 1 22 -1 1
0 1 1 1 1 30 7 49
1 1 1 1 1 24 1 1
0 1 0 0 1 25 2 4
0 0 0 0 0 0 -23 529
0 0 1 1 0 25 2 4
15 25 15 10 19 699 9 755
0,517241379 0,862068966 0,517241379 0,344827586 0,655172414
0,482758621 0,137931034 0,482758621 0,655172414 0,344827586
0,249702735 0,118906064 0,249702735 0,225921522 0,225921522 7,362663496
Total Skor X X2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa industri
dan mekanisasi tumbuh dan berkembang dalam rangka mewujudkan
masyarakat industri yang maju dan mandiri. Berbagai mesin dan peralatan
canggih dipergunakan dan diproduksi oleh industri-industri dan perusahaan-
perusahaan.
Pendidikan kejuruan mempunyai peran strategis dalam mendukung
secara langsung orientasi pembangunan nasional, khususnya dalam penyiapan
tenaga terampil dan terdidik yang diperlukan oleh dunia kerja. Pendidikan
Kejuruan (Vocational Education) adalah sistem pendidikan yang menuntut
peserta didiknya untuk menguasai kompetensi tertentu. Dalam hal ini peserta
didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dituntut untuk menguasai
keterampilan tertentu agar siap untuk bekerja. Sejak awal mereka memang
didesain atau dikondisikan untuk siap kerja di dunia teknologi dan industri
sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan di industri.
Di SMK N 2 Wonosari mata diklat teori telah diberikan pada semua
program keahlian dengan materi pembelajaran setiap program keahlian yang
berbeda. Pada program keahlian teknik pemesinan, materi yang diberikan
yaitu: (1) Pengetahuan tentang penggunaan mesin- mesin untuk operasi dasar,
2
(2) Jenis, fungsi dan cara penggunaan prkakas tangan, menggunakan dan
membaca alat ukur, (3) Cara menentukan parameter mesin perkakas, sehingga
pembelajaran tersebut menjadi dikenal dengan mata diklat Menggunakan
Mesin Operasi Dasar (MMOD). Pembelajaran mata diklat Menggunakan
Mesin Operasi Dasar (MMOD) adalah salah satu dasar kompetensi kejuruan
yang dimiliki peserta didik sebelum menggunakan dan mengoprasikan di
mata diklat praktek pemesinan dan bidang teknologi industri.
Pembelajaran mata diklat Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD) mempunyai tujuan untuk memberikan pengetahuan secara teori dan
gambar- gambar mesin sebelum peserta didik mengoprasikan mesin- mesin
yang ada dibengkel pemesinan, antara lain: mesin bubut, mesin frais
horizontal dan vertical, mesin skrap, mesin bor, dan mesin gerinda. Dalam
pembelajaran tersebut peserta didik diberikan modul yang isinya berupa
gambar bagian- bagian mesin beserta keterangan dan penjelasannya. Hasil
belajar yang diperoleh peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan peserta
didik agar menjadi manusia produktif, trampil dalam mengoprasikan mesin-
mesin industri, mampu berkompeten dalam bidang teknologi industri, mampu
bekerja mandiri, mengenali komponenen-komponen dari mesin perkakas,
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri
sebagai tenaga kerja tingkat menengah ataupun mampu mengembangkan diri
melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Hasil observasi pada kegiatan KKN-PPL 11 Juli sampai dengan 4
September 2010 di SMKN 2 Wonosari, wawancara dengan guru pengampu
3
program studi teknik pemesinan, wawancara dengan beberapa peserta didik
kelas 1 program studi teknik pemesinan, dan pengalaman mengajar di SMKN
2 Wonosari menyatakan bahwa prestasi belajar dan pemahaman belajar
peserta didik masih rendah. Pernyataan tersebut juga dapat dilihat dari hasil
evaluasi belajar peserta didik program studi pemesinan yang rata nilainya 67
masih dibawah 70 satandar nilai yang dpakai di program studi pemesinan.
Walaupun ada beberapa peserta didik yang sudah bisa mendapatkan nilai 70
lebih, tapi masih belum maksimal.
Menurut guru pengampu program studi teknik pemesinan, ada
beberapa hal yang menyebabkan pemahaman peserta didik dan prestasi
belajar rendah, antara lain: (1) Saat di kelas peserta didik tidak aktif dalam
menanggapi materi dari guru. (2) Peserta didik kesulitan dalam
mengembangkan diri saat pembelajaran berlangsung. (3) Guru kesulitan
memonitor seberapa jauh kemampuan peserta didik dalam menguasai materi.
(4) Pembelajaran tidak terarah ( tidak jelas arahnya ).
Berbeda hal dengan pendapat guru di SMKN 2 Wonosari program
studi pemesinan, menurut keterangan sebagian peserta didik kelas 1 program
studi pemesinan SMKN 2 Wonosari, materi yang dipelajari dianggap sulit,
namun motivasi mereka untuk lebih mendalami materi dan berlatih secara
mandiri materi yang telah diajarkan juga masih rendah. Selain itu, media
pembelajaran guru dalam pelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD) di SMKN 2 Wonosari program studi pemesinan kurang maksimal
dalam menyampaikan materi di dalam kelas.
4
Dalam menyampaikan materi guru SMKN 2 Wonosari program
studi pemesinan menggunakan metode ceramah, media LCD dan leptop, dan
media gambar. Metode ceramah adalah cara penyampaian, pengarahan,
penerangan maeri secara lisan oleh guru terhadap peserta didik. Kelebihan
dari metode ini adalah (1) Guru di SMKN 2 wonosari menguasai arah
pembicaraan seluruh kelas, karena disini guru yang berbicara. (2) Persiapan
guru lebih sederhana, dengan ceramah satu- satunya persiapan hanya dengan
catatan yang sebelumnya sudah dibuat. Kelemahannya (1) Guru tidak bisa
memonitor seberapa jauh pemahaman peserta didik dalam memahami materi
yang disampaikan guru. (2) Siswa cenderung bosan dan sulit memahami
perkataan guru.
Melihat kelemahan dalam metode ceramah guru- guru di SMKN 2
Wonosari jarang menggunakan metode ini, mereka memilih menggabungkan
metode ceramah dengan media LCD dan laptop, Perpaduan antara Laptop
dengan LCD Proyektor dapat menyajikan pesan atau materi pembelajaran
sesuai desain/rancangan yang telah disiapkan. Desain pesan dapat berwujud :
Audio, Visual Diam, Visual Gerak, atau Audio Visual Gerak. Dengan
tampilan penuh warna (Full Colour) sangat menarik minat dan perhatian
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Beberapa peserta didik di
SMKN 2 Wonosari yang sudah mengikuti kelas seperti diatas, sangat senang
dan menarik. Ini disebabkan karena tampilan yang disajikan langsung pada
objeknya dan juga bisa melalui video serta CD pembelajaran (interaktif).
5
Melihat keefektifan penggunaan media tersebut banyak institute
pendidikan menggunakan metode ini, meski demikian bukan berarti tidak ada
kelemahannya, di SMKN2 Wonosari penggunaan metode tersebut memiliki
kendala, yaitu : (1) Dalam pengoprasi dan penggunaan, banyak guru yang
belum bisa membuat materi dalam bentuk soft copy yang nantinya akan
dipresentasikan ke peserta didik. (2) Kurangnya peralatan LCD dan proyektor
yang digunakan, jadi harus bergantian. (3) Peserta didik masih harus
mencacat materi yang diberikan.
Dengan penggunaan metode dan media tersebut, maka peserta didik
SMKN 2 Wonosari program studi pemesinan kelas 1 akan cenderung sibuk
untuk mencatat materi pelajaran, pembelajaran kurang jelas arahnya, guru
tidak bisa memonitor seberapa jauh pemahaman peserta didik dan tidak
terjadi interaksi antara guru terhadap peserta didik di dalam kelas, sehingga
peserta didik menjadi tidak aktif.
Mengatasi permasalahan tersebut melalui penelitian ini akan
mencoba mengubah metode pembelajaran dengan metode pembelajaran
Jigsaw.Pembelajaran Jigsaw berbeda dengan pembelajaran secara
konvensional, disini peserta didik dituntut aktif dalam proses belajar
mengajar, peranan guru hanya sebagai fasilitator. Metode ini merupakan
metode yang menarik untuk digunakan karena materi yang disampaikan tidak
harus urut dan peserta didik dapat berbagi ilmu dengan peserta didik yang
lainnya. Dengan ini siswa akan selalu aktif dan menambah kwalitas prestasi
belajarnya, guru dapat memonitor pemahaman peserta didik, pembelajaran
6
bisa lebih terarah, dan juga peserta didik bisa mengembangkan kemampuan
diri sendiri dengan adanya diskusi- diskusi dan latihan soal.
Dalam pemecahan masalah tersebut peneliti akan menggunakan
media modul yang sama namun metode yang digunakan dalam penyampaian
materi Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) berbeda, yaitu
menggunakan Jigsaw dan pembelajaran konvensional. Metode Jigsaw adalah
salah satu teknik pembelajaran kooperatif , dimana siswa bukan guru yang
memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan Jigsaw melibatkan semua peserta didik yang ada
di kelas. Tujuan dari metode ini adalah mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan materi. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah, guru, maupun peserta didik
sebagai suatu usaha dalam meningkatkan keberhasilan pembelajaran mata
diklat Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) dan pratek pemesinan
juga dapat mengetahui pengaruh kedua mata diklat tehadap prestasi belajar
peserta didik, sehingga dapat meningkatkan kualitas lulusan SMK yang
optimal.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Sebagian besar guru mengajar masih menggunakan metode yang tidak
melibatkan siswa secara aktif.
2. Peserta didik kelas X program studi pemesinan dalam pelajaran
Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) SMKN 2 Wonosari tidak
aktif saat guru memberikan materinya di dalam kelas sehingga interaksi
antara guru dan siswa kurang.
3. Kurang maksimalnya penyampaian materi di dalam kelas mengakibatkan
peserta didik bosan dan sulit memahami materi.
4. Guru tidak bisa memonitor sejauhmana peserta didik memahami materi
pembelajaran.
5. Peserta didik kesulitan mengembangkan diri sendiri saat proses
pembelajaran berlangsung.
6. Proses pembelajaran kurang terarah alur pembelajarannya.
C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengaruh metode
pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar peserta didik kelas X program
8
studi pemesinan dalam pelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD) di SMKN 2 Wonosari.
2. Metode konvensional pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi
Dasar (MMOD) kelas X di SMKN 2Wonosari.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Menggunakan
Mesin Operasi Dasar (MMOD) yang menggunakan metode pembelajaran
Konvensional?
2. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Menggunakan
Mesin Operasi Dasar (MMOD) yang menggunakan metode Pembelajaran
Jigsaw?
3. Adakah perbedaan hasil belajar peserta didik yang diberi perlakuan
metode Jigsaw dan peserta didik yang diberi perlakuan metode
Konvensional pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasai Dasar
(MMOD) di SMKN 2 Wonosari?
9
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hasil belajar peserta didik yang diberi perlakuan metode
konvensional pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD).
2. Mengetahui hasil belajar peserta didik yang diberi perlakuan metode
Jigsaw pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD).
3. Mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar peserta didik yang diberi
perlakuan metode Jigsaw dan peserta didik yang diberi perlakuan metode
konvensional pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasai Dasar
(MMOD) di SMKN 2 Wonosari.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi
bagi penulis sebagai mahasiswa program kependidikan yang kelak akan
terjun dalam dunia pendidikan. Dengan penelitian ini juga diharapkan
penulis mengetahui kwalitas belajar siswa SMKN 2 Wonosari khususnya
kelas X prodi Teknik pemesinan.
2. Bagi prodi Teknik Pemesinan di SMKN 2 Wonosari
10
a. Penggunaan metode Jigsaw pada pembelajaran sebagai upaya
peningkatan kwalitas belajar siswa dapat lebih dikembangkan lagi
pada berbagai jurusan di SMKN 2 Wonosari.
b. Memberikan informasi dan masukan pada pihak SMK khususnya
prodi Teknik Pemesinan dalam mengambil kebijakan dan solusi
dalam meningkatkan kwalitas belajar mata diktat Menggunakan
Mesin Operasi Dasar.
3. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian
maupun referensi ilmiah bidang pendidikan bagi mahasiswa ataupun
dosen Universitas Negeri Yogyakarta pada umumnya dan Fakultas
Teknik pada khususnya. Di samping itu, hasil penelitian ini diharapkan
juga dapat menjadi bahan penelitian untuk penelitian lanjutan mengenai
permasalahan yang sejenis.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Analisis Teori
1. Pembelajaran
Proses pembelajaran yang terencana dengan baik dan berjalan
lancar, merupakan salah satu peranan penting pada sebuah institusi
pendidikan dalam menghasikankan lulusan yang berprestasi.
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng dalam (Hamzah
B. uno, 2009: 2) adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dalam
pengertian ini secara implicit dalam pengajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan. Berbeda dengan yang tertulis dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut
Oemar Hamalik yang dikutip Eko Susanto (http://www.cantiknya-
ilmu.co.cc/2011/01/pengertian-pembelajaran.html diambil pada
08/04/2011) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur- unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat
12
dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, guru dan tenaga
lainnya. Material meliputi buku- buku, papan tulis, dan kapur. Fasilitas
dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual,
komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,
praktek, belajar ujian dan sebagainya.
Dari pendapat- pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan pembelajaran adalah suatu interaksi pertukaran
informasi antara satu manusia dengan manusia lain untuk menjadikan
manusia itu belajar melalui media buku, papan tulis, kapur, audio visual,
computer dan penyampaian informasi.
b. Tujuan Pembelajaran
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu
tugas guru dalam memproses pembelajaran peserta didik agar dalam
proses pembelajaran terkontrol dan yang diharapkan. Seperti yang
dituangkan dalam Permendiknas RI. No 52 tahun 2008 tentang standar
proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang diharapkan dapat dicapai
oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Agar proses pembelajaran terkontrol dan berjalan sesuai yang
diharapkan, guru dituntut mampu menyusun tujuan pembelajaran secara
jelas dan benar. Menurut Hamzah B. Uno (2009: 34) tujuan pembelajaran
sebagai berikut:
13
1) Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat. 2) Pokok bahasan dapat dibuat seimbang. 3) Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat
disajikan dalam setiap jam pelajaran. 4) Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara
tepat. 5) Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi
belajar mengajar yang paling cocok dan menarik. 6) Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan
peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar. 7) Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan peserta didik dalam
belajar. 8) Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.
Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain system
pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru
dalam menentukan materi pembelajaran, metode atau strategi
pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan
dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar peserta
didik. Selain itu tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai
control dalam menentukan batas- batas dan kualitas pembelajaran.
Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana
peserta didik telah menguasai kemampuan- kemampuan sesuai dengan
tujuan dan tuntutan kurikulum yang yang berlaku. Lebih jauh dengan
tujuan dapat ditentukan daya serap peserta didik dan kualitas sekolah.
Agung (http://blog.unsri.ac.id/Agung/makalah/perumusan-tujuan
pembelajaran/mrdetail/11168 diambil pada 12/04/2011).
14
Dari pendapat- pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Guru dapat
mengontrol segala kegiatan belajar mengajar, b) Guru dapat menyusun
alokasi waktu saat pelajaran, c) Penyampaian materi selesai sesuai silabi,
d) Guru dapat memonitor perkembangan peserta didik. Oleh karena itu
perencanaan pembelajaran sangatlah penting dilakukan mengingat tujuan
dari pembelajaran di atas yang dapat memajukan atau membuat proses
pembelajaran di sekolah menjadi efektif dan efisien.
c. Strategi Pembelajaran
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Lif Khoiru Ahmadi, 2011: 10). Berbeda menurut Kozna ( 1989 )
dalam buku Hamzah B. Uno ( 2007: 1 ) secara umum menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih,
yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik
menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Dengan demikian dapat
ditegaskan strategi pembelajaran merupakan pola umum untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektifitasnya mencapai
tujuan pembelajaran.
15
Menurut fungsinya strategi pembelajaran dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Strategi pembelajaran konvensional
a) Strategi Pembelajaran Ekspositori
b) Strategi pembelajaran metode ceramah
c) Strategi pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir
d) Strategi Pembelajaran Inkuiri
e) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
2. Strategi pembelajaran kooperatif ( pembelajaran aktif )
a) Strategi pembelajaran Jigsaw
b) Strategi pembelajaran Active Debate
c) Strategi pembelajaran Team Quiz
d) Strategi pembelajaran Snow Balling
e) Strategi pembelajaran Numbered-Heads Together
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
hasil merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian hasil
belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu
sendiri.
16
Hasil belajar adalah perubahan individu yang baru, menetap,
fungsional, positif, dan disadari. Secara keseluruhan perilaku tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, konatif, dan motorik. (Mohamad Surya,
2004:16-17).
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. (Dimyati dan Mujdiono,
2002: 3-4)
Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yaitu (1) Informasi
verbal, (2) Keterampilan intelektual, (3) Strategi kognitif, (4) Sikap, dan
(5) ketrampilan motorik. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Beyamin Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah
afektif, ranah psikomotorik. (Nana Sudjuna, 2005: 22-34)
Berdasarkan pendapat- pendapat di atas, dapat disimpulkan hasil
belajar adalah hasil dari suatu interaksi kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan evaluasi hasil pembelajaran yang menyangkut aktifitas otak
(proses berfikir) antaralain: (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3)
Penerapan, (4) Analisis, (5) Evaluasi, (6) Sintesisi, (7) Membayangkan,
(8) Menciptakan.
17
b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang melibatkan
banyak pihak sehingga keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses
belajar juga dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu faktor dari dalam
dirinya ( internal ) maupun faktor dari luar individunya (eksternal).
Menurut Ngalim Purwanto ( 2006: 112 ), faktor- faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual. Yang termasuk dalam faktor individual antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan kecerdasan, motivasi dan faktor pribadi.
2) Faktor di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk dalam faktor social antara lain faktor keluarga atau keadaan rumah, guru dan cara mengajarnya, alat yang digunakan dalam belajar mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia.
Prestasi peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Suharsimi Arikunto ( 2006: 21 ) faktor– faktor tersebut antara
lain:
1) Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, terdiri dari: a) Faktor biologis, seperti: usia, kematangan dan kesehatan. b) Faktor psikologis, seperti: kelelahan, suasana hati, motivasi,
minat dan kebiasaan belajar. c) Faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar diri peserta
didik, terdiri dari: a) Faktor manusia, baik dalam keluarga, sekolah, guru maupun
masyarakat. b) Faktor non manusia, seperti: alam dan lingkungan fisik.
18
Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut
Suharsimi Arikunto salah satunya adalah motivasi. Motivasi belajar
merupakan pendorong seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu
aktivitas dalam kegiatan belajar MMOD dan memerlukan motivasi untuk
mencapai prestasi belajar MMOD yang baik.
Faktor- faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar. Slameto
( 2010: 71 ), menambahkan pendapat di atas adalah:
1) Faktor intern a) Faktor jasmani: faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor fisiologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan. c) Faktor kelelahan: kelelahan jasmani dan rohani.
2) Faktor ekstern a) Faktor keluarga: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orangtua dan latar belakang keluarganya.
b) Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, disiplin peserta didik, keadaan gedung dan tugas rumah.
c) Faktor kegiatan masyarakat: kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Pendapat lain yang menyatakan bahwa berhasil tidaknya belajar
itu tergantung pada macam- macam faktor. Adapun faktor- faktor tersebut
dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
1) Faktor yang ada pada organisme itu sendiri, yang disebut faktor individual. Yang termasuk dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, ketegaan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
19
2) Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Yang termasuk dalam faktor sosial antara lain: faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. (Ngalim Purwanto, 2006: 102 ).
Faktor- faktor dari pendapat di atas sebenarnya tidak jauh
berbeda. Maka dapat disimpulkan, faktor- faktor yang mempengaruhi
peserta didik belajar MMOD adalah: Individu dari peserta didik tersebut,
metode yang digunakan dalam pelajaran MMOD, media yang dipilih guru
untuk mengajar MMOD kepada peserta didik, lingkungan sekitar peseta
didik yang harus diperhatikan (cara bergaul dan dengan siapa berteman),
bagaimana orang tua mendidik peserta didik saat di rumah.
3. Metode Pembelajaran
a. Pengertian
Pada proses pembelajaran di institusi pendidikan untuk
menyampaikan materi yang akan diberikan oleh pengajar kepada
peserta didik dibutuhkan cara yang tepat agar penyampaian materi
dapat maksimal diserap peserta didik, cara tersebut seringkali disebut
dengan metode, tahapan atau pendekatan. Teknik pembelajaran
seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik
adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk
mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai
( Gerlach dan Ely, 1980 ) dalam buku Hamzah B. Uno ( 2007: 2 ).
20
Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran, oleh karena itu peranan metode
pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan
belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan
belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru, dengan
kata lain terciptalah interaksi edukatif. Proses interaksi ini akan
berjalan dengan lancar dimana siswa banyak berperan aktif, oleh
sebab itu metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa (Nana Sudjana, 2009: 76).
Dapat disimpulkan, metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan guru untuk berinteraksi/ menyampaikan materi
pembelajaran terhadap siswa agar tercipta interaksi edukatif.
b. Macam- macam metode pembelajaran
Hasibun (2006:13- 29), macam- macam metode pembelajaran
adalah:
1) Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaktif edukatif.
2) Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab memegang peranan yang sangat penting, sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan meningkatkan partisipasi peserta didik dan membangkitkan rasa ingin tahu terhadap masalah yang sedang dibicarakan.
21
3) Metode Diskusi Diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada peserta didik (kelompok- kelompok) untuk mengadakan perbincangan guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah.
4) Metode Simulasi Metode simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura- pura sehingga melatih keterampilan peserta didik serta memperoleh pemahaman dalam kehidupan sehari- hari.
5) Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong peserta didik. Untuk mencari jawaban dari benda yang ingin diketahui, tentang mengaturnya dan mengoperasikannya.
6) Metode Latihan Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan- kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasan- kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh ketangkasan, ketrampilan, kesempatan, dan ketepatan.
Dari beberapa metode yang dipaparkan mengenai macam-
macam metode pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran merupakan sarana penunjang bagi pendidik
untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik dengan cara
yang bisa dengan mudah membuat peserta didik mengerti dan
memahami pelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
nantinya.
22
4. Strategi Pembelajaran Ekspositori ( SPE )
Sebelum pengajar mengajar di kelas diperlukan strategi untuk
mencapai tujuan dari pembelajaran yang optimal. Ada berbagai macam
strategi pembelajaran menurut sumbernya, salah satunya adalah strategi
pembelajaran Ekspositori.
a. Pengertian Pembelajaran Ekspositori
Menurut Wina Sanjaya (2009: 179) strategi pembelajaran
ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal.
Sedangkan menurut Roy Killen (1998) dalam buku Wina Sanjaya (2009:
179) menanamkan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi
pembelajaran langsung (direct insruction). Pembelajaran ekspositori ini
lebih berorientasi kepada pengajar, karena di strategi ini pengajar
memegang peran penting.
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori menurut
Wina Sanjaya (2009: 179). Pertama, strategi ekspositori dilakukan
dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya
bertuturan secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi
ini. Kedua, biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran
yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep- konsep tertentu yang
harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ketiga,
23
tujuan utamanya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapakan
dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan
kembali materi yang telah diuraikan.
Kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
ekspositori adalah pembelajaran langsung dengan lisan sebagai alat
utama, dimana pengajar yang menyampaikan materi secara terstruktur
dengan fokus utama peserta didik diharapkan mampu menguasai materi
dengan baik. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode
ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.
b. Prosedur Pelaksanaan Strategi Ekspositori
Menurut Wina Sanjaya (2009: 185), ada beberapa langkah
dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
1) Persiapan ( preparation ) 2) Penyajian ( presentation ) 3) Menghubungkan ( correlation ) 4) Menyimpulkan ( generalization ) 5) Penerapan ( aplication ) Setiap langkah- langkah tersebut diuraikan seperti yang ada dibawah.
1) Persiapan (preparation)
Mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran.
Tujuan yang ingin dicapai dalam langkah ini adalah: a) Mengajak
peserta didik keluar dari kondisi mental yang pasif. b) Membangkitkan
motivasi dan minat peserta didik untuk belajar. c) Merangsang dan
24
mengubah rasa ingin tau peserta didik. d) Menciptakan suasana dan
iklim pembelajaran yang terbuka.
2) Penyajian ( presentation )
Langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan. Yang harus difikirkan oleh setiap
pengajar dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi dapat
dengan mudah dipahami peserta didik. Langkah- langkah penyajian
materi: a) Pengunaan bahasa, bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa
yang bersifat komunikatif dan mudah dipahami kemudian dalam
penggunaan bahasa pengajar harus memperhatikan tingkat
perkembangan peserta didik. b) Intonasi suara, pengaturan nada suara
akan membuat perhatian peserta didik terkontrol. c) Menjaga kontak
mata dengan siswa. d) Menggunakan joke- joke yang menyegarkan.
3) Korelasi ( correlation )
Langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman peserta didik atau dengan hal- hal lain yang
memungkinkan peserta didik dapat menangkap keterkaitannya dalam
struktur yang telah dimilikinya.
4) Menyimpulkan ( generalization )
Tahapan untuk memahami inti (core) dari materi
pembelajaran yang tadi sudah disampaikan.
5) Mengaplikasikan ( aplication )
25
Langkah untuk kemampuan peserta didik setelah mereka
menyimak penjelasan pengajar. Langkah ini sangat penting dalam
proses pembelajaran ekspositori, karena dilangkah ini peserta didik
akan diuji kemampuan pemahaman dan penguasaan materi.
c. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Ekspositori
Sampai kini masih banyak institut pendidikan menggunakan
strategi ini, karena strategi ini mempunyai keunggulan, (http://education-
mantap.blogspot.com/2010/05/keunggulan-dan-kelemahan-strategi.html
diambil pada 28 juni 2011) diantaranya:
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan
dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai
sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu
waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran,
juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan
untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
26
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009: 190- 191) keunggulan
strategi ekspositori adalah:
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian dapat mengatahaui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi ( melalui pelaksanaan demonstrasi ).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas besar.
Sedangkan untuk kekurangan strategi pembelajaran
ekspositori juga dipaparkan Wina Sanjaya (2009: 191) adalah:
1) Metode pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap
siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik.
2) Metode ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu
baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta
perbedaan gaya belajar siswa.
3) Metode ini sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal
kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan
berfikir kritis.
4) Keberhasilan metode pembelajaran ekspositori sangat tergantung
kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa
27
percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan kemampuan
mengelola kelas. Tanpa itu sudah dipastikan pembelajaran tidak
mungkin berhasil.
5) Pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang
diberikan guru. Mengingat gaya komunikasi metode pembelajaran ini
lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication). Sehingga
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan terbatas pula.
Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa kelebihan
strategi pembelajaran ekspositori, yaitu: a) Pengajar dapat mengontrol
urutan pembelajaran. b) Peserta didik dapat menguasai materi yang luas.
c) Melatih pendengaran karena peserta didik mendengarkan penuturan
pengajar. d) Dapat digunakan untuk pembelajaran dalam skala kelas
besar.
Sedangkan untuk kekuranannya adalah: a) Hanya bisa dilakukan
terhadap peserta didik yang memiliki pendengaran yang baik. b) Biasanya
dilakukan dengan metode konvensional atau metode ceramah. c)
Keberhasilan pembelajaran tergantung kemampuan pengajar. d) Peserta
didik cenderung bosan karena pembelajaran terjadi satu arah.
5. Metode konvensional
Model pembelajaran sangat banyak, pengajar dituntut menguasai
lebih dari satu model untuk variasi. Metode pembelajaran konvensional ini
28
pada dasarnya sama seperti metode ceramah dan strategi ekspositori, sama-
sama menggunakan ceramah atau penuturan dalam penyampaian materinya.
Menurut Ujang Sukandi (2003) dalam blog sunarto
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-
banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ diambil pada 28 Juni 2011)
mendeskripsikan bahwa Pendekatan konvensional ditandai dengan guru
mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan
kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu
untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih
banyak mendengarkan.
a. Pengertian Ceramah
Yang dimaksud metode ceramah adalah cara menyampaikan
sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau
khalayak ramai Dasuki (2006: 7). Pendapat tersebut berbeda menurut
Hasibuan (2006: 13), Metode ceramah adalah metode yang dikatakan
metode tradisional karena metode ini digunakan sebagai alat komunikasi
lisan antara guru dan siswa dalam interaksi edukatif. Kedua pendapat
tersebut disimpulkan yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan
dan penuturan secara lisan. Dari pendapat para ahli di atas penulis
sependapat dengan Ahmad Salim, bahwa metode ceramah cara yang
digunakan pengajar untuk menyamaikan materi terhadap peserta didik
secara visual atau penerangan dan penuturan lisan.
29
Metode ceramah yang disebutkan di atas cenderung bersifat
interaktif, yaitu melibatkan peserta didik melalui adanya tanggapan balik
atau perbandingan pendapat dan pengalaman peserta didik. Media
pendukung dalam penerapan metode ini, seperti handout, LCD+ leptop,
OHP, dan juga coret- coret ringkasan materi yang akan diberikan.
b. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Ceramah
Metode ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar
mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain
seperti yang dikutip Heru Setyawan (http://zonainfosemua.blogspot.com
/2011/01/pengertian-kelebihan-dankekurangan.html diambil pada 30 Mei
2010) :
Kelebihan : 1) Guru mudah menguasai kelas. 2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas. 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. 6) Lebih ekonomis dalam hal waktu. 7) Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,
pengetahuan dan kearifan. 8) Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas 9) Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh
perhatian. 10) Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan
meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik. 11) Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber
lain
Kelemahan : 1) Mudah menjadi verbalisme.
30
2) Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
3) Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan. 4) Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang
menggunakannya. 5) Cenderung membuat siswa pasif.
Penulis menyimpulkan pendapat di atas bahwa kelebihan metode
ceramah adalah 1) Pengajar bisa menguasai kondisi kelas. 2) Melatih
pendengaran peserta didik. 3) Pengajar dapat memberikan motivasi dan
semangat terhadap peserta didik secara langsung. 4) fleksibel dalam
penggunaan waktu mengajar. Sedangkan kelemahan metode ceramah
yaitu 1) Interaksi cenderung berpusat pada pengajar. 2) Peserta didik
cenderung sulit memahami bahasa yang digunakan pengajar saat memberi
materi. 3) Peserta didik harus mencatat apa yang di jelaskan pengajar
untuk bahan belajar di rumah. 4) Peserta didik cepat bosan dengan
metode ceramah yang monoton.
6. Metode pembelajaran Jigsaw
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh peserta didik. Jadi
kegiatan belajar berpusat pada peserta didik, pengajar hanya sebagai
motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana lebih hidup.
31
Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok
diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya
bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotongroyong.
a. Pengertian Jigsaw
Metode Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana
siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
melaksanakan pembelajaran (http://sunartombs.wordpress.com/2009/
06/15/pengertian-dan-penerapan-metode-Jigsaw/ diambil pada 21 Juni
2011). Berbeda dengan pendapat Mel Silberman (2009: 168) Jigsaw
learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang
memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke
kompok” (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting:
setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternatif menarik,
ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau “dipotong” dan di
saat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain- lain.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif dimana peserta
didik, bukan pengajar, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
pelaksanaan belajar mengajar di sekolah.
Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Untuk menerapkan pembelajaran Jigsaw dalam
32
proses pembelajaran diperlukan langkah- langkah yang harus dikuasai
oleh pengajar.
b. Langkah- langkah Dalam Penerapan Metode Jigsaw
Adapun lagkah- langkah penerapan tersebut Menurut Hisyam
Zaini, dkk (2008: 56-57) adalah :
1. Pilihlah Materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian).
2. Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah segmen yang ada adalah 5, maka masing- masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membawa dan memahami materi kuliah yang berbeda- beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.
5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekitarnya ada persoalan- persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6. Beri peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.
Menurut Mel Silberman (2009:168), prosedur penerapan model
pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran, yaitu:
1. Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian.
Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa
halaman.
2. Hitunglah jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan
satu cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok
peserta yang berbeda.
33
3. Setelah selesai, bentuklah kelompok “Jigsaw Learning”. Setiap
kelompok mempunyai seseorang wakil dari masing- masing kelompok
dalam kelas. Seperti dalam contoh, setiap anggota masing- masing
kwartet menghitung 1, 2, 3,dan 4. Kemudian bentuklah kelompok
peserta didik “Jigsaw Learning” dengan jumlah sama. Hasilnya akan
terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang (trio). Dalam setiap trio
akan ada orang peserta yang mempelajari bagian 1, seorang untuk
bagian 2, dan seorang lagi untuk bagian 3.
Tidak jauh beda dengan Mel Silberman, terdiri dari dua kelompok
yaitu, kelompok Asal dan kelompok Ahli. Guru akan membagi peserta
didik menjadi beberapa kelompok, yang tiap kelompoknya terdiri dari 4-6
peserta didik dengan kemampuan yang berbeda yang dipilih secara acak
yang nantinya akan menjadi kelompok Asal.
Dalam metode Jigsaw ini, setiap kelompok akan diberi materi
yang berbeda di kelompok Ahli sesuai dengan apa yang akan dicapai
dalam pembelajaran tersebut. Jumlah kelompok Ahli ditnetukan
bedasarkan jumah materi yang akan diberikan. Dari perwakilan peserta
didik tiap kelompok akan belajar dengan materi yang sama di kelompok
Ahli. Dalam kelompok Ahli, peserta didik mendiskusikan materi yang
telah diberikan oleh pengajar, serta menyusun bagaimana menyampaikan
kepada temannya jika kembali ke kelompok Asal.
34
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 1. contoh pembentukan kelompok Jigsaw.
7. Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD)
a. Pengertian Pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD)
Pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar merupakan
bagian dari mata pelajaran Teori Pemesinan. MMOD merupakan salah
satu mata pelajaran yang telah diatur oleh menteri pendidikan nasional,
yang diharapkan nantinya untuk memberikan pengetahuan sebelum
pelajaran pratek pemesinan.
Materi yang diajarkan dalam mata pelajaran Teori Pemesinan di
setiap program keahlian pada umumnya berbeda, seperti pada program
keahlian teknik pemesinan SMKN 2 Wonosari. Materi yang diajarkan
yaitu berupa Pengenalan dan Pengoperasian Mesin Perkakas, mata
pelajaran Pengenalan Mesin Perkakas dan Menggunakan Mesin Perkakas
yang dulu dikenal dengan mata pelajaran Teori Pemesinan Dasar telah
diganti sejak periode 2010 – 2011 berdasarkan keputusan Spektrum yang
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 1
Kelompok 3
Kelompok 5
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 4
Kelompok 3
Kelompok 2
35
baru. Menggunakan Mesin Operasi Dasar adalah salah satu mata
pelajaran teori Pemesinan yang mengajarakan tentang menggunakan
perkakas tangan, menggunakan Mesin Bubut, dan menggunakan Mesin
Frais dengan baik dan benar sebelum praktek Pemesinan dilakukan.
Pemberian materi Menggunakan Mesin Operasi Dasar diberikan
pada peserta didik kelas X prodi Teknik Pemesinan. Dalam pembelajaran
tersebut, nantinya akan terfokus pada pengenalan alat- alat perkakas
tangan, seperti menjelaskan jenis, fungsi dan cara penggunaan perkakas
tangan, menggunakan macam- macam perkakas bertenaga, menjelaskan
cara mengeset mesin, dan menjelaskan cara mengoperasikan mesin
perkakas. Pembelajaran MMOD ini lebih mengutamakan daya ingat,
pencermatan dan keahlian berhitung daripada pratek pemesinannya
mengingat materi yang diajarkan berupa teori yang indikatornya lebih
banyak membutuhkan butuh konsentrasi untuk memahaminya. Jadi,
penyampaian teori diberikan pada kelas X agar penyampaiannya
mempunyai prosentase waktu yang lebih besar atau sama dengan pratek,
ini dilakukan untuk mengatasi kurangnya pemahaman peserta didik
terhadap materi MMOD dan terpangkasnya waktu praktek dikarenakan
sebelum mulai praktek biasanya dilakukan pemberian materi teori.
Namun, penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada hasil praktek dan
nilai teori sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil nilai akhir.
Tetapi, walaupun begitu, ilmu teori tentang pengetahuan dasar perlu
36
diperhatikan, karena sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran ilmu
praktek. Tanpa ilmu teori, peserta didik tidak akan mengerti apa yang
akan dilakukan dalam praktek dan penerapannya. Oleh karena itu, belajar
ilmu praktek harus diimbangi dengan ilmu teori juga agar tidak terjadi
ketimpangan.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pembelajaran
praktek Inventor kelas X prodi Teknik Pemesinan SMKN 2 Wonosari
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran MMOD kelas X prodi Pemesinan SMKN 2 Wonosari.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menggunakan
Mesin Operasi Dasar
Menjelaskan jenis, fungsi, dan cara menggunakan perkakas tangan
Melakukan persiapan kerja secara cepat
Menjelaskan cara mengoperasikan mesin bubut, frais, skrap dan bor.
Pemasangan benda kerja Menjelaskan cara mengeset mesin.
(Sumber: Bagian kurikulum SMKN 2 Wonosari)
b. Perkakas Tangan
Perkakas tangan adalah alat bantu kerja, untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan baik yang manual maupun yang digerakkan tenaga listrik,
angin atau minyak (powered tools) yang dalam pemakaiannya mudah
dibawa.
Ada beberapa macam perkakas yang digunakan dalam membatu
untuk pengerjaan mesin produksi, antara lain:
37
1) Alat ukur Fernier Caliper, untuk mengukur diameter luar dan
dalam, tebal dan panjang benda kerja, mengukur kedalaman dengan
ukuran yang diizinkan 0 sampai 150 mm.
Gambar 2. Vernier Caliper
2) Alat ukur Mikrometer, untuk mengukur panjang dan diameter dari
poros- poros dengan ukuran yang diizinkan 0 sampai 25 mm.
Mengukur dengan micrometer dilakukan dengan cara memutar
sebuah teromol yang mempunyai pembagian skala dimana sebuah
poros sekrup yang mempunyai ulir yang sangat teliti mendekatkan
atau menjauhkan bidang- bidang ukur.
Gambar 3. Mikrometer
3) Jam ukur, dipakai bertujuan sebagai standar untuk menyetel benda
kerja sebelum dilakukan proses pemesinan (penyetingan benda
kerja). Plat jarum terbagi dalam 100 bagian sehingga satu bagian
38
skala menunjukkan perpindahan sebesar 0,01 mm dari poros peraba.
Pelat jarum juga bisa diputar sehingga menjadi titik nol ditempatkan
pada sembarang tempat di bawah jarum penunjuk.
Gambar 4. Dial Indikator
4) Transportir sudut, Untuk memeriksa sudut- sudut 90º digunakan
siku- siku blok, sedangkan sudut- sudut yang lain dapat diukur
menggunakan dengan busur derajat. Karena dengan busur derajat
ketelitian pembacaan alat ukur kurang teliti maka biasanya digunakan
transporter sudut universal dengan nonius. Alat ini memiliki
ketelitian sebesar 5 menit.
Gambar 5. Mistar siku dan busur derajat
39
5) Gergaji tangan, yang digunakan untuk menggergaji benda kerja
yang akan dipotong atau dibentuk.
Gambar 6. Gergaji tangan
6) Kikir, alat yang digunakan untuk menghaluskan permukaan sebuah
benda kerja sehabis dipotong, dipahat, atau permukaan belum rata.
Ada beberapa jenis kikir, antara lain: 1) Kikir bulat. 2) Kikir persegi
panjang. 3) Kikir persegi. 4) Kikir setengah lingkaran. 5) Kikir pisau.
Gambar 7. Macam- macam kikir
7) Penggaris baja, digunakan untuk menggaris garis agar lurus saat
pembuatan pola pada benda kerja.
Gambar 8. Mistar baja
40
8) Gerinda tangan, digunakan untuk meratakan hasil pengelasan,
biasanya juga digunakan untuk memotong plat strip.
Gambar 9. Gerinda tangan
9) Palu, digunakan untuk memukul benda- benda yang tidak
dimungkinkan menggunakan tangan ataupun benda- benda keras
yang lainnya. Macam- macam palu menurut kegunaannya, adalah: a)
Palu konde, biasa digunakan di bengkel mesin b) Palu lunak, untuk
membentuk plat tampa bekas c) Palu pembentuk, dirancang untuk
keperluan tertentu.
Gambar 10. Macam- macam palu
10) Penitik, digunakan untuk memberi tanda pada benda kerja. Penitik
pusat ini digunakan untuk memberi tanda berupa titik pusat, biasa
41
digunakan sebelum dilakukan proses pengeboran. Penitik pusat
mempunyai sudut mata sebesar 90o.
Gambar 11. Penitik
11) Penjepit ( ragum ), alat untuk menjepit benda kerja pada waktu
pekerjaan mekanik, seperti mengikir, memahat dll. Ada 2 jenis ragum
yang biasa digunakan yaitu: a) Jenis penjepit depan tidak bisa
digerakkan b) Jenis penjepit belakang tidak bisa digerakkan.
Gambar 12. Ragum
12) Penggores, Penggores digunakan untuk membuat tanda maupun
gambar pada benda kerja berupa garis.
Gambar 13. Penitik
42
13) Jangka, a) Jangka tusuk, Jangka tusuk dipergunakan untuk melukis
busur dan lingkaran dengan teliti. b) Jangka hati, Jangka hati
dipergunakan untuk membuat garis pada permukaan logam sejajar
dengan sisi benda.
Gambar 14. Jangka tusuk dan Jangka hati
14) Cap ( Stamp ), Cap digunakan untuk menandai logam dan beberapa
bahan bukan logam dengan nomor, huruf, angka dan tanda-tanda
lainnya.
Gambar 15. Cap ( stamp )
15) Tap dan senay, Alat untuk membuat ulir dalam dan luar dengan
menggunakan tangan.
43
Gambar 16. Tap dan Senay
16) Mata bor, Mata bor atau bor spiral terdiri dari sudut tatal dan sudut
bebas yang biasa terdapat pada alat-alat potong. Badan bor tidak
silindris benar, garis tengah luarnya tirus, dari ujung sampai batas
tangkai, dengan kenaikan 0,05 mm setiap panjang 100 mm.
Gambar 17. Macam- macam mata bor
c. Mesin Bubut
Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin
perkakas yang dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan
menggunakan mata potong pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat
benda kerja tersebut (Wirawan Subondo, dkk., 2008:273). Mesin Bubut
yang gerak utamanya berputar ini fungsinya sebagai pengubah bentuk
atau ukuran benda dengan cara menyayat benda dengan cara menyayat
benda kerja tersebut dengan pahat penyayat.
44
Pada dasarnya mesin bubut dibuat sesuai dengan kebutuhan yang
memerlukan agar proses produksi berjalan efektif dan efisien. Menurut
segi operasionalnya mesin bubut dibagi menjadi empat macam yaitu:
1) Mesin bubut Universal
2) Mesin bubut khusus
3) Mesin bubut konvensional
4) Mesin bubut dengan computer ( CNC )
Mesin bubut terdiri dari meja (bed) dan kepala tetap (head
stock). Di dalam kepala tetap terdapat roda- roda transmisi penukar
putaran yang akan memutar poros spindle. Poros spindel akan memutar
benda kerja melalui chuck. Eretan utama (appron) akan bergerak
sepanjang meja sambil membawa eretan melintang ( cross slide ) dan
eretan atas ( upper cross slide ) dan dudukan pahat. Sumber utama dari
semua gerakan tersebut berasal dari motor listrik untuk memutar pulley
melalui sabuk ( belt ).
45
Gambar 18. Mesin Bubut
d. Mesin Frais
Pengertian Mesin Frais adalah sejenis mesin perkakas untuk
mengerjakan peralatan mesin dari logam dengan gerakan utama alat
potongnya berputar dan benda kerja dijepit dengan alat penjepit. Menurut
pendapat Widarto (2008: 186), proses penyayatan benda kerja
menggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar.
Penggolongan mesin frais menurut jenisnya penamaannya
disesuaikan dengan posisi spindel utamanya dan fungsi pembuatan
produknya, ada beberapa jenis mesin frais dalam dunia manufacturing
antara lain:
1) Mesin Frais Vertikal
2) Mesin Frais Horizontal
3) Mesin Frais Universal
46
Sedangkan jenis- jenis pisau yang digunakan dalam
pengoperasian mesin frais adalah: 1) Pisau frais sisi. 2) Pisau frais muka.
3) Pisau frais alur sisi dan muka. 4) Pisau frais gergaji. 5) Pisau frais
pembentuk. 6) Pisau frais roda gigi. 7) Pisau frais sudut. 8) Pisau frais
jari. 9) Pisau frais alur T dan alur bersudut.
Gambar 19. mesin frais
8. Kerangka Berfikir
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat diketahui dari
prestasi belajar siswa. Prestasi belajar peserta didik yang baik dapat dicapai
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Dari teori- teori yang dikemukakan di depan ada beberapa konsep
yang bisa dikembangkan yaitu pada pengajaran menggunakan metode Jigsaw
berbeda dengan menggunakan metode konvensional dengan media LCD dan
47
laptop, kedua metode tersebut memiliki cara dalam penyampaian materi
pembelajaran yang berbeda.
Langkah- langkah penerapan metode Jigsaw adalah sebagai berikut :
Terdiri dari dua kelompok aitu, kelompok Asal dan kelompok Ahli. Guru
akan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, yang setiap
kelompoknya terdiri dari 4-6 peserta didik dengan kemampuan yang berbeda
yang dipilih secara acak yang nantinya akan menjadi kelompok Asal.
Dalam metode Jigsaw ini, setiap kelompok akan diberi materi yang
berbeda di kelompok Ahli sesuai dengan apa yang akan dicapai dalam
pembelajaran tersebut. Jumlah kelompok Ahli ditentukan bedasarkan jumah
materi yang akan diberikan. Dari perwakilan peserta didik tiap kelompok akan
belajar dengan materi yang sama di kelompok Ahli.
Dalam kelompok Ahli, peserta didik mendiskusikan materi yang telah
diberikan oleh pengajar, serta menyusun bagaimana menyampikan kepada
temannya jika kembali kekelompok Asal. Setelah peserta didik berdiskusi
dengan kelompok Ahli maupun kelompok Asal, selanjutnya tiap kelompok
Asal mempresentasikan apa yang sudah dipelajari. Setelah semua kelompok
selasai mempresentasikan, pengajar akan memberikan pertanyaan secara
individual.
Sedangkan pada pengajaran yang menggunakan metode konvensional,
peserta didik akan mendapatkan penjelasan dasar teori dari pengajar secara
langsung, bertatap muka dan bekerja secara kelompok, selain itu pedoman
48
yang digunakan bukan menggunakan modul melainkan materi yang telah
disusun pengajar di LCD+ laptop.
Peserta didik dilatih pendengarannya karena pengajar menyampaikan
materi dengan ceramah dengan media LCD+ laptop, tiap point- point
dijelaskan satu persatu dari awal sampai akhir. Peserta didik mendengarkan
penjelasan guru, perhatian berpusat pada pengajar sehingga peserta didik tidak
diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang ditemui.
Latihan soal akan diberikan setelah satu kompetensi dasar telah selesai
disampaikan oleh pengajar, model soal berupa tanya jawab dan test tertulis.
Pemahaman dan kosentrasi peserta didik akan diuji di latihan soal ini,
pengajar akan mengulangi penjelasan jika ada peserta didik yang belum bisa
mengerjakan soal dengan prosentase 50%
Tabel 2. perbedaan Jigsaw dengan konvensional
Metode Jigsaw Konvensional
1. Sistematis a. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok.
b. Sistem pembelajarannya dilakukan dengan berdiskusi dan presentasi.
c. Pengajar berperan sebagai fasilitator sedangkan peserta didik yang aktif.
d. Test diberikan setalah selesai diskusi dan presentasi.
a. Pengajar menjelaskan materi dari awal sampai akhir kemudian baru diberi test.
b. Peserta didik mendengarkan penjelasan pengajar.
c. Test diberikan setelah materi selesai diberikan.
d. Media yang digunakan OHP, handout, LCD+ laptop dll.
e. Menggunakan ceramah dalam penyampaian materinya.
2. Kelebihan a. Dapat mendorong timbulnya gagasan yang bermutu.
b. Menimbulkan suasana belajar yang partisipatif dan menjadi
a. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
49
lebih hidup. c. Melibatkan semua peserta
didik secara aktif dalam kelompok.
d. Peserta didik dapat meningkatkan kreativitasnya.
e. Pengajar dapat memonitor peserta didik.
b. Melatih pendengaran peserta didik.
c. Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan.
d. Suasana kelas berjalan dengan tenang.
e. Dapat memberikan semangat dan motivasi peserta didik dalam belajar.
3. Kekurangan a. Suasana dalam kelas menjadi berisik dan gaduh.
b. Pengajar harus benar- benar memahami metode pembelajaran Jigsaw.
c. Menggunakan lebih dari satu sumber buku.
d. Jumlah peserta didik yang terlalu banyak mengakibatkan tidak semua peserta didik termonitor pengajar.
a. Dilakukan harus dengan tatap muka.
b. Interaksi cenderung berpusat pada pengajar.
c. Pengajar tidak bisa memonitor sejauhmana pemahaman peserta didik.
d. Peserta didik sulit menangkap penjelasan dari pengajar.
e. Guru lebih aktif sedangkan peserta didik cenderung pasif.
Dalam penelitian ini keberhasilan yang dicapai pada pembelajaran
dengan modul dibandingkan dengan pembelajaran biasa dalam proses
belajar mengajar Menggunakan Mesin Operasi Dasar ( MMOD ) adalah
keefisienan waktu yang diberikan. Penggunaan metode modul pembelajaran
diharapkan pembelajaran akan lebih optimal, memaksimalkan daya serap
peserta didik dan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas peserta didik
karena modul pembelajaran.
Lanjutan Tabel 2.
50
9. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir yang dikembangkan di depan maka
hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Ada perbedaan
prestasi belajar Menggunakan Mesin Operasi Dasar ( MMOD ) antara
peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw
dan peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode konvensional.
51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK N 2 Wonosari yang berlokasi di Jln.
KH. Agus Salim, Ledoksari, Wonosari, Gunungkidul. Waktu pelaksanaan
penelitian ini bulan Agustus- September 2011.
B. Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan penelitian eksperimen. Metode penelitian
eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendali. Menurut Sukardi (2009: 179),
menyatakan bahwa penelitian eksperimen dilakukan oleh peneliti dengan
tujuan mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variable terhadap satu atau
variabel terikat dapat diidentifikasi.
Jenis penelitian eksperimen yang digunakan ialah quasi experimental
design. Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimemntal design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
52
Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi
experimental design, digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan
kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Menurut Sugiyono (2010:
114-116) untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol
dalam penelitian, maka dikembangkan desain quasi experimental. Bentuk
desain quasi eksperimen yang digunakan penelitian ialah Nonequivalent
Control Group Design.
Gambar 20. Desain penelitian (Sugiyono, 2010:116)
Keterangan:
O₁ : Kelompok eksperimen sebelum mendapat perlakuan
O₂ : Kelompok eksperimen setelah mendapat perlakuan
O₃ : Kelompok kontrol sebelum pre test
O₄ : Kelompok kontrol sesudah post test
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh penggunaan metode
Jigsaw dalam meningkatkan hasil balajar Menggunakan Mesin Operasi Dasar
peserta didik kelas X program keahlian teknik mesin SMK N 2 Wonosari.
Desain penelitian dipilih dua kelompok (kelas) dari tiga kelas yang ada.
Selanjutnya dari dua kelompok tersebut yang satu (kelas XMC) diberi
O₁ X O₂ ------------------------
O₃ O₄
53
perlakuan dengan metode Jigsaw dan yang satu lagi (kelas XMA) tidak
menggunakan metode Jigsaw tapi menggunakan metode konvensional saat
pembelajaran. O1 dan O3 merupakan nilai awal (hasil belajar Menggunakan
Mesin Operasi Dasar). O2 adalah hasil belajar Menggunakan Mesin Operasi
Dasar setelah peserta didik diberi perlakuan menggunakan metode Jigsaw saat
pembelajaran. O4 adalah hasil belajar Menggunakan Mesin Operasi Dasar
tidak diberi perlakuan menggunakan metode Jigsaw, tetapi menggunakan
metode konvensional saat pembelajaran. Pengaruh Hasil belajar
Menggunakan Mesin Operasi Dasar peserta didik kelas X menggunakan
metode Jigsaw adalah (O2-O1)-(O4-O3). (Sugiyono, 2007:116)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia,
binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan
secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian
(Sukardi, 2009: 53). Sedangkan menurut (Sugiyono, 2010: 61), populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi pada penelitian ini
adalah peserta didik kelas X prodi pemesinan SMK N 2 Wonosari yang terdiri
54
dari 3 kelas, yaitu kelas X MA, X MB, dan X MC berjumlah 96 masing-
masing kelas terdiri dari 32 peserta didik.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2010: 62). Berbeda menurut (Sukardi, 2009: 54),
sebagian dari populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut disebut sampel
atau cuplikan. Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah bagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian.
Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampel
secara acak atau (random sampling), teknik ini sangat populer dan dianjurkan
dalam proses penelitian. Random tidak dilakukan langsung pada semua
peserta didik, melainkan pada suatu kelas sebagai kelompok- kelompoknya
dikarenakan tidak mungkin sekolah yang sudah terbentuk kelas akan terpecah-
pecah.
Populasi tersebut diambil sampel sebanyak 2 kelas secara random,
kemudian dari 2 kelas dibagi dengan 1 kelas X MC sebagai kelompok
eksperimen atau kelompok perlakuan dan 1 kelas X MA sebagai kelompok
control yang diambil secara random. Sebagai kelompok eksperimen diambil
sampel sebanyak 32 peserta didik dan sebagai kelompok kontrol diambil
sebanyak 32 peserta didik.
55
D. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah suatu pola hubungan antar variabel yang
akan diteliti. Menurut Sugiyono (2006: 65) menyatakan pola hubungan antara
variabel yang akan akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai
paradigma penelitian. Paradigma dibuat untuk mengetahui jumlah rumusan
masalah, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah
hipotesis, dan teknik analisis static yang akan digunakan untuk mengolah
data. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma sederhana
yang terdiri dari satu variabel independen dan dependen. Dapat dilihat pada
gambar 2 dibawah ini.
Gambar 21. Paradigma Sebab – Akibat Keterangan:
X : Metode pembelajaran Jigsaw
Y : Hasil Belajar belajar
E. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapat data.
X Y
56
Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan
diperolehnya data yang objektif. Adapun metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Mesin (MMOD) SMKN 2
Wonosari adalah:
1. Metode Dokumentasi
Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi
dari bermacam- macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada
responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari- hari
(Sukardi, 2009: 81). Metode ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai perangkat pembelajaran guru, daftar nama peserta didik kelas
satu dan daftar nama guru program studi pemesinan di SMK N 2
Wonosari.
2. Metode Observasi
Observasi adalah instrumen yang sering dijumpai dalam
penelitian pendidikan. Observasi dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap fenomena yang
diteliti. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun dapat diulang. Dimana
dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera. Instrumen observasi akan lebih efektif
jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami,
57
tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami (Sukardi, 2009:
78-79).
Meode ini digunakan untuk memperoleh data variabel proses
pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) dengan
pendekatan kontekstual yang berupa lembar observasi atau lembar
pengamatan yang terdiri dari lembar pengamatan silabus, lembar
pengamatan Rencana Pelaksanan Pembelajaran yang dibuat gru, dan
lembar pengamatan komponen pendekatan kontekstual dalam proses
pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar ( MMOD ).
3. Metode Test
Test sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok (Riduwan, 2010: 76). Metode tes digunakan
untuk memperoleh data nilai hasil belajar Menggunakan Mesin Operasi
Dasar ( MMOD ) tentang penggunaan tugas dan resitasi pada kelas
eksperimen maupun yang diajar dengan menggunakan pembelajaran
konvensional (ekspositori) pada kelas kontrol.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
teknik tes. Tes digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik
terhadap penguasaan materi menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD). Tes dilakukan 2 kali, tes pertama adalah pre test digunakan
58
untuk mengetahui kemampuan awal dan tes kedua adalah post test
digunakan untuk mengetahui prestasi belajar akhir setelah mendapatkan
perlakuan dari masing-masing kelompok.
Test yang digunakan berupa test pilihan ganda (Multiple choice)
yang teah divalidasi sebanyak 25 soal. Penilaian diambil berdasarkan
jawaban yang benar. Untuk setiap butir soal yang dijawab benar diberi
nilai satu (1), sedangkan untuk setiap butir soal yang dijawab salah
bernilai nol (0). Pemberian test dilaksanakan secara dua kali. Pertama
pemberian sebelum pembelajaran (pre test), Kedua pemberian post test
setelah kelas eksperimen mendapatkan treatment dan kelas control
mendapatkan pembelajaran konvensional (ekspositori). Pemberian
treatment berupa pembelajaran menggunakan metode Jigsaw. Dalam
penelitian ini pengukuran terhadap kemampuan kognitif tidak dilakukan
secara bebas, tetapi juga disesuaikan dengan pokok bahasan dalam
kurikulum KTSP (Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Untuk itu kisi-
kisi instrumen yang dibuat berdasarkan pada kurikulum mata diklat teori
MMOD.
F. Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus
ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
59
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. (Sugiyono,2008:148)
Instrumen dalam penelitian ini adalah soal test yang berupa pilihan
ganda sebayak 40 butir sebelum dilakukan validitas butir. Kisi- kisi soal
dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan soal. Kisi- kisi soal dapat
dilihat pada tabel 1. di bawah.
Tabel 3. Kisi- kisi instrumen sebelum validasi butir
SK KD Indikator Nomor Soal
MMOD Menjelaskan Cara Mengoperasikan Mesin
a. Menentukan parameter pemotongan
b. Mengetahui jenis- jenis dan bagian- bagian mesin
c. Semua alat bantu digunakan sesuai fungsinya
d. Langkah- langkah pengoperasian mesin
e. Pemasangan pisau potong dengan benar
6,36,16,33,31
25,24,23,8,11,10,7
30,22,15,13,12
3,14,9,27,26,20,18,35,38,34,39,32,40
1,2,4,5,21,17,19,28
,29,37
Total butir soal 40
1. Instrumen peneitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah pre test, post test, modul,
pedoman wawancara, dokumentasi dan lembar observasi.
60
a. Pre test dan post test
Instrumen penelitian yang dipakai adalah tes hasil belajar peserta
didik terhadap pemahaman materi Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD) dengan bentuk jawaban hasil nilai setelah test tertulis
dilakukan. Hal ini untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman
peserta didik terhadap materi Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD) yang telah diberikan. Peneliti mengambil satu kompetensi dasar
yaitu menggunakan Mesin Frais untuk pengambilan data dan
penelitiannya. Dalam penelitian ini test dibuat oleh peneliti dengan
memperhatikan validitas isi. Validitas internal instrumen yang berupa test
harus memenuhi construct validity (validitas konstruks) dan content
validity (validitas isi). Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat
digunakan pendapat dari ahli ( judgment experts ).
Test awal ( pre test ) diberikan kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada saat penelitian belum dilaksanakan. Pemberian
pre test ini dilakukan pada awal bulan Agustus 2011 sebelum masuk
materi Menggunakan Mesin Operasi Dasar ( MMOD ). Pelaksanaan
pemberian pre test untuk kelas eksperimen dilaksanakan pada hari Kamis,
04 Agustus 2011, sedangkan untuk kelas control pemberian pre test
dilaksanakan pada hari Sabtu 05 Agustus 2011.
61
1) Pemberian post test
Pemberian post test dilaksanakan setelah kelompok
eksperimen mendapat perlakuan dan kelompok kontrol tidak
mendapatkan perlakuan ( pemberian metode Jigsaw ). Untuk penilaian
instrumen soal pre test dan post test pada peserta didik, setiap jawaban
benar diberi nilai = 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai = 0.
2. Uji Coba Instrumen
Uji coba merupakan langkah yang sangat penting dalam proses
pengembangan instrumen, karena dari uji coba inilah diketahui informasi
mengenai mutu instrumen yang digunakan. Instrumen dalam penelitian ini
akan di uji coba dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
Soal test 40 butir diuji cobakan pada peserta didik kelas XI (dua)
di SMKN 2 Wonosari tahun ajaran 2010/ 2011 diluar sampel penelitian
dengan jumlah responden sebanyak 30 peserta didik, untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Dari hasil uji coba instrumen
dari 40 butir soal diambil 25 butir sedangkan 15 butir dinyatakan gugur.
a. Uji Validitas
Valid berarti jika instrumen itu dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sukardi,2009: 122). Secara
keseluruhan validasi terdiri dari empat, yaitu (1) Validasi isi (2)
Validasi konstrak (3) Validasi konkuren (5) Validasi Prediksi.
62
Validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
konstrak, yaitu “ konstruk” dalam pengertian ini bukanlah “sususan”
seperti yang sering dijumpai dalam teknik. Tetapi merupakan rekaan
psikologis yaitu suatu rekaan yang dibuat para ahli Ilmu Jiwa yang
dengan suatu cara tertentu “merinci” isi jiwa atas beberapa aspek
seperti: ingatan (pengetahuan), pemahaman, aplikasi, dan seterusnya.
(Suharsimi Arikunto, 2009:68). Instrumen dikatakan valid jika butir-
butir soal mengukur aspek berfikir tersebut sudah sesuai dengan aspek
berfikir yang menjadi tujuan instruksional.
b. Uji Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui
soal yang mudah, sedang dan sukar. Soal dikatakan baik jika soal
tersebut tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu
mudah tidak merangsang jiwa peserta didik untuk mempertinggi usaha
pemecahan-nya. Sebaiknya soal yang sukar akan menyebabkan peserta
didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba mengerja- kannya lagi. Untuk mengetahui soal yang yang
mudah, sedang dan sukar dilakukan analisis tingkat kesukaran.
Kategori tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
0,00 < P < 0,30 = soal sukar 0,30 ≤ P ≤ 0,70 = soal sedang 0,70 < P < 1,00 = soal mudah
(Suharsimi Arikunto,2009: 210).
63
Untuk perhitungan taraf kesukaran digunakan rumus:
JSBP
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar
JS = jumlah peserta didik yang menjawab tes
Tes yang telah diuji cobakan pada peserta didik, kemudian
dilakukan analisis validasi butir menggunakan rumus di atas. Hasil
perhitungan di atas dapat di lihat bahwa dari 40 butir soal ternyata
hanya 25 butir yang valid dikarenakan butir nomer
5,7,10,11,12,17,19,21,27,29,31,32,34,35, dan 37 tidak memenuhi
kategori tingkat kesukaran. Untuk soal yang dipakai harus memenuhi
kategori sedang. Untuk mengetahui porsi soal pada setiap sub materi
masih terbagi baik maka dibuat kisi- kisi sesudah dilakukan
perhitungan validasi butir, kisi- kisi dapat dilihat pada tabel 4. di
bawah.
64
Tabel 4. Kisi- kisi Instrumen setelah validasi butir
SK KD Indikator No. Soal
MMOD a. Menjelaskan Cara Mengoperasikan Mesin
f. Menentukan parameter pemotongan
g. Mengetahui jenis- jenis dan bagian- bagian mesin
h. Semua alat bantu digunakan sesuai fungsinya
i. Langkah- langkah pengoperasian mesin
j. Pemasangan pisau potong dengan benar
5,14,22,23,24
6,7,9,17,18
10,11,13,16,21
3,8,12,15,19
1,2,4,20,25
Total butir soal 25
c. Uji Reliabilitas Instrumen
Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai
reliabilitas yang tinggi, apabila test yang dibuat mempunyai hasil yang
konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2009: 127).
Instrumen yang baik adalah yang dapat dengan ajeg memberikan data
yang sesuai dengan kenyataan (Suharsimi Arikunto, 2009: 86). Untuk
menguji keabsahan intrumen peneliti menggunakan rumus Spearman
Brown karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk test tertulis
yang menghasilakan skor dikotomi (1 dan 0). Reliabilitas instrument
akan dianalisis dengan rumus KR 20.
65
( Kuder Richardson )
ri = ( ) Σ
Keterangan :
K = Jumlah item dalam instrumen
pi = Proporsi banyakanya subyek yang menjawab pada item 1
qi = 1 - pi
푆 = Varians total
(Sugiyono, 2004: 359)
Derajat Reliabilitas dan besarnya Koefisian Korelasi
Sangat tinggi 0,90 – 1,00
Tinggi 0,80 – 0,89
Sedang 0,60 – 0,79
Jelek (Tidak dapat dipakai) 0,00 – 0,59
(Kirkendall D.R, Gruber J.J, Johnson R.E, 1987: 64)
Soal yang dinyatakan valid kemudian dilakukan pengujian reliabilitas
seperti dibawah.
ri = ( )
, ,,
= ,,
= 1,025 x 0,682 = 0,699
66
Dari perhitungan di atas bahwa r1 = 0,699 masuk dalam drajat
reliabilitas kategori sedang. Jadi instrumen dikatakan reliabel kategori
sedang dan bisa untuk instrumen dalam pengambilan data.
3. Pedoman Observasi
a. Pengelolaan kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Perilaku peserta didik dalam kegiatan pembelajaran (terkait dengan
perhatian dan keaktifan peserta didik).
c. Proses pembelajaran yang berlangsung.
d. Bentuk implementasi dari penerapan pembelajaran kontekstual dalam
lingkungan sekolah.
4. Dokumentasi
a. Ketersediaan RPP yang berlandaskan pembelajaran kontekstual.
b. Foto kegiatan belajar mengajar.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan hasil belajar peserta didik pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah dengan statistik diskriptif. Selain
itu, digunakan juga untuk menjawab pertanyaan bahwa metode pembelajaran
Jigsaw efektif pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar.
Kriteria keefektifan pembelajaran Mengunakan Mesin Operasi Dasar ditinjau
67
dari kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70. Jika
nilai rata- rata kelas di bawah KKM maka pembelajaran menggunakan
metode Jigsaw tidak efektif, sedangkan jika nilai rata- rata di atas KKM maka
pembelajaran menggunakan metode Jigsaw dapat dikatakan efektif. Menurut
sugiyono (2010: 29), statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk
mendriskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti
melalui data sempel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Teknik analisis data adalah cara atau teknik yang digunakan untuk
menganalisis data yang disesuaikan dengan bentuk problematik dan jenis data.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui
pengaruh pembelajaran Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar
Menggunakan Mesin Operasi Dasar ( MMOD ). Dalam melakukan analisis
ini, langkah pertama yaitu mendeskripsikan data, kemudian uji persyaratan
analisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk pengujian
hipotesis menggunakan t-test.
Pada tahap ini digunakan statistik deskriptif yaitu dengan menghitung
harga mean (Me), median (Md), modus (Mo), standar deviasi atau simpangan
baku (Sd) dan varians ( 2S ).
68
1. Modus ( Mode )
Modus atau Mode merupakan teknik penjelasan kelompok yang
didasarkan atas nilai yang sedang populer atau nilai yang sering muncul
dalam suatu kelompok tersebut.
Dimana :
Mo = Modus
b = Batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p = Panjang kelas Mo
b1 = Frekuensi pada kelas Mo dikurangi frekuensi kelas
interval terdekat sebelumnya.
b2 = Frekuensi kelas Mo dikurangi frekuensi kelas interval
berikutnya.
(Sugiyono, 2007: 52).
2. Median
Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang
didasarkan atas yang nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun
urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari
yang besar sampai yang terkecil ( Sugiyono, 2007: 48 ).
Keterangan :
Md = Median
69
b = Batas bawah dimana median akan terletak
p = Panjang kelas Me
n = Banyak data
F = Jumlah frekuensi sebelum kelas Me
f = frekuensi kelas Me.
( Sugiyono, 2007: 53 ).
3. Mean
Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan
atas nilai rata- rata dari kelompok tersebut. Rata- rata ini didapat dengan
menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi
dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut.
Keterangan :
Me = Mean ( rata- rata )
= Jumlah nilai X dari i sampai n
n = Jumlah individu
( sugiyono, 2007: 49 ).
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu
dengan dilakukan uji- t. Sebelum data dilakukan pengujian lebih lanjut,
maka perlu dilakukan uji persyaratan untuk uji- t tersebut, yaitu
menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian hipotesis
dilakukan menggunakan uji t idependent sample test untuk menguji
perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas eksperimen dengan kelas
70
kontrol. Tujuan dilakukan uji- t pada pretest ini adalah untuk mengetahui
apakah kedua kelompok memiliki kemampuan sama atau berbeda sebelum
dilakukan penelitian.
4. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Sebelum data yang dambil dari lapangan di analisis, terlebih
dahulu duji analisi. Tujuan dari ujui normalitas adalah untuk
mengetahui apakah pretest dan postest kelas kontrol dan eksperimen
berdistribusi normal atau tidak. Jika normal digunakan statistik
parametrik, sedangkan jika data yang digunakan tidak normal maka
statistik parametrik tidak bisa diunakan. Untuk menghitung normalitas
diguakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
X2 = Chi- Kuadrat
fo = Frekuensi/ jumlah data hasil observasi
fe = Frekuensi/ jumlah yang diharapkan
(Sutrisno Hadi, 2000:259)
X2 = ∑ ( )
71
Dengan membandingkan 푥 dan 푥 untuk taraf
signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 , maka dapat
dirumuskan kriteria sebagai berikut:
Jika 푥 ≤ 푥 maka dikatakan normal
Jika 푥 ≥ 푥 maka dikatakan tidak normal
b. Uji Homogenitas
Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui
keseimbangan varians nilai pre test maupun post test dari kedua kelas.
Uji homogenitas merupakan persyaratan utama untuk melakukan uji
komparasi. Rumus untuk menghitung homogenitas sebagai berikut:
Keterangan:
푆 = kelas yang mempunyai varians besar
푆 = Kelas yang mempunyai varians terkecil
(Ridwan, 2010: 120)
Membandingkan nilai Ftabel dan Fhitung , dengan ketentuan dk
pembilang (untuk varians terbesar) = n – 1, dk penyebut (untuk varians
terkecil) = n – 1 dan taraf signifikan 5%. Maka dapat dirumuskan
kriteria sebagai berikut:
Jika Ftabel ≤ Fhitung maka dinyatakan homogen
Fhitung =
72
Jika Ftabel ≥ Fhitung maka dinyatakan tidak homogen
5. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan menghitung statistik deskriptif untuk
mengetahui terdapatnya perbedaan prestasi belajar kelompok kontrol dan
eksperimen digunakan pengujian hipotesis komparatif menggunakan rumus
t-test dua sampel Independent tidak berkorelasi karena diambil dari dua
sampel yang berbeda. Rumus t- test yang digunakan sebagai berikut:
t = ₁ ₂₁₁
₂₁
(Sugiyono, 2007:138)
Keterangan:
= rata- rata kelas eksperimen
= Rata- rata kelas kontrol
푆 = Varians kelas eksperimen
푆 = Varians kelas kotrol
n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen
n2= Jumlah sampel kelas kontrol
Selanjunya harga t tersebut dibandingkan dengan harga t tabel.
Untuk menentukan hipotesis nol diterima atau tidak. Dalam penelitian ini
hipotesis yang diajukan adalah:
73
Ho : tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah
diberi perlakuan menggunakan metode Jigsaw dan metode
Konvensional pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi
Dasar (MMOD).
Ha : terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberi
perlakuan menggunakan metode Jigsaw dan metode
Konvensional pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi
Dasar (MMOD).
Atau bisa ditulis,
Ho : 휇 = 휇
Ha : 휇 ≠ 휇
Ho diterima jika, t hitung lebih kecil dari t tabel artinya tidak
terdapat perbedaan antara metode mengajar Jigsaw denan metode
mengajar konvensional (Ho : 휇 = 휇 ). Dengan demikian jika t hitung
sama atau lebih besar dari t tabel maka Ha diterima artinya terdapat
perbedaan antara metode pembelajaran Jigsaw dengan metode
pembelajaran Konvensional (Ha : 휇 ≠ 휇 ).
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperimen yang dilakukan di
SMK N 2 Wonosari pada prodi teknik pemesinan kelas X dengan kelas XMC
sebagai kelompok yang diberi perlakuan (kelas eksperimen) dan kelas XMA
sebagai kelompok kontrol. Kelas XMC merupakan kelas eksperiment yang
mendapatkan perlakuan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dalam
kegiatan belajar mengajarnya.
A. Hasil Pembelajaran
Beberapa hasil penelitian yang diperoleh antara lain:
1. Proses Pembelajaran
a. Proses Pembelajaran dengan Metode Jigsaw
Proses pembelajaran pada kelas XMC (kelas eksperimen)
dengan metode Jigsaw mendorong peserta didik untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain. Hal tersebut dapat dilihat di
langkah- langkah pembelajaran Jigsaw yang mengharuskan peserta
didik menghafal materi yang didiskusikan dan menerangkan kembali
materi yang sudah di dapat kepada teman sekelompoknya.
Pembelajaran yang dilakukan juga mengembangkan keaktifan dan
diskusi peserta didik, sehingga mengharuskan peserta didik mampu
bekerja sama antar peserta didik. Metode Jigsaw memiliki kelebihan
melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus
75
mengajarkan kembali kepada oranglain. Waktu yang digunakan dalam
metode ini terbatas dikarenakan banyaknya langkah- langkah yang
harus dilaksanakan, jadi peserta harus benar- benar mempergunakan
waktu yang ada dengan maksimal.
Pada tahap pembagian kelompok, guru membuat 2
kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal
terbagi menjadi 5 kelompok dan kelompok ahli terbagi menjadi 6
kelompok sesuai dengan jumlah materi yang akan diberikan disetiap
pertemuan. Peserta didik dibagi menurut no absen secara hitrogen
menjadi 5 kelompok untuk menjadi kelompok asal karena jumlah
peserta didik 32 maka ada 2 kelompok yang berjumlah 7 anak.
Selanjutnya kelima kelompok tersebut masing- masing mengirimkan
1 wakil untuk mengisi kelompok ahli untuk membahas tugas yang
sudah diberikan guru. Setiap kelompok ahli terdiri dari 5 dan 6 peserta
didik, di kelompok ahli ini peserta didik saling membantu dan
berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, serta
menyusun bagaimana menyampaikan tugas yang sudah dibahas
kepada temannya di kelompok asal setelah kembali ke kelompok asal.
Soal yang diberikan setiap kelompok ahli berbeda- beda sesuai
kompetensi dasarnya, selama peserta didik berdiskusi, guru
mengawasi dan memberikan penjelasan pada peserta didik yang
bertanya. Setelah selesai berdikusi, guru menyuruh peserta didik
untuk kembali ke kelompok asal masing- masing, kemudian guru
memberikan waktu untuk peserta didik menjelaskan kembali/
76
menerangkan ke temannya tentang apa yang telah didapat dikelompok
ahli secara bergantian. Guru memberikan tes individual tentang semua
materi yang sudah diberikan setelah semua kelompok asal selesai
bertukar cerita, kemudian di akhir pertemuan guru memberikan tugas
tiap masing- masing kelompok asal. Contoh pembagian kelompok
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 22. Contoh pembagian kelompok Jigsaw
Pembelajaran dengan metode Jigsaw teryata memberikan
keuntungan yang baik. Peserta didik secara individual dapat melatih
mengingat kembali materi yang sudah diberikan kemudian dijelaskan
kepada teman- temannya dan melatih keaktifan saat di kelas itu bisa
dilihat saat peserta berdiskusi dan menerangkan kembali kepada
teman- temannya. Hasil observasi kegiatan peserta didik di kelas
dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk pengamatan efektivitas lebih
lengkap bisa dilihat pada lampiran halaman 289.
77
Tabel 5. Hasil observasi aktifasi peserta didik kelas eksperimen
Item Indikator Pertemuan Ke Catatan I II III IV
A Memperhatikan arahan dari guru
50% 62,5% 71,87% 84,37% Meningkat
B Mencatat dan bertanya saat berdiskusi
37,5% 46,88% 56,25% 62,5% Meningkat
C Keaktifan berdiskusi
28,12% 37,5% 50% 78,12% Meningkat
D Pengumpulan tugas individu
43,75% 53,12% 68,75% 87,50% Meningkat
Rata- rata 40% 50% 61,72% 78,12% Meningkat Sumber: Hasil olahan data observasi peserta didik saat pembelajaran
Berdasarkan tabel hasil observasi peserta didik di atas, rata-
rata aktivitas peserta didik dari pertemuan pertama sampai pertemuan
ke empat mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Aktivitas
peserta didik pada pertemuan pertama sebesar 40%. Pada pertemuan
pertama nilainya rendah dikarenakan peserta didik masih bingung
dengan metode pembelajaran yang digunakan dan juga peserta didik
belum bisa menyesuaikan. Selanjtnya, pada pertemuan ke dua
mengalami peningkatan sebanyak 50%, disini sebagian peserta didik
mulai terbiasa dengan metode pembelajaran yang digunakan guru.
Setiap pertemuan, guru selalu memberika dorongan dan penjelasan
kepada peserta didik agar peserta didik tidak kebingungan dan cepat
beradaptasi dengan metode pembelajaran Jigsaw. Kemudian, pada
pertemuan ke tiga persentase aktivitas peserta didik meningkat
61,72%. Pada pertemuan ketiga peserta didik sudah mulai terbiasa dan
berani bertanya maupun sudah mulai mencatat materi yang telah
didiskusikan. Pada pertemuan ke empat/ terakhir aktivitas peserta
78
didik kembali meningkat sebanyak 78,12%, peningkatan pada
pertemuan ke empat tidak sebesar pertemuan sebelumnya dikarenakan
pada pertemuan ke tiga sebagian besar peserta didik sudah bisa
beradaptasi dengan metode pembelajaran Jigsaw sehingga pada
pertemuan ke empat peningkatanya sedikit. Tabel pengamatan dilihat
pada lampiran halaman 289- 294.
b. Proses Pembelajaran dengan Metode Konvensional
Proses pembelajaran pada kelas XMA atau kelas kontrol
yang menggunakan metode pembelajaran ceramah, mencatat, dan
tanya jawab (Metode pembelajaran konvensional), disini pengajar
memegang peranan penting. Guru menerangan materi secara
berurutan didepan kelas, peserta didik mendengarkan sambil mencatat
point- point penting, guru memberikan waktu peserta didik untuk
bertanya seputar materi yang diberikan guru. Guru aktif dalam
mempersiapkan materi dan dalam keberhasilan peserta didik. Peserta
didik cenderung pasif dan bosan karena pembelajaran terjadi satu
arah, kemudian pembelajaran ini maksimal dilakukan terhadap peserta
didik yang memiliki pendengaran yang cukup baik. Dengan demikian,
guru sulit memonitor peserta didik yang memiliki kemampuan lebih
dan yang memiliki kemampuan rendah.
Guru bertanya pada peserta didik tentang kejelasan materi
yang sudah diberikan, kemudian peserta didik menjawab sudah.
Dalam hal ini peserta didik pasif tidak mau bertanya dikarenakan
peserta didik tidak tertarik pada materi ataupun tidak mendengar apa
79
yang sudah diterangkan guru kemudian kebingungan apa yang harus
ditanyakan dan memilih untuk diam. Selanjtnya, guru memberikan
pertanyaan setelah semua materi di sampaikan, sebagian besar peserta
didik tidak ada yang menjawab. Sikap ini menunjukan bahwa tidak
ada antusias peserta didik terhadap pertanyaan yang diberikan guru,
peserta didik memilih diam karena pada saat guru memberikan materi
merasa bingung dan kurang jelas.
2. Hasil Pembelajaran Pre test
Hasil pembelajaran adalah hasil evaluasi dari pertanyaan yang
diberikan guru setelah pembelajaran selesai berlangsung. Sebelum
dilakukan proses pembelajaran, terlebih dulu dilakukan diadakan test
kemampuan awal peserta didik (pre test) baik pada kelas ekperimen
maupun kelas kontrol. Tujuan diadakan pre test adalah untuk mengetahui
kemampuan rata- rata peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama. Dengan demikian jika hasil pos test menunjukan adanya perbedaan
hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena
metode pembelajaran yang digunakan. Hasil pretest dapat dilihat pada
tabel berikut. Lampiran halaman 106- 111.
Tabel 6. Data Pre test peserta didik Sumber
Data Skor
Mean Median Modus Max Min
Eksperimen 52 4 27,56 28 20 dan 32
Kontrol 40 4 27,13 28 28,32,36
Sumber: Hasil olah data pre test peserta didik
80
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai nilai rata- rata (Mean) yang
tidak jauh berbeda. Nilai rata- rata pada kelas eksperimen 27,56 dan nilai
rata- rata pada kelas kontrol 27,13 terpaut 0, 43. Berdasarkan data diatas
dapat di simpulkan bahwa kemampuan peserta didik kelas eksperimen
dan kelas kontrol relatif sama.
Untuk lebih menyakinkan hasil rata- rata kedua kelas sama/
tidak ada perbedaan, maka dilakukan uji komparasi pada hasil pre test
peserta didik kelas eksperimen dan kontrol dengan uji t- independent
simple test. Sebelum menghitung dengan uji t, maka dilakukan uji
persyaratan analisis yaitu normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data pretest
kedua kelas normal atau tidak. Kemudian menentukan statistik
analisis data apa yang akan digunakan dalam menghitung data
selanjutnya. Jika datanya normal maka digunakan statistik parametris,
tetapi jika data tidak normal maka statistik parametri ditak dapat
digunakan. Untuk menghitung normalitas data pre test digunakan
rumus Chi Kuadrad (X2). Data hasil perhitungan normalitas pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah.
Untuk melihat hasil perhitungan lebih lengkap bisa dilihat pada
lampiran halaman 118- 119.
81
Tabel 7. Data normalitas pre test Sumber Data X2
hitung X2tabel Keterangan
Eksperimen 9,432 11,070 Normal
Kontrol 9,773 11,070 Normal
Sumber: Hasil olah data pre test peserta didik
Data di atas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal, itu dikarenakan X2hitung ≥ X2
tabel .
Pengujian di atas dilakukan dengan membandingkan X2hitung dengan
X2tabel, pada taraf kesalahan 5% dan dk = 5. Dengan hasil demekian
untuk menganalisis data selanjutnya bisa digunakan statistik
parametris.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dengan uji F, dengan tujuan untuk
mengetahui keseimbangan varians pre test antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas merupakan syarat
untuk melakukan uji komperasi. Data hasil perhitungan homogenitas
kedua kelas dapat dilihat pada tabel di bawah. Untuk mengetahui
perhitungan yang lebih lengkap bisa dilihat pada lampiran halaman
120- 121.
Tabel 8. Data hasil homogenitas pre test Sumber Data S2 Fhitung Ftabel Keterangan Eksperimen 99,673
1,489 1,84 Homogen Kontrol 66,937
Sumber: Hasil olah data pretest peserta didik
Dapat dilihat hasil homogenitas kelas eksperimen S2 = 99,673
dan kelas kontrol S2 = 66,937 kemudian Fhitung 1,489. Untuk
mengetahui homogen atau tidak data tersebut, hasil Fhitung
82
dibandingkan dengan Ftabel dengan rumus dkpembilang n – 1 = 32 – 1 =
31, dan dkpenyebut n – 1 = 32 – 1 = 31 dengan taraf signifikan 훼 0,05,
mempunyai harga Ftabel 1,84. Keputusan pengujian Ftabel ≥ Fhitung
dinyatakan homogen sedangkan jika Ftabel ≤ Fhitung dinyatakan tidak
homogen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil olah data
pretest peserta didik kedua kelas tersebut dinyatakan homogen.
c. Uji T Independent Sample Test Data Pre test
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau
tidak hasil pre test peserta didik sebelum dilakukan penelitian. Berikut
adalah hasil perhitungan uji t Independent Sample Test. Perhitungan
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 122.
Tabel 9. Hasil Uji t Independent Sample Test Sumber
Data Mean Varian thitung ttabel Keterangan
Eksperimen 26,5625 99,673 0,1369 2,042
Tidak ada perbedaan hasil belajar anatra kedua kelas
Kontrol 26,25 66,937
Sumber: Hasil olah data pre test peserta didik
Dapat dilihat hasil uji t Independent Sample Test di atas nilai
Mean dari kelompok eksperimen 26,5625 varian 99,673 dan
kelompok kontrol mean 26,25 varian 66,937 dengan thitung 0,1369.
Untuk mengetahui hasil perhitungan tersebut ada perbedaan atau
tidak, hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan rumus dk n – 1 =
32 – 1 = 31 karena di tabel tidak ada dk 31 maka diturunkan menjadi
30, taraf signifikan 훼 0,05. Untuk dk 30 dengan taraf signifikan 훼 0,05
mempunyai harga 2,042. Keputusan pengujian ttabel ≥ thitung maka tidak
83
ada perbedaan antara kedua kelas, sedangkan jika ttabel ≤ thitung maka
terdapat perbedaan diantara kedua kelas. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa hasil uji t Independent Sample Test kelas eksperimen
dan kelas kontrol dinyatakan tidak terdapat perbedaan. Karena thitung
0,1369 ≤ ttabel 2,042.
Karena tidak ada perbedaan hasil pre test antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol, maka kedua kelas tersebut bisa
dilakukan penelitian untuk dikomperasikan. Selain itu jika hasil post
test peserta didik menunjukan perbedaan, maka perbedaan tersebut
dikarenakan oleh hasil treatment yang dilakukan penggunaan metode
pembelajaran Jigsaw dan bukan karena kelas eksperimen yang
memiliki kemampuan lebih dari kelas kontrol.
3. Hasil Pembelajaran Post test
Setelah dilakukan uji pre test, kemudian dilakukan proses
pembelajaran pada kedua kelas dengan metode pembelajaran yang
berbeda. Pada kelas eksperimen digunakan metode pembelajaran Jigsaw,
sedangkan kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan metode
pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan pembelajaran maka
dilakukan test evaluasi untuk mengetahui seberapa baik hasil belajar
setelah kedua kelas dilakukan pembelajaran yang berbeda. Hasil belajar
peserta didik (post test) bisa dilihat dalam tabel di bawah. Perhitungan
secara lengkap bisa dilihat pada lampiran halaman 112- 117.
84
Tabel 10. Hasil post test peserta didik Sumber
Data Nilai
Mean Median Modus Max Min Eksperimen 56 88 72,75 72 72
Kontrol 48 92 66,875 68 68
Sumber: Olah data post test peserta didik
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa rata- rata kelas
eksperimen 72,75 Median 72 dan Modus 72. Kemudian kelas kontrol
memiliki rata- rata 66,875 Median 68 dan Modus 68. Dari perhitungan
tersebut teryata kelas yang menggunakan metode pembelajaran Jigsaw
memiliki rata- rata kelas yang lebih tinggi dibandingkan kelas kotrol
yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Nilai rata- rata
kelas eksperimen 72,25 sedangkan kriteria ketuntasan minimum (KKM)
70. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
Jigsaw efektif pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD), karena nilai rata- rata kelas pada kelas eksperimen lebih besar
dari KKM (72,25 ≥ 70).
a. Uji Persyaratan Analisis
Sebelum data post test pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dianalisis lebih lanjut maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian persyaratan analisis. Pengujian analisis data dilakukan
dengan uji normalitas dan uji homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data pretest
kedua kelas normal atau tidak. Kemudian menentukan statistik
analisis data apa yang akan digunakan dalam menghitung data
85
selanjutnya. Jika datanya normal maka digunakan statistik
parametris, tetapi jika data tidak normal maka statistik parametri
ditak dapat digunakan. Untuk menghitung normalitas data pre test
digunakan rumus Chi Kuadrad (X2). Data hasil perhitungan
normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada tabel di bawah. Untuk melihat hasil perhitungan lebih lengkap
bisa dilihat pada lampiran halaman 124- 125.
Tabel 11. Data normalitas post test Sumber Data X2
hitung X2tabel Keterangan
Eksperimen 10,886 11,070 Normal
Kontrol 8,523 11,070 Normal
Sumber: Olah data posttest peserta didik
Data di atas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi normal, itu dikarenakan X2hitung ≥ X2
tabel .
Pengujian dilakukan pada taraf kesalahan 5% dan dk = 5. Dengan
hasil demekian untuk menganalisis data selanjutnya bisa digunakan
statistik parametris.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dengan uji F, dengan tujuan untuk
mengetahui keseimbangan varians pretest antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas merupakan
syarat untuk melakukan uji komperasi. Data hasil perhitungan
homogenitas kedua kelas dapat dilihat pada tabel di bawah. Untuk
mengetahui perhitungan yang lebih lengkap bisa dilihat pada
lampiran halaman 125- 126.
86
Tabel 12. Data homogenitas post test Sumber Data S2 Fhitung Ftabel Keterangan Eksperimen 69,613
1,526 1,84 Homogen Kontrol 106,234
Sumber: Olah data post test peserta didik
Dapat dilihat hasil homogenitas kelas eksperimen S2 =
69,613 dan kelas kontrol S2 = 106,234 kemudian Fhitung 1,526.
Untuk mengetahui homogen atau tidak data tersebut, hasil Fhitung
dibandingkan dengan Ftabel dengan rumus dkpembilang n – 1 = 32 – 1
= 31, dan dkpenyebut n – 1 = 32 – 1 = 31 dengan taraf signifikan 훼
0,05. Untuk dkpembilang 31 dan dkpenyebut 31 mempunyai harga Ftabel
1,84. Keputusan pengujian Ftabel ≥ Fhitung dinyatakan homogen
sedangn jika Ftabel ≤ Fhitung dinyatakan tidak homogen. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa hasil olah data pretest peserta
didik kedua kelas tersebut dinyatakan homogen. Karena Ftabel 1,84
≥ Fhitung 1,526.
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah
dilakukan uji persyaratan analisis, maka selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis menggunakan statistik parametris karena data kelas eksperimen
dan kelas kontrol berditribusi normal. Kemudian uji komperasi juga
dapat dilakukan karena data kedua kelas homogen. Untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan diantara kedua kelas tersebut maka digunakan
87
pengujian hipotesis komperatif dua sampel independent (t Independent
Sample Test).
Pengujian hipotesis menggunakan uji t Idependent Sample Test
dilakukan dengan uji dua pihak, yaitu uji pihak kanan dan uji pihak kiri.
Pengujian hipotesis dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik
pada pembelajaran Menggunakan Mesin Opesrasi Dasar (MMOD).
Berikut ini adalah hasil perhitungan t Independent Sample Test pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk perhitungan lebih lengkap
bisa dilihat di lampiran halaman 127.
Tabel 13. Hasil uji t Independent Sample Test Sumber
Data Mean Varian thitung ttabel Keterangan
Eksperimen 72,75 69,613 2,5062 2,042
ada perbedaan hasil belajar anatra kedua
kelas Kontrol 66,875 106,234
Sumber: Olah data post test peserta didik
Hipotesis yang digunakan Hipotesis nol Ho dan Hipotesisi
alternatif Ha yang berbunyi:
Ho : terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberi
perlakuan menggunakan metode Jigsaw dan metode Konvensional
pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD).
Ha : terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberi
perlakuan menggunakan metode Jigsaw dan metode Konvensional
pada pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD).
88
Dapat dilihat hasil uji t Test di atas nilai Mean dari kelompok
eksperimen 72,75 varian 69,613 dan kelompok kontrol mean 66,875
varian 106,234 dengan thitung 2,5062 dengan ttabel dk 31 taraf signifikan
0,05 bernilai 2,042. Keputusan penerimaan Ho dan Ha adalah jika, ttabel ≥
thitung maka Ho diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika ttabel ≤ thitung maka
Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
hasil uji t Independent Sample Test kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh keputusan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Karena thitung
2,5062 ≥ ttabel 2,042. Data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 25 halaman 127.
B. Pembahasan
Sampel penelitian terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Berdasarkan analisis dan kondisi awal, teryata tidak ada
perbedaan hasil pretest peserat didik kedua kelas, sehingga dapat
dinyatakan kedua kelas dimulai dari kondisi yang sama. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut, maka pada kedua kelas dapat dilakukan penelitian.
Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas eksperimen
menggunakan metode pembelajaran Jigsaw, dan kelas kontrol
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
1. Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode Pembelajaran Jigsaw
Pembelajaran dengan metode Jigsaw adalah pembelajaran
yang menuntut peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Aktivitas
terjadi dari segala arah, dari guru ke peserta didik dan dari peserta didik
89
ke peserta didik, jadi peserta didik tidak akan bosan dengan hanya
mendengarkan aktivitas dari satu arah saja. Pembelajaran dengan
metode Jigsaw dibuat berkelompok ahli dan kelompok asal, peserta
didik dibagi bedasarkan no absen untuk mengisi kelompok asal
kemudian masing- masing kelompok mengirimkan salah satu
perwakilan untuk berdiskusi di kelompok ahli bersama teman- teman
dari kelompok lain. Hal tersebut yang membuat peserta didik
mempunyai tanggung jawab tinggi karena nantinya perwakilan setiap
kelompok akan menjelaskan lagi kepada teman- temannya di kelompok
asal dan dituntut untuk bisa bekerjasama dengan kelompoknya, karena
tuntutan itu peserta didik harus selalu aktif dan konsentrasi. Pada
metode ini guru hanya menjadi fasilitator bagi peserta didik untuk
berlansungnya proses pembelajaran agar kondusif.
Pada proses pembelajaran menggunakan metode Jigsaw, guru
memberikan pengarahan tentang pelaksanaan menggunakan metode
Jigsaw dan mensosialisasikan penerapan metode tersebut. Guru
membagi peserta didik menjadi dua kelompok asal dan kelompok ahli,
jumlah kelompok asal tergantung jumlah peserta didik, sedangkan
jumlah kelompok ahli tergantung jumlah materi yang ingin dibahas,
peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok asal berdasarkan no absen.
Setiap kelompok asal mengirimkan satu wakilnya untuk belajar
dikelompok ahli bersama teman perwakilan dari kelompok lain. Setelah
selesai guru menyuruh peserta didik kembali ke kelompok asal masing-
masing kemudian memberi kesempatan untuk peserta didik
90
menceritakan apa yang sudah didapat waktu diskusi tadi. Sesi bertukar
cerita selesai guru memberikan test individual dan diakhir pembelajaran
guru memberi tugas rumah yang nantinya akan dikumpulkan di
pertemuan berikutnya. Dengan demikian, peserta didik akan menjadi
lebih aktif dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran.
Analisis dari data hasil belajar peseta didik (post test)
menunjukan nilai minimum 56, sedangkan nilai maksimum 88. Nilai
rata- rata kelas 72,75 Median 72 dan Modus 72. Rata- rata atau Mean
adalah nilai rata- rata kelas, Median adalah nilai tengah dari jumlah
peserta didik setelah skor peserta didik diurutkan dari yang terkecil
sampai yang terbesar, dan Modus adalah skor peserta didik terbanyak
yang mendapat skor sama. Dari analisis di atas, teryata nilai rata- rata
(Mean) post test kelas eksperimen 72,75 sudah diatas KKM yang
ditetapkan yaitu 70. Kemudian, melihat nilai Modus 72 itu artinya
sudah banyak peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM walaupun
nilai maksimun dikelas eksperimen 88 lebih rendah dari kelas kontrol
92.
2. Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode Pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran dengan metode konvensional adalah
pembelajaran secara konvensional (ceramah, mencatat dan tanya
jawab). Guru yang memegang kendali aktivitas dikelas sehingga peserta
didik cenderung pasif. Guru menjelaskan materi dengan ceramah, hal
91
ini yang menyebabkan metode ini hanya bisa dilakukan terhadap
peserta didik yang memiliki pendengaran yang baik karena kalau tidak
peserta didik tidak mengerti apa yang sudah dijelaskan guru di depan
kelas. Masalah seperti ini yang membuat peserta didik pasif dan takut
untuk bertanya.
Pembelajaran menggunakan metode konvensional, guru
menyampaikan materi di depan kelas, peserta didik mendengarkan dan
mencatat poin- poin penting. Disela- sela guru menerangkan peserta
didik diberi kesempatan untuk bertanya, apa ada materi yang belum
dimengerti atau tidak. Sebagian besar peserta didik tidak ada yang
bertanya, hal ini disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu yang pertama
peserta didik bingung tidak tahu apa yang akan ditanyakan karena saat
guru menerangkan materi tidak memperhatikan, yang kedua
kemungkinan peserta didik sudah jelas dan tidak ada lagi yang perlu
ditanyakan mengenai materi yang telah diberikan guru. Hal tersebut
akan membuat guru sulit untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
benar- benar menguasai materi tersebut.
Analisis data hasil belajar (post test) dengan metode
pembelajaran konvensional menujukan nilai minimum yang diperoleh
peserta didik adalah 48, sedangkan nilai maksimum 92. Nilai rata- rata
kelas 66,875 Median 68 dan Modus 68. Rata- rata atau Mean adalah
nilai rata- rata kelas, Median adalah nilai tengah dari jumlah peserta
didik setelah skor peserta didik diurutkan dari yang terkecil sampai
yang terbesar, dan Modus adalah skor peserta didik terbanyak yang
92
mendapat skor sama. Dari analisis di atas, teryata nilai rata- rata (Mean)
post test kelas kontrol 66,875 masih dibawah KKM yang ditetapkan
yaitu 70. Kemudian, melihat nilai Modus 68 itu artinya masih banyak
peserta didik yang dibawah KKM walaupun nilai maksimun dikelas
kontrol 92 lebih besar dari kelas eksperimen 88.
3. Efektivitas Metode Pembelajaran Jigsaw Pada Pembelajaran
Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD)
Efektivitas metode pembelajaran Jigsaw dapat ditinjau dari
kriteria keefektifan dalam pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi
Dasar (MMOD). Kriteria efektivitas metode pembelajaran Jigsaw
adalah dengan mengacu pada kriteria ketuntasan minimum (KKM).
Kriteria ketuntasan minimum (KKM) pembelajaran Menggunakan
Mesin Operasi Dasar (MMOD) adalah pencapaian dengan nilai 70.
Jadi, dapat dilakukan kaidah keputusan apabila nilai rata- rata kelas
eksperimen lebih rendah dari KKM maka metode pembelajaran Jigsaw
dinyatakan tidak efektif.
Hasil rata- rata kelas eksperimen adalah 72,75 dengan jumah
peserta didik 32. Bedasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa
rata- rata kelas 72,75 lebih besar dari kriteria ketuntasan minimum
(KKM) yaitu 70. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menggunakan metode Jigsaw efektif dilakukan pada
proses pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar.
93
Metode pembelajaran Jigsaw membuat peserta didik di kelas
selalu aktif, bekerja berkelompok dan tidak merasa bosan terhadap
pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga peserta didik antusias
untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Diskusi antar peserta didik di
setiap kelompok mampu menghidupkan suasana pembelajaran yang
kondusif.
4. Pengaruh Hasil Belajar Peserta Didik Setelah Diberi Perlakuan
Menggunakan Metode Jigsaw Pada Pembelajaran Menggunakan
Mesin Operasai Dasar ( MMOD ).
Pengaruh prestasi belajar peserta didik dapat dilihat dari uji
hipotesis di atas dan juga peningkatan hasil belajar. Hasil hipotesis
menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol, karena ttabel 2,042 ≤ thitung 2,5062 artinya nilai thitung lebih
besar daripada ttabel yang sudah ditentukan. Selain itu, hasil belajar
(posttest) kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol juga menunjukan
perbedaan, rata- rata kelas eksperimen (Mean) 72,75 lebih besar dari
rata- rata (Mean) kelas kontrol 66,875 itu artinya kelas yang
menggunakan metode pembelajaran Jigsaw memiliki nilai di atas KKM
sedangkan kelas yang menggunakan metode pembelajaran
Konvensional memiliki nilai rata- rata dibawah KKM. Tabel
perbandingan rata- rata kedua kelas bisa dilihat pada tabel berikut.
94
Tabel 14. Perbandingan rata-rata pre test post test
Kelas Nilai rata-rata
Pre test Post test
Eksperimen 26,5625 72,75
Kontrol 26,125 68, 875 Sumber: Hasil olah data pre test post test peserta didik
Dari tabel nilai rata-rata di atas dapat dibuat grafik
perbandingan prestasi belajar peserta didik antara kelas eksperimen dan
kontrol. Grafik tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 23. Histogram perbandingan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan nilai rata- rata.
Gambar 24. Polygon nilai rata- rata kelas eksperimen dan kelas kontrol
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pre test Post test
Kelas eksperimen
Kelas Kontrol
26,5625
72,7526,125
68,875
Pre test Posttest
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
95
Perbedaan prestasi belajar peserta didik antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol tidak lepas dari keberhasilan
penggunaan metode pembelajaran Jigsaw. Metode pembelajaran Jigsaw
yang digunakan memberikan pengaruh positif terhadap perbedaan hasil
belajar peserta didik. Peneliti merasakan bahwa peserta didik yang
diajar menggunakan metode Jigsaw menjadi lebih memperhatikan
pelajaran dan tidak sibuk dengan aktivitas mencatat materi
pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata nilai awal kelas
eksperimen sebelum pembelajaran menggunakan modul (O1) sebesar
26,5625. Rata-rata nilai akhir kelas eksperimen setelah pembelajaran
menggunakan metode Jigsaw (O2) sebesar 72,75. Rata-rata nilai awal
kelas kontrol sebelum pembelajaran menggunakan metode
konvensional (O3) sebesar 26,125. Rata-rata nilai akhir kelas kontrol
setelah pembelajaran menggunakan metode konvensional (O4) sebesar
68,875. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran Jigsaw terhadap
prestasi belajar peserta didik Menggunakan Mesin Operasi Dasar
(MMOD) adalah (O2 - O1) - (O4 - O3) = (72,75 – 26,5625) - (68,875 –
26,125) = 3,4375. Jadi besarnya pengaruh penggunaan metode
pembelajaran Jigsaw terhadap prestasi belajar peserta didik
Menggunakan Mesin Operasi Dasar sebesar 3,4375.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisis data keseluruhan yang telah
diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar peserta didik yang diberi perlakuan metode konvensional
pada pembelajaran Menggunakan Menggunakan Mesin perasi Dasar
(MMOD) memperoleh hasil 68,875 nilai rata- rata dibawah KKM 70.
2. Hasil belajar peserta didik yang diberi perlakuan metode Jigsaw pada
pembelajaran Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD)
memperoleh hasil 72,75 nilai rata- rata KKM 70. Dapat disimpulkan
bahwa nilai rata- rata di atas nilai rata- rata KKM.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan
metode konvensional pada kelas kontrol dan metode Jigsaw pada kelas
eksperimen, dilihat dari hasil uji t bahwa thitung 2,502 > ttabel 2,042. Juga
terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan metode
Jigsaw dengan Konvensional yang dilihat dari rata- rata nilai kelas,
rata- rata kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (72,75 >
66,875).
97
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa saran
diantaranya adalah:
1. Metode pembelajaran Jigsaw efektif digunakan dalam pembelajaran
Menggunakan Mesin Operasi Dasar (MMOD) dibandingkan metode
Konvensional.
2. Nilai rata- rata kelas kontrol 68,875 < nilai KKM 70, kondisi seperti
ini kurang memuaskan sebaiknya metode yang digunakan untuk
pemebelajaran diganti dengan metode efektif yang bisa meningkatkan
pemahaman peserta didik.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik kelas kontrol dengan
hasil belajar peserta didik dilihat dari uji- t dan nilai rata- rata kelas.
Untuk jangka panjang sebaiknya digunakan metode yang sama dan
efektif untuk pembelajaran agar tidak ada perbedaan hasil belajar yang
signifikan.
C. Implikasi Hasil Penelitian
Perolehan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa implikasi
sebagai berikut:
1. Penggunaan metode pembelajaran Jigsaw menuntut guru harus
memehami mengenai metode pembelajaran cooprative learning,
mengarahkan peserta didik saat berdiskusi berlangsung, serta saat
peserta didik bertukar cerita.
98
2. Penggunaan metode pembelajaran Jigsaw menuntut penggunaan
materi bisa dibagi sesuai jumlah kelompok ahli, serta ketidak harusan
urutan materi yang dipakai artinya materi yang digunakan tidak
mengharuskan urutan pennyampaian.
3. Penggunaan metode pembelajaran Jigsaw menuntut pembagian
kelompok asli sesuai dengan jumlah kelompok ahli dan jumlah siswa,
karena kelompok asli akan mengirimkan wakilnya untuk berdiskusi di
kelompok ahli.
4. Penggunaan metode pembelajaran Jigsaw menuntut guru selalu
mengarahkan dan memonitor jalannya proses pembelajaran Jigsaw
agar proses pembelajaran lancar dan tidak menimbulkan keributan.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dibuat semaksimal dan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun demikian masih ada keterbatasan antaralain:
1. Penelitian ini hanya terbatas pada peserta didik kelas XMC dan XMA
di SMK N 2 Wonosari prodi pemesinan, akan lebih baik jika subyek
dilakukan pada populasi yang lebih banyak.
2. Waktu penggunaan metode pembelajaran sangat terbatas jadi
pembelajaran dengan metode Jigsaw kurang maksimal, akan lebih
baik jika waktu pembelajaran diperpanjang sehingga hasil maksimal.
99
DAFTAR PUSTAKA
Dasuki.2006. Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi dalam Memehami Pelajaran Aqidah Akhlaq di MAN Lebak Bulus Jakarta Selatan. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud
Hamzah Uno. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hisyam Zaini.2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani
Kirkendall DR, Gruber JJ, Johnson RE, (1987). Measurement and Evaluation for Pshysical Educators, Second Edition, Champaign: Human Kinetics Publisher Inc.
Lif Khoiru Ahmadi, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: PT.
Prestasi Pusta Karya
Muhamad Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Khuraizy
Nana Sudjana.2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
-----------------.2009. Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Agencyndo
Ngalim Purwanto.2006. Psikologi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Riduwan.2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.Bandung: Alfabeta
Slameto.2003. Belajar dan Faktor- faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Reineka Cipta
Suberman, Mel.2009. Active Learning 101 Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani
Suharsimi Arikunto.2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pedidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta
------------.2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukardi.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
100
Sutrisno Hadi.1994.Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset
Widarto.2008.Teknik Pemesinan Jilid 2. Jakarta: Derektorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Wina Sanjaya.2009. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group
Wirawan Subondo.2008. Teknik Produksi Mesin Industri Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
http://Sunartombs.wordspress.com/2009/03/02/Pembelajaran-Konvensional-Banyak-Dikritik-Namun-Paling-Disukai/ diambil pada 28 Juni 2011
http://education-mantap.blogspot.com/2010/05/Keunggulan-dan-Kelemahan-Strategi.html diambil pada 28 Juni 2011
http://sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/Pengertian-dan-Penerapan-Metode-Jigsaw/ diambil pada 21 Juni 2011
http://www.cantiknya-Ilmu.co.cc//2011/01/Pengertian-Pembelajaran.html diambil pada 08 April 2011
http://blog.unsri.ac.id/Agung/Makalah/Perumusan-Tujuan-Pembelajran/mrdetail/11168 diambil pada 12 April 2011
101
LAMPIRAN
103
Lampiran 2. Perhitungan Tingkat Kesukaran Suatu Butir Test
Indeks Kesukaran
Rumus
P =
Perhitungan :
P1 = = 0,62 ( sedang ) P21 = = 0,93 ( mudah )
P2 = = 0,48 ( sedang ) P22 = = 0,55 ( sedang )
P3 = = 0,59 ( sedang ) P23 = = 0,34 ( sedang )
P4 = = 0,55 ( sedang ) P24 = = 0,55 ( sedang )
P5 = = 0,72 ( mudah ) P25 = = 0,76 ( sedang )
P6 = = 0,38 ( sedang ) P26 = = 0,79 ( sedang )
P7 = = 0 ( sukar ) P27 = = 0,86 ( mudah )
P8 = = 0,57 ( sedang ) P28 = = 0,59 ( sedang )
P9 = = 0,45 ( sedang ) P29 = = 0,86 ( mudah )
P10 = = 0,89 ( mudah ) P30 = = 0,31 ( sedang )
P11 = = 0,97 ( mudah ) P31 = = 0,97 ( mudah )
P12 = = 1 ( mudah ) P32 = = 0,24 ( sukar )
P13 = = 0,45 ( sedang ) P33 = = 0,44 ( sedang )
P14 = = 0,31 ( sedang ) P34 = = 1,0 ( mudah )
Dimana :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
Jx = Jumlah seluruh siswa peserta test
104
P15 = = 0,41 ( sedang ) P35 = = 0,20 ( sukar )
P16 = = 0,59 ( sedang ) P36 = = 0,45 ( sedang )
P17 = = 0,75 ( mudah ) P37 = = 0,86 ( mudah )
P18 = = 0,62 ( sedang ) P38 = = 0,52 ( sedang )
P19 = = 0,21 ( sukar ) P39 = = 0,34 ( sedang )
P20 = = 0,55 ( sedang ) P40 = = 0,65 ( sedang )
Kategori perhitungan taraf tingkat kesukaran
0,00 < P < 0,30 = soal sukar
0,30 ≤ P ≤ 0,70 = soal sedang
0,70 < P < 1,00 = soal mudah
(Arikunto, 2009: 210)
105
Lampiran 3. Perhitungan Uji Reabilitas Instrumen
Rumus KR 20
ri = ( )
∑
(Sumarna Surapranata, 2004: 114)
Menentukan devisiasi dari mean kuadrat ( Lihat Tabel 3.)
휮x2 = 692
Menentukan standar deviasi
Rumus: S = Σ
=
Sehingga S2 = 23,066 (lihat Tabel 3.)
Mengalikan p dan q
훴푝푞 = 7,341 (lihat tabel 1.)
Memasukan semua bilangan ke dalam rumus KR-20
Perhitungan :
ri = ( )
, ,,
= ,,
= 1,025 x 0,682 = 0,699
106
Lampiran 4. Perhitungan Mean Pre test kelas Eksperimen
Tabel 2. Mean
No. No.
Absn Nama Siswa Nilai (X1)
1 1 Adam Ridwansyah 12 2 2 Aji Saputra 18 3 3 Andri Setiawan 24 4 4 Andri Setiawan 28 5 5 Anwar Ananto 32 6 6 Arif Pambudi 40 7 7 Bagus Permadi 40 8 8 Dedy Setyawan 32 9 9 Deni Ardiyanto 20
10 10 Dian Pratama 36 11 11 Doni Triatmojo 24 12 12 Dwi Riyanto 28 13 13 Eko Supriyanto 20 14 14 Erwin Huda Maulana 24 15 15 Esmadiyanto 32 16 16 Fauzzan Aditya 28 17 17 Hafid Gani D. 20 18 18 Hari Purnomo 40 19 19 Hendri Ardani 20 20 20 Herjuna A.S. 52 21 21 Heru Setiawan 4 22 22 Ibnu Abbas 28 23 23 Isman Jayanto 24 24 24 Janu Rahmat W. 36 25 25 Ma’ruf Yunarko 32 26 26 M. Roffi H.S. 28 27 27 Muhammad Abdul Rohman 20 28 28 Rahmat Rafi’an 16 29 29 Riza Sutrisno 32 30 30 Rizal Setiawan 32 31 31 Sidik Ardiyan 20 32 32 Yuli setiyawan 8 33 Jumlah ∑X₁ 850 34 Mean 26,5625
Mean = Σ
Mean =
Mean = 26,5625
Jadi, nilai rata- rata
pretest kelas ekperimen
XMC adalah 26,5625
107
Lampiran 5. Perhitungan Median Pre test kelas Eksperimen
Tabel 2. Median
No. No.
Absn Nama Siswa Nilai 1 21 Heru Setiawan 4 2 32 Yuli setiyawan 8 3 1 Adam Ridwansyah 12 4 28 Rahmat Rafi’an 16 5 2 Aji Saputra 18 6 9 Deni Ardiyanto 20 7 13 Eko Supriyanto 20 8 17 Hafid Gani D. 20 9 19 Hendri Ardani 20
10 27 Muhammad Abdul Rohman 20 11 31 Sidik Ardiyan 20 12 23 Isman Jayanto 24 13 11 Doni Triatmojo 24 14 3 Andri Setiawan 24 15 14 Erwin Huda Maulana 24 16 4 Andri Setiawan 28 17 12 Dwi Riyanto 28 18 16 Fauzzan Aditya 28 19 22 Ibnu Abbas 28 20 26 M. Roffi H.S. 28 21 5 Anwar Ananto 32 22 8 Dedy Setyawan 32 23 15 Esmadiyanto 32 24 25 Ma’ruf Yunarko 32 25 29 Riza Sutrisno 32 26 30 Rizal Setiawan 32 27 10 Dian Pratama 36 28 24 Janu Rahmat W. 36 29 6 Arif Pambudi 40 30 7 Bagus Permadi 40 31 18 Hari Purnomo 40 32 20 Herjuna A.S. 52 33 Jumlah 850 34 Median 26
Karena jumlah peserta didik
genap, maka median didapat
dengan menjumlahkan nilai
yang ditengah kemudian
dibagi dua.
Median =
Median =
Median = 26
Jadi median (nilai tengah)
pretest pada kelas
Eksperimen XMC adalah 26.
108
Lampiran 6. Perhitungan Modus Pre test kelas Eksperimen
Tabel 3. Modus
No. Nilai Siswa Jumlah
1 4 1
2 8 1
3 12 1
4 16 1
5 18 1
6 20 6
7 24 4
8 28 5
9 32 6
10 36 2
11 40 3
13 52 1
Jumlah 32
Modus 72
Dari tabel di samping, dapat
dilihat bahwa ada dua nilai
yang mendapatkan jumlah
peserta didik sama, yaitu: nilai
20 dan 32. Jadi Modus pretest
pada kelas Eksperimen.
109
Lampiran 7. Perhitungan Mean Pre test kelas Kontrol
Tabel 1.
No. No.
Absn Nama Siswa Nilai (X1)
1 1 Adi Hendri Setyawan 12 2 2 Agung Budi S. 24 3 3 Arif Abdullah 36 4 4 Arif Setyadi 28 5 5 Awaludin K.A. 32 6 6 Budi Nurcahyanto 28 7 7 Dedi Nur Cahyanto 24 8 8 Deri Hendrawan 32 9 9 Dian Prabowo 20
10 10 Dimas Ranarditya 36 11 11 Dovie Arya A. 40 12 12 Edi Saputra 28 13 13 Fauzzan Dikky P. 20 14 14 Guntur Cahya Aji W. 24 15 15 Mahendra 32 16 16 M. Afif Saputra 28 17 17 Muhamad Yuli S. 20 18 18 Nurcahyo R. 40 19 19 Cenly 20 20 20 Rendar N. 24 21 21 Richo Fajar Y. 4 22 22 Robi Nugroho 28 23 23 Rohmat D. 12 24 24 Sugiarto 36 25 25 Suharjiyanto 24 26 26 Tri Wismani 28 27 27 Ulfa Mitha W. 20 28 28 Vivi Tazia N. 16 29 29 Waskhito Aji Hatmo P. 32 30 30 Wulan Dwi A. 32 31 31 Yoan Febriyanto 24 32 32 Yogga Febri Anggita 36 33 Jumlah ∑X₁ 840 34 Mean 26,125
Mean = Σ
Mean =
Mean = 26,125
Jadi, nilai rata- rata
pretest kelas Kontrol
XMA adalah 26,125
110
Lampiran 8. Perhitungan Median Pre test kelas Kontrol
Tabel 2. Median
No. No.
Absn Nama Siswa Nilai 1 21 Richo Fajar Y. 4 2 23 Rohmat D. 12 3 1 Adi Hendri Setyawan 12 4 28 Vivi Tazia N. 16 5 9 Dian Prabowo 20 6 13 Fauzzan Dikky P. 20 7 17 Muhamad Yuli S. 20 8 19 Cenly 20 9 27 Ulfa Mitha W. 20
10 7 Dedi Nur Cahyanto 24 11 2 Agung Budi S. 24 12 25 Suharjiyanto 24 13 20 Rendar N. 24 14 31 Yoan Febriyanto 24 15 14 Guntur Cahya Aji W. 24 16 4 Arif Setyadi 28 17 6 Budi Nurcahyanto 28 18 12 Edi Saputra 28 19 16 M. Afif Saputra 28 20 22 Robi Nugroho 28 21 26 Tri Wismani 28 22 5 Awaludin K.A. 32 23 8 Deri Hendrawan 32 24 15 Mahendra 32 25 29 Waskhito Aji Hatmo P. 32 26 30 Wulan Dwi A. 32 27 3 Arif Abdullah 36 28 10 Dimas Ranarditya 36 29 24 Sugiarto 36 30 32 Yogga Febri Anggita 36 31 11 Dovie Arya A. 40 32 18 Nurcahyo R. 40 33 Jumlah 840 34 Median 28
Karena jumlah peserta didik
genap, maka median didapat
dengan menjumlahkan nilai
yang ditengah kemudian
dibagi dua.
Median =
Median =
Median = 28
Jadi median (nilai tengah)
pretest pada kelas Kontrol
XMA adalah 28.
111
Lampiran 9. Perhitungan Modus Pretest kelas Kontrol
Tabel 3. Modus
No. Nilai Siswa Jumlah
1 4 1
2 12 2
3 16 1
4 20 5
5 24 6
6 28 6
7 32 5
8 36 4
9 40 2
Jumlah 32
Modus 72
Dari tabel di samping, dapat
dilihat bahwa ada dua nilai
yang mendapatkan jumlah
peserta didik sama, yaitu: nilai
24 dan 28. Jadi Modus pretest
pada kelas Kontrol.
112
Lampiran 10. Perhitungan Mean Post test kelas Eksperimen
Tabel 1.
No. No.
Absn Nama Siswa Nilai (X1)
1 1 Adam Ridwansyah 80 2 2 Aji Saputra 76 3 3 Andri Setiawan 80 4 4 Andri Setiawan 68 5 5 Anwar Ananto 76 6 6 Arif Pambudi 88 7 7 Bagus Permadi 68 8 8 Dedy Setyawan 72 9 9 Deni Ardiyanto 76 10 10 Dian Pratama 56 11 11 Doni Triatmojo 72 12 12 Dwi Riyanto 80 13 13 Eko Supriyanto 56 14 14 Erwin Huda Maulana 72 15 15 Esmadiyanto 84 16 16 Fauzzan Aditya 56 17 17 Hafid Gani D. 72 18 18 Hari Purnomo 88 19 19 Hendri Ardani 76 20 20 Herjuna A.S. 72 21 21 Heru Setiawan 68 22 22 Ibnu Abbas 72 23 23 Isman Jayanto 76 24 24 Janu Rahmat W. 72 25 25 Ma’ruf Yunarko 76 26 26 M. Roffi H.S. 72 27 27 Muhammad Abdul Rohman 68 28 28 Rahmat Rafi’an 72 29 29 Riza Sutrisno 64 30 30 Rizal Setiawan 64 31 31 Sidik Ardiyan 88 32 32 Yuli setiyawan 68 33 Jumlah ∑X₁ 2328 34 Mean 72,75
Mean = Σ
Mean =
Mean = 72,75
Jadi, nilai rata- rata
posttest kelas
Eksperimen XMA
adalah 72,75
113
Lampiran 11. Perhitungan Median Post test kelas Eksperimen
Tabel 2. Median
No. No.
Absn Nama Siswa Nilai
1 10 Dian Pratama 56
2 13 Eko Supriyanto 56
3 16 Fauzzan Aditya 56
4 27 Muhammad Abdul Rohman 68
5 30 Rizal Setiawan 64
6 29 Riza Sutrisno 64 7 21 Heru Setiawan 68
8 32 Yuli setiyawan 68
9 4 Andri Setiawan 68
10 7 Bagus Permadi 68
11 8 Dedy Setyawan 72
12 11 Doni Triatmojo 72
13 14 Erwin Huda Maulana 72
14 17 Hafid Gani D. 72
15 20 Herjuna A.S. 72
16 22 Ibnu Abbas 72
17 24 Janu Rahmat W. 72
18 26 M. Roffi H.S. 72
19 28 Rahmat Rafi’an 72
20 2 Aji Saputra 76
21 5 Anwar Ananto 76
22 9 Deni Ardiyanto 76
23 19 Hendri Ardani 76
24 23 Isman Jayanto 76
25 25 Ma’ruf Yunarko 76
26 1 Adam Ridwansyah 80 27 3 Andri Setiawan 80
28 12 Dwi Riyanto 80
29 15 Esmadiyanto 84
30 31 Sidik Ardiyan 88
31 6 Arif Pambudi 88 32 18 Hari Purnomo 88
33 Jumlah 2328
34 Median 72
Karena jumlah peserta didik
genap, maka median didapat
dengan menjumlahkan nilai
yang ditengah kemudian
dibagi dua.
Median =
Median =
Median = 72
Jadi median (nilai tengah)
Posttest pada kelas
Eksperimen XMC adalah 72.
114
Lampiran 12. Perhitungan Modus Post test kelas Eksperimen
Tabel 3. Modus
No. Nilai Siswa Jumlah
1 56 3
2 64 3
3 68 4
4 72 9
5 76 6
6 80 3
7 84 1
8 88 3
Jumlah 32
Modus 72
Dari tabel di samping, dapat
dilihat bahwa nilai yang
mendapatkan jumlah peserta
didik terbesar, yaitu: nilai 72.
Jadi Modus posttest pada kelas
Eksperimen adalah 72.
115
Lampiran 13. Perhitungan Mean Post test kelas Kontrol
Tabel 1. Mean
No. No.
Absn Nama Siswa Nilai (X1)
1 1 Adi Hendri Setyawan 60 2 2 Agung Budi S. 68 3 3 Arif Abdullah 64 4 4 Arif Setyadi 88 5 5 Awaludin K.A. 52 6 6 Budi Nurcahyanto 60 7 7 Dedi Nur Cahyanto 48 8 8 Deri Hendrawan 68 9 9 Dian Prabowo 56 10 10 Dimas Ranarditya 72 11 11 Dovie Arya A. 72 12 12 Edi Saputra 72 13 13 Fauzzan Dikky P. 56 14 14 Guntur Cahya Aji W. 56 15 15 Mahendra 80 16 16 M. Afif Saputra 60 17 17 Muhamad Yuli S. 68 18 18 Nurcahyo R. 68 19 19 Cenly 64 20 20 Rendar N. 60 21 21 Richo Fajar Y. 68 22 22 Robi Nugroho 68 23 23 Rohmat D. 64 24 24 Sugiarto 68 25 25 Suharjiyanto 88 26 26 Tri Wismani 72 27 27 Ulfa Mitha W. 64 28 28 Vivi Tazia N. 60 29 29 Waskhito Aji Hatmo P. 72 30 30 Wulan Dwi A. 52 31 31 Yoan Febriyanto 92 32 32 Yogga Febri Anggita 80 33 Jumlah ∑X₁ 2140 34 Mean 66,875
Mean = Σ
Mean =
Mean = 68,875
Jadi, nilai rata- rata
posttest kelas Kontrol
XMA adalah 68,875
116
Lampiran 14. Perhitungan Median Post test kelas Kontrol
Tabel 2. Median
No. No.
Absn Nama Siswa Nilai 1 7 Dedi Nur Cahyanto 48 2 5 Awaludin K.A. 52 3 30 Wulan Dwi A. 52 4 9 Dian Prabowo 56 5 13 Fauzzan Dikky P. 56 6 14 Guntur Cahya Aji W. 56 7 1 Adi Hendri Setyawan 60 8 6 Budi Nurcahyanto 60 9 16 M. Afif Saputra 60
10 20 Rendar N. 60 11 28 Vivi Tazia N. 60 12 3 Arif Abdullah 64 13 19 Cenly 64 14 23 Rohmat D. 64 15 27 Ulfa Mitha W. 64 16 2 Agung Budi S. 68 17 8 Deri Hendrawan 68 18 17 Muhamad Yuli S. 68 19 18 Nurcahyo R. 68 20 21 Richo Fajar Y. 68 21 22 Robi Nugroho 68 22 24 Sugiarto 68 23 26 Tri Wismani 72 24 10 Dimas Ranarditya 72 25 11 Dovie Arya A. 72 26 12 Edi Saputra 72 27 29 Waskhito Aji Hatmo P. 72 28 32 Yogga Febri Anggita 80 29 15 Mahendra 80 31 4 Arif Setyadi 88 32 25 Suharjiyanto 88 31 31 Yoan Febriyanto 92 33 Jumlah 2140 34 Median 68
Karena jumlah peserta didik
genap, maka median didapat
dengan menjumlahkan nilai
yang ditengah kemudian
dibagi dua.
Median =
Median =
Median = 68
Jadi median (nilai tengah)
Posttest pada kelas Kontrol
XMA adalah 68.
117
Lampiran 15. Perhitungan Modus Pos test kelas Kontrol
Tabel 3. Modus
No. Nilai Siswa Jumlah
1 48 1 2 52 2
3 56 3
4 60 5
5 64 4
6 68 7
7 72 5
8 80 2
9 88 2
10 92 1
Jumlah 32
Modus 68
Dari tabel di samping, dapat
dilihat bahwa nilai yang
mendapatkan jumlah peserta
didik terbesar, yaitu: nilai 68.
Jadi Modus posttest pada kelas
Kontrol adalah 68.
118
Lampiran 16. Perhitungan Normalitas Pre test Eksperimen
NO NAMA Nilai 1 Adam Ridwansyah 12 2 Aji Saputra 18 3 Andri Setiawan 24 4 Andri Setiawan 28 5 Anwar Ananto 32 6 Arif Pambudi 40 7 Bagus Permadi 40 8 Dedy Setyawan 32 9 Deni Ardiyanto 20 10 Dian Pratama 36 11 Doni Triatmojo 24 12 Dwi Riyanto 28 13 Eko Supriyanto 20 14 Erwin Huda M. 24 15 Esmadiyanto 32 16 Fauzzan Aditya 28 17 Hafid Gani D. 20 18 Hari Purnomo 40 19 Hendri Ardani 20 20 Herjuna A.S. 52 21 Heru Setiawan 4 22 Ibnu Abbas 28 23 Isman Jayanto 24 24 Janu Rahmat W. 36 25 Ma’ruf Yunarko 32 26 M. Roffi H.S. 28 27 Muhammad A. R. 20 28 Rahmat Rafi’an 16 29 Riza Sutrisno 32 30 Rizal Setiawan 32 31 Sidik Ardiyan 20 32 Yuli setiyawan 8
∑ Xi 850 X bar 26,56
Langkah 1 Skor terbesar = 52
Skor terkecil = 4
Langkah 2 Panjang kelas interval
PK = ( )
Pk = ( )
PK = 8
Langkah 3 Frekuensi yang diharapkan
fh1 = 2,7% x 32 = 0,864 = 1
fh2 = 13,53% x 32 =4,32906 = 4
fh3 = 34,13% x 32 =10,9216 = 11
fh4 = 34,13% x 32 =10,9216 = 11
fh5 = 13,53% x 32 =4,32906 = 4
fh6 = 2,7% x 32 = 0,864 = 1
Langkah 4 Masukan fh dan menghitung
no interval fo fh fo - fh (f0 - fh)² (fo - fh)²
fh 1 4 - 12 3 1 -2 4 4 2 13 - 21 8 4 -4 16 4 3 22 - 30 9 11 2 4 0,36364 4 31 - 39 8 11 3 9 0,81818 5 40 - 48 3 4 1 1 0,25 6 49 - 57 1 1 0 0 0
jumlah 32 32 9,43182
Langkah 5 Membandingkan Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel
Tabel Chi Kuadrat bisa dilihat pada halaman 299
Chi Kuadrat hitung < Chi Kuadrat tabel (dk = 6-1 = 5) 9,432<11,070 (Distribusi Normal)
119
Lampiran 17. Perhitungan Normalitas Pre test Kontrol
No Nama Nilai 1 Adi Hendri S. 12 2 Agung Budi S. 24 3 Arif Abdullah 36 4 Arif Setyadi 28 5 Awaludin K.A. 32 6 Budi Nurcahyanto 28 7 Dedi Nur Cahyanto 24 8 Deri Hendrawan 32 9 Dian Prabowo 20
10 Dimas Ranarditya 36 11 Dovie Arya A. 40 12 Edi Saputra 28 13 Fauzzan Dikky P. 20 14 Guntur Cahya A. W. 24 15 Mahendra 32 16 M. Afif Saputra 28 17 Muhamad Yuli S. 20 18 Nurcahyo R. 40 19 Cenly 20 20 Rendar N. 24 21 Richo Fajar Y. 4 22 Robi Nugroho 28 23 Rohmat D. 12 24 Sugiarto 36 25 Suharjiyanto 24 26 Tri Wismani 28 27 Ulfa Mitha W. 20 28 Vivi Tazia N. 16 29 Waskhito Aji H. P. 32 30 Wulan Dwi A. 32 31 Yoan Febriyanto 24
32 Yogga Febri Anggita 36
∑ Xi 840 X bar 26,25
Langkah 1 Skor terbesar = 40
Skor terkecil = 4
Langkah 2 Panjang kelas interval
PK = ( )
Pk = ( )
PK = 6
Langkah 3 Frekuensi yang diharapkan
fh1 = 2,7% x 32 = 0,864 = 1
fh2 = 13,53% x 32 =4,32906 = 4
fh3 = 34,13% x 32 =10,9216 = 11
fh4 = 34,13% x 32 =10,9216 = 11
fh5 = 13,53% x 32 =4,32906 = 4
fh6 = 2,7% x 32 = 0,864 = 1
Langkah 4 Masukan fh dan menghitung
no interval fo fh fo - fh (f0 - fh)² (fo - fh)²
fh 1 4 - 10 1 1 0 0 0 2 11 - 17 3 4 1 1 0,25 3 18 - 24 11 11 0 0 0 4 25 - 31 6 11 5 25 2,27273 5 32 - 38 9 4 -5 25 6,25 6 39 - 45 2 1 -1 1 1
jumlah 32 32 9,77273
Langkah 5 Membandingkan Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel
Tabel Chi Kuadrat bisa dilihat pada halaman 299
Chi Kuadrat hitung < Chi Kuadrat tabel. (dk = 6 – 1 = 5). 9,773 < 11,070 (Distribusi Normal)
120
Lampiran 18. Perhitungan varians Sampel Pre test kelas Eksperimen
No Nama (Xi) (Xi-X) (Xi-X)² 1 Adam Ridwansyah 12 -14,6 212,07
2 Aji Saputra 18 -8,6 73,32 3 Andri Setiawan 24 -2,6 6,57 4 Andri Setiawan 28 1,4 2,07 5 Anwar Ananto 32 5,4 29,57 6 Arif Pambudi 40 13,4 180,57 7 Bagus Permadi 40 13,4 180,57 8 Dedy Setyawan 32 5,4 29,57 9 Deni Ardiyanto 20 -6,6 43,07 10 Dian Pratama 36 9,4 89,07 11 Doni Triatmojo 24 -2,6 6,57 12 Dwi Riyanto 28 1,4 2,07 13 Eko Supriyanto 20 -6,6 43,07 14 Erwin Huda Maulana 24 -2,6 6,57 15 Esmadiyanto 32 5,4 29,57 16 Fauzzan Aditya 28 1,4 2,07 17 Hafid Gani D. 20 -6,6 43,07 18 Hari Purnomo 40 13,4 180,57 19 Hendri Ardani 20 -6,6 43,07 20 Herjuna A.S. 52 25,4 647,07 21 Heru Setiawan 4 -22,6 509,07 22 Ibnu Abbas 28 1,4 2,07 23 Isman Jayanto 24 -2,6 6,57 24 Janu Rahmat W. 36 9,4 89,07 25 Ma’ruf Yunarko 32 5,4 29,57 26 M. Roffi H.S. 28 1,4 2,07
27 Muhammad Abdul Rohman 20 -6,6 43,07
28 Rahmat Rafi’an 16 -10,6 111,57 29 Riza Sutrisno 32 5,4 29,57 30 Rizal Setiawan 32 5,4 29,57 31 Sidik Ardiyan 20 -6,6 43,07 32 Yuli setiyawan 8 -18,6 344,57
∑ Xi 850 ∑(Xi-X)² 3089,88
X 26,56
S2 = Σ( )
S2 = ,
S2 = ,
S2 = 99,6734
121
Lampiran 19. Perhitungan Varians Sampel Pre test kelas Kontrol
No Nama (Xi) (Xi-X) (Xi-X)² 1 Adi Hendri Setyawan 12 -14,3 203,06
2 Agung Budi S. 24 -2,3 5,06 3 Arif Abdullah 36 9,8 95,06 4 Arif Setyadi 28 1,8 3,06 5 Awaludin K.A. 32 5,8 33,06 6 Budi Nurcahyanto 28 1,8 3,06 7 Dedi Nur Cahyanto 24 -2,3 5,06 8 Deri Hendrawan 32 5,8 33,06
9 Dian Prabowo 20 -6,3 39,06 10 Dimas Ranarditya 36 9,8 95,06 11 Dovie Arya A. 40 13,8 189,06 12 Edi Saputra 28 1,8 3,06 13 Fauzzan Dikky P. 20 -6,3 39,06 14 Guntur Cahya Aji W. 24 -2,3 5,06 15 Mahendra 32 5,8 33,06 16 M. Afif Saputra 28 1,8 3,06 17 Muhamad Yuli S. 20 -6,3 39,06 18 Nurcahyo R. 40 13,8 189,06 19 Cenly 20 -6,3 39,06
20 Rendar N. 24 -2,3 5,06 21 Richo Fajar Y. 4 -22,3 495,06 22 Robi Nugroho 28 1,8 3,06 23 Rohmat D. 12 -14,3 203,06 24 Sugiarto 36 9,8 95,06 25 Suharjiyanto 24 -2,3 5,06 26 Tri Wismani 28 1,8 3,06 27 Ulfa Mitha W. 20 -6,3 39,06 28 Vivi Tazia N. 16 -10,3 105,06 29 Waskhito Aji Hatmo P. 32 5,8 33,06 30 Wulan Dwi A. 32 5,8 33,06 31 Yoan Febriyanto 24 -2,3 5,06 32 Yogga Febri Anggita 36 9,8 95,06
∑ Xi 840 ∑(Xi-X)² 2174,00
X 26,25
S2 = Σ( )
S2 =
S2 =
S2 = 66.9375
Fhitung =
Fhitung = ,,
Fhitung = 1,489
dkpembilang = 32-1 dkpenyebut = 32-1 Pada taraf kesalahan 5% Ftabel = 1,84
Keputusan: Keputusan pengujian Ftabel ≥ Fhitung dinyatakan homogen sedangkan jika Ftabel ≤ Fhitung dinyatakan tidak homogen. Hasil: Karena Ftabel 1,84 > Fhitung 1,489 maka data dinyatakan homogen. Tabel F bisa dilihat pada halaman 300
122
Lampiran 20. Perhitungan Uji t- Idependent Sample Test Data Pre test.
No Sumber Data Eksperimen Kontrol
1 12 12 2 18 24 3 24 36 4 28 28 5 32 32 6 40 28 7 40 24 8 32 32 9 20 20
10 36 36 11 24 40 12 28 28 13 20 20 14 24 24 15 32 32 16 28 28 17 20 20 18 40 40 19 20 20 20 52 24 21 4 4 22 28 28 23 24 12 24 36 36 25 32 24 26 28 28 27 20 20 28 16 16 29 32 32 30 32 32 31 20 24 32 8 36
Jmlh 850 840
X 26,5625 26,25
t = ₁ ₂₁₁
₂₂
t = , ,, ,
t = ,√ ,
t = ,,
t = 0,1369
Konsultas tabel:
Untuk mengetahui hasil perhitungan tersebut ada perbedaan atau tidak, hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan rumus dk n – 1 = 32 – 1 = 31 karena di tabel tidak ada dk 31 maka diturunkan menjadi 30, taraf signifikan 훼 0,05. Untuk dk 30 dengan taraf signifikan 훼 0,05 mempunyai harga 2,042.
Keputusan pengujian ttabel ≥ thitung
maka tidak ada perbedaan antara kedua kelas, sedangkan jika ttabel ≤ thitung maka terdapat perbedaan diantara kedua kelas. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil uji t Independent Sample Test kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan tidak terdapat perbedaan. Karena thitung
0,1369 ≤ ttabel 2,042.
Tabel t bisa dilihat pada halaman 298
123
Lampiran 21. Perhitungan Normalitas Post test kelas Eksperimen
No Nama (Xi) 1 Adam Ridwansyah 80 2 Aji Saputra 76 3 Andri Setiawan 80 4 Andri Setiawan 68 5 Anwar Ananto 76 6 Arif Pambudi 88 7 Bagus Permadi 68 8 Dedy Setyawan 72 9 Deni Ardiyanto 76 10 Dian Pratama 56 11 Doni Triatmojo 72 12 Dwi Riyanto 80 13 Eko Supriyanto 56 14 Erwin Huda M. 72 15 Esmadiyanto 84 16 Fauzzan Aditya 56 17 Hafid Gani D. 72 18 Hari Purnomo 88 19 Hendri Ardani 76 20 Herjuna A.S. 72 21 Heru Setiawan 68 22 Ibnu Abbas 72 23 Isman Jayanto 76 24 Janu Rahmat W. 72 25 Ma’ruf Yunarko 76 26 M. Roffi H.S. 72 27 Muhammad A. R. 68 28 Rahmat Rafi’an 72 29 Riza Sutrisno 64 30 Rizal Setiawan 64 31 Sidik Ardiyan 88 32 Yuli setiyawan 68
∑ Xi 2328 X bar 72,75
Langkah 1 Skor terbesar = 88
Skor terkecil = 56
Langkah 2 Panjang kelas interval
PK = ( )
Pk = ( )
PK = 5
Langkah 3 Frekuensi yang diharapkan
fh1 = 2,7% x 32 = 0,864 = 1
fh2 = 13,53% x 32 =4,32906 = 4
fh3 = 34,13% x 32 =10,9216 = 11
fh4 = 34,13% x 32 =10,9216 = 11
fh5 = 13,53% x 32 =4,32906 = 4
fh6 = 2,7% x 32 = 0,864 = 1
Langkah 4 Masukan fh dan menghitung
no interval fo fh fo - fh (f0 - fh)² (fo - fh)²
fh
1 56 - 61 3 1 -2 4 4 2 62 - 67 3 4 1 1 0,25 3 68 - 73 13 11 -2 4 0,36364 4 74 - 79 6 11 5 25 2,27273 5 80 - 85 4 4 0 0 0 6 86 - 91 3 1 -2 4 4
jumlah 32 32 0 38 10,8864
Langkah 5 Membandingkan Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel
Tabel Chi Kuadrat bisa dilihat pada halaman 299
Chi Kuadrat hitung < Chi Kuadrat tabel. (dk = 6 – 1 = 5). 10,8864 < 11,070 (Distribusi Normal)
124
Lampiran 22. Perhitungan Normalitas Post test kelas Kontrol
No Nama (Xi) 1 Adi Hendri S. 60 2 Agung Budi S. 68 3 Arif Abdullah 64 4 Arif Setyadi 88 5 Awaludin K.A. 52 6 Budi Nurcahyanto 60 7 Dedi Nur Cahyanto 48 8 Deri Hendrawan 68 9 Dian Prabowo 56 10 Dimas Ranarditya 72 11 Dovie Arya A. 72 12 Edi Saputra 72 13 Fauzzan Dikky P. 56 14 Guntur C. A. W. 56 15 Mahendra 80 16 M. Afif Saputra 60 17 Muhamad Yuli S. 68 18 Nurcahyo R. 68 19 Cenly 64 20 Rendar N. 60 21 Richo Fajar Y. 68 22 Robi Nugroho 68 23 Rohmat D. 64 24 Sugiarto 68 25 Suharjiyanto 88 26 Tri Wismani 72 27 Ulfa Mitha W. 64 28 Vivi Tazia N. 60 29 Waskhito Aji H. P. 72 30 Wulan Dwi A. 52 31 Yoan Febriyanto 92 32 Yogga Febri A. 80
∑ Xi 2140 X bar 66,88
Langkah 1 Skor terbesar = 92
Skor terkecil = 48
Langkah 2 Panjang kelas interval
PK = ( )
Pk = ( )
PK = 7
Langkah 3 Frekuensi yang diharapkan
fh1 = 2,7% x 32 = 0,864 = 1
fh2 = 13,53% x 32 =4,32906 = 4
fh3 = 34,13% x 32 =10,9216 = 11
fh4 = 34,13% x 32 =10,9216 = 11
fh5 = 13,53% x 32 =4,32906 = 4
fh6 = 2,7% x 32 = 0,864 = 1
Langkah 4 Masukan fh dan menghitung
no interval fo fh fo - fh (f0 - fh)² (fo - fh)²
fh 1 48 - 55 3 1 2 4 4 2 56 - 63 7 4 3 9 2,25 3 64 - 71 11 11 0 0 0 4 72 - 79 6 11 -5 25 2,27273 5 80 - 87 4 4 0 0 0 6 88 - 95 1 1 0 0 0
jumlah 32 32 0 38 8,52273
Langkah 5 Membandingkan Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel
Tabel Chi Kuadrat bisa dilihat pada halaman 299
Chi Kuadrat hitung < Chi Kuadrat tabel. (dk = 6 – 1 = 5). 8,52273 < 11,070 (Distribusi Normal)
125
Lampiran 23. Perhitungan varians sampel Post test Eksperimen
NO NAMA (Xi) (Xi-X) (Xi-X)² 1 Adam Ridwansyah 80 7,3 52,56
2 Aji Saputra 76 3,3 10,56 3 Andri Setiawan 80 7,3 52,56 4 Andri Setiawan 68 -4,8 22,56 5 Anwar Ananto 76 3,3 10,56 6 Arif Pambudi 88 15,3 232,56 7 Bagus Permadi 68 -4,8 22,56 8 Dedy Setyawan 72 -0,8 0,56 9 Deni Ardiyanto 76 3,3 10,56 10 Dian Pratama 56 -16,8 280,56 11 Doni Triatmojo 72 -0,8 0,56 12 Dwi Riyanto 80 7,3 52,56 13 Eko Supriyanto 56 -16,8 280,56 14 Erwin Huda Maulana 72 -0,8 0,56 15 Esmadiyanto 84 11,3 126,56 16 Fauzzan Aditya 56 -16,8 280,56 17 Hafid Gani D. 72 -0,8 0,56 18 Hari Purnomo 88 15,3 232,56 19 Hendri Ardani 76 3,3 10,56 20 Herjuna A.S. 72 -0,8 0,56 21 Heru Setiawan 68 -4,8 22,56 22 Ibnu Abbas 72 -0,8 0,56 23 Isman Jayanto 76 3,3 10,56 24 Janu Rahmat W. 72 -0,8 0,56 25 Ma’ruf Yunarko 76 3,3 10,56 26 M. Roffi H.S. 72 -0,8 0,56 27 Muhammad Abdul R. 68 -4,8 22,56 28 Rahmat Rafi’an 72 -0,8 0,56 29 Riza Sutrisno 64 -8,8 76,56 30 Rizal Setiawan 64 -8,8 76,56 31 Sidik Ardiyan 88 15,3 232,56 32 Yuli setiyawan 68 -4,8 22,56
∑ Xi 2328 ∑(Xi-X)² 2158,00
X 72,75
S2 = Σ( )
S2 =
S2 =
S2 = 69,6129
126
Lampiran 24. Perhitungan varians sampel Post test Kontrol
NO NAMA (Xi) (Xi-X) (Xi-X)² 1 Adi Hendri Setyawan 60 -6,9 47,27
2 Agung Budi S. 68 1,1 1,27 3 Arif Abdullah 64 -2,9 8,27 4 Arif Setyadi 88 21,1 446,27 5 Awaludin K.A. 52 -14,9 221,27 6 Budi Nurcahyanto 60 -6,9 47,27 7 Dedi Nur Cahyanto 48 -18,9 356,27 8 Deri Hendrawan 68 1,1 1,27
9 Dian Prabowo 56 -10,9 118,27 10 Dimas Ranarditya 72 5,1 26,27 11 Dovie Arya A. 72 5,1 26,27 12 Edi Saputra 72 5,1 26,27 13 Fauzzan Dikky P. 56 -10,9 118,27 14 Guntur Cahya Aji W. 56 -10,9 118,27 15 Mahendra 80 13,1 172,27 16 M. Afif Saputra 60 -6,9 47,27 17 Muhamad Yuli S. 68 1,1 1,27 18 Nurcahyo R. 68 1,1 1,27
19 Cenly 64 -2,9 8,27 20 Rendar N. 60 -6,9 47,27 21 Richo Fajar Y. 68 1,1 1,27 22 Robi Nugroho 68 1,1 1,27 23 Rohmat D. 64 -2,9 8,27 24 Sugiarto 68 1,1 1,27 25 Suharjiyanto 88 21,1 446,27 26 Tri Wismani 72 5,1 26,27 27 Ulfa Mitha W. 64 -2,9 8,27 28 Vivi Tazia N. 60 -6,9 47,27 29 Waskhito Aji H. P. 72 5,1 26,27 30 Wulan Dwi A. 52 -14,9 221,27 31 Yoan Febriyanto 92 25,1 631,27 32 Yogga Febri Anggita 80 13,1 172,27
∑ Xi 2140 ∑(Xi-X)² 3431,50
X 66,88
S2 = Σ( )
S2 = ,
S2 = ,
S2 = 106,234
Fhitung =
Fhitung = ,,
Fhitung = 1,526
dkpembilang = 32-1 dkpenyebut = 32-1 Pada taraf kesalahan 5% Ftabel = 1,84
Keputusan: Keputusan pengujian Ftabel ≥ Fhitung dinyatakan homogen sedangkan jika Ftabel ≤ Fhitung dinyatakan tidak homogen. Hasil: Karena Ftabel 1,84 > Fhitung 1,526 maka data dinyatakan homogen. Tabel F bisa dilihat pada halaman 300
127
Lampiran 25. Perhitungan uji t- Independent Sample Test Data Post test
No Sumber Data Eksperimen Kontrol
1 80 60 2 76 68 3 80 64 4 68 88 5 76 52 6 88 60 7 68 48 8 72 68 9 76 56
10 56 72 11 72 72 12 80 72 13 56 56 14 72 56 15 84 80 16 56 60 17 72 68 18 88 68 19 76 64 20 72 60 21 68 68 22 72 68 23 76 64 24 72 68 25 76 88 26 72 72 27 68 64 28 72 60 29 64 72 30 64 52 31 88 92 32 68 80
Jmlh 2328 2140
X 72,75 66,875
t = ₁ ₂₁₁
₂₂
t = , ,, ,
t = ,√ ,
t = ,,
t = 2,5062
Konsultas tabel:
Untuk mengetahui hasil perhitungan tersebut ada perbedaan atau tidak, hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan rumus dk n – 1 = 32 – 1 = 31 karena di tabel tidak ada dk 31 maka diturunkan menjadi 30, taraf signifikan 훼 0,05. Untuk dk 30 dengan taraf signifikan 훼 0,05 mempunyai harga 2,042.
Keputusan pengujian ttabel ≥ thitung
maka tidak ada perbedaan antara kedua kelas, sedangkan jika ttabel ≤ thitung maka terdapat perbedaan diantara kedua kelas. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil uji t Independent Sample Test kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan terdapat perbedaan. Karena thitung 2,5062 ≥ ttabel 2,042.
Tabel t bisa dilihat pada halaman 298
128
Lampiran 26. Rekapitulasi Hasil Belajar Pre test dan Post test
No Pre test Post test Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
1 12 12 80 60 2 18 24 76 68 3 24 36 80 64 4 28 28 68 88 5 32 32 76 52 6 40 28 88 60 7 40 24 68 48 8 32 32 72 68 9 20 20 76 56
10 36 36 56 72 11 24 40 72 72 12 28 28 80 72 13 20 20 56 56 14 24 24 72 56 15 32 32 84 80 16 28 28 56 60 17 20 20 72 68 18 40 40 88 68 19 20 20 76 64 20 52 24 72 60 21 4 4 68 68 22 28 28 72 68 23 24 12 76 64 24 36 36 72 68 25 32 24 76 88 26 28 28 72 72 27 20 20 68 64 28 16 16 72 60 29 32 32 64 72 30 32 32 64 52 31 20 24 88 92 32 8 36 68 80 33 26,5625 26,25 72,75 66,875
129
Lampiran 27.
Rencana Pelaksaan pembelajaran (RPP)
130
SILABUS
Nama Sekolah : SMK Negeri 2 Wonosari Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Kelas/ Semester : X/I Standar Kompetensi : MMOD Kode Kompetensi : 014/KK/08 Durasi Pembelajaran : 48 jam
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok
Karekter yang
dikembangkan
Pengaaman Belajar
Penilaian
Tatap Muka ( Waktu)
Praktek di
Sekolah
Pratek di
DU/DI
Sumber Belajar
Menjelaskan cara mengeset mesin
Memperhatikan aspek keselamatan kerja.
Menentukan persyaratan kerja.
Mempersiapkan pekerjaan.
Prosedur keselamatan kerja
Alat keselamatan yang digunakan.
Gambar kerja untuk oprasi.
Memilih perkakas untuk menghasilkan komponen sesuai dengan spesifikasi.
Menyiapkan alat bantu yang sesuai dengan pekerjaan.
Tanggung jawab
Kerjasama Disiplin Cermat Inovatif Kreatif
Menggunakan alat keselamatan kerja
Memahami gambar kerja
Menyiapkan, menyetel, menggunakan peralatan sesuai prosedur.
Memilih dan menyiapkan peralatan sesuai prosedur.
Test tertulis Diskusi
36 12 Modul pembelajaran Alat keselamatan kerja
131
Menjelaskan cara mengoprasikan mesin perkakas
Parameter pemotongan Mengetahui jenis- jenis
dan bagian- bagian mesin.
Semua alat bantu digunakan sesuai fungsinya
Pemasangan pisau potong dengan benar
Langkah- langkah pengoprasian mesin
Menentukan kecepatan putaran dan kecepatan potong mesin
Mengidentifikasi jenis- jenis dan bagian- bagian mesin
Mengidentifikasi peralatan dan alat bantu mesin
Memahami pemasangan pisau potong sesuai prosedur
Mengoprasikan mesin.
Tanggung jawab
Kerjasama Disiplin Cermat Inovatif Kreatif
Memahami kecepatan putar mesin dan kecepatan potong.
Identifikasi alat bantu untuk keperluan pekerjaan mesin.
Memahami langkah- langkah pengoprasian mesin.
Mengoprasikan, indetifikasi pisau mesin
Test tertulis Diskusi
24 24 Modul pembelajaran Mesin frais
Yogyakarta, 05 Agustus 2011
Mengetahui Guru Bidang Studi,
Amir Saryanto
NIP. 19590705 198603 1 018
Mahasiswa Penyusun,
Nurhadi Setyo Nugroho NIM. 07503244013
132
PEMBELAJARAN METODE JIGSAW
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMKN 2 Wonosari
Program Studi : Teknik Pemesinan
Mata Pelajaran : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kelas : X/ 1
KKM : 70
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Standar Kopetensi : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kompetensi Dasar : Menjelaskan cara pengesetan mesin
Karakter Yang Dikembangkan : Disiplin, Tanggung Jawab dan Kerjasama
A. Indikator
a. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi dan sistem kerja mesin frais
vertikal, mesin frais horizontal, dan mesin frais universal.
b. Peserta didik dapat menjelaskan bagian- bagian dan fungsi bagian- bagian
mesin frais vertikal, mesin frais horizontal, dan mesin frais universal.
c. Peserta didik dapat menjelaskan parameter pemotongan dan metode
pengefraisan mesin frais.
d. Peserta didik dapat menjelaskan langkah- langkah pengefraisan rata, alur
dan bertingkat
B. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami fungsi dan sistem kerja mesin frais vertikal, mesin frais
horizontal, dan mesin frais universal.
b. Memahami bagian- bagian dan fungsi bagian- bagian mesin frais vertikal,
mesin frais horizontal, dan mesin frais universal.
c. Menmahami parameter pemotongan dan metode pengefraisan mesin frais.
133
e. Memahami langkah- langkah pengefraisan rata, alur dan bertingkat.
C. Materi Ajar
a. Jenis- jenis mesin frais
b. Bagian- Bagian mesin frais
c. Parameter Mesin Frais
d. Metode Proses Frais
e. Langkah- langkah mengoprasikan mesin frais.
f. Mengefrais rata, bertingkat, alur.
D. Metode Pembelajaran
a. Kooperatif Learning type jigsaw
b. Ceramah, Tanya jawab
c. Diskusi, pemberian tugas
E. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran
No. KEGIATAN Waktu
1. Pendahuluan:
Pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
yang diharapkan akan dicapai oleh peserta didik.
Pengajar menginformasikan cara belajar yang akan
dilaksanakan ( Kooperatif tipe jigsaw ).
Dengan tanya jawab, pengajar dan peserta didik
mengecek kemampuan prasyarat peserta didik.
Melalui tanya jawab, peserta didik diberi gambaran
tentang mesin frais.
Pengajar menjelaskan hubungan mesin frais dengan
teknik pemesinan.
10
menit
2. Isi:
Peserta didik membentuk kelompok , 5 kelompok
dengan setiap kelompoknya terdiri dari 6 orang dan ada
yang 7 orang disebut kelompok asal.
Peserta didik membuat 6 kelompok baru yang disebut
kelompok ahli, peserta didik akan mengerjakan tugas
yang berbeda- beda disetiap kelompoknya ( LK1, LK2,
(120)
3 menit
3 menit
134
dan LK 3, LK4, LK5, dan LK6 ).
1orang perwakilan peserta didik tiap kelompok asal
akan belajar dengan materi yang sama di kelompok
Ahli.
Dalam kelompok Ahli, peserta didik mendiskusikan
materi yang telah diberikan oleh pengajar ( LK 1sampai
LK 6 ).
Pengajar memotivasi, memfasilitasi kerja peserta didik,
membantu peseta didik yang mengalami kesulitan, dan
mengamati kerjasama dalam kelompok.
Setelah pengajar memastikan bahwa setiap kelompok
ahli memahami tugasnya, peserta didik kembali ke
kelompok asal.
Setiap anggota dari kelompok asal bergantian
menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli, sehingga
setiap peserta didik memperoleh penjelasan dari LK 1
sampai LK 6 kemudian menyimpulkan materi.
Pesertadidik mempresentasikan hasil diskusi kelompok
asal, pengajar bertindak sebagai fasilitator.
Melalui tanya jawab, peserta didik menjawab
pertanyaan pengajar.
Peserta didik dan pengajar memvalidasi hasil diskusi
kelompok.
Memberikan tes/ kuis kepada setiap peserta didik secara
individual.
Peserta didik membuat kesimpulan dari semua LK.
3 menit
25
menit
1 menit
4 menit
20
menit
26
menit
10
menit
10
menit
8 menit
5 menit
3. Akhir/ penutup:
Pengajar menugaskan kepada peserta didik untuk
membuat laporan hasil diskusi kelompok ( secara
individual ) sebagai pekerjaan rumah.
( 5 )
5 menit
TOTAL WAKTUS 135’
F. Materi Pembelajaran
135
a. Lembar Kegiatan 1 ( LK. 1 )
Gambar 1............................................
Jelaskanlah jenis mesin frais tersebut dan jelaskan fungsinya!
Jelaskan sistem kerja mesin tersebut!
Sebutkan nama bagian- bagian mesin dan jelaskan setiap bagian-
bagiannya!
b. Kunci Jawaban
Mesin frais vertikal adalah mesin frais yang posisi spindlenya
terpasang dalam posisi tegak pada kepala frais atau posisi
spindlenya tegak lurus terhadap meja frais. Posisi kepala frais dapat
dimiringkan kearah kiri atau kanan maksimal 600 Mesin.frais
vertikal digunakan untuk pengerjaan perkakas seperti pemotongan
tepi, pengeboran, perluasan lubang dan pembuatan alur.
Motor listrik puley Gear box poros spindle
Pendukung arbor, Meja mesin, Alas meja, Engkol pengerak sedel, Engkol pengerak lutut, Lutut tempat kedudukan alas meja, Tabung penukung, Alas dasar, Tuas tranmisi, Tuas menentukan besaran putaran, Lengan, dan spindle.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
Gear box pengatur kecepatan
Gear box eretan otomatis
136
c. Lembar Kegiatan 2 ( LK. 2 )
Gambar 2.......................................
Jelaskanlah jenis mesin frais tersebut dan jelaskan fungsinya!
Jelaskan sistem kerja mesin tersebut!
Sebutkan nama bagian- bagian mesin dan jelaskan setiap bagian-
bagiannya!
d. Kunci Jawaban
Poros utama yang terdapat pada mesin frais horisontal pada posisi
mendatar.Mesin frais model ini biasanya digunakan untuk
mengefrais benda-benda panjang dan berat.
Motor listrik puley Gear box poros spindle
Pendukung arbor, Meja mesin, Alas meja, Engkol pengerak sedel, Engkol pengerak lutut, Lutut tempat kedudukan alas meja, Tabung penukung, Alas dasar, Tuas tranmisi, Tuas menentukan besaran putaran, Lengan, dan spindle.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
Gear box pengatur kecepatan
Gear box eretan otomatis
137
e. Lembar Kerja 3 ( LK.3 )
Gambar 3..................................................
Jelaskanlah jenis mesin frais tersebut dan jelaskan fungsinya!
Jelaskan sistem kerja mesin tersebut!
Sebutkan nama bagian- bagian mesin dan jelaskan setiap bagian-
bagiannya!
f. Kunci Jawaban
jenis mesin frais yang dapat dioperasikan sebagai mesin frais
horizontal maupun frais vertikal. Mesin jenis ini dapat mengerjakan
pekerjaan pengefraisan muka, datar, spiral, roda gigi, pengeboran
dan reamer serta pembuatan alur luar maupun alur dalam.
Motor listrik puley Gear box poros spindle
Pendukung arbor, Meja mesin, Alas meja, Engkol pengerak sedel, Engkol pengerak lutut, Lutut tempat kedudukan alas meja, Tabung penukung, Alas dasar, Tuas tranmisi, Tuas menentukan besaran putaran, Lengan, dan spindle.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
Gear box pengatur kecepatan
Gear box eretan otomatis
138
g. Lembar Kerja $ ( LK 4 ) Macam- Macam Pengefraisan
Gambar 2........................................
Gambar 3..............................................
Sebutkan jenis- jenis pengefraisan di atas dengan mengisi titik !
Jelaskan secara singkat pengerjaan masing- masing jenis
pengefraisan!
Gambar 1.....................................
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
139
h. Kunci Jawaban
Gambar1. Mengefrais rata, Gambar 2. Mengefrais alur, Gambar 3.
Mengefrais bertingkat
Mengefrais rata :
Menyetel benda kerja:Cek ukuran awal, Kecangkan ragum, cek
kerataan bidang bedan kerja yang mau di frais.
Mengefrais bidang pertama: Letakkan sehelai kertas pada
permukaan benda kerja untuk menentukan letak pisau frais tepat
diatas permukaan benda kerja, makankan benda kerja, cek ukuran.
mengefrais bidang kedua : Lepas benda kerja, posisikan bagian sisi
benda kerja yang sudah difrais pada mulut ragum yang tetap,
kencangkan ragumnya seperti semula. Bila perlu gunakan water
pas untuk memastikan kerataannya, makankan benda kerja, cek
ukuran dan kesikuan.
mengefrais bidang ketiga : Lepas benda kerja, posisikan bagian sisi
pertama benda kerja yang sudah difrais pada mulut ragum yang
tetap dan bagian sisi kedua posisikan pada parallel block,
Kencangkan ragum sambil mengatur kerataan benda kerja dengan
cara memukul-mukulnya menggunakan palu plastik, makankan
benda kerja, cek ukuran dan kesikuan.
bidang keempat : Lepas benda kerja, posisikan bagian sisi benda
kerja yang belum difrais menonjol keatas, Kencangkan ragum
sambil mengatur kerataan benda kerja dengan cara memukul-
mukul nya menggunakan palu plastik, makankan benda kerja, cek
ukuran dan kesikuan.
140
Mengefrais bertingkat
Menyetel benda kerja : Cek ukuran awal, Kecangkan ragum, cek
Skerataan bidang bedan kerja yang mau di frais.
Mengefrais bidang pertama : Letakkan sehelai kertas pada
permukaan benda kerja untuk menentukan letak pisau frais tepat
diatas permukaan benda kerja, makankan benda kerja, cek ukuran.
Mengefrais bidang kedua : Posisikan kedalaman pemakanan
dengan menurunkan pisau frais, makankan benda kerja sesuai
ukuran yang ditentukan, cek ukuran dan kesikuan.
Mengefrais bidang ketiga : Posisikan letak kedalaman pisau frais
sesuai ukuran, makankan benda kerja, cek ukuran dan kesikuaan.
Mengefrais Alur :
Menyetel benda kerja : Cek ukuran awal benda kerja, kencangkan
ragum sambil mengatur kerataan benda kerja dengan cara
memukul-mukulnya menggunakan palu plastik kencangkan ragum,
set kecepatan spindel.
letakkan sehelai kertas pada permukaan benda kerja untuk
menentukan letak pisau frais tepat diatas permukaan benda kerja,
posisikan kedalaman pemakanan dengan meyetel posisi pisau frais,
141
makankan benda kerja sesuai yang diharapkan secara berlahan, cek
ukuran dan kesejajaran alur.
142
i. Lembar Kerja 5 ( LK 5 )
Gambar 1..............................................................
Lengkapilah keterangan gambar !
Tuliskan rumus kecepatan potong dan kecepatan spindle ( beri
masing- masing 1 contoh pengerjaan menggunakan rumus tersebut ) !
j. Kunci jawaban
Gambar 1. Skematis pemotongan frais vertikal dan horisontal
w = lebar pemotongan; mm
lw = panjang pemotongan ; mm
lt = lv+lw+ln ; mm
a = kedalaman potong, mm
n = putaran poros utama ; rpm
d = diameter luar pisau frais; mm
z = jumlah gigi (mata potong)
vf = kecepatan makan ; mm/putaran
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
143
Kecepatan potong
Vc =π d n1000 ; m/menit
Kecepatan spindel
n =Vc 1000π d ; rpm
Sebuah benda akan dikerjakan dengan mesin frais, jika diameter
pisau frais 25 mm dan kecepatan potong yang digunakan 30
m/menit pisau frais yang digunakan maka berapa kecepatan putaran
poros utamanya?
144
k. Lembar Kerja 6 ( LK 6 )
Metode pengefraisan
Gambar 1................................... Gambar 2....................................
Urutan pengefraisan
Gambar 3. Bagan pengelompokan urutan mengoprasikan mesin frais.
Jelaskan pengertian masing- masing metode pengefraisan dengan
singkat !
Sebutkan kelebihan dan kekurangan masing- masing metode !
Uraikanlah langkah- langkah mengoprasikan mesin frais di atas!
PERSIAPAN
PENGERJAAN
FINISHING
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
145
l. Kunci Jawaban
Gambar 1. Up milling, Gambar 2. Down milling
Up milling : Frais naik biasanya disebut cara konvensional. Gerak
dari putaran pahat pada pemotongan dengan metode ini berlawanan
arah terhadap gerak makan meja mesin frais.
Down milling : Metode pemotongan ini arah putaran pisau frais
searah dengan datangnya benda kerja.
Up milling : Metode pemotongan ini lebih banyak digunakan karena
saat proses pemotongan meja atau benda kerja tidak tertarik oleh
pisau frais. mengefrais naik akan mempercepat keausan pisau frais
karena mata potongnya lebih banyak bersentuhan dengan benda kerja.
Down milling : Metode ini jarang dipakai Karena hasilnya kurang baik
karena proses ini menyebabkan meja atau benda kerja tertekan
sehingga menyebabkan meja atau benda kerja tertekan.
Urutan pengefraisan
Persiapan : Mempalajari gambar kerja untuk menentukan langkah
pengerjaan yang efektif dan efesien, Menentukan jenis mesin frais
yang digunakan, Mentapkan kualitas hasil yang akan dicapai,
Menganalisis sifat bahan untuk menentukan alat potong dan cairan
pendingin yang digunakan, Menentukan bentuk alat potong yang
digunakan, Menentukan parameter pemotongan yang digunakan,
Menentukan perlengkapan mesin frais yang digunakan,
Menentukan alat ukur yang digunakan.
Pengerjaan : Memasang benda kerja pada alat cekam, Memasang
pisau pada arbor, Mengatur putaran mesin dan menghidupkannya,
Mengidupkan air pendingih, Mengatur letak pisau terhadap benda
kerja, Melakukan pengefraisan sesuai dengan langkah kerja.
Finishing : Mematikan mesin dan cek ukuran benda kerja,
Mengembalikan perlengkapan mesin frais sesuai tempatnya,
Membersihkan tempat kerja.
146
G. Sumber Belajar
Sumber Belajar : Modul Melakuakan Pekerjaan Dengan Mesin Frais (
Dwi Kuswanto Universitas Negeri Yogyakarta ), buku, Proses
Pemesinan. Taufiq Rochim HEDSP, bandung.
Lembar kegiatan ( LK )
Lembar kuis
H. Penilaian
Jenis Penilaian : test tertulis dan test lisan.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencangkup aspek pemahaman
konsep dari kuis individual yang dikerjakan setiap peserta didik.
Nilai akhir kompetensi dasar = 50 % nilai PR.
Keterangan :
K1 = Kuis Individual
PR = Pekerjaan rumah
Peserta didik dengan nilai akhir leih kecil dari KKM diberi
kesempatan menempuh pembelajaran remidi dan dilakukan penilaian
setelah pembelajaran remidi. Hasil penilaian remidi diperuntukan
untuk menentukan nilai akhir KD.
I. Instrumen
a. Jelaskan sistem kerja mesin frais vertikal dan bagian- bagian mesin
frais horizontal!
b. Urutkan bidang pengefraisan pada pengefraisan rata !
c. Sebuah benda akan dikerjakan dengan mesin frais , diameter pisau
frais 18 mm dan kecepatan potong 30 m/ menit. Berapakah kecepatan
poros utamanya !
J. Kunci Jawaban Intrumen
a. Motor listrik puley Gear box poros spindle
Gear box pengatur kecepatan
Gear box eretan otomatis
147
Bagian- bagian mesin frais :
Pendukung arbor, Meja mesin, Alas meja, Engkol pengerak sedel, Engkol pengerak lutut, Lutut tempat kedudukan alas meja, Tabung penukung, Alas dasar, Tuas tranmisi, Tuas menentukan besaran putaran, Lengan, dan spindle.
b. Urutan pengefraisan rata
Menyetel benda kerja:Cek ukuran awal, Kecangkan ragum, cek
kerataan bidang bedan kerja yang mau di frais.
Mengefrais bidang pertama: Letakkan sehelai kertas pada
permukaan benda kerja untuk menentukan letak pisau frais tepat
diatas permukaan benda kerja, makankan benda kerja, cek ukuran.
mengefrais bidang kedua : Lepas benda kerja, posisikan bagian sisi
benda kerja yang sudah difrais pada mulut ragum yang tetap,
kencangkan ragumnya seperti semula. Bila perlu gunakan water
pas untuk memastikan kerataannya, makankan benda kerja, cek
ukuran dan kesikuan.
mengefrais bidang ketiga : Lepas benda kerja, posisikan bagian sisi
pertama benda kerja yang sudah difrais pada mulut ragum yang
tetap dan bagian sisi kedua posisikan pada parallel block,
Kencangkan ragum sambil mengatur kerataan benda kerja dengan
cara memukul-mukulnya menggunakan palu plastik, makankan
benda kerja, cek ukuran dan kesikuan.
bidang keempat : Lepas benda kerja, posisikan bagian sisi benda
kerja yang belum difrais menonjol keatas, Kencangkan ragum
sambil mengatur kerataan benda kerja dengan cara memukul-
mukul nya menggunakan palu plastik, makankan benda kerja, cek
ukuran dan kesikuan.
148
c. Diketahui :
Vc = 30 m/menit
d = 185 mm, π = 3,14
maka : n =
rpm
n = ,
rpm
n =,
rpm
n = 530,8 rpm
149
PEMBELAJARAN METODE JIGSAW
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMKN 2 Wonosari
Program Studi : Teknik Pemesinan
Mata Pelajaran : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kelas : X
KKM : 70
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Standar Kopetensi : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kompetensi Dasar : Menjelaskan Cara Mengeset Mesin
Karakter Yang Dikembangkan : Disiplin, Tanggung Jawab dan Kerjasama
A. Indikator
a. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian pisau frais.
b. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi setiap jenis pisau frais.
c. Peserta didik dapat menyebutkan macam- macam pisau frais lurus, pisau
sisi, pisau potong, pisau sudut, pisau jari, pisau muka, dan pisau bentuk.
d. Peserta didik dapat mengenali bentuk setiap jenis pisau mesin frais.
B. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami pengertian pisau frais.
b. Memahami macam- macam pisau frais lurus, pisau sisi, pisau potong,
pisau sudut, pisau jari, pisau muka, dan pisau bentuk.
c. Menmahami fungsi setiap jenis pisau frais.
d. Memahami bentuk setiap jenis pisau mesin frais.
C. Materi Ajar
a. Macam- macam pisau frais
b. Fungsi macam- macam pisau frais.
150
D. Metode Pembelajaran
a. Kooperatif Learning type jigsaw
b. Ceramah
c. Tanya jawab
d. Diskusi
e. Pemberian tugas
E. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran
No. KEGIATAN Waktu
1. Pendahuluan:
Pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
yang diharapkan akan dicapai oleh peserta didik.
Pengajar menginformasikan cara belajar yang akan
dilaksanakan ( Kooperatif tipe jigsaw ).
Dengan tanya jawab, pengajar dan peserta didik
mengecek kemampuan prasyarat peserta didik.
Melalui tanya jawab, peserta didik diberi gambaran
tentang pisau mesin frais.
Pengajar menjelaskan hubungan pisau frais dengan
mesin frais..
10
menit
2. Isi:
Peserta didik membentuk kelompok , 5 kelompok
dengan setiap kelompoknya terdiri dari 6 orang dan ada
yang 7 orang disebut kelompok asal.
Peserta didik membuat 6 kelompok baru ( sesuai bahan
ajar ) yang disebut kelompok ahli, peserta didik akan
mengerjakan tugas yang berbeda- beda disetiap
kelompoknya ( LK1, LK2, LK 3, LK 4, LK 5 dan LK 6
).
1 orang perwakilan peserta didik tiap kelompok asal
akan belajar dengan materi yang sama di kelompok
Ahli.
Dalam kelompok Ahli, peserta didik mendiskusikan
(120)
3 menit
3 menit
3 menit
25
151
materi yang telah diberikan oleh pengajar ( LK 1,LK 2,
LK 3, LK 4, LK 5 dan LK 6 ).
Pengajar memotivasi, memfasilitasi kerja peserta didik,
membantu peseta didik yang mengalami kesulitan, dan
mengamati kerjasama dalam kelompok.
Setelah pengajar memastikan bahwa setiap kelompok
ahli memahami tugasnya, peserta didik kembali ke
kelompok asal.
Setiap anggota dari kelompok asal bergantian
menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli, sehingga
setiap peserta didik memperoleh penjelasan dari LK 1,
sampai LK 6 kemudian menyimpulkan hubungan
bermacam- macam jenis pisau frais tersebut.
Pesertadidik mempresentasikan hasil diskusi kelompok
asal, pengajar bertindak sebagai fasilitator.
Melalui tanya jawab, peserta didik menjawab
pertanyaan pengajar.
Peserta didik dan pengajar memvalidasi hasil diskusi
kelompok.
Memberikan tes/ kuis kepada setiap peserta didik secara
individual.
Peserta didik membuat kesimpulan dari semua LK.
menit
1 menit
4 menit
20
menit
26
menit
10
menit
10
menit
8 menit
5 menit
3. Akhir/ penutup:
Pengajar menugaskan kepada peserta didik untuk
membuat laporan hasil diskusi kelompok ( secara
individual ) sebagai pekerjaan rumah.
( 5 )
5 menit
TOTAL WAKTU 140’
F. Materi Pembelajaran
a. Lembar Kegiatan 1 ( LK. 1 ) Pisau Frais Lurus ( plain milling cutter )
152
Gambar 1...................................
Gambar 2......................................
Gambar 3.......................................
Jelaskan pengertian pisau frais !
Sebutkan macam- macam jenis pisau frais lurus dengan mengisi
titk- titik yang berada di bawah gambar !
Jelaskan fungsi setiap jenis pisau lurus !
b. Kunci Jawaban
Pisau frais adalah alat potong yang digunakan pada mesin frais.
Pisau Frais dipasang pada suatu arbor mesin yang didukung dengan
alat pendukung arbor. Arbor dapat berputar karena diputar oleh
suatu motor listrik sehingga pisau frais juga ikut berputar.
Gambar1. light duty plain milling cutter, Gambar 2. heavy duty
plain milling cutter, Gambar 3. helical plain cutter
Fungsi pisau
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
7.......................................
153
Ligth duty plain milling cutter : Pada umumnya pisau ini
digunakan untuk melakukan pemotongan ringan. Bentuk gigi
pada pisau ini biasanya berupa gigi lurus maupun helik. Gigi
helik dirancang untuk jenis pemotongan ringan dengan
kecepatan sedang dan digunakan untuk menghasilkan
permukaan yang lebih halus.
Heavy duty plain milling cutter : Pisau jenis ini digunakan
untuk pemotongan kasar, Sudut kemiringan gigi pisau antara
25º-45º. Bentuk dari pisau jenis ini dibuat dibuat lebih besar dan
lebar dengan jumlah gigi yang lebih kecil dari pada bentuk
pisau untuk pemotongan ringan.
Helical plain cutter : Pisau ini memliki jumlah gigi lebih sedikit
dibandingkan pisau lurus. Pisau ini memiliki sudut kemiringan
antara 45º-60º atau lebih besar dengan tujuan agar dapat
menyerap gaya pemotongan yang terjadi. Fungsi dari pisau ini
adalah untuk pemotongan kasar, penyayatan lebar, dangkal, dan
pemotongan profil.
154
c. Lembar Kegiatan 2 ( LK. 2 ) Pisau sisi ( slide milling cutter )
Gambar 1.....................................
Gambar 2.......................................
Gambar 3...................................
Jelaskan pengertian pisau frais !
Sebutkan macam- macam jenis pisau frais sisi dengan mengisi titk-
titik yang berada di bawah gambar !
Jelaskan fungsi setiap jenis pisau sisi (slide milling cutter )!
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
155
d. Kunci Jawaban
Pisau frais adalah alat potong yang digunakan pada mesin frais.
Pisau Frais dipasang pada suatu arbor mesin yang didukung dengan
alat pendukung arbor. Arbor dapat berputar karena diputar oleh
suatu motor listrik sehingga pisau frais juga ikut berputar.
Gambar 1. plain side milling cutter, Gambar 2. half side milling
cutter, Gambar 3. Staggered tooth side milling cutter.
Fungsi pisau
Plain side milling cutter : dengan sisi lurus pada sisi muka dan
kedua sisi sampingnya.
half side milling cutter : digunakan untuk pengefraisan kasar
dan pengefraisan pada satu sisi.
Staggered tooth side milling cutter : fungsinya untuk
pemotongan kasar, alur dan slotting.
156
e. Lembar Kerja 3 ( LK.3 ) Pisau Potong ( metal sliting saw )
Gambar 1......................................... Gambar 4....................................
Gambar 2..........................................
Gambar 3............................................
Jelaskan pengertian pisau frais !
Sebutkan macam- macam jenis pisau potong dengan mengisi titk-
titik yang berada di bawah gambar !
Jelaskan pengertian setiap jenis pisau potong ( metal sliting saw )!
f. Kunci Jawaban
Pisau frais adalah alat potong yang digunakan pada mesin frais.
Pisau Frais dipasang pada suatu arbor mesin yang didukung dengan
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
157
alat pendukung arbor. Arbor dapat berputar karena diputar oleh
suatu motor listrik sehingga pisau frais juga ikut berputar.
Gambar 1. plain metal sltting saw, Gambar 2. metal slittingsaw with
side Teeth, Gambar 3. staggered tooth metal slitting saw, Gambar 4.
screw slotig cutter.
Fungsi pisau
Plain metal sltting saw : mempunyai bentuk paling tipis dengan
sisi sampingnya dibuat tirus masuk untuk mencegah tekanan
yang terjadi pada sisi pisau. Pisau ini mempunya gigi dengan
jumlah yang lebih bayak dibandingkan pisau muka dan dibuat
harus tajam.
Metal slitting saw with side teeth : dalam proses pemotongan
pisau ini sesuai untuk pembuatan alur. Bentuk dari pisau ini
sama dengan pisau sisi. Pada sisi samping diberi kelonggaran
untuk beram dan melindungi pisau dari tekanan sewaktu
pengoperasian.
Staggered tooth metal slitting saw : bentuk pisau ini sama
dengan pisau staggered digunakan untuk pemotongan selebar
lebih sama dengan 3/16 inchi dan bias untuk pemotongan yang
lebih tajam.
Screw sloting cutter : dibuat khusus untuk pemotongan alur
dalam dan kepala baut serta dapat digunakan untuk pemotongan
ringan seperti pemotongan pada ring piston.
158
g. Lembar Kerja 4 ( LK. 4 ) Pisau Sudut ( angular milling cutter )
Gambar 1...........................................
Gambar 2.................................................
Jelaskan pengertian pisau frais !
Sebutkan macam- macam jenis pisau sudut dengan mengisi titk-
titik yang berada di bawah gambar !
Jelaskan fungsi setiap jenis pisau sudut ( angular milling cutter ) !
h. Kunci Jawaban
Pisau frais adalah alat potong yang digunakan pada mesin frais.
Pisau Frais dipasang pada suatu arbor mesin yang didukung dengan
alat pendukung arbor. Arbor dapat berputar karena diputar oleh
suatu motor listrik sehingga pisau frais juga ikut berputar.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
159
Gambar 1. angular milling cutter, Gambar 2. end mill cutter.
Fungsi pisau
Angular milling cutter : Fungsi dari pisau ini untuk
mengefrais permukaan sehingga membentuk macam-macam
sudut seperti pemotongan alur V, ekor burung, dan reamer.
End mill cutter : Pisau ini digunakan untuk membuat alur,
pembesaran lubang dan pembuatan permukaan bertingkat.
160
i. Lembar Kerja 5 ( LK. 5 ) Pisau jari ( end mill cutter )
Gambar 1..................................... Gambar 4.....................................
Gambar 2......................................
Gambar 3........................................
Jelaskan pengertian pisau frais !
Sebutkan macam- macam jenis pisau jari dengan mengisi titk- titik
yang berada di bawah gambar !
Jelaskan fungsi setiap jenis pisau jari ( end mill cutter) !
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
161
j. Kunci Jawaban
Pisau frais adalah alat potong yang digunakan pada mesin frais.
Pisau Frais dipasang pada suatu arbor mesin yang didukung dengan
alat pendukung arbor. Arbor dapat berputar karena diputar oleh
suatu motor listrik sehingga pisau frais juga ikut berputar.
Gambar 1. End mill two flute, Gambar 2. End mill bermata potong
jamak, Gambar 3. Ball end mill, Gambar 4. Shell end mill.
Keterangan pisau frais
End mill two flute : Pisau ini memiliki dua mata potong dan
dapat digunakan sebagaimana fungsi bor, dapat juga digunakan
untuk membuat alur. Pisau ini dapat memotong hingga ke
center.
End mill bermata potong jamak : Pisau end mill ini mempunyai
tiga, empat, enam, dan delapan sisi mata potong.
Ball end mill : Pisau ini digunakan untuk pembuatan alur dengan
radius permukaannya dapat juga untuk alur bulat, lubang,
bentuk bola dan semua pengerjaan yang berbentuk bulat.
Shell end mill : Ukuran pisau ini lebih besar dari pada pisau
solid serta berbentuk helik. Pisau ini mempunyai lubang untuk
pemasangan pada arbor pendek
162
k. Lembar Kerja 6 ( LK. 6 ) Pisau Muka ( face mill cutter ) dan Pisau Bentuk
Gambar 1.........................................
Gambar 2.........................................
Gambar 3..................................................
Jelaskan pengertian pisau frais !
Sebutkan macam- macam jenis pisau muka dan pisau bentuk
dengan mengisi titk- titik yang berada di bawah gambar !
Jelaskan fungsi setiap jenis pisau muka ( face mill cutter) dan pisau
bentuk !
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
163
l. Kunci Jawaban
Pisau frais adalah alat potong yang digunakan pada mesin frais.
Pisau Frais dipasang pada suatu arbor mesin yang didukung dengan
alat pendukung arbor. Arbor dapat berputar karena diputar oleh
suatu motor listrik sehingga pisau frais juga ikut berputar.
Gambar 1. face mill cutter, Gambar 2. T-slot milling cutter, Gambar
3. Pisau bentuk
Keterangan pisau frais
Face mill cutter : Pisau ini digunakan untuk menghasilkan
permukaan datar. Pisau ini merupakan bentuk khusus dari pisau
end mill. Biasanya mempunyai mata potong sisip (inserted).
T- slot milling cutter : Pisau ini digunakan untuk pemotongan
alur T.
Pisau bentuk : Pisau ini memiliki bervariasi bentuk yang dapat
digunakan untuk membentuk permukaan sesuai keinginan.
G. Sumber Belajar
Sumber Belajar : Modul Melakuakan Pekerjaan Dengan Mesin Frais (
Dwi Kuswanto Universitas Negeri Yogyakarta ), buku, Proses
Pemesinan. Taufiq Rochim HEDSP, bandung.
Lembar kegiatan ( LK )
Lembar kuis
H. Penilaian
Jenis Penilaian : test tertulis dan test lisan.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencangkup aspek pemahaman
konsep dari kuis individual yang dikerjakan setiap peserta didik.
Nilai akhir kompetensi dasar = 50 % nilai PR.
Keterangan :
K1 = Kuis Individual
PR = Pekerjaan rumah
Peserta didik dengan nilai akhir leih kecil dari KKM diberi
kesempatan menempuh pembelajaran remidi dan dilakukan penilaian
164
setelah pembelajaran remidi. Hasil penilaian remidi diperuntukan
untuk menentukan nilai akhir KD.
I. Instrumen
d. Sebutkan macam- macam pisau frais!
e. Jelaskan fungsi pisau sudut tunggal, pisau setengah sisi, dan pisau rata
helik!
J. Kunci Jawaban Instrumen
a. Macam- Macam pisau frais
Pisau Frais lurus ( plain milling cutter )
Pisau Sisi ( Side milling cutter )
Pisau potong atau Gergaji ( metal sliting saw )
Pisau Sudut ( angular milling cutter )
Pisau jari ( end mill cutter )
Pisau muka ( face mill cutter )
T- slot milling cutter
Pisau bentuk
b. Fungsi
Pisau sudut tunggal, Fungsi dari pisau ini untuk mengefrais
permukaan sehingga membentuk macam-macam sudut seperti
pemotongan alur V, ekor burung, dan reamer.
Pisau setengah sisi, digunakan untuk pengefraisan kasar dan
pengefraisan pada satu sisi.
Pisau rata helik, Fungsi dari pisau ini adalah untuk pemotongan
kasar, penyayatan lebar, dangkal, dan pemotongan profil.
165
PEMBELAJARAN METODE JIGSAW
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMKN 2 Wonosari
Program Studi : Teknik Pemesinan
Mata Pelajaran : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kelas : X
KKM : 70
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Standar Kopetensi : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kompetensi Dasar : Menjelaskan cara pengoprasian mesin
Karater Yang Dikembangkan : Disiplin, Tanggung jawab, dan Kerjasama
A. Indikator
a. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian alat- alat bantu yang
digunakan mesin frais.
b. Peserta didik dapat menyebutkan macam- macam alat bantu mesin frais.
c. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi alat- alat bantu mesin frais.
d. Peserta didik dapat menjelaskan langkah- langkah pemasangan alat- alat
bantu mesin frais.
e. Peserta didik dapat mengenali bentuk setiap jenis alat bantu mesin frais.
B. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami pengertian alat- alat bantu mesin frais.
b. Memahami macam- macam alat bantu mesin frais.
c. Menmahami fungsi alat- alat bantu mesin frais.
d. Memahami langkah- langkah pemasangan alat- alat bantu mesin frais.
e. Memahami bentuk setiap jenis alat bantu mesin frais.
166
C. Materi Ajar
a. Alat bantu mesin frais.
b. Fungsi macam- macam alat bantu mesin frais
c. Langkah- langkah memasang mesin frais.
D. Metode Pembelajaran
a. Kooperatif Learning type jigsaw
b. Ceramah
c. Tanya jawab
d. Diskusi
e. Pemberian tugas
E. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran
No. KEGIATAN Waktu
1. Pendahuluan:
Pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
yang diharapkan akan dicapai oleh peserta didik.
Pengajar menginformasikan cara belajar yang akan
dilaksanakan ( Kooperatif tipe jigsaw ).
Dengan tanya jawab, pengajar dan peserta didik
mengecek kemampuan prasyarat peserta didik.
Melalui tanya jawab, peserta didik diberi gambaran
tentang alat bantu mesin frais.
Pengajar menjelaskan hubungan alat bantu mesin frais
dengan mesin frais.
10
menit
2. Isi:
Peserta didik membentuk kelompok , 5 kelompok
dengan setiap kelompoknya terdiri dari 6 orang dan ada
yang 7 orang disebut kelompok asal.
Peserta didik membuat 6 kelompok baru ( sesuai bahan
ajar ) yang disebut kelompok ahli, peserta didik akan
mengerjakan tugas yang berbeda- beda disetiap
kelompoknya ( LK1, LK2, LK 3, LK 4, LK 5 dan LK 6
).
(120)
3 menit
3 menit
167
1 orang perwakilan peserta didik tiap kelompok asal
akan belajar dengan materi yang sama di kelompok
Ahli.
Dalam kelompok Ahli, peserta didik mendiskusikan
materi yang telah diberikan oleh pengajar ( LK 1,LK 2,
LK 3, LK 4, LK 5 dan LK 6 ).
Pengajar memotivasi, memfasilitasi kerja peserta didik,
membantu peseta didik yang mengalami kesulitan, dan
mengamati kerjasama dalam kelompok.
Setelah pengajar memastikan bahwa setiap kelompok
ahli memahami tugasnya, peserta didik kembali ke
kelompok asal.
Setiap anggota dari kelompok asal bergantian
menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli, sehingga
setiap peserta didik memperoleh penjelasan dari LK 1,
sampai LK 6 kemudian menyimpulkan hubungan
bermacam- macam alat bantu frais tersebut.
Pesertadidik mempresentasikan hasil diskusi kelompok
asal, pengajar bertindak sebagai fasilitator.
Melalui tanya jawab, peserta didik menjawab
pertanyaan pengajar.
Peserta didik dan pengajar memvalidasi hasil diskusi
kelompok.
Memberikan tes/ kuis kepada setiap peserta didik secara
individual.
Peserta didik membuat kesimpulan dari semua LK.
3 menit
25
menit
1 menit
4 menit
20
menit
26
menit
10
menit
10
menit
8 menit
5 menit
3. Akhir/ penutup:
Pengajar menugaskan kepada peserta didik untuk
membuat laporan hasil diskusi kelompok ( secara
individual ) sebagai pekerjaan rumah.
( 5 )
5 menit
TOTAL WAKTUS 140’
168
F. Materi Pembelajaran
a. Lembar Kegiatan 1 ( LK. 1 ) Alat Bantu Mesin Frais
Gambar 1.............................
Gambar 2................................
Isi nama alat- alat bantu mesin frais di atas pada titik yang berada di
bawah gambar !
Jelaskan pengertian masing- masing alat bantu mesin di atas.
Jelaskan fungsi masing- masing alat bantu mesin frais di atas !
b. Kunci Jawaban
Gambar 1. Arbor, Gambar 2. Collet
Pengertian
Arbor : Dalam penggunaannya arbor dilengkapi dengan kolet
sebagai ring penekan atau mengikat pisau frais. Bentuk alat ini
bulat panjang dan ujung lainnya berulir.
Collet : alat yang digunakan untuk mencekam pisau frais jari
atau alur yang bertangkai silindis. Ada dua jenis kolet yaitu
bikonikal dan kolet W. kolet bikonikal digunakan untuk
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
7.......................................
169
memegang pisau frais silindris tanpa ulir sedangkan kolet W.
kolet memegang pisau frais silindris berulir.
Arbor : Arbor digunakan untuk mencekam pisau frais dan di
tempatkan pada sumbu utama mesin.
Collet : alat yang digunakan untuk mencekam pisau frais jari atau
alur yang bertangkai silindis.
170
c. Lembar Kegiatan 2 ( LK. 2 ) Alat Bantu Mesin Frais ( Ragum )
Gambar 1.....................................
Gambar 2.......................................
Gambar 3...................................
Sebutkan macam- macam jenis ragum dengan mengisi titk- titik
yang berada di bawah gambar !
Jelaskan pengertian jenis- jenis ragum di atas !
Jelaskan secara singkat pemasangan ragum pada meja kerja mesin
frais !
d. Kunci Jawaban
Gambar 1. Ragum biasa, Gambar 2. Ragum berputar, Gambar 3.
Ragum universal.
Ragum biasa : Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja
yang bentuknya sederhana dan pada umumnya untuk mengefrais
datar. Ragum ini tidak dapat diubah sudutnya hanya dapat dipasang
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
171
sejajar atau tegak lurus dengan spindle. Ragum ini dipasang pada
meja mesin dengan menggunakan baut.
Ragum berputar : Ragum dapat diputar hingga 360 0 pada arah
horisontal karena pada ragum ini terdapat pengatur sudutnya yang
terdapat pada bagian bawah ragum.
Ragum universal : Ragum dapat diputar hingga 3600 pada arah
horisontal dan 900 pada arah vertikal.
Cara pemasangan
Pastikan ragum dalam keadan baik dan bersih.
Posisikan ragum berada di tengah-tengah benda kerja hal ini
bertujuan agar mendapat keleluasan dalam bergerak.
Masukan baut pengikat pada ragum melalui alur meja mesin
kalau perlu geser ragum agar baut dapat masuk pada ragum.
Bila posisi ragum sudah benar, tegak lurus atau sejajar dengan
meja mesin keraskan baut pengikat.
172
e. Lembar Kerja 3 ( LK.3 ) Alat Bantu Mesin Frais
Meja Putar
Gambar memasang meja putar
dengan dial indicator
Jelaskan pengertian ragum putar !
Sebutkan fungsi ragum putar !
Jelaskan secara singkat pemasangan meja putar pada mesin frais
dengan dial indikator!
f. Kunci Jawaban
Ragum putar : Meja putar merupakan alat cekam benda kerja yang
biasa diputar sesuai perhitungan rumus.
Fungsi ragum putar : digunakan untuk membuat radius luar dan
untuk membagi jarak-jarak lubang pada titik misalnya pada
pembuatan baut bertingkat.
Langkah- langkah
Letakan meja putar pada meja mesin.
Pada lubang tengah meja putar beri sumbatan dengan besi bulat.
Pasang dial indicator pada arbor mesin kemudian sentuhkan
pena penggerak jarum dial indicator pada besi bulat.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
173
Gerakkan secara manual spindle mesin. Dengan menggeser
meja mesin secara melintang dan sejajar atur posisi meja putar.
174
g. Lembar Kerja 4 ( LK. 4 ) Alat Bantu Mesin Frais
Gambar 1...........................................
Gambar 2.................................................
Sebutkan macam- macam jenis pisau sudut dengan mengisi titk-
titik yang berada di bawah gambar !
Jelaskan pengertian alat bantu mesin frais di atas !
Jelaskan fungsi setiap jenis alat bantu mesin frais di atas !
h. Kunci Jawaban
Gambar 1. Klem, Gambar 2. V- block
Klem : salah satu alat bantu mesin frais yang dalam penggunaannya
biasanya klem dilengkapi dengan baut beralur T untuk
pegencangnya.
V- block : Salah satu alat bantu mesin frais yang dalam
penggunannya biasanya V block dilengkapi dengan klem atau baut.
Fungsi Klem : berfungsi untuk mencekam benda kerja yang tidak
bisa menggunakan ragum dan alat pencekam lainnya.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
175
V- block : berfungsi pengerjan batang poros yang pendek biasanya
menggunakan sebuah V block, jika poros panjang menggunakan dua
buah V block atau lebih yang dipasang pada meja mesin, dengan
jarak yang sesuai dengan panjang batang poros.
176
i. Lembar Kerja 5 ( LK. 5 ) Alat Bantu Mesin Frais
Gambar 1.....................................
Gambar 2. Jumlah lubang pada piringan pembagi
Plat pembagi mempunyai rasio 1 : 40 dan 1 : 60 tetapi yang sering
digunakan adalah 1 : 40 artinya jika engkol diputar 40 kali putaran maka
roda gigi cacing baru berputar 1 kali putaran.
Sebutkan jenis alat bantu mesin frais di atas dengan mengisi titk-
titik yang berada di bawah gambar !
Jelaskan pengertian dan fungsi alat bantu mesin di atas !
Akan dibuat roda gigi, dengan z = 64. Maka putaran engkol seri plat
yang digunakan adalah ?
j. Kunci Jawaban
Gambar 1. dividing head
Diving head : merupakan alat bantu mesin frais yang biasanya
dilengkapi dengan plat pembagi yang berfungsi untuk membantu
pembagian yang tidak dapat dilakukan dengan pembagian langsung.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
177
Fungsi : berfungsi untuk membagi suatu lingkaran atau keliling
benda kerja menjadi bagian yang sama seperti pada pembuatan roda
gigi, alur dan lain-lain.
Diket : z = 64
Rumus : N =
= = putaran
Karena piring pembagi dengan lubang 8 tidak terdapat pada tabel
di atas maka digunakan piring pembagi dengan kelipatan 8 yaitu
piring pembagi dengan seri B1 dengan jumlah lubang 15, 16, 17,
18, 19 dan 20.
N = = putaran
Maka engkol diputar 10 lubang atau lubang yang ke 11 pada piring
pembagi yang mempunyai jumlah lubang 16.
178
k. Lembar Kerja 6 ( LK. 6 ) Alat Bantu Mesin Frais
Gambar 1.........................................
Gambar 2.........................................
Sebutkan macam- macam jenis alat bantu dengan mengisi titk- titik
yang berada di bawah gambar !
Jelaskan secara singkat pengertian setiap jenis alat bantu mesin frais
di atas !
Jelaskan fungsi setiap jenis alat bantu mesin frais di atas !
l. Kunci Jawaban
Gambar 1. Kepala lepas, Gambar 2. Blok siku
Kepala lepas merupakan salah satu alat bantu mesin frais yang
kedudukan kepala lepas dipasang segaris dengan kepala pembagi,
alat ini seperti yang ada di mesin bubut.
Blok siku merupakan alat cekam yang dilengkapi dengan klem.
Fungsi kepala lepas : berfungsi sebagai penahan benda kerja yang
akan dikerjakan dengan kepala pembagi. Agar benda kerja tidak
terangkat maupun tertekan saat dikerjakan.
Fungsi blok siku : berfungsi untuk menjepit benda kerja yang akan
di frais dengan kedudukan tegak.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
179
G. Sumber Belajar
Sumber Belajar : Modul Melakuakan Pekerjaan Dengan Mesin Frais (
Dwi Kuswanto Universitas Negeri Yogyakarta ), buku, Proses
Pemesinan. Taufiq Rochim HEDSP, bandung.
Lembar kegiatan ( LK )
Lembar kuis
H. Penilaian
Jenis Penilaian : test tertulis dan test lisan.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencangkup aspek pemahaman
konsep dari kuis individual yang dikerjakan setiap peserta didik.
Nilai akhir kompetensi dasar = 50 % nilai PR.S
Keterangan :
K1 = Kuis Individual
PR = Pekerjaan rumah
Peserta didik dengan nilai akhir leih kecil dari KKM diberi
kesempatan menempuh pembelajaran remidi dan dilakukan penilaian
setelah pembelajaran remidi. Hasil penilaian remidi diperuntukan
untuk menentukan nilai akhir KD.
I. Instrumen
a. Sebutkan macam- macam alat bantu mesin frais !
b. Akan dibuat roda gigi dengan jumlah gigi ( z ) 100. Berapakah
putaran engkol dan seri plat pembagi yang digunakan ?
J. Kunci Jawaban Instrumen
a. Arbor, collet, Alat pencekam ( ragum ), Kepala lepas, Klem, V- block,
Blok siku, dan Kepala pembagi
b. Diket : z = 100
N = = = putaran
Maka engkol diputar 8 lubang pada piring pembagi yang mempunyai
jumlah lubang 20
180
PEMBELAJARAN METODE JIGSAW
PRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMKN 2 Wonosari
Program Studi : Teknik Pemesinan
Mata Pelajaran : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kelas : X
KKM : 70
Pertemuan ke : 4
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Standar Kopetensi : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kompetensi Dasar : Menjelaskan Cara Mengoprasikan Mesin
Karakter Yang Dikembangkan : Disiplin, Tanggung Jawab dan Kerjasama
A. Indikator
a. Peserta didik dapat menjelaskan langkah- langkah pemasangan pisau frais
dengan benar.
b. Peserta didik dapat menjelaskan alat bantu apa saja yang digunakan dalam
pemasangan pisau dan arbor mesin frais.
c. Peserta didik dapat menjelaskan penempatan pisau frais yang benar.
d. Peserta didik dapat menjelaskan langkah- langkah pemasangan dan
pelepasan arbor.
B. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami langkah- langkah pemasangan yang benar pisau, pisau
pemotong mesin frais.
b. Memahami macam- macam alat yang digunakan dalam pemasangan.
c. Menmahami penempatan pisau frais yang benar.
d. Memahami langkah- langkah pemasangan dan pelepasan arbor.
181
C. Materi Ajar
a. Memasang pisau frais pada arbor panjang
b. Memasang pisau frais
D. Metode Pembelajaran
a. Kooperatif Learning type jigsaw
b. Ceramah
c. Tanya jawab
d. Diskusi
e. Pemberian tugas
E. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran
No. KEGIATAN Waktu
1. Pendahuluan:
Pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
yang diharapkan akan dicapai oleh peserta didik.
Pengajar menginformasikan cara belajar yang akan
dilaksanakan ( Kooperatif tipe jigsaw ).
Dengan tanya jawab, pengajar dan peserta didik
mengecek kemampuan prasyarat peserta didik.
Melalui tanya jawab, peserta didik diberi gambaran
tentang memasang pisau frais.
Pengajar menjelaskan hubungan memasang pisau frais
dengan proses pngefraisan.
10
menit
2. Isi:
Peserta didik membentuk kelompok , 5 kelompok
dengan setiap kelompoknya terdiri dari 6 orang dan ada
yang 7 orang disebut kelompok asal.
Peserta didik membuat 6 kelompok baru ( sesuai bahan
ajar ) yang disebut kelompok ahli, peserta didik akan
mengerjakan tugas yang berbeda- beda disetiap
kelompoknya ( LK1, LK2, LK 3, LK 4, LK 5 dan LK 6
).
1 orang perwakilan peserta didik tiap kelompok asal
(120)
3 menit
3 menit
3 menit
182
akan belajar dengan materi yang sama di kelompok
Ahli.
Dalam kelompok Ahli, peserta didik mendiskusikan
materi yang telah diberikan oleh pengajar ( LK 1,LK 2,
LK 3, LK 4, LK 5 dan LK 6 ).
Pengajar memotivasi, memfasilitasi kerja peserta didik,
membantu peseta didik yang mengalami kesulitan, dan
mengamati kerjasama dalam kelompok.
Setelah pengajar memastikan bahwa setiap kelompok
ahli memahami tugasnya, peserta didik kembali ke
kelompok asal.
Setiap anggota dari kelompok asal bergantian
menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli, sehingga
setiap peserta didik memperoleh penjelasan dari LK 1,
sampai LK 6 kemudian menyimpulkan hubungan
bermacam- macam alat bantu frais tersebut.
Pesertadidik mempresentasikan hasil diskusi kelompok
asal, pengajar bertindak sebagai fasilitator.
Melalui tanya jawab, peserta didik menjawab
pertanyaan pengajar.
Peserta didik dan pengajar memvalidasi hasil diskusi
kelompok.
Memberikan tes/ kuis kepada setiap peserta didik secara
individual.
Peserta didik membuat kesimpulan dari semua LK.
25
menit
1 menit
4 menit
20
menit
26
menit
10
menit
10
menit
8 menit
5 menit
3. Akhir/ penutup:
Pengajar menugaskan kepada peserta didik untuk
membuat laporan hasil diskusi kelompok ( secara
individual ) sebagai pekerjaan rumah.
( 5 )
5 menit
TOTAL WAKTU 135’
183
G. Materi Pembelajaran
a. Lembar Kegiatan 1 ( LK. 1 )
Memasang arbor dan memasang pasak pada arbor.
Gambar . Pemasangan arbor.
Jelaskan langkah- langkah pemasangan arbor dalam mesin frais !
Gambar 2. Memasang pasak pada arbor.
Jelaskan langkah- langkah pemasangan pasak pada arbor !
b. Kunci Jawaban
Langkah- langkah memasang arbor :
Pilih arbor yang akan dipakai sesuaikan dengan dengan
besar lubang pisau frais.
Masukan bagian tirusnya kedalam lubang spindle,
sebelumnya bersihkan terlebih dahulu.
Saat memasukan pastikan alur pada arbor bertepatan dengan
nok spindle.
Kencangkan arbor dengan baut penarik pada bagian
belakang tiang.
kencangkan lagi dengan mur penjamin agar arbor tidak lepas
spindle
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
7.......................................
184
Langkah- langkah memasang pasak :
Posisikan alur pasak pada arbor pada bagian atas sebelum
pasak diletakkan.
Pastikan pasak dalam keadaan bersih kemudian pasak
dipasang masuk diantara lubang dan cincin.
Pasak harus masuk dengan agak ketat, jangan memakai
pasak yang longgar.
185
c. Lembar Kegiatan 2 ( LK. 2 )
Memasang Pisau Frais dan Mengatur Kedudukan Alas Arbor
Gambar 1. Pemasangan pisau frais ke arbor
Jelaskan langkah- langkah pemasangan pisau frais ke arbor !
Gambar 2. Mengaur kedudukan alas arbor.
Jelaskan langkah- langkah mengatur kedudukan alas arbor pada mesin frais !
d. Kunci Jawaban Langkah- langkah memasang pisau frais :
Masukkan pisau frais dengan hati-hati serta amati pisau frais
sudah benar-benar berhadapan dengan spindle kemudian
dorong dengan perlahan sehingga meluncur pada arbor.
Putar pisau frais sehingga alur pasak dari pisau frais lurus
dengan pasak.
Langkah- langkah mengatur dudukan alas arbor :
Posisikan kedudukan pisau frais sehingga bertepatan dengan
permukaan benda kerja.
Posisikan letak meja mesin bila perlu pada kedudukan yang
tepat.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
186
Pasang cincin pada arbor dan putar sehingga alur pasak
lurus terhadap pasak.
Masukkan alas pada arbor.
Atur cincin pada arbor sehingga ujung arbor berulir tidak
tertutup oleh cincin.
Masukkan mur pengunci dan keraskan dengan kekuatan
tangan.
187
e. Lembar Kerja 3 ( LK.3 )
Mengatur Lengan Mesin dan Melepas Arbor
Gambar 1. Mengatur posisi lengan mesin frais
Jelaskan langkah apa yang harus
dilakukan untuk mengatur
lengan mesin frais !
Gambar 2. Melepas arbor pada lengan mesin
Jelaskan langkah apa yang harus dilakukan untuk melepas arbor
dari lengan mesin.
f. Kunci Jawaban
Langkah- langkah mengatur lengan mesin frais :
Atur kedudukan alas arbor sedekat mungkin dengan mesin
frais.
Pastikan lengan dan pendukung arbor dalam keadaan bersih.
Pastikan antara pendukung arbor terhadap lengan dalam
keadaan lurus.
Pasang pendukung arbor pada lengan sedemikian rupa
sehingga bagian depan dari pendukung arbor itu rata
terhadap permukaan lengan.
Kencangkan mur pada pendukung dengan cukup kuat.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
188
Geser lengan sehingga alas masuk dalam pendukung.
Kencangkan mur pengikat lengan dengan cukup kuat.
Langkah- langkah melepas arbor :
Usahakan agar gagang kunci tegak lurus terhadap mur.
Pergunakan kunci yang sesuai dengan bentuk dan ukuran
mur yang akan dikencangkan.
Kencangkan dengan cukup kuat.
189
g. Lembar Kerja 4 ( LK. 4 )
Memasang Pisau Frais pada Arbor Pendek
Gambar 1. Memasang pisau frais pada arbor pendek
Jelaskan langkah apa yang harus dilakukan untuk memasang pisau
frais pada arbor pendek !
Memasang Pisau Frais Bertangkai Tirus
Gambar 2. Memasang pisau frais bertangkai tirus
Jelaskan langkah apa yang harus dilakukan untuk memasang pisau
frais bertangkai tirus !
h. Kunci Jawaban
Langkah- langkah memasang pisau frais pada arbor pendek :
Pastikan arbor dan pisau frais dalam keadan bersih.
Pasang arbor pada spindle mesin.
Pasang pisau frais dan posisikan pasak arbor bertepatan
dengan alur pasak pisau frais.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
190
Pegang pisau frais dalam kedudukan yang baik pada arbor
dan kemudian kencangkan baut dengan kekuatan tangan.
Langkah- langkah pisau frais bertangkai tirus :
Pilihlah arbor pendek yang mempunyai lubang tirus sama
dengan tirus dari pada tangkai frais apabila ukuran tirus
tidak sama gunakan sarung pengurang.
Pastikan Lubang arbor dan tangkai pisau frais bersih dari
tatal.
Selaraskan tangkai frais itu sehingga lidah pada ujungnya
tepat pada tempatnya.
Pukul frais dengan palu plastik agar terpasang ketat.
Kemudian pasang arbor pada spindle mesin dengan cara
memasukan arbor kedalam lubang spindle sehingga pen
pembawa pada spindlenya tepat masuk dalam alur pada
arbor.
Pegang arbor sambil ditekan keatas.
Kencangkan arbor dengan baut penarik dengan cara
mengencangkan mur penjaminya.
Untuk melihat putaran mesin jalankan spindle dengan
putaran sedang.
191
i. Lembar Kerja 5 ( LK. 5 )
Memasang Pisau Frais Bertangkai Lurus
Gambar 1. Memasang pisau frais bertangkai lurus
Jelaskan langkah apa yang harus dilakukan untuk memasang pisau
frais bertangkai lurus !
Memasang Pisau Frais Bertangkai dan Berulir
Gambar 2. Memasang pisau frais bertangkai dan berulir
Jelaskan langkah apa yang harus dilakukan untuk memasang pisau
frais bertangkai dan berulir !
j. Kunci Jawaban
Langkah- langkah pisau frais bertangkai lurus :
Pilih kolet yang sesuai dengan ukuran pisau frais.
Pastikan lubang arbor dan kolet dalam keadaan bersih
sebelum dimasukan.
Masukan mur pengunci.
Pegang pisau frais dan keraskan mur pengunci sehingga
cukup kuat dengan menggunakan kunci khusus.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
192
Masukan pisau frais kedalam kolet.
Langkah- langkah pisau frais bertangkai dan berulir :
Cara memasang pisau frais yang berulir yaitu dengn cara
memasukan pisau frais kedalam kolet kemudian putar piasu
frais.
193
k. Lembar Kerja 6 ( LK. 6 )
Memasang Collet dalam Arbor
Gambar 1. Memasang kolet kedalam arbor.
Jelaskan apa yang harus dilakukan
untuk memasang collet dalam arbor !
Melepas Pisau Frais dari Arbor
Gambar 2. Melepas pisau frais dari arbor
Jelaskan apa yang harus dilakukan untuk melepas pisau frais dari
collet !
l. Kunci Jawaban
Langkah- langkah memasang collet :
Masukkan gabungan kolet, sarung dan frais kedalam lubang
arbor dengan teliti sehingga ujung sarung masih menonjol
sedikit di luar arbor
Kemudian masukkan mur pengunci sampai menyentuh
ujung sarung dan kemudian putar satu setengah putaran.
Langkah- langkah melepas pisau frais :
Posisikan roda gigi pada posisi kecepatan terendah.
Kelompok Ahli 1.
1.......................................
2.......................................
3.......................................
4.......................................
5.......................................
6.......................................
194
Lepaskan mur pengunci dengan mempergunakan kunci.
Lepaskan pisau frais sehingga bersama-sama kolet lepas dari
arbor.
Putar pisau frais sehingga lepas dari kolet.
H. Sumber Belajar
Sumber Belajar : Modul Melakuakan Pekerjaan Dengan Mesin Frais (
Dwi Kuswanto Universitas Negeri Yogyakarta ), buku, Proses
Pemesinan. Taufiq Rochim HEDSP, bandung.
Lembar kegiatan ( LK )
Lembar kuis
I. Penilaian
Jenis Penilaian : test tertulis dan test lisan.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencangkup aspek pemahaman
konsep dari kuis individual yang dikerjakan setiap peserta didik.
Nilai akhir kompetensi dasar = 50 % nilai PR.
Keterangan :
K1 = Kuis Individual
PR = Pekerjaan rumah
Peserta didik dengan nilai akhir leih kecil dari KKM diberi
kesempatan menempuh pembelajaran remidi dan dilakukan penilaian
setelah pembelajaran remidi. Hasil penilaian remidi diperuntukan
untuk menentukan nilai akhir KD.
J. Instrumen
f. Jelaskan langkah- langkah memasang pisau frais!
g. Jelaskan langkah- langkah melepas arbor !
K. Kunci Jawaban Instrumen
a. Langkah- langkah memasang pisau frais :
Masukkan pisau frais dengan hati-hati serta amati pisau frais
sudah benar-benar berhadapan dengan spindle kemudian
dorong dengan perlahan sehingga meluncur pada arbor.
Putar pisau frais sehingga alur pasak dari pisau frais lurus
dengan pasak.
195
b. Langkah- langkah melepas arbor :
Usahakan agar gagang kunci tegak lurus terhadap mur.
Pergunakan kunci yang sesuai dengan bentuk dan ukuran mur
yang akan dikencangkan.
Kencangkan dengan cukup kuat.
196
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMKN 2 Wonosari
Program Studi : Teknik Pemesinan
Mata Pelajaran : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kelas : X
KKM : 70
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Standar Kopetensi : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kompetensi Dasar : Menjelaskan Cara Mengeset Mesin
Karakter Yang Dikembangkan : Disiplin, Tanggung Jawab dan Kerjasama
A. Indikator
a. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi mesin frais vertikal, mesin frais
horizontal, dan mesin frais universal.
b. Peserta didik dapat menjelaskan sistem kerja mesin frais vertikal, mesin
frais horizontal, dan mesin frais universal.
c. Peserta didik dapat menjelaskan bagian- bagian mesin frais vertikal, mesin
frais horizontal, dan mesin frais universal.
d. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi setiap bagian- bagian mesin frais
vertikal, mesin frais horizontal, dan mesin frais universal.
B. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami jenis- jenis mesin frais
b. Memahami bagian- bagian mesin frais
c. Menmahami macam- macam pisau frais
d. Memahami fungsi macam- macam pisau frais.
197
C. Materi Ajar
a. Jenis- jenis mesin frais
b. Bagian- Bagian mesin frais
c. Macam- macam pisau frais
d. Fungsi macam- macam pisau frais
D. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. demostrasi
c. pengamatan
d. Pemberian tugas
E. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran
No
. Kegiatan
Alokasi
Waktu
Keterangan
Guru Siswa
1. Kegiatan awal
a. Pendahuluan
b. Apresiasi
c. Motivasi
15
menit
Membuka
pelajaran
Melakukan absensi
Meriview materi
pelajaran
Bertanya tentang
jenis- jenis mesin
frais
Memberikan
pujian kepada
siswa yang
menjawab
pertanyaan dengan
benar
Guru memberikan
gambaran awal
materi
Mendengarkan
Berdoa bersama
Mengacungkan
jari
Menjawab
pertayaan
Mendapat
apresiasi jawaban
guru
Menyiapan alat
tulis
2. Kegiatan inti
Proses pembelajaran
90
menit
Menyampaikan
materi dengan
Menyimak dan
memperhatikan
198
yang diawali dari
penyampaian materi,
pengamatan dan
penugasan
penjelasan
Menunjukan
peralatan dan
perlengkapan yang
digunakan
Meriview materi
yang telah
disampaikan
Melakukan
pengamatan
mesin dan
perlengkapannya
Mendengarkan
penjelasan guru
3. Kegiatan akhir
a. Evaluasi
b. Penutup
30
menit
Memberikan soal
secara tertulis
Menyimpulkan
materi
Menutup kegiatan
pembelajaran
Mengerjakan soal
secara
perorangan
Mendengarkan
penjelaskan guru
F. Sumber Belajar
Sumber Belajar : Modul Melakuakan Pekerjaan Dengan Mesin Frais (
Dwi Kuswanto Universitas Negeri Yogyakarta ), buku, Proses
Pemesinan. Taufiq Rochim HEDSP, bandung.
Alat : Mesin Frais dan bagian- bagian mesin frais
Media : wallchart, work preparation sheet
G. Penilaian
Indikator
pencapaian
Strategi Asesmen Butir
soal
Indikator
jawaban
Bobot
skor Metode Bentuk
instrumen
Jenis- jenis mesin frais
Uji kognitif Test tertulis 1,2 Benar 20
Bagian- bagian mesin frais
Uji kognitif Test tertulis 3 Benar 20
Fungsi bagian- bagian mesin frais
Uji kognitif Test tertulis 4 Benar 20
199
Macam- macam pisau frais
Uji kognitif Test tertulis 5 Benar 20
Fungsi mesin pisau frais
Uji kognitif Test tertulis 6 Benar 20
Total skor 100
H. Instrumen
a. Sebutkan jenis- jenis mesin frais!
b. Jelaskan pengertian mesin frais vertikal !
c. Sebutkan bagian- bagian mesin frais horizontal!
d. Jelaskan fungsi dari meja mesin, tabung pendukung dan spindel !
e. Sebutkan macam- macam pisau frais !
f. Jelaskan fungsi helical plain cutter dan pisau sudut !
I. Kunci Jawaban
1. Mesin frais horozontal, mesin frais Vertikal, dan Mesin Frais
Universal.
2. Mesin frais vertikal adalah mesin frais yang posisi spindlenya
terpasang dalam posisi tegak pada kepala frais atau posisi spindlenya
tegak lurus terhadap meja frais. Posisi kepala frais dapat dimiringkan
kearah kiri atau kanan maksimal 600 Mesin. frais vertikal digunakan
untuk pengerjaan perkakas seperti pemotongan tepi, pengeboran,
perluasan lubang dan pembuatan alur.
3. Pendukung arbor, Meja mesin, Alas meja, Engkol pengerak sedel,
Engkol pengerak lutut, Lutut tempat kedudukan alas meja, Tabung
penukung, Alas dasar, Tuas tranmisi, Tuas menentukan besaran
putaran, Lengan dan spindle
4. Meja Mesin
Meja mesin berfungsi sebagai tempat untuk memasang benda kerja
menggunakan alat-alat penjepit. Meja mesin dapat digerakan
memanjang baik secara otomatis maupun manual.
Tabung pendukung
Tabung pendukung berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya meja.
200
Spindel
Spindle atau poros utama berfungsi untuk memutar arbor dan pisau
frais. Posisi sumbu poros utama ini tergantung dari jenis mesin frais.
5. Pisau frais lurus, Pisau sisi, Pisau potong atau gergaji, Pisau sudut,
Pisau jari, Pisau muka, T-slot milling cutter, dan pisau bentuk.
6. Helical plain cutter berfungsi untuk pemotongan kasar, penyayatan
lebar, dangkal, dan pemotongan profil.
201
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMKN 2 Wonosari
Program Studi : Teknik Pemesinan
Mata Pelajaran : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kelas : X
KKM : 70
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Standar Kopetensi : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kompetensi Dasar : Menjelaskan Cara Mengeset Mesin
Karakter Yang Dikembangkan : Disiplin, Tanggung Jawab dan Kerjasama
A. Indikator
a. Peserta didik dapat menyebutkan macam- macam alat bantu mesin.
b. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi setiap jenis alat bantu mesin.
c. Peserta didik dapat mengerti pemasangan pisau frais dengan benar.
B. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami macam- macam alat bantu mesin.
b. Memahami fungsi setiap alat bantu mesin frais.
c. Menmahami pemasangan pisau frais dengan benar.
C. Materi Ajar
a. Macam- macam alat bantu mesin frais
b. Fungsi macam- macam alat bantu mesin frais
c. Pemasangan pisau frais
D. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Demonstrasi
202
c. Pengamatan
d. Pemberian tugas
E. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran
No
. Kegiatan
Alokasi
Waktu
Keterangan
Guru Siswa
1. Kegiatan awal
d. Pendahuluan
e. Apresiasi
f. Motivasi
15
menit
Membuka
pelajaran
Melakukan absensi
Meriview materi
pelajaran
Bertanya tentang
Alat bantu mesin
frais
Memberikan
pujian kepada
siswa yang
menjawab
pertanyaan dengan
benar
Guru memberikan
gambaran awal
materi
Mendengarkan
Berdoa bersama
Mengacungkan
jari
Menjawab
pertayaan
Mendapat
apresiasi jawaban
guru
Menyiapan alat
tulis
2. Kegiatan inti
Proses pembelajaran
yang diawali dari
penyampaian materi,
pengamatan dan
penugasan
90
menit
Menyampaikan
materi dengan
penjelasan
Menunjukan
peralatan dan
perlengkapan yang
digunakan
Meriview materi
Menyimak dan
memperhatikan
Melakukan
pengamatan
mesin dan
perlengkapannya
Mendengarkan
203
yang telah
disampaikan
Menyimpulkan
materi
penjelasan guru
3. Kegiatan akhir
c. Evaluasi
d. Penutup
30
menit
Memberikan soal
secara tertulis
Menutup kegiatan
pembelajaran
Mengerjakan soal
secara
perorangan
Mendengarkan
penjelaskan guru
F. Sumber Belajar
Sumber Belajar : Modul Melakuakan Pekerjaan Dengan Mesin Frais (
Dwi Kuswanto Universitas Negeri Yogyakarta ), buku, Proses
Pemesinan. Taufiq Rochim HEDSP, bandung.
Alat : Mesin Frais dan bagian- bagian mesin frais
Media : wallchart, work preparation sheet
G. Penilaian
Indikator
pencapaian
Strategi Asesmen Butir
soal
Indikator
jawaban
Bobot
skor Metode Bentuk
instrumen
Alat bantu
mesin Frais
Uji kognitif Test tertulis 1,2 Benar 60
Fungsi alat
bantu mesin
frais
Uji kognitif Test tertulis 3 Benar 20
Pemasangan
pisau frais
Uji kognitif Test tertulis 5 Benar 20
Total skor 100
H. Instrumen
a. Sebutkan alat bantu mesin frais !
b. Sebutkan jenis- jenis alat pencekam !
204
c. Jelaskan fungsi Arbor dan kepala lepas !
d. Jelaskan secara singkat pemasangan pasak pada arbor !
I. Kunci Jawaban
1. Arbor, Collet, Kepala lepas, Alat cekam, Klem, V- block, Blok siku,
dan Kepala pembagi.
2. Ragum biasa, Ragum berputar, Ragum universal, dan Meja putar.
3. Fungsi Abor adalah Arbor digunakan untuk mencekam pisau frais dan
di tempatkan pada sumbu utama mesin. Dalam penggunaannya arbor
dilengkapi dengan kolet sebagai ring penekan atau mengikat pisau
frais.
Fungsi kepala lepas adalah Alat ini sama dengan kepala lepas pada
mesin bubut, berfungsi sebagai penahan benda kerja yang akan
dikerjakan dengan kepala pembagi. Agar benda kerja tidak terangkat
maupun tertekan saat dikerjakan. Kedudukan kepala lepas dipasang
segaris dengan kepala pembagi.
4. Memasang pasak pada arbor
Posisikan alur pasak pada arbor pada bagian atas sebelum pasak
diletakkan.
Pastikan pasak dalam keadaan bersih kemudian pasak dipasang
masuk diantara lubang dan cincin.
Pasak harus masuk dengan agak ketat, jangan memakai pasak yang
longgar.
205
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMKN 2 Wonosari
Program Studi : Teknik Pemesinan
Mata Pelajaran : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kelas : X
KKM : 70
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Standar Kopetensi : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kompetensi Dasar : Menjelaskan Cara Mengoprasikan Mesin
Karakter Yang Dikembangkan : Disiplin, Tanggung Jawab dan Kerjasama
A. Indikator
a. Peserta didik dapat menentukan parameter pemotongan.
b. Peserta didik dapat menjelaskan metode proses frais naik.
c. Peserta didik dapat menjelaskan metode proses frais turun.
d. Peserta didik dapat langkah- langkah mengoprasikan mesin frais.
B. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami parameter pemotongan.
b. Memahami metode proses frais naik.
c. Memahami metode proses frais turun.
d. Menmahami langkah- langkah mengoprasikan mesin frais.
C. Materi Ajar
a. Parameter pemotongan.
b. Metode proses frais
c. Langkah- langkah mengoprasikan mesin frais
206
D. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Pengamatan
d. Pemberian tugas
E. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran
No
. Kegiatan
Alokasi
Waktu
Keterangan
Guru Siswa
1. Kegiatan awal
g. Pendahuluan
h. Apresiasi
i. Motivasi
15
menit
Membuka
pelajaran
Melakukan absensi
Meriview materi
pelajaran
Bertanya tentang
persiapan
pengefraisan
Memberikan
pujian kepada
siswa yang
menjawab
pertanyaan dengan
benar
Guru memberikan
gambaran awal
materi
Mendengarkan
Berdoa bersama
Mengacungkan
jari
Menjawab
pertayaan
Mendapat
apresiasi jawaban
guru
Menyiapan alat
tulis
2. Kegiatan inti
Proses pembelajaran
yang diawali dari
penyampaian materi,
pengamatan dan
penugasan
90
menit
Menyampaikan
materi dengan
penjelasan
Menunjukan
peralatan dan
perlengkapan yang
Menyimak dan
memperhatikan
Melakukan
pengamatan
mesin dan
207
digunakan
Menghitung
kecepatan potong,
gerak makan
pergigi dan waktu
pemakanan.
Meriview materi
yang telah
disampaikan
Menyimpulkan
materi
perlengkapannya
Mengerjakan
tugas
Mendengarkan
penjelasan guru
3. Kegiatan akhir
e. Evaluasi
f. Penutup
30
menit
Memberikan soal
secara tertulis
Menutup kegiatan
pembelajaran
Mengerjakan soal
secara
perorangan
Mendengarkan
penjelaskan guru
F. Sumber Belajar
Sumber Belajar : Modul Melakuakan Pekerjaan Dengan Mesin Frais (
Dwi Kuswanto Universitas Negeri Yogyakarta ), buku, Proses
Pemesinan. Taufiq Rochim HEDSP, bandung.
Alat : Mesin Frais dan bagian- bagian mesin frais
Media : wallchart, work preparation sheet
G. Penilaian
Indikator
pencapaian
Strategi Asesmen Butir
soal
Indikator
jawaban
Bobot
skor Metode Bentuk
instrument
Parameter
pemotongan
Uji kognitif Test tertulis 1 Benar 60
Metode proses
frais
Uji kognitif Test tertulis 2 Benar 20
208
Langkah
mengoprasikan
mesin frais
Uji kognitif Test tertulis 3 Benar 20
Total skor 100
H. Instrumen
a. Benda kerja berupa balok segi empat dari bahan ST-42 difrais
menggunakan pisau frais mantel HSS. Kecepatan potong pisau
diketahui Vc = 15 m/menit. Pisau frais yang digunakan berdiameter
60 mm. Tentukan berapa putaran mesin/pisau yang seharusnya!
b. Sebutkan dan jelaskan metode proses frais !
c. Jelaskan secara singkat langkah- langkah menggunakan mesin frais !
I. Kunci Jawaban
1.
2. Frais naik (up milling ) adalah Frais naik biasanya disebut cara
konvensional. Gerak dari putaran pahat pada pemotongan dengan
metode ini berlawanan arah terhadap gerak makan meja mesin frais.
Frais turun ( down milling ) adalah Metode pemotongan ini arah
putaran pisau frais searah dengan datangnya benda kerja. Proses frais
turun menyebabkan meja atau benda kerja tertekan, sehingga
menyebabkan getaran dan meja cenderung tertarik oleh pisau frais.
3. Persiapan
1) Mempalajari gambar kerja untuk menentukan langkah pengerjaan
yang efektif dan efesien.
n = . .
n = ., .
n = ,
= 79,6
rpm
209
2) Menentukan jenis mesin frais yang digunakan.
3) Mentapkan kualitas hasil yang akan dicapai.
4) Menganalisis sifat bahan untuk menentukan alat potong dan cairan
pendingin yang digunakan.
5) Menentukan bentuk alat potong yang digunakan.
6) Menentukan parameter pemotongan yang digunakan.
7) Menentukan perlengkapan mesin frais yang digunakan.
8) Menentukan alat ukur yang digunakan.
Pengerjaan
1) Memasang benda kerja pada alat cekam.
2) Memasang pisau pada arbor.
3) Mengatur putaran mesin dan menghidupkannya.
4) Mengidupkan air pendingin
5) Mengatur letak pisau terhadap benda kerja.
6) Melakukan pengefraisan sesuai dengan langkah kerja.
Finishing
1) Mematikan mesin dan cek ukuran benda kerja.
2) Mengembalikan perlengkapan mesin frais sesuai tempatnya.
3) Membersihkan tempat kerja.
210
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMKN 2 Wonosari
Program Studi : Teknik Pemesinan
Mata Pelajaran : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kelas : X
KKM : 70
Pertemuan ke : 4
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Standar Kopetensi : Menggunakan Mesin Operasi Dasar
Kompetensi Dasar : Menjelaskan Cara Mengoprasikan Mesin
Karakter Yang Dikembangkan : Disiplin, Tanggung Jawab dan Kerjasama
A. Indikator
a. Peserta didik dapat menghitung kepala pembagi dalam perhitungan
menentukan lubang piringan pembagi.
b. Peserta didik dapat menggunakan kepala pembagi dalam pembuatan roda
gigi.
c. Peserta didik dapat menjelaskan urutan bidang pengefraisan rata.
d. Peserta didik dapat menjelaskan urutan mengefrais bertingkat.
e. Peserta didik dapat menjelaskan urutan mengefrais alur.
B. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami perhitungan kepala pembagi.
b. Memahami urutan pengefraisan rata.
c. Memahami urutan mengefrais bertingkat.
d. Menmahami urutan mengefrais alur.
C. Materi Ajar
a. Penggunaan kepala pembagi
211
b. Mengefrais rata
c. Mengefrais bertingkat
d. Mengefrais alur
D. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Pengamatan
d. Pemberian tugas
E. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran
No
. Kegiatan
Alokasi
Waktu
Keterangan
Guru Siswa
1. Kegiatan awal
j. Pendahuluan
k. Apresiasi
l. Motivasi
15
menit
Membuka
pelajaran
Melakukan absensi
Meriview materi
pelajaran
Bertanya tentang
pengefraisan benda
rumit
Memberikan
pujian kepada
siswa yang
menjawab
pertanyaan dengan
benar
Guru memberikan
gambaran awal
materi
Mendengarkan
Berdoa bersama
Mengacungkan
jari
Menjawab
pertayaan
Mendapat
apresiasi jawaban
guru
Menyiapan alat
tulis
2. Kegiatan inti
Proses pembelajaran
yang diawali dari
90
menit
Menyampaikan
materi dengan
penjelasan
Menyimak dan
memperhatikan
212
penyampaian materi,
pengamatan dan
penugasan
Menunjukan
peralatan dan
perlengkapan yang
digunakan
Menghitung
putaran engkol dan
seri plat pembagi.
Meriview materi
yang telah
disampaikan
Menyimpulkan
materi
Melakukan
pengamatan
mesin dan
perlengkapannya
Mengerjakan
tugas
Mendengarkan
penjelasan guru
3. Kegiatan akhir
g. Evaluasi
h. Penutup
30
menit
Memberikan soal
secara tertulis
Menutup kegiatan
pembelajaran
Mengerjakan soal
secara
perorangan
Mendengarkan
penjelaskan guru
F. Sumber Belajar
Sumber Belajar : Modul Melakuakan Pekerjaan Dengan Mesin Frais (
Dwi Kuswanto Universitas Negeri Yogyakarta ), buku, Proses
Pemesinan. Taufiq Rochim HEDSP, bandung.
Alat : Mesin Frais dan bagian- bagian mesin frais
Media : wallchart, work preparation sheet
G. Penilaian
Indikator
pencapaian
Strategi Asesmen Butir
soal
Indikator
jawaban
Bobot
skor Metode Bentuk
instrumen
Penggunaan
kepala
pembagi
Uji kognitif Test tertulis 1 Benar 6
Mengefrais Uji kognitif Test tertulis 2 Benar 15
213
rata
Mengefrais
bertingkat
Uji kognitif Test tertulis 3 Benar 15
Mengefrais
alur
Uji kognitif Test tertulis 4 Benar 10
Total skor 100
H. Instrumen
a. Akan dibuat roda gigi dengan jumlah gigi 32 menggunakan mesin
frais. Maka putaran engkol dan seri plat pembagi yang digunakan
adalah?
b. Jelaskan secara singkat urutan pengerjaan frais rata!
c. Jelaskan secara singkat pengefraisan bertingkat !
d. Sebutkan pahat yang bisa digunakan untuk mengefrais alur!
I. Kunci Jawaban
1.
Engkol diputar 15 lubang pada piringan pembagi yang mempunyai
jumlah lubang 16.
2.
N =
N = = putaran
N = = putaran
214
Menyetel benda kerja, cek ukuran awal
Mengefrais bidang pertama, cek ukuran,
Mengefrais bidang kedua, cek ukuran, cek kesikuan
Mengefrais bidang keempat, cek ukuran, cek kesikuan
Cek ukuran, finishing
3.
Cekam benda kerja pada ragum
Pasang pisau frais muka
Urutan pengerjaan seperti gambar
Frais bidang A, cek ukuran
Frais bidang B, cek ukuran dan kesikuan
Frais bidang C, cek ukuran dan kesikuan, finishing.
4. Pisau ujung, pisau samping dan pisau alur T
215
Lampiran 28. Instrumen Penelitian
216
KISI – KISI INSTRUMEN
TEST PILIHAN GANDA ( PRE TEST DAN POST TEST ) SEBELUM VALIDASI
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal Jumlah butir
Menggunakan Mesin Operasi Dasar
a. Menjelaskan Cara Mengeset Mesin
b. Menjelaskan Cara Mengoprasikan Mesin
a. Jenis- jenis mesin frais b. Bagian- bagian mesin frais c. Macam- macam pisau
frais
d. Alat bantu mesin frais e. Metode proses frais f. Langkah- langkah
mengoprasikan mesin frais
g. Memasang pisau frais h. Mengefrais rata i. Mengefrais bertingkat j. Mengefrais alur
25,24,23,8 11, 10,36,7
29,28,19,5,4,2,1
30,22,15,13,12
16, 14,9,6 27,26,20,3
21,17,37 18,35,38 33,34,39 31,32,40
4 4 7
5
4 4
3 3 3 3
Total butir soal 40
217
KISI – KISI INSTRUMEN
TEST PILIHAN GANDA ( PRE TEST DAN POST TEST ) SESUDAH VALIDASI
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal Jumlah butir
Menggunakan Mesin Operasi Dasar
c. Menjelaskan Cara Mengoprasikan Mesin
k. Menentukan parameter pemotongan
l. Mengetahui jenis- jenis dan bagian- bagian mesin
m. Semua alat bantu digunakan sesuai fungsinya
n. Langkah- langkah pengoprasian mesin
o. Pemasangan pisau potong dengan benar
6,36,16,33,31
25,24,23,8,11,10,7
30,22,15,13,12 3,14,9,27,26,20,18,35,38,34,
39,32,40
1,2,4,5,21,17,19,28,29,37
5
7
5
13
10
Total butir soal 40
218
INSTRUMEN SEBELUM UJI VALIDASI
Mata Diklat : Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais
Kelas : X (10)
Soal / jumlah : Pilihan Ganda 40
Waktu : 60 menit
SOAL PILIHAN GANDA
Petunjuk pengisian: Jawablah pertanyan- pertanyaan di bawah ini dengan memilih jawaban yang benar dan tepat dengan memberi tanda silang ( X ) pada lembar jawaban yang sudah disediakan. 1. Perhatikan gambar di bawah!
Gambar di atas jenis pisau frais lurus....... a. Ligth duty plain milling cutter b. Heavy duty plain milling cutter c. Helical plain cutter d. Side milling cuter
2. Pisau frais yang berfungsi untuk pembuatan alur radius permukaanya dapat
juga untuk alur bulat, lubang, dan pengerjaan yang berbentuk bola disebut......... a. End mill dengan mata potong jamak b. Ball end mill c. Shell end mill d. Face mill cutter
3. Fungsi dari pisau screw sloting cutter adalah
1. Pemotongan alur dalam 2. Pemotongan selebar lebih sama dengan 3/ 16 inchi. 3. Pemotongan kasar 4. Pemotongan halus.
INSTRUMEN
219
4. Perhatikan gambar di bawah!
Gambar di atas adalah gambar pisau sudut jenis Single angle cutter, bila menggunakan pisau tersebut kemana arah putaran pisau........ a. Up milling b. Down milling c. Ke kanan d. Ke kiri
5. Yang mempengaruhi umur pahat mesin Frais di bawah ini, kecuali…
a. Kecepatan potong tidak sesuai. b. Posisi pahat saat pemotongan c. Kedalaman pemakanan pahat saat pemotongan d. Material benda kerja yang digunakan
6. Jika Vc = kecepatan potong, d = diameter, n = putaran poros, Vf = kecepatan
makan. Maka rumus menentukan kecepatan potong pisau frais adalah…. a. n = .
. ; rpm
b. Vc = . . ; m / menit
c. Fz = ; mm / menit
d. Vc = . . ; rpm
7. Pisau mesin Frais ada bermacam- macam bentuk sesuai dengan kebutuhan penggunaan. Pisau Frais untuk memotong kasar atau berat, adalah…. 1. Heavy duty plain milling cutter 2. Ligth duty plain milling cutter 3. Helical plain cutter 4. Helf side milling cutter
8. Mesin Frais yang berfungsi untuk mengefrais muka, datar, spiral, roda gigi,
pengeboran dan reamer, adalah… a. Mesin Frais Universal b. Mesin Frais Horizontal
220
c. Mesin Frais Vertikal d. Mesin Frais datar
9. Mengapa saat pemotongan/ pemakanan benda kerja, gerak pahat berlawanan arah gerak benda kerja dapat menghasilkan potongan yang baik? a. Karena saat proses pemotongan, pemakanan pisau frais lebih sedikit. b. Karena saat proses pemotongan pahat tidak cepat panas. c. Karena saat proses pemotongan, meja atau benda kerja tidak tertarik pisau
frais. d. Karena saat proses pemotongan gesekan yang terjadi antara pisau frais dan
benda sedikit.
10. Perlengkapan mesin Frais di bawah ini yang berfungsi sebagai tempat kedudukan pisau frais dan ditempatkan pada sumbu mesin adalah….. a. Arbor b. Kepala lepas c. Kepala pembagi d. Ragum
11. Perhatikan gambar!
Untuk mengeset tinggi rendahnya kedudukan benda kerja dengan pisau frais saat proses pengefraisan adalah engkol naik turun, pada gambar ditunjukan pada huruf....... a. H b. E c. B d. F
221
12. Untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai yang dinginkan atau tidak miring dalam pemasangan kepala pembagi. Posisi harus...... a. Sejajar b. Rata c. Tinggi sebelah d. Diganjal
13. Kepala lepas adalah salah satu alat bantu mesin Frais. Apa fungsi dari kepala
lepas? a. Menahan benda yang akan di frais. b. Menggeser arah benda c. Membagi sudut benda kerja d. Menopang benda kerja
14. Apa kelemahan dari gerakan benda kerja berlawanan dengan pisau frais saat proses pengefraisan berlangsung ? a. Pisau frais akan patah b. Pisau frais akan cepat aus c. Benda kerja menjadi gosong d. Benda kerja bergetar saat proses berlangsung
15. Hitunglah jumlah putaran engkol kepala pembagi yang digunakan untuk
membuat roda gigi dengan jumlah gigi 60 menggunakan mesin frais, jika rasio 1 : 40 ? a. putaran
b. putaran
c. putaran
d. putaran 16. Berapa kecepatan putar untuk mengefrais sebuah benda dengan bahan St 37 Vc
20 m/ menit dan diameter pisau Frais 15 mm…. a. 424,62 rpm b. 212,31 rpm c. 100 rpm d. 200 rpm
17. Perhatikan gambar di bawah!
Gambar di atas adalah salah satu posisi pemasangan pisau potong....... a. Mengencangkan pisau b. Mengatur lengan mesin
222
c. Memasang pisau frais bertangkai tirus d. Memasang pisau ke arbor
18. Perhatikan Langkah- langkah mengoperasikan mesin frais di bawah!
5. Memasang benda kerja pada alat cekam. 6. Mengatur putaran mesin dan menghidupkan. 7. Menentukan alat ukur yang digunakan. 8. Menentukan parameter pemotongan. Yang termasuk dalam langkah persiapan ditunjukkan nomor..... a. 1 dan 2 b. 2 dan 3 c. 3 dan 4 d. 1 dan 4
19. Pisau yang digunakan untuk mengefrais alur, mengefrais pasak, mengefrais
bidang rata permukaan yang miring / lengkung adalah…. a. And mill cutter b. Face mill cutter c. Angular millling cutter d. Pisau pembentuk
20. Sebelum memulai proses pengefraisan, salah satu langkah yang harus
dilakukan adalah persiapan. Berikut ini yang bukan termasuk langkah- langkah persiapan adalah…. a. Menggunakan jenis mesin frais yang akan digunakan. b. Menetapkan kualitas hasil yang akan dicapai. c. Mempelajari gambar kerja. d. Memasang benda kerja pada cekam.
21. Untuk melepaskan arbor dari spindle dengan cara........
a. Menjongkel dengan kunci b. Mengendurkan baut dengan kunci c. Dipukul- pukul dengan palu plastik d. Dipukul- pukul dengan palu besi
22. Alat bantu mesin frais yang digunakan untuk menjepit benda kerja bulat adalah
a. Klem b. Meja putar c. Blok siku d. V- block
23. Perhatikan gambar mesin frais di bawah!
223
Yang memiliki fungsi sebagai alat penokong arbor ditunjukan dengan no.? a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
24. Yang memiliki fungsi untuk menaik dan turunkan meja mesin ditunjukan
dengan no.? a. 8 b. 9 c. 10 d. 7
25. Gambar mesin frais soal no.23 adalah jenis mesin frais?
a. Vertikal b. Horizontal c. Universal d. Mesin frais rata
26. Pernyataan berikut yang paling benar adalah.....
a. Analisis gambar kerja dilakukan setelah menentukan pemilihan mesin yang akan digunakan.
b. Alat ukur dan alat bantu mesin diletakkan di satu tempat ( dicampur ) c. Pemberian cairan pendingin berfungsi sebagai pendingin suhu pahat saat
pengerjaan. d. Metode pemotongan down milling berlawanan dengan arah dengan
datangnya benda kerja
224
27. Yang paling utama harus dilakukan sebelum pengerjaan menggunakan mesin frais adalah… a. Menentukan alat ukur b. Menyeting benda kerja di mesin frais c. Mempelajari gambar kerja d. Menentukan mesin.
28. Sesuai dengan jenis pahat, ada dua macam cara pengefraisan yaitu…
a. Slab milling dan face milling b. Up milling dan down milling c. Konvensional dan frais turun d. Slab milling dan up milling
29. Gambar pisau frais.
Pisau frais di atas digunakan untuk mengerjakan? a. Finishing b. Pemotongan kasar c. Pemotongan halus d. Pemotongan rata
30. Gambar ragum mesin frais.
Ragum di atas digunakan untuk proses pengefraisan jika? a. Banda terlalu besar b. Benda ingin dikerjakan berputar c. Benda yang berbentuk lingkaran d. Benda yang kecil
31. Alur pasak di dalam roda gigi dibuat dengan menggunakan...
a. sloting attachment b. sloting cutter c. T slot d. slot mill
225
32. Untuk membuat alur pasak yang terkurung digunakan........ a. face mill b. shell end mill c. pisau radius d. pisau frais alur melingkar
33. Saat proses pengesetan mesin frais sebelum proses pengefraisan berlangsung, mengapa pemasangan pisau frais harus sedekat mungkin dengan penyokong arbor ............ e. Agar bisa digerakan dengan leluasa. f. Agar arbor tidak melengkung saat proses pengefraisan g. Agar pisau frais tidak cepat patah saat proses pengefraisan h. Agar pisau frais tidak bergetar saat proses pengefraisan berlangsung
34. Berikut ini adalah cara-cara merawat cutter, kecuali............
a. memasang cutter cukup kuat dan dengan pasak b. pendinginan cukup dan cocok c. putaran yang tinggi d. pembersihan yang baik
35. Berikut ini adalah cara-cara pembuatan roda gigi kecuali............
a. pemesinan b. pengecoran c. pengerolan d. penempaa
36. Mesin frais digunakan untuk proses pemesinan seperti.......a. pemotongan ulir b. pengeboran c. pemotongan roda gigi d. perimeran
37. Sebelum pemasangan pisau frais ke mesin frais vertikal, pisau harus dipasang.. a. ke arbor b. ke cekam c. ke collet d. ke kepala lepas
226
38. Perhatikan Gambar !
Gambar di atas adalah salah satu langkah mengefrais rata. Urutan pengerjaan bidang adalah a. ABCD
b. ACCB c. ABDC
d. CDAB
39. Pemasangan pisau untuk mengefrais bertingkat di pasang pada....... a. Arbor b. Poros penahan c. Poros berbentuk O d. Poros berbentuk C
40. Yang perlu diperhatikan bila mengefrais alur yang lebih besar dari diameter pisau yang digunakan adalah a. putaran pisau harus searah dengan arah pemakanan b. Putaran pisau harus pelan c. Putaran pisau harus cepat d. Putaran pisau harus berlawanan dengan arah pemakanan
-------------- SELAMAT MENGERJAKAN ----------------
227
KUNCI JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA
1. A 11. D 21. C 31. A
2. B 12. A 22. D 32. D
3. A 13. A 23. B 33. D
4. A 14. B 24. C 34. C
5. D 15. A 25. B 35. D
6. B 16. A 26. C 36. B
7. C 17. C 27. C 37. A
8. A 18. D 28. A 38. A
9. C 19. A 29. B 39. D
10. A 20. D 30. B 40. D
228
INSTRUMEN SESUDAH UJI VALIDASI
Mata Diklat : Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais
Kelas : X (10)
Soal / jumlah : Pilihan Ganda 25
Waktu : 60 menit
SOAL PILIHAN GANDA
Petunjuk pengisian: Jawablah pertanyan- pertanyaan di bawah ini dengan memilih jawaban yang benar dan tepat dengan memberi tanda silang ( X ) pada lembar jawaban yang sudah disediakan. 1. Perhatikan gambar di bawah!
Gambar di atas jenis pisau frais lurus....... a. Ligth duty plain milling cutter b. Heavy duty plain milling cutter c. Helical plain cutter d. Side milling cuter
2. Pisau frais yang berfungsi untuk pembuatan alur radius permukaanya dapat
juga untuk alur bulat, lubang, dan pengerjaan yang berbentuk bola disebut......... a. End mill dengan mata potong jamak b. Ball end mill c. Shell end mill d. Face mill cutter
3. Perhatikan Langkah- langkah mengoperasikan mesin frais di bawah!
9. Memasang benda kerja pada alat cekam. 10. Mengatur putaran mesin dan menghidupkan. 11. Menentukan alat ukur yang digunakan. 12. Menentukan parameter pemotongan.
INSTRUMEN
229
Yang termasuk dalam langkah persiapan ditunjukkan nomor..... a. 1 dan 2 b. 2 dan 3 c. 3 dan 4 d. 1 dan 4
4. Perhatikan gambar di bawah!
Gambar di atas adalah gambar pisau sudut jenis Single angle cutter, bila menggunakan pisau tersebut kemana arah putaran pisau........ a. Up milling b. Down milling c. Ke kanan d. Ke kiri
5. Jika Vc = kecepatan potong, d = diameter, n = putaran poros, Vf = kecepatan
makan. Maka rumus menentukan kecepatan potong pisau frais adalah…. a. n = .
. ; rpm
b. Vc = . . ; m / menit
c. Fz = ; mm / menit
d. Vc = . . ; rpm
6. Perhatikan Gambar !
Gambar di atas adalah salah satu langkah mengefrais rata. Urutan pengerjaan bidang adalah a. ABCD
230
b. ACCB
c. ABDC d. CDAB
7. Mesin Frais yang berfungsi untuk mengefrais muka, datar, spiral, roda gigi,
pengeboran dan reamer, adalah… a. Mesin Frais Universal b. Mesin Frais Horizontal c. Mesin Frais Vertikal d. Mesin Frais datar
8. Mengapa saat pemotongan/ pemakanan benda kerja, gerak pahat berlawanan
dengan arah gerak benda kerja dapat menghasilkan potongan yang baik? a. Karena saat proses pemotongan, pemakanan pisau frais lebih sedikit. b. Karena saat proses pemotongan pahat tidak cepat panas. c. Karena saat proses pemotongan, meja atau benda kerja tidak tertarik pisau
frais. d. Karena saat proses pemotongan gesekan yang terjadi antara pisau frais
dan benda sedikit. 9. Perhatikan gambar!
Untuk mengeset tinggi rendahnya kedudukan benda kerja dengan pisau frais saat proses pengefraisan adalah engkol naik turun, pada gambar ditunjukan pada huruf....... a. H b. E c. B
231
d. F
10. Yang perlu diperhatikan bila mengefrais alur yang lebih besar dari diameter pisau yang digunakan adalah a. putaran pisau harus searah dengan arah pemakanan b. Putaran pisau harus pelan c. Putaran pisau harus cepat d. Putaran pisau harus berlawanan dengan arah pemakanan
11. Kepala lepas adalah salah satu alat bantu mesin Frais. Apa fungsi dari kepala
lepas? a. Menahan benda yang akan di frais. b. Menggeser arah benda c. Membagi sudut benda kerja d. Menopang benda kerja
12. Apa kelemahan dari gerakan benda kerja berlawanan dengan pisau frais saat proses pengefraisan berlangsung ? a. Pisau frais akan patah b. Pisau frais akan cepat aus c. Benda kerja menjadi gosong d. Benda kerja bergetar saat proses berlangsung
13. Hitunglah jumlah putaran engkol kepala pembagi yang digunakan untuk
membuat roda gigi dengan jumlah gigi 60 menggunakan mesin frais, jika rasio 1 : 40 ? a. putaran
b. putaran
c. putaran
d. putaran 14. Berapa kecepatan putar untuk mengefrais sebuah benda dengan bahan St 37
Vc 20 m/ menit dan diameter pisau Frais 15 mm…. a. 424,62 rpm b. 212,31 rpm c. 100 rpm d. 200 rpm
15. Sebelum memulai proses pengefraisan, salah satu langkah yang harus
dilakukan adalah persiapan. Berikut ini yang bukan termasuk langkah- langkah persiapan adalah…. a. Menentukan jenis mesin frais yang akan digunakan. b. Menetapkan kualitas hasil yang akan dicapai. c. Mempelajari gambar kerja.
232
d. Memasang benda kerja pada cekam. 16. Alat bantu mesin frais yang digunakan untuk menjepit benda kerja bulat
adalah.... a. Klem b. Meja putar c. Blok siku d. V- block
17. Perhatikan gambar mesin frais di bawah!
Yang memiliki fungsi sebagai bagian penyokong arbor ditunjukan dengan nomor? a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
18. Gambar mesin frais soal no.17 adalah jenis mesin frais?
a. Vertikal b. Horizontal c. Universal d. Mesin frais rata
19. Pernyataan berikut yang paling benar adalah.....
a. Analisis gambar kerja dilakukan setelah menentukan pemilihan mesin yang akan digunakan.
233
b. Alat ukur dan alat bantu mesin diletakkan di satu tempat ( dicampur ) c. Pemberian cairan pendingin berfungsi sebagai pendingin suhu pahat saat
pengerjaan. d. Metode pemotongan down milling berlawanan dengan arah dengan
datangnya benda kerja 20. Saat proses pengesetan mesin frais sebelum proses pengefraisan berlangsung,
mengapa pemasangan pisau frais harus sedekat mungkin dengan penyokong arbor ............ a. Agar bisa digerakan dengan leluasa. b. Agar arbor tidak melengkung saat proses pengefraisan c. Agar pisau frais tidak cepat patah saat proses pengefraisan d. Agar pisau frais tidak bergetar saat proses pengefraisan berlangsung
21. Gambar ragum mesin frais.
Ragum di atas digunakan untuk proses pengefraisan jika? a. Benda terlalu besar b. Benda ingin dikerjakan berputar c. Benda yang berbentuk lingkaran d. Benda yang kecil
22. Pemasangan pisau untuk mengefrais bertingkat di pasang pada.......
a. Arbor b. Poros penahan c. Poros berbentuk O d. Poros berbentuk C
23. Mesin frais digunakan untuk proses pemesinan seperti.......
a. pemotongan ulir b. pengeboran c. pemotongan roda gigi d. perimeran
24. Sesuai dengan jenis pahat, ada dua macam cara pengefraisan yaitu… a. Slab milling dan face milling b. Up milling dan down milling c. Konvensional dan frais turun d. Slab milling dan up milling
234
25. Sesuai dengan jenis pahat, ada dua macam cara pengefraisan yaitu… a. Slab milling dan face milling b. Up milling dan down milling c. Konvensional dan frais turun d. Slab milling dan up milling
-------------- SELAMAT MENGERJAKAN ----------------
KUNCI JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA
11. A 11. A 21. B
12. B 12. D 22. B
13. A 13. A 23. D
14. A 14. A 24. A
15. B 15. D 25. B
16. C 16. D
17. A 17. B
18. C 18. B
19. D 19. C
18. A 20. D
236
LAMPIRAN 29.
Materi Pembelajaran
237
1. Parameter Pemotongan
Parameter pemotongan yang perlu ditentukan dalam proses mengefrais
adalah kecepatan potong, putaran spindle, gerak makan pergigi dan waktu
pemakanan. Parameter pemotongan perlu ditentukan agar bekerja sesuai dengan
prosedur yang benar, mesin lebih awet karena menggunakan kecepatan yang
sesuai, memperpanjang umur pahat dan meminimalisir kecelakaan kerja.
Gambar pemotongan pada mesin frais dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Keterangan :
w = lebar pemotongan; mm
lw = panjang pemotongan ; mm
lt = lv+lw+ln ; mm
a = kedalaman potong, mm
n = putaran poros utama ; rpm
d = diameter luar pisau frais; mm
z = jumlah gigi (mata potong)
vf = kecepatan makan ; mm/putaran
a. Kecepatan potong
Kecepatan potong adalah kemampuan mesin menghasilkan sayatan tiap
menit. Kecepatan potong disimbolkan Vc. Dalam menentukan kecepatan
potong hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
1) Material benda kerja
Gambar 2.1. Skematis pemotongan frais vertikal dan horisontal
238
2) Material pisau frais
3) Diameter pisau
4) Kekerasan permukaan
5) Kedalaman pemotongan
Kecepatan potong dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
Vc
=π d n1000 ; m/menit
Jika kecepatan potong yang digunakan terlalu tinggi maka pisau cepat
tumpul jika terlalu rendah kemampuan potongnya rendah. Pada prinsipnya
kecepatan potong suatu material tidak dapat dihitung secara metematis hal
ini karena setiap bahan memiliki karateristik sendiri-sendiri. Rumus di atas
hanya digunakan untuk menghitung kecepatan putaran poros utama. Untuk
kecepatan potong tiap material dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.9. Kecepatan potong mesin frais
b. Kecepatan spindle
Langkah pertama yang dilakukan sebelum menghitung Kecepatan
putaran poros utama atau spindle yaitu menentukan harga kecepatan potong
dengan melihat tabel. Kecepatan spindle dapat dicari dengan rumus:
n =Vc 1000π d ; rpm
c. Gerak makan pergigi
Material High speed cutter (HSS) Cabide cutter
ft/menit m/menit ft/menit m/menit Machine steel 70 – 100 21 - 30 150 - 250 45 - 47
Tool steel 60 – 70 18 - 20 125 - 200 40 - 80
Cast iron 50 – 80 15 - 25 125 - 200 40 - 80
Bronze 65 – 120 20 - 35 200 - 400 80 - 120
aluminium 500 - 1000 150 - 300 1000 - 2000 150 - 300
239
Pemotongan dengan jumlah gigi yang lebih sedikit akan menghasilkan
pemotongan yang lebih kuat. Gerak makan pergigi dapat dicari dengan
rumus:
Fz =VfZn ; mm/menit
d. Waktu pemakanan
t =lv ; menit
Contoh :
Sebuah benda akan dikerjakan dengan mesin frais, jika diameter pisau frais
25 mm dan kecepatan potong yang digunakan 30 m/menit pisau frais yang
digunakan maka berapa kecepatan putaran poros utamanya?
Jawab :
Diketahui :
Vc = 30 m/menit
d = 25 mm, π = 3,14
maka : n =
rpm
n =30 10003,14 25 rpm
n =30000
78.5 rpm
n = 382 rpm
240
MELAKUKAN KERJAAN DENGAN MESIN FRAIS A. Tujuan Umum Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu malakukan pekerjaan
dengan mesin frais menggunakan variasi pisau frais, memakai kepala pembagi dan
meja putar.
B. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat:
1) Siswa dapat mengetahui jenis-jenis mesin frais.
2) Siswa dapat memahami bagian-bagian mesin frais dan fungsinya.
3) Siswa dapat mengetahui macam-macam pisau frais dan fungsinya.
4) Siswa dapat mengetahui dan menggunakan alat bantu mesin frais.
5) Siswa dapat mengetahui metode pemotongan dengan mesin frais.
6) Siswa dapat mengetahui cara pemasangan pisau frais.
7) Siswa dapat menghitung dan menggunakan kepala pembagi dan meja putar.
8) Siswa dapat melakukan pengfraisan datar, bertingkat dan alur.
C. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Mesin frais merupakan mesin perkakas yang digunakan
mengerjakan atau menyelesaikan suatu benda kerja dengan
mempergunakan pisau frais untuk menghilangkan tatal-tatal dari
benda kerja dengan gerakan utama alat potongnya yang
berputar. Permukaan benda kerja yang disayat dapat berbentuk
datar, menyudut, atau melengkung. Pada dasarnya
pengoperasian mesin frais sama halnya ketika kita mengoperasikan mesin lain.
Mesin frais dapat digunakan untuk membuat benda dengan berbagai bentuk
tertentu sehingga dalam suatu pengerjaan benda kerja menggunakan mesin
perkakas keberadaan mesin frais sangatlah penting. Mesin frais dilengkapi
241
dengan peralatan yang mudah digeser, diganti dan dipindahkan. Peralatan
tambahan tersebut berupa meja siku, meja putar dan kepala spindle tegak.
2. Jenis Mesin Frais
Pada dasarnya desain atau tipe suatu mesin frais dibuat sesuai dengan
kebutuhan industri yang memperlukan agar proses produksi yang dilakukan
berjalan efektif dan efesien. Menurut posisi spindlenya mesin frais dibagi
menjadi tiga macam yaitu :
a. Mesin frais vertikal
Mesin frais vertikal adalah mesin frais
yang posisi spindlenya terpasang dalam posisi
tegak pada kepala frais atau posisi spindlenya
tegak lurus terhadap meja frais. Posisi kepala
frais dapat dimiringkan kearah kiri atau kanan
maksimal 600 Mesin. frais vertikal digunakan
untuk pengerjaan perkakas seperti pemotongan
tepi, pengeboran, perluasan lubang dan
pembuatan alur.
b. Mesin frais horizontal
Poros utama yang terdapat pada mesin frais
horisontal pada posisi mendatar. Mesin frais
model ini biasanya digunakan untuk mengefrais
benda-benda panjang dan berat.
Gambar 3.1. Mesin frais vertikal
Gambar 3.2. Mesin frais horizontal
242
c. Mesin frais Universal
Mesin frais universal adalah jenis mesin frais
yang dapat dioperasikan sebagai mesin frais
horizontal maupun frais vertikal. Mesin jenis
ini dapat mengerjakan pekerjaan
pengefraisan muka, datar, spiral, roda gigi,
pengeboran dan reamer serta pembuatan alur
luar maupun alur dalam.
3. Bagian-Bagian Mesin Frais
Bagian-bagian suatu mesin dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Keterangan : a. Pendukung arbor b. Meja mesin c. Alas meja d. Engkol pengerak sedel e. Engkol pengerak lutut f. Lutut tempat kedudukan alas meja g. Tabung penukung h. Alas dasar i. Tuas tranmisi j. Tuas menentukan besaran putaran k. Lengan l. spindle
Setiap bagian-bagian mesin frais mempunya fungsi sendiri-sendiri yaitu: a. Pendukung arbor berfungsi sebagai tempat penyokong arbor.
b. Meja mesin berfungsi sebagai tempat untuk memasang benda kerja
menggunakan alat-alat penjepit. Meja mesin dapat digerakan memanjang
baik secara otomatis maupun manual.
Gambar 3.3. Mesin frais universal
Gambar 3.4. Bagian-bagian mesin frais
l
i
243
c. Alas meja berfungsi sebagai tempat dudukan meja mesin. Alas meja
dipasang diantara meja mesin dan lutut sebagai penyangga meja agar dapat
bergerak baik secara otomatis maupun manual.
d. Lutut mesin dapat mengerakan alas meja kearah vertikal secara otomatis
maupun manual.
e. Tabung pendukung berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya meja.
f. Alas dasar mesin berfungsi sebagai penyangga seluruh beban mesin frais
yang tertumpu pada lutut dan kolom mesin. Pada bagaian alas mesin terdapat
penampung cairan pendingin.
g. Lengan untuk dudukan penyokong arbor.
h. Spindle atau poros utama berfungsi untuk memutar arbor dan pisau frais.
Posisi sumbu poros utama ini tergantung dari jenis mesin frais.
4. Macam-Macam Pisau Frais
Pisau frais adalah alat potong yang digunakan pada mesin frais. Pisau Frais
dipasang pada suatu arbor mesin yang didukung dengan alat pendukung arbor.
Arbor dapat berputar karena diputar oleh suatu motor listrik sehingga pisau frais
juga ikut berputar. Banyaknya putaran arbor dapat diatur oleh operator sesuai
dengan kebutuhan.
Pisau frais mempunyai bermacam-macam bentuk sesuai dengan kebutuhan
sehingga nama pisau frais pun disesuaikan dengan bentuk dan kegunaannya.
Berdasarkan bentuknya pisau frais dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Pisau frais lurus (plain milling cutter)
1) Pisau lurus untuk pemotongan ringan (light duty plain milling cutter).
Pada umumnya pisau ini digunakan untuk
melakukan pemotongan ringan. Bentuk gigi
pada pisau ini biasanya berupa gigi lurus
maupun helik. Gigi helik dirancang untuk
jenis pemotongan ringan dengan kecepatan
sedang dan digunakan untuk menghasilkan
permukaan yang lebih halus.
Gambar 3.5. light duty plain milling cutter
244
Gambar 3.7. Helical plain cutter
2) Pisau lurus untuk pemotongan kasar atau berat (heavy duty plain milling
cutter)
Pisau jenis ini digunakan untuk pemotongan
kasar, Sudut kemiringan gigi pisau antara 25º-45º.
Bentuk dari pisau jenis ini dibuat dibuat lebih besar
dan lebar dengan jumlah gigi yang lebih kecil dari
pada bentuk pisau untuk pemotongan ringan.
3) Pisau rata helik (helical plain cutter)
Pisau ini memliki jumlah gigi lebih sedikit
dibandingkan pisau lurus. Pisau ini memiliki
sudut kemiringan antara 45º-60º atau lebih
besar dengan tujuan agar dapat menyerap gaya
pemotongan yang terjadi. Fungsi dari pisau ini
adalah untuk pemotongan kasar, penyayatan
lebar, dangkal, dan pemotongan profil.
b. Pisau sisi (side milling cutter)
Bentuk dari pisau ini pada dasarnya sama dengan pisau frais lurus, akan
tetapi pada pisau ini terdapat mata potong pada salah satu sisi atau kedua
sisinya. Pisau ini digunakan untuk penyayatan pada sisi muka atau kedua sisi
sampingnya. Bentuk dari pisau ini antara lain :
1) Pisau sisi lurus (plain side milling cutter), dengan sisi lurus pada sisi
muka dan kedua sisi sampingnya.
2) Pisau setengah sisi (half side milling cutter) digunakan untuk
pengefraisan kasar dan pengefraisan pada satu sisi.
Gambar 3.6. Heavy duty plain milling cutter
Gambar 3.8 Pisau sisi lurus
Gambar 3.9. Pisau setengah sisi
245
3) Pisau Staggered (Staggered tooth side milling cutter) fungsinya untuk
pemotongan kasar, alur dan slotting.
c. Pisau potong atau gergaji (metal sliting saw)
Pisau potong sering disebut juga pisau belah atau slitting cutter, pisau ini
digunakan untuk membelah atau memotong benda kerja dan membuat alur.
Beberapa bentuk dari pisau potong sebagai berikut:
1) Pisau gergaji lurus (plain metal seltting saw) mempunyai bentuk paling
tipis dengan sisi sampingnya dibuat tirus masuk untuk mencegah tekanan
yang terjadi pada sisi pisau. Pisau ini mempunya gigi dengan jumlah
yang lebih bayak dibandingkan pisau muka dan dibuat harus tajam.
2) Pisau potong dengan gigi samping (metal slittingsaw with side Teeth),
dalam proses pemotongan pisau ini sesuai untuk pembuatan alur. Bentuk
dari pisau ini sama dengan pisau sisi. Pada sisi samping diberi
kelonggaran untuk beram dan melindungi pisau dari tekanan sewaktu
pengoperasian.
3) Pisau potong staggered (staggered tooth metal slitting saw), bentuk
pisau ini sama dengan pisau staggered digunakan untuk pemotongan
selebar lebih sama dengan 3/16 inchi dan bias untuk pemotongan yang
lebih tajam.
4) Pisau alur sekrup (screw slotig cutter) dibuat khusus untuk pemotongan
alur dalam dan kepala baut serta dapat digunakan untuk pemotongan
ringan seperti pemotongan pada ring piston. Bentuk sisi pisau ini dibuat
lurus dan sejajar. Bentuk dari keempat pisau potong diatas pada gambar
berikut :
Gambar 3.10. Pisau Staggered
246
d. Pisau sudut (angular milling cutter)
Fungsi dari pisau ini untuk mengefrais
permukaan sehingga membentuk macam-macam
sudut seperti pemotongan alur V, ekor burung, dan
reamer. Pisau ini berbentuk sudut serta terdri dari
sudut tungal dan sudut
ganda. Pisau sudut tungal
digunakan untuk membuat
alur ekor burung. Pisau ini mempunyai satu sisi
pemukaan sudut yaitu antara 450 hingga 600.
Sedangkan pisau sudut ganda mempunyai dua sisi
permukaan sudut, dengan sudut pisau 450, 600, dan
900. Pisau ini digunakan untuk membuat alur V.
e. Pisau Jari (end mill cutter)
Ukuran pisau ini sangat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran
besar dan memiliki bentuk bermacam-macam. Pisau ini digunakan untuk
membuat alur, pembesaran lubang dan pembuatan permukaan bertingkat.
Mata pisau terdapat pada bagian muka dan bagian samping pada umumnya
pisau ini dipasang pada mesin frais horisontal.
Macam bentuk end mill tersubut adalah :
1) End mill dua mata (two flute)
Pisau ini memiliki dua mata potong dan dapat
digunakan sebagaimana fungsi bor, dapat juga
digunakan untuk membuat alur. Pisau ini dapat
memotong hingga ke center.
Gambar 3.11. Pisau gergaji lurus b. Pisau potong staggered c. Pisau potong dengan gigi samping d. Pisau alur Sekrup
Gambar 3.12. Pisau sudut tunggal
Gambar 3.13. Pisau sudut ganda
Gambar 3.14. End mill dua mata
247
Gambar 3.15. End mill mata potong jamak
Gambar 3.16. Ball end mill
2) End mill dengan mata potong jamak
Pisau end mill ini mempunyai tiga, empat, enam,
dan delapan sisi mata potong.
3) Ball end mill
Pisau ini digunakan untuk pembuatan alur dengan
radius permukaannya dapat juga untuk alur bulat, lubang,
bentuk bola dan semua pengerjaan yang berbentuk bulat.
4) Shell end mill
Ukuran pisau ini lebih besar dari pada pisau solid
serta berbentuk helik. Pisau ini mempunyai lubang
untuk pemasangan pada arbor pendek
f. Pisau muka (face mill cutter)
Pisau ini digunakan untuk menghasilkan
permukaan datar. Pisau ini merupakan bentuk khusus
dari pisau end mill. Biasanya mempunyai mata potong
sisip (inserted).
g. T-slot milling cutter
Pisau ini digunakan untuk pemotongan alur T.
Gambar 3.17. shell end mill
Gambar 3.18. Pisau muka
Gambar 3.19. T-slot milling cutter
248
h. Pisau bentuk
Pisau ini memiliki bervariasi bentuk yang
dapat digunakan untuk membentuk
permukaan sesuai keinginan.
5. Alat Bantu Mesin Frais
Alat bantu mesin frais diperlukan untuk membantu dalam proses
pengefraisan agar berjalan efektif dan efesien. Banyak sekali alat bantu mesin
frais yang dapat digunakan antara lain :
a. Arbor
Arbor digunakan untuk mencekam pisau frais dan di
tempatkan pada sumbu utama mesin. Dalam
penggunaannya arbor dilengkapi dengan kolet sebagai
ring penekan atau mengikat pisau frais. Bentuk alat ini
bulat panjang dan ujung lainnya berulir.
b. Kolet
Kolet adalah alat yang digunakan untuk mencekam pisau frais jari atau alur
yang bertangkai silindis. Ada dua jenis kolet yaitu bikonikal dan kolet W.
kolet bikonikal digunakan untuk memegang pisau frais silindris tanpa ulir
sedangkan kolet W. kolet memegang pisau frais silindris berulir.
Gambar 3.20. Pisau bentuk
Gambar 3.21. Arbor
Gambar 3.22. Kolet
249
c. Kepala lepas
Alat ini sama dengan kepala lepas pada mesin bubut, berfungsi sebagai
penahan benda kerja yang akan dikerjakan dengan kepala pembagi. Agar
benda kerja tidak terangkat maupun tertekan saat dikerjakan. Kedudukan
kepala lepas dipasang segaris dengan kepala pembagi.
d. Alat cekam benda kerja
Pada pengerjaan dengan mesin frais banyak sekali alat cekam yang dapat
digunakan untuk mencekam benda kerja antara lain :
1) Ragum
Ragum merupakan alat cekam yang sering digunakan pada proses
pengefraisan. Fungsi dari ragum ini adalah mencekam benda kerja
dengan kuat agar benda kerja tidak bergerak waktu di frais. Berdasarkan
geraknya ragum dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
a) Ragum biasa
Ragum ini digunakan untuk menjepit
benda kerja yang bentuknya sederhana dan
pada umumnya untuk mengefrais datar.
Ragum ini tidak dapat diubah sudutnya
hanya dapat dipasang sejajar atau tegak
lurus dengan spindle. Ragum ini dipasang
pada meja mesin dengan menggunakan baut.
b) Ragum berputar
Ragum dapat diputar hingga 360 0 pada arah horisontal karena
pada ragum ini terdapat pengatur sudutnya yang terdapat pada bagian
bawah ragum.
Gambar 3.23. Kepala lepas
Gambar 3.24. Ragum biasa
250
c) Ragum universal
Ragum dapat diputar hingga 3600 pada arah horisontal dan 900
pada arah vertikal.
Pemasangan ragum harus benar benar kuat agar saat proses
pengerjaan ragum tidak bergerak kerena tertekan pisau frais. Berikut
adalah langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pemasangan
ragum :
(1) Pastikan ragum dalam keadan baik dan bersih.
(2) Posisikan ragum berada di tengah-tengah benda kerja hal ini
bertujuan agar mendapat keleluasan dalam bergerak.
(3) Masukan baut pengikat pada ragum melalui alur meja mesin
kalau perlu geser ragum agar baut dapat masuk pada ragum.
(4) Bila posisi ragum sudah benar, tegak lurus atau sejajar dengan
meja mesin keraskan baut pengikat.
Gambar 3.25. Ragum putar
Gambar 3.26. Ragum universal
251
Untuk mendapatkan hasil pengerjaan yang akurat, kesejajaran
ragum harus disetel terlebih dahulu dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
(1) Lakukan langkah nomor satu sampai nomor tiga di atas.
(2) kencangkan salah satu baut pengikat pada ragum tersebut tetapi
jangan terlalu kencang agar ragum dapat tetap digerakan.
(3) Letakkan blok magnet dial indicator pada mesin.
(4) Pasang parallel block pada ragum kemudian posisikan pena
pengerak jarum pada salah satu sisi parallel block.
(5) Gerakan meja mesin sejalan dengan sisi parallel block yang
dipasang.
(6) Pukul ragum apabila jarum pada dial indicator bergerak, pukulah
berulang-ulang hingga jarum tidak bergerak.
(7) kencangkan baut pengikat ragum.
2) Meja putar
Meja putar merupakan alat cekam benda
kerja yang biasanya digunakan untuk
membuat radius luar dan untuk membagi
jarak-jarak lubang pada titik misalnya pada
pembuatan baut bertingkat. Pada proses
penggerjan meja putar biasanya ditambahkan
dengan clamp dan center pin untuk mencekam benda kerja. Pembagian
jarak antar gigi pada meja putar dapat dicari dengan persamaan sebagai
berikut:
Gambar 3.28. Meja putar
Gambar 3.27. Cara memeriksa kesejajaran pada ragum
252
Memasang meja putar menggunakan dial indicator pada meja mesin
yaitu sebagi berikut:
a) Letakan meja putar pada meja mesin.
b) Pada lubang tengah meja putar beri sumbatan dengan besi bulat.
c) Pasang dial indicator pada arbor mesin kemudian sentuhkan pena
penggerak jarum dial indicator pada besi bulat.
d) Gerakkan secara manual spindle mesin. Dengan menggeser meja
mesin secara melintang dan sejajar atur posisi meja putar.
Memasang benda kerja pada meja putar yaitu sebagai berikut;
a) Pasang parallel block dibawah benda kerja
b) Pasang penjepit pada benda kerja, perhatikan jangan sampai penjepit
menghalangi jalannya pengerjaan.
c) Kencangkan baut penjepit hingga kuat agar saat pengejaan
berlangsung beda kerja tidak bergerak.
Gambar 3.29. Memasang meja putar
Gambar 3.30. Memasang benda kerja pada meja putar
253
3) Klem
Klem mempunyai macam-macam bentuk sesuai dengan benda kerja
yang ingin di cekam. Dalam penggunaannya biasanya klem dilengkapi
dengan baut beralur T untuk pegencangnya.
4) V block
V block biasanya digunakan untuk penjepitan
benda kerja yang bulat. Pengerjan batang poros
yang pendek biasanya menggunakan sebuah V
block, jika poros panjang menggunakan dua buah
V block atau lebih yang dipasang pada meja
mesin, dengan jarak yang sesuai dengan panjang
batang poros. Dalam penggunannya biasanya V block dilengkapi dengan
klem atau baut.
5) Blok siku
Blok siku merupakan alat cekam yang
berfungsi untuk menjepit benda kerja
yang akan di frais dengan kedudukan
tegak. Benda kerja yang dipasang
menggunakan blok siku biasanya
dilengkapi dengan klem.
Gambar 3.31. Macam-macam klem
Gambar 3.32. V block
Gambar 3.33. Blok siku
254
6) Kepala pembagi (dividing head)
Dividing head merupakan alat bantu
mesin frais yang berfungsi untuk
membagi suatu lingkaran atau keliling
benda kerja menjadi bagian yang sama
seperti pada pembuatan roda gigi, alur
dan lain-lain. Dividing head biasanya dilengkapi dengan plat pembagi
yang berfungsi untuk membantu pembagian yang tidak dapat dilakukan
dengan pembagian langsung. Plat pembagi mempunyai rasio 1 : 40 dan 1
: 60 tetapi yang sering digunakan adalah 1 : 40 artinya jika engkol
diputar 40 kali putaran maka roda gigi cacing baru berputar 1 kali
putaran. Pada piring pembagi terdapat lubang-lubang dengan jumlah
tertentu.
Tabel 3.1. Jumlah lubang pada piring pembagi
Pembagian pada plat pembagi dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
푁 =40푧
Gambar 3.34. Dividing head
255
Keterangan :
N = putaran engkol
Z = jumlah pembagian yang diperlukan
40 = angka perbandingan tranmisi
Misal :
Jika kita akan membuat roda gigi dengan jumlah gigi 64
menggunakan mesin frais. Maka putaran engkol dan seri plat pembagi
yang digunakan adalah.
푁 =40푧
푁 =4064 =
58 푝푢푡푎푟푎푛
Maka engkol harus diputar 5/8 putaran. Karena piring pembagi dengan
lubang 8 tidak terdapat pada tabel di atas maka digunakan piring
pembagi dengan kelipatan 8 yaitu piring pembagi dengan seri B1 dengan
jumlah lubang 15, 16, 17, 18, 19 dan 20.
푁 =58 =
1016푝푢푡푎푟푎푛
Maka engkol diputar 10 lubang atau lubang yang ke 11 pada piring
pembagi yang mempunyai jumlah lubang 16.
Pemasangan dividing head harus sejajar dengan meja mesin agar
benda kerja yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak
miring. Untuk mencari kesejajaran dividing head dapat dilakukan
langkah-langkah pengukuran sebagai berikut :
a) Masukan mandrel kedalam lubang sepindle yang sebelumnya telah
dibersihkan.
b) Lepaskan hubungan gigi spindle dengan gigi cacing.
c) Atur jam penunjuk diatas meja mesin, kemudian amati gerak jarum
jam penunjuknya sambil menggerakkan spindle. Jika jarum bergerak
berarti belum sentris.
256
d) Pindahkan jarum jam mendekati spindle dengan cara menggesernya
dan perhatikan angka yang ditunjukan pada jarumnya. Kemudian jam
penunjuk dipindah lagi ke ujung mandrel sambil memutar
spindlenya.
e) Longgarkan sedikit mur pengunci yang terdapat pada bagian dividing
head dan mandrel dipukul dengan palu lunak secara perlahan sambil
diperiksa kembali.
f) Kerjakan langkah di atas secara berulang-ulang hingga mendapatkan
ukuran yang sama.
g) Jika jarum pada jam penunjuk tidak bergerak sama sekali maka
kencangkan seluruh bautnya.
Pencekaman benda kerja menggunakan dividing head dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a) Benda kerja dicekam diantara dua senter dalam pengefraisan lurus
Benda kerja dicekam dengan menggunakan dividing head dan
kepala lepas yang berada pada posisi lurus. Pada pengerjaan benda
kerja yang panjang pencekaman dapat dibantu dengan alat
penyangga.
b) Benda kerja dicekam diantara dua senter dalam pengefraisan tirus
Dividing head dan kepala lepas diatur sesuai sudut yang
diinginkan.
Gambar 3.35. Benda kerja dicekam diantara dua senter
Meja keja
Benda kerja Kepala lepas
Kepala pembagi
257
c) Benda kerja dicekam dengan chuck
Pencekaman model ini digunakan untuk mencekam benda-benda
yang bulat dan pendek. cekam rahang tiga maupun rahang empat
dapat digunakan yaitu dipasangkan pada dividing head. Chuck dapat
diatur horisontal, vertkal dan sesuai dengan sudut yang diinginkan.
6. Metode Proses Frais
Pada dasarnya ada dua jenis pisau frais yang digunakan dalam proses
pengefraisan yaitu pisau muka (face milling cutter) dan pisau frais selubung
(slab milling cutter). Sesuai dengan jenis pahat yang digunakan tersebut dikenal
dua macam cara pengefraisan yaitu mengefrais datar (slab milling) dengan
sumbu putaran pisau frais sejajar dengan benda kerja dan mengefrais tegak (face
milling) sumbu putaran pisau frais tegak lurus dengan benda kerja. Kemudian
metode pengefraisan datar dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu, mengefrais
naik (up milling) dan mengefrais turun (down milling).
Gambar 3.36. Benda kerja pada proses tirus
Gambar 3.37. Benda kerja cekam dengan chuck
dengan meja
258
a. Frais naik (up milling )
Frais naik biasanya disebut cara
konvensional. Gerak dari putaran pahat pada
pemotongan dengan metode ini berlawanan
arah terhadap gerak makan meja mesin frais.
Metode pemotongan ini lebih banyak
digunakan karena saat proses pemotongan
meja atau benda kerja tidak tertarik oleh
pisau frais. Meskipun apabila dicermati mengefrais naik akan mempercepat
keausan pisau frais karena mata potongnya lebih banyak bersentuhan dengan
benda kerja.
b. Frais turun (down milling)
Metode pemotongan ini arah putaran pisau
frais searah dengan datangnya benda kerja.
Proses frais turun menyebabkan meja atau
benda kerja tertekan, sehingga menyebabkan
getaran dan meja cenderung tertarik oleh
pisau frais. Metode ini jarang dipakai Karena
hasilnya kurang baik.
7. Langkah-Langkah Mengoperasikan Mesin Frais
Sebelum mengoperasikan suatu mesin frais, langkah-langkah yang harus
dilakukan yaitu :
a. Persiapan
1) Mempalajari gambar kerja untuk menentukan langkah pengerjaan yang
efektif dan efesien.
2) Menentukan jenis mesin frais yang digunakan.
3) Mentapkan kualitas hasil yang akan dicapai.
4) Menganalisis sifat bahan untuk menentukan alat potong dan cairan
pendingin yang digunakan.
5) Menentukan bentuk alat potong yang digunakan.
Gambar 3.38. Mengefrais naik
Gambar 3.39. Mengefrais turun
259
6) Menentukan parameter pemotongan yang digunakan.
7) Menentukan perlengkapan mesin frais yang digunakan.
8) Menentukan alat ukur yang digunakan.
b. Pengerjaan
1) Memasang benda kerja pada alat cekam.
2) Memasang pisau pada arbor.
3) Mengatur putaran mesin dan menghidupkannya.
4) Mengidupkan air pendingin
5) Mengatur letak pisau terhadap benda kerja.
6) Melakukan pengefraisan sesuai dengan langkah kerja.
c. Finishing
1) Mematikan mesin dan cek ukuran benda kerja.
2) Mengembalikan perlengkapan mesin frais sesuai tempatnya.
3) Membersihkan tempat kerja.
8. Memasang Pisau Frais
a. Memasang pisau frais pada arbor panjang
1) Memasang arbor
Untuk memasang arbor lakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Pilih arbor yang akan dipakai sesuaikan dengan dengan besar lubang
pisau frais.
b) Masukan bagian tirusnya kedalam lubang spindle, sebelumnya
bersihkan terlebih dahulu.
c) Saat memasukan pastikan alur pada arbor bertepatan dengan nok
spindle.
d) Kencangkan arbor dengan baut penarik pada bagian belakang tiang.
e) kencangkan lagi dengan mur penjamin agar arbor tidak lepas spindle
perhatikan gambar 3.41.
260
2) Memasang pasak pada arbor
Lakukan langkah-langkah berikut untuk memasang pasak pada arbor :
a) Posisikan alur pasak pada arbor pada bagian atas sebelum pasak
diletakkan.
b) Pastikan pasak dalam keadaan bersih kemudian pasak dipasang
masuk diantara lubang dan cincin.
c) Pasak harus masuk dengan agak ketat, jangan memakai pasak yang
longgar.
3) Memasang pisau frais
Langkah-langkah yang harus diperhatikan ketika memasang pisau frais :
a) Masukkan pisau frais dengan hati-hati
serta amati pisau frais sudah benar-
benar berhadapan dengan spindle
kemudian dorong dengan perlahan
sehingga meluncur pada arbor.
b) Putar pisau frais sehingga alur pasak dari pisau frais lurus dengan
pasak.
Gambar 3.40. Pemasangan Gambar 3.41. Mengeraskan arbor
Gambar 3.43. Memasang pisau frais
Gambar 3.42. Memasang pasak
261
4) Memasang pisau gergaji
Langkah-langkah yang harus dilakukan ketika memasang pisau gergaji :
a) Pasang pisau frais pada arbor tanpa pasak.
b) Jepit pisau frais antara dua buah cincin.
Langkah diatas memungkinkan pisau frais meluncur pada arbor
dengan beban yang terlampau besar.
5) Mengatur kedudukan alas arbor
Lakukan langkah-langkah sebagai berikut untuk mengatur
kedudukan alas arbor :
a) Posisikan kedudukan pisau frais sehingga bertepatan dengan
permukaan benda kerja.
b) Posisikan letak meja mesin bila perlu pada kedudukan yang tepat.
c) Pasang cincin pada arbor dan putar sehingga alur pasak lurus
terhadap pasak.
d) Masukkan alas pada arbor.
e) Atur cincin pada arbor sehingga ujung arbor berulir tidak tertutup
oleh cincin.
f) Masukkan mur pengunci dan keraskan dengan kekuatan tangan.
6) Memasang cincin arbor
Bersihkan cincin dan jagalah agar
antara cincin yang satu dengan cincin
lainnya tidak terdapat tatal, karena bila ada
tatal dapat menyebabkan arbor jadi Gambar 3.46. Memasang cincin arbor
Gambar 3.45. Mengatur kedudukan alas arbor
Gambar 3.44. Memasang pisau gergaji
262
bengkok pada saat dikeraskan.
7) Mengeraskan pisau frais
Langkah-langkah dalam mengeraskan pisau frais yaitu :
a) Usahakan agar gagang kunci tegak
lurus terhadap mur.
b) Pergunakan kunci yang sesuai
dengan bentuk dan ukuran mur yang
akan dikencangkan.
c) Kencangkan dengan cukup kuat.
8) Mengatur lengan mesin
Cara mengatur lengan mesin :
a) Atur kedudukan alas arbor sedekat
mungkin dengan mesin frais.
b) Pastikan lengan dan pendukung arbor
dalam keadaan bersih.
c) Pastikan antara pendukung arbor terhadap lengan dalam keadaan
lurus.
d) Pasang pendukung arbor pada lengan sedemikian rupa sehingga
bagian depan dari pendukung arbor itu rata terhadap permukaan
lengan.
e) Kencangkan mur pada pendukung dengan cukup kuat.
f) Geser lengan sehingga alas masuk dalam pendukung.
g) Kencangkan mur pengikat lengan dengan cukup kuat.
9) Melepas arbor
Cara Melepas arbor yaitu :
a) Lepas pisau frais dari arbor.
b) Longgarkan baut yang mengikt arbor.
c) Lepaskan arbor dari spindle dengan cara dipukul-pukul mengunakan
palu plastik.
d) Lepas mur pengunci sambil satu tangan menahan arbor.
e) Ambil arbor secara perlahan dengan dua tangan.
Gambar 3.48. Mengatur lengan mesin
Gambar 3.47. Mengeraskan pisau
frais
263
b. Memasang pisau frais
1) Memasang pisau frais pada arbor pendek
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam memasang pisau
frais pada arbor pendek yaitu :
a) Pastikan arbor dan pisau frais dalam keadan bersih.
b) Pasang arbor pada spindle mesin.
c) Pasang pisau frais dan posisikan pasak arbor bertepatan dengan alur
pasak pisau frais.
d) Pegang pisau frais dalam kedudukan yang baik pada arbor dan
kemudian kencangkan baut dengan kekuatan tangan.
2) Memasang pisau frais bertangkai tirus
Langkah-langkah yang harus dilakukan ketika memasang pisau frais
bertangkai tirus :
a) Pilihlah arbor pendek yang mempunyai lubang tirus sama dengan
tirus dari pada tangkai frais apabila ukuran tirus tidak sama gunakan
sarung pengurang.
b) Pastikan Lubang arbor dan tangkai pisau frais bersih dari tatal.
c) Selaraskan tangkai frais itu sehingga lidah pada ujungnya tepat pada
tempatnya.
d) Pukul frais dengan palu plastik agar terpasang ketat.
Gambar 3.49. Memasang pisau frais
Gambar 3.51. Memasang pisau frais bertangkai tirus
Gambar 3.50. Mengencangkan pisau
264
e) Kemudian pasang arbor pada spindle mesin dengan cara memasukan
arbor kedalam lubang spindle sehingga pen pembawa pada
spindlenya tepat masuk dalam alur pada arbor.
f) Pegang arbor sambil ditekan keatas.
g) Kencangkan arbor dengan baut penarik dengan cara mengencangkan
mur penjaminya.
h) Untuk melihat putaran mesin jalankan spindle dengan putaran
sedang.
3) Memasang pisau frais bertangkai lurus
Cara memasang pisau frais yang bertangkai lurus yaitu dengan
menggunakan kolet yang dipasang pada arbor. Berikut adalah langkah-
langkah yang perlu dilakukan :
a) Pilih kolet yang sesuai dengan ukuran pisau frais.
b) Pastikan lubang arbor dan kolet dalam keadaan bersih sebelum
dimasukan.
c) Masukan mur pengunci.
d) Pegang pisau frais dan keraskan mur pengunci sehingga cukup kuat
dengan menggunakan kunci khusus.
e) Masukan pisau frais kedalam kolet.
Gambar 3.52. Memasang arbor pada spindle
Gambar 3.53. Memasang pisau frais bertangkai lurus
265
4) Memasang pisau frais bertangkai dan berulir
Cara memasang pisau frais yang berulir yaitu dengn cara memasukan
pisau frais kedalam kolet kemudian putar piasu frais.
5) Memasang kolet kedalam arbor
Langkah-lngkah yang harus diperhatikan untuk memasang kolet
kedalam arbor yaitu :
a) Masukkan gabungan kolet, sarung dan frais kedalam lubang arbor
dengan teliti sehingga ujung sarung masih menonjol sedikit di luar
arbor
b) Kemudian masukkan mur pengunci sampai menyentuh ujung sarung
dan kemudian putar satu setengah putaran.
6) Melepas pisau frais dari arbor
Lakukan langkah-langkah berikut untuk melepas pisau frais dari arbor :
a) Posisikan roda gigi pada posisi kecepatan terendah.
b) Lepaskan mur pengunci dengan mempergunakan kunci.
c) Lepaskan pisau frais sehingga bersama-sama kolet lepas dari arbor.
d) Putar pisau frais sehingga lepas dari kolet.
Gambar 3.54. Memasang pisau frais bertangkai dan berulir
Gambar 3.55. Memasang kolet ke dalam arbor
266
9. Mengefrais Rata
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam mengefrais rata yaitu :
a. Menyetel benda kerja
1) Gunakan sepasang parallel block untuk meninggikan permukaan benda
kerja sehingga permukaan akhir yang akan difrais lebih tinggi dari
permukaan ragum agar pisau frais tidak terbentur ragum.
2) Pastikan benda kerja dan ragum dalam kedaan bersih.
3) Posisikan bagian sisi benda kerja yang rata pada mulut ragum yang tetap.
4) Tempatkan benda kerja pada parallel block yang panjangnya sama
dengan lebar mulut ragum.
5) Gunakan besi bulat berdiameter kira-kira ¾ inchi yang panjangnya sama
dengan benda kerja sebagai penganjal pada bagian mulut ragum yang
bergerak.
6) Kencangkan sedikit ragum sambil benda kerja dipukul dengan palu
plastik sehingga benda keja benar-benar rata.
7) Gunakan water pas untuk mengecek kerataannya.
8) Kencangkan kembali ragum hingga ragum benar-benar kuat.
Gambar 3.56. Melepas pisau frais dari arbor
Gambar 3.57. Meyetel benda kerja
267
b. Mengefrais bidang pertama
1) Letakkan parallel blok pada badan ragum untuk mengantisipasi agar
cairan pendingin tidak lari kemana-mana.
2) Letakkan sehelai kertas pada permukaan benda kerja untuk menentukan
letak pisau frais tepat diatas permukaan benda kerja.
3) Makankan pisau frais pada benda kerja dan berikan cairan pendingin.
4) Bersihkan ragum beram dengan sikat.
5) Cek permukaan benda kerja setelah selesai difrais dalam keadaan spindle
tidak berputar.
c. Mengefrais bidang kedua
1) Lepaskan benda kerja dari ragum.
2) Bersihkan ragum dan parallel block dan hilangkan beram dari benda
kerja.
3) Posisikan bagian sisi benda kerja yang sudah difrais pada mulut ragum
yang tetap, kencangkan ragumnya seperti semula. Bila perlu gunakan
water pas untuk memastikan kerataannya.
4) Lakukan pengefraisan bidang kedua seperti saat mengefrais bidang
pertama.
Gambar 3.58. Mengefrais bidang pertama
Gambar 3.59. Mengefrais bidang kedua
268
d. Mengefrais bidang ketiga
1) Lepaskan benda kerja dari ragum.
2) Bersihkan ragum dan parallel block dan hilangkan beram dari benda
kerja.
3) Gunakan penyiku untuk memeriksa kesikuan permukaan benda yang
sudah difrais.
4) Posisikan bagian sisi pertama benda kerja yang sudah difrais pada mulut
ragum yang tetap dan bagian sisi kedua posisikan pada parallel block.
5) Kencangkan ragum sambil mengatur kerataan benda kerja dengan cara
memukul-mukulnya menggunakan palu plastik.
6) Lakukan pemakanan pada benda kerja.
e. Mengefrais bidang keempat
1) Lepaskan benda kerja dari ragum.
2) Bersihkan ragum dan parallel block dan hilangkan beram dari benda
kerja.
3) Gunakan penyiku untuk memeriksa kesikuan permukaan benda yang
sudah difrais.
4) Posisikan bagian sisi benda kerja yang belum difrais menonjol keatas.
5) Kencangkan ragum sambil mengatur kerataan benda kerja dengan cara
memukul-mukul nya menggunakan palu plastik.
6) Lakukan pemakanan pada benda kerja.
7) Lepaskan benda kerja dari ragum
8) Periksa semua ukuran dan kesikuan benda kerja yang sudah difrais.
10. Mengefrais Bertingkat
Melakukan pengefraisan bertingkat dapat dilakukan secara mendatar
maupun tegak. Pisau frais yang biasanya digunakan untuk mengefrais bagian sisi
atau bertingkat yaitu pisau ujung atau shell and mill. Pisau ini dipasang pada
poros bentuk C tanpa ditahan oleh penahan.
269
11. Mengefrais Alur
Pisau yang dapat digunakan untuk mengefrais alur yaitu pisau ujung, pisau
samping dan pisau alur T dan lain-lain, sesuai dengan bentuk alur yang akan
dibuat. Demikian halnya dalam pencekaman benda kerja yang akan difrais dapat
digunakan ragum, dijepit pada meja dengan klem atau dipasang diantara dua
senter.
270
Lampiran 30.
Surat Peryataan Judgment Materi Pembelajaran
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
Lampiran 31.
Surat keterangan judgment Instrumen
281
282
283
284
285
Lampiran 32.
Surat Perijinan Penelitian
286
287
288
Lampiran 33. Lembar Pengamatan Aktifasi Peserta Didik
289
290
Tabel 1. Pertemuan 1
Kel. Asal No. Nama
Efektifitas A B C D
1
1 Adam Ridwansyah 1 1
2 Aji Saputra 1 1
3 Andri Setiawan 1 1
4 Andri Setiawan 1 1
5 Anwar Ananto 1 1 1
6 Arif Pambudi
2
7 Bagus Permadi 1 1 1 1
8 Dedy Setyawan
9 Deni Ardiyanto 1
10 Dian Pratama 1 1
11 Doni Triatmojo 1 1 1 1
12 Dwi Riyanto
3
13 Eko Supriyanto 1 1
14 Erwin Huda Maulana 1
15 Esmadiyanto 1 1
16 Fauzzan Aditya
17 Hafid Gani D. 1 1
18 Hari Purnomo 1 1
19 Hendri Ardani 1
4
20 Herjuna A.S. 1
21 Heru Setiawan 1
22 Ibnu Abbas 1
23 Isman Jayanto 1 1
24 Janu Rahmat W. 1 1
25 Ma’ruf Yunarko 1
26 M. Roffi H.S. 1
5
27 Muhammad Abdul R. 1 1
28 Rahmat Rafi’an
29 Riza Sutrisno 1 1 1
30 Rizal Setiawan
31 Sidik Ardiyan 1
32 Yuli setiyawan 1 1 1 1
TOTAL 16 12 9 14 Sumber: Pengamatan dan penilaian terhadap peserta didik
291
Tabel 2. Pertemuan ke 2
Kel. Asal No. Nama
Efektivitas A B C D
1
1 Adam Ridwansyah 1 1 1
2 Aji Saputra 1 1
3 Andri Setiawan 1 1
4 Andri Setiawan 1 1
5 Anwar Ananto 1 1 1
6 Arif Pambudi
2
7 Bagus Permadi 1 1 1 1
8 Dedy Setyawan
9 Deni Ardiyanto 1 1
10 Dian Pratama 1 1
11 Doni Triatmojo 1 1 1 1
12 Dwi Riyanto 1
3
13 Eko Supriyanto 1 1 1
14 Erwin Huda Maulana 1
15 Esmadiyanto 1 1 1
16 Fauzzan Aditya 1
17 Hafid Gani D. 1 1
18 Hari Purnomo 1 1
19 Hendri Ardani 1 1
4
20 Herjuna A.S. 1
21 Heru Setiawan 1 1
22 Ibnu Abbas 1
23 Isman Jayanto 1 1 1
24 Janu Rahmat W. 1 1 1
25 Ma’ruf Yunarko 1
26 M. Roffi H.S. 1
5
27 Muhammad Abdul R. 1 1 1
28 Rahmat Rafi’an
29 Riza Sutrisno 1 1 1
30 Rizal Setiawan 1
31 Sidik Ardiyan 1 1
32 Yuli setiyawan 1 1 1 1
TOTAL 20 15 12 17 Sumber: Pengamatan dan penilaian terhadap peserta didik
292
Tabel 3. Pertemuan Ke 3
Kel. Asal No. Nama
Efektivitas A B C D
1
1 Adam Ridwansyah 1 1 1
2 Aji Saputra 1 1
3 Andri Setiawan 1 1 1 1
4 Andri Setiawan 1 1
5 Anwar Ananto 1 1 1
6 Arif Pambudi 1
2
7 Bagus Permadi 1 1 1 1
8 Dedy Setyawan 1
9 Deni Ardiyanto 1 1 1
10 Dian Pratama 1 1
11 Doni Triatmojo 1 1 1 1
12 Dwi Riyanto 1
3
13 Eko Supriyanto 1 1 1
14 Erwin Huda Maulana 1
15 Esmadiyanto 1 1 1
16 Fauzzan Aditya 1
17 Hafid Gani D. 1 1
18 Hari Purnomo 1 1
19 Hendri Ardani 1 1
4
20 Herjuna A.S. 1 1
21 Heru Setiawan 1 1 1 1
22 Ibnu Abbas 1
23 Isman Jayanto 1 1 1
24 Janu Rahmat W. 1 1 1
25 Ma’ruf Yunarko 1 1 1
26 M. Roffi H.S. 1
5
27 Muhammad Abdul R. 1 1 1 1
28 Rahmat Rafi’an 1
29 Riza Sutrisno 1 1 1 1
30 Rizal Setiawan 1 1 1
31 Sidik Ardiyan 1 1
32 Yuli setiyawan 1 1 1 1
TOTAL 23 18 16 22 Sumber: Pengamatan dan penilaian terhadap peserta didik
293
Tabel 4. Pertemuan Ke 4
Kel. Asal No. Nama
Efektivitas A B C D
1
1 Adam Ridwansyah 1 1 1
2 Aji Saputra 1 1
3 Andri Setiawan 1 1 1 1
4 Andri Setiawan 1 1 1
5 Anwar Ananto 1 1 1
6 Arif Pambudi 1 1
2
7 Bagus Permadi 1 1 1 1
8 Dedy Setyawan 1
9 Deni Ardiyanto 1 1 1
10 Dian Pratama 1 1 1
11 Doni Triatmojo 1 1 1 1
12 Dwi Riyanto 1 1
3
13 Eko Supriyanto 1 1 1
14 Erwin Huda Maulana 1 1 1
15 Esmadiyanto 1 1 1 1
16 Fauzzan Aditya 1 1 1
17 Hafid Gani D. 1 1 1
18 Hari Purnomo 1 1 1
19 Hendri Ardani 1 1 1
4
20 Herjuna A.S. 1 1 1
21 Heru Setiawan 1 1 1 1
22 Ibnu Abbas 1 1
23 Isman Jayanto 1 1 1 1
24 Janu Rahmat W. 1 1 1 1
25 Ma’ruf Yunarko 1 1 1 1
26 M. Roffi H.S. 1 1 1
5
27 Muhammad Abdul R. 1 1 1 1
28 Rahmat Rafi’an 1 1
29 Riza Sutrisno 1 1 1 1
30 Rizal Setiawan 1 1 1
31 Sidik Ardiyan 1 1 1
32 Yuli setiyawan 1 1 1 1
TOTAL 27 20 25 28 Sumber: Pengamatan dan penilaian terhadap peserta didik
294
Tabel 4. Rata- Rata Persentase Efektivitas Peserta Didik
item Indikator Pertemuan Ke Catatan I II III IV
A Memperhatikan arahan dari guru 50% 62,50% 71,87% 84,37% Meningkat
B Mencatat dan bertanya saat diskusi
37,50% 46,88% 56,25% 62,50% Meningkat
C Keaktifan peserta didik saat diskusi 28,12% 37,50% 50% 78,12% Meningkat
D Pengumpulan tugas individu 43,75% 53,12% 68,75% 87,50% Meningkat
Rata- rata 40% 50,00% 61,72% 78,12% Meningkat Sumber: Hasil perhitungan nilai efektitas peserta didik di kelas
Keterangan:
A = Memperhatikan arahan yang diberikan oleh guru Nilai = 1
B = Mencatat dan bertanya saat diskusi berlangsung Nilai = 1
C = Keaktifan peserta didik saat diskusi berlangsung Nilai = 1
D = Pengumpulan tugas individu Nilai = 1
295
Lampiran 34. Foto- Foto Kegitan Penelitian
Gambar 1. Fato Uji coba Instrumen
Foto Peserta Didik Mengerjakan Instrumen
Foto Peserta Didik Mengerjakan Instrumen
Foto Peserta Didik Mengerjakan Instrumen
296
Gambar 2. Foto Proses Pembelajaran Jigsaw
Foto peserta didik membentuk kelompok asal
Foto peserta didik membentuk kelompok ahli
Foto peserta didik berdiskusi mengerjakan materi yang diberikan guru
297
Gambar 3. Foto Proses Pembelajaran Konvensional
Foto peserta didik memperhatikan penjelasan guru
Foto Peserta didik mencacat penjelasan dari guru
Foto peserta didik mengerjakan soal
298
Lampiran 34. Tabel Nilai distribusi t
299
Lampiran 35. Tabel Nilai Chi Kuadrat
300
Lampiran 36. Nilai- nilai berdistribusi F (Sugiyono, 2007: 383)
301
(lanjutan Lampiran 36)
302
(Lanjutan Lampiran 36)
303
(Lanjutan Lampiran 36)
304
Lampiran 37. Kartu Bimbingan Skripsi