Post on 31-Jan-2018
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
1
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR
Ike Nurhayati
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia
Dharma Kesuma dan Karso1
Abstrak: Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Materi Sifat-sifat Bangun Datar.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat bangun
datar. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data mengenai aktivitas siswa, respon siswa, dan
peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Metode yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & McTagart. Subjek penelitian ini
yaitu siswa kelas V SDN Bukanagara Lembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar, serta mendapat respon positif
dari siswa. Nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III yaitu 72,62; 81,65; dan 89,62. Maka
direkomendasikan bagi guru untuk menerapkan pendekatan kontekstual guna meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
Kata kunci: pendekatan kontekstual, hasil belajar, sifat-sifat bangun datar
Abstract: Implementation of the Contextual Approach to Improve Student Learning
Outcomes the Material properties of Plane.
This research stimulated by the low level of student learning outcomes on the material properties of
plane. The aim of this research is obtain data about the activity of students, student response, and
increased student learning outcomes by applying the contextual approach. Methods used is
classroom action research model Kemmis & McTagart. Subject of study is students of class V SDN
Bukanagara Lembang. The results showed that the application of the contextual approach can
improve learning outcomes, activities, and got positive response from students. The average score
on the cycle I, II, and III, i.e. 72,62; 81,65; and 89,62. It is recommended for teachers to apply a
contextual approach in order to increase activity and student learning outcomes.
Keywords: contextual approach, learning achievement, properties of plane
1 Penulis Penanggung Jawab
Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar
2
PENDAHULUAN
Matematika tentunya tidak secara
tiba-tiba dipelajari siswa apabila tidak
memberikan peran dan manfaat di
sekolah. Suherman (1993:134)
mengemukakan bahwa peran matematika
sekolah yaitu: (1) untuk mempersiapkan
anak didik agar sanggup menghadapi
perubahan-perubahan keadaan di dalam
kehidupan dunia yang senantiasa
berubah, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran logis dan rasional, kritis
dan cermat, objektif, kreatif, efektif,dan
diperhitungkan secara analitis-sintetis,
serta (2) untuk mempersiapkan anak
didik agar menggunakan matematika
secara fungsional dalam kehidupan
sehari-hari dan di dalam menghadapi
ilmu pengetahuan.
Dalam standar isi (BSNP: 2006)
dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran
matematika agar siswa meiliki
kemampuan sebagai berikut: (1)
memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah, (2)
menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, (3) memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)
mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau
masalah, serta (5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan uraian di atas,
mempelajari matematika tidak boleh
terpenggal-penggal karena matematika
adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari konsep-konsep yang
berhubungan satu sama lain dan
berkelanjutan. Begitu pula ketika
mempelajari sifat-sifat bangun datar.
Materi sifat-sifat bangun datar
merupakan materi prasyarat untuk
mempelajari materi selanjutnya, yaitu
keliling dan luas bangun datar serta
bangun ruang. Oleh karena itu, jika siswa
tidak memahami materi sifat-sifat bangun
datar, bisa dipastikan bahwa siswa
tersebut tidak bisa mempelajari materi
selanjutnya.
Penelitian Titin Supriati (2011)
mengungkap adanya kenyataan di
lapangan yang menunjukkan siswa kelas
V belum memahami sifat-sifat bangun
datar. Keadaan tersebut juga dialami oleh
sebagian besar siswa kelas V di SDN
Bukanagara. Berdasarkan hasil tes akhir
pembelajaran mengenai sifat-sifat bangun
datar, lebih dari lima puluh persen nilai
siswa berada di bawah KKM. Adapun
KKM untuk mata pelajaran matematika
kelas V adalah 65.
Berdasarkan temuan-temuan di
lapangan tersebut, diduga yang menjadi
penyebab siswa mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal tersebut adalah
(1) Guru masih menggunakan metode
konvensional yaitu metode ceramah,
sehingga kurang membimbing siswa
dalam menemukan konsep sendiri. (2)
Siswa merasa pembelajaran di sekolah
tidak ada kaitannya dengan kehidupan
sehari-harinya sehingga pembelajaran
menjadi kurang bermakna (3) Pada saat
di kelas sebelumnya guru tidak
menggunakan alat peraga yang relevan
dengan materi pelajaran. (4) Siswa duduk
berdasarkan kemampuan akademiknya.
Siswa yang berkemampuan tinggi duduk
di dua barisan kiri guru. Sedangkan siswa
yang berkemampuan rendah duduk di dua
barisan kanan guru. Hal ini menyebabkan
kurangnya komunikasi dan kerja sama
antara siswa yang berkemampuan tinggi
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
3
dengan siswa yang berkemampuan
rendah. (5) Siswa susah untuk dibagi
kelompok. Banyak siswa yang
dikatergorikan berkemampuan tinggi
menolak untuk satu kelompok dengan
siswa yang berkemampuan rendah.
Untuk menyelesaikan masalah ini,
maka peneliti menerapkan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran
matematika agar hasil belajar siswa dapat
meningkat. Adapun tujuan penelitian ini
yaitu (1) untuk memperoleh data
mengenai aktivitas siswa kelas V SDN
Bukanagara Lembang terhadap
pembelajaran matematika materi sifat-
sifat bangun datar dengan menerapkan
pendekatan kontekstual, (2) untuk
memperoleh data mengenai respon siswa
kelas V SDN Bukanagara Lembang
terhadap pembelajaran matematika materi
sifat-sifat bangun datar dengan
menerapkan pendekatan kontekstual,
serta (3) untuk memperoleh data
mengenai peningkatan hasil belajar siswa
kelas V SDN Bukanagara Lembang pada
pembelajaran matematika materi
perkalian sifat-sifat bangun datar dengan
menerapkan pendekatan kontekstual.
Johnson (2011:303-304) yang
menyatakan bahwa menggunakan CTL
berarti memberi para siswa kesempatan
untuk menemukan makna dan arti diri
dalam pelajaran akademik dengan benar-
benar mengaitkan pekerjaan sekolah
dengan kehidupan sehari-hari dan minat
mereka. Siswa boleh membangun
keterkaitan dengan berbagai cara. Inti
dari keterkaitan tersebut adalah untuk
menarik minat dan menantang mereka
dan oleh karena itu termotivasi untuk
mencapai tujuan akademik yang tinggi.
Selain itu, Johnson (2011:67)
menyatakan bahwa sistem CTL adalah
sebuah proses pendidikan yang bertujuan
menolong para siswa melihat makna di
dalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan
subjek-subjek akademik dengan konteks
dalam kehidupan keseharian mereka,
yaitu dengan konteks keadaan pribadi,
sosial, dan budaya mereka.
Pendapat tersebut mengimplikasikan
bahwa dalam pembelajaran kontekstual,
guru harus bisa memfasilitasi siswa untuk
mengaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan pribadi, sosial, dan budaya
siswa. Materi-materi pelajaran yang
abstrak dapat mudah dipahami oleh siswa
apabila guru dapat mengaitkan materi
yang abstrak tersebut dengan kehidupan
sehari-hari yang dekat dengan kehidupan
anak. Pembelajaran seperti ini diharapkan
dapat memberi makna kepada siswa
sehingga mencapai tujuan akademik yang
tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Johnson (2011:32) yang menyatakan
bahwa CTL menawarkan jalan menuju
keunggulan akademis yang dapat diikuti
oleh semua siswa.
Menurut Johnson (2011: 93) sistem
CTL mencakup delapan komponen
berikut ini, yaitu: (1) Membuat
keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
(2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3)
melakukan pembelajaran yang diatur
sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir
kritis dan kreatif, (6) membantu individu
untuk tumbuh dan berkembang, (7)
mencapai standar yang tinggi, dan (8)
menggunakan penilaian autentik.
Adapun komponen-komponen CTL
menurut Trianto (2011:111-118) yaitu:
konstruktivisme, inkuiri (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan
(modelling), refleksi, dan penilaian
autentik. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, peneliti menggunakan
langkah-langkah yang mengadospi
komponen menurut Trianto dan
dilengkapi dengan komponen-komponen
menurut Johnson.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Ciri khas
dari PTK yaitu dengan adanya siklus-
Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar
4
siklus. Inti dalam tiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu merencanakan
(planning), melakukan tindakan (acting),
mengamati (observing), dan
merefleksikannya (reflecting). Secara
keseluruhan rangkaian keempat tahapan
tersebut dapat digambarkan dalam bagan
di bawah ini.
Gambar 1
Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTagart (Sukajati, 2008:19)
Metode pengumpulan data yang
dilakukan selama penelitian ini
berpedoman pada beberapa instrumen.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua jenis yaitu
instrumen pembelajaran dan instrumen
pengumpul data. Instrumen pembelajaran
digunakan selama pembelajaran
berlangsung, terdiri dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS).
Instrumen pengumpulan data terdiri
dari instrumen tes, lembar observasi,
lembar angket, lembar wawancara,
catatan anekdot, dan dokumentasi. Dalam
penelitian ini tes yang digunakan berupa
tes buatan guru. Tes diberikan setiap
akhir siklus. Tes ditujukan untuk
memperoleh masukan tentang tingkat
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.
Pemilihan materi tes mengacu pada
indikator capaian kompetensi yang
terdapat dalam RPP.
Lembar observasi digunakan untuk
mengupulkan data mengenai aktivitas
siswa dan guru serta memperoleh data
mengenai sikap rasa ingin tahu siswa
selama pembelajaran berlangsung dengan
menerapkan pendekatan kontekstual.
Jenis observasi yang digunakan yaitu
observasi terstruktur.
Angket digunakan untuk mengetahui
sejauh mana respon siswa terhadap
pembelajaran sifat-sifat bangun datar
dengan menerapkan pendekatan
kontekstual. Angket diberikan kepada
siswa pada akhir pertemuan siklus III.
Dalam angket, siswa diharuskan memilih
salah satu kategori dari empat kategori
yang sesuai dengan keadaan nyata yang
dialaminya. Keempat kategori tersebut
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
5
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), dan
Tidak Setuju (TS).
Wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data kualitatif mengenai
pendapat siswa terhadap pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan
kontekstual setelah pembelajaran
berlangsung. Wawancara ditujukan
kepada perwakilan satu orang siswa yang
dikategorikan tinggi, satu orang siswa
yang dikategorikan sedang, serta siswa
yang dikategorikan rendah.
Pengkategorian ini didapat berdasarkan
hasil tes sebelumnya. Perwakilan tiga
siswa ditunjuk karena keterbatasan waktu
peneliti dalam melaksanakan wawacara.
Wawancara digunakan untuk
melengkapi angket.
Catatan anekdot dan dokumentasi.
Catatan anekdot digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai data
impresif sikap siswa dalam pembelajaran
dengan menerapkan dengan pendekatan
kontekstual. Catatan ini kemudian
digunakan untuk melengkapi lembar
observasi. Dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan dokumen selama
penelitian, baik dokumen tertulis maupun
gambar.
Setelah data terkumpul, maka
langkah selanjutnya adalah mengolah dan
menganalisis data. Pengolahan dan
analisis dalam penelitian ini adalah
pengolahan dan analisis kualitatif dan
kuantitatif.
Untuk data kuantitatif, peneliti
menggunakan statistik sederhana.
Adapun utnk penyekoran tes siklus,
peneliti menggunakan teknik penyekoran
sendiri yaitu
Siklus I
- Untuk bagian A setiap jawaban benar
diberi skor 20.
- Skor maksimum bagian A=80
-
- Untuk bagian B setiap jawaban benar
diberi 10.
- Skor maksimum B bagian = 360.
-
- Nilai maksimal 100.
-
Siklus II
- Untuk no 1 jawaban benar diberi skor
10, no 2=30, no 3=40, no 4=20, dan
no 5=50
- Skor maksimal 150.
- Nilai maksimal 100.
-
Siklus III
- Untuk setiap jawaban benar diberi
skor 20.
- Skor maksimal 60.
- Nilai maksimal 100.
-
Nilai rata-rata kelas didapat dengan
menggunakan rumus Purwanto (Iswanto,
2011:32), yaitu sebagai berikut:
X =
Keterangan :
𝑋 = nilai rata − rata
Σx = jumlah semua nilai siswa
Σ𝑁 = jumlah siswa
Dengan = jumlah siswa yang
mendapat nilai
= banyak siswa
bilangan tetap
= Ketuntasan Belajar
Untuk mengetahui peningkatan
kemamampuan matematika siswa dari
setiap siklus tidakan pembelajaran yang
telah dilaksanakan, digunakan dengan
menghitung gain rata-rata yang
Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar
6
dinormalisasikan berdasarkan kriteria
efektivitas pembelajaran menurut Hake
(Sumarni, 2010:38). Rumus yang
diunakan adalah sebagai berikut:
Adapun kriteria efektivitas menurut
Hake (Sumarni, 2010:38) adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
Interpretasi Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Interpretasi
0,00 - 0,30 Rendah
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Tinggi
Untuk analisis kualtitatif, peneliti
menggunakan traingulasi. Triangulasi
berdasarkan tiga sudut pandang, yakni
sudut pandang guru sebagai peneliti,
sudut pandang siswa, dan sudut pandang
mitra peneliti yang melakukan
pengamatan (Kunandar, 2008: 108).
Sudut pandang guru sebagai peneliti
melalui catatan anekdot, sudut pandang
siswa melalui lembar wawancara dan
angket, serta dan sudut pandang mitra
melalui lembar observasi guru dan siswa.
Selain observasi guru dan siswa,
peneliti juga melakukan observasi
mengenai sikap rasa ingin tahu siswa.
Observasi ini tujukkan kepada empat
orang siswa. Alasanya karena
keterbatasan peneliti dalam menyediakan
observer. Satu orang observer tersebut
mengamati sikap rasa ingin tahu empat
orang siswa. Sebelum pembelajaran
berlangsug, peneliti bersama oberver
merumuskan kerangka kerjanya untuk
menganalisisnya. Kerangka kerja tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2
Kerangka Kerja Analisis Data Sikap Rasa Ingin Tahu Siswa
Data
Analisis Kuantitas
Bertanya
Analisis Kualitas
Pertanyaan
Substanstif
Non-substantif
Utama (Taksonomi
Bloom)
Penguatan
(Konfirmasi)
Simpulan Semua
Siklus
T
I
A
P
S
I
K
L
U
S
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
7
Adapun dalam mengolah data
angket, derajat penilaian siswa terhadap
suatu pernyataan terbagi ke dalam empat
kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Penskoran untuk setiap
kategori jawaban siswa pada angket
dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2
Penskoran Angket
Kategori Jawaban Skor
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Skor rata-rata setiap siswa
digunakan untuk menentukan respon
siswa terhadap pendekatan kontekstual,
digunakan rumus:
Keterangan:
P = persentase jawaban
= frekuensi jawaban
n = banyak siswa/reponden
Setelah dianalisis, tahap selanjutnya
yaitu dilakukan diinterpretasi dengan
menggunakan kategori berdasarkan
pendapat Kuntjaraningrat (dalam
Sumarni 2010: 40) pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Interpretasi Angket
Besar Persentase Interpretasi
0% Tidak ada
1% - 25% Sebagian kecil
26% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51%-75% Sebagian besar
76% - 99% Pada umumnya
100% Seluruhnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perkembangan Aktivitas Siswa
Beradasarkan hasil observasi,
aktivitas siswa mengalami perkembangan
mulai dari siklus I, siklus II, hingga
siklus III. Perkembangan aktivitas siswa
dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 4
Perkembangan Aktivitas Siswa
Siklus I Siklus II Siklus III
Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar
8
Siswa yang
berkemampuan
menengah ke atas yang
mendominasi dalam
menjawab pertanyaan
guru, sisanya hanya
beberapa siswa yang
berkemampuan
menengah ke bawah
yang menjawab.
Siswa yang duduk di
barisan kanan bagian
belakang kurang
merespon pertanyaan
guru.
Siswa antusias menjawab
pertanyaan guru, hanya
ada beberapa siswa yang
kurang memperhatikan,
sehingga ketika guru
bertanya kepadanya,
siswa tersebut tidak bisa
menjawab.
Siswa antusias
menjawab pertanyaan
guru.
Siswa yang berani ke
depan untuk
menunjukkan unsur-
unsur bangun datar hanya
siswa yang aktif, sedang
siswa yang lainnya tidak
berani maju ke depan.
Siswa memperhatikan
alat peraga yang
ditunjukkan oleh guru.
Siswa memperhatikan
contoh benda yang
ditunjukkan oleh guru.
Sebagian besar siswa
berdiskusi dengan
kelompoknya dengan
mengamati alat peraga.
Tetapi ada lebih dari 5
orang siswa yang
mengobrol dan bercanda
dengan temannya serta
tidak terlibat dalam
diskusi.
Sebagian besar siswa
berdiskusi dengan
kelompoknya dengan
mengamati alat peraga.
Tetapi ada lebih dari 3
orang siswa yang
mengobrol dan bercanda
dengan temannya serta
tidak terlibat dalam
diskusi.
Siswa berdiskusi dengan
kelompoknya dengan
mengamati alat peraga.
Ketika perwakilan
kelompok
menyampaikan hasil
diskusinya, sebagian
siswa tidak
memperhatikannya
karena suara siswanya
tidak terdengar jelas
sampai sisswa yang
duduk di bagian
belakang.
Siswa memperhatikan
penyampaian hasil
diskusi temannya di
depan.
Siswa memperhatikan
penyampaian hasil
diskusi temannya di
depan.
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
9
Siswa yang merespon
pertanyaan yang diajukan
guru kebanyakan siswa
yang aktif, sedangkan
siswa lainnya kurang
merespon.
Siswa antusias yang
merespon pertanyaan
yang diajukan guru,
meskipun ketika guru
bertanya kepada siswa
yang kurang aktif, masih
ada pertanyaan yang
tidak bisa dijawab.
Siswa antusias yang
merespon pertanyaan
yang diajukan guru.
Berdasarkan tabel tersebut, aktivitas
siswa mengalami peningkatan dari siklus
I hingga ke siklus III. Pada siklus III
aktivitas siswa menjadi: siswa antusias
menjawab pertanyaan guru, siswa
memperhatikan contoh benda yang
ditunjukkan oleh guru, siswa berdiskusi
dengan kelompoknya dengan mengamati
alat peraga, siswa memperhatikan
penyampaian hasil diskusi temannya di
depan, dan siswa antusias yang merespon
pertanyaan yang diajukan guru. Berdasarkan hasil observasi, sikap
rasa ingin tahu siswa sudah cukup terlihat
dan cukup meningkat. Adapun rinciannya
adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Perkembangan Sikap Rasa Ingin Tahu Siswa
Nama
Siswa
Siklus Bertanya Mencatat
Kuantitas Kualitas
Subjek 22
I Lebih dari tiga
kali
Satu pertanyaan bersifat
substantif utama kategori
C2.1 (interpretasi),
sedangkan pertanyaan
lainnya bersifat
substantif penguatan
(konfirmasi).
Mencatat hal-hal
yang dianggap
penting.
II Lebih dari tiga
kali
Dua pertanyaan bersifat
substantif utama kategori
c2.1 (interpretasi),
sedangkan pertanyaan
lainnya bersifat
substantif penguatan
(konfirmasi).
III Lebih dari tiga
kali
Satu pertanyaan bersifat
substantif utama kategori
c2.6 (membandingkan)
Subjek 19 I Satu kali Bersifat substantif Mencatat hal-hal
Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar
10
penguatan (konfirmasi). yang dianggap
penting.
II Dua kali
Kedua pertanyaan
bersifat substantif
penguatan (konfirmasi).
III Lebih dari kali
Satu pertanyaan bersifat
substantif utama kategori
c2.1 (interpretasi),
sedangkan pertanyaan
yang lainnya bersifat
substantif penguatan
(konfirmasi).
Subjek 34
I Belum bertanya
Mencatat hal-hal
yang dianggap
penting.
II Satu kali Substantif utama kategori
c2.1 (interpretasi)
III Tiga kali
Satu pertanyaan bersifat
substantif utama yang
kategori c2.1
(interpretasi), sedangkan
pertanyaan lainnya
berifat substantif
penguatan (konfirmasi).
Subjek 31
I Belum bertanya Mencatat hal-hal
yang dianggap
penting, hanya pada
siklus I catatannya
kurang lengkap.
II Belum bertanya
III Dua kali
Satu pertanyaan bersifat
substantif utama kategori
c2.1 (interpretasi),
sedangkan satu
pertanyaan lainnya
bersifat substantif
penguatan (konfirmasi).
Berdasarkan tabel di atas, sikap rasa
ingin tahu siswa berkembang dari siklus I
ke siklus III. Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut: (1) indikator mencatat
hal-hal yang dianggap penting Subjek 22,
Subjek 19, dan Subjek 34 stabil dari
siklus I hingga siklus III. Akan tetapi
Subjek 31 pada siskus I catatannya belum
lengkap, (2) subjek 22 sikap rasa ingin
tahunya sudah muncul dan meningkat.
Hal ini terlihat dari kuantitas bertanyanya
yang sering dan kualitas pertanyaannya
yang meningkat dari C2.1 (interpretasi)
ke C2.6 (membandingkan), (3) subjek 19
sikap rasa ingin tahunya sudah muncul
dan menignkat. Berdasarkan kuantitas
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
11
berntanyanya sudah cukup meningkat.
Akan tetapi berdasarkan kualitas
pertanyaannya masih dalam kategori
C2.1 (interpretasi), (4) subjek 34 sikap
rasa ingin tahunya sudah muncul dab
cukup meningkat. Berdasarkan kuantitas
bertanyanya sudah cukup meningkat.
Akan tetapi berdasarkan kualitas
pertanyaannya masih dalam kategori
C2.1 (interpretasi), serta (5) subjek 31
sikap rasa ingin tahunya sudah mulai
muncul pada siklus III. Berdasarkan
kualitas pertanyaannya masih dalam
kategori C2.1 (interpretasi).
Berdasarkan keempat siswa tersebut,
diduga sikap rasa ingin tahu seluruh
siswa muncul dan berkembang
mengalami peningkatan dari siklus I
hingga siklus III. Hal ini terlihat dari
Subjek 34 yang dikategorikan rendah
mengalami peningkatan rasa ingin
tahunya. Secara tidak langsung, seluruh
siswa diduga mengalami hal yang sama.
2. Respon Siswa
Respon siswa diperoleh dari hasil
wawancara dan angket. Data hasil
wawancara dari siklus I hingga siklus III
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Hasil Wawancara dari Siklus I Hingga Siklus III
Pertanyaan Siklus I Siklus II Siklus III
Menurut
pendapatmu,
bagaimana
pembelajaran
yang telah
dilakukan?
Mengapa?
Kategori Tinggi:
Senang, karena
bisa mengetahui
sifat-sifat bangun
datar lebih mudah,
karena ada kuisnya.
Kategori Sedang:
Senang, tidak
ngebosenin, ibunya
baik, tidak suka
marah, sabar.
Kategori Rendah:
Senang, karena
belajar sama ibu
tidak galak, ada
bintangnya.
Kategori Tinggi:
Senang, rame,
mengesankan, tidak
membosankan,
karena bisa
mengetahui sifat-
sifat bangun datar
lebih mudah, dan
ada kuisnya.
Kategori Sedang:
Senang, karena ada
alat peraga dan
kuisnya
Kategori Rendah:
Senang, karena
belajar kelompok
jadi lebih mengerti.
Kategori Tinggi:
Senang, rame,
mengesankan,
tidak
membosankan,
karena bisa
mengetahui sifat-
sifat bangun datar
lebih mudah, dan
ada kuisnya.
Kategori Sedang:
Senang, karena ada
alat peraga dan
kuisnya
Kategori Rendah:
Senang, karena
belajar kelompok
jadi lebih mengerti.
Apakah
dengan
kegiatan ini
Kategori Tinggi:
Membantu, karena
ada alat peraga
Kategori Tinggi:
Membantu, karena
ada alat peraga
Kategori Tinggi:
Membantu, karena
ada alat peraga
Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar
12
dapat
membantu
untuk lebih
mengerti
materi yang
kamu pelajari?
Mengapa?
bangun datar,
materinya sering
diingetin.
Kategori Sedang:
Membantu, karena
suka dikelompokin
jadi lebih mudah,
ada alat peraganya
juga.
Kategori Rendah:
Lebih mengerti,
karena ada alat
peraganya, suka
dikelompokin.
bangun datar, dan
materinya sering
diulas jadi lebih
ingat lagi.
Kategori Sedang:
Membantu, karena
suka dikelompokin
jadi lebih mudah,
ada alat peraganya,
guru nerangin
materinya jelas.
Kategori Rendah:
Lebih mengerti,
karena ada alat
peraganya, suka
dikelompokin.
bangun datar, dan
materinya sering
diulas jadi lebih
ingat lagi.
Kategori
Menengah:
Membantu, karena
suka dikelompokin
jadi lebih mudah,
ada alat peraganya,
guru nerangin
materinya jelas.
Kategori Rendah:
Lebih mengerti,
karena ada alat
peraganya, suka
dikelompokin.
Apakah kamu
mengalami
kesulitan
selama
pembelajaran
tadi
berlangsung?
Kategori Tinggi:
Kalau materi tidak
ada, tapi sulitnya
ketika diskusi
teman yang lain
ada yang tidak ikut
diskusi.
Kategori Sedang:
Tidak ada
kesulitan.
Kategori Rendah:
Masih sulit
membedakan jenis-
jenis sudut.
Masih sulit menulis
apa yang
disampaikan dalam
hasil diskusi.
Kategori Tinggi:
Tidak ada
kesulitan.
Kategori Sedang:
Tidak ada
kesulitan.
Kategori Rendah:
Masih sulit
membedakan jenis-
jenis trapesium.
Kategori Tinggi:
Tidak ada
kesulitan.
Kategori Sedang:
Tidak ada
kesulitan.
Kategori Rendah:
Tidak ada
kesulitan.
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
13
Berdasarkan tabel tersebut, respon
perwakilan tiga siswa terhadap
pembelajaran yaitu seluruh siswa merasa
senang melaksanakan pembelajaran sifat-
sifat bangun datar dengan menerapkan
pendekatan kontekstual. Dengan
pembelajaran seperti ini, siswa merasa
lebih mudah mengerti materi sifat-sifat
bangun datar. Hal ini disebabkan karena
dalam pembelajaran terdapat diskusi
kelompok, juga terdapat alat peraga
sehingga memudahkan siswa dalam
memahami materi. Sedangkan kesulitan
selama pembelajaran dialami oleh
kategori rendah yang berkaitan dengan
materi pembelajaran. Berdasarkan respon
tiga perwakilan siswa tersebut, diduga
seluruh siswa juga merespon sama.
Hasil pengolahan angket kemudian
dianalisis berdasarkan kriteria
Koentjoroningrat (Sumarni 2010: 40)
pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Interpretasi Angket
Besar Persentase Interpretasi
0% Tidak ada
1% - 25% Sebagian kecil
26% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51%-75% Sebagian besar
76% - 99% Pada umumnya
100% Seluruhnya
Berdasarkan tabel tersebut, data
yang diperoleh adalah sebagai berkut: (1)
sebagian besar siswa merasa sangat
setuju terhadap pembelajaran matematika
dengan menerapkan pendekatan
kontekstual, (2) hampir setengah siswa
merasa sangat setuju terhadap
pembelajaran kelompok dengan
menerapkan pendekatan kontekstual,
serta (3) sebagian besar siswa merasa
sangat setuju terhadap soal-soal yang
diberikan.
3. Analisis Hasil Belajar Siswa
Dari siklus I hingga ke siklus III,
hasil tes siklus siswa mengenai sifat-sifat
bangun datar mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 8
Hasil Tes Siklus Siswa
No Nama Siklus
I
Siklus
II
Siklus
III
Gain Siklus
I ke II
Gain Siklus II
ke III
1 Subjek 1 47 60 67 0,25 0,18
2 Subjek 2 93 100 100 1 0
3 Subjek 3 71 60 79 - 0,48
Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar
14
4 Subjek 4 64 65 83 0,03 0,51
5 Subjek 5 99 93 100 - 1
6 Subjek 6 66 75 75 0,26 0
7 Subjek 7 44 60 75 0,29 0,34
8 Subjek 8 86 96 100 0,71 1
9 Subjek 9 59 72 75 0,32 0,11
10 Subjek 10 61 58 92 - 0,81
11 Subjek 11 65 70 100 0,14 1
12 Subjek 12 20 60 71 0,5 0,28
13 Subjek 13 73 97 100 0,89 1
14 Subjek 14 90 93 93 0,3 0
15 Subjek 15 89 96 100 0,64 1
16 Subjek 16 97 96 100 - 1
17 Subjek 17 94 95 100 0,17 1
18 Subjek 18 80 80 85 0 0,25
19 Subjek 19 92 96 100 0,5 1
20 Subjek 20 94 100 100 1 0
21 Subjek 21 91 100 100 1 0
22 Subjek 22 100 100 100 0 0
23 Subjek 23 53 70 75 0,36 0,17
24 Subjek 24 81 85 83 0,21 -
25 Subjek 25 79 85 83 0,29 -
26 Subjek 26 61 75 83 0,36 0,32
27 Subjek 27 67 70 83 0,09 0,43
28 Subjek 28 41 70 96 0,49 0,87
29 Subjek 29 97 92 93 - 0,13
30 Subjek 30 29 55 71 0,37 0,36
31 Subjek 31 82 88 93 0,33 0,42
32 Subjek 32 32 65 93 0,49 0,8
33 Subjek 33 95 90 98 - 0,8
34 Subjek 34 92 97 100 0,63 1
35 Subjek 35 77 98 95 0,91 -
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
15
36 Subjek 36 40 70 83 0,5 0,43
37 Subjek 37 86 85 92 - 0,47
Jumlah 2687 3017 3316 13,03 17,16
Rata-rata 72,62 81,54 89,62 0,43 0,50
Daya Serap 72,62
%
81,54
%
89,62
%
Ketuntasan
Belajar
64,10
%
83,78
% 100%
Berdasarkan data di atas, ada tiga hal
yang terjadi, yaitu siswa yang nilinya
tetap, siswa yang nilainya menurun, dan
siswa yang nilainya meningkat. Sebagian
besar siswa mengalami peningkatan hasil
belajar. Namun, ada siswa yang nilainya
tetap dari siklus I ke siklus II berjumlah 2
orang, sedangkan dari siklus II ke siklus
III berjumlah 6 orang. Siswa yang
nilainya menurun dari siklus I ke siklus II
berjumlah 8 orang. Sedangkan dari siklus
II ke siklus III berjumlah 3 orang.
Setelah dihitung, rata-rata gain dari
siklus I ke siklus II dan gain dari siklus II
ke siklus III, kemudian rata-rata gain
tersebut disesuaikan kriteria gain yang
dinormaslisasi yang dikemukakan oleh
Hake (Sumarni, 2010:38) adalah sebagai
berikut:
Tabel 9
Interpretasi Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Interpretasi
0,00 - 0,30 Rendah
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Tinggi
Berdasarkan rata-rata gain dari
siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke
siklus III dikategorikan sedang. Selain
itu, berdasarkan nilai rata-rata, daya
serap, dan ketuntasan belajar dari siklus I
ke siklus II dan siklus III menngalami
peningkatan. Berikut diagram yang
menyajikan peningkatan tersebut.
Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar
16
Gambar 3
Perkembangan Hasil Tes Belajar Siswa
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data di SDN Bukanagara
Lembang diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
Pembelajaran matematika pada
materi sifat-sifat bangun datar dengan
menerapkan pendekatan kontekstual
dapat meningkatkan aktivitas siswa dan
sikap rasa ingin tahu siswa melalui
kegiatan-kegiatan tanya jawab, diskusi
kelompok, dan diskusi kelas.
Pembelajaran matematika pada
materi sifat-sifat bangun datar dengan
menerapkan pendekatan kontekstual
mendapat respon positif dari siswa. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil wawancara
yang keseluruhan jawaban responden
merasa senang dengan pembelajaran
matematika yang menerapkan pendekatan
kontekstual. Berdasarkan hasil angket,
pada umumnya siswa memberikan respon
positif terhadap pembelajaran matematika
dengan menerapkan pendekatan
kontekstual.
Hasil belajar matematika siswa pada
materi sifat-sifat bangun datar dengan
menerapkan pendekatan kontekstual
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat
dari hasil belajar siswa pada siklus I,
siklus II, dan siklus III yang mengalami
peningkatan. Rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus I yaitu 72,62, siklus II yaitu
81,54, dan siklus III yaitu 89,62.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional.
(2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Iswanto. (2011). Upaya Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar
Matematika Siswa melalui
Pendekatan Cooperative Learning
Tipe Jig Saw pada Pokok Bahasan
Sifat-sifat Bangun Ruang
Sederhana. Skripsi pada PGSD FIP
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
17
Johnson, Elaine B. (2011). CTL
Contextual Teaching & Learning:
Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan
Bermakna. Bandung: Kaifa.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru.
Jakarta: Rajawali Pers.
Suherman, Eman dan Udin S.
Winataputra. (1992). Materi Pokok
Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukajati. (2008). Penelitian Tindakan
Kelas di SD. Yogyakarta:
Depdiknas.
Sumarni, Erni. (2010). Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Pokok Bahasan Pecahan
dengan Model Pembelajaran
Bruner. Skripsi pada PGSD FIP
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Supriati, Titin. (2011). Peningkatan
Pemahaman Siswa pada
Pembelajaran Matematika Konsep
Sifat-Sifat Bangun Datar dan
Bangun Ruang di Kelas V SDN
Babakan Ciparay 2 Melalui
Pendekatan Konstruktivisme.
Skripsi pada PGSD FIP UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Trianto. (2011). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progesif.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.