Post on 20-Apr-2019
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
NEGERI CARUL KECAMATAN BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL
TAHUN AJARAN 2009 / 2010
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
OLEH :
TOLIB NIM : X2707029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUANOPERASI HITUNG PECAHAN PADA
SISWA KELAS IV SD NEGERI CARUL KECAMATAN BUMIJAWA
KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2009-2010
Oleh :
TOLIB
NIM:X2707029
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu
Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN
Laporan Penelitian tindakan kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 24 Juni 2010
Pembimbing Supervisor
Drs.A. Dakir, M.pd. Y. Budi Sulistiyo, S.Pd. Nip:194911061976031001 Nip;19721110 199903 1007
PENGESAHAN
Laporan Penelitian tindakan kelas ini telah dipertahankan di hadapan tim
penguji Laporan Penelitian tindakan kelas (PTK) Fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas Sebelas Maret surakart6a dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 24 Juni 2010
Tim Penguji Laporan PTK
Nama terang tanda tangan
Ketua : Drs.Kartono,M.Pd. ……………………
Sekretaris : Drs.H.Hadimulyono,M.Pd. ……………………
Anggota I : Drs.A. Dakir,M.Pd ……………………
Anggota II : Drs.Chumdori,M.Pd …………………..
Disahkan oleh
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan ,
Prof. Dr. H.M. Furgon Hidayatullah,M.Pd. NIP : 196007271987021001
ABSTRAK
Tolib, NIM : X 2707029 . PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PECAHAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI CARUL KECAMATAN BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2009/2010.
Penelitian Tindakan Kelas,Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,Juni 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan dalam pembelajaran matematika pada siswa dan untukmengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD.
Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. model siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleks Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Carul Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.Siswa kelas IV terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.Teknik pengumpulan data kuantitatif hasil belajar menggunakan tes tertulis,data kualitatif proses pembelajaran melalui observasi angket dan wawancara.
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian diperoleh simpulan pada kondisi awal,nilai rerata kelas 55. Dengan pendekatan kontekstual pada siklus I nilai rerata kelas menjadi 65.Pada siklus II nilai rerata kelas menjadi 78 .Dari keseluruhan siklus yang dilakukan ,dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan dalam pemelajaran matematika.Setiap siklus membawa dampak positif kearah peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Carul kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2009/2010.
Kata Kunci :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan menyusun laporan penelitian tindakan kelas .Dengan segala kerendahan hati
penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material
sehingga laporan penelitian tindakan kelas ini dapat terselesaikan. Dengan rasa
penuh hormat ucapan terima kasih ini dihaturkan kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Rernat Sajidan, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS.
4. Drs.A.Dakir,M.Pd. selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan, sehingga
penelitian tindakan kelas ini dapat selesai tepat waktu.
5. Drs. Chumdori, M.Pd, selaku pembimbing yang telah sabar memberi bimbingan,
sehingga penelitian ini dapat selesai.
6. Bahrun S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Carul dan dewan guru yang telah
membantu atas kelancaran pelaksanaan PTK ini..
7. Y.Budi Sulistiyo ,S.Pd. sebagai supervisor .
8. Siswa siswi kelas IV SD Negeri Carul yang telah membantu kelancaranya
penelitian tindakan kelas ini.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, hanya doa yang dapat penulis
panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa semoga memberikan balasan dan menjadikan
amal ibadah yang mulia.
Selanjutnya sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari segala kekurangan,
untuk itu penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya. Segala kritik dan saran yang
membangun akan sangat membantu penulis dalam penyempurnaan penyusunan
selanjutnya.
Surakarta, 24 Juni 2010
Penulis
Tolib NIM : X2707029
DAFTAR ISI
SAMPUL ……….. .......................................................................................... ....ii
HALAMAN SETUJUAN……………………………………………………….iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………...………...iv
ABSTRAK ...................................................................................................... .....v
KATA PENGANTAR .................................................................................... ....vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ....ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… ....x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………1
B. Rumusan dan Pemecahannya ..................................................... …3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... …4
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................ …4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ............................................................................... …5
B. Kerangka Pikir ........................................................................... …15
C. Hipotesis Tindakan .................................................................... …16
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... …17
B. Subyek Penelitian ....................................................................... …17
C. Prosedur Penelitian .................................................................... …17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................... …23
B. Pembahasan ................................................................................ …30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................... …47
B. Saran ........................................................................................... …47
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... …49
\
DAFTAR TABEL
1. Struktur organisasi SD Negeri Carul ………………………………………50
2. Data nilai formatif pra siklus ................................................................... …51
3. Data nilai formatif siklus I…………………………………………………..52
4. Data nilai formatif siklus II…………………………………………………53
5. Data nilai pra siklus ,siklus I dan siklus II…………………………………..54
6. Data nilai gabungan siklus I………………………………………………...55
7. Data observasi keaktifan siswa siklus I .................................................... …57
8. Data nilai gabungan siklus II………………………………………………...58
9. Data observasi keaktifan siswa siklus II ................................................ ….60
10. Daftar nilai kerja kelompok/diskusi siklus I…………………………………61
11. Daftar nilai kerja kelompok /diskusi…………………………………………62
DAFTAR LAMPIRAN
1. Perangkat Pembelajaran( RPP ) siklus I…………………………………...64
2. Perangkat pembelajaran ( RPP ) siklus II…………………………………75
3. Instrumen penilaian RPP…………………………………………………...95
4. Lembar angket siswa……………………………………………………….96
5. Personalia Peneliti………………………………………………………….97
6. Curriculum Vitae…………………………………………………………...98
7. Presense peneliti …………………………………………………………...99
8. Daftar nilai siswa silkus I…………………………………………………..100
9. Angket pendapat siswa …………………………………………………….101
10. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa siklus I………………………...102
11. Lembar Observasi Aktivitas belajar Siswa siklus II……………………….103
12. Presense Peneliti............................................................................................104
13. Daftar nilai siswa siklus II............................................................................106
14. Pendapat kepala sekolah……………………………………………………107
15. Pendapat teman sejawat…………………………………………………….108
16. Penilaia Implementasi RPP…………………………………………………110
17. Gambar pelaksanaan pembelajaran…………………………………………111
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran yang berlangsung sehari-hari merupakan interaksi
antara pendidik dan peserta didik mempunyai maksud dan tujuan yang hendak
dicapai. Maksud dan tujuan pendidikan dapat dicapai apabila proses
pembelajaran yang dilaksanakan membawa hasil atau tujuannya tercapai. Pada
umumnya keberhasilan proses pembelajaran dapat ditunjukkan dan dibuktikan
dengan penguasaan materi pelajaran pada peserta didik. Penguasaan materi
pelajaran oleh peserta didik dapat diukur dengan melaksanakan penilaian, baik
penilaian proses maupun hasil pembelajaran.
Penilaian yang dilakukan penulis di SD Negeri Carul Kecamatan
Bumijawa Kabupaten Tegal pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2009/2010,
hasilnya menunjukkan rendahnya penguasaan materi pada mata pelajaran
matematika oleh peserta didik.
Sasaran pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi tiga aspek
yaitu berhitung, pengukuran dan penyajian data. Pada aspek berhitung
merupkaan materi yang paling sulit untuk dikuasai peserta didik, terutama
dalam operasi hitung pecahan.
Keadaan inilah yang mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian
tindakan kelas. Dalam pembelajaran matematika guru harus mampu memilih
dan menggunakan pendekatan, model, metode dan strategi serta teknik
pembelajaran tertentu yang tepat atau sesuai, agar pembelajaran lebih berpusat
pada keaktifan peserta didik. Peserta didik akan lebih aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran.
Belajar akan lebih bermakna apabila peserta didik mengalami “apa yang
dipelajari” bukan apa yang diketahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan materi dan tuntutan kurikulum, ternyata gagal dalam membekali
siswa memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari ataupun
kehidupan jangka panjang. Untuk itu penulis mengemas pembelajaran yang
berbasis pendekatan kontekstual (CTL) melalui model mainan, dengan berbagai
teknik atau metode yang merupakan alternatif untuk membantu siswa dalam
pembelajaran matematika sehingga peserta didik mengalami apa yang ia
pelajari dan menemukan konsep teori yang ia pelajari, siswa tidak hanya
mampu mengingat jangka panjang, namun dapat menginternalisasikan konsep-
konsep teori yang dipelajari.
Dalam pembelajaran operasi hitung pecahan, guru membantu anak
memahami, menggambarkan dan mendeskripsikan bilangan pecahan melalui
benda-benda konkret, sehingga anak akan lebih tertarik untuk mempelajari, jika
mereka terlibat secara langsung, aktif dalam kegiatan individu maupun
kelompok.
Berdasarkan pernyataan diatas guru mempunyai permasalahan dalam
pembelajaran matematika, terutama dalam operasi hitung pecahan. Hal ini
terjadi karena guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, sehingga
siswa merasa bosan, merasa kesulitan dan bingung, dalam mengerjakan operasi
hitung pecahan, siswa takut bertanya pada guru apabila mengalami kesulitan
dan memahami suatu konsep.
Pendekatan pembelajaran, model dan teknik serta metode yang kurang
variatif dan inovatif, menjadikan pembelajaran matematika menjadi beban yang
memberatkan bagi peserta didik, akibatnya hasil pembelajaran matematika
peserta didik rendah.
1. Identifikasi Masalah
Rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran
matematika, tentang operasi hitung pecahan, kemungkinan disebabkan oleh:
a. Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat
b. Metode yang digunakan guru kurang bervariatif dan inovatif
c. Kurang mengoptimalkan penggunaan media dan alat peraga
d. Guru kurang memberi kesempatan bertanya pada siswa
e. Dalam memberikan latihan kurang bervariasi sehingga membosankan
siswa
f. Motivasi belajar siswa rendah
2. Analisis Masalah
Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi diatas guru (penulis)
meminta bantuan teman sejawat atau supervisor untuk bersama-sama
menganalisa permasalahan yang menjadi factor penyebab rendahnya tingkat
ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika antara lain:
a. Metode yang digunakan kurang bervariatif dan inovatif, guru terlalu
banyak ceramah sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
sangat kurang
b. Alat peraga dan media pembelajaran yang digunakan kurang menarik
siswa
c. Guru kurang memberikan latihan-latihan pada siswa
Setelah peneliti berdiskusi dengan teman sejawat serta menganalisis
permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran matematika, maka
peneliti menyusun rencana tindakan sebagai berikut :
“Dengan menerapkan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan
kemampuan mengerjakan operasi hitung pecahan pada siswa kelas IV SD
Negeri Carul Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal”
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Apakah penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dapat meningkatkan
kemampuan operasi hitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Carul
Kecamatan Bumijawa
Kabupaten Tegal ? “
2. Pemecahan Masalah
Setelah peneliti berdiskusi dengan kepala sekolah dan teman sejawat serta
menganalisis permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran matematika ,
maka peneliti menyusun rencana tindakan sebagai berikut :
“Dengan menerapkan model Kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan operasi hitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri carul
kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal “
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan :
Uuntuk meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri Carul Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal melalui
penerapan model Kontekstual dalam pembelajaran matematika.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas akan memberikan
manfaat yang berarti, yaitu :
1 Manfaat Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa
b. Dapat meningkatkan kemampuan atau prestasi belajar siswa
2 Manfaat Bagi Guru
a. Hasil penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki proses
pembelajaran di kelas
b. Dapat menambah pengalaman dan pemahaman guru tentang
pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual (CTL) dan
implementasinya dalam pembelajaran di kelas
3 Manfaat Bagi Sekolah
a. Membantu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah
b. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru
c. Meningkatkan kompetensi lulusan, meningkatkan kredibiliitas
sekolah .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pembelajaran Matematika
Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman dan latihan.
Menurut Edward Walter, belajar matematika memerlukan latihan-latihan
yang berulang kali. Latihan-latihan yang efektif bagi siswa sekolah dasar
akan lebih mudah mempelajari simbol-simbol matematika. Guru harus
menempuh agar anak mau melatih diri belajar matematika.
2. Pengertian Pecahan
Menurut Cholis Sa’dijah (1998)dalam mempelajari konsep bilangan
pecahan ,pemahaman yang baik mengenai konsep bilangan cacah sangat
penting sehingga kita /siswa akan lebih mudah memahami konsep
bilangan pecahan a/b dengan syarat b ≠ 0.
Pengertian pecahan dapat di ilustrasikan sebagai berikut :
Jika kita membagi suatu daerah persegi menjadi delapan bagian ma besar
,maka setiap bagian mempunyai luas seperdelapan darkeseluruhan,dan dapat
ditulis lambang 1/8 . Sedangkan yang tidakadalah 7/8 . Bentuk penulisan
seperti di atas disebut Pecahan Secara umum bentuk penulisan a/b disebut
pecahan,dengan a da Bilangan cacah dan b ≠ 0 . Dalam hal ini a disebut
pembilang dan disebut penyebut.
Pecahan adalah bagian dari bilangan rasional yang dapat di tulis dalam
bentuk ba
dengan a dan b bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol.
Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu : (1) pecahan
biasa, (2) pecahan desimal, (3) pecahan persen, (4) pecahan campuran.
Kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti jika didahului
dengan soal cerita yang menggunakan benda-benda nyata misalnya buah
apel, sawo, jeruk atau kue misal apem dll. Peraga selanjutnya berupa bangun
datar seperti persegi, lingkaran yang nantinya akan sangat menbantu dalam
pemahaman konsep.
Pecahan dapat di peragakan dengan melipat kertas berbentuk
lingkaran atau persegi sehingga lipatannya tepat menutupi bagian yang
lainya. Selanjutnya bagian yang di lipat di buka dan di arsir sesuai bagian
yang di kehendaki. Pecahan dibaca setengah atau satu per dua atau
seperdua. “1” disebut pembilang yaitu merupakan daerah pengambilan. “2 “
disebut penyebut yaitu merupakan 2 bagian yanga sama dari keseluruhan.
Muchtar A. Karim (2007: 6.22)
3. Operasi Hitung Pecahan
Penjumlahan ( Muchtar A. Karim ,2007: 6.22 ) dapat dperagakan ,
dengan benda-benda konkrit misalnya : buah-buahan, kue, tali rafia
dan sebagainya. Model bangun-bangun datar umpamanya persegi
panjang, peersegi , lingkaran dan sebagainya .
a Penjumlahan pecahan berpenyebut sama .
Umpamanya untuk menujukkan 41
+42
= …., maka kita bagi
sebuah apel menjadi 4 bagian yang sama, sehingga masing-masing
bagian adalah 41
an , kita ambil 41
bagian, kemudian kita ambil lagi
42
bagian kemudian kita gabungkan maka besar buah minjadi 43
bagian
.Kita simpulkan bahwa 41
+42
= 43
.
Bentuk umum : a
cbac
ab +
=+ .
b Penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama .
Jika kita akan menjumlahkan dua pecahan berpenyebut tidak sama maka
langkah pertama adalah menyamakan penyebutnya. Jika penyebutnya
sudah sama,kita dapat menggunakan peragaan benda-benda konkret,
semi konkret, dan terakhir abstrak yaitu kalimat matematika,contoh :
....43
54
=+
Langkah pertama mencari pecahan yang senama dengan 43
54
dan .
Nama lain dari ,...2016
,1512
,108
54
yaitu
Nama lain dari ,...2015
,1612
,129
,86
43
yaitu
Pecahan yang penyebutnya sama dari 54
dan 43
adalah 2016
dan 2015
Sehingga dapat kita tulis 2031
2015
2016
43
54
=+=+
Bentuk umum dari penjumlahan pecahan yang penyebutnya beda
Yaitu : dxbcxb
bxdaxd
dc
ba
+=+ =bd
bcaddc
ba +
=+ .
c Pengurangan pecahan yang penyebutnya sama .
Pengurangan bilangan pecahan sebenarnya merupakan lawan dari
penjumlahan bilangan pecahan. Yaitu mencari suku yang belum
ketahui pada penjumlahan apabila jumlahnya sudah diketahui.
Misalnya 53
54
=+ p , dapat ditulis sebagai p=-53
54
, untuk mencari
p dapat menggunakan benda-benda konkret semi konkrit,dan abstrak
Langkah-langkahnya sebuah kertas berbentuk persegi panjang dibagi
menjadi 5 bagian sama besar, ambil 54
bagian kemudian dikurangi
53
bagian sehingga sisanya 51
bagian atau 51
53
54
=- .
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa : p
bapb
pa -
=- .
d Pengurangan pecahan yang penyebutnya berbeda.
Langkah-langkahnya sama dengan penjumlahan pecahan yang
penyebutnya berbeda. Yaitu menyamakan penyebut dari pecaha-
pecahan tersebut .
Umpamanya 43
75-
Nama lain dari ,...2820
2115
1410
75
===
Nama lain dari ,...2821
2418
2015
1612
129
86
43
======
Sehingga 43
75- =
281
2821
2820
-=- dapat diperagakan dengan garis
bilangan.
Jika diselesaikan dengan menggunakan kalimat matematika :
281
2821
2820
7473
4745
43
75
-=-=-=-xx
xx
Dari contoh di atas pengurangan pecahan yang penyebutnya berbeda
dapat
dinyatakan sebagai berikut: pxq
bxpaxqqxpbxp
pxqaxq
qb
pa -
=-=- .
Menurut (Clifford T Morgan) bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku karena hasil pengalaman sehingga memungkinkan seseorang
menghadapi situasi yang berbeda dengan cara yang berbeda-beda. Belajar
sambil bermain akan membuat siswa belajar matematika menjadi lebih
menyenangkan sehingga akan menimbulkan motivasi belajar.
Menurut Bruner (Hudoyo, 1988 : 56) belajar matematika adalah
belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan
antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Bruner melukiskan
perkembangan anak-anak melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu :
1 Tahap Enaktif
Pada tahap ini dalam belajar siswa memanipulasi objek-objek konkret
secara langsung
2 Tahap Ikonik
Pada tahap ini kegiatan anak didik mulai menyangkut mental yang
merupakan gambaran dari objek-objek konkret dan anak didik sudah
dapat memanipulasi dengan gambaran dari objek-objek yang dimaksud
3 Tahap Simbolik
Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara
langsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan objek
Hasil penelitian Bruner ke sekolah-sekolah (dalam Russeffendi 1992 :
110 – 113, dalam belajar matematika ada beberapa teori yang berlaku yang
disebut dengan dalil, yaitu (a) dalil penyusunan, (b) dalil notasi, (c) dalil
pengontrasan dan keanekaragaman dan (d) dalil pengaitan.
Perkembangan konsep matematika menurut Dienes (dalam Resnick,
1981 : 120) dapat dicapai melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam
rangkaian kegiatan belajarnya berjalan dari konkret ke simbolik. Tahap
belajar adalah interaksi yang direncanakan antara satu segmen struktur
pengetahuan dan belajar aktif yang dilakukan melalui media matematika
yang didesain secara khusus. Menurut Dieres (dalam Ruseffendi, 1992 :
125-127) konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam
tahap-tahap tertentu. Dieres membagi tahap belajar menjadi enam tahap,
yaitu (a) permainan bebas, (b) permainan dengan aturan (gamus), (c)
permainan kesamaan sifat, (d) Representative, (e) simbolisasi dan (f)
formalisasi.
3. Prinsip-prinsip Belajar
Pada proses pembelajaran unsur proses pembelajaran memegang
peranan penting, mengingat kegiatan mengajar adalah proses membimbing
kegiatan belajar mengajar akan bermakna apabila ada kegiatan belajar
siswa. Untuk itu penting sekali bagi guru memahami sebaik-baiknya tentang
proses belajar siswa, agar dapat memberi bimbingan dan menyediakan
lingkungan belajar yang tepat bagi siswa.
Pengertian belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
dijadikan pengetahuan berharga bagi guru dalam menentukan pendekatan
atau strategi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajarannya. Adapun prinsip-prinsip belajar secara umum adalah
sebagai berikut :
a Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual, baik dalam
kemampuan
b Mengingat siswa sebagai subyek belajar ,guru pembimbing
fasilitator,dan sebagai pemantau.
c Pembelajaran menekankan pada proses dan hasil, bukan apa yang
dipelajari
d Pembelajaran memperagakan berbagai pendekatan, model, metode dan
teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan minat anak
e Guru memberikan tindak lanjut demi peningkatan dan efektivitas
pembelajaran
Pada kurikulum yang berorientasi pencapaian kompetensi siswa, dijelaskan
bahwa kegiatan pembelajaran di kelas harus mengacu pada hal-hal berikut :
a Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa
b Belajar dengan melakukan
c Mengembangkan kemampuan sosial dalam belajar
d Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitroh BerTuhan
e Mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah agar berhasil
annya
f Mengembangkan kreativitas siswa
g Mengembangkan kemampuan menggunakan IPTEK
h Menumbuhkembangkan kesadaran sebagai warga Negara yang baik
i Belajar sepanjang hayat
j Perpaduan kompetensi, kerjasama dan solidaritas
4. Efektivitas Pembelajaran
Secara ideal pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang
efektif. Kata efektivitas berasal dari kata effectiveness, menurut kamus
besar Bahasa Indonesia (1994:250) keefektifan disamaartikan dengan
keberhasilan (usaha, tindakan), maka suatu pembelajaran dikatakan efektif
jika usaha tersebut mencapai tujuan. Soekartawi (Tasunan. 2000:43)
menyatakan bahwa keefektifan menunjuk kepada evaluasi terhadap suatu
proses yang menghasilkan suatu keluaran yang diamati atau keberhasilan
suatu program. Menurut Reigeluth dan Marrill (Nyoman Degeng, 1989 :
165-168) keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian hasil belajar siswa. Menurutnya ada empat kriteria untuk
menetapkan keefektifan pembelajaran yaitu :
a Kecermatan penguasaan terhadap sesuatu yang dipelajari, dalam hal ini
unjuk kerja dapat dipakai sebagai indicator untuk menetapkan keefektifan
pembelajaran, makin cermat siswa makin menguasai perilaku yang
dipelajari, makin efektif pembelajaran yang telah diajarkan
b Kecepatan unjuk kerja adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan soal itu.
c Tingkat alih belajar adalah kemampuan siswa meningkatkan belajar dari
apa yang telah dikuasainya, lalu beralih ke hal lain yang serupa atau
sejenis
d Tingkat retansi adalah tingkat kemampuan dalam menyelesaikan soal
yang masih mampu ditampilkan pada periode waktu tertentu
Menurut Uzer Usman (1996:21-31) dalam menciptakan kondisi
pembelajaran yang efektif ada lima variable yang menentukan keberhasilan
siswa, yaitu (1) melibatkan siswa aktif, (2) menarik minat, (3)
membangkitkan motivasi siswa, (4) prinsip individual dan (5) peragaan
dalam pembelajaran.
Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa keefektifan
pembelajaran bukan saja berkaitan dengan produk pembelajaran tetapi juga
merujuk pada proses. Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor sebagai berikut :
1) Kegiatan neural sistem seperti melihat, mendengar, merasakan,
berpikir, kegiatan motorik dan kegiatan untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, kebiasaan dan ketrampilan perlu diadakan
pengulangan-pengulangan yang kontinu agar penguasaan hasil lebih
mantap
2) Belajar memerlukan latihan
3) Belajar dengan suasana yang menyenangkan dan menghasilkan
kepuasan Faktor keberhasilan dan kegagalan belajar
4) Pengalaman lama yang diasosiasikan dengan pengalaman baru
5) Bahan apersepsi dari pengalaman yang lampau
6) Kesiapan belajar
7) Minat dan usaha
8) Faktor fisiologis dan
9) Intelegensi
Berdasarkan indikator diatas, keefektifan pembelajaran adalah berisi
tentang apa yang dilakukan siswa selama mereka mengikuti proses
pembelajaran berlangsung. Keefektifan pembelajaran lebih ditekankan pada
peran apa yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Meskipun
demikian faktor guru juga sangat penting, lebih lanjut Sudyana
menambahkan bahwa guru merupakan salah satu variabel yang menentukan
kualitas pembelajaran. Keefektifan suatu pembelajaran ditentukan peran apa
yang dilakukan guru-guru memegang peranan penting sebagai
penanggungjawab atas keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu mengajar
adalah pekerjaan profesional, bukan pekerjaan sambilan atau tambahan.
Untuk itu perlu diciptakan kondisi belajar yang dapat mendukung terjadinya
proses belajar yang aktif dan kreatif. Belajar akan lebih bermakna apabila
siswa mengalami sendiri pembelajaran tersebut sehingga pengetahuan itu
dapat diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan kontekstual menurut Nurhadi (2003) adalah konsep-
konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, juga mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penetapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran berbasis kontekstual adalah sebuah proses pendidikan
yang bertujua mendorong para siswa melihat makna didalam materi
akademik yang dipelajarinya dengan menghubungkan pengalaman pribadi,
sosial dan budaya mereka (Johnson, 2002). Ada tujuh komponen dalam
pembelajaran kontekstual, yaitu : (a) membuat keterkaitan yang bermakna,
(b) melakukan pembelajaran yang berarti, (c) melakukan pembelajaran yang
diatur sendiri, (d) melakukan kerjasama, (e) membantu individu untuk
tumbuh dan berkembang, (f) berfikir kritis dan kreatif untuk mencapai
standar yang tinggi, dan (g) menggunakan penilaian yang autentik.
Landasan filosofis Contextual Teching and Learning (CTL) adalah
konstruktivisme bahwa belajar adalah tidak hanya sekedar menghafal, siswa
harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri.
6. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Kelas
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tugas guru adalah sebagai team yang
membantu untuk merumuskan sesuatu yang baru bagi anggota kelasnya,
agar tujuan pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
Ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran
kontekstual (Zahorik, 1995:19-22) yaitu : (1) pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada, (2) perolehan pengetahuan baru, (3) pemahaman pengetahuan
dengan cara : (a) menyusun konsep sementara, (b) sharing dengan orang
lain, dan (c) merevisi dan mengembangkannya, (4) mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut, dan (5) melakukan refleksi.
Sebuah dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika
menerapkan ketujuh komponen pembelajaran kontekstual yaitu (1)
konstruktivisme, (2) inkuiri, (3) bertanya, (4) masyarakat belajar, (5)
pemodalan, (6) refleksi, dan (7) penilaian yang sebenarnya.
Langkah-langkah dalam pembelajaran Contextual Teching and
Learning (CTL) secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak belajar akan lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya
b. Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik
c. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya
d. Ciptakan masyarakat belajar
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f. Melakukan refleksi diakhir pertemuan
g. Melakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai cara
PROSES
B. Kerangka Pikir
Ketrampilan menyelesaikan operasi hitung pecahan, merupakan
ketrampilan yang paling sulit dikuasai siswa, maka dari itu dalam
pembelajaran operasi hitung pecahan dicari terobosan baru yang mampu
menarik minat siswa untuk belajar matematika, dengan materi pembelajaran
yang kontekstual, dekat dengan kehidupan siswa, bisa dialami siswa, dapat
ditemukan dengan mudah dapat merangsang siswa belajar. Pembelajaran
yang sesuai dengan kriteria diatas adalah pembelajaran ketrampilan
menyelesaikan operasi hitung pecahan berbasis kontekstual. Dan kerangka
berpikirnya dapat digambarkan, seperti bagan di bawah ini .
Bagan : Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
(M.Arikunto Sugiyanto : 2009 )
Pada Kondisi awal pembelajaran di kelas menggunakan metode
konvesional , proses pembelajaran tidak efektif sehingga kemampuan siswa
rendah. Untuk meningkatkan kemampuan siswa perlu penerapan pendekatan
kontekstual agar proses pembelajaran lebih efektif dan bermakna .
C. Hipotesis Tindakan
Pembelaran efektif
-Rencana -Tindakan -Observasi -Refleksi
-Rencana -Tindakan -Observasi -Refleksi
Kondisi Akhir
Kemampuan siswa meningkat
Kondisi awal Pembelajar Kontekstual
Siklus I Pendekatan Kontekstual
Siklus II
Kemampuan siswa renadah
Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan operasi
hitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Carul Kecamatan Bumijawa
Kabupaten Regal.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri Carul, Kecamatan
Bumijawa, Kabupaten Tegal pada kelas IV. Penelitian direncanakan akan
dilakukan pada bulan Januari sampai dengan pertengahan bulan Juni 2010.
Penelitian dilakukan selama enam bulan dari tahap persiapan hingga pelaporan
hasil penelitian tindakan kelas.
B. Subyek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Carul,
Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Jumlah siswa kelas IV adalah 27
anak,terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Adapun
pelaksanaannya adalah melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, kegiatan yang akan dilakukan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah (mendiskusikan permasalahan) yang muncul
berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas
b. Merancang pelaksanaan tindakan untuk memecahkan permasalahan
yang berkaitan dengan pembelajaran operasi hitung pecahan
c. Menyusun format observasi dan instrumen penelitian untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran operasi hitung pecahan
d. Menetapkan jenis data yang akan dikumpulkan dan teknis analisis data
yang digunakan dalam PTK ini.
2. Tahap Implementasi / Tindakan
Rencana tindakan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Rancangan siklus I
1) Tahap Perencanaan, mencakup kegiatan :
a) Merancang skenario pembelajaran oeprasi hitung pecahan
dengan pendekatan kontekstual dengan langkah-langkah : (a)
Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang berkesan, (b) siswa
berkelompok untuk mencermati mainan kartu bilangan dan
mendiskusikannya, (c) siswa menyusun kartu bilangan
membentuk operasi hitung pecahan dan membahasnya bersama
kelompok, (d) siswa melaporkan hasilnya di depan kelas dan
siswa lainnya menanggapi.
b) Menyusun rencana pembelajaran (RPP) operasi hitung pecahan
c) Membuat atau merancang media pembelajaran (membuat kartu
bilangan dan kartu operasi bilangan)
d) Melakukan simulasi pembelajaran operasi hitung pecahan
dengan pendekatan kontekstual
2) Tahap Implementasi / Pelaksanaan
Dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP pada
siswa. Pada siklus I ini pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dan
observer dari teman sejawat untuk melakukan observasi terhadap
proses pembelajaran dan wawancara dengan beberapa siswa setelah
pembelajaran berakhir.
3) Tahap Observasi
Pada tahap observasi dilakukan observasi dengan mengamati proses
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) dengan menggunakan
pedoman observasi yang telah disiapkan peneliti. Peneliti juga
melakukan wawancara dengan siswa untuk memperoleh data yang
akurat dan lengkap.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil
observasi, serta hasil wawancara. Analisis dilakukan terhadap proses
dan hasil pembelajaran, hasil tindakan pertama dapat disimpulkan
berdasarkan hasil analisis, bagian fase mana yang perlu direvisi,
perlu perbaikan atau perlu disempurnakan. Dan fase yang telah
memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan
mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan sesuai target atau mungkin melebihi. Apabila
masih dibawah target yang ditetapkan maka, peneliti (guru)
merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I dan
mencari gagasan atau pemikiran untuk merevisi, memperbaiki
ataupun menyempurnakan proses pembelajaran pada siklus II.
b. Rancangan Siklus II
1) Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan :
a) Merancang skenario pembelajaran operasi hitung pecahan
dengan pendekatan kontekstual dengan langkah-langkah :
(a) Guru mengadakan apersepsi yang berkaitan dengan materi
pembelajaran, (b) siswa menanggapi dan bertanya tentang
pengerjaan operasi hitung pecahan dengan kartu bilangan, (c)
siswa mengerjakan latihan-latihan sesuai dengan langkah-
langkah yang telah dipelajari, (d) siswa mengerjakan tes tertulis,
(e) Guru bersama murid menyimpulkan hasil pembelajaran, (f)
Guru memberi penguatan, dan (g) Guru bersama siswa
mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan-kesan atau respon
siswa terhadap pembelajaran yang baru berlangsung.
b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) operasi
hitung pecahan
c) Membuat atau merancang media pembelajaran
d) Melakukan simulasi pembelajaran
2) Tahap Implementasi / Pelaksanaan
Dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
dirancang dan disusun pada siswa. Pada siklus II pembelajaran
dilakukan oleh guru kelas (peneliti) dan observer dari teman sejawat
untuk melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan
wawancara dengan beberapa dengan siswa setelah pembelajaran
berakhir.
3) Tahap Observasi
Pada tahap observasi dilakukan observasi proses pembelajaran
dengan mengamati (aktivitas guru dan siswa) dengan menggunakan
pedoman observasi yang telah dipersiapkan peneliti.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap analisis, siklus II diharapkan menunjukkan peningkatan
penguasaan materi pelajaran oleh siswa, sehingga memenuhi target
capaian ketuntasan yang telah ditentukan, bahkan bila mungkin
diatas target. Apabila pada siklus II masih ada siswa yang belum
tuntas dalam penguasaan materi pelajaran dapat dilakukan tindakan
pada siklus III dan seterusnya.
3. Tahap Observasi
Pada tahap observasi dilakukan observasi, serta evaluasi terhadap
pelaksanaan tindakan yang telah ia lakukan. Kriteria keberhasilan tindakan
adalah bahwa para siswa memiliki ketrampilan mengerjakan operasi hitung
pecahan.
Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas. Tes digunakan
untuk mengungkap tingkat pemahaman siswa otentang operasi hitung
pecahan, antara pra siklus, siklus I dan siklus II. Selain itu digunakan
analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih detail hasil
proses pembelajaran operasi hitung pecahan dengan pendekatan kontekstual.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap analisis dan sintesis, dan memahami hasil tindakan siklus I
untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi, menyempurnakan dan
merencanakan kembali tindakan berikutnya, yang perlu diterapkan agar
siswa memiliki kemampuan dalam pengerjaan operasi hitung pecahan,
Begitu seterusnya sampai tindakan ini dapat tercapai. Dalam implementasi
ini guru menggunakan metode pembelajaran tanya jawab, observasi,
ceramah, tugas, kerja kelompok, diskusi, inkuiri, presentasi dan penugasan .
Dari uraian tersebut dapat dibuat bagan sebagai berikut :
Bagan : Pelaksanaan tindakan penelitian model siklus.
Dikutip : Dari M.Arikunto Sugiyanto : 2009 )
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
SIKLUS II
Pengamatan
Tindakan Selanjutnya
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
Perencanaan
Dari gambar bagan di atas dpat dijelaskan sebagai berikut :
Pembelajaran pada kondisi awal kurang efektif ,hasil belajar siswa rendah,sehigga
perlu tindakan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kontekstual melalui
tahapan siklus I (perencanaan , tindakan , observasi dan refleksi ) dan siklus II
(perencanaan , tindakan ,observasi dan refleksi ).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tahun pelajaran 2009 / 2010 SD Negeri Carul Kecamatan Bumijawa
Kabupaten Tegal dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan memiliki 9 guru.
Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan pendidik 6 guru kelas,
1 guru agama (Islam), 1 guru Penjaskes, 1 guru Bahasa Inggris,dan orang
penjaga. Demi kelancaran program–program sekolah dan semakin meningkat
mutu pendidikan di SD Negeri Carul, maka segenap komponen pengelola SD
baik kepala sekolah, komite sekolah, guru dan karyawan senantias melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggung jawab masing – masing sebagai tertuang dalam
program kerja yang telah direncanakan pada setiap tahun pelajaran. Mekanisme
kerja segenap pengelola SD tersebut berada dibawah koordinasi dan pengawasan
kepala sekolah. Adapun Bagan Struktur Organisasi SD Negeri Carul ada pada
lampiran . Adapun hasil laporan penelitian selengkapnya adalah sebagai berkut :
1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan (tanggal 4 ,9 dan 18 Maret
2010 ) .dan diikuti oleh 27 siswa kelas IV. Siklus I, adalah untuk
meningkatkan proses belajar dan hasil belajar pelajaran matematika dengan
materi pokok operasi hitung pecahan.
a. Perencanaan
Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan pembelajaran
matematika terutama pada materi operasi hitung pecahan. Perencanaan
RPP mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, tujuan pembelajaran, , materi pelajaran, strategi
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat dan sumber
pembelajaran dan penilaian.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah:
a) Ruang Belajar
Ruang belajar adalah ruang Kelas IV.
Guru menyiapkan media pembelajaran dan alat bantu belajar.
b) Buku Pelajaran
Buku Matematika kelas IV , BSE “Ayo Belajar Matematika ”
Penerbit : Pusat Perbukuan, DEPDIKNAS Tahun 2008,
Jakarta.Halaman : 172 – 175.
c) Alat Peraga
Alat peraga yang dipersiapkan kartu bilangan pecahan dan kartu
operasi bilangan pecahan serta alat peraga benda konkrit.
3) Menyiapkan Lembar Kerja
Guru menyiapkan materi pelajaran dan materi diskusi .
4) Menyiapkan Lembar Evaluasi
Guru menyiapkan soal-soal evaluasi untuk siswa
5) Menyiapkan lembar observasi untuk teman sejawat
Teman sejawat melakukan observasi terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan yang hasilnya akan ditulis dalam lembar observasi.
b.Pelaksanaan
1) Kegiatan awal
a) Apersepsi
b) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang Penjumlahan dan
pengurangan pecahan .
2) Kegiatan inti
a) Guru mejelaskan materi tentang operasi penjumlahan dan
pengurangan dengan peragaan benda langsung(kongkrit).
b) Guru menjelaskan penyelesaian penjumlahan dan pengurangan
pecahan secara matematis.
c) Siswa mengerjakan latihansoal –soal dengan bimbingan guru.
d) Guru membagi siswa menjadi lima kelompok,dan membagi
lembar kerja.
e) Siswa mengerjakan tugas kelompok,dengan bimbingan guru.
f) Siswa melaporkan hasil kerja kelompok didepan kelas,kelompok
lain menanggapi.
g) Siswa menyimpulkan hasil diskusi dengan bimbingan guru.
h) Siswa mengerjakan evaluasi secara individu.
3) Kegiatan penutup
a) Siswa merangkum materi pelajaran operasi hitung pecahan.
b) Guru memberi tugas rumah (TR)
c) Guru mengadakan tindak lanjut / refleksi pembelaran yang
telah berlangsung
c. Pengamatan / Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses dimana teman sejawat
memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran yang disampaikan
oleh guru. Di sini teman sejawat akan melakukan pengamatan dan
penilaian pada lembar observasi yang telah disediakan. Adapun hal-hal
yang akan dinilai dalam pengamatan meliputi :
1) Pra pembelajaran
2) Kegiatan Membuka Pelajaran
3) Kegiatan Inti Pembelajaran
a) Pelaksanaan materi pelajaran
b) Strategi pola pembelajaran
c) Pemanfaatan media pembelajaran
d) Penilaian proses dan hasil belajar
e) Penggunaan bahasa
4) Penutup
Adapun hal-hal yang diobservasi tentang kegiatan siswa dalam proses
belajar mengajar meliputi :
a) Banyaknya siswa yang bertanya (dilihat dari jumlah anak yang
tunjuk jari untuk bertanya)
b) Banyak siswa yang menjawab pertanyaan (dilihat dari
partisipasi/tunjuk jari siswa untuk menjawab)
c) Banyak siswa yang ingin maju ke depan kelas.
d) Banyak siswa yang mengerjakan tugas
e) Banyak siswa yang melamun
f) Banyak siswa yang mengerjakan tugas lain
g) Banyak siswa yang mengganggu teman
h) Banyak siswa yang keluyuran di luar kelas
Untuk lebih jelasnya, bentuk format lembar observasi dapat dilihat pada
bagian hasil penelitian dan lampiran.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk meninjau
kembali pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan dasar
hasil observasi teman sejawat. Ini berguna untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan dalam proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir
yang bertujuan untuk memperbaiki dan penyempurnaan pembelajaran.
2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II
Siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan (tanggal 8 ,13 dan 20 April
2010 ) .dan diikuti oleh 27 siswa kelas IV. Materi pokok yang diajarkan sama
dengan siklus I, dimana siklus II ini adalah tidak lanjut dari siklus I selain
memberikan penjelasan guru mengoptimalkan penggunaan alat peraga atau
media pembelajaran.Dalam kerja kelompok guru mengemas dengan
permainan mencari pasangan bilangan pecahan dengan kartu bilangan
pecahan.
a Perencanaan
Langkah-langkah atau tindakan yang dilakukan adalah :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Seperti pada siklus I, pada siklus II ini juga menyusun RPP mencakup
penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, , materi pelajaran, strategi pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran dan
penilaian.Adapun langkah-langkah pembelajaran adalah :
- Guru menjelaskan materi pembelajaran operasi hitung pecahan.
- Secara berkelompok siswa mengejakan lembar kerja dengan
berdiskusi .
- Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan
kelas kelompok lain menanggapi.
- Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dengan bimbingan guru.
- Secara individu siswa mengerjakan tes fomatif/evaluasi
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pelajaran adalah.
a) Ruang Belajar
Ruang belajar adalah ruang kelas IV. Guru menata terlebih dahulu
tempat duduk siswa, menyiapkan kapur , penggaris dan
sebagainya.
b) Buku Pelajaran
Buku Pelajaran Ayo Belajar Matematika kelas IV Penerbit Pusat
Perbukuan DEPDIKNAS tahun 2005 ,Halaman : 172 – 175.
c) Alat Peraga
Alat peraga yang dipersiapkan alat peraga konkrit (kertas lipat
,buah ) dan kartu bilangan pecahan.
3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Guru menyiapkan materi yang diajarkan dan menyiapkan materi
diskusi.
4) Menyiapkan Lembar Tes/Evaluasi
Guru menyiapkan soal-soal evaluasi untuk siswa
5) Menyiapkan lembar observasi untuk teman sejawat
Teman sejawat melakukan observasi terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan yang hasilnya akan ditulis dalam lembar observasi.
b Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
· Apersepsi : Bertanya jawab tentang materi pada pertemuan yang
lalu .atau yang mengarah pada materi yang akan dibahas.
· Memotivasi siswa agar semangat dalam belajar .
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dibahas.
2) Kegiatan Inti
· Guru bersama siswa mengadakan Tanya jawab tentang operasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
· Guru menjelaskan materi pelajaran tentang penjumlahan dan
pengurangan dengan peragaan langsung.,dan mengaitkan dengan
permasalahan /pengalaman siswa.
· Guru menunjukkan /mendemontrasikan cara menjumlahkan
dan mengurangkan pecahan dengan alat peraga langsung.
· Secara bergantian siswa menerjakan latihan maju kedepan kelas
dengan bimbingan guru.
· Siswa mengerjakan tugas /lembar kerja secara berkelompok dan
mendiskusikannya dengan anggota kelompok.
· Siswa menyimpulkan hasil diskusi dengan bimbingan guru .
· Siswa secara individu mengerjakan tes atau evaluasi.
3) Kegiatan Penutup
· Siswa merangkum materi pembelajaran tentang operasi hitung
pecahan.
· Tindak lanjut pertemuan 1 dan 2 siswa diberi tugas rumah /PR .
· Tindak lanjut pertemuan 3 ,bagi siswa hasil nilainya mencapai
tingkat ketuntasan minimal (SKBM : 65 ),diberi tugas pengayaan
.Siswa yang hasil nilainya belum tuntas ,diberi tugas perbaikan .
c Pengamatan / Observasi
Seperti pada siklus I, di siklus II observasi juga dilakukan oleh teman
sejawat. Adapun hal-hal yang akan dinilai dalam pengamatan meliputi :
5) Pra pembelajaran
6) Kegiatan Membuka Pelajaran
7) Kegiatan Inti Pembelajaran
a) Pelaksanaan materi pelajaran
b) Strategi pola pembelajaran
c) Pemanfaatan media pembelajaran
d) Penilaian proses dan hasil belajar
e) Penggunaan bahasa
8) Penutup
Adapun hal-hal yang diobservasi tentang kegiatan siswa dalam proses belajar
mengajar meliputi :
a) Banyaknya siswa yang bertanya / tunjuk jari untuk bertanya .
b) Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan
c) Banyaknya siswa yang ingin maju ke depan kelas.
d) Banyaknya siswa yang mengerjakan tugas
e) Banyaknya siswa yang melamun
f) Banyaknya siswa yang mengerjakan tugas lain
g) Banyaknya siswa yang mengganggu teman
h) Banyaknya siswa yang keluyuran di luar kelas
Untuk lebih jelasnya, bentuk format lembar observasi dapat dilihat pada
bagian hasil penelitian dan lampiran.
d Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk meninjau
kembali pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan dasar hasil
observasi teman sejawat. Ini berguna untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan dalam proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir yang
bertujuan untuk memperbaiki dan penyempurnaan pembelajaran.
B. Pembahasan
1. Pembahasan Siklus I
penjelasan, demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan.
Data untuk perencanaan telah tertuang dalam RPP, yang dapat dilihat
pada lampiran laporan ini. Sedangkan data pelaksanaan, berupa nilai evaluasi
siswa tugas dan hasil pengamatan siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Persentase Ketuntasan Belajar Tes Tertulis siklus I
Tuntas
Belum Tuntas
NO
Jumlah siswa
jumlah
%
jumlah
%
1.
27
18
67 %
9
33 %
Pada siklus I tingkat ketuntasan hasil tes tertulis mata pelajaran
matematika adalah seperti terlihat dalam tabel 1 : di atas . Siswa yang tuntas
belajar 18 anak atau 67 % . Siswa yang belum tuntas belajar 9 anak atau 33 %
. Untuk lebih jelasnya lihat tabel ,lampiran halaman : 52.
0
10
20
30
40
50
60
70
Persentase ketuntasan siklus I
Tuntas
Belum
Diagram 1 ; Persentase ketuntasan belajar siklus I
Jadi kemampuan operasi hitung pecahan pada siswa ada peningkatan dari pra
siklus yang tuntas 10 anak atau 37 % menjadi 67 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram 1 .
Dari tabel 2 : data pengelompokan nilai tes tertulis siklus I dapat disimpulkan
bahwa, anak yang memperoleh nilai 90 ke atas sebanyak 1 anak, nilai antara 70-
79 sebanyak 7 anak, sedangkan yang memperoleh nilai kurang dari 70 sebanyak
13 anak .Ada 6 anak,dengan nilai kurang dari 60 . Nilai tes tertulis siklus I rata-
rata 65.
Tabel 2: Pengelompokan Penilaian Tes Tertulis Siklus I
Rentang Nilai Kategori deskripsi jumlah Persen tase
≥ 90 A AmatBaik 1 3,7 70 – 79 B Baik 7 26 60 – 69 C Cukup Baik 13 48,1 50 – 59 D kurang 6 22,2 ≤ 49 E Amat kurang 0 -
Dari analisis hasil tes tertulis siklus I dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa meningkat Tingkat ketuntasan siklus I dari 37 % pada pra siklus
menjadi 67 % pada siklus I Untuk tingkat ketuntasan belajar minmal adalah
63.Nilai rerata kelas naik dari 55 meningkat menjadi 65 pada siklus I. Pada
siklus I juga tidak ada anak yang memperole nilai sangat kurang atau
dibawah 50.Untuk lebih memahami dapat dilihat pda diagram 2,seperti
dibawah ini dan pada lampiran halaman : 52.
0
5
10
15
Jumlah siswa
Amat memuaskan
Memuaskan
Cukup
kurang
Sangat kurang
Diagram 2 : Pengelompokan Nilai Tes Fomatif Siklus I
Untuk hasil nilai gabungan dari tes fomatif ,nilai tugas kelompok dan nilai keaktifan siswa juga mengalami peningkatan .
Tabel 3 : Pengelompokan Penilaian Gabungan Siklus I
Rentang Nilai
Kategori deskripsi jumlah Persentase
≥ 80 A AmatBaik 7 27% 70 – 79 B Baik 10 38% 60 – 69 C Cukup Baik 9 33 % 50 – 59 D kurang 1 2 % ≤ 49 E Amat kurang - -
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang sangat baik
menguasai materi ada 7 anak, siswa yang baik menguasai materi ada 10 anak,
yang cukup baik menguasai materi ada 9 anak dan yang kurang menguasai
materi ada 1 anak dengan nilai rata-rata 73 ,lihat lampiran halaman : 52 .
Guru dalam mengelola proses pembelajaran secara umum sudah baik
dan berhasil,ini dapat dilihat pada tabel 4 hasil pengamatan implementasi RPP
oleh teman sejawat/observer. Guru dalam mengelola pembelajaran sudah
berhasil meskipun masih ada anak yang belum tuntas sekitar 10 anak atau 33
% .
Tabel 4: Hasil observasi implementasi RPP siklus I .
NO Aspek yang diamati Hasil 1 Pra pembelajaran Baik 2 Kegiatan membuka pelajaran Baik 3 Kegiatan inti pelajaran - A.Pelaksanaan materi pelajaran Sedang B.Strategi belajar Sedang C.pemanfaatan media pembelajaran Baik D.Penilaian proses dan hasil belajar Baik E.Penggunaan bahasa Baik 4 Penutup Baik
Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran
dapat dilihat pada tabel 5 . Untuk lebih lengkap dan jelas dapat dilihat pada lampiran halaman : 110 .
Tabel 5 : Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I
NO Keterangan Jumlah
anak
Persen
tase
1 Siswa yang bertanya 10 37 %
2 Siswa yang menjawab 14 52 %
3 Siswa yang maju kedepan 24 89 %
4 Siswa yang mengerjakan tugas 27 100 %
5 Siswa yang melamun 2 7 %
6 Siswa yang mengerjakan tugas lain 4 14 %
7 Siswa yang berbicara tidak relevan 4 14%
8 Siswa yang mengganggu teman 4 14%
9 Siswa yang keluyuran diluar kelas 2 7%
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kolom nomor 1 anak yang ingin
bertanya 10 anak, kolom nomor 2 banyak anak menjawab 14 anak, kolom
nom27 anak, kolom nomor 5 siswa yang melamun 2, kolom nomor 6 siswa
yang mangerjakan tugas lain 4 anak , kolom nomor 7 siswa yang berbicara
tidak relevan 4 siswa , kolom nomor 8 siswa mengganggu teman 4 anak ,
kolom nomor 9 keluyuran keluar kelas 2 anak. Supaya lebih jelas dalam
mendeskrisikan tingkat keaktifan siswa disajikan diagram 3 dan lampiran
halaman : 57.
0
10
2030
4050
60
7080
90100
Persentase
1014142724442
Diagram 3 : Keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika siklus I
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kolom nomor 1 anak yang ingin
bertanya 10 anak, kolom nomor 2 banyak anak menjawab 14 anak, kolom
nomor 4 adalah 27 anak, kolom nomor 5 siswa yang melamun 2, kolom
nomor 6 siswa yang mangerjakan tugas lain 4 anak , kolom nomor 7 siswa
yang berbicara tidak relevan 4 siswa , kolom nomor 8 siswa mengganggu
teman 4 anak , kolom nomor 9 keluyuran keluar kelas 2 anak.
Adapun hasil dari refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan teman
sejawat, diperoleh data sebagai berikut :
a. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sudah
berhasil meningkatkan motivasi siswa.
b. Dalam proses pembelajaran siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
c. Siswa dapat belajar dengan perasaan senang tidak ada ketakutan / tekanan.
d. Siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat bekerjasama dalam kelompok.
e. Hasil evaluasi belajar juga mengalami peningkatan walaupun masih ada
yang belum tuntas.
Kendala / hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I
Berdasarkan hasil analisis proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hasil
evaluasi, angket yang diedarkan pada siswa, nilai tugas , dan hasil
pengamatan observer selama pembelajaran berlangsung ,serta refleksi ,maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang berlangsung pada siklus I
terdapat kendala atau hambatan antara lain:
a. Ada beberapa siswa yang lamban belajar.
b. Jumlah media dan alat peraga yang terbatas.
c. Siswa kurang terlatih dalam menggunakan alat peraga.
d. Ada beberapa siswa yang kurang aktif selama pembelajaran.
e. Siswa kurang terbiasa mengajukan pertanyaan dan pendapat selama
diskusi.
f. Siswa kurang menguasai kemampuan operasi hitung dasar .
Semua kendala dan masalah yang telah diidentifikasi menjadi acuan bagi
peneliti untuk menyusun strategi penyelesaian masalah antara lain sebagai
berikut :
a. Anak yang lamban belajar diberi bimbingan khusus.
b. Menambah jumlah alat peraga agar setiap kelompok dapat memperagakan
operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan menggunakan benda
konkret seperti buah apel, jambu,
roti,kertas lipat, bangun datar persegi panjang,persegi,dan lingkaran.
c. Memotivasi siswa untuk berani bertanya dan mengemukakan pendapat.
d. Siswa diberi latihan-latihan hitung dasar ( menjumlah, mengurangi,
mengalikan dan membagi).
2. Pembahasan siklus II
Siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan dengan mengikut
sertakan27 siswa kelas IV. Materi pokok yang diajarkan sama dengan siklus I,
dimana siklus II ini adalah tidak lanjut dari siklus I selain memberikan penjelasan
guru mengoptimalkan penggunaan alat peraga, dan dalam kerja kelompok guru
mengemas dengan permainan mencari pasangan kelompok operasi hitung
pecahan dan mengerjakan soal-soal latihan.
Data untuk perencanaan pada siklus II ini juga telah tertuang dalam
RPP, dapat dilihat pada lampiran laporan ini sedangkan data dari hasil
pelaksanaan berupa nilai hasil evaluasi siswa pada siklus II dapat dilihat pada
tabel 5 .
Tabel 6 : Pengelompokan nilai formatif siklus II
Rentang Nilai Kategori deskripsi jumlah Persentase
≥ 80 A Sangat Baik 9 33 %
70 – 79 B Baik 15 55 %
60 – 69 C Cukup Baik 3 12 %
50 – 59 D kurang - -
≤ 49 E Sangat kurang - -
Dengan melihat data hasil tes fomatif yang telah dikelompokkan maka dapat
dianalisis ,kemajuan belajar siswa . Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami
peningkatan . Siswa yang memperole nilai 80 ke atas ada 9 atau 33 % anak yang
memperoleh nilai70 ke atas ada 15 anak atau 55 % ,yang memperoleh nilai 60 ke atas
ada 3 anak atau 12 % .Sedangkan siswa yang memperole nilai kurang dari 60 tidak
ada. Untuk lebih jelasnya lihat grafik 3., dan tabel halaman ; 54 .
0
10
20
30
40
50
60
Persentase
9
15
3
0
0
Diagram 3 : Kemajuan hasil pembelajaran siklus II
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, anak yang memperolehnilai 80 ke atas
sebanyak 9 anak, nilai antara 70-79 sebanyak 15 anak, sedangkan yang memperoleh
nilai kurang dari 70 sebanyak 3 anak,dengan nilai rata-rata 78. Hal ini dapat dilihat
dalam tabel 5 dan grafik 3 di atas.Dari data tersebut di simpulkan bahwa anak yang
memperoleh nilai 80 ke atas 9 anak,nilai antara 70-79 sebanyak 15 anak,sedangkan
yang memperoleh nulai kurang dari 70 sebanyak 3 anak dengan nilai rata-rata 78 Dari
grafik di atas dapat di ketahui bahwa siswa yang sangat baik menguasai materi adalah
9 anak,yang baik menguasai materi 15 anak, siswa yang cukup baik menguasai
materi 3 anak dan siswa yang kurang menguasai materi tidak ada.
Unuk tingkat ketuntasan belajar siklus II ada peningkatan yang cukup tajam dari
67 % pada siklus I menjadi 89 % pada siklus II. siswa yang belum tuntas ada 3 anak
atau 11 %. Seperti yang tertera pada tabel 6 dan grafik 4.
Tabel 7: Analisis ketuntasan hasil tes formatif siklus II .
Tuntas Belum tuntas No.
Jumlah siswa jumlah % Jumlah %
1.
27
24 89% 3 11 %
Dari diagram 4 dapat diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa dari 37 % pada pembelajaran pra siklus menjadi 67 % pada siklus I dan menungkat lagi menjadi89% pada siklus II
0
20
40
60
80
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tuntas
Belum tuntas
Diagram 4 : Perbandingan Ketuntasan belajar pra siklus,siklus I dan siklus II.
Dari observasi implementasi RPP pada siklus II guru dalam megelola pembelajaran
di kelas mengalami kemajuan yang semakin meningkat. Dengan penilaian rata-rata
Baik .
Tabel 8 : Hasil observasi implementasi RPP siklus II
NO Aspek yang di amati Hasil
1 Pra pembelajaran Baik
2 Kegiatan membuka pelajaran Baik
3 Kegiatan inti pelajaran Baik
a. Pelaksanaan materi pembelajaran Baik
b. Strategi belajar Baik
c. Pemanfaatan media pembelajaran Baik
d. Penilaian proses dan hasil belajar Baik
e. Penggunaan bahasa Baik
4 Penutup Baik
Ini juga terlihat dengan keaktifan siswa yang terus meningkat dari siklus ke siklus
Kemampuan belajar siswa juga rata- rata mengalami peningkatan . Terbukti dengan
nilai tes fomatif ,tugas dan keatifan serta motivasi terhadap pembelajaran matematika
semakin meningkat.
Tabel 9 :Data hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus II .
NO
KETERANGAN
JUMLAH
ANAK
PRESENTASE
1 Siswa yang bertanya 12 44 %
2 Siswa yang menjawab 18 67 %
3 Siswa yang maju kedepan 26 97 %
4 Siswa yangb mengerjakan tugas 27 100 %
5 Siswa yang melamun 0 0 %
6 Siswa yang mengerjakan tugas lain 1 4 %
7 Siswa yang berbicara tidak relevan 3 11 %
8 Siswa yang mengganggu teman 1 4 %
9 Siswa yang keluyuran diluar 0 0 %
Dari data diatas disimpulkan bahwa kolom nomor 1 banyak siswa yang
bertanya 12 anak, kolom nomor 2 siswa yang menjawab 18 anak, kolom nomor 3
banyak siswa yang mau maju 26 kolom nomor 4 banyak siswa yang mengerjakan
tugas 27 anak, kolom nomor 5 banyak siswa yang melamun 0 anak, kolom nomor 6
Siswa yang mengerjakan tugas lain 1, kolom 7 siswa yang berbicara tidak relevan 2
anak, kolom nomor 8 siswa yang mengganggu teman 1 siswa.Kolom 9 siswa yang
keluyuran 0 atau tidak ada .Atau lebih jelasnya lihat lampiran halaman 60 dan grafik
4.
0
20
40
60
80
100
Persentase
12
18
26
27
0
1
3
1
0
Grafik 4 : Hasil observasi keaktifan siswa siklus II
Hasil refleksi antara peneliti dan observer ,diperoleh data sebagai berikut :
a. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sudah berhasil meningkatkan
kemampuan dan motivasi belajar siswa
b. Dalam proses pembelajaran siswa aktif dan kreatif .
c. Siswa belajar dengan senang karena dikaitkan dengan pengalaman siswa
sehari-hari.
d. Pembelajaran menjadi efektif ,karena anak dapat langsung melihat benda
tiruan.
e. Hasil evaluasi meningkat dengan rata-rata 81 artinya siswa mampu
memahami materi yang diajarkan dengan baik .
Kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II hampir tidak
ada , hanya sekitar 11 % (3 anak) belum menguasai materi operasi hitung
pecahan. Tngkat ketuntasan belajar meningkat dari 67 % menjadi
89 % pada siklus II Untuk itu guru harus memberi bibingan khusus pada anak
yang lamban belajar dan mengoptimalkan penggunaan alat peraga.
3. Pembahasan tiap siklus
Berdasarkan hasil penelitian yangt telah dilaksanakan yang terdiri dari dua
siklus. Terdapat peningkatan dalam kegiatan belajar mengajar dari pra siklus
,siklusI ke II, seperti yang terlihat dalam rata-rata hasil belajar dan lembar
observasi.
Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
terbukti dapat meningkatkan kemampuan menguasai materi operasi hitung
pecahan pada siswa. Motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika
meningkat. Hal tersebut dapat terlihat dalam kegiatan pembelajaran dengan
bimbingan guru, dan penggunaan media /alat peraga dapat membuat siswa aktif
dalam belajar sehingga siswa mampu dan terampil dalam operasi hitung pecahan.
a. Pembahasan Siklus 1
Dari penelitian pada siklus I ternyata hasil yang didapat kurang
memuaskan . Dari hasil pembelajaran siswa pada tabel 1 lampiran.dapat
dilihat bahwa masih ada siswa yang belum menguasai materi. Walaupun nilai
rata-rata kelas sudah 73 ini dirasa masih belum maksimal , karena masih ada
perbedaan nilai yang mencolok antara siswa yang memiliki nilai rata-rata 9
dan siswa yang memiliki nilai rata-rata 5.
Untuk hasil observasi implementasi RPP oleh teman sejawat dapat
dilihat dalam table 4, dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran
laporan ini.
Adapun hasil pengamatan motivasi siswa juga kurang memuaskan
dapat dilihat dalam tabel 4 banyak siswa yang ingin bertanya hanya 37%,
masih ada anak yang melamun , mengerjakan tugas lain , mengganggu teman
dan keluyuran di luar kelas.
Dari hasil pembelajaran siklus 1 kurang berhasil , maka perlu adanya langkah
– langkah perbaikan yang harus dilakukan.
Guru harus dapat menggunakan strategi yang tepat dalam
pembelajaran agar anak lebih memahami tentang operasi hitung pecahan.
Guru juga harus memperhtikan materi-materi yang sulit dipahami anak.
Siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru harus tetap memberi
bimbingan. Serta perlu adanya perbaikan terhadap pembelajaran siklus
berikut.
b. Pembahasan siklus II(kedua).
Pada siklus II,pembelajarannya sudah berhasil ,baik kerhasilan proses
maupun hasil pembelajaran. Semua siswa telah mampu memahami konsep
operasi hitung pecahan ,hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata siswa tidak ada
lagi nilai 50. Walaupun ada 3 anak yang nilai rata-ratanya antara 60-70. Hal
ini dapat pada tabel 7 nilai rata-rata kelaspun juga meningkat dari 73-78.
Semua aspek yang dijadikan observasi teman sejawatpun hasilnya
lebih baik. Ini tidak terlepas dari perbaikan yang dilakukan pada siklus II.
Adapun yang diperbaiki yaitu penerapan pendekatan kontekstual yang lebih
menekankan pembelajaran yang lebih bermakna, sehingga siswa dapat
memahami konsep operasi hitung pecahan. Guru juga memberi penekanan
khusus pada materi yang sulit dipahami siswa. Pelaksanaan pembelajaran
juga sudah berhasil, siswa sudah lebih tertarik pada pelajaran matematika
terutama materi operasi hitung pecahan.
Guru juga mengemas cara kerja kelompok dengan cara permainan
yaitu mencari pasangan kartu operasi hitung pecahan. Hal ini membuat anak
merasa dalam belajar matematika,sehingga anak yang biasanya malas kerja
kelompok dengan senang mengikuti.
Adapun dari hasil pangamatan motivasi siswa juga meningkat,hal ini
dapat dilihat dalam tabel 10,banyak siswa yang ingin bertanya 67%. Siswa
yang ingin menjawab 26 anak, semua anak mengerjakan tugas sampai selesai,
walau masih ada anak yang berbicara tidak relevan,mengganggu teman, tapi
jumlahnya menurun sedang yang keluyuran diluar kelas tidak ada.
Dengan demikian siklus II sudah memuaskan dan terlaksana
pembelajaran yang disukai oleh siswa,maka pembelajaran tersebut membekas
dibenak siswa dan akan teringat lama dipikiran mereka (dapat dilihat dari
hasil angka pada lampiran).
4. Pembahasan antar siklus.
Pada siklus 1 hasil belajar yang dicapai siswa belum memuaskan. Tindakan-
tindakan yang dilakukan belum optimal. Tindakan-tindakan yang belum
berhasil tersebut,antara lain:
a. Pemanfaatan waktu belum efektif,karena siswa belum mempersiapkan
diri dengan baik.
b. Penggunaan alat peraga belum efektif, siswa belum puas dalam
pemanfaatan.
c. Pengelolaan kelas kurang,karena masih ada anak yang bertindak atau
menghambat kegiatan belajar mengajar.
Tabel 10 : Analisis hasil belajar siswa siklus I dan II .
Siklus I Siklus II Rentang
nilai
Kate
gori
deskripsi
jumlah % jumlah %
≥ 80 A Amat baik 7 27% 9 33 %
70 – 79 B Baik 10 38% 15 55 %
60- 69 C Cukup baik 9 33 % 3 12 %
50 – 59 D Kurang 1 2 % - -
≤49 E A. kurang - - - -
jumlah - 27 100 % 27 100 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa ada peningkatan kemampuan pemahaman
siswa terhadap mata pelajaran matematika khususnya pada materi operasi hitung
pecahan.
Hal ini dapat kita lihat pada siklus I nilai rata rata siswa yang lebih dari 80
berjumlah 7 anak yang memperoleh nilai rata-rata antara 70-79ada 10,yang mendapat
nilai rata-rata 60-69 ada 9 dan yang mendapat nilai rata-rata <60 satu anak. Ini
menunjukkan siswa masih kurang memahami materi.
Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata >80 ada 9 anak,nilai rata-rata 70-79
ada 15 anak, nilai rata-rata 60-69 I 73,sedang siklus II 78 .Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran berhasil dengan baik.
Tabel 11: Hasil analisis keaktifan siswa siklus I dan II.
Siklus I Siklus II NO Pernyataan
Jumlah % Jumla
h
%
1 Siswa yang bertanya 10 37 % 12 44 %
2 Siswa yang menjawab 14 52 % 18 67 %
3 Siswa yang maju ke depan 24 89 % 26 97 %
4 Siswa yang mengerjakan tugas 27 100 % 27 100 %
5 Siswa yang mengerjakan tugas lain 2 7 % 0 0 %
6 Siswa yang berbicara tidak relevan 4 14 % 1 4 %
7 Siswa yang menganggu teman 4 14% 3 11 %
8 Siswa yang melamun 4 14% 1 4 %
9 Siswa yang keluyuran di luar kelas 2 7% 0 0 %
Dari tabel di atas dapat dilihat ada peningkatan pada tindakan anak yang
positif. Ada penurunan tindakan anak yang negatif. Dengan demikian dapat di
katakan bahwa motivasi siswa meningkat,sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
0
5
10
15
20
25
30
Siklus I Siklus II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Diagram 5: Perbandingan hasil observasi siklus I dan siklus II
Untuk lebih jelasnya bisa melihat diagram 5.Ada peningkatan pada tindakan
anak yang positif. Ada penurunan tindakan anak yang negatif. Dari siklus ke siklus
secara keseluruhan implementasi tindakan selalu ada peningkatan
Ini dapat dilihat hasil tes tetulis mengalami peningkatan dari pra siklus tingkat
ketuntasan 37 % menjadi 67 % pada siklus I. Pelaksanaan siklus II juga natingkat
ketuntasan naik dari 67 % pada siklus I menjadi 89 % pada siklus II.Nilai rerata kelas
naik dari 55 menjadi 65 pada siklus I dan 79 pada siklus II.
Target keberhasilan hasil pembelajaran siswa 70 % sudah tercapai,bahkan
melampau taget yang ditetapkan. Kriteria ketuntasan belajar siswa tercapai dari
siklus I 67 % ,siklus II 89 % .Kriteria ketuntasan belajar minimal mata pelajaran
matematika kelas IV SD Negeri Carul adalah 63%, lihat lampiran halaman : 54.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pembahasan laporan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dapat diambil simpulan yang merupakan hasil dari pelasanaan tindakan perbaikan
dari kondisi awal , siklus satu dan siklus dua Maka dapat di tarik kesimpulan
sebagai berikut:
1 Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dapat
meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan pada siswa dan
meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2 Penerapan pendekatan kontekstual akan lebih menarik bila guru
mengemasnya sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa .Sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna ,karena dikaitkan dengan pengalman
siswa sehari-hari.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas,beberapa hal yang sebaiknya di lakukan
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran untuk memperoleh hasil yang
memuaskan, peneliti menyarankan kepada :
1. Guru/teman sejawat
a. Perlu mengadakan evaluasi dalam setiap pembelajaran matematika
Sehingga guru mengetahui kekurangan-kekurangan untuk di perbaiki dan
keberhasilan-keberhasilan yang di capai untuk di pertahankan.
b. Guru hendaknya memiliki kemampuan yang baik dalam menganalisa
permasalahan yang terjadi dalam suatu pembelajara matematika
c. Guru harus pandai menumbuhkan minat ,motivasi dan daya tarik siswa
terhadap mata pelajaran matematika khususnya materi operasi hitung
pecahan
d. Guru harus dapat memberi kesempatan pada siswa untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran.
e. Perlu melakukan penelitian tindakan kelas unntuk memperbaiki proses dan
hasil pembelajaran .
2. Bagi siswa : siswa harus lebih aktif belajardan kreatif agar lebih menguasai
materi pelajaran yang dpelajari.
3. Bagi sekolah : pihak sekolah harus meyediakan sarana dan prasarana
pembelajaran yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Cholis sa’dijah.(1998 ) . ”Pendidikan Matematika II ”Jakarta,Depdikbud
Ditjen Dikti.
Degeng. I. N. (1989). Ilmu Pengajaran Taksonomi dan Variabel, Jakarta : Depdikbud, Dirjendikti, Proyek Pengembangan LPTK
Depdiknas. (2007) “Penelitian Tindakan Kelas” dalam Materi Pelatihan Teritegrasi,
Jakarta : Dirjendikdasmen Hudoyo. H. (1988). Mengajar Belajar Matematik. Jakarta. Depdikbud Dikti. Proyek
Pengembangan LPTK Karso, dkk. (1999). Pendidikan Matematika I . Jakarta. UT Muktar A. Karim.(2007) Pendidikan Matematika II, Jakarta, UT Nurhadi, (2004). Kurikulum 2004, Jakarta, PT. Gramedia Widiaswara. Indonesia
diterjemahkan oleh Setiawan. Bandung
Pitajeng (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan, Jakarta. Depdiknas Resnick. LB & Ford, WW. (1981). The Psyichology of Matemathics for
Inhention,Hill Shade, Nj. Lawrence Elbown Associates, PT Ruseffendi, ET. (1992). Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta.,Dep
Dikbud.